Topik : Pemberian

6 Desember 2002

Belanja Sedikit, Memberi Lebih Banyak

Nats : Apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas ... kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari (Yesaya 58:10)
Bacaan : Yesaya 58:1-10

Michelle Singletary dan suaminya memutuskan untuk mengurangi pengeluaran Natal mereka. Mereka membuat hadiah-hadiah Natal sendiri dan memikirkan ide-ide kreatif untuk memberikan waktu dan pelayanan mereka bagi orang lain.

Dalam kolom surat kabar yang membahas masalah keuangan pribadi, Michelle menuliskan tujuan mengapa ia memberi perhatian serius terhadap pengeluarannya: "Membangun dan mempertahankan hubungan, yang sangat penting selama liburan dan sepanjang tahun, merupakan prioritas yang seharusnya tidak tersingkirkan karena kesibukan berbelanja."

Keputusan untuk mengurangi pengeluaran di hari Natal adalah pilihan kita masing-masing. Namun jika hubungan dengan sesama menjadi prioritas utama kita, kita dapat memutuskan untuk memberi lebih banyak, yaitu dengan memberi diri kita bagi orang lain. Yesaya menggambarkan pengorbanan pribadi yang berkenan bagi Allah, yakni dengan melayani orang lain. "Apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari" (Yesaya 58:10).

Yesus Juruselamat kita, yang kelahirannya kita rayakan, menyatakan diri-Nya demikian, "Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Markus 10:45).

Dalam merayakan Natal tahun ini, mari kita lebih banyak memberi, dengan memberi diri bagi orang lain -David McCasland

29 Maret 2003

Sepasang Moccasin

Nats : Sebab aku tidak mau mempersembahkan kepada Tuhan, Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa (2Samuel 24:24)
Bacaan : 2Samuel 24:18-25

Beberapa tahun yang lalu seorang dokter bekerja di daerah terpencil Minnesota. Suatu ketika salah satu keluarga penduduk asli Amerika memohonnya untuk datang dan membantu penyembuhan nenek mereka yang sudah tua, yang sedang sakit parah. Dokter itu datang, mendiagnosa keadaannya, dan kemudian memberi instruksi terperinci untuk perawatannya.

Nenek itu sembuh, dan beberapa minggu kemudian seluruh keluarga tersebut melakukan perjalanan ke tempat praktik dokter di kota. Mereka menghadiahi dokter itu sepasang moccasin [sepatu dari kulit yang halus bulunya] yang berusia 150 tahun buatan leluhur mereka. Ketika dokter itu mengajukan keberatan karena menganggap pemberian itu terlalu bagus dan berharga, kepala suku itu menjawab, “Anda telah menyelamatkan hidup ibu saya. Kami meminta dengan sungguh-sungguh agar Anda bersedia menerima sepasang mokasin ini. Kami tidak mengungkapkan penghormatan yang besar dengan pemberian yang murah.”

Kita menemukan prinsip yang sama dalam 2 Samuel 24. Daud diminta untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan di tanah milik Arauna. Sebagai raja, ia sebenarnya dapat mengambil sepetak tanah dan ternak untuk dikorbankan, tetapi ia membeli semua itu. Arauna menawari Daud apa-apa yang dibutuhkannya, tetapi Daud berkata ia tidak akan “mempersembahkan kepada Tuhan ... dengan tidak membayar apa-apa” (ayat 24).

Artinya, sebuah pengorbanan ada harganya. Maka, jika Anda memberi kepada Tuhan, berilah dengan murah hati --Dave Egner

23 Juni 2003

Pinjaman

Nats : Peringatkanlah kepada orang-orang kaya ... agar mereka berharap ... pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati (1Timotius 6:17)
Bacaan : Mazmur 89:5-12

Setiap hari saya dikelilingi oleh barang-barang yang bukan milik saya, tetapi saya akui sebagai milik saya. Misalnya, saya merujuk komputer yang saya pakai untuk menulis artikel ini sebagai "komputer saya". Saya juga mengatakan "kantor saya", "meja saya", dan "telepon saya". Namun, sebenarnya tak satu pun dari per-alatan itu milik saya. Semua itu dapat saya gunakan, tetapi bukan milik saya. Ketika RBC Ministries "memberikannya" kepada saya, saya tahu apa yang dimaksud: Semua itu adalah pinjaman.

Ini tidaklah mengherankan dalam hubungan antara tuan dan pegawai. Hampir mirip dengan itu, demikian pula semua barang yang kita sebut sebagai milik kita. Ketika kita berbicara tentang keluarga kita, rumah kita, atau mobil kita, kita berbicara tentang orang-orang dan barang-barang yang telah Allah izinkan untuk kita nikmati selama hidup di bumi. Namun, sesungguhnya semua itu adalah milik-Nya. Perhatikan pujian sang pemazmur kepada Allah, "Punya-Mulah langit, punya-Mulah juga bumi" (Mazmur 89:12).

Dengan memahami siapa yang sesungguhnya memegang semua jabatan yang kita miliki, seharusnya mengubah cara pikir kita. Seperti saya menyadari bahwa RBC mengizinkan saya meng-gunakan peralatannya untuk membantu saya melakukan pekerjaan dengan lebih efisien, demikian juga seharusnya kita menyadari bahwa segala sesuatu yang diberikan kepada kita sudah seharusnya dipakai untuk melayani Tuhan.

Waktu, talenta, dan segala harta milik kita adalah pinjaman dari Allah agar kita dapat mengerjakan pekerjaan-Nya dengan lebih baik --Dave Branon

15 Juli 2003

Pemberi dan Penerima

Nats : baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan (Efesus 4:28)
Bacaan : Amsal 14:15-21

Beberapa anak kecil sedang membicarakan cita-cita mereka setelah dewasa nanti. Ketika tiba giliran Jimmy, ia tidak menyebutkan profesi yang lebih umum seperti dokter, pengacara, polisi, atau petugas pemadam kebakaran. Jimmy hanya bercita-cita untuk menjadi seorang dermawan. Ketika teman-temannya menyuruhnya menjelaskan alasannya, Jimmy menjawab, "Karena kudengar orang seperti ini punya banyak uang."

Pernyataan Jimmy tersebut tidak sepenuhnya benar. Di dalam kamus, dermawan didefinisikan sebagai "seseorang yang mengasihi dan suka memikirkan kepentingan sesamanya". Seseorang tidak langsung menjadi dermawan hanya karena ia memiliki banyak uang. Pada kenyataannya, seorang miskin yang "mengasihi dan memikirkan kepentingan sesamanya", terlepas dari kemampuannya yang terbatas, lebih pantas disebut seorang dermawan daripada orang yang sangat kaya namun kikir yang memberi dengan terpaksa -- walau jumlah yang disumbangkannya besar.

Bahkan Rasul Paulus mendorong orang-orang yang suka mengambil haak orang lain agar dapat menjadi pemberi. Rasul Paulus berkata demikian, "Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras ... supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan" (Efesus 4:28). Pemberian seperti inilah yang dapat membawa sukacita kepada si pemberi (Amsal 14:21).

Kita semua dapat menjadi seorang dermawan, terlepas dari berapa pun penghasilan kita atau apa pun pekerjaan kita --Richard De Haan

17 September 2003

Belajar Memberi

Nats : Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin" (Lukas 19:8)
Bacaan : Lukas 19:1-10

Banyak orang di negara-negara makmur merasa terganggu oleh tumpukan barang-barang yang sudah tidak mereka butuhkan atau gunakan lagi. Mereka menemui kesulitan untuk menyingkirkan berbagai barang yang memenuhi rumah dan kantor mereka. Seorang wanita yang telah berpindah rumah sebanyak lima kali dalam empat tahun mengeluh, "Tahukah Anda berapa banyak barang yang saya bawa setiap kali pindah rumah? Saya jadi bertanya pada diri sendiri, 'Kenapa tak kugunakan otakku untuk memindahkan semua barang ini?'" Akhirnya wanita itu menyewa seorang ahli untuk membantunya belajar merelakan barang- barang yang tidak dibutuhkan lagi.

Banyak orang terikat pada harta benda mereka dengan alasan yang berbeda-beda. Tampaknya Zakheus bergumul dengan masalah ini karena sifat serakahnya (Lukas 19:1-10). Namun, kisah pemungut cukai kaya yang memanjat pohon untuk melihat Yesus mencapai klimaks dengan terjadinya perubahan hati secara total ketika Zakheus berkata, "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin" (ayat 8). Kemudian ia pun berjanji, "Dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Yesus menanggapi perkataannya dengan berkata, "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini" (ayat 9).

Pembaruan rohani yang dialami oleh Zakheus dapat dilihat dari perubahan sikapnya, yaitu dari menerima menjadi memberi. Cengkeramannya yang mengendur mengungkapkan hati yang telah diperbarui.

Apakah hal ini juga terjadi pada diri kita? --David McCasland

7 Desember 2003

Berikan kepada Sesama

Nats : Bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi (1Tesalonika 2:8)
Bacaan : 1 Tesalonika 2:1-12

Para orangtua, guru, dan anggota dewan sekolah di Texas tengah, terkejut ketika sepasang orang tua pensiunan menawarkan beasiswa empat tahun kuliah kepada 45 siswa kelas satu di sebuah sekolah setempat. Persyaratannya hanyalah anak-anak tersebut harus menjauhkan diri dari narkoba, lulus dari SMU di wilayah itu, dan masuk universitas negeri terakreditasi di Texas, akademi, atau sekolah dagang. Beberapa tahun sebelumnya, sebuah perusahaan telah membayar setengah biaya kuliah salah satu penyumbang beasiswa tersebut, dan ia tak pernah melupakan hal itu. "Mereka telah menolong saya," katanya, "dan kini adalah giliran saya."

Kita semua telah menerima karunia yang dapat dibagikan kepada orang lain. Meskipun mungkin bukan berupa uang, yang pasti itu adalah sesuatu yang telah meningkatkan taraf hidup kita. Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika bahwa "kami ... bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi" (1Tesalonika 2:8).

Apakah yang telah diberikan kepada Anda yang perlu Anda teruskan kepada sesama dalam nama Kristus? Karunia mendengarkan ketika seseorang ingin mengutarakan persoalannya? Membagikan kesaksian dalam kelompok pendalaman Alkitab tempat orang ingin menyuburkan hidup dengan firman Tuhan? Mengirim kartu sebagai tanda perhatian kepada seseorang yang berbeban berat?

Injil selalu menjadi lebih efektif bila dibagikan oleh orang-orang yang dengan senang hati memberikan hidup mereka kepada sesama --David McCasland

13 Desember 2003

Izinkan Allah Bekerja

Nats : Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan (1Korintus 3:7)
Bacaan : 1 Korintus 3:1-11

Dengan semangat melayani Tuhan, kita mudah berpikir bahwa kita yang bertanggung jawab untuk memberi hasil. Ini membuat kita terlalu mengandalkan kemampuan kita dan kurang beriman kepada Allah.

Paulus mengamati kecenderungan yang sama di gereja Korintus. Orang percaya tertentu memuji pelayanan Paulus yang "menanam benih", sedang yang lain lebih suka pelayanan "penyiraman" yang dilakukan Apolos. Dalam 1 Korintus 3, Paulus mengingatkan bahwa Allah menjadikan setiap benih itu berbuah (ayat 4-7). Namun, Paulus mengakui bahwa usaha mereka yang penuh iman merupakan bagian rencana Allah, "dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri" (ayat 8).

Bayangkan seorang petani yang duduk di teras depan rumahnya. Tanyakan apa yang sedang ia lakukan. Ia menjawab, "Bertani." Tanyakan kepadanya apa yang ia tanam. Ia menjawab, "Gandum." "Tetapi ladang Anda tampaknya tidak dibajak dan tidak ditanami," kata Anda. "Betul," jawabnya, "saya menanam dengan iman. Saya yakin Allah akan memberi tuaian." "Tetapi tidakkah Anda seharusnya melakukan sesuatu?" protes Anda. Ia menjawab, "Saya sudah bertindak: Saya berdoa dan beriman!"

Kisah ini mengingatkan kita bahwa Allah tidak akan mengerjakan tugas kita, dan 1 Korintus mengajarkan bahwa hasil tuaian memang tidak tergantung pada kita. Cara terbaik untuk melayani ialah dengan menanam dan menyirami benih dengan penuh iman, kemudian sepenuhnya memercayai Allah yang akan memberi tuaian --Joanie Yoder

2 Januari 2004

Rencana Mulia

Nats : Orang yang berbudi luhur merancang hal-hal yang luhur, dan ia selalu bertindak demikian (Yesaya 32:8)
Bacaan : Yesaya 32:1-8

Ada perbedaan antara ucapan, "Saya ingin berkunjung ke Inggris", dan, "Saya berencana pergi ke Inggris minggu depan". Pernyataan pertama mengungkapkan sebuah keinginan, sedang yang kedua menunjukkan persiapan pasti.

Kita sering memasuki tahun baru dengan harapan, keinginan, dan ketetapan hati yang dapat menjadi benih perubahan positif. Namun, kunci dari apa yang terjadi dalam hidup kita terletak pada penyusunan rencana yang pasti. Perencanaan itu melibatkan pemikiran, tujuan, dan usaha.

Yesaya menulis tentang waktu yang akan datang ketika "seorang raja akan memerintah menurut kebenaran" (Yesaya 32:1). Perikop nubuatan ini menyatakan pemerintahan Kristus yang akan datang. Selain itu juga memberi kita, orang-orang yang menyembah Yesus sebagai Raja, sebuah prinsip yang kini dapat kita terapkan. Yesaya membandingkan penipu yang "merancang perbuatan-perbuatan keji" dengan orang berbudi luhur yang "merancang hal-hal yang luhur" (ayat 7,8). Sebagai pengikut Kristus, kita perlu menjadi orang yang berbudi luhur.

Rencana apa yang telah kita buat untuk meningkatkan keluhuran budi kita di tahun baru ini? Apakah kita hanya berharap memberi lebih banyak waktu dan perhatian bagi sesama, atau kita telah membuat komitmen yang jelas? Bila kita ingin memberi dukungan finansial kepada seseorang atau sebuah tujuan, sudahkah kita mulai mempersiapkan keuangan kita untuk itu?

Inilah saat yang tepat untuk membuat rencana-rencana mulia yang memuliakan Allah, melalui visi dan keluhuran budi kita --David McCasland

28 Februari 2004

Orang Tua Kikir

Nats : Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16)
Bacaan : 1 Timotius 6:17-19

Sebagian orang akan melakukan apa saja untuk menghemat uang. Saya membaca tentang seorang paman kikir yang mengundang keponakan-keponakannya untuk mencari mata anak panah di pekarangan belakang rumahnya. Namun sebelum pencarian dimulai, ia memerintahkan anak-anak itu untuk memindahkan semua batu dan menyiangi semak belukar di pekarangan tersebut. Pada saat semuanya selesai dikerjakan, hari sudah terlalu malam bagi mereka untuk mencari mata anak panah. Akhirnya, mereka sadar tidak ada mata anak panah di sana. Saat mengadu kepada ayah mereka, sang ayah berkata, "Kakak saya yang kikir itu telah menipu kalian untuk bekerja seharian." Anak-anak itu tidak akan mudah melupakan bagaimana mereka telah dimanfaatkan.

Tidak ada salahnya berhemat. Itu merupakan pengelolaan keuangan yang baik. Namun, tidak benar jika karena alasan berhemat, Anda tidak mau membayar upah yang patut diterima oleh seorang anak.

Kekikiran yang membuat orang lain merasa terhina dan menderita bukanlah sesuatu yang diinginkan oleh Tuhan kita. Dalam 1 Timotius 6:18, kita mempelajari bahwa kita harus "berbuat baik" dan "siap memberi dan rela membagi". Kita harus menjadi orang-orang yang adil, suka memberi, dan murah hati.

Allah adalah pemberi yang terbesar. Dia memberikan Putra-Nya, dalam pengurbanan yang menakjubkan untuk memberi kita hidup yang baru (Yohanes 3:16). Marilah kita mengikuti teladan kasih dan kemurahan-Nya, sehingga kita tidak akan disebut "orang tua kikir" --Dave Egner

10 Oktober 2004

Hari yang Indah

Nats : Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2Korintus 9:7)
Bacaan : Amsal 11:24-31

Setelah mengagumi sebuah lukisan di rumah seorang wanita, saya terkejut oleh kemurahan hatinya. Ia menurunkan lukisan itu dan memberikannya kepada saya.

Saya juga telah melihat berbagai perbuatan baik serupa. Selama bertahun-tahun, ibu mertua saya tetap bertahan menggunakan lemari es kunonya agar dapat memberi lebih banyak uang bagi pekerjaan Tuhan.

Saya mengenal sebuah keluarga kristiani yang telah menabung untuk membeli mobil baru. Namun saat mereka mendengar sebuah ladang pelayanan sangat butuh bantuan, mereka tetap menggunakan mobil lama mereka dan memberikan tabungan mereka bagi pelayanan misi.

Saya pun mendengar tentang seorang pengusaha kristiani di Ohio yang menaruh sesuatu di sakunya setiap pagi untuk diberikan kepada orang lain. Barang itu berupa bolpoin, mainan, atau bahkan selembar uang sepuluh dolar. Seiring dengan berlalunya hari, ia mencari seseorang yang akan diberkati dengan menerima hadiah. "Dengan selalu mencari kesempatan untuk memberi," katanya, "saya menikmati hari yang indah."

Pepatah kuno yang mengatakan "Penerima akan makan dengan enak, namun si pemberi akan tidur dengan nyenyak", tidak sepenuhnya benar. Menurut Amsal 11:25, si pemberi juga makan dengan enak: "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum."

Kita tidak boleh memberi sambil bersungut-sungut atau dengan terpaksa namun dari dalam hati. Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7) --Joanie Yoder

15 Februari 2005

Sepanjang Tahun

Nats : [Tuhan berfirman], “Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki ialah ... supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar” (Yesaya 58:6,7)
Bacaan : Yesaya 58:6-12

Selama masa puasa (40 hari menjelang Paskah), banyak orang kristiani berpantang dan merenungkan pengurbanan Kristus bagi kita.

Sekelompok orang beriman dari kalangan menengah di sebuah gereja di Inggris memutuskan untuk hidup dengan upah minimum. Mereka ingin ikut merasakan kehidupan orang yang hidup kekurangan, belajar bersukacita dalam memberi, mengundang Allah agar mengubah sikap mereka terhadap uang, dan menantang anggota jemaat yang lain untuk melakukan hal serupa. Sebagai dasarnya, mereka memilih untuk mempelajari Yesaya 58.

Setelah itu, salah seorang pemimpin kelompok tersebut mengatakan bahwa dengan melakukan hal tersebut mereka memperoleh pelajaran yang penting. Hidup berkekurangan “membuat Anda sadar betapa banyak hal yang bisa Anda tanggalkan. Anda menjadi sadar akan apa yang biasanya Anda berikan dan menyadari bahwa hal itu masih sangat jauh dari sebuah pengorbanan”.

Mereka memperoleh pelajaran sesuai dengan pandangan Allah mengenai arti puasa dan pengorbanan. Tuhan berfirman kepada bangsa Israel, “Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki ialah ... supaya engkau memecah- mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang yang miskin dan tak punya rumah” (Yesaya 58:6,7). Allah menegur umat-Nya karena puasa mereka telah menjadi sekadar upacara rutin tanpa memedulikan orang lain.

Marilah kita berkorban dengan memberi kepada orang lain. Hal itu tidak hanya kita lakukan selama masa puasa, tetapi sepanjang tahun —Anne Cetas

14 Maret 2005

Mengubah Dunia?

Nats : Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum (Matius 25:35)
Bacaan : Matius 25:34-40

Ketika anak lelaki saya, Steve, pulang dari sebuah konser baru-baru ini, ia membawa sebuah kaus dan brosur tentang organisasi yang membantu anak-anak miskin di sebuah benua yang sangat jauh. Rupanya salah seorang penyanyi konser tersebut telah mengumumkan sebuah tantangan.

"Kami ingin mengubah dunia dengan musik yang kami bawakan," katanya, "tetapi yang sering kami lakukan hanyalah menyanyi. Kami memutuskan untuk melakukan aksi untuk mengubah hidup banyak orang, maka kami mulai membantu anak-anak yang membutuhkan." Kemudian ia memberikan tantangan, yang ditanggapi oleh Steve. Dan Steve pun menyampaikan kepada kelompok Pemahaman Alkitab di gereja tentang program bantuan bulanan bagi anak-anak miskin.

Kebanyakan dari kita ingin mengubah dunia agar menjadi lebih baik, tetapi pekerjaan itu tampaknya terlalu besar. Jadi, bagaimana jika kita mengambil keputusan untuk setidaknya melakukan satu hal yang dapat mengubah hidup satu orang? Dalam nama Yesus, yang mengatakan bahwa memberikan bantuan fisik bagi sesama adalah sama seperti memberikannya bagi Sang Juruselamat sendiri (Matius 25:35,36), bagaimana jika kita memberikan bantuan bagi orang-orang melalui makanan, pakaian, atau kebutuhan transportasi? Dan bagaimana jika orang itu mempertanyakan motivasi kita dalam memberikan bantuan? Bila demikian, kita dapat menawarkan hidup kekal bagi orang tersebut dengan memperkenalkannya kepada Sang Juruselamat.

Mengubah dunia? Mari kita mulai dengan mengubah hidup satu orang di dalam nama Yesus —JDB

15 Agustus 2005

Betapa Indahnya!

Nats : Yesus berkata, Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku (Markus 14:6)
Bacaan : Markus 14:3-9

Sekembalinya dari perjalanan bisnis, Terry ingin membelikan beberapa hadiah kecil untuk anak-anaknya. Sang penjaga toko cenderamata di bandara menyarankan sejumlah benda yang mahal. Saya tidak membawa banyak uang, katanya. Saya perlu sesuatu yang lebih murah. Sang penjaga toko berusaha membuat Terry merasa dirinya adalah seorang berselera rendah jika tidak membeli apa yang ditawarkan. Namun, Terry tahu bahwa anak-anaknya akan merasa senang dengan apa pun yang ia berikan kepada mereka, karena hal itu datang dari hati yang mengasihi. Dan ia benar, mereka senang sekali dengan hadiah yang ia belikan.

Pada kunjungan terakhir Yesus ke kota Betania, Maria ingin menunjukkan kasihnya kepada-Nya (Markus 14:3-9). Karena itu, ia kemudian membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya dan mengurapi Dia (ayat 3). Melihat hal itu, para murid bertanya dengan marah, Untuk apa pemborosan ini? (Matius 26:8). Akan tetapi, Yesus menyuruh mereka berhenti menyusahkan dia, karena ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku (Markus 14:6). Sebuah terjemahan yang lain berbunyi: ia telah melakukan hal yang indah bagi-Ku. Yesus menerima hadiah Maria dengan gembira, karena hal itu keluar dari hati yang mengasihi. Bahkan mengurapi Dia yang akan dikubur pun dianggap indah!

Apakah yang ingin Anda berikan bagi Yesus untuk menunjukkan kasih Anda? Waktu, talenta, atau harta Anda? Tidaklah penting apakah hal itu mahal atau murah, apakah orang lain akan mengerti atau mengkritiknya. Apa pun yang diberikan dari hati yang mengasihi adalah indah bagi Dia AMC

27 Oktober 2005

Kredo Anak

Nats : Jangan mengingini (Roma 7:7)
Bacaan : Kisah 20:32-38

Elisa Morgan, ketua Mothers Of Pre-Schoolers International, membagikan wawasannya mengenai cara pandang anak terhadap dunia:

Kredo Anak

Jika aku menginginkannya,
itu punyaku.

Jika aku memberikannya kepadamu
tetapi kemudian aku berubah pikiran,
maka itu punyaku.

Jika aku bisa mengambilnya darimu,
maka itu punyaku.

Jika aku memilikinya beberapa saat
yang lalu,
maka itu punyaku.

Jika itu punyaku, maka tidak akan
menjadi milik orang lain, siapa pun,
apa pun yang terjadi.

Jika kita membangun sesuatu bersama,
semua bagian-bagiannya milikku.

Jika hal itu kelihatannya seperti milikku,
maka itu adalah milikku.

Siapa pun yang pernah mengenal seorang anak akan tahu bahwa kredo itu benar. Kita melihat sifat ini ada dalam diri anak-anak, tetapi kita akan membencinya jika sifat ini dimiliki orang dewasa. Sifat ini disebut tamak.

Rasul Paulus, yang menjalani kehidupan rohani semu sebelum menjadi pengikut Yesus, bergelut dengan dosa tersebut (Roma 7:7). Sesudah mempelajari hukum Taurat Musa, ia jadi tahu betul apa itu ketamakan. Tetapi Allah melalui kasih karunia-Nya mengubah Paulus. Ia tidak lagi menjadi orang yang tamak dan iri hati, Paulus akhirnya menjadi orang yang sangat murah hati (Kisah Para Rasul 20:33-35). Dan kemurahan hati bisa menjadi alat uji yang sahih apakah kita secara rohani masih kanak-kanak atau tidak.

Apakah Anda mengizinkan Tuhan Yesus Kristus menciptakan hati baru yang murah hati di dalam diri Anda? Atau Anda masih mengikuti “Kredo Anak”? -HWR

31 Oktober 2005

Manusia Labu

Nats : Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7)
Bacaan : 2Korintus 9:6-15

Di Colorado Springs, orang-orang memanggil Nick Venetucci “Manusia Labu”. Selama 50 tahun setiap musim gugur, ia mengundang ribuan anak sekolah untuk mengunjungi tanah pertaniannya di sepanjang pinggir Sungai Monument Creek, untuk memetik sebuah labu gratis, dan membawanya pulang. Nick suka berjalan-jalan di sepanjang ladangnya bersama anak-anak, membantu mereka menemukan labu “yang tepat”.

Suatu kali di sekolah dasar setempat, yang diberi nama Venetucci untuk menghormati si Manusia Labu, sang kepala sekolah berkata, “Ia mengajarkan anak-anak definisi kemurahan hati. Ia memberi, memberi, memberi, dan tidak pernah mengharapkan balasan kembali.” Ketika Nick meninggal pada usia 93 tahun, masyarakat menyebutnya sebagai pahlawan karena semangat kebaikan dan ketulusan hatinya.

Nick Venetucci membagikan buah dari hasil pekerjaannya karena ia memang menginginkannya. Alkitab mendorong kita semua untuk memberi dengan cara seperti ini: “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan” (2 Korintus 9:7,8).

Kasih karunia berasal dari Allah; pemberian berasal dari hati kita. Manfaatnya menyebar kepada lebih banyak orang daripada yang bisa kita bayangkan. Manusia Labu menunjukkan kepada kita bagaimana cara melakukannya -DCM

28 November 2005

Perubahan yang Menyegarkan

Nats : Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu! (2 Korintus 9:15)
Bacaan : 2Korintus 8:1-9

Mulai setiap Oktober, katalog yang menawarkan pakaian, alat rumah tangga, sepatu, lilin, buku, musik akan memenuhi kotak surat saya-melebihi yang saya perlukan atau inginkan untuk saya sendiri atau orang-orang terkasih pada hari Natal.

Tetapi ada satu katalog yang saya terima November lalu, membuat perubahan yang menyegarkan. Katalog itu berisi cara yang untuk berbagi dengan anak yatim piatu, orang miskin, kelaparan, sakit, dan cacat melalui pelayanan internasional kristiani. Tulisan di bagian depan katalog itu berbunyi: “Bagikanlah terang dan kasih Yesus Kristus dengan orang yang hidup penuh dengan kegelapan dan keputusasaan.” Memikirkan hal lain selain membeli satu barang lagi untuk seseorang yang telah mempunyai begitu banyak barang adalah hal yang sangat melegakan!

Jemaat Makedonia adalah sebuah contoh tentang kemurahan hati (2 Korintus 8:1-6). Mula-mula mereka memberikan diri kepada Tuhan, kemudian mereka membantu orang-orang yang kekurangan di Yerusalem. Paulus pun kemudian mendorong jemaat Korintus untuk mengikuti teladan mereka dan teladan Kristus, yang telah memberikan diri-Nya dan “menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (ayat 9).

Apakah Anda menginginkan perubahan yang menyegarkan pada Natal tahun ini? Pertimbangkanlah cara baru untuk memberikan diri kepada Tuhan dan kepada mereka yang kekurangan. Inilah cara penuh arti untuk bersyukur kepada Allah atas “pemberian-Nya yang tak terlukiskan”, yaitu keselamatan melalui Putra-Nya -AMC

23 April 2007

Tipe Pemberi

Nats : Diberkatilah kiranya orang itu oleh Tuhan yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati (Rut 2:20)
Bacaan : Rut 2

Di salah satu ujung pangkalan truk tempat H.H. Lee bekerja bertahun-tahun lalu, terdapat perusahaan batu bara. Di dekat pangkalan itu terdapat rel kereta api, dan setiap hari beberapa kereta barang lewat. Lee sering memerhatikan bahwa pemilik perusahaan batu bara itu, seorang kristiani, suka melemparkan gumpalan-gumpalan batu bara di beberapa tempat melewati pagar pembatas sepanjang rel. Suatu hari ia bertanya kepada pria itu mengapa ia melakukannya.

Pria itu menjawab, "Ada seorang wanita tua yang tinggal di seberang jalan ini, dan saya tahu uang pensiunnya tidak cukup untuk membeli batu bara. Setelah kereta-kereta lewat, ia akan menyusuri rel dan memunguti butiran-butiran yang ia kira telah jatuh dari kereta batu bara. Ia tidak tahu bahwa lokomotif uap telah digantikan oleh mesin disel. Saya tidak ingin mengecewakan dia, maka saya melemparkan beberapa butir batu bara melewati pagar."

Itulah kekristenan yang ditunjukkan dalam perbuatan! Kitab Rut dengan jelas melukiskan prinsip memberi ini. Saat Boas melihat Rut mengumpulkan butiran gandum di belakang para penuai di ladang gandum miliknya, ia memerintahkan para penuai itu meninggalkan beberapa genggam gandum baginya. Bagi Rut, ini berkat Tuhan.

Begitu pula, orang-orang yang hidupnya kita sentuh perlu mengalami kasih Allah melalui belas kasihan dan kemurahan hati kita. Oleh karena, itu kita perlu memohon kepada Allah agar Dia membuat kita peka terhadap kesempatan-kesempatan untuk menunjukkan kebaikan --HGB


Lakukan perbuatan baik dengan ikhlas,
Mungkin tak akan kaulihat hasilnya,
Riaknya membesar bak arus deras
Mengalir terus sepanjang masa. --Anon.

11 Oktober 2007

Mengapa Kita Memberi?

Nats : Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu (Matius 6:3)
Bacaan : Matius 6:1-4

Apa yang telah terjadi dengan konsep memberi jika dilihat dari makna memberi itu sendiri?" tanya Tim Harford, penulis kolom Financial Times. "Jika Anda memerhatikan sumbangan amal, maka hal itu akan semakin tidak tampak bersifat amal." Contohnya, sebuah studi tentang kampanye pengumpulan dana dari pintu-ke-pintu mendapati bahwa berbagai organisasi bisa mengumpulkan dana jauh lebih banyak dengan menjual tiket lotere daripada meminta sumbangan.

"Hal ini tidak menunjukkan bahwa dunia dipenuhi para dermawan yang ingin melakukan perbuatan baik sebesar mungkin dengan uang sumbangan mereka," kata Harford. Setidaknya sebagian orang ada yang memiliki sikap ini-untuk-saya/ini-untuk-kamu dalam memberi.

Yesus pun menyinggung masalah motivasi dalam memberi. Saat Dia mengatakan bahwa kita harus mencegah tangan kiri kita mengetahui apa yang dilakukan tangan kanan, Dia mengajarkan agar kita tulus dalam memberi kepada Allah dan orang lain. Pemberian kita harus merupakan tanggapan kita terhadap kasih Allah. Untuk mendorong kita memiliki motivasi yang tulus, Yesus mengajarkan orang-orang untuk memberi dan melakukan perbuatan baik secara sembunyi-sembunyi tanpa memikirkan diri mereka sendiri. Allah, yang melihat segalanya, akan membalas mereka (Matius 6:3,4).

Kemurahan hati kita harus berpusat kepada Allah -- bukan untuk membuat kita tampak baik, melainkan untuk menyenangkan Tuhan. Sebelum melakukan perbuatan baik Anda berikutnya, tanyailah diri Anda sendiri: Jika saya tahu tak seorang pun akan mengetahui apa yang saya perbuat, akankah saya tetap melakukannya? --MLW

22 September 2008

Malaikat Menimba Air

Nats : Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Matius 25:40)
Bacaan : Matius 25:31-40

Di sebuah kapel terpasang lukisan seorang malaikat yang sedang menimba air. Wajahnya cerah pertanda sukacita saat ia melakukan tugas itu. Keringat yang masih membekas di wajah menjadi bukti bahwa ia serius menjalankan tugasnya. Dalam hati saya bertanya, "Apa tidak keliru? Itukah tugas malaikat? Bukankah malaikat bertugas melayani Allah, bukan mengerjakan hal-hal yang tampaknya duniawi seperti menimba air?"

Acap kali kita membedakan hal-hal yang rohani dan jasmani. Ketika melayani dan beribadah di gereja, kita seperti sedang mengerjakan hal yang rohani. Sementara saat menjalankan pekerjaan sehari-hari, kita menganggapnya kegiatan duniawi. Kitab Matius memberi cara pandang berbeda. Pada hari penghakiman terakhir, Tuhan datang dalam kemuliaan-Nya. Dia memisahkan seorang demi seorang (ayat 32). Lalu kepada mereka yang ada di sebelah kanan-Nya, Tuhan berkata, "Terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu." Apa dasarnya? "Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan" (ayat 35). Apa yang dilakukan kepada sesama, berarti juga dilakukan untuk Tuhan. Itulah ibadah! Ibadah menyangkut dimensi vertikal-hubungan dengan Allah, dan dimensi horisontal-hubungan dengan sesama.

Bila Anda melakukan aktivitas sehari-hari dengan tujuan memuliakan Tuhan, itu pun sudah bisa disebut ibadah. Maka, apa pun pekerjaan dan aktivitas yang Anda lakukan hari ini, jalanilah semuanya dengan hati gembira seperti malaikat yang menimba air dalam lukisan tadi -MZ



TIP #32: Gunakan Pencarian Khusus untuk melakukan pencarian Teks Alkitab, Tafsiran/Catatan, Studi Kamus, Ilustrasi, Artikel, Ref. Silang, Leksikon, Pertanyaan-Pertanyaan, Gambar, Himne, Topikal. Anda juga dapat mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan ayat-ayat yang anda inginkan melalui pencarian Referensi Ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA