Topik : Pembawa Damai
Mengubur Kepala Kita
Nats : Kalaupun seseorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut (Galatia 6:1)
Bacaan : 2Samuel 12:1-14
Berbeda dengan kepercayaan umum, burung unta tidak mengubur kepalanya di dalam pasir untuk mengabaikan bahaya. Seekor burung unta dapat berlari dengan kecepatan 72 km/jam, menendang dengan kuat, dan mematuk dengan ganas. Sebagai burung terbesar dan tercepat di dunia, ia tidak perlu mengubur kepalanya.
"Mengubur kepala Anda di dalam pasir" adalah ungkapan yang menggambarkan seseorang yang ingin mengabaikan kekurangan dirinya atau orang lain. Nabi Natan tidak membiarkan Raja Daud melupakan dosa perzinaan dan pembunuhan yang dilakukannya (2Samuel 12:1-14). Dibutuhkan seorang yang berani untuk menegur seorang raja tentang kesalahannya. Namun, Natan taat kepada Allah dan bijaksana di dalam pelaksanaannya.
Rasul Paulus mendorong gereja mula-mula untuk melawan dosa. Ia berkata, "Kalaupun seseorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan" (Galatia 6:1). Kita harus menegur saudara-saudari kita di dalam Kristus mengenai dosa mereka dengan maksud memulihkan persekutuan mereka dengan Allah. Kita pun harus menyadari bahwa kita tidak kebal terhadap godaan yang sama.
Tentu saja kita tidak boleh mencari-cari dosa di dalam kehidupan orang percaya lainnya. Akan tetapi, kita juga tidak boleh "mengubur kepala kita di dalam pasir" apabila dosa itu memang perlu ditegur --AL
Tarik Tambang
Nats : Sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan (Filipi 2:2)
Bacaan : Filipi 2:1-4; 4:1-3
Sebuah perguruan tinggi di daerah kami memiliki upacara tahunan yang menarik, yaitu tarik tambang. Dua tim berlatih dan mempersiapkan diri untuk bersama-sama menarik ujung tali mereka guna memenangkan kompetisi dan menghindari galian lumpur di tengah-tengah mereka serta berhak menyombongkan diri selama setahun ke depan. Kompetisi itu menyenangkan, namun dapat menjadi menegangkan.
Sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus, kita kerap kali menghadapi tantangan dalam belajar bagaimana caranya agar dapat "menarik" bersama-sama. Kepentingan diri, agenda pribadi, dan pergumulan kekuasaan dapat menjadi penghalang bagi pelayanan yang tulus serta karya Kristus.
Begitulah kejadiannya di dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi, di mana ia harus memohon kepada Euodia dan Sintikhe supaya "sehati sepikir" (4:2). Gesekan pribadi di antara mereka menciptakan batu sandungan bagi pelayanan rohani mereka, dan "tarik tambang" mereka membahayakan hidup gereja.
Paulus memohon agar mereka menarik bersama-sama dan bekerja untuk menghormati Sang Tuan. Permohonan tersebut berlaku juga bagi kita hari ini. Saat kita merasa jauh dari rekan-rekan kita sesama orang percaya, kita harus mencari kesamaan dalam Juru Selamat.
Gereja bukanlah tempat untuk "bertarik tambang". Kita harus bekerja sama bagi kemajuan kerajaan Allah. Dia dapat memakai kita melalui cara-cara yang indah jika kita mengesampingkan perbedaan pribadi kita dan menarik "tali" itu bersama-sama --WEC
Tembok yang Menyatukan
Nats : Tetapi kami terus membangun tembok ... karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati (Neh. 4:6)
Bacaan : Nehemia 4:1-3
Tembok bersifat memisahkan. Itulah tujuan membangun tembok. Tembok Besar Tiongkok dibangun untuk menangkal suku-suku perampok. Barisan pertahanan yang luar biasa itu terbentang sejauh 6.400 kilometer di sepanjang Asia, dan sebagian besar bagiannya masih berdiri hingga kini. Sebaliknya, Tembok Berlin bukannya menahan orang-orang supaya tidak masuk, melainkan menahan orang-orang supaya tidak keluar. Itu sebabnya, penghancuran Tembok Berlin tahun 1989 dirayakan bersama-sama oleh rakyat dengan penuh sukacita.
Berabad-abad lalu, sebuah tembok telah dibangun untuk menyatukan rakyat. Allah telah memerintah Nehemia membangun kembali tembok yang mengelilingi Yerusalem. Tembok ini penting sebagai perlindungan, tetapi tembok ini hancur saat penyerbuan bangsa Babilonia. Namun, para musuh bangsa Yahudi menentang proyek pembangunan kembali itu dan berusaha menghalangi usaha mereka (Neh. 4:7,8). Sementara sebagian orang membangun, yang lainnya berjaga-jaga untuk melindungi.
Selain melindungi, tembok ini merupakan perwujudan kerja tim dan persatuan (Neh. 3). Seluruh anggota tim membawa bakat dan keterampilan masing-masing, lalu menggabungkannya untuk meraih sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang dapat mereka capai sendirian.
Seharusnya, itulah yang terjadi dalam gereja sekarang. Bakat kita merupakan karunia dari Allah untuk membangun kerajaan-Nya. Kita dapat bekerja lebih baik jika bekerja bersama-sama --CHK
Allah membangun gereja-Nya dengan berbagai batu
Dan mencocokkannya satu demi satu;
Segala bentuk dan ukuran tertata pada tempatnya
Sampai bangunan gereja tegak perkasa. --Sper
Prakarsa Tuhan
Nats : Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN" (1Samuel 1:20)
Bacaan : 1Samuel 1:1-20
Setelah menikah hampir dua tahun, seorang istri akhirnya mengandung anak pertamanya. Namun, dokter mendiagnosa kandungannya bermasalah. Kemungkinan kelak anaknya akan lahir dengan "kelainan", kecuali terjadi mukjizat. Kemudian ia dan suaminya tekun berdoa serta berpuasa. Mereka memohon agar anak mereka lahir sehat walafiat. Ketika tiba saatnya sang istri melahirkan, ternyata anaknya menderita autis. "Kami sudah berusaha dan berdoa. Kalau Tuhan memberikan anak ini dalam keadaan demikian, tentu Dia sudah mempertimbangkan yang terbaik buat kami," kata mereka.
Suami istri itu kemudian tekun mempelajari segala hal tentang autisme-lewat buku, majalah, internet, dan seminar, hingga mereka menjadi banyak tahu tentang autisme. Mereka kerap diminta bersaksi di gereja dan menjadi tempat bertanya bagi banyak pasangan yang memiliki anak dengan "kebutuhan khusus". Mereka tak pernah menyesal anaknya menderita autis.
Kelahiran anak adalah prakarsa Tuhan. Manusia boleh berencana dan berusaha, tetapi Sang Penentu adalah Tuhan sendiri. Hana, istri Elkana, bergumul keras untuk memperoleh keturunan. Tuhan kemudian memenuhi permohonannya. Lahirlah Samuel, yang kelak menjadi salah satu tokoh penting dalam Perjanjian Lama.
Tuhan memberikan anak dengan pertimbangan matang. Tidak mungkin Dia memberikan anak dengan sembarangan. Tuhan pasti punya rencana yang baik untuk setiap anak yang Dia izinkan lahir ke dalam dunia, bagaimanapun keadaannya. Maka baiklah kita menyambut setiap anak yang lahir dengan iman, dengan rasa syukur, dan dengan kasih sayang -AYA