Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Mat 3:6
Jerusalem: Mat 3:6 - dibaptis Upacara baptisan (membenamkan orang ke dalam air) melambangkan pembersihan atau pembaharuan. Upacara itu lazim dalam agama-agama dahulu dan juga dalam...
Upacara baptisan (membenamkan orang ke dalam air) melambangkan pembersihan atau pembaharuan. Upacara itu lazim dalam agama-agama dahulu dan juga dalam agama Yahudi (baptisan kaum proselit; kaum Eseni). Baptisan Yohanes memang diambil dari upacara yang lazim, tetapi berbeda dengannya karena tiga ciri khas: Baptisan Yohanes tidak lagi berupa pembasuhan rituil, tetapi melambangkan pembersihan rohani dan akhlak, Mat 3:2,6,8,11; Luk 3:10-14; baptisan Yohanes tidak terulang, sehingga berupa sebuah inisiasi; baptisan Yohanes berhubung dengan akhir zaman dengan memasukkan orang ke dalam kalangan mereka yang menaruh harapan hangat akan kedatangan Mesias tidak lama lagi dan yang karenanya merupakan sebuah antisipasi jemaat Mesias, Mat 3:2,11; Yoh 1:19-34. Baptisan Yohanes memang mengerjakan sesuatu, meskipun bukan sebuah sakramen, oleh karena baptisan Yohanes bergantung pada penghakiman Allah di masa depan dan pada diri Mesias. Api Mesias akan membersihkan atau membakar habis orang, sesuai dengan sikap hatinya, dan hanya Mesias membaptis "dalam Roh Kudus". Mat 3:7,10-12 Baptisan Yohanes itu masih dilaksanakan oleh murid Yesus. Yoh 4:1-2, sampai saat diganti dengan upacara baru yang diadakan Yesus, Mat 28:19; Kis 1:5; Mat 28:19; Kis 1:5; Mat 28:19; Kis 1:5+; Rom 6:4+.
Ref. Silang FULL -> Mat 3:6
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 3:1-6
Matthew Henry: Mat 3:1-6 - Khotbah Yohanes Pembaptis
Awal pasal ini, yang mengisahkan perihal baptisan Yohanes, merupakan permulaan Injil (Mrk. 1:1). Semua yang terjadi sebelumnya hanyalah pengantar ...
- Awal pasal ini, yang mengisahkan perihal baptisan Yohanes, merupakan permulaan Injil (Mrk. 1:1). Semua yang terjadi sebelumnya hanyalah pengantar atau pendahuluan. Inilah "permulaan Injil tentang Yesus Kristus." Petrus juga mengamati waktu yang sama (Kis. 1:22), yaitu mulai dari baptisan Yohanes, sebab ketika itulah bayang-bayang Kristus pertama kalinya tampak dalam diri Yohanes, kemudian Ia menampakkan diri kepadanya, dan sesudah itu, melalui atau oleh dia, kepada dunia ini. Dalam Matius pasal 3 ini kita menemukan:
- I. Kemunculan agung dari Sang Bintang Timur itu -- Yohanes Pembaptis (ay. 1).
- . Ajaran yang diberitakannya (ay. 2).
- . Penggenapan Kitab Suci dalam dirinya (ay. 3).
- . Cara hidupnya (ay. 4).
- . Banyaknya orang yang mengikutinya dan kerelaan mereka untuk dibaptis olehnya (ay. 5-6).
- . Khotbah yang disampaikannya kepada orang Farisi dan Saduki dalam upayanya untuk mengajak mereka bertobat (ay. 7-10), dan dengan demikian membawa mereka kepada Kristus (ay. 11-12).
- II. Terbitnya Sang Surya Kebenaran yang lebih gemilang, segera sesudah itu, dan di dalamnya kita melihat:
Khotbah Yohanes Pembaptis (3:1-6)
- Di sini diceritakan mengenai khotbah dan baptisan Yohanes, yang merupakan fajar yang mengawali hari Injil. Perhatikanlah:
- I. Masa ketika ia tampil, yakni pada waktu itu (ay. 1), atau, sesudah masa itu, lama setelah kejadian-kejadian yang dicatat dalam pasal sebelumnya tentang masa kecil Yesus. Pada waktu itu, pada masa yang ditentukan Bapa sebagai permulaan Injil, ketika kegenapan waktu telah tiba, yang telah sering disebut dalam Perjanjian Lama, Pada waktu itu. Sekarang waktu terakhir dari masa-masa Daniel telah dimulai, atau tepatnya, bagian akhir dari pertengahan tujuh masa, ketika Sang Mesias akan membuat perjanjian bagi orang banyak (Dan. 9:27). Pada masa itu pemunculan Kristus senantiasa disinggung-singgung. Berbagai hal mulia disampaikan perihal Yohanes maupun Yesus, pada saat dan sebelum kelahiran mereka, yang bisa menjadi alasan bagi orang untuk mengharapkan penampilan luar biasa dari hadirat dan kuasa ilahi dalam diri keduanya ketika mereka masih sangat muda. Namun, ternyata bukan demikian halnya. Selain perdebatan Kristus dengan para alim ulama pada usia dua belas tahun, tidak tampak kejadian istimewa menyangkut keduanya, sampai mereka mencapai usia sekitar tiga puluh tahun. Tidak ada catatan mengenai masa kecil maupun masa muda mereka, tetapi sebagian besar kehidupan mereka adalah tempos, adēlon -- terbungkus dalam kegelapan dan ketidakjelasan. Dilihat dari penampilan luarnya, kedua anak ini sedikit pun tidak berbeda dengan anak-anak lain, seperti ahli waris yang masih di bawah umur yang tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa:
- . Sekalipun Allah bertindak sebagai Allah Israel, Sang Juruselamat, namun sesungguhnya Dia tetaplah Allah yang menyembunyikan diri (Yes. 45:15). Tuhan ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya (Kej. 28:16). Kekasih kita berdiri di balik dinding lama sebelum Ia melihat dari kisi-kisi (Kid. 2:9).
- . Iman kita harus terus tertuju kepada Kristus baik dalam pelayanan maupun pemeliharaan-Nya, sebab di situ kuasa-Nya diperlihatkan; namun di dalam diri-Nya kuasa itu disembunyikan. Selama masa itu Kristus adalah Allah sekaligus juga manusia; namun demikian, kita tidak diberi tahu mengenai apa yang dikatakan atau dilakukan-Nya, sampai Ia tampil sebagai nabi; dan setelah itu, dengarkanlah Dia.
- . Orang-orang muda, meskipun sangat memenuhi syarat, sebaiknya jangan menonjol-nonjolkan diri dalam pelayanan publik, melainkan bersikap rendah hati, bersahaja, dan tahu diri, cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata. Matius tidak mengatakan apa pun mengenai kejadian ketika Yohanes Pembaptis dikandung dan dilahirkan, yang banyak diceritakan oleh Lukas. Sebaliknya, ia langsung mulai saat Yohanes sudah dewasa, seakan turun dari awan-awan untuk berkhotbah di padang gurun. Selama lebih dari tiga ratus tahun gereja tidak memiliki seorang nabi pun. Pelita-pelita itu sudah sejak lama dipadamkan, agar dia, yang akan menjadi nabi yang terbesar, menjadi seorang yang menjadi semakin dirindukan. Sesudah Maleakhi, tidak ada lagi seorang nabi pun, bahkan yang hanya mengaku-ngaku nabi, sampai tampilnya Yohanes Pembaptis, yang disinggung dengan lebih jelas oleh nabi Maleakhi dibandingkan dengan yang dilakukan nabi mana pun dalam Perjanjian Lama (Mal. 3:1), "Aku menyuruh utusan-Ku."
- II. Tempat di mana ia pertama kalinya tampil. Di padang gurun Yudea. Ini bukanlah gurun yang tidak dihuni, melainkan bagian dari negeri yang tidak begitu padat penduduknya, dan juga tidak begitu banyak ladang dan kebun anggurnya dibandingkan dengan tempat-tempat lain. Padang gurun ini luas, karena di dalamnya ada enam kota dengan desa-desanya yang ternama (Yos. 15:61-62). Di kota-kota serta desa-desa inilah Yohanes berkhotbah, sebab selama itu di sanalah ia tinggal dan menjalani kehidupan yang keras sejak lahir. Kegiatannya dimulai di Hebron, tempat ia sejak awal melewatkan waktunya dengan merenungkan perkara-perkara rohani. Bahkan saat menampakkan diri kepada Israel, ia menunjukkan betapa ia menyukai hidup menyendiri, sejauh hal itu tidak bertentangan dengan tugasnya. Firman Allah datang kepada Yohanes di padang gurun. Perhatikanlah, tidak ada tempat yang begitu terpencil yang bisa menghalangi kita dari kunjungan anugerah ilahi. Tidak. Bahkan sebaliknya, yang menjadi tempat perjumpaan yang paling manis antara orang-orang kudus dengan Sorga adalah justru saat mereka mengundurkan diri jauh-jauh dari keramaian dunia ini. Di padang gurun Yudea inilah Daud menulis Mazmur 63 yang berbicara begitu banyak tentang hubungannya yang manis dengan Allah ketika itu (Hos. 2:14). Di padang gurunlah hukum Taurat diberikan; dan sama seperti Perjanjian Lama, begitu pula Israel Perjanjian Baru pertama kali ditemukan di padang gurun. Di sanalah dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya dia (Ul. 32:10). Yohanes Pembaptis adalah imam dari keturunan Harun, namun kita mendapatinya berkhotbah di padang gurun, dan tidak pernah memimpin ibadah di Bait Suci. Namun, Kristus, yang bukan keturunan Harun, sering bisa dijumpai di dalam Bait Suci dan duduk di situ sebagai orang yang memiliki otoritas; demikianlah telah dinubuatkan (Mal. 3:1). Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya; bukan utusan yang mempersiapkan jalan bagi-Nya itu. Hal ini mengisyaratkan bahwa keimaman Kristus haruslah menyisihkan keimaman Harun dan memindahkannya ke padang gurun.
- Permulaan Injil di padang gurun memberitakan penghiburan bagi padang-padang gurun dari bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Sekaranglah semua nubuat itu harus digenapi, Aku akan menanam pohon aras di padang gurun (Yes. 41:18-19). Padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan (Yes. 32:15). Padang belantara akan bersorak-sorak (Yes. 35:1-2). Di dalam Septuaginta tertulis, padang gurun Yordan, tempat yang sama di mana Yohanes berkhotbah. Ada sebagian orang yang menyebut dirinya pertapa dan meniru-niru cara hidup Yohanes. Namun, saat mereka berkata tentang Kristus, "Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ" (24:26). Selalu ada penipu yang menuntun para pengikutnya ke padang gurun (Kis. 21:38).
- III. Khotbahnya. Ia menjadikan khotbah sebagai pekerjaannya. Ia datang bukan untuk bertempur ataupun bertengkar, melainkan untuk memberitakan Injil sebab melalui kebodohan pemberitaan itulah kerajaan Kristus harus ditegakkan.
- . Ajaran yang diberitakannya itu berbicara tentang pertobatan (ay. 2); Bertobatlah. Ia mengkhotbahkan pertobatan ini di Yudea, di antara mereka yang disebut orang Yahudi dan yang mengaku beragama, sebab sekalipun demikian, mereka masih perlu bertobat. Ia memberitakannya bukan di Yerusalem, melainkan di padang gurun Yudea, di antara penduduk desa biasa. Bahkan mereka yang menyangka telah menjauhkan diri dari pencobaan sekalipun, dan berada begitu jauh dari kesia-siaan serta kejahatan kota, tidak dapat membasuh tangan mereka begitu saja dengan merasa bahwa mereka tidak bersalah. Sebaliknya, mereka tetap harus bertobat. Pekerjaan Yohanes Pembaptis adalah mengajak orang agar bertobat dari dosa-dosa mereka. Metanoeite -- Ingatlah keadaanmu sendiri; "Berpikirlah untuk kedua kalinya, supaya kamu dapat memperbaiki kesalahan pada pikiran yang pertama -- lakukan suatu perenungan. Pertimbangkan jalan hidupmu, ubahlah pikiranmu; engkau telah berpikir keliru; berpikirlah kembali, dan berpikirlah dengan benar." Perhatikanlah, mereka yang sudah sungguh-sungguh menyesal atas kesalahannya, akan memiliki pikiran lain mengenai Allah dan Kristus, mengenai dosa dan kekudusan, mengenai dunia ini dan alam baka, daripada yang sebelumnya mereka miliki, dan akan menghadapinya dengan cara yang berbeda. Perubahan pikiran membawa kepada perubahan cara. Mereka yang benar-benar menyesal atas perbuatan mereka yang salah, akan berhati-hati agar tidak mengulanginya kembali. Pertobatan adalah kewajiban yang niscaya dalam mematuhi perintah Allah (Kis. 17:30), dan merupakan prasyarat serta persyaratan yang diperlukan untuk melaksanakan Injil Kristus. Seandainya saja hati manusia sejak dahulu tetap benar dan tidak tercemar, penghiburan ilahi bisa diperoleh tanpa harus mengalami proses menyakitkan terlebih dulu. Namun, karena dosa, proses yang menyakitkan itu harus dijalani terlebih dulu sebelum bisa merasa nyaman, bekerja keras dahulu sebelum beristirahat. Luka itu harus ditemukan dahulu; jika tidak demikian, tidak akan bisa disembuhkan. Aku telah meremukkan dan Akulah yang menyembuhkan.
- . Alasan yang digunakannya untuk menguatkan seruan untuk bertobat ini adalah "Sebab Kerajaan Sorga sudah dekat." Para nabi Perjanjian Lama menyerukan orang untuk bertobat supaya untuk sementara waktu bangsa mereka bisa mendapatkan belas kasihan dan perlindungan, dan supaya mereka terhindar dan selamat dari penghukuman yang jatuh atas seluruh bangsa. Namun sekarang, walaupun tugas yang ditekankan sama, alasannya baru dan murni Injili. Dewasa ini manusia dinilai menurut kemampuan pribadinya dan tidak banyak lagi berdasarkan segi sosial dan politik. Sekarang bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat; sebab Injil telah membuka jalan bagi kovenan anugerah, Kerajaan Sorga terbuka bagi semua orang yang percaya, yaitu melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Ini adalah sebuah kerajaan dengan Kristus sebagai Penguasanya, dan kita harus bersedia menjadi warganya yang setia. Ini adalah kerajaan sorga, bukan dari dunia ini, suatu kerajaan rohani yang berasal dari sorga dan mengarah ke sorga. Yohanes menyebutnya sudah dekat, artinya sudah di ambang pintu, segera datang kepada kita, melalui pencurahan Roh Kudus dan pengungkapan penuh kekayaan anugerah Injil. Sekarang perhatikanlah:
- (1) Ajakan ini memberikan suatu dorongan yang sangat besar bagi kita untuk bertobat. Tidak ada yang mampu menyamai anugerah ilahi dalam menghancurkan hati, baik terhadap dosa maupun dari dosa. Yang disebut dengan pertobatan Injili adalah pertobatan yang terjadi karena melihat Kristus, merasakan kasih-Nya, dan mengharapkan pengampunan melalui Dia. Kemurahan menaklukkan dan menguasai, tetapi kemurahan yang disalahgunakan kemudian merendahkan hati dan meluluhkan. Betapa celakanya aku kalau sampai berdosa terhadap anugerah yang demikan ini, kalau sampai melawan hukum dan kasih yang berasal dari kerajaan seperti ini!
- (2) Ajakan ini sungguh membesarkan hati kita untuk bertobat, "Bertobatlah, sebab dosa-dosamu akan diampuni ketika kamu bertobat. Kembalilah kepada Allah melalui kewajibanmu, maka melalui Kristus, Dia akan kembali kepadamu melalui belas kasihan." Pengumuman pengampunan dosa akan menemukan dan mendapatkan kembali orang berdosa yang sebelum itu menghindar dan melarikan diri. Dengan demikian kita ditarik mendekat kepada pengampunan itu melalui tangan manusia dan tali kasih.
- IV. Nubuat yang digenapi dalam dirinya (ay. 3). Inilah dia yang disebutkan pada bagian awal nubuat Yesaya, yang paling bersifat Injili dan menunjuk kepada masa-Injil serta anugerah-Injil (Yes. 40:3-4). Di sini Yohanes disebut:
- . Sebagai suara orang yang berseru-seru di padang gurun. Yohanes sendiri juga mengakuinya (Yoh. 1:23), Akulah suara orang yang berseru-seru, hanya itu. Allah sendirilah Pembicara yang memberitahukan pikiran-Nya melalui Yohanes, sama seperti manusia menyampaikan pikiran melalui suaranya. Firman Allah harus diterima benar-benar sebagai perkataan-Nya dalam cara yang seperti ini (1Tes. 2:13). Siapakah Paulus itu dan siapakah Apolos itu? Mereka tidak lain adalah suara itu! Yohanes disebut sang suara, phōnē boōntos -- suara orang yang berseru-seru dengan nyaring, yang mengejutkan dan menggugah. Kristus disebut Firman, yang berbeda dan lebih jelas, dan karena itu lebih memberikan pengajaran sifatnya. Yohanes, sebagai sang suara, menggugah orang, dan setelah itu, Kristus, sebagai Firman, mengajar mereka, sebagaimana yang kita lihat dalam Wahyu 14:2. Suara itu bagaikan desau air bah dan deru guruh dahsyat yang membuka jalan bagi bunyi merdu pemain-pemain kecapi dan nyanyian baru (Why. 14:3). Beberapa orang mengamati bahwa seperti ibu Simson yang tidak boleh minum anggur atau minuman yang memabukkan (yang kuat), namun Simson ditetapkan untuk menjadi seorang yang kuat, demikian pula ayah Yohanes Pembaptis menjadi bisu, namun Yohanes ditetapkan untuk menjadi suara orang yang berseru-seru. Kenyataan bahwa orang yang berseru-seru itu dilahirkan dari seorang ayah yang bisu menunjukkan kehebatan kuasa yang datang dari Allah, dan bukan dari manusia.
- . Sebagai orang yang bertugas untuk mempersiapkan jalan untuk Tuhan dan meluruskan jalan bagi-Nya. Begitulah dikatakan mengenai dirinya sebelum ia lahir, bahwa ia harus menyiapkan suatu umat yang layak bagi-Nya (Luk. 1:17). Sebagai pendahulu dan pelopor Kristus, ia sangat menunjukkan sifat kerajaan Kristus dalam dirinya, sebab ia tidak datang dengan pakaian mencolok seperti bentara dengan pakaian kebesaran kerajaan, melainkan dengan penampilan sederhana seorang pertapa. Para petugas biasanya diutus mendahului orang-orang penting untuk mempersiapkan jalan, demikian pula Yohanes mempersiapkan jalan bagi Tuhan.
- (1) Ia melakukan tugas ini di antara orang-orang dari generasi itu. Dalam umat dan bangsa Yahudi pada masa itu, segala sesuatu telah menyimpang dari jalannya, kesalehan sudah sangat membusuk, bagian-bagian penting dalam agama telah tercemar dan terkikis oleh tradisi dan perintah para tua-tua. Para ahli Taurat dan orang Farisi, yakni orang-orang yang paling munafik di dunia, memiliki kunci pengetahuan dan kunci pemerintahan hanya untuk kepentingan golongan mereka saja. Orang-orang ini, umumnya, sangat bangga dengan hak-hak istimewa mereka itu, percaya diri dengan pembenaran yang hanya berdasarkan apa yang mereka sendiri anggap benar. Mereka tidak peka akan dosa, dan, meskipun sekarang berada dalam providensi yang seharusnya merendahkan hati mereka, mengingat daerah mereka belakangan ini dijadikan provinsi dalam Kekaisaran Romawi, mereka tetap tidak menjadi rendah hati. Sikap mereka tidak jauh berbeda dengan perilaku mereka pada masa Maleakhi: kurang ajar dan angkuh, dan siap melawan Firman Allah. Sekarang Yohanes diutus untuk meratakan gunung-gunung ini, untuk merendahkan penilaian tinggi mereka atas diri sendiri, dan untuk menunjukkan dosa mereka, supaya ajaran Kristus bisa lebih diterima dan bekerja dalam diri mereka.
- (2) Ajarannya mengenai pertobatan dan perendahan diri masih sama perlunya seperti pada zaman dulu, untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Perhatikanlah, masih banyak yang harus dikerjakan untuk membuka jalan bagi masuknya Kristus ke dalam hati seseorang, untuk membelokkan hati agar mau menerima Anak Daud (2Sam. 19:14). Guna mencapai hal ini, tidak ada yang lebih diperlukan selain menyadari dosa dan mengakui ketidakbenaran kita sendiri. Sesuatu yang dibiarkan akan tetap demikian, sampai disingkirkan. Prasangka buruk harus dibuang, pikiran yang muluk-muluk harus direndahkan dan ditaklukkan dalam ketaatan kepada Kristus. Pintu-pintu tembaga harus dipecahkan, dan palang-palang besi harus dihancurkan, supaya pintu-pintu abadi terbuka bagi Sang Raja Kemuliaan untuk masuk. Jalan dosa dan Iblis adalah jalan yang bengkok. Untuk mempersiapkan jalan bagi Kristus, jalan itu harus diluruskan (Ibr. 12:13).
- V. Pakaian yang dikenakannya saat muncul, penampilannya, dan cara hidupnya (ay. 4). Mereka yang mengharapkan Sang Mesias sebagai raja duniawi akan berpikir bahwa pendahulu-Nya pasti datang dalam penampilan mewah dan gemerlap, bahwa perlengkapannya sangat hebat dan meriah. Namun, ternyata sebaliknyalah yang terjadi, ia akan besar di hadapan Tuhan, tetapi rendah di mata dunia. Sama seperti Kristus sendiri, ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada, untuk menyatakan pada waktunya bahwa kemuliaan kerajaan Kristus harus bersifat rohani, dan bahwa para warga negaranya, yang miskin dan hina, ditemukan atau dibentuk olehnya. Mereka akan memperoleh kehormatan, kesenangan, dan kekayaan dari dunia lain.
- . Pakaiannya biasa-biasa saja. Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit. Ia tidak mengenakan jubah panjang seperti ahli-ahli Taurat, atau berpakaian halus seperti para bangsawan, melainkan pakaian petani desa, sebab ia tinggal di daerah pedesaan dan menyesuaikan kebiasaannya dengan lingkungan tempat tinggalnya. Perhatikanlah, sungguh baik apabila kita menempatkan diri dalam posisi dan kondisi yang telah ditetapkan Allah bagi kita melalui pemeliharaan-Nya. Yohanes tampil dalam pakaian seperti ini
- (1) Untuk menunjukkan bahwa sama seperti Yakub, ia orang biasa-biasa saja, dan mati terhadap dunia ini dengan segala kesenangan dan gemerlap yang ada di dalamnya. Lihat, inilah seorang Israel sejati! Mereka yang rendah hati harus menampakkan kerendahan hati mereka ini dengan menunjukkan rasa tidak peduli dan tidak senang yang kudus akan penampilan luar. Mereka seharusnya tidak mementingkan pakaian untuk menghiasi diri ataupun menilai orang lain dari pakaiannya.
- (2) Untuk menunjukkan bahwa ia seorang nabi, sebab para nabi mengenakan jubah berbulu, sebagai orang-orang yang mendapat malu (Za. 13:4). Terutama untuk menunjukkan bahwa dialah Elia yang dijanjikan; sebab gambaran khusus diberikan tentang Elia, yaitu bahwa dia orang yang berbulu (yang menurut sebagian orang mengacu kepada pakaian bulu yang dikenakannya), dan bahwa ikat pinggang kulit terikat pada pinggangnya (2Raj. 1:8). Yohanes Pembaptis pun tidak kalah terhadap Elia dalam hal mematikan keinginan dagingnya; Inilah sebabnya dialah Elia yang akan datang.
- (3) Untuk menunjukkan bahwa dia orang yang tegas. Ikat pinggangnya bukan dari bahan halus, seperti yang biasa dikenakan orang pada zaman itu, namun kuat, karena terbuat dari kulit. Diberkatilah hamba yang ketika Tuannya datang, dijumpai dengan pinggang tetap berikat (Luk. 12:35; 1Ptr. 1:13).
- . Makanannya sederhana, yaitu belalang dan madu hutan. Bukannya ia tidak pernah makan sesuatu yang lain, namun kedua jenis makanan inilah yang sering dimakan dan diolahnya bila sedang menyendiri di tempat-tempat sunyi dan melakukan perenungan di situ. Belalang merupakan serangga yang bisa terbang, sangat bergizi, dan boleh dimakan karena halal (Im. 11:22). Serangga ini tidak membutuhkan banyak bumbu, ringan dan mudah dicerna. Namun, untuk para lanjut usia yang lemah, belalang akan menjadi beban bagi perut (Pkh. 12:5). Madu hutan terdapat berlimpah di tanah Kanaan (1Sam. 14:26). Madu itu bisa dikumpulkan langsung karena jatuh bersama embun, atau diambil dalam lubang-lubang pohon dan batu yang dipakai lebah untuk menghimpun madu, tidak seperti lebah peliharaan yang mengumpulkan madu di dalam sarang. Hal ini mengisyaratkan bahwa Yohanes makan dengan hemat, hanya secukupnya, jauh dari memadai untuk mampu mengenyangkan perutnya dengan belalang dan madu hutan. Yohanes Pembaptis datang, tidak makan dan tidak minum (11:18) -- tidak dengan segala kesibukan persiapan, tata cara, dan bersama-sama orang lain, yang biasa dilakukan orang pada umumnya. Ia begitu terfokus pada hal-hal rohani sehingga jarang memiliki waktu untuk menikmati santapan yang lengkap. Begitulah:
- (1) Hal ini sesuai dengan ajaran yang disampaikannya mengenai pertobatan dan buah yang sesuai dengan pertobatan. Perhatikanlah, mereka yang pekerjaannya adalah mengajak orang untuk menangisi dosa-dosanya dan mematikan dosa-dosa tersebut, mereka sendiri harus menjalani kehidupan yang sungguh-sungguh, kehidupan yang menyangkal diri, mematikan keinginan dosa dalam dirinya, dan membenci keduniawian. Dengan demikian, Yohanes Pembaptis menunjukkan perasaannya yang mendalam mengenai keburukan dari masa dan tempat di mana ia hidup, yang semakin menguatkan perlunya pertobatan. Baginya, setiap hari adalah hari berpuasa.
- (2) Hal ini sesuai dengan tugasnya sebagai pendahulu Kristus. Dengan melakukan semuanya ini, ia menunjukkan bahwa ia mengetahui apa sebenarnya Kerajaan Sorga itu, dan bahwa ia telah mengalami kuasanya. Perhatikanlah, mereka yang sudah terbiasa dengan kesenangan ilahi dan rohani tidak bisa tidak pasti akan memandang semua kesenangan dan hiasan indrawi dengan sikap tidak acuh yang kudus, sebab mereka mengenal hal-hal yang lebih baik. Dengan cara memberikan teladan ini kepada orang lain, ia mempersiapkan jalan bagi Kristus. Perhatikanlah, kesadaran mengenai kesia-siaan dunia dan segala sesuatu di dalamnya merupakan persiapan terbaik untuk menyambut Kerajaan Sorga di dalam hati. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah.
- VI. Orang-orang yang berbondong-bondong menyertai dan mengikutinya dari mana-mana (ay. 5); maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea. Banyak orang datang kepadanya dari kota maupun seluruh daerah di negeri itu, berbagai macam orang: pria dan wanita, tua dan muda, kaya dan miskin, orang Farisi dan pemungut cukai. Mereka semua datang kepadanya segera setelah mendengar dia berkhotbah tentang Kerajaan Sorga, agar mereka bisa menyimak sendiri hal itu yang sebelumnya sudah sering mereka dengarkan. Lihatlah:
- . Ini merupakan suatu kehormatan luar biasa bagi Yohanes, karena ada begitu banyak orang yang mengikuti dan menghormatinya. Perhatikanlah, sering kali mereka yang tidak mencari penghormatan justru menerimanya. Mereka yang menjalani kehidupan yang mematikan dosa, rendah hati, menyangkal diri, dan tidak mementingkan keduniawian, justru menerima penghormatan. Orang akan menghargai dan menghormati mereka lebih dari yang mereka bayangkan.
- . Hal ini memberi Yohanes peluang yang besar untuk berbuat baik, sekaligus menjadi bukti bahwa Allah menyertainya. Sekarang orang mulai berhimpun dan berebut memasuki kerajaan Allah (Luk. 16:16). Alangkah indahnya melihat bahwa dari kandungan fajar tampil keremajaan seperti embun (Mzm. 110:3), melihat jala ditebar di tempat yang banyak ikannya.
- . Ini adalah bukti bahwa sekaranglah tiba waktunya bagi suatu pengharapan besar, karena sudah diketahui secara umum bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan (Luk. 19:11). Oleh sebab itu, ketika Yohanes menampakkan diri kepada Israel, hidup dan berkhotbah pada masa itu, dengan cara yang begitu berbeda dengan khotbah para ahli Taurat dan orang Farisi, mereka langsung berkata bahwa dia adalah Mesias (Luk. 3:15), dan hal ini menyebabkan banyak orang berkumpul di sekelilingnya.
- . Mereka yang ingin memperoleh manfaat dari pelayanan Yohanes harus datang kepadanya di padang gurun guna mendengarkan tegurannya. Perhatikanlah, mereka yang benar-benar menginginkan susu murni firman Tuhan akan pergi sendiri mencarinya bila firman itu tidak dibawa kepada mereka. Mereka yang mau belajar mengenal ajaran pertobatan harus pergi keluar meninggalkan hiruk-pikuk dunia ini, dan berdiam diri.
- . Sepertinya, dari sekian banyak orang yang datang untuk menerima Baptisan Yohanes, hanya sedikit yang tetap setia. Hal ini terlihat dari sambutan dingin yang diterima Kristus di Yudea dan di sekitar Yerusalem. Perhatikanlah, boleh jadi ada banyak orang yang maju mendengar, namun hanya sedikit yang menjadi pengikut sejati. Rasa ingin tahu, kesukaan semu terhadap sesuatu yang baru dan berbeda bisa membawa banyak orang mendengarkan khotbah yang bagus dan menjadi terpengaruh untuk beberapa waktu lamanya namun tidak pernah tunduk kepada kuasanya (Yeh. 33:31-32).
- VII. Tata cara atau upacara bagaimana Yohanes menerima murid (ay. 6). Mereka yang menerima ajarannya dan menaati peraturannya dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan, dengan demikian mereka mengakui bahwa mereka telah bertobat dan bahwa mereka percaya kerajaan Mesias sudah dekat.
- . Mereka membuktikan pertobatan mereka dengan mengaku dosa mereka. Mungkin mereka melakukan suatu pengakuan umum kepada Yohanes bahwa mereka orang berdosa, dicemari oleh dosa dan membutuhkan penyucian; namun, kepada Allah mereka membuat pengakuan tentang dosa-dosa tertentu, sebab Dia-lah pihak yang disakiti hatinya. Orang Yahudi telah diajar untuk membenarkan diri, namun Yohanes mengajar mereka untuk mendakwa diri mereka sendiri, dan tidak berdiam diri saja seperti yang biasa mereka lakukan dalam pengakuan dosa bersama secara umum bagi seluruh bangsa Israel yang diadakan sekali setahun pada hari pendamaian, melainkan membuat pengakuan khusus untuk setiap hal yang merisaukan hati masing-masing orang. Perhatikanlah, pengakuan dosa yang disertai penyesalan diperlukan untuk mendapatkan rasa damai dan pengampunan. Hanya orang-orang yang berduka dan malu atas kesalahan mereka sajalah yang benar-benar bisa siap menerima Yesus Kristus sebagai Kebenaran mereka (1Yoh. 1:9).
- . Manfaat Kerajaan Sorga yang sekarang sudah dekat, dimeteraikan ke atas diri mereka melalui baptisan. Yohanes membasuh mereka dengan air, sebagai tanda bahwa Allah akan menahirkan mereka. Sudah menjadi kebiasaan orang Yahudi untuk membaptis mereka yang beralih menjadi penganut agama Yahudi, terutama mereka yang hanya merupakan penganut yang tidak disunat, seperti yang dilakukan terhadap para penganut kebenaran. Ada juga yang berpendapat bahwa acara baptisan juga menjadi kebiasaan orang-orang yang menjadi pemimpin-pemimpin dalam agama besar untuk menerima anak didik dan murid. Pertanyaan Kristus menyangkut Baptisan Yohanes, "dari manakah asalnya, dari sorga atau dari manusia?" menyiratkan bahwa memang ada baptisan dari manusia, yang bukan merupakan misi ilahi. Kalau berdasarkan perbedaan demikian, jelaslah bahwa Baptisan Yohanes sungguh berasal dari sorga dan berbeda dari baptisan-baptisan lainnya, karena baptisannya adalah pembaptisan orang yang telah bertobat (Kis. 19:4). Seluruh umat Israel telah dibaptis untuk menjadi pengikut Musa (1Kor. 10:2). Hukum upacaranya terdiri dari pelbagai macam pembasuhan atau baptisan (Ibr. 9:10). Akan tetapi, baptisan Yohanes merujuk kepada hukum yang memperbaiki hidup, hukum mengenai pertobatan dan iman. Dikatakan bahwa ia membaptis mereka di sungai Yordan, sungai yang terkenal dengan peristiwa penyeberangan orang Israel dan kesembuhan Naaman. Ada kemungkinan pada awalnya Yohanes tidak membaptis orang di sungai itu. Di kemudian hari ketika jumlah orang yang ingin dibaptis semakin banyak, ia lalu pindah ke sungai Yordan. Melalui baptisan ia mengharuskan mereka menjalani hidup kudus, sesuai dengan pengakuan yang telah mereka sendiri berikan. Perhatikanlah, pengakuan dosa harus selalu disertai dengan ketetapan hati yang kudus untuk tidak berbuat dosa lagi dengan kekuatan anugerah ilahi.
SH: Mat 3:5-6 - Mempersiapkan jalan (Sabtu, 20 November 2010) Mempersiapkan jalan
Sebuah poster besar dipasang pemuda daerah di mana kami tinggal, pas di jalan utama yang rusak berat. "Stop tebar pesona. Urusin ...
Mempersiapkan jalan
Sebuah poster besar dipasang pemuda daerah di mana kami tinggal, pas di jalan utama yang rusak berat. "Stop tebar pesona. Urusin tuh jalanan yang rusak berat." Itulah ungkapan kejengkelan penduduk daerah kami karena sudah berbulan bahkan bertahun-tahun jalan rusak berat dibiarkan pemda setempat. Beraninya mereka menginginkan wilayah kami mendapat Adipura!
Pada zaman Yohanes Pembaptis, terlebih zaman Yesaya, belum ada jalan seperti yang kita kenal. Jalan waktu itu disesuaikan dengan tempat-tempat yang harus dilalui. Gunung dan lembah dihindari, jalan harus berkelak-kelok, banyak rintangan, tak lurus dan mulus, bahkan selalu dalam intaian bahaya entah dari alam atau orang jahat. Demi menyambut kedatangan sang Raja surgawi, firman Allah memerintahkan agar lembah ditutup, bukit dan gunung direndahkan. Maka jalan jadi rata dan lancar bagi kedatangan sang Raja surgawi.
Dalam konteks zaman Yohanes Pembaptis perintah itu diartikan sebagai perintah untuk bertobat. Jalan raya yang harus disediakan bagi kedatangan sang Raja surgawi bukan jalan biasa, tetapi kondisi hati manusia. Dengan bertobat, hal yang merintangi kelancaran kedatangan sang Raja surgawi dan membuat manifestasi kemuliaan-Nya tak lancar, disingkirkan. Kedatangan Yesus pertama dan pencurahan Roh adalah karya anugerah Allah menyiapkan manusia menjadi jalan raya yang rata bagi pewujudan pemerintahan-Nya.
Kebanyakan kita cenderung mengartikan penyiapan hati itu hanya soal moral pribadi. Seperti tidak mencuri, berhenti berzinah, tidak membenci, dan semacam itu. Semua itu tentu benar, tetapi gambaran yang lebih pas menyangkut isu kuasa. Pihak yang di posisi lebih berkuasa diminta Tuhan untuk merendahkan diri, dan pihak yang tak berdaya diminta untuk tidak tenggelam dalam kepapaannya. Anugerah dan kemurahan Yesus memungkinkan terjadinya pendekatan sosial yang memungkinkan orang dari kedudukan berbe-da untuk bekerjasama demi manifestasi kemuliaan-Nya terpancar jelas. Apakah persekutuan dan gereja kita makin mendekati jalan raya rata atau masih berbukit dan berlembah penuh ketimpangan serta ketidakserasian?
SH: Mat 3:1-12 - Pembuka jalan yang menggetarkan. (Sabtu, 27 Desember 1997) Pembuka jalan yang menggetarkan.
Tiga puluh tahun telah berlalu ketika tiba-tiba muncullah Yohanes Pembaptis, bak sebuah bintang cemerlang menakjubka...
Pembuka jalan yang menggetarkan.
Tiga puluh tahun telah berlalu ketika tiba-tiba muncullah Yohanes Pembaptis, bak sebuah bintang cemerlang menakjubkan di langit malam. Berita yang dibawanya tidak kurang mengejutkan. Kedatangan Kerajaan sorga dikaitkan bukan dengan agama melainkan dengan perubahan seluruh segi hidup. Kerajaan Allah mulai dengan Allah sendiri yang memasuki sejarah manusia sebagai Manusia! Kini, Kristus memerintah di dalam hati orang-orang percaya, sementara kepenuhan Kerajaan Allah hanya terjadi apabila segala kejahatan sudah diadili dan dihapuskan.
Cara dan pola hidup berbeda. Yohanes Pembaptis berbeda dari pemimpin agama lainnya. Sementara banyak yang rakus, egois dan mencari sanjungan, ia hanya mencari yang memperkenan Allah. Penampilannya berbeda karena hatinya istimewa. Hal itu menjadi daya tarik kuat bagi banyak orang. Apabila orang sungguh menguduskan Tuhan dan rencana-Nya dalam hidupnya, pasti akan unik hidupnya.
Renungkan: Ketika Ia datang sebagai Juruselamat orang dituntut bertobat. Terlebih lagi menjelang kedatangan-Nya sebagai Tuhan dan Raja di atas segala raja!
Doa: Hidupku banyak dipengaruhi dan diwarnai orang lain daripada oleh-Mu, Tuhan. Ampuni dan tolongku untuk bertobat.
SH: Mat 3:1-12 - Dunia membutuhkan Yohanes Pembaptis masa kini (Kamis, 28 Desember 2000) Dunia membutuhkan Yohanes Pembaptis masa kini
Matius tidak memuat kisah masa kecil Yesus di dalam Injilnya namun
menggantikannya dengan kisah Y...
Dunia membutuhkan Yohanes Pembaptis masa kini
Matius tidak memuat kisah masa kecil Yesus di dalam Injilnya namun menggantikannya dengan kisah Yohanes Pembaptis. Sebagai nabi Yohanes diutus Allah untuk mempersiapkan umat manusia bagi Kristus yang akan segera datang. Apa yang dilakukan oleh Yohanes? Ia berkhotbah dengan menitikberatkan pada perkara dosa pribadi dan kolektif yang telah mencemarkan masyarakat. Ia berkhotbah menentang segala bentuk materialisme dan keegoisan, pengeksploitasian serta penindasan orang lemah (Luk. 3:11-14). Ia menegur siapa pun tanpa pandang bulu (7, 9). Teguran keras yang disuarakan Yohanes tidak dimaksudkan untuk membuat orang yang mendengar menyesali dosanya. Bagi Yohanes pertobatan pun bukan suatu usaha untuk memperbaharui diri sendiri. Teguran yang keras itu dimaksudkan Yohanes sebagai seruan agar semua yang mendengarkan mau berbalik hati dan pikirannya kepada Allah, yang dimanifestasikan melalui kehidupan yang kudus. Itulah pertobatan sejati.
Seruan pertobatan sejati ini bukanlah pilihan atau tawaran yang dapat ditolak atau diterima. Pertobatan sejati adalah suatu keputusan yang sangat serius, sebab penghukuman Allah sudah tersedia bagi mereka yang tidak secara serius meresponi seruan pertobatan ini.
Kita tidak mungkin melakukan misi Yohanes secara persis yaitu mempersiapkan jalan bagi Yesus, sebab hanya Yohaneslah yang dianugerahi tugas yang demikian agung. Namun kita dapat meneladaninya dalam hal: keberaniannya untuk menegur siapa pun yang masih bergelimang dalam dosa; menggelisahkan orang-orang yang merasakan damai sejahtera walaupun mereka sebetulnya bersandar pada pengharapan yang palsu dan menyesatkan (7, 9); dengan keras dan serius Yohanes menuntut kekudusan hidup sebagai bukti pertobatan bukan partisipasi dalam ritual keagamaan saja (6- 7); pemaparan penghukuman Allah yang akan menimpa setiap mereka yang masih bergelimang dalam dosa.
Renungkan: Penghukuman Allah jarang sekali dikhotbahkan dalam ibadah di gereja masa kini. Pemberitaan firman di dalam gereja seharusnya meliputi teguran keras kepada siapa pun untuk hidup kudus, berita anugerah, dan penghukuman. Jika demikian maka gereja masa kini dapat berperan menjadi Yohanes Pembaptis masa kini.
SH: Mat 3:1-12 - Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat (Selasa, 28 Desember 2004) Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat
Berita tentang Kerajaan Surga mungkin sering kita dengar. Akan
tetapi, pernahkah Anda turut member...
Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat
Berita tentang Kerajaan Surga mungkin sering kita dengar. Akan tetapi, pernahkah Anda turut memberitakan Kerajaan Surga itu?
Berita tentang Kerajaan Surga dicetuskan pertama kali oleh Yohanes
yang kita kenal sebagai Yohanes Pembaptis. Pernyataan Yohanes
ini dicatat oleh penulis ketiga Injil dalam Alkitab, kecuali
Injil Yohanes. Yohanes Pembaptis dan penulis Injil Yohanes
adalah orang yang berbeda. Siapakah Yohanes Pembaptis? Ia adalah
anak Zakaria dan Elizabeth. Ketidakpercayaan Zakaria terhadap
berita kelahiran Yohanes menyebabkan Zakaria bisu (
Tampaknya Yohanes menarik perhatian banyak orang karena beberapa hal: cara berpakaiannya yang unik (Mat. 3:4a), jenis makanan yang disantapnya (ayat 4b), pemberitaannya tentang Kerajaan Surga (ayat 2), dan teguran kerasnya terhadap orang Farisi dan orang Saduki dengan menyebut mereka sebagai keturunan ular beludak. Ajaran Yohanes tentang Kerajaan Surga merupakan berita baru. Pada waktu itu kehidupan agama masyarakat Yahudi menekankan segi lahiriah saja, yaitu hanya mengandalkan status lahiriah keturunan Abraham (ayat 8-9). Oleh sebab itu, Yohanes mengingatkan mereka bahwa penghakiman Tuhan akan berlaku bagi semua orang yang tidak bertobat tanpa terkecuali! (ayat 10, 12; band. Mat. 5:20).
Berita Kerajaan Surga sering dianggap "angin lalu" karena orang
Kristen menganggap menjadi warga gereja berarti otomatis masuk
Kerajaan Surga. Padahal, masuk Kerajaan Surga terjadi karena
percaya pemberitaan firman dan mengizinkan Tuhan Yesus merubah
kehidupannya. Jika Anda tidak bersedia untuk menanggalkan
kehidupan rohani yang tidak berbuah kapak telah disediakan Tuhan
untuk menebang pohon yang tidak menghasilkan buah-buah Roh (
Yang kulakukan: Aku mau berubah dengan mempersilahkan Roh Allah memperbarui seluruh segi kehidupanku.
SH: Mat 3:1-12 - Buah pertobatan (Minggu, 27 Desember 2009) Buah pertobatan
Tidak terhitung sudah berapa kali kita telah merayakan Natal, tak
terhitung pula berapa banyak komitmen perubahan yang telah kit...
Buah pertobatan
Tidak terhitung sudah berapa kali kita telah merayakan Natal, tak terhitung pula berapa banyak komitmen perubahan yang telah kita buat. Namun harus kita akui pula bahwa sudah tak terhitung berapa banyak kita melanggar komitmen kita. Hingga akhirnya tibalah kita pada kesimpulan bahwa pemahaman akan kebenaran-Nya tak sesuai dengan tingkah laku atau pola hidup kita.
Adalah Yohanes Pembaptis, seorang yang diutus untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan dengan menyerukan agar orang bertobat dan menghasilkan buah pertobatan (ayat 2, 8). Pertobatan dan penyesalan bukan hanya wacana, melainkan harus diimplementasikan ke dalam tindakan nyata. Sia-sia belaka bila orang hanya berpura-pura bertobat, tetapi tidak meninggalkan semua dosa dan menghasilkan buah pertobatan. Dengan seruan ini, Yohanes menghantam konsep beragama pada zamannya. Orang Yahudi memang bangga dengan status mereka sebagai anak-anak Abraham, sebagai bangsa pilihan Allah. Namun Yohanes menekankan bahwa mereka tidak dapat dengan mudah lepas dari murka Allah hanya karena mereka merasa sebagai anak-anak Abraham (ayat 7, 9). Pertobatan memang bukan masalah perasaan, walaupun itu perasaan menyesal atas dosa yang telah dilakukan. Menyesal memang perlu, tetapi tak cukup sampai di situ karena pertobatan merupakan tindakan aktif, yaitu berubah.
Bila Tuhan telah melakukan reformasi dalam hidup Anda, jangan tinggal diam. Tunjukkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan Anda. Bila Anda seorang pekerja, bagaimana cara kerja Anda? Apakah Anda sudah bekerja sesuai jam kerja yang ditetapkan? Pernahkah Anda menghitung berapa waktu kerja yang Anda pakai untuk hal-hal di luar pekerjaan Anda? Sudahkah Anda mencapai hasil maksimal dalam pekerjaan Anda? Ingatlah bahwa pertobatan bukan hanya berbicara tentang rajin berdoa, rajin ke gereja, atau aktif melayani! Bila masih ada aspek hidup yang tidak sesuai dengan yang Allah inginkan, berubahlah!
SH: Mat 3:1-12 - Bijak memberitakan (Jumat, 4 Januari 2013) Bijak memberitakan
Pelayanan Yesus didahului oleh Yohanes Pembaptis, yang bertugas merintis jalan bagi Yesus. Tugas ini mulia karena ia mempersiapkan...
Bijak memberitakan
Pelayanan Yesus didahului oleh Yohanes Pembaptis, yang bertugas merintis jalan bagi Yesus. Tugas ini mulia karena ia mempersiapkan manusia bagi kedatangan Sang Juruselamat.
Apa yang Yohanes lakukan? Ia menyerukan pertobatan (1-2). Bertobat berarti berbalik, yaitu berbalik dari kehidupan yang tidak sesuai firman Allah ke arah hidup yang diselaraskan dengan firman itu. Bertobat berarti membiarkan Sang Juruselamat berkarya di dalam kehidupan.
Seruan Yohanes ternyata berdampak luar biasa. Penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea, dan dari seluruh daerah sekitar Yordan memberi respons dengan mengakui dosa dan memberi diri dibaptis (5-6).
Walau demikian, ada juga orang-orang yang mengeraskan hatinya terhadap seruan Yohanes. Mereka adalah orang Farisi dan orang Saduki. Yohanes menyebut mereka "ular beludak", berbisa dan jahat. Orang Saduki mengebiri firman Tuhan, sementara orang Farisi menambahkan berbagai aturan pada Taurat. Mereka terjebak pada legalisme dan agama pahala sehingga berpendapat bahwa keselamatan dapat diperoleh dengan melakukan Taurat. Karena itu, meski mereka datang untuk dibaptis, Yohanes menengarai bahwa sesungguhnya hati mereka tidak sungguh-sungguh bertobat. Maka Yohanes pun memperingatkan mereka tentang api penghakiman yang mereka akan hadapi jika mereka tidak bertobat.
Memang tidak semua orang merespons Injil secara positif. Kita tentu senang jika orang menyambut Injil dan mengalami perubahan hidup. Namun bagaimana jika tidak demikian? Tentu saja kita tidak boleh membenci orang yang demikian. Kita tetap harus menyatakan kebenaran Injil kepada setiap orang, bagaimana pun orang itu menanggapinya. Namun tidak kepada setiap orang kita dapat bersikap seperti sikap Yohanes terhadap orang Farisi dan orang Saduki. Kita perlu melihat bahwa Yohanes pun bijak dalam bersikap, dia tahu terhadap siapa dia harus bersikap tegas. Kita pun harus demikian. Maka kita perlu memohon pertolongan Tuhan agar kita dimampukan untuk berbagi Injil dengan bijak sehingga orang tidak menolak Dia karena sikap kita.
SH: Mat 3:1-6 - Yohanes Pembaptis (Jumat, 30 Desember 2016) Yohanes Pembaptis
Helder Camara, seorang biarawan yang dapat disejajarkan dengan Mother Theresa, pernah menulis demikian: "Ketika saya pergi keluar d...
Yohanes Pembaptis
Helder Camara, seorang biarawan yang dapat disejajarkan dengan Mother Theresa, pernah menulis demikian: "Ketika saya pergi keluar dan melihat orang banyak bertepuk tangan dan tersenyum kepadaku, saya memandang Kristus dan berkata, "Tuhan ini adalah sorak-sorai untuk-Mu ketika memasuki Yerusalem! Saya hanyalah keledai kecil yang Kau gunakan." Umumnya, di tengah popularitas memang tidak mudah untuk menilai diri dengan tepat dan menjadi rendah hati. Tidak demikian halnya bagi Helder Camara dan Yohanes Pembaptis.
Yohanes Pembaptis adalah anak Zakharia dan Elisabeth, pasangan suami isteri dengan garis keturunan imam (lih. Luk. 1:5). Ia menjadi istimewa karena kelahirannya diberitakan oleh malaikat (Luk.1:13-17) dan ia menjadi pelopor bagi kedatangan Tuhan (lih. Luk. 1:15-17, 67-80). Sungguh tugas yang sangat mulia. Pelayanannya sungguh terbukti ketika ia hadir di tengah masyarakat Yahudi. Banyak orang datang kepadanya untuk mengaku dosa dan dibaptis (Mat. 3:5-6). Meski demikian, segala keistimewaan tidak membuatnya sombong. Ia tetap memperlihatkan kerendahan hati dalam pelayanannya.
Dalam pelayanannya kepada orang banyak, ia selalu merujuk pemberitaannya kepada figur Mesias yang akan datang (1-3). Bahkan, kerendahan hatinya juga terwujud dalam penampilan fisiknya. Ia tinggal di padang gurun, berpakaian jubah bulu unta, makan belalang, dan madu hutan (4).
Banyak hal dalam diri Yohanes yang pantas dibanggakan tidak membuatnya sombong dan besar kepala. Ia menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhan, yaitu pembuka jalan bagi kedatangan Tuhan, suara yang berseru-seru untuk mempersiapkan jalan datangnya Sang Juru Selamat (Mat. 3:3; Yoh. 1:23).
Bagaimanakah kita menilai diri selama ini? Kiranya momen Natal ini mengingatkan kita kembali bahwa Yesus menjadi Juru Selamat karena kita berharga di mata-Nya. Biarlah momen kelahiran-Nya kita rayakan dengan kerendahan hati di hadapan Allah. [MFS]
SH: Mat 3:1-12 - Menghidupi Baptisan (Rabu, 30 Desember 2020) Menghidupi Baptisan
Apakah mungkin seorang rohaniwan atau orang yang akrab dengan pengajaran dan nilai-nilai agama dapat jatuh ke dalam dosa? Tentu s...
Menghidupi Baptisan
Apakah mungkin seorang rohaniwan atau orang yang akrab dengan pengajaran dan nilai-nilai agama dapat jatuh ke dalam dosa? Tentu saja mungkin karena mereka juga manusia. Siapa pun orang itu, dan apa pun status atau profesi yang dimilikinya tetap rentan terhadap dosa dan kecenderungan untuk melakukannya.
Fenomena ini membuat kita bertanya-tanya, bagaimana seorang rohaniwan Kristen menghayati makna baptisan yang diterima dan juga dilakukannya?
Yohanes Pembaptis tidak hanya membaptis, tetapi ia juga menghidupinya. Ada lima cara yang dilakukannya dalam menghidupi baptisannya. Pertama, ia hidup sederhana. Yohanes Pembaptis tinggal di padang gurun. Pakaian yang dikenakannya juga sederhana, layaknya seorang pengembara. Makanannya pun tidak lazim, hanya belalang dan madu hutan. Dari padang gurun, ia menyerukan seruan pertobatan (3-4).
Kedua, ia selalu rendah hati. Ia selalu merasa belum berbuat apa-apa. Bahkan, ia tidak segan memuliakan Dia yang akan datang, yakni Yesus Kristus. Ia juga mengakui bahwa Yesus yang akan membaptis dengan Roh Kudus dan Api jauh lebih besar daripada dirinya (11).
Ketiga, Yohanes hidup dengan penuh integritas. Perkataan dan perbuatannya selalu selaras. Ia menyuarakan agar pertobatan menghasilkan buah (8).
Keempat, ia tegas. Yohanes tidak berkompromi dengan sikap pura-pura dan kemunafikan yang diperlihatkan oleh orang-orang Farisi dan Saduki. Jika mengeraskan hati, ia menyerukan agar tidak usah menerima baptisan.
Kelima, ia tidak membeda-bedakan orang. Baginya, setiap orang sama. Jika tidak bertobat, siapa pun akan menerima konsekuensi yang sama, yaitu kebinasaan.
Kita perlu mencontoh cara Yohanes menghayati dan menghidupi baptisan. Selalu ada kemungkinan bagi kita untuk jatuh, oleh sebab itu mari kita mengintrospeksi diri dan menerapkan lima cara hidup Yohanes Pembaptis. Semoga pertobatan yang digerakkan Roh Kudus senantiasa menggerakkan hidup kita. [AJT]
Topik Teologia -> Mat 3:6
Topik Teologia: Mat 3:6 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Kedaulatan Pemerintahan Allah
Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjia...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengumuman Kerajaan oleh Yohanes Pembaptis
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Berkomunikasi dengan Allah
- Mengaku kepada Allah
- Hasil-hasil Pengakuan
- Pengakuan Menghasilkan Kehidupan Suci
TFTWMS -> Mat 3:5-6
TFTWMS: Mat 3:5-6 - Baptisan Pendahuluan BAPTISAN PENDAHULUAN (Matius 3:5, 6)
5 Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. 6...
BAPTISAN PENDAHULUAN (Matius 3:5, 6)
5 Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. 6 Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.
Ayat 5. Kebanyakan nabi akan pergi ke kota-kota besar, kampung-kampung, dan desa-desa di mana orang-orang berada, tetapi orang-orang itu datang kepada Yohanes di padang gurun. Yohanes sedang membaptis di Sungai Yordan, dan orang-orang biasa datang berbondong-bondong kepada dia untuk dibaptis. Matius menulis bahwa datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Kata "seluruh" di sini digunakan sebagai hiperbola.
Tentunya, tidak seluruh orang di tempat-tempat itu pergi untuk mendengarkan Yohanes, tetapi sejumlah besar orang dari masing-masing tempat itu memang pergi. Josephus mengatakan bahwa Yohanes begitu populer sehingga Herodes Antipas takut timbul pemberontakan di kalangan rakyat.16
Ayat 6. Banyak dari mereka yang pergi untuk mendengarkan Yohanes dibaptis oleh dia. Kata Yunani yang diterjemahkan "membaptis" adalah (baptizō), yang berarti "cemplung, celup, cuci."17Ketika Yohanes "membaptis" orang-orang, ia menyelamkan mereka ke dalam air (lihat Yoh. 3:23). Baptisan Kristen juga adalah penyelaman di dalam air, di mana orang percaya yang bertobat "dikuburkan" bersama Kristus (Rom. 6:4; Kol. 2:12). Bahasa Yunani memiliki kata lain untuk "curah" dan "percik," tetapi kata-kata itu tidak pernah digunakan di dalam Perjanjian Baru untuk baptisan.
Praktik penyelaman di dalam air sebagai ritual keagamaan sudah umum terjadi di dunia kuno, meskipun memiliki arti yang berbeda yang dilekatkan pada praktik tersebut. David S. Dockery menulis, Contoh-contohnya termasuk ritual agama Hindu di Sungai Gangga, ritual penyucian dalam sekte Enki bangsa Babel, dan praktik-praktik bangsa Mesir dalam penyucian anak yang baru lahir dan ritual kebangkitan simbolik yang dilakukan pada orang mati. Baptizō dan istilah-istilah yang terkait digunakan untuk mendefinisikan praktik-praktik ritual di awal agama bangsa Kreta, agama bangsa Thrakia, agama misteri bangsa Eleusis dan dalam beberapa kelompok gnostik dan sekte-sekte.18
Namun begitu, praktik-praktik agama Yahudi (Mrk. 7:3, 4; Ibr. 6:2; 9:10) memiliki hubungan yang jauh lebih dekat dengan baptisan Yohanes. Ritual pembasuhan memang diminta oleh hukum Taurat untuk tahir secara resmi (Ima. 15). Seluruh bagian dalam tulisan-tulisan yang belakangan di dalam kitab Mishnah didedikasikan untuk topik ini.19Selain itu, beberapa contoh arkeologi tentang ritual mandi Yahudi (miqwa᾽oth), yang bertanggal dekat abad pertama, masih ada saat ini di Israel. Ritual pembasuhan secara khusus menonjol di Qumran, sebuah masyarakat yang juga sangat menekankan pertobatan dan fajar era baru.20Selanjutnya, sementara kronologinya diperdebatkan, banyak yang percaya bahwa selama abad pertama bangsa-bangsa non-Yahudi diminta untuk menyelamkan diri mereka sendiri—serta disunat dan mempersembahkan korban persembahan—untuk menjadi mualaf Yudaisme.21
Meski ritual pembasuhan hukum Taurat dan tradisi baptisan mualaf berfungsi sebagai latar belakang bagi baptisan Yohanes, namun ada banyak perbedaan. (1) baptisan Yohanes dilakukan oleh nabi itu, sedangkan ritual pembasuhan dan baptisan mualaf dilakukan sendiri. (2) Pembasuhan hukum Taurat lebih berkaitan dengan kemurnian ritual, berbeda dengan penekanan yang ditempatkan pada pertobatan dan pengampunan dosa dalam baptisan Yohanes. (3) Ritual pembasuhan hukum Taurat dilakukan berulang kali, sedangkan baptisan Yohanes merupakan tindakan satu kali saja. (4) Baptisan mualaf adalah untuk bangsa-bangsa non-Yahudi guna memasuki Yudaisme, sedangkan baptisan Yohanes adalah untuk orang-orang Yahudi guna persiapan bagi kedatangan kerajaan Allah. Meskipun berakar pada Yudaisme, baptisan Yohanes jelas sekali berbeda dari pelbagai praktik yang mendahuluinya. Yohanes sendiri memberi kesaksian bahwa adalah Allah "yang mengutus [dia] untuk membaptis dengan air" (Yoh. 1:33). Yesus dengan jelas menunjukkan bahwa baptisan Yohanes diberi wewenang dari sorga (lihat 21:23-27).
Orang-orang yang datang kepada Yohanes dibaptis setelah mengakui dosa-dosa mereka, karena nabi itu menjadikan pertobatan sebagai syarat bagi orang yang mencari pengampunan (lihat Ezra 9:6-15; Maz. 51:1-4; Dan. 9:4-11). J. W. McGarvey berpendapat, "Pengakuan [dosa] itu pastilah bersifat sangat umum; berdasarkan durasi singkat pelayanan Yohanes, dan banyaknya orang yang ia baptis maka dugaan adanya pengakuan yang terinci atas semua dosa dari masing-masing individu tidak bisa diterapkan."22
Yohanes membaptis orang-orang Yahudi yang bertobat di Sungai Yordan. Lewis menggambarkan Sungai Yordan dalam kata-kata ini:
Meskipun diukur dari udara jarak alirannya dari Danau Galilea ke Laut Mati mencakup sejauh seratus lima kilometer, namun Sungai Yordan itu meliuk-liuk lebih dari tiga ratus dua puluh dua kilometer panjangnya. Dengan air yang melimpah untuk keperluan pembaptisan, lebar sungai di timur Yerikho mencapai sekitar tiga meter dan kedalamannya sekitar satu sampai empat meter. Kecuali di tempat-tempat penyeberangan yang harus dilintasi oleh perahu.23
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Injil Kerajaan 3:1-12
Pendahulu Yesus
Matius membuka topik persiapan bagi kedatangan Kristus dengan membuat acuan kepada khotbah Yohanes Pe...
Matius: Injil Kerajaan 3:1-12
Pendahulu Yesus
Matius membuka topik persiapan bagi kedatangan Kristus dengan membuat acuan kepada khotbah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea.
Pelayanan Yohanes memecahkan sekitar empat ratus tahun periode kebisuan nubuatan sejak Maleakhi.1Matius berasumsi bahwa para pembaca Yahudinya akan sudah mengenal baik Yohanes, sehingga ia tidak menyertakan rincian tentang latar belakang nabi itu. Fakta bahwa orang-orang Yahudi mengenal baik Yohanes diakui di dalam empat Injil dan dikuatkan oleh Josephus, sejarawan Yahudi.2
Lukas memberikan informasi lebih lanjut tentang kehidupan awal Yohanes dibandingkan Catatan Injil lain mana saja. Ayah Yohanes adalah seorang imam bernama Zakaria, yang masuk dalam rombongan kedelapan Abia (Luk. 1:5). Raja Daud telah mengatur keimamatan ke dalam dua puluh empat rombongan (1 Taw. 24). Masing-masing rombongan ini dalam satu tahun melayani dua minggu di bait suci. Empat minggu lainnya adalah pada hari-hari raya besar orang Yahudi, di mana sebagian besar (jika tidak semua) imam berpartisipasi.
Elisabet, istri Zakharia, tetap mandul sampai melewati usia bisa melahirkan anak (Luk. 1:7, 18). Ia adalah saudara, mungkin sepupu (KJV), Maria ibu Yesus (Luk. 1:36). Waktu Zakaria sedang melakukan tugasnya di bait suci, malaikat Gabriel menampakkan diri kepada dia dan memberitahu dia bahwa Elisabet akan mengandung seorang anak laki-laki, yang namanya akan disebut "Yohanes." Saat Zakaria menyatakan ketidakpercayaannya terhadap pemberitahuan itu, ia dibuat bisu dan tidak bisa berbicara sepatah kata pun sampai anaknya lahir (Luk. 1:11-22, 59-64).
Zakharia diberitahu oleh malaikat itu bahwa Yohanes akan menjadi hamba khusus bagi Allah dan akan dipenuhi dengan Roh Kudus selagi masih di dalam rahim ibunya. Ia akan mengubah banyak hati orang Israel untuk kembali kepada Allah mereka (Luk. 1:15, 16). Banyak orang beranggapan bahwa Yohanes adalah orang Nazir karena ia harus menjauhkan diri dari anggur dan minuman keras, meskipun persyaratan lainnya tidak disebutkan (Luk. 1:15; lihat Bil. 6). Malaikat itu juga mengatakan bahwa Yohanes akan datang "dalam roh dan kuasa Elia" (Luk. 1:17). Maleakhi telah bernubuat bahwa "nabi Elia" akan datang "menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat" (Mal. 4:5). Setelah kelahiran Yohanes, Zakharia bernubuat bahwa ia akan "berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya" (Luk. 1:76). Pernyataannya itu hampir mirip dengan pernyataan Maleakhi 3:1. Malaikat itu mengatakan bahwa Yohanes akan berjalan mendahului "untuk menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya" (Luk. 1:17). Yesus kemudian mengatakan bahwa Yohanes adalah Elia yang akan datang (11:10, 14; 17:11-13).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) RIWAYAT SINGKAT YOHANES PEMBAPTIS (Matius 3:1-17)
Ketika pengkhotbah sedang dipertimbangkan untuk dipekerjakan, ia sering diminta untuk menyerahkan r...
RIWAYAT SINGKAT YOHANES PEMBAPTIS (Matius 3:1-17)
Ketika pengkhotbah sedang dipertimbangkan untuk dipekerjakan, ia sering diminta untuk menyerahkan riwayat singkat dirinya. Kemungkinan, saudara-saudara seiman dapat mengetahui sesuatu tentang apa yang diharapkan mengenai jenis pekerjaan yang akan pemohon itu lakukan jika ia dipekerjakan. Pasal ini mengetengahkan fakta-fakta berikut ini yang Yohanes Pembaptis bisa akui tentang dirinya.
Nama: Yohanes. Saya sekarang dikenal sebagai Yohanes Pembaptis (3:1) karena saya telah memberitakan tentang baptisan untuk pengampunan dosa dan telah membaptis banyak orang.
Orangtua: Zakharia, seorang imam, dari rombongan Abia, dan Elisabet, dari anak-anak perempuan Harun (Luk. 1:5).
Tempat tinggal terlama: Padang gurun Yudea, di mana saya hidup dengan memakan belalang dan madu liar (3:1, 4).
Tanggung jawab utama khotbah: Berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan pengetahuan keselamatan kepada umat-Nya lewat pengampunan dosa (Luk. 1:76, 77).
Tugas khotbah terbaru: Sayalah suara orang yang berseru-seru di padang gurun (3:3), memberitahu semua orang untuk bertobat, karena kerajaan itu sudah dekat.
Dalam khotbah saya …
Saya tidak meremehkan dosa (3:1, 2).
Saya tidak membiarkan kesenangan dan kenyamanan pribadi mencegah saya untuk memberitakan pesan itu (3:1, 3, 4).
Saya berbicara tentang beberapa topik yang tidak populer, menyapa para pendengar yang tidak mau menerima sepenuhnya (3:5-9).
Saya mengagungkan Yesus (3:11, 12).
Saya memperingatkan bahwa orang bisa tersesat (3:10-12).
Saya mengajarkan bahwa orang dapat diselamatkan (3:12).38
Sasaran: Saya telah mencapai sebagian besar sasaran saya dan sudah memiliki beberapa pengalaman yang unik (3:13-17).
Hal Terbaru: Saat ini, saya sedang dipenjarakan karena menegur Raja Herodes (Lukas 3:19, 20). Meskipun saya berada di bawah kekuasaan Raja Herodes, saya masih bebas melalui kuasa Tuhan saya.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) PELAJARAN DARI YOHANES DAN YESUS (Matius 3:1-17)
Yohanes Pembaptis (disebut demikian karena ia membaptis orang) memecahkan kebisuan Allah selama lebi...
PELAJARAN DARI YOHANES DAN YESUS (Matius 3:1-17)
Yohanes Pembaptis (disebut demikian karena ia membaptis orang) memecahkan kebisuan Allah selama lebih dari empat ratus tahun ketika ia mulai berkhotbah di padang gurun Yudea dan menyerukan kepada orang-orang untuk bertobat. Ia menarik perhatian orang banyak terlepas dari pakaiannya yang aneh dan pemberitaannya yang keras. Pada waktu itu, Yesus memecahkan delapan belas tahun kebisuan-Nya sendiri. Sejauh yang kita tahu, terakhir kali Ia terdengar adalah pada usia dua belas tahun, dan saat ini Ia berumur sekitar tiga puluh (Luk. 2:42; 3:23). Cerita ini mengetengahkan beberapa pelajaran bagi kita:
- 1. Persiapan merupakan prasyarat untuk pelayanan kepada Allah (3:1-3).
- 2. Pentingnya pesan tidak harus dinilai berdasarkan penampilan luar si pembawa pesan (3:4-6).
- 3. Baptisan tanpa pertobatan dan pengakuan yang tulus tidaklah efektif untuk tujuannya (3:5-9).
- 4. Tidak seorangpun bebas dari ketaatan kepada Allah (3:13-15).
- 5. Diakui sebagai anak Allah merupakan kebutuhan utama dari semua orang yang mencari sorga (3:16, 17).39
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) PERSIAPAN YOHANES UNTUK KRISTUS (3:1-12)
Sebuah pelajaran tentang persiapan Yohanes untuk kedatangan Kristus dapat dikembangkan dengan poin-poin beri...
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Orang-orang Yahudi mengakui adanya kekosongan selama periode antar perjanjian dan mengantisipasi kembalinya seorang nabi yang dapa...
Catatan Akhir:
- 1 Orang-orang Yahudi mengakui adanya kekosongan selama periode antar perjanjian dan mengantisipasi kembalinya seorang nabi yang dapat dipercaya (1 Maccabees 4:46; 9:27; 14:41; Josephus Against Apion 1.8).
- 2 Josephus menulis tentang "orang banyak" yang "sangat tergerak karena mendengarkan kata-kata [Yohanes]" dan "pengaruh besar yang Yohanes miliki atas orang-orang itu" (Josephus Antiquities 18.5.2).
- 3 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 21.
- 4 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 54.
- 5 Gerhard Kittel, "e¡rhmoß," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 2:658-59.
- 6 John A. Broadus, Commentary on Matthew (Louisville: N.p.: 1886; reprint, Grand Rapids, Mich.: Kregel Publications, 1990), 34.
- 7 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 43.
- 8 Matius menggunakan ungkapan "Kerajaan Allah" hanya empat kali (12:28; 19:24; 21:31, 43).
- 9 Lewis, 55; Mounce, 23.
- 10 Paul T. Butler, Isaiah, vol. 3, Bible Study Textbook Series (Joplin, Mo.: College Press, 1978), 10.
- 11 Lewis, 56; lihat Manual of Discipline 8.13-16; 9.19.
- 12 Lihat Josephus Wars 1.24.3.
- 13 Gundry, 45.
- 14 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 55.
- 15 H. Leo Boles, A Commentary on the Gospel According to Matthew (Nashville: Gospel Advocate Co., 1936), 71.
- 16 Josephus Antiquities 18.5.2.
- 17 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 164.
- 18 David S. Dockery, "Baptism," in Dictionary of Jesus and the Gospels, ed. Joel B. Green and Scot McKnight (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 55.
- 19 Mishnah Mikwaoth.
- 20 Dockery, 56-57, lihat Manual of Discipline 3.4-9; 6.14-23. Komunitas Qumran kemungkinan milik kaum Essene. Josephus menunjukkan bahwa kaum Essene "membasuh tubuh mereka dalam air dingin" sebagai bagian dari ritual penyucian harian (Josephus Wars 2.8.5, 9).
- 21 G. R. Beasley-Murray, Baptism in the New Testament (N.p.: W. T. Whitley Lectureship, 1962; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1994), 18-31; lihat Epictetus Dissertations 2.9.9-21; Mishnah Pesahim 8.8; Talmud Yebamoth 46a; Pesahim 91b-92.
- 22 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 34.
- 23 Lewis, 58.
- 24 1 Maccabees 2:42; 7:13; 2 Maccabees 14:6.
- 25 Mishnah Aboth 3.14.
- 26 Josephus Antiquities 17.2.4.
- 27 Josephus Wars 2.8.14.
- 28 Josephus Antiquities 18.1.4.
- 29 Mounce, 23.
- 30 Genesis Rabbah 48.8; lihat Justin Martyr Dialogue with Trypho 140.
- 31 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 50.
- 32 Morris, 59.
- 33 Lewis, 62.
- 34 Hagner, 51.
- 35 Gundry, 48.
- 36 Lihat Maz. 118:26; Mal. 3:1; Mat. 11:3; 21:9; 23:39; Yoh. 4:25.
- 37 Morris, 61, mengutip Talmud Ketuboth 96a; lihat Baba Bathra 53b.
- 38 Poin-poin ini dan gagasan untuk mengembangkan riwayat singkat yang didasarkan pada Matius 3:1-17 berasal dari Jack Wilhelm, "John the Baptist's Resumé as a Preacher," RSVP Newsletter 153-8-83-36 (1983). Digunakan dengan seizin Jack Wilhelm, P.O. Box 2222, Florence, AL 35630.
- 39 Jack Wilhelm, "The Baptism of Jesus," RSVP Newsletter 172-6-84-41 (1984).
- 40 Meski pelajaran ini secara khusus berlaku untuk para pengkhotbah, pelajaran itu bisa disesuaikan agar cocok dengan semua orang Kristen pada umumnya.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi