
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Mat 13:3 - PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN ALLAH.
Nas : Mat 13:3
Dalam pasal Mat 13:1-58 terdapat perumpamaan-perumpamaan
mengenai Kerajaan Sorga, yang mengisahkan akibat pemberitaan Injil dan
kond...
Nas : Mat 13:3
Dalam pasal Mat 13:1-58 terdapat perumpamaan-perumpamaan mengenai Kerajaan Sorga, yang mengisahkan akibat pemberitaan Injil dan kondisi rohani yang akan ada di bumi ini di kalangan anggota Kerajaan Sorga yang kelihatan (yaitu gereja-gereja) hingga akhir zaman.
- 1) Dalam sebagian besar perumpamaan ini, Kristus mengajarkan bahwa di dalam kerajaan-Nya yang kelihatan itu akan ada baik dan jahat sepanjang zaman itu. Di antara orang-orang yang mengaku pengikut-Nya akan ada kompromi dan keduniawian yang membawa kepada kemurtadan, namun akan ada juga ketaatan dan kesetiaan yang menuntun kepada hidup kekal. Pada akhir zaman ini orang fasik akan binasa (ayat Mat 13:41,49); "pada waktu itulah orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka" (ayat Mat 13:43).
- 2) Kristus menceritakan perumpamaan-perumpamaan ini untuk mengingatkan murid-murid-Nya yang sejati agar jangan terkejut bila melihat kejahatan di dalam lingkungan kerajaan. Ia juga mengajar mereka bagaimana mengalahkan pengaruh dan perlawanan Iblis dan para pengikutnya. Satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan penyerahan sepenuhnya kepada Kristus (ayat Mat 13:44,46) dan mengabdikan hidup kepada kebenaran (ayat Mat 13:43; lihat pasal Wahy 2:1-3:22 mengenai contoh-contoh dari adanya kebaikan dan kejahatan di dalam gereja-gereja Kerajaan itu).
- 3) Perumpamaan merupakan kisah dari kehidupan sehari-hari yang menceritakan dan menggambarkan kebenaran rohani tertentu. Keunikannya ialah bahwa ia menyatakan kebenaran kepada orang yang rohani sedangkan pada saat yang bersamaan menyembunyikan kebenaran itu dari orang yang tidak percaya (ayat Mat 13:11). Perumpamaan kadang-kadang dapat menuntut orang mengambil keputusan (mis. Luk 10:30-37).
Jerusalem -> Mat 13:3-51
Jerusalem: Mat 13:3-51 - banyak hal dalam perumpamaan Pada dua perumpamaan yang juga terdapat dalam Markus, Matius masih menambah lima perumpamaan lain, sehingga jumlahnya genap tujuh.
Pada dua perumpamaan yang juga terdapat dalam Markus, Matius masih menambah lima perumpamaan lain, sehingga jumlahnya genap tujuh.

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 13:1-23
Matthew Henry: Mat 13:1-23 - Perumpamaan tentang Penabur dan Benih. Mengapa Kristus Mengajar dalam Perumpamaan
Dalam pasal ini kita temukan:
I. Kebaikan Kristus kepada orang-orang sebangsa-Nya dengan memberitakan Kerajaan Sorga kepada mereka (ay. 1-2). ...
- Dalam pasal ini kita temukan:
- I. Kebaikan Kristus kepada orang-orang sebangsa-Nya dengan memberitakan Kerajaan Sorga kepada mereka (ay. 1-2). Ia mengajar mereka dalam perumpamaan, dan memberitahukan alasan mengapa Ia memilih mengajar dengan cara seperti itu (ay. 10-17). Penulis Injil ini juga memberitahukan alasan lainnya (ay. 34-35). Ada delapan perumpamaan yang dicatat dalam pasal ini, yang dirancang untuk menggambarkan Kerajaan Sorga, cara menumbuhkan Kerajaan Injil di dunia ini, dan caranya berkembang dan berhasil. Kalau dalam kitab-kitab lain kebenaran-kebenaran dan hukum-hukum agung dari kerajaan itu dipaparkan secara jelas dan tanpa perumpamaan, maka dalam Injil ini, keadaan-keadaan yang terjadi pada permulaan dan selama pertumbuhan kerajaan itu dijelaskan melalui perumpamaan.
- . Ada satu perumpamaan yang menunjukkan halangan-halangan besar yang menghambat orang sehingga mereka tidak mendapat keuntungan dari firman Injil dan dalam diri banyak orang firman itu tidak mencapai maksudnya, karena kebodohan mereka sendiri. Itu adalah perumpamaan tentang empat jenis tanah, yang disampaikan (ay. 3-9) dan dijelaskan (ay. 18-23).
- . Berikutnya adalah dua perumpamaan yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kebaikan dan kejahatan akan bercampur dalam gereja Injil, dan hal ini akan terus berlanjut sampai keduanya nanti dipisahkan pada hari penghakiman besar. Perumpamaan yang pertama disampaikan adalah tentang lalang dan gandum (ay. 24-30) dan dijelaskan atas permintaan murid-murid (ay. 36-43). Perumpamaan yang kedua adalah tentang pukat yang dilabuhkan di laut (ay. 47-50).
- . Selanjutnya adalah dua perumpamaan yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa gereja Injil itu sangat kecil pada mulanya, tetapi seiring dengan bergulirnya waktu gereja itu akan menjadi sebuah tubuh yang sangat besar. Perumpamaan yang pertama adalah tentang biji sesawi (ay. 31-32), dan perumpamaan yang kedua adalah tentang ragi (ay. 33).
- . Berikutnya lagi adalah dua perumpamaan yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa orang yang mengharapkan keselamatan melalui Injil harus berani mengambil risiko dan meninggalkan segalanya demi mendapatkan keselamatan itu, dan bahwa mereka tidak akan rugi karenanya. Perumpamaan yang pertama adalah tentang harta yang terpendam di ladang (ay. 44), dan perumpamaan yang kedua adalah tentang mutiara yang berharga (ay. 45-46).
- . Yang terakhir adalah sebuah perumpamaan yang dimaksudkan untuk membimbing murid-murid agar mereka menggunakan ajaran-ajaran yang sudah Ia sampaikan demi keuntungan orang lain. Perumpamaan itu adalah tentang tuan rumah yang baik (ay. 51-52).
- II. Penghinaan orang-orang sebangsa-Nya terhadap Dia karena asal usul keluarga-Nya yang hina (ay. 53-58).
Perumpamaan tentang Penabur dan Benih. Mengapa Kristus Mengajar dalam Perumpamaan (13:1-23)
- Dalam perikop ini diceritakan tentang Kristus yang sedang berkhotbah, dan mengenai ini kita bisa melihat:
- . Kapan Kristus menyampaikan khotbah ini. Ia berkhotbah pada hari yang sama ketika Ia menyampaikan khotbah dalam pasal sebelumnya. Begitu tidak kenal lelahnya Kristus berbuat baik dan melakukan pekerjaan Dia yang mengutus-Nya. Perhatikanlah, Kristus berkhotbah dari pagi sampai petang, dan dengan memberikan contoh ini Ia juga menyarankan gereja-Nya untuk melakukan hal yang sama. Kita harus menabur benih pagi-pagi hari, dan jangan memberi istirahat kepada tangan kita pada petang hari (Pkh. 11:6). Khotbah sore hari yang didengarkan dengan baik tidaklah membuat khotbah pagi menjadi sia-sia, melainkan justru lebih mengencangkannya, seperti menancapkan paku pada tempat yang kukuh. Meskipun pada pagi hari Kristus ditentang dan dicela oleh musuh-musuh-Nya, diganggu dan disela oleh teman-teman-Nya, Ia terus melakukan pekerjaan-Nya; tetapi setelah itu, pada sore harinya kita tidak mendapati Dia menjumpai hambatan-hambatan seperti itu lagi. Jika dengan keberanian dan semangat kita bersedia menerobos berbagai kesulitan ketika melayani Allah, maka kita mungkin tidak akan menjumpai kesulitan-kesulitan itu sesering yang kita takutkan. Lawanlah kesulitan itu, maka ia akan lari daripadamu.
- . Kepada siapa Ia berkhotbah. Ada orang banyak berbondong-bondong mengerumuni Dia, dan mereka adalah para pendengar-Nya. Tampaknya tidak ada seorang pun dari ahli-ahli Taurat atau orang-orang Farisi yang hadir di sana. Mereka bersedia mendengarkan-Nya bila Dia berbicara dalam rumah ibadat (12:9, 14), tetapi kalau untuk mendengarkan khotbah di tepi danau, rasanya itu tidak layak bagi mereka, meskipun Kristus sendiri Pengkhotbahnya. Tetapi, memang lebih baik bagi Kristus untuk tidak ditemani mereka, sebab sekarang ketika mereka tidak hadir, Ia dapat terus berkhotbah dengan tenang tanpa perlawanan. Perhatikanlah, kadang-kadang agama terasa sangat berkuasa apabila hanya ada sedikit kemegahan yang menyertainya. Tanpa kemegahan itu orang miskin bisa menerima Injil. Ketika Kristus pergi ke tepi danau, orang banyak berbondong-bondong mengerumuni Dia. Di mana ada raja, di situ ada istana; di mana ada Kristus, di situ ada kumpulan jemaat, walaupun di tepi danau. Perhatikanlah, orang yang ingin dibuat menjadi lebih baik oleh firman harus mau mengikuti firman itu ke mana saja Dia bergerak. Bila tabut berpindah, pindahlah bersamanya. Orang-orang Farisi telah berusaha, dengan menyebarkan berbagai fitnah dan tuduhan murahan, untuk menarik orang agar tidak mengikuti Kristus, namun mereka masih saja berbondong-bondong mengikuti-Nya sebanyak-banyaknya. Perhatikanlah, Kristus akan dimuliakan kendati ada segala macam pertentangan. Ia selalu akan diikuti.
- . Di mana Ia menyampaikan khotbah ini.
- (1) Tempat pertemuan-Nya adalah di tepi danau. Ia keluar dari rumah itu sebab tidak ada cukup ruang bagi semua orang untuk mendengarkan-Nya, dan pergi ke tempat terbuka. Sungguh sangat disayangkan, Pengkhotbah seperti ini seharusnya mendapat tempat yang terluas, termewah, dan ternyaman untuk berkhotbah, yang melebihi semua gedung yang bisa dibangun, seperti salah satu gedung teater Romawi (Koloseum). Namun saat ini Kristus sedang merendahkan diri-Nya, dan dalam hal ini, seperti juga dalam hal-hal lainnya, Ia menyangkal diri dari semua kehormatan yang layak diberikan kepada-Nya. Seperti halnya Ia tidak mempunyai rumah sendiri untuk ditinggali, demikian pula Ia tidak mempunyai rumah ibadat sendiri untuk berkhotbah. Melalui hal ini Ia mengajar kita bahwa dalam hal-hal lahiriah yang berkaitan dengan ibadah, janganlah hati kita menginginkan kemegahan, melainkan nikmatilah apa yang sudah disediakan Allah dalam pemeliharaan-Nya kepada kita. Ketika lahir, Ia terdesak ke dalam kandang, dan sekarang Ia digiring ke tepi danau, di pantai, supaya semua orang dengan bebas dapat mendatangi-Nya. Ia yang adalah kebenaran itu sendiri tidak mencari tempat-tempat terbuka di simpang-simpang jalan supaya terlihat orang, seperti yang dicari orang-orang kafir dengan agama-agama misteri mereka. Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan (Ams. 1:20; Yoh. 13:20).
- (2) Perahu adalah mimbar-Nya. Ini bukan seperti mimbar Ezra yang memang dibuat untuk peristiwa itu (Neh. 8:5), melainkan perahu yang dipakai sebagai ganti mimbar. Bagi seorang Pengkhotbah seperti Dia, semua tempat sama baiknya, karena kehadiran-Nya memuliakan dan menguduskan tempat apa saja. Janganlah orang yang memberitakan Kristus merasa malu jika mereka harus memberitakan-Nya dari tempat yang hina dan tidak nyaman. Sebagian orang mengamati bahwa orang banyak berdiri di atas tanah yang kering dan kuat, sementara sang Pengkhotbah itu sendiri ada di atas air yang lebih berbahaya keadaannya. Begitulah, hamba-hamba Tuhan lebih banyak diperhadapkan dengan bahaya. Ini baru yang namanya panggung yang sebenarnya, betul-betul sebuah mimbar perahu.
- . Apa yang dikhotbahkan-Nya dan bagaimana Ia berkhotbah.
- (1) Ia mengucapkan banyak hal kepada mereka. Mungkin lebih banyak daripada yang dicatat di sini, namun semuanya sangat istimewa dan perlu, hal-hal yang penting bagi damai sejahtera kita dan yang berkaitan dengan Kerajaan Sorga. Yang dibicarakan Kristus ini, semuanya bukanlah hal-hal sepele, sebaliknya, hal-hal itu membawa akibat-akibat pada kekekalan. Jadi, apabila Kristus mempunyai begitu banyak hal untuk disampaikan kepada kita, maka kita wajib memberikan perhatian yang lebih sungguh-sungguh lagi supaya tidak ada satu pun darinya yang terlewat.
- (2) Hal-hal yang diucapkan-Nya disampaikan dalam perumpamaan. Perumpamaan terkadang menandakan suatu ajaran yang bijak dan mendalam yang tujuannya untuk mengajar. Namun, di dalam Injil, perumpamaan pada umumnya menyatakan suatu perbandingan atau kemiripan, yang melaluinya perkara-perkara rohani atau sorgawi digambarkan dengan bahasa yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Ini merupakan suatu cara mengajar yang sangat banyak digunakan, bukan hanya oleh guru-guru Yahudi, melainkan juga oleh orang-orang Arab, dan orang-orang bijak dari Timur lainnya. Cara ini didapati sangat bermanfaat, terlebih karena perumpamaan merupakan sesuatu yang enak didengar. Juruselamat kita banyak menggunakannya, dan dalam perumpamaan Ia merendahkan diri-Nya supaya bisa menjangkau kemampuan orang banyak dan berkata-kata dengan mereka dalam bahasa mereka sendiri. Sudah sejak dulu Allah memberi perumpamaan dengan perantaraan para nabi (Hos. 12:11), namun hanya berhasil sedikit. Kini Ia menggunakan perumpamaan melalui Anak-Nya, supaya pasti mereka akan menghormati Dia yang, walaupun berbicara dari sorga dan tentang hal-hal sorgawi, namun mengemasnya dalam ungkapan-ungkapan yang diambil dari perkara-perkara yang terjadi di bumi ini (Yoh. 3:12). Begitulah Kristus turun di dalam awan. Sekarang kita lihat selanjutnya,
- I. Di sini kita diberi tahu alasan mengapa Kristus mengajar dalam perumpamaan. Murid-murid merasa sedikit terkejut akan hal ini, sebab sebelumnya Ia tidak banyak menggunakan perumpamaan dalam mengajar, dan karena itu mereka bertanya, "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?" Sebab mereka sungguh ingin agar orang lain bisa mendengar dan mengerti. Mereka tidak berkata, "Mengapa Engkau berkata-kata demikian kepada kami?" karena mereka tahu bagaimana meminta agar perumpamaan itu dijelaskan, melainkan kepada mereka. Perhatikanlah, kita harus mempunyai kepedulian untuk membangun orang lain, seperti halnya untuk diri kita sendiri, dengan firman yang disampaikan; jika kita sendiri kuat, kita harus menanggung kelemahan orang yang lemah.
- Kristus menjawab pertanyaan ini dengan panjang lebar (ay. 11-17). Ia menjawab bahwa Ia mengajar dalam perumpamaan supaya dengan demikian perkara-perkara mengenai Allah bisa diungkapkan secara lebih sederhana dan lebih mudah bagi mereka yang masa bodoh dengan perkara-perkara itu. Dengan begitu Injil akan menjadi bau kehidupan bagi sebagian orang dan juga bau kematian bagi sebagian yang lain. Perumpamaan, seperti tiang awan dan api, menampakkan sisi gelapnya kepada orang-orang Mesir sehingga membuat mereka bingung, namun menampakkan sisi terangnya kepada orang-orang Israel sehingga membuat mereka terhibur, dan dengan demikian dua maksud terpenuhi sekaligus. Terang yang sama menuntun mata sebagian orang, namun menyilaukan mata sebagian yang lainnya. Selanjutnya:
- . Alasan berikut ini diberikan (ay. 11), "Karena kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak." Yang berarti:
- (1) Murid-murid mempunyai pengetahuan, sedangkan orang banyak itu tidak. Kamu sudah tahu sesuatu mengenai rahasia-rahasia ini dan tidak perlu diajar dengan cara yang biasa seperti ini. Tetapi orang banyak ini tidak tahu, mereka masih bayi dan harus diajar melalui perumpamaan-perumpamaan yang langsung dan jelas, sebab mereka belum mampu menerima pengajaran dengan cara lain, karena meskipun mereka mempunyai mata, mereka tidak tahu bagaimana menggunakannya. Begitulah menurut tafsiran sebagian orang. Atau,
- (2) Murid-murid sudah memiliki pengetahuan yang baik mengenai rahasia-rahasia Injil dan bisa menyelami artinya, dan melalui perumpamaan itu mereka akan dituntun untuk mengenal lebih dekat lagi rahasia-rahasia itu. Tetapi, orang-orang duniawi yang mendengarnya, yang hanya mengandalkan indra pendengaran mereka dan tidak akan bersusah payah menggali lebih dalam atau menanyakan arti perumpamaan-perumpamaan itu, tidak akan menjadi lebih bijak, dan dengan sendirinya akan menderita karena kemalasan mereka sendiri. Perumpamaan adalah kulit pelindung yang menjaga buah agar tetap baik bagi orang yang rajin, namun melindunginya dari orang yang malas. Perhatikanlah, dalam Kerajaan Sorga terdapat rahasia-rahasia, dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita. Penjelmaan Kristus, penebusan-Nya, pengantaraan-Nya, pembenaran dan pengudusan kita melalui persekutuan dengan-Nya, dan sesungguhnya seluruh karya penebusan dari awal hingga akhir, itu merupakan rahasia-rahasia. Semua rahasia ini tidak pernah dapat diungkapkan kecuali dengan penyataan ilahi (1Kor. 15:51), tetapi kini diungkapkan hanya sebagian kepada murid-murid, dan tidak akan diungkapkan sepenuhnya sebelum tabir terkoyak. Tetapi kerahasiaan kebenaran Injil ini janganlah membuat kita patah semangat, melainkan justru membuat kita bergairah untuk mencari-cari dan menyelidikinya.
- [1] Murid-murid Kristus sungguh diberi karunia yang besar untuk mengenal rahasia-rahasia ini. Pengetahuan adalah pemberian Allah yang pertama, dan ini merupakan pemberian yang mulia (Ams. 2:6). Pengetahuan diberikan kepada para rasul sebab mereka adalah pengikut-pengikut Kristus yang setia bersama-Nya. Perhatikanlah, semakin dekat kita kepada Kristus, dan semakin sering kita bercakap-cakap dengan-Nya, semakin dalam kita mengenal rahasia-rahasia Injil.
- [2] Pengetahuan itu diberikan kepada semua orang percaya yang sungguh-sungguh, yang mengetahui rahasia-rahasia Injil dari pengalaman mereka, dan ini tentu merupakan jenis pengetahuan yang terbaik, karena merupakan dasar-dasar dari anugerah yang terdapat di dalam hati. Pengetahuan itu membuat orang cepat mengerti apa itu takut akan Tuhan dan apa itu beriman kepada Kristus, dan apabila orang sudah memiliki hal ini, dia bisa memahami arti perumpamaan-perumpamaan itu. Karena tidak mempunyai pengetahuan inilah, Nikodemus, seorang guru di Israel, berbicara tentang kelahiran kembali seperti orang yang buta warna.
- [3] Ada sebagian orang yang tidak diberi pengetahuan ini, dan siapa pun tidak akan menerimanya kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga (Yoh. 3:27), dan harus diingat juga bahwa Allah tidak berutang apa pun kepada manusia. Anugerah-Nya adalah milik-Nya sendiri, Ia memberikan atau menahannya sesuai dengan keinginan-Nya (Rm. 11:35). Perbedaan yang ada ini harus dikembalikan lagi kepada kedaulatan Allah, seperti juga dengan hal-hal sebelumnya (11:25-26).
- . Alasan ini digambarkan lebih lanjut melalui aturan yang dipakai Allah dalam menganugerahkan karunia-karunia-Nya. Ia menganugerahkannya kepada orang-orang yang mau menggunakannya, tetapi mengambilnya dari orang-orang yang mau menguburnya. Di antara manusia, ada kebiasaan bahwa seseorang akan lebih memercayakan uangnya kepada orang yang telah berhasil memperbanyak harta miliknya dengan kerajinannya sendiri, daripada kepada orang yang telah menghabiskan uang dengan kemalasan mereka.
- (1) Di sini sebuah janji diberikan kepada orang yang mempunyai. Orang yang mempunyai anugerah sejati, yang dipilih berdasarkan anugerah dan menggunakan apa yang dipunyainya, kepadanya akan diberi sehingga ia berkelimpahan. Kebaikan-kebaikan Allah akan membawa berbagai-bagai kebaikan lagi. Di mana Ia meletakkan dasar, di atasnyalah Ia akan membangun. Murid-murid Kristus menggunakan pengetahuan yang sekarang mereka miliki, dan mereka diberi dengan lebih berkelimpahan lagi ketika Roh Kudus dicurahkan (Kis. 2). Orang yang memiliki kebenaran anugerah akan bertambah banyak lagi, bahkan sampai berkelimpahan dalam kemuliaan (Ams. 4:18). Setelah Yusuf, Allah akan menambahkan seorang anak lagi (Kej. 30:24).
- (2) Sebaliknya, ada ancaman kepada orang yang tidak mempunyai. Orang yang tidak mempunyai keinginan akan anugerah karunia, yang tidak menggunakan dengan benar talenta dan anugerah yang dimilikinya; orang semacam ini tidak berakar, tidak mempunyai keyakinan teguh. Orang-orang demikian, yang mempunyai tetapi tidak menggunakan apa yang dipunyainya, darinya akan diambil apa pun yang ia miliki atau yang tampak ia miliki. Daun-daunnya akan layu dan talenta-talentanya akan membusuk. Sarana anugerah yang dimilikinya, namun yang tidak digunakannya, akan diambil darinya. Allah akan mengambil kembali karunia-karunia-Nya dari tangan orang-orang yang mungkin tidak lama lagi akan bangkrut hidupnya.
- . Alasan ini dijelaskan secara khusus, dengan merujuk kepada dua macam orang yang harus dihadapi Kristus.
- (1) Sebagian orang memang tidak mau tahu, dan orang-orang demikian akan merasa terhibur dengan perumpamaan (ay. 13), karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat. Mereka telah menutup mata mereka terhadap cahaya terang dari ajaran Kristus yang disampaikan dengan jelas, dan karena itu sekarang mereka dibiarkan di dalam gelap. Sekalipun melihat Kristus secara pribadi, mereka tidak melihat kemuliaan-Nya, mereka tidak melihat perbedaan antara Dia dan orang lain. Sekalipun melihat mujizat-mujizat-Nya dan mendengar ajaran-ajaran-Nya, mereka melihat dan mendengar tanpa perhatian atau penerapan pada diri mereka sendiri; mereka tidak mengerti apa pun. Perhatikanlah:
- [1] Banyak orang yang melihat terang Injil dan mendengar suara Injil, tetapi Injil tidak pernah menyentuh hati mereka dan mendapat tempat di dalamnya.
- [2] Allah berbuat adil dengan mengambil terang dari orang-orang yang menutup mata terhadap terang itu. Orang yang tidak mau tahu, dibiarkan-Nya untuk tetap tidak mau tahu; dan perlakuan Allah kepada mereka seperti ini menambah besar anugerah-Nya yang istimewa kepada murid-murid Kristus.
- Sekarang genaplah nubuat Alkitab (ay. 14-15), yang dikutip dari Yesaya 6: 9-10. Nabi injili yang berbicara secara jelas-jelas mengenai anugerah Injil menubuatkan penghinaan yang akan diberikan kepada Injil dan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh penghinaan itu. Nubuat itu dirujuk tidak kurang dari enam kali dalam Perjanjian Baru, yang menunjukkan bahwa dalam zaman Injil, penghakiman-penghakiman rohani akan menjadi sangat umum. Penghakiman itu datang tanpa bunyi tetapi paling menakutkan. Apa yang dikatakan tentang orang-orang berdosa pada zaman Yesaya digenapi pada zaman Kristus, dan hal ini masih terus digenapi setiap hari, sebab kalau hati yang jahat terus melakukan dosa yang sama, maka tangan Allah yang benar terus menimpakan hukuman yang sama pula. Berikut ini kita melihat:
- Pertama, gambaran tentang kebutaan dan kekerasan hati yang sengaja dari para pendosa, yang merupakan dosa mereka. Hati bangsa ini telah menebal, tebal seperi lemak, begitulah yang dikatakan, yang menandakan hawa nafsu dan kebodohan (Mzm. 119:70). Karena sudah merasa aman di bawah firman dan tongkat Allah, mereka memandang rendah gunung batu keselamatan mereka, seperti Yesyurun yang bertambah gendut dan tambun (Ul. 32:15). Dan apabila hati sudah menebal seperti itu, tidak heran bila telinga pun menjadi berat mendengar. Bisikan Roh tidak mereka dengar sama sekali; panggilan-panggilan firman yang lantang, meskipun dekat dengan telinga mereka, tidak mereka perhatikan, sama sekali tidak membuat mereka tersentuh. Mereka menutup telinga mereka (Mzm. 58:5-6). Karena memutuskan untuk bersikap masa bodoh, mereka menutup rapat kedua indra belajar mereka. Mereka telah menutup mata mereka, sudah tegar untuk tidak mau melihat terang yang datang ke dalam dunia, ketika Sang Surya Kebenaran terbit; sebaliknya, mereka menutup jendela, sebab mereka lebih menyukai kegelapan daripada terang (Yoh. 3:19; 2Ptr. 3:5).
- Kedua, gambaran tentang penghukuman atas kebutaan itu, dan ini merupakan hukuman yang adil. "Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti. Sarana anugerah apa pun yang ada padamu tidak akan berguna bagimu. Walaupun karena belas kasihan terhadap orang lain sarana-sarana itu akan terus ada, namun dalam penghakiman terhadapmu berkat dari anugerah tidak akan diberikan kepadamu." Keadaan paling menyedihkan yang dapat dialami oleh seseorang, kecuali di neraka, adalah hidup di bawah peraturan-peraturan yang memberikan kehidupan tetapi dengan hati yang mati, bodoh, dan dingin. Jika kita mendengar firman Allah dan melihat pemeliharaan-Nya namun tidak mengerti dan memahami kehendak-Nya, entah melalui firman-Nya atau melalui pemeliharaan-Nya itu, maka hal ini sendiri sudah merupakan dosa dan penghukuman terbesar yang pernah ada. Perhatikanlah, adalah karya Allah untuk memberikan hati yang mengerti, akan tetapi, sering kali, oleh penghakiman-Nya yang benar, Dia tidak mengaruniakannya kepada orang-orang yang menyia-nyiakan telinga yang sudah diberikan-Nya untuk mendengar dan mata yang sudah diberikan-Nya untuk melihat. Karena itu, Allah memilih untuk membiarkan orang berdosa dengan khayalan mereka (Yes. 66:4), dan mengikat mereka supaya hancur lebur dengan membiarkan mereka dalam kedegilan mereka sendiri (Mzm. 81:12-13); biarkanlah mereka (Hos. 4:17); Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia (Kej. 6:3).
- Ketiga, dampak dan akibat yang menyedihkan dari semuanya ini: supaya jangan mereka melihat. Mereka tidak akan melihat karena memang mereka tidak mau berbalik. Dan Allah berkata bahwa mereka tidak akan melihat, sebab mereka tidak akan berbalik: janganlah mereka berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.
- Perhatikanlah:
- . Bahwa melihat, mendengar, dan mengerti itu penting bagi pertobatan, sebab Allah, dengan bekerja melalui anugerah, berurusan dengan manusia sebagai manusia, sebagai makhluk yang bertindak dengan akal. Ia menarik dengan menggunakan tali manusia, mengubah hati dengan membuka mata, dan membuat orang berbalik dari kuasa Iblis kepada Allah, dengan terlebih dulu membuat mereka berbalik dari kegelapan kepada terang (Kis. 26:18).
- . Semua orang yang benar-benar berbalik kepada Allah pasti akan disembuhkan-Nya. "Jika mereka berbalik, Aku akan menyembuhkan mereka, Aku akan menyelamatkan mereka." Dengan demikian, jika orang berdosa binasa, janganlah Allah yang dipersalahkan, melainkan mereka sendiri. Bodohnya, mereka berharap untuk disembuhkan tanpa mau berbalik terlebih dulu.
- . Allah berbuat adil dengan tidak memberikan anugerah-Nya kepada orang-orang yang sudah lama dan berulang kali menolak anugerah itu dan menentang kuasanya. Firaun selama beberapa waktu mengeraskan hatinya (Kel. 8:15, 32), tetapi kemudian Allah sendiri yang mengeraskan hatinya (Kel. 9:12; 10:20). Oleh sebab itu, marilah kita takut akan Allah, supaya kita tidak berbuat dosa terhadap anugerah ilahi dan binasa karenanya.
- (2) Sebagian orang berhasil dipanggil untuk menjadi murid-murid Kristus dan benar-benar ingin diajar oleh-Nya. Mereka pun diberi pengajaran dan bertumbuh pesat dalam pengetahuan, yang diberikan melalui perumpamaan-perumpamaan ini, apalagi kalau disertai penjelasan. Dengan semua perumpamaan itu, perkara-perkara mengenai Allah dibuat menjadi lebih jelas dan lebih mudah, lebih bisa dimengerti dan terasa lebih akrab, dan lebih mudah untuk diingat (ay. 16-17). Matamu melihat dan telingamu mendengar. Mereka melihat kemuliaan Allah dalam pribadi Kristus, dan mereka mendengar pikiran Allah dalam ajaran Kristus. Mereka telah melihat banyak hal, dan ingin melihat lebih banyak lagi, dan dengan demikian mereka dipersiapkan untuk menerima pengajaran yang lebih lanjut. Mereka memiliki kesempatan untuk itu, dengan menjadi pengikut setia Kristus, dan mereka akan terus memilikinya setiap hari, dan akan semakin bertumbuh dalam anugerah. Nah, mengenai ini Kristus berkata:
- [1] Sebagai suatu berkat. Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Ini adalah kebahagiaanmu, dan untuk kebahagiaan ini kamu berutang kepada Allah atas kebaikan dan berkat istimewa-Nya ini. Ini adalah berkat yang sudah dijanjikan, yaitu bahwa pada hari-hari Mesias mata orang-orang yang melihat tidak lagi akan tertutup (Yes. 32:3). Mata orang-orang percaya yang paling hina, yang mengenal anugerah Kristus melalui pengalaman mereka sendiri, lebih berbahagia daripada mata para cendekiawan yang paling hebat dan para filsuf yang paling besar yang tidak mengenal Allah, yang seperti ilah-ilah sembahan mereka, mempunyai mata, tetapi tidak melihat. Berbahagialah matamu. Perhatikanlah, kebahagiaan sejati timbul dari pengertian yang benar dan pengenalan yang terus-menerus akan rahasia-rahasia Kerajaan Allah. Telinga yang mendengar dan mata yang melihat adalah pekerjaan Allah dalam diri orang yang dikuduskan. Telinga dan mata seperti itu adalah pekerjaan anugerah-Nya (Ams. 20:12), suatu pekerjaan yang mulia, yang akan disempurnakan dengan kuasa, ketika mereka yang sekarang melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, nanti akan melihat muka dengan muka. Untuk menggambarkan kebahagiaan inilah Kristus begitu banyak berkata-kata tentang penderitaan orang-orang yang dibiarkan dalam ketidaktahuan mereka; mereka mempunyai mata, tetapi tidak melihat; tetapi berbahagialah matamu. Perhatikanlah, pengetahuan mengenai Kristus merupakan suatu karunia istimewa bagi mereka yang memilikinya, dan karena itu, mereka mempunyai kewajiban-kewajiban yang lebih besar (Yoh. 14:22). Para rasul harus mengajar orang lain, dan karena itu mereka sendiri diberkati dengan berbagai penemuan yang sangat jelas akan kebenaran ilahi. Para pengawal akan melihat dengan mata kepala sendiri (Yes. 52:8).
- [2] Sebagai berkat dari Yang Mahatinggi, yang dirindukan oleh, tetapi yang tidak dikaruniakan kepada, banyak nabi dan orang benar (ay. 17). Orang-orang kudus pada zaman Perjanjian Lama, yang melihat terang Injil dengan samar-samar, sangat mendambakan penyataan-penyataan yang lebih jauh lagi. Walaupun telah diberi sejumlah sosok, bayangan, dan nubuat mengenai hal-hal tersebut, mereka tetap rindu untuk melihat Inti dari semuanya ini, yakni tujuan akhir yang mulia dari hal-hal yang tidak dapat mereka lihat dengan mantap. Mereka rindu memandang bagian dalam yang penuh kemuliaan dari hal-hal itu yang hanya bisa mereka lihat dari kejauhan. Mereka ingin melihat Keselamatan besar, Penghiburan bagi Israel, tetapi tidak melihatnya, sebab waktunya belum tiba. Perhatikanlah,
- pertama, orang yang mengetahui sesuatu tentang Kristus pasti akan ingin mengetahui lebih banyak lagi.
- Kedua, penemuan-penemuan untuk mengetahui anugerah ilahi, sekalipun diberikan kepada nabi-nabi dan orang benar, semuanya disesuaikan dengan zaman di mana orang-orang yang bersangkutan hidup. Walaupun para nabi dan orang-orang benar itu adalah orang-orang kesayangan sorga, yang diberitahukan mengenai rahasia Allah, namun mereka tidak melihat apa yang ingin mereka lihat, sebab Allah sudah menentukan bahwa saatnya belum tiba, dan kebaikan-kebaikan-Nya tidak akan bertindak mendahului kebijaksanaan-kebijaksanaan-Nya. Pada masa itu, seperti juga pada masa sekarang, ada kemuliaan yang akan diungkapkan, sesuatu yang masih disimpan, dan tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan (Ibr. 11:40).
- Ketiga, untuk membangkitkan rasa bersyukur kita dan memacu kita untuk menjadi lebih rajin lagi, maka baik bagi kita untuk memikirkan sarana-sarana apa yang dapat kita nikmati sekarang, dan hal-hal apa saja yang sudah diungkapkan kepada kita, yang sekarang hidup dalam zaman Injil, yang melebihi apa yang dimiliki dan dinikmati orang-orang yang hidup dalam zaman Perjanjian Lama, terutama dalam hal penyataan tentang penebusan dosa. Lihatlah keuntungan-keuntungan apa yang dimiliki Perjanjian Baru yang melebihi Perjanjian Lama (2Kor. 3:7, dst.; Ibr. 12:18), dan lihatlah apakah usaha-usaha kita sudah sepadan dengan keuntungan-keuntungan yang kita nikmati itu.
- II. Dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang salah satu perumpamaan yang disampaikan oleh Juruselamat kita, yaitu perumpamaan tentang seorang penabur dan benih beserta penjelasannya. Perumpamaan-perumpamaan Kristus diambil dari kejadian-kejadian biasa, bukan dari gagasan atau dugaan-dugaan filsafat, atau peristiwa alam yang luar biasa, walaupun semuanya itu dapat diterapkan pada masalah yang sedang dibahas; sebaliknya, perumpamaan-Nya berasal dari hal-hal yang jelas-jelas bisa dilihat, yang bisa diamati dalam hidup sehari-hari, dan dapat dimengerti oleh orang dengan kemampuan yang sangat kurang sekalipun. Banyak dari antara perumpamaan-perumpamaan itu diambil dari kehidupan petani, seperti perumpamaan tentang seorang penabur ini dan perumpamaan tentang lalang di antara gandum. Kristus memilih melakukan hal ini:
- . Supaya perkara-perkara rohani dapat dibuat lebih jelas, dan, melalui perbandingan-perbandingan yang sudah sangat dikenali, dapat dibuat lebih mudah untuk dimengerti.
- . Supaya perbuatan-perbuatan biasa dapat diberi arti rohani, dan supaya kita dapat memakai hal-hal yang sering kita lihat untuk merenungkan dengan sukacita perkara-perkara mengenai Allah. Dengan demikian, ketika tangan kita sibuk mengurusi persoalan-persoalan dunia, kita tidak hanya dapat mengatasinya, melainkan juga bahkan dengan persoalan-persoalan itu, kita dapat dituntun untuk mengarahkan hati kepada sorga. Dengan cara itulah firman Allah akan berbicara kepada kita, berbicara dengan akrab kepada kita (Ams. 6:22).
- Perumpamaan tentang seorang penabur ini cukup jelas (ay. 3-9). Kita diberi penjelasannya dari Kristus sendiri, yang mengetahui dengan sangat baik apa yang dimaksudkan-Nya sendiri. Murid-murid, ketika mereka bertanya, "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?" (ay. 10), menunjukkan keinginan mereka agar perumpamaan itu dijelaskan supaya orang lain juga dapat mengerti, dan seandainya mereka pun menginginkannya untuk diri mereka sendiri, itu tidaklah merendahkan kemampuan mereka untuk mengerti. Yesus Tuhan kita dengan baik hati menangkap isyarat itu, menyadarinya, dan membuat mereka mengerti perumpamaan itu. Ia mengarahkan pembicaraan-Nya kepada murid-murid, tetapi tetap dapat didengarkan oleh orang banyak, sebab kita tidak mendapati Dia membubarkan mereka sampai pada ay. 36. "Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu (ay. 18). Kamu telah mendengarnya, tetapi marilah kita mengulanginya lagi." Perhatikanlah, mendengar kembali apa yang sudah kita dengar itu berguna bagi kita dan akan membuat kita semakin mengerti firman serta mendapat keuntungan darinya (Flp. 3:1). "Kamu telah mendengarnya, tetapi sekarang dengarkanlah maksudnya." Perhatikanlah, kita baru mendengar firman dengan benar dan dengan tujuan yang benar apabila kita mengerti apa yang kita dengar. Mendengar saja tidaklah cukup, bila tanpa pengertian (Neh. 8:3). Memang anugerah Allah-lah yang memberikan pengertian, tetapi kewajiban kitalah untuk berusaha mengerti dengan akal budi kita.
- Karena itu marilah kita membandingkan perumpamaan itu dengan penjelasannya.
- (1) Benih yang ditaburkan adalah firman Allah, yang di sini disebut dengan firman tentang Kerajaan Sorga (ay. 19). Ini bukanlah suatu kerajaan dunia, melainkan Kerajaan Sorga, dan Injil berasal dari kerajaan itu, dan menuntun menuju kerajaan itu pula. Firman Injil adalah firman dari kerajaan itu. Firman itu berasal dari Sang Raja, di mana ada firman, di situ ada kuasa. Firman itu adalah hukum, yang dengannya kita harus diatur dan diperintah. Firman itu adalah benih yang ditaburkan, yang tampak seperti sebuah benda yang kering dan mati, namun hampir semua buah berada di dalamnya. Benih ini benih yang tidak fana (1Ptr. 1:23); inilah kabar sukacita yang menghasilkan buah di dalam jiwa (Kol. 1:5-6).
- (2) Penabur yang menebarkan benih adalah Yesus Kristus Tuhan kita, dan Ia melakukan-Nya sendiri atau melalui hamba-hamba-Nya (ay. 37). Orang-orang-Nya adalah para petani yang bekerja di ladang Allah, begitulah yang dikatakan, dan hamba-hamba Tuhan adalah kawan sekerja Allah (1Kor. 3:9). Berkhotbah kepada orang banyak adalah menabur benih. Memang kita tidak tahu di mana benih itu akan jatuh, hanya saja, pastikan bahwa benih itu jatuh di tanah yang baik dan bersih, dan berikanlah benih yang cukup. Menabur firman adalah menabur orang-orang untuk ladang Tuhan, benih di pelataran-Nya (Yes. 21:10, KJV).
- (3) Tanah yang di atasnya benih ini ditaburkan adalah hati anak-anak manusia, yang berbeda-beda mutu dan bawaannya, dan karena itu keberhasilan firman ini pun berbeda-beda. Perhatikanlah, hati manusia itu seperti tanah, dapat diolah menjadi baik dan dapat menghasilkan buah yang baik. Sayang sekali kalau tanah itu tidak diolah atau dibiarkan begitu saja seperti ladang seorang pemalas (Ams. 24:30). Jiwa adalah tempat yang pantas bagi firman Allah untuk tinggal, bekerja, dan berkuasa. Firman itu bekerja dalam hati nurani, untuk menyalakan lilin Tuhan. Nah, tergantung bagaimana keadaan kita, seperti itu jugalah firman bagi kita. Recipitur ad modum recipientis -- penerimaannya bergantung pada si penerima. Seperti halnya dengan tanah, ada jenis yang sulit diolah, sehingga tidak peduli seberapa baiknya benih yang ditaburkan ke atasnya, tanah itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Tetapi ada juga tanah yang baik dan menghasilkan buah sampai berlimpah-limpah. Hati manusia juga demikian adanya. Dalam perikop di sini, sifat-sifatnya dibedakan seperti empat jenis tanah, tiga di antaranya buruk, dan yang satu baik. Perhatikanlah, pendengar-pendengar yang tidak berbuah itu sangatlah banyak, bahkan di antara mereka yang langsung mendengarkan Kristus sendiri. Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar? Gambaran yang diketengahkan oleh perumpamaan ini sangat menyedihkan, yaitu bahwa dari kumpulan orang yang mendengar pemberitaan Injil, hanya satu dari empat orang yang berbuah dengan sempurna. Banyak orang yang dipanggil dengan panggilan yang sama, namun hanya sedikit yang memilih hidup kekal seperti yang dibuktikan melalui buah-buah yang mereka hasilkan melalui panggilan itu (20:16).
- Nah, perhatikanlah sifat-sifat dari keempat jenis tanah ini.
- [1] Tanah di pinggir jalan (ay. 4-10). Biasanya di ladang-ladang gandum ada jalan-jalan setapak (12:1), dan kalau jatuh di atasnya, benih tidak akan pernah meresap ke dalamnya, jadi burung-burung akan datang dan memakan benih itu. Orang-orang yang saat itu sedang mendengarkan Kristus berkhotbah sedang berdiri di atas tanah pasir di tepi danau. Tanah pasir ini seperti tanah di pinggir jalan, di mana benih tidak bisa tumbuh, dan seperti inilah sifat dari sebagian besar para pendengar itu.
- Perhatikanlah,
- Pertama, pendengar-pendengar seperti apa yang dibandingkan dengan tanah di pinggir jalan. Mereka adalah orang yang mendengar firman tetapi tidak mengerti firman itu, dan ini merupakan kesalahan mereka sendiri. Mereka tidak memperhatikannya dan tidak menggenggamnya erat-erat. Mereka tidak datang dengan keinginan untuk menjadi lebih baik, seperti tanah di pinggir jalan yang tidak pernah dimaksudkan untuk ditaburi dengan benih. Mereka datang kepada Allah seperti umat-Nya yang lain, dan duduk di hadapan-Nya seperti umat-Nya yang lain, tetapi itu hanya untuk memamerkan diri, untuk melihat dan dilihat. Mereka tidak sungguh-sungguh memperhatikan apa yang dikatakan, semuanya hanya masuk ke telinga kanan lalu keluar dari telinga kiri, dan tidak meninggalkan kesan apa-apa.
- Kedua, bagaimana sampai mereka bisa menjadi pendengar-pendengar yang tidak berbuah. Si jahat, yaitu Iblis, datang dan merampas apa yang ditaburkan dalam hati orang itu. Pendengar-pendengar yang masa bodoh, ceroboh, dan yang tidak sungguh-sungguh seperti itu adalah korban yang empuk bagi Iblis. Seperti halnya Iblis adalah pembunuh jiwa, demikian pula ia adalah pencuri khotbah, dan ia pasti akan merampas firman dari kita jika kita tidak berhati-hati menjaganya, seperti burung-burung yang memakan benih yang jatuh ke tanah yang tidak dibajak sebelumnya atau yang tidak digemburkan. Jika kita tidak menggemburkan tanah yang sudah dibajak, dengan mempersiapkan hati kita untuk mendengarkan firman, merendahkan hati kita untuk menerimanya, dan memberikan seluruh perhatian kita kepadanya, dan jika kita tidak menimbun benih itu sesudahnya, dengan merenungkan firman itu dan berdoa, dan jika kita tidak memberikan perhatian yang lebih sungguh-sungguh lagi terhadap apa yang sudah kita dengar, maka kita seperti tanah di pinggir jalan. Perhatikanlah, Iblis sangat tidak suka jika kita mendapat keuntungan dari firman Allah, dan orang yang menjadi teman dekatnya adalah orang yang mendengarkan firman tetapi tidak mau memperhatikannya, yang berpikir tentang hal-hal lain ketika mereka seharusnya berpikir tentang hal-hal yang penting bagi damai sejahtera mereka.
- [2] Tanah yang berbatu-batu. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu (ay. 5-6), yang menggambarkan pendengar-pendengar yang bertindak lebih jauh daripada para pendengar sebelumnya. Namun, mereka menerima kesan-kesan yang baik tentang firman itu, tetapi tidak bertahan lama (ay. 20-21). Perhatikanlah, keadaan kita mungkin jauh lebih baik daripada sebagian orang lain, namun tidak sebaik seperti yang seharusnya. Kita mungkin lebih baik daripada sesama kita, namun masih kurang dalam pandangan sorga. Nah, perhatikanlah, mengenai para pendengar yang digambarkan dengan tanah yang berbatu-batu ini:
- Pertama, seberapa jauh mereka bertindak.
- . Mereka mendengar firman itu. Mereka tidak memalingkan punggung mereka atau menutup telinga terhadapnya. Perhatikanlah, mendengar firman, seberapa sering dan sungguh-sungguh pun dilakukan, kalau hanya sebatas itu saja, maka itu tidak akan membawa kita sampai ke sorga.
- . Mereka cepat mendengar, langsung siap mendengar, euthys, mereka siap menerimanya. Benih itu segera tumbuh (ay. 5), benih itu lebih cepat tumbuh daripada benih yang ditaburkan di tanah yang baik. Perhatikanlah, orang-orang munafik sering kali memulai dengan menunjukkan diri sebagai orang Kristen yang sungguh-sungguh, dan kerap kali terlalu bersemangat sehingga sulit dikekang. Mereka langsung menerima tanpa mencoba terlebih dulu; mereka menelan tanpa mengunyah, dan karena itu tidak bisa mencerna dengan baik. Seseorang akan memegang erat hal-hal yang baik kalau dia mau menguji segala sesuatu terlebih dahulu (1Tes. 5:21).
- . Mereka menerimanya dengan gembira. Perhatikanlah, banyak orang sangat senang mendengar khotbah yang bagus, namun tidak mendapat keuntungan apa-apa darinya. Mereka mungkin senang dengan firmannya, namun mereka tidak diubah dan diatur olehnya. Hati mereka bisa mencair ketika mendengar firman itu, namun tidak dibentuk olehnya, seperti menurut suatu cetakan. Banyak orang mengecap firman yang baik dari Allah (Ibr. 6:5), dan berkata bahwa mereka merasakan hal-hal yang manis di dalamnya, tetapi ada hawa nafsu yang disukai yang masih terasa di bawah lidah mereka, dan tidak bisa menyatu dengan rasa firman tadi, sehingga mereka meludahkan firman itu keluar kembali.
- . Mereka bertahan sebentar saja, seperti suatu gerakan yang menghentak, yang terus ada sepanjang daya yang mengakibatkannya tetap ada, tetapi berhenti ketika daya itu habis. Perhatikanlah, banyak orang bertahan sebentar saja, tidak sampai pada kesudahannya, dan dengan demikian tidak mendapatkan kebahagiaan yang dijanjikan hanya kepada yang bertahan (10:22). Mereka berlari dengan baik, tetapi ada sesuatu menghalang-halangi mereka (Gal. 5:7).
- Kedua, bagaimana mereka mundur, sehingga tidak menghasilkan buah yang sempurna. Yang mereka punya tidak lebih dari benih, yang karena tidak tertanam dalam di tanah untuk bisa menyerap lembab, menjadi kering dan layu karena panas matahari. Alasannya adalah:
- . Mereka tidak berakar, tidak mempunyai dasar-dasar keyakinan yang tetap dan kuat dalam menilai sesuatu, tidak teguh dalam mengambil keputusan mengenai kehendak mereka, apa yang mereka rasakan terhadap suatu hal tidak selalu mendalam sifatnya. Pendeknya, tidak ada dasar yang teguh yang dapat merekatkan atau menguatkan pengakuan iman mereka. Perhatikanlah:
- (1) Adalah mungkin bahwa pengakuan iman seseorang mempunyai selembar daun hijau namun tidak ada akar anugerah di dalamnya. Walau ketegaran merajalela di dalam hati, yang tampak di permukaan hanyalah selapis tanah dan kelembutannya saja. Di sebelah dalam, mereka sama sekali tidak tersentuh, seperti batu. Mereka tidak berakar, mereka tidak menyatu di dalam iman dengan Kristus, yang adalah Akar kita. Mereka tidak menyerap apa-apa dari-Nya dan mereka tidak bergantung pada-Nya.
- (2) Bila kita tidak memiliki suatu dasar pijakan yang kuat, maka meskipun kita telah membuat suatu pengakuan iman, kita tidak punya harapan untuk dapat bertahan. Orang yang tidak berakar akan bertahan hanya sebentar saja. Kapal tanpa alat penyeimbang berat, walaupun mungkin pertama-tama dapat melaju mengalahkan kapal yang berbeban, pasti akan gagal menghadapi tekanan cuaca dan tidak akan pernah berlabuh.
- . Masa-masa pencobaan datang, dan mereka akan binasa. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Penindasan menjadi batu sandungan di tengah jalan dan mereka tidak dapat menyingkirkannya. Lalu, larilah mereka, dan sampai di situlah pengakuan iman mereka. Perhatikanlah,
- (1) Setelah aliran kesempatan yang baik, biasanya akan datang badai penganiayaan, untuk menguji siapa yang sudah menerima firman dengan tulus dan siapa yang tidak. Setelah firman dari Kerajaan Kristus yang adalah firman kesabaran Kristus (Why. 3:10) datang, Ia akan menguji siapa yang menjaganya dan siapa yang tidak (Why. 1:9). Kita berhikmat jika kita mempersiapkan diri untuk menghadapi hari itu.
- (2) Ketika masa-masa pencobaan datang, orang yang tidak berakar akan segera murtad. Pada awalnya mereka mempersoalkan pengakuan iman mereka, lalu sesudah itu meninggalkannya. Pertama-tama mereka akan mencari-cari kesalahannya, baru kemudian mengenyahkannya. Itulah sebabnya kita membaca tentang salib sebagai batu sandungan (Gal. 5:11). Perhatikanlah, penganiayaan digambarkan dalam perumpamaan itu sebagai matahari terbit yang melayukan (ay. 6). Matahari yang sama yang menghangatkan dan menyuburkan benih yang berakar baik, tetapi juga yang mengeringkan dan membakar benih yang tidak berakar. Seperti firman Kristus, demikian pula halnya salib Kristus, bagi sebagian orang ia menjadi bau kehidupan yang membawa kepada kehidupan, dan bagi sebagian yang lain ia menjadi bau kematian yang membawa kepada kebinasaan. Penderitaan yang sama bisa menarik sebagian orang menjadi murtad dan hancur, tetapi juga mengerjakan kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya bagi sebagian yang lainnya. Pencobaan-pencobaan mengguncangkan sebagian orang, tetapi meneguhkan sebagian yang lain (Flp. 1:12). Amatilah betapa cepatnya mereka memudar, dalam sekejap; secepat itu mereka menjadi masak, sesegera itu pula mereka membusuk. Pengakuan iman yang dibuat tanpa pertimbangan biasanya ditinggalkan begitu saja tanpa pikir panjang. "Mudah datang, mudah pergi."
- [3] Tanah yang bersemak duri. Sebagian lagi jatuh di semak duri (yang merupakan pelindung yang baik bagi benih apabila ada di sepanjang pagar, tetapi teman yang jahat apabila ada di tengah ladang). Dan besarlah semak itu, yang menunjukkan bahwa duri itu tidak muncul sebelumnya, atau hanya tampak sedikit saja ketika benih itu ditaburkan, tetapi setelah itu tumbuh, ia mengimpit benih itu (ay. 7). Benih ini tumbuh lebih besar daripada benih sebelumnya, sebab benih ini berakar. Benih tersebut menggambarkan keadaan orang yang belum meninggalkan pengakuan mereka, namun juga tidak mendapat keuntungan apa-apa darinya. Kebaikan yang mereka peroleh dari firman tanpa terasa dikalahkan dan ditindih oleh hal-hal dari dunia ini. Kemakmuran menghancurkan firman di dalam hati, seperti halnya penganiayaan. Namun, kemakmuran ini menghancurkannya dengan lebih berbahaya lagi, sebab terjadi secara lebih diam-diam. Batu-batu merusak akar, sedangkan duri-duri merusak buah.
- Nah, apa yang dilambangkan dengan duri-duri yang menghimpit ini?
- Pertama, kekuatiran dunia ini. Kekuatiran akan dunia yang lain akan membuat benih ini cepat tumbuh, tetapi kekhawatiran akan dunia ini akan mengimpitnya. Kekhawatiran-kekhawatiran dunia ini cocok untuk disamakan dengan duri-duri, sebab berbagai kekhawatiran demikian masuk ke dalam dunia dengan dosa, dan merupakan buah dari kutukan. Kekhawatiran itu baik untuk mengisi celah-celah bila ada pada tempatnya, tetapi orang harus diperlengkapi dengan senjata-senjata yang ampuh supaya bisa menanganinya dengan baik (2Sam. 23:6-7). Kekhawatiran-kekhawatiran itu menjerat, menyusahkan, melukai, dan karena itu harus dibakar (Ibr. 6:8). Duri-duri ini mengimpit benih yang baik. Perhatikanlah, kekhawatiran-kekhawatiran dunia ini merupakan hambatan-hambatan besar bagi kita untuk mendapat keuntungan dari firman Allah dan untuk maju dalam beribadah. Kekhawatiran itu memakan habis semangat jiwa yang seharusnya dikerahkan pada perkara-perkara ilahi. Kekhawatiran itu mengalihkan kita dari kewajiban kita dan membuat kita terganggu dalam melaksanakannya, dan akan mendatangkan akibat yang sangat jahat kepada kita nantinya; ia memadamkan pijar-pijar perasaan yang baik, serta memutuskan tali-tali tekad yang kuat. Orang yang khawatir memikirkan banyak hal biasanya akan mengabaikan satu-satunya hal yang penting.
- Kedua, tipu daya kekayaan. Orang yang dengan perhatian penuh dan ketekunan mereka telah menghasilkan banyak harta, tampaknya sudah mengatasi bahaya yang muncul dari kekuatiran itu. Sementara itu, mereka terus menjadi pendengar-pendengar firman. Akan tetapi, mereka sebenarnya masih berada dalam jerat (Yer. 5:4-5). Sukar sekali bagi mereka untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Mereka cenderung menaruh harapan-harapan mereka dalam kekayaan itu, mengandalkannya, dan merasa puas dengannya secara berlebihan. Dan ini pun mengimpit firman seperti halnya kekuatiran. Perhatikanlah, bukan kekayaan itu sendiri, melainkan tipu daya kekayaan yang membawa kejahatan. Nah, kekayaan itu tidak dapat dikatakan menipu kita, kecuali kalau kita menaruh kepercayaan kita di dalamnya dan membangkitkan harapan-harapan kita darinya. Inilah yang akan mengimpit benih yang baik.
- [4] Tanah yang baik (ay. 18). Sebagian jatuh di tanah yang baik, dan sayang sekali bahwa benih yang baik ini tidak selalu jatuh ke tanah yang baik, supaya tidak ada kerugian. Begitulah gambaran orang-orang yang mendengar firman itu dan mengerti (ay. 23). Perhatikanlah, walaupun ada banyak orang menerima anugerah Allah dan firman anugerah-Nya secara sia-sia, namun Allah masih mempunyai sisa-sisa umat-Nya yang menerima benih itu dan berbuah, sebab firman Allah tidak akan kembali kepada-Nya dengan sia-sia (Yes. 55:10-11).
- Nah, hal yang membedakan tanah yang baik ini dengan jenis tanah lainnya hanyalah satu kata, yaitu berbuah. Dengan hal inilah orang-orang Kristen dibedakan dari orang-orang munafik, yaitu bahwa mereka berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku (Yoh. 15:8). Ia tidak berkata bahwa tanah yang baik ini tidak berbatu-batu, atau tidak berduri, melainkan bahwa tidak ada suatu hal apa pun yang dapat menghambat tanah ini untuk berbuah. Orang-orang kudus di dunia ini tidaklah bebas sempurna dari sisa-sisa dosa yang masih ada, melainkan dengan bahagia dibebaskan dari kuasanya.
- Pendengar-pendengar yang digambarkan dengan tanah yang baik adalah:
- Pertama, pendengar-pendengar yang cerdas; mereka mendengar firman itu dan mengerti. Mereka bukan hanya mengerti arti dan maksud dari firman itu, melainkan juga secara pribadi peduli terhadapnya. Mereka mengerti firman itu seperti pedagang mengerti barang dagangannya. Allah dalam firman-Nya berurusan dengan manusia sebagai manusia, dengan cara yang masuk akal atau yang bisa dipikirkan dengan akal budi. Ia mengarahkan kehendak dan perasaan manusia dengan membuka pengertian mereka, sementara Iblis, yang adalah pencuri dan perampok, masuk tidak melalui pintu itu, melainkan dengan memanjat tembok.
- Kedua, pendengar-pendengar yang berbuah, yang membuktikan bahwa mereka memang mengerti firman dengan baik karena mengerti juga berarti menghasilkan buah. Buah itu adalah tubuh bagi benih itu sendiri, yaitu sebuah hasil yang paling mendasar yang terdapat di dalam hati dan kehidupan, yang sesuai dengan benih dan firman yang diterima. Kita baru berbuah apabila kita berbuat sesuai dengan firman, dan apabila sikap pikiran serta perilaku kehidupan kita sesuai dengan Injil yang telah kita terima, dan kita berbuat seperti apa yang telah diajarkan kepada kita.
- Ketiga, tidak semua orang berbuah sama banyaknya, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Perhatikanlah, di antara orang-orang Kristen yang berbuah, sebagian berbuah lebih banyak daripada yang lain. Walaupun anugerahnya sama-sama benar, namun ada tingkatan-tingkatan di dalamnya. Sebagian orang mencapai pengetahuan dan kekudusan yang lebih tinggi daripada sebagian yang lain. Murid-murid Kristus tidak semua duduk di kelas yang sama. Kita harus mengarahkan tujuan untuk mencapai tingkatan yang tertinggi, untuk menghasilkan seratus kali lipat, seperti tanah Ishak (Kej. 26:12), dan berbuah banyak dalam pekerjaan Tuhan (Yoh. 15:8). Tetapi, jika tanahnya baik dan buahnya benar, hatinya jujur dan hidupnya sesuai dengannya, maka orang yang menghasilkan buah tiga puluh kali lipat pun akan diterima dengan senang hati oleh Allah, dan ini merupakan buah yang berlimpah bagi mereka, sebab kita berada di bawah kasih karunia (anugerah), bukan di bawah hukum Taurat.
SH: Mat 13:1-9 - Dampak pemberitaan Firman. (Senin, 31 Januari 2005) Dampak pemberitaan Firman.
Yesus makin populer. Orang berbondong-bondong mencari Dia.
Mungkin mereka ingin mengalami berbagai tanda mukjizat...
Dampak pemberitaan Firman.
Yesus makin populer. Orang berbondong-bondong mencari Dia.
Mungkin mereka ingin mengalami berbagai tanda mukjizat yang
sanggup Ia lakukan dan telah tersiar luas kabarnya. Mungkin juga
mereka memang terpesona oleh ajaran-ajaran-Nya yang penuh hikmat
dan kuasa. Justru dalam situasi itu Yesus memberikan perumpamaan
penabur. Maksudnya jelas untuk menantang mereka memeriksa diri,
tipe tanah bagaimanakah mereka.
Penabur dalam perumpamaan ini adalah pemberita firman tentang Kerajaan Surga yaitu Yesus (ayat 19). Yesus tentu menginginkan agar semua yang mendengar ajaran-Nya mengalami pembaruan hidup. Namun, dengan perumpamaan ini, Yesus memberikan peringatan bahwa mungkin sekali orang banyak yang tertarik mengerumuni Dia itu tidak murni menyambut-Nya.
Ada empat kemungkinan tipe respons orang terhadap Yesus yang
diwakili oleh empat jenis tanah penerima benih. Tanah di pinggir
jalan, tanah berbatu-batu, tanah bersemak duri, dan tanah yang
baik. Tiga yang pertama menunjukkan penerimaan yang tidak benar
terhadap Yesus dan firman-Nya sehingga tidak mengeluarkan
pembaruan hidup. Mereka adalah yang tidak percaya dan tidak
mengerti firman Yesus (ayat 4, 19), yang tidak bersedia
melaksanakan konsekuensi yang dituntut oleh firman (ayat
Tiga jenis respons terhadap firman Yesus ini tidak saja terjadi dulu di antara pendengar Yesus. Ketiganya juga ada di kalangan orang yang menganggap diri Kristen atau terlibat dalam kehidupan bergereja. Perumpamaan Yesus memaksa pendengar-Nya untuk memeriksa diri. Kini pun kita didesak untuk memeriksa apakah respons iman kita sejati?
Ingat: Respons yang benar terhadap firman pasti membuahkan pembaruan hidup.

SH: Mat 13:1-23 - Mengerti kebenaran-Nya adalah anugerah. (Senin, 5 Februari 2001)
Mengerti kebenaran-Nya adalah anugerah. Banyak Kristen
datang beribadah, namun ketika mereka meninggalkan
ruang ibadah, apakah dengan pengertian yang...
Mengerti kebenaran-Nya adalah anugerah.
Banyak Kristen
datang beribadah, namun ketika mereka meninggalkan
ruang ibadah, apakah dengan pengertian yang sama?
Ada yang hanya mendengar namun sibuk dengan
pikirannya sendiri; ada yang mendengar tetapi
tidak mengerti; ada yang mendengar tetapi kemudian
menafsirkannya sendiri; ada juga yang sungguh-
sungguh mendengar dan mengerti kebenarannya.
Tempat yang sama, nas Alkitab yang sama, dan
pengkhotbah yang sama, tidak menentukan jemaat
yang hadir mendapatkan pengertian yang sama pula.
Mengapa demikian? Mengerti kebenaran firman-Nya
adalah anugerah, yang dinyatakan bagi mereka yang
mau terbuka kepada kebenaran-Nya.
Inilah yang dijelaskan Yesus ketika murid-murid-Nya menanyakan mengapa Ia memakai metode perumpamaan. Banyak orang berbondong-bondong datang, tetapi seperti nubuat nabi Yesaya bahwa mereka mendengar dan melihat namun tidak mengerti. Bukan karena Ia tidak mau menyatakan kebenaran kepada mereka, tetapi karena mereka yang mengeraskan hati, sehingga mereka tidak bertemu dengan kebenaran itu, yakni Yesus sendiri. Zaman kini banyak orang berbondong-bondong mencari gereja, tetapi berapa banyak yang sungguh-sungguh mau terbuka kepada kebenaran firman-Nya, sehingga ia mengerti, percaya, dan menyimpan kebenaran itu dalam hatinya? Bukan orang-orang yang secara fisik hadir di gereja yang dapat mengerti kebenaran-Nya, tetapi anugerah pengertian dinyatakan bagi Kristen yang haus akan kebenaran.
Arti perumpamaan seorang penabur adalah bahwa tidak semua orang yang menerima kebenaran kemudian akan berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah. Firman kebenaran itu harus dimengerti (diterima); diresapi (berakar); dihayati sehingga mempengaruhi pola pikir, perilaku, gaya hidup (bertumbuh); dan dipertahankan sampai menghasilkan berlipatganda (berbuah). Pergumulan, masalah, kesulitan, kekuatiran, dan segala bentuk tantangan akan merupakan ujian bagi Kristen, apakah Kristen sanggup berakar, bertumbuh, dan kemudian berbuah di tengah dunia yang menentang kebenaran.
Renungkan: Mengerti kebenaran-Nya adalah anugerah. Milikilah sikap terbuka untuk mengerti dan kemudian mengizinkan kebenaran itu mengubah hidup Anda, maka hidup Anda akan berbuah berlipatganda.

SH: Mat 13:1-23 - Keluar dari hati. (Minggu, 01 Maret 1998) Keluar dari hati. Hati adalah tempat kita mempertimbangkan pilihan, mengambil keputusan, mereka-reka kebaikan atau kejahatan. Hati adalah cerminan keb...
Keluar dari hati.
Hati adalah tempat kita mempertimbangkan pilihan, mengambil keputusan, mereka-reka kebaikan atau kejahatan. Hati adalah cerminan keberadaan diri kita secara sederhana. Dalam satu kesempatan hati adalah tempat untuk iman, tetapi dalam kesempatan lainnya hati juga dapat meniadakan Tuhan. Sedemikian pentingnya hati, sampai-sampai firman Tuhan memerintahkan kita untuk memeliharanya lebih dari harta karun.
Tak ada lagi kebaikan. Kesimpulan Daud yaitu bahwa tak ada yang berbuat baik, sungguh mengejutkan. Mustahil kalau di dunia ini sudah tidak ada lagi yang dapat berbuat baik. Bagaimana dengan orang yang bermental terpuji? Memang benar, Pemazmur tidak menyangkal adanya orang-orang yang berbudi luhur, namun ternyata perhatian Pemazmur lebih mendasar. Dua hal yang Pemazmur soroti tajam. Pertama, kebanggaan dan keinginan membangkitkan kemurtadan; Kedua, dalam hal mencari Allah, tak seorang pun memiliki dorongan tulus murni. Betapa parah dan bobroknya kondisi iman manusia dalam dosa.
Fatal akibatnya. Kemurtadan mendatangkan akibat fatal. Daud menggambarkan bahwa kejatuhan yang mengenaskan dialami oleh orang yang melakukan kejahatan. Orang yang membiarkan dirinya hidup tanpa Allah, akan mengalami kemerosotan drastis dan tragis secara mental dan spiritual. Karena itu bukan lagi hal yang luar biasa bila kini masih menyaksikan banyak orang terserang goncangan jiwa yang menghancurkan kehidupannya. Hal demikian tidak akan dialami oleh orang beriman. Kehidupan mereka dipenuhi oleh sorak-sorai dan damai sejahtera.
Renungkan: Ibadah pada hakikatnya ialah memperkokoh sikap iman kepada Allah, meneguhkan hati dan merayakan kemuliaan Allah bersama umat-Nya. Periksa kembali semangat ibadah kita, sungguhkan kita beribadah dalam sikap hati berkenan pada-Nya?

SH: Mat 13:1-23 - Tentang perumpamaan. (Sabtu, 7 Maret 1998) Tentang perumpamaan. Perumpamaan adalah salah satu cara dari sekian banyak cara yang dipakai Tuhan Yesus untuk mengajarkan kebenaran firman Allah. Mel...
Tentang perumpamaan.
Perumpamaan adalah salah satu cara dari sekian banyak cara yang dipakai Tuhan Yesus untuk mengajarkan kebenaran firman Allah. Melalui perumpamaan itu, selain orang dapat menerima dengan lebih jelas, dapat juga membuat kebenaran itu menjadi tertutup dari pengertian seseorang. Mengapa? Sebab perumpamaan bisa membuat orang yang tidak paham mencari jawab karena rindu kebenaran atau menutup diri karena sombong.
Tentang Kerajaan Allah. Perumpamaan tentang seorang penabur ini mengajarkan tentang Kerajaan Allah. Firman tentang Kerajaan Allah itu diberitakan (ayat 3-9). Tujuannya adalah agar firman itu diterima, diresap, dihayati untuk kemudian bertumbuh, sampai akhirnya berdampak nyata dalam hidup dan perilaku seseorang. Ternyata dari pengajaran Yesus selanjutnya dalam perumpaan ini jelas bahwa tidak semua firman yang diberitakan itu diterima manusia. Terbukti dari letak jatuhnya firman yang ditaburkan itu. Kehidupan nyata Kristen akan menjadi ujian sepanjang masa, sungguhkan firman Kristus itu tertanam, terutama dalam hidup kita?
Renungkan: Firman Tuhan yang kekal mampu mengubah kita asal kita rela menyingkirkan segala bentuk kendala yang menghambat pertumbuhan ke arah pengenalan akan Kristus.
Topik Teologia -> Mat 13:3
Topik Teologia: Mat 13:3 - -- Yesus Kristus
Kemanusiaan Kristus
Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
Yesus Kreatif dalam Dialog
Dia Memakai Peru...
- Yesus Kristus
- Kemanusiaan Kristus
- Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
- Yesus Kreatif dalam Dialog
- Dia Memakai Perumpamaan
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Hambatan Pengudusan
- Murtad Meniadakan Pengudusan
- Ula 32:15-18 1Ta 28:9 Yes 65:11-15 Yer 2:21 Yer 18:9-10 Zef 1:4-6 Mat 3:10 Mat 13:3-8,18,20-22 Mat 24:9-12 Luk 8:11,13 Luk 9:57-62 Luk 11:24-26 Luk 13:6-9 Yoh 15:6 Kis 7:39-43 1Ti 1:18-20 1Ti 4:1-3 2Ti 3:1-9 2Ti 4:3-4 2Ti 4:10 Ibr 3:12-13 Ibr 4:1-11 Ibr 6:4-8 Ibr 10:25-31,39 2Pe 2:1-22 2Pe 3:17 Yud 1:4
TFTWMS -> Mat 13:1-9
TFTWMS: Mat 13:1-9 - Perumpamaan—isinya PERUMPAMAAN—ISINYA (Matius 13:1-9)
1 Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. 2 Maka datanglah orang banyak berbondong...
PERUMPAMAAN—ISINYA (Matius 13:1-9)
1 Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. 2 Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. 3 Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. 4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. 5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. 6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. 7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. 8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. 9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Ayat 1, 2. Ayat-ayat pembukaan ini menyediakan latar belakang bagi beberapa perumpamaan dalam pasal ini. Yesus keluar dari rumah di Kapernaum, di mana Ia telah "berbicara dengan orang banyak" (12:46), dan duduk di tepi danau itu. Kapernaum terletak tepat di pinggir Danau Galilea. Ia berdiri di sini mungkin untuk bicara dengan lebih banyak orang dalam satu kesempatan. Selagi di pantai itu, datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia. Yesus telah berkhotbah di banyak kota dan desa di daerah itu (Luk. 8:1). Pada saat ini, Lukas berkata bahwa "sejumlah besar orang telah berkumpul … dari setiap kota" (Luk. 8:4; NKJV).
Desakan orang banyak itu begitu kuatnya sehingga Yesus naik ke perahu kecil. Ketika Ia mundur sedikit dari bibir pantai, latar belakang itu menjadi teater alam, membuat mudah bagi semua orang yang berdiri di pantai untuk mendengarkan Dia. Lokasi tradisional untuk khotbah ini disebut "Selat Perumpamaan."1Beberapa ribu orang bisa mendengar orang bicara dari tengah-tengah selat ini. Perahu itu sendiri berfungsi sebagai semacam mimbar dari mana Yesus bicara. Ia duduk untuk mengajar, seperti kebiasaan rabi Yahudi (5:1; 15:29; 24:3; 26:55).
Ayat 3. Ketika Yesus memulai, "Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka." Meski Kristus telah menggunakan metode pengajaran ini pada beberapa kesempatan sebelumnya, ini adalah kali pertama Matius menamakan ajaran itu dengan istilah "perumpamaan." "Perumpamaan kerajaan" yang pertama yang Yesus sajikan adalah perumpamaan penabur. Ajaran ini ditemukan dalam ketiga Injil Sinoptik (Mat. 13; Mrk. 4; Luk. 8). Ketika menceritakan perumpamaan, Yesus menggambarkan latar belakang yang dikenal baik oleh para pendengar-Nya, terutama dengan menggunakan gambaran pertanian dan pinggiran kota.
"Penabur itu" keluar untuk menabur. Ia meninggalkan kota atau desa tempat ia tinggal dan keluar untuk menanam benih di sebidang tanah di sekitar itu. Penabur sering keluar rumah di pagi hari, bekerja sepanjang hari, dan kemudian pulang di senja hari ke rumah aman mereka di dalam tembok kota (Hak. 19:16-21; Ruth 2:2, 17, 18). Benih gandum biasanya ditanam pada bulan Nopember/Desember dan dipanen pada bulan April/Mei.
Petani menabur benih mereka dengan metode "menyebar." Ketika menabur, mereka akan mengumban tas berisi benih secara menyilang pada kedua bahu mereka dan berjalan melewati ladang itu, menyebar segenggam benih ke udara sambil mereka berjalan. Ketika menabur dengan cara ini, tidak ada cara untuk mengetahui di mana benih itu akan jatuh. Petani itu tahu bahwa ada cukup benih yang akan jatuh ke tanah yang subur untuk menghasilkan panen. Dalam kondisi yang tepat, benih itu akan tumbuh dan memberikan hasil panen yang baik untuk dia. Dalam perumpamaan ini, unsur tetapnya adalah penabur dan benih, sedangkan jenis tanah berfungsi sebagai variabel.
Ayat 4. Yang pertama kali Yesus sebut adalah benih yang jatuh di pinggir jalan. Kata Yunani yang diterjemahkan "jalan" (oJdo֧, hodos) adalah istilah umum yang berarti "jalan." Kata itu bisa mengacu kepada "jalan raya," "jalan besar," atau "jalan kecil." Dalam konteks sekarang, acuan itu tampaknya sebagai "jalan kecil" (NIV, NRSV). Meski ladang anggur di Palestina sering dilindungi oleh dinding atau pagar batu (Bil. 22:24; Amsal 24:30, 31; Yes. 5:5), namun ladang-ladang gandum tidak memiliki pagar (lihat 12:1). Sebaliknya, mereka dipisahkan oleh jalan setapak yang sempit, dan batas mereka sering ditandai dengan batu pembatas (Ula. 19:14; 27:17; Ayub 24:2; Ams. 22:28; 23:10). Jalan setapak ini telah diinjak-injak selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, tanah di sepanjang jalan itu sangat keras sehingga benih itu tidak bisa menembusnya. Benih yang jatuh di sana akan tergeletak di atas tanah, menjadi mangsa mudah bagi burung. Burung akan mematuknya sebelum petani itu bisa menyelamatkannya dan memasukkannya ke dalam tanah yang subur.
Ayat 5, 6. Kedua, sebagian benih itu jatuh di tempat berbatu-batu. Ini sangat mungkin terjadi di Palestina. Di banyak daerah, hanya ada beberapa sentimeter tanah yang menutupi permukaan batu kapur. Di zaman Kristus, dengan pengecualian bebrapa dataran dan tanah rata tertentu di sepanjang Sungai Yordan dan Laut Galilea, akan sulit menemukan cukup tanah untuk menumbuhkan tanaman yang luas.
Karena tanah itu sangat dangkal, maka tanaman itu tumbuh dengan cepat. Namun begitu, setelah matahari terbit, tanaman itu menjadi kering oleh panas. Daun tanaman itu pada awalnya mungkin tampak sehat dan kuat, tetapi tanpa sistem akar yang baik untuk menyediakan air dan nutrisi, tanaman itu akan segera layu dan mati. Lukas 8:6 mengatakan bahwa ia "menjadi kering karena tidak berakar."
Ayat 7. Ketiga, sebagian benih itu jatuh di tengah semak duri (lihat Ayub 31:40; Yer. 4:3; Mat. 7:16; Ibr. 6:8). Di sini kata Yunani untuk "duri" (a¡kanqa, akantha) mengacu kepada "tanaman berduri." Di ladang itu benih itu berakar di bagian yang sama di mana semak duri telah ditaburkan oleh alam. Semak duri—dulu dan kini— sangat enerjik dalam pertumbuhan mereka. Orang bisa menghadapi banyak kesulitan dalam membersihkan sebidang tanah; tetapi jika ia mengabaikan tanahnya, semak duri akan mengambil alih (Ams. 24:30-34). Pembersihan ladang mengharuskan pencabutan semak duri seakar-akarnya, bukan hanya memotong mereka. Jika mereka dipangkas, mereka akan dengan cepat tumbuh kembali. Dalam hal ini, tanaman yang baik tumbuh bersama dengan semak duri, dan akhirnya "semak duri itu menghimpitnya sampai mati." Karena kehilangan nutrisi yang memadai, sinar matahari, dan udara, tanaman yang baik itu akhirnya mati.
Ayat 8. Keempat, sebagian benih dalam cerita Yesus itu jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Menurut Craig S. Keener, hasil panen di wilayah itu rata-rata adalah 7½ sampai 10 kali jumlah benih yang ditaburkan.2Dengan perhitungan ini, hasil panen yang beragam yang Kristus sebut itu adalah luar biasa, meski tidak ajaib.3Di zaman patriakh, Ishak, karena diberkati oleh Allah, menuai seratus kali lipat (Kej. 26:12). Pelbagai tulisan Yahudi yang belakangan mengacu kepada jenis pertumbuhan yang sama ini.4Hasil panen berlimpah yang disebut di sini akan lebih daripada kompensasi atas benih mana saja yang tidak produktif yang terbuang di tanah.
Ayat 9. Yesus menyimpulkan dengan mengatakan, "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" (lihat komentar tentang 11:15). Ia ingin mereka yang mendengarkan perumpamaan itu memahami maknanya. Nasihat ini diulangi dalam ayat 43. Yesus memberikan penjelasan perumpamaan ini dalam 13:18-23.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Perumpamaan Kerajaan Sorga 13:1-23
Menabur Benih Kerajaan
Perumpamaan penabur ini menandai titik balik yang pasti dalam pelayanan Yesus.
Matius: Perumpamaan Kerajaan Sorga 13:1-23
Menabur Benih Kerajaan
Perumpamaan penabur ini menandai titik balik yang pasti dalam pelayanan Yesus.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) MENABUR BENIH KERAJAAN (Matius 13:1-9, 18-23)
Dalam perumpamaan penabur Yesus menyediakan cara bagi para pengikut-Nya untuk bisa membawa injil ke sel...
MENABUR BENIH KERAJAAN (Matius 13:1-9, 18-23)
Dalam perumpamaan penabur Yesus menyediakan cara bagi para pengikut-Nya untuk bisa membawa injil ke seluruh dunia. Menumpuk benih memang baik, tetapi tidak seefektif "menyebarkan" benih itu. Jika kita menabur benih secara berlimpah, maka ada cukup benih yang akan jatuh ke tanah yang baik, atau ke dalam hati yang jujur, untuk menjamin panen yang melimpah bagi Tuhan. Jika kita menanam dan menyiram, kita tidak bertanggung jawab atas hasilnya. Paulus menjelaskan, "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan" (1 Kor. 3:6). Allah juga berjanji, "firman-Ku … tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya"(Yes. 55:11).
Hukum Allah tentang menabur dan menuai menyatakan bahwa setiap jenis benih akan menghasilkan menurut jenisnya sendiri (Kej. 1:11, 12). Ketika kita menanam jenis benih tertentu, kita tahu bahwa kita akan menerima hasil jenis tertentu dari jenis itu. Apa yang benar dalam alam lahiriah adalah benar juga dalam alam rohaniah (lihat Gal. 6:7-9). Ketika benih rohani ditaburkan, kita akan menerima hasil rohani.Ketika benih murni Firman Allah ditaburkan, itu akan menghasilkan hanya orang Kristen dan orang Kristen saja.
Pada dasarnya, Yesus berkata, "Pergilah mengajar, membaptis, dan mengajarlah lebih banyak lagi" (lihat 28:18-20). Kita tidak bertanggung jawab atas kedalaman rohani orang lain, tapi kita bertanggung jawab untuk mencoba menanam benih injil. Yesus melakukannya (7:29; Mrk 1:27), dan Paulus memerintahkannya (1 Tim. 4:16; 2 Tim. 3:16).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Berbagai Jenis Tanah (Matius 13:1-9, 18-23)
Seperti dalam perumpamaan Yesus, benih injil jatuh pada berbagai jenis tanah sekarang ini. Tanah-tanah it...
Berbagai Jenis Tanah (Matius 13:1-9, 18-23)
Seperti dalam perumpamaan Yesus, benih injil jatuh pada berbagai jenis tanah sekarang ini. Tanah-tanah itu melambangkan berbagai jenis orang dan penerimaan mereka terhadap Firman Allah.
Tanah Yang Keras (Jalan Kecil). Benih injil tidak dapat menembus hati yang keras milik beberapa orang. Mereka tidak mengerti kekudusan Allah, realitas dosa mereka dan konsekuensinya, perlunya pengorbanan Kristus, dan kepastian penghakiman yang akan datang. Oleh karena itu, injil itu tidak bermanfaat bagi mereka.
Tanah Yang Berbatu-Batu. Orang lain segera menerima benih injil dengan sukacita yang besar; tetapi ketika timbul perlawanan, mereka segera layu dan mati secara rohani. Mereka berpaling dari Kristus dan kembali kepada dunia.
Tanah Bersemak Duri. Orang yang menerima pesan injil bisa membiarkan produktivitas rohani mereka dihimpit oleh "duri-duri" kehidupan. Banyak orang Kristen sekarang ini masuk ke dalam kategori ini. Kehidupan mereka sangat padat oleh karir dan kepentingan pribadi sehingga mereka tidak punya waktu yang tersisa untuk perkembangan rohani. Kegiatan seperti doa, mempelajari Alkitab, kehadiran di gereja, kunjungan, penginjilan pribadi, dan pelayanan kepada orang lain dihimpit. Akibatnya, mereka berbuah sedikit untuk sang Tuan.
Tanah Yang Baik. Mereka yang memiliki hati yang lembut terhadap Allah dengan senang hati menerima injil. Dengan secara setia terlibat dalam disiplin rohani, mereka membentuk akar Kristen yang kuat yang membantu mereka tumbuh dengan baik. Akibatnya, mereka berbuah banyak bagi Tuhan.
Kesimpulan. Setiap orang harus menanya dirinya sendiri, "jenis tanah apakah saya ini?"; "Dengan cara apakah saya harus berubah untuk menjadi lebih produktif dalam kerajaan Allah?"
David Stewart
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Lihat Hak. 9:7-20; 2 Sam. 12:1-14; 2 Raja 14:8-14; Yes. 5:1-7; 27:2-6; Yer. 13:1-11; Yeh. 15:1-8; 17:1-10; 19:1-14; 23:1-49. Beber...
Catatan Akhir:
- 1 Lihat Hak. 9:7-20; 2 Sam. 12:1-14; 2 Raja 14:8-14; Yes. 5:1-7; 27:2-6; Yer. 13:1-11; Yeh. 15:1-8; 17:1-10; 19:1-14; 23:1-49. Beberapa dari contoh ini mungkin secara teknis lebih dicap sebagai kiasan, perumpamaan yang dipraktikkan, atau ratapan.
- 2 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 224.
- 3 Klyne R. Snodgrass, "Parable," in Dictionary of Jesus and the Gospels, ed. Joel B. Green and Scot McKnight (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 593.
- 4 Lihat Sirach 39:2; 47:17; 1 Enoch 1.2, 3; and Mishnah Sotah 9.15.
- 5 Mereka yang menghitung tujuh tidak menyertakan perkataan dalam 13:52 sebagai perumpamaan, sedangkan mereka yang menghitung delapan menganggap itu sebuah perumpamaan.
- 6 Disadur dari H. Leo Boles, A Commentary on the Gospel According to Matthew (Nashville: Gospel Advocate Co., 1936), 305.
- 7 Disadur dari R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 216.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. C...
Catatan Akhir:
- 1 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 82.
- 2 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 377.
- 3 Josephus memuji tanah di sekitar Kapernaum atas kesuburannya. (Josephus Wars 3.10.8.)
- 4 Sibylline Oracles 3.263-64; Jubilees 24.15.
- 5 Jubilees 11.10, 11; see Talmud Sanhedrin 107a.
- 6 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 219.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi