Topik : Kehidupan Kekal

18 Desember 2002

Pulang

Nats : Tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah (1Korintus 4:5)
Bacaan : 1Korintus 4:1-5

Sepasang utusan Injil senior yang telah melayani Allah selama 50 tahun di sebuah desa terpencil di Afrika, memutuskan untuk kembali ke AS dan memasuki masa pensiun. Namun ketika mereka tiba, tak seorang pun menyambut mereka karena terjadi kesalahpahaman di kantor utusan Injil itu. Tak ada yang membantu membawakan barang-barang bawaan mereka, apalagi sampai mengantar ke rumah. Itu sebabnya utusan Injil itu mengeluh kepada istrinya, "Setelah berpuluh tahun kita pergi, tak seorang pun peduli ketika kita kembali."

Kepahitan yang dirasakan pria itu terus berkembang ketika mereka mulai menempati rumah baru mereka. Istrinya, yang telah muak mendengar keluhan sang suami menyarankan agar ia membawa masalah ini kepada Allah. Akhirnya, sang suami masuk kamar dan memberi waktunya untuk berdoa. Saat ia keluar dari kamar, wajahnya tampak berbeda, sehingga sang istri penasaran dan bertanya apa yang terjadi.

Ia menjawab, "Aku berkata kepada Allah bahwa aku sudah pulang dan tak seorang pun peduli." "Lalu apa yang Allah katakan?" tanya istrinya. "Dia berkata, ‘Kamu memang belum pulang ke Rumahmu yang sejati’."

Mungkin Anda juga telah melayani selama bertahun-tahun di sebuah tempat di mana tak seorang pun memperhatikan atau mempedulikan apa yang telah Anda perbuat. Namun, Allah senantiasa melihat dan peduli. Suatu hari kelak, ketika kita tiba di rumah abadi kita, "Tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah" (1 Korintus 4:5). Sementara kita ada di dunia ini, tetaplah setia (ayat 2) –David Roper

25 Februari 2003

Ya atau Tidak?

Nats : Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus (Yohanes 17:3)
Bacaan : Yohanes 5:24-40

Seandainya Allah memberikan kuis tentang kekristenan kepada mereka yang mengaku sebagai orang percaya, banyak yang akan memperoleh nilai baik. Mereka dapat menjawab "ya, benar" untuk pertanyaan seperti: Apakah Kristus mati bagi dosa-dosa Anda? Apakah Dia bangkit dari kematian? Apakah Dia akan datang kembali ke dunia?

Pendeta sekaligus penulis Bruce Larson mengatakan bahwa dari kecil ia dididik untuk menerima doktrin alkitabiah yang demikian. Namun akhirnya ia merasa Allah mengajukan beberapa pertanyaan baru: 1. Akankah kau mempercayai-Ku dengan segenap hidupmu, ya atau tidak? 2. Akankah kau menyerahkan diri pada gereja-Ku, ya atau tidak? 3. Akankah engkau melayani-Ku melalui hubunganmu dengan sesama, ya atau tidak? Hanya jika Larson menjawab 'ya' atas pertanyaan-pertanyaan ini maka Allah benar-benar nyata dalam hidupnya.

Kepada imam-imam kepala di zaman-Nya, Yesus berkata, "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu" (Yohanes 5:39,40). Dengan kata lain Yesus berkata, "Kau dapat mengetahui semua fakta Kitab Suci, tetapi kau tidak mempercayai-Ku."

Anda mungkin mengetahui berbagai kebenaran dalam firman yang tertulis, tetapi sudahkah Anda mengatakan 'ya' kepada Kristus, Firman yang Hidup? Jika belum, lakukan sekarang juga. Yesus akan mengubah pengetahuan Anda dengan pengetahuan baru yang mampu mengubah hidup --Joanie Yoder

23 Oktober 2003

Hidup Setelah Kematian

Nats : Setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini? (Yohanes 11:26)
Bacaan : Yohanes 11:1-44

Bill, suami saya yang terkasih, meninggal karena kanker dalam usia 48 tahun. Pada suatu pagi yang masih diliputi kedukaan, saya membaca Yohanes 11, yang menceritakan bahwa Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian. Saya diteguhkan oleh dua kebenaran dalam perkataan Yesus kepada para murid-Nya dalam perjalanan ke kubur Lazarus.

Kebenaran pertama dinyatakan saat Yesus mengatakan Lazarus tertidur dan Dia akan membangunkannya (ayat 11-14). Murid-murid-Nya lalu berkata, "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh." Yesus menjawab, "Lazarus sudah mati." Dengan mengatakan Dia akan membangunkan Lazarus, saya yakin, Dia bermaksud mengajar mereka dengan lembut agar tidak takut terhadap kematian, dan menganggap kematian itu seperti tidur. Karena kuasa-Nya, membangkitkan seseorang dari kubur itu sama seperti membangunkan seseorang dari tidur.

Saya melihat kebenaran yang kedua dalam pernyataan Yesus kepada Marta, "Barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya" (ayat 25,26). Tentu saja orang-orang percaya tidak terhindar dari kematian fisik. Namun, Yesus berjanji mereka akan hidup selamanya. Sebagai 'kebangkitan dan hidup', kelak Dia akan "membangunkan" tubuh mereka. Kuasa-Nya untuk melakukan hal itu ditunjukkan saat Dia membangkitkan Lazarus (ayat 43,44).

Saat seseorang yang kita kasihi pergi untuk tinggal bersama Yesus, janji-janji ini memberikan penghiburan dan jaminan bagi kita --Joanie Yoder

18 April 2004

Hidup Kita di Surga

Nats : Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya (Wahyu 22:3)
Bacaan : Wahyu 22:1-5

Kata-kata berikut ini terukir pada sebuah batu nisan: “Janganlah menangisi aku sekarang, janganlah menangisi aku nanti; karena aku tidak akan melakukan apa pun lagi untuk selamanya”. Sebagian orang menganggap surga adalah tempat yang membosankan. Yang lainnya berharap bahwa setelah bertahun-tahun bekerja keras, mereka tak ingin melakukan apa pun di surga—surga adalah tempat pensiun terakhir!

Memang benar, di surga kita akan beristirahat dari pekerjaan duniawi (Wahyu 14:13), tetapi bukan berarti di sana tidak ada aktivitas. Ketika Yohanes mendapat penglihatan tentang Yerusalem Baru dengan takhta Allah dan Anak Domba, yang penuh dengan umat tebusan Allah, ia menyatakan dengan jelas, “Hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya” (22:3).

Jika kita mengenal Kristus sebagai Juruselamat, kita akan dibangkitkan oleh kuasa-Nya untuk melayani Dia di surga. Kita akan melayani-Nya dengan setengah hati atau hanya sewaktu-waktu, seperti yang sering kita lakukan kini. Sebaliknya, kita akan terus melayani dengan antusias (7:15). Kita akan bersekutu bersama Allah secara kreatif dengan cara yang tak terbayangkan, tanpa takut akan kemerosotan fisik dan kematian (21:4). Kita akan menjalani kekekalan dengan penuh sukacita oleh kasih penebusan Allah dan mengalami kebahagiaan tiada akhir di sisi kanan-Nya (Mazmur 16:11).

Surga bukan tempat membosankan di mana kita melakukan apa-apa. Surga adalah tempat di mana kita akan memandang wajah Kristus sambil melayani-Nya dengan sukacita untuk selamanya! —Joanie Yoder

14 Juni 2004

Terangkat

Nats : Terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan (2 Korintus 5:8)
Bacaan : 2 Korintus 5:1-8

Joseph Parker (1830-1902) adalah seorang pengkhotbah berkebangsaan Inggris yang terkasih. Ketika istrinya meninggal, ia tidak membuat tulisan yang umum dipakai pada batu nisan makam istrinya. Ia tidak mencantumkan kata meninggal yang diikuti dengan tanggal kematian istrinya, tetapi ia lebih memilih kata terangkat.

Parker menemukan penghiburan luar biasa setiap kali teringat bahwa meski tubuh istrinya telah dikuburkan, Bu Parker yang “sesungguhnya” telah berpindah ke surga dan masuk dalam hadirat Juruselamatnya. Ketika Parker sendiri meninggal, para sahabatnya memastikan bahwa di batu nisannya tertulis:

Terangkat 28 November 1902

Apabila orang percaya yang terkasih meninggal, atau kita sendiri mengalami proses kematian, ada penghiburan luar biasa saat mengetahui fakta bahwa kita “beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan” (2 Korintus 5:8).

Bagi kita, kematian bukanlah perjalanan gelap tanpa tujuan yang jelas. Kematian juga bukan perjalanan sunyi menuju tempat yang asing dan tanpa teman. Kematian adalah sebuah transisi yang penuh kemuliaan dari berbagai pencobaan di bumi menuju sukacita surgawi, tempat kita akan dipersatukan kembali dengan orang yang kita kasihi di dalam Kristus yang telah meninggal sebelumnya. Dan yang paling indah, kita akan menikmati hadirat Tuhan kita selamanya.

Ya, manakala seorang percaya meninggal dunia, tubuhnya memang dikuburkan, tetapi jiwanya tidak. Jiwanya terangkat! —Richard De Haan

5 September 2004

Siapakah "setiap Orang" Itu?

Nats : Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16)
Bacaan : Yohanes 3:14-21

Henry Moorhouse suka sekali mengkhotbahkan Yohanes 3:16. Ketika membahas kata setiap orang, ia menekankan bahwa siapa saja termasuk di dalam kata itu. Menurutnya, istilah itu menyatakan dengan jelas bahwa semua orang dan setiap orang yang percaya kepada Kristus akan diselamatkan.

Ia merasa gembira karena yang tertulis dalam Yohanes 3:16 adalah kata setiap orang, bukan nama Henry Moorhouse. Jika nama itu tertera di sana, mungkin ia tidak yakin itu adalah namanya. Ia memberi penjelasan bagaimana ia dapat berkesimpulan seperti itu:

"Suatu kali saya membeli sebuah mesin ketik. Tetapi kemudian terjadi kekeliruan. Mesin ketik itu dikirim ke orang lain yang juga bernama Henry Moorhouse di alamat yang berbeda. Jika Yohanes 3:16 mengatakan bahwa Allah mengasihi Henry Moorhouse, bisa jadi orang tersebut adalah Henry Moorhouse yang lain. Tetapi karena di sana dikatakan 'setiap orang', pasti tidak akan ada kesalahan!" Ia dapat merasa yakin bahwa ia termasuk di dalamnya.

Ya, setiap orang meliputi semua orang. Jika Anda telah beriman kepada Kristus, bersyukurlah kepada-Nya atas keselamatan Anda. Jika belum, berimanlah kepada Kristus saat ini juga dan terimalah karunia hidup kekal-Nya beserta semua berkat yang menyertainya, yakni pembebasan dari hukuman, pengampunan dosa, perdamaian dengan Allah, dan janji akan surga.

Siapakah yang termasuk dalam frase "setiap orang" itu? Saya. Anda. Semua orang dan siapa saja. Itulah "setiap orang"! --Richard De Haan

16 Oktober 2004

Senang Tiba di Rumah!

Nats : Di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang (Ibrani 13:14)
Bacaan : Wahyu 21:1-5

Selama musim dingin, kondisi yang dikenal sebagai whiteout (badai salju yang mengaburkan pandangan) kadang kala terjadi di sepanjang tepi Danau Michigan. Udara dipenuhi butiran salju sehingga jarak pandang Anda hanya beberapa senti ke depan. Anda benar-benar tak dapat berbuat apa-apa, apalagi jika Anda berkendaraan. Dan itulah yang kami alami pada suatu hari di bulan Desember yang sangat dingin.

Keluarga kami diundang untuk menikmati makan malam Natal di rumah saudara perempuan saya. Saat kami bergerak ke barat ke arah Danau Michigan, cuaca berubah menjadi tidak aman, tetapi kami berhasil mencapai tujuan. Namun dalam perjalanan pulang ke rumah setelah langit gelap, situasi berkembang menjadi semakin buruk. Jalan tol diselimuti es, lalu lintas bergerak sangat lambat, dan beberapa mobil terperosok ke dalam parit. Lalu tiba-tiba kami diselubungi whiteout singkat. Sungguh, suasana itu amat menakutkan. Setelah perjalanan yang lambat dan melelahkan itu, kami pun akhirnya tiba di Grand Rapids dan memasuki halaman rumah kami. Saya pikir semua anggota keluarga kami saat itu berkata, "Saya benar-benar senang tiba di rumah!"

Saya bertanya-tanya apakah kita nanti akan merasakan hal yang sama saat memasuki surga. Whiteout berbahaya dari perjalanan kita di dunia ini akan berakhir. Cobaan, stres, dan kegagalan akan kita tinggalkan. Namun yang terbaik dari semuanya itu, kita aman bersama Juruselamat kita.

Ya, kita akan merasa begitu senang saat tiba di rumah! --Dave Egner

26 Oktober 2004

Harta Karun yang Hilang

Nats : Juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga (Markus 10:21)
Bacaan : Markus 10:17-27

Don berjalan-jalan di jalur kereta api dan mencari-cari di kolong jembatan jalan tol. Ia tidak mencari harta karun yang hilang; ia mencari para tunawisma. Don bertemu Jake, yang sakit jiwa dan tinggal di sebuah gubuk tersembunyi. Kadang ia mampir untuk mengunjungi Jake dan memastikan bahwa ia tidak kedinginan dan punya makanan. Ia bercerita tentang Yesus kepada Jake karena ia ingin agar Jake menemukan "harta di surga".

Yesus berbicara tentang harta ini dengan seorang pemuda kaya yang bertanya kepada-Nya bagaimana caranya memperoleh hidup kekal. Yesus berkata, "Juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku" (Markus 10:21).

Yesus tidak mengajarkan bahwa kita harus meninggalkan kekayaan kita agar dapat Dia terima. Dengan usaha sendiri, kita tak akan pernah memperoleh hidup kekal. Dia menunjukkan kepada pemuda itu kebangkrutan rohaninya. Hatinya tertuju pada kekayaan, bukan kepada Yesus.

Kita mungkin tidak menyangka bahwa pemuda kaya dan tunawisma tadi punya banyak persamaan. Di mata Allah, keduanya bangkrut secara rohani. Kita semua pun demikian, kecuali jika kita memiliki Yesus.

Tak ada perbuatan baik untuk meraih hidup kekal, baik itu menolong orang tunawisma ataupun memberikan semua uang kita. Yesus ingin agar kita memberikan hati kita. Maka kita akan memperoleh harta sejati, harta di surga, dan kita akan berusaha untuk menolong orang lain --Anne Cetas

11 Agustus 2005

Mengapa Saya Mendesah?

Nats : Aku mulai putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari (Pengkhotbah 2:20)
Bacaan : Pengkhotbah 2:1-11

Menurut Guinness Book of World Records (Buku Rekor Dunia Guinness), ada seorang gadis kecil berusia 15 tahun yang menguap terus selama lima minggu di tahun 1888. Tidak dijelaskan secara rinci apa sebabnya.

Hal tersebut membuat saya bertanya-tanya mengapa kita menguap. Mengapa seseorang tiba-tiba membuka mulutnya lebar-lebar, menarik napas dalam-dalam, dan mendesah? Jawabannya adalah bahwa napas yang pendek, udara hangat yang terjebak, atau kegelisahan dapat mengurangi jumlah oksigen di dalam tubuh. Maka Pencipta-Perancang kita memperlengkapi kita dengan refleks tarikan napas dalam yang segera mengirimkan oksigen untuk menolong. Selain penjelasan teknis ini, gerakan menguap atau mendesah biasanya menandakan kegelisahan, kelelahan, atau kebosanan.

Selain itu ada pula desahan jiwa. Dengan membaca Pengkhotbah, seolah-olah kita dapat mendengar Salomo mendesah ketika ia mencoba berbagai hal untuk menemukan arti. Berulang kali rohnya bereaksi terhadap berbagai situasi, dengan seruan, Segala sesuatu adalah sia-sia. Segala sesuatu yang disentuhnya menghasilkan kehampaan (1:2; 2:11). Akhirnya ia menyadari bahwa tak ada sesuatu pun yang dapat memberi kepuasan selain takut akan Allah dan berpegang pada perintah-perintah-Nya (12:13).

Ya Tuhan, tolonglah diri kami untuk menyadari bahwa desahan kekecewaan kami terhadap kesenangan dan hal-hal dunia ini dimaksudkan untuk membawa kami kepada-Mu. Hanya Engkau sendirilah yang memberikan nilai kekal atas segala hal yang kami kejar MRD

8 Januari 2006

Allah Kita yang Kekal

Nats : [Yesus berkata,] "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya" (Yohanes 10:28)
Bacaan : 1Timotius 6:13-16

Pada suatu senja saya berdiri di buritan sebuah kapal feri yang sedang bergerak dari kota New York menyeberangi Sungai Hudson menuju New Jersey. Sewaktu struktur bangunan-bangunan tinggi di Manhattan lenyap dari pandangan, dalam benak saya tiba-tiba teringat kata-kata dalam sebuah puisi: "Semua ini akan binasa batu di atas batu, namun tidak demikian dengan kerajaan-Mu dan takhta-Mu."

Beberapa tahun kemudian, serangan teroris terhadap World Trade Center meninggalkan sebuah celah yang buruk di antara deretan gedung-gedung pencakar langit itu. Segala hal di dunia sekitar kita akan lenyap. Bunga-bunga yang indah akan layu dan mati. Bahkan pohon sequoia tinggi yang tumbuh di Kalifornia, yang telah bertahan terhadap cuaca selama berabad-abad, secara bertahap akan termakan oleh gerogotan gigi waktu.

Sama halnya dengan tubuh kita. Kita bertambah tua setiap hari dan kehilangan vitalitas masa muda. Hanya Allah yang memiliki keabadian di dalam diri-Nya, yang berarti Dia hidup selama-lamanya (1Timotius 6:16). Kebenaran sederhana ini harus dihadapi, tak ada sesuatu pun yang abadi-hanya Allah yang kekal.

Akan tetapi, oleh karena iman di dalam Yesus Kristus, kita dapat menerima hidup yang tidak akan pernah berakhir. Dia berjanji kepada kita, "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku ... dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa" (Yohanes 10:28,29) --VCG

22 Februari 2006

Tak Bisa Direbut

Nats : Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya (Yohanes 10:28)
Bacaan : Yohanes 10:25-39

Pada pertengahan tahun 1950-an, General Motors (GM) tidak hanya memajang mobil dalam pameran mereka. Pada suatu pameran yang diadakan di kota Miami, GM menampilkan pajangan yang terdiri dari satu juta lembar uang pecahan senilai satu dolar dan Hope Diamond, yaitu berlian biru yang paling besar di dunia.

Pada suatu sore, badai melanda kota tersebut, petir menyambar, dan listrik padam. Para pengemudi truk kemudian bergegas menghampiri pajangan khusus itu sambil membawa lampu senter dan membentuk lingkaran di sekeliling penjaga keamanan bersenjata yang sudah ada di sana. Berlian dan uang tunai itu kini aman dalam penjagaan dua lapis petugas keamanan.

Di dalam kitab Yohanes bab 10, Yesus menjelaskan keamanan umat-Nya: "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku" (ayat 28). Apabila kita mengenal Yesus sebagai Juru Selamat, kita akan aman dalam tangan-Nya; kita tidak dapat kehilangan keselamatan kita. Akan tetapi, ada lapis keamanan yang lain. Yesus mengatakan, "Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa" (ayat 29).

Hope Diamond dan uang tunai yang banyak itu cukup aman dengan dua lapis penjagaan. Namun, betapa kita jauh lebih aman selamanya dalam tangan Yesus dan Bapa-Nya, Allah yang Mahakuasa! --AMC

12 Juli 2006

Kampanye Perdamaian

Nats : Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10)
Bacaan : Lukas 19:1-10

Dalam buku karya Craig Nelson, The First Heroes, kita akan membaca tentang para penyerang Doolittle yang melancarkan serangan balasan besar pertamanya di garis depan Pasifik semasa Perang Dunia II. Tidak semua "penyerang" berhasil kembali dari misi pengeboman mereka. Jacob DeShazer adalah salah seorang di antara mereka yang ditangkap dan ditawan di kamp tahanan perang yang keadaannya sulit dan menyedihkan.

Di kemudian hari setelah perang usai, DeShazer kembali ke Jepang. Akan tetapi, ia tidak kembali untuk membalas dendam. Ia telah menerima Yesus sebagai Juru Selamat, karena itu ia kembali ke Jepang dengan membawa kabar baik tentang Kristus. Seorang mantan prajurit yang dulu pernah mengampanyekan perang, kini mengampanyekan perdamaian.

Misi DeShazer ke Jepang mencerminkan hati Sang Juru Selamat, yang datang sendiri untuk misi kasih dan perdamaian. Lukas mengingatkan kita bahwa kedatangan Kristus ke dalam dunia tidak hanya untuk menjadi teladan moral atau guru yang memberi kesan mendalam. Dia datang "untuk mencari dan menyelamatkan" yang hilang (19:10). Kasih-Nya kepada kita diungkapkan di kayu salib, dan penyelamatan-Nya bagi kita diwujudnyatakan pada saat Dia muncul dari kubur dengan penuh kemenangan dalam kehidupan yang dibangkitkan.

Di dalam Kristus kita menemukan pengampunan, dan pengampunan akan mengubah hidup serta kekekalan kita. Semuanya itu terjadi karena Yesus datang untuk mengampanyekan perdamaian --WEC

21 Juli 2006

Sisi Terjauh Dunia

Nats : Kewargaan kita terdapat di dalam surga (Filipi 3:20)
Bacaan : Kolose 3:1-4

Patrick O’Brian (1914-2000) adalah seorang penulis terkenal novel-novel yang berbau sejarah. Pada tahun 1969 ia menerbitkan sebuah novel yang berjudul Master and Commander: The Far Side of the World. Itu adalah novel (yang kemudian menjadi film yang sukses) tentang peperangan di laut selama berlangsungnya Perang Napoleon. Salah satu peng-angkat kepopuleran buku ini adalah per-hatian O’Brian yang luar biasa terhadap pengetahuan tentang angkatan laut dan sejarah alam. Dan ia menuliskannya de-ngan wawasan yang merasuk sampai ke dalam jati diri manusia.

Dalam suatu adegan yang menggugah hati, digambarkan Kapten "Lucky Jack" Aubrey sedang mempersiapkan awak kapalnya untuk suatu pertempuran. Ia berkata, "Inggris terancam akan diserbu, dan meski saat ini kita berada di sisi terjauh dunia, kapal ini adalah kampung halaman kita. Kapal ini adalah Inggris."

Pandangan Kapten Aubrey tentang kewarganegaraan tersebut didasarkan pada kesetiaan, bukan pada suatu tempat tertentu. Pandangan ini dengan jelas menggambarkan suatu prinsip yang alkitabiah. Rasul Paulus pernah menulis surat kepada jemaat di Filipi, sebuah daerah jajahan Romawi, "Kewargaan kita terdapat di dalam surga dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat" (Filipi 3:20).

Kita perlu senantiasa diingatkan bahwa walaupun kita tinggal di bumi saat ini, kita harus meletakkan kesetiaan kita di rumah abadi kita. Kita perlu selalu memikirkan "hal-hal yang di atas, bukan yang di bumi" (Kolose 3:2) --HDF

31 Oktober 2006

Sukacita di Surga

Nats : Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat (Lukas 15:7)
Bacaan : Lukas 15:4-7

Saya merasa gugup saat hendak menghadiri kebaktian penghiburan atas wafatnya seorang teman lama. Fred telah menolak Yesus dalam hidupnya, dan karena itu saya yakin ia tersesat selamanya.

Namun, banyak teman Fred yang telah menjadi pengikut Yesus. Pada saat kebaktian, air mata membasahi mata saya ketika salah satu temannya bercerita tentang perbincangan yang terjadi antara Fred dan dirinya bulan lalu.

Fred bertanya kepadanya, "Apakah menurutmu aku akan masuk ke surga?" Temannya lalu dengan jujur menjawab, "Tidak, Fred. Menurutku tidak." Saat mereka berbincang-bincang, dinding pertahanan Fred mulai runtuh, dan berkata, "Philip, aku percaya bahwa apa yang disampaikan Alkitab itu benar." Setelah sekian lama menolak anugerah penebusan, Fred akhirnya menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya.

Dengan air mata bahagia, saya merenungkan ayat berikut ini: "Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan" (Lukas 15:7). Yesus dan para malaikat ikut bersukacita bersama saya.

Sesuai dengan permintaan Fred, kami berdiri dan bernyanyi, "Yesus mengasihiku, aku tahu itu, Alkitab yang mengajarku!" Bagi teman saya ini, kata-kata yang sangat akrab tersebut telah menjadi kenyataan.

Marilah kita membawa sukacita ke dalam surga dengan menyebarkan kabar yang penuh sukacita: Yesus mengasihi kita, kita tahu itu! -CHK

6 November 2006

Pilihan

Nats : Ingatlah, Aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan (Ulangan 30:15)
Bacaan : Ulangan 30:15-20

Anda pasti mengenal John Wilkes Booth yang terkenal karena perbuatan buruknya. Ia membunuh Presiden Abraham Lincoln pada tahun 1865. Akan tetapi, apakah Anda juga pernah mendengar tentang Edwin Booth, kakak tertua John? Edwin, seorang aktor terkenal, sedang menunggu kereta di stasiun kota Jersey ketika ia melihat seseorang terpeleset dan hampir jatuh dari pinggiran pintu kereta. Edwin segera meraih kerah kemeja laki-laki tersebut dan menariknya untuk menyelamatkannya -- Edwin telah menghindarkannya dari luka serius atau kematian. Siapakah lelaki yang diselamatkan itu? Lelaki itu adalah Robert, putra Abraham Lincoln, seorang prajurit yang ikut dalam Perang Saudara.

Alangkah ironisnya! Seseorang yang menyelamatkan putra Abraham Lincoln mempunyai saudara laki-laki yang tidak lama kemudian membunuh sang presiden. Yang satu menyelamatkan kehidupan; yang satunya mengambil kehidupan. Satu memilih hidup; yang satu lagi memilih mati.

Tuhan memberi umat-Nya sebuah pilihan antara hidup atau mati: Mereka dapat mengasihi Allah dan mematuhi perintah-Nya atau menyembah dan melayani ilah yang lain (Ulangan 30:16). Dia berkata, "... kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan"(ayat 19).

Kita pun harus memilih kehidupan atau kematian. Kita bisa menerima Yesus sebagai Juru Selamat kita dan hidup bersama Dia selamanya. Pilihan yang kedua, kita menolak Dia dan hidup dalam kegelapan selamanya tanpa Dia. Pilihan yang terbaik sudah jelas. Terimalah anugerah Allah, yaitu putra-Nya Yesus. Pilihlah kehidupan! --AMC

17 Januari 2007

Jalan yang Mana?

Nats : Pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa (1 Korintus 1:18)
Bacaan : 1 Korintus 1:18-31

Setiap malam, Howard dan Mel sering mengunjungi bar-bar murahan di wilayah Grand Rapids, Michigan untuk melewatkan satu hari lagi yang menyedihkan. Akhirnya, karena terlalu kecewa oleh hidupnya yang sia-sia, Mel naik kereta ke Chicago, tempat yang diharapkannya dapat mengakhiri semua itu.

Akan tetapi, saat ia berjalan dengan bertelanjang kaki di tengah badai salju di Chicago tahun 1897 untuk bunuh diri di Danau Michigan, ia dihentikan oleh seorang pekerja dari Pacific Garden Mission. Mel masuk ke dalam gedung, mendengarkan Injil, dan menerima Kristus sebagai Juru Selamatnya.

Kemudian, Mel kembali ke Grand Rapids untuk merintis sebuah misi. Howard mendengar bahwa Mel diselamatkan dan tidak mabuk-mabukan lagi. Namun, bukannya percaya kepada Yesus, Howard justru hanya menertawakan "Mel Tua". Baginya, "pemberitaan tentang salib ... adalah kebodohan" (1 Korintus 1:18). Akhirnya, Howard menelan akibat dari kebiasaannya mabuk-mabukan, dan ia pun bunuh diri.

Lebih dari seratus tahun kemudian, Lembaga Misi Mel Trotter masih menyambut orang-orang yang memerlukan tempat tinggal dan yang membutuhkan Yesus. Dan seratus tahun kemudian, keluarga kami masih berduka atas kematian Howard. Ia adalah kakek dari istri saya.

Seperti Mel dan Howard, kita pun mempunyai pilihan. "Siapa saja yang percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi siapa saja yang tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap tinggal di atasnya" (Yohanes 3:36). Manakah yang Anda pilih? --JDB

11 April 2007

"mati Ya Mati"

Nats : Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? (1Korintus 15:55)
Bacaan : Ibrani 9:24-28

Pernahkah Anda memikirkan kematian Anda yang tak terhindarkan? Atau, Anda seperti Bernard Jacobs, konglomerat teater berpengaruh, yang berkata, "Dari semua hal di dunia, saya paling tak memikirkan hal yang terjadi setelah kematian. Mati ya mati."

Itukah yang terjadi saat kita mengembuskan napas terakhir dan sel-sel otak kita berhenti berfungsi? Saat hidup kita berakhir, apakah kita betul-betul hilang seperti nyala api lilin yang dicelupkan ke dalam air? Itulah kepercayaan umum. Namun, Alkitab tidak mengajarkan demikian. Ibrani 9:27 menyatakan bahwa kita ditetapkan "untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi".

Jika kita telah menerima Yesus sebagai Juru Selamat atas dosa-dosa kita, kita tidak perlu takut berhadapan dengan-Nya. Kita akan memasuki persekutuan yang indah bersama Allah selama-lamanya, karena kita akan "beralih dari tubuh ini untuk menetap dengan Tuhan" (2Korintus 5:8).

Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya, "Akulah kebangkitan dan hidup; siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya" (Yohanes 11:25,26).

Pesan Yesus dalam firman Allah memberi pengharapan saat kita menghadapi kematian kita sendiri atau orang terkasih. Dia berjanji bahwa kita akan memasuki rumah surgawi dan bersama dengan Dia selama-lamanya. Kita dapat mengandalkan firman-Nya --VCG


"Aku pergi menyiapkan tempat bagimu di sana ...
Agar di mana Aku berada, engkau pun ada,"
Maut bukanlah akhir segalanya --
Dengan Kristus, kita hidup abadi dalam kekekalan! --Hess

14 April 2007

Mencari Keabadian

Nats : Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman surgawi (2Korintus 5:2)
Bacaan : 2Korintus 5:1-8

Setidaknya ada selusin multijutawan yang telah mewariskan uang bagi diri mereka sendiri karena mereka ingin dihidupkan kembali setelah mati. Para pencari keabadian ini telah berencana untuk dibekukan secara cryogenic [dengan suhu sangat rendah] setelah mereka mati, demikian menurut laporan The Wall Street Journal. Mereka pun telah menaruh harta kekayaan mereka dalam "dana kebangkitan pribadi", yang mereka percayai akan kembali menjadi milik mereka saat para ilmuwan menghidupkan mereka di masa depan.

Walaupun demikian, meski penghidupan kembali itu memungkinkan, mencari hidup yang kekal di luar Dia yang abadi adalah seperti mengejar mimpi yang sukar ditangkap.

Paulus menegaskan bahwa hanya Tuhanlah yang menjadi sumber keabadian (1Timotius 6:16). Karakter dan tindakan-tindakan-Nya kekal. Akan tetapi, bagi umat manusia, kematian itu universal, tidak terhindarkan, dan pada akhirnya membawa kepada penghakiman (Ibrani 9:27). Ini semua merupakan akibat dari dosa kita, yang hanya dapat dilawan oleh penebusan melalui Yesus Kristus (Yohanes 3:15,16). Melalui kebangkitan-Nya, Yesus telah mematahkan kuasa maut dan menunjukkan kepada umat manusia jalan menuju keabadian (2Timotius 1:10).

Dalam menanggapi kematian, kita tidak perlu mengawetkan tubuh fisik kita secara cryogenic, melainkan bersiap sedia menyongsong kematian kita dengan menerima karunia hidup kekal di dalam Yesus --MW

Untuk direnungkan lebih lanjut:

Sekarang juga Anda dapat memastikan bahwa Anda mendapat hidup kekal. kuilah bahwa Anda berdosa dan bahwa Yesus mati untuk menggantikan Anda agar Anda diampuni dan mendapat hidup kekal.

8 Juli 2007

Dasar yang Benar

Nats : Tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus (1Korintus 3:11)
Bacaan : Galatia 1:6-12

"David, kok tadi saya tidak melihatmu di kelas," kata saya kepada salah seorang mahasiswa saya ketika kami kebetulan bertemu di kantor Bagian Informasi. Ia memandang saya dengan keterkejutan seorang "mahasiswa baru di minggu pertama kuliahnya" dan kemudian tersadar bahwa ia ternyata telah keliru membaca jadwal kuliahnya, sehingga ia masuk ke kelas yang salah.

Hal yang lucu ialah memang ada dua laboratorium bahasa; yang satu dipimpin oleh saya dan yang lain dipimpin oleh dosen lain. Dan, hari itu David telah masuk ke laboratorium yang salah. Saya kemudian berkata kepadanya, "Tidak apa-apa. Sekarang saya tahu bahwa kamu tetap mendapat pengajaran yang benar, jadi ketidakhadiranmu tadi tidak saya anggap absen."

Ketika merenungkan kejadian ini, saya menyimpulkan bahwa hal semacam ini mirip dengan kesempatan yang dipunyai oleh banyak orang kristiani dalam memilih gereja tempat mereka beribadah. Dalam hal ini, yang terpenting ialah orang kristiani hadir di gereja yang memberikan informasi yang benar, yaitu gereja yang memberitakan keselamatan melalui Yesus Kristus (1Korintus 15:3-5), menjadikan Alkitab sebagai patokan iman dan ibadah, serta memberi kesempatan bagi para anggotanya untuk melayani di dalam nama Yesus. Khotbah yang disampaikan harus mewartakan Injil yang benar dan kisah nyata tentang Yesus -- bukan "Injil yang lain" (Galatia 1:6-9). Bukan pembawa beritanya yang terpenting, melainkan berita yang disampaikan.

"Injil" apa yang Anda dengar? Apakah Injil itu sudah diletakkan di atas dasar Yesus Kristus? (1Korintus 3:11) --JDB

30 Agustus 2008

Allah, Guru Kita

Nats : Segenap perintah, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, haruslah kamu lakukan dengan setia, supaya kamu hidup (Ulangan 8:1)
Bacaan : Ulangan 8:1-3

Seorang guru yang baik tidak akan mendidik secara sembarangan. Ia akan mengemas pendidikannya dengan metode serta evaluasi yang tepat sesuai tujuan yang ditentukan. Lebih plus lagi bila ia kreatif dan mampu memikat hati naradidik dengan memerhatikan konteks hidup mereka. Sulit memang. Itu sebabnya guru yang baik termasuk langka. Lalu jika kemudian kita berpikir tentang Allah ... apakah Allah adalah guru yang baik?

Tentu saja! Bacaan kita berisi nasihat agar umat melakukan firman yang didengar (ayat 1). Ada tujuan pembelajaran di situ: "Supaya kamu hidup ..."; bahkan juga ujian dan metode pembelajarannya: setiap kita perlu mengingat pengalaman kita berjalan bersama Tuhan (ayat 2). Lalu, ada pula evaluasi: bagaimana sikap hati kita pada akhirnya-agar kita mengalami kepenuhan hidup-yakni saat kita menyadari bahwa kita bisa hidup dengan mengandalkan Allah dan firman-Nya saja (ayat 2,3).

Allah mendidik umat di padang gurun agar karakter mereka semakin matang. Padang gurun menjadi lokasi terbaik untuk belajar dalam hidup beriman, agar manusia lebih bergantung pada Allah ketimbang pada roti. Roti adalah simbol dari apa yang kita anggap kebutuhan dasar hidup. Namun dengan roti saja-tanpa Allah-umat akan mati dan tidak "lulus ujian" Allah.

Sudahkah kita mengikuti "kelas-Nya" dengan baik? Kelak, kita akan menghadapi "kelulusan final" saat kita meninggal, namun dalam tiap-tiap hari ada "tes-tes kecil" yang penting untuk kita menangkan. Bila Allah sedang mendidik Anda, bersyukurlah. Sebab melaluinya Anda akan semakin matang dan berbuah! -DKL



TIP #05: Coba klik dua kali sembarang kata untuk melakukan pencarian instan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.09 detik
dipersembahkan oleh YLSA