Teks -- 1 Korintus 8:8 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Kor 8:7-13
Matthew Henry: 1Kor 8:7-13 - Tentang Hal Makan Daging Persembahan Berhala Tentang Hal Makan Daging Persembahan Berhala (1 Korintus 8:7-13)
Rasul Paulus, setelah menyampaikan dan sungguh-sungguh menegaskan kebenaran pend...
Tentang Hal Makan Daging Persembahan Berhala (1 Korintus 8:7-13)
- Rasul Paulus, setelah menyampaikan dan sungguh-sungguh menegaskan kebenaran pendapat beberapa jemaat Korintus bahwa berhala memang tidak ada, sekarang melanjutkan pembicaraannya untuk menunjukkan kepada orang Korintus bahwa kesimpulan selanjutnya yang mereka buat berdasarkan pendapat ini adalah keliru. Mereka keliru dalam menyimpulkan bahwa oleh karena demikian, maka mereka boleh masuk ke dalam kuil berhala, makan daging persembahan, serta berpesta di sana bersama teman-teman kafir mereka itu. Di sini Paulus tidak berkata bahwa hal itu dilarang, tetapi ia lebih menekankan bahwa kebebasan semacam itu dapat mencelakai orang Kristen yang lebih lemah, yaitu orang-orang yang tidak memiliki ukuran pengetahuan yang sama dengan mereka yang sok tahu ini. Di sini,
- I. Paulus memberi tahu mereka bahwa setiap orang Kristen, pada masa itu, belum sepenuhnya yakin dan percaya bahwa berhala itu tidak ada. Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Mereka melakukannya dengan kepercayaan terhadap berhala tersebut, maksudnya menunjukkan sikap hormat secara samar terhadap berhala itu. Meskipun mereka sudah dimenangkan menjadi Kristen, dan telah mengakui agama yang benar, mereka belum sepenuhnya dipulihkan dari ragi yang lama. Mereka masih mempertahankan sikap hormat yang tidak jelas maksudnya terhadap berhala-berhala yang mereka sembah sebelumnya. Perhatikan, orang Kristen yang lemah bisa saja tidak mengerti, atau memiliki pengetahuan yang masih membingungkan tentang kebenaran yang paling besar dan paling jelas sekalipun. Seperti itulah orang-orang yang menjadi milik Allah yang Esa dan Pengantara yang Esa. Dari antara orang-orang Korintus yang berpaling dari kekafiran kepada Kekristenan, beberapa tampaknya masih tetap menghormati berhala-berhala mereka, dan belum sepenuhnya menyesuaikan diri dengan ajaran-ajaran Kristen yang luar biasa ini. Karena itulah, ketika di hadapan mereka ditawarkan kesempatan untuk memakan daging persembahan berhala, mereka tidak menolak. Padahal jika mereka menolaknya, itu dapat memberikan kesaksian bahwa mereka membenci penyembahan berhala. Atau, seharusnya mereka makan sambil menyatakan bahwa mereka tidak menghormati berhala tersebut, dengan berkata bahwa berhala itu tidak ada. Maka, oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya. Maksudnya, mereka berbuat salah. Mereka makan karena merasa hormat terhadap berhala itu, dengan mengira bahwa ada allah di dalam berhala itu. Dengan begitu, mereka jadi melakukan penyembahan berhala, padahal Injil bertujuan untuk membelokkan manusia dari berhala yang bisu kepada Allah yang hidup. Orang-orang Kristen ini lemah pemahamannya, dan tidak sepenuhnya beranggapan bahwa berhala itu sia-sia. Maka ketika mereka makan daging yang dipersembahkan kepada berhala disertai dengan rasa hormat terhadap berhala itu, mereka bersalah dalam hal penyembahan berhala, dan dengan begitu sangat mencemari diri mereka sendiri. Penjelasan ini tampaknya masuk akal, meskipun ada beberapa orang yang menafsirkan bahwa orang Kristen yang lemah menodai diri mereka sendiri saat makan daging persembahan berhala karena mereka memaknai makanan tersebut najis karena telah dipersembahkan kepada berhala, sehingga orang-orang yang memakannya menjadi najis secara moral. Padahal orang-orang itu tidak tahu bahwa berhala tidak ada, dan karenanya berhala tidak dapat menajiskan makanan yang dipersembahkan kepadanya. Perhatikan, kita harus berhati-hati supaya tidak berbuat suatu apa pun yang dapat menyebabkan orang Kristen yang lemah menodai hati nurani mereka.
- II. Paulus berkata kepada mereka bahwa makan dan minum itu sendiri tidak mengandung makna baik atau jahat. Tidak ada yang dapat membuat kegiatan makan dan minum itu menjadi lebih baik atau lebih buruk, berkenan atau tidak berkenan di hadapan Allah. Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan (ay. 8). Tampaknya seolah-olah beberapa orang Korintus menganggap bahwa apabila mereka makan persembahan berhala dan melakukannya di dalam kuil berhala pula (ay. 10), maka itu adalah perbuatan yang mulia, karena jelas menunjukkan bahwa mereka menganggap berhala itu tidak ada. Namun perbuatan makan dan minum itu sendiri tidak ada pengaruhnya apa-apa. Tidak menjadi masalah apa yang kita makan. Makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia tidak menyucikan ataupun mencemarkan. Daging persembahan berhala sendiri bisa saja dimakan seperti halnya makanan yang lain. Selain itu, perbuatan memakan atau tidak memakan itu sendiri, tidak ada artinya apa-apa. Perhatikan, merupakan kesalahan besar jika kita mengira bahwa sikap membeda-bedakan makanan akan membeda-bedakan seorang manusia dengan manusia yang lain di mata Allah. Makan makanan ini, atau tidak memakan makanan itu, tidak mengubah arti seseorang di hadapan Allah.
- III. Orang Korintus mengira bahwa mereka memiliki kebebasan di dalam hal ini, dan Paulus memperingatkan mereka supaya jangan menyalahgunakan kebebasan mereka. Karena tampak jelas dari pasal 10 ayat 20 dan seterusnya, bahwa mereka salah mengartikan hal ini, dan tidak diperbolehkan duduk dan makan di dalam kuil berhala. Namun di sini Rasul Paulus menjelaskan bahwa sekalipun orang Korintus mengira diri mereka dapat berbuat demikian, mereka harus berhati-hati dalam menggunakan kebebasan mereka. Sebab hal itu dapat menjadi menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah (ay. 9), dapat menyebabkan mereka jatuh ke dalam penyembahan berhala, atau malah menyebabkan mereka berbalik dari Kekristenan dan kembali lagi kepada kekafiran. “Jika seseorang melihat engkau, yang memiliki pengetahuan (yang lebih dalam daripada pengetahuan orang itu, dan karena itu meyakini bahwa engkau bebas untuk duduk makan atau berpesta di dalam kuil berhala, karena engkau berkata bahwa berhala tidak ada), bukankah orang yang kurang berpengetahuan di dalam hal ini, dan menganggap bahwa berhala itu ada, akan menjadi berani memakan persembahan berhala, bukan sebagai makanan biasa, tetapi sebagai persembahan? Bukankah dengan begitu, ia menjadi bersalah karena melakukan penyembahan berhala?” Demikianlah orang-orang Korintus itu, meskipun memiliki kebebasan, harus berhati-hati supaya tidak membuka kesempatan bagi saudara yang lemah untuk mengalami kejatuhan semacam itu. Rasul Paulus menyokong peringatan ini dengan dua pertimbangan:
- 1. Bahaya yang mungkin bisa terjadi pada saudara yang lemah. Meskipun dia lemah, Kristus telah mati untuknya. Kita sebaiknya menyangkal diri bahkan terhadap hal-hal yang diperbolehkan, daripada menyebabkan mereka tersandung, dan membahayakan jiwa mereka (ay. 11): Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena “pengetahuan”mu. Perhatikan, orang-orang yang telah dimerdekakan Kristus dengan darah-Nya yang sangat berharga, haruslah amat kita hargai dan kita kasihi. Jika Dia saja begitu rupa mengasihani mereka sampai mati bagi mereka, supaya mereka tidak binasa, maka kita juga harus sedemikian rupa berbelas kasihan terhadap mereka, hingga rela menyangkal diri demi mereka, di dalam hal apa pun, dan tidak menggunakan kebebasan kita untuk mencelakai mereka, membuat mereka tersandung, atau menyebabkan mereka binasa. Orang yang lebih memilih untuk membiarkan saudaranya binasa daripada harus mengurangi kebebasannya sendiri dalam hal apa pun, berarti hampir tidak memiliki roh Sang Penebus. Barangsiapa memiliki roh Kristus di dalam dirinya, ia akan mengasihi siapa saja yang dikasihi Kristus, sampai rela mati bagi mereka, dan akan berusaha memajukan kesejahteraan rohani dan kesejahteraan kekal mereka. Ia akan menghindari hal-hal yang akan membuat mereka mengalami dukacita yang tidak perlu, terlebih lagi segala sesuatu yang kemungkinan besar akan menyebabkan mereka tersandung atau jatuh ke dalam dosa.
- 2. Celaka yang diperbuat kepada mereka, dipandang Kristus sebagai dilakukan terhadap diri-Nya. Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus (ay. 12). Perhatikan, kejahatan yang dilakukan terhadap orang Kristen merupakan kejahatan terhadap Kristus, khususnya terhadap bayi-bayi di dalam Kristus, yaitu orang-orang Kristen yang lemah, yang paling terutama, jika sampai melibatkan mereka dalam melakukan kesalahan. Melukai hati nurani mereka sama saja dengan melukai Dia. Kristus memiliki perhatian khusus terhadap anak-anak domba yang ada dalam kawanan. Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya (Yes. 40:11). Orang Kristen yang kuat harus sangat berhati-hati dan menghindari hal-hal yang dapat menyakiti orang yang lemah, atau mendatangkan batu sandungan bagi mereka. Masakan kita tidak berbelas kasihan terhadap mereka, padahal Kristus telah memperlihatkan belas kasihan yang begitu besar bagi mereka? Akankah kita berdosa terhadap Kristus yang telah menderita bagi kita? Mestikah kita menghancurkan rancangan-Nya yang mulia, serta membantu membinasakan mereka yang baginya Ia mati demi menyelamatkan mereka?
- IV. Paulus memperkuat seluruh pembicaraannya itu dengan teladannya sendiri (ay. 13). Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku. Paulus tidak berkata bahwa ia tidak mau makan lagi. Jika demikian, itu berarti dia akan membinasakan dirinya sendiri dan melakukan dosa yang keji demi menjaga supaya seorang saudara tidak berdosa dan tidak jatuh. Kejahatan seperti itu tidak boleh dilakukan untuk mendatangkan kebaikan. Namun, meskipun makan merupakan keharusan, kita tidak diharuskan makan daging. Karena itu, daripada menjadikan seorang saudara berdosa, Paulus rela untuk tidak makan daging selama hidupnya. Paulus begitu menghargai jiwa sesamanya hingga ia bersedia menyangkal diri di dalam hal kebebasan, dan berpantang terhadap makanan tertentu, yang sebenarnya boleh dimakan olehnya, dan malah mungkin disukainya, daripada menjadi batu sandungan bagi seorang saudara yang lemah dan menyebabkan orang itu berdosa dengan mengikuti jejaknya tanpa tahu jelas apakah perbuatan itu diperbolehkan atau tidak. Perhatikan, kita harus sangat berhati-hati supaya jangan melakukan sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain jatuh, meskipun perbuatan itu sendiri tidak salah. Kebebasan itu berharga, tetapi kelemahan sesama kita harus dipertimbangkan, dan kadang kala memaksa kita untuk melepaskan kebebasan tersebut. Kita tidak boleh memaksakan untuk menyatakan atau menggunakan hak kita, sampai mencelakai dan membinasakan jiwa saudara kita dan dengan begitu melukai Penebus kita, yang telah mati bagi saudara kita itu. Bila sudah jelas bahwa perbuatan saya, yang masih dapat saya tahan, menyebabkan sesamaku orang Kristen melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukannya, berarti saya telah mencelakai dia, bersalah terhadapnya, atau menempatkan batu sandungan di jalannya. Itu adalah dosa, sekalipun perbuatan itu sendiri tidak dilarang. Nah, jika kita harus sedemikian berhati-hati supaya tidak menyebabkan orang lain berdosa, maka betapa kita harus lebih berhati-hati supaya menghindari dosa itu sendiri! Jika kita tidak boleh membahayakan jiwa orang lain, betapa kita harus terlebih lagi waspada supaya tidak menghancurkan jiwa kita sendiri!
SH: 1Kor 8:1-13 - Jangan menjadi batu sandungan. (Jumat, 29 Agustus 1997) Jangan menjadi batu sandungan.
Bagi mereka yang telah memiliki banyak pengetahuan Alkitab dan pertumbuhan iman yang baik, soal makan daging bekas per...
Jangan menjadi batu sandungan.
Bagi mereka yang telah memiliki banyak pengetahuan Alkitab dan pertumbuhan iman yang baik, soal makan daging bekas persembahan berhala bukan suatu masalah. Mereka yakin dan percaya, hanya ada satu Allah, yang lain palsu. Berhala hanya benda mati yang tak berdaya dan tak berpengaruh apa pun. Tidak demikian halnya dengan para pemula dan simpatisan Kristen. Orang-orang ini masih memegang teguh keyakinan bahwa penyembahan berhala itu riil, maka daging bekas persembahan itu tak boleh dimakan. Yang lebih kuat iman tidak boleh sengaja makan daging bekas persembahan, sebab tindakan itu akan menggoncangkan iman yang lemah.
Saling membangun dalam kasih. Persekutuan orang beriman harus menjadi tempat saling melengkapi dan membangun di dalam kasih. Kebersamaan ini penting, sebab ibadah yang benar bukan hanya bersifat individual-vertikal, mementingkan kepuasan persekutuan pribadi dengan Tuhan. Segi horisontal, saling mengasihi, memperhatikan, dan membangun, pun sama pentingnya. Orang yang hanya memikirkan paham dan keadaannya sendiri dan melukai hati sesamanya, melukai juga hati Tuhan.
Doa: Hidup seperti Kristus, itulah kerinduanku, Tuhan.
SH: 1Kor 8:1-13 - Jangan menjadi batu sandungan (Minggu, 14 September 2003) Jangan menjadi batu sandungan
Jemaat menghadapi dilema, di satu pihak mereka tidak boleh makan
makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala,...
Jangan menjadi batu sandungan
Jemaat menghadapi dilema, di satu pihak mereka tidak boleh makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala, sementara makanan yang ada di pasar umum adalah makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala (bdk. Kis. 15:20,29). Sementara di pihak lain, Paulus mengajarkan: tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri (Roma 14:14). Aturan mana yang harus mereka jalankan?
Paulus menekankan bahwa hanya ada satu Allah. Kuasa-kuasa spiritual di balik berhala dan dewa adalah kuasa Iblis. Namun pandangan Paulus ini bertentangan dengan pemahaman yang sudah terlebih dahulu berkembang yang menganggap bahwa berhala itu benar-benar ada. Keyakinan terhadap berhala telah menodai kesucian hati nurani manusia.
Dalam usaha meyakinkan jemaat Korintus, Paulus menyadari bahwa tidak semua jemaat yang dapat menerima pengajarannya karena pengetahuan dan pola pikir yang telah terbentuk untuk mengakui kekuasaan para berhala. Namun, kepada mereka yang mau mendengarkan pengajarannya, Paulus menekankan bahwa kunci untuk tetap percaya pada keesaaan Allah dan menyingkirkan keyakinan bahwa berhala- berhala itu berkuasa adalah tetap pada keyakinan bahwa hanya Yesus Kristus yang telah menjadikan segala sesuatu, dan yang memberi kita hidup (ayat 6).
Renungkan: Mempertahankan keyakinan yang benar, tanpa memedulikan hati nurani orang lain yang lemah bukanlah sikap Kristiani yang terpuji, sebaliknya menjadi batu sandungan bagi mereka.
Bacaan untuk minggu ke-15 sesudah Pentakosta
Ulangan 4:1-8; Yakobus 1:19-25; Markus 7:1-8, 14-15, 21-23; Mazmur 15
Lagu KJ 169
SH: 1Kor 8:1-13 - Pengaruh religius dalam budaya (Sabtu, 12 September 2009) Pengaruh religius dalam budaya
Anda pasti tahu istilah seperti: homo economicus, homo laboran, homo
politicus, dlsb? Istilah itu ingin menegaska...
Pengaruh religius dalam budaya
Anda pasti tahu istilah seperti: homo economicus, homo laboran, homo politicus, dlsb? Istilah itu ingin menegaskan sifat-sifat yang sangat mendasar dalam diri manusia yang mempengaruhi bagaimana ia mengerti jati diri dan perannya dalam kehidupan. Homo religio adalah suatu istilah yang sangat dekat dengan ajaran Alkitab yang mendefinisikan hakikat dan fungsi manusia. Yaitu, manusia adalah makhluk agamis. Dari hakikatnya terdalam ia merindukan hubungan yang serasi dengan Yang Mahakuasa, lalu melahirkan berbagai manifestasi yang mewujud menjadi budaya.
Budaya Timur sangat religius. Misalnya, ada beberapa sistem kalender yang berorientasi pada sistem dan perayaan agama yang berbeda. Ada adat istiadat yang bersumber dari takhayul, seperti meminta berkat atau wangsit dari kubur-kubur orang yang dikeramatkan. Dalam produk modern pun tak luput dari pengaruh religius seperti pengaturan arah bangunan, tidak boleh ada angka yang dianggap sial dalam gedung pencakar langit, dlsb. Bahkan dalam kosa kata kalangan Kristen pun masuk istilah-istilah yang sebenarnya bukan asli berasal dari Alkitab atau tradisi Kristen murni. Contoh: jemaat, ibadah, umat, dlsb.
Orang Kristen di Korintus menghadapi dilema. Kekristenan bukan satu-satunya kepercayaan, juga tidak dominan, tetapi orang Kristen harus bermasyarakat. Yang mana dari pengaruh religi dalam budaya itu, yang boleh atau tidak boleh diikuti orang Kristen? Mereka menghadapi dilema, semua daging yang dijual di pasar adalah eks korban di kuil-kuil. Jawab Paulus membesarkan hati. Hanya Allah sejati, yang sudah menyatakan diri dalam Yesus Kristus, yang berkuasa. Maka pengaruh religi lain tidak perlu kita takuti akan membawa dampak buruk sebab Allah dalam Kristus adalah Raja yang mengendalikan segala sesuatu.
Kita tidak boleh ikut menyembah apa pun yang tidak serasi Alkitab. Namun lebih dari soal boleh-tidak boleh, kita bahkan seharusnya melihat peluang untuk bermasyarakat dan berkontribusi. Kita harus membagikan sesuatu yang baik dan benar yang bersumber dari kepercayaan alkitabiah agar bergaung dalam dinamika budaya. Untuk tugas inilah kita dipanggil!
SH: 1Kor 8:1-13 - Berhikmat menggunakan pengetahuan (Kamis, 2 Mei 2013) Berhikmat menggunakan pengetahuan
Tanpa kita sadari, makanan dapat menjadi masalah yang merenggangkan hubungan kita dengan sesama. Dalam budaya terte...
Berhikmat menggunakan pengetahuan
Tanpa kita sadari, makanan dapat menjadi masalah yang merenggangkan hubungan kita dengan sesama. Dalam budaya tertentu, sikap tidak menghargai makanan yang disajikan dapat menimbulkan pertengkaran. Di tempat lain, makanan tertentu yang dimakan orang lain dapat menimbulkan prasangka negatif bahkan dikait-kaitkan dengan dosa. Sikap seperti itu terjadi karena seseorang merasa memiliki pengetahuan untuk memutuskan, apakah makanan itu boleh dikonsumsi atau tidak.
Paulus menghadapi persoalan yang sama. Ia harus menjawab pertanyaan tentang sikap orang percaya terhadap daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala (1). Masalah ini terjadi karena latar belakang sebagian jemaat Korintus yang dahulunya adalah penyembah berhala. Mereka yang dahulu mempersembahkan kurban kepada berhala, meyakini bahwa makan daging persembahan berhala berarti menyembah berhala. Namun, jemaat lain memiliki 'pengetahuan' bahwa berhala itu mati. Jadi, tidak ada masalah memakan makanan tersebut.
Paulus memberikan nasihat. Pertama, pengetahuan manusia sangat terbatas. Pengetahuan itu harus digunakan untuk mengasihi sesama dan Allah. Kalau pengetahuan menjadikan seseorang sombong, hal itu akan menjadi batu sandungan bagi orang lain (1b-2, 13). Kedua, Allah adalah Allah yang esa. Tidak ada allah lain yang hidup. Semua berhala adalah mati. Maka, makanan apa pun, termasuk yang sudah dipersembahkan kepada berhala, dapat kita nikmati dengan bebas (4-8). Ketiga, berhikmat menggunakan pengetahuan. Ketika kita sengaja menikmati makanan tersebut di depan orang-orang yang lemah imannya, mereka bisa terjatuh dalam dosa. Paulus menyarankan daripada menjadi batu sandungan lebih baik jangan memakannya (9-13).
Firman Tuhan menjadi sumber pengetahuan untuk menimbang benar dan salah. Gunakan pengetahuan itu untuk membangun iman sesama. Itu bukti kita mengasihi mereka. Kesombongan menjadikan kita batu sandungan bagi orang lain. Mintalah hikmat Tuhan agar dapat menggunakan pengetahuan kita dengan benar.
SH: 1Kor 8:1-13 - Kasih adalah Puncak Pengetahuan (Kamis, 18 April 2019) Kasih adalah Puncak Pengetahuan
Dalam beberapa pengamatan, orang berpengetahuan cenderung menyepelekan mereka yang pendek akal. Tampaknya, pengetahua...
Kasih adalah Puncak Pengetahuan
Dalam beberapa pengamatan, orang berpengetahuan cenderung menyepelekan mereka yang pendek akal. Tampaknya, pengetahuan itu berwajah ganda. Ia dapat membangun, tetapi ia juga dapat menjadikan seseorang sombong. Mereka yang berpengetahuan kadang menjadi angkuh karena aksesnya kepada pengetahuan.
Paulus mengatakan, pengetahuan berpotensi membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun (1). Paulus mengkritik arogansi itu. Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai pengetahuan, menurutnya, ia belum mencapai pengetahuan sejati (2). Dalam bahasa sederhana, Paulus terkesan ingin berkata, ”Tong kosong nyaring bunyinya.”
Dalam pandangannya, Paulus menyandingkan pengetahuan dengan kasih. Orang yang mengasihi Allah tidak akan menggunakan pengetahuannya untuk membinasakan orang lain. Paulus memberi contoh mengenai memakan persembahan berhala. Ia mengatakan bahwa makanan memang tidak membawa kita lebih dekat pada Allah. Entah itu dimakan atau tidak, kita tidak akan mengalami kerugian (8). Kendalanya ada pada penggunaan pengetahuan dan kebebasan itu sendiri. Paulus menasihati agar kebebasan tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain yang lemah (9). Jangan sampai mereka yang lemah binasa karena pengetahuan itu.
Allah senang kalau kita memiliki pengetahuan. Akan tetapi, pengetahuan harus bersanding dengan kasih. Kasih selalu membangun dan memperhatikan orang lain. Kasih menjadi pagar untuk setiap tindakan yang dihasilkan pengetahuan. Kasih adalah puncak dari pengetahuan.
Pengetahuan yang kita miliki adalah anugerah dari Tuhan. Pokok persoalannya sekarang terletak pada tata kelolanya yang selalu melibatkan kasih. Apakah pengetahuan itu menjadi batu sandungan atau sarana untuk mewujudkan kasih kepada sesama.
Doa: Ya Allah, ajarilah kami agar bijaksana dalam mengelola pengetahuan dan kasih demi memuliakan nama-Mu. [SA]
Utley -> 1Kor 8:7-13
Utley: 1Kor 8:7-13 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 8:7-137 Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-b...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 8:7-13
7 Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya. 8 "Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan." 9 Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah. 10 Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai "pengetahuan," sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala? 11 Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena "pengetahuan" mu. 12 Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus. 13 Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.
1Kor 8:7 "Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu." Dalam konteks hal ini merujuk pada orang Kristen yang "lemah" dan "kuat" (lih. Rom 14:1,2,14,22-23; 15:1). "Lemah" dalam konteks ini merujuk pada takhayul atau legalisme yang terhubung dengan hidup masa lalu seseorang, yang belum bertobat. Ini adalah lirikan sinis kembali ke ay. 1Kor 8:1 dan arogansi dari kelompok-kelompok tertentu dari jemaat Korintus dan penekanan mereka pada hikmat dan pengetahuan (lih. ay. 1Kor 8:11).
□ "hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya." Orang percaya harus bertindak dalam iman atas terang yang kita miliki (lih. Rom 14:23), bahkan ketika pengetahuan ini keliru atau kekanak- kanakan secara rohani. Orang percaya hanya bertanggung jawab atas apa yang mereka mengerti.
Paulus sering menggunakan istilah "hati nurani" dalam surat Korintus (lih. 1Kor 4:4; 8:7,10,12; 10:25,27,28,29; 2Kor 1:12; 4:2; 5:11). Ini menunjuk pada perasaan moral batin tentang apa yang tepat atau tidak tepat (lih. Kis 23:1). Hati nurani bisa dipengaruhi oleh kehidupan masa lalu kita, pilihan kita yang buruk, atau oleh Roh Allah. Ini bukan selalu merupakan panduan yang tidak pernah salah, tetapi ini menentukan batas-batas dari iman individu. Oleh karena itu, melanggar hati nurani kita, bahkan jika itu dalam keadaan salah atau lemah, adalah masalah iman yang besar.
Hati nurani orang percaya harus lebih dan lebih lagi dibentuk oleh Firman Allah dan Roh Allah (lih. 1Tim 3:9). Allah akan menghakimi orang percaya atas dasar terang yang mereka miliki (yaitu, lemah atau kuat), namun kita semua harus terbuka terhadap Alkitab dan Roh untuk terang yang lebih banyak dan untuk berkembang dalam pengetahuan tentang Tuhan Yesus Kristus. Lihat catatan lebih lengkap tentang "hati nurani" di 1Kor 10:25. Lihat Topik Khusus: Kelemahan di 2Kor 12:9.
□ "dinodai" Istilah ini awalnya menunjuk pada pakaian yang kotor (lih. Za 3:3-4; Yud 1:23; Wahy 3:4). Kata ini digunakan secara kiasan untuk polusi moral (lih. Wahy 14:4).
Sangatlah mengejutkan bahwa istilah ini dipilih untuk menggambarkan apa yang terjadi pada orang percaya yang lemah yang melanggar batas-batas iman mereka sendiri. Allah melihat hati dalam setiap situasi. Melanggar pemahaman iman kita, bahkan jika lemah atau tidak tepat, adalah pelanggaran serius terhadap iman!
1Kor 8:8 "Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah." Ini menunjukkan teologia yang sesat, baik dari mereka yang menegaskan asketisme, atau legalisme Yahudi, serta juga mereka yang menegaskan kebebasan radikal. Makan atau tidak makan tidak akan menghadirkan kita untuk bisa diterima oleh Allah (lih. Rom 14:14,23; Mr 7:18-23). Kasih kepada Tuhan yang dinyatakan dalam kasih yang membatasi-diri kepada saudara dan saudari lainnya dalam Kristus adalah kunci bagi perdamaian dan kedewasaan dalam persekutuan Kristen.
□ "lebih dekat" Lihat Topik Khusus: Melimpah di 2Kor 2:7.
□ "kalau… kalau" Ada dua frase THIRD CLASS CONDITIONAL dalam ay. 1Kor 8:8, yang menunjukkan tindakan yang potensial.
- NASB NRSV "Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah"
- NKJV "Namun berhati-hatilah jangan sampai kebebasanmu itu menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah"
- TEV "Namun demikian, berhati-hatilah, jangan membiarkan kebebasan tindakanmu membuat mereka yang lemah dalam iman jatuh ke dalam dosa"
- NJB "Hanya berhati-hatilah bahwa kebebasanmu dengan cara apapun tidak berubah menjadi hambatan bagi perjalanan mereka yang rentan"
Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE. Kebebasan Kristen (yaitu, exousia, lih. 1Kor 9:4,5,6,12,18) harus dikuasai oleh kasih atau jika tidak ini akan menjadi lisensi (lih. 1Kor 10:23-33; 13:1-13; Rom 14:1-15:13). Kita adalah penjaga saudara kita!
Subyek kebebasan dan tanggung jawab Kristen ini juga dibahas dalam Rom 14:1-15:13. Lihat Wawasan Kontekstual dari komentar saya di Roma, pasal 1Kor 14; 15 di 1Kor 6:12.
1Kor 8:10 "apabila" Ini adalah sebuah THIRD CLASS CONDITIONAL, yang berarti tindakan potensial. Tata bahasa dari ay. 1Kor 8:10 mengharapkan jawaban "ya".
- NASB, NKJV "seseorang melihat engkau, yang memiliki pengetahuan, makan di kuil berhala itu"
- NRSV "orang melihat engkau yang mempunyai "pengetahuan," sedang duduk makan di dalam kuil berhala"
- TEV "Misalkan seseorang yang hati nuraninya lemah dalam hal ini, melihat engkau, yang disebut 'pengetahuan' sedang makan di kuil berhala"
- NJB "Misalkan seseorang melihat engkau yang memiliki pengetahuan, duduk di kuil dewa- dewa palsu"
Frasa ini diterjemahkan secara rancu dalam NASB dan NKJV. Terjemahan setara dinamis dan kiasan dari TEV dan NJB menangkap pemikirannya.
Pengetahuan yang dirujuk Paulus adalah kembali ke ay. 1-4. Orang percaya yang kuat tahu bahwa hanya ada satu Allah (lih. ay. 1Kor 8:4). Orang percaya yang lemah masih dipengaruhi oleh masa lalu. Orang percaya yang kuat membungkuk kebelakang agar tidak menyinggung saudara-saudari mereka dalam Kristus yang lemah atau para pencari yang tulus (lih. ay. 1Kor 8:1).
Kekuatan rohani sejati tidak hanya pada pengetahuan saja, tetapi dalam tindakan mengasihi terhadap orang percaya lainnya, bahkan yang lemah, yang takhayul, yang legalistik, yang asketis, yang bayi! Pengetahuan yang benar membuat seseorang menjadi pelayan yang rendah hati dari kasih karunia Allah yang tidak bersyarat dalam Kristus!
□ "makan di dalam kuil berhala," Lihat catatan di 1Kor 10:14-22.
- NASB, "dikuatkan"
- NKJV "diberanikan untuk makan"
- NRSV "didorong ke titik makan"
- TEV "bukankah ini akan mendorongnya untuk makan"
- NJB "bisa terdorong untuk makan"
Ini adalah istilah "membangun" atau "mendidik" seperti dalam ayat 1Kor 8:1. Di sini ini digunakan baik dalam
- 1. sebuah pengertian sarkastis tentang pengaruh yang merusak dari tindakan saudara yang lebih kuat itu
- 2. sebuah kemungkinan kutipan dari surat Korintus yang berkaitan dengan bagaimana membantu mereka yang lemah imannya
- NASB "Karena melalui pengetahuanmu, dia yang lemah menjadi rusak, yaitu saudara yang oleh karenanya Kristus mati"
- NKJV "Dan karena pengetahuanmu akan binasalah saudara yang lemah itu, yaitu yang untuk siapa Kristus mati"
- NRSV "Jadi dengan pengetahuanmu orang-orang percaya yang lemah untuk siapa Kristus telah mati dihancurkan"
- TEV "Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena "pengetahuan" mu."
- NJB "Dan kemudian melalui pengetahuanmulah saudara yang untuk siapa Kristus telah mati itu, dengan kerentanannya, telah menjadi terhilang"
Urutan kalimat Yunani ini menekankan kata "kamu" (yaitu, pengetahuan yang dianggap unggul yang kamu miliki). Ketika satu kebebasan orang Kristen menghancurkan orang Kristen lain, kebebasan itu adalah suatu bencana (lih. Rom 14:15,20).
Ini adalah komentar sarkastis sebagaimana ay. 1Kor 8:10. Gereja Korintus bangga akan pengetahuan mereka (1Kor 8:1). Di sini Paulus menunjukkan bahwa pengetahuan dapat menjadi bencana. Paulus selalu menasehati agar saudara yang "lebih kuat" memiliki kesabaran dan kepedulian terhadap saudara yang "lebih lemah", karena kasih Kristus bagi mereka berdua.
Istilah "hancur," "binasa," atau "rusak" harus ditafsirkan dalam terang Rom 14:22-23, di mana ini berarti "menyebabkan orang lain berdosa," yang analog dengan penggunaan istilah tersebut di sini. Ini bukanlah kehancuran yang terakhir, tetapi, suatu kemunduran yang bersifat sementara namun serius, dalam pertumbuhan rohani.
Dalam hal inilah kebingungan tersebut. Istilah ini memiliki penggunaan semenatik yang sedemikian lebar sehingga para penulis PB yang berbeda menggunakannya dalam cara-cara yang beragam. Saya suka buku Robert
B. Girdlestone, Sinonim-sinonim dari Perjanjian Lama, hal. 275-277. Ia mengkaitkan istilah ini dengan manusia- manusia yang binasa secara moral dan menantkan pemisahan kekal dari Allah versus manusia-manusia yang mengenal Kristus dan memiliki hidup yang kekal di dalam Dia. Kelompok yang terakhir ―diselamatkan,‖ sementara kelompok yang terdahulu binasa.
Saya secara pribadi tidak berpikir bahwa istilah ini melukiskan pembasmian. Istilah ―kekal‖ digunakan baik dalam hal penghukuman kekal maupun kehidupan kekal di dalam Mat 25:46. Mengurangi arti salah satu berarti mengurangi arti keduanya!
1Kor 8:12 "secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu… engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus." Ini adalah sebuah pernyataan yang kuat. Kasih kita bagi Allah terlihat dalam kasih kita terhadap satu sama lain. Beberapa kali dalam PB, tindakan orang terhadap orang-orang percaya dipandang sebagai tindakan melawan Kristus (lih. Kis 9:4,5) dan tindakan bagi orang-orang percaya dipandang sebagai tindakan bagi Kristus (lih. Mat 25:40,45).
1Kor 8:13 "apabila" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL. Masalah makanan telah menyebabkan beberapa orang percaya untuk melanggar penerimaan iman pribadi mereka.
□ "sandungan" Ini adalah istilah Yunani yang digunakan untuk perangkap hewan. Secara harfiah ini merujuk pada "tongkat perangkap yang berumpan."
□ "aku… tidak akan mau makan daging lagi" Ayat ini memiliki konstruksi TRIPLE NEGATIVE yang sangat kuat (lih. Rom 14:21). Kebebasan dalam Kristus harus membangun, bukan menghancurkan. Implikasi tak tertulisnya adalah bahwa Paulus tidak akan makan daging yang telah dipersembahkan pada berhala atau di suatu kuil berhala. Ini tidak berarti bahwa Paulus menjadi seorang vegetarian.
TFTWMS -> 1Kor 8:7-13; 1Kor 8:7-8
TFTWMS: 1Kor 8:7-13 - Pengetahuan Dan Batasan-batasannya PENGETAHUAN DAN BATASAN-BATASANNYA (1 Korintus 8:7-13)
Paulus sudah menekankan bahwa pengetahuan, meski itu mungkin penting, tidak menggantikan kasih...
PENGETAHUAN DAN BATASAN-BATASANNYA (1 Korintus 8:7-13)
Paulus sudah menekankan bahwa pengetahuan, meski itu mungkin penting, tidak menggantikan kasih (8:1). Hal itu melanjutkan dia untuk menggambarkan bagaimana ketergantungan pada pengetahuan dapat mengalihkan kasih. Orang Kristen yang mengandalkan pengetahuan untuk membenarkan makan daging yang dipersembahkan kepada berhala melakukan itu dengan melenyapkan kasih untuk saudara-saudara mereka. Paulus menegur mereka karena menjadi orang Kristen adalah, pada dasarnya, masalah komunitas. Perjanjian Baru tidak mengenal agama Kristen yang terisolasi, yang ditopang secara individu.
Tidak ada orang yang dapat berada "di dalam Kristus" tanpa berpartisipasi dalam komunitas dengan orang-orang percaya lainnya. Murid-murid Kristus secara kolektif adalah tubuh-Nya, gereja (Efe. 1:22, 23). Individu Kristen yang terpisah dari gereja adalah seperti ranting yang terpisah dari pohon (Yoh. 15:1-6); ia tidak menghasilkan buah. Oleh karena itu, ketika orang percaya duduk di kuil berhala, pengetahuan atau kurangnya pengetahuan bukan satu-satunya pertimbangan. Apa yang orang percaya lakukan secara perorangan dievaluasi oleh gereja. Pelbagai akibat dari perilaku seseorang tidak semata-mata antara individu itu dan Tuhan. Tindakan orang Kristen berdampak pada tubuh secara keseluruhan.
Rasul itu juga menegur beberapa orang di gereja itu karena makan daging yang dipersembahkan kepada berhala di kuil berhala karena perbuatan itu sama dengan mengambil bagian dalam perjamuan roh-roh jahat (lihat 10:14-21). Pengalaman panjang bangsa Israel menegaskan bahwa berada di sekitar orang-orang penyembah berhala mengakibatkan penyembahan berhala. Gereja tidak memberi ruang bagi kompromi halus dengan penyembahan berhala. Praktik makan bersama penyembah berhala dapat menyebabkan saudara-saudara ini mengambil jalan yang sama yang pernah bangsa Israel tempuh. Kasih harus menjadi panduan bagi orang percaya dalam hubungan mereka dengan satu sama lain dan dengan Allah. Paulus ingin gereja Korintus menyadari bahwa pengetahuan tidak dapat membenarkan setiap tingkat partisipasi dalam ritual pagan. Itu merupakan perilaku yang tidak dapat diterima bagi mereka yang diselamatkan oleh Kristus.
TFTWMS: 1Kor 8:7-8 - Hati Nurani Saudara Yang Lemah Hati Nurani Saudara Yang Lemah (1 Korintus 8:7, 8)
Rasul itu akan menguraikan berhala sebagai lambang roh-roh jahat dalam 1 Korintus. Untuk saat ini,...
Hati Nurani Saudara Yang Lemah (1 Korintus 8:7, 8)
Rasul itu akan menguraikan berhala sebagai lambang roh-roh jahat dalam 1 Korintus. Untuk saat ini, kepeduliannya adalah pada kasih yang memimpin orang-orang percaya dalam hubungan mereka kepada satu sama lain dan kepada Allah. Baik di sini atau nanti rasul itu tidak memberikan indikasi apa pun bahwa ia sedang menengahi perselisihan antara orang Kristen yang kuat dan yang lemah di Korintus. Tujuannya adalah untuk menghadapi sentimen populer di kalangan orang-orang percaya di Korintus bahwa pengetahuan seperti yang mereka klaim membenarkan partisipasi mereka dalam ritual pagan yang didedikasikan untuk para dewa itu. Itu adalah perilaku yang tidak dapat diterima bagi rasul Paulus. 7 Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya. 8"Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan."
Ayat 7. Namun begitu (NASB) menerjemahkan kata hubung Yunani yang kuat ajlla (alla) yang mengungkapkan perbedaan dan lebih sering diterjemahkan "tetapi." Setelah meletakkan dasarnya, rasul itu siap membangun apa yang telah ia tetapkan.
Baik Paulus maupun gereja Korintus setuju dengan pesan Allah dari masa lalu. Yeremia, salah satu yang terbesar dari para nabi, telah menunjukkan bahwa ilah-ilah palsu sangat tak berdaya sehingga patung mereka harus dipakukan agar mereka tidak terguling. Mereka seperti orang-orangan di kebun mentimun (Yer. 10: 4, 5). Berbeda dengan Allah Israel, berhala-berhala yang menjijikkan itu tidak dapat menurunkan kutukan atau berkat ke atas siapa saja, apakah orang Kristen atau orang pagan (Yes. 45:7; NRSV). Namun begitu, mengetahui semua ini tidak menghilangkan perlunya orang Kristen bersaksi di muka umum dan pribadi tentang keesaan Allah, yang adalah Pencipta dan Tuhan atas segala sesuatu. Pelbagai tindakan simbolis itu merupakan inti partisipasi itu; sikap mental yang tidak terpengaruh tidak membatalkan ibadah lahiriah yang dipersembahkan kepada patung-patung Yunani-Romawi oleh orang-orang yang makan di kuil berhala.
Pengetahuan tidak membenarkan partisipasi dalam ritual pagan oleh karena masalah pengaruh orang Kristen. Bahkan jika Paulus mengakui bahwa beberapa orang memiliki pengetahuan superior, itu tetap tidak berubah bahwa bukan semua orang … mempunyai pengetahuan itu. Setiap orang harus mempertimbangkan efek apa yang dimiliki oleh tindakannya pada orang lain. Paulus tidak menuduh siapa saja sebagai orang yang "lemah." Karena ia mengenal baik manusia, rasul itu sadar bahwa beberapa orang yang mengakui Kristus akan menyimpulkan bahwa penyembahan berhala masih dapat diterima jika mereka melihat saudara dan saudari yang dihormati dalam Kristus berpartisipasi dalam ritual yang dilakukan di kuil berhala. Selain dampaknya terhadap sesama orang percaya, mereka yang duduk makan di kuil berhala sedang membuat pernyataan tentang agama Kristen kepada masyarakat orang tidak percaya yang lebih luas. Para penonton itu kemungkinan besar menyimpulkan bahwa Kristus hanya ilah lain untuk dimasukkan ke dalam kehidupan kota itu.
Orang-orang yang terus makan daging itu sebagai daging persembahan berhala akan menderita jika seorang Kristen memberikan contoh yang buruk.11Hati nurani mereka akan ternoda karena lemah. Penggunaan "hati nurani" oleh Paulus tidak harus dikacaukan dengan suara yang tenang, berbisik dari dalam yang telah dikondisikan untuk menyetujui beberapa perilaku dan mengecam perilaku yang lain. Bagaimanakah hati nurani seseorang dapat "ternoda" dengan melihat orang lain turut makan di kuil berhala? Hati nurani mungkin saja tertusuk, tapi bagaimana bisa ia ternoda?
Untuk orang-orang sezaman Paulus, "hati nurani" (sunei÷dhsiß, suneidēsis) memiliki implikasi sosial yang penting. Kata itu tidak hanya mengingatkan mereka tentang "kemampuan batin untuk membedakan yang benar dan yang salah"12(lihat Rom. 2:15), tetapi itu juga menyiratkan komunitas anggota keluarga, tetangga, dan sahabat yang sependapat dengan persepsi batin. Hati nurani mencakup persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap orang lain: "Dalam masyarakat berorientasi kelompok, … hati nurani melambangkan saran, adat istiadat, norma, pujian, dan celaan dari sesama manusia dengan siapa orang itu hidup."13
Ketika orang percaya yang gagal memahami keesaan Allah melihat orang Kristen makan di kuil berhala, ia melihat dirinya ikut berpartisipasi dalam pelbagai upacara untuk menyembah dewa-dewa pagan itu. Dengan cara ini, orang Kristen yang mengklaim bahwa pengetahuannya membolehkan dia untuk makan di kuil berhala sedang mencemarkan hati nurani orang lain.
Ayat 8. Di samping itu, Paulus menalar, Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kata yang Paulus pilih untuk "makanan" (brwvma, brōma) sifatnya umum; itu tidak memiliki acuan khusus kepada daging yang suci, atau bahkan daging pada umumnya. Rasul itu setuju bahwa jenis makanan yang orang percaya makan memiliki konsekuensi yang kecil untuk hidup yang saleh. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan. Karena makan daging cenderung dilakukan pada acara-acara khusus di kota-kota Yunani-Romawi, maka mereka yang tidak lagi pergi ke kuil berhala mungkin menolak sama sekali untuk makan daging. Jerome Murphy O'Connor mengetengahkan bukti dari dunia Yunani-Romawi bahwa daging tersedia hanya selama waktu-waktu khusus:
Tentang satu-satunya kesempatan daging datang di pasar dengan [harga] murah di Korintus (dan di tempat lain) adalah pada waktu festival pagan yang besar. Ada begitu banyak daging korban dalam waktu singkat sehingga baik para peserta maupun para imam tidak mampu memakan habis semua daging itu.14
Paulus tidak berkeinginan untuk menghilangkan dari umat Kristen kesempatan sosial, pesta, atau makan bersama. Pada saat yang sama, ia mengingatkan mereka bahwa menolak makan di kuil berhala adalah bukan pengorbanan diri yang menghancurkan. Melupakan makan daging seperti itu hanya dapat menimbulkan manfaat rohani. Apa pun akibat sosial atau ekonomi yang timbul dari menghentikan kebiasaan makan di kuil berhala haruslah diterima oleh orang-orang Kristen itu.
Dalam cara ini, pertanyaan tentang perkawinan dan moralitas mirip dengan pertanyaan tentang makan daging. Baik ungkapan seksual maupun makan daging tidak salah dalam dirinya sendiri; keadaan secara mutlaklah yang mengidentifikasi tindakan ini sebagai benar atau salah (lihat Why. 2:14). Membaca dengan hati-hati membuat semakin jelas bahwa Paulus tidak sedang menengahi perselisihan antara orang-orang Kristen yang lemah dan kuat. Sebaliknya, ia sedang menentang mereka yang mengacukan pengetahuan sebagai pembenaran untuk berpartisipasi dalam adat istiadat yang hanya dapat dilihat sebagai penyembahan berhala.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah...
Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.
Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:23--21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.
Tujuan
Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini:
- (1) Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.
- (2) Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.
Survai
Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja yang para anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Kor 3:1-3) dan tidak secara tegas memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Kor 6:17) - masalah seperti sifat memecah belah (1Kor 1:10-13; 1Kor 11:17-22), toleransi terhadap dosa seperti perzinaan (1Kor 5:1-13), kebejatan seksual pada umumnya (1Kor 6:12-20), perkara hukum sekular antara orang Kristen (1Kor 6:1-11), pikiran manusiawi tentang kebenaran rasuli (pasal 15; 1Kor 15:1-58) dan perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13; 1Kor 10:1-33). Paulus juga menasihati orang Korintus tentang perkara yang berkaitan dengan hal membujang dan perkawinan (pasal 7; 1Kor 7:1-40), ibadah bersama, termasuk Perjamuan Kudus (pasal 11-14; 1Kor 11:1--14:40), dan pengumpulan uang bagi orang-orang kudus di Yerusalem (1Kor 16:1-4).
Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus terdapat pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks ibadah bersama (pasal 12-14; 1Kor 12:1--14:40). Lebih dari lain tempat dalam PB, pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap sifat dan unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-mula (bd. 1Kor 14:26-33). Paulus menunjukkan bahwa maksud Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi Roh yang terjadi melalui orang percaya yang setia (1Kor 12:4-10) dan orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu (1Kor 12:28-30) -- keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1Kor 12:12-27). Ketika memberikan pedoman bagi fungsi bersama karunia rohani, Paulus membuat suatu perbedaan yang penting antara hal membangun pribadi dan hal membangun segenap anggota (1Kor 14:2-6,12,16-19,26), dengan menegaskan bahwa semua manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar dari kasih (pasal 13; 1Kor 13:1-13) dan berada demi pembangunan orang percaya yang sedang berhimpun (1Kor 12:7; 1Kor 14:4-6,26).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini:
- (1) Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab lain dalam PB. Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus memberikan prinsip rohani yang jelas dan kekal (lih. Garis Besar), di mana setiap prinsip itu dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat (mis. 1Kor 1:10; 1Kor 6:17,20; 1Kor 7:7; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:31-32; 1Kor 14:1-10; 1Kor 15:22-23).
- (2) Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus, dan karunia-karunia rohani.
- (3) Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai pokok penting seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (pasal 7; 1Kor 7:1-40); Perjamuan Kudus (1Kor 10:16-21; 1Kor 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan karunia rohani dalam perhimpunan bersama (pasal 12, 14; 1Kor 12:1-31; 1Kor 14:1-40); kasih agape (pasal 13; 1Kor 13:1-13); dan kebangkitan tubuh (pasal 15; 1Kor 15:1-58).
- (4) Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala sidang berhubungan dengan disiplin gereja (pasal 5; 1Kor 5:1-13).
- (5) Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka yang berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh (1Kor 6:9-10; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:5-12,20-21; 1Kor 15:1-2).
Full Life: 1 Korintus (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(1Kor 1:1-9)
I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20)
...
Garis Besar
- Pendahuluan
(1Kor 1:1-9) - I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20) - A. Perpecahan dalam Jemaat
(1Kor 1:10-4:21) - 1. Empat Golongan
(1Kor 1:10-17) - 2. Penyebab Perpecahan
(1Kor 1:18-4:5) - a. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hikmat
(1Kor 1:18-3:4) - b. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Pelayanan Kristen
(1Kor 3:5-4:5) - 3. Imbauan untuk Berdamai
(1Kor 4:6-21)
Prinsip: Jemaat sebagai tubuh Kristus (bd. 1Kor 12:12-20) tidak
boleh terpecah-belah menjadi bagian-bagian yang terpisah
(1Kor 1:10,13) - B. Masalah-Masalah Moral dalam Jemaat
(1Kor 5:1-6:20) - 1. Masalah Perzinaan dan Disiplin Gereja
(1Kor 5:1-13) - 2. Masalah Perkara-Perkara Hukum Sekular di Antara Orang-Orang Kristen
(1Kor 6:1-11) - 3. Masalah Kebejatan Seksual
(1Kor 6:12-20)
Prinsip: Kamu yang telah dipersatukan dengan Tuhan, hendaknya
berperilaku baik supaya membawa hormat bagi Dia
(1Kor 6:17,20) - II. Jawaban Terhadap Pertanyaan yang Ditulis Dalam Surat dari Jemaat Korintus
(1Kor 7:1-16:9) - A. Pertanyaan Mengenai Perkawinan
(1Kor 7:1-40) - 1. Perkawinan dan Hal Hidup Membujang
(1Kor 7:1-9) - 2. Tanggung Jawab Kristen dalam Perkawinan
(1Kor 7:10-16) - 3. Prinsip Kepuasan Hati
(1Kor 7:17-24) - 4. Nasihat kepada Orang yang Tidak Menikah
(1Kor 7:25-38) - 5. Pengarahan Tentang Nikah Ulang
(1Kor 7:39-40)
Prinsip: Allah memberikan sebagian orang karunia menjadi seorang
suami atau istri; kepada orang lainnya, Ia berikan karunia
untuk tinggal membujang demi kepentingan kerajaan-Nya
(1Kor 7:7,32) - B. Pertanyaan Mengenai Penggunaan Kemerdekaan Kristen
(1Kor 8:1-11:1) - 1. Masalah Makanan yang Dipersembahkan kepada Berhala
(1Kor 8:1-13) - 2. Disiplin Paulus dalam Menggunakan Kemerdekaannya
(1Kor 9:1-27) - 3. Peringatan Terhadap Percaya Diri yang Berlebih-lebihan
(1Kor 10:1-13) - 4. Ketidaksesuaian Pesta Penyembahan Berhala dengan Meja Tuhan
(1Kor 10:14-23) - 5. Beberapa Prinsip Umum dan Nasihat Praktis
(1Kor 10:24-11:1)
Prinsip: Lakukan segala sesuatu untuk membawa kemuliaan kepada
Allah; jangan melakukan sesuatupun yang bisa menyebabkan
orang lain tersandung (1Kor 10:31-32) atau mungkin saudara
didiskualifikasi dari pertandingan (1Kor 9:24-27) - C. Pertanyaan Mengenai Ibadah Bersama
(1Kor 11:2-14:40) - 1. Tudung Kepala Wanita dalam Jemaat
(1Kor 11:2-16) - 2. Sikap dalam Mengikuti Perjamuan Tuhan
(1Kor 11:17-34) - 3. Karunia-Karunia Rohani
(1Kor 12:1-14:40)
Prinsip: Segala sesuatu harus dilakukan secara sopan dan teratur
(1Kor 14:40) - D. Pertanyaan Mengenai Kebangkitan
(1Kor 15:1-58) - 1. P. Bagaimana Mungkin Ada Orang yang Mengatakan Bahwa Tidak Ada
Kebangkitan Orang Mati? (1Kor 15:12) - J. Kepastian Kebangkitan
(1Kor 15:1-34) - 2. P. Bagaimanakah Orang Mati Dibangkitkan? Dan dengan Tubuh Apakah
Mereka Akan Datang Kembali? (1Kor 15:35) - J. Sifat Tubuh Kebangkitan
(1Kor 15:35-57) - 3. Kesimpulan Terhadap Pertanyaan Itu
(1Kor 15:58)
Prinsip: Kebangkitan Kristus dari kematian menjamin kebangkitan
mereka yang menjadi milik Kristus ketika Ia datang kembali
(1Kor 15:22-23) - E. Pertanyaan Mengenai Pengumpulan Uang bagi Orang Kudus
(1Kor 16:1-9) - Pengarahan-Pengarahan Akhir
(1Kor 16:10-24)
Matthew Henry: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan me...
- Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan memanjang sempit yang menghubungkan wilayah semenanjung Peloponesus dengan wilayah Yunani lainnya di bagian Selatan. Kota ini memiliki dua pelabuhan yang berhubungan. Pelabuhan yang pertama terletak di bagian bawah Teluk Korintus yang dinamakan Lekheum, tidak jauh dari pusat kota, dari tempat itu mereka berniaga sampai ke Italia dan negeri-negeri di sebelah Barat lainnya. Pelabuhan satunya terletak di bagian bawah Sinus Saronikus, yang disebut Kengkrea, yang letaknya sedikit lebih jauh, dari tempat itu mereka berdagang ke arah Asia. Melihat keadaan ini, tidak heran kalau Korintus berkembang menjadi sebuah kota perniagaan yang besar dan sangat makmur. Karena kayanya, kota ini cenderung menghasilkan barang-barang mewah dari berbagai jenis, dan tidak heran jika tempat yang begitu terkenal akan kekayaan dan seni itu juga menjadi terkenal akan kebejatannya. Secara khusus kota ini terkenal karena percabulannya. Begitu terkenalnya percabulan di kota itu, sehingga perkataan perempuan Korintus diartikan dalam sebuah pepatah sebagai “pelacur.” Kata korinthiazein, korinthiasesthai, yaitu mempermainkan orang Korintus, maksudnya melacur atau bersundal. Namun, di dalam kota yang cabul inilah Rasul Paulus, oleh berkat Allah atas pekerjaan-pekerjaannya, menanam dan mendirikan sebuah jemaat Kristen, khususnya di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi. Melihat sejarahnya, mungkin sekali ini yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 18:1-18. Bandingkan dengan beberapa bagian dari surat kerasulan ini, khususnya pasal 12:2, di mana Rasul Paulus berkata kepada mereka, Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, walaupun sangat mungkin banyak juga orang-orang Yahudi yang bertobat dan percaya kepada Injil ada di antara mereka, sebab kita tahu bahwa Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya (Kis. 18:8). Selanjutnya rasul Paulus masih tinggal di kota ini sampai hampir dua tahun lamanya, sebagaimana dijelaskan di dalam Kisah Para Rasul 18:11 dan kemudian bandingkan dengan ayat 18. Pekerjaannya sangat berhasil karena dikuatkan dengan suatu penglihatan ilahi yang meyakinkan dia bahwa Allah memiliki banyak umat di kota ini (Kis. 18:9-10). Ia juga tidak biasa tinggal lama di suatu tempat di mana pelayanannya tidak diterima dan tidak berhasil.
- Beberapa waktu kemudian, setelah ia meninggalkan mereka, ia menulis surat kerasulan ini kepada mereka. Dengan surat tersebut ia hendak mengairi apa yang telah ia tanam dan memperbaiki beberapa kekacauan besar yang terjadi selama ia tidak berada di sana. Kekacauan itu sebagian ditimbulkan oleh kepentingan sejumlah pengajar palsu yang ada di antara mereka, dan sebagian lagi karena pengaruh lama dari perilaku dan pengajaran lama mereka yang sebenarnya belum tersingkir sepenuhnya oleh asas-asas Kristen yang mereka pegang. Dari beberapa kesalahan yang ditegur oleh Rasul Paulus, sangat jelas kelihatan bagaimana kemakmuran mereka berperan dalam menghancurkan akhlak mereka. Kesombongan, ketamakan, kemewahan, dan hawa nafsu (turunan alamiah dari pikiran duniawi dan rusak), semuanya disuburkan dan didorong oleh kekayaan jasmaniah. Dengan semua ini seluruh jemaat atau beberapa orang tertentu di antara mereka ditegur oleh Rasul Paulus. Kesombongan mereka terungkap dengan sendirinya di dalam pesta-pesta dan kelompok-kelompok mereka, serta ketidaktertiban mereka yang terkenal buruk di dalam menggunakan karunia-karunia rohaniah mereka. Kebejatan ini tidak sepenuhnya disuburkan oleh kemakmuran mereka, tetapi juga oleh pikiran mereka yang dipengaruhi oleh pengajaran dan filsafat Yunani. Beberapa naskah kuno menunjukkan kepada kita bahwa kota ini dipenuhi oleh orang-orang ahli pidato dan ahli-ahli filsafat. Orang-orang ini dari sifat pembawaannya itu sudah melakukan kesia-siaan, penuh dengan kesombongan diri, dan suka me rendahkan ajaran Injil yang sudah sangat jelas, karena dianggap tidak dapat memuaskan rasa ingin tahu dan watak mereka yang suka berbantah, serta tidak dapat menyenangkan telinga mereka dengan pidato-pidato yang berseni disertai aliran kata-kata yang indah. Keserakahan mereka diwujudkan di dalam berbagai gugatan hukum dan tuntutan perkara tentang meum – hakku, dan tuum – hakmu, di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah. Kemewahan mereka tampak dalam berbagai hal, di dalam pakaian-pakaian mereka, di dalam pesta makan minum mereka yang berlebihan, bahkan juga di dalam perjamuan Tuhan yang mereka selenggarakan, karena orang-orang kaya, yang lemah dalam perkara ini, juga bersalah, sebab dengan berbuat begitu mereka dengan angkuh telah menghina dan berbuat jahat terhadap saudara-saudara mereka yang miskin. Hawa nafsu mereka bahkan merebak di dalam perbuatan yang paling mencolok dan keji, yang belum pernah disebut-sebut di antara bangsa-bangsa lain, tidak pernah dibicarakan tanpa diikuti oleh rasa kebencian, yaitu bahwa ada seorang laki-laki yang hidup dengan istri ayahnya, sebagai istrinya, atau melakukan perbuatan cabul dengan perempuan itu. Tampaknya hal ini memang merupakan kesalahan dari satu orang tertentu, namun jemaat secara keseluruhan disalahkan karena tidak menunjukkan rasa kebencian yang mendalam terhadap perbuatan itu, sehingga jemaat membiarkan begitu saja kejahatan akhlak yang sangat rusak dan perilaku yang begitu memalukan di antara mereka. Keterlibatan mereka di dalam dosa orang ini akan menjadi semakin besar, seperti yang dituliskan di dalam beberapa naskah kuno, jika mereka berbangga diri dengan pengajaran dan kefasihan orang yang melakukan percabulan dengan anggota keluarga sendiri itu. Tampak jelas dari bagian-bagian lain surat kerasulan ini bahwa mereka tidak sepenuhnya bebas dari kecenderungan lama mereka untuk berbuat cabul, sehingga merasa tidak perlu terlampau ketat untuk berjaga-jaga dan menegur percabulan itu dengan keras (lihat 6:9-20). Kesombongan atas pengetahuan mereka juga membawa banyak orang di antara mereka untuk menjadi tidak percaya dan membantah pengajaran mengenai kebangkitan. Sangat mungkin bahwa mereka memperlakukan pertanyaan ini sebagai suatu bahan perdebatan, seperti yang banyak mereka lakukan dalam berfilsafat, dan menguji keterampilan mereka dengan memperdebatkannya untuk mendukung dan menentang.
- Dari banyak hal yang dinyatakan di sini, tampak bahwa ada banyak hal yang memang pantas untuk dicela dan perlu diperbaiki di dalam jemaat ini. Di bawah tuntunan dan pengaruh Roh Kudus, Rasul Paulus menempatkan dirinya untuk melakukan kedua hal itu dengan kebijaksanaan dan kesetiaan sepenuhnya, serta dengan campuran kelemahlembutan dan kewenangan yang semestinya, seperti layaknya seorang yang begitu ditinggikan dan menduduki kedudukan yang penting di dalam jemaat. Setelah pendahuluan yang singkat di bagian permulaan surat kerasulan ini, pertama-tama Rasul Paulus menegur adanya perselisihan dan perpecahan di antara mereka, menjelaskan asal-usul dan sumbernya, menunjukkan kepada mereka betapa sombong dan sia-sianya kebohongan ilmu dan pengetahuan serta kefasihan lidah dari rayuan pengajar-pengajar palsu yang turut menimbulkan perpecahan yang memalukan itu. Ia juga meminta perlunya kepatuhan kepada perintah-perintah ilahi, pengajaran Allah melalui Roh-Nya, baik melalui pewahyuan dari luar maupun pencerahan dari dalam sebagai penangkal terhadap kejahatan yang memenuhi mereka. Paulus menunjukkan kesia-siaan dari ilmu pengetahuan dan kefasihan mereka dalam banyak hal. Ini ia lakukan melalui empat pasal pertama. Pada pasal yang kelima, ia membicarakan perkara orang yang berbuat cabul dengan anggota keluarganya, dan memerintahkan supaya orang itu dijauhkan dari antara mereka. Seperti yang dikatakan berbagai catatan kuno, sangatlah mungkin bahwa orang yang berbuat cabul ini adalah seorang pembesar dan menjadi kepala dari salah satu kelompok yang setidaknya ada di antara mereka. Tampaknya Rasul Paulus menuduh mereka merasa bangga dengan perbuatan orang ini (ay. 2). Di dalam pasal yang keenam Rasul Paulus menyalahkan tindakan mereka yang membawa tuntutan-tuntutan hukum ke hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah, sementara perselisihan mereka mengenai harta milik sebenarnya dapat diputuskan dengan baik di antara mereka sendiri. Di dalam bagian penutup pasal ini ia memperingatkan mereka akan dosa percabulan, dan ia mendesakkan peringatan-peringatannya dengan berbagai pesan. Di dalam pasal yang ketujuh, ia memberikan nasihat atas sebuah perkara yang menyangkut hati nurani, yang pernah ditanyakan oleh beberapa orang dari jemaat itu di dalam sebuah surat, yaitu mengenai perkawinan. Ia menunjukkan bahwa perkawinan telah ditentukan oleh Allah sebagai penangkal terhadap percabulan, bahwa ikatan perkawinan itu tidak boleh dibatalkan, walaupun seorang suami atau istri tetap menjadi orang yang tidak percaya kepada Allah, sementara pasangannya telah menjadi seorang Kristen. Singkatnya, Kekristenan tidak melakukan perubahan atas keadaan dan hubungan hak perseorangan. Di sini ia juga memberikan beberapa petunjuk mengenai para gadis, sebagai jawaban atas pertanya-an-pertanyaan orang Korintus. Di dalam pasal yang kedelapan ia mengatur mereka tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala, dan memperingatkan mereka supaya tidak menyalahgunakan kebebasan Kristen mereka. Dari hal ini ia juga mengambil kesempatan untuk sedikit membicarakan pengaturannya sendiri atas pokok bahasan mengenai kebebasan ini. Sebab, walaupun ia dapat menuntut biaya hidup dari jemaat-jemaat yang ia layani, ia melepaskan haknya atas tuntutan ini, supaya ia boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan di samping itu mematuhi dan menyesuaikan diri dengan perasaan dan keadaan orang-orang yang ia layani, demi kebaikan mereka. Pada pasal yang kesepuluh, sesuai dengan contoh yang diambil dari orang-orang Yahudi, ia melarang mereka supaya jangan menjalin persekutuan dengan para penyembah berhala dengan cara memakan persembahan-persembahan mereka. Sebab pada waktu yang bersamaan mereka tidak dapat memperoleh bagian dalam perjamuan Tuhan dan sekaligus juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Memang mereka tidak perlu mempersoalkan daging yang dijual di pasar daging, atau atas segala sesuatu yang dihidangkan di hadapan mereka dalam pesta yang diadakan oleh orang-orang yang tidak percaya, apakah makanan itu merupakan bagian dari persembahan kepada berhala atau tidak, mereka bebas untuk makan tanpa bertanya mengenai itu. Di dalam pasal yang kesebelas ia memberi petunjuk mengenai kebiasaan mereka di dalam kebaktian umum, menyalahkan ketidakteraturan dan kekacauan mereka yang memalukan dalam menerima perjamuan Tuhan. Dengan sungguh-sungguh ia memperingatkan mereka akan penyalahgunaan ketetapan yang sangat kudus ini. Di dalam pasal kedua belas ia membahas karunia-karunia Roh, yang dicurahkan dengan limpah kepada jemaat ini, di mana tidak sedikit mereka merasa ditinggikan. Di dalam pasal ini ia memberi tahu mereka bahwa semua karunia berasal dari sumber yang sama, dan semuanya ditujukan kepada maksud yang sama. Karunia-karunia itu datang dari Roh yang satu dan dimaksudkan untuk mendatangkan kebaikan bagi jemaat, dan jika tidak dipakai untuk melayani sesuai dengan tujuan ini, berarti karunia itu telah disalahgunakan. Pada bagian penutup pasal ini ia memberitahukan mereka bahwa karunia-karunia itu memang sesungguhnya adalah karunia yang sangat berharga, namun ia menunjukkan kepada mereka sesuatu yang jauh lebih utama lagi, yang ia uraikan di dalam pasal ketiga belas, untuk memuji dan menghargai perbuatan kasih. Dan kemudian, di dalam pasal keempat belas ia mengajarkan kepada mereka bagaimana menjaga kesopanan dan ketertiban di dalam jemaat di dalam menggunakan karunia-karunia Roh mereka, yang tampaknya telah menjadi sangat kacau karena kesombongan mereka atas karunia-karunia itu dan kesia-siaan yang mereka lakukan dengan cara memamerkan semua karunia itu. Pasal kelima belas digunakan untuk menegaskan dan menjelaskan pengajaran yang agung mengenai kebangkitan. Pasal terakhir terdiri atas beberapa nasihat khusus dan salam, dan dengan demikian surat kerasulan ini ditutup.
Jerusalem: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi
dalam perang ...
SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi dalam perang dengan orang Roma, dalam tahun 146 seb. Kr. Dalam tahun 44 ia dilahirkan kembali oleh kaisar Sesar sebagai suatu kolonisasi Romawi, tempat menampung para bekas pradjurit.
Letaknja pada genting tanah, hanja 8 km lebarnja, jang menghubung Semenandjung Peloponesus dengan daratan Junani, dengan pelabuhan jang baik disebelah-menjebelah genting tanah itu, membuat kota itu mendjadi pusat lalu- lintas Laut-Tengah dan kota dagang jang ramai. Pemerintahan Roma mengangkatnja mendjadi ibu kota propinsi Achaja. Dizaman Paulus penduduknja kira-kira 600.000 orang, sebagian besar terdiri dari orang-orang Romawi dan Junani, tetapi terdapat golongan-golongan dari hampir segala bangsa keliling Laut-Tengah. Golongan Jahudi rupanja sangat besar djuga. Tidak ada penduduk asli, melainkan semua pendatang, sehingga segenap penduduk merupakan suatu tjampuran pelbagai bangsa dan persatuan kemasjarakatan longgar sadja. Tiap-tiap golongan ada agamanja dan memelihara kebudajaannja sendiri.
Susunan sosialpun aneh. Dua pertiga dari penduduk terdiri dari budak-belian atau bekas budak-belian. Rakjat djelata jang lain umumnja miskin pula. Djumlah orang-orang kaja tidak besar.
Kota ini dewasa itu terkenal djuga dimana-mana sebagai jang paling buruk achlaknja dalam segala bidang. Perajaan ibadat kepada Afrodite, dewi agung kota itu, jang tiap-tiap hari dilakukan, setjara resmi bergandengan dengan pertjabulan umum. Dapat dimengerti bahwa Paulus, ketika ia tiba disitu dalam tahun 50 atau 51, lalu dari dekat mengenal kerendahan taraf kesusilaan itu, harapannja akan berhasil disini sangat ketjil. Rupanja perlu Kristus sendiri menabahkannja. Pada suatu malam Tuhan menampakkan diri kepadanja serta berkata: djangan engkau takut-takut; berbitjaralah dan djangan mendiamkan diri; Aku tetap sertamu; tak seorangpun jang akan berhasil berbuat djahat padamu; sebab kaum milikku dikota ini djumlahnja banjak sekali (Kis. Ras. 18:9). Lalu Paulus tinggal kira-kira 18 bulan. Pada golongan Jahudi ia berhasil sedikit sekali, tetapi dari golongan-golongan lain, chususnja dari orang Junani "banjak jang pertjaja dan dipermandikan" (Kis. Ras.18:8). Umat berkembang pesat dan kegiatan serta semangat iman nampak baik sekali. Paulus dibantu oleh Silas dan Timoteus.
Tentang perkundjungan Paulus jang pertama kepada Korintus dan terdirinja umat disitu batjalah Kis. Ras. 18:1-17. Perkembangan umat selandjutnja dan chususnja perkembangan batiniah, kita akan saksikan dalam membatja kedua surat kepada umat itu, jang ditulis 6 dan 7 tahun sesudah umat mulai didirikan.
Sesudah Paulus meninggalkan Korintus, datang disitu seorang bernama Apolos sebagai pengadjar Indjil. Ia seorang Jahudi jang lahir dan dididik di Aleksandria, berpendidikan tinggi, pandai berpidato dan mahir dalam Kitab Kudus. la sudah tahu banjak tentang Kristus dan Indjil, tetapi hanja dipermandikan dengan permandian Joanes Pemandi. Ia tiba di Efesus ketika Paulus tidak ada disitu, tetapi mempeladjari Indjil lebih luas dan dalam pada Priskila dan Akuila, dan dipermandikan disitu. Lalu ia pergi mengadjar ke Korintus. Batja Kis. Ras. 18: 23-28.
Karena kemahirannja dan keindahan gaja bitjaranja, orang-orang Korintus merasa amat tertarik kepadanja. Ia berhasil mejakinkan baik orang Jahudi maupun penduduk-penduduk lain, sampai banjak bertobat.
Sementara itu Paulus memulai perdjalanannja jang ketiga dalam tahun 54. Kira- kira dalam tahun 55 ia sampai ke Efesus dan menetap disitu 2 atau 3 tahun. Apolos pergi bertemu dengan dia disitu, tentu untuk memberi laporan tentang pekerdjaannja dan keadaan umat di Korintus. Dari I Kor. 5:9-13 dapat diduga, bahwa waktu itu Paulus sudah menulis satu surat kepada umat itu, jang tidak tersimpan.
Kemudian, dalam tahun 56 atau permulaan 57, datang suatu utusan dari umat Korintus ke Efesus untuk memperbintjangkan kesulitan-kesulitan dalam umat dan mengantar suatu surat dengan persoalan-persoalan untuk dipetjahkan dengan resmi oleh Paulus. Hal itu mendjadi alasan bagi Paulus untuk menulis surat jang berdjudul "Surat pertama R.P. kepada umat Korintus", singkatnja: I Kor. Surat ini kaja berisi dan penting sekali, karena didalamnja beberapa misteri pokok dibitjarakan setjara luas dan mendalam. Paulus berbitjara sebagai "gembala sedjati" atas nama Kristus kepada umat Kristus, karena tjintanja kepada Kristus dan umat. Djiwa Kristus jang telah mendjadi djiwa Paulus mendjiwai seluruh surat, dan tak boleh tidah mendjiwai tiap pembatja jang berminat.
Surat ini mendjadi pedoman tak ternilai bagi pimpinan Geredja untuk segala abad, dan bagi masing-masing pribadi mendjadi sumber pengetahuan dan pengertian jang mendalam, lagi dorongan untuk menghajati Indjil dalam tjinta murni kepada Allah, Kristus dan sesama manusia. Seperti Paulus didorong oleh tjinta Kristus, demikian pembatja merasa terdorong oleh tjinta Kristus jang hidup dalam Paulus. Tidak mengherankan bahwa umat jang begitu pesat tumbuhnja menundjukkan lagi tjiri-tjiri kekanak-kanakan dan keremadjaan. Tak mungkin matang dalam keseluruhannja dalam kira-kira 5 tahun.
Biarpun Roh Kudus melimpah-limpahkan kurnia-kurnia jang istimewa kepada umat ini, adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil tidak segera meresap dalam-dalam sampai segala tjara berpikir, perasaan dan kebiasaan kafir melenjap sampai dengan akarnja. Kita akan menjaksikan itu dalam membatja surat, dan tentu dengan banjak faedah bagi diri kita sendiri, setjara meluas dan memperdalam pandangan kita, untuk mengetahui bagaimana patut dan dapat kita mewudjudkan tjita-tjita Indjil dengan sempurna.
Tidak perlu kami memaparkan disini hal-hal itu dalam perintjian- perintjiannja.
TFTWMS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) PASAL 8 PENGETAHUAN DAN DAGING YANG DIPERSEMBAHKAN KEPADA BERHALA
Gereja Korintus telah menyurati Paulus (7:1) yang mencakup pertanyaan, atau mungkin...
PASAL 8 PENGETAHUAN DAN DAGING YANG DIPERSEMBAHKAN KEPADA BERHALA
Gereja Korintus telah menyurati Paulus (7:1) yang mencakup pertanyaan, atau mungkin beberapa pertanyaan, tentang moral dan perkawinan. Mengingat adanya perbedaan besar yang memisahkan moralitas orang Yahudi dan orang Kristen dari pelbagai praktik orang Yunani-Romawi, maka tidak heran bahwa gereja Korintus sedang bergumul. Orang-orang percaya ini yang sebelumnya menyembah berhala harus menyesuaikan pemikiran mereka terhadap implikasi dan konsekuensi perkawinan, kesetiaan, dan kehidupan keluarga. Iman kepada Kristus meminta pertobatan, perubahan besar dalam gaya hidup. Kemesuman kaum pagan itu merusak diri mereka sendiri dan mempermalukan Allah. Pelbagai praktik lama ini tidak dapat diterima bagi mereka yang di dalam gereja.
Jika "sekarang tentang" adalah cara Paulus memperkenalkan jawaban-jawaban bagi pelbagai pertanyaan yang ditanyakan kepada dia, maka gereja di Korintus itu telah minta tolong cara menghentikan penyembahan berhala serta kemesuman. Setelah 8:1 (NASB), kemunculan berikutnya "sekarang tentang" adalah 12:1. Implikasinya adalah bahwa pasal 8 sampai 11 pada prinsipnya memperhatikan "masalah persembahan berhala" (8:1, 4, 10), meski sulit untuk memahami bagaimana 11:2-34 cocok dengan konteks itu.
Dalam dunia kuno, agama terjalin dengan setiap aspek kehidupan. Pekerjaan seseorang, kehidupan keluarga, waktu luang, keterlibatan masyarakat, dan politik memiliki komponen agama. Ketika seorang penyembah berhala menjadi Kristen, perubahan hidupnya mempengaruhi setiap detik waktunya. Makan bersama, misalnya, adalah bagian penting dari kehidupan sosial dan agama kuno, seperti bagi orang-orang zaman kini. Para anggota gereja abad pertama harus bertobat dari pelbagai perbuatan musrik mereka sebelumnya. Tekanan yang dilancarkan kepada orang-orang percaya di Korintus oleh para tetangga, teman-teman, dan keluarga untuk makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala akan sangat kuat dan terus-menerus.
Kebanyakan orang saat ini tidak memahami konflik yang umat Kristen mula-mula hadapi mengenai pertanyaan tentang apakah boleh atau tidak makan daging yang dipersembahkan kepada dewa-dewa pagan. Saudara-saudara ini, yang baru saja meninggalkan cara hidup mereka yang menyembah berhala, sehari-hari menghadapi situasi di mana penyembahan dewa-dewa itu sedikit banyak masih melekat. Empat skenario berikut ini disajikan untuk membantu para pembaca zaman kini memahami kata-kata Paulus secara lebih teliti dengan membolehkan kita untuk membayangkan situasi budaya dan agama di Korintus pada zaman Paulus.
Makan Daging Pada Pertemuan Bisnis. Pertama, kita bisa membayangkan seorang perajin, mungkin seorang pandai besi. Ia mempelajari perdagangan dari ayahnya dan beberapa lama kemudian bergabung dengan serikat pandai besi Korintus, sebuah collegium menurut sebutan orang yang berbahasa Latin Roma. Ia dan para pandai besi lainnya secara berkala berkumpul untuk pertemanan, untuk berbagi berita tentang pasar atau pasokan bahan baku, dan untuk melobi semua tingkat pemerintahan bagi pelbagai kebijakan yang menguntungkan bisnis mereka.
Tempat berkumpul serikat itu adalah ruang makan di area kuil yang didedikasikan untuk dewa metalurgi. Dewa itu adalah "Hephaestus" bagi orang Yunani, namun bagi orang Roma ia dikenal sebagai "Vulcan." Sebelum pertemuan serikat itu, seekor kambing atau seekor babi didedikasikan untuk dewa itu. Bagian lemaknya dibakar di atas mezbah, dan daging hewan itu dihidangkan untuk pertemuan itu. Pertemuan dimulai dengan ritual memohon kebaikan dari dewa. Pandai besi itu mungkin tidak terlalu memikirkan ilah itu, tapi ia mungkin berpikir bahwa memiliki bantuan supranatural dalam masalah hidup sehari-hari adalah menyenangkan. Ia menyadari beberapa manfaat bagi bisnisnya yang telah diperoleh melalui suara kolektif serikat itu. Baru-baru ini, ia telah menjadi orang Kristen. Ia dalam proses memilah pelbagai implikasi iman barunya itu bagi keanggotaan serikat. Pertanyaan muncul karena serikat di mana ia menjadi anggotanya "terkait dengan satu illah, sering bertemu di kuil, mempersembahkan persembahan dan korban, dan makan daging dari kuil-kuil berhala."1Ia dalam kebingungan. Memisahkan diri dari serikat itu akan memiliki akibat sosial dan ekonomi yang serius.
Secara intelektual, pandai besi itu menyadari bahwa Hephaestus bukan apa-apa; tapi pengkondisian budaya selama berahun-tahun membuat dirinya sulit untuk menolak praktik-praktik yang berhubungan dengan dewa pagan itu. Pertanyaannya kepada Paulus adalah ini: Ketika urusannya adalah bisnis yang baik, karena ia mengerti bahwa Allah Bapa dan Yesus Kristus, Tuhan tidak memiliki padanan, bolehkah ia makan daging yang telah dipersembahkan kepada berhala di kuil berhala itu? Ia tahu bahwa berhala itu bukan apa-apa, bahkan jika orang lain tidak sepaham dengan dia. Apakah ia harus memutuskan hubungan dengan teman-temannya itu?
Makan Daging Pada Perkumpulan Sosial. Adegan kedua melibatkan seorang perempuan yang mungkin telah berusia empat puluhan—cukup tua sehingga anak-anak tidak lagi menyita seluruh waktunya. Selama beberapa tahun terakhir, ia berkumpul secara berkala dengan perempuan-perempuan Korintus lainnya di sebuah kuil yang didedikasikan untuk Demeter dan putri mitosnya, Persephone. Keduanya adalah ilah pertanian yang dipercaya menghargai kaum perempuan. Pertemuan-pertemuan itu sifatnya sosial. Para perempuan itu membawa makanan, secara ritual didedikasikan untuk dewi itu, dimasak di atas api arang yang kecil, memohon bantuan Demeter dalam apa pun gejolak rumah tangga yang mereka hadapi, dan menikmati sedikit waktu yang terlepas dari pelbagai tugas di rumah.
Perempuan ini juga baru-baru ini mengakui Kristus dan menaati Dia dengan mengenakan Dia dalam baptisan. Pergaulannya dengan teman-temannya tidak cukup sama dengan pandai besi itu, tapi tidak diragukan lagi ia memiliki pertanyaan yang sama. Bolehkah ia pergi ke kuil menyantap makanan yang didedikasikan kepada berhala tanpa mengorbankan pengakuan Kristennya? Sekarang ia adalah orang Kristen, ia tahu bahwa berhala tidak punya arti apa-apa. Ia bertanya-tanya bagaimana ia akan menjelaskan kepada teman-temannya mengapa ia tidak lagi ingin bergaul dengan mereka. Ia mungkin ingin bertanya kepada Paulus apakah mengakui Kristus menuntut dia untuk memisahkan diri dari teman-teman seumur hidupnya.
Makan Daging di Rumah. Untuk kasus ketiga, mari kita memikirkan sebuah keluarga yang ingin makan daging di rumah. Daging untuk makanan biasa akan menjadi hal yang langka di Korintus pada waktu itu, tetapi pada acara-acara khusus satu keluarga bisa pergi ke pasar daging (ma÷kellon, makellon; 10:25) dan membeli sesuatu. Sebagian besar daging di pasar dipasok oleh kuil-kuil dewa pagan. Seorang pagan yang butuh bantuan satu dewa mungkin membawa seekor kambing, babi, atau bahkan lembu ke kuil dewa itu sebagai hadiah. Hewan itu akan disembelih, bagian lemaknya akan dibakar di atas mezbah, dan sisa dagingnya akan dijual ke pedagang yang membawanya ke pasar. Pertanyaan yang diajukan kepada Paulus oleh gereja Korintus adalah ini: Bolehkan orang Kristen menghidangkan di meja keluarga daging yang sebelumnya telah dipersembahkan kepada berhala?
Makan Daging di Rumah Teman. Situasi keempat mirip dengan ketiga, tapi hal itu menimbulkan pertanyaan lain. Skenario ini melibatkan makan di rumah orang lain. Bagaimana jika orang non-Kristen, mungkin anggota keluarga, mengundang orang Kristen untuk makan dengan mereka? Bolehkan orang Kristen itu menerima undangan itu dan makan, dengan kecurigaan bahwa daging yang dihidangkan saat makan malam itu mungkin telah dipersembahkan kepada dewa pagan? Pengaruh orang Kristen, serta kesetiaan mereka kepada Allah, yang sedang dipertanyakan di sini.
Ringkasan. Pertanyaan tentang makan daging yang dipersembahkan kepada berhala—khususnya, makan daging di kuil berhala—memang halus dan memiliki nuansa yang lembut. Dalam situasi seperti itu Paulus tidak memberikan jawaban sederhana "ya" atau "tidak," "benar" atau "salah"; namun begitu orang-orang percaya baru itu memerlukan instruksi yang jelas. Ketika rasul terilham itu menawarkan bimbingan tentang bidang di mana Allah tidak memberi perintah khusus, ia mengandalkan penalaran yang hati-hati. Tentu saja, ia memperingatkan semua orang Kristen untuk meninggalkan penyembahan berhala, dan itu berarti menjauhkan diri dari kuil berhala. Mereka bahkan harus jangan membolehkan orang-orang di sekitar mereka mengira bahwa mereka sedang berpartisipasi dalam ritual pagan.
Mengenai belanja di pasar, pendekatan yang bijaksana adalah dengan jangan bertanya tentang asal-usul daging potong itu. Jika siapa saja mengungkapkan bahwa daging yang sedang dihidangkan itu telah dikorbankan kepada berhala, maka orang Kristen harus dengan ketegasan sikap yang tidak diragukan menentang penyembahan berhala dengan tidak menggunakan haknya untuk makan daging itu.
TFTWMS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) PENERAPAN (1 KORINTUS 8)
Pengetahuan Dan Kompromi
Bagi Paulus, kompromi dengan penyembahan berhala tidak terpikirkan. Berada di antara orang-orang y...
PENERAPAN (1 KORINTUS 8)
Pengetahuan Dan Kompromi
Bagi Paulus, kompromi dengan penyembahan berhala tidak terpikirkan. Berada di antara orang-orang yang menyembah berhala, berbagi daging yang telah dikorbankan untuk dewa palsu dengan orang-orang yang memuja dewa, adalah penyembahan berhala. Rujukan kepada pengetahuan tidak dapat mengubah itu. Pernyataan yang proposisional harus diterima: Bumi mengorbit mengelilingi matahari. Segala sesuatu yang sama adalah sama dengan satu sama lainnya. Ini semua adalah kebenaran yang masukkan ke dalam pernyataan yang jelas, proposisional. Dapatkah pernyataan keagamaan dan moral dirumuskan dengan jelas? Sebagian besar jawaban dunia modern, "Tidak." Paulus memberikan jawaban "Ya" yang tegas. Penyembahan berhala adalah salah—titik! Tidak ada tetapi-tetapian yang menyertai nasihatnya untuk "jauhilah penyembahan berhala" (10:14).
Dalam agama dan moralitas, pernyataan yang proposisional diperlukan ketika otoritas Allah menegaskan kebenarannya. Pengetahuan manusia terbatas. Ketika Allah sendiri telah mengatakan hal itu, manusia tidak memiliki pilihan selain menaatinya (lihat Ula. 6:4).
Alam semesta memiliki kompas moral. Petrus mendirikan nasihat moral dan agama pada pokok pikiran ini: Allah itu kudus; oleh karena itu, umat-Nya harus kudus juga (lihat 1 Pet. 1:13-16). Mengingkari keberadaan Allah, keterlibatannya dalam urusan manusia, atau kasih-Nya bagi penciptaan adalah sama dengan merampok kompas moral umat manusia. Seorang ateis tidak punya cara untuk mendukung pernyataannya bahwa pencurian dan pembunuhan adalah salah. Paling-paling, ia hanya dapat mengatakan bahwa ia lebih menyukai sistem nilai di mana manusia menyalahkan perbuatan yang mengerikan. Paulus dapat mengecam penyembahan berhala karena alam semesta diciptakan oleh Allah yang mahakuasa yang menentukan benar dan salah. Oleh karena Allah, sistem etika melekat dalam kehidupan manusia. Kebenaran proposisional tentang agama dan moral adalah mungkin karena Pribadi yang ada secara kekal memandu dan mengatur ciptaan-Nya.
Tantangan Bagi Orang Kristen
Orang Kristen di Korintus ingin ikut makan di kuil berhala untuk alasan selain maksud keinginan untuk menyembah dewa pagan. Mereka ingin makan makanan pergaulan dengan teman-teman mereka yang menyembah berhala. Paulus memahami argumen mereka. Para pengusaha, juga, telah membuat alasan yang kuat bahwa mereka makan daging yang telah dikorbankan kepada berhala di kuil berhala untuk kepentingan sosial dan ekonomi. Namun begitu, biaya sosial dan ekonomi melekat di dalam pengakuan Allah sebagai Bapa dan Yesus sebagai Tuhan. Berada di dalam Kristus memerlukan keterpisahan dari dunia dalam masalah hati nurani. Bahkan jika konsekuensi sosial dan ekonomi yang mendatangkan bencana timbul, orang percaya tetap harus mengambil sikap. Orang fasik selalu mempersulit orang Kristen untuk setia kepada Allah. Orang Kristen harus mengantisipasi hal itu. Penyembahan berhala menjadi titik konfrontasi bagi saudara-saudara ini, dan praktik apa saja yang seperti itu tidak dapat ditolerasi bagi mereka yang mengakui Kristus (lihat 10: 19-21).
Keberlangsungan Penyembahan Berhala
Adegan keagamaan di dunia kita saat ini jauh berbeda dari adegan di Korintus dua ribu tahun yang lalu. Orang Kristen di zaman itu mungkin cenderung mengabaikan nasihat Paulus tentang penyembahan berhala sebagai tidak relevan. Sedikit, jika ada, dari kita yang telah mengalami tekanan sosial untuk duduk di dalam kuil untuk makan makanan yang dikorbankan untuk suatu dewa. Namun begitu, pemeriksaan yang lebih cermat mengungkapkan bahwa kita mungkin tidak menolak penyembahan berhala sepenuhnya seperti anggapan kita.
Banyak bentuk penyembahan berhala masih dipraktikkan. Peramal, paranormal, dan lain-lainnya yang mengklaim bekerja dengan ilmu gaib berlimpah di mana-mana. Iklan-iklan mengiklankan jasa orang-orang yang membaca telapak tangan dan kartu tarot. Bahkan koran kota kecil memiliki kolom horoskop. Rupanya, seseorang mempertahankan orang-orang yang mengaku peramal ini sebagai bisnis. Musa menjelaskan bahwa praktik-praktik seperti itu tidak sesuai dengan menyembah Allah langit dan bumi yang esa (Ula. 18:10, 11).
Tentunya, Paulus akan menolak klaim bahwa praktik-praktik seperti itu adalah hiburan yang tidak berbahaya, seperti yang ia lakukan terhadap argumen gereja Korintus bahwa menyembah berhala itu baik untuk bisnis. Masa depan ada di tangan Allah, atau ditetapkan oleh bintang-bintang dan di telapak tangan. Masa depan tidak terdapat di kedua tempat itu. Allah tidak berbagi kemuliaan-Nya atau kedaulatan-Nya dengan bintang, telapak tangan, atau ritual magis. Penyembahan berhala tidak mati. Bahkan orang yang menolak untuk berkonsultasi dengan kolom astrologi atau pembaca telapak tangan sebagai hiburan yang tidak berbahaya harus bertanya, "Apakah pelbagai praktik itu merupakan hiburan yang menyenangkan bagi semua orang? Dapatkah perilaku ini mempengaruhi saudara yang lemah untuk berbuat dosa?" Kepedulian Paulus tidak hanya tindakan kita itu harus benar pada hakekatnya, tetapi juga tindakan itu harus dipandang benar oleh orang lain yang memperhatikan teladan kita seraya mereka sungguh-sungguh mencoba untuk melakukan yang benar.
Selain penyembahan berhala yang terang-terangan, orang Kristen dapat mengkompromikan imannya dengan menundukkan Allah kepada kekhawatiran dan kepentingan yang lebih penting bagi dia. Dalam arti sebenarnya, apa pun yang diutamakan dalam hidup kita, apa pun yang lebih penting bagi kita daripada kemuliaan Allah, adalah berhala. Paulus tidak ragu-ragu untuk memperingatkan "keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala" (Kol. 3:5). Dengan memperluas prinsip ini, kita mungkin saja membuat berhala keluarga, harta, ketenaran, keterampilan, tim olahraga, petualangan, atau berbagai hal lainnya. Pada prinsipnya, mengutamakan sesuatu daripada Allah dan kemuliaan-Nya adalah salah; tapi, di luar itu, misalnya teladan seseorang dapat mempengaruhi orang lain. Bahkan ketika seseorang percaya bahwa ia memiliki perspektif yang tepat tentang pelbagai kasih dalam hidupnya, perilakunya dapat menyesatkan orang lain yang pengertian rohaninya lebih lemah daripada dirinya sendiri.
TFTWMS: 1 Korintus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 110.
2 C. L. Th...
Catatan Akhir:
- 1 Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 110.
- 2 C. L. Thompson membahas bukti arkeologi tentang fasilitas makan di kuil-kuil pagan. (C. L. Thompson, "Corinth," in The Interpreter's Dictionary of the Bible, Supplementary Volume, ed. Keith Crim [Nashville: Abingdon Press, 1962], 180.)
- 3 Pengetahuan ini tidak terkait dengan doktrin Gnostik yang belakangan melanda gereja-gereja (lihat, misalnya, 1 Tim. 6:20;. 2 Yoh. 7). Gnostikisme adalah keyakinan agama dan filsafat yang kompleks yang mengadaptasi beberapa ide dari gereja mula-mula. Itu ditandai dengan dualisme, pembagian eksistensi yang bersifat metafisika. Materi, termasuk tubuh manusia, mengambil bagian kejahatan dalam pemikiran Gnostik; spiritual adalah baik. Karena hal-hal yang bersifat materi dianggap jahat, orang Gnostik menyangkal bahwa Yesus dapat benar-benar hidup dalam daging. Mereka mengatakan Ia hanya kelihatannya saja memiliki tubuh fisik. Doktrin ini disebut "Docetisme," dari kata Yunani yang berarti "tampaknya."
- 4 David E. Garland, 1 Corinthians, Baker Exegetical Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 2003), 355.
- 5 William Cowper, "Winter Walk at Noon," in The Poems of William Cowper, vol. 2 (Chiswick: C. Whittingham, 1817), 139.
- 6 Pernyataan ini dibuat dalam kaitannya dengan psikologi dalam Herbert Feigl, American Psychologist 14 (March 1959): 115-28.
- 7 Kata yang terakhir itu digunakan dalam 10:28. Meski Alkitab NASB menerjemahkan kedua kata itu "dipersembahkan kepada berhala," dua kata Yunani itu sebenarnya memiliki konotasi yang sangat berbeda untuk orang pagan yang saleh.
- 8 Josephus Against Apion 2.23 [191].
- 9 Enuma Elish , karya Akkadia yang juga disebut "The Creation Epic," tercakup di dalam James B. Pritchard, ed. Ancient Near Eastern Texts Relating to the Old Testament , 3rd ed. (Princeton: Princeton University Press, 1969), 60-99.
- 10 Berbagai penulis menemukan sosok "Nyonya Hikmat" dalam teks-teks yang berbeda. Dalam kitab Ratapan itu adalah perempuan yang menangis dengan keras di jalan-jalan (1:15, 16). Hikmat digambarkan sebagai seorang perempuan yang mencoba untuk mengajarkan anak-anaknya dalam karya hikmat Apokrifa. "Dari mulut Yang Mahatinggi Aku datang, dan sesuatu seperti kabut menutupi bumi," kata Hikmat (Sirakh 24:3; NAB); "Memang, ia mencapai dari ujung ke ujung [bumi atau langit] dengan perkasa dan mengatur segala sesuatu dengan baik" (Wisdom 8:1; NAB).
- 11 Alkitab NLT menulis "Beberapa orang terbiasa menganggap berhala sebagai nyata, sehingga ketika mereka makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala, mereka menganggapnya sebagai menyembah dewa yang nyata, dan hati nurani mereka yang lemah dilanggar."
- 12 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3rd ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 967.
- 13 Bruce J. Malina and Jerome H. Neyrey, Portraits of Paul: An Archaeology of Ancient Personality (Louisville: Westminster John Knox Press, 1996), 184.
- 14 Jerome Murphy-O'Connor, St. Paul's Corinth: Texts and Archaeology, 3rd rev. and exp. ed. (Collegeville, Minn.: Liturgical Press, 2002), 186.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2017 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 21
BIS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas
persoalan-p
SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas persoalan-persoalan yang timbul di dalam jemaat yang telah didirikan oleh Paulus di Korintus itu. Persoalan-persoalan tersebut adalah mengenai kehidupan dan kepercayaan Kristen. Pada waktu itu Korintus adalah sebuah kota Yunani, ibukota provinsi Akhaya yang termasuk wilayah pemerintahan Roma. Kota ini, yang penduduknya terdiri dari banyak macam bangsa, terkenal karena kemajuannya dalam perdagangan, kebudayaannya yang tinggi, tetapi juga karena keadaan susilanya yang rendah dan karena adanya bermacam-macam agama di situ.
Yang terutama menjadi pikiran Rasul Paulus ialah persoalan tentang perpecahan dan kebejatan di dalam jemaat, dan tentang persoalan-persoalan seks dan perkawinan, persoalan hati nurani, tata tertib dalam jemaat, karunia-karunia Roh Allah, dan tentang bangkitnya orang mati. Dengan pandangan yang dalam, Paulus menunjukkan bagaimana Kabar Baik dari Allah itu menyoroti persoalan-persoalan tersebut.
Pasal 13 (1Kor 13:1-13) melukiskan ciri-ciri kasih yang sejati. Pasal ini mungkin merupakan pasal yang paling terkenal di antara semua pasal lainnya di buku ini.
Isi
- Pendahuluan
1Kor 1:1-9 - Keretakan dalam gereja
1Kor 1:10-4:21 - Soal seks dan kehidupan keluarga
1Kor 5:1-7:40 - Orang Kristen dan orang yang tidak menyembah Allah
1Kor 8:1-11:1 - Kehidupan jemaat dan ibadah
1Kor 11:2-14:40 - Perihal bangkitnya Kristus dan orang-orang Kristen dari kematian
1Kor 15:1-58 - Sumbangan untuk orang-orang Kristen di Yudea
1Kor 16:1-4 - Hal-hal pribadi dan penutup
1Kor 16:5-24
Ajaran: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus,
dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Pen
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus, dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 56 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Korintus. (Dan juga orang-orang Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab I Korintus terbagi atas 16 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat ajaran tentang cara-cara kehidupan anggota gereja.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus
Pasal 1-4 (1Kor 1:1-4:21).
Pengajaran tentang kenyataan bahwa setiap orang Kristen hanyalah milik Tuhan Yesus
Dalam bagian ini Rasul Paulus menegur orang-orang Kristen karena adanya perpecahan dan iri hati atau pertengkaran.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 1:10. _Tanyakan_: Apakah sebabnya terjadi perpecahan di antara jemaat Korintus? Dan apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang perpecahan itu?
- Bacalah pasal 1Kor 3:3. _Tanyakan_: Apakah yang menunjukkan seseorang masih hidup secara duniawi?
- Bacalah pasal 1Kor 4:6. _Tanyakan_: Apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang kesombongan?
Pasal 5-6 (1Kor 5:1-6:20).
Pengajaran tentang kehidupan moral di dalam jemaat
Di dalam bagian ini, Rasul Paulus menjelaskan persoalan yang timbul dalam jemaat karena percabulan dan mencari keadilan pada orang-orang yang tidak beriman.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 5:11-13. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan Allah kepada orang Kristen?
- Bacalah pasal 1Kor 6:6-11. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah?
- Bacalah pasal 1Kor 6:12-20. _Tanyakan_: Mengapakah Rasul Paulus melarang percabulan? Siapakah yang empunya tubuh orang Kristen?
Pasal 7-16 (1Kor 7:1-16:24).
Pengajaran tentang kemerdekaan orang Kristen dan kehidupan dalam ibadah
Di bagian ini, Rasul Paulus menjawab pertanyaan dari jemaat tentang kemerdekaan orang Kristen, sikap dalam kebaktian dan mengenai karunia-karunia Roh, juga tentang kebangkitan orang-orang percaya.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 7:8-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah tentang pernikahan? Mengapakah orang Kristen tidak boleh bercerai?
- Bacalah pasal 1Kor 8:8-9. _Tanyakan_: "Apakah makanan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah?"
- Bacalah pasal 1Kor 15:12-19. _Tanyakan_: Mengapakah pengakuan akan kebangkitan orang percaya itu penting?
- Bacalah pasal 1Kor 15:57-58. _Tanyakan_: Apakah jerih payah dalam melayani Tuhan Yesus itu sia-sia?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab I Korintus, Allah mengajarkan arti kehidupan menjadi murid Tuhan Yesus dan bagaimana kehidupan sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan (orang Kristen).
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab I Korintus?
- Apakah tujuan Kitab I Korintus?
- Apakah arti kebangkitan orang percaya dalam iman Kristen?
- Bagaimanakah seharusnya kehidupan orang yang sudah diselamatkan?
Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya y
Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.
Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya yang kedua (Kis. 18:1). Sejumlah orang Yahudi, termasuk Krispus yang menjadi kepala rumah ibadat, dan banyak orang bukan Yahudi menjadi Kristen. Paulus memulai sebuah sekolah Alkitab untuk mereka, yang letaknya strategis dan mencolok karena berdampingan dengan rumah ibadat (Kis. 18:1-18). Ia tinggal di sana selama delapan belas bulan dan digantikan oleh Apolos sebagai guru Alkitab.
BAGAIMANA BERITA TENTANG GEREJA DI KORINTUS SAMPAI KEPADA PAULUS.
Paulus sedang berada di suatu tempat di Asia (1 Kor. 16:19), mungkin di Efesus (16:8), pada akhir masa perjalanan misionarisnya yang kedua, ketika Stefanus dan dua orang kawannya datang dengan membawa sepucuk surat dari jemaat di Korintus (16:17 dan 7:1).
SEBUAH GEREJA YANG TERPECAH BELAH.
1. Mereka terpecah karena soal kepemimpinan (1:12).
2. Mereka terpecah karena standar moral (5:1-8).
3. Mereka terpecah karena kasus pendakwa dan terdakwa (6:1-8).
4. Mereka terpecah karena kasus orang Kristen yang lemah dan yang kuat (8:7-12).
5. Mereka terpecah antara yang kaya dan yang miskin (11:17-22).
6. Bahkan karunia Roh menjadikan mereka terpecah belah (12:12-26 ).
EMPAT PUCUK SURAT UNTUK JEMAAT KORINTUS?
Rupanya Paulus menulis empat pucuk surat kepada jemaat di Korintus: kita hanya memiliki surat kedua dan yang terakhir.
1. Surat pertama disebut dalam 5:9; "Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu". Akan tetapi tidak ada lagi yang dapat kita ketahui mengenai surat itu.
2. Suratnya yang kedua adalah Surat I Korintus kita ini.
3. Surat yang ketiga tampaknya disebut-sebut dalam I I Korintus 2:3, 4 dan seringkali disebut "surat yang sangat menyedihkan". Surat ini boleh jadi I Korintus, tetapi surat itu tidak benar-benar cocok dengan apa yang disebut oleh Paulus sebagai "surat yang sangat menyedihkan".
4. Surat yang keempat adalah Surat 11 Korintus.
PERTANYAAN-PERTANYAAN ANDA TERJAWAB.
I Korintus sangat besar nilainya, karena surat itu menjawab banyak pertanyaan yang banyak ditanyakan dewasa ini:
o Bagaimana sikap yang benar terhadap para pemimpin kita?
o Di mana letak pendidikan dalam kehidupan Kristen?
o Bagaimana tentang disiplin gerejawi?
o Bolehkah Kristen membawa Kristen lain ke pengadilan?
o Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap agama-agama lain?
o Apa yang dimaksud dengan kebebasan?
o Bolehkah wanita berdoa di gereja?
o Apa karunia-karunia Roh itu?
o Karunia Roh mana yang paling penting?
o Apa yang terjadi setelah kematian?
Mempelajari surat ini dengan saksama akan mengungkapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dan banyak pertanyaan lainnya.
Pesan
Surat ini disusun bagaikan elips dengan dua "titik pusat",bukannya satu.1. Skandal gereja yang terpecah (pasal 1-4) Gereja terpecah ke dalam empat
golongan dengan "nama" yang berbeda-beda:
o Saya golongan Paulus
o Saya golongan Petrus
o Saya golongan Apolos
o Saya golongan Kristus
Bagian mengenai kelemahan dalam pasal 1 mungkin ditujukan kepada apa yang
dikatakan oleh para pengritik tentang Paulus (lihat 2Kor 10:10)
dan bagian tentang hikmat dalam pasal yang sama mungkin ditujukan kepada Apolos
dan pendidikannya (Kis. Kis 18:24). Paulus menggunakan lima sebutan
yang mencolok bagi dirinya dan para pemimpin gereja lainnya untuk menunjukkan
bagaimana seharusnya sikap kita:
o Sebagai pelayan (diakonia). 1Ko 3:5
o Sebagai kawan sekerja. 1Ko 3:9
o Sebagai ahli bangunan. 1Ko 3:10
o Sebagai hamba, pembantu. 1Ko 4:1
o Sebagai orang yang dipercaya. 1Ko 4:1
2. Kebingungan mengenai kebebasan (pasal 8-10)
o Orang Kristen 'yang kuat' berpendapat bahwa mereka bebas memakan makanan dalam
rumah-rumah berhala di Korintus, sekalipun orang Kristen 'yang lemah'
dibingungkan dan dilemahkan oleh perbuatan mereka.
o Wanita-wanita 'yang bebas' merasa boleh menanggalkan kerudung walaupun
sebagian pria Kristen tradisional berpikir bahwa mereka terlalu maju.
Paulus memarahi hal-hal tersebut. Ia mengambil contoh sederhana: haknya untuk
menerima upah bagi pekerjaannya sebagai seorang pengkhotbah.
Ia membuat tujuh argumentasi yang mendukung prinsip membayar pengkhotbah:
o Contoh dari para rasul. 1Ko 9:5
o Ilustrasi tentang seorang prajurit. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang tukang kebun. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang gembala. 1Ko 9:7
o Ajaran hukum Taurat. 1Ko 9:8
o Contoh dari para imam di Bait Allah. 1Ko 9:13
o Pengajaran dari Yesus sendiri. 1Ko 9:14
Dan setelah membuktikan haknya atas upah, ia menolak untuk dibayar
(1Ko 9:15). Maksudnya jelas: Walau aku mempunyai hak, tidak berarti
bahwa aku harus menggunakannya.
Dan inilah prinsipnya: 'Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku
menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak
mungkin orang'. (1Ko 9:19)
Penerapan
1. Kepandaian manusia pasti bertentangan dengan hikmat Allah.
2. Orang Kristen yang mengidolakan pemimpin mereka:
o memecah belah gereja o menipu pemimpin mereka o meremehkan Allah
3. Disiplin gereja, yang kini banyak dilupakan:
o memulihkan para pemberontak o memperingatkan mereka yang tidak mantap o menjadi saksi bagi dunia o memuliakan Allah
4. Orang Kristen dibebaskan:
o bukan untuk menyenangkan diri sendiri o tetapi supaya dapat melayani Allah o dan dapat memenangkan orang lain
5. Kebangkitan merupakan hakikat kekristenan.
o kebangkitan BUKAN sebagai pilihan tambahan
Tema-tema Kunci
o Bacalah dengan saksama 1Ko 1:17 sampai 1Ko 2:13, dancatatlah hal-hal yang berhubungan dengan hikmat, kuasa, kebodohan atau
kelemahan. Paulus menggunakan masing-masing ini dalam dua cara: sebagaimana
dilihat oleh manusia dan sebagaimana Allah melihatnya. Coba jelaskan semua
pokok ini.
o Dalam pasal 5 dan 6 Paulus mulai mengajukan tujuh pertanyaan dengan 'Tidak tahukah kamu?':
- sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan. 1Ko 5:6
- orang kudus akan menghakimi dunia. 1Ko 6:2
- kita akan menghakimi malaikat-malaikat. 1Ko 6:3
- orang-orang yang tidak benar tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 1Ko 6:9
- tubuhmu adalah anggota Kristus. 1Ko 6:15
- siapa yang mengikatkan dirinya dengan pelacur, menjadi satu tubuh dengan dia. 1Ko 6:16
- tubuhmu adalah bait Roh Kudus. 1Ko 6:19
Atas dasar apa Paulus berharap agar orang Kristen di Korintus mengetahui
ketujuh prinsip ini? Jika kita tahu ketujuh prinsip ini, apa pengaruhnya atas
tingkah laku kita?
o Empat dasar injil. Dalam 1Ko 15:3-5 Paulus mempersingkat Injil menjadi empat dasar pengajaran.
1. Kristus mati untuk dosa-dosa kita sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
2. Ia dikuburkan.
3. Ia dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
4. Ia menampakkan diri...
Selidikilah dalam seluruh Perjanjian Lama dan tunjukkan bahwa Kristus mati
untuk dosa-dosa kita sesuai dengan kitab suci dan bahwa Kristus dibangkitkan
pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci.
o Pasal 15 mengenai kebangkitan. Apa konsekuensi dari kepercayaan yang tidak
mengakui adanya kebangkitan (ayat 12-19)?
Perhatikan tiga pasangan yang mencolok yang ditunjukkan oleh Paulus dalam ayat
45-49:
1. Adam pertama dan Adam terakhir.
2. Manusia pertama dan Manusia kedua.
3. Manusia dari debu dan Manusia dari surga.
Mengapa Yesus dikatakan Adam terakhir, tetapi Manusia kedua? (Pelajarilah
dengan saksama Rom 5:6-21 untuk lebih mendalami hal yang sangat
kontras antara Adam dan Kristus).
Garis Besar Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) [1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3Salam
1Ko 1:4-9Beberapa komentar yang mengejutkan
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:
[1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3 | Salam |
1Ko 1:4-9 | Beberapa komentar yang mengejutkan |
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:10-31 | Manusia dipermuliakan: Kristus disalibkan |
1Ko 2:1-3:4 | Hikmat rohani |
1Ko 3:5-4:5 | Pikirkan tentang para pemimpin seperti ini |
1Ko 4:6-21 | Kesombongan luar biasa, kemiskinan dan kuasa |
[3] SKANDAL IMORALITAS 1Ko 5:1-6:20
1Ko 5:1-13 | Skandal seksual yang memalukan |
1Ko 6:1-8 | Skandal peradilan |
1Ko 6:9-20 | Kesucian bagi Bait Roh Kudus |
[4] PERTANYAAN-PERTANYAAN TENTANG PERKAWINAN 1Ko 7:1-40
1Ko 7:1-9 | Tentang hak dan kewajiban |
1Ko 7:10-24 | Tentang perceraian |
1Ko 7:25-38 | Bagaimana tentang orang-orang yang melajang? |
1Ko 7:39-40 | Ringkasan |
[5] DIBEBASKAN... TETAPI SEBERAPA BEBAS? 1Ko 8:1-11:1
1Ko 8:1-13 | Dibebaskan dari penyembahan berhala, tetapi... |
1Ko 9:1-27 | Bebas dari pengaruh masyarakat, tetapi... |
1Ko 10:1-13 | Bebas karena anugerah Allah, tetapi... |
1Ko 10:14-11:1 | Bebas untuk melayani manusia dan menyukakan Allah |
[6] KEKACAUAN DALAM IBADAH DI GEREJA 1Ko 11:2-14:40
1Ko 11:2-16 | Rambut panjang, topi dan kerudung |
1Ko 11:17-34 | Perjamuan Kudus: dalam gereja yang terpecah? |
1Ko 12:1-31 | Karunia-karunia Roh |
1Ko 13:1-13 | Karunia yang terbesar |
1Ko 14:1-40 | Bahasa lidah dan nubuatan |
[7] KEBANGKITAN 1Ko 15:1-58
1Ko 15:1-11 | Inilah kabar baik |
1Ko 15:12-19 | Jika Kristus tidak bangkit... |
1Ko 15:20-34 | Tetapi Ia telah bangkit dan kita pun akan dibangkitkan |
1Ko 15:35-50 | Apa arti kebangkitan |
1Ko 15:51-58 | Kemuliaan kebangkitan |
[8] KESIMPULAN 1Ko 16:1-24
1Ko 16:1-9 | Rencana-rencana Paulus |
1Ko 16:10-20 | Beberapa orang penting |
1Ko 16:21-24 | Salam pribadi |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi