
Teks -- Kisah Para Rasul 1:5 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Kis 1:5
Full Life: Kis 1:5 - DENGAN (DALAM) ROH KUDUS.
Nas : Kis 1:5
Kata depan "dengan" adalah terjemahan dari kata Yunani _en_ yang
sering kali diterjemahkan juga sebagai "dalam". Banyak orang lebih s...
Nas : Kis 1:5
Kata depan "dengan" adalah terjemahan dari kata Yunani _en_ yang sering kali diterjemahkan juga sebagai "dalam". Banyak orang lebih suka terjemahan "kamu akan dibaptiskan dalam Roh Kudus". Dengan demikian, "dibaptiskan dengan air" dapat juga diterjemahkan "dibaptiskan dalam air". Yesus sendirilah membaptiskan orang yang percaya kepada-Nya dalam Roh Kudus
(lihat cat. --> Yoh 1:33).
[atau ref. Yoh 1:33]
Jerusalem -> Kis 1:5
Jerusalem: Kis 1:5 - dibaptis dengan Roh Kudus Baptisan dengan Roh Kudus yang dinubuatkan oleh Yohanes Pembaptis, Mat 3:11 dsj, dan yang di sini dijanjikan oleh Yesus itu akan mulai dilaksanakan de...
Baptisan dengan Roh Kudus yang dinubuatkan oleh Yohanes Pembaptis, Mat 3:11 dsj, dan yang di sini dijanjikan oleh Yesus itu akan mulai dilaksanakan dengan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, Kis 2:1-4. Sesuai dengan perintah Kristus, Mat 28:19, para rasul akan tetap membaptis dengan air, Kis 2:41; 8:12,38; 9:18; 10:48; 16:15,33; 18:8; 19:5, sebagai upacara pemasukan ke dalam kerajaan Mesias, bdk Mat 3:6+, tetapi mereka membaptis "dalam nama Yesus", Kis 2:38+; berkat iman dan karya yang dilaksanakan Kristus, bdk Rom 6:4+, baptisan itu selanjutnya berdaya menghapus dosa dan memberikan Roh Kudus, Kis 2:38. Sehubungan dengan baptisan Kristen dengan air itu muncullah sebuah upacara lain ialah penumpangan tangan, 1Ti 4:14+, yang bermaksud secara kelihatan dan karismatis memberikan Roh Kudus, serupa dengan pemberian Roh Kudus pada hari Pentakosta, Kis 8:16-19; 9:17-18; 19:5-6 (tetapi bdk Kis 10:44-48). Upacara ini menjadi asal-usul sakramen penguatan. Di samping sakramen-sakramen Kristen tersebut, baptisan Yohanes juga masih beberapa lamanya dipraktekkan oleh sementara orang Kristen yang kurang terdidik, Kis 19:3.
Ref. Silang FULL -> Kis 1:5

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Kis 1:1-5
Matthew Henry: Kis 1:1-5 - Bukti-bukti Kebangkitan Kristus; Pesan Kristus kepada Rasul-rasul-Nya
Sejarawan yang terilhami ini memulai ceritanya dalam Kisah Para Rasul,
I. Dengan merujuk pada, dan memberikan ringkasan dari, kitab Inj...
- Sejarawan yang terilhami ini memulai ceritanya dalam Kisah Para Rasul,
- I. Dengan merujuk pada, dan memberikan ringkasan dari, kitab Injilnya, atau sejarah hidup Kristus, sembari menuliskan kitab ini, seperti ia menuliskan Injil itu, untuk temannya Teofilus (ay. Kis 1:1-2).
- II. Dengan memberikan ringkasan tentang bukti-bukti kebangkitan Kristus, pertemuan-Nya dengan murid-murid-Nya, dan perintah-perintah yang diberikan-Nya kepada mereka selama empat puluh hari, selama Ia masih ada di bumi (ay. Kis 1:3-5).
- III. Dengan memberikan cerita khusus tentang kenaikan Kristus ke sorga, percakapan murid-murid-Nya dengan Dia sebelum Ia naik ke sorga, dan percakapan malaikat-malaikat dengan mereka setelah Ia naik (ay. Kis 1:6-11).
- IV. Dengan memberikan gambaran umum tentang awal pembentukan jemaat Kristen, dan keadaannya mulai dari kenaikan Kristus sampai pada pencurahan Roh (ay. Kis 1:12-14).
- V. Dengan memberikan cerita khusus tentang terisinya satu tempat dalam kelompok yang suci itu, yang menjadi kosong oleh kematian Yudas, dengan dipilihnya Matias untuk menggantikan tempatnya (ay. Kis 1:15-26).
Bukti-bukti Kebangkitan Kristus; Pesan Kristus kepada Rasul-rasul-Nya ( Kis 1:1-5)
- Dalam perikop di atas,
- I. Teofilus diingatkan, dan di dalam dia kita pun diingatkan, akan Injil Lukas, yang baik untuk kita perhatikan sebelum mulai mempelajari kitab ini. Ini supaya kita tidak hanya melihat bagaimana kitab ini memulai apa yang ditinggalkan dalam kitab Lukas, melainkan juga bahwa, seperti air mencerminkan wajah, demikian pula pekerjaan-pekerjaan para rasul mencerminkan pekerjaan-pekerjaan Guru mereka, pekerjaan-pekerjaan anugerah-Nya.
- 1. Pelindung Lukas, yang kepadanya Lukas mempersembahkan kitab ini, adalah Teofilus (ay. Kis 1:1). Lebih tepatnya harus saya katakan murid Lukas, sebab ia bermaksud, dalam mempersembahkan kitab ini kepadanya, untuk mengajar dan membimbing dia, dan bukan untuk mendapat persetujuan atau perlindungannya. Dalam kata pengantar dari Injilnya, Lukas memanggilnya Teofilus yang mulia. Di sini ia memanggilnya tidak lebih dari hai Teofilus. Bukan berarti bahwa Teofilus sudah kehilangan kemuliaannya, atau bahwa kemuliaannya berkurang dan menjadi kurang ternama. Tetapi mungkin ia sudah turun dari jabatannya, apa pun itu, yang memberi dia gelar kehormatan itu. Atau juga karena sekarang ia sudah lebih matang, dan lebih memandang rendah gelar-gelar kehormatan seperti itu dibandingkan sebelum-sebelumnya. Atau Lukas sudah menjadi lebih akrab dengan dia, dan oleh sebab itu bisa memanggilnya dengan lebih bebas. Biasa bagi orang-orang zaman dulu, bagi para penulis baik Kristen maupun kafir, untuk mempersembahkan tulisan-tulisan mereka kepada orang-orang tertentu seperti itu. Akan tetapi, ditujukannya sebagian kitab dari Kitab Suci kepada orang-orang tertentu seperti itu merupakan petunjuk bagi masing-masing dari kita untuk menerimanya, seolah-olah itu ditujukan kepada kita secara khusus, kepada nama kita. Sebab, segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita.
- 2. Injilnya di sini disebut sebagai bukunya yang pertama yang sudah dia tulis, yang selalu diperhatikannya ketika ia menulis kitab yang sekarang ini. Ia memaksudkan kitab yang sekarang ini sebagai kelanjutan dan peneguhan dari bukunya yang pertama itu, ton prōton logon – perkataan sebelumnya. Segala yang ditulis tentang Injil itu adalah perkataan yang benar sebagaimana yang diucapkan. Bahkan, sekarang kita tahu bahwa tidak ada perkataan yang tidak tertulis yang bisa dipercayai, kecuali bila perkataan itu sesuai dengan apa yang tertulis. Ia sudah menulis bukunya yang pertama, dan sekarang ia mendapat ilham ilahi untuk menulis buku ini, sebab murid-murid Kristus harus beralih kepada perkembangan yang penuh (Ibr. 6:1). Dan oleh sebab itu, pembimbing-pembimbing mereka harus membantu mengiringi mereka, harus mengajarkan juga kepada umat itu pengetahuan (Pkh. 12:9), dan tidak boleh berpikir bahwa pekerjaan-pekerjaan mereka yang dulu, sebaik apa pun itu, bisa membuat mereka berdalih untuk tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan selanjutnya. Justru sebaliknya, mereka harus lebih digugah dan dipacu lagi oleh semua pekerjaan itu, seperti Lukas di sini, yang, karena sudah meletakkan dasar dalam buku sebelumnya, membangun lagi pekerjaan lain dalam buku ini di atas dasar buku sebelumnya itu. Oleh sebab itu, janganlah buku ini menyingkirkan buku itu. Janganlah khotbah-khotbah atau buku-buku yang baru membuat kita lupa akan khotbah-khotbah atau buku-buku yang lama, tetapi hendaklah semua yang baru itu mengingatkan kita akan yang lama, dan membantu kita mengembangkannya.
- 3. Isi dari Injilnya adalah sesuatu, segala sesuatu, yang dikerjakan dan diajarkan Yesus. Isi yang sama pula yang menjadi pokok dari tulisan-tulisan ketiga penulis Injil yang lain. Amatilah,
- (1) Kristus melakukan maupun mengajar. Ajaran yang diajarkan-Nya diteguhkan oleh mujizat-mujizat yang dikerjakan-Nya, yang membuktikan Dia sebagai Guru yang diutus Allah (Yoh. 3:2). Dan kewajiban-kewajiban yang diajarkan-Nya diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan mulia yang dilakukan-Nya, sebab Ia telah meninggalkan teladan bagi kita, dan teladan itu membuktikan Dia sebagai Guru yang diutus Allah juga, sebab dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Hamba-hamba Tuhan yang terbaik adalah mereka yang melakukan dan juga mengajar, yang hidupnya senantiasa mencerminkan apa yang mereka khotbahkan.
- (2) Ia memulai melakukan dan juga mengajar. Ia meletakkan fondasi dari segala sesuatu yang akan diajarkan dan dikerjakan dalam jemaat Kristen. Rasul-rasul-Nya harus melanjutkan dan meneruskan apa yang sudah dimulai-Nya, dan mengerjakan serta mengajarkan hal-hal yang sama. Kristus mempersiapkan mereka, dan kemudian membiarkan mereka untuk meneruskannya, tetapi Ia mengutus Roh-Nya untuk memberdayakan atau memampukan mereka baik dalam melakukan maupun mengajar. Sungguh suatu penghiburan bagi orang-orang yang berusaha meneruskan pekerjaan Injil itu, bahwa Kristus sendirilah yang memulai pekerjaan itu. Keselamatan agung yang mula-mula, diberitakan oleh Tuhan (Ibr. 2:3).
- (3) Keempat penulis Injil, dan Lukas khususnya, telah meninggalkan kepada kita segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus. Bukan segala sesuatunya secara terperinci, karena dunia tidak akan cukup untuk memuatnya, melainkan segala hal yang utama, contoh-contoh dari semuanya, yang begitu banyak dan begitu beragam, sehingga atas dasar itu kita bisa menilai semua yang lain. Kita mendapati permulaan dari ajaran-Nya dalam Matius 4:17, dan permulaan dari mujizat-mujizat-Nya dalam Yohanes 2:11. Lukas sudah menyampaikan, sudah membahas, semua ajaran dan pekerjaan Kristus, dan sudah memberi kita gagasan umum tentang itu, meskipun ia tidak mencatat setiap kejadian secara khusus.
- 4. Periode cerita Injil dihitung sampai pada hari Ia terangkat (ay. Kis 1:2). Pada saat itulah Ia meninggalkan dunia ini, dan Ia tidak lagi hadir secara jasmani di dalamnya. Injil Markus ditutup dengan terangkatnya Tuhan ke sorga (Mrk. 16:19), dan demikian pula dengan Injil Lukas (Luk. 24:51). Kristus terus bekerja dan mengajar sampai pada akhirnya, sampai Ia terangkat untuk mengerjakan pekerjaan lain yang harus dikerjakan-Nya di balik tabir.
- II. Kebenaran dari kebangkitan Kristus dipertahankan dan dibuktikan (ay. Kis 1:3). Bagian dari yang diceritakan dalam buku yang pertama itu begitu penting sehingga perlu diulang-ulang dalam segala kesempatan. Bukti besar dari kebangkitan-Nya adalah bahwa Ia menunjukkan kepada rasul-rasul-Nya bahwa Ia hidup. Karena hidup, Ia menunjukkan diri-Nya hidup, dan Ia menampakkan diri kepada mereka (KJV: Ia dilihat oleh mereka – pen.). Mereka adalah orang-orang jujur, dan kesaksian mereka bisa diandalkan. Tetapi yang menjadi pertanyaannya adalah apakah dalam hal ini mereka teperdaya atau tidak, seperti yang terjadi pada banyak orang yang sebenarnya bermaksud baik. Tidak, mereka tidak teperdaya, sebab,
- 1. Bukti-buktinya tidak bisa keliru, tekmeria – petunjuk-petunjuk yang sudah jelas, baik bahwa Ia hidup (Ia berjalan dan berbicara dengan mereka, Ia makan dan minum bersama-sama dengan mereka), dan juga bahwa orang itu adalah Dia sendiri, dan bukan orang lain. Sebab Ia berkali-kali menunjukkan kepada mereka tanda-tanda luka pada tangan, kaki, dan lambung-Nya, yang merupakan bukti terbesar yang bisa diandalkan atau dituntut dari perkara itu.
- 2. Bukti itu banyak, dan terjadi berulang-ulang: Selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri kepada mereka, bukan terus-menerus berdiam bersama mereka, melainkan sering kali menampakkan diri kepada mereka, dan secara perlahan memberi mereka kepuasan dalam penampakan itu, sehingga segala kesedihan mereka atas kepergian-Nya terusir olehnya. Tinggalnya Kristus di bumi dalam waktu sekian lama itu setelah Ia masuk dalam pengangkatan dan kemuliaan-Nya, adalah untuk meneguhkan iman murid-murid-Nya dan menghibur hati mereka. Ini adalah suatu contoh dari perendahan diri dan belas kasihan-Nya kepada orang-orang percaya, sehingga hal itu dapat sepenuhnya meyakinkan kita bahwa Imam Besar yang kita punya dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita.
- III. Petunjuk umum diberikan tentang perintah-perintah yang dipakai-Nya untuk memperlengkapi murid-murid, karena sekarang Ia akan meninggalkan mereka, dan, karena Ia sudah mengembusi mereka dan membuka pikiran mereka, sehingga mereka bisa menerimanya dengan lebih baik.
- 1. Ia memberi mereka perintah tentang pekerjaan yang akan mereka lakukan: Ia memberi perintah-Nya kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya. Perhatikanlah, pilihan Kristus selalu disertai dengan perintah. Orang-orang yang dipilih-Nya sebagai rasul berharap akan diberikan kedudukan oleh Dia, tetapi sebagai gantinya, Ia justru memberi mereka perintah. Ketika Ia bepergian, dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hamba-Nya, masing-masing dengan tugasnya (Mrk. 13:34), Ia memberi mereka perintah-Nya oleh Roh Kudus. Ia sendiri dipenuhi dengan Roh ini sebagai Pengantara, dan Ia mengembuskan-Nya kepada mereka. Dalam memberi mereka Roh Kudus, Ia memberi mereka perintah-perintah-Nya. Sebab, Sang Penghibur akan menjadi Sang Pemberi perintah. Tugas-Nya adalah mengingatkan mereka akan apa yang sudah dikatakan Kristus. Ia memberi perintah kepada rasul-rasul oleh Roh Kudus. Begitulah kata-kata itu bisa disusun. Waktu mereka menerima Roh Kudus, amanat mereka dimeteraikan (Yoh. 20:22). Ia tidak terangkat sebelum memberi mereka perintah, dan dengan demikian menyelesaikan pekerjaan-Nya.
- 2. Ia memberi mereka perintah tentang ajaran yang harus mereka sampaikan: Ia berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Ia sudah memberi mereka gagasan umum tentang kerajaan itu, dan waktu tertentu kapan kerajaan itu akan didirikan di dunia (dalam perumpamaan-Nya di dalam Markus 13). Namun, di sini Ia terlebih memberi mereka ajaran tentang sifat atau natur dari kerajaan itu, sebagai kerajaan anugerah di dunia ini dan kerajaan kemuliaan di dunia lain, dan membukakan kepada mereka kovenan yang merupakan ketetapan agung, yang dengannya baik kerajaan anugerah maupun kerajaan kemuliaan itu dipadukan. Nah, hal ini dimaksudkan,
- (1) Untuk mempersiapkan mereka menerima Roh Kudus, dan untuk menjalani apa yang sudah dirancangkan untuk mereka. Ia memberi tahu mereka secara pribadi apa yang harus mereka beritakan kepada dunia, dan mereka akan mendapati bahwa Roh kebenaran, apabila Ia datang, akan mengatakan hal yang sama seperti yang telah dikatakan-Nya kepada mereka.
- (2) Untuk menjadi salah satu bukti dari kebangkitan Kristus. Begitulah yang terjadi di sini. Murid-murid, yang kepada mereka Ia menunjukkan bahwa Ia hidup, tahu bahwa itu adalah Dia, bukan hanya melalui apa yang ditunjukkan-Nya kepada mereka, melainkan juga melalui apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Tak seorang pun kecuali Dia yang bisa berbicara dengan sedemikian jelas, sedemikian utuh, tentang Kerjaan Allah. Ia tidak menghibur mereka dengan percakapan-percakapan tentang masalah kenegaraan atau kerajaan-kerajaan manusia, tentang filsafat atau kerajaan alam, melainkan murni tentang keilahian dan kerajaan anugerah, tentang hal-hal yang paling menyangkut kepentingan mereka, dan tentang orang-orang yang kepadanya mereka diutus.
- IV. Keyakinan khusus diberikan kepada mereka, bahwa mereka akan segera menerima Roh Kudus, disertai perintah-perintah kepada mereka untuk mengharapkannya (ay. Kis 1:4-5), ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, mungkin dalam pertemuan di bukit Galilea, yang sudah ditentukan-Nya sebelum kematian-Nya. Sebab disebutkan di sini tentang mereka yang berkumpul kembali (ay. Kis 1:6), untuk mengiringi kenaikan-Nya. Walaupun sekarang Ia sudah memerintahkan mereka untuk pergi ke Galilea, mereka tidak boleh berpikir untuk terus tinggal di sana. Tidak, mereka harus kembali ke Yerusalem, dan tidak pergi dari sana. Amatilah,
- 1. Perintah yang diberikan-Nya kepada mereka untuk menunggu. Perintah ini untuk membangkitkan harapan-harapan mereka akan sesuatu yang luar biasa. Dan sesuatu yang sangat luar biasa besar dapat mereka harapkan karena Penebus mereka sudah ditinggikan.
- (1) Mereka harus menunggu sampai waktu yang ditetapkan, yang mulai sekarang sudah tidak lama lagi. Orang-orang yang dengan iman berharap agar rahmat-rahmat yang dijanjikan akan datang, harus dengan sabar menantikan sampai rahmat itu benar-benar datang, sesuai waktunya, sesuai waktu yang ditentukan. Dan ketika saatnya sudah dekat, seperti sekarang, kita harus, seperti Daniel, menantikannya dengan sungguh-sungguh (Dan. 9:3).
- (2) Mereka harus menunggu di tempat yang sudah ditentukan, di Yerusalem, sebab di sanalah Roh harus pertama-tama dicurahkan, karena Kristus akan menjadi raja di Sion, gunung yang kudus. Juga, karena firman TUHAN harus keluar dari Yerusalem. Mereka inilah tentunya yang menjadi jemaat induk itu. Di sana Kristus dipermalukan, dan oleh sebab itu di sana Ia akan mendapat penghormatan ini, dan kebaikan ini dilakukan kepada Yerusalem untuk mengajar kita agar mengampuni mereka yang memusuhi dan menganiaya kita. Para rasul lebih terancam bahaya di Yerusalem daripada di Galilea. Tetapi kita bisa dengan senang hati mempercayakan keamanan kita kepada Allah, apabila kita tetap berjalan di jalan kewajiban kita. Para rasul sekarang harus tampil di muka umum, dan oleh sebab itu harus mempertaruhkan nyawa mereka di tempat umum. Yerusalem adalah kaki dian yang paling cocok untuk mendirikan terang-terang itu.
- 2. Keyakinan yang diberikan-Nya kepada mereka bahwa mereka tidak akan menunggu dengan sia-sia.
- (1) Berkat yang dirancangkan bagi mereka akan datang, dan mereka akan mendapati bahwa berkat itu layak ditunggu-tunggu. Kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus. Yakni,
- [1] “Roh Kudus akan dicurahkan ke atasmu dengan lebih berlimpah daripada sebelum-sebelumnya.” Mereka sudah diembusi dengan Roh Kudus (Yoh. 20:22), dan mereka sudah mendapati manfaatnya. Tetapi sekarang mereka akan mendapatkan karunia-karunia, anugerah-anugerah, dan penghiburan-penghiburan-Nya secara lebih besar lagi, dan dibaptis dengan semua itu, yang dalam hal ini tampak ada rujukan pada janji-janji di dalam Perjanjian Lama tentang pencurahan Roh itu (Yl. 2:28; Yes. 44:3; Yes. 32:15).
- [2] “Engkau akan dibersihkan dan dimurnikan oleh Roh Kudus,” seperti imam-imam dibaptis dan dibasuh dengan air, ketika ditahbiskan untuk menjalankan tugas suci: “Mereka sudah memiliki tanda, tetapi engkau akan memiliki apa yang dipertandakan itu. Engkau akan dikuduskan oleh kebenaran ketika Roh menuntunmu untuk semakin dekat pada kebenaran itu, dan hati nuranimu akan dibersihkan oleh kesaksian Roh, supaya engkau dapat melayani Allah yang hidup sebagai rasul.”
- [3] “Dengan cara ini kamu akan semakin menyatu lagi dengan Tuanmu dan dengan bimbingan-Nya, seperti halnya Israel dibaptis dalam awan dan dalam laut untuk menjadi pengikut Musa. Kamu akan diikatkan begitu erat dengan Kristus sehingga kamu tidak akan pernah, karena penderitaan sekalipun, meninggalkan-Nya lagi, seperti yang pernah kamu perbuat.”
- (2) Nah, karunia Roh Kudus yang dibicarakan-Nya ini adalah,
- [1] Sebagai janji Bapa, yang telah mereka dengar dari padaNya, dan oleh sebab itu bisa diandalkan.
- Pertama, Roh diberikan melalui janji, dan pada waktu itu janji ini adalah janji yang besar, seperti janji tentang Mesias sebelumnya (Luk. 1:72), dan tentang hidup kekal sekarang (1Yoh. 2:25). Hal-hal baik yang sementara sifatnya diberikan melalui tindak pemeliharaan Allah, tetapi Roh dan berkat-berkat rohani diberikan melalui janji (Gal. 3:18). Roh Allah tidak diberikan seperti roh manusia diberikan dan dibentuk dalam diri kita melalui aturan alam (Za. 12:1), melainkan melalui firman Allah.
- 1. Supaya karunia itu semakin bernilai, Kristus memandang Roh yang dijanjikan itu sebagai suatu warisan yang layak ditinggalkan bagi jemaat-Nya.
- 2. Supaya karunia itu semakin pasti, dan para ahli waris dari janji itu bisa yakin akan keputusan Allah yang tidak dapat diubah di dalamnya.
- 3. Supaya karunia itu diberikan berdasarkan anugerah, anugerah istimewa, dan dapat diterima dengan iman, dengan berpegang pada janji, dan bergantung padanya. Sama seperti Kristus, demikian pula Roh, diterima dengan iman.
- Kedua, pencurahan Roh itu adalah janji Bapa,
- 1. Janji dari Bapa Kristus. Kristus, sebagai Pengantara, memandang Allah sebagai Bapa-Nya, yang membuat rancangan bagi-Nya dan memiliki rancangan itu sepanjang waktu.
- 2. Janji dari Bapa kita, yang, jika kita diterima-Nya menjadi anak, pasti akan memberi kita Roh yang menjadikan kita anak (Gal. 4:5-6). Ia akan memberikan Roh, sebagai Bapa segala terang, sebagai Bapa segala roh, dan sebagai Bapa yang penuh belas kasihan. Pencurahan Roh itu adalah janji Bapa.
- Ketiga, janji Bapa ini sudah mereka dengar dari Kristus berkali-kali, terutama dalam khotbah perpisahan yang disampaikan-Nya sebentar sebelum Ia mati, yang di dalamnya Ia meyakinkan mereka, secara berulang kali, bahwa Penghibur akan datang. Hal ini meneguhkan janji Allah, dan mendorong kita untuk bergantung padanya, bahwa kita sudah mendengarnya dari Yesus Kristus. Sebab di dalam Dia semua janji Allah adalah “ya” dan “Amin.” “Engkau sudah mendengarnya dari-Ku, dan Aku akan mewujudkannya.”
- [2] Sebagai nubuatan Yohanes Pembaptis. Karena sejauh itulah Kristus di sini menyuruh mereka untuk melihat kembali (ay. Kis 1:5): “Engkau tidak hanya sudah mendengarnya dari-Ku, tetapi juga dari Yohanes. Ketika ia mengarahkan kalian kepada-Ku, ia berkata (Mat. 3:11), aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus.” Sungguh suatu kehormatan besar yang diberikan Kristus kepada Yohanes di sini, bukan hanya karena Ia mengutip kata-katanya, melainkan juga karena Ia menjadikan karunia Roh yang besar ini, yang sekarang sudah dekat, sebagai penggenapan dari kata-kata Yohanes itu. Demikianlah Ia menguatkan perkataan hamba-hamba-Nya, utusan-utusan-Nya (Yes. 44:26). Tetapi Kristus bisa melakukan lebih daripada yang bisa dilakukan hamba-hamba-Nya. Adalah suatu kehormatan bagi mereka bahwa mereka dipekerjakan untuk menyalurkan sarana anugerah, tetapi adalah hak istimewa-Nya untuk memberikan Roh kasih karunia. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus, akan mengajar kamu dengan Roh-Nya, dan memberikan Roh-Nya untuk menjadi Pengantara di dalam dirimu, dan ini sudah lebih daripada apa yang bisa kita dapatkan dengan mendengarkan khotbah dari hamba-hamba Tuhan yang terbaik.
- (3) Nah, karunia Roh Kudus yang dijanjikan seperti itu, yang dinubuatkan seperti itu, dan yang dinanti-nantikan seperti itu, adalah apa yang kita lihat diterima rasul-rasul dalam pasal selanjutnya, sebab di dalam karunia itu janji ini digenapi secara penuh. Inilah yang akan datang itu, dan kita tidak perlu menantikan yang lain. Sebab di sini dijanjikan bahwa karunia itu akan diberikan tidak lama lagi. Ia tidak memberi tahu mereka berapa hari lagi, karena mereka harus mempersiapkan diri setiap hari agar pantas menerimanya. Kitab-kitab lain berbicara tentang karunia Roh Kudus kepada orang-orang awam yang percaya. Ini berbicara tentang kuasa khusus yang, oleh Roh Kudus, dikaruniakan kepada mereka yang pertama-tama memberitakan Injil, dan menanam jemaat, dengan memampukan mereka untuk tanpa keliru menyampaikan kepada angkatan itu, dan mencatat untuk angkatan yang akan datang, ajaran Kristus beserta bukti-buktinya. Dengan demikian, berdasarkan janji ini, dan pelaksanaannya, kita menerima Perjanjian Baru sebagai ilham ilahi, dan mempertaruhkan jiwa kita padanya.
SH: Kis 1:1-11 - Menjadi saksi Kristus (Kamis, 21 Mei 2009) Menjadi saksi Kristus
Apa yang menjadikan peristiwa di perikop pertama Kisah Para Rasul ini
istimewa? Pertama, Yesus berulang kali menampakkan di...
Menjadi saksi Kristus
Apa yang menjadikan peristiwa di perikop pertama Kisah Para Rasul ini
istimewa? Pertama, Yesus berulang kali menampakkan diri-Nya
kepada para murid-Nya untuk meyakinkan mereka bahwa Dia sungguh
sudah bangkit (ayat 3). Kedua, Yesus menjanjikan Roh Kudus akan
membaptis mereka untuk memperlengkapi mereka dalam tugas
panggilan menjadi saksi Kristus (ayat 4, 8). Ketiga, Yesus naik
ke surga sebagai tanda bahwa tugas-Nya di dunia ini sudah selesai
(ayat 9).
Respons para murid sebenarnya cukup memprihatinkan. Di saat kebangkitan Yesus memberi pengharapan baru bagi mereka yang sempat kehilangan asa, ternyata konsep berpikir mereka masih keliru (ayat 6). Mereka masih berpikir bahwa Yesus akan menegakkan kerajaan Israel seperti pada masa lampau (PL). Bila demikian, tentu Yesus akan menjadi Raja dan mereka sendiri akan menduduki jabatan-jabatan penting di sekitar Dia.
Sebenarnya Yesus mengajarkan mereka mengenai Kerajaan Allah (ayat 3b) yang bersifat rohani. Yaitu Kerajaan Allah yang ditegakkan melalui kematian-Nya di kayu salib yang menga-lahkan kuasa dosa dan melalui kebangkitan-Nya yang mengalahkan kuasa maut. Kerajaan Allah yang bersifat rohani ditegakkan ketika manusia tunduk dan mengakui kedaulatan Allah atas hidupnya. Untuk menegakkan kerajaan Allah seperti itu tentu bukan dengan kekuatan manusia, melainkan kekuatan Allah sendiri. Itu sebabnya Yesus meminta mereka menanti di Yerusalem sampai Roh Kudus turun atas mereka. Baru dengan kuasa yang dari Atas tersebut mereka dimampukan menjadi saksi Kristus untuk penegakan Kerajaan Allah di atas muka bumi ini.
Ingat orang Kristen dan gereja punya tugas mulia memberitakan Injil agar manusia berdosa dibebaskan dari be-lenggu dosa untuk dapat menyembah Allah sebagai Raja. Sudahkah Anda memberi diri dipenuhi oleh Roh Kudus sehingga kuasa-Nya memampukan Anda menjadi saksi-Nya di mana pun Anda berada?

SH: Kis 1:1-11 - Wawasan baru kemuridan. (Jumat, 6 Juni 2003) Wawasan baru kemuridan.
Zaman kita kini adalah zaman yang ironis. Berbagai informasi
tentang dan dari belahan dunia lain yang jauh dapat denga...
Wawasan baru kemuridan.
Zaman kita kini adalah zaman yang ironis. Berbagai informasi
tentang dan dari belahan dunia lain yang jauh dapat dengan mudah
diterima, didengar, dibaca, atau ditonton. Namun pada saat yang
sama orang-orang yang berpikir sempit kedaerahan dan sektarian
justru tidak berkurang dan malah makin radikal, termasuk bahkan
beberapa saudara yang seiman.
Wawasan misioner justru mengajak murid untuk tidak berpikir picik, dan mulai berpikir secara luas; sang murid akan menerima kuasa dari Roh Kudus, dan menjadi saksi bagi Kristus sampai ke ujung bumi (ayat 8). Wawasan misioner yang berdasarkan kuasa Roh Kudus itu mengajak mereka meninggalkan wawasan kedaerahan yang sempit. Pertanyaan mereka di ayat 6 mencerminkan keprihatinan kedaerahan khas orang Yahudi, yang menantikan kedatangan zaman baru mesianis ketika mereka akan ditinggikan di atas bangsa-bangsa kafir lainnya. Kini pusat perhatian mereka bukan lagi aspirasi sempit bagi golongan sendiri, tetapi pemberitaan Kerajaan Allah ke seluruh penjuru dunia. Kata Yunani martureo ("bersaksi") dalam ay. 8 merupakan akar kata dari kata 'martir'. Bersaksi berarti siap juga berkorban, bahkan mati demi apa yang dipercayai.
Kalimat yang hampir usang "berpikirlah secara global, bertindaklah secara lokal" mengandung kebenaran yang harus kita camkan sebagai murid-murid Kristus. Agenda terpenting perjuangan Kristen tidak boleh egoistis: berjuang demi "agama", etnis/suku yang kebetulan "seiman", klan/keluarga, pribadi dst. Perjuangan Kristen adalah perjuangan yang mengorbankan diri dan bukan demi keuntungan diri/golongan sendiri.
Renungkan: Kesaksian selalu membawa kemungkinan pengorbanan diri dari pihak yang bersaksi. "Kesaksian" yang mementingkan diri/golongan bukanlah kesaksian sejati yang menaati tuntunan Roh Kudus.

SH: Kis 1:1-14 - Karya nyata Yesus. (Jumat, 21 Mei 1999) Karya nyata Yesus.
Penjelasan Lukas ini merupakan kelanjutan dari penjelasannya
terdahulu kepada Teofilus. Lukas ingin memberitahukan kepada
...
Karya nyata Yesus.
Penjelasan Lukas ini merupakan kelanjutan dari penjelasannya
terdahulu kepada Teofilus. Lukas ingin memberitahukan kepada
Teofilus bahwa hidup Yesus tidak hanya terbatas pada berita Injil.
Justru kemenangan dari maut dalam kebangkitan-Nya membuat Ia bebas
menampakkan diri kepada para murid-Nya sebelum Ia kembali ke
surga. Dalam penampakan itulah kini kita tahu bahwa Ia bukan saja
pernah datang ke dalam dunia, tetapi Ia hidup dan mati untuk
menyelamatkan kita. Ia juga hidup terus untuk kita, gereja-Nya,
agar kita dapat hidup untuk Dia di tengah dunia ini.
Menjadi saksi. Para murid yang telah dibimbing-Nya sekian lama, yang telah mengalami dengan mata kepala sendiri segala keajaiban Yesus, masih saja belum menangkap makna Kerajaan Allah yang diwujudkan dalam diri Tuhan Yesus. Mereka lupa bahwa Kerajaan Allah bukan berbentuk wilayah dan kuasa politik, tetapi manusia yang kehidupan-Nya diperintah Tuhan secara utuh. Tugas mereka, juga tugas kita adalah berjuang demi Kerajaan itu, dengan metode dan daya dari Sang Raja, yaitu dengan dipenuhi oleh Roh Kudus tiap saat.
Renungkan: Menyaksikan kepada banyak orang tentang peristiwa-peristiwa kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus serta fakta-fakta kebesaran karya-Nya berarti memberitakan Kerajaan Allah"
Utley -> Kis 1:1-5
Utley: Kis 1:1-5 - --NASKAH NASB (UPDATED): Kis 1:1-51 Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, 2 sa...
NASKAH NASB (UPDATED): Kis 1:1-5
1 Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, 2 sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya. 3 Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. 4 Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang—demikian kata-Nya— "telah kamu dengar dari pada-Ku. 5 Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus."
Kis 1:1 "dalam bukuku yang pertama" Ini adalah sebuah AORIST MIDDLE INDICATIVE, secara hurufiah adalah "aku buat." Lukas sejara jelas adalah penulis dari baik Injil Lukas maupun Kisah (bandingkan Luk 1:1-4 dan Kis 1:1-2). Istilah "volume" digunakan dalam bahasa Yunani untuk sebuah kisah sejarah. Secara teknis (yaitu dalam Bahasa Yunani Klasik) ini mengisyaratkan satu dari setidaknya tiga karya. Sangatlah mungkin akhiran kitab Kisah yang tidak lazim ini bisa dijelaskan oleh rencana Lukas menulis buku volume ketiga. Beberapa bahkan berspekulasi bahwa apa yang kita sebut sebagai Surat-surat Penggembalaan (I Timotius, II Timotius, dan Titus) kemungkinan dituliskan oleh Lukas.
□ "Teofilus" Namaini dibentuk dari (1) Allah (Theos) dan (2) kasih persaudaraan (philos). Ini bisa diterjemahkan "Pencinta Allah," "kawan Allah," atau "yang dikasihi Allah."
Gelar "yang mulia" dalam Luk 1:1 bisa jadi merupkan gelar kehormatan bagi pejabat pemerintah Romawi (lih. Kis 23:26; 24:3; 26:25), yang kemungkinan digunakan untuk ordo equistrian dari masyarakat Romawi. Ia mungkin ia secara hurufiah adalah si donatur bagi penulisan, penyalinan, dan pendistribusian dua buku dari Lukas. Tradisi gereja menamainya sebagai T. Flavius Klemens, sepupu dari Domitian.
□ "segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus" Ini menunjuk pada Injil Lukas. Adalah mengejutkan bahwa Lukas mengatakan "segala sesuatu" yang dikerjakan Yesus, karena Injil Lukas (sebagaimana semua Injil Sinoptik) bersifat sangat selektif dalam apa yang dicatat mengenai kehidupan dan pengajaran Yesus.
Kis 1:2 "2sampai pada hari Ia terangkat" Lihat Topik Kusus berikut.
□ "Ia telah… oleh Roh Kudus" Lihat Topik Khusus berikut.
□ "memberi perintah" Ini menunjuk pada informasi yang tidak dicatat dalam Injil Lukas, namun dalam Mat 28:18-20 dan Kis 1:8.
□ "peritah" Ini adalah sebuah AORIST MIDDLE (deponent) PARTICIPLE. Beberapa ahli melihat hal ini sebagai merujuk pada Kis 1:8 (lih. Mat 28:19-20; Luk 24:45-47 atau Luk 24:49). Gereja mempunyai suatu fungsi bercabang dua: (1) penginjilan dan kedewasaan seripa dengan Kristus. Setiap orang percaya harus menantikan kuasa dan perlengkapan Allah untuk mencapai hal ini. (2) orang lain melihatnya sebagai merujuk pada "menanti di Yerusalem untuk kedatangan dan pemberdayaan dari Roh Kudus (lih. ay. Kis 1:4; Luk 24:49).
□ "rasul-rasul" Lihat bagan nama Rasul-rasul pada Kis 1:13.
□ "yang dipilih Nya" "Dipilih" (eklegō, AORIST MIDDLE INDICATIVE) digunakan dalam dua pengertian. Biasanya dalam PL ini menunjuk pada pelayanan, bukan keselamatan, namun dalam PB ini biasanya menunjuk pada keselamatan rohani. Di sini sepertinya ini menunjuk pada keduanya (cf. Luk 6:13).
Kis 1:3 "Ia menunjukkan diri-Nya... hidup" Ini kemungkinan menunjuk pada tiga penampakan Yesus di ruang loteng kepada keseluruhan kelompok di tiga Hari Minggu Malam berturut-turut, namun juga bisa menunjuk pada penampakan-penampakan yang lainnya (lih. 1Kor 15:5-8). Kebangkitan Yesus bersifat krusial bagi kebenaran injil (lih. Kis 2:24,32; 3:15,26; 4:10; 5:35; 10:40; 13:30,33,34,37; 17:31; dan khususnya 1Kor 15:12-19,20). Berikut
ini adalah bagan dari penampakan-penampakan pasca kebangkitan dari karya Paul Barnett, Yesus dan Kebangkitan dari KeKristenan Mula-mula, hal. 185.
Yohanes |
Matius |
Lukas |
I Korintus |
Penampakan-penampakan di Yerusalem |
|||
Maria (Yoh 20:15) |
|||
Para Wanita (Mat 28:9) |
|||
Simon (Luk 24:34) |
Kefas (1Kor 15:5) |
||
Dua orang di jalan ke Emaus (Luk 24:15) |
|||
Para murid (Luk 24:36) |
Dua belas murid (1Kor 15:5) |
||
Sepuluh murid (Yoh 20:19) |
|||
Sebelas murid (Yoh 20:26) |
|||
Penampakan-penampakan di Galilea |
|||
500+ orang percaya (1Kor 15:6 kemungkinan berkaitan dengan Mat 28:16-20) |
|||
Yakobus (1Kor 15:7) |
|||
Tujuh murid (Yoh 21:1) |
|||
Para murid (Mat 28:16-20) |
|||
Penampakan-penampakan di Yerusalem |
|||
Kenaikan (Luk 24:50-51) |
Semua rasul (1Kor 15:7) |
- NASB, NRSV,
NIV "dengan banyak bukti yang meyakinkan"
- NKJV "dengan banyak bukti yang tak tergoyahkan"
- TEV "dengan banyak tanda… membuktikan"
- NJB "dengan banyak tanda"
Kata tekmērion hanya digunakan di sini dalam PB. Ada sebuah diskusi yang bagus mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam sastra Yunani dalam karya Moulton dan Milligan, Kosakata Perjanjian Bahasa Yunani, hal. 628, di mana ini berarti "bukti demonstratif." Kata ini juga digunakan dalam Hikmat Salomo Kis 5:11; 19:3 dan III Makabe Kis 3:24.
□ "setelah penderitaan-Nya" Sangatlah tidak mudah bagi orang percaya Yahudi untuk bisa menerima aspek injil ini (lih. 1Kor 1:23). Penderitaan Mesias disebutkan dalam PL (lih. Kej 3:15; Mazm 22; Yes 53; dan perhatikan dalam Luk 24:45-47). Ini adalah sebuah peneguhan teologis utama dari khotbah Kerasulan (kerygma; lihat Topik Khusus pada Kis 2:13).
Lukas sering menggunakan AORIST ACTIVE INFINITIVE dari paschō (menderita) untuk menunjuk pada penyaliban Yesus (lih. Luk 9:22; 17:25; 22:15; 24:26,46; Kis 1:3; 3:18; 9:16; 17:3). Lukas mungkin mendapatkannya dari Injil Markus (lih. Kis 8:31).
□ "menampakkan diri… kepada mereka" Kita mempunyai sepuluh atau sebelas catatan dari penampakan- penampakan pasca kebangkitan Yesus yang dicatat bagi kita dalam PB. Namun demikian, ini hanyalah contoh perwakilan saja dan bukan daftar yang definitif. Nampaknya Yesus datang dan pergi selama periode tersebut, tidak tinggal dengan salah satu kelompok.
□ "empat puluh hari" Ini adalah suatu ungkapan PL bagi suatu kurun waktu yang panjang dan tak terbatas, lebih panjang dari satu siklus bulan. Di sini hal ini berhubungan dengan waktu di antara Hari Raya Tahunan Yahudi Paskah dan Pentakosta (yang adalah lima puluh hari). Lukas adalah satu-satunya sumber dari informasi ini. Berhubung anggal dari kenaikan bukan merupakan hal yang utama (bahkan tidak dicatat oleh para penulis Kristen sampai pada abad ke empat M), maka pasti ada maksd lain bagi angka ini. Ini bisa berhubungan dengan Musa di Gunung Sinai, Israel di Padang Belantara, pengalaman pencobaan Yesus, atau pendeknya kita tidak tahu, hanya saja nyata-nyata tanggal itu sendiri bukanlah masalahnya.
□ "berbicara… tentang Kerajaan Allah" Gnostik-gnostik mengklaim bahwa Yesus menyatakan informasi rahasia kepada kelompok mereka selama kurun waktu antara Paskah dan Pentakosta. Ini tentu saja salah. Namun demikian, catatan dari dua orang di perjalanan ke Emaus adalah suatu contoh bagus dari pengajaran pasca kebangkitan Yesus. Saya kira Yesus Sendiri menunjukkan para para pemimpin gereja dari Perjanjian Lama, prediksi-prediksi dan naskah-naskah yang berhubungan dengan kehidupan, kematian, kebangkitan dan kedatangan kedua Nya. Lihat Topik Khusus: Kerajaan Allah yang berikut.
- NASB "mengumpulkan mereka bersama-sama"
- NKJV "berjemaat bersama-sama dengan mereka"
- NRSV "sementara tinggal bersama-sama dengan mereka"
- TEV "ketika mereka datang bersama-sama"
- TEVb "sementara ia tinggal bersama-sama dengan mereka"
NIV "ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka"
- NJB "sementara di meja bersama-sama dengan mereka"
Ayat 4-5 menggunakan satu dari penampakan Yesus sebagai suatu contoh dari salah satu dari beberapa penampakan dan bukti-buktiNya. Istilah sunalizomenos bisa dieja secara berbeda. Perubahan ejaan merubah artinya.
- 1. a panjang - berjemaat/berkumpul
- 2. a pendek - makan bersama dengan (secara hurufiah "dengan garam")
- 3. Au (diftong) – tinggal bersama dengan
Tidaklah pasti yang mana yang dimaksudkan, namun Luk 24:41-43 (lih. Yoh 21) menjelaskan Yesus makan bersama-sama dengan kelompok para rasul, yang akan menjadi bukti dari tubuh kebangkitanNya (lih. ay. Kis 1:3).
□ "melarang… meninggalkan Yerusalem" Ini dicatat dalam Luk 24:49. Bagian pertama dari Kisah adalah suatu tinjauan dari bagian akhir Injil Lukas, kemungkinan ini adalah cara kesastraan untuk mengaitkan kedua buku tersebut.
□ "menantikan janji Bapa" Dalam 2:16-21 Petrus menghubungkan ini dengan nubuatan eskatologis dari Yoel 2:28-32. mereka menunggu selama sepuluh hari sampai Pentakosta. Lukas secara spesifik menunjuk "janji Bapa" sebagai Roh Kudus (lih. Luk 24:49; Kis 2:33). Yesus telah sebelumnya berbicara kepada mereka mengenai kedatangan Roh Kudus dalam Yoh 14; 15; 16. Namun demikian, ada kemungkinan bahwa Lukas memahami janji Bapa bukan sebagai satu hal saja (yaitu, Roh Kudus), namun juga keselamatan yang dijanjikan PL yang akan disampaikan pada Israel dalam pribadi dari Mesias (lih. Kis 2:39; 13:23,32; 26:6).
□ "Bapa" PL memperkenalkan penggambaran kekeluargaan yang intim dari Allah sebagai Bapa:
- 1. bangsa Israel sering disebut sebagai "anak laki-laki" YHWH (lih. Hos 11:1; Mal 3:17)
- 2. dalam Ulangan analogi Allah sebagai bapa digunakan (1:31)
- 3 dalam Ul 32:6 Israel disebut "anak-anakNya" dan Allah disebut "Bapa mu"
- 4. analogi ini dinyatakan dalam Mazm 103:13 dan dikembangkan dalam Mazm 68:5 (bapa dari anak-anak yatim piatu)
- 5. adalah lazim dalam kitab nabi-nabi (lih. Yes 1:2; 63:8; Israel sebagai anak laki-laki, Allah sebagai Bapa, Yes 63:16; 64:8; Yer 3:4,19; 31:9)
Yesus berbicara bahasa Aram, yang artinya banyak dari tempat dimana kata "Bapa" muncul sebagai Pater dalam bahasa Yunani mungkin mencerminkan kata Aram Abba (lih. 14:36). Istilah kekeluargaan "Ayah" atau "Bapa" ini mencerminkan keintiman Yesus dengan Allah Bapa; PengungkapanNya akan hal ini kepada para pengikutNya juga mendorong keintiman kita sendiri dengan Bapa. Kata "Bapa" sangat jarang digunakan dalam PL (dan tidak sering dalam tulisan-tulisan kerabian) untuk YHWH, namun Yesus menggunakannya secara sering dan meluas. Ini adalah perwahyuan utama dari hubungan baru orang percaya dengan Allah melalui Kristus (lih. Mat 6:9).
Kis 1:5 "Yohanes" Semua empat Injil (lih. Mat 3:1-12; Mr 1:2-8; Luk 3:15-17; Yoh 1:6-8,19-28) menceritakan pelayanan Yohanes Pembaptis. "Yohanes" adalah bentuk pendek dari nama Ibrani Yohanan, yang berarti "YHWH adalah murah hati" atau "pemberian dari YHWH." Namanya signifikan karena, seperti nama-nama alkitab lainnya, menunjuk kepada maksud Allah dalam hidupnya. Yohanes adalah yang terakhir dari nabi-nabi PL. Tidak ada nabi di Israel sejak Maleakhi, sekitar 430 SM. Kehadirannya menyebabkan kegairahan rohani yang besar di antara orang-orang Israel.
□ "membaptis dengan air" Baptisan adalah suatu ritual pendahuluan yang lazim di kalangan orang Yahudi di abad pertama dan kedua, namun hanya dalam kaitan dengan pemelukan agama baru. Jika seseorang dari suatu latar belakang bukan Yahudi ingin menjadi putera Israel secara penuh, ia harus menyelesaikan tiga tugas: (1) sunat, jika laki-laki; (2) baptisan-diri secara selam, di hadapan tiga saksi; dan (3) sebuah korban di Bait Suci jika memungkinkan. Dalam kelompok-kelompok sektarian dari Palestina abad pertama, seperti, kaum Essenes, baptisan sepertinya merupakan suatu pengalaman yang lazim dan berulang. Namun demikian, bagi kelompok Yudaisme utama, preseden ritualisme bisa dikutip bagi upacara pembasuhan ini: (1) sebagai suatu perlambang dari penyucian rohani (lih. Yes 1:16); dan (2) sebagai suatu ritual sehari-hari yang dilakukan oleh para imam (lih. Kel 19:10; Im 15) dan (3) suatu prosedur ritual umum sebelum memasuki bait suci untuk beribadah.
□ "kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus" Ini adalah sebuah FUTURE PASSIVE INDICATIVE. Bentuk PASSIVE VOICE nya bisa menunjuk pada Yesus karena Mat 3:11; Luk 3:16. Kata depan ev nya dapat berarti " di dalam," "dengan," atau "oleh" (yaitu instrumen, lih. Mat 3:11). Frasa ini bisa menunjuk pada dua peristiwa: (1) menjadi seorang Kristen, (lih. 1Kor 12:13) atau (2) dalam konteks ini, penyuntikan yang dijanjikan akan kuasa Roh Kudus bagi pelayanan yang efektif. Yohanes Pembaptis sering berbicara tentang pelayanan Yesus dengan frasa ini, (lih. Mat 3:11; Mr 1:8; Luk 3:16-17; Yoh 1:33).
Ini sebagai kontras dari baptisan Yohanes. Mesias akan menahbiskan jaman baru Roh. BaptisanNya akan merupakan baptisan dengan (atau "di dalam" atau "oleh") Roh. Telah ada banyak diskusi dikalangan denominasi- denominasi mengenai menunjuk pada peristiwa apakah pengalaman Kristen ini. Beberapa mengambilnya untuk menunjuk pada suatu pengalaman pemberdayaan setelah keselamatan, sejenis berkat kedua. Secara pribadi saya kira ini menunjuk pada menjadi seorang Kristen (lih. 1Kor 12:13). Saya tidak menyangkal pemenuhan dan pembekalan di kemudian hari, namun saya percaya hanya ada satu baptisan roh mula-mula ke dalam Kristus yang di dalamnya orang percaya mengenali kematian dan kebangkitan Yesus (lih. Rom 6:3-4; Ef 4:5; Kol 2:12). Pekerjaan memulai dari Roh ini digambarkan dalam Yoh 16:8-11. Dalam pemahman saya pekerjaan Roh Kudus adalah:
- 1. menimbulkan rasa bersalah akan dosa
- 2. mengungkapkan kebenaran tentang Kristus
- 3. memimpin kepada penerimaan injil
- 4. membaptis ke dalam Kristus
- 5. menimbulkan rasa bersalah orang percaya akan keberlanjutan berbuat dosa
- 6. membentuk keserupaan dengan Kristus di dalam orang percaya
□ "tidak lama lagi" Ini adalah suatu rujukan pada perayaan Pentakosta Yahudi yang dilakukan tujuh minggu setelah Paskah. Ini mengakui kepemilikan Allah atas hasil panen. Hari ini datang lima puluh hari setelah Paskah (lih. Im 23:15-31; Kel 34:22; Ul 16:10).
Topik Teologia -> Kis 1:5
Topik Teologia: Kis 1:5 - -- Roh Kudus
Roh di dalam Periode Paska Kebangkitan
Luk 24:49 Yoh 7:39 Yoh 15:26 Yoh 16:7 Yoh 20:22-23 Kis 1:2 Kis 1:5
Dij...
- Roh Kudus
- Roh di dalam Periode Paska Kebangkitan
- Dijanjikan oleh Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Gereja dan Kerajaan
- Penyempurnaan Kerajaan
TFTWMS: Kis 1:4-8 - Pemerintahan Dijanjikan PEMERINTAHAN DIJANJIKAN (Kis 1:4-8)
Ketika mengajar murid-murid-Nya tentang kerajaan, Yesus menghadapi kendala besar yang harus diatasi. Ketika Yesus...
PEMERINTAHAN DIJANJIKAN (Kis 1:4-8)
Ketika mengajar murid-murid-Nya tentang kerajaan, Yesus menghadapi kendala besar yang harus diatasi. Ketika Yesus menggunakan kata "kerajaan," ada satu gagasan di dalam pikiran-Nya; sewaktu para rasul mendengar kata "kerajaan," gagasan yang berbeda muncul di dalam pikiran mereka. Yang ada dalam pikiran Yesus adalah pendirian lembaga rohani yang di dalamnya Allah akan memerintah dalam hati dan kehidupan umat-Nya. Yang ada dalam pikiran para murid Yesus adalah kerajaan duniawi— gagasan bahwa Mesias akan mengalahkan musuh-musuh Israel dan mendirikan takhta-Nya di Yerusalem.5Yesus telah menekankan bahwa kerajaan-Nya "bukan dari dunia ini" (Yohanes 18:36; huruf miring oleh saya), namun para rasul-Nya itu sulit sekali memahami konsep tersebut.
Kurangnya pemahaman para rasul merupakan latar belakang dari nas 1:4-8. Dalam ayat-ayat itu, Yesus membuat janji yang bagus sekali kepada mereka yang merupakan bagian penting dalam persiapan mereka. Para rasul mencari lembaga politik, tempat mereka akan memegang jabatan terhormat. Yesus ingin mereka mengetahui bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik untuk mereka, lebih baik dari apa pun yang mereka telah antisipasi. Mereka mencari kedudukan; namun Yesus berkata bahwa mereka akan menerima kuasa.
Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka,6Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang—demikian kata-Nya—"telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis7dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus8" (ay. 4, 5).
Sebelumnya Bapa telah berjanji, melalui Yesus dan orang lain, bahwa kerajaan itu "sudah dekat" (Matius 4:17); sekarang ini, janji untuk mendirikan kerajaan itu akan digenapi.9Selanjutnya, Bapa telah berjanji melalui Yohanes Pembaptis bahwa Mesias akan membaptis para pengikut-Nya dengan Roh Kudus: "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api" (Lukas 3:16).10Mereka telah mendengar Yesus sendiri menekankan bahwa Roh Kudus akan dikirim untuk membimbing mereka (Yohanes 14:26; band. 15:26, 27; 16:12, 13; Lukas 12:12). Sekarang Yesus mengatakan bahwa janji untuk mengirim Roh Kudus akan digenapi "tidak lama lagi."
Dua janji—pendirian kerajaan dan datangnya Roh Kudus—tidak dapat dielakkan lagi saling berkaitan. Penggenapan janji untuk mengutus Roh Kudus adalah penting bagi penggenapan janji untuk mendirikan kerajaan.
Para rasul itu memperlihatkan bahwa pikiran mereka tidaklah pada tempatnya. Ajaran Yesus tentang kerajaan Allah menghidupkan kembali harapan politik mereka: "Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: 'Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?'" (ay. 6). Kata-kata "memulihkan" dan "Israel" adalah kunci untuk memahami pemikiran para rasul: Mereka masih saja berpikir dalam kerangka Yesus akan memulihkan kemulian lahiriah yang pernah Israel miliki di era Daud dan Salomo, ketika Israel merupakan kerajaan terbesar di seluruh dunia.11F.F. Bruce menulis tentang hal ini: "Pertanyaan saat itu tampaknya merupakan jentikan terakhir bagi pengharapan mereka yang menggebu-gebu terhadap sebuah teokrasi yang sudah di depan mata dengan diri mereka sebagai kepala pemerintahan."12
Perkataan "bertanyalah mereka" dalam bahasa aslinya memperlihatkan bahwa mereka menanyai Yesus berkali-kali. Mereka menekan Dia untuk menjawab pertanyaan: "Kapan, Tuhan? Kapan?"
Saya bayangkan Yesus menggeleng-gelengkan kepala-Nya saat Ia menjawab: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu,13yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu" (ay. 7, 8a). Yesus tidak menegur mereka untuk kesalahpahaman mereka atas sifat kerajaan itu; sebentar lagi sifat rohaniah kerajaan itu akan menjadi jelas bagi mereka.14Agaknya, yang Yesus tanggapi adalah pertanyaan tentang jadwal kerja Allah. Ia menekankan bahwa kapan tidaklah sepenting bagaimana. Dengan kata lain, Ia berkata, "Aku tidak akan memberi kalian kalender Allah, namun ini adalah cara bagaimana kalian dapat mengetahui bahwa kerajaan sudah tiba: kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu."
Ingatlah Yesus sudah mengatakan bahwa kerajaan itu akan datang dengan kuasa (Markus 9:1). Kini Yesus mengatakan kerajaan itu akan datang kalau Roh Kudus turun. Jadi ketika Roh Kudus turun, kuasa itu akan juga turun, dan pada saat itu janji Allah untuk mendirikan kerajaan itu akan tergenapi.
Kemungkinan kepala rasul-rasul itu pening oleh pelbagai pemikiran ini: "Tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus" (ay. 5); "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu" (ay. 8). Mereka tentu bertanya-tanya tentang maksud perkataan Yesus itu.
Yesus tidak berhenti dengan pelbagai kejutan itu. Para rasul juga mengalami saat-saat sulit untuk memahami sifat universal kerajaan Kristus itu;15impian mereka akan kemegahan yang terpusat pada negeri Palestina yang kecil sekali itu. Yesus berkata, "Kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (ay. 8b)! Kemungkinan besar tidak satu pun dari rasul-rasul itu yang pernah pergi lebih jauh ke utara daripada ujung selatan Siria, lebih jauh ke timur daripada pantai Laut Galilea; lebih jauh ke selatan daripada perbatasan Mesir, atau lebih jauh ke barat daripada pantai laut Tengah. Kini Yesus memberitahukan bahwa mereka akan pergi sampai ke ujung bumi, dengan membawa berita baik tentang kebangkitan-Nya!16
Strategi yang Yesus gambarkan tetap menjadi tantangan bagi setiap generasi: Di mulai dari rumah (Yerusalem), diperluas ke daerah-daerah sekitar (Yudea dan Samaria), dan akhirnya mencapai seluruh dunia ("ujung bumi") dengan injil!17
Yesus berkata bahwa sambil para rasul itu berpergian ke tempat-tempat jauh di muka bumi, mereka juga harus menjadi "saksi-saksi"—Nya (ay. 8; lihat juga Lukas 24:48). Kata "saksi" adalah kata kunci dalam Kisah. Dalam bentuknya yang beragam kata Yunani yang sering diterjemahkan "saksi" digunakan sebanyak dua puluh sembilan kali dalam kitab itu, baik sebagai kata benda atau kata kerja. Kata itu diterjemahkan "saksi," "bersaksi" (atau "kesaksian"), atau " dibicarakan dengan baik." Akar kata Yunaninya adalah martus (atau martur), dari kata itulah kita mendapat kata "martir"—seseorang yang bersaksi bagi Kristus sampai mati.
Makna utama kata "saksi" terungkap dalam kata "saksi mata": Orang yang dapat bersaksi tentang apa yang ia telah lihat atau dengar (Kisah 4:20). Para rasul adalah saksi-saksi dalam pengertian khusus: Mereka dapat bersaksi tentang kebangkitan Kristus sebab mereka telah melihat Dia setelah kebangkitan-Nya (1:22). Dalam kitab Kisah, Lukas biasanya menggunakan kata "saksi" dengan makna ini. Karena Anda dan saya belum pernah melihat Tuhan yang bangkit, maka kita tidak dapat menjadi saksi dalam pengertian yang sama seperti para rasul.18
Di sisi lain, Lukas kadangkala menggunakan bentuk kata benda dan kata kerja "saksi" untuk mengacu kepada kesaksian yang bukan dari para rasul tentang kebangkitan Kristus. 19Sebagai contoh, Stefanus, orang Kristen pertama yang martir disebut "saksi" Kristus (22:20). Kita dapat menjadi saksi seperti halnya Stefanus. Kita dapat mengatakan tentang apa yang Allah telah perbuat 20(khususnya apa yang Ia telah perbuat dalam hidup kita ) dan bersiap untuk mati, jika perlu, demi iman kita! Keperluan kita yang sangat mendesak pada zaman kini adalah agar umat Kristen dengan berani memproklamasikan iman mereka—di rumah maupun jauh dari rumah mereka!
Bagian terpenting dalam mempersiapkan pemenuhan tugas itu adalah dengan mengenali tantangan—dan menyadari bahwa Allah akan menguatkan kita untuk melaksanakan apa yang Ia minta. Kita mungkin tidak memiliki kuasa mujizatiah seperti yang para rasul miliki, namun tetap ada "kuasa yang bekerja di dalam kita" (Efesus 3:20)!

TFTWMS: Kis 1:1-5 - Tinjauan Diberikan TINJAUAN DIBERIKAN (Kis 1:1-5)
Lukas memulai kitab Kisah dengan mengingatkan para pembaca tentang apa yang ia telah tulis sebelumnya: "Hai Teofi...
TINJAUAN DIBERIKAN (Kis 1:1-5)
Lukas memulai kitab Kisah dengan mengingatkan para pembaca tentang apa yang ia telah tulis sebelumnya: "Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan1 Yesus2, sampai pada hari Ia terangkat, ...." (ay. 1, 2a). "Bukuku yang pertama" mengacu kepada Kitab Lukas. Karena di dalam Kisah ia mengingatkan tentang "buku pertamanya", maka Lukas pasti mengharapkan para pembaca itu mengenal baik Injilnya, khususnya pada pasal-pasal terakhir.
Adegan terakhir dalam kitab Lukas adalah kenaikan Yesus dan para rasul kembali ke Yerusalem (Lukas 24:50-53). Dalam Kisah 1 kita baca bahwa kenaikan itu terjadi "setelah Ia memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya" (ay. 2b). Dalam Lukas kita melihat bahwa isi "perintah" itu adalah bahwa para rasul harus menjadi "saksi" Kristus untuk memberitakan "dalam nama-Nya ... pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem" (Lukas 24:47). Dengan kata lain, "perintah" itu mengacu kepada Amanat Agung (Matius 28:18-20; Markus 16:15, 16).
Dalam Kisah 1:3 Lukas mencatat bahwa Yesus menganggap para rasul itu memenuhi syarat untuk menjadi saksi-Nya dengan menampakkan diri-Nya kepada mereka setelah kebangkitan-Nya: "Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah." Dalam Injilnya itu, Lukas memberikan contoh-contoh bukti perbuatan Yesus yang meyakinkan. Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk menyentuh Dia, dan Ia makan makanan untuk memperlihatkan bahwa Ia bukanlah hantu (Lukas 24:36-43; band. Kisah 10:40, 41).
Kebanyakan catatan tentang penampakan Yesus setelah Kebangkitan-Nya terjadi pada hari Ia bangkit. Dalam ayat 3 kita baca bahwa Yesus membuat banyak penampakan 3selama beberapa waktu (Kisah 13:31), tepatnya 40 hari. Terjemahan Barclay terbaca "[Yesus] terlihat oleh mereka pada berbagai kesempatan selama periode empat puluh hari."4
Tujuan Yesus untuk tetap tinggal di bumi selama 40 hari semata-mata bukan untuk menikmati persekutuan dengan para sahabat-Nya. Agaknya, Ia menunda keberangkatan-Nya demi untuk mempersiapkan murid-murid-Nya itu. Yesus bicara "tentang kerajaan Allah" (ay. 3b). Sejak dari awal pelayanan pribadi-Nya, "kerajaan" merupakan tema utama Yesus. (Lihat Matius 4:17.) Banyak dari perumpamaan-Nya yang hebat dimulai dengan, "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ...." (Matius 13:31, 33, 44, 45, 47). Sekarang Yesus menyegarkan ingatan para pengikut-Nya tentang ajaran-Nya mengenai kerajaan. Di antaranya, Ia akan sudah mengingatkan mereka tentang janji-Nya bahwa kerajaan itu akan datang dengan kuasa: "... di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa" (Markus 9:1).
Sambil Anda dan saya mempersiapkan diri untuk pelayanan yang lebih besar, ada gunanya mengingatkan diri kita tentang ajaran Tuhan dan beringat bahwa Ia "telah melakukan perkara besar kepada kita" (Mazmur 126:3).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Penulis : Lukas
Tema : Penyebaran Injil yang Penuh Keberhasilan Melalui
Kuasa Roh Kudus
Tanggal Penulis...
Penulis : Lukas
Tema : Penyebaran Injil yang Penuh Keberhasilan Melalui
Kuasa Roh KudusTanggal Penulisan: Sekitar 63 T.M.
Latar Belakang
Kitab Kisah Para Rasul, seperti halnya Injil Lukas, dialamatkan kepada seorang yang bernama "Teofilus" (Kis 1:1). Sekalipun nama pengarangnya tidak disebutkan dalam kedua kitab itu, kesaksian kekristenan mula-mula dengan suara bulat, serta bukti intern yang mendukung dari kedua kitab ini menunjuk kepada satu orang penulis yaitu Lukas "tabib ... yang kekasih" (Kol 4:14).
Roh Kudus mendorong Lukas untuk menulis kepada Teofilus supaya mengisi keperluan dalam gereja orang Kristen bukan Yahudi, akan kisah yang lengkap mengenai awal kekristenan --
- (1) "dalam bukuku yang pertama" ialah Injil tentang kehidupan Yesus, dan
- (2) buku yang kemudian ialah laporannya dalam Kisah Para Rasul tentang pencurahan Roh Kudus di Yerusalem serta perkembangan gereja yang berikutnya.
Jelas Lukas adalah seorang penulis yang unggul, sejarawan yang cermat dan seorang teolog yang diilhami.
Kitab Kisah Para Rasul secara selektif meliput tiga puluh tahun pertama dalam sejarah gereja. Sebagai sejarawan gereja, Lukas menelusuri penyebaran Injil dari Yerusalem hingga ke Roma sambil menyebutkan sekitar 32 negara, 54 kota dan 9 pulau di Laut Tengah, 95 orang yang berbeda dengan nama serta beberapa pejabat dan administrator pemerintah dengan gelar jabatan yang tepat. Ilmu purbakala makin menguatkan ketepatan Lukas dalam semua detail. Selaku seorang teolog, Lukas dengan cerdas melukiskan makna beberapa pengalaman dan peristiwa dalam tahun-tahun mula-mula gereja.
Pada tahap awal, Alkitab PB terdiri atas dua kumpulan:
- (1) keempat Injil dan
- (2) surat-surat Paulus.
Kisah Para Rasul memainkan peranan yang penting sebagai penghubung di antara kedua kumpulan itu dan tempatnya benar dalam urutan kanonik adalah benar. Pasal 13 (Kis 13:1-28) memberikan latar belakang sejarah yang diperlukan untuk memahami secara lebih mendalam pelayanan dan surat-surat Paulus. Bagian ayat-ayat dalam kitab ini di mana Lukas menggunakan istilah "kami" (Kis 16:10-17; Kis 20:5--21:18; Kis 27:1--28:16) menunjukkan keikutsertaannya dalam perjalanan Paulus.
Tujuan
Di dalam mengisahkan permulaan berdirinya gereja, Lukas setidak-tidaknya mempunyai dua tujuan.
- (1) Lukas menunjukkan bahwa Injil bergerak dengan kemenangan dari perbatasan Yudaisme yang sempit ke dunia kafir kendatipun tentangan dan penganiayaan.
- (2) Dia mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam kehidupan dan misi gereja, menekankan baptisan Roh Kudus sebagai persediaan Allah dalam memperkuat gereja untuk memberitakan Injil dan melanjutkan pelayanan Yesus.
Lukas secara eksplisit mengisahkan tiga kali bahwa baptisan dengan Roh Kudus disertai bahasa lidah (Kis 2:4; Kis 10:45-46; Kis 19:1-7). Konteks dari bagian-bagian ini menunjukkan bahwa pengalaman ini adalah normatif dalam kekristenan mula-mula dan merupakan pola Allah yang tetap bagi gereja.
Survai
Dalam Injil karangannya Lukas mencatat "segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus" (Kis 1:1), tetapi kitab ini menerangkan apa yang selanjutnya diperbuat dan diajar oleh Yesus setelah naik ke sorga, melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam dan melalui murid-murid-Nya dan jemaat mula-mula. Ketika Yesus naik ke sorga (Kis 1:9-11), instruksi terakhir kepada murid-murid-Nya ialah menunggu di Yerusalem hingga mereka dibaptiskan dengan Roh Kudus (Kis 1:4-5). Ayat kunci kitab ini (Kis 1:8) berisi ringkasan padat yang teologis dan geografis dari kitab ini: Yesus berjanji bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus dicurahkan atas mereka -- kuasa untuk menjadi saksi-Nya
- (1) "di Yerusalem" (pasal 1-7; Kis 1:1--7:60),
- (2) "di seluruh Yudea dan Samaria" (pasal 8-12; Kis 8:1--12:25), dan
- (3) "sampai ke ujung bumi" (pasal 13-28; Kis 13:1--28:31).
Kisah Para Rasul mengisahkan perpaduan tindakan ilahi dengan tindakan manusia. Seluruh gereja, bukan hanya para rasul, ikut "menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil" (Kis 8:4). Para diaken seperti Stefanus dan Filipus (Kis 6:1-6) menjadi perkasa di dalam Roh Kudus dan iman, "mengadakan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda di antara orang banyak" (Kis 6:8) bahkan sampai menggoncangkan beberapa kota dengan Injil (lih. Kis 8:5-13). Umat yang saleh berdoa dengan tekun, melihat malaikat-malaikat, mendapatkan penglihatan, menyaksikan tanda dan mukjizat yang ajaib, mengusir setan-setan, menyembuhkan yang sakit serta memberitakan Injil dengan keberanian dan kekuasaan. Sekalipun di dalam gereja ada persoalan, seperti ketegangan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi (pasal 15; Kis 15:1-41), dan kendatipun penganiayaan terus-menerus dari luar gereja oleh pemimpin agama dan penguasa sipil, nama Tuhan Yesus Kristus dimuliakan dalam perkataan dan tindakan dari kota yang satu ke kota yang lain.
Dalam pasal 1-12 (Kis 1:1--12:25) pusat utama dari penjangkauan gereja adalah Yerusalem. Di situlah Petrus menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah untuk menyebarkan Injil. Dalam pasal 13-28 (Kis 13:1--28:31) pusat utama penjangkauan gereja adalah Antiokhia di Siria; di situlah Paulus menjadi orang terkemuka yang dipakai Allah untuk menyebarkan Injil kepada orang yang bukan Yahudi. Kitab Kisah Para Rasul berakhir tiba-tiba dengan Paulus di Roma, sedang menunggu pengadilannya di depan Kaisar. Walaupun hasil pengadilan tertangguh, kitab ini diakhiri dengan nada kemenangan. Paulus masih tertawan, namun ia tetap memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus dengan berani tanpa rintangan (Kis 28:31).
Ciri-ciri Khas
Sembilan ciri utama menandai surat ini.
- (1) Gereja: kitab ini menyatakan sumber kuasa dan sifat sejati dari misi gereja, bersama beberapa prinsip yang harus menguasai gereja pada setiap angkatan.
- (2) Roh Kudus: oknum ketiga dari Trinitas disebut secara khusus lima puluh kali; baptisan dalam dan pelayanan Roh Kudus memberikan kuasa ilahi (Kis 1:8), keberanian (Kis 4:31), ketakutan yang kudus akan Allah (Kis 5:3,5,11), kebijaksanaan (Kis 6:3,10), bimbingan (Kis 16:6-10) dan karunia-karunia Roh (Kis 19:6).
- (3) Amanat gereja mula-mula: Lukas dengan cermat mencatat khotbah-khotbah yang diilhamkan yang disampaikan oleh Petrus, Stefanus, Paulus, Yakobus dan orang lain yang memberikan pengetahuan tentang gereja mula-mula yang tidak terdapat dalam kitab-kitab PB lainnya.
- (4) Doa: Gereja mula-mula mengabdikan diri kepada doa yang tetap dan sungguh-sungguh; kadang-kadang sepanjang malam sehingga hasilnya luar biasa.
- (5) Tanda-tanda, keajaiban-keajaiban dan mukjizat-mukjizat: penyataan ini menyertai pekabaran Injil di dalam kuasa Roh Kudus.
- (6) Penganiayaan: pekabaran Injil dengan kuasa terus-menerus membangkitkan pertentangan dan penganiayaan, baik dari pihak agama maupun yang sekular.
- (7) Urutan Yahudi -- bukan Yahudi: sepanjang kitab ini Injil pertama-tama disampaikan kepada orang Yahudi, baru kepada bangsa-bangsa lainnya.
- (8) Wanita: keterlibatan wanita disebutkan secara khusus dalam pelaksanaan pelayanan gerejani.
- (9) Kemenangan: tembok pemisah (nasional, keagamaan, budaya, atau suku) dan pertentangan serta penganiayaan tidak dapat menahan meluasnya Injil.
Prinsip Hermeneutis
Beberapa penafsir memandang kitab Kisah Para Rasul seolah di bawah suatu perjanjian PB yang lain daripada melihatnya sebagai patokan Allah bagi gereja dan kesaksiannya selama seluruh periode yang disebut PB "hari-hari terakhir" (bd. lihat cat. --> "Kis 2:17"). [atau ref. Kis 2:17] Kisah Para Rasul bukan saja buku sejarah dari gereja mula-mula, melainkan menjadi buku pedoman bagi kehidupan Kristen dan untuk gereja yang dipenuhi Roh. Orang percaya seharusnya mendambakan dan menantikan, sebagai norma atau patokan gereja masa kini, semua unsur pelayanan dan pengalaman gereja PB (kecuali penulisan PB); semuanya ini dapat dicapai apabila gereja bergerak dalam kuasa Roh yang penuh. Tidak ada sesuatu dalam Kisah Para Rasul atau PB yang mengatakan bahwa tanda-tanda, keajaiban-keajaiban, mukjizat-mukjizat, karunia-karunia rohani atau tolok ukur rasuli bagi kehidupan dan pelayanan gereja pada umumnya akan berhenti secara mendadak atau untuk selama-lamanya pada akhir masa para rasul. Kisah Para Rasul mencatat apa yang seharusnya gereja perbuat di dalam setiap generasi selama ia melanjutkan pelayanan Yesus dalam kuasa Pentakosta dari Roh Kudus (lihat cat. --> "Kis 7:44"). [atau ref. Kis 7:44]
Full Life: Kisah Para Rasul (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Kis 1:1-11)
I. Pencurahan Roh Kudus
(Kis 1:12-2:41)
A. Persiapan untuk Perjanjian
...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Kis 1:1-11) - I. Pencurahan Roh Kudus
(Kis 1:12-2:41) - A. Persiapan untuk Perjanjian
(Kis 1:12-26) - B. Hari Pentakosta
(Kis 2:1-41) - II. Hari-Hari Permulaan Gereja di Yerusalem
(Kis 2:42-8:1a) - A. Ciri-Ciri Gereja Rasuli Setelah Pencurahan Roh Kudus
(Kis 2:42-47) - B. Mukjizat Menakjubkan dan Dampak-Dampaknya
(Kis 3:1-4:31) - C. Percobaan yang Berkelanjutan Dalam Hal Saling Membagi
(Kis 4:32-5:11) - D. Kesembuhan-Kesembuhan Lebih Lanjut dan Perlawanan Para Pemimpin Agama
(Kis 5:12-42) - E. Pemilihan Tujuh Diaken
(Kis 6:1-7) - F. Stefanus: Syahid Kristen yang Pertama
(Kis 6:8-8:1) - III.Penganiayaan Menghasilkan Pengembangan
(Kis 8:1-9:31) - A. Orang Kristen Tersebar di Seluruh Yudea dan Samaria
(Kis 8:1-4) - B. Filipus: Pelayanan Seorang Penginjil
(Kis 8:5-40) - C. Saulus dari Tarsus: Pertobatan Seorang Penganiaya
(Kis 9:1-31) - IV. Kekristenan Mulai Tersebar di Kalangan Orang Bukan Yahudi
(Kis 9:32-12:25) - A. Pelayanan Petrus di Lida dan Yope
(Kis 9:32-43) - B. Pelayanan Petrus di Kaisarea
(Kis 10:1-48) - C. Laporan Petrus kepada Gereja di Yerusalem dan Tindakannya Disetujui
(Kis 11:1-18) - D. Antiokhia: Gereja Bukan Yahudi yang Pertama
(Kis 11:19-30) - E. Penganiayaan di Bawah Herodes Agripa I
(Kis 12:1-23) - F. Ringkasan Perkembangan Gereja
(Kis 12:24-25) - V. Perjalanan Misi Pertama Paulus
(Kis 13:1-14:28) - A. Paulus dan Barnabas Diutus oleh Gereja di Antiokhia
(Kis 13:1-3) - B. Wilayah Tertentu Diinjili
(Kis 13:4-14:28) - VI. Sidang di Yerusalem
(Kis 15:1-35) - VII.Perjalanan Misi Kedua Paulus
(Kis 15:36-18:22) - A. Pertentangan Paulus dengan Barnabas
(Kis 15:36-40) - B. Wilayah Lama Dikunjungi Kembali
(Kis 15:41-16:5) - C. Penginjilan Wilayah Baru
(Kis 16:6-18:21) - D. Kembali ke Antiokhia di Siria
(Kis 18:22) - VIII.Perjalanan Misi Ketiga Paulus
(Kis 18:23-21:16) - A. Dalam Perjalanan ke Efesus
(Kis 18:23)
Sisipan: Pelayanan Apolos
(Kis 18:24-28) - B. Pelayanan yang Panjang di Efesus
(Kis 19:1-41) - C. Ke Makedonia, Yunani dan Kembali ke Makedonia
(Kis 20:1-5) - D. Kembali ke Yerusalem
(Kis 20:6-21:16) - IX. Penangkapan Paulus dan Pelayanannya Dalam Penjara
(Kis 21:17-28:31) - A. Di Yerusalem
(Kis 21:17-23:35) - B. Di Kaisarea
(Kis 24:1-26:32) - C. Menuju ke Roma
(Kis 27:1-28:15) - D. Di Roma
(Kis 28:16-31)
Matthew Henry: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab)
Dengan rasa puas hati yang melimpah kita sudah menyaksikan bagaimana dasar agama kita yang kudus dibangun di atas sejarah Juruselamat kita ...
- Dengan rasa puas hati yang melimpah kita sudah menyaksikan bagaimana dasar agama kita yang kudus dibangun di atas sejarah Juruselamat kita yang terberkati itu, yang adalah Sang Pendiri Agung dari agama kita itu. Sejarah itu disampaikan dan dicatat oleh empat penulis yang diilhami Roh Kudus, yang semuanya setuju dengan kebenaran yang suci ini dan bukti-buktinya yang tak terbantahkan, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah yang hidup. Di atas batu karang inilah jemaat Kristen dibangun. Bagaimana jemaat itu mulai dibangun di atas batu karang ini, itulah yang selanjutnya akan disampaikan dalam kitab ini, yang ada di hadapan kita sekarang. Dan mengenai hal ini kita hanya mempunyai kesaksian dari satu saksi. Sebab kejadian-kejadian nyata tentang Kristus jauh lebih penting untuk disampaikan dan dibuktikan secara penuh daripada kejadian-kejadian nyata tentang para rasul. Seandainya Sang Hikmat Tak Terbatas memandangnya baik, mungkin kita akan mempunyai Kitab Kisah Para Rasul dalam jumlah yang sama banyak dengan Kitab-kitab Injil yang kita miliki. Bahkan, mungkin kita akan mempunyai lebih banyak lagi kitab Injil. Akan tetapi, karena takut akan terlalu membebani dunia (Yoh. 21:25), maka apa yang ada pada kita sudah cukup untuk memenuhi tujuan, kalau kita mau memanfaatkannya. Sejarah kitab ini (yang selalu diterima sebagai bagian dari kanon suci) dapat dipandang,
- I. Sebagai tindakan menengok ke belakang pada kitab-kitab Injil sebelumnya, dengan menerangkannya, dan membantu meneguhkan iman kita padanya. Janji-janji yang ada di sana kita dapati di sini sedang ditepati, terutama janji-janji agung tentang turunnya Roh Kudus, dan pekerjaan-pekerjaan-Nya yang menakjubkan, baik pada diri para rasul maupun dengan para rasul. Di sini dalam beberapa hari kita mendapati para rasul sudah menjadi orang-orang yang sangat berbeda dibandingkan ketika mereka terakhir kali diceritakan dalam Injil. Tidak lagi mereka lemah otak dan kecut hati, tetapi sanggup mengatakan apa yang sebelumnya tidak sanggup mereka tanggung (Yoh. 16:12). Mereka kini berani seperti singa dalam menghadapi kesusahan-kesusahan yang sebelumnya untuk membayangkannya saja mereka sudah gemetar seperti domba. Para rasul membuat firman sanggup meruntuhkan benteng-benteng Iblis, padahal sebelumnya firman itu seakan-akan diberitakan dengan sia-sia. Mandat yang di dalam Injil diberikan kepada para rasul, di sini kita dapati sedang dijalankan. Dan kuasa-kuasa yang di sana dikaruniakan kepada mereka, di sini kita dapati sedang dikerahkan dalam mujizat-mujizat yang diadakan pada tubuh orang. Ada mujizat belas kasihan, yang memulihkan tubuh orang sakit menjadi sehat, dan tubuh yang mati menjadi hidup. Ada mujizat penghakiman, yang membuat para pemberontak menjadi buta atau mati. Dan ada mujizat-mujizat jauh lebih besar yang dilakukan terhadap pikiran orang, dengan memberi mereka karunia-karunia rohani, baik untuk memahami maupun menyampaikan. Dan semua ini untuk memenuhi tujuan-tujuan Kristus, dan melaksanakan janji-janji-Nya, yang kita dapati di dalam Injil. Bukti-bukti kebangkitan Kristus yang ada pada bagian akhir kitab-kitab Injil, di sini diteguhkan dengan melimpah, bukan hanya melalui kesaksian yang tetap dan tak gentar dari orang-orang yang berjumpa dengan-Nya sesudah Ia bangkit, melainkan juga melalui pekerjaan Roh bersama kesaksian itu untuk mempertobatkan banyak orang supaya beriman kepada Kristus. Sebelumnya semua murid Kristus meninggalkan Dia, dan salah satunya mengkhianati Dia. Dan kalau bukan karena kebangkitan-Nya, mereka tidak akan berkumpul bersama-sama lagi, tetapi pasti akan terpencar untuk seterusnya. Namun oleh kebangkitan itu mereka dimampukan untuk mengakui Dia dengan ketetapan hati yang lebih lagi daripada sebelum-sebelumnya, dengan menantang belenggu dan maut. Dan pekerjaan Roh bersama kesaksian itu, yang mempertobatkan banyak orang, adalah sesuai dengan perkataan Kristus sendiri, bahwa kebangkitan-Nya, tanda Nabi Yunus itu, yang disimpan untuk saat terakhir, akan menjadi bukti yang paling meyakinkan bahwa tugas perutusan-Nya sungguh berasal dari Allah. Kristus sudah memberi tahu para murid-Nya bahwa mereka harus menjadi saksi-saksi-Nya, dan kitab ini menggambarkan mereka yang tengah bersaksi bagi-Nya, bahwa mereka harus menjadi penjala manusia, dan di sini kita mendapati mereka menjaring banyak orang dalam jala Injil. Juga bahwa mereka harus menjadi terang dunia, dan di sini kita mendapati dunia diterangi oleh mereka. Tetapi hari itu, kuasa dari tempat tinggi yang penampakan pertamanya kita ketahui dalam Injil, di sini kita dapati bersinar semakin terang. Biji gandum, yang di sana jatuh ke tanah, di sini tumbuh dan berbuah banyak. Biji sesawi di sana sudah menjadi pohon besar di sini. Dan Kerajaan Sorga, yang di sana sudah dekat, di sini didirikan. Nubuatan-nubuatan Kristus tentang penganiayaan besar-besaran yang akan menimpa para pemberita Injil (walaupun tidak dapat dibayangkan bahwa ajaran yang begitu patut diterima sepenuhnya justru menjumpai banyak perlawanan) kita dapati di sini digenapi secara melimpah. Juga bahwa kepastian-kepastian yang Dia berikan kepada mereka bahwa mereka akan mendapat dukungan dan penghiburan yang luar biasa dalam penderitaan mereka. Bagian akhir dari sejarah Perjanjian Lama meneguhkan janji-janji yang dibuat kepada para bapa leluhur di bagian awalnya (seperti yang tampak dari pengakuan Salomo yang terkenal dan khidmat itu, yang terdengar seperti tanda terima lunas, 1Raj. 8:56, dari segala yang baik, yang telah dijanjikan-Nya dengan perantaraan Musa, hamba-Nya, tidak ada satu pun yang tidak dipenuhi). Demikian pula halnya, bagian akhir dari sejarah Perjanjian Baru ini secara persis menggenapi perkataan Kristus di bagian awalnya. Dan dengan begitu, kedua perjanjian itu meneguhkan dan menggambarkan satu sama lain.
- II. Sejarah Kitab Para Rasul ini juga dapat dipandang sebagai tindakan menatap ke depan pada surat-surat kerasulan sesudahnya, yang merupakan penjelasan Injil, dan membukakan rahasia-rahasia kematian dan kebangkitan Kristus, yang sejarahnya kita dapati dalam kitab-kitab Injil. Kitab Kisah Para Rasul ini merupakan pengantar pada surat-surat kerasulan itu, dan merupakan kunci untuknya, seperti sejarah Daud merupakan kunci untuk mazmur-mazmurnya. Kita adalah anggota-anggota jemaat Kristen, kemah Allah yang ada di tengah-tengah manusia itu, dan merupakan kehormatan dan hak istimewa bagi kita bahwa kita termasuk anggota-anggotanya. Nah, kitab ini memberi kita penjelasan tentang dibangunnya dan berdirinya kemah itu. Keempat kitab Injil menunjukkan kepada kita bagaimana dasar dari rumah itu diletakkan, sementara kitab ini menunjukkan kepada kita bagaimana bangunan atasnya mulai didirikan,
- 1. Di antara orang-orang Yahudi dan Samaria, yang kisahnya kita dapati di bagian awal kitab ini.
- 2. Di antara bangsa-bangsa bukan-Yahudi, yang kisahnya kita dapati di bagian akhir kitab ini. Dari situ, dan untuk seterusnya sampai ke zaman kita, kita mendapati jemaat Kristen hidup dalam pengakuan iman kepada Kristus sebagai Anak Allah dan Juruselamat dunia. Pengakuan itu dapat dilihat semua orang, dan dibuat oleh murid-murid-Nya yang sudah dibaptis. Mereka ini bergabung dalam persekutuan-persekutuan Kristen, mengadakan pertemuan-pertemuan ibadah secara teratur, mendengarkan ajaran para rasul, dan berkumpul bersama-sama untuk berdoa dan memecahkan roti, di bawah bimbingan dan pimpinan orang-orang yang memberi diri untuk berdoa dan melayani firman. Dan mereka mengadakan persekutuan-persekutuan rohani dengan semua orang di segala tempat yang melakukan hal serupa. Dalam tubuh inilah kita sekarang berada di dunia ini, sebagai anggota-anggotanya. Dan, bagi kepuasan dan kehormatan kita yang besar, dalam kitab ini kita mendapati kemunculan dan asal-usul jemaat Kristen, yang sangat jauh berbeda dari jemaat Yahudi, dan didirikan di atas kehancurannya. Tetapi tak dapat disangkal bahwa jemaat itu berasal dari Allah, dan bukan dari manusia. Betapa dengan yakin dan terhibur kita bisa melanjutkan pengakuan iman Kristen kita, dan berpegang teguh padanya, sejauh kita mendapatinya sesuai dengan contoh di atas gunung ini, yang harus kita jadikan teladan dan batasan dalam hidup beriman!
- Ada dua hal lagi yang harus dicermati mengenai kitab ini:
- (1) Penulisnya. Kitab ini ditulis oleh Lukas, yang menulis kitab ketiga dari empat kitab Injil, yang disebut dengan namanya. Dan Lukas juga (seperti yang ditunjukkan oleh cendekiawan Dr. Whitby) besar kemungkinan merupakan salah satu dari tujuh puluh murid, yang diberi tugas (Luk. 10:1, dst.) yang sedikit lebih rendah daripada tugas kedua belas rasul. Lukas ini adalah kawan setia Rasul Paulus dalam segala pelayanan dan penderitaannya. Hanya Lukas yang tinggal dengan aku (2Tim. 4:11). Kita bisa mengetahui hal ini berdasarkan gaya penulisannya di bagian akhir kitab ini ketika dia sedang bersama Paulus. Sebab di situ ia menulis, kami ber buat ini dan itu, seperti pada pasal Kisah 16:10 dan 20:6, dan seterusnya sampai akhir kitab. Ia ada bersama Rasul Paulus dalam perjalanannya yang berbahaya ke Roma, ketika Rasul Paulus dibawa ke sana sebagai tahanan. Ia ada bersama Rasul Paulus ketika dari penjaranya di sana Rasul Paulus menulis surat-suratnya kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon, yang dalam keduanya nama Timotius disebutkan. Dan tampak bahwa Lukas menulis sejarah ini ketika ia masih ada bersama Rasul Paulus di Roma, selama Rasul Paulus menjadi tahanan di sana, dan membantu dia. Sebab sejarah ini ditutup dengan Rasul Paulus yang memberitakan Injil di sana dalam rumah yang disewanya sendiri.
- (2) Judulnya: Kisah Para Rasul (KJV: Tindakan Para Rasul – pen.). Tindakan Para Rasul yang kudus, begitu judulnya dalam kitab-kitab berbahasa Yunani pada umumnya, dan itulah sebutan mereka, bersukacitalah atas dia, hai sorga, dan kamu, hai rasul-rasul yang kudus (Why. 18:20, KJV). Ada satu naskah yang memberinya judul, Tindakan Para Rasul oleh Lukas Penulis Injil.
- [1] Kitab ini adalah sejarah para rasul. Tetapi di dalamnya ada juga sejarah Stefanus, Barnabas, dan beberapa orang lain yang bisa dipandang sebagai rasul, yang walaupun bukan termasuk salah satu dari kedua belas rasul, namun dikaruniai Roh yang sama, dan mengerjakan pekerjaan yang sama. Dan, dari antara mereka yang merupakan para rasul, hanya sejarah Petrus dan Paulus yang dicatat di sini (dan Paulus sekarang termasuk dua belas rasul). Petrus adalah rasul untuk orang-orang bersunat, dan Paulus rasul untuk bangsa-bangsa bukan-Yahudi (Gal. 2:7). Tetapi ini sudah cukup untuk menjadi contoh dari apa yang dilakukan mereka yang lain di tempat-tempat lain, dalam menjalankan mandat mereka, sebab tak seorang pun dari mereka hanya berpangku tangan. Dan seperti halnya kita harus memandang apa yang disampaikan dalam kitab-kitab Injil mengenai Kristus itu sudah cukup, karena Sang Hikmat Tak Terbatas memandangnya demikian, begitu pula halnya di sini mengenai apa yang disampaikan tentang para rasul dan pekerjaan mereka. Sebab hal-hal lain yang dikatakan kepada kita dari tradisi tentang berbagai pekerjaan dan penderitaan para rasul, dan jemaat-jemaat yang mereka tanam, secara keseluruhan masih meragukan dan tidak pasti, dan menurut saya sama sekali tidak bisa kita jadikan dasar yang memuaskan untuk membangun apa pun. Yang berasal dari Kitab Suci dasarnya adalah emas, perak, dan batu permata, sedangkan yang berasal dari tradisi dasarnya adalah kayu, rumput kering, jerami.
- [2] Kitab ini disebut tindakan atau perbuatan para rasul. Gesta apostolorum, hal-hal yang dilakukan para rasul, begitu menurut sebagian orang. Praxeis – penerapan mereka terhadap pelajaran-pelajaran yang sudah diajarkan kepada mereka oleh Guru mereka. Para rasul adalah orang-orang yang giat. Dan walaupun mujizat-mujizat yang mereka adakan dilakukan dengan kata-kata, namun itu pantas disebut sebagai tindakan mereka. Mereka berkata-kata, atau lebih tepatnya Roh berfirman melalui mereka, maka semuanya jadi. Sejarah ini dipenuhi dengan berbagai khotbah dan penderitaan mereka. Tetapi begitu kerasnya mereka bekerja memberitakan firman, dan betapa dengan rela mereka membuka diri pada penderitaan, dan begitu besar apa yang mereka capai melalui khotbah dan penderitaan itu, sehingga semuanya itu dengan baik dapat disebut sebagai tindakan-tindakan mereka.
Jerusalem: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) KISAH PARA RASUL
PENGANTAR
Injil ketiga dan Kisah para Rasul aslinya merupakan hanya satu karya saja, yang sekarang kiranya dapat diberi judul: "...
KISAH PARA RASUL
PENGANTAR
Injil ketiga dan Kisah para Rasul aslinya merupakan hanya satu karya saja, yang sekarang kiranya dapat diberi judul: "Sejarah awal mula agama Kristen". Sekitar th. 150 Mas. umat kristen menghendaki keempat injil dikumpulkan menjadi satu buah Kitab. Maka karya asli satu itu dibagikan dan dipisahkan menjadi dua. Boleh jadi judul "Kisah Para Rasul" atau "Kisah Beberapa Rasul" ditambahkan, sesuai dengan kelaziman dalam kesusasteraan Ke-Yunanian di zaman itu. Terkenallah di masa itu "Kisah (Yunaninya: perbuatan-perbuatan) Hanibal" atau "Kisah (perbuatan-perbuatan) Aleksander" dsb. Hubungan asli antara kedua Kitab Perjanjian Baru tersebut ditampilkan oleh prakata kedua kitab itu dan oleh persamaan sasteranya. Baik prakata Kisah Para Rasul maupun prakata injil ketiga ditunjukan kepada seseorang yang bernama Teofilus (bdk Luk 1:1-4 dan Kis 1:1), sedangkan prakata Kis menyebutkan injil ketiga itu sebagai "buku yang pertama" dan melanjutkan pokok cerita injil dengan meringkaskan kejadian-kejadian yang terakhir (penampakan-penampakan Kristus yang telah dibangkitkan serta pengangkatanNya ke sorga), yang digabungkan dengan sambungan cerita selanjutnya. Bahasanyapun erat-erat menghubungkan Kis dengan Luk. Tidak hanya ciri-ciri bahasanya (perbendaharaan kata, tata bahasa dan gaya bahasa) ditemukan dalam seluruh Kis, sehingga merupakan sebuah kesatuan literer, tetapi juga dalam injil ketiga. Maka tidak dapat diragukan bahwa pengarang yang sama menggubah kedua kitab tersebut.
Tradisi Gereja sepakat dalam menyebutkan nama pengarang itu sebagai Lukas. Baik dahulu maupun sekarang belum juga dapat secara sungguh-sungguh disebutkan nama orang lain selain dari Lukas. Sudah sekitar th. 175 Mas. semua jemaat sependapat dalam hal ini, sebagaimana dibuktikan oleh sebuah dokumen dari Roma yang disebut sebagai "Kanon Muratorius, oleh kesaksian yang diberikan dalam Prakata Anti- Markos, dalam karya Ireneus, Klemens, Origenes dari Aleksandria dan Tertualinus. Semua sehati dalam menyebutkan nama Lukas sebagai pengarang kitab Kis. Pendapat tersebut dikuatkan oleh petunjuk-petunjuk yang diketemukan dalam kitab Kis dan Luk sendiri. Ternyata pengarangnya seorang Kristen dari zaman para rasul, seorang Yahudi yang berkebudayaan ke-Yunanian atau bahkan seorang Yunani berpendidikan, yang mengetahui cukup banyak mengenai ilmu kedokteran dan mengenal Kitab Suci dalam terjemahan Yunaninya, yakni Septuaginta serta adat- kebiasaan Yahudi. Pengarang terutama nampak sebagai teman seperjalanan Paulus. Hal ini dibuktikan oleh cerita-cerita yang termuat dalam bagian kedua Kis. Di sana pengarang menggunakan kata ganti diri pertama jamak (kami), sehingga kelihatan ikut serta dalam hal ihwal yang diceritakannya. Kesemuanya itu hanya sesuai dengan Lukas dari antara semua teman seperjalanan Paulus: menurut tradisi lama 4:10-14); diperkenalkan oleh Paulus sebagai seorang teman yang karib yang menyertainya selama kedua penahanannya di Roma (Kol 4:14; Flm 24; 2Tim 4:11). Lukas kiranya menemani Paulus dalam perjalanan yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:6 dst; barangkali juga 2Kor 8:18); kalau Lukas tidak turut disebutkan dalam daftar-daftar nama, seperti yang termuat dalam Kis 20:4, maka sebabnya kiranya ialah: Lukas sendirilah yang menuliskannya.
Dalam tradisi lama tidak ditemukan petunjuk-petunjuk pasti sehubungan dengan waktu dan tempat Lukas menuliskan karyanya (di negeri Yunani selatan setelah Paulus meninggal? di kota Roma, sebelum perkara Paulus diselesaikan oleh pengadilan?). Maka kita harus bersandar pada isi karya itu sendiri. Karya Lukas berakhir dengan penahanan Paulus di Roma tahun 61-63. Sehubungan dengan itu dalam Kis 28:30+ disebutkan jangka waktu dua tahun. Ini merupakan jangka waktu yang ditentukan oleh hukum, sehingga habis waktu itu sebuah perkara pengadilan dihentikan, bila tidak ada sesuatu bukti yang mendukung tuduhan yang diajukan. Maka boleh jadi bagian Kis ini ditulis setelah Paulus dibebaskan dalam th. 63. Ini rupanya harus diterima atas dasar pertimbangan sebagai berikut: umumnya disetujui bahwa injil Mrk dikarang sekitar tahun 64; Injil Lukas apa lagi Kis pasti dikarang sesudah Mrk; maka haruslah Luk dan Kis dikarang sesudah tahun 64. Ada sejumlah ahli yang mengemukakan tahun 80-100 sebagai waktu Luk dan Kis dikarang. Hal ini memanglah tidak mustahil juga. Hanya sudah diaktan bahwa tidak ada petunjuk pasti yang memaksa kita menunda waktu dituliskannya Luk sampai sesudah tahun 70 Mas. Dan hal yang sama harus dikatakan sehubungan dengan Kis.
Tetapi menentukan waktu tepat merupakan hal yang kurang penting. Sebab nilai utama Kis terletak dalam kenyataan bahwa kitab ini dikarang oleh seseorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan sebagian besar dari peristiwa yang diceritakannya; sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak disaksikannya sendiri, pengarang menimba dari sumber-sumber lain yang melimpah. Lukas dengan teliti mengumpulkan bahan yang melimpah dari berbagai sumber yang cukup luas dan terperinci. Ini sudah dinyatakan dalam prakata untuk seluruh karyanya (Luk 1:1-4). Penyelidikan karyanya hanya meneguhkan keterangan Lukas itu. Meskipun Lukas dengan saksama mengolah bahannya, hingga di mana-mana nampak kepribadiannya sendiri dan karyanya sungguh sebuah kesatuan juga ditinjau dari segi sastra, namun toh penggunaan sumber-sumber (tertulis) dengan mudah dapat ditunjuk. Ajaran yang disajikan berubah-ubah sesuai dengan situasi-situasi kongkrit dan kadang-kadang memberikan kesan ketuaannya. Kecuali itu bahasa sendiri berubah- ubah: ada bahasa Yunani yang baik sekali; yakni bilamana Lukas sendiri menulis hanya bergantung pada dirinya sendiri atua mengambil bahannya dari buku catatannya sendiri mengenai perjalanannya; tetapi bahasa Yunaninya menjadi berbau bahasa Semit, kurang lancar dan bahkan salah, bila Lukas menceritakan tentang awal-mula jemaat di Yerusalem. Boleh jadi dalam hal ini Lukas dengan sengaja meniru bahasa suci dari Septuaginta, tetapi lebih sering ia mau menghormati berita-berita yang disampaikan kepadanya dalam bahasa Aram, sehingga sesedikit mungkin merubahnya. Ini jelas nampak dalam injil Lukas kalau dibandingkan dengan sumber-sumber yang dipergunakan, yakni injil Markus, dan sumber-sumber yang dipakai baik oleh Lukas maupun oleh Matius. Yang sama kiranya terjadi dalam Kis, meskipun di sini orang tidak dapat membandingkan tulisan Lukas dengan sumber-sumbernya. Namun demikian orang sudah berusaha merekonstruksikan sumber-sumber Kis. Sementara ahli membayangkan sebuah teks menyeluruh dalam bahasa Aram, atas dasar penyelidikan seluruh bagian pertama Kis (1-15:35). Hipotesa ini terlalu kaku, oleh karena tidak memperhatikan kerja Lukas sendiri dalam mengolah sumber-sumbernya, sebagai yang nampak dalam bab-bab Kis tersebut. Sumber-sumber Lukas sebenarnya bermacam-macam dan berkeping- keping. Bahkan tidak pasti juga, kalau-kalau sumber-sumber itu berupa tulisan, meskipun kadang-kadang kiranya mesti diterima. Bagaimanapun juga halnya dengan pembedaan terperinci yang selalu sukar dan tidak pasti, orang dengan mudah dapat menggali beberapa tradisi utama yang dikumpulkan Lukas. Ada sejumlah tradisi mengenai jemaat purba di kota Yerusalem (1-5), kemudian transaksi yang bercerita tentang karya beberapa tokoh khusus, seperti Petrus (TB Kis 9:32-11:18; 12) dan Filipus (TB Kis 8:4-40). Yang terakhir ini mungkin sendiri memberikan informasi kepada Lukas yang berjumpa dengan Filipus di kota Kaisarea (TB Kis 21:8). Jemaat di kota Antiokia kiranya menjadi asal-usul cerita-cerita yang mengisahkan bagaimana pendirian jemaat itu disiapkan dan diwujudkan oleh gerakan orang-orang Yahudi yang berbudaya Yunani (TB Kis 6:1-8:3; 11:19-30; 13:1-3).
Sudah barang tentu Paulus sendiri memberitahu Lukas tentang pertobatannya dan perjalanannya untuk mewartakan Injil kepada orang bukan Yahudi (TB Kis 9:1- 30; 13:4-14:28; 15:36 dst). Sehubungan dengan perjalanan- perjalanan Paulus yang terakhir Lukas juga menggunakan catatan-catatan pribadinya. Mungkin sekali ia hanya menyalin catatan-catatan itu di bagian Kis, tempat ia berkata "kami" dan tempat paling padat ditemukan ciri-ciri bahasa yang bercirikan khas bahasa Lukas (Kis 11:28; 16:10-17; 20:5-21:18; 27:1-28:16). Bahan melimpah yang dikumpulkan itu oleh Lukas disusun dengan mahirnya menjadi kesatuan yang menderetkan macam-macam unsur yang dihubungkan dengan pertolongan semacam "pengulangan" karya ciptaan Lukas sendiri, misalnya Kis 6:7; 9:31; 12:24 dll.
Kesegaran sumbernya dan rasa hormat yang dipakai Lukas mengolah bahannya menjamin nilai historis Kis. Sudah barang tentu usaha yang sukar untuk menghubungkan sutu sama lain unsur-unsur sumber yang bermacam-ragam mengakibatkan, bahwa kadang-kadang apa yang terjadi kemudian ditempatkan dahulu dan peristiwa-peristiwa yang sama diceritakan sampai dua kali atau peristiwa- peristiwa yang aslinya tersendiri dijadikan satu. Misalnya apa yang dikisahkan dalam bab 12 pasti terjadi sebelum Barnabas dan Paulus mengunjungi kota Yerusalem, seperti diceritakan dalam 11:30 dan 12:25, seandainya kunjungan itu tidak harus disamakan dengan yang diceritakan dalam bab 15. Tidak mustahil juga bahwa "konsili di Yerusalem (15) sesunggguhnya mempersatukan perdebatan tersendiri (bdk catatan). Tetapi perubah dan pengolahan kecil tersebut tidak mengurangi nilai keseluruhan Misalnya: sangat mengherankan bahwa Lukas tanpa menggunakan surat-surat Paulus mengisahkan kegiatan Paulus dalam mewartakan Injil begitu rupa, sehingga menurut garis-garis besarnya sesuai dengan apa yang dikatakan Paulus sendiri, bahkan dalam suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia, asal diperhatikan juga apa yang dikatakan di muka. Sehubungan dengan peristiwa- peristiwa yang lebih dahulu memanglah kita tidak dapat membandingkannya dengan berita-berita lain. Tetapi kejadian-kejadian yang dikisahkan adalah wajar sekali, sedangkan Lukas ternyata mempunyai rasa hormat yang besar terhadap sumber-sumbernya. Maka juga cerita-cerita itu menyajikan hal-hal terperinci dan segar, yang sesuai dengan keadaan. Terutama orang ragu-ragu mengenai wejangan- wejangan yang tercantum dalam Kis. Ada yang mengatakan bahwa wejangan-wejangan itu adalah ciptaan Lukas sendiri, meskipun dibawakan oleh tokoh-tokoh tertentu dalam kisahnya. Cara semacam itu sangat lazim di antara sejarawan zaman itu. Tetapi betapa besarpun bakat Lukas, sukarlah menerima bahwa seseorang yang berkebudayaan Yunani sesudah empat puluh tahun masih mampu menciptakan pidato- pidato yang begitu berbau ketuaan dan Yahudi, seperti misalnya wejangan-wejangan Petrus atau Stefanus. Tidak dapat tidak Lukas mempunyai mempunyai bahan-bahan yang sudah tersedia. Ini tidak mengherankan sedikitpun mengingat bahwa pewartaan purba terdiri atas beberapa pokok utama yang didukung dengan argumen yang sudah menjadi tradisionil dan yang dengan rumusan tetap dihafalkan. Ada kumpulan ayat- ayat Kitab Suci untuk orang-orang Yahudi; pemikiran-pemikiran filsafat populer bagi orang-orang Yunani; dan untuk semua ada pewartaan hakiki (kerygma) mengenai Kristus, yang wafat dan bangkit, disertai dengan ajakan untuk bertobat dan menerima baptis. Lukas kiranya baik melalui tradisi maupun melalui pengalaman pribadi mengenal kerangka pewartaan Kristen semula. Dan atas dasar ini dan dengan perasaan halusnya ia dapat menyusunnya dalam wejangan-wejangan tersebut suatu ajaran yang nilainya tinggi dan unggul kepentingannya.
Kebenaran obyektip Kis diserang oleh pihak lain lagi. Orang mempersoalkan maksud-tujuan Kis. Pengikut-pengikut F.Ch. Baur berpendapat bahwa Kis merupakan sebuah tulisan yang dikarang dalam abad 2 dengan maksud memperdamaikan dua aliran yang sulit bertentangan. Aliran satu ialah pengikut-pengikut Petrus, sedangkan yang lain menganut Paulus. Hanya saja hipotesa ini terlalu menunda waktu dituliskannya Kis. Kecuali itu hipotesa itu berdasar pada sebuah filsafat tentang sejarah, yakni filsafat Hegel, dan bukanlah pada penafsiran Kitab Suci. Memanglah dewasa ini hipotesa yang radikal itu tidak mendapat pendukung lagi. Tetapi masih sering kali dikatakan bahwa Kis sesungguhnya berupa sebuah pembelaan, sehingga pasti membengkokkan dan memalsukan kejadian-kejadian dan kebenaran. Lukas, menurut pendapat tersebut mau membela Paulus di hadapan para pejabat Roma untuk meyakinkan mereka bahwa Paulus tidak beruat salah sedikitpun terhadap negara. Ini sesungguhnya hanya satu segi dari kitab Kis dan orang tidak boleh menganggap sebagai maksud kurang jujur apa-apa yang sebenarnya merupakan keyakinan tulus-ikhlas dan yang berdasar. Memanglah Lukas menekankan bahwa pertentangan antara Paulus dan orang-orang Yahudi bersifat keagamaan belaka, dan iapun menonjolkan kesetiaan dan ketaatan Paulus terhadap negara Roma serta kewibawaannya. Tetapi inipun seluruhnya sesuai dengan kebenaran historis dan Lukas sepenuh-penuhnya berhak menarik pengajaran itu dari kejadian-kejadian. Kecuali itu perlu diulangi lagi, bahwa maksud khusus itu bukan seluruh maksud- tujuan karya Lukas. Karya itu sekali-kali bukan sebuah pembelaan yang ingin diajukan kepada pengadilan Roma. Maksud utama Kis ialah mengisahkan awal-mula agama kristen demi sejarah itu sendiri.
Untuk meyakinkan diri tentang itu cukuplah orang menyelidiki susunan Kis. Maka nampaklah bahwa kitab itu hanya memperlihatkan bagaimana perkataan Yesus yang ditempatkan pada awal kisah terlaksana. Sabda Yesus: "Kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan samapi ke ujung bumi" (TB Kis 1:8). Mula-mula kepercayaan Kristen berakat kuat-kuat di Yerusalem, tempat jemaat pertama bertambah karunia dan jumlahnya (1-5). Tidak lama kemudian kepercayaan itu mulai merambat, hal mana dipersiapkan oleh semangat universalis yang menjiwai orang-orang Yahudi berbudaya Yunani yang masuk Kristen dan oleh pengusiran mereka setelah Stefanus mati sahid (TB Kis 6:1-8:3). Iman Kristen sampai di daerah Samaria (TB Kis 8:4-25) dan juga di daerah di sebelah selatan dan timur Yerusalem hingga ke pantai dan kota Kaisarea (TB Kis 8:26-40; 9:32-11:18). Dalam pada itu cerita tentang pertobatan Paulus memberitahu kita bahwa di kota Damsyik sudah ada orang-orang Kristen dan begitu pewartaan Injil di daerah Kilikia sudah dipersiapkan juga (TB Kis 9:1-30). Ulangan seperti tercantum dalam 9:31 (yang masih menyebutkan daerah Galilea) menonjolkan bagaimana iman Kristen meluas. Kemudian kota Antiokhialah yang menerima Kabar Gembira (TB Kis 11:19-26). Selanjutnya kota itu menjadi pusat pewartaan sementara memupuk hubungan baik dengan Yerusalem, tempat dimusyawarahkan soal-soal utama mengenai pewartaan injil kepada orang-orang yang bukan Yahudi (TB Kis 11:27-30; 15:1-35). Sebab memanglah sudah tiba saatnya Injil dibawa juga kepada mereka. Setelah Kornelius masuk menjadi Kristen dan Petrus dipenjarakan di Yerusalem, maka rasul itu berangkat entah kemana (12). Selanjutnya Pauluslah yang memainkan peranan penting dalam kisah Lukas. Sebelum konsili di Yerusalem Paulus sudah pergi ke pulau Siprus dan ke daratan Asia Kecil (13-14). Sesudahnya Paulus berlayar ke daerah Makedonia dan Yunani (15:36 - 18:22; 18:23-21:17). Paulus selalu kembali ke Yerusalem dan penahananya di kota itu, lalu penahanannya di kota Kaisarea (TB Kis 21:18-26:32) memberi Paulus kesempatan membiarkan diri sebagai tawanan, meskipun tetap sebagai pewarta Injil lalu dibawa ke Roma tempat ia dengan terbelenggu mewartakan Kristus (27-28). Dilihat dari Yerusalem maka ibu kota kerajaan Roma itu sungguh-sungguh merupakan "ujung bumi". Maka Lukas boleh mengakhiri kitabnya.
Boleh jadi orang menyesal, bahwa Lukas tidak menceritakan apa-apa tentang karya rasul-rasul lain dan tidak pula tentang pendirian beberapa jemaat penting, seperti misalnya di kota Aleksandria, atau malahan di kota Roma sendiri. Sudah pasti bahwa di kota itu iman Kristen sudah tertanam sebelum Paulus tiba (lihat surat kepada jemaat di Roma, yang ditulis Paulus selama perjalanannya yang ketiga). Juga tentang karya Petrus di luar Palestina tidak dikatakan apa-apa. Pauluslah yang menduduki tempat yang menyolok dalam kisah Lukas, sehingga dalam bagian kedua Kis hanya Paulus saja yang masih berperan. Tetapi justru oleh karena Lukas berdiam diri dan meninggalkan banyak soal, maka kita mendapat jaminan yang paling baik bagi apa yang dikisahkannya. Ia tidak menceritakan apa- apa, kecuali kalau ia mengetahuinya baik oleh karena menyaksikan sendiri maupun karena mendapat dari sumber-sumber yang nilainya dapat diawasi. Kecuali itu Kis bukanlah sebuah kitab ilmu sejarah yang utuh lengkap, melainkan sebuah penjelasan mengenai daya perambat rohani yang terkandung dalam agama Kristen. Serta ajaran teologis yang dapat ditarik Lukas dari kejadian-kejadian yang diketahuinya mempunyai nilai universil yang tidak dapat diganti dan yang membuat karyanya berharga tinggi.
Sumbangan di bidang ajaran adalah berganda. Iman akan Kristus yang menjadi dasar pewartaan rasuli disajikan dengan pemerincian yang semakin tumbuh. Mula-mula iman akan Kristus itu berpusatkan pada kejayaan manusia Yesus yang telah menjadi Kurios berkat kebangkitanNya (TB Kis 2:22-36), kemudian oleh Paulus Yesus diberi gelar "Anak Allah" (TB Kis 9:20). Berkat wejangan-wejangan yang tercantum dalam Kis kita mengenal ayat-ayat utama dari Kitab Suci yang digunakan umat berkat pimpinan Roh Kudus sebagai sarana untuk merumuskan ajaran mengenai Kristus dan sebagai pembuktian bagi orang-orang Yahudi. Baiklah diperhatikan khususnya apa yang dikatakan tentang Yesus sebagai Hamba Allah (TB Kis 3:13, 26; 4:27, 30; 8:32-33) dan sebagai Musa yang baru (3:22 dst; 7:20 dst). Kebangkitan Yesus dibuktikan dengan Mzm 16:8-11 (Kis 2:24-32; 13:34-37). Sejarah umat terpilih menjadi peringatan bagi orang-orang Yahudi, supaya jangan menentang kasih karunia Allah (7:2-53; 13:16-41). Di hadapan orang-orang bukan Yahudi disodorkan dalil-dalil yang diambil dari ajaran tentang Allah yang lebih umum (TB Kis 14:15-17; 17:22-31). Tetapi para rasul pertama-tama "saksi" (TB Kis 1:8+) dan Lukas meringkas pemberitaan mereka (TB Kis 2:22+) dan bercerita tentang "tanda-tanda" ajaib yang mereka lakukan. Persoalan paling gawat bagi Gereja yang baru lahir ini ialah: bagaimana orang-orang bukan Yahudi dapat menolong keselamatan. Tentang persoalan itu Kis memberi keterangan yang jitu: para saudara di Yerusalem terpimpin oleh Yakobus tetap setia pada hukum Taurat Yahudi (TB Kis 15:1, 5; 21:20) dst. Sebaliknya, orang-orang "ke-Yunanian" yang juru bicaranya yalah Stefanus merasa perlu melepaskan ibadat dalam Bait Allah. Petrus dan terutama Paulus dalam konsili di Yerusalem memenangkan asas bahwa hanya iman akan Kristus menyelamatkan, sehingga tak perlu orang-orang bukan Yahudi menepati hukum Taurat dan bersunat. Namun demikian tetap benar bahwa keselamatan datang dari bangsa Yahudi, sebagaimana dinyatakan oleh Lukas juga. Paulus selalu terlebih dahulu menghadapi orang-orang Yahudi. Baru setelah ditolak oleh kaum sebangsanya ia pergi kepada orang-orang bukan Yahudi (TB Kis 13:5+). Mengenai cara hidup jemaat-jemaat purba Kis juga memberi informasi yang sangat berharga: tentang jemaat muda di Yerusalem yang bersembahyang dan yang yang angggota-anggotanya membagi-bagikan harta miliknya; tentang caranya orang dibaptis dan tentang baptisan dalam Roh Kudus (TB Kis 1:5+); tentang Ekaristi yang dirayakan (TB Kis 2:42+); permulaan penyusunan sebuah jemaat sebagai organisasi, yang mempunyai nabi-nabi" dan "pengajar-pengajar" (TB Kis 13:1+), ataupun "penatua" yang mengepalai jemaat di Yeruslem (TB Kis 11:30) dan yang oleh Paulus diangkat pada semua jemaat yang didirikannya (TB Kis 14:23). Kesemuanya itu dinaungi, dibimbing dan dijiwai oleh embusan tak kelihatan dari Roh Kudus. Dalam injilnya Lukas sudah menekankan peranan Roh Kudus itu (Luk 4:1+) dan dalam Kis ia terus memperlihatkan bahwa Roh Kudus itulah yang berkarya dalam perambatan Gereja (Kis 1:8+), sehingga Kis dapat diberi judul "Injil Roh Kudus". Itulah sebabnya maka karya Lukas itu penuh dengan kegembiraan rohani dan gejala-gejala adikodrati yang hanya mengherankan mereka yang tidak sampai memahami peristiwa tunggal itu, ialah lahirnya agama Kristen. Pada kekayaan ajaran tersebut masih perlu ditambahkan berita-berita tentang sekian banyak kejadian kongkrit yang hanya kita ketahui berkat Kis: kehalusan budi dan jiwa, yang digunakan Lukas untuk menggambarkan tokoh-tokoh kisahnya: adegan-adegan lucu dan menarik hati seperti pidato Paulus di hadapan raja Agripa (26) dan bagian-bagian yang mengharukan hati seperti pidato perpisahan Paulus kepada para penatua jemaat di Efesus (TB Kis 20:17-38). Mengingat kesemuanya itu niscaya orang sependapat dalam menilai kitab yang jenisnya tunggal dalam Perjanjian Baru ini sebagai sebuah karangan yang penuh harta kekayaan. Seandainya tidak ada, maka pengetahuan kita tentang awal-mula agama Kristen sangat kurang.
Sama dengan teks seluruh Perjanjian Baru, teks Kis juga sampai kepada kita dengan macam-macam varian mengenai hal-hal kecil-kecil. Tetapi dalam teks Kis terdapat lebih banyak kelainan dalam apa yang disebutkan sebagai "teks Barat" (dalam naskah Bezae, dalam terjemahan kuno ke dalam bahasa Latin dan Siria dan pada beberapa pujangga Gereja dahulu). Dan varian-varian itu layak diberi perhatian. Di samping sejumlah kerusakan yang mudah menyusup ke dalam sebuah teks populer yang kurang bersih dari resensi Aleksandria, terdapatlah dalam teks Barat tersebut sejumlah tambahan konkrit dan khas yang barangkali asli juga. Varian-varian teks Barat yang paling penting dimuat dalam catatan-catatan terjemahan ini.
Ende: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) KISAH RASUL-RASUL
KATA PENGANTAR
Tentang isi dan maksud karangan ini umumnja
Mula-mula sebagai landjutan langsung dari "Indjil ketiga" karangan ini
be...
KISAH RASUL-RASUL
KATA PENGANTAR
Tentang isi dan maksud karangan ini umumnja
Mula-mula sebagai landjutan langsung dari "Indjil ketiga" karangan ini beredar sebagai satu dengannja. Baru pada pertengahan abad kedua, ketika keempat karangan Indjil digabungkan mendjadi satu buku, karangan ini dipisahkan dari padanja dan diberi djudul tersendiri.
Djudul itu ialah: "Perbuatan-perbuatan Para Rasul", jang kemudian mendapat bentuk "Kisah Rasul-rasul" djuga, seperti jang kita pakai. Tetapi hanja dua Rasul jang dikisahkan "perbuatan-perbuatannja" dan itupun djauh dari lengkap. Rasul-rasul jang lain hanja disebut namanja, atau seperti mengenai Joanes dan Jakobus terdapat satu dua tjatatan sadja, sedangkan ada pembantu-pembantu Rasul- rasul jang agak luas diberitakan peranannja.
Dalam bagian pertama bab 1-12, Petrus adalah tokoh utama dan dalam bagian kedua, bab 13-28 Paulus. Dalam bagian kedua ini kita hanja satu kali lagi bertemu dengan Petrus, jaitu dalam bab 15 sebagai ketua sidang Rasul-rasul di Jerusalem.
Lukas bukan bermaksud menulis suatu riwajat hidup atau djasa-djasa kedua Rasul itu, dan bukan pula suatu buku sedjarah jang agak lengkap, teliti dan teratur, melainkan hanja sekedar menggambarkan perkembangan pesat umat Kristus jang ia kenal dan jang perkembangannja sebagian disaksikannja sendiri. Umat Kristus jang dikenalnja, ialah umat induk di Jerusalem dan sekitarnja, dan terutama perkembangan diantara kaum penjembah dewa-dewa dikota Antiochia di Siria, tempat asalnja, dan kearah Barat sampai ke Roma, jang mendjadi wilajah kerdjanja sendiri. Dan untuk menggambarkan itu Lukas memilih dari bahan-bahan jang tersedia baginja, hanja beberapa kedjadian dan kenjataan jang terasa penting olehnja atau jang dialaminja sendiri. Kita berterima kasih kepada Lukas, dan bersjukur kepada Rob Kudus jang mengilhaminja, atas pemilihan bahan itu dan usaha menjusunnja. Biarpun gambarannja tidak utuh, tetapi tjukup bersisi sebagai pokok perenungan bagi kita, sehingga dengan djalan penjelidikan dan perenungan, kita dapat membentuk suatu pandangan jang lebih utuh bagi diri kita sendiri. Dan itu dapat ditjapai lebih sempuma, kalau kita serentak dengan Kis. Ras. membatja dan membahas surat-surat Paulus dan Rasul-rasul jang lain.
Kisah Rasul-rasul meriwajatkan tahap terachir dari djalan penjelamatan
Tahap terachir dari djalan penjelamatan, ialah perwudjudan keselamatan abadi dalam seluruh umat manusia. Kis. Ras. memang hanja dapat memberitakan permulaan perwudjudan itu, sebab sedjarah penjelamatan itu masih berdjalan dan akan berdjalan sampai pada acbir zaman.
Perwudjudan itu tersendiri bagi seluruh umat manusia oleh Kurban Jesus disalib. Oleh darah Jesus dosa pokok terhapus, perdamaian Allah dengan bangsa manusia terpulih, djalan untuk mendekati Allah terbuka. Dengan Kurban Jesus disalib itu dan kebangkitannja djalan penjelamatan sudah pada puntjaknja: keselamatan abadi sudah terwudjud sampai semua manusia dapat memperoleh bagian dalamnja. Tetapi untuk memperoleh bagian dalamnja, perlu tiap-tiap manusia menempuh djalan penjelamatan sendiri. la harus memenuhi sjarat-sjarat tertentu untuk mendapat pengampunan dosa dan untuk dianugerahi hidup abadi itu. Perlu Pula ada orang Jang berwenang untuk menerangkan apakah arti dan hakekatnja hidup abadi itu, dan menundjukkan djalan penjelamatan kepadanja, lagipun memimpinnja pada djalan itu. Tugas memperkenalkan hidup abadi dan djalan kearahnja, serta melaksanakan pemimpinan itu, lagi kuasa untuk menjampaikan hidup abadi itu, diserahkan oleh Jesus kepada Para RasulNja dan kepada seluruh umat sebagaimana tersimpul dalam amanat Jesus terachir :"KepadaKu diserahkan segala kuasa disurga dan dibumi, maka pergilah kamu dan buatlah segala bangsa mendjadi muridku, dengan mempermandikan mereka pada nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus, dan adjarkanlah mereka melaksanakan segala sesuatu jang telah Kuperintahkan kepada kamu. Mt. 28:19-20.
Kisah Rasul-rasul meriwajatkan pelaksanaan amanat Jesus jang terachir kepada para RasulNja
Buatlah segala bangsa mendjadi muridKu. Tentu sadja pertama-tama dengan pemakluman Indjil. Tetapi untuk mentjapai "segala bangsa" sampai keudjung bumi (Kis. Ras. 1:8), perlu organisasi jang luas sekali dan teratur rapih. Jesus sendiri mendasarkannja dengan membentuk satu umat ketjil, terdiri dari keduabelas Rasul dan sekelompok murid-murid, dengan Petrus sebagai pemimpinnja. memang ketjil sebagai bidji sesawi, tetapi jang akan subur bertumbuh mendjadi pohon jang dahan-dahan dan ranting-rantingnja menaungi seluruh dunia. Dan segera sesudah Pentekosta umat ketjil mulai berkembang pesat, Rasul-rasul pergi bertebaran kesegala djurusan; dan muntjul pengadjar-pengadjar Indjil dan nabi- nabi, jang diilhami dan didorong oleh Roh Kudus, untuk pergi kemana-mana sebagai pembantu-pembantu para Rasul. Selain kedjurusan Timur dan Selatan, jang tidak diberitakan dalam karangan ini, dalam waktu 30 tahun, kearah Utara dan Barat, Indjil telah tersebar disegala kota jang agak besar, diseluruh Asia-Ketjil, Masedonia dan Achaja, sampai di Roma.
Dengan mempermandikan mereka. Baru dengan menerima Permandian para tjalon mendjadi murid Jesus jang sedjati, jaitu dibersihkan dari dosa (Kis, Ras. 12:16; lbr. 10:22; 1 Kor. 6:11; Rom. 6:1-14); lahir baru (Jo. 3:5), mendjadi anak Allah dan menjerupai Kristus (Gal. 3:26-27), dipersatukan dengan Kristus (Rom. 6:3), diresapi dengan Roh Kudus (I Kor. 12:13) dan dikuduskan (I Kor. 6:11; Ef. 5:26). Dengan ringkas; didalam dan oleh Permandian, keselamatan abadi atau hidup abadi itu diperwudjudkan dalam masing-masing manusia jang pertjaja. Lazim dikatakan bahwa semua itu terdjadi setjara sakramentil. Artinja ada upatjara tertentu jang pada pokoknja ditetapkan oleh Jesus sendiri dengan djaminan, bahwa ketika upatjara itu dilangsungkan pada seorang jang pertjaja, dosanja dihapus dan hidup abadi dianugerahkan kepadanja oleh Allah. Karena upatjara jang kelihatan itu, berhubung dengan djaminan tersebut diatas, orang jang dipermandikan dapat pertjaja dengan penuh kejakinan, bahwa mereka mempunjai keadaan jang baru itu. Dan karena keadaan jang baru itu terdjamin, maka iapun diterima sebagai anggota umat, jaitu masuk Keradjaan Allah jang kelihatan.
Dan adjarkanlah mereka melaksanakan segala sesuatu jang telah Kuperintahkan kepadamu. "Murid-murid" Jesus jang baru dipermandikan belum segera adalah pengikut Jesus jang sempurna. Hidup baru itu harus dipelihara dan bertumbuh, pengetahuan akan adjaran-adjaran Jesus harus diperluas dan pengertian diperdalam; mereka harus beladjar mewudjudkan tjita-tjita Indjil.
Pesan"adjarkanlah mereka" merangkum petugasan jang luas dan berat. Dapat
dikatakan tugas itu merupakan penggembalaan jang dimaksud Jesus dalam Jo.
Ada upatjara-upatjara lain lagi jang berwudjud sakramentil. Dengan penumpangan tangan alas orang jang telah dipermandikan, Rasul-rasul menurunkan Roh Kudus atas mereka setjara njata. (8:17-19; 9:12,17; 19:6). Disini kita ingat akan Sakramen Krisma (Penguat).
Dengan penumpangan tangannja pula, Rasul-rasul (atau pengganti mereka) memberi kekuasaan jang tertentu kepada para "diakon" (6:6) dan orang tua-tua (presbiter, episkopos): II Tim. 1:6; 1 Tim. 4:14; 5:22; Kis. Ras. 13:3. Apakah penumpangan tangan ini merupakan Sakramen Imamat, tidak djelas. Tetapi djika tidak, siapakah jang "Memetjahkan Roti" bagi umat-umat jang djarang sekali dikundjungi seorang Rasul? Dari I Kor. 11:17-34 terang pula bahwa di Korintus Ekaristi biasa dirajakan djuga kalau Paulus tidak ada.
Bahwa orang tua-tua mempunjai kuasa memberi Sakramen-sokramen tjukup njata pula dari Jak. 5:14-16. Dan disitu terang djuga, bahwa dewasa itu Sakramen urapan orang-orang sakit sudah lazim.
Supaja penggembalaan lantjar, Rasul-rasul mengatur pemimpinan umat-umat dengan mengadakan suatu hirarki. Rasul-rasul tetap memegang putjuk pimpinan. Petrus selalu bertindak dan diakui sebagai ketua Para Rasul dan kepala Geredja. Dalam tiap-tiap umat, Rasul-rasul menentukan suatu badan pimpinan, jang anggota- nggotanja disebut orang tua-tua, para presbiter atau episkopos. Terdapat Pula pengadjar-pengadjar resmi dalam umat-umat. Ketudjuh "diakon" (6:6) kemudian kita temui sebagai pengadjar.
Umat Kisah Rasul-rasul adalah umat Kristus
Rasul-rasul jang disebut namanja dalam 1:13 dan sedang menunggu kedatangan Roh Kudus, lagi sesudah menerimaNja segera mulai memaklumkan Indjil, adalah jang sama dengan mereka jang mula-mula dipilih oleh Jesus dan dua tiga tahun setjara istimewa dididik olehnja. Inti pemakluman mereka tetap peri hal Jesus: bahwa la sungguh Mesias sebab segala nubuat para nabi ditepati padanja, bahwa Ia disalibkan dan dibangkitkan kembali menurut rentjana Allah jang njata dalam Kitab Kudus, dan bahwa la satu-satunja penjelamat bagi semua orang. Dan jang mereka kerdjakan tak lain selain memenuhi amanat Jesus, sebagaimana telah dipaparkan diatas tadi. Mereka selalu insjaf bahwa mereka bekerdja melulu sebagai petugas Jesus, memaklumkan Indjil Jesus Kristus (5:12; 8:5; 11:2 dll), menjembuhkan orang-orang sakit dengan nama Jesus (3:6; 4:10), mempermandikan orang masuk umat atas nama Jesus (2:38 dan lain-lain). Mereka dilarang mengadjar ,dengan" nama Jesus (4:18). Mereka gembira sebab didera demi nama Jesus (5:41). Jesus kadang-kadang sendiri djuga bertindak seperti dalam peristiwa bertobatnja Paulus dan dengan mengangkat dia mendjadi Rasul. Dan diluar Palestina Para anggota umat oleh orang-orang Junani disebut "kristianoi", artinja penganut Kristus.
Umat dipimpin oleh Roh Kudus
Umat tahu, bahwa Jesus jang duduk dalam kemuliaannja disebelah kanan Allah tetap kepala umat, dan tetap ada serta dengan mereka (Mt. 28:20) sebagai penjelenggara utama. Sebab itu mereka gemar menamakannja "Tuhan kita". Tetapi umat tahu djuga bahwa Jesus telah menjerahkan pelaksanaan penjelenggaraan itu kepada Roh Kudus, dan bahwa pelahsanaan itu didjalankan dalam kesatuan paham dan kehendak jang sempurna dengan Jesus. Mereka mengetahui itu dari sabda Jesus dalam Jo. 14:26 dan 15:26-27, dan kepentingan penjelenggaraan Roh Kudus, mereka chususnja mengerti dari Jo. 16:7-15, dimana Jesus bersabda: Baik bagimu Aku pergi, sebab kalau Aku tidak pergi, Penolong itu (Roh Kudus) tidak datang kepadamu". Umat ketjil jang dibentuk Jesus sendiri disuruh menantikan kedatangan Roh Kudus di Jerusalem. Sabda Jesus: Kamu akan menerima kekuatan Roh Kudus jang akan turun atas kamu, supaja kamu akan memberi kesaksian tentang Aku di Jerusalem, diseluruh Judea dan Samaria, dan sampai diudjung bumi" (Kis. Ras. 1:8).
Dan pada pagi hari Pentekosta Roh Kudus tiba-tiba turun atas mereka. la menampakkan kedatangannja dengan tanda-tanda jang njata. Dengan njala-njala api jang mela.mbangkan penerangan akal-budi, pemurnian hati dari unsur-unsur jang tidak tulen, dan pengobaran semangat; lagi dengan deru badai jang hebat sebagai lambang kekuatan, jang dirasakan tetapi tidak kelihatan. Dan semua jang duduk dalam ruangan itu "dipenuhi" dengan Roh Kudus, jaitu dengan pengertian, kekuatan dan semangat jang njata. Rasul-rasul bukan lagi murid jang ragu-ragu, melainkan jang sudah dewasa dengan kedewasaan Kristus, penuh pengertian tentang hakekat dan tudjuan Keradjaan Allah, insjaf akan tugas dan tanggung-djawabnja, penuh semangat tanpa takut-takut dan berani mengurbankan dirinja. Adjaib Pula bagaimana dalam waktu jang singkat sekali, tiga ribu orang mendapat pengertian dan digerakkan hatinja sampai dapat dipermandikan. Segala jang terdjadi pada hari Pentekosta itu kita namakan: Mukdjizat Pentekosta.
Dan mukdjizat Pentekosta itu dilandjutkan. Umumnja setjara batiniah. Terus- menerus Roh Kudus memberi ilham, menggerakkan hati, memperkuat kehendak, memberi pimpinan, terutama kepada Para Rasul dan pembantu-pembantu mereka, tetapi djuga kepada para beriman pribadi. Tetapi supaja mereka lebih insjaf dan untuk memperkuat kejakinannja, Roh Kudus sering bertindak setjara njata djuga. Kalau dikatakan bahwa Petrus, Stefanus, Barnabas dan Paulus berbitjara "penuh dengan Roh Kudus", hal itu berarti bahwa kepenuhan itu tampak dalam isi dan gaja pembitjaraannja (4:8; 7:55; 11:22; 15:9). Demikian djuga dimana diberitakan, bahwa umat sedang berkumpul dan berdoa tiba-tiba dipenuhi Roh Kudus (14:31;10:44; 15:52). Roh Kudus memimpin setjara njata. Roh Kudus "berkata" kepada Pilipus (8:29). Pilipus dilenjapkan oleh Roh Kudus (8:59). Agabus didorong oleh Roh Kudus (11:28). Roh Kudus bersabda kepada Petrus (10:19). Roh Kudus berkata: "Sendirikanlah Barnabas dan Saulus untuk tugas jang telah Kutentukan baginja"(15:2). Mereka berangkat atas suruhan Roh Kudus (13:4). Paulus dihalangi oleh Roh Kudus pergi ke Asia (16:6) dan tidak diizinkan ke Bitinia (16:7). Keinsjafan akan peranan Roh Kudus jang mutlak itu terang pula, dimana Petrus berkata kepada Ananias dan Safira, bahwa mereka bukan membohongi dan mentjobai manusia melainkan Roh Kudus (5:3,9). Kesadaran akan kesatuan kerdja antara Rasul-rasul dan Roh Kudus djelas Pula dalam utjapan 5:32 jakni: "kami adalah saksi bersama dengan Roh Kudus". Lebih lagi dan setjara resmi, dalam rumusan surat Sidang Rasul-rasul di Jerusalem kepada umat di Antiochia: ,Roh Kudus dan kami telah memutuskan...." (15:28).
Suatu kesimpulan
Kisah Rasul-rasul bersifat buku sedjarah, jang terlebih bermaksud meriwajatkan dan menggambarkan perkembangan lahiriah umat dan berhubungan dengan itu penjelenggaraan Roh Kudus jang njata. Tetapi didalam umat muda, dan terus sampai pada hari ini, terdapat Pula penjelenggaraan Roh Kudus jang tidak njata, dan lebih hakiki dan penting lagi, jaitu penjelenggaraan kehidupan Ilahi didalam batin tiap-tiap anak Allah. Roh Kuduslah jang mentjiptakan kehidupan itu didalam Para anak Allah, lalu tetap hidup didalam mereka. la memelihara, menumbuhkan, memperkuat dan menjuburkan hidup itu dalam kerdja sama bersama anak Allah itu sendiri. Demikian dihasilkan buah-buah untuk kehidupan abadi.
Penjelenggaraan Roh Kudus jang serba batiniah ini chususnja dinjatakan dan dibitjarakan oleh Paulus dalam surat-suratnja. Dalam surat-surat Paulus itu kita saksikan djuga perkembangan pengertian dan praktek hidup keagamaan, jaitu hidup rohani dalam umat-umat, sebagai perwudjudan adjaran-adjaran Indjil. Sebab itu Kisah Rasul-rasul dan surat-surat Paulus, beserta surat-surat Rasul-rasul jang lain dan Wahju Joanes saling melengkapi, dan bersama-sama memberi gambaran jang tjukup utuh dari perwudjudan dan perkembangan "Geredja" purba.
Nilai-nilai Kisah Rasul-rasul bagi kita pribadi
1. Bagi pembatja-pembatja surat-surat Paulus, Kis. Ras. penting sebagai merupakan latar belakang surat-surat itu. Banjak bahagian didalam surat-surat itu sukar dimengerti tanpa riwajat dan gambaran-gambaran jang terdapat dalam karangan Lukas itu.
2. Kisah Rasul-rasul sanggup Pula meneguhkan kejakinan dan memperkuat serta
menghidupkan iman kita. Kita diperingatkan didalamnja, bagaimana djalan
penjelamatan jang mulai dengan terpanggilnja Abraham, lalu makin lama makin naik
tinggi sepandjang Perdjandjian Lama, dan mentjapai puntjaknja dalam Indjil dan
chususnja dalam Kurban Jesus disalib serta kebangkitannja, lalu pada tingkatan
itu langsung diteruskan dalam umat purba sampai dizaman kita. Dalam membatja
Kis. Ras. kita saksikan, bahwa Geredja kita benar-benar dibangunkan diatas
"dasar Rasul-rasul dan Para Nabi, sedangkan Jesus adalah batu sendinja". (
Kita lihat djuga bahwa unsur-unsur hakiki agama kita, pokok hirarki dan suasana keagamaan sebagai perwudjudan Indjil, jang sekarang kita hajati pada taraf perkembangan jang lebih tinggi dan utuh, sudah ada dan hidup dalam umat purba itu.
3. Dan jang paling penting ialah: Kisah Rasul-rasul sebagai karangan jang diilhamkan oleh Roh Kudus dimaksudkan mendjadi buku renungan bagi Geredja dikemudian hari, djuga bagi kita masing-masing, untuk menginsjafkan kita, bahwa pengaruh Roh Kudus didalam Geredja Kudus dimasa ini masih ada djuga. Chususnja kenjataan-kenjataan peristiwa Pentekosta, tetapi djuga seluruh penjelenggaraan Roh Kudus jang njata dizaman Rasul-rasul, dapat dan harus mejakinkan kita, bahwa dan bagaimana Roh Kudus memimpin dan mendjiwai Geredja sekarang djuga. Kita mengerti, bahwa tanda-tanda jang njata perlu bagi umat muda untuk membina dan meneguhkan iman, jang bukan segera mendjadi darah daging mereka; tetapi kemudian tidak perlu lagi, sebab iman telah tjukup didasarkan pada pernjataan Kitab Kudus, mengenai hal ini chususnja pada pernjataan-pernjataan Kisah Rasul-rasul bersama surat-surat Paulus dan surat-surat para Rasul-rasul jang lain. Sebab itu penting sekali kitapun memperteguhkan dan menghidupkan iman kita dengan merenungkan apa jang ditulis bagi kita dalam Kisah Rasul-rasul dan Surat-surat Rasul-rasul itu, sampai kita jakin dan isnjaf benar-benar akan pimpinan agung Roh Kudus dalam Geredja, sehingga kita pertjaja akan kebenaran urusan-urusan dan keputusan-keputusan resmi dari pimpinan Geredja dan menerimanja tanpa sjarat serta melaksanakannja dengan rendah hati. Lagi pula supaja kita tetap insjaf, bahwa Roh Kudus hidup dalam batin kita masing-masing sebagai pokok dan pentjipta hidup atas kodrati (hidup abadi) kita. Kalau kita saksikan dan renungkan, bagaimana Roh Kudus mendjiwai setjara njata orang-orang beriman dimasa purba, maka dapat kita bajangkan bagaimana Roh Kudus djuga mendjiwai kita, setjara tidak njata kepada pantjaindera, tetapi tjukup njata bagi mata kepertjajaan jang berintuisi. Perenungan jang demikian tentu mempererat dan menghidupkan hubungan kita dengan Roh Kudus dalam beribadat kepadanja dan berdoa meminta pengertian, kekuatan hati dan pimpinan. Hal itu memang mahapenting bagi kita.
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) PERSIAPAN DI MENIT-MENIT TERAKHIR (Kis 1:1-11)
Seorang pembuat filem Hollywood yang terkenal berkata bahwa gambar bergerak harus dimulai dari suatu k...
PERSIAPAN DI MENIT-MENIT TERAKHIR (Kis 1:1-11)
Seorang pembuat filem Hollywood yang terkenal berkata bahwa gambar bergerak harus dimulai dari suatu kegemparan dan dibangun ke arah klimaks. Berdasarkan kriteria itu, pasal dua akan sudah menjadi awal yang hebat untuk memulai Kitab Kisah, dimana Roh Kudus turun seperti lidah-lidah api dan suara angin yang keras! Bagaimanapun, daripada memulainya dengan keributan dan kegemparan, pasal 1 memulainya dengan ketenangan. Pasal itu dibuka dengan percakapan Yesus kepada para rasul-Nya dan ditutup dengan rapat bisnis! Rapat bisnis (sambil menguap) biasanya tidak begitu menggairahkan.
Mengapakah Kitab Kisah diawali seperti itu? Alasannya adalah: Hari besar yang digambarkan dalam pasal 2 memerlukan persiapan. Allah telah mempersiapkan Kisah pasal 2 sejak dari kekekalan (Efesus 3:10, 11)—tetapi sekaranglah waktu untuk persiapan terakhir itu. Secara khusus, inilah waktu persiapan terakhir bagi para rasul.
Dalam pasal ini ada banyak pelajaran disediakan bagi kita. Secara khusus, kita harus belajar tentang pentingnya persiapan yang memadai untuk melaksanakan pekerjaan Allah.
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) GARIS BESAR KITAB KISAH PARA RASUL
(Pasal 1-28)
Garis besar ini akan membantu Anda menemukan pelbagai peristiwa utama dalam 28 pasal Kitab Kisah Par...
GARIS BESAR KITAB KISAH PARA RASUL
(Pasal 1-28)
Garis besar ini akan membantu Anda menemukan pelbagai peristiwa utama dalam 28 pasal Kitab Kisah Para Rasul.
I. BERSAKSI DI YERUSALEM (1-7).
A. Pasal 1: Periode Menunggu.
- 1. Kata Pengantar (ay. 1, 2).
- 2. Kenaikan (ay. 3-11).
- 3. Menunggu di Yerusalem (ay. 12-14).
- 4. Penggantian Yudas (ay. 15-26).
B . Pasal 2: Gereja Berdiri.
- 1. Kuasa datang (ay. 1-13).
- 2. Khotbah injil yang pertama (ay. 14-36).
- 3. Perubahan hidup yang pertama (ay. 37-41).
- 4. Ringkasan tentang gereja mula-mula (ay. 42-47).
C. Pasal 3: Injil Diberitakan.
D. Pasal 4: Permulaan Penganiyaan.
- 1. Petrus dan Yohanes ditangkap (ay. 1-31).
- 2. Kepunyaan bersama (ay. 32-37).
E. Pasal 5: Disiplin Gereja dan Penganiayaan Selanjutnya.
- 1. Kasus pertama pendisplinan gereja (ay. 1-11).
- 2. Populeritas bertumbuh (ay. 12-16).
- 3. Penganiayaan selanjutnya (ay. 17-42).
F . Pasal 6: Pemilihan "Diaken-Diaken" yang pertama.
- 1. Kesatuan gereja terancam; tujuh pelayan dipilih (ay. 1-7).
- 2. Salah satu pelayan (Stefanus) ditangkap (ay. 8-15).
G . Pasal 7: Orang Kristen yang pertama martir
- 1. Pembelaan Stefanus: Sebuah kilas balik sejarah bangsa Yahudi (ay. 1-53).
- 2. Kematian Stefanus (ay. 54-60).
II. BERSAKSI DI DAERAH LAIN DI PALESTINA (8-12)
A. Pasal 8: Gereja Tersebar.
- 1. Saulus menganiaya gereja (ay. 1-4).
- 2. Filipus pergi ke Samaria (ay. 5-25).
- 3. Perubahan hidup orang Etiopia (ay. 26-40).
B. Pasal 9: Seorang Penganiaya Bertobat-dan perjalanan Petrus.
- 1. Perubahan hidup Saulus (ay. 1-18).
- 2. Pekerjaan Saulus mula-mula (ay. 19-31).
- 3. Perjalanan Petrus selanjutnya (ay. 32-43).
C. Pasal 10: Injil Diberitakan Kepada Orang Non-Yahudi (1).
- 1. Seorang non-Yahudi (Kornelius) menjemput Petrus (ay. 1-8).
- 2. Penglihatan Petrus (ay. 9-23).
- 3. Perubahan hidup Kornelius dan orang-orang seisi rumahnya (ay. 24-48).
D. Pasal 11: Injil Diberitakan Kepada Orang Non-Yahudi (2).
- 1. Petrus meyakinkan para pengkritik (ay. 1-18).
- 2. Pemberitaan injil selanjutnya kepada orang non-Yahudi (ay. 19-26).
- 3. Orang non-Yahudi menolong orang Yahudi (ay. 27-30).
E. Pasal 12: Kuasa Doa.
- 1. Rasul pertama (Yakobus) yang dihukum mati oleh Herodes (ay. 1, 2).
- 2. Petrus dipenjarakan oleh Herodes (ay. 3-5).
- 3. Allah menjawab doa (ay. 6-17)!
- 4. Kematian Herodes (ay. 18-24).
- 5. Barnabas dan Saulus kembali ke Antiokhia di Siria (ay. 25).
III. BERSAKSI SAMPAI KE UJUNG BUMI (13-28)
A. PERJALANAN MISIONARI PAULUS (13-21).
1. Pasal 13: Perjalanan Misionari Pertama Paulus (1).
- a. Barnabas dan Saulus dipilih oleh Roh Kudus (ay. 1-3).
- b. Dari Antiokhia di Siria sampai Siprus (ay. 4).
- c. Di Siprus: di Salamis dan Pafos (ay. 5-12).
- d. Ke Perga (a. 13).
- e. Ke Antiokhia di Pisidia (ay. 14-52).
2. Pasal 14: Perjalanan Misionari Pertama Paulus (2).
- a. Di Ikonium (ay. 1-6).
- b. Di Listra (ay. 7-20).
- c. Di Derbe (ay. 21).
- d. Perjalanan pulang (ay. 21-28).
3. Pasal 15: Sidang di Yerusalem-dan Perjalanan Misionari Kedua Paulus (1).
- a. Perbantahan tentang pemberlakuan hukum Musa ke atas umat Kristen non-Yahudi (ay. 1-2).
- b. Sidang di Yerusalem; penulisan sebuah surat (ay. 3-29).
- c. Paulus, Barnabas, dan yang lainnya membawa surat itu ke Antiokhia di Siria (ay. 30-35).
- d. Keinginan untuk mengunjungi kembali gereja-gereja yang didirikan pada perjalanan pertama; perselisihan antara Paulus dan Barnabas (ay. 36-39).
- e. Paulus dan Silas memulai perjalanan misionari kedua Paulus (ay. 40, 41).
4. Pasal 16: Perjalanan Misionari Kedua Paulus (2).
- a. Teman seperjalanan yang lain (Timotius) (ay. 1-3).
- b. "Dari kota ke kota" (ay. 4, 5).
- c. Ke Troas: "Panggilan Makedonia" (ay. 6-10).
- d. Berlayar ke Makedonia (ay. 11, 12).
- e. Di Filipi: Perubahan hidup Lidia dan seisi rumahnya (ay. 13-15).
- f. Di Filipi: Penyembuhan hamba perempuan yang mempunyai roh tenung dan dijebloskan ke dalam penjara (ay. 16-24).
- g. Di Filipi: Perubahan hidup kepala penjara dan seisi rumahnya (ay. 25-34).
- h. Di Filipi: Dibebaskan dari penjara (ay. 35-40).
5. Pasal 17: Perjalanan Misionari Kedua Paulus (3).
- a. Ke Tesalonika (ay. 1-10)
- b. Ke Berea: Orang-orang yang "lebih baik hatinya" (ay. 11-15).
- c. Ke Atena: Khotbah di Areopagus (Bukit Mars) (ay. 22-34).
6. Pasal 18: Perjalanan Misionari Kedua Paulus (4)- dan Perjalanan Misionari Ketiga Paulus (1).
- a. Satu setengah tahun di Korintus (ay. 1-17)
- b. Paulus kembali ke Antiokhia di Siria- mampir di Efesus (ay. 18-22).
- c. Awal perjalanan misionari ke tiga (ay. 23).
- d. Perkenalan kepada penginjil yang fasih berbicara (Apolos) (ay. 24-28).
7. Pasal 19: Perjalanan Misionari Ketiga Paulus (2).
- a. Di Efesus: Dua belas murid diselamkan kembali (ay. 1-7).
- b. Di Efesus: Pelayanan dan rencana Paulus (ay. 8-22).
- c. Di Efesus: Lawan dan musuh (ay. 23-41).
8. Pasal 20: Perjalanan Misionari Ketiga Paulus (3).
- a. Kunjungan ke Makedonia dan Yunani, kembali ke Makedonia, lalu ke Troas (ay. 1-6).
- b. Di Troas: Perhimpunan pada Hari Tuhan (ay. 7-12).
- c. Perjalanan ke Yerusalem (ay. 13-16).
- d. Di Miletus: Pembicaraan serius dengan para penatua Efesus (ay. 17-38).
9. Pasal 21: Perjalanan Misionari Ketiga Paulus (4)-dan penangkapan Paulus di Yerusalem.
- a. Ke Yerusalem-berhenti di Tirus, Ptolemais, dan Kaisarea (ay. 1-17).
- b. Paulus mencoba menghindari kritikan (ay. 18-26)
- c. Paulus ditangkap (ay. 27-36).
- d. Kesempatan untuk membela diri (ay. 37-40).
B. PEMENJARAAN PAULUS DAN PERJALANAN KE ROMA (22-28)
1. Pasal 22: Pemenjaraan Paulus di Yerusalem (1)
- a. Pembelaan Paulus (ay. 1-22).
- b. Komandan yang kebingungan (ay. 23-30).
2. Pasal 23: Pemenjaraan Paulus di Yerusalem
(2)-dan Pemenjaraan Paulus di Kaisarea (1).
- a. Paulus di hadapan Sanhedrin (ay. 1-10).
- b. Penglihatan yang menghibur (ay. 11).
- c. Persekongkolan jahat terungkap (ay. 12-22).
- d. Paulus dibawa ke Kaisarea (ay. 23-35).
3. Pasal 24: Pemenjaraan Paulus di Kaisarea (2).
- a. Diadili di hadapan Feliks (ay. 1-23).
- b. "Apabila ada kesempatan baik": Feliks tak mau merubah hidupnya (ay. 24-27).
4. Pasal 25: Pemenjaraan Paulus di Kaisarea (3).
- a. Paulus, dalam pengadilannya di hadapan Festus, naik banding kepada Kaisar (ay. 1-12).
- b. Dua pengunjung datang ke Kaisarea; kesempatan lain untuk menginjil (ay. 13-27).
5. Pasal 26: Pemenjaraan Paulus di Kaisarea (4).
- a . Dalam pembelaannya di hadapan Raja Agripa, Paulus menceritakan alasan perubahan hidupnya (ay. 1-27).
- b . "Hampir saja diyakinkan?" Raja Agripa yang tak mau merubah hidupnya (ay. 28, 29).
- c . Perhentian berikutnya: Roma (ay. 30-32).
6. Pasal 27: Perjalanan Paulus ke Roma (1)
- a. Perjalanan dimulai (ay. 1-8).
- b. Diingatkan oleh Paulus (ay. 9-12).
- c. Petualangan di tengah laut (ay. 13-44).
7. Pasal 28: Perjalanan Paulus ke Roma (2)
- a. Petualangan di sebuah pulau (Malta) (ay. 1-10).
- b. Perjalanan berlanjut; tiba di Roma (ay. 11-16)
- c. Menunggu pengadilan (ay. 17-31).
KESIMPULAN
Kitab Kisah berakhir dengan sebuah tulisan kemenangan: "Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya. Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus" (Kisah 28:30, 31)!
KRONOLOGI KITAB KISAH PARA RASUL
Kita memiliki sangat sedikit informasi yang benar-benar pasti mengenai tanggal pelbagai peristiwa dalam hari-hari pertama gereja. Pelbagai kronologi bagian pertama kitab Kisah yang dibuat oleh para sarjana konservatif bahkan dapat dianggap berbeda-beda. Bagaimanapun, kebanyakan sarjana konservatif hanya berbeda beberapa tahun dalam memberi tanggal pada bagian selanjutnya Kitab Kisah, sebab beberapa penanggalan sekular dapat dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa dalam Kisah.
- 1. Pentakosta pertama, 30.1
- 2. Penyebaran gereja Yerusalem dan awal penginjilan di luar Yerusalem (penduduk Samaria, sida-sida), 33/34.
- 3. Perubahan hidup Saulus, 34/35.
- 4. Saulus menyelamatkan diri dari Damaskus, 37.
- 5. Kelanjutan penginjilan di luar Yerusalem (perubahan hidup Kornelius, berdirinya gereja di Antiokhia, dll.), 34-43.
- 6. Kematian Yakobus, pelepasan Petrus dari penjara secara mujizat, dan kematian Raja Herodes Agripa I, 44.
- 7. Bantuan kelaparan untuk Yerusalem, 46.
- 8. Perjalanan pertama misionari Paulus, 46-48.
- 9. Sidang di Yerusalem, 49. Galatia ditulis 48/49??
- 10. Orang Yahudi diusir dari Roma, 49.
- 11. Perjalanan kedua misionari Paulus, 49-52. 1 Tesalonika ditulis dari Korintus, 50. 2 Tesalonika ditulis dari Korintus, 50/51.
- 12. Perjalanan ketiga misionari Paulus dan kepergian ke Yerusalem, 52-57. (Penulisan kitab Galatia ditanggalkan dalam periode ini oleh beberapa orang.) 1 Korintus ditulis dari Efesus, 54/55. 2 Korintus ditulis dari Makedonia, 55/56. Roma ditulis dari Korintus, 56.
- 13. Penangkapan Paulus di Yerusalem dan penawanan di Yerusalem dan Kaisarea, 57-59.
- 14. Perjalanan Paulus ke Roma, 59-60.
- 15. Pemenjaraan pertama Paulus di Roma, 60-62. Efesus ditulis dari Roma Kolose ditulis dari Roma Filemon ditulis dari Roma Filipi ditulis dari Roma -KITAB KISAH PARA RASUL TAMAT DI SINI-
- 16. Paulus dibebaskan dari penjara dan selanjutnya mengadakan perjalanan (ke Spanyol dan tempat-tempat lainnya), 63-66 (?). 1 Timotius ditulis dari Makedonia, 64/65 (?). Titus ditulis dari Makedonia, 65/66 (?).
- 17. Penangkapan kedua Paulus dan hukuman matinya, 66/67 (?). 2 Timotius ditulis dari Roma, 66/67 (?).
Catatan Akhir:
- 1 Para penafsir sebelumnya menempatkan peristiwa Kisah 2 pada tahun 33 atau 34 M. Sekarang secara umum diakui bahwa ketika orang mulai menetapkan tanggal kelahiran Yesus, mereka memulainya dengan sensus yang salah. Sensus yang mereka gunakan sebagai titik acuan adalah beberapa tahun sebelum pendaftaran yang membawa Yusuf dan Maria ke Betlehem. Akibatnya, penanggalan kita lebih tua empat tahun. Pentakosta pertama adalah sekitar tiga puluh tiga tahun setelah kelahiran Yesus, tetapi karena adanya kesalahan tersebut, maka tanggalnya adalah sekitar tahun 30 M. menurut penanggalan kita.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) DAFTAR KATA: BAGIAN PERTAMA
Baptisan (baptisma atau baptismos)-Kata "baptisan" merupakan transliterasi sebuah kata Yunani. Makna "bap...
DAFTAR KATA: BAGIAN PERTAMA
Baptisan (baptisma atau baptismos)-Kata "baptisan" merupakan transliterasi sebuah kata Yunani. Makna "baptisma" adalah "pembenaman," dan makna baptismos adalah "tindakan pembenaman"-perbedaan kata yang terlalu sedikit untuk dipikir serius. Bentuk kata kerjanya adalah baptizo (diucapkan "baptidzo"), yang artinya "membenamkan." Unsur yang digunakan untuk pembenaman itu ditentukan oleh konteksnya. Bila digunakan secara metafora (yaitu sebagai bahasa kiasan), kata itu mengacu kepada keadaan yang sedang meluap-luap (contoh, baptisan penderitaan Yesus, Markus 10:38-39).
Bertobat (metanoeo)-Kata bertobat berasal dari kata majemuk Yunani yang menggabungkan kata "setelah" (meta) dengan kata "pikiran" ( noema). Secara harfiah artinya "pikiran setelah itu" dan ini mengacu kepada perubahan cara orang berpikir. (Simaklah bahwa pertobatan itu terjadi dalam pikiran. Ini bertentangan dengan terjemahan pelbagai Alkitab Katholik yang menerjemahkan metanoeo sebagai "menjalankan penebusan dosa.") Pertobatan adalah "suatu perubahan pikiran" (band. terjemahan pada Matius 21:29; Ibrani 12:17), dan dalam pengertian itu dapat diterapkan kepada Allah (Kejadian 6:6; KJV). Bagaimanapun, jika diterapkan kepada manusia maka pada umumnya pertobatan mengacu kepada "suatu perubahan pikiran terhadap dosa"-suatu keputusan untuk berhenti berbuat dosa secara umum dan/atau berhenti melakukan perbuatan dosa tertentu. Pertobatan itu merupakan akibat dari dukacita menurut kehendak Allah. (Simaklah 2 Korintus 7:10; "dukacita menurut kehendak Allah ...." Dukacita seperti itu dibedakan dengan "dukacita dunia," yang hanya berdukacita atas akibat dari dosa seseorang.) Pertobatan akan menghasilkan perubahan hidup (Kisah 26:20). Perbedaan antara pertobatan dengan perubahan hidup yang menyusul setelahnya adalah penting. Pada Hari Pentakosta tiga ribu orang mentaati perintah untuk "bertobat" pada hari itu juga (Kisah 2:38, 41), meskipun pelaksanaan keputusan itu (yaitu merubah hidup mereka) akan memerlukan waktu berhari-hari.
Farisi (pharisaioi)-Kata "Farisi" berasal dari kata Ibrani yang artinya "Orang-Orang Yang Terpisah." Sekte ini muncul pada waktu pemerintahan Makabis selama periode antara Perjanjian Lama dan Baru. Di awal sejarah sekte ini, orang-orang Farisi memisahkan diri mereka dari beberapa kelompok politik tertentu. Di zaman Yesus, mereka menganggap diri mereka sebagai terpisah dari orang-orang yang tidak mempertahankan kemurnian upacara, dan banyak dari mereka mengasingkan diri dari kehidupan biasa untuk membaktikan diri mereka dalam melaksanakan tuntutan Taurat sampai yang sekecil-kecilnya. Mereka adalah "mazhab (sekte) yang paling keras" dalam agama Yahudi (Kisah 26:5). Kebanyakan Ahli Taurat adalah anggota kelompok mereka. Karena mereka menganggap tradisi manusia sama mengikatnya dengan perintah Allah (Matius 15:1-9), maka sekarang ini kita akan mengacukan mereka sebagai teolog "legalis." Nikodemus adalah seorang Farisi (Yohanes 3:1), begitu juga Paulus (Filipi 3:5; Galatia 1:14). Tulisan Josephus menunjukkan bahwa jumlah anggota dalam kelompok ini tidaklah besar; pada masa Yesus, hanya ada sekitar enam ribu orang. Dalam pelbagai hal mereka ini berbeda dengan kelompok Saduki: Mereka tidak punya ambisi politik; mereka percaya akan adanya alam roh, malaikat, dan kebangkitan dari antara orang mati (Kisah 23:8); mereka dikenal baik oleh banyak orang; beberapa dari mereka menjadi Kristen (Kisah 15:5; 23:6); dan kelompok mereka ini tetap ada setelah penghancuran Yerusalem.
Gereja (ekklesia)-Kata gereja adalah terjemahan dari kata majemuk Yunani ekklesia (atau ecclesia). Dalam bahasa Inggris zaman kini, kata Yunani itu dipakai dalam kata-kata seperti "Ecclesiates" ("rohaniawan gereja") dan "ecclesiastical" ("mengenai gereja"). Ekklesia terdiri dari kata depan ek ("keluar") dan satu bentuk kata kerja kaleo ("memanggil") dan makna harfiahnya adalah "[orang-orang] yang dipanggil ke luar." Dalam masyarakat sekular, kata itu mengacu kepada "suatu perhimpunan" (yaitu orang-orang yang dipanggil bersama) (band. Kisah 19:41). Bagaimanapun, Yesus memberikan satu makna khusus untuk kata itu-yaitu "orang-orang" milik-Nya "yang dipanggil ke luar" (Matius 16:18)-dan biasanya dalam makna khusus itulah kata ini digunakan dalam kitab Kisah. Kata itu dapat digunakan dalam pengertian gereja universal (Kisah 2:47; KJV), gereja-gereja lokal (yaitu jemaat-jemaat; Roma 16:16), atau perhimpunan umum untuk ibadah (1 Korintus 14:12, 19, 23, 28). Dalam Kisah, Lukas biasanya memakai kata itu untuk mengacu kepada sebuah jemaat lokal (yaitu semua "orang yang dipanggil ke luar"di daerah tertentu).
Hades (hades)-Secara harfiah makna hades adalah "tidak terlihat" dan digunakan oleh orang-orang Yunani untuk mengacukan "alam akhirat." Yesus dan yang lainnya menggunakan kata itu untuk mengacukan keadaan orang mati antara kematian dan kebangkitan. Cerita orang kaya dan Lazarus dalam Lukas 16:19-31 memberikan pandangan sekilas atas alam hades ini.
Injil (euangelion)-Kata "Injil" adalah terjemahan dari kata Yunani euangelion. Eu artinya "baik" atau "sehat." Angelion artinya "berita," "kabar" atau " kabar kesukaan." Kata Inggris "gospel (injil)" berasal dari sebuah kata Inggris Kuno "god-spell (mantera dewa)," yang berarti juga "berita baik." Kata itu dapat mengacu kepada berita baik apa saja, namun dalam Perjanjian Baru kata itu umumnya mengacu kepada berita baik tentang Yesus. Paulus mengenali jantung "berita baik" itu sebagai tiga kebenaran mengenai kematian, penguburan, dan kebangkitan Kristus (1 Korintus 15:1-4). Karena kita harus "mentaati" injil (Roma 10:16; 1Petrus 4:17; 2Tesalonika 1:8), maka berita injil yang lengkap harus mencakup juga cara bagaimana kita merespon apa yang Yesus telah lakukan untuk kita.
Kerajaan (basileia)-Kata Yunani yang diterjemahkan "kerajaan" mengesankan adanya "kedaulatan dan peraturan." Jika dipakai dalam pengertian khusus, kata itu mengacu kepada wewenang Allah. Allah memang memerintah atas segalanya, tetapi dalam Perjanjian Baru "kerajaan" biasanya dipakai untuk mengacukan pemerintahan Allah atas umat-Nya (yaitu atas mereka yang telah berserah kepada peraturan-Nya). Kadangkala istilah itu dipakai untuk mengacukan gereja (Matius 16:18), kadang kala mengacukan sorga (2Petrus 1:11). Maknanya tidak ditentukan oleh frasa pembatasnya, seperti "Allah" atau "sorga" (istilah-istilah itu kadang kala digunakan secara bergantian), tetapi oleh konteksnya. Dalam Kisah, Lukas biasanya memakai istilah "kerajaan" untuk mengacukan gereja, namun ia hanya sekali memakai kata itu untuk mengacukan sorga (Kisah 14:22).
Kristus (Christos)-"Kristus" adalah terjemahan kata Yunani untuk kata Ibrani "Mesias." Makna kedua kata itu adalah "(orang yang) diurapi." Di Perjanjian Lama, para imam, nabi, dan raja diurapi, sehingga istilah itu dapat diterapkan ke salah satu dari mereka. Imam Besar disebut "yang diurapi" (Imamat 4:3). Para nabi disebut "orang-orang yang diurapi" (Mazmur 105:15). Secara khusus istilah itu diterapkan ke atas raja Israel (Mazmur 2:2; 18:50). Daud tidak mau membunuh Saul sebab Saul adalah "orang yang diurapi Tuhan" (1Samuel 24:6; 26:9; band. 2Samuel 1:14). Bangsa Yahudi menanti-nanti datangnya sang "Mesias," keturunan Raja Daud yang dapat memulihkan kemuliaan masa lalu mereka. Sudah tentu, Yesus adalah Mesias yang dirindukan itu, atau Kristus (Matius 16:17; Markus 14:61, 62; Yohanes 4:26). Karena Yesus juga adalah seorang imam (Ibrani 4:14), nabi (band. Kisah 3:23), dan raja (1Timotius 6:15), maka istilah "orang yang diurapi" dapat diterapkan ke atas Diri-Nya berkenaan dengan ketiga peranan tersebut. Bagaimanapun, ketika orang-orang Yahudi itu mendengar istilah "Mesias/Kristus" pada umumnya yang mereka pikirkan adalah sosok seorang raja. Bila membicarakan Yesus sebagai "Kristus," maka kita menyatakan Dia sebagai Raja.
Maranatha (marana tha)-"Maranatha" merupakan kata gabungan bahasa Aram untuk "Tuhan" dan "datang." Kata itu bisa menjadi sebuah pernyataan ("Tuhan datang") atau sebuah doa yang sungguh-sungguh ("datanglah Tuhan!").
Mesias-Lihat "Kristus."
Nabi (prophetes)-Umumnya kita membayangkan sosok nabi sebagai peramal masa depan, dan ini sering menjadi bagian penting dalam tugas para nabi itu di Perjanjian Lama. Bagaimanapun, istilah utama "nabi" adalah mengacu kepada "seorang juru bicara Allah." Meramalkan masa depan hanya merupakan salah satu cara seorang nabi menekankan berita dari Tuhan. Pokok pemberitaan seorang nabi adalah untuk orang-orang sezamannya. Oleh sebab itu, kita lebih baik menganggap sosok nabi itu sebagai seorang pembicara yang terilham. Kadangkala nabi itu berfungsi sebagai seorang "peramal"; tetapi ia selalu menjadi seorang "pembicara yang langsung menyatakan berita"
Neraka (geenna)-KJV menerjemahkan tiga kata yang berbeda sebagai "neraka": (1) "Gehenna" (geenna) mengacu kepada alam kekekalan orang jahat (yang umumnya kita pikir sebagai "neraka"). (2) "Tartarus" (tartaroo), yang hanya satu kali ditemukan dalam Kitab Suci (2Petrus 2:4), mengacu kepada "tempat" malaikat jahat disimpan sampai hari Penghakiman tiba. (3) "Hades" (hades) (lihat "Hades).
Nubuatan-Lihat "Nabi."
Pertobatan-Lihat "Bertobat."
Premilenialis-Lihat "Premilenialisme."
Premilenialisme-"Premilenialisme" adalah sebuah kata Latin yang menggabungkan kata "pre" ("sebelum") dan "milenium" ("seribu tahun"). Acuan waktu pada kata depan "pre" adalah kepada kedatangan Kristus yang kedua. Kelompok premilenialis percaya Kristus akan datang sebelum masa seribu tahun di Wahyu 20. (Kelompok postmilenialis percaya Kristus akan datang setelah masa pemerintahan seribu tahun.) Bagaimanapun, premilenialisme mencakup masalah teologi yang lebih kompleks daripada hanya sekedar masalah waktu kedatangan kembali Kristus. Ajaran itu merupakan bentuk dispensasionalisme yang mengajarkan Kristus akan segera datang ke bumi untuk mendirikan kerajaan-Nya di Yerusalem (kelompok premilenialis umumnya membedakan antara kerajaan dengan gereja). Menurut doktrin mereka, Yesus akan duduk di atas takhta harfiah Daud di Yerusalem, akan membangun kembali Bait Allah, dan akan memerintah di atas bumi selama seribu tahun. Mereka gagal menyadari bahwa "seribu tahun" di Wahyu 20:2-5 adalah simbolis (sama seperti sebagian besar angka-angka lainnya dalam kitab Wahyu), menggambarkan sebuah fakta bahwa "semua kuasa" telah diberikan kepada Kristus (Matius 28:18). Dalam pemberitaan injil yang pertama kali di Kisah 2, Petrus menyatakan bahwa sekarang Yesus sedang duduk di atas takhta Daud dan sekarang Ia sedang memerintah di sebelah kanan Allah di sorga. Banyak bagian dalam Kisah menelanjangi pelbagai kesalahan premilenialisme.
Proselyte (proselutos)-"Proselyte" terkait dengan kata Yunani proserchomai, yang merupakan gabungan kata depan pros ("kepada" atau "mengarah") dengan erchomai ("menjadi"). Dalam Perjanjian Baru, kata itu mengacu kepada seorang non-Yahudi yang telah "menjadi" dan memeluk Yudaisme. Untuk menjadi seorang proselyte melibatkan tiga syarat ritual (1) penyunatan kaum pria; (2) membaptis diri sendiri (menyelam ke dalam air) di hadapan para saksi; (3) mempersembahkan korban (selama Bait Allah masih berdiri). Karena adanya syarat sunat, maka yang lebih banyak merubah jalan hidupnya adalah kaum wanita dibandingkan kaum pria. Kebanyakan kaum pria non-Yahudi lebih suka tetap menjadi orang yang "takut kepada Allah"-yaitu orang non-Yahudi yang percaya kepada Allah yang benar dan rajin menghadiri ibadah di sinagoga tetapi belum menjadi seorang proselyte.
Rasul (apostolos)-Kata "Rasul" merupakan terjemahan dari kombinasi dua kata Yunani: apo, kata depan Yunani yang artinya "dari," ditambah dengan kata stello, yang dapat berarti "mengutus." Secara harfiah makna kata "Rasul" adalah "orang yang diutus [ke luar atau dari]," yaitu, seorang utusan. Seperti banyak kata dalam Alkitab, kata "rasul" dapat digunakan dalam pengertian khusus maupun umum. Dalam pengertian khusus kata itu mengacu kepada Kedua belas rasul (dan Paulus) yang diutus oleh Yesus, atau dapat digunakan dalam pengertian umum untuk mengacu kepada siapa saja yang "diutus." Dalam Kisah biasanya Lukas menggunakan kata itu dalam pengertian khusus untuk mengacu kepada Kedua belas rasul. Bagaimanapun, Lukas kadangkala menggunakan kata itu dalam pengertian umum. Sebagai contoh, Barnabas disebut seorang rasul di Kisah 14:14. Ia memang diutus oleh gereja di Antiokhia, Siria (Kisah 13:1-3). Contoh lain penggunaan kata "rasul" dalam pengertian umum dapat dilihat di Roma 16:7; 2Korintus 8:23; Filipi 2:25 (di beberapa tempat diterjemahkan "rasul" di beberapa tempat lainnya diterjemahkan "utusan"). Pada zaman kini kita sering memakai kata Latin "misionari" untuk mengacukan seseorang yang diutus dari sebuah gereja; kata "misionari" memiliki makna serupa dengan kata "rasul."
Saduki (Saddoukaioi)-Sekte Saduki muncul pada periode antara Perjanjian Lama dan Baru. Mereka merupakan suatu kelompok orang yang kaya dan aristoktratik. Di Palestina mereka itu minoritas, namun karena mereka bersedia bekerja sama dengan Roma, maka mereka dapat menggunakan kekuasaan dan pengaruh yang amat besar. Setiap Iman Besar mulai dari pemerintahan Herodes yang Agung sampai jatuhnya Yerusalem dalam 70 M. dijabat oleh kelompok mereka. Orang-orang Saduki adalah rasionalis (kita mencap mereka sebagai teolog "liberal"): Mereka tidak percaya adanya alam rohani, kebangkitan, kehidupan setelah kematian (Markus 12:18; Kisah 23:6-8). Sewaktu bangsa Yahudi memberontak terhadap Roma, kaum Zelot membunuh orang-orang Saduki karena mereka bekerja sama dengan orang-orang Romawi.
Sanhedrin ( sunedrion ) - Sunedrion adalah kata gabungan yang artinya "duduk bersama-sama." Sunedrion kadang kala mengacu kepada dewan lokal yang duduk dalam pengadilan (Matius 10:17). Bagaimanapun, dalam Perjanjian Baru kata itu biasanya digunakan untuk mengacukan Sidang nasional Yahudi ("Mahkamah Agung" Yahudi). Kata itu diterjemahkan "Counsil (Sidang; TB)" oleh KJV dan NASB, namun sering kali diterjemahkan "Sanhedrin" oleh NIV. Dalam Perjanjian Baru, Sidang ini disebut juga "Majelis Tua-Tua Israel" (Kisah 5:21) dan "Majelis Tua-Tua" (Kisah 22:5). Sanhedrin pertama kali muncul dalam sejarah kira-kira 200 S.M. sebagai sebuah lembaga yang mengatur urusan dalam negeri bangsa Yahudi. Peranan itu terus dipertahankan di bawah Roma sampai bangsa Yahudi memberontak terhadap Roma dalam 66 M. Secara tradisi, Sanhedrin memiliki tujuh puluh anggota (mereka menganggap diri mereka sebagai penerus tujuh puluh tua-tua yang dibentuk Musa, Bilangan 11:10-25)-ditambah dengan Imam Besar yang bertugas sebagai presiden. Kebanyakan anggotanya adalah dari kelompok Saduki (Kisah 5:17) (lihat "Saduki"), namun Sidang itu juga memiliki anggota minoritas yang berkuasa dari kelompok Farisi (kebanyakan Ahli Taurat adalah orang Farisi) (lihat "Farisi"). Di antara banyak tanggung jawabnya, orang-orang yang duduk dalam Sidang itu menunjuk dirinya sendiri sebagai pengawal iman Yahudi (meneliti doktrin-doktrin dan guru-guru baru; lihat Ulangan 13).
Septuaginta-"Septuaginta" berasal dari kata Latin yang artinya "tujuh puluh." Septuaginta ini merupakan Alkitab Perjanjian Lama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani yang dikerjakan pada tahun 3 S. M. Menurut tradisi, kitab itu dikerjakan oleh tujuh puluh penerjemah. Dalam pelbagai karya kepakaran, terjemahan ini sering dinyatakan dengan angka Romawi tujuh puluh (LXX). Yesus dan para rasul umumnya mengutip dari terjemahan Yunani, yang mana ini membantu menjelaskan mengapa kutipan-kutipan mereka sedikit agak berbeda dari Perjanjian Lama yang diterjemahkan langsung dari bahasa Ibrani.
Yesus ( Iesous , diucapkan "Yasous") -Umumnya dikatakan bahwa "Yesus" artinya "penyelamat," tetapi ada kata Yunani yang lain untuk "penyelamat": soter. Sewaktu seorang malaikat memberitahu Yusuf, "engkau akan menamakan Dia Yesus ["Yehovah menyelamatkan"], karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (Matius 1:21; huruf miring oleh saya), secara tidak langsung malaikat itu mengatakan bahwa Yesus adalah Yehovah (yaitu ilahi)! Pada masa itu, nama Yesus merupakan nama Yunani yang umum (Kolose 4:11; Kisah 13:6). Kata "Yesus" dalam bahasa Yunani setara dengan kata "Yosua" dalam bahasa Ibrani, yang merupakan kependekan dari kata "Yehoshua," yang artinya "Yehovah menyelamatkan."
BIMBINGAN UNTUK MENGINJIL DAN MENGAJAR
Yerusalem Benteng Antonia Pelataran Wanita Bait Allah Pelataran Non-Yahudi Taman Getsemani Bukit Zaitun Rumah Dengan Ruang Atas?
Lembah Hinom Betania Peta Yerusalem
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) ROH KUDUS DALAM KITAB KISAH TIGA MANIFESTASI KUASA ILAHI
Roh Kudus adalah salah satu oknum ke-Allah-an (Kolosia 2:9), bersama dengan Bapa dan Anak. ...
ROH KUDUS DALAM KITAB KISAH TIGA MANIFESTASI KUASA ILAHI
Roh Kudus adalah salah satu oknum ke-Allah-an (Kolosia 2:9), bersama dengan Bapa dan Anak. Ia adalah pribadi yang rohaniah dan ilahiyat. Ia bukanlah suatu "benda" atau sekedar "ungkapan daya."
Meskipun perbuatan Roh Kudus dicatat di seluruh isi Alkitab, namun penjabaran doktrin "Trinitas" dalam Perjanjian Lama tidaklah sejelas dalam Perjanjian Baru. Dalam kajian yang singkat ini kita mau membahas bagaimana Roh Kudus melimpahkan kuasa ke atas pelbagai individu dalam Perjanjian Baru.
Kita dapat meluangkan banyak waktu untuk membahas hubungan Yesus dengan Roh Kudus yang berkaitan dengan kelahiran-Nya dari seorang perawan (Matius 1:20), baptisan-Nya (Matius 3:16), pencobaan-Nya (Matius 4:1), pelayanan pribadi-Nya (Lukas 4:14; Matius 12:28), kematian-Nya (Ibrani 9:14), dan seterusnya. Kuasa Yesus tidaklah terbatas, dan Ia membagi beberapa kuasanya itu dengan orang lain (Matius 10:1). Bagaimanapun, perhatian kita yang utama adalah mengenai perbuatan Roh Kudus setelah kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus- yaitu pada era agama Kristen.
Yesus telah berjanji bahwa bila Ia pergi, Ia akan mengirim Roh Kudus (Yohanes 14:16, 17, 26; band. 15:26; 16:13). Kita akan meneliti penggenapan janji itu, dengan memperhatikan bahwa meskipun kuasa Yesus tidak terbatas, namun kuasa manusia selalu dibatasi.
TIGA MANIFESTASI ROH KUDUS |
|||
Baptisan Roh Kudus |
Penumpangan Tangan Para Rasul |
Penghunian Roh Kudus |
|
SIAPA? |
BEBERAPA YANG DIPILIH PARA RASULKORNELIUS |
BEBERAPAORANG KRISTEN |
SEMUAORANG KRISTEN |
BAGAIMANA? |
DITERIMA LANGSUNG DARI ALLAH |
DITERIMA MELALUITANGAN PARA RASUL |
DITERIMA MELALUI BAPTISAN AIR |
APA? |
KUASA MUJIZATIAH |
KUASA MUJIZATIAH TERBATAS |
TIDAK MUJIZATIAH MELAINKAN PENYEDIAAN TUHAN |
MENGAPA? |
MEMBERI TANDA UNTUK MELANJUTKAN(DAN MEMENUHI SYARAT) |
"MENGISI KEKOSONGAN" SAMPAI LENGKAPNYA PERJANJIAN BARU |
MENOLONG DAN MENGUATKAN ORANG KRISTEN |
KAPAN? |
SEMENTARA, SEPANJANG UMUR PARA RASUL |
SEMENTARA, SEPANJANG UMUR SI PENERIMA |
SELAMA ERA KRISTEN- UNTUK ZAMAN KINI |
PELBAGAI MANIFESTASI Baptisan Roh Kudus
Berkenaan dengan setiap manifestasi Roh Kudus, kami ingin menjawab empat pertanyaan: "Siapa?"; "Bagaimana?"; "Apa?"; dan "Mengapa?"
(1) Siapakah yang telah menerima manifestasi ini? Baptisan Roh Kudus pertama kali turun ke atas para rasul Yesus. Yohanes Pembaptis telah meramalkan peristiwa itu (Matius 3:11, 12). Yesus mengikuti pernyataan Yohanes itu dengan menambahkan pelbagai janji (Lukas 24:46-49; Kisah 1:4, 5, 8a). Dalam Kisah 2, Roh Kudus (2:1-4) turun ke atas para rasul (1:26-2:1), yang merupakan penggenap-an nubuatan itu (2:16, 17a). Ini merupakan penggenapan yang paling utama atas nubuatan itu, namun dalam Kisah 2 baptisan Roh Kudus itu hanya turun ke atas bangsa Yahudi. Belakangan, Roh Kudus turun ke atas perwakilan bangsa non-Yahudi: Kornelius dan orang seisi rumahnya (10:44-48). Petrus menekankan bahwa yang terjadi saat itu adalah seperti yang terjadi dalam Kisah 2 (11:15-17).
(2) Bagaimanakah manifestasi ini diberikan? Diberikan secara langsung dari Allah.
(3) Terdiri dari apakah manifestasi ini? Kuasa mujizatiah diberikan kepada para rasul. Ini merupakan manifestasi kuasa mujizatiah yang paling luas yang pernah diberikan kepada manusia. (Kornelius dan orang seisi rumahnya telah juga diberi kemampuan mujizatiah untuk berbicara dalam bahasa roh, namun kita tidak memiliki informasi lanjutan tentang pencurahan Roh Kudus ke atas Kornelius dan orang seisi rumahnya.)
(4) Mengapakah manifestasi ini diberikan? Baptisan Roh Kudus tidak menyelamatkan orang yang terlibat (Kisah 11:14, 15), dan tidak juga membuat mereka menjadi tanpa dosa (Galatia 2:11-14). Sebagaimana halnya dengan semua manifestasi mujizatiah, tujuan baptisan Roh Kudus adalah untuk memberikan kredibilitas kepada isi berita dari pemberita injil yang terilham (Markus 16:20; Ibrani 2:4).
Baptisan Roh Kudus juga memiliki tujuan lain: Memberi tanda untuk melanjutkan. Dalam Kisah 2, baptisan Roh Kudus memberi para rasul tanda untuk melanjutkan pemberitaan injil (Lukas 24:46-49); dalam Kisah 10 dan 11, baptisan itu memberi tanda untuk melanjutkan pemberitaan injil kepada bangsa non-Yahudi. (Baptisan itu juga membuat yang menerimanya memenuhi syarat untuk melakukan apa yang Allah mau mereka lakukan.) Dalam era Perjanjian Baru, baptisan ini tidak terjadi setiap hari (11:15); hanya ada dua peristiwa baptisan Roh kudus yang dicatat dalam Alkitab.
Manifestasi "Penumpangan Tangan"
Manifestasi "penumpangan tangan" tidak sama dengan baptisan Roh Kudus. Penumpangan tangan diterima melalui penumpangan tangan para rasul, sedangkan baptisan Roh Kudus datang secara langsung dari Allah, bukan melalui sarana manusia.
Di awal berdirinya gereja, hanya para rasul yang dikatakan dapat mengadakan pelbagai mujizat (2:43; 3:4-8; 5:12). Bagaimanapun, belakangan beberapa orang dipilih untuk melaksanakan tugas-tugas khusus, dan para rasul menumpangkan tangan mereka ke atas orang-orang itu. Biarpun orang-orang itu kemudian dapat mengadakan pelbagai mujizat (6:6, 8; 8:6; band. 19:6), namun mereka tidak dapat melimpahkan karunia itu kepada orang lain dengan menumpangkan tangan mereka ke atas orang itu (8:14-17).
Sementara baptisan Roh Kudus memberi para rasul pelbagai karunia yang luas cakupannya, mereka yang menerima tumpangan tangan para rasul memiliki karunia yang jauh lebih terbatas (band. 1Korintus 12:8-10).
(1) Jika begitu, siapakah yang telah menerima manifestasi ini? Beberapa orang Kristen -khususnya mereka yang telah menerima penumpangan tangan para rasul.
(2) Bagaimanakah manifestasi ini diberikan? Melalui penumpangan tangan para rasul.
(3) Terdiri dari apakah manifestasi ini? Manifestasi ini melibatkan juga kuasa mujizatiah, namun cakupannya lebih terbatas.
(4) Mengapakah kuasa khusus untuk mengadakan mujizat ini diberikan? Untuk "mengisi kekosongan" sampai Perjanjian Baru menjadi lengkap. Perjanjian Baru, seperti yang kita ketahui, pada saat itu belum terwujud. Kitab dalam Perjanjian Baru yang pertama kali ditulis terjadi dua puluh tahun setelah gereja berdiri, dan perlu waktu enam puluh tahun sebelum seluruh kitab dalam Perjanjian Baru selesai ditulis. Para rasul tidak dapat dengan segera berada di pelbagai tempat, untuk mengajar lewat ilham.
Dalam ketiadaan para rasul, yang lainnya memerlukan pelbagai karunia khusus. Beberapa dari karunia ini memberi mereka pengajaran Allah; karunia yang lain lagi memberi kredibilitas terhadap pengajaran itu (Ibrani 2:3, 4). Kaitan karunia-karunia itu terhadap gereja mula-mula adalah sama dengan kaitan Perjanjian Baru terhadap gereja sekarang ini.
Penghunian Roh Kudus
Mari kita dengan cepat melakukan penelitian untuk membedakan penghunian Roh dengan dua manifestasi yang telah disebut sebelumnya:
(1) Siapa yang telah menerima manifestasi ini? Ini untuk semua orang Kristen (2:38; 5:32).
(2) Bagaimanakah manifestasi ini diberikan? Ini diberikan ketika orang Kristen dibaptis (dibenamkan) dalam air (2:38).
(3) Manifestasi ini apa? Ini bukan manifestasi mujizatiah seperti dua lainnya, tetapi bagian dari pengaturan penyediaan Allah (lihat Roma 8:28).
(4) Mengapakah manifestasi ini diberikan? Ini diberikan tidak untuk membuat manusia menjadi orang Kristen, sebaliknya karena mereka sudah menjadi orang Kristen (Galatia 4:6). Ini diberikan untuk menolong dan menguatkan orang Kristen (Roma 8:2, 11, 13, 15, 16, 26, 27).
BAGAIMANA DENGAN MANIFESTASI INI DI ZAMAN SEKARANG?
Kita punya pertanyaan terakhir untuk ditanyakan mengenai masing-masing manifestasi ini: Kapan? Khususnya, kapankah manifestasi ini berakhir? Dua manifestasi yang pertama sifatnya sementara dan telah ditiadakan. Baptisan Roh Kudus hanya berlaku sepanjang umur para rasul. Ingatlah baptisan Roh Kudus merupakan suatu janji, bukan suatu perintah. Baptisan itu hanya untuk orang-orang tertentu saja, bukan untuk semua manusia. Tujuan baptisan itu sudah digenapi, dan baptisan itu sudah tidak ada lagi. Lebih dua puluh tahun setelah manifestasi terakhir baptisan Roh Kudus dicatat, Paulus mengatakan bahwa hanya ada satu baptisan (Efesus 4:5). Karena baptisan air (8:36-39; 10:47, 48) harus dilaksanakan oleh manusia sampai Kristus datang lagi (Matius 28:19, 20), maka baptisan itu, dengan sendirinya, adalah satu baptisan yang Paulus acu. Sekarang ini, tidak ada satu orang pun yang menerima baptisan Roh Kudus; sekarang ini, tidak ada satu orang pun yang dapat mengadakan pelbagai mujizat yang pernah dilakukan para rasul.
Lagi, manifestasi "penumpangan tangan" hanya bertahan sampai sepanjang umur si penerimanya. Ketika rasul terakhir meninggal, sarana untuk melimpahkan kuasa ini pun ikut lenyap. Perjanjian Baru menekankan bahwa pelbagai karunia mujizatiah itu bersifat sementara (1Korintus 13:8-10; Yakobus 1:25). Di sisi lainnya, Firman Allah tetap untuk selama-lamanya (1 Petrus 1:24, 25).
Kalau begitu, apa yang dapat kita simpulkan tentang manifestasi nomor tiga ini, penghunian Roh Kudus? Ini berlaku di sepanjang Era Kristen; ini untuk zaman sekarang. Karunia Roh Kudus ini diberikan kepada setiap orang yang dibaptis dalam air secara alkitabiah (2:38)- dan pelaksanaan baptisan air harus terus berlanjut sampai akhir Era Kristen (Matius 28:19, 20). Demikianlah karunia ini tetap akan berlanjut sampai akhir Era Kristen.
APAKAH YANG ROH KUDUS KERJAKAN?
Kita kini akan membahas tentang apakah yang Roh Kudus akan terus kerjakan-bukan apa yang Ia telah lakukan, bukan apa yang Ia dapat atau mau lakukan, melainkan apa yang sekarang ini Ia lakukan . Untuk menjawab pertanyaan "Apakah yang Roh Kudus Kerjakan?" sumber informasi kita adalah Firman Allah. Terus terang saja, kesaksian manusia tidak dapat dipercaya. Karena yang mengilhami isi Alkitab adalah Roh Kudus (2Petrus 1:21; Yohanes 16:13; 1Korintus 7:40; Efesus 3:5; Wahyu 2:7), maka Kitab Suci itu berisi kesaksian pribadi Roh Kudus mengenai karya-Nya. Kita akan membahas apa yang Roh Kudus perbuat bagi orang berdosa dan orang Kristen.
APAKAH YANG ROH KUDUS PERBUAT BAGI ORANG BERDOSA?
Sebuah doktrin terkenal mengatakan bahwa Roh Kudus harus berkarya secara langsung di dalam hati orang berdosa sebelum orang itu bisa menerima keselamatan dari Allah. John Calvin mengajarkan bahwa karya langsung itu diperlukan sebab orang yang dilahirkan dengan moral bejad tidak bisa merespon kasih Allah tanpa karya langsung Roh Kudus (karya langsung Roh Kudus ini dikatakan hanya turun ke atas orang-orang pilihan saja). Bagaimanapun, Alkitab tidak mengajarakan bahwa manusia dilahirkan dengan moral bejad (Matius 18:3). Semua orang dapat merespon kasih Allah yang ditawarkan itu (Matius 11:28-30).
Kebanyakan dunia Protestan telah menolak doktrin predestinasi (takdir) dan depraviti total (moral bejad total), namun banyak yang masih mempertahankan pelbagai ajaran Calvin lainnya yang bersumber dari kedua doktrin itu-termasuk karya langsung Roh Kudus ke atas orang berdosa. Pengkajian secara hati-hati atas isi Kitab Suci akan mengungkapkan bahwa Roh Kudus berkarya secara tidak langsung ke atas orang berdosa, menginsafi orang itu dari dosa melalui Firman terilham. Yesus memberitahu para rasul-Nya bahwa saat Ia mengutus Roh Kudus, Ia (Roh Kudus itu) akan membimbing mereka kepada seluruh kebenaran dan akan menginsafkan manusia akan dosa (Yohanes 16:7-14). Pada Hari Pentakosta Roh Kudus turun dan menginsafkan manusia akan dosa-melalui pemberitaan terilham rasul Petrus (Kisah 2:37). Ini merupakan pola yang terdapat di sepanjang Kitab Kisah.
Firman Allah disebut "pedang Roh" (Efesus 6:17; Ibrani 4:12). Pedang itu sendiri bukan Roh, melainkan alat yang digunakan oleh Roh. Sejak Hari Pentakosta pedang itu telah menusuki hati manusia (Kisah 2:37; lihat juga 24:25; Roma 3:20; 7:7). Jangan pernah menganggap remeh kekuatan pedang Roh! Kita dimerdekakan oleh kebenaran (Yohanes 8:32; 17:17). Kita dikuduskan oleh Firman (Yohanes 17:17). Kita dibersihkan oleh Firman (Yohanes 15:3). Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan (Roma 1:16). Iman timbul melalui Firman (Roma 10:17). Kitab Suci dapat menuntun kita kepada keselamatan (2Timotius 3:14, 15).
Firman itu berkuasa menyelamatkan jiwa kita (Yakobus 1:21). Jiwa kita disucikan dalam ketaataan kepada kebenaran (1Petrus 1:22, 23; Kolose 1:5).
Dalam kita menyusuri terus contoh-contoh perubahan hidup dalam Kitab Kisah, kita tidak pernah menemukan Roh Kudus berkarya secara langsung ke atas orang berdosa, melainkan selalu berkarya secara tidak langsung-yaitu melalui Firman (Kisah 8:29-39).
Doktrin Roh Kudus berkarya secara langsung akan (1) membuat Allah membeda-bedakan orang (Kisah 10:35, 35; 2Petrus 3:9), (2) mengurangi (atau bahkan melenyapkan) tanggung jawab pribadi di pihak orang berdosa (simak Matius 16:24) dan di pihak pemenang jiwa (simak Markus 16:15, 16; 1Korintus 9:16), dan (3) bertentangan dengan sarana komunikasi yang Allah telah tetapkan dengan manusia sejak dari permulaan:
perkataan . Allah menarik manusia melalui Firman (Yohanes 6:44, 45). Jika doktrin Roh Kudus berkarya secara langsung ke atas orang berdosa adalah benar, maka Allah akan memotong-kompas rencana-Nya sendiri: Allah-Kristus -Roh Kudus-para rasul-Firman terilham-umat manusia.
APAKAH YANG ROH KUDUS PERBUAT BAGI ORANG KRISTEN?
Saya percaya bahwa Roh Kudus berbuat sesuatu untuk orang Kristen yang Ia tidak perbuat untuk orang non-Kristen (simak Efesus 1:12, 13). Ia dapat dan secara aktif berkarya dalam kehidupan anak Allah yang setia. Sewaktu kita menjadi orang Kristen (pada saat baptisan air), kita menerima Roh Kudus sebagai suatu karunia (Kisah 2:38; 5:32; Galatia 4:6). Ini merupakan manifestasi non-mujizatiah dari kuasa Roh, yang dalam Perjanjian Baru diacu sebagai penghunian Roh (Roma 8:9, 11; 1Korintus 3:16; 6:19; 2Timotius 1:14). Allah memberi kita Roh-Nya untuk menolong dan menguatkan kita.
Berikut ini adalah beberapa penegasan: (1) Tidak seorang pun dapat mengetahui Roh Kudus diam di dalam dia berdasarkan apa yang ia rasakan. Perasaan dapat menipu; perasaan dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu. Selanjutnya, karena Roh Kudus adalah roh, maka Ia tidak dapat diamati melalui panca indra. Sebaliknya, jika kita adalah orang percaya yang telah dibaptiskan, kita dapat mengetahui bahwa Roh Kudus diam di dalam diri kita sebab Alkitab berkata begitu. Kita menerima ini dengan iman (Galatia 3:14). (2) Pelbagai berkat melalui penghunian Roh Kudus tidak dapat dipisahkan dari pengkajian kita terhadap Firman itu dan ketaatan kita terhadapnya.
Untungnya, kita tidak perlu harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang penghunian Roh Kudus agar Ia mau memberkati hidup kita. Selama kita bekerja sama dengan Roh dengan mentaati Firman-Nya, Ia dapat dan akan menolong dan menguatkan kita. Bagaimanapun, ini merupakan masalah kenyamanan untuk setidaknya mengetahui sesuatu yang Ia perbuat untuk kita. Inilah penelitian singkat tentang apa yang Roh perbuat untuk kita sebagai orang Kristen: (1) Keberadaan Dia di dalam diri kita adalah bukti keanakan kita (Galatia 4:6; 1Yohanes 3:24; 4:13). (2) Ia merupakan jaminan kita untuk masuk sorga (Efesus 1:13, 14). (3) Ia menolong kita untuk menghayati kehidupan Kristiani, menolong kita berdoa, dan akan dilibatkan dalam kebangkitan kita (Roma 8:2, 11, 13, 26, 27, dll.).
Singkatnya, penghunian Roh Kudus adalah untuk menolong kita mengembangkan "buah-buah Roh" dalam hidup kita (Galatia 5:22, 23). Saudara terkasih, tujuan utama penghunian Roh adalah untuk menghasilkan keindahan dan kemulian pribadi Kristus di dalam manusia. Jika Anda menginginkan bunga tulip sorgawi ada di bumi ini, maka umbinya harus diimport dari sorga.1
Cara orang Kristen memperlihatkan dirinya dipenuhi oleh Roh adalah bukan dengan seberapa keras ia dapat berteriak dalam ibadah, melainkan melalui cara hidupnya yang menyerupai Kristus!
KESIMPULAN
Sama seperti Bapa dan Anak, Roh Kudus juga amat menaruh perhatian terhadap keselamatan Anda (Wahyu 22:17). Jangan menolak Roh, melainkan kerjakanlah apa yang Ia suruh Anda kerjakan dalam Alkitab. Jika Anda berlu dibaptis, biarkanlah Roh Kudus menginsafkan Anda melalui Firman itu. Jika Anda seorang Anak Allah, bekerjasamalah dengan Roh dengan mentaati Firman itu. Maka Ia bersedia memberkati hidup Anda!
DAFTAR KATA: BAGIAN KETIGA
Penghujatan (blasphemia)-secara harfiah "blasphemia" berarti "perkataan mencelakakan." Dalam Perjanjian Baru kata itu digunakan hampir hanya untuk mengacukan pekataan yang mencemarkan Allah, Kristus, atau Roh Kudus. Definisi praktisnya adalah "bicara secara menghina [dengan seenaknya, tanpa sopan santun] hal-hal ilahi." Sewaktu Yesus berkata bahwa Ia adalah Anak Allah (yaitu, ilahi), perkataan itu dianggap penghujatan oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya (Yohanes 10:33; Matius 26:65). Di bawah hukum Taurat penghujatan dapat dihukum mati.
Diaken (diakonos)-Kata "diaken" secara harfiah berarti "pelayan" atau "pendeta." Dalam Perjanjian Baru bentuk-bentuk kata benda dan kata kerja ini digunakan dalam pengertian umum untuk mengacukan siapa saja yang melayani: Marta (Lukas 10:40), Markus (2Timotius 4:11), malaikat-malaikat (Ibrani 1:14), dan para penginjil (2Timotius 4:5). Kadangkala kata ini dipakai dalam pengertian khusus untuk mengacukan seseorang yang mempunyai kedudukan (pekerjaan) sebagai "seorang diaken" dalam gereja. Syarat-syarat untuk posisi ini diberikan dalam 1Timotius 3:8-13). Sebagaimana ditunjukkan oleh tujuannya, pekerjaan seorang diaken adalah untuk melayani, bukannya untuk memimpin. Dalam Perjanjian Baru, para penatua bertugas mengawasi jemaat dan para diaken bekerja di bawah mereka (lihat "Penatua-penatua" dalam Daftar Kata pada edisi akan datang).
Murid (mathetes)-Kata Yunani yang diterjemahkan "murid" secara harfiah bermakna "pelajar." Karena dalam era Perjanjian Baru seorang murid sering mengikuti gurunya dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menyimak ajarannya, maka kata itu lalu mengandung gagasan "pengikut," dan bahkan "peniru."
Takut akan Allah-Dalam Perjanjian Baru, istilah "orang yang takut akan Allah" kadangkala mengacu kepada orang-orang Yahudi, kadangkala juga kepada umat Kristen. Dalam Kitab Kisah kata itu sering digunakan dalam pengertian khusus: Orang "yang takut akan Allah" adalah orang Kafir yang pecaya kepada Allah yang sejati dan menghadiri ibadah dalam sinagoga, namun belum menjadi seorang mualaf agama Yahudi (lihat "Mualaf/ Proselyte" dalam edisi "Kisah Para Rasul, 1").
Orang Samaria -ras Samaria timbul akibat dari penawanan oleh bangsa Asyur. Dalam 722 S.M., Asyur mengangkut ribuan orang Yahudi dari Kanaan utara ke dalam penawanan-namun beberapa orang masih tetap tinggal di situ. Penguasa Asyur lalu mengirim penduduk baru dari Babel, Hamat, dan Arab ke tempat itu untuk menghuni tempat itu (2Raja-raja 17:24-26; Ezra 4:2), dan penduduk baru itu kemudian kawin campur dengan orang-orang Yahudi. Ras yang kemudian timbul adalah Samaria-setengah Yahudi, setengah Kafir. Ketika orang-orang Yahudi yang ditawan di Babel kembali ke Palestina pada tahun 538 S.M., mereka bangga telah berhasil mempertahankan kemurnian ras mereka dan memandang rendah penduduk Samaria. Penduduk Samaria menawarkan bantuan kepada bangsa Yahudi untuk membangun kembali Bait Allah, namun bangsa Yahudi menolak bantuan itu. Orang Samaria ini kemudian mendirikan tempat ibadah mereka sendiri di gunung Gerizim (Yohanes 4:20). Orang Samaria hanya menerima lima kitab pertama Perjanjian Lama sebagai Kitab Suci mereka-yang tidak menyebut Yerusalem sebagai tempat ibadah.
Ahli Taurat ( grammateus )-Kata Yunani yang diterjemahkan "ahli Taurat" makna harfiahnya adalah "penulis." Dalam Perjanjian Lama, kata "ahli Taurat" pada umumnya mengacu kepada seorang yang bertugas mencatat peristiwa penting (termasuk perkataan raja). Dalam Perjanjian Baru, "grammateus" umumnya mengacu kepada satu kelompok pemimpin keagamaan (dimulai, menurut tradisi Yahudi, oleh Ezra [Ezra 7:6]). Karena satu fungsi penting dari penulis ini adalah menyalin Kitab Suci Perjanjian Lama, maka mereka dianggap ahli dalam hukum Taurat. Kebanyakan dari penulis ini adalah orang-orang Farisi (lihat ‘Farisi" dalam edisi "Kisah Para Rasul, 2").
Sinagoga (sunagoge)-Kata "sinagoga" berasal dari kata gabungan yang menggabungkan kata depan "dengan" (sun) dengan kata "memimpin" (ago). Makna harfiahnya adalah "mereka yang dipimpin bersama." Dalam makna dasarnya, sama dengan kata ekklesia (lihat "Gereja" dalam edisi "Kisah Para Rasul, 1") dan dipakai sekali untuk mengacukan suatu perhimpunan Kristen (Yakobus 2:2, kata yang diterjemahkan "perhimpunan" adalah sunagoge). Dalam Perjanjian Baru, kata ini umumnya mengacu kepada tempat ibadah oarang Yahudi dan/atau perhimpunan ibadah orang Yahudi. Menurut tradisi, sinagoga berawal pada waktu penawanan di Babel ketika orang-orang Yahudi tidak dapat pergi ke Bait Allah untuk beribadah. Orang Yahudi tidak menganggap sinagoga sama sucinya dengan Bait Allah, dan ibadah di dalam sinagoga adalah kurang resmi dibandingkan dengan di dalam Bait Allah (Lukas 6 dan Kisah 13 memberikan gambaran singkat tentang ibadah dalam sinagoga). Para pemimpin sinagoga umumnya disebut "penatua-penatua." Selain untuk pelayanan ibadah, gedung sinagoga digunakan juga sebagai ruang kelas untuk anak-anak laki-laki Yahudi. Untuk mendirikan sinagoga, diperlukan sepuluh pria Yahudi (yang punya waktu untuk menjalankan sinagoga).
Orang kudus (hagios)-"Orang kudus" adalah istilah untuk orang Kristen yang paling umum dalam Perjanjian Baru (Kisah 9:13, 32, 41; 26:10). Jika diterapkan ke atas manusia, kata Yunani yang diterjemahkan "orang kudus" tidak ada kaitannya dengan keadaan sempurna tanpa dosa (orang Kristen di Korintus adalah jauh dari sempurna tetapi disebut "orang kudus" [1Korintus 1:2; 2Korintus 1:1]).
Secara harfiah kata Yunani ini maknanya "orang yang terpisah (atau dipisahkan)." Kata itu dapat juga diterjemahkan "yang kudus" atau "yang disucikan." Dalam satu pengertian, kita ini disucikan dan dipisahkan oleh Allah untuk pelayanan-Nya pada saat kita menjadi orang Kristen (dalam 2Tesalonika 1:10, orang percaya disebut "orang kudus"). Dalam pengertian lain, penyucian adalah suatu proses yang berkelanjutan (1Tesalonika 5:23) sambil kita berusaha menuju hidup yang sejalan dengan "panggilan kudus" kita (2Timotius 1:9).
PELBAGAI PERTANYAAN MENGENAI KASUS KORNELIUS
Pertanyaan: Keterangan apakah yang kasus Kormelius dapat berikan mengenai pertanyaan orang Kristen bertugas dalam militer?
Jawaban: Sangat sedikit, jika ada. Beberapa orang menggunakan fakta Kornelius seorang militer-dan fakta bahwa kita tidak punya petunjuk ia merubah karirnya setelah dibaptis-untuk membuktikan bahwa orang Kristen dapat bertugas dalam militer. Yang lain berpendapat bahwa argumentasi yang dibangun dari ketiadaan keterangan bukanlah argumentasi yang kuat. J.W. McGarvey menulis, "Ini merupakan satu contoh seorang tentara menjadi orang Kristen, bukan seorang Kristen menjadi seorang tentara. Contoh ini menyediakan pola untuk yang pertama, bukan untuk yang kedua."1 Sejauh yang dapat saya ingat, para anggota gereja selama ini tidak merasa pasti tentang apakah orang Kristen boleh atau tidak boleh bertugas dalam militer; namun sejauh yang saya tahu, masalah ini belum pernah memecah-belah jemaat mana saja. Ini merupakan masalah yang tidak secara jelas dijabarkan dalam Kitab Suci, oleh sebab itu masalah ini merupakan masalah pendapat yang harus dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip Roma 14: "Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri" (ay. 5), dan "hendaklah setiap orang" memperlihatkan toleransi bagi siapa saja yang tidak setuju dengan pendapatnya.
Pertanyaan: Karena Kornelius dan para sahabatnya menerima "karunia yang sama" yang diterima oleh para rasul, apakah mereka memiliki kuasa yang sama dengan para rasul? Dapatkah mereka membangkitkan orang mati seperti yang Petrus lakukan dalam Kisah 9? Dapatkah mereka menumpangkan tangan mereka ke atas orang lain dan memberi orang-orang itu kuasa mujizatiah seperti yang para rasul dapat lakukan (Kisah 8:18)?
Jawaban: Lukas tidak berkata apa-apa tentang hal itu. Ada banyak hal yang ingin kita ketahui tentang kisah selanjutnya mengenai Kornelius dan para sahabatnya, namun Roh Kudus tidak menganggap kita perlu mengetahui hal itu. Adalah mungkin bahwa para rasul itu memiliki pelbagai kuasa sebab mereka memang rasul dan bukan semata-mata karena mereka telah menerima baptisan Roh Kudus. Jika benar begitu, Kornelius dan orang seisi rumahnya kemungkinan tidak memiliki kuasa yang sama dengan para rasul. Tentunya, Kornelius dan yang lainnya memiliki beberapa kemampuan mujizatiah. Di antara pelbagai karunia itu, satu atau beberapa orang dari mereka kemungkinan menerima karunia bernubuat untuk memampukan mereka mengetahui kehendak Allah dan untuk meneruskan membentuk jemaat setelah Petrus pergi. Pertanyaan: Apakah baptisan Kornelius dan orang seisi rumahnya membuktikan "baptisan bayi" adalah alkitabiah? Jawaban: Tidak. Beberapa orang menduga bahwa Kornelius memiliki beberapa bayi dalam rumah tangganya dan bayi-bayi itu ikut pula dibaptis. Bagaimanapun, semua orang dalam rumah tangga Kornelius yang telah dibaptis pertama-tama mendengar Firman (10:33; 15:7), percaya kepada Yesus (10:43; 15:7, 9), dan kemudian bertobat (11:18). Bayi-bayi tidak ada yang dapat memenuhi syarat-syarat ini.
"Bergabung dengan" Jemaat Lokal
Alkitab tidak menjelaskan bagaimana Saulus berusaha menggabungkan dirinya ke dalam jemaat di Yerusalem. Di Amerika, di akhir khotbah, kita biasanya menawarkan "undangan." Bersamaan dengan undangan untuk dibaptis dan undangan untuk dipulihkan dari orang Kristen yang sesat, umumnya kita menyertakan juga satu undangan bagi orang-orang baru dalam masyarakat untuk menyatakan bahwa mereka mau menjadi anggota jemaat itu. Bagaimanapun, pendekatan ini ditempuh semata-mata demi untuk kenyamanan, sebab orang dapat merespon hal ini kapan saja. Jika Anda adalah orang baru dalam suatu masyarakat, Anda hanya perlu memberitahu salah satu pimpinan jemaat lokal bahwa Anda ingin dipertimbangkan sebagai bagian dari jemaat tersebut. Seseorang mungkin akan menanyai Anda jika Anda ingin dipertimbangkan sebagai bagian dari jemaat lokal itu. Perlu dicatat bahwa dalam era Perjanjian Baru, orang Kristren yang membawa surat perkenalan dan/atau surat rekomendasi kepada jemaat baru adalah hal yang lazim. Surat-surat tulisan Paulus kebanyakan berisi catatan kata pengantar/rekomendasi seperti itu di akhir suratnya (contoh, Roma 16:1, 2). Lihat 1Korintus 16:3 untuk praktik yang benar; lihat 2Korintus 3:1 untuk praktik yang salah. Meskipun ini bukan persyaratan alkitabiah, namun hal ini merupakan praktik baik yang dianjurkan.
Catatan Akhir:
- 1 George W. Bailey, Lecture presented at Central Christian College, Bartlesville, Okla., n.d.
- 1 J.W. McGarvey, New Commentary on Acts of Apostles, vol. 1 (Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 218.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Ringkasan Kitab Kisah: PENEBUSAN TERLAKSANA
Kitab Kisah menjawab banyak nubuatan yang membingungkan. Seandainya kitab ini dihilangkan dari Alkitab, ...
Ringkasan Kitab Kisah: PENEBUSAN TERLAKSANA
Kitab Kisah menjawab banyak nubuatan yang membingungkan. Seandainya kitab ini dihilangkan dari Alkitab, maka hanya akan ada sedikit pengertian yang bisa ditarik dari Perjanjian Lama sebab begitu banyaknya ramalan yang akan tetap tak diketahui dan tak tergenapi! Begitu juga halnya dengan Perjanjian Baru, hanya akan ada sedikit pengertian yang bisa ditarik dari banyaknya ajaran setelah Kitab Kisah tanpa mengetahui apa yang telah terjadi dalam Kitab Kisah.
Rencana penebusan agung Allah dipusatkan pada Kitab Kisah. Sebelum kitab ini, segala sesuatunya menunjuk ke depan kepada pelbagai kejadian yang akan terjadi di dalam kitab ini; setelah kitab ini, segala sesuatunya didasarkan pada pelbagai peristiwa yang tercatat dalam Kisah. Saat seseorang mencerna Kitab Kisah, rasa urgensi, kesempurnaan, dan kesatuan akan terlihat di seluruh Alkitab. Tanpa kitab ini akan timbul kekosongan yang membingungkan.
KITAB KISAH SEBAGAI PERMULAAN
Kisah merupakan kitab permulaan yang mirip dengan kitab Kejadian di Perjanjian Lama. Kenyataannya, sekitar 10 tahun setelah peristiwa Kisah 2, Petrus mengacukan segala peristiwa itu sebagai "seperti dulu [pada permulaannya]" (Kisah 11:15). Meskipun Perjanjian Baru berawal dengan tulisan empat biografi kehidupan Yesus, namun adalah benar dan tepat bagi para pelajar Alkitab yang serius untuk memahami bahwa permulaan yang menakjubkan terjadinya di dalam Kitab Kisah. (Segala peristiwa selama kehidupan Yesus, sampai dengan penyaliban-Nya, sesungguhnya terjadi di bawah era hukum Musa dan oleh sebab itu merupakan bagian era Perjanjian Lama.)
Pelbagai peristiwa pada Hari Pentakosta (Kisah 2) mencakup permulaan pemberitaan injil dalam seluruh kepenuhannya. Orang percaya diminta bertobat dan berbaptis atas otoritas Yesus sebagai Kristus, "dalam nama Yesus Kristus" (Kisah 2:38). Itulah era permulaan gereja, suatu lembaga yang berisi orang-orang yang dipanggil ke luar yang terhubung kepada Kristus lewat suatu cara khusus. Itulah permulaan era karya khusus Roh Kudus ketika Penghibur itu diutus untuk menghidupkan gereja sebagai Bait Allah (1Korintus 3:16) dan untuk menguatkan para rasul dalam pekerjaan mereka. Hari itu menandai awal penginjilan ke seluruh dunia, sebab sebelumnya umat Allah belum pernah digerakkan untuk meyakinkan semua manusia agar menjadi bagian dari persekutuan seperti itu. Kitab Kisah bagi Perjanjian Baru adalah sama seperti Kitab Kejadian bagi Perjanjian Lama.
Kitab Kisah memperlihatkan pemakaian "dua" hal secara tiba-tiba dan mengesankan. Kitab itu sendiri terbagi dalam dua bagian utama: pasal 1 sampai 12 dan pasal 13 sampai 28. Dua orang yang luar biasa mengarahkan pelbagai peristiwa penginjilan: Petrus dan Paulus. Pelbagai peristiwa penginjilan digerakkan dari dua kota utama: Yerusalem dan Antiokhia di Siria. Dua sistem keagamaan utama, Yudaisme dan Kristen, diperlihatkan dalam catatan sejarah seraya Yesus menggenapi hukum Musa dan menegakkan "hukum yang sempurna" (Lukas 24:44, 45; Yakobus 1:25). Memahami dua sistem keagamaan ini dan hubungan antar mereka merupakan keharusan supaya bisa mengenali tujuan kekal Allah dalam Kristus.
KITAB KISAH SEBAGAI PENGGENAPAN
Di hadapan Adam dan Hawa, Allah memberitahu Iblis bahwa benih perempuan itu akan meremukkan kepala ular itu (Kejadian 3:15). Nubuatan itu tergenapi ribuan tahun kemudian, ketika Yesus dijadikan Raja yang diurapi, "Kristus" (Kisah 2:32, 36). Dalam Kisah 2:36, Petrus memberitakan bahwa Yesus bisa menjadi Kristus sebab Ia telah dibangkitkan dari antara orang mati dan oleh karena itu Ia terbukti sebagai Anak Allah (Roma 1:4). Akibat dari kebangkitan-Nya itu, terjadilah kemenangan bagi semua pengikut-Nya (1Korintus 15:57). Dalam kedatangan-Nya ke dunia ini, hidup untuk mengajar, mati untuk menyelamatkan, dan dibangkitkan untuk memerin-tah, Yesus "membawa tawanan-tawanan" (Efesus 4:8). Ia telah "membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis" (1Yohanes 3:8). Ia benar-benar sudah meremukkan kepala ular itu!
Musa berjanji bahwa Allah akan membangkitkan seorang nabi lain seperti dirinya, yang harus ditaati oleh setiap orang (Ulangan 18:15-19). Dalam Kisah 3:18-24, Petrus menyatakan bahwa Yesus adalah nabi itu.
Allah berjanji bahwa Juruselamat akan datang lewat garis keturunan Raja Daud (2Samuel 7:12, 13), dan Petrus memberitakan bahwa janji itu telah digenapi ketika Yesus dibangkitkan dari antara orang mati (Kisah 2:30-32). Memang sudah diberitahukan kepada Daud bahwa Mesias ini akan menjadi "salah seorang anakmu [Daud] sendiri" (1Tawarikh 17:11, 12), dan khotbah Petrus mencakup fakta ini (Kisah 2:30).
Yesaya bicara tentang keagungan "hari-hari yang terakhir," ketika keselamatan akan datang ke atas semua manusia (Yesaya 2:1-4). Yoel menulis bahwa Roh Allah akan turun dengan cara khusus ke atas umat Allah pada "hari-hari yang terakhir" ini (Yoel 2:28). Dalam Daniel 2:44, sewaktu ia menafsirkan mimpi Raja Nebukadnezar tentang patung yang sangat besar, Daniel berkata bahwa kerajaan Allah akan bermula "pada zaman raja-raja" itu, pada masa raja-raja yang digambarkan oleh patung itu.1
Kerajaan ini akan selamanya menjadi kerajaan yang paling berkuasa dan kekal (Daniel 2:44). Peristiwa Kisah 2, pada Hari Pentakosta, membuat semua ramalan itu menjadi kenyataan.2
Amos bicara tentang "pondok Daud" yang akan dipulihkan dan dikatakan bahwa akan tiba masanya ketika semua bangsa akan menjadi bagian dari persekutuan Allah (Amos 9:11, 12). Nubuatan ini mengacu kepada kerajaan Allah melalui Daud dan ibadah yang berkenan yang akan mengiringi umat Allah di dalam "pondok" yang dinubuatan ini. Yakobus berkata bahwa pelbagai janji ini sudah digenapi dalam injil Kristus (Kisah 15:15-18).
Yesus berjanji akan mendirikan jemaat-Nya dan berkata bahwa alam maut tidak bisa menguasainya (Matius 16:18). Tanpa Kitab Kisah, kita mungkin tidak akan pernah tahu bagaimana gereja memulai fungsinya (Kisah 2). Semua orang yang diselamatkan ditambahkan ke dalam persekutuan dengan Allah (Kisah 2:41, 47), dan mereka dikenal sebagai orang-orang yang dipanggil ke luar, gereja (Kisah 5:11).
Yesus juga berjanji bahwa kerajaan-Nya akan datang dengan kuasa (Markus 9:1) dan kuasa ini akan diberikan ketika Roh Kudus datang (Kisah 1:8). Kuasa itu datang pada Pentakosta, ketika Roh Kudus itu turun ke atas para rasul (Kisah 2:1-4). Oleh sebab itu, kerajaan Kristus pasti telah datang; kerajaan itu pasti telah didirikan atau digerakkan di bumi ini.
Setelah meninggalkan para rasul, Yesus berjanji bahwa Roh Kudus akan datang sebagai Penghibur (Yohanes 16:7-13). Roh itu turun ke atas para rasul seperti yang telah dijanjikan (Kisah 2:1-4).
KESIMPULAN
Kitab Kisah merupakan kunci utama untuk memahami skema penebusan agung dari Allah, pelaksanaan injil kasih karunia. Kitab Kisah membuat jelas pelbagai ramalan dan nubuatan yang mendahului Hari akbar Pentakosta. Tanpa kitab agung ini, kita tidak bisa memahami secara penuh bahwa Yesus adalah "Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan" (1Timotius 6:15).
Kitab Kisah merupakan "as roda" yang di sekitarnya semua kitab lain dalam Alkitab berputar mengelilinginya. Kitab ini penting untuk memahami pelbagai kebenaran agung yang terdapat dalam kitab ini! Jika tidak, orang bisa disesatkan ke dalam kesalahan yang dikembangkan oleh manusia belaka. Kegagalan untuk memahami kesederhanaan satu-satunya kitab sejarah dalam gereja Perjanjian Baru mungkin merupakan kegagalan terbesar bagi semua denominasi. Seandainya saja mereka memahami dengan benar kitab ini, mereka akan bisa mengetahui bahwa denominasi bukanlah jawaban Allah terhadap dosa.
Dalam kitab ini Allah memberitahukan apa yang sudah Ia rancang untuk mengatasi dosa. Solusinya terdapat di dalam tubuh rohani Kristus, gereja-Nya, satu-satunya tubuh yang Kristus pernah janjikan akan diselamatkan dalam kekekalan (Efesus 1:22, 23; 5:23). Gereja itu bukanlah suatu denominasi, dan tak satu denominasi pun adalah gereja. Semua denominasi merupakan hasil dari inovasi manusia; sedangkan gereja Tuhan adalah hasil dari tujuan kekal Allah dalam Kristus (Efesus 3:11).
Dalam abad pertama, sebelum adanya denominasi apa saja, beribu-ribu orang telah diselamatkan dan bisa masuk sorga. Keselamatan yang sama bisa dinikmati di zaman kini oleh mereka yang mau percaya, taat, dan hidup seperti umat Kristen yang hidupnya tertulis dalam Kitab Kisah.
Kitab Kisah tidak lebih penting dari kitab terilham mana saja dalam Alkitab, namun demikian kitab itu merupakan kunci untuk memahami semua 65 kitab lainnya. Sudah tentu Kitab Kisah adalah jawaban bagi nubuatan.
Catatan Akhir:
- 1 Dalam mimpi Nebukadnezar itu ada empat kerajaan yang dilukiskan. Patung besar dalam mimpinya itu memiliki kepala yang terbuat dari emas, dada dan lengannya dari perak, perut dan pinggangnya dari tembaga, sedang pahanya dari besi dengan kakinya sebagian dari besi dan sebagian lagi dari tanah liat. Setelah Babel, muncul tiga kerajaan berkuasa lainnya. Oleh sebab itu, Babel dilukiskan oleh emas, Kerajaan Medo-Persia oleh perak, dan kerajaan Yunani oleh tembaga, dan kerajaan Romawi oleh besi. Kaki dan jari kaki yang terbuat dari besi dan tanah liat itu adalah bagian dari kerajaan yang keempat, bukan kerajaan-kerajaan yang berbeda-beda. Batu kecil dalam Daniel 2:34 datang melawan patung itu dan meretakkan kaki besi dan tanah liat patung itu, akhirnya menghancurkan patung itu secara keseluruhan. Batu yang tidak dibuat oleh tangan manusia itu tumbuh, menjadi gunung besar yang memenuhi seluruh bumi (Daniel 2:35).
- 2 Beberapa konsep kunci yang tergenapi dalam ramalan-ramalan ini bisa membantu kita memahami dengan tepat pelbagai doktrin tertentu yang harus diajarkan dalam nama Kristus. "Hari-hari yang terakhir" (Yesaya 2:2; Kisah 2:17) sama dengan "zaman raja-raja" (Daniel 2:44). "Gunung tempat rumah Tuhan" (Yesaya 2:2) dipakai dengan maksud yang sama dengan "kerajaan" (Daniel 7:13, 14), "takhta Daud" (Kisah 2:30), atau "pondok Daud" (Amos 9:11). Pelbagai berkat keselamatan adalah untuk "segala bangsa" (Yesaya 2:2) dan "banyak suku bangsa" (Yesaya 2:3). "Sion" (Yoel 2:32) adalah tempat dimana semua peristiwa agung ini harus berawal. "Hulu gunung-gunung" (Yesaya 2:2) dan "Yerusalem" (Lukas 24:47) dipakai untuk mengacukan tempat geografis yang sama.
Pengarang: Roy H. Lanier, Jr.
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Ringkasan Kitab Kisah: FIRMAN ALLAH DITEGUHKAN OLEH PELBAGAI MUJIZAT
Dalam semua peristiwa pemakaian mujizat secara menakjubkan oleh Allah, tak seor...
Ringkasan Kitab Kisah: FIRMAN ALLAH DITEGUHKAN OLEH PELBAGAI MUJIZAT
Dalam semua peristiwa pemakaian mujizat secara menakjubkan oleh Allah, tak seorangpun pernah diampuni dosa-dosanya lewat suatu mujizat! Allah tidak pernah memakai mujizat seperti itu. Mujizat secara konsisten dipakai untuk membawa Firman Allah ke dalam hati orang-orang yang menyaksikan mujizat itu. Mujizat tidak pernah merubah hati manusia mana saja; yang merubah hati manusia adalah kebenaran Allah. Para pelajar Alkitab boleh saja punya pemahaman bahwa mujizat dipakai secara konsisten di sepanjang sejarah Alkitab. Sebaliknya, mujizat memainkan peranan penting dalam hubungan Allah dan manusia selama hanya tiga periode besar yang mudah dijabarkan.
(1) Ingatlah akan semua mujizat yang Allah gunakan selama masa dan pekerjaan Musa. Mujizat-mujizat itu mengarah kepada berdirinya bangsa Israel, berawal dari Abraham dan berjalan melintasi waktu bahkan sampai kepada penaklukan Kanaan di bawah pimpinan Yosua. Selama masa itu banyak mujizat yang dicatat. Tidak lama setelah pengambilan Tanah Terjanji, peristiwa pemakaian mujizat mulai berkurang.
(2) Ledakan mujizat kedua terjadi di era nabi-nabi besar. Selama era Elia, Elisa, Yesaya, Daniel, Yehezkiel, dan nabi-nabi lainnya. Allah mengadakan banyak sekali tanda-tanda dan hal-hal yang mengherankan. Sejalan dengan berlalunya waktu yang menuju masa pembuangan pada bagian terakhir sejarah Perjanjian Lama, pelbagai pemakaian mujizat pun kembali berkurang.
(3) Gelombang ketiga mujizat, tanda-tanda, dan hal-hal mengherankan yang dahsyat menyertai pelayanan Yesus dan para rasul-Nya. Selama masa hidup dan karya-Nya, banyak mujizat telah membantu membuktikan Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan, Anak Allah. Ketika injil menyebar ke seluruh Kekaisaran Romawi dan orang-orang terilham menulis kitab-kitab Perjanjian Baru, pemakaian mujizat pun semakin lama semakin berkurang.
Kenyataannya, kitab-kitab Perjanjian Baru yang ditulis beberapa tahun belakangan1sangat jarang menyinggung terjadinya mujizat apa saja atau doktrin-doktrin tentang tanda-tanda dan hal-hal mengherankan.
Di luar tiga masa itu, mujizat masih muncul sekali-kali, namun "siraman deras" mujizat hanya terjadi selama tiga zaman itu. Pada zaman-zaman itulah Allah mengungkapkan Firman-Nya kepada dunia.
Berpasangannya mujizat dengan wahyu kebenaran untuk dunia bukanlah suatu kebetulan. Para pelajar Alkitab zaman kini bisa meneropong sejarah untuk melihat bahwa Allah memakai tanda-tanda untuk meneguhkan perkataan kebenaran-Nya yang diwahyukan. (1) Musa diberi hukum Taurat, (2) para nabi diberi pelbagai wahyu lanjutan yang menunjuk kepada keselamatan yang akan datang melalui Mesias, dan (3) Yesus dan para rasul-Nya membawa wahyu terakhir dan lengkap, injil Tuhan Yesus Kristus. Pelajaran ini akan berfokus pada siraman deras mujizat ke atas pelayanan Yesus dan pada hari-hari permulaan gereja-Nya yang dicatat dalam Perjanjian Baru.
JANJI TENTANG MUJIZAT
Yesus hanya mengajar sekitar tiga setengah tahun di suatu wilayah kecil, Palestina. Ia memilih dua belas murid untuk menjelajahi daerah pedalaman bersama Dia, untuk menerima pelbagai ajaran-Nya dan pelatihan untuk tugas di masa akan datang. Ia berkata bahwa Ia tidak akan meninggalkan mereka sendirian tetapi akan mengutus seorang penolong yang disebut Roh Kudus atau Penghibur, untuk menolong mereka setelah Ia meninggalkan dunia ini (Yohanes 14:25, 26). Roh ini akan menolong mereka mengingat semua ajaran-Nya, sebab mereka tidak bisa mengingat secara penuh dan akurat segala perkataan yang mereka telah dengar dari Yesus selama masa tiga setengah tahun itu.
Penghibur itu akan juga mengajar mereka wahyu Allah yang belum diwahyukan. Roh itu akan melengkapi pendidikan rohani mereka. Awalnya, Yesus memang tidak mengajarkan segala hal yang perlu diketahui oleh rasul-rasul itu (Yohanes 16:4), sebab mereka belum bisa menanggung semua wahyu seperti itu (Yohanes 16:12). Yesus memakai "bahasa kiasan" (Yohanes 16:25) untuk memperkenalkan doktrin-doktrin yang terlalu dalam untuk dipahami oleh para rasul di dalam masa pencerahan mereka. Nantinya dan pada saat yang tepat, Roh itu akan menyampaikan Firman Allah kepada mereka saat mereka memerlukan pelbagai doktrin lanjutan untuk mengajar para murid mula-mula.
Sejalan dengan janji-janji ini, Yesus berkata bahwa pelbagai tanda akan menyertai "orang-orang percaya" (Markus 16:17). Tanda-tanda itu akan meneguhkan pengajaran mereka sehingga para pendengar akan yakin bahwa pengajaran mereka datang dari Allah. Tanda-tanda ini mencakup pengusiran roh-roh jahat, berbahasa roh, tidak bisa dilukai oleh ular atau racun mematikan, dan menyembuhkan orang sakit secara mujizatiah (Markus 16:17, 18).
Apa yang terlewatkan oleh banyak pelajar Alkitab adalah fakta bahwa Markus dengan tepat telah menuliskan cara pelbagai mujizat itu digunakan! Cara pemakaian mujizat-mujizat itu tidak sama dengan cara pemakaian "para pembuat mujizat moderen." Sebaliknya, Markus 16:20 memberitahukan bahwa tanda-tanda ini secara konsisten dipakai untuk meneguhkan Firman Allah yang diwahyukan.
TUJUAN MUJIZAT
Untuk Meneguhkan Firman Allah
Karena tanda-tanda ini menyertai karya pengajaran para rasul, sebagaimana dicatat secara khusus dalam kitab Kisah, maka kita perlu memahami pemakaian mujizat oleh Allah. Hal-hal yang mengherankan ini tidak dipakai untuk mempesonakan para pendengar dalam pertunjukan hiburan, untuk menaikkan harga diri orang-orang yang bisa mengadakan mujizat, untuk mengumpulkan uang bagi kerajaan keuangan, atau semata-mata untuk kepentingan orang sakit.
Dalam setiap kasus, pelbagai kuasa ajaib selalu menyertai wahyu kebenaran Allah. Ketika para rasul menerima dan mengajarkan kebenaran baru injil Kristus, mereka juga mengadakan pelbagai perbuatan yang mengatasi hukum alam. Ini membuktikan bahwa mereka diberi kuasa oleh Allah dan, oleh sebab itu, pengajaran mereka pun berasal dari Allah.
Tanda-tanda diadakan untuk menimbulkan kepercayaan kepada Yesus sebagai Anak Allah. Yohanes berkata bahwa itulah alasan mengapa kitabnya ditulis: "supaya kamu percaya" (Yohanes 20:30, 31). Menyaksikan suatu mujizat tidak bisa membuat seseorang percaya kecuali ia juga mendengar seorang rasul mengajar tentang Yesus dari Nazaret sebagai Anak Allah. Mujizat merupakan rekan yang handal bagi pengajaran injil.
Firman baru injil ini pertama kali diucapkan oleh Tuhan, lalu diteguhkan oleh para rasul. Akhirnya, Allah meneguhkan kebenaran itu dengan pelbagai tanda, hal-hal mengherankan, mujizat-mujizat, dan karunia Roh Kudus menurut kehendak-Nya (Ibrani 2:3, 4).
Untuk Menunjukkan Kesesuaian Dalam Doktrin
Para rasul tidak saling bertentangan, sebab mereka hanya mengajarkan kebenaran yang diwahyukan kepada mereka oleh Allah. Jika ada dua rasul punya kuasa dari Allah untuk mengadakan mujizat, maka logikanya pengajaran mereka pun-yang juga dari Allah-akan konsisten. Kenyataannya, Yesus sebelumnya sudah berjanji bahwa dimana "dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka" (Matius 18:20). Bila diterapkan secara tepat, konteks nas ini menunjukkan bahwa setiap rasul punya "kunci kerajaan," yang sebelumnya hanya dijanjikan kepada Petrus (Matius 16:19). Dalam Matius 18:18 Yesus mengindikasikan bahwa setiap rasul akan memiliki kuasa untuk "mengikat dan melepaskan." "Pengikatan dan pelepasan" ini mengacu kepada otoritas yang diberikan kepada para rasul untuk menyatakan kehendak Allah yang sudah ditetapkan di takhta sorgawi.
Kebenaran doktrin tidaklah diputuskan oleh kehendak para rasul sendiri; mereka itu hanya sekedar mengungkapkan di atas bumi ini apa yang sudah diputuskan di dalam sorga. Sewaktu mereka mengungkapkannya dalam pengajaran mereka, mereka saling setuju. Kuasa mujizatiah dari Tuhan untuk mengungkapkan kebenaran itu ada di tengah-tengah mereka. Tuhan mewahyukan kebenaran yang sama kepada masing-masing rasul itu.
Pernyataan bahwa Yesus ada di tengah-tengah "dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku" tidaklah mengacu kepada orang-orang yang berkumpul untuk beribadah, sebagaimana yang sering diterapkan secara salah. Pernyataan ini mengacu kepada para rasul yang berkumpul (pekerjaan mereka dikontrol oleh Roh) dalam nama (otoritas) Yesus Kristus, melakukan pengajaran injil baru Kristus. Kuasa Tuhan akan hadir di tengah-tengah mereka, membimbing mereka kepada kebenaran yang konsisten.
Adanya kontradiksi di dalam ajaran mereka setidaknya akan berarti salah satu dari mereka tidak mengajarkan apa yang Allah sudah wahyukan kepada mereka. Kebenaran tidak akan menentang dirinya sendiri. Firman Allah adalah kebenaran (Yohanes 17:17), dan hanya kebenaran yang memiliki kuasa untuk menyucikan manusia. Oleh sebab itu, tak seorangpun bisa menemukan ajaran para rasul dan para penulis Perjanjian Baru terilham lainnya yang kontradiktif.
Orang-orang zaman kini yang mengaku punya kuasa untuk mengadakan mujizat saling berkontradiksi di dalam pengajaran mereka. Ini menunjukkan bahwa beberapa atau semua orang itu tidak sedang mengajarkan kebenaran. Beberapa dari mereka pasti salah, dan orang yang salah tidak mungkin punya kemampuan mengadakan mujizat dari Allah. Allah tidak memberi kuasa mengadakan mujizat kepada guru-guru palsu.
Banyak orang zaman kini yang mengaku "dipenuhi Roh" menentang pelbagai ajaran Alkitab yang jelas. Beberapa doktrin mereka melanggar banyak ajaran Tuhan yang jelas. Allah tidak akan memberi kuasa kepada para guru palsu yang menentang Firman ilahi-Nya. Satu cara mudah untuk mengetahui benar tidaknya "pembuat mujizat" zaman kini sungguh-sungguh bisa mengadakan tanda-tanda dan hal-hal mengherankan dari Allah adalah hanya dengan menguji pelbagai pengajaran mereka. Jika pengajaran mereka itu tidak berasal dari Allah, tidak ada "dalam Alkitab," maka mereka itu tidak sedang mengadakan mujizat dengan kuasa Allah. Begitu sederhananya. Jika apa yang dilakukan oleh para pengaku ini bersifat supernatural, atau tidak bisa dijelaskan oleh konsep-konsep alamiah, maka kesimpulannya adalah bahwa segala kejadian itu hanya bisa berasal dari Iblis (2Tesalonika 2:8-10). Iblis adalah satu-satunya oknum yang bisa memperdayakan orang dengan "tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu" seperti itu. Allah tidak mendukung kesalahan. Kesalahan adalah pekerjaan setan, yang sudah menjadi pendusta sejak mulanya dan bapa segala dusta (Yohanes 8:44).
Membantu Mereka Mengajar
Ada sembilan karunia mujizatiah yang digunakan dalam gereja mula-mula (1Korintus 12:8-10). Pelbagai karunia ini termasuk hikmat, pengetahuan, iman, penyembuhan, pengadaan mujizat, nubuatan, membedakan roh, bahasa roh, dan menafsiran bahasa roh. Yang menarik, 6 dari 9 karunia ini terlibat secara langsung dalam pengajaran Firman Allah. Kaitan seperti itu harus tidak boleh diabaikan. Iman, penyembuhan, mujizat dipakai secara tidak langsung, namun sisanya yang lain adalah penting untuk pengajaran Firman Allah di awal lahirnya kerajaan Mesias.
(1) "Hikmat" adalah kemampuan untuk menerapkan segala kebenaran yang sudah diketahui ke dalam pelbagai situasi kehidupan.
(2) "Pengetahuan" adalah kemampuan untuk memastikan fakta-fakta tentang pelbagai kebenaran doktrin.
(3) "Iman" adalah karunia dari Roh Kudus yang memberi manusia kemampuan untuk mengadakan pelbagai perbuatan supernatural. Yesus mengatakan jenis iman ini sewaktu Ia menyembuhkan anak laki-laki yang kerasukan setan (Matius 17:14-21) dan ketika ia mengutuk pohon ara (Matius 21:18-21). Iman jenis ini merupakan karunia mujizatiah, bukan iman yang seseorang terima karena mendengar Firman Allah (Roma 10:17).
(4) "Penyembuhan" mengacu kepada penyembuhan keadaan sakit tubuh jasmani.
(5) "Pengadaan mujizat" bisa mengacu kepada pembangkitan orang mati (Kisah 9:36-42) atau bahkan menimbulkan kebutaan atas seseorang yang menghalangi jalan bagi pengajaran kebenaran (Kisah 13:8-11).
(6) "Nubuatan" adalah kuasa untuk menerima kebenaran dari Allah dan berbicara "untuk Dia," atau "atas nama Dia." Dalam bahasa asli Yunani, kata "nabi" merupakan gabungan kata yang artinya "untuk" dan "berbicara," jadi artinya "berbicara untuk" Allah.
(7) "Membedakan pelbagai roh" merupakan karunia yang memampukan manusia untuk mengetahui apakah orang yang mengaku berbicara dengan pengilhaman adalah benar begitu. Para pengamat itu diberi kuasa untuk mengetahui dengan kuasa apakah seseorang itu sedang berbicara-dari Roh Kudus atau mungkin dari roh jahat yang dari setan. Hal ini secara khusus berguna untuk pelbagai jemaat mula-mula pada saat para rasul sedang tidak ada di tempat mereka. Karena gereja-gereja mula-mula belum memiliki Perjanjian Baru yang lengkap untuk dipakai menguji para guru, maka keberadaan seseorang dalam jemaat yang bisa membedakan pelbagai roh akan benar-benar sangat berguna.
(8) "Bahasa roh" mengacu kepada kemampuan mujizatiah untuk bicara dalam bahasa asing yang ada di bumi yang tidak diketahui dan dipelajari sebelumnya oleh si pembicara. Para rasul melakukan hal itu di awal berdirinya gereja (Kisah 2:4). Bahasa-bahasa ini dipakai manusia di negeri-negeri di luar Palestina, sebab para pendengar itu mendengar para rasul itu berbicara "dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita" (Kisah 2:8).
(9) "Menafsirkan bahasa roh" merupakan karunia untuk menerjemahkan bahasa-bahasa ini ke dalam bahasa yang bisa dipahami oleh orang-orang yang tengah berkumpul pada kesempatan itu. Sebuah perhimpunan di Efesus mungkin terdiri dari beberapa orang yang hanya bisa berbahasa Yunani dan yang lainnya lagi hanya bisa berbahasa Ibrani. Jika seorang guru mengajar dalam bahasa Yunani, seorang penerjemah bisa menerjemahkan pelajaran itu ke dalam bahasa Ibrani untuk kepentingan para pendengar yang berbahasa Ibrani.
Pelbagai karunia ini, pelbagi mujizat era Perjanjian Baru, atau penerima pelbagai karunia ini tidak pernah diacukan untuk pengampunan dosa. Memiliki pelbagai karunia ini tidak pernah juga disiratkan sebagai pencetus bagi seseorang untuk dilahirkan kembali ke dalam kerajaan Tuhan. Tujuan utama sebenarnya dari penggunaan segala mujizat dan tanda-tanda ini adalah untuk mengajarkan Firman dan untuk meneguhkan bahwa Firman itu benar-benar berasal dari Allah.
TUJUAN MUJIZAT YANG DIGAMBARKAN DALAM KITAB KISAH
Kitab Kisah merupakan catatan Allah tentang bagaimana Ia meneguhkan Firman itu di dalam pekerjaan para rasul. Para rasul bertindak, setelah diberi kuasa oleh Roh Kudus. Seraya mereka memberitakan pelbagai wahyu yang baru saja diterima, mereka juga mengadakan tanda-tanda, hal-hal mengherankan, dan mujizat-mujizat untuk membuktikan bahwa mereka sedang bicara atas nama Tuhan Yesus.
Para rasul mengadakan banyak mujizat yang terbuka dan terang-terangan pada hari Pentakosta, hari pertama pemberitaan injil dalam segala kepenuhannya dan memanggil orang-orang percaya untuk bertobat dan berbaptis (Kisah 2:4-11, 38, 41). Pada saat itu, Lukas menyinggung hanya para rasul saja yang mengadakan mujizat, sebab mereka belum menumpangkan tangan mereka ke atas orang lain untuk melimpahkan karunia itu kepada orang lain. Setelah Petrus menyembuhkan orang lumpuh, ia punya kesempatan untuk mengajar di Serambi Salomo di Bait Allah (Kisah 3:7-10; 4:14).
Belakangan, penyembuhan orang banyak telah menelurkan kesempatan lain untuk mengajar dan mengenali kuasa para rasul yang berasal dari Allah (Kisah 5:12-16), dan mujizat-mujizat ini menyebabkan banyaknya penambahan jiwa ke dalam gereja (ay. 14). Pengajaran Stefanus yang penuh kuasa diteguhkan oleh banyak mujizat yang ia adakan (Kisah 6:8), sebab para rasul telah menumpangkan tangan mereka ke atas dia untuk melimpahkan kuasa mengadakan mujizat (ay. 6). Banyak orang merespon pemberitaan injil Filipus "ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya" (Kisah 8:6).
Sewaktu Petrus membangkitkan Dorkas dari kematiannya, "banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan" (Kisah 9:42). Setelah itu, Petrus diundang ke rumah Kornelius. Dua mujizat telah meyakinkan dia bahwa ia harus masuk ke dalam rumah orang non-Yahudi. Mujizat pertama berupa penglihatan tentang suatu wadah yang diturunkan dari langit. Di dalam wadah itu (benda berupa kain lebar) terdapat segala macam binatang dimana Petrus diperintahkan untuk memotongnya dan memakannya (Kisah 10:9-16). Mujizat kedua berupa suara Roh Kudus yang memberitahu dia untuk pergi bersama para pelayan orang non-Yahudi (Kisah 10:17-20). Dua mujizat ini adalah luar biasa, sebab mereka dipakai untuk meneguhkan kehendak Allah atas rasul-Nya sendiri. Biasanya mujizat digunakan untuk meneguhkan Firman Allah ke atas orang-orang yang tak percaya kepada Yesus karena belum diajar.
Kesempatan itu menghadirkan mujizat lainnya yang luar biasa; pada kenyataannya, itu merupakan peristiwa yang terjadi sekaligus. Allah meneguhkan keinginan-Nya terhadap Petrus dan enam saudara yang menyertai dia dengan cara mengutus Roh Kudus ke atas Kornelius dan orang seisi rumahnya. Karena diberi kuasa oleh Roh, maka mulailah mereka "berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah" (Kisah 10:44-46). Hal ini terjadi sebelum mereka mejadi orang Kristen! Memang mencengangkan bahwa orang tak percaya-orang yang belum menjadi Kristen dan belum tahu tentang Yesus sebagai Anak Allah-sangat digunakan oleh Allah; namun pada kesempatan ini hal itu memang perlu dilakukan. Orang-orang Yahudi yang punya buruk sangka terhadap ras, termasuk Petrus, harus diyakinkan bahwa memberitakan injil kepada orang non-Yahudi, membaptis mereka ke dalam Kristus, dan bersekutu dengan mereka sebagai saudara dalam Kristus adalah benar dan layak. Oleh sebab itu, Allah memakai mujizat lain untuk "meneguhkan firman," kali ini kepada para rasul-Nya sendiri dan kepada orang-orang tak percaya.
Di awal perjalanan misionari pertama, Paulus membutakan mata orang bernama Elimas sebab ia menghalang-halangi pemberitaan kebenaran. Kisah 13:12 berkata bahwa "Melihat apa yang telah terjadi itu, percayalah gubernur itu; ia takjub oleh ajaran Tuhan."
Lagi, sebuah mujizat telah meneguhkan ajaran Allah. Pengusiran roh peramal yang jahat dari seorang dara muda di Filipi oleh Paulus menimbulkan huru-hara di kota itu. Paulus dan Silas dipenjarakan secara semena-mena sebab tuan-tuan dara muda itu melihat bahwa harapan mereka untuk memakai wanita itu guna memperoleh uang sudah lenyap. Karena mereka sudah dijebloskan ke dalam penjara, maka Paulus dan Silas belakangan punya kesempatan untuk mengajar kepala penjara dan keluarganya (Kisah 16:16-34). Gempa bumi mujizatiah terjadi, membuka semua pintu penjara, beberapa kejadian aneh yang menyusul telah meyakinkan kepala penjara itu bahwa Paulus dan Silas adalah orang yang harus ia dengarkan.
Dalam perjalanan misionari ketiga, Paulus punya banyak kesempatan menakjubkan untuk mengajar di Efesus disebabkan oleh pelbagai mujizat yang pernah ia adakan. Meskipun ada banyak roh jahat berada di bawah kendali setan, tetapi banyak respon yang terjadi (Kisah 19:11-20). Pengadaan pelbagai mujizat oleh Allah lewat tangan Paulus telah menimbulkan pertumbuhan dan kejayaan Firman (ay. 20). Artinya, efek Firman itu menjadi berlipat ganda di antara orang-orang itu. Orang-orang Efesus itu bersedia mendengarkan Paulus dan merespon kebenaran yang diajarkan. Firman itu telah diteguhkan ke atas mereka oleh mujizat-mujizat ini. Dengan demikian kita melihat bahwa mujizat-mujizat itu terikat sangat erat dengan wahyu kebenaran.
Tak seorang pun mempertanyakan apakah mujizat-mujizat itu benar-benar mujizat, sebab mujizat-mujizat itu begitu jelasnya dalam apa yang mereka hasilkan. Mujizat itu membuktikan bahwa para rasul dan yang lainnya berada di bawah pengaruh Allah dan, oleh sebab itu, perkataan yang mereka ajarkan berasal dari Allah juga. Mujizat itu meneguhkan Firman dan menunjukkan kejujuran guru-guru itu. Tak sekalipun sebuah mujizat pernah digunakan untuk mengampuni dosa. Tak sekalipun sebuah mujizat pernah digunakan untuk membuat seseorang dilahirkan kembali. Tak sekalipun seorang penerima mujizat menjadi orang Kristen lewat pengadaan mujizat itu.
Setiap rasul memiliki kesembilan karunia yang disebut sebelumnya dan bisa mengadakan masing-masing mujizat itu. 2Selain itu, para rasul juga bisa menumpangkan tangan mereka ke atas orang lain untuk melimpahkan kemampuan mengadakan mujizat ini (Kisah 8:14-17). Tak ada orang lain yang bisa melimpahkan pelbagai karunia ini. Sebagai contoh, para rasul di Yerusalem harus mengutus Petrus dan Yohanes untuk memberikan karunia itu di Samaria, meskipun Filipus ada di situ. Filipus sendiri bisa mengadakan mujizat, namun ia bukan seorang rasul; jadi, ia tidak bisa melimpahkan karunia apa saja kepada orang lain. Simon, seorang Kristen baru, melihat bahwa rasul-rasul itu punya kemampuan untuk memberikan karunia itu dan ia ingin membeli kuasa yang menakjubkan itu. Petrus memberitahu dia bahwa ia tidak punya bagian dalam pekerjaan Allah seperti itu (sebab ia bukan seorang rasul) dan mendorong dia untuk bertobat dari sikap serakah yang jahat seperti itu (Kisah 8:18-24).
Daftar kesembilan karunia itu membuktikan rencana Allah untuk kesempurnaan perwahyuan dan untuk perlindungan jemaat mula-mula. Dalam ketidakadaan seorang rasul, seperti yang dialami oleh gereja Korintus ketika Paulus melanjutkan perjalanannya, maka adalah penting untuk memberikan pelbagai karunia terilham kepada orang-orang dalam jemaat itu supaya mereka meneruskan pengajaran injil dan melindungi gereja dari para guru palsu. Saat itu mereka belum punya Perjanjian Baru yang sudah lengkap.
Gereja-gereja zaman kini bisa dilindungi dan dibangun dengan hanya memakai Firman tertulis. Firman itu lengkap dan hanya itulah yang diperlukan. Firman itu adalah "iman yang telah [sekali] disampaikan kepada orang-orang kudus" (Yudas 3). Karena di era Paulus Firman tertulis belum tersedia, maka pelbagai karunia Roh itu dipakai untuk membangun dan melindungi jemaat-jemaat mula-mula ini.
Kelihatannya, seorang rasul telah menaruh ke dalam pelbagai jemaat orang-orang yang secara bersama-sama bisa mengadakan seluruh sembilan karunia ini. Karunia ini didistribusikan di antara para anggota (1Korintus 12:7, 11). Tak seorang pun kecuali seorang rasul yang pernah memiliki seluruh sembilan karunia ini, dan tidak semua orang Kristen menerima karunia mujizatiah ini (1Korintus 12:29, 30). Namun begitu, seluruh sembilan karunia itu sudah tentu ada di dalam setiap gereja.
TUJUAN MUJIZAT TELAH TERCAPAI
Sekali wahyu Allah itu sudah diteguhkan, wahyu itu tidak perlu diteguhkan kembali. Tanda-tanda dari Allah telah melakukan tugasnya dan telah meneguhkan perkataan para rasul (Markus 16:20). Tidak ada bedanya apakah pengajaran itu bersifat lisan atau tertulis; pengajaran itu adalah kebenaran yang semuanya sama dan yang sudah diteguhkan.
Gereja tidak lagi memerlukan mujizat. Tujuan yang dinyatakan untuk tanda-tanda sudah tercapai: Firman Allah sudah diteguhkan. Peneguhan ini membantu penghentian kemampuan mengadakan mujizat. Mereka yang di zaman kini mengaku bisa berbahasa roh dan mengadakan mujizat adalah sangat mirip dengan orang-orang Yahudi di era Yesus. Orang-orang Yahudi itu ingin tetap memegang teguh Taurat yang sudah usang (Ibrani 8:13) sebab tujuannya sudah tergenapi (Lukas 24:44, 45). Sama juga halnya, para pengaku pembuat mujizat zaman kini ingin memegang teguh era dan pelbagai perbuatan yang sudah selesai melaksanakan tujuannya.
Bahkan Paulus telah meramalkan dalam 1Korintus 13:8-10 bahwa pengadaan mujizat akan berhenti ketika wahyu dari Allah sudah lengkap.
Hanya para rasul yang bisa melimpahkan karunia mujizatiah, dan sekarang sudah tidak ada seorang rasul pun. Dalam Kisah 2 dan 10 dicatat dua peristiwa dimana karunia ini datang langsung dari Allah dan tidak melalui penumpangan tangan seorang rasul. Petrus mengacukan dua kejadian ini sebagai melibatkan "karunia yang sama" (Kisah 11:17); kedua insiden itu terjadi pada saat baptisan Roh Kudus (Matius 3:11; Kisah 11:15-17). Di kesempatan itu baptisan Roh Kudus tidak menyelamatkan siapa saja dari dosa-dosanya, tidak juga membuat mereka jadi orang Kristen. Baptisan Roh Kudus punya tujuan yang sama sekali berbeda: Baptisan itu telah melaksanakan kehendak Tuhan dalam memberi kuasa kepada para rasul untuk menjalankan pekerjaan mereka, dan baptisan itu membuktikan kepada umat Kristen yang berbudaya Yahudi bahwa mereka harus menerima bangsa non-Yahudi ke dalam persekutuan Kristus berdasarkan kesetaraan. Dalam kedua kesempatan itu, baptisan ini dipakai untuk menimbulkan efek di masing-masing zaman.
Ini meringkas tiga alasan mengapa mujizat tidak lagi Allah gunakan di zaman kini: (1) Tujuan mujizat sudah terlaksana dan selesai. (2) Pelbagai mujizat akan berhenti ketika wahyu injil Kristus sudah lengkap, sebagaimana telah diramalkan oleh Paulus melalui ilham. (3) Cara untuk menerima kesembilan karunia ini tidak lagi tersedia, sebab semua rasul sudah mati semuanya.
KESIMPULAN
Hanya Firman Allah yang bisa memerdekakan orang berdosa dari perbudakan dosa (Yohanes 8:31, 32). Kitab Kisah adalah satu-satunya kitab yang mencatat bagaimana manusia diajar kebenaran, bagaimana mereka bisa percaya kepada kebenaran itu, dan bagaimana mereka bisa masuk ke dalam kasih karunia Allah dengan merespon kebenaran itu dalam ketaatan.
Kitab Kisah secara menakjubkan telah mencatat wahyu kebenaran dan peneguhan kebenaran itu melalui pelbagai mujizat yang diadakan oleh kuasa Allah.
Catatan Akhir:
- 1 Pelbagai tulisan terakhir ini mencakup 1, 2Timotius; Titus; Ibrani; 1, 2Petrus; 1, 2, 3Yohanes; Judas; dan Wahyu.
- 2 Secara tersirat para rasul itu memiliki semua sembilan karunia itu. Paulus berkata ten tang memiliki pelbagai kemampuan, "tanda-tanda seorang rasul sejati," yang membuktikan dirinya setingkat dengan para rasullainnya (2Korintus 12:11, 12).Karena kesembilan karunia ini diketahui ada dalam jemaat Korintus (1Korintus 12:7-11), dan karena Paulus merupakan satu-satunya rasul yang pernah berada di Efesus, maka para anggota gereja di situ pastilah telah menerima pelbagai karunia mereka itu melalui rasul Paulus.
Pengarang: Roy H. Lanier, Jr.
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Ringkasan Kitab Kisah: KISAH TENTANG SESUATU YANG BARU
Hembusan udara segar bertiup melewati Kitab Kisah -suatu aroma yang istimewa dan menyenangkan...
Ringkasan Kitab Kisah: KISAH TENTANG SESUATU YANG BARU
Hembusan udara segar bertiup melewati Kitab Kisah -suatu aroma yang istimewa dan menyenangkan untuk dihirup. Orang-orang itu sedang mengalami pelbagai peristiwa yang sebelumnya hanya berupa bayang-bayang. Sejalan dengan kemajuan kitab itu, pembaca dibuat takjub atas perubahan alur sejarah yang terjadi dalam hubungan manusia dengan Allah.
Tiba-tiba, segala sesuatu tentang kehidupan beragama menjadi berbeda. Banyak perubahan terjadi dalam kehidupan orang-orang yang percaya kepada Yesus sebagai Kristus. Apakah penyebab bagi semua perubahan itu?
Para rasul berubah menjadi orang unik yang penuh sukacita. Sikap, semangat pikiran, dan hati mereka terlihat beda. Sebelumnya, mereka merasa frustasi, lelah, putus asa, bingung, dan kecewa. Kitab Kisah menggambarkan para rasul ini sebagai orang yang gembira, militan, berani, percaya diri, agresif, dan loyal sekali kepada Dia yang mereka telah lihat naik ke dalam awan di langit. Mereka siap bercerita, memberitakan berita baik kepada siapa saja yang mau mendengar. Mereka menjadi begitu berani dan tegas sehingga tak lama kemudian para pemimpin Yahudi, para imam, para ahli kitab, dan bahkan Sanhedrin merasa terancam. Penganiayaan besar sudah di ambang pintu, penganiayaan itu bahkan sampai menimbulkan maut atau pemenjaraan ke atas banyak murid baru itu.
Murid-murid, yang awalnya setia kepada Taurat Musa, kini setia kepada perjanjian baru. Ibadah mereka adalah dalam Roh dan kebenaran, pekerjaan rohani mereka berasal dari hati, pengajaran mereka bersumber dari Yesus, loyalitas mereka merupakan loyalitas "setia sampai mati," dan persekutuan mereka tumbuh dari ikatan yang menyerupai keluarga. Pelbagai perubahan drastis terjadi dalam hidup mereka, dan Kitab Kisah merupakan catatan yang menggambarkan pelbagai perubahan itu.
Hal apakah yang sudah merasuki kehidupan rohani murid-murid itu dan memberi mereka kekuatan dan semangat baru? Satu kehendak atau wasiat baru yang telah dinyatakan melalui para rasul yang terilham, setelah diberlakukan oleh kematian Yesus di kayu salib.
PEMBERITAAN MEREKA ADALAH BARU
Murid-murid itu sudah mulai memberitakan Yesus sebagai Tuhan dan Kristus. Di awal sekali, Petrus telah menyatakan pelbagai perubahan ini bahwa Allah telah menjadikan Yesus sebagai Kristus (Kisah 2:36). "Kristus" bukanlah nama pribadi; malaikat sudah memberitahu Yusuf bahwa bayi itu akan dinamai Yesus (Matius 1:21). "Kristus" merupakan gelar resmi yang meninggikan Yesus (Filipi 2:9-11). Kata itu maknanya "yang diurapi"-diurapi untuk menjadi raja. Kata itu mencerminkan gagasan yang sama dengan kata "Mesias" dalam Perjanjian Lama Ibrani. Murid-murid itu memberitakan bahwa Yesus sedang duduk di atas takhta di sebelah tangan kanan Allah; oleh sebab itu, Ia adalah Kristus, Raja yang diurapi.
"Tuhan" artinya "penguasa"; oleh sebab itu, Yesus adalah orang yang memegang kekuasaan. Setelah kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus menyatakan bahwa segala kuasa di sorga dan di bumi telah diberikan kepada Dia (Matius 28:18), dan Petrus telah mengumumkan dalam khotbah injili yang pertama kali dicatat bahwa Allah sorgawi sudah menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Kristus (Kisah 2:32-36). Fakta inilah yang diberitakan dengan penuh ketekunan dan semangat oleh umat Kristen mula-mula, sebab mereka paham bahwa manusia Yesus ini telah menggenapi semua janji yang Allah janjikan kepada nenek moyang Yahudi mereka sejak zaman Abraham.
Kata-kata dan ungkapan-ungkapan kunci yang ditemukan di seluruh Kitab Kisah mendukung pelbagai penegasan ini. Petrus menegaskan bahwa segala nubuatan tentang Kristus telah digenapi dalam Yesus (Kisah 3:18). Ia juga bicara tentang Yesus sebagai "batu yang dibuang" namun kemudian "menjadi batu penjuru" (Kisah 4:11). Selanjutnya, Petrus menegaskan bahwa keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga, dan tentunya juga tidak ada di dalam nama lain (Kisah 4:12). Belakangan, di hadapan Sanhedrin, Petrus menegaskan bahwa Yesus ini telah ditinggikan ke sebelah tangan kanan Allah (kursi kekuasaan, tempat bagi raja yang memerintah) dan menjadi "Pemimpin dan Juruselamat" (Kisah 5:31). Selanjutnya, ia memberitahu kumpulan para pakar dan pemimpin Yahudi yang mulia itu bahwa melalui Yesuslah Allah bisa dan akan memberi pertobatan dan pengampunan dosa bahkan kepada mereka, bangsa Israel (Kisah 5:31)!
Stefanus menyapa Yesus sebagai "Orang Benar," sebuah acuan yang jelas kepada Mesias yang dijanjikan, dan dengan cara itulah acuan itu dipahami oleh orang-orang Yahudi itu (Kisah 7:52).Sewaktu Filipus menginjili orang Etiopia itu, ia menjelaskan nubuatan Yesaya yang mengungkapkan Yesus seperti seekor domba yang dibawa ke pembantaian dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya (Kisah 8:30-35). Paulus menyatakan bahwa Allah telah menggenapi semua janji kemesiasan yang dijanjikan kepada nenek moyang Israel (Kisah 13:32, 33). Ia selanjutnya bicara tentang janji yang dijanjikan kepada Daud bahwa salah satu anaknya akan duduk di takhta Mesias. Paulus menegaskan bahwa kematian Yesus tidak membatalkan janji itu, sebab Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati (Kisah 13:33-39). Paulus menyimpulkan bahwa penggenapan janji-janji itu merupakan pembenaran yang ditawarkan dalam Yesus. Ia menambahkan jangan seorang Yahudi pun pernah berharap untuk bisa dibenarkan oleh Taurat (ay. 39).
Belakangan dalam Kisah, sekitar 20 tahun setelah Hari Pentakosta di pasal 2, para pembaca menemukan persoalan kronis tentang sunat yang menyebabkan timbulnya beberapa kali rapat khusus di Yerusalem (Kisah 15). Umat Kristen yang berlatar belakang Yahudi ada yang berpegang teguh pada praktik Taurat, khususnya sunat. Mereka mewajibkan sunat ke atas semua anak laki-laki dan semua orang dewasa non-Yahudi yang telah dibaptis ke dalam Kristus. Saat itu Paulus dan Barnabas baru saja menyelesaikan perjalanan misionari pertama mereka (Kisah 13; 14); dan mereka berhadapan langsung dengan masalah sunat ini sewaktu mereka sedang melapor kepada saudara-saudara di Antiokhia di Siria yang telah mengutus mereka. Selama tiga tahun terakhir pada perjalanan misionari mereka, mereka sudah membaptis banyak orang non-Yahudi tanpa mensyaratkan orang-orang itu untuk bersunat, dan beberapa saudara yang tak setuju mengangkat kembali persoalan itu. Pada waktu itu, Yakobus, saudara tiri Yesus, jelas sekali merupakan salah satu pemimpin di Yerusalem dan menjabat sebagai ketua (Kisah 15:13-21). Ia berkata bahwa nubuatan Amos tentang pemulihan "pondok Daud" sudah digenapi, oleh sebab itu, orang-orang non-Yahudi itu disambut masuk tanpa syarat ke dalam persekutuan Kristus. Nubuatan ini menjanjikan suatu masa dimana para penyembah sejati di bawah Mesias akan menerima pemerintahan anak rohani Daud, Mesias terjanji yang duduk di takhta Daud. Karena nubuatan itu sudah digenapi, maka orang-orang non-Yahudi itu tidak perlu disyaratkan untuk melaksanakan hukum lama. Pernyataan berikut ini bisa menuntaskan persoalan tentang sunat: Di bawah Kristus, sunat tidak harus dijadikan syarat.
Pemberitaan itu sudah tentu merupakan hal baru bagi orang-orang Yahudi, yang nenek moyangnya telah menjalankan Taurat selama 1500 tahun. Nas-nas berikutnya dalam Kisah menunjukkan bahwa banyak orang Yahudi memunculkan kembali persoalan kronis ini di dalam pelbagai jemaat.
IBADAH MEREKA ADALAH BEDA
Di bawah hukum Kristus, upacara sunat tidak lagi penting. Orang Yahudi yang menjadi orang Kristen tidak lagi merayakan Paskah, Pentakosta, atau hari raya Pondok Daun. Mereka berhenti mengorbankan binatang dan segala bentuk persembahan hasil panen dan lain-lain. Mereka tidak lagi mencari suku Lewi untuk dijadikan imam. Mereka tidak lagi melaksanakan persepuluhan. Karena mereka sudah tidak lagi melaksanakan praktik-praktik itu, lalu apakah yang mereka lakukan di bawah hukum baru Kristus?
Lukas semata-mata hanya menyatakan: "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kisah 2:42). Demi kebenaran, mereka kini berpaling kepada para rasul bukan kepada Taurat. Yang mereka makan adalah Perjamuan Tuhan, bukan lagi roti Paskah. Mereka tidak lagi tunduk di bawah persepuluhan, namun rela memberi uang dan barang (atau persekutuan 1) sebagaimana mereka telah diberkati dan kapan saja diperlukan. Mereka berdoa dalam dan melalui nama Yesus Kristus.
Semua praktik itu merupakan perubahan drastis di dalam ibadah mereka. Seorang pembaca Kisah yang cermat akan melihat perbedaan ini: Mereka telah bertobat pada saat injil diberitakan oleh para rasul, mereka sudah dibaptis untuk pengampunan dosa, dan mereka sudah ditambahkan bersama-sama oleh Allah ke dalam persekutuan-Nya (Kisah 2:37-41). Oleh sebab itu, mereka beribadah sebagaimana diarahkan oleh Yesus di bawah pimpinan dan pengajaran Kedua belas rasul.
Satu unsur ibadah yang belum disinggung pada waktu ini dalam kitab Kisah adalah musik dalam ibadah. Dulunya, di bawah Taurat, orang-orang ini sudah terbiasa menggunakan alat musik dalam ibadah mereka. Namun begitu, setelah gereja muncul, semua bentuk musik dalam ibadah yang disinggung dalam Perjanjian Baru adalah bersifat vokal dan dinyanyikan oleh seluruh anggota jemaat. Fungsi musik vokal itu adalah untuk saling mengajar dan mengingatkan, saling bicara dalam mazmur, pujian, dan nyanyian rohani. Musik ini bukan hanya punya efek horizontal, tetapi juga efek vertikal saat para penyembah membuat melodi di dalam hati mereka kepada Allah, memuji dengan ucapan syukur di dalam hati mereka kepada Dia (Efesus 5:19; Kolose 3:16). Ini merupakan perubahan drastis yang lain dalam ibadah orang-orang Yahudi yang menerima Kristus.
Setiap orang Yahudi yang telah merubah hidupnya sadar bahwa kehendak Allah yang baru telah dinyatakan melalui Yesus dan para rasul-Nya. Itulah saat bagi sepakterjang yang enerjik, perubahan, dan kegembiraan.
PENGERTIAN MEREKA ADALAH JELAS
Orang-orang Yahudi tidak bisa dibenarkan dari dosa-dosa mereka oleh Taurat, yang bersifat sementara dan bahkan di dalamnya terdapat janji bahwa ia akan digantikan (Yeremia 31:31, 32). Janji itu telah digenapi ketika Kristus menjadi Imam Besar dan Raja (Ibrani 8:1-13). Taurat dirancang untuk dan diberikan hanya kepada bangsa Israel (Keluaran 34:27, 28); Taurat tidak pernah dirancang sebagai hukum universal bagi semua manusia.
Taurat diberikan untuk menolong bangsa Yahudi sampai Yesus datang (Galatia 3:19). Ia berfungsi sebagai "kepala sekolah" atau "penuntun" (Galatia 3:24). Hukum ini telah digantikan oleh "iman," ketika injil Kristus dinyatakan untuk menggantikan hukum Musa (Galatia 3:24, 25). Hukum Perjanjian Lama bukanlah bagian dari janji keselamatan yang diberikan kepada Abraham; seandainya benar begitu, Allah tentu akan sudah memakainya untuk menyelamatkan umat-Nya (Galatia 3:21, 22). Selanjutnya, hukum ini tidak bisa memberikan penebusan dosa melalui darah lembu jantan dan darah domba jantan (Ibrani 10:4).
Hukum ini telah digenapi oleh Kristus (Lukas 24:44, 45), dihapuskan dalam kematian Yesus (Efesus 2:15), ditiadakan dengan pemakuan Yesus di kayu salib (Kolose 2:14), dan dijadikan "tua" atau kadaluwarsa (Ibrani 8:13). Orang-orang Yahudi itu sudah dipisahkan dari Taurat atau dibuat mati terhadap Taurat oleh kematian Yesus di kayu salib. Semua ini telah dikerjakan supaya orang-orang Yahudi bisa secara rohani bergabung dengan Kristus (Roma 7:4).
KESIMPULAN
Sekarang, penggenapan semua janji rohani bagi kasih karunia dan pengampunan bisa dilihat di dalam Kitab Kisah. Umat Kristen adalah satu-satunya umat yang di atas mana "zaman akhir telah tiba"; yaitu, umat Kristen menerima berkat penebusan yang tak terhingga (1Korintus 10:11). Semua berkat rohani ini sekarang menumpuk di atas mereka yang mau mengikut Yesus.
"Jalan yang baru dan yang hidup" ke dalam persekutuan dengan Allah telah dipersembahkan oleh darah Yesus (Ibrani 10:19-22). Imam baru, imam besar telah ditetapkan atas rumah Allah: Yesus Kristus (Ibrani 10:21). Masing-masing orang Kristen bisa masuk ke dalam hadirat Allah oleh sebab perjanjian baru itu (Ibrani 10:19, 20). Setiap orang Kristen dianggap sebagai imam, bisa mempersembahkan pelbagai persembahan yang berkenan kepada Allah (1Petrus 2:5, 9).
Sekarang, pengampunan dan persekutuan terdapat dalam perjanjian baru Kristus. Rahmat dan pengampunan bagi semua orang ada di dalam perjanjian itu (Ibrani 8:10-12). Betapa indahnya tinggal di dalam pengampunan Allah, sebab dosa-dosa kita tidak akan lagi diingat!
Kitab Kisah merupakan satu-satunya buku sejarah yang memperlihatkan pelbagai perubahan gemilang ini. Dengan tibanya hukum baru Kristus, tiba pula segala berkat yang baru, sistem kegiatan beragama yang baru, dan jaminan serta harapan baru untuk hidup bersama Allah setelah manusia meninggalkan dunia ini.
"Orang Kristen menunjukkan siapa dirinya melalui apa yang ia lakukan dengan apa yang ia miliki."
SUNAT: TANDA PERJANJIAN LAMA
Sunat berawal pada era Abraham dan memperlihatkan suatu hubungan khusus dengan Yehovah karena perjanjian-Nya dengan Abraham (Kejadian 17:9-14). Abraham berumur 99 tahun ketika ia disunat. Ismail, anaknya dari Hagar hamba perempuan itu, disunat pada umur 13 tahun (Kejadian 17:24-26). Sunat merupakan tanda perjanjian antara Allah dan Abraham.
Yosua memperbarui tanda perjanjian ini terhadap semua orang yang lahir semasa 40 tahun pengembaraan di padang gurun. Peristiwa penyunatan ini terjadi di Gilgal, yang artinya "mengguling" atau "mengguling-kan." Di waktu dan di tempat itulah Allah berjanji untuk "mengguling-hilangkan (menghapus)" kesalahan Israel oleh karena orang-orang yang belum disunat di padang gurun itu (Yosua 5:2-9).
Orang yang tak bersunat bahkan tak boleh ambil bagian dalam Perayaan Paskah (Keluaran 12:43-48). Bagi orang Yahudi, sunat merupakan lambang ketinggian rohani orang-orang yang menjadi keturunan Abraham. Arti tanda ini adalah bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Sayangnya, mereka tidak mempraktikan prilaku semestinya tentang tanda dan perjanjian ini sampai terjadinya separuh sejarah yang dicatat dalam Kisah.
Catatan Akhir:
- 1 Lihat pembahasan tentang "persekutuan" di halaman 149.
Pengarang: Roy H. Lanier, Jr.
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Ringkasan Kitab Kisah: INJIL UNIVERSAL BERAKSI
Tidak mudah bagi anak-anak Abraham untuk meninggalkan hukum Musa. Dibutuhkan beberapa perubahan luar ...
Ringkasan Kitab Kisah: INJIL UNIVERSAL BERAKSI
Tidak mudah bagi anak-anak Abraham untuk meninggalkan hukum Musa. Dibutuhkan beberapa perubahan luar biasa untuk bisa meninggalkan segala bentuk hari perayaan, korban persembahan, ritual, dan pelbagai aturan pantang makanan dan kehidupan pribadi. Salah satu perubahan paling tidak menyenangkan yang harus dilakukan oleh bangsa Yahudi adalah menyetarakan bangsa non-Yahudi yang mereka benci dengan diri mereka sendiri dalam segala hal.
Salah satu alasan mengapa perubahan-perubahan ini begitu sulit dilakukan adalah karena bangsa Yahudi itu telah menyalah-gunakan Taurat. Allah tidak merancang Taurat untuk membolehkan bangsa Yahudi menjadi keras, legalistik, rasialis, atau berlagak suci. Namun begitu, orang hampir tidak bisa mengabaikan adanya pelbagai sikap seperti itu ketika Yesus melontarkan beberapa teguran yang paling pedas dan tajam selama pelayanan-Nya kepada orang-orang Yahudi yang munafik dan berlagak suci. Dalam Matius 23 saja Yesus memakai tujuh kali perkataan "celaka" dalam menggambarkan kondisi para ahli kitab dan orang-orang Farisi. Kata munafik Yesus ucapkan bersama-sama dengan kata "celaka" ini kecuali sekali saja-dan yang sekali itu adalah saat Ia menyebut mereka sebagai pemimpin-pemimpin buta (ay. 16).
Para pemimpin agama ini menyalah-gunakan Taurat dengan mempercayai bahwa mereka bisa dibenarkan di pemandangan Allah dengan menuruti Taurat. Paulus meratapi kondisi ini dengan hati yang hancur (Roma 9:1-5). Meskipun ia memuji semangat mereka, namun ia mencela para pemimpin Yahudi itu karena mereka ingin menegakkan kebenaran berdasarkan Taurat yang mereka jalankan (Roma 10:1-4). Dengan mengembangkan sikap yang salah, orang-orang Yahudi itu akhirnya percaya bahwa Mesias terjanji itu hanya untuk kepentingan mereka saja. Mereka percaya bahwa hanya anak-anak Abraham saja yang akan pernah bisa diselamatkan dan bangsa non-Yahudi tidak akan pernah punya kesempatan untuk menerima kasih karunia Allah. Mereka percaya bahwa bangsa non-Yahudi tidak lebih baik daripada anjing.
Nasionalisme yang radikal dan keterlaluan itu telah membentuk bangsa Yahudi abad pertama menjadi orang yang puas dengan diri sendiri, berlagak suci, dan berpikiran sempit yang jarang tertandingi dalam sejarah dunia. Di sepanjang kitab Kisah, masalah mendasar ini berkali-kali memercik ke permukaan.
Dalam masalah berpikiran sempit, para rasul itu ikut tertimpa juga kebutaan rohani. Meskipun pada umumnya pelbagai sikap di atas itu telah disalah-pahami oleh para rasul, namun pelbagai pernyataan yang terilham memasukkan keselamatan itu untuk orang non-Yahudi juga. Sewaktu Yesus memberitahu mereka untuk "memberitakan injil kepada segala makhluk" (Markus 16:15; KJV), mereka memahami perkataan-Nya sebagai "beritakanlah injil kepada segala makhluk Yahudi." Ketika Yesus berkata untuk "melakukan pemuridan dari semua bangsa" (Matius 28:19), para rasul itu percaya bahwa maksud Yesus adalah "melakukan pemuridan dari semua orang Yahudi yang tinggal di segala bangsa." Pada Hari Pentakosta, Petrus memberitakan bahwa janji itu tidak hanya untuk mereka yang hadir pada hari itu tetapi juga untuk mereka yang "masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita" (Kisah 2:39). Mungkin ketika Petrus memberitakan pernyataan itu dan ketika rasul-rasul lainnya mendengar dan ikut memberitakan pemberitaan itu, mereka percaya bahwa artinya adalah orang Yahudi mana saja yang kini masih jauh. Oleh sebab itu, sejak Hari Pentakosta dalam Kisah 2 yang terkenal itu, para rasul itu tidak punya niat untuk menawarkan kasih karunia injil kepada orang non-Yahudi mana saja!
Petrus belakangan memberitakan injil di Serambi Salomo bahwa cakupan perjanjian dan janji-janji yang dijanjikan kepada Abraham adalah "semua bangsa di muka bumi akan diberkati" (Kisah 3:25). Mungkin, orang-orang Yahudi yang berpikiran tertutup itu mengartikannya sebagai semua keluarga Yahudi, namun maksud Allah adalah mencakup semua keluarga di muka bumi, apapun rasnya.
Pada waktu perubahan hidup Saulus dari Tarsus, Ananias, orang yang membaptis dia, telah diberitahu bahwa Saulus akan "memberitakan nama-Ku [Yesus] kepada bangsa-bangsa lain" (Kisah 9:15). Karena Paulus dikristenkan sekitar empat tahun setelah gereja berdiri, maka tampaknya Ananias mungkin akan sudah memberitahu yang lainnya tentang pernyataan Allah kepada dia itu. Memang membingungkan bahwa para rasul dan saudara-saudara Yahudi itu bisa mengabaikan fakta penting ini untuk sebegitu lamanya.
Diperlukan beberapa mujizat dan tambahan waktu bertahun-tahun bagi para rasul untuk menawarkan injil itu kepada bangsa non-Yahudi! Diperlukan juga beberapa wahyu dan tambahan mujizat untuk menghasilkan pengkristenan pertama orang non-Yahudi saat Petrus akhirnya bisa diyakinkan untuk pergi ke rumah Kornelius, seorang kepala pasukan Romawi (Kisah 10). Namun demikian Petrus masih dikecam pedas sekali dan diminta pertanggungjawabannya atas perbuatannya itu oleh saudara-saudara Kristen yang terganggu oleh prasangka rasialis yang sama (Kisah 11:1-18). Pengungkapkan kebenaran Allah atas persoalan ini merupakan kajian yang mengagumkan dalam Kitab Kisah.
SIKAP UNIVERSAL Keterlibatan Waktu
Perhitungan penanggalan umum menempatkan peristiwa Hari Pentakosta dalam Kisah 2 pada 33 M. Para pakar menempatkan pengkristenan Kornelius (Kisah 10) sekitar 38-40 M. Pelbagai kebingungan dan pertanyaan yang berkelanjutan tentang bangsa non-Yahudi dan sunat tidak bisa diselesaikan sampai adanya rapat khusus di Yerusalem (Kisah 15), yang ditempatkan oleh para pakar pada 51 M.
Diperlukan waktu hampir dua puluh tahun-dua dekade-untuk menghilangkan sikap menyulitkan di antara para suku bangsa bahkan di antara umat Kristen sendiri. Hal ini mengejutkan kita sebab para rasul itu diilhami oleh Roh Kudus. Pengilhaman Allah tidak berarti merubah sikap mereka yang sudah melekat. Hanya pengertian akan kebenaran Allah yang sedikit demi sedikit saja yang akhirnya bisa membawa para rasul itu kepada sikap dan penilaian yang tepat.
Keterlibatan Perubahan
Kitab Kisah mencatat empat sikap yang berbeda. Pertama, umat Kristen mula-mula punya sikap yang bisa diungkapkan seperti ini: "Bukankah suatu hal yang hebat menjadi orang Ibrani dan punya Yesus sebagai Mesias kita?" (Sikap ini terlihat dalam Kisah 1 sampai 7.)
Kedua, sikap ogah-ogahan tambahan terungkap seperti ini: "Kami akan menerima gagasan menginjil kepada para mualaf Yahudi di Samaria, namun kami tidak akan terlalu bergembira tentang hal itu." (Hal ini terlihat dalam Kisah 8.)
Sikap ketiga yang merupakan sikap ultrakonsevatif bisa ditemukan seperti ini: "Petrus, apakah yang engkau maksudkan dengan membaptis orang non-Yahudi? Kornelius dan seisi rumahnya bisa jadi diizinkan menerima baptisan jika memang itu yang Allah kehendaki, namun mereka harus melaksanakan sunat." (Ini terlihat dalam Kisah 10 sampai 14.)
Akhirnya, sikap keempat, sikap yang benar dan patut, dimengerti dan dipraktikkan seperti ini: "Kini kami mengerti bahwa Kristus mati untuk setiap orang, dan kami akan memberitakan injil kepada setiap makhluk." (Sikap ini diperlihatkan dalam Kisah 15 sampai 28.) Injil tersebar ke seluruh dunia hanya dengan sikap yang terakhir ini.
PENGINJILAN UNIVERSAL
Para rasul itu tidak memberitakan injil kepada siapa-siapa kecuali kepada bangsa Yahudi dan para mualaf Yudaisme hingga terjadinya titik balik dramastis dalam kasus Kornelius (Kisah 10:1-4). Ia merupakan orang yang luar biasa bagi seorang prajurit profesional dalam Kekaisaran Romawi. Ia adalah orang yang saleh, takut akan Allah, dermawan, dan tekun berdoa. Selain itu, para pelayannya sendiri bersaksi bahwa ia adalah orang yang saleh, takut akan Allah dan dihormati oleh seluruh bangsa Yahudi (ay. 22). Jelas sekali ia punya hubungan dengan Allah, namun ia bukan orang Kristen.
Kasus Kornelius melibatkan empat mujizat seperti yang terlihat dalam Kisah 10. Pertama, seorang malaikat muncul di hadapan Kornelius, mengarahkan dia untuk menjemput Petrus si penginjil (Kisah 10:3-7). Kedua, dalam keadaan tak sadarkan diri, Petrus melihat sebuah penglihatan tentang banyak binatang dalam sebuah wadah yang diturunkan dari langit (ay. 9-16). Selama tiga kali wadah ini turun naik dari langit, Petrus diperintahkan untuk membunuh dan memakan beberapa binatang itu. Karena kumpulan binatang itu mencakup binatang-binatang yang diatur hukum Musa sebagai binatang haram, maka Petrus menolak untuk membunuh dan memakannya. Mujizat ketiga terjadi ketika para pelayan Kornelius datang untuk menjemput Petrus, dan Roh Kudus memerintahkan Petrus untuk pergi bersama mereka (ay. 17-20). Dalam mujizat keempat, Roh Kudus turun ke atas Kornelius dan seisi rumahnya, memampukan mereka untuk bicara dalam bahasa roh dan memuliakan Allah (ay. 44-46).
Tak satupun dari mujizat-mujizat itu bisa mengampuni dosa Kornelius dan seisi rumahnya. Tak satupun dari mujizat-mujizat itu bisa menghasilkan lahir baru dalam kehidupan mereka. Perhatikanlah dengan cermat apa yang dikerjakan oleh mujizat-mujizat itu. Pertama, penampakan malaikat kepada Kornelius mendorong dia untuk menjemput seorang penginjil. Kornelius memberitahu Petrus bahwa ia dan seisi rumahnya siap untuk mendengarkan apa saja yang Allah perintahkan (ay. 33). Belakangan, sewaktu Petrus membela perbuatannya di hadapan saudara-saudara yang berkeberatan, ia bercerita bahwa Kornelius telah diperintahkan untuk menjemput seseorang yang akan mengucapkan perkataan yang dengannya ia bisa diselamatkan (Kisah 11:13, 14). Orang harus menyimpulkan bahwa pada saat itu Kornelius belum diselamatkan dan ia sadar bahwa ia sedang menjemput seorang guru yang mengetahui kehendak Allah. Selanjutnya, meskipun penurunan wadah penuh binatang selama tiga kali kepada Petrus itu tidak menyelamatkan Kornelius, namun peristiwa itu berperan meyakinkan seorang penginjil untuk pergi bersama para pelayan Kornelius. Dalam mujizat ketiga, Roh Kudus menyuruh Petrus pergi bersama para pelayan itu, Petrus akhirnya berhasil diyakinkan untuk pergi ke Kaisarea. Mujizat keempat, turunnya Roh Kudus, tidak bisa menyelamatkan Kornelius. Sebaliknya, peristiwa itu meyakinkan Petrus dan keenam saudaranya bahwa penawaran injil kepada orang-orang non-Yahudi adalah benar dan patut.
Ada beberapa fakta yang harus diperhatikan tentang Kornelius yang bisa berbahasa roh. Roh Kudus turun ke atas dia dan seisi rumahnya sebelum mereka mengetahui Yesus sebagai Anak Allah. Petrus berkata bahwa peristiwa ini terjadi "ketika aku mulai berbicara," oleh sebab itu, Roh Kudus turun sebelum Petrus memberitahu mereka tentang Yesus (Kisah 11:15). Selanjutnya, perkataan yang akan menyelamatkan Kornelius harus diucapkan; sebelum perkataan itu diucapkan, Kornelius tidak bisa menerima keselamatan dari dosa (Kisah 11:14). Roh Kudus turun ke atas Kornelius sebelum perkataan itu diucapkan; oleh sebab itu, keselamatan belum tercapai. Turunnya Roh Kudus ke atas Kornelius mendorong keputusan Petrus untuk menawarkan injil kepada orang-orang non-Yahudi ini. Petrus teringat akan baptisan Roh Kudus para rasul itu sendiri dan mengacukan bahwa baptisan Roh seperti itu ke atas seisi rumah Kornelius menunjukkan adanya restu Allah bagi situasi itu (Kisah 11:16, 17).
Pada kesimpulan peristiwa itu, Petrus memerintahkan para pendengar non-Yahudinya untuk "dibaptis dalam nama Yesus Kristus" (Kisah 10:48). Itu merupakan baptisan yang sama yang Petrus beritakan sekitar delapan atau sepuluh tahun sebelumnya, pada Hari Pentakosta dalam Kisah 2, di hadapan orang banyak di Yerusalem. Dibaptis "dalam nama" seseorang artinya dibaptis berdasarkan otoritasnya. Petrus memakai baptisan yang sama, sebab kedua baptisan itu berdasarkan otoritas Yesus Kristus. Namun begitu, pada Hari Pentakosta ia telah mengumumkan bahwa baptisan itu adalah baptisan "untuk pengampunan dosamu" (Kisah 2:38). Karena kasusnya seperti itu, maka dosa-dosa Kornelius dan seisi rumahnya belumlah diampuni sampai mereka dibaptis dulu ke dalam Kristus. Karena Roh itu turun sebelum mereka dibaptis, maka karya Roh Kudus pada kasus ini tentunya tidak untuk secara langsung menyediakan keselamatan dalam bentuk apa saja bagi seisi rumah itu.
Pemahaman tentang baptisan ini adalah konsisten dan sejalan dengan semua kasus lainnya dalam kitab Kisah, maupun pelbagai pernyataan doktrinal tentang baptisan. Saulus dari Tarsus bahkan diberitahu, "Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!" (Kisah 22:16).
Paulus menggambarkan kebangkitan kepada hidup baru dalam Kristus terjadi ketika seseorang muncul dari air baptisan (Roma 6:3, 4). Dalam konteks itu Paulus juga menyatakan bahwa orang dimerdekakan dari dosa setelah mentaati bentuk doktrin itu (Roma 6:17, 18). Baptisan merupakan salah satu dari seluruh doktrin Alkitab yang paling sedikit dipahami. Itu mungkin merupakan ujian terakhir dari Allah bagi iman manusia! Apakah orang berdosa yang sungguh-sungguh menyesal dan percaya memiliki iman untuk menyerahkan diri mereka kepada sesuatu seperti baptisan dimana mereka mungkin melihatnya sebagai tidak masuk akal?
KESIMPULAN
Keselamatan ditawarkan kepada seluruh dunia, bagi setiap manusia. Allah menyediakan keselamatan itu dengan mengorbankan Anak-Nya. Kasih karunia Allah yang menyelamatkan "semua manusia" itu benar-benar sudah "nyata" (Titus 2:11), namun terserah kepada orang itu sendiri untuk menerima pemberian yang ditawarkan itu.
Oleh karena ketidaktahuan, kecongkakan, prasangka buruk, dan nasionalisme radikal di antara kaum Yahudi di zaman Yesus, maka diperlukan dua dekade untuk memecahkan persoalan tentang boleh tidaknya ras-ras non Yahudi melayani Mesias. Bahkan di dalam jemaat, pertikaian yang berkobar di antara ras-ras yang berbeda sangat lambat hilangnya.
Persoalan kelesuan dalam memahami perintah Yesus yang melanda umat Kristen di zaman kini mungkin tidak terlalu banyak pada pergumulan masalah ras dibandingkan kelesuan memahami perintah agung Yesus. Perintah-Nya kepada para rasul untuk memberitakan injil kepada segala bangsa, pergi ke seluruh dunia, menyiratkan adanya tanggung jawab permanen umat Kristen yang terus-menerus dalam setiap generasi. Apakah ini berarti bahwa di sepanjang masa dari Hari Pentakosta sampai Hari Penghakiman, injil setidaknya hanya diberitakan sekali saja di seluruh dunia? Sudah tentu tidak! Artinya injil harus diberitakan ke seluruh dunia di setiap generasi, berulang-ulang!
Manusia yang hidup di zaman kini tidak bisa memberitakan injil kepada generasi sebelumnya atau yang akan datang. Satu-satunya generasi yang kepadanya manusia zaman kini bisa memberitakan injil adalah generasi sekarang. Perintah Allah untuk memenuhi bumi dengan injil adalah penting dan sah. Injil itu untuk semua orang, namun dunia sekarang ini tidak akan mau mendengarkan berita baik tentang kasih karunia kecuali berita itu disebarkan oleh umat Kristen yang hidup di zaman kini.
BAGAIMANAKAH ORANG NON-YAHUDI MENJADI ORANG KRISTEN?
Dalam pengkristenan seisi rumah Kornelius, fakta-fakta injil tentang Yesus diberitakan, menyebabkan orang-orang non-Yahudi ini menjadi percaya (Kisah 11:14; 15:7, 9). Mereka juga bertobat, sebab orang-orang Yahudi yang berkeberatan itu mengakui bahwa Allah telah "mengaruniakan pertobatan yang memim-pin kepada hidup" (Kisah 11:18). Kaum non-Yahudi ini dibaptis sebagaimana orang-orang Yahudi itu telah dibaptis, "dalam nama Yesus Kristus" (Kisah 10:48).
Belakangan, dalam rapat di Yerusalem, Petrus dengan tegas berkata bahwa Allah "tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka" (Kisah 15:9). Dalam rapat yang sama itu, Petrus juga menyatakan bahwa orang-orang Yahudi itu bisa diselamatkan "sama seperti mereka [orang-orang non-Yahudi] juga" (Kisah 15:11; huruf miring oleh saya). Dalam responnya yang dicatat, Kornelius mentaati pola konsisten yang terdapat di seluruh kitab Kisah.
Orang yang belum percaya mendengar berita baik (Kisah 10:33), lalu menjadi orang percaya (Kisah 11:1; 15:7), bertobat dari dosa-dosanya (Kisah 11:18), lalu orang percaya yang menyesal itu mengakui imannya kepada Yesus sebagai Anak Allah (sebagaimana Timotius, 1Timotius 6:12), dan orang percaya yang menyesal itu dibaptis ke dalam Kristus untuk pengampunan dosa-dosanya, serta ditambahkan ke dalam gereja oleh Tuhan (Kisah 10:48; 2:38, 41, 47).
Pengarang: Roy H. Lanier, Jr.
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Ringkasan Kitab Kisah: CATATAN TENTANG KOMITMEN
Kitab Kisah adalah kitab tentang perubahan. Kitab itu mencatat era pembuatan keputusan, era untuk &q...
Ringkasan Kitab Kisah: CATATAN TENTANG KOMITMEN
Kitab Kisah adalah kitab tentang perubahan. Kitab itu mencatat era pembuatan keputusan, era untuk "mentaati sekarang juga" atau untuk menolak panggilan Yesus. Kitab itu mengungkapkan misi para rasul yang tak henti-hentinya untuk meminta jawaban dari dan mendorong kaum pria dan wanita agar merespon tarikan kuasa kasih karunia Allah. Pembaca akan dibuat terkejut oleh kebenaran ini bahwa kisah Yesus meminta perubahan yang drastis dan segera.
Kitab ini cenderung tidak memberi jalan tengah-tak ada tempat aman bagi orang yang memperlambat keputusannya, tak ada hiburan bagi peragu, tak ada simpati bagi orang yang mau mengupayakan solusi jalan tengah. Setiap kisah bercerita tentang komitmen yang teguh atau penolakan, kadang-kadang bahkan penolakan bercampur amarah yang berubah menjadi penganiayaan terhadap pemberita injil. Hal ini mengingatkan pernyataan kuat Yesus "Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan" (Matius 12:30).
KOMITMEN MURID-MURID PERTAMA
Pada waktu kehidupan Yesus mencapai klimaksnya, rasul-rasul itu masih lemah, bingung, bimbang, dan kadang-kadang bahkan pengecut. Pada penangkapan Yesus di taman Getsemani, mereka semua meninggalkan Dia dan kabur (Matius 26:56; Markus 14:50). Petrus mengikuti Dia dari kejauhan (Markus 14:54; Lukas 22:54), namun kemudian mengutuk dan menyangkal bahwa ia mengenal Dia (Lukas 22:60). Yohanes, jika ia adalah orang yang tak disebut namanya dalam Yohanes 18:15, 16, sangat peduli ketika ia masuk ke dalam pelataran imam besar bersama Yesus, dimana ia sendiri dikenal baik oleh imam besar itu. Belakangan, ia pergi ke luar halaman dan membawa masuk Petrus bersamanya. Namun begitu, tak satupun dari mereka dikatakan pernah membela Yesus atau berkeberatan atas keputusan Pilatus tentang Yesus. Mereka tidak mampu memikul salib atau mengubur jasad Yesus (Lukas 23:50-53)!
Namun kedua orang yang sama ini belakangan memberi kesaksian yang luar biasa dan berani tentang kebangkitan Yesus, dan mereka melakukannya dengan kuasa yang besar (Kisah 4:33). Sewaktu dianiaya, mereka berdoa mohon keberanian untuk bisa terus memberitakan Yesus sebagai Kristus, bahkan beberapa saat setelah mereka baru saja diperintahkan untuk tidak memberitakan Yesus (Kisah 4:29). Mereka diberitahu untuk jangan lagi bicara dalam nama Yesus (Kisah 4:18), namun mereka lebih mempedulikan Yesus ketimbang para pejabat Yahudi itu (Kisah 4:19, 20; 5:28, 29).
Para rasul ini tetap bertahan terhadap pelbagai penganiayaan yang bertambah besar. Meskipun mereka ditangkap dan dipenjarakan, mereka tetap terus menginjil ketika malaikat telah membebaskan mereka (Kisah 5:18-20). Ketika dihadapkan kembali ke Sanhedrin, mereka diinterogasi, dicela, dimarahi, dan akhirnya dipukuli dan dicambuki dengan semena-mena (Kisah 5:27-40). Bahkan kemudian, di hadapan penganiayaan umum yang mengerikan oleh para pemimpin Yahudi di tempat itu, dan dengan punggung mereka yang masih mencucurkan darah ke jalan-jalan Yerusalem yang berdebu, para rasul itu kembali kepada rekan-rekan Kristen mereka, mereka bersukacita sebab telah dianggap layak dipermalukan demi nama Yesus (Kisah 5:41)! Di atas pelbagai penganiayaan yang mengancam nyawa, orang-orang yang awalnya seperti anak domba ini, sekarang menjadi seberani singa dan terus menginjil setiap hari kapan saja mereka punya kesempatan (Kisah 5:42).
Kaum wanita sama sekali berbeda; karena meskipun mereka menangisi kematian Yesus secara diam-diam, namun mereka jauh lebih sedikit memperlihatkan ketergoncangan emosi (Lukas 23:27-31). Mereka memperindah kuburan Yesus (Lukas 23:55, 56) dan pagi-pagi sekali pada hari Minggu mereka pergi ke kuburan (Matius 28:1). Kaum perempuan ini, Maria bunda Yesus, Maria Magdalena, Salome, Joanna, dan "Maria yang lain" (mungkin bunda Yakobus) adalah orang pertama yang mengetahui kuburan itu sudah kosong (Matius 28:1; Markus 16:1, 2; Lukas 24:10).
Kaum perempuan ini secara loyal hadir di antara 120 murid yang berkumpul di ruang atas pada kesempatan pemilihan Matias sebagai seorang rasul (Kisah 1:14-26). Oleh sebab itu, kaum perempuan di antara murid-murid Yesus tampaknya selalu hadir, dengan diam-diam memberi dukungan selama pengadilan dan penyaliban-Nya dan dengan lemah lembut mengurus kematian dan penguburan-Nya. Mereka dengan teguh tetap berkomitmen setelah kebangkitan-Nya dan bahkan mengadakan perkumpulan doa khusus kaum perempuan pada salah satu peristiwa pemenjaraan Petrus (Kisah 12:12).
Yusuf dari Arimatea meminta jasad Yesus dari penyaliban dan menguburkannya. Pemuridan dia agak luar biasa, sebab ia seorang anggota Sanhedrin (Lukas 23:50). Sebab "takut kepada orang-orang Yahudi" ia merahasiakan imannya diam-diam (Yohanes 19:38). Perbuatannya secara terbuka meminta jasad Yesus dapat memastikan bahwa ia tidak bisa lagi merahasiakan diam-diam pemuridan dirinya. Nikodemus menolong Yusuf dalam penguburan itu dan menyediakan rempah-rempah untuk dibubuhi ke jasad itu (Yohanes 19:39, 40). Ia juga anggota Sanhedrin, seorang "pemimpin Yahudi" (Yohanes 3:1). Karena kedua orang ini secara berani telah melibatkan diri mereka dalam penguburan jasad Yesus, maka bisalah dipastikan bahwa sosok mereka di tengah-tengah Sanhedrin dan masyarakat Yahudi berubah banyak setelah memperlihatkan komitment mereka kepada Yesus.
Seratus dua puluh orang saudara, kurang dari enam minggu setelah penyaliban, memperlihatkan kesetiaan yang kokoh dengan cara terus-menerus berhimpun bersama-sama (Kisah 1:15). Selain para rasul dan kaum perempuan, saudara-saudara Yesus ikut hadir juga. Sebelumnya, anak-anak Maria yang lain itu tidak percaya kepada Yesus sebagai Mesias. Mereka pernah mengejek Yesus karena Ia tidak pergi ke perayaan Hari Pondok Daun untuk membuktikan pelbagai pernyataan-Nya dengan mengadakan pelbagai mujizat (Yohanes 7:1-5). Salah satu saudara tiri Yesus ini, Yakobus, belakangan menjadi orang terkemuka di dalam gereja, mengetuai rapat di Yerusalem tentang masalah sunat (Kisah 15:13). Ia juga disebut sebagai salah seorang "sokoguru" di dalam gereja di Yerusalem (Galatia 1:19; 2:9, 12), dan ia merupakan penulis terilham dari salah satu surat dalam Perjanjian Baru (Yakobus 1:1).
Dari waktu penangkapan dan pengadilan Yesus sampai pada Hari Pentakosta, telah terjadi pelbagai perubahan dramatis. Sebelumnya, murid-murid itu merasa bimbang; belakangan ketakutan besar (rasa hormat) bagi Tuhan Yesus menyelimuti mereka semua (Kisah 2:43). Umat Kristen mula-mula telah menunjukkan kesatuan dalam kepercayaan dan praktik; saling peduli dan perhatian yang penuh kasih; dan ikatan kebersamaan dan persekutuan yang erat dalam ibadah mereka (Kisah 2:42-44). Mereka mencukupi kebutuhan sesamanya orang Kristen dalam cara penuh pengorbanan yang langka terjadi sebelum dan sesudahnya (Kisah 2:44, 45; 4:32-35). Dalam hidup mereka telah terjadi sesuatu yang menghasilkan suatu komitmen yang secara menyolok dikenal di sepanjang zaman.
KOMITMEN ORANG-ORANG LAINNYA
Marilah kita melihat keberanian orang banyak yang telah menyerahkan hidup mereka untuk Kristus di dalam kitab Kisah. Barnabas, seorang Lewi, memiliki ladang di pulau Siprus; dan ketika murid-murid mula-mula memerlukan dana, ia menjual ladang itu dan meletakkan uang penjualan itu di depan kaki rasul-rasul agar dibagi-bagikan kepada yang membutuhkannya (Kisah 4:36, 37). Belakangan, ia bersedia menjadi penjamin Saulus dari Tarsus bagi para saudara yang takut terhadap Saulus sebab Saulus telah begitu terkenalnya dalam pelbagai penganiayaan yang mengerikan (Kisah 9:26, 27). Barnabas secara jelas menyerahkan hidupnya bagi penginjilan, sebab ia pergi bersama Paulus pada perjalanan misionari pertama (Kisah 13:2). Di akhir perjalanan itu, ia ada bersama Paulus di Yerusalem untuk membahas masalah sunat (Galatia 2:1); namun ia dan Petrus terpengaruh tindakan yang salah. Akibatnya, Paulus yakin bahwa ia harus menegur mereka (Galatia 2:13, 14). Barnabas tetap terus menjadi seorang guru dan penginjil terkemuka di Antiokhia (Kisah 15:35), dan ia juga melakukan banyak perjalanan misionari ketika ia dan Paulus berpisah (Kisah 15:39). Ia juga berkomitmen kepada Kristus.
Stefanus, seorang raksasa penginjil berhati lembut, dengan dahsyat dan berani berkomitmen kepada Tuhan. Ia tidak takut terhadap orang-orang Yahudi yang berbahaya yang telah kena hasut; saat sedang menjelang ajal, ia sanggup mendoakan para pembunuhnya itu (Kisah 7:54-60).
Filipus merupakan salah seorang dari tujuh pelayan khusus yang membantu memperbaiki pengabaian atas beberapa janda Yunani di antara para murid (Kisah 6:1-5). Belakangan ia meninggalkan Yerusalem dan masuk ke dalam kota Samaria untuk menginjil dalam kebangunan rohani besar yang menghasilkan banyak respon bagi Tuhan (Kisah 8:5, 6). Saat meninggalkan tugas besar itu karena panggilan seorang malaikat, ia menemukan kesempatan besar lainnya untuk mengajarkan injil ketika ia bergabung dengan seorang Etiopia dalam kereta kudanya dan "memberitakan injil Yesus kepadanya" (Kisah 8:26-35). Selanjutnya, ia menginjil di Azotus dan terus menginjil di semua kota yang ia lalui menuju Kaisarea (Kisah 8:40). Beberapa tahun kemudian, ia dicatat sedang berada di Kaisarea, masih sebagai penginjil; dan memiliki empat anak dara yang bernubuat. Ia menjadi tuan rumah bagi Paulus dan rombongannya sewaktu mereka kembali dari perjalanan misionari Paulus yang ketiga (Kisah 21:8). Hidupnya telah ia serahkan kepada Kristus.
Saulus dari Tarsus menjadi salah seorang prajurit salib yang luar biasa, gigih dalam segala hal yang ia perbuat (Kisah 9:27-29). Sebelumnya, ia juga gigih sebagai penganiaya umat Kristen (Kisah 7:58; 8:1; 9:21). Keputusannya untuk berserah diri kepada Yesus sebagai Kristus merupakan salah satu peristiwa yang sangat luar biasa dalam sejarah gereja mula-mula. Apakah yang dapat merubah pikirannya jika bukan kebenaran yang tak tersangkal bahwa Yesus terbukti Anak Allah lewat kebangkitan-Nya dari antara orang mati (Roma 1:4)? Lukas mencatat bahwa setelah penganiaya ini menjadi orang Kristen, pelbagai jemaat di tiga propinsi di Palestina mengalami kedamaian, mampu bertumbuh dengan cepat (Kisah 9:31). Komitmen Saulus kepada Yesus telah membuat suatu perubahan di dalam gereja mula-mula!
Dorkas, seorang perempuan "berprilaku manis" dari Yope, memperlihatkan komitmen yang tenang dan mulia dalam melayani kebutuhan orang lain. Ia mempersembahkan kemampuan pelayanannya untuk melayani Tuhan dalam pelbagai cara yang membuat namanya dihormati dan dipuji oleh banyak orang (Kisah 9:36-39). Setelah meninggal, komitmennya bagi Tuhan bisa terlihat di dalam pelbagai hasil nyata dari karya dan kemurahan hatinya.
Kornelius merupakan seorang yang begitu baik dan bermoral yang di zaman kini bahkan hanya sedikit orang yang akan berani membandingkan karakter moral mereka dengan dia (Kisah 10:1, 2, 22). Ia merupakan orang non-Yahudi pertama yang dikristenkan bagi Tuhan, dan kisah perubahan hidupnya merupakan peristiwa penting bagi apa yang Yesus telah lakukan untuk merobohkan pelbagai buruk sangka rasialis.
Sergius Paulus adalah seorang pemimpin pemerintahan, seorang gubernur di Pafos di pulau Siprus. Ia membuat komitmen kepada Kristus sewaktu ia melihat Paulus membutakan mata Elimas si penyihir untuk sementara waktu, sebab Elimas ini sudah berdusta dan curang dalam menentang pekerjaan Paulus (Kisah 13:6-12).
Lidia adalah seorang perempuan bisnis dari Tiatira yang sedang mengunjungi Filipi dan bertemu dengan Paulus di suatu tempat ibadah. Karena sudah menjadi penyembah Allah, maka dengan cepat ia merespon kebenaran itu dan kemudian membujuk Paulus dan rombongannya untuk menerima keramahannya (Kisah 16:13-15). Kemurahan hati dan keramahannya merupakan bukti bagi komitmennya.
Kepala penjara di Filipi merubah hidupnya, memimpin seluruh keluarganya menjadi orang Kristen (Kisah 16:27-34). Kepedulian dan perhatiannya yang tiba-tiba muncul bagi para tawanannya yang telah dipukuli, Paulus dan Silas, memperlihatkan pertobatannya. Ia bahkan membawa mereka masuk ke dalam kediaman pribadinya, merawat dan memberi mereka makan.
Krispus, seorang Yahudi yang memimpin sinagoga di Korintus, bergabung dengan Paulus dalam menentang hujatan dari sesamanya orang Yahudi. Entah bagaimana, awalnya hanya dia sendiri yang memutuskan untuk dibaptis ke dalam Kristus, namun Lukas menyiratkan bahwa perubahan hidupnya untuk Kristus itu telah menggerakkan banyak orang di Korintus menjadi percaya dan dibaptis (Kisah 18:8). Orang harus ingat betapa terkemukanya seorang pemimpin sinagoga seperti dia itu; komitmennya kepada Kristus telah menimbulkan pelbagai efek kehancuran pada seluruh masyarakat Yahudi di Korintus.
Kitab Kisah bercerita juga tentang seorang guru yang bernama Apolos yang membutuhkan pengarahan tambahan. Setelah dikristenkan di bawah ajaran Yohanes Pembaptis, ia pun mulai mengajarkan kebenaran. Setelah gereja berdiri, ajaran Yohanes Pembaptis sudah tidak tepat lagi, sebab Yesus telah mati dan kerajaan itu- gereja Tuhan-telah memulai pemerintahannya di atas bumi (Kisah 18:24, 25). Pekerjaan Apolos di Efesus telah menghasilkan lusinan orang yang dibaptis dengan baptisan Yohanes, baptisan yang sudah tidak berlaku lagi. Paulus kemudian melaksanakan baptisan yang Kristus perintahkan ke atas mereka dengan menyelamkan orang-orang itu ke dalam Kristus.1Penyelaman pertama mereka yang sudah tidak berlaku lagi dan ketinggalan zaman itu, secara rohani tidak memberi mereka apa-apa. Paulus jelas terkejut saat menemukan beberapa murid Yesus di Efesus, sebab ialah yang biasanya pertama kali tiba di kota mana saja dengan membawa injil. Sewaktu ia mengetahui bahwa mereka tidak mengenal Roh Kudus, ia lalu menyelidiki baptisan mereka (Kisah 19:1-7). Ia mengoreksi kedua belas orang itu, membaptis mereka dengan benar dan menghadirkan hidup baru ke dalam hidup mereka.
Ketika Priskila dan Akwila mulai mengenal Apolos, mereka menemukan dia masih mengajarkan doktrin Yohanes Pembaptis yang sudah tidak berlaku lagi. Mereka lalu memanggil dia secara pribadi dan mengajar dia dengan lebih tepat lagi, dan Apolos juga segera memperbarui pengajarannya. Ia tetap terus menjadi penginjil yang berharga dan penuh kuasa bagi Tuhan (Kisah 18:26-28).
Apolos merupakan satu contoh komitmen yang mulia. Ia bersedia merubah pengajarannya tentang baptisan ketika ditunjukkan bahwa ia salah. Belakangan Paulus mengingatkan umat Kristen di Efesus bahwa mereka telah diselamatkan "oleh kasih karunia" (Efesus 2:8, 9); namun kejadian di Efesus mendukung kesimpulan ini bahwa "keselamatan oleh kasih karunia" mencakup pengujian atas baptisan seseorang, bahkan sampai pada titik pembatisan ulang. Kesimpulan itu juga mencakup perubahan doktrin yang diajarkan seseorang ketika kebenaran yang sedang dibeberkan mengungkapkan adanya kesalahan di dalam pelbagai konsep yang dianut sebelumnya.
Priskila dan Akwila dijumpai berkali-kali di dalam pekerjaan Tuhan. Mereka pertama kali disebut bersama Paulus di Korintus (Kisah 18:1-3). Belakangan, mereka berpergian bersama Paulus dan bekerja untuk Tuhan di Efesus (Kisah 18:18, 26). Sewaktu berada di situ, mereka bergabung dengan Paulus dalam menyalami teman-teman lama mereka (1Korintus 16:19). Beberapa waktu setelah itu, mereka bekerja di Roma (Roma 16:3). Dan belakangan juga, kemungkinan besar setelah pemenjaraan pertama Paulus selama dua tahun di Roma (Kisah 28:30, 31), pasangan saleh ini kembali ke Efesus untuk bekerja bersama Timotius (2Timotius 4:19). Karena Kitab 2Timotius kemungkinan besar ditulis setelah pemenjaraan Paulus di Roma, maka pandangan sekilas paling akhir atas Akwila dan Priskila dalam Perjanjian Baru diduga di Efesus. Pelbagai perjalanan dan keterlibatan mereka dengan beberapa gereja meninggalkan jejak komitmen yang besar bagi pekerjaan Tuhan.
Onesiforus adalah orang yang membangkitkan minat yang mengunjungi Paulus sewaktu ia di penjara di Roma. Paulus berkata bahwa Onesiforus telah "menyegarkan" dia selama kunjungan tersebut, pada saat begitu banyak orang lain berpaling dari dia (2Timotius 1:15, 16). Onesiforus mampu menghibur Paulus, sementara pada sebagian besar waktu tampaknya Pauluslah yang mengunjungi para saudara dan melakukan penghiburan. Onesiforus harus mencari Paulus untuk menemukan dia, dan ia tidak malu atas keadaan Paulus yang dipenjara ("belengguku"). Selain itu, ia dikenal baik atas pelayanannya bagi Tuhan di Efesus (2Timotius 1:17, 18). Ini merupakan kasus lain dari komitmen yang penuh keberanian.
KESIMPULAN
Kitab Kisah adalah kitab tentang keberanian dan komitmen, bukan kompromi dan kenyamanan! Kitab itu berisi tentang berperang untuk Kristus, kitab itu berisi tulisan yang menggugah tentang komitmen terhadap suatu penyebab . Meskipun mahal, kadang-kadang bahkan sampai menyerahkan nyawa, namun di dalam kitab ini digambarkan secara penuh kesetiaan mengikut Yesus. Tidak ada pengorbanan yang terlalu besar bagi murid-murid itu bila mereka merenungkan pelbagai pengorbanan yang telah lebih dahulu dilakukan oleh Bapa dan Anak-Nya. Setiap kasus pengkristenan dalam kitab Kisah merupakan satu komitmen yang mahal. Yesus telah berkata bahwa komitmen kepada Dia akan dimulai dengan penyangkalan diri (Matius 16:24).
Yesus hanya menerima yang terbaik dari kita. Kekristenan yang setengah-setengah tidaklah mencukupi. Kesetiaan hati tidak bisa dibagi menjadi separuh untuk Kristus dan separuh lagi untuk dunia. Persahabatan dengan dunia adalah "permusuhan dengan Allah" (Yakobus 4:4). Satu-satunya cara untuk mengikut Yesus adalah dengan sepenuh hati mengikut Dia, 100 persen, secara mutlak dan total memberi pelayanan untuk Dia. Perintah yang pertama dan agung adalah tetap mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan kita (Matius 22:37, 38).
Catatan Akhir:
- 1 Baptisan Apolos sendiri jelas sah, sebab ia dibaptis pada waktu baptisan Yohanes masih satu-satunya baptisan yang tersedia. Fakta bahwa dalam konteks yang sama Lukas mengkhususkan kedua belas murid itu untuk dibaptis lagi, sementara tidak menyebut sama sekali bahwa Apolos harus dibaptis lagi, telah mendorong orang untuk menyimpulkan bahwa mereka yang dibaptis dengan baptisan Yohanes pada saat yang tepat tidak perlu untuk dibaptis lagi pada Hari Pentakosta dalam Kisah 2.
Pengarang: Roy H. Lanier, Jr.
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Ringkasan Kitab Kisah: KEDATANGAN GEREJA
Dalam kitab Kisah muncul sesuatu yang baru dan mengejutkan yang menunjukkan klimaks dari kasih karunia Alla...
Ringkasan Kitab Kisah: KEDATANGAN GEREJA
Dalam kitab Kisah muncul sesuatu yang baru dan mengejutkan yang menunjukkan klimaks dari kasih karunia Allah yang dijanjikan dalam Mesias-Nya. Sesuatu itu menggenapi pelbagai janji pada segala zaman, dan sesuatu itu tetap menjadi yang paling tinggi dalam hubungan umat manusia dengan Allah. Sebelumnya manusia tidak pernah diberikan berkat, kesempatan, atau hubungan seperti itu dengan Allah yang Mahakuasa.
Berkat yang baru ini adalah gereja. Sebenarnya, kata "gereja" dalam Perjanjian Baru muncul pertama kali dalam konteks dimana Yesus berjanji, "... Aku akan mendirikan jemaat [gereja]-Ku" (Matius 16:18). Dalam kitab Kisah, kata ini pertama kali dipakai dalam pasal 5:11, ketika dikatakan "ketakutanlah seluruh jemaat." Meskipun Alkitab versi King James memakai lebih awal kata Inggris "church [gereja]" dalam pasal 2:47, namun teks Yunani aslinya tidak memiliki kata itu di dalam ayat itu. KJV menulis, "Tuhan menambah jumlah mereka [kepada gereja] dengan orang yang diselamatkan."1Pelbagai terjemahan yang belakangan dan yang lebih tepat menulis "menambahkan mereka" (ASV), "menambahkan kepada bilangan mereka (NASB), dan "ditambahkan kepada bilangan mereka" (NIV).
Kata "gereja" dan "gereja-gereja" muncul 114 kali dalam Perjanjian Baru [Yunani], dan dalam Kitab Wahyu saja muncul 20 kali. Kata ini menempati tempat utama di dalam pemikiran para pelajar Alkitab. Dalam 33 M. kata itu merupakan sesuatu yang baru bagi dunia, ditanamkan ke dalam pikiran umat Kristen oleh pekerjaan Yesus Kristus; dan tubuh yang terdiri dari orang-orang itu, tubuh-Nya, telah diberi janji keselamatan dan upah di alam kekekalan oleh Tuhan (Efesus 1:22, 23; 5:23).
Seraya kisah tentang Kitab Kisah ini bergulir, gereja-gereja pun bermunculan di banyak tempat (Kisah 9:31; 11:26; 14:23; 20:17). Dimana saja injil itu diberitakan dan para pendengar percaya dan mentaatinya, muncullah sekelompok penyembah yang dikenal sebagai "gereja." Kitab Kisah mengungkapkan sejarah pencapaian ini.
SESUATU YANG KHUSUS
Kata Yunani untuk "gereja," ekklesia, berasal dari kombinasi dua kata, ek yang artinya "ke luar" dan kalein yang artinya "memanggil." Jadi, ekklesia artinya "orang-orang yang dipanggil ke luar." Kata itu bisa dipakai untuk banyak kelompok yang berbeda dalam lingkungan keagamaan, sosial, atau bahkan politik. Dalam abad pertama, ungkapan itu semata-mata mengacu kepada kelompok mana saja, khususnya yang dipilih untuk beberapa tujuan, baik keagamaan atau bukan. Yesus memakai satu kata biasa dalam bahasa Yunani dan memberikan kata itu makna keagamaan khusus untuk seterusnya. 2
Pada mulanya, ekklesia hanya sekedar memiliki makna sekular. Salah satu pemakaiannya yang umum mengacu kepada pelbagai lembaga desa atau kota. Para pemimpin adalah orang-orang yang "dipanggil ke luar" yang bertugas memimpin pelbagai kegiatan umum masyarakat mereka.
Pemakaian sekular kedua kata ekklesia dimaksudkan sebagai suatu perkumpulan manusia-jenis perkumpulan apa saja. Ketika suatu perkumpulan digelar bersama untuk tujuan apa saja, kata ekklesia bisa dipakai untuk mengacukan mereka sebagai suatu kelompok atau tubuh. Pemakaian seperti ini ditemukan tiga kali pada kesempatan terjadinya huru-hara di Efesus, sewaktu orang banyak berkumpul menyusul serangan Demetrius terhadap Paulus (Kisah 19:30, 32, 41). Panitera kota membubarkan "kumpulan," atau ekklesia itu-kata yang dipakai di sini hanya mengacu kepada kumpulan orang-orang tertentu pada kesempatan itu.
Ada beberapa pemakaian ekklesia secara rohaniah. (1) Kata itu mengacu kepada apa yang Yesus janjikan akan didirikan (Matius 16:18), kepada apa yang dimaksudkan sebagai tubuh rohani-Nya (Efesus 1:22, 23), kepada tujuan kematian-Nya untuk membeli dengan darah-Nya (Kisah 20:28), dan kepada apa yang dikenal secara kiasan sebagai mempelai wanita/isteri-Nya (Efesus 5:22-33). Ketika dipakai seperti ini, kata itu mengacu kepada "gereja universal"-semua manusia di segala abad yang telah ditambahkan ke dalam tubuh rohani ini dan yang memiliki hubungan khusus sebagai "umat Kristen" (Kisah 11:26). Ini merupakan "satu tubuh," tubuh rohani dari orang-orang kepunyaan Tuhan, yang Paulus singgung ketika ia menuliskan kebenaran bahwa hanya ada satu gereja kepunyaan Kristus (Efesus 4:4). Abraham, Musa, Daud, Daniel, dan semua tokoh pria dan wanita beriman Perjanjian Lama hidup sebelum gereja berdiri; mereka tidak pernah menjadi anggota gereja Tuhan. Meskipun mereka diselamatkan oleh iman, namun tidaklah tepat untuk mengacukan mereka sebagai orang Kristen.
(2) Kata ekklesia mengacu juga kepada suatu kelompok lokal, suatu jemaat yang timbul di suatu tempat tertentu karena pemberitaan injil. Gereja berdiri dimana saja injil diberitakan dan manusia meresponnya. Kata ini biasa dipakai dalam Perjanjian Baru.
Gereja-gereja ini bukanlah pelbagai denominasi yang saling berbeda, sebagaimana banyak kelompok keagamaan zaman kini menggunakan kata "gereja." Sebaliknya, itu semua merupakan jemaat-jemaat dari gereja universal yang sama, satu-satunya gereja yang disebut dalam Perjanjian Baru. Tak satu denominasi pun yang keberadaannya disinggung di dalam Perjanjian Baru. Para anggota pelbagai denominasi zaman kini tidak bisa menemukan kelompok mereka di dalam Perjanjian Baru, sebab awal semua denominasi yang ada di zaman kini terjadi setelah bertahun-tahun Kristus hidup di bumi ini. Yesus tidak pernah mendirikan denominasi apa saja; semua denominasi itu didirikan oleh manusia. Yesus tidak mati untuk membeli kelompok denominasi mana saja; Tuhan mati untuk membeli gereja-Nya. Yesus tidak pernah berjanji untuk menyelamatkan kelompok denominasi mana saja; Ia telah berjanji untuk menjadi Juruselamat bagi tubuh rohani-Nya sendiri (Efesus 5:23). Pelbagai denominasi itu tidak memenuhi syarat sebagai tubuh rohani-Nya; mereka semata-mata tidak ada di dalam Alkitab.
(3) Dalam Perjanjian Baru, ekklesia dipakai untuk menggambarkan perkumpulan khusus orang-orang kudus milik Allah mana saja di dalam jemaat lokal mana saja (Kisah 14:27; 1Korintus 11:18; 14:23, 28, 33). Paulus pernah mengoreksi beberapa penyalahgunaan yang dipraktikkan oleh pelbagai perhimpunan lokal dalam jemaat di Korintus. Dalam pasal 14 Paulus secara khusus mengoreksi penyalahgunaan terhadap pelbagai karunia mujizatiah di dalam pelbagai perhimpunan terbuka mereka. Ia beberapa kali memakai kata ekklesia untuk memaksudkan perhimpunan orang-orang kudus di Korintus yang menyembah Tuhan. Mereka biasanya akan berhimpun, melaksanakan ibadah, dan kemudian bubar ke rumah masing-masing. Ketika berhimpun bersama-sama dengan cara seperti ini, maka pada kesempatan khusus itu biasanya mereka disebut sebagai "gereja" atau ekklesia .
Ini merupakan pelbagai pemakaian umum kata "gereja"3dan para pelajar harus berhati-hati dalam menilai nas Perjanjian Baru mana saja supaya tidak salah mengenai makna kata itu. Karena kata bisa memiliki pelbagai macam makna, tergantung pada konteks dimana kata itu dipakai, maka membaca dengan cepat tidaklah dianjurkan.
SESUATU YANG UNIVERSAL
Jemaat gereja Tuhan yang pertama terdapat di Yerusalem (Kisah 2:41, 47; 8:1), dan tak lama kemudian muncul kelompok yang sama di Antiokhia di Siria (Kisah 11:25, 26). Setelah itu, tepat sebagaimana telah Tuhan rencanakan (Kisah 1:8), pelbagai jemaat berdiri di seluruh Yudea, Galilea, dan Samaria (Kisah 9:31). Pada perjalanan misionari pertama Paulus, pelbagai jemaat didirikan di Antiokhia di Pisidia, Ikonium, Listra, dan Derbe (Kisah 14:20-23). Di akhir perjalanan misionari kedua, banyak gereja telah berdiri di wilayah Siria dan Kilikia (Kisah 15:41).
Tak lama kemudian, dikenalah gereja-gereja di Korintus (Kisah 18:8; 1Korintus 1:1, 2); di Efesus (Kisah 20:17, 28; Wahyu 2:1); di Tesalonika (1Tesalonika 1:1); di Roma (Roma 16:5); di Filipi (Filipi 4:15); dan di enam kota lainnya di Asia: Simirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia (lihat Wahyu 2 dan 3). Juga disebutkan beberapa gereja yang berada di propinsi Galatia (1Korintus 16:1). Karena Paulus pernah berhimpun dengan murid-murid di Damsyik, maka orang bisa menduga bahwa Damsyik pun memiliki satu jemaat (Kisah 9:10, 19b, 25).
SESUATU YANG ALAMI
Petrus dan para rasul memberitakan injil yang lengkap di Yerusalem (Kisah 2). Filipus menyatakan Firman itu di Samaria (Kisah 8:5), dan murid-murid yang tercerai-berai melanjutkan menyebarkan Firman itu dengan penuh semangat bahkan sampai ke Antiokhia di Siria (Kisah 11:19-21). Paulus membawa injil ini ke Asia Kecil pada perjalanan pertamanya (Kisah 13; 14), dan mengajar di kota Antiokhia, Ikonium, Listra, dan Derbe.
Paulus, Silas, dan Timotius mengajarkan kebenaran itu di Korintus (Kisah 18:1-11), sementara orang-orang di Tesalonika menyambut mereka dengan gembira dan tepat, dengan menerima perkataan mereka sebagai kebenaran dari Allah (1Tesalonika 2:13). Kemungkinan besar, keenam kota di Asia itu mendengar injil sewaktu Paulus bekerja di Efesus selama tiga tahun (Kisah 19:10; 20:31).
Di tempat-tempat itu, penaburan benih kerajaanlah yang menghasilkan banyak warganegara bagi kerajaan itu (Lukas 8:11). Para penginjil menemukan banyak hati yang baik dan jujur dimana benih kerajaan itu bisa ditanam, bertunas, mengembang, dan tumbuh untuk tuaian.
SESUATU YANG KEKAL
Orang-orang yang diacukan sebagai "gereja" merupakan hasil dari tujuan abadi Allah melalui Tuhan Yesus Kristus (Efesus 1:3-6; 3:10). Mereka timbul dari janji Yesus untuk mendirikan jemaat-Nya (Matius 16:18) dan dari kematian-Nya untuk membeli mereka dari dosa (Kisah 20:28; 1Petrus 1:18, 19). Orang-orang ini bersedia menyerahkan diri mereka kepada Yesus, Kepala dari tubuh rohani Allah, gereja (Efesus 1:22, 23). Mereka adalah orang-orang yang mentaati Kristus (Efesus 5:23).
Orang-orang yang berada dalam gereja zaman kini terdiri dari kumpulan orang yang melalui mereka kehendak abadi Allah tercapai (Efesus 1:23). Mereka merupakan satu-satunya kelompok yang disebut bisa mempersembahkan kemuliaan yang cukup dan layak kepada Allah (Efesus 3:21). Mereka merupakan satu-satunya imam kudus yang bisa mempersembahkan ibadah yang layak kepada Allah. Mereka adalah umat pilihan, imamat rajani, bangsa yang kudus, dan umat yang secara khusus milik Allah, dan orang-orang yang telah menerima rahmat Allah secara penuh (1Petrus 2:5, 9, 10).
Oleh sebab itu, para anggota gereja Tuhan benar-benar spesial-bukan karena ada kebajikan apa saja yang mereka miliki, namun karena kesediaan mereka untuk mentaati kehendak Raja dan untuk hidup dengan setia, percaya sampai mati. Mereka telah disucikan dari dosa-dosa mereka oleh darah Yesus (Efesus 5:26), dan dengan penuh harap mereka menantikan kedatangan-Nya kembali. Sebagai anggota rumah tangga atau keluarga Allah, mereka akan diakui oleh Dia pada hari itu, sebuah kehormatan yang disediakan untuk anggota keluarga rohani-Nya saja (1Timotius 3:15; 1Yohanes 3:1).
KESIMPULAN
Sesuatu yang khusus berawal dalam Kitab Kisah. Sesuatu itu merupakan klimaks dari apa yang diungkapkan di segala zaman (1Korintus 10:11). Mereka yang hidup setelah era salib Kristus adalah orang-orang yang paling diberkati dari segala orang yang pernah hidup. Para pembaca Alkitab zaman kini bisa menengok ke belakang untuk menelusuri sejarah Allah bersama umat-Nya dan melihat bagaimana Ia membuat pembenaran menjadi kenyataan. Harapan bisa ditegakkan di dalam orang Kristen mana saja dengan mempelajari pelbagai perbuatan yang luar biasa dan historis ini (Roma 15:4).
Sejak dari kekekalan Allah telah berencana menyediakan keselamatan bagi orang berdosa, dan Ia telah menjalankan rencana-Nya itu. Kitab Kisah merupakan kitab sejarah yang menggetarkan hati yang mengungkapkan kapan, dimana, dan bagaimana Allah menyelesaikan keselamatan ini. Sewaktu puncak dari rencana penebusan semakin mendekat, Yesus berjanji untuk mendirikan jemaat-Nya. Ia berkeliling Palestina selama tiga tahun, mengajar tentang penyediaan rohani baru dan melatih kedua belas orang untuk menyelesaikan pendirian dan pertumbuhan gereja yang sebenarnya di sepanjang abad pertama. Yesus mendirikan jemaat-Nya-ketika para rasul yang diberi kuasa oleh Roh Kudus melaksanakan apa yang Yesus latih untuk mereka kerjakan. "Alam maut" (Matius 16:18) tidak bisa menghalang-halangi berdirinya jemaat Yesus, dan Iblis juga tidak akan pernah bisa menang atasnya. Gereja Tuhan menang di era Perjanjian Baru, dan akan terus menang sampai Hari Penghakiman. Kitab Kisah merupakan catatan terilham atas kemenangan yang menggetarkan hati itu.
Catatan Akhir:
- 1 Kata "gereja" dalam Kisah 2:47 dalam KJV tidak untuk memperkenalkan kesalahan doktrin, sebagaimana jelas terlihat bahwa belakangan kumpulan orang Yahudi yang sama ini yang merespon seruan injil pada Hari Pentakosta disebut "gereja" (Kisah 5:11; 8:1, 3).
- 2 Yesus membuat pemakaian serupa atas kata umum lainnya yang dipakai dalam bahasa Yunani, baptismos. Kata ini berasal dari baptizein, artinya "memasukkan, mencelupkan, atau menyelamkan." Kata itu umum dipakai dalam industri pakaian wol dan pencelupan, ketika gulungan kain dicelupkan, atau dibenamkan ke dalam tempat pencelupan untuk merubah kain itu menjadi beragam warna. Seandainya para penerjemah KJV pada 1611 telah menerjemahkan kata itu, maka kata itu akan terbaca "diselamkan." Sebaliknya, karena para penerjemah dari Gereja Inggris ini sudah lama mempraktiikan pemercikan terhadap para calon orang Kristen, maka para penerjemah ini menciptakan satu kata baru dalam bahasa Inggris, "baptism [baptisan]." Ini bukanlah terjemahan, tetapi transliterasi.
- 3 Ekklesia pernah dipakai pada kesempatan lain, selain dari tiga pemakaian yang sudah jelas ini. Yaitu ketika Stefanus mengacukan "sidang jemaah di padang gurun" (Kisah 7:38). Dalam konteks ini, Stefanus sedang mengacu kepada perhimpunan bersama orang Yahudi di padang gurun Sinai sebab maksud Allah dalam memimpin mereka ke luar dari perbudakan di Mesir dan masuk menuju ke tanah terjanji Kanaan.
Pengarang: Roy H. Lanier, Jr.
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Ringkasan Kitab Kisah: PEMERINTAHAN BARU ALLAH
Para pelajar Alkitab melihat adanya pemerintahan Allah di antara umat manusia dalam tiga era-Dispensa...
Ringkasan Kitab Kisah: PEMERINTAHAN BARU ALLAH
Para pelajar Alkitab melihat adanya pemerintahan Allah di antara umat manusia dalam tiga era-Dispensasi Patriakh, Yahudi, dan Kristen. Istilah yang familiar ini mengacu kepada tiga periode sejarah ketika Allah berhubungan dengan umat-Nya dalam tiga "dispensasi" kehendak dan kasih karunia-Nya yang berbeda.
Era "patriakh" mengacu kepada waktu dan cara Allah bekerja dengan pelbagai keluarga . Sang ayah adalah orang yang dengannya Allah berkomunikasi; oleh sebab itu, dispensasi ini melibatkan konsep ayah sebagai imam. Kepemimpinan dan peraturan bisa melebar kepada sejumlah besar kerabat, dan posisi patriakh diwariskan kepada anak laki-lakinya yang sulung.
Klasifikasi untuk dispensasi berikutnya adalah "Yahudi," atau "Musa." Ini mengacu kepada masa ketika Allah berhubungan dengan suatu bangsa di bawah suatu hukum khusus yang diberikan lewat Musa di Gunung Sinai (Keluaran 20; Yohanes 1:17). Sistem hukum yang tersusun ini mencakup pelbagai syarat bagi suku imamat, suku Lewi; Harun, saudara Musa, merupakan imam besar yang pertama (Keluaran 28; 29). Hukum ini luar biasa karena punya sisi rohani dan duniawi. Hukum ini bukan saja melibatkan ibadah dan pelayanan Israel kepada Allah, namun juga berfungsi sebagai hukum sipil bagi bangsa baru ini. Oleh sebab itu, hukum ini mengatur masalah kejahatan, penghukuman, keuangan, dan bahkan kesehatan dan kebersihan.
Hukum Musa diberikan hanya untuk bangsa Israel saja (Kejadian 34:27, 28) dan tidak berlaku bagi sebagian besar penduduk bumi, yang secara kolektif dikenal sebagai bangsa non-Yahudi. Ketika hukum Musa diberlakukan bagi bangsa Yahudi, selama lima belas abad Alkitab tidak bicara tentang hukum apa pun juga yang berlaku untuk bangsa non-Yahudi, namun banyak contoh yang jelas menunjukkan bahwa Allah juga peduli terhadap bangsa lain.1
Beberapa pandangan sekilas terhadap hubungan Allah dengan bangsa non-Yahudi selama Dispensasi Yahudi bisa dilihat di seluruh sejarah Perjanjian Lama. Oleh sebab itu, beberapa pakar percaya bahwa sistem kepatriakhan tetap berlaku ke atas bangsa non-Yahudi sampai datangnya salib Kristus.
Nama dispensasi yang ketiga adalah "Kristen." Ketika Yesus mati di atas salib, Ia membawa satu hukum baru bagi seluruh dunia. Paulus menyatakan bahwa umat Kristen telah dibebaskan dari "hukum dosa dan maut" sebab mereka berada di bawah "hukum Roh yang memberi hidup dalam Yesus Kristus" (Roma 8:2). Ia juga bicara tentang berada di bawah "hukum Kristus" (1Korintus 9:21) dan "memenuhi hukum Kristus" (Galatia 6:2). Yakobus menulis tentang "hukum yang sempurna, hukum yang memerdekakan" dan "hukum utama" (Yakobus 1:25; 2:8). Semua manusia berada di bawah hukum baru ini, terlepas dari kebangsaan atau ras mereka. Dalam sistem baru ini, Allah berhubungan dengan orang per orang, bukan dengan keluarga atau bangsa sebagaimana di bawah sistem-sistem sebelumnya.
Kitab Kisah meledak dengan pelbagai laporan tentang pelbagai perubahan mencengangkan di antara orang-orang pertama yang dilahirkan baru ke dalam kerajaan Kristus dan tunduk kepada hukum-Nya. Awalnya, di antara bangsa Yahudi, para rasul mengajar orang-orang yang telah terbiasa dengan hukum Musa. Belakangan, para rasul itu menginjili bangsa non-Yahudi, yang pertama kali adalah Kornelius (Kisah 10).
Seraya orang-orang merespon Yesus, mereka pun punya hubungan dengan Allah di dalam gereja yang Yesus dirikan (Matius 16:18). Tak lama kemudian banyak jemaat tersebar di seluruh dunia. 2Kitab Kisah memberi penjelasan tentang bagaimana Allah sekarang berhubungan dengan anak-anak-Nya, baik secara pribadi maupun dalam jemaat-jemaat gereja Tuhan.
PERSEKUTUAN ANTAR JEMAAT
Jemaat pertama di Yerusalem (Kisah 2:41-47) mengakui adanya sesama penyembah Allah di kota-kota lainnya. Mereka mengirim bantuan kepada umat Kristen di Antiokhia melalui Petrus dan Yohanes (Kisah 8:14). Belakangan, jemaat ini menerima seseorang, Saulus dari Tarsus, yang telah diubah kepada Kristus di Damsyik (Kisah 9:26-28). Gereja Yerusalem menerima pengkristenan bangsa non-Yahudi di Kaisarea (Kisah 11:18), yang menunjukkan telah robohnya dinding utama prasangka antara bangsa Yahudi dan non-Yahudi. Gereja yang sama ini mengedarkan "surat terilham pertama Perjanjian Baru," ketika mereka menyiapkan satu surat yang menjelaskan keputusan Tuhan tentang sunat bagi bangsa non-Yahudi (Kisah 15:22-31). Keputusan ini jelas terilham, dibuat di bawah bimbingan Roh Kudus, dan bukan hasil pemungutan suara para rasul (Kisah 15:28).
Umat Kristen Antiokhia pernah mengirim bantuan kepada Yerusalem dan Yudea selama masa kelaparan (Kisah 11:27-30). Gereja di Antiokhia juga mengirim para misionaris untuk berkelana menyeberangi Laut Tengah untuk memberitakan injil (Kisah 13:1-3), dan gereja itu menerima laporan dari orang-orang ini saat mereka kembali lebih dari tiga tahun kemudian (Kisah 14:26, 27).
Belakangan juga muncul contoh kerjasama dan persekutuan lain tentang keperluan akan kebajikan. Gereja-gereja di Galatia, Makedonia, dan Akhaya mengirim bantuan untuk kelaparan yang melanda Yudea. Paulus ikut membantu menyampaikan pemberian ini (Kisah 24:17; 1Korintus 16:1, 2; 2Korintus 8:1; 9:1, 2).
Pelbagai jemaat yang berlainan di seluruh dunia yang dikenal pada saat itu saling mengakui sebagai sesama orang Kristen, saling menawarkan dukungan dan bantuan, saling bersekutu, dan menganggap diri mereka sebagai kelompok-kelompok lokal yang berbeda tempat tetapi berasal dari gereja Tuhan yang sama. Setiap gereja lokal merupakan miniatur dari gereja universal.
JEMAAT-JEMAAT DIPIMPIN OLEH ORANG-ORANG KHUSUS
Awalnya, jemaat pertama di Yerusalem dipimpin oleh para rasul. Mereka bukan saja memimpin pengajaran, namun mereka juga memimpin pendistribusian dana kebajikan. Bila timbul kebutuhan, gerakan kebajikan pun diaktifkan, umat Kristen menyisihkan pemberian mereka "di depan kaki rasul-rasul" (Kisah 4:37). Sekarang, orang bisa saja mengacukan pengaturan seperti itu sebagai perbendaharaan gereja atau rekening bank. Dana diserahkan kepada kelompok pengatur, dan pengeluaran dilakukan berdasarkan keputusan para pemimpin kelompok itu, para rasul. Ketika para rasul perlu dibebaskan dari pekerjaan nyata pendistribusian, pelbagai pelayan khusus gereja-belakangan dikenal sebagai diaken-dipilih untuk membantu mereka (Kisah 6:1-6). Kepemimpinan pribadi para rasul bersifat sementara, sebab Allah merancang gereja untuk memiliki kepemimpinan permanen yang tak memerlukan keberadaan para rasul.
Dalam beberapa tahun, kelaparan di Yudea telah mendorong saudara-saudara di Antiokhia untuk mengirim dana bantuan ke Yerusalem. Bantuan ini dialamatkan "kepada penatua-penatua" (Kisah 11:30). Peranan terakhir Paulus pada karya misi pertamanya mencakup penetapan kaum pria sebagai penatua-penatua. Sewaktu ia dan Barnabas menetapkan para pemimpin di dalam jemaat-jemaat yang masih muda yang dengannya mereka selama itu bekerja, para pemimpin itu disebut "penatua-penatua" (Kisah 14:23).
Di Yerusalem, di akhir perjalanan misionari pertama dan pada kesempatan rapat khusus untuk membahas persoalan sunat, beberapa kaum pria tertentu secara jelas menduduki posisi kepemimpinan bersama dengan para rasul; dan mereka disebut "penatua-penatua" (Kisah 15:2, 4, 6, 22). Di Miletus, Paulus mengadakan pertemuan perpisahan yang menyedihkan hati dan penuh air mata dengan saudara-saudara dari Efesus. Lukas menulis bahwa orang-orang ini adalah "penatua-penatua" (Kisah 20:17, 28). Di akhir perjalanan misionari ketiga, para penatua di Yerusalem mengajukan satu permintaan khusus kepada Paulus untuk membantu empat orang muda memenuhi nazar mereka (Kisah 21:18-25).
Dalam semua contoh ini ketika keberadaan para penatua disinggung, konteksnya menunjukkan bahwa Lukas sedang menulis tentang para pemimpin di dalam pelbagai jemaat lokal gereja Tuhan. Orang-orang ini diacukan sebagai "penatua-penatua," dan mereka merupakan rencana permanen Tuhan bagi gereja-Nya.
Julukan Mereka
Dalam Perjanjian Baru ada tiga nama yang mengacu kepada para pemimpin ini: "penatua," "bishop," dan "pastor." Dalam ceramahnya di Miletus, Paulus menyebut orang-orang ini "penilik" ("bishops"; KJV), sementara Lukas menulis bahwa Paulus telah memanggil "penatua-penatua" untuk menjumpai dia (Kisah 20:17, 28). Sewaktu Paulus meninggalkan Titus di Kreta, ia menugaskan dia untuk menetapkan para penatua; namun dalam memberi kwalifikasi rohaniah untuk para pemimpin ini, ia menyebut mereka juga sebagai "bishop" (Titus 1:5, 7; KJV).3Petrus sendiri menyebut dirinya seorang "penatua" saat ia mendorong sesama penatua dalam pekerjaan mereka, namun begitu ia memberitahu mereka untuk menggembalakan atau menjadi "pastor" bagi kawanan domba yang dengannya mereka bekerja (1Petrus 5:1, 2). Jelaslah seluruh tiga kata itu dipakai untuk mengacukan pekerjaan yang sama, jabatan yang sama, dan orang yang sama yang melaksanakan jabatan itu. Ketiga nama itu mengacu kepada mereka.
Presbuteros , kata Yunani yang paling sering diterjemahkan "penatua," dipakai sebanyak 74 kali dalam Perjanjian Baru dalam pelbagai bentuknya yang berbeda. Dalam Kisah, kata itu dipakai 19 kali. Dua konteks kata itu dalam kitab Kisah mengacu kepada orang yang sudah berusia lanjut atau tua, sementara 7 kali mengacu kepada para pemimpin di dalam masyarakat Yahudi. Namun begitu, pemakaian yang paling menonjol atas kata itu dalam kitab Kisah adalah yang mengacu kepada para pemimpin di dalam gereja Tuhan: kata itu dipakai dengan cara ini sebanyak 10 kali. Dalam seluruh pemakaiannya, kata "penatua" adalah kata yang mengacu kepada umur dan pengalaman, namun beberapa konteks menuntut kata itu diartikan sebagai kelompok khusus orang-orang yang ditetapkan dalam satu jemaat gereja Tuhan yang bertugas untuk mempimpin. Mereka harus menjadi pemimpin dalam gereja dikarenakan oleh umur, pengalaman, dan kedewasaan rohani mereka.
Kata yang diterjemahkan "bishop" atau "penilik" (episkopos) terdiri dari dua kata Yunani yang bila disatukan arti harfiahnya adalah "menjangkau atas," "melihat atas." Dalam bidang kepemimpinan, kata itu mengacu kepada orang-orang yang mengawasi pekerjaan dan para pekerja. Kata ini dipakai 11 kali dalam Perjanjian Baru; 7 kali mengacu kepada para pemimpin rohani yang sama di dalam gereja-gereja lokal. Kata itu mengacu sekali kepada pekerjaan seorang rasul (Kisah 1:20). Diterjemahkan sekali sebagai "jagalah" (Ibrani 12:15) dan dua kali sebagai "melawat" (Lukas 19:44; 1Petrus 2:12). Bila dipakai untuk mengacukan kaum pria yang harus memimpin gereja lokal, kata itu mengacu kepada kepengawasan mereka terhadap pelbagai kegiatan gereja lokal itu.
"Pastor" atau "gembala" ( poimen) dipakai dalam pelbagai acuan yang bersifat harfiah dan kiasan ke atas mereka yang menjaga domba. Dalam Perjanjian Baru terdapat 39 kali, setidaknya 13 kali untuk melukiskan orang-orang yang secara harfiah menjaga kawanan domba duniawi. Istilah ini mengacu kepada Yesus sebanyak 5 kali sebagai gembala jiwa yang khusus, namun setidaknya dalam 7 konteks istilah itu memiliki arti kaum pria yang menjadi pemimpin dalam gereja lokal. Bentuk kata kerja dari kata ini dipakai sekali untuk melukiskan pekerjaan para penatua, yang menunjukkan bahwa pelbagai istilah untuk para pemimpin jemaat ini bisa dipakai saling bergantian (Kisah 20:28). Para pemimpin pada waktu yang sama bisa menjadi "para penatua" dalam pengertian umur, pengalaman, dan kedewasaan rohani, dan menjadi "pastor" atau "gembala" dalam pengertian mereka akan menjaga kawanan domba (umat Kristen di Efesus).Selain itu, mereka bisa disebut "bishop" dalam pengertian bahwa mereka akan mengawasi pelbagai kegiatan jemaat itu.
Bahwa pekerjaan, atau jabatan, sepasti itu ditemukan dalam gereja mula-mula bisa dilihat melalui cara Paulus mengalamatkan satu surat secara bersamaan kepada "penilik jemaat dan diaken" di Filipi (Filipi 1:1). Allah telah merancang susunan tugas kepemimpinan dalam gereja, dan kata "penatua," "bishop," dan "pastor" dipakai secara bergantian untuk menggambarkan tugas-tugas itu. Penyebutan diaken dalam ayat ini menunjukkan bahwa pekerja-pekerja khusus yang melayani jemaat memang difungsikan dan diakui keberadaannya bersama dengan para pemimpin dalam gereja di Filipi.
Peranan Mereka
Pekerjaan para penatua/bishop/pastor ini mencakup tiga hal. Pertama, para penatua harus memimpin. Tanggung jawab mereka termasuk mengatur dan menjaga gereja lokal dimana mereka hidup dan beribadah (1Timotius 3:5; 5:17). Mereka harus mengatur lewat teladan hidup, pengajaran, dan pengawasan (Ibrani 13:7, 17).
Kedua, mereka harus memperhatikan . Untuk bisa memimpin dengan benar, mereka harus memperhatikan kehidupan dan prilaku pribadi mereka sendiri (Kisah 20:28). Orang-orang ini harus mengawasi juga jiwa-jiwa yang ada di bawah pengawasan mereka (Ibrani 13:17), dan mereka harus bersandar dengan setia kepada Firman Allah, dengan cara bersedia untuk menasihati dan meyakinkan "penentang-penentangnya" yang mungkin menentang kebenaran itu (Titus 1:9).
Ketiga, mereka harus memberi makan. Tuhan merancang gereja-Nya supaya kaum pria yang memenuhi syarat bisa mengarahkan jiwa-jiwa yang ada dalam pengawasan mereka (Kisah 20:28; 1Petrus 5:2). Mereka harus menjadi guru (1Timotius 3:2) yang bisa mengajar secara positif; dan, dalam pengertian negatif, mereka harus menjadi penjaga yang cukup mengetahui pelbagai doktrin Kristus untuk menyangkal pelbagai doktrin palsu (Titus 1:9). Mereka harus cukup berani untuk menutup segala kemungkinan bagi guru-guru palsu menyebarkan doktrin palsu kepada para anggota gereja yang berada dalam penjagaan mereka (Titus 1:10, 11).
KESIMPULAN
Jemaat abad pertama adalah mandiri: Mereka mengurus sendiri pelbagai kebijakan dan kegiatan mereka. Tak ada jemaat yang mengontrol jemaat lain dalam bentuk apa saja. Gereja-gereja ini tidak dibentuk ke dalam wadah keuskupan, kepastoran, asosiasi, sinode, atau distrik. Mereka tidak memiliki kantor pusat nasional atau internasional. Mereka sekedar kelompok-kelompok manusia yang melayani Tuhan Yesus Kristus di dalam pelbagai tempat. Mereka semua bertanggung jawab terhadap injil yang sama; mereka semua telah ditambahkan kepada gereja oleh Tuhan; dan mereka semua menyembah, mengajar, dan bekerja dengan cara yang sama. Mereka berbagi sifat-sifat ini sebab mereka semua berada di bawah "kepala" yang sama, Yesus Kristus, sebagai Tuhan (Kolose 1:18). Ia sudah memberi perintah dan ajaran yang sama bagi semua jemaat. Gereja-gereja lokal saling bekerja sama dan menolong dalam pelbagai kesempatan, tetapi mereka bersifat otonom.
Yang memimpin dalam setiap gereja adalah beberapa pria, begitu mereka memenuhi syarat secara rohani dan dipilih oleh para anggota. Yang selalu disebut dalam pelbagai acuan kepada orang-orang ini dan hubungannya terhadap gereja-gereja itu adalah kelompok pria. Perjanjian Baru tidak memuat konsep tentang satu penatua atas satu jemaat, satu penatua atas sekelompok jemaat, atau penatua khusus yang utama atau terkemuka. Setiap orang memiliki tanggung jawab dan otoritas yang setara di dalam kelompok kepemimpinan itu.
Para penatua mengarahkan pekerjaan umat Kristen di dalam gereja yang mereka layani. Mereka tidak menjalankan kuasa apa pun juga ke atas para penatua dari jemaat-jemaat lainnya. Rasa hormat terhadap seorang penatua bisa mendorong orang-orang di luar jemaatnya meminta nasihat dari dia, tetapi rancangan Allah tidak mencakup adanya otoritas bagi penatua mana saja di luar gereja lokal yang ia pimpin.
Para pemimpin gereja tidak menulis hukum-hukum atau tradisi-tradisi tambahan sebagaimana bangsa Yahudi di bawah hukum Musa, khususnya selama era inter-perjanjian. Talmud-terdiri dari dua bagian yang dikenal sebagai "Mishnah" dan "Gemara"-adalah produk orang-orang Yahudi kuno yang menambahkan pelbagai tradisi kepada Taurat yang Allah berikan kepada bangsa Israel. Bagaimanapun, tradisi-tradisi itu dicela oleh Tuhan di dalam banyak kesempatan (Markus 7:6-9). Para pemimpin gereja tidak boleh membuat hukum-hukum atau ajaran-ajaran baru apa saja dan tidak punya kuasa untuk mengadakan pemungutan suara tentang pelbagai kebijakan mengenai perubahan kondisi sosial. Kesetiaan mereka adalah kepada Firman Tuhan saja. Kesetiaan yang sama harus dipraktikkan juga di zaman kini jika umat Kristen mau setia kepada pelbagai konsep Perjanjian Baru.
Para anggota gereja harus tunduk kepada kepemimpinan para penatua, menghormati mereka dan penilaian mereka dengan sangat tingginya sehingga mereka akan dengan senang hati mengikuti para penatua itu. orang-orang ini harus berwatak sedemikian saleh dan hidupnya patut dicontoh sehingga rasa hormat timbul dari situ (1Petrus 5:2, 3). Selain itu, orang-orang ini saling menundukkan diri sebagai sesama penatua, sebagaimana juga halnya anggota gereja lokal mana saja (Efesus 5:21). Jika timbul masalah perbedaan penilaian, mereka harus memelihara kesatuan Roh dalam ikatan kedamaian (Efesus 4:3), tak melakukan hal-hal yang egois atau congkak. Masing-masing menganggap yang lainnya "lebih penting dari dirinya sendiri," artinya, menghormati pendapat dan penilaian para penatua lainnya (Filipi 2:3).
Tidak ada susunan kepemimpinan lain yang dikenal di dalam gereja Tuhan. Allah tidak menetapkan "bishop-bishop pengawas," bishop-bishop distrik, kardinal-kardinal, paus-paus, atau penerus para rasul. Ia tidak menetapkan jabatan-jabatan lain yang umum dikenal di antara pelbagai denominasi zaman kini. Pemerintahan rohani yang dirancang oleh Tuhan adalah untuk kaum pria yang memenuhi syarat untuk memimpin sebagai gembala atas nama "Gembala Agung" yang akan mengupahi mereka dengan mahkota kemuliaan atas kesetiaan dan pekerjaan mereka (1Petrus 5:4).
Pemerintahan Allah akan berjalan; tidak memerlukan struktur tambahan. Kitab Kisah berisi catatan tentang Allah menjalankan pemerintahan-Nya di dalam gereja-gereja-Nya Catatan Akhir
Catatan Akhir:
- 1 Salah satu contoh adalah Niniwe, ibu kota Asyur, suatu bangsa non-Yahudi. Yunus, seorang nabi Israel, diutus ke Niniwe untuk memberi kesempatan bertobat kepada para warganegara negeri itu (Yunus 1:1, 2; 3:1-4). Yunus tidak menyuruh mereka untuk mentaati hukum Musa, sebab hukum itu tidak berlaku ke atas mereka. Orang harus menyimpulkan bahwa karena Allah memberi bangsa non-Yahudi ini kesempatan untuk bertobat dari dosa, dan karena dosa adalah pelanggaran atas suatu hukum (Roma 4:15; 5:13; 1Yohanes 3:4), maka mereka tentu berada di bawah suatu hukum tertentu dari Allah.
- 2 Lihat pelajaran sebelumnya untuk penjelasan yang lebih lengkap.
- 3 Titus 1:5 memakai kata presbuteros, yang diterjemahkan "penatua" dalam KJV, NIV, dan NASB. Titus 1:7 memakai kata episkopos, yang diterjemahkan "bishop" dalam KJV dan "penilik" dalam NIV dan NASB.
Pengarang: Roy H. Lanier, Jr.
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Ringkasan Kitab Kisah: IBADAH BARU UNTUK KEMULIAAN KRISTUS
Dalam satu hari praktik ibadah ribuan orang Yahudi berubah! Bagi setidaknya 3.000 orang, ...
Ringkasan Kitab Kisah: IBADAH BARU UNTUK KEMULIAAN KRISTUS
Dalam satu hari praktik ibadah ribuan orang Yahudi berubah! Bagi setidaknya 3.000 orang, kehidupan beragama menjadi sama sekali berbeda setelah mendengar Petrus menyajikan injil pada Hari Pentakosta.
Setelah menuruti pelbagai perintah hukum Musa seumur hidup mereka, kaum Yahudi yang menjadi orang Kristen dalam Kisah 2 ini mengalami transformasi menakjubkan. Tiba-tiba saja, ribuan orang menyembah Allah dengan cara yang belum pernah dilihat atau didengar sebelumnya. Semua kegiatan Perjanjian Lama yang familiar bagi mereka tiba-tiba saja lenyap dari kehidupan mereka. Sesuatu yang penting telah terjadi; suatu peristiwa yang menghancurkan Taurat telah terjadi. Sesuatu telah memberi orang-orang ini harapan kekekalan pada hari-hari menyusul penyaliban Yesus. Hanya perintah Allah yang bisa menjelaskan cara baru beribadah seperti itu.
IBADAH BARU DIPERLIHATKAN
Menyusul perubahan hidup mereka kepada Kristus, orang-orang Kristen ini menerima praktik baru dalam ibadah dan cara baru hidup mereka sehari-hari. Mereka "bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kisah 2:42). Sebelum Hari Pentakosta ini kita tidak pernah membaca dalam Kitab Suci bahwa para pengikut Yesus bersikap seperti itu. Mereka "teguh" dalam menjalankan praktik-praktik ini, seperti halnya mereka sudah dengan setia menjadi pengikut Taurat.
Empat perbuatan yang disebut oleh Lukas berawal pada Hari Pentakosta ini. Pertama, umat Kristen mulai menuruti pengajaran dari rasul-rasul-"pengajaran rasul-rasul"-ketimbang menuruti pengajaran Taurat. Mereka mulai hidup dengan apa yang rasul-rasul itu ajarkan, terlepas cara hidup itu sesuai dengan Taurat atau tidak. Mereka bahkan memakai pelbagai ruangan umum di Bait Allah untuk melakukan banyak pengajaran (Kisah 2:46).
Kedua, mereka bertekun terus dalam "persekutuan" (koinonia) ketimbang bertekun terus dalam persepuluhan Taurat. Dalam Perjanjian Baru, kata "persekutuan" bisa memiliki beberapa arti, namun dalam konteks ini kata itu jelas mengacu kepada berbagi kebutuhan hidup. Para mualaf Kristen itu mulai menjual barang dan tanah mereka dan memberi hasil penjualan itu kepada siapa saja yang membutuhkannya pada waktu itu di Yerusalem (Kisah 2:45). Akhirnya, banyak dari pengunjung Yahudi itu akan pulang ke rumah, namun mereka gembira dan ingin sekali belajar semampunya tentang Mesias dan pemerintahan baru Anak Allah dalam kerajaan-Nya.
Ketiga, para mualaf Yahudi itu mulai "memecahkan roti" bersama. Dalam konteks lain, ungkapan yang sama ini bisa dan akan berarti memakan makanan biasa (Kisah 2:46), namun di sini mereka sedang melakukan sesuatu sebagai bagian dari perbuatan ibadah dalam merespon doktrin para rasul. Ini jelas merupakan sesuatu yang baru bagi mereka, sedangkan istilah memecah-mecahkan roti dalam pengertian makan biasa mereka tidak punya sesuatu yang baru. Juga, kegiatan ini disinggung dalam Kisah 2:42, dimana tiga perbuatan lain dalam ibadah turut dicantumkan. Makanan yang terus-menerus mereka bagi adalah Perjamuan Tuhan (1Korintus 11:20-28).
Keempat, doa para mualaf Kristen itu dipanjatkan melalui Dia yang telah mati di kayu salib, Yesus Kristus (1Tesalonika 5:17, 18). Ia diakui sebagai Tuhan dan Kristus (Kisah 2:36) dan sebagai pengantara mereka (1Timotius 2:5). Selama 15 abad sejarah bangsa mereka, keturunan Abraham itu belum pernah sebelumnya berdoa melalui nama pengantara Yesus Kristus.
Yang tidak disebut dalam konteks ini adalah perbuatan ibadah lain yang menjadi bagian dalam memuliakan Allah melalui Yesus: musik ibadah. Paulus dan Silas menyanyi memuji Allah selagi dalam penjara (Kisah 16:25). Musik ikut dimasukkan ke dalam pelbagai perintah para rasul tentang ibadah. Sewaktu Paulus mengoreksi beberapa kesalahan dan penyalahgunaan perhimpunan di Korintus, ia memakai doa dan pujian sebagai contoh yang menunjukkan bahwa prilaku ibadah harus punya manfaat untuk dan dipahami secara jelas oleh semua orang (1Korintus 14:15). Bentuk musik ibadah umat Kristen Perjanjian Baru adalah acappella (tanpa alat musik).
IBADAH BARU DIJELASKAN
"Pengajaran Rasul-rasul"
Pengajaran rasul-rasul (Kisah 2:42) menggantikan Taurat. Yesus menyatakan bahwa semua nubuatan tentang Dia sudah menjadi kenyataan; oleh sebab itu, Taurat dan kitab para nabi tidak akan berlaku lagi (Lukas 24:44). Para rasul akan menerima wahyu baru dan terakhir, yang akan bisa dibaca dan dipahami oleh orang biasa (Efesus 3:3-5). Wahyu ini dari Allah dan tidak akan pernah dirubah menjadi injil yang lain (Galatia 1:6-9). Wahyu itu merupakan pesan terakhir dari sorga dan yang telah disampaikan "sekali untuk selamanya" kepada para pencari kebenaran (Yudas 3).
Kedua belas rasul (dan belakangan juga Paulus) bicara dengan otoritas Kristus, sebab mereka diilhami Roh Kudus (Yohanes 14:25, 26; 15:26; 16:7, 8). Kata "terilham" tidak semata-mata mengacu kepada sesuatu yang luar biasa atau usaha yang melebihi manusia normal. Sebaliknya, itu merupakan perbuatan Allah Roh ke atas para pembicara dan penulis ini. Allah Roh mengilhami mereka, meniupkan ke dalam diri mereka apa yang harus dikatakan dan dituliskan. Kebenaran ini keluar dari Allah dan ditiupkan ke dalam para rasul dan para penulis lain kitab-kitab Perjanjian Baru. Oleh sebab itu, setiap isi Kitab Suci "diilhami oleh Allah" (2Timotius 3:16, 17). Otoritas di balik pengajaran para rasul yang seperti itu bukanlah alami, tetapi ilahi (1Korintus 2:13).
Pemahaman atas kebenaran baru dan isi Kitab Suci menunjukkan tujuan Taurat yang tepat dan sesungguhnya: Taurat itu adalah "kepala sekolah," seorang "pendidik" untuk membawa bangsa Israel kepada Kristus (Galatia 3:23-25). Kini Kristus telah datang, kini "iman" itu telah dinyatakan dan lengkap, hukum Musa tidak lagi berlaku. Hukum itu telah menyelesaikan tujuannya. Hukum itu punya tempatnya sendiri dalam skema penebusan Allah, sebab hukum itu mengarahkan bangsa Yahudi kepada Yesus sebagai Kristus. Doktrin-doktrin baru yang diajarkan oleh para rasul diberikan kepada para penyembah Allah untuk dihormati dan dituruti sejak dari saat itu sampai seterusnya.
Ungkapan pengajaran "rasul-rasul" mengandung konstruksi tata bahasa yang menarik. Ungkapan itu sejajar dengan susunan kata-kata yang sering diperdebatkan dalam 2Yohanes 9, 10 tentang persekutuan:
Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak. Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya.
Di sini terdapat ungkapan "ajaran Kristus." Dalam konstruksi Yunani, keduanya tepat sama. Orang-orang yang berselisih tentang "ajaran Kristus" memahami bahwa artinya bisa ajaran-ajaran tentang Kristus yang diajarkan atau ajaran-ajaran yang Kristus ajarkan . Jika artinya hanya ajaran-ajaran tentang Kristus yang diajarkan, maka persekutuan di antara semua orang yang menerima Dia sebagai Anak Allah harus dipertahankan, terlepas apapun afiliasi dan praktik denominasi mereka.
Pada sisi lainnya, jika artinya adalah semua ajaran yang diajarkan oleh Kristus dan para rasulnya, maka persekutuan akan dibatasi kepada mereka yang setia kepada semua ajaran Perjanjian Baru. Di sisi lain lagi, semua orang yang menerima Yesus sebagai Kristus akan memiliki bentuk persekutuan yang longgar; selain itu, persekutuan yang khusus akan terwujud hanya di antara orang-orang yang benar-benar setia kepada semua pengajaran para rasul.
Karena susunan tata bahasa dalam nas ini adalah sejajar, maka Kisah 2:42 akan bisa diterjemahkan "pengajaran dari rasul-rasul" ketimbang "pengajaran rasul-rasul." Begitu juga halnya, 2Yohanes 9 akan bisa diterjemahkan "pengajaran Kristus." Lalu, ini akan memberi keyakinan kepada pemahaman ini bahwa pengajaran Yohanes itu menyiratkan persekutuan yang terbatas dan bukan dasar bagi bentuk persekutuan inter-denominasi yang luas bagi siapa saja yang menerima Kristus sebagai Kristus. Orang yang ingin melanggar garis persekutuan yang Tuhan telah tetapkan akan menemui kesulitan dalam menangani makna sebenarnya nas 2Yohanes 9 ini.
"Persekutuan"
Persekutuan, perubahan kedua yang diadopsi oleh para mualaf Yahudi Kristen ini, merubah pandangan mereka tentang kepemilikan dan perhatian mereka terhadap orang yang tidak punya. Kata koinonia, dalam pengertiannya yang terluas, mengacu kepada partisipasi bersama saudara-saudara seiman dalam hak-hak istimewa keagamaan. Dalam konteks lain, kata itu dipakai untuk persekutuan yang umat Kristen miliki dengan Bapa, Anak, dan Roh Kudus (2Korintus 13:14); persekutuan antar umat Kristen (1Yohanes 1:7); dan persekutuan yang umat Kristen miliki dengan darah dan tubuh Tuhan di kayu salib dalam Perjamuan Tuhan (1Korintus 10:16).
Koinonia dipakai juga secara menyolok untuk berbagi kepemilikan duniawi dengan orang lain (Roma 15:26; 2Korintus 9:13). Paulus berkata bahwa karena orang Kristen Palestina telah membagi injil dengan mereka yang di Roma, maka umat Kristen di Roma harus membalasnya dengan membagi berkat duniawi mereka dengan orang-orang di Palestina yang sedang membutuhkan bantuan materi. Paulus juga mengingatkan umat Kristen di gereja Filipi bahwa mereka selama ini sudah dengan setia membantu memenuhi kebutuhan materinya (Filipi 1:5; 4:14-16).
Dalam konteks Kisah 2, "persekutuan" ini kemungkinan besar mengacu kepada membagi kebutuhan materi kepada tamu-tamu Yahudi, mualaf-mualaf baru injili yang masih tinggal di Yerusalem selama beberapa bulan dalam usaha mereka mempelajari injil semampunya. Para sejarawan mencatat bahwa fenomena seperti itu terjadi, dengan banyak keluarga yang tinggal cukup lama di sekitar Yerusalem, karena mereka memerlukan makanan dan uang untuk perjalanan pulang ke rumah mereka.
Salah satu fakta menarik tentang cara baru dalam menyumbang pekerjaan Tuhan adalah fakta ini bahwa persepuluhan tidak lagi disebut! Persepuluhan bahkan sudah dipraktikkan sebelum Taurat, sebagaimana Abraham telah membayar persepuluhan kepada Melkisedek (Ibrani 7:1-4). Absennya pengajaran lanjutan apa saja tentang persepuluhan di bawah injil Kristus menunjukkan telah terjadinya perubahan cara mereka memberi. Di bawah hukum yang baru, persembahan uang diberikan sebagaimana seseorang telah diberkati (1Korintus 16:2), dari kelebihan seseorang (2Korintus 8:14, 15). Pemberian ini harus diberikan secara berlimpah-limpah, kerelaan hati, dan sukacita (2Korintus 9:6, 7).
"Memecahkan Roti"
Memecahkan roti, perubahan terilham lainnya dalam pola ibadah, merupakan perayaan peringatan khusus untuk menghormati kematian Yesus di kayu salib. Makanan ini adalah untuk mengingat kematian Tuhan (1Korintus 11:26), dan dimakan sesuai perintah yang Tuhan berikan pada malam Ia dikhianati (Matius 26:26-29; Lukas 22:17-20). Makanan pengingat ini harus dilaksanakan di dalam kerajaan Tuhan, karena Ia sendiri akan bergabung dalam persekutuan itu dan tinggal bersama umat Kristen yang setia di dalam perayaan ini (Lukas 22:29, 30). Komuni ini (1Korintus 10:16) dilaksanakan di dalam perhimpunan jemaat dan harus bukan bagian dari makanan biasa apapun juga (1Korintus 11:20-22, 33, 34).
Perayaan pengingat ini untuk mengingatkan umat Kristen bahwa Yesus telah memberikan tubuh dan darah-Nya bagi dosa dunia. Umat Kristen Perjanjian Baru melaksanakan perayaan ini pada hari pertama dalam minggu, hari Minggu (Kisah 20:7). Pertemuan hari Minggu merupakan praktik tetap pelbagai jemaat mula-mula.
Ketika Paulus memberi perintah tentang bagaimana mengumpulkan dana untuk menolong orang-orang yang kekurangan, ia berkata pengumpulan itu bisa dilakukan pada hari dimana mereka sudah biasa berkumpul (1Korintus 16:2). Paulus tidak sedang memberitahu umat Kristen untuk mulai berkumpul pada hari Minggu; sebaliknya, ia sedang memerintahkan mereka untuk menyimpan secara tetap dalam perbendaharaan pada saat mereka biasanya berkumpul dalam perhimpunan mereka pada hari Minggu.
Pertemuan-pertemuan tetap pada hari Minggu ini sangatlah bermakna. Di bawah Taurat, bangsa Yahudi telah terbiasa memakai hari ketujuh, Sabat (Sabtu), sebagai hari mereka untuk berkumpul. Para mualaf Yahudi itu melakukan pertemuan ibadah khusus mereka pada hari Minggu, hari pertama. Yesus sudah memerintahkan para rasul untuk melanjutkan mengajarkan "segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" kepada orang-orang percaya yang telah dibaptis (Matius 28:20).
Jika para rasul mengajar para mualaf baru itu untuk berkumpul pada hari Minggu untuk menghormati Yesus, maka ajaran itu tentunya merupakan akibat langsung dari apa yang Yesus sudah perintahkan untuk mereka lakukan. Para pelajar Alkitab tidak bisa secara tepat berkesimpulan lain selain bahwa pertemuan hari Minggu untuk menyembah Tuhan, termasuk Perjamuan Tuhan, dimulai sebab Yesus memerintahkan mereka untuk memulai. Para rasul tetap mengajarkan apa yang Yesus telah perintahkan dan para mualaf Kristen menuruti pengajaran rasul-rasul itu.
"Berdoa"
Sebagai tambahan bagi pelbagai perubahan dramatis lainnya, doa pun berubah dan dipanjatkan secara berbeda: Sebelum Hari Pentakosta, para mualaf ini berdoa kepada Allah Yehovah; tetapi kini mereka mulai berdoa kepada Allah Yehovah melalui perantara Yesus Kristus (Kolose 3:17; Roma 1:8, 9; 1Timotius 2:5). Sebelumnya, orang-orang Yahudi ini menyapa Bapa dengan penuh hormat; kini mereka menyapa Bapa melalui Anak, juga dengan penuh hormat.
Di bawah injil baru yang diberitakan pada Hari Pentakosta dalam Kisah 2, terjadi perubahan pada pengajaran rasul-rasul, persekutuan, pemecahan roti, dan doa.
IBADAH BARU DIALAMI
Dalam Yohanes 4:21-24, Yesus menjanjikan perempuan Samaria di tepi sumur bahwa tidak lama lagi bentuk ibadah akan tidak tergantung pada apakah orang berada di Yerusalem atau di gunung-gunung di Samaria; sebaliknya, penyembah yang benar akan bergantung pada penyembahan dalam "roh dan kebenaran." Orang Samaria adalah keturunan para pemberontak yang mengikuti Yerobeam ketika kerajaan Israel terpecah dua (1Raja-Raja 12; 13). Mereka menyatakan bahwa anak-anak Abraham bisa beribadah di gunung-gunung di Samaria tanpa pergi ke Yerusalem. Orang-orang Israel yang setia tetap melaksanakan Perayaan Paskah di Yerusalem, namun Yerobeam menciptakan satu perayaan yang menandingi Paskah supaya para pengikutnya tidak pergi ke Yerusalem dan melayani Rehabeam (1 Raja-raja 12:26-33).
Ketika bicara kepada perempuan Samaria itu, Yesus mengabaikan perdebatan yang sudah sangat lama dan menyatakan bahwa ibadah kepada Allah akan segera dirubah, dipersembahkan dalam roh dan dalam kebenaran. Beribadah "dalam roh" mengacu kepada niat dan motif di dalam diri penyembah itu. Beribadah "dalam kebenaran" artinya prilaku penyembah harus sesuai dengan kebenaran, Firman Allah. Allah tidak akan menerima ibadah yang dipersembahkan kepada-Nya dalam ritual yang hampa. Cara-cara ibadah yang tidak diperintahkan Allah juga tidak akan diterima oleh-Nya.
Ibadah sejati memiliki beberapa karakter. Pertama, ibadah sejati bersifat internal . Meskipun ibadah itu melibatkan pelbagai gerakan fisik di luar pikiran penyembah, pemujaan dan pujian sejati harus keluar dari pikiran setiap penyembah. Kedua, ibadah sejati bersifat intensional. Ibadah itu dilaksanakan dengan pikiran yang punya tujuan. Ibadah tidak bisa dilaksanakan tanpa direncanakan. Melakukan gerakan-gerakan fisik saja tidak bisa dikatakan ibadah; harus ada niat pribadi yang ikut dilibatkan. Ketiga, ibadah sejati bersifat vertikal. Ibadah tidak diarahkan atau bergantung kepada penyembah lain.
Ibadah sejati adalah untuk memuji dan memuliakan Allah, bukan untuk menepuki atau menerima orang lain. Dalam ibadah kepada Tuhan tidak ada tempat bagi pertunjukan untuk kepentingan orang lain. Sementara seseorang mengajar atau bernyanyi, beberapa manfaat bisa diambil oleh orang-orang yang mendengarkannya; namun pada saat yang sama orang-orang Kristen itu "berkata-kata seorang kepada yang lain" dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani, mereka "bernyanyi dan bersorak" dan "mengucap syukur kepada Allah" di dalam hati mereka (Kolose 3:16; Efesus 5:19). Hanya Ilahi saja yang boleh menerima ibadah manusia.
Keempat, ibadah sejati bersifat sementara. Ibadah terdiri dari pelbagai sikap yang diarahkan kepada Allah untuk merespon keinginan-Nya. Seseorang boleh saja beribadah dimana saja dan kapan saja dengan berbagai cara. Dalam kitab Kisah, berdoa dan bernyanyi dilakukan pada pelbagai kesempatan, baik pribadi maupun umum, tergantung pada niat seseorang. Ibadah bersifat sementara dan terbatas pada cara-cara yang orang arahkan secara sengaja kepada Allah untuk merespon pelbagai perintah dalam Firman-Nya.
Selain itu, ibadah sejati bukanlah ibadah yang sia-sia (Markus 7:7). Bukan pula ketidaktahuan (Kisah 17:23) dan tidak dilakukan menurut kehendak atau keputusan manusia (Kolose 2:20-23).
KESIMPULAN
Menyembah Allah kini menjadi hak istimewa semua orang Kristen di mana saja. Tidak dibatasi oleh letak geografis atau suku imamat apapun juga. Semua orang Kristen dirancang sebagai imam, mampu mempersembahkan ibadah yang berkenan kepada Allah (1Petrus 2:5, 9-11). Meskipun pelbagai cara ibadah (Perjamuan Tuhan, berdoa, bernyanyi, mengajar, dan kontribusi) harus dilakukan di dalam perhimpunan orang-orang kudus, namun beberapa dari cara ini bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Satu pengecualian adalah Perjamuan Tuhan, yang tidak pernah dimakan pada sembarang hari selain hari Minggu. Bernyanyi, berdoa, mengajar, dan kontribusi terlihat ada di sepanjang Kitab Kisah pada hari-hari lainnya maupun pada hari Minggu. Oleh sebab itu, dari kitab ini kita harus menyimpulkan bahwa makan perjamuan pada hari lain tidak diperkenankan oleh Allah. Tuhan dibangkitkan tidak pada hari lain, dan tidak ada hari lain yang ditetapkan bagi peringatan khusus kematian-Nya.
Hari Tuhan adalah hari penghormatan dan peringatan khusus (Wahyu 1:10). Kita memiliki hak menakjubkan untuk diingat setiap seminggu sekali tentang pengampunan kita melalui Kristus dan pengorbanan-Nya bagi dosa kita.
Karena Allah adalah Oknum yang harus disembah, maka hanya Dia yang punya pilihan tepat tentang apa yang manusia harus lakukan untuk menghormati Dia. Betapa congkaknya orang yang membuat sendiri peraturan-peraturan ibadahnya! Manusia sering melakukan apa yang menyukakan diri sendiri ketimbang apa yang diajarkan dengan jelas untuk menyukakan Allah.
Umat Kristen dalam kitab Kisah, berasal dari latar belakang Yahudi, siap menerima instruksi-instruksi baru dari Allah. Kitab ini mencatat pelbagai perubahan menakjubkan yang dilakukan oleh orang-orang Kristen ini dalam hidup mereka, dan contoh hidup mereka patut direnungkan dan dihormati oleh orang-orang zaman kini.
BERBUAT
"Berbuatlah sesuatu. Baik memimpin, mengikuti, atau menepi!"
"Tak seorang pun pernah naik ke atas bukit hanya dengan memandangi bukit itu."
"Kegagalan bukanlah hal terburuk dalam dunia ini. Yang sangat terburuk adalah tidak mencoba."
"Berbuat tanpa berpikir lebih seperti menembak tanpa membidik."
Pengarang: Roy H. Lanier, Jr.
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Ringkasan Kitab Kisah: KEBAJIKAN PENUH KASIH
Kebajikan dan perhatian terhadap semua orang lain merupakan hal yang sama sekali baru dalam diri orang-...
Ringkasan Kitab Kisah: KEBAJIKAN PENUH KASIH
Kebajikan dan perhatian terhadap semua orang lain merupakan hal yang sama sekali baru dalam diri orang-orang yang dirubah hidupnya kepada Yesus Kristus. Selama ini orang-orang Yahudi diajar untuk saling memperhatikan sesama ras Ibrani, namun sikap mereka terhadap orang non-Ibrani masih jauh dari yang diinginkan. Kisah Yesus tentang kebajikan orang Samaria terhadap orang Yahudi yang dipukuli (Lukas 10:25-37) mencerminkan pikiran bangsa Yahudi terhadap bangsa-bangsa lainnya.
Bangsa-bangsa non-Yahudi kurang mempedulikan nyawa manusia. Semakin besar keberhalaan mereka, semakin kurang hormat mereka terhadap nyawa manusia. Beragam kebudayaan bangsa non-Yahudi melakukan pengorbanan anak-anak mereka kepada berhala-berhala, binatang-binatang yang didewakan, menyembah benda-benda langit, dan memuliakan sungai-sungai dan gunung-gunung. Bentuk-bentuk ibadah yang salah ini merendahkan derajat kemanusian mereka yang diciptakan menurut gambar rupa Allah yang sejati.
Yesus menantang orang-orang Yahudi itu untuk mengembangkan sikap yang lebih baik dengan memberi mereka perintah baru yang kemudian menjadi cap orang Kristen: "Saling mengasihi" (Yohanes 13:34, 35). Ia memerintahkan mereka untuk mengasihi sesama mereka, perintah nomor dua setelah mengasihi Yang Mahakuasa (Matius 22:37-39). Yesus bahkan menantang mereka untuk mengasihi musuh-musuh mereka (Matius 5:43-48).
Gereja, sebagai tubuh rohani Kristus, harus mengikuti kepemimpinan Kepalanya (Kolose 1:18); oleh sebab itu, sistem rohani baru yang berawal dalam kitab Kisah diharapkan sejalan dengan pengajaran Tuhan tentang kasih persaudaraan. Kasih persaudaraan ini tidak bisa lepas dari tanggung jawab melaksanakan kebajikan.
KASUS PERTAMA: GEREJA YANG KEKURANGAN
Menurut Kisah 2:41 dan 4:4, ribuan orang Kristen baru yang datang berkunjung dari lima belas bangsa yang disebut dalam 2:9-11 telah ditambahkan kepada para rasul dan 120 murid-murid di 1:15. Para pengunjung ini tinggal di Yerusalem lebih lama dari yang mereka rencanakan, dan mereka mulai membutuhkan makanan dan perhatian. Selain tinggal lebih lama dari yang diantisipasi sebelumnya, beberapa mualaf baru ini sudah tentu menghadapi pengucilan oleh anggota keluarga mereka karena menjadi orang Kristen. Banyak yang menjual barang-barangnya dan meletakkan hasil penjualan itu di "depan kaki rasul-rasul" (Kisah 4:35).
"Kaki rasul-rasul" merupakan cara Lukas melukiskan kelompok yang memegang dana keuangan. Di zaman kini kita mungkin akan mengatakan hal ini sebagai perbendaharaan gereja atau rekening bank. Pendistribusian diberikan kepada semua orang yang membutuhkan (Kisah 2:44, 45).
Dalam menjabarkan situasi ini diperlukan perhatian yang penuh. Beberapa orang menyatakan bahwa umat Kristen di Yerusalem membentuk suatu masyarakat kebersamaan dimana semua harta milik mereka harus dikuasai oleh kelompok itu dan tak satu orang atau keluarga pun dibolehkan memiliki hartanya sendiri. Pernyataan itu mencerminkan suatu masyarakat komunis. Dalam pengaturan seperti itu, semua harta benda akan dikuasai oleh gereja, dan semua biaya akan dikeluarkan dan dibayar atas nama kelompok.
Namun demikian, gambaran ini tidak cocok dengan gambaran yang Lukas berikan. Mekipun "segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama" umat Kristen ini (Kisah 2:44), "dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya," dan "membagi-bagikannya kepada semua orang" (Kisah 2:45), namun penjualan dan pembagian harta mereka itu "sesuai dengan keperluan masing-masing" (Kisah 2:45). Banyak orang lupa bahwa ketika prlbagai kebutuhan itu sudah terpenuhi, penjualan dan pembagian itu pun berhenti. Para warganegara Yerusalem ini tidak menyerahkan semua kepemilikan dan harta milik pribadi mereka, namun mereka memberi dengan pengorbanan sampai segala kebutuhan terpenuhi. Prinsip yang sama dilakukan juga dalam proses pendistribusian: Setelah menjual kepemilikan dan meletakkan hasil penjualan di "depan kaki rasul-rasul," pendistribusian diberikan "kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya" (Kisah 4:35). Ketika keperluan telah dipenuhi dan ketidakadilan diperbaiki, umat Kristen tidak lagi menjual dan memberi harta milik mereka. Ketika kebutuhan berhenti, penjualan pun berhenti.
Belakangan dalam Kisah, di Yerusalem masih banyak orang yang memiliki harta pribadinya sendiri. Pada waktu ini Ananias dan Safira tidak menjual harta milik mereka, namun menunggu sampai beberapa waktu kemudian (Kisah 5:4). Juga, Petrus mengatakan bahwa mereka bisa saja tidak menjual harta mereka itu dan Allah tetap berkenan kepada mereka (Kisah 5:4). Orang lainnya, Simon si penyamak, punya harta milik di Yope (Kisah 9:43; 10:6), dimana ia mengundang Petrus untuk tinggal di situ. Maria, ibu Yohanes Markus, tidak menjual rumahnya; rumah itu dipakai untuk pertemuan khusus doa kaum perempuan sewaktu Petrus sedang dipenjarakan (Kisah 12:12). Beberapa tahun belakangan, Manason masih memiliki harta pribadi di Yerusalem dan ia menjadi tuan rumah bagi rombongan yang kembali dari perjalanan misionari ketiga bersama Paulus (Kisah 21:16).
Oleh sebab itu, tidaklah benar bahwa kepemilikan bersama umat Kristen atas segala sesuatu adalah sama seperti cara komunis. Mereka tidak diminta untuk menyerahkan semua harta mereka kepada jemaat lokal dan kemudian hidup dari perbendaharaan bersama itu. Kebutuhan yang timbul dalam pasal 2 terus berlanjut untuk beberapa waktu, bahkan sampai berbulan-bulan; dan begitu juga halnya dengan pelbagai kebutuhan yang terpenuhi dalam pasal 4. Umat Kristen baru itu rela menjual harta milik mereka sampai segala kebutuhan mereda.
Kebajikan ini merupakan bentuk kasih dan perhatian orang Kristen yang keluar secara sukarela dan spontan terhadap saudara-saudara yang kekurangan. Pemberian ini diberikan dalam semangat ikatan baru persaudaraan dan persekutuan, dan yang bisa memancarkan kedermawanan luar biasa seperti itu adalah kepentingan bersama dalam Kristus.
Dalam sebuah kota Yahudi, kebajikan seperti itu begitu luar biasa dan penting sehingga Lukas berkata "mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah" (Kisah 4:33). Orang-orang di sekeliling mereka pasti merasa sangat heran terhadap pelbagai perbuatan ini. Ketika Ananias dan Safira mendustai Roh Kudus tentang pemberian mereka dan Tuhan menjatuhkan hukuman mati ke atas mereka (Tuhanlah, bukan Petrus, yang menjatuhkan hukuman ini), ketakutan besar tidak hanya melanda semua gereja, tetapi juga melanda "semua orang yang mendengar hal itu" (Kisah 5:11). Hukuman mati atas penanganan kebajikan ini memiliki dampak yang sedemikian rupa terhadap orang-orang di Yerusalem sehingga banyak yang tidak berani menghadiri pertemuan-pertemuan umum pengajaran para rasul (Kisah 5:13); namun Kisah 5:14 mengatakan, "Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan." Ini merupakan pengalaman baru bagi pikiran lama orang-orang Yahudi.
KASUS KEDUA: JANDA-JANDA YANG MISKIN
Kaum janda tetap menjadi orang yang miskin, dan beberapa ketidakberesan diperbaiki dengan menetapkan tujuh pria (bukan para rasul) yang sanggup melaksanakan pelayanan ini (Kisah 6:1-6). Kasus ini juga secara khusus mempengaruhi penduduk Yerusalem. Menyusul cerita tentang ketentuan yang sensitif dan penuh perhatian terhadap kaum janda, Lukas dengan segera bercerita tentang terjadinya penambahan murid-murid yang jauh berlipat ganda, bahkan di antara banyak imam Yahudi (Kisah 6:7).
Kebanyakan pakar menempatkan kejadian ini dua atau tiga tahun setelah pelbagai pengalaman Pentakosta yang disinggung dalam pasal 2. Dalam masalah ini para rasul belum melakukan tinjauan ke masa depan yang memadai, namun digunakannya orang-orang saleh lainnya oleh para rasul itu memunculkan beberapa prinsip penting.
Pertama, pengajaran Firman adalah yang paling penting. Kedua, meskipun melayani orang miskin adalah penting namun hal itu kurang penting dibandingkan mengajarkan injil. Ketiga, banyak tugas dalam suatu jemaat bisa didelegasikan kepada kaum pria dan wanita yang memenuhi syarat dan saleh. Keempat, kaum pria dan wanita dalam setiap jemaat siap dan memenuhi syarat untuk melakukan jenis pekerjaan seperti ini. Kelima, pengaruh terhadap lingkungan hampir sebagian besar selalu disebabkan oleh sikap gereja yang memenuhi kebutuhan jasmani di antara mereka. Keenam, teladan ini berfungsi sebagai pola yang baik bagi setiap jemaat berikutnya yang ingin melayani Tuhan dengan baik.
KASUS KETIGA: GEREJA-GEREJA YANG MISKIN
Seorang nabi bernama Agabus meramalkan akan adanya kelaparan di seluruh dunia (Kisah 11:28), dan Lukas mencatat bahwa kelaparan ini terjadi di masa Kaisar Klaudius. Terjadi empat kali masa kelaparan selama pemerintahan Kaisar Klaudius; tiga di antaranya melanda Roma dan Yunani, dan yang satu lagi melanda Palestina. Yang di Yudea terjadi sekitar 45 M., menempatkan peristiwa yang ketiga ini terjadi lebih dua belas tahun setelah gereja berdiri.
Saudara-saudara di Antiokhia merespon dengan cepat dan murah hati atas pelbagai kebutuhan yang muncul di Yerusalem (Kisah 11:30). Dalam jemaat itu cukup banyak orang yang bersedia menerima tanggung jawab untuk menolong sehingga Lukas memakai istilah ekslusif "setiap orang." Setiap anggota sama-sama menolong, dan rasa hormat jemaat terhadap organisasi Allah terlihat dalam fakta ini bahwa uang itu ditujukan kepada para penatua. Orang boleh saja mengatakan bahwa uang ini "diletakkan di depan kaki rasul-rasul," Terlepas bagaimana mengungkapkannya, uang itu berasal dari Antiokhia untuk saudara-saudara di Yerusalem, namun ada tersirat bahwa pendistribusiannya berada di tangan para penatua. Dua penginjil besar, Barnabas dan Saulus, menunda kegiatan mengajar mereka untuk menolong menyampaikan pemberian ini (Kisah 11:30).
Umat Kristen Yahudi ini masih ogah-ogahan memberitakan injil kepada siapa saja kecuali orang Yahudi (Kisah 11:19), meskipun ada beberapa dari mereka yang pergi kepada bangsa non-Yahudi di Antiokhia di Siria dengan sukses besar (Kisah 11:20). Saudara-saudara di Yerusalem mengutus Barnabas untuk menolong para anggota baru, dan Barnabas merekrut Paulus untuk menolong pekerjaan ini (Kisah 11:21-26). Paulus dan Barnabas bekerja di Antiokhia lebih dari satu tahun, dan gereja Tuhan yang berisi campuran orang Yahudi-non-Yahudi ini merupakan jemaat pertama dimana nama "Kristen" digunakan. Mungkin ada makna yang terkandung dimana pemakaian nama "Kristen" disimpan hingga jemaat-jemaat itu mengakui dan melaksanakan keuniversalan injil.
Paulus belakangan menghimbau saudara-saudara di Roma untuk membantu kebutuhan kebajikan bagi Yudea (Roma 15:26, 27). Karena saudara-saudara Yahudi di Yerusalem sudah memenuhi kebutuhan rohani saudara-saudara non-Yahudi di Roma dengan mengajarkan mereka injil, Paulus lalu menyiratkan bahwa adalah tepat bagi saudara-saudara non-Yahudi itu untuk memenuhi kebutuhan jasmani saudara-saudara Yahudi mereka di Yudea. Kebajikan bisa memiliki dampak rohani yang besar juga!
KASUS KEEMPAT: LAGI, GEREJA-GEREJA YANG MISKIN
Paulus menyelesaikan perjalanan misionari ketiga dan pulang ke Yerusalem. Orang-orang Yahudi mengira bahwa ia membawa masuk Trofimus, seorang non-Yahudi asal Efesus, ke dalam Bait Allah bersama dia sewaktu ia menuruti perintah para penatua untuk bergabung dengan (dan menutup biaya) empat orang muda yang sedang bernazar (Kisah 21:17-29). Ia ditahan dan dipenjarakan, lalu dipindahkan ke Kaisarea. Di situ ia muncul di hadapan gubernur Feliks (Kisah 23:24), dan imam besar Ananias (Kisah 24:1), Tertulus, seorang pembela yang dibawa dari Yerusalem oleh orang-orang Yahudi yang murka untuk mendakwa Paulus, menuduh Paulus dengan tuduhan pemberontakan (Kisah 24:2, 5).
Jawaban Paulus terhadap tuduhan bahwa ia memimpin pemberontakan melawan Roma adalah bahwa ia baru saja dua belas hari tiba di Yerusalem, pada waktu mana ia telah membawa pemberian dan persembahan bagi bangsanya (Kisah 24:11, 17). Ia menjelaskan bahwa ia sedang menolong bangsanya dengan pemberian uang bagi orang miskin, bukan sedang memimpin pemberontakan apa saja-di samping itu, lima hari di Yerusalem tidak akan cukup waktu untuk menggerakkan pemberontakan.1
Dalam berbicara tentang pemberian dan persembahan yang ia bawa ke Yerusalem, Paulus menyiratkan adanya sumbangan yang selama beberapa tahun ini tetap dijadikan dasar kebajikan. Paulus sudah menulis kepada jemaat Korintus tentang kebutuhan ini dan bagaimana mereka bisa ambil bagian dalam memenuhi kebutuhan tersebut, sebagaimana yang sudah ia ajarkan di gereja-gereja di Galatia (1Korintus 16:1, 2). Setahun kemudian, Paulus mengingatkan jemaat Korintus tentang janji mereka di dalam pemberian ini (2Korintus 9:1, 2), meminta mereka untuk menunaikan janji tersebut (2Korintus 8:10-12; 9:3-5). Karena ingin menghindari kritik apa saja dalam menangani uang sumbangan itu, Paulus lalu mengutus Titus dan saudara yang lain untuk membantu jemaat Korintus menunaikan janji pemberian mereka itu (2Korintus 8:16-24).
Sewaktu kembali dari Asia, Akhaya, dan Makedonia selama perjalanan misionari ketiga, Paulus ditemani oleh tujuh orang (Kisah 20:4, 5). Orang-orang ini membantu membawa pemberian dan persembahan itu, yang kemungkinan besar dalam bentuk kepingan emas dan perak. Karena pengumpulan ini setidaknya sudah berlangsung selama dua tahun, maka kantong-kantong untuk koin itu akan sangat terlalu berat bagi Paulus untuk ditangani sendiri, atau bahkan dengan satu atau dua orang teman. Rencana jahat terhadap Paulus terjadi selama perjalanan ini, mungkin untuk mencuri uang yang sudah ia kumpulkan (Kisah 20:3). Paulus melakukan sesuatu yang agak luar biasa, yaitu pergi lewat darat dari Troas ke Asos dan meninggalkan rekan-rekannya di dalam kapal (Kisah 20:13, 14). Trik ini mungkin dipakai untuk mengecoh para perampok mana saja yang menguntit dia.
Selama perjalanan ketiga ini, Paulus menulis surat 2Korintus, yang mencakup pelbagai nasihatnya untuk menyelesaikan janji pemberian itu. Paulus juga menulis kitab Roma selama perjalanan ini, dan ia menyinggung kebutuhan ini untuk melayani orang-orang kudus di Yerusalem (Roma 15:25, 26). Oleh sebab itu, kita melihat adanya kasus kebajikan lain dalam gereja sekitar tahun 58-59 M.
KESIMPULAN
Kebajikan penuh kasih menjadi salah satu karakter utama gereja mula-mula. Setiap jemaat mengambil tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan setempat, dan umat Kristen siap merespon pelbagai kebutuhan di tempat-tempat lain. Abad pertama itu sering bersikap kejam dan drastis, namun umat Kristen bangkit pada setiap kesempatan untuk memenuhi pelbagai kebutuhan saudara-saudara mereka.
Umat Kristen memiliki banyak kesempatan pribadi untuk melakukan kebaikan (Galatia 6:10), namun masih ada pelbagai tanggung jawab terhadap jemaat-jemaat Tuhan. Umat Kristen zaman kini bisa memberi secara berlimpah-limpah dan tetap kepada kelompok kerja gereja dan masih bisa memenuhi pelbagai tantangan pribadi. Tuhan merancang gereja-Nya untuk menjadi wadah kebajikan-Nya, dan setiap jemaat diperlengkapi secara memadahi untuk menunaikan pelbagai tanggung jawab itu.
Umat Kristen mula-mula telah memenuhi kehendak Tuhan bahwa mereka harus dikenal lewat kasih mereka untuk Allah dan untuk saudara-saudaranya (Yohanes 13:34, 35). J.W. McGarvey berkata, "Tidak ada pemberitaan injil yang begitu meyakinkan selain yang keluar dari kebajikan yang sepenuh hati."2
Catatan Akhir:
- 1 Dari dua belas hari itu Paulus menghabiskan dua hari untuk perjalanan (Kisah 23:31, 32) dan lima hari dalam penjara, menunggu Ananias datang dari Yerusalem (Kisah 24:1). Sisanya hanya lima hari-tentunya tidak cukup untuk memimpin suatu pemberontakan.
- 2 J.W. McGarvey, New Commentary on Acts of the Apostles (Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 230.
Pengarang: Roy H. Lanier, Jr.
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Ringkasan Kitab Kisah: POTRET GEREJA-GEREJA TELADAN
Kitab Kisah merupakan satu-satunya kitab yang menceritakan bagaimana jemaat-jemaat gereja Tuhan ...
Ringkasan Kitab Kisah: POTRET GEREJA-GEREJA TELADAN
Kitab Kisah merupakan satu-satunya kitab yang menceritakan bagaimana jemaat-jemaat gereja Tuhan berawal. Jemaat pertama berawal di Yerusalem (pasal 2); dan seraya para rasul dan orang-orang Kristen lainnya keluar dari kota itu, berdirilah beberapa jemaat gereja Tuhan tambahan. Berdirinya setiap gereja di setiap kota disebabkan oleh pemberitaan injil.1
Kajian atas pola ini mengungkapkan pentingnya pelbagai karakter penciri yang harus dihormati oleh semua generasi yang akan datang. Di era Perjanjian Baru, para penginjil berangkat hanya dengan berbekal Firman Allah sebagai pedang Rohani mereka (Efesus 6:17). Mereka tidak punya buku-buku pengakuan iman, doa, panduan, katekismus, atau buku lain apa saja yang berisi masalah hukum yang dengannya gereja-gereja didirikan di pelbagai tempat yang masih perawan.
Apakah pola ini dipakai untuk penginjilan zaman kini? Mengamati lebih dekat gereja-gereja teladan dalam kitab Kisah akan bermanfaat bagi kita.
PEMERINTAHAN SENDIRI
Jemaat-jemaat yang baru terbentuk adalah otonom, sebagaimana terlihat pertama kali di dalam fungsi para penatua di setiap jemaat itu. Pertama kali para penatua2 disebut dalam kitab Kisah adalah sekitar 15 tahun setelah Hari Pentakosta dalam pasal 2. Pada waktu itu, bantuan kebajikan dikirim oleh sesama umat Kristen di Antiokhia kepada orang-orang Kristen yang kekurangan di Yudea, sesuai dengan Kisah 11:28-30. Anggota-anggota di Antiokhia mengutus Paulus dan Barnabas sebagai utusan mereka, dan uang itu disampaikan secara khusus kepada para penatua. Para penatua itu jelas sekali merupakan orang-orang yang memimpin gereja itu.
Kisah ini juga untuk pertama kalinya menyebut tentang adanya seorang nabi dalam gereja di samping seorang rasul (Kisah 11:27). Namun begitu, ini tidak harus berarti bahwa inilah kali pertama seorang nabi dipakai oleh Allah untuk melebarkan pekerjaan gereja.
Alkitab tidak punya bukti tentang kapankah para penatua mulai berfungsi di Yerusalem atau di gereja-gereja lain di Yudea. Pada mulanya jemaat Yerusalem dipimpin oleh para rasul, sebab merekalah yang ambil pimpinan dalam masalah penanganan janda (Kisah 6:1-4). Para penatua tidak langsung dibutuhkan di Yerusalem, sebab para rasul ada di situ. Dengan kepemimpinan terilham mereka, jemaat mula-mula ini berkembang. Namun demikian, keadaan ini tidak permanen sebab para rasul belakangan dipanggil untuk bekerja di tempat lain. Juga, para rasul tidak bisa berada di setiap tempat ketika injil menyebar ke seluruh dunia Romawi; dan para rasul juga tidak bisa berada di pelbagai jemaat di abad-abad yang akan datang. Oleh sebab itu, Allah merancang suatu pengaturan yang permanen untuk mengatur umat-Nya.
Para penatua secara menonjol disinggung sebagai kaum pria yang ditetapkan dalam setiap gereja yang didirikan di Asia Kecil lewat pelbagai upaya Paulus dan Barnabas (Kisah 14:23). Sewaktu mereka kembali dari perjalanan ke arah utara, Paulus dan Barnabas menetapkan para penatua di setiap jemaat. Banyak kritik mempertanyakan perbuatan ini, sebab syarat-syarat yang menggambarkan para penatua adalah "jangan orang yang baru bertobat" (1Timotius 3:6). Sepertinya baru beberapa bulan berlalu sejak orang-orang di Ikonium, Listra, dan Derbe itu menjadi orang Kristen; dan beberapa orang menyatakan hal itu sebagai bukti bahwa orang yang baru bertobat kadang-kadang bisa dipilih sebagai para penatua.
Sebetulnya tidak demikian, sebab orang-orang yang dikristenkan pada waktu itu berasal dari antara orang Ibrani yang telah menuruti hukum Musa seumur hidup mereka. Kedewasaan rohani mereka dalam ibadah dan dalam menuruti Allah menempatkan mereka jauh di atas orang-orang yang baru belajar tentang Allah untuk pertama kalinya lewat pengajaran rasul-rasul. Ketika orang-orang Ibrani yang sudah dewasa seperti itu diberitahu tentang berita injil Yesus, penerimaan mereka atas kebenaran baru itu membawa mereka ke dalam pengetahuan tentang penebusan yang benar. Pengalaman dan kedewasaan rohani mereka membuat mereka memenuhi syarat untuk memimpin orang-orang yang belum pernah melayani Allah di bawah Taurat.
Para penatua di Yerusalem disebut lagi ketika Paulus diutus menghadap mereka untuk membahas persoalan sunat (Kisah 15:1, 2). Pada perjalanan ketiga, para penatua di Efesus disinggung secara menyolok ketika Paulus mengunjungi mereka di Miletus (Kisah 20:17). Di akhir perjalanannya yang ketiga, Paulus bertemu dengan Yakobus dan para penatua di Yerusalem, pada waktu mana mereka membuat permintaan khusus kepadanya (Kisah 21:17-26). Rancangan permanen Allah bagi gereja-Nya adalah menempatkan kaum pria di setiap jemaat untuk melayani sebagai para penatua kapan saja mereka mencapai kematangan rohani dan memenuhi syarat untuk menduduki jabatan itu.
Jemaat-jemaat yang terlihat dalam kitab Kisah berfungsi secara mandiri. Setiap jemaat memiliki para penatuanya sendiri (Kisah 14:23). Surat Paulus kepada umat Kristen di Filipi secara khusus dialamatkan kepada "para penilik dan diaken" (Filipi 1:1). Para penatua di Efesus diberitahu untuk memperhatikan diri mereka sendiri, dengan hati-hati memberi makanan rohani kepada seluruh kawanan "di antara" mereka (Kisah 20:28).
Fungsi kemandirian lebih lanjut terlihat ketika jemaat Korintus diperintahkan untuk menangani sendiri persoalan pendisiplinan seorang pesundal (1Korintus 5). Gereja Korintus tidak harus merujuk ke Yerusalem atau ke jemaat lain mana saja; para anggota bisa berfungsi secara otonom untuk menangani pelbagai persoalan mereka sendiri.
Jemaat-jemaat itu juga berfungsi secara kerja sama. Sebagai contoh, Antiokhia mengirim bantuan untuk menolong Yudea (Kisah 11:28-30). Sewaktu Paulus menginjil di Tesalonika, gereja lain memenuhi kebutuhannya (Filipi 4:15). Dalam proyek besar untuk menyumbang orang-orang yang kekurangan di Yudea, gereja-gereja itu bekerja sama dalam memilih "para utusan" yang akan membawa uang itu (2Korintus 8:19-33).
Teks itu tidak memberikan bukti bahwa gereja-gereja itu diikat bersama untuk membuat keputusan dengan cara apa saja atau di waktu mana saja. Mereka tidak memiliki perkumpulan, keuskupan, dan kantor pusat untuk berkonsultasi. Mereka saling bekerja sama sebagai gereja yang bersaudara. Mereka mengimani dan melaksanakan doktrin-doktrin yang sama, dan cara ibadah mereka sama; sebab mereka memberitakan injil yang sama. Dengan memakai bahasa kiasan Yesus, yang melukiskan injil sebagai benih (Lukas 8:4-15), mereka manabur benih yang sama, oleh sebab itu mereka menuai tuaian yang sama.
Gereja-gereja yang terlihat dalam kitab Kisah adalah mandiri dan otonom, tetapi saling bekerja sama.
MEMPERBANYAK DIRI
Injil dibawa dari Yerusalem ke Antiokhia (Kisah 11:19-26). Yerusalem mengutus Barnabas untuk menolong kelompok baru ini (ay. 22-24), dan Barnabas mencari Paulus untuk bekerja bersama dia di situ (ay. 25, 26). Mereka mampu mengajar "banyak orang" (ay. 26).
Belakangan, Barnabas dan Paulus diutus ke luar Antiokhia untuk menginjil di kota-kota lain (Kisah 13:1-3). Paulus pulang ke Antiokhia di akhir perjalanan pertamanya dan melapor kepada gereja itu tentang apa yang telah terjadi (Kisah 14:26, 27). Ia tetap terus melapor ke Antiokhia pada pelbagai perjalanan berikutnya (Kisah 18:22, 23), sehingga perjalanan misi ini merupakan bagian dari pekerjaan jemaat Antiokhia. Mereka berniat untuk memperbanyak benih injil di tempat lain.
Paulus mendirikan gereja di Filipi, dan jemaat itu menolong dia menginjil di tempat-tempat lain (Kisah 16:12-15; Filipi 4:15-18). Sewaktu Paulus sedang menginjil di Efesus, kelompok orang Kristen itu ikut membantu menyebarkan Injil ke seluruh Asia Kecil (Kisah 19:10). Gereja di Kolose diminta untuk membacakan surat Paulus untuk gereja di Laodikia (Kolose 4:16). Juga, gereja di Tesalonika "menggemakan" Firman di Makedonia dan Akhaya. Paulus berkata, "di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah" (1Tesalonika 1:7, 8).
Dimana saja gereja didirikan, umat Kristen baru menerima tanggung jawab untuk ikut membantu memberitakan injil kemana saja mereka bisa. Semangat membara mereka untuk memperbanyak gereja di kota-kota dan negeri-negeri lain telah menghasilkan penyebaran injil secara cepat ke seluruh dunia abad pertama (Kolose 1:23).
BERDIKARI
Alkitab tidak punya bukti bahwa ada gereja mula-mula yang menggantungkan keberadaan mereka pada uang jemaat lain. Gereja-gereja memang mengirim bantuan untuk meringankan pelbagai kebutuhan satu sama lainnya.3Bantuan keuangan dikirim dengan dua alasan: untuk menyediakan pelbagai keperluan hidup sehari-hari dan untuk membantu para penginjil. Dalam setiap kasus, bantuan pada waktu itu bersifat sementara.
Gereja yang berkekurangan masih tetap mandiri dan bekerja dalam nama Tuhan, baik ia pernah atau tidak pernah menerima bantuan apa saja. Paulus tetap menginjil bahkan ketika ia harus menghidupi diri sendiri (Kisah 18:1-4). Jika tidak ada bantuan keuangan yang diterima, gereja itu tetap gereja dan pemberita injil masih tetap memberitakan injil. Dalam kitab Kisah tidak ada dicatat tentang "gereja yang didanai," dan dimana saja tidak ada pengajaran yang menyatakan bahwa Allah merancang gereja-Nya untuk bekerja dengan cara seperti itu.
Pelbagai perbedaan dalam budaya dan ekonomi sering dikutip sebagai alasan bahwa sejumlah uang telah dikeluarkan ke dalam pelbagai misi di lapangan untuk membangun gedung-gedung gereja dan untuk membantu para penginjil. Tidakkah pelbagai perbedaan yang sama ini terdapat juga di abad pertama? Semua perbedaan itu ada di situ, namun Paulus dan yang lainnya membawa injil, bukan harta benda, kepada dunia ini.
Apa yang dilakukan oleh gereja-gereja zaman kini di banyak lapangan misi tidak ada contohnya di dalam Perjanjian Baru. Adalah hal biasa melihat gereja-gereja di negara-negara bagian Amerika utara dan timur laut yang bergantung kepada jemaat-jemaat di negara-negara bagian selatan membayar para penginjil mereka selama bertahun-tahun dan membangun gedung-gedung gereja mereka.
Hal yang sama terjadi dalam pelbagai lapangan misi di seluruh dunia. Gedung-gedung gereja dibangun dan para penginjil dibantu selama puluhan tahun; beberapa jemaat baru itu sedikit sekali berusaha menjadi jemaat mandiri. Penginjil-penginjil dari negara-negara lain direkrut untuk bersekolah di Amerika, didanai oleh gereja-gereja di Amerika. Bantuan lanjutan masih diperlukan ketika orang-orang ini telah lulus dan pulang ke kampung halaman mereka untuk menginjil. Bisa jadi mereka tidak pernah berpikir bahwa gereja harus mandiri dalam keuangan dan kepengaturan. Dengan penekanan bantuan keuangan yang begitu besar dari Amerika, beberapa penginjil, guru, dan orang Kristen baru bisa saja secara otomatis beranggapan bahwa gereja Tuhan adalah "gereja Amerika" dan oleh karena itu tidaklah salah untuk berpaling ke Amerika untuk mendapatkan bantuan. Hal lain apa lagikah yang diperlukan untuk menciptakan mentalitas minta sokongan?4
Apakah yang akan terjadi jika tidak ada lagi uang Amerika yang masuk ke dalam lapangan-lapangan misi ini? Akankah kesetiaan beribadah terus berlanjut? Akankah orang-orang tetap memberitakan injil? Berapa banyak jemaatkah yang akan mogok berhimpun? Berapa banyak penginjilkah yang akan mogok menginjil-atau bahkan mungkin mulai menginjil untuk beberapa denominasi yang mau membayar mereka? Pertanyaan yang sama bisa "mencerabut" banyak penginjil Amerika yang lebih banyak melakukan pendekatan bisnis dalam penginjilan ketimbang komitmen langgeng dan pengorbanan diri untuk menyebarkan injil! Paulus tetap meginjil baik ia dibantu maupun tidak dibantu oleh gereja-gereja; berapa banyakkah penginjil zaman kini yang mau melakukan hal itu, atau sedang melakukan hal itu?
Gereja-gereja yang kuat yang terdapat di Amerika di zaman kini disebabkan oleh adanya generasi Kristen pelopor yang bersedia berkorban untuk melayani Tuhan. Orang-orang itu "membajak sepanjang siang dan menginjil sepanjang malam" tanpa bayaran atau pengeluaran uang apa saja. Umat Kristen itu berhimpun secara sederhana di rumah-rumah, sekolah-sekolah, gudang-gudang yang disewa, dan bahkan di bawah pohon untuk menyembah Allah jauh sebelum mereka mampu membangun gedung apa saja. Umat Kristen di Amerika pada zaman kini "tinggal menerima enaknya saja"-pengorbanan yang sangat besar telah dilakukan oleh beberapa generasi sebelumnya dan yang telah membuat ibadah menjadi begitu baik dan nyaman untuk generasi akan datang. Perjuangan seperti itu menghasilkan pemimpin-pemimpin yang kuat dan gereja-gereja yang kuat. Para pelopor telah meratakan jalan.
Gereja-gereja Amerika boleh saja membantu dengan banyak cara, namun jemaat baru harus mengembangkan semangat kepeloporan mereka sendiri lewat perjuangan dan pengorbanan. Orang-orang Kristen di dalam pelbagai jemaat yang makmur sudah sangat terlalu lama bergantung pada gagasan bahwa uang akan melakukan segala hal yang diperlukan di lapangan misi.
Ilustrasi sederhana ini semoga menolong. Apa jadinya jika orang tua menyediakan semua bantuan keuangan yang diinginkan oleh pasangan pengantin baru untuk menempatkan diri mereka dalam tingkat kehidupan seperti orang tua mereka? Apa jadinya jika subsidi itu berlanjut terus selama bertahun-tahun sehingga pasangan itu tidak perlu bekerja? Seberapa besarkan kedewasaan, kemandirian, dan kepemimpinan yang bisa dikembangkan oleh pasangan itu? Tidak ada! Sebaliknya, kedermawanan seperti itu oleh orang tua akan melumpuhkan kesempatan pasangan muda itu untuk menjadi keluarga mandiri. Jika ini benar untuk pasangan pengantin baru, akankah ini benar juga untuk pekerjaan misi dan gereja-gereja yang baru?
KESIMPULAN
Jika kita mau memiliki gereja-gereja teladan dalam abad 21, kita harus menghormati pola-pola yang terlihat dalam kitab Kisah. Kita harus kembali melakukan pekerjaan Allah dengan cara Allah. Jemaat-jemaat yang alkitabiah dan setia kepada pola yang terdapat dalam Firman Allah akan menjadi jemaat yang memerintah sendiri, memperbanyak diri, dan mandiri.
Catatan Akhir:
- 1 Lihat "Kedatangan Gereja," mulai dari halaman 117.
- 2 Lihat "Pemerintahan Baru Allah," mulai dari halaman 125.
- 3 Lihat "Kebajikan Penuh Kasih," mulai dari halaman 146.
- 4 "Mentalitas minta sokongan" ini selama ini telah dijalankan di Amerika dalam bentuk bantuan pemerintah, dan jenis pemikiran yang sama telah merayap ke dalam pikiran umat Kristen yang berupaya untuk menyebarkan injil ke seluruh dunia.
Pengarang: Roy H. Lanier, Jr.
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Ringkasan Kitab Kisah: PEKERJAAN ALKITABIAH GEREJA
Kitab Kisah memperlihatkan apa yang harus dilakukan oleh gereja Tuhan. Kitab itu berisi tulisan t...
Ringkasan Kitab Kisah: PEKERJAAN ALKITABIAH GEREJA
Kitab Kisah memperlihatkan apa yang harus dilakukan oleh gereja Tuhan. Kitab itu berisi tulisan tentang bagaimana para rasul melaksanakan Amanat Agung yang Tuhan tinggalkan untuk mereka kerjakan. Yesus meminta para rasul untuk menunggu di Yerusalem sampai mereka menerima Roh Kudus dan mengatakan bahwa mereka kemudian akan diberi kuasa untuk menyelesaikan apa yang Ia tantang untuk mereka lakukan (Kisah 1:18). Mereka akan diilhami Roh Kudus (1) untuk mengingat segala sesuatu yang Yesus sudah ajarkan kepada mereka, (2) untuk bersaksi bahwa Yesus adalah Kristus, dan (3) untuk dibimbing kepada seluruh kebenaran yang lebih luas yang mereka butuhkan agar sebagai rasul mereka bisa bekerja secara efektif (Yohanes 14:26; 15:26, 27; 16:13).
Mereka harus diilhami dalam kepemimpinan maupun pengajaran mereka. Setelah memberitakan injil dan membaptis ke dalam Kristus orang-orang percaya yang menyesal, mereka harus melanjutkan pengajaran mereka itu (Matius 28:20). Para rasul harus membimbing orang Kristen baru dalam melakukan semua perintah Yesus. Oleh sebab itu, mencari tahu bimbingan apa yang para rasul telah berikan kepada gereja mula-mula untuk dilakukan akan mengungkapkan apa yang Tuhan harapkan dari gereja-Nya di setiap generasi.
Lukas mencatat era kemajuan, kekudusan, dan keberlipatgandaan yang luar biasa (Kisah 9:31). Kitab Kisah hanya meliput waktu sekitar 30 tahun dalam sejarah dunia (dari sekitar 33 M. sampai 62 M), namun demikian sejauh menyangkut gereja Tuhan masa tiga dekade ini mungkin menggambarkan tahun-tahun paling penting dalam sejarah. Kitab ini menceritakan bagaimana gereja Tuhan bisa berkenan kepada Dia.
GEREJA MENGAJAR ORANG-ORANG BERDOSA
Para rasul memberi contoh yang paling pertama, setiap hari mereka mengajar dalam Bait Allah (Kisah 2:42, 46). Kegiatan itu berhasil mengkristenkan ribuan jiwa. Tak lama kemudian, kegiatan itu membuahkan larangan bagi mereka untuk jangan mengajar lagi dalam nama Yesus; namun para rasul itu menolak untuk menuruti tuntutan itu (Kisah 4:17-19). Mereka tetap terus mengajar dengan tegasnya; dan Lukas mencatat pemukulan mengerikan yang mereka tanggung dari para pemimpin Yahudi pada suatu kesempatan (Kisah 5:17-21, 40).1Para penginjil ini meninggalkan jejak berdarah di jalan-jalan berdebu Yerusalem sambil mereka kembali ke rombongan mereka.
Para rasul, yang awalnya begitu ragu-ragu untuk membela Yesus, sekarang bersukacita bahwa mereka dianggap layak untuk menderita bagi nama-Nya; dan mereka tetap terus memberitakan Yesus sebagai Kristus (Kisah 5:41, 42). Keberanian mereka yang gigih dalam penginjilan memiliki dampak besar, dan murid-murid pun menjadi berlipat ganda (Kisah 6:7).
Penganiayaan terhadap gereja semakin terus membesar; hingga pada suatu titik, setelah perajaman Stefanus, banyak murid-murid terpaksa meninggalkan pekerjaan dan rumah mereka dan melarikan diri dari kota Yerusalem. Namun demikian, orang-orang yang melarikan diri itu tetap memberitakan injil Kristus kemana saja mereka pergi (Kisah 8:1-4). Beberapa ada yang pergi sampai sejauh kota Samaria, dan gereja mengutus Petrus dan Yohanes ke situ untuk menolong mereka (Kisah 8:5-24). Dalam perjalanan pulang mereka dari Samaria, Petrus dan Yohanes menginjil lebih banyak lagi di kampung-kampung (Kisah 8:25).
Sebagai akibat dari penganiayaan yang sama, beberapa orang Kristen bahkan pergi ke Antiokhia di Siria; dan gereja di Yerusalem mengutus guru-guru untuk menolong mereka (Kisah 11:19-26). Beberapa tahun telah berlalu sejak Hari Pentakosta dicatat dalam Kisah 2, namun Lukas melanjutkan mencatat kegiatan tetap dalam pengajaran injil. Gereja Antiokhia segera mengirim Barnabas dan Saulus menuju ke salah satu dari tiga perjalanan misionari (Kisah 13:1-3). Pelbagai kejadian selama ketiga perjalanan ini mencakup sebagian besar sisa isi Kitab Kisah.
Gereja-gereja lain dalam tahun-tahun belakangan sama agresifnya seperti Yerusalem dan Antiokhia. Tesalonika menggemakan Firman kepada orang lain (1Tesalonika 1:7, 8), dan Efesus ikut menolong menyebarkan Firman ke seluruh Asia Kecil (Kisah 19:10).
Yesus sudah menugaskan para rasul untuk memberitakan injil, dan kitab Kisah mencatat bagaimana mereka menyelesaikan tugas ini. Pengajaran Paulus bahwa gereja adalah "kepenuhan [Kristus]" (Efesus 1:22, 23) memberikan pemahaman bahwa gereja haruslah melakukan apa yang Yesus akan lakukan seandainya Ia masih ada di bumi! Jemaat-jemaat mula-mula melakukan hal itu, dan Yesus mengharapkan penginjilan yang sama agresifnya untuk menjadi ciri gereja-Nya di setiap generasi.
GEREJA MENDIDIK ORANG-ORANG KUDUS
Gereja Yerusalem memperlihatkan pertumbuhan yang dahsyat dan yang mula-mula, baik secara jumlah maupun rohani. Para anggotanya bertekun di dalam ibadah dan pelajaran yang benar (Kisah 2:42). Mereka datang untuk menjadi "sehati dan sejiwa" (Kisah 4:32), dan mereka semakin menghormati kehendak Allah (Kisah 5:11). Mereka membiarkan Firman Allah memiliki efek pertumbuhan di dalam hidup mereka (Kisah 6:7).
Dengan menguburkan jasad Stefanus, orang-orang beriman itu sebenarnya menantang kumpulan orang-orang Yahudi pembunuh (Kisah 8:2). Bahkan orang-orang yang terpaksa melarikan diri karena takut mati masih tetap setia (Kisah 8:4). Setelah perubahan hidup penganiaya bengis bernama Paulus, gereja bisa menikmati kedamaian dan pengajaran untuk sejenak (Kisah 9:31). Umat Kristen mula-mula mempelajari kebenaran injil tentang prasangka buruk terhadap ras ketika Petrus diarahkan untuk pertama kalinya mengajar orang-orang non-Yahudi (Kornelius dan keluarganya; Kisah 10). Perubahan itu sangat sulit diterima oleh umat Kristen Yahudi, namun mereka mengetahui bahwa injil tidak mengizinkan adanya perintang ras (Kisah 11:1-18).
Penganiayaan selanjutnya menyebabkan kematian Yakobus, saudara Yohanes, namun gereja-gereja tetap berdoa dan bertumbuh dalam Firman Tuhan (Kisah 12:12, 24). Belakangan, mereka mengetahui beberapa fakta baru tentang praktik sunat, dan mereka menyampaikan pengetahuan baru itu ke jemaat-jemaat lainnya (Kisah 15:22-29).
Ikonium, Listra, dan Derbe mengalami masa-masa penegasan, penghiburan, berdoa, dan berpuasa seraya mereka bertumbuh secara rohani (Kisah 14:21, 22). Gereja di Antiokhia di Siria dikuatkan lewat masa-masa pengkajian dan pertanyaan tentang pelbagai doktrin dan praktik (Kisah 15:1, 2, 33-35). Troas merupakan jemaat lain yang serius terhadap pengkajian Firman; para anggotanya rajin dan setia beribadah bersama pada hari Minggu (Kisah 20:7).
Pertumbuhan, pengkajian, ibadah, dan penginjilan yang berkelanjutan ini menelurkan kebiasaan yang konsisten yang menyukakan Tuhan. Dalam rancangan gereja-Nya, Yesus telah menyediakan para rasul, nabi, penginjil, pastor, dan guru untuk maksud ini (Efesus 4:11-16). Ketetapan ini tidak saja menjaga generasi pertama umat Kristen, tetapi juga menyediakan kemajuan bagi generasi berikutnya dalam iman yang paling suci.
GEREJA MENOLONG ORANG YANG KEKURANGAN
Selain penginjilan dan pendidikan, jemaat-jemaat mula-mula juga menolong orang yang kekurangan. Bantuan ini merupakan respon langsung terhadap pengajaran para rasul (Kisah 11:28-30; 1Korintus 16:1-4) dan berfungsi sebagai contoh bagi seluruh generasi. Umat Kristen di Yerusalem bersikap aktif pada saat timbul kebutuhan khusus,2dan tidak lama kemudian Yerusalem sendiri akan membutuhkan bantuan dari sesama umat Kristen di Antiokhia (Kisah 11:28-30).
Dalam musim kelaparan yang terjadi belakangan, semua propinsi di Yudea membutuhkan bantuan; dan jemaat-jemaat di Makedonia merespon dengan murah hati dan penuh pengorbanan sehingga Paulus berkata bahwa mereka telah memberi "melebihi kemampuan mereka" (2Korintus 8:1-5). Jemaat-jemaat lain di Akhaya tercakup juga di dalam contoh bantuan kelaparan ini (Roma 15:26; 2Korintus 9:2). Jemaat Korintus di Yunani menerima dorongan mendesak dari Paulus untuk melaksanakan "pembayaran" yang mereka telah janjikan setahun sebelumnya (1Korintus 16:1-4; 2Korintus 8:9).
Umat Kristen diajar untuk ikut menyumbang kepada proyek jemaat ini, namun mereka juga didorong untuk bermurah hati dan memberi dengan berlimpah secara pribadi (Galatia 6:10; Efesus 4:28; Yakobus 2:15, 16; 1Yohanes 3:17). Yesus sendiri telah mengajarkan, "Lebih berbahagia memberi daripada menerima." Jika perkataan itu tidak dimuat dalam kitab Kisah, perkataan Yesus itu tentunya akan sudah lenyap (Kisah 20:35). Membantu orang yang kekurangan merupakan bagian dari seorang Kristen teladan dan jemaat gereja Tuhan teladan.
KESIMPULAN
Orang Kristen adalah orang yang berjalan dengan iman (2Korintus 5:7); yaitu, orang Kristen berjalan dengan keyakinan dalam Tuhan dan melakukan apa yang diarahkan oleh Firman-Nya untuk dilakukan (Roma 10:17). Murid sejati Tuhan melihat kepada Firman-Nya untuk tatatertib langkah mereka, otoritas mereka. Jika seseorang menuruti perintah-perintah yang tidak terdapat dalam ajaran Tuhan dan para rasul-Nya dalam Perjanjian Baru, maka ia tidak bisa menyatakan sedang menuruti iman itu atau sedang berjalan dalam iman. Pelbagai denominasi memiliki pelbagai praktik yang mungkin terlihat baik di permukaannya dan bahkan mungkin menghasilkan hal-hal baik dengan cara-cara duniawi; namun demikian jika pelbagai praktik dan kegiatan ini tidak ada di dalam perintah Tuhan, maka praktik-praktik itu bukan produk iman dalam Kristus. Bahkan seandainya pelbagai aturan itu merupakan produk dari pemikiran orang-orang terbaik, asal-usul mereka tetaplah manusiawi, bukan ilahi.
Firman Allah hanya menguasakan tiga bidang pekerjaan bagi umat-Nya: penginjilan, pendidikan, dan kebajikan. Kitab Suci diam tentang pelbagai kegiatan lain gereja. Ketiga bidang pekerjaan ini terlihat dengan jelasnya di seluruh Kitab Kisah.
Orang-orang harus bekerja dan memperoleh penghasilan mereka sendiri dalam hidup ini (Efesus 4:28; 2 Tesalonika 3:12). Mereka bebas untuk bekerja apa saja untuk keuntungan mereka. Namun begitu, gereja tidak pernah digambarkan sebagai sebuah lembaga bisnis pencari keuntungan. Gereja mula-mula selalu mengurus tanggung jawab keuangan pekerjaan Tuhan yang dipersembahkan secara sukarela dari para anggotanya. Gereja-gereja yang memiliki bank-bank, gedung-gedung apartemen, toko-toko perdagangan, atau bisnis-bisnis lain melakukan hal itu tanpa otoritas apapun juga dari Kristus.
Alkitab diam tentang keterlibatan gereja ke dalam kegiatan apapun juga selain penginjilan, pendidikan, dan kebajikan. Pelbagai kegiatan lain adalah di luar bidang otoritas Alkitab.
Hormat terhadap Firman Tuhan yang terucap dan Firman para rasul-Nya yang tertulis-ditambah "perkataan Tuhan yang tak diucapkan" (kebisuan Tuhan)-akan menyebabkan gereja-gereja hanya melibatkan diri mereka ke dalam pelbagai kegiatan yang benar-benar tertulis di dalam kitab Kisah. Begitulah cara gereja dapat melakukan "segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu," pada waktu Tuhan sendiri memberi perintah perpisahan-Nya itu kepada para rasul-Nya (Matius 28:20).
Berawal di rumah
Seorang ayah yang kaya mengirim anak laki-lakinya ke sekolah moderen, dan ketika belakangan anaknya itu dikeluarkan dari sekolah, ayah yang berang itu menyurati kepala sekolah: "Saya mengirim anak saya ke situ supaya kamu membentuk dia menjadi orang dewasa yang kuat." Kepala sekolah menjawab, "Karena Anda tidak mengirim kami apapun juga untuk mulai dibentuk, maka kami tidak bisa mengirim balik apapun juga kepada Anda.
Jangan Ragu
Dr. A. J. Gordon bertanya, "Dan siapakah yang bisa mengatakan kemungkinan yang tak akan terjadi ketika orang Kristen yang belum pernah merasa ragu menghampiri Allah untuk minta penggenapan dari salah satu janji-Nya?"
Menuju Kemanakah Kita?
Dr. Findley Edge menulis, "Jauh lebih mudah mengarahkan manusia untuk terlibat dalam suatu gerakan ketimbang mengarahkan mereka untuk berbuat berdasar-kan motivasi Kristiani. Itulah salah satu alasan mengapa lebih mudah menciptakan orang Farisi daripada menciptakan orang Kristen."
"Umat Kristen Sejati"
Vance Havner menulis, "Zaman ini akan menerima agama Kristen tiruan yang tidak menuntut dan menghukum dosa dalam terang salib, namun umat Kristen sejati zaman kini merupakan minoritas yang teraniaya di dalam dunia berhala."
Catatan Akhir:
- 1 Di bawah hukum Romawi, pemukulan seperti itu tidak diperbolehkan sebab mereka yang dipukuli itu tidak pernah diadili atau dijatuhi hukuman atas kejahatan apa saja.
- 2 Lihat "Kebajikan Penuh Kasih," mulai dari halaman 146.
Pengarang: Roy H. Lanier, Jr.
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (KIS 1:1-11)
Ketika William Booth, pendiri Salvation Army (Bala Keselamatan), berumur 80 tahun, ia hampir buta. Bagian Alkitab kesukaan di...
KESIMPULAN (KIS 1:1-11)
Ketika William Booth, pendiri Salvation Army (Bala Keselamatan), berumur 80 tahun, ia hampir buta. Bagian Alkitab kesukaan dia adalah kitab Kisah, dan ia menyuruh isi kitab itu dibacakan untuknya berulang-ulang. Ketika akhirnya gerakan dia dibatasi harus tiduran, ia minta agar Alkitabnya itu ada bersama dia. Jari-jarinya akan mencari-cari bagian yang benar-benar lusuh yang berisi kitab Kisah dan bergumam, "Lakukan lagi, Tuhan. Lakukan lagi."28
Tuhan tidak akan lagi memberi kita Pentakosta dengan baptisan Roh Kudus ke atas para rasul, sama halnya Ia tidak akan memberi kita Paskah lagi dengan baptisan penderitaan Yesus. Keduanya merupakan peristiwa yang terjadi sekali. Bagaimanapun, Allah masih dapat berkarya melalui kita untuk melaksanakan agenda-Nya membawa injil ke tempat dimana kita tinggal, lalu ke tempat sekitarnya, dan akhirnya ke seluruh dunia! Dalam pengertian ini kita masih dapat berdoa, "Lakukan lagi, Tuhan. Lakukan lagi—dan lakukanlah melalui kami!"
CATATAN ALAT BANTU PERAGA
Yang berikut ini dapat digunakan sebagai penarik perhatian untuk pelajaran ini, sebagai obyek pelajaran sewaktu membicarakan ayat 6 sampai 8, atau sebagai kesimpulan pelajaran itu: Buatlah sebuah hati yang kecil, dan beri nama "Aku." Buat pula sebuah hati yang lebih besar. Pada satu sisinya tulislah "Yerusalem"; lalu dibaliknya tulislah "Kampung Halamanku." Buat lagi sebuah hati yang lebih besar. Tulislah "Yudea dan Samaria" pada satu sisinya dan "Negeriku" pada sisi lainnya. Buatlah sebuah hati yang terakhir kali, yang paling besar dari semuanya. Pada satu sisinya tulislah "Ujung Bumi"; pada sisi lainnya, tulislah "Dunia." Masukkan pelbagai hati itu ke dalam sebuah amplop, dan pada amplop itu tulislah kata-kata ini: "Berapa Besarkah Hatiku?" Apabila Anda bicara tentang Kisah 1:8, tanyalah, "Apakah hatiku cukup besar untuk mengambil Yerusalem?" Ambilah hati yang bertuliskan "Yerusalem." Balikkanlah hati itu untuk membuat aplikasinya. Ulangi langkah-langkah ini untuk hati yang sedikit agak besar, kemudian untuk hati yang paling besar. Akhirnya, bertanyalah, "Apakah hatiku cukup besar untuk merasa kuatir tentang aku dan milikku?" Ambilah hati yang paling kecil.
Inilah jalan pikiran yang Anda dapat gunakan dengan alat peraga: "Beberapa orang bertanya, 'Mengapa mengeluarkan uang untuk mengirim para penginjil ke luar negeri sedangkan di negeri kita sendiri ada begitu banyak jiwa yang tersesat?' Mengapa begitu? Kita juga mungkin bertanya, 'Mengapa mengeluarkan uang untuk mengirim para penginjil ke daerah-daerah yang belum diinjili di negeri kita sendiri, sedangkan di daerah kita sendiri ada begitu banyak jiwa yang tersesat?' Atau, 'Mengapa mengeluarkan uang untuk mengirimkan injil ke seluruh negeri kita sedangkan di kota kita sendiri ada begitu banyak jiwa yang tersesat?' (Berhenti.) Atau 'Mengapa mengeluarkan uang untuk menginjili kota ini sedangkan saya sendiri begitu memerlukan uang itu?' (Berhenti.) Jawabannya sederhana: 'Sebab kita adalah orang Kristen, itulah sebabnya.'"
Alat bantu peraga berikutnya dapat digunakan apabila sedang membahas makna kata "saksi": Ambil selembar kertas karton yang cukup besar dan kemudian dilipat dua. Di depannya tulislah "'Saksi' Yang Seberapa Baguskah Anda?" Di belakangnya, tempelkan gambar beberapa benda (12 sampai 15 gambar) yang sudah Anda potong dari sebuah majalah. Di dalam lipatan itu tulislah kata-kata ini: "1. Apakah Anda melihat seluruh kebaikan yang Allah telah perbuat untuk Anda? 2. Apakah Anda memberitahu orang lain?" Cara menggunakannya: Perlihatkan bagian depan bersama pertanyaannya. Beritahukan para pendengar Anda bahwa Anda akan memperlihatkan sesuatu kepada mereka untuk beberapa detik dan mereka diminta untuk mengingatnya sebanyak yang dapat mereka ingat. Baliklah lipatan itu dan biarkan mereka memandangi gambar-gambar di situ untuk sekitar lima detik. Lalu lipatan itu dibalik dan biarkan mereka membuat daftar (sambil diucapkan) gambar-gambar itu sebanyak yang dapat mereka lakukan. Kemudian tekankan kembali gagasan ini: Seorang "saksi" menceritakan apa yang ia telah lihat dan dengar . Tekankan bahwa kita tidak dapat menjadi saksi sebagaimana para rasul, tetapi kita dapat menjadi saksi dalam pengertian menceritakan apa yang kita telah "lihat dan dengar." Bukalah lipatan itu untuk membuat aplikasinya.
CATATAN KHOTBAH
Rick Atchley memiliki khotbah Kisah pasal 1 yang disebut "Witnessing the Difference (Menyaksikan Perbedaan)" Khotbah itu membuat perbedaan antara semangat penginjilan abad pertama dengan yang sering dipertontonkan oleh umat Kristen di abad kedua puluh satu. Perbedaannya adalah iman mereka. Khotbah ini membuat tiga poin: (1) Mereka percaya Yesus bangkit; ini memberi mereka berita . (2) Mereka percaya Yesus memerintah; ini memberi mereka misi. (3) Mereka percaya Yesus akan kembali; Ini memberi mereka motivasi.
TFTWMS: Kisah Para Rasul (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Yesus berbuat dahulu, baru kemudian mengajar. Jika pengajaran kita ingin effektif, maka pertama kali kita harus menghayati apa yan...
Catatan Akhir:
- 1 Yesus berbuat dahulu, baru kemudian mengajar. Jika pengajaran kita ingin effektif, maka pertama kali kita harus menghayati apa yang kita ajarkan (1 Timotius 4:16).
- 2 Lihat "Yesus" dalam Daftar Kata.
- 3 Satu daftar penampakan kebangkitan yang paling lengkap adalah dalam 1 Korintus 15:5-8, namun ada beberapa penampakan dalam Injil yang tidak terdapat di 1 Korintus 15. Kelihatannya, banyak penampakan lainnya yang tidak dicatat.
- 4 William Barclay, The Acts of the Apostles, The Daily Study Bible Series, rev. ed. (Philadelphia, Pa.: Westminster Press, 1976), 9.
- 5 Konsep umum yang bangsa Yahudi miliki tentang kerajaan yang dijanjikan merupakan alasan utama mengapa banyak dari mereka tidak mau menerima Yesus sebagai Mesias. Prilaku para murid di dalam Injil menjukkan bahwa mereka menerima pandangan ini sebagai tepat.
- 6 NIV menulis "Pada suatu kesempatan, sewaktu Ia sedang makan bersama-sama mereka ...." Para pakar berbeda pendapat tentang makna kata kerja dalam ungkapan itu. Kita tahu bahwa Yesus makan bersama-sama para murid-Nya (Lukas 24:41-43) bukan karena Ia punya suatu keperluan, melainkan untuk kepentingan mereka. Mungkin itulah adegan yang ada dalam benak Lukas dalam ayat-ayat ini.
- 7 Lihat "Baptisan" dalam Daftar Kata.
- 8 Artikel tambahan berjudul "Karya Roh Kudus Dalam Kitab Kisah (1)" akan muncul dalam buku yang akan datang.
- 9 Lihat artikel "Pendirian Kerajaan/ Gereja" dalam pelajaran ini.
- 10 Perlu untuk diperhatikan bahwa Yohanes menyebut Roh Kudus dan api, sedangkan Yesus hanya menyebut Roh Kudus. Yohanes berbicara kepada kelompok orang yang beragam, yang mencakup orang yang menyesal dan yang tidak menyesal. Acuan "api" dalam konteks ini mengacu kepada penghukuman ke atas mereka yang tidak menyesal (Lukas 3:9, 17). "Batisan api" tidak mengacu kepada "lidah-lidah seperti api" di hari Pentakosta, tetapi agaknya kepada hukuman kekal ke atas manusia jahat dalam api neraka (Wahyu 20:14, 15).
- 11 Beberapa orang percaya bahwa para rasul sebenarnya memahami sifat kerajaan itu, namun semata-mata hanya bertanya kapan kerajaan itu akan didirikan. Mungkin saja benar begitu, meskipun saya berpendapat istilah-istilah "pulih" dan "Israel" menunjukkan bahwa mereka masih belum jelas tentang ajaran Yesus mengenai kerajaan itu.
- 12 F.F. Bruce, The Book of Acts, The New International Commentary on the New Testament, rev. ed. (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 36.
- 13 Kata yang diterjemahkan dengan "masa" dan "waktu" mempunyai makna yang sama. Kemungkinan Yesus menggunakan kedua kata itu untuk menekankan satu pokok pikiran: bukan kapasitas mereka untuk mengetahui waktu sebenarnya dimana Allah akan mendirikan kerajaan itu. KJV menulis "waktu dan masa"; NIV menulis "waktu dan tanggal."
- 14 Peristiwa Pentakosta menempatkan ajaran Yesus pada tempat semestinya dalam wawasan mereka. Setelah hari Pentakosta, para rasul tidak pernah berbuat salah lagi dengan mengacukan kerajaan itu ke dalam pelbagai istilah jasmaniah dan politis.
- 15 Kesulitan mereka terlihat pada pelbagai peristiwa berikutnya dalam Kitab Kisah: Allah perlu memberi mereka "dorongan" kuat agar keluar dari Yerusalem, agar mereka mau menerima orang non-Yahudi, dll.
- 16 Pada pokoknya, kitab Kisah memberitahu kita tentang perjalanan Paulus ke tempat-tempat yang jauh, namun kita jangan mengabaikan fakta bahwa janji ini diberikan kepada Kedua belas rasul. Tradisi gereja mula-mula menceritakan perjalanan penginjilan Kedua belas rasul. Tradisi-tradisi itu mungkin saja tidak akurat dalam setiap rinciannya, namun mereka tentunya benar tentang fakta ini bahwa Kedua belas rasul itu pergi jauh dan pergi kemana-mana dengan membawa berita tentang Yesus!
- 17 Banyak tempat di dunia yang menerima buku pelajaran ini masih dianggap sebagai "titik-titik penginjilan." Bagaimanapun, jika "titik penginjilan" dimana saja akan dijadikan seperti apa yang Allah inginkan, maka sejak dari awal pekerjaan di situ, harus ditetapkan pelbagai rencana untuk melaksanakan Amanat Agung itu!
- 18 Karena kita tidak dapat menjadi saksi sebagaimana para rasul, beberapa orang enggan menggunakan kata "saksi" untuk mengacukan kesaksian agama Kristen sekarang ini. Karena Lukas menggunakan kata itu tertutama untuk mengacukan apa yang para rasul lakukan, maka kata "saksi" kemungkinan bukan kata yang kita biasanya gunakan untuk menggambarkan perbuatan Yesus dalam berbagi dengan orang lain. Oleh karena kadangkala Lukas juga menggunakan kata itu dengan cara lain, maka kita tidak perlu keberatan untuk kadangkala menggunakan kata itu untuk diacukan kepada umat Kristen sekarang.
- 19 Kisah 6:13; 13:22; 14:3, 17; 16:2; 22:12; 26:5.
- 20 Kita melihat contoh Stefanus tentang hal ini di Kisah 7.
- 21 Berdasarkan fakta ini beberapa orang merasa prihatin bahwa Yesus "diangkat naik"; menurut mereka ini memberi kesan bahwa sorga itu ada di "atas" (dan neraka di "bawah") ... namun pertimbangkanlah: Bagaimana lagi Allah dapat menyampaikan ke pikiran manusia bahwa Yesus sebenarnya meninggalkan bumi ini? Selain ke atas, ke arah mana lagikah Ia dapat pergi-dengan kata lain, jauh dari bumi?
- 22 Efesus 4:10; 1 Timotius 3:16; 1 Petrus 3:22.
- 23 Inilah satu cara Lukas mengacukan malaikat-malaikat (Lukas 24:4). Mungkin ada dua malaikat yang melayani sebagai dua "saksi" (Ulangan 19:15).
- 24 Para pengkhotbah sering mengatakan bahwa daripada membuang waktu "melihat ke langit," para rasul malah diperintahkan untuk kembali ke Yerusalem untuk bersiap bagi pekerjaan. Mereka menerapkannya seperti ini: "Beberapa orang begitu berpikiran sorgawi; sehingga mereka itu tidak ada gunanya di bumi."
- 25 Ini dapat dibandingkan dengan sekelompok kecil tentara yang bertempur melawan musuh yang sangat berat, namun mereka bertempur dengan kesadaran bahwa bala bantuan yang sangat besar akan segera tiba!
- 26 Lihat "Maranatha" dalam Daftar Kata.
- 27 Beberapa orang yang pernah mengumumkan tanggal kedatangan kembali Tuhan akhirnya dipermalukan ketika Tuhan tidak datang kembali. Mereka kemudian berkata bahwa Tuhan telah datang secara tidak kasat mata kepada beberapa orang pilihan, lalu memutuskan untuk kembali lagi ke sorga dan akan mencoba datang lagi nanti. Kisah 1:11 dan nas-nas lainnya tentang Kedatangan Kedua menelanjangi kesalahan yang dibuat sendiri ini (1 Tesalonika 4:16).
- 28 Rick Atchley, "Evolution of Revolution," Pelajaran yang dikhotbahkan di Southern Hills church of Christ, Abilene, Texas, pada 9 Sepetember 1984.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) KISAH RASUL-RASUL
PENGANTAR
Kisah Rasul-rasul adalah lanjutan buku Kabar Baik yang disampaikan oleh
Lukas. Tujuan utama Kisah Rasul-rasul ini ialah
KISAH RASUL-RASUL
PENGANTAR
Kisah Rasul-rasul adalah lanjutan buku Kabar Baik yang disampaikan oleh Lukas. Tujuan utama Kisah Rasul-rasul ini ialah menguraikan mengenai bagaimana pengikut-pengikut Yesus - dengan pimpinan Roh Allah - menyebarkan Kabar Baik tentang Yesus "di Yerusalem, di seluruh Yudea, di Samaria, dan sampai ke ujung bumi" (Kis 1:8). Buku ini adalah cerita tentang pergerakan Kristen yang dimulai di antara orang Yahudi lalu meluas menjadi suatu agama untuk seluruh dunia. Penulis buku ini merasa perlu pula meyakinkan para pembacanya bahwa orang-orang Kristen bukanlah suatu bahaya politik subversif terhadap kerajaan Roma, tetapi bahwa agama Kristen merupakan penyempurnaan agama Yahudi.
Kisah Rasul-rasul bisa dibagi dalam tiga bagian. Di dalam ketiga bagian itu nampak meluasnya wilayah di mana Kabar Baik tentang Yesus disiarkan dan gereja didirikan:
- (1) permulaan pergerakan Kristen di Yerusalem setelah Yesus terangkat naik ke surga;
- (2) perluasan ke daerah-daerah lain di Palestina; dan
- (3) perluasan yang lebih besar lagi ke negeri-negeri di sekitar Laut Tengah sampai sejauh Roma.
Satu hal yang khas dan penting dalam buku Kisah Rasul-rasul ini ialah pekerjaan Roh Allah yang datang dengan kuasa ke atas orang-orang percaya di Yerusalem pada hari Pentakosta. Di dalam seluruh peristiwa-peristiwa yang tercatat dalam buku ini nyatalah bahwa Roh Allah itu terus-menerus memimpin dan menguatkan gereja beserta pemimpin-pemimpinnya. Berita yang diajarkan oleh agama Kristen pada masa-masa permulaan ini diringkaskan dalam sejumlah khotbah. Peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam buku ini menunjukkan pula betapa berkuasanya berita itu di dalam kehidupan orang-orang Kristen dan di dalam ikatan persaudaraan gereja.
Isi
- Persiapan untuk pemberitaan
Kis 1:1-26 - a. Perintah yang terakhir dan janji dari Tuhan Yesus
Kis 1:1-14 - b. Pengganti Yudas
Kis 1:15-26 - Pemberitaan di Yerusalem
Kis 2:1-8:3 - Pemberitaan di Yudea dan Samaria
Kis 8:4-12:25 - Pelayanan Paulus
Kis 13:1-28:31 - a. Perjalanan pertama untuk penyebaran Kabar Baik
Kis 13:1-14:28 - b. Musyawarah di Yerusalem
Kis 15:1-35 - c. Perjalanan kedua untuk penyebaran Kabar Baik
Kis 15:36-18:22 - d. Perjalanan ketiga untuk penyebaran Kabar Baik
Kis 18:23-21:16 - e. Paulus sebagai tahanan di Yerusalem, Kaisarea, dan Roma
Kis 21:17-28:31
Ajaran: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bagaimana Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya
di dunia, dan betapa besar Kasih Karunia Allah kepada bangsa-
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti bagaimana Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya di dunia, dan betapa besar Kasih Karunia Allah kepada bangsa-bangsa di dunia.
Pendahuluan
Penulis : Lukas.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Seorang yang bernama Theofilus (Kis 1:1). (Dan kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Kitab Para Rasul terbagi atas 28 pasal. Di dalam Kitab ini terdapat sejarah berdirinya Gereja Kristen, khotbah-khotbah para Rasul, penganiayaan terhadap umat Kristen, penginjilan kepada bangsa-bangsa lain, serta permulaan adanya sebutan Kristen.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Kisah Para Rasul
Pasal 1-5 (Kis 1:1-5:42).
Pengajaran tentang kelahiran gereja Tuhan Yesus pertama kali
Bagian ini menceritakan tentang amanat Tuhan Yesus yang diberikan kepada murid-murid-Nya sebelum Ia naik ke Sorga. Dan tentang orang-orang percaya setelah mendengar khotbah Rasul Petrus yang dikuasai oleh Roh Kudus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kis 1:8; 2:1-3,36-41. Nats ini menyatakan perkataan Tuhan Yesus bahwa murid-murid-Nya akan menerima kuasa setelah menerima Roh Kudus, dan perkataan Tuhan Yesus itu digenapi ketika Para Rasul berkumpul di Yerusalem. _Tanyakan_: Apakah saudara yakin sudah menerima Roh Kudus dan memiliki kuasa-Nya? Kalau sudah apakah yang harus saudara perbuat?
- Bacalah pasal Kis 2:41-47; 4:32-37.
Nats ini menceritakan kehidupan orang-orang percaya pada abad pertama penuh dengan kasih terhadap sesama dan ketekunan dalam beribadah kepada Allah. _Tanyakan_: Bagaimanakah sifat saudara terhadap anggota gereja yang lain? Apakah saudara rajin ke Gereja, baca Alkitab dan berdoa?
Pasal 6-12 (Kis 6:1-12:25).
Pengajaran tentang perkembangan gereja yang berada dalam penganiayaan terhadap orang-orang percaya
Orang-orang percaya di kota Yerusalem mengalami penganiayaan dari orang- orang Yahudi, sehingga mereka melarikan diri ke penjuru dunia. Tetapi di dalam segala penderitaan dan penganiayaan itu mereka tetap memberitakan Injil Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kis 7:54-60; 8:1-4. Nats-nats ini menceritakan bagaimana beratnya penderitaan dan aniaya yang dialami oleh orang-orang percaya, tetapi walaupun di dalam penderitaan dan aniaya itu mereka tetap setia beribadah dan memberitakan Injil. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap saudara kalau saudara diancam setelah masuk Kristen?
- Bacalah pasal Kis 9:1-22. Nats ini menceritakan tentang Saulus (Paulus) yang adalah seorang penganiaya orang-orang percaya, mengalami pertobatan dan akhirnya menjadi Rasul. Ini mengajarkan bahwa kuasa Tuhan Yesus dapat mengubah kehidupan seseorang yang sangat jahat sekalipun. _Tanyakan_: Sudahkah kehidupan saudara diubah oleh Tuhan Yesus menjadi kehidupan yang benar?
Pasal 13-15 (Kis 13:1-15:41).
Pengajaran tentang jemaat (gereja) setempat yang menginjil
Bagian ini menjelaskan tentang kehidupan orang-orang percaya di kota Antiokhia, dan sebutan Kristen pertama kali diberikan kepada murid-murid Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kis 11:23-26. _Tanyakan_: Mengapa orang-orang percaya di Antiokhia disebut Kristen?
- Bacalah pasal Kis 13:1-6.
Nats ini menceritakan tentang jemaat Antiokhia, yang mengirimkan penginjil-penginjil kepada bangsa-bangsa lain karena taat pada Roh Kudus. Ini mengajarkan pada setiap gereja untuk mempunyai beban penginjilan pada setiap orang yang belum mengenal Tuhan Yesus.
_Tanyakan_: Apakah di gereja saudara mempunyai beban penginjilan?
Pasal 16-28 (Kis 16:1-28:31).
Pengajaran tentang nama Tuhan Yesus diberitakan ke seluruh dunia
Dalam bagian ini, dijelaskan bagaimana Kasih Karunia Allah yang ada dalam Tuhan Yesus, diberitakan pada setiap suku bangsa, baik yang menjadi rakyat biasa, maupun yang menjadi tentara dan orang-orang istana.
Pendalaman
Bacalah pasal Kis 23:11. Ayat ini menyatakan tentang perkataan Tuhan Yesus kepada Paulus untuk bersaksi dengan penuh keberanian di kota Roma. Ini juga mengajarkan pada setiap orang Kristen tetap mempunyai keberanian untuk bersaksi kepada setiap orang.
_Tanyakan_: Sudahkah saudara bersaksi dengan berani kepada setiap orang?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Kisah Para Rasul dapatlah diketahui bahwa perkembangan Gereja Tuhan Yesus dan Kasih Karunia Allah yang diberikan pada setiap bangsa mendapat tantangan dari kuasa dunia dan orang-orang yang tidak mau mengenal Allah. Tetapi melalui Kemahakuasaan-Nya, Tuhan Yesus mengalahkan semua kuasa dunia itu, dan Gereja tetap bertumbuh.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Kisah Para Rasul?
- Dengan kuasa apakah Rasul Paulus berkhotbah Yerusalem?
- Bagaimanakah kehidupan orang percaya pada abad pertama?
- Bagaimanakah beban penginjilan di jemaat Antiokhia?
- Dari manakah datangnya keberanian Rasul Paulus untuk bersaksi?
Intisari: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) Kisah tentang gereja yang bersaksi
SIAPAKAH YANG MENULIS KITAB INI?Kitab ini ditulis oleh tabib Lukas. Kitab ini boleh juga diberi judul Kisah Roh Ku
Kisah tentang gereja yang bersaksi
SIAPAKAH YANG MENULIS KITAB INI?
Kitab ini ditulis oleh tabib Lukas. Kitab ini boleh juga diberi judul Kisah Roh Kudus, karena menceritakan apa yang terjadi setelah Roh Kudus turun atas para rasul pada hari Pentakosta. Lukas, satu-satunya penulis Perjanjian Baru yang bukan orang Yahudi, menulis Kisah para Rasul sebagai kelanjutan dari tulisan sebelumnya yakni Injil yang memakai namanya.
APAKAH ISI KITAB INI?
12 pasal pertama terutama meliput kegiatan rasul Petrus, sementara pasal-pasal selanjutnya sebagian besar tentang pekerjaan rasul Paulus. Yesus telah mengatakan kepada para murid-Nya bahwa apabila Roh Kudus turun ke atas mereka, mereka akan menjadi saksi-saksi-Nya. Kitab Kisah para Rasul memperlihatkan bagaimana hal ini digenapi. Dari kitab Kisah para Rasul, kita banyak sekali belajar tentang gereja mula-mula, suka dan dukanya, kemenangan dan kesusahannya, tetapi yang terpenting ialah perkembangan gereja yang dalam jangka waktu beberapa tahun sudah dibangun di seluruh dunia yang telah beradab. Kita tahu bahwa tabib Lukas adalah seorang sejarawan yang cermat dan kita boleh yakin bahwa dalam kitab ini kita memperoleh catatan yang benar tentang kekristenan yang mula-mula.
APA CIRI-CIRI UTAMANYA?
Kata 'saksi' dipakai lebih dari 30 kali, mengingatkan kita bahwa gereja yang sejati adalah gereja yang bersaksi dan setiap Kristen dipanggil untuk menjadi saksi. Sungguh menakjubkan bahwa hanya dalam satu generasi, orang-orang Kristen mula-mula ini telah mengabarkan Injil ke seluruh dunia yang sudah beradab. Kisah para Rasul merupakan buku pedoman misi yang terbaik yang pernah ditulis. Kisah para Rasul berakhir dengan tiba-tiba - seolah-olah tidak selesai. Suatu cara mengakhiri yang tepat, karena gereja yang bersaksi harus terus maju sampai Kristus datang kembali. Kitab-kitab Injil memperlihatkan apa yang mulai dilakukan oleh Kristus ketika Ia ada di dunia dan Kisah para Rasul menunjukkan apa yang dilakukan-Nya selanjutnya oleh Roh-Nya yang kudus melalui murid-murid-Nya. Kitab ini dimulai dengan pemberitaan Injil di Yerusalem, ibu kota agama bangsa Yahudi; diakhiri dengan pemberitaan Injil di kota Roma, ibu kota dari dunia yang beradab pada waktu itu.
KAPAN KITAB INI DITULIS?
Hampir dapat dipastikan bahwa tabib Lukas menulis Kisah para Rasul pada awal atau pertengahan tahun enam puluhan abad pertama - pada akhir masa dua tahun hukuman penjara rasul Paulus di Roma. Kitab itu mencakup masa dari pendirian gereja di Yerusalem sampai masa hukuman penjara rasul Paulus di Roma - yaitu kurang lebih tiga puluh tahun
Pesan
1. Gereja menanti dan menerIma kuasa Roh Kudus.o Amanat agung diulangi. Kis 1:8
o Tuhan yang bangkit naik ke surga. Kis 1:9
o Para rasul berdoa. Kis 1:14
o Roh yang dijanjikan diberikan. Kis 2:4
o Disusul dengan khotbah yang penuh kuasa. Kis 2:37
2. Gereja mempertunjukkan persekutuan Kristen.
o Dalam kehidupan bersama. Kis 2:44; 4:32
o Dalam ibadah bersama. Kis 2:46
3. Gereja segera mengalami baik kemenangan maupun kesusahan.
o Penyembuhan orang lumpuh. Kis 3:2
o Penipuan Ananias dan Safira. Kis 5:1
4. Gereja mengangkat 'para pejabat' yang pertama -'Kelompok Tujuh Orang' (Kis 6:3).
5. Martir pertama gereja - Stefanus (Kis 7:60).
6. Gereja menerima seorang petobat baru yang luar biasa - Saulus dari Tarsus (Kis 9:1-19).
7. Gereja membuktikan kuasa doa.
o Persekutuan doa yang membuka pintu penjara. Kis 12:5
8. Gereja mengadakan sidangnya yang pertama yang di dalamnya kebebasan orang
bukan Yahudi dilindungi (Kis 15:19).
Penerapan
1.Kisah para Rasul menunjukkan kepada kita apa yang harus dilaksanakan oleh gereja Perjanjian Baru:
o Pengajaran
o Persekutuan
o Pemecahan roti
o Kebaktian (doa-doa)
2. Kisah para Rasul menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya persekutuan Kristen itu:
o Saling berbagi hidup dan memperhatikan
3. Kisah para Rasul menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya pekerjaan misi dilaksanakan:
o Oleh setiap orang yang dipanggil oleh Allah - bukan suatu golongan elit tertentu
o Di bawah pimpinan Roh Kudus
o Mengunjungi tempat-tempat yang strategis
4. Kisah para Rasul mengingatkan kita bahwa Kristen yang sungguh-sungguh sekalipun, kadang-kadang berbeda pendapat dan berpisah.
o Paulus dan Barnabas mengambil sikap yang berbeda terhadap Yohanes Markus ketika ia meninggalkan mereka, tetapi perbedaan ini kemudian dipulihkan.
5. Kisah para Rasul memperkenalkan kita kepada para pemimpin pertama yang diangkat dalam gereja Kristen dan memberitahukan kepada kita apa persyaratan mereka.
Tema-tema Kunci
1. Bersaksi.Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi 'saksi' berhubungan dengan kata 'martir'.
Kisah para Rasul menunjukkan kepada kita betapa tinggi harga yang harus dibayar
dalam bersaksi - Stefanus harus membayar dengan nyawanya dan kesaksian Petrus
dan Paulus menyebabkan mereka dipenjarakan.
Carilah ayat-ayat lain yang mengandung kata' saksi'. Bandingkan siksaan yang
diterima oleh Stefanus dengan kematian Kristus di kayu salib (Luk. 23:34; Kis. 7:60).
2. Pertobatan.
Kisah para Rasul mencatat sejumlah peristiwa pertobatan yang unik. Keempat
contoh di bawah ini memperlihatkan bagaimana Allah membawa laki-laki dan
perempuan kepadaNya dengan berbagai cara: O Sida-sida dari Etiopia yang dibawa
kepada Kristus melalui pembacaan Kitab Suci (Kis 8:30).
o Saulus dari Tarsus, yang hidupnya berubah secara tiba-tiba dan dramatis (Kis 9:1-19).
o Lidia, wanita yang taat beribadah, yang telah siap menerima Injil (Kis 16:14).
o Kepala penjara Filipi yang mencari keselamatan karena didorong oleh rasa takut
(Kis 16:29, 30).
Carilah ayat-ayat yang berhubungan dengan keempat pertobatan di atas serta
bandingkanlah cara-cara yang Allah pakai waktu itu dan sekarang untuk membawa
orang kepada-Nya.
3.Tim penginjilan.
Kita melihat di dalam Kisah para Rasul pola kerja misionaris. Paulus tidak saja
menetapkan tempat-tempat yang strategis dan berusaha menyebarkan kabar baik di
daerah sekelilingnya, tetapi ia juga mempunyai rekan penolong.
Perhatikanlah kampanye Paulus yang berbeda-beda dalam perjalanan misionarisnya
yang tercatat dalam Kisah para Rasul.
Garis Besar Intisari: Kisah Para Rasul (Pendahuluan Kitab) [1] PENGANTAR Kis 1:1-26
Masa empat puluh hari dan sesudahnya:
Kis 1:1-11Janji tentang Roh Kudus
Kis 1:12-14Para murid yang menanti
Kis 1:15-2
[1] PENGANTAR Kis 1:1-26
Masa empat puluh hari dan sesudahnya:
Kis 1:1-11 | Janji tentang Roh Kudus |
Kis 1:12-14 | Para murid yang menanti |
Kis 1:15-26 | Penggantian Yudas |
[2] BERSAKSI DI YERUSALEM Kis 2:1-7:60
Kis 2:1-47 | Kuasa diberikan dan khotbah penuh kuasa |
Kis 3:1-26 | Mukjizat pertama yang dicatat dalam gereja mula-mula |
Kis 4:1-31 | Timbulnya kaum oposisi |
Kis 4:32-5:16 | Berkat dan cela |
Kis 5:17-42 | Lebih menaati Allah daripada manusia |
Kis 6:1-7:60 | Martir Kristen pertama |
[3] BERSAKSI DI SAMARIA Kis 8
[4] BERSAKSI DI TEMPAT YANG LEBIH JAUH Kis 9:1-13:3
Kis 9 | Pertobatan yang luar biasa |
Kis 10:1-11:30 | Mata Petrus terbuka |
Kis 12:1-2 | 5 Petrus ditangkap |
Kis 13:1-3 | Paulus dan Barnabas diutus |
[5] BERSAKSI SAMPAI KE UJUNG DUNIA Kis 13:4-28:31
Kis 13:4-15:35 | Perjalanan misionaris yang pertama |
o Siprus (Kis 13:4-12)
o Perga (Kis 13:13)
o Pisidia Antiokhia (Kis 13:14-52)
o Ikonium (Kis 14:1-6)
o Listra (Kis 14:6-20)
o Derbe (Kis 14:20-21)
o Sidang di Yerusalem (Kis 15:1-35)
Kis 15:36-18:22 | Perjalanan misionaris yang kedua |
o Paulus dan Barnabas berpisah (Kis 15:36-41)
o Paulus mengunjungi Listra (Kis 16:1-3)
o Berbagai kota di Asia Kecil (Kis 16:4-11)
o Filipi (Kis 16:12-40)
o Tesalonika (Kis 17:1-9)
o Berea (Kis 17:10-14)
o Atena(Kis 17:15-34)
o Korintus (Kis 18:1-17)
o Kembali ke Antiokhia
Kis 18:23-21:17 | Perjalanan misionaris yang ketiga |
o Paulus mengunjungi Efesus (Kis 18:23-19:40)
o Berangkat ke Yerusalem (Kis 20:1-16)
o Berpidato di depan para penatua di Efesus (Kis 20:17-38)
o dan akhirnya tiba di Yerusalem (Kis 21:1-17)
Kis 21:18-28:3 | Paulus berhadapan dengan para penguasa |
o Didakwa dan ditangkap (Kis 21:18-40)
o Membela diri (Kis 22-26)
o Dalam perjalanan ke Roma (Kis 27:1-28:15)
o Paulus masih berkhotbah (Kis 28:16-31)
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi