Teks -- Yohanes 11:50 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Yoh 11:49-50 - -- 11:49-50 Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu,868 berkata kepada mereka, "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak...
11:49-50 Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu,868 berkata kepada mereka, "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu869, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa."
Kayafas menghina mereka, dan menuntut bahwa mereka membunuh Tuhan Yesus, demi kepentingan mereka. Namun perkataannya mengandung arti yang lain. Dia tidak memikirkan kematian Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat di kayu salib. Dia hanya memikirkan kematian Tuhan Yesus sebagai pemberontak. Demikian juga dia tidak memikirkan kebinasaan di neraka. Dia hanya memikirkan kebinasaan di tangan tentara Roma.
Hagelberg: Yoh 11:45-53 - -- 1. Kesepakatan (11:45-53)
Kontras yang nyata dalam tanggapan mereka yang menyaksikan kebangkitan Lazarus adalah kesimpulan dari kontras yang telah dib...
1. Kesepakatan (11:45-53)
Kontras yang nyata dalam tanggapan mereka yang menyaksikan kebangkitan Lazarus adalah kesimpulan dari kontras yang telah dibahas antara mereka yang percaya dan mereka yang menolak Tuhan Yesus.863 Dalam kasus ini mereka telah melihat belas kasihan-Nya dan kuasa-Nya, namun ada yang menolak dan memihak kepada musuh-Nya. Musuh-Nya tidak menyangkal adanya mukjizat. Dalam pasal 11:47 mereka berkata, "...orang itu membuat banyak mujizat." Namun mereka bersepakat untuk membunuh Dia. Situasi ini mirip situasi yang diceritakan dalam pasal 9. Walaupun ada bukti yang tidak dapat ditolak tidak, mereka masih melawan Dia. Injil Yohanes menjelaskan bahwa orang tidak menolak Tuhan Yesus karena bukti yang kurang.
Lazarus kembali dari maut, dan Yohanes tidak menceritakan mengenai pengalamannya di sana! Dia tidak menceritakan hal itu karena waktu itu, dan masa kini, hal itu tidak penting. Yang penting adalah kesaksian mengenai Dia yang adalah kebangkitan dan hidup.
Hagelberg: Yoh 11:49-50 - -- 11:49-50 Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu,868 berkata kepada mereka, "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak...
11:49-50 Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu,868 berkata kepada mereka, "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu869, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa."
Kayafas menghina mereka, dan menuntut bahwa mereka membunuh Tuhan Yesus, demi kepentingan mereka. Namun perkataannya mengandung arti yang lain. Dia tidak memikirkan kematian Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat di kayu salib. Dia hanya memikirkan kematian Tuhan Yesus sebagai pemberontak. Demikian juga dia tidak memikirkan kebinasaan di neraka. Dia hanya memikirkan kebinasaan di tangan tentara Roma.
B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
Hagelberg: Yoh 11:1--12:50 - -- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 11:45-57
Matthew Henry: Yoh 11:45-57 - Perundingan Kaum Farisi; Nubuat Kayafas; Persekongkolan Melawan Kristus Perundingan Kaum Farisi; Nubuat Kayafas; Persekongkolan Melawan Kristus (11:45-57)
Di sini diceritakan mengenai akibat yang ditimbulkan oleh mujiza...
Perundingan Kaum Farisi; Nubuat Kayafas; Persekongkolan Melawan Kristus (11:45-57)
- Di sini diceritakan mengenai akibat yang ditimbulkan oleh mujizat hebat tersebut, yang seperti biasanya, bagi sebagian orang merupakan bau kehidupan yang menghidupkan, sedangkan bagi sebagian lagi merupakan bau kematian yang mematikan.
- I. Beberapa tergugah oleh karena kejadian itu, dan menjadi percaya.
- Banyak dari antara orang-orang Yahudi itu menjadi percaya kepada-Nya setelah mereka menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, dan seharusnya memang begitu, sebab kejadian itu merupakan bukti yang tidak dapat disanggah lagi mengenai amanat ilahi yang diemban-Nya. Mereka telah sering mendengar mengenai mujizat-mujizat-Nya, tetapi selalu mengelak untuk mempercayainya, dengan mengajukan berbagai pertanyaan dan keraguan. Tetapi kini, setelah mereka melihat kejadian itu dengan mata kepala mereka sendiri, kedegilan mereka pun luluh, sehingga akhirnya mereka pun menyerah. Akan tetapi, berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya. Semakin dalam kita mengarahkan mata kita kepada Kristus, semakin banyak pula alasan yang kita dapati untuk lebih mengasihi dan mempercayai-Nya. Inilah yang terjadi pada orang-orang Yahudi yang datang untuk melawat dan menghibur Maria. Saat kita melakukan kebaikan kepada orang lain, kita sebenarnya sedang menempatkan diri kita dalam posisi yang tepat untuk menerima kebaikan dari Allah, dan memiliki kesempatan untuk menjadi lebih baik saat kita sendiri sedang melakukan kebaikan.
- II. Sebagian orang lagi malah terganggu karenanya, dan semakin mengeraskan hati mereka dalam kedegilan.
- . Begitulah yang terjadi dalam diri para pelapor itu (ay. 46): Beberapa dari antara mereka, yang menjadi saksi mata dari mujizat tersebut, sama sekali tidak menjadi percaya, malahan pergi kepada orang-orang Farisi, yang mereka kenal sebagai musuh bebuyutan Kristus, dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. Mereka menyampaikan itu bukan sekadar sebagai berita yang layak untuk dicermati, apalagi sebagai alasan yang dapat membuat mereka berpihak kepada Kristus, melainkan dengan maksud licik untuk menghasut pihak-pihak yang begitu bernafsu untuk menganiaya-Nya. Di sini terlihat sebuah contoh yang sangat tidak masuk akal:
- (1) Mengenai ketidakpercayaan yang amat mendarah daging, sampai-sampai sanggup menolak alasan pertobatan yang paling besar. Sukar sekali membayangkan mengapa mereka sampai dapat mengelak dari kekuatan bukti tersebut, tetapi memang ilah zaman ini telah membutakan pikiran mereka.
- (2) Mengenai permusuhan yang membabi buta. Setidaknya, jika mereka tetap bersikeras untuk tidak mempercayai-Nya sebagai Kristus, kita mungkin berpikir bahwa mereka pasti telah melunak dan terbujuk untuk tidak menganiaya-Nya. Akan tetapi, jika air tidak cukup untuk memadamkan api yang menyala-nyala, hal itu justru akan semakin mengobarkan baranya. Mereka menceritakan apa yang telah diperbuat Yesus itu, dan tak lebih dari kebenaran mengenai apa yang telah terjadi itu, tetapi kedengkian mereka mencemari laporan mereka itu sehingga membuatnya sama busuknya dengan berbohong. Membelokkan kebenaran sama buruknya dengan membuat kepalsuan. Doëg disebut sebagai si lidah penipu, pendusta, dan palsu (Mzm. 52:2-4; 120:2-3), sekalipun apa yang ia katakan itu benar adanya.
- . Para hakim, para pemimpin, pemimpin rakyat yang buta itu juga menjadi resah karena laporan yang disampaikan kepada mereka, dan di sini kita diberi tahu tentang apa yang mereka lakukan.
- (1) Suatu dewan khusus Mahkamah Agama dipanggil untuk berunding (ay. 47): Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul, seperti yang telah dinubuatkan (Mzm. 2:2), Para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN. Permufakatan Mahkamah Agama biasanya dimaksudkan demi kebaikan umum, tetapi di sini, hal itu dipakai sebagai kedok untuk menutupi kedengkian dan kejahatan terbesar yang dilakukan terhadap seluruh bangsa. Hal-hal yang menimbulkan kedamaian negeri disembunyikan dari mata mereka yang mempercayai keputusan-keputusan mereka. Mahkamah agama ini berkumpul bukan saja untuk berunding bersama-sama, tetapi juga untuk mengobarkan kebencian. Sebagaimana besi menajamkan besi, dan laksana bara dan kayu yang mengobarkan api, mereka saling menghasut satu sama lain dengan permusuhan dan angkara murka melawan Kristus dan pengajaran-Nya.
- (2) Sebuah perkara dikemukakan, yang ternyata terlihat sangat berbobot dan berpengaruh besar.
- [1] Masalah yang sedang mereka perdebatkan adalah tindakan apa yang harus mereka ambil berkenaan dengan Yesus, untuk menghentikan kepentingan-Nya. Mereka berkata, Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. Kabar tentang bangkitnya Lazarus telah terdengar, dan kini para pria, saudara, dan ayah mereka dipanggil untuk ikut mendukung rencana mereka, seolah-olah seorang musuh yang menakutkan telah memasuki jantung pertahanan daerah mereka dengan perlengkapan perang yang hebat.
- Pertama, mereka mengakui kebenaran mujizat-mujizat Kristus dan bahwa Ia memang telah banyak melakukan mujizat tersebut. Karena itulah, mereka menjadi saksi melawan diri mereka sendiri, sebab mereka mengakui kebenaran jati diri-Nya tetapi mengingkari amanat yang diemban-Nya.
- Kedua, mereka sedang mempertimbangkan hal apa yang harus mereka perbuat, dan menyesal karena mereka tidak mencoba menindas-Nya dengan keras sedari dulu. Mereka sama sekali tidak mempedulikan apakah mereka harus menerima-Nya dan mengakui-Nya sebagai Mesias atau tidak, sekalipun mereka mengaku-aku menanti-nantikan Dia, dan Yesus benar-benar telah menunjukkan banyak bukti mengenai kebenaran jati diri-Nya tersebut. Malahan, mereka justru menganggap-Nya sebagai musuh yang harus dikalahkan: "Apakah yang harus kita buat? Tidak pedulikah kita untuk menyokong gereja kita? Apakah kita tidak mau tahu sama sekali saat sebuah ajaran yang begitu merusakkan kepentingan kita telah tersebar luas? Apakah kita harus menyerahkan begitu saja dasar pijakan yang telah kita peroleh dari orang banyak itu? Apakah kita akan tinggal diam saja melihat wewenang kita dicela dan hasil rekayasa yang selama ini menghidupi kita dihancurkan? Apa yang selama ini telah kita lakukan, dan apa yang kini kita pikirkan? Apakah kita akan selamanya hanya berkoar-koar saja dan tidak melakukan sesuatu?"
- [2] Hal yang membuat perkara itu begitu penting adalah bahaya yang mereka sadari akan mengintai Gereja dan bangsa mereka dari bangsa Romawi (ay. 48): "Jika kita tidak membungkam-Nya, semua orang akan percaya kepada-Nya, dan ini berarti seorang raja baru akan diangkat, dan orang-orang Romawi akan marah karenanya, lalu datang dengan pasukan mereka dan merampas tempat suci kita serta bangsa kita. Karena itulah, hal ini bukanlah sebuah perkara remeh." Lihatlah pendapat yang mereka miliki itu,
- Pertama, mengenai kuasa mereka sendiri. Mereka berbicara seolah-olah mereka berpikir bahwa kemajuan dan keberhasilan Kristus dalam pekerjaan-Nya bergantung pada izin mereka. Seakan-akan Dia tidak akan bisa terus melakukan mujizat dan memperoleh banyak murid jika mereka tidak membiarkan-Nya melakukan semuanya itu. Seolah-olah mereka memiliki kuasa menaklukkan Dia yang telah menaklukkan maut. Atau, seakan-akan mereka mampu melawan Allah dan berhasil. Tetapi Dia yang bersemayam di sorga menertawakan khayalan bodoh itu, yang mengkhayalkan melakukan keinginan jahat dengan kemahakuasaannya, padahal tidak ada apa-apanya.
- Kedua, mengenai kebijakan mereka sendiri. Mereka mengkhayalkan diri mereka sebagai pembesar-pembesar yang memiliki pengetahuan dan ilmu yang hebat, serta hikmat yang mendalam dalam hal nubuatan akhlak.
- a. Mereka berani menubuatkan bahwa, sebentar lagi, jika Ia terus dibiarkan leluasa untuk bekerja, semua orang akan percaya pada-Nya. Dengan begitu, untuk mencapai tujuan mereka, mereka mengakui bahwa pengajaran dan mujizat-mujizat-Nya memiliki kuasa yang sangat meyakinkan dan tidak dapat disanggah lagi, sehingga semua orang pasti akan menjadi pengikut dan pembela-Nya. Demikianlah mereka memandang kepentingan-Nya itu berbahaya, dan membuatnya menjadi sesuatu yang menjijikkan demi mencapai tujuan mereka sendiri (7:48), Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya? Inilah hal yang sangat mereka takuti, yaitu bahwa orang-orang akan percaya kepada-Nya, dan segala pencapaian mereka pun akan hancur. Perhatikan, keberhasilan Injil merupakan sesuatu yang menakutkan bagi para lawan-lawannya. Jika jiwa-jiwa diselamatkan, maka habislah mereka.
- b. Mereka meramalkan bahwa jika kebanyakan orang ditarik mengikuti-Nya, maka murka bangsa Romawi pun akan menimpa mereka. Mereka akan datang dan akan merampas tempat kita, yaitu negeri mereka, terutama Yerusalem, atau Bait Suci, tempat kudus itu, dan tempat mereka, berhala mereka, atau kedudukan mereka di Bait Suci, tempat bercokolnya kuasa dan kewibawaan mereka. Memang benar bahwa bangsa Romawi mengawasi mereka dengan cemburu, karena mereka tahu bahwa tidak ada lagi yang diinginkan orang-orang Yahudi selain kuasa dan kesempatan untuk melepaskan diri dari kuk mereka. Benar juga bahwa jika pasukan Romawi menyerang mereka, maka bangsa Yahudi akan benar-benar kesulitan untuk mengalahkan mereka, tetapi di sini terlihat sikap pengecut yang tidak seharusnya didapati dalam diri para imam Tuhan seandainya mereka tidak memakai kejahatan mereka untuk menyalahgunakan kedudukan mereka di hadapan Allah dan orang-orang benar. Jika saja selama ini mereka tetap menjaga integritas atau kejujuran, mereka tidak perlu takut terhadap orang-orang Romawi. Namun, yang terjadi sebaliknya, mereka berbicara seperti orang-orang yang kehilangan asa, seperti bangsa Yehuda yang secara memalukan berkata kepada Simson, Tidakkah kauketahui, bahwa orang Filistin berkuasa atas kita? (Hak. 15:11). Saat orang kehilangan kesalehan mereka, keberanian mereka pun ikut sirna.
- Tetapi:
- (a) Tidak benar bahwa bangsa mereka sedang menghadapi bahaya diserang oleh bangsa Romawi karena kemajuan Injil Kristus, sebab Injil-Nya sama sekali tidak mengancam penguasa ataupun pemerintahan, justru malah menguntungkan mereka. Bangsa Romawi sama sekali tidak merasa cemburu dengan kepentingan-Nya yang semakin berkembang, sebab Dia mengajar orang banyak untuk memberi upeti kepada Kaisar dan tidak boleh berbuat jahat, melainkan harus memikul salib. Wali negeri Romawi, dalam persidangan terhadap-Nya, tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya. Sebenarnya, para imam-imam bangsa Yahudilah yang lebih berbahaya dalam menyulut kemarahan bangsa Romawi, dibandingkan dengan Kristus sendiri. Perhatikan, ketakutan palsu biasanya dijadikan kedok rencana jahat.
- (b) Jika benar-benar ada bahayanya bahwa bangsa Romawi akan menjadi tidak senang bila Kristus dibiarkan berkhotbah, hal itu pun tidak lantas membenarkan mereka untuk membenci dan menganiaya orang benar.
- Perhatikan:
- [a] Musuh-musuh Kristus dan Injil-Nya biasanya menutup-nutupi permusuhan mereka dengan berpura-pura peduli terhadap kebaikan dan keselamatan orang banyak, dan untuk itu, mereka pun mencap para nabi dan hamba-hamba-Nya sebagai pembuat masalah di Israel dan sebagai orang-orang yang telah menjungkir-balikkan dunia ini.
- [b] Kebijakan yang timbul dari kedagingan biasanya mengemukakan alasan-alasan untuk suatu keadaan bertentangan dengan aturan-aturan keadilan. Saat manusia lebih memperhatikan kekayaan dan keselamatan mereka daripada kebenaran dan kewajiban, hal itu dipicu oleh hikmat dari bawah, yaitu hikmat dunia yang penuh dengan hawa nafsu dan kebejatan. Tetapi lihatlah masalahnya. Mereka berpura-pura takut bahwa membiarkan Injil Kristus akan sama dengan membiarkan negeri mereka hancur oleh tangan orang-orang Romawi, dan karena itu, tak peduli benar atau salah, mereka pun bertekad melawan-Nya. Akan tetapi, selanjutnya malah terbukti bahwa tindakan penganiayaan mereka terhadap Injil itu justru menimpakan apa yang mereka takutkan, yaitu menggenapi takaran kejahatan mereka, dan orang-orang Romawi pun benar-benar datang dan merampas tempat serta bangsa mereka, sehingga tempat mereka itu tidak mengenali mereka lagi. Perhatikan, bencana justru akan menimpa kepala kita bila kita berusaha menghindarinya dengan perbuatan dosa. Dan juga, orang-orang yang berpikir bahwa dengan menentang kerajaan Kristus mereka dapat mengamankan dan memajukan kepentingan duniawi mereka, justru akan mendapati Yerusalem sebagai batu yang lebih berat untuk diangkat, daripada yang mereka pikirkan sebelumnya (Za. 12:3). Apa yang menggentarkan orang fasik, itulah yang akan menimpa dia (Ams. 10:24).
- (3) Di tengah-tengah sidang mahkamah itu, Kayafas membuat pidato yang jahat tetapi juga bersifat mistis (sulit dimengerti oleh pikiran biasa).
- [1] Kejahatan itu tampak nyata di awal pidatonya (ay. 49,50). Kayafas, sebagai Imam Besar, dan dengan demikian bertugas sebagai ketua mahkamah itu, mengambil keputusan untuk menilai perkara tersebut bahkan sebelum hal itu dirundingkan: "Kamu tidak tahu apa-apa, keragu-raguanmu menunjukkan ketidaktahuanmu, sebab hal ini tidaklah layak untuk dipertentangkan, melainkan akan segera selesai, jika kamu sekalian mau mempertimbangkan pernyataan ini, yaitu bahwa lebih berguna bagi kita, jika satu orang mati untuk bangsa kita."
- Di sini terlihat:
- Pertama, anggota dewan itu adalah Kayafas yang merupakan Imam Besar pada tahun itu. Jabatan imam besar itu ditetapkan secara ilahi kepada keturunan pria dalam garis keturunan Harun, selama ia masih hidup di dunia ini, kemudian berlanjut ke keturunan laki-lakinya yang berikut. Akan tetapi, pada zaman yang jahat itu, jabatan tersebut sering berpindah tangan, sekalipun tidak berganti setiap tahun, seperti jabatan konsul layaknya, sesuai dengan kepentingan mereka dalam kekuasaan Romawi. Nah, pada tahun itu, Kayafas yang menduduki jabatan tersebut.
- Kedua, pada dasarnya arah nasihat itu adalah bahwa harus ditemukan cara untuk menghukum mati Yesus. Kita sebenarnya memiliki alasan untuk berpikir bahwa sesungguhnya mereka memiliki dugaan yang kuat bahwa Dia adalah benar-benar Mesias. Namun, karena pengajaran-Nya begitu bertolak belakang dengan adat istiadat kesayangan dan kepentingan duniawi mereka, dan rencana-Nya tidak sesuai dengan pengharapan mereka akan kerajaan Mesias, maka mereka pun bertekad untuk membunuh-Nya, tak peduli siapa pun Dia itu sebenarnya. Kayafas tidak berkata, biarlah Dia dibungkam saja, dipenjara, dikucilkan. Padahal hal itu mungkin sudah cukup ampuh untuk mengekang seseorang yang mereka anggap berbahaya. Sebaliknya, mereka memutuskan bahwa Dia harus mati. Perhatikan, orang-orang yang menentang Kekristenan memang biasanya mengabaikan kemanusiaan. Mereka juga terkenal dengan kekejaman mereka.
- Ketiga, usulan itu diajukan dengan halus, sehalus kelicikan si ular tua.
- . Kayafas mengusulkan hikmatnya sendiri, yang menurut anggapan kita pastilah sungguh berhikmat, karena dia seorang Imam Besar, sekalipun Urim dan Thummim telah lama hilang. Betapa sombongnya ia berkata, "Kamu, imam-imam biasa, tidak tahu apa-apa. Biarkan aku menelaah perkara ini lebih dalam daripada yang bisa kamu lakukan!" Begitulah biasanya para penguasa menyalahgunakan wewenang mereka untuk memerintah seenaknya. Karena mereka diharuskan menjadi yang terbaik dan terbijak, maka mereka pun menginginkan supaya setiap orang percaya bahwa mereka memang demikian adanya.
- . Dia menganggap bahwa perkara ini sudah jelas dengan sendirinya dan tidak perlu dipertentangkan lagi, dan hanya orang bodoh yang tidak melihatnya demikian. Perhatikan, nalar dan keadilan sering kali ditekan oleh tangan yang berkuasa. Kebenaran telah tersandung di tempat umum, dan saat itu pula kebenaran itu terjatuh ke bawah, dan ketulusan ditolak orang, dan saat ketulusan itu tertolak, maka ketulusan pun hilang (Yes. 59:14).
- . Kayafas menegaskan pernyataan politik yang berlaku umum, yaitu bahwa kesejahteraan orang banyak harus lebih diutamakan daripada kepentingan segelintir orang-orang tertentu saja. Akan lebih berguna bagi kita, sebagai imam-imam yang kehormatannya kini sedang dipertaruhkan, jika satu orang mati untuk bangsa kita. Sejauh itu, hal tersebut memang mengandung kebenaran, bahwa lebih berguna dan juga merupakan sebuah perbuatan yang sangat mulia, bagi seorang manusia untuk mempertaruhkan nyawanya demi kepentingan bangsanya (Flp. 2:17; 1Yoh. 3:16). Namun, menghukum mati seseorang yang tidak berdosa dengan berkedok mengutamakan keamanan orang banyak adalah rancangan si Iblis. Dengan cerdiknya Kayafas menunjukkan bahwa orang yang yang terbaik dan terhebat, sekalipun major singulis -- lebih hebat dari siapa pun juga, tetap saja minor universis -- kurang hebat dari masyarakat banyak, dan karena itu orang itu wajib untuk memikirkan agar hidupnya digunakan dengan baik, bila perlu sampai kehilangan hidupnya itu, untuk menyelamatkan bangsa-Nya dari kehancuran. Tetapi, apa kaitan semuanya itu dengan pembunuhan seorang yang telah terbukti menjadi berkat, dengan berpura-pura bahwa hal itu perlu dilakukan untuk mencegah bencana menimpa bangsa mereka? Seharusnya perkara itu dilihat dengan cara demikian: Apa gunanya bagi mereka untuk menimpakan darah seorang nabi ke atas diri mereka dan bangsa mereka sendiri hanya untuk mengamankan kepentingan negeri mereka dari bahaya yang sebenarnya tidak perlu mereka takutkan? Apakah lebih berguna bagi mereka untuk menjauhkan Allah dan kemuliaan-Nya dari diri mereka, ataukah menghadapi ketidaksenangan bangsa Romawi, yang pastinya tidak dapat membahayakan mereka bila Allah ada di pihak mereka? Perhatikan, kebijakan lahiriah seperti itu, yang hanya mementingkan pertimbangan-pertimbangan keduniawian, pada akhirnya justru menghancurkan segalanya, dan bukannya menyelamatkan segalanya.
- [2] Misteri yang terkandung dalam rancangan Kayafas itu pada awalnya tidak begitu kentara, tetapi sang penulis Injil ini menuntun kita untuk mencermatinya (ay. 51-52): Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, hal itu tidak hanya keluar dari rasa permusuhan dan pertimbangannya sendiri, tetapi dalam perkataan itu ia justru bernubuat, sekalipun ia sendiri tidak menyadarinya, yaitu bahwa Yesus akan mati bagi bangsa itu. Berikut adalah tanggapan yang baik terhadap perkataan yang berbahaya itu. Rancangan Kayafas yang bejat itu dibuat supaya sejalan dengan rencana Allah yang mulia. Kasih manusia mengajari kita untuk selalu mengartikan hal yang terbaik dari perkataan dan perbuatan yang berbahaya dari orang lain, tetapi kesalehan mengajari kita untuk memanfaatkan perkataan dan tindakan manusia untuk sesuatu yang baik, bahkan sekalipun maksud dari tindakan dan perkataan itu sebenarnya tidak demikian. Jika perbuatan orang jahat yang menentang kita bisa dipakai sebagai perpanjangan tangan Allah untuk merendahkan hati dan mengubahkan diri kita, maka perkataan mereka melawan kita juga dapat dipakai sebagai perpanjangan mulut Allah untuk membimbing dan meyakinkan kita. Akan tetapi, dalam perkataan Kayafas tersebut, terdapat sebuah petunjuk istimewa dari sorga yang membuatnya mampu berkata seperti seorang yang memiliki pikiran mulia secara rohani. Sebagaimana hati semua orang ada di tangan Allah, begitu pula lidah mereka. Mereka yang berkata, "Lidah kami adalah milik kami sendiri, sehingga kita boleh berkata apa pun yang kita mau tanpa harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah, dan kita dapat mengatakan apa yang kita mau tanpa terkekang oleh kuasa dan rencana-Nya," sesungguhnya sedang menipu diri mereka sendiri. Bileam tidak dapat mengucapkan apa yang ingin ia katakan saat ia bermaksud untuk mengutuk Israel, begitu pula Laban, sewaktu ia mengejar Yakub.
- (4) Sang penulis Injil menjelaskan dan membeberkan perkataan Kayafas itu.
- [1] Ia menerangkan perkataan Kayafas dan menunjukkan bahwa perkataan itu bukan hanya terlontar begitu saja, tetapi juga memang dimaksudkan begitu, sesuai dengan tujuan yang agung itu. Dia tidak mengatakan hal itu dari dirinya sendiri. Ketika dipakai untuk menghasut mahkamah supaya melawan Kristus, dia mengatakan hal itu dengan mulutnya sendiri, bahkan mungkin dengan arahan Iblis. Tetapi, perkataannya itu adalah petunjuk dari Allah, karena menyatakan tujuan dan rancangan Allah melalui kematian Kristus, untuk menyelamatkan bangsa Israel rohani dari dosa dan murka Allah. Dalam hal ini, Kayafas tidak berbicara dari dirinya sendiri, sebab dia sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai itu. Dia sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak demikian rancangan hatinya, sebab dalam hatinya tidak ada niat lain selain hendak memusnahkan dan melenyapkan (Yes. 10:7).
- Pertama, Kayafas bernubuat. Orang-orang yang bernubuat tidak berbicara dari diri mereka sendiri. Tetapi, apakah ini berarti bahwa Kayafas juga termasuk salah seorang nabi? Begitulah kenyataannya, pro hâc vice -- hanya sekali itu saja, walaupun ia seorang yang jahat dan musuh yang paling kejam bagi Kristus dan Injil-Nya.
- Perhatikan:
- . Allah sanggup dan sering kali memakai orang-orang jahat sebagai alat untuk melayani tujuan-tujuan-Nya, sekalipun hal itu bertentangan dengan maksud mereka sendiri. Sebab, Allah tidak hanya mengikat mereka dengan belenggu untuk mencegah mereka berbuat kejahatan yang mereka rancangkan, tetapi juga melilit mereka dengan kekang untuk mengarahkan mereka supaya melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak mereka inginkan.
- . Perkataan nubuatan yang keluar dari mulut tidak merupakan jaminan bahwa di dalam hati mereka juga terdapat kasih karunia. Seruan Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu? Juga akan ditolak sebagai pembelaan yang tidak ada apa-apanya.
- Kedua, Kayafas bernubuat sebagai Imam Besar pada tahun itu. Hal ini tidak berarti bahwa jabatannya sebagai Imam Besar ada kaitannya dengan kelayakan atau ketidaklayakannya menjadi seorang nabi. Kita tidak bisa menyimpulkan bahwa jubah istimewa seorang pemimpin agama dapat menggerakkan orang bejat yang memakainya untuk bernubuat.
- Namun:
- . Sebagai Imam Besar, Kayafas memiliki kedudukan yang tinggi dalam kumpulan itu, sehingga Allah pun lebih berkenan menaruh perkataan penting itu ke dalam mulutnya, daripada di mulut orang-orang lainnya, supaya hal itu lebih diperhatikan, dan jika tidak diperhatikan, maka hal itu benar-benar sudah keterlaluan. Petunjuk-petunjuk yang terlontar dari para pembesar memang dipandang layak untuk dicermati: Keputusan dari Allah ada di bibir raja. Oleh karena itulah, pernyataan Allah ini pun ditaruh di bibir Imam Besar, sehingga dari mulutnya pun keluar pernyataan tersebut, bahwa Kristus mati demi kebaikan seluruh bangsa, dan bukan karena di tangannya terdapat pelanggaran. Kayafas kebetulan tengah menjabat sebagai Imam Besar pada tahun penebusan itu, saat Mesias Sang Raja harus disingkirkan, padahal tidak ada salahnya apa-apa (Dan. 9:26), dan ia pun harus mengakui kebenaran itu.
- . Karena jabatan Kayafas sebagai Imam Besar pada tahun itu, tahun yang ternama karena saat itu akan terdapat pencurahan Roh besar-besaran seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya, berdasarkan nubuatan (Yl. 2:28-29, bdk. Kis. 2:17), maka sedikit tetes terang mulia pun ikut menerangi Kayafas, seperti remah-remah (begitulah yang dikatakan Dr. Lightfoot) roti milik anak-anak yang jatuh ke bawah meja dan dimakan oleh anjing. Tahun itu merupakan tahun berakhirnya jabatan imamat kaum Lewi, dan dari mulut Imam Besar tahun itu terlontarlah sebuah pernyataan terselubung mengenai penyerahan jabatannya kepada Seseorang yang tidak akan mengorbankan binatang (sebagaimana yang telah mereka lakukan selama berabad-abad) bagi bangsa itu, melainkan mengorbankan diri-Nya sendiri, dan dengan demikian, Ia pun mengakhiri upacara persembahan korban untuk menebus dosa. Kayafas menyerahkan jabatannya itu tanpa ia sadari, seperti Ishak ketika memberikan berkatnya kepada Yakub.
- Ketiga, inti dari nubuatannya itu adalah bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, hal yang sama yang mengenainya semua nabi bersaksi, yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus (1Ptr. 1:11), bahwa kematian Kristus berarti kehidupan dan keselamatan bagi Israel. Maksud Kayafas dengan bangsa itu adalah mereka yang teguh berpegang pada ajaran Yudaisme, tetapi maksud Allah mencakup semua orang yang mau menerima pengajaran Kristus dan menjadi pengikut-Nya, yaitu semua orang percaya, keturunan Abraham secara rohani. Kematian Kristus, yang kini tengah direncanakan oleh Kayafas itu terbukti menghancurkan seluruh kepentingan bangsa yang ingin diamankan dan diteguhkan oleh Kayafas, sebab hal itu mendatangkan murka terhebat atas diri mereka. Dan sebaliknya juga kematian-Nya itu terbukti membawa keberhasilan bagi sesuatu yang justru hendak dimusnahkannya, sebab dengan diangkatnya Kristus dari muka bumi ini, seluruh manusia pun ditarik mendekat kepada-Nya. Nubuatan ini memang mengandung perkara yang amat besar, yaitu bahwa Yesus akan mati, mati bagi orang-orang lain, bukan saja demi kebaikan mereka, tetapi bahkan menggantikan tempat mereka, mati bagi bangsa itu, sebab merekalah yang pertama kali ditawari keselamatan melalui kematian-Nya. Jika seluruh bangsa Yahudi sepakat untuk percaya kepada Kristus dan menerima Injil-Nya, maka mereka tidak hanya akan diselamatkan selamanya, tetapi juga diselamatkan dari kehancuran mereka sebagai sebuah bangsa. Sumber itu pertama-tama terbuka bagi keluarga Daud (Za. 13:1). Kristus mati bagi bangsa itu supaya seluruh bangsa itu tidak binasa, tetapi supaya tinggal suatu sisa (Rm. 11:5).
- [2] Penulis Injil ini menguraikan perkataan Kayafas itu (ay. 52), bukan untuk bangsa itu saja, meskipun bangsa itu menganggap diri mereka sebagai kesayangan Sorga, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Perhatikanlah di sini,
- Pertama, orang-orang yang baginya Kristus mati: bukan untuk bangsa Yahudi saja (sebab mana mungkin Anak Allah harus menjalani pekerjaan yang begitu besar hanya untuk mengembalikan keturunan Yakub yang masih terpelihara dan orang-orang Israel yang tercerai-berai). Tidak demikian, melainkan Dia harus menyampaikan keselamatan sampai ke ujung bumi (Yes. 49:6). Kristus harus mati bagi anak-anak Allah yang tercerai-berai.
- . Sebagian orang mengartikannya sebagai anak-anak Allah di zaman itu, yang tercerai-berai di antara kaum bukan-Yahudi, yaitu orang-orang yang saleh dari segala bangsa (Kis. 2:5), yang takut akan Allah (Kis. 10:2), dan menyembah-Nya (Kis. 17:4), para penganut agama yang melayani Allah Abraham tetapi tidak tunduk kepada tata cara hukum Taurat Musa, orang-orang yang beriman pada agama tetapi tersebar di antara bangsa-bangsa dan tidak memiliki pengakuan iman tertentu yang mempersatukan atau membedakan mereka dari kaum lainnya. Kristus mati untuk mempersatukan mereka dalam satu kesatuan masyarakat yang besar, untuk dinyatakan sebagai berasal dari kumpulan-Nya dan diperintah oleh-Nya. Ini artinya ada pedoman yang ditetapkan supaya semua orang yang menghormati Allah dan peduli akan keselamatan jiwa mereka dapat berpegang dan tunduk padanya.
- . Sebagian orang lagi mengartikan itu sebagai semua orang yang dipilih atas dasar anugerah, yang dipanggil sebagai anak-anak Allah, sekalipun mereka belum dilahirkan pada saat itu, sebab mereka telah dipilih Allah sejak semula untuk menjadi anak-anak-Nya (Ef. 1:5). Orang-orang itu tercerai berai di berbagai tempat di bumi ini, di antara banyak suku dan bahasa (Why. 7:9), dan di berbagai masa, sampai akhir zaman. Mereka adalah orang-orang yang takut akan Allah di seluruh generasi. Bagi mereka inilah Ia mengarahkan mata-Nya ketika menjalankan penebusan dengan darah-Nya itu. Sebagaimana Dia berdoa bagi mereka, demikian pula Ia mati bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.
- Kedua, Tujuan dan maksud kematian-Nya bagi orang-orang itu. Dia mati untuk mengumpulkan mereka yang telah tersesat, dan untuk mempersatukan mereka yang tercerai-berai, untuk mengundang mereka yang jauh dari-Nya supaya datang mendekat, dan untuk mempersatukan mereka yang ada di dalam Dia tetapi berjauhan satu sama lain.
- Kematian Kristus itu merupakan:
- . Daya tarik luar biasa yang mempesonakan hati kita, sebab itulah tujuan utama mengapa Ia ditinggikan, yaitu untuk menarik umat manusia mendekat kepada-Nya. Berbaliknya jiwa-jiwa pengumpulan jiwa-jiwa ke dalam Kristus sebagai penguasa dan perlindungan mereka, sebagaimana merpati-merpati terbang ke sarang mereka. Untuk itulah Dia mati. Melalui kematian-Nya ia menebus mereka menjadi milik-Nya, dan mendapatkan karunia Roh Kudus bagi mereka. Kasih-Nya sampai mau mati bagi kita itu yang terutama sekali yang menarik kasih kita.
- . Pusat utama dari kebersamaan kita. Dia mempersatukan mereka (Ef. 1:10). Mereka menjadi satu dengan Dia, satu tubuh, satu roh, dan menyatu dengan yang lainnya di dalam Dia. Seluruh orang kudus dari segala tempat dan masa bertemu di dalam Kristus, sebagaimana seluruh anggota di dalam kepala dan semua cabang di dalam akar. Melalui kematian-Nya, Kristus mengantarkan semua orang kudus menjadi satu ke dalam kasih karunia dan belas kasihan Allah (Ibr. 2:11-13), dan karena dasar kematian-Nya pula, Ia mengajarkan mereka semua untuk mengasihi dan menyayangi satu sama lain (13:34).
- (5) Hasil dari perdebatan itu adalah keputusan bulat mahkamah untuk membunuh Yesus (ay. 53): Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Kini mereka telah saling memahami, dan setiap orang sudah bersepakat bahwa Yesus harus mati. Kelihatannya, sebuah dewan telah terbentuk dan duduk de die in diem -- tiap-tiap hari, untuk mempertimbangkan, memperbincangkan dan menerima usulan untuk melaksanakan keputusan di atas. Perhatikan, kejahatan orang bejat selalu terus bertambah dalam (Yak. 1:15; Yeh. 7:10). Dua kemajuan besar kini telah mereka capai dalam rangka merancangkan kejahatan melawan Kristus.
- [1] Apa yang telah mereka pikirkan masing-masing secara terpisah kini telah disepakati bersama, sehingga kini mereka pun saling meneguhkan satu sama lain dalam niat jahat mereka, dan meneruskan rencana mereka dengan keyakinan yang lebih besar. Dengan berunding bersama, orang-orang jahat saling menguatkan dan mendorong dalam tindakan kejahatan mereka. Orang-orang yang berakhlak bejat bergirang saat mereka mendapati orang lain juga sehati sepikiran dengan mereka: sehingga kejahatan yang sebelumnya terlihat sulit kini bukan saja tampaknya mungkin dilakukan, tetapi juga lebih mudah untuk dijalankan, vis unita fortior -- tenaga yang disatukan akan menjadi lebih kuat.
- [2] Sebelumnya, mereka tidak memiliki alasan yang kuat untuk menjalankan perbuatan yang sangat ingin mereka lakukan, tetapi kini mereka diperlengkapi dengan kedok yang sempurna untuk membenarkan diri mereka sendiri, yang akan sangat bermanfaat, kalau bukan untuk menghilangkan rasa bersalah (yang sebetulnya tidak begitu mereka pedulikan), maka bisa menghindari kemarahan orang banyak. Dengan demikian, mereka dapat memuaskan, kalau bukan kepentingan pribadi, maka kepentingan politis. Begitulah yang diperkirakan oleh sebagian orang. Banyak orang dengan entengnya terus saja melakukan tindakan yang jahat selama mereka memiliki dalih yang kuat untuk melakukannya. Tekad kuat mereka untuk menghukum mati Kristus, tanpa peduli benar ataupun salah, membuktikan bahwa serangkaian persidangan yang harus Ia hadapi itu hanyalah sekadar pertunjukan dan kedok belaka, sebab sebelum itu pun mereka sudah memutuskan tindakan mereka.
- (6) Kristus pun segera meninggalkan tempat itu dengan diam-diam, sebab Ia tahu betul apa yang telah diputuskan mahkamah itu (ay. 54).
- [1] Dia menahan penampakan-Nya di depan umum: Ia tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, di antara penduduk Yudea yang di sini disebut sebagai orang-orang Yahudi, terutama mereka yang ada di Yerusalem, ou periepatei -- Ia tidak berjalan ke sana ke mari di antara mereka, tidak pergi dari satu tempat ke tempat lain, tidak berkhotbah dan melakukan mujizat dengan terang-terangan seperti sebelumnya, tetapi Dia tinggal di Yudea, tanpa diketahui di mana. Begitulah imam-imam kepala meletakkan Pelita bangsa Israel di bawah gantang.
- [2] Dia menyepi ke tempat yang tidak begitu dikenal di negeri itu, begitu terpencilnya sampai-sampai nama tempat itu pun jarang sekali disebut-sebut di bagian lain. Ia berangkat ke daerah dekat padang gurun, seolah-olah Ia sudah terbuang dari antara manusia, atau seperti Yeremia, Ia berharap, sekiranya di padang gurun ia mempunyai tempat penginapan bagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan (Yer. 9:2). Ia masuk ke sebuah kota yang bernama Efraim, yang diartikan beberapa orang sebagai Efrata, yaitu Betlehem, tempat Ia dilahirkan, yang berbatasan dengan padang gurun Yudea. Ada pula yang mengartikannya sebagai Efron atau Efraim seperti yang disebutkan dalam 2 Tawarikh 13:19. Ke sana murid-murid-Nya pergi bersama-Nya. Mereka tidak mau meninggalkan-Nya sendirian saja, dan Ia pun tidak mau meninggalkan mereka dalam bahaya. Ke sanalah Ia meneruskan perjalanan-Nya, dietribe, di sana pula Ia terus berbicara, sebab Ia tahu bagaimana harus memanfaatkan waktu menyepi-Nya ini untuk berbicara secara pribadi, saat Ia tidak punya kesempatan untuk berkhotbah di hadapan umum. Saat Ia diusir dari Bait Allah, Dia bercakap-cakap dengan para murid-Nya, yang adalah keluarga-Nya, dan tidak diragukan lagi, diatribai atau percakapan-Nya itu, pastilah sangat membangun. Kita harus melakukan kebaikan semampu kita saat kita tidak dapat melakukan kebaikan seperti yang kita inginkan. Tetapi, mengapa kini Kristus mengundurkan diri? Hal itu dilakukan-Nya bukan karena Ia takut terhadap kuasa para musuh-Nya, atau karena Ia tidak mempercayai kuasa-Nya sendiri. Dia punya banyak cara untuk dapat meloloskan diri, dan tidak bermaksud untuk menghindari penderitaan atau tidak siap untuk menghadapi semua itu. Sebaliknya, Dia menyepi,
- Pertama, untuk menunjukkan ketidaksenangan-Nya terhadap kota Yerusalem dan orang-orang Yahudi. Mereka menolak-Nya dan Injil-Nya. Karena itu, sah-sah saja jika kini Ia menarik diri dan Injil-Nya dari antara mereka. Sang Raja segala Pengajar kini menyembunyikan diri (Yes. 30:20), Dia tidak lagi terlihat kini. Inilah peringatan menyedihkan mengenai kegelapan besar yang sebentar lagi akan meliputi Yerusalem, sebab kota itu tidak tahu hari Allah melawatnya.
- Kedua, untuk membuat kekejaman para musuh terhadap-Nya menjadi benar-benar tidak terampuni. Jika penampakan-Nya di hadapan umum meresahkan diri mereka sendiri dan dianggap membahayakan rakyat banyak itu, maka Ia kini hendak melihat apakah kemarahan mereka akan surut jika Ia mengundurkan diri. Saat Daud lari ke Gat, Saul pun merasa puas dan tidak lagi mencarinya (1Sam. 27:4). Namun, nyawalah, nyawa yang berharga, yang kini diincar oleh orang-orang jahat ini.
- Ketiga, saat-Nya belumlah tiba, dan karena itulah Ia pun tidak mau menantang bahaya dan melakukannya dengan cara yang lumrah dilakukan manusia, yang Ia pakai untuk membenarkan sekaligus mendorong tindakan menyelamatkan diri bagi para hamba-Nya pada masa penganiayaan, dan juga untuk menghiburkan hati mereka yang tidak lagi diperbolehkan bekerja dan terpaksa harus dikungkung dalam kesendirian dan kegelapan. Seorang murid tidak lebih baik dari pada gurunya.
- Keempat, Pengunduran diri-Nya untuk sementara waktu itu dimaksudkan untuk membuat kedatangan-Nya kembali ke Yerusalem, bila saat-Nya telah tiba nanti, menjadi lebih gemilang dan bercahaya. Inilah yang memicu seruan sukacita yang diserukan para pengikut-Nya ketika Ia tampil lagi di hadapan mereka, saat Ia mengendarai keledai memasuki kota itu dengan penuh kemenangan.
- (7) Pencarian yang mereka lakukan dengan saksama selama Ia menyepi (ay. 55-57).
- [1] Kesempatan emas datang saat hari raya Paskah sudah dekat, sebab mereka mengharapkan kedatangan-Nya, sesuai dengan kebiasaan saat itu (ay. 55): hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, yaitu sebuah perayaan yang begitu penting bagi mereka, dan yang selalu mereka nantikan jauh-jauh hari sebelumnya. Paskah itu merupakan yang keempat sekaligus yang terakhir bagi Kristus sejak Ia mulai melakukan pelayanan-Nya, dan tentang hari Paskah itu dapat dikatakan, "Paskah semacam itu tidak pernah lagi dirayakan di Israel (2Taw. 35:18), sebab pada saat itulah Kristus, Domba Paskah kita, dikorbankan bagi kita." Kini hari raya Paskah hampir tiba, dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri. Hal ini bisa berarti,
- Pertama, sebuah penyucian yang harus dilakukan oleh mereka yang telah cemar menurut adat istiadat mereka. Mereka datang untuk diperciki dengan air penyucian, dan untuk melakukan serangkaian ibadah pembersihan diri menurut hukum Taurat, karena mereka tidak boleh makan Paskah dalam keadaan najis (Bil. 9:6). Demikianlah juga, sebelum merayakan Paskah Injil, kita pun harus memperbarui pertobatan kita dan membersihkan diri dalam darah Kristus melalui iman kita, sehingga dengan begitu, kita menghormati mezbah Allah. Atau,
- Kedua, mereka ke Yerusalem untuk melakukan penyucian diri secara sukarela, atau tindakan pemisahan diri, dengan berdoa dan berpuasa atau melakukan kegiatan-kegiatan agamawi lainnya. Orang-orang yang sangat saleh memilih untuk melakukan ibadah-ibadah demikian sebelum hari raya Paskah di Yerusalem, karena ada pelayanan yang tersedia di Bait Allah di sana. Demikian jugalah kita harus dengan sungguh hati mempersiapkan diri untuk naik ke gunung dan menantikan-nantikan dengan yakin akan bertemu Allah di sana.
- [2] Pencarian itu dilakukan dengan terang-terangan: Mereka berkata, "Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?" (ay. 56).
- Pertama, sebagian orang berpendapat bahwa pertanyaan di atas terlontar dari mulut orang-orang yang memihak kepada Kristus dan mengharapkan kedatangan-Nya, supaya mereka dapat mendengar pengajaran dan melihat mujizat-mujizat-Nya. Orang-orang yang pergi dari daerah mereka untuk menyucikan diri itu benar-benar ingin bertemu dengan Kristus, dan mungkin mereka datang lebih awal dengan harapan bisa bertemu dengan-Nya. Karena itulah, sambil mereka berdiri di dalam Bait Allah, yang merupakan tempat penyucian diri mereka itu, mereka pun bertanya-tanya tentang kabar Kristus. Adakah orang yang dapat memberi mereka secercah harapan untuk melihat Dia? Jika memang demikian, dan jika mereka itu adalah orang-orang yang paling saleh dan memperhatikan agama, yang begitu menghormati Kristus, maka hal itu merupakan teguran terhadap sikap permusuhan yang ditunjukkan imam-imam kepala, serta sebuah kesaksian melawan mereka.
- Kedua, tampaknya saya lebih berpendapat bahwa orang-orang itu adalah musuh-musuh Kristus yang sedang memburu-Nya, yang sedang menanti-nantikan kesempatan untuk menahan Dia. Saat mereka melihat kota mulai dipenuhi oleh orang-orang saleh dari berbagai daerah lain, mereka pun bertanya-tanya mengapa Kristus tidak terlihat di antara mereka. Saat mereka seharusnya membantu orang-orang yang datang untuk menyucikan diri sesuai dengan tugas mereka di tempat itu, mereka malah merencanakan persekongkolan melawan Kristus. Betapa dalamnya gereja Yahudi telah merosot, saat imam-imam Tuhan justru menjadi serupa dengan imam-imam lembu berhala, sebuah perangkap bagi Mizpa, dan jaring yang dikembangkan di atas gunung Tabor, dan lobang yang dikeruk di lembah Sitim (Hos. 5:1-2), -- saat mereka seharusnya menjalankan perayaan dengan roti tidak beragi, mereka malah mencemari diri mereka sendiri dengan ragi kejahatan yang paling busuk! Pertanyaan mereka itu, Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta? Menyiratkan,
- . Anggapan yang rendah terhadap Kristus, seolah-olah Ia mungkin tidak akan berani datang dan menampakkan diri di hari perayaan bagi Tuhan. Jika orang lain yang tidak mempedulikan agama tidak hadir, mereka tidak akan diperhatikan. Namun, jika Kristus yang tidak hadir, sekalipun itu demi keselamatan nyawa-Nya (sebab Allah lebih menghendaki belas kasihan daripada korban sembelihan), pastilah Ia akan dicela, seperti yang terjadi pada Daud saat kursinya di jamuan terlihat kosong, padahal ia diundang ke sana hanya karena Saul ingin mencari kesempatan untuk menombaknya ke tembok (1Sam. 20:25-27 dst.). Menyedihkan sekali bila ibadah yang suci diselewengkan untuk mencapai maksud yang kotor.
- . Ketakutan mereka kalau-kalau permainan mereka itu akan gagal: "Akan datang jugakah Ia ke pesta? Jika Ia tidak datang, maka sia-sialah rancangan kita dan celakalah kita, sebab tidak mungkin menyuruh orang ke wilayah-Nya untuk menjemput-Nya."
- [3] Perintah yang telah dikeluarkan oleh penguasa mengenai penangkapan Kristus sangatlah keras (ay. 57). Mahkamah Agama telah mengeluarkan peringatan keras yang mewajibkan siapa pun di kota atau daerah lain yang tahu di mana Dia berada (seolah-olah Dia itu seorang penjahat yang telah lari dari keadilan), untuk memberitahukan hal itu, supaya Kristus dapat ditangkap. Mungkin juga mereka mengiming-imingi orang dengan hadiah jika mereka berhasil menemukan-Nya, dan mengancam siapa pun yang menyembunyikan-Nya. Dengan demikian, mereka membuat Kristus terlihat sebagai seorang yang sangat jahat dan berbahaya di mata orang banyak, seorang buronan yang layak diserang oleh siapa pun. Saul juga mengeluarkan peringatan seperti itu saat ia hendak menangkap Daud. Demikian pula dengan Ahab, saat ia hendak menangkap Elia.
- Lihatlah:
- Pertama, betapa bersungguh-sungguhnya mereka dalam niat mereka untuk menganiaya Yesus, dan betapa tak kenal lelahnya mereka berusaha melaksanakan rencana itu, bahkan di saat mereka seharusnya begitu sibuk dengan banyak hal, sekiranya mereka benar-benar menghormati agama dan tugas mereka sebagai imam.
- Kedua, betapa giatnya mereka menggalakkan orang lain untuk turut terlibat dalam kesalahan mereka. Jika ada orang yang sampai hati mengkhianati Kristus, mereka pasti akan mendorongnya untuk berpikir bahwa dia harus melakukannya. Itulah maksud utama yang mereka tanamkan dalam diri orang banyak demi tujuan yang sangat jahat itu. Perhatikan, dosa-dosa para penguasa yang jahat bertambah berat saat mereka menyetir bawahan mereka untuk menjadi alat dalam menjalankan kejahatan mereka itu. Namun, sekalipun terdapat peringatan seperti itu, walaupun tak diragukan lagi banyak orang tahu di mana Dia berada, Dia tetap tidak ditemukan, karena masih ada sebagian orang yang mengasihi-Nya dan juga karena Allah menguasai hati nurani sebagian yang lainnya. Sebab, Tuhan menyembunyikan-Nya.
SH: Yoh 11:46-57 - Hati yang degil (Sabtu, 25 Februari 2006) Hati yang degil
Iman yang dangkal membutuhkan banyak tanda dan mukjizat agar percaya.
Iman yang bertumbuh mampu percaya tanpa perlu melihat ta...
Hati yang degil
Iman yang dangkal membutuhkan banyak tanda dan mukjizat agar percaya. Iman yang bertumbuh mampu percaya tanpa perlu melihat tanda. Sungguh berbahaya, jika kita telah melihat kuasa Allah, namun tetap tidak percaya.
Orang-orang Farisi mendapatkan laporan dari orang-orang Yahudi yang menyaksikan mukjizat kebangkitan Lazarus. Mereka tidak dapat menyangkal bahwa Tuhan Yesuslah yang mendemonstrasikan kuasa Ilahi tersebut. Mereka sadar bahwa popularitas Tuhan Yesus semakin hari semakin merebak ke seluruh Yudea. Banyak orang semakin percaya kepada Dia sebagai Mesias dari Allah (ayat 47b). Sayangnya, kebenaran yang disingkapkan di depan mata mereka tidak membuat mereka percaya dan bertobat. Oleh alasan-alasan politis dan keamanan (ayat 48), mereka memutuskan untuk membunuh Yesus (ayat 53). Bahkan keputusan itu didukung dengan otoritas agama dari imam besar dengan nubuatannya bahwa kematian Yesus berguna untuk meredam kehancuran yang mengancam akibat popularitas-Nya (ayat 49-52). Padahal yang mereka takutkan adalah turunnya popularitas mereka sebagai pemimpin agama di kalangan penganut mereka karena orang banyak semakin percaya kepada Tuhan Yesus. Ini merupakan suatu konspirasi politik dan agama.
Tuhan Yesus memang harus mati, sebagai penggenapan rencana penyelamatan Allah atas umat manusia. Nubuat imam besar bukanlah penentu vonis tersebut, namun dipakai Allah untuk mewujudkan rencana-Nya. Namun, kematian Kristus membawa dampak penyelamatan Allah bagi seisi dunia. Gereja sering mendapat tekanan dari para musuh Allah yang hendak membinasakan umat-Nya. Namun, Allah dapat memakai berbagai kesulitan itu untuk lebih memajukan pemberitaan Injil ke seluruh pelosok bumi ini. Oleh karena itu, anak-anak Tuhan harus bertahan dan tetap setia pada panggilan mulia Allah.
Responsku: _________________________________________________________________ _________________________________________________________________
SH: Yoh 11:45-57 - Percaya karena mukjizat (Senin, 01 Februari 1999) Percaya karena mukjizat
Banyak orang percaya kepada Yesus karena Dia melakukan banyak
mukjizat. Lebih lagi ketika Lazarus dibangkitkan dari kema...
Percaya karena mukjizat
Banyak orang percaya kepada Yesus karena Dia melakukan banyak mukjizat. Lebih lagi ketika Lazarus dibangkitkan dari kematian setelah empat hari dikubur. Namun, di antara orang yang percaya, masih ada orang yang tidak percaya. Tidak hanya sampai pada tidak percaya saja, melainkan juga menghasut orang lain untuk tidak ikut-ikutan percaya. Ironisnya, tindakan ini justru dilakukan oleh orang-orang yang menyebut dirinya para imam dan orang Farisi. Sebagai pemimpin rohani umat, seharusnya mereka mengajak pengikutnya untuk memahami fakta kebenaran yang nampak dengan kasat mata, bukan sebaliknya menghasut untuk tidak percaya.
Nubuat Imam Besar. Sikap tidak percaya akan karya Allah bagi bangsa-Nya ini mengakibatkan para imam tiba pada kesepakatan untuk membunuh-Nya. Karena saat-Nya belum tiba, Ia menyingkir dari tempat-tempat umum dan tinggal bersama murid-murid-Nya. Suatu kebenaran tidak secara otomatis dapat diterima baik oleh semua pihak. Segala sesuatu terletak pada tujuan kebenaran itu sendiri. Hanya mereka yang dicelikkan matanya sajalah yang sanggup menerima kebenaran dengan sukacita dan mau hidup menurut kebenaran itu.
Doa: Tuhan Yesus, celikkanlah mata kami, agar dengan sukacita kami menerima dan hidup dalam kebenaran-Mu.
SH: Yoh 11:45-57 - Sidang agama merencanakan pembunuhan (Senin, 4 Maret 2002) Sidang agama merencanakan pembunuhan
Perikop ini merupakan kelanjutan peristiwa penampakan kuasa Yesus
memberi hidup dengan membangkitkan Lazaru...
Sidang agama merencanakan pembunuhan
Perikop ini merupakan kelanjutan peristiwa penampakan kuasa Yesus memberi hidup dengan membangkitkan Lazarus dari kubur. Para pelayat yang menjadi saksi mata sebagian menjadi percaya kepada Yesus (ayat 45). Tetapi, ketika sebagian mereka melaporkan peristiwa itu kepada orang-orang Farisi, Sanhedrin bersidang. Sanhedrin adalah mahkamah agama tertinggi untuk orang Yahudi, terdiri dari orang Farisi dan Saduki, para imam, dan pemuka umat. Sidang perlu diadakan sebab mereka melihat bahwa situasi yang Yesus akibatkan melalui membangkitkan Lazarus sudah menjadi krisis. Yesus semakin tenar dan semakin memiliki banyak pengikut. Hal tersebut dapat mengundang bahaya bagi keamanan apabila penjajah Roma mengetahuinya. Dua kali mereka menunjukkan keprihatinan tentang “bait Allah kita” dan “bangsa kita”. Tetapi, sebenarnya yang sedang mereka pikirkan adalah status dan popularitas mereka sendiri.
Di tengah persidangan itu Kayafas bicara. Ucapannya jelas sekali menunjukkan sikap ingin menyingkirkan semua hal yang mengganggu kekuasaan mereka, termasuk Yesus sekalipun (ayat 50-52). Tetapi, ucapannya itu sekaligus bernilai nubuat sebab dalam pengertian Yohanes, Kayafas telah menyampaikan hal tentang penyelamatan. Maksud Kayafas, membunuh Yesus berarti menyelamatkan orang Yahudi dari hukuman Roma bila gerakan para pengikut Yesus semakin besar dan diartikan sebagai pemberontakan. Tetapi, dalam sudut pandang Yohanes, yang Kayafas katakan menyangkut cara Allah menyelamatkan manusia melalui kematian Yesus. Untuk Yohanes, salib Yesus bukan saja penyataan Allah, tetapi juga penyelamatan dari Allah (bdk. 1:29). Ucapan Kayafas tentang keselamatan itu dalam catatan Yohanes menggunakan kata bangsa, bukan umat. “Umat” adalah kata untuk Israel sebagai umat pilihan Allah. Dengan tidak menggunakan istilah ini, Yohanes ingin menegaskan bahwa pikiran Kayafas politis saja sifatnya dan dengan itu, Israel memang telah berhenti dari kedudukan sebagai umat Allah.
Melalui itu, upaya memburu dan membunuh Yesus menjadi resmi dijalankan.
Renungkan: Kita perlu belajar melihat pertarungan antara kuasa Allah dan kuasa kejahatan dalam perspektif kedaulatan Allah dan kemenangan Kristus.
SH: Yoh 11:45-57 - Respons perdana (Minggu, 24 Februari 2008) Respons perdana
Kebangkitan Lazarus memang tidak menjadi bintang utama nas ini, tapi
Yesus, karya-Nya, serta respons berbagai pihak kepada Diala...
Respons perdana
Kebangkitan Lazarus memang tidak menjadi bintang utama nas ini, tapi Yesus, karya-Nya, serta respons berbagai pihak kepada Dialah yang menjadi sorotan. Sebagian merespons dengan percaya kepada Yesus, artinya mereka percaya bahwa Ia adalah sang Terang yang turun ke dalam dunia. Yesuslah kebangkitan dan hidup. Sebagian lagi merespons dengan memercayai para pemimpin agama mereka, yaitu kaum Farisi dan para imam, untuk memproses peristiwa ini dan memberi respons bagi mereka. Para pemimpin itu tidak hanya mencermati peristiwa kebangkitan Lazarus, tetapi juga "banyak tanda" lain yang dibuat Yesus (ayat 47). Demi melindungi diri dari amarah Roma, mereka memutuskan dengan lugas dan tegas: bunuh Yesus!
Dalam nas ini kita bertemu dengan skema yang kerap berulang, yaitu setiap karya Tuhan biasanya direspons melalui dua cara: percaya atau melawan; beriman atau menyerang. Tidak ada pilihan bersikap netral. Nas ini membuktikan sesuatu yang sudah sejak lama dialami oleh para pemberita Injil di segala abad dan tempat: mukjizat, bahkan kebangkitan orang mati, tidak otomatis membuat orang percaya kepada Tuhan. Padahal kebangkitan Lazarus pun merupakan karya pelaksanaan kehendak Allah melalui Yesus.
Kisah inipun jadi bagian dari kisah Yesus yang harus kita respons. Dia yang kita sapa sebagai Tuhan itu pernah hendak dibunuh orang lain (ayat 53). Tuhan kita itu jadi sasaran kezaliman. Hal ini berarti bahwa kita yang percaya kepada Yesus harus siap juga jadi sasaran kezaliman bahkan dibunuh. Namun nas ini juga hendak menyampaikan suatu penghiburan, yaitu bahwa meskipun di tengah rencana jahat para pemimpin Yahudi, rencana dan kehendak Allah tetap terlaksana dan digenapi. Situasi itu seharusnya semakin meneguhkan kita dalam merespons Tuhan dengan ketaatan. Mengapa? Karena seperti yang berulang kali difirmankan Yesus dalam Injil ini, yaitu bahwa setiap orang yang percaya kepada-Nya akan hidup.
SH: Yoh 11:45-57 - Puncak konspirasi (Senin, 3 Februari 2014) Puncak konspirasi
Jika satu orang kesal dan ingin membunuh orang lain, itu belum luar biasa. Amarahnya bisa menyurut, keinginan jahat itu pun bisa di...
Puncak konspirasi
Jika satu orang kesal dan ingin membunuh orang lain, itu belum luar biasa. Amarahnya bisa menyurut, keinginan jahat itu pun bisa dilupakan dan disesali. Namun, jika amarah dan hasrat membunuh itu sama-sama dirasakan sejumlah orang, itu baru luar biasa. Konspirasi di antara mereka bisa segera memekar, dan segala siasat serta rencana pun bisa disusun.
Di dalam alur narasi Injil Yohanes, amarah para pemimpin agama Yahudi ini sudah muncul sejak Yohanes 5:18, ketika mereka mulai bermaksud membunuh Dia karena menyamakan diri-Nya dengan Allah. Niat para pemimpin Yahudi makin kukuh setelah mukjizat-Nya yang terakhir ini. Mukjizat kebangkitan Lazarus ini ironis, karena mempersiapkan jalan panjang Yesus menuju pemuliaan diri-Nya melalui kematian-Nya di salib, juga melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Dalam makna inilah Yesus akan "ditinggikan" (Yoh. 3:14). Di tengah konspirasi ini, kata-kata yang diucapkan Kayafas (49-50) bersifat ironis, karena memuat makna yang lebih dalam yang tidak disadarinya: Yesus akan mati "untuk bangsa itu ... tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai berai" (51-52). Inilah sebenarnya "puncak" konspirasi para pemimpin Yahudi, bahwa siasat jahat mereka digunakan Allah untuk menyelamatkan orang yang percaya kepada Anak-Nya yang tunggal. Bahwa kegelapan itu tidak dapat menguasai terang, dan bahkan sedang ditaklukkan oleh terang (Yoh. 1:5).
Nas ini menjadi penghiburan bagi kita, orang Kristen yang hidup, bersaksi, dan berjuang di dalam dunia. Konspirasi kejahatan terus menggila dan kegelapan terus berusaha eksis. Namun jangan menyerah karena kuasa Allah justru terus mewujud di tengah-tengahnya. Pertanyaannya, maukah kita ikut Tuhan dan tidak menyerah terhadap konspirasi kejahatan, atau justru membiarkan diri tenggelam di dalamnya? Apakah kita ingin ikut Yesus atau malah merapat dengan Kayafas dan kawan-kawan? Jangan sampai kita justru melawan Allah, entah dengan tindakan aktif atau sikap berdiam diri, sehingga menjadi musuh yang akan binasa karena kita menolak Sang Mesias.
SH: Yoh 11:45-57 - Matikanlah Kebencian (Selasa, 9 Maret 2021) Matikanlah Kebencian
Sikap membenci dapat muncul dalam diri siapa pun; ini didasari oleh sifat iri hati. Kebencian akan menghapus segala kebaikan, ba...
Matikanlah Kebencian
Sikap membenci dapat muncul dalam diri siapa pun; ini didasari oleh sifat iri hati. Kebencian akan menghapus segala kebaikan, bahkan dapat mendatangkan celaka kepada orang lain.
Kebencian imam-imam kepala dan orang-orang Farisi begitu memuncak kepada Yesus. Dengan banyaknya mukjizat yang Yesus lakukan dan juga pengajaran-Nya yang menarik, banyak orang menjadi percaya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi mereka (47-48). Sebenarnya, mereka tidak memikirkan tentang agama dan keberadaan bangsa Yahudi, namun tentang diri mereka sendiri, tepatnya tentang status dan jabatan mereka. Kebencian mereka mencapai puncaknya di dalam kata sepakat untuk menangkap dan membunuh Yesus (53, 57).
Kebencian tak mengenal status dan jabatan. Ketika kenyamanan pribadi terusik, jalan apa pun akan dilakukan untuk mempertahankannya. Di tengah kesungguhan umat untuk menyucikan diri dalam persiapan Paskah, para imam kepala justru bersepakat untuk menangkap dan merencanakan pembunuhan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa pelayanan dan ibadah yang mereka lakukan hanyalah formalitas. Pelayanan dan mukjizat yang Yesus lakukan tidak meluluhkan kebencian mereka, malahan menjadi alasan kebencian itu.
Tidak demikian seharusnya kita sebagai murid Kristus. Status sebagai murid Kristus ini mestinya membawa kita kepada penyucian diri dan mematikan segala kebencian. Hendaklah kita tidak memelihara kebencian terhadap orang lain karena hal itu akan membawa kita kepada puncak kebencian yang bisa bermuara pada pemikiran untuk merancang hal-hal yang jahat bagi orang lain.
Kebencian dapat dibersihkan dan diubah menjadi belas kasihan jika hati dan pikiran terbuka dan kita mau ditegur oleh kebenaran. Marilah kita memohon kepada Tuhan agar dibersihkan dari kebencian dan dibentuk agar mau mengikuti teladan Kristus yang menghadapi kebencian dengan hati penuh belas kasihan. Mari kita perjuangkan hal itu, walau dengan susah payah dan air mata, karena kita adalah murid Kristus. [MKD]
Utley -> Yoh 11:47-53
Utley: Yoh 11:47-53 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 11:47-5347 Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apaka...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 11:47-53
47 Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. 48 Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita." 49 Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa, 50 dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa." 51 Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, 52 dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. 53 Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.
Yoh 11:47 "Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul" Ini menunjuk pada Sanhedrin, mahkamah agung dari orang Yahudi di Yerusalem. Lembaga ini memiliki 70 anggota lokal. Para imam besar yang bersal dari kelompok kepercayaan agama dan politik yang dikenal sebagai kaum Saduki, yang hanya menerima tulian-tulisan Musa dan tak percaya kebangkitan. Orang Farisi yang merupakan kelompok keagamaan legalistik yang leboh populer yang meneguhkan (1) keseluruhan PL; (2) pelayanan para malaikat; (3) dan kehidupan setelah mati. Sungguh mengherankan bahwa kedua kelompok yang saling bertentangan ini akan bergabung untuk suatu maksud tertentu. Lihat Topik Khusus: Farisi pada Yoh 1:24.
□ "Sebab orang itu membuat banyak mujizat" Rujukan kepada Yesus sebagai "orang ini" merupakan suatu cara terhina untuk tidak menyebutkan menyebutkan namaNya. Mengherankan juga bahwa di tengah mujizat yang sedemikian hebat, seperti membangkitkan Lazarus, kebengkokan dalam diri mereka telah membutakan mata mereka sedemikian rupa (lih. 2Kor 4:4).
Yoh 11:48 "Apabila" Ini adalah sebuah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL yang artinya kemungkinan tindakan.
□ "semua orang akan percaya kepada-Nya" Kecemburuan dan juga ketidak sesuaian teologis adalah sumber ketidakpercayaan dan ketakutan mereka akan Yesus. Kata "semua" mungkin merujuk pada orang Samaria dan Bukan Yahudi. Ada juga aspek politis dari ketakutan mereka.
□ "orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita." Ini adalah satu dari nubuatan yang ironis dari Injil Yohanes, karena hal ini secara hurufiah telah digenapi di tahun 70 A.D. di bawah jenderal Romawi (nantinya menjadi Kaisar) Titus. Realita politis dari dominasi Roma adalah bagian integral dari pengharapan akhir jaman (eskatologis) Yahudi. Mereka percaya bahwa Allah akan mengirimkan seorang sosok militer/agama seperti para Hakim dari PL untuk secara jasmani membebaskan mereka dari Roma. Beberapa Mesias-mesias palsu memulai pemberontakan di Palestina untuk menggenapi pengharapan yang satu ini. Yesus mengklaim bahwa kerajaanNya bukan bersifat kekuasaan politis/sementara, namun kekuasaan rohani yang akan disempurnakan secara mendunia di masa mendatang. Ia mengklaim untuk menggenapi nubuatan- nubuatan PL, namun bukan dalam pengertian hurufiah, nasionalistis, Yahudi. Karena hal inilah Ia ditolak oleh kebanyakan orang Yahudi di jamanNya.
Yoh 11:49 "Kayafas, Imam Besar pada tahun itu" Jabatan keimam-besaran dimaksudkan sebagai jabatan seumur hidup yang diturunkan kepada anak-anak seseorang, namun setelah Roma menjadi penakluk, jabatan ini dijual kepada penawar tertinggi karena perdagangan yang menguntungkan yang tersedia pada Bukit Zaitun dan di wilayah Bait Suci. Kayafas adalah Imam Besar dari tahun 18-36 M.
Yoh 11:50-52 "satu orang mati untuk bangsa kita" Ini adalah satu lagi contoh dari ironi Yohanes. Kayafas memberitakan Injil!
Yoh 11:52 "mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah" Ini sepertinya adalah tambahan komentar dari Yohanes yang bisa jadi berparalel dengan Yoh 10:16. Ini bisa menunjuk pada (1) Orang Yahudi yang hidup di luar Palestina; (2) orang setengah Yahudi seperti orang Samaria; atau (3) Orang Bukan Yahudi. Pilihan #3 sepertinya yang terbaik.
Yoh 11:53 "Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia" Ini adalah tema berulang dalam Yohanes (lih. Yoh 5:18; 7:19; 8:59; 10:39; 11:8).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) "AKU PERCAYA" (Yohanes 11:1-57)
Kasih atau cinta selalu berawal kembali! Orang mungkin saja mengira bahwa ia mengenal kasih sebagai anak ke...
"AKU PERCAYA" (Yohanes 11:1-57)
Kasih atau cinta selalu berawal kembali! Orang mungkin saja mengira bahwa ia mengenal kasih sebagai anak kecil yang didekap dengan amannya dalam tangan ibunya. Seorang gadis muda mungkin saja mengira bahwa ia telah menemukan cinta ketika pada usia belasan tahun ia mengalami pacaran pertama. Seorang laki-laki bisa jadi merasa pasti bahwa ia telah menemukan cinta yang tertinggi ketika ia menemukan perempuan yang ingin ia nikahi. Cinta mungkin saja terlihat sempurna ketika orang tua membopong anak mereka yang baru lahir. Kita mungkin saja mengira bahwa akhirnya kita menemukan apa yang membuat kasih itu menjadi nyata ketika kita dan orang lain sama-sama mengalami penderitaan yang menyusahkan. Sepertinya, kasih atau cinta itu selalu berawal kembali!
TFTWMS: Yohanes (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 King Duncan, "Faith," Dynamic Illustrations (Knoxville, Tenn.: Seven Worlds Press, January/February 1995).
2 Dikutip ...
Catatan Akhir:
- 1 King Duncan, "Faith," Dynamic Illustrations (Knoxville, Tenn.: Seven Worlds Press, January/February 1995).
- 2 Dikutip dari Charles Swindoll, Improving Your Serve (Waco, Tex.: Word Publishing Co., 1981), 29.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi