Topik : Pembuat

6 Desember 2003

Segalanya untuk Dia

Nats : Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (Kolose 1:16)
Bacaan : Kolose 1:13-20

Judul ini hanyalah satu frasa pendek yang terdiri dari dua kata terakhir pada Kolose 1:16 -- "untuk Dia". Namun frasa pendek ini mengandung penafsiran Allah sendiri tentang sejarah. Dalam dua kata ini Dia menegaskan bahwa Yesus adalah penjelasan akhir dan lengkap tentang segala sesuatu.

Segala sesuatu yang telah terjadi dan yang akan terjadi, sedang bergerak melintasi waktu menuju klimaks, yaitu ketika setiap lidah akan mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Setiap lutut, entah itu pemujaan penuh syukur atau di bawah paksaan, akan bertelut di hadapan-Nya (Filipi 2:10,11).

Sejarawan Inggris, H.A.L. Fisher, tampaknya tidak memahami pandangan itu. Dengan sedih ia mengaku, "Orang-orang yang lebih bijak dan lebih terpelajar daripada saya telah menemukan sebuah alur, ritme, dan pola dalam sejarah. Namun, saya tidak melihat adanya keselarasan. Yang dapat saya lihat hanyalah keadaan genting yang susul-menyusul, seperti ombak yang berkejar-kejaran ... saya tidak melihat apa-apa kecuali sebuah permainan yang tak terduga dan tak dapat diramalkan."

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda tercengang oleh keadaan yang tampaknya seperti rentetan peristiwa tanpa tujuan? Jika demikian halnya, arahkan pandangan kepada Yesus sekali lagi, yakni pada kehidupan, kematian, kebangkitan, dan janji kedatangan-Nya kembali. Hati Anda yang galau akan dipenuhi dengan pengharapan dan keyakinan karena Anda sadar bahwa ada makna dan tujuan untuk setiap peristiwa di dunia ini -- ketika Anda hidup "untuk Dia" --Vernon Grounds

10 Agustus 2004

Keajaiban Tak Terbilang

Nats : [Allah] melakukan perbuatan-perbuatan besar yang tidak terduga, dan keajaiban-keajaiban yang tidak terbilang banyaknya (Ayub 9:10)
Bacaan : Ayub 9:1-10

Saat membutuhkan semangat rohani, penulis Aletha Lindstrom teringat akan buku puisi favoritnya yang berjudul Who Tells The Crocuses It's Spring? (Siapa yang Memberi Tahu Pohon Crocus Sekarang Musim Semi?). Buku itu menimbulkan pertanyaan dalam benaknya, seperti: "Siapa yang menciptakan pepohonan yang dapat menghasilkan warna-warna indah di musim gugur? Siapa yang menitikkan air hujan dalam genangan yang berkilauan? Siapa yang menciptakan bintang yang berkelap-kelip di malam hari?"

Berbagai pertanyaan seperti itu seharusnya merangsang kita untuk merenung dengan rasa syukur. Berabad-abad silam, Ayub menyerukan bahwa Allahlah "yang melakukan perbuatan-perbuatan besar yang tidak terduga, dan keajaiban-keajaiban yang tidak terbilang banyaknya" (Ayub 9:10).

Allahlah yang mengingatkan matahari untuk terbit pada waktunya setiap pagi. Allahlah yang menjaga agar bumi terus berputar dengan kecepatan yang luar biasa. Allahlah yang memberi makan burung pipit dan menghiasi bunga bakung dengan keindahan. Allahlah yang menggiring kawanan burung terbang ke selatan pada musim gugur dan kembali ke utara pada musim semi.

Anda dapat membantah bahwa semua keajaiban ini merupakan hukum alam biasa. Namun, seperti halnya hukum kewarganegaraan yang merupakan ekspresi dari kehendak manusia, demikian pula hukum alam merupakan ekspresi dari kehendak dan hikmat Allah.

Ketika menyaksikan berbagai keajaiban ciptaan di sekitar kita, marilah kita menyembah Sang Pribadi yang menciptakan semua itu --Vernon Grounds

1 Mei 2005

Perayaan Musim Semi

Nats : Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti ... siang dan malam (Kejadian 8:22)
Bacaan : Kejadian 8:15-22

Ketika saya masih kecil, saya tinggal di West Michigan. Pada masa itu, kami selalu merayakan datangnya musim semi dan munculnya bunga-bunga pada tanggal 1 Mei. Pada perayaan menyambut musim semi itu, saya membuat keranjang bunga dari kertas, kemudian mengisi keranjang tersebut dengan bunga apa saja yang dapat saya temukan. Kebanyakan bunga-bunga itu adalah sejenis bunga bakung dan bunga violet. Kemudian saya menempatkan keranjang itu di depan pintu rumah tetangga, mengetuk pintunya, lalu saya cepat-cepat bersembunyi di belakang semak-semak. Dari balik semak-semak saya mengintip untuk melihatnya membu-ka pintu dan merasa terkejut melihat keranjang bunga itu. Ketika ia masuk ke dalam rumah, saya pun berlari pulang.

Keindahan bunga musim semi dan perubahan musim yang berlangsung secara teratur mengingatkan kita akan kesetiaan Allah. Ketika Nuh dan keluarganya serta binatang-binatang keluar dari bahtera sesudah banjir reda, Allah mengucapkan janji kepada mereka demikian, "Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam" (Kejadian 8:22). Dan sejak saat itu pula Dia telah setia memenuhi janji-Nya. Allah "telah menjadikan alam semesta", dan Dia senantiasa menopang "segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan" (Ibrani 1:2,3).

Karena itu, marilah kita bersyukur kepada Allah pada hari ini karena ciptaan-Nya yang indah dan kesetiaan-Nya dalam menopang dunia dan kita —AMC

18 Juni 2005

Hubungan Kreatif

Nats : Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita" (Kejadian 1:26)
Bacaan : Kejadian 2:7,8,15-22

Saya merakit mobil balap pertama saya dengan biaya kurang dari 15 dolar. Dengan ketepatan gergaji dan usaha yang tak kenal lelah, saya memahat balok kotak kayu pinus yang kuat menjadi sebuah benda aerodinamis yang mengesankan.

Putra saya yang berusia 9 tahun mengecat produk yang sudah selesai itu dengan cat biru keunguan. Saya memoles rodanya hingga mengilat seperti cermin. Bersama-sama kami menambahkan detail stiker bergambar api dan menamai mobil balap kayu pinus kami "Pembalap Berapi". Putra saya tampak begitu gembira.

Tidak ada perasaan bangga yang dapat menandingi orangtua yang menciptakan sesuatu bersama anaknya. Inilah suasana ketika orang muda dan tua dapat menghargai sukacita kerja tim.

Di dalam Alkitab, kita melihat Allah menunjukkan kegembiraan atas ciptaan-Nya. Kejadian 1 mencatat pencapaian sempurna dari proses kreatif yang bersifat ilahi ini. "Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka" (ayat 27). Lalu Allah memberi tugas kepada manusia: "Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu" (2:15).

Seperti seorang ayah dengan anaknya, Allah bersukacita dalam kemitraan-Nya dengan kita. Sebagai Pribadi tritunggal yang sempurna, Dia bisa saja bekerja sendiri, tetapi Dia tidak melakukannya. Dia menciptakan kita sesuai dengan gambar-Nya, dan Dia bergembira atas kreativitas kita —DB

4 Agustus 2005

Apakah Evolusi Itu Fakta?

Nats : Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah (Ibrani 11:3)
Bacaan : Kejadian 2:1-7; Ibrani 11:1-3

Teori evolusi bukannya tidak menyim-pan permasalahannya sendiri. Seorang ilmuwan mengatakan hal berikut tentang kehidupan yang dimulai dengan sendirinya: Asam amino harus tersusun di dalam urutan yang tepat agar dapat membentuk protein ... sama seperti huruf-huruf di dalam sebuah kalimat. Hukum kimia dan fisika saja tidak dapat melakukan hal itu. Peluang terbentuknya protein secara kebetulan adalah 1064 [10 dengan 64 nol di belakangnya] berbanding 1!

Banyak orang yang berasumsi bahwa teori evolusi itu benar. Namun, apakah teori itu dapat dibuktikan secara ilmiah? Sesuatu dianggap benar secara ilmiah hanya jika dapat dibuktikan berulang kali di bawah kondisi laboratorium. Pernyataan bahwa kehidupan itu muncul dengan sendirinya dari sebuah proses panjang yang tidak mengacu pada pribadi tertentu tidak dapat lolos dari uji kebenaran ini. Karena itulah evolusi tetap menjadi sebuah teori semata.

Jadi, jika Anda pernah tergoda untuk meragukan kisah penciptaan menurut kitab Kejadian, pertimbangkanlah alternatifnya. Peluang bagi sebuah protein sederhana untuk menciptakan dirinya sendiri saja terlalu kecil. Betapa jauh lebih masuk akal bagi kita untuk memercayai Allah dan firman-Nya: Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat (Ibrani 11:3).

Bukankah lebih masuk akal bila kita memercayai bahwa Allah saja yang merancang dan menciptakan alam semesta? (Kejadian 1:1) HDF

13 Agustus 2005

Berjalan dengan Whitaker

Nats : Hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala (Kejadian 1:20)
Bacaan : Kejadian 1:20-25

Saat anjing saya, Whitaker, dan saya berjalan-jalan pagi menyusuri hutan lebat di Semenanjung Atas Michigan, udara dipenuhi oleh berbagai suara. Berbagai jenis burung memecah keheningan pagi dengan nyanyian mereka.

Pagi itu kadang kala terdengar suara siulan yang teraturmungkin seekor burung pipit. Mungkin juga melodi yang berirama dari seekor burung robin atau kicauan seekor kutilang berjambul. Kadang-kadang terdengar satu nada panjang dari burung yang tak dikenal. Kemudian terdengarlah raungan riuh burung jay biru atau suara serak burung gagak. Setelah itu sekelompok kecil burung chickadee beterbangan dari pohon yang satu ke pohon yang lain, sambil berulang-ulang bersiul chick-a-dee-dee-dee.

Allah itu luar biasa, ya! kata saya kepada Whit, yang kelihatannya sibuk memikirkan tupai. Saya mengucap syukur kepada Allah atas hadiah pendengaran yang luar biasa dan keberagaman bunyi indah yang Dia gunakan untuk mengisi hutan belantara milik-Nya. Dia menciptakan beratus ragam burung, masing-masing dengan warna, kebiasaan, dan suaranya sendiri (Kejadian 1:20,21). Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semuanya itu (ayat 21,22).

Ketika saya melanjutkan acara jalan-jalan saya bersama Whitaker, hati saya dipenuhi ucapan syukur kepada Allah atas banyaknya pemandangan, suara, warna, dan spesies yang memperkaya dunia kita. Saya memuji Dia atas kreativitas-Nya, tidak hanya dalam membentuk dunia kita, tetapi juga karena Dia membuatnya begitu indahdan baik DCE

18 November 2005

Dunia Dalam Masa Persalinan

Nats : Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin (Roma 8:22)
Bacaan : Roma 8:18-25

Sejak dulu bumi melontarkan keluhannya. Kadang kala keluhan itu lebih menyerupai teriak kesakitan, seperti seorang ibu yang sedang melahirkan.

Rasul Paulus mengatakan bahwa “segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin” (Roma 8:22). Keluhan-keluhan ini acap kali muncul dalam bentuk gempa bumi, tanah longsor, badai, atau tsunami.

Sebuah lagu yang diciptakan Sarah McLachlan berbicara mengenai ketidakstabilan ini dan akibat-akibat tragis yang kerap muncul sebagai akibat goncangan geologis. Salah satu baris lagu yang berjudul World on Fire ini memberikan suatu gambaran yang berhubungan dengan tragedi:

“Aku melihat surga dan aku menemukan suatu panggilan; sesuatu yang dapat kulakukan untuk mengubah saat ini. Tetaplah tinggal di dekatku saat langit runtuh; aku tidak ingin ditinggalkan sendirian.”

Kita tidak sendirian dalam merindukan kembalinya Yesus, Juru Selamat kita. Saat kita menunggu, Dia selalu menemani kita. Seperti bumi, kita berseru dan meracau agar Allah membenahi banyak hal. Sebagai para pengikut-Nya kita dipanggil untuk menanti “dengan tekun” (ayat 25), walaupun berada di tengah ketidakpastian duniawi. Kelak semua ciptaan “akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah” (ayat 21).

Yesus mengatakan bahwa Dia akan selalu menyertai kita “sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20). Dan kita dapat memercayai janji-Nya -DB

29 November 2005

Kecelakaan atau Rancangan?

Nats : Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya (Mazmur 19:2)
Bacaan : Roma 1:18-20

Alkitab dibuka dengan pernyataan yang hebat ini: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kejadian 1:1). Alangkah sederhananya kata-kata itu. Namun makna yang dikandungnya begitu dalam !

Dyson Freeman, salah seorang ilmuwan brilian masa kini, pernah menulis bahwa hukum-hukum alam ditandai dengan “kesederhanaan dan keindahan matematis yang paling besar”.

Karena saya bukan seorang ilmuwan atau ahli matematika, saya terpesona dengan pernyataan tersebut. Jika tidak ada Sang Perancang-tidak ada Allah Pencipta-bagaimana mungkin alam semesta ini dapat menjadi sebuah sistem yang berjalan menurut hukum, dan ditandai dengan keindahan dan kesederhanaan? Saya bertanya-tanya, mengapa alam semesta kita tidak kacau?

Satu-satunya penjelasan yang masuk akal bagi saya atas semua ini adalah Allah yang tertulis dalam Alkitab. Seperti tertulis dalam Roma 1:20, “Sebab apa yang tidak tampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat tampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.”

Jika hanya kenyataan keberadaan Allah-lah yang mampu menjelaskan seluruh alam semesta ini, hal itu tentu benar juga untuk kehidupan kita. Kita bukanlah suatu makhluk yang muncul atas ketidaksengajaan, tetapi kita adalah makhluk yang dirancang oleh Pencipta yang memiliki kuasa dan hikmat tanpa batas. Carilah Dia dalam apa yang telah dirancang-Nya-Anda akan melihat-Nya di situ -VCG

27 Mei 2006

Cacing dan Buah

Nats : Semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram (1Timotius 4:4)
Bacaan : Ayub 37:14-19

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Allah membuat makhluk khusus, seperti nyamuk dan ular? Saya kerap kali bertanya-tanya tentang cacing. Mengapa Allah menciptakan binatang merayap yang menjijikkan itu?

Sebenarnya, cacing mempunyai fungsi yang sangat penting dan perlu. Amy Stuart, dalam bukunya The Earth Moved: On The Remarkable Achievements of Earthworms [Bumi Bergerak: Prestasi Cacing yang Luar Biasa] memaparkan bahwa dalam sekitar setengah hektar tanah terdapat cacing yang tak terhitung banyaknya sedang menggemburkan tanah. Kegiatan yang dilakukan dengan diamdiam dan tak terlihat itu mutlak diperlukan, sehingga apabila tidak ada cacing, maka tak akan ada tumbuh-tumbuhan.

Jadi, apa yang dapat kita pelajari dari cacing? Tidak saja pada alam, dalam hidup kita juga ada kekuatan-kekuatan tak terlihat yang sedang bekerja. Ada karya doa yang diam-diam dan tak terlihat dari mereka yang peduli pada kesejahteraan kita. Ada pekerjaan dari kedisiplinan jiwa kita sendiri, ketika kita berdoa dan merenungkan firman Tuhan. Dan ada pekerjaan penting dari Roh Kudus, yang menggemburkan gumpalan tanah jiwa kita dan menghasilkan di dalam hati kita buah-buah Kristus, yaitu "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran ..." (Galatia 5:22,23).

Dalam hidup kita dan dalam dunia ini, Allah pun memerintahkan banyak pengaruh yang tak terlihat namun menghasilkan buah. Entah itu melalui cacing yang hina atau mahkota ciptaan Allah–yakni umat manusia–ada begitu banyak pekerjaan yang dilakukan meski tak tampak oleh mata --VCG

30 Mei 2006

Melampaui Ketakjuban

Nats : Langit adalah buatan tangan-Mu (Mazmur 102:26)
Bacaan : Mazmur 19:1-7

Pada tahun 1977, Amerika Serikat meluncurkan roket ke angkasa. Di dalamnya ada kapal kecil bernama Voyager I, sebuah satelit yang diluncurkan ke angkasa untuk menjelajahi planet-planet. Setelah Voyager selesai mengirimkan kembali foto-foto dan data dari planet Jupiter dan sekitarnya, kapal itu tidak berhenti bekerja. Voyager masih tetap beredar.

Sampai hari ini, hampir 30 tahun kemudian, wahana kecil itu masih tetap beredar -- menempuh kecepatan 60.800 km per jam, dengan jarak sekitar 14,4 milyar km dari matahari. Sungguh luar biasa! Para ilmuwan cemerlang itu telah mengirimkan kapal sampai ke tepi tatasurya kita. Benar-benar mencengangkan. Benar-benar menakjubkan.

Namun, keberhasilan ini masih tergolong kecil bila dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan Allah. Kurang lebih seperti seseorang yang membual kepada sang arsitek Gedung Empire State bahwa ia sudah berjalan-jalan sampai ke lantai kedua gedung itu.

Kita nyaris belum mulai menjelajahi luasnya ciptaan Allah. Namun, setiap langkah kecil yang telah dicapai manusia di luar angkasa harus tetap membuat kita tunduk dalam kekaguman mutlak akan kuasa dan kreativitas Allah. Renungkanlah hal ini: Ketika kita meninggalkan satu bintang dengan mengendarai sebuah pesawat luar angkasa, Sang Pencipta bintang di angkasa itu "memanggil nama mereka sekaliannya" (Yesaya 40:26). Ya, Dialah yang menciptakan semua bintang itu.

Menjelajahi alam semesta memang menakjubkan. Namun, menjelajahi Allah yang menciptakan semuanya itu: sungguh luar biasa menakjubkan! --JDB

12 Juni 2006

Allah Lembut dan Perkasa

Nats : [Allah] menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka; Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya (Mazmur 147:3,4)
Bacaan : Mazmur 147:1-5

Allah memang mengenal dan menghitung bintang-bintang, tetapi Dia lebih memerhatikan Anda dan saya, sekalipun kita sudah rusak oleh dosa. Dia membalut hati kita yang hancur dengan kepekaan dan kebaikan, dan Dia membawa kesembuhan bagi jiwa kita yang terdalam. Kebesaran kuasa Allah merupakan wujud dari kebesaran hati-Nya. Kekuatan-Nya adalah ukuran dari kasih-Nya. Dia adalah Allah yang lembut sekaligus Allah yang perkasa.

Sang pemazmur mengatakan bahwa Allah "menentukan jumlah bintang-bintang" dan bahkan "menyebut nama-nama semuanya" (147:4). Apakah Dia akan lebih memedulikan bintang-bintang yang hanyalah benda mati, tetapi tidak memedulikan kita, yang memiliki citra-Nya? Tentu saja tidak. Dia mengetahui pergumulan kita saat kesepian, dan Dia peduli. Dia adalah Allah yang penuh perhatian.

Allah, dalam wujud Putra-Nya Yesus, memerhatikan seluruh penderitaan kita (Ibrani 2:18). Dia memahami dan tidak menghukum atau menghakimi saat kita gagal. Dia membungkuk dan mendengarkan seruan minta tolong kita. Dia dengan lemah lembut mengoreksi kita. Dia menyembuhkan lewat waktu dan dengan keterampilan yang luar biasa.

Suatu hari nanti bintang-bintang akan jatuh dari langit. Namun bukan bintang-bintang itu yang menjadi perhatian utama Allah, melainkan Anda! Dia "berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya" (Yudas 1:24). Dan Dia akan melakukannya! --DHR

23 Juni 2006

Raksasa di Laut Dalam

Nats : Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak (Kejadian 1:21)
Bacaan : Ayub 40:20-41:2

Ikan paus biru adalah hewan paling besar yang pernah hidup. Beberapa di antaranya memiliki panjang 30 meter dan beratnya dapat melebihi 175 ton. Ikan paus biru terbesar yang pernah diukur memiliki jantung yang besarnya sama dengan mobil Volkswagen!

Di kitab Kejadian kita membaca, "Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air" (1:21).

Pada saat Sang Pencipta menyatakan diri-Nya kepada Ayub di dalam masa penderitaannya, Dia menggunakan raksasa dari laut dalam, termasuk si "buaya yang misterius", untuk menggambarkan kekuasaan-Nya yang Ilahi, sifat-Nya yang tak terselidiki, dan karakter-Nya yang tak terbandingi.

"Baru saja melihat dia [buaya], orang sudah terbanting. Orang yang nekat pun takkan berani membangkitkan marahnya. Siapakah yang dapat bertahan di hadapan Aku? ... Apa yang ada di seluruh kolong langit, adalah kepunyaan-Ku" (Ayub 40:28-41:2).

Allah menggunakan ikan paus, buaya, dan seluruh raksasa di laut yang dalam untuk mengingatkan kita bahwa Dia sebagai Pencipta alam semesta sangatlah luar biasa (Roma 1:20). Dia yang menciptakan makhluk-makhluk raksasa yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia adalah seorang Pribadi yang melampaui kendali serta pemahaman kita.

Sebagaimana badai dan petir yang menakutkan membuat kita berdiri takjub akan Sang Pencipta, begitu pula seharusnya ikan paus biru. Segala ciptaan Allah menunjuk pada kuasa-Nya yang kekal --HDF

11 September 2006

Terbang Mundur

Nats : Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib (Mazmur 139:14)
Bacaan : Mazmur 139:7-16

Saya pernah membaca bahwa burung kolibri dapat terbang mundur, tetapi dengan sinis saya meragukannya. Maka, ketika istri saya menaruh wadah pakan kolibri di jendela dapur serta mengisinya dengan air gula, saya pun duduk sambil menikmati secangkir kopi untuk mengamati kebenarannya.

Tidak lama kemudian, burung-burung kolibri pun mulai berdatangan-jantan berleher merah dengan beberapa betina. Saya menyerah ketika berusaha mengamati sayap-sayap mereka saat mereka terbang. Saya hanya melihat sesuatu yang kabur. Saya terpesona oleh semangat makhluk-makhluk kecil tersebut ketika me-reka melesat naik-turun secepat anak panah, datang dan pergi, berebut lubang terbuka di wadah pakan dan saling mengusir.

Beberapa waktu kemudian, hanya seekor burung yang tersisa. Paruhnya yang panjang dan tipis mengisap cairan gula. Kemudian, ketika selesai, ia terbang lurus ke belakang, menanjak, dan akhirnya melesat hilang dari pandangan, di antara pepohonan.

Bagaimana ia melakukannya? Hanya Allah yang tahu. Pada ha-ri kelima penciptaan, pada saat membentuk ikan-ikan paus, hiu, kepodang, dan burung undan, Allah menciptakan kolibri dengan ke-mampuan terbang mundur yang menakjubkan-keajaiban kuasa-Nya.

Saya tidak memerlukan ilustrasi yang mengesankan itu untuk membuktikan keberadaan dan kebesaran Allah. Hal itu mengingatkan saya sekali lagi bahwa saya memiliki segala alasan untuk memuji Allah, karena "kejadianku dahsyat dan ajaib" (Mazmur 139:14) -DCE

25 Februari 2007

Merayakan Penciptaan

Nats : Di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi (Kol. 1:16)
Bacaan : Ayub 38:1-7

Di salah satu buku seri Narnia Chronicles karya C.S. Lewis yang berjudul Keponakan Penyihir, Digory dan Polly memakai cincin khusus agar bisa masuk ke alam lain. Mereka dibawa ke suatu tempat, di mana mereka bisa menyaksikan terbentuknya sebuah dunia baru. Dalam gelap, sebuah suara merdu mengiringi lahirnya bintang-bintang, disusul sinar mentari yang baru tercipta. Saat pagi, mereka melihat bahwa seekor singalah yang sedang bernyanyi. Seolah menjawab suaranya, rerumputan menyebar seperti karpet, dan pepohonan pun tumbuh dalam sekejap. Lalu berbagai hewan bermunculan di daratan. Ketika penciptaan Narnia selesai, Aslan, sang pencipta, mengaruniai hewan-hewan itu kemampuan berbicara, lalu mengadakan perayaan bersama semua makhluk ciptaannya.

Kemahiran Lewis dalam menggunakan simbolisme kristiani memberi perspektif segar kepada kita akan berbagai pertanyaan mengenai permulaan dunia kita. Dulu, alam semesta kita ini tidak ada. Tak ada benda, energi, maupun waktu. Lalu, Anak Allah berfirman dan terciptalah berbagai ciptaan seperti yang kita lihat saat ini (Yoh. 1:1-3). Para malaikat menanggapinya dengan puji-pujian yang menggema dari tempat-tempat kudus. Ayub memberi tahu kita bahwa di dasar-dasar bumi "bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama dan semua anak Allah bersorak-sorai" (Ayb. 38:4,7).

Saat malam penuh bintang, sudah selayaknya penyembahan yang dimulai oleh para malaikat bergema dalam hati kita demi kemuliaan Allah --HDF

Allah yang menciptakan cakrawala,
Dia juga menciptakan samudra,
Allah yang menempatkan bintang-bintang,
Kepadaku Dia peduli dan sayang. --Berg

7 Maret 2007

3 Dimensi di Bawah Laut

Nats : Allah menciptakan ... segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air (Kej. 1:21)
Bacaan : Ayub 40:20-41:2

Saya dan istri menonton film dokumenter 3 dimensi layar lebar tentang kehidupan laut. Kami memakai kacamata plastik yang menciptakan efek 3 dimensi dan kagum dengan kejutan-kejutan yang seakan terlontar dari layar ke arah kami.

Hiu-hiu pemangsa yang berbahaya tampak berenang mendekati kami. Banyak penyu raksasa berguling dan berputar-putar begitu dekat sehingga kami merasa dapat menjangkau dan menyentuh mereka. Suatu makhluk laut yang eksotis tampak menjuntaikan sesuatu seperti umpan di depan mulutnya untuk memikat ikan yang lebih kecil. Sang narator kagum karena bentuk-bentuk kehidupan yang menghasilkan batu-batu koral yang tak terjelaskan dengan kata-kata itu berkembang biak hanya dalam semalam tiap tahun. Selanjutnya, keturunan mereka mengikuti arus yang membawa mereka ke bagian samudra yang lain.

Sambil duduk saya berpikir, Bagaimana mungkin orang menganggap semua ini terjadi secara kebetulan? Sidik jari Sang Pencipta tampak pada setiap makhluk laut yang kami lihat! Sebagai orang kristiani, kita tahu bahwa waktu dan kesempatan yang bersifat kebetulan tak akan pernah menghasilkan berbagai makhluk laut yang dirancang sesempurna itu. Sebaliknya, kita menerima kesaksian dari firman Allah bahwa "Allah menciptakan ... segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air" (Kej. 1:21).

Semakin kita mempelajari kehidupan di dunia kita, semakin kita mengakui kekuatan Allah yang kekal dan menyembah-Nya sebagai Tuhan segala ciptaan (Rm. 1:20) --HDF

Kebesaran Tuhan tampak jelas
Di langit dan laut dan hutan luas;
Dan makhluk hidup kecil dan besar
Wujud ciptaan-Nya yang sungguh akbar. --D. De Haan

18 September 2007

Pesan dari Langit

Nats : Langit menceritakan kemuliaan Allah (Mazmur 19:2)
Bacaan : Mazmur 19

Populasi dunia saat ini telah mencapai lebih dari 6,6 miliar orang. Dan, tergantung pada daerah tempat kita tinggal, menikmati saat-saat hening sembari memandang langit yang tenang di malam hari menjadi semakin sulit kita rasakan. Akan tetapi, menurut perkataan penulis Mazmur 19, jika kita dapat menyelinap ke sebuah tempat di mana kita hanya bisa mendengar suara detak jantung kita sendiri dan memandang bintang yang bertaburan di langit, kita dapat mendengar pesan dari langit tersebut.

Dalam kesempatan seperti itu, kita dapat mendengar dengan pendengaran nurani kita kesaksian tanpa kata dari ciptaan Allah yang memesona.

Kita dapat mendengar langit "menceritakan kemuliaan Allah" (ayat 2). Kita pun dapat menyaksikan dengan rasa takjub ketika cakrawala "memberitakan pekerjaan tangan-Nya" (ayat 2).

Kita dapat mendengarkan ketika "hari meneruskan berita itu kepada hari" yang memenuhi benak kita dengan suatu kesadaran yang tidak mungkin keliru tentang ciptaan Allah yang sangat luar biasa (ayat 3).

Kita dapat mengagumi malam nan gelap saat langit menampakkan pekerjaan tangan Allah dengan keindahannya yang tak diragukan lagi (ayat 2,3).

Pencipta kita menyatakan, "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!" (Mazmur 46:11). Cara terbaik untuk melakukan hal ini adalah dengan meluangkan waktu untuk berada di tengah ciptaan-Nya sembari mengagumi pekerjaan tangan-Nya itu. Selanjutnya, kita akan tahu dengan pasti bahwa Dialah Allah! --JDB

5 November 2007

Batasan

Nats : [Allah] yang membuat pantai pasir sebagai perbatasan bagi laut (Yeremia 5:22)
Bacaan : Yeremia 5:20-29

Tidak ada tahun yang berlalu tanpa bencana alam yang menyebabkan kekacauan di suatu tempat di dunia ini. Banjir, badai, dan tsunami menghancurkan kehidupan, rumah-rumah, dan sumber penghidupan.

Tak seorang pun berpendapat bahwa laut memiliki "hak" untuk melanggar batas yang ditetapkan dan menerjang garis pantai. Sebenarnya, semua orang setuju bahwa bencana akan muncul jika laut melanggar garis pantai. Allah sendiri telah "membuat pantai pasir sebagai perbatasan bagi laut" (Yeremia 5:22).

Allah juga menetapkan batas-batas untuk perilaku manusia. Namun, tak ada hari berlalu tanpa pelanggaran yang tak terhitung banyaknya terhadap perintah-Nya. Dan, itu semua menyebabkan kerusakan fisik dan rohani. Yang mengherankan, kita sering berpendapat bahwa kita memiliki "hak" untuk melanggar batas-batas ini.

Pada zaman Nabi Yeremia, umat Allah juga telah melanggar batas. Mereka menggunakan tipu daya untuk menjadi kaya dan menolak untuk membela orang-orang miskin (5:27,28). Akibatnya adalah bencana. Allah berkata, "Dosamu menghambat yang baik dari padamu" (ayat 25).

Dalam diri setiap ciptaan Allah, terdapat suatu tatanan yang sudah melekat sejak awal. Melanggar tatanan berarti menanggung konsekuensi yang melekat pada pelanggaran itu. Allah dalam kebaikan-Nya, dengan penuh kasih dan dalam cara yang mudah dipahami, mengomunikasikan tantanan tersebut kepada kita supaya kita bisa menghindari akibatnya. Mengetahui dan tinggal dalam batas-batas yang telah ditetapkan-Nya adalah tindakan yang bijaksana --JAL

13 November 2007

Kita Berharga

Nats : Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12)
Bacaan : Mazmur 8

Dalam sebuah pidato sambutan yang ditujukan kepada para wisudawan di Miami University, seorang kolumnis bernama George Will menunjukkan statistik yang membuat kita merasa tidak berarti. Ia menunjukkan bahwa "matahari yang dikitari Bumi adalah salah satu dari kemungkinan 400 miliar bintang di galaksi Bima Sakti, yang merupakan galaksi kecil jika dibandingkan dengan galaksi lainnya." Ia menambahkan, "Kemungkinan terdapat 40 miliar galaksi di alam semesta yang masih belum terungkap. Jika semua bintang di alam semesta hanya sebesar kepala peniti, maka semua bintang itu baru bisa ditampung di suatu tempat yang ukurannya 3 miliar kali lebih besar dari ukuran stadion football Orange Bowl di Miami."

Ada sisi positif dari semua data yang sedemikian hebat itu. Allah, yang menciptakan dan menopang alam semesta yang dipenuhi bintang dan luasnya tak bisa dipahami itu, mengasihi kita. Dan, Dia tidak hanya mengasihi umat manusia sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari miliaran orang. Namun, Dia mengasihi kita secara pribadi. Apa yang dikatakan Rasul Paulus mengenai dirinya juga berlaku bagi kita masing-masing dalam keadaan kita yang tidak berarti apa-apa: Kristus "mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku" (Galatia 2:20).

Secara astronomi, kita ini tidak penting. Akan tetapi, kita ini adalah objek kesayangan dari kepedulian Allah. Meskipun kita tidak memiliki alasan untuk berbangga, kita bersyukur kepada Allah karena cinta-Nya secara pribadi kepada kita dinyatakan melalui salib Kalvari --VCG

17 Januari 2008

Mak Nyus!

Nats : Ucapkanlah syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu (1Tesalonika 5:18)
Bacaan : 1Tesalonika 5:12-22

Keluaran 1

Berikut ini adalah kisah Benny & Mice di kolom kartun Kompas Minggu. Benny dan Mice sedang berada di warung. Sambil menikmati makanan, mereka berdua terdengar heboh memberi komentar dan saling menyahut. "Hmm, ini pas asinnya, renyahnya. Hmm, rasanya mak nyus...." Ini membuat tamu yang lain penasaran. Namun, saat mengetahui apa yang mereka makan, mereka jadi marah. Sebab ternyata mereka hanya makan kerupuk dan minum es teh manis! [Istilah mak nyus dipopulerkan oleh Bondan Winarno di acara televisi Wisata Kuliner untuk melukiskan betapa nikmatnya suatu makanan-Red].

Bila direnungkan, bukankah sesungguhnya Benny dan Mice menunjukkan sikap yang bersyukur? Jika boleh meminjam satu slogan iklan, maka seolah-olah mereka berkata, "Apa pun makanannya, ucapannya puji Tuhan!" Namun, harus diakui bahwa banyak orang di lingkungan kita sekarang ini kerap kali mengeluh, tidak pernah merasa puas, dan kurang menghargai apa yang sudah dimiliki. Kaya materi, tetapi jiwanya miskin.

Rasul Paulus menasihati jemaat di Tesalonika untuk selalu bersukacita, berdoa, dan mengucap syukur. Sebab itulah yang dikehendaki Allah. Mengucap syukur bukan hanya saat kita menerima berkat, tetapi dalam segala hal; baik dalam kekurangan maupun kelimpahan. Kuncinya adalah menerima dan menikmati apa yang ada, bukan apa yang tidak ada. Dari situ hidup kita akan dipenuhi rasa syukur. Mari kita belajar untuk senantiasa mengucap syukur dalam keadaan apa pun; entah baik atau buruk, entah enak atau tidak enak. Selamat bersyukur! --ENO

6 Maret 2008

Bertobat Setiap Hari

Nats : ... lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati." Demikianlah dilakukan Ayub (Ayub 1:5)
Bacaan : Ayub 1:1-5

Ada orang-orang yang mengalami "pertobatan besar", yakni mereka yang mengalami perubahan radikal dalam hidupnya. Misalnya, Zakheus (Lukas 19:1-10); yang tadinya seorang pendosa, menjadi pengikut Kristus yang taat. Atau, Paulus (Kisah Para Rasul 9:1-19); yang tadinya pembenci kekristenan, menjadi seorang pekabar Injil yang gigih. Namun, setelah perubahan yang demikian drastis, ternyata mereka tidak serta merta menjadi orang suci dan tidak bercela lagi. Sebab, bagaimanapun kita tetap makhluk yang terbatas dan penuh kelemahan. Tidak lepas dari dosa. Entah dosa dalam perbuatan, atau dalam pikiran dan perasaan. Entah dosa "aktif", atau dosa "pasif". Seperti kata Yakobus, "Jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa" (Yakobus 4:17). Karena itu, kita perlu selalu "bertobat setiap hari".

Dalam Perjanjian Lama, pertobatan diwujudkan dalam persembahan korban bakaran. Seperti yang dilakukan Ayub untuk anak-anaknya. Setiap pagi, setelah mereka mengadakan pesta keluarga, ia mempersembahkan korban bakaran untuk mereka. "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati," begitu Ayub berpikir (Ayub 1:5).

Pada zaman sekarang, pertobatan tidak lagi diwujudkan dalam rupa persembahan korban, tetapi dalam tiga langkah ini: kesadaran, penyesalan, dan tindakan untuk berbalik. Ketiganya merupakan kesatuan. Sadar saja tidak cukup kalau tidak diiringi penyesalan. Dan, penyesalan perlu diiringi tindakan berbalik; menjauhi dosa dan tidak melakukan dosa itu lagi -AYA

22 Maret 2008

Tanda Tamat

Nats : Manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa (Roma 6:6)
Bacaan : Roma 6:1-14

Saat lulus SMA, ijazah yang saya terima bertuliskan "Surat Tanda Tamat Belajar". Saya sudah tamat belajar? Tamat bisa diartikan lulus, tuntas, selesai, habis, atau bisa juga mati. Wah, apa tidak salah? Sebenarnya kata ini tidak sepenuhnya salah. Setiap saat kita memang harus tamat atau mati, karena kematian adalah awal kehidupan baru. Jadi, rupanya maksud dari "Tanda Tamat Belajar" adalah bahwa siswa sudah mati sebagai pelajar SMA, lalu naik ke jenjang pendidikan lebih lanjut. Dari satu tahap kehidupan ia harus meneruskan ke tahap kehidupan yang lain.

Ijazah adalah sebuah tanda. Baptisan juga memberi "tanda kematian" kepada kita. Kita dibaptis dalam kematian-Nya (ayat 3), sebagai tanda hidup baru bersama Yesus. "Tanda tamat" manusia lama yang telah disalibkan, "supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar kita jangan menghambakan diri lagi kepada dosa" (ayat 6). Kematian Yesus adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selamanya (ayat 10). Jadi, kematian-Nya juga mematikan kehidupan lama kita, yang dalam kitab Efesus disebut Paulus sebagai hidup dengan "kekerasan hati" (Efesus 4:18) atau "menyerahkan diri kepada nafsu yang menyesatkan" (ayat 19). Entah itu berdusta, marah, mencuri, berkata kotor, berkata kosong, berlaku sembrono, memfitnah, meng-hina, bertikai, dan segala bentuk kelaliman yang lain.

Setelah kita diberi "tanda tamat" oleh kematian-Nya, mari kita siapkan diri untuk menjalani hidup baru dalam terang Kristus, bahkan untuk berbuah kebaikan, keadilan, dan kebenaran. Mari jagai hidup kita agar tidak menyerah dan menjadi senjata kelaliman. Agar diri kita sungguh mati terhadap dosa, setiap saat! -AGS

6 April 2008

Melayani Sampai Akhir

Nats : Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah (1Petrus 4:10)
Bacaan : 1Petrus 4:7-11

Petrus memang bukan Paulus. Ia hanya menulis sebagian kecil dari Perjanjian Baru. Akan tetapi surat-suratnya sangat penting karena ditujukan bagi semua gereja yang saat itu sudah "mengglobal", jadi pasti baik juga bagi kita sekarang.

Ia membuka perikop kita dengan nada serius, "Kesudahan segala sesuatu sudah dekat." Saya yakin ia ingat benar jawaban Yesus dalam Kisah Para Rasul 1: 7,8; yakni bahwa kita tak perlu membuang banyak waktu dan energi untuk mendugaduga kapan akhir zaman itu. Itu bukan urusan kita. Namun karena saat itu tidak diketahui kapan datangnya, hendaknya kita memulai hidup setiap hari dengan bersiap sedia. Mungkin hari ini Dia akan datang kembali. Jika malam tiba dan Dia belum juga datang, berdoalah agar ketika Dia datang kita tetap dan selalu siap!

Selanjutnya, Petrus meminta agar dalam menanti kedatangan-Nya, masing-masing kita terus melayani Tuhan dengan cara melayani sesama (Matius 25:40). Kita tak boleh berdalih tak dapat melayani karena kita sudah diberi karunia. Walaupun demikian kita tak boleh memaksakan diri untuk melayani pada bidang yang tidak sesuai karunia atau dengan mengandalkan kekuatan sendiri.

Kita diberi karunia, bukan untuk dipendam atau disembunyikan (Matius 25:24-30). Sebaliknya, karunia itu harus dimanfaatkan selagi kita masih dapat berjuang untuk memberikan pertanggung-jawaban yang baik kepada sang Pemberi karunia. Perhatikan juga anak kalimat kecil yang terus diulang Petrus: layanilah "seorang akan yang lain." Selamat melayani; banyak orang menanti pelayanan Anda! -CC

22 April 2008

Perempuan yang Melayani

Nats : Beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat .... Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan harta milik mereka (Lukas 8:2,3)
Bacaan : Lukas 8:1-3

Seorang rekan pendeta dari Myanmar berkata bahwa di negerinya perempuan tidak diperbolehkan memimpin gereja. Jangankan menjadi pendeta, menjadi penatua di gereja pun tidak lazim. Demi melestarikan budaya patriarkat ini, warga gereja memakai ayat Alkitab. Perkataan Paulus bahwa "perempuan harus berdiam diri" dijadikan dasar pembenaran. Padahal faktanya, potensi dan peran perempuan sangat besar dalam gereja.

Lukas menceritakan, ketika Yesus dan para murid melayani, sekelompok perempuan mendukung mereka. Memang mereka tidak tampil di panggung. Perannya tak terlihat, tetapi sangat menentukan. Di situ ada Maria Magdalena. Setelah dipulihkan dari masa lalu yang gelap, ia memberi hidupnya untuk melayani Tuhan. Ada juga istri pejabat bernama Yohana. Dengan kekayaannya, ia berusaha mencukupi kebutuhan rombongan Yesus. Para perempuan ini memakai kemampuan dan bakat mereka untuk melayani Tuhan. Bahkan, saat Yesus disalib dan para murid melarikan diri, mereka justru bertahan. Mendampingi Yesus sampai mayat-Nya dibaringkan (Lukas 23:49,55). Ketika Yesus bangkit, merekalah yang pertama melihat-Nya dan menjadi saksi kunci kebangkitan-Nya (Lukas 24:10). Melalui merekalah berita Paskah tersebar ke mana-mana!

Dewasa ini, peran perempuan tak kalah pentingnya dalam hidup bergereja. Karena para suami sibuk di tempat kerja, para istrilah yang punya kepedulian tinggi terhadap pelayanan gereja. Mengurus konsumsi. Melawat yang sakit dan berduka. Mengatur rumah tangga gereja. Bahkan, memimpin jemaat. Sungguh, peran perempuan tak boleh dipandang sebelah mata -JTI

19 Juli 2008

Beban Dosa Asal

Nats : Jadi, jika aku melakukan apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang melakukannya, tetapi dosa yang tinggal di dalam aku (Roma 7:20)
Bacaan : Roma 7:14-25

Sebuah penelitian menunjukkan, anak-anak muda di Jepang memiliki kondisi psikologis mudah merasa bersalah, kerap meminta maaf, dan mudah menyesal karena hal-hal sepele. Semuanya ini bermula ketika rakyat Jepang merasa sangat bersalah karena bangsanya dianggap sebagai pencetus tragedi kemanusiaan dalam Perang Dunia II. Sejak saat itu, beban "dosa asal" tersebut disosialisasikan ke dalam setiap tingkatan masyarakat. Dari usia yang sangat muda, orang Jepang sudah dikenalkan pada budaya trauma itu, salah satunya dengan sikap meminta maaf sambil membungkukkan punggungnya dalam-dalam. "Dosa turunan" ini terus diwariskan sampai banyak generasi berikutnya tanpa ada penyelesaian yang melegakan.

Serupa dengan dosa asal di atas, setiap anak lahir ke dunia tanpa dapat menolak dosa asal Adam yang pertama melekat pada dirinya (Roma 5:15). Tanggungan dosa itu mengikat si anak sehingga sekalipun ia ingin melakukan yang baik, ternyata yang buruklah yang ia perbuat (7:19). Kecenderungan untuk berbuat dosa ini bisa membelenggu si anak hingga akhir hayatnya; dan menjadi masalah yang tak terselesaikan, jika tak ada orang yang membawanya kepada Kristus yang sanggup menyelamatkan jiwanya (ayat 24,25).

Kita mungkin menurunkan dosa asal kepada anak-anak, tetapi Yesus telah mengulurkan tangan-Nya yang berlubang paku untuk mematahkan belenggu dosa itu. Dialah satu-satunya Pribadi yang dapat memberi kelepasan kekal. Bersegeralah membawa anak-anak kita kepada Kristus! -AW

21 Agustus 2008

Meninggalkan Kemapanan

Nats : Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya bahwa ia akan menjadi bapak banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan (Roma 4:18)
Bacaan : Kejadian 12:1-4

Setelah lebih dari 25 tahun mengabdi, Pak Riko dimutasi oleh atasannya dari kantor pusat di Jakarta ke kantor cabang di Palangkaraya. Pak Riko panik. Baginya hanya ada dua pilihan: mutasi atau berhenti. Pindah ke tempat baru sungguh tak terbayangkan. Ia sudah mapan. Seluruh keluarganya ada di Jakarta. Istri dan keempat anaknya juga sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta. Pindah tempat berarti harus memulai lagi semuanya dari nol.

Meninggalkan kemapanan hidup memang bukan perkara mudah. Ketika Abram dipanggil Tuhan untuk meninggalkan negerinya, ia pun pasti bergumul berat. Pada usia 75 tahun, Abram tentu sudah sangat mapan. Sudah menyatu dengan lingkungan Ur-Kasdim. Lantas, mengapa Tuhan menyuruhnya pergi jauh? Rupanya Abram hidup dalam lingkungan penyembah "allah lain" (Yosua 24:2). Keluarga dan masyarakatnya menyembah dewa-dewi Babel. Setelah Abram beriman, Tuhan memintanya pergi membangun sebuah generasi baru yang takut akan Tuhan. Ada janji yang indah: dari Abram akan lahir bangsa yang besar. Namun janji itu baru terwujud jika ia berani meninggalkan kemapanan. Akhirnya Abram berangkat juga. Apa dasarnya? Iman! Imanlah yang memberanikan orang menerobos kemapanan.

Ada saat dalam hidup di mana kita perlu meninggalkan zona nyaman. Misalnya, saat pindah kerja, membuka bisnis baru, memasuki pernikahan, atau saat kita kehilangan apa yang kita andalkan. Jika saat itu tiba, jangan takut melangkah. Jangan menunggu sampai semua sudah tampak pasti, baru bertindak. Beriman berarti memberanikan diri melangkah dengan terus melihat ke mana Tuhan akan memimpin -JTI

26 September 2008

Taste

Nats : Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang (Matius 5:13)
Bacaan : Matius 5:13-16

Rasa membuat makanan dicari dan dikenang orang, Entah itu pedasnya rica-rica, masamnya mangga muda, manisnya coklat, pahitnya kopi, atau asinnya sayur asin. Manusia menyukai makanan yang punya taste (rasa). Kita tidak suka makanan yang hambar, kecuali terpaksa bila sedang sakit. Taste, walaupun hanya sampai di ujung lidah tetapi menjadi sesuatu yang sangat penting.

Matius 5:13 juga berbicara tentang taste. Tuhan Yesus menyampaikan bahwa para murid-Nya harus memiliki taste di dunia ini, sehingga kehadiran mereka dirasakan dan dikenang oleh orang lain. Orang kristiani yang yang tidak punya taste ibarat garam yang kehilangan rasa alias tidak ada gunanya. Perkataan itu keras dan begitu tajam, tetapi itulah panggilan yang kita terima dari Tuhan sebagai anak-anak-Nya. Harus memiliki taste supaya kehadiran kita dapat dirasakan dan dikenang oleh orang lain.

Oleh sebab itu, hal yang harus selalu kita tanyakan kepada diri kita sendiri, di mana pun kita berada, entah di rumah, sekolah, tempat kerja, gereja atau lingkungan masyarakat adalah "apakah arti kehadiran kita sebagai orang kristiani sudah dapat mereka rasakan? Atau jangan-jangan ada dan tidak adanya kita tidak ada bedanya?" Ingat, Tuhan memanggil kita supaya berguna bagi orang lain. Membuat lingkungan lebih baik. Membawa terang. Memberi sukacita. Menjadi berkat. Jadi mari berdoa sambil terus berusaha untuk menjadi seperti sebuah lagu yang sering kita nyanyikan, "Jadikan aku saluran berkat-Mu". Bila setiap kita menjadi saluran berkat, maka dunia pun akan merasakan "nikmatnya" taste kehadiran anak-anak Tuhan -RY



TIP #25: Tekan Tombol pada halaman Studi Kamus untuk melihat bahan lain berbahasa inggris. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA