Teks -- Matius 27:24 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 27:24
Full Life: Mat 27:24 - PILATUS.
Nas : Mat 27:24
Dosa Pilatus yang terbesar adalah berkompromi dengan apa yang
diyakininya sebagai benar dan adil agar dapat mempertahankan keduduka...
Nas : Mat 27:24
Dosa Pilatus yang terbesar adalah berkompromi dengan apa yang diyakininya sebagai benar dan adil agar dapat mempertahankan kedudukan, status, dan keuntungan pribadi. Pilatus mengetahui bahwa Yesus tidak bersalah dan telah menyatakannya berkali-kali (ayat Mat 27:18; Yoh 19:4,6).
Jerusalem: Mat 27:24 - membasuh tangannya Ini suatu lambang berupa perbuatan yang bagi orang Yahudi jelas sekali: bdk Ula 21:6 dst.; Maz 26:6; Maz 73:13
Jerusalem: Mat 27:24 - darah orang ini Var: darah orang benar ini. Dapat juga diterjemahkan: darah ini.
Var: darah orang benar ini. Dapat juga diterjemahkan: darah ini.
Ref. Silang FULL -> Mat 27:24
Ref. Silang FULL: Mat 27:24 - timbul kekacauan // membasuh tangannya // terhadap darah // kamu sendiri · timbul kekacauan: Mat 26:5
· membasuh tangannya: Mazm 26:6
· terhadap darah: Ul 21:6-8
· kamu sendiri: Mat 27:4
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 27:11-25
Matthew Henry: Mat 27:11-25 - Kristus di hadapan Pilatus Kristus di hadapan Pilatus (27:11-25)
Di sini diceritakan tentang apa yang terjadi di ruang sidang Pilatus, saat Yesus yang terkasih dibawa ke sana...
Kristus di hadapan Pilatus (27:11-25)
- Di sini diceritakan tentang apa yang terjadi di ruang sidang Pilatus, saat Yesus yang terkasih dibawa ke sana pada pagi hari itu. Pilatus langsung menangani perkara ini, meskipun persidangan tidak biasanya dijalankan pada hari itu.
- Dalam kisah ini diceritakan tentang:
- I. Persidangan terhadap Kristus di hadapan Pilatus.
- . Pendakwaan terhadap-Nya. Yesus dihadapkan kepada wali negeri, layaknya seorang tahanan di hadapan hakim. Kita tidak dapat berdiri tegak di hadapan Allah ataupun mengangkat wajah kita dalam hadirat-Nya karena dosa-dosa kita, jika saja Kristus tidak dijadikan dosa bagi kita. Dia didakwa sehingga kita bisa dibebaskan dari hukuman. Beberapa orang berpendapat bahwa kalimat di atas menunjukkan keteguhan dan keberanian-Nya. Dia berdiri tanpa merasa gentar, bergeming oleh murka mereka yang menyala-nyala. Demikianlah Ia berdiri tegak di hadapan penghakiman itu, supaya kita pun dapat berdiri tegak di hadapan penghakiman Allah. Dia berdiri di sana dan dijadikan tontonan, seperti halnya Nabot, saat ia didakwa dan disuruh duduk paling depan di antara rakyat.
- . Tuduhan terhadap-Nya. Engkaukah raja orang Yahudi? Saat itu bangsa Yahudi berada di bawah pemerintahan Romawi, dan diawasi secara ketat oleh penguasa Romawi, yang sangat mereka benci dengan sepenuh hati. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan mereka, mereka pun berpura-pura peduli pada pemerintahan Romawi, dengan menuduh Yesus sebagai musuh Kaisar (Luk. 23:2), yang tidak dapat mereka buktikan kecuali dengan memakai pengakuan-Nya sendiri sebagai Kristus. Mereka pikir, siapa pun Kristus itu, pastilah Dia raja orang Yahudi, yang sudah tentu akan menyelamatkan mereka dari kekuasaan Romawi dan mengembalikan pemerintahan duniawi mereka, serta memampukan mereka untuk menginjak-injak semua negeri tetangga mereka. Dengan angan-angan itu, mereka menuduh Tuhan kita Yesus, yang telah mengaku sebagai raja orang Yahudi, sebagai orang yang menentang penjajahan bangsa Romawi. Akan tetapi, meskipun Yesus mengaku bahwa Dia adalah Kristus, yang dimaksudkan-Nya bukanlah Kristus yang seperti itu. Perhatikan, banyak orang menentang agama Kristus yang kudus karena mereka salah memahami ajaran-Nya. Mereka membungkusnya dengan segala kepalsuan, lalu kemudian menyerangnya. Mereka meyakinkan wali negeri bahwa, jika Dia telah mengangkat diri-Nya sendiri sebagai Kristus, berarti Dia juga telah mengangkat diri menjadi raja orang Yahudi dan akan menyesatkan bangsa dan menggulingkan pemerintahan Romawi. Mereka mengira wali negeri akan percaya begitu saja. Apakah Engkau seorang raja? Jelas sekali bahwa Pilatus tidak percaya begitu saja. "Apakah Engkau memiliki hak atas pemerintahan ini, atau merasa berhak untuk memerintah bangsa Yahudi?" Perhatikan, sudah menjadi nasib bagi ajaran Kristus yang kudus untuk sering kali dicurigai secara tidak adil oleh para penguasa sipil, seakan-akan ajaran tersebut merugikan para penguasa itu dan daerah kekuasaannya, padahal justru sebaliknya, ajaran-Nya cenderung memberikan keuntungan bagi mereka.
- . Jawaban-Nya atas tuduhan itu. Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya. Artinya, benar apa yang kau katakan, meskipun bukan seperti yang kau maksudkan. Aku memang seorang raja, tetapi bukan seperti yang kau curigai." Dengan demikian, Dia telah menyaksikan suatu pengakuan yang hebat di hadapan Pilatus, dan tidak merasa malu mengaku diri-Nya sebagai raja, meskipun hal itu kelihatannya menggelikan sekali pada saat itu. Dia juga tidak merasa gentar, sekalipun hal itu sangat berbahaya untuk dilakukan pada saat itu.
- . Bukti yang didapat (ay. 12). Dia dituduh oleh imam-imam kepala. Pilatus tidak mendapati kesalahan apa pun atas-Nya.
- Segala yang mereka katakan, tidak ada yang terbukti kebenarannya, dan karena itulah mereka terus berbuat kegaduhan dan kekerasan untuk menyuarakan apa yang mereka inginkan, dan mencecar Dia dengan tuduhan sama yang terus diulang-ulang. Mereka pikir, dengan berbuat seperti itu, mereka akan dapat memaksa wali negeri untuk mempercayai mereka. Mereka tidak hanya telah belajar calumniari -- memfitnah, tetapi fortiter calumniari -- melakukannya dengan teguh. Orang-orang hebat memang sering kali difitnah dengan berbagai kejahatan yang paling buruk.
- . Sang tahanan hanya diam di hadapan orang-orang yang menuduh-Nya. Ia tidak memberi jawab apa pun,
- (1) Karena tidak ada kesempatan untuk itu. Tidak ada yang disebutkan selain hal-hal yang menimbulkan perbantahan.
- (2) Ia kini diperlakukan demikian karena suatu hal yang terbentang antara Dia dan Bapa-Nya, kepada siapa Ia menyerahkan diri untuk dijadikan Korban, untuk memenuhi syarat dan tuntutan Bapa mengenai keadilan, yang menjadi maksud hati-Nya, sehingga Dia tidak lagi peduli akan apa yang mereka tuduhkan kepada-Nya.
- (3) Saat-Nya telah tiba, dan Ia berserah pada kehendak Bapa-Nya. Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang jadi. Ia tahu betul apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya, dan tanpa banyak bicara Ia pun menyerahkan diri kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Akan tetapi, hal itu bukan berarti bahwa kita juga harus menyia-nyiakan nyawa kita dengan berdiam diri, karena, tidak seperti Kristus, kita bukanlah Tuhan atas hidup kita, dan kita juga tidak tahu kapan saat kita tiba. Namun, kita harus belajar untuk tidak membalas caci maki dengan cerca (1Ptr. 2:23).
- Kini:
- [1] Pilatus menekan Dia supaya mau menjawab (ay. 13). Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau? Tuduhan-tuduhan tersebut bisa kita dapati dalam Lukas 23:3, 5 dan Yohanes 19:7. Pilatus, yang tidak mempunyai rasa dengki sedikit pun terhadap Kristus, ingin supaya Dia membela diri, dan memaksa-Nya untuk melakukan itu. Ia percaya Kristus dapat melakukan-Nya. Tidakkah Engkau dengar? Ya, tentu saja Dia dengar, dan sampai sekarang pun masih terus mendengar segala hal tidak benar yang dikatakan untuk menentang kebenaran dan jalan-Nya. Namun, Dia tetap diam saja, karena inilah saat kesabaran-Nya. Dia juga tidak menjawab, seperti yang akan Dia lakukan sesaat lagi (Mzm. 1:3).
- [2] Pilatus merasa heran karena Kristus tetap bungkam, namun tidak mengartikan itu sebagai sebuah penghinaan terhadap sidang pengadilan, atau terhadap dirinya. Karena itulah tidak dikatakan bahwa Pilatus merasa marah, melainkan amat heran, sebab hal seperti itu tidaklah biasa dia dapati. Dia percaya bahwa Yesus tidak bersalah, dan mungkin telah mendengar perkataan mengenai Dia bahwa belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu, dan karena itulah dia merasa aneh bahwa Kristus tidak mengeluarkan sepatah kata pun untuk membela diri.
- Di sini kita melihat:
- II. Murka dan kekerasan yang dilakukan orang-orang dalam menekan wali negeri untuk menyalibkan Kristus. Imam-imam kepala memiliki pengaruh yang amat besar di antara orang banyak. Orang-orang ini memanggil mereka, Guru, Guru, dan mengagung-agungkan mereka serta mendewakan segala perkataan mereka. Inilah yang dimanfaatkan para imam kepala itu dengan memanas-manasi orang banyak itu untuk menentang Dia. Dengan kekuatan khalayak ramai itulah mereka menjalankan maksud mereka yang tidak mungkin mereka laksanakan sendiri. Di sini terdapat dua peristiwa yang menggambarkan amarah mereka.
- . Mereka lebih menyukai Barabas dan memilih untuk melepaskan dia daripada melepaskan Yesus.
- (1) Sepertinya telah menjadi kebiasaan bagi pemerintah Romawi untuk menandai perayaan Paskah dengan melepaskan seorang tawanan (ay. 15), sebagai suatu tanda penghormatan terhadap bangsa Yahudi. Mereka pikir, melepaskan seorang tawanan berarti menghormati perayaan tersebut dan sesuai dengan maksud perayaan dalam mengenang pembebasan mereka keluar dari perbudakan. Tetapi, hal itu sebenarnya merupakan ide mereka sendiri, dan bukan diilhamkan oleh Allah, meskipun beberapa orang menganggapnya sebagai suatu kebiasaan kuno yang terus dijalankan oleh para penguasa Yahudi sebelum wilayah mereka dijadikan provinsi dalam kekaisaran Romawi. Bagaimanapun juga, hal itu merupakan tradisi yang buruk, penghalang keadilan dan hanya mendorong terjadinya kejahatan. Sebaliknya, Paskah Injil kita dirayakan dengan dibebaskannya para tawanan, oleh Dia yang berkuasa mengampuni dosa di dunia ini.
- (2) Tawanan yang dihadirkan untuk bersaing dengan Tuhan kita Yesus adalah Barabas, yang di sini disebut sebagai tawanan yang terkenal (ay. 16), entah itu karena dia memiliki keistimewaan yang diwariskan oleh kelahiran dan nenek moyangnya, atau karena dia telah menorehkan catatan yang menonjol dalam tindak kejahatannya. Jadi, tidak jelas apakah dia begitu terkenalnya karena perbuatannya disukai rakyat, ataukah memang karena perbuatan jahat dia yang mereka benci. Menurut sebagian orang, pendapat yang terakhirlah yang benar. Karena itulah Pilatus menyebut namanya, karena dia yakin bahwa mereka akan lebih memilih untuk membebaskan orang lain daripada Barabas. Pengkhianatan, pembunuhan dan perampokan merupakan tiga bentuk kejahatan terbesar yang biasanya ditebas oleh pedang keadilan, dan Barabas bersalah atas ketiganya (Luk. 23:19; Yoh. 18:40). Dia memang tawanan yang terkenal, karena kejahatan yang dilakukannya begitu memusingkan.
- (3) Usul diajukan oleh Pilatus sang wali negeri (ay. 17), Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu? Mungkin pada saat itu hakim berhak mengajukan dua calon dan seorang dari mereka harus dipilih oleh rakyat untuk dibebaskan. Pilatus mengusulkan kepada mereka supaya Yesus dibebaskan. Dia sangat yakin bahwa Yesus tidak bersalah sedikit pun, dan penganiayaan terhadap-Nya tidaklah benar. Meskipun demikian, ia tidak berani memakai kekuasaannya untuk melepaskan Dia, sebagaimana yang seharusnya ia lakukan. Sebaliknya, ia lebih memilih membebaskan Yesus melalui pemilihan rakyat, dan dengan demikian ia berharap untuk memuaskan hati nuraninya sendiri dan sekaligus orang banyak itu. Seharusnya, saat tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya, Pilatus tidak boleh menempatkan Dia di hadapan rakyat, atau membawa Dia ke dalam bahaya maut yang mengancam nyawa-Nya. Akan tetapi, tipu daya dan akal-akalan seperti itu memang lazim dilakukan oleh mereka yang lebih ingin menyenangkan manusia daripada Allah, untuk menyelesaikan suatu perkara dengan tetap menjaga hati nurani sendiri dan sekaligus memelihara hubungan dengan dunia ini. Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus? tanya Pilatus. Dia mencoba mengingatkan orang-orang itu, bahwa Yesus yang dia usulkan supaya dibebaskan ini, dianggap sebagian orang di antara mereka sendiri sebagai Sang Mesias, dan Ia sendiri telah membuktikan diri-Nya demikian. "Janganlah menolak seseorang yang telah diakui bangsamu sendiri sebagai seseorang yang diharapkan akan melakukan hal-hal besar seperti itu."
- Alasan mengapa Pilatus berupaya sedemikian rupa supaya Yesus dibebaskan dari segala tuduhan adalah karena ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki (ay. 18). Ia tahu bahwa Kristus diserahkan bukan karena kesalahan-Nya, melainkan karena kebaikan-Nya, yang telah menggusarkan hati mereka. Karena alasan tersebut, Pilatus berharap untuk dapat melepaskan ia dengan memakai pendapat orang banyak, dan ia menyangka bahwa mereka pasti akan bersedia membebaskannya. Saat Saul mendengki terhadap Daud, Daud adalah kesayangan banyak orang. Demikian pula, siapa saja yang telah mendengar kata hosana yang dikumandangkan untuk menyambut kedatangan Yesus di Yerusalem beberapa hari sebelumnya, pastilah akan berpikir bahwa Dia memang adalah kesayangan orang banyak. Karena itulah Pilatus dengan rasa tenang menyerahkan perkara ini kepada rakyat jelata, apalagi kini ada seorang penjahat besar yang bersaing dengan-Nya untuk mendapatkan dukungan mereka. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya.
- (4) Saat Pilatus sedang berupaya menyelesaikan perkara, keengganannya untuk menjatuhkan hukuman kepada Yesus semakin diperkuat oleh sebuah pesan yang dikirimkan istrinya (ay. 19), dengan penuh kekhawatiran. Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu (dengan menyertakan alasannya), sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam. Mungkin saja pesan itu disampaikan kepada Pilatus secara terang-terangan di hadapan umum, sehingga semua orang yang ada di sana dapat mendengarnya, karena pesan itu bukan hanya merupakan peringatan bagi dia, tetapi juga bagi para pendakwa Kristus.
- Perhatikan:
- [1] Pemeliharaan yang istimewa dari Allah, dengan mengirimkan sebuah mimpi kepada istri Pilatus. Mungkin dia tidak pernah mendengar suatu hal apa pun mengenai Kristus sebelumnya, setidaknya bukan sesuatu yang dapat membuat dia bermimpi tentang Kristus. Akan tetapi, mimpi itu memang datang langsung dari Allah. Mungkin istri Pilatus ini adalah seorang wanita saleh dan terhormat dan cukup mengenal agama. Tetapi memang Allah juga menyatakan diri-Nya melalui mimpi kepada orang lain yang tidak memiliki sifat seperti itu, misalnya kepada Raja Nebukadnezar. Istri Pilatus sangat menderita dalam mimpinya itu. Tidak dicatat apakah dia bermimpi tentang tindakan kejam terhadap seseorang yang tidak bersalah, ataukah tentang penghakiman yang akan menimpa orang-orang yang turut campur atas kematian-Nya, ataukah bahkan kedua-duanya. Namun demikian, sepertinya mimpi itu sangat mengerikan sehingga pikirannya menggelisahkan dia (seperti dalam Dan. 2:1; 4:5). Perhatikan, Bapa segala roh memiliki banyak cara untuk memasuki roh manusia, dan dapat memeteraikan perintah-Nya dalam mimpi atau dalam penglihatan waktu malam (Ayb. 33:15). Akan tetapi, pada mereka yang memiliki firman tertulis, Allah biasanya lebih sering berbicara dengan memakai hati nurani, daripada melalui mimpi, untuk membangunkan orang yang sedang tidur nyenyak.
- [2] Kelembutan dan kepedulian istri Pilatus untuk mengirimkan peringatan tersebut kepada suaminya. Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu.
- Pertama, hal ini merupakan sebuah kesaksian yang mulia bagi Tuhan kita Yesus, dengan menyebut Dia sebagai orang benar, sekalipun saat itu Ia sedang diperlakukan seperti seorang penjahat kelas berat. Saat teman-teman-Nya merasa ketakutan untuk maju membela Dia, Allah membuat mereka yang tidak kenal Dia, dan bahkan juga musuh-musuh-Nya, untuk berbicara mengenai kebaikan-Nya. Saat Petrus menyangkal-Nya, Yudas malah mengakui-Nya. Saat para imam kepala menyatakan Dia layak untuk dihukum mati, Pilatus menyatakan bahwa ia tidak menemukan kesalahan apa pun pada Dia. Saat para wanita yang mengasihi Dia berdiri jauh-jauh, istri Pilatus, yang tidak begitu mengenal-Nya, justru menunjukkan kepeduliannya terhadap Dia. Perhatikan, Allah tidak akan membiarkan perkara-Nya tanpa para saksi kebenaran dan keadilan, sekalipun perkara-Nya itu diinjak dengan penuh kebencian oleh musuh-musuh-Nya, dan Dia ditinggalkan secara memalukan oleh sahabat-sahabat-Nya.
- Kedua, pesan itu merupakan peringatan yang layak diberikan kepada Pilatus. Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu. Perhatikan, Allah memiliki banyak cara untuk menegur orang-orang berdosa dalam usaha-usaha jahat mereka. Kalau kita menerima teguran dari Sang Pemelihara, atau dari sahabat-sahabat yang setia, atau dari hati nurani kita sendiri, maka sesungguhnya kita sedang menerima suatu belas kasihan yang sangat besar dari mereka. Karena itu, kita wajib mengindahkan segala teguran itu. "Oh, janganlah melakukan hal menjijikkan yang dibenci Allah ini," mungkin kalimat demikianlah yang sering kita dengar saat kita sedang dicobai, jika saja kita mau memperhatikannya. Istri Pilatus mengirimkan peringatan ini kepada Pilatus, karena rasa kasihnya terhadap sang suami. Dia tidak merasa takut akan dicerca oleh suaminya karena mencampuri hal yang bukan urusannya, dan tetap bertekad untuk memperingatkannya, tak peduli reaksi suaminya nanti. Perhatikan, kita sungguh mengasihi sahabat dan saudara kita bila kita berusaha melakukan apa saja untuk mencegah mereka melakukan dosa. Semakin dekat hubungan kita dengan seseorang, semakin besar pula kasih sayang kita terhadapnya, dan seharusnya semakin besar kekhawatiran kita untuk tidak membiarkan dosa masuk atau jatuh ke atas mereka (Im. 19:17). Persahabatan yang terkarib adalah persahabatan dengan jiwa. Tidak dikatakan di sini bagaimana Pilatus menampik peringatan istrinya itu, mungkin dia menganggap itu sebagai lelucon saja. Akan tetapi, jelas sekali bahwa dia tidak mengindahkannya, karena dia terus melanjutkan perkara melawan orang benar itu. Demikianlah teguran yang benar selalu dianggap sepele bila diberikan sebagai peringatan akan dosa, tetapi tidak demikian adanya bila orang mau menerimanya untuk merenungkan beratnya dosa.
- (5) Sementara itu, para imam kepala dan tua-tua sedang sibuk mempengaruhi orang banyak supaya lebih memilih Barabas untuk dibebaskan (ay. 20). Mereka menghasut orang banyak itu, oleh mereka sendiri maupun melalui orang-orang suruhan mereka yang disebarkan di antara orang banyak itu, supaya mereka meminta Barabas dibebaskan dan Yesus dibinasakan. Mereka menyebarkan hasutan bahwa Yesus ini seorang penipu, bersekongkol dengan Iblis, seorang musuh jemaat dan Bait Suci; bahwa, jika Dia dibiarkan, orang Romawi akan datang dan merenggut tanah dan bangsa mereka; sedangkan Barabas, meskipun dia orang jahat, tidak berlaku seperti Yesus, dan karena itu tidak akan melakukan kejahatan besar yang demikian. Jadi, begitulah, mereka berhasil mempengaruhi orang banyak, yang sebenarnya mengasihi Yesus. Jika saja tidak begitu menuruti imam-imam kepala itu, mereka mungkin tidak akan pernah melakukan hal yang sangat keterlaluan dengan memilih Barabas dibandingkan Yesus.
- Di sini:
- [1] Kita tentu saja merasa murka melihat kelakuan para imam kepala yang jahat itu. Menurut hukum, jika ada perkara bunuh-membunuh, rakyat akan dibimbing oleh para imam dan mereka harus melakukan apa yang diberitahukan oleh imam-imam itu (Ul. 17:8-9). Kuasa yang besar ini ternyata diselewengkan oleh para imam itu, dan para pemimpin ini menyesatkan rakyat untuk melakukan suatu kekeliruan.
- [2] Tentu saja kita juga merasa kasihan terhadap rakyat yang telah dikelabui itu. Hatiku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu, karena melihat mereka digiring dengan gegabah dan penuh kekerasan ke dalam sebuah kekejian besar, melihat mereka begitu dikuasai oleh para imam, dan jatuh ke dalam lubang bersama-sama dengan para pemimpin mereka yang buta.
- (6) Karena begitu dikuasai oleh para imam, akhirnya mereka pun menyatakan pilihan mereka (ay. 21). Siapa di antara kedua orang itu, kata Pilatus, yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu? Dia sebenarnya berharap bahwa upayanya membebaskan Yesus akan berhasil. Akan tetapi, di luar dugaannya, mereka menjawab "Barabas," seakan-akan kejahatan Barabas ini lebih kecil sehingga lebih tidak layak untuk dihukum mati, atau seakan-akan pahalanya lebih besar sehingga dia lebih layak untuk hidup. Teriakan untuk Barabas begitu kompak, semuanya setuju, dan tidak perlu diadakan pemungutan suara lagi. Tertegunlah atas hal itu, hai langit, dan kau bumi, menggigil dan gemetarlah dengan sangat! Betapa bersalahnya manusia yang mengaku-ngaku berakal budi dan beragama ini tetapi melakukan kegilaan dan kejahatan yang teramat sangat seperti itu. Inilah yang dituduhkan Petrus kepada mereka (Kis. 3:14), kamu menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah, orang banyak yang lebih memilih dunia daripada Allah itu, demi penguasa dan bagian mereka, telah memilih angan-angan mereka yang menipu diri sendiri.
- . Mereka benar-benar bertekad untuk menyalibkan Yesus (ay. 22-23). Pilatus, yang masih tercengang dengan pilihan mereka untuk membebaskan Barabas, masih berharap bahwa mereka melakukan hal itu karena mereka menyukai Barabas, dan bukan karena mereka begitu memusuhi Yesus. Karena itulah dia lalu bertanya kepada mereka, "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus? Haruskah aku melepaskan-Nya juga, untuk menghormati perayaan kalian, atau akankah kamu menyerahkan Dia ke tanganku?" "Tidak," mereka semua berseru, "Dia harus disalibkan." Mereka menginginkan Dia mati dengan cara seperti itu, karena penyaliban dianggap sebagai hukuman yang paling hina dan memalukan, supaya dengan demikian mereka berharap para pengikut-Nya akan merasa malu untuk mengakui Dia dan hubungan mereka dengan Dia. Mustahil bagi mereka untuk menuliskan dakwaan mereka kepada hakim mengenai hukuman apa yang layak dijatuhkan ke atas Dia. Kedengkian dan murka membuat mereka lupa daratan, dan tidak lagi peduli pada segala peraturan dan ketertiban, sehingga mereka membuat sidang pengadilan menjadi kacau, rusuh dan penuh hasutan. Kini kebenaran jatuh di jalanan, dan keadilan pun terhalang. Saat seseorang mencari-cari penghakiman, di sana terdapat penindasan yang paling kejam. Saat kebenaran dikejar, ada jeritan, jeritan mengerikan yang pernah terdengar, "Salibkan, salibkan Tuhan yang maha-mulia." Meskipun mereka yang menjerit itu mungkin bukan orang yang sama yang sebelumnya telah meneriakkan hosana, tetapi lihatlah perubahan yang telah terjadi dalam benak rakyat jelata dalam waktu yang sesingkat itu. Saat Dia diarak memasuki Yerusalem dengan penuh kemenangan, begitu kompaknya seruan pujian bagi Dia, sehingga tidak seorang pun akan menyangka bahwa Dia memiliki musuh. Tetapi kini, saat Dia diseret dengan penuh kemenangan ke hadapan pengadilan Pilatus, begitu kompak pula jeritan yang memusuhi-Nya, sehingga tidak seorang pun akan menyangka bahwa Dia memiliki teman. Begitulah, segala sesuatu di dunia ini berubah dengan sedemikian cepatnya, dan tempat seperti inilah yang harus kita lalui untuk menuju sorga, seperti yang telah dicontohkan oleh Guru kita, ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; segalanya bisa berubah-ubah (2Kor. 6:8). Semua ini mengajarkan kita supaya kita tidak dininabobokan oleh kehormatan, supaya jangan saat dihargai dan disayangi, kita malah menempatkan sarang di antara bintang-bintang sampai mati di dalam sarang itu. Dan sebaliknya, ini juga mengajarkan kita supaya kita tidak kehilangan semangat dan menjadi lesu oleh penghinaan, supaya saat diinjak-injak seperti sampah, kita jangan sampai berputus asa bahwa tidak ada lagi penebusan atau pembebasan bagi kita. Bides tu istos qui te laudant; omnes aut sunt hostes, aut (quod in æquo est) esse possunt -- Perhatikanlah mereka yang bertepuk tangan bagimu. Mereka semuanya mungkin adalah musuhmu, atau akan menjadi musuhmu.
- Nah, mengenai tuntutan orang banyak untuk menyalibkan Yesus itu, di sini ceritakan:
- (1) Bagaimana Pilatus menunjukkan keberatannya. Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya? Ini adalah sebuah pertanyaan yang pantas dikemukakan sebelum kita mencela seseorang atas perilakunya, terlebih lagi, pantas diajukan oleh seorang hakim sebelum dia menjatuhkan hukuman mati. Perhatikan, kenyataan bahwa para pendakwa-Nya tidak dapat menemukan kesalahan apa pun dalam diri-Nya, meskipun Dia harus menderita seperti seorang penjahat, telah menambah kemuliaan Tuhan Yesus. Apakah Dia telah melakukan kejahatan melawan Allah? Tidak, justru Dia selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan hati Allah. Apakah Dia telah melakukan kejahatan melawan pemerintah sipil? Tidak. Dia bahkan melakukan apa yang Dia ajarkan kepada banyak orang, yaitu untuk memberikan kepada Kaisar apa yang wajib diberikan kepada Kaisar. Apakah Dia telah melakukan kejahatan melawan ketertiban umum? Tidak, Dia bahkan tidak melawan atau berteriak-teriak, dan Kerajaan-Nya datang tanpa tanda-tanda lahiriah. Apakah Dia telah melakukan kejahatan terhadap orang tertentu? Lembu siapakah yang telah Ia ambil? Siapakah yang telah Ia peras? Tidak, bahkan jauh dari hal-hal tersebut, Dia justru berjalan berkeliling sambil berbuat baik. Pengulangan pernyataan mengenai diri-Nya yang tidak bercacat cela dengan jelas menunjukkan bahwa Dia mati untuk membayar dosa orang lain, sebab karena pemberontakan kitalah Dia ditikam, dan karena kejahatan kitalah Dia diserahkan, dan atas kerelaan-Nya-lah Dia bersedia menebus dosa kita. Sebab kalau tidak demikian adanya, maka sia-sia saja penderitaan yang luar biasa ini, yang tidak pernah terpikirkan, dikatakan, atau dilakukan selama ini; karena tidak akan sesuai dengan sistem keadilan yang menguasai dunia ini.
- (2) Bagaimana mereka bersikeras untuk menyalibkan-Nya. Mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!" Mereka tidak lantas berusaha menunjukkan kejahatan yang telah Ia perbuat. Akan tetapi, tidak peduli benar atau salah, Ia harus disalibkan. Mereka menjatuhkan tuntutan tanpa memberikan bukti bagi tuntutan itu, dan menutupi kekurangan ini dengan kegaduhan yang mereka buat. Hakim yang tidak takut akan Allah ini disusahkan oleh desakan untuk menjatuhkan hukuman yang tidak benar, seperti hakim yang diceritakan dalam perumpamaan (Luk. 18:4-5). Jadi, perkara tersebut diputuskan semata-mata oleh suatu keributan.
- III. Berikut kita lihat pengalihan kesalahan akibat dosa terhadap darah Kristus kepada rakyat dan para imam.
- . Pilatus berusaha untuk melemparkan kesalahan itu dari dirinya sendiri (ay. 24).
- (1) Dia menganggap tidak ada gunanya berselisih paham dengan mereka.
- Apa pun yang dia katakan:
- [1] Tidak akan ada gunanya. Segala usahanya akan sia-sia. Dia tidak bisa meyakinkan mereka bahwa sama sekali tidaklah benar bagi dia untuk menghukum seseorang yang dia yakini tidak bersalah, dan yang kejahatannya tidak dapat dibuktikan oleh mereka sendiri. Lihatlah bagaimana kuatnya aliran nafsu dan angkara murka itu. Kewenangan dan pikiran yang masuk akal pun tidak akan berhasil meredamnya. Malahan,
- [2] Sepertinya hal itu akan menimbulkan bahaya, karena Pilatus bahkan melihat sudah mulai timbul kekacauan. Rakyat yang kasar dan biadab ini mulai hilang kendali dan mengancam Pilatus dengan menunjukkan apa yang akan mereka perbuat jika dia tidak memenuhi tuntutan mereka. Alangkah besar bencana yang dapat dikobarkan oleh api semacam itu, apalagi bila para imamlah yang menghasut dengan mengipasi baranya! Nah, sikap bangsa Yahudi yang sering membuat onar seperti inilah, yang dengannya Pilatus dipaksa menghukum mati Kristus walaupun bertentangan dengan hati nuraninya, yang berperan besar, lebih daripada faktor lainnya, dalam kehancuran bangsa itu tidak lama kemudian. Tindakan makar yang sering mereka lakukan itu memancing bangsa Romawi untuk menghancurkan mereka. Selain itu, kebiasaan mendarah daging di antara mereka sendiri untuk saling bertengkar menjadikan mereka mangsa yang sangat empuk bagi siapa saja. Demikianlah, dosa mereka mengakibatkan kehancuran mereka sendiri.
- Perhatikan betapa mudahnya kita salah mengira kecenderungan reaksi rakyat jelata. Para imam sudah khawatir bahwa usaha mereka menangkap Kristus akan mengakibatkan keributan, terutama pada waktu perayaan. Nyatanya, justru usaha Pilatus untuk menyelamatkan Kristuslah yang malah menimbulkan kekacauan, dan itu justru terjadi pada saat perayaan itu pula. Begitu sulitnya menebak perasaan orang banyak.
- (2) Hal ini mengakibatkan Pilatus terjepit di antara kedamaian pikirannya sendiri dan kedamaian di kotanya. Dia enggan menghukum orang yang tidak bersalah, tetapi juga enggan menentang orang banyak dan mengakibatkan kemarahan yang tidak akan mudah dipadamkan. Seandainya dia kukuh dan tegas berpegang pada hukum keadilan sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh seorang hakim, dia tidak akan kebingungan seperti itu. Perkara yang sekarang ditanganinya begitu jelas dan tidak layak diperdebatkan, yaitu bahwa orang yang tidak didapati bersalah, tidak seharusnya disalibkan, dengan dalih apa pun juga. Juga tidak seharusnya hal yang tidak adil diperbuat untuk memuaskan seseorang atau sekelompok orang di dunia ini. Perkara pun harus segera diputuskan. Biarlah keadilan dijalankan, meskipun langit dan bumi bersatu -- Fiat justitia, ruat cœlum. Jika kejahatan orang fasik timbul dan merajalela, sekalipun dilakukan oleh para imam, tanganku sekali-kali tidak akan menyentuh Dia.
- (3) Pilatus berupaya untuk membereskan perkara tersebut dan mendamaikan orang banyak serta hati nuraninya juga, dengan memberlakukan hukuman itu, tetapi tidak mau mengakuinya, bertindak, namun pada saat yang sama juga mencuci tangan dari tindakannya itu. Mereka yang kebobrokannya lebih kuat daripada rasa keyakinannya memang biasa bertindak aneh dengan melakukan hal-hal yang berlawanan seperti itu. Berbahagialah dia (kata Rasul Paulus dalam Rm. 14:22), yang tidak menghukum dirinya sendiri dalam apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan, atau yang tidak membiarkan dirinya berbuat sesuatu yang menurutnya tercela.
- Sekarang Pilatus berusaha membersihkan dirinya dari kesalahan:
- [1] Dengan sebuah tanda. Ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak, bukan untuk membersihkan diri dari dosa di hadapan Allah, melainkan untuk lepas tangan di hadapan rakyat, seakan-akan dia mengatakan, "Jika hal itu memang harus dilakukan, aku bersaksi bahwa bukan aku yang melakukannya." Dia meminjam upacara dari hukum Taurat yang mengharuskan orang untuk berbuat seperti itu untuk membersihkan negeri dari kesalahan yang disebabkan oleh suatu pembunuhan yang tidak diketahui pembunuhnya (Ul. 21:6-7). Dengan tanda ini Pilatus lebih bermaksud untuk mempengaruhi orang banyak mengenai keyakinannya bahwa sang tawanan memang tidak bersalah, dan mungkin saja, dia melakukan tanda yang cukup mengejutkan itu untuk mendapatkan perhatian dari orang banyak itu, karena saat itu mereka sedang membuat kegaduhan yang hebat dan tidak mau mendengarkan dia.
- [2] Dengan sebuah perkataan.
- Pertama, untuk menunjukkan bahwa dia ingin membersihkan dirinya sendiri. Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini. Betapa omong kosongnya perbuatan ini. Dia menghukum-Nya, tetapi menyatakan bahwa dia tidak bersalah atas darah-Nya! Jika manusia tidak setuju akan suatu hal, tetapi tetap melakukannya, maka itu merupakan pernyataan bahwa mereka telah berdosa terhadap hati nurani mereka sendiri. Meskipun Pilatus menyatakan dirinya tidak bersalah, Allah menyatakan dia bersalah (Kis. 4:27). Beberapa orang berpikir, mereka akan dibenarkan dengan membela diri bahwa tangan mereka tidak melakukan perbuatan dosa, namun Daud membunuh anak-anak Amon dengan pedang, dan demikian anak-anak Ahab oleh para tua-tua Yizreel. Di sini, Pilatus berusaha membenarkan dirinya sendiri dengan berdalih bahwa hatinya tidak menyetujui tindakannya, namun pembenaran seperti itu tidak akan pernah diakui. Protestatio non valet contra factum -- Sia-sia saja dia berusaha menentang perbuatan yang justru pada saat yang sama dilakukan sendiri olehnya.
- Kedua, dia melemparkan kesalahan itu ke atas para imam dan rakyat. "Itu urusan kamu sendiri. Jika hal itu memang harus dilakukan, aku tidak bisa menghalanginya. Kamu harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah dan dunia ini." Perhatikan, dosa itu jahat dan tidak ada seorang pun yang mau mengakuinya. Banyak orang menipu diri sendiri dengan percaya bahwa mereka tidak bersalah jika bisa menemukan orang lain untuk dikambinghitamkan. Tetapi kesalahan dosa tidak bisa dialihkan semudah yang dipikirkan banyak orang. Keadaan orang yang sedang dilanda penyakit tidak menjadi lebih baik karena dia tertular penyakit itu dari orang lain, atau karena dia menularkannya lagi kepada yang lainnya. Kita dapat dicobai untuk berbuat dosa, namun kita tidak dapat dipaksa. Para imam melemparkan kesalahan itu kepada Yudas. Itu urusanmu sendiri, dan kini Pilatus juga melemparkan hal yang sama kepada mereka. Itu urusan kamu sendiri, karena dengan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, itu juga yang akan diukurkan kepadamu.
- . Para imam dan rakyat sepakat untuk menanggung dosa itu atas diri mereka sendiri. Mereka semua menjawab, "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami! Kami sungguh yakin bahwa tidak ada dosa atau bahaya dalam menghukum mati Dia, sehingga kami berani menanggung risikonya," seakan-akan kesalahan itu tidak akan membahayakan mereka atau keturunan mereka. Mereka melihat bahwa ketakutan untuk menanggung kesalahanlah yang membuat Pilatus ragu-ragu, dan bahwa dia sedang mengatasi kesukarannya dengan cara mengalihkannya. Untuk mencegah dia menjadi ragu-ragu lagi, dan untuk membenarkan cara pengalihan kesalahannya itu, mereka yang sedang dikuasai oleh amarah itu pun memilih setuju dengan pembasuhan tangan Pilatus itu daripada kehilangan mangsa yang telah ada dalam cengkeraman tangan mereka. Mereka pun berteriak, "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami."
- (1) Dengan ini mereka bermaksud untuk memberi jaminan kepada Pilatus, bahwa dia aman, tidak bersalah, menurut keadilan ilahi. Akan tetapi, orang bangkrut dan peminta-minta tidak akan bisa menjamin kehidupan orang lain atau memberi diri sebagai tebusan bagi orang lain. Tidak ada seorang pun yang dapat menanggung dosa orang lain, kecuali Dia yang tidak memiliki dosa apa pun untuk dipertanggungjawabkan. Perbuatan ini terlalu berat untuk dilakukan oleh makhluk mana pun, untuk dibelenggu demi seorang pendosa di hadapan Allah yang mahakuasa.
- (2) Tetapi mereka benar-benar mendatangkan kutuk murka dan pembalasan ke atas diri mereka sendiri dan keturunan mereka. Betapa menyedihkannya perkataan itu, dan betapa mereka tidak berpikir panjang mengenai kengerian yang akan ditimbulkan oleh hal itu, atau jurang kesengsaraan seperti apa yang mereka bentangkan di depan mereka dan keturunan mereka sendiri! Sebelum itu, Kristus telah memberi tahu mereka bahwa mereka akan menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu. Namun, seolah-olah hal itu saja belum cukup, mereka kini malah mendatangkan kutuk atas diri mereka sendiri karena dosa terhadap darah yang bahkan lebih mulia daripada darah yang lainnya, dan karena itu, akibatnya pun akan lebih berat. Oh, betapa congkaknya orang-orang berdosa yang keras kepala itu, yang dengan bertegang leher berlari-lari menghadapi Dia, dan menentang keadilan-Nya! (Ayb. 15:25-26).
- Perhatikanlah:
- [1] Bagaimana kejamnya mereka dalam mendatangkan kutuk tersebut. Tidak saja mendatangkan kutuk ke atas mereka sendiri, tetapi juga ke atas anak-anak mereka, dan bahkan ke atas mereka yang belum dilahirkan, tanpa membatasi akibat kutukan sebagaimana yang telah dilakukan Allah, yaitu sampai keturunan ketiga dan keempat. Mendatangkan kutuk seperti itu pada diri mereka sendiri saja sudah merupakan kegilaan, apalagi meneruskannya kepada keturunan mereka. Benar-benar perbuatan yang biadab. Mereka begitu mirip burung unta, yang berdegil hati terhadap anak-anaknya, seakan-akan mereka itu bukan miliknya sendiri. Betapa mengerikannya akibat kesalahan dan murka yang telah mereka datangkan ke atas diri mereka sendiri serta keturunan mereka untuk selamanya, dan hal ini disetujui nemine contradicents -- dengan suara bulat, sebagai perbuatan dan tindakan mereka sendiri, yang menggugurkan perjanjian Allah dengan nenek moyang mereka, Aku akan menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu. Karena telah mendatangkan kutukan dari darah Mesias ke atas bangsa mereka sendiri, mereka juga telah memutuskan aliran berkat dari darah itu ke atas kaum mereka, yang sesuai dengan janji lain yang dibuat Allah dengan Abraham, bahwa oleh dia semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Lihatlah bagaimana orang fasik menjadi musuh bagi anak-anak dan kaum mereka sendiri. Mereka yang mengutuk jiwa mereka sendiri, tidak akan peduli dengan berapa banyak jiwa lain yang ikut terseret ke neraka bersama-sama dengan mereka.
- [2] Betapa adil dan benarnya Allah, dalam membalaskan hal yang setimpal dengan kutukan yang telah mereka datangkan. Mereka berkata, "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami," dan Allah mengaminkan hal itu, maka begitulah kutuk yang menimpa mereka. Karena mereka begitu gemar mengutuk, maka kutuk pasti melanda mereka. Sisa-sisa kutuk yang didatangkan mereka masih terasa sampai sekarang. Sejak mereka mendatangkan kutuk dari darah itu, mereka terus diikuti oleh penghakiman yang datang silih berganti, sampai mereka jatuh kelelahan, dan menjadi tontonan umum, serta menjadi bahan gunjingan dan sindiran. Akan tetapi, bagi beberapa di antara mereka dan keturunan mereka, darah ini datang lagi, bukan untuk menghukum, melainkan untuk menyelamatkan mereka. Belas kasihan ilahi, yang turun saat mereka bertobat dan percaya, memutuskan aliran kutuk itu dan mengembalikan janji itu kepada mereka serta keturunan mereka. Allah memperlakukan kita dan keturunan kita lebih baik daripada kita memperlakukan diri kita sendiri.
SH: Mat 27:1-26 - Uang Darah. (Rabu, 8 April 1998) Uang Darah.
Pengkhianatan Yudas sebenarnya dibayar dengan uang persembahan umat. Tetapi dosa yang telah Yudas lakukan tidak dapat diluruskan kembali ...
Uang Darah.
Pengkhianatan Yudas sebenarnya dibayar dengan uang persembahan umat. Tetapi dosa yang telah Yudas lakukan tidak dapat diluruskan kembali hanya dengan mengembalikan uang itu untuk Bait Allah. Para pemimpin di Bait Allah menolak uang itu. Urusan pembiayaan dan rekayasa menangkap Yesus, adalah urusan imam-imam besar yang mutabir. Tetapi urusan penyesalan dan bunuh diri adalah urusan Yudas. "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri" (ayat 27:4" context="true">4). Siapakah yang lebih hitam, Yudas atau pemimpin umat yang mutabir itu?
Keheranan Pilatus (ayat 27:14" context="true">14). Pikiran Pilatus tidak diracuni dan dibakar oleh kebencian seperti imam-imam besar. Ia heran ketika Yesus diam dan tidak menjawab pertanyaannya. Kesulitan Pilatus ialah pengenalannya terhadap pribadi Yesus tidak cukup dalam. Keheranannya terhadap hal-hal yang benar tidak cukup dalam. Sayang, sedikit keheranan itu tidak disikapinya secara benar. Akibatnya dia tidak bisa mendapatkan pengertian dan pemahaman yang mendalam tentang pribadi Yesus.
Renungkan: Manusia tidak akan diselamatkan karena dia heran, tetapi karena tahu dan taat pada kebenaran.
Doa: Agar tidak saja heran, tetapi juga mengasihi Yesus dalam pikiran dan tindakan.
SH: Mat 27:11-31 - Raja orang Yahudi (Kamis, 12 April 2001) Raja orang Yahudi
Bagi orang Yahudi, gelar yang disandangkan kepada Yesus
lebih merupakan ejekan. Sebab mereka tidak akan pernah
menerima Yesus seb...
Raja orang Yahudi
Bagi orang Yahudi, gelar yang disandangkan kepada Yesus lebih merupakan ejekan. Sebab mereka tidak akan pernah menerima Yesus sebagai Raja mereka. Bagi pemerintahan Roma, gelar ini jelas mempunyai unsur menentang pemerintah karena Yesus mampu menghimpun massa dalam jumlah besar ketika memberikan pengajaran-pengajaran. Hal ini tentu saja menimbulkan kekuatiran di pihak pemerintah. Berdasarkan kedua hal ini maka baik dari sisi orang-orang Yahudi (masyarakat mayoritas) maupun dari sisi pemerintah Roma (yang berkuasa), Yesus akan tetap dianggap bersalah. Namun ketika Yesus dibawa ke hadapan Pilatus, wali negeri Yudea, dan Samaria tahun 26 - 36 M, Pilatus kebingungan, dan heran karena orang yang dianggap telah mengaku sebagai Mesias sama sekali tidak meresponi pertanyaan-pertanyaannya. Bahkan ketika Pilatus mencoba memancing emosi Yesus dengan mengatakan begitu banyak tuduhan dan saksi yang akan memberatkan-Nya, Yesus tidak bergeming sedikit pun untuk memberikan pembelaan.
Pilatus tahu bahwa kedengkian telah berhasil merayu para imam dan tua-tua Yahudi untuk menghasut rakyat Yahudi agar mendukung usaha mereka membunuh Yesus. Akhirnya siksa badani, dan teror mental melalui pemakaian jubah ungu dan penyematan mahkota duri, yang merupakan atribut-atribut kebesaran seorang raja, menjadi bagian penganiayaan yang harus Yesus terima. Sungguh dahsyat peran kebencian dan kedengkian karena telah berhasil menghasut rakyat untuk membunuh sebagai pemuasan ambisi. Bila di zaman itu kedengkian, gelar-gelar ejekan yang menteror mental dan kekejaman melalui siksa badan dapat ditujukan langsung kepada Kristus, maka saat ini kebencian kepada Kristus dilampiaskan kepada murid-murid-Nya, gereja-Nya. Kristen mengalami teror mental, pengrusakan fisik gedung gereja, hingga penganiayaan tubuh, tetaplah bertahan dan berpegang teguh pada pemeliharaan dan kuasa Yesus Kristus. Akan datang hari dimana mereka harus bertekuk lutut menyembah-Nya dengan sungguh-sungguh.
Renungkan: Kedengkian dan kebencian dunia kepada Kristus dan gereja-Nya dari hari ke sehari akan semakin meningkat kualitasnya. Karena itu hiduplah dalam kesetiaan dan ketabahan bersama Dia.
SH: Mat 27:11-26 - Makin terfokus ke salib (Kamis, 24 Maret 2005) Makin terfokus ke salib
Dari pengadilan Kayafas Yesus dibawa ke pengadilan Pilatus (ayat
2). Karena mahkamah agama gagal menemukan kesalahan Yes...
Makin terfokus ke salib
Dari pengadilan Kayafas Yesus dibawa ke pengadilan Pilatus (ayat
2). Karena mahkamah agama gagal menemukan kesalahan Yesus dan
hak untuk menjatuhkan hukuman mati ada di tangan orang Romawi,
Yesus harus diadili oleh Pilatus. Di hadapan mahkamah agama
Yesus harus menghadapi tuduhan-tuduhan pelecehan agama. Di depan
Pilatus orang-orang Yahudi melontarkan tuduhan yang bersifat
politis (ayat 11).
Yesus dituduh mengklaim diri-Nya adalah raja (ayat 12). Tuduhan itu menempatkan Yesus dalam posisi pemberontak. Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya," (ayat 11) mengandung dua maksud. Pertama, menegaskan bahwa Ia tidak pernah mengklaim diri sebagai raja politis. Kedua, secara tidak langsung Ia menerima pernyataan bahwa Ia adalah raja, yaitu raja dalam kaitan dengan Kerajaan Allah. Sayang ucapan Pilatus itu bukan pengakuan iman, tetapi bagian dari siasat ingin menghukum Yesus. Sesudah dialog singkat ini, Yesus tidak lagi menjawab tuduhan dan pertanyaan Pilatus. Yesus tidak memberikan pembelaan sedikit pun atas diri-Nya (ayat 14). Dengan berdiam diri jelas Yesus menunjukkan keengganan-Nya untuk meladeni tuduhan-tuduhan palsu dan pengadilan bengkok tersebut. Sikap diam Yesus ini menggenapi nubuat Yesaya tentang hamba yang menderita (Yes. 53:7). Sikap diam Yesus bukan sikap pasif yang pasrah kepada keadaan melainkan sikap aktif memfokuskan diri-Nya kepada kehendak Allah.
Seluruh sikap dan tindakan Yesus ini serasi dengan keputusan doa-Nya di Getsemani yaitu menenggak cawan murka Allah yang menghasilkan penyelamatan. Yesus memfokuskan penuh hidup-Nya ke salib. Peristiwa-peristiwa lain dalam pengadilan Pilatus pun mengalir ke fokus yang sama. Meskipun Pilatus telah ditegur oleh istrinya, sikapnya yang lebih mementingkan kuasa daripada kebenaran membuat dia menggiring Yesus ke salib (ayat 19-26).
Renungkan: Sikap diam seperti halnya taat sampai mati di kayu salib bukan kekalahan, tetapi awal dari kemenangan.
SH: Mat 27:11-31 - Kriminalisasi Yesus (Rabu, 31 Maret 2010) Kriminalisasi Yesus
Ingat kasus kriminalisasi Bibit dan Chandra, ketua-ketua KPK
November 2009 lalu? Mereka mendapat tuduhan palsu telah memeras...
Kriminalisasi Yesus
Ingat kasus kriminalisasi Bibit dan Chandra, ketua-ketua KPK November 2009 lalu? Mereka mendapat tuduhan palsu telah memeras dan melakukan sejumlah kesalahan yang pantas untuk dihukum penjara. Syukur, kasus itu akhirnya di-SKPP (Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan) oleh kejagung. Namun tidak demikian dengan kasus kriminalisasi Tuhan Yesus!
Apa kesalahan Yesus sehingga harus dihukum mati? Jawabannya: tidak ada! Tuduhan para pemuka agama terhadap Yesus, tidak satu pun yang dapat mereka buktikan wa-laupun mereka telah memakai banyak saksi palsu (ayat 26:59-61). Hanya satu tuduhan mereka yang sepertinya "diakui" Yesus, yaitu Dia sebagai Mesias, Anak Allah, yang menyebabkan Ia disebut sebagai penghujat Allah (ayat 26:63-65). Namun hal itu tidak bisa dijatuhi hukuman mati. Pilatus tahu akan hal tersebut (ayat 27:11). Pilatus tahu pula bahwa tuduhan-tuduhan itu disebabkan oleh kedengkian mereka (ayat 18). Pilatus tahu bahwa Yesus seharusnya dibebaskan.
Mengapa Pilatus akhirnya memerintahkan penyaliban Yesus (ayat 26)? Pilatus tidak berani menghadapi rakyat yang sudah dihasut oleh para pemuka agama. Apabila mereka berdemonstrasi besar-besaran, hal itu akan merugikan popularitasnya di mata orang Yahudi, maupun reputasinya di mata pemerintah Romawi yang mengangkatnya. Pilatus yang takut dirinya terseret masalah memilih untuk menyenangkan hati orang banyak dengan mengabaikan hati nurani sendiri (ayat 24).
Apa sikap terbaik menghadapi kriminalisasi seperti itu? Yesus memilih diam seperti seekor domba yang dibawa ke pembantaian (Yes. 53:7). Dia tidak membela diri karena kematian-Nya merupakan kehendak Allah. Kebangkitan-Nya kelak membuktikan kebenaran-Nya. Saat kita difitnah bahkan dituduhkan yang jahat oleh karena iman kita, biarlah sikap Yesus yang berfokus pada salib dan kehendak Bapa menjadi sikap kita pula. Tidak perlu membela diri karena Allah pembela kita.
SH: Mat 27:11-31 - Tahu, tetapi tidak melakukan (Kamis, 28 Maret 2013) Tahu, tetapi tidak melakukan
Pada waktu rezim apartheid di Afrika Selatan berhasil digulingkan, Nelson Mandela naik untuk menjadi pemimpin Afrika Sel...
Tahu, tetapi tidak melakukan
Pada waktu rezim apartheid di Afrika Selatan berhasil digulingkan, Nelson Mandela naik untuk menjadi pemimpin Afrika Selatan. Ia adalah seorang tokoh lokal yang memimpin perjuangan Afrika Selatan untuk terbebas dari politik apartheid. Politik apartheid memisahkan orang kulit hitam dari orang kulit putih. Orang kulit putih berlaku sebagai kaum yang berkuasa. Hal yang menarik adalah ketika ia menjadi presiden, Nelson Mandela justru mengajak orang-orang kulit putih untuk bekerja bersamanya. Keputusannya itu menuai banyak protes dari orang-orang di sekitarnya, termasuk rakyatnya. Namun Nelson Mandela tetap pada keputusannya. Pada akhirnya ia dapat membuat orang-orang kulit hitam dan kulit putih berdamai dan bersama membangun Afrika Selatan.
Sepenggal kisah mengenai Nelson Mandela di atas sangat menarik karena menunjukkan seorang pemimpin yang tegas dalam mengambil keputusan yang menurutnya baik tanpa terpengaruh suara-suara lain di sekitarnya. Hal ini bertolak belakang dengan sikap yang ditunjukkan oleh Pilatus dalam bacaan kita kali ini. Pilatus sebagai seorang pemimpin tidak memiliki sikap yang tegas dalam mengambil keputusan. Ia mengetahui kebenaran bahwa Yesus tidak bersalah (23). Akan tetapi ia tidak mengikuti apa yang ia tahu benar melainkan mendengarkan kata-kata rakyatnya yang terbakar emosi (26). Ia menuruti istrinya untuk tidak terlibat dalam kasus ini. Solusi yang ia tawarkan hanyalah untuk keamanan diri (17). Padahal ia bertanggung jawab untuk menyelesaikan dan memiliki wewenang untuk memutuskan. Ia melakukan cuci tangan dan tidak mau dianggap bersalah (24).
Sebagai seorang pengikut Kristus, di manakah posisi kita pada saat ini? Apakah kita menjadi seorang pengikut yang memperjuangkan kebenaran ataukah kita adalah seorang pengikut yang mencari aman, bahkan akan cuci tangan kalau hal tersebut mengandung risiko? Apalagi kalau kita dipercaya menjadi seorang pemimpin, beranikah kita menegakkan kebenaran dengan tidak mencari kepentingan atau keuntungan diri sendiri?
SH: Mat 27:11-26 - Pemimpin yang Cari Aman (Selasa, 11 April 2017) Pemimpin yang Cari Aman
Seorang rekan menasihati temannya sepert ini: "Jangan mau dipimpin oleh pemimpin yang cari aman. Karena dalam kondisi terjepi...
Pemimpin yang Cari Aman
Seorang rekan menasihati temannya sepert ini: "Jangan mau dipimpin oleh pemimpin yang cari aman. Karena dalam kondisi terjepit, ia akan mengorbankanmu". Pemimpin yang seperti itu sangat manipulatif. Ia selalu mencari keuntungan diri dalam setiap kesempatan. Baginya pencitraan di atas segalanya daripada mengatakan kebenaran. Tampaknya Pilatus mencerminkan tipe pemimpin yang cari aman.
Pada awalnya, Pilatus berupaya menjadi mediator yang baik untuk menyelesaikan persoalan internal antara Yesus dan para imam kepala serta tua-tua Yahudi (11, 13, 17, 21-23). Ketika melihat perubahan kondisi dan emosi massa yang makin lama semakin meninggi, belum lagi diperparah oleh provokasi para elite agama Yahudi yang memakai isu penistaan agama sebagai dalil hasutan (20, 23, 25), Pilatus memilih cuci tangan dan mengorbankan Yesus (24, 26). Pilatus adalah orang cerdas dan ia tahu bahwa pokok pertikaian para pemimpin agama Yahudi dengan Yesus disebabkan oleh rasa dengki (18). Lagi pula Pilatus telah diperingatkan oleh istrinya terkait perkara itu (19).
Bukan Pilatus tidak tahu secara teori dan praktik menjadi pemimpin yang adil dan bijak. Ia memilih berpikir pragmatis karena tugas utamanya sebagai gubernur Yudea adalah menstabilkan daerah kekuasaannya agar masyarakat Yahudi tidak memberontak terhadap pemerintahan Romawi. Karena itu, ia memilih tidak turut campur tangan dalam pertikaian internal bangsa Yahudi (24). Untuk menarik simpati hati rakyat Yahudi, Pilatus menawarkan opsi antara Barabas dan Yesus (15-17, 20-23). Bagaimana pun tindakan Pilatus memperlihatkan dirinya dengan sengaja melepaskan tanggung jawab untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Di titik inilah, ia dinilai sebagai pemimpin yang cari aman.
Jika Tuhan memercayakan Anda menjadi pemimpin, jadilah seorang pemimpin yang takut akan Tuhan! Jangan mengorbankan orang lain demi keamanan diri! Jadikanlah kepemimpinan Anda sebagai sarana berkat Allah bagi orang lain yang Anda pimpin! [MFS]
SH: Mat 27:11-31 - Kedengkian? (Kamis, 6 April 2023) Kedengkian?
Para pemuka agama menyerahkan Yesus kepada Pilatus dengan tujuan agar Ia dihukum mati. Penangkapan Yesus dilakukan dengan tuduhan palsu b...
Kedengkian?
Para pemuka agama menyerahkan Yesus kepada Pilatus dengan tujuan agar Ia dihukum mati. Penangkapan Yesus dilakukan dengan tuduhan palsu bahwa Ia adalah seorang pemberontak yang hendak menggulingkan kaisar.
Para pemuka agama ini berkompromi terhadap nilai-nilai yang terdapat di dalam keyakinan iman mereka. Mereka bersaksi dusta demi terwujudnya kedengkian yang mengakar di dalam hati mereka. Mereka mengajukan tuduhan kepada Pilatus bahwa Yesus telah mendeklarasikan diri-Nya sebagai raja orang Yahudi. Tuduhan inilah yang ditanyakan Pilatus ketika ia menginterogasi Yesus (12).
Demi terwujudnya keinginan mereka, para imam kepala dan tua-tua menyebarkan hasutan agar orang banyak meminta penjahat yang bernama Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati (20). Bahkan, hasutan itu membuat orang banyak rela bertanggung jawab atas kematian Yesus, jika memang pada kemudian hari didapati bahwa Ia tidak bersalah (25).
Kedengkian para pemuka agama menjalar sedemikian rupa kepada orang banyak, sehingga Pilatus pun dapat melihatnya (18) dan hukuman mati dapat dijatuhkan kepada orang tak bersalah tanpa ada pemeriksaan ulang terhadap isu yang beredar (26).
Sama seperti para imam dan tua-tua serta orang banyak itu, sering kali kedengkian hadir tanpa kita sadari. Kita tidak senang ketika kita melihat keberhasilan orang lain. Kita menganggap sesama rekan pelayanan yang Tuhan hadirkan sebagai saingan, entah itu dalam hal kecakapan, talenta, atau nama baik.
Jika kita tidak waspada terhadap dosa yang mengintip, kita akan tergoda untuk melihat saudara seiman kita sebagai rival yang harus dijatuhkan. Bahkan, yang lebih berbahaya lagi, kita dengan mata terbuka akan berkompromi terhadap nilai-nilai kebenaran.
Setiap kita punya kerentanan yang sama karena kita adalah manusia yang tidak sempurna. Karena itu, waspadalah! Ketika kita menginginkan kejatuhan sesama dan rela berdusta untuk itu, apa yang kita inginkan bukan keadilan, melainkan kedengkian. [PMS]
TFTWMS -> Mat 27:24-26; Mat 27:15-31
TFTWMS: Mat 27:24-26 - Pilatus Menyerah Kepada Orang Banyak Pilatus Menyerah Kepada Orang Banyak (Matius 27:24-26)
24 Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan,...
Pilatus Menyerah Kepada Orang Banyak (Matius 27:24-26)
24 Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" 25 Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" 26 Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.
Ayat 24. Pilatus sadar bahwa segala usahanya dengan orang banyak itu akan sia-sia; malah sudah mulai timbul kekacauan. Ia pernah mengalami pemberontakan dan kerusuhan di antara orang-orang Yahudi di masa lalu, biasanya sebagai reaksi terhadap pelbagai kebijakannya (lihat komentar tentang 27:2). Rupanya, pada tahapan ini dalam karirnya, ia ingin menghindari konflik yang tidak perlu yang mungkin bisa lebih membahayakan posisi kepemimpinannya. Sebagai orang Romawi yang ditunjuk, tanggung jawabnya adalah menjaga kedamaian. Oleh karena itu, ia melakukan apa yang benar secara politik: ia mengabulkan keinginan orang banyak itu sambil mencoba membebaskan dirinya dari kewajiban pemerintah apa saja.
Ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" Mencuci tangan di depan publik adalah kebiasaan kuno yang menyatakan ketidakbersalahan seseorang (Ula. 21:6-9; Ayub 9:30; Maz. 26:6; 73:13; Yer. 2:22). Dengan memberitahu orang banyak itu "Itu urusan kamu sendiri," Pilatus melempartanggungjawab kematian Yesus kepada orang-orang Yahudi. Sebelumnya dalam pasal ini, para pemimpin Yahudi menggunakan bahasa yang sama dalam jawaban mereka kepada Yudas (27:4).
Ayat 25. Seluruh rakyat tidak tergerak oleh sikap Pilatus dan berseru, "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"32Pemikiran tentang anak-anak membayar dosa orang tua mereka dalam kehidupan ini kadang-kadang ditemukan dalam Perjanjian Lama (Yos. 7:24; Yer. 26:15; Rat. 5:7). Namun begitu, nas-nas lain menunjukkan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri (Yeh. 18). Kita akan memberi pertanggungjawaban kita terjadap perbuatan kita sendiri pada hari penghakiman, yang akan menentukan nasib kita untuk kehidupan yang akan datang (Rom. 2:5-11; 2 Kor. 5:10).
Selama berabad-abad beberapa orang telah secara jelas menyalahgunakan nas ini mengenai kesalahan orang Yahudi, menggunakannya untuk membenarkan penindasan mereka terhadap orang Yahudi. Namun begitu, haruslah diperhatikan bahwa ini adalah, seperti yang Leon Morris katakan, "tidak lebih dari sekedar asumsi tanggung jawab yang ngawur oleh segerombolan orang yang liar."33Orang-orang ini tidak punya kuasa untuk melibatkan negara mereka bagi perbuatan jahat yang mereka sedang lakukan. Selanjutnya, mereka tidak bisa memaksa Allah untuk menghukum generasi masa depan orang-orang Yahudi. Orang harus ingat bahwa Yesus dan semua rasul-Nya adalah orang Yahudi. Selain itu, semua orang yang membentuk gereja mula-mula di Yerusalem adalah orang Yahudi.
Ayat 26. Ketika orang banyak itu tetap bersikeras menentang Yesus, Pilatus membebaskan Barabas bagi mereka. Penjahat bersalah ini ditukar dengan Kristus yang tak bersalah. Kitab Suci diam tentang apa yang Barabas lakukan setelah pembebasannya.
Sebelum penyaliban-Nya, Pilatus menyuruh Yesus disesah (fragello÷w, phragelloō). Menurut Lukas 23:16, 22, Pilatus sebelumnya menyarankan untuk menghukum Yesus dengan menyambuki Dia untuk memuaskan orang-orang Yahudi; setelah itu, ia ingin melepaskan Dia. Namun begitu, saran itu tidak diindahkan; para pemimpin Yahudi dan orang banyak itu tidak akan bisa dipuaskan selain dengan kematian Yesus. Penyesahan yang Yesus alami di sini dimaksudkan sebagai pendahuluan bagi salib. Sudah umum bagi mereka yang dijatuhi hukuman penyaliban untuk disesah lebih dulu—perlakuan yang juga berfungsi sebagai pencegah kejahatan.34
Jenis penyesahan sebelum penyaliban adalah yang paling parah. Bangsa Romawi menggunakan flagela, tali kulit yang memiliki potongan-potongan logam atau tulang yang dijalin bersama.35Cambukan-cambukan itu akan menyayat daging si terhukum, sering kali sampai membuat tulang-tulang dan organ-organ dalam orang itu terlihat.36Penyambukan itu begitu brutalnya sehingga orang hukuman itu bisa terbunuh olehnya sebelum ia dibawa ke kayu salib.37
Setelah Yesus disesah, Pilatus menyerahkan Yesus kepada para serdadu Romawi untuk disalibkan, memenuhi keinginan para pemimpin Yahudi.
TFTWMS: Mat 27:15-31 - Pengadilan Romawi, Bagian 2 PENGADILAN ROMAWI, BAGIAN 2 (Matius 27:15-31)
Setelah menginterogasi Yesus, Pilatus memberitahu para pemimpin Yahudi bahwa ia tidak bisa menemukan al...
PENGADILAN ROMAWI, BAGIAN 2 (Matius 27:15-31)
Setelah menginterogasi Yesus, Pilatus memberitahu para pemimpin Yahudi bahwa ia tidak bisa menemukan alasan untuk menghukum mati Dia (Luk. 23:13-15; Yoh. 18:38). Ia kemudian menyerahkan keputusan kepada kehendak rakyat itu.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Penolakan Terhadap Raja 27:1-31
Kematian Yudas & Pengadilan Romawi
Sebagian besar peristiwa pasal 27 terjadi pada hari Jumat dalam Mingg...
Matius: Penolakan Terhadap Raja 27:1-31
Kematian Yudas & Pengadilan Romawi
Sebagian besar peristiwa pasal 27 terjadi pada hari Jumat dalam Minggu Sengsara. Dini hari itu, Mahkamah Agama Yahudi bersidang untuk menghukum Yesus secara resmi dan menyimpulkan kasus untuk hukuman mati Yesus yang bisa mereka sampaikan kepada Pilatus (27:1, 2). Akibatnya, Yudas dipenuhi dengan penyesalan karena mengkhianati Yesus. Ia mengembalikan uang darah itu kepada para pemimpin Yahudi dan kemudian, karena diliputi oleh kesedihan duniawi, pergi keluar dan menggantung diri (27:3-10).
Karena orang Yahudi tidak punya wewenang untuk melakukan hukuman mati, mereka mengirim Yesus kepada Pilatus, gubernur Romawi di Yudea. Ketika ia mendapati bahwa Yesus tidak patut dihukum mati, para pemimpin Yahudi lalu menghasut orang banyak untuk bersikeras bahwa Yesus harus dihukum mati. Pilatus akhirnya menyerah kepada keinginan mereka. Seperti biasanya, ia menyuruh Yesus dipukuli sebelum disalibkan (27:11-26).
Para prajurit Romawi dengan kejamnya mengejek Yesus, mendandani Dia sebagai raja dan berpura-pura menghormati Dia. Setelah penyambukan, mereka membawa Dia ke lokasi penyaliban (27:27-32).
KEPUTUSAN MAHKAMAH AGAMA (Matius 27:1, 2)
1 Ketika hari mulai siang, semua imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi berkumpul dan mengambil keputusan untuk membunuh Yesus. 2 Mereka membelenggu Dia, lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus, wali negeri itu.
Ayat 1, 2. Selama malam itu, Yesus diadili oleh Imam Besar dan oleh sebanyak anggota Sanhedrin yang bisa dikumpulkan bersama. Meski kesimpulan telah dicapai bahwa Yesus bersalah karena penghujatan dan layak dihukum mati (26:66), namun menetapkan keputusan seperti itu pada malam hari adalah melanggar hukum (lihat komentar tentang 26:57). Oleh karena itu, untuk membuat keputusan mereka itu terlihat sah, seluruh mahkamah (semua imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi) bertemu di jam awal pagi itu di ruang mahkamah agama (Mrk. 15:1; Luk. 22:66). Tujuan pertemuan ini hanya untuk menambahkan bentuk legalitas tertentu dalam persidangan mereka dan membuat rencana untuk meyakinkan Pilatus agar melaksanakan keputusan mereka. Mahkamah itu perlu bertindak cepat karena penguasa Romawi biasanya mengurus bisnis resmi mereka pada jam-jam awal hari itu.1Karena ini adalah waktu ketika orang-orang Yahudi memanjatkan doa, keinginan Sanhedrin untuk membunuh Yesus merampok doa orang-orang ini—atau, setidaknya, merampok kasih dari doa mereka.2
Setelah Yesus secara resmi dihukum oleh Sanhedrin, Ia dibelenggu. Mereka lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada [gubernur] Pilatus. Semua perbuatan ini menggenapi nubuatan Yesus dalam 20:18, 19: Dia akan "diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat," yang akan "menjatuhi Dia hukuman mati" dan kemudian "akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah." Pilatus adalah gubernur Romawi atas Yudea.3Setelah kematian Herodes Yang Agung (4 Mesehi), wilayah ini dipercayakan kepada putranya Arkhelaus oleh pemerintah Romawi (2:19-22). Namun, Arkhelaus kemudian digulingkan (6 Masehi), dan Roma menunjuk serangkaian gubernur untuk memerintah atas wilayah itu. Empat dari pejabat-pejabat ini mendahului Pilatus, yang mencakup periode dua puluh tahun. Pilatus sendiri memerintah selama sepuluh tahun (26-36 Masehi).
Pilatus disebut beberapa kali dalam Perjanjian Baru. Beberapa naskah kuno mengacukan dia sebagai "Pontius Pilatus" dalam ayat 2 (lihat KJV).4Nama keluarga "Pontius" muncul dalam Lukas 3:1; Kisah 4:27; dan 1 Timotius 6:13. Pilatus juga disinggung oleh Josephus, Philo, dan beberapa sejarawan kuno lainnya.5Berdasarkan kesaksian mereka, Pilatus bisa disifatkan sebagai "orang yang serakah, tidak luwes, kejam, dan bersedia melakukan perampokan dan penindasan."6Selama pemerintahannya, ia menimbulkan konflik dengan orang-orang Yahudi dengan membawa panji-panji Romawi yang memiliki patung dari Kaisar ke dalam Yerusalem, mengambil dana kuil bait suci untuk membangun saluran air, dan membunuh banyak orang Yahudi dan orang Samaria (Luk. 13:1).7Kadang-kadang, ia ditegur keras karena tindakan tersebut, yang telah memicu pemberontakan di kalangan masyarakat.
Pilatus biasanya menetap di Kaisarea,8kota terkenal di tepi Laut Tengah. Sebuah lempengan batu bertuliskan nama "Pontius Pilatus" ditemukan pada tahun 1961, ketika para arkeolog sedang menggali teater Romawi di Kaisarea. Teater itu telah dihancurkan dan dibangun kembali, dan batu ini (pernah menjadi bagian dari sebuah kuil) telah digunakan kembali sebagai salah satu anak tangga pada sebuah tangga. Prasasti itu berbunyi, "… Tiberium ini, Pontius Pilatus, pejabat tinggi Yudea, didirikan."9
Pilatus pergi ke Yerusalem selama hari raya Yahudi untuk memadamkan gangguan apa saja. Pada waktu Paskah, perasaan keagamaan dan semangat kebangsaan meninggi di sepanjang waktu itu (lihat komentar tentang 21:9). Perayaan ini mengingatkan umat itu terhadap pembebasan nenek moyang mereka dari perbudakan Mesir oleh Allah. Selain itu, hal itu juga menyebabkan mereka mengantisipasi pembebasan mereka sendiri dari kekuasaan Romawi. Karena Pilatus berada di Yerusalem dan mahkamah agama Yahudi tidak memiliki kuasa untuk melaksanakan hukuman mati (Yoh. 18:31), maka mereka mengirim Yesus kepada Pilatus untuk memutuskan hal itu.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) SOSOK PONTIUS PILATUS (Matius 27:1, 2, 11-26)
Kita tidak memiliki pengetahuan khusus tentangPontius Pilatus selain dari masa jabatannya sebagai wali ...
SOSOK PONTIUS PILATUS (Matius 27:1, 2, 11-26)
Kita tidak memiliki pengetahuan khusus tentangPontius Pilatus selain dari masa jabatannya sebagai wali negeri Yudea. Kita tidak tahu apa-apa tentang kelahirannya atau tahun-tahun awalnya. "Pontius" adalah nama keluarga yang menonjol di tengahselatan Italia pada zaman itu. Seorang "Pontius" menimbulkan kekalahan bangsa Romawi di Caudine Forks. Lucius Pontius Aquila adalah teman Cicero dan salah satu pembunuh Yulius Kaisar. Nama "Pilatus" mungkin menunjukkan cabang dari marga Pontius yang darinya Pontius Pilatus berasal. Arti nama itu telah lenyap.
Sebagai wali negeri kelima Yudea, Pilatus memerintah wilayah yang dulunya adalah kerajaan Arkhelaus sebelum ia digulingkan oleh bangsa Romawi pada tahun 6 Masehi. Ia memiliki otoritas sipil, militer, dan peradilan. Ia adalah penerus Gratus, dan ia memegang jabatan itu selama sepuluh tahun (26-36 Masehi). Ia digulingkan oleh Vitellius, wakil penguasa Siria. Setelah disingkirkan dari jabatannya, ia melakukan perjalanan yang tergesa-gesa ke Roma untuk membela diri di hadapan Tiberius.
Namun begitu, pada saat ia mencapai Roma, kaisar telah meninggal (pada bulan Maret 37 Masehi). Dalam kekacauan yang ditimbulkan oleh kematian kaisar, Pilatus tampaknya telah lolos dari penyelidikan yang mengancam dia. Dari saat itu seterusnya, kita tidak memiliki catatan sejarah yang dapat dipercaya tentang kehidupan Pilatus.
Philo menggambarkan Pilatus sebagai orang yang bernafsu ganas dan kejam luar biasa, menuduh dia melakukan korupsi, pembunuhan, dan kebiadaban yang kejam.44
Satu tradisi mengatakan bahwa Pilatus menjadi gila dan mati dalam keadaan yang memalukan dan nista. Eusebius menulis bahwa Pilatus bunuh diri.45Sebaliknya, Gereja Koptik memasukkan dia di antara daftar orang-orang kudus, menyatakan bahwa belakangan ia dan istrinya menjadi orang Kristen.
Meski Pilatus memiliki kuasa untuk melepaskan Yesus dan tidak melakukannya, penyaliban itu tidak akan terjadi tanpa desakan dari para pemimpin Yahudi. Namun begitu, meski Pilatus berusaha melepaskan diri dari masalah itu (27:24), tidak mungkin bagi dia untuk lepas dari semua tanggung jawab. Yesus memberitahu Pilatus bahwa mereka yang menyerahkan Dia bersalah atas "[dosa yang] lebih besar" (Yoh. 19:11; lihat Kisah 3:13; 4:27, 28).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Pliny Letters 3.1.4; 3.5.9-11; 4.16.4, 5; 9.36.1; Martial Epigrams 4.8.5-8.
2 John Lightfoot, A Commentary on the New Testament ...
Catatan Akhir:
- 1 Pliny Letters 3.1.4; 3.5.9-11; 4.16.4, 5; 9.36.1; Martial Epigrams 4.8.5-8.
- 2 John Lightfoot, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew-1 Corinthians, vol. 2, Matthew-Mark (Oxford University Press, 1859; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker, 1979), 359-60.
- 3 Pilatus adalah "wali negeri" Yudea. Beberapa sumber kuno juga mengacukan dia sebagai "prokurator," tetapi beberapa percaya bahwa istilah ini adalah sebuah anakronisme.
- 4 Lihat Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 54-55.
- 5 Josephus Antiquities 18.2.2; Philo Embassy to Gaius 299-305; Tacitus Annals 15.44.
- 6 Harold Hoehner, Herod Antipas, Society for New Testament Studies Monograph Series, 17 (Cambridge: Cambridge University Press, 1972), 173.
- 7 Josephus Antiquities 18.3.1-2; 18.4.1-2; Wars 2.9.2-4.
- 8 Josephus Antiquities 18.3.1.
- 9 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 171.
- 10 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 666.
- 11 Wilkins, 172; lihat Talmud Abodah Zarah 18a.
- 12 Lihat Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 696.
- 13 Wilkins, 172. Yeremia 19:2 menyebut "gerbang Beling" yang mengarah ke "lembah Ben-Hinom."
- 14 Beberapa naskah kuno menulis "Zakharia" bukan "Yeremia." Namun begitu, bacaan ini mungkin mencerminkan upaya untuk memperbaiki teks itu. Beberapa naskah tidak memiliki nama sama sekali; nama "Yeremia" tampaknya sudah dihapus untuk menghindari kontradiksi. (Metzger, 55.)
- 15 Untuk deskripsi yang lebih panjang dari pengadilan ini, lihat Yohanes 18:28-19:16.
- 16 Untuk informasi lebih lanjut, lihat Bargil (Virgil) Pixner, "Praetorium," in The Anchor Bible Dictionary, ed. David Noel Freedman (New York: Doubleday, 1992), 5:447-49.
- 17 Josephus Wars 5.4.2.
- 18 Josephus Antiquities 20.8.11.
- 19 Ibid., 5.4.3, 4.
- 20 Josephus Wars 2.15.5.
- 21 Mishnah Pesahim 8.6.
- 22 Wilkins, 173.
- 23 "Abba" membuktikan nama seorang laki-laki. (Talmud Berakoth 18b.)
- 24 Istilah Aram abba berarti "ayah" (Mrk. 14:36; Rom. 8:15; Gal. 4:6).
- 25 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 390.
- 26 Metzger, 56.
- 27 Mereka iri karena Yesus mengajar dengan penuh kuasa dan mengadakan banyak mujizat hebat. Selanjutnya, Ia menelanjangi kemunafikan agama mereka (21:23-23:39).
- 28 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 823.
- 29 Dikaios juga muncul dalam reaksi perwira terhadap kematian Yesus dalam Lukas 23:47, di mana Alkitab NASB menerjemahkannya sebagai "tidak bersalah."
- 30 Wilkins, 173.
- 31 France, 389.
- 32 Sungguh ironis bahwa Sanhedrin belakangan menyalahkan para rasul karena menjadikan mereka bertanggung jawab atas kematian Yesus-yaitu, "hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami" (Kisah 5:28).
- 33 Morris, 708.
- 34 Josephus Wars 2.14.9; 5.11.1.
- 35 David W. Wead, "Scourge," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 4:358-59. Dalam situasi lain, orang-orang Romawi menggunakan batang kayu (Kisah 16:22, 23; 2 Kor. 11:25). Orang-orang Yahudi biasanya menggunakan cambuk, tetapi mereka membatasi cambukan mereka sampai tiga puluh sembilan (lihat komentar tentang 10:17). Bangsa Romawi tidak memiliki pembatasan seperti itu.
- 36 Josephus Wars 2.21.5; 6.5.3.
- 37 Digest of Justinian 48.19.8.3.
- 38 Bauer, 936.49
- 39 Ibid., 1085.
- 40 Ibid., 554.
- 41 H. St. J. Hart, "The Crown of Thorns in John 19, 2-5," Journal of Theological Studies, n.s. 3 (April 1952): 66-75.
- 42 France, 394.
- 43 Suetonius Caligula 32.2; Domitian 10.1; Dio Cassius Roman History 54.3.7.
- 44 Philo Embassy to Gaius 38.
- 45 Eusebius Ecclesiastical History 2.7.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi