Teks -- 1 Petrus 2:5 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Ptr 2:5
Full Life: 1Ptr 2:5 - IMAMAT KUDUS.
Nas : 1Pet 2:5
Dalam PL keimaman terbatas pada suatu golongan minoritas tertentu.
Kegiatan mereka yang khusus ialah mempersembahkan kurban kepada A...
Nas : 1Pet 2:5
Dalam PL keimaman terbatas pada suatu golongan minoritas tertentu. Kegiatan mereka yang khusus ialah mempersembahkan kurban kepada Allah, mewakili umat-Nya dan berbicara langsung dengan Allah (Kel 28:1; 2Taw 29:11). Kini melalui Yesus Kristus, setiap orang Kristen sudah menjadi imam di hadapan Allah (Wahy 1:6; 5:10; 20:6). Keimaman semua orang percaya berarti sebagai berikut:
- 1) Semua orang percaya boleh langsung menghadap Allah melalui Kristus (1Pet 3:18; Yoh 14:6; Ef 2:18).
- 2) Semua orang percaya berkewajiban untuk hidup kudus (ayat 1Pet 2:5,9; 1:14-17).
- 3) Semua orang percaya harus mempersembahkan "persembahan rohani:" kepada Allah, termasuk:
- (a) hidup dalam ketaatan kepada Allah dan jangan menjadi serupa dengan dunia (Rom 12:1-2);
- (b) berdoa kepada Allah dan memuji Dia (Mazm 50:14; Ibr 13:15;
lihat art. PUJIAN);
- (c) melayani dengan sepenuh hati dan pikiran (1Taw 28:9; Ef 5:1-2; Fili 2:17);
- (d) melakukan perbuatan baik (Ibr 13:16);
- (e) memberi dari harta milik (Rom 12:13; Fili 4:18); dan
- (f) mempersembahkan tubuh kita kepada Allah sebagai senjata kebenaran (Rom 6:13,19).
- 4) Semua orang percaya harus bersyafaat dan saling mendoakan serta
berdoa untuk semua orang (Kol 4:12; 1Tim 2:1; Wahy 8:3; bd.
lihat art. DOA SYAFAAT).
- 5) Semua orang percaya harus memberitakan Firman Allah dan mendoakan keberhasilannya (ayat 1Pet 2:9; 3:15; Kis 4:31; 1Kor 14:26; 2Tes 3:1).
- 6) Semua orang percaya dapat memimpin baptisan air dan Perjamuan Kudus (Mat 28:19; Luk 22:19).
Jerusalem -> 1Ptr 2:4-10
Jerusalem: 1Ptr 2:4-10 - -- Bagian ini berlatar belakang Kel 19. Umat Allah yang kudus dahulu berdiri sekeliling gunung Sinai, tetapi tidak boleh mendekatinya. Sebaliknya, umat A...
Bagian ini berlatar belakang Kel 19. Umat Allah yang kudus dahulu berdiri sekeliling gunung Sinai, tetapi tidak boleh mendekatinya. Sebaliknya, umat Allah yang baru berdiri sekeliling Bukit Batu yang lain. Batu yang dapat didekati, 1Pe 2:4. Korban-korban yang meneguhkan perjanjian yang lama. (Kel 24:5-8) diganti dengan korban-korban rohani umat Kristen, 1Pe 2:5. Selebihnya kiasan "pertumbuhan" diganti dengan kiasan "bangunan", Yesus sendiri, Mat 21:42 dsj, membandingkan diriNya dengan batu yang dibuang, Maz 118:22, lalu dipilih oleh Allah, Yes 28:16. Orang-orang Kristen, batu-batu hidup, 1Pe 2:5, sama seperti Kristus, 1Pe 2:4, dibangun menjadi kediaman rohani, 1Ko 3:16-17; 2Ko 6:16; Efe 2:20-22. Di situ mereka menyampaikan kepada Allah suatu ibadat rohani yang layak bagiNya, Yoh 2:21+; Rom 1:9+; Ibr 7:27+.
Ende -> 1Ptr 2:5
Ende: 1Ptr 2:5 - Sudah rumah rohani Oleh mempersatukan dirinja dengan Kristus Batu Pendjuru,
orang kristen sendiri mendjadi batu jang hidup. Dan dalam persatuan dengan
Kristus itu terjip...
Oleh mempersatukan dirinja dengan Kristus Batu Pendjuru, orang kristen sendiri mendjadi batu jang hidup. Dan dalam persatuan dengan Kristus itu terjiptalah suatu kenisah jang benar bagi Allah.
Ref. Silang FULL -> 1Ptr 2:5
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:5 - untuk pembangunan // rumah rohani // imamat kudus // Yesus Kristus · untuk pembangunan: Ams 9:1; 1Kor 3:9; Ef 2:20-22
· rumah rohani: 1Tim 3:15
· imamat kudus: 1Pet 2:9; Kel 19:6; Yes 61:6; Wahy 1...
· untuk pembangunan: Ams 9:1; 1Kor 3:9; Ef 2:20-22
· rumah rohani: 1Tim 3:15
· imamat kudus: 1Pet 2:9; Kel 19:6; Yes 61:6; Wahy 1:6; 5:10; 20:6
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 2:4-12
Matthew Henry: 1Ptr 2:4-12 - Batu yang Hidup; Peringatan terhadap Hawa Nafsu Batu yang Hidup; Peringatan terhadap Hawa Nafsu (2:4-12)
I. Di sini Rasul Petrus memberikan gambaran kepada kita perihal Yesus Kristus sebagai...
Batu yang Hidup; Peringatan terhadap Hawa Nafsu (2:4-12)
- I. Di sini Rasul Petrus memberikan gambaran kepada kita perihal Yesus Kristus sebagai batu yang hidup. Meskipun bagi orang sangat cerdas dengan beragam pemikiran, atau orang tidak percaya, penggambaran ini bisa terasa kasar dan tajam, namun bagi orang Yahudi yang banyak mendasarkan agama mereka pada Bait Allah mereka yang megah, dan yang memahami gaya nubuat yang menyebut Sang Mesias sebagai batu (Yes. 8:14; 28:16), hal ini justru dianggap sangat anggun serta pantas.
- 1. Di dalam penggambaran Yesus Kristus secara kiasan ini, Ia disebut sebagai batu, untuk menunjukkan kekuatan-Nya yang tidak terkalahkan dan keberadaan-Nya yang kekal, serta untuk mengajar hamba-hamba-Nya bahwa Dialah perlindungan dan keamanan mereka, dasar yang di atasnya mereka dibangun, serta batu karang yang membentengi mereka dari semua musuh mereka. Ia merupakan batu yang hidup karena memiliki hidup kekal di dalam diri-Nya, dan menjadi raja kehidupan bagi seluruh umat-Nya. Nama baik dan kehormatan-Nya di mata Allah dan manusia sangatlah berbeda. Ia ditentang oleh manusia, dikutuk serta ditolak oleh rekan-rekan sebangsa-Nya orang Yahudi, dan juga oleh umat manusia pada umumnya. Sebaliknya, Ia adalah pilihan Allah, disisihkan dan ditetapkan sejak dahulu dari semula untuk menjadi dasar jemaat (1:20). Ia sangat berharga, terhormat, terpilih, layak, serta sangat dihargai di mata Allah dan menurut penilaian semua orang yang percaya kepada-Nya. Kepada Dia yang digambarkan seperti inilah kita harus mendekat: datang kepada-Nya, bukan dengan gerakan seperti biasa, sebab hal ini tentunya mustahil dilakukan mengingat Ia sudah naik ke sorga, melainkan melalui iman, yang melaluinya kita pertama-tama dipersatukan dengan-Nya, baru kemudian kita dibawa mendekat kepada-Nya. Ketahuilah bahwa,
- (1) Yesus Kristus merupakan satu-satunya batu fondasi dari seluruh pengharapan dan kebahagiaan kita. Ia menyampaikan pengetahuan yang benar perihal Allah (Mat. 11:27). Melalui Dia-lah kita memperoleh jalan masuk kepada Bapa (Yoh. 14:6), dan melalui Dia kita dibuat mengambil bagian dalam semua berkat rohani (Ef. 1:3).
- (2) Manusia pada umumnya menentang dan menolak Yesus Kristus. Mereka meremehkan Dia, tidak menyukai-Nya, serta melawan dan menolak Dia, seperti yang dinyatakan Kitab Suci dan pengalaman manusia (Yes. 53:3).
- (3) Walaupun sangat ditentang oleh dunia yang tidak tahu berterima kasih, Ia dipilih Allah, dan sangat berharga di mata-Nya. Ia dipilih dan ditentukan menjadi Tuhan semesta alam, kepala gereja, Juruselamat umat-Nya, dan Hakim atas dunia ini. Ia sangat berharga dalam hal keunggulan kodrat-Nya, di dalam hal martabat jabatan-Nya, dan di dalam hal kemuliaan pelayanan-Nya.
- (4) Orang-orang yang mengharapkan belas kasihan dari Penebus yang penuh rahmat ini harus datang kepada-Nya. Untuk mendekati-Nya kita harus bertindak, dan itu terjadi atas kasih karunia Allah. Ini merupakan tindakan jiwa, dan bukan tubuh, suatu usaha keras yang nyata, bukan sekadar keinginan yang sia-sia.
- 2. Setelah menggambarkan Kristus sebagai dasar, Rasul Petrus selanjutnya berbicara perihal bangunan bagian atas, yakni bahan-bahan yang dibangun di atas diri-Nya: kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan (ay. 5). Rasul Petrus sedang menawarkan jemaat dan aturan dasar Kristen kepada orang-orang Yahudi yang tinggal di perantauan. Memang wajar apabila mereka menyatakan keberatan bahwa jemaat Kristen tidak memiliki Bait Allah yang agung ataupun imamat dengan banyak anggota seperti mereka. Selain itu, bagi mereka, tatanan jemaat Kristen itu sederhana, tata ibadah dan persembahan korbannya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kemegahan dan kebesaran yang dimiliki tatanan jemaat Yahudi. Terhadap keberatan ini, Rasul Petrus menjawab bahwa jemaat Kristen memiliki susunan yang jauh lebih mulia daripada Bait Allah Yahudi. Jemaat Kristen merupakan Bait Allah hidup yang tidak terdiri atas bahan-bahan bangunan mati, melainkan atas bagian-bagian yang hidup. Kristus, dasarnya bangunan itu, adalah batu yang hidup. Orang-orang Kristen adalah batu-batu hidup yang digunakan untuk membangun rumah rohani, dan mereka merupakan imamat yang kudus. Dan meskipun mereka tidak mempersembahkan korban hewan yang disembelih, namun mereka memiliki sesuatu yang jauh lebih baik dan berkenan. Selain itu, mereka juga mempunyai mezbah untuk mempersembahkan korban mereka, sebab mereka mempersembahkan korban rohani yang berkenan kepada Allah melalui Yesus Kristus. Ketahuilah bahwa,
- (1) Semua orang Kristen yang bersungguh-sungguh memiliki asas kehidupan rohani yang disampaikan kepada mereka oleh Kristus Kepala mereka. Itulah sebabnya seperti Dia disebut batu yang hidup, demikian juga mereka disebut batu-batu hidup. Mereka tidak mati di dalam pelanggaran dan dosa, tetapi hidup bagi Allah melalui kelahiran baru dan karya Roh Allah.
- (2) Jemaat Allah merupakan rumah rohani. Dasarnya adalah Kristus (Ef. 2:22). Jemaat disebut rumah karena kekuatan, keindahan, keragaman bagiannya, dan kegunaannya secara menyeluruh. Dasar rohaninya adalah Yesus Kristus, dengan bahan-bahannya berupa orang-orang yang rohani, perabot-perabotnya berupa kasih karunia Roh, ikatannya direkatkan oleh Roh Allah dan oleh satu iman yang sama, serta kegunaannya adalah pekerjaan rohani, untuk mempersembahkan korban-korban rohani. Rumah ini terus dibangun setiap hari, setiap bagiannya senantiasa bertambah baik, dan keseluruhannya dilengkapi tiap abad melalui bertambahnya anggota-anggota baru.
- (3) Semua orang Kristen yang baik merupakan imamat yang kudus. Di sini Rasul Petrus berbicara tentang orang-orang Kristen secara umum, dan ia mengatakan kepada mereka bahwa mereka adalah imamat yang kudus. Mereka semua merupakan orang-orang pilihan yang dikuduskan bagi Allah, berguna bagi orang lain, diberkati dengan karunia-karunia dan anugerah sorgawi, serta dipekerjakan dengan baik.
- (4) Imamat yang kudus ini harus dan akan mempersembahkan korban-korban rohani kepada Allah. Korban-korban rohani yang harus dipersembahkan orang Kristen adalah tubuh, jiwa, perasaan, doa, pujian, dan derma mereka, serta kewajiban-kewajiban lainnya.
- (5) Korban-korban paling rohani yang dipersembahkan orang yang terbaik pun tidak berkenan kepada Allah, kecuali melalui Yesus Kristus. Dialah satu-satunya Imam Besar Agung, yang melalui-Nya diri kita dan pelayanan kita dapat diterima oleh Allah. Oleh sebab itu, bawalah semua persembahanmu kepada-Nya, dan melalui Dia persembahkanlah kepada Allah.
- II. Rasul Petrus menegaskan apa yang telah dinyatakannya perihal Kristus sebagai batu yang hidup dan seterusnya (Yes. 28:16). Amatilah cara Rasul Petrus mengutip Kitab Suci, tidak dengan menyebutkan kitab, pasal, dan ayat, sebab ketika itu belum dibuat pembagian seperti sekarang. Jadi tidak ada yang disebutkan selain menunjuk kepada Musa, Daud, atau para nabi, kecuali sebuah mazmur tertentu yang disebutkan (Kis. 13:33). Di dalam membuat kutipan, mereka lebih mengutamakan makna daripada kata-kata dari Kitab Suci, seperti yang di sini dikutip dari sang nabi. Meskipun tidak mengutip kata demi kata dari Kitab Suci, baik dalam bahasa Ibrani maupun Septuaginta, Rasul Petrus membuat kutipan yang benar dan tepat. Makna sesungguhnya dari Kitab Suci boleh dinyatakan dengan benar dan penuh melalui kata-kata lain. Ada tertulis. Kata kerja yang dipakai adalah kata kerja aktif, tetapi para penerjemah mengubahnya dengan kata pasif, guna menghindari kesulitan dalam menemukan kasus nominatif (menurut tata bahasa Yunani) untuk istilah tersebut, hal yang telah membingungkan begitu banyak penerjemah sebelumnya. Yang menjadi pokok kutipan adalah, Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion. Ketahuilah bahwa,
- 1. Di dalam masalah-masalah penting menyangkut agama, kita harus sepenuhnya mengandalkan Kitab Suci, sebagai bukti. Kristus dan para rasul-Nya merujuk kepada Musa, Daud, dan nabi-nabi zaman dahulu. Firman Allah merupakan satu-satunya patokan yang telah diberikan Allah kepada kita. Firman itu adalah patokan yang sempurna dan cukup bagi kita.
- 2. Uraian dan penjelasan yang telah diberikan Allah kepada kita di dalam Kitab Suci menyangkut Yesus Kristus Anak-Nya adalah apa yang perlu kita perhatikan dengan saksama. Sesungguhnya, Aku meletakkan dan seterusnya. Yohanes juga meminta perhatian serupa (Yoh. 1:29). Tuntutan supaya kita memusatkan perhatian kepada Kristus seperti ini menunjukkan kepada kita keunggulan dan pentingnya perkara itu, sekaligus kebodohan dan kebebalan kita.
- 3. Penetapan Yesus Kristus sebagai Kepala gereja merupakan karya agung Allah: Aku meletakkan di Sion. Hanya Kristus yang merupakan dasar dan Kepala dari jemaat Allah.
- 4. Yesus Kristus adalah batu penjuru utama yang telah diletakkan Allah di dalam bangunan rohani-Nya. Sebuah batu penjuru tidak terpisah dari bangunannya, dan menopang, menyatukan, dan menghiasinya. Begitu juga halnya dengan Kristus terhadap jemaat-Nya yang kudus, rumah rohani-Nya.
- 5. Yesus Kristus merupakan batu penjuru yang menopang dan menyelamatkan umat-Nya yang bersungguh-sungguh saja. Tidak bagi siapa pun selain Sion, hanya bagi mereka yang dari Sion. Bukan bagi Babel, bukan bagi musuh-musuh-Nya.
- 6. Iman yang benar dalam Yesus Kristus merupakan satu-satunya jalan untuk mencegah kehancuran mutlak manusia. Ada tiga hal yang membawa manusia ke dalam kehancuran besar, dan iman mampu mencegah ketiga hal itu, yakni kekecewaan, dosa, dan penghukuman. Iman mempunyai obat bagi masing-masing.
- III. Rasul Petrus menarik kesimpulan penting (ay. 7). Yesus Kristus disebut sebagai batu penjuru utama. Karena itu, dengan rasa hormat Rasul Petrus memberikan kesimpulan kepada orang-orang baik, “Oleh sebab itu, kepada kamu yang percaya bahwa Ia sangat berharga atau terhormat, Kristus merupakan mahkota dan kehormatan orang Kristen. Kamu yang percaya, sama sekali tidak akan merasa malu dengan-Nya, tetapi akan membanggakan Dia dan bermegah dalam Dia selamanya.” Mengenai orang-orang fasik, mereka yang tidak taat akan terus menentang dan menolak Yesus Kristus. Namun, Allah memutuskan bahwa meskipun mereka menentang-Nya, Ia akan tetap menjadi batu penjuru. Ketahuilah bahwa,
- 1. Apa saja yang disimpulkan dengan benar dari Kitab Suci dan karena memang begitu adanya, dapat diandalkan kepastiannya seolah-olah memang begitu yang dinyatakan dengan jelas dalam Kitab Suci. Rasul Petrus menarik kesimpulan dari kesaksian sang nabi. Nabi itu memang tidak langsung menyata kannya demikian, namun jelas ia berkata demikian karena jelas terlihat dari apa yang menjadi akibat dari perkataannya itu. Juruselamat kita meminta orang-orang menyelidiki Kitab Suci, sebab isinya bersaksi tentang diri-Nya, meskipun tidak satu pun di antaranya yang berkata bahwa Yesus dari Nazaret adalah Sang Mesias. Namun, Kitab Suci berkata bahwa Dia yang akan lahir dari seorang anak dara, sebelum tongkat kerajaan beranjak dari Yehuda, dalam masa Bait Allah kedua, dan sesudah tujuh puluh kali tujuh masa dalam kitab Daniel, adalah Sang Mesias. Seperti itulah Yesus Kristus. Untuk menarik kesimpulan ini, orang harus menggunakan penalaran, sejarah, penglihatan mata, dan pengalaman. Bagaimanapun juga, isi Kitab Suci adalah kesimpulan yang sempurna.
- 2. Tugas seorang hamba Tuhan yang setia adalah menerapkan kebenaran umum kepada suasana dan keadaan tertentu para pendengarnya. Rasul Petrus mengutip perkataan sang nabi (ay. 6), dan menerapkannya secara terpisah kepada orang-orang yang baik dan jahat. Hal ini membutuhkan hikmat, keberanian, dan ketaatan, namun sangat bermanfaat bagi para pendengarnya.
- 3. Yesus Kristus teramat berharga bagi semua orang percaya yang setia. Kemegahan dan keagungan pribadi-Nya, martabat jabatan-Nya, hubungan-Nya yang dekat, karya-Nya yang ajaib, kasih-Nya yang sangat besar, semuanya ini membawa orang-orang percaya untuk memberi penghargaan dan penghormatan tertinggi terhadap Yesus Kristus.
- 4. Orang-orang tidak percaya tidak memiliki iman yang benar. Yang diartikan dengan orang-orang tidak percaya adalah mereka yang tidak dapat diyakinkan, senantiasa ragu-ragu, dan tidak mau bertobat. Orang-orang seperti ini mungkin saja mempunyai beberapa pengertian yang benar, tetapi bukan iman yang teguh.
- 5. Orang-orang yang seharusnya membangun jemaat Kristus sering kali justru merupakan musuh-musuh terbesar Kristus di dunia. Di dalam Perjanjian Lama, para nabi palsu paling sering mendatangkan celaka. Di dalam Perjanjian Baru, perlawanan dan kekejaman terbesar yang dihadapi Kristus justru datang dari para ahli Taurat, orang Farisi, imam-imam besar, dan mereka yang berpura-pura membangun dan mengurus jemaat.
- 6. Allah akan tetap melanjutkan karya-Nya sendiri dan mendukung kepentingan Yesus Kristus di dunia, tidak peduli dengan kepalsuan orang-orang yang pura-pura berteman, dan perlawanan dari musuh-musuh terbesar-Nya.
- IV. Rasul Petrus menambahkan penggambaran selanjutnya, masih menggunakan kiasan batu (ay. 8). Kata-kata ini diambil dari 13-14, TUHAN semesta alam, Dialah yang harus kamu akui sebagai Yang Kudus – Ia akan menjadi batu sentuhan dan batu sandungan. Dari sini terlihat jelas bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN semesta alam, dan karena itu juga Allah yang Mahatinggi. Amatilah,
- 1. Mereka yang membangun, yakni para imam besar, menolak Dia, dan umat lalu mengikuti para pemimpin mereka itu. Dengan demikian, bagi mereka Kristus menjadi batu sentuhan dan batu sandungan, sehingga mereka tersandung dan melukai diri sendiri. Akibatnya, Ia menimpa mereka bagaikan batu besar atau batu karang, dan menghukum mereka dengan kebinasaan (Mat. 21:44), barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk. Ketahuilah bahwa,
- (1) Semua orang yang tidak percaya telah melawan firman Allah: Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah. Mereka telah melawan Kristus sendiri, melawan pajaran-Nya, dan kemurnian ajaran-Nya. Namun, para pengajar Yahudi terutama tersandung karena melihat kesederhanaan penampilan-Nya dan karena anjuran untuk percaya hanya kepada-Nya supaya bisa dibenarkan di hadapan Allah. Mereka tidak bisa diajak mencari pembenaran melalui iman, dan hanya percaya bahwa pembenaran hanya diperoleh dengan melaksanakan Hukum Taurat. Mereka tersandung pada batu sandungan (Rm. 9:32).
- (2) Yesus yang terberkati ini merupakan Juruselamat bagi sebagian orang, dan pada saat yang sama juga menjadi sandungan bagi dosa dan kehancuran sebagian yang lain. Ia ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel. Dia bukanlah penyebab dosa mereka, melainkan sandungan saja bagi dosa mereka. Ketidaktaatan mereka sendirilah yang membuat mereka tersandung pada-Nya dan menolak Dia, yang membuat Dia menghukum mereka sebagai hakim dengan kebinasaan. Orang-Orang yang menolak Dia sebagai Juruselamat akan remuk tertimpa oleh-Nya sebagai batu karang.
- (3) Allah sendiri telah menetapkan kebinasaan kekal bagi semua orang yang tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah. Semua orang yang memutuskan untuk terus berjalan di dalam ketidaksetiaan dan kebencian mereka terhadap Injil, ditetapkan akan menerima kebinasaan kekal, dan Allah sejak dari kekekalan tahu siapa mereka.
- (4) Ketika melihat orang Yahudi pada umumnya menolak Kristus, dan orang banyak dari segala zaman meremehkan Dia, kita jangan sampai kehilangan semangat dalam kasih dan kewajiban kita kepada-Nya. Sebab hal ini telah dinubuatkan jauh sebelumnya oleh para nabi, dan merupakan peneguhan iman kita baik terhadap Kitab Suci maupun Sang Mesias.
- 2. Orang-orang yang menerima Dia memperoleh hak-hak sangat istimewa (ay. 9). Orang-orang Yahudi teramat menyanjung hak-hak istimewa zaman dahulu mereka, sebagai satu-satunya umat pilihan Allah, dibawa ke dalam perjanjian khusus dengan-Nya, dan dipisahkan dari dunia selebihnya. “Nah,” kata mereka, “jika kita tunduk kepada ketetapan Injil, maka kita akan kehilangan semua hak istimewa ini, dan berdiri setingkat dengan orang-orang bukan Yahudi.”
- (1) Menanggapi keberatan ini, Rasul Petrus menjawab bahwa jika mereka tidak tunduk, maka mereka akan binasa (ay. 7-8). Sebaliknya, apabila mereka mau tunduk, mereka tidak akan kehilangan keuntungan apa pun. Mereka bahkan dapat melanjutkan keinginan mereka itu, yakni menjadi bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, dan seterusnya. Ketahuilah bahwa,
- [1] Semua orang Kristen yang setia adalah bangsa yang terpilih. Mereka menjadi sebuah keluarga, umat dengan jenis dan rumpun yang berbeda dengan dunia pada umumnya. Umat dengan roh, asas, dan perilaku lain, yang tidak akan pernah dapat mereka miliki jika tidak dipilih di dalam Kristus dan dikuduskan oleh Roh-Nya.
- [2] Semua hamba Kristus yang setia adalah imamat yang rajani. Mereka rajani dalam hal hubungan mereka dengan Allah dan Kristus, dalam kuasa mereka bersama Allah, serta dalam kuasa mereka atas diri sendiri dan musuh-musuh rohani mereka. Mereka seperti bangsawan karena roh mereka ditinggikan dan menjadi unggul, dan juga karena tinggi dan mulianya pengharapan dan keinginan mereka. Mereka adalah imamat rajani, yang terpisah dari dosa dan orang-orang berdosa, dikhususkan bagi Allah, serta memberikan pelayanan dan persembahan korban rohani kepada Allah, yang berkenan kepada Allah melalui Yesus Kristus.
- [3] Semua orang Kristen, siapa pun mereka, membentuk sebuah bangsa yang kudus. Mereka merupakan satu bangsa, dihimpun di bawah satu kepala, selaras dalam perilaku dan kebiasaan yang sama, dan diperintah dengan hukum yang sama. Mereka disebut bangsa yang kudus karena dikuduskan dan dikhususkan bagi Allah, serta diperbarui dan dikuduskan oleh Roh Kudus-Nya.
- [4] Sungguh merupakan kehormatan bagi hamba-hamba Kristus karena mereka adalah umat Allah yang istimewa. Mereka merupakan umat yang diperoleh, dipilih, dipelihara, dan diperkenan oleh-Nya. Keempat martabat semua orang Kristen sejati ini sebenarnya bukanlah tabiat alamiah mereka, sebab keadaan awal mereka sangatlah gelap dan mengerikan. Namun, mereka dipanggil keluar dari kegelapan untuk memasuki terang, sukacita, kebahagiaan, dan kesejahteraan yang luar biasa, sehingga dengan tujuan serta pandangan ini, melalui perkataan dan perbuatan, mereka dapat memperlihatkan kebajikan serta puji-pujian kepada Dia yang telah memanggil mereka.
- (2) Guna membuat orang-orang ini merasa puas dan bersyukur atas segala belas kasihan serta kehormatan besar yang diberikan kepada mereka melalui Injil, Rasul Petrus menasihati mereka agar membandingkan keadaan mereka dahulu dengan keadaan sekarang ini. Pada masa dahulu mereka bukan sebuah bangsa atau umat, dan memperoleh belas kasihan-Nya, malah mereka disangkal dan diceraikan (Yer. 3:8; Hos. 1:6, 9). Namun, sekarang mereka diterima kembali untuk menjadi umat Allah, dan telah memperoleh belas kasihan. Ketahuilah bahwa,
- [1] Orang-orang yang terbaik patut sering-sering menengok ke belakang dan melihat seperti apa mereka pada masa lalu.
- [2] Umat Allah merupakan umat yang paling berharga di seluruh dunia. Yang lain bukanlah umat-Nya, dan nyaris tidak berguna.
- [3] Masuk ke dalam bilangan umat Allah merupakan belas kasihan yang sangat besar, dan hal ini bisa diperoleh.
- V. Rasul Petrus memperingatkan mereka agar berhati-hati terhadap keinginan daging (ay. 11). Bahkan orang yang terbaik sekalipun, bangsa yang terpilih, umat Allah, membutuhkan nasihat untuk menjauhkan diri dari dosa-dosa terburuk, yang di sini terus diperingatkan oleh Rasul Petrus kepada mereka dengan sungguh dan sepenuh hati. Karena mengetahui betapa sulit tetapi juga betapa pentingnya kewajiban itu, ia menumpahkan seluruh perhatiannya tentang hal itu: Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu. Kewajiban mereka adalah menjauhkan diri dari, dan menekan kecenderungan atau keinginan daging yang muncul. Banyak dari antara mereka yang melanjutkan kebiasaan buruk, dan dalam melakukannya, mereka mengandalkan tubuh, sambil memuaskan hawa nafsu atau kecenderungan keinginan daging. Orang-orang Kristen seperti ini seharusnya menghindari hal itu, mengingat,
- 1. Kehormatan yang mereka terima dari Allah dan orang-orang baik. Mereka adalah saudara-saudara yang kekasih.
- 2. Keadaan mereka di dunia. Mereka adalah pendatang dan perantau, dan tidak boleh menghalangi jalan mereka dengan mengalah kepada kefasikan dan hawa nafsu negeri yang mereka lintasi.
- 3. Celaka dan bahaya yang bisa terjadi karena dosa-dosa ini: “Mereka berjuang melawan jiwa, dan oleh sebab itu jiwamu harus berjuang melawan dosa-dosa itu.” Ketahuilah bahwa,
- (1) Celaka terbesar yang diakibatkan dosa terhadap manusia adalah bahwa dosa itu berjuang melawan jiwa, menghancurkan kebebasan moral jiwa. Ia melemahkan dan membuat lesu jiwa dengan merusak kecakapan-kecakapannya. Ia merampas ketenteraman dan damai sejahtera. Ia merendahkan derajat serta menghancurkan martabat jiwa, menghambat kesejahteraannya pada masa sekarang, dan mencampakkannya ke dalam kesengsaraan kekal.
- (2) Dari semua jenis dosa, tidak ada yang lebih mencelakakan jiwa daripada keinginan daging. Nafsu kedagingan, percabulan, dan hawa nafsu, paling menjijikkan bagi Allah, dan merusak jiwa manusia. Hukuman berat patut dijatuhkan karena dosa-dosa semacam ini.
- VI. Selanjutnya Rasul Petrus menasihati mereka supaya menghiasi pengakuan iman mereka dengan cara hidup yang jujur. Perilaku mereka dalam setiap perbuatan, hal, dan setiap tindakan dalam hidup mereka, haruslah jujur. Artinya, baik, menyenangkan, sopan, ramah, dan tanpa cacat. Dan semua ini karena mereka hidup di tengah orang-orang bukan Yahudi, bangsa-bangsa yang beragama lain, dan yang merupakan musuh bebuyutan bagi mereka, yang telah memfitnah mereka dan senantiasa berbicara jahat tentang mereka sebagai orang durjana. “Perilaku yang bersih, adil, dan baik, tidak saja mampu membungkam mereka, tetapi bisa juga menjadi sarana untuk membuat mereka memuliakan Allah dan berbalik kepadamu, ketika mereka melihat kamu melebihi orang-orang lain dalam perbuatan-perbuatan baik. Sekarang mereka menyebutmu orang durjana. Bersihkan kehormatanmu melalui perbuatanmu yang baik, sebab inilah cara untuk meyakinkan mereka. Akan tiba hari ketika Allah melawat mereka, dan saat itu Ia bisa saja memanggil mereka melalui firman serta kasih karunia-Nya untuk bertobat. Dan ketika itu mereka akan memuliakan Allah, dan memujimu atas perilakumu yang sangat baik (Luk. 1:68). Ketika Injil datang ke tengah mereka dan mulai berpengaruh, maka perilaku yang baik akan semakin mendorong mereka menuju pertobatan. Sebaliknya, perilaku buruk justru akan menghalangi pertobatan mereka.” Perhatikanlah,
- 1. Pengakuan iman Kristen harus disertai cara hidup yang baik (Flp. 4:8).
- 2. Sudah merupakan bagian orang-orang Kristen terbaik untuk difitnah oleh orang-orang fasik.
- 3. Orang-orang yang berada di bawah lawatan Allah yang penuh rahmat, akan segera mengubah penilaian mereka terhadap orang-orang baik, sambil memuliakan Allah dan memuji orang-orang yang sebelum itu mereka cerca sebagai orang durjana.
SH: 1Ptr 2:4-10 - Pribadi kudus jemaat kudus (Minggu, 11 Juli 1999) Pribadi kudus jemaat kudus
Dalam perikop ini, umat Kristen digambarkan sebagai batu hidup.
Panggilan Kristen bukanlah ajakan untuk menjadi pengi...
Pribadi kudus jemaat kudus
Dalam perikop ini, umat Kristen digambarkan sebagai batu hidup. Panggilan Kristen bukanlah ajakan untuk menjadi pengikut, tetapi peserta. Kita harus berhenti menonton dan masuk dalam karya dan rencana Allah. Sedemikian penting peran serta kita, sehingga disebut "batu yang hidup bagi pembangunan suatu rumah rohani". Hal penting lainnya yaitu bahwa pembangunan suatu rumah rohani hanya dapat dibangun oleh jemaat yang kudus secara komunitas dan pribadi.
Allah, Arsitek Agung. Orang percaya yang kudus secara pribadi dan juga jemaat yang kudus dibangun oleh Allah. Allah adalah Arsiteknya. Ia tahu persis batu mana yang disusun pada bagian atas, samping, tengah, dan bawah. Setiap orang percaya akan diletakkan pada bagian yang tepat dalam rencana dan karya Allah, sesuai dengan panggilan dan talenta masing-masing. Proses pembangunan itu tidak mudah, karena menuntut kesediaan menyangkal diri. Ada batu yang sebelum diletakkan harus diperhalus, dipotong lebih dahulu. Demikian pula proses Allah dalam menempatkan setiap individu Kristen dalam rencana-Nya. Mulai dengan perendahan dan penderitaan, berakhir dengan kemuliaan dan kesempurnaan.
Peran gereja masa kini. Sentuhan tangan Allah menciptakan suatu komunitas (kumpulan) umat yang rajani, bangsa yang kudus dan kepunyaan Allah. Gereja terdiri dari orang-orang berbagai suku, bangsa, tingkat pendidikan, sosial dan ekonomi adalah wujud agung karya Allah. Ke satuan umat dalam kepelbagaian ini merupakan keunikan yang harus dijaga dan dikembangkan keindahannya. Apa yang harus gereja lakukan? Panggilan Gereja adalah melayani, bahkan Gereja sendiri adalah pelayanan! Gereja adalah tangan-tangan Kristus untuk mencari, menjangkau dan melayani Tuhan. Tetap setia pada tugas panggilan adalah cara yang tepat apabila Gereja ingin menjaga karya agung Allah.
Doa: Ya Tuhan Yesus, ingatkanlah gereja-Mu untuk selalu setia pada tugas panggilan pelayanan yang telah Engkau embankan.
SH: 1Ptr 2:4-10 - Diselamatkan untuk memberkati (Sabtu, 16 Oktober 2004) Diselamatkan untuk memberkati
Tujuan orang Kristen diselamatkan ada dua. Pertama, agar kita
bisa menjadi "alat di tangan" Tuhan untuk membangun ...
Diselamatkan untuk memberkati
Tujuan orang Kristen diselamatkan ada dua. Pertama, agar kita bisa menjadi "alat di tangan" Tuhan untuk membangun gereja-Nya. Kedua, agar Tuhan dapat menggunakan kita untuk menjadi berkat bagi dunia ini. Kedua tugas ini berjalan bersama-sama di dalam diri setiap anak Tuhan.
Petrus menggunakan dua ilustrasi untuk menggambarkan kedua tugas kristiani tersebut. Pertama, ilustrasi batu hidup menunjuk kepada tugas pembangunan tubuh Kristus yaitu Gereja sebagai tugas kristiani pertama (ayat 5). Sebagaimana Kristus sudah menjadi batu penjuru bagi bangunan "rumah rohani" demikian juga, setiap anak Tuhan harus menjadi "batu hidup" untuk pembangunannya. Dengan demikian, Kristus adalah dasar persekutuan anak-anak Tuhan yang menjadi pengikat mereka menjadi satu. Persekutuan anak-anak Tuhan ini disebut juga imamat yang rajani. Istilah imamat yang rajani menunjuk kepada fungsi imam atau "jembatan" antara manusia dan Tuhan. Hal ini berarti setiap anak Tuhan adalah imam bagi sesamanya dan alat bagi orang yang belum percaya untuk mengenal Tuhan Yesus. Kedua, ilustrasi bangsa yang kudus untuk mengungkapkan tugas kristiani kedua (ayat 9). Istilah bangsa yang kudus diambil dari Perjanjian Lama dan menunjuk kepada Israel yang dipilih Tuhan untuk menjadi bangsa yang dikhususkan (Kel. 19:6). Tujuannya adalah supaya Israel menjadi teladan sebuah bangsa yang hidup seturut dengan firman Tuhan, dan sekaligus menjadi saluran berkat bagi bangsa lain untuk mengenal Tuhan yang sejati. Umat Tuhan pada masa kini bagaikan bangsa Israel rohani yang dikhususkan Tuhan untuk memberkati dunia ini.
Kita dipanggil untuk menjadi saksi hidup kudus dalam bentuk persekutuan imamat yang rajani (tugas pertama), dan untuk membawa setiap orang yang belum percaya bertemu dengan Tuhan Yesus dan memperoleh keselamatan (tugas kedua).
Yang kulakukan: Aku akan hidup kudus supaya dapat menjadi teladan di keluarga, pekerjaan, dan lingkunganku. Aku siap membawa mereka dan memperkenalkan Kristus kepada mereka.
SH: 1Ptr 2:1-10 - Bukan tanpa tujuan (Senin, 21 November 2011) Bukan tanpa tujuan
Kehidupan orang yang telah mengalami kelahiran baru tidak akan pernah tetap sama seperti sebelum ia mengenal Kristus. Sebab itu Pe...
Bukan tanpa tujuan
Kehidupan orang yang telah mengalami kelahiran baru tidak akan pernah tetap sama seperti sebelum ia mengenal Kristus. Sebab itu Petrus mendorong pembacanya untuk melepaskan segala sesuatu yang jahat, yang dapat merusak kasih dan kesatuan dengan saudara seiman (1).
Namun tidak cukup sampai di situ, Petrus juga mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang positif. Karena mereka telah mengalami kelahiran baru maka mereka harus melakukan sesuatu yang biasanya dilakukan oleh seorang bayi, yaitu menginginkan air susu sebagai makanan satu-satunya. Maka seorang yang sudah dilahirkan baru seharusnya membutuhkan firman Tuhan sebagai makanan satu-satunya bagi hidup dan pertumbuhan rohani mereka (2). Namun bukan berarti bahwa orang Kristen yang sudah dewasa secara rohani tidak membutuhkan firman Tuhan lagi. Yang dimaksud ialah sama seperti bayi menjadikan air susu sebagai makanan satu-satunya, begitulah seharusnya seorang Kristen memandang firman Tuhan sebagai satu-satunya sumber pertumbuhan dan kekuatan bagi imannya. Bagi seorang Kristen, membaca dan mempelajari firman Tuhan seharusnya bukan merupakan sebuah pekerjaan yang berat melainkan sebuah kesukaan karena adanya pemahaman bahwa hanya dengan firman Tuhanlah imannya bisa bertumbuh dan dibangun.
Dengan beriman kepada Kristus, Sang batu penjuru, orang percaya menjadi batu hidup yang dipakai untuk membangun rumah rohani, di mana pelayanan imamat dilakukan. Tugas orang percaya bukan hanya menjadi milik Allah, tetapi juga menjadi tempat kediaman Allah, dengan tujuan untuk memberitakan karya Allah yang besar.
Seorang Kristen memang harus memiliki hubungan pribadi dengan Allah, tetapi di samping itu kita juga harus memiliki hubungan baik dengan sesama saudara seiman. Dan kesatuan sebagai bangsa pilihan itu bukan tanpa tujuan, melainkan agar maksud-maksud Allah digenapi yaitu agar orang lain mendengar tentang Dia dan mengenal nama-Nya sehingga Dia dimuliakan di bumi ini.
SH: 1Ptr 2:1-10 - Batu Hidup (Selasa, 17 April 2018) Batu Hidup
Sekarang ini banyak model bangunan rumah yang unik dan indah. Rumah memang tempat untuk berteduh, tetapi rumah zaman sekarang juga merupak...
Batu Hidup
Sekarang ini banyak model bangunan rumah yang unik dan indah. Rumah memang tempat untuk berteduh, tetapi rumah zaman sekarang juga merupakan ekspresi dari penghuninya. Bagaimanapun bentuk bangunan rumah, yang terpenting adalah rumah tersebut kuat, kukuh, dan indah.Sehingga saat menghadapi berbagai macam cuaca hidup, rumah tersebut tetap berdiri. Hal terpenting yang dilakukan oleh seseorang adalah meletakkan batu untuk dijadikan batu penjuru. Jika orang tidak mau menggunakan batu penjuru, bangunan yang hendak dibangun dapat dipastikan tidak sesuai dengan harapan pemiliknya.
Penulis Kitab Petrus menggunakan gambaran ini untuk menjelaskan siapakah Yesus. Tuhan Yesus adalah batu penjuru yang diletakkan Allah di tengah umat-Nya. Batu yang seharusnya menjadi pijakan dan dasar bagi sebuah bangunan hidup. Sayangnya banyak orang yang justru menganggapnya sebagai batu sentuhan. Mereka merasa tersandung dengan kehadiran Yesus. Ketidaktaatan mereka akan Allah membuat mreka menyingkirkan batu ini jauh-jauh dari kehidupan mereka.
Mereka yang mau menerima dan menjadikan Yesus sebagai batu penjuru disebut sebagai orang pilihan. Keterpilihan ini di satu sisi membawa berkat atas hidupnya, sedangkan di sisi lain membawa sebuah tanggung jawab, yaitu menjadi imamat rajani.
Arti imamat rajani berasal dari kata imam, yaitu sebuah jabatan yang mengandung konsekuensi pelayanan kurban persembahan kepada Tuhan. Sedangkan rajani berasal dari kata raja, jabatan yang dipercayakan oleh Allah untuk memimpin, mengelola, dan mengarahkan kehidupan sesuai dengan kehendak Tuhan. Imamat rajani berarti sebuah tanggung jawab melayani Tuhan dengan segala talenta yang kita miliki untuk menyatakan perbuatan Allah kepada dunia.
Kita diumpamakan sebagai batu-batu yang hidup, yang diletakkan untuk membangun bangunan rohani yang layak bagi Tuhan. Karena itu, menjadi penting untuk selalu melihat batu penjuru sebagai pijakan dan arah hidup kita. [AHH]
Utley -> 1Ptr 2:4-8
Utley: 1Ptr 2:4-8 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:4-84 Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat d...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:4-8
4 Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. 5 Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. 6 Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "SESUNGGUHNYA, AKU MELETAKKAN DI SION SEBUAH BATU YANG TERPILIH, SEBUAH BATU PENJURU YANG MAHAL, DAN SIAPA YANG PERCAYA KEPADA-NYA, TIDAK AKAN DIPERMALUKAN." 7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "BATU YANG TELAH DIBUANG OLEH TUKANG-TUKANG BANGUNAN, TELAH MENJADI BATU PENJURU, juga TELAH MENJADI BATU SENTUHAN DAN SUATU BATU SANDUNGAN." 8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.
1Pet 2:4 "Dan datanglah kepada-Nya" Ini adalah PRESENT MIDDLE (deponent) PARTICIPLE. NKJV, NRSV dan TEV menterjemahkan ini sebagai IMPERATIVE. Perhatikan kedatangan yang berkesinambungan dan elemen pribadinya, "kepada- Nya." Injil terutama adalah orang untuk diambut, dipercayai, dan untuk ditiru. Istilah ini mungkin memiliki konotasi mendekati Tuhan, sebagai seorang imam atau penyembah (lih. Ibr 4:16; 7:25; 10:1,22; 11:6). Petrus merubah metaforanya dari susu dalam ay. 2-3, menjadi metafora konstruksi dalam ay. 1Pet 2:4-8 (orang percaya sebagai batu yang hidup dan Yesus sebagai batu penjuru). Ini mungkin sebuah singgungan berkelanjutan terhadap Mazm 34:4 dari Septuaginta.
□ "batu yang hidup itu" Dalam PL stabilitas, kekuatan, dan ketekunan Allah sering digambarkan dengan menggunakan analogi batu sebagai gelar sebutan (lih. Ul 32:4,15,18,30; Mazm 18:2,31,46; 28:1; 31:3; 42:9; 71:3). Metafora Yesus sebagai batu ditemukan dalam
- 1. sebuah batu yang ditolak (Mazm 118:22)
- 2. sebuah batu bangunan (Mazm 118:22; Yes 28:16.)
- 3. sebuah batu sontohan (Yes 8:14-15)
- 4. sebuah batu yang mengatasi dan menaklukkan (kerajaan), (Dan 2:45)
Yesus menggunakan perikop-perikop ini untuk menggambarkan diri-Nya (lih. Mat 21:40; Mr 12:10, Luk 20:17).
□ "yang memang dibuang oleh manusia" Ini adalah suatu PERFECT PASSIVE PARTICIPLE. Ini mungkin suatu singgungan pada ay. 1Pet 2:7, yang berasal dari Septuaginta Mazm 118:22. Batu itu ditolak oleh "para tukang," yang mungkin merujuk pada kepemimpinan Yahudi, tetapi dalam Petrus ini diperluas untuk semua manusia yang tidak percaya. Istilah ini, dari apo dan dokimazō, berarti pengujian seseorang atau sesuatu untuk menemukan jika itu adalah asli. Orang-orang Yahudi terus menolak Yesus sebagai Mesias dan penolakan ini menjadi suatu keadaan kebutaan rohani (lih. Mr 8:31; Mat 6:23).
□ "tetapi tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah" Hal ini adalah kontras langsung dengan frasa sebelumnya. Istilah "pilihan" secara harfiah adalah "ditunjuk/dipilih" dalam arti "dipra-tahbiskan" (lih. 1Pet 1:2,20). Seorang Mesias yang ditolak (disalib, atau yang tidak diterima) telah selalu menjadi satu-satunya rencana Allah untuk penebusan (lih. Luk 22:22; 4:28; Kis 2:23; 3:18; 13:29, Ef 1:11).
1Pet 2:5 "sebagai batu hidup" PB menggunakan beberapa metafora kelompok untuk menggambarkan gereja.
- 1. sebatang pohon anggur (Yoh 15:5)
- 2. sekawanan (Yoh 10:16)
- 3. seorang pengantin (yaitu, suatu keluarga, lih. Ef 5:27; Wahy 19:7; 21:9)
- 4. suatu tubuh (Ef 1:22-23, 1Kor 12)
- 5. sebuah keluarga (Rom 8:15-17; 1Tim 3:15)
- 6. sebuah kota (Ibr 11:10,16; 12:22; 13:14; Wahy 2:2,10)
- 7. di sini, sebuah bait suci (lih. 1Kor 3:9,16; 6:19)
□ "untuk pembangunan suatu rumah rohani" Ini mungkin merupakan sebuah PRESENT PASSIVE INDICATIVE, meskipun dalam bentuknya ini bisa menjadi PRESENT PASIF SEGERA. Ini adalah KATA KERJA yang sama yang digunakan dalam Mat 16:18 untuk menggambarkan gereja yang sedang dibangun di atas batu iman pribadi (yaitu, Petrus sebagai suatu contoh). Keseluruhan konteks ini terus mengembangkan metafora dari ay. 1Pet 2:4. Yesus adalah Bait Allah yang baru (lih. Yoh 2:18-22). Orang-orang percaya dalam Kristus adalah imamat yang sejati. Orang-orang Yahudi yang tidak percaya telah tersandung (lih. ay. 1Pet 2:7-8) oleh batu-batu yang sama di mana YHWH membangun Bait Suci spiritual-Nya— (1) Yesus dan (2) Gereja (lih. 1Tim 3:15). Hanya mereka yang memiliki iman di dalam Kristus dapat berfungsi di bait rohani Allah, yang menawarkan korban yang bisa diterima secara rohani (yaitu, kehidupan memberikan diri yang kudus lih. 1Pet 1:14-16; Rom 12:1-2).
□ "bagi suatu imamat kudus" Peter sedang menggunakan nama-nama umat Allah PL, Israel, untuk menggambarkan gereja (lih. Kel 19:5; 1Pet 2:9-10; Wahy 1:6). Dalam PL YHWH berjanji melalui keturunan Hawa untuk menebus semua umat manusia (lih. Kej 3:15). YHWH memanggil Abram (lih. Kej 12:1-3) untuk memanggil kerajaan imamat (lih. Kel 19:5-6) untuk menjangkau seluruh dunia (lih. Kej 12:3 dan Kel 19:5). Israel gagal dalam tugas ini (lih. Yeh 36:27-38). Oleh karena itu, Allah menunjuk suatu umat beriman baru (lih. Yer 31:31-34; Yeh 36:22-38) untuk menjangkau dunia (lih. Mat 28:19-20; Luk 24:47 Kis 1:8, 1Pet 2:9).
Martin Luther menggunakan otoritas Alkitab dan kebenaran dari Paulus tentang pembenaran oleh kasih karunia melalui iman untuk menolak tradisi-tradisi Gereja Katolik. Ia menciptakan istilah "imamat orang percaya" (TUNGGAL). Individualisme Barat telah mengambil slogan ini dan mengubahnya ke suatu surat ijin untuk kebebasan pribadi dalam keyakinan dan gaya hidup. Tapi konsep ini adalah bersifat kelompok, bukan individu (yaitu, perhatikan KATA GANTI JAMAK dalam ay. 1Pet 2:5,7,9). Ha ini bersifat fokus pada proklamasi Injil, bukan fokus pada kebebasan pribadi. Orang-orang percaya telah diberi tugas dari Israel untuk penginjilan seluruh dunia (lih. Rom 15:16; Ibr 13:15-16). Untuk melihat imamat sebagai bermakna bahwa kita memiliki akses langsung kepada Allah melalui Kristus adalah benar, tapi ini bukan tujuan dari metafora ini. Seorang imam berdiri di antara orang yang memerlukan dan Tuhan yang kudus. Ia bukan menyokong posisinya sendiri, tetapi kebutuhan dari masyarakat. PB menegaskan imamat dari orang percaya (JAMAK, perusahaan) sebagai mereka membawa dunia yang hilang kepada iman di dalam Kristus.
□ "untuk mempersembahkan persembahan rohani" Setelah kehancuran Bait Allah di tahun 70 M, orang Yahudi menonjolkan bagian-bagian PL yang menasehatkan pengorbanan bukan-hewan (lih. Mazm 50:14; 69:30-31; 107:22; 141:2; Hos 14:2). Ibr 13:5 mencerminkan jenis pengorbanan Kristen. Dalam konteks ini merujuk kepada orang percaya yang hidup kudus dan memberikan diri dari pasal 1Pet 1 (khususnya. ay. 1Pet 2:14-16; Ibr 13:15-16).
1Pet 2:6 "SEBUAH BATU YANG TERPILIH, SEBUAH BATU PENJURU YANG MAHAL" Ini adalah kutipan dari Yes 28:16. Konsep Mesias sebagai batu atau batu karang berulang dalam PL (lih. Mazm 118:22; Dan 2:34-35; Yes 8:14; 28:16). Bagian PL ini sering dikutip dalam PB (lih. Mat 21:42; Mr 12:10, Luk 20:17; 1Kor 10:4; Ef 2:22; 1Pet 2:6-8) untuk merujuk pada Yesus sebagai Yang dijanjikan Allah. Petrus juga menggunakannya dalam khotbahnya di Kis 4:11. Lihat catatan pada 1Pet 2:4b. Lihat Topik Khusus: Batu Penjuru di Mr 12:10.
- NASB "DAN DIA YANG PERCAYA PADA-NYA TIDAK AKAN KECEWA"
- NKJV "DAN DIA YANG PERCAYA PADA-NYA AKAN PERNAH DIPERMALUKAN"
- NRSV "DAN SIAPA YANG PERCAYA KEPADA-NYA, TIDAK AKAN DIPERMALUKAN"
- TEV "SIAPA YANG PERCAYA KEPADA-NYA TIDAK AKAN PERNAH KECEWA"
- NJB "TIDAK SATUPUN YANG BERGANTUNG PADA HAL INI AKAN MEMBAWA KEPADA KEAIBAN"
Frasa ini berasal dari LXX dari Yes 28:16. Perhatikan undangannya yang terbuka untuk semua (lih. Yoh 1:12; 3:16; Rom 10:9-13; 1Tim 2:4; 2Pet 3:9). Ini adalah suatu DOUBLE NEGATIVE, "tidak pernah, tidak pernah, kecewa" atau "malu." Untuk kata "percaya" lihat Topik Khusus pada Mr 1:15.
F.F. Bruce, jawaban Pertanyaan (hal. 158) menunjukkan perbedaan antara Septuaginta dan naskah Ibrani Masoret.
- 1. LXX - "tidak akan kecewa" (NASB) atau "dibawa kepada keaiban" (NJB) adalah KATA KERJA yēbōsh
- 2. MT - "tidak akan terganggu" (NASB, margin), "terburu-buru" adalah KATA KERJA yahish
Pada halaman 157 Bruce berkomentar bahwa para penulis NT mungkin mengutip versinya dalam penggunaan umumnya dalam gereja mula-mula kecuali mereka punya alasan teologis khusus untuk meninggalkannya dan menggunakan yang lainnya. Dorongan umum sebuah perikop merupakan kunci dari konsep inspirasi, bukan mempertengkarkan masing-masing dan setiap kata secara individu. Manusia telah diberi wahyu yang dapat dipercaya!
1Pet 2:7 "TUKANG-TUKANG BANGUNAN" Targum Yahudi (terjemahan bahasa Aram dengan komentar) menggunakan istilah ini sebagai sebutan untuk ahli Taurat. Ini adalah kutipan dari Mazm 118:22. Yesus menggunakan kutipan PL yang sama dalam perumpamaan-Nya mengenai para petani penyewa yang jahat di Mat 21:42. Perumpamaan ini menggambarkan kepemimpinan Yahudi pada zaman Yesus. Tidaklah pasti apakah kata-kata keras Yesus mengenai penghakiman berkaitan dengan (1) penolakan-Nya terhadap konsep kepemimpinan Yahud bukan kerturunan Harun (yaitu, Hanas dan Kayafas) yang membeli posisi mereka dari Roma atau (2) penolakan-Nya terhadap semua orang Yahudi (yaitu, Israel) yang menolak untuk percaya kepada-Nya (lih. Rom 9; 10; 11).
1Pet 2:8 "BATU SENTUHAN DAN SUATU BATU SANDUNGAN" Ini adalah kutipan dari Yes 8:14. Hal ini juga dikutip dalam Rom 9:32, di mana ayat ini merujuk kepada Yesus. Batu khusus ini telah ditolak dan menjadi obyek dari kehancuran!
□ "mereka tidak taat" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE. Mereka (orang-orang yang tidak percaya di zaman Petrus, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi) terus tidak taat karena mereka menolak Yesus sebagai Mesias yang Menderita. Mereka telah menolak baik khotbah Yesus maupun Rasul-rasul-Nya (lih. 1Pet 1:24,25). Mereka telah menolak firman yang kekal (yaitu, Injil, lih. 1Pet 1:22-2:2).
- NASB "dan untuk azab ini mereka juga ditunjuk"
- NKJV "dan untuk itu mereka juga telah disediakan"
- NRSV "karena mereka ditakdirkan untuk melakukannya"
- TEV "itu adalah kehendak Allah bagi mereka"
Kaum Kalvinis menggunakan ayat ini dan Rom 9:22; 1Tes 5:9 untuk menegaskan bahwa Allah memilih beberapa oran untuk keselamatan dan beberapa yang lain untuk kebinasaan. Namun demikian, ayat-ayat seperti Yoh 3:16, 1Tim 2:4; 2Pet 3:9 menunjukkan bahwa pandangan tersebut tidak mungkin benar. Pemilihan Allah adalah terutama untuk kekudusan (lih. Ef 1:4; 2:10), untu keserupaan dengan Kristus (lih. Rom 8:29).
Ayat ini mengingatkan saya pada Yes 6:9-13. Umat perjanjian Allah memiliki terang yang mereka butuhkan untuk menanggapi secara tepat kepada-Nya, tetapi mereka tidak mau. Penolakan yang terus-menerus ini terbit dari hati yang keras yang tidak mampu menanggapi. Hanya penghakimanlah yang mungkin. Allah dari waktu dan sejarah tahu apa yang manusia akan lakukan tetapi mengijinkan mereka untuk melakukannya dan kemudian Dia menegaskan dan mengakui konsekuensi dari pilihan sementara/kekal mereka.
Pasti sangat sulit lah bagi orang percaya Yahudi untuk berhadapan dengan penolakan orang Yahudi akan Yesus ini. Bagaimana ini bisa terjadi? Orang percaya awal ini mulai membaca Kitab Suci untuk memperoleh petunjuk akan ketidakpercayaan yang mengejutkan tersebut.
- 1. Yes 6:9-10; 8:14-15; 43:8
- 2. Yer 5:21; 7
- 3. Mat 21:33-44; Mr 12:1-12
- 4. Luk 2:34; 20:9-18
- 5. Rom 9; 10; 11
- 6. 1Kor 1:23
Kutipan berikut adalah dari F.F. Bruce, Jawaban untuk Pertanyaan, hal 196-197, tentang "pemilihan" vs "pemilahan."
"Apakah pemilihan untuk keselamatan dan pemilihan untuk kutukan istilah yangbersifat korelatif?
Dalam sistem teologis tertentu ya, tetapi pentinglah untuk menguji semua sistem teologis dengan Alkitab, dan mengingat bahwa, ketika pengajaran Alkitab disistematiskan, ada hal-hal yang biasanya akan tertinggalkan dalam proses. Istilah ‗pemilihan‘ telah menjadi begitu terlibat dalam kontroversi teologis hingga pengertian pengajaran Alkitab tentang hal ini mungkin bisa lebih baik dipahami jika kita menggunakan kata non-teologis seperti pemilahan sebagai gantinya. Kristus memilih dua belas orang untuk menjadi rasul-rasul (Luk 6:13); Ia memilih Saulus dari Tarsus untuk menjadi bejana yang dipilih (Kis 9:15), tetapi pilihan-Nya akan orang-orang ini untuk suatu tujuan khusus tidak menyiratkan peremehan orang lain yang tidak dipilih. Allah memilih Israel dari antara bangsa-bangsa (Kis 13:17)—untuk memberi manfaat yang besar bagi bangsa-bangsa lain, bukan untuk merugikan mereka. Ketika pemilihan umat Allah pada zaman ini sedang dipertanyakan, penekanannya lebih banyak pada pemilihan mereka untuk kekudusan dari pada pemilihan mereka untuk keselamatan. Hal ini adalah supaya, misalnya, dalam Ef 1:4 dan 1Pet 1:1 dst; dan yang serupa, dalam Rom 8:29, tujuan yang Allah takdirkan bagi mereka yang telah Ia ketahuisebelumnya menjadi bahwa mereka harus menjadi serupa dengan gambaran Anak- Nya. Tidaklah ditemukan di tempat-tempat ini adanya saran pemilihan untuk binasa sebagai korelatifnya. Kita harus berhati-hati terhadap penggeneralisasian dari referensi tertentu seperti di Rom 9:22 (bejana kemurkaan yang diciptakan untuk kehancuran) dan 1Pet 2:8 (mereka tersandung karena mereka tidak mematuhi firman itu, karena mereka ditakdirkan untuk melakukan) ini. Analogi umum pengajaran Alkitab tentang hal ini menunjukkan bahwa beberapa yang terpilih atau dipilih oleh Allah—bukan supaya orang lain, selain dari mereka, bisa ditinggalkan dalam kebinasaan, tetapi agar orang lain, melalui mereka, bisa diberkati."
Topik Teologia -> 1Ptr 2:5
Topik Teologia: 1Ptr 2:5 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Pemilihan Allah
Pem...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Pemilihan Allah
- Pemilihan Allah akan Mesias
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Natur yang Terkait dari Umat Manusia
- Kesatuan Orang Percaya di Dalam Kristus
- Orang Percaya sebagai Bait Allah
- Keselamatan
- Keselamatan adalah Tindakan Allah yang Terbesar dan Keputusan Manusia yang Terpenting
- Yoh 3:17-18,36 Yoh 5:37-40 Yoh 8:12,24 Yoh 10:14-18 Yoh 16:5,7-9 Kis 3:18-19,23 Rom 1:18-19 1Ko 1:18 Ibr 10:26-31 Ibr 12:2,25 1Pe 2:4-8 1Yo 5:10,12
- Yesus adalah Seorang Pengantara
- Pengudusan
- Kita Dilayakkan bagi Allah di dalam Kristus
- Nama dan Kiasan untuk Umat yang Dikuduskan
- Gereja
- Maz 118:22-23 Mat 12:6,8 Mat 16:18-19 Mat 18:19-20 Mat 21:42-44 Mat 23:8,10 Yoh 13:13-16 Yoh 15:1-16 Kis 2:36 Rom 8:29 Rom 9:5 1Ko 3:11 1Ko 11:3 1Ko 12:5 Efe 1:9-10,20-23 Efe 2:19-22 Efe 4:15 Efe 5:22-32 Kol 1:18 Kol 2:10 Kol 2:19 Kol 3:11 Ibr 3:3-6 1Pe 2:4-8 Wah 1:12-13 Wah 2:1-2 Wah 2:8-9 Wah 2:12-13 Wah 2:18-19 Wah 3:1 Wah 3:7-8 Wah 3:14-15 Wah 5:6-10 Wah 21:22-23 Wah 22:16
- Kiasan dan Nama untuk Umat Allah, Gereja
- Gereja adalah Kudus
- Ula 14:2 Yes 62:12 Mat 5:48 Yoh 17:17-19 Rom 12:1 1Ko 1:2 1Ko 3:10-11,16-17 1Ko 6:19 Efe 2:19-21 Efe 5:3 Efe 5:25-27 1Te 3:13 2Te 1:10 2Te 2:13 Ibr 10:10,14 1Pe 2:4-5 Wah 19:7-8 Wah 21:9-10
- Penyembahan dalam Gereja
- Neh 8:7 Neh 9:3 Maz 5:8 Maz 22:23 Maz 24:3-6 Maz 29:2 Maz 35:18 Maz 89:8 Maz 95:6-7 Maz 100:1-4 Maz 107:31-32 Maz 122:1 Maz 132:7-18 Maz 149:1-5 Maz 150:1-6 Yes 2:3 Yes 12:4-6 Yes 25:9 Yes 30:29 Yes 38:20 Yes 52:9 Yer 31:11-14 Yoh 4:23-24 Kis 2:46-47 Kis 13:2 Efe 5:19-20 Fili 3:3 Ibr 12:28 1Pe 2:5 Wah 4:10-11 Wah 5:14 Wah 7:11 Wah 11:1 Wah 19:4
TFTWMS -> 1Ptr 2:4-8
TFTWMS: 1Ptr 2:4-8 - Kristus, Batu Yang Hidup; Orang Kristen, Rumah Rohani KRISTUS, BATU YANG HIDUP; ORANG KRISTEN, RUMAH ROHANI (1 Petrus 2:4-8)
4 Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manu...
KRISTUS, BATU YANG HIDUP; ORANG KRISTEN, RUMAH ROHANI (1 Petrus 2:4-8)
4 Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. 5 Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. 6 Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci:
"Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, Dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan." 7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, Telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan." 8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman
Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.
Transisi dari kehidupan baru dalam Kristus dengan gambaran batu dari ayat-ayat berikut ini adalah tiba-tiba. Rasul itu memilih nas-nas dari Perjanjian Lama di mana batu-batu itu digunakan sebagai kiasan bagi kekuatan dan kemantapan dan menerapkan mereka kepada Kristus dan umat-Nya. Yesus adalah batu penjuru, batu yang ditolak, dan batu sandungan. Selanjutnya, umat-Nya adalah batu-batu di bait Allah. Orang Kristen mengambil bagian sifat-sifat Kristus ketika mereka memodelkan hidup mereka menurut hidup-Nya. Sebagai batu yang hidup mereka itu membentuk bangunan Allah.
Ayat 4. Bahasa kiasan sering muncul dan berwarna-warni di sepanjang bagian 1 Petrus ini. Semua yang hidup adalah seperti rumput; kemuliaan manusia seperti bunga rumput (1:24). Orang Kristen harus menginginkan susu dengan segenap semangat yang dimiliki oleh bayi yang baru lahir (2:2). Yesus adalah batu yang hidup … yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan.4Para pembaca Petrus, seperti Tuhan sendiri, adalah "batu yang hidup." Mereka adalah "rumah rohani" atau, dilihat secara berbeda, mereka adalah "imamat yang kudus" (2:5). Setiap kiasan menantang orang percaya untuk mempertimbangkan beberapa aspek tambahan tentang apa artinya menjadi pengikut Kristus. Dengan menambahkan warna itu, dalam ayat-ayat yang belakangan Petrus berkata bahwa orang Kristen adalah "bangsa pilihan" dan "bangsa yang kudus" (2:9). Rasul itu memilih bahasa kiasan sehingga para pembacanya bisa melihat keberlanjutan antara mereka sebagai umat pilihan dan Israel sebagai umat pilihan Allah.
Sebelum 2:4, Petrus memusatkan perhatiannya pada kekudusan kehidupan Kristen di hadapan pelbagai pencobaan. Sekarang ia mengalihkan perhatian secara lebih jelas kepada orang-orang percaya sebagai sebuah komunitas, kepada agama Kristen yang dianggap sebagai milik dan didefinisikan oleh orang-orang itu yang dengan siapa orang berbagi pengakuan dan harapan.
Inilah yang paling penting bahwa orang Kristen didefinisikan oleh kedatangan mereka kepada Yesus, "batu yang hidup." Petrus menambahkan dalam ayat selanjutnya bahwa Yesus adalah "batu penjuru yang mahal" (2:6). Ada ketidakpastian tertentu mengenai apa yang Petrus maksudkan dengan kiasan ini. Joachim Jeremias menyatakan bahwa kata yang diterjemahkan "batu penjuru" tidak perlu mengacu kepada batu pondasi. Ia berargumentasi bahwa kiasan itu sepertinya lebih menggambarkan Yesus sebagai batu utama atau batu penjuru sebuah bangunan.5Apakah Petrus ingin para pembacanya memahami Yesus sebagai (1) batu pondasi, atau (2) batu penjuru, akan membuat perbedaan tertentu mengenai maksud yang rasul itu buat. Sebagai batu utama, orang-orang percaya akan memahami Yesus sebagai Pribadi yang telah menyelesaikan semua maksud Allah bagi umat manusia, atau mungkin bahwa melalui Dia hasil iman pada akhirnya terwujud. Tentu meragukan, bagaimanapun, bahwa Jeremias adalah benar. Paulus menggunakan kata yang sama, "batu penjuru," dalam Efesus 2:20, di mana konteksnya membuat jelas bahwa artinya adalah "batu pondasi." Selanjutnya, dalam 1 Petrus 2:6 kata-katanya adalah, "Aku meletakkan di Sion … sebuah batu penjuru yang mahal." Meletakkan sebuah batu menyiratkan batu pondasi.
Mengatakan bahwa Yesus atau para pengikut-Nya adalah "batu yang hidup," pada kesan pertama, tampaknya menjadi suatu ketololan. Batu itu benda mati. "Batu yang mati" adalah kiasan yang bisa lebih dimengerti daripada "batu yang hidup." Namun demikian, Petrus menggunakan kiasan "batu yang hidup." Kata-katanya itu kembali kepada tema terkenal Perjanjian Baru, yaitu tentang batu yang ditolak oleh tukang-tukang bangunan (Mazmur 118; Matius 21:42; Markus 12:10; Lukas 20:17; Kisah 4:11). Rasul itu ingin para pembacanya tahu bahwa Yesus adalah batu penjuru kehidupan gereja. Ia adalah pedoman yang dengannya semua kepercayaan dan perilaku harus diukur. Ungkapan Yesus adalah batu pondasi, batu penjuru, menimbulkan sedikit kesulitan, tetapi mengatakan tentang Tuhan bahwa Ia adalah "batu yang hidup" adalah sebuah kiasan yang berani. Petrus tidak takut. Sebagaimana kehidupan adalah kualitas yang melekat pada Allah, begitu juga halnya dengan Kristus (Yohanes 1:4). Yang orang Kristen sembah bukan Yesus yang mati, tapi Tuhan yang bangkit. Ia secara aktif terlibat dalam kehidupan gereja-Nya. Ketika umat-Nya berseru kepada Dia, Ia mendengar dan bertindak. Yesus hidup di sebelah kanan Allah; dari sana Ia akan datang lagi, dan kemudian harapan akan diwujudkan. Yesus itu hidup; Yesus adalah batu. Setiap kiasan membantu orang Kristen bertumbuh dalam pemahaman mereka tentang Tuhan yang mereka layani.
Orang Kristen menikmati pelbagai berkat Kristus hingga tingkatan mereka itu datang… kepada-Nya. Kata kerja yang sama yang Petrus gunakan, "datang" (prose÷rcomai, proserchomai), diterjemahkan "menghampiri" dalam Ibrani 4:16: "Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia." Diundang oleh Allah untuk menghampiri Dia harus jangan dianggap enteng. Berada di hadirat Allah yang kudus adalah tugas yang mengagumkan. Ketika Yesaya melihat Allah di bait suci, ia diliputi rasa takut. "Celakalah aku! aku binasa! Sebab … mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam" (Yesaya 6:5). Bahkan seorang imam yang menghampiri Allah dengan tidak sopan adalah berbahaya, sebagaimana yang dialami oleh dua anaknya Harun (Imamat 10:1, 2). Datang ke dalam hadirat Allah, apakah untuk berdoa atau ibadah, tidak pernah merupakan masalah kecil, tapi orang Kristen menghampiri Dia dengan keyakinan. Juruselamat yang orang Kristen layani pernah menjadi manusia dan mati bagi dosa manusia; mereka telah mengecap bahwa Ia itu baik. Mungkin saja orang takut datang ke dalam hadirat Allah yang hidup, tetapi dengan Kristus sebagai pengantara, orang percaya bisa selalu "datang kepada-Nya."
Paradoksnya, "batu yang hidup" yang melalui siapa manusia menghampiri Allah telah "ditolak oleh manusia." "Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya" (Yohans 1:11). Rasul itu mengikuti jejak Tuhan itu sendiri ketika ia mengingatkan para pembacanya bahwa Yesus adalah batu yang ditolak, tapi yang Allah telah pilih untuk menjadi batu penjuru rumah-Nya (Lukas 20:17). Yang lebih penting daripada penerimaan atau penolakan atas Dia oleh manusia adalah kenyataan bahwa Yesus adalah pilihan dan berharga bagi Allah. Terjemahan lain menulis "dipilih dan berharga" (NRSV, lihat KJV; NIV). Rasul itu telah menggunakan kata "dipilih" dan menerapkannya kepada para pembacanya (1:2). Implikasinya adalah bahwa sama seperti Yesus sudah dipilih dan berharga meski ditolak oleh manusia, para pembaca Petrus juga dipilih dan berharga bagi Allah meski mereka menanggung pelbagai pencobaan dari manusia. Penderitaan dan pencobaan mereka bukan petunjuk bahwa Allah telah meninggalkan mereka. Mereka sedang mengikuti jejak Yesus (2:21).
Ayat 5. Hanya ada sedikit keraguan bahwa Petrus ingin para pembacanya memikirkan bait suci di Yerusalem ketika ia menggunakan kata-kata rumah rohani. Dalam Perjanji-an Lama, "rumah" sering merupakan kata yang digunakan untuk bait suci.6Sulit bagi orang Yahudi untuk memutuskan hubungan dengan bait suci sebagai titik fokus bagi masyarakat mereka dan eksistensi kebangsaan mereka (Kisah 6:13, 14). Yesus telah mengisyaratkan bahwa Ia sendiri, tubuh-Nya sendiri, akan menggantikan bait suci itu sebagai faktor paling penting dalam hubungan Allah dengan umat pilihan-Nya (Yohanes 2:19-21). Bait suci adalah lembaga hukum Musa dan kehidupan nasional Yahudi. Mengapakah orang Kristen tidak meninggalkan gagasan itu? Jawaban bagi pertanyaan itu untuk Petrus adalah bahwa bait suci bisa mengajarkan orang Kristen hal-hal penting tentang siapa mereka. Setelah mengatakan bahwa Yesus adalah "batu yang hidup," rasul itu melanjutkan kiasan tentang bangunan dengan mengatakan bahwa orang Kristen "dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani."
Di antara konsep-konsep Perjanjian Lama yang ditolak penerimaannya oleh Perjanjian Baru adalah konsep bait Allah. Sebagaimana bait suci adalah tempat di mana Allah telah menempatkan nama-Nya dan membuat kehadiran-Nya diketahui dalam Perjanjian Lama, maka bait suci adalah tempat di mana Allah tinggal di dalam Perjanjian Baru.
Bait Tuhan tetap ada. Meski batu-batu pada bait suci dibukit itu sangat indah (Markus 13:1), namun batu-batu yang hidup pada bait suci yang baru adalah jauh lebih berharga. Ketimbang batu emas yang menyilaukan dan permata, batu-batu di rumah Allah dibuat indah dengan iman dan kebaikan kehidupan Kristen. Salah satu kiasan yang para penulis Perjanjian Baru suka gunakan adalah tentang gereja yang secara menakjubkan diletakkan bersama seperti rumah yang dibangun dengan baik, bait suci di mana Allah menetap (1 Korintus 3:16, 17; Efesus 2:21; Ibrani 3:6).
Adalah menarik bahwa Petrus tidak pernah menggunakan kata "gereja" di salah satu dari surat-suratnya itu. Pada saat yang sama, rasul itu sangat menyadari sifat komunal kehidupan Kristen. Dalam ayat 5 ia mengetengahkan interdependensi Kristen dengan menyebut orang-orang percaya secara kolektif sebagai "rumah rohani."Dalam 5: 2, ia menyebut mereka "kawanan domba Allah." Sama sekali tidak jelas apa yang Petrus ingin katakan tentang gereja Tuhan ketika ia menyebutnya "rumah rohani." "Rohani" digunakan dalam sejumlah cara yang berbeda dalam Perjanjian Baru. Pelbagai kemungkinannya mencakup hal-hal berikut ini: (1) Gereja adalah "rumah rohani" karena gereja tidak dibuat dari bahan-bahan materi. Tampaknya itu adalah arti kata itu dalam ungkapan "korban rohani" (juga dalam 2:5), "batu rohani" (1 Korintus 10:4) dan "tubuh rohani" (1 Korintus 15:44). (2) Paulus menegaskan bahwa Roh Kudus tinggal di dalam orang Kristen (Roma 8:4-16). Gereja mungkin adalah "rumah rohani" karena Roh Kudus tinggal di dalamnya. (3) Pokok pikirannya mungkin adalah bahwa gereja adalah "rumah rohani" karena Roh Kudus membimbing dia. Gereja adalah rohani sebagaimana Taurat adalah rohani (Roma 7:14), atau pelbagai karunia adalah rohani (1 Korintus 12:1)—karena mereka semua adalah alat yang digunakan oleh Roh untuk mencapai apa yang Ia kehendaki. Kemungkinan yang ketiga adalah yang terbaik. Umat Allah adalah "rumah rohani" yang terdiri dari batu-batu yang hidup karena Roh Kudus bekerja di dalam dan melalui gereja.
Pemahaman orang tentang apa arti kata "rohani" akan mempengaruhi penafsirannya atas kata kerja membangun. Itu mungkin sebuah pernyataan, "Kamu sedang dibangun," atau sebuah perintah, "bangunlah irimu sendiri." Dalam contoh ini bahasa Yunani tidak membuat perbedaan antara kata kerja dalam modus indikatif atau imperatif. Alkitab NRSV memahami kata kerja itu sebagai imperatif, sedangkan Alkitab NASB memahami kata kerja itu sebagai indikatif. Alkitab NASB memiliki kasus yang lebih baik. Ketika orang-orang percaya berbagi kehidupan tubuh Kristus, Roh Kudus bekerja di antara mereka untuk membangun mereka ke dalam "rumah rohani" yang akan menjadi kemuliaan Allah.
Seperti sebuah kaleidoskop, Petrus merubah gambarannya dari batu, kepada bait suci, kepada para imam yang mempersembahkan korban, kepada korban-korban itu sendiri. Orang-orang percaya adalah batu, bait suci, dan imamat kudus. Di bawah hukum Musa para imam berdiri di antara umat itu dan Allah. Hanya para imam yang boleh mempersembahkan korban. Saul, raja pertama Israel, mengecewakan Allah karena mempersembahkan korban ketika ia bukan seorang imam (1 Samuel 13:8-14). Tidak semua orang Israel adalah imam, tapi semua orang Kristen adalah imam. Imamat semua orang percaya adalah imamat yang agung yang menyerukan Reformasi (Wahyu 1:6), meski konsep itu tidak dikenal dalam Taurat (Keluaran 19:6; lihat Yesaya 61:6). Seperti anak-anak Harun yang memiliki hak istimewa untuk menghampiri Allah untuk mempersembahkan pelbagai persembahan Israel, orang Kristen bisa datang dengan keyakinan ke dalam hadirat Tuhan, dengan mempersembahkan persembahan mereka sendiri. Allah tidak membedakan orang. Setiap anak-Nya dapat menghampiri Dia karena masing-masing adalah imam sesuai haknya sendiri.
Sebagaimana orang-orang percaya dibangun menjadi "rumah rohani," begitu juga mereka harus mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. Kata Yunani dan kata Ibrani untuk "korban" menunjukkan persembahan darah. Sebuah korban adalah hewan yang disembelih, tapi kata itu akhirnya digunakan secara kiasan untuk hal-hal lain yang dipersembahkan kepada Allah. Pemazmur menulis, "Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah" (Mazmur 50:14); "Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran" (Mazmur 51:16). Secara jelas penulis kitab Ibrani tidak berpikir tentang pengorbanan darah ketika ia menulis, "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya" (Ibrani 13:15).
Ketika Alkitab diterjemahkan dari bahasa Yunani dan Ibrani ke dalam bahasa Latin, kadang-kadang bahasa Latin menggunakan kata sacrificium, yang berarti "persembahan yang sakral," "persembahan yang dipersembahkan kepada Allah." Karena tidak memiliki kata yang artinya "persembahan darah," pelbagai terjemahan bahasa Inggris secara tetap meminjam dari bahasa Latin dan menerjemahkan kata-kata yang artinya "persembahan darah" dengan kata "sacrifice [pengorbanan]." Itu bukan pilihan yang buruk. Pengorbanan, pada kenyataannya, adalah persembahan yang umat Allah bawa untuk diberikan kepada Dia. Sangat disayangkan bahwa dalam penggunaan populer arti "pengorbanan" telah berubah. Maknanya adalah "memberikan persembahan kepada Allah," tetapi bagi kebanyakan orang moderen berkorban berarti "menyangkal diri atas sesuatu." Pengorbanan tidak seharusnya memusatkan perhatian pada penyangkalan diri si penyembah, tetapi pada keinginannya untuk mengungkapkan kasihnya dengan pemberian. Bahwa orang Kristen dapat memberikan apa saja kepada Allah adalah luar biasa. Allah membolehkan kita untuk memberikan sesuatu kepada Dia karena memberi melekat dalam pengungkapan kasih itu sendiri.
Ayat 6. Rasul itu menerima begitu saja bahwa kutipan dari Kitab Suci, yaitu Perjanjian Lama, akan memperkuat apa yang ia telah tegaskan dalam ayat 4 dan 5. Dalam wahyu Allah kepada Israel, umat Kristen menemukan Yesus dari Nazaret. Petrus menawarkan sekumpulan ayat: Yesaya 28:16; Mazmur 118:22; Yesaya 8:14. Tema umum nas-nas itu bukan tentang latar belakang mereka di dalam Perjanjian Lama bukan juga tentang apa yang mereka ajarkan. Justru tema itu adalah tentang penggunaan kata "batu." Nas pertama, Yesaya 28:16, bukanlah kutipan yang tepat dari LXX, tapi me-ngandung banyak kata yang sama. Ungkapan terakhir, "Dan siapa yang percaya …," adalah kata demi kata dari LXX. Paulus mengutip nas yang sama dalam Roma 9:33 di mana ia satukan bersama Yesaya 8:14. Maksud yang Paulus buat dengan kutipan itu adalah bahwa Yesus telah ditolak oleh orang Yahudi.
Pembaca yang meneliti Yesaya 28:16 dalam konteks akan segera melihat bahwa nabi itu telah menulis tentang mereka "yang memerintah rakyat … di Yerusalem ini!" (Yesaya 28:14). Ia sedang bicara tentang para pemimpin agama Israel. Melalui nabi itu, Allah menjanjikan penguasa lain yang, berbeda dengan para penguasa saat ini, akan "membuat keadilan menjadi tali pengukur, dan kebenaran menjadi tali sipat" (Yesaya 28:17). Apakah Yesaya berpikir tentang Yesus ketika ia menulis? Tidak ada cara untuk mengetahuinya, tetapi Petrus yang dirinya adalah seorang rasul terilham dan nabi berpendapat bahwa Yesus, pada kenyataannya, adalah batu penjuru yang mahal yang Allah telah letakkan di Sion. Sebagai batu penjuru, Yesus telah menjadi ukuran dari semua yang Allah inginkan dalam umat-Nya. Setiap batu yang hidup dalam bangunan itu, semua orang Kristen, mencari orientasi mereka kepada Allah dan sesama mereka orang percaya melalui hubungan mereka dengan batu penjuru itu. Dengan mengutip Yesaya 28:16, Petrus pada saat yang sama menggambarkan keberlanjutan antara Israel jasmani dan rohani dan menunjukkan bahwa Allah telah melakukan sesuatu yang baru secara radikal di dalam Kristus. Ernest Best menulis bahwa di dalam Kristus "Allah telah menciptakan sesuatu yang baru, penebusan umat manusia."7
"Sion," dinyatakan dengan benar, adalah kota Daud, punggung bukit selatan yang mengarah ke bukit bait suci (2 Samuel 5:7). Seiring waktu, dengan gaya bahasa metonimi, nama itu akhirnya diterapkan ke seluruh Yerusalem (Mazmur 102:21) dan kemudian khususnya ke bukit bait suci (Yesaya 8:18; Mikha 4:7). Karena Petrus baru saja menegaskan bahwa Yesus dan orang-orang yang percaya kepada Dia adalah "batu yang hidup" dalam "rumah rohani," maka dalam ayat ini "Sion" kemungkinan merupakan acuan kepada bukit bait suci.
Mengenai Yesus, batu yang terpilih yang diletakkan di "Sion," Petrus berkata bahwa siapa saja yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan." Ia menggunakan bentuk negatif ouj mh÷ (ou mē) yang kuat, tegas. Sama sekali tidak ada kemungkinan bahwa percaya kepada Dia akan menimbulkan kekecewaan. Kata Yunani kataiscu/nw (kataischunō), yang diterjemahkan "kecewa "dalam NASB, umumnya diterjemahkan "dibuat malu." Alkitab NIV menulis" tidak akan pernah dipermalukan." Ketika orang beriman kepada Kristus, tidak akan pernah ada kesempatan untuk penghinaan dan permaluan. "Dipermalukan" memiliki komponen sosial yang lebih kuat dalam dunia Yunani-Romawi dibandingkan yang disiratkan oleh kata Inggris. Dalam bahasa Inggris sekarang ini perasaan malu sebagian besar merupakan perasaan batin, kejiwaan. Orang-orang di dunia Yunani di mana Petrus hidup akan sudah menganggap perasaan malu dalam hal kehilangan muka di hadapan rekan-rekan atau, mungkin di hadapan Allah.
Ayat 7. Banyak komentator berpendapat bahwa di mana Alkitab NASB menulis nilai yang mahal ini, lalu, adalah untuk kamu yang percaya, terjemahan yang lebih baiknya akan berupa "Oleh karena itu kehormatan adalah untuk kamu orang-orang percaya." Terjemahan itu bukan hanya cocok dengan tata bahasa secara lebih baik, namun juga memberikan perbedaan yang bagus dengan "perasaan malu" di akhir 2:6. Francis Wright Beare adalah salah seorang di antara mereka yang mendukung terjemahan ini. Ia menulis, "Kehormatan yang diberikan kepada orang-orang percaya adalah bagian kehormatan yang Allah telah berikan kepada Kristus, dengan siapa mereka bersatu dalam membangun rumah rohani."8Para penerjemah Alkitab NASB memahami frasa Yunani itu secara berbeda daripada yang Beare pahami. Mereka memahami "nilai yang mahal" yang dikumpulkan untuk orang Kristen adalah tindakan Allah dalam meletakkan batu yang mahal di Sion.
Kutipan di Mazmur 118:22 (117: 22 dalam LXX) menggambarkan akibat bagi orang-orang yang tidak percaya. Yesus mengutip mazmur itu dalam Matius 21:42, dan Petrus kutip dalam Kisah 4:11. Dalam kedua kasus itu yang menolak Yesus adalah kepemimpinan Yahudi yang adalah tukang-tukang bangunan. Maksud Petrus di sini tidak berbeda secara radikal daripada maksud yang Yesus nyatakan atau yang ia buat dalam Kisah 4:11. Kepemimpinan Yahudi itu tetaplah tukang-tukang bangunan yang menolak Kristus, sang batu. Meski itu yang terjadi, Petrus menyatakannya di hadapan dunia non-Yahudi pada umumnya, Allah telah membuat batu yang dibuang sebagai batu penjuru. Ungkapan Yunani yang lebih harfiah adalah "kepala sudut" (KJV; ASV).
Sepertinya "kepala sudut" tidak bermakna sesuatu yang berbeda selain makna batu penjuru yang diletakkan di Sion di 2:6, meski "batu penjuru" itu sendiri bisa mengacu kepada batu utama. Dalam konteks ini, "batu penjuru" dalam ayat sebelumnya (2:6), dan "batu sandungan" dalam ayat setelahnya (2:8), menyiratkan bahwa "kepala sudut" dan "batu penjuru" adalah sama. Orang akan sulit tersandung batu utama, karena ia terletak tinggi dalam bangunan batu. Bahwa Allah telah menjadikan Yesus "batu penjuru" adalah kesaksian kepada orang-orang yang tidak percaya. itu menyatakan bahwa Allah aktif dalam kehidupan Yesus dan kehidupan umat-Nya.
Ayat 8. Bagian pertama dari ayat ini, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan" (ay. 7h; TB), adalah terjemahan longgar atas Yesaya 8:14 dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani. Bicara melalui nabi Yesaya, Allah menegaskan bahwa Ia adalah kudus dan harus ditakuti. Mereka yang membentuk konspirasi harus jangan ditakuti. Allah adalah tempat perlindungan bagi mereka yang percaya kepada Dia, tetapi bagi orang-orang Yehuda dan Israel Ia telah menjadi batu yang membuat orang tersandung. Petrus melihat dalam kata-kata Yesaya yang berlaku bagi orang-orang sezamannya. Bagi mereka yang tidak percaya, Allah bukan saja sudah membuat Yesus batu penjuru, namun Ia telah menjadi sandungan, suatu kesempatan untuk tersandung. Petrus hanya memikirkan dua kelompok orang. Ada orang-orang yang percaya kepada Yesus dan orang-orang yang tersandung dan tidak percaya.
Bagian terakhir ayat ini memang sulit. Secara harfiah itu berbunyi, "dan untuk itu mereka juga telah disediakan." Para teolog Reformed telah dengan cepatnya melihat adanya predestinasi individu dalam ayat tersebut. Masalah dengan penafsiran itu adalah bahwa di sepanjang surat itu Petrus telah meminta para pembacanya untuk taat, berpaling dari dosa, bersikap bijaksana, berharap dengan sungguh-sungguh, dan hal-hal lain seperti itu. Jika para pembaca Petrus telah ditetapkan secara individu menuju hidup kekal atau hukuman kekal lewat tindakan Allah yang berdaulat dalam kekekalan yang tak kenal waktu, maka pelbagai nasihat rasul itu merupakan ejekan belaka. Tidak masuk akal bagi Allah untuk memanggil manusia melakukan apa yang Ia sudah tetapkan harus mereka lakukan. Alkitab NASB menempatkan kata "malape-taka" dalam huruf miring dalam kalimat ke dalam malapetaka ini mereka juga ditetapkan. Huruf miring menunjukkan bahwa kata itu dipasok oleh para penerjemah.
Makna Petrus adalah bahwa Allah sudah mengetahui bahwa beberapa orang akan tersandung dan menjadi tidak taat , bahkan ketika Ia mengutus Anak-Nya sebagai Penebus. Seharusnya tidak ada kesempatan untuk terkejut bagi para pembaca Petrus bahwa beberapa orang akan tersandung. Dalam pikiran Petrus tidak ada individu-individu, yang beberapa di antaranya ditetapkan untuk tidak taat. Sebaliknya ia menegaskan bahwa rencana Allah bagi penebusan manusia telah dicapai dengan kesadaran penuh bahwa beberapa orang akan percaya kepada Kristus dan beberapa orang akan tersandung.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 2:1-10
Keselamatan: Hasil Iman (Bagian 2)
Seraya pasal 2 dimulai, subyeknya tetap mengenai kekudusan. Tidak akan ada kekudusan tanpa kasih ...
1 Petrus 2:1-10
Keselamatan: Hasil Iman (Bagian 2)
Seraya pasal 2 dimulai, subyeknya tetap mengenai kekudusan. Tidak akan ada kekudusan tanpa kasih persaudaraan dan ketaatan kepada kebenaran. Selain itu, Petrus ingin para pembacanya memahami bahwa kekudusan merupakan pola pikir. Yang memenuhi kesadaran orang percaya adalah cara berpikir dan berperilaku. Kekudusan adalah keadaan pikiran, tetapi lebih lagi. Kekudusan juga merupakan cara berperilaku.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Cha...
Catatan Akhir:
- 1 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 84.
- 2 Walter Bauer mengutip penggunaan dalam sastra kontemporer dan berpendapat bahwa kata tersebut paling baik diterjemahkan "rohani" dalam 1 Petrus 2:2. (Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker [Chicago: University of Chicago Press, 2000], 598.) Namun begitu, bahkan dalam kutipan-kutipan yang Bauer tawarkan, arti kata itu tidak sepenuhnya "rohani" yang terpisah dari nuansa nalar atau rasionalitas. Kata Yunani itu tidak kehilangan arti rasionalitasnya yang dalam hanya karena para penerjemah memutuskan untuk menerjemahkannya "rohani."
- 3 Sejarawan awal abad kedua Suetonius mungkin telah mengacaukan kata-kata itu ketika ia menulis tentang kekacauan di antara orang-orang Yahudi di Roma pada zaman Claudius Caesar. Suetonius menulis bahwa kekacauan dihasut oleh Chrestus (Latin) yang sama dengan Crhsto/ß (Chrēstos, Yunani). Sangat mungkin masalah dalam komunitas Yahudi itu terjadi ketika pesan Kristus diperkenalkan. Tampaknya Suetonius mengacaukan nama-nama itu meski itu tidak pasti. Lihat Suetonius The Lives of the Caesars: Claudius 25.4.
- 4 Sementara nama Petrus ( Pe÷troß, Petros) berarti "batu," kata yang digunakan untuk "batu" di seluruh ayat-ayat ini adalah li÷qoß (lithos) dengan pe÷tra (petra) sebagai pengecualian dalam 2:8. Petrus tampaknya tidak sedang sedang mengungkapkan arti namanya sendiri ketika ia menulis.
- 5 Joachim Jeremias, "aÓkrogwniai√oß," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 1:792.
- 6 Istilah "rumah" mengacu kepada bait suci beberapa kali dalam 1 dan 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, dan di dalam beberapa kitab para Nabi. Penggunaannya dalam Mazmur bisa mengacu kepada kemah suci atau bait suci, tergantung tanggal masing-masing mazmur itu.
- 7 Ernest Best, 1 Peter, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 105.
- 8 Francis Wright Beare, The First Epistle of Peter: The Greek Text with Introduction and Notes, 3d ed. (Oxford: Basil Blackwell, 1970), 124.
- 9 2 Esdras 5:23-27 (REB).
- 10 Lihat Edward Gordon Selwyn, The First Epistle of St. Peter: The Greek Text, with Introduction, Notes, and Essays, Thornapple Commentaries, 2d ed. (London: Macmillan & Co., 1947; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 166.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) STATUS ORANG-ORANG KUDUS (1 Petrus 2:4-10)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Pertama Petrus 1 bicara tentang apa yang sudah datang kepada orang Kristen— kese...
STATUS ORANG-ORANG KUDUS (1 Petrus 2:4-10)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Pertama Petrus 1 bicara tentang apa yang sudah datang kepada orang Kristen— keselamatan—dan kemana mereka pergi—sorga, di mana warisan yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, sedang menanti mereka— dan apa yang seharusnya mereka lakukan dan menjadi. Bagian pertama dari 1 Petrus 2 menangani masalah di mana orang Kristen sekarang berada. Petrus membahas status mereka sekarang ini.
Kita semua khawatir tentang keadaan kita. Di awal tahun, kita melakukan inventarisasi. Kita bertanya kepada diri sendiri: Bagaimana keadaan kita secara finansial? Secara fisik? Secara sosial? Dalam nas ini kita belajar sesuatu tentang keadaan kita secara rohani. Bagi orang Kristen yang setia, kabar itu memang kabar baik! Mari kita bahas apa yang Petrus katakan tentang status orang-orang kudus dalam 1 Petrus 2:4-10.
Bagaimanakah keadaan kita di hadapan Allah? Bukankah bagus untuk mengetahui bahwa kita adalah bait suci rohani, suatu imamat yang kudus, umat pilihan, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri? Bahwa kita yang dulu bukan umat sekarang adalah umat Allah? Bahwa kita yang dulu tidak mendapat rahmat sekarang sudah menerima rahmat? Faktanya, nas ini tampaknya mengatakan bahwa kita yang hari ini beragama Kristen memiliki hubungan yang sama dengan Allah yang dimiliki oleh umat pilihan Allah—bangsa Israel—di zaman sebelumnya. Bandingkanlah kata-kata dari 2:9 dengan nas-nas Perjanjian Lama ini:
"Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.…" (Keluaran 19:5, 6).
"Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya" (Ulangan 7:6; lihat juga Ulangan 14:2, 21).
Ketika para pembaca pertama Petrus mendengar kata-kata 2:9, nas-nas ini akan sudah segera melintas ke dalam pikiran mereka, dan mereka akan sudah bereaksi: "Kita bagi Allah sekarang ini adalah seperti bangsa Israel bagi Allah ketika Allah membebaskan Israel dari Mesir!" Mereka akan sudah menyimpulkan, seperti yang Perjanjian Baru ajarkan di beberapa tempat lain: " Sekarang ini kita adalah Israel milik Allah; kita adalah Israel rohani." (Lihat Roma 2:28, 29; 4:11-17; Galatia 3:27-29; 4:28-31; 6:16.)
Ketika para pembaca pertama menarik kesimpulan itu, mereka tentu bersukacita. Mereka akan sudah mengetahui bagaimana Allah membebaskan bangsa Israel dari Mesir, memelihara Israel di padang gurun, memberi Israel Tanah Perjanjian, dan membuat Israel menang atas musuh-musuhnya. Mereka tentu berpikir: "Begitulah Allah memelihara dan mengasihi saya! Ia membebaskan saya, menyelamatkan saya, memberi saya makan, memberi saya minum, melindungi saya dari musuh-musuh saya, dan memberi saya kemenangan!" Reaksi mereka pasti akan berupa: "Puji Tuhan untuk segala kebaikan-Nya!"
Itu harus menjadi reaksi kita juga, ketika kita mengetahui bahwa kita adalah Israel rohani!
Mari kita mempertimbangkan setiap hal tentang diri kita seperti yang Petrus katakan—pelbagai julukan yang memberi kesaksian terhadap status kita sebagai orang kudus. Kemudian, mari kita bertanya seperti apakah seharusnya reaksi kita terhadap hak-hak istimewa kita itu.
SEPERTI APAKAH STATUS KITA SAAT INI?
Pertama, kita adalah "rumah rohani." Alkitab RSV berkata, "Datang kepada dia, kepada batu hidup itu … dan jadikanlah dirimu seperti batu-batu yang hidup yang dibangun menjadi rumah rohani …" (2:4, 5). Terjemahan lain yang memungkinkan akan berupa: "Kamu sedang datang kepada Dia, kamu sedang dibangun menjadi rumah rohani." Awalnya manusia datang kepada Kristus untuk diselamatkan oleh Dia. Tapi itu bukan akhir dari kedatangan itu; Umat Kristen selalu datang kepada Kristus, secara konstan mendekatkan diri kepada Dia. Ketika mereka melakukan itu, mereka menjadi "rumah rohani."
Rumah rohani ini pasti identik dengan bait Allah. Gambaran yang sama digunakan dalam Efesus 2. Kristus adalah batu penjuru dan para anggota dibangun bersama-sama menjadi sebuah bangunan. Dalam Efesus 2 bangunan itu disebut "bait Allah" (ay. 21; Lihat juga 1 Korintus 3:16; 6:19). Bangunan ini adalah tempat di mana para imam melayani dan pelbagai korban dipersembahkan; kenyataannya, kita bersama-sama dibangun menjadi bait suci agar sebagai imam kita bisa mempersembahkan korban.
Jika sebagai suatu umat kita membentuk bait Allah, apakah yang kita bentuk sebagai individu? Petrus mengatakan bahwa kita adalah "batu hidup." Masing-masing dari kita adalah batu, batu bata; ketika kita disatukan dengan cara yang benar kita bersama-sama membentuk rumah rohani di mana Allah disembah.
Hal-hal apakah yang membedakan antara orang-orang dari kita yang adalah batu hidup dan orang-orang lain yang bukan batu hidup? Perbedaannya adalah bagaimana orang-orang itu bereaksi terhadap Kristus, yang adalah sang batu hidup. Petrus mengatakan bahwa bagi Allah Kristus adalah "batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal" (2:6). Bagi orang-orang percaya, juga, Ia memang berharga. Tapi orang-orang yang tidak percaya telah menolak Dia: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru" (2:7) Mereka itu seolah-olah sedang mencari batu penjuru untuk bangunan mereka. Mereka melihat ada batu penjuru, tetapi mereka tidak menyukai batu itu, sehingga mereka membuangnya. Datanglah pembangun lain yang lebih hebat, dan Ia mengambil batu yang dibuang itu dan menjadikannya batu penjuru bagi bangunan-Nya yang lebih besar. Dengan demikian, Kristus menjadi "batu sandungan" bagi mereka. Petrus menyimpulkan paragraf ini dengan mengatakan bahwa penolakan mereka terhadap Kristus adalah sama dengan ketidaktaatan mereka kepada Firman itu.
Intinya adalah ini: Anda, sebagai orang Kristen, adalah batu-batu hidup yang dibangun menjadi bangunan rohani yang besar dengan Kristus sebagai batu penjurunya—karena Anda telah menerima Kristus. Yang lainnya, orang-orang yang tidak percaya, tersandung Kristus dan sesat—karena mereka menolak Kristus, tidak mematuhi Firman-Nya.
Kedua, kita adalah "imamat kudus" dan "imamat yang rajani." Pertama Petrus 2:5 mengatakan, "Kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah." Perhatikan juga, 2:9:
"Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani.…"
Dalam hal ini juga, kita adalah seperti Israel. Allah telah memanggil Israel untuk menjadi "kerajaan imam." Di Israel ada imamat Lewi khusus, tetapi dalam pengertian tertentu seluruh Israel adalah suatu imamat, dan begitu juga kita!
Dalam agama Kristen tidak ada "peraturan imam" khusus; semua orang Kristen adalah imam. Gerakan Reformasi menekankan "keimamatan bagi semua orang percaya." Jadi sudah seharusnya kita menjadi imam.
Kita adalah jenis imam khusus. Pertama, Petrus berkata, kita adalah "imamat kudus" (2:5). Artinya kita dikuduskan, dipisahkan, untuk melayani Allah. Kedua, ia berkata, kita adalah "imamat yang rajani" (2:9). Dalam Alkitab kita membaca tentang beberapa orang yang menjadi raja dan juga imam. Tapi mungkin kerajanian imamat kita itu timbul dari kenyataan bahwa kita melayani seorang raja, Raja Yesus, dan sekedar untuk menekankan pentingnya status kita.
Sebagai imam, tanggung jawab kita adalah mempersembahkan persembahan dan korban. Ayat 5 mengatakan bahwa kita dibangun menjadi rumah rohani supaya menjadi imamat kudus, untuk mempersembahkan korban rohani yang berkenan kepada Allah melalui Kristus. Setiap imam yang tidak mempersembahkan korban seperti itu tidak menjalankan tugasnya.
Menjadi imam berarti masing-masing individu dari kita memiliki akses kepada Allah. Betapa suatu hak istimewa yang indah untuk masuk ke dalam hadirat Allah yang Mahakuasa itu sendiri!
Ketiga, kita adalah "bangsa yang terpilih." Petrus mengatakan, "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri" (2:9). "Bangsa" di sini tampaknya menunjukkan gagasan tentang keluarga, atau marga. Kita dipilih oleh Allah untuk menjadi keluarga-Nya yang istimewa.
Secara khusus perhatikanlah kata "terpilih." Israel adalah umat pilihan Allah. Sekarang ini kita sudah secara khusus dipilih oleh Allah. Kita dipilih, tentu saja, dalam pengertian bahwa Allah menetapkan bahwa sekelompok orang akan menjadi milik-Nya, dan ketika kita menerima panggilan injil, kita menjadi bagian dari kelompok pilihan itu.
Keempat, kita adalah "bangsa yang kudus." Kata yang digunakan di sini adalah ethnos. Kata itu kurang lebih setara dengan "kelompok etnis" dalam bahasa Indonesia. Mungkin itu dimaksudkan untuk mengacu kepada orang-orang yang tinggal di tempat yang sama dengan kebiasaan yang sama. Bagaimanapun, kita adalah bangsa yang "kudus," atau ethnos. Kita adalah umat yang dikuduskan, dipisahkan, didedikasikan untuk melayani Pribadi yang menguduskan kita.
Kelima, kita adalah "umat kepunyaan Allah sendiri." Dalam Alkitab KJV kalimat ini diterjemahkan "umat yang istimewa." Bahasa aslinya sebenarnya mengatakan "suatu umat ke dalam pemilikan." Gagasannya tampaknya adalah "umat yang telah dipanggil atau diselamatkan agar menjadi kepemilikan." Sebagian besar terjemahan mengidentifikasi Pribadi yang menjadikan kita sebagai milik-Nya. Kita diselamatkan, atau kita telah diselamatkan, supaya menjadi milik Allah. Dengan demikian, mereka mendapatkan gagasan "umat yang menjadi milik Allah," atau "umat kepunyaan Allah sendiri." Gagasannya tampaknya adalah: Kita adalah umat Tuhan. Kita adalah milik-Nya. Ia telah menciptakan kita dan Ia telah membeli kita; jadi kita adalah milik-Nya, sama seperti Israel dulu adalah milik-Nya.
Kata yang diterjemahkan umat adalah kata yang sering digunakan dalam Perjanjian Baru untuk Israel—komunitas, atau jemaat, milik Allah. Dengan demikian, kita adalah keluarga Allah, umat Allah, dan jemaat Allah.
Petrus menekankan poin terakhir ini dengan meminta perhatian kita kepada transformasi besar yang telah terjadi dalam hubungan kita dengan Allah. Dahulu kita "bukan umat"; sekarang kita adalah "umat Allah"! Dahulu kita tidak memperoleh rahmat; sekarang kita telah memperoleh rahmat! Dahulu kita sesat; sekarang kita diselamatkan!
Pikirkanlah hal itu. Secara rohani, dahulu Anda bukan apa-apa. Sekarang Anda adalah "rumah rohani," "imamat kudus "dan "imamat yang rajani," "bangsa yang terpilih," " bangsa yang kudus," dan "umat kepunyaan Allah sendiri."
BAGAIMANAKAH SEHARUSNYA REAKSI KITA TERHADAP STATUS INI?
Reaksinya bisa berupa kebanggaan! Saya menduga bahwa kadang-kadang orang lain melihat kebanggaan dalam diri kita. Tapi kita tidak punya alasan untuk berbangga, lebih besar lagi daripada yang Israel lakukan. Allah berusaha mencegah Israel untuk berbangga. Perhatikanlah Ulangan 7:6-8. Demikian juga kita akan dicegah untuk tidak berbangga jika kita ingat bahwa itu terjadi bukan karena kebaikan kita atau perbuatan baik kita atau jasa kita atau kepatutan kita sehingga Allah menyelamatkan kita, tetapi semata-mata karena rahmat-Nya dan kasih karunia dan kasih. (Lihat Efesus 2:8, 9 dan Titus 3:5.) Reaksi kita terhadap status khusus kita harus jangan berbangga.
Reaksinya bisa berupa kepuasan! Kita bisa bereaksi terhadap status kita dengan menjadi sombong dan terpuaskan serta berpuas diri, karena percaya bahwa status kita menjamin keselamatan akhir kita. Status berarti hak istimewa, dan umat yang memiliki hak istimewa sering lupa bahwa mereka punya tanggung jawab yang sepadan dengan hak-hak istimewa mereka itu. Mereka bersukacita dalam hak-hak istimewa mereka, tapi melupakan tanggung jawab mereka, dan, akibatnya, sering kehilangan hak-hak istimewa mereka.
Itu menimpa Israel dalam Perjanjian Lama. Israel percaya bahwa karena ia adalah umat pilihan Allah, maka Allah tidak pernah bisa menolak dia, jadi ia bisa melakukan apa saja yang ia inginkan. Para nabi secara konsisten mengajarkan sebaliknya. Umat di zaman Yeremia percaya kepada fakta bahwa mereka memiliki "bait TUHAN" di tengah-tengah mereka, tapi pesan Yeremia adalah bahwa hal itu tidak akan mencegah Allah untuk tidak membinasakan mereka jika mereka jahat (Yeremia 7:1-14. ) Itu menimpa orang-orang Yahudi di zaman Yesus. Mereka berpikir bahwa menjadi keturunan Abraham menjamin keselamatan mereka, namun Yohanes mengatakan kepada mereka bahwa Allah bisa membangkitkan anak-anak Abraham dari batu; ikatan keluarga mereka tidak menjamin keselamatan mereka (Matius 3:9). Hal itu menimpa umat Kristen di zaman Perjanjian Baru. Tampaknya, mereka mengira bahwa karena mereka menikmati status yang sama yang Israel pernah nikmati dalam Perjanjian Lama, maka mereka tidak dalam bahaya akan jatuh. Tetapi para penulis Perjanjian Baru mengingatkan mereka bahwa mereka memang seperti Israel dalam hak istimewa dan juga seperti Israel dalam hal ini, seperti Israel jatuh, sehingga mereka pun bisa jatuh. (Lihat 1 Korintus 10:1-12 dan Ibrani 3; 4.) Menikmati hak istimewa dan status khusus seharusnya tidak membuat kita berpuas diri.
Reaksi kita harus berupa deklarasi! Petrus memberitahu kita bagaimana kita seharusnya bereaksi terhadap status terhormat kita: "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" (2: 9). Mengapakah kita dipilih? Kita dipilih sehingga kita dapat menyatakan perbuatan-perbuatan menakjubkan dari Dia yang memanggil kita "keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib"!
Dalam hal ini juga, kita adalah seperti Israel. Perhatikanlah Yesaya 43:20, 21: "Binatang hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, sebab Aku telah membuat air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku; umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku." Allah memilih Israel bagi diri-Nya? Mengapa? Supaya Israel memberitakan pujian-Nya.
Mengapakah kita diberi hak istimewa yang besar? Untuk menyatakan perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib. Kita melakukan hal ini ketika kita menyanyikan pujian kepada Allah dan menyembah Dia dengan cara-cara lain. Kita juga mempublikasikan kebaikan-Nya ketika kita, sebagai orang Kristen yang bersyukur, hidup sesuai dengan kehendak-Nya. (Lihat Matius 5:16.) Kita secara khusus menyatakan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib ketika kita bicara tentang Dia kepada orang lain, ketika kita melakukan "penginjilan pribadi," ketika kita mencoba untuk membawa orang lain kepada Yesus. Bukankah seharusnya hal itu menjadi reaksi alami kita terhadap realisasi dari apa yang Allah telah lakukan untuk kita? Ketika Anda mendapat kabar baik, bukankah alamiah bagi Anda untuk berbagi kabar itu? Karena Anda telah mencapai status ini dengan kasih karunia Allah, tidakkah Anda secara alami akan membagi berita luar biasa ini dengan orang lain?
Jadi, reaksi yang tepat, dari orang Kristen terhadap hak-hak istimewanya bukanlah kebanggan, kesombongan, atau kepuasan diri. Reaksi itu adalah ucapan syukur yang hidup, kehidupan yang penuh pujian, perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan kata-kata, dan bibir kita yang terus-menerus bicara tentang Allah dan kasih karunia-Nya yang menyelamatkan.
KESIMPULAN
Kita semua cenderung menjadi "pencari status." Kita ingin memiliki status di mata tetangga kita—status yang berasal dari hak istimewa dan prestise, status yang biasanya terkait dengan pekerjaan yang baik, hidup di lingkungan yang baik, berada dalam keluarga yang terhormat, memiliki banyak uang, memiliki jenis barang-barang yang baik: Pencari status seperti itu tidak baik.
Namun begitu, keinginan terhadap status itu sendiri tidaklah buruk karena Allah menempatkannya di dalam hati kita. Satu-satunya masalah kita adalah bahwa kita mencari status di tempat yang salah, dengan cara yang salah. Allah memuaskan keinginan kita untuk memperoleh status dengan menyediakan kesempatan bagi kita untuk menjadi seseorang dalam hubungan kita dengan Dia, Pribadi yang menciptakan dunia dan yang menyelamatkan kita.
Orang-orang Kristen yang Petrus surati sedang menderita karena iman Kristen. Bicara tentang status hina dari sudut pandang duniawi; maka status mereka di mata dunia itu hampir tidak ada! Namun mereka bisa memiliki kenyamanan dalam merenungkan status rohani mereka! Orang-orang yang menganiaya mereka mungkin tinggal di istana raja, tapi itu tidak bisa dibandingkan dengan keadaan mereka sebagai "batu hidup" dalam "rumah rohani." Orang-orang yang menganiaya mereka mungkin memiliki jabatan resmi yang ditetapkan oleh raja, tetapi mereka adalah "imamat yang rajani," yang melayani di bait Allah yang ditetapkan oleh Raja atas segala Raja sendiri! Orang-orang yang menganiaya mereka mungkin berasal dari keluarga yang paling tua, paling kaya, keluarga yang paling berpengaruh, tetapi mereka adalah bagian dari keluarga Allah! Orang-orang yang menganiaya mereka mungkin berasal dari anggota etnis atau kelompok bangsa yang disukai, tetapi mereka adalah bagian dari satu kelompok etnis yang dipisahkan oleh Allah! Mereka adalah umat kepunyaan Allah sendiri! Karena itu, mereka benar-benar tidak perlu merasa terintimidasi, rendah diri, atau takut. Mereka memiliki status yang jauh melampaui kemampuan orang mana saja untuk mendapatkan status itu lewat prestasi, untuk memperolehnya lewat dekrit, atau untuk melenyapkannya secara paksa. Begitulah kita!
Beberapa orang mungkin ada yang bangga terhadap negeri, asal negara, ras, ilah, jabatan, atau prestise mereka. Kita bisa bersukacita oleh karena status yang Allah, oleh kasih karunia, sudah berikan kepada orang-orang kudus. Dengan bersukacita, kita bisa "memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" (2:9).
Kepada orang non-Kristen kabar baiknya adalah ini: Anda juga dapat memiliki status ini, jika Anda bersedia menerima hadiah dari kasih karunia yang Allah tawarkan.
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Yesus, Batu Pertolongan (1 Petrus 2:4-8)
Ada hal-hal untuk dipelajari dan dihargai tentang Alkitab dari pertimbangan negeri dan latar belakang para p...
Yesus, Batu Pertolongan (1 Petrus 2:4-8)
Ada hal-hal untuk dipelajari dan dihargai tentang Alkitab dari pertimbangan negeri dan latar belakang para penulis itu tinggal. Ujung timur Laut Tengah adalah daerah yang panas, kering. Lahan pertanian yang baik jarang didapat. Tidak ada sungai besar untuk irigasi, dan sebagian besar wilayahnya adalah gurun. Di dalam Alkitab tanah gurun disebut "padang gurun".
Tanah yang Israel sebut rumah memiliki banyak kekurangan, tetapi memiliki batu yang berlimpah. Ada sedikit keheranan bagaimana bangsa Israel menemukan cara untuk menggunakan sumber daya alam ini. Mereka menggunakan batu untuk senjata dan untuk bahan bangunan. Tak heran, dalam kekokohan batu mereka juga menemukan pelbagai kiasan untuk mengungkapkan hubungan antara diri mereka dan Allah.
Dalam Ulangan dan Mazmur, Allah sendiri kadang-kadang disebut Gunung Batu. Ia adalah Gunung Batu Israel, kokoh, mantap, kekuatan mereka yang tidak pernah gagal. Musa bernyanyi, "Sebab nama TUHAN akan kuserukan: Berilah hormat kepada Allah kita, Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia" (Ulangan 32:3, 4).
Pelbagai kiasan yang ditarik dari batuan negeri itu berlanjut ke dalam Perjanjian Baru. Ketika Petrus mengakui bahwa Yesus adalah Kristus, Tuhan berkata bahwa pengakuannya itu adalah batu karang, pondasi kokoh yang di atasnya Ia akan membangun gereja-Nya. "Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya" (Matius 16:18). Rasul itu mungkin telah dilhami oleh kiasan dari Tuhan ketika ia menggunakan batu sebagai kiasan yang menggambarkan pekerjaan dan misi Kristus. (1) Yesus adalah batu karena Ia adalah pandu yang kokoh dan model untuk cara orang Kristen seharusnya hidup (2:6). Ia telah menunjukkan jalan, memberikan contoh untuk bagaimana murid-murid-Nya harus melayani Tuhan. Yesus itu lebih daripada batu; Ia adalah batu penjuru. Petrus menggunakan kata-kata Yesaya 28:16 untuk menyatakan maksudnya: "Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: 'Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!'"
Dahulu tidak ada, dan sekarang ini juga masih belum ada, banyak pohon di Israel. Kayu merupakan bahan bangunan yang tidak umum dan mahal. Alih-alih bekerja dengan kayu, para pengrajin Israel menjadi tukang batu yang terampil. Mereka membentuk batu begitu tepatnya sehingga sering tidak perlu semen. Meski umumnya ada anggapan bahwa pekerjaan Yesus adalah tukang kayu, banyak orang sekarang percaya bahwa kata Yunani te÷ktwn (tekton) akan lebih baik diterjemahkan "tukang batu." Di Yerusalem sekarang ini, siapa pun yang ingin mendirikan bangunan diminta oleh peraturan untuk membangunnya dari batu. Yerusalem adalah kota yang dibangun dari batu. Begitu juga halnya di dunia kuno.
Di masa ketika Petrus hidup, orang-orang Yahudi dari seluruh dunia tahu tentang bait suci hebat yang Herodes Agung telah bangun di Yerusalem. Bahkan orang-orang non-Yahudi memuji kemegahan dan keindahannya. Herodes telah memperluas kontur alami bukit itu di mana bait suci itu dibangun oleh Salomo. Para tukang bangunannya menggunakan batu-batu yang sangat besar untuk membangun dinding penahan. Tukang-tukang bangunan Herodes itu membuat mungkin bukan hanya untuk membangun bait suci, tetapi juga area pelataran besar yang dikelilingi oleh benteng yang megah. Semua itu terbuat dari batu. Para arkeolog telah menemukan banyak dari batu-batu itu. Herodes memberikan tanda khusus pada batu-batunya dengan membuat potongan serong disekitar ujungnya. Para arkeolog tidak punya masalah dalam mengenali batu-batu itu.
Dalam ayat-ayat yang mendahului kutipan Petrus atas Yesaya 28:16, ia memperluas kiasan tentang batu. Petrus berkata bahwa karena Kristus adalah batu, setiap orang Kristen, dalam satu pengertian, mengambil bagian dalam kekokohannya. Bersama Tuhan mereka, orang Kristen bersama-sama membentuk rumah tempat Allah tinggal. Setiap orang percaya adalah batu yang hidup di rumah itu (lihat 1 Petrus 2:4, 5).
Orang Kristen juga adalah batu karang. Pondasi di masyarakat saat ini tampaknya akan runtuh. Namun begitu, hal itu tidak akan terjadi bagi mereka yang mengang-gap Kristus sebagai batu penjuru. Suami-suami Kristen menghormati istri-istri mereka. Kaum istri menghormati suami mereka. Berdua mereka membesarkan anak-anak dalam didikan dan nasihat Tuhan. Mereka memperlakukan sesama mereka dengan baik. Kata-kata mereka koko seperti batu. Kejujuran menjadi ciri. Cara hidup mereka menandai mereka sebagai orang yang teguh. Perkataan Petrus menunjukkan bahwa Yesus adalah batu karang yang kokoh, pondasi yang aman yang di atasnya iman, harapan, dan kepercayaan orang Kristen diletakkan. Gempa bumi bisa mengguncang bangunan, tetapi pintu gerbang neraka itu sendiri tidak bisa menggeser pondasi yang di atasnya orang Kristen membangun kehidupan mereka dan meletakkan harapan mereka. Berabad-abad telah berlalu, bangsa-bangsa datang dan pergi, gunung-gunung menjulang dan mencair ke laut, tetapi Kristus sang Batu Karang, seperti Allah Israel, tetap stabil selamanya (lihat Mazmur 102:25-27).
(2) Yesus adalah batu pondasi, tetapi Ia juga batu yang dibuang (2:7). Petrus beralih dari Yesus sebagai batu penjuru, batu pondasi rumah Allah, kepada kiasan lain. Kali ini ia menggunakan Mazmur 118:22. Yesus sendiri pernah mengutip mazmur yang sama ketika Ia menantang orang-orang Yahudi dan mereka menolak Dia. " Kata Yesus kepada mereka: 'Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita'" (Matius 21:42).
Ketika Yesus mengutip Mazmur 118, Ia sedang bicara dengan para pemimpin bangsa Yahudi. Sebagai pelajar Kitab Suci, ilmu mereka di atas semua orang lain dan seharusnya telah mengenali Kristus yang dari Allah. Sebaliknya mereka malah menolak dan mengejek Dia, dan mereka berperan besar dalam penyaliban. Yesus adalah batu yang dibuang. Petrus tampaknya sedang membuat penerapan yang lebih luas atas mazmur itu. Orang-orang Yahudi menolak Yesus, tetapi di luar itu, orang bijak dan orang mulia dunia di antara semua bangsa menolak Dia juga.
Yang menjadikan Yesus batu penjuru adalah Allah. Manusia telah menolak Dia dan mereka terus menolak Dia. Allah menggunakan hal-hal kecil, yang hina dari dunia. Ia sanggup menjadikan seorang pekerja Galilea yang sederhana menjadi batu penjuru gereja. Rasul Petrus dan Paulus memiliki pikiran yang sama. Dalam konteks lain, sangat menarik untuk melihat cara Paulus yang secara jujur bersukacita atas paradoks bahwa Allah bekerja melalui kelemahan dan kehinaan manusia. Biarkan dunia memiliki raja-rajanya, kemegahannya, dan kemewahannya. Paulus akan duduk dengan orang yang hina dan dengan mereka, dengan Allah sebagai penolongnya, ia akan menaklukkan dunia. "Sebab jika aku lemah, maka aku kuat," katanya (2 Korintus 12:10). Rasul itu melanjutkan, "Karena sekalipun Ia telah disalibkan oleh karena kelemahan, namun Ia hidup karena kuasa Allah. Memang kami adalah lemah di dalam Dia, tetapi kami akan hidup bersama-sama dengan Dia untuk kamu karena kuasa Allah" (2 Korintu 13:4).
(3) Yesus adalah batu sandungan, batu sentuhan (2:8). Petrus mengutip Yesaya 28:16 dan mendapatkan Yesus sebagai batu penjuru. Ia mengutip Mazmur 118:22 dan mendapatkan Dia sebagai batu yang dibuang. Pada titik ini, rasul itu berpaling kembali kepada Yesaya. "Ia akan menjadi tempat kudus, tetapi juga menjadi batu sentuhan dan batu sandungan bagi kedua kaum Israel itu, serta menjadi jerat dan perangkap bagi penduduk Yerusalem" (Yesaya 8:14). Paulus mengungkapkan sentimen yang sama: "Tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan" (1 Korintus 1:23.). Bagi Paulus batu sandungan secara khusus adalah salib (lihat Galatia 5:11).
Bangsa Romawi menghormati kekuasaan. Ketika bangsa Romawi yang canggih dan bijaksana secara duniawi mendengar tentang agama Kristen untuk pertama kali, mereka pikir itu adalah lelucon yang bagus sekali. Juruselamat orang Kristen ini telah disalibkan oleh orang Romawi. Betapa konyolnya menganggap Dia layak untuk disembah! Bagi orang Yahudi, Yesus adalah batu sandungan untuk pelbagai alasan lain. Dalam hukum Musa ada nas yang melenyapkan harapan apa saja bahwa Yesus adalah Mesias. "Seorang yang digantung [di atas pohon adalah] terkutuk oleh Allah," kata Musa (Ulangan 21:23; Lihat Galatia 3:13). Orang Yahudi dan non-Yahudi sama-sama tersandung pada gagasan bahwa Yesus adalah orang penting bagi siapa saja. Bagi mereka tidak masuk akal menganggap orang yang disalibkan bisa menjadi Anak Allah.
Ketika Petrus bicara tentang Yesus sebagai batu sandungan, ia menggeser penekanannya. Orang-orang dunia tersandung pada ajaran Yesus karena mereka mencintai dosa mereka dan tidak menginginkan bagian Allah. Mereka ingin mengikuti keinginan mereka sendiri (lihat 1 Petrus 2:8). Salib tetap terus menjadi batu sandungan bagi banyak orang di dunia. Sama seperti di dunia Kekaisaran Romawi, salib Kristus sangat tidak cocok ketika orang memburu kekayaan dan ketenaran dan kekuasaan. Apakah mereka mengatakannya atau tidak, kehidupan sejumlah besar orang menyatakan salib sebagai batu sandungan.
Ringkasan. Dengan menggunakan Perjanjian Lama, Petrus menggunakan batu-batu dari dunianya untuk memperkaya pemahaman kita tentang Yesus dan hubungan kita dengan Dia. (1) Yesus adalah batu karang karena Ia adalah model yang patut dan tidak berubah untuk kebaikan dan kesalehan. (2) Yesus adalah batu yang dibuang. (3)
Yesus adalah batu sandungan, batu sentuhan.
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi