Teks -- Ulangan 28:49 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ul 28:49-57
Full Life: Ul 28:49-57 - MENDATANGKAN KEPADAMU SUATU BANGSA.
Nas : Ul 28:49-57
Ayat-ayat ini menggambarkan penyerbuan Kanaan yang dapat melukiskan
penyerbuan Asyur (digambarkan dalam Hos 8:1 seperti serangan ...
Nas : Ul 28:49-57
Ayat-ayat ini menggambarkan penyerbuan Kanaan yang dapat melukiskan penyerbuan Asyur (digambarkan dalam Hos 8:1 seperti serangan seekor rajawali), penyerbuan Babil (digambarkan dalam Yer 48:40 seperti serangan seekor rajawali; bd. 2Raj 25:1-21; Yer 39:1-10; 52:28-30), atau pengepungan oleh tentara Romawi pada tahun 70
(lihat cat. --> Luk 21:20).
[atau ref. Luk 21:20]
Jerusalem -> Ul 26:16--28:68; Ul 28:1-68
Jerusalem: Ul 26:16--28:68 - -- Bagian ini menlanjutkan wejangan Musa yang kedua, bdk Ula 4:44+. Tetapi wejangan itu kembali terputus oleh bab 27 yang berupa sisipan, sedangkan bab 2...
Bagian ini menlanjutkan wejangan Musa yang kedua, bdk Ula 4:44+. Tetapi wejangan itu kembali terputus oleh bab 27 yang berupa sisipan, sedangkan bab 28 adalah majemuk.
Jerusalem: Ul 28:1-68 - -- Bab ini melanjutkan Ula 26:16-19; 27:9-10 yang memperkenalkan Kitab Hukum Ulangan sebagai piagam perjanjian timbal balik antara Tuhan dan Israel. Piag...
Bab ini melanjutkan Ula 26:16-19; 27:9-10 yang memperkenalkan Kitab Hukum Ulangan sebagai piagam perjanjian timbal balik antara Tuhan dan Israel. Piagam perjanjian itu dikunci dengan serangkaian kutuk dan berkat, sebagaimana juga terdapat dalam naskah-naskah perjanjian di kawasan timur dahulu. Ada naskah-naskah dari negeri Asyur pada abad ke-7 seb. Mas yang mengenai raja-raja taklukkan dan yang banyak kesamaannya dengan bagian Ulangan ini. Hanya gaya bahasa Ula 28 memang gaya bahasa tradisi Ulangan dan ada beberapa pokok pikiran yang berasal dari kalangan para nabi.
Ende -> Ul 28:49
Ende: Ul 28:49 - -- Disini gambaran tentang pengepungan dan pembuangan muntjul kembali. Tetapi hal
itu tidak perlu merupakan lukisan dari djaman sesudah pembuangan. Antja...
Disini gambaran tentang pengepungan dan pembuangan muntjul kembali. Tetapi hal itu tidak perlu merupakan lukisan dari djaman sesudah pembuangan. Antjaman-antjaman itu dilukiskan dengan gambaran-gambaran jang agak berlaku umum. Tema pembuangan itu muntjul pula pada para nabi sebelum pembuangan: mis. Yes 5:13; Amo 5:27; 6:7,14).
Lebih-lebih pada aj. 68(Ula 28:68) ternjata bahwa pembuangan itu setjara tematis dipandang sebagai pulang ke Mesir: negeri perbudakan (bdk. Hos 9:3). Adapun maksud dari penulis ialah Jahwe akan meniadakan pertolongan jang dahulu diberikanNja. Karena ketidak-taatan maka djandji-djandji itu batal.
Ref. Silang FULL -> Ul 28:49
Ref. Silang FULL: Ul 28:49 - mendatangkan kepadamu // ujung bumi // seperti rajawali // tidak mengerti · mendatangkan kepadamu: Im 26:44; Im 26:44
· ujung bumi: Yes 5:26-30,26; 7:18-20; 39:3; Yer 4:16; 5:15; 6:22; 25:32; 31:8; Hab 1:6
&mid...
· mendatangkan kepadamu: Im 26:44; [Lihat FULL. Im 26:44]
· ujung bumi: Yes 5:26-30,26; 7:18-20; 39:3; Yer 4:16; 5:15; 6:22; 25:32; 31:8; Hab 1:6
· seperti rajawali: 2Sam 1:23; Yer 4:13; 48:40; 49:22; Rat 4:19; Yeh 17:3
· tidak mengerti: Kej 11:7; [Lihat FULL. Kej 11:7]; 1Kor 14:21%&
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ul 28:45-68
Matthew Henry: Ul 28:45-68 - Ancaman-ancaman Ancaman-ancaman (28:45-68)
Orang akan mengira bahwa apa yang telah dikatakan sudah cukup untuk memenuhi bangsa Israel dengan kengerian akan murka A...
Ancaman-ancaman (28:45-68)
- Orang akan mengira bahwa apa yang telah dikatakan sudah cukup untuk memenuhi bangsa Israel dengan kengerian akan murka Allah yang dinyatakan dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia itu. Tetapi untuk menunjukkan betapa dalamnya kutukan-kutukan yang terpendam dari murka itu, dan bahwa masih ada yang lebih dalam dan lebih buruk lagi, Musa, ketika orang mengira bahwa dia sudah menutup pokok pembicaraan yang suram ini, memulai lagi, dan menambahkan ke dalam gulungan kutuk ini banyak perkataan yang serupa, seperti yang dilakukan Yeremia pada gulungan kitabnya (Yer. 36:32). Tampak bahwa pada bagian awal dari ancaman ini Musa menubuatkan pembuangan mereka ke Babel, dan malapetaka-malapetaka yang mengawali dan menyertai pembuangan itu. Oleh malapetaka-malapetaka itu, bahkan setelah kepulangan mereka, mereka dibuat jatuh ke dalam keadaan yang rendah dan miskin, seperti yang dijelaskan dalam Ul. 28:44, bahwa musuh-musuh mereka akan menjadi kepala, dan mereka akan menjadi ekor. Namun di sini, pada bagian akhir ini, Musa menubuatkan penghancuran mereka yang terakhir oleh orang Roma dan terseraknya mereka setelahnya. Dan keadaan bangsa Yahudi yang memprihatinkan pada saat ini, serta semua orang yang telah bersekutu dengan mereka, dengan memeluk agama mereka, betul-betul menggenapi nubuatan dalam ayat-ayat ini secara penuh dan tepat, sehingga itu menjadi bukti yang tidak terbantahkan akan kebenaran nubuatan, dan karena itu akan wewenang ilahi dari Kitab Suci. Dan, karena kehancuran yang terakhir ini di sini digambarkan sebagai kehancuran yang lebih mengerikan daripada kehancuran sebelumnya, ini menunjukkan bahwa dosa mereka, dalam menolak Kristus dan Injil-Nya, lebih keji dan lebih membangkitkan murka Allah daripada penyembahan berhala itu sendiri, dan semakin meninggalkan mereka di bawah kuasa Iblis. Sebab pembuangan mereka di Babel berhasil menyembuhkan mereka dari penyembahan berhala mereka dalam waktu tujuh puluh tahun. Tetapi di bawah kehancuran terakhir ini, sekarang sudah lebih dari 1.600 tahun dan mereka masih terus menolak Tuhan Yesus tanpa dapat disembuhkan. Amatilah,
- I. Apa yang di sini dikatakan secara umum mengenai murka Allah, yang akan menyala dan menimpa mereka karena dosa-dosa mereka.
- 1. Bahwa, apabila mereka tidak mau diatur oleh perintah-perintah Allah, mereka pasti akan dihancurkan oleh kutuk-Nya (ay. 45, 46). Oleh karena engkau tidak berpegang pada perintah-Nya yaitu terutama perintah untuk mendengarkan dan mematuhi sang Nabi besar, maka segala kutuk ini akan datang ke atasmu, seolah-olah ke atas suatu bangsa yang ditetapkan bagi kehancuran, bangsa yang kena murka Allah. Dan segala kutuk itu akan menjadi tanda dan mujizat. Sungguh mencengangkan jika direnungkan bahwa suatu bangsa yang begitu lama menjadi kesayangan Sorga sampai betul-betul ditinggalkan dan dibuang seperti itu, bahwa suatu bangsa yang dipersatukan dengan begitu erat sampai diserakkan dengan begitu jauh ke seluruh muka bumi. Dan sekalipun demikian, bangsa yang begitu terserak di segala bangsa itu menjaga diri mereka tetap berbeda dan tidak bercampur dengan bangsa mana pun, tetapi seperti Kain menjadi pelarian dan pengembara, namun diberi tanda agar dikenali.
- 2. Bahwa, apabila mereka tidak mau menjadi hamba kepada Allah dengan riang hati, mereka akan dipaksa untuk menjadi hamba kepada musuh mereka (ay. 47-48), supaya mereka tahu perbedaannya (2Taw. 12:8). Menurut sebagian penafsir, inilah yang dimaksudkan dalam 24-25, oleh karena mereka menolak ketetapan-ketetapan-Ku, Aku memberi kepada mereka ketetapan-ketetapan yang tidak baik. Amatilah di sini,
- (1) Sudah sepantasnya diharapkan dari orang-orang yang diberi Allah kelimpahan akan segala sesuatu yang baik dalam hidup ini bahwa mereka harus melayani Dia. Untuk apa Dia memelihara kita kalau bukan supaya kita dapat melakukan pekerjaan-Nya, dan dengan suatu cara dapat bermanfaat bagi kehormatan-Nya?
- (2) Semakin banyak yang diberikan Allah kepada kita, semakin kita harus melayani-Nya dengan riang hati. Kelimpahan kita haruslah menjadi minyak bagi roda-roda ketaatan kita. Allah adalah Tuan yang ingin dilayani dengan gembira hati, dan senang mendengar kita bernyanyi saat bekerja.
- (3) Jika, ketika menerima pemberian-pemberian dari kemurahan Allah, kita tidak melayani-Nya sama sekali atau melayani-Nya dengan berat hati, maka Ia bertindak benar apabila Ia membuat kita mengetahui beratnya kekurangan makanan dan perhambaan. Orang-orang yang mengeluh tanpa alasan pantas diberi alasan untuk mengeluh. Tristis es et felix – Bahagia, namun tidak nyaman! Malulah atas kebodohanmu sendiri dan sikapmu yang tidak tahu berterima kasih.
- 3. Bahwa, apabila mereka tidak mau memuliakan Allah melalui ketaatan yang penuh rasa hormat, maka Dia akan mendapatkan kehormatan bagi diri-Nya atas mereka melalui pukulan-pukulan yang ajaib (ay. 58-59). Perhatikanlah,
- (1) Sudah selayaknya Allah mengharapkan agar kita takut akan nama-Nya yang dahsyat. Dan, yang mengherankan, nama yang diketengahkan di sini sebagai nama yang harus kita takuti adalah, TUHAN ALLAHMU, yang sangat tepat ditulis dalam Alkitab kita (KJV) di sini dengan huruf besar. Sebab tidak ada nama lain yang bisa sungguh-sungguh terdengar lebih agung. Sama seperti tidak ada yang lebih menghibur, begitu pula tidak ada yang lebih mengundang kegentaran, daripada hal ini, bahwa Dia yang berurusan dengan kita adalah Yahweh, Wujud yang sempurna dan terpuji secara tak terhingga, dan Pencipta segala makhluk. Dan bahwa Dia adalah Allah kita, Tuhan dan Pemilik kita yang sah, yang dari-Nya kita harus menerima hukum-hukum, dan kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungjawaban. Besarlah hal ini, dan sangat layak ditakuti.
- (2) Sudah selayaknya kita bersiap-siap menantikan dari Allah bahwa, apabila kita tidak takut akan nama-Nya yang dahsyat, kita akan merasakan pukulan-pukulan-Nya yang dahsyat. Sebab dengan satu atau lain cara Allah akan ditakuti. Semua pukulan Allah itu mengerikan, namun beberapa di antaranya ajaib, membawa serta tanda-tanda yang luar biasa dari kuasa dan keadilan ilahi, sehingga manusia, pada saat pertama kali melihatnya, akan berkata, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi.
- II. Bagaimana kehancuran yang diancamkan ini digambarkan. Musa di sini menyampaikan pokok pembicaraan yang sama menyedihkannya dengan yang dibicarakan Juruselamat kita kepada murid-murid-Nya dalam khotbah perpisahan-Nya (Mat. 24), yaitu kehancuran Yerusalem dan bangsa Yahudi. Amatilah,
- 1. Ada lima hal yang dinubuatkan di sini sebagai langkah-langkah menuju kehancuran mereka:
- (1) Bahwa mereka akan diserang oleh musuh asing (ay. 49, 50): Suatu bangsa dari jauh, yaitu orang Roma, seperti rajawali yang datang menyambar, bergegas menuju mangsanya. Juruselamat kita memakai perumpamaan yang sama dalam menubuatkan kehancuran ini, bahwa di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun (Mat. 24:28, KJV: di situ burung rajawali berkerumun). Dan Uskup Patrick mencermati bahwa panji tentara Roma adalah seekor burung rajawali untuk membuat penggenapannya lebih menakjubkan. Bangsa ini dikatakan bermuka garang, yang menandakan perangai yang garang, bengis dan keras, yang tidak akan merasa iba dengan kelemahan dan kerapuhan anak-anak kecil ataupun orang-orang tua.
- (2) Bahwa negeri itu akan menjadi reruntuhan, dan semua hasilnya akan dimakan habis oleh tentara asing ini, yang merupakan akibat lazim dari suatu serangan, terutama jika itu dilakukan, seperti yang dilakukan oleh orang Roma ini, untuk menghajar para pemberontak: Ia akan memakan habis hasil ternakmu dan hasil bumimu (ay. 51), sehingga penduduknya akan kelaparan, sementara para penyerang makan sampai kenyang.
- (3) Bahwa kota-kota mereka akan dikepung, dan bahwa orang-orang yang dikepung akan begitu berkeras hati, dan para pengepungnya begitu gencar, hingga mereka akan mencapai keadaan yang luar biasa parah, dan pada akhirnya jatuh ke tangan musuh (ay. 52). Tidak ada tempat yang akan terluput, meskipun berkubu begitu kuat, bahkan Yerusalem sendiri, walaupun kota itu bertahan untuk waktu yang lama. Dua akibat yang lazim dari pengepungan yang lama di sini dinubuatkan:
- [1] Kelaparan yang menyengsarakan, yang akan terjadi begitu hebatnya sampai-sampai, karena tidak ada makanan, mereka akan membunuh dan memakan anak-anak mereka sendiri (ay. 53). Kaum laki-laki akan berbuat demikian, kendati dengan ketangguhan mereka, dan kemampuan mereka untuk menahan lapar. Dan, walaupun diwajibkan oleh hukum alam untuk memberi nafkah bagi keluarga mereka, namun mereka akan menolak untuk membagi daging anak yang sudah dibantai secara biadab itu dengan istri dan anak-anak mereka yang kelaparan (ay. 54-55). Bahkan, kaum perempuan, wanita-wanita yang bermartabat, kendati dengan sifat mereka yang biasanya suka pilih-pilih makanan, dan kasih sayang mereka secara kodrati terhadap anak-anak mereka, namun, karena tidak ada makanan, akan melupakan segala perikemanusiaan sampai begitu jauh hingga mereka tega membunuh dan memakan anak-anak mereka (ay. 56-57). Marilah kita cermati juga di sini, betapa nasib yang menimpa mereka ini pasti akan menyusahkan bagi kaum wanita yang lemah dan manja. Dan marilah kita belajar untuk tidak memanjakan diri dalam kelemahan dan kemanjaan, sebab kita tidak pernah tahu nasib buruk apa yang bisa saja menimpa kita sebelum kita mati. Semakin manja kita, semakin berat bagi kita untuk menanggung kekurangan, dan semakin besar bahaya yang akan mengintai kita untuk mengorbankan akal sehat, agama, dan kasih sayang kodrati itu sendiri kepada tuntutan dan desakan hawa nafsu yang belum dimatikan dan dikuasai. Ancaman ini digenapi dalam arti yang sesungguhnya, lebih dari satu kali, dan menjadi cela yang kekal bagi bangsa Yahudi. Tidak pernah hal yang seperti ini dilakukan oleh orang Yunani ataupun orang Barbar, namun dalam pengepungan Samaria, seorang wanita memasak anaknya sendiri (2Raj. 6:28-29). Dan hal itu dibicarakan sebagai sesuatu yang biasa dilakukan di antara mereka dalam pengepungan Yerusalem oleh orang Babel (Rat. 4:10). Selain itu, dalam pengepungan terakhir oleh orang Roma, Yosefus (sejarawan Yahudi) menceritakan kepada kita tentang seorang wanita bangsawan yang membunuh dan memakan anaknya sendiri, karena begitu parahnya kelaparan. Dan setelah ia memakan separuh dengan diam-diam (ay. 57), supaya ia dapat memakannya sendiri, gerombolan orang banyak, karena mencium bau daging, masuk ke dalam rumahnya. Kepada mereka, ia menunjukkan yang separuhnya lagi, yang telah ia simpan untuk dimakan nanti, dan mengajak mereka untuk berbagi daging itu bersamanya. Tidak ada yang terlalu biadab bagi orang-orang yang telah ditinggalkan Allah!
- [2] Sakit-penyakit adalah akibat lazim lainnya dari pengepungan yang menyesakkan dan lama, dan hal itu diancamkan di sini: Penyakit-penyakit yang jahat lagi lama (ay. 59). Penyakit-penyakit ini akan terus mengikuti orang Yahudi ke mana pun mereka pergi sesudahnya, wabah Mesir, kusta, barah, dan borok yang busuk (ay. 60). Bahkan, seolah-olah kesengsaraan-kesengsaraan tertentu yang diancamkan di sini belum cukup, Musa menutup sederet penyakit itu dengan ungkapan dan sebagainya (ay. 61). Tuhan akan menimpakan ke atasmu berbagai-bagai penyakit, dan berbagai-bagai pukulan, meskipun penyakit dan pukulan itu tidak tertulis dalam kitab Taurat ini. Orang-orang yang ditimpa kutuk Allah akan mendapati bahwa separuh dari beratnya dan ngerinya kutuk itu tidak diberitahukan kepada mereka.
- (4) Bahwa sangat banyak dari mereka akan binasa, sehingga pada mereka hanya sedikit orang yang tertinggal (ay. 62). Bangsa itu adalah bangsa yang telah dibuat menjadi sangat banyak secara ajaib oleh Allah, sehingga mereka menjadi seperti bintang-bintang di langit banyaknya. Akan tetapi, karena dosa mereka, mereka menjadi berkurang dan membungkuk (Mzm. 107:38-39). Diperkirakan bahwa dalam penghancuran bangsa Yahudi oleh orang Roma, seperti yang tampak dari penjelasan yang diberikan Yosefus tentangnya, lebih dari dua juta orang tewas oleh pedang di sejumlah tempat, selain orang-orang yang binasa karena kelaparan dan wabah penyakit. Dengan begitu, seluruh negeri porak-poranda dan berubah menjadi padang gurun. Sungguh mengerikan perkataan itu (ay. 63), seperti TUHAN bergirang karena kamu untuk berbuat baik kepadamu, demikianlah Dia akan bergirang karena kamu untuk membinasakan kamu. Lihatlah di sini kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya. Belas kasihan di sini bersinar gilang-gemilang dalam kesenangan yang dirasakan Allah dalam berbuat baik, Dia bergirang di dalamnya. Namun, keadilan pun di sini tampak tidak kalah berkilaunya dalam kesenangan yang dirasakan-Nya dalam membinasakan orang-orang yang tidak bertobat. Bukan karena keadilan itu membuat makhluk ciptaan-Nya sengsara, melainkan karena keadilan itu menegaskan kehormatan-Nya sendiri dan melindungi tujuan-tujuan didirikannya pemerintahan-Nya. Lihatlah betapa dosa adalah perkara yang sangat jahat dan keji, yang sampai membuat Allah, yang kebaikan-Nya tidak terbatas itu, bergirang dalam kehancuran makhluk-makhluk ciptaan-Nya sendiri, bahkan orang-orang yang telah menjadi umat kesayangan-Nya.
- (5) Bahwa orang-orang yang tersisa akan diserakkan ke berbagai bangsa. Hukuman ini melengkapi kutuk mereka: TUHAN akan menyerakkan engkau ke antara segala bangsa (ay. 64). Ancaman ini digenapi secara luar biasa dalam keadaan mereka yang terserak sekarang, sebab orang Yahudi dapat dijumpai di hampir semua negara yang dimiliki oleh orang Kristen ataupun orang Muslim. Dan jumlah mereka begitu banyak hingga dikatakan bahwa, jika mereka dapat bersatu dalam satu kepentingan bersama, mereka akan menjadi satu kumpulan yang sangat tangguh, dan mampu menghadapi negara-negara dan pemimpin-pemimpin yang paling kuat sekalipun. Tetapi mereka tinggal di bawah kuasa kutuk ini, dan begitu terserak sehingga mereka tidak dapat bersatu. Di sini dinubuatkan bahwa dalam keterserakan ini,
- [1] Mereka tidak akan mempunyai agama, atau tidak mempunyai agama untuk kegunaan apa pun. Mereka tidak akan mempunyai bait suci, atau mezbah, atau imamat, karena mereka akan beribadah kepada allah lain. Sebagian penafsir berpendapat bahwa ancaman ini telah digenapi dengan dipaksanya orang Yahudi di negara-negara lain untuk menyembah patung-patung yang ada di situ, yang membuat mereka sangat kesal.
- [2] Mereka tidak akan mendapat tempat perhentian, tempat perhentian untuk tubuh mereka: Tidak akan ada tempat berjejak bagi telapak kakimu (ay. 65), sebaliknya, kakimu akan terus berpindah-pindah, entah dalam pengharapan untuk memperoleh keuntungan atau dalam ketakutan akan penganiayaan. Bagi semua orang Yahudi yang mengembara, tidak ada ketenangan pikiran (yang jauh lebih buruk), yang ada hanyalah hati yang gelisah (ay. 65). Mereka akan kuatir akan hidup mereka (ay. 66). Mereka akan lelah dengan terang maupun gelap, yang kedua-duanya akan disambut baik oleh pikiran yang tenang, pada gilirannya masing-masing. Tetapi bagi mereka baik siang maupun malam akan menjadi kengerian (ay. 67). Seperti itulah keadaan Ayub dulu (Ayb. 7:4), tetapi bagi mereka keadaan ini akan berlangsung terus menerus dan selamanya. Kebutaan dan kegelapan yang dikatakan rasul Paulus telah terjadi pada bangsa Israel, dan kesalahan yang membuat punggung mereka terus-menerus membungkuk (Rm. 11:8-10), pasti menimbulkan kegelisahan dan kekejutan yang terus menerus. Orang-Orang yang ketakutan siang dan malam, dan selalu merasa gelisah, akan menjadi siksaan bagi diri mereka sendiri, dan bagi semua orang di sekitar mereka. Biarlah orang-orang baik berjuang melawannya, dan tidak membiarkan masuk ketakutan yang menyiksa itu. Dan janganlah orang fasik merasa aman dalam kefasikannya, karena hati mereka tidak akan bisa bertahan, tidak pula tangan mereka akan kuat, saat kengerian-kengerian Allah mengatur barisan untuk melawan mereka. Orang-orang yang berkata pada waktu pagi, ah, kalau malam sekarang, dan pada waktu malam, ah, kalau pagi sekarang, menunjukkan, pertama, kegelisahan dan kerisauan yang terus-menerus, dengan mencaci maki waktu karena berjalan begitu lambat dan mengeluh betapa setiap menit terasa lama. Hendaklah waktu berharga bagi kita saat kita sedang mujur, maka waktu tidak akan begitu membosankan bagi kita saat kita sedang menderita, seperti yang akan terasa demikian jika kita tidak tahu menghargai waktu. Kedua, ketakutan dan kengerian yang terus-menerus, ketakutan pada pagi hari akan panah yang terbang di waktu siang, dan karena itu mereka berharap agar hari itu cepat berakhir. Tetapi apa yang terjadi kepada mereka sesudah hari berakhir? Saat malam tiba, hati yang gemetar itu tidak kalah cemasnya akan kedahsyatan malam (Mzm. 91:5-6). Berbahagialah orang-orang yang pikirannya, karena bersandar kepada Allah, tenang dan tidak takut akan kedahsyatan malapetaka. Amatilah di sini, kengerian timbul bukan hanya dari penglihatan mata, melainkan juga dari ketakutan di dalam hati, bukan hanya dari bahaya-bahaya yang nyata, melainkan juga dari bahaya-bahaya khayalan. Penyebab-penyebab ketakutan, setelah dicari tahu, sering kali terbukti sebagai ciptaan-ciptaan khayalan semata-mata.
- 2. Pada bagian penutup pasal ini, Allah mengancam akan meninggalkan mereka dalam keadaan seperti ketika Dia mendapati mereka semula, di rumah perbudakan (ay. 68): TUHAN akan membawa engkau kembali ke Mesir, yaitu kembali ke keadaan yang begitu menyedihkan seperti yang mereka alami ketika mereka menjadi budak orang Mesir, dan diperintah oleh orang Mesir dengan kejam. Allah telah membawa mereka keluar dari Mesir, dan berfirman, mereka tidak akan melihatnya lagi (17:16). Tetapi sekarang mereka akan direndahkan ke dalam keadaan perbudakan yang sama seperti yang pernah mereka alami di sana. Dijual kepada orang-orang asing saja sudah buruk, tetapi jauh lebih buruk dijual kepada musuh-musuh mereka. Bahkan para budak dihargai sebagai budak, tetapi seorang Yahudi akan mendapat nama yang begitu buruk yang menggambarkan segala sesuatu yang hina, sehingga ketika ia ditunjukkan untuk dijual, tidak ada orang yang mau membelinya. Hal ini akan membuat tuan yang menjualnya semakin kejam kepadanya. Tiga puluh orang Yahudi (kata orang) dijual seharga satu keping uang receh, seperti mereka menjual Juruselamat kita seharga tiga puluh keping uang.
- 3. Secara keseluruhan,
- (1) Penggenapan nubuat-nubuat ini atas bangsa Yahudi menunjukkan bahwa Musa berbicara melalui Roh Allah, yang pasti sudah dapat melihat kehancuran para pendosa sebelum itu terjadi. Dan Musa memberi mereka peringatan akan hal itu, supaya mereka dapat mencegahnya melalui pertobatan yang sungguh-sungguh dan pada waktunya, sebab jika tidak, mereka tidak akan dapat berdalih.
- (2) Marilah kita belajar dari sini untuk merasa gentar dan tidak berbuat dosa. Saya pernah mendengar tentang seorang yang fasik, yang, setelah membaca ancaman-ancaman dalam pasal ini, menjadi begitu geram sehingga ia merobek lembaran ini dari Alkitab, seperti Yoyakim membakar gulungan kitab milik Yeremia. Tetapi apa gunanya merusak sebuah salinan, sementara yang asli tetap tertulis dalam keputusan hikmat ilahi, yang olehnya telah ditetapkan tanpa dapat diubah bahwa upah dosa ialah maut, entah orang mau mendengarkan atau mengelak.
SH: Ul 28:47-68 - Kutuk sebagai konsekuensi dosa (Senin, 12 Juli 2004) Kutuk sebagai konsekuensi dosa
Pada saat seseorang tidak mau tunduk kepada kedaulatan Allah,
ia menghadapi konsekuensi dipaksa tunduk oleh kedau...
Kutuk sebagai konsekuensi dosa
Pada saat seseorang tidak mau tunduk kepada kedaulatan Allah, ia menghadapi konsekuensi dipaksa tunduk oleh kedaulatan Allah itu sendiri. Allah bisa memakai apapun untuk menunjukkan kedaulatan-Nya.
Apa yang akan dialami bangsa Israel jika mereka menolak kedaulatan Allah atas hidupnya diuraikan mendetail di bagian ini. Allah akan memakai musuh untuk melawan bangsa Israel (ayat 47-57). Mereka yang menolak tunduk kepada Allah akan tunduk kepada bangsa yang dipilih Allah untuk menghukum Israel. Mereka akan merasakan ketidakberdayaan dalam berbagai aspek kehidupan mereka: tidak merdeka (ayat 48-49), dikepung oleh musuh sehingga menimbulkan kelaparan yang menyebabkan perbuatan biadab di antara mereka (ayat 50-57).
Hukuman Allah meniadakan semua yang pernah dijanjikan Allah (ayat 58-68). Menolak kewajiban berarti menolak hak berkat dan sebagai akibatnya segala berkat itu dicabut dari mereka. Dan sebagai puncak konsekuensi mereka dikembalikan kepada perbudakan: seperti dulu mereka di Mesir (ayat 68). Akibat fatal dari ketidaktaatan adalah kembali ke perbudakan seperti sebelum menjadi umat Allah dengan kata lain kembali ke kondisi bukan umat. Sungguh mengerikan jika hukuman Allah menimpa manusia yang keras kepala. Apa yang dijanjikan Allah untuk kebaikan manusia seakan sirna oleh api kemurkaan-Nya. Masa kini pun kita menyaksikan bagaimana banyak manusia dan bangsa mengalami penghukuman Allah yang dahsyat, yaitu diserahkan kepada cengkeraman dosa yang menekan dan melibas hidup tanpa berdaya untuk melepaskan diri.
Tidak ada kelepasan dari hukuman Allah kecuali berpaling lagi kepada Dia untuk bertobat dan mengakui kedaulatan Allah dalam hidup ini. Di dalam Yesus, kita mendapatkan anugerah pengampunan dosa dan diluputkan dari penghukuman.
Renungkan: Hukuman terberat adalah pada waktu Allah menyerahkan kita pada kutuk dosa. Namun, anugerah terbesar adalah pada waktu Kristus memerdekakan kita dari perhambaan dosa.
SH: Ul 28:47-68 - Allah akan Memusnahkan Umat-Nya (Kamis, 2 Juni 2016) Allah akan Memusnahkan Umat-Nya
A llah Israel bukan hanya Allah yang cemburu, tetapi juga adalah api yang menghanguskan (Ul. 4:24; Ibr. 12:29). Perny...
Allah akan Memusnahkan Umat-Nya
A llah Israel bukan hanya Allah yang cemburu, tetapi juga adalah api yang menghanguskan (Ul. 4:24; Ibr. 12:29). Pernyataan ini memperlihatkan Allah itu konsisten dan konsekuen dengan ikatan perjanjian-Nya dengan nenek moyang bangsa Israel.
Persoalannya bukan pada diri Allah, melainkan pada umat Israel. Kedegilan hati dan tegar tengkuk sebagai umat pilihan menyebabkan Allah memberikan peringatan keras kepada generasi baru Israel. Apabila mereka melanggar titah-Nya, maka Allah akan memusnahkan mereka sampai tidak tersisa. Itu sebabnya kata "punah" menjadi ekspresi Allah terhadap umat-Nya. Kata "punah" melukiskan dua hal, yakni: sebagai hasil akhir dari puncak murka Allah (20, 24, 45, 48, 61, 63) dan sebagai simbol pembuangan dari hadirat Allah. Cara Allah memunahkan mereka, yaitu dengan kutukan beruntun dan bergelombang. Tingkat dan kekuatan kutukan ini makin lama semakin keras dan mematikan (58-59).
Ada beberapa kutukan dahsyat yang bakal menimpa mereka, antara lain: Pertama, bangsa Israel menjadi tawanan dan siksaan bangsa yang keji dan kejam (47-52, 63-68). Mereka akan mengalami kondisi lebih parah dari penindasan yang dialami oleh nenek moyang Israel sewaktu diperbudak di Mesir. Tidak ada satu pun yang tersisa bagi mereka. Semua hasil bumi dan kekayaan mereka dirampas tanpa belas kasihan. Yang tersisa hanyalah kelaparan, telanjang, dan rasa haus yang luar biasa. Kedua, kanibalisme akan terjadi di tengah-tengah Israel (53-57). Saking laparnya, mereka saling bertikai dan menghalalkan segala cara untuk mempertahankan hidupnya. Anak-anak, bayi, ari-ari bayi, dan orang lemah menjadi korban kanibalisme. Ketiga, tulah-tulah di Mesir dan segala jenis penyakit yang belum pernah ada di muka bumi akan menimpa bangsa Israel (58-61). Dahsyatnya kutukan Allah membuat populasi mereka menjadi sedikit dan hampir punah sebagai bangsa (62).
Allah cemburu karena kita adalah milik-Nya. Ia tidak ingin umat-Nya mendua hati. Ia menjatuhkan hukuman sebagai bentuk peringatan. [TG]
SH: Ul 28:47-68 - Kacang Lupa Kulitnya (Rabu, 3 Mei 2023) Kacang Lupa Kulitnya
Dalam kemahatahuan-Nya, Allah tahu bahwa akan ada waktunya Israel lebih memilih allah asing dan meninggalkan-Nya. Karena itu, Ia...
Kacang Lupa Kulitnya
Dalam kemahatahuan-Nya, Allah tahu bahwa akan ada waktunya Israel lebih memilih allah asing dan meninggalkan-Nya. Karena itu, Ia mengingatkan Israel bahwa penghukuman sungguh-sungguh akan terjadi tatkala mereka meninggalkan-Nya.
Saat hal itu terjadi, mereka akan mengalami penderitaan besar berupa pembuangan, perbudakan, dan kekurangan. Bahkan, karena penderitaan yang luar biasa, mereka akhirnya melakukan berbagai macam kejahatan demi bertahan hidup, seperti memakan anaknya sendiri (48-53). Mereka tidak akan mengalami damai sejahtera, terus hidup dalam kekhawatiran, dan direndahkan oleh bangsa lain (65-68). Semua itu terjadi karena mereka tidak mau tunduk kepada Allah, sekalipun mereka telah menerima berkat-Nya (47).
Bagai kacang lupa kulitnya, Israel bisa lupa bagaimana Tuhan telah menyelamatkan mereka dan memberkati mereka selama ini. Mereka lupa bahwa kenyamanan yang mereka nikmati adalah pemeliharaan Tuhan. Mereka berpikir bahwa semua itu adalah hasil usaha mereka, sehingga mereka bertindak sesuka hati, melawan perintah Tuhan, dan meninggalkan-Nya demi allah asing. Karena itu, Tuhan akan menghukum mereka, menindas mereka melalui bangsa-bangsa asing di sekitar mereka, supaya mereka sadar bahwa allah asing tidak dapat menyelamatkan mereka. Hanya Tuhan Allahlah yang hidup dan berkuasa.
Belajar dari pengalaman bangsa Israel, mari kita tidak mengulangi kedegilan dan kebodohan Israel dalam sejarah kelam itu dengan kita tidak meninggalkan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan sudah menyelamatkan kita dari kematian dan menunjukkan pemeliharaan-Nya. Bukankah rasa syukur, pengabdian yang tulus, dan kesetiaanlah yang layak diberikan kepada Dia, Allah yang hidup?
Kiranya setiap kita tidak menjadi seperti kacang yang lupa kulitnya dengan melupakan segala kebaikan Tuhan. Sebaliknya, mari kita menjadi hamba-Nya yang berlaku setia dengan sukacita sebab Ia adalah Allah yang hidup, Pemilik hidup kita dan Penyelamat kita. [STG]
Utley -> Ul 28:49-57
Utley: Ul 28:49-57 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ul 28:49-5749 TUHAN akan mendatangkan kepadamu suatu bangsa dari jauh, dari ujung bumi, seperti rajawali yang datang menyambar;...
NASKAH NASB (UPDATED): Ul 28:49-57
49 TUHAN akan mendatangkan kepadamu suatu bangsa dari jauh, dari ujung bumi, seperti rajawali yang datang menyambar; suatu bangsa yang bahasanya engkau tidak mengerti, 50 suatu bangsa yang garan. mukanya, yang tidak menghiraukan orang tua-tua dan tidak merasa kasihan kepada anak-anak; 51 yang akan memakan habis hasil ternakmu dan hasil bumimu, sampai engkau punah; yang tidak akan meninggalkan bagimu gandum, air anggur atau minyak, ataupun anak lembu sapimu atau anak kambing dombamu, sampai engkau dibinasakannya. 52 Engkau akan ditekannya di segala tempatmu, sampai runtuh tembok- tembokmu yang tinggi dan berkubu, yang kaupercayai itu di seluruh negerimu, bahkan engkau akan ditekan di dalam segala tempatmu, di seluruh negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. 53 Dan engkau akan memakan buah kandunganmu, yakni daging anak-anakmu lelaki dan anak-anakmu perempuan yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, — dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhmu kepadamu. 54 Dan orang laki-laki yang paling lemah dan paling manja di antaramu akan kesal terhadap saudaranya atau terhadap isterinya sendiri atau terhadap anak-anaknya yang masih tinggal padanya, 55 sehingga kepada salah seorang dari mereka itu ia tidak mau memberikan sedikitpun dari daging anak-anaknya yang dimakannya, karena tidak ada lagi sesuatu yang ditinggalkan baginya, dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhmu kepadamu di segala tempatmu. 56 Perempuan yang lemah dan manja di antaramu, yang tidak pernah mencoba menjejakkan telapak kakinya ke tanah karena sifatnya yang manja dan lemah itu, akan kesal terhadap suaminya sendiri atau terhadap anaknya laki-laki atau anaknya perempuan, 57 karena uri yang keluar dari kandungannya ataupun karena anak-anak yang dilahirkannya; sebab karena kekurangan segala-galanya ia akan memakannya dengan sembunyi-sembunyi, dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhmu kepadamu di dalam tempatmu.
Ul 28:49-57 Konsekuensi dari ketidaktaatan berlanjut. Ayat ini berisi daftar masalah yang terkait dengan pengepungan di Timur Dekat kuno:
- 1. Penyerbuan ini dijelaskan:
- a. penyerbunya didatangkan oleh YHWH, ay. Ul 28:49
- b. suatu bangsa dari jauh, ay. Ul 28:49
- c. sebuah bangsa dengan tentara yang kuat dan cepat, ay. Ul 28:49
- d. bangsa dengan bahasa yang tidak dikenal, ay. Ul 28:49
- e. bangsa yang tidak menghormati orang-orang yang mereka serbu, ay. Ul 28:50
- f. sebuah bangsa yang akan memakan habis semua hasil bumi dan ternak orang Israel, ay. Ul 28:51
- g. sebuah bangsa yang akan mengepung setiap kota yang berkubu di Israel, ay. Ul 28:52
- 2. Konsekuensi bagi Israel:
- a. mereka akan binasa karena kekurangan makanan, ay. Ul 28:51
- b. Israel akan makan anaknya sendiri, ay. Ul 28:53 (lih. Im 26:29) dan tidak berbagi bahkan makanan ini (lih. ay. Ul 28:57)
- c. pria dan wanita yang paling lemah dan manja (BDB 940) akan kehilangan kasih sayang alami dan keluarga mereka dan menjadi bersikap bermusuhan, ay. 54,56
- d. mereka tidak akan berbagi anak-anak mereka sebagai makanan, ay. Ul 28:57
Ul 28:49 "TUHAN akan mendatangkan kepadamu suatu bangsa dari jauh…menyambar," Ini menunjuk pada Asyur (lih. Hos 8:1) dan / atau Babel (lih. Yer 5:15).
Ul 28:50 "tidak menghiraukan orang tua-tua dan tidak merasa kasihan kepada anak-anak;" Orang-orang Asyur khususnya, tetapi juga Babel, akan membunuh orang tua (kebalikan dari Im 19:32) dan anak-anak sebagai cara mematahkan semangat penduduk sebelum mereka dideportasi ke wilayah yang jauh dan ditempatkan di rumah- rumah orang lain.
Ul 28:51 Dalam ayat ini bangsa-bangsa yang menyerang dijelaskan dalam kerangka kehancuran total dari sumber daya mirip dengan wabah belalang dari Yoel, Amos, dan Mikha.
Ul 28:52 "tembok-tembokmu yang tinggi dan berkubu, yang kaupercayai itu" Israel akan percaya (BDB 105, KB 120, Qal AKTIF PARTICIPLE) pada persiapan militer mereka (lih. 2Taw 32:7-8)!
Ul 28:53-57 "engkau akan memakan buah kandunganmu," Ini menunjukkan sifat keputus asaan akibat dari pengepungan (yaitu, kanibalisme, lih. Im 26:29; 2Raj 6:24-30; Yer 19:9; Rat 2:20; 4:10; Yeh 5:10).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ulangan (Pendahuluan Kitab) Penulis : Musa
Tema : Pembaharuan Perjanjian
Tanggal Penulisan: Sekitar 1405 SM
Latar Belakang
Kitab ini berisi amanat perpisa...
Penulis : Musa
Tema : Pembaharuan Perjanjian
Tanggal Penulisan: Sekitar 1405 SM
Latar Belakang
Kitab ini berisi amanat perpisahan Musa yang dalamnya ia mengulas kembali dan memperbaharui perjanjian Allah dengan Israel demi angkatan Israel yang baru. Mereka kini sudah mencapai akhir dari pengembaraan di padang gurun dan siap masuk ke Kanaan. Sebagian besar angkatan ini tidak mengingat Paskah yang pertama, penyeberangan Laut Merah, atau pemberian Hukum di Gunung Sinai. Mereka memerlukan pengisahan kembali yang bersemangat mengenai perjanjian, hukum Taurat, dan kesetiaan Allah, dan suatu pernyataan baru mengenai berbagai berkat yang menyertai ketaatan dan kutuk yang menyertai ketidaktaatan. Berbeda dengan kitab Bilangan yang mencatat pengembaraan "angkatan keluaran" bangsa Israel yang suka memberontak selama 39 tahun, kitab Ulangan meliputi masa yang pendek sekitar satu bulan pada satu tempat di dataran Moab sebelah timur Yerikho dan Sungai Yordan.
Ulangan ditulis oleh Musa (Ul 31:9,24-26; bd. Bil 4:44-46; Bil 29:1) dan diwariskan kepada Israel sebagai dokumen perjanjian untuk dibacakan seluruhnya di hadapan seluruh bangsa setiap tujuh tahun (Ul 31:10-13). Musa mungkin menyelesaikan penulisan kitab ini menjelang kematiannya sekitar tahun 1405 SM. Bahwa Musa menulis kitab ini ditegaskan oleh
- (1) Pentateukh Samaria dan Yahudi,
- (2) para penulis PL (mis. Yos 1:7; 1Raj 2:3; 2Raj 14:6; Ezr 3:2; Neh 1:8-9; Dan 9:11),
- (3) Yesus (Mat 19:7-9; Yoh 5:45-47) dan penulis PB yang lain (mis. Kis 3:22-23; Rom 10:19),
- (4) para cendekiawan Kristen zaman dahulu,
- (5) cendekiawan konservatif masa kini, dan
- (6) bukti di dalam kitab Ulangan sendiri (mis. kesamaan susunan dengan bentuk-bentuk perjanjian yang ditulis pada abad ke-15 SM). Kisah kematian Musa (pasal 34; Ul 34:1-12) sudah pasti ditambahkan segera sesudah peristiwa itu terjadi (sangat mungkin oleh Yosua) sebagai penghargaan yang layak bagi Musa, hamba Tuhan itu.
Tujuan
Sebelum menyerahkan kepemimpinan kepada Yosua untuk penaklukan Kanaan, maksud Musa mula-mula ialah untuk menasihati dan mengarahkan angkatan Israel yang baru tentang
- (1) perbuatan-perbuatan perkasa dan janji-janji Allah,
- (2) kewajiban mereka bertalian dengan perjanjian untuk beriman dan taat, dan
- (3) perlunya mereka menyerahkan diri untuk takut kepada Tuhan, hidup di dalam kehendak-Nya, serta mengasihi dan menghormati Dia dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan mereka.
Survai
Sebagai dokumen pembaharuan perjanjian, Ulangan disusun sesuai dengan perjanjian antar dua kerajaan ketika itu:
- (1) pengantar (Ul 1:1-5);
- (2) pendahuluan bertalian dengan sejarah (Ul 1:6--4:43);
- (3) syarat-syarat utama (Ul 4:44--26:19);
- (4) berbagai kutukan dan berkat (Ul 27:1--30:20); dan
- (5) berbagai ketetapan mengenai kesinambungan perjanjian itu (Ul 31:1--33:39).
Dengan segala kesungguhan yang dimilikinya, Musa mengulas kembali dan memperbaharui perjanjian Allah dengan Israel terutama melalui tiga amanat yang bersemangat.
- (1) Amanat Musa yang pertama membahas kembali sejarah dan kegagalan Israel sejak Gunung Sinai serta menantang angkatan yang baru itu untuk takut akan Allah dan taat kepada-Nya (Ul 1:6--4:43).
- (2) Amanat Musa yang kedua mengulas dan menerapkan banyak hukum perjanjian berhubungan dengan soal-soal seperti melaksanakan Sabat, penyembahan, kaum miskin, hari raya tahunan, warisan, hak milik atas harta benda, kebejatan seks, perlakuan hamba-hamba, dan pelaksanaan kehakiman (Ul 4:44--26:19).
- (3) Amanat Musa yang ketiga bernubuat tentang berkat dan kutukan yang akan menimpa Israel sesuai dengan ketaatan atau ketidaktaatan mereka (Ul 27:1--30:20). Pasal-pasal yang sisa termasuk pengangkatan Yosua oleh Musa sebagai penggantinya serta kesaksian mengenai wafatnya Musa (Ul 31:1--34:12).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri khas menandai Ulangan.
- (1) Ulangan menyediakan bagi angkatan Israel yang baru (yang sebentar lagi akan masuk Kanaan) landasan dan motivasi yang diperlukan untuk mewarisi tanah yang dijanjikan dengan memusatkan perhatian kepada tabiat Allah dan perjanjian-Nya dengan Israel.
- (2) Ulangan merupakan "Kitab Hukum Kedua" karena di dalamnya Musa, pemimpin Israel yang berusia 120 tahun, menyatakan kembali dan merangkum (dalam bentuk khotbah) sabda Tuhan yang terdapat di dalam keempat kitab sebelumnya.
- (3) Ulangan merupakan "Kitab Kenangan." Nasihat yang khas dari Ulangan ialah, "Ingatlah ... dan jangan melupakan." Daripada mengemukakan usaha untuk mencari "kebenaran baru," Ulangan menasihati Israel untuk mempertahankan dan menaati kebenaran yang sudah dinyatakan Allah sebelumnya dalam Firman-Nya yang mutlak dan tidak berubah.
- (4) Dasar pikiran yang penting dalam kitab ini adalah rumusan "iman-tambah-ketaatan." Israel dipanggil untuk mempercayai Allah dengan segenap jiwa raga dan menaati perintah-perintah-Nya dengan tekun. Iman-tambah-ketaatan akan memungkinkan mereka mewarisi janji-janji berkat Allah yang penuh; ketiadaan iman dan ketaatan, pada pihak lain, akan mengakibatkan kegagalan dan hukuman.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Ketika Yesus dicobai oleh Iblis, Ia menanggapinya dengan mengutip ayat-ayat dari Ulangan (Mat 4:4,7,10 mengutip Ul 8:3; Ul 6:16; Ul 6:13). Ketika Yesus ditanya tentang hukum mana yang paling besar, Ia menjawab dari Ulangan (Mat 22:37; bd. Ul 6:5). Kitab-kitab PB mengutip atau mengacu kepada Ulangan hampir sebanyak 100 kali. Sebuah nubuat Mesianis yang jelas (Ul 18:15-19) disebutkan dua kali dalam Kisah Para Rasul (Ul 3:22-23; Ul 7:37). Sifat rohani Ulangan merupakan landasan dari penyataan PB.
Full Life: Ulangan (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Ul 1:1-5)
I. Wejangan Musa I:
Menceritakan Kembali Sejarah Israel yang Baru Mereka Alami
...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Ul 1:1-5) - I. Wejangan Musa I:
Menceritakan Kembali Sejarah Israel yang Baru Mereka Alami
(Ul 1:6-4:43) - A. Meninggalkan Gunung Sinai
(Ul 1:6-18) - B. Ketidakpercayaan di Kadesy-Barnea
(Ul 1:19-46) - C. Pengembaraan di Padang Gurun
(Ul 2:1-15) - D. Menuju Dataran Moab
(Ul 2:16-3:29) - E. Nasihat Musa untuk Taat
(Ul 4:1-43) - II. Wejangan Musa II: Kewajiban-Kewajiban Utama Perjanjian
(Ul 4:44-26:19) - A. Kesepuluh Hukum
(Ul 4:44-5:33) - B. Shema dan Perintah-Perintah yang Penting
(Ul 6:1-25) - C. Berbagai Perintah, Janji, dan Peringatan Praktis
(Ul 7:1-11:32) - D. Berbagai Perintah Mengenai Penyembahan
(Ul 12:1-32) - E. Berbagai Perintah Mengenai Nabi-Nabi Palsu
(Ul 13:1-18) - F. Berbagai Perintah Mengenai Makanan, Persepuluhan,
dan Tahun Sabat
(Ul 14:1-15:23) - G. Berbagai Perintah Mengenai Hari Raya Tahunan
(Ul 16:1-17) - H. Berbagai Perintah Mengenai Pemimpin-Pemimpin
(Ul 16:18-18:22) - I. Berbagai Hukum Perdata dan Sosial
(Ul 19:1-26:19) - III.Wejangan Musa III: Memperbaharui dan Mengesahkan Perjanjian
(Ul 27:1-30:20) - A. Musa Memperingatkan Israel dengan Serius
(Ul 27:1-26) - B. Berkat-Berkat yang Dijanjikan untuk Ketaatan dan Kutukan-Kutukan
yang Dikenakan untuk Ketidaktaatan
(Ul 28:1-68) - C. Menguraikan Kembali Perjanjian dan Berbagai Nasihat
yang Berhubungan
(Ul 29:1-30:20) - IV. Berbagai Kegiatan Musa yang Terakhir dan Kematiannya
(Ul 31:1-34:12) - A. Musa Memperingatkan Israel dan Menahbiskan Yosua
(Ul 31:1-29) - B. Nyanyian Musa
(Ul 31:30-32:47) - C. Perintah Allah Bagi Musa
(Ul 32:48-52) - D. Musa Memberikati ke-12 Suku
(Ul 33:1-29) - E. Kematian dan Penguburan Musa, Ringkasan Terakhir
(Ul 34:1-12)
Matthew Henry: Ulangan (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini adalah pengulangan dari banyak sejarah maupun hukum-hukum yang termuat dalam ketiga kitab sebelumnya. Pengulangan itu disampaikan Musa ke...
- Kitab ini adalah pengulangan dari banyak sejarah maupun hukum-hukum yang termuat dalam ketiga kitab sebelumnya. Pengulangan itu disampaikan Musa kepada Israel (baik secara lisan, supaya dapat membuat hati tergerak, maupun secara tulisan, supaya bisa tetap ada) tidak lama sebelum kematiannya. Tidak ada sejarah baru di dalamnya selain tentang kematian Musa pada pasal terakhir. Juga tidak ada pewahyuan baru kepada Musa, sejauh yang tampak, dan karena itu gaya penulisannya di sini tidak diawali dengan, seperti sebelumnya, Tuhan berfirman kepada Musa. Sebaliknya, hukum-hukum sebelumnya diulangi dan ditafsirkan, dijelaskan dan diperluas, dan beberapa perintah tertentu ditambahkan kepadanya, dengan berbagai macam alasan untuk menegaskannya. Dalam hal ini Musa ini mendapat ilham dan pertolongan ilahi, sehingga ini benar-benar merupakan firman Tuhan melalui Musa, sama seperti apa yang dikatakan kepadanya dengan suara yang terdengar dari dalam Kemah Pertemuan (Im. 1:1). Para penafsir Yunani menyebutnya Deuteronomy, yang berarti hukum kedua, atau cetakan kedua dari hukum Taurat, tanpa perubahan, sebab tidak perlu ada perubahan apa pun, tetapi dengan penambahan-penambahan, untuk membimbing umat lebih jauh lagi dalam berbagai macam persoalan yang tidak disebutkan sebelumnya. Nah,
- I. Terutama untuk menghormati hukum ilahilah bahwa hukum itu diulangi dalam kitab ini. Betapa besar perkara-perkara hukum yang diajarkan di sini, dan betapa tidak dapat dimaafkan orang-orang yang menganggapnya sebagai sesuatu yang asing! (Hos. 8:12).
- II. Pastilah ada alasan tertentu untuk menyebut kembali hukum itu sekarang. Angkatan yang pertama kali hukum itu diberikan sudah mati semuanya. Dan kini angkatan yang baru telah muncul, dan kepada mereka Allah ingin supaya hukum itu diulangi oleh Musa sendiri, supaya, sedapat mungkin tertanam dalam diri mereka selamanya. Sekarang mereka hendak mengambil alih kepemilikan tanah Kanaan, jadi Musa harus membacakan butir-butir kesepakatan kepada mereka, supaya mereka tahu dengan syarat dan ketentuan apa mereka harus menduduki dan menikmati tanah itu. Dan juga, supaya mereka memahami bagaimana harus hidup di sana.
- III. Akan sangat bermanfaat bagi angkatan yang baru muncul itu jika bagian-bagian hukum yang langsung berkaitan dengan hidup dan tata perilaku mereka dikumpulkan jadi satu. Sebab hukum-hukum yang menyangkut para imam dan orang-orang Lewi, dan pelaksanaan jabatan-jabatan mereka, tidak diulangi. Bagi mereka hukum-hukum imamat itu cukup disampaikan satu kali. Tetapi, dalam belas kasihan terhadap kelemahan umat itu, hukum-hukum yang lebih menyangkut kepentingan umum disampaikan dua kali. Harus diberikan perintah demi perintah, dan aturan demi aturan (Yes. 28:10, KJV). Kebenaran-kebenaran Injil yang agung dan yang sangat diperlukan itu harus sering ditekankan kepada jemaat oleh hamba-hamba Kristus. Menuliskan hal ini lagi kepadamu, kata rasul Paulus, (Flp. 3:1) tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu. Apa yang sudah difirmankan Allah satu kali, perlu kita dengar dua kali, perlu kita dengar berkali-kali. Dan sungguh baik jika, sesudah semuanya itu, firman itu dipahami dan diindahkan sebagaimana mestinya. Dalam tiga hal Kitab Ulangan ini diagungkan dan dibuat menjadi terhormat:
- 1. Raja yang diangkat atas mereka akan menuliskan salinannya dengan tangannya sendiri, dan membaca isinya seumur hidupnya (ps. 17-19).
- 2. Hukum itu harus ditulis di atas batu-batu besar yang dikapur, pada saat mereka menyeberangi sungai Yordan (Ul. 27:2-3).
- 3. Hukum itu harus dibaca di depan semua orang setiap tahun ketujuh, pada hari raya Pondok Daun, oleh para imam, dengan didengar oleh seluruh orang Israel (Ul. 31:9, dst.). Injil adalah sejenis Kitab Ulangan, hukum kedua, hukum penyembuh, hukum rohani, hukum iman. Melalui Injil kita berada di bawah hukum Kristus, dan Injil adalah hukum yang menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.
- Kitab Ulangan ini dimulai dengan sebuah ulangan singkat tentang peristiwa-peristiwa yang paling luar biasa yang terjadi di antara orang Israel sejak mereka datang dari gunung Sinai. Dalam pasal keempat kita mendapati ajakan yang penuh kesungguhan hati untuk berlaku taat. Dalam pasal kedua belas, dan seterusnya sampai pasal kedua puluh tujuh, diulangi banyak hukum tertentu, yang ditegaskan (ps. 27 dan 28) dengan janji-janji dan ancaman-ancaman, berkat-berkat dan kutuk-kutuk, yang disatukan menjadi sebuah perjanjian (ps. 29 dan 30). Semua hal ini diusahakan agar diingat terus di antara bangsa itu (ps. 31), khususnya melalui sebuah lagu (ps. 32), lalu Musa menutup dengan sebuah berkat (ps. 33). Semuanya ini disampaikan oleh Musa kepada orang Israel dalam bulan terakhir hidupnya. Seluruh kitab ini hanya memuat sejarah selama dua bulan. Bandingkan pasal 1:3 dengan Yosua 4:19, di mana kita dapati hari-hari terakhir dari masa dua bulan ini bangsa Israel berkabung bagi Musa. Lihatlah betapa sibuknya orang besar dan baik itu berusaha berbuat baik ketika ia tahu bahwa waktunya sudah singkat. Betapa cepat langkahnya ketika ia sudah mendekati tempat peristirahatannya. Demikian pula halnya, kita mempunyai lebih banyak catatan tentang apa yang dikatakan dan dilakukan oleh Juruselamat kita yang terpuji dalam minggu terakhir hidup-Nya daripada dalam waktu-waktu lain. Kata-kata terakhir dari orang-orang yang terkemuka menimbulkan, atau akan menimbulkan, kesan-kesan yang mendalam. Amatilah, bagi kehormatan kitab ini, bahwa ketika Juruselamat kita menjawab godaan-godaan Iblis dengan perkatan Ada tertulis, Ia mengambil semua kutipan-Nya dari kitab ini (Mat. 4:4, 7, 10).
Jerusalem: Ulangan (Pendahuluan Kitab) PENGANTAR
JUDUL-JUDUL, PEMBAGIAN DAN ISI
Kelima buku pertama Kitab Suci merupakan suatu kesatuan yang oleh orang-orang Yahudi diberi nama "Hukum&...
PENGANTAR
JUDUL-JUDUL, PEMBAGIAN DAN ISI
Kelima buku pertama Kitab Suci merupakan suatu kesatuan yang oleh orang-orang Yahudi diberi nama "Hukum", Torah, yang dalam bahasa Arab menjadi Taurat. Bukti yang pasti dan pertama tentang nama ini dapat kita jumpai dalam kata pembukaan kitab Bin Sirakh. Istilah Taurat lazim dipakai pada permulaan tarikh Masehi dan juga dalam Perjanjian Baru, Mat 5:17, Luk 10:26; bdk Luk 24:44.
Karena ingin mempunyai naskah-naskah yang dapat ditangani, maka orang-orang yahudi membagi-bagikan Kitab yang terlalu tebal in menjadi lima gulungan yang hampir sama besarnya. Pembagian ini menyebabkan bahwa kitab Taurat, di kalangan orang berbahasa Yunani, diberi judul: he pentateuchos (biblos), artinya: "Kitab berjilid lima", yang dalam bahasa Latin disalin dengan judul Pentateuchus (liber). Sedangkan orang-orang Yahudi yang berbahasa Ibrani menyebutkannya juga "Seperlima kitab Taurat".
Adanya pembagian atas kelima kitab ini sebelum tarikh Masehi terbukti oleh terjemahan Yunani Septuaginta. Septuaginta menyebut jilid-jilid itu menurut isinya: Kejadian (yang dimulai dari asal mula dunia), Imamat (yang memuat peraturan-peraturan para imam dari suku Lewi), Bilangan (judul ini dikarenakan bilangan-bilangan dalam bab 1-4). Ulangan ("Hukum yang kedua", menurut salah satu tafsiran Yunani atas Ul 17:18). Nama-nama dari terjemahan Yunani itu menjadi lazim dalam Gereja. Namun dalam bahasa Ibrani, orang-orang Yahudi dulu dan sampai sekarang menyebut masing-masing kitab itu menurut kata pertamanya atau dengan kata penting pertama yang terdapat dalam teksnya.
Kitab Kejadian dapat dibagi atas dua bagian yang tidak sama panjangnya. Sejarah permulaan, Kej 1:1-11:32, merupakan semacam-macam serambi terbuka menuju sejarah penyelamatan yang akan diceritakannya dalam seluruh Kitab Suci. Sejarah itu dimulai dengan ceritera tetntang awal jadinya dunia dan menyangkut seluruh umat manusia. Dikisahkan didalamnya penciptaan alam semesta dan manusia, dosa pertama dan akibat-akibatnya, lalu kemerosotn moril yang makin hari makin bertambah besar dan yang akhirnya diberi hukuman melalui air bah. Mulai dari Nuh, bumi mulai dihuni kembali oleh bangsa manusia, namun daftar-daftar silsilah semakin dipersempit dan akhirnya terpusat perhatiannya pada Abraham, bapa bangsa terpilih. Sejarah para bapa bangsa, Kej 12:1-50:26, menampilkan tokoh-tokoh leluhur bangsa Israel. Abraham ialah seorang beriman; ketaatannya diganjar Allah dengan janji, bahwa dia sendiri akan memperoleh keturunan dan keturunannya akan mendapat Tanah Suci, Kej 12:1-25:18. Yakub berwatak penipu; ia berhasil menyingkirkan Esau, kakaknya, dengan licik memperoleh berkat bapanya Ishak dan dalam hal menipu melebihi pamannya, Laban. Namun segala kepandaiannya itu tidak akan berguna, seandainya Allah sendiri tidak mengutamakan Yakub sejak kelahirannya dari Esau dan tidak mengulagi janji perjanjian yang dahulu diberikanNya kepada Abraham, Kej 25:19-36:43. Dibandingkan dengan Abraham dan Yakub, maka Ishak seorang tokoh yang kurang menonjol. Riwayat hidupnya hanya diceritakan demi kehidupan ayahnya, Abraham, dan anaknya yaitu Yakub. Kedua belas anak Yakub adalah leluhur kedua belas suku Israel. Riwayat salah seorang di antaranya dikisahkan pada seluruh bagian terakhir kitab Kejadian; bab 37-50 (kecuali 38 dan 49) adalah kisah Yusuf, orang berhikmat. Kisah tersebut berbeda sifatnya dengan kisah-kisah yang mendahuluinya. tidak ada campur tangan langsung dari Allah atau pewahyuan baru. Seluruh kisah itu berupa suatu pengajaran: kebaikan orang berhikmat mendapat ganjarannya dan Penyelenggaraan Ilahi memanfaatkan kedosaan manusia untuk tujuan yang baik.
Kitab Kejadian merupakan suatu kisah yang utuh dan lengkap, yaitu riwayat para leluhur. Ketiga kitab yang berikut merupakan kesatuan tersendiri. Dalam rangka kehidupan Musa, diceritakan di dalamnya pembentukan umat terpilih serta diberinya hukum sosial dan agama umat itu.
Kitab Keluaran berkisar pada dua tema pokok: pembebasan dari Mesir, Kel 1:1- 15,21 dan Perjanjian di gunung Sinai, Kel 19:1-40:38. Kedua tema itu dihubungkan satu sama lain oleh suatu tema tambambahan yaitu perjalanan di padang gurun, Kel 15:22-18:27. Dalam bagian ini, Musa yang di gurun Allah telah menerima wahyu nama Yahwe mengantar orang-orang Israel dari perbudakan di negeri Mesir sampai ke gunung yang sama. Di sana dalam penampakan yang mendahsyatkan Allah mengikat perjanjian dengan umatNya serta memaklumkan hukum- hukum-Nya kepadanya Perjanjian baru saja diadakan itu, dibatalkan oleh bangsa Israel dengan menyembah lembu emas. Akan tetapi Allah mengampuni umatNya, lalu membaharui perjanjian itu. Suatu rangkaian peraturan mengatur ibadat bangsa Israel di padang gurun.
Kitab Imamat yang hampir berisikan peraturan melulu, menghentikan untuk sementara kisah peristiwa-peristiwa Kitab ini berisikan: peraturan untuk upacara korban, Im 1:1-7:38; upacara pentahbisan para imam yang dijalani Harun serta anak- anaknya, Im 8:1-10:20; peraturan tentang tahir dan najis, Im 11:1-15:33, serta upacara ibadat hari raya Pendamaian, 16. Lalu menyusul "Hukum Kekudusan", Im 17:1-26:46, yang memuat juga suatu penanggalan liturgis, 23, dan berakhir dengan berkat- berkat dan kutukan-kutukan, 26. Sebagai tambahan, bab 27 merumuskan syarat- syarat tebusan bagi manusia, hewan dan barang yang dikuduskan bagi Yahwe.
Kitab Bilangan menyambut kembali tema perjalanan di padang gurun. Keberangkatan dari gunung Sinai didahului oleh cacah jiwa, Bil 1:1-4:49, dan persembahan dalam jumlah besar buat pentahbisan Kemah Suci, 7. Sesudah merayakan Paskah untuk kedua kalinya, bangsa Israel meninggalkan gunung Sinai, Bil 9:1-10:36, dan lambat laun mendekati Kadesy. Dari situ diadakan suatu percobaan memasuki negeri Kanaan bagian Selatan yang akhirnya gagal, Bil 11:1-14:45. Sesudah tinggal di Kadesy selama beberapa waktu, bangsa Israel berangkat lagi dan tiba di padang Moab, di seberang kota Yerikho, Bil 20:1-25:18. Bangsa Midian dikalahkannya dan suku-suku Gad dan Ruben menetap di seberang Yordan, Bil 31:1-32:42. Suatu daftar meringkaskan tahap-tahap perjalanan di gurun, Bil 33. Ditengah cerita-cerita yang disebut tadi dapat kita jumpai beberapa kumpulan perundangan yang melengkapi perundangan Sinai atau menyiapkan pendudukan Tanah Kanaan,Bil 5:1-6:27; 8:15-19; 26-30; 34-36.
Kitab Ulangan mempunayi susunan khas, sebab merupakan semacam buku undang- undang sipil dan agama, Ul 12:1-26:15, yang disisipkan ke dalam wejangan panjang Musa Ul 5-11 dan Ul 26:16-28:68 Kumpulan ini sendiri didahului oleh wejangan Musa pertama, Ul 1-4, disusul oleh wejangan yang ketiga, Ul 29-30, lalu dilengkapi dengan beberapa berita mengenai akhir kehidupan Musa: pengangkatan Yosua, nyanyian dan berkat Musa serta kematiannya, Ul 31-34. Undang-undang kitab ini mengulangi sebagian undang yang diumumkan di padang gurun. Wejangan-wejangan yang kita jumpai dalam kitab ini mengingatkan peristiwa-peristiwa besar di saat keluaran, di gunung Sinai dan permulaan perebutan tanah yang dijanjikan; wejangan-wejangan tersebut mengungkapkan arti religius peristiwa-peristiwa itu, menekankan makna perundangan dan mengajak bangsa Israel supaya tetap setia kepada Allah.
KOMPOSISI DAN GAYA SASTRA
Setidak-tidaknya sejak permulaan tarikh Masehi, Musa dianggap sebagai penyusun kumpulan yang besar ini. Kristus dan para rasul menuruti pendapat tersebut, Yoh 1:45; 5:45-47; Rom 10:5. Namun tradisi yang paling tua tidak pernah dengan tegas membenarkan pendapat, bahwa Musa adalah penyusun seluruh Pentateukh. Apabila di dalam Pentateukh sendiri terdapat (jarang sekali) kalimat: "Musa menulis", maka ungkapan ini menyangkut bagian-bagian tertentu saja. Sebenarnya penyelidikan ilmiah dan modern terhadap kitab-kitab tersebut, menampilkan perbedaan-perbedan gaya bahasa, pengulangan dan kekacauan dalam cerita, yang menjadi penghalang untuk memandang kumpulan ini sebagai sebuah karya yang seluruhnya dikerjakan oleh seorang pengarang saja. Sesudah banyak penyelidikan yang dilakukan dengan hati-hati, para kritikus yang hidup pada akhir abad ke-19, khususnya di bawah pengaruh karya-karya Graf dan Wellhause, mencetuskan teori begini: pentateukh adalah kumpulan yang terdiri dari empat buah dokumen yang berlain-lainan usia dan lingkungan asalnya, namun semuanya berasal dari zaman sesudah Musa. Aslinya ada dua dokumen berisikan ceritera yakni Yahwista (J), yang mulai dari kisah penciptaan mempergunakan nama Yahwe, yaitu nama Allah yang diwahyukan kepada Musa, dan Elohista (E), yang menyebut Allah dengan nama umum yaitu Elohim. Dokumen Yahwista, menurut teori ini, mendapat bentuk tertulis dalam abad ke-9 di Yehuda, sedangkan Elohista sedikit kemudian mendapat bentuknya di Israel. Sesudah musnahnya Kerajaan Utara, kedua dokumen itu dilebur menjadi satu (JE). Sesudah raja Yosia, kitab Ulangan (D) ditambahkan kepada gabungan tadi (JED). Sehabis Pembuangan, Kitab Hukum Para Imam (P), yang terutama berisikan peraturan-peraturan dan beberapa ceritera, disatukan dengan kumpulan tadi dan menjadi rangka dan bingkainya (JEDP).
Teori dokumen yang klasik ini , yang juga dihubungkan dengan suatu gagasan tentang evolusi paham-paham keagamaan bangsa Israel, karena kali dipersilahkan. Dewasa inipun seluruh teori tersebut masih ditolak oleh sebagian para ahli. Sejumlah ahli lain menerimanya dengan perubahan-perubahan yang cukup penting. Tidak ada dua orang ahlipun yang seluruhnya sependapat dalam menentukan bagian- bagian Pentateukh manakah yang termasuk ke dalam masing-masing dokumen. Terutama di masa sekarang ini para ahli sependapat, bahwa penyelidikan dari segi bahasa saja tidak cukup menerangkan cara digubahnya Pentateukh. Penyelidikan bahasa itu masih perlu dilengkapi dengan studi tentang bentuk sastra dan tradisi lisan atau tertulis yang mendahului pengubahan sumber-sumber Pentateukh. Masing-masing dokumen, bahkan yang paling mudapun (P), memuat unsur-unsur yang sangat tua. Kesusastraan kuno di Timur Dekat yang ditemukan kembali serta kemajuan ilmu arkheologi dan sejarah, yang membuka pengetahuan baru tentang kebudayaan- kebudayaan dan bangsa-bangsa yang bertetangga dengan Israel, membuktikan, bahwa sebagian besar undang atau peraturan yang terdapat dalam Pentateukh sangat serupa dengan undang atau peraturan di luar Kitab Suci dan lebih tua usianya dari pada yang ditetapkan buat "dokumen-dokumen"tadi. Ternyata pula sejumlah ceritera Kitab Suci mengadaikan lingkungan lain dan lebih tua dari pada lingkungan tempat "dokumen-dokumen" itu disusun. Macam-macam tradisi dari zaman dahulu, baik hukum maupun ceritera, terpelihara di tempat-tempat suci atau turun-temurun diceriterakan oleh ahli-ahli ceritera di kalangan rakyat. Tradisi- tradisi itu dikumpulkan menjadi kumpulan-kumpulan lebih kurang besar, lalu dituliskan atas desakan kalangan-kalangan tertentu atau oleh seorang tokoh yang berperan penting. Hanya penggubahan-penggubahan itu bukanlah tahap terakhir. Sebaliknya kumpulan-kumpulan tradisi itu disadur kembali, ditambah dan akhirnya digabungkan satu sama lain menjadi Pentateukh yang kita miliki. "Sumber-sumber" tertulis dari Pentateukh merupakan tahap-tahap penting dalam perkembangan yang lama. Aliran-aliran tradisi yang lebih tua seolah-olah tersimpul di dalamnya, lalu mengalir terus dan berkembang.
Banyaknya aliran tradisi tersebut merupakan kenyataan yang menjelaskan adanya ceritera dobel, pengulangan dan pertentangan-pertentangan yang mengherankan pembaca mulai dari halaman-halaman pertama kitab Kejadian; dua kisah mengenai penciptaan, Kej 1:1-2:4a dan Kej 2:4b-3:24; dua silsilah Kain-Keni-Kenan, Kej 4:17 dst dan Kej 5:12-17; gabungan dua kisah tentang air bah, Kej 6-8. dalam riwayat para bapa bangsa, perjanjian Abraham diceriterakan sebanyak dua kali, Kej 15 dan Kej 17; dua kali Hagar diusir, Kej 16 dan Kej 21; ada tiga ceritera tentang nasib malang isteri seorang Bapa Bangsa di negeri asing, Kej 12:10-20; 20; 26:1-11; gabungan dua ceritera tentang Yusuf dan saudara- saudaranya, yang terdapat dalam bab-bab terakhir kitab Kejadian. Terdapat pula dua kisah tentang panggilan Musa, Kej 3:1-4; 17 dan Kej 6:2-7:7, dua mujizat air di Meriba, Kej 17:1-7 dan Bil 20:1-13; dua teks Dekalog, Kej 20:1-17 dan Ul 5:6-21; empat penanggalan liturgis, Kej 23:14-19; 34:18-23; Im 23; Ul 16:1-16. Dapat dikemukakan banyak contoh lain lagi. Berdasarkan kesamaan bahasa, gaya bahasa dan gagasan-gagasan bagian-bagian tertentu dari Pentateukh dapat dikelompokkan, sehingga tampillah kesatuan-kesatuan (ceritera-ceritera dan hukum-hukum) yang berbeda satu sama lain dan yang l.k. utuh-lengkap. Dengan demikian ditemukan empat aliran tradisi.
Tradisi "Yahwista" (disebut demikian karena mulai dengan kisah penciptaan mempergunakan nama Allah yang khusus yaitu Yahwe) mempunyai gaya bahasa yang hidup dan berwarna-warni; melalui bahasa penuh gambar dan berkat bakat berceritakan yang mengagumkan, tradisi ini menjawab secara mendalam pertanyaan- pertanyaan serius yang dimbul dalam hati setiap manusia; ungkapan-ungkapan manusiwi yang dipakainya dalam berceritera tentang Allah, menyembunyikan suatu rasa keagamaan yang bermutu tinggi. Sebagaimana pengantar ke dalam sejarah para leluhur Israel, disajikannya sebuah ringkasan sejarah umat manusia sejak penciptaan pasangan manusia pertama. Tradisi in berasal dari Yehuda dan barangkali bagiannya yang terpenting dicatat di zaman pemerintahan raja Salomo. Dalam kumpulan teks yang dikatakan termasuk tradisi ini, kadang-kadang ditemukan sebuah tradisi sejalan, yang asal-usulnya sama juga, tetapi memantulkan gagasan- gagasan yang kadang-kadang lebih kuno dan kadang-kadang berbeda-beda dengan yang lazim dalam Yahwista; kepada tradisi itu diberi tanda Y 1(Yahwista yang pertama) atau L (sebab berasal dari kalangan kaum awam) atau N (sebab berasal dari suku- suku Badui). Pembedaan ini tampaknya dapat dibenarkan, namun sukar menentukan, apakah di sini terdapat suatu tradisi yang berdiri sendiri ataukah hanya beberapa unsur saja yang diambil-alih oleh tradisi Yahwista dengan mengindahkan coraknya yang asli.
Tradisi "Elohista" yang ciri khas lahiriahnya ialah penggunaan nama umum bagi Allah (Elohim), berbeda dengan tradisi Yahwista, karena gaya bahasanya lebih sederhana dan juga kurang menarik, lagi pula karena dalam hal kesusilaan lebih banyak tuntutannya dan karena usahanya mempertahankan jarak yang memisahkan manusia dengan Allah. Dalam tradisi ini tidak terdapat ceritera- ceritera tentang asal jadinya dunia; ia mulai dari Abraham. Barangkali tradisi ini lebih muda dari pada tradisi Yahwista dan biasanya dikatakan berasal dari suku-suku Utara. Beberapa ahli tidak menyetujui adanya tradisi Elohista terpisah. Mereka menganggap hipotesa tentang pelengkapan, penyempurnaan atau penyadaran yang diadakan terhadap karya Yahwista sebagai hipotesa yang sudah cukup memuaskan. tetapi teori tentang adanya suatu tradisi dan penulisan tradisi E, yang mula-mula berdiri sendiri, tidak hanya didukung oleh ciri-ciri khas pada gaya bahasa dan ajaran tetapi juga oleh perbedaan dengan J dalam asal-usulnya. Teori ini didukung pula oleh kenyataan, bahwa mulai dari Abraham sampai dengan ceritera-ceritera tentang wafatnya Musa, kisah E yang sejalan dengan kisah J, cukup lengkap sambil berbeda dengan J.
Maka satu hal penting perlu diperhatikan. Kendati corak-corak yang membeda- bedakannya, namun ceritera-ceritera Yahwista dan Elohista pada kahekatnya mengisahkan sejarah yang sama. Jadi kedua tradisi ini mempunyai titik-pangkal yang sama. Suku-suku Israel di Utara dan di Selatan mempunyai tradisi yang sama. Tradisi itu menertibkan kenangan-kenangan bangsa Israel dalam hal sejarahnya, ialah: urutan ketiga bapa bangsa Abraham, Ishak dan Yakub, keluaran dan Mesir yang digabungkan dengan penampakan Allah di gunung Sinai, pengikatan Perjanjian di gunung Sinai yang dihubungkan dengan pendudukan daerah Trans-Yordania, yang menjadi tahap terakhir sebelum direbutnya Tanah Terjanji. Tradisi bersama ini mulai terbentuk secara lisan dan mungkin juga secara tertulis sejak zaman para Hakim, yakni sejak Israel mulai menjadi suatu bangsa.
Tradisi Yahdisi maupun Elohista memuat hanya sedikit teks berupa hukum; yang paling berarti ialah Kitab Hukum Perjanjian yang akan dibicarakan nanti. Padahal sebaliknya, hukum-hukum merupakan urat tradisi Para Imam. Hukum-hukum itu khususnya mengenai Bait Suci, korban-korban dan hari-hari raya, pribadi dan tugas Harun serta keturunannya. Tetapi di samping bagian-bagian yang berisikan hukum atau yang mengenai lembaga-lembaga keagamaan itu, tradisi Para Imam memuat juga cerita. Cerita-cerita itu khususnya menjadi terperinci mana kala dapat mengungkapkan perhatian khusus yang diberikan oleh tradisi Para Imam kepada hukum dan ibadat. Tradisi in menggemari angka-angka dan silsilah-silsilah. Karena perbendaharaan kata yang khas dan gaya bahasanya yang abstrak, tradisi itu mudah dikenal Inilah tradisi para imam Bait Suci di Yerusalem. Walaupun di dalamnya terpelihara macam-macam unsur kuno, namun tradisi ini baru terwujud di masa pembuangan Israel dan baru umum diterima dan mulai beredar setelah Israel kembali dari pembuangan. Di dalamnya dibeda-bedakan beberapa lapisan atau tahap penggubahan. Selebihnya sulit ditentukan, apakah tradisi in pernah berdiri sendiri sebagai sebuah karya tertulis. Agaknya lebih mungkin, bahwa seseorang atau beberapa orang yang mewakili tradisi para imam di Yerusalem itu memungut bahannya dan tradisi-tradisi yang sudah ada, lalu menggubah dan menerbitkan Pentateukh seperti sekarang ada.
Dalam kitab Kejadian garis-garis ketiga tradisi tersebut, yakni Yahwista, Elohista dan Para Imam, agak mudah diikuti. Sehabis kitab Kejadian tradisi Para Imam gampang saja dipisahkan dari kedua tradisi lain, terutama dalam bagian terakhir kitab Keluaran, seluruh kitab Imamat dan bagian-bagian besar dari kitab Bilangan. Tetapi sehubungan dengan bahan lain dalam ketiga kitab itu sukar ditentukan mana termasuk tradisi Yahwista dan mana termasuk tradisi Elohista. Sehabis kitab Bilangan, ketiga tradisi tersebut menghilang sama sekali sampai muncul kembali dalam bab 31 dan 34 dari kitab Ulangan. Ketiga tradisi tersebut diganti dengan tradisi lain, yakni tradisi Ulangan(D). Tradisi ini dapat dikenal melalui bahasa yang khas, yaitu bahasa berlebih-lebihan dan berupa seni berpidato, di mana sering terulang ungkapan-ungkapan yang tetap sama; dapat dikenal melalui ajaran yang terus-menerus ditegaskan kembali, yaitu bahwa dari antara segala bangsa, Allah telah berkenan memilih Israel sebagai umatNya. Tetapi pilihan itu dan perjanjian yang telah mengukuhkannya bersyarat kesetiaan Israel kepada Hukum Allahnya dan kepada Ibadat resmi yang harus diadakan bagiNya dalam satu Bait Suci saja. Kitab Ulangan merupakan tahap terakhir sebuah tradisi yang berdekatan dengan tradisi Elohista dan dengan gerakan para nabi. Tetapi suara tradisi D itu sudah terdengar dalam beberapa bagian Kitab Suci yang agak tua. Bagian inti kitab Ulangan boleh jadi memuat adat-istiadat Kerajaan Utara yang oleh orang-orang Lewi dibawa ke Yehuda sesudah kerajaan Samaria musnah. Kitab hukum yang barangkali sudah diberi kerangka sebuah wejangan Musa itu disimpai dalam Bait Suci di Yerusalem. Di zaman raja Yosia ditemukan kembali, lalu diumumkan untuk mendukung pembaharuan agama di Yehuda. Kitab itu diterbitkan kembali (dengan tambahan atau saduran) pada awal masa pembuangan.
Berpangkal pada kumpulan-kumpulan tradisi yang berbeda-beda itu, kitab Pentateukh bertahap-tahap tumbuh dan digubah. Tetapi sukar menentukan waktunya masing-masing tahap dikerjakan. Tradisi Yahwista dan Elohista digabungkan di Yehuda pada akhir zaman kerajaan, barangkali di masa pemerintahan Hizkia, sebab berdasarkan Ams 25:1 kita ketahui, bahwa di zaman itu karya-karya sastra kuno dikumpulkan. Menjelang akhir masa Pembuangan, kitab Ulangan, yang dianggap sebagai kitab hukuman yang diberikan oleh Musa di padang Moab, sididipkan antara bagian terakhir kitab Bilangan dan ceritera-ceritera tentang pengangkatan Yosua dan kematian Musa, Ul 31 dan 34. Bisa jadi , bahwa tidak lama kemudian pada kitab ini ditambahkan tradisi Para Imam, atau, jikalau ini lebih disukai, bahwa para penggubah pertama dari kalangan para imam mulai menangani kitab itu. Tetapi bagaimanapun juga "Taurat Musa", yang dibawa dari Babel oleh Ezra, rupa-rupanya adalah kitab Pentateukh yang bentuknya sudah mendekati bentuk yang paling akhir.
Hubungan antara Pentateukh dengan kitab-kitab Alkitab berikut menjadi sebab timbulnya pelbagai hipotesa yang saling bertentangan. Sejak lama sementara ahli Kitab bicara tentang "Heksateukh", yaitu tentang sebuah kitab yang berjilid enam, yang mencakup juga kitab Yosua dan bagian pertama kitab Hakim-hakim. Mereka menemukan di dalamnya lanjutan ketiga sumber Pentateukh, yakni J, E dan P. Mereka menekankan, bahwa tema janji yang begitu sering muncul dalam ceritera- ceritera Pentateukh menuntut adanya dalam tradisi itu ceritera-ceritera yang mengisahkan pula pelaksanaan janji-janji tersebut, ialah perebutan Tanah Terjanji. Menurut pendapat mereka, kitab Yosua baru kemudian dipisahkan dari kesatuan itu, lalu menjadi kitab pertama dari kitab-kitab sejarah. Sebaliknya, pengarang-pengarang yang lebih baru bicara mengenai "Tetrateukh", yakni tentang kitab yang berjilid empat, yang tidak mencakup kitab Ulangan. Menurut mereka, kitab Ulangan mula-mula dipakai sebagai pendahuluan sebuah kitab sejarah yang berlangsung sampai dengan akhir masa para raja(karenanya kita Sejarah itu diistilahkan sebagai kitab "Sejarah Ulangan"). Kemudian kitb Ulangan dipisahkan dari kitab sejarah tersebut, waktu orang ingin mengumpulkan di dalam satu karya - yaitu Pentateukh kita - segala sesuatunya yang menyangkut diri Musa serta karyanya. Pendapat yang kedua inilah yang dalam terbitan Kitab Suci ini akan dituruti dalam kata pengatar bagi masing-masing kitab sejarah dan diandaikan dalam beberapa catatan, walaupun di sana-sini pendapat itu akan dirubah seperlunya. Hanya perlu tetap diingat, bahwa semuanya hanya berupa hitopesa. Tetapi juga pendapat dahulu mengenai Heksateukh berupa hipotesa saja.
Sudah jelaslah kiranya, bahwa ketidak-pastian yang sama menyangkut sejumlah besar persoalan yang ditimbulkan oleh caranya Pentateukh digubah. Memang kitab itu digubah selama sekurang-kurangnya enam abad dan ia mencerminkan perubahan- perubahan yang dialami hidup kebangsaan dan keagamaan Israel. Namun kendati pasang surut yang dialaminya itu, perkembangan Pentateukh pada pokoknya nampaklah homogen. Sudah dikatakan di atas, bahwa tradisi-tradisi yang berupa ceritera berasal dari zaman terbentuknya bangsa Israel. Dengan memperhatikan seperlunya perbedaan, maka hal yang sama boleh dikatakan tentang bagian-bagian Pentateukh yang berisikan hukum. Bagian-bagian itu memuat hukum sipil dan agama yang berkembang bersama dengan masyarakat yang dipimpin olehnya, tetapi asal- usul hukum itu bercampur dengan asal-usul bangsa itu sendiri. Ada kintinuitas dalam perkembangan dan kontinuitas itu mempunyai dasar keagamaan: iman akan Yahwelah yang mempersatukan bangsa itu dan iman akan Yahwe itu dibayangi oleh pribadi Musa. Dialah pangkal hidup keagamaan bangsanya dan diapun sebagai yang pertama memberi hukum dan undang-undang kepada bangsanya. Tradisi-tradisi sebelumnya yang terarah kepada Musa dan kenangan akan kejadian-kejadian yang dipimpin olehnya, akhirnya menjadi kisah sejarah terbentuknya bangsa Israel. Untuk seterusnya agama Musalah yang menentukan kepercayaan dan adat-istiadat keagamaan Israel. Sebab hukum Musa tetap menjadi pedoman bagi bangsa itu. Penyesuaian-penyesuaian yang dituntut oleh perubahan-perubahan zaman diadakan menurut jiwa dan semangat Musa dan ditempatkan di bawah kewibawaannya. Tidaklah penting, bahwa kita tidak dapat dengan pasti menentukan satu bagianpun dari Pentateukh sebagai karya Musa sendiri, sebab dialah yang menjadi tokoh utama bagi seluruh kitab itu. Oleh karenanya tidak kelirulah tradisi Yahudi yang menyebut Pentateukh sebagai Kitab Taurat Musa.
CERITERA-CERITERA DAN SEJARAH
Tidaklah bijaksana, jikalau dari pada tradisi-tradisi yang merupakan pusaka yang hidup bagi suatu bangsa dan yang membangun rasa persatuannya dan melandaskan kepercayaannya, akan kita tuntut apa yang dapat dituntut dari pada ahli ilmu sejarah dalam arti modern. namun tidaklah adil juga menyangkal adanya kebenaran di dalamnya hanya karena tidak adanya norma-norma ilmu sejarah modern.
Kesebelas bab pertama kitab Kerajaan perlu diperhatikan secara tersendiri. Secara populer diceriterakan di dalamnya awal-mula bangsa manusia; dengan gaya bahasa yang sederhana dan penuh gambar, yang dengan mentalita bangsa yang kurang beradab, diungkapkannyalah kebenaran-kebenaran pokok yang menjadi pangkal seluruh tata keselamatan, yaitu: Allah menciptakan dunia pada awal mula; Allah terlibat langsung dalam penciptaan pria dan wanita; persatuan manusia; dosa leluhur pertama; kemerosotan dan hukuman turun-temurun yang dijatuhkan kepadanya. Akan tetapi kebenaran-kebenaran ini yang menyangkut dogma dan diperkuat oleh kewibawaan Kitab Suci, sekaligus merupakan fakta. apabila kebenaran-kebenaran ini memang pasti, maka di dalamnya diandaikan fakta-fakta riil, walaupun kita tidak mampu menentukan dengan tepat hal-ihwalnya, sebab terselubung dalam bungkusan mitos yang dipakaikan padanya sesuai dengan mentalita masa dan lingkungan yang bersangkutan.
Sejarah para bapa bangsa adalah sejarah keluarga; dikumpulkan di dalamnya kenangan-kenangan yang masih terpelihara mengenai para leluhur, yaitu Abraham, Ishak, Yakub dan Yusuf. Sejarah itu bersifat populer: ia gemar akan peristiwa- peristiwa yang menyangkut pribadi bapa-bapa bangsa dan diceriterakan dengan memakai daya khayal yang menyegarkan. Tidak ada usaha sedikitpun untuk menghubungkan ceritera-ceritera itu dengan sejarah umum. Selebihnya sejarah itu sejarah keagamaan; segala kejadian yang menentukan, disertai campur tangan Allah, sehingga tampaknya sebagai sejarah yang diatur oleh Penyelenggaraan Ilahi. Pendekatan ini secara teologis memang tepat, tetapi tidak peduli akan pengaruh sebab-sebab di luar Allah. Lagi pula semua peristiwa dikemukakan, dijelaskan dan dikumpulkan untuk membuktikan suatu kebenaran keagamaan, yaitu: ada satu Allah yang membentuk satu umat dan yang memberikan kepadanya satu negeri. Allah itu ialah Yahwe, umat itu tidak lain dari Israel dan negeri itu ialah Tanah Suci. Akan tetapi ceritera-ceritera itu adalah sejarah, sejauh dengan caranya sendiri mengisahkan peristiwa-peristiwa riil dan sejauh memberi gambaran tepat mengenai asal-usul dan pengembaraan leluhur Israel, mengenai ikatan-ikatan geografis dan etnis serta mengenai kelakuan moril dan religius mereka. Kesangsian-kesangsian yang dikemukakan tentang ceritera-ceritera itu seharusnya dijauhkan, mengingat bahwa ceritera-ceritera itu didukung oleh bukti- bukti yang dihasilkan oleh penemuan-penemuan terbaru di bidang sejarah dan arkheologi di negeri-negeri Timur Dekat.
Sesudah jangka waktu lama yang tidak ada beritanya kitab Keluaran maupun kitab Bilangan, yang masih bergema dalam bab-bab pertama kitab Ulangan, menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak kelahiran sampai dengan kematian Musa yaitu: keluaran Israel dari Mesir, perhentian di daerah gunung Sinai, perjalanan menuju Kadesy, perjalanan melalui daerah Trans-Yordania dan menerapkannya Israel di padang Moab. Seandainya kebenaran historis peristiwa- peristiwa tersebut maupun pribadi Musa hendak disangkal, maka mustahillah menjelaskan kelanjutan sejarah Israel, kesetiaannya kepada Yahwe serta terlekatnya bangsa itu pada hukum Taurat. Namun perlu diingat, bahwa pentingnya kenangan-kenangan tersebut kehilangan bangsa Israel dan gemanya dalam ibadat memberi ceritera-ceritera itu ciri kisah kepahlawanan (misalnya penyeberangan laut) dan kadang-kadang rupa ibadat (Paskah). Setelah menjadi bangsa, Israel tampil di panggung sejarah umum. Walaupun tiada satu dokumen kunopun yang menyinggung Israel, kecuali satu tulisan pada tugu Firaun Merneptah yang tidak jelas maksudnya, namun apa yang diceriterakan oleh Kitab Suci tentang Israel, dalam garis-garis besarnya sesuai dan cocok dengan apa yang diberitahukan oleh teks-teks dan arkheilogi mengenai masuknya kelompok-kelompok bangsa Semit ke Mesir, mengenai tata negara di Delta Nil dan mengenai keadaan politik di wilayah di seberang sungai Yordan.
Tugas ahli ilmu sejarah modern ialah membandingkan berita-berita Kitab Suci dengan fakta-fakta sejarah umum. Dengan sikap hati-hati yang dikarenakan kurangnya petunjuk-petunjuk Kitab Suci serta ketidak-pastian khronologi kejadian-kejadian yang tidak termasuk Kitab Suci, dapat dikatakan: Abraham hidup di negeri Kanaan sekitar thn. 1850 seb. Masehi; Yusuf mencapai kedudukan menjalankan tugasnya di Mesir tidak lama sehabis thn. 1700; pada waktu yang sama "anak-anak Yakub" lainnya bergabung dengannya. Untuk menentukan waktu keluaran tidak dapat kita percaya petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam 1Rj 6:1 dan Hak 11:26, sebab petunjuk-petunjuk tersebut dimasukkan dan berasal dari perhitungan yang dibuat-buat. Walaupun demikian, Kitab Suci memberi satu petunjuk yang pasti; menurut teks kuno Kel 1:11, orang-orang Ibrani ikut membangun kota-kota bandar (perniagaan)Pitom dan Raamses. Maka peristiwa keluaran terjadi sesudah Firman Ramses II yang mendirikan kota Raamses itu naik takhta. Karya-karya besar itu dimulai pada awal pemerintahannya dan mungkin sekali kelompok di bawah pimpinan Musa meninggalkan Mesir di pertengahan pertama atau di sekitar pertengahan pemerintahannya yang amat lama (1290-1224), katakanlah di sekitar thn. 1250 seb Masehi atau sedikit sebelumnya. apabila kita perhatikan tradisi Kitab Suci mengenai Israel dipadang gurun yang berlangsung selama masa kehidupan satu keturunan, maka pendudukan daerah di seberang Yordan terjadi kurang lebih pada thn. 1225 seb. Masehi. Tanggal tersebut cocok dengan keterangan-keterangan dari ilmu sejarah umum tentang tempat kediaman para Firman dar wangsa ke-XIX di Delta Nil, tentang mundurnya kuasa negara Mesir di Siria-Palestina pada akhir pemerintahan Ramses II, dan tentang kerusuhan-kerusuhan yang pada akhir abad ke- 13 timbul di seluruh wilayah Timur Dekat, Tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari arkheologi mengenai awal Zaman Besi yang bersamaan waktunya dengan menetapkan orang-orang Israel di Kanaan.
PERUNDANG-UNDANGAN
Dalam Kitab Suci Yahudi, Pentateukh disebut Taurat; dan memang sesungguhnya terdapatlah di dalamnya kumpulan peraturan yang mengatur kehidupan moral, sosial dan agama bangsa Israel. Bagi kita yang berpandangan modern, ciri yang paling menarik dalam hukum tersebut ialah sifat keagamaannya. Ciri ini dapat dijumpai juga dalam beberapa kitab hukum dari daerah Timur di zaman dahulu. Tetapi tidak ada satupun yang di dalamnya unsur profan dan unsur sakral bercampur baur dan saling meresapi dengan cara seperti yang terjadi dalam hukum Taurat Israel. Di Israel hukum didiktekan oleh Allah; hukum itu mengatur kewajiban-kewajiban terhadap Allah; undang-undangnya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keagamaan. Hal ini dengan sendirinya dapat dipahami buat peraturan-peraturan moral Dekalog atau buat hukum-hukum ibadat yang terdapat dalam kitab Imamat, akan tetapi jauh lebih berarti, bahwa dalam kumpulan yang sama bercampur-baurlah hukum-hukum perdata dan pidana serta perintah-perintah agama dan bahwa semuanya itu dikemukakan sebagai piagam perjanjian dengan Yahwe. Karena demikian halnya, maka pemakluman hukum-hukum itu secara wajar dihubungkan dengan ceritera- ceritera tentang peristiwa-peristiwa di padang gurun, di mana perjanjian itu diadakan.
Oleh karena hukum dibuat untuk dilaksanakan, maka timbullah keharusan menyesuaikannya dengan keadaan dan dengan zaman yang berubah-ubah. Dengan demikian menjadi jelas, mengapa dalam kumpulan-kumpulan yang nanti akan kita kupas, sekaligus dapat ditemukan unsur-unsur kuno maupun kaidah-kaidah ataupun peraturan-peraturan yang membuktikan adanya keperluan-keperluan baru. Di lain pihak, tidak dapat tidak Israel dalam hal in bergantung pada tetangga- tetangganya. Penetapan-penetapan tertentu dalam Kitab Hukum Perjanjian atau kitab Ulangan, mirip sekali dengan Kitab-kitab Hukum dari Mesopotamia, Kumpulan Hukum dari Asyur dan Kitab Hukum bangsa Het. Bukan pinjaman langsung, namun kesamaan-kesamaannya itu dapat diterngkan oleh pengaruh hukum asing atau oleh hukum adat yang sebagian merupakan milik bersama bangsa-bangsa Timur Dekat di zaman dahulu kala. Selebihnya sesudah keluarga dari Mesir dan perebutan negeri Kanaan, pengaruh Kanaan dalam peristiwa undang dan bentuk-bentuk ibadat sangat terasa sekali.
Dekalog ialah "Kesepuluh Firman" yang tergores di atas loh-loh batu di gunung Sinai. Ia memuat undang-undang dasar, baik di bisang kesusilaan maupun di bidang agama. Dekalog itu merupakan undang-undang dasar perjanjian. ia disajikan sebanyak dua kali, Kel 20:2-17 dan Ul 5:6-18, dengan perbedaan- perbedaan yang cukup besar. Kedua nas tersebut berasal dari sebuah bentuk Dekalog yang lebih tua dan lebih singkat. Bahwa Dekalog yang asli itu berasal dari Musa tidak dapat dibantah oleh argumen apapun.
Kitab Hukum (Elohista) Perjanjian, Kel 20:22-23:33(atau 20:24-23:9) disisipkan antara Dekalog dan ceritera tentang diikatnya perjanjian di gunung Sinai. Tetapi Kitab Hukum itu sesungguhnya berlatar-belakang suatu keadaan masyarakat di zaman kemudian dari zaman Musa. Kitab itu berisikan hukum-hukum dari suatu masyarakat kaum tani dan peternak. Perhatian khusus yang diberikan kepada ternak, perumahan, pekerjaan di ladang dan di kebun anggur mengandaikan bahwa Israel sudah lama menetap di negeri Kanaan. Baru di zaman itulah Israel dapat mengenai dan melaksanakan hukum adat, yang dari padanya Kitab Hukum tersebut mengambil bahannya. Hukum adat itupun dapat menerangkan, mengapa Kitab Hukum Perjanjian sampai dengan hal terperinci sangat serupa dengan kitab-kitab hukum dari daerah Mesopotamia. Namun Kitab Hukum Israel itu dijiwai oleh agama Yahwe dan karenanya kerap kali menantang peradaban negeri Kanaan. Dengan tidak mengatur dan menyusunnya dengan rapih, Kitab Hukum Perjanjian mengumpulkan berbagai kelompok perintah-perintah. Perintah-perintah itu berbeda baik isinya maupun perumpamaannya. Ada yang berupa syarat: Kalau hal ini atau itu terjadi, dilakukan, maka harus diperbuat begini begitu; maka perintah-perintah macam itu tidak mempunyai nada mutlak. Ada juga hukum-hukum yang berupa perintah/larangan dan yang secara mutlak berlaku. Kumpulan hukum-hukum itu mula-mula berdiri sendiri dan mendahului adanya kitab Ulangan. Sebab Kitab Ulangan memang memanfaatkan Kitab Hukum Perjanjian. Oleh karena kitab itu tidak menyinggung jabatan raja, maka boleh disimpulkan, bahwa berasal dari zaman para Hakim. Sebelum kitab Ulangan disusun, Kitab Hukum Perjanjian sudah disisipkan ke dalam ceritera-ceritera mengenai peristiwa-peristiwa di gunung Sinai.
Kitab Hukum yang tercantum dalam kitab Ulangan, Ul 12:1 - 26:13, merupakan bagian inti kitab Ulangan, yang ciri-ciri khasnya dan sejarahnya telah diuraikan di muka. Kitab Hukum ini meminjam sebagian hukum dari Kitab Hukum Perjanjian, tetapi menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata ekonomi dan sosial Israel. Sebagai contoh bandingkan soal penghapusan hutang dan status para budak, Ul 13:1-11 dan Kel 23:10-11; Ul 13:12-18 dan Kel 21:2-11. akan tetapi, mulai dari perintahnya pertama. Kitab Hukum ini langsung bertentangan dengan Kitab Hukum Perjanjian dalam satu hal penting: kitab Hukum Perjanjian membenarkan adanya banyak tempat suci, Kel 20:24, padahal kitab Ulangan menetapkan sebagai hukum bahwa hanya ada satu tempat ibadat saja, Ul 12:2-12. Pemusatan ibadat ini menyebabkan perubahan-perubahan dalam peraturan- peraturan lama yang menyangkut korban-korban, bagian sepersepuluh dan hari-hari raya. Kitab Hukum Ulangan memuat juga peraturan-peraturan yang tidak terdapat dalam Kitab Hukum Perjanjian dan yang kadang-kadang bercorak ketuaan. Peraturan- peraturan itu berasal dari sumber-sumber yang tidak dikenal. Apa yang menjadi milik kita Kitab Kudus Ulangan dan yang menunjukkan perubahan zaman ialah usaha untuk melindungi orang-orang yang lemah, peringatan yang berulang-ulang tentang hak-hak Allah atas negeriNya dan umatNya, serta nada ajakan yang meresapi peraturan-peraturan hukum itu.
Walaupun kitab Imamat baru mendapatkan bentuknya yang definitip sesudah masa Pembuangan, namun terdapatlah di dalamnya unsur-unsur yang sangat kuno, mis. larangan-larangan tentang makanan, 11, atau peraturan-peraturan tentang ketahiran, Im 13-15. Upacara ibadat hari raya Pendamaian, 16, yang berasal dari zaman belakangan,menggabungkan suatu pengertian sangat dalam mengenai dosa dengan upacara pentahiran yang kuno sekali. Bab-bab 17-26 merupakan suatu keseluruhan yang disebut "Hukum Kekudusan" dan mula-mula terpisah dari Pentateukh. Hukum itu mengumpulkan berbagai-bagai unsur. Beberapa di antaranya dapat dikembalikan pada masa suku-suku Israel masih Badui (demikian halnya dengan bab 18), padahal hukum-hukum lain berasal dari zaman sebelum Pembuangan dan yang lain lagi dari zaman kemudian. Untuk pertama kalinya hukum-hukum itu dikumpulkan di Yerusalem menjelang masa Pembuangan dan kumpulan pertama itu barangkali dikenal oleh Yehezkiel, sebab bahasa serta isi kitab Yehezkiel menunjukkan banyak kesamaan dengan "Hukum Kekudusan" itu. Akan tetapi "Hukum Kekudusan" itu baru diumumkan di masa Pembuangan, sebelum dimasukkan ke dalam Pentateukh oleh penyusun-penyusun pentateukh dari kalangan para Imam yang menyesuaikannya dengan bahan lain yang mereka kumpulkan.
ARTI KEAGAMAAN
Agama Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru adalah agama historis: dasarnya ialah wahyu yang diberikan Allah kepada manusia-manusia tertentu, di tempat-tempat tertentu, dalam keadaan-keadaan tertentu; landasan ialah campur tangan Allah pada saat-saat tertentu dalam perkembangan umat manusia. Pentateukh yang menguraikan sejarah hubungan Allah dengan dunia itu, merupakan dasar agama Yahudi dan telah menjadi Kitab Suci utamanya; ia telah menjadi hukum baginya.
Orang Israel menemukan di dalamnya keterangan tentang tujuan hidupnya. Bukan hanya di bagian pertama kitab Kejadian dapat dijumpai olehnya jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bercokol dalam hati setiap manusia tentang dunia dan kehidupan, penderitaan dan kematian, melainkan dijumpainya pula jawaban atas persoalan yang khusus, persoalan Israel, yaitu: mengapa Yahwe yang Esa adalah Allah Israel, mengapa Israel adalah umatNya yang terpilih di antara segala bangsa di bumi? Jawabannya ialah: sebab Israel telah menerima janji. Memang. Pentateukh adalah kitab janji: kepada Adam dan Hawa, sesudah jatuhnya ke dalam dosa, diberitakan keselamatan yang akan datang (Pra-Injil); kepada Nuh, sehabis air bah, diberi jaminan akan datangnya "orde baru" di dunia; khususnya janji itu diberikan kepada Abraham. janji yang diberikan kepadanya diperbaharui oleh Allah bagi Ishak dan Yakub dan mencakup seluruh bangsa yang akan menjadi keturunan mereka itu. Janji itu secara langsung terarah pada pendudukan negeri yang pernah didiami oleh para bapa bangsa, yaitu Tanah Terjanji, tetapi di dalamnya tercakup lebih dari itu, yakni: janji itu menjadi tanda akan adanya hubungan istimewa dan yang tiada bandingannya antara Israel dan Allah para leluhur.
Sebab Yahwelah yang telah memanggil Abraham. Panggilan itu menjadi pralambang terpilihnya Israel. Yahwehlah yang membuat mereka menjadi satu bangsa, lalu satu bangsa itu menjadi umatNya sendiri. Semuanya berdasarkan pilihan bebas dari pihak Allah dan berurat-berakar dalam sebuah rencana penuh kasih yang dimulai sejak saat penciptaan dan berlangsung terus, kendati segala ketidak- setiaan dari pihak manusia.
Janji serta pilihan itu terjamin dalam perjanjian. Pentateukh adalah kitab pelbagai perjanjian. Ada perjanjian yang, walaupun tersembunyi, sudah diadakah oleh Allah dengan Adam; lalu perjanjian itu menjadi kentara dalam perjanjian dengan Nuh, dalam perjanjian dengan Abraham dan akhirnya dalam perjanjian yang diikat dengan seluruh bangsa dengan perantaraan Musa. Perjanjian itu bukannya sebuah kontrak antara pihak-pihak yang sama dengannya, sebab Allah tidak membutuhkannya dan justru Dialah yang memprakarsainya. Walaupun demikian Allah telah melibatkan diri di dalamnya, ia mengikatkan diri dengan cara tertentu melalui janji-janji yang diberikanNya. Akan tetapi dari pihak umatNya dituntut olehNya kesetiaan; penolakan dari pihak Israel, dosanya, dapat memusnahkan ikatan yang sudah terjalin oleh cinta-kasih Allah.
Allah sendiri menggariskan syarat-syarat kesetiaan itu. Ia memberi hukum Taurat kepada umat yang dipilihNya. Hukum itu memberi petunjuk-petunjuk tentang tugas kewajiban umat mengatur tingkah-lakunya sesuai dengan kehendak Allah dan dengan mempertahankan perjanjian menyiapkan pemenuhan janji-janji Allah.
Tema-tema: Janji, Pilihan, Perjanjian dan Hukum Taurat, merupakan benang mas yang bersilang-silang di sepanjang kitab-kitab Pentateukh dan dapat dijumpai dalam seluruh Perjanjian Lama. Sebab Pentateukh bukannya sebuah karya yang selesai/tertutup: ia mengemukakan janji tetapi ia tidak bicara tentang pelaksanaannya; karena kisahnya berhenti sebelum masuknya bangsa Israel ke Tanah Suci. Pentateukh haruslah tinggal terbuka bagaikan sebuah harapan dan ancaman: harapan akan janji yang tampaknya terpenuhi dengan penaklukan Kanaan, Yos 23, lalu tergantung oleh dosa-dosa umat terpilih, akhirnya disadari kembali oleh kaum buangan di Babel; ancaman yang tercantum dalam hukum yang selalu menekan dan di Israel selalu menjadi saksi melawan mereka, Ul 31:26.
Keadaan demikian akan berlangsung sampai kedatangan Kristus yang menjadi tongkat batasnya; kepadaNyalah secara samar-samar tertuju sejarah keselamatan itu, ia memberi kepadanya arti yang sebenarnya. paulus membuka dan menguraikan rahasianya, terutama dalam Gal 3:15-29. Kristus mengadakan Perjanjian Baru yang telah dilambangkan dalam perjanjian-perjanjian dahulu kala dan Ia mengikut- sertakan di dalamnya orang-orang Kristen yang berkat imannya menjadi pewaris- pewaris Abraham. Adapun Hukum Perjanjian Lama diberi untuk menjaga janji-janji; peranannya dapat dibandingkan dengan seorang pendidik yang mengatur kepada Kristus, pemenuhan janji-janji tersebut.
Orang Kristen tidak lagi tunduk kepada kekuasaan pendidikan itu; ia sudah dibebaskan dari kewajiban menjalankan Hukum Taurat, namun ia tetap wajib menjalankan ajaran moral dan agama Hukum Taurat. Oleh sebab Kristus tidak datang untuk menghapus melainkan untuk menyempurnakan, Mat 5:17, maka Perjanjian Baru tidak bertentangan dengan Perjanjian Lama; ia merupakan kelanjutannya saja. Dalam peristiwa-peristiwa penting di masa para bapa bangsa dan Musa, dalam perayaan hari-hari raya dan dalam upacara-upacara di padang gurun (pengorbanan Ishak, penyeberangan Laut Merah, Paskah, dst). Gereja memang menemukan realita- realita Hukum Baru (korban Kristus, baptisan, Paskah Kristen). Akan tetapi ini tidak cukup. Iman kristen menuntut sikap hati yang sama yang dituntut dari pada orang-orang Israel oleh ceritera-ceritera dan peraturan-peraturan Pentateukh. Malahan lebih dari itu: dalam perjalanannya kepada Allah, setiap manusia mengalami tahap-tahap yang sama, yaitu: pelepasan, percobaan, pembersihan, yang dialami pula oleh umat terpilih. Setiap manusiapun dapat menemukan petunjuk- petunjuk yang berguna baginya di dalam pelajaran-pelajaran yang telah diberikan kepada umat terpilih.
Orang Kristen yang ingin membaca Pentateukh, sebaiknya memperhatikan urutan yang berikut: kitab Kejadian, yang sesudah memperlawankan kebaikan Allah Pencipta dengan ketidak-setiaan manusia yang berdosa, memperlihatkan dalam diri para bapa bangsa ganjaran yang dilimpahkan kepada mereka, yang percaya; kitab Keluaran adalah semacam gambaran penebusan dalam garis-garis besar; kitab Bilangan memgisahkan masa percobaan, di mana Allah mendidik dan memperbaiki tingkah-laku anak-anakNya dan dengan demikian disiapkanNya sebuah himpunan para terpilih. Kitab Imamat akan lebih bermanfaat, kalau dibaca bersamaan dengan bab- bab terakhir kitab Yehezkiel atau sesudah kitab-kitab Ezra dan Nehemia; korban tunggal Kristus memang sudah membuat peribadatan di Bait Suci Perjanjian Lama menjadi usang dan tidaj berguna lagi, namun tuntutan-tuntutannya mengenai kebersihan dan kesucian dalam pengabdian kepada Allah merupakan pengajaran yang tetap berlaku. Bacaan kitab Ulangan sebaiknya diadakan bersamaan dengan kitab Yeremia, nabi yang paling dekat padanya, baik karena ia hidup di masa yang sama, maupun karena kitab Ulangan diresapi semangat yang sama.
Ende: Ulangan (Pendahuluan Kitab) ULANGTUTUR
KATA PENDAHULUAN
Salah satu diantara kitab-kitab kumpulan hukum jang terpenting dari Israil ialah
Kitab Ulangtutur. Kitab ini terkenal deng...
ULANGTUTUR
KATA PENDAHULUAN
Salah satu diantara kitab-kitab kumpulan hukum jang terpenting dari Israil ialah Kitab Ulangtutur. Kitab ini terkenal dengan nama Deuteronomium atau 'hukum jang kedua' berkat terdjemahan Hunani Septuaginta dalam Ul. 17,18.
Tetapi sebenarnja naskah-naskahnja ditempat itu tidak berbitjara tentang suatuhukum kedua, melainkan tentang salinan dari kode hukum jang termuat dalam kitab Ulangtutur. Namun karena nama Deuteronomium sudah umum diterima dan djuga agak tepat menundjukkan maksud kitab ini, maka dipertahankan pula dalam bahasa Indonesia dengan terdjemahan: Ulangtutur atau Ulangan.
Isi
Kitab ini ditulis dalam bentuk chotbah perpisahan nabi Musa digurun Moab, jangdisampaikan tak lama mendjelang kematiannja. Didalamnja diumumkan kepada umat hukum dan perintah-perintah jang diberikan allah kepada Musa selama hidupnja.
Gambaran bahwa peraturan-peraturan itu disampaikan oleh Musa sendiri, itu hanjalah tjiptaan penjusun buku ini. Dalam kenjataannja rumusan hukum menurut bentuknja seperti jang terdapat didalam kitab ini, baru disusun dikemudian hari.
Adapun maksud penulis tiada lain ialah untuk menandaskan, bahwa rumusan hukum tersebut sungguh-sungguh bertumpu pada dasar-dasar jang telah terbentang pada zaman Musaa, berhubungan dengan Perdjandjian jang diikat digunung Sinai. Gunung itu di oleh pengarang Kitab Ulangtutur selalu disebut denang nama Horeb. Disamping itu kode hukum ini ditempatkan pada zaman Musa supaja dapat mendjadi landasan jang menguraikan makna dari sedjarah Israel mulai dari Josjua (lihat keterangan-keterangan dibawah).
Berita-berita mengenai perdjalanan umat Israel kegurun Moab dan mengenai wafat Musa disana, memang berdasarkan atas tradisi-tradisi kuno (lihat Tj. DJ. 21 dsl.). Tetapi tentang diadakannja upatjara pembaharuan-perdjandjian disana, tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Meskipun kumpulan hukum-hukum jang tertjantum dalam Kitab Ulangtutur bersumber pada tradisi-tradisi dan rumusan-rumusan hukum kuno (lihat ump. kesamaan dengan naskah perdjandjian dalam Peng. 34,10-26), namun banjak pula dimasukkan kedalamnja perluasan-perluasan dan penjesuaian-penjesuaiannja dari zaman jang lebih kemudian. Dalam kenjataan kitab hukum itu dimaksudkan untuk bangsa Israil jang hidup pada zaman monarki. Hal itu djelas dari banjak ketetapan-ketetapan jang ada sangkut-pautnja dengan tjara hidup menetap dalam lingkungan kota ataupun desa; apalagi njata dari hukum bagi radja (17,14 sld) dan kaum levita (18,1-8), serta dari ditekankannja sentralisasi atau pemusatan kultus disatu tempat.
Kewadjiban-kewadjiban jang diuraikan didalam kitab ini disusun dalam bentuk gaja andjuran, sebagai sematjam pewartaan. Djadi buku ini adalah lebih daripada sebuah kumpulan peraturan-peraturan belaka. Hal inipun memberikan petundjuk mengenai asal-usul tradisi-tradisi jang diolah didalamnja.
Pembagian Fas. 1-11: Pengantar sedjarah
1,6 - 4,40 chotbah pertama: Kedjadian-kedjadian sedjak dari Horeb sampai tiba diseberang jarden (1-3). mempermaklumkan hukum Sinai; kutuk dan berkat (4).
5 - 11 chotbah kedua: Mempermaklumkan hukum Sinai (Dekalog)(5). andjuran supaja taat pada hukum berdasarkan atas perbuatan-perbuatan jahwe jang lampau dan atas berkat dan kutuk dihari depan (6-11).
Fas. 12-26: Perumusan hukum dan pengumumannja (Inti kitab)
Hukum bagi sentralisasi kultus dan hukum-hukum lainnja bagi ibadah (12-16).
Hukum mengenai para petugas (16,18-18). Hukum penduduk dan hukum perang (19-25). Hukum-hukum bagi upatjara ibadat (26).
Fas. 27-30: Pengikatan Perdjandjian
27-28 chotbah penutup jang pertama: penetapan setjara tertulis dan kurban (27,1- 10). maklumat berkat dan kutuk (27,11-28)
29-30 chotbah penutup jang kedua: pengikatan Perdjamuan resmi dengan kutunja (29). berkat (30).
Fas. 31: Penutup sedjarah
Pengangkatan josjua; penulis naskah hukum; upatjara pembaharuan-perdjandjian; penetapan hukum didalam tempat sutji.
Fas. 32-34: Tambahan-tambahan
Mazmur kebidjaksanaan (32) peribahasa berkat (33) tjerita tentang wafat Musa dan peralihan historis kepada kitap Josjua (34).
Sedjarah terdjadinja kitab
Kitab ini dengan djelas menundjukkan tjiri-tjiri kumpulan petuah-petuah jang telah ada. Chotbah-chotbah hukum itu sangat boleh djadi diambil dari pengedjaran-hukum para levita (torah), seperti halnja jang disampaikan kepada umat pada tempat-tempat ibadah, terutama dalam rangka upatjara 'Pembaharuan- Perdjandjian'.
Ikatan perdjandjian atau pembaharuan Perdjandjian itu mempunjai struktur atau skema tertentu, jang berpadanan dengan bentuk perdjandjian-perdjandjian internasional seperti berlaku pada bangsa-bangsa lainnja. Hal itu kita lihat chususnja dalam perdjandjian-perdjandjian antara kaum penguasa keradjaan- keradjaan besar dan radja-radja serta bangsa-bangsa jang ditahklukkannja,. Skema perdjandjian itu tersusun dalam bagian-bagian seperti berikut:
a) pengantar sedjarah, jang mengingatkan bantuan dan kemurahan-hati penguasa terhadap rakjat jang dipersekutukannja,
b) diundangnja kewadjiban-pokok terhadap maharadja: pengakuan sebagai satu- satunja penguasa dan kesanggupan untuk tidak berhubungan dengan radja besar lainnja.
c) beberapa ketentuan konkrit sebagai kelandjutan dari perdjandjian itu.
d) dimeteraikannja perdjandjian: naskahnja disusun setjara tertulis; permaklumkannja kepada chalajak ramai dengan perintah untuk membatjakannja pada saat tertentu selaku peringatan diwaktu kemudian; naskah ditaruh didalam kuil.
e) berkat dan kutuk sebagai sangsi terhadap kepatuhan atau pengingkaran terhadap perdjandjian itu, lazimnja dengan penjebutan para dewa sebagai saksi.
Struktur serupa itu kita djumpai pula pada perajaan-perajaan perdjandjian bangsa Israil. Adapun soalnja disini menjangkut ikatan-perdjandjian antara Jahwe dan umatNja. Dalam pembaharuan-Perdjandjian sematjam itu jang menurut Ul. 31,10 dilangsungkan pada tiap-tiap 7 tahun, kaum Levita memainkan peranan utama.
Adapun tugasnja ialah: mengumumkan Perdjandjian itu sekali lagi atas kuasa musa
sendiri, serta menghidupkan kembali diantara umat. Untuk itu dibuatnja uraian
kewadjiban-kewadjiban perdjandjian (Hukum), jang sekaligus disesuaikan dengan
masalah-masalah dan keadaan jang aktuil. Hal itu mereka lakukan dalam bentuk
chotbah atau adjakan, jang menggerakkan hati-nurani para pendengarnja dan
melibatkan mereka kedalam peristiwa-peristiwa itu setjara pribadi (lihat
Adapun wedjangan-wedjangan kitab Ulangtutur itu dalam susunannja djelas menundjukkan djedjak-djedjak dari perajaan-Perdjandjian sematjam itu.Chotbah- chotbah kaum Levita tidaklah merupakan suatu wedjangan bebas,berdasarkan ichtisar ataupun perumusan-perumusan buatan sendiri, melainkan terikat sekali pada bentuk tradisionil jang berlaku untuk liturgi Perdjandjian. Bentuk itu mendjamin suatu keagamaan resmi jang mendjadi tuntutan ibadat, serta menandaskan kuasa sipengchotbah itu.
Seperti telah dikatakan, unsur penting dalam perajaan-ibadah dan chotbah-chotbah adalah: menghadirkan lagi tindakan-tindakan jahwe serta sabda-sabdaNja dan tuntutan-tuntutanNja untuk rakjat jang berkumpul ditempat sutji.Hal itu dapat kita saksikan didalam wedjangan-wedjangan kitab Ulangtutur. Disitu ditekankan, bahwa kata-kata Allah 'pada hari ini' (hayyom) disampaikan kehadapan umat (lepan'eyka) dan diutjapkan dimuka telinga (be-ozneykem), pun pula bahwa mereka sendiri melihat perbuatan keadjaiban-keadjaiban Allah. Sedangkan orang Israil jang berkumpul sekali lagi dihadapkan pada pilihan, baik setjara bersama maupun setjara perorangan, untuk mengikuti Jahwe atau menolakNja, untuk mematuhi perintah-perintahnja ataupun melanggarnja (lihat: Ul. 5,1-3;11,26;30,11-20 dan seruan "Dengarkanlah, hai Israil "jang mungkin mempunjai kedudukan didalam liturgi).
Djika kitab Deuteronomium itu merupakan kumpulan chotbah, uraian sjaratsjarat perdjandjian, jang telah berkembang dalam rangka ibadat. Chotbah-chotbah itu lebih-lebih telah berkembang didalam keradjaan utara, sebab disana banjak terdapat tempat-tempat ibadat jang paling terkenal. Sedjak djatuhnja kota Samaria pada tahun 721 rupa-rupanja banjak orang-orang israil, diantaranja djuga orang-orang Levit, menjingkir ke Juda. Demikianlah maka banjak pula tradisi- tradisi utara jang terbawa keselatan.
Penjusun kitab ini telah menseleksinja, dan wedjangan-wedjangan itu selandjutnja didjadikan rangka jang melindungi kode hukum sendiri. Begitu fas.5 - 11 dan 27 - 28 merupakan bingkai bagi rumusan-hukum dalam fas. 12-26. Lihat penutupnja dalam Ul. 28,69.
Kemudian diterbitkan lagi-paling sedikit satu kali- dan ditambah dengan fas. 1-4 dan 29-30; 34. Mungkin sekali, bahwa semuanja itu ditambahkan oleh seorang pengarang jang bermaksud mengaitkan kitab Ulangtutur dengan buku-buku Josjua- Hakim-Sjemuel dan Radja. Didalam fasal-fasal itu ternjata rangka sedjarah lebih ditekankan. Mengenai fas. 31, sulit ditentukan asal-usulnja. Kiranja fasal itu terdiri dari unsur-unsur jang tua dan lebih muda, jang didjalin antara lain untuk dapat memasukkan madah dari fasal 32. Begitu pula fasal \a 33 dirangkaikan kedalam keseluruhannja diwaktu kemudian.
Namun itu tidak berarti, bahwa bagian-bagian jang ditambahkan kemudian,baru disusun diwaktu itu djuga. Begitu misalnja uraian peristiwa-peristiwa sedjarah jang lebih luas itu diambilkan dari ringkasan-ringkasan sedjarah jang sudah ada.
Keseluruhan kitab Ulangtutur itupun kemudian ditempatkan kedalam skema pembaharuan-Perdjandjian. Tetapi bagian-bagian masing-masing djuga telah disusun menurut skema itu, suatu hal jang menerangkan adanja timbunan bahan jang serupa, terutama dalam uraian-uraian sedjarah dan dalam rumusan-rumusan jang berisikan berkat dan kutuk.
Achirnja perlu ditjatat, bahwa tak mungkin menguraikan segala lapisan redaksi buku ini dengan pasti. Diantara para ahli belum ditjapai persetudjuan dalam hal itu. Pemakaian bentuk tunggal dan djamak setjara tertjampur misalnja, tidak membuktikan dengan pasti adanja sumber-sumber jang berlainan.
Pengarang dan waktu
Dalam 2 Radja 22 dan 2 Kronik (Twr) 34 dikisahkan bahwa dalam tahun pemerintahan jang ke-18 dari radja Josjijahu dari Juda (640-609), jakni pada tahun 621, diketemukan kitab hukum didalam kenisah di Jerusalem. Mendengar isi kitab itu radja dan rakjatnja merasa sangat terharu, sehingga kitab itu mengakibatkan suatu pembaharuan religius.
Pada umumnja diterima, bahwa kitab tersebut adalah kitab hukum Deuteronomium dalam bentuk intinja (paling sedikit fas. 12-26). Adapun jang mendjadi alasannja ialah, bahwa terdapat banjak persamaan antara gagasan-gagasan jang dikemukakan didalam kitab Ulangtutur itu dan pokok-pokok pembaharuan religius jang dilantjarkan oleh josjijahu, lebih-lebih jang menjangkut soal pemurnia dan pemusatan ibadat. Demikianlah kiranja inti dari kitab kita ini dipakai sebagai naskag-hukum liturgis dalam pembaharuan-Perdjandjian jang dilakukan olejh Josjijahu.
Namun demikianlah aliran kerohanian jang menjebabkan kitab hukum ini disusun, sudah muntjul sebelumnja, mungkin sedjak zaman pemerintahan Hizkia (715-687; lihat: 2Radja 18). Djika tidaklah mustahil bahwa kumpulan hukum-hukum dalam bentuk deuteronomistis telah tersusun pada zaman itu, akan tetapi kesempatannja jang baik untuk menjiarkan isi kitab tersebut baru terdjadi pada zaman pemerintahan josjijahu.
Adapun penulis-penulisnja kiranja berasal dari lingkungan kaum Levita didaerah utara, sedangkan penjusunan karangan terdjadi didaerah selatan. Djelaslah pula bahwa (para) penjusun mendapat pengaruh dari para nabi, dan disamping itu dipengaruhi djuga oleh aliran 'kebidjaksanaan'.
Seperti telah diutarakan diatas, intinga aseli dari kitab hukum ini kemudian masih diolah lagi dan diperbanjak. Para redaktur dari zaman selandjutnja djuga membubuhkan kisah tentang sedjarah israil sesudah musa sampai dengan buku 2 Radja, jang diselesaikan selama waktu pembuangan. Maka kitab Ulangtutur disambungkan padanja sebagai titik-pangkal. Pandangan teologis dari aliran deuteronomistis terhadap sedjarah dapat dikenal kembali didalam kitab-kitab sedjarah itu, chususnja dalam hal ini: kesetiaan terhadap Perdjandjian membawakan berkat,kedurhakaan mendatangkan kutuk, dan umat dapat diselamatkan lagi dengan bertobat dan kembali kepada Jahwe.
Kebanjakan orang berpendapat bahwa redaksi terachir dari kitab Ulangtutur sendiri terdjadji pada achir zaman monarki, namun demikian diperkirakan masih ada beberapa tambahan dari zaman pembuangan.
Maksud kitab
Kitab ini timbul dari aliran pembaharuan rohani, sebagai reaksi terhadap kemerosotan religius pada zaman monarki. Semangat keagamaan jang dahulu dimiliki oleh bangsa ketjil jang berhasil menduduki wilajah jang besar, pada umumnja sudah sangat mundur. Begitu pula kesadaran akan pertolongan Jahwe jang tak ada henti-hentinja telah pudar djuga. Berkat perkembangan politik dan ekonomi pada zaman radja-radja, maka muntjullah kepertjajaan akan kekuatas sendiri. Terutama karena telah berhasil menguasai negeri Kanaan, orang merasa sudah mentjapai segala sesuatu jang telah didjadikan Jahwe kepada mereka. Maka lenjaplah sudah keinsafan, bahwa orang masih berada diperdjalanan,lenjaplah pula pendengaran terhadap tuntutan-tuntutan kepemimpinan Jahwe.
Dari sebab itu timbul bahaja bahwa Jahwe, jang menuntun pada djalan jang menudju kearah keselamatan, bagi massa rakjat mendjadi sematjam dewa-alam,jang wadjib melimpahkan kemakmuran kepada manusia. Maka Iapun dipandangnja sebagai Allah bumi jang mendjamin kesuburan dan kedamaian, apabila pada saat-saat tertentu Ia diberi persembahan korban. Demikianlah maka Allah Israil sedikit banjak dipersembahkan dengan dewa-dewa bangsa Kanaan, sedangkan gambarNjapun dipersempit ataupun dibolak-balikkan samasekali.
Kemerosotan itu lebih-lebih dapat terlihat dalam sinkretisme (pertjampuran) dibidang agama dan kultus. Hal itu terdjadi karena bangsa Israil telah menaklukkan sisa-sisa penduduk bangsa Kanaan. Dengan demikian maka sikap permusuhan jang sengit telah mengundur dan orangpun mulai tjenderung kearah toleransi. Hal jang serupa itu terdjadi pula dalam hubungannja dengan bangsa- bangsa lain jang ada disekitarnja. Antara lain karena alasan-alasan politik, dibuatlah berbagai hubungan dengan mereka itu. Demikianlah perkawinan radja- radja dengan wanita-wanita dari lain negeri kerapkali mempunjai tudjuan politik.
Maka akibatnja ialah bahwa dalam lapangan keagamaan, orang mengambil alih pengertian-pengertian jang salah dan membiarkan dirinja terseret oleh praktek- praktek kultus atau bahkan jang asusila. Ketjuali itu ibadat Israel itu sendiri kerapkali merosot mendjadi formalitas lahir, tanpa adanja penghajatan jang sungguh-sungguh akan Perdjandjian dengan Jahwe. Sementara itu sedjumlah imam dan nabi-nabi mendjadi terlalu bergantung pada radja dan hanja berminat untuk memenuhi apa jang mendjadi kehendak radja.
Sudah tak ajal lagi, bahwa keruntuhan kekuasaan Israel dibagi utara membengkitkan refleksi jang baru terhadap panggilan Israel jang sesungguhnja. Dari sebab itu maka gerakan deuteronomistis itupun dapat berkembang. Gerakan itu mengungkapkan kembali gambaran bangsa Israel kuno sebagai pengembara, jang dalam ketaatanja kepada pimpinan Jahwe menaklukkan negeri dan memisahkan diri dari lingkungannja jang kafir. Karenanja maka bangsa Israel dari zaman jang lebih kemudian harus mengenali kembali dirinja sebagai ,umat Jahwe jang terpilih', jang tetap menpunjai tugas djuga dizamannja sendiri dan untuk hari depan. (Bandingkan: istilah "mengikuti Jahwe" atau "menempuh djalan-djalan jahwe").
Tekanannja terletak pada Jahwe sebagai satu-satunja Allah jang memimpin sedjarah bangsa Israel dan membawa umat itu masuk kenegerinja sendiri. Maka hal itupun ada sangkut-pautnja dengan penolakan terhadap banjak tempat-ibadat jang mudah mendjerumuskan kedalam praktek-praktek tahjul, pun pula dengan pembatasan upatjara-upatjara ibadat disatu-satunja tempat jang sjah, jang akan ditundjukkan sendiri oleh Allah.
Kitab Ulangtutur itupun djuga hendaknja membakar semangat perdjuangan umat, dan mengetjam toleransi jang sudah keterlaluan, apalagi menjeret kedalam sikap atjuh tak atjuh terhadap agama.
Djadi gerakan pembaharuan seperti jang terungkapkan dalam kitab-kitab ini hendak menghidupkan kembali gagasan perdjandjian dan ketaatan terhadap hukum kuno, dalam bentuk jang sesuai dengan tuntutan serta bahaja-bahaja pada zamannja sendiri. Adapun jang diperdjuangkan ialah bukan pengalaman hukum sadja, melainkan kepatuhan sebagai tanda dari ikatan umat jang erat dengan Jahwe. Disini kitapun melihat adanja usaha mengintegrasikan tradisi perdjandjian Dawud (2 Sjem.7) dan institut monarki kedalam faham perdjandjian dan Hukum Musa jang klasik. Seorang radja hanja merupakan alat Allah bagi keselamatan umat, apabila ia taat kepada hukum ilahi (Ul. 17,14-20).
Adapun tjiri-tjiri jang paling utama dari kitab Ulangtutur dapatlah kami ringkaskan sebagai berikut:
a) Pengakuan bahwa Jahwe adalah satu-satunja Allah jang benar dan jang menjelamatkan umatNja. ADapun Israel adalah bangsa jang dipilih mendjadi milikNja jang chas.
b) Oleh sebab itu pengabdian kepadaNja meliputi manusia seluruhnja dan penghajatan perdjandjian setjara batin dengan sepenuh hati dan djiwa. hal itu harus mendorongnja untuk memenubi hukum-Perdjandjian dalam hidup sehari-hari dengan spontan dan tjermat.
c) Pemusatan ibadat disatu tempat, dimana allah jang satu sungguh-sungguh memperkenalkan DiriNja.
d) Larangan untuk bertjampur dengan bangsa-bangsa asing. Untuk itu dikemukakan lagi faham ,perang sutji', ialah jang mengingatkan kepada zaman ketika bangsa Israel sedang dalam perdjalanan untuk menduduki kanaan.
Ketjenderungan kearah sentralisasi ibadat pasti sudah timbul di keradjaan utara sebagai raeksi terhadap pengaruh dari kuil-kuil setempat. Dengan adanja pembatasan tempat-tempat kultus jang resmi maka besarlah djaminan bagi kemurnian agama. Kemudian satu-satu tempat jang sjah adalah kenisah dikota Jerusalem. Kota itulah jang dalam kitab Ulangtutur dimaksudkan apabila dipakainja istilah, tempat jang ada ditundjukkan oleh Jahwe'.
Masih ada satu hal lagi jang menjolok dalam kitab ini, ialah perhatiannja bagi para pembimbing rakjat: para radja, para Levita dan para nabi. Tekanan pada kedudukan dan tugas kaum Levita dan para nabi. Tekanan pada kedudukan dan tugas kaum Levita tidak mengherankan kalau diingat, bahwa buku ini kiranja berasal dari kalangan mereka. Dalam hal radja nampaklah reaksi terhadap penjalahgunaan kekuasaannja. Djurstru untuk menandaskan sifat karismatis para radja, maka penulis melukiskan keadaan israel pada zaman musa, jakni ketika Jahwe sendiri memimpin umatNja dengan perantaraan tokoh-tokoh para nabi seperti Musa dan Josjua. Achirnja orang diperingatkan terhadap nabi-nabi palsu, jang dengan sandjungan-sandjungannja hendak mengambil hati para radja dan penguasa sampai dengan menjesatkan rakjat.
Dari tjiri-tjiri sematjam itu njatalah, bahwa kitab ini mengandung unsur-unsur profetif. Misalnja ada persamaan dengan chotbah-chotbah nabi Hosea dan Jeremia. Ada reaksi jang sama, jakni reaksi terhadap ibadat kosong, jang dipergunakan untul mengisis kekurangan akan penghajatan hukum jang sungguh-sungguh serta untuk menutup kesalahan sikap terhadap Allah dan sesama manusia.Deuteronomium pun hendak mempertalikan ibadah dengan kehidupan jang konkrit (lihat ungkapan: shamar (le-asoth) = memelihara hukum, djuga diluar suasana ibadat, supaja terlaksana dalam praktek hidup). Staf profetis laindari kitab ini ialah: usaha humanisasi terhadap hubungan-hubungan manusiawi,misalnja hormat kepada kaum wanita, djanda, anak jatim-piatu, kaum fakir-miskin dan orang-orang asing, dan selandjutnja adanja ketentuan-ketentuan jang mendjamin peradilan jang objektif.
Demikianlah didalam Ulangtutur mendjadi djelas, bahwa hukum Israel tidak hanja merupakan perumusan resmi jang mendjamin kesatuan nasional, jang pada upatjara- upatjara resmi dimaklumkan sebagai lambang belaka. Djustru dipatuhinja ketetapan-ketetapan hukum djuga diluar upatjara ibadat, dalam sikap hidup dan tngkah laku seseorang, itulah jang menentukan haluan sedjarah Israel. Itu pulalah jang mendjadi tema dasar dari buku-buku lainnja jang berasal dari aliran deuteronomistis, seperti Josjua, Hakim-hakim etc.
Dalam bentuknja jang semula kitab Ulangtutur dimaksudkan kiranja sebagai dasar perumusan pembaharuan-Perdjandjian jang resmi, seperti jang terdjadi pada zaman radja Josjijahu. Orang diingatkan kembali akan tradisi-iman jang kuno, tradisi dari sebelum zaman para radja, jakni zaman perserikatan suku-suku.
Radja Josjijahu adalah tokoh religius, jang berusaha mengadakan pemurnian agama rakjat. Mungkin terdjadi pula, bahwa tekanan pada gagasan "perang sutji" seperti jang dikemukakan dalam hukum Ulangtutur itu, kebetulan sesuai djuga dengan tjita-tjita politiknja merebut kembali daerah keradjaan utara, jang didjadikan oleh bangsa Asiria. Dengan memberikan tjorak religius pada ekspedisinja, maka lebih mudahlah baginja untuk mengikut-sertakan seluruh rakjat. namun pada achirnja gagasan perang sutji itu sebagaian besar melulu tinggal teori belaka.
Sebagai perumusan baru bagi pembaharuan-Perdjandjian, hukum Deuteronomium mau mengumpulkan perumusan-perumusan jang lebih tua dalam bentuk jang lengkap dan sesuai. Lebih dahulu Dekalog diulangi oleh redaktur dari fas. 5, karena itulah pokok dari sistem-hukum Israel. Begitudjuga tertjantum didalamnja saduran dari "Kitab Perdjandjian' (Peng. 20,22-23,19),jang berasal dari zaman permulaan tinggal ditanah kanaan dan menurut beberapa ahli merupakan naskah dari perdjandjian di Sichem pada zaman Josjua (Jos.24). lagipula terlihat didalamnja unsur-unsur dari perumusan hukum seperti jang terdapat dalam Peng. 34,10-26.
Meskipun ada berbagai peraturan jang diambil alih olehnja, namun sifatnja jang baru ternjata djelas misalnja dari beberapa perubahan ketjil dalam teks Dekalog, lalu kesatuan tempat ibadat dibandingkan dengan banjaknja tempat-tempat sutji jang dalam Kitab Pengungsi masih dianggap biasa (Peng. 20-24-26;34,23-24). Selanjutnja djelas pula dari pemberitaan, bahwa jahwe tidak menjampaikan kepada rakjat apapun ketjuali kesepuluh sabda (Dekalog) sadja (Ul. 5,22 dan 28,69). Baru pada achir hajatnja Musa mempermaklumkan peraturan-peraturan jang telah diwahjukan kepadanja setjara pribadi, dan jang dituliskan didalam kitab Ulangtutur. Djika dengan demikian maka ,Kitab Perdjandjian' beserta kumpulan- kumpulan-hukum lainnja, jang menurut tradisi diundangkan selama hidup Musa, dilampaui dan diganti oleh hukum Deuteronomium.
Sudah kami katakan bahwa kode Deuteronomium, menurut gambaran penjusun kitab, digeser kezaman Musa untuk menjatakan bahwa isinja berdasarkan inspirasi dinamis Perdjandjian digunung Horeb (Sinai). Tetapi penggeseran itu mau menjarankan pula, bahwa hukum Allah ini telah diketahui oleh orang-orang Israel sebelum mereka masuk ketanah kanaan. Begitu Deuteronomium dapat didjadikan titik-pangkal bagi sedjarah selandjutnja serta kuntji untuk menafsirkan sedjarah itu. Segala peristiwa jang dialami israel mulai dari zaman josjua sampai dengan pembuangan, dengan kemuliaan dan kemerosotannja, dipersangkutkan dengan kitab Ulangtutur dan disoroti olehnja.
Namun kitab seperti jang kita kenal dalambentuknja jang telah diperluas itu sukar dipandang sebagai naskah jang dipergunakan dalam upatjara pembaharuan- Perdjandjian. Kitab itu lebih merupakan kumpulan dari berbagai chotbah pengadjaran hukum (toroth), jang dikumpulkan dan disusun pada zaman ketika chotbah lisan mulai lenjap (bdk. 2 Rdj. 22,13.17;23,22). Meskipun sebagian besar daripadanja berdasarkan tradisi-kultus, namun ini lebih banjak merupakan kitab batjaan, jang memberi tempat labih luas kepada kenangan-kenangan akan perbuatan- perbuatan Allah jang bersedjarah serta menguraikan hal-hal jang dialami oleh umat, dalam rangka sedjarah jang kontinu.
Demikian bagian hukum itupun ditempatkan dalam rangka sedjarah, meskipun struktur-ibadat disini nampak paling menondjol. Dari sebab itu kitab hukum ini kemudian dapat dirangkaikan dengan naskah-naskah jang telah ada mengenai sedjarah jang paling awal dari bangsa israel, mendjadi kelandjutan dari karja- karja jahwistis dan Elohistis (lihat: Taurat musa I, kata pendahuluan). Begitu maka kitab ini pada abad VI atau V, dibubuhkan sebagai kitab jang terachir pada kelima buku Musa (Pentateuch).
BIS: Ulangan (Pendahuluan Kitab) ULANGAN
PENGANTAR
Buku Ulangan terdiri dari serangkaian pidato-pidato yang diucapkan Musa di
depan bangsa Israel waktu mereka berada di negeri Moab.
ULANGAN
PENGANTAR
Buku Ulangan terdiri dari serangkaian pidato-pidato yang diucapkan Musa di depan bangsa Israel waktu mereka berada di negeri Moab. Mereka berhenti di situ sesudah mengakhiri perjalanan panjang lewat padang gurun dan sebelum masuk ke Kanaan untuk menduduki negeri itu.
Beberapa pokok yang penting dari buku ini ialah:
- 1. Musa mengingatkan bangsa Israel akan peristiwa-peristiwa besar selama 40 tahun yang terakhir. Ia mohon kepada bangsa Israel supaya mereka ingat bagaimana Allah memimpin mereka melalui padang gurun dan karena itu mereka harus taat dan setia kepada Allah.
- 2. Musa mengulangi Sepuluh Perintah Allah, dan ia menekankan arti Perintah yang Pertama. Ia minta dengan sangat supaya orang Israel beribadat kepada TUHAN saja. Lalu ia mengulangi beberapa hukum dan perintah yang mengatur kehidupan bangsa Israel di tanah yang sudah dijanjikan.
- 3. Musa mengingatkan bangsa Israel akan arti ikatan perjanjian Allah dengan mereka. Ia mendorong bangsa itu supaya membaharui kesediaan mereka untuk memenuhi kewajiban-kewajiban mereka.
- 4. Yosua ditunjuk sebagai pengganti Musa untuk memimpin umat Allah. Sesudah menyanyikan sebuah lagu pujian bagi kesetiaan TUHAN, dan mengucapkan berkat atas suku-suku Israel, Musa meninggal di Moab, di sebelah timur Sungai Yordan.
Tema pokok buku ini ialah bahwa Allah sudah menyelamatkan dan memberkati umat pilihan-Nya, bangsa yang dikasihi-Nya. Jadi bangsa Israel tak boleh lupa akan hal itu. Mereka harus mentaati Allah, supaya mereka tetap hidup dan terus diberkati.
Ayat-ayat yang paling penting dalam buku ini ialah Ul 6:4-6. Ayat- ayat ini memuat kata-kata yang oleh Yesus disebut hukum yang terbesar, "Cintailah TUHAN Allahmu dengan sepenuh hatimu: Tunjukkan itu dalam cara hidupmu dan dalam perbuatanmu."
Isi
- Pidato yang pertama
Ul 1:1-4:49 - Pidato yang kedua
Ul 5:1-26:19 - a. Sepuluh Perintah Allah
Ul 5:1-10:22 - b. Hukum-hukum, peraturan-peraturan, dan nasihat-nasihat
Ul 11:1-26:19 - Petunjuk-petunjuk untuk memasuki negeri Kanaan
Ul 27:1-28:68 - Perjanjian dibaharui
Ul 29:1-30:20 - Kata-kata terakhir
Ul 31:1-33:29 - Kematian Musa
Ul 34:1-12
Ajaran: Ulangan (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan melihat pengalaman umat Allah di Padang Gurun, yang diceritakan
dalam Kitab Ulangan, setiap anggota jemaat mengerti kebesaran k
Tujuan
Supaya dengan melihat pengalaman umat Allah di Padang Gurun, yang diceritakan dalam Kitab Ulangan, setiap anggota jemaat mengerti kebesaran kasih setia Allah dalam memelihara dan mengampuni umat-Nya.
Pendahuluan
Penulis : Musa.
Isi Kitab: Kitab Ulangan terdiri dari 34 pasal dan berisi khotbah Musa kepada umat Allah.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ulangan
Pasal 1-4 (Ul 1:1-4:49).
Khotbah kesatu Musa, tentang sejarah perjanjian Allah dengan umat-Nya Dalam khotbah yang pertama, Musa mengingatkan bangsa Israel akan segala pemeliharaan Tuhan, mulai mereka berangkat dari gunung Horeb. Di bagian ini Musa mengingatkan pula, bahwa bangsa Israel sejak keluar dari tanah Mesir selalu bersungut-sungut dan memberontak. Oleh karena itu Musa memberikan suatu perintah yang besar mengenai kehidupan yang berkenan kepada Allah, yaitu taat kepada Taurat dan mengasihi Allah dengan sepenuh hati.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ul 1:3; 4:1-6,39-40. Siapakah yang berkhotbah (berbicara) di bagian ini? Dan apakah ringkasan isi khotbahnya?
Pasal 5-28 (Ul 5:1-28:68).
Khotbah kedua Musa, tentang syarat-syarat kehidupan umat Allah.
Dalam khotbah kedua ini, Musa mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka adalah bangsa pilihan Allah. Oleh karena itu mereka harus hidup memuliakan Allah, dengan hidup menurut hukum Tuhan. Intisari dari hukum itu adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati supaya diberkati.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ul 5:1-22. Apa yang diajarkan Musa?
- Bacalah pasal Ul 10:12-17. Apakah tanggapan yang diharapkan dari umat Alla terhadap Firman Allah?
- Bacalah pasal Ul 28:1-6,8-10. Apakah janji Tuhan atas umat-Nya yang setia?
- Bacalah pasal Ul 28:15-19. Apakah tindakan Tuhan atas umat-Nya yang tidak setia? Apakah sebab lain yang membuat umat Tuhan menderita? (Ul 28:47-48).
Pasal 29-34 (Ul 29:1-34:12).
Khotbah ketiga Musa, yaitu tentang persiapan terakhir dan perpisahan.
Khotbah yang ketiga dari Musa berisi ajakan kepada bangsa Israel untuk memperhatikan semua hukum Tuhan, agar dapat memiliki hidup yang penuh berkat. Pada bagian yang terakhir sebagai persiapan, juga Musa mengangkat Yosua sebagai pengganti (pasal Ul 31:7) dan para imam untuk mengajar. Sebelum Musa meninggal dunia dia sempat memuji Tuhan dengan menyanyi (pasal Ul 32:1-43) serta membagi berkat kepada tiap-tiap suku Israel. Kemudian Musa naik ke atas bukit Nebo untuk melihat tanah Kanaan yang dijanjikan itu, karena dia sendiri tidak diperkenankan masuk ke Kanaan. Akhirnya Musa meninggal dunia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ul 29:10-13. Apakah isi ajakan Musa?
- Bacalah pasal Ul 30:1-3. Apakah jalan keluarnya agar tidak dikutuk?
- Bacalah pasal Ul 31:7-8,23. Siapakah yang menggantikan Musa, untuk memimpin bangs Israel masuk ke dalam tanah perjanjian?
- Bacalah pasal Ul 34:1-5. Apakah teladan yang dapat saudara ambil dari seluru kehidupan Musa?
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Ulangan menceritakan riwayat bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah, yang hanya dapat hidup melalui kuat kuasa Allah.
Hidup dengan mengasihi Allah dengan segenap hati, kekuatan dan akal budi merupakan jalan satu-satunya untuk mengalami kuasa dan kasih Allah.
Hidup yang mengasihi Allah dengan segenap hati, kekuatan dan akal budi berarti hidup dengan menjauhkan diri dari penyembahan berhala dan keinginan diri sendiri.
Kitab Ulangan mengajarkan kasih setia Allah dalam kehidupan umat-Nya, baik pengampunan-Nya maupun keadilan-Nya untuk kehidupan di masa yang akan datang.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ulangan?
- Apakah isi Kitab Ulangan?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari Kita Ulangan?
Intisari: Ulangan (Pendahuluan Kitab) Suatu tantangan bagi umat Allah
NAMANama Ibrani untuk Kitab Ulangan dirangkum dalam baris pembukaan yang berbunyi "inilah perkataan-perkataan itu". N
Suatu tantangan bagi umat Allah
NAMA
Nama Ibrani untuk Kitab Ulangan dirangkum dalam baris pembukaan yang berbunyi "inilah perkataan-perkataan itu". Nama Ulangan diambil dari kata Yunani yang berarti "hukum kedua" yang merupakan terjemahan yang sedikit kurang tepat dari "salinan dari hukum ini" (Ula 17:18).
STRUKTUR KITAB ULANGAN
Dalam Ulangan kita membaca pengulangan dan penekanan kembali dari perjanjian yang dibuat antara Allah dan bangsa Israel di Sinai. Bentuk perjanjian dibuat sesuai dengan pola umum naskah perjanjian di daerah Asia Timur Dekat kuno yang terdiri dari latar belakang historis, daftar kewajiban, uraian mengenai berkat dan kutuk, serta pengaturan untuk menyimpan dan membaca dokumen perjanjian. Dalam Ulangan pola ini ditampilkan dalam bentuk tiga pidato Musa di depan bangsa Israel sebelum ia wafat untuk mengingatkan mereka apa artinya menjadi umat Allah.
PENULIS DAN WAKTU PENULISAN
Tidak ada alasan untuk meragukan bahwa sebagian besar bahan didapat langsung dari Musa sendiri. Pendapat bahwa seluruh kitab ini dibuat selama masa reformasi Hizkia atau Yosia, atau bahkan setelah masa pengasingan tidak dapat didukung, karena tidak ada isi kitab yang berhubungan dengan tradisi Raja Daud atau Bait Allah; kedua fakta ini amat penting di kemudian hari. Pada kenyataannya pola hidup yang digambarkan cocok dengan latar belakang kehidupan bangsa Israel sebelum adanya kerajaan. Namun demikian, rupanya telah terjadi beberapa penyuntingan dan penyusunan kembali sehingga sangat sukar untuk menentukan kapan akhirnya kitab itu diterbitkan. Contoh-contoh perjanjian dan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Keluaran seringkali dikemukakan secara berbeda di dalam Ulangan. Mungkin hal ini dilakukan untuk memenuhi situasi yang berbeda, tetapi andaikata uraian itu disesuaikan untuk kebutuhan zaman yang kemudian, itu tidak berarti bahwa tidak seluruh isi kitab didasarkan pada bahan-bahan dari Musa.
MENGAPA ULANGAN DITULIS?
Tujuan utama dari pidato-pidato Musa ialah untuk meyakinkan bangsa Israel sebagai umat Allah sebelum ia menyerahkan tampuk pimpinan kepada Yosua dan bangsa itu berjuang melawan orang Kanaan. Secara keseluruhan Ulangan mengajarkan isi dan arti agama Israel, menantang mereka untuk melaksanakan peraturan-peraturannya dan mendorong bangsa itu untuk menyerahkan diri sekali lagi pada pelayanan kepada Allah. Kitab itu menggambarkan "kehidupan berbahagia" dalam persekutuan dengan Allah sambil menikmati segala berkat-Nya, dan membandingkannya dengan akibat yang akan terjadi jika mereka melalaikan perjanjian. Kitab itu hampir dapat digambarkan sebagai suatu kitab "undang-undang" bagi bangsa Israel dan bukan hanya sebagai buku pegangan bagi para pemimpin mereka.
Pesan
1. Allah perjanjianAllah merupakan pusat pesan Ulangan. Oleh karena Dia adalah Dia, maka perjanjian itu ada.
o Dialah satu-satunya Allah. Ula 4:35; 6:4
o Dia adil dan benar. Ula 16:18; 32:4
o Dialah penguasa yang berdaulat. Ula 10:17
o Dia pencemburu dan tidak ingin disaingi. Ula 5:9; 6:15
o Dia lemah lembut dan murah hati. Ula 6:24; 28:1-14
o Dia adalah Bapa orang Israel. Ula 1:31; 32:6
2. Kewajiban-kewajiban dalam perjanjian
Jika Israel ingin mengadakan hubungan dengan Allah, maka mereka harus mengakui kedaulatan-Nya dan menjadi bangsa yang kudus, sehingga layak bagi Allah yang kudus. Ini berarti melaksanakan tuntutan Allah.
o Ketaatan mutlak dalam segala bidang. Ula 8:1, 11; 11:1
o Kasih yang bulat dan teguh. Ula 6:5
o Percaya penuh hanya kepada Allah. Ula 6:13; 13:1-18
o Selalu ingat kepada Allah -- siapa Dia, apa yang telah dilakukan-Nya, dan apa yang diharapkan dari umat-Nya. Ula 11:18-20
o Pendidikan bagi anak-anak. Ula 4:9; 11:19
3. Berkat bagi yang taat kepada perjanjian
o Kemakmuran bangsa termasuk kemenangan atas musuh-musuh. Ula 7:22; 28:1, 7, 13
o Kemakmuran negeri -- termasuk kesuburan tanaman dan ternak serta keadaan cuaca yang baik. Ula 28:3, 5, 11, 12
o Kemakmuran bagi keluarga -- mereka akan mempunyai banyak anak-anak sehat. Ula 28:4, 11; 7:14
o Kemakmuran bagi tiap orang -- termasuk kesehatan yang baik dan panjang umur. Ula 5:16; 7:15
4. Akibat-akibat dari ketidaktaatan pada perjanjian
o Malapetaka bagi bangsa. Mereka akan menderita banyak kekalahan dan pada akhirnya dimusnahkan. Ula 28:20, 25; 4:26
o Malapetaka bagi negeri. Akan terjadi kekeringan yang dahsyat dan tanaman serta binatang akan binasa. Ula 28:22-24; 28:38-40
o Malapetaka bagi rakyat. Akan terjadi epidemi yang menakutkan, keluarga akan terpecah-belah dan tidak ada keamanan. Ula 28:21, 22, 28, 32, 42
Hubungan dengan Allah tidak boleh dilaksanakan dengan sewenang-wenang. Daftar berkat dan kutuk menekankan kesungguhan dari perjanjian dengan Allah. Ulangan menegaskan bahwa Allah sungguh-sungguh mempunyai kuasa untuk mendatangkan semua berkat dan kutuk itu.
Penerapan
Ulangan mengajar kita tentang:
1. Hubungan kita dengan Allaho Hubungan itu harus pribadi. Menjadi rakyat suatu bangsa atau keluarga yang mengikut Allah tidaklah cukup. Setiap pribadi harus mempunyai pengalaman langsung dan mutakhir dengan Allah.
o Hubungan itu harus hidup. Perjanjian itu lebih dari sekadar perjanjian kontrak. Allah menginginkan persekutuan dengan umat-Nya dan kasih dari mereka, dengan ketaatan yang terbit dari kasih itu.
o Hubungan itu harus menyeluruh. Allah menginginkan kita mengikuti Dia, tidak hanya satu hari dalam seminggu atau dalam situasi-situasi tertentu, tetapi setiap saat -- Dia menaruh perhatian pada apa yang kita kerjakan dalam setiap segi kehidupan kita.
2. Ibadah kita kepada Allah
o Ibadah kita harus murni dan tidak dinodai atau dirusak dengan memasukkan pengajaran dan adat istiadat orang-orang di sekeliling kita.
o Ibadah kita harus sesuai dengan pola yang sudah digariskan oleh Allah.
o Ibadah kita harus diresapi dan tidak semata-mata hanya terikat pada suatu bentuk peribadatan tertentu. Ibadah itu harus menyenangkan.
Tema-tema Kunci
1. Kekuasaan Allah
Allah tidak hanya dipandang sebagai Tuhan perjanjian yang berdaulat atas seluruh bangsa Israel, tetapi juga sebagai Allah umat manusia, berkuasa atas seluruh dunia, yang berkuasa atas bangsa-bangsa dan alam semesta. Dia mempunyai kuasa untuk melaksanakan janji-janji-Nya. Buatlah sebuah daftar mengenai cara-cara Allah menunjukkan kuasa-Nya dalam pasal Ula 4 dan Ula 30.
2. Kesetiaan Allah
Salah satu hal yang memungkinkan bangsa Israel melihat perjanjian itu sebagai dasar dari kehidupan bangsa mereka adalah pengetahuan bahwa Allah dapat diandalkan sepenuhnya. Baca pasal Ula 32 dan catat semua cara yang berbeda dalam menggambarkan Allah.
3. Kasih
Dasar utama dari perjanjian adalah kasih. Kasih Allahlah yang memulai perjanjian itu dan memungkinkan kelanjutannya. Tuntutan pertama terhadap manusia ialah bahwa ia harus mengasihi Allah. Tanpa kasih, hubungan dengan Allah tidak mungkin terwujud. Bacalah Ula 4:37; 5:10; 6:5; 7:9, 13; 10:12-19; 11:1, 13, 22; 13:3; 19:9; 23:5; 30:16, 20.
4. Penyerahan
Yang Allah inginkan dari umat-Nya ialah penyerahan total, kesetiaan yang utuh, dan pengabdian dengan sepenuh hati. Semua ini berarti mengikuti kehendak Allah dalam setiap segi kehidupan seperti diatur dalam perintah-perintah di dalam perjanjian. Bacalah Ula 5:1-21; 6:4-9; 10:12-22. Semua ayat ini dapat dianggap sebagai ringkasan dari keseluruhan hukum Allah.
Garis Besar Intisari: Ulangan (Pendahuluan Kitab) [1] PIDATO MUSA YANG PERTAMA Ula 1:1-4:43
Sejarah mengenai seberapa jauh karya Allah bagi bangsa Israel
Ula 1:1-5Pendahuluan -- Musa mulai berpida
[1] PIDATO MUSA YANG PERTAMA Ula 1:1-4:43
Sejarah mengenai seberapa jauh karya Allah bagi bangsa Israel
Ula 1:1-5 | Pendahuluan -- Musa mulai berpidato |
Ula 1:6-8 | Firman Allah di Horeb |
Ula 1:9-18 | Hakim-hakim yang diangkat untuk membantu Musa |
Ula 1:19-25 | Penyelidikan pertama ke Kanaan |
Ula 1:26-46 | Bangsa itu tidak taat kepada Allah |
Ula 2:1-18 | Pengembaraan di padang gurun -- 38 tahun |
Ula 2:19-3:17 | Perebutan daerah sebelah timur Sungai Yordan |
Ula 3:18-29 | Musa harus menyerahkan kepemimpinan kepada Yosua |
Ula 4:1-40 | Jalan Allah sudah dipersiapkan -- ikutilah! |
Ula 4:41-43 | Penunjukan kota-kota suaka |
[2] PIDATO MUSA YANG KEDUA Ula 4:44-11:32
Perjanjian dengan Allah
Ula 4:44-49 | Pendahuluan |
Ula 5:1-22 | Sepuluh Perintah |
Ula 5:23-33 | Respons bangsa Israel |
Ula 6:1-25 | Kasihi, percayai dan taati Allah |
Ula 7:1, 2 | Rebutlah negeri itu... |
Ula 7:3-26 | Tetapi, bukan adat-istiadat dan dewa-dewanya |
Ula 8:1-10 | Ketaatan akan membawa berkat |
Ula 8:11-20 | Ketidaktaatan akan membawa malapetaka |
Ula 9:1-6 | Mereka tidak layak memasuki negeri itu |
Ula 9:7-29 | Bangsa Israel umat berdosa |
Ula 10:1-22 | Perjanjian diperbarui |
Ula 11:1-32 | Berkat atau kutuk? |
[3] PIDATO MUSA YANG KEDUA Ula 12:1-26:19
Peraturan-peraturan terperinci
Ula 12:1-32 | Petunjuk-petunjuk untuk peribadatan |
Ula 13:1-18 | Nabi dan guru-guru palsu harus binasa |
Ula 14:1-29 | Peraturan mengenai makanan dan persepuluhan |
Ula 15:1-18 | Tahun pembebasan para budak |
Ula 15:19-23 | Anak sulung ternak adalah milik Allah |
Ula 16:1-22 | Hari-hari raya tahunan |
Ula 17:1-20 | Peraturan bagi para hakim dan raja-raja |
Ula 18:1-8 | Hak orang Lewi |
Ula 18:9-22 | Peraturan mengenai nubuatan |
Ula 19:1-21 | Apa yang harus dilakukan terhadap pembunuh? |
Ula 20:1-20 | Peraturan tentang perang |
Ula 21:1-25:19 | Peraturan tentang kehidupan |
Ula 26:1-19 | Persembahan kepada Allah |
[4] PESAN DARI PARA PEMIMPIN Ula 27:1-28:68
Ula 27:1-3 | Ingatlah pada perjanjian |
Ula 27:4-10 | Dirikanlah mezbah di Gunung Ebal |
Ula 27:11-26 | Kutuk bagi mereka yang tidak taat |
Ula 28:1-14 | Berkat bagi mereka yang taat |
Ula 28:15-68 | Akibat-akibat karena berpaling dari Allah |
[5] PIDATO MUSA YANG KETIGA Ula 29:1-30:20
Ula 29:1-17 | Engkau telah melihat apa yang telah diperbuat Allah |
Ula 29:18-29 | Engkau akan melihat apa yang akan diperbuat Allah |
Ula 30:1-10 | Pertobatan membawa pemulihan |
Ula 30:11-14 | Perintah-perintah Allah tidak terlalu sukar |
Ula 30:15-20 | Allah layak dipatuhi! |
[6] HARI-HARI TERAKHIR MUSA Ula 31:1-34:12
Ula 31:1-8 | Yosua akan menjadi pemimpin baru |
Ula 31:9-29 | Persiapan pengambilalihan |
Ula 31:30-32:52 | Nyanyian perpisahan Musa |
Ula 33:1-29 | Berkat terakhir |
Ula 34:1-12 | Musa meninggal dunia |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi