Topik : Kekekalan

1 Januari 2003

Perayaan Tahun Baru

Nats : Kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN .... Masa hidupku ada dalam tangan-Mu (Mazmur 31:15,16)
Bacaan : Mazmur 31:15-25

Saya tidak tahu apa yang biasa dilakukan keluarga Anda untuk merayakan Tahun Baru. Yang pasti Tahun Baru dirayakan dengan berbagai cara yang berbeda di seluruh dunia.

o Di Jepang, masyarakat mengenakan baju baru dan menghiasi rumah mereka dengan ranting-ranting pohon bambu dan pinus yang melambangkan umur panjang.

o Di Skotlandia, Tahun Baru dirayakan bersama teman-teman atau keluarga dengan bersantap malam dan bertukar hadiah, tak lama setelah tengah malam.

o Di Yunani, anak-anak menaruh sepatu di dekat perapian dan berharap St. Basil akan mengisi sepatu mereka dengan hadiah.

Selama bertahun-tahun, saya dan istri saya melewatkan malam Tahun Baru bersama teman-teman dengan makan malam bersama, melakukan berbagai permainan, dan menikmati perbincangan yang menyenangkan. Menjelang tengah malam, kami membaca Alkitab dan berdoa. Kami bersyukur kepada Allah atas tahun yang telah berlalu, dan memohon kepada-Nya agar Dia memakai kami untuk menyatakan kehendak-Nya di dalam dunia yang penuh derita dan masalah ini pada tahun mendatang.

Masa, musim, dan tahun, termasuk tahun baru ini, berada dalam tangan Allah (Mazmur 31:16). Sebagai orang kristiani tak ada yang perlu kita takutkan, karena kebaikan Allah berlimpah (ayat 20). Kita dapat berjalan bersama Kristus setiap hari dan berkata seperti pemazmur, "Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: 'Engkaulah Allahku!'" (ayat 15) --Dave Egner

12 Juli 2003

Batas Waktu Hidup

Nats : Bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu (Amos 4:12)
Bacaan : Lukas 12:16-21

Kita semua berhadapan dengan batas waktu. Tagihan yang harus dibayar, surat izin yang harus diperpanjang, laporan pajak yang harus dikirimkan, dan sederet daftar lainnya.

Namun, masih ada satu batas waktu terpenting, yang akan dihadapi semua orang. Alkitab berkata, "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi" (Ibrani 9:27).

Semua orang akan mati, kecuali orang-orang percaya yang masih hidup saat kedatangan Yesus kembali (1 Tesalonika 4:16,17). Dan semua orang dari permulaan sejarah akan berdiri di hadapan Allah untuk menerima penghakiman. Betapa bodohnya kita bila melalaikan persiapan yang dibutuhkan untuk pertanggungjawaban yang tak terelakkan ini!

Dalam Lukas 12, Yesus menceritakan perumpamaan seorang kaya yang berencana mendirikan lumbung-lumbung yang lebih besar untuk menyimpan seluruh harta duniawinya sehingga ia dapat hidup dengan santai dan bersenang-senang. Namun, tanpa diduga Allah berseru, "Bodoh! Malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu" (Lukas 12:20). Batas waktu terakhirnya telah tiba.

Apakah Anda siap bertemu Allah? Jika Anda belum menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi Anda, terimalah Dia sekarang, jangan tunda lagi. Percayalah bahwa Dia telah mencurahkan darah-Nya di kayu salib untuk mengampuni dosa-dosa Anda, dan telah mengalahkan maut dengan bangkit dari kubur. Mintalah Dia untuk menyelamatkan Anda. Dengan demikian, Anda dapat menghadapi batas waktu hidup dengan penuh percaya diri --Richard De Haan

30 Agustus 2003

Masa Depan yang Abadi

Nats : Barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan . . . sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup (Yohanes 5:24)
Bacaan : Yohanes 5:24-29

Beberapa negara memiliki sejarah yang sangat tua. Negara-negara lainnya terbilang baru dalam peta dunia. Namun, sementara segala bangsa ditakdirkan untuk lenyap, setiap jiwa manusia ditakdirkan untuk hidup kekal.

Hal ini mendorong C.S. Lewis untuk mengatakan, "Jika kita pernah memiliki pengharapan yang bodoh di luar iman kristiani tentang kebudayaan manusia, sekarang semua itu telah pupus. Jika kita pernah berpikir bahwa kita sedang membangun surga di atas bumi, jika kita pernah mencari sesuatu yang dapat mengubah dunia dari tempat persinggahan menjadi kota permanen yang dapat memuaskan jiwa manusia, cepat atau lambat kita akan kecewa."

Peradaban manusia akan runtuh, tetapi jiwa manusia hidup selamanya. Dan karena suatu hari nanti setiap pribadi akan menghadapi penghakiman Allah (Ibrani 9:27), pertanyaan yang terpenting adalah bagaimana kita akan menjalani zaman tak berkesudahan yang terbentang di hadapan kita. Akankah kita hidup bersama Allah dalam kemuliaan dan sukacita yang tak terlukiskan? Atau akankah kita diasingkan dari Allah, dan hilang selamanya dalam kondisi yang terlalu menakutkan untuk diungkap dengan kata-kata?

Betapa besarnya tanggung jawab orang-orang percaya! Kita harus memberitakan kepada orang-orang bahwa satu-satunya cara untuk menjalani kekekalan dalam hadirat Allah ialah dengan menerima tawaran-Nya untuk memperoleh pengampunan dan perdamaian dengan Allah (Yohanes 5:24). Oleh anugerah-Nya, kita dapat mulai bersukacita dalam hidup yang kekal bersama Allah saat ini juga! --Vernon Grounds

27 April 2004

Surat Wasiat yang Sah

Nats : Allah … telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus … kepada suatu hidup yang penuh pengharapan (1 Petrus 1:3)
Bacaan : 1 Petrus 1:3-12

Anda mungkin mengenal seseorang yang tidak mendapatkan warisan yang telah disiapkan oleh orangtuanya karena adanya kekeliruan dalam surat wasiat. Dalam artikel berjudul “Uang dan Hukum”, pengacara Jim Flynn mengatakan jika Anda ingin mewariskan tanah Anda kepada penerima yang Anda pilih dan bukan pada pejabat hukum, sebaiknya jangan membuat surat wasiat sendiri. Dokumen ini memang sah, tetapi sering tidak jelas sehingga gagal memberikan kepastian hukum dalam situasi tak terduga. Flynn menganjurkan agar kita membuat surat wasiat resmi yang memastikan bahwa keinginan kita tersampaikan.

Surat wasiat yang dibuat oleh tangan manusia bisa saja gagal, tetapi tak ada kata-kata yang kurang jelas tentang warisan yang disediakan Allah bagi kita. Rasul Petrus menegaskan bahwa Allah “telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di surga bagi kamu” (1 Petrus 1:3,4).

Tak ada fluktuasi ekonomi yang dapat mengurangi warisan ini. Warisan ini tak dapat ditinjau ulang oleh pengadilan atau diperdebatkan dalam keluarga yang tidak akur. Tak ada penderitaan atau pencobaan yang dapat mengurangi atau mengubah apa yang telah disediakan Allah bagi kita. Warisan kita pasti dan kekal (Ibrani 9:15). Dan jika kita hidup bagi Dia, kita beroleh kepastian bahwa surat wasiat-Nya bagi hidup kita hari ini adalah “baik, berkenan, dan sempurna” (Roma 12:2) —David McCasland

5 Juli 2004

Bola Salju Beku

Nats : Kita menerima kerajaan yang tidak terguncangkan (Ibrani 12:28)
Bacaan : Ibrani 12:25-13:6

Pelempar bisbol Tug McGraw memiliki filosofi bagus dalam melempar bola. Ia menamai teorinya “bola salju beku”. “Ketika saya hendak melempar bola saat semua base penuh,” jelas Tug, “dan Willie Stargell si pemukul yang keras siap beraksi, maka rasanya saya tidak ingin melempar bola. Namun, pada akhirnya saya harus tetap melempar bola. Lalu saya mengingatkan diri saya bahwa dalam beberapa miliar tahun lagi, bumi akan menjadi bola salju beku yang melesat di angkasa, dan tak seorang pun peduli terhadap apa yang dilakukan Willie Stargel dengan para pemain lawan yang memenuhi base!”

Alkitab menyatakan bahwa suatu saat nanti bumi akan “hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap” (2 Petrus 3:10). Tetapi inti dari perkataan McGraw itu benar: Kita harus memandang kehidupan ini dengan cara pandang yang benar. Sebagian besar yang kita cemaskan tidak memiliki dampak terhadap kekekalan.

Penulis Ibrani prihatin dengan cara pandang kita. Di seluruh kitab tersebut, ia menjaga agar pandangan kita terarah ke surga dan terlepas dari bumi. Jika pandangan kita tidak terarah ke surga, maka hidup kita di bumi ini tak akan banyak berpengaruh pada kekekalan.

Akan tiba waktunya bumi diguncang, dan segala sesuatu yang tampaknya tetap akan lenyap (Ibrani 12:27). Apa yang paling Anda takutkan hari ini akan dilupakan seperti berita utama kemarin. Yang terpenting adalah bahwa apa yang Anda lakukan hari ini memiliki sentuhan kekekalan —Haddon Robinson

27 Agustus 2004

Hal yang Pasti

Nats : Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi (Ibrani 9:27)
Bacaan : Kejadian 2:8-17

Seorang pria yang kondisi kesehatannya terganggu memutuskan untuk pindah ke tempat yang beriklim lebih hangat. Untuk memastikan bahwa ia mendapatkan tempat yang sesuai dengan kebutuhannya, ia mengunjungi beberapa lokasi. Ketika berada di Arizona, ia bertanya, "Berapa suhu rata-ratanya?" "Bagaimana dengan kelembaban udaranya?" "Berapa hari matahari bersinar di sana?" Ketika ia bertanya, "Berapa angka kematiannya?" ia mendapatkan jawaban: "Sama dengan tempat asal Anda, Kawan. Satu kematian untuk setiap kelahiran."

Sekalipun kemajuan di bidang ilmu kedokteran untuk memperpanjang dan meningkatkan kualitas hidup sudah dapat dicapai, namun angka kematian tetap tidak berubah. "Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja" (Ibrani 9:27), karena "semua orang telah berbuat dosa" (Roma 3:23) sedangkan "upah dosa ialah maut" (Roma 6:23).

Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk hidup dengan pengertian yang benar bahwa kematian mengakhiri kehidupan, dan setelah kematian datanglah penghakiman. Setiap orang yang memercayakan keselamatannya kepada Kristus akan dikeluarkan dari maut, "bangkit untuk hidup yang kekal". Tetapi setiap orang yang menolak Dia akan "bangkit untuk dihukum" (Yohanes 5:29). Bagi orang yang tidak percaya, kematian memeteraikan hukuman atas mereka. Tetapi bagi orang percaya, kematian membawa pada kemuliaan.

Alangkah bijaksana orang yang berani menghadapi kematian yang pasti. Tetapi lebih bijaksana orang yang menyiapkan diri untuk menghadapinya --Richard De Haan

29 Agustus 2004

Roti Setiap Hari

Nats : Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seseorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya (Yohanes 6:51)
Bacaan : Imamat 24:1-9

Roti sudah tidak lagi dianggap sebagai suatu benda yang sedemikian penting seperti halnya pada zaman Alkitab. Kita biasanya tidak menganggap roti sebagai simbol kebutuhan hidup. Akan tetapi pada zaman Yesus, roti melambangkan berbagai jenis makanan bergizi dengan segala bentuknya.

Kenyataan di atas membantu kita memahami mengapa Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk meletakkan roti dalam Ruang Kudus di Kemah Pertemuan, yang merupakan lambang dari rumah Tuhan. Di sanalah, di dalam ruangan pertama itu, terdapat dua belas potong roti yang harus disajikan di atas sebuah meja emas "di hadapan Tuhan" (Imamat 24:6). Roti-roti itu mengingatkan bangsa Israel bahwa Allah selalu memelihara milik-Nya ketika mereka datang dan berkenan kepada-Nya. Roti mencerminkan janji Allah untuk memberikan pemenuhan kebutuhan bagi semua manusia yang lapar dan haus akan kebenaran (Matius 5:6; Matius 6:31-34).

Bagi umat yang percaya kepada Kristus, roti juga dapat melambangkan Alkitab, Yesus, persekutuan orang kristiani, atau persediaan yang telah disiapkan Allah untuk memenuhi kebutuhan rohani kita. Dia memelihara kita dan selalu siap sedia untuk mengenyangkan kita. Akan tetapi, tawaran-Nya tersebut bukannya tanpa syarat. Dia berjanji akan memberikan "roti" setiap hari bagi mereka yang di dalam ketaatan telah mengkhususkan diri untuk hidup dan makan dari tangan Allah.

Tuhan peduli kepada semua orang yang dengan sukarela dan rendah hati menerima makanan jasmani dan rohani dari-Nya --Mart De Haan

21 Februari 2005

Siaran Berita

Nats : Terhadap diri setiap orang dari mereka yang membenci Dia, Ia melakukan pembalasan dengan membinasakan orang itu (Ulangan 7:10)
Bacaan : Ulangan 7:6-16

Suatu siaran berita menyedot perhatian. Dikabarkan beberapa tahanan melarikan diri dari penjara. Mereka memegang senjata dan dianggap sangat berbahaya. Juru bicara polisi menekankan supaya masyarakat berhati-hati. Ia mengatakan, “Mereka adalah orang-orang yang putus asa. Mereka dapat melakukan apa saja. Mereka telah melakukan pembunuhan dan bisa melakukan pembunuhan lagi.”

Kitab Ulangan pasal 7 berisi peringatan yang jauh lebih serius. Secara keseluruhan, bagian ini merupakan ungkapan syukur yang positif, yang menunjukkan kesediaan Allah untuk membantu orang-orang yang percaya kepada-Nya. Tetapi hal tersebut bukanlah gambaran secara keseluruhan. Apakah Anda menangkap “siaran berita” di dalam ayat 10? Di situ Tuhan mengingatkan bangsa Israel untuk waspada—bukan terhadap orang-orang jahat yang berkeliaran di jalan, melainkan terhadap Allah yang akan menghancurkan orang-orang yang membenci-Nya.

Benar. Orang-orang jahat bukanlah satu-satunya pihak yang perlu kita takuti. Kita juga harus takut kepada Allah kita. Meskipun Dia adalah Pribadi yang murah hati dan penuh belas kasih, kekudusan-Nya yang agung membuat semua jenis ketakutan yang lain tidak ada artinya.

Barangkali kita pun tidak menyukai kebenaran yang serius ini. Akan tetapi, Allah mungkin tidak akan selalu sabar terhadap orang-orang yang tidak mengasihi dan menghormati-Nya. Tentunya hal itu adalah “siaran berita” yang tidak mungkin kita lewatkan —Mart De Haan

9 September 2005

Lonceng Kemenangan

Nats : Maut telah ditelan dalam kemenangan .... Hai maut, di manakah sengatmu? (1Korintus 15:54,55)
Bacaan : 1Korintus 15:51-56

Di Inggris pada abad ketujuh belas, bunyi lonceng gereja yang berkumandang memberikan pengumuman mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di daerahnya. Lonceng tersebut tidak hanya mengumumkan ibadat keagamaan, tetapi juga peristiwa pernikahan dan pemakaman.

Jadi, ketika John Donne, penulis sekaligus kepala Katedral St. Paul, terbaring tidak berdaya akibat wabah pes yang merenggut ribuan nyawa di London, ia dapat mendengar lonceng terus-menerus berdentang mengumumkan kematian demi kematian. Dalam tuangan pemikirannya pada buku harian renungan yang kemudian menjadi buku klasik, ia mendorong pembacanya, Kita tidak perlu mencari tahu untuk siapa lonceng itu berdentang. Lonceng itu berdentang untuk kita sendiri.

Tepat sekali! Kitab Ibrani mengajar bahwa kelak kita akan menghadapi maut: Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi (9:27).

Tetapi jika kita percaya kepada Injil, berita kematian tidak akan menggentarkan kita. Kita tahu, seperti yang dijaminkan Paulus dengan sukacita, bahwa kebangkitan Yesus yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa (2Timotius 1:10). Maut telah ditelan kemenangan oleh Tuhan Yesus Kristus (1Korintus 15:54). Sengatnya telah hilang (ayat 55).

Apabila lonceng berdentang bagi umat kristiani, maka lonceng tersebut mengumandangkan kabar baik tentang kemenangan Yesus atas maut VCG

30 September 2005

Misteri Agung

Nats : Tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan (2Korintus 5:8)
Bacaan : Lukas 16:19-31

Banyak orang menggemari kisah-kisah misteri. Memang menyenangkan berperan sebagai detektif dan mencoba menebak siapa pelakunya pada saat kita membaca novel misteri. Tetapi ada kasus yang tidak akan pernah kita pecahkansebelum kita mengalaminya sendiri.

Kita yang telah menyaksikan dengan perasaan sedih kematian orang yang kita kasihi, mungkin akan bertanya-tanya mengenai keberadaan baru mereka. Hati kita sangat ingin mengetahui apa yang mereka lakukan atau di mana mereka berada saat ini. Jika mereka telah mengakui Yesus Kristus sebagai Juru Selamat, kita tahu bahwa mereka berada di surga. Namun, pada saat ini, ada sebuah selubung yang memisahkan kita dari orang-orang yang kita kasihi dan kita tidak dapat melihat apa yang berada di balik selubung tersebut.

Akan tetapi, kita memiliki beberapa petunjuk mengenai misteri ini. Kita tahu bahwa orang-orang terkasih yang telah meninggal sedang menikmati hadirat Allah (2Korintus 5:8). Kita juga tahu bahwa mereka dikenali dan mengenali sekeliling merekasama seperti orang kaya dan pengemis yang dibicarakan Yesus dalam Lukas 16:22,23. Dan kita pun tahu bahwa mereka saat ini belum menerima tubuh sempurna yang akan mereka miliki kelak ketika Yesus kembali (1Tesalonika 4:13-17).

Lebih dari itu, kita telah diberi kebenaran ini: Allah, di dalam kasih dan kuasa-Nya yang tiada taranya, sedang merancang pertemuan yang mulia. Selanjutnya, sukacita kekal kita akan dimulai. Halaman terakhir dari misteri agung ini berakhir dengan bahagia JDB

5 Januari 2006

Pilihan

Nats : Sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas (Lukas 16:23)
Bacaan : Lukas 16:19-31

Terakhir kali saya amati, tak seorang pun senang punya masalah-masalah dengan uang, mobil, komputer, orang, kesehatan. Kita semua lebih menyukai sebuah kehidupan dengan sesedikit mungkin kesulitan.

Jadi, jika Anda menawarkan kepada orang lain pilihan antara (1) masa depan yang benar-benar bebas dari masalah, dukacita, air mata, dan kesakitan, dan (2) masa depan yang penuh dengan kesakitan, penderitaan, penyesalan, dan keluh kesah mereka akan memilih pilihan pertama, bukan?

Yesus mati di atas kayu salib agar kita memiliki kesempatan untuk mengambil pilihan itu. Jika kita bertobat dari dosa-dosa kita dan memercayai Dia sebagai Juru Selamat kita, Dia telah menjanjikan suatu persekutuan hidup dengan Allah di tempat yang disebut Alkitab sebagai surga. Sebuah tempat tanpa masalah. Sebuah tempat di mana tidak ada lagi air mata.

Orang-orang yang hidup di dunia yang penuh masalah perlu mengantre untuk mengambil tawaran itu. Sayangnya, banyak orang belum mendengar kabar baik itu; sedangkan yang lainnya menolak untuk memercayai Kristus. Saat orang-orang mati tanpa Yesus, mereka sudah terlambat untuk menerima tawaran itu, dan mereka akan menuju ke tempat penyiksaan yang disebut Alkitab sebagai neraka.

Apakah Anda membenci kesusahan dan kesakitan? Berpalinglah kepada Yesus dan terimalah tawaran pengampunan-Nya. Masalah Anda di dunia ini tidak akan lenyap, namun Allah telah mempersiapkan sebuah rumah di surga tempat sukacita dan damai kekal bersama Allah --JDB

30 September 2006

Dari Sini Hingga Kekekalan

Nats : Kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan (1Tesalonika 4:17)
Bacaan : 1Tesalonika 4:13-18

Menurut laporan di Jurnal Kedokteran kawasan New England, jika seorang pria berumur 45 tahun berolahraga secara teratur sepanjang sisa hidupnya dan orang lain yang seumuran dengannya hanya bersantai-santai serta makan keripik kentang, maka orang yang berolahraga itu hanya akan hidup sepuluh bulan lebih lama.

Memang baik memelihara tubuh dan wajar jika kita berolahraga bila memungkinkan. Namun, gagasan untuk memperpanjang usia selama hanya sepuluh bulan, tampaknya tak ada artinya apabila dibandingkan dengan "rencana perpanjangan hidup yang terakhir". Menurut Alkitab, Anda dapat memperpanjang usia Anda dari saat ini sampai pada kekekalan.

Perhatikanlah apa yang dikatakan Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Dalam usaha untuk menyemangati mereka tentang kedatangan Yesus kembali, ia menulis, "... kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan" (1Tesalonika 4:17). Mencengangkan! Mereka yang meninggal lebih dahulu, jiwanya tidak akan pernah mati. Dan, bahkan jika Yesus tidak datang kembali pada saat Anda masih hidup, jika Anda mengenal-Nya sebagai Juru Selamat, maka roh Anda pun tidak akan mati. Anda akan memiliki "hidup kekal".

Apakah Anda tertarik untuk memperpanjang hidup Anda? Teruslah berolahraga. Namun, jangan lupa bahwa rencana perpanjangan hidup yang terakhir adalah keselamatan melalui Yesus-jaminan Anda untuk hidup kekal -JDB

13 Januari 2007

Gema Surga

Nats : Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru! (Wahyu 21:5)
Bacaan : Wahyu 21:1-7

Datanglah ke surga," demikian bunyi sebuah iklan yang menampilkan gambar pantai putih berpasir, air berwarna biru kehijauan, dan pohon palem yang melambai-lambai. Kita seakan-akan diberikan pandangan sekilas dari Taman Eden yang ditemukan kembali.

Belum lama ini, saya dan istri pergi ke Kepulauan Bahama. Batu-batu karang yang menakjubkan memiliki kecantikan yang unik. Namun, bagi kami suasana itu tidak seperti surga. Ada sesuatu yang hilang.

Lalu pada hari Minggu, kami menemukan apa yang kami cari. Kami menghadiri sebuah gereja yang kebaktiannya berbeda dari gereja lainnya. Kebaktian itu berlangsung selama tiga jam, tetapi penuh dengan penyembahan yang bersemangat. Dengan aksen Bahama yang indah, sang pendeta dan jemaatnya bergantian mengutip Kitab Suci di sepanjang khotbah. Iman saya dan istri saya diteguhkan saat meninggalkan kebaktian tersebut.

Saya diingatkan akan kesaksian Wahyu tentang paduan suara masa depan: "Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta" (Wahyu 14:3). Suatu hari nanti, "Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita" (21:4). Hari itu akan menjadi hari yang penuh sukacita!

Penyembahan kita di sini hanyalah pendahuluan kebaktian pujian yang besar di masa depan, saat kita berdiri di hadirat Allah. Akan tetapi, saat kita bergabung dengan orang lain dalam penyembahan yang bersemangat, kita akan merasakan gema surga di bumi ini --HDF

21 Februari 2008

Terbatas Tetapi Sukses

Nats : Tetapi Tuhan menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu (Kejadian 39:2)
Bacaan : Kejadian 39:1-23

Naluri alamiah setiap manusia adalah ingin berhasil dalam hidupnya. Karena itu, segala upaya dikerahkan agar keberhasilan itu dapat diraih. Ada yang mengusahakannya dengan bekerja keras, tetapi ada juga yang memilih cara tidak masuk akal. Misalnya saja seperti yang dilakukan para penipu ulung yang konon memiliki kemampuan menggandakan uang. Namun sayang, jalan pintas menuju keberhasilan kerap kali justru menjeru-muskan. Lalu, di manakah kita dapat me-nemukan kunci keberhasilan hidup?

Sesungguhnya, Alkitab juga memuat bahasan tentang bagaimana seseorang bisa mencapai sukses. Mari kita selami lagi perjalanan hidup Yusuf. Bagaimana mungkin seseorang yang sepertinya tidak memiliki modal sukses, bisa meraih kesuksesan yang spektakuler? Siapakah Yusuf? Yusuf hanyalah seorang muda yang ditolak oleh saudara-saudaranya. Seorang anak yang dianggap sebagai pembual oleh saudara-saudaranya, bahkan oleh ayahnya sendiri. Seseorang yang tidak pernah menempuh pendidikan manajerial, tetapi akhirnya mampu menjadi manajer yang baik bagi negara Mesir. Mengapa demikian?

Satu-satunya kunci yang dimiliki Yusuf adalah penyertaan Tuhan. Dalam menjalani naik turunnya hidup, Yusuf selalu berusaha menghormati dan mengutamakan Allah. Dan ia pun membuktikan ayat Amsal 3:6 yang berkata: "Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu". Allah hadir dalam segala keterbatasan Yusuf dan membuatnya berhasil. Demikianlah Allah juga akan hadir dalam segala keterbatasan kita dan membuat kita berhasil, asal kita mau hidup berpaut kepada-Nya --MZ

25 April 2008

Bunga dan Daun

Nats : Siapa saja yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan (Matius 23:11,12)
Bacaan : Matius 23:1-12

Sun Zi menulis buku dengan judul Sun Zi Bingfa (seni berperang) yang sangat fenomenal lebih dari 2.300 tahun yang lalu. Ternyata, prinsip-prinsip strategi kemiliteran yang terdapat dalam buku tersebut dianggap masih relevan hingga saat ini. Bahkan, prinsip-prinsip itu banyak dipakai dalam dunia bisnis yang sarat intrik, juga dalam hubungan antarmanusia yang kompleks. Sun Zi pernah mengungkapkan sebuah perumpamaan yang sangat mengena berbunyi: "Sekuntum bunga sesungguhnya menjadi elok berkat dukungan daun-daun yang hijau." Daun hijau yang memiliki klorofil (zat hijau daun) -- sekalipun tidak seelok bunga -- mempunyai fungsi yang sangat vital, yakni sebagai pemasok nutrisi karbohidrat melalui proses fotosintesis dari air dan gas asam arang, serta penyinaran cahaya matahari.

Perumpamaan di atas hendak menunjukkan bahwa kesombongan adalah sikap yang tidak pada tempatnya. Dalam pelayanan, sikap demikian bisa menjadi batu sandungan. Tuhan Yesus sangat tidak berkenan dengan sikap para ahli Taurat dan orang Farisi yang sombong, sehingga kita diminta agar tidak meneladan perbuatan-perbuatan mereka.

Sesungguhnya di ladang pelayanan Tuhan, kita adalah mitra-mitra Tuhan yang setara, sekalipun memiliki fungsi yang berbeda-beda. Tidak ada alasan bagi seseorang untuk merasa paling hebat, atau sebaliknya untuk merasa rendah diri. Pribadi-pribadi yang menjadi "bunga" atau "daun hijau" dapat saling mendukung untuk menghasilkan "buah-buah" yang baik; dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pelayanan -NDA

17 Mei 2008

Meredam Pertengkaran

Nats : Seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api, demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan (Amsal 26:21)
Bacaan : Kejadian 26:12-31

Dalam sebuah bukunya, Anthony de Mello menceritakan kisah ini: Ada dua orang bijak yang selama puluhan tahun tinggal bersama dengan damai. Tak pernah sekali pun mereka cekcok. Suatu hari, seorang dari mereka berkata, "Bagaimana kalau hari ini kita mencoba untuk bertengkar?" Yang lain setuju, "Baik, mari kita pertengkarkan sepotong roti ini." Lalu mereka bersiap-siap memulai pertengkaran itu. Orang pertama berkata, "Roti ini punyaku. Ini milikku semua." Orang bijak kedua menyahut, "Tidak apa-apa. Silakan saja ambil semua." Pertengkaran itu pun gagal.

Dalam bacaan kita hari ini, para gembala Ishak dan gembala Gerar mempertengkarkan sumur yang digali untuk memberi minum ternak mereka. Sumur itu layak menjadi rebutan karena airnya yang berbual-bual (ayat 19). Namun, Ishak tidak mau berlama-lama dalam pertengkaran itu. Ia pun memilih pindah ke tempat lain dan menggali sumur yang baru. Sikap Ishak itu pun menuai simpati. Si orang Gerar kemudian memutuskan untuk berdamai (ayat 28,29).

Keinginan untuk menguasai adalah akar masalah dalam relasi antarmanusia. Biasanya pertengkaran dipicu dan dipacu oleh sifat lebih suka menerima daripada memberi; mempertahankan, menuntut, meminta bagian kita. Kita hanya berfokus pada bagaimana orang memerhatikan, menghormati, bersimpati dengan kita. Kita hanya mau didengar, dituruti, dan dimengerti. Sayangnya, kita tidak mau melakukan hal yang sama terhadap orang lain. Padahal tidak jarang, justru dengan memberi kita mendapatkan. Ishak telah membuktikannya -AYA

26 Mei 2008

Waktu Teduh

Nats : Lalu berangkatlah mereka dengan perahu menyendiri ke tempat yang terpencil (Markus 6:32)
Bacaan : Markus 6:30-32

Seorang pemuda sedang memotong kayu dengan kampak. Dari pagi hingga siang ia terus bekerja. Tidak ada waktu untuk berhenti. Ia harus mengejar target. Itu sebabnya, ia terus-menerus mengayunkan kampaknya. Suatu kali seorang bapak tua datang menghampirinya. "Nak, kampakmu sudah tumpul. Berhentilah sejenak untuk mengasahnya," kata si bapak tua. "Wah, tidak ada waktu, Kek. Saya harus mengejar target," sahut si pemuda.

Kehidupan di dunia ini semakin hiruk pikuk; tuntutan dan tantangan zaman semakin besar. Kita tidak terhindarkan dari kesibukan dan belenggu rutinitas. Padahal, ibarat sebuah mesin, kita tentu membutuhkan istirahat. Hidup dalam rutinitas tanpa sejenak pun "beristirahat" sama dengan pemuda dalam cerita di atas, yang terus memotong kayu tanpa sedikit pun waktu untuk mengasah kampaknya, sehingga kampaknya pun menjadi tumpul. Inilah makna pentingnya waktu teduh: keluar sejenak dari kesibukan rutin untuk membangun relasi pribadi dengan Tuhan.

Waktu teduh lebih merupakan kebutuhan, daripada kewajiban. Karena itu, kita perlu meresponsnya dengan sukacita. Dalam rutinitas sehari-hari, perlu selalu ada waktu untuk sejenak berdiam diri. Menutup mata dan telinga dari segala hiruk pikuk kegiatan rutin sehari-hari. Menyediakan diri dan membuka hati untuk Tuhan, membiarkan Dia menyapa dengan cara-Nya. Tuhan Yesus telah mencontohkannya. Di tengah kesibukan-Nya yang luar biasa -- mengajar dan menolong orang -- Dia selalu menyempatkan diri untuk sejenak menyepi, untuk menenangkan diri dalam waktu teduh (ayat 31,32) -AYA

29 Mei 2008

Ganggulah Aku

Nats : ... sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem ... (2Samuel 11:1)
Bacaan : 2Samuel 11:1-27

Biasanya orang lebih suka berada di tempat yang aman daripada harus berpetualang dan meninggalkan kenyamanan. Begitu juga banyak orang kristiani sudah cukup puas dengan keadaan rohaninya yang "aman-aman" saja. Daripada memulai petualangan rohani yang seru bersama Tuhan, mereka lebih suka memiliki keadaan rohani yang monoton dan datar saja. Sedapat mungkin mereka berharap situasi akan terus stabil, tidak ada gangguan, masalah, ataupun hambatan.

Seorang yang luar biasa bernama Sir Francis Drake, merindukan petualangan rohani bersama Tuhan, sehingga saat keadaan "aman", ia berdoa demikian: "Ganggulah kami Tuhan, ketika kami berpuas diri karena mimpi-mimpi kecil kami menjadi nyata. Ketika kelimpahan harta benda membuat kami kehilangan rasa haus terhadap air kehidupan. Ketika kecintaan pada hidup ini membuat kami berhenti memimpikan kekekalan. Ketika keinginan kami membangun bumi baru meredupkan visi kami akan surga. Ganggulah kami agar berani berpetualang di lautan yang lebih luas, di mana badai akan memperlihatkan kuasa-Mu yang dahsyat!"

Doa di atas sebenarnya ingin menunjukkan betapa bahayanya sebuah tempat di mana kita merasa nyaman di situ. Lihatlah kehidupan Daud ketika jatuh dalam dosa perzinaan dengan Batsyeba. Ia jatuh bukan saat ia ada dalam pelarian atau peperangan yang menegangkan, tetapi justru saat ia santai di istananya yang nyaman.

Hati-hati jika kita sudah cukup puas dengan kekristenan kita selama ini. Daripada puas dengan kehidupan rohani yang biasa-biasa, sebaiknya kita berdoa meminta keberanian untuk mengalami perkara yang lebih besar -PK

8 Juli 2008

Tergerak Bertindak

Nats : Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit (Matius 14:14)
Bacaan : Matius 14:13-21

Kalau Anda hanya punya tabungan Rp3.300.000,00, maukah Anda menyumbangkannya untuk orang lain? Elly Liligoli mau. Ia mempergunakan seluruh uang yang ia miliki untuk membeli buku pelajaran, alat tulis, dan kapur tulis untuk anak-anak Suku Rana di pedalaman Pulau Buru, Provinsi Maluku. Semua itu berawal dari air matanya yang mengucur ketika menyaksikan kenyataan bahwa ratusan anak Suku Rana tak dapat mengenyam bangku sekolah, sehingga mereka tidak dapat membaca, menulis, dan berhitung. Hati Elly tergerak oleh belas kasihan.

Ia pun nekat membangun sekolah darurat dan harus berupaya keras meyakinkan masyarakat yang telanjur apatis terhadap upaya pengadaan pendidikan. Bahkan, Elly memberi dirinya menjadi guru pengajar dari 125 anak Suku Rana. Ia mengajar membaca, menulis, berhitung, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan mata pelajaran lain. Dari upaya yang dirintis tahun 2001 itu, akhirnya ada 17 murid Sekolah Dasar Suku Rana pertama yang lulus Ujian Akhir Nasional. Murid-murid itu pun kemudian melanjutkan ke SMP.

Tentu kita juga pernah tergerak oleh belas kasihan ketika melihat, mendengar, atau membaca pengalaman menyedihkan yang dialami orang lain. Lalu kita bersimpati dan merasa iba. Alkitab juga kerap mencatat bahwa Tuhan Yesus "tergerak hatinya oleh belas kasihan". Bedanya, pada saat-saat demikian Yesus tidak hanya tergerak hati-Nya tetapi juga bertindak secara praktis, yaitu menyembuhkan mereka yang sakit (ayat 14). Ya, simpati yang diikuti tindakan sekecil apa pun akan jauh lebih berarti daripada sekadar rasa kasihan -AYA

31 Juli 2008

Harus Dimainkan

Nats : Marilah kita ... berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus (Ibrani 12:1,2)
Bacaan : Ibrani 12:1-12

Di kota Cremona, Italia, didirikan sebuah museum biola. Di museum itu ada ratusan biola kenamaan yang dipajang, termasuk yang sudah berusia lebih dari tiga ratus tahun. Andrea Masconi ditugaskan untuk merawat biola-biola tersebut. Selama tiga puluh tahun, tiap pagi ia memainkan sekitar sepuluh biola bergantian. Tiap biola dimainkannya selama enam sampai tujuh menit. Tujuannya supaya kualitas suaranya tetap terjaga. "Kayu biola bagai otot manusia. Jika tidak dimainkan bakal cepat kendor dan rusak," katanya.

Otot rohani kita juga harus dipakai agar tetap berfungsi prima. Hidup kristiani bagaikan "perlombaan lari yang diwajibkan" (ayat 1). Tiap peserta harus melatih otot tubuhnya tiap hari. Memang melelahkan, tetapi itulah satu-satunya cara mempertahankan stamina otot. Dalam pertandingan iman, otot rohani bisa dilatih lewat ujian dan masalah. Tak heran, kadang Tuhan memberi "ganjaran" (ayat 7-9). Kadang kita dibiarkan menghadapi masalah rumit. Di waktu lain, kita dihadapkan dengan ujian iman yang berat. Lewat semua itu kita bisa melatih kesabaran, kepekaan, dan kebergantungan diri kepada-Nya. Dia menghajar kita untuk kebaikan kita (ayat 10).

Apakah Anda sering meragukan kasih Allah, ketika menempuh jalan hidup yang sulit? Pernahkan Anda merasa iri melihat orang lain hidup lebih nyaman, sedang hidup Anda penuh perjuangan? Percayalah, Allah mengizinkan banyak persoalan datang, karena Dia ingin terus membentuk hidup kita. Seperti Andrea Masconi, setiap pagi Dia menggesek dawai hidup kita supaya tetap berada dalam kondisi prima. Tidak kendur. Berjuanglah bersama-Nya -JTI



TIP #32: Gunakan Pencarian Khusus untuk melakukan pencarian Teks Alkitab, Tafsiran/Catatan, Studi Kamus, Ilustrasi, Artikel, Ref. Silang, Leksikon, Pertanyaan-Pertanyaan, Gambar, Himne, Topikal. Anda juga dapat mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan ayat-ayat yang anda inginkan melalui pencarian Referensi Ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA