Topik : Pembacaan

5 November 2002

Ditolak

Nats : Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya (Yohanes 1:11)
Bacaan : Matius 27:15-26

Ditolak itu menyakitkan. Ketika Adlai Stevenson kalah dalam pemilihan presiden AS pada tahun 1952, ia berkata bahwa ia merasa seperti orang dewasa yang jari kakinya baru saja tersandung. "Rasanya terlalu sakit untuk tertawa, tetapi terlalu tua untuk menangis," tambahnya.

Beberapa anak kecil merasakan sakitnya ditolak ketika salah seorang temannya terpilih untuk membacakan puisi atau menyanyikan lagu, sementara dirinya tidak. Saat beranjak dewasa, sebagian di antara mereka tidak terpilih menjadi anggota tim universitas. Sebagian lagi akan ditolak oleh gadis yang ingin diajaknya kencan. Dan yang lainnya mungkin menikah, tetapi kemudian pasangannya pergi meninggalkannya demi orang lain. Mereka mungkin bertanya-tanya mengapa Tuhan membiarkan mereka ditolak.

Saya tak punya jawaban mudah bagi orang-orang yang hatinya terluka seperti ini. Saya hanya dapat menganjurkan mereka untuk melihat Yesus, karena Dia juga pernah ditolak. Dia dicemooh saudara-saudara- Nya dan orang-orang di daerah-Nya. Orang-orang menuntut Dia agar disalibkan (Matius 27:23). Di atas kayu salib, saat menanggung dosa- dosa kita, Dia merasa sedemikian ditinggalkan Bapa-Nya sehingga Dia berseru, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (ayat 46).

Ketika Anda merasa sangat terluka akibat penolakan, ingatlah bahwa Yesus memahami apa yang Anda rasakan. Dia mencintai Anda. Saat Anda percaya kepada-Nya, saat itu juga Dia menerima Anda. Dia tidak pernah menolak orang-orang yang percaya kepada-Nya (Yohanes 6:37) —Herb Vander Lugt

21 Desember 2002

Harta yang Paling Berharga

Nats : Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta (Mazmur 119:14)
Bacaan : Mazmur 19:8-12

Apakah harta yang paling berharga di dunia? Sebagian orang mungkin menunjuk pada semua emas yang tersimpan di Fort Knox. Yang lainnya mungkin menunjuk Sistine Chapel yang ada di Roma. Dan yang lainnya lagi akan memilih kekayaan luar biasa yang pernah dipertontonkan di istana para Tsar Rusia. Namun, jawaban yang saya harap muncul dalam benak Anda adalah Alkitab, firman Allah.

Pada upacara penobatan Ratu Inggris Elizabeth II, Uskup Agung Canterbury menyerahkan sebuah Alkitab kepadanya dan berkata, "Ratu kami yang mulia, agar Yang Mulia dapat tetap menjaga Hukum dan Injil Allah sebagai Pengatur seluruh kehidupan termasuk pemerintahan Kerajaan Inggris, kami mempersembahkan kitab ini sebagai harta paling berharga yang dapat diberikan oleh dunia ini."

Jika dunia ini merenggut semua harta duniawi yang kita anggap sebagai barang-barang-barang berharga, maka kita akan merasakan kehilangan yang begitu besar. Namun apa yang akan terjadi seandainya dunia ini merenggut Alkitab dan segala pengaruhnya dalam kehidupan kita? Planet ini akan menjadi begitu gersang dan hancur!

Ya, Alkitab adalah harta kita yang paling berharga dalam hidup ini, jauh lebih berharga daripada emas yang banyak sekalipun (Mazmur 19:11). Namun apakah penghargaan kita terhadapnya hanya di bibir saja? Apakah kita menaatinya sebagai "Pengatur seluruh kehidupan" karena kita percaya pada Injil dan percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita secara pribadi? –Vernon Grounds

13 Januari 2003

Nasihat yang Bijak

Nats : Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia (Lukas 2:52)
Bacaan : Lukas 2:46-52

Saya takkan pernah lupa pada Jake. Kakinya tampak terlalu panjang dan kurus untuk menahan arus sungai. Sepatu botnya yang bertambal-tambal dengan warna yang sudah memudar terlihat lebih tua dari dirinya. Rompi memancingnya yang compang-camping direkatkan dengan peniti. Topi uzurnya telah koyak dan ternoda oleh keringat. Tangkai pancingnya yang kuno tampak carut-marut dan penuh balutan.

Saya mengamatinya saat ia menuju ke hulu air yang tenang dan mulai melemparkan pancingnya. Lihat! Ia memancing di tempat yang sama dengan tempat saya memancing sebelumnya pada hari itu, dan berhasil mendapatkan ikan trout, padahal saya tadi tidak mendapatkannya. Tampaknya ia dapat mengajarkan kepada saya satu atau dua hal. Jadi saya harus bertanya kepadanya.

Kita akan mendapatkan wawasan dengan mendengarkan mereka yang telah berpengalaman dan tahu lebih banyak dari kita, yakni pengetahuan yang tidak kita dapatkan karena terhalang oleh kesombongan kita. Kita dapat belajar dari orang lain bila kita mau merendahkan hati dan mengakui betapa sedikit yang kita ketahui. Kesediaan untuk belajar merupakan tanda orang yang bijaksana.

Renungkan tentang Yesus yang semasa kanak-kanak "duduk di tengah- tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka" (Lukas 2:46). Amsal 1:5 menyatakan bahwa "baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan". Marilah kita bertanya kepada mereka yang hidup dengan mencari hikmat Allah --David Roper

17 Januari 2003

Menemukan Harta Karun

Nats : Karena TUHAN-lah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian (Amsal 2:6)
Bacaan : Amsal 2:1-9

Untuk mendapat manfaat dari pelajaran Alkitab, kita harus berusaha lebih dari sekadar membuka sebuah pasal dan membaca pesan apa yang ada di sana. Berikut ini ada enam panduan yang dapat membantu Anda mencapai tujuan tersebut.

1. Sisihkan waktu secara teratur untuk mempelajari Alkitab. Kalau Anda tidak menjadwalkannya, Anda akan mengabaikannya.

2. Sebelum mulai membaca Alkitab, mintalah pertolongan dan hikmat Allah.

3. Renungkan dengan hati-hati apa yang Anda baca. "Harta karun" yang ada dalam Alkitab jarang bertebaran seperti kerikil di permukaan. Untuk menambang emas, Anda harus menggali.

4. Sebelum menentukan apa makna bacaan itu bagi Anda, coba pahami apa yang ingin dikatakan sang penulis kepada para pembaca aslinya.

5. Tuliskan paling tidak satu kebenaran atau prinsip yang dapat Anda terapkan.

6. Jangan berkecil hati. Beberapa bagian Alkitab mungkin sulit dipahami, tetapi pasti ada cukup banyak bagian lain yang dapat Anda mengerti. Dan jika Anda menerapkan apa yang telah Anda pelajari, maka hidup Anda akan banyak berubah.

Sekarang bacalah bacaan hari ini, yakni Amsal 2, sekali lagi. Ingatlah prinsip-prinsip ini. Kemudian gunakan metode tersebut saat Anda mempelajari firman Tuhan. Dengan melakukannya, Anda akan mulai menemukan "harta karun" dari Alkitab --Haddon Robinson

9 Maret 2003

Hasrat Akan Firman Allah

Nats : Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih daripada madu bagi mulutku (Mazmur 119:103)
Bacaan : Mazmur 119:97-104

Alkitab. Seberapa dalam Anda mengenal dan memahaminya? Apakah pertanyaan ini tampak berlebihan? Apakah Anda merasa sudah sangat terlambat untuk mempelajarinya secara serius?

Renungkanlah kisah Cyrus. Meskipun orangtuanya kristiani, Cyrus tidak begitu sering membuka Alkitab. Ia lebih tertarik membaca karya Shakespeare dan buku sejarah. Menjelang usia 12 tahun, ia sudah memetakan seluruh peradaban manusia. Namun, Alkitab? Ia tidak tertarik untuk menyentuhnya.

Cyrus tumbuh menjadi pengacara yang disegani. Saat ia berumur 36 tahun, seorang kawannya datang ke kantornya dan bertanya mengapa ia tidak menjadi orang kristiani. Percakapan dengan kawannya itu menuntunnya untuk beriman kepada Yesus Kristus.

Saat menyadari bahwa ternyata dirinya hampir tidak tahu apa-apa tentang Alkitab, Cyrus bertekad untuk mendalami firman Allah lebih dari apa pun juga. Tak lama kemudian, Alkitab pun menjadi “lebih daripada madu” baginya (Mazmur 119:103). Tiga puluh tahun kemudian, pada tahun 1909, buku karyanya yang berjudul The Scofield Reference Bible diterbitkan. Pekerjaan besar Cyrus Ingerson Scofield telah usai.

Apakah kita harus melepaskan segala sesuatu dalam hidup kita dan menggunakan seluruh waktu untuk mempelajari Alkitab? Tentu saja tidak. Namun, kita harus menyadari bahwa pendalaman firman Allah secara terus-menerus sangatlah penting bagi pertumbuhan kita sebagai orang kristiani. Melalui Alkitab, kita tahu apa yang Allah harapkan dari kita, dan kita pun dapat mengenal Allah sendiri --Dave Branon

28 April 2003

Mengilapkan Cahaya Hidup

Nats : Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan (Mazmur 119:16)
Bacaan : Mazmur 119:1-16

Sewaktu berlayar menelusuri garis pantai Vistafjord, Eleanor Sass dan beberapa penumpang kapal lain diundang sang kapten untuk melihat-lihat anjungan kapal. Di tempat itu, sang pengawas mesin menjelaskan kepada mereka cara kerja perlengkapan-perlengkapan yang rumit, seperti kompas dan radar.

Namun, yang paling mengesankan banyak penumpang adalah lapisan kuningan yang melapisi berbagai perlengkapan itu yang berkilauan seperti emas. “Seberapa sering Anda menggosok semua perlengkapan ini?” tanya seorang penumpang kepada petugas kapal. “Setiap hari,” jawabnya. “Jika tidak digosok, lapisan kuningan itu akan menjadi kusam.”

Jawaban itu mengingatkan Eleanor pada sesuatu yang sudah lama tidak ia lakukan, yaitu membaca firman Allah setiap malam. Ia sadar bahwa saat ia mengabaikan firman Allah, hidupnya menjadi “kusam”. Maka sebelum bersiap untuk tidur malam itu, ia mengambil Alkitab yang berada di laci meja riasnya. Dan ia pun mulai mengarahkan diri kembali kepada Allah melalui firman-Nya.

Sudahkah Anda membiasakan diri membaca Alkitab, atau apakah Anda justru mengabaikan disiplin itu? Mazmur 119 mendorong kita untuk mencari Tuhan dengan segenap hati, bergembira dalam ketetapan- ketetapan-Nya, dan tidak melupakan firman-Nya (ayat 10,16).

Jika hubungan Anda dengan Allah telah kehilangan cahaya rohani, maka kita perlu menggosoknya dengan cara setia membaca Kitab Suci setiap hari --Vernon Grounds

17 Mei 2003

Lebih Berharga dari Emas

Nats : Aku mencintai perintah-perintah-Mu lebih daripada emas (Mazmur 119:127)
Bacaan : Mazmur 119:121-128

The Gideons, sebuah jaringan pelayanan yang mendistribusikan Alkitab ke seluruh dunia telah beroperasi di negara bekas Uni Soviet selama kurang dari satu tahun. Mereka tidak mengalami kesulitan dalam mengedarkan Alkitab ke-pada masyarakat Rusia. Ke mana pun mereka pergi, mereka selalu disambut baik oleh mereka yang haus akan firman Allah.

Suatu ketika sampailah mereka di sebuah kota. Di sana, mereka diizinkan untuk menyebarkan kitab Perjanjian Baru di sebuah sekolah dasar. Saat itu mereka ditemani oleh seorang kepala polisi. Oleh karena itu, ketika mobil yang membawa mereka ternyata malah melewati sekolah yang ditunjuk, mereka jadi bertanya-tanya, jangan-jangan mereka akan dibawa untuk diinterogasi. Setelah melakukan perjalanan selama enam atau tujuh kilometer kemudian, mereka berhenti di sebuah sekolah lain dan diminta membagikan Alkitab di situ. Mereka pun membagikannya kepada setiap murid dan anggota staf di sekolah tersebut.

Tak lama kemudian, pemimpin kelompok itu bertanya kepada si kepala polisi, "Mengapa kita berganti sekolah?" Kepala polisi itu menjawab dengan tenang, "Karena dua anak saya bersekolah di sini. Saya ingin memastikan bahwa mereka mendapat Alkitab."

Firman Allah itu mulia dan berharga (Mazmur 19:11), terutama bagi mereka yang kurang atau tidak mampu mendapatkannya. Pejabat Rusia ini menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan Alkitab bagi anak- anaknya, dan mungkin juga supaya ia sendiri dapat membacanya.

Seberapa berhargakah firman Allah bagi Anda? --Dave Egner

1 Juni 2003

Saat Firman Kering

Nats : Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mazmur 119:10)
Bacaan : Mazmur 119:105-112

Kita mungkin pernah mengalami sukacita saat membaca dan merenungkan firman Allah seperti yang dikatakan penulis Mazmur 119. Namun, sebagian besar dari kita pun pernah mengalami firman yang kering, yakni saat kita se-pertinya tidak mendapatkan banyak hal dari membaca Alkitab.

Bagaimana kita mengatasi saat-saat seperti itu? Perlukah kita membeli 20 set tafsir Alkitab, mengubur diri dalam setumpuk buku teologi, atau mendaftarkan diri ke sekolah Alkitab atau seminari? Tidak, Anda tak harus melakukan hal-hal seperti itu.

Beberapa tahun yang lalu saya pernah mendengar sebuah kiat tentang enam langkah untuk mendapatkan sesuatu darisemua bagian firman Tuhan. Dengan keenam langkah tersebut, kita dapat menikmati hubungan pribadi dengan Allah dan pesan-Nya saat membaca Alkitab. Bacalah satu bagian dari firman Tuhan, kemudian ajukanlah pertanyaan- pertanyaan berikut pada diri Anda sendiri:

o Bagian mana yang saya sukai?

o Bagian mana yang tidak saya sukai?

o Bagian mana yang tidak saya mengerti?

o Apa yang saya pelajari tentang Allah?

o Apa yang harus saya lakukan?

o Ayat apa yang dapat saya terapkan hari ini?

Cara ini dapat membantu Anda dalam memperbarui apresiasi terhadap Alkitab. Setelah mencobanya, Anda pun akan dapat berkata bahwa firman Allah adalakegirangan hatiku" (Mazmur 119:111) --Dave Branon

20 Juni 2003

Yang Sungguh Kita Butuhkan

Nats : Berbahagialah orang yang mendapat hikmat .... Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya (Amsal 3:13,18)
Bacaan : Amsal 3:13-26

Seorang filsuf memberi komentar pedas terhadap seorang filsuf lain, bahwa ia adalah "pemikir terhebat, tetapi orang yang paling picik". Kita memang mengagumi orang-orang yang kemampuan otaknya sangat pandai, tetapi kita pasti tidak ingin pernyataan tersebut ditujukan kepada kita.

Lebih baik menjadi orang yang biasa saja, tetapi oleh kasih karunia Allah dapat mencerminkan sifat Kristus. Akan jauh lebih baik bila kita tidak menjadi orang yang sangat pandai tetapi picik secara rohani.

Kepandaian dan pengetahuan adalah karunia yang berasal dari Allah, dan kita dapat mengaguminya. Namun, kita harus tetap ingat bahwa kebaikan hati dan kesalehan lebih diperlukan daripada kepandaian otak, dan kasih merupakan karunia yang paling pantas mendapat pujian (1Korintus 13:13).

Meskipun kita menghargai teman-teman yang diberkati dengan pikiran yang tajam, kita tahu bahwa kebijaksanaan dari Tuhanlah yang sesungguhnya kita butuhkan. Dalam Amsal 2-3, kita diminta untuk mencari hikmat seperti mencari harta terpendam, dan me-nyadari bahwa hal ini lebih berharga daripada perak, emas, atau permata (2:4; 3:14,15).

Hikmat disebut "pohon kehidupan", yang merupakan simbol dari berkat yang diberikan bagi setiap orang yang memiliki hubungan yang benar dengan Allah (3:18). Orang yang bijaksana dapat menempuh hidupnya dengan penuh keyakinan, karena dijamin oleh perkenan Allah (ayat 26). Hikmat. Inilah yang sebenarnya paling kita butuhkan --Vernon Grounds

23 Juli 2003

Terbuka Lebar

Nats : Akulah Tuhan, Allahmu ...: bukalah mulutmu lebar-lebar, maka Aku akan membuatnya penuh (Mazmur 81:11)
Bacaan : Mazmur 81

Sebagai seorang anak laki-laki, saya selalu tertantang untuk mencari sarang burung robin [sejenis burung yang dadanya berwarna merah di Amerika Utara] yang baru dibuat. Sungguh senang mengamati telur- telur itu dan menunggui makhluk-makhluk kecil tak berbulu dengan mata menonjol dan mulut menganga keluar dari cangkangnya. Dari kejauhan, saya melihat kepala mereka bergerak limbung dan mulut mereka terbuka lebar, berharap sang induk memberi mereka makan.

Saat mengingat pengalaman itu, saya berpikir tentang janji Allah: "Akulah Tuhan, Allahmu ...: bukalah mulutmu lebar-lebar, maka Aku akan membuatnya penuh" (Mazmur 81:11). Tawaran murah hati ini diberikan kepada orang-orang Israel, tetapi mereka mengabaikan Allah, dan Dia membiarkan mereka dalam kedegilan hati mereka dan membiarkan mereka berjalan mengikuti rencana mereka sendiri! (ayat 13). Padahal, seandainya mereka menerima tawaran itu, Allah berkata, "Umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya" (ayat 17).

Allah juga rindu memberi kita makanan rohani. Dan Dia akan memuaskan kelaparan rohani kita saat kita mempelajari firman-Nya, beribadah bersama orang lain, mendengarkan guru-guru Alkitab yang setia, membaca bacaan yang alkitabiah, dan bergantung kepada-Nya setiap hari.

Jika kita menolak pemberian Allah, kita akan menderita kekurangan gizi rohani dan gagal untuk bertumbuh. Namun jika kita membuka mulut lebar-lebar, yakinlah bahwa Allah akan membuatnya penuh --Richard De Haan

28 Agustus 2003

Surat yang Tak Ternilai

Nats : Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus (Efesus 3:4)
Bacaan : Efesus 3:1-12

Jika Anda memiliki sepucuk surat dari Mark Twain di loteng Anda, nilai nominalnya bisa sangat mahal. Sebuah surat pribadi sepanjang sembilan halaman yang ia tulis kepada putrinya pada tahun 1875 terjual seharga 33.000 dolar di tahun 1991. Surat-menyurat biasa dengan penulis Tom Sawyer biasanya berharga 1.200 hingga 1.500 dolar per halaman. Para ahli mengatakan bahwa walaupun Twain menulis 50.000 surat sepanjang hidupnya, permintaan akan surat-surat pribadi dari salah satu penulis favorit Amerika ini masih tetap tinggi.

Anda mungkin tidak memiliki sepucuk surat pun dari Mark Twain, namun sesungguhnya Anda memiliki kumpulan surat yang tak ternilai harganya. Dua puluh satu dari dua puluh tujuh buku dalam Perjanjian Baru merupakan surat-surat yang ditulis untuk menguatkan dan memberi pengajaran kepada orang-orang kristiani. Dan surat-surat itu sungguh berharga, karena mengandung wahyu yang tak ternilai tentang Yesus Kristus.

Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus menulis, "Rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu . . . Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya" (3:3,7). Ia telah menerima pesan dari Allah dan diperintahkan untuk memberitakannya kepada dunia (ayat 8). Surat- surat dalam Perjanjian Baru yang kita pegang hari ini mengandung wahyu khusus Allah bagi kita.

Bagi setiap orang kristiani, nilai terpenting dari surat-surat yang terpenting dalam Perjanjian Baru bukanlah nilai nominalnya, melainkan hikmat bagi hati yang terbuka, yakni hikmat dari Allah sendiri--David McCasland

4 September 2003

Memakan Firman

Nats : Hai anak manusia, makanlah apa yang engkau lihat di sini; makanlah gulungan kitab ini dan pergilah, berbicaralah kepada kaum Israel" (Yehezkiel 3:1)
Bacaan : Yehezkiel 2:7-3:4

Saya membaca tentang seorang wanita Australia yang mengembangkan kecanduannya makan kertas. Ia memulai kebiasaan aneh itu sejak kanak-kanak, dan ketika bertumbuh dewasa, ia telah memakan 10 lembar tisu dan setengah halaman koran setiap harinya. Wanita ini juga mengkonsumsi sejumlah kecil kertas penyerap tinta, lembaran buku kerja, dan vaucer yang nilai nominalnya kecil.

Tentu saja tidak ada hubungan antara kebiasaan aneh wanita itu dan tindakan simbolis Nabi Yehezkiel. Sang nabi memakan gulungan kitab untuk menggambarkan sebuah latihan rohani yang harus kita laksanakan. Jika kita ingin menyatakan kebenaran Allah dengan penuh makna dan kuasa, maka kita perlu menyediakan waktu agar firman itu memenuhi hati kita. Kita perlu merasakan dampak firman Allah. Kita harus membiarkan firman-Nya menjadi bagian terpenting dari kita. Dengan demikian kita tidak akan menyampaikan firman secara tidak meyakinkan seperti murid yang tidak memahami atau tidak tertarik, melainkan sebagai orang yang telah "merasakan" firman itu secara pribadi.

Firman dan pikiran Allah yang sesungguhnya telah dinyatakan di dalam Alkitab. Jangan sekadar membaca dan mengulanginya. Renungkanlah. Rasakanlah. Mintalah agar Tuhan menjelaskan, membuatnya menjadi bagian dari pengalaman Anda, dan mengajar Anda.

Ya, bacaan Alkitab hari ini memberikan prinsip yang mendalam: kita harus "memakan" firman sebelum menyampaikannya. Dengan demikian, kita tidak akan termakan oleh perkataan kita sendiri --Mart De Haan

2 Oktober 2003

Peti Harta Allah

Nats : Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta (Mazmur 119:14)
Bacaan : Mazmur 119:9-16

Kebanyakan dari kita tentu tidak akan membiarkan begitu saja selembar uang yang tergeletak di tanah. Dengan senang hati kita akan memungut dan memasukkannya ke dalam saku. Padahal kita kerap mengabaikan Alkitab, peti harta yang berlimpah dengan janji Allah yang berharga. Daud, penulis Mazmur 119, mencatat berkat-berkat yang dialaminya ketika mempelajari firman Allah, lalu menyimpan semua itu di dalam hatinya. Maka tidak mengherankan jika pendeta asal Inggris, Charles H. Spurgeon, menyebut kitab itu sebagai "buku saku Daud".

Daud tidak hanya bersukacita di dalam firman Allah, tetapi juga memakai firman itu sebagai pertahanan diri melawan dosa. Ia berkata kepada Allah, "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau" (ayat 11). Namun, Daud tidak hanya mengingat janji-Nya. Ia juga memenuhi hatinya dengan kebenaran janji Allah dengan cara: merenungkan titah-titah-Nya, mengamat-amati jalan-Nya, dan bergemar dalam ketetapan-ketetapan Tuhan (ayat 15,16). Oleh sebab itu, Daud mampu berkata, "Firman-Mu tidak akan kulupakan" (ayat 16), karena kita tidak mudah melupakan sesuatu yang kita simpan di dalam hati.

Saat membaca Renungan Harian, luangkanlah waktu untuk membaca ayat- ayat Alkitabnya. Alkitab, peti harta Allah, adalah dasar dari seluruh artikel dalam buku renungan ini. Pakailah artikel-artikel itu untuk membantu Anda mendapatkan batu permata yang berharga dalam firman Allah. Seperti halnya Daud, simpanlah firman itu di dalam hati, sehingga Anda akan mengingatnya dan bersukacita --Joanie Yoder

15 Mei 2004

Buku Kuno

Nats : Telah kutemukan kitab Taurat itu di rumah Tuhan! (2 Raja-raja 22:8)
Bacaan : 2 Raja-raja 22:8-13

Dua orang pegawai Senat Amerika Serikat sedang membersihkan sebuah gudang yang berada di bawah gedung Capitol saat mereka melihat sebuah pintu yang setengah terbuka. Karena penasaran, mereka masuk dan menemukan ruangan kecil yang penuh sesak oleh selebaran-selebaran kuno dan catatan daftar gaji yang berdebu. Sebuah buku bersampul kulit dan bertuliskan tinta emas menarik perhatian mereka. Buku itu berjudul: Senators’ Compensation and Mileage. Buku itu merupakan catatan dari tahun 1790-1881.

Sungguh penemuan yang luar biasa! Buku tersebut merupakan catatan langka dari setiap dolar yang diterima oleh para senator sepanjang 90 tahun pertama Senat AS. Ditambah lagi, buku itu memuat tanda tangan asli dari dua bapak pendiri Amerika Serikat, yaitu Thomas Jefferson dan John Adams. “Buku tersebut sangat berarti,” kata ahli sejarah Richard Baker. “Tidak ada dokumen-dokumen sejarah lain milik Senat yang dapat menandingi nilai buku itu.”

Saya membayangkan bahwa imam besar Hilkia pasti jauh lebih gembira saat ia menemukan “Kitab Taurat” yang telah lama hilang di dalam celah tersembunyi di bait Allah (2 Raja-raja 22:8). Raja Yosia menyadari nilai kitab tersebut dan memerintahkan agar kitab itu dibacakan dengan lantang bagi semua orang Yehuda (23:1,2).

Mungkin sudah lama Anda tidak membaca beberapa bagian Alkitab seperti kitab Imamat, Zakharia, atau Filemon. Bukalah kembali dan cobalah untuk membacanya. Kitab-kitab tersebut sangat berarti—dan mungkin pesan-pesannya justru yang Anda butuhkan —Dave Egner

15 Juli 2004

Tentang Kebenaran

Nats : ... selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran (2 Timotius 3:7)
Bacaan : 1 Korintus 1:18-25

Pada tahun 1692, Harvard College mengambil moto Veritas Christo et Ecclesiae, yang artinya “Kebenaran Bagi Kristus dan Gereja”. Pada lambangnya terlukis tiga buah buku, dan salah satu buku tersebut menghadap ke bawah, melambangkan keterbatasan pengetahuan manusia. Tetapi dalam beberapa dekade terakhir ini, posisi buku tersebut telah diubah menghadap ke atas untuk mewakili kapasitas pikiran manusia yang tak terbatas. Dan motonya telah berubah menjadi Veritas, yang berarti “Kebenaran”.

Mengejar pengetahuan memang patut dipuji, tetapi pembelajaran dapat dengan cepat membawa kita pada kesombongan dan penolakan untuk mengakui keterbatasan kemampuan mental kita. Ketika hal itu terjadi, kita kemudian mengabaikan atau menolak kebenaran alkitabiah.

Jika demikian, sebenarnya bagaimanakah kebenaran tentang kebenaran itu? Berabad-abad yang lalu seorang raja yang bijaksana menulis demikian, “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan” (Amsal 1:7). Kita harus mengenali bahwa ada hubungan antara Allah dan kebenaran. Tanpa pertolongan dari Roh Kudus dan petunjuk firman Allah, manusia akan “selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran” (2 Timotius 3:7). Akan tetapi, apabila kita mengakui dan menaati kebenaran-Nya, kita akan terbebas dari kebodohan rohani dan kesalahan (Yohanes 8:32; 17:17).

Itulah sebabnya kita harus rajin mempelajari Alkitab (2 Timotius 2:15). Alkitab adalah satu-satunya buku yang mengungkapkan kebenaran tentang kebenaran kepada kita —Vernon Grounds

9 November 2004

Asa Bagi yang Khawatir

Nats : Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku (Mazmur 23:1)
Bacaan : Mazmur 23

Setiap orang pasti pernah merasa khawatir. Saya pun pernah menjadi seorang “tukang khawatir yang profesional”. Setiap hari saya senantiasa asyik memikirkan semua kekhawatiran saya, satu demi satu.

Suatu hari, saya harus menghadapi suatu tes kesehatan yang tidak mengenakkan, sehingga saya menjadi gelisah karena takut. Akhirnya saya memutuskan untuk menjalani tes itu dengan memusatkan pikiran pada tiga kata pertama dalam Mazmur 23: “Tuhan adalah gembalaku”. Pola latihan meditasi ini tidak saja menenangkan diri saya, tetapi juga memberikan banyak pemahaman baru. Kemudian, ketika saya perlahan-lahan mulai merenungkan seluruh mazmur tersebut, Tuhan memberi saya lebih banyak pemahaman. Akhirnya, dalam berbagai konferensi, saya mampu membagikan apa yang Tuhan ajarkan kepada saya.

Jika Anda mudah merasa khawatir, ada harapan juga bagi Anda! Rick Warren, penulis buku The Purpose-Driven Life, menulis: “Kekhawatiran adalah apabila Anda memikirkan sebuah masalah berulang-ulang. Akan tetapi apabila Anda merenungkan firman Allah berulang-ulang, itu berarti Anda bermeditasi. Maka jika Anda bisa merasa khawatir, berarti Anda pun bisa bermeditasi!”

Semakin sering kita merenungkan firman Allah, kita semakin tidak perlu khawatir. Dalam Mazmur 23, Daud merenungkan Sang Gembala Agung, dan tidak merasa khawatir. Di kemudian hari, Allah memilih Daud untuk menggembalakan umat-Nya (Mazmur 78:70-72). Allah memakai orang-orang yang dengan jujur berkata, “Tuhan adalah gembalaku” —Joanie Yoder

5 Desember 2004

Tak Ada Jawaban

Nats : Apakah si pengecam hendak berbantah dengan Yang Mahakuasa? (Ayub 39:35)
Bacaan : Ayub 42:1-6

Menjelang Natal tahun 2003, sepulang kerja Lydia melihat kobaran api memancar dari rumahnya. Lebih dari sekadar kehilangan rumah, hatinya remuk redam karena ketujuh anggota keluarganya tewas ditelan lautan api itu. Ketika berita tentang tragedi tersebut disiarkan pagi itu, seorang diakon gerejanya segera datang untuk menghiburnya. Lydia mengajukan beberapa pertanyaan mendalam yang tidak dapat dijawab sang diakon.

Lydia kemudian menghubungkan kejadian itu dengan kisah Ayub. Ayub kehilangan kesepuluh anaknya (Ayub 1:18, 19), tetapi ia tetap menyembah Allah (ayat 21). Kemudian ia pun terserang penyakit, dan istrinya mendesaknya untuk mengutuki Allah lalu mati (2:9). Teman- teman Ayub mengira bahwa mereka mengetahui jawaban dari semua itu, yakni bahwa Ayub pasti telah berbuat dosa dan layak mendapatkan semua masalah itu.

Ayub mengeluh kepada Tuhan dengan penuh kepahitan dan me-minta penjelasan serta pertolongan, tetapi Allah tidak menjawabnya. Dia bahkan tidak memberitahunya tentang permintaan Iblis yang ingin mengujinya (1:6-12; 2:1-6). Sebaliknya, Dia mengingatkan Ayub bahwa Dia adalah Allah dari segala hikmat dan tidak demikian dengan Ayub. Ayub menyesal, dan bertobat karena telah meragukan otoritas Allah (42:1-6).

Di dunia, kita mungkin tidak menemukan jawaban untuk berbagai pertanyaan putus asa seperti, “Mengapa hal ini terjadi?” dan “Mengapa harus saya yang mengalaminya?” Namun, kita dapat berpegang pada kebenaran bahwa Allah berkuasa dan mengasihi kita —Anne Cetas

6 Februari 2005

Gambaran Allah Akan Diri-Nya

Nats : Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih (Keluaran 34:6)
Bacaan : Keluaran 33:18-34:8

Doa anak-anak kecil menunjukkan kepada kita apa yang mereka pikirkan tentang Allah. Berikut ini dua doa yang saya baca baru-baru ini.

“Ya Allah, apa maksudnya bahwa Engkau Allah yang ‘cemburu’? Padahal kurasa Engkau memiliki segalanya.”

“Aku baru tahu bahwa ternyata warna oranye cocok dipadukan dengan warna ungu. Aku mengetahui hal itu sewaktu melihat matahari terbenam yang Engkau ciptakan pada hari Selasa kemarin. Indah sekali.”

Anak-anak ini benar ketika menganggap Allah sebagai pemilik dan pencipta segalanya, Pribadi yang dapat melukis matahari terbenam yang indah. Akan tetapi, bagaimana Allah menggambarkan diri-Nya?

Musa membutuhkan jawaban atas pertanyaan itu tatkala ia akan memimpin bangsa Israel ke padang gurun. Ia menginginkan kepastian akan penyertaan dan pimpinan Allah, sehingga ia meminta Dia menyatakan diri-Nya (Keluaran 33:13,18). Sebagai tanggapan, Allah turun dalam awan dan berkata, “Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya ... tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah” (34:5-7). Dia baik. Dia juga adil.

Kita pun dapat mengenal Allah ini. Kini Dia tidak akan turun dalam awan, tetapi Dia telah menyatakan diri-Nya kepada kita melalui firman-Nya—Alkitab. Kita dapat meminta Dia agar menyatakan diri tatkala kita membaca dan mempelajari Alkitab. Kita akan belajar bahwa Dia bahkan lebih dari sekadar pemilik dan pencipta segalanya —Anne Cetas

12 Februari 2005

Imamat Sebagai Pengingat

Nats : Akulah Tuhan, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus (Imamat 11:44)
Bacaan : Imamat 11:41-45

Jika Anda mengikuti jadwal bacaan Alkitab setahun di Renungan Harian, maka akhir-akhir ini Anda telah sampai pada kitab Imamat. Mungkin Imamat merupakan salah satu kitab yang paling jarang dibaca dalam Alkitab, dan mungkin Anda bertanya-tanya apa tujuan dari penulisan kitab itu. Mengapa perlu ada semua hukum dan peraturan tentang binatang yang kudus dan yang najis? (ayat 11). Pesan apa yang sedang Allah berikan kepada bangsa Israel waktu itu—dan kepada kita?

Ahli tafsir Alkitab Gordon Wenham berkata, “Apabila hukum membedakan binatang yang kudus dari yang najis, maka orang diingatkan bahwa Allah telah membedakan mereka dari semua bangsa lainnya di bumi untuk menjadi milik-Nya .... Tugas manusia yang paling utama adalah meniru Penciptanya.”

Lima kali dalam kitab Imamat Allah berkata, “Haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus” (11:44,45, 19:2, 20:7,26). Dan 45 kali Dia berkata, “Akulah Tuhan” atau “Akulah Tuhan, Allahmu.” Salah satu tema terpenting dalam kitab itu adalah panggilan Allah bagi umat-Nya untuk menjadi kudus. Yesus menggemakan tema ini ketika berkata, “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna” (Matius 5:48).

Ketika Anda membaca Imamat 11, ingatlah bahwa Anda istimewa bagi Allah dan harus “memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang- Nya yang ajaib” (1 Petrus 2:9).

Kita membutuhkan kitab Imamat sebagai pengingat setiap hari —Anne Cetas

11 Maret 2005

Pengejaran Sia-sia

Nats : Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh (2Petrus 1:3)
Bacaan : 2Petrus 1:1-4

Beberapa tahun yang lalu, saya sedang berada di perpustakaan sebuah universitas yang ternama. Sewaktu berjalan di antara rak-rak buku, saya melewati sebaris kursi berpembatas yang dikhususkan bagi mahasiswa untuk belajar. Di sana saya melihat seorang mahasiswa sedang membaca sebuah komik Bugs Bunny. Hampir saja saya tertawa terbahak-bahak melihat hal itu. Pemuda tersebut dikelilingi oleh buku-buku pengetahuan segala zaman, tetapi ia malah membenamkan diri pada perkara sepele yang kekanak-kanakan.

Memang tidak salah jika kita membaca komik, dan kita semua sewaktu-waktu perlu istirahat dari belajar. Namun, sebagian dari kita hanya mengejar hal-hal yang sepele. Berbagai buku, majalah, dan media lainnya telah memberi keasyikan dan sangat memengaruhi kehidupan kita. Betapa bodohnya! Padahal kita memiliki Firman Kehidupan—Buku yang mengajar kita bagaimana mengenal Allah dan mengalami hidup berkelimpahan.

Penyebab utama kita mengabaikan Alkitab bukanlah kurangnya waktu, melainkan kurangnya kerinduan hati. Perkataan manusia telah menggantikan firman Kristus. Ada banyak buku dan majalah yang bagus untuk dibaca, tetapi kita tidak boleh mengabaikan rahasia kasih dan karunia Allah yang tertulis di setiap halaman Alkitab. Di situlah kita menemukan segala sesuatu yang kita perlukan untuk "hidup yang saleh" (2 Petrus 1:3).

Mintalah agar Allah memberi Anda kerinduan terhadap firman-Nya serta rasa lapar untuk mengecap kebaikan-Nya setiap hari —DHR

23 Maret 2005

Alkitab yang Terbuka

Nats : Aku hendak berbicara tentang peringatan-peringatan-Mu di hadapan raja-raja, dan aku tidak akan mendapat malu (Mazmur 119:46)
Bacaan : Mazmur 119:41-48

Banyak hotel di negara-negara di seluruh dunia menyediakan Alkitab di setiap kamar. Anda tinggal membuka laci, maka Anda akan menemukannya.

Namun selama menginap di sebuah hotel baru-baru ini, saya sangat terkejut melihat sebuah Alkitab terbuka yang diletakkan di atas meja di lobi. Dan ketika saya tiba di kamar, saya melihat sebuah Alkitab yang terbuka di atas meja dan bukannya diletakkan di dalam laci. Saya kira pemilik hotel itu ingin menarik perhatian orang-orang yang menginap di hotel itu terhadap hadirat Allah dan firman-Nya pada saat mereka sedang melakukan perjalanan—kerap kali sendiri dan kadang kala sangat membutuhkan bantuan.

Hal ini membuat saya memikirkan respons saya terhadap Kitab Suci. Apakah Alkitab terbuka di dalam hati saya sehingga orang lain dapat melihatnya? Apakah perbuatan saya telah membuktikan bahwa selama ini saya merenungkan firman Allah?

Mazmur 119 dipenuhi pujian terhadap keajaiban firman Allah, dan juga janji penulisnya untuk hidup di dalamnya dan membagikan firman Allah kepada orang lain. "Aku hendak hidup dalam kelegaan sebab aku mencari titah-titah-Mu," tulisnya. "Aku hendak berbicara tentang peringatan-peringatan-Mu di hadapan raja-raja, dan aku tidak akan mendapat malu. Aku hendak bergemar dalam perintah-perintah-Mu yang kucintai itu .... Dan aku aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu" (ayat 45-48).

Setiap kehidupan adalah kitab yang terbuka. Oleh karena itu, marilah kita menyatakan kasih dan kuasa firman Allah, yaitu Alkitab, sehingga semua orang dapat menyaksikannya —DCM

4 Mei 2005

Latihan Beribadah

Nats : Latihlah dirimu beribadah (1Timotius 4:7)
Bacaan : 1Timotius 4:6-16

Konsultan kebugaran Jhannie Tolbert mengatakan bahwa Anda tidak memerlukan treadmill (alat fitnes) atau peralatan khusus untuk melakukan latihan fisik sewaktu berada di rumah. Tolbert menggunakan kotak perkakas untuk latihan melompat, mengangkat panci sup untuk melatih otot bahu, serta menggunakan perkakas rumah tangga yang lain untuk latihan fisik setiap hari. Ia mengatakan bahwa Anda dapat tetap menjaga kebugaran meskipun hanya latihan di rumah dengan menggunakan peralatan yang murah dan sederhana. Pelatih lain setuju dan mendorong orang-orang untuk menggunakan tali lompat, kursi, sapu, dan bahkan tas belanja untuk latihan secara rutin. Mereka melihat bahwa latihan adalah soal kemauan, bukan kekayaan.

Prinsip yang sama berlaku untuk kebugaran rohani. Meskipun kamus Alkitab, tafsir, dan buku-buku lain memang bermanfaat, kita dapat memulai latihan rohani hanya dengan menggunakan Alkitab dan bimbingan Roh Kudus. Paulus mendorong anak didiknya Timotius: "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang" (1 Timotius 4:7,8).

Anda tidak perlu memiliki uang banyak untuk mendapatkan kebenaran rohani dan mempraktikkannya. Kita tidak memerlukan peralatan atau bahan-bahan khusus untuk mendoakan teman, bersyukur kepada Allah, atau menaikkan pujian bagi-Nya. Kita hanya perlu memulai dari tempat kita sekarang, dengan apa yang kita punyai, sekarang juga —DCM

20 Agustus 2005

Jangan Lupa

Nats : Aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima (2Petrus 1:12)
Bacaan : 2Petrus 1:12-21

Bagaimana bisa terjadi orang-orang yang mengalami peristiwa yang sama menyimpan ingatan yang sama sekali berbeda terhadap kejadian tersebut? Sebuah artikel pada Associated Press menyimpulkan hasil dari lusinan studi tentang ingatan manusia: Ingatan manusia tidak dapat merekam kenangan yang tak terhapuskan. Ingatan manusia itu rapuh, tidak lengkap, lunak, dan sangat mudah dipengaruhi oleh masukan orang lain.

Ingatan dapat berubah seiring berjalannya waktu. Dalam beberapa kasus, orang-orang akan sedikit mengubah versi mereka tentang sebuah kejadian melalui setiap penceritaan ulang, sama seperti seorang nelayan yang melebih-lebihkan cerita tentang ikan yang lolos. Namun, sebuah catatan yang objektif dan sesuai fakta dapat memperbaiki ingatan yang menyimpang, yang dapat kita terima.

Petrus menuliskan dua surat untuk memberi kita catatan yang akurat dan tahan lama tentang kebenaran Allah. Aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima. ... Aku akan berusaha, supaya ... kamu selalu mengingat semuanya itu (2Petrus 1:12,15).

Ingatan kita yang rapuh memerlukan penyegaran yang terus-menerus melalui catatan firman Allah, yaitu Alkitab, yang tidak pernah berubah. Lewat alat pengingat yang dapat diandalkan ini, kita dapat menjaga agar pikiran kita tidak diam-diam terhanyut menuju perspektif hidup yang manusiawi belaka.

Tuhan menggunakan Alkitab untuk membangkitkan pikiran kita agar kita tidak melupakan kebenaran-Nya DCM

5 November 2005

Bukan Makanan Cepat Saji

Nats : Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu dan mengamat-amati jalan-jalan-Mu (Mazmur 119:15)
Bacaan : Mazmur 119:9-24

Saya suka melihat sapi-sapi yang berbaring di padang sambil memamah biak. Apakah yang dimaksud dengan memamah biak itu? Dan mengapa mereka menghabiskan begitu banyak waktu untuk mengunyahnya?

Pertama-tama, sapi memenuhi perut mereka dengan rumput dan makanan lain. Lalu mereka bersantai dan mengunyah rumput sampai tuntas. Mereka mengeluarkan kembali makanan dari perut dan mengunyah lagi makanan yang telah mereka makan itu, menyerap gizi yang terkandung di dalamnya, dan mengubahnya menjadi susu. Apakah ini menghabiskan waktu? Ya. Apakah ini membuang waktu? Tidak, jika mereka ingin menghasilkan susu yang baik.

Frasa “memamah biak” digunakan untuk menjelaskan proses perenungan. Penulis Mazmur 119 dengan jelas melakukan pengunyahan secara mental sewaktu ia membaca firman Allah. Tidak ada makanan cepat saji baginya! Jika kita mengikuti teladannya dalam membaca Alkitab secara hati-hati dan disertai doa, kita akan:

• dikuatkan melawan dosa (ayat 11);
• menemukan kesukaan untuk belajar lebih banyak tentang Allah (ayat 15,16);
• menemukan kebenaran rohani yang ajaib (ayat 18); dan
• menemukan nasihat bijak untuk keseharian hidup (ayat 24).

Perenungan itu lebih dari sekadar membaca Alkitab dan memercayainya. Merenungkan berarti menerapkan ayat-ayat Alkitab dalam kehidupan sehari-hari.

Firman Allah tidak dimaksudkan untuk menjadi makanan cepat saji. Jangan tergesa-gesa mengunyahnya hingga tuntas -JEY

28 Desember 2005

Menggali Harta Karun

Nats : Tuhan-lah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian (Amsal 2:6)
Bacaan : Amsal 2:1-9

Pemahaman Alkitab yang bermanfaat melibatkan lebih dari sekadar membuka sebuah pasal dan membaca apa yang tertulis di sana. Berikut ini tujuh panduan untuk membantu Anda memperoleh hasil yang maksimal dari waktu pemahaman Alkitab Anda.

1. Luangkan waktu secara teratur. Jika Anda tidak menjadwalkannya, Anda akan melalaikannya.

2. Sebelum mulai membaca, mintalah pertolongan dan pengertian dari Allah.

3. Pikirkan dengan saksama apa yang Anda baca. Tidak semua harta karun Alkitab tergeletak seperti kerikil di atas permukaan. Untuk menambang emas, Anda harus menggali.

4. Berusahalah memahami perkataan sang penulis kepada umat pertama yang membaca buku atau surat itu sebelum Anda memutuskan menerapkannya pada saat ini.

5. Catatlah paling sedikit satu kebenaran atau prinsip yang dapat Anda praktikkan.

6. Cobalah berbagai terjemahan Alkitab. Jika Anda melewatkan kalimat-kalimat tertentu karena kata-kata yang Anda baca sudah terlalu sering dijumpai, maka sebuah terjemahan dapat memusatkan pikiran Anda pada bagian itu dengan cara baru.

7. Jangan putus asa. Ada beberapa bagian Alkitab yang lebih menarik daripada yang lain, dan beberapa bagian mungkin tidak Anda mengerti sama sekali. Namun ada cukup banyak yang dapat Anda pahami, itu akan mengubah hidup jika diterapkan.

Kini bacalah kembali ayat-ayat hari ini dengan mengingat prinsip-prinsip di atas. Kemudian cobalah lagi besok. Anda akan mulai menemukan harta karun di dalam Alkitab -HWR

2 Maret 2006

Baca dengan Keras

Nats : ... bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar (1Timotius 4:13)
Bacaan : 1Timotius 4:6-16

Kita diberkati dengan banyaknya versi terjemahan Alkitab saat ini, sehingga kita tidak begitu menyadari bahwa salah satu versi terjemahan telah digunakan lebih dari 350 tahun oleh bangsa-bangsa yang berbahasa Inggris. Kini banyak orang tidak mengenal istilah Alkitab terjemahan King James seperti "thee", "thou" (engkau), dan "verily" (sangat). Padahal, ada sesuatu yang indah saat mendengar kata-kata tersebut dibacakan dengan keras, terutama bila yang dibacakan adalah Mazmur 23 yang terkenal itu.

Dalam buku God’s Secretaries, penulis Adam Nicolson menceritakan bahwa terjemahan King James peka terhadap bunyi. Ia bercerita bahwa ada dua belas orang duduk dalam ruangan sambil mendengarkan Alkitab versi King James yang dibacakan dengan keras. Mereka merasa bahwa yang membuat ayat tertentu dapat dipahami dengan baik tidak hanya karena ketepatan penerjemahan dari bahasa aslinya, tetapi juga karena keindahan bunyi dari kata-kata yang dibacakan.

Paulus memahami kuasa dari firman Tuhan yang diucapkan. Kepada gembala muda Timotius, ia memerintahkan untuk mengadakan pembacaan Alkitab di depan umum: "Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar" (1Timotius 4:13).

Firman Allah menggugah hati ketika masuk ke telinga orang percaya. Jadi, Alkitab terjemahan versi apa pun yang Anda baca pada saat teduh Anda, doa keluarga, atau pada kebaktian di gereja, ingatlah akan kuasa dari firman Tuhan yang diucapkan. Carilah kesempatan untuk membaca Alkitab dengan suara keras --HDF

26 Maret 2006

Surat Pribadi

Nats : Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari (Mazmur 119:97)
Bacaan : Mazmur 119:97-104

Pada tahun 1991, aktris Julia Roberts ditanyai barang apa yang paling dianggapnya berharga. "Saya menyimpan surat dari ayah saya," jawabnya. "Itu adalah satu-satunya surat yang dapat saya simpan sebagai seorang anak .... Seandainya ada orang yang mengambil surat itu, hidup saya akan hancur. Surat itu mungkin tak berarti apa-apa bagi orang lain, namun saya dapat membacanya sepuluh kali dalam sehari, dan saya mendapatkan kesan berbeda setiap kali mengulanginya."

Menurut filsuf Denmark yang bernama Søren Kierkegaard, Alkitab merupakan surat cinta yang sangat berharga dari Bapa surgawi bagi anak-anak-Nya. Bagaimana Anda memandang Alkitab? Apakah Anda menganggap bahwa itu hanyalah sebuah buku kuno yang dikenal karena nilai-nilai sejarah dan keagamaannya? Atau Anda menganggapnya sebagai sebuah surat pribadi dari Bapa surgawi Anda, satu-satunya surat berharga yang pernah ada? Dan apakah Anda membacanya berulang-ulang, bahkan setiap hari, serta menemukan sesuatu yang menyentuh hati Anda setiap kali membacanya?

Jika Anda tidak lagi merasakan sapaan surat cinta Allah kepada Anda, cobalah luangkan waktu selama seminggu untuk membaca Mazmur 119. Mazmur tersebut merupakan sebuah nyanyian pujian tentang firman-Nya. Anda akan mendapati bahwa Alkitab dapat membuat Anda bijaksana dan dapat membantu Anda bertahan "terhadap segala jalan kejahatan" (ayat 98,101). Firman itu akan menjadi "manis" bagi Anda, "lebih daripada madu bagi mulut[mu]" (ayat 103) --VCG

1 April 2006

Buku yang Terlupakan

Nats : Untuk selama-lamanya aku tidak melupakan titah-titah-Mu, sebab dengan itu Engkau menghidupkan aku (Mazmur 119:93)
Bacaan : Mazmur 119:89-104

Suatu kali seorang anak kecil memerhatikan sebuah buku besar berwarna hitam. Buku itu berselimut debu dan ditaruh di sebuah rak yang tinggi. Kemudian dengan penuh rasa ingin tahu ia bertanya kepada ibunya tentang buku itu. Dengan malu sang ibu segera menjelaskan, "Itu Alkitab. Bukunya Allah." Anak itu berpikir sesaat, lalu berkata, "Kalau itu bukunya Allah, mengapa kita tidak mengembalikannya saja kepada Allah? Kan tidak ada lagi seorang pun di sini yang membacanya."

Dalam banyak keluarga, Alkitab nyaris tidak pernah dibaca atau bahkan dipedulikan keberadaannya. Orang membacanya hanya tatkala muncul masalah, penyakit, atau kematian di tengah keluarga. Bahkan pada saat seperti itu pun seseorang bisa jadi masih kebingungan ke mana harus mencari bantuan yang dibutuhkan.

Kapan terakhir kali Anda mengambil Alkitab dan mempelajarinya untuk mendapatkan sukacita, menerima teguran rohani, dan mengalami pertumbuhan rohani? Memang Alkitab adalah bukunya Allah, tetapi Dia tidak ingin buku itu dikembalikan kepada-Nya. Dia ingin agar Anda memiliki, merenungkan, memahami, memercayai, dan menaati pesan yang ada di dalamnya.

Itulah alasan utama mengapa buklet Renungan Harian ini diterbitkan. Setiap artikel renungan di dalamnya bertujuan untuk membantu Anda memahami firman Allah.

Sudahkah Anda membaca bacaan Kitab Suci hari ini? Jika belum, mengapa Anda tidak membacanya sekarang juga? Jangan biarkan Alkitab menjadi Buku yang terlupakan di dalam rumah Anda --RWD

29 Juli 2006

Kenalilah "produk" Anda

Nats : Firman Tuhan itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan (Mazmur 33:4)
Bacaan : Mazmur 33:4-15

Salah satu ciri seorang wiraniaga yang cakap adalah ia menguasai produknya secara menyeluruh. Ia mengetahui bahan-bahan pembuat produknya. Ia memahami kekuatan produknya. Ia mempelajari manfaat barang tersebut bagi konsumen. Dan ia dapat menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh konsumennya. Penjual yang tidak mengenal produknya tidak akan mendapatkan penjualan.

Dalam buku yang berjudul The Big Sell, John R. Rushmore melakukan survei terhadap para pria dan wanita yang membeli produk-produk yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan besar di Amerika Serikat. Para pria dan wanita tersebut berpendapat bahwa lebih dari 80 persen wiraniaga yang mendatangi mereka, ternyata tidak memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang barang yang akan dijual.

Saat membaca itu, saya lalu berpikir tentang kita, orang-orang kristiani. Kita sudah dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, tetapi seberapa jauh kita menguasai "produk" kita dengan baik? Kita mewakili Kristus dalam segala hal yang kita perbuat dan kita ucapkan. Oleh karena itu, ketika berbicara mewakili Dia, kita pun harus berbicara dengan berani dan jelas. Ini berarti kita harus mengetahui apa yang dikatakan oleh Kitab Suci tentang dosa, keselamatan, dan kebutuhan manusia akan iman. Jika kita tidak menyampaikan Injil secara akurat, kesaksian kita bagi Sang Juru Selamat pun tidak akan efektif.

Pelajarilah firman Allah. Pelajarilah doktrin-doktrinnya dan praktikkan. Dengan demikian Anda akan menjadi saksi Kristus yang lebih baik --DCE

17 Oktober 2006

Menggunakan Harta Karun

Nats : Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu (Mazmur 119:18)
Bacaan : Mazmur 119:14-24

Stephen May menemukan "harta karun" saat ia menjadi dosen sastra di University of Northern Colorado. Di perpustakaan, ia menemukan 150 kotak berisi banyak surat, naskah, jurnal, konsep, dan catatan yang diberikan pada kampus oleh James A. Michener.

Yang mengherankan, tak seorang pun menggunakan bahan-bahan tersebut untuk menulis biografi Michener, pengarang yang memenangkan Penghargaan Pulitzer, yang terkenal karena novel-novelnya yang melegenda. Sebab itu, setelah melakukan penelitian dan proses menulis yang memakan waktu beberapa tahun, May berhasil menuliskan buku riwayat hidup Michener dari harta karun yang hebat tersebut.

Setiap hari, Anda dan saya menulis kisah hidup melalui perkataan dan perbuatan kita masing-masing. Namun, dalam menuliskannya, apakah kita menggunakan kekayaan Alkitab yang hebat, tetapi sering diabaikan itu? Pemazmur menulis: "Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta .... Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu" (Mazmur 119:14,18).

Alkitab merupakan catatan tertulis yang menjadi sarana bagi kita untuk mengenal Yesus Kristus, "sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kolose 2:3). Bongkahan-bongkahan emas kebenaran itu telah tersedia untuk kita semua.

Kehidupan yang dijalani dengan baik, berhubungan langsung dengan pemahaman Alkitab yang baik. Ketika kita menjalani kisah hidup ini, pastikan kita memanfaatkan harta karun firman Allah setiap hari -DCM

19 Januari 2007

Melupakan Allah

Nats : Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah (Matius 13:23)
Bacaan : Matius 13:1-9,18-23

Seorang terpelajar yang berwawasan luas bernama A.J. Heschel menceritakan kisah hidupnya saat menjadi siswa di Berlin. Sekalipun ia orang yang saleh, ia pernah menjadi begitu asyik dengan karya-karya seni pada masa-masa itu, sampai suatu hari ia lupa berdoa saat matahari terbenam, sebagaimana yang biasa ia lakukan. Ia mengakui, "Matahari telah terbenam, malam telah tiba .... Dan saya telah melupakan Allah."

Kelalaian yang dilakukan Heschel mungkin merupakan hal yang kecil bagi kita. Akan tetapi, semangatnya yang menggebu-gebu menunjukkan bahwa ia memahami pentingnya membina kehidupan rohani.

Yesus pernah menceritakan suatu kisah mengenai penabur, benih, dan empat macam tanah (Matius 13:1-9). Tanah yang berada di antara semak duri mewakili orang-orang yang membiarkan kekhawatiran dunia dan tipu daya kekayaan menghimpit firman Allah di dalam hati mereka (ayat 7,22).

Hal itu merupakan kemungkinan yang berbahaya bagi setiap orang yang menanggapi firman Allah dengan sembrono. Dunia memang dapat membuat kita lupa terhadap kenyataan dan tanggung jawab rohani.

Apakah kita telah membiarkan daya tarik dunia ini mencegah kita untuk membaca dan merenungkan firman Allah? Dengan segenap doa, marilah kita berusaha keras untuk menjadi orang yang "mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah" (ayat 23).

Saat matahari terbenam malam ini, jangan sampai kita mendapati diri kita telah melupakan Allah --VCG

18 Februari 2007

Jalan Menuju Sukses

Nats : Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu ... sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung (Yos. 1:8)
Bacaan : Yosua 1:1-9

Saat Tahun Baru Tiongkok, biasanya orang-orang membagi-bagikan angpau (amplop kecil berwarna merah berisi uang). Ketika orangtua memberi anak mereka angpau, mereka juga mendoakan agar anak-anak mereka makmur dan sukses. Namun, karena tahu bahwa harapan yang tulus saja tidak cukup, mereka juga mengingatkan agar anak mereka rajin belajar. Orang Tionghoa pada umumnya percaya bahwa pendidikan yang baik adalah kunci keberhasilan hidup seseorang.

Dalam Yosua 1, Allah memberi tahu Yosua bahwa jalannya akan berhasil ketika ia mulai mengambil alih kepemimpinan Musa. Namun, ia dan rakyatnya harus menunjukkan keberanian di depan lawan yang kurang bersahabat tatkala mereka memasuki Tanah Perjanjian (ay. 6). Allah berjanji akan membuat mereka berhasil apabila mereka mengindahkan kitab Taurat-Nya (ay. 8).

Orang percaya masa kini juga harus hidup seturut firman Allah apabila ingin menikmati keberhasilan dalam perjalanan rohani. Alkitab tidak hanya berisi hal-hal yang harus atau yang tidak boleh dilakukan dalam hidup, tetapi juga mencatat berbagai pengalaman hidup orang-orang yang menyenangkan maupun yang mendukakan hati Allah.

Kita, seperti Yosua, memegang janji Allah bahwa Dia akan senantiasa menyertai kita (Yos. 1:9; Mat. 28:20). Seharusnya kesadaran ini memberi kita kekuatan untuk menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan yang tidak dapat kita hindari saat berusaha menyenangkan hati-Nya --AL

Jadilah kuat! Betapapun parahnya kesalahan,
betapapun sulitnya peperangan, betapapun lamanya penantian;
Jangan patah semangat -- teruslah berjuang!
Esok pasti terdengar sorak nyanyian. --Babcock

31 Desember 2007

Berguna Bagi Pertumbuhan

Nats : Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah (2Timotius 3:16)
Bacaan : 2Timotius 3:10-17

Kutipan-kutipan manakah yang terdapat dalam Alkitab?

1. Kebersihan itu bagian dari iman.

2. Allah menolong orang-orang yang menolong diri mereka sendiri.

3. Pengakuan itu baik bagi jiwa.

4. Manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya, seperti bunga-bunga api berjolak tinggi.

5. Uang adalah akar dari segala kejahatan.

6. Kejujuran adalah kebijaksanaan terbaik.

Percaya atau tidak, hanya satu dari kutipan ini yang terdapat dalam Alkitab. Kutipan keempat berasal dari Ayub 5:7.

George Müller, seorang pendeta dan direktur sebuah rumah yatim piatu pada tahun 1800-an, tidak akan menemui kesulitan untuk mengetahui mana dari kutipan-kutipan ini yang berasal dari Alkitab. Mengapa? Sebab ia sudah membaca semuanya lebih dari 100 kali! Ia berkata: "Saya memandangnya sebagai hari yang hilang jika saya tidak menyediakan waktu untuk merenungkan firman Allah.... Saya selalu membiasakan diri untuk tidak mulai bekerja sebelum saya mengambil waktu bersama Allah dan firman-Nya. Berkat yang saya terima luar biasa."

Kita tidak perlu merasa bersalah jika kita tidak membaca Alkitab sebanyak yang dilakukan Müller. Namun, pertimbangkanlah untuk membaca seluruh Alkitab bersama saya paling tidak sekali pada tahun yang akan datang ini -- bukan supaya kita dapat menjawab beberapa pertanyaan menjebak mengenai hal ini, tetapi karena Alkitab diberikan kepada kita oleh Allah dan berguna bagi pertumbuhan rohani kita (2Timotius 3:16-17) --AMC

27 April 2008

Rutin?

Nats : Pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (Efesus 5:16)
Bacaan : 1Korintus 11:20-31

Rutin artinya biasa. Lazim. Tidak istimewa. Setiap orang tidak bisa bebas dari rutinitas hidup. Setiap bangun pagi, kita melakukan kegiatan yang itu-itu juga. Di gereja pun acara kebaktian Minggu hampir sama. Bisa saja kita mendobrak rutinitas dengan melakukan hal-hal istimewa: pergi ke tempat asing, ikut panjat tebing, naik arung jeram atau jet coaster. Namun, saat balik ke rumah, hidup menjadi rutin lagi!

Tidak ada yang salah dengan rutinitas. Yang keliru adalah terjebak dalam rutinitas, sehingga semua tugas kita lakukan tanpa penghayatan. Asal jalan. Dulu, setiap kali beribadah, jemaat Korintus selalu mengadakan Perjamuan Kasih dan Perjamuan Kudus. Setelah berjalan lama, mulailah umat terjebak dalam rutinitas. Perjamuan Kasih sebagai tanda kebersamaan tak lagi dilakukan dengan kasih. Masing-masing membawa makanan dari rumah, lalu dinikmati dengan kelompoknya sendiri (ayat 20,21). Begitu pula Perjamuan Kudus tidak lagi dilakukan dalam kekudusan, sebab orang mengikutinya tanpa introspeksi diri (ayat 28) dan "tanpa mengakui tubuh Tuhan" (ayat 29). Tanpa menghargai pengurbanan Kristus. Akibatnya, ritual itu tidak membawa berkat, malah mendatangkan perpecahan dan hukuman.

Supaya tak terjebak dalam rutinitas, setiap tugas dan momen perlu kita pandang sebagai kesempatan, bukan kebiasaan. Setiap Perjamuan Kudus adalah kesempatan berbenah diri. Setiap Perjamuan Kasih adalah kesempatan berbagi kasih. Mengikuti ibadah minggu adalah kesempatan bersyukur pada Tuhan. Jika tiap saat dipandang sebagai kesempatan, hidup tak akan terasa membosankan! -JTI

21 Mei 2008

Dua Hati Bertemu

Nats : Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" (1Raja-raja 19:13)
Bacaan : 1Raja-raja 19:1-14

Setiap kali suami saya pulang, anak saya yang berusia 2 tahun langsung tahu lebih dulu hanya dengan mendengar suara sepeda motornya. Ia akan segera lari keluar untuk menyambut ayahnya dengan gembira. Bagaimanapun suasana hatinya saat itu, yang jelas ia selalu senang bertemu lagi dengan ayahnya. Perasaan ini terjadi karena dua hati -- ayah dan anak -- bertemu.

Saat itu, Elia sedang lelah dan putus asa. Bahkan ia minta mati saja, "Cukuplah itu ... ambillah nyawaku" (ayat 4). Aneh memang. Elia yang baru saja melakukan pekerjaan besar bersama Tuhan, mengalami kelelahan dan keputusasaan hanya karena ancaman Izebel, seorang manusia belaka.

Lalu Tuhan datang menemui Elia. Bukan lewat angin besar yang membelah gunung dan memecah bukit. Bukan lewat gempa atau api. Dia datang lewat angin sepoi-sepoi basa. Tuhan menemui Elia bukan lagi lewat peristiwa dahsyat, melainkan melalui peristiwa biasa. Di situlah Elia keluar dan menemui Tuhan. Dua hati bertemu, dan Tuhan menggugah hati Elia dengan bertanya, "Apakah kerjamu di sini?" (ayat 13). Tuhan menyadarkan Elia pada tugasnya dan menguatkannya supaya tidak lagi kalah oleh ketakutan dan kecemasan.

Jika saat ini kita sedang takut dan cemas, serta begitu putus asa, Tuhan menggugah hati kita dengan pertanyaan, "Apakah kerjamu di sini?" Tuhan ingin kita bangkit. Hanya satu yang Dia inginkan, yakni agar kita bertemu dengan-Nya. Sekarang juga, temuilah Tuhan dalam keheningan doa. Utarakan segala pergumulan kita kepada-Nya. Dia akan meneguhkan kita kembali pada panggilan pelayanan yang sudah dipercayakan pada kita -CHA

3 Agustus 2008

Ingin Jadi Apa?

Nats : Kata Yesus kepada mereka, "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu mereka pun membawanya (Yohanes 2:8)
Bacaan : Yohanes 2:1-11

Suatu kali dalam sebuah persekutuan keluarga, saya mengajukan sebuah pertanyaan. Jika mereka diajak berandai-andai menjadi salah satu tokoh dalam kisah pernikahan di Kana, siapakah yang akan mereka pilih?

Suasana menjadi ramai. Ada yang ingin menjadi ibu Maria, sang perantara hingga mukjizat terjadi. Ada yang mau menjadi pelayan, menyaksikan bagaimana mukjizat terjadi. Ada yang ingin menjadi pemimpin pesta, yang cuma tahu beres. Ingin menjadi pengantinnya? Ada juga! Ada yang ingin jadi tempayan, wadah di mana mukjizat itu terjadi. Yang unik, ada yang ingin menjadi Yesus, sang pembuat mukjizat! Namanya berandai-andai, bisa saja ada yang berpikir begitu. Terakhir ada yang menjawab ingin menjadi tamu saja, menikmati mukjizat.

Setelah tak ada jawaban lain lagi, tiba-tiba seseorang menyeletuk, "Lalu, Anda sendiri mau jadi apa dong?" "Saya ingin menjadi air biasa yang digunakan untuk pembasuhan waktu itu," begitu jawab saya. Ya, itulah kerinduan saya. Menjadi air putih biasa, yang kemudian diubah oleh Yesus menjadi anggur. Bukan sembarang anggur, tetapi anggur yang baik (ayat 10), yang membawa sukacita bagi banyak orang.

Saya sadar, ini sangat sulit untuk dipraktikkan. Diubah oleh Tuhan Yesus bahkan bisa terasa berat dan menyakitkan. Namun, jika kita sungguh-sungguh rindu hidup kita yang biasa-biasa menjadi bermakna, bukankah kita mesti rela dikoreksi, diajar, bahkan jika perlu, dihajar? Dan satu hal yang pasti, untuk menjadi apa pun setiap kita mesti taat kepada-Nya terlebih dahulu supaya dapat menjadi berkat bagi orang lain -MNT



TIP #01: Selamat Datang di Antarmuka dan Sistem Belajar Alkitab SABDA™!! [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA