
Teks -- Wahyu 2:2 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Why 2:2
Full Life: Why 2:2 - YANG MENYEBUT DIRINYA RASUL.
Nas : Wahy 2:2
Salah satu hal yang sangat diperhatikan Kristus seperti yang
terungkap dalam pesan terakhir-Nya kepada ketujuh jemaat adalah bahwa
m...
Nas : Wahy 2:2
Salah satu hal yang sangat diperhatikan Kristus seperti yang terungkap dalam pesan terakhir-Nya kepada ketujuh jemaat adalah bahwa mereka tidak undur karena bertoleransi terhadap guru-guru, nabi-nabi dan rasul-rasul palsu yang memutarbalikkan Firman-Nya atau yang melemahkan kuasa dan wewenang firman itu.
- 1) Kristus memerintah jemaat-jemaat untuk menguji semua orang yang menyatakan memiliki kekuasaan rohani.
- 2) Perhatikanlah kecaman Kristus terhadap jemaat-jemaat di Pergamus
(ayat Wahy 2:14-16) dan Tiatira (ayat Wahy 2:20) karena menerima
orang yang tidak setia kepada kebenaran dan standar-standar Firman Allah
dan bukan menolaknya
(lihat art. PENILIK JEMAAT DAN KEWAJIBANNYA).
Jerusalem -> Why 2:1--3:22; Why 2:2
Jerusalem: Why 2:1--3:22 - -- Bab 2-3 Ketujuh surat yang tercantum di sini tersusun secara sama. Dijelaskan dahulu bagaimana keadaan jemaat (Aku tahu), lalu menyusul janji atau anc...
Bab 2-3 Ketujuh surat yang tercantum di sini tersusun secara sama. Dijelaskan dahulu bagaimana keadaan jemaat (Aku tahu), lalu menyusul janji atau ancaman, yang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Ajaran yang termaktub dalam surat-surat ini sangat padat, khususnya ajaran mengenai Yesus Kristus. Surat-surat itu juga memberi informasi tentang hidup Kristen di kawasan Asia-Kecil sekitar th 90.

Jerusalem: Why 2:2 - yang menyebut dirinya rasul Yang dimaksudkan agaknya pengikut-pengikut Nikolaus, Wah 2:6. Mengenai rasul-rasul palsu, bdk 2Ko 11:5,13.
Yang dimaksudkan agaknya pengikut-pengikut Nikolaus, Wah 2:6. Mengenai rasul-rasul palsu, bdk 2Ko 11:5,13.
Ref. Silang FULL -> Why 2:2
Ref. Silang FULL: Why 2:2 - segala pekerjaanmu // telah mencobai // mereka pendusta · segala pekerjaanmu: Wahy 2:19; Wahy 3:1,8,15
· telah mencobai: 1Yoh 4:1
· mereka pendusta: 2Kor 11:13
· segala pekerjaanmu: Wahy 2:19; Wahy 3:1,8,15
· telah mencobai: 1Yoh 4:1
· mereka pendusta: 2Kor 11:13

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 2:2 - -- 2:2 Aku tahu segala145 pekerjaanmu: baik jerih payahmu146 maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bah...
2:2 Aku tahu segala145 pekerjaanmu: baik jerih payahmu146 maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
Apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sebagai pujian mengenai jemaat di Efesus mirip dengan apa yang dikatakan kepada jemaat dalam 1 Tesalonika 1:3, tetapi ada perbedaan yang sangat penting juga. Jemaat di Tesalonika mempunyai "pekerjaan iman, usaha kasih, dan ketekunan pengharapan", sedangkan jemaat di Efesus hanya mempunyai pekerjaan, jerih payah, dan ketekunan. Sesuai dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus kepada jemaat di Efesus dalam ayat-ayat yang berikut, bahwa apabila pekerjaan, jerih payah, dan ketekunan tidak didasari dengan iman, kasih, dan pengharapan, maka segala usaha mereka sia-sia belaka.
Apa yang dinubuatkan Rasul Paulus dalam Kisah Para Rasul 20:29 memang terjadi. Pentingnya Kota Efesus di dalam seluruh Propinsi Asia menarik perhatian rasul palsu. Beberapa penafsir berusaha untuk memastikan identitas mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, padahal sebenarnya pada zaman ini identitas mereka sudah kabur. Tidak mustahil bahwa "pengikut-pengikut Nikolaus" (pasal 2:6) dimaksudkan di sini, tetapi identitas mereka pun kabur. Mungkin jemaat di Efesus sudah diserang oleh beberapa kelompok rasul palsu, dan mereka telah menolak semuanya. Bentuk ajaran sesat bermacam-macam, dan jemaat Efesus bertekun menolak mereka, walaupun rasul palsu tersebut pandai menyampaikan ajaran mereka untuk menyesatkan jemaat.

Hagelberg: Why 2:2 - -- 2:2 Aku tahu segala145 pekerjaanmu: baik jerih payahmu146 maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bah...
2:2 Aku tahu segala145 pekerjaanmu: baik jerih payahmu146 maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
Apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sebagai pujian mengenai jemaat di Efesus mirip dengan apa yang dikatakan kepada jemaat dalam 1 Tesalonika 1:3, tetapi ada perbedaan yang sangat penting juga. Jemaat di Tesalonika mempunyai "pekerjaan iman, usaha kasih, dan ketekunan pengharapan", sedangkan jemaat di Efesus hanya mempunyai pekerjaan, jerih payah, dan ketekunan. Sesuai dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus kepada jemaat di Efesus dalam ayat-ayat yang berikut, bahwa apabila pekerjaan, jerih payah, dan ketekunan tidak didasari dengan iman, kasih, dan pengharapan, maka segala usaha mereka sia-sia belaka.
Apa yang dinubuatkan Rasul Paulus dalam Kisah Para Rasul 20:29 memang terjadi. Pentingnya Kota Efesus di dalam seluruh Propinsi Asia menarik perhatian rasul palsu. Beberapa penafsir berusaha untuk memastikan identitas mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, padahal sebenarnya pada zaman ini identitas mereka sudah kabur. Tidak mustahil bahwa "pengikut-pengikut Nikolaus" (pasal 2:6) dimaksudkan di sini, tetapi identitas mereka pun kabur. Mungkin jemaat di Efesus sudah diserang oleh beberapa kelompok rasul palsu, dan mereka telah menolak semuanya. Bentuk ajaran sesat bermacam-macam, dan jemaat Efesus bertekun menolak mereka, walaupun rasul palsu tersebut pandai menyampaikan ajaran mereka untuk menyesatkan jemaat.

Hagelberg: Why 2:1--3:22 - -- II. Bagian Kedua: \"...apa yang terjadi sekarang...\" (2:1-3:22)
Fungsi pasal dua dan pasal tiga:
Bagian ini menjelaskan dan menerapkan rincian-rincia...
II. Bagian Kedua: \"...apa yang terjadi sekarang...\" (2:1-3:22)
Fungsi pasal dua dan pasal tiga:
Bagian ini menjelaskan dan menerapkan rincian-rincian yang sulit dimengerti dari penglihatan tentang Tuhan Yesus dalam pasal satu. Juga perintah-perintah yang harus kita turuti untuk mengalami kebahagiaan yang disebutkan dalam pasal 1:3, terdapat dalam bagian ini. Kalau kita mau menerima berkat yang diucapkan di dalam pasal 1:3, maka kita perlu membaca bagian ini dan menaati perintah-perintah yang ada di dalamnya.
Isi bagian ini:
Bagian ini terdiri dari tujuh surat kepada tujuh jemaat. Setiap jemaat adalah sebuah gereja setempat yang harfiah. Oleh karena jemaat-jemaat sepanjang zaman ini mempunyai ciri-ciri yang diuraikan dalam pasal dua dan tiga, maka dapat dikatakan bahwa ketujuh jemaat itu juga mewakili setiap jemaat. Jadi, walaupun sesuatu ditulis untuk jemaat di Efesus, tetapi hal itu juga berlaku bagi kita "yang bertelinga". Wahyu 2:7 berbunyi, "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Jadi, semua ini dikatakan kepada jemaat-jemaat Kristus, dan bukan kepada satu jemaat saja. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa surat-surat ini milik kita juga.
Ketujuh Kota di Asia Kecil
Bentuk bagian ini:
Ketujuh surat disusun menurut suatu pola yang mempunyai tujuh bagian, yaitu:
1. Alamat Surat
2. Sifat Kristus
3. Pujian untuk Jemaat
4. Kritikan
5. Tuntutan
6. Ancaman
7. Janji
Ada perkecualian: jemaat di Laodikia tidak dipuji, dan jemaat di Smirna tidak dikritik.
Morris137 mengamati bahwa jemaat pertama dan jemaat ketujuh berada dalam keadaan yang amat parah, jemaat kedua dan keenam berada dalam keadaan yang sangat baik, dan keadaan jemaat yang ketiga, keempat, dan kelima sedang-sedang saja.
Beberapa penafsir berkata bahwa setiap jemaat melambangkan suatu masa dalam sejarah gereja. Misalnya jemaat di Efesus, yang ajarannya mantap, melambangkan gereja yang mula-mula, pada masa rasul-rasul. Menurut pola penafsiran itu, mungkin jemaat di Sardis (yang "dikatakan hidup, padahal engkau mati") melambangkan gereja pada zaman Reformasi. Penulis menolak tafsiran tersebut, berdasarkan atas lima alasan berikut. Pertama, sebenarnya tafsiran tersebut tidak berdasarkan pengamatan yang teliti. Alasannya karena sejarah gereja tidak begitu sesuai dengan jalannya dua pasal ini. Kedua, kita perlu mengerti bahwa ada jemaat seperti setiap ketujuh jemaat ini pada setiap generasi sejak kitab ini ditulis. Ketiga, tafsiran tersebut cenderung menarik perhatian kita dari penerapan nas ini dalam pribadi kita masing-masing dan dalam jemaat kita masing-masing. Keempat, tampaknya urutan kota yang ada dalam nas ini disamakan bukan dengan sejarah gereja tetapi dengan letaknya kota-kota ini di jalan raya di wilayah itu. Kelima, tidak ada satu petunjuk pun dalam nas ini yang dapat dipakai sebagai alasan atau bukti untuk menafsirkan secara alegoris (lambang).
Oleh karena setiap "surat" ini dimulai dengan kata "Inilah Firman dari Dia...",138 kata yang juga dipakai sebagai kata pengantar pada nubuatan dalam Perjanjian Lama (LXX),139 maka beberapa penafsir140 menegaskan bahwa apa yang kita sebut "surat" sebaiknya disebut "nubuatan". Menurut mereka, khas nubuatan ketujuh surat perlu ditegaskan.

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 2:1-7
Matthew Henry: Why 2:1-7 - Surat kepada Jemaat di Efesus
I. Pesan yang dikirimkan kepada jemaat di Efesus (ay. 1-7).
II. Kepada jemaat di Smirna (ay. 8-11).
III. Kepada jemaat di Perg...
Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- I. Kepala surat.
- 1. Kepada jemaat di Efesus.
- 2. Dari siapa surat kepada jemaat di Efesus ini dikirimkan. Dia yang memegang ketujuh bintang di tangan kanan-Nya. Hamba-hamba Kristus berada di bawah perhatian dan perlindungan-Nya secara khusus. Hamba-hamba Injil berada dalam genggaman tangan-Nya. Ia menopang mereka, kalau tidak, mereka akan segera menjadi bintang-bintang jatuh. Dan semua kebaikan yang mereka lakukan, dilakukan dengan tangan-Nya yang menggandeng mereka. Dia berjalan di antara ketujuh kaki dian emas. Ini menyiratkan hubungan-Nya dengan jemaat-jemaat-Nya. Meskipun Kristus berada di sorga, Ia berjalan di antara jemaat-jemaat-Nya di bumi.
- II. Isi surat ini.
- 1. Pujian yang diberikan Kristus kepada jemaat ini, yang Dia masukkan ke dalam surat ini dengan menyatakan bahwa Ia mengetahui pekerjaan mereka, dan karena itu baik pujian maupun celaan-Nya harus diperhatikan baik-baik. Sebab dalam keduanya Ia tidak berbicara sembarangan: Ia tahu apa yang Ia katakan. Nah, jemaat di Efesus dipuji,
- (1) Karena ketekunan mereka dalam menjalankan kewajiban (ay. 2-3).
- (2) Karena kesabaran mereka dalam menanggung penderitaan (ay. 2). Rajin saja tidak cukup, kita juga harus sabar. Orang tidak bisa menjadi Kristen tanpa bersabar. Mereka harus bersabar dalam menanggung segala sesuatu, dan harus bersabar dalam menunggu, supaya mereka menerima janji itu (ay. 3).
- (3) Karena semangat mereka dalam melawan apa yang jahat (ay. 2). Kita harus menunjukkan segala kelemahlembutan terhadap sesama manusia, tetapi kita harus menunjukkan semangat yang selayaknya melawan dosa-dosa mereka. Semangat yang sejati timbul bersama-sama dengan kebijaksanaan. Tak seorang pun boleh dicampakkan sebelum mereka diuji.
- 2. Celaan diberikan kepada jemaat ini (ay. 4). Orang-orang yang mempunyai banyak kebaikan dalam diri mereka bisa saja mempunyai banyak kesalahan dalam diri mereka. Engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Bukan meninggalkan dan mencampakkan tujuan dari kasih itu, tetapi kehilangan kasih yang menyala-nyala yang tampak pada awalnya. Perasaan-perasaan manusia di awal-awal terhadap Kristus biasanya hidup dan hangat. Perasaan-perasaan yang hidup ini akan mereda dan menjadi dingin jika tidak dijaga dengan sangat hati-hati.
- 3. Saran dan nasihat diberikan kepada mereka dari Kristus. Mereka yang telah kehilangan kasih mereka yang semula harus ingat betapa dalamnya mereka telah jatuh. Mereka harus membandingkan keadaan mereka sekarang dengan keadaan mereka dulu, dan menimbang betapa jauh lebih baiknya keadaan mereka dulu dibandingkan dengan keadaan mereka sekarang. Mereka harus bertobat. Mereka harus kembali dan melakukan pekerjaan mereka yang semula. Mereka seolah-olah harus memulai dari awal lagi. Mereka harus berusaha menghidupkan kembali dan memulihkan semangat mereka yang semula.
- 4. Nasihat yang baik ini ditegaskan dan didesakkan,
- (1) Melalui ancaman yang berat, kalau sampai nasihat itu diabaikan. Jika kehadiran anugerah dan Roh Kristus diremehkan, maka kita tinggal menantikan kehadiran murka-Nya.
- (2) Dengan menyebutkan sambil mendorong apa yang masih baik di antara mereka (ay. 6). “Meskipun engkau telah merosot dalam kasihmu terhadap apa yang baik, namun engkau tetap mempertahankan kebencianmu terhadap apa yang jahat.” Roh yang tidak peduli terhadap kebenaran dan kesalahan, kebaikan dan kejahatan, bisa saja disebut sebagai kasih dan kelemahlembutan, tetapi roh seperti itu tidak berkenan kepada Kristus.
- III. Kita mendapati penutup surat ini.
- 1. Panggilan supaya kita memperhatikan. Apa yang dikatakan kepada satu jemaat juga menyangkut semua jemaat lain, di setiap tempat dan zaman.
- 2. Janji berupa rahmat yang besar kepada orang-orang yang menang. Kita tidak boleh menyerah kepada musuh-musuh rohani kita, tetapi harus bertanding dalam pertandingan yang benar, sampai kita meraih kemenangan, maka peperangan dan kemenangan pun akan memberikan kejayaan dan imbalan yang mulia. Mereka akan makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah, bukan di Taman Firdaus duniawi, melainkan di Taman Firdaus sorgawi.
SH: Why 2:1-7 - Kasih yang mula-mula. (Senin, 15 Desember 2003) Kasih yang mula-mula.
Diperkirakan jemaat Efesus sudah berumur lebih dari 40 tahun
ketika Kristus menyampaikan surat ini melalui Yohanes. Gen...
Kasih yang mula-mula.
Diperkirakan jemaat Efesus sudah berumur lebih dari 40 tahun
ketika Kristus menyampaikan surat ini melalui Yohanes. Generasi
saat itu tidak memiliki antusias yang sama seperti para
pendahulu mereka pada masa penyebaran Injil mula-mula. Kristus
memperkenalkan diri-Nya sebagai Pemegang ketujuh bintang di
tangan kanan-Nya, yaitu utusan atau pelayan Kristus yang sejati,
dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas. Hal ini berarti
Kristus menguji dan mengetahui apa yang terjadi dalam setiap
jemaat. Jemaat ini memiliki kelebihan yang dipuji Kristus: (ayat
1). Pekerja keras dalam ketekunan; (ayat 2). Aktif dalam
kegiatan dan pekerjaan; (ayat 3). Sangat tegas dalam hal
pengajaran mereka menguji rasul-rasul palsu dan mendapati
kesesatan mereka; (ayat 4). Sabar menderita karena nama Tuhan;
(ayat 5). Dalam kesulitan dan penderitaan yang dialami itu
mereka tidak mengenal lelah! Jika keadaannya demikian
mengagumkan mengapa Kristus mencela mereka? Karena menurut
Kristus mereka telah meninggalkan kasih yang semula. Kelima
pujian tersebut ternyata dilakukan bukan karena cinta kasih
kepada Tuhan tetapi semata-mata hanya menjalankan tugas dan
kewajiban yang harus dipenuhi.
Menurut jemaat Efesus mereka telah menjalani segala tuntutan kewajiban dan tugas mereka sebagai umat Tuhan. Mungkin bagi mereka itu sudah “memuaskan” Tuhan. Tetapi mereka melupakan hal yang esensi dari tuntutan Tuhan tersebut. Sebenarnya, jika mereka mengikuti alur atau koridor yang Tuhan tetapkan bagi umat percaya, maka segala kewajiban dan tugas itu baru lengkap sempurna jika didasari oleh cinta kasih Tuhan. Artinya, antara cinta kasih, tindakan yang benar, dan kesetiaan pada pengajaran yang benar harus berjalan seimbang dan harmoni dalam kehidupan umat Allah.
Renungkan: Berjerih lelah, bertekun, ketat dalam pengajaran, sabar menderita bagi Tuhan tidak dapat dipisahkan dengan cinta kasih Tuhan yang mula-mula dalam kehidupan kita.

SH: Why 2:1-7 - Kehilangan kasih mula-mula. (Rabu, 23 Oktober 2002) Kehilangan kasih mula-mula. Apabila ada suatu sidang jemaat yang sangat kokoh berpegang pada ajaran yang benar, tak kenal lelah melayani Tuhan, bahkan...
Kehilangan kasih mula-mula.
Apabila ada suatu sidang jemaat yang sangat kokoh berpegang pada ajaran yang benar, tak kenal lelah melayani Tuhan, bahkan sampai harus menderita sengsara karena Tuha, itulah jemaat Efesus. Militansi mereka bagi Tuhan tak diragukan lagi. Kecintaan mereka pada kebenaran Injil tidak kenal kompromi. Bahkanmereka mengritik pengajar-pengajar palsu dan membongkar kesesatan mereka, baik dari segi pengajaran maupun moralitas (ayat 2,6). Sungguh, mereka menjalankan amanat rasuli untuk “menguji roh” (ayat 1Yoh. 4:2, bdk. 1Tes. 5:21) yang pada galibnya berakar dari ajaran Tuhan Yesus sendiri semasa kehidupan bumiah-Nya (Mat. 7:15-20). Tuhan sendiri memuji Jemaat Efesus: “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu ...” (Why. 2:2a).
Namun, Tuhan juga menegur keras jemaat Efesus karena ada kekurangan, yang menurut pandangan Tuhan, fatal “Engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula” (ayat 14). Keseriusan teguran ini diperkuat dengankomentar bahwa hal meninggalkan kasih yang semula merupakan kejatuhan yang sangat dalam, serta seruan bertobat yang dibarengi dengan nubuatan hukuman bagi penolakan untuk bertobat (ayat 5). Dia yang memiliki otoritas mutlak atas Gereja sekaligus sangat menaruh perhatian terhadapnya (ayat 1b) memang tidak main-main.
“Meninggalkan kasih mula-mula” atau “kasih menjadi dingin” (Mat. 24:12) bukan menunjuk pada lunturnya kasih kepada Tuhan. Mereka masih tekun melayani, mempertahankan kebenaran Injil. Bahkan menderita aniaya, sebagai rutinitas dan bukan kecintaan mereka kepada Tuhan. Juga, sering kali kecintaan kepada kebenaran, melunturkan kasih kepada sesama, dan memandangnya dari segi benar-salah semata. Suasana persekutuan yang pada mulanya begitu indah, kini berubah menjadi suasana dingan dan kaku, yang setiap saat bisa meletus dalam silang sengketa yang mengarah pada perpecahan.
Renungkan: Berpegang pada kebenaran dalam kasih (Ef. 4:15) memang tidak mudah. Kita cenderung memilih salah satu. Tapi Tuan menghendaki keduanya ada dalam diri kita dan nyata dalam Gereja.
Utley -> Why 2:2-7
Utley: Why 2:2-7 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 2:2-72 Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhad...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 2:2-7
2 Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. 3 Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. 4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. 5 Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. 6 Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci. 7 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."
Wahy 2:2 "Aku tahu" Bentuknya adalah PERFECT ACTIVE INDICATIVE dari oida, tetapi diterjemahkan sebagai a PRESENT. Yesus melihat, memahami dan peduli kepada jemaat-Nya. Perhatian-Nya melibatkan baik penegasan maupun disiplin. Kalimat yang sama diulangi dalam semua ketujuh surat (lih.Wahy 2:2,4,13,19; 3:1,8,15). Latar belakang Perjanjian Lama istilah ini berarti keintiman, hubungan pribadi (lih.Kej 4:1; Yer 1:5).
□ "segala pekerjaanmu dan jerih payahmu" Ini adalah jemaat yang aktif, tapi mereka melupakan prioritas persekutuan dengan Kristus (lih.Wahy 2:4). Terlalu banyak hal baik yang telah merampas mereka dari yang terbaik (lih. Gal 3:1).
□ "ketekunan" Istilah ini menyiratkan sukarelawan yang aktif, memiliki daya tahan dan sabar. Ini adalah tema utama dari kitab (lih.Wahy 1:9; 2:2,3,19; 3:10; 13:10; 14:12).
Ketekunan harus diimbangi dengan keamanan (lih.Wahy 2:7,11,17,26; 3:5,11-12,21). Kebanyakan kebenaran Alkitab disajikan dalam dialektis, tampak paradoks, sepasang. Keduanya sama-sama benar, tetapi tidak benar-benar sendirian. Keselamatan adalah awal pertobatan dan iman diikuti oleh gaya hidup pertobatan, iman, ketaatan, pelayanan, dan ketabahan! Lihat Topik Khusus di bawah ini.
"engkau telah mencobai" Istilah Yunani (peiraz_) berarti menguji mayoritas niat baik atau buruk (lih.Wahy 2:2,10; 3:10). Istilah terkait (peirasmos) memiliki konotasi pengujian dengan pandangan ke arah kehancuran. Keseimbangannya ditemukan dalam 1Yoh 4:1 di mana orang percaya diuji (dokimaz_) dengan maksud untuk persetujuan mereka yang mengklaim berbicara atas nama Allah. Panggilan bagi orang percaya untuk menguji mereka yang mengklaim berbicara bagi Allah ditemukan dalam kedua Perjanjian (lih. Ul 13:1-5; 18:22; Mat 7:15-23; 1Yoh 4:1-6).
Ada ketegangan dalam PB terkait dengan orang percaya yang saling menghakimi dengan kritis (lih. Mat 7:1-5). Namun, orang Kristen dipanggil untuk mengevaluasi satu sama lain untuk peran-peran kepemimpinan (lih.Mat 7:5,6,15; 1Kor 5:1-12; 1Tim 3; 1Yoh 4:1-6). Sikap dan motifasi adalah kunci untuk penilaian yang tepat (lih.Gal 6:1; Rom 2:1-11; 14:1-23; Yak 4:11-12).
"Mereka yang menyebut dirinya rasul" Penggunaan istilah "rasul" tidak mengacu kepada Dua Belas murid, tapi untuk penggunaan istilah yang lebih luas (lih.Kis 14:14; Rom 16:7; 1Kor 15:7; Gal 1:19, Ef 4:11; 1Tes 2:6). PB sering mengalamatkan subyek rasul-rasul atau guru palsu (lih.Mat 7:15-16; 24:24, Kis 20:29; 2Kor 11:13-15; 1Yoh 4:01 dan seluruh Surat-surat Pastoral). Jemaat ini telah mengidentifikasi dengan benar rasul-rasul palsu dan menolak mereka.
Wahy 2:3 Jemaat ini setia di tengah-tengah situasi yang sulit, bahkan penganiayaan. Mereka tidak menyangkal Kristus atau jemu dalam berbuat baik (lih. Gal 6:9; Ibr 12:3; Yak 5:7-8). Lihat catatan di Wahy 2:7.
- NASB NKJV "kamu telah meninggalkan kasihmu yang semula"
- NRSV "Kamu telah meninggalkan kasih yang pertama kali kamu miliki"
- TEV "Kamu tidak mengasihiKu sekarang seperti yang kamu lakukan pada awalnya"
- NJB "Kasihmu berkurang sekarang daripada sebelumnya"
Ada beberapa teori tentang arti ini:
- 1. Terjemahan TEV dan Charles Williams menganggap itu berarti cinta bagi Kristus
- 2. James Moffatt berasumsi itu berarti cinta untuk satu sama lain
- 3. Hershell Hobbs dalam komentarnya mengasumsikan itu berarti cinta yang hilang
- 4. J.B. Phillips dalam terjemahannya menggabungkan semua hal di atas
- 5. Beberapa orang berpikir hal itu berkaitan dengan masalah orang-orang percaya generasi kedua (lih.Hak 2:7-10)
- 6. Beberapa orang melihatnya sebagai jemaat tanpa cinta dari ortodoksi yang dingin (lih.1Kor 13)
Wahy 2:5 "Ingatlah" ini adalah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE yang berarti "selalu diingat". Orang percaya sering diingatkan untuk mengingat kondisi mereka sebelumnya dalam dosa dan posisi baru mereka dalam kasih karunia dan kemurahan Allah melalui Kristus..
□ "betapa dalamnya engkau telah jatuh" Ini merupakan PERFECT ACTIVE INDICATIVE. Meninggalkan "kasih mula-mula" mereka telah menjadi suatu kondisi kelalaian yang menetap!
□ "Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan" Keduanya adalah AORIST ACTIVE IMPERATIVES. Perhatikan jemaat secara keseluruhan yang dipanggil untuk membuat pertobatan yang menentukan (lih.2Taw 7:14) dan menjadi aktif dalam kasihnya kepada Kristus, kepada satu sama lain, dan kepada yang terhilang.
Pertobatan itu penting untuk suatu hubungan iman dengan Allah (lih.Mat 3:2; 4:17; Mr 1:15; 6:12; Luk 13:3,5; Kis 2:38; 3:19; 20:21 ). Istilah Ibrani berarti perubahan tindakan, sedangkan dalam bahasa Yunani itu berarti perubahan pikiran. Pertobatan adalah kemauan untuk berubah dari eksistensi keegoisan seseorang untuk kehidupan yang dipimpin dan diarahkan oleh Allah. Ini adalah panggilan untuk berbalik dari prioritas dan belenggu diri. Pada dasarnya adalah sebuah sikap baru, pandangan dunia yang baru, tuan yang baru. Pertobatan adalah kehendak Tuhan untuk setiap anak manusia yang telah jatuh dari Adam, diciptakan menurut gambar-Nya (lih.Yeh 18:21,23,32 dan 2Pet 3:9).
Pasal PB yang paling mencerminkan istilah Yunani yang berbeda untuk pertobatan adalah 2Kor 7:8-12.
- 1. lupē, "kesedihan" or "sedih" ay. 8 (dua kali), 9 (tiga kali), 10 (dua kali), 11
- 2. metamelomai, "setelah perawatan," ay. 8 (dua kali), 9
- 3. metanoeō, "bertobat" "setelah pikiran," ay. 9,10. Kontrasnya adalah antara pertobatan palsu (metamelomai, lih.Yudas, Mat 27:3 dan Esau, Ibr 12:16-17) dan pertobatan sejati (metanoe_, lih.Petrus, Yoh 21:15-23; Mat 26:75; Mr 14:72; Luk 22:62).
Pertobatan yang sejati secara teologis terkait dengan (1) pemberitaan Yesus pada kondisi Perjanjian Baru (lih.Mat 4:17; Mr 1:15; Luk 13:3,5); (2) khotbah-khotbah Apostolik dalam Kisah para rasul ( kerygma, lih. Kis 3:16,19; 20:21); (3) Pemberian Allah yang berdaulat (lih.Kis 5:31; 11:18 dan 2Tim 2:25).; dan (4) kebinasaan (lih. 2Pet 3:9). Pertobatan bukanlah pilihan.
□ "Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu" Ini adalah tema umum dalam kitab ini, Kristus akan datang segera (lih.1: 2,3; 2: 5,16; 25; Wahy 3:3,11). Dalam Perjanjian Lama kedatangan Allah bisa membawa berkat atau penghakiman. Dalam konteks ini Kristus datang untuk mendisiplin jemaat-Nya (lih. 1Pet 4:17)!
□ "dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya" Kaki dian melambangkan keseluruhan jemaat. Mungkin melibatkan penghapusan kehadiran dan berkat Kristus. Seluruh jemaat tidak menghadapi kemurtadan, tetapi kehilangan pelayanan yang efektif. Ini juga berlaku untuk jemaat-jemaat Pergamus (lih.Wahy 2:16); Tiatira (lih.Wahy 2:22-23); Sardis (lih.Wahy 3:3), dan Laodikia (lih.Wahy 3:19). Ada kemungkinan bahwa setiap jemaat-jemaat ini dipengaruhi oleh jenis ajaran palsu Nikolaus yang mempromosikan untuk berkompromi dengan budaya berhala.
Wahy 2:6 "yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus" Ada banyak spekulasi tentang siapa Nikolaus ini dan apa yang mereka percayai. Satu-satunya sumber alkitabiah kita miliki adalah Wahy 2:6,14-15. Spekulasi dimulai awalnya di jemaat sekitar tahun 180 M ketika Irenaeus dan Hippolitus menduga bahwa ini adalah pengikut salah satu dari "ketujuh" yang dipilih dalam Kis 6:5 bernama Nikolaus. Benar-benar tidak berdasar. Irenaeus, dalam bukunya, Contra-heresies, Wahy 3:11, berasumsi bahwa mereka adalah pengikut Kirene gnostisisme abad kedua. Eusebius, dalam bukunya, Ecclesiastical History, 3:29:1, mengatakan bahwa sekte ini tidak berlangsung lama.
Dalam Wahy 2:14-15, ajaran-ajaran Bileam dan ajaran Nikolaus serupa. Ada kemungkinan hubungan etimologis antara nama-nama mereka dalam bahasa Yunani, artinya "penakluk" dan "orang" (sangat mirip dengan arti nama Nikodemus). Yang jelas adalah bahwa keduanya mendorong orang percaya untuk berpartisipasi dalam praktek- praktek ibadah ritual berhala yang melibatkan aktivitas seksual. Dalam hal ini Nikolaus dan Balaamites (lih. Bil 25:1-9; 31:16-18) sangat mirip dengan ajaran Izebel (lih. Wahy 2:20)
Wahy 2:7 "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat " Peringatan ini diulang di seluruh surat-surat kepada ketujuh jemaat (lih. Wahy 2:7,11,17,29; 3:6,13,22). Itu adalah kalimat yang berasal dari kata-kata Yesus (lih.Mat 11:15; 13:9,43). Kebenaran spiritual harus ditanggapi oleh pikiran dan tangan. Mirip dengan istilah Ibrani Shema, "mendengar untuk melakukan" (lih. Ul 5:1; 6:4; 9:1; 20:3; 27:9-10).
□ "Jemaat-jemaat" Lihat Topik Khusus di Wahy 1:4.
□ "Barangsiapa menang" Ada penekanan teologis terus menerus untuk ketekunan orang percaya (lih.Wahy 2:7,11,17,25-26; 3:4-5,11-12,21). Ini adalah bukti dari pengalaman pertobatan yang benar (lih.Mat 24:13; Gal 6:9)! Jonathan Edwards berkata, "Tentu bukti pemilihan adalah barangsiapa yang bertahan sampai akhir". W.T. Conner mengatakan, "keselamatan seseorang yang terpilih untuk diselamatkan adalah dari semua kekekalan tertentu dalam pikiran dan tujuan Allah, namun tergantung pada iman, dan iman yang ketekunan yang bertekun dan pemenang. "Lihat Topik Khusus di Wahy 2:2.
□ "dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah" Ini adalah kiasan sebuah pohon di Taman Eden (lih. Kej 2:9). Manusia memulai persekutuan dengan Allah di taman dengan binatang-binatang, jadi Alkitab berakhir dengan cara yang sama (lih.Yes 11:6-9; Wahy 22:2,14,19). istilah "Surga" adalah kata Persia untuk taman bangsawan bertembok itu yang digunakan dalam Septuaginta untuk menerjemahkan Taman Eden (lih. Yeh 28:13; 31:8). Ini adalah salah satu dari banyak referensi untuk masa Mesianik yang ditemukan di seluruh surat-surat kepada ketujuh jemaat.
Istilah " Surga " digunakan dalam dua pengertian: (1) dalam Luk 23:4 itu bisa merujuk ke bagian yang benar dari Sheol / Hades. Yesus mengatakan kepada penjahat yang bertobat bahwa ia akan bersama-sama dengan- Nya di Firdaus pada hari itu (Yesus tidak kembali ke surga selama 40 hari, lih. Yoh 20:17). Dan (2) dalam 2Kor 12:3 mengacu pada kehadiran Allah, ruang takhta surgawi Allah ("surga ketiga").
Tujuan Allah bagi umat manusia, diciptakan dalam gambar dan rupa-Nya, adalah hidup yang kekal. Kejatuhan di Kej 3 dan sisa dokumen Alkitab komitmen Tuhan untuk penebusan manusia dan persekutuan kekal dengan-Nya. Dunia yang jatuh ini, kesenjangan dalam persekutuan penuh, bukanlah keinginan Allah, tapi cela umat manusia. Tuhan akan memulihkan ciptaan-Nya untuk tujuan-Nya.
Topik Teologia -> Why 2:2
Topik Teologia: Why 2:2 - -- Pengudusan
Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
Gereja
Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh ...
- Pengudusan
- Pengudusan: Sasaran dan Hambatan
- Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
- Misi, Pelayanan dan Aktivitas Gereja
TFTWMS -> Why 2:2-6
TFTWMS: Why 2:2-6 - Pujian PUJIAN (Wahyu 2:2, 3, 6)
Seraya pembaca itu melanjutkan bacaannya, gereja Efesus itu dipuji. Pujian itu dibuka dengan kata-kata yang terkait dengan k...
PUJIAN (Wahyu 2:2, 3, 6)
Seraya pembaca itu melanjutkan bacaannya, gereja Efesus itu dipuji. Pujian itu dibuka dengan kata-kata yang terkait dengan kalimat sebelumnya: "Aku tahu segala pekerjaanmu13"14(ay. 2a). Kata yang diterjemahkan "tahu" berarti "memiliki kepenuhan pengetahuan, mengetahui dengan sempurna."15Alkitab CEV menerjemahkan kalimat itu, "Aku tahu segala sesuatu yang telah kaulakukan." Umat Kristen Efesus perlu memahami bahwa "segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab" (Ibrani 4:13). Kita perlu memahami itu juga.
Yesus memulai dengan pelbagai kualitas positif yang dimiliki gereja di Efesus itu. Ketika kita harus menghadapi suatu jemaat atau individu, kita harus memulainya dengan mencatat sifat-sifat pribadi yang bisa dipuji secara jujur dan tulus.
Pelayanan Dan Keteguhan
Yesus mula-mula memuji gereja itu atas pelayanan dan keteguhannya: "Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu"16(ay. 2a). Kata yang diterjemahkan "jerih payah" berarti "kerja keras yang melelahkan."17Ketika ada pekerjaan yang harus dilakukan, mereka tidak berdiri mondar-mandir dengan tangan di dalam saku mereka. Sebaliknya, mereka memberikan jenis upaya yang dikeluarkan oleh orang-orang ketika mereka kerja keras sampai otot mereka sakit dan pakaian mereka basah oleh keringat.
Selanjutnya, mereka tidak berhenti bekerja ketika pekerjaan itu menjadi sulit. Di ayat 3 Yesus menambahkan, "Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah." Ungkapan "tidak mengenal lelah" adalah dari kata Yunani yang sama seperti "kerja keras" di ayat 2. Seperti yang seseorang katakan, "Mereka bekerja keras sampai titik kelelahan tanpa melelahkan kerja keras mereka." Kita semua butuh kualitas ini! (Lihat Galatia 6:9; 2 Tesalonika 3:13.)
Dengan menggunakan tubuh manusia sebagai ilustrasi, kita bisa mengatakan bahwa gereja Efesus memiliki lengan kanan pelayanan yang kuat.
Kesehatan Dan Keterpisahan
Yesus kemudian memuji mereka atas kesehatan18dan keterpisahan: "Aku tahu, … engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta"(ay. 2b, c). Kata "sabar" digunakan di dalam kedua ayat 2 dan 3:19Mereka sabar (menoleransi) kerja keras yang melelahkan, tapi mereka menolak untuk sabar (menoleransi) pengajaran palsu.
Paulus telah memperingatkan para penatua Efesus, "Serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu" (Kisah 20:29). Beberapa dari "serigala berbulu domba" itu menyebut diri mereka "rasul-rasul" (lihat 2 Korintus 11:13). Mereka mungkin membuat kesan pertama yang baik, memiliki kualifikasi yang mengesankan, dan bisa mempengaruhi pikiran orang banyak. Bagaimanapun, gereja Efesus telah lebih dulu diperingatkan. Selain peringatan Paulus, Yohanes menulis, "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia" (1 Yohanes 4:1; huruf miring oleh saya). Jemaat Efesus akan sudah menguji ajaran pendatang baru dengan membandingkannya dengan Firman Allah (Kisah 17:11). Mereka mungkin menantang "rasul-rasul" yang memproklamirkan diri sendiri untuk melakukan "tanda-tanda [mujizat-mujizat] seorang rasul sejati" (2 Korintus 12:12).20
Jemaat Efesus tidak hanya prihatin terhadap ajaran guru-guru palsu; selain itu, mereka juga prihatin terhadap pengaruh guru-guru palsu itu. Di ayat 6 Yesus menambahkan, "engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci." (Huruf miring oleh saya.) Para pengikut Nikolaus adalah guru-guru palsu yang menjalani kehidupan fasik dan mendesak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Di dalam surat kepada jemaat Pergamus, Yesus mengaitkan ajaran Nikolaus dengan "ajaran Bileam," yang mendorong bangsa Israel "makan persembahan berhala dan berbuat zinah" (2:14, 15).21Hippolitus mengidentifikasi Nikolaus sebagai kelompok awal Gnostik22yang melakukan kemesuman.23Untuk membuat doktrin fasik mereka terlihat lebih masuk akal, para penganut Nikolaus mengaku telah diajar oleh Nikolaus, salah satu "diaken" gereja awal24(Kisah 6:5).25
Perhatikanlah kata "membenci": Yesus berkata, "engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci." Allah membenci kejahatan (Amsal 6:16-19), dan Ia mengharapkan kita membenci kejahatan (Roma 12:9) . Bagaimanapun, pahamilah bahwa jemaat Efesus tidak membenci pengikut Nikolaus, mereka membenci segala perbuatan para pengikut Nikolaus. Mereka membenci praktiknya tapi mengasihi orangnya. Setiap orang dari kita harus membenci dosa, tetapi kita harus mengasihi orang berdosa. Seorang dokter membenci kanker yang menghancurkan tubuh seorang pasien, tetapi ia memiliki belas kasihan untuk pasien itu.
Ungkapan "tidak dapat sabar" mungkin menunjukkan bahwa jemaat Efesus tidak membolehkan guru-guru palsu tetap tinggal di tengah-tengah mereka. Mereka menelanjangi kesalahan mereka dan menarik diri dari persekutuan mereka (lihat 2 Tesalonika 3:6; 1 Korintus 5:6-11; Matius 18:17). Homer Hailey mengungkapkan sikap mereka itu dalam kata-kata ini: "Jika [para pengikut Nikolaus itu] tidak mau dirubah, biarkan mereka dipindah."26
Alkitab AB menerjemahkan "tidak dapat sabar" sebagai "tidak dapat menolerir" (huruf miring oleh saya). Di banyak belahan dunia sekarang ini, pernyataan seperti itu akan dinilai "tidak benar secara politik." Sikap toleran dipuji, dan sikap tidak toleran dikutuk; tetapi Yesus memuji gereja yang tidak toleran—khususnya, tidak toleran terhadap dosa. Kita berada dalam pertempuran "sampai mati" melawan dosa (Efesus 6:11; Wahyu 12:17), kita tidak boleh kompromi.
Untuk melanjutkan ilustrasi kita dengan menggunakan tubuh manusia, kita bisa mengatakan bahwa gereja Efesus memiliki lengan kiri disiplin yang kuat.
Sebagian besar dari kita akan senang menjadi bagian dari jemaat dengan sifat-sifat yang baru saja digambarkan. Namun begitu, laporan pemeriksaan itu belum selesai.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Surat Cinta Terakhir Dari Tuhan
WAHYU 2-3
Perjanjian Baru penuh dengan surat: Dua puluh satu dari dua puluh tujuh kitab di dalam Perjanjian Baru ada...
Surat Cinta Terakhir Dari Tuhan
Perjanjian Baru penuh dengan surat: Dua puluh satu dari dua puluh tujuh kitab di dalam Perjanjian Baru adalah surat yang ditulis kepada gereja-gereja dan individu-individu. Semuanya itu adalah ungkapan kasih dan kepedulian Tuhan bagi umatNya. Beberapa surat terakhir yang Ia tulis ditemukan di dalam kitab yang kita sedang pelajari: Kitab Wahyu.1Di dalam pasal 2 dan 3, kita menemukan tujuh surat dari Yesus untuk jemaat-jemaat di Asia Kecil.2
Beberapa orang bertanya-tanya mengapa surat-surat itu disertakan di dalam kitab itu. Setelah kita melihat kemuliaan Yesus di pasal 1, kita siap untuk sorga yang megah di pasal 4 dan 5. Sebaliknya, di dalam pasal 2 dan 3 kita membaca tentang kesalahan gereja-gereja. Beberapa orang berpendapat bahwa surat-surat itu ditambahkan belakangan kepada kitab itu, tapi bukti naskah menunjukkan bahwa surat-surat itu adalah bagian dari kitab Wahyu dari awalnya.
Mengapakah surat-surat itu disertakan? Nilai apakah yang mereka miliki untuk umat Kristen di abad pertama, dan nilai apakah yang mereka miliki sekarang ini? Di dalam pelajaran ini, kita ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan lainnya, seraya kita mempersiapkan diri untuk melihat tujuh surat itu secara rinci.
TUJUANNYA DIJELASKAN
Surat-surat ini menyelesaikan beberapa tujuan. Pertama, mereka membantu kitab itu menjadi praktis. Tanpa surat-surat itu, tantangan di 1:3 untuk "mendengarkan" dan "memperhatikan" hal-hal tertulis itu akan memiliki arti yang jauh kurang menantang, karena pasal 2 dan 3 berisi lebih banyak perintah langsung dibandingkan sisa isi kitab itu digabungkan.
Kedua, surat-surat itu menyediakan transisi dari penglihatan tentang Tuhan yang dimuliakan dengan penglihatan di dalam pasal 4 sampai 22. Pesan Yesus kepada gereja-gereja itu memiliki fokus tiga arah:
Surat-Surat (Pasal 2; 3)
Kondisi Zaman Itu, Penglihatan Tentang Kristus (Pasal 1), Sisa Kitab Wahyu (Pasal 4-22)
(1) Pesan itu melihat ke belakang kepada pasal 1. Di awal setiap surat itu, kita memiliki gambaran tentang Kristus, dan umumnya ini diambil dari penglihatan pembukaan.3(2) Pesan itu melihat ke sekeliling kepada kondisi di zaman Yohanes. Di inti setiap surat itu, kita akan mendapatkan perasaan terhadap zaman itu, karena Yesus menyinggung tantangan unik setiap jemaat. (3) Pesan itu melihat ke depan kepada pasal 4 sampai 22. Kesimpulan dari surat-surat itu janji-janji yang mengantisipasi pelbagai tema di dalam sisa isi kitab itu.4Misalnya, surat kepada gereja di Efesus memiliki janji tentang makan dari pohon kehidupan (2:7), dan kita akan membaca tentang pohon kehidupan di pasal terakhir (22:2). "Yang menang" di jemaat Sardis dijanjikan bahwa mereka akan "dikenakan pakaian putih" (3:5); di pasal 7 kita akan membaca tentang "kumpulan besar orang banyak" berdiri penuh kemenangan "di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih" (ay. 9).
Yang paling penting, surat-surat ini sangat penting bagi penggenapan keseluruhan tujuan Kristus di dalam kitab itu: Ia ingin menyemangati orang Kristen yang tertindas dan mempersiapkan mereka bagi penganiayaan yang bahkan lebih besar; Ia ingin meyakinkan mereka bahwa, pada akhirnya, kebaikan akan menang. Sebelum Ia bisa melakukan itu, satu pertanyaan harus dijawab: Apakah mereka siap menghadapi badai yang mendekat? Tuhan tidak bisa memberkati orang-orang yang memberontak dan tidak taat.5Sebelum Tuhan dapat menyemangati gereja-gereja itu, Ia harus memeriksa mereka. Barulah kemudian Ia dapat menegaskan kekuatan mereka, memperbaiki kelemahan mereka, dan menghibur ketakutan mereka.
Karena itu, tujuan utama surat-surat itu adalah mempersiapkan jemaat-jemaat itu bagi konflik yang menanti di depan mereka. Sebelum kita selesai mempelajari surat-surat ini, kita akan melihat bahwa surat-surat itu dapat juga membantu kita untuk lebih siap menghadapi pertempuran rohani yang kita hadapi.
POLANYA DIUNGKAPKAN
Tidak sulit untuk mendeteksi pola di dalam surat-surat itu: Semua dimulai dengan cara yang sama, kata-kata yang sama tentang mendengarkan selalu digunakan hampir di bagian akhir, dan semua surat itu memiliki janji bagi mereka "yang menang." Namun begitu, cakupan penuh pola ini mungkin tidak langsung jelas. Untuk membantu Anda membandingkan surat-surat itu, tabel di bagian bawah halaman ini telah disediakan bagi Anda untuk diisi. Periksalah tabel itu dengan hati-hati, tuliskanlah di ruang yang sesuai pasal dan ayat di mana setiap unsur ditemukan.
Dengan beberapa pengecualian, setiap surat itu memiliki tujuh unsur: (1) salam atau ucapan, (2) gambaran tentang Yesus, (3) pujian untuk jemaat itu secara keseluruhan, (4) kecaman untuk jemaat itu secara keseluruhan, (5) peringatan dan ancaman, (6) nasihat, dan (7) janji.6
Salam itu pada dasarnya sama di setiap surat ("tuliskanlah kepada malaikat jemaat di [kota tertentu]"), dan begitu juga dengan nasihat itu ("Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat").Seperti kita telah lihat, dua dari unsur-unsur itu terkait dengan sisa isi kitab itu: Dalam sebagian besar surat-surat itu, gambaran tentang Yesus diambil dari penglihatan di pasal 1, dan janji-janji itu diperluas di pelbagai bagian belakangan kitab itu. Dengan demikian variasi utama di dalam surat-surat itu muncul di bagian (3), (4), dan (5). Pada tabel itu, secara khusus perhatikanlah bahwa dua dari gereja-gereja itu tidak memiliki pujian, sementara dua dari gereja-gereja itu tidak mendapat kecaman—dan karena itu tidak mendapat peringatan. Sebagaimana akan kita lihat, pelbagai perbedaan ini adalah penting.
Ada satu karakteristik lagi yang harus ditunjukkan tentang formatnya: Di dalam tiga surat yang pertama, dorongan diberikan sebelum janji, sementara di empat surat yang terakhir janji diberikan sebelum dorongan. Seperti yang telah kita singgung sebelumnya, daftar yang berisi tujuh hal di dalam kitab Wahyu sering dibentuk dari kelompok tiga dan empat (atau empat dan tiga). Kitab Wahyu bukanlah kekacauan pelbagai adegan yang tidak terkait seperti yang dipercayai oleh beberapa orang; tidak ada yang bersifat serampangan tentang hal itu.
Jika Anda ingin mendapat manfaat maksimal dari pelajaran kita tentang tujuh surat itu, Anda harus lebih dulu melengkapi tabel itu dengan mengisikan acuan Kitab Suci yang sesuai. Untuk membantu Anda memulainya, perhatikanlah acuan-acuan setelah judul utama pelajaran berikutnya, "Gereja Yang Hatinya Bermasalah." Acuan-acuan inilah yang Anda harus tuliskan di kotak-kotak kosong pada kolom "Efesus". Ketika Anda menyalin ayat-ayat itu, amatilah perbedaan dalam urutannya: Pujian kepada gereja Efesus dimulai di ayat 2 dan 3, tapi selesai di ayat 6. Anda akan menemukan beberapa variasi kecil seperti ini dari waktu ke waktu di dalam surat-surat itu.
Setelah Anda mengisi kotak-kotak di bawah "Efesus," kemungkinan besar Anda akan dapat mengisi sendiri sisa tabel itu. Jika Anda membutuhkan bantuan lebih lanjut, lihatlah pelajaran tentang Tiatira ("Gereja Dimana Izebel Adalah Anggotanya"). Saya juga mempertahankan pembagian tujuh-bagian dalam pelajaran itu untuk membantu Anda mendapatkan format itu dalam pikiran.
POIN-POIN DITELITI
Dengan mengisi sendiri tabel itu, Anda akan mendapatkan nuansa keseluruhan surat-surat itu sebelum kita mempelajarinya secara terperinci. (Anda dapat memeriksa jawaban Anda itu dengan kunci jawaban yang diberikan di dalam edisi ini.) Jangan kehilangan penglihatan tentang Yesus yang berjalan di antara gereja-gereja, memeriksa mereka, dan mempersiapkan mereka untuk cobaan di depan. Pelajaran apakah yang Anda kira mereka butuhkan? Harold Hazelip membuat saran ini:
Setiap surat memiliki catatan yang berbeda—satu kata yang menyentuh atau ungkapan yang menantang yang meringkas keseluruhan pesannya. Jika kita menggabungkan pelbagai catatan yang berbeda itu, kita akan memiliki gambaran tujuh poin yang baik tentang apa yang Kristus inginkan di gerejanya sekarang ini.7
Hazelip kemudian mengusulkan kata-kata kunci untuk masing-masing gereja itu: Gereja di Efesus perlu kembali kepada kasihnya yang semula (2:4); gereja di Smirna harus siap-siap menderita (2:10); jemaat di Pergamus perlu mendukung kebenaran (2:14, 15); gereja di Tiatira butuh kekudusan yang lebih besar (2:20); gereja di Sardis masih kurang dalam kemurnian (3:1); gereja di Filadelfia didesak untuk mengambil keuntungan dari pelbagai peluang untuk penginjilan (3:8a); dan gereja di Laodikia dikecam karena kurangnya dedikasi (3:15).8Hazelip menyimpulkan, "Jika kita bisa menggabungkan tujuh karakteristik ini di dalam satu jemaat—kasih, penderitaan, kebenaran, kekudusan, kemurnian, penginjilan dan dedikasi—kita akan memiliki satu komunitas umat Allah yang ideal."9
Seraya kita menelusuri surat-surat itu, saya rasa Anda akan terkesan dengan ajaran praktis untuk gereja zaman kini. Kita butuh pelajaran-pelajaran yang ditemukan di dalam surat-surat kepada tujuh jemaat di Asia itu.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Gereja Yang Hatinya Bermasalah
WAHYU 2: 1-7
Bayangkanlah Anda berada di dalam perhimpunan jemaat di Efesus. Kabar telah tersiar bahwa sepucuk surat ...
Gereja Yang Hatinya Bermasalah
Bayangkanlah Anda berada di dalam perhimpunan jemaat di Efesus. Kabar telah tersiar bahwa sepucuk surat dari saudara Yohanes yang terkasih telah tiba, dan gereja telah berkumpul untuk mendengarkan pembacaan surat itu.1Anda menyondongkan tubuh ke depan dengan penuh perhatian ketika orang yang membawa pesan itu berdiri.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 2-3)
Masalah menghadang jalan umat Kristen di Asia Kecil. Masalah menanti kita juga. Jenis masalah yang mereka alami mungkin sama a...
KESIMPULAN (Wahyu 2-3)
Masalah menghadang jalan umat Kristen di Asia Kecil. Masalah menanti kita juga. Jenis masalah yang mereka alami mungkin sama atau mungkin tidak, tetapi masalah itu tetap saja mencobai jiwa kita. Yesus ingin umat Kristen mula-mula itu siap untuk menghadapi badai kehidupan; dengan demikian Ia memeriksa mereka supaya Ia bisa mengembangkan kekuatan mereka dan memperbaiki kelemahan mereka. Ingatlah: Tuhan tidak dapat memberkati orang-orang yang memberontak dan tidak taat.
Tuhan juga ingin kita siap terhadap apa pun yang mungkin datang. Persiapan masih tergantung pada tiga faktor: penilaian yang jujur tentang kekuatan dan kelemahan kita, pengembangan kekuatan kita, dan perbaikan kelemahan kita. Anda mungkin ingin menemukan seseorang yang Anda hormati dan percayai untuk membantu Anda melakukan evaluasi diri. Kemudian, mendedikasikan diri Anda untuk membangun kekuatan Anda dan memperbaiki pelbagai kekurangan.
Masing-masing dari kita perlu menanyakan dirinya sendiri: "Siapkah saya bagi pertempuran hidup?"; "Apakah yang harus saya lakukan untuk mempersiapkan diri bagi pertempuran itu?"; "Apakah saya bersedia melakukan apa pun yang diperlukan?"10Tuhan memberkati Anda dalam tantangan itu!
PERTANYAAN UNTUK TINJAUAN & DISKUSI
- 1. Menurut bukti naskah, apakah tujuh surat itu selalu menjadi bagian Kitab Wahyu?
- 2. Menurut pelajaran ini, tiga tujuan apakah yang tujuh surat itu miliki? Dapatkah Anda memikirkan tujuan lain apa saja? Apakah tujuan utamanya?
- 3. Pelajaran itu menyiratkan bahwa surat-surat itu "memiliki fokus tiga-arah." Apakah artinya?
- 4. Pelajaran itu menyiratkan bahwa Yesus ingin menegaskan kekuatan gereja-gereja itu, memperbaiki kelemahan mereka, dan menghibur ketakutan mereka. Diskusikanlah bagaimana hal ini dibandingkan dengan apa yang Tuhan katakan kita harus lakukan untuk orang lain (2 Timotius 4:2).
- 5. Apa sajakah tujuh unsur di dalam surat-surat itu?
- 6. Bisakah Anda mengisi tabel itu? Jika mungkin, bandingkanlah tabel Anda dengan tabel yang diisi orang lain.
- 7. Kata-kata kunci apakah yang Harold Hazelip sarankan untuk merangkum situasi dari masing-masing tujuh jemaat itu?
- 8. Sudahkah Anda meluangkan waktu untuk memeriksa diri guna menemukan kekuatan dan kelemahan Anda? Apakah Anda butuh bantuan dalam evaluasi ini?
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 2: 1-7)
Sekali lagi, mari kita kembali kepada perhimpunan khayalan kita di Efesus: Bagaimanakah para pendengar itu bereaksi ketika ...
KESIMPULAN (Wahyu 2: 1-7)
Sekali lagi, mari kita kembali kepada perhimpunan khayalan kita di Efesus: Bagaimanakah para pendengar itu bereaksi ketika pembaca itu mengahiri isi surat untuk mereka? Menurut pelbagai catatan sejarah, gereja di Efesus terus berwujud selama bertahun-tahun, menjadi suatu kekuatan kebaikan di provinsi Asia Romawi. Saya suka membayangkan bahwa ini berarti jemaat itu memperhatikan peringatan Yesus dengan serius, setidaknya untuk sementara waktu.
Tidak lama setelah surat ini ditulis, Domitianus meninggal dan Yohanes dibebaskan dari pengasingan. Ketika Yohanes menjelang kematiannya, menurut para penulis mula-mula, ia mendesak saudara-saudara itu untuk saling mengasihi. Mungkin mereka protes, "Tapi kami ingin engkau memberitahu kami sesuatu yang baru." Yohanes bisa menjawab dengan mengutip dari surat pertamanya: "Saudara-saudara yang kekasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya.… Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi" (1 Yohanes 2:7; 3:11).
Saya berpendapat surat kepada gereja di Efesus ini sebagai yang paling mengganggu dari surat-surat yang ada, karena surat itu memaksa saya untuk melihat motivasi saya dalam melayani Tuhan. Mengapakah saya hidup dengan cara yang saya lakukan? Apakah saya melayani Tuhan karena saya telah melakukannya begitu lama sehingga hal itu telah menjadi kebiasaan? Apakah saya menyembah karena dorongan tugas? Apakah saya membantu orang lain agar orang-orang memuji saya? Atau apakah saya mematuhi perintah Allah karena saya mengasihi Dia dan kepentingan-Nya?
Tidak ada masalah rohani yang sulit untuk dideteksi selain masalah hati, tetapi juga tidak ada masalah rohani apa saja yang berbahaya bagi kesehatan rohani kita selain masalah hati. Kecuali hati yang rusak diperbaiki, kematian tidak bisa dihindari. Surat kepada gereja Efesus berseru kepada kita masing-masing: Inilah saatnya untuk pergi kepada Tabib Agung untuk pemeriksaan hati dengan sungguh-sungguh!47
Apakah mungkin Anda telah meninggalkan kasih Anda yang semula? Jika ya, hari ini adalah hari untuk mulai menyalakan kembali percikan kasih yang memudar di dalam dalam hati Anda itu— sebelum sangat terlambat!48
PERTANYAAN UNTUK TINJAUAN & DISKUSI
- 1. Mengapakah Anda berpikir bahwa gereja di Efesus adalah yang pertama kali disapa?
- 2. Apakah yang anda ketahui tentang kota Efesus? Beritahukanlah bagaimana gereja itu didirikan dan tumbuh di Efesus.
- 3. Mengenai gambaran tentang Yesus di dalam surat ini, dua hal apakah yang tampaknya umat Kristen Efesus perlu ketahui tentang Dia?
- 4. Ketika Yesus berjalan di antara gereja-gereja, menurut Anda hal apakah yang Ia lihat di dalam jemaat yang Anda hadiri? Yang lebih penting, hal apakah yang Ia lihat di dalam hati Anda?
- 5. Hal apakah yang Yesus temukan di gereja Efesus yang layak dipuji? Apakah sifat-sifat itu merupakan hal yang semua gereja butuhkan?
- 6. Siapakah para pengikut Nikolaus itu?
- 7. Apakah Anda merasa aneh bahwa Tuhan memuji umat Kristen Efesus karena mereka membenci sesuatu? Sebagai orang Kristen, hal apakah yang harus kita benci? Hal apakah yang harus kita tidak benci?
- 8. Meskipun gereja di Efesus banyak melakukan hal yang baik, "kesalahan fatal" apakah yang gereja itu miliki? Mengapa waktu itu (dan kini) masalah itu serius?
- 9. Diskusikanlah kalimat "kasih semula." Apa sajakah "kasih semula" di dalam perkawinan? Apa sajakah "kasih semula" di dalam kehidupan orang Kristen?
- 10. Apakah intensitas dan kegairahan "kasih semula" secara otomatis tetap ada di dalam perkawinan atau kehidupan rohani kita?
- 11. Menurut Anda apakah yang Yesus maksudkan ketika Ia memperingatkan mereka bahwa Ia akan mengambil kaki dian mereka jika mereka tidak bertobat?
- 12. Obat lipat tiga apakah yang Yesus berikan untuk menyalakan kembali percikan kasih?
- 13. Apakah bedanya antara sekedar "bekerja untuk Tuhan" dan melakuka "perbuatan yang pernah Anda lakukan di awalnya"?
- 14. Diskusikanlah janji yang Yesus berikan kepada yang "menang "di Efesus.
- 15. Mengapa surat kepada gereja di Efesus disebut "salah satu yang paling mengganggu" dari semua huruf?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Para pengkhotbah telah mengembangkan banyak judul cerdas untuk pelbagai khotbah tentang tujuh surat itu. Judul untuk pelbagai pelajaran tentang surat kepada jemaat di Efesus termasuk "Kasih yang Semula," "Setia Tapi Kurang," "Segalanya Kecuali Satu Hal," "Kekurangan Yang Fatal," dan "Bulan Madu Berakhir!"
Di dalam pelajaran ini dan yang lainnya, saya menggunakan tujuh unsur huruf untuk poin-poin utama saya. Anda mungkin lebih menyukai pendekatan homiletik yang lebih sederhana yang terdiri dari tiga sampai lima poin utama (mungkin semuanya dimulai dengan huruf yang sama). Banyak penulis /pembicara membahas salam dan gambaran tentang Yesus di dalam kata pengantar mereka dan memasukkan dorongan dan janji di dalam kesimpulan mereka, menyisakan hanya inti surat itu untuk dijadikan garis besar. Berikut ini adalah dua contoh bagaimana ayat-ayat tengah dari surat kepada jemaat di Efesus itu bisa dijadikan garis besar: "Dukungan," "Tuduhan," dan "Teguran"49; "Pujian", "Kecaman," dan "Nasihat."50Di dalam garis besar seperti itu, bagian pertama umumnya berkaitan dengan ayat 2, 3 dan 6; bagian kedua membicarakan ayat 4, dan bagian ketiga mencakup ayat 5.
Selain digunakan di dalam seri tentang "Surat Kepada Tujuh Gereja," nas Wahyu 2:1-7 dapat digunakan juga secara tersendiri sebagai pesan tentang bagaimana menghidupkan kembali cinta di dalam suatu perkawinan: "Bisakah Percikan Itu Dihidupkan Kembali?" Untuk presentasi seperti itu, perluaslah perbandingan antara cinta perkawinan dan cinta rohani.
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Pernyataan ini mengasumsikan bahwa kitab Wahyu ditulis selama bagian akhir pemerintahan Domitianus.
2 Di dalam pelajaran "T...
Catatan Akhir:
- 1 Pernyataan ini mengasumsikan bahwa kitab Wahyu ditulis selama bagian akhir pemerintahan Domitianus.
- 2 Di dalam pelajaran "Tujuh Fakta Yang Anda Harus Ketahui Tentang Kitab Wahyu," saya menekankan bahwa kitab Wahyu aslinya ditujukan kepada "tujuh gereja yang ada pada waktu itu." Izinkan saya menekankan kembali bahwa tujuh gereja ini adalah jemaat sungguhan yang ada di zaman Yohanes dan tidak mewakili "tujuh" zaman gereja. "
- 3 Kita melihat satu pengecualian untuk ini: Surat kepada gereja di Laodikia hanya meminjam ungkapan dari pasal 1 (1:5; 3:14).
- 4 Kaitan beberapa janji terhadap isi kitab Wahyu lainnya adalah jelas; pelbagai kaitan yang lain adalah kurang jelas. Sebagian besar kaitan itu akan ditunjukkan saat kita mempelajari setiap surat itu.
- 5 Sebagai contoh, lihat Yosua 7:1-26.
- 6 Tujuh unsur ini elemen dapat dijudulkan lagi sehingga semua judul berawal dengan huruf yang sama. Misalnya: The Commission [Tugas] ("Kepada malaikat .…."), The Character [Karakter] (gambaran tentang Yesus), The Commendation [Pujian], The Condemnation [Kecaman], The Correction [Perbaikan] (peringatan), The Call [Panggilan] ("mendengarkan apa yang Roh katakan"). Dalam pengalaman saya, unsur-unsur itu lebih mudah diingat ketika semuanya tidak dimulai dengan huruf yang sama.
- 7 Harold Hazelip, The Lord Reigns: A Survey of the Book of Revelation (Abilene, Tex.: Herald of Truth, n.d.), 5.
- 8 Ibid., 5, 6 (pelbagai acuan ditambahkan).
- 9 Ibid., 6.
- 10 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, mereka yang bukan orang Kristen harus diberitahu bahwa mereka perlu terlebih dahulu mengungkapkan iman mereka kepada Yesus dengan dibaptiskan (Kisah 2:36-38).
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Kita tidak menemukan petunjuk bahwa surat kepada jemaat di Efesus dikirim terpisah dari surat-surat lainnya dan dari sisa kitab Wa...
Catatan Akhir:
- 1 Kita tidak menemukan petunjuk bahwa surat kepada jemaat di Efesus dikirim terpisah dari surat-surat lainnya dan dari sisa kitab Wahyu lainnya. Bagaimanapun, untuk tujuan pelajaran ini marilah kita membayangkan hanya surat kepada Efesus saja yang sedang dibacakan.
- 2 Pertanyaan tentang identitas para malaikat [utusan] ini dibahas pada halaman 11, 12 di dalam edisi ini.
- 3 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 58. Ada juga kemungkinan bahwa Efesus disapa lebih dulu karena Yohanes telah menjadikan kota itu sebagai pangkalan operasinya, seperti yang Paulus lakukan sebelumnya.
- 4 Kebanyakan penulis menghabiskan ruang yang cukup banyak untuk menggambarkan Efesus pada umumnya dan kuil Diana khususnya (1) karena pentingnya Efesus di dunia kuno dan (2) karena kekayaan informasi yang tersedia tentang kota itu. Komenter saya tentang Efesus sengaja singkat karena dua alasan: (1) sebagian besar siswa Alkitab bisa mendapatkan informasi tentang Efesus di dalam pelajaran mereka tentang Kisah Para Rasul, Efesus, dan 1 Timotius, dan (2) karakteristik kota itu memberikan sedikit terang pada surat itu. Jika Anda ingin informasi lebih lanjut tentang Efesus, lihatlah pelajaran ""The Challenge of the Occult" dan "When Christianity Hits the Pocketbook" pada halaman 17 hingga 30 di dalam edisi "Acts, 8" oleh Truth for Today (April 1996).
- 5 Amfiteater ini hanya disebut "gedung kesenian" di Kisah Para Rasul 19:29, 31.
- 6 Reruntuhan ini terletak dekat kota Selcuk di Turki.
- 7 Untuk lokasi Efesus, lihat peta di halaman 18 di dalam edisi ini.
- 8 Di dalam 1:16 Alkitab NASB menerjemahkan kata itu sebagai "memegang," tetapi kata Yunani itu secara harfiah berarti "memiliki" (lihat KJV).
- 9 Morris, 59. (Huruf miring oleh saya.)
- 10 Untuk diskusi tentang arti tujuh bintang itu, lihat halaman 11, 12 di dalam edisi ini. Kesimpulan yang dicapai adalah bahwa bintang-bintang itu entah bagaiman melambangkan jemaat-jemaat itu (dan dengan demikian melambangkan para anggota dari jemaat-jemaat itu).
- 11 Yesus adalah satu-satunya kepala gereja (Efesus 1:22, 23; Kolose 1:18, 24).
- 12 Tidak seperti kita, Yesus tahu apa yang ada di dalam diri seseorang (Yohanes 2:24, 25); Ia saja yang diperlengkapi untuk menghakimi motif.
- 13 Kata "mu" di sini berbentuk tunggal yang selaras dengan bentuk tunggal "malaikat" (ay. 1), yang melambangkan satu jemaat (jemaat yang di Efesus). Di dalam teks Yunaninya, bentuk tunggal digunakan di seluruh surat itu.
- 14 Ungkapan "segala pekerjaanmu" dapat mengacu kepada perbuatan baik dan/atau perbuatan buruk.
- 15 Homer Hailey, Revelation (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 120.
- 16 Alkitab KJV menulis "kesabaran." Ini mengacu kepada "ketahanan bersabar."
- 17 William Barclay, Letters to the Seven Churches (Philadelphia: Westminster Press, 1957), 22.
- 18 Kedua Timotius 1:13, Titus 2:1, dan nas-nas lain mengacu kepada ajaran atau pengajaran"sehat." Di nas-nas ini, kata "sehat" memiliki arti seperti yang dimaksudkan di dalam ungkapan itu "sehat tubuh": sehat, utuh, kuat.
- 19 Kecuali untuk keterangan waktu kata kerjanya, kata-kata itu adalah sama di dalam bahasa Inggris dan Yunani.
- 20 Mereka yang disebut "rasul-rasul" akan juga diuji kualifikasinya berdasarkan Kisah Para Rasul 1:21, 22. Beberapa orang di zaman kini mengklaim sebagai rasul atau penerus para rasul; mereka juga harus diuji dengan kriteria yang sama.
- 21 Banyak hal akan dikatakan tentang Bileam ketika nanti kita mempelajari surat kepada jemaat di Pergamus di dalam edisi ini.
- 22 Ajaran sesat Gnostikisme berkembang penuh di abad kedua dan ketiga, tetapi ungkapan awal dari filsafat ini sudah ada di penghujung abad pertama dan dikecam oleh Paulus, Yohanes, dan para penulis Kristen lainnya. Kaum Gnostik mengklaim punya pengetahuan yang tidak tersedia bagi orang lain.
- 23 Earl F. Palmer, 1, 2, 3 John & Revelation, The Communicator's Commentary Series, vol. 12 (Dallas: Word Publishing, 1982), 126. Hippolitus adalah salah satu dari apa yang disebut "bapak-bapak gereja" (yaitu, salah satu penulis Kristen yang tak terilham yang memiliki pengaruh di gereja mula-mula).
- 24 Untuk diskusi tentang apakah tujuh orang di dalam Kisah Para Rasul 6 adalah diaken atau bukan, lihat pelajaran "The Crying Need for Good Leaders" pada halaman 8 di edisi "Acts, 3" oleh Truth for Today (July 1995).
- 25 Apakah kesalahan mereka itu benar-benar dari Nikolaus atau bukan, kita tidak tahu. Beberapa penulis awal yang tak terilham mengatakan bahwa Nikolaus murtad dari kebenaran, tetapi kebanyakan penulis awal membantahnya.
- 26 Hailey, 121.
- 27 Kata Yunani yang diterjemahkan "meninggalkan" adalah "suatu istilah yang kuat; mereka telah sepenuhnya meninggalkan semangat tinggi awal mereka dari kasih yang bergairah" (Morris, 60).
- 28 Kata "kasih" diterjemahkan dari agape (tidak egois, kasih yang berkomitmen) Kasih agape adalah yang paling agung dari sifat-sifat orang Kristen (1 Korintus 13:13; Kolose 3:14). Untuk diskusi tentang kasih agape, lihat halaman 11 sampai 13 dari pelajaran "The Greeks Have a Word for It" dalam edisi "Getting Serious About Love" oleh Truth for Today (February 1990).
- 29 Pernah disarankan bahwa mungkin ada hubungan antara pujian Yesus dan kecaman-Nya atas jemaat ini-bahwa semangat mereka telah terpuruk menjadi semangat menghakimi, munafik. Saya meragukan kebenarannya, karena Yesus memuji semangat mereka. Namun begitu, memang benar bahwa kita harus selalu waspada untuk tidak membiarkan kasih kita kepada kebenaran berkembang menjadi semangat yang terlalu kritis, mencari-cari kesalahan.
- 30 Banyak terjemahan menambahkan kata-kata kepada teks itu yang menunjukkan apakah penerjemah itu mengira Yesus berbicara tentang kasih untuk Dia dan Allah, atau apakah Ia berbicara tentang kasih untuk orang lain (termasuk sesama orang Kristen).
- 31 Kisah Para Rasul 19 mengungkapkan sesuatu tentang kasih semula jemaat Efesus untuk Allah dan umat manusia. Mereka membakar buku-buku sihir mereka dan membantu menyebarkan injil di seluruh wilayah itu (.at 10, 18-20; lihat Efesus 1:15; 6:24).
- 32 The New Testament in Modern English , ed. J. B. Phillips (New York: Macmillan Co., 1958). (Huruf miring oleh saya.)
- 33 "Mereka akan tidak lagi dianggap oleh Kristus sebagai gereja-Nya yang sejati" (J. W. Roberts, The Revelation to John [The Apocalypse], The Living Word Commentary Series [Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1974], 11). Pelbagai penafsiran lain sudah pernah diberikan untuk ungkapan "mengambil kaki dian," tapi yang ini tampaknya yang paling konsisten dengan konteksnya. Sekarang ini, tidak ada gereja Tuhan kita yang terdapat di sekitar Efesus kuno.
- 34 Richard Rogers, "Letters to the Seven Churches, No. 1," Video Series on Revelation 4 (Lubbock, Tex.: Sunset Extension Department, 1990).
- 35 Yesus sedang menyapa sebuah jemaat yang telah berwujud selama lebih dari empat puluh tahun; sehingga teguran-Nya itu adalah untuk mereka yang telah menjadi orang Kristen selama beberapa waktu. Jika sebagian besar pendengar itu adalah orang Kristen baru, penekanannya bisa digeser menjadi peringatan tentang apa yang bisa terjadi jika mereka tidak berhati-hati untuk mempertahankan semangat awal mereka.
- 36 Tiga R yang digunakan sebagai subpoin di dalam bagian ini ditemukan di dalam banyak tulisan; mustahil untuk mengetahui siapa yang memulainya.
- 37 Present Tense digunakan, jadi ini bisa diterjemahkan "Terus menerus mengingat" atau "Ingatlah selalu hal ini."
- 38 Di sini bahasa aslinya menggunakan aorist tense, menunjukkan peristiwa yang terjadi satu kali. Pertobatan harus menghasilkan pemutusan seketika dengan dosa.
- 39 Liddell and Scott's Greek-English Lexicon , 25th ed., rev. and abr. (London: Clarendon Press, 1892), s.v. "metanoia ." Untuk wawasan lebih lanjut tentang makna" bertobat "dan" pertobatan, " lihat halaman 54 edisi " Kisah Para Rasul, 1" oleh Truth for Today (May 1995).
- 40 Beberapa penulis menggunakan "Return [Kembali]" untuk R yang ketiga.
- 41 Orang-orang di belahan dunia tempat Anda tinggal mungkin punya cara yang berbeda dalam mengungkapkan kasih sayang. Sadurlah komentar ini agar sesuai dengan situasi Anda.
- 42 Ketika mereka sudah punya anak, saya mendorong mereka berdua untuk memiliki malam khusus mereka sendiri saja setiap minggu jika memungkinkan. Saya bahkan sering mendorong mereka untuk pergi jauh di akhir pekan, hanya berduan saja.
- 43 Teguran ini adalah kesukaan Yesus. (Sebagai contoh, lihat Matius 11:15; 13:43, Markus 4:23; Lukas 14:35.)
- 44 Kata "Paradise [Firdaus]" dianggap berasal dari Persia, yang melambangkan taman atau kebun kesenangan raja-raja Persia dan para bangsawan. Kata ini digunakan di dalam Septuaginta untuk mengacu kepada Taman Eden. Di sini kata itu mengacu kepada Eden sorgawi, alam keadaan manusia yang telah dipulihkan di hadapan Allah.
- 45 Ini adalah kata kunci di dalam kitab Wahyu. Lihat kata pengantar bagi pelajaran "Terima Kasih Allah, Kami Menang!"
- 46 Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 112.
- 47 Allah adalah Pembaca Hati Yang Agung (Yeremia 17:10; 1 Raja 8:39; 1 Tawarikh 28:9; Lukas 16:15). Doa kita harus seperti doa Daud di dalam Mazmur 139:23, 24.
- 48 Buatlah penerapan pribadi mengenai perlunya mengingat, bertobat, dan mengulang. Pertobatan mencakup tindakan memperbaiki yang salah (sejauh yang manusia bisa lakukan). Bagi sebagian pendengar Anda, ini mungkin melibatkan tindakan berbaikan dengan gereja (Kisah 8:22; Yakobus 5:16). Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, Anda mungkin ingin menyebutkan bahwa presentasi itu lebih diarahkan kepada orang Kristen daripada non-Kristen. Untuk mendorong mereka yang belum menjadi orang Kristen untuk mematuhi Tuhan, Anda dapat menambahkan, "Tidakkah Anda menginginkan kegembiraan yang kita bicarakan yang orang Kristen memiliki? Lalu mengapa tidak mematuhi perintah Tuhan di dalam Markus 16:15, 16 dan dibaptis hari ini?" Tekankanlah bahwa ketaatan ini harus timbul dari hati (Roma 6:3-6, 17, 18). Sebuah lagu yang baik untuk menguatkan pelajaran ini adalah "Beri Yesus Masuk Hatimu?"
- 49 John Risse, "Ephesus: The Real Loser," The Book of Revelation Series, vol. 1, Audiotapes (Abilene, Tex.: Southern Hills church of Christ, 1991).
- 50 Jay Lockhart, "The Letter to the Church at Ephesus," Truth for Today (March 1988): 6-9.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi