
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 26:57
Full Life: Mat 26:57 - MENANGKAP YESUS.
Nas : Mat 26:57
Suatu penyelidikan terhadap peristiwa-peristiwa dari penangkapan
Yesus sampai pada penyaliban-Nya dapat sangat bermanfaat. Urutanny...
Nas : Mat 26:57
Suatu penyelidikan terhadap peristiwa-peristiwa dari penangkapan Yesus sampai pada penyaliban-Nya dapat sangat bermanfaat. Urutannya adalah sebagai berikut:
- (1) Yesus ditangkap (Mat 26:47-56; Mr 14:43-52; Luk 22:47-53; Yoh 18:2-12);
- (2) pengadilan agama di hadapan Hanas (Yoh 18:12-14,19-24) dan di hadapan Kayafas (Mat 26:57,59-68; Mr 14:53,55-65; Luk 22:54,63-65; Yoh 18:24);
- (3) penyangkalan oleh Petrus (Mat 26:58,69-75; Mr 14:54,66-72; Luk 22:54-62; Yoh 18:15-18,25-27);
- (4) hukuman dijatuhkan oleh Sanhedrin (Mat 27:1; Mr 15:1; Luk 22:66-71);
- (5) kematian Yudas (Mat 27:3-10);
- (6) pengadilan di hadapan Pilatus (Mat 27:2,11-14; Mr 15:2-5; Luk 23:1-5; Yoh 18:28-38);
- (7) pengadilan di hadapan Herodes (Luk 23:6-12) yang mengirim Dia kembali kepada Pilatus (Mat 27:11-26; Mr 15:6-15; Luk 23:11-25; Yoh 18:28-19:1,4-16);
- (8) Yesus dicemoohkan (Mat 27:27-30; Mr 15:16-19; Yoh 19:2-3), setelah itu Ia dipukul dan dibawa ke luar untuk disalibkan (Mat 27:31);
- (9) menuju ke Golgota (Mat 27:32-34; Mr 15:20-23; Luk 23:26-33);
- (10) penyaliban
(lihat cat. --> Mat 27:35).
[atau ref. Mat 27:35]
Jerusalem -> Mat 26:57-68
Jerusalem: Mat 26:57-68 - -- Berdasarkan keterangan Lukas dan Yohanes orang dapat membedakan: di malam hari Yesus dibawa lebih dahulu kepada Anas; pagi-pagi pada sebuah sidang len...
Berdasarkan keterangan Lukas dan Yohanes orang dapat membedakan: di malam hari Yesus dibawa lebih dahulu kepada Anas; pagi-pagi pada sebuah sidang lengkap Mahkamah Agama, Mat 27:1. Matius dan Markus menceritakan sidang di malam hari itu dengan mencampurkan unsur-unsur dari sidang di pagi hari, satu-satunya sidang yang resmi dan memutuskan.
Ref. Silang FULL -> Mat 26:57

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Wycliffe: Mat 26:1--27:66 - -- IV. Kesengsaraan Yesus Kristus (26:1-27:66)
Bagian yang tak ternilai pentingnya bagi setiap orang Kristen ini penuh dengan masalah kemanusiaan yang d...
IV. Kesengsaraan Yesus Kristus (26:1-27:66)
Bagian yang tak ternilai pentingnya bagi setiap orang Kristen ini penuh dengan masalah kemanusiaan yang disajikan secara dramatik. Sekalipun demikian, rincian yang disajikan oleh para penulis Injil sejak semula telah menyebabkan banyak persoalan, terutama masalah yang bersifat kronologis. Tetapi, cara faktual yang dipergunakan setiap Injil (hasil tulisan dari orang-orang yang terlibat langsung secara emosional) dalam membicarakan rangkaian peristiwa yang amat emosional ini menjadikan karya-karya yang luhur ini makin luar biasa.

Wycliffe: Mat 26:57--27:2 - -- E. Rangkaian Peristiwa di Pengadilan Yahudi (26:57-27:2).
Pertama-tama Yesus dibawa kepada Hanas, mantan imam besar yang masih memiliki banyak pengar...
E. Rangkaian Peristiwa di Pengadilan Yahudi (26:57-27:2).
Pertama-tama Yesus dibawa kepada Hanas, mantan imam besar yang masih memiliki banyak pengaruh (Yoh. 18:12-23). Setelah pemeriksaan pembukaan, yang memungkinkan Sanhedrin berkumpul untuk persidangan malam yang sangat tidak biasa itu, Yesus dibawa ke hadapan Sanhedrin. Pada saat matahari terbit, persidangan kedua dari Sanhedrin secara resmi memutuskan bahwa Dia bersalah (Mat. 27:1).

Wycliffe: Mat 26:57 - Kayafas, Imam Besar // ahli-ahli Taurat // tua-tua // Imam Besar 57. Kayafas, Imam Besar. Menantu Hanas yang telah diberhentikan. Kemungkinan Kayafas dan Hanas memiliki tempat tinggal di gedung yang sama, terpisah o...
57. Kayafas, Imam Besar. Menantu Hanas yang telah diberhentikan. Kemungkinan Kayafas dan Hanas memiliki tempat tinggal di gedung yang sama, terpisah oleh sebuah halaman. Pada saat ini ahli-ahli Taurat dan tua-tua serta Imam Besar sudah berkumpul untuk persidangan yang luar biasa ini.

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 26:57-68
Matthew Henry: Mat 26:57-68 - Kristus di Istana Imam Besar Kristus di Istana Imam Besar (26:57-68)
Di sini diceritakan tentang pendakwaan terhadap Tuhan kita Yesus di pengadilan agama, di hadapan Mahkamah A...
Kristus di Istana Imam Besar (26:57-68)
- Di sini diceritakan tentang pendakwaan terhadap Tuhan kita Yesus di pengadilan agama, di hadapan Mahkamah Agama (Sanhedrin).
- Perhatikan:
- I. Sidang di pengadilan itu. Ahli-ahli Taurat dan tua-tua itu berkumpul, walaupun malam telah begitu larut dan orang-orang sudah terlelap dalam tidur mereka. Akan tetapi, demi melampiaskan kedengkian mereka terhadap Kristus, mereka rela mengorbankan waktu istirahat mereka untuk duduk tegak sepanjang malam, siap menerkam mangsa yang mereka harapkan dapat ditangkap oleh Yudas dan komplotannya.
- Lihatlah:
- . Siapa saja mereka yang berkumpul itu. Ahli-ahli Taurat, yaitu para guru yang terkemuka, dan tua-tua, yaitu para pemimpin terkemuka dalam gereja Yahudi. Mereka adalah musuh besar Kristus, guru dan pemimpin kita yang agung. Mereka iri terhadap Kristus karena menganggap-Nya telah memudarkan pengaruh mereka. Mungkin beberapa dari mereka tidak sebegitu dengki terhadap Kristus, tetapi demi menjaga persatuan dalam kelompok itu, mereka pun ikut berbuat jahat. Dengan demikian digenapilah firman (Mzm. 22:17), gerombolan penjahat mengepung aku. Yeremia juga berkeluh kesah tentang segerombolan penjahat. Demikian pula Daud mengenai musuhnya yang berkerumun melawan dia (Mzm. 35:15).
- . Di mana mereka berkumpul, yaitu di istana Imam Besar Kayafas. Di sana jugalah mereka berkumpul dua hari sebelumnya, untuk merundingkan suatu rencana (ay. 3), dan kini mereka berada di tempat yang sama untuk melaksanakan rencana tersebut. Imam Besar seharusnya merupakan Ab-beth-din -- Bapa di tempat penghakiman, tetapi kini ia malah menjadi pelindung kejahatan. Kediamannya seharusnya merupakan perlindungan bagi orang-orang tidak berdosa yang tertindas, tetapi sekarang tempat itu telah menjadi singgasana kelaliman. Maka tidaklah mengherankan jika rumah doa Allah pun dijadikan sarang penyamun.
- II. Bagaimana sang tawanan digiring ke pengadilan. Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya pergi. Mereka pasti menyeret Dia dengan kasar, dan menggiring-Nya bak sebuah piala kemenangan mereka, seperti seekor binatang yang akan dikorbankan di hadapan mezbah. Dia dibawa ke Yerusalem melalui sebuah gerbang yang disebut gerbang domba, yang merupakan jalan masuk ke kota dari Bukit Zaitun. Dinamakan demikian karena domba-domba yang akan dikorbankan digiring ke Bait Allah melalui gerbang itu. Rasanya sesuai sekali jika Kristus pun dibawa ke sana, sebab Ia adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia ini. Pertama-tama Kristus dibawa ke hadapan Imam Besar, karena sesuai dengan hukum, semua korban sembelihan pertama-tama harus dibawa ke hadapan imam dan diserahkan ke dalam tangannya (Im. 17:5).
- III. Sikap Petrus yang pengecut dan lemah hati (ay. 58). Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh. Inilah awal dari kisah penyangkalannya terhadap Kristus. Saat Kristus ditangkap, dia meninggalkan-Nya begitu saja, sama seperti yang dilakukan oleh murid-murid lainnya. Tindakannya sekarang amatlah sesuai dengan tindakan yang ia lakukan sebelumnya. Mengikuti Dia dengan cara demikian tidaklah lebih baik daripada meninggalkan-Nya, sebab:
- . Petrus mengikuti Dia, namun hanya dari jauh saja. Dalam hatinya ada percikan-percikan kasih dan kepedulian terhadap Sang Guru, dan karena itulah ia mengikuti Dia. Akan tetapi, rasa takut dan kekhawatiran akan keselamatan dirinya jauh lebih besar sehingga dia hanya berani mengikuti dari jauh saja. Perhatikan, tidak baik jika seseorang yang mengikuti Kristus tidak bersedia dikenali sebagai murid-Nya. Saat Petrus mengikuti Kristus dari jauh, sebenarnya ia sudah memulai penyangkalannya, karena hal itu sama dengan sedikit demi sedikit menjauhi Kristus. Bahaya mulai mengancam saat seseorang mulai mundur, bahkan bila ia mulai menoleh ke belakang.
- . Petrus mengikuti-Nya, namun kemudian ia masuk ke dalam, dan duduk di antara pengawal-pengawal. Seharusnya ia masuk ke balai sidang untuk menemani dan membela Gurunya, tetapi ia malah masuk ke tempat yang memiliki perapian hangat dan duduk di antara pengawal-pengawal, bukan untuk menyuruh mereka menghentikan celaan-celaan mereka terhadap Kristus, melainkan untuk menyamarkan dirinya sendiri. Dengan jalan ini Petrus telah mencoba-coba untuk menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam pencobaan seperti itu. Orang yang berbuat seperti itu menempatkan dirinya di luar perlindungan Allah. Kristus telah memberitahunya bahwa ia tidak dapat mengikuti-Nya sekarang, dan telah benar-benar memperingatkannya mengenai kengerian yang akan terjadi pada malam itu, namun Petrus malah memberanikan diri berbaur dengan segerombolan orang jahat itu. Daud benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat, dan dengan orang fasik dia tidak duduk, dan hal itu membantunya menjaga kesalehannya.
- . Petrus mengikuti-Nya hanya untuk melihat kesudahan perkara itu. Dia lebih tergerak oleh rasa ingin tahunya, dan bukan hati nuraninya. Dia hadir sebagai seorang penonton saja, dan bukan sebagai seorang murid yang peduli terhadap-Nya. Seharusnya ia masuk ke dalam untuk melayani Kristus, atau mendapatkan hikmat dan anugerah bagi dirinya sendiri dengan memperhatikan sikap Kristus di tengah-tengah penderitaan-Nya. Tetapi dia ada di sana untuk sekadar melihat-lihat saja. Bisa saja Petrus ada di sana dengan harapan bahwa Kristus akan meloloskan diri secara ajaib dari tangan-tangan yang kini mencengkeram-Nya. Kristus telah sering membungkam mereka yang datang untuk menangkap-Nya, dan mungkin saja sekarang Dia akan membinasakan mereka yang duduk menghakimi-Nya, dan Petrus ingin sekali melihat hal itu. Jika benar demikian yang dipikirkannya, bodoh sekali bila ia mengira kesudahan perkara itu akan berbeda dengan apa yang telah Kristus beri tahukan, yaitu bahwa Ia akan dihukum mati. Perhatikan, baiklah kita bersiap-siap menghadapi kesudahan perkara, apa pun juga yang akan terjadi, daripada menyelidiki dengan penasaran apa yang akan terjadi pada akhirnya. Segala peristiwa diatur oleh Allah, namun kita harus selalu bersiap untuk menghadapinya.
- IV. Persidangan terhadap Tuhan kita Yesus di pengadilan.
- . Mahkamah Agama mencari-cari saksi palsu untuk melawan Dia. Meskipun mereka telah bertekad untuk mendakwa-Nya, tidak peduli benar atau salah, mereka tetap ingin melakukannya dengan cara sehalus mungkin, yaitu dengan mencari bukti yang dapat menyudutkan-Nya. Kejahatan yang dituduhkan mereka kepada Kristus di pengadilan saat itu adalah ajaran palsu dan penghujatan. Itulah yang ingin mereka buktikan untuk mendakwa Dia.
- Dan, perhatikanlah:
- (1) Bagaimana mereka mencari-cari bukti. Mereka mencari kesaksian palsu terhadap Yesus. Mereka telah menangkap-Nya, mengikat-Nya, melecehkan-Nya, dan setelah segala perlakuan kejam tersebut, mereka masih harus mencari sesuatu yang bisa dipakai untuk menghukum-Nya, tetapi tidak dapat menemukannya. Mereka berusaha mencari beberapa orang yang mungkin dapat mengatakan sesuatu melawan Dia berdasarkan pengetahuan mereka sendiri, lalu kemudian mulai melontarkan fitnah satu per satu, yang jika benar adanya, bisa merenggut nyawa-Nya. Seperti itulah orang yang tidak berguna menggali lobang kejahatan (Ams. 16:27). Dengan demikian mereka mengikuti jejak para pendahulu mereka yang mengadakan persepakatan terhadap Yeremia (Yer. 18:18; 20:10). Mereka menyiarkan kabar bahwa mereka akan menerima perkataan setiap orang yang dapat menyatakan sesuatu untuk menentang sang terdakwa, sehingga tampillah banyak saksi dusta (ay. 60), sebab kalau pemerintah memperhatikan kebohongan, semua pegawainya menjadi fasik dan mereka akan membawa banyak kebohongan ke hadapannya (Ams. 29:12). Inilah yang disebut dengan suatu kejahatan yang kulihat di bawah matahari (Pkh. 10:5). Jika Nabot harus disingkirkan, selalu ada orang-orang dursila naik saksi terhadap dia.
- (2) Keberhasilan Mahkamah Agama dalam usaha pencarian kesaksian itu. Beberapa kali mereka mencoba, namun selalu gagal. Mereka mencari-cari kesaksian palsu dari antara mereka sendiri, kemudian orang-orang lain datang membantu, tetapi mereka tetap tidak berhasil. Mereka tidak berhasil berbuat apa-apa karena tidak bisa menyeragamkan segala bukti-bukti yang telah diajukan atau membeberkan sedikit kebenaran dan menunjukkan keterkaitan antara kesaksian yang satu dan yang lainnya karena mereka bukanlah hakim yang sebenarnya. Jelas sekali bahwa semua yang mereka katakan itu adalah dusta sehingga mengakibatkan perbantahan di antara mereka sendiri. Saat mereka melimpahkan hinaan kepada Kristus, hal itu justru menambah kemuliaan-Nya.
- Akhirnya mereka menemukan dua orang saksi yang kelihatannya saling bersetujuan dalam bukti yang mereka paparkan di pengadilan. Oleh karena itulah, perkataan mereka amat diindahkan karena diharapkan dapat membantu mereka menyelesaikan perkara. Perkataan yang mereka pakai untuk bersumpah menentang Kristus adalah bahwa Dia berkata, "Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari" (ay. 61). Atas perkataan inilah mereka mendasari tuduhan atas-Nya:
- [1] Sebagai seorang yang membenci Bait Allah dan berusaha meruntuhkannya. Mereka tidak dapat tahan mendengar hal ini, karena mereka sangat mengagung-agungkan Bait Tuhan (Yer. 7:4). Tetapi sebenarnya, setelah meninggalkan berhala-berhala sebelumnya, mereka justru menjadikan bangunan itu sebagai berhala mereka yang baru. Stefanus juga didakwa karena terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini (Kis. 6:13-14).
- [2] Sebagai seseorang yang terlibat dalam ilmu sihir atau ilmu-ilmu semacamnya yang bertentangan dengan hukum Taurat, yang akan diterapkan-Nya untuk mendirikan sebuah bangunan hanya dalam kurun waktu tiga hari. Dari dulu mereka memang sudah mencurigai bahwa Dia adalah sekutu Beelzebul.
- Mengenai tuduhan tersebut:
- Pertama, mereka salah mengutip perkataan-Nya yang sebenarnya. Dia berkata, "Rombak Bait Allah ini" (Yoh. 2:19), yang dengan jelas menunjukkan bahwa Dia berbicara mengenai Bait yang hendak dirubuhkan oleh musuh-musuh-Nya. Para saksi dusta itu datang dan bersumpah bahwa Dia berkata, "Aku dapat merubuhkan Bait Allah ini," seakan-akan Dia sendirilah yang berencana untuk melakukan itu. Dia berkata, "Dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali" -- egerō auton, kata yang biasa dipakai untuk Bait Allah yang hidup. Aku akan membangkitkan Bait Allah itu. Tetapi mereka datang dan bersumpah bahwa Dia berkata, Aku dapat oikodomēsai -- membangunnya kembali, dengan kata yang biasanya dipakai untuk sebuah bangunan.
- Kedua, kata-kata-Nya itu salah dimengerti. Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri (Yoh. 2:21), dan barangkali sewaktu Dia mengatakan Bait ini, Ia menunjuk atau meletakkan tangan di tubuh-Nya sendiri. Tetapi mereka bersumpah bahwa Dia menyebut Bait Allah, yang berarti tempat kudus ini. Perhatikan, memang selalu ada orang-orang yang memutarbalikkan perkataan Kristus menjadi kebinasaan mereka sendiri (2Ptr. 3:16).
- Ketiga, sekalipun mereka membuatnya terdengar sangat buruk, sebenarnya hal itu bukanlah suatu kejahatan besar, bahkan menurut hukum mereka sekalipun. Jika memang begitu, pastilah sudah dari dulu Ia dianiaya oleh karenanya, sewaktu Dia mengatakan hal yang sama di depan khalayak ramai beberapa waktu yang lalu. Tidak, kata-kata-Nya itu justru bersifat membangun, dan menunjukkan niat baik-Nya terhadap Bait Allah, yaitu, jika tempat itu dirubuhkan, Dia akan berusaha sekuat tenaga untuk membangunnya kembali. Tetapi, mereka memanfaatkan apa pun yang terdengar seperti sebuah kejahatan untuk menyamarkan dakwaan jahat mereka. Dengan demikian digenapilah firman yang mengatakan, telah bangkit menyerang aku saksi-saksi dusta (Mzm. 27:12; 35:11). Aku ini mau menebus mereka, tetapi mereka berdusta terhadap Aku (Hos. 7:13). Kita memang layak menjadi terdakwa, karena hukum itu sendiri yang mendakwa kita (Ul. 27:26; Yoh. 5:45). Iblis dan hati nurani kitalah yang menuduh kita (1Yoh. 3:20). Segala mahluk berseru melawan kita. Nah, untuk melepaskan kita dari segala dakwaan yang memang layak kita terima, Tuhan kita Yesus menyerahkan diri-Nya sendiri ke dalam dakwaan ini, untuk dituduh secara tidak adil dan tidak benar, supaya lewat penderitaan-Nya kita dimampukan untuk mengatasi segala tantangan. Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? (Rm. 8:33-34). Dia didakwa supaya kita tidak lagi dihukum. Maka, kapan saja kita harus menghadapi orang-orang jahat yang bukan saja berbohong untuk melawan kita, tetapi bahkan bersumpah palsu, ingatlah bahwa kita tidak boleh berharap untuk diperlakukan lebih baik daripada Guru kita sendiri.
- (3) Kristus tetap diam menghadapi segala tuduhan, dan hal ini mengherankan semua orang di dalam sidang (ay. 62). Imam Kepala, yang berperan sebagai hakim dalam sidang itu, dengan gusar bangkit berdiri seraya berkata, "Tidakkah Engkau memberi jawab? Ayolah Engkau si terdakwa, bukankah Engkau telah mendengar apa yang mereka katakan untuk bersumpah melawan-Mu, kini apa yang dapat Kau katakan untuk diri-Mu sendiri? Mana pembelaan-Mu? Apa jawaban-Mu atas segala tuduhan tersebut?" Tetapi Yesus tetap diam (ay. 63), bukan berarti Dia merasa tertekan, atau mengutuk diri-Nya sendiri, ataupun terpaku dalam kebingungan. Bukan juga karena Dia tidak bisa mengatakan apa yang ingin Dia ungkapkan, melainkan supaya firman Allah digenapi (Yes. 53:7). Seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya atau di depan sang penjagal, ia tidak membuka mulutnya, dan supaya Dia menjadi Sang Anak Daud yang seperti orang tuli, dan tidak mendengar (Mzm. 38:13-15), saat musuh-musuh-Nya mengatakan hal-hal yang jahat untuk melawan Dia. Dia diam saja, karena saat-Nya telah tiba. Dia rela menanggung hukuman sehingga tidak berusaha menyangkal segala tuduhan. Jika tidak begitu, pastilah Dia sudah membungkamkan dan mempermalukan mereka, seperti yang sudah sering Dia lakukan sebelumnya. Saat Allah sedang melakukan penghakiman atas diri kita, kita hanya bisa diam saja (22:12), satu dari seribu kali tidak dapat membantah-Nya (Ayb. 9:3). Karena itulah, saat dijadikan dosa bagi kita, Dia pun diam dan membiarkan darah pemercikan-Nya berbicara lebih kuat (Ibr. 12:24). Dia diam membisu di hadapan sidang para pendakwa-Nya, supaya kita dapat berbicara di hadapan sidang penghakiman Allah. Aliâ aggrediendum est viâ -- Berusaha mencari jalan keluar lain tidak bisa diterapkan dalam perkara ini.
- . Mereka menyidik Tuhan kita Yesus dengan menggunakan perkataan-Nya sendiri sebagai sumpah bagi diri-Nya sendiri. Lalu, karena mereka tidak menemukan sesuatu untuk mendakwa-Nya, mereka mencoba memancing Dia supaya mengatakan sesuatu yang bisa dipakai untuk mendakwa-Nya, sekalipun dengan begitu mereka telah melanggar hukum keadilan.
- (1) Inilah pertanyaan yang diajukan Imam Besar terhadap-Nya.
- Perhatikan:
- [1] Pertanyaannya itu sendiri, "Apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau bukan?" Maksudnya, "Apakah Engkau memang mengaku-ngaku demikian?" Karena sudah pasti mereka tidak akan sedikit pun bermaksud untuk mencari tahu apakah Dia itu benar-benar Mesias atau bukan. Sekalipun Sang Mesias akan menjadi penghiburan bagi Israel dan telah banyak perkara besar yang dikatakan mengenai Dia dalam Perjanjian Lama, anehnya, mereka begitu dibutakan oleh kedengkian terhadap apa pun yang dapat mengancam kekuasaan dan kebesaran mereka yang sudah melampaui batas itu sampai tidak sudi lagi untuk menyelidiki perkara apakah Yesus itu benar-benar Mesias atau bukan. Mereka tidak akan pernah mau menutup perkara itu seandainya Ia memang berkata benar, karena yang mereka inginkan hanyalah supaya Dia mengaku demikian, supaya mereka bisa mendakwa-Nya sebagai seorang penipu. Apa saja akan dilakukan manusia demi kesombongan dan kedengkian mereka.
- [2] Permohonan yang terdengar begitu saleh, Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami. Imam Besar berkata demikian bukan karena ia peduli akan Allah yang hidup, tetapi semata-mata menyebut nama-Nya dengan sembarangan. Ia bermaksud menyudutkan Yesus, "Jika Engkau menghargai nama Allah yang Mulia, serta hormat akan kebesaran-Nya, katakanlah kepada kami." Jikalau Kristus menolak menjawab saat Dia diminta dengan sangat demi Allah yang hidup, mereka akan mendakwa-Nya dengan alasan menghina nama Allah yang Mulia. Demikianlah, para penganiaya orang-orang benar memang sering kali memanfaatkan hati nurani korban mereka, seperti yang dilakukan musuh Daniel, yang memakai kesetiaannya terhadap Allah untuk melawan dia.
- (2) Jawaban Kristus terhadap pertanyaan ini (ay. 64), yang mana:
- [1] Dia mengakui diri-Nya sebagai Mesias, Anak Allah. Engkau telah mengatakannya, yang artinya, "Benar apa yang telah kau katakan tadi," karena dalam Injil Markus disebutkan, "Akulah Dia." Sampai saat itu, Dia jarang sekali mengaku secara terang-terangan bahwa Dia adalah Mesias Anak Allah, karena ajaran-Nya sudah dapat menyiratkan kebenaran tersebut, dan mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya telah membuktikan hal itu. Tetapi kini, Dia tidak mengelak untuk mengakuinya, karena:
- Pertama, menyaksikan kebenaran itu ialah alasan mengapa Dia datang ke dunia ini.
- Kedua, tidak mengakuinya sama seperti menolak penderitaan-Nya, karena Ia tahu bahwa mengakuinya berarti memberi pihak lawan apa yang mereka inginkan untuk dapat menentang-Nya. Karena itulah Ia mengakui siapa diri-Nya sebenarnya, sebagai contoh dan dorongan bagi para murid-Nya, saat mereka terpanggil untuk melakukan hal yang sama, yaitu untuk mengakui-Nya di hadapan manusia, apa pun taruhannya. Demikian jugalah yang dilakukan para martir yang mengakui iman Kristen mereka dengan berani, meskipun mereka tahu mereka akan dibunuh karenanya, seperti para martir di Thebais. Menurut saya, tanggapan Kristus terhadap pertanyaan Kayafas, yang diajukan dengan menyia-nyiakan nama Allah yang hidup itu, serupa dengan tanggapan-Nya terhadap sumpah yang keluar dari mulut roh jahat (Mrk. 5:7).
- [2] Sebagai bukti pernyataan-Nya, Dia berbicara mengenai kedatangan-Nya yang kedua, di mana Dia ditinggikan dengan sepenuh-penuhnya. Mungkin saat Dia berkata, "Akulah Dia," mereka memandang-Nya dengan senyum sinis penuh penghinaan. "Yang benar saja," pikir mereka. "Masakan Ia adalah Mesias yang diharapkan datang dengan segala kebesaran dan kuasa itu?" Itulah yang dimaksudkan-Nya dengan kata akan tetapi. "Meskipun sekarang kamu melihat aku dalam keadaan rendah dan hina seperti ini, serta menganggap-Ku keterlaluan mengaku diri sebagai Mesias, akan tetapi akan tiba saatnya Aku datang dalam keadaan sebaliknya." Mulai sekarang, ap arti -- à modo -- sebentar lagi, memiliki arti bahwa kemuliaan-Nya akan dimulai dalam beberapa hari ke depan. Sebentar lagi Kerajaan-Nya akan dibangun, dan mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa untuk menghakimi dunia. Sesaat lagi Ia pasti akan datang kembali untuk menghakimi dan menghancurkan bangsa Yahudi. Perhatikan: kengerian di hari penghakiman itu akan membuat orang-orang yang paling keras kepala, yang sebelumnya tidak mau percaya, sadar akan kesalahan mereka, bukan untuk bertobat (karena pada saat itu pasti sudah terlambat), melainkan karena mereka mengalami kebingungan yang tidak akan ada habis-habisnya.
- Perhatikan:
- Pertama, siapa yang akan mereka lihat, yaitu Anak Manusia. Setelah mengaku sebagai Anak Allah, bahkan dalam keadaan yang teramat hina, Dia lalu menyatakan diri sebagai Anak Manusia, dalam keadaan-Nya yang mulia, karena Dia memiliki kedua sifat khas tersebut dalam diri-Nya. Inkarnasi Kristus menjadikan-Nya sebagai Anak Allah dan sekaligus juga Anak Manusia, karena Ia adalah Imanuel, Allah beserta kita.
- Kedua, dalam posisi apa mereka akan melihat Dia:
- . Duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa, sesuai dengan nubuat tentang Sang Mesias (Mzm. 110:1), Duduklah di sebelah kanan-Ku, yang menunjukkan kemuliaan dan kekuasaan yang diberikan kepada-Nya. Meskipun sekarang Ia berdiri sebagai seorang terdakwa, sebentar lagi mereka akan melihat-Nya di atas takhta.
- . Datang di atas awan-awan di langit. Hal ini mengacu kepada nubuat lain tentang Anak Manusia (Dan. 7:13-14) yang ditujukan pada Kristus (Luk. 1:33), saat Dia datang untuk menghancurkan Yerusalem. Begitu mengerikannya penghakiman itu, begitu nyatanya kemarahan Anak Domba sehingga hal itu bisa disebut sebagai suatu penampakan nyata Kristus. Tidak diragukan lagi, hal itu mengacu kepada hari penghakiman besar, saat Dia mengumpulkan orang-orang ini dan menampakkan diri-Nya pada mereka, lalu meminta pertanggungjawaban mereka atas apa yang sedang mereka lakukan sekarang. Dia sudah memberi tahu mengenai hari tersebut kepada murid-murid-Nya beberapa saat lalu, untuk menghibur mereka, dan menyuruh mereka untuk mengangkat muka mereka menyambut sukacita yang akan mereka alami ini (Luk. 21:27-28). Sekarang Ia mengatakan semua itu kepada para musuh-Nya, supaya mereka merasa gentar, sebab tidak ada yang penghiburan yang lebih besar bagi orang-orang benar, dan tidak ada ancaman yang lebih mengerikan bagi orang-orang jahat, selain dari penghakiman Kristus di akhir zaman.
- V. Pernyataan yang mereka pakai untuk mempersalahkan Dia di persidangan itu. Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya, sesuai dengan kebiasaan orang Yahudi saat mereka mendengar atau melihat sesuatu yang dianggap menghina Allah, seperti yang dinyatakan dalam Yesaya 36:22; 37:1; Kisah Para Rasul 14:14. Dengan demikian, Kayafas terlihat seolah-olah memiliki hati yang amat terpaut pada kemuliaan Allah (Lihatlah bagaimana giatnya ia bagi Allah semesta alam!). Akan tetapi, sementara ia berpura-pura membenci penghujatan, ia sendiri justru sedang melakukan penghujatan besar. Dia lupa ada hukum yang melarang Imam Besar mengoyakkan pakaiannya dalam keadaan apa pun, kecuali kalau kita anggap perkara ini sebagai suatu pengecualian.
- Perhatikan:
- . Kejahatan apa yang mereka tuduhkan ke atas-Nya, yaitu penghujatan terhadap Allah. Ia telah menghujat Allah, artinya, Ia telah menghina Allah yang hidup. Ini pengertian yang kita miliki mengenai apa itu penghujatan. Karena dengan dosa kita telah menghina Tuhan, maka Kristus, ketika dijadikan dosa bagi kita, didakwa sebagai seorang penghujat karena kebenaran yang disampaikan-Nya kepada mereka.
- . Bukti yang mereka pakai untuk mendakwa Dia. Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. Untuk apa kita susah-susah mencari saksi lagi? Dia telah mengakui bahwa Dialah Anak Allah. Dan mereka pun menganggap hal itu sebagai suatu hujatan, serta menghukum-Nya karena pengakuan tersebut. Imam Besar merasa telah berhasil menjebak-Nya, "Nah, kurasa aku telah membuat-Nya mengakui hujat-Nya." Ya, kita telah berhasil. Karena itulah, Dia didakwa berdasarkan apa yang Ia katakan dalam penghakiman mereka, seperti seharusnya kita dihakimi di depan Allah. Tidak diperlukan saksi untuk melawan kita. Bukan ribuan saksi yang menentang kita, melainkan hati nurani kita sendiri.
- VI. Hukuman yang dijatuhkan kepada-Nya karena pengakuan-Nya itu (ay. 66).
- Di sini terdapat:
- . Pertanyaan Kayafas kepada sidang majelis, "Bagaimana pendapat kamu?" Lihatlah sikapnya yang sangat munafik dan berat sebelah itu. Setelah terlebih dahulu main hakim sendiri dan menyebut-Nya sebagai seorang penghujat, kini dia meminta penilaian saudara-saudaranya, seolah-olah dia bersedia menerima nasihat. Tetapi, serapi apa pun sebuah kejahatan disembunyikan dalam jubah keadilan, pasti bau busuknya akan tercium juga. Seandainya dia berniat menghakimi dengan adil, seharusnya dia terlebih dahulu melakukan pemungutan suara dari majelis, secara berurutan dimulai dari yang paling muda, sedangkan dia sendiri harus menjadi yang terakhir dalam mengemukakan pendapatnya. Namun dia tahu bahwa kekuasaan yang dia miliki di tempat itu bisa dia pakai untuk mempengaruhi yang lainnya. Oleh sebab itulah, dia kemudian mengumandangkan dakwaannya, karena merasa yakin bahwa mereka semua sepakat dengan dia. Dia menganggap kejahatan Kristus sebagai pro confesso -- kejahatan yang telah diakui sendiri oleh pelakunya, dan memandang persidangan yang dia pimpin di tempat itu sebagai pro confesso -- persidangan yang telah disepakati bersama.
- . Kesepakatan orang-orang dengan Imam Besar. Mereka berkata, "Ia harus dihukum mati." Mungkin tidak semuanya setuju dengan hal itu. Sekiranya Yusuf dari Arimatea ada di sana pada saat itu, dia pasti tidak akan menyetujuinya (Luk. 23:51), begitu pula Nikodemus, dan mungkin juga beberapa orang lainnya. Akan tetapi, kebanyakan dari mereka ingin Kristus mati. Atau mungkin juga, karena ini merupakan sebuah mahkamah luar biasa, atau lebih layak disebut sebuah komplotan, maka yang hadir hanyalah orang-orang yang mereka yakini akan setuju dengan keputusan itu, supaya pemungutan suara dapat menghasilkan sebuah keputusan yang dicapai nemine contradicente -- dengan suara bulat. Dakwaan terhadap Kristus berbunyi, "Ia harus dihukum mati. Menurut hukum, Dia pantas untuk mati." Sekalipun mereka tidak punya kuasa untuk menghukum mati seseorang, tetapi dengan dakwaan itu mereka dapat menjadikan seseorang sebagai buangan dari antara bangsanya sendiri (hukum kuno menggambarkan seorang buangan sebagai qui caput gerit lupinum -- seseorang yang membawa-bawa kepala serigala). Dengan demikian mereka dapat menempatkan orang tersebut menjadi sasaran kemarahan massa dalam sebuah huru-hara, seperti Stefanus, atau menyeretnya ke hadapan penguasa, seperti yang mereka perbuat terhadap Kristus. Begitulah Sang Penguasa kehidupan ini dijatuhi hukuman mati, supaya melalui Dia tidak ada lagi penghukuman bagi kita.
- VII. Celaan dan hinaan yang ditujukan kepada-Nya setelah Dia dinyatakan bersalah (ay. 67-68). Lalu, setelah Ia dinyatakan bersalah, mereka meludahi muka-Nya. Karena mereka tidak memiliki kuasa untuk menjatuhkan hukuman mati ke atas-Nya, dan tidak yakin kalau mereka akan berhasil membujuk sang penguasa untuk menghukum-Nya, mereka pun memperlakukan Ia sekejam mungkin selama Ia berada dalam cengkeraman tangan mereka. Para tahanan biasanya dilindungi oleh hukum yang akan mengadili mereka, dan mereka diperlakukan dengan baik oleh semua bangsa yang beradab. Cukuplah jika mereka hanya dihukum berdasarkan kejahatan mereka saja. Namun, saat mereka telah menjatuhkan hukuman atas Tuhan kita Yesus, mereka memperlakukan Dia dengan kekejaman yang tidak terkendali, seakan-akan Dia tidak saja hanya layak untuk mati, tetapi seolah-olah mati saja pun terlalu baik bagi Dia, sehingga Dia tidak layak diperlakukan dengan belas kasihan yang bahkan bisa diberikan kepada para tahanan yang terjahat sekalipun. Demikianlah Ia dijadikan kutuk bagi kita. Tetapi siapakah orang-orang biadab tersebut? Sepertinya mereka adalah orang-orang yang sama yang telah menjatuhkan hukuman ke atas-Nya. Mereka berkata: "Ia harus dihukum mati!" Lalu mereka meludahi muka-Nya. Para imam memulai lebih dulu, sehingga tidak heran jika bawahan mereka, yang akan melakukan apa saja untuk menjilat atasan mereka, ikut mengejek Kristus. Lihatlah bagaimana mereka melecehkan Dia.
- . Mereka meludahi muka-Nya. Dengan demikian digenapilah nubuat firman (Yes. 50:6), Dia tidak menyembunyikan muka-Nya ketika Dia dinodai dan diludahi. Ayub berkeluh kesah mengenai penghinaan terhadapnya yang serupa dengan apa yang dialami Kristus (Ayb. 30:10), mereka tidak menahan diri meludahi mukaku. Meludahi orang lain merupakan ungkapan kebencian dan hinaan yang terbesar, yang berarti menganggap seseorang lebih hina dari tanah yang mereka ludahi. Saat Miriam terkena penyakit kusta, hal itu dianggap aib bagi dia, sama aibnya seperti jika ayahnya meludahi mukanya (Bil. 12:14). Orang yang tidak mau membangun keturunan saudaranya juga diperlakukan aib seperti itu (Ul. 25:9). Begitulah, sekalipun aib seperti itu, Kristus, yang justru memperbaiki kebobrokan keluarga besar umat manusia, mau tunduk untuk menerima aib itu. Wajah yang bahkan terelok di antara anak-anak manusia, yang putih bersih dan merah cerah, yang dihormati oleh para malaikat, kini dilecehkan dengan kejinya oleh anak-anak manusia yang bebal. Kekejian ditimpakan pada wajah-Nya, supaya wajah kita tidak dipenuhi oleh rasa malu dan penghinaan yang kekal. Dewasa ini banyak orang juga menajiskan nama-Nya yang mulia, melecehkan firman-Nya, dan membenci sosok-Nya di dalam orang-orang yang telah Ia sucikan. Jadi, bagi orang-orang seperti ini, apakah mereka lebih baik daripada orang-orang yang meludahi wajah-Nya itu? Mereka juga pasti akan melakukan hal yang sama, jika saja mereka ada di sana pada saat itu.
- . Mereka meninju-Nya, orang-orang lain memukul Dia. Selain menanggung malu, Ia juga harus menahan sakit, karena kedua hal tersebut didatangkan oleh dosa. Kini, genaplah firman yang mengatakan (Yes. 50:6), Aku memberi pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku, dan (Rat. 3:30), biarlah ia memberikan pipi kepada yang menamparnya, biarlah ia kenyang dengan cercaan, tetapi tetap berdiam diri (Rat. 3:28), serta (Mi. 4:14), dengan tongkat mereka memukul pipi orang yang memerintah Israel. Disebutkan juga bahwa mereka memukul-Nya dengan tongkat, begitulah arti kata errapisan itu, dan tongkat itu tidak dielakkan-Nya.
- . Ketika pandangan mata-Nya terhalang, mereka lalu menantang-Nya untuk mengatakan siapa yang telah memukul-Nya. Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?
- (1) Layaknya bangsa Filistin terhadap Samson, mereka pun mengolok-olok Kristus. Amatlah menyedihkan bagi mereka yang sedang mengalami kesengsaraan, jika orang-orang beria-ria di atas kesengsaraan mereka itu, apalagi sampai mempermainkan mereka untuk berhura-hura. Kita melihat di sini sebuah contoh kebobrokan dan kemerosotan manusia yang menunjukkan bahwa mereka membutuhkan agama untuk mengembalikan kemanusiaan mereka.
- (2) Mereka mengolok-olok jabatan kenabian-Nya. Mereka telah mendengar Ia dipanggil sebagai nabi, dan bahwa Ia masyhur karena pengetahuan-Nya yang menakjubkan, tetapi mereka malah menjadikannya bahan tertawaan, dan pura-pura mencobai-Nya, seakan-akan kemahatahuan ilahi harus tunduk untuk melayani permainan anak-anak mereka. Mereka yang seenaknya mengolok-olok firman Allah dan menertawakan hal-hal yang kudus, seperti Belsyazar yang berpesta-pora memakai perkakas dari Bait Suci, pada hakikatnya sama dengan menghina Kristus secara terang-terangan.
SH: Mat 26:47-68 - Ganjaran yang mendatangkan selamat ditimpakan kepada Dia. (Senin, 9 April 2001)
Ganjaran yang mendatangkan selamat ditimpakan kepada Dia.
Imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi dan Imam
Besar menganggap Yesus musuh besar dan ...
Ganjaran yang mendatangkan selamat ditimpakan kepada Dia.
Imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi dan Imam
Besar menganggap Yesus musuh besar dan berbahaya,
sehingga perlu melibatkan Yudas untuk membuka jalan,
perlu senjata lengkap dan perlu serombongan besar
orang. Yesus sama sekali tidak mengadakan perlawanan
meski sebenarnya Ia memiliki kuasa. Bahkan Ia melarang
murid-murid-Nya untuk melawan dengan pedang. Ia
mengatakan kepada para penangkap itu bahwa apa yang
terjadi adalah untuk menggenapi nubuat kitab para nabi.
Oleh sebab itu Yesus rela digiring mereka ke Mahkamah
Agama.
Kemudian mereka menggelar sidang 'pengadilan' atas diri Yesus dengan mendatangkan orang-orang untuk memberikan kesaksian palsu agar Yesus dapat dijatuhi hukuman mati. Berbagai tuduhan ternyata tidak dapat menyatakan kesalahan Yesus. Sampai pada puncak pertanyaan yaitu tentang kemesiasan Tuhan Yesus. Suatu tantangan yang sulit. Kalau Yesus menjawab bahwa Ia Mesias, pasti Ia akan menerima hukuman. Bagi orang Yahudi kedatangan Mesias, Sang Penyelamat, bukan seperti yang dilakukan oleh Yesus. Kalau Ia menjawab 'bukan' Ia akan terlepas dari ancaman hukuman mati, tetapi berarti Ia menyangkali keberadaan diri-Nya yang sebenarnya. Dengan jelas Yesus menyatakan 'ya' bahkan Ia bukan saja sebagai Manusia Yesus tetapi Ia adalah Anak Manusia. Yesus membukakan siapa diri-Nya yang saat ini menjadi pesakitan di hadapan pengadilan Mahkamah Agama. Ia adalah 'Anak Manusia' yang mempunyai kedudukan tinggi yakni di sebelah kanan Yang Maha Kuasa. Sebutan Anak Manusia bagi orang Yahudi adalah sebutan yang menunjuk pada seseorang yang dianugerahi kuasa dan kemuliaan kekal, Dialah Sang Penyelamat, Mesias. (Dan.7:13-14). Pernyataan ini menunjukkan keilahian dan kemesiasan Yesus. Tetapi Mesias datang bukan sebagai 'raja dunia', sebab Ia Raja atas segala raja. Ia datang ke dunia untuk menyatakan diri Allah, kehendak Allah, dan rencana Allah dalam tubuh Manusia Yesus yang tanpa dosa namun diganjar sedemikian hina demi pengampunan dosa.
Renungkan: Jalan derita ditempuh Yesus agar Anda dan saya lepas dari penderitaan kekal. Biarlah Yesus yang saat ini duduk di sebelah kanan yang Maha Kuasa menerima puji dan sembah kita

SH: Mat 26:47-68 - Pedang dan pentung melawan Yesus. (Senin, 6 April 1998) Pedang dan pentung melawan Yesus. Kekuatan Yesus adalah kekuatan ketaatan bulat kepada kehendak Allah. Kekuatan-Nya adalah kekuatan moral spiritual. P...
Pedang dan pentung melawan Yesus.
Kekuatan Yesus adalah kekuatan ketaatan bulat kepada kehendak Allah. Kekuatan-Nya adalah kekuatan moral spiritual. Pedang dan pentung sama sekali tak berguna untuk melawan Yesus. Kekuatan spiritual Yesus tidak bisa dihancurkan dengan pentung dan pedang. Kekuatan spiritual tidak bisa dihancurkan dengan api atau massa yang mengamuk. Sejarah terus membuktikan bahwa kekuatan spiritual di dalam Tuhan akan bertahan dan menang sebab tak ada kuasa maut yang dapat mengalahkan kuasa Kerajaan Allah.
Sarungkanlah pedangmu. Seperti halnya kekeliruan para musuh Yesus, demikian juga yang dibuat seorang murid-Nya. Amukan massa, teriakan angkara, tindak beringas, adalah pancaran permusuhan rohani terhadap Tuhan. Semua itu tak perlu dan tak tepat dihadapi dengan cara yang sama. Kekerasan tak pernah efektif menyelesaikan masalah. Alat harus harmonis dengan sifat masalah dan tujuan yang ingin dicapai, kalau tidak alat akan menghancurkan tujuan. Andai saja para murid itu berjaga dalam doa, pasti mereka tabah dan mampu bereaksi dengan benar.
Renungkan: Ujian kerohanian ialah saat semua andalan direnggut; sehingga kita sepenuhnya mengandalkan kekuatan rohani dari Allah.

SH: Mat 26:57-68 - Ketika kebenaran diadili (Senin, 21 Maret 2005) Ketika kebenaran diadili
Siapa pun yang mengikuti kisah hidup dan pelayanan Yesus akan
terusik dan bertanya mengapa sampai Ia sedemikian dibenci ...
Ketika kebenaran diadili
Siapa pun yang mengikuti kisah hidup dan pelayanan Yesus akan
terusik dan bertanya mengapa sampai Ia sedemikian dibenci dan
akhirnya dijatuhi hukuman mati oleh bangsa-Nya sendiri. Ketika
Yesus diadili oleh para pemuka agama yang terhormat itu, mereka
tidak dapat menemukan satu pun kesalahan (ayat 59). Sekalipun
kesaksian-kesaksian palsu diajukan tetap saja kebenaran Yesus
yang justru semakin menonjol (ayat 60). Satu-satunya tuduhan
yang dapat mereka lontarkan akhirnya adalah ucapan Yesus tentang
diri dan karya-Nya yang diputarbalikkan kebenarannya (ayat
61-64). Jadi, Yesus dihakimi bukan karena Ia bersalah, tetapi
karena memang mereka tidak menginginkan-Nya. Penyebabnya antara
lain karena ketidakcocokan konsep mesianis, kehadiran Yesus yang
menyebabkan popularitas mereka menurun, dan pengaruh Yesus yang
dapat mengganggu keamanan.
Sekilas kita melihat seolah-olah Yesus sedang dipermainkan. Para pemuka yang berkuasa itu seenaknya menginjak-injak kebenaran dan menghina Sang Mesias. Akan tetapi, yang sebenarnya terjadi tidak demikian. Mereka frustasi menghadapi Yesus karena cara apa pun yang mereka pakai hanya semakin membuat nyata siapa yang sesungguhnya benar, dan siapa yang sesungguhnya salah. Hal itu membuat mereka mengunakan cara-cara penyiksaan yang kejam dan merendahkan martabat, bahkan bersifat menghujat (ayat 67-68).
Orang Kristen masa kini menganggap Yesus menderita untuk menebus dosa umat-Nya. Pandangan ini benar tapi tidak lengkap. Yesus menderita dalam rangka menelanjangi dan mengalahkan kejahatan (ayat 1Yoh. 3:8b). Ketika kebenaran diadili, kebenaran seolah-olah dilecehkan. Sebenarnya pada saat itu kebenaranlah yang sedang mengadili kejahatan. Orang Kristen pun mendapat karunia untuk menderita karena kebenaran. Percayalah, saat itu kejahatan sedang dibongkar.
Doaku: Tuhan, berikan kami kepekaan bahwa kebenaran-Mu tidak akan dapat dikalahkan oleh tipu daya manusia.
TFTWMS -> Mat 26:57-68
TFTWMS: Mat 26:57-68 - Pengadilan Yahudi PENGADILAN YAHUDI (Matius 26:57-68)
57 Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli...
PENGADILAN YAHUDI (Matius 26:57-68)
57 Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua. 58 Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar, dan setelah masuk ke dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara itu. 59 Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati, 60 tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang, 61 yang mengatakan: "Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari." 62 Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" 63 Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak." 64 Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit." 65 Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. 66 Bagaimana pendapat kamu?" Mereka menjawab dan berkata: "Ia harus dihukum mati!" 67 Lalu mereka meludahi muka-Nya dan meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia, 68 dan berkata: "Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?"
Ayat 57. Menurut Yohanes 18:12-24, Yesus pertama kali dibawa kepada Hanas, mantan imam besar.1Hal ini dilakukan untuk menghormati pengaruhnya atas umat itu. Banyak orang Yahudi masih menganggap dia imam besar, meski ia telah disingkirkan oleh gubernur Romawi Valerius Gratus pada 15 M. (lihat komentar tentang 26:3). Hanas menginterogasi Yesus tentang murid-murid dan ajaran-Nya, dan kemudian mengirim Dia kepada anak menantunya, Kayafas.2
Matius tidak memasukkan rincian ini, namun melaporkan bahwa mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua. Mengetahui bahwa penangkapan itu sudah dekat, beberapa anggota Sanhedrin berkumpul di rumah Kayafas. Tidak diragukan lagi Kayafas memeriksa Yesus dan merumuskan dalam pikirannya apa yang ia akan sampaikan kepada Sanhedrin ketika hal itu sepenuhnya disidangkan. Setelah mewawancarai Yesus, ia mengirim Yesus untuk menghadap Sanhedrin.
Menurut Mishnah, ketika menghakimi orang yang dianggap sebagai nabi palsu, seluruh anggota dewan harus hadir.3Namun begitu, dalam kasus ini aturan itu tidak diikuti. Yusuf dari Arimatea adalah anggota dewan itu (Mrk. 15:43; Luk. 23:50). Mungkin, Nikodemus juga (Yoh. 3:1; 7:50, 51; 19:38, 39). Tak satu pun dari orang-orang ini terlihat pada malam itu (lihat Luk. 23:51, 52).
Yesus dihadapkan kepada seluruh anggota dewan itu keesokan harinya untuk pemungutan suara terakhir bagi penghukuman (27:1; Mrk. 15:1; Luk. 22:66). Dewan itu terdiri dari tujuh puluh satu anggota: tujuh puluh anggota biasa dan imam besar, yang mengepalai pengadilan tertinggi. Jumlah ini didasarkan pada pemberitahuan Allah kepada Musa untuk menunjuk tujuh puluh hakim untuk membantu dia (Bil. 11:16).4
Mereka duduk membentuk setengah lingkaran sehingga setiap anggota bisa saling melihat satu sama lainnya. Dua juru tulis akan menghadap kelompok itu; yang seorang akan mencatat argumentasi yang mendukung pembebasan tersangka, dan yang satunya lagi akan mencatat argumentasi untuk menyalahkan tersangka. Setiap anggota menyampaikan vonis secara perorangan.5
Orang-orang Yahudi, yang biasanya teliti dalam mengikuti hukum-hukum mereka, mengabaikan sepenuhnya hukum-hukum itu untuk menghukum Yesus. (1) Mereka mengabaikan berbagai prosedur dengan menangkap Yesus pada malam hari dan dibawa kepada imam besar sebelum fajar.6(2) Prosedur yang sah seharusnya dilakukan di Aula Batu Berpahat dalam lingkup bait suci7—tentu saja tidak di rumah Imam Besar. (3) Kasus yang menyangkut hukuman mati tidak bisa diadili pada malam hari Sabat atau hari perayaan.8(4) Mereka abai untuk menanyai para saksi secara terpisah untuk memastikan kesaksian mereka sejalan.9(5) Biasanya, jika hukuman mati diputuskan, satu malam harus berlalu sepenuhnya sebelum keputusan itu bisa secara resmi diumumkan.10
Ayat 58. Petrus mengikuti [Yesus] dari jauh, tapi ia menunggu di halaman11 Imam Besar. Betapa bingung ia pastinya oleh pelbagai peristiwa yang terjadi di Getsemani! Karena 26:56 mengatakan bahwa "semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri," maka kita berasumsi bahwa Petrus lari juga. Namun demikian, ia kembali lagi untuk mengikuti gerombolan itu pada jarak yang aman, berusaha untuk tetap tidak dikenal.
Selagi di halaman itu, Petrus duduk di antara pengawal-pengawal dan menghangatkan dirinya dengan api (Yoh. 18:18), menunggu untuk melihat kesudahan pengadilan Yesus. Alih-alih "pengawal-pengawal," pelbagai versi lain menulis "penjaga-penjaga" (NIV; NRSV) atau "pembantu-pembantu" (NEB; NJB). Kata Yunani uJphre÷thß (hupēretēs) secara umum mengacu kepada orang yang membantu orang lain, karena tunduk kepada kekuasaannya.
Murid lain yang mengikuti prosesi itu, yang diyakini sebagai Yohanes, sudah masuk ke halaman pertama. Ia berbicara kepada penjaga pintu, yang kemudian membolehkan Petrus masuk (Yoh. 18:15, 16). Karena Petrus dan Yohanes adalah saksi mata dari pelbagai peristiwa ini, mereka mungkin berbagi informasi ini dengan Matius dan murid-murid lainnya.
Ayat 59. Karena Yesus tidak bersalah atas kejahatan apa saja, imam-imam kepala dan anggota-anggota lain Sanhedrin harus mencari orang jujur untuk memberikan kesaksian palsu terhadap Yesus. Karena mereka tidak berhak melaksanakan hukuman mati (lihat komentar tentang 1:19; 10:18; 12:14),12maka mereka harus mencari dakwaan yang akan meyakinkan gubernur Romawi bahwa Yesus layak dihukum mati. Ungkapan seluruh Mahkamah Agama tidak harus dipahami terlalu harfiah di sini. Matius mungkin sedang mengatakan bahwa, dari semua anggota yang berkumpul malam itu, setiap orang dari mereka menentang Yesus.13
Ayat 60, 61. Pada awalnya, tampil banyak saksi dusta untuk bersaksi, tetapi kesaksian mereka saling berlawanan (Mrk. 14:55, 56). Menurut hukum Taurat, orang tidak boleh dihukum mati tanpa kesaksian yang konsisten dari dua atau tiga orang saksi (Bil. 35:30; Ula. 17:6; 19:15). Setelah beberapa waktu, ada dua saksi yang keduanya mengutip Yesus sebagai berkata, "Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari." (lihat 27:40). Namun demikian, cerita karangan mereka itu bahkan tidak konsisten (Mrk. 14:59).
Berbicara melawan bait suci dianggap suatu pelanggaran ekstrim oleh orang Yahudi (Kisah 6:12-14). Meski Yesus telah secara pribadi meramalkan keruntuhan bait suci itu (24:1, 2), namun Ia tidak pernah berbicara tentang membangun kembali dalam tiga hari. Ia memang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi akan menghancurkan "bait suci ini," dan bahwa Ia akan membangunnya dalam tiga hari (Yoh. 2:19). Namun, bait suci yang Ia acukan adalah tubuh-Nya sendiri; waktu itu Ia sedang menyinggung kematian dan kebangkitan-Nya (Yoh. 2:21, 22).
Ayat 62, 63. Ketika Imam Besar itu berdiri dan memberitahu Yesus untuk memberi jawab sebagai pembelaan-Nya, Yesus pada awalnya tetap diam. Ini adalah sebagai penggenapan Yesaya 53:7:
Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas, Dan tidak membuka mulutnya;
Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian, Seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, Ia tidak membuka mulutnya.
Bahasa yang sama juga ditemukan dalam Mazmur 38:12-14.
Keheningan Yesus itu jelas berdampak besar pada Sanhedrin. Biasanya, terdakwa akan berusaha menanggapi setiap tuduhan dan mengaku tidak bersalah, namun Yesus tidak berkata apa-apa.14Ia berkomitmen untuk menuju kayu salib, sehingga Ia tidak perlu membela diri-Nya.
Untuk menanggapi kebisuan Yesus, "Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak." Menurut hukum Taurat, hakim berhak memaksa saksi untuk berbicara (Ima. 5:1).15Kata Yunani yang diterjemahkan "demi Allah" (ejxorki÷zw, exorkizō) berarti "menyebabkan seseorang bersumpah" atau "bicara di bawah sumpah." Alkitab NRSV menulis "Aku menempatkan engkau di bawah sumpah di hadapan Allah yang hidup."
Kayafas sedang mencoba menetapkan alasan hukuman mati terhadap Yesus. Jika Ia mengaku sebagai "Kristus," Raja orang Yahudi, ini akan ditafsirkan sebagai pengkhianatan terhadap pemerintah Romawi (lihat Kisah 17:7). Jika Ia mengaku sebagai "Anak Allah," ini akan dipandang sebagai penghujatan oleh orang Yahudi.
Dalam Perjanjian Lama, raja Israel dipandang sebagai "anak Allah" yang diadopsi (Maz. 2:12). Pada hari penobatannya, ia menjadi wakil Allah di bumi. Ketika digunakan untuk Yesus, Raja teragung dari semuanya, ungkapan "Anak Allah" menyiratkan keilahian-Nya (3:17; 4:3, 6; 8:29; 14:33; 16:16; 27:40, 43, 54).
Ayat 64. Seandainya Yesus gagal menjawab pertanyaan Imam Besar itu, hal itu akan sudah ditafsirkan sebagai pengakuan diam-diam bahwa Ia bukan Kristus. Ia tahu, bagaimanapun, bahwa ketika Ia menjawab dengan sebenarnya, kata-kata-Nya itu akan digunakan untuk menentang Dia. Yesus menanggapi imam besar itu dengan berkata, "Engkau telah mengatakannya." Ini adalah cara tidak langsung untuk mengatakan "ya," yang menempatkan penekanannya pada si penanya. Sebelumnya dalam pasal ini, Yesus telah menjawab Yudas dengan cara yang sama (26:25).
Lalu Yesus menjelaskan apa yang Ia maksudkan dengan mengatakan, "Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit."16Alih-alih mengidentifikasi diri-Nya dengan mesias militan yang diharapkan oleh rakyat itu, Yesus malah menggambarkan diri-Nya sebagai Tuhan dan Hakim bagi semua orang. Ia dengan berani membuat pengakuan ini, meski hal itu tampak tidak cocok dengan situasinya pada saat itu.17
Gambaran Yesus itu menggabungkan Daniel 7:13, 14 dan Mazmur 110:1. Dalam Daniel 7, Anak Manusia datang di atas awan di langit, menghampiri Yang Lanjut Usianya (Allah Bapa) untuk menerima kerajaan yang tidak dapat dihancurkan (lihat 24:30). Dalam Mazmur 110, Mazmur mesianik, Tuhan ditakhtakan di sebelah kanan Allah, memerintah atas bangsa-bangsa (lihat 22:42-45). Di sini Yesus mengguna-kan istilah "Yang Mahakuasa" sebagai "cara tidak langsung untuk menyebut Allah yang mana setelah abad kedua Masehi nama-Nya itu enggan diucapkan oleh orang Yahudi."18
Ayat 65, 66. Yesus, sebenarnya, mendakwa diri-Nya sendiri dengan memberitahu musuh-musuh-Nya kebenaran. Dalam merespon kesaksian-Nya, imam besar mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia menghujat Allah." Secara umum, Allah telah memerintahkan imam besar untuk tidak mengoyak pakaiannya (Ima. 10:6; 21:10). Namun demikian, menurut tradisi Yahudi, para hakim diminta untuk melakukannya di hadapan penghujatan.19
Kayafas melihat tidak perlu membawa lebih banyak saksi untuk melawan Yesus. Ia menyatakan bahwa Yesus telah melakukan penghujatan dengan mengakui Ia adalah Anak Allah. Ketika Kayafas menanyakan pendapat para anggota dewan lainnya, mereka menjawab dan berkata: "Ia harus dihukum mati!"
Secara resmi, orang tidak bisa dituntut dengan penghujatan kecuali Ia menyebut nama Allah,20karena itu pengakuan sebagai Mesias (bahkan pengakuan palsu, dari orang lain selain Yesus) tidak bisa dihukum mati. Namun begitu, orang-orang Yahudi itu belakangan berkata, "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah" (Yoh. 19:7).
Ayat 67, 68. Ketika Yesus muncul di hadapan Hanas, salah satu pengawal menyerang Dia sebab Ia berani mempertanyakan Imam Besar (Yoh. 18:21, 22). Ketika Yesus di hadapan Kayafas, penganiayaan dan penyiksaan dilanjutkan.
Dengan tindakan mereka itu, Sanhedrin menolak Yesus dan segala pengakuan-Nya. Beberapa orang meludahi muka-Nya, yang merupakan salah satu penghinaan paling besar yang dapat diberikan kepada seorang Yahudi. Mereka juga meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia dengan telapak tangan mereka. Markus 14:65 mengatakan bahwa orang-orang ini adalah "para pengawal."
Saat mereka menampar Yesus, mereka berkata, "Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?" Baik Markus dan Lukas menunjukkan bahwa pada waktu ini Yesus ditutup matanya (Mrk. 14:65; Luk. 22:64), rincian yang membuat adegan itu lebih mudah untuk dimengerti. Para pengawal itu menggunakan versi menyimpang suatu permainan yang disebut terkaan orang buta. Jika Yesus benar-benar seorang nabi, Ia akan mampu mengidentifikasi orang yang memukul Dia dengan menyebut namanya tanpa bisa melihat orang tersebut.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
Wycliffe: Matius (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN MATIUS
Penulis. Banyak sekali kesaksian sejarah awal yang menganggap Injil ini ditulis oleh Matius, sang pemungut cukai, yang juga disebu...
PENDAHULUAN MATIUS
Penulis. Banyak sekali kesaksian sejarah awal yang menganggap Injil ini ditulis oleh Matius, sang pemungut cukai, yang juga disebut Lewi oleh Markus dan Lukas. Aneka keraguan modern tentang Matius sebagai penulis timbul karena berbagai hipotesis yang dikembangkan untuk menjelaskan Masalah Sinoptis. Tetapi semua hipotesis ini tidak dapat mengubah kesaksian gereja mula-mula, yang para penulisnya lebih banyak mengutip Injil ini daripada kitab lainnya. Karena Matius tidak menonjol secara khusus di antara kedua belas rasul, dan tidak ada kecenderungan khusus bahwa penulis Injil Sinoptis harus seorang rasul Sinoptis (mis.: Markus dan Lukas), tidak ada alasan untuk menganggap Injil ini ditulis olehnya kecuali kalau memang dialah yang menulisnya.
Selaku mantan pemungut cukai, Matius cukup memenuhi syarat untuk menghasilkan Injil semacam ini. Pengetahuannya mengenai menulis cepat ketika masih dinas menjadikan dirinya mampu mencatat secara lengkap khotbah-khotbah Yesus. Pengetahuannya mengenai angka-angka tampak dari seringnya ada sebutan tentang uang, perhatiannya pada jumlah uang yang besar (18:24: 25:15), dan minatnya secara umum pada statistik (mis.. 1:17).
Penyusunan dan Tanggal. Seringnya Injil Matius dikutip dan disinggung di dalam Didache, Surat Barnabas, Ignatius, Yustinus Martir dan lain-lain menunjukkan bahwa Injil ini disusun pada masa awal sekali dan pemakaiannya luas tersebar. Kaitan-kaitan sastra Injil ini harus dibahas dalam hubungannya dengan Injil Sinoptis lainnya, dan juga dalam hubungannya dengan pernyataan Papias bahwa 'Matius menuliskan kata-katanya dalam dialek Ibrani, dan setiap orang menafsirkannya sesuai dengan kemampuannya'
(Eusebius, Ecclesiastical History 3:39). Banyak orang telah menjelaskan pernyataan Papias sebagai mengacu kepada sebuah naskah asli berbahasa Aram yang kemudian diterjemahkan menjadi Injil Yunani yang kita miliki. Tetapi naskah Yunani kita tidak menunjukkan adanya tanda-tanda suatu karya terjemahan, dan tidak adanya bekas suatu kata asli dari bahasa Aram membuat hipotesis ini sangat meragukan. Goodspeed memperlihatkan secara panjang lebar bahwa menyebutkan suatu karya terjemahan berbahasa Yunani dengan menggunakan nama pengarang aslinya yang dari bahasa Aram bertentangan dengan kebiasaan di Yunani, sebab yang penting bagi orang Yunani hanya orang yang mengalihkan karya tersebut ke dalam bahasa Yunani. Sebagai contoh beliau mengutip Injil Markus (Injil ini tidak dinamakan Injil Petrus) dan Perjanjian Lama berbahasa Yunani yang dinamakan Septuaginta (tujuh puluh) menggunakan nama penerjemahnya, bukan memakai nama pengarang aslinya yang berbahasa Ibrani (E. J. Goodspeed, Matthew, Apostle and Evangelist, hlm. 105, 106). Jadi Papias dipahami sebagai mengatakan bahwa Matius mencatat (dengan memakai Cara menulis cepat?) khotbah-khotbah Yesus memakai bahasa Aram, dan kemudian mengambil dari catatan-catatan ini ketika ia menulis Injilnya yang berbahasa Yunani. Sekalipun bisa saja bahwa Injil Markus ditulis lebih dahulu, dan karena itu tersedia bagi Matius, Injil yang lebih pendek ini tidak ditiru begitu saja oleh Matius, dan banyak orang telah mendukung pendapat bahwa kedua kitab ini benar-benar berdiri sendiri-sendiri.
Tanggal penulisan Injil Matius pasti sebelum 70 M, sebab di dalamnya sama sekali tidak disebutkan bahwa Yerusalem sudah menjadi puing (semua ramalan tentang kehancurannya jelas bersifat menubuatkan). Ayat-ayat seperti 27:8 ('sampai pada hari ini') dan 28:15 ('sampai sekarang ini') menunjukkan benar ada jarak waktu tertentu, namun lima belas atau dua puluh tahun sesudah Kebangkitan akan memadai.
Penekanan-penekanan Khusus. Kesaksian Ireneus dan Origen bahwa Injil Matius bagi orang-orang yang bertobat dari Yudaisme diperkuat dengan mempelajari isinya. Terdapat penggunaan Perjanjian Lama yang lebih sering (Harmony of the Gospels dari Robertson mendaftarkan 93 kutipan di dalam Matius, 49 di dalam Markus, 80 di dalam Lukas dan 33 di dalam Yohanes). Banyak perhatian diarahkan untuk menunjukkan bahwa Yesus menggenapi nubuat Mesianis, dan karena itu Ia adalah Mesias Israel yang akan mendirikan kerajaan yang dijanjikan. Khotbah-khotbah yang dicatat secara panjang lebar oleh Matius membedakan Injil ini, dan menekankan prinsip-prinsip,jangkauan dan gerakan-gerakan kerajaan Mesianis (5-7: 13; 24-25). Jadi orang Kristen Yahudi (yang berjumlah ribuan pada masa awal gereja: Kis. 2:41, 47; 4:4; 5:14, 28; 6:1, 7) memperoleh penjelasan resmi bahwa beriman kepada Yesus tidak berarti penolakan Perjanjian Lama, tetapi justru merupakan sasaran yang ditunjukkan oleh penyataan dalam Perjanjian Lana.
Sudah tentu orang-orang bertobat bangsa lain menghadapi persoalan-persoalan yang sama ini sesuai dengan tingkat pemahaman mereka tentang Perjanjian Lama. Dan oleh karena itu, Injil Matius menduduki tempat penting dalam pemikiran Kristen sehingga cukup membenarkan penempatannya sebagai Injil pertama di dalam Perjanjian Baru kita.
Wycliffe: Matius (Garis Besar) GARIS BESAR MATIUS
I. Kelahiran dan Masa Kecil Yesus Kristus 1:1-2:23
A. Silsilah Kristus 1:1-17
B. Kelahiran Kristus...
GARIS BESAR MATIUS
- I. Kelahiran dan Masa Kecil Yesus Kristus 1:1-2:23
- A. Silsilah Kristus 1:1-17
- B. Kelahiran Kristus 1:18-25
- C. Kunjungan Orang Majus 2:1-12
- D. Penyingkiran ke Mesir dan Pembunuhan Anak-Anak 2:13-18
- E. Tinggal di Nazaret 2:19-23
- II. Awal Pelayanan Yesus Kristus 3:1-4:11
- III. Pelayanan Yesus Kristus 4:12-25:46
- A. Di Galilea 4:12-18:35
- 1. Penetapan untuk Tinggal di Kapernaum 4:12-17
- 2. Panggilan Atas Empat Murid 4:18-22
- 3. Ulasan Umum Mengenai Pelayanan di Galilea 4:23-25
- 4. Khotbah di Bukit 5:1-7:29
- 5. Sepuluh Mukjizat dan Berbagai Peristiwa Terkait 8:1-9:38
- 6. Misi Kedua Belas Murid 10:1-42
- 7. Jawaban Yesus kepada Yohanes dan Khotbah yang Bertalian 11:1-30
- 8. Pertentangan dari Golongan Farisi 12:1-50
- 9. Serangkaian Perumpamaan Tentang Kerajaan Allah 13:1-58
- 10. Penyingkiran Yesus Setelah Kepala Yohanes Dipenggal 14:1-36
- 11. Pertentangan Mengenai Adat Istiadat dengan Orang Farisi 15:1-21
- 12. Menyingkir ke Fenisia dan Penyembuhan Putri Seorang Perempuan Kanaan 15:21-28
- 13. Kembali ke Danau Galilea dan Mengadakan Mukjizat 15:29-38.
- 14. Pertentangan Baru dengan Orang Farisi dan Saduki 15:39-- 16:4
- 15. Kepergian Yesus ke Wilayah Kaisarea, Filipi 16:5-17:23
- 16. Pengajaran kepada Kedua Belas Murid di Kapernaum 17:24-18:35
- B. Daerah Seberang Sungai Yordan (Perea) 19:1-20:16
- 1. Pengajaran Tentang Perceraian 19:1-12
- 2. Yesus memberkati Anak-Anak 19:13-15
- 3. Wawancara dengan Orang Muda yang Kaya 19:16-30
- 4. Perumpamaan Tentang Para Pekerja di Kebun Anggur 20:1-16
- C. Di Yudea 20:17-34
- 1. Pemberitaan Lain Mengenai Kematian dan Kebangkitan Kristus 20:17-19
- 2. Permohonan Ambisius Putra-Putra Zebedeus 20:20-28
- 3. Penyembuhan Dua Orang Buta 20:29-34
- D. Di Yerusalem 21:1-25:46
- 1. Masuk Yerusalem dengan Penuh Kemenangan 21:1-11
- 2. Penyucian Bait Allah 21:12-17
- 3. Pengutukan Pohon Ara 21:18-22
- 4. Mempersoalkan Kuasa Yesus dan Jawaban-Nya yang Bersifat Perumpamaan 21:23-22:14
- 5. Beberapa Kelompok Mempersoalkan Yesus 22:15-46
- 6. Kecaman Yesus Terhadap Orang Farisi di Depan Umum 23:1-39
- 7. Khotbah di Bukit Zaitun 24:1-25:46
- IV. Kesengsaraan Yesus Kristus 26:1-27:66
- A. Komplotan Menentang Yesus 26:1-16
- B. Perjamuan Terakhir 26:17-30
- C. Nubuat Tentang Penyangkalan Petnis 26:31-35
- D. Rangkaian Peristiwa di Getsemani 26:36-56
- E. Rangkaian Peristiwa di Pengadilan Yahudi 26:57-27:2
- F. Penyesalan yang Mendalam oleh Yudas 27:3-10
- G. Rangkaian Peristiwa di Pengadilan Romawi 27:11-31
- H. Penyaliban 27:32-56
- I. Penguburan 27:57-66
- V. Kebangkitan Yesus Kristus 28:1-20
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Penolakan Terhadap Raja 26:57-75
Pengadilan Yahudi & Penyangkalan Petrus
Setelah penangkapan-Nya di Bukit Zaitun, Yesus digiring menghad...
Matius: Penolakan Terhadap Raja 26:57-75
Pengadilan Yahudi & Penyangkalan Petrus
Setelah penangkapan-Nya di Bukit Zaitun, Yesus digiring menghadap Kayafas, imam besar, lalu menghadap Sanhedrin, di mana Ia diadili (26:57-68). Petrus mengikuti Yesus dari jauh, berharap untuk melihat hasil pengadilan itu. Setelah dikonfrontasi tentang hubungannya dengan Yesus, Petrus menyangkal Tuhan tiga kali (26:69-75).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Fakta bahwa tentara Romawi membawa Yesus kepada penguasa Yahudi seharusnya tidak mengejutkan. Persamaan dapat dilihat dalam kasus ...
Catatan Akhir:
- 1 Fakta bahwa tentara Romawi membawa Yesus kepada penguasa Yahudi seharusnya tidak mengejutkan. Persamaan dapat dilihat dalam kasus Paulus, yang telah diserahkan oleh komandan Romawi Klaudius Lisias kepada Sanhedrin Yahudi untuk ditanyai (Kisah 22:30).
- 2 Kayafas, bukan Hanas, yang memiliki kuasa untuk mendakwa Yesus di hadapan gubernur Romawi Pilatus.
- 3 Mishnah Sanhedrin 1.1, 4, 5.
- 4 Ibid., 1.6.
- 5 Ibid., 4.3.
- 6 Ibid., 4.1.
- 7 Ibid, 11.2;. Middoth 5.4. Namun begitu, tempat pertemuan Sanhedrin itu mungkin berubah sebelum waktu ini ke sebuah lokasi di luar bukit bait suci. Untuk informasi lebih lanjut, lihat Bruce Corley, "Trial of Jesus," in Dictionary of Jesus and the Gospels , ed. Joel B. Green and Scot McKnight (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 851.
- 8 Mishnah Sanhedrin 4.1.
- 9 Ibid., 3.6; 5.3, 4.
- 10 Ibid., 4.1.
- 11 Dalam ayat ini, kata Yunani aujlh (aulē) mengacu kepada "halaman," bukan istana itu sendiri (lihat komentar tentang 26:3).
- 12 Lihat Talmud Abodah Zarah 8b.
- 13 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 681.
- 14 Ibid., 683.
- 15 Lihat Mishnah Shebuoth 4.3.
- 16 Lukas menempatkan kata-kata Yesus ini dalam konteks sidang pagi hari ketika seluruh Sanhedrin berkumpul (Luk. 22:66-71). Perkataan itu kemungkinan diulang oleh Yesus dari sidang malam-Nya. Dengan mengadakan sidang pagi hari, para pemimpin Yahudi itu tampaknya berusaha untuk membuat temuan mereka dari sidang malam yang ilegal untuk terlihat legal.
- 17 Donald A. Hagner, Matthew 14 -28 , Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 801.
- 18 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 153.
- 19 Mishnah Sanhedrin 7.5.
- 20 Ibid.
- 21 Morris, 687.
- 22 Mark 14:30 mengatakan bahwa Petrus akan menyangkal Yesus tiga kali sebelum ayam berkokok "dua kali."
- 23 Dalam Markus 14:68, beberapa naskah Yunani menulis "dan ayam jantan berkokok"-yaitu, untuk pertama kalinya.(Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. [Stuttgart: German Bible Society, 1994], 97.)
- 24 Sekali lagi, Markus melaporkan bahwa ayam berkokok "dua kali" (Mrk. 14:72).
- 25 Eusebius Ecclesiastical History 2.25.
- 26 Acts of Peter and Paul .
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi