Topik : Juruselamat

2 Desember 2002

Menghargai Sang Pribadi

Nats : Kami ... memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami (1Yohanes 1:2)
Bacaan : 1Yohanes 1:1-10

Hasil survei terhadap pengunjung dunia hiburan Walt Disney di Orlando menunjukkan bahwa ada banyak pengunjung yang berusia di bawah 15 tahun tidak tahu kalau Walt Disney itu adalah nama orang. Mereka mengira "Disney" hanyalah nama perusahaan. Ketika pengelola tempat itu berencana untuk mengadakan perayaan mengenang 100 tahun kelahiran Walt Disney, mereka berusaha menonjolkan kehidupan dan karya Walt Disney semasa hidupnya.

Natal masih beberapa minggu lagi. Namun, tidaklah terlalu awal bagi kita untuk mulai memikirkan cara merayakannya sedemikian rupa sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa Yesus pernah hidup di dunia ini sebagai manusia sejati. Apa yang dapat kita lakukan untuk memberikan kesaksian bahwa bayi yang lahir di Betlehem itu adalah Putra tunggal Allah yang memberikan nyawa-Nya untuk menyelamatkan kita dari dosa?

Rasul Yohanes, rekan sekerja Tuhan Yesus, mengajarkan bahwa sikap hidup kita sebagai orang yang sudah diampuni dan diubahkan menjadi kesaksian terbaik yang dapat kita berikan untuk menyatakan bahwa Yesus benar-benar Anak Allah, manusia sejati. Ia menulis, "Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa" (1 Yohanes1:7). Dan "barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang" (2:10).

Hadiah paling berharga yang dapat kita berikan adalah hidup kita yang menunjukkan keberadaan Kristus yang sungguh-sungguh nyata pada Natal tahun ini -David McCasland

20 Desember 2002

Para Gembala

Nats : Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan (Lukas 2:12)
Bacaan : Lukas 2:8-20

Seorang malaikat melintasi Yerusalem, pusat kegiatan keagamaan di Israel. Ia tidak pergi ke Herodium, vila Herodes yang ada di dekat Betlehem. Ia justru menampakkan diri kepada para gembala yang sedang menjaga kawanan ternak mereka (Lukas 2:8,9).

Saat itu, tak ada yang mengira kalau Alah akan tertarik kepada para gembala, atau sebaliknya, para gembala akan tertarik kepada Allah. Para gembala waktu ituterkenal sebagai orang-orang yang tidak religius. Oleh para rabi mereka disejajarkan dengan pelacur dan "kaum pendosa" lainnya. Mereka adalah sampah masyarakat yang dikucilkan oleh rohaniwan dan masyarakat yang terhormat. Para gembala itu berpikir bahwa Allah tidak akan menerima mereka, sehingga mereka pun takut kepada-Nya.

Namun, Allah berbicara kepada mereka. Saya rasa Dia tahu kalau para gembala ini sebenarnya diam-diam merindukan Allah, meskipun mereka seperti kebanyakan orang yang tampaknya tak peduli terhadap hal-hal rohani.

Kita semua sangat ingin mendapatkan sesuatu yang lebih. Dan sekeras apa pun usaha kita untuk tampil berkecukupan, lambat laun kita akan kehilangan sesuatu yang esensial: kasih, uang, waktu, atau kehidupan. Perasaan terasing, kesepian, dan ketakutan akan kematian menyadarkan kita bahwa kita perlu Juruselamat. Namun, di mana kita dapat menemukan Dia?

Firman yang disampaikan malaikat kepada para gembala begitu sederhana dan tanpa basa-basi: "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud" (Lukas 2:11). Anda pun dapat menemukan Dia –David Roper

22 Desember 2002

Sesuatu Terjadi di Sini

Nats : Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya (Yohanes 1:14)
Bacaan : Yohanes 1:1-14

Orang-orang kristiani dapat dikelompokkan menurut cara pandang mereka mengenai Natal. Sebagian orang menganggap Natal sebagai hari libur biasa dan saat berbelanja hadiah. Yang lainnya ingin menyelamatkan momen itu dan memanfaatkannya untuk mengatakan sesuatu yang penting tentang kelahiran Yesus kepada dunia sekuler yang sudah kering secara rohani. Saya lebih memilih berada dalam kelompok kedua.

Bertahun-tahun yang lalu, seorang pionir memimpin ekspedisi ke barat untuk melintasi daratan luas Amerika Utara. Lalu tibalah ia di sebuah tepian curam di Grand Canyon. Ia tertegun melihat pemandangan di hadapannya; jurang sedalam 1,5 km dan selebar 29 km terhampar begitu luas. Ia menghela napas dan berkata, "Pasti pernah terjadi sesuatu di sini!"

Saat menjelang Natal, siapa pun yang memberi perhatian untuk melihat dan mendengarkan segala sesuatu yang terjadi pasti akan bertanya mengapa orang-orang melakukan segala aktivitas itu dengan tergesa- gesa. Seseorang yang melihat meriahnya lampu-lampu, dekorasi, pesta- pesta, dan acara-acara rohani mungkin juga akan berpikir, "Pasti pernah terjadi sesuatu di sini."

Tentu saja, pernah terjadi sesuatu. Kita perlu menyampaikannya pada dunia. Allah telah mengunjungi planet kita. Putra-Nya, Yesus Kristus telah datang untuk menyatakan keberadaan Allah dan untuk mati bagi dosa-dosa kita (Yohanes 1:1-14). Ini adalah berita yang terindah! Tuhan datang dan hidup di antara kita sehingga kita dapat hidup selamanya bersama Dia.

Itu sebabnya kita bersukacita di hari Natal –Haddon Robinson

28 Desember 2002

Seberapa Berhargakah Anda?

Nats : Kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya (Roma 5:10)
Bacaan : Mazmur 49:2-16

Seorang mahasiswa Universitas Washington yang sedang jenuh menggunakan jasa situs lelang di internet untuk menjual nyawanya kepada penawar tertinggi. Ternyata tawaran tertinggi hanya mencapai 400 dolar!

Karena nyawa bukan suatu benda, maka nyawa tak dapat dipisahkan dari tubuh layaknya sebuah organ tubuh seperti jantung. Mahasiswa itu terpaksa mengakuinya, "Saya rasa penawar tertinggi tidak akan dapat mengoleksi nyawa saya."

Tawaran dari pemuda di atas mengingatkan kita pada pertanyaan serius Sang Juruselamat dalam Matius 16:26, "Apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" Saat Dia menantang para pendengar-Nya untuk merenungkan hari penghakiman yang akan datang, Yesus berkata bahwa seisi dunia ini tak ada artinya dibanding harga sebuah nyawa.

Jadi, pertanyaan tentang seberapa berharga diri kita tidak tergantung pada harta yang kita miliki. Penulis Mazmur 49 menunjukkan kebodohan orang-orang yang lebih menghargai harta daripada nyawa mereka. Pemazmur justru memandang kepada Tuhan dengan meyakini bahwa Dia "akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati" (ayat 16).

Allah sangat menghargai kita, sehingga Dia mengutus Yesus ke dalam dunia sebagai manusia. Dia bertumbuh besar dan kemudian mati di kayu salib untuk membayar harga penebusan kita (Roma 5:6-21).

Seberapa berhargakah Anda? Untuk mengetahui jawabannya, pandanglah palungan di Betlehem dan salib di Bukit Kalvari –Vernon Grounds

9 April 2003

Dia Mati untuk Saya!

Nats : Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya (Matius 27:42)
Bacaan : Yesaya 53

William dan Mary Tanner sedang melintasi rel kereta api saat peristiwa itu terjadi. Kaki Mary terpeleset dan terjepit di antara rel dan kayu yang melintang. Dengan kalut ia berusaha membebaskan kakinya. Namun, saat itu juga terdengarlah suara kereta api yang mendekat. Kereta api ekspres itu telah sampai di tikungan, dan dalam beberapa detik kereta itu akan menerjangnya. Will Tanner pun menarik kaki Mary. Dengan putus asa ia berusaha keras membebaskan kaki Mary. Namun, usaha mereka sia- sia.

Kereta itu semakin mendekat. Peluitnya melengking dan remnya berdecit. Saat itu juga Will memeluk Mary. Orang-orang bergidik ngeri saat kereta itu menerjang pasangan tersebut. Salah seorang saksi mata berkata bahwa sesaat sebelum kereta itu melindas mereka, ia mendengar lelaki pemberani itu berteriak, “Aku akan menemanimu, Mary!” Sungguh cinta yang luar biasa!

Kisah ini mengingatkan saya akan Sang Juruselamat, yang mengasihi kita dengan cinta yang dapat menyelamatkan kita (Yohanes 3:16). Kematian menerjang-Nya saat Dia disalib untuk menebus segala dosa kita. Dia mendengar orang-orang berteriak meminta-Nya menyelamatkan diri dan turun dari salib (Matius 27:40). Namun, untuk menyelamatkan manusia, Dia memilih untuk tidak menyelamatkan diri-Nya sendiri (ayat 42).

Dengan kasih ilahi yang penuh pengurbanan, Yesus menolak menyelamatkan nyawa-Nya sendiri. Dia mati agar dapat memberikan pengampunan atas dosa-dosa kita. Juruselamat kita tetap bertahan di kayu salib untuk Anda dan saya --M.R. De Haan, M.D.

10 April 2003

Salib dan Mahkota

Nats : ... demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:14,15)
Bacaan : Yohanes 3:13-21

Pada bulan April 2002, bersama ribuan orang di London, saya berbaris menuju peti jenazah almarhum Ibu Suri Kerajaan Inggris. Saat itu, orang-orang diperkenankan melihat jenazahnya sebelum dikubur. Dalam keheningan yang menyelimuti Westminster Hall, saya terpana melihat mahkota sangat indah yang terletak di atas peti mati dan salib yang berdiri di dekatnya sebagai simbol dari hidup dan imannya. Kami datang untuk memberi penghormatan terakhir kepada anggota keluarga kerajaan yang kami kasihi. Namun, saat merenung pada malam harinya, jelas bagi saya bahwa salib Yesus jauh lebih berharga daripada mahkota apa pun.

Bagi semua orang yang mempercayai Kristus, salib menyimbolkan pengharapan, baik dalam kehidupan maupun kematian. Apa pun posisi kekuasaan yang kita warisi atau dapatkan, semua itu takkan kita bawa ke liang kubur. Sebaliknya, Kristus adalah Sang Pemberi Hidup, kini dan selamanya.

Sebelum kematian-Nya di kayu salib, Yesus berkata, “Dan sama seperti Musa yang meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:14,15).

Salib menyatakan pengampunan dan perdamaian dari Allah. Salib menunjuk pada kebaikan Kristus, dan bukan pada kebaikan kita. Saat kita memasuki gerbang kematian, kita harus meninggalkan “mahkota duniawi” kita. Harapan kita satu-satunya adalah berada di dekat Juruselamat kita yang rela mati supaya kita beroleh hidup kekal --David McCasland

13 April 2003

Tawaran Raja

Nats : Orang banyak ... berseru, katanya: “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan” (Matius 21:9)
Bacaan : Matius 21:1-11

Saya sering bertanya-tanya, betapa banyak orang yang dengan antusias berseru, “Hosana!” pada hari Minggu Palma, tetapi beberapa hari kemudian mereka berteriak, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Sebagian orang mungkin sangat kecewa, bahkan marah, karena Kristus tidak menggunakan kuasa mukjizat-Nya untuk mendirikan kerajaan duniawi. Bukankah dengan diarak masuk ke Yerusalem, Dia telah menciptakan kesempatan emas untuk memperoleh dukungan rakyat? Bukankah Dia menawarkan diri-Nya sendiri sebagai raja?

Banyak orang Yahudi gagal menyadari bahwa sebelum Yesus menyatakan kedaulatan-Nya secara terbuka, Dia terlebih dahulu harus bertakhta dalam hati mereka. Kebutuhan terbesar mereka bukanlah pembebasan dari belenggu Kaisar, melainkan pembebasan dari kecongkakan, sikap bangga terhadap diri sendiri, dan pemberontakan melawan Allah. Yang mereka inginkan adalah kerajaan nyata seperti yang telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama bersama semua kekayaan materinya. Namun, Mesias pertama-tama harus mati bagi dosa-dosa manusia, dan bangkit kembali untuk mendirikan dasar bagi prinsip kerohanian.

Hal yang sama juga terjadi pada masa kini. Kristus tidak menawarkan kekebalan dari kesulitan hidup, kesembuhan dari setiap penyakit, atau janji akan kesuksesan finansial. Yang Sang Raja janjikan hari ini adalah diri-Nya sendiri sebagai kurban atas dosa-dosa kita, dan tantangan untuk melayani Dia. Jika kita bersedia menerima tawaran-Nya, kita tidak akan merasa kecewa --Dennis De Haan

25 April 2003

Pandangan Sekilas

Nats : Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus (Galatia 6:14)
Bacaan : Efesus 2:14-18

Para pelancong yang melintasi dataran Groom, Texas, pasti akan merasa takjub karena melihat pemandangan yang luar biasa. Samar-samar sebuah salib setinggi 58 meter tampak menjulang ke langit. Simbol iman kristiani yang berukuran raksasa itu didirikan oleh Steve Thomas dengan harapan supaya siapa pun yang melihatnya akan datang kepada Yesus. Ketika karyanya itu selesai dan diresmikan, ia berkata, “Kami rindu ada sejumlah orang yang pada akhirnya akan mengikut Kristus setelah melihat salib ini.”

Seluruh umat kristiani bersyukur ketika orang yang belum percaya dapat memberi perhatian kepada Yesus Kristus dan salib. Sekalipun mungkin hanya sekilas, tetapi siapa tahu reaksi yang sangat singkat itu dapat bermakna bagi keselamatan sebuah jiwa? Mungkin saja seorang pendosa tiba-tiba mulai memikirkan mengapa Yesus bersedia mati di atas kayu salib. Barangkali hal ini akan mendorongnya untuk mencari jawaban dari Alkitab atau dari orang-orang kristiani yang ia kenal.

Lalu bagaimana dengan kita sendiri sebagai umat kristiani? Sewaktu kita terburu-buru menjalani hidup yang acap kali menjemukan, apakah kita bersyukur untuk setiap simbol yang mengingatkan kita kepada kasih Bapa kita, yang mengutus Putra-Nya untuk mati? Melalui salib, Yesus telah mempersatukan kita dengan Allah dan memberi kita damai-Nya (Efesus 2:14,16). Pada hari ini juga, luangkanlah waktu untuk merenungkan makna salib, sehingga hati Anda dipenuhi dengan pujian bagi Sang Juruselamat --Vernon Grounds

31 Agustus 2003

Yesus yang Sejati

Nats : Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup (Matius 16:16)
Bacaan : Matius 16:13-20

Siapakah Yesus itu? Jika kita melihat bagaimana Dia digambarkan hari-hari ini, hampir tidak mungkin kita dapat mengenali Dia sebagai Yesus yang dikisahkan di dalam Alkitab. Sebagian kelompok menambahkan apa yang dikatakan Alkitab tentang Dia, sementara kelompok yang lain menurunkan derajatnya menjadi manusia belaka, menyatakan bahwa Dia hanyalah seorang guru yang bijaksana atau penegak hukum yang hebat. Sebagian lainnya bahkan ingin menghilangkan Dia sama sekali.

Namun, ini bukanlah suatu hal baru, dan sudah terjadi selama hampir 2.000 tahun. Hal ini mengingatkan saya akan Thomas Jefferson, yang menulis Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat. Ia membaca Injil Perjanjian Baru sambil memegang gunting dan menggunting semua hal yang menunjuk pada keilahian Yesus. Hasilnya adalah The Jefferson Bible. Bahkan akhir-akhir ini orang-orang telah memperlakukan Alkitab dengan cara yang serupa.

Saat Yesus bertanya pada kedua belas murid-Nya tentang apa yang dikatakan orang-orang tentang diri-Nya, sebagian orang menjawab Elia, Yeremia, dan Yohanes Pembaptis. Namun semua jawaban ini tidak cukup. Baru kemudian Petrus menjawab dengan benar saat ia berkata, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup" (Matius 16:16).

Jangan tertipu dengan setiap penjelasan tentang Yesus yang tidak jelas, diragukan kebenarannya, atau salah, yang Anda baca, lihat, atau dengar. Tetaplah berpegang pada Alkitab. Saat orang-orang berusaha meminimalkan identitas-Nya, katakan kepada mereka dengan jelas siapa Yesus yang sejati! --Dave Egner

2 November 2003

Mencari Cinta

Nats : Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16)
Bacaan : Yohanes 3:16-21

Sebuah virus komputer bernama "The Love Bug" (Virus Cinta) menjalar ke seluruh dunia melalui e-mail, menjangkiti berjuta-juta komputer dalam waktu kurang dari 24 jam. Tampaknya orang-orang yang waspada seperti perakit software ternama pun tidak mampu menahan diri terhadap godaan untuk membuka pesan yang berjudul "Aku Cinta Kamu".

Beberapa analis mengatakan bahwa keberhasilan virus komputer yang menghancurkan itu, di samping mengungkapkan keringkihan mesin di dunia cyber kita, juga mengungkapkan betapa dalamnya kerinduan hati manusia. Jauh di dalam lubuk hati manusia, setiap orang di planet bumi ini sedang mencari cinta.

Bukan suatu kebetulan jika salah satu ayat terkenal dalam Alkitab adalah Yohanes 3:16. Ayat ini berbunyi, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Mungkinkah cinta yang paling kita rindukan adalah cinta Allah? Apakah Yesus Kristus adalah Pribadi istimewa yang sangat ingin kita cari, yang dapat membuat kita bertekuk lutut? Jika benar demikian, maka penerimaan akan cinta Allah di dalam Kristus dapat mengubah hidup kita melalui berbagai cara yang luar biasa. Pengharapan, kedamaian, dan gairah hidup -- semuanya timbul dari cinta akan Yesus.

Ketika Allah berfirman, "Aku mengasihimu", itulah pesan yang selama ini kita cari-cari. Pesan itu dapat mengubah hidup kita. Bagaimana Anda menanggapi-Nya hari ini? --David McCasland

26 November 2003

Dalam Hadirat-Nya

Nats : Maut telah ditelan dalam kemenangan (1Korintus 15:54)
Bacaan : 1 Korintus 15:50-58

Ketika jemaat di sekeliling saya menyanyikan bait terakhir lagu "Ajaib Benar Anugerah" (Amazing Grace), saya tidak mampu ikut bernyanyi bersama mereka. Saya justru menyeka air mata ketika membaca kata-kata John Newton, "Meski selaksa tahun lenyap di surga mulia, rasanya baru sekejap memuji nama-Nya." Saat itu saya tidak tertarik dengan 10.000 tahun (selaksa) di surga. Yang saya pikirkan hanyalah bahwa putri saya yang berusia 17 tahun telah berada di sana. Melissa, yang beberapa bulan kemudian akan masuk sekolah menengah atas, telah berada di surga. Ia telah mengalami kekekalan yang hanya dapat kita bicarakan dan nyanyikan.

Sejak Melissa meninggal karena kecelakaan mobil pada musim semi tahun 2002, surga memiliki arti baru bagi keluarga kami. Karena putri remaja kami yang cerdas dan cantik itu telah mempercayai Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya, kami tahu ia telah berada di surga. Seperti yang dikatakan Paulus, "Maut telah ditelan dalam kemenangan" (1Korintus 15:54). Bagi kami, surga bahkan menjadi semakin nyata. Kami sadar bahwa ketika kami berbicara dengan Allah, kami sedang berbicara dengan Dia yang menerima Melissa kami di dalam hadirat-Nya.

Kenyataan tentang surga merupakan salah satu kebenaran Alkitab yang paling mulia. Surga merupakan tempat yang nyata di mana orang-orang yang kita kasihi hidup di dalam hadirat Allah yang Mahabesar. Di sana mereka selamanya melayani dan menyanyikan pujian-pujian untuk-Nya. Semua itu karena anugerah-Nya yang luar biasa! --Dave Branon

1 Desember 2003

Terang yang Besar

Nats : Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar (Yesaya 9:1)
Bacaan : Yesaya 8:23-9:1-6

Pada suatu malam yang dingin di bulan Desember, saya menyetir mobil melintasi pegunungan Maryland barat. Setibanya di salah satu puncak pegunungan di dekat Taman Nasional Rocky Gap, perhatian saya tertuju pada lautan cahaya yang terang benderang. Astaga, apakah itu? pikir saya ketika melewati tapal batas antar-negara bagian. Cahaya berkilauan itu membuat saya penasaran, sehingga setelah delapan kilometer meninggalkan batas antar-negara bagian tersebut, saya berputar dan kembali ke sana untuk melihatnya lagi. Ternyata itu adalah lampu-lampu perayaan masyarakat setempat selama musim Natal. Jika berkendara di siang hari, saya tak akan melihat apa-apa. Namun pada malam hari, cahaya menakjubkan itu tidak dapat diabaikan begitu saja.

Bukankah aneh jika kita mengeluhkan kegelapan moral dan rohani dunia kita ini, padahal itu sebenarnya tempat yang tepat untuk menunjukkan kecemerlangan cahaya Tuhan Yesus Kristus. Pada hari Natal, kita sering membaca kata-kata nubuat ini: "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar" (Yesaya 9:1).

Yesus bersabda tentang diri-Nya sendiri, "Akulah terang dunia" (Yohanes 8:12), dan kepada para rasul-Nya, "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi" (Matius 5:14).

Dalam dunia yang gelap, orang yang pernah melihat terang yang besar akan bertanya mengapa terang itu tampak dan apa maknanya. Dan tugas kitalah untuk menjawabnya --David McCasland

6 Desember 2003

Segalanya untuk Dia

Nats : Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (Kolose 1:16)
Bacaan : Kolose 1:13-20

Judul ini hanyalah satu frasa pendek yang terdiri dari dua kata terakhir pada Kolose 1:16 -- "untuk Dia". Namun frasa pendek ini mengandung penafsiran Allah sendiri tentang sejarah. Dalam dua kata ini Dia menegaskan bahwa Yesus adalah penjelasan akhir dan lengkap tentang segala sesuatu.

Segala sesuatu yang telah terjadi dan yang akan terjadi, sedang bergerak melintasi waktu menuju klimaks, yaitu ketika setiap lidah akan mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Setiap lutut, entah itu pemujaan penuh syukur atau di bawah paksaan, akan bertelut di hadapan-Nya (Filipi 2:10,11).

Sejarawan Inggris, H.A.L. Fisher, tampaknya tidak memahami pandangan itu. Dengan sedih ia mengaku, "Orang-orang yang lebih bijak dan lebih terpelajar daripada saya telah menemukan sebuah alur, ritme, dan pola dalam sejarah. Namun, saya tidak melihat adanya keselarasan. Yang dapat saya lihat hanyalah keadaan genting yang susul-menyusul, seperti ombak yang berkejar-kejaran ... saya tidak melihat apa-apa kecuali sebuah permainan yang tak terduga dan tak dapat diramalkan."

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda tercengang oleh keadaan yang tampaknya seperti rentetan peristiwa tanpa tujuan? Jika demikian halnya, arahkan pandangan kepada Yesus sekali lagi, yakni pada kehidupan, kematian, kebangkitan, dan janji kedatangan-Nya kembali. Hati Anda yang galau akan dipenuhi dengan pengharapan dan keyakinan karena Anda sadar bahwa ada makna dan tujuan untuk setiap peristiwa di dunia ini -- ketika Anda hidup "untuk Dia" --Vernon Grounds

14 Desember 2003

Imanuel

Nats : Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel -- yang berarti: Allah menyertai kita (Matius 1:23)
Bacaan : Yesaya 8:1-10

Sejak hari Natal pertama 2.000 tahun yang lalu, jaminan bahwa Allah menyertai umat-Nya telah memiliki suatu makna yang baru. Sebelum Yesus lahir, umat Israel telah diyakinkan bahwa sekalipun mengalami penghakiman Allah, mereka dapat memiliki pengharapan karena Allah menyertai mereka (Yesaya 8:8,10). Namun mereka tidak betul-betul mengenal Allah sebagaimana yang kita alami sekarang.

Kita memiliki banyak keuntungan karena dengan membaca Perjanjian Baru, kita dapat melihat kemuliaan Allah "yang tampak pada wajah Kristus" (2Korintus 4:6). Dan kita dapat merasakan kehadiran-Nya dalam segala situasi kehidupan karena Dia nyata bagi kita melalui Roh Kudus (Roma 8:10-16).

Ketika saya merasa perlu diyakinkan kembali bahwa Allah menyertai saya, saya berpikir tentang Yesus yang telah dinyatakan dalam Perjanjian Baru. Saya merenungkan bagaimana Dia memeluk anak-anak kecil dalam dekapan-Nya dan memberkati mereka (Matius 19:13-15). Kemudian saya merenungkan penyaliban-Nya, yang mengingatkan saya pada semua yang telah ditanggung-Nya sebagai Juruselamat saya (ayat 27:27-54). Dan akhirnya, saya merenungkan janji-Nya, "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (ayat 28:20).

Kelahiran Yesus memberikan makna baru yang penting tentang nama Imanuel, yang artinya "Allah menyertai kita" (ayat 1:23). Karena Dia hidup di antara kita, mati bagi kita, dan mengutus Roh-Nya untuk tinggal di dalam kita, maka kita dapat bersukacita! --Herb Vander Lugt

19 Desember 2003

Di Manakah Bayi Yesus?

Nats : Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud (Lukas 2:11)
Bacaan : Lukas 2:1-12

Semua sepertinya dating lebih awal setiap tahunnya. Toko-toko memasang hiasan Natal. Surat kabar mengiklankan, "hadiah Natal sempurna". Iklan-iklan mainan menyelingi berbagai pertunjukan di televisi. Musik Natal berkumandang di mana-mana. Sebelum Anda sempat menyadarinya, ada jamuan makan yang harus Anda hadiri, pesta-pesta yang tidak bisa Anda lewatkan, hadiah-hadiah yang mesti dibungkus, pertemuan keluarga yang perlu direncanakan, kue-kue panggang yang harus disiapkan, dan seabrek kegiatan lain yang dapat mengimpit makna Natal yang sesungguhnya.

Delores Van Belkum bercerita kepada saya tentang cucu lelakinya yang menyatakan kritik tajam. Ayah dan ibunya selalu memakai gambaran palungan sederhana untuk menceritakan kepada Justin tentang Maria, Yusuf, dan bayi Yesus. Mereka ingin supaya ia memahami bahwa Anak yang lahir di Betlehem itu adalah Pribadi yang sangat istimewa. Ketika hari Natal sudah dekat, Justin pergi berbelanja bersama ibu dan neneknya. Seorang pelayan toko menunjukkan hiasan Santa, beberapa mainan, dan hiasan-hiasan dekorasi yang berkilauan kepadanya. Ia sangat terpesona. Namun ia menyampaikan sesuatu yang mengejutkan untuk anak kecil seusianya manakala ia mendongak ke atas dan berkata, "Tapi di manakah bayi Yesus?"

Pada Natal kali ini, marilah kita mengingat alasan paling utama dari perayaan ini, yaitu kelahiran Anak Allah. Maka, ketika orang mendengar kita berbicara dan mengamati kegiatan yang kita lakukan, mereka tidak akan bertanya, "Di manakah bayi Yesus?" --Dave Egner

24 Desember 2003

Cahaya Dalam Gelap

Nats : Akulah terang dunia; barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup (Yohanes 8:12)
Bacaan : Lukas 2:25-33

Seorang seniman sedang melukis pemandangan musim dingin. Salju menyelimuti tanah dan pohon-pohon pinus. Malam mulai menjelang, dan alam mulai terbungkus senja. Sebuah pondok kayu terlihat samar-samar dalam bayang-bayang. Seluruh pemandangan itu bernuansa suram.

Kemudian pelukis itu menggunakan sedikit cat kuning untuk memberi sinar terang dari sebuah lampu pada salah satu jendela di pondok itu. Cahaya satu-satunya itu, sinar keemasan yang memantul di salju, benar-benar mengubah kesan yang ditampakkan oleh lukisan tadi. Berlawanan dengan dingin dan gelapnya hutan di sekeliling pondok, cahaya di jendela itu justru menciptakan perasaan hangat dari kasih dan rasa aman.

Apa yang terlukis di kanvas itu adalah potret menyolok tentang salah satu peristiwa dramatis sepanjang sejarah. Ketika Yesus dilahirkan di sebuah kandang di Betlehem, secercah cahaya ditempatkan dalam dunia yang gelap karena dosa. Rasul Yohanes memberikan kesaksian, "Dalam Dia ada hidup, dan hidup itu adalah terang manusia" (Yohanes 1:4).

Dalam minggu ini, selama kita memperingati kelahiran Tuhan Yesus, marilah kita merenungkan betapa lebih cerahnya dunia sekarang ini oleh karena kedatangan-Nya. Yesus menyatakan, "Akulah terang dunia; barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yohanes 8:12).

Bagaimana Yesus mencerahkan kehidupan Anda? --Richard De Haan

25 Desember 2003

Pilihan Natal

Nats : Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka (Matius 2:10)
Bacaan : Matius 2:1-12

Kilauan dekorasi yang cerah, suara sukacita kidung Natal, anak-anak yang bergembira, dan ucapan riang "Selamat Natal", kadang-kadang memberi kesan bahwa setiap orang merasakan kegembiraan karena Yesus telah datang ke planet kita. Namun, saat ini, hal itu tidak sepenuhnya benar, dan sebelumnya pun tidak pernah demikian.

Berita kelahiran Yesus menimbulkan beragam reaksi. Orang-orang majus bersukacita menyambut dan menyembah Sang Juruselamat (Matius 2:10,11). Namun Raja Herodes begitu terkejut ketika mendengar hal itu, sehingga ia berusaha untuk menemukan dan membunuh bayi Yesus (ayat 3,4,16). Ternyata, kebanyakan orang tidak menyadari makna yang sebenarnya dari peristiwa penting ini.

Sampai hari ini, banyak orang menghormati Yesus dan bersukacita karena keselamatan mereka. Namun, banyak juga orang lain yang membenci-Nya. Mereka mengeluhkan nyanyian kidung Natal di pusat-pusat perbelanjaan dan pajangan bernuansa Natal di tempat-tempat umum. Yang lainnya lagi bersikap masa bodoh. Mereka turut merayakan perayaan Natal. Mungkin mereka juga turut menyanyikan lagu-lagu Natal. Namun mereka tidak pernah mengenal Yesus secara pribadi atau tidak tahu mengapa Dia datang ke dunia. Mereka tidak menyadari kebutuhan pribadi mereka untuk percaya kepada-Nya dan menerima-Nya sebagai Juruselamat.

Apakah Anda termasuk kelompok yang tidak peduli? Mengabaikan diri-Nya dan perintah-perintah-Nya berarti menolak Dia. Natal menuntut sebuah keputusan terhadap Kristus. Pilihan ada di tangan Anda --Herb Vander Lugt

26 Desember 2003

Cerita Seutuhnya

Nats : Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia (Wahyu 1:7)
Bacaan : Wahyu 1:1-8

Pada kesempatan ini kita berpikir tentang kelahiran Sang Juruselamat. Peristiwa kelahiran-Nya sangatlah penting. Namun, kita pun perlu merenungkan sungguh-sungguh tentang pelayanan yang Dia lakukan di dunia, kematian-Nya yang penuh pengurbanan, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya ke surga, dan janji tentang kedatangan-Nya kembali. Penebusan yang kita terima tidak akan sempurna bila salah satu unsur tersebut diabaikan. Karena itu, ini adalah saat yang tepat untuk berbagi dengan Anda sebuah puisi karya L.W. Beckley berjudul, "Cerita yang Tersisa".

Kami terbiasa bernyanyi tentang para gembala

Dan cahaya kemuliaan surgawi,

Tentang para malaikat dan pesan yang mereka bawa

Di malam kudus penuh kedamaian.

Tetapi begitu sering kita mengakhiri cerita ini

Ketika baru saja dimulai,

Karena kita gagal menyampaikan pesan

Bahwa Anak ini adalah Allah Putra.

Yang hadir di sini untuk memberikan diri-Nya sendiri sebagai persembahan,

Disalibkan pada sebuah kayu di Kalvari,

Darah-Nya memberikan pengampunan,

Pembasuhan yang sempurna, sepenuhnya, dan bebas.

Dan kubur itu, terpujilah Tuhan, telah kosong;

Yesus yang duduk di sebelah kanan Allah

Kini adalah Juruselamat yang penuh kasih dan kuasa;

Sampaikanlah kabar ini ke semua pulau!

Dia yang lahir di Betlehem tidak lain adalah Allah yang hadir sebagai manusia. Meskipun hidup-Nya sempurna, Dia mati secara menyedihkan untuk membayar dosa umat manusia. Sekarang Dia ada di surga, dan suatu saat Dia akan kembali. Betapa indahnya mengetahui cerita seutuhnya! --Richard De Haan

28 Desember 2003

Mimpi Seniman

Nats : Karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa (Wahyu 5:9)
Bacaan : Wahyu 5:1-10

Rita Snowden, pada tahun 1937, menulis sebuah buku berjudul If I Open My Door. Di dalamnya ia menceritakan tentang sebuah jemaat yang merencanakan untuk membangun tempat ibadah yang baru. Di bagian tengah gereja tersebut akan dipasangi jendela kaca berwarna dengan gambar anak-anak yang sedang menyembah Yesus.

Jemaat tersebut mempekerjakan seorang seniman untuk melukis sebuah gambar pada jendela yang sudah disiapkan. Ia memenuhi tugasnya, dan malam itu ia bermimpi mendengar suara gaduh di studionya. Ketika menyelidiki, ia melihat orang asing sedang mengubah lukisannya. Ia berteriak, "Hentikan! Anda merusak lukisan itu." Namun orang asing itu menjawab, "Kamulah yang telah merusakkannya." Sang penyusup itu kemudian menjelaskan bahwa wajah anak-anak itu semula hanya satu warna, tetapi ia membuatnya menjadi beragam warna. Ketika penyusup itu berkata bahwa ia menginginkan anak-anak dari seluruh bangsa dan ras dapat datang kepadanya, seniman itu akhirnya menyadari bahwa ia sedang berbicara dengan Yesus sendiri.

Di dalam dunia di mana perbedaan ras sering menyulut perpisahan dan konflik, orang-orang kristiani perlu mengusahakan kesatuan dan kedamaian. Yesus memanggul salib untuk membawa keselamatan bagi orang-orang dari setiap bangsa (Wahyu 5:9). Kesaksian dan persekutuan kita harus melampaui hambatan yang secara historis telah memisahkan keluarga umat manusia (Roma 1:16; Galatia 3:28).

Apakah kita menyatakan kasih Yesus kepada semua orang? --Vernon Grounds

25 Maret 2004

Salib Berbicara

Nats : Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci ... dan ... telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga (1 Korintus 15:3,4)
Bacaan : Kisah Para Rasul 2:22-39

Salib menghiasi menara-menara gereja dan menandai tempat-tempat pemakaman. Kadang kala salib juga menandai lokasi meninggalnya seseorang dalam kecelakaan di jalan raya. Dan salib kerap dipakai sebagai perhiasan.

Salib mengingatkan orang kepada Yesus Kristus. Saya menjadi sadar akan hal ini ketika seorang pengusaha yang melihat salib emas kecil di kerah jaket saya, bertanya, “Mengapa Anda memercayai Kristus?” Saya gembira mendapat kesempatan bersaksi tentang iman saya kepadanya.

Yesus mati di atas kayu salib bagi kita, tetapi kita tidak menyembah Juruselamat yang mati. Tubuh Tuhan kita diturunkan dari kayu salib dan dikuburkan, kemudian pada hari yang ketiga Dia muncul kembali dalam tubuh-Nya yang dimuliakan.

Salib memberikan gambaran yang menyeluruh kepada kita, yakni tentang kematian penebusan Tuhan untuk membayar harga dosa-dosa kita, dan kebangkitan-Nya untuk melepaskan kita dari kuasa maut.

Jika bukan itu tujuan kematian Kristus di kayu salib, kita semua tetap bersalah di hadapan Allah dan tidak berdaya ketika berhadapan dengan maut. Namun melalui iman kepada-Nya, kita menerima pengampunan atas segala dosa kita dan jaminan bahwa maut tak dapat mencengkeram kita.

Sudahkah Anda memandang pada salib dan menaruh iman kepada Pribadi yang telah mati di sana? Inilah satu-satunya cara yang pasti dan sempurna untuk pulih dari rasa bersalah dan rasa takut —Herb Vander Lugt

8 April 2004

Memanggul Salib-Nya

Nats : Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, … mereka paksa untuk memikul salib Yesus (Markus 15:21)
Bacaan : Markus 15:16-21

Dalam pandangan kebanyakan orang yang termasuk dalam kerumunan orang banyak, Yesus adalah sosok penjahat biasa yang sedang digiring menuju tempat eksekusi. Karena itu, membantu-Nya memikul salib adalah tindakan yang hina dan memalukan.

Simon dari Kirene memang dipaksa untuk melakukan tugas ini (Markus 15:21). Namun, mungkin hari itu merupakan hari yang paling mulia di dalam hidupnya. Mungkin ia menjadi percaya kepada Juruselamat, dan imannya itu diikuti oleh istri beserta anak-anaknya. Beberapa guru Alkitab sampai pada kesimpulan tersebut karena bertahun-tahun kemudian, ketika Rasul Paulus mengirimkan salamnya kepada jemaat di kota Roma, ia menyebut seorang laki-laki bernama Rufus dan ibunya (Roma 16:13). Saya yakin orang itu adalah anak laki-laki Simon yang disebutkan Markus dalam injilnya (15:21) yang mungkin ditulis di Roma. Sepertinya ini yang menjadi alasan Markus menulis bahwa Simon adalah ayah Rufus dan Aleksander.

Manakala kita berjalan bersama Yesus dan “memikul salib” (Lukas 9:23), kita juga akan mendapatkan cemooh dari dunia karena kita memiliki hubungan yang erat dengan Sang Juruselamat. Namun melalui semuanya itu, seperti halnya Simon dari Kirene, hidup kita akan diubahkan, dan kesaksian kita akan menimbulkan dampak pada kehidupan keluarga serta teman-teman yang berada di sekitar kita.

Simon memang “dipaksa” untuk memikul salib Yesus (Markus 15:21). Namun, Yesus mengundang kita untuk memikul salib kita. Sudahkah Anda menerima undangan-Nya? —Henry Bosch

11 April 2004

Harapan yang Pasti

Nats : Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal (1 Korintus 15:20)
Bacaan : 1 Korintus 15:12-20

Konrad Adenauer, mantan kanselir Jerman Barat, berkata, “Jika Yesus Kristus hidup, maka dunia memiliki harapan. Jika tidak, saya tidak dapat melihat seberkas pun sinar harapan bagi dunia.” Kemudian ia menambahkan, “Saya percaya kebangkitan Kristus merupakan salah satu fakta sejarah yang paling sahih.”

Kebangkitan Kristus dan kebangkitan kita adalah satu. Demikianlah pemikiran Paulus dalam 1 Korintus 15. Dan jika Kristus tidak bangkit dari kubur, apa yang tersisa? Pengajaran yang kosong (ayat 14), kesaksian palsu (ayat 15), iman yang sia-sia (ayat 17), dosa yang tidak terampuni (ayat 17), tidak adanya kehidupan setelah kematian (ayat 18), dan tidak adanya harapan (ayat 19).

Namun, Kristus benar-benar bangkit dari kubur. Paulus menegaskan bukti kebangkitan-Nya dalam ayat 1-11. Ia menyebutkan daftar para saksi terpercaya yang menyaksikan kebangkitan Tuhan: Petrus (ayat 5), 500 orang (ayat 6), semua murid (ayat 7), dan Paulus sendiri (ayat 8).

Ketika filsuf Yunani Sokrates terbaring sekarat, teman-temannya bertanya, “Akankah kita hidup lagi?” Ia hanya bisa menjawab, “Saya harap demikian.” Sebaliknya, malam sebelum penulis dan penjelajah Sir Walter Raleigh dipenggal kepalanya, ia menulis dalam Alkitabnya, “Dari bumi ini, kubur ini, debu ini, Allahku akan membangkitkan aku.”

Jika kita memercayai Kristus sebagai Juruselamat, kita tidak akan mengatakan, “Saya harap demikian” mengenai kebangkitan kita. Kebangkitan Kristus memberikan harapan yang pasti kepada kita —Dennis De Haan

20 Mei 2004

Peristiwa Besar

Nats : Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia (Wahyu 1:7)
Bacaan : Yohanes 13:33-14:3

Tahukah Anda bahwa jenis huruf terbesar yang digunakan oleh kebanyakan surat kabar untuk berita utama tentang berbagai peristiwa yang sangat menakjubkan, disebut huruf “second coming” [kedatangan kedua]? Huruf-huruf hitam yang tercetak tebal itu hanya diperuntukkan bagi berita luar biasa yang terpampang di halaman depan surat kabar. Jenis huruf yang menarik ini telah dipakai untuk memberitakan meletus dan berakhirnya peperangan, pendaratan manusia di bulan, pemenang dalam pemilihan presiden, berbagai bencana alam, dan peristiwa-peristiwa penting lainnya.

Kelak manusia akan menyaksikan peristiwa besar yang juga dinamakan “kedatangan kedua”, sama seperti sebutan huruf tersebut, yakni kedatangan Yesus Kristus untuk kedua kalinya ke dunia. Betapa luar biasanya hari itu! Pribadi yang naik ke surga pada masa lampau akan kembali ke dunia ini. Kedatangan Tuhan kembali akan menjadi peristiwa fenomenal yang akan menyita perhatian dunia.

Ketika Yesus berkata kepada para murid bahwa Dia akan meninggalkan mereka, Petrus mengajukan banyak pertanyaan (Yohanes 13:36,37). Yesus tidak menjelaskan kapan Dia kembali. Sebaliknya, Dia justru menenangkan para murid-Nya dengan mengatakan bahwa Dia akan menyediakan tempat bagi mereka dan suatu hari nanti Dia akan “datang kembali” (14:2,3).

Ketika Sang Juruselamat datang kembali ke dunia ini, kedatangan-Nya tersebut akan menyita perhatian seluruh penduduk dunia. Peristiwa kedatangan Yesus itu akan menjadi sebuah berita utama! —Dave Egner

31 Mei 2004

Mengingat

Nats : Waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah (Roma 5:6)
Bacaan : Yohanes 19:1-8

Perdana Menteri Winston Churchill memberikan penghormatan bagi para anggota Royal Air Force yang telah membela Inggris selama Perang Dunia II. Sambil bercerita panjang lebar tentang jasa mereka yang penuh keberanian itu, Churchill berkata, “Dalam sejarah manusia, tak pernah ada begitu banyak orang berutang budi pada segelintir orang.”

Pendapat serupa tertera pada plakat peringatan di Bastogne, Belgia, tempat terjadinya Pertempuran Bulge yang terkenal, yakni salah satu konflik paling berdarah pada Perang Dunia II. Tulisan untuk menghormati Divisi Angkatan Udara Amerika Serikat ke-101 itu berbunyi: “Jarang terjadi begitu banyak darah orang Amerika tertumpah dalam satu kali serangan. Ya Tuhan, tolonglah kami untuk mengingat hal ini!”

Ini semua merupakan penghormatan yang tepat dan layak bagi para pria dan wanita pemberani yang telah berkorban begitu besar bagi negara mereka.

Ketika merenungkan pengorbanan mereka, saya pun teringat pada Pribadi yang pengurbanan-Nya sangat berarti bagi manusia dari segala bangsa. Yesus Kristus, Pribadi tanpa dosa, mati di kayu salib dan menumpahkan darah-Nya untuk menebus dosa kita. Dengan demikian, Dia menjamin kebebasan kita, yakni kebebasan dari hukuman dosa, kuasa dosa, dan bahkan dosa yang akan terjadi kelak. Tentang Yesus, kita dapat berkata, “Tak pernah ada dalam sejarah manusia begitu banyak orang berutang budi kepada satu Pribadi. Pengurbanan-Nya merupakan pengurbanan yang terbesar.”

Ya Tuhan, tolonglah kami untuk mengingat hal itu! —Richard De Haan

11 Juli 2004

Pohon Kehidupan

Nats : [Yesus] sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib (1 Petrus 2:24)
Bacaan : Matius 27:27-35

Pohon willow yang batangnya bertonjolan berdiri kokoh di halaman belakang rumah kami selama lebih dari 20 tahun. Pohon itu menaungi keempat anak kami saat mereka bermain di halaman, dan menyediakan tempat tinggal bagi tupai-tupai di sekitarnya. Namun, musim semi tiba dan ternyata pohon itu tidak terbangun dari tidur musim dinginnya, maka sudah waktunya untuk menebang pohon itu.

Setiap hari selama seminggu saya mengerjakan pohon itu -- pertama merobohkannya, kemudian membelah pohon yang sudah berusia dua dekade itu menjadi potongan-potongan yang mudah disusun. Pekerjaan itu memberi waktu kepada saya untuk merenung tentang pepohonan.

Saya berpikir tentang pohon pertama, pohon yang menghasilkan buah yang dimakan Adam dan Hawa karena mereka tidak dapat menahan diri (Kejadian 3:6). Allah memakai pohon itu untuk menguji kesetiaan dan keyakinan mereka. Lalu di dalam Mazmur 1 terdapat pula pohon yang mengingatkan kita akan hidup dalam kesalehan yang menghasilkan buah. Dan di dalam Amsal 3:18, hikmat dipersonifikasikan sebagai pohon kehidupan.

Namun, yang paling penting adalah batang pohon yang dipindahkan, yakni salib kasar di Kalvari yang ditebang dari sebuah pohon yang kokoh. Di sanalah Juruselamat kita tergantung di antara langit dan bumi untuk menanggung semua dosa setiap generasi di bahu-Nya. Salib itu berdiri di atas semua pohon sebagai lambang kasih, pengurbanan, dan keselamatan.

Di Kalvari, Putra tunggal Allah menderita kematian mengerikan pada sebuah salib. Itulah pohon kehidupan bagi kita —Dave Branon

14 Juli 2004

Petunjuk Sikap Diam

Nats : Imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia .... Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi (Markus 15:3,5)
Bacaan : Yesaya 53

Kisah Silver Blaze karangan Sir Arthur Conan Doyle bermuara di sekitar petunjuk berupa sikap diam. Detektif Sherlock Holmes menyelidiki pencurian seekor kuda pacu yang mahal harganya, dan kuda itu dijaga oleh seekor anjing penjaga. Saat mengumpulkan bukti, Holmes mendapati bahwa anjing itu tidak menggonggong saat pencurian berlangsung. Sang detektif pun mengambil kesimpulan bahwa anjing itu mengenal si pelaku, dan petunjuk ini akhirnya membawa pada terbongkarnya kasus kejahatan tersebut.

Alkitab memberikan banyak petunjuk bagi siapa pun yang menyelidiki identitas Yesus. Salah satu petunjuk adalah sikap diam-Nya. Berabad-abad sebelum Yesus hidup di dunia ini, Nabi Yesaya menulis tentang Dia, “Seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya” (Yesaya 53:7). Makna bagian firman Tuhan ini tetap tidak jelas, dan baru jelas ketika Yesus dibawa ke hadapan para penuduh-Nya dan Dia “sama sekali tidak menjawab” (Markus 15:5).

Ini hanyalah sebuah bukti kecil, tetapi penting, terutama ketika digabungkan dengan petunjuk-petunjuk yang lain: kelahiran-Nya di Bethlehem (Mikha 5:1; Lukas 2:4), silsilah-Nya sebagai keturunan Daud (Yesaya 11:10; Lukas 3:31), dan pembuangan undi untuk jubah-Nya (Mazmur 22:19; Yohanes 19:23,24). Semua petunjuk itu dan lebih dari 200 nubuatan lain yang telah digenapi memberikan bukti-bukti yang luar biasa mengenai identitas Yesus.

Dialah Sang Mesias, Anak Allah, Juruselamat bagi semua orang yang percaya kepada-Nya —Dave Egner

17 Juli 2004

Warisan Adam

Nats : Oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar (Roma 5:19)
Bacaan : Roma 5:12-21

Jackson, cucu lelaki kami yang baru lahir, berwajah tampan, kulitnya lembut tanpa cela, dan memiliki sepuluh jari mungil di kedua tangan dan kakinya. Bagaimana mungkin seorang kakek yang bangga tidak melihatnya sebagai bayi yang “sempurna”? Pasti ia adalah sebuah keajaiban bentukan ilahi (Mazmur 139:13,14).

Rasul Paulus memberi kita suatu pandangan yang lebih luas tentang bayi mungil yang “sempurna” seperti itu ketika ia menulis, “Dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga ... maut telah menjalar. Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang dibuat oleh Adam” (Roma 5:12-14). Dengan kata lain, tiap anak lahir dengan kecenderungan untuk berbuat dosa. Tetapi perkataan Paulus itu belum selesai. Ia juga menulis tentang Yesus, “Adam yang akhir” yang menjadi “roh yang menghidupkan” (1 Korintus 15:45).

Lama setelah dosa pertama manusia, seorang bayi yang merupakan perwujudan Allah telah lahir (Yohanes 1:14). Allah membuat Kristus, “yang tidak mengenal dosa ... menjadi dosa karena kita” (2 Korintus 5:21). Ketika kita memercayai Yesus sebagai Juruselamat, Roh Kudus menciptakan suatu keinginan baru dalam diri kita untuk melakukan perbuatan yang menyenangkan Allah. Daging masih memiliki daya tarik, tetapi daya tarik Roh lebih kuat.

Di dalam “Adam yang pertama”, kita semua adalah pendosa. Tetapi marilah kita mengarahkan perhatian pada siapakah kita di dalam Yesus “Adam yang akhir” —Dennis De Haan

15 Agustus 2004

Sepaket Lengkap

Nats : Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1Korintus 6:20)
Bacaan : Kolose 1:19-23

Sudah bertahun-tahun keluarga kami tinggal di rumah yang sama, dan sekarang tibalah saatnya bagi kami untuk menikmati suasana yang berbeda. Akhirnya kami menemukan rumah yang kami sukai, dan melakukan penawaran untuk membelinya.

Kami harus memastikan apakah rumah itu dijual beserta lemari es dan kompornya. Namun, kami tahu ada beberapa barang yang tidak ikut dijual. Perabot tidak termasuk dalam penjualan rumah itu. Dan sambil bergurau saya bertanya apakah kami juga akan mendapatkan mobil yang disimpan di garasi rumah itu.

Ketika membeli rumah, Anda mungkin tidak mendapatkan rumah yang lengkap beserta isinya. Biasanya sang pemilik lama membawa serta barang-barang miliknya, meskipun mungkin Anda diberi pilihan untuk membeli sebagian barang tersebut.

Banyak hal dalam hidup ini dapat dipilih mana yang akan dibeli. Tetapi itu tidak berlaku bagi iman kita di dalam Yesus Kristus. Ketika Yesus membeli kita dengan darah-Nya di atas kayu salib, Dia tidak hanya mendapatkan sebagian diri kita. Dia bukan hanya Tuhan atas hal-hal religius; Dia memiliki segalanya. Jadi, mengapa kadang kala kita hidup seolah-olah sebagian diri kita bukan milik Yesus? Itu tidak adil bagi Sang Pembeli.

"Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar," tulis Paulus. "Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:20).

Kristus membeli kita secara utuh -- tubuh, jiwa, dan roh. Pastikanlah bahwa kita mengizinkan-Nya memakai diri kita seutuhnya bagi kemuliaan-Nya --Dave Branon

8 Oktober 2004

Datanglah Kepada-ku

Nats : Akulah roti hidup; barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi (Yohanes 6:35)
Bacaan : Yohanes 6:30-40

Ketika Yesus hidup di bumi ini, Dia mengundang orang-orang untuk datang kepada-Nya. Dan sampai hari ini pun Dia masih melakukan hal itu (Yohanes 6:35). Tetapi apakah yang kita butuhkan dari yang dimiliki Yesus dan Bapa-Nya di surga?

Keselamatan. Yesus merupakan satu-satunya jalan untuk memperoleh pengampunan dosa dan janji surga. "Setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:15).

Tujuan. Kita harus memberikan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan kita untuk mengikuti Yesus. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku" (Markus 8:34).

Penghiburan. Di dalam ujian atau dukacita, "Allah sumber segala penghiburan ... menghibur kami dalam segala penderitaan kami" (2 Korintus 1:3,4).

Hikmat. Kita membutuhkan hikmat di luar hikmat kita sendiri untuk mengambil keputusan. "Apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, ... maka hal itu akan diberikan kepadanya" (Yakobus 1:5).

Kekuatan. Saat kita lemah, "Tuhan kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya" (Mazmur 29:11).

Hidup berkelimpahan. Hidup yang berkelimpahan didapati di dalam hubungan dengan Yesus. "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yohanes 10:10).

Yesus berkata, "Barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang" (Yohanes 6:37). Karena itu, datanglah! --Anne Cetas

14 Oktober 2004

Kepenuhan Hidup

Nats : Hai, anak-Ku, dosamu sudah diampuni! ... Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu! (Markus 2:5,11)
Bacaan : Markus 2:1-12

Seorang wanita pekerja sosial bercerita kepada rekan-rekannya tentang seorang anak laki-laki yang tinggal di sebuah perkampungan kumuh. Tubuhnya hampir tak berbentuk setelah ditabrak sebuah mobil beberapa bulan sebelumnya dan ia belum menerima perawatan medis yang sesuai.

Walaupun bukan bagian dari tugasnya, ia membawa anak itu kepada seorang ortopedis, yang kemudian membedah kedua kakinya. Dua tahun kemudian, anak tersebut dapat berjalan memasuki kantor sang pekerja sosial tanpa menggunakan tongkat. Ia telah benar-benar sembuh. Keduanya saling berpelukan. "Seandainya tidak ada lagi hal lain yang saya capai dalam hidup ini," kata sang pekerja sosial kepada dirinya sendiri, "saya telah membuat sebuah perubahan nyata, paling tidak dengan satu anak ini!"

Ia berhenti sebentar, kemudian berkata kepada rekan-rekannya, "Peristiwa ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Menurut kalian, di manakah anak itu sekarang?" Sebagian teman-temannya berpendapat bahwa ia mungkin telah menjadi guru, dokter, atau pekerja sosial. Dengan sangat sedih, wanita itu menjawab, "Tidak, ia kini masuk penjara karena telah melakukan satu kejahatan terkejam yang dapat diperbuat oleh manusia. Saya memang mengajarinya untuk dapat berjalan lagi, namun tidak ada yang mengajari dia ke mana harus berjalan."

Oleh sebab itu, kita harus mengarahkan orang kepada Yesus. Melalui Dia, mereka yang memiliki tubuh, impian, rumah tangga, dan hati yang hancur akan menerima kepenuhan hidup --Haddon Robinson

20 Oktober 2004

Hadiah Kasih Karunia

Nats : Kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya (2Korintus 8:9)
Bacaan : 2Korintus 8:7-15

Di sekolah menengah atas di Amerika Serikat, terpilih menjadi ratu pada acara temu-alumni merupakan penghargaan besar bagi setiap gadis. Namun ketika sebuah sekolah menengah atas di dekat Houston, Texas, memahkotai Shannon Jones, hal itu merupakan saat istimewa baginya dan bagi semua orang di komunitas tersebut. Shannon yang berusia sembilan belas tahun adalah atlet pemenang penghargaan dan anggota aktif dari kelompok pemuda di gerejanya. Ia menderita sindrom Down sejak lahir.

Shannon tahu bahwa pengalaman sekali-seumur-hidup ini adalah hadiah dari adik perempuannya, Lindsey, yang mengusulkan pemilihan dirinya. Ayah mereka berkata, "Saya sangat bangga dengan Lindsey. Mungkin jauh di lubuk hatinya, ini adalah sesuatu yang ia sendiri inginkan." Namun, ia membuat Shannon dapat mengalami hal ini.

Tindakan-tindakan kasih yang paling mengagumkan dari manusia hanyalah bayangan dari hadiah tak terukur yang telah diberikan oleh Juruselamat kita. Paulus menulis, "Kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya" (2 Korintus 8:9).

Kristus meninggalkan kemuliaan-Nya di surga dan mati di atas kayu salib bagi dosa kita agar kita dapat diampuni melalui iman kepada-Nya. Pengorbanan-Nya didasarkan atas kasih-Nya, bukan atas kebaikan kita. Keberadaan kita dan semua yang kita miliki merupakan hadiah kasih karunia yang penuh kasih dari Sang Juruselamat --David McCasland

11 November 2004

Penderitaan di Salib

Nats : [Yesus] telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Filipi 2:8)
Bacaan : Yesaya 53

Sebagai orang kristiani, kita pasti me-mahami makna rohani pengurbananKristus di bukit Kalvari. Namun, kita dapat dengan mudah melupakan penderitaan hebat yang ditanggung Kristus di sana. Hal yang paling buruk pada peristiwa itu adalah keterpisahan-Nya dengan Bapa. Namun, penderitaan jasmani yang dialami-Nya pun sangat mengenaskan, di luar akal manusia.

Dalam bukunya Dare To Believe, Dan Baumann membagikan beberapa pemikiran yang dapat memperdalam syukur kita terhadap tindakan Juruselamat bagi kita. “Kita mungkin pernah secara tidak bijaksana, atau kadang tidak sadar, telah membuat salib menjadi barang mewah. Berbagai perhiasan dan menara salib memang indah dan menarik, tetapi tidak menampakkan makna penyaliban yang sebenarnya. Penyaliban adalah metode hukuman mati yang terberat pada abad pertama. Sang terhukum disandarkan pada kayu salib. Paku ... ditancapkan pada kedua tangan dan kaki sang terhukum, kemudian salib itu ditegakkan dan dipancangkan ke tanah. Itu membuat daging orang yang disalib terkoyak dan menyiksanya dengan rasa sakit yang amat mengerikan. Para sejarawan mengingatkan bahwa para prajurit yang melakukan penyaliban pun ngeri dengan penyaliban itu, sehingga mereka sering menenggak minuman keras untuk mematikan perasaan mereka.”

Dengan ingatan yang jelas akan penderitaan jasmani Sang Juruselamat, marilah kita mengucap syukur kembali atas pengurbanan-Nya di Kalvari. Dia begitu mengasihi kita, sehingga rela mati bagi kita—sekalipun kematian-Nya di kayu salib mengerikan —Richard De Haan

21 November 2004

Pengurbanan yang Unik

Nats : Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah (Ibrani 10:12)
Bacaan : Ibrani 10:1-18

Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata “pengorbanan”? Kita mungkin menggunakan istilah itu saat melihat para orangtua yang mengatur keuangan secara ketat, dan hanya memakai mobil butut agar dapat menyekolahkan anak-anak mereka hingga perguruan tinggi. Itu juga istilah yang tepat untuk menggambarkan tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri dari seorang prajurit yang bersedia menjinakkan sebuah granat yang aktif, sekalipun berisiko mengalami ledakan, untuk menyelamatkan jiwa teman-temannya.

Namun, pengorbanan mulia seperti itu menjadi tidak berarti jika dibandingkan dengan pengurbanan Sang Juruselamat bagi kita di kayu salib. Pengurbanan-Nya sungguh unik. Yesus menderita dan mati “untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yohanes 2:2). Karena kematian dan kebangkitan-Nya, semua orang yang menerima tawaran keselamatan-Nya akan memperoleh pengampunan dan kehidupan kekal (Yohanes 3:16).

Dalam kitab Ibrani pasal 10, Alkitab berbicara tentang persembahan binatang pada zaman Perjanjian Lama dan membandingkannya dengan kematian Yesus. Ayat 4 menyatakan, “Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa”. Semua pengorbanan tersebut menunjukkan pentingnya kematian Kristus.

Pengurbanan Yesus Kristus yang menggantikan semua pengorbanan binatang itu, menyediakan keselamatan penuh bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Haleluya, bagi Juruselamat yang mulia! —Herb Vander Lugt

24 Desember 2004

Lahir untuk Mati

Nats : Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Matius 20:28)
Bacaan : Matius 1:18-25

Meskipun jutaan orang merayakan kelahiran Yesus, tampaknya tidak banyak orang yang menyadari tentang makna perayaan kelahiran Yesus yang sesungguhnya.

Kita tahu bahwa kelahiran-Nya tidak biasa karena Dia lahir dari seorang perawan. Hidup-Nya juga unik, karena hanya Dialah yang hidup tanpa dosa. Kematian-Nya juga tidak biasa. Yesus bukanlah martir. Dia bukanlah korban keadaan yang tidak menguntungkan, Dia mati karena alasan yang layak. Dia juga tidak wafat hanya untuk memberikan teladan yang baik. Ada hal yang jauh lebih berarti dari semua itu. Tuhan Yesus datang ke dunia ini untuk menjadi Juruselamat bagi kita semua!

Yesus sendiri mengatakan bahwa Dia datang “untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lukas 19: 10). Siapakah yang hilang? Alkitab mengatakan kepada kita bahwa “semua orang telah berbuat dosa” dan bahwa “upah dosa adalah maut” (Roma 3: 23; 6:23). Untuk menyelamatkan dunia, Yesus harus mati untuk itu. Dia datang dan hidup kudus, dan menanggung kematian yang seharusnya menjadi bagian kita. Makna yang sebenarnya dari Natal adalah bahwa Yesus dilahirkan untuk mati. Karena Dia disalibkan dan kemudian bangkit dari kematian, pengampunan dosa dan jaminan surga saat ini ditawarkan kepada semua yang percaya (Yohanes 1:12).

Sudahkah Anda menerima rahmat keselamatan dari Allah? Jika Anda belum menerimanya, terimalah pada hari ini juga, maka Natal kali ini akan menjadi Natal Anda yang paling berarti dalam hidup Anda —Richard De Haan

25 Desember 2004

Tidak Tersembunyi

Nats : Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus (Lukas 1:31)
Bacaan : Lukas 1:26-35

Jemaat Baltimore menemukan jawaban untuk masalah keuangan mereka pada dinding gereja mereka. Jawaban itu telah “bersembunyi” di sana selama lebih dari 25 tahun! Akhirnya ada orang yang menyadari adanya sebuah karya seni tergantung di kapel, yakni karya cetak papan kayu yang sangat bernilai buatan Albrecht Dürer, tertanggal 1493. Karya itu memperlihatkan malaikat yang sedang memberi kabar Maria bahwa ia akan melahirkan Putra Allah.

Beberapa anggota jemaat tidak percaya bahwa mereka tidak menyadari nilai dari mahakarya tua tersebut. Mereka mengatakan, “Jika ini nyata, mengapa ada di sini?”

Bagaimana dengan kita? Apakah kita melupakan nilai kejadian yang digambarkan pada karya grafis papan kayu tersebut?

Yesus tidak bersembunyi. Kebenaran bahwa Allah datang ke dunia dalam rupa manusia jelas-jelas diberitakan dalam Firman-Nya. Hal ini dicerminkan di dalam karya seni dan buku pujian kita. Tetapi makna kelahiran Kristus masih dilupakan. Kita begitu tenggelam dalam berbagai aktivitas dan program sehingga melewatkan nilai yang tiada terkira akan pengenalan siapakah Bayi ini sebenarnya.

Hal yang kurang adalah penyembahan kita. Coba pikirkan makna kelahiran-Nya. Yesus adalah Allah! Dia datang untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita (Matius 1:21) dan memberikan hidup kekal bagi kita (Yohanes 3:14-18).

Pada Natal kali ini, bergabunglah bersama para majus serta gembala, dan muliakanlah Yesus—Allah yang menjadi Manusia —Mart De Haan

9 Januari 2005

Kuk yang Ringan

Nats : Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku (Matius 11:29)
Bacaan : Matius 11:25-30

Seorang guru Sekolah Minggu membacakan Matius 11:30 kepada anak-anak di kelasnya, lalu bertanya: “Yesus berkata, ‘Kuk yang Kupasang itu enak.’ Siapa yang tahu apakah kuk itu?” Seorang anak laki-laki mengacungkan tangannya dan menjawab, “Kuk adalah sesuatu yang diletakkan orang pada leher binatang supaya mereka dapat saling membantu.”

Kemudian guru itu bertanya, “Lalu, kuk apakah yang diletakkan Yesus pada kita?” Seorang gadis kecil yang pendiam mengangkat tangan dan berkata, “Tangan Allah yang dilingkarkan di bahu kita.”

Ketika Yesus datang, Dia menawarkan kuk yang “enak” dan “ringan” dibandingkan dengan kuk para pemimpin agama (Matius 11:30). Mereka telah meletakkan “beban berat” berupa hukum-hukum kepada orang-orang (Matius 23:4; Kisah Para Rasul 15:10), yang tak mungkin dilakukan oleh siapa pun.

Allah tahu kita tidak akan pernah dapat mencapai standar-Nya (Roma 3:23), sehingga Dia mengutus Yesus ke dunia ini. Yesus menaati perintah Bapa-Nya dengan sempurna dan menanggung hukuman mati untuk dosa-dosa kita. Ketika kita merendahkan diri dan menyadari kebutuhan kita akan pengampunan, Yesus datang mendampingi kita. Dia meletakkan kuk-Nya pada kita, memerdekakan kita dari rasa bersalah dan memberi kita kuasa-Nya untuk menjalani kehidupan yang menyenangkan Allah.

Apakah Anda sedang memerlukan pertolongan Yesus? Dia berkata, “Marilah kepada-Ku . . . . Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku” (Matius 11:28,29). Dia rindu untuk merangkulkan tangan-Nya di bahu Anda —Anne Cetas

25 Maret 2005

Raja Hidup Kita

Nats : Sebab yang sangat penting telah kusampaikan, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci (1Korintus 15:3)
Bacaan : Yohanes 19:16-22

Lebih dari 2.000 tahun silam di Yerusalem, Pontius Pilatus memerintahkan agar plakat yang bertuliskan: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi", digantungkan di kayu salib. Mungkin Pilatus mencoba menebar ketakutan di antara rakyat dan menepis keinginan mereka untuk mengangkat sendiri seorang raja baru.

Raja orang Yahudi. Apakah hal tersebut adalah pemikiran orisinal pada masa itu? Mungkin hal itu mulai diembuskan ketika orang-orang Majus bertanya, "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?" (Matius 2:2). Orang-orang Majus sedang menantikan penggenapan atas janji ini: "Sebab seorang anak telah lahir ... lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai" (Yesaya 9:5). Mereka percaya bahwa Yesus adalah Anak yang dimaksudkan dalam janji itu.

Di kemudian hari, ketika Kristus disalibkan, beberapa orang melontarkan cemoohan kepada-Nya, "Jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" (Matius 27:40). Mereka ingin melihat apakah Yesus sungguh seorang Raja. Namun, Yesus tidak turun dari kayu salib. Arti salib yang sebenarnya adalah "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita" (1 Korintus 15:3). Dia yang membayar hukuman atas dosa-dosa kita, telah membuat pengampunan Allah menjadi mungkin terjadi.

Mereka yang menerima pengampunan Allah dan meminta Yesus Kristus menjadi Juruselamat dan Tuhan, hanya akan memberi sebuah tanggapan yang tepat—melayani Dia. Dialah Raja atas hidup kita —AL

28 Maret 2005

Pusat Sejarah

Nats : Simon Petrus menjawab dan berkata, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Matius 16:16)
Bacaan : Matius 16:13-20

Dalam kumpulan arsip biografinya, The Washington Post mengidentifikasikan orang-orang yang terkenal dengan sebuah catatan singkat tentang pekerjaan, seperti "raja home-run" atau "bintang film". Menurut seorang reporter, salah satu dokumen diberi judul, "Yesus Kristus (martir)".

Setiap orang yang telah mempelajari tentang Yesus Kristus membuat beberapa penilaian tentang Dia. Seorang filsuf dan sejarawan dari Perancis bernama Ernest Renan mengatakan demikian, "Seluruh sejarah tidak akan dapat dipahami tanpa Kristus." Dan seorang penulis Amerika, Ralph Waldo Emerson menyimpulkan, "Nama-Nya memang tidak terlalu sering ditulis, akan tetapi tertancap di dalam sejarah dunia."

Kenneth Scott Latourette, mantan ketua departemen keagamaan program pascasarjana di Universitas Yale menulis demikian, "Hidup Yesus yang singkat itu adalah kehidupan yang paling berpengaruh yang pernah ada di dunia ini. Melalui diri-Nya, berjuta-juta orang telah mengalami perubahan dan mulai menjalani hidup seperti yang diteladankan-Nya. Diukur melalui dampak yang mengikuti, kelahiran, kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus merupakan peristiwa-peristiwa yang paling penting dalam sejarah hidup manusia."

Label apa yang Anda sematkan pada diri Yesus Kristus? Jika Anda setuju bahwa Dia adalah sosok seperti yang diakui-Nya, maka jadikanlah Dia, yang merupakan pusat sejarah, tidak saja sebagai pusat kepercayaan Anda, tetapi juga sebagai objek dari kesetiaan dan kasih Anda —HWR

9 April 2005

Salib dan Mahkota

Nats : Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai (Zakharia 9:9)
Bacaan : Markus 11:1-11

Pada hari yang kita sebut sebagai Hari Minggu Palem, Tuhan Yesus memperkenalkan diri-Nya kepada bangsa Israel sebagai Raja ketika Dia memasuki Yerusalem dengan mengendarai seekor keledai. Seandainya saat itu ia mengendarai seekor kuda yang gagah, Dia akan lebih tampak seperti raja. Namun, Zakharia telah bernubuat bahwa Dia akan datang dengan rendah hati. Dan itulah yang dilakukan-Nya.

Mengapa? Raja-raja Timur mengendarai keledai saat membawa misi damai. Sedangkan kuda dipakai sebagai alat perang.

Orang-orang yang berkumpul mengaitkan hal itu dengan kemakmuran duniawi dan kemerdekaan dari Roma. Maka mereka berseru, "Hosana di tempat yang mahatinggi!" (Markus 11:10). Namun beberapa hari kemudian, seruan mereka berubah menjadi: "Salibkanlah Dia!" (15:13).

Sebagian orang yang menyebut diri sebagai pengagum Yesus tidak mengakui Dia sebagai Juruselamat orang-orang berdosa. Namun, kebutuhan kita yang terdalam tak dapat dipenuhi sebelum masalah dosa kita diatasi. Karena itu, Kristus memasuki Yerusalem dengan menunggang seekor keledai dan wajah-Nya tertuju pada salib. Dia sungguh-sungguh menyadari bahwa Dia akan mengalami kematian yang memalukan dan menyakitkan di sana. Kini, setelah membayar harga dosa manusia, Dia sangat ditinggikan di sebelah kanan Allah dan akan datang kembali sebagai Raja segala raja dan Tuhan segala tuhan. Salib-Nya harus mendahului mahkota-Nya.

Jika kita ingin menjadi bagian dari kerajaan surgawi-Nya, kita harus menerima Dia sebagai Juruselamat kita sekarang —HVL

14 April 2005

Mengapa Begitu Buruk?

Nats : Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita (Yesaya 53:5)
Bacaan : Yesaya 53:4-10

Derita. Derita yang keji, mengerikan, dan menyiksa. Derita yang tak kenal henti, tak tertahankan, dan tak terkatakan. Dengan setiap cambukan di punggung Yesus dan setiap langkah yang berat mendaki Bukit Golgota, Sang Juruselamat menerima hukuman atas dosa yang kita perbuat.

Di dunia yang mengajak kita untuk menjadikan semuanya baik-baik saja, kerap kali kita memandang dosa dan berpikir, apa salahnya berbuat dosa? Lagi pula, dosa kita tidak begitu buruk. Jika kita berbohong atau berbuat curang sedikit saja—apa bahayanya? Jika kita bergunjing atau berkata kasar beberapa kali—siapa yang akan terluka? Mengapa dosa begitu buruk?

Dosa itu buruk karena dosa membuat Yesus harus menderita. Ya, dosa kita adalah alasan Yesus menderita siksaan saat Dia berjalan menuju penyaliban—dan saat Dia tergantung di atas salib itu hingga akhirnya mati secara mengerikan.

Tentu saja kita tidak pernah dapat mengubah apa yang telah terjadi; derita itu tidak pernah dapat dibatalkan. Namun kita perlu mengerti bahwa jika kita terus berbuat dosa secara sadar, sebenarnya kita membelakangi Yesus dan derita-Nya. Seakan-akan kita berkata bahwa kita tak peduli terhadap apa yang dialami Yesus karena kita. Kita tetap akan melakukan apa yang kita inginkan. Berdosa di bawah terang salib berarti mengatakan kepada Yesus bahwa bahkan penderitaan-Nya yang hebat pun belum membuat kita mengerti tentang kekejaman dosa.

Mengapa dosa begitu buruk? Lihatlah apa yang dilakukan dosa terhadap Yesus —JDB

15 April 2005

Orang yang Lewat

Nats : Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia (Markus 15:29)
Bacaan : Markus 15:24-38

Pikirkan orang-orang yang melewati Yesus sewaktu Dia tergantung di salib. Betapa tak berperasaannya mereka! Namun sebelum cepat-cepat menghakimi mereka, marilah kita mengingat bahwa banyak orang masih melakukan hal itu hari ini. Mereka dibagi dalam tiga kelompok berikut.

Pertama, orang yang menginginkan salib tanpa Kristus. Menyembah sebuah simbol tanpa Sang Juruselamat adalah hal yang mungkin untuk dilakukan. Sebagian orang mungkin memegang sebuah miniatur salib dari kayu atau emas, namun simbol itu tidak akan pernah menebus satu dosa pun. Hanya Kristus yang menebus jiwa kita dengan darah-Nya yang mahal.

Kedua, orang yang menginginkan Kristus tanpa salib. Mereka menginginkan seorang pemenang, bukan Anak Domba yang sekarat. Mereka akan berseru, "Turunlah dari salib itu!" (Markus 15:30). Banyak orang menginginkan teladan yang baik, guru yang hebat, atau raja yang berjaya. Injil mereka didasarkan atas perbuatan. Mereka memandang rendah Injil yang menyatakan bahwa kita dibenarkan oleh iman dalam Dia yang mencurahkan darah-Nya di kayu salib.

Ketiga, mereka yang tidak menginginkan Kristus ataupun salib-Nya. Mereka tidak tersentuh oleh dukacita-Nya, tidak tergerak oleh penderitaan-Nya, dan tak menyesali dosa-dosa mereka yang ditanggung oleh-Nya. Mereka tidak pernah berseru seperti penulis lagu John M. Moore, "Segala kejahatanku ditimpakan kepada-Nya—Dia memaku semuanya ke kayu salib. Yesus membayar penuh utang dosaku—Dia membayar tebusan bagiku" —PRVG

12 September 2005

Mengenal Yesus

Nats : Bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus (2Petrus 3:18)
Bacaan : 2Petrus 1:1-11

Dalam bukunya yang berjudul The Call, Os Guinness bercerita tentang Arthur Burns, ketua Federal Reserve Board Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Burns, yang adalah seorang Yahudi, bergabung dengan kelompok Pemahaman Alkitab yang pada saat itu diadakan di Gedung Putih. Pada suatu hari, para anggota kelompok Pemahaman Alkitab itu terkejut tatkala mendengarkan doa Burns, Ya Allah, semoga tiba saatnya ketika semua orang Yahudi mengenal Yesus. Tetapi mereka lebih terkejut lagi ketika ia berdoa agar tiba saatnya ketika semua orang kristiani mengenal Yesus.

Burns menegaskan kebenaran mendasar yang harus kita gumulkan. Meskipun kita telah mengklaim nama Yesus Kristus, belum tentu orang lain dapat melihat bahwa kita sungguhsungguh mengenal Dia. Apakah kita telah memiliki hubungan pribadi dengan-Nya? Jika iya, apakah kita telah berjuang keras, berdoa, dan berusaha semakin mengenal Yesus setiap hari?

Petrus, orang yang mengenal Yesus dengan sangat baik, mengatakan bahwa pengenalan akan Allah dan akan Yesus Tuhan kita akan melimpahi kita kasih karunia dan damai sejahtera (2Petrus 1:2). Pengenalan akan Yesus memberi kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh (ayat 3). Dan pengenalan terhadap pribadi Yesus akan menolong kita mengembangkan karakter yang menunjukkan kepada dunia bahwa kita memiliki hubungan pribadi dengan-Nya (ayat 5-8).

Apakah pada saat ini kita dapat dengan jujur berkata, Pada hari ini saya mengenal Yesus secara lebih baik daripada hari kemarin? JDB

2 November 2005

Tabib Agung

Nats : “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat” (Lukas19:8)
Bacaan : Lukas 19:1-10

Dokter dapat mengobati banyak penyakit, baik sakit fisik maupun mental. Tetapi hanya Yesus yang dapat menyebabkan terjadinya kesembuhan yang membuat orang jahat menjadi baik.

Suatu kali seorang psikiater ternama mengakui keterbatasan dirinya dalam percakapannya dengan seorang pendeta Inggris, William Barclay. “Yang dapat dilakukan psikiater,” katanya, “adalah menyingkap pribadi seseorang sampai Anda mendapatkan pribadi yang sesungguhnya; dan jika pribadi manusia itu buruk, tidak ada yang dapat dilakukan terhadapnya. Itulah saatnya bagi Anda untuk turun tangan.” Di kemudian hari Barclay berkomentar, “Saya pikir yang dimaksudnya adalah itu saat bagi Yesus untuk turun tangan.”

Zakheus adalah orang jahat yang memerlukan kesembuhan batin. Sebagai kepala pemungut pajak, ia dapat mengambil apa yang telah dikumpulkan bawahannya. Karena itulah ia menjadi kaya. Rupanya ia telah mendengar tentang Yesus dan sangat ingin menemui-Nya. Karena bertubuh pendek, ia lalu memanjat pohon supaya dapat melihat dari atas kerumunan itu.

Saya yakin Zakheus dipenuhi oleh rasa bersalah ketika Yesus mendongak dan mengatakan bahwa Dia akan mampir ke rumahnya. Selanjutnya, ia berkata kepada Yesus bahwa ia akan memberikan separuh dari kekayaannya kepada orang miskin dan mengembalikan empat kali lipat kepada orang yang telah diperasnya. Yesus kemudian berkata, “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini” (Lukas 19:9). Seketika itu juga Zakheus sembuh secara rohani. Hanya Tabib Agung yang dapat membuat orang jahat menjadi baik -HVL

21 November 2005

Lepaskan

Nats : “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman” (Ibrani 3:15)
Bacaan : Ibrani 3:7-19

Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun dari North Carolina tidak mau berhenti bermain game boy Nintendo selama jam pelajaran. Kepala sekolah pun sudah memanggilnya, tetapi ia tetap menolak berhenti bermain. Ketika petugas pengawas sekolah mencoba menggeledahnya, remaja itu menendang dan memukulnya. Pihak sekolah lalu mendatangkan polisi, namun anak itu tetap bersikeras menolak. Setelah polisi memberikan dua sengatan listrik dari sebuah senjata Taser, mereka akhirnya dapat merebut mainan itu darinya. Ia tidak terluka, tetapi salah satu polisi digigit oleh si anak.

Bagaimana bisa seseorang begitu keras kepala! Coba renungkan penolakan Firaun yang keras untuk melepaskan umat Allah meskipun banyak tulah telah menimpa (Keluaran 5-9). Akhirnya setelah tulah yang ketujuh, hati Firaun pun mulai melunak (9:27,28).

Firaun telah melakukan sesuatu hal yang bodoh dengan mengeraskan hatinya untuk menentang Allah. Namun, lihatlah siapa yang mengeraskan hati di padang gurun. Ibrani 3:15,16 mengatakan, “‘Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman,’ siapakah mereka yang membangkitkan amarah Allah, sekalipun mereka mendengar suara-Nya? Bukankah mereka semua yang keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa?”

Hari ini, marilah kita merenungkan apakah Allah sedang berbicara kepada kita. Mungkinkah saat itu kita sedang asyik dengan suatu “mainan” dan menolak untuk mengizinkan-Nya menjadi Tuhan atas kehidupan kita? -AL

4 Desember 2005

Dijamah Pada Hari Natal

Nats : Yesus berkata, “Biarkanlah anak-anak itu … datang kepada-Ku” (Matius 19:14)
Bacaan : Matius 18:1-7; 19:13-15

Dahulu saya jengkel karena sepanjang Natal kebaktian di gereja penuh sesak. Saya tidak menyukai kursi-kursi gereja yang sesak dan kesulitan mencari tempat parkir. Saya bahkan pernah menggerutu setelah dialihkan ke sebuah ruangan tambahan karena ruang kebaktian sudah penuh jauh sebelum kebaktian dimulai. Saya berpikir mengapa orang-orang yang datang sekali setahun ini tidak tinggal di rumah saja?

Sikap saya itu sepertinya mencerminkan sikap para murid, yang memarahi orang-orang yang membawa anak-anak kepada Yesus untuk memperoleh berkat-Nya (Matius 19:13). Apa pun alasannya, para murid pasti berpikir bahwa orang-orang itu tidak berhak berada di sana. Namun Yesus berkata, “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga” (ayat 14).

Saya akhirnya menyadari bahwa baik apabila seseorang dibawa ke suatu pertemuan yang merayakan kelahiran Yesus. Entah itu berupa acara anak-anak, ibadah penyalaan lilin, atau konser paduan suara, kita tidak pernah mengetahui kapan seseorang akan bertemu dengan Kristus Tuhan. Wartawan radio dan televisi Harry Reasoner pernah berkata, “Jika seorang kristiani hatinya tersentuh hanya sekali dalam setahun, sentuhan itu tetap memiliki arti. Dan barangkali pada suatu hari Natal, di suatu pagi yang hening, sentuhan itu terjadi.”

Natal tampaknya memunculkan sifat kanak-kanak yang tersimpan di dalam diri kita. Dan setiap anak disambut oleh Yesus-DCM

10 Desember 2005

Berita Besar

Nats : Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita (Yesaya 9:5)
Bacaan : Yesaya 8:23-9:6

Pada bulan Desember tahun 1903, setelah melakukan usaha berulang kali, kakak beradik Wright akhirnya berhasil menerbangkan “mesin terbang” mereka. Dengan penuh semangat, mereka kemudian mengirim pesan berikut ini melalui telegraf kepada saudara perempuan mereka yang bernama Katherine: “Kami sudah benar-benar terbang sejauh 60,96 meter. Kami akan pulang untuk merayakan Natal.”

Katherine pun segera menemui editor surat kabar setempat sambil menunjukkan pesan dari adik-adiknya itu. Sang editor memandang sekilas pesan tersebut kemudian berkata, “Menyenangkan sekali. Anak-anak itu akan pulang untuk merayakan Natal.” Ia benar-benar telah melewatkan berita besar yang sesungguhnya, yaitu manusia sudah bisa terbang!

Pada saat ini banyak orang melakukan kesalahan serupa saat mendengar kata Natal. Mereka tidak berpikir tentang Yesus dan kelahiran-Nya yang ajaib. Sebaliknya, mereka berpikir tentang pertemuan keluarga, makanan pesta, dekorasi, dan hadiah. Bagi mereka, Natal membawa nostalgia dan memori masa kanak-kanak.

Semua perayaan ini tidak salah. Namun, jika itu merupakan satu-satunya makna Natal bagi kita, kita melewatkan arti Natal yang sejati. Arti sejati dari hari yang spesial ini diringkas dalam ucapan malaikat kepada para gembala pada malam yang telah lampau itu: “Aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas 2:10,11).

Itulah berita besar Natal! -RWD

18 Desember 2005

Lahir di Dalam Kita

Nats : Betlehem Efrata, … dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel (Mikha 5:1)
Bacaan : Mikha 4:14-5:4

Pada saat mengunjungi kota Stratford-upon-Avon di Inggris yang sangat indah, saya terkesan oleh bagaimana identitas dan masa depan sebuah kota dapat dipengaruhi hanya karena adanya seorang berpengaruh yang dilahirkan di kota tersebut. Setiap tahun, ada setengah juta orang akan datang mengunjungi tempat kelahiran William Shakespeare. William Shakespeare oleh sebagian orang dianggap sebagai dramawan yang paling berpengaruh dalam bahasa Inggris.

Kemudian bagaimana dengan kota Betlehem? Berkat kelahiran Yesus di kota kecil itu, nubuat Mikha yang penting pun menjadi tergenapi: “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala” (Mikha 5:1). Betlehem kini menjadi kota yang memiliki arti karena kelahiran Yesus.

Bukankah hal yang sama berlaku bagi kita? Pada saat Kristus datang untuk tinggal di dalam diri kita, kita pun diubahkan. Kita tidak lagi menjadi manusia biasa, tetapi kita menjadi tempat kediaman Roh Kudus. Identitas dan masa depan kita pun telah dimeteraikan oleh-Nya. Kenyataan tersebut sama pastinya dengan sebuah kota yang kemudian dikenal karena orang penting yang dilahirkan di sana.

Natal merupakan saat yang indah untuk merayakan kehadiran Kristus di dalam diri kita, dan perubahan yang telah Dia bawa kepada semua orang yang mengundang-Nya untuk masuk ke dalam hati -DCM

25 Desember 2005

Napas Pertama

Nats : Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (Kolose 1:16)
Bacaan : Kolose 1:15-20

Lagu paduan suara gubahan Russell Nagy yang mengharukan “The Promise” (Janji) berisi kata-kata berikut:

Pada malam yang sunyi,
terselubung di dalam tubuh yang fana

Dia yang menjadikan gunung-gunung
menarik napas pertama.

Jauh dari pandangan manusia,
janji itu tak pernah terlupakan

Di dalam kasih dilahirkan
untuk mengalahkan maut.

Hal yang menakjubkan dari Natal adalah Sang Pencipta gunung-gunung mengambil napas pertama-Nya sebagai seorang bayi. Dia yang menciptakan alam semesta mengambil rupa manusia untuk dapat menyelamatkan kita. Inkarnasi merupakan kombinasi yang menakjuban antara siapa yang turun dari surga ke dunia, bagaimana Dia tiba, dan mengapa Dia datang. “Karena di dalam Dialah telah diciptakan se-gala sesuatu …. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia …. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, … sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus” (Kolose 1:16-20).

Saat Yesus mengambil napas pertama di bumi, janji kasih Allah Bapa digenapi. Bayi Kristus yang diberitakan para malaikat dan diumumkan oleh para gembala telah datang untuk mati.

Sang Bayi di palungan merupakan “gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung … dari segala yang diciptakan” (ayat 15), “di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa” (ayat 14).

Mari kita memuji Dia! -DCM

2 Januari 2006

Sinar yang Memudar

Nats : Sebenarnya apa yang dahulu dianggap mulia, jika dibandingkan dengan kemuliaan yang mengatasi segala sesuatu ini, sama sekali tidak mempunyai arti (2Korintus 3:10)
Bacaan : 2Korintus 3:5-18

Dalam beberapa hal, hukum Taurat Musa bagi orang kristiani sama seperti kruk bagi seorang atlet. Keduanya baik apabila diperlukan dan digunakan dengan benar. Namun, kruk tidak dapat digunakan untuk memenangkan perlombaan lari cepat 90 meter. Demikian juga bersandar pada sebuah sistem hukum tidak pernah dapat membawa kemenangan rohani bagi kita.

Paulus menekankan penyusutan kebesaran hukum Perjanjian Lama dengan membandingkannya dengan kemuliaan hidup dan kebebasan di dalam Roh yang tiada taranya. Mengacu pada wajah Musa yang bersinar setelah menerima Sepuluh Perintah Allah, Rasul Paulus berkata bahwa memudarnya sinar wajah Musa sama seperti wahyu di Gunung Sinai yang diterimanya. Wahyu itu bersifat sementara dan tidak lengkap. Orang Israel akan segera menyadari bahwa pesan Allah dari gunung itu juga standar yang akan digunakan untuk menghakimi mereka.

Namun, di mana Roh Kudus memerintah, di sana terdapat anugerah yang melimpah, dan keagungan-Nya jauh melebihi keagungan Taurat itu. Bayangkan sebatang korek api yang menyala di dalam sebuah tempat yang gelap gulita. Munculnya nyala api yang tiba-tiba itu memberikan sebuah pertunjukan sinar yang mengesankan. Namun, jika Anda menyalakan sebuah korek api di bawah terik sinar matahari, percikan sinarnya akan tampak tidak berarti.

Kesepuluh perintah tersebut bersifat menuntut dan pada akhirnya menghakimi. Akan tetapi, hidup di dalam Roh membawa pengalaman kuasa Allah yang mengubahkan ke dalam hati kita --MRD

17 Maret 2006

Ada Saat Dibutuhkan

Nats : Darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari segala dosa (1Yohanes 1:7)
Bacaan : Ibrani 9:11-22

Ketika saya melakukan donor darah beberapa waktu yang lalu, seorang perawat memberikan kepada saya secarik kartu saat darah sedang mengalir dari pembuluh vena saya. Kartu tersebut menunjukkan persentase jumlah orang dengan golongan darah yang berbeda-beda sebagai berikut.

O-Positif 37,4 %
A-Positif 35,7 %
A-Negatif 6,3 %
B-Negatif 1,5 %

Golongan darah yang paling langka, yaitu golongan darah AB-Negatif, hanya ditemukan pada satu dari 167 orang, atau 0,6 % dari jumlah penduduk. Dan pada kartu tersebut tertulis pernyataan yang mencolok mata: "Golongan darah yang paling langka adalah golongan yang tidak ada pada saat sedang dibutuhkan".

Akan tetapi, ada sebuah golongan darah yang senantiasa tersedia bagi orang yang membutuhkannya. Perikop 1Yohanes 1:7 mengatakan, "Darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari segala dosa."

Kematian Kristus -- pencurahan darah-Nya -- telah menggenapkan tuntutan Allah yang kudus sebagai pembayaran atas dosa-dosa kita (Ibrani 9:12,22). Jadi sekarang, setiap kali seseorang memohon dalam iman kepada Allah, bertobat dari dosa dan memohon pengampunan, maka ia akan diselamatkan.

Saya sungguh-sungguh bersyukur karena Yesus rela mati di kayu salib, mencurahkan darah-Nya bagi saya, sehingga pengampunan tersedia saat saya memerlukannya. Apakah Anda juga mengucapkan syukur atas hal itu? --DCE

9 April 2006

Kenangan Dosa Masa Lalu

Nats : Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu (Kejadian 45:5)
Bacaan : Kejadian 45:1-13

Ketika Yusuf membuka identitasnya kepada saudara-saudaranya yang telah menjualnya menjadi budak, mereka tak mampu berkata apa-apa, "takut dan gemetar menghadapi dia" (Kejadian 45:3). Rasa takut dan rasa bersalah segera mengingatkan pada tindakan mereka yang menyakiti hati ayah mereka yang sudah tua, juga adik mereka. Yusuf yang dapat menerka isi hati mereka, segera meyakinkan mereka kembali sebelum benih menyalahkan diri sendiri berakar di dalam diri mereka. Ia berkata, "Sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini" (ayat 5). Yusuf sadar bahwa Allah memakai berbagai ujian kehidupan yang ia alami untuk mendatangkan kebaikan bagi banyak orang.

Ketika berbuat dosa dan menyakiti sesama, kita berada dalam posisi yang sama dengan saudara-saudara Yusuf. Pada saat itulah Roh Kudus mengingatkan kita pada harga yang telah Yesus bayar secara lunas di atas kayu salib untuk menebus segala pelanggaran kita. Dia berkata, "Janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri."

Apabila setelah mengaku dosa di hadapan Allah, Anda masih cenderung menyalahkan diri sendiri, renungkan apa yang sedang Anda lakukan. Anda sedang terus-menerus menghidupkan kenangan akan dosa-dosa Anda karena marah pada diri sendiri. Untuk mengatasinya, pusatkan perhatian pada Sang Juru Selamat, bukan pada dosa Anda. Renungkan apa yang telah dilakukan-Nya, bukan apa yang telah Anda lakukan. Karena Yesus telah mengampuni dosa Anda, maka Anda dapat benar-benar "melupakan" dosa Anda --DJD

14 April 2006

Rumah Simbol

Nats : Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibrani 9:22)
Bacaan : Ibrani 9:11-28

Suatu kali tetangga kami sangat terkejut ketika tiba-tiba ada dua laki-laki muda tak diundang memasuki rumahnya. Ia menjerit-jerit, hingga membuat kedua lelaki itu melarikan diri. Namun demikian, tidak ada seorang pun yang akan menuduh atau menilai tetangga kami itu tidak ramah. Apabila Anda memasuki rumah orang lain, maka sebenarnya Anda telah berada di wilayah peraturan orang tersebut.

Kita kadang-kadang lupa bahwa prinsip yang sama juga berlaku saat kita masuk ke hadirat Allah. Hal ini diperjelas dalam "rumah simbol" Perjanjian Lama yang dikenal sebagai Kemah Suci (Keluaran 25-27). Bangunan dan pengaturan semua perkakas di dalamnya mengajarkan kepada kita bahwa kita dapat datang ke hadirat Allah apabila memenuhi persyaratan-Nya.

Sebagai contoh, renungkanlah mezbah korban bakaran yang terbuat dari tembaga (27:1-8). Tembaga di Kitab Suci melambangkan penghakiman Allah atas dosa. Penyembelihan domba dan kambing di atas mezbah melambangkan akibat dosa. Kematian hewan-hewan tidak bercela yang tanpa belas kasihan itu menunjukkan pengganti yang akan segera datang, yakni "Anak Domba Allah" yang tidak berdosa. Ketika Yesus mati di atas kayu salib di Kalvari, pengurbanan-Nya lebih dari cukup untuk menebus dosa semua manusia (Yohanes 1:29). Satu-satunya cara untuk mendekati Allah adalah dengan memenuhi persyaratan-Nya. Kita harus menerima pengampunan yang ditawarkan-Nya melalui Kristus.

Sudahkah Anda menerima Yesus, Anak Domba Allah, sebagai Juru Selamat Anda dari dosa? --MRD

16 April 2006

Penakluk yang Agung

Nats : Aku, manusia celaka! Siapa yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? (Roma 7:24)
Bacaan : Ibrani 12:1-16

Siapa yang tidak terinspirasi oleh seorang pesaing yang berhasil bangkit kembali setelah pernah jatuh dan ambruk! Seorang pelari yang terjatuh sewaktu meninggalkan balok start namun kemudian lambat laun kembali memimpin, menggugah imajinasi kita semua. Tim yang tadinya tertinggal di belakang, namun pada saat-saat terakhir meraih kemenangan akan lebih membuat kita merasa gembira dibandingkan tim yang sedari awal telah memimpin sejak babak pertama pertandingan.

Yesus membuat kebangkitan yang paling menakjubkan yang pernah dilihat dunia. Setelah direndahkan, dihina, diludahi, dicambuk, didera, dan dipaku di kayu salib, para pembunuh-Nya menyatakan diri menang dan memberitakan kematian-Nya. Seorang prajurit menjaga kuburan-Nya. Bagaimana mungkin ada orang yang lebih sengsara dari kondisi-Nya itu?

Namun, perjuangan belum sampai pada titik akhir, itu baru permulaan. Tiga hari kemudian, Dia bangkit dari kubur dan menampakkan diri kembali sebagai pemenang atas dosa, kematian, dan neraka -- kebangkitan yang lain daripada yang lain dalam sejarah.

Apakah pada saat ini Anda merasa tidak mampu lagi untuk berlari? Apakah Anda telah terjatuh sedemikian parah? Renungkanlah penderitaan Yesus. Renungkanlah kebangkitan-Nya. Mintalah kemenangan dari-Nya. Cukup bayangkan saja apa yang telah ditawarkan-Nya kepada Anda, tak peduli sedalam mana Anda jatuh sekarang!

Tidak ada seorang pun yang dapat mengatasi masalah seperti Tuhan kita --MRD

17 April 2006

Dua Taman

Nats : Tuhan Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; di situlah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu (Kejadian 2:8)
Bacaan : Yohanes 18:1-11

Ada dua taman terkenal yang disebutkan dalam Alkitab. Kedua taman itu adalah Taman Eden dan Taman Getsemani. Allah menempatkan manusia pertama, Adam, di Taman Eden. Sedangkan Yesus masuk ke dalam Taman Getsemani untuk mengembalikan apa yang telah hilang dari manusia pertama.

Adam pertama telah jatuh ke dalam dosa di taman itu; Adam terakhir memikul dosa yang dilakukan Adam pertama. Taman Eden memiliki pohon kehidupan yang dapat dinikmati selamanya andai saja manusia tidak merusak persekutuan yang terjalin dengan Allah. Taman Getsemani merupakan sebuah langkah menuju pohon kematian (Kisah 5:30; 1Petrus 2:24). Karena pelanggarannya, Adam kehilangan haknya atas pohon kehidupan itu dan pelanggarannya tersebut membawa kematian bagi seluruh umat manusia. Dia yang tergantung di kayu salib di Kalvari mengalahkan maut dan dengan kebangkitan-Nya yang agung Dia mengembalikan pohon kehidupan kepada semua orang percaya.

Taman tempat Adam jatuh ke dalam dosa telah musnah dari bumi ini. Akan tetapi, akan tiba hari yang indah tatkala Dia yang telah menderita seorang diri di Getsemani akan mengembalikan semuanya itu. Kutukan akan diangkat dari muka bumi, beragam binatang akan menjadi jinak kembali (Yesaya 11:6-8), padang belantara akan sirna (Yesaya 35:6), bumi akan memberi hasil yang berkelimpahan (Amos 9:13), dan Yesus akan berada di bumi ini untuk memberkati umat-Nya secara pribadi (Wahyu 21:3).

Apa yang terenggut dari Adam akan dikembalikan oleh Yesus --MRD

30 April 2006

Mahkota yang Dipersembahkan

Nats : Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa (Wahyu 4:11)
Bacaan : Wahyu 4:6-11

Suatu kali pada masa pemerintahannya, Ratu Victoria dari Inggris mendengarkan khotbah yang dibawakan oleh seorang pendeta. Khotbah itu adalah tentang kedatangan Kristus yang kedua kali. Orang-orang yang duduk di dekat tempat khusus sang ratu dapat melihat bahwa ratu berlinang air mata.

Seusai kebaktian, ia ingin bertemu dengan pendeta itu seorang diri. Ketika melihat perasaan sang ratu yang begitu mendalam, sang pendeta lalu menanyakan alasan sang ratu begitu terharu. Ratu menjawab, "Karena khotbah Anda tentang kedatangan kembali Sang Raja dunia yang tak bercela itu, saya berharap saya masih hidup ketika Dia datang kembali sehingga saya dapat meletakkan mahkota saya di kaki-Nya!"

Ada upah yang besar untuk pelayanan yang setia, yang melibatkan tindakan dan motif kita. Upah-upah ini, yang disebut sebagai "mahkota" dalam Perjanjian Baru, akan didapat oleh mereka yang telah menerima hadiah kehidupan kekal.

Mungkin Anda akan berkata, "Saya tidak mengharapkan upah atas apa pun yang saya lakukan untuk Kristus." Sudahkah Anda merenungkan apa yang dapat Anda lakukan dengan mahkota apa pun yang Anda terima hari itu? Tidak akan ada tempat memajang piala di surga; tidak akan ada sorak kemenangan terhadap prestasi duniawi. Para pendosa yang telah ditebus akan mendapatkan sukacita yang luar biasa karena dapat melemparkan mahkota mereka di hadapan takhta-Nya sembari berkata, "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa" (Wahyu 4:11) --PRV

3 Juni 2006

Transaksi

Nats : Hari ini adalah hari penyelamatan itu (2Korintus 6:2)
Bacaan : Efesus 2:1-10

Apakah mungkin bahwa lebih dari setengah populasi orang dewasa di Amerika Serikat salah? Sebuah survei oleh Kelompok Peneliti Barna baru-baru ini mengungkapkan, 54 persen penduduk Amerika berkata bahwa orang yang secara umum tampak baik dan melakukan cukup banyak kebaikan bagi orang lain akan mendapat tempat di surga. Hal itu hanyalah salah satu dari sekian banyak cara yang disarankan orang untuk dapat masuk ke dalam kerajaan Allah yang kekal.

Marilah kita pikirkan bagaimana seseorang dapat masuk ke surga, dan mengapa ide "perbuatan baik" tidak cukup.

Pertama, kita harus sadar bahwa kita semua lahir dalam kondisi mati secara rohani. Dalam Efesus 2:1, kita belajar bahwa kita "dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa" kita. Aspek rohani dari keberadaan kita sudah mati saat kita secara jasmani dilahirkan ke dalam dunia ini. Namun, jiwa kita dapat dihidupkan kembali. Paulus menjelaskannya demikian: "Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus" (1Korintus 15:22).

Untuk dapat dihidupkan kembali, harus dilakukan sebuah transaksi. Harus terjadi sesuatu yang spesifik untuk mengubah sesuatu yang mati agar menjadi sesuatu yang hidup. Hal tersebut tidak dipicu oleh perbuatan baik, namun itu terjadi hanya ketika Anda menerima karunia keselamatan dari Allah oleh karena iman (2Korintus 6:2; Efesus 2:8).

Apakah jiwa Anda hidup hari ini? Jika tidak, lakukanlah transaksi itu dan terimalah karunia Allah yang indah --JDB

11 Juni 2006

Tekanan dan Prioritas

Nats : Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya (Matius 6:33)
Bacaan : Efesus 6:1-4

Saat berkunjung ke kantor seorang teman, saya melihat bahwa keranjang dokumen Masuk-Keluar yang biasa dipakai, kini telah diganti dengan rak bertingkat lima yang diberi label: Kritis, Mendesak, Penting, Kurang Penting, Jangka Panjang. Rak-rak dokumen itu mengingatkan bahwa jika saya tidak memakai cara pandang Allah setiap hari, maka tekanan selalu akan menentukan prioritas saya.

Yohanes 11:1-7 mengingatkan bahwa prioritas Allah itu berbeda dengan prioritas kita. Perhatikanlah rantai peristiwa ini: Lazarus sakit. Maka kedua saudara perempuannya, Maria dan Marta, menyuruh orang untuk memberi tahu Yesus. Lalu kita melihat dua pernyataan yang tampaknya bertentangan: "Yesus memang mengasihi Marta dan saudaranya dan Lazarus. Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada" (ayat 5,6).

Ada seorang lelaki yang sedang menjemput ajal, dan ada Tuhan yang menunda. Prioritas Yesus tidak ditentukan oleh tekanan, namun ditentukan oleh persekutuan yang sempurna dengan Bapa surgawi-Nya.

"Tapi saya bukan Yesus," demikian kita berkata dengan cepat. "Saya harus bergerak cepat dan tidak punya waktu." Tetapi Kristus memanggil kita untuk berkonsultasi dengan-Nya di dalam setiap hal yang mendesak dan darurat, untuk mendengarkan petunjuk-Nya yang bijaksana, serta untuk menyediakan waktu bagi hal-hal yang benar-benar penting.

Prioritas apakah yang perlu kita perhatikan pada hari ini? --DCM

14 Juni 2006

Siapakah Anda?

Nats : Inilah tandanya bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya (1Yohanes 2:3)
Bacaan : 1Yohanes 2:1-11

Pencurian identitas merupakan persoalan besar di era kartu kredit dan internet sekarang ini. Orang tidak sulit memperoleh informasi penting mengenai Anda dan berpura-pura menjadi diri Anda. Namun, jika ini sampai terjadi, hal itu sebenarnya tidak akan mengubah esensi Anda. Sang pencuri tidak akan mencuri identitas Anda yang sebenarnya -- hanya beberapa informasi dangkal mengenai Anda.

Identitas yang Anda miliki jauh lebih dalam daripada nomor identitas Anda. Pada kenyataannya, Anda adalah pribadi seperti yang dikatakan Allah kepada Anda. Tidak ada hal yang benar-benar berarti kecuali status Anda sebagai anak Allah. Hanya itu yang menentukan hidup Anda di dalam kekekalan, dan hanya itu yang menentukan apakah Anda dapat hidup di dalam kepenuhan atau tidak.

Dalam 1Yohanes 2, ada tiga penentu identitas -- kebenaran yang menyatakan apakah kita adalah anak-anak Allah:

o Kita tahu bahwa kita telah mengenal Tuhan jika kita menuruti perintah-perintah-Nya (ayat 3).

o Barang siapa mengatakan ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Yesus telah hidup (ayat 6).

o Barang siapa mengatakan bahwa ia ada "di dalam terang" tidak akan membenci orang lain (ayat 9).

Jadi siapakah Anda? Apakah Anda mengenal Yesus? Jika demikian, Anda akan menaati perintah-perintah-Nya, menjalani hidup sama seperti Dia telah hidup, dan mengasihi orang lain. Tidak ada seorang pun yang dapat mencuri identitas tersebut dari diri Anda --JDB

12 Juli 2006

Kampanye Perdamaian

Nats : Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10)
Bacaan : Lukas 19:1-10

Dalam buku karya Craig Nelson, The First Heroes, kita akan membaca tentang para penyerang Doolittle yang melancarkan serangan balasan besar pertamanya di garis depan Pasifik semasa Perang Dunia II. Tidak semua "penyerang" berhasil kembali dari misi pengeboman mereka. Jacob DeShazer adalah salah seorang di antara mereka yang ditangkap dan ditawan di kamp tahanan perang yang keadaannya sulit dan menyedihkan.

Di kemudian hari setelah perang usai, DeShazer kembali ke Jepang. Akan tetapi, ia tidak kembali untuk membalas dendam. Ia telah menerima Yesus sebagai Juru Selamat, karena itu ia kembali ke Jepang dengan membawa kabar baik tentang Kristus. Seorang mantan prajurit yang dulu pernah mengampanyekan perang, kini mengampanyekan perdamaian.

Misi DeShazer ke Jepang mencerminkan hati Sang Juru Selamat, yang datang sendiri untuk misi kasih dan perdamaian. Lukas mengingatkan kita bahwa kedatangan Kristus ke dalam dunia tidak hanya untuk menjadi teladan moral atau guru yang memberi kesan mendalam. Dia datang "untuk mencari dan menyelamatkan" yang hilang (19:10). Kasih-Nya kepada kita diungkapkan di kayu salib, dan penyelamatan-Nya bagi kita diwujudnyatakan pada saat Dia muncul dari kubur dengan penuh kemenangan dalam kehidupan yang dibangkitkan.

Di dalam Kristus kita menemukan pengampunan, dan pengampunan akan mengubah hidup serta kekekalan kita. Semuanya itu terjadi karena Yesus datang untuk mengampanyekan perdamaian --WEC

13 Juli 2006

Dia Ingin

Nats : Kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Sa-maria dan sampai ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8)
Bacaan : Kisah Para Rasul 1:1-8

Dalam bukunya yang berjudul Love Is Now, Peter Gilquist menyatakan bahwa ia dan rekan-rekannya diundang menjadi pembicara bagi sekelompok mahasiswa UCLA [University of California, Los Angeles]. Seusai pertemuan itu, seorang pria muda mengungkapkan keinginannya untuk mendiskusikan keselamatan. Karena itu, Gilquist mengatur pertemuan dengannya pada keesokan paginya.

Mahasiswa ini benar-benar menginginkan apa yang dilihatnya dalam kehidupan orang kristiani. Namun, ia ragu untuk membuat komitmen karena mengira ia harus bersaksi kepada orang lain tentang Yesus. Namun, Gilquist meyakinkannya bahwa untuk menjadi seorang kristiani ia tidak dituntut melakukan apa pun selain percaya kepada Kristus.

Karena menyadari bahwa keselamatan merupakan anugerah Allah melalui iman, mahasiswa itu dengan gembira menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamatnya. Namun, terjadi sesuatu yang aneh saat ia kembali ke asrama. Ia berjumpa dengan temannya, lalu menceritakan kepada temannya itu tentang iman barunya dalam Kristus. Sebelum hari itu berakhir, ia telah bersaksi kepada semua orang di asramanya tentang Yesus.

Kesaksian kita bagi Kristus seharusnya mencerminkan hati yang penuh rasa syukur, yaitu suatu hasrat yang sungguh-sungguh untuk membagikan berkat keselamatan kepada sesama. Jika kita enggan memberikan kesaksian, marilah kita meminta kepada Allah agar Dia memberi kita hasrat untuk berbicara tentang Dia. Dengan demikian, kita akan bersaksi karena kita memang ingin melakukannya --RWD

20 Juli 2006

Penderitaan Sang Juru Selamat

Nats : Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? (Mazmur 22:2)
Bacaan : Lukas 22:39-46

Waktu itu adalah hari Kamis malam di minggu Paskah. Yesus bersama para murid-Nya sedang berada di salah satu tempat menyepi favorit-Nya, yakni Taman Getsemani. Dengan perasaan yang sangat sedih, ia memberi nasihat kepada para murid untuk berdoa memohon kekuatan agar tetap setia kepada-Nya. Dia kemudian selama beberapa saat menjauhkan diri dari mereka dan berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau berkenan, ambillah cawan ini dari hadapan-Ku; tetapi jangan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi" (Lukas 22:42).

"Cawan" yang diminta Yesus untuk dibebaskan dari Dia bukanlah kematian. Dia memang datang ke dunia untuk mati bagi kita. Saya pikir cawan tersebut melambangkan keterpisahan yang menakutkan dengan Sang Bapa. Dan keterpisahan itu akan membuat-Nya berseru dari atas kayu salib, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:46).

Di taman itu, Dia pasti telah mengantisipasi saat Bapa-Nya akan memalingkan wajah dari-Nya. Kedatangan malaikat memang meyakinkan-Nya bahwa Dia tidak seorang diri. Namun, kenyataan bahwa Bapa-Nya tak lama lagi akan menarik diri dari-Nya sangat menyelimuti pikiran-Nya. Dia akan menanggung dosa kita dan merasakan kesendirian yang luar biasa di kayu salib. Kesadaran ini membuat Yesus berdoa sedemikian khusyuk sehingga "peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah" (Lukas 22:44).

Bahkan yang lebih menakjubkan bagi kita adalah kenyataan bahwa Yesus menanggung penderitaan yang hebat ini untuk Anda dan saya! --HVL

22 September 2006

"mangkuk Perenungan"

Nats : Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah (Lukas 18:27)
Bacaan : Lukas 18:18-27

Tak terhitung berapa kali hati saya berkata, "Aku akan memanggang roti." Lalu suatu hari saya menyadari bahwa saya tidak pernah menganggang roti selama hidup-ovenlah yang dapat melakukannya. Saya hanya mencampur bahan-bahan yang tepat dan sisanya dikerjakan oleh oven. Dengan pembagian pekerjaan seperti itu, saya senang melihat orang-orang mencicipi dan menikmati roti yang lezat.

Allah menggunakan "mangkuk pen-campur" perenungan untuk menjernihkan pilihan sulit yang saya hadapi ketika me-mulai pendalaman Alkitab di lingkungan tempat tinggal saya. Mengajak para tetangga saya untuk belajar Alkitab bersama tidak sama dengan melihat mereka percaya dan mengikut Kristus. Saya sempat merasa tak berdaya. Namun, tiba-tiba saya melihat kejelasan. Seperti memanggang roti, menyuruh seseorang menjadi kristiani adalah hal mustahil bagi saya, tetapi tidak bagi Allah. Saya telah mencampur adonan yang tepat-rumah yang terbuka, persahabatan, kasih. Kini saya tinggal percaya kepada Roh Kudus, melalui firman-Nya, untuk melakukan tugas-Nya. Ketika saya mengerjakan bagian itu, saya memperoleh sukacita karena melihat orang-orang menikmati kebaikan Allah.

Dalam Lukas 18:18-27, Yesus dengan begitu jelas menyatakan banyaknya halangan untuk menjaga iman para pengikut-Nya yang mulai meragukan apakah mereka akan diselamatkan. Apakah Anda merasakan hal yang sama terhadap seseorang? Yakinlah atas peringatan kuat yang diberikan Tuhan bahwa ada banyak hal yang hanya dapat dilakukan oleh Allah sendiri. Menyelamatkan manusia adalah salah satunya -JEY

19 Desember 2006

Di Atas Segala Nama

Nats : Engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (Matius 1:21)
Bacaan : Filipi 2:5-11

Apabila Anda tahu dengan pasti bahwa Anda akan kehilangan suara dan tidak akan pernah dapat berbicara lagi, maka kata terakhir apa yang ingin Anda ucapkan?

Seorang laki-laki yang menderita kanker tenggorokan akan menjalani operasi yang akan menyelamatkan hidupnya, tetapi ia akan kehilangan suaranya. Persis sebelum pembedahan dilakukan, ia meluangkan waktu bersama istrinya untuk menyatakan cintanya. Ia melakukan hal yang sama kepada putrinya.

Kemudian, ia meminta dokter yang menanganinya untuk memberitahukan kapan persisnya obat bius akan membuatnya tidak sadarkan diri. Ketika laki-laki tersebut berbaring tenang untuk tidur, ia kemudian berkata dengan sangat jelas, "Yesus! Yesus!" Itulah kata terakhir yang dipilihnya untuk diucapkan di dalam hidup ini -- "Yesus!"

Seberapa berartikah nama Yesus bagi kita? Nama-nama lain, seperti nama orang-orang yang kita cintai, jelas sangat besar artinya. Akan tetapi, bagi kita yang ditebus oleh kasih karunia Allah, nama Yesus adalah nama yang paling berarti. Demikian pula bagi Bapa surgawi kita. Bapa "sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada ... dan segala lidah mengaku, 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Filipi 2:9-11).

Di sepanjang perjalanan sisa hidup kita dan sampai selama-lamanya, marilah kita mengagungkan nama yang ajaib, yaitu Yesus --VCG

24 Januari 2007

Menyelamatkan Diri

Nats : Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia (2 Timotius 2:11)
Bacaan : 1 Korintus 15:12-20

Di dalam, musik sedang dimainkan. Di luar, daun-daun berguguran. Karena embusan angin yang kencang, salah satu daun terakhir musim gugur melayang ke atas sesaat ketika saya mendengar sebaris lirik, "Dia bangkit!" Namun, saat lagu itu berakhir, daun tersebut telah menyentuh tanah. Gravitasi telah mengalahkan embusan angin.

Beberapa saat kemudian, saya tak sengaja mendengar tiga wanita setengah baya membahas diet, olahraga, operasi wajah, dan berbagai usaha lain untuk mengalahkan usia. Seperti daun tadi, mereka berusaha melawan gravitasi yang menarik mereka menuju sesuatu yang tak terhindarkan.

Percakapan mereka mengingatkan saya akan perbuatan baik yang dilakukan orang untuk mencoba menyelamatkan diri mereka dari kematian rohani. Akan tetapi, sama seperti daun yang jatuhnya tidak dapat dicegah dan penuaan yang tidak dapat dicegah orang, tak seorang pun dapat berusaha cukup keras menghindari akibat dosa, yaitu kematian (Roma 6:23).

Saat penyaliban, para pencemooh menantang Yesus untuk menyelamatkan diri-Nya sendiri. Namun, Dia tetap menyerahkan hidup-Nya ke dalam tangan Allah, dan Allah tidak hanya mengembalikan hidup-Nya sendiri, tetapi juga hidup kita. Untuk menerima keselamatan, kita pun cukup menyerahkan hidup kita ke dalam tangan Allah, karena jika Roh Allah yang membangkitkan Yesus dari kematian hidup dalam diri kita, maka Dia pun akan memberikan hidup kepada kita (Roma 8:11).

Kekuatan dosa di luar tidak dapat mengalahkan hidup Kristus di dalam --JAL

1 April 2007

Yang Terbesar

Nats : Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu menyatu di dalam Dia ... sehingga Dialah yang lebih utama dalam segala sesuatu (Kolose 1:17,18)
Bacaan : Matius 21:1-11

Kita tidak pernah dapat melebih-lebihkan kebesaran Kristus. Sebagai pribadi yang paling agung di dalam sejarah, Dia memang layak menerima kasih dan pujian kita.

Di dalam buku klasiknya The Pursuit of God, A.W. Tozer memberikan penghormatan kepada Frederick Faber, seorang Inggris yang menuliskan lagu Faith of Our Fathers. Tozer berkata, "Kasihnya bagi pribadi Kristus begitu kuat sehingga hampir menghancurkan dirinya; kasih itu membara di dalam dirinya ... dan mengalir dari bibirnya seperti emas cair. Dalam salah satu khotbahnya ia berkata, 'Ke mana pun kita berpaling di dalam gereja Allah, Yesus ada di sana. Bagi kita, Dia adalah awal, pertengahan, dan akhir dari segalanya.... Dia adalah segala yang baik, yang suci, yang indah, dan yang membawa sukacita bagi para hamba-Nya.... Tak seorang pun boleh patah semangat, karena Yesus adalah sukacita dari surga, dan sungguh merupakan sukacita bagi-Nya bila Dia dapat masuk ke setiap hati yang berduka. Kita dapat melebih-lebihkan banyak hal, tetapi kita tidak pernah dapat melebih-lebihkan kewajiban kita kepada Yesus, atau kelimpahan kasih Yesus bagi kita. Meski kita membicarakan Yesus hingga seumur hidup, kita tidak akan pernah kehabisan bahan untuk membicarakan hal-hal yang manis tentang Dia.'"

Pada hari raya Minggu Palem ini, marilah kita menaikkan pujian hosana kepada Raja segala raja. Yesus memang layak menerima penyembahan kita yang penuh kasih. Dia benar-benar Pribadi yang paling agung! --RWD


Kristus Tuhan yang terutama,
Memerintah bumi, langit, dan samudra;
Firman-Nya penuh dengan kuasa --
Betapa agungnya Dia. --D. De Haan

19 Juni 2007

Kebebasan Bukan Kebosanan

Nats : Pikullah gandar yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati (Matius 11:29)
Bacaan : 2Yohanes 1-6

Selama Perang Dunia II, seorang rekan prajurit berkata kepada saya, "Herb, kau tampak bahagia. Namun kalau aku harus menjalani hidup seperti yang kaujalani, aku pasti cepat mati." Secara tak langsung ia menyatakan bahwa hidup saya ini sedemikian lurus, sehingga pasti membosankan. Namun, saya tidak pernah berpikir demikian. Sebenarnya, saya juga kerap merasa bersalah karena banyaknya kelemahan saya.

Saya dibesarkan di tengah keluarga kristiani. Di situ diajarkan bahwa saya adalah seorang pendosa yang membutuhkan keselamatan. Namun, saya juga belajar bahwa Allah dalam pribadi Yesus Kristus telah menebus dosa-dosa saya.

Kemudian, dengan pimpinan Roh Kudus, saya memahami kebenaran ajaran ini. Sejak kecil saya memercayai Yesus dan memercayakan hidup saya kepada-Nya. Sejak saat itu, saya berusaha mempraktikkan perintah untuk mengasihi Allah dan sesama (Matius 22:37-40). Ketaatan saya kepada Allah merupakan respons alami bagi seseorang yang benar-benar percaya kepada-Nya.

Dalam 2Yohanes, kata perintah dipakai sebanyak lima kali untuk mengingatkan kita bahwa kita harus berjalan di jalan kebenaran dan saling mengasihi (ayat 4-6). Orang kristiani yang melakukan hal ini akan merasakan sukacita dan kebebasan, bukannya kebosanan dan belenggu, seperti anggapan keliru sebagian orang.

Saya menyukai perkataan Yesus dalam Matius 11:30, "Gandar yang Kupasang itu menyenangkan dan beban-Ku pun ringan" --HVL


Berbahagialah mereka yang mengasihi Tuhan,
Yang di dalam hatinya Kristus dikuduskan,
Yang oleh salib-Nya menemukan kehidupan,
Dan di bawah kuk-Nya mendapatkan naungan. --Bridges

19 Juli 2007

Melebihi Bayangan Kita

Nats : Kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi, kita tahu bahwa apabila Kristus dinyatakan, kita akan menjadi sama seperti Dia (1Yohanes 3:2)
Bacaan : 1Yohanes 2:28-3:3

Selama puluhan tahun, para seniman astronomi melukiskan berbagai pemandangan dunia berdasarkan gabungan informasi ilmiah dan khayalan mereka. Namun, foto-foto penyelidikan ruang angkasa yang menggunakan robot dan teleskop Hubble mendefinisikan kembali pandangan para seniman ini mengenai kenyataan. Dalam artikelnya di Los Angeles Times, seniman ruang angkasa Don Dixon berkata bahwa gambar-gambar pertama dari bulan Io dan Europa di planet Yupiter "ternyata jauh lebih eksotik daripada yang pernah dibayangkan orang". Dixon kini menganggap 70 persen dari lukisan angkasa luarnya sebagai "konsep yang kuno" sebab kenyataan yang ada jauh lebih mengagumkan daripada khayalan.

Meski Alkitab bercerita kepada kita tentang apa yang Yesus katakan dan lakukan, Alkitab tidak menggambarkan bagaimana paras-Nya. Gambaran kita akan Dia mungkin dipengaruhi oleh seni dan berbagai ilustrasi dalam materi Sekolah Minggu. Namun kelak, gambaran kita mengenai Kristus selama ini akan benar-benar berubah ketika kita bertemu dengan-Nya secara langsung. "Saudara-saudaraku yang terkasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi, kita tahu bahwa apabila Kristus dinyatakan, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya" (1Yohanes 3:2). Pengharapan kepada-Nya itu akan menimbulkan keinginan dalam hati kita untuk menyucikan diri (ayat 3).

Kita tidak saja akan melihat wajah Tuhan, tetapi juga akan menjadi seperti Dia. Alangkah menakjubkan kenyataan yang akan kita lihat kelak, jauh melebihi bayangan kita! --DCM

5 Oktober 2007

Tiada Alasan

Nats : Siapa saja yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan (Roma 10:13)
Bacaan : Roma 10:1-13

Orang memiliki berbagai alasan menolak Injil. Salah satu alasan umum adalah menyalahkan orang kristiani atas sesuatu yang mereka lakukan atau tidak lakukan. Mereka berkata, "Saya mengenal seorang kristiani yang tidak memperlakukan saya dengan baik." Atau, "Saya ke gereja, tetapi tak ada yang menyapa saya."

Memang, orang-orang kristiani tidak sempurna, dan banyak orang kristiani yang tak dapat menjadi teladan yang baik. Namun, menyalahkan orang lain tidak akan menghapus pertanggungjawaban seseorang terhadap Allah.

Kebenaran Injil tidak tergantung pada cara orang lain menjalani hidup iman mereka. Keselamatan menyangkut Yesus itu sendiri. Roma 10:9 mengatakan, "Jika engkau mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka engkau akan diselamatkan."

Sebagian orang mungkin menggunakan orang kristiani sebagai alasan menolak Injil. Namun, tentu mereka tak dapat menyalahkan Yesus. Dia tidak berdosa dan sempurna dalam segala hal. Pilatus berkata tentang Dia, "Dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya" (Lukas 23:14). Dan, Yesus melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan orang lain; Dia mati di kayu salib untuk menyelamatkan semua orang yang percaya kepada-Nya. Karena itu, tak seorang pun dapat berkata, "Saya tak akan menjadi orang kristiani karena saya tidak menyukai tindakan Yesus."

Jangan sampai kesalahan orang lain mengalihkan perhatian kita. Pandanglah Yesus. Hanya Dia satu-satunya jalan ke surga --JDB

26 Desember 2007

Tetap Baru

Nats : Aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu (1Korintus 15:1)
Bacaan : 1Korintus 15:1-8

Apakah Anda pernah memerhatikan betapa cepatnya barang-barang menjadi tua atau ketinggalan zaman?

Saya memikirkan hal ini saat sedang mengajar di kelas sebuah sekolah lanjutan kristiani. Mereka mengikuti perkembangan terkini dengan menyediakan sebuah komputer jinjing bagi setiap siswa. Rasanya belum terlalu lama ketika menyediakan komputer bagi siswa di perpustakaan sekolah lanjutan dianggap sebagai sesuatu yang inovatif. Kemudian menyediakan komputer di asrama sekarang menjadi mode terkini. Namun, suatu hari nanti komputer jinjing pribadi pun tidak akan terpakai lagi.

Segala sesuatu yang diciptakan manusia pada akhirnya akan ketinggalan zaman. Semua, kecuali Injil. Injil sudah berusia lebih dari 2.000 tahun. Dan meskipun ada begitu banyak terjemahan Alkitab yang terus-menerus diperbarui, Injil tetap relevan hari ini seperti pada saat ia ditulis.

Inilah Injil itu: Yesus Kristus datang ke dunia, menjalani kehidupan dengan sempurna, menyerahkan hidup-Nya dengan dikurbankan di atas kayu salib, dikuburkan di sebuah makam pinjaman, dan bangkit dari kematian tiga hari kemudian (1Korintus 15:1-4). Karena Dia telah mengambil alih hukuman atas dosa-dosa kita, Dia dapat mengampuni dosa-dosa kita dan menjadikan kita anak-anak Allah apabila kita beriman dan percaya kepada-Nya (Kisah Para Rasul 12:38,39).

Kiranya kisah terbesar yang pernah diceritakan ini membuat Anda menjadi manusia baru -- untuk selamanya. Inilah kisah yang tidak akan pernah menjadi kuno --JDB

26 Januari 2008

Berani Jujur

Nats : Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya (Amsal 11:3)
Bacaan : Amsal 11:1-6

Suatu kali beberapa orang guru berusaha mengungkapkan kecurangan yang terjadi pada pelaksanaan Ujian Nasional. Sikap mereka ini cukup berani mengingat bahwa guru-guru yang lain memilih diam untuk menghindari risiko dipecat atau diminta mengundurkan diri. Begitu juga ketika isu dana nonbudgeter sebuah departemen yang mengampu hajat hidup orang banyak, muncul ke permukaan. Hampir semua pihak yang dikabarkan menerima dan menikmati dana nonbudgeter tersebut serentak menyangkal keterlibatan mereka atau mencari "kambing hitam".

Rupanya, kejujuran semakin jarang dijumpai dalam kehidupan kita. Hampir pada semua aspek kehidupan ini, kita menjumpai semakin banyak kecurangan, perselingkuhan, atau korupsi, baik yang berskala kecil maupun besar. Berani bersikap jujur kemudian mengandung konsekuensi bahwa kita juga harus berani untuk menerima risiko dicap sebagai orang yang melawan arus. Apalagi istilah "jujur hancur" sudah begitu nyata terjadi di masyarakat kita.

Lalu, bagaimana dengan kita, para pengikut Kristus? Apakah kita pun harus ikut berkompromi dengan dunia yang sudah begitu tercemar ini? Jawabannya jelas "tidak"! Firman-Nya mengingatkan, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan mana kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan sempurna" (Roma 12:2). Marilah kita senantiasa memohon pimpinan Roh Kudus agar kita mampu bertahan dan tidak terbawa arus cemar dunia ini! --NDA

21 Maret 2008

Sakit yang Hebat

Nats : Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian (Yesaya 53:7)
Bacaan : Ibrani 2:7-16

Dalam risetnya atas penyaliban Kristus, Dr. Frederick Zugibe-mantan kepala tim medis dari Rockland County New York, mengatakan bahwa memaku bagian tengah telapak tangan akan mengakibatkan rasa sakit luar biasa, yang tak dapat ditolong oleh pereda sakit apa pun. Rasanya sangat menyakitkan, membakar, seperti kilat yang menyambar menembus tangan hingga ke tulang belakang. Memaku telapak kaki juga akan memutuskan banyak saraf dan menimbulkan rasa sakit hebat yang serupa. Ditambah pula, posisi tubuh yang diberdirikan di kayu salib membuat seseorang sangat sulit bernapas. Zugibe berpendapat bahwa Yesus meninggal oleh shock karena terlalu banyak kehilangan darah dan cairan, shock yang traumatis atas setiap luka, dan shock pada jantung.

Dan itu hanya sebagian dari penderitaan Yesus! Sungguh tak terbayangkan bila kita mengalami penderitaan dan kesakitan yang serupa. Untuk apakah Yesus bersedia "mengalami maut bagi semua manusia" (Ibrani 2:9)? Bacaan hari ini menuntun kita untuk memahami keputusan besar ini. Dia berketetapan untuk melakukannya demi memimpin kita kepada keselamatan (ayat 10). Dia bersikeras memilih jalan ini agar kita tidak lagi diperhamba dosa (ayat 14). Dia juga tak ragu menyerahkan diri-Nya agar kita lepas dari ketakutan akan maut (ayat 15)!

Yesus telah melakukan misi besar ini bukan hanya untuk sebagian orang, melainkan bagi semua yang percaya kepada-Nya (Yohanes 3:16). Tak seorang pun mau dan sanggup berkorban sedemikian besar bagi kita, kecuali Yesus. Sudahkah kita menghargakan pengurbanan-Nya yang di luar akal? -AW

28 Maret 2008

Sikap Seorang Pendoa

Nats : ... dan umat-Ku ... merendahkan diri, berdoa ... lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat ... (2Tawarikh 7:14)
Bacaan : Yeremia 29:7;

Krisis demi krisis yang silih berganti terjadi di Indonesia menorehkan banyak luka atas negeri ini. Kerusuhan, perang saudara, pemisahan daerah dari wilayah Indonesia rasanya telah melukai banyak hati rakyat di negeri ini. Secara khusus, orang kristiani juga mengalami luka hati, kekecewaan. Kecewa karena sebagian aparat pemerintah tak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Kecewa karena para pemimpin tidak bisa menjadi teladan, termasuk pemimpin-pemimpin rohani. Kecewa karena gereja yang tidak bisa menjadi jawaban bagi dunia, dan sebagainya.

Namun, sesungguhnya jika anak-anak Tuhan terus menyimpan luka hati seperti itu, kita tidak dapat memulihkan Indonesia yang sedang terluka. Bukankah orang sakit tidak dapat menyembuhkan orang sakit?

Jika kita mengasihi Indonesia dan mau berdoa untuk bangsa ini, yang pertama-tama harus kita lakukan adalah memulihkan dan mengubah sikap diri sendiri. Perenungan atas ayat 2 Tawarikh 7:14 mengurai langkah-langkahnya, "... dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku di-sebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari surga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." Inilah yang Allah kehendaki dari kita, yang seharusnya menjadi para pendoa bagi bangsa ini.

Hari ini, mari kita melihat kembali ke dalam diri. Mari kita melepaskan segala sakit hati, bertobat, dan mencari wajah Tuhan dengan sungguh hati, sehingga Allah akan mendengar doa kita yang memohon pemulihan bagi negeri ini -PK

31 Maret 2008

Menghitung Rahmat

Nats : Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:21-23)
Bacaan : Ratapan 3:17-25

"Rumput di halaman rumah tetangga selalu terlihat lebih hijau." Pepatah ini hendak menggambarkan kecenderungan orang untuk melihat apa yang tidak dimiliki dalam hidupnya. Ada orang yang beranggapan bahwa hidup orang lain lebih menyenangkan. Akibatnya, orang itu tidak dapat bersyukur dengan hidupnya sendiri. Sikap demikian sebenarnya justru memicu ketidakbahagiaan.

Dalam bukunya, "Petunjuk Hidup Tenteram dan Bahagia", Dale Carnegie mengatakan, "Kecenderungan untuk jarang melihat apa yang kita miliki, tetapi selalu ingat pada apa yang tidak kita punyai, merupakan tragedi terbesar di dunia ini. Bisa jadi hal ini telah lebih banyak menimbulkan kemalangan dibandingkan dengan yang ditimbulkan oleh semua perang dan penyakit dalam sejarah."

Yeremia, penulis Kitab Ratapan, menunjukkan teladan yang indah. Berbagai kejadian buruk menimpa hidupnya, sampai-sampai ia sempat berpikir, "Sangkaku: hilang lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku kepada Tuhan" (ayat 18). Namun, ia tidak membiarkan diri terjebak dalam kondisi itu. Sebaliknya, ia memusatkan perhatian pada rahmat dan kesetiaan Tuhan, "Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan ... Tak berkesudahan kasih setia Tuhan... selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (ayat 21-23).

Hidup memiliki begitu banyak hal yang dapat kita syukuri; udara yang kita hirup dengan nyaman, tawa dan tangisan anak-anak kita, makanan dan minuman yang bisa kita nikmati, dan sebagainya. Mari kita perhatikan hal-hal ini. Mari pusatkan perhatian kepada kesetiaan Allah yang tak pernah habis, dan mari kita bersyukur! -AYA

27 Juni 2008

Batas Kekhawatiran

Nats : Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33)
Bacaan : Matius 6:25-34

Siapa bilang kekhawatiran tidak berguna? Kekhawatiran dalam kadar tertentu, jelas bermanfaat. Saya khawatir tak lulus ujian, karena itu saya belajar. Saya khawatir sakit, karena itu saya menjaga pola hidup dan rajin berolahraga. Saya khawatir akan hari depan pendidikan anak-anak, karena itu saya membayar premi asuransi pendidikan. Saya khawatir menjadi botak, karena itu saya memakai sampo penguat akar rambut, dan sebagainya.

Ya, khawatir dalam kadar dan konteks tertentu memang ada gunanya. Namun yang dimaksud Yesus dalam bacaan kita adalah kekhawatiran yang begitu besar, hingga menyingkirkan iman dari pusat kehidupan. Dalam bahasa Yunani, Yesus berkata, "Me merimnate." Artinya, jangan terus-menerus khawatir begitu rupa. Bila kekhawatiran akan makanan, pakaian, dan kehidupan begitu besar, maka kita kehilangan iman. Jika kekhawatiran lebih besar dari iman, kita tak akan dapat mencari Kerajaan Allah lagi. Kerajaan Allah adalah realitas di mana Allah memerintah, sehingga kita menjadi tenang dan tenteram.

Setiap hari memiliki kesusahannya sendiri (ayat 34). Kalau pusat hati kita adalah kekhawatiran, kita menambah kesusahan hari ini dengan beban yang tak perlu, yang semakin membuat kita lemah lesu. Lalu bagaimana kita dapat menjadi seperti burung yang merdeka dan bunga yang tampil penuh dalam kesementaraannya? Kita mesti menghadapi persoalan dunia yang berat ini dengan berani. Kita mengakui beratnya masalah, namun juga mengakui bahwa Allah bertakhta atas masalah. Dengan demikian kita dapat menghidupi setiap hari dalam kadar ketegangan yang pas —DKL



TIP #35: Beritahu teman untuk menjadi rekan pelayanan dengan gunakan Alkitab SABDA™ di situs Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA