Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Mzm 78:1-72
Jerusalem: Mzm 78:1-72 - Pelajaran dari sejarah Ini sebuah renungan seseorang yang berhikmat tentang sejarah umat Israel, bdk Yes 63:7 dst; Maz 105:1-45; 106:1-48; 114:1-8; 136:1-26; Wis 16:1-18:25....
Ini sebuah renungan seseorang yang berhikmat tentang sejarah umat Israel, bdk Yes 63:7 dst; Maz 105:1-45; 106:1-48; 114:1-8; 136:1-26; Wis 16:1-18:25. Pesajak memikirkan keluaran umat dari Mesir, Maz 78:11-14, perjalanannya di padang gurun, Maz 78:15-53, masuknya ke negeri Kanaan dan hidupnya di situ di zaman para Hakim sampai dengan raja Daud, Maz 78:54-72. Renungan itu disajikan oleh karena memang wajib memelihara dan meneruskan tradisi, Maz 78:1-7, sebagai pengajaran bagi keturunan nenek moyang, supaya keturunan itu jangan menempuh jalan kedosaan yang sama. Sebab sama dengan tradisi Ulangan, pemazmur menekankan bahwa sejarah umat Israel itu ialah: Allah berbuat baik bagi umat, tetapi umat terus-menerus mendurhaka, Maz 78:8-10. allah tiap-tiap kali menghukum, tetapi juga tiap-tiap kali mengasihani umatNya. Yang pertama-tama disalahkan pemazmur (dari kalangan Yehuda) ialah suku Efraim, Maz 78:9-10, artinya: kerajaan utara, asal usul bangsa Samaria yang bermusuhan dengan bangsa Yahudi. Sebaliknya, kepilihan suku Yehuda dan keturunan Daud sangat ditonjolkan, Maz 78:68-72. Dalam hal ini Maz 78 sejalan dengan kitab Tawarikh.
Ende -> Mzm 78:1-72
Ende: Mzm 78:1-72 - -- Mazmur ini adalah tjiptaan seorang guru kebidjaksanaan. Ia memandang sedjarah
bangsa Israil, pengungsiannja dari Mesir (Maz 78:11-14), perdjalanannja
...
Mazmur ini adalah tjiptaan seorang guru kebidjaksanaan. Ia memandang sedjarah bangsa Israil, pengungsiannja dari Mesir (Maz 78:11-14), perdjalanannja dipadang gurun (Maz 78:15-53), masuknja kedalam negeri Kena'an dan hidupnja disana pada masa para Hakim dan Sjemuel sampai tampilannja radja Dawud (Maz 78:54-72). Pengarang berbuat demikian oleh karena hadits itu adalah wadjib bagi umat Israil (Maz 78:1-7). Isi seluruh sedjarah itu ialah: Tuhan berbuat baik terhadap umatNja, malahan berbuat mudjidjat, tetapi umat itu terus menerus mendurhaka dan murtad daripada (Maz 78:8-10). Sebenarnja Allah tiap2 kali menghukum mereka, tetapi tiap2 kali menjajanginja pula.
Chususnja suku2 bangsa Efraim dan Jusuf dituduh pengarang (Maz 9:1-20; 67:1-7), sedangkan Juda dipudjinja (Maz 68). Agaknja ia sendiri termasuk suku bangsa ini dan ia ingat bagaimana Israil (keradjaan utara) kemudian murtad sama sekali. Lagu ini menjerupai Maz 105:1-106:48.
Ref. Silang FULL -> Mzm 78:32
Ref. Silang FULL: Mzm 78:32 - berbuat dosa // tidak percaya // kepada perbuatan-perbuatan-Nya · berbuat dosa: Mazm 78:17; Mazm 78:17
· tidak percaya: Mazm 78:22
· kepada perbuatan-perbuatan-Nya: Mazm 78:11
· berbuat dosa: Mazm 78:17; [Lihat FULL. Mazm 78:17]
· tidak percaya: Mazm 78:22
· kepada perbuatan-perbuatan-Nya: Mazm 78:11
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mzm 78:9-39
Matthew Henry: Mzm 78:9-39 - Keajaiban-keajaiban yang Diperbuat demi Israel; Kejahatan Orang-orang Israel; Penghakiman-pengh Keajaiban-keajaiban yang Diperbuat demi Israel; Kejahatan Orang-orang Israel; Penghakiman-penghakiman yang Ditimpakan kepada Orang-orang Israel (78:9...
Keajaiban-keajaiban yang Diperbuat demi Israel; Kejahatan Orang-orang Israel; Penghakiman-penghakiman yang Ditimpakan kepada Orang-orang Israel (78:9-39)
Dalam perikop di atas,- I. Sang pemazmur mengamati teguran-teguran Pemeliharaan ilahi yang belakangan ini ditujukan kepada umat Israel, yang menimpa mereka karena kesalahan mereka sendiri dengan berbuat khianat terhadap Allah (ay. 9-11). Bani Efraim, yang darinya Silo berasal, meskipun bersenjata lengkap dan menembak dengan anak-anak panah, berbalik pada hari pertempuran. Ini tampak merujuk pada kekalahan mereka yang memalukan oleh orang-orang Filistin pada masa imam Eli, ketika orang-orang itu merampas tabut Allah (1 Sam. 4:10-11). Tentang inilah sang pemazmur di sini mulai berbicara, dan, setelah lama berputar-putar, kembali lagi kepada hal tersebut (ay. 61). Dapat dimengerti bila peristiwa itu masih sedemikian segar dalam ingatan orang pada masa Daud, meskipun sudah lebih dari empat puluh tahun berlalu. Tabut itu sempat dirampas oleh orang-orang Filistin dalam pertempuran yang tak terlupakan, meskipun pada akhirnya dikembalikan oleh mereka. Namun peristiwa itu tetap membekas karena tabut itu tidak pernah dirampas kembali dari penawanannya sampai Daud mengangkutnya dari Kiryat-Yearim ke kotanya sendiri.
- Amatilah:
- 1. Kepengecutan bani Efraim yang memalukan, suku yang gemar berperang itu, yang begitu tersohor karena pahlawan-pahlawannya yang gagah berani, suku Yosua. Anak-anak suku itu, meskipun tetap bersenjata lengkap seperti sebelum-sebelumnya, berpaling ketika menghadapi musuh. Perhatikanlah, senjata perang hanya memberikan sedikit keuntungan bila tanpa semangat juang, dan semangat itu lenyap jika Allah lenyap. Dosa mematahkan semangat orang dan merampas hati.
- 2. Penyebab-penyebab kepengecutan mereka, yang tidak kalah memalukannya, yaitu,
- (1) Pelanggaran yang memalukan terhadap hukum Allah dan terhadap kovenan mereka dengan-Nya (ay. 10). Dengan cara rendah mereka telah berkhianat dan tidak setia, sebab mereka tidak berpegang pada perjanjian Allah. Mereka durhaka dan memberontak (seperti yang digambarkan tentang mereka dalam ay. 8), sebab dengan congkak mereka menolak untuk berjalan di dalam hukum-Nya, dan, dengan demikian, mengatakannya langsung di hadapan-Nya bahwa mereka tidak mau diatur oleh-Nya.
- (2) Rasa tidak bersyukur yang memalukan terhadap Allah atas segala kebaikan yang telah dikaruniakan-Nya kepada mereka: Mereka melupakan pekerjaan-pekerjaan-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib, perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang seharusnya mereka kagumi (ay. 11). Perhatikanlah, sikap kita yang lupa akan perbuatan-perbuatan Allah merupakan dasar dari ketidaktaatan kita terhadap hukum-hukum-Nya.
- II. Sang pemazmur mengambil kesempatan dari sini untuk melihat contoh-contoh yang sudah ada dan membandingkannya dengan keadaan nenek moyang mereka, yang juga tidak ingat akan kasih setia Allah kepada mereka dan tidak bersyukur kepada Penyokong dan Penyedia mereka yang agung, dan yang oleh sebab itu mereka sering kali mendapatkan murka-Nya. Cerita dalam perikop ini sungguh menakjubkan, sebab cerita itu menyampaikan semacam pergumulan antara kebaikan Allah dan keburukan manusia, dan kasih setia pada akhirnya bersorak berkemenangan atas penghakiman.
- 1. Allah melakukan perkara-perkara besar bagi umat-Nya Israel ketika Ia pertama kali mempersatukan mereka dan membentuk mereka menjadi sebuah umat: Di hadapan nenek moyang mereka dilakukan-Nya keajaiban-keajaiban, dan bukan hanya di hadapan mereka, melainkan juga demi kepentingan mereka, dan demi keuntungan mereka, dengan begitu ajaib, begitu baik, sehingga orang akan menyangka bahwa keajaiban-keajaiban itu tidak akan pernah mereka lupakan. Apa yang dilakukan-Nya bagi mereka di tanah Mesir hanya disebutkan di sini (ay. 12), tetapi sesudah itu diteruskan lagi (ay. 43). Di sini sang pemazmur melanjutkan kembali untuk menunjukkan,
- (1) Bagaimana dibuat-Nya lorong bagi mereka melalui Laut Teberau, dan dibesarkan-Nya hati mereka untuk menyeberang, meskipun airnya menudungi kepala mereka seperti bendungan (ay. 13). Lihat Yesaya 63:12-13, di mana mereka dikatakan dituntun-Nya dengan tangan-Nya, seolah-olah, melintasi samudera raya supaya mereka tidak pernah tersandung.
- (2) Bagaimana Ia menyediakan bimbingan bagi mereka melalui jalan-jalan yang tidak pernah dilalui di padang gurun (ay. 14). Ia menuntun mereka langkah demi langkah, dengan awan pada waktu siang, yang juga menaungi mereka dari terik panas mentari, dan semalam suntuk dengan terang api, yang boleh jadi menghangatkan udara di sekitar mereka. Setidak-tidaknya terang api itu membuat gelapnya malam tidak begitu menakutkan, dan mungkin menjauhkan binatang-binatang buas dari mereka (Za. 2:5).
- (3) Bagaimana Ia melengkapi kemah mereka dengan air segar di padang yang kering dan tandus di mana tidak ada air, bukan dengan membuka tingkap-tingkap langit (yang mungkin akan merupakan suatu cara biasa yang diharapkan), tetapi dengan membelah gunung batu (ay. 15-16): Dibelah-Nya gunung batu di padang gurun, yang mengeluarkan air, meskipun gunung batu itu tidak dapat menerimanya entah dari awan-awan di atas atau dari sumber-sumber mata air di bawah. Dari gunung batu yang kering dan keras Ia memberi mereka minum, tidak disaring dari tempat penyulingan, setetes demi setetes, tetapi mengalir turun seperti sungai, dan memancar seperti dari samudra raya. Allah memberi dengan berlimpah-limpah, dan kaya akan belas kasihan. Ia memberi tepat pada waktunya, dan kadang-kadang membuat kita merasakan bahwa belas kasihan-Nya kurang supaya kita bisa belajar menghargai belas kasihan-Nya itu. Air yang diberikan Allah kepada Israel dari batu karang ini menjadi lebih berharga lagi karena air itu adalah minuman rohani. Dan batu karang itu ialah Kristus.
- 2. Ketika Allah mulai memberkati mereka seperti itu, mereka malah mulai menentang-Nya (ay. 17): Tetapi mereka terus berbuat dosa terhadap Dia, lebih daripada yang telah mereka perbuat di Mesir, meskipun di sana mereka juga berlaku tidak kalah buruknya (Yeh. 20:8). Mereka menanggung kesengsaraan-kesengsaraan saat berada dalam perbudakan lebih baik daripada menanggung kesulitan-kesulitan saat ada dalam kebebasan. Saat dalam perbudakan, mereka tidak pernah bersungut-sungut kepada tuan mereka seperti yang mereka perbuat terhadap Musa dan Harun ketika ada dalam kebebasan. Seolah-olah mereka diselamatkan supaya dapat melakukan segala perbuatan yang keji ini(Yer. 7:10). Sama seperti dosa kadang-kadang terjadi karena perintah diberikan, demikian pula adakalanya dosa diperbuat karena ada kebebasan diberikan, dan ini membuat dosa itu semakin besar. Mereka memberontak terhadap Yang Mahatinggi. Walaupun Dia Yang Mahatinggi, dan mereka sendiri tahu bahwa mereka bukanlah lawan yang sebanding untuk-Nya, masih saja mereka membangkitkan amarah-Nya dan bahkan menantang keadilan-Nya. Dan ini mereka lakukan di padang gurun saat mereka harus bergantung sepenuhnya pada belas kasihan-Nya. Padahal demi kepentingan mereka sendiri, seharusnya mereka menyenangkan Dia. Di padang gurun itu Ia telah menunjukkan kepada mereka belas kasihan yang begitu besar, dan oleh sebab itu sebagai rasa syukur, seharusnya mereka wajib menyenangkan-Nya. Namun, di sana justru mereka berkata dan berbuat apa yang mereka tahu akan membangkitkan amarah-Nya: Mereka mencobai Allah dalam hati mereka (ay. 18). Dosa mereka dimulai di dalam hati, dan dari sana timbullah kejahatannya. Selalu mereka sesat hati (Ibr. 3:10). Demikianlah mereka mencobai Allah, menguji kesabaran-Nya sehebat-hebatnya, apakah Ia bisa tahan menghadapi mereka atau tidak, dan sebagai akibatnya, memancing-Nya untuk melakukan hal yang terburuk. Dua cara yang mereka lakukan yang membangkitkan amarah-Nya:
- (1) Dengan menginginkan, atau lebih tepatnya menuntut, apa yang belum dianggap-Nya pantas untuk diberikan kepada mereka: Mereka meminta makanan menuruti nafsu mereka. Allah telah memberi mereka makanan untuk menghilangkan rasa lapar mereka, dengan memberikan manna, makanan yang sehat dan enak, dan yang diberikan dengan berlimpah. Ia telah memberi mereka makanan bagi iman mereka yang diambil-Nya dari kepala-kepala Lewiatan yang diremukkan-Nya ( 74:14). Tetapi semua ini pun belum cukup. Mereka harus diberi daging untuk menuruti nafsu mereka, aneka masakan lezat untuk memuaskan hawa nafsu mereka yang berlebihan. Tidak ada yang lebih membangkitkan amarah Allah terhadap kita selain perbantahan tentang bagian yang kita dapat untuk memuaskan keinginan-keinginan daging.
- (2) Dengan tidak mempercayai kuasa-Nya untuk memberi mereka apa yang mereka inginkan. Perbuatan ini sungguh-sungguh mencobai Allah. Mereka menantang-Nya untuk memberi mereka daging. Dan, jika Dia tidak melakukannya, mereka akan berkata bahwa itu karena Dia tidak sanggup, bukan karena Ia memandangnya tidak pantas bagi mereka (ay. 19): Mereka berkata terhadap Allah (kjv: Mereka berkata melawan Allah – pen.). Orang-orang yang membatasi kuasa Allah berarti berkata melawan-Nya. Sungguh suatu penghinaan yang menyakitkan bagi Allah untuk berkata, Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun? Mereka mempunyai manna, tetapi mereka berpikir mereka belum mendapat hidangan sebelum ada daging rebus dan panggang, ada makanan pembuka, makanan utama, dan makanan penutup, seperti yang mereka nikmati di Mesir, di mana mereka makan daging dan ikan, dengan bumbu-bumbunya (Kel. 16:3; Bil. 11:5), senampan daging dan sekeranjang buah. Betapa kemewahan merupakan sesuatu yang tidak masuk akal dan tidak pernah terpuaskan! Betapa para pelahap dan peminum ini memandang hidangan sebagai suatu kenikmatan yang begitu besar sampai-sampai mereka berpikir bahwa Allah sendiri tidak sanggup menyediakannya bagi mereka di padang gurun. Padahal segala binatang hutan, dan segala burung di udara, adalah kepunyaan-Nya ( 50:10-11). Ketidakpercayaan mereka akan kuasa Allah semakin diperburuk lagi karena pada saat yang sama mereka mengakui bahwa Ia telah mengerahkan kekuasaan-Nya sekuat mungkin (ay. 20): Memang, Ia memukul gunung batu, sehingga terpancar air, yang diminum oleh mereka beserta ternak-ternak mereka. Dan manakah yang lebih mudah, menyajikan hidangan di padang gurun, yang dapat dilakukan oleh orang kaya, atau mengeluarkan air dari gunung batu, yang tidak dapat dilakukan oleh penguasa terkuat di bumi sekalipun? Tidak pernah ketidakpercayaan, meskipun selalu tidak masuk akal, mengajukan pertanyaan yang begitu ganjil: “Sanggupkah Ia yang mengeluarkan pancaran air dari gunung batu memberikan roti juga? Atau sanggupkah Ia yang sudah memberikan roti menyediakan ikan juga?” Adakah sesuatu yang terlalu sukar bagi Yang Mahakuasa? Apabila suatu saat kita melihat kekuatan-kekuatan alam yang biasa bekerja dilampaui, maka pada saat itulah Allah telah menunjukkan lengan-Nya, dan kita harus mengambil pelajaran bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Sekalipun yang kita minta adalah sesuatu yang begitu besar, wajiblah kita untuk menyatakan, Tuhan, jika Tuhan mau, Tuhan dapat.
- 3. Sewajarnyalah bila Allah membenci tindakan mereka yang membangkitkan amarah-Nya itu dan sangat murka terhadap mereka (ay. 21): Ketika mendengar hal itu, TUHAN gemas. Perhatikanlah, Allah adalah saksi atas segala sungut-sungut dan ketidakpercayaan kita. Ia mendengarkannya dan sangat tidak senang dengannya. Api menyala karena ini menimpa Yakub. Kemudian menyalalah api TUHAN di antara mereka (Bil. 11:1). Atau hal ini dapat dimengerti sebagai api murka Allah yang menyala menimpa Israel. Bagi orang-orang yang tidak percaya, Allah kita adalah api yang menghanguskan. Orang-orang yang tidak mau percaya pada kuasa belas kasihan Allah akan merasakan kuasa amarah-Nya, dan akan dipaksa mengakui bahwa sungguh ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan-Nya. Nah, di sini kita diberi tahu,
- (1) Mengapa Allah membenci tindakan mereka yang membangkitkan amarah-Nya itu (ay. 22): Sebab dengan ini tampak bahwa mereka tidak percaya kepada Allah. Mereka tidak menghargai penyataan diri-Nya terhadap mereka, sebab mereka tidak berani berserah diri kepada-Nya, atau mempertaruhkan diri kepada-Nya: Mereka tidak yakin akan keselamatan yang telah mulai dikerjakan-Nya bagi mereka. Sebab seandainya demikian, mereka tidak akan mempertanyakan kelanjutannya seperti itu. Orang tidak bisa dikatakan percaya kepada keselamatan dari Allah sebagai kebahagiaan mereka pada akhirnya jika mereka tidak mempunyai ruang dalam hati mereka untuk percaya kepada pemeliharaan-Nya dalam hal makanan yang dibutuhkan di dalam jalan menuju ke sana. Apa yang memberatkan ketidakpercayaan mereka adalah pengalaman yang sudah mereka alami akan kuasa dan kebaikan Allah (ay. 23-25). Ia telah memberi mereka bukti-bukti yang tidak dapat disanggah akan kuasa-Nya, bukan hanya di bumi di bawah melainkan juga di sorga di atas. Sebab, Ia memerintahkan awan-awan dari atas, sebagai yang telah menciptakannya dan memerintahkannya untuk ada. Ia memanfaatkannya sesuai dengan kehendak-Nya. Biasanya dengan menurunkan hujan, awan-awan itu membantu bumi menghasilkan gandum. Tetapi sekarang (saat mereka ada di padang gurun itu), ketika Allah memerintahkan, awan-awan itu menurunkan gandum itu sendiri, yang oleh karenanya di sini disebut sebagai gandum dari langit. Sebab, langit dapat melakukan pekerjaan ini tanpa bumi, tetapi bumi tidak dapat melakukannya tanpa langit. Allah, yang memegang kunci awan-awan, membuka pintu-pintu langit, dan itu lebih daripada sekadar membuka tingkap-tingkap langit, yang dibicarakan sebagai berkat berlimpah (Mal. 3:10). Bagi semua orang yang dengan iman dan doa meminta, mencari, dan mengetok, maka pintu-pintu ini akan dibukakan kapan saja. Sebab Allah di sorga itu kaya akan belas kasihan bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. Dia tidak saja menjaga rumah dengan baik, tetapi juga membiarkannya tetap terbuka. Sudah sewajarnya Allah sakit hati karena mereka tidak mempercayai-Nya seperti itu, padahal Dia sudah begitu baik terhadap mereka sampai-sampai menurunkan kepada mereka hujan manna untuk dimakan, makanan yang bergizi, yang diberikan setiap hari, dengan secukupnya, cukup bagi semua orang, dan masing-masing mendapat bagiannya. Setiap orang telah makan roti malaikat, makanan yang akan dimakan dan disyukuri oleh para malaikat seandainya mereka juga makan. Atau lebih tepatnya makanan yang diberikan dengan pelayanan para malaikat, dan (seperti yang tertulis dalam Alkitab bahasa Aram) makanan yang diturunkan dari tempat kediaman para malaikat. Setiap orang, bahkan anak terkecil di Israel, makan roti yang mahabesar (begitu menurut keterangan tambahan). Perut yang paling lemah sekalipun dapat mencernanya, dan di samping itu begitu bergizinya sehingga bisa juga menjadi makanan keras bagi orang dewasa yang kuat. Dan, walaupun persediaannya begitu baik, mereka tidak berhemat-hemat, dan juga tidak pernah kekurangan persediaan, sebab Ia mengirimkan perbekalan kepada mereka berlimpah-limpah. Jika mereka hanya mengumpulkan sedikit, itu salah mereka sendiri. Namun sekalipun demikian mereka tidak pernah kekurangan (Kel. 16:18). Persediaan yang diberikan Allah kepada kita setiap hari, dan yang telah disediakan-Nya sejak kita datang ke dunia ini, meskipun bukan merupakan suatu mujizat seperti persediaan ini, mengandung belas kasihan yang tidak kalah besarnya. Karena itu, besarlah dosa ketidakpercayaan kita kepada-Nya.
- (2) Bagaimana Ia mengungkapkan kebencian-Nya terhadap perbuatan mereka yang membangkitkan amarah-Nya itu, bukan dengan menolak memberikan apa yang mereka inginkan dengan nafsu yang berlebihan, melainkan justru dengan mengabulkan permintaan mereka.
- [1] Adakah mereka mempertanyakan kuasa-Nya? Ia segera memberi mereka keyakinan yang bisa disaksikan dan dirasakan oleh indra jasmani bahwa Ia dapat menyajikan hidangan di padang gurun. Walaupun angin tampak bertiup ke mana ia mau, namun apabila Allah berkenan, Ia dapat menjadikannya sebagai pengirim makanan bagi-Nya untuk mengambil apa yang sudah disediakan-Nya (ay. 26). Ia telah menghembuskan angin timur di langit dan menggiring angin selatan, entah angin tenggara entah angin timur terlebih dahulu untuk membawa burung-burung puyuh, dan kemudian angin selatan untuk membawa lebih banyak lagi. Jadi Ia menurunkan kepada mereka hujan daging, dan daging yang paling lembut, bukan daging si tukang jagal, melainkan burung-burung bersayap, dengan sangat berlimpah, seperti debu banyaknya, seperti pasir laut(ay. 27), sehingga orang Israel yang paling miskin sekalipun dapat makan sampai puas. Dan mereka tidak usah bayar apa-apa, bahkan tidak usah bersusah payah mengambilnya dari pegunungan, sebab Ia menjatuhkannya ke tengah perkemahan mereka, sekeliling tempat kediaman itu (ay. 28). Kita bisa membaca kisahnya dalam Bilangan 11:31-32. Lihatlah betapa baiknya Allah bahkan kepada orang yang fasik dan tidak bersyukur, dan heranlah mengapa kebaikan-Nya itu tidak meluluhkan kejahatan mereka. Lihatlah betapa sedikitnya alasan bagi kita untuk menghakimi kasih Allah kalau kita melihat pemberian-pemberian-Nya yang berlimpah seperti ini. Makanan-makanan sedap bukanlah pertanda akan kebaikan-Nya secara istimewa. Kristus memberikan roti kering kepada murid-murid yang dikasihi-Nya, tetapi memberikan roti yang dicelupkan ke saus kepada Yudas yang mengkhianati-Nya.
- [2] Adakah mereka menentang keadilan-Nya dan bermegah bahwa mereka sudah berhasil? Ia membuat mereka membayar mahal untuk burung-burung puyuh itu. Sebab, walaupun Ia memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan, mereka belum merasa puas (ay. 29-30). Nafsu mereka tidak terpuaskan. Mereka sudah kenyang namun mereka belum puas. Sebab, mereka tidak tahu apa yang sebenarnya mereka inginkan. Begitulah sifat dari nafsu. Ia tidak akan terpuaskan dengan apa pun, dan semakin dituruti, semakin menjadi-jadilah ia. Orang-orang yang menuruti hawa nafsu mereka tidak akan pernah bisa dijauhkan darinya. Atau ini menunjukkan bahwa kebebasan Allah tidak membuat mereka malu akan hawa nafsu mereka yang tidak tahu berterima kasih itu, sebagaimana yang seharusnya terjadi seandainya mereka mempunyai rasa hormat. Tetapi apakah jadinya dengan hawa nafsu mereka itu? Sedang makanan masih ada di mulut mereka, sedang dikunyah seperti sepotong roti manis, maka bangkitlah murka Allah terhadap mereka dan Ia membunuh gembong-gembong mereka (ay. 31), orang-orang yang paling rakus dan paling lancang (lih. Bil. 11:33-34). Mereka diberi makan seperti domba-domba sembelihan: si tukang jagal mengambil yang paling gemuk terlebih dahulu. Ada alasan bagi kita untuk menduga bahwa pada waktu itu ada sebagian orang Israel yang saleh dan merasa puas, yang hanya makan burung puyuh secukupnya dan tidak berlebihan. Sebab bukan daging itu sendiri yang meracuni mereka melainkan nafsu mereka sendiri. Kiranya para pelahap dan peminum, dan mereka yang hanya mencari kenikmatan jasmani, membaca nasib yang akan menimpa mereka di sini. Kesudahan orang-orang yang menjadikan Tuhan atas perut mereka ialah kebinasaan (Flp. 3:19). Keberhasilan orang bebal akan menghancurkan mereka, dan kehancuran mereka akan lebih besar lagi.
- 4. Penghakiman-penghakiman Allah atas mereka tidak memperbarui hidup mereka, atau mencapai tujuannya, sama halnya dengan segala belas kasihan-Nya (ay. 32): Sekalipun demikian mereka masih saja berbuat dosa. Mereka bersungut-sungut dan berbantah dengan Allah dan Musa sama seperti sebelum-sebelumnya. Sekalipun Allah murka dan menghajar mereka, tetapi dengan murtad mereka menempuh jalan yang dipilih hati mereka (Yes. 57:17). Mereka tidak percaya kepada perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib. Meskipun perbuatan-perbuatan keadilan-Nya sama ajaibnya dan merupakan bukti akan kuasa-Nya yang sama besarnya dengan perbuatan-perbuatan belas kasihan-Nya, namun hati mereka tidak tergerak oleh semuanya itu dan takut akan Allah. Mereka tidak insaf bahwa betapa pentingnya bagi mereka untuk menjadikan Dia sebagai Sahabat mereka. Hati orang sudah benar-benar mengeras bila ia tidak bisa lagi dicairkan oleh belas kasihan Allah atau diremukkan oleh penghakiman-penghakiman-Nya.
- 5. Mereka bersikeras dalam dosa-dosa mereka, dan Allah terus melanjutkan penghakiman-penghakiman-Nya. Namun penghakiman-penghakiman itu lain sifatnya, tidak dilaksanakan secara tiba-tiba, tetapi secara perlahan-lahan. Sekarang Ia tidak menghukum mereka lagi dengan sakit-penyakit yang perih seperti penyakit yang membunuh gembong-gembong mereka, tetapi dengan kekacauan yang tak kunjung lenyap (ay. 33): Sebab itu Ia membuat hari-hari mereka habis dalam kesia-siaan di padang gurun, dan tahun-tahun mereka dalam kekejutan. Dengan nasib yang tidak dapat diubah lagi mereka dihukum untuk menghabiskan tiga puluh delapan tahun yang membosankan di padang gurun, yang memang habis dalam kesia-siaan. Sebab, dalam tahun-tahun itu mereka tidak maju selangkah pun lebih dekat ke tanah Kanaan, tetapi justru kembali lagi, dan mengembara kebingungan ke sana kemari, tanpa satu pukulan yang dihantamkan untuk menaklukkannya. Dan bukan saja dalam kesia-siaan tetapi juga dalam kekejutan dan masalah, sebab mayat-mayat mereka dikutuk untuk bergelimpangan di padang gurun dan di sana mereka semua binasa kecuali Kaleb dan Yosua. Perhatikanlah, orang-orang yang tetap berbuat dosa harus sadar bahwa mereka akan tetap berada dalam masalah. Dan alasan mengapa kita menghabiskan hari-hari kita dalam begitu banyak kesia-siaan dan masalah, mengapa kita hidup dengan hanya menikmati sedikit penghiburan dan untuk tujuan yang tidak begitu berarti, adalah karena kita tidak hidup dengan iman.
- 6. Dalam menanggung teguran-teguran ini mereka mengaku bertobat, tetapi mereka tidak semangat dan tulus dalam mengakuinya.
- (1) Pengakuan mereka cukup beralasan (ay. 34-35): Apabila Ia membunuh mereka, atau menghukum mereka untuk dibunuh, maka mereka mencari Dia. Mereka mengakui kesalahan mereka, dan memohon pengampunan-Nya. Apabila sebagian orang dibunuh, maka sebagian yang lain di dalam ketakutan berseru kepada Allah memohon belas kasihan-Nya, dan berjanji bahwa mereka akan memperbarui hidup mereka dan berlaku sangat baik. Lalu mereka berbalik dan mengingini Allah. Dengan demikian orang akan menyangka bahwa mereka begitu ingin mendapatkan Dia. Dan mereka berpura-pura melakukan ini karena, betapa pun mereka sudah melupakan hal ini sebelumnya, kini mereka teringat bahwa Allah adalah gunung batu mereka. Dan karena sekarang mereka memerlukan-Nya, maka mereka mau berlari kepada-Nya dan berlindung di dalam Dia. Sekarang mereka ingat bahwa Allah Yang Mahatinggi adalah Penebus mereka, yang membawa mereka keluar dari Mesir, dan yang oleh sebab itu kepada-Nya-lah mereka dapat datang dengan berani. Penderitaan-penderitaan dikirim untuk mengingatkan kita akan Allah sebagai gunung batu dan Penebus kita. Sebab, di dalam kemakmuran, kita cenderung melupakan-Nya.
- (2) Mereka tidak tulus dalam pengakuan mereka ini (ay. 36-37): Tetapi mereka memperdaya Dia dengan mulut mereka, seolah-olah mereka beranggapan bahwa dengan kata-kata indah mereka akan berhasil membujuk-Nya untuk membatalkan hukuman dan menghapuskan penghakiman-Nya dengan niat tersembunyi untuk melanggar janji mereka apabila bahaya itu sudah lewat. Mereka tidak kembali kepada Allah dengan tulus hatinya, tetapi dengan pura-pura (Yer. 3:10). Segala pengakuan, doa, dan janji mereka diucapkan dengan tergesa-gesa karena mereka tidak tahan dengan penderitaan itu. Sudah jelas bahwa mereka tidak bersungguh-sungguh dengan apa yang mereka katakan, sebab mereka tidak memegangnya dengan teguh. Mereka mencair di bawah terik matahari, tetapi membeku di dalam tempat yang teduh. Mereka hanya membohongi Allah dengan lidahnya, sebab hati mereka tidak tetap pada Dia, tidak benar di hadapan-Nya, seperti yang tampak pada akhirnya, sebab mereka tidak setia pada perjanjian-Nya. Mereka tidak tulus dalam memperbarui diri, sebab mereka tidak melakukannya secara terus-menerus. Dan, dengan berpikir untuk menunjukkan bahwa hati mereka mencari Allah, mereka sebenarnya memberikan penghinaan yang sama besarnya terhadap Dia seperti penghinaan-penghinaan mereka yang lain.
- 7. Karena itu, Allah dalam belas kasihan-Nya terhadap mereka, menghentikan penghakiman-penghakiman yang masih mengancam dan yang sebagian sudah dilaksanakan (ay. 38-39): Tetapi Ia bersifat penyayang, Ia mengampuni kesalahan mereka. Orang akan menyangka bahwa pertobatan palsu ini seharusnya sudah melampaui batas pelanggaran mereka. Perbuatan apa yang lebih membangkitkan amarah Tuhan selain mendustai Allah yang kudus seperti itu, selain menahan sebagian dari hasil penjualanseperti itu, bagian yang utama? (Kis. 5:3). Namun Ia bersifat penyayang, Ia mengampuni kesalahan merekasejauh ini, dengan tidak memusnahkan mereka dan membinasakan keberadaan mereka sebagai umat, seperti yang dengan sewajarnya bisa saja dilakukan-Nya. Ia menyayangkan hidup mereka hingga mereka membesarkan angkatan yang lain yang akan memasuki tanah perjanjian. Janganlah musnahkan itu, sebab di dalamnya masih ada berkat! (Yes. 65:8). Banyak kali Ia menahan murka-Nya (sebab Ia berkuasa untuk menahan murka-Nya sendiri) dan tidak membangkitkan segenap amarah-Nya, untuk memperlakukan mereka sebagaimana pantasnya. Dan mengapa sampai Dia menahan murka-Nya dan tidak membinasakan mereka? Penyebabnya bukan karena kehancuran mereka akan mendatangkan kerugian bagi diri-Nya sendiri, melainkan
- (1) Karena Ia bersifat penyayangdan, ketika Ia ingin memusnahkan mereka, belas kasihan-Nya bangkit serentak, lalu Ia berkata, Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim, menyerahkan engkau, hai Israel? (Hos. 11:8).
- (2) Karena, meskipun mereka tidak mengingat dengan benar bahwa Ia adalah gunung batu mereka, Ia ingat bahwa mereka itu daging. Ia mempertimbangkan kerusakan sifat mereka, yang mencondongkan mereka kepada kejahatan, dan berkenan menjadikannya sebagai alasan untuk merasa sayang terhadap mereka, meskipun sesungguhnya ini tidak bisa dijadikan sebagai alasan bagi dosa mereka (lih. Kej. 6:3). Ia mempertimbangkan kelemahan dan kerapuhan sifat mereka, dan betapa mudahnya untuk meremukkan mereka: Mereka angin yang berlalu, yang tidak akan kembali. Mungkin sebentar saja mereka akan hilang, tetapi apabila mereka lenyap, mereka lenyap untuk selama-lamanya, maka apa jadinya dengan kovenan dengan Abraham? Mereka daging, mereka angin: dari sini mudah saja untuk menyimpulkan bahwa dengan sewajarnya, dan dengan segera, mereka dapat dimusnahkan, dan tidak akan ada yang merasa kehilangan: tetapi sebaliknya, Allah menyimpulkan bahwa justru karena itu Ia tidak akan memusnahkan mereka. Sebab, alasan yang sebenarnya adalah, Ia bersifat penyayang.
SH: Mzm 78:31-72 - Kasih Allah dan hukuman-Nya (Selasa, 26 April 2005) Kasih Allah dan hukuman-Nya
Perjalanan Israel sebagai umat Tuhan dan bersama Tuhan, tertenun
dan teranyam dari benang-benang pengalaman yang kay...
Kasih Allah dan hukuman-Nya
Perjalanan Israel sebagai umat Tuhan dan bersama Tuhan, tertenun
dan teranyam dari benang-benang pengalaman yang kaya, sarat dan
padat dengan nilai-nilai. Dinamika kehidupan terjalin dari
cerita sukses dan gagal, tertawa dan menangis, pengkhianatan
dan kesetiaan, jatuh dan bangun, saat menyenangkan dan saat
menegangkan, jalan lebar menyenangkan dan jalan penuh
kerikil-kerikil tajam. PeMazmur mengisahkan kembali secara
puitis dan menarik makna dan sejarah perjalanan Israel dengan
Tuhan.
Pengkhianatan Israel sangat dominan. Mereka begitu mudah melupakan karya Allah yang ajaib dan penyertaan Allah yang tidak pernah berhenti (ayat 42-55). Kesempatan-kesempatan indah, pengalaman-pengalaman manis sepanjang jalan yang panjang itu seringkali terkubur dalam ingatan. Firman Allah harus datang untuk menyegarkan, mengingatkan kembali kasih Allah. Namun, pertobatan mereka dangkal sekali. Israel baru mencari Allah ketika sadar mereka tidak bisa membebaskan diri dari-Nya. Di saat seperti itu Israel bersembunyi di balik topeng penyesalan atau pertobatan. Sebenarnya Israel sedang membohongi Allah (ayat 32-37,40-41). Segala macam cara ditempuh untuk membebaskan diri dari Allah dan hukum-hukum-Nya, dan untuk melanggengkan kenikmatan sesaat serta pementingan diri. Mereka terus mendurhaka kepada-Nya (ayat 56-58) walaupun Ia berpanjang sabar (ayat 38-39). Akhirnya, pukulan keras harus diberikan karena kebebalan Israel seperti tak mengenal batas (ayat 59-64).
Syukur kepada Allah! Allah tidak pernah berhenti mengasihi. Saat melihat kehancuran umat, hati-Nya tergugah. Ia bangkit dan menyatakan belas kasih-Nya. Ia membangkitkan Daud untuk memimpin umat-Nya kembali setia kepada-Nya (ayat 65-72). Puji Tuhan, di dalam Kristus Yesus, Putra Daud, Allah menyatakan kasih terbesar-Nya.
Renungkan: Cambuk Allah adalah untuk punggung yang bebal, tetapi Tangan-Nya yang lembut untuk hati yang terbuka kepada Dia.
SH: Mzm 78:32-55 - Kekerasan hati Israel. (Sabtu, 15 Agustus 1998) Kekerasan hati Israel.
Perbuatan ajaib Tuhan yang silih berganti, begitu mudah dilupakan oleh umat-Nya. Mereka bertobat dan ingat akan Tuhan hanya ta...
Kekerasan hati Israel.
Perbuatan ajaib Tuhan yang silih berganti, begitu mudah dilupakan oleh umat-Nya. Mereka bertobat dan ingat akan Tuhan hanya tatkala murka Tuhan membuat mereka mengalami berbagai kesulitan. Banyak di antara mereka yang terbunuh di padang belantara. Sesaat umat Israel sadar dan kembali menyembah Allah. Tuhan pun mengasihi dan mengampuni mereka. Perjalanan berpuluh tahun umat Israel di padang pasir itu, adalah cara Tuhan memberikan bangsa pilihan-Nya ini pelbagai pelajaran yang keras dan pahit. Melalui tindakan-tindakan-Nya, Tuhan mengajar dan menghajar mereka.
Tuhan tidak putus asa. Dosa tidak mengenal perbedaan zaman atau kebudayaan. Kecenderungan Israel mengecewakan hati Allah menggambarkan pula kehidupan kita. Banyak orang kini hilang pekerjaan dan memikul berbagai penderitaan, baik disebabkan oleh dosa-dosa mereka sendiri tetapi kebanyakan karena dosa-dosa pihak lain yang menggunakan kekuasaan dan jabatannya dalam dosa. Masihkah Tuhan mendengar doa-doa orang yang menderita? Menerima pertobatan kita? Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan mendengar seru doa kita. Jangan putus asa dan undur dari hadirat-Nya kapan pun.
Doa: Angkat dan ringankanlah tekanan tanganMu dari bangsa kami yang sedang menderita, ya Bapa di sorga. Berilah terang firman-Mu, supaya kami tak menyimpang ke jalan yang salah.
SH: Mzm 78:32-55 - Tuhan yang Panjang Sabar (Minggu, 11 September 2016) Tuhan yang Panjang Sabar
Banyak orang Kristen berpikir bahwa Tuhan selalu menghukum dengan keras dalam Perjanjian Lama dan Tuhan lebih sabar dalam Pe...
Tuhan yang Panjang Sabar
Banyak orang Kristen berpikir bahwa Tuhan selalu menghukum dengan keras dalam Perjanjian Lama dan Tuhan lebih sabar dalam Perjanjian Baru. Jika kita meneliti Perjanjian Lama, maka kita akan sadar betapa salahnya pemikiran seperti itu.
Nas hari ini menunjukkan betapa sabarnya Tuhan terhadap umat Israel yang terus-menerus memberontak terhadap-Nya di padang gurun. Umat-Nya "masih berbuat dosa dan tidak percaya kepada perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib" (32). Karena itu, Tuhan menghukum mereka (33). Setelah Tuhan menghukum, umat-Nya berbalik dan mencari Allah (34-35). Ternyata, mereka hanya berpura-pura mencari-Nya. Mereka "memperdaya Tuhan dengan mulut mereka, dan dengan lidah mereka membohongi Dia. Hati mereka tidak tetap pada Dia, dan mereka tidak setia pada perjanjian-Nya" (36-37). Walaupun demikian, Allah yang Mahatahu tetap "bersifat penyayang" (38). "Ia mengampuni kesalahan mereka dan tidak memusnahkan mereka; banyak kali Ia menahan murka-Nya dan tidak membangkitkan segenap amarah-Nya" (38). Perhatikan bahwa kata "banyak kali Allah menahan murka-Nya" membuktikan bahwa Ia panjang sabar terhadap umat-Nya, walau Ia dapat menghancurkan mereka. Alasannya, Tuhan tahu bahwa mereka itu daging, angin yang berlalu, dan yang tidak akan kembali (39). Allah mengerti bahwa manusia berdosa adalah makhluk rapuh yang terbuat dari debu (bdk. Mzm. 103:14), yang hidupnya singkat bagaikan rumput (15), dan tidak mungkin tahan dengan hukuman-Nya. Karena itu, Ia menahan diri dalam murka-Nya.
Allah kita adalah Tuhan yang tidak berubah. Ia sama, dahulu, sekarang, dan selamanya. Ia juga adalah Allah yang panjang sabar. Panjang sabar bukan berarti Allah tidak akan menghukum umat-Nya. Karena itu, jangan selalu memberontak terhadap-Nya seperti perilaku umat Israel di padang gurun. Jika kita seperti mereka, cepat atau lambat kita akan mendapatkan hukuman Tuhan. [IT]
SH: Mzm 78:17-55 - Kasih setia Tuhan tidak bergeser (Sabtu, 27 Oktober 2001) Kasih setia Tuhan tidak bergeser
Mazmur ini mengajak Israel untuk mengingat kembali campur tangan
Tuhan kepada nenek moyang mereka pada peristiwa Ke...
Kasih setia Tuhan tidak bergeser
Mazmur ini mengajak Israel untuk mengingat kembali campur tangan Tuhan kepada nenek moyang mereka pada peristiwa Keluaran, ketika mereka gagal menaati Tuhan di padang gurun. Pemazmur mengajak Israel untuk mengingat bagaimana Tuhan menimpakan tulah atas Mesir (ayat 43-51), memimpin mereka melintasi Laut Merah dan padang gurun (ayat 13, 52, 53), dan memasuki serta menduduki tanah Kanaan (ayat 54-55). Namun demikian Israel memberontak terhadap Allah, mengharapkan Tuhan melakukan keajaiban-keajaiban ketika mereka tidak menaati kehendak-Nya (ayat 17-20), meragukan kemampuan-Nya (ayat 22), dan mencobai Dia (ayat 41).
Sebagai respons atas keluhan Israel, Tuhan mengirimkan api yang
menimpa mereka (ayat 21), menghujani mereka dengan manna (ayat
Kesetiaan Tuhan tidaklah bergantung kepada kesetiaan umat-Nya. Ia tetap setia ketika umat-Nya mengingkari-Nya. Ia tetap mengingat umat-Nya, sekalipun umat-Nya tidak lagi mengingat-Nya. Ia menghajar mereka sebagai tindakan pendisiplinan, namun tidak menarik kebaikan-Nya terhadap mereka. Yang memungkinkan Israel menjadi umat Allah bukanlah jasa, kebaikan, ataupun kelebihan mereka, melainkan kasih setia Tuhan yang tidak pernah bergeser dari kehidupan mereka. Demikian juga dengan kita. Yang memungkinkan kita tetap setia kepada Tuhan bukanlah diri kita sendiri, melainkan kasih setia Tuhan yang tidak pernah bergeser dari hidup kita.
Renungkan: Karakteristik kesetiaan manusia sedemikian rapuh, tetapi kasih setia Tuhan tidak berubah dan tetap teguh selama-lamanya. Inilah yang menjadi jaminan bagi kita untuk tetap menjadi umat-Nya. Renungkan bagaimana keagungan kesetiaan Tuhan menopang dan menguatkan Anda!
SH: Mzm 78:17-33 - Sikap tak puas adalah dosa (Senin, 2 November 2009) Sikap tak puas adalah dosa
Di manakah penyertaan Tuhan yang paling Anda rasakan dalam hidup ini?
Apakah waktu segala sesuatu berjalan lancar, se...
Sikap tak puas adalah dosa
Di manakah penyertaan Tuhan yang paling Anda rasakan dalam hidup ini? Apakah waktu segala sesuatu berjalan lancar, semua tersedia dan bahkan melimpah? Kalau memperhatikan catatan sejarah Israel, kita menemukan penyertaan Tuhan yang paling kelihatan adalah di dalam perjalanan di padang gurun. Tiang awan dan tiang api yang bergantian menuntun mereka siang dan malam (ayat 14-16). Air yang tercurah dari batu karang untuk melepaskan dahaga mereka di padang yang kering dan panas (ayat 15-16). Lebih ajaib lagi, butiran manna yang setiap hari turun untuk dijadikan roti (ayat 23-25). Bahkan, sore hari Allah mengirimkan daging berupa burung puyuh untuk kenikmatan mereka (ayat 26-28).
Allah memperhatikan mereka bukan hanya dalam perkara rohani, lewat Taurat dan segala perintahnya, tapi juga dalam perkara jasmani dengan berlimpah-limpah. Namun, apa balasan umat-Nya? Gerutuan karena ketidakpuasan dan ketidakpercayaan! Mereka tidak puas dengan kelimpahan yang mereka terima (ayat 18). Mereka merindukan dapat menikmati makanan seperti dulu di Mesir, padahal di situ mereka diperbudak. Mereka tidak percaya bahwa Allah sungguh-sungguh peduli atas mereka atau sanggup mencukupi mereka (ayat 19-20). Bahkan setelah semua tersaji begitu ajaib, mereka masih juga merasa tidak puas (ayat 29-30). Tidak heran kalau Allah pun murka dan menghukum mereka (ayat 31).
Adakah kemiripan pengalaman Anda dengan yang dialami umat Israel? Jangan-jangan malah Anda tidak pernah mengalami padang gurun. Yang ada selalu padang rumput hijau yang mengenyangkan serta aliran sungai yang hening dan bening untuk menyegarkan dahaga. Namun apakah Anda merasakan Tuhan hadir dan itu membuat Anda bersyukur dan puas hati? Atau masihkah Anda menggerutu karena merasa belum puas dan karena Anda menganggap memang sudah seharusnya Anda menerima semua yang baik ini? Hati-hati! Sikap tidak puas adalah sikap tidak tahu berterima kasih pada Tuhan!
SH: Mzm 78:1-72 - Belajar dari sejarah (Minggu, 30 September 2012) Belajar dari sejarah
Mazmur 78 adalah mazmur sejarah. Apalagi tujuannya, kalau bukan mengajar umat Tuhan? Agar setiap generasi yang akan datang dapat...
Belajar dari sejarah
Mazmur 78 adalah mazmur sejarah. Apalagi tujuannya, kalau bukan mengajar umat Tuhan? Agar setiap generasi yang akan datang dapat mengenal firman Tuhan turun temurun karena pengajaran generasi sebelumnya (5-6). Agar setiap generasi percaya kepada Tuhan, tidak melupakan perbuatan-Nya, dan memegang perintah-Nya (7). Agar generasi mendatang tidak mengulang kesalahan nenek moyang mereka (8).
Sejarah yang dipaparkan di sini adalah sejarah pahit kerajaan Israel yang diwakili Efraim. Mereka adalah umat pilihan, tetapi karena ketidaksetiaan pada Taurat dan Perjanjian Sinai (9-11), disingkirkan (65-67). Sebaliknya Tuhan meneguhkan perjanjian-Nya kepada Yehuda dan Daud (68-72). Yang terjadi di sini mencerminkan karakter Allah yang kudus walau penuh kasih.
Catatan sejarah Israel pada masa lampau diungkap untuk menunjukkan konsistensi karakter Allah dalam menghadapi umat-Nya sendiri yang terus menerus tidak setia. Ayat 17-31 mencatatkan ketidaksetiaan Israel di padang gurun. Mereka berulangkali mencobai Allah dengan tidak percaya, menggerutu, dan menolak -Nya. Walaupun Tuhan murka dan menghukum, tetapi tetap berbelas kasih pada mereka (32-39). Ia sadar mereka hanyalah manusia fana, maka penghukuman-Nya pun tidak habis-habisan. Sayang, mereka tetap menunjukkan ketidaksetiaan bukan hanya saat di padang gurun, bahkan saat sudah masuk tanah perjanjian (40-64). Mereka melupakan tangan kasih dan kuasa-Nya yang menyertai mereka dan membalas kasih setia-Nya dengan dengan berkhianat dan menyembah berhala. Sampai Ia harus menghukum mereka dengan penawanan oleh musuh.
Tujuan belajar sejarah adalah agar tidak mengulang kesalahan, menghargai keadilan dan kasih Allah yang dinyatakan. Jangan menunggu sampai sejarah serupa menimpa Anda, baru bertobat!
SH: Mzm 78:1-72 - Kasih Allah Dalam Sejarah Hidup Kita (Sabtu, 23 November 2019) Kasih Allah Dalam Sejarah Hidup Kita
Jangan meninggalkan sejarah merupakan semboyan agar kita tidak melupakan sejarah perjuangan para pendahulu kita....
Kasih Allah Dalam Sejarah Hidup Kita
Jangan meninggalkan sejarah merupakan semboyan agar kita tidak melupakan sejarah perjuangan para pendahulu kita.
Ajaran untuk mengingat kembali sejarah hidup bangsa Israel juga tampak dalam bacaan kita ini. Orang Israel diminta memasang dan menyendengkan telinga bagi pengajaran dan cerita yang telah disampaikan sejak zaman nenek moyang (1-3). Apakah itu? Yaitu, tentang perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan oleh Tuhan (4) dan bagaimana respons nenek moyang mereka yang sering kali memberontak kepada Tuhan (8).
Tuhan telah memimpin nenek moyang Israel keluar dari tanah Mesir; memberikan tulah di tanah Mesir (43-51; bdk. Kel. 7-10, 12:29-42); membelah laut (13), menuntun melalui tiang awan dan tiang api (14); memenuhi kebuTuhan makan dan minum mereka (15, 23-29); menghalau bangsa-bangsa; dan memberikan tanah perjanjian (55). Tetap saja di tengah itu semua selalu ada respons buruk dari umat Israel yang masih meragukan kekuatan serta kesetiaan Allah. Hal itu membuat Allah sakit hati (17-19, 30, 32, 36-37, 40, 56) dan Ia menghukum umat-Nya. Karena kasih sayang Allah yang begitu besar, Ia tetap memilih menggembalakan dan menuntun mereka (72). Dari sini kita bisa melihat bagaimana kasih sayang dan kesetiaan Allah tidak pernah berubah, sekalipun umat menyakiti hati-Nya. Kasih Allah selalu ada bagi mereka.
Mari lihat sejenak sejarah hidup kita, yaitu bagaimana Allah bekerja menuntun kita hingga sampai saat ini. Berapa banyak hal yang sudah Allah lakukan dan berikan kepada kita? Seberapa besar kasih sayang-Nya yang telah kita rasakan dalam hidup ini? Bahkan di tengah segala kebaikan dan kasih-Nya itu, terkadang kita masih menyakiti hati Allah? Misalnya, sering berkeluh kesah, marah, memberontak, ketidakpercayaan, tidak belajar bersyukur. Marilah kita hidup dengan penuh kasih, kerendahan hati, ketaatan, kesetiaan kepada Tuhan, dan sebagainya.
Doa: Tuhan, ajar kami menjadi umat yang taat dan setia kepada-Mu. [YWA]
Baca Gali Alkitab 4
Akan ada waktu di mana Allah mengizinkan pergumulan berat terjadi dalam hidup setiap anak-Nya. Pergumulan ini membuat orang Kristen sering kali mempertanyakan banyak hal tentang diri Allah. Hal itu membuka celah hadirnya perasaan ragu. Keraguan ini perlahan-lahan menjadi lubang besar dalam diri kita. Akhirnya, tidak sedikit orang Kristen yang meninggalkan Allahnya.
Pemazmur merasakan hal yang sama ini. Ia sungguh sesak dengan semua pergumulan yang harus dijalaninya. Pertanyaannya, apa yang dilakukan pemazmur yang pada akhirnya membawanya ke jalan yang benar dalam mengikut Tuhan. Ia mengingat perbuatan Allah pada masa lampau. Dari sanalah ia percaya bahwa ada harapan.
Allah tidak pernah berubah dalam kasih-Nya. Ia akan menuntun kembali setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Apa saja yang Anda baca?
1. Kesesakan seperti apakah yang dirasakan pemazmur (1-7)?
2. Keraguan apa yang muncul dalam diri pemazmur (8-11)?
3. Apa yang hendak dilakukan pemazmur dalam kesesakan (12-13)?
4. Apakah yang menjadi iman dan pengakuan pemazmur (14-21)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apakah Anda pernah merasakan pergumulan yang sangat menyesakkan?
2. Apakah Anda sudah merespons semua kesesakan itu dengan benar di hadapan Allah?
Apa respons Anda?
1. Sudahkah Anda bersimpuh dan diam di hadapan Allah dalam kesesakan yang dialami?
2. Apakah Anda berserah dan percaya sepenuhnya kepada rancangan Allah yang mendatangkan damai sejahtera?
Pokok Doa:
Berdoa supaya Allah meneduhkan hati kita dengan ketabahan dan iman tatkala badai kehidupan datang.
Utley -> Mzm 78:21-33
Utley: Mzm 78:21-33 - --NASKAH TERJEMAHAN BARU: Mazm 78:21-3321 Sebab itu, ketika mendengar hal itu, TUHAN gemas, api menyala menimpa Yakub, bahkan murka bergejolak menimpa I...
NASKAH TERJEMAHAN BARU: Mazm 78:21-33
21 Sebab itu, ketika mendengar hal itu, TUHAN gemas, api menyala menimpa Yakub, bahkan murka bergejolak menimpa Israel, 22 sebab mereka tidak percaya kepada Allah, dan tidak yakin akan keselamatan dari pada-Nya. 23 Maka Ia memerintahkan awan-awan dari atas, membuka pintu-pintu langit, 24 menurunkan kepada mereka hujan manna untuk dimakan, dan memberikan kepada mereka gandum dari langit; 25 setiap orang telah makan roti malaikat, Ia mengirimkan perbekalan kepada mereka berlimpah-limpah. 26 Ia telah menghembuskan angin timur di langit dan menggiring angin selatan dengan kekuatan-Nya; 27 Ia menurunkan kepada mereka hujan daging seperti debu banyaknya, dan hujan burung-burung bersayap seperti pasir laut; 28 Ia menjatuhkannya ke tengah perkemahan mereka, sekeliling tempat kediaman itu. 29 Mereka makan dan menjadi sangat kenyang; Ia memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan. 30 Mereka belum merasa puas, sedang makanan masih ada di mulut mereka; 31 maka bangkitlah murka Allah terhadap mereka: Ia membunuh gembong-gembong mereka, dan menewaskan teruna-teruna Israel. 32 Sekalipun demikian mereka masih saja berbuat dosa dan tidak percaya kepada perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib. 33 Sebab itu Ia membuat hari-hari mereka habis dalam kesia-siaan, dan tahun-tahun mereka dalam kekejutan.
Mazm 78:21-33 Ketidaktaatan Israel yang berkelanjutan ini menyebabkan YHWH menghakimi mereka. Salah satu contoh yang digunakan adalah penyediaan supranatural YHWH akan daging (burung puyuh). Dia mengajarkan kepada mereka bagaimana cara menerima berkat-Nya, tapi sekali lagi mereka tidak taat (lih. Bil 11). Tindakan-tindakan mereka menunjukkan sikap mereka terhadap YHWH.
- 1. mereka tidak percaya, Mazm 78:22
- 2. mereka tidak yakin, Mazm 78:22
- 3. Sekalipun demikian mereka masih saja berbuat dosa, Mazm 78:32
Mazm 78:22 "percaya... yakin" lihat Topik Khusus: PERCAYA, KEPERCAYAAN, IMAN DAN KESETIAAN DALAM PL.
Mazm 78:23 "membuka pintu-pintu langit" Kata "langit" ini (lihat Topik Khusus: SURGA DAN TOPIK KHUSUS: SURGA DAN LANGIT KETIGA) dianggap sebagai sebuah kubah yang ditutupi dengan kulit, seperti sebuah drum. Kubah ini memisahkan air yang di atas agar tidak jatuh ke bumi. Mereka membayangkan memiliki jendela yang bisa dibuka atau ditutup, tergantung pada kehendak Allah dan tindakan-tindakan manusia (Kej 7:11; Mal 3:10). Tuhan bisa memberikan
- 1. hujan (Kejadian)
- 2. makanan (Mazmur)
- 3. berkat (Maleakhi)
Mazm 78:24-25 "gandum dari langit... roti malaikat" Ini merujuk pada manna (lih. Kel 16). YHWH bersifat murah hati (Mazm 78:38), tetapi mereka bersifat memberontak.
Manna (BDB 577 I) adalah sebuah zat putih yang tampak sebagai embun. Nama ini mungkin berasal dari Kel 16:4, "Apakah ini?" Ini adalah sebuah mujizat pengadaan makanan selama periode pengembaraan di padang gurun. Ini hanya dapat diambil dan kumpulkan hanya satu kali tiap hari (penyediaan harian dari Allah) atau menjadi busuk (lih. Kel 16:16-21), kecuali untuk hari sebelum hari Sabat yang bisa dikumpulkan untuk keperluan dua hari dan tidak menjadi busuk (lih. Kel 16:22-29). Ini dimasak seperti tepung. Ini berhenti saat orang Israel telah menyeberangi sungai Yordan (lih. Yos 5:12).
Mazm 78:27 "debu... pasir" Ini adalah dua dari tiga istilah (debu, pasir, bintang) yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang banyak. Mereka secara teratur terhubung ke banyaknya keturunan dari para Leluhur (yaitu, janji Allah kepada Abraham, lih. Kej 12:2).
- 1. debu – Kej 13:16; 28:14; Bil 23:10
- 2. pasir - Kej 22:17; 32:12; 2Sam 17:11; 1Raj 4:20
- 3. bintang – Kej 15:5; 22:17; 26:4; Kel 32:13; Ul 1:10; 10:22; 28:62
Mazm 78:29-31 Allah menyediakan burung puyuh tapi lagi-lagi orang-orang ini tidak mempercayai penyediaan Tuhan dan mencoba untuk mengumpulkan sejumlah besar burung untuk konsumsi di masa depan. Ini tidak menyenangkan Allah dan penghakiman-Nya jatuh pada mereka (Bil 11:31-35).
Lagi dan lagi dalam PL, Allah memberitahukan kepada umat-Nya apa yang harus dilakukan, tetapi mereka menolak dan melakukannya dengan cara mereka sendiri. Setiap kali hal ini mengakibatkan penghakiman!
Masalahnya dari dahulu adalah "kepercayaan"! Dan itu masih sampai saat ini!
- NASB NKJV "habis dalam kesia-siaan"
- NASB catatan pinggir "kesia-siaan, suatu napas belaka"
- NRSV "lenyap seperti napas"
- NJB "menghilang di tengah-tengahmu"
Istilah ini (BDB 210 I) adalah suatu istilah kunci dalam Pengkhotbah. Lihat catatan saya di bawah dari Pengkh 1.
Pkh Mazm 1:2 "kesia-siaan atas kesia-siaan" Ini adalah sebuah superlatif Ibrani (lih. Mazm 1:2; 12:8). Kata ini berarti "uap," "napas," atau "kabut" (BDB 210 I, lih. Yak 4:14). penekanannya bisa pada (1) ketiadaan atau (2) kefanaan dari kehidupan manusia. Konteksnya mendukung yang terakhir (lih H. C. Leupold, Eksposisi Pengkhotbah, hal. 41).
Ini adalah istilah kunci dan frase berulang dalam buku ini (lih. Pengkh 1:2,14; 2:1,11,15,17,19,21,23,26; 3:19; 4:4,7,8,16; 5:7,10; 6:2,4,9,11,12; 7:6,15; 8:10,14; 9:9; 11:8,10; 12:8). Istilah ini digunakan di sana-sini di buku-buku hikmat lain: Ayub, 5 kali; Mazmur, 9 kali; dan Amsal, 3 kali.
Untuk teori yang berbeda tentang bagaimana ini melihat pernyataan yang kuat dalam buku ini, lihat Pendahuluan, Kepengarangan, H. Saya lebih memilih opsi # 1. Prasuposisi teologis ini akan menjadi kisi-kisi yang saya gunakan untuk menafsirkan buku in.
□ "semua adalah kesia-siaan" Perhatikan akarnya, "kesia-siaan" (BDB 210 I), digunakan lima kali dalam satu ayat ini! Buku Pegangan pada Pengkhotbah oleh UBS, mengatakan istilah harus dipahami sebagai
- 1. Tak bisa dimengerti
- 2. enigmatik
- 3. misterius
- 4. tidak mungkin dipahami
Oleh karena itu, ini mengkomunikasikan kenyataan bahwa hidup ini penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab (hal 4). Orang yang berpengetahuan dalam kebijaksanaan akan mengetahui hal ini, tetapi akan terus mempercayai Allah dan menaati perintah-perintah-Nya.
Hal ini merujuk pada kegiatan kehidupan yang tidak pasti dan tak terduga. Ini adalah sebuah hasil dari kemanusiaan yang jatuh yang mencoba untuk hidup dengan kekuatan mereka sendiri, terlepas dari Allah. Ini adalah kondisi yang ditinggalkan oleh Kejatuhan (Kej 3)!
Istilah Ibrani "semua" (BDB 481), yang sering diterjemahkan sebagai "segala sesuatu," ini adalah sebuah kata yang umum, tetapi sering digunakan dalam Pengkhotbah (yaitu, 9 kali dalam pasal Mazm 1; 17 kali dalam pasal Mazm 2; 13 kali dalam pasal Mazm 3, dst.). Qoheleth menggunakan bahasa yang inklusif ini untuk mengekspresikan penekanan teologisnya pada
- 1. kendali dan kedaulatan Tuhan
- 2. ketidak-efektifan dan kefanaan manusia
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Mazmur (Pendahuluan Kitab) Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang...
Penulis : Daud dan orang lain
Tema : Doa dan Pujian
Tanggal Penulisan: Sebagian besar abad ke-10 hingga ke-5 SM.
Latar Belakang
Judul Ibrani untuk kitab Mazmur adalah _tehillim_, yang berarti "puji-pujian"; judul dalam Septuaginta (PL dalam bahasa Yunani, dikerjakan sekitar 200 SM) ialah _psalmoi_, yang berarti "nyanyian yang diiringi alat musik gesek atau petik".
Musik memainkan peranan penting dalam ibadah Israel (1Taw 15:16-22; bd.Mazm 149:1--150:6); mazmur-mazmur menjadi nyanyian pujian Israel. Berbeda dengan sebagian besar syair dan nyanyian di dunia Barat yang ditulis dengan sajak dan irama, syair dan nyanyian PL didasarkan pada kesejajaran pemikiran di mana baris(-baris) kedua (atau yang berikutnya) pada hakikatnya menyatakan ulang (kesejajaran sinonim), memperlihatkan kontras (kesejajaran antitetikal), atau secara progresif melengkapi baris yang pertama (kesejajaran sintetik). Ketiga bentuk kesejajaran ini dipakai dalam Mazmur. Mazmur terdini yang diketahui digubah oleh Musa pada abad ke-15 SM (Mazm 90:1-17); sedangkan yang paling akhir adalah dari abad ke-6 sampai ke-5 SM (mis. Mazm 137:1-9). Akan tetapi, sebagian besar dari mazmur ditulis pada abad ke-10 SM semasa zaman keemasan puisi Israel.
Judul-judul atau kalimat pembukaan pada permulaan sebagian besar mazmur (dalam Alkitab Indonesia menjadi bagian dari mazmur), sekalipun bukan bagian asli dan terilham dari mazmur, sudah berusia tua (sebelum Septuaginta) dan penting. Isi dari kalimat pembukaan itu berbeda-beda, meliputi kategori seperti
- (1) nama penulis (mis. Mazm 47:1-10, "Dari bani Korah"),
- (2) bentuk mazmur (mis. Mazm 32:1-11, "nyanyian pengajaran" [bah. Inggris "maskil"] syair hasil renungan atau bertujuan mengajar),
- (3) istilah-istilah musik (mis. Mazm 4:1-9, "Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi"),
- (4) catatan liturgis (mis. Mazm 45:1-18, "Nyanyian kasih" [versi Inggris NIV -- nyanyian pernikahan]), dan
- (5) catatan sejarah singkat (mis. Mazm 3:1-9, "Mazmur Daud ketika ia lari dari Absalom, anaknya").
Mengenai penulis mazmur-mazmur ini, kalimat pembukaan menyebutkan Daud selaku penggubah 73 mazmur, Asaf 12 (seorang Lewi yang berkarunia musik dan nubuat, lih. 1Taw 15:16-19; 2Taw 29:30), bani Korah 10 (keluarga dengan karunia musik), Salomo 2, dan masing-masing satu oleh Heman, Etan, dan Musa. Kecuali Musa, Daud, dan Salomo, semua penggubah lainnya adalah imam atau orang Lewi dengan karunia musik dan tanggung jawab dalam ibadah kudus pada masa pemerintahan Daud. Lima puluh mazmur tidak diketahui penggubahnya. Acuan-acuan alkitabiah dan sejarah memberi kesan bahwa Daud (bd. 1Taw 15:16-22), Hizkia (Ams 25:1; bd. 2Taw 29:25-30), dan Ezra (bd. Neh 10:39; Neh 11:22; Neh 12:27-36,45-47) terlibat pada waktu yang berlainan dalam memilih mazmur-mazmur untuk dipakai bersama di Yerusalem. Penyusunan kitab ini yang terakhir mungkin dilakukan pada masa Ezra dan Nehemia (450-400 SM).
Tujuan
Kitab Mazmur, sebagai doa dan pujian yang diilhamkan Roh, ditulis, secara umum, untuk mengungkapkan perasaan mendalam hati sanubari manusia dalam hubungan dengan Allah.
- (1) Banyak yang ditulis sebagai doa kepada Allah, mengungkapkan
- (a) kepercayaan, kasih, penyembahan, ucapan syukur, pujian, dan kerinduan akan persekutuan erat;
- (b) kekecewaan, kesesakan mendalam, ketakutan, kekhawatiran, penghinaan dan seruan untuk pembebasan, kesembuhan, atau pembenaran.
- (2) Yang lain ditulis sebagai nyanyian yang mengungkapkan pujian, ucapan syukur, dan pemujaan kepada Allah dan hal-hal besar yang telah dilakukan-Nya.
- (3) Beberapa mazmur berisi bagian-bagian penting berhubungan dengan Mesias.
Survai
Selaku suatu kumpulan dari 150 mazmur, kitab ini meliput bermacam-macam pokok, termasuk penyataan tentang Allah, ciptaan, umat manusia, keselamatan, dosa dan kejahatan, keadilan dan kebenaran, penyembahan dan pujian, doa dan hukuman. Allah dipandang dengan beraneka ragam cara: sebuah benteng perlindungan, batu karang, perisai, gembala, tentara, pencipta, penguasa, hakim penebus, pemelihara, penyembuh, dan penuntut balas; Ia mengungkapkan kasih, kemarahan, dan belas kasihan, dan Ia ada di mana-mana, mengetahui segala sesuatu dan mahakuasa. Umat Allah juga dilukiskan dengan aneka cara: biji mata, domba, orang kudus, orang jujur dan benar yang diangkat-Nya dari sumur berlumpur, menempatkan kakinya pada batu karang, dan menaruh nyanyian baru di dalam mulut mereka. Allah mengarahkan langkah-langkah mereka, memuaskan kerinduan rohani mereka, mengampuni semua dosa mereka, menyembuhkan segala penyakit mereka dan menyediakan tempat tinggal kekal bagi mereka.
Salah satu cara yang bermanfaat untuk meninjau kitab ini ialah dengan berbagai kategori umum yang dipakai untuk menggolongkan mazmur-mazmur ini (dengan agak bertumpang-tindih).
- (1) _Nyanyian Haleluya atau pujian_ : mazmur-mazmur ini membesarkan nama, kemegahan, kebaikan, kebesaran, dan keselamatan Allah (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 21:1-13; Mazm 33:1--34:22; Mazm 103:1--106:48; Mazm 111:1--113:9; Mazm 115:1--117:2; Mazm 135:1-21; Mazm 145:1--150:6).
- (2) _Nyanyian Ucapan Syukur_ : Mazmur-mazmur ini mengakui pertolongan Allah dalam menyelamatkan dan membebaskan seseorang atau Israel selaku bangsa (mis. Mazm 18:1-50; Mazm 30:1-12; Mazm 34:1-22; Mazm 41:1-13; Mazm 66:1-20; Mazm 92:1-15; Mazm 100:1-5; Mazm 106:1-48; Mazm 116:1-19; Mazm 118:1-29; Mazm 124:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 136:1-26; Mazm 138:1-8).
- (3) _Mazmur Doa dan Permohonan_ : Tercakup mazmur-mazmur ratapan dan permohonan kepada Allah, kerinduan akan Allah, dan syafaat bagi umat Allah (mis. Mazm 3:1--6:10; Mazm 13:1-6; Mazm 43:1-5; Mazm 54:1-7; Mazm 67:1-7; Mazm 69:1--70:5; Mazm 79:1--80:19; Mazm 85:1--86:17; Mazm 88:1-52; Mazm 90:1-17; Mazm 102:1-28; Mazm 141:1--143:12).
- (4) _Mazmur Pengakuan Dosa_ : Berfokus pada pengakuan dosa (mis. Mazm 32:1-11; Mazm 38:1-22; Mazm 51:1-19; Mazm 130:1-8).
- (5) _Nanyian Sejarah Kudus_ : Mengisahkan kembali urusan Allah dengan Israel sebagai bangsa (mis. Mazm 78:1-72; Mazm 105:1--106:48; Mazm 108:1-13; Mazm 114:1-8; Mazm 126:1-6; Mazm 137:1-9).
- (6) _Mazmur Pemahkotaan Tuhan_ : Mazmur-mazmur ini dengan tegas menyatakan bahwa "Tuhan adalah Raja" (mis. Mazm 24:1-10; Mazm 47:1-9; Mazm 93:1-5; Mazm 96:1--99:1-99:9).
- (7) _Nyanyian Liturgis_ : Mazmur-mazmur ini digubah untuk perayaan atau kebaktian khusus (mis. Mazm 15:1-5; Mazm 24:1-10; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 113:1--118:29; keenam mazmur terakhir ini dipergunakan dalam perayaan Paskah setiap tahun).
- (8) _Mazmur Kepercayaan dan Pengabdian_ : Mazmur-mazmur ini mengungkapkan:
- (a) kepercayaan seseorang akan integritas Allah dan pertolongan kehadiran-Nya, dan
- (b) pengabdian hati kepada Allah (mis. Mazm 11:1-8; Mazm 16:1-11; Mazm 23:1-6; Mazm 27:1-14; Mazm 31:1--32:11; Mazm 40:1-17; Mazm 46:1-11; Mazm 56:1-13; Mazm 62:1--63:11; Mazm 91:1-16; Mazm 119:1-176; Mazm 130:1--131:3; Mazm 139:1-24).
- (9) _Nyanyian Ziarah_ : Juga disebut "Nyanyian-nyanyian Zion" atau "Nyanyian-nyanyian Pendakian" yang dinyanyikan oleh para peziarah sepanjang perjalanan mereka ke Yerusalem untuk perayaan Paskah, Pentakosta, atau Pondok Daun setiap tahun (mis. Mazm 43:1-5; Mazm 46:1-11; Mazm 48:1-14; Mazm 76:1-12; Mazm 84:1-12; Mazm 87:1-7; Mazm 120:1--134:3).
- (10) _Nyanyian Penciptaan_ : Mazmur-mazmur ini mengakui hasil perbuatan Allah di sorga dan di bumi (mis. Mazm 8:1-9; Mazm 19:1-14; Mazm 29:1-11; Mazm 33:1-22; Mazm 65:1-13; Mazm 104:1-35).
- (11) _Mazmur-mazmur Hikmat dan Pendidikan_ : Mazmur-mazmur ini merenungkan cara-cara Allah dan mendidik kita mengenai kebenaran (mis. Mazm 1:1-6; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 73:1-28; Mazm 112:1-8; Mazm 119:1-176; Mazm 133:1-3).
- (12) _Mazmur Kerajaan atau Mesias_ : Mazmur-mazmur ini melukiskan beberapa pengalaman Raja Daud atau Raja Salomo yang mempunyai makna nubuat dan yang akhirnya digenapi dalam kedatangan Mesias, Yesus Kristus (mis. Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1--41:13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1--69:36; Mazm 72:1-20; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 110:1-7; Mazm 118:1-29).
- (13) _Mazmur Bernada Kutukan_ : Mazmur-mazmur ini mengundang kutukan atau hukuman Allah atas orang fasik (mis. Mazm 7:1-17; Mazm 35:1-28; Mazm 55:1-23; Mazm 58:1-11; Mazm 59:1-17; Mazm 69:1-36; Mazm 109:1-31; Mazm 137:1-9; Mazm 139:19-22). Karena banyak orang Kristen bingung oleh mazmur-mazmur ini, perlu diperhatikan bahwa mazmur kutukan ini digubah selaku ungkapan semangat demi nama Allah, keadilan, dan kebenaran-Nya, dan dari kebencian kuat terhadap kejahatan dan bukan karena perasaan dendam yang picik. Pada hakikatnya mazmur-mazmur ini berseru kepada Allah agar meninggikan orang benar dan merendahkan orang fasik.
Ciri-ciri Khas
Sembilan ciri utama menandai kitab Mazmur ini.
- (1) Merupakan kitab terpanjang dalam Alkitab dan berisi pasal yang terpanjang (Mazm 119:1-176), yang terpendek (Mazm 117:1-2) dan ayat tengah (Mazm 118:8).
- (2) Sebagai kitab nyanyian dan ibadah Ibrani, kerohaniannya yang dalam dan luas itu menjadikan kitab ini bagian PL yang paling digemari dan dibaca oleh orang percaya.
- (3) "_Haleluya_" (pujilah Tuhan), istilah Ibrani yang diakui secara universal di kalangan orang percaya, dipakai 28 kali dalam Alkitab, 24 di antaranya dalam kitab ini. Di dalam Mazm 150 pujian kepada Tuhan mencapai puncaknya dan menyampaikan pujian yang utuh dan sempurna kepada Tuhan.
- (4) Tidak ada kitab lain di Alkitab yang demikian terang-terangan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan manusia dalam hubungan dengan Allah dan kehidupan ini. Nyanyian pujian dan pengabdian mengalir dari gunung-gunung tertinggi, dan seruan-seruan keputusasaannya timbul dari lembah-lembah terdalam.
- (5) Sekitar separuh mazmur mencakup doa iman di tengah kesengsaraan.
- (6) Inilah kitab yang paling banyak dikutip di PB.
- (7) Berisi banyak "pasal kesayangan" seperti pasal Mazm 1:1-6; Mazm 23:1-6; Mazm 24:1-10; Mazm 34:1-22; Mazm 37:1-40; Mazm 84:1-12; Mazm 91:1-16; Mazm 103:1-22; Mazm 119:1-176; Mazm 121:1-8; Mazm 139:1-24; dan Mazm 150:1-6.
- (8) Mazmur 119 (Mazm 119:1-176) adalah unik dalam Alkitab karena
- (a) panjangnya (176 ayat),
- (b) kasihnya yang agung kepada Firman Allah, dan
- (c) susunan sastranya yang mencakup 22 stanza dengan masing-masing delapan ayat, dan setiap stanza mengawali setiap ayatnya dengan huruf yang sama, juga setiap stanza memakai huruf yang berturut-turut dari abjad Ibrani sebagai bantuan untuk mengingat (yaitu, suatu akrostik).
- (9) Ciri sastranya yang paling menonjol adalah gaya syair yang disebut paralelisme, mencakup irama pemikiran dan bukan irama sajak atau matra; ciri khas ini menjadikan beritanya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain tanpa terlalu banyak kesulitan.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Ada 186 kutipan dari kitab Mazmur dalam PB, jauh lebih banyak daripada kitab PL lainnya. Jelaslah bahwa mazmur-mazmur begitu meresap dalam hati Yesus dan penulis kitab PB lainnya dan bahwa Roh Kudus sering memakai mazmur di dalam ajaran Yesus dan ayat-ayat lain di mana Yesus menggenapi Alkitab selaku Mesias yang dinubuatkan. Misalnya, Mazm 110:1-7 yang singkat (7 ayat) dikutip lebih banyak dalam PB daripada pasal PL lainnya; mazmur ini berisi nubuat tentang Yesus sebagai Mesias, sebagai Anak Allah dan sebagai imam abadi menurut peraturan Melkisedek. Mazmur Mesias lainnya yang dikenakan kepada Yesus dalam PB adalah:Mazm 2:1-12; Mazm 8:1-9; Mazm 16:1-11; Mazm 22:1-31; Mazm 40:1-17; Mazm 41:1-13; Mazm 45:1-17; Mazm 68:1-35; Mazm 69:1-36; Mazm 89:1-52; Mazm 102:1-28; Mazm 109:1-31; dan Mazm 118:1-29. Mazmur ini dikenakan kepada
- (1) Yesus selaku nabi, imam, dan raja;
- (2) kedua kedatangan-Nya;
- (3) kedudukan sebagai Anak dan sifat-Nya;
- (4) penderitaan dan kematian-Nya yang mendamaikan; dan
- (5) kebangkitan-Nya. Ringkasnya, Mazmur termasuk kitab PL dengan nubuat paling terinci tentang Kristus dan tertanam sangat dalam di seluruh amanat para penulis PB.
Full Life: Mazmur (Garis Besar) Garis Besar
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!:...
I. Kitab 1 !!: Mazmur 1-41
(Mazm 1:1-41:13)
II. Kitab 2 !!: Mazmur 42-72
(Mazm 42:1-72:19)
III. Kitab 3 !!: Mazmur 73-89
(Mazm 73:1-89:52)
IV. Kitab 4 !!: Mazmur 90-106
(Mazm 90:1-106:48)
V. Kitab 5 !!: Mazmur 107-150
(Mazm 107:1-150:1-6)
Matthew Henry: Mazmur (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena beg...
- Di hadapan kita sekarang terbuka salah satu bagian yang paling disukai dan juga paling unggul dari semua bagian Perjanjian Lama. Bahkan, karena begitu banyaknya terdapat hal-hal mengenai Kristus dan Injil-Nya, dan juga tentang Allah dan hukum-Nya di dalamnya, sehingga kitab ini disebut sebagai intisari atau ringkasan dari kedua Perjanjian. Sejarah Israel yang banyak tersedia bagi kita, memungkinkan kita untuk mengikuti dan mempelajarinya, dan di sana disajikan dan diajarkan kepada kita pengetahuan tentang Allah. Kitab Ayub membawa kita memasuki proses belajar mengajar, serta memberikan kita berbagai pemikiran dan debat berguna tentang Allah dan pemeliharaan-Nya. Tetapi, kitab ini membawa kita masuk ke dalam ruang mahakudus, menjauhkan kita dari pergaulan sehari-hari dengan sesama, dengan para politisi, ahli filsafat, atau para pembantah dunia ini, dan mengarahkan kita memasuki persekutuan dengan Allah, dengan menghibur jiwa kita dan membawanya beristirahat di dalam Dia, dengan mengangkat dan membuat hati kita berserah kepada-Nya. Dengan demikian kita dapat berada di atas gunung bersama Allah. Dan kalau sudah begini, kita sungguh tidak tahu apa yang menjadi keuntungan kita bila kita tidak berkata, “Betapa bahagianya berada di tempat ini.” Mari kita selidiki:
- I. Judul kitab ini.
- 1. Kitab ini disebut Mazmur. Judul ini yang dirujuk di dalam Lukas 24:44. Orang Ibrani menyebutnya Tehillim, yang dengan tepat menunjukkan Mazmur-mazmur Pujian, karena banyak di mazmur di dalam kitab tersebut yang bercorak seperti itu. Namun, Mazmur merupakan sebuah kata yang lebih umum maknanya, yang berarti semua gubahan apa saja yang punya susunan tertentu yang cocok untuk dinyanyikan, dan isinya bisa bersifat sejarah, pengajaran, permohonan, maupun puji-pujian. Meskipun bernyanyi itu selayaknya menyuarakan rasa sukacita, namun tujuan nyanyian lebih luas maksudnya. Nyanyian itu membantu kita untuk mengingat sesuatu, dan untuk mengungkapkan maupun menggairahkan semua perasaan lain seperti halnya perasaan sukacita ini. Imam-imam memiliki nyanyian ratapan maupun sukacita. Dengan demikian, menyanyikan mazmur sudah merupakan ibadah bagi kita dan maksudnya yang luas, karena kita bukan hanya diarahkan untuk memuji Allah, tetapi juga untuk mengajar dan menegur seorang akan yang lain di dalam mazmur, dan puji-pujian, dan nyanyian rohani (Kol. 3:16).
- 2. Kitab ini disebut Kitab Mazmur. Begitulah yang disebut oleh Petrus dalam Kisah Para Rasul 1:20. Kitab ini merupakan kumpulan mazmur-mazmur, yaitu semua mazmur yang diilhamkan secara ilahi. Meskipun mazmur-mazmur ini digubah dalam berbagai masa dan berbagai kesempatan, semuanya dikumpulkan bersama-sama di dalam kitab ini tanpa rujukan atau ketergantungan satu sama lain. Dengan demikian semua mazmur ini terpelihara dari kemungkinan tercecer atau hilang, dan siap digunakan bagi kebaktian jemaat. Lihatlah, betapa baiknya Tuan yang kita layani, betapa menyenangkannya jalan-jalan hikmat yang disediakan-Nya, sehingga saat kita diperintahkan untuk bernyanyi, yang cukup membuat kita menjadi sibuk, mulut kita pun dipenuhi-Nya dengan kata-kata dan tangan kita disediakan dengan nyanyian-nyanyian.
- II. Penulis kitab ini. Tidak diragukan lagi bahwa pada mulanya semua mazmur ini berasal dari Roh yang mulia. Mazmur adalah nyanyian rohani, firman yang diajarkan oleh Roh Kudus. Penulis sebagian besar mazmur ini adalah Daud, anak Isai, yang karena itu ia diberi gelar sebagai pemazmur yang disenangi di Israel (2Sam. 23:1). Beberapa mazmur yang tidak mencantumkan namanya di dalam judul, dengan jelas dianggap berasal dari dia di tempat lain dalam Alkitab, seperti Mazmur 2 (Kis. 4:25), Mazmur 96 dan 105 (1Taw. 16). Satu mazmur dinyatakan dengan jelas sebagai doa Musa (Mzm. 90). Beberapa mazmur diisyaratkan ditulis oleh Asaf (2Taw. 29:30), di mana dikatakan bahwa orang-orang Lewi menyanyikan puji-pujian untuk Tuhan dengan kata-kata Daud dan Asaf. Di situ dikatakan bahwa Asaf adalah seorang pelihat atau nabi. Beberapa mazmur tampaknya ditulis kemudian pada masa yang jauh setelah itu, misalnya Mazmur 137, yang ditulis ketika masa pembuangan di Babel. Namun, dapat dipastikan bahwa sebagian besar mazmur ditulis oleh Daud sendiri, yang sangat mahir dalam hal puisi dan musik. Daud memang ditetapkan, memenuhi syarat, dan digerakkan untuk menegakkan ibadah bermazmur di dalam jemaat Allah, seperti halnya Musa dan Harun di zaman mereka, yang menegakkan ibadah korban. Ibadah yang ditegakkan oleh Musa dan Harun sudah digantikan, tetapi yang ditegakkan Daud tetap ada, dan akan tetap ada sampai akhir zaman, ketika ditelan oleh nyanyian-nyanyian kekekalan. Di sini Daud menjadi gambaran dari Kristus, yang adalah keturunannya, bukan keturunan Musa, karena Ia datang untuk mengambil alih korban sembelihan (keluarga Musa segera hilang dan punah setelah itu), selain juga untuk menegakkan dan mengabadikan sukacita dan pujian. Sebab keturunan Daud di dalam Kristus tidak akan pernah berakhir.
- III. Tujuan kitab ini. Maksud dan tujuannya jelas.
- 1. Untuk membantu apa yang telah dipraktikkan dalam agama alamiah dan untuk menyalakan perasaan saleh dalam jiwa manusia yang harus kita baktikan kepada Allah sebagai pencipta, pemilik, pengatur, dan pelindung kita. Kitab Ayub membantu membuktikan dasar-dasar mengenai kesempurnaan dan penyelenggaraan ilahi. Namun, kitab ini membantu kita untuk mengungkapkan dan membuktikan kepercayaan kita akan dasar-dasar yang kita yakini itu di dalam doa dan pujian, dalam pengakuan akan hasrat hati kita akan Dia, ketergantungan kita kepada-Nya, serta seluruh ibadah dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Di dalam bagian lain dalam Kitab Suci ditunjukkan bahwa Allah itu tak terbatas mengatasi manusia dan bahwa Dia itu Tuhan yang berdaulat di atas segalanya. Namun demikian, Kitab Mazmur ini menunjukkan kepada kita bahwa kita yang seperti binatang menjalar di bumi ini boleh bergaul dengan Dia. Selain itu, kalau bukan karena salah kita sendiri, ada banyak cara di mana kita bisa tetap bersekutu dengan Dia dalam rupa-rupa keadaan hidup kita sebagai manusia.
- 2. Untuk mempromosikan dan memajukan keunggulan agama wahyu, dan dengan cara yang paling menyenangkan menganjurkannya kepada dunia. Sedikit saja, atau tidak ada hukum seremonial (yang hanya bersifat upacara saja) yang muncul di seluruh Kitab Mazmur. Meskipun korban sembelihan dan korban sajian tetap berlanjut selama berabad-abad, namun di sini kedua hal itu digambarkan sebagai hal yang tidak berkenan kepada Allah (Mzm. 40:7; 51:19), sebagai hal yang kurang bermakna, yang pada saatnya nanti akan lenyap. Namun, firman dan hukum Allah, khususnya bagian-bagian yang berbicara tentang akhlak dan kewajiban yang kekal, ada tertulis di sini untuk diagungkan dan dihormati, lebih daripada yang tertulis di mana pun juga. Dan Kristus yang menjadi puncak dan pusat agama wahyu, yang menjadi dasar, batu penjuru, dan batu utama dari bangunan yang dimuliakan itu, dibicarakan dengan jelas dalam kitab ini dalam bentuk pelambangan dan nubuat. Di sini dibicarakan semua penderitaan-Nya dan kemuliaan yang mengikutinya, serta kerajaan yang hendak dibangun-Nya di dunia ini. Di dalam kerajaan inilah kovenan Allah dengan Daud mengenai kerajaannya digenapi. Betapa tingginya nilai yang diberikan kitab ini terhadap firman Allah, terhadap segala ketetapan dan penghakiman-Nya, serta terhadap kovenan dan janji-janji agung dan mulia-Nya untuk menepati kovenan-Nya itu. Karena itu, betapa kitab ini sangat menganjurkan kita untuk menggunakan firman-Nya, ketetapan dan penghakiman-Nya serta kovenan dan janji-janji-Nya itu sebagai pedoman dan jangkar kita, serta sebagai warisan kita sampai selama-lamanya!
- IV. Manfaat kitab ini. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk menanamkan terang ilahi ke dalam pemahaman kita. Namun, manfaat kitab ini terutama sangat unggul dalam menanamkan kehidupan dan kuasa ilahi, serta kehangatan yang kudus ke dalam perasaan kita. Tidak ada satu pun tulisan dalam Alkitab yang lebih bermanfaat dalam membantu ibadah renungan orang-orang kudus dibandingkan kitab ini. Manfaat tersebut telah dinikmati oleh jemaat segala zaman, sejak mazmur ini ditulis dan beberapa bagiannya dikirimkan kepada pemimpin biduan untuk keperluan kebaktian jemaat.
- 1. Mazmur ini bermanfaat untuk dinyanyikan. Untuk menyanyikan lagu himne dan nyanyian rohani, kita boleh mencari di luar mazmur-mazmur Daud, tetapi kita tidak perlu itu. Aturan persajakan dalam bahasa Ibrani tidak jelas, bahkan oleh orang-orang terpelajar sekalipun. Namun demikian, mazmur-mazmur ini seyogyanya dibawakan sesuai dengan aturan persajakan setiap bahasa, setidaknya supaya dapat dinyanyikan untuk mendidik jemaat. Menurut saya, sangatlah menghibur kita, bila kita menyanyikan mazmur Daud, karena kita mempersembahkan puji-pujian kepada Allah yang persis sama seperti yang dipersembahkan kepada-Nya pada masa Daud dan raja-raja Yehuda yang saleh lainnya. Begitu kaya dan indah gubahan puisi-puisi ilahi ini, sehingga tidak akan pernah menjemukan dan lekang karena waktu.
- 2. Kitab mazmur ini bermanfaat untuk dibacakan dan dinyatakan oleh para pelayan Kristus, karena mazmur ini mengandung kebenaran-kebenaran yang agung dan mulia, serta peraturan mengenai baik dan jahat. Tuhan kita Yesus menjelaskan mazmur-mazmur kepada murid-murid-Nya, mazmur-mazmur Injil, dan Ia membukakan pemahaman mereka (karena Ia memegang kunci Daud) untuk memahaminya (Luk. 24:44).
- 3. Mazmur ini bermanfaat untuk dibaca dan direnungkan oleh semua orang baik. Mazmur ini menjadi sumber melimpah yang darinya semua orang akan menimba air dengan kegirangan.
- (1) Pengalaman pemazmur sangat bermanfaat untuk membimbing, memperingatkan, dan menguatkan kita. Pemazmur sering memberi tahu kita tentang apa yang terjadi antara Allah dan jiwanya. Ia memberi tahu kita apa yang dapat kita harapkan dari Allah dan apa yang Ia harapkan serta kehendaki dari kita sehingga Ia berkenan kepada kita. Daud adalah orang yang memiliki hati Allah. Oleh karena itu, orang-orang yang sedikit banyak memiliki hati seperti Daud bolehlah berharap bahwa mereka juga diperbarui oleh anugerah Allah sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Banyak orang sangat merasa terhibur saat hati nurani mereka menyaksikan kebenaran mazmur-mazmur ini, sehingga dengan segenap hati mereka dapat berkata, “Amin” atas doa-doa dan puji-pujian Daud.
- (2) Bahkan ungkapan-ungkapan yang digunakan pemazmur juga sangat bermanfaat. Melalui ungkapan ini Roh Kudus akan membantu kita dalam kelemahan doa-doa kita, sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa kepada Allah. Kapan saja kita mendekati Allah, dan juga saat kita kembali kepada Dia untuk pertama kalinya, kita dibimbing untuk membawa serta kata-kata penyesalan (Hos. 14:3), kata-kata ini, yang diajarkan oleh Roh Kudus. Jika kita membuat mazmur-mazmur Daud ini akrab dengan kita seperti yang seharusnya kita lakukan, maka saat kita menghampiri takhta anugerah, untuk maksud apa saja, untuk membuat pengakuan, permohonan, atau ucapan syukur, kita akan terbantu karenanya. Apa pun perasaan saleh yang bekerja di dalam diri kita, hasrat atau pengharapan, kepedihan atau sukacita yang kudus, kita akan menemukan di sana kata-kata yang tepat yang dapat kita ungkapkan, perkataan benar yang tidak dapat disalahkan. Akan sangat baik bila kita mengumpulkan dari Kitab Mazmur ini ungkapan-ungkapan peribadatan dan renungan yang paling sesuai dan paling menggerakkan hati, dan kemudian mengatur dan mengelompokkannya menurut beberapa topik doa, supaya lebih mudah bagi kita untuk menggunakannya. Bisa juga, sekali-sekali kita pilih mazmur tertentu yang berbeda-beda dan berdoa memakai mazmur pilihan itu. Ketika kita berdoa dengan cara ini, kita mencerna ayat-ayatnya dalam pikiran kita dan mempersembahkan hasil renungan itu kepada Allah. Cendekiawan Dr. Hammond (Theolog Inggris, 1605-1660), menulis dalam kata pengantar buku tafsirannya atas Kitab Mazmur (bagian 29) sebagai berikut, “Bahwa merenungkan beberapa bagian mazmur sampai hati kita dipengaruhi, digerakkan dan diteguhkan oleh hidup dan daya yang ada dalam ayat-ayat mazmur itu sungguh lebih baik daripada sekadar mengucapkannya mengikuti sang pemazmur itu, sebab dalam ibadah-ibadah, tidak ada yang harus dihindari selain daripada tindakan-tindakan pengulangan yang tidak membangkitkan perasaan apa-apa di dalam hati.” Seperti yang dinasihatkan oleh Augustinus (354-430, theolog dan filsuf Kristen – pen.), “Jika kita membangun roh kita dengan perasaan yang dikandung dalam mazmur, maka kita boleh yakin akan perkenanan Allah saat kita menggunakan perkataan yang dipakai dalam Mazmur itu.” Mazmur ini bukan hanya dapat membantu kita untuk merenung dan membangkitkan perasaan kita untuk menyembah, memuji dan memuliakan Allah, tetapi juga menjadi petunjuk bagi kita untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dalam kehidupan kita, serta mengajar kita cara untuk jujur di jalan kita, sehingga pada akhirnya kita akan melihat keselamatan yang dari Allah (Mzm. 50:23). Kitab Mazmur ini bukan hanya sangat bermanfaat bagi jemaat Perjanjian Lama, tetapi lebih-lebih lagi bagi kita orang-orang Kristen, kitab mazmur ini lebih bermanfaat dibandingkan dengan jemaat yang hidup sebelum kedatangan Kristus. Karena sama seperti korban-korban Musa, demikian jugalah nyanyian-nyanyian Daud dibuat menjadi jelas dan terpahami oleh Injil Kristus yang membawa kita memasuki selubung itu. Demikianlah, dengan doa-doa dan puji-pujian Daud, semua doa Rasul Paulus dalam surat-suratnya, serta nyanyian-nyanyian baru dalam Kitab Wahyu, kita akan diperlengkapi untuk perbuatan baik ini, karena semua tulisan itu membuat manusia kepunyaan Allah itu sempurna.
- Mengenai pembagian kitab ini, kita tidak perlu sampai begitu cermat. Tidak ada (atau sangat jarang ada) hubungan antara satu mazmur dengan mazmur lainnya, juga tidak ada alasan tertentu dalam pengurutan mazmur yang satu sesudah yang lainnya seperti yang ada sekarang. Walaupun demikian, tampaknya mazmur yang ditempatkan pertama itu berasal dari masa kuno, karena mazmur yang kedua sekarang berasal dari zaman para rasul (Kis. 13:33). Salinan bahasa Latin kuno yang kasar (bukan klasik) menggabungkan pasal kesembilan dan kesepuluh. Semua penulis Katolik Roma mengikuti pembagian itu. Oleh karena itu pencantuman nomor pasal di seluruh Kitab Mazmur mereka selalu kurang satu dibandingkan salinan kita (yang bukan Katolik – pen.). Kita mencantumkan pasal 11, mereka pasal 10, kita menulis pasal 119, mereka mencantumkan pasal 118. Namun, mereka membagi pasal 147 menjadi dua pasal, sehingga jumlah seluruh pasal mencapai 150. Beberapa orang berusaha mengurangi jumlah pasal tersebut dengan mengelompokkannya di bawah beberapa judul yang sesuai menurut pokok masalah yang dibicarakan dalam mazmur-mazmur itu. Namun, sering didapati banyak keragaman pokok pembicaraan dalam satu mazmur yang sama, sehingga penggabungan tersebut tidak dapat dibuat dengan pasti. Namun, tujuh Mazmur penyesalan dosa dengan cara tertentu telah disatukan sebagai ibadah oleh banyak orang. Mazmur-mazmur tersebut adalah pasal 6, 32, 38, 51, 102, 130, dan 143. Kitab Mazmur dibagi menjadi lima kitab yang masing-masing diakhiri dengan kata Amin, ya Amin, atau Haleluya. Kitab pertama di akhiri oleh pasal 41, yang kedua oleh pasal 72, yang ketiga oleh pasal 89, yang keempat oleh pasal 106, dan yang kelima oleh pasal 150. Sebagian orang lagi membagi Kitab Mazmur ini menjadi tiga bagian besar yang masing-masing memuat lima puluh pasal. Sebagian lain lagi membagi menjadi enam puluh bagian, dua bagian untuk setiap hari, pagi dan petang, selama sebulan. Biarlah setiap orang Kristen yang baik membagi kitab ini untuk mereka masing-masing, sehingga mereka dapat meningkatkan pengenalan mereka akan isi dan maksud tulisan ini dengan cara yang paling baik dan sesuai. Dengan demikian, dalam setiap kesempatan apa saja mereka dapat menyanyikan mazmur ini di dalam roh dan dengan pengertian yang penuh.