Teks -- Ibrani 11:19 (TB)

11:19 Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.

Tafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)

Jerusalem: Ibr 11:19 - seakan-akan telah menerimanya kembali

Harafiah: menerimanya kembali sebagai perumpamaan. Maksudnya: diselamatkannya Ishak melambangkan kebangkitan badan umum di akhir zaman dan menurut sebuah tradisi lama dan tetap, Ishak juga melambangkan penderitaan dan kebangkitan Kristus.

Ref. Silang FULL: Ibr 11:19 - orang mati

· orang mati: Rom 4:21; Yoh 5:21; [Lihat FULL. Yoh 5:21]

Defender (ID): Ibr 11:19 - mampu membangkitkannya

Abraham telah meyakinkan para pelayannya bahwa dia dan Isaak akan kembali (Kej 22:5), meskipun dia sepenuhnya berniat untuk mengorbankan Isaak sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan. Dengan demikian, bahkan di masa ketika tidak ada seorang pun yang pernah dibangkitkan dari kematian, Abraham percaya bahwa Tuhan akan membangkitkan Isaak demi memenuhi janji-Nya. Demikianlah iman Abraham."

Tafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)

Hagelberg: Ibr 11:17-40

3. Pengalaman Kehidupan Iman yang Bermacam-Macam (11:17-40)

Pengalaman dari tokoh-tokoh Alkitab yang diceritakan di sini memang bermacam-macam. Ada yang "menderita sengsara," ada yang melihat runtuhnya "tembok-tembok Yerikho," ada juga yang "memadamkan api yang dahsyat," dan ada yang "digergaji." Tetapi semua yang diceritakan memiliki suatu unsur yang tetap, yaitu iman. Iman adalah pandangan hidup yang benar.

Kalau Abraham memandang hidupnya dengan tanpa iman, dan hanya memikirkan apa yang kelihatan, maka tidak mungkin dia rela mengorbankan anaknya yang tunggal. Ternyata dia memandang masalah itu dengan mata iman, sehingga dia berpikir Allah akan membangkitkan Ishak. Abraham percaya pada kuasa kebangkitan. Kita boleh meneladani dia, dan ikut memperoleh bagian yang indah di dalam kota yang diharapkannya.

Waktu mau meninggal, ketiga keturunan Abraham yang disebut dalam 11:17-22, Ishak, Yakub, dan Yusuf, memikirkan dengan iman masa depan umat Allah. Kita harus ingat betapa sedikitnya orang yang sudah lanjut usia, tetapi tetap memiliki iman yang teguh. Pengalaman yang pahit, dan sikap sinis, dapat menggerogoti iman yang dipunyai orang, sampai habis, atau sampai hidup keagamaan mereka menjadi hanya sekedar kebiasaan saja.

Dengan 11:23 kehidupan Musa diceritakan, dan hal perlawanan mulai ditangani oleh penulis surat ini. Orang tua Musa berani melawan perintah Firaun, karena iman mereka. Karena iman, maka mereka berani mengambil risiko hukuman yang berat sekali. Ini perlu juga diteladani oleh orang tua pada masa para pembaca pertama, dan juga pada masa ini.

Dengan pengkalimatan yang singkat dan tepat 11:24-26 menceritakan bagaimana pandangan hidup orang yang beriman akan selalu memilih menurut kenyataan yang mungkin belum kelihatan, tetapi tetap jauh lebih penting. "Penghinaan karena Kristus" hanya dianggap "kekayaan yang lebih besar dari semua harta Mesir" kalau pandangan kita diarahkan "kepada upah." Dengan 11:26 seluruh beban surat ini dihayati di dalam kehidupan Musa. Kalau kita mengarahkan pandangan kita "kepada upah," maka kita juga akan dikuatkan oleh Dia sehingga kita dapat meneladani Musa, dan memperoleh apa yang berkali-kali digambarkan di dalam surat ini.

Hagelberg: Ibr 11:1--12:29

IV. Bagian Ketiga: Tanggapan yang beriman (pasal 11:1-12:29)

Jikalau surat ini menyerukan supaya para pembaca tetap percaya dan meneguhkan iman mereka, maka bagian ini sangat cocok dengan tujuan itu. Iman yang teguh merupakan tanggapan yang satu-satunya yang layak bagi kita yang sudah membaca pasal 1 sampai dengan pasal 10. Seperti biasa dalam surat ini, ada eksposisi (pasal 11) yang disusul dengan peringatan dan dorongan (pasal 12).

Pasal 11-12 menyuruh kita untuk meneguhkan iman kita oleh karena contoh tokoh-tokoh Israel dan oleh karena dahsyatnya hubungan kita dengan Tuhan.

Gill (ID): Ibr 11:19 - Mengingat bahwa Allah mampu membangkitkannya, bahkan dari kematian // dari mana juga ia menerimanya dalam sebuah gambaran.

Aku kira bahwa Allah mampu membangkitkannya, bahkan dari kematian,.... Abraham tidak menjalani urusan ini tanpa pemikiran; dan meskipun demikian, ia tidak berkonsultasi dengan daging dan darah; pemikirannya adalah pemikiran iman; dan kesimpulannya adalah, bukan bahwa ia percaya bahwa Allah akan membangkitkan anaknya dari kematian, tetapi bahwa Dia mampu melakukannya. Ia tahu bahwa ia telah menerimanya pada awalnya, seolah-olah, dari kematian; ia bangkit dari tubuhnya yang telah mati, dan dari rahim Sara yang telah mati; dan meskipun imannya tidak menetapkan kepada Allah, namun karena ia percaya pada doktrin kebangkitan orang-orang mati, ia mungkin percaya bahwa Allah akan membangkitkan anaknya dari kematian, daripada janji-Nya gagal; dan kesimpulan ini didasarkan pada kekuasaan dan kesetiaan Allah:

dari mana juga ia menerimanya dalam sebuah gambaran; atau sebagai "contoh" iman dan ketaatan; atau sebagai "perumpamaan atau peribahasa", bahwa ungkapan peribahasa seperti itu dapat digunakan untuk penghiburan dan dorongan orang-orang kudus dalam keadaan terdesak dan sulit, seperti yang terdapat dalam Kejadian 22:14 atau sebagai tipe dari kematian dan kebangkitan Kristus, yang merupakan tipe dalam hal-hal lain, serta dalam hal ini; sebagaimana dalam kelahirannya, dan segala keadaannya; ia dijanjikan dan dinantikan lama, seperti Kristus; kelahirannya berada di luar jalur alami yang biasa, dan disertai dengan sukacita besar; ia disunat pada hari kedelapan; pada saat penyapihannya diadakan sebuah pesta besar, yang menjadi tipikal dari pesta Injil; dan sebagaimana ia dianiaya oleh Ismail, demikian juga Kristus oleh Herodes, di masa kecilnya: dan ia adalah gambaran bagi-Nya dalam pengorbanan-Nya; mereka berdua adalah anak-anak Abraham; keduanya adalah anak yang tunggal dan tercinta; keduanya adalah ahli waris; keduanya memanggul kayu yang akan dipersembahkan; keduanya dipersembahkan di atas sebuah Gunung, dan oleh ayah mereka, yang tidak mengampuni salah satu dari mereka; dan keduanya atas perintah Allah, dan sendirian, tidak ada yang bersama mereka: dan Ishak memperlihatkan-Nya dalam pembebasannya; Abraham mengulurkan tangannya, tetapi ditahan, dan tidak ada tulang Kristus yang boleh dipatahkan; bukan Ishak, tetapi domba jantan yang disembelih, bukan yang ilahi, tetapi yang manusiawi yang menderita; keduanya diselamatkan pada hari ketiga, yang satu seakan dari kematian, yang lain benar-benar dari kematian; dan keduanya kembali ke rumah ayah mereka. Selain itu, Abraham menerima anaknya dalam kesamaan sebuah kebangkitan; ini seperti kehidupan dari kematian; ini seperti kembalinya anak yang hilang, Lukas 15:32. Abraham, memandangnya seolah-olah telah mati baginya, dan Ishak menganggap dirinya seorang yang mati; sehingga ia yang dianggap sebagai seorang yang mati, diterima hidup kembali. Orang Yahudi berbicara tentang hal ini sesuai dengan ajaran rasul; mereka mengatakan, seorang pria memiliki dua napas atau jiwa, satu di dunia ini, dan yang lain di dunia yang akan datang; dan mengenai Ishak mereka mengatakan ^d, bahwa

"pada waktu dia dipersembahkan di atas altar, jiwanya (atau "napas"), yang ia miliki di dunia ini, "keluar"; dan ketika dikatakan kepada Abraham (atau oleh dia) terberkatlah Dia yang menghidupkan orang mati, jiwanya (atau napas), yang ia miliki di dunia yang akan datang, kembali kepadanya -- karena אתחשב כמת, "ia dianggap sebagai mati".''

Mereka berbicara tentangnya seolah-olah ia baru saja mati; mereka mengatakan ^e,

"ketika ia melihat pedang di atas lehernya, napasnya melarikan diri darinya, dan pergi ke tempat jiwanya, כאילו היה, "seolah-olah ia berada di ambang menyerahkan nyawanya".''

Sehingga seorang Yahudi tidak dapat menyalahkan rasul karena mengungkapkan dirinya dengan cara ini.