Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Rm 5:1
Full Life: Rm 5:1 - SEBAB ITU, KITA YANG DIBENARKAN KARENA IMAN.
Nas : Rom 5:1
Pembenaran karena iman mengakibatkan beberapa hasil bagi orang
percaya: damai dengan Allah
(lihat art. DAMAI SEJAHTERA ALLA...
Nas : Rom 5:1
Pembenaran karena iman mengakibatkan beberapa hasil bagi orang percaya: damai dengan Allah
(lihat art. DAMAI SEJAHTERA ALLAH),
kasih karunia, pengharapan, keyakinan, penderitaan, kasih Allah, Roh Kudus, selamat dari murka Allah, pendamaian dengan Allah, keselamatan oleh hidup dan kehadiran Yesus, dan sukacita di dalam Allah (ayat Rom 5:1-11).
BIS -> Rm 5:1
kita hidup: beberapa naskah kuno: marilah kita hidup.
Jerusalem -> Rm 5:1--11:36; Rm 5:1
Jerusalem: Rm 5:1--11:36 - -- Pokok yang diuraikan dalam bagian kedua Roma dapat disebutkan sebagai: pembenaran sebagai jaminan keselamatan orang Kristen yang sudah dibenarkan, bdk...
Pokok yang diuraikan dalam bagian kedua Roma dapat disebutkan sebagai: pembenaran sebagai jaminan keselamatan orang Kristen yang sudah dibenarkan, bdk Rom 1-4, mendapat dalam kasih Allah dan karunia Roh Kudus suatu jaminan keselamatan. Pokok ini diuraikan dalam Rom 5:1-11 dan diuraikan kembali dalam bab 8, sedangkan dalam Rom 5:12-7:25 diperlawankan dengan kebalikannya (dosa, maut, hukum Taurat).
Var: hendaklah kita hidup...
Ref. Silang FULL -> Rm 5:1
Ref. Silang FULL: Rm 5:1 - yang dibenarkan // karena iman // damai sejahtera // Yesus Kristus · yang dibenarkan: Rom 4:25; Rom 4:25
· karena iman: Rom 3:28; Rom 3:28
· damai sejahtera: Luk 2:14; Luk 2:14
· Yesus Kris...
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Rm 5:1 - -- 5:1 Oleh karena kita sudah dibenarkan karena iman, maka kita memiliki250 damai terhadap Allah melalui Tuhan kita Yesus Kristus
Dengan sebuah pernyata...
5:1 Oleh karena kita sudah dibenarkan karena iman, maka kita memiliki250 damai terhadap Allah melalui Tuhan kita Yesus Kristus
Dengan sebuah pernyataan yang singkat, yaitu kita sudah dibenarkan karena iman, Paulus meringkaskan251 apa yang sudah dibuktikan dan dijelaskan dalam Roma 1:18-4:25. Juga, dia mulai menjelaskan akibat atau hasil pembenaran bagi kita. Yang pertama adalah bahwa kita memiliki damai terhadap Allah. Menurut Roma 1:18, "murka Allah sedang dinyatakan dari sorga atas segala kefasikan... manusia," tetapi kita memiliki damai terhadap Allah.
Diskusi Cranfield252 mengenai hubungan antara pembenaran (kita sudah dibenarkan) dan pendamaian (kita memiliki damai terhadap Allah) layak disebut di sini. Cranfield berkata bahwa Allah, karena Dia Allah, selalu memberikan damai kepada orang yang Dia benarkan. Dengan kata lain, hubungan damai dengan Allah selalu menyertai pembenaran dari Allah, karena Dia adalah yang Maha Kasih. Mungkin seorang hakim memberikan vonis "benar" kepada seorang terdakwa, tetapi hakim tersebut tidak terbeban untuk menjadi teman, atau mengembangkan hubungan pribadi dengan orang yang "dibenarkan." Tidak demikian dengan Allah. Dia selalu berdamai dengan orang yang dibenarkan. Pembenaran dan pendamaian tidak dapat dipisahkan dalam pengalaman, tetapi dua istilah ini menceritakan dua aspek dari karya Allah.
...melalui Tuhan kita Yesus Kristus...
Kepentingan karya Tuhan Yesus dalam kehidupan orang yang dibenarkan selalu ditekankan dalam Firman Allah.
Seperti dicatat di atas, pengulangan anak kalimat ini dalam pasal 5-8 menyatukan dan juga menyatakan pembagian dari bagian ini.
a. Kita memiliki damai terhadap Allah 5:1-4
Hagelberg: Rm 5:1 - -- 5:1 Oleh karena kita sudah dibenarkan karena iman, maka kita memiliki250 damai terhadap Allah melalui Tuhan kita Yesus Kristus
Dengan sebuah pernyata...
5:1 Oleh karena kita sudah dibenarkan karena iman, maka kita memiliki250 damai terhadap Allah melalui Tuhan kita Yesus Kristus
Dengan sebuah pernyataan yang singkat, yaitu kita sudah dibenarkan karena iman, Paulus meringkaskan251 apa yang sudah dibuktikan dan dijelaskan dalam Roma 1:18-4:25. Juga, dia mulai menjelaskan akibat atau hasil pembenaran bagi kita. Yang pertama adalah bahwa kita memiliki damai terhadap Allah. Menurut Roma 1:18, "murka Allah sedang dinyatakan dari sorga atas segala kefasikan... manusia," tetapi kita memiliki damai terhadap Allah.
Diskusi Cranfield252 mengenai hubungan antara pembenaran (kita sudah dibenarkan) dan pendamaian (kita memiliki damai terhadap Allah) layak disebut di sini. Cranfield berkata bahwa Allah, karena Dia Allah, selalu memberikan damai kepada orang yang Dia benarkan. Dengan kata lain, hubungan damai dengan Allah selalu menyertai pembenaran dari Allah, karena Dia adalah yang Maha Kasih. Mungkin seorang hakim memberikan vonis "benar" kepada seorang terdakwa, tetapi hakim tersebut tidak terbeban untuk menjadi teman, atau mengembangkan hubungan pribadi dengan orang yang "dibenarkan." Tidak demikian dengan Allah. Dia selalu berdamai dengan orang yang dibenarkan. Pembenaran dan pendamaian tidak dapat dipisahkan dalam pengalaman, tetapi dua istilah ini menceritakan dua aspek dari karya Allah.
...melalui Tuhan kita Yesus Kristus...
Kepentingan karya Tuhan Yesus dalam kehidupan orang yang dibenarkan selalu ditekankan dalam Firman Allah.
Seperti dicatat di atas, pengulangan anak kalimat ini dalam pasal 5-8 menyatukan dan juga menyatakan pembagian dari bagian ini.
Hagelberg: Rm 5:1-11 - -- 1. Dia akan Hidup Bebas dari Murka 5:1-5:11
Dalam kasih karunia kita bermegah dalam Allah, kita diubahkan, dan kita diluputkan dari murkan Allah.
1. Dia akan Hidup Bebas dari Murka 5:1-5:11
Dalam kasih karunia kita bermegah dalam Allah, kita diubahkan, dan kita diluputkan dari murkan Allah.
Hagelberg: Rm 5:1--8:39 - -- B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
Dari 3:21 sampai 4:25 Paulus bersikap tegas untuk membuktikan bahwa pembenaran hanya dapat dipe...
B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
Dari 3:21 sampai 4:25 Paulus bersikap tegas untuk membuktikan bahwa pembenaran hanya dapat diperoleh melalaui iman, tetapi dalam bagian ini dia bersemangat untuk menjelaskan hasil dari pembenaran karena iman.
Hasil pembenaran tersebut dapat dibagi empat, menurut Nygren.248 Dalam pasal 5 dijelaskan bahwa orang yang dibenarkan hidup bebas dari murka, dalam pasal 6 dia hidup bebas dari kuasa dosa, dalam pasal 7 bebas dari kuasa hukum Taurat, dan dalam pasal 8 bebas dari kuasa maut.
Kesatuan pasal 5-8 didukung dengan pengulangan satu anak kalimat dalam 5:1 dan ayat terakhir dalam pasal 5, pasal 6, pasal 7, dan pasal 8. Anak kalimat yang diulangi adalah "melalui (atau dalam) Tuhan kita Yesus Kristus." Urutan kata dalam anak kalimat ini tidak kaku, tidak persis sama, tetapi pengulangan kata-kata khidmat ini mengikat keempat pasal menjadi satu bagian, dan juga menyatakan bahwa setiap keempat pasal memiliki kesatuan sendiri.249
Pada tempat ini Paulus beralih dari hal pembenaran pada hal pendewasaan orang percaya. Tuhan Allah telah memperoleh pembenaran bagi kita, dengan satu persyaratan saja, yaitu iman. Lalu berdasarkan kebenaran itu kehidupan kita harus berubah. Kita harus, misalnya, "bermegah dalam harapan pada kemuliaan Allah." Tetapi sebaiknya maksud dari istilah "harus" ini dijelaskan lebih lanjut, karena ada penafsir yang berkata, "Ya, harus, dan kalau tidak, maka pembenaran orang hilang!" Ada juga teolog yang berkata, "Pembenaran itu tidak hilang, tetapi kalau kehidupan orang tidak berubah, maka kita tahu bahwa sebenarnya dia tidak pernah percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat." Tetapi itu bukan yang diuraikan oleh Rasul Paulus. Memang di balik istilah "harus" ada sanksi. "Kamu harus melakukan ini dan itu, atau aku akan...." Pasti ada sanksi terhadap ketidaktaatan, tetapi Paulus tidak memakai hukuman kekal sebagai sanksi kepada orang percaya.
Sebenarnya Paulus tidak suka memakai istilah "harus". Kalau kita mengamati pasal-pasal ini kita melihat bahwa dia hanya berkata "kita bermegah dalam harapan pada kemuliaan Allah." Inilah pola Rasul Paulus dalam Surat Roma. Dia mengemukakan apa yang wajar bagi kita dengan berkata, "Ya, inilah yang kita lakukan." Kalimat Paulus dibentuk seolah-olah kita semua melakukan apa yang wajar bagi orang percaya, walaupun dia mengerti bahwa kita sering berdosa, dan tidak melakukan apa yang pantas bagi orang percaya. Paulus tidak mau mengemukakan apa yang sudah terlalu nyata, yaitu bahwa memang orang yang sudah dibenarkan dapat berdosa. Mungkin dia tidak mau mengemukakan hal ini karena tidak ada gunanya. Kita sudah tahu bahwa kita dapat berdosa, dan kalau disebut dalam surat ini, maka orang akan berkata, "Ya, lihat, boleh saja kita berdosa! Paulus memperbolehkan dosa!"
Roma 5-8 menjelaskan bagaimana "melalui Tuhan kita Yesus Kristus" kita dapat hidup bebas dari kuasa-kuasa aiwn/aion lama, sehingga kita bertumbuh secara rohani dan mengenal Yesus Kristus.
Hagelberg: Rm 1:18--15:13 - -- II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menen...
II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menentukan bentuk dan isi bagian utama dari suratnya." Perkataan ini tepat. Paulus tidak menyusun bagian ini (1:18-15:13) untuk menangani suatu situasi tertentu di kota Roma, tetapi bagian ini terbentuk sesuai dengan suatu "akal intern" dari Injil Kristus sendiri. Bukan tidak ada pengaruh sama sekali dari situasi di Roma. Mungkin rencana Paulus untuk mengadakan perjalanan ke Spanyol mempengaruhi beberapa perincian dalam surat ini, tetapi secara keseluruhan, bentuk dan isi bagian ini, 1:18-15:13, ditentukan dari logisnya Injil Kristus saja.
Dalam bagian utama ini isi dan akibat kebenaran dari Allah bagi manusia diuraikan.66
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rm 5:1-5
Matthew Henry: Rm 5:1-5 - Pembenaran dan Pengaruhnya
Setelah Rasul Paulus menjelaskan maksudnya dengan baik dan membuktikan sepenuhnya pembenaran oleh iman, di dalam pasal ini ia melanjutkan penjelas...
- Setelah Rasul Paulus menjelaskan maksudnya dengan baik dan membuktikan sepenuhnya pembenaran oleh iman, di dalam pasal ini ia melanjutkan penjelasan, penggambaran, dan penerapan kebenaran itu.
- I. Ia menunjukkan buah-buah dari pembenaran itu (ay. 1-5).
- II. Ia menunjukkan sumber dan dasar pembenaran itu di dalam kematian Yesus Kristus, yang ia sampaikan secara rinci di dalam bagian selebihnya dari pasal ini.
Pembenaran dan Pengaruhnya (Roma 5:1-5)
- Segala keuntungan dan hak istimewa berharga yang mengalir dari pembenaran, seharusnya mendorong kita bertekun untuk memastikan bahwa kita sendiri sudah dibenarkan, dan kemudian mengambil penghiburan yang diberikan kepada kita, serta melaksanakan kewajiban yang diminta dari kita. Buah-buah dari pohon kehidupan ini amat sangat berharga.
- I. Kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah (ay. 1). Dosalah yang menimbulkan permusuhan antara kita dengan Allah. Dosa tidak saja menciptakan keterasingan, tetapi juga perseteruan. Allah yang kudus dan benar tidak mungkin dapat berdamai dengan seorang berdosa sementara orang itu terus berada di bawah kesalahan dosa. Pembenaran melenyapkan kesalahan itu dan dengan demikian membuat jalan bagi pendamaian. Begitulah kemurahan dan perkenan Allah kepada manusia, bahwa begitu hambatan itu disingkirkan, terjadilah pendamaian. Oleh iman kita berpegang erat pada lengan Allah dan kekuatan-Nya, dan dengan demikian berada di dalam damai (Yes. 27:4-5). Selain penghentian permusuhan, ada lebih banyak hal lagi di dalam pendamaian ini. Di dalamnya ada persahabatan dan kasih sayang, sebab Allah adalah lawan yang paling buruk atau sahabat yang paling baik. Abraham yang dibenarkan oleh iman, disebut sebagai sahabat Allah (Yak. 2:23), yang merupakan kehormatan baginya. Namun kehormatan itu bukanlah kehormatan yang khusus diberikan kepadanya seorang saja: sebab Kristus juga menyebut murid-muridNya sahabat (Yoh. 15:13-15). Pasti orang tidak membutuhkan apa-apa lagi untuk membuatnya berbahagia selain memiliki Allah sebagai sahabatnya! Tetapi pendamaian ini hanya terjadi melalui Tuhan Yesus kita, melalui Dia sebagai juru damai agung, Pengantara antara Allah dan manusia, Sang Pahlawan yang terberkati itu, yang telah membentangkan tangan-Nya di antara Allah dan manusia. Adam, ketika berada di dalam keadaan tidak berdosa, memiliki damai dengan Allah secara langsung, sehingga tidak membutuhkan pengantara semacam itu. Tetapi bagi orang berdosa yang bersalah, merupakan hal yang sangat mengerikan untuk berpikir tentang Allah di luar Kristus, karena Dia-lah damai sejahtera kita (Ef. 2:14). Ia tidak saja menjadi pendamai, tetapi juga merupakan pokok dan pemelihara damai bagi kita (Kol. 1:20).
- II. Kita beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini, dan di dalam kasih karunia ini kita berdiri (ay. 2). Ini adalah hak istimewa kita selanjutnya. Kita tidak saja memperoleh damai sejahtera, tetapi juga mendapat kasih karunia, yaitu kemurahan ini. Amatilah,
- 1. Keadaan bahagia orang-orang kudus. Itu adalah keadaan kasih karunia. Kasih sayang Allah kepada kita dan ketaatan kita kepada Allah. Orang yang memiliki kasih Allah dan rupa Allah, berada dalam keadaan kasih karunia. Nah, ke dalam kasih karunia inilah kita beroleh jalan masuk prosagōgēn, pengantaraan, yang secara tidak langsung menyatakan bahwa kita tidak lahir dalam keadaan ini. Pada dasarnya kita adalah orang-orang yang harus dimurkai dan keinginan daging adalah perseteruan dengan Allah, tetapi kita dibawa ke dalam keadaan itu. Kita tidak dapat masuk sendiri, juga tidak dapat mengatasi semua kesulitan menuju ke sana, namun kita memperoleh tuntunan, bimbingan dari tangan itu. Kita dibimbing masuk ke dalamnya seperti orang buta atau lumpuh, seperti orang-orang lemah yang dibimbing. Kita diperkenalkan sebagai orang-orang bersalah yang diampuni. Diperkenalkan oleh seorang kesayangan istana yang mencium tangan raja, yang memperkenalkan kita sebagai orang-orang asing yang ingin menghadap, sehingga perlu dibimbing. Prosagōgēn eschēkamen – Kami beroleh jalan masuk. Paulus berbicara mengenai orang-orang yang telah dibawa keluar dari keadaan duniawi ke dalam keadaan kasih karunia. Di dalam pertobatannya sendiri, ia beroleh jalan masuk ini, dan saat itulah ia dibuat menjadi dekat. Barnabas memperkenalkannya kepada rasul-rasul (Kis. 9:27), dan masih ada beberapa orang lain lagi yang menuntun dia masuk ke Damsyik (ay. 8), namun Kristus sendirilah yang memperkenalkan dan menuntun dia dengan tangan-Nya ke dalam kasih karunia ini. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk karena iman. Oleh Kristus sebagai Sang Pencipta dan Pelaku utama, oleh iman yang menjadi alat menuju jalan masuk ini. Kristus melakukan hal ini tidak dengan mempertimbangkan jasa dan kelayakan kita, tetapi dengan mempertimbangkan ketergantungan dan kepercayaan kita kepada-Nya dan penyerahan diri kita kepada-Nya.
- 2. Mereka berdiri dengan bahagia dalam keadaan ini: di dalam kasih karunia ini kita berdiri. Di dalam keadaan itu kita tidak saja berada, tetapi juga berdiri, yang merupakan sikap tubuh yang menunjukkan bahwa kita telah dibebaskan dari kesalahan. Kita tahan berdiri dalam penghakiman (Mzm. 1:5). Tidak dibuang seperti penjahat-penjahat yang dihukum, tetapi martabat dan kehormatan kita terjamin, tidak dilemparkan ke tanah sebagai benda. Ungkapan ini juga menunjukkan kemajuan kita lebih jauh lagi, yakni sementara kita berdiri, kita bergerak maju. Kita tidak boleh berbaring, seolah-olah sudah berhasil mencapai tujuan, tetapi harus berdiri seperti orang-orang yang sedang mendesak-desak untuk bergerak maju. Kita harus berdiri seperti hamba-hamba yang mengiringi Kristus, Tuhan kita. Lebih lanjut ungkapan ini menunjukkan ketekunan kita: kita berdiri dengan teguh dan aman, ditunjang oleh kuasa Allah. Berdiri sebagaimana para prajurit, mempertahankan kedudukan mereka, dan tidak jatuh karena tekanan kuasa musuh. Hal itu tidak saja menunjukkan izin masuk, tetapi juga penegasan kita terhadap perkenan Allah. Pengadilan sorgawi tidak sama seperti yang terjadi di dalam pengadilan-pengadilan duniawi kita, di mana tempat-tempat yang tinggi merupakan tempat-tempat yang licin. Sebaliknya, di sana kita berdiri di dalam keyakinan yang penuh kerendahan hati akan hal ini, bahwa Ia yang memulai pekerjaan yang baik, akan meneruskannya sampai pada akhirnya (Flp. 1:6).
- III. Kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Di samping kebahagiaan yang telah kita terima, masih ada satu kebahagiaan lagi di dalam pengharapan, yaitu kemuliaan Allah, kemuliaan yang akan diberikan kepada orang-orang kudus di sorga, kemuliaan yang berupa melihat dan menikmati hadirat Allah.
- 1. Mereka, dan hanya mereka saja, yang sekarang ini memiliki jalan masuk oleh iman ke dalam kasih karunia Allah yang dapat mengharapkan kemuliaan Allah di kehidupan yang akan datang. Tidak ada pengharapan akan kemuliaan yang benar, selain yang ditemukan di dalam kasih karunia. Kasih karunia adalah permulaan kemuliaan, tanda jaminan dan kepastian akan kemuliaan. Ia akan memberikan kasih dan kemuliaan (Mzm. 84:12).
- 2. Orang-orang yang mengharapkan kemuliaan Allah di kehidupan yang akan datang mengalami rasa sukacita di kehidupan yang sekarang ini. Merupakan kewajiban bagi orang-orang yang mengharapkan sorga untuk bersukacita di dalam pengharapan itu.
- IV. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita. Tidak saja karena penderitaan kita (penderitaan-penderitaan ini tidak dapat menghalangi sukacita di dalam pengharapan kita akan kemuliaan Allah), tetapi bahkan di dalam penderitaan-penderitaan kita, sebab penderitaan-penderitaan itu mengerjakan kemuliaan yang jauh lebih besar bagi kita (2Kor. 4:17). Amatilah, betapa semakin besarnya kemuliaan orang-orang kudus ini: Bukan hanya itu saja. Dapat saja orang berpikir bahwa damai sejahtera seperti itu, kasih karunia seperti itu, kemuliaan seperti itu, dan sukacita dalam pengharapan akan kemuliaan seperti itu terlalu muluk untuk diterima oleh makhluk-makhluk malang seperti kita yang tidak layak ini. Namun, bukan hanya itu saja, malah ada lebih banyak hal lagi dari kebahagiaan yang bisa kita dapatkan, yaitu kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, khususnya kesengsaraan karena kebenaran. Memang tampaknya kesengsaraan itu merupakan penghalang utama bagi kebahagiaan orang-orang kudus, namun sesungguhnya kebahagiaan mereka tidak saja terdiri dari kesengsaraan itu, tetapi juga berasal dari situ. Mereka bergembira karena mereka telah dianggap layak untuk menderita (Kis. 5:41). Hal ini menjadi pokok yang paling sulit. Paulus menempatkan dirinya sendiri untuk menunjukkan dasar dan alasan dari kebahagiaan itu. Bagaimana kita dapat bermegah di dalam penderitaan? Mengapa? Karena oleh suatu rantai sebab-akibat, penderitaan itu sangat akrab dengan pengharapan, yang ia tunjukkan dalam cara kesengsaraan itu memberikan pengaruhnya.
- 1. Bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, bukan di dalam dan dari kesengsaraan itu, tetapi dari kasih karunia Allah yang penuh kuasa yang bekerja di dalam dan dengan kesengsaraan itu. Kesengsaraan itu menimbulkan dan meningkatkan ketekunan, seperti halnya karunia bertambah oleh latihan iman. Bukan penyebabnya yang membuat hal demikian terjadi, melainkan karena berserah pada apa yang terjadi itu, seperti baja dibuat menjadi keras oleh api. Lihatlah bagaimana Allah mengeluarkan makanan dari yang makan, dan manisan keluar dari yang kuat. Yang mengerjakan ketekunan itu adalah sukacita. Sebab ketekunan akan memberikan lebih banyak kebaikan dibandingkan dengan kesengsaraan yang hanya dapat menyakiti kita. Kesengsaraan itu sendiri menimbulkan ketidaksabaran atau ketidaktekunan. Tetapi, karena kesengsaraan itu dikuduskan bagi orang-orang kudus, hal itu dapat menimbulkan ketekunan.
- 2. Ketekunan menimbulkan tahan uji (ay. 4). Ketekunan menimbulkan tahan uji dari Allah, seperti nyanyian yang Ia berikan di malam yang gelap. Orang-orang yang memiliki ketekunan di dalam kesengsaraan akan mengalami penghiburan ilahi yang sangat. Penghiburan itu akan semakin melimpah ketika kesengsaraan bertambah. Ketekunan menimbulkan tahan uji. Melalui kesengsaraan itulah kita dapat menguji ketulusan kita sendiri, dan itulah sebabnya kesengsaraan semacam itu disebut juga sebagai ujian. Ketekunan menimbulkan dokimēn, sebuah pujian, karena terbukti lulus dalam ujian itu. Dengan demikian, kesengsaraan Ayub menimbulkan tahan uji, dan tahan uji itu menghasilkan pujian, bahwa ia tetap tekun dalam kesalehannya (Ayb. 2:3)
- 3. Tahan uji menimbulkan pengharapan. Oleh karena itu orang yang diuji akan muncul seperti emas, sehingga mereka akan didorong untuk berharap. Tahan uji ini atau pujian yang diberikan, bukan hanya menjadi dasar tetapi juga menjadi bukti dari pengharapan kita. Tahan uji yang berasal dari Allah menjadi penyangga dari pengharapan kita. Ia yang telah melepaskan akan sanggup dan mau menolong. Tahan uji yang berasal dari diri kita sendiri akan membantu membuktikan kesungguhan hati kita.
- 4. Pengharapan ini tidak mengecewakan. Artinya, pengharapan itu bukanlah pengharapan yang menipu kita. Tidak ada yang lebih mengagetkan daripada kekecewaan. Rasa malu dan kebingungan yang tak henti-hentinya akan ditimbulkan oleh hancurnya pengharapan orang fasik, tetapi harapan orang benar akan menjadi sukacita (Ams. 10:28; lih. Mzm. 22:6; 71:1). Atau, kesengsaraan kita tidak akan mempermalukan kita. Walaupun kita disamakan dengan kotoran dari segala sesuatu, dan diinjak-injak seperti lumpur di jalan, tetapi dengan memiliki pengharapan akan kemuliaan, kita tidak dipermalukan dengan semua penderitaan ini. Kesengsaraan kita adalah untuk perkara yang baik, karena Tuhan yang baik, dan dalam pengharapan yang baik. Itulah sebabnya kita tidak akan menjadi malu. Kita tidak akan pernah menganggap diri kita hina oleh kesengsaraan yang akan berakhir dengan demikian indah. Karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita. Pengharapan ini tidak akan mengecewakan kita, karena penderita an ini dimeteraikan oleh Roh Kudus sebagai Roh kasih. Merupakan pekerjaan mulia yang dikerjakan oleh Roh Kudus untuk mencurahkan kasih Allah di dalam hati semua orang kudus. Kasih Allah, yakni pengalaman adanya kasih Allah kepada kita, menarik keluar kasih kita kembali kepada-Nya lagi. Atau, ada pengaruh yang dahsyat dari kasih-Nya, yang berupa:
- (1) Kasih karunia yang khusus, dan
- (2) Embusan kuat atau rasa yang menyenangkan akan kasih itu.Kasih itu dicurahkan seperti minyak narwastu, mengharumkan jiwa, seperti hujan yang mengairi dan membuatnya berbuah lebat. Dasar dari semua penghiburan dan kekudusan kita serta ketekunan kita di dalam keduanya terletak di dalam pencurahan kasih Allah di dalam hati kita(2Kor. 5:14). Inilah yang mendorong kita. Dengan demikian, kita ditarik dan diikat oleh tali-tali kasih. Perasaan akan kasih Allah kepada kita membuat kita tidak malu dengan pengharapan kita di dalam Dia dan penderitaan kita bagi-Nya.
SH: Rm 5:1-11 - Hidup dalam damai sejahtera. (Selasa, 19 Mei 1998) Hidup dalam damai sejahtera.
Damai sejahtera sangat dirindukan dan terus dicari banyak orang. Damai sejahtera itu selain berhubungan dengan kondisi h...
Hidup dalam damai sejahtera.
Damai sejahtera sangat dirindukan dan terus dicari banyak orang. Damai sejahtera itu selain berhubungan dengan kondisi hati, juga berkait dengan hubungan-hubungan yang baik dan benar dengan sesamanya. Kita patut bersukacita dan merasa beruntung bahwa di dalam Kristus kita telah diperdamaikan dengan Allah. Dari musuh, kita dijadikan sahabat Allah. inilah wujud nyata pembenaran Allah di dalam Yesus Kristus. Karena ada dalam hubungan damai dengan Allah, kita dimungkinkan bermegah bahkan di tengah-tengah kesulitan dan penderitaan hidup seberat apapun.
Bermegah dalam setiap keadaan. Hidup dalam damai sejahtera tidak berarti kita bebas dari pergumulan, masalah dan penderitaan. Janganlah kita salah mengartikannya. Di sinilah letak dialektika kehidupan Kristen. Di satu pihak kita telah menjadi milik Kristus, di pihak lain kita sedang bertumbuh dalam Kristus. Dalam iman, masalah, pergumulan, penderitaan itu tetap ada, namun tidak lagi bersifat merusak. Sebaliknya semuanya itu akan membuat kita makin tekun, tahan uji, dan berpengharapan pada Allah. Melaluinya kita belajar untuk selalu bergantung pada kuasa Kristus yang memberdayakan kita, melalui Roh Kudus yang diam di dalam kita (ayat 1-5).
Renungkan: Bermegah bukan berarti pongah, sebab sumber dan isi kemegahan kita ialah kasih karunia dan kuasa Allah dalam Kristus.
SH: Rm 5:1-11 - Berbagai buah anugerah (Jumat, 2 Juni 2006) Berbagai buah anugerah
Apakah keselamatan itu sesungguhnya? Kebanyakan orang berpikir bahwa
keselamatan adalah pengampunan Allah yang membuat oran...
Berbagai buah anugerah
Apakah keselamatan itu sesungguhnya? Kebanyakan orang berpikir bahwa keselamatan adalah pengampunan Allah yang membuat orang berhak masuk surga. Dalam nas ini Paulus menguraikan kekayaan dan keindahan keselamatan yang diterima orang yang beriman pada Yesus.
Pertama, diselamatkan berarti diperdamaikan dengan Allah (ayat 1). Karena berdasarkan anugerah orang beriman diperhitungkan benar oleh Allah dalam Kristus, maka ia tak lagi hidup di bawah murka Allah. Pembenaran menghasilkan pendamaian. Kedua, diselamatkan berarti beroleh jalan masuk kepada kasih karunia (ayat 2). Jika istilah yang dipakai menunjuk pada audiensi terbatas rakyat kepada raja, kini orang beriman beroleh jalan masuk pada kasih karunia Allah tanpa batas. Ketiga, pengharapan Kristen akan keselamatan bukan harapan yang kabur, tapi harapan pasti. Kita bermegah akan beroleh kemuliaan kelak (ayat 2b). Masa depan pengikut Kristus jelas, berjumpa Dia dalam kemuliaan-Nya. Keempat, dalam masa sulit di dunia ini kita bahkan dapat bersukacita (ayat 3). Sukacita dalam penderitaan Kristen pun tidak kosong, tapi nyata sebab penderitaan itu menempa karakter Kristen kita (ayat 3b-5a), kehadiran Roh sumber penghiburan menjadi makin nyata (ayat 5b), dan pengenalan akan kebesaran kasih Kristus makin cemerlang (ayat 6-8). Kasih Kristus digambarkan luar biasa cemerlang dibandingkan kondisi kita yang luar biasa gelap. Kelima, keselamatan kita menjadi sesuatu yang pasti akibat dari kurban Kristus. Saat kita masih durhaka, berdosa, seteru, kita telah dibenarkan oleh kematian Kristus, lebih lagi sesudah dibenarkan kita pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya (ayat 9-10).
Mulai pasal 5, Paulus bicara dengan kata "kita." Seluruh kekayaan anugerah penyelamatan Allah tidak saja hak dan pengalaman perorangan, tapi merupakan pengalaman makin nyata bila kita saling membagikannya dalam persekutuan.
Renungkan: Semarak keselamatan itu kini kita alami ujudnya dalam persekutuan kasih dengan sesama umat beriman.
SH: Rm 5:1-2 - Rekonsiliasi (Sabtu, 11 April 2009) Rekonsiliasi
Dibenarkan oleh iman adalah anugerah Allah. Kita tidak punya andil
apa-apa. Bisa percaya pun merupakan kasih karunia (Ef. 2:8-9).
...
Rekonsiliasi
Dibenarkan oleh iman adalah anugerah Allah. Kita tidak punya andil apa-apa. Bisa percaya pun merupakan kasih karunia (Ef. 2:8-9). Akibat pembenaran itu, kita memiliki status yang jelas dan pasti: milik Allah. Maka kita memiliki damai sejahtera untuk menghampiri Allah tanpa rasa takut atau bersalah.
Di dalam Alkitab tema pendamaian sudah ada sejak PL. Agar manusia berdosa dapat menghampiri Allah yang kudus, perlu pengantara. Juru damai pada masa PL ialah imam. Imam mewakili umat Israel untuk menghampiri Allah yang kudus. Secara khusus imam besar setahun sekali mengadakan pendamaian secara nasional melalui upacara hari raya pendamaian (Im. 16). Pada saat itu, imam besar masuk ke ruang mahakudus di kemah suci/bait Allah. Namun sebelum ia mewakili umat di hadapan takhta kudus Allah, ia terlebih dahulu mengadakan kurban pendamaian bagi dirinya sendiri karena ia sendiri berdosa.
Yang luar biasa dari Kristus ialah, Dia bukan hanya berposisi tidak netral dalam mendamaikan Allah dengan manusia, Dia juga berpihak kepada kedua-duanya sekaligus. Ia mewakili kepentingan Allah yang kemuliaan-Nya dinodai oleh dosa manusia. Pada saat yang sama Ia mewakili manusia berdosa, yang sebenarnya dikasihi Allah dan menjadi sasaran pengampunan Allah. Karena tidak berdosa, Yesus tidak perlu mempersembahkan kurban pendamaian bagi diri-Nya sendiri. Maka Dia adalah pengantara sempurna dari manusia kepada Allah.
Yesus lebih dari sekadar juru damai karena Dia sekaligus menjadi kurban bagi pendamaian yang dimaksud. Manusia berdosa berhutang nyawa kepada Allah yang kudus. Kristus melalui pengurbanan di kayu salib mewakili manusia berdosa dengan persembahan nyawa-Nya sehingga Allah mau menerima manusia berdosa sebagai orang yang kudus.
Pendamaian merupakan karya anugerah Allah buat manusia yang tak berdaya terbelenggu dosa. Lewat perantaraan Kristus, Allah mengulurkan kasih dan pengampunan-Nya. Seperti salib merentang ke atas-bawah dan kiri-kanan, demikian Yesus mati merangkul-mendamaikan Allah-manusia, manusia-manusia.
SH: Rm 5:1-11 - Berkat pembenaran (Kamis, 14 Mei 2009) Berkat pembenaran
Murka Allah nyata atas orang berdosa (Rm. 1:18). Namun mereka yang
telah dibenarkan oleh Yesus Kristus tidak perlu takut lagi ...
Berkat pembenaran
Murka Allah nyata atas orang berdosa (Rm. 1:18). Namun mereka yang telah dibenarkan oleh Yesus Kristus tidak perlu takut lagi pada murka itu.
Pembenaran yang Kristus lakukan menghadirkan berkat dalam kehidupan
orang yang dibenarkan. Berkat apakah itu? Pertama, diperdamaikan
dengan Allah (ayat 11) sehingga menikmati damai sejahtera dengan
Dia (ayat 1). Melalui kematian-Nya, Kristus memperdamaikan
manusia dengan Allah. Melalui pendamaian itu, manusia mendapatkan
berkat yang kedua, yaitu beroleh jalan masuk kepada Allah (ayat
2a). Sebab itu manusia tidak perlu lagi memakai perantaraan imam
untuk datang kepada Allah. Dengan demikian terjalinlah
persekutuan manusia dengan Allah (band. Ef. 3:12). Ketiga,
memiliki pengharapan akan kemuliaan (ayat 2b). Ini berlawanan
dengan dosa yang membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah (
Demikianlah kita melihat bagaimana pembenaran yang dilakukan Kristus atas manusia menjadi pintu yang membukakan banyak berkat. Dan semua itu tidak mungkin terjadi melalui ketaatan manusia pada Taurat. Hanya oleh kasih karunia Allah kita memiliki keselamatan yang mencakup juga aspek masa datang. Merenungkan hal itu, membuat kita menyadari begitu besar makna pengorbanan Kristus di salib bagi status manusia di hadapan Allah. Maka seharusnyalah kita, yang telah diperdamaikan dengan Allah oleh Kristus, hidup dengan menikmati seluruh kekayaan berkat itu. Jangan pernah mau undur dari iman yang telah Anda nyatakan, karena Tuhan pasti akan menguatkan. Ingatlah bahwa kemenangan iman kita akan dinyatakan kelak dan kita akan menikmati kemuliaan sebagai anak-anak Allah.
SH: Rm 5:1-11 - Damai sejahtera sejati (Jumat, 20 April 2012) Damai sejahtera sejati
Dibenarkan oleh iman adalah prinsip Alkitab mengenai keselamatan. Ini bukan pengajaran Perjanjian Baru atau Paulus semata-mata...
Damai sejahtera sejati
Dibenarkan oleh iman adalah prinsip Alkitab mengenai keselamatan. Ini bukan pengajaran Perjanjian Baru atau Paulus semata-mata. Perikop kemarin sudah menunjukkan kepada kita bahwa ini juga prinsip yang diberlakukan pada masa Perjanjian Lama. Seseorang dibenarkan bukan karena melakukan Taurat melainkan karena percaya kepada Allah. Prinsip ini menghasilkan dampak positif.
Pertama, orang yang dibenarkan oleh iman tidak lagi merasa khawatir akan kehilangan keselamatan. Relasi yang dulu digambarkan sebagai ketidakberdayaan (=lemah dan durhaka; 6) untuk menyenangkan Tuhan karena dibelenggu dosa (8) dan ada di bawah bayang-bayang murka Allah (9), serta bermusuhan dengan Allah (10), oleh kasih karunia Kristus diubah menjadi relasi damai sejahtera (1). Kedua, oleh karena itu, orang yang dibenarkan oleh iman memiliki pengharapan bahwa satu hari kelak, hidupnya akan dipermuliakan oleh kemuliaan Allah (2). Suatu hari ia secara penuh berada di hadirat Allah yang mulia dengan karakter yang serupa dengan Kristus. Ketiga, pemahaman seperti ini akan membawa dampak, orang yang dibenarkan oleh iman berani menghadapi penderitaan. Malah ia bermegah di dalamnya (3) karena ia tahu bahwa melalui penderitaan, imannya itu justru semakin teguh, dan teruji. Semakin imannya teruji, semakin pula bertambah teguh ia pada pengharapan yang sudah dijanjikan Tuhan (5). Roh Kuduslah akan meneguhkan iman orang tersebut.
Orang yang dibenarkan oleh iman, tidak mungkin menjadi sombong. Ia malah bermegah di dalam Kristus sebagai sumber damai sejahteranya (11). Jadi, bagaimana mengalami damai sejahtera sejati? Stop berpikir dan berusaha mendapatkan damai sejahtera dengan berbuat baik sebanyak-banyaknya supaya mendapatkan pembenaran. Akui ketidakberdayaan Anda dan minta pertolongan dan belas kasih kepada Allah di dalam Kristus. Lalu, lakukan perbuatan baik dan pelayanan sebanyak-banyaknya, , dan siap menghadapi penderitaan karena Anda sudah menerima anugerah dibenarkan oleh iman.
SH: Rm 5:1-11 - Bermegah dalam Kristus (Jumat, 21 Oktober 2016) Bermegah dalam Kristus
Sesudah penjelasan panjang mengenai pembenaran iman dalam Kristus, kini Paulus membahas hasil dari pembenaran itu, yaitu umat ...
Bermegah dalam Kristus
Sesudah penjelasan panjang mengenai pembenaran iman dalam Kristus, kini Paulus membahas hasil dari pembenaran itu, yaitu umat Allah bisa bermegah.
Mungkin kita berpikir hal ini bertentangan dengan apa yang dijelaskan Paulus sebelumnya dalam Roma 3:27. Tetapi, perhatikan lebih teliti ungkapan "tidak boleh bermegah" oleh Paulus. Yang dimaksud Paulus adalah jika kita bermegah dalam perbuatan karena kemegahan itu tidak memiliki alasan yang kuat. Akan tetapi, Paulus menganjurkan kita bermegah dalam iman kepada Yesus Kristus. Memang itulah yang kita alami dalam Tuhan. Dengan demikian, Roma 3:27 dan bacaan hari ini tidak bertentangan. Sebaliknya pada bacaan hari ini, Paulus menjelaskan lebih spesifik apa artinya bermegah dalam Allah melalui Yesus Kristus (1, 11).
Pertama, bermegah dalam Allah berarti bermegah dalam pengharapan (2; rejoice in hope). Pengharapan apakah yang dimaksud? Yaitu pengharapan bahwa kita akan menerima kemuliaan dari Allah saat kita berjumpa muka dengan muka dengan Dia di surga. Ini adalah pengharapan mulia yang kita nantikan sebagai umat tebusan Allah.
Kedua, Paulus juga menunjukkan ada kemegahan lain yang bisa kita peroleh dalam Tuhan, yaitu bermegah dalam kesengsaraan (3; glory in tribulations). Mengapa Paulus menyebutkan kesengsaaran merupakan sarana bagi orang percaya untuk bermegah? Karena kesengsaraan yang kita alami dalam Tuhan akan membawa kebaikan bagi kita dan memberi pengharapan (3-5). Dalam kesengsaraan, hidup kita dijamin oleh Tuhan (6-10) sehingga kita bisa makin bermegah sekalipun kesulitan hidup melanda hidup kita.
Jika karena imanmu, Anda merasa menderita dan sengsara, kiranya firman ini menghibur dan menguatkan hati Anda sehingga Anda bisa mengalami kekuatan Allah dan bermegah di dalam-Nya. Allah yang menjamin keselamatan kekal bagi Anda, Ia juga yang akan memelihara hidup Anda. Percayalah! [MFS]
SH: Rm 5:1-11 - Tujuan-Mu dalam Penderitaanku (Senin, 27 Juni 2022) Tujuan-Mu dalam Penderitaanku
Penderitaan hadir bukan untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi. Mengapa Allah yang berdaulat mengizinkan penderitaan...
Tujuan-Mu dalam Penderitaanku
Penderitaan hadir bukan untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi. Mengapa Allah yang berdaulat mengizinkan penderitaan hadir dalam kehidupan orang percaya? Apa sebenarnya tujuan Allah? Paulus menolong kita memaknainya.
Hidup kita diperdamaikan dengan Allah dalam Kristus Yesus Tuhan kita (1). Namun, sebagai orang percaya, kita diperhadapkan pada realitas untuk bertumbuh dalam Kristus dan menjadi serupa dengan Dia. Tuhan mengizinkan masalah hadir dalam kehidupan untuk membentuk kita, agar kita tetap berharap sepenuhnya kepada-Nya (4-5). Di satu sisi, kita mengalami sukacita karena kita telah diperdamaikan dengan Allah. Namun, di sisi lain kita berteriak karena tekanan dosa yang begitu mengimpit kita.
Orang-orang percaya mula-mula mengalami kesengsaraan sebagai hal yang tak terelakkan. Paulus mengajar orang percaya untuk bermegah dalam kesengsaraan bukan karena ia menyukainya, melainkan karena ini adalah kesempatan bagi Allah untuk membentuk karakter kita (2-3). Kesengsaraan menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji, lalu tahan uji menimbulkan pengharapan, dan pengharapan tidak mengecewakan (3-5). Setiap kita tidak pernah sendiri karena kasih-Nya dicurahkan melalui Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita melalui karya pendamaian Kristus.
Sebagai orang percaya, sukacita karena pendamaian yang telah Allah kerjakan harus menuntun kita untuk masuk ke dalam pertumbuhan ke arah Kristus. Realitas penderitaan atau kesengsaraan merupakan hal yang tidak terhindarkan dalam dunia yang telah jatuh. Namun, tujuan Allah menghadirkannya adalah untuk membentuk karakter setiap kita, agar orang percaya dapat terus bertumbuh dalam pengharapan sesuai dengan kehendak-Nya.
Hadapilah kesengsaraan yang hadir dalam hidup kita. Izinkan Allah untuk membentuk kita melalui hal-hal yang pahit sehingga hidup kita dapat berpadanan dengan standar Kerajaan Surga. Kasih yang dicurahkan-Nya melalui Roh Kudus akan menolong kita untuk makin memaknai karya pendamaian Kristus. [PMS]
Utley -> Rm 5:1-5
Utley: Rm 5:1-5 - --NASKAH NASB (UPDATED): Rom 5:1-51 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Y...
NASKAH NASB (UPDATED): Rom 5:1-5
1 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. 2 Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. 3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, 4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. 5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Rom 5:1 "sebab itu" Frasa ini sering menandai (1) ringkassan dari argument teologis sampai titik ini; (2) kesimpulan berdasarkan penyajian teologia ini; dan (3) penyajian suatu kebenaran baru (lih. Rom 5:1; 8:1; 12:1).
□ "dibenarkan" Ini adalah suatu AORIST PASSIVE PARTICIPLE; Allah telah membenarkan orang percaya. Hal ini ditaruh dibagian pertama dalam kalimat Yunaninya (ay. Rom 5:1-2) sebagai penekanan. Nampaknya ada urutan waktu dalam ay. Rom 5:1-11: (1) ay. Rom 5:1-5, pengalaman kita akan anugerah saat ini; (2) ay. Rom 5:6-8, pekerjaan Kristus yang telah selesai atas nama kita; dan (3) ay. Rom 5:9-11, pengharapan dan keyakinan tentang keselamatan di masa depan. Lihat garis besar B. dalam Wawasan Kontekstual.
Latar belakang PL dari istilah "dibenarkan" (dikaioō ) adalah suatu "garis tepi yang lurus" atau "tongkat pengukur". Digunakan sebagai gambaran dari Allah sendiri. Lihat Topik Khusus: Kebenaran pada Rom 1:17. Sifat Allah, kekudusan, adalah satu-satunya standar penghakiman (lih. LXX dari Im 24:22; dan secara teologis dalam Mat 5:48). Karena kematian pengorbanan dan penebusan Yesus, oeang percaya memiliki kedudukan status hokum (forensik) dihadapan Allah (lihat catatan Rom 5:2). Ini tidak menyatakan kekurang-bersalahan rang percaya, namun sesuatu seperti amnesti. Seseorang lain telah membayar hukumannya (lih. 2Kor 5:21). Orang-orang percaya telah dinyatakan diampuni (lih. ay. Rom 5:9,10).
□ "karena iman" Iman adalah tangan yang menerima anugerah Allah. (lih ay. Rom 5:2; Rom 4:1a). Iman tidak berfokus pada derajat atau intensitas dari komitmen atau keputusan orang percaya (lih. Mat 17:20), namun pada sifat dan janji Allah (lih. Ef 2:8-9). Kata PL untuk "iman" aslinya menunjuk pada orang yang berada dalam suatu kuda-kuda yang stabil. Kata ini digunakan untuk menggambarkan tentang seseorang yang loyal, dapat diandalkan dan dapat dipercayai. Iman tidak berfokus pada kesetiaan atau kebisa-dipercayaan kita, namun pada kesetiaan dan kebisa-dipercayaan Allah. Lihat Topik Khusus: Iman pada Rom 4:5.
□ "kita hidup dalam damai" Ada suatu perbedaan naskah kuno Yunani di sini. KATA KERJAnya bisa sebuah PRESENT ACTIVE SUBJUNCTIVE (echōmen ) atau berbentuk PRESENT ACTIVE INDICATIVE (echomen ). Ketatabahasaan mendua yang sama ditemukan di ay. Rom 5:1,2 & 3. Naskah kuno Yunani nampaknya mendukung yang SUBJUNCTIVE (lih. MSS א*, A, B*, C, D). Jika ini SUBJUNCTIVE maka terjemahannya menjadi "mari kita terus menikmati damai" atau "teruslah menikmati damai" Jika hal ini adalah INDICATIVE, maka terjemahannya menjadi "kita memiliki damai" Konteks dari ay. Rom 5:1-11 bukanlah suatu peringatan, namun deklarasi dari apa telah dimiliki dan telah terjadi dalam diri orang percaya dalam Kristus. Oleh karena itu, KATA KERJA ini mungkin adalah PRESENT ACTIVE INDICATIVE, kita memiliki damai". Terjemahan USB4 memberikan pilihan ini tingkatan "A" (pasti).
Banyak naskah kuno Yunani kita dihasilkan oleh seseorang yang membaca suatu naskah dan beberapa orang lain membuat salinan. Kata-kata yang memiliki pengucapan yang mirip kadang membuat suatu kebingungan. Di sinilah dimana konteks dan kadang gaya tulisan dan kosa-kata yang lazim dari seorang penulis membantu dalam memudahkan pembuatan keputusan dalam penterjemahan.
□ "damai" Lihat Topik Khusus di bawah ini.
□ "dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus." Yesus adalah pelaksana yang membawa perdamaian dengan Allah. Yesus adalah satu-satunya jalan untuk berdamai dengan Allah (lih. Yoh 10:7-8; 14:6; Kis 4:12; 1Tim 2:5). Untuk kata ini dalam gelar Yesus Kristus lihat catatan pada Rom 1:4.
Rom 5:2 "kita juga beroleh pengenalan (jalan masuk)" Ini adalah sebuah PERFECT ACTIVE INDICATIVE; Ini berbicara mengenaitindakan di masa lalu yang telah diselesaikan dan sekarang menghasilkan suatu kondisi tingkatan keeberadaan. Kata "pengenalan" secara hurufiah berarti "jalan masuk" atau "ijin masuk" (prosagōge , lih. Ef 2:18; 3:12). Kata ini digunakan untuk menggambarkan (1) diperkenalkan secara pribadi kepada seorang raja atau (2) dibawa dengan selamat ke suatu pelabuhan.
Frasa ini mengandung sebuah perbedaan naskah Yunani kuno. Beberapa naskah kuno menambahkan "oleh iman" (lih. א*,2, C juga dalam beberapa versi Coptic, Syriac, Vulgate, dan Latin kuno). Naskah kuno lainnya menambah sebuah KATA DEPAN pada "oleh iman (cf. א1, A, dan beberapap versi Vulgate). Namun demikian, naskah-naskah kuno B, D, F, dan G mengabaikannya. Nampaknya bahwa para ahli tulis Yahudilah yang mengisi saja paralelisme dari Rom 5:1 and Rom 4:16 (dua kali), 19, dan 20. "Oleh iman" adalah tema Paulus yang berulang!
"kepada kasih karunia ini" Kata ini (charis ) berarti kasih dari Allah yang tidak bersyarat, tidak berdasarkan kelayakan dan perbuatan (lih. Ef 2:4-9). Hal ini sangatlah jells terlihat dalam kematian Kristus atas nama manusia berdosa (lih. ay. Rom 5:8).
"Di dalam kasih karunia ini kita berdiri" Ini adalah sebuah PERFECT ACTIVE INDICATIVE lagi; secara hurufiah berarti "kita berdiri dan terus berdiri" Ini mencerminkan posisi teologis orang percaya dalamKristus dan komitmen mereka untuk tetap dalam iman yang menggabungkan paradoks teologis dari kedulatan Allah (lih. 1Kor 15:1) dan kebebasan manusia untuk berkehendak (lih. Ef 6:11,13,14).
□ "kami bermegah" Bentuk ketata-bahasaan ini dadpat dimengerti sebagai (1) sebuah PRESENT MIDDLE (deponent) INDICATIVE, "kami bermegah" atau (2) suatu PRESENT MIDDLE (deponent) SUBJUNCTIVE, "mari kita bermegah". Para ahli terbagi dua mengenai hal ini. Jika seseorang menganggap "kami telah" dalam ayat Rom 5:1 sebagai suatu INDICATIVE maka terjemahannya akan konsisten sampai dengan ayat Rom 5:3.
Akar kata "bermegah" adalah "bicara dengan kebanggaan" (NRSV, JB). Lihat Topik Khusus pada Rom 2:17. Orang percaya tidak bermegah dalam diri mereka sendiri (lih. Rom 3:27), namun dalam apa yang tehak Tuhan kerjakan bag mereka (lih. Yer 9:23-24). Aka rata Yunani yang sama diulang dalam ay. Rom 5:3,11.
□ "dalam pengharapan" Paulus sering menggunakan istilah ini dalam pengertian yang berhubungan namun berbeda. Lihat catatan pada Rom 4:18. Sering hal ini dihubungkan dengan pemenuhan dari iman orang percaya. Ini bisa dinyatakan sebagai kemuliaan, hidup kekal, keelamatan sejati, Kedatangan Kedua, dsb. Penggenapan ini adalah pasti, namun elemen waktunya adalah di masa depan dan tidak diketahui. Ini sering dikaitkan dengan "iman" dan "kasih" (lih. 1Kor 13:13; Gal 5:5-6; Ef 4:2-5; 1Tes 1:3; 5:8). Sebagian dari daftar penggunaan kata ini oleh Paulus adalah sebagai berikut.
- 1. Kedatangan Kedua, Gal 5:5; Ef 1:18; Tit 2:13
- 2. Yesus adalah pengharapanku, 1Tim 1:1
- 3. Orang percaya akan diperhadapkan dengan Allah, Kol 1:22-23; 1Tes 2:19
- 4. Pengharapan ada di surga, Kol 1:5
- 5. Keselamatan Sejati, 1Tes 4:13
- 6. Kemuliaan Allah, Rom 5:2; 2Kor 3:12; Kol 1:27
- 7. Jaminan Keselamatan, 1Tes 5:8-9
- 8. Hidup Kekal, Tit 1:2; 3:7
- 9. Buah-buah kedewasaan Kristen, Rom 5:2-5
- 10. Penebusan dari semua ciptaan, Rom 8:20-22
- 11. Gelar Allah, Rom 15:13
- 12. penyempurnaan Adopsi, Rom 8:23-25
- 13. PL sebaagai panduan bagi orang percaya PB, Rom 15:4
□ "kemuliaan Allah" Frasa ini adalah istilah PL untuk hadirat Allah secara pribadi. Ini menunjuk kepada status orang percaya dihadapan Allah dalam kebenaran iman yang disediakan oleh Yesus pada Hari Kebangkitan (lh. 2Kor 5:21). Hal ini sering disebut dengan istilah teologia "pemuliaan" (lih. ay. Rom 5:9-10; 8:30). Orang percaya akan berbagi keserupaan dengan Yesus (lih. 1Yoh 3:2; 2Pet 1:4). Lihat Topik Khusus: Kemuliaan pada Rom 3:23.
- NASB "dan bukan hanya ini saja, namun"
- NKJV "dan bukan hanya itu saja, namun"
- NRSV "dan bukan hanya itu saja, namun"
- TEV –diabaikan–
- NJB "bukan hanya itu saja"
Paulus menggunakan kombinasi kata ini beberapa (lih. Rom 5:3,11; 8:23; 9:10, dan 2Kor 8:19).
- NASB "kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita"
- NKJV "kita juga berkemuliaan dalam kesengsaraan"
- NRSV "kita juga bermegah dala penderitaan kita"
- TEV "kita juga bermegah dalam kesulitan-kesulitan kita"
- NJB "mari kita bermegah, juga, dalam kesukaran kita"
Jika dunia membenci Yesus, maka dunia akan membenci pengikutNya juga. (lih. Mat 10:22; 24:9; Yoh 15:18-21). Yesus, secara manusia, menjadi dewasa oleh karena hal-hal yang dideritaNya. (lih. Ibr 5:8). Penderitaan menghasilkan kebenaran, yang adalah rencana Allah bagi semua orang percaya (lih. Rom 8:17-19; Kis 14:22; Yak 1:2-4; 1Pet 4:12-19).
□ "karena kita tahu" Ini adalah suatu PERFECT PARTICIPLE dari "oida ." PERFECT dalam bentuknya, namun berfungsi sebagai suatu PRESENT TENSE. Pemahaman orang-orang percaya akan kebenaran Injil dalam hubungannya dengan penderitaan mengijinkan mereka untuk menghadapi kehidupan dengan suatu suka cita dan keyakinan yang tidak bergantung pada keadaan sekitar, bahkan selama masa penganiayaan. (lih. Fili 4:4; 1Tes 5:16,18).
Rom 5:3 "kesengsaraan" Lihat Topik Khusus berikut.
Rom 5:3,4 "ketekunan" Istilah ini berarti "sukarela", "aktif", "setia", "daya tahan". Ini adalah istilah yang berhubungan dengan baik kesabaran dan manusia, juga dengan situasi dan kondisi yang ada. Lihat Topik Khusus pada Rom 8:25.
- NASB "karakter yang terbukti"
- NKJV, NRSV "sifat"
- TEV "persetujuan Allah"
- NJB "(sifat yang) tahan uji"
Dalam LXX dari Kej 23:16; 1Raj 10:18; 1Taw 28:18 kata ini dipakai untuk menguji kemurnian dan keaslian logam. (lih. 2Kor 2:9; 8:2; 9:13; 13:3; Fili 2:22; 2Tim 2:15; Yak 1:12). Ujian Allah adalah selalu untuk menguatkan God’s tests are always for strengthening (lih. Ibr 12:10-11)! Lihat Topik Khusus Ujian pada Rom 2:18.
Rom 5:5 "karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita" Ini adalah bentuk PERFECT PASSIVE INDICATIVE; secara hurufiah, "Kasih Allah telah dan terus menerus dicurahkan" KATA KERJA ini sering digunakan dalam hal Roh Kudus (lih. Kis 2:17,18,33; 10:45 dan Tit 3:6), yang bisa jadi mencerminkan Yoel 2:28-29.
Frasa GENITIVE, "kasih Allah" secara ketata-bahasaan dapat menunjuk pada (1) kasih kita akan Allah; atau (2) kasih Allah pada kita (lih. 2Kor 5:14). Nomor dua adalah satu-satunya pilihan yang kontekstual.
□ "Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita" Ini adalah bentuk AORIST PASSIVE PARTICIPLE. Bentuk PASSIVE VOICE sering digunakan untuk menyatakan pelaksanaan oleh Allah. Ini menyatakan bahwa orang-orang percaya tidak membutuhkan tambahan Roh. Mereka memiliki Roh atau mereka bukan Kristen (lih. Rom 8:9). Pengaruniaan Roh adalah tanda dari Jaman Baru (lih. Yoel 2:28-29), Perjanjian Baru (lih. Yer 31:31-34; Yeh 36:22-32).
□ Catat kehadiran tiga oknum Trinitas dalam paragraph ini.
- 1. Allah (Bapa), ay. Rom 5:1,2,5,8,10
- 2. Yesus, ay. Rom 5:1,6,8,9,10
- 3. Roh Kudus, ay. Rom 5:5
Lihat Topik Khusus: Trinitas pada Rom 8:11.
Topik Teologia -> Rm 5:1
Topik Teologia: Rm 5:1 - -- Allah yang Berpribadi
Pribadi Allah
Allah Dapat Dikenal
Allah Dapat Dihampiri
Kel 24:9-11 Ula 4:7 Maz 17:15 Maz 24:3-...
- Allah yang Berpribadi
- Pribadi Allah
- Allah Dapat Dikenal
- Yesus Kristus
- Kemuliaan adalah dari Allah dan Kristus
- Tuhan Yesus Kristus
- Roh Kudus
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Kematian Yesus adalah Suatu Pendamaian
- Iman yang Menyelamatkan
- Pembenaran adalah di dalam Kristus
- Yes 53:11 Kis 13:38-39 Rom 3:21-26 Rom 4:24-25 Rom 5:1-2,9,16-21 Rom 8:1-2 Rom 10:3-4 1Ko 6:11 1Ko 15:17 2Ko 1:21,24 Gal 2:16-21 Gal 3:8,11-14,21-25 Gal 5:4-6 Fili 3:7-10
- Jaminan Keamanan Kekal
- Maz 37:23-24 Maz 138:8 Yer 32:40 Yoh 5:24 Yoh 6:37,39-40 Yoh 6:68-69 Yoh 10:27-30 Yoh 16:27,29-33 Yoh 17:8,11 Kis 1:3 Rom 4:9,20-22 Rom 5:1-5 Rom 8:15-17,28-30,33-35,37-39 Rom 11:29 1Ko 1:8 2Ko 1:21-22 Gal 4:6 Efe 1:4-5 Efe 4:30 Fili 1:6 Fili 2:12-13 Kol 2:2 1Te 5:23-24 2Ti 1:12 2Ti 4:18 Ibr 6:11 Ibr 7:24-25 Ibr 10:14 Ibr 10:22-23 Ibr 11:1 1Pe 1:3-5 1Pe 5:10 1Yo 2:1-2 1Yo 3:9,14,18-20 1Yo 4:13 1Yo 5:10-11,13,18 Yud 1:1 Yud 1:24
- Pengudusan
- Pekerjaan Allah di dalam Pengudusan Kita
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab untuk Mencari Kebajikan dan Kualitas Pribadi
- Pengharapan dalam Kristus
TFTWMS: Rm 5:1-11 - Damai Sejahtera Dengan Allah Melalui Yesu Kristus DAMAI SEJAHTERA DENGAN ALLAH MELALUI YESU KRISTUS (Roma 5:1-11)
Nas ini membantu kita untuk memahami bagaimana Paulus mampu bertahan atas begitu bany...
DAMAI SEJAHTERA DENGAN ALLAH MELALUI YESU KRISTUS (Roma 5:1-11)
Nas ini membantu kita untuk memahami bagaimana Paulus mampu bertahan atas begitu banyak penderitaan (lihat 2 Korintus 11:23-29)—tidak hanya menanggungnya, tetapi juga menang atasnya (lihat 8:37). Tidak peduli masalah apa yang ia hadapi, ia punya damai sejahtera dan pengharapan (5:1, 2, 4, 5). Ia tahu Allah mengasihi dia (5:5-9). Ia tahu, bahkan jika musuh-musuhnya membunuh dia, bahwa ia akan diselamatkan selama-lamanya—ia akan hidup bersama Allah dalam kemuliaan (5:2, 9, 10)
TFTWMS: Rm 5:1-5 - Dibenarkan Oleh Iman Dibenarkan Oleh Iman (Roma 5:1-5)
1 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita...
Dibenarkan Oleh Iman (Roma 5:1-5)
1 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. 2 Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. 3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, 4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. 5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Ayat 1. Paulus memulainya dengan, Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah. Penggunaan "sebab itu" menunjukkan bahwa apa yang ia katakan dalam pasal ini didasarkan pada pembahasan sebelumnya tentang pembenaran. Sistem hukum/perbuatan mendatangkan frustrasi dan keraguan karena kita tidak bisa melaksanakan hukum dengan sempurna. Sebaliknya, sistem kasih karunia/iman dari Allah mendatangkan damai sejahtera.
Banyak naskah kuno menulis "mari kita memiliki damai sejahtera" bukan "kita memiliki damai sejahtera," "Mari kita memiliki" adalah terjemahan dari bentuk subjunktif e¡cwmen (echōmen), sedangkan "kita memiliki" adalah terjemahan dari bentuk indikatif e¡comen (echomen). Perbedaan antara dua bacaan ini adalah pada satu huruf: omega (w, ō) versus omicron (o, o). Kebanyakan penerjemah menganggap konteks itu meminta pernyataan ketimbang nasihat.
Ungkapan "damai sejahtera dengan Allah" tidak mengacu kepada perasaan subyektif, tetapi kepada kebenaran obyektif: Karena kita telah dibenarkan, kita telah diperdamaikan dengan Allah (lihat 5:10, 11). Kita tidak lagi musuh Allah, melainkan sahabat-Nya. "Permusuhan sudah lewat; perjanjian damai ditandatangani."3
Karena kita punya "damai sejahtera dengan Allah," kita bisa menikmati "Damai sejahtera dari Allah," perasaan takjub "yang melampaui segala akal" (Flp. 4:7), yang "melampaui pengertian manusia" (Phillips). Damai sejahtera ini tidak tergantung pada segala sesuatu yang benar di dunia; itu lebih daripada kepuasan perasaan. Sumber damai sejahtera seperti itu adalah hubungan yang harmonis dengan Allah, yang dapat menimbulkan kepuasan terlepas dari keadaan luarnya (lihat 5:3, 4). Jika kita adalah orang Kristen dan tidak punya dama sejahtera dari Allah, mungkin itu karena kita tidak sepenuhnya menghargai apa artinya damai sejahtera dengan Allah.
Kita memiliki damai sejahtera ini dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Damai sejahtera dengan Allah dimungkinkan karena Yesus telah mati untuk mendamaikan kita dengan Bapa-Nya (5:6-8, 10, 11). Dalam nas ini, Paulus sering menyatakan bahwa berkat rohani kita "melalui" Kristus (5:1, 2, 9-11).
Ayat 2. Ayat ini dimulai dengan satu lagi istilah "oleh [melalui; NASB]" dari rasul itu: Melalui siapa kita juga sudah beroleh perkenalan kita melalui iman ke dalam kasih karunia ini yang di dalamnya kita berdiri (NASB). Kata "siapa" mengacu kembali kepada "Tuhan Yesus Kristus" dalam ayat 1. Kata "juga" menunjukkan berkat-berkat tambahan yang kita miliki melalui Dia.
Ungkapan "perkenalan kita" diterjemahkan dari kata Yunani prosagwgh (prosagōgē). Kata kerja majemuk yang terkait dengan prosa÷gw (prosagō)—yang menggabungkan pro÷ß (pros, "untuk") dan a¡gw (agō, "memimpin")—berarti "membawa ke hadapan seseorang." Dalam literatur sekuler, kata itu kadang-kadang digunakan "mengenai izin masuk untuk bicara dengan Raja Agung."4Kita boleh membayangkan Yesus memimpin kita ke ruang takhta Allah dan berkata, dengan senyum di wajah-Nya, "Izinkan saya memperkenalkan teman saya kepada Bapa!"
Alih-alih "perkenalan kita," beberapa versi lain menerjemahkan prosagōgē sebagai "jalan masuk" (KJV; NKJV; NIV; NRSV; ESV). Hal ini sesuai dengan definisi Bauer tentang kata benda itu sebagai "cara pendekatan."5Jika ini benar, Yesus digambarkan sebagai jalan masuk kepada Allah ("sang pintu"; Yoh. 10:7, 9).
Paulus mengatakan bahwa kita telah diperkenalkan (atau telah mendapatkan jalan masuk) "oleh iman ke dalam kasih karunia ini." Beberapa naskah kuno Yunani tidak memiliki kata "oleh iman," tapi kalimat itu dapat dipahami, jika pun tidak dinyatakan. Kata "kasih karunia" (ca÷riß, charis) digunakan dengan cara yang tidak biasa.6
Kita biasanya berpikir tentang kasih karunia sebagai hal yang menyelamatkan kita dari rasa bersalah atas dosa-dosa kita pada saat kita menjadi Kristen. Namun, di sini "kasih karunia ini" mengacu kepada keadaan kasih karunia di mana kita diperkenalkan ketika kita dibenarkan. Alkitab NEB menulis "lingkup kasih karunia Allah," sedangkan Alkitab AB menyebutnya "keadaan perestuan Allah."
Kita tidak hanya butuh kasih karunia untuk menjadi selamat, tetapi kita juga butuh kasih karunia untuk tetap selamat. Kita tidak bisa mengusahakan atau melayakkan diri kita untuk mendapatkan berkat apa saja yang kita nikmati sebagai orang Kristen. Penyediaan kita sehari-hari adalah oleh kasih karunia. Kita terus berbuat dosa, dan pengampunan dosa-dosa kita adalah oleh kasih karunia. Kekuatan untuk hidup setiap hari adalah oleh kasih karunia. John Newton menulis dalam lagu, "Kasih karunia ini sudah [membawa] aku aman sejauh ini, dan kasih karunia akan membawa aku pulang."7
Pembenaran membawa kita ke dalam keadaan kasih karunia yang luar biasa ini "yang di dalamnya," kata Paulus, "kita berdiri" (i¢sthmi, histēmi). Beberapa orang mencoba untuk membuat frasa "yang di dalamnya kita berdiri" berkata lebih daripada yang Paulus maksudkan. Mereka menafsirkan "kita berdiri" sebagai berarti bahwa posisi kita dalam keadaan damai sejahtera adalah permanen, bahwa kita tidak mungkin "jatuh dari kasih karunia." Mereka bersikeras pada penafsiran ini terlepas dari fakta bahwa, dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Paulus bicara tentang beberapa orang yang telah "jatuh dari kasih karunia" (Gal. 5:4; lihat 1 Kor. 10:12).
Kata "berdiri" sering menunjukkan kebutuhan untuk tetap teguh (lihat Efe. 6:13, 14). Kita adalah makhluk bermoral bebas sebelum kita menerima kasih karunia Allah, dan kita tetap makhluk bermoral bebas setelah kita diselamatkan oleh kasih karunia-Nya. Jika kita bisa menerima atau menolak kasih karunia Allah sebelum menjadi orang Kristen, kita juga dapat menerima atau menolaknya setelah menjadi orang Kristen. Jadi Paulus mendesak Timotius untuk "jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus" (2 Tim. 2:1). Petrus memberitahu para pembacanya untuk "bertumbuhlah dalam kasih karunia … Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2 Pet. 3:18).
Kita harus jangan mencoba untuk membuat frasa "yang di dalamnya kita berdiri" mengatakan lebih daripada yang Paulus katakan, tetapi kita juga harus jangan membuatnya berkata kurang. Kata-kata itu penuh jaminan dan keyakinan. Alkitab AB menulis "yang di dalamnya kita [sedang teguh dan dengan aman] berdiri." Dalam Roma 8:31, Paulus menekankan bahwa "Allah berada di pihak kita"; Ia cenderung mendukung kita. Ia tidak ingin menghancurkan kita, tetapi ingin melepaskan kita. Kita bisa berpaling dari Allah—dan, sayangnya, beberapa orang seperti itu. Namun begitu, selama kita percaya kepada Yesus dan menyatakan iman itu melalui ketaatan, kita akan terus berdiri dalam "alam kasih karunia Allah," dalam "keadaan perestuan Allah"! Jika itu tidak membawa damai sejahtera kepada hati kita, maka tidak akan ada hal lain yang bisa.
Sebagai hasil dari kasih karunia Allah dan damai sejahtera yang dibawanya, kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Tiga kali dalam 5:1-11, Paulus mengatakan bahwa kita "bermegah" (5:2, 3, 11). "Bermegah" bukanlah kata yang umum digunakan sekarang ini. Alkitab NIV menulis kata "bersukacita" yang lebih dikenal dalam ayat-ayat ini. Istilah Yunani untuk "bermegah" dan "bersukacita" (kauca÷omai, kauchaomai) diterjemahkan "menyombongkan diri" dalam surat ini sebelumnya (2:17, 23; 3:27; 4:2; NASB), dan beberapa terjemahan menggunakan kata itu di sini (NRSV; CJB; JB). Kita harus jangan besar mulut tentang apa yang telah kita lakukan, tetapi tidak ada yang salah dengan besar mulut tentang apa yang Allah telah lakukan (1 Kor. 1:31). Dalam 5:11, Paulus mengatakan bahwa kita "bersukacita [bermegah] dalam Allah." Dalam 15:17 (NASB), ia menyatakan bahwa "Dalam Yesus Kristus" ia sudah "menemukan alasan untuk bermegah dalam pelbagai hal mengenai Allah." Namun demikian, beberapa dari kita lebih nyaman dengan kata "bersukacita," sehingga itu adalah kata yang akan digunakan dalam komentari ini.
Paulus mengatakan bahwa kita bersukacita "dalam pengharapan" (ejlpi֧, elpis). Pengharapan Alkitabiah bukan sekedar angan-angan, tapi keinginan ditambah ekspektasi. Berikut ini adalah gambaran oleh William Barclay: "Pengharapan Kristen bukan sekedar pengharapan yang gentar, ragu-ragu bahwa mungkin janji-janji Allah bisa benar. Pengharapan itu adalah ekspektasi penuh keyakinan bahwa janji-janji itu tidak bisa menjadi hal lain apa saja selain kenyataan."8Penulis Kitab Ibrani mengatakan bahwa pengharapan kita berfungsi sebagai "sauh jiwa"; yang "kuat dan aman" (Ibr. 6:19).
Melanjutkan pemikirannya, Paulus mengatakan bahwa pengharapan kita adalah di dalam "kemuliaan [do÷xa, doxa] Allah." Ini bisa mengacu kepada pengharapan kita bahwa suatu hari nanti kita melihat kemuliaan Allah (lihat Mrk. 13:26; Tit. 2:13). Itu bisa berarti pengharapan kita untuk berbagi kemuliaan ilahi-Nya di sorga (lihat RSV; REB; CJB). Dalam Roma 8:17, Paulus mengatakan bahwa jika "kita menderita bersama-sama dengan Dia, … kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia" (lihat 8:18; 9:23). Di sisi lain, "kemuliaan Allah" bisa menyiratkan pengharapan kita untuk mencerminkan kemuliaan Allah di bumi sini. Manusia dibuat untuk menjadi "gambar dan kemuliaan Allah" (1 Kor. 11:7; lihat Kej. 1:26, 27; 9:6; Yak. 3:9), tetapi umat manusia sudah menjadi "gambar yang rusak." Orang berdosa yang "menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar" (Roma 1:23). Namun demikian, melalui Kristus, kita bisa menjadi "semua yang ada di dalam pikiran Allah untuk kita jalani" (LB). Ada kemungkinan bahwa "kemuliaan Allah" mencakup semua hal di atas.
Ayat 3. Ketika para pembaca Paulus merenungkan perkataannya tentang memiliki "damai sejahtera dengan Allah" (5:1), mungkin mereka berpikir, "Oh, tentu saja kita dapat memiliki damai sejahtera dan sukacita dan pengharapan selama semuanya berjalan baik. Tapi bagaimana bila saat-saat buruk datang?" Paulus mengerti bahwa saat-saat buruk datang. Ia sendiri telah mengalaminya. Ia memberitahu para orang Kristen baru itu, "Bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara" (Kisah 14:22). Yesus memberitahu para murid-Nya, "Dalam dunia kamu menderita penganiayaan" (Yoh. 16:33). Jika umat Kristen di Roma belum mengalami masa-masa sulit, mereka akan mengalaminya di masa depan (lihat 2 Tim. 3:12).
Ayat 3 dimulai dengan, Dan bukan hanya itu saja [tidak hanya kita bersukacita di saat-saat yang baik], kita malah bermegah [bersukacita] juga dalam kesengsaraan kita. Kata Yunani yang diterjemahkan "kesengsaraan" adalah dari bentuk jamak qlivyiß (thlipsis), yang secara harfiah berarti "menekan, tekanan."9Ini adalah jenis kata yang digunakan untuk menggambarkan tindakan menekan minyak dari buah zaitun atau jus dari buah anggur. Thlipsis digunakan dalam Perjanjian Baru dengan arti kiasan tentang "masalah yang menimbulkan kesengsaraan."10Di tempat kata "kesengsaraan" muncul, Alkitab AB menulis" tekanan dan penderitaan dan kesulitan." Banyak hal bisa "menekan" orang Kristen, seperti: kesepian, tidak terkenal, kesedihan, kemiskinan, dan penganiayaan.11Pada pelbagai masa dalam sejarah dunia, kata "kesusahan" mencakup juga ancaman kematian.
Paulus menjelaskan bagaimana kita dapat bersukacita dalam kesengsaraan dengan menguraikan urutan kejadian. Ia menyatakan, Kita tahu [dengan iman] bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan "Ketekunan" adalah dari uJpomonh (hupomonē), kata majemuk yang menggabungkan uJpo (hupo, "bawah") dan me÷nw (menō,
"tetap"). Kata itu mengandung gagasan "tersisa di bawah" keadaan sulit. Itu mengacu kepada kemampuan untuk tetap konstan dan teguh, tidak peduli apa yang terjadi— berjalan terus. Barclay menerjemahkan kata itu sebagai "ketabahan" dan mengatakan bahwa ini adalah "roh yang tidak [sekedar] bertahan secara pasif tapi yang aktif mengatasi pelbagai cobaan dan kesengsaraan hidup."12
Ayat 4. Selanjutnya, Paulus mengatakan bahwa ketekunan menimbulkan tahan uji. "Tahan uji" adalah dari dokimh (dokimē), "murni kata khas Paulus dalam Perjanjian Baru.… Itu terhubung dengan dokima÷zw [dokimazō], 'menguji', dan merupakan kualitas dari sudah lolos uji."13Orang Kristen yang tidak pernah memiliki masalah serius adalah orang Kristen yang belum teruji. Orang Kristen yang telah berhasil melewati ujiannya dengan bantuan Allah adalah orang Kristen yang "teruji" dan "terbukti." Perbedaannya adalah antara rekrutan yang belum matang dan veteran yang sudah teruji dalam pertempuran. Perbedaannya adalah antara seorang "bayi" di dalam Kristus dan anak Allah yang "dewasa" (Ibr. 5:13, 14). Orang Kristen yang "tahan uji" adalah orang yang dapat dipercaya dan diandalkan. Saudara-saudara tidak ragu-ragu untuk bergantung pada orang itu karena ia telah menunjukkan dirinya setia di masa lalu.
Paulus menyelesaikan urutannya itu dengan mengatakan bahwa tahan uji menimbulkan pengharapan. Ketika kita menghadapi kesengsaraan dengan iman kepada Tuhan, kita sanggup untuk bertekum. Dengan bertekun, kita "menghadapi ujian itu" dan dewasa secara rohani. Semua ini membuat kita semakin yakin bahwa janji-janji Allah adalah pasti (lihat 2 Kor. 1:20). Allah berjanji bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan atau mengabaikan kita (Ibr. 13:5), dan itu memang benar. Allah berjanji bahwa Ia tidak akan membiarkan kita untuk dicobai melampaui apa yang dapat kita tanggung (1 Kor. 10:13), dan itu memang benar. Ia berjanji bahwa ia akan terlibat dalam kehidupan kita, turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Roma 8:28), dan Ia menepati perkataan-Nya. Jadi pengharapan kita kepada Allah dan kepada janji-janji-Nya bertumbuh dari hari demi hari.
Urutan Paulus itu didahului oleh pengharapan (5:2), dan berakhir dengan pengharapan (5:4). Kita mungkin menganggap pola ini sebagai "lingkaran manfaat yang saling mengunci."14Pengharapan dapat menolong ketika kita menghadapi kesengsaraan; kesengsaraan menimbulkan ketekunan; ketekunan menimbulkan tahan uji; dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
Ayat 5. Paulus menambahkan bahwa pengharapan tidak mengecewakan.
"Mengecewakan" adalah dari kataiscu÷nw (kataischunō), yang berarti "membuat malu" (lihat KJV). Ini adalah kata majemuk, di mana aijscu÷nw (aischunō, "menjadi malu") diperkuat oleh kata (kata). Istilah ini berhubungan dengan kata "malu" di 1:16 (NASB).
Pengharapan kita tidak akan pernah mempermalukan kita; itu tidak akan mengecewakan kita. Sungguh memalukan ketika kita memberitahu orang lain bahwa kita mengharapkan dan mengantisipasi untuk mendapatkan sesuatu tapi kemudian kita tidak menerimanya—tapi pengharapan Roma 5 tidak seperti itu. Apa yang Allah telah janjikan akan terjadi. Pengharapan kita kepada Tuhan tidak akan mengecewakan kita karena Tuhan tidak akan mengecewakan kita.
Pengharapan kita kepada Kristus "tidak mengecewakan" karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita. "Kasih Allah" bisa mengacu kepada kasih kita untuk Allah, tetapi konteksnya menunjukkan bahwa Paulus sedang bicara tentang kasih Allah untuk kita. Ungkapan "yang dikasihi Allah" muncul dalam salam pembukaan, di mana itu mengacu kepada para pembaca Kristen Paulus (1:7). Namun begitu, ini adalah pertama kalinya kasih Allah disebutkan dalam isi surat itu. Sejauh ini kitab Roma telah bicara tentang semua hal yang menurut rahmatNya Allah telah lakukan bagi kita, tapi sekarang itu mengungkapkan mengapa Allah melakukan ini: karena Ia menga-sihi kita.
Kata untuk "kasih" adalah ajga÷ph (agapē): kasih tanpa syarat, kasih yang mencari hal terbaik bagi obyek kasih itu. Kasih ini telah "dicurahkan di dalam hati kita." "Dicurahkan" adalah terjemahan harfiah dari kata Yunani, ejkce÷w (ekcheō), yang menggabungkan ejk (ek, "keluar") dengan ce÷w (cheō, "mencurahkan"). Kata yang sama ini digunakan dalam Kisah 2:33, di mana kata itu mengacu kepada kemampuan mujizatiah yang diberikan kepada para rasul. Di sini, itu mengacu kepada kasih Allah yang diberikan kepada setiap orang Kristen."Dicurahkan" menekankan bahwa Allah tidak pelit dengan kasih-Nya. Menurut James D. G. Dunn, Paulus menggunakan "kiasan yang sangat jelas tentang hujan deras di pedesaan yang kering kerontang."15
Paulus berkata bahwa kasih ini "telah dicurahkan di dalam hati kita" oleh [melalui; NASB] Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Roh Kudus telah disebutkan secara sepintas dalam surat ini (1:4; 2:29), tapi ini merupakan acuan pertama kepada pekerjaan Roh dalam kehidupan orang Kristen.16Roh memasuki kehidupan seseorang ketika ia dibenarkan, ketika ia diubah kepada Kristus. "Roh Kudus … diberikan kepada semua orang percaya—pada waktu kelahiran kembali mereka,"17
"pada waktu mereka dibaptis ke dalam Kristus (Kisah 2:38 dst.)."18
Pekerjaan Roh Kudus akan dibahas dalam Roma 8. Di sini, salah satu aspek dari kegiatan-Nya disebutkan: kasih Allah "telah dicurahkan di dalam hati kita melalui Roh." Kita tidak bisa bersikap dogmatik mengenai bagaimana Roh melakukan hal ini. Mengenai aktivitas-Nya yang non-mujizatiah, cara utama Roh Kudus bekerja adalah melalui Firman yang Ia ilhamkan (Efe. 6:17; 2 Pet. 1:21). Banyak nas menekankan bahwa Ia menetap di dalam diri orang Kristen (misalnya, lihat 8:9-11). Selanjutnya, karena Paulus mengaitkan pekerjaan Roh secara erat dengan pemeliharaan Allah dalam Roma 8:26-28, kita boleh juga mengatakan bahwa Roh bekerja melalui penyediaan. Ia mengatur pelbagai peristiwa dengan maksud untuk memberkati hidup kita.
Lalu, apakah yang Paulus, maksudkan ketika ia mengatakan bahwa kasih Allah telah dicurahkan melalui Roh? Maksudnya mungkin adalah bahwa tindakan Allah memberikan Roh Kudus kepada kita (Kisah 2:38; 5:32) adalah bukti kasih-Nya yang melimpah. Menurut Paulus, karunia Roh adalah bukti keanakan kita (Gal. 4:6). Roh itu "diberikan sebagai jaminan bagian kita" (Efe. 1:14)—sebagai "uang muka" bagi warisan kita dan "jaminan" bagi warisan itu. Jadi ayat 5 dapat diperkuat untuk mengatakan bahwa "kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita melalui [kesadaran kita akan pentingnya] Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." Penafsiran ini akan terkait dengan penekanan Paulus tentang " pengharapan."
Kemungkinan lain adalah bahwa ayat 5 harus dipahami dalam terang ayat-ayat berikutnya. Contoh terbaik kasih Allah adalah pengorbanan-Nya oleh Anak-Nya (5:6-8). Kita tahu tentang ini melalui Kitab Suci yang diilhamkan oleh Roh. Karena itu, Paulus bisa mengatakan bahwa "kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita [ketika kita mengetahui kasih-Nya yang dinyatakan dalam Firman] melalui Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita."
Banyak komentator tercengang atas penafsiran seperti yang baru saja diberikan. Mereka bersikeras bahwa frasa "di dalam hati [itu]" memerlukan aktivitas yang lebih pribadi dan langsung pada pihak Roh. Mereka menulis tentang Roh yang membanjiri hati mereka dengan "perasaan hangat"; beberapa bahkan menjadi sangat puitis. Kita tidak menyangkal bahwa mengenal kasih Allah untuk kita seharusnya memenuhi diri kita dengan perasaan hati yang hangat—tapi bagaimana dengan saat-saat ketika kita tidak meluap dengan "perasaan hangat"? Apakah itu berarti bahwa Allah tidak lagi mengasihi kita? Tentu saja tidak. Ini hanya berarti bahwa perasaan itu berfluktuasi, bahwa perasaan bukan ukuran baku yang dapat diandalkan tentang kondisi rohani kita.
Dibenarkan Oleh Darah Kristus (Roma 5:6-11).
6 Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. 7 Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar—tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati—. 8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. 9 Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. 10 Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! 11 Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.
Paragraf ini—terutama ayat 6 sampai 8—mengetengahkan "salah satu gambaran paling mendalam tentang kasih yang ditemukan di dalam Alkitab."19
Ayat 6. Nas ini dimulai dengan menggambarkan kondisi spiritual umat manusia tanpa Kristus. Karena waktu kita masih lemah. Kata yang diterjemahkan "lemah" adalah ajsqenh÷ß (asthenēs), kombinasi dari negatif a (a, "tanpa") dan sqeno÷ß (sthenos,
"kekuatan"). Alkitab KJV menerjemahkan kata itu sebagai "tanpa kekuatan." Istilah asthenēs kadang-kadang mengacu kepada penyakit yang melemahkan (Mat. 25:43, 44; Luk. 10:9; Kisah 4:9; 5:5, 16). Dalam konteks ini, itu "menyiratkan bahwa manusia adalah makhluk yang ditunggangi penyakit—cacat dan lemah dari penyakit dosa yang menyia-nyiakan hidupnya.… [P]enyakitnya sangat parah tanpa kuasa penyembuhan dari Allah."20Sebuah pepatah lama mengatakan, "Allah menolong mereka yang menolong diri mereka sendiri,"21tetapi Roma 5:6 mengatakan bahwa Allah menolong mereka yang tidak dapat menolong diri mereka sendiri. Tanpa Kristus, orang yang "tak berdaya," adalah lemah, dan sesat.
Selagi dunia dalam kondisi lemah, pada waktu yang tepat Kristus mati
(NASB). "Waktu yang tepat" adalah dari kairo֧ (kairos), kata yang menunjukkan "titik menentukan" dalam waktu.22"Waktu yang tepat" dapat mengacu kepada "waktu yang tepat dalam rencana dan maksud Allah" (lihat Gal. 4:4), atau bisa berarti "waktu ketika manusia telah mencapai titik tidak berdaya sepenuhnya."23Leon Morris berpendapat bahwa "waktu yang tepat" mencakup kedua pokok pikiran: "Ia mati pada waktu kita masih berdosa, dan pada waktu yang tepat dengan maksud Allah."24
Selain mati untuk orang "yang lemah," ayat 6 juga mengatakan bahwa Kristus mati untuk orang-orang durhaka. "Durhaka" menggambarkan kondisi rohani kita tanpa Kristus. Kata Yunani yang diterjemahkan "durhaka" adalah ajse÷beia (asebeia). Awalan a (a) digabungkan dengan kata se÷bomai (sebomai), menegatifkan artinya. Sebomai berarti "berdiri dalam kekaguman," "takzim," "ibadah." Jadi asebeia mengacu kepada mereka yang tidak merasa kagum terhadap Allah, yang tidak menghormati Dia, yang menolak untuk menyembah Dia. Sikap itu mengabaikan, dan menentang, pribadi Allah itu sendiri. Beberapa dari kita mungkin berpikir, "Itu pasti tidak bicara tentang saya!" Namun, pernyataan "Kristus telah mati untuk orang-orang durhaka" (5:6) sejajar dengan pernyataan "Kristus telah mati untuk kita" (5:8). Dengan kata lain, "orang-orang durhaka" adalah sama dengan "kita"! Ayat 7. Sifat menakjubkan dari kasih Allah ditekankan dalam ayat 7 dan 8. Ayat 7 mengatakan, Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar—tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Orang bertanya-tanya apakah ada perbedaan atau tidak antara "orang benar" (di÷kaioß, dikaios) dan "orang baik" (ajgaqo÷ß, agathos)—dan, jika ada, apakah perbedaannya. Beberapa orang menganggap tidak ada perbedaan. Mereka berpendapat bahwa Paulus, yang sedang mendikte Tertius (16:22), membuat pernyataan itu dan lalu memutuskan untuk menetapkan syaratnya: "Sungguh akan sulit untuk menemukan orang yang mau mati untuk orang [baik] yang benar.… Nah, mungkin orang bersedia mati untuk orang [benar] yang baik.… Tapi.…"
Kebanyakan penulis, bagaimanapun, percaya bahwa perbedaan tertentu harus dibuat antara dua istilah itu. Salah satu kemungkinannya adalah bahwa "orang benar" adalah orang yang mencoba untuk menjalani kehidupan yang benar, tapi orang yang secara khusus tidak disukai. Sayangnya, tidak semua orang "baik" (menggunakan ungkapan, orang "benar" dari Paulus) adalah menyenangkan. Jika Paulus menginginkan perbedaan semacam ini, "orang baik" adalah orang yang tidak hanya "baik", tetapi juga "menyenangkan"—disukai dan dicintai. Jika diminta untuk melakukan hal itu, kebanyakan dari kita akan lebih bersedia untuk mengorbankan diri kita untuk jenis orang yang kedua daripada yang pertama.
Apakah perbedaan antara dua istilah itu harus dibuat atau tidak adalah tidak penting. Maksud Paulus adalah sama dengan cara yang mana saja: Beberapa orang mengorbankan nyawa mereka bagi orang lain. Sekarang ini, laki-laki dan perempuan dalam angkatan bersenjata mengorbankan nyawa mereka untuk keluarga, teman-teman, dan negara. Polisi, pemadam kebakaran, dan pekerja darurat lainnya sering mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan orang lain—banyak yang darinya bahkan tidak mereka kenal. Biasanya, bagaimanapun, orang hanya bersedia mati untuk mereka yang "dekat dan berharga" di hati mereka.
Ayat 8. Ayat ini dimulai dengan, Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya [sendiri; NASB] kepada kita. "Kasih-Nya sendiri" adalah kasih Allah yang unik—yang berbeda dengan kasih manusia, yang cenderung kita simpan untuk orang-orang yang mengasihi kita. Allah menunjukkan kasih yang khusus dalam kematian Yesus. Ini adalah "kasih-Nya sendiri" dalam arti bahwa Ia memberikan Anak-Nya sendiri, tetapi itu lebih daripada itu. Karena Bapa dan Anak adalah satu (Yoh. 10:30), ketika salah satu dari mereka melakukan sesuatu, pada dasarnya, yang lain juga melakukannya. Dengan demikian, dalam memberikan Anak-Nya, Allah juga memberikan diri-Nya.25Kata Yunani yang diterjemahkan "menunjukkan" (suni÷sthsin, sunistēsin) adalah dalam bentuk present tense, menekankan bahwa Allah terus-menerus dari hari ke hari menunjukkan kasih-Nya.
Perbedaan sebenarnya antara kasih kita dan kasih Allah ditemukan pada bagian akhir ayat itu: Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. "[Orang-orang] berdosa" berasal dari aJmarti÷a (hamartia), yang artinya "tidak mengenai sasaran." Kata itu menyatakan bahwa kita telah gagal menjadi seperti yang Allah inginkan bagi kita.
Karena Yesus "telah mati untuk kita," kita bisa diselamatkan. "Untuk kita" dapat berarti "atas nama kita" atau "pengganti kita" (lihat 1 Kor. 15:3). Kristus menanggung kesalahan—dan dengan demikian hukuman—dosa kita ke atas diriNya; Ia menjadi "pendamaian" kita (3:25). Akibatnya, ketika kita percaya kepada Yesus dan mengung- kapkan iman kita dalam ketaatan (1:5; 16:26), Allah mengampuni kita dari dosa-dosa kita (4:7) dan menganggap kita sebagai orang benar (4:22-24).
Ayat 9. Paulus melanjutkan, Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah [melalui Dia; NASB]. Ungkapan "lebih-lebih" muncul dua kali dalam nas ini (5: 9, 10). Allah berbuat "lebih" bagi kita daripada sekedar menyelamatkan kita dari kesalahan dosa-dosa masa lalu; Ia terus-menerus menolong kita setiap hari (Ibr. 13:5, 6). Karena "akan diselamatkan" (swqhso÷meqa, sōthēsometha) berbentuk masa depan, sebagian besar setuju bahwa "murka Allah" dalam ayat ini adalah murka Allah terhadap kelaliman di hari penghakiman. Ayat 9 mengungkapkan dua aspek kasih karunia Allah. Oleh karena kasih karunia-Nya, Ia memberi kita apa yang tidak layak kita terima: pembenaran. Oleh karena kasih karunia-Nya, Ia tidak memberikan apa yang sebenarnya layak kita terima: murka.
Sekali lagi, Paulus menekankan bahwa kita "diselamatkan … melalui Dia"—yaitu, melalui Kristus (lihat 5:1, 2, 10, 11). Kita diselamatkan dari dosa-dosa masa lalu, diselamatkan dari hari ke hari, dan akhirnya diselamatkan dalam kekekalan oleh darah Anak Domba yang mahal! Wahyu 7 menggambarkan adegan bergerak dari orang-orang yang diselamatkan di sekitar takhta Allah, dan mereka berjubah putih. Mereka digambarkan sebagai sudah "mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba" (Wahyu 7:14).
Ayat 10. Kasih Allah diungkapkan dalam Kristus ketika kita masih seteru.
"Seteru" berasal dari ejcqro÷ß (echthros), yang terkait dengan e¡cqoß (echthos), sebuah kata yang artinya "kebencian." Echthros adalah istilah yang kuat. Kata itu tidak mengacu kepada seseorang yang kurang sempurna untuk menjadi seorang teman. Sebaliknya, kata itu menunjukkan seseorang yang berada di kubu yang berlawanan.26C. S. Lewis mengatakan, "Kita bukan hanya makhluk yang tidak sempurna yang harus diperbaiki; kita … adalah pemberontak yang harus meletakkan senjata kita."27Kita tidak berdaya atau lemah (5:6) tetapi bermusuhan. (8:7; Kol. 1:21). Kondisi ini sebanding dengan binatang yang terluka yang menggigit dan menyakar orang yang mencoba untuk menolongnya.
"Lemah," "durhaka," "orang-orang berdosa," "seteru": Ini adalah istilah-istilah yang tidak bersifat memuji! Namun demikian, Allah masih mengasihi kita dan mengutus Anak-Nya untuk mati bagi kita. Morris mengatakan bahwa Allah "mengasihi oleh karena siapa Ia sebenarnya, bukan karena siapa kita sebenarnya."28John R. W. Stott menulis, "Semakin banyak pemberian membebani si pemberi, dan semakin kurang layak si penerima untuk menerimanya, [maka] kasih tersebut terlihat menjadi lebih besar. Diukur dengan standar ini, kasih Allah dalam Kristus adalah benar-benar unik."29
Ayat 10 lebih lanjut mengatakan, [kita] diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya. Ketika ia membahas transaksi spiritual yang menakjubkan ini, Paulus memperkenalkan istilah "diperdamaikan" ke dalam surat Roma. Ia sebelumnya mengatakan bahwa, ketika kita menjadi orang Kristen, kita "dibenarkan" (5:1); sekarang ia mengatakan bahwa kita "diperdamaikan." Kata-kata "dibenarkan" dan "diperdamaikan" tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengacu kepada tindakan menjadi anak-anak Allah, namun masing-masing memberikan tambahan wawasan ke dalam apa yang Tuhan telah lakukan bagi kita.
Kata yang diterjemahkan "diperdamaikan" adalah katalla÷ssw (katallassō). Itu adalah kombinasi dari kata kerja ajlla÷ssw (allassō, "perubahan") diperkuat oleh kata kata (kata). Istilah itu menunjukkan "perubahan permusuhan menjadi hubungan yang bersahabat."30Kata Bahasa Inggris "reconcile" menambahkan awalan "re" ("lagi") kepada kata "conciliate" ("mencoba untuk bersahabat dengan seseorang"). Definisi yang baik untuk kata "reconcile" adalah "menjalin kembali persahabatan." Arti itu dapat diilustrasikan oleh dua sahabat yang bertengkar. Mereka tidak berbicara satu sama lain selama berhari-hari; mereka terasing. Lalu, suatu hari, mereka duduk dan menyelesaikan masalah mereka. Sekarang mereka diperdamaikan; mereka bersahabat kembali.
Kata "diperdamaikan" mengingatkan kepada fakta bahwa kita dahulu adalah sahabat Allah, tapi kemudian kita berdosa dan pergi menjauh dari Tuhan. Kita menjadi terasing dari Dia. Yesaya menulis, Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang Untuk menyelamatkan, Dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam Untuk mendengar;
Tetapi yang merupakan pemisah Antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, Dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, Sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu (Yes. 59:1, 2).
Bukan Allah yang memisahkan diri dari manusia, tapi manusia yang memisahkan diri mereka dari Allah melalui dosa. Karena ini adalah benar, maka bukan Allah yang perlu untuk diperdamaikan dengan manusia, tapi manusia yang perlu diperdamaikan dengan Allah. Paulus menulis, "Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah" (2 Kor. 5:20). Kita harus menanggapi injil, yang disebut "berita pendamaian" (2 Kor. 5:19). Ketika kita percaya dan taat, Allah menambahkan kita kepada kumpulan orang-orang yang diselamatkan (Kisah 2:38, 41, 47). Kita diperdamaikan "di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib" (Efe. 2:16). "Satu tubuh" itu adalah "gereja" (Efe. 1:22, 23).
Paulus berikutnya mengatakan bahwa kita pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! Apakah maksudnya? Mungkin ia sedang mengacu kepada kebangkitan Yesus: Karena Yesus adalah hidup, kita tahu bahwa Allah menerima pengorbanan-Nya dan karena itu kita dapat diselamatkan. Di 4:25, Paulus menekankan bahwa Kristus "dibangkitkan karena pembenaran kita." Dalam Alkitab AB, ayat 10 mengatakan bahwa "kita akan diselamatkan [setiap hari dilepaskan dari kuasa dosa] melalui kehidupan [kebangkitan]-Nya."
Kemungkinan lain adalah bahwa Paulus ingin kita diselamatkan "dengan berbagi hidupnya" (Goodspeed). Di 6:8, Paulus mengatakan bahwa "Jika kita telah mati dengan Kristus, … kita akan hidup juga dengan Dia" (lihat Yoh. 14:19). Paulus memberitahu jemaat Galatia, "Tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (Gal. 2:20).
Banyak penulis mengaitkan 5:10 dengan pernyataan Paulus yang belakangan di 8:34: "Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita" (huruf miring ditambahkan). Ibrani 7:25 dianggap sebagai komentari untuk Roma 5:10: "Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka" (huruf miring ditambahkan).
Tidak peduli bagaimana kita memahami pernyataan Paulus itu, 5:10 menyatakan bahwa "karya penebusan [Tuhan] belum selesai di kayu salib tapi berlanjut terus."31
Darah Yesus terus-menerus menyucikan kita dari dosa-dosa kita seraya kita hidup dalam terang Firman-Nya (1 Yoh. 1:7; lihat Maz. 119:105). Yesus tetap bersama kita untuk menguatkan dan menolong kita (Mat. 11:28; 28:20). Ia selalu membela kasus kita di hadapan Bapa-Nya (Ibr. 7:25; lihat 2:18; 4:14-16).
Argumentasi Paulus adalah bahwa, jika Allah telah berbuat begitu banyak untuk kita selagi kita masih menjadi seteru-Nya, betapa lebih banyak lagi yang Ia akan perbuat sekarang ketika kita adalah sahabat-Nya! Di 8:32, ia menggunakan argumentasi yang sama: "Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?" Dengan kata lain, jika Allah sudah melakukan hal yang lebih besar, tidak akankah Ia juga melakukan hal yang lebih rendah? Paulus menutup pasal 8 dengan jaminan bahwa Tuhan akan selalu bersama kita dan menolong kita, tidak peduli apa bentuk kehidupan kita:
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (8:35-39).
Ayat 11. Paulus masuk ke dalam ungkapan sukacita yang spontan, sukacita yang ia temukan dalam Tuhan: Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah [bersukacita/menyombongkan diri] dalam Allah. Paulus bersukacita/menyombongkan diri tidak dalam dirinya sendiri atau apa yang ia telah lakukan, tetapi dalam Allah. Dalam ayat 2 dan 3, ia bersukacita dalam apa yang Allah lakukan bagi umat Kristen, tetapi sukacitanya tidak terbatas pada pelbagai berkat. Ia juga bersukacita "dalam Diri Allah" sendiri: dalam siapa dan apa Allah itu sesungguhnya.
Paulus sebelumnya mengatakan bahwa orang-orang Yahudi "bermegah dalam Allah" (2:17). Namun begitu, mereka tidak begitu bermegah dalam Diri Allah sendiri seperti mengenai kenyataan bahwa Allah telah memilih bangsa mereka sebagai umat-Nya yang khusus. Penyombongan diri (sukacita/kebermegahan) mereka dalam Allah adalah egois, sedangkan kebermegahan Paulus berpusat pada Allah.
Seraya Paulus mengakhiri pembahasan 5:1-11, ia kembali menekankan bahwa semua berkat dalam tulisan ini adalah melalui Tuhan kita Yesus Kristus (5:1, 2, 9, 10). Hanya melalui Dia kita dapat diperdamaikan dengan Allah!
Pada penutupan ayat 11, ketimbang menulis pendamaian , Alkitab KJV menulis "penebusan." Para pengkhotbah kadang-kadang menuliskan "penebusan [atonement]" seperti ini: "At-one-ment." Mereka berpendapat bahwa kata itu menyiratkan bahwa dua sahabat yang pernah bermusuhan sekarang bersatu ("menyatu"). Terlepas dari bagaimana kita mengungkapkannya, kata "pendamaian" menyatakan kebenaran menakjubkan bahwa, karena Yesus telah mati, persahabatan dengan Allah dapat dipulihkan. Alkitab NCV membuat terjemahan ini untuk ayat 10 dan 11: "Selagi kita menjadi musuh Allah, Ia menjadikan kita sahabatnya melalui kematian Anak-Nya … Melalui dia [Yesus] kita sekarang bersahabat lagi dengan Allah. "
KORBAN KRISTUS YANG MAHA MENCUKUPI (Roma 5:12-21)32
Roma 5:12-21 meyakinkan kita bahwa Kristus telah menangani masalah apapun yang sudah Adam perkenalkan ke dalam ras manusia—dan lebih lagi. J. D. Thomas mengatakannya seperti ini: "Apa yang hilang dari kita dalam Adam,… kita peroleh kembali lebih banyak dalam Kristus.… Perolehan kita melalui Kristus jauh melebihi kerugian kita dalam Adam."33Itulah pesan utama dari paruh terakhir Roma 5.
Rincian nas ini, bagaimanapun, sangat sulit ditafsirkan. Moses E. Lard menyebutnya "salah satu nas paling sulit dari Surat itu."34Richard Rogers mengatakan bahwa beberapa orang "menganggap Roma 5:12-21 sebagai nas Kitab Suci paling sulit di seluruh Alkitab."35Mengomentari ayat 12, Douglas J. Moo menegaskan bahwa "setiap kata —sesungguhnya setiap tanda baca!—adalah obyek kontroversi yang sangat sengit."36
Untuk beberapa alasan, Roma 5:12-21 menyediakan pelbagai tantangan bagi para komentator. Salah satunya adalah gaya Paulus. Kadang-kadang, ia tidak menuntaskan suatu kalimat, seperti halnya pada akhir ayat 12. Selain itu, ia melompat dari pokok pikiran ke pokok pikiran lain dan ke pokok pikiran lain lagi; pernyataan yang dimulai di ayat 12 tidak diselesaikan sampai ayat 18. Lalu, ia meninggalkan beberapa kata kerja dan kata-kata kunci lainnya, khususnya dalam ayat 16.37Selanjutnya, tujuan Paulus dalam nas itu, lebih kurang, menarik persamaan antara Adam dan Kristus. Kadang-kadang ia menunjukkan bagaimana mereka itu sama, sedangkan di waktu lainnya ia menunjukkan bagaimana mereka itu berbeda. Dalam beberapa kasus, tidak ada perbandingan sama sekali.
Umumnya disepakati bahwa bagian tersebut sangat kental.38Karena argumentasi Paulus sangat padat, maka perlu untuk memperluas teks itu untuk memahami pokok pikirannya.Masalahnya adalah bahwa kita tidak bisa memastikan kata-kata apa yang dibutuhkan. Akibatnya, kita cenderung "mengisi kekosongan" dengan "keyakinan … yang diperoleh dari bagian lain Alkitab."39
Gaya Paulus dan perlunya melengkapi kata-katanya telah mengakibatkan perbedaan pendapat yang besar atas teks itu. Bahkan para sarjana yang cakap tidak sepakat tentang pelbagi pertanyaan seperti berikut ini. Apakah "kematian" di ayat 12 sifatnya jasmani, rohani, atau kombinasi keduanya? Apakah "semua orang telah berbuat dosa" dalam ayat 12 mengacu kepada dosa pribadi seperti dalam 3:23, atau bisakah kata-kata itu berarti sesuatu yang lain? Ketidaksepakatan seperti ini di antara para penulis yang terhormat dapat mengecilkan hati para siswa baru kitab Roma.
Akhirnya, tugas kita menafsirkan 5:12-21 dirumitkan oleh fakta bahwa orang-orang yang mempromosikan doktrin menyesatkan mengambil keuntungan dari aspek-aspek tak jelas dari nas itu. Larry Deason berpendapat bahwa teks ini "mungkin merupakan salah satu nas paling disalahgunakan di seluruh Alkitab."40Mari kita dengan penuh doa merenungkan teks itu, memberikan perhatian yang cermat kepada apa yang teks itu ajarkan.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Roma (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini mer...
Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).
Tujuan
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.
- (1) Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
- (2) Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36).
Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom 3:21--4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial, sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.
- (2) Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).
- (3) Paulus memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan sifat sesungguhnya dari Injil.
- (4) Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.
- (5) Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:
- (a) dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan
- (b) prinsip "dosa" (Yun. _he hamartia_), yaitu kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Rom 5:12--8:39).
- (6) Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
- (7) Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Full Life: Roma (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Rom 1:1-17)
I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20)
A. Kebutuhan Or...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Rom 1:1-17) - I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20) - A. Kebutuhan Orang Bukan Yahudi
(Rom 1:18-32) - B. Kebutuhan Orang Yahudi
(Rom 2:1-3:8) - C. Kebutuhan Semua Orang
(Rom 3:9-20) - II. Penyediaan Kebenaran yang Mulia oleh Allah
(Rom 3:21-5:21) - A. Pembenaran oleh Iman Diringkaskan
(Rom 3:21-31) - B. Pembenaran oleh Iman Digambarkan Dalam Abraham
(Rom 4:1-25) - C. Berkat dan Keyakinan yang Menyertai Pembenaran
(Rom 5:1-11) - D. Adam dan Kristus Dibandingkan
(Rom 5:12-21) - 1. Adam/Dosa/Penjatuhan Hukuman/Kematian
- 2. Kristus/Kasih Karunia/Pembenaran/Hidup
- III.Kebenaran Berkarya Melalui Iman
(Rom 6:1-8:39) - A. Kebebasan dari Perbudakan Dosa
(Rom 6:1-23) - 1. Mati Bersama Kristus terhadap Dosa
(Rom 6:1-14) - 2. Hidup Bersama Kristus sebagai Hamba Kebenaran
(Rom 6:15-23) - B. Kebebasan dari Pertentangan di Bawah Hukum Taurat
(Rom 7:1-25) - C. Kebebasan Melalui Hukum Roh Kehidupan
(Rom 8:1-39) - IV. Kebenaran oleh Iman Berkaitan dengan Israel
(Rom 9:1-11:36) - A. Persoalan Penolakan Israel
(Rom 9:1-10:21) - B. Kemenangan Rencana Allah
(Rom 11:1-36) - V. Penerapan Praktis dari Kebenaran oleh Iman
(Rom 12:1-15:13) - A. Orang Percaya dan Penyerahan Diri
(Rom 12:1-2) - B. Orang Percaya dan Masyarakat
(Rom 12:3-21) - C. Orang Percaya dan Pemerintah
(Rom 13:1-7) - D. Orang Percaya dan Hukum Kasih
(Rom 13:8-15:13) - Penutup
(Rom 15:14-16:27)
Matthew Henry: Roma (Pendahuluan Kitab)
Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulk...
- Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulkan bahwa mazmur-mazmur Daud di dalam Perjanjian Lama dan surat-surat penggembalaan Rasul Paulus di dalam Perjanjian Baru merupakan bintang-bintang yang paling terang, yang berbeda dari bintang-bintang lainnya di dalam kemuliaan. Kitab Suci secara keseluruhan memang merupakan surat penggembalaan dari sorga kepada dunia ini, tetapi di dalamnya ada penjelasan atas beberapa surat kerasulan tertentu. Di dalamnya terdapat lebih banyak surat-surat Paulus dibandingkan dengan surat rasul-rasul lainnya, sebab ia adalah rasul utama dari antara mereka. Ia bekerja lebih keras dibandingkan mereka semua. Tidak diragukan lagi, bakat alamiahnya sangat luar biasa. Pengertiannya akan suatu hal cepat dan tajam, ungkapan-ungkapannya lancar dan kaya. Ke mana pun ia pergi, kasih sayangnya sangat hangat dan bersemangat, dan keteguhan hatinya sangat tegas dan berani. Hal ini membuat ia menjadi seorang penganiaya yang sangat keras dan sengit sebelum ia bertobat. Namun ketika orang kuat yang bersenjata lengkap ini dilucuti, dan orang yang lebih kuat dari padanya datang menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan membagi-bagikan rampasannya dan menguduskan kecakapan-kecakapan ini, ia pun menjadi pemberita firman yang paling mahir dan bersemangat. Tidak ada yang lebih baik dari padanya untuk memenangkan jiwa, dan juga tidak ada yang lebih berhasil dari padanya. Empat belas surat penggembalaannya terdapat di dalam kanon Kitab Suci kita. Besar kemungkinan masih ada lebih banyak lagi surat yang ia tulis selama masa pelayanannya, yang mungkin cukup baik untuk mengajar, menegur, dan seterusnya tetapi karena surat-surat itu tidak diilhami oleh Allah, maka surat-surat tersebut tidak diterima sebagai kitab kanonik, dan juga tidak diturunkan kepada kita. Beberapa penulis kuno mengatakan bahwa ada enam pucuk surat ditulis oleh Paulus kepada Seneca (ahli filsafat dan negarawan Romawi abad pertama – pen.), dan delapan surat dari Seneca kepadanya [Sixt. Senens. Biblioth. Sanct. lib.2], dan yang masih ada sampai sekarang ini. Namun, sekali pandang saja tampaknya naskah-naskah itu tidak asli dan palsu.
- Surat penggembalaan kepada jemaat Roma ini ditempatkan sebagai surat yang pertama, bukan karena urutan waktu penulisannya yang lebih awal, melainkan karena keunggulannya yang tinggi. Surat ini adalah surat yang terpanjang dan terlengkap dibandingkan surat-surat penggembalaan lainnya, dan mungkin juga karena kewibawaan dari tempat yang menjadi tujuan surat ini ditulis. Dikatakan bahwa Krisostom, salah seorang bapa gereja, meminta supaya surat ini dibacakan untuknya dua kali dalam seminggu. Surat ini merupakan kumpulan dari beberapa bagian tulisan dari surat tersebut yang ditulis pada tahun 56 Masehi, dari kota Korintus, ketika Paulus tinggal di situ sebentar dalam perjalanannya menuju Troas (Kis. 20:5-6). Ia menitipkan surat ini kepada Febe, orang Romawi itu, seorang pelayan jemaat di Kengkrea (pasal 16), yang berada di wilayah Korintus. Di dalam surat itu ia menyebut Gayus sebagai tuan rumahnya, atau orang yang memberi tumpangan kepadanya (16:23). Gayus yang dimaksud adalah orang Korintus, berbeda dengan Gayus dari Derbe, yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 20. Pada saat itu, Rasul Paulus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem dengan membawa uang yang akan diberikan kepada orang-orang kudus miskin yang ada di sana. Hal itu ia sebutkan di dalam Roma 15:26. Rahasia-rahasia besar perlu dibahas di dalam surat ini, seperti juga dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus lainnya, karena banyak hal masih gelap dan sukar dipahami (2Ptr. 3:16). Cara penulisan surat ini (sama seperti beberapa surat penggembalaan lainnya) dapat diamati. Bagian terdepan berisikan pengajaran, yaitu di dalam sebelas pasal pertama. Bagian terakhir adalah bagian penerapan, yaitu di dalam lima pasal terakhir, yang memberitahukan tentang penghakiman dan cara memperbaiki hidup. Cara terbaik untuk memahami kebenaran-kebenaran yang dijelaskan di bagian awal adalah dengan menaati dan melakukan kewajiban-kewajiban yang diuraikan di bagian akhir. Sebab, barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan mengetahui pengajaran itu (Yoh. 7:17).
- I. Bagian pengajaran dari surat kerasulan itu mengajarkan kepada kita,
- 1. Mengenai jalan keselamatan,
- (1) Dasar keselamatan itu adalah pembenaran oleh Allah, dan bukan karena perbuatan manusia (pasal 1). Juga bukan karena melakukan hukum Taurat bangsa Yahudi (pasal 2-3), sebab baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain harus bertanggung jawab terhadap kutuk itu. Sebaliknya, keselamatan itu hanya diperoleh melalui iman di dalam Yesus Kristus (Roma 3:21 dan seterusnya; pasal 4).
- (2) Langkah-langkah menuju keselamatan ini adalah,
- 2. Mengenai orang-orang yang diselamatkan, seperti halnya mereka yang masuk menurut pilihan kasih karunia (pasal 9), bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi (pasal 10-11). Dari sini tampak bahwa pokok yang ia bicarakan adalah kebenaran-kebenaran yang sebenarnya telah diketahui, seperti yang dikatakan oleh Rasul Petrus (2Ptr. 1:12). Dua hal yang menjadi batu sandungan bagi bangsa Yahudi, yaitu pembenaran oleh iman tanpa melakukan hukum Taurat, dan penerimaan bangsa-bangsa lain ke dalam jemaat. Itulah sebabnya Rasul Paulus berusaha menjelaskan dan membereskan kedua hal ini.
- II. Bagian penerapan yang mengikuti, yang di dalamnya kita temukan,
- 1. Beberapa nasihat umum yang cocok bagi semua orang Kristen (pasal 12).
- 2. Petunjuk-petunjuk bagaimana kita berperilaku sebagai anggota masyarakat yang beradab (pasal 13).
- 3. Aturan-aturan yang mengatur tingkah laku orang-orang Kristen satu sama lain, sebagai sesama anggota jemaat Kristen (pasal 14 dan pasal 15:1-14).
- III. Ketika mendekati bagian penutup, Rasul Paulus menjelaskan dasar-dasar tulisannya kepada mereka (15:14-16), memberikan penjelasan mengenai dirinya sendiri dan urusan-urusannya (ay. 17-21), berjanji untuk mengunjungi mereka (ay. 22-29), meminta dukungan doa mereka (ay. 30-32), mengirimkan salam khusus kepada banyak sahabat di sana (Roma 16:1-16), memperingatkan mereka terhadap orang-orang yang menimbulkan perpecahan (ay. 17-20), menambahkan salam dari sahabat-sahabat yang ada bersamanya (ay. 21-23), dan mengakhirinya dengan sebuah doa berkat dan pujian kepada Allah (ay. 24-27).
Jerusalem: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus.
di Korintus pada awal...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus. di Korintus pada awal tahun 58, mendjelang berangkatnja ke Jerusalem, guna menjampaikan hasil pendermaan dari umat-umat di Achaja dan Masedonia, bagi orang-orang miskin didalam umat induk disitu. Ia bermaksud, segera sesudah penjerahan resmi derma-derma tersebut, pergi ke Barat pula dan meluaskan wilajah kerajanja sampai ke Spanjol. Pada perdjalanan ke Spanjol itu ia bermaksud singgah di Roma dan hal ini mendjadi alasan tertulisnja surat ini. Ia hendak memberitahukan niatnja itu dan memperkenalkan diri dan maksud kundjungannja terlebih dahulu, sebab ia masih agak asing bagi umat itu, belum pernah berhubungan denganja, ketjuali dengan beberapa tokoh, jang dahulu mendjadi pembantu, kawan atau muridnja dilain-lain tempat. Bdl. 16:3-16. Umat itu dewasa itu sudah sangat besar dan menurut perkataan Paulus sendiri dalam 1:8 semangat imannja terkenal "diseluruh dunia". Lagi pula kedudukan umat ini teristimewa penting sebagai umat ibu-kota seluruh kekaiseran Roma, pusat pemerintahan dan kebudajaan Romawi. Sudah sewadjarnja semua itu menarik minat seorang rasul seperti Paulus. dan sebab itu sudah lama menimbulkan kerinduan untuk berkenalan dengan umat itu. Malahan ia merasa bertugas terhadapnja djuga. Umat itu bagian terbesar terdiri dari orang Romawi asli bekas penjembah dewa-dewa, dan bukankah ia. chususnja bertugas sebagai rasul terhadap segala bangsa-bangsa "kafir"? Untuk itu ia ditetapkan langsung oleh Kristus sendiri (Kis. Ras. 9:15), dan dengan resmi pula oleh umat Antiochia atas ilham Roh Kudus (Kis. Ras. 13:2-3), dan achirnja oleh persetudjuan dengan "tiang-tiang agung" Geredja, ialah Petrus, Joanes dan Jakobus (Gal. 2:7-10). Oleh sebab itu ia tidak mau datang dengan tangan kosong, melainkan dengan kepenuhan berkat Kristus (15:29), dan sekedar membagikan iman mereka (1-11). Namun demikian ia tidak mau membangunkan. diatas dasar jang diletakkan oleh orang lain (15:20-22), artinja ia tidak mau tjampur- tangan dalam urusan-urusan umat. Dan memang dasar umat itu sudah teguh berdiri. Siapakah jang meletakkan dasar itu tidak terang. Ada hanja beberapa berita bersifat riwajat lisan jang sebagian amat kabur. Mungkin pangkal mula umat ialah orang-orang jang didalam Kis. Ras. 2.10 disebut "orang Jahudi dan proselit dari Roma", jang turut menjaksikan peristiwa Pentekosta di Jerusalem. Tetapi perkembangan pesat dan keteguhan iman membuktikan, bahwa pendiri dan pemimpin umat itu tentu seorang rasul unggul dan ada hal-hal dan berita-berita jang menundjuk kepada Petrus. Menurut berita-berita purba jang agak kabur, Petrus sudah bekerdja disitu waktu pemerintahan kaiser Klaudius antara. 42 dan 49, dan datang kesana langsung atau tak langsung, sesudah ,pergi kesuatu tempat lain" (Kis. Ras. 12:17). Memang diwaktu itu umat sudah besar, tentu terutama diantara orang Jahudi, jang golongannja di Roma dewasa itu beberapa ribu orang. Hal itu terkesan oleh berita Suetonius, periwajat hidup Klaudius, jang menulis, bahwa dimasa itu terdjadi suatu pergolakan diantara orang-orang Jahudi, disebabkan oleh seorang bernama Chrestos dan mengakibatkan Klaudius mengusir semua orang Jahudi dari Roma. Bdl. Kis. Ras. 18:2. Berita-berita bahwa Petrus kemudian bekerdja di Roma dan mati sebagai martir disitu tidak dapat disangkal kebenarannja. Diantaranja misalnja berita, bahwa Markus menulis Indjilnja di Roma, berdasarkan pengadjaran Petrus disitu dan atas permintaan orang Roma. la dinamakan djuru-bahasa Petrus.
Bahwa diwaktu Paulus menulis surat ini, dan datang, sebagai tahanan ke Roma, umat disitu besar dan teguh imanja, njata dibuktikan beberapa tahun kemudian, dalam pengedjaran Nero terhadap mereka. Penulis sedjarah Romawi, Tasitus, menulis, bahwa orang-orang jang disebut "Chrestiani", sedjumlah teramat besar (ingens multitudo) ditangkap dan disiksakan (dibunuh) sebengis-bengisnja oleh kaisar Nero, bukannja seolah-olah mereka bersalah, sebagaimana tertuduh, melainkan karena kebentjian rakjat terhadap mereka dan kekedjaman satu orang (Nero).
Paulus hendak mengundjungi umat Roma sebab bertugas sebagai rasul bagi bangsa-bangsa penjembah dewa-dewa. Demikian menurut 1:5-7. Dan dalam membatja surat ini kita memang mendapat kesan-kesan, bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada orang-orang bekas penjembah dewa-dewa. Tentu sadja ada segolongan bangsa Jahudi djuga dalam umat Roma, jang tidak diabaikan oleh Paulus. Tetapi kalau ia didalam surat, misalnja dalam bab 2, langsung menjapa orang Jahudi, hal itu bukan berarti, bahwa uraian bersangkutan chusus ditudjukan kepada mereka. Isinja sama penting bagi segala anggota umat. Metodos Paulus disini, memberi pengertian djelas dengan mempertahankan kebenaran Indjil dengan salah paham Jahudi. Dan kalau dalam pada itu menjapa orang Jahudi, itu dapat dan harus ditafsirkan sebagai akal suatu gajabahasa setperti terdapat dalam Rom. 7,7-25. Mengenai tudjuan surat untuk menjatakan niat mengundjungi umat dan memperkenalkan diri serta maksud kedatangannja, tentu sadja tjukup suatu surat pendek, jang misalnja meliputi isi 1:1-15 dan 15:22-29. Tetapi dalam kegiatan kerasulannja Paulus tidak dapat mentjukupkan diri dengan suatu berita pendek itu. Disini sudah ia tidak mau datang dengan tangan kosong. Dan sjukurlah bagi seluruh Geredja untuk segala abad, ia mendapat ilham dalam menulis surat ini untuk terdahulu memaparkan isi "Indjil"nja, jang akan dibitjarakan setjara lisan pada perkundjungannja. Kita sudah tahu apakah arti "Indjil"nja itu, jaitu Indjil Kristus dengan menondjolkan apa jang chususnja mendjadi kabar gembira bagi bangsa-bangsa bukan Jahudi, jaitu bahwa Kristus sebagai Penebus telah datang untuk menjelamatkan seluruh bangsa manusia, baik Jahudi, maupun bangsa-bangsa jang masih disebut "kafir". Paulus menerangkan djalan, sjarat-sjarat dan hakekat penjelamatan itu. Djalan pikiran Paulus dalam surat ini dalam garis-garis besarnja adalah seperti berikut:
Seluruh umat manusia, turunan Adam meringkuk dalam perhambaan kepada dosa. Dosa itu pada hakekatnja terletak dalam terputusnja hubungan tjinta dengan Allah dan disebut djuga "murka" Allah. Akibatnja keruntuhan achlak jang mengerikan dan achirnja kebinasaan abadi. Tak seorang manusiapun mampu membebaskan diri dari perhambaan itu, dan dari sendirinja mendekati Allah.
Dalam kerahimanNja Allah dari kekal sudah merentjanakan menjelamatkan manusia dari keadaan itu. PenjelenggaraanNja telah didjandjikanNja kepada Abraham dan para turunannja dan makin lama makin djelas disediakanNja didalam Perdjandjian Lama.
Rentjana dan djandji itu sudah dilaksanakan oleh dan dalam Kristus. Ia telah menebus dosa manusia dengan darahnja dan memperdamaikan bangsa manusia dengan Allah Pula.
Keadaan manusia tertebus dinamakan Paulus "dikaiosine", artinja kebenaran.Manusia 'jang "pertjaja akan Kristus", "dibenarkan" oleh Allah, artinja dosanja dihapus dan Allah memberinja suatu hidup baru, jang berwudjud mempunjai bagian dalam hidup Allah sendiri dan diangkat mendjadi anak Allah sedjati dan ahliwaris kemuliaanNja. Dengan setegas-tegasnja Paulus menekankan, bahwa kebenaran itu diberikan sebagai anugerah, melulu berdasarkan kerahiman Allah dan tjintaNja jang semata-mata bebas, Manusia sendiri tidak mampu memperolehnja dengan djasanja sendiri, seperti dengan mengamalkan hukum taurat menurut salah paham orang Jahudi. Jang dituntut dari si manusia, ialah hanja kepertjajaan akan Kristus. Mengenai pengertian "kepertjajaan" dalam bahasa Paulus, batjalah kata pendahuluan II, hal. 538 (tjetakan V 1968).
Dalam menekankan, bahwa pengamalan hukum taurat samasekali tidak diperhitungkan Allah dalam membedakan manusia, Paulus tiba Pula ditengah-tengah perdjuangan dengan salah paham orang Jahudi tersebut, jang sudah kita kenal dari suratnja kepada umat-umat di Galatia. Tetapi apa jang dipergunakan Paulus dengan semangat dalam surat itu, didalam surat ini diuraikannja dengan tenang dan lebih landjut dan mendalam.
Itu memberi pula kepadanja suatu kesempatan, untuk mendjelaskan pokok sikap kaum Jahudi, dan nasibnja jang diperhitungkan Allah dalam rentjana penjelenggaraannja. Achirnja mereka akan insjaf, sehingga djandji Allah kepada Abraham dan bangsa Jahudi umumnja, dapat ditepati oleh Allah bagi bangsa Israel dalam keseluruhannja. Mulai bab 12 Paulus memberi pengadjaran praktis, bagaimana umat harus hidup sesuai dengan martabat baru dalam kesusilaan sempurna chususnja dengan mengamalkan tjinta-kasih.
Hagelberg: Roma (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh k...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu, Surat Roma tidak banyak dipengaruhi dengan situasi dan kondisi jemaat Roma, sehingga surat ini lebih bersifat obyektif. Sifat Injil Kristus diuraikan secara lengkap dan teratur.1
Kata-Kata Kunci dalam Surat Roma
Ada beberapa kata yang menonjol sebagai kata kunci untuk memahami Surat Roma secara tepat. Kata-kata yang berikut ini layak dipelajari:
aiwn/aion
"Sampai aiwn lepas aiwn" diterjemahkan "selama-lamanya," dan aiwn sendiri diterjemahkan "dunia," karena istilah ini mengandung unsur "zaman" dan juga "dunia."
Roma 1:25, 9:5, 11:36, 12:2, 16:27
aiwniov/aionios
"kekal," "abadi," "berabad-abad"
Roma 2:7, 5:21, 6:22, 6:23, 16:25, 16:26
dikaiov/dikaios
Istilah ini berarti "benar," atau "adil."
Roma 1:17, 2:13, 3:10, 3:26, 5:7, 5:19, dan 7:12.
dikaiosunh/dikaiosune
Istilah ini berarti "kebenaran," atau "keadilan."
Roma 1:17, 3:5, 3:21, 3:25, 3:26, 4:3, 4:5, 4:6, 4:9, 4:11, dst.
pisteuw/pisteuo
Roma 1:16, 3:2, 3:22, 4:3, 4:5, 4:11, 4:17, 4:18, 4:24, 6:8, 9:33, dst.
Kata kerja ini berarti "percaya."
pistiv/pistis
Roma 1:5, 1:8, 1:12, 1:17, 1:17, 3:3, 3:22, 3:25, 3:26, 3:27, 3:28, dst.
Istilah ini berarti "iman."2
Penulis Surat Roma
Memang pernah ada perdebatan mengenai identitas penulis Surat Roma. Sarjana liberal berusaha untuk meyakinkan pendapat mereka bahwa Paulus tidak menulis Surat Roma. Tetapi perdebatan tersebut sudah dapat diatasi, dan hampir semua mengakui Rasul Paulus sebagai penulis Surat Roma. Paulus disebut sebagai penulis di dalam pasal 1:1, dan banyak yang dikatakan oleh penulis surat ini cocok dengan apa yang dikatakan mengenai Rasul Paulus di dalam KPR dan surat-surat lain. Bandingkanlah Roma 15:25-27 dengan KPR 19:21, 20:1-5, 21:15-19, I Korintus 16:1-5, II Korintus 8:1-12, dan 9:1-5 mengenai perjalanan Paulus ke Yerusalem dengan persembahan dari Makedonia. Menurut Roma 11:1 dan Filipi 3:5 dia berasal dari suku Benyamin. Menurut Roma 16:3 dan KPR 18:2-3, 18-19 dia mengenal Priska dan Akwila. Menurut Roma 1:10-15, 15:22-32, dan KPR 19:21 Paulus rindu mengunjungi mereka di Roma. Kesamaan-kesamaan ini menjadi bukti yang kuat pada apa yang telah dinyatakan oleh Roma 1:1, yaitu bahwa Rasul Paulus adalah pengarang dari surat ini!
Penerima Surat Roma
Asal-usul dari jemaat pembaca pertama ini tidak diketahui dengan pasti. Mungkin jemaat pertama di Roma didirikan oleh "pendatang-pendatang dari Roma" yang percaya kepada Kristus di Bait Allah pada Hari Pentakosta (KPR 2:10), setelah mereka pulang ke Roma. Mungkin juga orang-orang yang diinjili oleh Pauluslah yang mendirikan jemaat-jemaat Roma. Paulus menyebut 24 orang di Roma, termasuk orang-orang yang memimpin jemaat di rumah mereka masing-masing.
Menurut tradisi Katolik, jemaat Roma didirikan oleh Petrus pada tahun 42. Tetapi menurut KPR 15, Petrus berada di Yerusalem pada waktu Sidang Yerusalem diadakan (tahun 49), dan menurut konteks itu setelah sidang itu dia menetap di Yerusalem. Juga, kalau seandainya Petrus berada di Roma, aneh sekali bahwa dia tidak disebut-sebut oleh Paulus, apa lagi kalau di dalam II Petrus 3:15 Petrus menyebut Paulus sebagai "saudara kita yang kekasih." Karena Petrus tidak disebut-sebut dalam surat-surat Paulus yang ditulis di Roma, adalah janggal, jikalau Petrus ada di Roma.
Dalam jemaat-jemaat di Roma ada orang Yahudi. Menurut KPR 18:2 Akwila, yang disebut dalam Roma 16:5, adalah orang Yahudi, dan menurut Roma 16:7 dan 11 Andronikus, Yunias, dan Herodion adalah "temanku sebangsa." Selain itu, kita tahu bahwa di Roma ada orang-orang Yahudi yang diusir dari Roma waktu "kaisar Klaudius memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma" (KPR 18:2). Rupanya orang-orang Yahudi sudah diperbolehkan untuk datang kembali sebelum Surat Roma ditulis. Kota Roma adalah ibu kota dari Kekaisaran Romawi, sehingga banyak orang dari seluruh daerah kekaisaran berminat untuk pindah ke sana.
Kalau diamati kelihatan bahwa Surat Roma dimaksudkan untuk orang Yahudi (2:17 dan 4:1) dan juga untuk orang yang bukan Yahudi (11:13 "Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi"). Bahkan pasal-pasal 1:5-6, 1:13, 11:17-31, dan 15:14-16 memberi kesan bahwa banyak dari para pembacanya adalah orang bukan Yahudi. Cranfield3 menegaskan bahwapara pembacanya tidak bisa dikatakan mayoritas Yahudi, atau mayoritas bukan Yahudi. Singkatnya, ada banyak orang bukan Yahudi dan Yahudi di dalam jemaat-jemaat Kristen di Roma.
Tempat dan Tahun Penulisan Surat Roma
Dari Roma 15:25 kita tahu bahwa waktu surat ini ditulis, Paulus "sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus." Saat itu dia mau mengakhiri salah satu dari ketiga perjalanannya.
Dari Roma 15:23 kita tahu bahwa dia "tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini," dan dari pasal 15:19 kita mengerti bahwa maksudnya dengan "daerah ini" adalah "dari Yerusalem sampai ke Ilirikum." Ini berarti bahwa perjalanan yang diakhiri adalah perjalanan yang ketiga, karena sebelum perjalanannya yang ketiga dia tidak akan menyatakan bahwa pelayanannya sudah selesai.
Dalam Roma 16:1-2, "Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudara kita yang melayani jemaat di Kengkrea... sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri" Surat Roma dikaitkan dengan "Kengkrea", yaitu pelabuhan sebelah barat dari kota Korintus.
Ada satu kaitan lagi dengan kota Korintus dalam pasal 16:23, di mana Gayus, "yang memberi tumpangan kepadaku," memberi salam kepada mereka di Roma. Mungkin Gayus ini adalah orang Korintus yang disebut di dalam I Korintus 1:14.
Menurut KPR 20:3 Paulus berada di tanah Yunani selama tiga bulan. Barangkali pada waktu itu dia di Korintus (ibu kota propinsi) atau Kengkrea, dan di situ dia menyusun Surat Roma.
Tahun penulisannya masih agak sulit ditentukan. Menurut Cranfield,4 surat ini pasti ditulis di antara akhir tahun 54 sampai awal tahun 59, dan kemungkinan besar di antara akhir tahun 55 sampai awal tahun 57.
Kesatuan Surat Roma
Beberapa naskah kuno dari Surat Roma tidak memuat pasal 15-16, dan beberapa bapa-bapa gereja tidak mengutip dari Roma 15-16. Juga, dalam beberapa naskah kuno, pujian yang mengakhiri Surat Roma, yaitu 16:25-27, diletakkan pada akhir pasal 14, atau pada akhir pasal 15, atau pada akhir pasal 14 dan pasal 16. Dua naskah tidak menyebut kata "Roma" di dalam 1:7 dan 1:15, sehingga kota Roma sama sekali tidak disebut di dalam dua naskah itu.
Walaupun hanya beberapa naskah yang memiliki perbedaan tersebut, tetapi perbedaan-perbedaan itu sempat menjadi bahan pemikiran dan dialog para sarjana. Mengapa terjadi demikian, sehingga ada naskah surat yang seolah-olah tidak dikirim ke Roma? Jawabannya banyak.
Ada sarjana yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-14:23 sebagai surat edaran bagi jemaat-jemaat lain, kemudian menambahkan pasal 15-16 pada surat edaran itu.
Ada sarjana lain yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-15:33 kepada jemaat-jemaat Roma, lalu setelah itu, dia mengirimkan surat itu dengan suatu tambahan (pasal 15-16) kepada jemaat lain.
Tetapi setelah Cranfield5 mempertimbangkan semua ini, dia mengambil kesimpulan bahwa seluruh surat ini, pasal 1 sampai dengan pasal 16, dikirim oleh Paulus kepada jemaat-jemaat Roma, dan perbedaan-perbedaan antara naskah muncul karena surat ini disalin di Roma, dan pasal 15 dan pasal 16 tidak selalu disalin karena dianggap ditujukan khusus untuk mereka di kota Roma.
Surat Roma memiliki kesatuan. Beberapa naskah kuno yang tidak lengkap tidak menyangkal kesatuan itu.
Maksud dan Tujuan Surat Roma
Maksud tujuan pertama dari Surat Roma sudah jelas dari pasal 15:22-25 di mana Paulus memberitahu kepada mereka bahwa dia mau mengunjungi mereka di Roma. 15:24 menceritakan satu maksud tujuan yang lain lagi. Dia mau mendapatkan pertolongan dari mereka. Dia mau melayani di Spanyol, dan dia berharap mereka akan memperlancar perjalanannya. Dia akan mencari dukungan bagi pelayanannya di sana. Pasal 15:30-32 menjelaskan bahwa dia juga minta dukungan doa mereka untuk perjalanannya ke Yerusalem, di mana dia akan menghadapi bahaya dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan di mana dia akan menyerahkan suatu persembahan.
Untuk memperoleh hasil yang telah disebut di atas, maka Rasul Paulus mau menguraikan Injil Kristus, karena dengan sungguh mengerti baik murka Allah yang mengancam manusia maupun kebenaran Allah yang dianugerahkan guna penyelamatan setiap orang yang percaya, mereka di Roma diharapkan menjadi terbeban untuk menolong dan mendukung Paulus serta ikut terlibat dengan kerinduan Paulus untuk menjangkau orang Spanyol dengan Injil Kristus.
Pola Berpikir Surat Roma6
Dalam Surat Roma Rasul Paulus menyatakan suatu pola berpikir yang penting bagi tafsiran surat ini. Bagi dia, eksistensi manusia dibagi dua. Ada dua aion/aion bagi manusia. Satu aion/aion yang dikepalai Adam, dan satu yang dikepalai Kristus. Orang yang tidak memiliki kebenaran Allah berada dalam aion/aion Adam di mana Maut berkuasa. Tetapi Kristus telah membawa aion/aion Kehidupan Kekal yang boleh dialami oleh setiap orang yang berada dalam Kristus. Perlu dimengerti juga bahwa istilah aion/aion itu lain daripada kata zaman. Aion/Aion Kehidupan sudah muncul, tetapi aion/aion Maut masih ada juga. Masa kini ada hubungan yang erat antara aion/aion Kristus dan Kerajaan Allah. Dua-duanya sudah ada, dan masih akan datang dengan segala kepenuhannya. Kerajaan Allah dilawan dengan kerajaan Iblis, dan aion/aion Kristus dilawan dengan aion/aion Adam. Baik aion/aion Kristus maupun Kerajaan Allah hanya dapat dialami oleh orang yang benar, yaitu orang yang memiliki kebenaran Kristus.
Pentingnya hal aion/aion baru dan aion/aion lama menjadi nyata kalau garis besar Surat Roma diselidiki. Hidup orang yang sudah dibenarkan karena iman adalah tema Surat Roma, sedangkan dua aion/aion tersebut di atas mewarnai kerangka Surat Roma.
Hagelberg: Roma (Garis Besar) GARIS BESAR
roma
I. Pendahuluan 1:1-1:17
A. Salam 1:1-1:7
B. Perkenalan 1:8-1:15
C. Tema Surat 1:16...
GARIS BESAR
roma
- I. Pendahuluan 1:1-1:17
- A. Salam 1:1-1:7
- B. Perkenalan 1:8-1:15
- C. Tema Surat 1:16-1:17
- II. Injil 1:18-15:13
- A. Orang yang Dibenarkan karena Iman 1:18-4:25
- 1. Murka Allah Dinyatakan melawan... 1:18-3:20 (aion/aion kematian)
- a. ...Manusia tanpa Kebenaran 1:18-1:32
- b. ...Manusia yang Mengusahakan Kebenaran dari Hukum Taurat 2:1-3:8
- c. ...Semua Manusia 3:9-20
- 2. Kebenaran Allah Dinyatakan 3:21-4:25 (aion/aion hidup)
- a. Kebenaran Allah Dinyatakan melalui Kristus 3:21-3:31
- b. Kebenaran Allah Disaksikan melalui Kehidupan Abraham 4:1-4:25
- B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
- 1. Dia akan Hidup Bebas dari Murka 5:1-5:11
- a. Kita memiliki damai terhadap Allah 5:1-4
- b. Keadaan kita berdasarkan kasih Allah 5:5-8
- c. Kasih Allah meluputkan kita dari murkaNya 5:9-11
- 2. Dia akan Hidup Bebas dari Dosa 6:1-6:23
- a. Melalui Baptisan Rohani Kita Bebas dari Dosa 6:1-14
- b. Kita yang Dibebaskan, Menjadi Hamba Kebenaran 6:15-23
- 3. Dia akan Hidup Bebas dari Hukum Taurat 7:1-7:25
- a. Dalam Kristus Kita Mati Terhadap Hukum Taurat 7:1-6
- b. Hukum Taurat Dapat Membangkitkan Dosa 7:7-13
- c. Hukum Taurat Tidak Dapat Membangkitkan Yang Baik 7:14-25
- 4. Dia akan Hidup Bebas dari Maut 8:1-8:39
- a. Melalui Roh Allah Kita Dapat Mengenal Kristus dan Kuasa KebangkitanNya, Sehingga Kita Bebas 8:1-8:13
- b. Kita Dapat Mengenal Kristus dan Persekutuan dalam PenderitaanNya, Sehingga Kita Bebas 8:14-8:30
- c. Kesimpulan dari Pasal 5-8: Kita Dapat Menang dalam Kesusahan 8:31-8:39
- C. Pembenaran karena Iman tidak Meniadakan Janji Allah kepada Israel 9-11
- 1. Israel, yang Diberkati Allah, Merupakan Beban yang Berat bagi Paulus 9:1-5
- 2. Allah yang Berdaulat Telah Memberi Janji Hanya kepada Mereka yang Percaya 9:6-29
- 3. Israel Sendiri Bertanggung Jawab atas Penolakannya 9:30-10:21
- a. Ringkasan Bagian Ini: Batu Sandungan, Batu Sentuhan 9:30-33
- b. Israel Rajin tapi Keliru, karena tidak Mencari Kristus yang adalah Tujuan Hukum Taurat 10:1-4
- c. Melalui Iman, Kebenaran dan Pertolongan Dekat, Tidak Jauh Seperti Melalui Hukum Taurat 10:5-13
- d. Firman Iman Sudah Diberitakan kepada Israel, tapi Israel Melanggar dan Menyangkal 10:14-21
- 4. Israel Tidak Ditolak untuk Selama-lamanya 11:1-36
- D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
- 1. Penyesuaian pada Aion/Aion Baru 12:1-13:14
- a. Ringkasan dari pasal 5-8, 12:1-2
- b. Supaya Cita-Cita yang Layak Ditentukan 12:3-8
- c. Supaya mengasihi 12:9-21
- d. Supaya Tunduk pada Kuasa Pemerintah 13:1-7
- e. Sikap Kasih 13:8-10
- f. Waktunya Mendesak 13:11-14
- 2. Penerapan Khusus: yang Lemah dan yang Kuat 14:1-15:13
- a. Masalah yang Dihadapi: Tantangan bagi "yang Lemah" 14:1-12
- b. Tanggung Jawab bagi "yang Kuat" 14:13-23
- c. Kristus Sebagai Teladan 15:1-6
- d. Ringkasan: Yahudi dan Bukan Yahudi Sehati Sepikir Memuji Tuhan 15:7-12
- e. Berkat yang Meringkas Seluruh Surat Roma 15:13
- III. Penutup 15:14-16:27
- A. Paulus Menulis Surat Roma Karena Dia Rasul Kepada Bangsa-Bangsa Bukan Yahudi 15:14-21
- B. Rencana Paulus untuk Mengunjungi Mereka 15:22-33
- C. Salam kepada Individu dan Kelompok yang Tertentu 16:1-16
- D. Peringatan mengenai Orang yang Menimbulkan Perpecahan 16:17-20
- E. Salam dari Saudara-saudara Seiman 16:21-24
- F. Pujian 16:25-27
Hagelberg: Roma DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F....
DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F. F., The Epistle of Paul to the Romans, Tyndale New Testament Commentaries, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1963.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38A: Romans 1-8, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38B: Romans 9-16, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Hodge, Charles, Commentary on the Epistle to the Romans, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1886.
Hodges, Zane, Absolutely Free!, Academie Books, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1989.
Hodges, Zane, catatan dari Surat Roma, tanpa tahun.
Hoehner, Harold, bahan kuliah dari 206 Eksegesis Roma, Dallas Theological Seminary, 1981.
Liddell, Henry George dan Scott, Robert, A Greek-English Lexicon, Oxford University Press, Oxford, edisi ke 9, 1940.
Moulton, James Hope dan Milligan, George, The Vocabulary of the Greek New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1930.
Murray, John, The Epistle to the Romans, The New International Commentary on the New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1959, edisi dalam satu jilid 1968.
Newell, William R., Romans Verse by Verse, Word Bible Publishers Inc., Iowa Falls, hak cipta 1938.
Nygren, Anders, Commentary on Romans, Fortress Press, Philadelphia, hak cipta 1949.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
Witmer, John A. "Romans," dalam The Bible Knowledge Commentary. Wheaton: Victor Books, 1983.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Lightfoot, John, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew- 1 Corinthians, vol. 4, Hendrickson Publishers, 1989.
Denny, James, "Saint Paul's Epistle to the Romans", dalam The Expositor's Greek Testament, 2, halaman 555-725. Robertson Nicoll, redaksi, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids.
Guthrie, Donald, New Testament Introduction, Intervarsity Press, Downers Grove, 1970.
Knox, John, dan Cragg, Gerald R., "The Epistle to the Romans", dalam The Interpreter's Bible, vol. 9, Abington-Cokesbury Press, New York, hak cipta 1954.
Stifler, James, The Epistle to the Romans, Moody Press, Chicago, hak cipta 1960.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Diselamatkan Oleh Darah! (Roma 3:25; 5:9)
Paulus menulis dalam Roma 3:25 bahwa "Allah menampilkan [Yesus] secara terbuka sebagai pendamaian dala...
Diselamatkan Oleh Darah! (Roma 3:25; 5:9)
Paulus menulis dalam Roma 3:25 bahwa "Allah menampilkan [Yesus] secara terbuka sebagai pendamaian dalam darah-Nya melalui iman (NASB)." Dalam 5:9, rasul itu menambahkan, "Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah."
Beberapa orang mengutuk apa yang mereka sebut "agama berdarah." Beberapa tahun yang lalu, anggota-anggota dari denominasi terkemuka Amerika melakukan pemungutan suara untuk mengeluarkan kata "darah" dari buku pujian mereka. Namun begitu, menghilangkan darah dari agama Kristen adalah, dalam satu pengertian, menghilangkan kehidupan dari agama itu (lihat Ima. 17:11). Seperti yang penulis kitab Ibrani katakan, "Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibr. 9:22).
Dalam Ibrani 9:11-14, pelbagai korban darah perjanjian lama diperbandingkan dan dibedakan dengan korban darah Yesus. Ketika kita mempertimbangkan persamaan dan perbedaannya, kita mungkin akan memahami dengan lebih baik hubungan antara penumpahan darah dan pengampunan dosa.
Perjanjian Lama.
1. Peraturan. Dari awal hubungan manusia dengan Allah, penumpahan darah merupakan bagian dari pengaturan Allah.
Habel mempersembahkan "anak sulung kambing dombanya" (Kej. 4:4).
Nuh mempersembahkan "dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram" setelah banjir (Kej 8:20).
Abraham mendirikan sejumlah mezbah yang mempersembahkan pelbagai korban kepada Allah (Kej. 12:7, 8; 13:18; 22:9).
Domba Paskah adalah sebuah korban (Kel. 12:1-27).
Yang menjadi minat khusus penulis Ibrani adalah penggunaan darah dalam kaitannya dengan "perjanjian yang pertama"—Perjanjian Lama (Ibr. 9:18).
Setelah Allah memberikan Sepuluh Perintah dan hukum-hukum yang terkait, Musa menuliskannya dalam sebuah kitab—yaitu, pada suatu gulungan (Kel. 24:4). Ketika ia telah melakukannya, bangsa Israel menegaskan kembali komitmen mereka untuk melakukan semua yang Allah perintahkan. Kemudian beberapa sapi jantan dikorbankan (Kel. 24:5). Darah lembu dipercikan ke atas gulungan kitab itu, ke atas kaum Israel yang berkumpul (Kel. 24:8; Ibr. 9:19), dan ke atas Kemah Suci dan segala perkakasnya (Ibr. 9:21). Musa kemudian berkata, "Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini" (Kel. 24:8).
Selama seribu lima ratus tahun berikutnya, korban-korban darah yang tak terhitung jumlahnya dibuat seperti yang diperintahkan dalam hukum Taurat. "Darah domba jantan dan darah anak lembu" telah dicurahkan (Ibr. 9:12). "Percikan abu lembu muda" yang telah dikorbankan digunakan dalam upacara-upacara penyucian tertentu (Ibr. 9:13; lihat Bil. 19:9). Korban darah yang paling signifikan adalah yang dilakukan pada Hari Pendamaian setiap tahun (Ibr. 9:25). Di bawah hukum Taurat, aturannya adalah bahwa "segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibr. 9:22).
2. Alasan. Mengapa ini terjadi? Satu-satunya penjelasan yang diberikan oleh penulis Ibrani adalah permainan kata di 9:16, 17. Kata Yunani yang diterjemahkan "perjanjian" (diaqh÷kh, diathēkē) adalah istilah yang biasanya digunakan untuk sebuah wasiat. Dengan menggunakan arti utama kata itu, penulis mencatat bahwa wasiat dan perjanjian terakhir tidak berlaku sampai si pembuat wasiat itu mati. Karena itu ia menyimpulkan bahwa kematian diperlukan untuk mensahkan perjanjian antara Allah dan umat manusia.
Penulis kitab Ibrani tidak melangkah lebih daripada itu. Ia tidak perlu menjelaskan "mengapa" kepada para pembaca yang mengenal baik korban binatang. Ketika ia mengatakan, "Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibr. 9:22), para pembacanya akan menganggukkan kepala mereka. Namun begitu, banyak dari kita tidak memiliki latar belakang yang sama. Beberapa mungkin bertanya-tanya mengapa Allah meminta korban darah. Kita tidak bisa mengetahui semua hal dalam pikiran Allah (Yes. 55:8, 9), namun yang berikut ini adalah beberapa saran. Allah ingin mengesankan kebenaran tertentu ke atas umat-Nya. Ia ingin mereka memahami hal berikut ini:
Dosa adalah mengerikan. Dosa tidak mudah diampuni. Supaya kita diampuni, harus ada kematian, penumpahan darah.
Allah itu murah hati. Ia bersedia mengampuni dosa—tetapi hanya jika korban darah yang tepat dipersembahkan.
Darah sangat penting. Tanpa penumpahan darah, tidak akan ada pengampunan dosa.
Darah binatang tidak memadai. Korban binatang harus dipersembahkan lagi dan lagi (Ibr. 10:1-3, 11). Ada kebutuhan untuk korban yang sempurna yang bisa menebus semua dosa—masa lalu, masa kini, dan masa depan (Ibr. 10:12). Yang membawa kita kepada perjanjian baru.
Perjanjian Baru.
1. Obatnya. Berbeda dengan banyaknya korban darah perjanjian lama, dalam perjanjian baru ada satu korban darah: korban Yesus di kayu salib.146Penulis kitab Ibrani menggunakan gambaran dari Hari Pendamaian untuk menggambarkan korban ini.
Pada Hari Pendamaian, imam besar masuk ke ruang Mahakudus dengan membawa darah binatang dan memercikkan darah itu pada tutup pendamaian. Begitu juga halnya, Yesus naik ke tempat Maha Kudus sorgawi (Ibr. 9:24) dan, karena itu, memercikkan darah-Nya di atas tutup pendamaian sorgawi (Ibr. 9:11, 12).147Namun begitu, tidak seperti korban pada Hari Pendamaian, korban Yesus adalah "sekali untuk selamanya" (Ibr. 7:27; 9:12; 10:10; lihat Roma 6:10; 1 Pet. 3:18). Yesus tidak perlu bolakbalik antara sorga dan bumi, untuk mempersembahkan korban satu demi satu.
2. Hasilnya. Apakah yang dicapai oleh korban sempurna Yesus? Ia datang "untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya" (Ibr. 9:26). Pertama, kematian-Nya menjamin keselamatan bagi kaum Perjanjian Lama yang setia (Ibr. 9:15). Ada pengampunan dalam Perjanjian Lama; tapi itu adalah pengampunan sementara, tergantung pada kematian Yesus di kayu salib yang terjadi belakangan.
Yang sangat menarik perhatian kita adalah kenyataan bahwa kematian Yesus mengamankan keselamatan kita sendiri ketika kita merespons panggilan injil (Ibr. 9:15; lihat 2 Tesalonika 2:14.). Itu melegakan hati nurani kita yang bersalah dan memberikan motivasi "untuk melayani Allah yang hidup" (Ibr. 9:14). Itu memberikan "bagian kekal yang dijanjikan" (Ibr. 9:15).Selanjutnya, darah Yesus mensahkan perjanjian baru (Ibr. 9:17), menjadikan Yesus Pengantara perjanjian kita dengan Allah, Pribadi yang terus-menerus berdoa atas nama kita.
Teks kita menyimpulkan dengan menuliskan sebagaimana kita mati hanya sekali, maka Kristus juga mati hanya sekali (Ibr. 9:27, 28). Bruce meringkas ayat-ayat ini seperti ini: "Manusia mati sekali, oleh penetapan ilahi, dan dalam kasus mereka kematian disusul dengan penghakiman. Kristus mati sekali, berdasarkan ketetapan ilahi, dan kematian-Nya itu diikuti oleh keselamatan bagi semua umat-Nya."148
Kesimpulan. Mari kita selalu mengenali betapa indahnya kebenaran tentang keselamatan. Semoga kita selalu menghargai darah Kristus yang Ia sudah curahkan bagi kita. Demi Allah janganlah kita pernah menganggap "najis darah perjanjian yang dengannya [kita] dikuduskan" (Ibr. 10:29).
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) PASAL 5
JEMBATAN: BERKAT DAMAI SEJAHTERA
Bagaimanakah Roma 5 cocok dalam perkembangan pemikiran Paulus? Beberapa orang menganggap pasal itu sebagai ...
PASAL 5
JEMBATAN: BERKAT DAMAI SEJAHTERA
Bagaimanakah Roma 5 cocok dalam perkembangan pemikiran Paulus? Beberapa orang menganggap pasal itu sebagai puncak ajaran Paulus tentang pembenaran oleh iman, sementara yang lain meletakkan pasal 5 bersama pasal-pasal selanjutnya yang berhubungan dengan pengudusan. Dalam penilaian saya, Roma 5 berfungsi sebagai jembatan antara dua tema: pembenaran dan pengudusan.
Dalam 3:21-4:25, Paulus menggunakan Kitab Suci dan logika untuk menunjukkan bahwa dasar pembenaran adalah iman. Sekarang, setelah menetapkan prinsip itu, ia siap membuat daftar berkat-berkat dari keadaan dibenarkan. William Barclay menulis bahwa bagian pertama Roma 5 merupakan salah satu dari "ayat-ayat penuh pujian [dari Paulus] di mana ia hampir menyanyikan sukacita yang mendalam atas kepercayaannya kepada Allah."1R. C. Bell berkata, "Hampir tidak ada Kitab Suci lain yang sangat sarat dengan sumber daya tak terbatas tentang agama Kristen."2
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Berkat-Berkat Pembenaran (Roma 5:1-11)
Sepanjang 5:1-11, Paulus menekankan bahwa pembenaran memberikan alasan untuk bersukacita karena itu membawa be...
Berkat-Berkat Pembenaran (Roma 5:1-11)
Sepanjang 5:1-11, Paulus menekankan bahwa pembenaran memberikan alasan untuk bersukacita karena itu membawa berkat masa lalu, masa kini, dan masa depan:
Masa Lalu : Kita telah diperdamaikan dengan Allah! Masa Kini : Kita berdiri di dalam kasih karunia Allah! Masa Depan : Kita memiliki harapan akan kemuliaan Allah! Memahami berkat-berkat luar biasa ini seharusnya mendatangkan damai sejahtera bagi hati kita.
Hidup Baru Dalam Kristus (Roma 5:1-11)
Satu pendekatan kepada 5:1-11 bisa berupa "Hidup Baru Dalam Kristus," dengan pembagian seperti ini: Keuntungan Baru (5:1, 2); Sikap Baru (5:3-5a); dan Jaminan Baru (5:5b-11).
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Mengajar Anak-Anak Kita (Roma 5:1-8)
Paulus ingin berbagi jaminan dari 5:1-8 dengan orang-orang yang ia ajar. Setiap orang yang kita ajar juga perlu ...
Mengajar Anak-Anak Kita (Roma 5:1-8)
Paulus ingin berbagi jaminan dari 5:1-8 dengan orang-orang yang ia ajar. Setiap orang yang kita ajar juga perlu mengetahui pelbagai kebenaran teks ini. Terutama, kita perlu membuat konsep-konsep ini melekat di pikiran anak-anak kita. Mari kita periksa tiga kebenaran yang perlu kita ajarkan kepada anak-anak kita.
Pertama, kedamaian sejati tidak terdapat di dalam ketiadaan konflik, tetapi di hadapan Tuhan (5:1, 2). "Mengejar kedamaian adalah obsesi universal manusia,"64tetapi sebagian besar orang memikirkan kedamaian sebagai tidak adanya konflik. Suasana tenang mungkin kadang-kadang muncul, tapi satu hal adalah pasti: Itu akan segera hancur. Dalam dunia yang mengidap penyakit dosa, gejolak adalah hal biasa, bukan pengecualian. Jika anak-anak kita harus disiapkan untuk menghadapi kenyataan hidup, maka mereka harus memahami bahwa kedamaian sejati tidak ditemukan dalam ketiadaan konflik, tetapi di hadapan Tuhan.
Kedua, kita yang memutuskan apakah masalah membuat kita lebih baik atau lebih pahit (5:3-5a). Masalah tidak bisa dihindari (Yoh. 16:33; Kisah 14:22; 2 Tim. 3:12). Cepat atau lambat, anak-anak kita akan benar-benar diuji. Bagaimanakah kita bisa mempersiapkan mereka untuk menghadapi realitas keras kehidupan? Tidak ada cara yang lebih baik daripada melekatkan pada diri mereka kebenaran Roma 5:3-5a, salah satu nas agung dalam Perjanjian Baru tentang nilai penderitaan (lihat Yak. 1:2, 3; 1 Pet. 1:6, 7). Anak-anak kita perlu tahu bahwa mereka dapat mengantisipasi kesulitan dalam hidup dan, jika mereka menghadapi pencobaan dengan iman, masalah mereka itu bisa membuat mereka menjadi lebih baik, bukan lebih pahit!
Beberapa tahun yang lalu, seorang diplomat muda Inggris menjabat sebagai gubernur Siprus, ketika ia menemukan dirinya dalam situasi politik yang tidak stabil. Ayahnya yang khawatir menelegram dia dengan hanya enam kata: "Kedua Korintus empat, delapan dan sembilan." Diplomat muda itu membuka nas tersebut: "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa" (2 Kor 4:8, 9). Untuk menenangkan pikiran ayahnya, pemuda itu menelegram balik dengan lima kata: "Roma lima, tiga dan empat." Nas ini adalah bagian dari teks kita: "Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan" (5:3, 4).65
Ketiga, apapun yang terjadi, kita harus berpegang teguh kepada kebenaran menakjubkan bahwa Allah mengasihi kita (5:5b-8). Semua orang ingin dicintai. Semua orang ingin merasa bahwa ia penting bagi seseorang. Ada sebuah cerita tentang "test berbisik," yang ditulis oleh seorang wanita yang lumpuh dan cacat sewaktu kecil. Sebagai seorang gadis muda, ia merasa bahwa tidak ada orang yang mungkin bisa mencintai dia. Sewaktu satu tahun sekolah, gurunya memberi tes pendengaran sederhana. Guru perempuan itu akan meminta seorang murid berdiri di dekat pintu sementara ia duduk di meja dan membisikkan beberapa kata. Murid itu lalu harus datang ke mejanya dan memberitahu dia apa yang ia bisikkan. Ketika giliran gadis itu, ia berdiri di dekat pintu dan menunggu bisikan. Inilah apa yang guru itu bisikkan: "Aku berharap engkau adalah gadis kecilku." Wanita itu kemudian menulis bahwa enam kata itu telah mengubah hidupnya.66
Kesimpulan. Jenis warisan apakah yang akan kita wariskan kepada anak-anak kita? Beberapa orang berpikir untuk mewariskan uang atau properti kepada anak-anak mereka. Banyak yang tidak menyadari bahwa warisan paling penting yang mereka dapat wariskan bukanlah "barang." Ketika saya diminta berkhotbah di suatu pemakaman, saya mencoba untuk menjumpai keluarga itu sebelum pelayanan dimulai. Saya menanya anak-anak almarhum/ almarhumah itu, "Bagaimana kalian menggambarkan ibumu [atau ayahmu] dalam satu kata?" Saya biasanya mendengar kata-kata seperti "jujur," "sabar," dan "penuh kasih." Saya tidak pernah mendengar seorang putra atau putri menggunakan kata seperti "kaya" atau "sukses." Sesungguhnya, warisan paling berharga yang kita dapat wariskan kepada anak-anak kita adalah pengetahuan pasti tentang tiga kebenaran yang ditemukan dalam Roma 5:1-8.
Iman, Pengharapan, Dan Kasih (Roma 5:1-8)
Dalam surat-suratnya, Paulus sering mengombinasikan tiga tema besar iman, pengharapan, dan kasih (1 Kor. 13:13; Gal. 5:5, 6; Kol. 1:4, 5; 1 Tes. 1:3). Dalam Roma 5:1-8, ia juga menyajikan tiga serangkai Kristen ini. Rasul itu beralih dari "iman" (5:1) kepada "pengharapan" (5: 2, 4, 5) kepada "kasih" (5:5, 8).
TFTWMS: Roma (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 William Barclay, The Letter to the Romans, rev. ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1975), 72.
2 R. C. ...
Catatan Akhir:
- 1 William Barclay, The Letter to the Romans, rev. ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1975), 72.
- 2 R. C. Bell, Studies in Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1957), 43.
- 3 Larry Deason, "The Righteousness of God": An In-depth Study of Romans, rev. ed. (Clifton Park, N.Y.: Life Communications, 1989), 134.
- 4 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 875.
- 5 Ibid., 876.
- 6 Leon Morris, The Epistle of the Romans (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 219.
- 7 John Newton, "Amazing Grace," Songs of Faith and Praise, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1994).
- 8 William Barclay, New Testament Words (Philadelphia: Westminster Press, 1974), 76.
- 9 Bauer, 457.
- 10 Ibid.
- 11 Barclay, Romans, 73.
- 12 Ibid.
- 13 Morris, 220, n. 11.
- 14 Diadaptasi dari Jim Townsend, Romans: Let Justice Roll Down (Elgin, Ill.: David C. Cook Publishing Co., 1988), 37.
- 15 James D. G. Dunn, Romans 1-8, Word Biblical Commentary, vol. 38A (Dallas: Word Books, 1986), 253.
- 16 Ketika teks ini bicara tentang pelbagai berkat pembenaran, teks itu menyebut perbuatan segenap ke-Allahan: Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
- 17 J. W. McGarvey and Philip Y. Pendleton, Thessalonians, Corinthians, Galatians and Romans, The Standard Bible Commentary (Cincinnati: Standard Publishing, n.d.), 331.
- 18 James Burton Coffman, Commentary on Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1973), 197.
- 19 James R. Edwards, Romans, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1992), 139.
- 20 Richard Batey, The Letter of Paul to the Romans, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1969), 67-68.
- 21 Perkataan asli tentang "Allah menolong mereka yang menolong diri mereka sendiri" ditelusuri kembali hingga kepada Poor Richard's Almanac (June 1736). (John Bartlett, Familiar Quotations, 15th ed., rev. and enl., ed. Emily Morison Beck [Boston: Little, Brown and Co., 1980], 347.)
- 22 G. Delling, "kairós," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel and Gerhard Friedrich, trans. and abr. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 389. Kata lain untuk "waktu" ( cro÷noß, chronos, digunakan dalam kata-kata seperti "kronologi"), berkaitan dengan periode waktu.
- 23 Lihat pembahasan poin-poin ini dalam Jimmy Allen, Survey of Romans, 7th ed. (Searcy, Ark.: By the author, 1994), 63.
- 24 Morris, 222.
- 25 John R. W. Stott, The Message of Romans: God's Good News for the World, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1994), 144.
- 26 Morris, 225.
- 27 C. S. Lewis, The Problem of Pain (Oxford: N.p., 1940; reprint, New York: Macmillan Publishing Co., 1962), 91. Lewis dulunya adalah seorang agnostik dari Universitas Oxford yang menjadi pengiman Allah.
- 28 Morris, 224.
- 29 Stott, 144.
- 30 Bauer, 521.
- 31 J. D. Thomas, Romans, The Living Word (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1965), 38.
- 32 Untuk latar belakang ayat-ayat ini, lihat pelajaran yang membahasnya.
- 33 Ibid., 40.
- 34 Moses E. Lard, Commentary on Paul's Letter to Romans (Lexington, Ky.: N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 162.
- 35 Richard Rogers, Paid in Full: A Commentary on Romans (Lubbock, Tex.: Sunset Institute Press, 2002), 83.
- 36 Douglas J. Moo, Romans, The NIV Application Commentary (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 2000), 181.
- 37 Hal ini dapat dilihat dalam Alkitab NASB, di mana kata-kata dalam huruf miring telah ditambahkan oleh para penerjemah. Dalam ayat 16, kata-kata berikut ini telah ditambahkan supaya ayat itu masuk akal: "dengan" "mengakibatkan," "pelanggaran," dan "mengakibatkan."
- 38 Stott, 149.
- 39 Jim McGuiggan, The Book of Romans, Looking Into The Bible Series (Lubbock, Tex.: Montex Publishing Co., 1982), 178.
- 40 Deason, 142.
- 41 Chrysostom Homilies on Romans 10.
- 42 Tidak seperti beberapa orang skeptis sekarang ini, Paulus percaya kepada kisah Adam dan kejatuhan manusia dalam kitab Kejadian sebagai akurat secara sejarah.
- 43 Mereka yang percaya bahwa "maut/kematian" dalam ayat kita hanya mengacu kepada kematian jasmani menunjukkan bahwa penekanan Paulus adalah pada efek satu dosa (dosa Adam) pada dunia. Mereka berpendapat bahwa, ketika Adam berdosa, itu seolah-olah semua keturunannya telah berdosa. Penulis terilham kadang-kadang menggunakan penalaran semacam ini. (Lihat Ibrani 7:9, 10, di mana penulis mengatakan bahwa orang Lewi membayar persepuluhan kepada Melkisedek jauh sebelum ia lahir-karena Abraham kakek buyut orang Lewi telah membayar persepuluhan kepada Melkisedek)
- 44 Seperti di Roma 3:23, pengertiannya adalah bahwa yang ada di dalam pikiran Paulus adalah orang yang bertanggung jawab .
- 45 Jika "kematian" dipahami sebagai kematian fisik di seluruh teks kita, maka maksud Paulus dalam ayat 13 mungkin sebagai berikut: Jika kematian fisik merupakan hukuman untuk dosa pribadi, maka tidak akan ada orang yang harus mati sebelum hukum Musa diberikan.
- 46 "Pelanggaran" adalah dari kata para÷basiß (parabasis). Lihat komentar tentang 4:15.
- 47 Allah telah menetapkan bahwa pembunuh harus dihukum mati (Kej. 9:6), "tapi tidak ada hukum umum yang melibatkan semua dalam hukuman mati" (McGarvey dan Pendleton, 335).
- 48 F. F. Bruce, The Letter of Paul to the Romans, 2d ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 124.
- 49 Bauer, 1019.
- 50 Ibid., 770.
- 51 McGarvey and Pendleton, 336.
- 52 Kata untuk "karunia," dw÷rhma (dōrema), terkait dengan dōrea dalam ayat 15. Istilah itu menambahkan jumlah kata yang Paulus gunakan untuk menyampaikan "karunia"Allah.
- 53 Dalam pandangan "hanya kematian fisik," "hukuman" mengacu semata-mata kepada keadaan dihukum mati secara fisik.
- 54 Seperti disebutkan sebelumnya, salah satu pengecualian adalah Henokh (Kej. 5:24). Yang lain lagi adalah Elia (2 Raja 2:11). Juga, mereka yang hidup ketika Kristus datang kembali tidak akan mati secara fisik.
- 55 Lard, 167.
- 56 Para pendukung "hanya kematian fisik" bersikeras bahwa "pembenaran" di sini hanya mengacu kepada pembalikan hukuman mati fisik.
- 57 McGarvey dan Pendleton, 338.
- 58 Mereka yang memilih pendekatan "hanya kematian fisik" akan menafsirkan "penghukuman" diturunkan "kepada semua orang" melalui dosa Adam sebagai hukuman kematian fisik. "Pembenaran kehidupan" akan terutama mengacu kepada perbuatan Yesus yang membalik hukuman itu dengan membangkitkan setiap orang dari antara orang mati (Yoh. 5:28, 29).
- 59 Bruce Barton, David Veerman, and Neil Wilson, Romans, Life Application Bible Commentary (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1992), 110.
- 60 J. D. Thomas, Class Notes, Romans, Abilene Christian College (1955).
- 61 Tidak ada kata sandang pasti ( "the" dalam bahasa Inggris) yang muncul sebelum kata "hukum" ( no÷moß, nomos ) dalam teks Yunaninya. Namun demikian, konteksnya menunjukkan bahwa Paulus sedang bicara tentang hukum Musa.
- 62 Morris, 241.
- 63 Bruce, 121.
- 64 Stott, 139.
- 65 Disadur dari Paul Lee Tan, Encyclopedia of 7,700 Illustrations (Rockville, Md.: Assurance Publishers, 1979), 1508.
- 66 Mary Ann Bird, "A Genius for Loving," Guideposts (January 1985): 29.
- 67 David Mowday, pembicaraan devosional yang disajikan di Eastside church of Christ, Midwest City, Oklahoma, 7 December 2003.
- 68 Charles H. Spurgeon, dikutip dalam Joseph S. Excell, The Biblical Illustrator (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 364.
- 69 Di sadur dari David F. Burgess, comp., Encyclopedia of Sermon Illustrations (St. Louis: Concordia Publishing House, 1988), 95.
- 70 Deason, 156.
- 71 Dikutip dalam Morris, 231.
- 72 Menurut doktrin Katolik, "Limbo" juga adalah tempat untuk orang-orang benar yang mati sebelum pengorbanan Yesus di kayu salib. (Charles G. Herbermann, et. al., eds., "Limbo," in The Catholic Encyclopedia [New York: Encyclopedia Press, 1913], 9:256-59.)
- 73 Mazmur 58:3 menyiratkan bahwa orang jahat adalah pendusta sejak dari kandungan, yang merupakan suatu kemustahilan jika diartikan secara harfiah. Selanjutnya, Mazmur 22:9, 10 menggunakan hiperbola untuk membuat maksud sebaliknya dari Mazmur 51:5. Kedua mazmur itu dikaitkan kepada Daud.
- 74 Edwards, 147.
- 75 Moo, 189.
- 76 Edwards, 148.
- 77 Morris, 231.
- 78 Deason, 151.
- 79 Beberapa orang percaya bahwa tidak ada kematian jasmani sama sekali sebelum Adam berdosa. Manusia dan hewan diberi tanaman untuk dimakan (Kej. 1:29, 30). Pernah dikemukakan bahwa kematian jasmani pertama terjadi setelah Adam berdosa, ketika binatang dibunuh untuk membuat pakaian bagi Adam dan Hawa (Kej. 3:21).
- 80 Dunn, 273.
- 81 Morris, 230.
- 82 Rogers, 84.
- 83 Edwards, 146.
- 84 Charles R. Swindoll, Coming to Terms with Sin: A Study of Romans 1-5 (Anaheim, Calif.: Insight for Living, 1999), 87-88. Swindoll menyebut kedua orang itu "Manusia Kesalahan" dan "Manusia Kasih Karunia."
- 85 Barclay, Romans, 77, 82.
- 86 D. Stuart Briscoe, Romans, The Communicator's Commentary (Waco, Tex.: Word Books, 1982), 119.
- 87 Lihat Coffman, 208.
- 88 Edward Everett Hale, "Lend a Hand," quoted in 742 Heart-Warming Poems, comp. and ed. John R. Rice (Murfreesboro, Tenn.: Sword of the Lord Publishers, 1964), no. 314.
- 89 Jim Hylton, Just Dying to Live (Kalamazoo, Mich.: Master's Press, 1976), 46.
- 90 Edwards, 154.
- 91 Diadaptasi dari Burgess, 176.
- 92 McGuiggan, 170.
- 93 Diadaptasi dari Coffman, 210.
- 94 Edwards, 151.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2016 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka
terhadap kunjungannya kepada mere
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungannya kepada mereka. Menurut rencana, Paulus akan bekerja sementara waktu di antara orang-orang Kristen di sana, kemudian dengan bantuan mereka, ia ingin pergi ke Spanyol. Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen.
Setelah menyampaikan salamnya kepada orang-orang dalam jemaat di Roma, dan memberitahukan kepada mereka tentang doanya bagi mereka, Paulus mengemukakan tema suratnya ini: "Dengan Kabar Baik itu Allah menunjukkan bagaimana caranya hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali; caranya ialah dengan percaya kepada Allah, dari mula sampai akhir" (Rom 1:17).
Setelah itu Paulus menguraikan temanya itu. Semua orang --baik Yahudi maupun bukan Yahudi -- perlu diperbaiki hubungannya dengan Allah, sebab semuanya sama-sama berada dalam kekuasaan dosa. Hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. Kemudian Paulus menguraikan tentang hidup baru yang dialami oleh manusia kalau bersatu dengan Kristus. Hidup baru itu tumbuh karena adanya hubungan yang baru dengan Allah. Orang yang sudah percaya kepada Yesus, hidup damai dengan Allah, dan Roh Allah membebaskan dia dari kekuasaan dosa dan kematian. Dalam pasal 5-8 (Rom 5:1-8:39) Paulus menjelaskan juga tujuan Hukum-hukum Allah dan kuasa Roh Allah di dalam kehidupan orang percaya. Kemudian Paulus menjelaskan bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi termasuk dalam rencana Allah untuk umat manusia. Paulus menyimpulkan bahwa penolakan Yesus oleh orang Yahudi sudah termasuk dalam rencana Allah untuk menolong manusia berdasarkan rahmat-Nya melalui Yesus Kristus. Paulus yakin bahwa orang Yahudi tidak selalu akan menolak Yesus. Akhirnya Paulus menulis tentang bagaimana orang harus hidup sebagai orang Kristen, terutama sekali tentang caranya mempraktekkan kasih dalam hubungan dengan orang-orang lain. Untuk itu Paulus memilih pokok-pokok seperti berikut ini: melayani Allah, kewajiban orang Kristen terhadap negara dan sesama orang Kristen, dan berbagai-bagai persoalan yang menyangkut hati nurani. Paulus menutup suratnya ini dengan pesan-pesan pribadi dan puji-pujian kepada Allah.
Isi
- Pendahuluan dan tema
Roma 1:1-17 - Kebutuhan manusia akan keselamatan
Roma 1:18-3:20 - Jalan keselamatan dari Allah
Roma 3:21-4:25 - Hidup baru karena bersatu dengan Kristus
Roma 5:1-8:39 - Israel dalam rencana Allah
Roma 9:1-11:36 - Kelakuan Kristen
Roma 12:1-15:13 - Penutup dan salam pribadi
Roma 15:14-16:27
Ajaran: Roma (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin
bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kr
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus (Rom 1:1).
Tahun : Sekitar tahun 58 sesudah Masehi, dari kota Korintus.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Roma (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Kitab Roma terbagi atas 16 pasal. Dalam kitab ini Rasul Paulus menjelaskan tentang cara manusia yang berdosa diselamatkan, yaitu melalui iman saja kepada Tuhan Yesus. Dan juga tentang cara hidup orang-orang yang telah diselamatkan tersebut.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Roma
Pasal 1-11 (Rom 1:1-11:36).
Pengajaran tentang Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap manusia
Pada bagian ini dijelaskan bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan sudah tidak mengenal Allah. Karena itu manusia berdosa sudah berada dalam penghukuman Allah, yaitu kematian. Keselamatan dari kematian akibat dosa tidak dapat diperoleh melalui usaha manusia atau melalui melakukan Hukum Taurat. Keselamatan itu hanya dapat diperoleh dalam anugerah Allah yang ada pada Tuhan Yesus. Ini berarti keselamatan manusia hanya dapat diperoleh melalui iman kepada anugerah Allah yang ada di dalam Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Berdasarkan pasal Rom 1:21-25,28-31. Apakah yang dilakukan manusia di dunia?
- Bacalah pasal Rom 3:23; 6:23. _Tanyakan_: Berapa banyakkah manusia yang berdosa? Apakah akibat dari dosa?
- Bacalah pasal Rom 10:9-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah caranya manusia diselamatkan?
Pasal 12-16 (Rom 12:1-16:27).
Pengajaran tentang kehidupan orang Kristen setiap hari
Pada bagian ini, dijelaskan bagaimana seharusnya kehidupan dari setiap orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Rom 12:1-2. _Tanyakan_: Apakah ibadah orang Kristen yang sejati dan berkena di hadapan Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:6-8. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap kehidupan seorang pelayan Firma Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:9-21. _Tanyakan_: Bagaimanakah cara hidup orang percaya/Kristen dala masyarakat?
- Bacalah pasal Rom 13:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap pemerintah?
- Bacalah pasal Rom 15:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap orang yan lemah?
- Bacalah pasal Rom 16:17-18. _Tanyakan_: Apakah peringatan Rasul Paulus terhadap orang percaya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Roma jelaslah bahwa Allah mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa, dan mengalami penghukuman, yaitu kematian. Allah juga dengan tegas menyatakan bahwa semua usaha manusia untuk menyelamatkan diri dari kematian itu sia-sia. Allah menyatakan bahwa manusia memperoleh keselamatan hanya melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Roma?
- Mengapakah semua manusia berada dalam penghukuman Allah?
- Mengapakah orang Kristen perlu menguduskan diri?
- Bagaimanakah cara hidup orang Kristen?
Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) Inti InjilMENGAPA ROMA?Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Y
Inti Injil
MENGAPA ROMA?
Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Yunani. Tetapi, ia mempunyai suatu rencana jangka panjang untuk menginjili lebih jauh ke barat, yaitu ke Roma dan kemudian lebih jauh lagi. Namun demikian ada hal-hal lain yang perlu dikerjakan terlebih dahulu. Ia harus kembali ke Yerusalem untuk mengambil bantuan yang telah dikumpulkan oleh orang-orang Kristen bukan Yahudi bagi orang-orang miskin yang percaya di sana. Setelah itu ia dapat dengan leluasa mencurahkan perhatiannya ke ibu kota tersebut, dan setelah itu ia mengarahkan pandangannya ke Spanyol (15:22-29). Alasan Paulus ialah ia selalu ingin merintis daerah baru dan memberitakan Injil di tempat Injil belum pernah didengar. Ini sedikit menjelaskan mengapa surat ini ditulis - sebuah gereja sudah dibangun di Roma, karena itu Paulus tidak menganggap kunjungan ke Roma sebagai prioritas utama (15:18-21). Kita tidak tahu kapan gereja itu didirikan, tetapi jika kita melihat daftar para peziarah di Hari Pentakosta, kita akan melihat bahwa di antara mereka terdapat orang-orang Roma (Kis. 2: 10). Dari nama-nama pada akhir surat ini, rupa-rupanya Paulus sudah mengenal sejumlah besar anggota jemaat di sana (16:3-15), hal ini dapat dimengerti karena banyak jalan menuju Roma. Banyak orang melakukan perjalanan di daerah kekaisaran Roma terutama para pedagang, dan banyak dari mereka akhirnya menetap di ibu kota.
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Tampaknya Paulus sedang mempersiapkan kunjungannya dengan menjelaskan Injil bagi mereka. Mungkin ada orang yang mengritik ajarannya dan ia ingin meluruskan hal itu. Pada waktu yang bersamaan penulisan surat ke Roma merupakan kesempatan untuk menulis intisari kabar baik tentang Kristus secara lebih terinci dibandingkan dengan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru yang lain. Surat Roma merupakan salah satu tulisan Paulus yang paling teratur, oleh karenanya surat ini telah menjadi buku sumber bagi orang Kristen sejak ia mendiktekannya kepada kawannya, Tertius, di Korintus sekitar tahun 57.
PAULUS DI ROMA.
Rencana Paulus tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kita tahu dari Kisah para Rasul bahwa ketika tiba di Yerusalem ia ditangkap, dan setelah beberapa saat di penjara, ia memohon, seperti lazimnya warga negara Romawi, supaya kasusnya dapat didengar oleh Kaisar. Oleh karena itu, ia dibawa ke Roma sebagai tawanan. Rupa-rupanya ia dibebaskan dan melanjutkan pekerjaan pelayanannya sebelum akhirnya dibunuh di Roma.
ORANG ROMAWI DAN GEREJA.
Ketika orang Kristen menemukan kembali surat-surat seperti surat Roma pada waktu Reformasi, hal ini mengubah gereja secara besar-besaran. Mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat memperoleh keselamatan dari apa yang mereka lakukan. Allah telah melakukan keselamatan itu bagi mereka, dalam cara yang memungkinkan Ia dapat membenarkan orang-orang berdosa. Rahasianya tentu terdapat pada salib.
Pesan
1. Kita semua perlu dibenarkan di hadapan Allah (pasal 1-3)o Bagi orang bukan Yahudi, cukup banyak yang dapat diketahui tentang Dia
- dalam alam semesta. Rom 1:19-20
- dalam kenyataan kita sebagai ciptaan. Rom 2:14-15
o Untuk orang Yahudi, lebih dari cukup - dalam firman-Nya. Rom 2:12, 17-24;3:1-2
o Semua orang jatuh di dalam dosa. Rom 3:9-20, 23
o Tidak seorang pun
- boleh menghakimi orang lain. Rom 2:1-3
- boleh bermegah diri. Rom 3:27
- dapat berdalih. Rom 1:20; 2:1; 3:19
- dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Rom 3:20, 23
2. Allah melakukan semua itu (pasal 3-5)
o Kematian Kristus membayar semua hutang
- Ia mati menggantikan kita. Rom 3:24-25
- pada waktu kita masih berdosa. Rom 5:6-8
- kita dapat dibenarkan. Rom 3:24
o Abraham mempercayai firman Allah
- kita pun harus beriman. Rom 3:25; 4:16-25; 5:1
o Adam melakukan sesuatu yang berakibat pada kita sampai sekarang
- demikian pula apa yang dilakukan Kristus di kayu salib. Rom 5:12-19
3. Cara hidup yang berbeda (pasal 6-8)
o Masalahnya ialah sifat dosa manusia
- yang tidak dapat menjadi baik. Rom 7:18
- yang berseteru terhadap Allah. Rom 8:7
- yang tidak memperkenan Allah. Rom 8:8
o Kuasa datang dari Roh Kudus
- yang diam di dalam kita. Rom 8:9-11
- yang menimbulkan pertentangan. Rom 7:13-23
- yang menyediakan kemenangan. Rom 7:24-25
o Kita harus bekerja sama dengan Dia
- menolak dosa. Rom 6:13, 16, 19; 8:13
- menaati Kristus. Rom 6:13, 16-19, lihat Rom 12:1
o Kita bisa
- memperoleh kemenangan. Rom 6:14
- menerima kehidupan. Rom 8:11
- menjadi anak-anak Allah. Rom 8:14-17
- mengalami pertolongan-Nya. Rom 8:26-27
- menjadi seperti Kristus. Rom 8:28-30, lihat Rom 12:2
- merasa pasti bahwa kita adalah milikNya. Rom 8:31-39
4. Allah tahu apa yang sedang dilakukanNya (pasal 9-11)
o Allah tahu bagaimana mengendalikan umat-Nya
- terhadap orang Yahudi yang tidak taat sekalipun. Rom 9:1-33
- Ia mempunyai rencana induk. Rom 11:1-32
o Kita tetap harus memberikan tanggapan
- dalam iman yang taat. Rom 10:5-21
5. Kita diselamatkan bersama (pasal 12-1)
o Kita adalah anggota dari satu tubuh
- saling memiliki. Rom 12:3-8
- saling mengasihi. Rom 12:9-21; 13:8-10
- saling menerima. Rom 14:1-15:7
- saling menghayati gaya hidup yang baru. Rom 13:1-7, 11-14
Penerapan
1. Tawaran itu cuma-cuma(untuk dibenarkan di hadapan Allah)
o Karena keberadaan kita, itu harus terjadi
o Itu dapat terjadi karena Kristus telah
melakukannya
o Ini berarti
- kita tidak dapat memperolehnya sendiri
- kita harus menerimanya dengan iman
2. Kuasa itu ada
(untuk hidup sebagai orang Kristen)
o Oleh karena kita tidak mampu melakukannya sendiri
o Oleh karena Roh Kudus hidup di dalam kita
o Ini berarti
- membuang sifat-sifat dosa kita
- menaati Yesus Kristus
3. Persekutuan Itu milik kita
(bersama dengan sesama Kristen)
o Oleh karena kita saling memiliki
o Oleh karena kita sekarang tahu bagai
mana mengasihi
o Ini berarti
- kita harus menumbuhkan dan menghargainya
- kita tidak boleh menyalahgunakan atau memandang enteng persekutuan Kristen
Tema-tema Kunci
1. Anugerah.
Kebenaran yang berkali-kali ditanamkan ialah bahwa jika kita dapat menjadi Kristen, Allah yang harus melakukannya. Anugerah Allah itu diberikan dengan cuma-cuma, kita tidak dapat melakukan sendiri. Namun demikian, kita tidak boleh juga menganggap hal itu sepele. Telusurilah tema ini dalam seluruh surat Roma: Rom 1:7; 2:4; 3:24, 27; 4:16; 5:15, 17, 21; 6:1, 15; 11: 5-6.
2. Iman.
Kita mendapat anugerah cuma-cuma dari Allah oleh iman kepada Kristus. Pada saat yang sama, tidak berarti kita hanya semata-mata percaya tentang Dia, tetapi menerima firman Allah, menaati-Nya dan mengakui Kristus. Perhatikan bagaimana Paulus menekankan tentang iman dalam surat ini, dan juga bagaimana ia mendefinisikannya. Apakah iman kita cukup besar? 1:5 (lihat 15:18); Rom 1:16-17; 3:22, 26-31; 4:1-25; 5:1; 10:8-11; 10:17.
3. Pembebasan (atau Pembenaran).
Kata di atas diambil dari istilah yang ada dalam sidang pengadilan. Allah membebaskan - atau 'membenarkan' - pendosa, menyatakannya'benar', oleh karena apa yang telah Yesus lakukan sebagai penggantinya. Lihat bagaimana Paulus mengaitkan ini dalam kematian Kristus dan iman: Rom 1:17; 3:21-26; 4:1-25; 5:8-11, 15-21; 10:1-10.
4. Kebersamaan.
Perhatikan apa yang Paulus katakan bahwa kita semua berdosa dan kita diselamatkan bersama-sama. Ia menggunakan gambaran tentang tubuh ketika ia ingin menunjukkan bagaimana kita harus bekerja sama satu dengan yang lain. Walaupun hal-hal yang mengganggu dan memecah belah Kristen pada zaman Paulus berbeda dengan masa kini, apakah ia memberikan pedoman yang dapat kita terapkan saat ini? Khususnya lihat 14:1-15:7.
5. Allah adalah Raja.
Kita mendapat kesan yang jelas bahwa walaupun manusia tidak percaya, Allah tetap mengendalikan dunia, sebagaimana Ia mengatur kehidupan Kristen. Hal ini menjadi jaminan yang sangat berarti bagi mereka yang percaya, walaupun kita tidak dapat mengerti bagaimana Ia melakukannya. Bacalah seluruh pasal 9 dan 10 sekali lagi. Bagaimana keduanya saling mengisi?
Garis Besar Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) [1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17Semua tentang Yesus Kristus
Rom 1:8-15Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan
Rom 1:16-17Berit
[1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17 | Semua tentang Yesus Kristus |
Rom 1:8-15 | Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan |
Rom 1:16-17 | Berita secara ringkas |
[2] 'KITA SEMUA ADALAH ORANG BERDOSA' Rom 1:18-3:20
Rom 1:18-32 | Mereka yang tidak memiliki Alkitab |
Rom 2:1-11 | Menghakimi orang lain? |
Rom 2:12-16 | Allah akan menghakimi kita semua |
Rom 2:17-3:20 | Lebih baikkah orang Yahudi? |
[3] 'ALLAH MEMPUNYAI JALAN' Rom 3:21-5:21
Rom 3:21-26 | Apa yang dilakukan oleh salib |
Rom 3:27-31 | Siapa yang boleh bermegah? |
Rom 4:1-25 | Abraham percaya lebih dulu |
Rom 5:1-5 | Sukacita - walaupun dalam kesusahan |
Rom 5:6-11 | Ketika kita tidak berdaya |
Rom 5:12-21 | Kristus dan Adam |
[4] 'HIDUP BARU' Rom 6:1-8:39
Rom 6:1-14 | Dosa dapat dikalahkan |
Rom 6:15-23 | Pergantian pemilik |
Rom 7:1-6 | Pergantian pasangan |
Rom 7:7-25 | Peperangan dalam hati |
Rom 8:1-11 | Roh memberi hidup |
Rom 8:12-17 | Anak-anak Allah! |
Rom 8:18-25 | Dan banyak lagi yang lain |
Rom 8:26-27 | Doa |
Rom 8:28-30 | Tujuan |
Rom 8:31-39 | Apa lagi yang dapat saya katakan? |
[5] 'TETAPI BAGAIMANA HALNYA DENGAN ORANG YAHUDI?' Rom 9:1-11:36
Rom 9:1-5 | Hak-hak istimewa mereka |
Rom 9:6-33 | Maksud Allah |
Rom 10:1-21 | Iman menyelamatkan |
Rom 11:1-36 | Rencana yang aneh |
[6] 'HAYATILAH!' Rom 12:1-15:13
Rom 12:1-2 | Kehidupan yang dipersembahkan |
Rom 12:3-21 | Kehidupan di dalam satu tubuh |
Rom 13:1-7 | Hidup dalam masyarakat |
Rom 13:8-10 | Hidup dalam kasih |
Rom 13:11-14 | Bangun dan hiduplah! |
Rom 14:1-15:13 | Hidup bersama dengan sesama |
[7] 'RENCANA HARI DEPANKU' Rom 15:14-33
Rom 15:14-21 | Pelayanan saya |
Rom 15:22-33 | Ambisi saya |
[8] 'SANGAT BANYAK KAWAN DI ROMA' Rom 16:1-27
Allah memberkati kalian semuaBank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi