Teks -- Wahyu 3:7 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Why 3:7
Full Life: Why 3:7 - FILADELFIA.
Nas : Wahy 3:7
Filadelfia merupakan suatu jemaat yang setia yang mematuhi Firman
Kristus dan tidak menyangkal Dia. Mereka telah menerima pertentang...
Nas : Wahy 3:7
Filadelfia merupakan suatu jemaat yang setia yang mematuhi Firman Kristus dan tidak menyangkal Dia. Mereka telah menerima pertentangan dari dunia dan menolak untuk menyesuaikan diri dengan kecenderungan jahat dari jemaat-jemaat lainnya, namun mereka telah bertekun dalam kesetiaan kepada Kristus dan kepada kebenaran Injil PB (ayat Wahy 3:7-10). Oleh karena kesetiaan mereka yang teguh, maka Allah berjanji untuk melepaskan mereka dari masa kesengsaraan
(lihat cat. --> Wahy 3:10 yang berikut).
[atau ref. Wahy 3:10]
Jerusalem -> Why 2:1--3:22
Jerusalem: Why 2:1--3:22 - -- Bab 2-3 Ketujuh surat yang tercantum di sini tersusun secara sama. Dijelaskan dahulu bagaimana keadaan jemaat (Aku tahu), lalu menyusul janji atau anc...
Bab 2-3 Ketujuh surat yang tercantum di sini tersusun secara sama. Dijelaskan dahulu bagaimana keadaan jemaat (Aku tahu), lalu menyusul janji atau ancaman, yang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Ajaran yang termaktub dalam surat-surat ini sangat padat, khususnya ajaran mengenai Yesus Kristus. Surat-surat itu juga memberi informasi tentang hidup Kristen di kawasan Asia-Kecil sekitar th 90.
Ende -> Why 3:7
Letaknja 45 km sebelah tenggara dari Sardes.
Ref. Silang FULL -> Why 3:7
Ref. Silang FULL: Why 3:7 - di Filadelfia // Yang Kudus // Yang Benar // kunci Daud · di Filadelfia: Wahy 1:11
· Yang Kudus: Mr 1:24; Mr 1:24
· Yang Benar: 1Yoh 5:20; Wahy 6:10; 19:11
· kunci Daud: Yes 22:2...
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 3:7 - -- 2. Sifat Kristus (3:7b)
3:7b Inilah Firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; ap...
2. Sifat Kristus (3:7b)
3:7b Inilah Firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.
Kristus digambarkan sebagai Yang Kudus. Dalam Perjanjian Baru, misalnya Yohanes 6:69, istilah Yang Kudus adalah sama dengan "Mesias".
Dia juga dijuluki Yang Benar. Menurut pasal 3:9, di Filadelfia ada juga orang Yahudi. Pasti mereka berkata bahwa Yesus adalah Mesias palsu. Di sini Dia menegaskan bahwa Dialah Yang Benar.
Dia memegang kunci Daud. Dialah yang menentukan siapa yang boleh masuk "rumah" atau kerajaan Daud, yang sebenarnya menunjuk pada Kerajaan Allah. Orang Yahudi di Filadelfia yang menentang mereka juga menentang Tuhan Yesus. Dengan memakai sebutan ini Tuhan Yesus menegaskan bahwa Dialah Mesias yang akan datang dan memulihkan kembali Kerajaan Daud.212
Oleh karena itu, maka apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup tidak ada yang dapat membuka. Kedaulatan Tuhan Yesus ditegaskan di sini. Walaupun keadaan umat-Nya mungkin susah dan ditindas, tetapi Dia masih menentukan apakah orang dapat masuk ke dalam Kerajaan-Nya.
Hagelberg: Why 3:7-13 - -- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
1. Alamat surat ini: Jemaat di Filadelfia (3:7a)
3:7a Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelf...
F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
1. Alamat surat ini: Jemaat di Filadelfia (3:7a)
3:7a Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia
Kota Filadelfia dibangun antara tahun 189 SM hingga tahun 138 SM.208 Kota ini dinamakan Filadelfia ("kasih persaudaraan") karena kasih Attalus II bagi kakaknya, Eumenes II, dua raja Pergamus.209 Kota Filadelfia dibangun di perbatasan wilayah tiga bangsa: Misia, Lidia, dan Frigia. Bangsa Misia sudah memeluk kebudayaan Yunani, tetapi bangsa Frigia dan Lidia saat itu belum mau menerima bahasa dan budaya Yunani. Mereka dianggap liar dan tidak beradab. Filadelfia dibangun dengan suatu harapan menjadi saluran atau pintu gerbang untuk membawa kebudayaan Yunani kepada bangsa Frigia dan Lidia, atau untuk "meyunanikan" mereka. Maka dapat dikatakan, sejak didirikan Kota Filadelfia memang memiliki peranan "misionaris".
Kota Filadelfia terletak di Lembah Kogamis, dan ini sungguh baik sebagai jalur perdagangan. Barang dari Lidia dan dari pelabuhan Smirna yang dibawa ke Frigia dan seluruh wilayah timur dari Frigia akan lewat Filadelfia. Tetapi dari segi yang lain, letak Kota Filadelfia tidak menguntungkan sebab gunung berapi dan gempa bumi sering terjadi di daerah itu. Pada tahun 17 M ada gempa bumi yang dianggap paling dahsyat sampai saat itu. Dua belas kota di daerah itu, termasuk Filadelfia dan Sardis, hancur. Ada penghuni Filadelfia yang begitu takut sehingga mereka tinggal dalam pondok di luar kota, dan tidak mau membangun kembali rumah mereka di kota.210 Pengalaman, perasaan dan ketakutan itu dapat dibandingkan dengan janji Tuhan Yesus bagi mereka yang setia, bahwa "ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ."211
Juga, di Filadelfia, kalau tokoh kota yang mengabdi dengan setia akan pensiun, sebuah sokoguru yang bertuliskan nama orang itu didirikan di kuil untuk menghormatinya. Mereka yang datang untuk menyembah di kuil itu melihat sokoguru itu dan mengingat dia yang telah mengabdi dengan setia.
Hagelberg: Why 2:1--3:22 - -- II. Bagian Kedua: \"...apa yang terjadi sekarang...\" (2:1-3:22)
Fungsi pasal dua dan pasal tiga:
Bagian ini menjelaskan dan menerapkan rincian-rincia...
II. Bagian Kedua: \"...apa yang terjadi sekarang...\" (2:1-3:22)
Fungsi pasal dua dan pasal tiga:
Bagian ini menjelaskan dan menerapkan rincian-rincian yang sulit dimengerti dari penglihatan tentang Tuhan Yesus dalam pasal satu. Juga perintah-perintah yang harus kita turuti untuk mengalami kebahagiaan yang disebutkan dalam pasal 1:3, terdapat dalam bagian ini. Kalau kita mau menerima berkat yang diucapkan di dalam pasal 1:3, maka kita perlu membaca bagian ini dan menaati perintah-perintah yang ada di dalamnya.
Isi bagian ini:
Bagian ini terdiri dari tujuh surat kepada tujuh jemaat. Setiap jemaat adalah sebuah gereja setempat yang harfiah. Oleh karena jemaat-jemaat sepanjang zaman ini mempunyai ciri-ciri yang diuraikan dalam pasal dua dan tiga, maka dapat dikatakan bahwa ketujuh jemaat itu juga mewakili setiap jemaat. Jadi, walaupun sesuatu ditulis untuk jemaat di Efesus, tetapi hal itu juga berlaku bagi kita "yang bertelinga". Wahyu 2:7 berbunyi, "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Jadi, semua ini dikatakan kepada jemaat-jemaat Kristus, dan bukan kepada satu jemaat saja. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa surat-surat ini milik kita juga.
Ketujuh Kota di Asia Kecil
Bentuk bagian ini:
Ketujuh surat disusun menurut suatu pola yang mempunyai tujuh bagian, yaitu:
1. Alamat Surat
2. Sifat Kristus
3. Pujian untuk Jemaat
4. Kritikan
5. Tuntutan
6. Ancaman
7. Janji
Ada perkecualian: jemaat di Laodikia tidak dipuji, dan jemaat di Smirna tidak dikritik.
Morris137 mengamati bahwa jemaat pertama dan jemaat ketujuh berada dalam keadaan yang amat parah, jemaat kedua dan keenam berada dalam keadaan yang sangat baik, dan keadaan jemaat yang ketiga, keempat, dan kelima sedang-sedang saja.
Beberapa penafsir berkata bahwa setiap jemaat melambangkan suatu masa dalam sejarah gereja. Misalnya jemaat di Efesus, yang ajarannya mantap, melambangkan gereja yang mula-mula, pada masa rasul-rasul. Menurut pola penafsiran itu, mungkin jemaat di Sardis (yang "dikatakan hidup, padahal engkau mati") melambangkan gereja pada zaman Reformasi. Penulis menolak tafsiran tersebut, berdasarkan atas lima alasan berikut. Pertama, sebenarnya tafsiran tersebut tidak berdasarkan pengamatan yang teliti. Alasannya karena sejarah gereja tidak begitu sesuai dengan jalannya dua pasal ini. Kedua, kita perlu mengerti bahwa ada jemaat seperti setiap ketujuh jemaat ini pada setiap generasi sejak kitab ini ditulis. Ketiga, tafsiran tersebut cenderung menarik perhatian kita dari penerapan nas ini dalam pribadi kita masing-masing dan dalam jemaat kita masing-masing. Keempat, tampaknya urutan kota yang ada dalam nas ini disamakan bukan dengan sejarah gereja tetapi dengan letaknya kota-kota ini di jalan raya di wilayah itu. Kelima, tidak ada satu petunjuk pun dalam nas ini yang dapat dipakai sebagai alasan atau bukti untuk menafsirkan secara alegoris (lambang).
Oleh karena setiap "surat" ini dimulai dengan kata "Inilah Firman dari Dia...",138 kata yang juga dipakai sebagai kata pengantar pada nubuatan dalam Perjanjian Lama (LXX),139 maka beberapa penafsir140 menegaskan bahwa apa yang kita sebut "surat" sebaiknya disebut "nubuatan". Menurut mereka, khas nubuatan ketujuh surat perlu ditegaskan.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 3:7-13
Matthew Henry: Why 3:7-13 - Surat kepada Jemaat di Filadelfia Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
I. Kepala surat.
1. Untuk siapa surat itu ditujukan: Malaikat jemaat di Filadelfia....
Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- I. Kepala surat.
- 1. Untuk siapa surat itu ditujukan: Malaikat jemaat di Filadelfia. Itulah nama kota itu sejak dulu, karena kasih dan kebaikan yang dimiliki dan ditunjukkan oleh para warganya satu terhadap yang lain. Ini adalah roh yang unggul, dan akan membuat mereka menjadi jemaat yang unggul, yang memang demikian halnya, sebab di sini tidak ada satu kesalahan pun yang ditemukan dalam jemaat ini.
- 2. Oleh siapa surat ini ditandatangani, oleh Yesus yang sama. Kita mendapati watak pribadi-Nya: Dari Yang Kudus dan Yang Benar. Kudus dalam kodrat-Nya, dan karena itu tidak bisa tidak pasti benar dalam firman-Nya. Tindakan-tindakan pemerintahan-Nya.
- (1) Ia membuka. Ia membuka pintu kesempatan bagi jemaat-jemaat-Nya. Ia membuka pintu masuk, membuka hati. Dan Ia membuka pintu masuk ke dalam jemaat yang berkemenangan.
- (2) Ia menutup pintu. Apabila Ia berkehendak, Ia menutup pintu kesempatan, dan Ia menutup pintu sorga terhadap para pembuat kejahatan. Cara dan jalan Ia melakukan tindakan-tindakan ini adalah dengan kedaulatan mutlak. Apabila Ia bekerja, tak seorang pun dapat menghalangi.
- II. Pokok bahasan surat ini.
- 1. Kristus mengingatkan mereka akan apa yang telah dilakukan-Nya untuk mereka (ay. 8). Aku telah membuka pintu itu, dan membiarkannya tetap terbuka, meskipun ada banyak musuh. Orang-orang yang fasik iri hati terhadap pintu kebebasan umat Allah, dan ingin menutupnya dari mereka. Jika kita tidak menyulut Kristus untuk menutup pintu ini dari kita, manusia tidak akan dapat menutupnya.
- 2. Jemaat ini dipuji (ay. 8). Dalam pujian ini tampak termuat sebuah teguran yang lembut: “Kekuatanmu tidak seberapa, anugerah yang ada padamu tidak seberapa.” Anugerah yang benar, meskipun lemah, diterima Allah. Walaupun begitu, orang-orang percaya tidak boleh puas dengan sedikit anugerah, tetapi harus berusaha untuk bertumbuh dalam anugerah. Anugerah yang benar, meskipun lemah, akan memampukan orang Kristen untuk menjalankan firman Kristus, dan tidak menyangkal nama-Nya.
- 3. Perkenanan besar yang akan dikaruniakan Allah kepada jemaat ini (ay. 9-10).
- (1) Kristus akan membuat musuh-musuh jemaat ini tunduk kepadanya.
- [1] Musuh-musuh itu digambarkan sebagai orang-orang yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi sebenarnya jemaah Iblis.
- [2] Tunduknya mereka kepada jemaat digambarkan: Mereka akan tersungkur di depan kakimu, akan diinsyafkan bahwa selama ini mereka salah. Bagaimana perubahan yang besar ini dikerjakan? Oleh kuasa Allah dalam hati musuh-musuh-Nya, dan dengan menunjukkan serta menyingkapkan perkenanan-Nya yang istimewa terhadap jemaat-Nya: Mereka akan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau. Kristus dapat menyingkapkan perkenanan-Nya ini kepada umat-Nya dengan sedemikian rupa sehingga musuh-musuh mereka sendiri akan melihatnya, dan dipaksa untuk mengakuinya. Hal ini, dengan anugerah Kristus, akan melembutkan hati musuh-musuh mereka.
- (2) Contoh lain dari perkenanan yang dijanjikan Kristus (ay. 10). Injil Kristus adalah firman kesabaran-Nya. Injil adalah buah dari kesabaran Allah terhadap dunia yang berdosa. Setelah satu hari kesabaran, kita harus menantikan satu jam pencobaan. Orang-orang yang menjaga Injil pada masa damai akan dijaga Kristus pada masa pencobaan.
- 4. Kristus berseru kepada jemaat untuk bertekun. “Peganglah apa yang ada padamu. Engkau telah memiliki harta karun yang sangat berharga ini, peganglah itu erat-erat. Lihatlah, Aku datang segera. Aku akan datang untuk melegakan mereka di bawah pencobaan, untuk memberi imbalan atas kesetiaan mereka, dan untuk menghukum orang-orang yang murtad. Orang Kristen yang bertekun akan memenangkan hadiah yang diambil dari orang-orang yang dulu mengaku percaya tetapi kemudian murtad.”
- III. Penutup surat ini (ay. 12-13).
- 1. Juruselamat kita menjanjikan upah yang mulia kepada orang percaya yang menang dalam dua hal:
- (1) Ia akan menjadi sokoguru atau tugu peringatan di Bait Suci Allah. Bukan sokoguru untuk menopang Bait Suci, melainkan tugu peringatan anugerah Allah, tugu peringatan yang tidak akan pernah dirusak atau dihapuskan, seperti tiang-tiang megah yang banyak didirikan untuk menghormati para kaisar dan panglima Romawi.
- (2) Di atas sokoguru ini akan dicetak tulisan yang terhormat, seperti yang biasa ditulis untuk kepentingan-kepentingan seperti itu.
- [1] Nama Allah, dan nama kota Allah, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga.
- [2] Nama baru Kristus. Dengan ini akan tampak di bawah panji siapa orang percaya yang menjadi penakluk ini berdiri, dan di bawah kuasa siapa ia bertanding dalam pertandingan yang baik, dan muncul sebagai pemenang.
- 2. Surat ini ditutup dengan tuntutan supaya orang memperhatikan.
SH: Why 3:7-13 - Pintu pemberitaan Injil (Senin, 28 Oktober 2002) Pintu pemberitaan Injil
Di tengah badai aniaya yang gencar melanda, sidang jemaat di Filadelfia, yang kekuatannya tidak seberapa itu, tetap menuruti ...
Pintu pemberitaan Injil
Di tengah badai aniaya yang gencar melanda, sidang jemaat di Filadelfia, yang kekuatannya tidak seberapa itu, tetap menuruti firman Tuhan dan tidak menyangkal nama-Nya. Taat, tabah, dan tekun menantikan Tuhan! Bahkan secara aktif mereka memberitakan Injil dan menghantar jiwa-jiwa kepada Tuhan. Jemaat di bawah salib mengabarkan salib dan kebangkitan!
Kristus, yakni Dia “Yang Kudus, yang Benar, yang memegang kunci Daud” menghargai perjuangan sidang jemaat tersebut. Ia berjanji akan melindungi mereka dari malapetaka yang akan melanda seluruh bumi. Maksudnya, adalah bahwa malapetaka itu tidak akan menghancurkan jemaat Filadelfia, meski menjadi kengerian bagi sekian banyak umat manusia. Dalam pada itu Tuhan menegaskan bahwa Dialah yang membuka kesempatan pekabaran Injil bagi jemaat Filadelfia di tengah-tengah gelombang aniaya itu.
Di tengah berkecamuknya aniaya, Dia berkarya sedemikian rupa sehingga saat-saat seperti itu merupakan waktu dalam mana kebutuhan akan Injil semakin mendesak! Nah, ketika “pinti” itu sudah dibuka-Nya, maka siapa pun tidak dapat menutup “pintu pekabaran Injil” itu lagi. Tidak seorang pun dapat membungkam Injil. Firman Allah adalah kabar baik bagi manusia berdosa itu. Sebab tidak ada satu pun di alam semesta ini yang memiliki otoritas dan kekuatan yang dapat menandingi Tuhan, Raja Gereja!
Tanggung jawab Gereja dan orang percaya adalah terus memberitakan Injil selagi kesempatan itu masih Tuhan berikan. Harga yang harus dibayar tentu ada, bahkan sering kali teramat mahal, tetapi kuasa Tuhan senantiasa beserta (ayat 10), dan sukacita mempersembahkan jiwa-jiwa kepada Tuhan bukan alang kepalang indahnya (ayat 9b).
Renungkan: Memberitakan Injil juga merupakan tugas dan tanggung jawab orang-orang Kristen saat ini. Karena itu mintalah kepada Tuhan agar diberikan kepekaan untuk melihat kesempatan pemberitaan Injil yang Ia berikan; bimbingan-Nya agar dapat menyaksikan naman-Nya kepada sesama kita, dan penyertaan-Nya sehingga dengan penuh sukacita mempersembahkan jiwa kita kepada-Nya.
SH: Why 3:7-13 - Yesus sebagai Yang Benar dan Kudus (Sabtu, 20 Desember 2003) Yesus sebagai Yang Benar dan Kudus
Berbeda dengan kota-kota lainnya, di kota Filadelfia Tuhan sama
sekali tidak mencela mereka. Mengapa demikian...
Yesus sebagai Yang Benar dan Kudus
Berbeda dengan kota-kota lainnya, di kota Filadelfia Tuhan sama sekali tidak mencela mereka. Mengapa demikian?
Di kota ini ada sekumpulan orang yang disebut jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut diri orang Yahudi. Mereka menyatakan diri sebagai jemaat yang benar. Oleh sebab itu, Yesus Kristus memperkenalkan diri-Nya sebagai Yang Kudus, Yang Benar, Yang memegang kunci Daud. Ini berarti hanya Tuhan yang berhak menentukan dan menguji kesejatian suatu jemaat. Orang-orang Yahudi boleh saja menganggap mereka yang benar, tetapi Tuhan mengatakan bahwa sebenarnya mereka adalah jemaat Iblis. Dalam hal ini Tuhan memuji jemaat di Filadelfia sebagai jemaat yang berkenan kepada-Nya.
“Aku telah membuka pintu bagimu ...” Pintu itu adalah kesempatan yang Tuhan sediakan bagi mereka untuk memberitakan Injil, dan tidak seorangpun dapat menghalanginya. Mereka mengambil kesempatan ini karena jika tidak berarti mereka menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan sudah berikan kepada Gereja-Nya. Selain itu Tuhan juga menyertai mereka yang akan menyatakan kuasa-Nya untuk membuat telinga yang mendengar serta hati yang percaya. Pemberitaan Injil tidak dilakukan dengan kekuatan serta kehebatan suatu jemaat, melainkan semata-mata oleh anugerah Tuhan yang direspons dengan benar. Jemaat Filadelfia sekalipun kecil di mata manusia, namun besar di hadapan Allah karena mereka menuruti firman dan tidak menyangkal nama-Nya. Maka Tuhan akan melindungi dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia (ayat 11), dan berjanji akan menjadikan mereka sokoguru di Bait Suci Allah, dan akhirnya pada mereka akan dituliskan nama Allah, nama kota Allah dan nama-Nya yang baru.
Renungkan: Apakah kita menangkap momen yang Tuhan nyatakan dalam kehidupan kita dan jemaat kita serta meresponinya dengan benar?
SH: Why 3:7-13 - Jemaat yang setia (Selasa, 20 Desember 2011) Jemaat yang setia
Filadelfia adalah kota termuda di antara ketujuh kota yang disebut dalam kitab Wahyu. Kota ini dibangun oleh Raja Attalus II sekita...
Jemaat yang setia
Filadelfia adalah kota termuda di antara ketujuh kota yang disebut dalam kitab Wahyu. Kota ini dibangun oleh Raja Attalus II sekitar tahun 150 SM. Attalus membangun kota itu untuk menyatakan rasa kasih yang begitu besar kepada Eumenes, saudara laki-lakinya. Karena itu kota ini diberi nama Filadelfia, dari kata Yunani yang artinya "orang yang mengasihi saudara laki-lakinya".
Yesus mengirimkan surat kepada jemaat ini untuk memuji pekerjaan mereka, ketaatan mereka kepada firman Tuhan dan keteguhan mereka untuk tidak menyangkal nama Kristus dalam penderitaan mereka (8). Dia mendorong agar mereka tetap tekun dan bertahan di dalam penderitaan. Tuhan berjanji kepada mereka yang setia bahwa Dia akan memelihara mereka dari kesukaran lebih besar yang akan terjadi (10). Ia akan menjadikan mereka 'sokoguru' atau pilar dalam Bait Suci, yang menunjukkan posisi terhormat dalam kerajaan Allah. Mereka akan dipelihara dalam penyertaan-Nya dan Tuhan akan menuliskan nama-Nya pada mereka sebagai tanda bahwa mereka adalah milik Allah yang sah (12).
Sesungguhnya jemaat Filadelfia bukanlah jemaat yang besar dan kuat. Ungkapan "kekuatanmu tidak seberapa" menunjukkan bahwa jemaat Filadelfia adalah jemaat yang kecil, baik dari segi jumlah anggota maupun sumber daya lainnya. Tuhan menegaskan bahwa Dialah yang memiliki kuasa dan otoritas tertinggi dalam 'membuka dan menutup pintu' (7, 8). Dia juga yang akan membela mereka dari kekuatan 'jemaah Iblis' yaitu golongan Yahudi yang sengaja menentang Kristus dan ajaran-Nya serta mengacaukan jemaat (9). Jadi walaupun kekuatan mereka terbatas, Tuhan yang akan menjadi pembela bagi mereka.
Kehidupan jemaat di Filadelfia memberikan inspirasi bagi kehidupan gereja masa kini. Gereja Tuhan harus memiliki komitmen untuk hidup menaati firman Tuhan dalam situasi apa pun. Penderitaan yang datang justru merupakan ujian iman dan ketaatan kita kepada Tuhan. Mari tetap tekun dan setia kepada-Nya di tengah-tengah kesukaran dan penderitaan yang kita alami.
SH: Why 3:7-13 - Memilih Diperkenan Siapa? (Kamis, 15 September 2022) Memilih Diperkenan Siapa?
Jemaat Tuhan di kota Filadelfia adalah jemaat yang penuh dengan kelemahan dan bahkan teraniaya (8). Akan tetapi, ternyata T...
Memilih Diperkenan Siapa?
Jemaat Tuhan di kota Filadelfia adalah jemaat yang penuh dengan kelemahan dan bahkan teraniaya (8). Akan tetapi, ternyata Tuhan betul-betul memuji jemaat ini dan tidak menyatakan satu hal buruk pun dari jemaat ini. Malahan dinyatakan bahwa Ia sangatlah mengasihi jemaat ini (9). Sebenarnya, apa yang membuat Tuhan sangat berkenan kepada jemaat yang kecil dan lemah ini?
Sesuai dengan arti kata Filadelfia, kata yang memiliki akar kata yang sama dengan kasih (filia) dan saudara laki-laki (delfia), jemaat ini sungguhlah dikasihi Allah. Mereka dikasihi bukan karena mereka kuat, kaya, ataupun makmur. Tuhan justru menyatakan bahwa jemaat ini lemah, miskin, tidak berdaya, dan bahkan teraniaya. Jemaat ini dikucilkan dan ditindas oleh orang-orang Yahudi karena mengaku Yesus sebagai Mesias, (9), juga karena mereka mengenakan predikat kudus pada Yesus. Bagi orang Yahudi, hal itu adalah penistaan serius, karena kata itu hanya boleh diperuntukkan bagi Yahweh (7). Maka, orang-orang Kristen dicap sebagai orang-orang sesat yang layak dianiaya dan dibasmi.
Akan tetapi, jemaat Filadelfia tidak menyangkal imannya. Mereka tetap memilih setia dan tentunya hal itu membuat kehidupan mereka tidak nyaman. Namun, bagi mereka, diperkenan Allah adalah lebih penting daripada kenyamanan. Karena itu, Tuhan akan membela mereka; Dia berjanji untuk setia menyertai dan melindungi di dalam masa-masa sulit yang mereka alami (10). Juga ada jaminan mahkota kehidupan dan kediaman yang tenang bagi mereka (12). Hal itu pastilah sangat menghiburkan mereka, karena telah berkali-kali kota itu dilanda gempa bumi yang besar yang membuat jemaat berkali-kali harus mengungsi dan hidup dalam ketidaktenangan.
Semoga kita dapat memiliki mentalitas seperti jemaat Filadelfia yang melihat bahwa perkenanan Tuhan tak dapat dibandingkan dengan kekayaan, keamanan, dan kenyamanan hidup. Hal itu tidaklah mudah, karena kita hidup di zaman kontemporer yang memuja kehidupan yang nyaman, sukses, nikmat, kaya, dan berhasil. Mari kita jalani hidup yang diperkenan Allah! [JHN]
Utley -> Why 3:7-13
Utley: Why 3:7-13 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 3:7-137 Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia: Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kun...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 3:7-13
7 Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia: Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka. 8 Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku. 9 Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau. 10 Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi. 11 Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu. 12 Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru. 13 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."
Wahy 3:7 "dari Yang kudus, Yang benar" Ayat Wahy 3:7 merupakan rangkaian empat klausa deskriptif menggambarkan Yesus dengan sebutan YHWH. "Kudus" digunakan 30 kali dalam Yesaya untuk menggambarkan YHWH. Yohanes biasanya mengganti istilah "benar" (lih.Wahy 15:3; 16:7; 19:2). "Yang Benar" sering digunakan untuk YHWH (lih. Yes 65:16; Yer 10:10; 1Yoh 5:20; Wahy 15:3; 16:7; 19:2). Dua yang pertama, "Yang Kudus" dan "Yang benar," digunakan lagi untuk Allah dalam Wahy 6:10. Istilah "Yang benar" dalam bahasa Yunani berarti "Yang benar menentang yang palsu" tetapi dalam bahasa Ibrani berarti "setia atau dapat dipercaya". Yesus pastilah keduanya (lih.Wahy 3:14; 19:11; 21:5; 22:6) .
□ "yang memegang kunci Daud" Ini merupakan acuan kepada kerajaan Mesias keturunan Daud di 2Sam 7, tapi terutama Yes 22:22.
□ "apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka" ini mengacu pada pemberitaan Injil (lihat catatan pada ay. 8).
Wahy 3:8 "Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun" Ini PERFECT ACTIVE INDICATIVE dan PERFECT PASSIVE PARTICIPLE. Mengacu pada (1) kesempatan berkhotbah (kunci, lih.Mat 16:19); (2) masuk ke dalam perjamuan Mesiaa (berpakaian putih, lih. ay. 4.), Atau (3) kesempatan Ilahi untuk melayani (lih.Kis 14:27; 1Kor 16:9; 2Kor 2:12; Kol 4:3).
□ "Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa" Ini adalah yang pertama dari tiga alasan mengapa Yesus membuka pintu kesempatan yang indah. Ini adalah satu-satunya dari tujuh jemaat yang Yesus tidak katakana hal yang negatif.
□ "namun engkau menuruti firman-Ku" Verba (AORIST ACTIVE INDICATIVE) menyiratkan waktu tertentu penganiayaan atau tindakan yang menentukan ketaatan. Mereka "kurang iman," tetapi digunakan dengan baik!
□ "dan engkau tidak menyangkal nama-Ku" Ini mungkin merujuk kepada penganiayaan disebabkan oleh tuntutan Konsilia, pendukung lokal penyembahan Kaisar (lih.Wahy 2:13).
Wahy 3:9 "Aku akan menyerahkan kepadamu beberapa orang dari jemaah Iblis" Ini bisa merujuk ke oposisi Yahudi terhadap Injil. Jemaat, bukan orang Yahudi yang tidak percaya, adalah umat Allah yang sejati.
□ "Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu" Merupakan acuan kepada Yes 45:14; 49:23; 60:14, yang awalnya berbicara tentang bangsa-bangsa lain datang ke dalam bangsa Yahudi, tetapi karena orang-orang Yahudi yang disebut menolak Mesias, mereka akan datang untuk tunduk pada orang percaya bukan Yahudi untuk menunjukkan kasih Allah kepada mereka (lih. Yes 43:4,9). Ini adalah contoh yang baik tentang bagaimana PB pada umumnya, dan Yohanes khususnya, telah mengiubah nubuat PL tentang Israel. Yohanes menggunakan naskah yang awalnya melihat bangsa-bangsa lain datang ke Yerusalem yang dipulihkan untuk beribadah kepada YHWH, tapi dalam zaman baru kebenaran, gambar geo-politik diperluas termasuk dunia yang percaya (Yahudi dan Non-Yahudi) yang tidak percaya orang Yahudi datang dan sujud menyembah! Universalisasi Israel dan Yerusalem menunjukkan bahwa Wahyu, jauh dari substantiating suatu pemenuhan harfiah dari nubuat PL untuk bangsa Yahudi, telah mengubah mereka (lih. Ef 2:11-3:13). Inilah misteri "Injil tersembunyi dari segala masa"!
- NASB "Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku"
- NKJV, NJB "Karena engkau menuruti perintah-Ku, untuk tekun menantikan Aku"
- NRSV "Karena engkau sudah menuruti perintah-Ku supaya bertekun"
- TEV "Karena engkau menuruti perintah-Ku untuk bertahan"
Ini mungkin mengacu kepada Yoh 8:51 atau 1706. Yesus tidak menjanjikan untuk menjaga jemaat-Nya dari penganiayaan karena dalam surat kepada tujuh gereja, penganiayaan, bahkan kematian, itu terjadi.
Ayat 10 mengacu pada penghakiman Allah pada orang-orang tidak percaya di seluruh dunia. Sangat penting untuk membedakan antara "kesengsaraan" orang percaya bertahan dalam iman dan "murka Allah" yang jatuh atas dunia yang tidak percaya.
Penterjemah berbeda pendapat tentang bagaimana jemaat akan terhindar ditengah penghakiman eskatologis ini: (1) sebagian melihat jemaat dapat melewatinya karena dilindungi oleh Allah (lih. Yoh 17:15), (2) orang lain melihat ini sebagai petunjuk ke arah pengangkatan rahasia orang-orang percaya sebelum periode ini. Saya lebih memilih # 1. umat Tuhan pun tak luput dari penganiayaan dan kematian selama beberapa abad pertama dalam budaya Yunani-Romawi atau kelanjutan penganiayaan dan kematian saat Injil diberitakan, tidak pula mereka akan terhindar dari sakit akhir zaman lahir dari New Age. Penganiayaan akan selalu dihapuskan dan gereja diperkuat!
Unit literal dari pasal Wahy 2; 3, di mana jemaat mengalami penganiayaan, diikuti oleh unit literal surga, di mana jemaat martir berdoa untuk membalas dendam. Murka "Allah" diberikan dalam tahap yang parah (meterai-1 / 4, sangkakala-1 / 3, cawan –kebinasaan total), masing-masing tahap diberikan untuk tujuan panggilan kepada mereka yang terhilang untuk diselamatkan. Akhir murka Allah, kematian kedua, lautan api (lih. Wahy 20), tidak lagi untuk penebusan, tapi benar-benar menghukum.
Jemaat yang dianiaya akan menjadi jemaat yang menang dan orang-orang percaya yang dianiaya akan mengalami penganiayaan! Allah yang memegang kendali! Lihat Topik Khusus: Ketekunan di Wahy 2:2.
□ "untuk mencobai mereka yang diam di bumi" frasa ini digunakan berulang kali untuk merujuk pada keadaan pemberontakan yang menetap oleh orang-orang tidak percaya (lih. Wahyu 6:19; 18:13; 1:10; 12:12; 13: 8, 12, 14; 17:8). Allah menginginkan mereka untuk bertobat dan percaya (lih. 1Tim 2:4; 2Pet 3:9), tetapi mereka tidak akan, bahkan di tengah-tengah penghakiman yang diperluas dari ketujuh meterai itu, sangkakala, dan cawan. Lihat Topik Khusus: Istilah Yunani untuk Pengujian di Wahy 2:2 d.
Wahy 3:11 "Aku datang segera" ini adalah penekanan lanjutan pada semakin dekatnya kedatangnTuhan (lih.Wahy 1:1,3; 2:16; 22:7,12,20). Jemaat mula-mula mengharapkan kedatangan kembali Tuhan. Ini adalah pengharapan setiap generasi orang Kristen. Lihat Topik Khusus: Segera Kembali di Wahy 1:3.
□ "Peganglah apa yang ada padamu" Ini adalah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE, yang berarti "terus berpegang teguh" sebagai AORIST ACTIVE IMPERATIVE Wahy 2:25 difokuskan pada tindakan yang menentukan berpegang teguh. Sebagai orang percaya berpegang pada Allah, Dia akan memegang mereka (lih. Gal 6:9). Ini adalah hubungan perjanjian kedaulatan Allah dan respon yang diamanatkan pada umat manusia!
Keselamatan merupakan keputusan awal dari pertobatan dan iman (lih. Mr 1:15, Kis 3:16,19; 20:21) diikuti oleh gaya hidup pertobatan dan iman, ketaatan, pelayanan, dan ketekunan. Semua nya adalah hal yang diperlukan bagi kekristenan dewasa.
□ "mahkota" Ini adalah referensi lainnya bagi mahkota Stephanos disebutkan dalam Wahy 2:10. Ini adalah upah bagi kesetiaan.
Wahy 3:12 "Barangsiapa menang" Lihat topik khusus dan catatan pada 2.2.
□ "akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku" Philadelphia berada di daerah gempa; metafora tiang menyampaikan konsep stabilitas. nama Tokoh warga ditulis di pilar-pilar kuil di Philadelphia. Istilah "bait suci" di sini adalah istilah (naos) dari kata kerja "untuk tinggal" dan digunakan untuk tempat tinggal bagi kehadiran Tuhan. Orang percaya yang menang tidak akan pernah meninggalkan hadirat Allah (lih. Mazm 23:6; 27:4-6).
□ Hal ini mungkin metafora karena tampaknya tidak akan ada bait suci dalam zaman baru (lih.Wahy 21:22).
□ "padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku" Perhatikan pengulangan lima kali dari kata "Ku" dalam ay. 12. Ini adalah pengakuan yang indah dari keintiman dengan Allah. Nama merupakan simbol kepemilikan (lih.Wahy 7:3; 14:1; 22:4).
□ "Yerusalem baru. . nama-Ku yang baru " Wahyu mengambil nubuatan Yesaya.
- 1. beberapa hal baru, Mazm 42:9; 48:6 (Wahy 21:5)
- 2. lagu baru, 42:10 (Wahy 5:9; 14:3)
- 3. nama baru, 62:2; 65:15 (Wahy 2:17)
- 4. langit baru dan bumi baru, 65:17, 66:22 (Wahy 3:12; 21:1).
Kota surgawi yang baru, Yerusalem, juga dinubuatkan dalam Yesaya: 40:2,9; 41:27; 44:20,28; 52:1,2,9; 62:1,6,7; 65:18,19; 66:10,13,20 (Wahy 21:2,10). Ini adalah metafora untuk kehadiran Allah di antara umat- Nya. Nubuatan PL telah diuniversalkan. Yerusalem Baru bukan sebuah kota di Palestina, tapi janji di masa baru kebenaran.
Topik Teologia -> Why 3:7
Topik Teologia: Why 3:7 - -- Yesus Kristus
Eliakim
Yes 22:20-22 Wah 3:7
Keilahian Kristus
Pengudusan
Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
...
- Yesus Kristus
- Eliakim
- Keilahian Kristus
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Sasaran Pengudusan
- Kehidupan yang Penuh Perbuatan-perbuatan Baik
- Kehidupan yang Penuh Perbuatan Baik Telah Diberikan Teladan
- Gereja Filadelfia Telah Meninggalkan Teladan Perbuatan Baik
- Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
- Gereja Filadeldia
TFTWMS -> Why 3:7
TFTWMS: Why 3:7 - Terhibur Karena Pribadi-nya TERHIBUR KARENA PRIBADI-NYA (Wahyu 3:7)
Yesus pertama-tamai menghibur para anggota itu dengan mengingatkan mereka tentang identitas-Nya: "Dan tu...
TERHIBUR KARENA PRIBADI-NYA (Wahyu 3:7)
Yesus pertama-tamai menghibur para anggota itu dengan mengingatkan mereka tentang identitas-Nya: "Dan tuliskanlah kepada malaikat [utusan] jemaat di Filadelfia: Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka,6tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka" (ay. 7).
Kunci Daud (3:7)
Penganiaya Akan Diungkapkan
Yesus mengidentifikasi diri-Nya sebagai "Yang kudus." Kata Yunani yang diterjemahkan "kudus" adalah kata yang berarti "[Yang] kudus"; istilah aslinya disediakan untuk Allah (Yesaya 40:25; Habakuk 3:3; Wahyu 6:10). Dengan demikian Yesus menegaskan keilahian-Nya—tetapi Ia berbuat lebih daripada itu. Sebagai Allah kekudusan, Ia tidak bisa dan tidak akan menolerir dosa. Gambaran ini merupakan jaminan bahwa para pelaku kejahatan akan dihukum, khususnya mereka yang menganiaya orang Kristen.
Selanjutnya, Ia mengacukan diri-Nya sebagai Pribadi "yang benar" (harfiahnya, "(yang benar [Pribadi]"). Filadelfia dipenuhi dengan dewa-dewa palsu dan bahkan orang-orang Yahudi palsu (3:9), tetapi Yesus adalah asli dan dapat diandalkan.
Apakah sifat-sifat seperti ini menghibur umat Kristen yang teraniaya? Di dalam pasal 6, ketika para martir menyapa Tuhan, mereka mengacukan Dia sebagai Pribadi yang "kudus dan benar" (6:10): Karena Ia kudus, mereka tahu bahwa Ia akan menghakimi dosa. Karena Ia benar, mereka tahu bahwa Ia akan membela umat-Nya.
Kekuasaan Akan Dijalankan
Yesus menyatakan bahwa Ia memegang "kunci Daud" (lihat Yesaya 22:15-25).7 Memiliki "kunci" menunjukkan orang itu punya kuasa,8secara khusus kuasa untuk mengakui atau menolak pengakuan.9Fakta bahwa Yesus memiliki kunci milik Daud membuktikan bahwa Ia adalah Mesias yang datang dari keturunan Daud (2 Samuel 7:16) dan bahwa Ia sekarang sedang memerintah di atas takhta Daud (Kisah 2:30-36).
Yesus memiliki kepemilikan tunggal atas kunci itu. Karena itu, apa yang Ia buka, tidak seorang pun bisa tutup; dan apa yang Ia tutup, tidak seorang pun bisa buka. Ia memberitahu umat Kristen di Filadelfia bahwa Ia telah meletakkan di depan mereka "pintu … yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun" (3:8b). Kekuatan Iblis bisa saja untuk sementara menggagalkan rencana Tuhan bagi gereja-Nya, tetapi pada akhirnya, tujuan Allah akan tercapai.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Gereja Yang Berbuat Sebisanya Dengan Seadanya
WAHYU 3:7-13
Yesus menyisakan gereja yang terbaik dan terburuk untuk yang terakhir. Di dalam pelajaran...
Gereja Yang Berbuat Sebisanya Dengan Seadanya
Yesus menyisakan gereja yang terbaik dan terburuk untuk yang terakhir. Di dalam pelajaran ini, kita akan mempelajari gereja yang terbaik: Filadelfia Filadelfia terletak di selatan-tenggara Sardis.1Kota ini tidak sebesar, semakmur, atau setenar kota-kota di pesisir, tapi kota itu masih punya sifat-sifat yang mengesankan. Namanya untuk menghormati pendirinya: raja Pergamus, Attalus II Philadelphus. "Philadelphus" menggabungkan kata Yunani untuk "kasih" (philia) dengan kata untuk "saudara" (adelphos); dengan demikian itu berarti "kasih saudara" atau "kasih persaudaraan."2Gelar itu diberikan kepada Attalus oleh karena loyalitasnya kepada Eumenes kakaknya.
Terletak pada jalur perdagangan menuju Misia, Lidia, dan Frigia, Filadelfia dikenal sebagai "pintu gerbang ke Timur." Kota ini didirikan oleh Attalus sebagai kota misionaris—untuk menyebarkan bahasa dan budaya Yunani ke Lidia dan Frigia. Kota itu memang bukan kota besar, tapi terletak di daerah yang subur dan dikenal dengan produksi anggurnya. Oleh karena jumlah dan kemegahan kuil-kuil dan bangunan-bangunan umumnya, kota itu kadang-kadang disebut sebagai "Atena Kecil."
Ciri-ciri geologi kota itu haruslah dicatat: Kota ini dibangun di atas garis patahan dan mengalami lebih banyak gempa bumi daripada seharusnya.3
Bersama dengan … kota-kota lain di daerah itu [termasuk Sardis], Filadelfia dihancurkan oleh gempa bumi yang mengerikan pada 17 Masehi, … Selama beberapa tahun penduduk itu tetap diteror oleh pelbagai gocangan yang terus menerus yang melanda daerah itu, dan oleh karena ketakutan ini banyak penduduk tinggal di gubuk-gubuk di pedesaan yang terdekat di luar kota.4
Bagi Tuhan, hal paling penting tentang kota ini adalah bahwa satu jemaat umat-Nya berhimpun di sana—gereja yang sudah diuji dengan keras di masa lalu dan bahkan akan menghadapi hal yang lebih buruk di masa depan.5Surat Yesus, yang tidak berisi teguran, ditulis untuk menghibur kelompok kecil orang yang berharga bagi Dia.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Pertanyaan Untuk Ulasan & Diskusi (Wahyu 3:7-13)
1. Yang manakah yang terbaik dari tujuh gereja itu? Yang manakah yang terburuk? (Lihat pelajar...
Pertanyaan Untuk Ulasan & Diskusi (Wahyu 3:7-13)
- 1. Yang manakah yang terbaik dari tujuh gereja itu? Yang manakah yang terburuk? (Lihat pelajaran berikutnya.)
- 2. Apakah arti nama "Filadelfia"?
- 3. Mengapakah Attalus membangun Filadelfia? Bagaimanakah hal ini berhubungan dengan tujuan Tuhan bagi gereja di sana?
- 4. Masalah geologi apakah yang Filadelfia miliki? Apakah masalah ini tercermin di dalam janji-janji yang dibuat di penghujung surat itu?
- 5. Mengacu kepada apakah "pintu terbuka" di dalam Perjanjian Baru?
- 6. Apakah istilah "kekuatanmu tidak seberapa" dimaksudkan sebagai penghinaan atau pujian?
- 7. Apa itu "jemaah Iblis"?
- 8. Dalam pengertian apakah orang-orang Yahudi "tersungkur" di depan kaki orang Kristen?
- 9. Apa itu "hari pencobaan" yang "akan datang atas seluruh dunia"?
- 10. Ketika Yesus berkata bahwa Ia akan menjaga mereka "dari hari pencobaan," apakah ini berarti bahwa orang Kristen harus dikecualikan dari pencobaan?
- 11. Di dalam Kitab Wahyu, siapakah "mereka yang diam di atas bumi"?
- 12. Apa sajakah implikasi dari istilah "pilar "di 3:12?
- 13. Mengapakan pada zaman Perjanjian Baru nama-nama ditulis pada pilar-pilar?
- 14. Apa itu "Yerusalem baru"?
- 15. Apakah Anda menemukan sesuatu di dalam pelajaran ini yang menantang Anda atau menghibur Anda?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Para pengkhotbah sering menjudulkan pelajaran ini "Gereja Dengan Pintu Terbuka" (atau hanya "Pintu Terbuka") dan menekankan pemanfaatan kesempatan, terutama kesempatan untuk penginjilan. Pelajaran ini juga bisa disebut "Gereja Kasih Persaudaraan," dengan penekanan lebih pada kebutuhan untuk saling mengasihi (Yohanes 13:34; Roma 5:5; 1 Tesalonika 4:9; 1 Yohanes 4:19): Secara rohani , kita semua harus hidup di Filadelfia, kota kasih persaudaraan.
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Lihat peta di dalam pelajaran ini.
2 Di Amerika, kami memiliki kota di Pennsylvania yang bernama Philadelphia [Filadelfia], yang...
Catatan Akhir:
- 1 Lihat peta di dalam pelajaran ini.
- 2 Di Amerika, kami memiliki kota di Pennsylvania yang bernama Philadelphia [Filadelfia], yang motonya adalah "kota kasih persaudaraan."
- 3 Seluruh wilayah itu tidak ada yang luput dari gempa bumi. Ketika pemandu menunjukkan reruntuhan suatu kota kepada kelompok wisata saya, ia lebih sering menyebutkan tanggal gempa bumi yang menghancurkan kota itu.
- 4 Homer Hailey, Revelation (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 149.
- 5 Kita tidak tahu kapan jemaat ini didirikan; mungkin didirikan sewaktu pelayanan Paulus di Efesus (Kisah 19:1, 8-10).
- 6 Kata "membuka" dan "menutup" berbentuk present tense, menunjukkan tindakan yang berkelanjutan. Tuhan terlibat terus di dalam kehidupan gereja-Nya.
- 7 "Kunci Daud" membawa kita kembali kepada Yesaya 22:22. Di sana Elyakim, pelayan setia Raja Hizkia yang baik, digambarkan sebagai memiliki 'kunci rumah Daud' dan ia saja yang berhak membolehkan para pemohon masuk ke hadapan raja.… Orang harus melalui dia untuk mencapai raja, karena ia saja yang berhak membuka atau menutup pintu masuk ke tempat raja" (Rubel Shelly, The Lamb and His Enemies: Understanding the Book of Revelation [Nashville: 20th Century Christian Foundation, 1983], 41).
- 8 Yesus memiliki "segala kuasa atas seluruh alam: di sorga dan di bumi (Matius 28:18), atas 'segala malaikat, kuasa dan kekuatan' (1 Petrus 3:22), atas gereja (Efesus 1:20-22 ), atas raja-raja bumi (Wahyu 1:5), dan atas maut dan kerajaan maut (Hades) (Wahyu 1:18)" (Hailey, 150).
- 9 Kadang-kadang, ada yang bertanya apakah saya menganggap orang tertentu akan diselamatkan atau sesat. Saya mengatakan bahwa Yesus saja yang berhak menerima atau menolak seseorang; itu adalah keputusan-Nya dan bukan keputusan saya (dan saya bersyukur bahwa begitulah adanya). Saya menekankan bahwa saya bukan Allah; saya hanya seorang pengkhotbah yang tugasnya memberitakan Firman. Saya biasanya mengakhiri dengan nasihat ini: "Ketimbang meminta pendapat orang tertentu, Anda seharusnya bertanya, 'Apakah yang Alkitab ajarkan tentang masalah keselamatan?'"
- 10 "Tekun menantikan Aku" merupakan kalimat yang tidak biasa yang mungkin berarti "yang menceritakan tentang ketekunan saya." Dalam hal keteguhan, Yesus memberi kita contoh (Ibrani 12:2, 3). Ia tidak hanya mengkhotbahkan ketekunan (Matius 24:13), tetapi Ia juga mempraktikkannya.
- 11 Alfred Plummer, Pulpit Commentary, vol. 22, Revelation (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1950), 111. (Huruf miring oleh saya.)
- 12 Lihat Yesaya 40:29; Ibrani 11:34.
- 13 Ungkapan "tidak dapat ditutup" menyiratkan bahwa beberapa orang akan mencoba menutup pintu itu. Di dalam 1 Korintus 16:9 Paulus mengatakan, "Di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang." (Huruf miring olehsaya.) Iblis tidak pernah membiarkan penginjilan berjalan mudah. Seseorang menunjukkan bahwa ketika pintu terbuka, lalat dan makhluk lain yang mengganggu bisa masuk!
- 14 Kemungkinan arti lain dari "pintu terbuka" pernah diusulkan, termasuk pintu terbuka pelayanan umum dan pintu terbuka pertumbuhan. Selain itu, pernah juga disarankan bahwa yang ada di dalam pikiran Yesus mungkin adalah "pintu terbuka" kepada kebahagiaan kekal (2 Petrus 1:10, 11) atau "pintu terbuka" perwahyuan (Wahyu 4:1).
- 15 Kebetulan adalah manfaat tak terduga dari suatu usaha.
- 16 Tuhan tidak pernah memberi kita pintu terbuka yang kita tidak bisa manfaatkan. Seseorang berkata, "Ketika Tuhan memberi perintah, Ia juga memberi kemampuan."
- 17 Paulus menekankan bahwa orang Yahudi "sejati" adalah mereka yang menerima Yesus (Roma 2:28, 29).
- 18 Setelah kehancuran Yerusalem pada tahun 70 Masehi, perlawanan di rumah-rumah ibadat Yahudi terhadap umat Kristen semakin sering terjadi.
- 19 Alkitab KJV menulis "ibadah" karena kata Yunani yang diterjemahkan adalah kata umum untuk"ibadah." Alkitab ASV juga menulis "ibadah" tetapi menambahkan catatan kaki ini "Kata Yunaninya menunjukkan sikap memberi hormat, baik yang diberikan kepada suatu makhluk, atau kepada Sang Pencipta." (Huruf miring oleh saya.) Yesaya berbicara tentang bangsa-bangsa non-Yahudi yang suatu hari nanti akan sujud di hadapan orang-orang Yahudi dan mengakui bahwa mereka menyembah Allah yang benar (lihat Yesaya 49:23; 60:3, 14). Yesus memberi janji ini suatu perbedaan; sekarang orang-orang Yahudi itu harus membuat pengakuan.
- 20 Mereka menunjukkan bahwa gambaran tentang Yesus pada awal surat itu menekankan pelbagai sifat Mesianik. Mereka juga menulis bahwa dua puluh tahun setelah kitab Wahyu ditulis, korespondensi ke dan dari Filadelfia menunjukkan bahwa jemaat itu diganggu oleh guru-guru Yudaisme-yang menunjukkan bahwa beberapa orang Yahudi telah menjadi Kristen. Mereka yang berpikir dengan cara ini berbicara tentang "para korban dan para pemenang sama-sama berbagi dalam kemenangan."
- 21 Banyak orang premilennialis mengajarkan bahwa "hari pencobaan" mengacu kepada Kesengsaraan tujuh tahun di muka bumi segera sebelum pemerintahan seribu tahun Yesus. Namun begitu, perhatikanlah bahwa "hari pencobaan" itu "akan segera datang atas seluruh dunia." (NASB; huruf miring oleh saya.) Yesus tidak sedang bicara tentang periode kesusahan yang masih sembilan belas abad jauhnya, tetapi tentang masalah dalam waktu dekat mereka.
- 22 Ini bisa mengacu kepada seluruh dunia, seluruh penduduk dunia, atau Kerajaan Romawi. Di dalam Wahyu Kerajaan Romawi menjadi kepedulian utama.
- 23 Tujuan lain pencobaan ini adalah untuk mengungkapkan sifat sejati dari apa yang dicobai. Meski begitu, orang-orang yang tidak menyesal akan gagal dalam pencobaan itu dan diungkap sebagai orang-orang yang menentang Allah sejati. Untuk kesamaan Perjanjian Lama, carilah kata "pencobaan" (yaitu, pengujian) di dalam Ulangan 4:34; 7:19; 29:2 3.
- 24 Perhatikanlah penekanan pada fakta bahwa orang-orang itu tidak bertobat ketika tragedi datang (9:20, 21; 16:9, 11). Hal ini menunjukkan bahwa keinginan Allah adalah bahwa mereka itu seharusnya bertobat (lihat 2 Petrus 3:9).
- 25 Henry Alford, dikutip oleh Hailey in Revelation, 152. (Huruf miring oleh dia.)
- 26 Beberapa orang percaya bahwa umat Kristen di Filadelfia luput dari beberapa kesulitan di hari itu. Mereka mengatakan bahwa kaisar Trajan menjauhi Filadelfia karena takut terhadap gempa bumi, dan bahwa gerombolan penjarah dari orang-orang barbar tidak melirik Filadelfia karena kota itu kurang berharta dibandingkan dengan kota-kota yang lebih besar. Pengecualian yang bersifat sementara ini mungkin saja atau mungkin juga bukan bagian dari janji Yesus, tapi sisa kitab Wahyu menekankan bahwa perlindungan utama yang Yesus berikan kepada umat-Nya bersifat rohaniah dan bukan lahiriah.
- 27 Faktor-faktor lain ikut terlibat, seperti janji Tuhan bahwa kita tidak akan pernah dicobai lebih daripada yang kita bisa tanggung (1 Korintus 10:13).
- 28 Perlindungan Ilahi akan dieksplorasi secara lebih panjang lebar ketika pemeteraian 144.000 orang (7:3, 4) dibahas. Lihat pelajaran "Bangkit Di Atas Badai."
- 29 Ungkapan "Aku datang segera" dapat mengacu kepada kedatangan sementara atau Kedatangan Kedua. Kedatangan Kedua bisa dianggap sebagai "sudah dekat" dalam artian bahwa Yesus bisa datang setiap saat (lihat Yakobus 5:7, 9; Filipi 4:5), tetapi konteksnya mendukung gagasan kedatangan sementara.
- 30 Yesus menggunakan kiasan harta yang dicuri oleh seorang pencuri untuk menekankan bahwa mahkota itu (ya itu, keselamatan) bisa hilang. Ini adalah satu lagi dari banyak nas di dalam Kitab Wahyu yang mengajarkan kemungkinan kemurtadan. Namun begitu, pahamilah bahwa kiasan tersebut hanya menggambarkan satu kebenaran itu. Itu tidak mengajarkan bahwa orang lain dapat mengambil keselamatan Anda untuk dirinya sendiri dan menikmati keselamatan milik Anda sepanjang kekekalan!
- 31 "Teguh berpegang" adalah terjemahan kata kerja tunggal Yunani yang berbentuk present tense, menunjukkan tindakan yang berkelanjutan. Mereka diinstruksikan untuk terus "teguh berpegang."
- 32 "Bait suci" di sini bisa berarti gereja (seperti halnya di dalam 1 Korintus 3:16; Efesus 2:21; dan Wahyu 11:1, 2). Karena Yesus sedang berbicara tentang orang-orang yang akan pada akhirnya menang, "bait suci" itu mungkin mengacu kepada sorga-seperti halnya di sebagian besar Kitab Wahyu (lihat 11:19; 14:17). Beberapa orang keberatan bawah belakangan Yohanes berkata bahwa ia tidak melihat Bait Allah di sorga (21:22). Ingatlah bahwa pelbagai kiasan dapat berubah di sepanjang kitab itu buku dan bahwa konsistensi bukanlah faktor yang paling penting. Namun begitu, jika Anda berpikir bahwa penting untuk mengharmoniskan 3:12 dengan 21:22, pertimbangkanlah ini: Semua yang di sorga akan menjadi bait Allah (tempat di mana kita menyembah dan melayani Dia); sehingga di sana Yohanes tidak akan melihat adanya bangunan yang disebut "bait suci."
- 33 Sebuah perbandingan dapat dibuat terhadap plakat-plakat peringatan yang ditampilkan zaman kini, atau terhadap jenis-jenis lain peringatan.
- 34 Nama desa ini adalah Alasehir.
- 35 Reruntuhan bangunan gereja kuno berada di blok ini-pengingat bahwa iman kepada Yesus pernah berkembang di sana-sementara, di seberang jalan, sebuah mesjid besar kaum Muslim masih digunakan sehari-hari.
- 36 Penggunaan kata negatif ganda di dalam teks Yunani membuat pernyataan ini tegas: "Ia tidak akan pergi keluar, sama sekali tidak!"
- 37 Dikutip oleh James M. Tolle, The Seven Churches of Asia (Pasadena, Tex.: Haun Publishing Co., 1968), 69.
- 38 Allah ditinggikan di dalam ayat 12: Ungkapan "Allah-Ku" muncul empat kali.
- 39 Karena "Jerusalem" ini "turun dari sorga," beberapa orang mengidentifikasi itu dengan gereja di bumi. Beberapa orang bahkan menyatakan bahwa ini adalah "Kerajaan seribu tahun Yesus." Namun begitu, kebanyakan penulis setuju bahwa ini mengacu kepada gereja yang dimuliakan di alam sorgawi dan bahwa ungkapan "turun dari sorga" hanya menekankan bahwa ini adalah penyediaan Allah bagi kita.
- 40 Lihat Ibrani 13:14.
- 41 Kemungkinan besar ini adalah "nama baru" yang sama yang disebut sebelumnya di 2:17. Gagasan tentang "nama baru" akan sudah memiliki arti khusus bagi penduduk Filadelfia karena kota yang telah diberi beberapa nama baru beberapa selama bertahun-tahun.
- 42 Anda tentu ingin membuat penerapan untuk diri Anda sendiri-dan untuk para pendengar Anda. Jika mereka bukan orang Kristen, doronganlah merekaa untuk menaati injil (Kisah 2:36-38).
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Surat Cinta Terakhir Dari Tuhan
WAHYU 2-3
Perjanjian Baru penuh dengan surat: Dua puluh satu dari dua puluh tujuh kitab di dalam Perjanjian Baru ada...
Surat Cinta Terakhir Dari Tuhan
Perjanjian Baru penuh dengan surat: Dua puluh satu dari dua puluh tujuh kitab di dalam Perjanjian Baru adalah surat yang ditulis kepada gereja-gereja dan individu-individu. Semuanya itu adalah ungkapan kasih dan kepedulian Tuhan bagi umatNya. Beberapa surat terakhir yang Ia tulis ditemukan di dalam kitab yang kita sedang pelajari: Kitab Wahyu.1Di dalam pasal 2 dan 3, kita menemukan tujuh surat dari Yesus untuk jemaat-jemaat di Asia Kecil.2
Beberapa orang bertanya-tanya mengapa surat-surat itu disertakan di dalam kitab itu. Setelah kita melihat kemuliaan Yesus di pasal 1, kita siap untuk sorga yang megah di pasal 4 dan 5. Sebaliknya, di dalam pasal 2 dan 3 kita membaca tentang kesalahan gereja-gereja. Beberapa orang berpendapat bahwa surat-surat itu ditambahkan belakangan kepada kitab itu, tapi bukti naskah menunjukkan bahwa surat-surat itu adalah bagian dari kitab Wahyu dari awalnya.
Mengapakah surat-surat itu disertakan? Nilai apakah yang mereka miliki untuk umat Kristen di abad pertama, dan nilai apakah yang mereka miliki sekarang ini? Di dalam pelajaran ini, kita ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan lainnya, seraya kita mempersiapkan diri untuk melihat tujuh surat itu secara rinci.
TUJUANNYA DIJELASKAN
Surat-surat ini menyelesaikan beberapa tujuan. Pertama, mereka membantu kitab itu menjadi praktis. Tanpa surat-surat itu, tantangan di 1:3 untuk "mendengarkan" dan "memperhatikan" hal-hal tertulis itu akan memiliki arti yang jauh kurang menantang, karena pasal 2 dan 3 berisi lebih banyak perintah langsung dibandingkan sisa isi kitab itu digabungkan.
Kedua, surat-surat itu menyediakan transisi dari penglihatan tentang Tuhan yang dimuliakan dengan penglihatan di dalam pasal 4 sampai 22. Pesan Yesus kepada gereja-gereja itu memiliki fokus tiga arah:
Surat-Surat (Pasal 2; 3)
Kondisi Zaman Itu, Penglihatan Tentang Kristus (Pasal 1), Sisa Kitab Wahyu (Pasal 4-22)
(1) Pesan itu melihat ke belakang kepada pasal 1. Di awal setiap surat itu, kita memiliki gambaran tentang Kristus, dan umumnya ini diambil dari penglihatan pembukaan.3(2) Pesan itu melihat ke sekeliling kepada kondisi di zaman Yohanes. Di inti setiap surat itu, kita akan mendapatkan perasaan terhadap zaman itu, karena Yesus menyinggung tantangan unik setiap jemaat. (3) Pesan itu melihat ke depan kepada pasal 4 sampai 22. Kesimpulan dari surat-surat itu janji-janji yang mengantisipasi pelbagai tema di dalam sisa isi kitab itu.4Misalnya, surat kepada gereja di Efesus memiliki janji tentang makan dari pohon kehidupan (2:7), dan kita akan membaca tentang pohon kehidupan di pasal terakhir (22:2). "Yang menang" di jemaat Sardis dijanjikan bahwa mereka akan "dikenakan pakaian putih" (3:5); di pasal 7 kita akan membaca tentang "kumpulan besar orang banyak" berdiri penuh kemenangan "di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih" (ay. 9).
Yang paling penting, surat-surat ini sangat penting bagi penggenapan keseluruhan tujuan Kristus di dalam kitab itu: Ia ingin menyemangati orang Kristen yang tertindas dan mempersiapkan mereka bagi penganiayaan yang bahkan lebih besar; Ia ingin meyakinkan mereka bahwa, pada akhirnya, kebaikan akan menang. Sebelum Ia bisa melakukan itu, satu pertanyaan harus dijawab: Apakah mereka siap menghadapi badai yang mendekat? Tuhan tidak bisa memberkati orang-orang yang memberontak dan tidak taat.5Sebelum Tuhan dapat menyemangati gereja-gereja itu, Ia harus memeriksa mereka. Barulah kemudian Ia dapat menegaskan kekuatan mereka, memperbaiki kelemahan mereka, dan menghibur ketakutan mereka.
Karena itu, tujuan utama surat-surat itu adalah mempersiapkan jemaat-jemaat itu bagi konflik yang menanti di depan mereka. Sebelum kita selesai mempelajari surat-surat ini, kita akan melihat bahwa surat-surat itu dapat juga membantu kita untuk lebih siap menghadapi pertempuran rohani yang kita hadapi.
POLANYA DIUNGKAPKAN
Tidak sulit untuk mendeteksi pola di dalam surat-surat itu: Semua dimulai dengan cara yang sama, kata-kata yang sama tentang mendengarkan selalu digunakan hampir di bagian akhir, dan semua surat itu memiliki janji bagi mereka "yang menang." Namun begitu, cakupan penuh pola ini mungkin tidak langsung jelas. Untuk membantu Anda membandingkan surat-surat itu, tabel di bagian bawah halaman ini telah disediakan bagi Anda untuk diisi. Periksalah tabel itu dengan hati-hati, tuliskanlah di ruang yang sesuai pasal dan ayat di mana setiap unsur ditemukan.
Dengan beberapa pengecualian, setiap surat itu memiliki tujuh unsur: (1) salam atau ucapan, (2) gambaran tentang Yesus, (3) pujian untuk jemaat itu secara keseluruhan, (4) kecaman untuk jemaat itu secara keseluruhan, (5) peringatan dan ancaman, (6) nasihat, dan (7) janji.6
Salam itu pada dasarnya sama di setiap surat ("tuliskanlah kepada malaikat jemaat di [kota tertentu]"), dan begitu juga dengan nasihat itu ("Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat").Seperti kita telah lihat, dua dari unsur-unsur itu terkait dengan sisa isi kitab itu: Dalam sebagian besar surat-surat itu, gambaran tentang Yesus diambil dari penglihatan di pasal 1, dan janji-janji itu diperluas di pelbagai bagian belakangan kitab itu. Dengan demikian variasi utama di dalam surat-surat itu muncul di bagian (3), (4), dan (5). Pada tabel itu, secara khusus perhatikanlah bahwa dua dari gereja-gereja itu tidak memiliki pujian, sementara dua dari gereja-gereja itu tidak mendapat kecaman—dan karena itu tidak mendapat peringatan. Sebagaimana akan kita lihat, pelbagai perbedaan ini adalah penting.
Ada satu karakteristik lagi yang harus ditunjukkan tentang formatnya: Di dalam tiga surat yang pertama, dorongan diberikan sebelum janji, sementara di empat surat yang terakhir janji diberikan sebelum dorongan. Seperti yang telah kita singgung sebelumnya, daftar yang berisi tujuh hal di dalam kitab Wahyu sering dibentuk dari kelompok tiga dan empat (atau empat dan tiga). Kitab Wahyu bukanlah kekacauan pelbagai adegan yang tidak terkait seperti yang dipercayai oleh beberapa orang; tidak ada yang bersifat serampangan tentang hal itu.
Jika Anda ingin mendapat manfaat maksimal dari pelajaran kita tentang tujuh surat itu, Anda harus lebih dulu melengkapi tabel itu dengan mengisikan acuan Kitab Suci yang sesuai. Untuk membantu Anda memulainya, perhatikanlah acuan-acuan setelah judul utama pelajaran berikutnya, "Gereja Yang Hatinya Bermasalah." Acuan-acuan inilah yang Anda harus tuliskan di kotak-kotak kosong pada kolom "Efesus". Ketika Anda menyalin ayat-ayat itu, amatilah perbedaan dalam urutannya: Pujian kepada gereja Efesus dimulai di ayat 2 dan 3, tapi selesai di ayat 6. Anda akan menemukan beberapa variasi kecil seperti ini dari waktu ke waktu di dalam surat-surat itu.
Setelah Anda mengisi kotak-kotak di bawah "Efesus," kemungkinan besar Anda akan dapat mengisi sendiri sisa tabel itu. Jika Anda membutuhkan bantuan lebih lanjut, lihatlah pelajaran tentang Tiatira ("Gereja Dimana Izebel Adalah Anggotanya"). Saya juga mempertahankan pembagian tujuh-bagian dalam pelajaran itu untuk membantu Anda mendapatkan format itu dalam pikiran.
POIN-POIN DITELITI
Dengan mengisi sendiri tabel itu, Anda akan mendapatkan nuansa keseluruhan surat-surat itu sebelum kita mempelajarinya secara terperinci. (Anda dapat memeriksa jawaban Anda itu dengan kunci jawaban yang diberikan di dalam edisi ini.) Jangan kehilangan penglihatan tentang Yesus yang berjalan di antara gereja-gereja, memeriksa mereka, dan mempersiapkan mereka untuk cobaan di depan. Pelajaran apakah yang Anda kira mereka butuhkan? Harold Hazelip membuat saran ini:
Setiap surat memiliki catatan yang berbeda—satu kata yang menyentuh atau ungkapan yang menantang yang meringkas keseluruhan pesannya. Jika kita menggabungkan pelbagai catatan yang berbeda itu, kita akan memiliki gambaran tujuh poin yang baik tentang apa yang Kristus inginkan di gerejanya sekarang ini.7
Hazelip kemudian mengusulkan kata-kata kunci untuk masing-masing gereja itu: Gereja di Efesus perlu kembali kepada kasihnya yang semula (2:4); gereja di Smirna harus siap-siap menderita (2:10); jemaat di Pergamus perlu mendukung kebenaran (2:14, 15); gereja di Tiatira butuh kekudusan yang lebih besar (2:20); gereja di Sardis masih kurang dalam kemurnian (3:1); gereja di Filadelfia didesak untuk mengambil keuntungan dari pelbagai peluang untuk penginjilan (3:8a); dan gereja di Laodikia dikecam karena kurangnya dedikasi (3:15).8Hazelip menyimpulkan, "Jika kita bisa menggabungkan tujuh karakteristik ini di dalam satu jemaat—kasih, penderitaan, kebenaran, kekudusan, kemurnian, penginjilan dan dedikasi—kita akan memiliki satu komunitas umat Allah yang ideal."9
Seraya kita menelusuri surat-surat itu, saya rasa Anda akan terkesan dengan ajaran praktis untuk gereja zaman kini. Kita butuh pelajaran-pelajaran yang ditemukan di dalam surat-surat kepada tujuh jemaat di Asia itu.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 2-3)
Masalah menghadang jalan umat Kristen di Asia Kecil. Masalah menanti kita juga. Jenis masalah yang mereka alami mungkin sama a...
KESIMPULAN (Wahyu 2-3)
Masalah menghadang jalan umat Kristen di Asia Kecil. Masalah menanti kita juga. Jenis masalah yang mereka alami mungkin sama atau mungkin tidak, tetapi masalah itu tetap saja mencobai jiwa kita. Yesus ingin umat Kristen mula-mula itu siap untuk menghadapi badai kehidupan; dengan demikian Ia memeriksa mereka supaya Ia bisa mengembangkan kekuatan mereka dan memperbaiki kelemahan mereka. Ingatlah: Tuhan tidak dapat memberkati orang-orang yang memberontak dan tidak taat.
Tuhan juga ingin kita siap terhadap apa pun yang mungkin datang. Persiapan masih tergantung pada tiga faktor: penilaian yang jujur tentang kekuatan dan kelemahan kita, pengembangan kekuatan kita, dan perbaikan kelemahan kita. Anda mungkin ingin menemukan seseorang yang Anda hormati dan percayai untuk membantu Anda melakukan evaluasi diri. Kemudian, mendedikasikan diri Anda untuk membangun kekuatan Anda dan memperbaiki pelbagai kekurangan.
Masing-masing dari kita perlu menanyakan dirinya sendiri: "Siapkah saya bagi pertempuran hidup?"; "Apakah yang harus saya lakukan untuk mempersiapkan diri bagi pertempuran itu?"; "Apakah saya bersedia melakukan apa pun yang diperlukan?"10Tuhan memberkati Anda dalam tantangan itu!
PERTANYAAN UNTUK TINJAUAN & DISKUSI
- 1. Menurut bukti naskah, apakah tujuh surat itu selalu menjadi bagian Kitab Wahyu?
- 2. Menurut pelajaran ini, tiga tujuan apakah yang tujuh surat itu miliki? Dapatkah Anda memikirkan tujuan lain apa saja? Apakah tujuan utamanya?
- 3. Pelajaran itu menyiratkan bahwa surat-surat itu "memiliki fokus tiga-arah." Apakah artinya?
- 4. Pelajaran itu menyiratkan bahwa Yesus ingin menegaskan kekuatan gereja-gereja itu, memperbaiki kelemahan mereka, dan menghibur ketakutan mereka. Diskusikanlah bagaimana hal ini dibandingkan dengan apa yang Tuhan katakan kita harus lakukan untuk orang lain (2 Timotius 4:2).
- 5. Apa sajakah tujuh unsur di dalam surat-surat itu?
- 6. Bisakah Anda mengisi tabel itu? Jika mungkin, bandingkanlah tabel Anda dengan tabel yang diisi orang lain.
- 7. Kata-kata kunci apakah yang Harold Hazelip sarankan untuk merangkum situasi dari masing-masing tujuh jemaat itu?
- 8. Sudahkah Anda meluangkan waktu untuk memeriksa diri guna menemukan kekuatan dan kelemahan Anda? Apakah Anda butuh bantuan dalam evaluasi ini?
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Pernyataan ini mengasumsikan bahwa kitab Wahyu ditulis selama bagian akhir pemerintahan Domitianus.
2 Di dalam pelajaran "T...
Catatan Akhir:
- 1 Pernyataan ini mengasumsikan bahwa kitab Wahyu ditulis selama bagian akhir pemerintahan Domitianus.
- 2 Di dalam pelajaran "Tujuh Fakta Yang Anda Harus Ketahui Tentang Kitab Wahyu," saya menekankan bahwa kitab Wahyu aslinya ditujukan kepada "tujuh gereja yang ada pada waktu itu." Izinkan saya menekankan kembali bahwa tujuh gereja ini adalah jemaat sungguhan yang ada di zaman Yohanes dan tidak mewakili "tujuh" zaman gereja. "
- 3 Kita melihat satu pengecualian untuk ini: Surat kepada gereja di Laodikia hanya meminjam ungkapan dari pasal 1 (1:5; 3:14).
- 4 Kaitan beberapa janji terhadap isi kitab Wahyu lainnya adalah jelas; pelbagai kaitan yang lain adalah kurang jelas. Sebagian besar kaitan itu akan ditunjukkan saat kita mempelajari setiap surat itu.
- 5 Sebagai contoh, lihat Yosua 7:1-26.
- 6 Tujuh unsur ini elemen dapat dijudulkan lagi sehingga semua judul berawal dengan huruf yang sama. Misalnya: The Commission [Tugas] ("Kepada malaikat .…."), The Character [Karakter] (gambaran tentang Yesus), The Commendation [Pujian], The Condemnation [Kecaman], The Correction [Perbaikan] (peringatan), The Call [Panggilan] ("mendengarkan apa yang Roh katakan"). Dalam pengalaman saya, unsur-unsur itu lebih mudah diingat ketika semuanya tidak dimulai dengan huruf yang sama.
- 7 Harold Hazelip, The Lord Reigns: A Survey of the Book of Revelation (Abilene, Tex.: Herald of Truth, n.d.), 5.
- 8 Ibid., 5, 6 (pelbagai acuan ditambahkan).
- 9 Ibid., 6.
- 10 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, mereka yang bukan orang Kristen harus diberitahu bahwa mereka perlu terlebih dahulu mengungkapkan iman mereka kepada Yesus dengan dibaptiskan (Kisah 2:36-38).
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi