Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yun 1:17
Full Life: Yun 1:17 - DATANGLAH SEEKOR IKAN BESAR MENELAN YUNUS.
Nas : Yun 1:17
Allah menyediakan seekor ikan besar, mungkin ikan paus yang besar,
untuk menyelamatkan nyawa Yunus. Secara ajaib Allah memelihar...
Nas : Yun 1:17
Allah menyediakan seekor ikan besar, mungkin ikan paus yang besar, untuk menyelamatkan nyawa Yunus. Secara ajaib Allah memelihara Yunus tetap hidup selama tiga hari dalam perut ikan.
- 1) Orang tidak percaya di dunia dan para guru palsu dalam gereja telah menolak mukjizat ini, dan menyebutnya khayalan. Akan tetapi, Yesus memandangnya sebagai fakta sejarah; Ia memakai peristiwa Yunus di dalam ikan itu untuk menggambarkan kematian, penguburan, dan kebangkitan-Nya sendiri (lih. Mat 12:39-41).
- 2) Dengan kata lain, Yesus menempatkan pengalaman Yunus dalam perut
ikan besar itu dalam kategori yang sama dengan kematian dan
kebangkitan-Nya. Yesus menerimanya sebagai mukjizat dari Allah yang
terjadi sesuai dengan rencana-Nya dalam sejarah penebusan. Bagi semua
orang percaya sejati, hal itu seharusnya menyelesaikan soal mengenai
kebenaran peristiwa ini (juga
lih. Pendahuluan kitab ini).
Dalam naskah Ibrani ayat ini membuka bab 2
Jerusalem: Yun 1:17 - ikan besar Mengenai ikan itu serta mujizat-mujizat yang tertimbun-timbun dalam kitab Yunus bdk Pengantar.
Mengenai ikan itu serta mujizat-mujizat yang tertimbun-timbun dalam kitab Yunus bdk Pengantar.
Ref. Silang FULL -> Yun 1:17
Ref. Silang FULL: Yun 1:17 - atas penentuan // menelan Yunus · atas penentuan: Yun 4:6,7
· menelan Yunus: Mat 12:40; 16:4; Luk 11:30
· atas penentuan: Yun 4:6,7
· menelan Yunus: Mat 12:40; 16:4; Luk 11:30
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yun 1:11-17
Matthew Henry: Yun 1:11-17 - Yunus Menyatakan Hukumannya Sendiri; Yunus Dibuang ke Laut; Yunus di Dalam Perut Ikan Yunus Menyatakan Hukumannya Sendiri; Yunus Dibuang ke Laut; Yunus di Dalam Perut Ikan (1:11-17)
Jelaslah bahwa Yunus adalah penyebab celaka yan...
Yunus Menyatakan Hukumannya Sendiri; Yunus Dibuang ke Laut; Yunus di Dalam Perut Ikan (1:11-17)
- Jelaslah bahwa Yunus adalah penyebab celaka yang menimpa mereka, tetapi pengakuannya tidaklah cukup untuk menjawab tuntutan dari angin ribut ini. Mereka telah mendapati dia, tetapi masih ada lagi yang harus dilakukan, sebab laut semakin bergelora (ay. 11), dan lagi (ay. 13), semakin bergelora. Sebab jika kita mendapati dosa sebagai penyebab masalah kita, dan tidak meninggalkannya, maka kita akan membuatnya lebih buruk. Oleh karena itu mereka bertanya lagi kepada Yunus.
- I. Mereka bertanya kepada Yunus apa yang harus mereka lakukan dengan dirinya (ay. 11): Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda? Mereka merasa bahwa Yunus adalah seorang nabi TUHAN, dan karenanya tidak mau melakukan apa pun, tidak, tidak dalam kasusnya, tanpa bertanya langsung kepadanya. Ia tampak seperti seorang yang nakal, tetapi tampak pula sebagai seorang yang menyesali perbuatannya, dan karenanya mereka tidak akan mendesak dia, atau memperlakukannya dengan kasar
- Perhatikanlah, Kita harus bertindak dengan sangat lemah lembut terhadap orang-orang yang terperangkap dalam kesalahan dan menderita sebagai akibatnya. Mereka tidak mau melempar dia ke laut, jika dia dapat memikirkan cara lain yang lebih baik untuk menyelamatkan kapal. Atau, mungkin mereka mau menunjukkan betapa jelas duduk perkaranya, sehingga tidak ada jalan keluar kecuali dia harus dilempar keluar dari kapal. Biarlah dia menjadi hakimnya sendiri seperti halnya dia sendiri yang menjadi penuduh diri sendiri, dan biar dia sendiri yang mengatakannya. Perhatikanlah, ketika dosa telah menimbulkan badai, dan membuat kita berada di bawah tanda ketidaksenangan Allah, maka kita harus prihatin untuk bertanya apa yang harus kita lakukan supaya laut dapat menjadi tenang. Dan apa yang harus kita lakukan? Kita harus berdoa dan percaya, ketika kita berada di dalam badai, dan berusaha untuk menjawab tujuan mengapa badai tersebut dikirim, maka badai akan menjadi tenang kembali. Namun secara khusus kita harus mempertimbangkan apa yang harus dilakukan terhadap dosa yang menimbulkan badai. Dosa itu harus ditemukan dan dengan sungguh-sungguh mengakuinya. Hal itu harus dibenci, dilepaskan, dan ditinggalkan. Tidak ada lagi urusanku dengan dosa itu! Salibkanlah dosa, salibkanlah dosa, karena kejahatan yang dilakukannya.
- II. Yunus menyatakan hukumannya sendiri (ay. 12): Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut. Ia sendiri tidak mau melompat ke laut, tetapi menyerahkan diri ke dalam tangan mereka, untuk mencampakkan dia ke dalam laut, dan meyakinkan mereka bahwa setelah itu laut akan menjadi reda, dan bukan sebaliknya. Ia mengusulkan hal ini, dalam kelemahlembutan kepada awak kapal, supaya mereka tidak akan menderita karena dirinya. “Biarlah kiranya tangan-Mu menimpa aku” (kata Daud, 1Taw. 21:17), “Aku yang bersalah. Biarlah aku yang mati karena dosaku, tetapi janganlah yang tak bersalah menderita karenanya.” Inilah bahasa dari seorang petobat yang sejati, yang dengan sungguh-sungguh tidak ingin orang lain selain dirinya sendiri yang menanggung derita karena dosa dan kebodohannya. Ia bermaksud juga untuk memasrahkan diri kepada kehendak Allah, yang telah mengirim angin ribut ini untuk mengejarnya. Dan karenanya menghukum diri untuk dibuang ke dalam laut, karena dia dengan jelas melihat bahwa Allah yang menghukumnya, supaya dia tidak dihukum oleh TUHAN kepada penderitaan kekal. Perhatikanlah, orang yang dengan sungguh-sungguh merendahkan diri karena dosa akan dengan sukarela menyerahkan diri kepada kehendak Allah, bahkan jika dihukum mati sekalipun. Yunus melihat hal ini menjadi hukuman atas pelanggarannya, dan dia menerimanya, menundukkan diri, dan membenarkan Allah di dalamnya. Tidak peduli kendati daging dihancurkan, tidak peduli bagaimana tubuh dihancurkan, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan (1Kor. 5:5). Alasan yang diberikannya adalah, “Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu.” Lihatlah betapa siapnya Yunus menanggungkan semua kesalahan ke atas dirinya, dan memandang semua masalah sebagai kesalahannya: “Semuanya murni karena aku, yang telah berdosa, sehingga angin ribut ini menimpa kalian. Karena itu lemparkan aku ke dalam laut.” Sebab,
- 1. “Aku pantas menanggungnya. Aku bersalah telah pergi jauh dari Allahku, dan ini adalah tanggung jawabku bahwa Ia marah dengan kalian. Aku sungguh tidak pantas untuk menghirup udara, yang karena aku, telah dikacaukan oleh angin, untuk tinggal di dalam kapal yang karena aku telah diempaskan. Lemparkan aku ke dalam laut. Lemparkan aku ke dalam laut menyusul barang-barang yang demi aku telah kalian buang. Tenggelam masih terlalu baik bagiku. Satu kali kematian adalah hukuman yang terlalu kecil bagi sebuah kesalahan yang rumit.”
- 2. “Oleh karena itu tidak ada jalan untuk membuat laut tenang. Jika akulah yang menimbulkan badai, maka bukan dengan membuangsbarang-barang ke dalam laut yang akan membuatnya tenang. Tidak, kalian harus membuang aku ke sana.” Ketika kesadaran dibangkitkan, dan badai muncul di sana, tidak ada yang dapat menenangkannya kecuali berpisah dengan dosa yang menimbulkan gangguan itu, dan melepaskannya. Bukan berpisah dengan uang kita yang dapat menenangkan hati nurani. Tidak, Yunuslah yang akan dilempar keluar dari kapal. Yunus di sini adalah sebuah gambaran Kristus, bahwa Dia memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Namun ada perbedaannya di sini, bahwa badai yang ditenangkan oleh penyerahan diri Yunus disebabkan oleh dirinya sendiri, sedangkan badai yang ditenangkan oleh penyerahan diri Kristus disebabkan oleh kita. Namun, seperti Yunus menyerahkan diri untuk dibuang ke dalam laut yang murka agar laut menjadi tenang, demikian pula yang diperbuat Tuhan Yesus, ketika Ia mati supaya kita dapat hidup.
- III. Awak kapal yang malang melakukan sedapat mungkin untuk menyelamatkan diri tanpa harus melempar Yunus ke laut, tetapi semuanyassia-sia (ay. 13): Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, supaya, jika mereka harus berpisah dengan Yunus, mereka dapat membawanya dengan selamat di pantai. Tetapi mereka tidak sanggup. Semua susah payah mereka sia-sia. Sebab laut semakin bergelora dan menyerang mereka, sehingga mereka sama sekali tidak sanggup kembali ke darat. Ketika mereka hampir dekat dengan daratan, dengan segera mereka diempaskan lagi ke laut. Tetap saja kapal kelebihan muatan. Usaha mereka untuk meringankan kapal dengan membuang barang-barang tetap saja tidak pernah membuatnya lebih ringan selama Yunus masih ada di dalamnya. Dan di samping itu mereka mendayung melawan angin dan gelombang, angin pembalasan Allah, gelombang keputusan hikmat-Nya. Maka sia-sia untuk melawan Allah, sia-sia untuk berpikir menyelamatkan diri dengan jalan lain selain dengan membinasakan dosa-dosa kita. Dengan ini tampak jelas bahwa para awak kapal ini sangat segan untuk menimpakan hukuman Yunus ke atas dirinya sendiri, kendati mereka tahu karena dialah maka angin ribut ini menimpa mereka. Mereka segan melakukannya sebagian karena merasa ngeri jangan sampai mendatangkan utang darah bagi diri sendiri, dan sebagian lagi karena merasa kasihan terhadap Yunus yang malang, seorang yang baik, yang sedang kesusahan, seorang yang tulus hati. Perhatikanlah, semakin orang berdosa merendahkan dirinya dan menghinakan diri sendiri, semakin menghakimi dan menghukum diri sendiri, semakin mungkin ia dikasihani Allah dan manusia. Semakin Yunus mendesak, campakkan aku ke dalam laut, semakin tidak ingin mereka melakukannya.
- IV. Pada waktu mereka mendapati perlu untuk membuang Yunus ke laut, mereka berdoa terlebih dahulu kepada Allah supaya kesalahan darahnya tidak ditanggungkan ke atas mereka atau dituduhkan kepada mereka (ay. 14). Ketika mereka mendapati sia-sia untuk terus mendayung, mereka menghentikannya dan menggantikannya dengan berdoa: Lalu berserulah mereka kepada TUHAN, kepada Yehova, Allah yang hidup dan benar, dan tidak lagi kepada allah masing-masing atau tuhan masing-masing, kepada siapa mereka berteriak-teriak (ay. 5). Mereka berdoa kepada Allah Israel, karena sekarang sudah sadar, melalui penyelenggaraan Allah mengenai Yunus dan keterangan Yunus kepada mereka, bahwa Ia adalah Allah satusatunya. Setelah berbulat hati untuk membuang Yunus ke laut, merekasmula-mula memberi pernyataan di hadapan pengadilan sorga, bahwa mereka tidak melakukannya dengan sukarela, apalagi dengan niat jahat, atau dengan suatu rencana untuk membalas dendam karena dialah maka angin ribut ini menimpa mereka. Tidak. Allahnya mengampuni dia, sama seperti mereka! Tetapi mereka terpaksa melakukannya se defendendo – sebagai pembelaan diri, karena tidak punya jalan lain untuk menyelamatkan nyawa mereka. Dan mereka melakukannya sebagai pelayan keadilan, karena Allah dan Yunus sendiri telah menghukum Yunus dengan suatu kematian yang dahsyat. Karena itu mereka mengajukan suatu permohonan yang rendah hati kepada Allah yang ditakuti Yunus, supaya mereka tidak binasa karena dia. Lihatlah,
- 1. Betapa takutnya mereka mendatangkan utang darah, terutama darah dari seseorang yang takut akan Allah dan menyembah Dia serta memiliki persekutuan dengan Dia, seperti yang mereka lihat pada diri Yunus, kendati dia bersalah. Kesadaran nurani tidak dapat tidak selain merasa ngeri akan utang darah, dan membuat orang sangat bersungguhsungguh di dalam doa, seperti Daud, untuk dilepaskan darinya (Mzm. 51:16). Demikian pula para awak kapal di sini: “Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah.” Mereka sekarang sama bersungguh-sungguh di dalam berdoa untuk diselamatkan dari kebinasaan dosa seperti mereka sebelumnya berdoa untuk diselamatkan dari kebinasaan laut, terutama karena Yunus tampak jelas bagi mereka bukan sebagai orang yang biasa, melainkan seorang yang sangat baik, seorang hamba Allah, seorang penyembah Pencipta langit dan bumi yang agung. Semua ini membuat para awak kapal yang kasar ini memiliki rasa hormat kepada Yunus dan gemetar berpikir akan mengambil nyawanya. Darah orang yang tak bersalah berharga, tetapi darah orang saleh, darah nabi, jauh lebih berharga lagi, sehingga orang-orang yang bersalah atas nyawa mereka akan menanggung akibatnya. Para awak kapal melihat Yunus dikejar oleh murka ilahi, namun tidak dapat tidak tanpa merasa ngeri berpikir membuangnya ke laut. Kendati Allahnya sedang berseteru dengannya, namun, namun pikir mereka, “Janganlah tangan kami menimpanya.” Orang-orang Israel saat itu membunuh nabi-nabi karena melakukan tugas panggilan mereka (lihatlah apa yang dilakukan Izebel) dan menganggap enteng nyawa mereka. Perbuatan mereka ini semakin diperberat oleh kebaikan hati para penyembah berhala ini terhadap seseorang yang mereka tahu sebagai seorang nabi, kendati dia sekarang ada di luar tugas panggilannya.
- 2. Ketakutan yang ada pada para awak kapal ini menimbulkan murka Allah. Mereka takut jangan sampai Ia menjadi marah jikalau mereka menjadi penyebab kematian Yunus, sebab Ia telah berkata, “Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi-nabiKu.” Engkau binasa jika melakukannya. “TUHAN,” kata mereka, “Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini. Kami seperti orang yang makan buah simalakama. Kami sadar kami pasti binasa jika kami menyayangkan nyawanya. Oh, janganlah kami binasa karena mengambil nyawanya.” Dan permohonan mereka baik: “Sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki. Engkau yang membuat kami melakukannya. Angin yang mengejarnya, undian yang mendapatinya, keduanya ada di bawah pengetahuan-Mu, dan kami semua harus menurutinya. Kami hanyalah alat-alat Penyelenggaraan dan berat hati kami untuk melakukannya. Tetapi kami harus berkata, ‘Kehendak Tuhan terjadilah.’” Perhatikanlah, ketika kita secara jelas dipimpin oleh Penyelenggaraan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak kita, dan di luar maksud kita, maka akan menjadi kelegaan bagi kita untuk dapat berkata, “Sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki.” Dan, jika Allah senang, kita harus puas kendati Ia tidak menyenangkan hati kita.
- V. Setelah melenyapkan rasa bersalah yang mereka takuti, mereka melanjutkan untuk melaksanakan hukuman (ay. 15): Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut. Mereka mencampakkan dia keluar dari kapal mereka, keluar dari kawanan mereka, dan melemparkannya ke dalam laut, laut yang bergelora, yang berteriak-teriak, “Berikanlah, berikanlah. Serahkan si pengkhianat, atau tidak ada ketenangan.” Kita dapat menduga betapa bingung dan terpananya Yunus yang malang ini ketika dia melihat dirinya segera ditelan dalam hadirat Allah sebagai Hakim yang kehadiran-Nya seperti seorang Tuan yang daripada-Nya ia melarikan diri. Perhatikanlah, orang tidak tahu kehancuran apa yang akan mereka hadapi jika melarikan diri dari Allah. Celakalah mereka, sebab mereka melarikan diri dari pada-Ku. Ketika yang menjadi dosa adalah Yunus yang menimbulkan badai, maka dialah yang harus dilemparkan ke dalam laut. Kita harus melepaskannya, dan biarkanlah ia mati, harus ditenggelamkan, sebab jika tidak, ia akan menenggelamkan kita ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Dan jika kita melalui pertobatan dan reformasi yang menyeluruh melempar dosa-dosa kita ke dalam lautan, maka Allah dengan melepas pengampunan akan menenggelamkan pelanggaran kita, dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut pula (Mi. 7:19).
- VI. Dilemparkannya Yunus ke dalam laut segera mengakhiri badai. Laut telah mencapai tujuannya, maka kembali menjadi tenang. Laut berhenti mengamuk. Ini adalah sebuah contoh dari kuasa Allah yang berdaulat bahwa Ia dapat dengan segera mengubah badai menjadi tenang, dan keadilan dari pemerintahan-Nya, bahwa ketika tujuan dari sebuah malapetaka telah tercapai, maka melapetaka yang telah tercapai tersebut akan segera lenyap. Allah tidak akan berbantah untuk selamanya, tidak akan berbantah lagi sampai kita menyerahkan diri dan penyebabnya. Apabila kita berpaling dari dosa-dosa kita, Ia akan segera berpaling dari murka-Nya.
- VII. Para awak kapal dengan ini lebih diteguhkan dalam kepercayaan mereka bahwa Allah Yunus adalah satu-satunya Allah yang sejati (ay. 16): Orangorang itu menjadi sangat takut kepada TUHAN, dipenuhi rasa hormat dan takut yang dalam kepada Allah Israel, dan sampai kepada sebuah tekad bahwa mereka akan menyembah Dia saja untuk masa depan mereka. Sebab tidak ada Allah yang dapat membinasakan, tidak ada Allah lain yang dapat melepaskan secara demikian itu. Ketika mereka melihat kuasa Allah dalam mendatangkan dan meredakan angin ribut, ketika mereka melihat keadilan-Nya atas Yunus hamba-Nya sendiri, dan ketika mereka melihat kebaikan-Nya kepada mereka dalam menyelamatkan mereka dari ambang kehancuran, maka mereka takut kepada TUHAN (Yer. 5:22). Sebagai bukti ketakutan mereka akan Dia, mereka mempersembahkan korban kepada-Nya ketika mereka sampai di pantai tanah Israel kembali. Mulai saat itu mereka membuat janji, bahwa mereka akan melakukan yang demikian, sebagai ucapan syukur atas kelepasan mereka, dan sebagai penebusan atas jiwa mereka. Atau, mungkin mereka punya sesuatu di atas kapal untuk mengadakan korban persembahan kepada Allah. Atau hal itu mungkin dimaksudkan sebagai korban persembahan rohani berupa doa dan pujian, yang dengannya Allah lebih disenangkan daripada dengan korban lembu atau sapi jantan yang memiliki tanduk dan kuku terbelah (lih. 2, dst.). Kita harus membuat nazar, tidak hanya ketika kita sedang mengejar belas kasihan, tetapi, yang jauh lebih mulia, ketika kita telah menerima belas kasihan, sebagai orang-orang yang sedang belajar apa yang harus kita berikan.
- VIII. Kehidupan Yunus, bagaimanapun, diselamatkan oleh suatu mujizat, dan kita akan mendengar tentang dia lagi untuk semuanya ini. Distengah-tengah hukuman Allah mengingat belas kasihan. Yunus dibuat mengalami ketakutan daripada terluka, bukan dihukum karena dosanya melainkan dibuat kembali kepada tugas panggilannya. Kendati dia melarikan diri dari hadapan TUHAN, dan tampaknya jatuh ke dalam tangan pembalasan-Nya, namun Allah punya lebih banyak tugas bagi dia untuk dilakukan, dan karena itu telah mempersiapkan seekor ikan besar untuk menelan Yunus (ay. 17), seekor ikan paus kata Juruselamat kita (Mat. 12:40, KJV), salah satu dari jenis ikan paus yang terbesar, yang memiliki kerongkongan lebih lebar dari yang lainnya, yang di dalam perutnya kadang-kadang ditemukan mayat berbaju perang. Perhatian khusus dicatat, dalam sejarah penciptaan, tentang Allah menciptakan ikan paus yang besar (Kej. 1:21, KJV) dan Lewiatan di dalam air dibentuk untuk bermain dengannya (Mzm. 104:26). Tetapi Allah mendapatkan pekerjaan bagi Lewiatan ini, telah mempersiapkan dia, telah memperhitungkannya (demikianlah istilah yang dipakai), telah menunjuknya untuk menjadi penerima dan penyelamat Yunus. Perhatikanlah, Allah memerintah semua makhluk ciptaan, dan dapat membuat salah satu dari mereka untuk melayani rancangan belas kasihan-Nya bagi umat-Nya, bahkan ikan-ikan di laut, yang sebagian besar berada di bawah kesadaran manusia, bahkan ikan paus yang besar, yang semuanya berdaa di bawah kekuasaan manusia. Ikan ini telah dipersiapkan, telah siap di bawah air dekat dengan kapal, supaya dapat menjaga Yunus tidak tenggelam ke dasar, dan menyelamatkan diashidup-hidup, kendati dia pantas mati. Marilah kita berdiri tetap dan lihatlah keselamatan yang dari TUHAN, dan mengagumi kuasa-Nya, bahwa Ia dapat menyelamatkan seorang yang hampir tenggelam, dan belas kasihan-Nya, bahwa Ia mau menyelamatkan seorang yang lari daripada-Nya dan telah mendukakan-Nya. Oleh belas kasihan TUHANlah bahwa Yunus sekarang tidak binasa. Ikan menelan Yunus, bukan untuk memakannya, tetapi untuk melindungi dia. Dari yang makan keluar makanan. Sebab Yunus hidup dan baik-baik di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya, tidak dibakar oleh panasnya binatang atau mati lemas karena kekurangan udara. Sudah pasti bahwa bagi alam hal ini tidaklah mungkin, tetapi tidak bagi Allah semesta alam, dengan siapa segala sesuatu adalah mungkin. Yunus melalui pemeliharaan ajaib ini dirancang untuk dijadikan,
- 1. Sebuah tugu peringatan akan rahmat ilahi, sebagai penguatan bagi mereka yang telah berdosa, dan pergi jauh dari Allah, untuk kembali dan bertobat.
- 2. Seorang pengkhotbah yang berhasil bagi kota Niniwe. Dan mujizat ini yang dikerjakan untuk pembebasannya, jika kabar baik tersebut mencapai telinga orang-orang Niniwe, akan mendukung keberhasilannya.
- 3. Sebuah gambaran tentang Kristus, yang dikubur dan bangkit kembali sesuai dengan firman Allah (1Kor. 15:4), sesuai dengan firman ini, Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tigamalam (Mat. 12:40). Penguburan Yunus adalah suatu perlambang dari penguburan Kristus. Allah telah menyiapkan kuburan Yunus, demikianlah pula Ia menyiapkan kuburan Kristus, lama sebelum ditetapkan bahwa harus menempatkan kuburnya di antara orang-orang kaya (Yes. 53:9, KJV). Apakah kuburan Yunus sesuatu yang asing, sesuatu yang baru? Demikian pula dengan kuburan Kristus, kuburan yang belum pernah ada manusia dibaringkan di dalamnya sebelumnya. Adakah Yunus di sana mengalami tiga hari tiga malam yang terbaik? Demikian pula dengan Kristus. Namun keduanya mengalami semua ini untuk dibangkitkan dan membawa ajaran tentang pertobatan bagi dunia orang fasik. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.
SH: Yun 1:17--2:10 - Jangan taat karena terpaksa (Rabu, 21 Oktober 2009) Jangan taat karena terpaksa
Menghadapi badai hebat yang membuat laut bergelora, Yunus sudah
membayangkan kematian di depan mata. Dilemparkan ke ...
Jangan taat karena terpaksa
Menghadapi badai hebat yang membuat laut bergelora, Yunus sudah membayangkan kematian di depan mata. Dilemparkan ke dalam laut mengamuk dan dengan kesalahan yang sudah dia lakukan, Yunus mengira tak akan lolos dari maut. Namun Allah menolong Yunus dengan cara yang ajaib. Dan Yunus paham bahwa Tuhan yang melakukan semua itu. Memang kuasa Tuhan begitu menonjol dalam pasal ini. Baik Yunus maupun ikan besar tidak punya kendali apa-apa. Kuasa Allah saja yang membuat nabi yang tidak taat itu selamat. Allah pasti menggenapi kehendak-Nya, dalam hal ini agar Yunus memberitakan firman-Nya di Niniwe.
Kuasa Allah membuat Yunus menghampiri Dia di dalam doa. Padahal sebelumnya, di saat badai mengamuk pun Yunus tidak berdoa. Ia malah tidur nyenyak. Padahal awak kapal saja sampai berteriak-teriak kepada allah mereka, memohon pertolongan. Bahkan nakhoda kapal sampai menyuruh Yunus berdoa (Yun. 1:5-6). Baru saat berada di dalam perut ikan besar (ayat 1:17), Yunus bagai menemukan tempat dan waktu yang pas untuk berdoa (ayat 2:2). Mungkin saat itu Yunus merasa sudah berada di ambang batas kemampuan dirinya. Tak akan ada yang dapat melepaskan dirinya dari perut ikan besar itu, kecuali Allah, yang menciptakan laut dan segala isinya.
Yunus memahami situasi itu sebagai tindakan Allah untuk mendisiplin dia (ayat 2:4). Saat itu dirinya merasa terlilit, terpenjara tanpa celah untuk melarikan diri (ayat 2:5-6). Walau begitu ia mencari Allah di dalam doa (ayat 2:4, 7). Ia percaya Allah melepaskan dia (ayat 2:6). Ia mengimani bahwa keselamatan hanya datang dari Allah (ayat 2:9). Doa Yunus menyatakan harapan untuk kembali kepada Tuhan, untuk melaksanakan kehendak-Nya (ayat 2:9). Maka dengan kuasa Tuhan, ikan besar itu menjadi alat transportasi bagi Yunus untuk sampai ke darat (ayat 2:10). Tak ada lagi alasan bagi Yunus untuk menolak perintah Allah. Kehendak Allah jelas dan harus dilaksanakan. Tak ada alasan pula bagi kita untuk menghindari perintah Allah. Jangan sampai mengalami masalah berat dulu baru mau taat.
SH: Yun 1:17--2:10 - Doa dalam Kesesakan (Rabu, 6 Juli 2016) Doa dalam Kesesakan
Tidak ada kata terlambat untuk berdoa. Hal ini terlihat pada doa Yunus dari dalam perut ikan. Tuhan tetap berkenan untuk mendenga...
Doa dalam Kesesakan
Tidak ada kata terlambat untuk berdoa. Hal ini terlihat pada doa Yunus dari dalam perut ikan. Tuhan tetap berkenan untuk mendengar doanya, walau sepertinya sudah terlambat.
Yunus yang berada dalam perut ikan akhirnya membuka mulutnya untuk berdoa. Dalam pasal 1 Yunus tidak mau berdoa meminta pertolongan Tuhan dan lebih rela dibuang ke laut. Tetapi ketika kematian terasa begitu dekat, dalam kesesakan yang luar biasa, akhirnya ia pun berdoa.
Kesesakan Yunus dapat kita lihat dari tiga kali kata "dari" yang dipakai penulis. Yunus dikatakan berdoa dari dalam perut ikan, dan katanya: "Dari (LAI tidak menuliskan kata ini) dalam kesusahan aku berseru... dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak . . . ." (2:2). Mungkin sepertinya sudah terlambat bagi Yunus untuk berdoa, seharusnya dia berdoa ketika belum dibuang ke laut. Namun, bagi Yunus tidak ada kata terlambat untuk berdoa, tidak ada kesesakan yang akan dapat menghalangi Tuhan. Yunus sangat yakin Tuhan mendengarkan doanya, yang ia gambarkan sebagai "Ia menjawab aku" dan "Kau dengarkan suaraku" (2:2). Ia juga membayangkan bahwa doanya sampai kepada bait Tuhan yang kudus (2:7).
Yunus mengerti bahwa walaupun awak kapal yang membuangnya ke laut, tetapi sesungguhnya Tuhan yang mengizinkannya. Karena itu, ia berkata: "Telah Kau (Tuhan) lemparkan aku ke tempat yang dalam" (2:3). Karena Tuhan yang telah melemparkan dia ke laut, maka hanya Tuhan yang dapat menolongnya.
Tuhan adalah Allah Mahakuasa yang mengontrol segala sesuatu dan Tuhan mau mendengar doa Yunus. Hal ini membuatnya mengerti bahwa ia boleh datang kepada Tuhan dalam kesesakan apa pun.
Allah kita adalah Allah Mahakuasa yang akan mendengarkan doa yang kita panjatkan dalam kesesakan. Kita dapat datang setiap saat kepada Allah, walau dalam keadaan yang sudah sangat terdesak sekalipun. Ia adalah Allah yang berkenan mendengar doa umat-Nya yang mau bertobat dan meminta pertolongan-Nya. [IT]
SH: Yun 1:1-17 - Tuhan belum selesai (Kamis, 13 Desember 2001) Tuhan belum selesai
Bagi orang Israel, Niniwe merupakan simbol kekejaman bangsa
Asyur. Ke sanalah Tuhan mengutus Yunus untuk memberitakan
peringata...
Tuhan belum selesai
Bagi orang Israel, Niniwe merupakan simbol kekejaman bangsa Asyur. Ke sanalah Tuhan mengutus Yunus untuk memberitakan peringatan Tuhan, peringatan yang membukakan peluang bertobatnya bangsa yang kejam itu.
Bagaimana respons Yunus? Menolak dan tidak rela! Ia berbalik arah dan pergi berlayar menuju Tarsis. Ia mengira dapat melarikan diri dari Tuhan. Bukankah ini suatu perkiraan yang keliru? Jika Yunus tidak rela melaksanakan tugas dari Tuhan, Tuhan pun tidak rela Yunus berbalik arah. Ia segera bertindak. Ia mengirimkan badai, yang oleh masyarakat saat itu diyakini sebagai akibat dosa terhadap Tuhan. Lalu, para pe-numpang kapal memutuskan untuk mengundi siapakah yang bertang-gung jawab atas malapetaka ini. Undian jatuh pada Yunus dan ia pun mengakui dosanya. Ia meminta mereka melemparnya ke laut agar ben-cana ini berlalu. Yunus berpikir, inilah akhir perjalanan hidupnya: be-rangkat sebagai nabi yang dipakai Tuhan, berakhir sebagai pelarian yang dibuang Tuhan; sekali lagi perkiraan yang keliru. Tuhan malah mengi-rimkan seekor ikan besar untuk menyelamatkan Yunus dari kematian.
Melalui perikop ini, kita belajar dua hal. Pertama, mata Tuhan tertuju pada semua bangsa, tidak hanya pada satu bangsa. Berbeda dengan kita yang selalu mengarahkan mata hanya kepada orang-orang tertentu; biasanya yang kita sukai, hormati, dan baik kepada kita. Tidak mudah untuk membagikan kasih Tuhan kepada orang yang tidak kita sukai, tidak kita hormati, dan tidak baik kepada kita. Tuhan meminta Yunus, dan juga kita, untuk mengasihi mereka yang tidak layak kita kasihi. Kedua, Tuhan belum selesai dengan kita. Diri kita adalah seum-pama bangunan yang masih belum selesai. Tuhan akan terus membentuk kita meski kadang kita melawan-Nya. Seperti Yunus, kita pun masih diberikan kesempatan menerima uluran tangan-Nya. Adakalanya Tuhan harus mengirimkan "badai" untuk menyadarkan kita. Tetapi, di tengah badai sekalipun, Ia tetap mengirimkan "ikan" untuk menyelamatkan kita.
Renungkan: Tuhan ingin agar kita memiliki mata-Nya dan hati-Nya. Maukah kita masuk ke dalam proses belajar mengasihi? Mari kita menyediakan diri kita senantiasa untuk dibentuk oleh Tuhan.
SH: Yun 1:1-17 - Panggilan Tuhan Bukan Sebuah Pilihan (Jumat, 29 Oktober 2021) Panggilan Tuhan Bukan Sebuah Pilihan
Panggilan Allah untuk memberitakan firman-Nya merupakan kesempatan istimewa yang diberikan kepada setiap orang p...
Panggilan Tuhan Bukan Sebuah Pilihan
Panggilan Allah untuk memberitakan firman-Nya merupakan kesempatan istimewa yang diberikan kepada setiap orang percaya. Namun, ada kalanya motivasi terselubung mewarnai setiap keputusan untuk menjalani panggilan ini.
Nabi Yunus hidup pada masa pemerintahan Yerobeam II di Kerajaan Utara. Ia mendapat panggilan Tuhan untuk memberitakan penghukuman atas Niniwe, ibu kota kerajaan Asyur, yang merupakan musuh Israel (2). Kejahatan penduduk Niniwe yang luar biasa telah membuat Yunus bersikap antipati terhadap mereka. Yunus berpikir bahwa ia mempunyai pilihan dalam merespons panggilan Tuhan, karena itu ia memilih melarikan diri ke Tarsis (3). Sebagai seorang yang menerima tugas untuk memberitakan firman Allah, Yunus lupa bahwa panggilan Tuhan bukanlah sebuah pilihan. Menyatakan kehendak Tuhan merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan.
Bagaimanapun upaya Yunus untuk lari dari kehendak Tuhan, ada cara Tuhan yang unik untuk membawa kembali Yunus kepada tugas yang ia harus terima, yaitu dengan memakai orang-orang yang tidak percaya.
Kepastian akan rencana Allah yang harus terlaksana melalui hamba-Nya ini tidak dapat dihalangi oleh apa pun, bahkan sang nabi tidak memiliki pilihan untuk menolak. Atas penentuan Tuhan, seekor ikan besar datang dan menelannya sehingga ia harus berada di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam.
Panggilan Tuhan harus dilihat sebagai hak istimewa dan kesempatan luar biasa yang dianugerahkan kepada kita. Ini bukan pilihan antara kehendak kita atau kehendak Allah. Ini memang adalah kehendak Allah.
Ketika Tuhan memanggil kita untuk melayani-Nya, yakni untuk menyatakan maksud dan rencana-Nya atas manusia, terimalah panggilan itu sebagai sebuah kehormatan yang diberikan Allah. Ini bukan pilihan; ini kewajiban. Jangan pernah berpikir untuk lari dari tanggung jawab itu, sebab Dia akan mengejar kita dan tangan-Nya yang kuat akan mengarahkan dan menuntun kita kembali untuk menjalaninya. Terimalah panggilan-Nya. [PMS]
Topik Teologia -> Yun 1:17
Topik Teologia: Yun 1:17 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan Berlaku atas Urutan Alamiah
Pemeliharaan Allah dan Kehidupan Ciptaan-Nya...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan Berlaku atas Urutan Alamiah
- Pemeliharaan Allah dan Kehidupan Ciptaan-Nya
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yunus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yunus
Tema : Luasnya Kasih Sayang Allah yang Menyelamatkan
Tanggal Penulisan: + 760 SM
Latar Belakang
Yunus, yang na...
Penulis : Yunus
Tema : Luasnya Kasih Sayang Allah yang Menyelamatkan
Tanggal Penulisan: + 760 SM
Latar Belakang
Yunus, yang namanya berarti "merpati", diperkenalkan sebagai putra Amitai (Yun 1:1). Ia disebut dalam 2Raj 14:25 sebagai
- (1) nabi kepada kerajaan utara Israel semasa pemerintahan Yerobeam II (793-753 SM);
- (2) ia berasal dari Gat-Hefer, tiga sampai lima kilometer utara Nazaret di Galilea.
Jadi, orang Farisi salah ketika mengatakan bahwa tidak pernah ada nabi dari Galilea (Yoh 7:52). Pelayanan nubuat Yunus terjadi tidak lama sesudah masa pelayanan Elisa (bd. 2Raj 13:14-19), bertumpang-tindih dengan masa pelayanan Amos (bd. Am 1:1) dan diikuti oleh pelayanan Hosea (bd. Hos 1:1). Sekalipun kitab ini tidak menunjukkan penulisnya, sangat mungkin penulis itu Yunus sendiri.
Pertobatan Niniwe sebagai tanggapan terhadap pemberitaan Yunus sangat mungkin terjadi pada masa pemerintahan salah seorang dari dua raja Asyur:
- (1) Adad-nirari III (810-783 SM) yang pemerintahannya ditandai oleh peralihan ke monoteisme, atau
- (2) Asyurdan III (733-755 SM) yang pemerintahannya mengalami dua wabah besar (765 dan 759 SM) serta sebuah gerhana matahari (763 SM), yang masing-masing mungkin ditafsirkan sebagai tanda hukuman ilahi sehingga mempersiapkan ibu kota Asyur itu untuk menerima berita nubuat Yunus. Niniwe terletak sekitar 800 kilometer timur laut Galilea.
Tujuan
Kitab ini tampaknya ditulis dengan tiga tujuan:
- (1) untuk menunjukkan kepada Israel dan bangsa-bangsa lainnya besarnya dan luasnya kasih sayang tindakan Allah yang menyelamatkan melalui pemberitaan pertobatan;
- (2) untuk menunjukkan melalui pengalaman Yunus betapa jauhnya Israel telah jatuh dari panggilan misioner yang semula untuk menjadi terang penebusan bagi orang-orang yang tinggal dalam gelap (Kej 12:1-3; Yes 42:6-7; Yes 49:6); dan
- (3) untuk memperingatkan Israel yang murtad bahwa Allah dalam kasih dan kemurahan-Nya telah mengutus bukan hanya satu tetapi banyak nabi setia yang menyampaikan berita pertobatan-Nya agar menghindarkan hukuman atas dosa yang tak dapat dielakkan.
Tetapi berbeda dengan Niniwe, Israel telah menolak nabi-nabi Allah dan tawaran-Nya untuk bertobat dan menerima kemurahan-Nya.
Survai
Kitab Yunus mengisahkan panggilan sang nabi untuk pergi ke Niniwe dan tanggapannya. Pasal 1 (Yun 1:1-17) menceritakan ketidaktaatan Yunus pada mulanya serta hukuman Allah sesudah itu. Yunus tidak pergi ke timur laut ke Niniwe, malah naik kapal yang berlayar ke barat ke Tarsis (di Spanyol), tujuan terjauh yang mungkin ke arah yang berlawanan dengan kehendak Allah. Tidak lama kemudian Yunus menghadapi tindakan balasan Allah dalam bentuk badai besar di Laut Tengah, dipermalukan karena ketahuan para pelaut sehingga dibuang ke laut. Dengan takdir Tuhan telah tersedia seekor "ikan besar" yang siap menyelamatkan hidupnya. Pasal 2 (Yun 2:1-10) mengisahkan doa Yunus dari ruangan unik di dalam perut ikan, ketika ia bersyukur kepada Allah karena menyelamatkan hidupnya, berikrar untuk menaati panggilan Allah, lalu dimuntahkan oleh ikan itu ke darat. Pasal 3 (Yun 3:1-10) mengisahkan kesempatan kedua bagi Yunus untuk pergi ke Niniwe dan pemberitaan amanat Allah kepada penduduk kota itu. Dalam peristiwa kebangunan rohani satu kota yang paling mengesankan dalam sejarah, raja Niniwe menyerukan agar seluruh kota berpuasa dan bertobat, sehingga mereka diselamatkan dari hukuman Allah. Pasal 4 (Yun 4:1-11) berisi keluhan Yunus kepada Allah karena meluputkan kota yang memusuhi Israel ini. Dengan menggunakan pohon jarak, seekor cacing dan angin timur, Allah mengajarkan nabi-Nya yang marah-marah bahwa Dia senang menyediakan kasih karunia-Nya bagi setiap orang, bukan hanya Israel dan Yehuda.
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Kitab ini salah satu di antara hanya dua kitab nubuat PL yang ditulis seorang nabi yang lahir dan dibesarkan di kerajaan utara Israel (yang lain adalah Hosea).
- (2) Kitab ini merupakan karya agung gaya sastra cerita prosa yang singkat; hanya doa ucapan syukur Yunus (Yun 2:2-9) ditulis dalam bentuk syair.
- (3) Kitab ini penuh dengan tindakan adikodrati Allah; selain dari penetapan waktu badai yang diatur dan munculnya si ikan besar, ada ponon jarak, seekor cacing dan angin timur, dan (yang paling hebat) pertobatan seluruh kota Niniwe.
- (4) Kitab ini berisi berita PL yang terjelas bahwa kasih karunia Allah yang menyelamatkan adalah bagi orang bukan Yahudi dan juga orang Yahudi.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Yesus menyamakan diri-Nya dengan Yunus, "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Yunus!" (Mat 12:39-41).
Keterandalan Sejarah Kitab Ini
Para teolog liberal dan orang tidak percaya memandang kitab ini sebagai kisah khayal yang dibuat antara abad ke-5 sehingga abad ke-3 SM yang dimaksudkan untuk menentang nasionalisme Yahudi yang sempit dalam Yudaisme pasca pembuangan. Menurut pandangan ini, kitab Yunus tidak berisi peristiwa-peristiwa sejarah yang aktual. Akan tetapi, bagian lain PL menyebut Yunus sebagai nabi yang diakui dari abad ke-8 SM (2Raj 14:25). Dalam PB, Yesus sendiri mengacu kepada Yunus
- (1) sebagai tanda nubuat PL terkemuka mengenai keberadaan-Nya selama tiga hari di dalam kubur dan kebangkitan-Nya sesudah itu (Mat 12:39-40; Luk 11:29),
- (2) sebagai benar-benar memberitakan pertobatan kepada orang Niniwe yang kemudian bertobat (Mat 12:41; Luk 11:30,32), dan
- (3) sebagai bagian sejarah PL sama seperti dengan kunjungan ratu Syeba ke istana Salomo (Mat 12:42; Luk 11:31).
Jelaslah, Yesus memandang kitab ini sebagai dapat diandalkan dari segi sejarah; memandang kitab ini secara lain bukan saja menyatakan bahwa kita mempunyai Alkitab yang bisa salah, tetapi juga Juruselamat yang bisa salah.
Full Life: Yunus (Garis Besar) Garis Besar
I. Panggilan Allah yang Pertama Kepada Yunus
(Yun 1:1-2:10)
A. Panggilan Yunus: Pergi ke Niniwe
...
Garis Besar
- I. Panggilan Allah yang Pertama Kepada Yunus
(Yun 1:1-2:10) - A. Panggilan Yunus: Pergi ke Niniwe
(Yun 1:1-2) - B. Ketidaktaatan Yunus
(Yun 1:3) - C. Dampak Ketidaktaatan Yunus
(Yun 1:4-17) - 1. Terhadap Orang Lain
(Yun 1:4-11) - 2. Terhadap Dirinya Sendiri
(Yun 1:12-17) - D. Doa Yunus di Tengah Malapetaka
(Yun 2:1-9) - E. Pembebasan Yunus
(Yun 2:10) - II. Panggilan Allah yang Kedua Kepada Yunus
(Yun 3:1-4:11) - A. Panggilan Yunus: Pergi ke Niniwe
(Yun 3:1-2) - B. Tugas Ketaatan Yunus
(Yun 3:3-4) - C. Dampak Ketaatan Yunus
(Yun 3:5-10) - D. Keluhan Yunus
(Yun 4:1-3) - E. Teguran dan Pelajaran bagi Yunus
(Yun 4:4-11)
Matthew Henry: Yunus (Pendahuluan Kitab)
Kitab Yunus ini, kendati ditempatkan di sini di tengah-tengah kitab-kitab nubuatan, namun lebih merupakan sebuah kitab sejarah daripada kitab nu...
- Kitab Yunus ini, kendati ditempatkan di sini di tengah-tengah kitab-kitab nubuatan, namun lebih merupakan sebuah kitab sejarah daripada kitab nubuatan. Sebuah baris nubuatan memang ada di dalamnya, “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.” Bagian selebihnya dari kitab tersebut mengisahkan awal dan akibat-akibat dari nubuatan itu. Kitab-kitab sebelum dan sesudah Kitab Yunus ini penuh dengan berbagai nubuatan yang kabur, di dalamnya ada banyak hal yang gelap dan sukar untuk dipahami, yang menjadi teka-teki bagi para sarjana, dan merupakan makanan keras untuk orang-orang dewasa. Tetapi sekarang muncul Kitab Yunus ini, dengan sebuah kisah yang jelas dan menyenangkan, menghibur bagi yang lemah, dan menjadi susu bagi bayi. Mungkin Yunus sendiri adalah penulis dari kitab ini, dan dia, seperti Musa dan penulis lain yang diilhami, mencatat semua kesalahannya sendiri, yang menjadi bukti bahwa dalam semua tulisan itu mereka mencari kemuliaan Allah dan bukan kemuliaan diri sendiri. Kita membaca tentang Yunus yang sama, yakni di dalam 2 Raja-raja 14:25, di mana kita menemukan bahwa dia berasal dari Gat-Hefer di Galilea, sebuah kota yang termasuk milik suku Zebulon, di sebuah ujung yang jauh dari tanah Israel. Sebab Roh, yang seperti angin, yang bertiup ke mana ia mau, akan dengan mudahnya menemukan Yunus di Galilea seperti Yesaya di Yerusalem. Kita juga menemukan bahwa dia adalah seorang utusan rahmat kepada Israel semasa pemerintahan Yerobeam yang kedua. Sebab keberhasilan tentaranya, dalam mengembalikan daerah Israel, dikatakan sesuai dengan firman TUHAN, Allah Israel, yang telah diucapkan-Nya dengan perantaraan hamba-Nya, nabi Yunus bin Amitai. Nubuatan-nubuatan untuk Israel tersebut tidak harus ditulis, tetapi nubuatan terhadap Niniwe ini harus ditulis, terutama demi kepentingan kisah yang bergantung nubuatan tersebut, dan yang dicatat terutama demi Kristus, yang mengenai Dia Yunus menjadi sebuah gambaran di sini. Kitab ini juga berisikan contoh-contoh yang sangat luar biasa tentang kelemahan manusia dalam diri Yunus, dan tentang belas kasih Allah, baik dalam mengampuni orang berdosa yang bertobat, seperti yang terjadi pada orang-orang Niniwe, dan dalam menahan diri terhadap orang saleh yang membangkang, seperti Yunus.
Jerusalem: Yunus (Pendahuluan Kitab) YUNUS
Kitab kecil ini berbeda dengan semua kitab para nabi lain. Kitab Yunus berupa sebuah kisah-cerita saja mengenai seorang nabi yang tidak taat kep...
YUNUS
Kitab kecil ini berbeda dengan semua kitab para nabi lain. Kitab Yunus berupa sebuah kisah-cerita saja mengenai seorang nabi yang tidak taat kepada Allah. Nabi itu dahulu ingin membebaskan diri dari tugas yang diserahkan kepadanya. Kemuliaan ia mengeluh kepada Allah, karena pewartaannya memperolah sukses yang tidak diharapkan. Tokoh yang mengalami hal ihwal yang agak lucu itu ialah seorang nabi yang hidup sezaman dengan raja Yerobeam II dan yang disebut namanya dalam 2Raj 14:25. Namun kitab ini tidak memperkenalkan diri sebagai karya nabi tsb dan sebenarnya tidak mungkin dikarang olehnya. "Kota besar" Niniwe, yang hancur pada thn. 612. dalam kitab Yunus hanya sebuah kenangan akan masa yang lampau. Pemikiran dan ungkapan yang terdapat dalam kitab Yunus dipinjam dari kitab-kitab Yeremia dan Yeheskiel, sedangkan bahasanya ialah bahasa zaman belakangan. Semua hal ini menunjukkan, bahwa kitab ini dikarang sesudah zaman pembuangan, yaitu pada abad ke-5. Mazmur yang tertera Yun 2:2-10, yang bercirikan jenis sastera berlainan dan tidak bersangkutan dengan hal-ihwal Yunus ataupun dengan pengajaran kitab, ditambah setelah kitab Yunus sudah selesai dikarang.
Abad ke-5 itu dapat diterima sebagai tanggal dikarangnya kitab Yunus, merupakan sebuah petunjuk, bahwa kitab ini jangan diartikan sebagai kitab sejarah sebenarnya. Tafsiran semacam ini tidak mungkin juga, karena beberapa alasan lain: Allah memang dapat merubah hati manusia, akan tetapi bertobatnya raja Niniwe serta rakyat kepada Allah Israel mendadak, sudah tentu seharusnya tercatatdalam dokumen-dokumen resmi Asyur dan dalam Kitab Suci, seandainya benar-benar terjadi Allah memang adalah Tuhan yang menguasai hukum-hukum alam, akan tetapi mujizat-mujizat sungguh bertimbunan dalam kitab Yunus seolah-olah Allah mau mempermainkan nabi; angin ribut yang berkecamuk dengan tiba-tiba, Yunus kena undian, ikan-raksasa, pohon jarak yang tumbuh dalam satu malam saja dan menjadi kering, dalam sejam saja. Segalanya itu diceritakan dengan nada sindiran yang nyata yang tidak sesuai dengan nada kisah sejarah yang sebenarnya.
Tujuan kitab Yunus ialah menghibur dan sekaligus mengajarkan. Kisahnya berupa cerita pembina. Ajaran kisah Yunus merupakan semacam puncak dalam ajaran Perjanjian Lama. Ia mendobrak tafsiran atas para nabi yang terlampau sempit. Ia menegaskan, bahwa bahkan ancaman yang terkesan sekalipun mengungkapkan belas- kasihan Allah yang hanya menantikan bukti pertobatan untuk segera memberi pengampunanNya. Apabila firman kenabian Yunus, Yun 3:4, tidak jadi terlaksana, maka sebabnya ialah: pembinasaan yang diancamkan selalu bersyarat. Yang sesungguhnya dikehendaki Allah ialah pertobatan. Dari sebab itu tugas nabi berhasil dengan baik sekali, bdk Yer 18:7-8.
Jemaat Yahudi di zaman sesudah pembuangan cenderung menutup dirinya. Kitab Yunus justru adalah sebuah karya mendobrak partikularisme itu dan memberitakan suatu unicersalisme yang terbuka lebar. Semua pelaku dalam kitab Yunus digambarkan secara simpatik; awak kapal yang kufur itu, raja para penduduk malahan binatang-binatang di kota Niniwe, seluruh umat manusia kecuali satu- satunya orang Israel yang berperan yaitu nabi Yunus! Allah memang sabar terhadap nabi yang suka membangkang itu, tetapi belas-kasihan Allah terutama meliputi musuh yang paling dibenci Israel. Dan inilah tema utama kitab Yunus.
Pandangan kitab-Yunus sangat dekat pada ajaran Perjanjian Baru: Allah bukannya Allah orang-orang Yahudi saja. Ia juga Allah bagi orang-orang lain. Sebab hanya ada satu Allah saja, Rom 3:29. Dalam Mat 12:41 dan Luk 11:29- 32 Yesus Kristus mengemukakan orang-orang Niniwe yang bertobat itu sebagai sebuah teladan, Mat 12:40 mengartikan Yunus yang terkurung dalam perut ikan raksasa sebagai lambang Yesus yang dalam kubur. Apabila Perjanjian Baru memanfaatkan kitab nabi Yunus, maka ini bukan bukti, bahwa kitab itu menceritakan hal-hal yang sungguh-sungguh terjadi. Yesus memanfaatkan tokoh- tokoh yang tampil dalam cerita itu, sama seperti para pengkhotbah Kristen memanfaatkan tokoh-tokoh yang tampil dalam perumpamaan-perumpamaan yang termaktub dalam Perjanjian Baru. Baik Yesus maupun pengkhotbah-pengkotbah itu hanya mau mengajar melalui gambar-gambar yang dikenal oleh para pendengar dan tidak mempersoalkan apakah hal-hal itu sungguh-sungguh terjadi.
Ende: Yunus (Pendahuluan Kitab) KITAB KEDUABELAS NABI
PENDAHULUAN
Dalam sastera kenabian dari kanon Hibrani dan Junani terdapat sedjumlah naskah
ketjilan, jang besarnja toh agak berl...
KITAB KEDUABELAS NABI
PENDAHULUAN
Dalam sastera kenabian dari kanon Hibrani dan Junani terdapat sedjumlah naskah ketjilan, jang besarnja toh agak berlainan djuga. Naskah2 itu sudah sedjak sediakala dikumpulkan mendjadi satu kitab. Naskah2 jang keduabelas djumlahnja itu lazimnja dinamakan "Kitab Keduabelas Nabi" atau, "Keduabelas Nabi Ketjil". Kata "ketjil" dalam djudul itu samasekali tidak mempunjai arti mengetjilkan atau meremehkan se-olah2 nabi2 itu tokoh2 jang tak begitu penting seperti "Nabi2 besar", jakni Jesaja, Jeremia, Jeheskiel (dan Daniel). Kata "ketjil" tidaklah begitu besar adanja. Mengenai pentingnja menurut kenjataan, maka beberapa dari nabi2 ketjil itu tidak kalah dengan rekan2nja jang besar, baik pengaruhnja maupun isi tulisannja. Rupa2nja terutama karena alasan2 praktislah, naskah2 mereka itu sudah ada sedjak abad kedua sebelim Masehi dikumpulkan mendjadi satu kitab, satu djilid, jang dalam bahasa Junani diberi nama "Dodekapropheton".
Urutan nabi2 dalam satu djilid itu tidak seluruhnja sama dalam kanon Hibrani dan kanon Junani. Kenjataan ini menundjukkan, bahwa naskah2 itu baru sesudah terdjadinja terdjemahan Junani (sekitar th. 250) mendapat tempatnja jang tetap dalam kanon Hibrani dan bahwa oleh karenanja tempat itu lama belum ditetapkan. Dalam Kanon Hibrani tempatnja ditetapkan sbb.: Hosea, Joel, Amos, Obadja, Jona, Micha, Nahum, Habakuk, Sefanja, Hagai, Zakarja, Maleachi. Dalam Kanon Junani keenam nabi terachir itu sama tempatnja, tapi urutan keenam nabi pertama adalah sbb.: Hosea, Amos, Micha, Joel, Obadja, Jona. Asas apa jang dipergunakan dalam menetapkan urutan itu tidaklah selalu sama djelasnja. Namun demikian; dalam kanon Hibrani dapat ditentukan sematjam urutan menurut waktu, sedjauh Hosea dan Amos itu nabi2 dari abad kedelapan,disusul Micha pada achir abad itu djuga. Nahum Sefabha dab Habakuk tampil pada runtuhnja keradjaan besar Asjur dan pada permulaan keradjaan besar Babel (sekitar th. 500) Joel, Obadja dan Jona jang waktu tampilnja tidak diketahui lagi, mendapat tempatnja jang tetap di-tengah2 keduabelas itu karena alasan2 lain. Urutran chronologis memang sedikit banjak ada, tetapi tidak selalu dikukuhi, dan malahan dimanapun itu terdjadi, urutan dua nabi dalam kitab itu belumlah berarti, bahwa mereka susul-menjusul djuga menurut waktu. Demikian pastilah kiranja, bahwa kegiatan Amos mendahului kegiatan Hosea jang toh ditempatkan didepan, mungkinlah karena bukunja lebih besar dan djuga karena pada Hosea sesungguhnja sudah terdapat segala thema para nabi, jang diulang lagi dalam buku2 berikutnja.
Djadi, kitab jang agak ketjil itu melingkupi suatu masa lama kegiatan para nabi, jang berlangsung dari abad kedelapan sebelim Masehi sampai dengan djaman sesudah pembuangan. lk. th. 400. Oleh karenanja kitab tersebut merupakan sebangsa ichtisar dari seluruh kegiatan para nabi di Israil, sebagaimana jang tersimpan dalam bentuk tulisan. Sebelum mereka tidak dapat sudah ada nabi2, tetapi tidak menuliskan sesuatupun dan orang2 lainpun hampir2 tidak mentjatat sedikitpun dari pengadjaran mereka. Pada jang pertama dari antara nabi2 ketjil itu charisma (kurnia) nubuat dipertalikan dengan inspirasi, hal mana amat sangat penting bagi pengetahuan perihal gedjala itu. Dalam kitab ini terdapat pula segala bentuk sastera, jang digunakan para nabi, mulai dari firman dan amanat sampai ke simbolik jang musjkil dari penglihatan2 apokaliptis. Dalam pelbagai bentuk sastera itu oleh para nabi dikemukakan segala thema, jang pada nabi2 besar diperbintjangkan dalam bentuk jang lebih pandjang lebar. Membatja dan mempeladjri kitab Nabi2 ketjil itu oleh karenanja djuga merupakan persiapan jang terbaik untuk membatja dan mempeladjari kitab Nabi2 besar. Kiranja amat tidak wadjarlah, kalau orang memandang kitab tsb. kurang penting dan kurang bernilai daripada karya Jesaja atau Jeremia. Djuga dilihat dari kesusasteraan belaka, beberapa bagian dari kitab Nabi2 ketjil itu tidak kalah sedikitpun dengan titik- puntjak jang dapat ditjapai Jesaja. Tanpa rugi besar dalam pelbagai segi tidak dapatlah kitab Nabi2 ketjil itu ditjoret begitu sadja dari daftar kitab2 sutji Perdjandjian Lama.
Untuk pengertian jang tepat tentang nabi2 ketjil itu, haruslah diperhatikan, bahwa karya mereka - tidak lain dari karya nabi2 lainnya, - mempunjai tjorak jang agak kabur. Inilah berkat ber-bagai2 faktor. Boleh djadi jang terpenting ialah tjar buku2 itu dususun. Kebanjakan buku2 itu adalah kumpulan utjapan2, jang disusun dengan tjara jang agak sembarangan. Bagian2, jang sering sukar lagi dibedakan dan dipisahkan ditempatkan jang satu dibelakang jang lain tanpa banjak gandingannja mengenai waktu atau djalan pikirannja. Oleh karenanja buku2 itu memberikesan katjau, hal mana mengurangkan djelasnja. Karena itu bagian2 masing2 haruslah sedapat2nja diartikansendiri2; dan bila di-tjari2 atau diletakkan gandingan2, dimana itu tidak ada, maka tafsirnja dibelokkaankedjalan jang sesat. Tidak selalu nabi2 itu sendirilah jang menjusun buku, seperti jang kita kenal sekarang. Tidak djaranglah buku itu pekerdjaan orang lain, jang entah bersandarkan tulisan nabi entah bersandarkan ingatannja sendiri atau ingatan orang lain. Dengan demikian kadang2 utjapannabi tertentu ditjampur-adukkan dengan utjapan2 nabi lain atau disana-sini dibubuhi dengan perluasan2 ketjil atau keterangan2. Kesemuanja itu tidak menambah djelasnja nubuat, jang karena tjoraknja jang chas toh sudah mempunjai sesuatu kekaburan. Faktor lain jang tidak sedikit mempersulit pengartiannja ialah bahwasanja para nabi seringkali menjindir atau berpangkal pada peristiwa2tertentu didjaman mereka, jang tidak lagi djelas bagi kita. Amat seringlah tidak diketahui apa jang dimaksudkan dengan perkataan nabi itu, karena tidak diketahui apa jang tepatnja dipikirkan. Achirnja teks para nabi, sebagaimana kini adanja, tidak djaranglah dalam keadaan jang agak buruk, chususnja Hosea, Micha, Habakuk dan Zakarja, sehingga sukarlah diterdjemahkan dan terlalu banjak di-kira2kan sadja. Tambahan pula para nabi menggunakan (gaja) bahasanja sendiri jang tidak djarang sangat singkat, jang kekuatannja jang njata tidak selalu dapat ditetapkan lagi. Karena itu dapatlah terdjadi, bahwa orang mengira sesuatu teks buruk, padahal sungguh2 aseli adanja, tetapi tak dapat ditangkap maknanja, karena orang kurang memahami bahasanja.
Meskipun terdjemahan Nabi2 ketjil jang kami sadjikan ini urutannja mengikuti kanon Hibrani, namun dalam pendahuluan dipilihlah urutan jang lebih chronologis. Demikian dapatlah tokoh masing2 ditempakan didalam lingkungan historisnja, hal mana dapat menolong untuk memahaminja. Nabi2 dalam urutan historisnja tidak hanja mentjerminkan perkembangan pofetisme sendiri, tetapi djuga perkembangan politik serta keigamaan dari seluruh bangsa itu, dari Perdjandjia Lama itu sendiri. Mereka itu kan tokoh2 keigamaan jang besar, jang besar pengaruhnja atas hidup keigamaan Israil, dan mereka berdjasa bagi berkembang serta mekarnja wahju. Betul mesti diakui, bahwa tentang beberapa tokoh tidak dapat ditentukan dengan pasti, bila mereka itiu menunaikan tugasnja, dan harus diingat pula, bahwa kepada seorang nabi tertentu dipertalikan apa jang baru terdjadi kemudian dan jang berasal dari tokoh jang lain. Oleh karenanja selalu tetap ada sebangsa kekaburan dan ketidak-pastian.
Jang per-tama2 dari antara nabi2 pengarang itu ialah Amos. Sesungguhnja ia berasal dari Juda (Amo 1:1; 7:12) namun ia mendjalankan kegiatannja didalam keradjaan Israil. Menurut djudul kitab (Amo 1:1) jang dibubuhkan oleh para penjususn, ia tampil didalam pemerintahan Jerobe'am II (783-743), dua tahun sebelum gempa bumi (1,1), jang ruoanja meninggalkan kesan jang dalam, tetapi bagi kita tidak dapat ditanggalkan lagi. Amos termasuk golongan tani di Tekoa' (Amo 7:4) dan setjara langsung serta tak terelakkan telah dipanggil oleh Jahwe sendiri untuk mewartakan kepada umatnja di Israil hukuman atas dosa2nja (Amo 7:15; 3:8). Sedjenak sadja ia dapat menunaikan tugasnja. Segera ia dibungkam mulutnja (Amo 7:10-17) dan dibuang dari negeri itu. Boleh djadi ia kemudian kembali kedaerah asal-usulnja.
Dalam pemerintahan Jerobe'am II keradjaan Israil mengalami kemadjuan kenegaraan dan ekonomis. Keradjaan itu berpengaruh pula di Juda, hal mana menerangkan, bahwa seirang Juda dapaat mendjalankan tugas kenabiannja di Israil, tanpa ditolak dari permulaan. Israil dapat membebaskan diri dari genggaman Asjur, jang telah melenjapkan setjara definitif bahaja Aram, karena keradjaan besar itu mengalami masa kemerosotan pilitik Tetapi kemadjuan itu membawa keruntuhan jang besar dalam bidang sosial dan keigamaan. Kesedjahteraan itu hanja menguntungkan segelintir penggaruk keuntungan dikalanagan lapisan atas, jang setjara menjolok mata hidup dalam kemewahan dengan mengisap lapisan2 bawah dari rakjat. Ibadah resmi didalam tempat2 sutji keradjaan di Betel dan Dan dan didalam tempat2 sutji lainnja, tidak hanja menundjukkan ketjenderungan2 synkretisme, tetapi djuga memburuk mendjadi formalisme lahiriah belaka. Upatjara2 keigamaan diadakan setjara besar2an, tetapi tidak disertai dengan hidup kesusilaan jang serasi. Pemudjaan dewa2 dan dewi2 kesuburan tidak lenjap seluruhnja, kendati tindakan radikal Jehu, jang lebih beralasan politik daripada keigamaan. Keadaan2 buruk dalam bidang dodial dan keigamaan itu diterima dengan enaknja sadja karena kejakinan jang palsu tetapi menenangkan ini, bahwasannja Jahwe puas dengan formalitas2 jang meriah itu.
Suara hati keigamaan rakjat dibangunkan oleh Jahwe dari ketiduran dengan perantaraan Amos, orang asing itu. Dengan alasan2 keigamaan nabi tsb. menjerang keadaan2 sosial jang buruk. Ia tampil sebagai pembela kaum tertundas. Dengan tak kenal ampun ia mengetjam habis2an kemewahan lapisan2 atas di Sjomron (#/ENDE Amo 2:6-8; 4:1-3; 5:10-13; 6:1-7). Dalam pada itu ditandaskanja kebenaran mendalam dari agama Israil, bahwasannja ibadah formalitas itu bukan pengganti hidup kesusilaan dan bahwasanja ibadah sadja tidak memberikan perlindungan terhadap keadilan penghukum dari Allah (Amo 4:4-5; 5:21-26). Dimaklumkannja "Hari Jahwe" (Amo 5:18; 8:9-10) - ungkapan buatan Amos sendiri - jaitu hari penghukuman atas Israil. Keruntuhan keradjaan tak terelakkan lagi (Amo 3:9-15; 6:8-14; 7:8; 8:2), ketjuali kalau terdjadi pertobatan jang radikal (Amo 5:4-7; 14-15). Meskipun tidak disebutkan dengan tegas, namun bagi Amos tangan Jahwe jang menghukum dikonkretisir dalam kekuasaan Asjur jang mengantjam.
Ketjaman Amos bertumpu pada keigamaan. Ia tampil atas nama Jahwe, Pentjipta semesta alam jang mahakuasa (Amo 5:8-9; 9:5-6; 4:13), jang mampu melaksanakan antjaman2Nja. Jahwe telah memilih Israil di-tengah2 bangsa2 (Amo 9:7-10). Tetapi anggapan salahlah, kalau hal itu akan berarti suatu kelonggaran untuk melanggar perintah2-Nja. Sebaliknja kepilihan itu mengandung pula suatu tuntutan akan keadilan dan kedjudjuran dalam tingkah-laku (Amo 3:1-2), jang mengindahkan keselamatan semua manusia, orang jang miskin dan papa. Kepilihan oleh Allah dan pemeliharanna chas jang berpautan dengannja, adalah sungguh kepilihan dan bukannja hak dari Israil. Jahwe mau dihormat dalam ketulusan hari dan diabdi dengan tingkah-laku jang djudjur (Amo 5:24). Tetapi sebaliknjapun Jahwe tidak membatalkan kepilihanNja itu. Asal bertobat, umatnja tidak akan ditinggalkan oleh Jahwe, dan sesudah keruntuhan pada Hari Jahwe, Ia toh akan memulihkan nasib umatNja (Amo 9:11-15). Kendati antjaman2 jang pedas, Amos toh bukan nabi dari pesimisme. Ia membukakan pemandangan kearah haru depan jang bahagia bagi sisa sutji dari umat Jahwe. Seperti ungkapan "Hari Jahwe", demikianpun istilah "sisa" pertama2 digunakan oleh Amos dalam kesusasteraan kenabian (Amo 5:15).
Kitab Amos terdiri atas suatu kumpulan firman dan penglihatan, jang sebagian
terbesar ditulis oleh nabi sendiri. Dorongan untuk menuliskan pengadjarannja
boleh djadi ialah kenjataan bahwa ia dipaksa menghentikan pengadjaran lisannja
dan meninggalkan negeri itu. Setjara tulisannja ia hendak terus mengulang
peringatan2nja. Mungkinlah dengan itu ia hendak memperingatkan kaum senegerinja
di Juda, supaya djangan mengikuti tjontoh Israil (Amo 1:4-5; 6:1),
sehingga mereka tidak mengalami nasib jang sama. Djelaslah dari tangan nabi itu
sendiri bagian2 dalam mana ia tampil kedepan sambil berbitjara (
Kitab itu - dengan mengingat perpindahan tsb. diatas -, tjukup terang susunannja. Sesudah djudulnja (Amo 1:1-2a) berikutlah serentetan nubuat2 pengadilan Allah tentang bangsa2 kafir disekitarnja serta Juda sebagai suatu pendahuluan akan pengadilan tentang Israil (Amo 1:3-2:16). Lalu chususnja Israil diantjam karena kalalimannja; kedurdjanaannja tidak dapat tidak mendatangkan keadilan penghukum dari Allah (Amo 3:1-6:14). Hukuman jang dimaklumkan itu dilukiskan lagi dengan serentetan penglihatan2 (Amo 7:1-9; 8:1-3; 9:1-4), akan dikuntji dengan suatu doksologi dan dua antjaman, jang membatasi hukuman itu sampai kepada para pendisa di Israil sadja (Amo 9:5-10). Bagian terachir menutup kitab dengan antjaman2 jang keras itu denan pandangan penuh harapan akan kebahagiaan kelak.
Setelah Amos terpaksa meninggalkan Israil, lalu tugas kenabiannja dilandjutkan oleh seorang penduduk negeri itu sendiri (Amo 7:5), jakni HOSEA. Hosea memulai kegiatannja dalam pemerintahan Jerobe'am II (783-743). Nabi itu menjaksikan anarki politik dan pembunuhan radja2 sesudah kematian Jerobe'am (Hos 7:3-7; 8:10), padjak jang dibajarkan Menahem kepada Asjur (Hos 8:8-9; 10:5-6) akan ganti bantuan jang diberikan pada perebutan tachta (738) dan djuga perang Israil (ber-sama2 dengan Aram) lawan Juda untuk memaksa negeri itu ikut-serta dalam pemberintakan lawan Asjur (735-734), sekiranja benarlah Hos 5:10-12 menjindir perang tsb. Tetapi agaknja ia tidak menjaksikan keruntuhan Israil, jang dinubuatkannja, dalam tahun 721. Djadi nabi itu tampil antara tahun 745-721.
Dalam permulaan tampilnja Hosea keadaan sosial dan politik di Israil masih sama dengan jang mendjadi latarbelakang kitab Amos. Tetapi segera terdjadilah perubahan jang besar. Dari luar Asjur makin lama makin berat tekanannja, sedangkan dari dalam ada perang terus-menerus untuk memperebutkan tachta. Pengganti Menahem (743-738) tidak lebih baik nasibnja daripada kedua pendahulu radja tsb. Pemberintakaan lawan Asjur, dalam mana Pekah (737-732) turut-serta, digagalkan dan Aram dimusnahkan dari muka bumi (732). Israil sendiri mendjadi taklukan Asjur jang tak berdaja. Dalam pemberintakan lawan Asjur itu dengan sendirinja diminta bantuan dari Mesir jang kuat. Di Israil ada dua golongan jang berebut kuasa: golongan jang lain mau melemparkan kuk dari atas pundaknja dengan bantuan Mesir (Hos 5:13; 7:11; 8:9; 12:2). Pemberontakan jang tak ada harapannja dari radja Israil jang terachir, jang sama namanja dengan nabi itu, berachir dengan keruntuhan definitif keradjaan itu (721). Kekatjauan2 politik jang disertai dengan kemerosotan ekonomis, membawa sertanja kemerosotan kesusilaan dan keigamaan jang lebih besar. Hal ini ternjata dari timbulnja kembali pemudjaan dewa2 dan dewi2 asing dengan ibadahnja jang tak susila dan dengan merembesnja adat-kebiasaan kafir kedalam ibadah Jahwe jang toh sudah tidak sah itu, berupa lembu djantan di Betel dan Dan. Tambahan pula pemudjaan Jahwe itu tidak kurang formalistis daripada hang sudah ada didjaman Jerobe'am II.
Keadaan jang menjedihkan dari rakjat dalam bidang keigamaan terpantul dalam hidup pribadi nabi itu. Ia sudah kawin, tetapi perkawinannja mendjadi suatu lakon sedih. Ia mentjintai isterinja dengan amat sangat, tetapi isterinja tak- setia kepadanja. Anak2 jang dilahirkannja bukan dari Hosea sendiri, melainkan dari orang laki2 lain, dengan siapa ia berbuat djinag. Kenjataan menjedihkan jang kemudian diketahuinja itu membuat nabi memutuskan untuk mentjeraikan isterinja, jang segera djuga dilepaskannja. Isterinja kawin lagi. Tetapi nabi itu tak dapat tjedera kepada tjintanja jang pertama. Diambilnja kembali isterinja dna dibajarkannja ganti kerugian jang dituntut. Isterinja diudjinja agak lama, untuk menjembuhkannja dari ketjenderungan2nja jang djahat. Tetapi ia bersedia melupakan jang sudah2 dan mentjintainja lagi dengan segenap hatinja. Kemudian diinsjafi nabi itu, bahwa hal-ihwal pribadinja anehnja banjak kesamaan dengan apa jang terdjadi antara Jahwe dan umat pilihanNja. Nabi itu mengerti, bahwa pengalaman2nja jang sedih itu ditentukan oleh Jahwe sendiri, untuk dengan itu mengandjurkan kepada umatNja akan bertobat. Karena itu dengan berpangkal pada hal-ihwalnja sendiri dan dengan memberikan nama2 simbolis kepada anak2, dinjatakan oleh nabi itu kepada rakjat ketidaksetiaannja kepada Jahwe, Mempelainja. Begitulah kami artikan kisah biografis dalam pasal 1(Hos 1) dan 3(Hos 3). Kisah itu mengenai perkawinan jang njata tapi tak- bahagia dari nabi itu, hal mana baginja mendjadi perlambang ketidak-setiaan Israil terhadap Jahwe. Dahulu dan sekarang masih ada sadja beberapa ahli, jang tidak mau mengartikan sebagai kenjataan, melainkan sebagai suatu perlambang atau alegori buatan nabi itu atau djuga sebagai penglihatan. Tetapi djika teksnja dibatja baik2, maka kiranja sungguh hal itu mengenai suatu kenjataan. Seperti isteri Hosea sungguh tak-setia kepada suaminja, demikianpun Israil sungguh murtad dari Jahwe, Mempelainja. Pengalaman2 serupa itu jang diartikan sebagai perlambang oleh nabi tsb., terdapat pula pada nabi2 lainnja (Yes 7:3; 8:3; Yes 16:2; Yeh 24:15-17).
Menurut Hosea ketidak-setiaan Israil kepada Jahwe lebih2 terdiri atas pemudjaan berhala dan ibadah jang tidak sah serta tjarut di-tempat2 sutji Betel dan Dan (Hos 2:4-15; 4:11-13; 5:6; 8:5-6; 8:11-13; 13:1-3). Ketidak-setiaan ini memainkan peranan utama dalam kitab tsb. dan demikianlah seluruhnja dipengaruhi oleh pengalaman2 simbolik perkawinan itu tidak hanja terdapat dalam kitab Hosea sadja. Banjak nabi, chususnja Jesaja, Jeremia dan Jeheskiel mengambil-alih simbolik itu dan ber-ulang2 diterapkan kepada hubungan Jahwe dengan Israil. Makanja tidak meninggalkan tjintanja, demikianpun Jahwe tidak akan meninggalkan mempelaiNja, tetapi tetap mentjintainja. Ia manghadjarnja lebih untuk menjembuhkan daripada untuk menghukum; dan sesudah bertobat, Israil pasti diterima lagi dalam tjintaNja. Thema in mentjapai puntjaknja dalam Madah Agung, djika madah itu diartikan sebagai suatu alegori dan bukannja sebagai lukisan tjinta perkawinan insani.
Kitab Hosea terdiri atas dua bagian besar, jang djelas dapat dibedakan satu sama lain. Bagian pertama (Hos 1-3) mendjandjikan hal-ihwal hidup perkawinan nabi itu dengan tafsirnja jang diberikan olehnja atas ilham Allah. Hanja Hos 2:1-3 rupa2nja tidak tidak ada pada tempatnja. Bagian kedua 94-14) adalah kumpulan firman2 Allah, jang sedikit gandingannja satu sama lain, ketjuali dalam hal thema umumnja, dan lagi penuh ulangan2. Tidak dapat tidak firman2 itu diutjapkan pada waktu2 jang berlainan dan pada klesempatan2 jang berlainan dan urutan chronologisnja pastilah tidak terpelihara dalam susunannja jang definitif. Walaupun seirng sukarlah membedakan bagian2 ketjilanj sendiri2 dan setiap pembagian oleh karenanja djuga agak sesenaknja sadja, namun bagian kedua itu dapatlah dibagi atas firman2 jang sedikit-banjak ada gandingannja. Dalam Hos 4:1-14:1 diketjamlah pelbagai kedjahatan Israil dan lapisan2 atas dan diantjam dengan hukuman jang tak terelakkan. Namun demikian, ber-ulang2 muntjul djuga bagian2 jang mengandung harapan (Hos 5:15; 6:11-7:1; 11:8-11). Bagian jang terachir (Hos 14:2-9) melukiskan penjelamatan jang terachir dan definitif dari bangsa itu sesudah bertobat.
Lepas dari tambahan2 jang tak penting dalam Hos 1:7 dan Hos 14:10 Hos 14:9, tidak ada alasan untuk menjangsikan keaselian kitab itu seluruhnja atau sebagian daripadanja. Berpangkal pada anggapan, pernahlah orang mau mentjoret semuanja, jang berkenaan dengan Juda atau dengan kebahagiaan hari depan (Hos 4:1-7; 5:5,13-14; 6:11; 12:1; 14:2-9), tetapi tanpa prasangka tidak dapatlah dikemukakan argumen2 untuk itu. Soal lain jang tidak begitu penting ialah, apa nabi itu sendiri menulis dan menjusun kitabnja. Dapatla diterima begitu sadja, bahwa nabi itu menuliskan sendiri se-tidak2nja bagian2 tertentu. Riwajat hidupnja tak dapat tidak berasal daripadanja, meskipun bagian kedua digubah oleh orang lain, sehingga bukan Hosea sendiri jang berbitjara, melainkan orang lain tentang dia. Firman2 untuk sebagian tak dapat tidak ditulisnja sendiri. Sebab rupa2nja djaranglah ia dapat tampil didepan umum (Hos 9:7-9), sehingga ia harus membatasi dirinja sampai kekalangan jang terbatas sadja. Untuk mentjapai rakjat, ia mesti menjerahkan penfadjaran2nja setjara tertulis kepada pembantu2nja. Tulisan2 ketjil, jang kiranja ditambah djuga dengan hafalan2 murid2nja, kemudian dikumpulkan dandisusun. Tetapi hal itu dilakukan dengan agak bebas, sebagaimana ternjata dari kesan kekaburan, jang diberikan kitab tsb. Mungkin djuga kemudian, ketika kumpulan itu diterima di Juda, diadakan beberapa perubahan dan tambahan2 seperlunja.
Pesan Hosea amat kaja isinja. Pada pokoknja terdapatlah padanja hampir semuanja, jang kemudian diperluas oleh nabi2 sesudah dia. Ia melemparkan ketjaman pedas bukan hanja atas kelaliman sosial (Hos 8:14; 4:2; 10:4; 12:8-9), jang ditjela habis-habisan oleh Amos, tetapi terutama pula atas keruntuhan susila, pemudjaan berhala dan ibadah jang tidak sah kepada Jahwe sendiri. Sebab- musababnja ialah pemimpin2 rakjat, istana dan kaum bangsawan Hos 5:1 dengan keimaman radjawi (Hos 4:4-5). Sebab jang terdalam maka Israil sampai pada keruntuhan dan tak dapat tidak menudju ke kebinasaannja, jang harus dilaksanakan oleh Asjur, ialah kekurangan "pengetahuan perihal Jahwe" (Hos 4:1-6; 6:6). Jaitu tidak adanja rasa keigamaan jang sedjati, hal mana berarti pasrah bulat kepada Jahwe, mengakui dan menerima Dia sebagaimana Ia adanja, dalam kekuasaanNja dan kebaikanNja memilih, dalam tuntutan2Nja dan perintah2Nja, Allah jang tidak membiarkan jang lain disampingNja. Agama jang sedjati berarti: sjukur, tjintakasih kepada Allah dan manusia, ketaatan jang tak bersjarat. Walaupun Hosea mempermaklumkan pengadilan kepada Israil, namun ia terutama adalah nabi tjintkasih. Ia sendiri mempunjai tabiat jang hangat, jang dapat mentjintai dan mau ditjintai. Ini ternjat dari kesetiaannja kepada isterinja jang tjedera. Iapun mentjintai bangsanja dengan segenap hatinja; dan kekerasannja diilhami oleh sebab ia prihatin dan penuh tjinta. Dalam hal ini nabi itu hanjalah pemantulan dari Allah, seperti jang diadjarkannja tentang Dia. Dipudjinja tjintakasih Allah jang tak terputuskan kepada umatNja jang tak setia (Hos 2:16-22), jang kendati segala2nja tidak ditinggalkan (Hos 11:1-4,8-9). Jahwe menolaknja hanja untuk sementara, tetapi melulu untuk mengambil kembali dengan tjina kasihNja jang tak berkurang mempelaiNja, jang sudah dimurnikan dan ditahirkan. Apabila Hosea menutup kitabnja dengan nubuat kebahagiaan, maka tak lain dan tak bukanlah itu konsekwensi dari pandangannja tentang Jahwe jang penuh tjintakasih, jang dibentangkannja dalam seluruh kitabnja.
Thema chas lainnja, jang mengambil tempat jang penting pada Hosea, ialah gagasan bahwa dosa2 leluhur tetap berada terus dalam diri keturunan2 mereka (Hos 6:7-7:2; 9:10-17; 10:9; 12:4-7,13-14). Keadaan jang menjedihkan dari Israil pada saat itu sebetulnja tak lain dan tak bukan adalah kelandjutan seta akibat dari ketidak-setiaan jang lampau. Sedjak permulaan Israil atau sebagian daripadanja telah bersalah dengan dosa dan ketidaksetiaan; dan hal itu berbalik kepada waktu sekarang dan dibalaskan kepada angkatan sekarang. Rakjata menanggung beban pusaka, jang achirnja akan membawanja ke kebinasaan. Tentulah ber-lebih2an mengatakan, bahwa Hosea sudah mengemukakan adjaran tentang dosa asal, tetapi gagasannja merupakan persiapan dan langkah kearah adjaran tsb.
Imbangan Juda dari Amos di Israil ialah MICHA. Menurut djudul kitab (Mik 1:1) ia tampil dalam pemerintahan Jotam, Ahaz, dan Hizkia, djadi tahun 738-693. Tidak ada alasan untuk menjangsikan benarnja berita itu, dari siapapun djua asalnja. Djadi, nabi itu memulai kegiatannja sebelum djatuhnja Sjomron (721) dan menurut Yer 26:18 ia memang tampul didjaman Hizkia dan ternjata meninggalkan kesan jang dalam. Nabi Micha, jang berasal dari daerah pedalaman Juda disebelah selatan, memperdengarkan suaranja selama waktu jang pandjang dan adalah semasa dengan rakannja, Jesaja. Walaupun berasal dari daerah pedalaman, ia toh mungkin tampil diibukota itu sendiri (Mik 3:10-12; 6:9; 7:11).
Waktu nabi itu hidup, negeri berada dalam keadaan jang sangat gawat, karena dibajangi oleh Asjir jang makin lama makin mendesak. Pula atas permintaan radja Ahaz maka Damsjik direbut dalam th. 732. Tetapi bantuan itu diberikan bukannja dengan tjuma2 oleh Asjur, sehibngga Juda dalam keadaan tepergantung dan harus membajar padjak jang berat kepada tuannja di Ninive. Dalam th. 721 Sjomron djatuh, sehingga sahabat jang besar tapi tadinja djauh itu sekarang berada diperbatasan Jusa sendiri. Pemberontakan negeri2 taklik dalam 721 itu ditumpas dengan pumpahan darah dan dalam tahun 711 djuga pemberontakan dinegeri Felesjet, pada kesem[atan mana Asjdod dibasmi. Radja Hizkia tetap tidak ikut dalam koalisi anti-Asjur, hal mana menjelamatkan dia. Setelah Sargon, jang merebut Asjdod, meninggal, terdjadi lagi pemberontakan2, jang didalamnja Hizkia turut-serta pula. Dalam tahun 701 Sanherib muntjul di Palestina untuk menghadjar takluk2nja jang memberontak. Ia mengepung djuga Jerusjalem, setelah sebagian besar dari negeri itu direbutnja; tetapi kemerdejaan serta tachta dapat ditebus dengan padjak jang sangat menekan, karena Sanherib terpaksa menghentikan pengepungan itu. Disamping itu Hizkia harus menjerahkan sebagian dari wilajahnja kepada taklik2 jang dapat dipertjaja. Hal-ihwal politik ini seperti lazimnja djuga membawa sertanja kemerosotan dalam bidang sosial dan keigamaan. Radja Jotam, jang pemerintahannja (740-736) hanja ketahuan sedikit sadja, rupa2nja adalah seorang radja jang mursjid; tetapi didjaman Ahaz kekafiran mengalami masa subur, karena radja itu dengan alasan2 politik mengandjurkan pemudjaan dewa2 asing. Karena alasan2 anati-Asjur, Hizkia memadjukan kebangkitan nasional dan keigamaan, dalam hal sosial di Juda chususnja di Jerusjalem, dalam masa kemerosotan keigamaan itu, sangat tidak memuaskakn. Hal itu bergandingan pula dengan perubahan susunan masjarakat. Perdagangan dan industri, hubungan2 dengan luarnegeri, mentjiptakan lapisan baru orang2 jang kaja-raya, jang memperkaja diri dengan menghisap rakjat djelata, termasuk pula Micha.
Berlainan pula dengan Jesaja, nabi tsb. tidak menaruh perhatian langsung kepada segi politik, melainkan lebih2 kepada segi sosial kehidupan masjarakat dari djamanna. Baginja Asjur hanjalah tjambuk penghadjar didalam tangan Jahwe untuk menghukum dosa2 para penghisap. Dikemukakan djatuhnja Sjomron (Mik 1:5-7; 6:1-5), karena hal itu harus mendjadi suatu peringatan bagi kaum senegerinja, untuk tidak melandjutkan dosa2 bangsa sesaudara dan dengan demikian mengalamu nasib jang sama. Dosa2, jang terutama menarik perhatian nabi itu, ialah sama dengan jang diketjam Amos di Israil, jaitu ketidak-adilan sosial dan penghisapan (Mik 2:1-2,8-9; 3:1-4,9-11; 6:9-14; 7:1-6). Jang mendjadi sebab kepapaan itu ialah seperti dalam kitab Amos, lapisan2 atas, jang dengan tak bertanggungdjawab menghisap lapisan2 bawah (Mik 3:1-4,9-12; 6:12). Micha menambahkan suatu kelompok lain lagi, jakni nabi2 palsu (Mik 3:5-6) jang didjaman itu ternjata merupakan golingan kuasa.
Protes sosial dari Micha itu berdasarkan keigamaan. Ia bukan hanja seorang pembaharu sosial atau pengandjur revoluso sadja. Dituntutnja pertobatan keigamaan (Mik 6:8), jang dengan sendirinja djuga membawa sertanja perbaikan sosial jang perlu. Lapisan2 atas merasa aman terhadap segala bahaja, aman terhadap tangan penghukum dari Jahwe, karena mereka pertjaja pada upatjara2 mereka jang meriah (Mik 6:6-7; 2:6-7; 3:4,11), disertai dengan alat2 kekuasaan militer (Mik 5:9-10). Tetapi ibadah bukanlah basis bagi kepertjajaan, dan kekuatan2 militer (Mik 5:9-10). Tetapi ibadah bukanlah basis bagi kepertjajaan, dan kekuatan2 militer se-mata2 bukanlah suatu perlindungan. Ini diadjarkan nabi tsb. Selama mereka menindas kaum sebangsanja, liturgi tidak ada artinja. Semua kan anggota dari satu bangsa, jakni umat Jahwe dan semua mempunjai hak2 serta kewadjiban2 jang sama. Dengan menghisap seorang saudara, orang melanggar hukumAllah jang diberikan demi untukumatNja. Masing2 sama haknja atas tanah Jahwe; dan merampas tanah itu dari seseorang adalah perkosaan jang dilakukan pada milik Jahwe sendiri. Apa jang diminta Allah dari manusia bukanlah se-mata2 dan terutama ibadah, melainkan tjintakasih dan kedjudjuran dibarengi dengan kepatuhan jang rendah hati kepada Allah jang adik dan maharahim (Mik 6:8).
Kepada para pendosa dari antara bangsanja Micha memaklumkan pengadilan Jahwe jang keras, jang akan muntjul dalam rupa Asjur. Sjomron djatuh binasa, akan tjontoh dan eringatan bagi Juda. Pembasmian daerah selatan Juda, asal-usul nabi itu, oleh Sanherib dalam tahun 701 (Mik 1:8-16) adalah djuga suatu peringatan bagi Jerusjalem, jang djatuhnja dilukiskan sebelumnja (Mik 3:12; 6:13-16). Tetapi Micha tidak hanja menubuatkan malapetaka sadja. Ia mengenal pengharapan djuga. Bagi "sisa" (Mik 4:7; 5:6,7) dari bangsanja, jakni sisa jang mursjid (Mik 5:2; 4:13) dinubuatkannja hari depan jang gemilang sesudah pelaksanaan pengadilan itu. Radja keturunan Dawud (Mik 5:1-5), al-Masih, akan memerintah disana dan mendatangkan perdamaian kepada umat Jahwe jang sudah disutjikan (Mik 5:11-14), setelah musuh dibasmi (Mik 4:9-14; 5:6-8; 7:8-10) (Mik 4:9-5:1; 5:6-8; 7:8-10). Namun demikian keradjaan itu bukanlah keradjaan nasional Jahudi belaka, karena orang2 kafirpun akan bertobat kepada Jahwe dan naik ke Sion (Mik 4:1-5). Dengan pemandangan2 luas ini Micha toh mengakui iman dan kepertjajaannja pada Jahwe (Mik 7:7), kendati kebedjatan jang dikonstatirnja pada kaum semasanja dan jang hanja meninggalkan harapan jang ketjil sadja. Achirnja Jahwe toh tidak akan menolak umatNja setjara definitif. Betapapun djua esuramnja hari depan itu, namun nabi itu berkepastian atasnja, se-tidak2nja untuk sebagian dari bangsanja.
Kitab Micha terdiri atas sekumpulan firman, jang dikemukakan nabi itu selama masa djabatannja jang pandjang. Bahwasanja tidak semuanja dituliskan dalam dalam kitabnja, bolehlah dipastikan. Makanja tidaklah mungkin djuga bahwa nabi itu sendiri menjusun kitabnja sebagaimana sekarang ini adanja. Sampai sedjauh mana tjatatan2nja dituliskan atas suruhan nabi itu sendiri, pada hakikatnja tidaklah dapat ditentukan lagi.
Kitab itu, sebagaimana sekarang ini adanja, manundjukan susunan jang gandjil. Kitab itu terdiri atas dua bagian besar, jang menundjukkan kesamaan jang besar satu sama lain dalam hal susunan umumnja. Bagian pertama (Mik 1-5) adalah sekumpulan antjaman2 (Mik 1-3) diikuti dengan djandji keselamatan (Mik 4-5). Bagian kedua (Mik 6-7) adalah djuga suatu seri permakluman hukuman (Mik 6:1-7:7) diikuti dengan bagian, jang mengatakan lagi pemulihan dihari depan (Mik 7:8-20).
Bagian pertama mudah dimengerti. Antjaman2 itu bertanggal dari masa sebelum djatuhnja Sjomron dan pembagaruan agama oleh Hizkia kemudian. Hal itu harus mendjadi peringatan bagi Juda. Sama pula gunanja ialah penjerbuan Sanherib (701), hal mana menundjukkan sekali lagi, bahwa Juda akan mengalami nasib jang sama seperti Israil, apabila Juda tidak bertobat. Djandji2 (Mik 4-5) itu dapatlah dimengerti se-baik2nja sesudah pembaharuan oleh Hizkia. Pembahaeuan memberi nabi itu harapan lagi bahwa bahaja masih dapat ditangkis; dan dengan berbitjara tentang hari depan jang bahagia, ia memberikan sumbangannja untuk memperkuat djatahan nasional terhadap Asjur. Djandji2 dalam Mik 2:12-13 di-tengah2 antjaman hukuman agak gandjil bunjinja. Kiranja tidak ada pada tempatnja disitu, tetapi toh dari Micha djuga asalnja.
Sebaliknja bagian kedua djauh lebih sukar dipahami. Antjaman2 dibagian kedua sedjadjar dengan antjaman2 bagian pertama. Dan ditudjukan pula kepada Israil. Ada beberapa ahli, jang hendak memindahkan firman2 itu kedjaman pemerintah Menasje (687-642), dan menurut pendapat mereka nabi itu membajangkan kembali masa lampau jakni keruntuhan keradjaan utara, untuk menambah kuatnja peringatan jang diberikannja. Tetapi tidak dapat dibuktikan dengan mudah, bahwa Micha masih tampil didjaman pemerintahan Menasje. Ini ditentang dengan tegasnja oleh djudul kitab. Karena kiranja lebih dapat diterima, bahwa antjaman2 itu memang sedjadjar dengan antjaman2 bagian pertama (Mik 1:2-3:12), djadi harus ditanggalkan pada waktu jang sama. Demikian djadinja ada dua kumpulan nubuat2 tersendiri, jang kemudian didjadikan satu kitab. Sisa dari bagian kedua kitab itu terdiri pelbagai petilan. Rakjat berbitjara kepada musuhnja dan mengakui kesalahannja, jang mendjadi sebab murka Allah, tetapi menjatakan pula harapannja akan hari depan (Mik 7:8-10). Kemudian nabi itu sendiri angkat bitjara dan mendjandjikan pembangunan kembali tembok2 Jerusjalem dan pulangnja kaum buangan (Mik 7:11-13). Bagian berikutnja adalah doa rakjat untuk kembali dan pemulihannja sendiri dan untuk perendahan musuhnja (Mik 7:14-17). Seluruhnja ditutup dengan seruan akan belaskasihan Allah dan kesetianNja kepada perdjandjian (Mik 7:18-20). Teks2 itu rupa2nja mengandaikan keruntuhan Jerusjalem dan pembuangan. Djadi sukarlah dikatakan berasal dari Mica\ha. Oleh karena itu kebanjakan ahli berpendapat, bahwa teks2 itu terdjadi didjaman pembuangan dan kemudian ditambahkan kepada kitab itu, agar seluruhnja djangan berachir dengan nubuat tentang eruntuhan, melainkan dengan perluasan lebih landjut dari harapan nabi itu (Mik 7:7).
Dengan itu dikemukakan persoalan mengenai keaselian kitab tsb. Ketjuali mengenai bagian terachir, jang sungguh tidak berasal dari nabi itu, dikemukakan persoalan jang sama djuga berkenaan dengan Mik 2:12-13. Tetapi dengan memindahkan ajat2tsb. ke Mik 4:7-9 tidak ada alasan jang kuat lagi untuk menjangkal keaseliannja. Djandji tsb. dapat djuga diartikan bukannja tentang Juda melainkan tentang Israil; dan karena nubuat2 keselamatan itu (fasal 4) (Mik 4) mengenai Juda, maka nubuat2 itu mendapat tempat lain jang kurang serasi. Teks kedua, jang keaseliannja disangsikan ialah Mik 4:1-3. Sebab ajat2 ini terdapat pula hampir2 menurut huruf pada Yes 2:2- 4. Djadi, siapakah jang menuliskannja? Mungkinkah Micha mengutipnja dari Jesaja atau djuga sebaliknja; kedua nabi itu mungkin mengambil teks tsb. dari sumber jang sama, jang tidak kita ketahui lagi; mungkun djuga para penjususn kitab Jesaja dan Micha telah menjisipkan sebuah teks, jang tidak ketahuan asalnja, kedalam kedua kumpulan itu. Sesungguhnja tidak ada argumen2 jang kuat, untuk menerima keterangan jang satu atau jang lain. Oleh karena itu djuga tidak dapat diputuskan tentang keaselian ajat2 tsb. Namun demikian, kebanjakan ahli berpendapat bahwa ajat2 tsb. tidak berasal dari Micha. Apa Mik 4:10b jang menjebutkan Babel sebagai tempat pembuangan bagi Jerusjalem, berasal dari Micha, masih diperbantahkan. Sebab didjaman Micha Babel belum meruoakan bahaja bagi Juda. Tetapi ahlu2 mengemukakan, bahwa tejs tsb. boleh djadi tidak mengenal keradjaan Babel, melaunkan mengenai Babel sebagai propinsi Asjur.
Nabi Micha dan nabi Jesaja beberapa waktu kemudian mendapatkan seorang pengganti dalam tugas kenabian mereka dalam diri SEFANJA. Dalam djudul kitabnja (Zef 1:1) diberikan silsilah jang agak pandjang, jang menjebutkan dia tjitjit dari seorang jang bernama Hizkia. Samasekali tidak pasti, bahwa Hixkia tsb. adalah radja Juda jang bernama demikian dan oleh karenanja tidak pasti djuga, bahwa nai tiu keturunan radja. Menurut djudul itu djuga Sefanja tampil dikeradjaan Juda dalam pemerintahan Josjijahu (640-609). Karena nabi itu melantjarkan kerjaman jang pedas terhadap keadaan keigamaan negerinja, jang diratjuni oleh kekafuran, maka tudak mungkinlah ia tampil sesudah pembaharuan Josjijahu, jang menumpas kekafuran itu. Djadi ia mengadakan kegiatannja selama radja itu masih belum dewasa, jaitu sebelum tahun 628. Maka kegiatannja dapat ditanggalkan dengan agak teliti antara tahun 640 dan 630, dan demikian ia mendjadi pendahulu langsung dari Jeremia.
Didjaman itu nabi tsb. mempunjai alasan penuh untuk mengetjam Juda, terutama Jerusjalem, karena negeri itu keadaannja menjedihkan dalam bidang politik dan keigamaan. Pada waktu itu kekuasaan Asjur mentjapai puntjaknja, untuk kemudian menurun dengan tjepatnja. Asarhadon (680-669) dan asubanupal (667-621) memaksakan kehendak mereka kepada Mesir dan meletakkan bebannja diatas pundak saingannja jang besar itu. Sedjak penjerbuan Sanherib (701) Juda mendjadi negeri takluk jang setia tetapi tak berarti. Walaupun Sanherib terpasa menghentikan pengepungan Jerusjalem, namun negeri djatuh kedfalam kepapaan jang hebat karena padjak berat dan karena terkudung wilajahnja. Pengganti2 Hizkia, jaitu Menasje (687-642) dan Amon (642-640) tidak dapat berbuat apa2 selain mendjadi hamba2 jang tunduk. Ketundukan mereka sampai begitu rupa, sehingga mereka setjara resmi memudja dewa2 bintang Asjur, hal mana didasarjab oyka atas abggapan bahwa dewa2 itu agaknja lebih kuasa daripada Jahwe. Hal itu menjebabkan synkretisme jang masih latent dan ketjenderunagan2 kafir muntjul lagi di-mana2.Para mangkkubumi Josjijahu jang kurang umur menempuh djalan jang sama. Kekuasaan Asjur sementara itu mulai surut. Sedjak tahun 653 Mesir berdaulaat lagi. Radja Babel, Sjammasj Sjumuhin memberontak dalam tahun 652 dan penindasan pemberontakan itu makan banjak waktu (652-648) dan lebih banjak tenaga. Disebelah timur orang Media dan Parsi mulai merongrong keradjaan dan daru utara bangsa Skutos mengadakan penjerbuan2. Dapatlah dikirakan, bahwa keruntuhannja tidak begitu djauh lagi. Dalam keadaan2 demikian itu bangsa2 jang ditaklukkan mulai menaruh harapan lagi dan mulai bergolak. Pula Juda dapat menghela nafas dengan lebih leluasa dan hal itu membangkitkan pembaharuan nasional serta keigamaan, chususnja didaerah pedalaman; kebangkitan itu mentjapai puntjaknja dalam pembaharuan2 jang dilantjaarkan oleh Josjijahu jang sudah dewasa.
Didalam situasi itu tampillah Sefanja. Didalam pergolakan pilitik jang ada di- mana2 itu ia hendak menjelamatkan bangsanja dan membawanja kekebesaran jang baru. Dosa adalah sebab-musababnja segala kepapaan, dan karena dosa2nja Juda akan terseret pula kedalam bentjana besar, jang sudah diambang pintu. Karena itu Sefanja memaklumkan dalam rangka bentjana sedunia itu (Zef 1:2-3,8; 3:8) "Hari Jahwe" jakni hari pengadilan atas Jerusjalem (Zef 1:4-13; 3:1-5). Hari pengadilan itu akan melingkupi segala bangsa, dan Asjur tidak terketjualikan (Zef 2:4-15). Kesemuanja itu harus mendjadi lem (Zef 3:6-8), untuk tidak sampai turut diadailiPengadilan itu harus mendjadi suatu proses pemurnian, baik kaum kafir (Zef 3:9-10) maupun bagi orang2 Juda (Zef 3:9-11); hanja suatu sisa jang ketjil dan hina- dina, para mursjid (Zef 3:12-13), orang2 pedalaman (Zef 2:3), akan diselamatkan, jaitu sisa sutji bagi masa depan (Zef 3:14- 20). Sefanja memandang sebagai dasar segala dosa, jang terutama berwujud dalam kekafiran jang dimasukkan dan dilindungi lapisan2 atasan itu, keangkuhan (Zef 3:1; 2:10,15) jang merupakan kebalikan dari keutamaan2 pokok: kerendahan hai, pasrah dengan penuh kepertjajaan kepada Jahwe dan iman akan Allah Israil (Zef 3:16-17). Karena itu orang angkuh, siapapun djua orangnja, entah bangsa kafir entah penduduk Jerusjalem, pastilah akan binasa, sedangkan orang jang renfah hati akan diselamatkan.
Kitab Sefanja tersusun agak sekematis atas empat bagian. Bagian pertama (Zef 1; 2-2:3) memuat suatu prakata, jang melukiskan bentjana kosmis (Zef 1:2-3), sedjumlah firman lawan para pendosa di Jerusjalem dengan gambaran hari Jahwe, jang dikuntji dengan seruan untuk bertobat (Zef 1:4-2:3). Dalam bagian kedua (Zef 2:4-13) dikumpulkan sedjumlah firman lawan bangsa2 kafir harus mendjadi peringatan bagi penduduk ibukota Juda Kitab ditutup, sebagaimana halnja dengan kitab Amos, Hosea, dan Joel, dengan nubuat keselamatan (Zef 3:9-20).
Kitab dalam bentuknja jang sekarang sudah pastilah tidak disusun oleh Sefanja sendiri. Tetapi para penjusun sungguh kembali kepada utjapan2 nabi itu, entah dituliskan oleh dia sendiri entah tidak. Berkat para penjusun ada beberapa tambahan ketjil2, seperti ketika pengantar jang pendek2 dalam Zef 1:1,8,10,12; 3:11-16 dan keterangan2 singkat dalam Zef 1:4,17; 3:8,10, jang mungkin berasal dari orang lain lagi. Tetapi kesangsian2 dikemukakan pula mengenai petilan2 jang lebih besar. Orang mau menjangkal, bahwa Zef 1:2-3; 2:8-11; 3:1-13 dan Zef 3:14-20 itu berasal dari Sefanja, djadi praktis separoh dari kitab itu. Tetapi argumen2 jang sikemukakan ternjata tidak kuat untuk membuktikan pendapat itu. Hanja mengenai Zef 2:11 dan Zef 3:9-10, jang bergantung dari Yes 2 dan Yes 40:1- 55:13, dan djuga Zef 3:18-20, jang mengandaikan pembuangan, kesangsian2 itu begitu rupa, sehingga sukarlah dapat diterima, bahwa ajat2 itu berasal Sefanja. Ajat2 tsb. djuga tidak dapat disesuaikan dengan apa jang dikatakan nabi itu tentang "sisa" jang diselamatkan dalam Zef 2:3 dan Zef 3:11-13. Dalam Zef 3:18-20 seluruh bangsa ambil bagian dalam keselamatan; dan Zef 3:19 djuga bergantung dari (Mik 4:6).
Djika Sefanja sudah melihat mendekatnja kebinasaan Asjur, maka NAHUM menjaksikan dengan mata kepala sendiri, setelah ia dalam kebanggaan nasionalnja meramalkan kedjatuhan Asjur jang sudah diambang pintu. Sebab nabi itu tampil antara tahun 663 dan 612. Ia menjindir perebutan Tebes (Nah 3:8-10) oleh Asurbanipal; dan keruntuhan Ninive (612) dinubuatkan begitu rupa, se-akan2 ia sendiri melihat itu terdjadi didepan matanja. Dengan itu Nahum djuga adalah semasa dengan Jeremia.
Sesudah kematian Asurbanipal (626), keradjaan Asjir menudju dengan tjepatnja ke keruntuhannja. Babel memperoleh kedaulatannja kembali dibawah pimpinan Nabopalasar (625-605) dan melawan Ninive dalam tahun 616-619. Mesir mentjoba selamatkan Asjur, musuhnja jang lama, tetapi sia2 sadja; sedangkan Babel mendapatkan sekutu dalam diri radja Media, Cyaxares. Dalam tahun 614 bangsa Media merebut kota Asjur disebelah selatan Ninive. Nabopalasar mengikat perdjandjian dengan mereka dan ber-sama2 mereka merebut dan membasmi Ninive dalam tahun 612. Keruntuhan metropol (kota-pusat) jang dibentji mendatangkan kegembiraan jang besar diantara bangsa2 jang tertindas dan menderita, jag tidak sadar, bahwa hal itu achirnja tidak banjak untungnja, karena Babel memandang semuanjan sebagai milik pusakanja jang sjah. Juda turut serta dalam kegembiraan itu. Didalam pemerintahan Josjijahu negeri itu praktis berdaulat lagi. Ketika Mesir datang menolibg Asjur, Josjijahu menentang hal itu; tetapi hal itu berachir dengan kekalahan di Megido (609) dan mangkatnja radja jang mursjid itu. Untuk sementara Mesir mengambilalih kekuasaan sampai Babel tjukup kuat untuk menjingkirkan musuh itu.
Nahum melantjarkan nubuatnja tepat ketika pasukan Babel dan Media madju ke Ninive dan sudah djelaslah, bahwa serangan itu tidak dapat ditanggulangi. Ada jang mau menganggap, bahwa nubuat itu adalah suatu telah sesudah terdadinja peristiwa, tetapi anggapan ini dapat ditolak dengan tjukup alasan. Sebagian besar dari kitab itu (Nah 1:12-13,14; 2:13,3,5-7; 1:9-10,11; 2:1,3; 3:1,3; 3:1-4,11,15) tiada maknanja lagi sesudah djatuhnja Ninive dan Nah 3:12-15a haruslah ditanggalkan sebelum tahun 615, ketika Babel dan Media sudah merebut sebagian besar dari negeri itu, sedangkan Ninive masih utuh. Tetapi bolehlah di terima, bahwa gambaran jang sangat konkrit dari keruntuhan Ninive (Nah 2:2,4-13; 3:2-11) itu kemudian dikerdjakan lagi oleh nabi itu menurut kenjataan. Tetapis aduran itu dilakukan pada nubuat jang njata. Djuga anggapan bahwa kitab itu memuat perajaan liturgis, sebangsa kebaktian sjukur sesudah djatuhnya Ninive, tidaklah dapat diterima. Kitab itu adalah kumpulan firman2 jang diutjapkan Nahum ketika keruntuhan Ninive tak terelakkan lagi. Bahwasannya Nah 1:9-14 mengenai radja Menasje, kiranja tidaklah mungkin.
Dalam nubuatnja Nahum menjimpang banjak dari nabi2 lainnya. Nabi2 lain itu melawan bukan hanja bangsa2 lain jang bermusuhan, jang keruntuhannja dinubuatkan mereka, tetapi sering djuga umat Allah itu sendiri, jang karena dosa2nja mendatangkan kebinasaan atas dirinja sendiri dan oleh karenanja harus didesak untuk bertobat. Dari kesemuanja itu sedikitpun tidak terdapat pada Nahum. Ia melulu melawan Ninive dan dengan sukatjita besar ia melihat kebinasaan adikara itu mendekat. Apa jang berbitjara padanja bukanlah kesadaran akan kesalahan sendiri, melainkan rasa keadilan jang terlanggar, jang tersinggung oleh penindas lalim begitu banjak bangsa. Hal itu tidak dapat dibiarkan oleh Jahwe jang adil. Nabi2 lainnja seperti Jeremia (Yer 50:21-32) dan Jesaja (Yes 10:5-19) mengenal hal itu djuga, tetapi dalam tulisan singkat, jang masih tersimpan dari Nahum, aspek tsb. terlalu ditandaskan, tanpa dikemukakannja pula segi jang lain. Berlebih2anlah mengatakan, bahwa Nahum itu melulu seorang nasionalis jang menaruh dendam. Tjelaannja terhadap Ninive sungguh beralasan keigamaan (Nah 1:2-8). Pada hakikatnja adalah Allah jang membimbing sedjarah; tidak membiarkan kedjahatan luput dari hukuman. Untuk memahami Nahum sepenuhnja, tidak bolehlah dilupakan, bahwa kaki langit pandangannja terbatas sampai dunia ini sadja dan bahwa ia belum dapat membanjangkan pembalasan diachirat. Iapun berpikir, setjara kolektif dan tidak mempersoalkan, bagaimana suatu bangsa seluruhnja, serta anggota2nja dapt dihukum karena kedjahatan beberapa orang, chususnja kedjahatan radja.
Kitab Nahum terdiri atas dua bagian besar. Bagian pertama (Nah 1:2-1:3), jang merupakan prakata bagi bagian pokok, terdiri atas sebuah mazmur menurut abjad (Nah 1:2-8), dalam mana keadilan pembalas dari Jahwe dilukiskan dengan gambaran2 jang lazim, sebagai tampilnja Jahwe untuk mengadili. Mazmur itu diikuti sedjumlah firman (Nah 1:9-2:1,3), jang setjara bergiliran mengenai Juda dan Asjur, dan dalam mana dipermaklumkan keruntuhan Ninive akan pelipur bagi umat Allah. Bagian kedua jang terutama (Nah 2:4-3:19) adalah suatu permakluman serta lukisan pembasmian Ninive.
Pada umumnja diterima, bahwa bagian terbesar dari kitab itu berasal dari Nahum sendiri. Hanja mengenai mazmur pengantar, jang luasnja ditentukan setjara berlainan, dikemukakan kesangsian2. Mazmur itu katanja sangat kurang gandingannja dengan kitab; dan memang hanja merupakan sekumpulan ungkapan dan gambaran, jang sudah lazim tanpa banja keaselian. Tambahan pula katanja sandjak2 menurut abdjad baru muntjul kemudian. Namun demikian ada banjak ahli, jang tidak menerima argumen2 tsbt. dan tetap membela keaselian mazmur itu. Sukarlah dalam persoalan ini memperoleh kepastian jang memadai.
Amat berlainanlah pendapat2 mengenai waktu tampilnja HABAKUK. Ini bergandingan dengan tafsir jang diberikan orang kepada kitab itu. Diluar kitab itu sendiri tidak ada petundjuk2 lebih landjut. Betul dalam Dan 14:33-39 disebutkan seorang nabi jang bernama Habakuk, jang hidup di djaman pembuangan, tetapi semua ahli sependapat, bahwa Habakuk tsb. tidak ada sangkut-pautnja dengan pengarang nubuat, jang tetap tersimpan dalam Perdjandjian Lama. Bagi mereka, jang berpendapat bahwa Habakuk berbitjara tentang orang2 Asjur dengan nama Chaldai, tampilnja Habakuk ditanggalkan sebelum tahun 621. Ahli2 lainnja berpendapat, bahwa dalam bagian pertama ia membajangkan radja Menasje, djadi ia tampil antara tahun 687-642. Ahli2 lainnja lagi mengirakan radja Jojakim (609- 598); dan lainnja pula berpendapat, bahwa dalam nama Chaldai itu bersenbunji orang2 Junaninja Iskandar Agung, sehingga Habakuk itu mendjadi nabi antara tahun 336-323. Tetapi pendapat jang paling beralasan ialah bahwasannja orang2 Chaldai itu memang adalah orang[2] Babel, sehingga Habakuk tampil pada permulaan pemerintahan Nebukadnezar, jang mulai mendjalankan kekuasaan Babel setjara efektif di Palestina, jaitu sebelum Jerusalem direbut (597), karena peristiwa tsb. tidak disinggung sedikitpun dalam kitab itu. Djadi Habakuk mendjadi nabi antara tahun 605-598.
Djadi nabi itu hidup pada waktu kegembiraan sedjenak atas terbasminja Ninive, jang dinjatakan Nahum dengan amat hangatnja itu, sudah lentjap. Sebab orang2 Babel bertingkah-laku sebagai pengganti2 Asjur. Nebukadnezar II mulai meluaskan kekuasaan jang sudah ditanamnja itu kearah Laut Tengah. Fare'o Mesir, jang hendak menolong Asjur, dipunahkan setjara definitif dalam pertempuran di Karkemisj (605). Dengan sendirinja Juda djatuh kedalam tangan si pemenang. Betul Nebukadnezar terpaksa kembali ke Babel, untuk menertibkan keadaan disana; tetapi apabila Jojakim, setelah tunduk tiga tahun lamanja, memberontak, bertindaklah Nebukadnezar pula. Mula2 dikiriminja pasukan pendudukan Babel jang diperkuat dengan balabantuan negeri2 takluk disekitarnnja [599], tetapi kemudian ia sendiri tampak dinegeri itu [598] dan merebut Jerusjalem [597]. Jojakim, jang mangkat waktu pengepungan, digantikan oleh Jojakin, jang harus menanggung akibat2 pemberontakan. bersama dengan bagian terbesar penduduk ia dibuang ke Babel dand igantikan sebagai radja oleh Sedekia. Habakuk menulis nubuatnja tepat pada permulaan aksi Nebukadnezar, sebelum ia sendiri muntjul tapi toh sudah mentjengkau Juda dalam kekuasaannja.
Kitab Habakuk, jang pastilah disusun oleh dia sendiri, adalah amat harmonis susunannja. Malahan susunannja begitu rupa, sehingga tiada dapatlah itu disusun oleh orang lain dengan berpegangan pada pengadjaran Habakuk. Bahkan boleh ditanjakan, apa ia pernah mengemukakannja setjara lisan. Kitab itu dimulai dengan dwitjakap antara nabi itu dengan Jahwe (Hab 1:2-2:4). Lalu berikutlah dalam bagian kedua (Hab 2:5-20) lima kutukan atas Babel. Bagian ketiga (Hab 3:1-15) adalah dia hangat nabi itu. Seluruhnja ditutup dengan pernjataan iman dan kepertjajaan, jang disokong oleh kepastian dari pihak Jahwe sendiri (Hab 3:16-19).
Struktur keseluruhan sangat teratur. Nabi itu berkelukesah tentang penindasan oleh Babel (Hab 1:2-4). Dalam bentuk nubuat Jahwe mendjawab, bahwa penindasan itu dikirim oleh Dia sendiri (Hab 1:5-11). habakuk lalu mengemukakan lagi persoalan bagaimana Jahwe dapat membiarkan kelaliman (Hab 1:12-17), jang dilakukan oleh pendosa dan pemudja berhala itu. Ia menunggu djawaban Jahwe (Hab 2:1) dan mendapat djandji, bahwa kelaliman itu akan dibalas pada waktunja (Hab 2:2-4). Dengan membentangkan djawaban itu lebih landjut nabi itu melontarkan kutuk2nja, jang merumuskan alasan hukuman itu dengan menjebutkan kedjahatan2 babel (Hab 2:4-18). Itu ditutup dengan sekali lagi menjatakan kepertjajaannja kepada Jahwe sambil menantikan tjampurtanganNja (Hab 2:19-20). Tjampurtangan itu dilukiskan dalam suatu lagu (Hab 3:2-15), jang merupakan pemantulan dari penglihatan jang diterimanja. Achirnja digambarkan kesan penglihatan itu bagi dirinja, jaitu mendjadi sumber sukatjita dan kepertjajaan (Hab 3:16-19).
Dalam kesemuanja itu djelaslah, persoalan mana sesungguhnja menggelisahkan nabi itu, jakni persoalan tentang jangdjahat. Djika nabi2 lainnja melihat penindasan oleh musuh sebagai hukuman atas dosa2,- gagasan mana diandaikan dalam Hab 1:5-11 tapi tidak pernah dinjatakan dengan djelasnja - maka Habakuk melihat segi lain dari jangdjahat. Israil pada hakikatnja kan lebih baik dari kaum kafir, karena pengetahuannja tentang Jahwe. Penindasan itu adalah kelalilam jang mendjerit kelangit dan bagaimana Allah masih dapat membiarkan hal itu. Itu kan: membalas kedjahatan dengan kedjahatan jang lebih besar. pemetjahan persoalan itu ialah: kedjahatan2 itupun akan dihukum kemudian si mursjid (Juda). Persoalan jang sama telah menggelisahkan tokoh2 lainnja, terutama dalam suasana individu, seperti jeremia, pengarang kitab Ijob dan si Pengchotbah disamping beberapa mazmur. Habakuk memperbitjangkan persoalan itu dalam tingkatan bangsa2 serta kaum2. Pemetjahan jang diberikannjapun tidaklah sepenuhnja memuaskan. Ini barulah demikian, bilamana kemudian wahju sudah memastikan adanja kehidupan terus dialam sana.
Tentang keaselian kitab tsb. tidak ada kesangsian2 lagi jang sungguh2. Keberatan2 lebih2 dikemukakan terhadap mazmur penutup (3). Bahwasanja djudulnja (Hab 3:1) dan ajat terachir (Hab 3:19) itu adalah tambahan seperti djuga tjatatan musikal "Selah" halnja, tidaklah dipungkiri oleh siapapun djuga. Tetapi hal itu hanja membuktikan, bahwa mazmur tsb. dipakai dalam liturgi, tetapi bukanlah bahwa mazmur tsb. tidak berasal dari Habakuk. Nabi itu kiranja menggunakan teks2 jang sudah ada dan menjesuaikannja dengan keadaan pada waktu itu, tetapi sungguh nabi itu sendirilah jang menjusun teks itu dan memuatnja dalam kitabnja. Sebab ini suatu kesatuan jang teramat kuat sususnannja, untuk begitu sadja dipungkiri keaselian sebagian daripadanja.
Kitab jang terketjil dari seluruh perdjandjian lama ialah OBADJA, tetapi bagi para ahli kitab itu bukanlah jang termudah. Tentang oknum nabi itu tidak diketahui sedikit djuapun, dan segala-galanja harus disimpulkan dari ke-21 ajat kitabnja itu. Se-kali2 tidak bolehlah ia dipersamakan dengan Obadja, jang didjaman Elia memberikan perlindungan kepada nabi2 Jahwe (2Ra 8:20-22).
Soal pertama ialah: Bilamana nabi itu tampil? Pendapat para ahli sangat
berlainan. Ada jang memandang dia, atau se-tidak2nja sebagian dari kitabnja itu,
sebagai jang pertama kesusasteraan nabi2. Kata mereka, ia tampil didjaman radja
Joram (lk. th. 847). Bagi ahli2 lainnja ia adalah kira2 nabi terachir, jang
tampil sesudah pembuangan sekitar th. 45. Kelompok ketiga berpendapat, bahwa ia
bekerdja didjaman pembuangan (sekitar th. 540). Walaupun sekarang kebanjakan
ahli berpendapat, bahwa kitab itu tertinggal sesudah pembuangan, namun pendapat
ketiga tadi kiranja adalah jang paling mungkin. Semua sependapat, bahwa Hab 10-14
memuat suatu sindiran atas tingkah-laku orang2 Edom pada waktu perombakan
Jerusjalem, jaitu menurut pendapat kebanjakan alhi peromabakan dalam th. 586.
Djadi,kitab itu pastilah ditulis sesudahnja. Ahli2 jang hendak menangagalkan
kitab itu sesudah pembuangan sekitar th. 450, berpendapat bahwa ajat 4-7
berkenaan dengan pengusiran orang2 dari wilajah sendiri. Menurut jang sedikit
sadja jang diketahui tentangnja, maka orang2 Arab memasuki negeri itu dan
mengusir orang2 Edom, jang ketika itu menetap di Palestina (Idumea). Sekitar th.
450 Edom dibasmi menurut Mal 1:3-4, meskipun Petra, ibukotanja, baru
diduduki dalam th. 312 oleh orang2 Arab. Katanja peristiwa itulah jang disindir
Obadja. Bagian kedua katanja mengandaikan kembalinja dari pembuangan, jaitu
ketika Juda sadjalah jang dikuasai orang2 Jahudi. Djuga bagian ini katanja harus
ditanggalkan sekitar th. 450. Tetapi semua argumen itu tidaklah mejakinkan.
Nubuat itu tidaklah kurang serasi didjalam pembuangan. Jeheskiel, nabi djalam
pembuangan, menjebutkan pula pelaksanaan hukuman atas Moab dan 'Amon oleh Arab,
dan dalam konteks itu disinggung pula Edom (
Kesulitan lain lebih bertjorak sastera. Per-tama2 kesamaan besar antara Oba 1-6 dengan Yer 49:7-14. Tetapi kesamaan itu dibarengi dengan perbedaan jang lain. Tambahan pula kitab Obadja tersusun dari ber-bagai2 unsur jang berlainan, jang sukarlah dituliskan atau diutjapkan aselinja oleh satu oknum sadja. Bagaimana sangkut-pautnja antara Jeremia dan Obadja, sukarlah ditentukan. Mungkin Jeremia bergantung daripada Obadja ataupun sebaliknja. Mungkin djuga kedua2nja bersumber pada naskah aseli jang sama. Inilah agaknja dugaan jang paling memuaskan. Djika memang demikian halnja, maka disinipun tidak usah dipersoalkan apa Yer 49:7-14 itu sungguh2 aseli.
Suatu hipotese, jang sungguhpun tidak memetjahkan segala kesulitan tapi toh dapat memetjahkan banjak kesulitan, ialah jang berikut; Seorang nabi, jang tampil di Juda sendiri dan bernama Obadja, masih segar ingatannja akan tingkah- laku jang ketji dari orang2 Edom pada waktu pengrusakan kota Jerusjalem. Dikenalnja pelbagai nubuta tentang hukuman, jang harus dirasakan Edom karena permusuhannja jang ber-abad2 lamanja itu. diketahuinja, bahwa Edom terantjam dan berada dalam kesukaran karena tekanan orang2 Arab. Dilihatnja pula orang2 Edom memasuki Juda sambil mendjarah-radjahnja. Lalu dikumpulkannja pelbagai pernjataan dalam bentuk nubuat-nubuat untuk menetapkan hati rakjat, karena firman2 tsb, sudah mulai dipenuhi, djadi suatu djaminan bahwa itu akan dilaksanakan lebih landjut. Dan pemenuhan itupun merupakan djaminan pula bagi kembalinja dari pembuangan dan bagi pemulihan. Maka nubuatnja lawan Edom dikuntjinja dengan djandji akan kembalinja dari pembuangan. Keruntuhan Edom tak lain dan tak bukan adalah suatu pendahuluan dan anak-bagian dari "Hari Jahwe" jang besar itu, jang akan membasmi semua bangsa jang memusuhinja; ini pengharapan jang sudah hidup pula di-tengah2 rakjat. Didalam penghukuman definitif dari Edom itu Israil akan ditugaskan untuk memainkan peranan aktif sebagai alat Jahwe, seperti kaum kafir memainkan peranan aktif dalam penghukuman sementara atas musuh tsb.
Pembagian kitab jang ketjil ini sangat kerangkanja. Bagian pertama (1-15) adalah antjaman lawan Edom karena tingkah-lakunja jang djahat terhadap Jerusjalem. Keangkuhannja dan kepertjajaannja kepada diri sendiri akan runtuh. Bagian ini sangat mengingatkan nubuat Nahum lawam Asjur. Bagian kedua (16-21) mengenai hari depan: jakni pengadilan atas bangsa2, dalam mana Edom djuga akan mendapat pembalasannja, dan penjelamatan dan pemulihan Juda, dengan mana keradjaan Allah akan didirikan setjara definitif.
pengadilan Obatja berpokok pada keadilan Allah; dengan itu ia termasuk dalam arus besar profetisme. Sebab senantiasa profetisme. Sebab senantiasa profetisme menandaskan keadilan tsb. Betul, kitab itu memberikan kesan kebentjian nasioalistis kepada musuh-tentang dosa2 bangsa itu sendiri tidak disinggung sedikit djuapun - jang hendak melakukan balas dendam seturut dalil: mata ganti mata, gigi ganti gigi. Tetapi ajat penutupnja jang pendek: "Keradjaan akan ada pada Jahwe", memberikan warna keigamaan kepada keseluruhanja. Bangsa2, chususnja Edom, bangsa sesaudara, tidaklah memberontak lawan sesuatu bangsa, melainkan lawan Jahwe sendiri serta keradjaanNja. Kepada Edom ('Esou) telah didjandjikan pesertaan dalam djandji (Kej 25:23), tetapi Edom sendiri menolak djandji itu dan membuat dirinja tidak patut terhadapnja. Siapa jang tidak mau termasuk kedalam keradjaan Jahwe serta umatNja, hanja dapat binasa sadja. Itulah makna tetap kitab jang terketjil dari Kitab Sutji Perdjandjian Lama.
Ketiga nabi ketjil berkutnja, jakni Hagai, Zakarja dan Maleachi, tampil didalam iklim jang sudah samasekali. Israil telah melintasi tungku pembuangan dan paling tidak sebagian telah pulang kenegeri nenek-mojang. Masjarakat baru harus dibangun kembali; dan dalam pembuangan kembali it djustru nabi2 tadi harus menunaikan tugasnja. Djaman pembuangan bagi Israil adalah waktu berpikir, menjesal, bertapa dan memurnikan diri. Keinsjafan telah berbuat dosa makin kuat. nabi2 djaman pembuangan, jakni bagian kedua kitab Jesaja dan Jeheskiel, meng- hidup2kan pengharapan akan pemulihan. Tetapi pengharapan itu telah mendapat tjorak jang lebih rohani. Banjak dari aspirasi nabionalnja telah dilepaskan oleh Israil; dan pemulhan itu tidak lagi terikat begitu mutlak pada pemulihan potilik. Pengharapan akan hari depan belum lagi dimurnikan selurunja, tapi langkah pertama kearah itu sudah diambil. Sesudah Cyrus menguasai Babel dalam tahun 539, ia memberikan idjin kepada orang2 Jahudi, jang menghendakinja, untuk pulang ketanahnja. Ini belum lagi kedaulatan nasional dan politik, tetapi Cyrus mengidjinkan mereka memelihara susunan nasionalnja sendiri, teranglah membangun itu kembali. Karena Israil itu senantiasa bangsa jang berkeigamaan dan karena kedaulatan politik sekarang tidak dituntut begitu mutlak lagi, maka perhatian terutama ditundjukan kepada pembangunan keigamaan, konkret dalam pemulihan ibadah lama didalam baitullah jang dibangun kembali. Kaum buangan jang per-tama2 pulang dibawah pimpinan Sjesjbasar, wakil keradjaan Parsi jang tampil sebagai Komisaris Tinggi, memulai dengan penuh kegiatan perajaan ibadah; dan dalam tahun 537 diletakkanlah pondamen baitullah jang baru. Tetapi karena pengaruh pelbagai faktor segera padamlah kegiatan bagi Jahwe dan dihentikan pekerdjaan pada baitullah itu. Kegiatan tsb. dinjalakan kembali dan pekerdjaan dimulai kembali berkat pengaruh Zerubabel, gubernur Parsi asal Jahudi dan keturunan radja, jang dalam usahanja didukung oleh nabi2 Hagai dan Zakarja.
Mengenai nabi HAGAI, kitabnja jang ketjil itu memberitahukan dengan tepatnja, bilamana ia menjampaikan (Hag 1:1; 2:10-20). Djadi, ia mulai tampil kedepan dalam bulan keenam, dalam tahun kedua pemerintahan radja Parsi Darios I, jaitu dalam bulan Agustus-September tahun 520 sebelum Masehi. Darios adalah pengganti kedua Cyrus, dalam pemerintahan siapa pembangunan baitulah dihentikan karena persekongkolan orang2 Sjomron, jang berhasil mempengaruhi pedjabat2 Parsi (Ezr 4:1-5). Rupa2nja dalam pemerintahan Darios ada kelompok baru orang buangan pulang dibawah pimpinan zerubabel dan imam Jesjua'. hagai (dan tak lama kemudian djuga Zakarja) mengadjak penduduk untuk mengerdjakan baitullah lagi. Ketawalah hati bertambah hebat, karena negeri itu baru sadja mengalami panen buruk dan lalunlinhtaspun tidak bagitu aman (Hag 1:6; 2:16-18; Zak 8:10). Keadaan sulit dikemukakan sebagai dalih untuk mengundurkan diri dari pembangunan baitullah, padahal orang tahu mengurus dirinja sendiri. Itulah tanda jang menjedihkan, tanda lunturnja semangat keigamaan. Dan itulah diketjam Hagai.
Kitab itu terdiri atas sedjumlah ketjil wedjangan2 nabi Hagai, jaitu: seruan untuk membangun kembali baitullah, dengan disebutkan pula hasil dari adjakan itu (Hag 1:1-14); chotbah pada permulaan pekerdjaan itu, dalam mana Hagai menundjuk akan kemuliaan baitullah itu kelak (Hag 1:15; 2:1-9); amanat didepan para imam waktu pembangunan baitullah, dalam mana kerdjasama bangsa Sjomron jang "nadjis" itu ditolak (Hag 2:10-14); djandji akan adanja panen jang ber-limpah2 lawan panen buruk dimana lampu, sebagai upah bagi kesediaan mereka pada pembangunan baitullah (Hag 2:15-19) (bagian ini oleh banjak ahli dipertalikan dengan Hag 2:1-14, jang sungguh ada pada tempatnja); djandji kepada Zerubabel (Hag 2:20-23).
Apa kitab jang ketil itu disusun oleh nabi itu sendiri, dapatlah disangsikan Kitab itu lebih berbentuk laporan historis tentang kegiatannja berkenaan dengan pembangunan baitullah, jang dituliskan oleh orang lain. Karena pentjatatan kesemuanja itu tiada artinja lagi sesudah baitullah selesai dibangun, mestilah itu dituliska kira2 waktunja dengan tampilannja nabi itu, untuk djuga setjara tulisan membangkitkan dan mengharapkan semangat. Tetapi ada pula ahli, jang mengukuhi bukan tanpa alasan, bahwa nabi itu sendiri telah menjusun kitabnja. Tetapi bangaimanapun, keaseliannja tidaklah disangsikan.
Arti Hagai ialah bahwasanja ia meletakkan pertalian antara umat Allah di djaman sebelum pembuangan dan umat Allah didjaman sesudah pembuangan "Sisa" jang tertinggal itu adalah landjutan jang sah dari umat Allah. Baitullah merupakan lambangnja, karena didalam baitullah itu hadirlah Allah nenek-mojang untuk melaksanakan perdjandjianNja, jang tidak diputuskan oleh dosa dan pembuangan, sebagaimana telah dinjatakan oleh Jeremia. Tokoh Zerubabel, keturunan Dawud, jang dipandang Hagai sebagai suatu perlambang al-Masih (Hag 2:22), mempertalikan pula djandji, jang diberikan kepada Dawud, dengan masa baru didalam sedjarah umat Allah itu. Baitullah, jang diselesaikan dengan dukungan Hagai, menjaksikan pemenuhan defisitif perdjandjian itu, jakni Jesus Kristus, hal mana telah difirasatkan nabi itu sendiri setjara samar2 (Hag 2:9).
ZAKARJA adalah semasa dengan Hagai. Ia memulai kegiatannja dua bulan sesudah Hagai menjampaikan amanatnja jang pertama (Zak 1:1)dan terus bekerdja paling tidak sampai tahun 518/517, mungkin lebih lama lagi. Zakarja bukanlah orang, jang disindir indjil Mateus (Mat 25:15). Menurut Neh 12, Ezr 5:1 dan Zak 1:1 ia termasuk kalangan dan keluarga imam. Dari itu dapat dimengertilah perhatian chususnja kepada baitullah dan ibadah. Bersama dengan Hagai ia mengusahakan diri bagi pemulihannja. penglihatan simbolisnja jang banjak tapi kabur dalam kitabnja, jang diterangkan oleh malaekat dan diuraikan dengan pandjang lebar, membuat kitab itu mendjadi sematjam kesusasteraan kenabian, jang mulai berkembang dalam pembuangan dan kemudian sangat meluas, jaitu apokalips, djenis kesusasteraan jang amat kabur. Dalam Kitab Sutji tjontohnja jang djaitu ialah Daniel dan kitab Wahju Johannes.
Kitab itu terdiri atas dua bagian besar. Bagian pertama (Zak 1-8) muat tiga nubuat, jang waktunja disampaikan, disebutkan dengan teliti. Nubuat jang pertama adalah andjuran untuk bertobat, mengingat pengalaman2 masa lampau (Zak 1:1-6). Berikutlah suatu seri penglihatan (Zak 1:7-6:8) dalam mana disisipkan beberapa hal lainnja (Zak 1:16-17; 2:10- 13; 3:8-10; 4:6-10) dan jang ditambahkan dengan tindakan kenabian (Zak 6:9- 14). Achirnja persoalan puasa (Zak 7:1-3; 8:18-19), dalam mana terdjalin sebuahchotbah tentang dosa2 Israil dimasa lampau dan tentang kedegilan mereka, jang mengakibatkan keruntuhan bangsa (Zak 7:4-14) dan beberapa nubuat tentang kebahagiaan masehi dihari depan (Zak 8:1- 23). Bagian kedua (Zak 9:1-17) seluruhnja memperbitjangkan hari depan itu. Nubuat jang pertama melukiskan kedatangan keradjaan Jahwe maupun pembasmian kekuatan2 musuh dan pemulihan Jerusjalem dengan kembalinja dari pembuangan. Nubuat jang kedua (Zak 11:4-17:13:7-9) memperbitjangkan setjara alegoris perihal gembala jang baik dan gembala jang djahat, jang menjiksa kawanan, karena kawanan itu telah menolak gembala jang baik. Nubuat jang ketiga dan terachir (Zak 12:1-14:21) melukiskan dua serangan musuh atas Jerusjalem dengan penjelamat, pemurnia dan pemulihan kota sutji itu, hukuman atas musuh kafir dan takluknja sisanja di Juda dan Jerusjalem jang sutji itu, tempat keradjaan Jahwe.
Kitab Zakarja adalah satu kitab jang paling kabur dan sulit dari Perdjandjian Lama. Para penafsir dihadapkan kepada sedjumlah persoalan, jang belum lagi terpetjahkan dengan tjara jang memuaskan samasekali. Kiranja akan terlalau pandjanglah dalam pendahuluan ini memperbintjangkan segala kesulitan itu dengan mengichtisarkan usaha banjak jang telah dilakukan untuk mentjapi pemetjahan. Agak mustahillah menjelidiki dan menguasai segala soal. Kami hanja mengutarakan beberapa kesulitan sadja. Persoalan pertama ialah: Siapakah jang menulis kitab ini? Semua penafsir kiranja sependapat, bahwa bagian pertama (Zak 1:8) berasal dari nabi Zakarja. Tetapi redaksinja jang aseli, boleh djadi oleh nabi itu sendiri, kemuliaan ditambahkan dengan ungkapan2 lain dari nabi itu. Walaupun masih ada djuga pelbagai ahli jang mengangap bagian kedua berasal dari nabi itu djuga, namun kebanjakan ahli sependapat, bahwa pasal 9-14(Zak 9-14) berasal dari nabi lain. Sebabnja ialah bahwa kedua bagian amat berbeda satu sama lain, baik mengenai bentuknja maupun isinja. Siapa gerangan pengarang bagian kedua itu, masih diperbantahkan dan sesungguhnja belum ada hipotese memuaskan. Pasal 12-14(Zak 12-14) menurut beberapa ahli berasal dari orang lain lagi, jakni jang dinamakan "Zakarja jang ketiga". Djuga tentang waktu tersusunnja bagian kedua itu, ahli2 tidak sama pendapatnja. Ada jang mengirakan- se-tidak2nja sebagian dari kitab Zakarja-dari tangan seorang nabi didjaman sebelum pembuangan. ahli2 lain menanggalkannja (sebagian daripadanja) djauh sesudah pembuangan, malahan sampai djalam Junaninja Iskandar Agung. Untuk menerangkan bagaimana Zak 9-14 digabungkan dengan kitab itu, dikemukakan pula banjak kemungkinan. Mungkinlah, demikian kata beberapa ahli pasal2 itu tadinja dan tidak disebutkan nama pengarangnja dan mungkin tertulis atas gulungan tersendiri. Zak 9-11; 12-14 dan Mal 1-3 sama anak djudulnja jaitu: amanat. Pasal2 dari pengarang2 jang tidak dikenal itu ditempatnja kedalam kitab2 sesudah tulisan2 nabi2 jang namanja dikenal. Sesudah ajat terachir (Mal 1-3) dihubungkan dengan orang tertentu, jaitu Maleachi, maka ajat2 jang terdahulu ditaruh dibawah nama nabi jang terachir, jakni Zakarja. Persoalan2 lain bergandingan dengantafsir ber-bagai2 nubuat. Dalam terdjemahan kami disana-sini kami tundjukkan beberapa kesulitan, tapi belum semuanja. Tak banjak gunanja menjebutkan semuanja disini. Hanjalah si pembatja diminta perhatiannja, bahwa dalam kitab ini ia berhadapan dengan teks2 jang sulit, jang maknanja jang sesungguhnja tidak djarang tak tertangkap djuga oleh para ahli sekalipun.
Seperti Hagai maka bagian pertama Zakarjapun merupakan adjaran kepada kaum buangan jang pulang untuk membangun kembali baitullah. Dengan baitullah itu datanglah keradjaan al-Masih. Dalam keradjaan itu ada dua tokoh jang sepadan jakni: Imam-agung Jesjua' dan keturunan Dawud Zerubabel. Sebagai sjarat bagi keradjaan al-Masih itu dikemukakan oleh Zakarja pembersihan dari dosa dan pertobatan susila. Dengan itu ia bersesuaian dengan nabi2 jang dahulu. Djuga kaum kafir akan ambil bagian dalam keradjaan al-Masih itu (Zak 2:13; 6:15; 8:20-23). Selaku imam Zakarja menitikberatkan tugas imam-agung. Djarak antara Allah dengan manusia bagi Zakarja adalah sedemikian rupa, hingga ia tidak lagi setjara langsung berkontak dengan Jahwe. Djika nabi2 dahulu menerima sabda setjara langsung dari Jahwe, maka Zakarja menerima penglihatan2 jang kabur, jang diterangkan oleh Malaekat. Karena ia tidak setjara langsung berhubungan dengan Jahwe, maka Zakarja suka memetik pendahulu2nja. Kurnia nubuat mulai padam.
Bagian kedua kitab itu merupakan kelengkapan dan malahan sebangsa koreksi atas bagian pertama. Sebab orang mengira, bahwa keradjaan al-Masih karena pembangunan baitullah itu sudah mendjadi kenjataan penuh dan bahwa kerdjaan tsb. diperintahkan oleh al-Masih jang bernama Zerubabel dalam persesuaian penuh dengan Jesjua', dengan keimaman. Nah, bagian kedua itu membawa pemandangan hari depan kedalam keradjaan al-Masih, jang oleh karenanja belum diwudjudkan oleh masjarakat Jahudi didjaman sesudah pembuangan, tetapi barula kelak mendjadi kenjataan jang penuh. Tokoh Zerubabel dan Jesjua' dalam bagian kedua itu tidak lagi memainkan peranan, dan pembangunan baitullah tidak. Dalam bagian kedua itu bangsa Jahudi memainkan peranan utama dan djuga radja perdamaian dihari depan, jang akan meradjai keradjaan Jahwe (Zak 9:9-10) Dosa akan lenjao dari tengah2 bangsa, tetapi djuga kurnia nubuat (Zak 13:1-6). Keradjaan tsb. kuat tjorak nasionalnja, walaupun disediakan tempat jang sederhana pula bagi kaum kafir, lebih sebagai hamba daripada sebagian warga jang penuh. Keradjaan tsb. adalah pemerintahan Jahwe atas dunia dan bangsa2.
Walaupun kitab Zakarja itu bukan jang terdalam dan terkaja isinja, namun dalam Perdjandjian Baru banjak dikutip. Zak 9:9 dikutip dalam Mat 26:31; Yoh 19:37 mengutip Zak 12:14 jang rupa2nja djuga disindir Wah 1:7. Pasal2 terachir kitab Wahju johannes diilhami dengan leluasanja oleh Zak 12:1-9 dan Zak 14:1-20.
Antara tampilnja Hagai dan Zakarja dengan hasilnja jang gemilang berupa selesainja pembangunan baitullah dalam tahun 515, dan oraganisasi masjarakat Jahudi oleh Esra-Nehemia (tahun 445) hendaklah ditempatkan kitab MALEACHI. Bahwa sedemikian rupa, hingga nabi tsb. lebih dekat pada Esra-Nehemia dari pada Zakarja. Ternjatalah ia seorang tokoh, jang telah mempersiapkan pembaharuan2 Esra-Nehemia, djika tidak turut-serta mengerdjakannja. Sebab iapun memerangi keadaan2 buruk jang sama seperti jang diperangi Esra-Nehemia. Masjarakat Jahudi, jang mendjadi bagian dari keradjaan Parsi, sesudah pembangunan baitullah mengorganisir dirinja disekitar ibadah jang dirajakan disana. Tetapi disanapun dimulai pula kemerosotannja. Para imam dan levita mulai melalaikan ibadah dan menjalahgunakannja untuk kepentingan diri sendiri (Mal 1:6-14). Rakjatpun melalaikan sumbangannja kepada ibadah jang berupa bagian sepersepuluh (Mal 3:8-10). Salah-adat lainnja jang hebat ialah banjak perkawinan orang2 Israil dengan wanita2 kafir (Mal 2:10-12), hal mana membahajakan kemurnian masjarakat. Imam2pun tidak terluput daripadanja. Bergandingan dengan perkawinan tjampuran ialah diputuskannja ikatan perkawinan dengan seenaknja sadja (Mal 2:13) dan wanitalah jang mendjadi korban. Itu bukan satu2nja kelaliman sosial. Lunturnja semangat umum itu agaknja bergantungan pula dengan kemasabodohan jang menulari orang2 jang terbaik sekalipun (Mal 2:17; 3:8-14). Keradjaan al-Masih, jang dinubuatkan para nabi, dengan hukumannja bagi para durdjana dan berkahnja bagi para musdjid, belum djuga datang dan oleh karena itu orang lalu melepaskan pengaharapan itu dan menjangsikan keadilan Allah.
Segala gedjala jang sehat itu ditentang kitab Maleachi. Ternjatalah nama tsb. adalah nama samaran dan diambil dari Mal 3:1 dimana disebutkan seorang "Utusan" !!(=Maleachi). Kata itu dianggap sebagai nama orang dan ditempatkan dalam djudul kitabg itu. Djadi tentang pribadi nabi itu tidak ketahuan sesuatu djua, bahkan namanjapun tidak.
Menginggat keadaan2 waktu ia tampil kedeoan, nabi tsb. adakah seorang pengandjur pertobatan dan perihal pengadjarannja lebih mirip nabi2 didjaman sebelum pembuangan daripada Zakarja dan Hagai. Orang2 Jahudi sendiri bersalah, bahwa djaman kebahagiaan itu tidak datang. Mereka melalaikan kewadjiban2 mereka terhadap Jahwe, chususnja kewadjiban beribadah. Dengan bertjampur baur dengan kaum kafir mereka berchianat kepada umat Jahwe dan dengan itu djuga kepada perdjandjian. Umat tsb. adalah umat bersaudara, karena Jahwe adalah Bapa mereka sekalian. Setiap kelaliman, jang dilakukan kepada orang sebangsa, oleh sebab itu adalah djuga kelaliman terhadapa Bapa mereka bersama. Chususnja pertjeraian merupakan kelaliman sedemikian, djustru karena perkawinan adalah suatu perdjadjian jang sutji. Terhadap kelaliman itu dan terhadap ketjabaran hati serta kesangsian mengenai kedjudjuran dan keadilan Jahwe maka nabi mempermaklumkan "Hari Jahwe", jaitu hari pengadilan atas para pendosa dan orang2 jang tidak bersesal hati, djuga hari penggandjaran bagi kaum mursjid. Anehnja, nabi tsb. tidak memberikan gambaran tentang kebahagiaan dihari depan itu dan tidak pula mempertimbangkan tentang al-Masih. Itu melulu mengenai pembalasan atas orang djahat dan orang baik dan mengenai kemenangan keadilan Allah. Djuga hukuman atas kaum kafir tidak diperbitjangkan, tetapi nabi melihat terdjadinja ibadah jang diperbaharui akan gantinja ibadah jang dilalaikan didjamannja (Zak 1:11). Itu mengenai ibadah jang universil, jang didalamnja orang2 kafirnja akan ambil bagian. Dalam hal pengharapan akan hari depan pada nabi tsb. hanja tinggallah unsur2 jang dapat diwudjudkan dalam bentuk apapun.
Kitab, jang sederhana bahasa dan gaja-bahasanja dan susunan dalam bentuk soal- djawab itu, terdiri atas enam bagian, jakni: pernjataan tjintakasih Jahwe kepada Israil (Mal 1:2-5), jang tidak ditanggapi oleh Israil. Para imam dituduh melalaikan kewadjibannja dan hukuman untuk itu dipermaklumkan (Mal 1:6-2:9). Perkawinan tjampuran dan pertjeraian dipersalahkan pada bangsa itu (Mal 2:10-16). Hari Jahwe akan datang menghukum dosa (Mal 2:17-3:5). Apabila rakjat menepati kewadjiban ibadahnja, maka bentjana kekeringan dan belalang akan dihentikan (Mal 3:6-18). Kemudian dipermaklumkan lagi hari Jahwe sebagai suatu pembalasan bagi mursjid (Mal 3:13- 21 Mal 3:13-4:3). Ajat penutup memperbintjangkan pula penepatan Taurat Musa (Mal 3:22 Mal 4:4) dan perihal seorang perintis hari Jahwe, jang akan memulihkan kerukunan ditengah rakjat guna menghindarkan keruntuhan negeri itu (Mal 3:23-24 Mal 4:5-6).
Tentang keaselian kitab itu tidak ada kesangsian jang sungguh2 berkenaan dengan keseluruhannja. Tanpa alasan tjukup pernahlah Mal 2:11-12 disangsikan keaseliannja; dengan alasan lebih besar tapi toh tidak menjakinkan seluruhnja djuga, Mal 1:11-14; dengan alasan banjak dan malahan mejakinkan disangsikanlah Mal 3:22-24 Mal 4:4-6, sehingga paling tidak ajat2 Mal 3:23-24 Mal 4:5-6 harus dipandang sebagai tambahan belakangan.
Tentang nabi JOEL tidak ketahuan sesuatupun namanja dan kitabnja jang agak
pendek. Daripadanja ternjatalah bahwa ia berasal dari Juda (
Djaman tampilan Joel hanja dapat disimpulkan dari kitabnja sadja. Karena itu ada
pendapat2 jang amat berlainan pada para ahli. Ada jang menamakan dia jang tertua
dari antara nabi2 pengarang, tetapi djuga jang termuda. Ahli2, jang menamakan
dia jang tertua, terutama mendasarkan pendapat mereka pada tempat kitab itu
dalam daftar kitab2 sutji, jaitu sesudah Hosea. Tetapi hal itu rupa2nja tidak
berdasarkan chronologi melainkan kesusasteraan belaka. Pada achir kitabnja Joel
mempermaklumkan pengadilan atas kaum kafir dan dengan itulah dimulai kitab Amos.
Djakni kita Amos dipandang dari segi kesusasteraan merupakan kelandjutan dari
kita Joel. Tetapi dewasa ini Joel umumnja digolongkan kedalam nabi-nabi didjalam
sesudah pembuangan. Dan ini dapat diterima sebagai pasti. Sebab ia mengenal
banjak dari antara pendahulu2nja, jang digunakannja. Bandingkan sadja:
Amo 1:2; Yoe 3:16; Amo 9:2; Yoe 3:18; Mik 4:10; Yoe 3:10; Yer 6:4; Yoe 3:9;
Nah 2:11; Yoe 2:6; Zef 1:14-15; Yoe 2:1-2; Yes 2:4; Yoe 3:10; Yeh 27:13; Yoe 3:4;
Yeh 29:2; Yoe 3:19; Mal 3:2; 4:5; Yoe 2:11; 3:4. Joel tidak mengenal radja,
sedangkan ia menjebutkan pelbagai lapisan rakjat (Yoe 2:13-14; 2:16).
Ia sendiri berseru kepada rakjat untuk melangsungkan liturgi tobat, hal mana
dahulu dilakukan oleh radja (1Ra 8:2; 2Ra 10:20;
Djelaslah kitab itu terdiri atas dua bagian besar. Dalam bagian pertama (Yoe 1-2) dilukiskan bentjana2 jang menimpa negeri itu jakni: belalang, kekeringan dan kelaparan. Mula2 daerah pedalaman jang tertimpa (Yoe 1:2-12) dan kemudian Jerusjalem (Yoe 2:1-11). Karena itu nabi berseru untuk melangsungkan liturgi tobat (Yoe 1:13-20; 2:12-17). Jahwe memberi djawaban dan nabi berdjandji, bahwa malapetaka itu akan berubah mendjadi berkah (Yoe 2:18-27). Bagian kedua (Yoe 3-4 Yoe 2:28-3:21) menggambarkan dari depan, "hari jahwe" atas kaum kafir akan hukuman dan atas Jerusjalem akan kebahagiaan (Yoe 4:1-8,9-21 Yoe 3:1-8,9-21). Hari Jahwe itu didahului sedjumlah gedjala untuk mempermaklumkannja (Yoe 3:1-5).
Orang mempersoalkan apa kedua bagian itu dituliskan oleh pengarang jang satu dan sama djua. Untuk menerima adanja dua pengarang jang berlainan, dikemukakan perbedaan jang rupa-rupanja tidak dapat didjembatani antara kedua bagian itu. Dalam bagian pertama diperbintjangkan peristiwa2 jang njata, jang mendjadi sebabnja ibadah harus dihentikan. Dalam bagian kedua diperbintjangkan perihal sesuatu dihari depan jang djauh, perihal perang dan pengadilan, sedangkan ibadah tidak di-singgung2 lagi. Banjak ahli, jang menerima adanja dua pengarang, perbendapat bahwa Yoe 1:15; 2:1,10,11 disisipkan oleh pengarang bagian kedua, ketika ia menjatuhkan karjanja sendiri dengan karja seorang pendahulu. Tapi pendapat jang sangat umum dan jang djuga paling tepat ialah bahwasanja seluruh kitab itu berasal dari pengarang jang sama. Antara bagian pertama dan kedua ada terlalu banjak kesamaan dan terlalu bergantung satu sama lain, untuk dapat dikata berasal dari kedua pengarang jang berlainan. Bagian kedua se-akan2 adalah pemindahan eschatologis dari bagian pertama.
Dalam bagian pertama memang kitab itu melukiskan bentjana belalang jang benar2 terdjadi, jang dibarengi dengan kekeringan dan kelaparan. Bahwa kesemuanja itu hanjalah "lambang" sadja "Hari Jahwe", kiranja tidak dapat diterima. Tetapi nabi memandang kedjadian-kedjadian itu sebagai perintis dari kedjadian2 besar pada achir djaman. hari pengadilan atas bangsa2 dan penjelamatan Israil. Bentjana belalang oleh nabi itu ditafsirkan sebagai pengadilan dari pihak Jahwe atas umatNja, hal mana dapat dielakkan dengan tapa dan doa. Tetapi pandangannja djauh lebih luas. Pengadilan tsb. bukanlah jang terachir dan definitif, melainkan lebih merupakan pendahuluan dan perlambang dari pengadilan terachir dan penjelamatan. Seperti belalang menjiksa umat, tetapi dihalaukan dengan tapa dan doa, sehingga berkah dan kemakmuran mendjadi mungkin lagi, demikianlah kelak kaum kafir akan menjerang Sion, tetapi akan dipunahkan oleh Jahwe. Sesudah itu akan tibalah masa kesedjahteraan dan kebahagiaan jang definitif bagi Sion.
Itupun adalah wedjangan Joel. Jahwe memimpin sedjarah dan menguasai peristiwa2, jang melajaniNja. Pengadilan Allah pastilah akan datang dan tidak dapat tidak akan menimpa musuh2 Sion, musuh2 Jahwe sendiri karena kedurdjanaan jang dilakukan mereka. Tetapi dalam pengadilan itu umat Jahwe akan dibenarkan dan akan diselamatkan sesudah pengubahan total oleh roh Jahwe, karena umat menjebut nama Jahwe dengan penuh kepertjajaan. Dalam kitab Joel kaum kafir tidak mendapat bagian dalam pentjurahan roh, tetapi ditolak seluruhnja. Bagi Perdjadjian Baru Joel adalah teramat penting karena ia melihat djauh sebelumnja pentjurahan roh Allah jang chas itu, pentjurahan mana mendjadi kenjataan jang tak terduga pada hari Pentekosta, dengan mana nubuat jang masih bertjorak partikularistis dari Joel dipenuhi dan sekaligus di tembusi setjara Perdjandjian Baru.
Kitab ketjil jang samasekali menjimpang dari kitab2 nabi ketjil lainnja ialah JONA. Sebab kitab ini tidak mengenai pengadjaran seorang nabi jang dikumpulkan dalam tulisannja, melainkan mengenai tjerita tentang seorang nabi jang bernama Jona. Dalam Perjandjian Lama memang ada nabi jang bernama demikian (1Ra 14:25), tetapi kitab tsb. pastilah tidak berasal dari tokoh itu. Memang si pengarang dengan Jonanja membanjangkan nabi itu. Apa kitab itu sungguh mengisahkan hal-ichwal nabi itu, akan ternjata kemudian.
Tjerita itu amat baik susunanja dan sungguh tegang. Babak pertama (Yun 1:1-2:3) mengisahkan tugas jang diberikan Jahwe kepada Jona untuk pergi mengadjar Ninive. Tugas itu dielakkan oleh nabi. Dilemparkan kedalam laut, acirnja Jona diselamatkan setjara adjaib. Bapak kedua (Yun 3-4) mengisahkan bagaimana nabi itu mau tak mau mesti menunaikan tugas, jang diulang lagi oleh Jahwe dan malahan dengan hasil jang mengagumkan. Prostes Jona terhadap tersajangnja Ninive, dengan djalan mukdjidjat pula ditolak. Demikianlah nabi itu mendapat hadjaran terasa. Antara kedua bagian terdapat sebuah mazmur sjukur (Yun 2:2-10), jang diletakkan dalam mulut nabi setelah ia diselamatkan setjara adjaib.
Dahulu orang berpendapat, bahwa kitab Jona itu sesungguhnja adalah sekumpulan beberapa tjerita jang berdiri sendiri2. Tetapi pendapat ini sekarang tidak diterima lagi. Tidaklah dapat dipungkiri, bahwa didalam kisah itu ada beberapa inkonsekwensi dan kedjanggalan2 lainja, tetapi kesemuanja itu tidaklah tjukup untuk meretakkankesatuan jang tegas itu. Itu hanja menundjukkan, bahwa si pentjerita tidak banjak menghiraukan hal2 tsb. karena dianggapnja tidak penting. Hanja tentang mazmurnja dapatlah dikatakan, bahwa mazmur itu adalah tambahan. Djika itu ditjoret, kisahnja tidak berubah sedikitpun. Si pendoa tidak berada didalam perut ikan, melainkan didalam pratala. Keadaan darurat jang dilukiskan dalam mazmur itu begitu tjoraknja, sehingga dapat diterapkan kepada apa sadja. Djadi bolehlah diterima, bahwa lagu tsb. kemudian disisipkan kedalam kisah itu dan agak disesuaikan dengan situasinja.
Persoalan jang lebih penting ialah jang berikut ini: Adakah peritiwa2 jang
dikisahkan sungguh2 terdjadi ataukah seluruhnja adalah tjerita chajalan dengan
isi adjaran tertentu? Tidaklah dapat dipungkiri, bahwa dahulu kisah itu dianggap
sebagai sedjarah benar. Dewasa ini masih djuga ada ahli, jang mengukuhi inti
historisnja. Orang suka mengemukakan indjil (Mat 12:39-42), dalam
mana Jesus menundjuk akan kisah tsb. Tetapi itu buka bukti bagi sifat
historisnja. Sabda Jesus hanja mengenai kisah itu sadja dan tidak mengatakan
sedikitpun tentang tjorak historisnja. Dewasa ini banjaklah dan malahan
kebanjakan ahli berpendapat, bahwa kisah itu adalah tjerita chajalan, sebangsa
parabel dalam indjil. Bahwasanja dalam kisah itu terdapat amat banjak mudjidjat,
pada dirinja, bukanlah bagi umat. Tetapi ada begitu banjak hal lainnja, jang
merupakan petundjuk2 jang tjukup untuk mengenai tjorak chas kitab itu. Banjaknja
mukdjidjat tidaklah sebanding dengan maksudnja, dan orang boleh bertanja:
mengapa disini mukdjidjat ini? Tentang pertobatan Ninive - dalam Kitab Sutji
selalu dipandang sebagai kota durdjana - dan malahan denga tjara jang begitu
adjaib, tidak ketahuan sedikitpun; dan hal ini sungguh aneh, mengingat setjara
psikologis dan wadjar tidak mungkinnja kenjataan itu, bahwasanja kota kafir
bertobat berkat pengadjaran seorang nabi Jahudi. Tambahan pula, apabila kitab
itu dibatja dengan pengetahuan jang besar tentang Kitab Sutji, maka ternjatalah,
bahwa si pengarang hampir selalu membajangkan sesuatu dari Perdjadjian Lama.
Pasal 3(Yun 3) kitab ini banjaklah kesamaannja dengan kitab Jeremia,
tidak hanja mengenai logatnja tapi djuga mengenai susunan kisah seluruhnja
(Yer 36). Tokoh Jona, jang mentjoba elakkan dari tugasnja dan oleh
karenannja "lari dari hadapan wadjah Jahwe" dan lalu terpaksa dilemparkan
kedalam laut oleh orang2 kafir jang mursjid, menundjukkan kesamaan jang tidak
ketjil, meskipun agak karikaturil, dengan Jeremia, nabi bagi kaum kafir, jang
djuga tegar hati tetapi kendati demikian toh harus tampil kedepan dan
diterdjunkan kedalam perigi oleh orang2 Jahudi jang djahat, jang hendak
melenjapkan dia. Thema tentang nabi jang ogah2an itu adalah bahan jang agak
banjak terdapat dalam Kitab Sutji. Musa memprotes (Kel 3:11), Bile'am
tidak mau memberikan berkah, tetapi dipaksa dengan keras; (
Gagasan atau adjaran tjerita itu ialah ini, bahwasanja si pengarang hendak menandaskan belaskasihan Jahwe bagi segala manusia, bagi segala pendosa, siapapun djua orangnja. Kaum kafir, bahkan jang paling djahat sekalipun, seperti orang2 Ninive terhadap orang2 Jahudi, tidaklah diketjualikan. Dalam pada itu ia mengetjam pandangan sempit jang laku pada orang2 Jahudi didjamannja, jakni: bahwasanja Jahwe hanja baik sadja bagi orang2 Jahudi, sedangkan orang2 kafir harus dibasmi semua. Jona adalah pendjelmaan dari mentalitas tsb., Jona jang sedih atas diberikannja belaskasihan kepada kaum kafir. Allah sendiri mengadjar dia tentang salah-pengertiannja, jang menjimpang sama-sekali dari pandangan Jahwe sendiri. Demikianlah si pengarang hendak mengadjak orang2 Jahudi untuk lebih menjesuaikan pandangan2 mereka dengan sifat Allahnja. Parabel tsb. tak djanggal pula dalam mulut Jesus, karena Iapun mengetjam sikap jang sedemikian itu pada orang2 semasanja. Gagasan penghargaan kepada kaum kafir itu dikemukakan si pengarang pula dengan mengatakan dalam tjeritanja bahwa orang2 kafir, seperti kelasi2 itu (Yun 1:4-6,10,13-14) sesungguhnja djauh lebih baik dan saleh daripada Jona sendiri.
Dengan tepatnja kita bileh bertanja, mengenai si pengarang djustru memiliki seorang nabi sebagai pengemban gagasan2 jang hendak diperanginja. Bagi seorang Jahudi jang beriman hal itu paling tidak djanggal rasanja. Mungkinlah dapat diterangkan sbb: Banjak nabi melantjarkan kutuk2 jang hebat lawan kaum kafir pada umumnja, dan pada chususnja kaum kafir jang mendjadi musuh seperti Ninive. Itu amat kuatnja pada beberapa nabi didjaman sesudah keruntuhan Jerusjalem. Namun demikian, pada hampir semua nabi sedikit banjak ada pula sebangsa tenggang-menenggang terhadap kaum kafir, jang dengan satu danlain tjara dapat djuga ambil bagian dalam keselamatan orang2 Jahudi. Tafsir jang laku didjaman pengarang kitab Jona melulu menitikberatkan kutuk2 itu, hal mana harus membenarkan sikap orang2 Jahudi. tafsir tsb., jang membuat nabi2 mendjadi karikatur, hendak diperangi si pengarang dengan mentjiptakan karikatur seorang nabi sebagai pendjelmaan tafsir tadi. Dengan itu ia sekaligus memberikan suatu koreksi jang amat berharga kepada nabi2, jang kadang2 memang agak berat sebelah itu, djustru dengan menjoroti segi lain dari pengadjaran mereka.
Melihat ketjenderungan kitab Jona itu dan gagasan2 jang hendak diperangi, maka tidak boleh tidak kitab itu ditulis diwaktu belakangan dan adalah salah satu kitab terachir dari Perdjandjian Lama. Orang tahu, bahwa masjarakat Jahudi sesudah pembuangan makin lama makin mementjilkan diri daripada kaum kafir dan makin lama mendjadi makin partikularistis, disertai dengan ketjenderunangan berat untuk mengetjualikan kaum kafir samasekali dari belaskasihan dan keselamatan dari pihak Allah. Didalam suasana tadi amat sangat serasilah kitab Jona itu sebagai protes. Bahasa kitab itupun adalah pula bahasa dari waktu belakangan. Karena itu Kitab tsb. dikarang didalam masa gagasan2 tsb. sudah mendjadi umum dan bahasa rakjat sudah mendapat banjak pengaruh bahasa Aram. Sebaliknja kitab itu pastilah sebelum tahun 200, sebab pada waktu itu Putera Sirah sudah mengenal kitab keduabelas nabi dalam mana termasuk pula kitab Jona.
Dilihat setjara demikian, maka kitab Jona mentjerminkan perkembangan terachir dari wahju Perdjandjian Lama. Dengan universalismenja serta penghagaannja kepada kaum kitab itu dekat pada Perdjadjian Baru, dekat pada Jesus, jang dalam hal- ichwal Jona telah melihat perlambang hal-ichwalNja sendiri, djustru untuk mendjamin keselamatan bagi kaum kafir.
BIS: Yunus (Pendahuluan Kitab) YUNUS
PENGANTAR
Buku ini berbeda dengan buku-buku nabi lainnya di Alkitab, karena tidak berisi
pesan sang nabi, melainkan menceritakan pengalaman Na
YUNUS
PENGANTAR
Buku ini berbeda dengan buku-buku nabi lainnya di Alkitab, karena tidak berisi pesan sang nabi, melainkan menceritakan pengalaman Nabi Yunus, ketika ia mencoba menghindari perintah Allah. Allah menyuruh dia pergi ke kota Niniwe, ibukota kerajaan Asyur, musuh Israel. Tetapi Yunus tidak mau pergi ke kota itu untuk menyampaikan pesan Allah, karena ia yakin bahwa kalau orang Niniwe berhenti berbuat dosa, Allah tidak akan menjalankan rencana-Nya untuk menghancurkan kota itu. Akhirnya, setelah beberapa kejadian yang mengesankan, Yunus mentaati perintah TUHAN, tetapi kemudian ia mendongkol, karena Niniwe tidak jadi dihancurkan.
Buku Yunus melukiskan bagaimana Allah berkuasa mutlak atas ciptaan-Nya. Tetapi lebih-lebih, buku ini menggambarkan Allah Yang Mahapenyayang dan pengampun, Allah yang lebih suka mengampuni dan menyelamatkan suatu bangsa daripada menghukum dan menghancurkannya, biarpun bangsa itu musuh umat-Nya sendiri.
Isi
- Yunus dipanggil, tetapi ia tidak taat
Yun 1:1-17 - Yunus menyesal dan diselamatkan
Yun 2:1-10 - Ancaman yang disampaikan Yunus terhadap Niniwe
Yun 3:1-10 - Pengampunan Allah kepada Niniwe
Yun 4:1-11
Ajaran: Yunus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Yunus, anggota kelompok mengetahui, bahwa kasih
karunia Allah bagi manusia, bukan hanya kepada bangsa Israel
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Yunus, anggota kelompok mengetahui, bahwa kasih karunia Allah bagi manusia, bukan hanya kepada bangsa Israel saja, sebagai "bangsa pilihan," melainkan berlaku untuk segala bangsa di dunia, yang percaya kepada-Nya dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Pendahuluan
Penulis : Penulis Kitab Yunus ini tidak dapat diketahui dengan pasti.
Isi Kitab: Kitab Yunus berjumlah 4 pasal. Isi dari Kitab Yunus, dari seluruh pasal menunjukkan perintah dari Tuhan yang penuh dengan belas kasihan. Dari keempat pasal Kitab Yunus dapat diuraikan dalam 4 bagian yaitu:
- Pasal 1 (Yun 1:1-17), Yunus dipanggil.
- Pasal 2 (Yun 2:1-10), Yunus di dalam perut ikan.
- Pasal 3 (Yun 3:1-10), Yunus dipanggil untuk kedua kali.
- Pasal 4 (Yun 4:1-11), Yunus dengan Tuhan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Yunus
Pasal 1 (Yun 1:1-17)
Yunus dipanggil Allah, untuk menjadi hamba-Nya
Menurut pasal 1 (Yun 1:1-17) ini menceritakan bagaimana Nabi Yunus dipanggil untuk pergi ke kota Niniwe menyampaikan khotbah karena kehidupan orang-orang di sana penuh dengan kejahatan. Panggilan ini tidak dituruti oleh Yunus dan dia melarikan diri ke Tarsis karena dia ingin supaya Niniwe tidak bertobat dan orang-orang Niniwe akan menerima hukuman. Dalam perjalanan di atas kapal angin ribut menyerang mereka. Setelah diundi, ternyata Yunuslah yang berdosa, maka Yunus dibuang ke dalam laut.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yun 1:1-3. Apakah tanggapan Yunus terhadap panggilan Allah atas dirinya?
- Bacalah pasal Yun 1:4-17. Apakah hukuman yang diterima oleh orang yang melarika diri dari tugas suci ini?
- Apakah saudara pernah merasakan panggilan Allah untu menjadi pemberita Firman-Nya? Kalau pernah apakah yang saudara berikan sekarang?
Pasal 2 (Yun 2:1-10).
Yunus menyesali ketidaktaatannya
Setelah Nabi Yunus dibuang ke laut, Tuhan menolong dia dengan menyuruh ikan besar menelannya. Di dalam perut ikan besar itu Yunus berdoa. Doanya ucapan syukur, pujian, penyesalan, dan penyerahan diri kembali kepada Tuhan. Akhirnya ikan itu memuntahkan Yunus ke daratan.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yun 2:1-6. Apakah yang Yunus perbuat di dalam perut ikan?
- Bacalah pasal Yun 2:9. Apakah ikrar Yunus, setelah ia menyesal/bertobat, da diampuni?
- Bacalah pasal Yun 2:10. Setelah Yunus bertobat, Allah mendengar permohonanny dan pernyataannya bahwa ia mau melaksanakan panggilannya. Maka Allah membebaskan Yunus dari perut ikan.
Pasal 3 (Yun 3:1-10).
Yunus dipanggil untuk kedua kali
Dalam pasal 3; Yun 3:1-10 diterangkan bahwa Yunus disuruh oleh Tuhan untuk kedua kalinya pergi ke kota Niniwe yang jahat untuk menyampaikan berita bahwa empat puluh hari lagi Tuhan akan memberikan hukuman kepada seluruh kota Niniwe. Setelah Yunus melaksanakan perintah Tuhan dan menyampaikan berita itu, maka semua penduduk Niniwe beserta raja mengadakan suatu puasa besar dan bertobat dari dosanya. Oleh karena itu Allah tidak menghukum mereka.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yun 3:1-5. Apakah tanggapan Yunus pada panggilan yang kedua ini? Dan apakah yang ia lakukan di kota Niniwe?
- Bacalah pasal Yun 3:6-10. Apakah akibat dari khotbah Yunus?
Pasal 4 (Yun 4:1-11).
Allah mendidik Yunus untuk menginsyafi bahwa Allah juga mengasihi bangsa-bangsa lain
Pertobatan yang terjadi di kota Niniwe membuat Yunus merasa tidak puas dan menjadi sangat marah bahkan mau mati. Tuhan datang dan berbicara kepadanya dengan menggunakan pohon jarak, seekor ulat dan angin kencang. Dari ketiga hal ini Yunus mendapat pelajaran yang penting dengan kesimpulan bahwa jikalau Yunus sayang akan pohon jarak itu yang bukan Yunus buat, maka terlebih pula Tuhan mengasihi orang-orang Niniwe (bangsa bukan Yahudi), ciptaan-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yun 4:1-5. Apakah tanggapan Yunus, ketika melihat orang-oran Niniwe bertobat?
- Bacalah pasal Yun 4:6-11. Apakah yang dipakai Allah, untuk mendidik Yunus tentan kasih Allah yang mencakup segala bangsa di dunia ini?
- Bagaimana dengan kita, apakah kita senang kalau orang-oran yang belum mendapat jaminan keselamatan ini dihukum? Atau kita akan senang kalau orang-orang ini dapa diselamatkan juga?
II. Kesimpulan/penerapan
Dari uraian seluruh Kitab Yunus, dapatlah diambil beberapa penerapan:
Tuhan ingin menyelamatkan orang-orang jahat kalau mereka mau bertobat.
Riwayat Nabi Yunus dalam Kitab ini menegur orang yang hanya mementingkan suku atau bangsanya sendiri dan tidak memperdulikan suku atau bangsa lain.
Manusia tidak dapat lari dari Tuhan apabila Tuhan memberi tugas, maka lebih baik melaksanakannya daripada menolaknya.
Kitab Yunus menunjukkan secara jelas bahwa Tuhan itu Mahakuasa.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Ke manakah Yunus disuruh Allah untuk menyampaikan Firman-Nya?
- Ke manakah Yunus melarikan diri dari tugas yang diberikan Allah?
- Apakah hukuman yang Allah berikan kepada Yunus?
- Mengapakah Yunus merasa kecewa kepada Allah?
- Bagaimanakah cara Allah mendidik Yunus untuk bisa mengert bahwa kasih karunia-Nya itu disediakan untuk semua orang?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setela mempelajari Kitab Yunus?
Intisari: Yunus (Pendahuluan Kitab) Bagaimana mungkin Allah memberkati orang jahat?
NABI YANG LAIN DARIPADA YANG LAINWalaupun kitab Yunus dimasukkan dalam kumpulan kitab nabi-nabi dalam
Bagaimana mungkin Allah memberkati orang jahat?
NABI YANG LAIN DARIPADA YANG LAIN
Walaupun kitab Yunus dimasukkan dalam kumpulan kitab nabi-nabi dalam Perjanjian Lama, kitab ini lain daripada yang lain. Pertama, kitab ini merupakan kisah tentang insiden yang terjadi dalam kehidupan sang nabi. Pesan yang sebenarnya pendek sekali (Yun 3:4). Juga, rupa-rupanya kitab ini ditulis oleh orang lain yang berbicara tentang Yunus sebagai orang ketiga, tidak seperti kitab-kitab lainnya dalam Alkitab. Selain dari kitab ini, yang kita ketahui tentang Yunus ialah bahwa ia berkhotbah di kerajaan utara pada waktu pemerintahan Yerobeam II (2Raj 14:25), yaitu sekitar tahun 780 SM. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa kitab ini disusun seawal itu. Boleh jadi kitab ini ditulis lama sesudah itu, yaitu ketika bangsa Israel memerlukan pelajaran yang oleh Yunus harus dipelajari dengan susah payah.
BAGAIMANA HALNYA DENGAN IKAN PAUS ITU?
Orang-orang modern sukar untuk menerima kisah Yunus, karena tidak mudah bagi mereka mempercayai bahwa ia dapat selamat setelah beberapa lama berada dalam "perut ikan paus (Yun 1:17). Sebenarnya Alkitab menyebutnya "seekor ikan besar", oleh karena kita tidak tahu makhuk apa itu sebenarnya. Ada argumentasi yang mengatakan bahwa kejadian ini tidak pernah terjadi, oleh karenanya lebih baik jika kita menganggap kitab ini sebagai semacam perumpamaan daripada sebagai suatu fakta nyata. Pesan yang terkandung di dalamnyalah yang lebih penting, bukan itu. Walaupun hal ini tentunya benar, perumpamaan ini tidak seperti perumpamaan lainnya, karena Yunus digambarkan sebagai tokoh sejarah yang nyata. Terlebih lagi, Yesus rupanya menganggap serius ketika Ia membandingkan kebangkitan-Nya dengan peristiwa itu (Mat 12:39-41). Jika Allah adalah Tuhan atas segala ciptaan, yang merupakan bagian dari pesan dalam kitab ini, maka tidak ada alasan mengapa Ia tidak dapat mengatur kejadian seperti itu.
NINIWE
Dari sekian banyak bangsa dari zaman dahulu, tidak ada yang begitu menikmati kejahatan seperti orang Asyur. Di kemudian hari mereka akan melenyapkan kerajaan utara dan menghancurkan Yehuda. Dalam zaman Yunus, kekuasaan mereka sedang naik, dan mereka merupakan ancaman yang dahsyat bagi umat Allah. Jika ada orang yang tidak layak menerima kebaikan Allah, maka mereka adalah orang-orang yang tinggal di ibukota Asyur. Oleh karenanya, kita dapat mengerti mengapa Yunus merasa jijik ketika ia diperintahkan untuk pergi dan berkhotbah di sana, terutama ketika ia merasa bahwa Allah akan mengampuni mereka (Yun 4:2).
Pesan
1. Kita belajar tentang Allaho Seluruh buku berisi tanggapan bahwa Allah itu adil, Ia akan menghukum orang yang bersalah, dan bahwa semua bangsa harus bertanggung jawab kepada-Nya -- tidak hanya bangsa Israel. Yun 1:2; 3:2,9,10
o Allah berdaulat di dalam dunia yang diciptakan-Nya. Ia dapat mengendalikan segala makhluk ciptaan-Nya, cuaca, bahkan tanam-tanaman. Kemudian, dalam sejarah bangsa Israel kita ketahui bahwa Ia bahkan mau memakai bangsa yang kafir dan kejam seperti bangsa Asyur. Yun 1:4,9,17; 2:10; 4:6-8
o Allah jugaa murah hati dan penuh belas kasihan, memelihara umat manusia -- bahkan binatang -- di samping secara istimewa menjadi Allah bangsa Israel. Yun 2:8,9; 3:9,10; 4:2,10,11
2. Kita belajar tentang Yunus
o Yunus mewakili umat Allah yang mengenal kemurahan-Nya dan yang boleh membanggakan diri tentang hubungannya dengan Allah -- dan yang boleh berdoa kepada-Nya di saat-saat mengalami kesukaran. Kita melihat Yunus memuji Allah dan menyerahkan kembali kehidupannya kepada Dia. Yun 1:9; 2:1-9
o Yunus juga tidak tetap pendiriannya dan tidak taat. Ia berusaha untuk melarikan diri dari Allah yang telah menciptakan segala-Nya! Dia marah ketika Allah bermurah hati. Ia lebih kuatir tentang sebatang tanaman daripada tentang orang lain. Yun 1:3,10; 4:1-3,9
3. Kita belajar tentang orang kafir Baik para pelaut maupun orang Niniwe yang sudah bertobat, mereka lebih bijaksana daripada sang nabi. Pandangan mereka tentang apa yang benar dan kesiapan mereka menanggapi pesan Allah membuat kita tercengang. Namun demikian, Yunus tidak menganggap mereka, karena mereka bukan orang Israel. Yun 1:13,14,16; 3:5-9
Penerapan
1. Kita juga tidak tetap pendirian
Seperti Yunus, kita juga sering siap untuk mengakui iman kita kepada Allah tanpa kesiapan untuk melihat apa arti semua itu. Kita juga seringkali sengaja berlaku tidak taat. Kita juga bisa berpikiran tidak logis seperti seseorang yang mencoba melarikan diri dari Yang Maha Kuasa. Lebih buruk lagi, kita juga bisa bersikap keras dan tidak berperasaan terhadap orang lain, bahkan pada waktu kita mengatakan bahwa kita mengenal kemurahan dan belas kasihan Allah.
2. Kita juga sama egoisnya
Boleh jadi salah satu alasan mengapa Yunus menghendaki jatuhnya penghakiman adalah agar supaya reputasinya sebagai seorang nabi tidak menjadi rusak. Seperti dia, kita juga dapat menjadi jengkel karena hanya soal-soal kecil yang tidak berguna, sementara kita sama sekali tidak merasa prihatin terhadap orang lain.
3. Allah memelihara kita semua
Allah mempedulikan semua orang, bukan hanya karena Allah bermaksud untuk menghakimi mereka, tetapi Ia sungguh-sungguh mengasihi apa yang telah diciptakan-Nya. Ini tidak berarti bahwa semua orang akan diselamatkan, tetapi hal ini berarti bahwa setiap orang mendapat kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Dia. Jika kita bersatu dengan Dia, maka ini berarti kesaksian dan pengutusan, di samping memberikan pelayanan sederhana kepada orang-orang yang bukan Kristen.
4. Allah memberikan kesempatan kedua
Allah memberi Yunus kesempatan kedua untuk memenuhi tugas pengutusannya. Sementara kita tidak boleh mempermainkan Allah dan menganggap enteng kemurahan-Nya, kita tahu bahwa Ia sering memperlakukan kita seperti apa yang dilakukannya terhadap Yunus.
Tema-tema Kunci
1. Kemurahan
Alasan mengapa Yunus tahu bahwa Allah adalah "murah hati dan penuh belas kasihan... tidak cepat marah dan kasih-Nya berkelimpahan" ialah bahwa Allah telah bermurah hati padanya. Pelajarilah Mazmur pasal Maz 2. Bacaan ini membuat perlakuan kasarnya terhadap orang lain sukar dapat diterima. Bandingkan pengajaran Yesus dalam Matius 18:21-25
2. Nubuatan yang tidak digenapi
Janji Allah melalui Yunus tidak pernah dilaksanakannya (Yun 3:10). Hal ini mengingatkan pada kita bahwa tidak semua nubuatan perlu digenapi. Walaupun Allah tidak dapat dipermainkan -- "Siapa tahu?" (Yun 3:9) -- Ia menanggapi pertobatan manusia dan mampu menggenapi maksudnya dengan berbagai cara.
3. Yunus dan Yesus
Yesus menggunakan pengalaman Yunus sebagai ilustrasi atas dirinya (lihat Matius 12:39-41; 16:4). Seperti halnya Yunus yang dipilih sebagai seorang hamba Allah melalui suatu mukjizat penyelamatan, pernyataan dan ajaran Yesus akan ditegaskan melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati (yaitu Rom 1:3,4).
Garis Besar Intisari: Yunus (Pendahuluan Kitab) [1] NABI YANG MELARIKAN DIRI Yun 1:1-17
Yun 1:1,2Pengutusan Allah
Yun 1:3Ketidaktaatan Yunus
Yun 1:4-16Kejadian di tengah laut
Yun 1:17Bukan ika
[1] NABI YANG MELARIKAN DIRI Yun 1:1-17
Yun 1:1,2 | Pengutusan Allah |
Yun 1:3 | Ketidaktaatan Yunus |
Yun 1:4-16 | Kejadian di tengah laut |
Yun 1:17 | Bukan ikan biasa |
[2] NABI YANG BERSYUKUR Yun 2:1-10
Yun 2:1-6 | Yunus tenggelam |
Yun 2:7-10 | Allah menolong |
[3] NABI YANG TAAT Yun 3:1-10
Yun 3:1,2 | Kesempatan yang kedua |
Yun 3:3,4 | Yunus berkhotbah |
Yun 3:5-9 | Niniwe bertobat |
Yun 3:10 | Allah mengampuni |
[4]NABI YANG KERAS HATI Yun 4:1-11
Yun 4:1-4 | Yunus marah |
Yun 4:5-8 | Pelajaran tentang pokok jarak |
Yun 4:9-11 | Allah penuh belas kasihan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi