Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ams 9:8
Full Life: Ams 9:8 - KECAMLAH ORANG BIJAK.
Nas : Ams 9:8
Jikalau kita benar-benar orang bijak yang ingin menyenangkan Allah,
kita akan menyambut teguran dan kritikan (Ams 27:6; 28:23). Nasih...
Nas : Ams 9:8
Jikalau kita benar-benar orang bijak yang ingin menyenangkan Allah, kita akan menyambut teguran dan kritikan (Ams 27:6; 28:23). Nasihat dan teguran dari seorang sahabat, anggota keluarga atau pendeta termasuk cara-cara yang dipakai Allah untuk membentuk watak kita menurut kehendak-Nya yang kudus (lih. Yoh 16:8; Ef 5:11; 2Tim 4:2; Tit 2:15; Wahy 3:19). Jemaat yang dengan rendah hati dan taat menerima teguran dari seorang gembala yang penuh kasih akan sungguh-sungguh diberkati oleh Roh Kudus.
Ende -> Ams 9:7-12
Memutuskan djalan pikiran, jang diteruskan Ams 9:13.
Ref. Silang FULL -> Ams 9:8
Ref. Silang FULL: Ams 9:8 - Janganlah mengecam // akan dikasihinya · Janganlah mengecam: Ams 15:12
· akan dikasihinya: Mazm 141:5
· Janganlah mengecam: Ams 15:12
· akan dikasihinya: Mazm 141:5
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ams 9:1-12
Matthew Henry: Ams 9:1-12 - --
Kristus dan dosa adalah dua musuh yang saling bersaing memperebutkan jiwa manusia, dan di sini kita diberi tahu bagaimana keduanya berusaha membuju...
- Kristus dan dosa adalah dua musuh yang saling bersaing memperebutkan jiwa manusia, dan di sini kita diberi tahu bagaimana keduanya berusaha membujuknya, untuk dapat menduduki tempat terdalam dan terutama di dalamnya. Maksud dari gambaran ini adalah untuk memperhadapkan kepada kita hidup dan mati, kebaikan dan kejahatan. Tidak ada yang diperlukan lagi selain penjelasan yang adil mengenai pokok permasalahannya untuk menentukan bagi kita mana yang harus kita pilih, dan untuk membuat kita menyerahkan hati kita. Kristus dan dosa digambarkan sebagai pihak yang ingin memberikan penghiburan bagi jiwa, dan mengundang jiwa itu untuk menerima penghiburan tersebut. Mengenai keduanya, kita diberi tahu apa hasil akhirnya. Karena permasalahannya sudah sedemikian dipaparkan di hadapan kita, maka marilah kita mempertimbangkan, menerima nasihat, dan menyuarakan apa yang kita pikirkan. Oleh karena itu, kita berkepentingan untuk menghargai jiwa kita sendiri, sebab kita melihat ada pergulatan yang demikian gigih untuk memperebutkannya.
- I. Kristus, dengan nama Hikmat, mengundang kita untuk menerima penghiburan-Nya, dan dengan demikian untuk mengenal dan bersekutu dengan Dia (ay. 1-6). Dan setelah menubuatkan adanya tanggapan yang berbeda-beda terhadap undangan-Nya (ay. 7-9), Ia menunjukkan, secara singkat, apa yang dituntut-Nya dari kita (ay. 10) dan apa yang dirancangkan-Nya bagi kita (ay. 11), dan kemudian menyerahkan kepada kita untuk memilih mana yang akan kita lakukan (ay. 12).
- II. Dosa, yang digambarkan sebagai seorang perempuan bodoh, merayu kita untuk menerima penghiburannya, dan (ay. 13-16) berpura-pura bahwa penghiburannya itu amat menawan hati (ay. 17). Tetapi Salomo memberi tahu kita apa akibatnya nanti (ay. 18). Sekarang, pada hari ini, pilihlah mana yang ingin engkau dekati.
Undangan Hikmat (9:1-12)
- Hikmat di sini diperkenalkan sebagai ratu yang megah dan murah hati, amat agung dan sangat royal. Firman Allah itu adalah Hikmat ini, yang di dalamnya Allah menyatakan kehendak baik-Nya terhadap manusia. Allah Sang Firman adalah Hikmat ini, yang kepada-Nya Bapa telah menyerahkan seluruh penghakiman. Dia yang, dalam pasal sebelumnya, menunjukkan semarak dan kemuliaan-Nya sebagai Pencipta dunia, di sini memperlihatkan anugerah dan kebaikan-Nya sebagai Penebus dunia. Kata yang digunakan di sini jamak, Hikmat-hikmat. Sebab, di dalam Kristus tersembunyi segala harta hikmat, dan dalam pekerjaan-Nya tampaklah pelbagai ragam hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia.
- Sekarang amatilah di sini:
- I. Melimpahnya persediaan yang sudah dipersiapkan oleh Hikmat untuk menerima semua orang yang mau menjadi murid-muridnya. Hal ini digambarkan dengan perumpamaan tentang sebuah pesta yang mewah, yang dari sini, ada kemungkinan, Juruselamat kita meminjam perumpamaan-perumpamaan yang di dalamnya Ia membandingkan Kerajaan Sorga dengan perjamuan besar (Mat. 22:2; Luk. 14:16). Dan demikianlah perjamuan itu dinubuatkan (Yes. 25:6). Ini seperti perjamuan yang diadakan Ahasyweros untuk memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya. Demikian pula anugerah Injil diperhadapkan kepada kita dalam ketetapan perjamuan Tuhan. Untuk menyambut orang-orang yang diundangnya,
- 1. Disediakan sebuah istana yang megah (ay. 1). Hikmat, karena tidak menemukan rumah yang cukup luas untuk semua tamunya, sengaja membangun satu rumah lagi, dan, untuk memperkuat dan memperindah rumah itu, ia telah menegakkan ketujuh tiangnya, yang menjadikannya sangat kokoh, dan tampak amat megah. Sorga adalah rumah yang sudah dibangun Hikmat untuk menjamu semua tamunya yang dipanggil untuk merayakan perjamuan kawin Anak Domba. Itulah rumah Bapanya, di mana ada banyak tempat tinggal (istana), dan ke sana ia telah pergi untuk menyiapkan tempat bagi kita. Ia telah menggantungkan bumi dalam kehampaan, jadi di dalamnya tidak ada kota yang abadi. Tetapi sorga adalah kota yang memiliki fondasi, memiliki tiang-tiang. Jemaat adalah rumah Hikmat, ia mengundang tamu-tamunya untuk masuk, dengan didukung oleh kuasa dan janji Allah, seperti oleh tujuh tiang. Ada kemungkinan Salomo merujuk pada bait Allah yang baru saja dibangunnya sendiri untuk keperluan agama, dan ke sanalah ia ingin mengajak orang untuk menenangkan diri, baik dalam menyembah Allah maupun dalam menerima didikan-didikan Hikmat. Menurut sebagian orang, rumah yang dimaksudkan di sini adalah sekolah-sekolah para nabi.
- 2. Dipersiapkan sebuah perjamuan yang mewah (ay. 2): ia telah memotong ternak sembelihannya. Ia telah mencampur anggurnya. Berlimpah-limpah makanan dan minuman telah disediakan, dan semuanya dari jenis terbaik. Ia telah memotong korbannya (begitulah kata yang digunakan di sini). Perjamuan itu mewah, tetapi suci, perjamuan untuk menikmati daging korban. Kristus telah mempersembahkan diri-Nya sebagai korban untuk kita, dan daging-Nyalah yang benar-benar makanan dan darah-Nyalah yang benar-benar minuman. Perjamuan Tuhan adalah pesta pendamaian dan sukacita atas korban penebusan. Anggur itu dicampur dengan sesuatu yang lebih kaya daripada anggur itu sendiri, untuk menjadikannya lebih daripada minuman dan aroma biasa. Ia telah rampung menyiapkan hidangannya dengan segala kepuasan yang dapat diinginkan jiwa, yaitu kebenaran dan anugerah, kedamaian dan sukacita, jaminan-jaminan akan kasih Allah, penghiburan-penghiburan Roh, dan segala janji serta pertanda kehidupan kekal. Cermatilah, semua itu adalah perbuatan Hikmat sendiri, dialah yang memotong ternak sembelihannya, dialah yang mencampur anggurnya, yang menandakan baik itu kasih Kristus, yang mengadakan persediaan itu (Ia tidak menyerahkannya kepada orang lain, tetapi mengerjakannya dengan tangan-Nya sendiri), dan menyiapkannya dengan luar biasa. Apa yang dipersiapkan oleh Hikmat sendiri pasti akan memenuhi tujuannya secara tepat.
- II. Undangan yang penuh rahmat yang telah diberikannya, bukan kepada teman-teman tertentu, melainkan kepada semua orang, untuk datang dan ambil bagian dalam semua yang telah disediakan ini.
- 1. Dia mempekerjakan hamba-hambanya untuk menyebarkan undangan itu ke sekeliling negeri: pelayan-pelayan perempuan telah disuruhnya (ay. 3). Hamba-hamba Injil diberi mandat dan perintah untuk mengumumkan persiapan-persiapan yang telah dibuat Allah, di dalam kovenan kekal, bagi semua orang yang bersedia memenuhi persyaratan-persyaratannya. Mereka, dengan kemurnian seorang gadis, tidak merusak diri mereka sendiri atau firman Allah, dan dengan menjalankan secara tepat apa yang diperintahkan kepada mereka, harus mengundang semua orang yang mereka jumpai, bahkan di semua jalan dan lintasan, untuk datang dan berpesta bersama-sama dengan Hikmat, sebab segala sesuatu sudah siap (Luk. 14:23).
- 2. Ia sendiri berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di kota, sungguh-sungguh menginginkan kesejahteraan anak-anak manusia, dan berduka melihat mereka menolak segala belas kasihan bagi diri mereka sendiri demi berhala yang sia-sia. Yesus Tuhan kita adalah Pemberita bagi Injil-Nya sendiri. Sesudah mengutus murid-murid-Nya, Ia mengikuti mereka untuk meneguhkan apa yang mereka katakan. Bahkan, Injil itu mula-mula diberitakan oleh Tuhan (Ibr. 2:3). Dia berdiri, dan berseru, marilah kepada-Ku. Kita sudah melihat siapa yang diundang.
- Sekarang marilah kita amati:
- (1) Kepada siapa undangan itu ditujukan: siapa yang tak berpengalaman dan yang tidak berakal budi (ay. 4). Jika kita ingin mengadakan perjamuan, maka dari semua jenis orang, yang tidak boleh kita pedulikan untuk diundang, apalagi sampai membujuk-bujuk, adalah kawanan orang-orang yang seperti itu. Sebaliknya, lebih baik kita memilih para ahli pikir dan kaum terpelajar, agar kita bisa mendengar hikmat mereka dan mendapat manfaat dari percakapan dengan mereka di meja makan. “Apakah aku butuh orang gila?” Tetapi Hikmat justru mengajak orang-orang seperti itu, karena apa yang diberikannya adalah apa yang paling mereka butuhkan, dan kesejahteraan merekalah yang dicarinya, dan yang ditujunya, dalam membuat persiapan dan undangan itu. Orang yang tak berpengalaman diundang, agar ia menjadi bijaksana, dan orang yang tidak punya hati (begitulah kata yang digunakan di sini) hendaklah ia datang ke sana, maka ia akan mendapatkannya. Persiapan-persiapan itu lebih berkaitan dengan tubuh daripada makanan, dan dirancangkan bagi kesembuhan yang paling berharga dan paling diinginkan, yaitu kesembuhan akal budi. Undangan ini ditujukan kepada umum, kepada siapa saja, tanpa kecuali, selain mereka yang mengecualikan diri mereka sendiri. Sekalipun mereka begitu bodoh, namun,
- [1] Mereka akan disambut.
- [2] Mereka dapat ditolong. Mereka tidak akan direndahkan atau dibuat putus harapan. Juruselamat kita datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, bukan orang yang bijaksana menurut pandangan mereka sendiri, yang menyangka bahwa mereka melihat (Yoh. 9:41), tetapi orang yang tak berpengalaman, yang sadar akan ketidaktahuan mereka dan malu karenanya, dan orang yang bersedia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat (1Kor. 3:18).
- (2) Apa isi undangan itu.
- [1] Kita diundang ke rumah Hikmat: singgahlah ke mari. Saya katakan kita, sebab siapakah di antara kita yang tidak mau mengaku memiliki sifat orang yang diundang itu, yang tak berpengalaman dan tidak berakal budi? Pintu-pintu Hikmat tetap terbuka bagi orang-orang seperti itu, dan ia ingin bercakap-cakap sebentar dengan mereka, satu kata demi kebaikan mereka, dan ia pun tidak mempunyai rancangan lain bagi mereka.
- [2] Kita diundang ke mejanya (ay. 5): marilah, makanlah rotiku, maksudnya, kecaplah kenikmatan-kenikmatan sejati yang hanya ditemukan dalam pengetahuan dan rasa takut akan Allah. Dengan menjalankan iman yang didasarkan atas janji-janji Injil, dengan menerapkannya kepada diri kita sendiri dan menerima penghiburan-penghiburannya, itu berarti kita telah makan, kita telah berpesta menikmati segala persediaan yang telah dibuat Kristus bagi jiwa-jiwa yang miskin. Apa yang kita makan dan kita minum menguntungkan diri kita sendiri, kita disehatkan dan disegarkan olehnya. Demikian pula yang dilakukan terhadap jiwa kita oleh firman Allah. Di dalamnya ada makanan dan minuman bagi orang-orang yang berakal budi.
- (3) Apa yang dituntut dari orang-orang yang bisa mendapatkan keuntungan dari undangan ini (ay. 6).
- [1] Mereka harus memutuskan segala pergaulan yang buruk: “Buanglah kebodohan, janganlah bergaul dengan orang bodoh, janganlah mengikuti jalan-jalan mereka, janganlah bersekutu dengan pekerjaan-pekerjaan kegelapan, atau dengan orang-orang yang berurusan dengan pekerjaan-pekerjaan semacam itu.” Langkah pertama menuju kebajikan adalah menghindari perbuatan tercela, dan oleh sebab itu menghindari orang-orang tercela.Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan.
- [2] Mereka harus bangun dan bangkit dari antara orang mati. Mereka harus hidup, bukan dalam kesenangan (sebab orang-orang yang berbuat demikian berarti sudah mati selagi mereka hidup), melainkan untuk melayani Allah. Sebab hanya orang-orang yang melakukan itulah yang benar-benar hidup, hidup untuk suatu tujuan. “Janganlah sekadar hidup seperti hewan, seperti binatang, tetapi sekarang, pada saat ini juga, hiduplah seperti manusia. Hiduplah maka kamu akan hidup. Hiduplah secara rohani, maka kamu akan hidup secara kekal” (Ef. 5:14).
- [3] Mereka harus memilih jalan-jalan Hikmat, dan tetap berada di dalamnya: “Ikutilah jalan pengertian. Aturlah dirimu mulai dari saat ini dengan aturan-aturan agama dan akal budi.” Meninggalkan orang bodoh saja tidak cukup, kita juga harus bergabung dengan orang-orang yang berjalan di dalam hikmat, dan berjalan di dalam semangat dan langkah-langkah yang sama.
- III. Didikan-didikan yang diberikan Hikmat kepada pelayan-pelayan perempuan yang diutusnya untuk menyampaikan undangan, kepada hamba-hamba Tuhan dan orang lain, yang di tempat mereka masing-masing sedang berusaha melayani kepentingan-kepentingan dan rancangan-rancangannya. Ia memberi tahu mereka,
- 1. Apa pekerjaan yang harus mereka lakukan, bukan hanya memberitahukan secara umum persiapan-persiapan yang sudah dibuat bagi jiwa-jiwa, dan memberikan tawaran untuk itu secara umum, tetapi mereka juga harus mengalamatkan orang-orang secara pribadi, harus memberitahukan kesalahan-kesalahan mereka. Tegurlah, kecamlah (ay. 7-8). Mereka harus mendidik orang-orang itu bagaimana cara memperbaiki diri – ajarilah (ay. 9). Firman Allah, dan karena itu juga pelayanan firman itu, dimaksudkan untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
- 2. Jenis-jenis orang seperti apa yang akan mereka jumpai, dan bagaimana mereka harus menghadapi orang-orang itu, dan keberhasilan seperti apa yang bisa mereka harapkan.
- (1) Mereka akan berjumpa dengan beberapa pencemooh dan orang fasik yang akan mengejek para utusan Tuhan, dan memperlakukan mereka dengan kasar, akan menertawakan dan mengolok-olok orang yang mengundang mereka ke perjamuan Tuhan, seperti yang sudah mereka lakukan (2Taw. 30:10), dan akan menyiksa mereka (Mat. 22:6). Dan, meskipun mereka tidak dilarang untuk mengundang orang-orang yang tak berpengalaman ke dalam rumah Hikmat, namun mereka disarankan untuk tidak memaksakan undangan itu dengan cara menegur dan mengecam mereka. Janganlah mengecam seorang pencemooh. Janganlah melemparkan mutiara ini kepada babi (Mat. 7:6). Demikian pulalah yang dikatakan Kristus tentang orang-orang Farisi, biarkanlah mereka itu (Mat. 15:14). “Janganlah menegur mereka,”
- [1] “Dalam menilai mereka, sebab orang-orang yang mengolok-olok sarana yang sudah mereka miliki sudah kehilangan kebaikan untuk mendapatkan sarana-sarana selanjutnya. Barangsiapa yang cemar seperti itu, biarlah ia terus cemar . Barangsiapa bersekutu dengan berhala-berhala, biarkanlah dia. Lihatlah, kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain .”
- [2] “Dalam bersikap bijak terhadap dirimu sendiri. Karena, jika engkau menegur mereka,” pertama, “Jerih payahmu akan sia-sia, dan dengan demikian mendatangkan cemooh kepada dirimu sendiri karena kekecewaan itu.” Kedua, “Engkau membuat mereka kesal. Sekalipun engkau melakukannya dengan begitu bijak dan begitu lembut, jika engkau terus melakukannya, mereka akan membencimu, mereka akan menimpakan celaan-celaan kepadamu, dan mengatakan segala hal yang jahat yang dapat mereka katakan tentangmu, dan dengan demikian engkau akan mendapatkan aib. Oleh sebab itu, lebih baik engkau tidak mencampuri urusan mereka, sebab teguran-teguranmu kemungkinan akan lebih mendatangkan keburukan daripada kebaikan.”
- (2) Mereka akan berjumpa dengan orang lain yang bijaksana, baik, dan adil. Syukur kepada Allah, tidak semua orang adalah pencemooh. Kita akan berjumpa dengan beberapa orang yang begitu bijak bagi diri mereka sendiri, begitu adil terhadap diri mereka sendiri, sehingga mereka bersedia dan senang untuk diajar. Apabila kita berjumpa dengan orang-orang seperti itu,
- [1] Jika ada kesempatan, kita harus menegur mereka. Sebab orang-orang bijak tidaklah bijak dengan sempurna, tetapi selalu ada yang perlu ditegur dalam diri mereka. Kita tidak boleh mengabaikan kesalahan-kesalahan siapa saja hanya karena kita menghormati kebijaksanaannya, dan orang bijak juga tidak boleh berpikir bahwa hikmat meluputkannya dari teguran ketika ia mengatakan atau melakukan sesuatu yang bodoh. Sebaliknya, semakin besar hikmat yang dimiliki orang, semakin dia seharusnya ingin ditunjukkan kelemahannya, sebab sedikit kebodohan merupakan noda besar bagi orang yang terkenal akan hikmat dan kehormatannya.
- [2] Dengan teguran-teguran kita, kita harus memberi mereka nasihat, dan harus mengajar mereka (ay. 9).
- [3] Kita dapat berharap bahwa tindakan kita itu akan dipandang sebagai tindakan kasih (Mzm. 141:5). Orang bijak akan menganggap sebagai teman mereka yang berhubungan dengan dia apa adanya: “Tegurlah orang seperti itu, maka engkau akan dikasihinya karena caramu yang terus terang, ia akan berterima kasih kepadamu, dan menginginkan engkau untuk melakukan kebaikan yang sama pada lain waktu, jika ada kesempatan untuk itu.” Adalah contoh besar dari hikmat bahwa ia menerima teguran dengan baik, sama seperti ia memberikannya.
- [4] Karena diterima dengan baik, teguran itu akan membawa kebaikan, dan mencapai tujuannya. Orang bijak akan menjadi lebih bijak karena teguran-teguran dan didikan-didikan yang diberikan kepadanya. Pengetahuannya akan bertambah, ia akan semakin banyak belajar, dan dengan demikian bertumbuh di dalam anugerah. Janganlah orang berpikir bahwa mereka terlalu bijak untuk belajar, atau begitu baik sehingga tidak perlu menjadi lebih baik lagi, dan oleh sebab itu tidak perlu diajar. Kita harus terus maju, dan terus mengejar pengetahuan sampai kita menjadi manusia sempurna. Berilah orang bijak (begitu dalam bahasa aslinya), berilah dia nasihat, berilah dia teguran, berilah dia penghiburan, maka ia akan menjadi lebih bijak. Berilah dia kesempatan (menurut versi Septuaginta), kesempatan untuk menunjukkan hikmatnya, maka ia akan menunjukkannya, dan tindakan-tindakan hikmat akan memperkuat kebiasaan-kebiasaan untuk menunjukkan hikmat itu.
- IV. Nasihat-nasihat yang diberikannya kepada orang-orang yang diundang, yang harus ditanamkan kepada mereka oleh pelayan-pelayan perempuannya.
- 1. Biarlah mereka mengetahui apa sebenarnya yang ada di dalam hikmat yang sejati itu, dan jamuan apa yang akan mereka dapatkan di meja Hikmat (ay. 10).
- (1) Hati harus memegang rasa takut akan Allah. Itulah permulaan hikmat. Penghormatan terhadap keagungan Allah, dan kengerian terhadap murka-Nya, adalah rasa takut akan Allah yang merupakan permulaan, langkah pertama, menuju agama yang benar, yang dari sini timbul semua hal lain yang menjadi contoh dari agama yang benar. Rasa takut ini bisa saja menyiksa pada mulanya, akan tetapi kasih, secara berangsur-angsur, akan mengusir rasa tersiksa itu.
- (2) Kepala harus diisi dengan pengetahuan tentang perkara-perkara mengenai Allah. Mengenal perkara-perkara yang kudus (kata yang digunakan di sini jamak) adalah pengertian, perkara-perkara yang berhubungan dengan pelayanan terhadap Allah (semua itu disebut sebagai perkara-perkara yang kudus), yang berhubungan dengan pengudusan kita sendiri. Teguran disebut sebagai barang yang kudus (Mat. 7:6). Atau pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang kudus, yang diajarkan oleh para nabi yang kudus, pengetahuan tentang perkara-perkara yang dibicarakan orang-orang kudus oleh dorongan Roh Kudus. Inilah pengertian. Inilah pengertian yang terbaik dan paling berguna, yang akan sangat bermanfaat bagi kita, dan akan mendatangkan hal terbaik.
- 2. Biarlah mereka mengetahui apa keuntungan-keuntungan dari hikmat ini (ay. 11): “Karena oleh aku umurmu diperpanjang. Hikmat akan membantu menyehatkan tubuhmu, dan dengan demikian tahun-tahun hidupmu di bumi akan ditambah, sedangkan kebodohan dan ketamakan manusia akan mempersingkat hari-hari mereka. Hikmat akan membawamu ke sorga, dan di sana hari-harimu akan diperpanjang in infinitum – tak terhingga, dan tahun-tahun hidupmu akan ditambah sampai seterusnya.” Tidak ada hikmat yang sejati selain di dalam jalan agama, dan tidak ada hidup yang sejati selain di ujung jalan itu.
- 3. Biarlah mereka mengetahui apa akibat dari perbuatan mereka dengan memilih atau menolak tawaran yang baik ini (ay. 12). Inilah,
- (1) Kebahagiaan orang-orang yang memeluknya: “Jikalau engkau bijak, kebijakanmu itu bagimu sendiri. Engkau sendiri yang akan diuntungkan olehnya, bukan Hikmat.” Manusia tidak bisa menguntungkan bagi Allah. Demi kebaikan kita sendirilah kita dibujuk seperti itu. “Engkau tidak akan meninggalkan keuntungan itu kepada orang lain” (sebagaimana kita meninggalkan harta duniawi kita ketika kita mati, yang oleh sebab itu disebut sebagai harta orang lain, Luk. 16:12), “tetapi engkau akan membawanya serta ke dalam dunia lain.” Orang-orang yang bijak bagi jiwa mereka sendiri berarti bijak bagi diri mereka sendiri, sebab jiwa adalah inti dari manusia itu sendiri. Dan juga, tidak ada orang yang akan berusaha mencari kepentingan yang sejati bagi diri mereka sendiri selain mereka yang benar-benar beragama. Untuk mencapai maksud ini, kita disarankan untuk datang kepada Allah, supaya kita dipulihkan dari apa yang merupakan kebodohan dan kemerosotan kita. Hal ini membuat kita sibuk mengerjakan apa yang paling menguntungkan di dunia ini, dan membuat kita berhak mendapatkan apa yang jauh lebih menguntungkan di dunia yang akan datang.
- (2) Aib dan kehancuran yang menimpa orang-orang yang meremehkannya: “Jikalau engkau mencemooh tawaran Hikmat, engkau sendirilah orang yang akan menanggungnya.”
- [1] “Engkau akan menanggung kesalahannya.” Orang-orang yang baik harus bersyukur kepada Allah, tetapi orang-orang yang fasik harus mempersalahkan diri mereka sendiri. Apa yang menimpa orang fasik itu tidak terjadi karena Allah (Dia bukan pencipta dosa). Iblis hanya bisa menggoda, tetapi tidak bisa memaksa. Teman-teman yang fasik hanyalah alat-alatnya. Karena itu, semua kesalahan pastilah ada pada si orang berdosa itu sendiri.
- [2] “Engkau akan menanggung kerugian dari apa yang engkau cemooh itu. Itu akan menghancurkan dirimu sendiri. Darahmu akan ditanggungkan ke atas kepalamu sendiri, dan pertimbangan tentang hal ini akan memperburuk penghukumanmu: Anakku, ingatlah, bahwa engkau sudah diberi tawaran yang baik ini, namun engkau tidak mau menerimanya. Engkau punya kesempatan untuk hidup, namun engkau lebih memilih maut. “
SH: Ams 9:1-18 - Undangan hikmat (Selasa, 3 Agustus 1999) Undangan hikmat
Hikmat berseru-seru mengundang orang-orang yang mau mencarinya
agar mendapatkannya. Undangan ini ditujukan bagi orang yang tak
...
Undangan hikmat
Hikmat berseru-seru mengundang orang-orang yang mau mencarinya agar mendapatkannya. Undangan ini ditujukan bagi orang yang tak berpengalaman dan orang yang bijak, yang mau mendengar nasihatnya, sehingga hidup lebih bijak dan berhikmat. Ditegaskan, bahwa hikmat tidak dihiraukan oleh para pencemooh atau orang fasik, bahkan dikecam. Mereka menganggap diri paling benar sehingga tidak perlu meresponi undangan hikmat. Hikmat hanya akan dirasakan oleh orang yang mau meresponi undangannya. Undangan hikmat juga berlaku bagi kita yang rindu hidup benar di hadapan Tuhan.
Undangan kebodohan. Orang yang mengabaikan undangan hikmat akan diundang oleh para pencemooh, orang bebal, orang yang tidak berhikmat. Dengan tawaran dan bujukan yang manis, mereka berusaha menarik perhatian orang yang tak berpengalaman dan tak berakal budi. Orang yang berhikmat tak akan tergiur dan tergoda dengan undangan kebodohan yang nampak lebih hikmat, karena tahu akibatnya. Sebaliknya orang-orang yang tak berhikmat akan menerima undangan yang tampaknya menarik padahal menuju maut. Ada dua undangan yang ditawarkan: undangan hikmat dan kebodohan; manakah yang akan Anda responi? Respons Anda akan menentukan sikap dan langkah hidup sepanjang masa.
SH: Ams 9:1-18 - Hanya satu pilihan (Kamis, 11 Oktober 2007) Hanya satu pilihan
Pasal 9 menutup rangkaian nasihat panjang dari penulis Amsal agar
memilih hikmat dan menolak kebodohan, dengan sekali lagi
...
Hanya satu pilihan
Pasal 9 menutup rangkaian nasihat panjang dari penulis Amsal agar memilih hikmat dan menolak kebodohan, dengan sekali lagi mendorong orang untuk memilih yang benar. Salah pilih akan berakibat fatal.
Penulis Amsal menyandingkan kedua pilihan itu sebagai dua wanita yang bersaing memperebutkan perhatian dan minat dari calon pemilihnya. Sungguh bukan kebetulan, dua kata yang berlawanan ini, yaitu hikmat dan kebebalan dalam bahasa Ibraninya menyatakan gambaran perempuan bijak dan wanita bebal. Masing-masing mempersiapkan perjamuan bagi orang-orang yang diundang untuk menikmati persekutuan dengan mereka. Perempuan bijak adalah perempuan bertanggung jawab yang menyediakan makanan yang bermanfaat (5-6). Sementara wanita bebal menyediakan makanan hasil curian (16-17). Masing-masing mengambil posisi di tempat-tempat tinggi di kota (3, 14), yang sangat mungkin merujuk kepada kuil atau tempat ibadah bagi penduduk kota tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa personifikasi hikmat lawan kebebalan pada hakikatnya merupakan peperangan Tuhan melawan kekafiran.
Amsal 9 tidak memberikan tawaran melainkan tantangan agar orang memilih setia dan mau belajar dari hikmat supaya menikmati hidup yang berkemenangan dan memuaskan (11). Membiarkan diri dibujuk rayu oleh kebebalan atau memilih jalan pintas untuk kesenangan akan berujung pada kebinasaan (18).
Memang hidup selalu diperhadapkan dengan pilihan. Namun ketika kita membandingkan pilihan-pilihan itu dengan saksama dalam terang hikmat Tuhan, maka hanya akan ada satu pilihan saja yaitu berpaut pada Tuhan, sumber hikmat. Karena hanya dengan hikmat Tuhan saja, hidup akan mendapatkan kesejatian dan kepuasannya. Di luar Tuhan, hidup ini hanya spekulasi-spekulasi tanpa pengharapan jelas, hanya kenikmatan sesaat tanpa kepuasan sejati dalam kekudusan yang bermakna.
SH: Ams 9:1-18 - Pilih mana? (Senin, 26 September 2011) Pilih mana?
Ada lagu Sekolah Minggu mengenai dua jalan: yang satu lebar, yang lain sempit. Gambaran tentang jalan ada di pasal sebelumnya dalam nasih...
Pilih mana?
Ada lagu Sekolah Minggu mengenai dua jalan: yang satu lebar, yang lain sempit. Gambaran tentang jalan ada di pasal sebelumnya dalam nasihat sang ayah kepada si anak agar memilih jalan yang benar dan tidak memilih jalan yang menuju maut. Jalan-jalan tersebut mewakili perjalanan kehidupan.
Nas hari ini merupakan klimaks dari Amsal 1-9, yang memberikan kejelasan mengenai dua jalan yang dimaksud. Kita melihat dua perempuan yang berseru, perempuan Hikmat dan perempuan Bebal. Hikmat mendirikan rumah megah dengan tujuh tiang (1), ini menggambarkan kekokohan. Hikmat akan mengadakan pesta besar (2). Lalu dia mengirim pelayan-pelayannya untuk berseru-seru di atas di tempat tempat yang tinggi di kota, guna mengumandangkan undangan kepada orang-orang di sana (3). Hikmat mengundang orang yang tidak berpengalaman dan yang tidak berakal budi untuk datang menyantap hidangannya (4-5) supaya mereka membuang kebodohan, lalu hidup dan mengikuti jalan pengertian (6).
Kemudian perempuan Bebal diperkenalkan dengan sebutan cerewet, tidak berpengalaman, dan tidak tahu malu (13). Seperti Hikmat, dia juga memanggil orang yang lalu lalang dari tempat yang tinggi (14). Ia juga mengundang orang yang sama, yang diundang oleh Hikmat, yaitu orang yang tidak berpengalaman dan yang tidak berakal budi (16, bnd. 4). Namun berbeda dengan Hikmat, perempuan Bebal menyediakan air curian dan makanan yang dimakan secara sembunyi-sembunyi (17). Orang yang memilih untuk menyantap hidangannya akan menuju kematian (18).
Kedua perempuan itu mewakili dua jalan yang harus dipilih. Keduanya menawarkan persekutuan. (Dengan demikian Hikmat bukan hanya merupakan personafikasi dari Hikmat Yahweh tetapi merupakan personifikasi dari Yahweh sendiri). Orang-orang yang diundang harus memutuskan siapa yang mereka pilih. Jika mereka memilih mengikuti jalan Allah, mereka akan beroleh hidup (6); tetapi jika memilih ilah, mereka akan beroleh kematian (18). Jika Anda diminta memilih, jalan mana yang akan Anda pilih?
SH: Ams 9:1-18 - Hikmat versus Kebodohan (Jumat, 12 Agustus 2022) Hikmat versus Kebodohan
Dunia selalu berada dalam dua sisi yang saling kontras. Kebaikan kontras dengan kejahatan. Kekayaan kontras dengan kemiskinan...
Hikmat versus Kebodohan
Dunia selalu berada dalam dua sisi yang saling kontras. Kebaikan kontras dengan kejahatan. Kekayaan kontras dengan kemiskinan. Kejujuran kontras dengan kebohongan. Keadilan kontras dengan ketidakadilan. Kebijakan kontras dengan kebodohan. Namun, di balik realitas ini, kita mempunyai kemampuan untuk memilih. Apakah kita akan memilih hikmat atau kebebalan?
Kali ini, Amsal menuliskan kontras antara hikmat dengan kebebalan. Perempuan hikmat membangun rumah dengan baik, sedangkan perempuan bebal tidak tahu malu dan tidak berpengalaman (1, 13). Perempuan hikmat menyiapkan bahan makanan sendiri, sedangkan perempuan bebal menyajikan makanan curian (5, 17). Perempuan hikmat memberikan hidup, sedangkan perempuan bebal membawa kepada kematian (6, 18). Perempuan bebal tidak menyukai nasihat, mencela pemberi nasihat, bahkan membenci sang pemberi nasihat (7); sedangkan, perempuan hikmat mencintai pemberi nasihat, berusaha menjadi lebih baik, pengetahuannya bertambah, dan umurnya diperpanjang (8-9).
Hikmat Allah selalu menuntun kepada kebaikan, sedangkan kebodohan dunia menuntun kepada keburukan-keburukan. Artinya, kebenaran Allah dan dunia selalu bersifat bertentangan. Kebenaran dunia memusuhi kebenaran Allah, demikian sebaliknya, kebenaran Allah adalah musuh bagi dunia.
Sebagai anak Tuhan, kita meyakini bahwa kebenaran Allah berkuasa mengatasi kebenaran dunia. Kita harus meyakininya dengan sungguh-sungguh dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita dapat membuktikan mana yang lebih terverifikasi dalam kehidupan: kebenaran Allah atau kebenaran dunia? Sebagai agen-agen hikmat Allah, kita harus memberikan perspektif kepada dunia mengenai hikmat Allah dalam segala lapangan kehidupan, agar visi misi Yesus yang tertulis dalam Doa Bapa Kami, "Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga" dapat terjadi sekarang ini. Kita meyakini, hikmat Allah pasti menjadikan segala sesuatu lebih baik dan lebih indah. [YGM]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Amsal (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL...
Penulis : Salomo dan Orang Lain
Tema : Hikmat untuk Hidup dengan Benar
Tanggal Penulisan: Sekitar 970-700 SM
Latar Belakang
PL Ibrani secara khusus terbagi atas tiga bagian: Hukum, Kitab Para Nabi, dan Tulisan-Tulisan (bd. Luk 24:44). Termasuk dalam bagian ketiga ialah kitab-kitab Syair dan Hikmat seperti Ayub, Mazmur, Amsal, dan Pengkhotbah. Demikian pula, Israel kuno mempunyai tiga golongan hamba Tuhan: para imam, para nabi, dan para bijak ("orang berhikmat"). Kelompok orang bijak khususnya dikaruniai hikmat dan nasihat ilahi mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis dan filosofis. Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan.
Istilah Ibrani _mashal_, yang diterjemahkan "amsal", bisa berarti "ucapan" orang bijak, "perumpamaan", atau "peribahasa berhikmat". Karena itu ada beberapa ajaran (ucapan orang bijak) yang agak panjang dalam kitab ini (mis. Ams 1:20-33; Ams 2:1-22; Ams 5:1-14), dan juga aneka pernyataan ringkas yang menggugah berisi hikmat untuk hidup dengan bijaksana dan benar. Sedangkan kitab Amsal menyajikan suatu bentuk pengajaran berupa amsal yang umum dipakai di Timur Dekat zaman dahulu, hikmatnya itu khusus karena disajikan dalam konteks Allah dan semua standar kebenaran-Nya bagi umat perjanjian Allah. Alasan-alasan popularitas pengajaran berupa amsal pada zaman kuno ialah kejelasannya dan sifat mudah dihafalkan dan disampaikan kepada angkatan berikutnya.
Sebagaimana Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian Salomo menjadi sumber tradisi hikmat (lih. Ams 1:1; Ams 10:1; Ams 25:1). Menurut 1Raj 4:32, Salomo menghasilkan 3000 amsal dan 1005 kidung semasa hidupnya. Penulis lain yang disebutkan dalam Amsal adalah Agur (Ams 30:1-33) dan Raja Lemuel (Ams 31:1-9), keduanya tidak kita kenal. Penulis-penulis lain disebut secara tak langsung dalam Ams 22:17 dan Ams 24:23. Sekalipun sebagian besar Amsal ini digubah pada abad ke-10 SM, waktu terdini yang mungkin bagi selesainya penyusunan kitab ini adalah masa pemerintahan Hizkia (yaitu sekitar 700 SM). Keterlibatan para pegawai Hizkia dalam menyusun amsal-amsal Salomo (Ams 25:1--29:27) dapat diberi tanggal tahun 715-686 SM sementara masa kebangunan rohani yang dipimpin raja yang takut akan Allah ini. Sangat mungkin amsal-amsal gubahan Agur, Lemuel, dan "amsal-amsal dari orang bijak" lainnya terkumpul juga pada waktu itu.
Tujuan
Tujuan kitab ini dinyatakan dengan jelas dalam Ams 1:2-7: memberi hikmat dan pengertian mengenai perilaku yang bijak, kebenaran, keadilan, dan kejujuran (Ams 1:2-3) sehingga
- (1) orang yang tidak berpengalaman dapat menjadi orang bijak (Ams 1:4),
- (2) kaum muda dapat memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan (Ams 1:4), dan
- (3) orang bijak bisa menjadi lebih bijak lagi (Ams 1:5-6).
Sekalipun Amsal pada hakikatnya adalah buku pedoman hikmat untuk hidup dengan benar dan bijaksana, landasan yang diperlukan oleh hikmat tersebut dinyatakan dengan jelas sebagai "takut akan Tuhan" (Ams 1:7).
Survai
Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar", sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir kepada semua bidang kehidupan. Hikmat dalam Amsal ini
- (1) memberi nasihat mengenai keluarga, kaum muda, kemurnian seksual, kesetiaan hubungan pernikahan, kejujuran, kerja keras, kemurahan, persahabatan, keadilan, kebenaran, dan disiplin;
- (2) memperingatkan mengenai bodohnya dosa, pertengkaran, bahaya lidah, kebebalan, minuman keras, kerakusan, nafsu, kebejatan, kebohongan, kemalasan, teman-teman yang tidak baik;
- (3) membandingkan kebijaksanaan dengan kebodohan, orang benar dengan orang fasik, kesombongan dengan kerendahan hati, kemalasan dengan kerajinan, kemiskinan dan kekayaan, kasih dan hawa nafsu, benar dan salah, serta kematian dan kehidupan.
Walaupun kitab ini, seperti Mazmur, tidak dapat diringkas dengan mudah seperti kitab lainnya dalam Alkitab, terdapat struktur yang jelas (lih. Garis Besar); secara khusus hal ini berlaku dalam pasal 1-9 (Ams 1:1--9:18) yang berisi 13 ajaran sebagaimana akan diberikan oleh seorang ayah kepada putranya bila memasuki usia remaja. Terkecuali tiga ajaran (lih. Ams 1:30; Ams 8:1; Ams 9:1), masing-masing diawali dengan "hai, anakku" atau "hai, anak-anakku." Ke-13 ajaran ini berisi banyak titah hikmat yang penting bagi kaum muda. Mulai dengan pasal 10 (Ams 10:1-32) Amsal berisi pengarahan penting mengenai hubungan keluarga (mis. Ams 10:1; Ams 12:4; Ams 17:21,25; Ams 18:22; Ams 19:14,26; Ams 20:7; Ams 21:9,19; Ams 22:6,28; Ams 23:13-14,22,24-25; Ams 25:24; Ams 27:15-16; Ams 29:15-17; Ams 30:11; Ams 31:10-31). Sekalipun Amsal adalah kitab yang isinya sangat praktis, kitab ini juga berisi pandangan yang dalam tentang Allah. Allah adalah perwujudan hikmat (mis. Ams 8:22-31) dan Pencipta (mis. Ams 3:19-20; Ams 8:22-31; Ams 14:31; Ams 22:2); Allah digambarkan sebagai mahatahu (mis. Ams 5:21; Ams 15:3,11; Ams 21:2), adil (mis. Ams 11:1; Ams 15:25-27,29; Ams 19:17; Ams 21:2-3), dan berdaulat (mis Ams 16:9,33; Ams 19:21; Ams 21:1). Amsal ditutup dengan sebuah pujian mengesankan bagi seorang istri yang berbudi luhur (Ams 31:10-31).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Hikmat, bukannya dikaitkan dengan kepandaian atau pengetahuan yang luas, tetapi dihubungkan langsung dengan "takut akan Tuhan" (Ams 1:7); jadi orang berhikmat adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ditekankan berulang-ulang dalam kitab ini (Ams 1:7,29; Ams 2:5; Ams 3:7; Ams 8:13; Ams 9:10; Ams 10:27; Ams 14:26-27; Ams 15:16,33; Ams 16:6; Ams 19:23; Ams 22:4; Ams 23:17; Ams 24:21).
- (2) Sebagian besar nasihat bijaksana dalam Amsal ini adalah dalam bentuk nasihat seorang ayah yang saleh kepada anak atau anak-anaknya.
- (3) Inilah kitab yang paling praktis dalam PL karena menyentuh lingkup prinsip-prinsip dasar yang luas untuk hubungan dan perilaku hidup sehari-hari yang benar -- prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kepada semua angkatan dan kebudayaan.
- (4) Hikmat praktis, ajaran saleh, dan prinsip-prinsip hidup mendasar disajikan dalam bentuk pernyataan singkat dan mengesankan yang mudah dihafalkan dan diingat oleh kaum muda sebagai garis pedoman bagi hidup mereka.
- (5) Keluarga menduduki tempat penting yang menentukan dalam Amsal, bahkan seperti dalam perjanjian Allah dengan Israel (bd. Kel 20:12,14,17; Ul 6:1-9). Dosa-dosa yang melanggar maksud Allah bagi keluarga disingkapan secara khusus dan diberi peringatan.
- (6) Ciri sastra yang menonjol dalam amsal-amsal ialah banyak menggunakan bahasa kiasan yang hidup (mis. simile dan metafora), perbandingan dan perbedaan, ajaran singkat, dan pengulangan.
- (7) Istri dan ibu bijaksana yang digambarkan pada akhir kitab (pasal 31; Ams 31:1-31) adalah unik dalam sastra kuno karena
pandangannya yang tinggi dan mulia tentang seorang wanita bijak.
- (8) Nasihat berhikmat dalam Amsal merupakan pendahulu PL bagi banyak nasihat praktis yang terdapat dalam surat-surat PB.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Hikmat diwujudkan dalam pasal 8 (Ams 8:1-36) dengan cara yang mirip dengan perwujudan _logos_ ("Firman") dalam kitab Yohanes (Yoh 1:1-18). Hikmat itu
- (1) ikut terlibat dalam penciptaan (Ams 3:19-20; Ams 8:22-31),
- (2) terkait dengan asal-usul kehidupan biologis dan rohani (Ams 3:19; Ams 8:35),
- (3) dapat diterapkan pada hidup yang benar dan bermoral (Ams 8:8-9), dan
- (4) tersedia bagi mereka yang mencarinya (Ams 2:1-10; Ams 3:13-18; Ams 4:7-9; Ams 8:35-36). Hikmat Amsal diungkapkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus, yang "lebih daripada Salomo" (Luk 11:31), yang "telah menjadi hikmat bagi kita" (1Kor 1:30) dan yang "di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kol 2:3).
Full Life: Amsal (Garis Besar) Garis Besar
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1...
Garis Besar
- I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7) - II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18) - A. Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9) - B. Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19) - C. Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33) - D. Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22) - E. Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35) - F. Hikmat Sebagai Harta Keluarga
(Ams 4:1-13,20-27) - G. Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19) - H. Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14) - I. Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23) - J. Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19) - K. Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27) - L. Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36) - M. Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18) - III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16) - A. Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33) - B. Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16) - IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34) - V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27) - A. Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28) - B. Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27) - VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31) - A. Oleh Agur
(Ams 30:1-33) - B. Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9) - C. Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
Matthew Henry: Amsal (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang kita dapati,
I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengataka...
- Di hadapan kita sekarang kita dapati,
- I. Seorang penulis baru, atau lebih tepatnya seorang juru tulis, atau sebuah pena (kalau Anda mau mengatakan demikian) yang dipakai oleh Roh Kudus untuk mengungkapkan pikiran Allah kepada kita, yang menulis sebagaimana ia digerakkan oleh tangan Allah (begitulah Roh Allah disebut). Orang ini adalah Salomo. Melalui tangannya jadilah kitab suci ini dan dua kitab yang mengikutinya, Pengkhotbah dan Kidung Agung, sebuah khotbah dan sebuah kidung. Menurut pendapat sebagian orang, Salomo menulis Kidung Agung ketika masih sangat muda, Amsal ketika paruh baya, dan Pengkhotbah ketika sudah tua. Dalam judul Kidung Agungnya, ia hanya menyebut dirinya sebagai Salomo, mungkin karena ia menulisnya sebelum naik takhta, ketika dipenuhi oleh Roh Kudus pada waktu muda. Dalam judul Amsalnya, ia menyebut dirinya sebagai Salomo bin Daud, raja Israel, sebab pada waktu itu ia memerintah atas seluruh Israel. Dalam judul Pengkhotbahnya, ia menyebut dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem, karena mungkin pada waktu itu pengaruhnya atas suku-suku yang jauh sudah berkurang, dan pemerintahannya terbatas di sekitar Yerusalem. Mengenai penulis ini, kita dapat mengamati,
- 1. Bahwa ia adalah seorang raja, dan anak raja. Sebagian besar penulis kitab suci, sampai sejauh ini, merupakan orang-orang yang berkedudukan tinggi di dunia, seperti Musa dan Yosua, Samuel dan Daud, dan sekarang Salomo. Namun, sesudahnya, penulis-penulis yang penuh ilham pada umumnya adalah nabi-nabi yang miskin, orang-orang yang tidak terpandang di dunia, karena pembabakan baru yang kian mendekat. Dalam pembabakan ini Allah akan memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat dan yang kuat, dan orang miskin harus dipekerjakan untuk memberitakan Injil. Salomo adalah seorang raja yang kaya raya, dan kekuasaannya sangatlah luas, raja nomor wahid. Namun demikian, ia bergemar dalam mempelajari perkara-perkara ilahi, dan merupakan seorang nabi dan anak nabi. Bukanlah suatu penghinaan bagi raja-raja dan penguasa-penguasa besar di dunia untuk mengajarkan agama dan hukum-hukumnya kepada orang-orang di sekitar mereka.
- 2. Bahwa ia adalah seorang yang dikaruniai Allah dengan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa, sebagai jawaban atas doa-doanya pada waktu ia naik takhta. Doanya itu patut dicontoh: “Berilah aku hikmat dan pengertian.” Jawaban untuk doa itu membesarkan hati: ia mendapatkan apa yang diinginkanya dan semua hal lain ditambahkan kepadanya. Sekarang di sini kita mendapati bagaimana ia memanfaatkan dengan baik hikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Ia tidak hanya mengatur dirinya sendiri dan kerajaannya dengan hikmat itu, tetapi memberikan aturan-aturan hikmat kepada orang lain juga, dan meneruskannya kepada angkatan berikutnya. Demikian pulalah kita harus mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada kita, sesuai dengan apa talenta-talenta itu.
- 3. Bahwa ia adalah orang yang tidak luput dari kesalahan, dan menjelang akhir hidupnya berpaling dari jalan-jalan Allah yang baik itu, yang kepadanya dia mengarahkan orang lain dalam kitab ini. Kita bisa membaca kisahnya dalam 1 Raja-raja 11, dan sungguh merupakan kisah yang sedih, bahwa penulis kitab seperti ini sampai murtad seperti yang diperbuatnya. Janganlah kabarkan itu di Gat. Tetapi biarlah dari sini orang-orang penting yang tersohor berjaga-jaga agar tidak sombong atau merasa aman-aman. Biarlah kita semua belajar untuk tidak menganggap buruk ajaran-ajaran yang baik meskipun kita mendapatkannya dari orang-orang yang hidupnya tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka ajarkan sendiri.
- II. Cara menulis yang baru, yang di dalamnya hikmat ilahi diajarkan kepada kita melalui amsal-amsal, atau kalimat-kalimat pendek, yang memuat seluruh maknanya secara sendiri-sendiri dalam setiap kalimat dan tidak berhubungan satu sama lain. Sebelumnya kita sudah mendapati hukum-hukum, sejarah-sejarah, dan nyanyian-nyanyian ilahi, dan sekarang amsal-amsal ilahi. Seperti itulah beragam cara yang telah dipakai oleh Hikmat Tak Terbatas untuk mengajar kita, supaya, karena tidak satu pun batu yang tidak dibalik untuk membawa kebaikan bagi kita, kita tidak dapat berdalih jika kita binasa dalam kebodohan kita. Mengajar dengan amsal merupakan,
- 1. Cara mengajar di zaman kuno. Ini merupakan cara yang paling kuno di antara orang-orang Yunani. Setiap orang dari tujuh orang bijak Yunani mempunyai semacam satu pepatah yang di dalamnya terkandung nilai mengenai dirinya sendiri, dan yang membuatnya tersohor. Pepatah-pepatah itu digoreskan pada tiang-tiang, dan dipuja-puja dengan begitu rupa sampai orang mengatakannya turun dari sorga. A cœlo descendit, Gnothi seauton – Kenalilah dirimu sendiri adalah perintah yang turun dari sorga.
- 2. Cara mengajar yang jelas dan mudah, yang tidak membutuhkan banyak usaha besar dari guru maupun murid, dan juga tidak memeras otak serta ingatan mereka. Ungkapan-ungkapan yang panjang dan argumentasi-argumentasi yang sukar harus menguras pikiran yang menyusunnya maupun yang harus memahaminya, sedangkan sebuah amsal, yang menyampaikan pengertian sekaligus buktinya dalam kalimat singkat, cepat ditangkap dan diikuti, dan mudah diingat. Baik ibadah-ibadah Daud maupun ajaran-ajaran Salomo singkat tetapi padat. Cara pengungkapan seperti ini dapat dicontoh oleh orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus, baik dalam berdoa maupun berkhotbah.
- 3. Cara mengajar yang bermanfaat, dan secara menakjubkan memenuhi apa yang ingin dicapai. Kata mashal, yang di sini digunakan untuk amsal, berasal dari kata yang berarti memerintah atau mempunyai kekuasaan, karena kekuatan dan pengaruh yang berkuasa yang dimiliki pepatah-pepatah bijak dan berbobot atas anak-anak manusia. Barangsiapa mengajar dengan peribahasa berarti dominatur in concionibus – menguasai para pendengarnya. Mudah untuk mengamati bagaimana dunia diatur oleh amsal. Perkataan seperti peribahasa orang tua-tua (1Sam. 24:14), atau (sebagaimana yang biasa kita katakan) seperti kata pepatah, amat berpengaruh dalam membentuk gagasan-gagasan kebanyakan orang dan membulatkan tekad-tekad mereka. Banyak dari hikmat orang-orang zaman dulu diteruskan kepada keturunan mereka melalui amsal. Sebagian orang berpendapat bahwa kita bisa menilai sifat dan tabiat sebuah bangsa melalui ciri-ciri peribahasa rakyatnya. Amsal dalam percakapan adalah seperti aksioma (pernyataan yang dianggap benar – pen.) dalam filsafat, seperti maksim (kebenaran umum – pen.) dalam hukum, dan dalil dalam matematika, yang tidak dibantah siapa pun, tetapi yang berusaha diuraikan semua orang agar hal-hal tersebut berpihak kepada mereka. Namun, ada banyak amsal yang bobrok, yang cenderung merusak pikiran manusia dan mengeraskan mereka di dalam dosa. Iblis mempunyai pepatah-pepatahnya sendiri, dan dunia serta kedagingan juga mempunyai pepatah-pepatah mereka sendiri, yang mencerminkan penghinaan terhadap Allah dan agama (seperti dalam Yehezkiel 12:22; 18:2). Agar kita waspada terhadap pengaruh-pengaruh jahatnya, Allah juga mempunyai pepatah-pepatah-Nya sendiri, yang kesemuanya bijak dan baik, dan bertujuan menjadikan kita demikian. Amsal-amsal Salomo ini bukanlah sekadar kumpulan kata-kata bijak yang sudah disampaikan sebelumnya, sebagaimana sebagian orang menyangkanya, melainkan apa yang diungkapkan oleh Roh Allah kepada Salomo. Yang pertama-tama dari amsal ini (1:7) selaras dengan apa yang sudah difirmankan Allah kepada manusia pada mulanya (Ayb. 28:28, sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat). Karena itu, walaupun Salomo orang besar, dan namanya merupakan jaminan mutu bagi tulisan-tulisannya seperti nama orang-orang besar lain, namun, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Allahlah, melalui Salomo, yang di sini berbicara kepada kita. Saya katakan, kepada kita. Sebab amsal-amsal ini ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan, ketika Salomo berbicara kepada anaknya, nasihat itu dikatakan berbicara kepada kita seperti kepada anak-anak (Ibr. 12:5). Sama seperti tidak ada kitab yang begitu bermanfaat bagi ibadah-ibadah kita seperti mazmur-mazmur Daud, demikian pula tidak ada kitab yang begitu bermanfaat untuk mengatur segala perilaku kita dengan benar seperti amsal-amsal Salomo. Seperti yang dikatakan Daud tentang perintah-perintah Allah, amsal-amsal Salomo itu teramat sangat luas. Dalam kalimat-kalimat pendek, amsal-amsalnya berisi kumpulan lengkap perkara-perkara ilahi yang berkaitan dengan etika, politik, dan ekonomi, dengan menyingkapkan setiap kejahatan, memuji setiap kebaikan, dan menyarankan pedoman-pedoman untuk mengatur diri kita dalam setiap hubungan dan keadaan, dan dalam setiap alur pembicaraan. Uskup Hall, seorang cendekiawan, menarik sebuah ajaran filsafat moral dari Amsal dan Pengkhotbah Salomo ini. Sembilan pasal pertama dari kitab Amsal ini dianggap sebagai pendahuluan, yang menasihati kita agar mempelajari dan melaksanakan aturan-aturan hikmat, dan memperingatkan kita terhadap perkara-perkara yang akan menghalang-halangi kita dalam melakukannya. Jadi, di sini kita mendapati jilid pertama dari amsal-amsal Salomo dalam pasal Amsal 10-24. Setelah itu jilid kedua, pasal 25-29. Kemudian nubuatan Agur, pasal 30, dan nubuatan Lemuel, pasal 31. Maksud dari kesemuanya ini satu dan sama, untuk mengarahkan kita agar mengatur perilaku hidup kita dengan baik sehingga pada akhirnya kita dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan. Komentar terbaik untuk aturan-aturan ini adalah dengan diatur olehnya.