Topik : Pelayanan

3 Maret 2003

Masalah Hidup dan Mati

Nats : Jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup (Roma 8:13)
Bacaan : Roma 8:12-18

Alam di dunia ini kejam. Hidup dan mati menjadi hukum yang berlaku di padang rumput, sungai, dan rimba. Seekor singa mengintai kijang. Burung bangau bersiaga di tepi kolam, dan ia siap untuk membunuh dengan paruhnya yang tajam. Jauh di atas langit, seekor rajawali berekor merah menyiapkan cakar yang mematikan, sambil mengawasi gerakan di padang rumput di bawahnya. Sekawanan macan tutul mampu bertahan hidup dengan memangsa zebra. Di alam ini, setiap hewan mampu bertahan hidup jika hewan lain mati. Hal seperti ini tampak wajar, sekalipun kejadianyang sebenarnya bisa jauh lebih mengerikan daripada yang dapat kita bayangkan.

Prinsip bahwa tak ada makhluk yang hidup jika yang lain tidak mati, ternyata tidak hanya berlaku di alam ini. Saat kita berjalan bersama Allah setiap hari, keinginan daging kita harus dimatikan oleh keinginan Roh. Jika tidak, keinginan Roh akan dimatikan oleh keinginan daging (Roma 8:13). Di dalam rimba, padang rumput, dan sungai hati kita, harus selalu ada yang dimatikan supaya yang lain dapat hidup.

Kita tidak mungkin menyerahkan diri kepada Kristus dan sekaligus menyerahkan diri pada dunia. Roh-Nya tidak akan dapat memenuhi hati kita jika kita terus mempertahankan kehidupan yang penuh dengan keinginan egois. Karena itu, Tuhan menunjukkan dengan amat jelas bahwa jika kita ingin mengikut Dia, kita harus mematikan keinginan daging kita setiap hari (Lukas 9:23,24). Kita harus terus memilih apa yang mesti kita matikan, supaya Kristus dapat senantiasa hidup dengan bebas dalam diri kita --Mart De Haan II

29 Mei 2003

Berkat yang Ditinggalkan

Nats : Ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga (Lukas 24:51)
Bacaan : Lukas 24:44-53

Seorang penderita kanker sedang mendekati ajalnya. Saya sedang berada di dalam kamarnya ketika keluarga-nya berkumpul mengelilinginya. Ia berbicara kepada satu per satu anaknya, kepada pasangan mereka, dan kepada cucu-cucunya yang masih muda. Dengan lembut dan penuh kasih, ia memberkati mereka masing-masing. Bahkan nasihat-nasihatnya pun diucapkan dengan lemah lembut. Ia mengingatkan mereka supaya tetap menjadikan Tuhan pusat kehidupan mereka. Kami semua mencucurkan air mata karena sadar bahwa ia takkan lama lagi bersama kami. Beberapa hari kemudian ia meninggal.

Juruselamat kita melakukan hal yang sama sebelum Dia naik ke surga. Bukannya mencucurkan air mata saat melihat-Nya pergi, para murid-Nya justru sangat bersukacita meski mereka tahu bahwa mereka takkan dapat lagi secara langsung mengalami berkat-Nya. Namun, Yesus akan segera mengirim Roh Kudus untuk tinggal dalam diri mereka (Kisah Para Rasul 1,2). Dia yang "duduk di sebelah kanan Allah" (Roma 8:34) akan menjadi perantara bagi mereka. Dan janji-Nya untuk datang kembali membuat mereka tenang (1Tesalonika 4:13-18).

Saat kita teringat akan Juruselamat kita yang naik ke surga, marilah kita bersukacita atas berkat yang Dia tinggalkan bagi kita. Dan selagi masih ada kesempatan, marilah kita menyemangati orang yang kita kasihi untuk tetap menjadikan Kristus pusat kehidupan mereka. Kelak saat kita meninggalkan dunia ini, maka teladan serta perkataan kita dapat menjadi berkat paling berharga yang bisa kita tinggalkan --Dave Egner

8 Juni 2003

Teman dan Pembimbing

Nats : Apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran (Yohanes 16:13)
Bacaan : Yohanes 16:5-15

Lisa Marino memiliki pelatih fitnes pribadi yang memberinya nasihat dan semangat setiap hari. Namun, Lisa tidak pernah bertemu sang pelatih. Sebagai peserta dari program "Praktik Hidup Sehat", Lisa memulai setiap hari dengan mengirim laporan diet, olahraga, tidur, dan stresnya ke sebuah website. Setelah itu, ia menerima e-mail balasan dari pe-latihnya. Lisa mengatakan bahwa dengan mengirim laporan setiap hari ia tertolong untuk tetap jujur dan terfokus pada sa-saran fitnesnya.

Sebagai orang kristiani, kita memiliki pengalaman yang indah tetapi misterius, yaitu memiliki Roh Kudus sebagai teman dan pembimbing kita, walaupun kita tidak dapat melihat-Nya. Yesus berjanji kepada para murid-Nya bahwa saat Dia meninggalkan dunia ini, Dia akan mengirimkan Seseorang yang lain untuk menyertai mereka. "Jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu" (Yohanes 16:7).

"Penolong" atau "Penghibur" dalam bahasa aslinya berarti "dipanggil untuk mendampingi atau menolong seseorang". Seorang peneliti Alkitab bernama W. E. Vine berkata bahwa hal itu menunjuk kepada Pribadi yang bisa menjadi seperti Kristus kepada murid-murid-Nya.

Walaupun tidak kelihatan, Roh Kudus menyertai kita setiap hari, sama seperti Yesus mendampingi para murid-Nya di bumi. Roh Kudus-lah yang akan menolong kita untuk tetap jujur, fokus, dan bersemangat dalam hidup ini sehingga dapat memuliakan Kristus --David McCasland

13 Desember 2003

Izinkan Allah Bekerja

Nats : Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan (1Korintus 3:7)
Bacaan : 1 Korintus 3:1-11

Dengan semangat melayani Tuhan, kita mudah berpikir bahwa kita yang bertanggung jawab untuk memberi hasil. Ini membuat kita terlalu mengandalkan kemampuan kita dan kurang beriman kepada Allah.

Paulus mengamati kecenderungan yang sama di gereja Korintus. Orang percaya tertentu memuji pelayanan Paulus yang "menanam benih", sedang yang lain lebih suka pelayanan "penyiraman" yang dilakukan Apolos. Dalam 1 Korintus 3, Paulus mengingatkan bahwa Allah menjadikan setiap benih itu berbuah (ayat 4-7). Namun, Paulus mengakui bahwa usaha mereka yang penuh iman merupakan bagian rencana Allah, "dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri" (ayat 8).

Bayangkan seorang petani yang duduk di teras depan rumahnya. Tanyakan apa yang sedang ia lakukan. Ia menjawab, "Bertani." Tanyakan kepadanya apa yang ia tanam. Ia menjawab, "Gandum." "Tetapi ladang Anda tampaknya tidak dibajak dan tidak ditanami," kata Anda. "Betul," jawabnya, "saya menanam dengan iman. Saya yakin Allah akan memberi tuaian." "Tetapi tidakkah Anda seharusnya melakukan sesuatu?" protes Anda. Ia menjawab, "Saya sudah bertindak: Saya berdoa dan beriman!"

Kisah ini mengingatkan kita bahwa Allah tidak akan mengerjakan tugas kita, dan 1 Korintus mengajarkan bahwa hasil tuaian memang tidak tergantung pada kita. Cara terbaik untuk melayani ialah dengan menanam dan menyirami benih dengan penuh iman, kemudian sepenuhnya memercayai Allah yang akan memberi tuaian --Joanie Yoder

22 Juli 2004

Tidak Dijual

Nats : Tetapi Petrus berkata kepadanya, “Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang” (Kisah 8:20)
Bacaan : Kisah 8:9-25

Para petugas polisi di St. Louis setidaknya telah mendapat satu tangkapan yang mudah. Peristiwa penangkapan itu terjadi di pintu belakang pos polisi ketika seorang pengemudi mabuk menghentikan mobilnya tepat di depan loket jaga. Ia mengira dirinya sedang berada di depan loket pemesanan Burger King. Setelah pria itu mencoba untuk memesan makanan di tempat yang dikiranya loket penjualan drive thru, seorang petugas jaga menangkap pengemudi yang terkejut itu dan menuntutnya karena mengemudi dalam keadaan mabuk.

Seorang pria bernama Simon juga mendapatkan kejutan dalam hidupnya. Menurut Kisah Para Rasul 8, lelaki itu dulunya seorang tukang sihir di Samaria sebelum akhirnya bertobat dan menjadi pengikut Kristus. Kejutan itu datang ketika ia menghampiri para rasul dan menawari mereka uang. Simon meminta kuasa dari para rasul agar dapat menumpangkan tangan atas orang-orang dan menyalurkan Roh Kudus kepada mereka. Namun, Rasul Petrus menolak tawaran itu dengan tegas. Dan ia menuduh Simon tengah berada di bawah pengaruh sesuatu yang lebih buruk daripada alkohol.

Petrus tidak berlebihan. Sangat berbahaya menganggap Roh Kudus sebagai suatu produk yang dapat diperjualbelikan. Karya Roh adalah suatu karunia Allah yang diberikan cuma-cuma atas dasar iman, dan hanya karena iman. Dia telah memberi kita Roh-Nya untuk menyelesaikan tujuan-Nya, bukan tujuan kita. Roh tidak bisa dibeli atau ditawar.

Terima kasih ya Tuhan, atas karunia Roh-Mu yang Engkau berikan kepada kami —Mart De Haan

29 Juli 2004

Listrik yang Padam

Nats : Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban (2 Timotius 1:7)
Bacaan : 2 Timotius 1:6-12

Kesunyian membangunkan saya pada pukul 5.30 di suatu pagi. Tidak ada deru sepoi-sepoi baling-baling kipas angin, tidak ada dengungan lemari es yang menenangkan di lantai bawah. Sekilas pandangan ke luar jendela mempertegas bahwa listrik yang padam telah membuat semua orang di lingkungan kami tidak nyaman tepat ketika mereka bersiap-siap untuk berangkat bekerja.

Saya sadar jam alarm tidak akan berbunyi, dan tidak akan ada berita televisi. Mesin pembuat kopi, pemanggang roti, pengering rambut, dan banyak telepon tidak dapat digunakan. Memulai hari tanpa listrik sebenarnya hanya sekadar ketidaknyamanan dan gangguan rutinitas, tetapi jadi terasa bagaikan bencana.

Kemudian saya sadar betapa seringnya saya terburu-buru memasuki hari tanpa kekuatan rohani. Saya menggunakan lebih banyak waktu untuk membaca surat kabar daripada Alkitab. Mendengarkan Roh digantikan dengan mendengarkan siaran radio. Saya menghadapi orang-orang dan situasi sulit dengan roh ketakutan, bukannya dalam roh “kekuatan, kasih, dan ketertiban” yang telah Allah berikan bagi kita (2 Timotius 1:7). Pastilah saya kelihatan tidak rapi secara rohani, seperti orang yang berpakaian dan berdandan dalam gelap.

Peristiwa listrik yang padam itu hanya sebentar, tetapi pelajarannya tetap tinggal, yaitu mengingatkan saya akan kebutuhan saya untuk memulai hari dengan mencari Tuhan. Kekuatan-Nya bukan demi kesuksesan atau kesejahteraan saya, melainkan supaya saya dapat memuliakan Kristus dengan tinggal di dalam kuasa-Nya —David McCasland

24 Agustus 2004

Tidak Sendiri

Nats : Kamu dicerai-beraikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku (Yohanes 16:32)
Bacaan : Yohanes 16:25-33

Suratnya sangat singkat, tetapi berbicara begitu banyak kepada saya. "Saya adalah seorang cacat yang duduk di atas kursi roda," demikian tulis wanita itu. "Saya sangat kesepian meskipun saya tahu bahwa saya tidak sendirian. Allah selalu menemani saya. Saya tidak memiliki banyak teman untuk diajak bicara."

Kesepian telah dianggap sebagai kata yang paling menyedihkan dalam bahasa kita. Kesepian tidak memandang usia, ras, status ekonomi, atau kepandaian. Albert Einstein berkata, "Rasanya aneh menjadi orang yang sangat terkenal, tetapi sangat kesepian."

Allah menciptakan kita untuk menikmati keintiman dan persahabatan dengan orang lain. Bahkan sebelum dosa memasuki dunia, Dia menyatakan bahwa tidak baik jika manusia hidup sendiri (Kejadian 2:18). Itulah sebabnya banyak orang sering merasakan batinnya begitu kosong.

Yesus juga pernah merasa kesepian. Dia pasti merasakannya ketika para murid meninggalkan-Nya (Markus 14:50). Namun, kehadiran Bapa jauh lebih dari cukup untuk mengobati rasa kesepian-Nya. Dia berkata, "Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku" (Yohanes 16:32). Keintiman dengan Tuhan dapat dirasakan oleh semua orang yang menaruh kepercayaan kepada Tuhan dan firman-Nya (Yohanes 14:16-23).

Kita dapat mengurangi perasaan kesepian dengan cara berhubungan dengan orang lain. Namun, ada yang jauh lebih penting. Kita harus senantiasa berhubungan dengan Tuhan. Dia selalu menyertai kita, dan Dia ingin agar kita bersekutu dengan-Nya sepanjang hari --Dennis De Haan

15 September 2004

Dipimpin Oleh Roh

Nats : Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah (Roma 8:14)
Bacaan : Roma 8:5-17

Sebagai seorang pendeta muda pada masa 1940-an, Francis Schaeffer terkenal karena kemampuannya dalam berorganisasi. Sekolah Alkitab musim panas di gerejanya di St. Louis mampu menarik 700 anak-anak dari seluruh penjuru kota dan peristiwa tersebut menjadi berita satu halaman penuh di surat kabar setempat. Tetapi ketika ia dan istrinya membuka L'Abri Fellowship di Swiss, Schaeffer sengaja tidak membuat target-target organisasional.

Ia menjelaskan pendekatan yang tidak semestinya ini sebagai tuntunan khusus dari Allah bagi mereka, dan mengatakan bahwa itu adalah hal tersulit yang pernah ia lakukan. Namun, ia ingin supaya orang-orang lebih melihat tangan Allah, dan bukannya keberhasilan program-program yang tersusun dengan baik.

Schaeffer berkata, "Menurut saya, masyarakat zaman sekarang sulit menerima segala sesuatu yang tidak dapat dijelaskan kepada publik. Akan tetapi, dalam hal ini kami mencari pribadi Allah untuk melihat apa yang ingin Dia lakukan dengan pekerjaan ini."

Paulus berkata, "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah" (Roma 8:14). Ayat ini selain berlaku pada keputusan-keputusan tertentu, juga berbicara mengenai pendekatan umum terhadap hidup. Anak-anak Allah seharusnya tidak mencoba melakukan sesuatu tanpa pimpinan Roh Kudus.

Berjalan dengan tuntunan Roh dan mengikuti arah yang ditunjuk-Nya adalah langkah iman yang memberikan kemuliaan bagi Allah dan akan memimpin pada hidup dan damai sejahtera (ayat 6,13) --David McCasland

3 Februari 2005

Terang yang Benar

Nats : Ditempatkannyalah kandil di dalam Kemah Pertemuan berhadapan dengan meja itu, pada sisi Kemah Suci sebelah selatan (Keluaran 40:24)
Bacaan : 1 Yohanes 1:1-7

Makan di tengah kegelapan memang tidak menyenangkan. Cahaya yang remang-remang di restoran memang sudah biasa, tetapi makan di dalam ruangan tanpa lampu adalah hal yang sama sekali berbeda. Begitu pula dalam perjalanan kita bersama Allah. Jika kita tidak menerima berkat terang yang ditawarkan-Nya, kita tidak akan melihat apa yang dilakukan-Nya bagi kita.

Perjanjian Lama memberi kita gambaran tentang hal ini—Kemah Suci. Ketika imam memasuki ruangan yang disebut Tempat Kudus, hanya dengan diterangi lampu-lampu ia dapat melihat kandil emas (Keluaran 25:31- 40). Seperti semua benda lain dalam ruangan itu, kandil itu pun dibuat berdasarkan contoh yang telah diberikan Allah kepada Musa (ayat 40).

Kandil merupakan gambaran tentang terang rohani. Emas menunjukkan nilai. Minyak melambangkan Roh Kudus. Keenam cabang yang muncul dari sisi tengah menggambarkan kesatuan di tengah kemajemukan yang ada. Bunga buah badam adalah lambang pemimpin yang diurapi Allah (Bilangan 17:1-8). Apabila semua ini digabungkan dengan keterangan dalam Perjanjian Baru yang memakai kandil emas untuk mewakili jemaat (Wahyu 1:20), kita akan mendapatkan gambaran yang lengkap. Allah memberi terang melalui Roh, yang bekerja melalui jemaat-Nya yang merupakan orang-orang yang diurapi (1 Petrus 2:9).

Roh Kudus memberikan terang yang kita butuhkan. Lalu, apakah setiap hari kita meluangkan waktu untuk berdoa dan membaca firman Allah sehingga kita mendapatkan berkat darinya? —Mart De Haan

23 April 2005

Allah Mampu

Nats : Jika seorang tidak dilahirkan dari ... Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yohanes 3:5)
Bacaan : Yohanes 3:1-16

Pendeta Craig sedang bercakap-cakap dengan serius di sebuah klub kesehatan dengan seorang teman bernama Jacob. Percakapan itu dimulai setelah Jacob menaiki sepeda olahraga yang berada di sebelahnya. Craig bertanya, "Apakah Anda akan menonton film The Passion of the Christ?" "Tidak!" jawab Jacob dengan cepat. Sementara kedua pria tersebut mengayuh sepeda bersebelahan, mereka pun berdiskusi selama setengah jam mengenai tujuan kematian Yesus. Pada saat mereka berpisah, Jacob berkata, "Saya tetap tidak akan menonton film itu."

Craig merasa frustrasi menghadapi kenyataan itu. Tidak ada hal lain yang dapat membuatnya senang selain melihat Jacob membuka hatinya untuk Kristus. Akan tetapi, ternyata tidak ada tanda-tanda bahwa Jacob akan tergerak untuk melakukan hal itu.

Sebagai orang yang percaya kepada Yesus, kita kadang kala merasa frustrasi saat orang lain menolak untuk percaya kepada-Nya. Jika hal itu terjadi, kita harus ingat bahwa peran kita adalah menaati perintah untuk memberitakan tentang Kristus kepada orang lain; pekerjaan Roh Kudus adalah menyadarkan dan menyelamatkan mereka. Orang-orang perlu dilahirkan dari Roh (Yohanes 3:5,7); kita tidak dapat membuat mereka percaya ataupun menebus mereka. Dialah yang menyadarkan seseorang akan dosa, mengampuni, dan memberikan hidup baru dari surga. Kita tidak mampu berbuat lebih banyak—kecuali berdoa.

Marilah kita bersaksi dengan setia dan berdoa, dan biarlah Allah yang melakukan mukjizat keselamatan —DCE

25 Juli 2006

Anak Domba Gembala Kita

Nats : Anak Domba yang di te-ngah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan (Wahyu 7:17)
Bacaan : Wahyu 7:13-17

Kitab Wahyu memberikan gambaran yang luar biasa. Anak Domba Allah menuntun kita dari mata air kehidupan yang satu ke mata air kehidupan yang lain, dan senantiasa semakin dalam menuju kasih Allah (7:17).

Yesus berdoa di Ruang Atas sesaat sebelum Dia disalib, "Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka [para murid] dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka" (Yohanes 17:26).

Yesus menuntun kita menuju pengetahuan yang mendalam tentang kasih Allah. Tujuan-Nya tidak semata-mata supaya kita memperoleh pengetahuan tentang Allah, tetapi juga supaya kita tahu sedalam apa kita dihargai dan dikasihi. Seperti yang dikatakan Yesus, kasih Sang Bapa kepada Putra-Nya sama dengan kasih-Nya kepada kita.

Namun, untuk memahami kasih tersebut dibutuhkan suatu proses. Memahami kasih Allah memerlukan waktu. Mungkin Anda tidak yakin bahwa Dia mengasihi Anda. Bersabarlah. Roh Kudus akan menuntun Anda menuju seluruh kebenaran (Yohanes 16:13). Baca dan renungkan perkataan dan perbuatan-Nya di dalam Injil. Mintalah agar Allah menunjukkan kasih-Nya. Pada saatnya nanti Dia akan menyatakan "lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya" kasih-Nya (Efesus 3:18).

Sejauh pemahaman saya, proses itu akan berlangsung sampai pada kekekalan. Kita akan benar-benar dipuaskan di surga, dan kita akan terus bertumbuh, karena kasih Allah tidak pernah berakhir --DHR

1 Oktober 2006

"ukurlah Saya"

Nats : Yesus makin dewasa dan bertambah hikmat-Nya (Lukas 2:52)
Bacaan : Efesus 4:11-16

Maukah Anda mengukur tinggi badan saya hari ini?" tanya Caleb, pengantar koran kami. Ini bukan kali pertama ia meminta hal itu. Beberapa tahun silam, saya pernah mengatakan bahwa ia bertambah tinggi. Sejak itu, kami kerap mengukur tinggi badannya dengan papan di dinding bagian luar rumah kami. Itu sebabnya hingga saat ini ia masih suka meminta saya mengukur tinggi badannya.

Pengukuran dapat menjadi penanda pertumbuhan. Mengukur pertumbuhan rohani kita merupakan ide bagus. Sebagai contoh: Apakah saya meluangkan waktu untuk membaca firman Allah dan berbicara dengan-Nya setiap hari? Apakah saya rindu bersekutu dengan Tuhan? "Buah Roh" apa yang tampak dalam hidup saya? Apakah saya berbicara tentang Yesus kepada orang yang belum mengenal-Nya? Bagaimana saya menggunakan karunia rohani? Apakah saya suka memberi dan pemurah? Seberapa besar pening-katan kualitas saya dalam mengenal Allah hari ini dibanding tahun lalu? Berbagai pertanyaan ini merupakan indikator yang baik untuk mengukur pertumbuhan rohani.

Seorang anak sepertinya tumbuh besar dengan tiba-tiba, tetapi sesungguhnya hal itu merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Seperti halnya Yesus tumbuh dalam hikmat dan fisik-Nya, kita sebagai orang kristiani harus terus "bertumbuh(lah) dalam anugerah dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus" (2Petrus 3:18). Kita bukan lagi anak-anak, tetapi kita diminta untuk "bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala" (Efesus 4:14,15). Sudahkah Anda mengukur diri Anda akhir-akhir ini? -CHK

2 Oktober 2006

Sang Pemandu Tur

Nats : Apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memim-pin kamu ke dalam seluruh kebenaran (Yohanes 16:13)
Bacaan : Yohanes 16:1-15

Saat di London, saya menikmati jalan-jalan pertama saya dengan bus tingkat. Selama dua jam perjalanan yang menyenangkan, saya diberi penjelasan mengenai berbagai tempat terkenal dan sejarah kota. Saya takjub melihat segala hal yang sebelumnya sudah saya lihat, tetapi tidak pernah saya perhatikan. Saya juga takjub mendengar berbagai kisah luar biasa tentang tokoh-tokoh, mulai dari Lord Horatio Nelson hingga William Shakespeare. Rute yang dipilih dan pemandangan yang jelas memberi saya cara pandang yang baru tentang kota ini.

Pengalaman ini mengingatkan saya bahwa ada saja hal baru yang dapat dipelajari di setiap tempat, terutama bila kita memiliki seorang pemandu. Beberapa tahun silam, seorang teman mendorong saya untuk membaca seluruh isi Alkitab setiap tahun. Setiap kali saya melakukannya, Roh Kudus menunjukkan hal-hal baru lewat perikop-perikop yang terkenal.

Yesus berbicara tentang Roh Kebenaran, "Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari Aku" (Yohanes 16:13,14).

Sungguh indah menantikan apa yang akan kita pelajari dari Alkitab setiap hari. Ketika kita membaca setiap halaman, Roh Kudus sangat ingin menunjukkan kepada kita hal baru yang akan memenuhi kebutuhan kita. Nikmatilah tur yang dipandu oleh Roh Allah yang akan menerangi hidup Anda -DCM

22 April 2007

Persekutuan Salib

Nats : Kami merasa ... kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi ... kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati (2Korintus 1:9)
Bacaan : 2Korintus 1:3-11

Dalam novel fiksi The Lord of the Rings karangan J.R.R. Tolkien, seorang hobbit yang sederhana dan baik hati, bernama Frodo Baggins, dipercaya untuk melakukan sebuah misi berbahaya. Bersama sebuah kelompok yang disebut Persekutuan Cincin, ia harus mengalahkan kekuatan jahat dengan mengembalikan sebuah cincin emas wasiat ke api Gunung Kebinasaan tempat cincin itu ditempa.

Di sepanjang jalan, kejahatan membayangi Frodo. Ia kalah perang. Teman-temannya tewas. Saat merenungkan tragedi-tragedi itu, Frodo berkata kepada Gandalf, temannya yang bijaksana, "Andai saja cincin itu tidak pernah datang kepadaku. Aku berharap semua ini tidak pernah terjadi." Gandalf menjawab, "Begitu pula harapan semua orang yang hidup pada masa ini. Namun, keputusan itu tidak terletak di tangan mereka. Yang harus kauputuskan adalah bagaimana menggunakan waktu yang telah diberikan kepadamu."

Dalam "persekutuan salib", seorang hamba Kristus juga diuji. Seperti Paulus, kita mungkin merasa hancur di bawah beban keadaan (2Korintus 1:3-11). Jalan tampaknya terlalu curam untuk didaki. Kita bertanya-tanya apakah ada matahari terbit di ujung kegelapan.

Sekalipun kita tak memilih keadaan yang menimpa kita, kita dapat memilih apakah kita akan memercayai Allah (2Korintus 1:9). Melalui persekutuan dengan Yesus dan kekuatan Roh Kudus, kita dapat menyelesaikan misi kita bagi Allah (1Korintus 1:9; Yohanes 16:13).

Percayalah kepada Dia untuk menuntun Anda sepanjang jalan. Dia memberikan nasihat yang bijaksana --MRD


Dalam persekutuan indah, kita bersimpuh di kaki-Nya
Atau melangkah di sisi-Nya di sepanjang perjalanan;
Melakukan perintah-Nya, pergi ke mana disuruh-Nya --
Tak pernah gentar, hanya taat dan beriman. --Sammis

25 Agustus 2007

Pertempuran di Dalam

Nats : Keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh (Galatia 5:17)
Bacaan : Galatia 5:16-23

Dokter mendapati sebuah noda kecil di permukaan kulit saya -- sebuah noda yang menurutnya perlu mendapatkan perhatian khusus. Noda itu merupakan masalah kecil yang harus diobati supaya tidak berkembang menjadi sesuatu yang lebih buruk. Sebelum saya diberi tahu, saya tidak pernah menyadari masalah itu.

Dokter itu kemudian menulis resep krim khusus, yang apabila dioleskan pada kulit bisa memacu sel yang sehat dalam tubuh saya supaya menuju noda itu dan melawan sel yang sakit. Dengan kata lain, obat tersebut menyebabkan pertempuran kecil antara sel yang sakit dan sel yang sehat.

Ada pertempuran semacam itu yang berlangsung dalam kehidupan kita masing-masing sebagai orang percaya. Pertempuran itu berjalan seperti ini: Pikiran yang penuh dosa tinggal di dalam diri kita. Pikiran itu perlu diobati oleh Roh Kudus, yang akan membantu kita melawan berbagai pikiran jahat yang diberi makan oleh daging kita. Kedagingan kita mengenalkan berbagai hal; seperti pikiran yang amoral, kenajisan, perselisihan, serta kecemburuan (Galatia 5:19,20). Akan tetapi, jika kita meminta Roh Kudus untuk datang menyelamatkan kita, Dia melawan pikiran-pikiran itu dengan buah Roh: "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (ayat 22,23).

Apakah Anda sedang "menjalani perawatan" yang dapat meminta Roh Kudus supaya berjuang melawan daging? Begitulah cara kita memenangkan pertempuran yang ada di dalam diri kita --JDB

11 April 2008

Ambisi

Nats : Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu (Markus 10:43)
Bacaan : Markus 10:35-45

Pada tahun 2003, Michael Weiskopf, wartawan majalah TIME, berangkat ke Irak. Bersama tentara Amerika Serikat, ia meliput suasana perang dari dalam tank baja. Tak dinyana, sebuah granat dilemparkan ke dalam tank itu dan meledak! Weiskopf pun kehilangan tangan kanannya. Ketika kembali pada keluarganya, ia merenung: "Mengapa aku mau diutus ke medan perang hingga cacat begini?" Akhirnya, ia menemukan jawabnya: ambisi. Weiskopf ingin menaikkan pamornya supaya dikenal sebagai jurnalis terhebat. Kini ia menyesal.

Ambisi adalah keinginan membara untuk sukses atau mencapai sesuatu yang lebih. Tak salah bila manusia berambisi. Bahkan, untuk memajukan gereja dibutuhkan pemimpin yang berambisi. Masalahnya, ke mana ambisi itu diarahkan? Yakobus dan Yohanes punya ambisi egois yang terarah pada diri sendiri. Mereka meminta Yesus kelak menempatkan mereka di posisi tertinggi (ayat 37). Menjadi yang terhebat. Pemegang kuasa. Mendengar permintaan itu, kesepuluh murid lain marah. Mengapa? Karena mereka pun mengincar kedudukan itu! Dari situ Yesus mengarahkan mereka agar memiliki ambisi yang terbaik: "meminum cawan yang harus Kuminum" (ayat 38). Ambisi untuk berkorban seperti Yesus. Menjadi hamba yang gigih melayani Tuhan dan sesama.

Dalam pelayanan, tidak salah kita memiliki ambisi, tetapi mesti hati-hati, sebab ambisi itu bagaikan api. Bisa menghangatkan, tetapi bisa juga menghanguskan. Ambisi egois menghasilkan perseteruan, sebaliknya ambisi yang kudus mempersatukan. Sudah benarkah arah ambisi Anda? Adakah Anda mencari hal-hal yang besar bagi Tuhan, atau bagi diri sendiri? -JTI

10 Mei 2008

Apakah Buah Kita?

Nats : Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri (Galatia 5:22,23)
Bacaan : Galatia 5:19-26

Kerap kali orang secara keliru menyebut "buah-buah" Roh. Sesungguhnya Paulus tidak menulis agar orang kristiani mempunyai "buah-buah" Roh (jamak), tetapi "buah" Roh (tunggal, dari kata karpos). Memang ekspresinya bisa beragam: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tetapi, semuanya itu adalah satu. Konsekuensinya, kita tidak dapat membuat ranking (mengutamakan yang satu dan mengabaikan yang lain) atas ekspresi yang banyak ini.

Kita juga tidak dapat mempertentangkan berbagai ekspresi ini. Sungguh aneh bila seseorang bisa tampak sangat bersukacita, tetapi sekaligus tidak bisa menguasai diri. Memang Paulus tidak bermaksud menyatakan bahwa orang kristiani tidak memiliki kekurangan. Namun, Paulus hendak menekankan bahwa umat kristiani tidak boleh setengah-setengah menangkap karya Roh. Kita harus terus bekerja sama dengan Roh Kudus untuk mengolah kehidupan rohani secara menyeluruh. Ya, kita dipanggil untuk mengolah seluruh hidup, hati, dan realitas kita, secara utuh. Memang perjalanan menuju kehidupan rohani yang menyeluruh tidak segera sempurna, tetapi pada akhirnya kita mesti berjuang agar hidup kita menjadi kesaksian Kristus dalam segala hal.

Perjuangan kita adalah menjadi utuh, bukan sekadar mengusahakan kesalehan dan karunia yang tampak di depan mata. Karunia itu baik, tetapi apalah arti karunia Tuhan bila kita berbuah busuk? Apalah artinya buah kita tidak matang secara keseluruhan, mentah di sana-sini? Mana enak? -DKL

1 Agustus 2008

Reformasi Sejati

Nats : Berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan mana kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan sempurna (Roma 12:2)
Bacaan : Roma 12:1-8

Proses metamorfosa yang mengubah ulat menjadi kepompong, kemudian menjadi kupu-kupu, sungguh suatu perubahan yang mengagumkan. Dari arti katanya, metamorfosa berarti bentuk yang berubah. Namun, yang terjadi pada kupu-kupu bukan hanya perubahan bentuk, tetapi juga gaya hidup. Ulat merangkak, kupu terbang. Ulat makan daun, kupu mengisap madu. Ulat tampak rakus, kupu tampak anggun. Ulat bergerak lambat, kupu terbang cepat. Sungguh berubah total!

Kata "metamorfosa" itu pulalah yang dipakai Paulus ketika menulis: "Berubahlah oleh pembaruan budimu ...". Paulus ingin jemaat di Roma benar-benar berubah, seperti perubahan yang dialami ulat hingga menjadi kupu-kupu. Gaya hidup, cara pandang, dan cara jemaat menjalani hidup mesti berubah, sehingga mereka "dapat membedakan mana kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan yang sempurna". Ya, reformasi sejati tidak hanya mengubah forma (bentuk), tetapi juga mengubah apa yang ada di dalam hidup seseorang.

Hidup kita perlu terus mengalami reformasi. Harus terus bergerak dari ulat ke kepompong. Jadi tidak hanya diam, tetapi seperti pesan Paulus, kita perlu terus mempersembahkan diri sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah (ayat 1). Artinya, kita selalu menyadari-dan kemudian membuktikannya pada dunia-bahwa atas kemurahan Allah dan kasih karunia-Nya, hidup kita ini adalah milik Allah.

Mari terus berubah agar semakin matang di dalam Tuhan. Hingga pada saatnya kelak, kita sungguh berubah menjadi indah dan memberkati setiap orang yang melihatnya -DKL

17 September 2008

Bukan Halangan

Nats : Supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah (1Korintus 2:5)
Bacaan : 1Korintus 2:1-5

Jacky Chan, bintang film laga Hong Kong yang sudah mendunia, mengunjungi Indonesia pascabencana tsunami Aceh. Ia datang mewakili selebriti Hong Kong yang memberi sumbangan sebagai tanda empati atas penderitaan yang dialami rakyat Aceh. Dalam sebuah wawancara di salah satu televisi swasta, seorang wartawan bertanya, "Hampir di setiap film, Anda berperan sebagai seorang pahlawan. Menurut Anda, apa kriteria pahlawan itu?" Ia menjawab singkat, "Orang biasa yang melakukan sesuatu yang luar biasa."

Kitab Hakim-hakim adalah kitab yang menceritakan perjuangan para pahlawan atau pemimpin militer sebelum Israel menjadi sebuah kerajaan. Jadi bukan hakim dalam pengertian sekarang. Banyak tokoh hebat dalam kitab Hakim-hakim dan kisahnya diceritakan secara panjang lebar. Namun Samgar hanya diceritakan secara singkat-dalam satu ayat (Hakim-hakim 3:31). Berbeda dengan tokoh-tokoh lainnya. Samgar tipikal sosok yang sederhana. Dalam melawan orang Filistin pun, ia hanya memakai tongkat pengusir lembu sebagai senjata-bukan pedang atau tombak seperti lazimnya orang berperang. Samgar adalah orang sederhana dengan prestasi spektakuler.

Tuhan dapat memakai siapa saja secara luar biasa, pun bila kita hanyalah orang biasa. Kuncinya, kita mau berusaha yang terbaik, sambil tetap mengandalkan diri pada hikmat Allah, bukan pada kekuatan sendiri (ayat 5). Bagaimana dengan kita? Boleh jadi kita bukan orang hebat seperti Otniel, Ehud, atau Simson-tokoh-tokoh dalam kitab Hakim-hakim, tetapi orang sederhana seperti Samgar. Jangan berkecil hati. Sebab itu bukan halangan untuk melakukan sesuatu yang luar biasa -NDA



TIP #15: Gunakan tautan Nomor Strong untuk mempelajari teks asli Ibrani dan Yunani. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA