Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yoh 1:17
Full Life: Yoh 1:17 - KASIH KARUNIA DAN KEBENARAN.
Nas : Yoh 1:17
Bagi mereka yang berada di bawah hukum PL terdapat sekedar kasih
karunia yang tampak dalam iman beberapa orang (Kej 5:24; 7:1; 15:6)...
Nas : Yoh 1:17
Bagi mereka yang berada di bawah hukum PL terdapat sekedar kasih karunia yang tampak dalam iman beberapa orang (Kej 5:24; 7:1; 15:6) dan di dalam janji pengampunan dosa (Kel 34:6-7; Im 5:17-18). Kini melalui Kristus, kasih karunia dan kebenaran tersedia dalam arti kata seluas-luasnya (Rom 5:17-21). Kebenaran kini tidak lagi terselubung oleh lambang-lambang (seperti dalam korban-korban). "Kasih karunia demi kasih karunia" (ayat Yoh 1:16) berarti bahwa pemberian kasih karunia dan kuasa secara terus-menerus disalurkan kepada orang percaya yang menanggapi kasih karunia yang diberikan kepada mereka. Kasih karunia merupakan kuasa, kehadiran, dan berkat Allah yang dialami oleh mereka yang menerima Kristus
(lihat art. IMAN DAN KASIH KARUNIA).
Keselamatan tidak disebabkan oleh usaha kita untuk menaati hukum Taurat, tetapi oleh Roh Kudus dan kasih karunia Kristus yang datang ke dalam kehidupan kita untuk memperbaharui roh kita serta menciptakan kita kembali menurut gambar Kristus.
Ende -> Yoh 1:1-18
Ende: Yoh 1:1-18 - -- Kata pembukaan bertjorak madah ini mengandung atjara pokok, inti-sari dan
suasana seluruh karangan Indjil ini.
Kata pembukaan bertjorak madah ini mengandung atjara pokok, inti-sari dan suasana seluruh karangan Indjil ini.
Ref. Silang FULL -> Yoh 1:17
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Yoh 1:17 - -- 1:17 sebab hukum Taurat diberikan melalui112 Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran jadi113 melalui Yesus Kristus.
Ayat ini merupakan penjelasan dar...
1:17 sebab hukum Taurat diberikan melalui112 Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran jadi113 melalui Yesus Kristus.
Ayat ini merupakan penjelasan dari ayat yang sebelumya. Bagaimanakah Tuhan Allah melangkah sehingga kita menerima kasih karunia yang begitu berkelimpahan? Jawabannya adalah bahwa walaupun dulu ada hukum Taurat, tetapi sekarang berkat Yesus Kristus kita memperoleh kasih karunia dan kebenaran.
Kontras ini, antara apa yang disediakan bagi umat Allah melalui Musa, dan apa yang ada di dalam Yesus Kristus, sudah diungkapkan secara tersirat dalam pasal 1:13, tetapi kontras yang sama, antara "orde lama" dan "orde baru" akan dikembangkan dalam nas yang berikut:
Hagelberg: Yoh 1:1-18 - -- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
1:1-5 Pendahuluan
Kelima ayat ini begitu singkat dan padat, sehingga sungguh membangkitkan rasa keingintahuan kita, "Bag...
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
1:1-5 Pendahuluan
Kelima ayat ini begitu singkat dan padat, sehingga sungguh membangkitkan rasa keingintahuan kita, "Bagaimana mungkin terjadi bahwa 'Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah'?" Tema-tema yang sangat besar dimasukkan dalam "ruangan" yang begitu sempit, yaitu lima ayat, 61 kata Yunani, 61 kata yang singkat dan biasa. Tema-tema yang dikemukakan antara lain persekutuan antara Firman dan Allah Bapa, keilahian Firman, hidup dan terang yangdibawa kepada manudia oleh Firman itu, penjelmaan, dan perlawanan. Tema-tema yang diceritakan dengan kata yang biasa, sehingga semula kita merasa bahwa segala yang dia katakan mudah dimengerti. Namun, jika direnungkan kita mulai menyadari bahwa dia menulis kebenaran yang amat dalam dan sulit dipahami.
Kedelapan belas ayat yang pertama dalam Injil Yohanes mengemukakan tema-tema yang pokok dan istilah-istilah yang khas, yang dikembangkan lebih lanjut dalam pasal 1:19-21:25.33 Dengan demikian, para pembaca bagian ini, yang rindu untuk memperoleh kasih karunia dan terang melalui Dia yang menjelma menjadi manusia menjadi tertarik untuk membaca seluruh Injil Yohanes.
Dari segi bentuk bagian ini, Culpepper34 mengamati beberapa ayat yang begitu sejajar, sehingga bentuk "baji" muncul, di mana pasal 1:12b menjadi matanya. Menurut dia, pasal 1:1-2 sejajar dengan 1:18, 1:3 sejajar dengan 1:17, 1:4-5 sejajar dengan 1:16, 1:6-8 sejajar dengan 1:15, 1:9-10 sejajar dengan 1:14, 1:11 sejajar dengan 1:13, 1:12a sejajar dengan 1:12c.
Pengamatannya digambarkan di bawah ini:
Ternyata bentuk "baji"35 ini tidak jarang dalam Firman Allah, dan tidak asing bagi para pembaca pertama. Struktur ini menekankan ayat yang menjadi matanya atau engselnya. Dalam kasus ini pasal 12:b menjadi engselnya. Struktur ini menekankan kepentingan "diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah". Penekanan ini sesuai dengan tujuan Injil Yohanes, yaitu penginjilan.
Hagelberg: Yoh 1:17 - -- 1:17 sebab hukum Taurat diberikan melalui112 Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran jadi113 melalui Yesus Kristus.
Ayat ini merupakan penjelasan dar...
1:17 sebab hukum Taurat diberikan melalui112 Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran jadi113 melalui Yesus Kristus.
Ayat ini merupakan penjelasan dari ayat yang sebelumya. Bagaimanakah Tuhan Allah melangkah sehingga kita menerima kasih karunia yang begitu berkelimpahan? Jawabannya adalah bahwa walaupun dulu ada hukum Taurat, tetapi sekarang berkat Yesus Kristus kita memperoleh kasih karunia dan kebenaran.
Kontras ini, antara apa yang disediakan bagi umat Allah melalui Musa, dan apa yang ada di dalam Yesus Kristus, sudah diungkapkan secara tersirat dalam pasal 1:13, tetapi kontras yang sama, antara "orde lama" dan "orde baru" akan dikembangkan dalam nas yang berikut:
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 1:15-18
Matthew Henry: Yoh 1:15-18 - Kesaksian Yohanes tentang Kristus Kesaksian Yohanes tentang Kristus (1:15-18)
Dalam ayat-ayat ini:
I. Penulis Injil ini kembali memberitahukan kepada kita kesaksian Yohanes Pemb...
Kesaksian Yohanes tentang Kristus (1:15-18)
- Dalam ayat-ayat ini:
- I. Penulis Injil ini kembali memberitahukan kepada kita kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Kristus (ay. 15). Ia telah berkata (ay. 8) bahwa Yohanes datang sebagai saksi, dan sekarang di sini ia memberi tahu kita bahwa Yohanes melakukan apa yang sudah seharusnya dilakukannya, yaitu memberi kesaksian.
- Di sini, perhatikanlah:
- . Bagaimana ia mengungkapkan kesaksiannya: Ia berseru, sesuai dengan nubuatan bahwa ia akan menjadi suara orang yang berseru-seru. Nabi-nabi Perjanjian Lama berseru-seru dengan suara nyaring untuk menunjukkan kepada umat dosa-dosa mereka, sementara nabi Perjanjian Baru ini berseru-seru untuk menunjukkan kepada umat Juruselamat mereka.
- Hal ini memperlihatkan:
- (1) Bahwa kesaksiannya adalah kesaksian yang terbuka dan umum. Kesaksian itu dinyatakan kepada orang banyak dari berbagai macam kalangan agar mereka bisa memperhatikannya, sebab ini menyangkut kepentingan mereka semua. Guru-guru palsu memikat orang secara diam-diam, tetapi hikmat menyatakan ketetapan-ketetapannya di tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang.
- (2) Bahwa ia memberikan kesaksian ini dengan bebas dan bersemangat. Ia berseru-seru sebagai orang yang sangat yakin akan apa yang disaksikannya dan mempercayainya dengan sepenuh hati. Ia yang melonjak kegirangan dalam rahim ibunya saat Kristus datang mendekat, ketika Ia masih dikandung, kini dengan semangat kegirangan yang sama menyambut kemunculan-Nya di depan umum.
- . Apa kesaksiannya. Ia meminta orang banyak untuk mengingat apa yang telah dikatakannya pada awal pelayanannya, ketika ia menyuruh mereka untuk mengharapkan Dia yang akan datang kemudian daripadanya, yang bagi-Nya ia menjadi pembuka jalan. Dia tidak pernah bermaksud melakukan hal lain kecuali untuk membawa mereka kepada-Nya, dan untuk mempersiapkan jalan-Nya. Hal ini telah diberitahukannya kepada mereka sejak dari semula. Perhatikanlah, hamba Tuhan akan merasa sangat terhibur apabila kesaksian hati nuraninya berbicara dengan baik terhadap dirinya sendiri, bahwa ia telah memulai pelayanannya dengan prinsip-prinsip yang jujur dan niat hati yang tulus, dengan hanya memiliki satu tujuan, yaitu untuk menghormati dan memuliakan Kristus. Nah, apa yang dikatakannya ketika itu kini diterapkannya kepada Yesus ini, yang belum lama ini telah dibaptisnya, dan yang dengan menakjubkan telah diakui sebagai Dia yang datang dari sorga: Inilah Dia yang kumaksudkan. Yohanes tidak berkata kepada mereka bahwa sebentar lagi akan muncul seorang yang demikian di antara mereka, lalu membiarkan mereka untuk mencarinya sendiri. Sebaliknya, secara khusus ia menunjuk pada orangnya: "Inilah Dia, orang yang sudah kuberitahukan kepadamu itu, dan kepada-Nyalah kamu harus menerapkan segala hal yang telah kukatakan." Dalam hal ini ia berbuat melebihi semua nabi Perjanjian Lama. Nah, apa yang telah dikatakannya itu?
- (1) Ia memberikan keutamaan kepada Yesus ini: Ia yang akan datang kemudian daripadaku, dalam hal waktu kelahiran-Nya dan waktu penampilan-Nya di depan umum, telah mendahului aku (KJV: "Ia yang datang kemudian daripadaku haruslah lebih diutamakan daripadaku" -- pen.). Ia yang menggantikan aku dalam memberitakan pertobatan dan mengangkat murid-murid adalah orang yang lebih istimewa daripadaku, dalam segala hal, sama seperti raja atau bangsawan yang datang kemudian lebih diutamakan daripada seorang pendahulu atau pembuka jalan yang mempersiapkan jalan baginya. Perhatikanlah, Yesus Kristus, yang akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi (Luk. 1:32), lebih diutamakan daripada Yohanes Pembaptis, yang hanya akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi (Luk. 1:76). Yohanes adalah seorang pelayan Perjanjian Baru, tetapi Kristus adalah Pengantara Perjanjian Baru. Dan amatilah, meskipun Yohanes adalah seorang yang besar, dan mempunyai nama serta kepentingan yang besar pula, ia bersedia memberikan keutamaan kepada Dia yang berhak memilikinya. Perhatikanlah, semua hamba Kristus harus lebih mengutamakan Dia dan kepentingan-Nya melebihi diri dan kepentingan-kepentingan mereka sendiri. Orang yang mencari kepentingannya sendiri, dan bukan kepentingan Kristus Yesus, pasti tidak akan dipandang baik (Flp. 2:21). Ia datang kemudian daripadaku, namun Ia harus lebih diutamakan daripadaku. Perhatikanlah, Allah membagi-bagikan pemberian-Nya menurut kerelaan kehendak-Nya, dan sering kali Ia memilih yang satu daripada yang lain, seperti yang terjadi pada Yakub, ketika Ia memilih yang lebih muda daripada yang lebih tua. Paulus jauh melampaui orang-orang yang sudah di dalam Kristus sebelum dia.
- (2) Yohanes di sini memberikan alasan yang baik untuk itu: Sebab Dia telah ada sebelum aku, prōtos mou ēn -- Ia sebelum aku, atau Ia yang pertama dibandingkan aku. Ia adalah Penyebab utama aku ada, dari-Nyalah aku berasal. Yang Pertama atau Yang Terdahulu adalah salah satu nama Allah (Yes. 44:6). Ia telah ada sebelum aku, Dia mendahului aku:
- [1] Dalam hal senioritas (ketuaan): Ia telah ada sebelum aku, sebab Ia telah ada sebelum Abraham (8:58), bahkan bukan itu saja, Ia telah ada sebelum segala sesuatu (Kol. 1:17). Aku hanyalah anak kemarin sore, sementara Ia sudah ada sejak dari kekekalan. Yohanes Pembaptis tampil hanya pada waktu itu (Mat. 3:1), tetapi kemunculan Yesus Tuhan kita sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala (Mi. 5:1). Hal ini membuktikan dua hakikat yang ada di dalam Kristus. Kristus, sebagai manusia, datang kemudian daripada Yohanes dalam hal penampilan-Nya di depan umum, namun Kristus, sebagai Allah, telah ada sebelum dia, sebab dengan cara apa lagikah Dia sudah ada sebelum Yohanes kecuali Dia memang sudah ada sejak dari kekekalan?
- [2] Dalam hal keunggulan atau kewenangan: sebab Ia adalah rajaku. Adakalanya raja-raja disebut sebagai yang pertama, prōton. "Demi Dia dan untuk melayani Dialah aku diutus. Ia adalah Tuanku, aku adalah hamba dan pembawa pesan-Nya."
- II. Penulis Injil ini sekarang kembali berbicara tentang Yesus Kristus, dan ia tidak melanjutkan pembicaraannya tentang kesaksian Yohanes Pembaptis sampai ayat 19. Ayat 16 sangat jelas berhubungan dengan ayat 14, yang di dalamnya Firman yang berinkarnasi dikatakan penuh kasih karunia dan kebenaran. Sekarang di sini ia menjadikan hal itu sebagai suatu kesempatan bagi kita bukan hanya untuk memuja-Nya melainkan juga untuk bersyukur kepada-Nya, sebab dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima. Dia telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia (Mzm. 68:19), supaya Dia dapat memberikan pemberian-pemberian kepada manusia (Ef. 4:8). Dia dipenuhi, supaya Dia dapat memenuhi semua dan segala sesuatu (Ef. 1:23), supaya dapat mengisi penuh perbendaharaan kita (Ams. 8:21). Ia memiliki sumber kepenuhan yang mengalir sampai meluap-luap: Kita semua telah menerima. Kita semua para rasul, demikianlah menurut sebagian orang. Kita telah menerima kebaikan kerasulan ini, itulah kasih karunia, dan kita telah dibuat pantas untuk menjadi rasul, itulah kebenaran. Atau lebih tepatnya, kita semua orang-orang percaya, semua orang yang menerima-Nya (ay. 16), menerima dari-Nya. Perhatikanlah, semua orang percaya yang sejati menerima dari kepenuhan Kristus. Orang-orang kudus yang terbaik dan terbesar tidak bisa hidup tanpa-Nya, dan orang-orang yang paling hina dan paling lemah dapat hidup oleh-Nya. Ini membuat kita tidak bisa menyombongkan diri, sebab kita sebenarnya tidak mempunyai apa-apa, tetapi kita telah menerimanya. Ini juga mengusir segala rasa takut dan cemas, karena kita sebenarnya tidak kekurangan apa-apa, tetapi kita boleh menerimanya. Marilah kita lihat apa yang telah kita terima itu.
- . Kita telah menerima kasih karunia demi kasih karunia. Penerimaan kita oleh Kristus diringkas dalam dua kata ini, kasih karunia. Kita telah menerima kai charin -- bahkan kasih karunia, pemberian yang begitu besar, begitu kaya, begitu tak ternilai. Apa yang telah kita terima itu bukan sesuatu yang lebih kecil dari kasih karunia. Pemberian ini harus dibicarakan dengan diberi penekanan secara khusus. Pemberian ini diulang-ulang, kasih karunia demi kasih karunia, sebab untuk setiap batu dalam bangunan ini, seperti juga untuk batu utama, kita harus berseru bahwa semua itu Kasih karunia, kasih karunia.
- Perhatikanlah:
- (1) Berkat yang diterima. Berkat itu adalah kasih karunia, kehendak baik Allah terhadap kita dan pekerjaan baik Allah di dalam diri kita. Kehendak baik Allah mengerjakan pekerjaan yang baik, dan pekerjaan yang baik itu membuat kita memenuhi syarat untuk menerima tanda-tanda lain dari kehendak baik-Nya. Sama seperti kolam menerima air dari kepenuhan sumber mata air, dan cabang-cabang pohon menyerap dari kepenuhan akar, serta cahaya udara dari kepenuhan matahari, demikian pula kita menerima kasih karunia dari kepenuhan Kristus.
- (2) Cara penerimaannya: kasih karunia demi kasih karunia -- charin anti charitos. Frase ini berbentuk tunggal, dan para penafsir memberikan berbagai pengertian yang berbeda mengenainya, tetapi setiap tafsiran tersebut akan bermanfaat untuk menggambarkan kekayaan-kekayaan yang tidak terselami dari kasih karunia Kristus itu. Kasih karunia demi kasih karunia berbicara tentang:
- [1] Kebebasan kasih karunia itu. Kasih karunia ini diberikan demi kasih karunia itu sendiri, demikianlah menurut Grotius. Kita menerima kasih karunia bukan karena diri kita sendiri (sekalipun kita mengira demikian), tetapi, ya Bapa, karena itulah yang berkenan kepada-Mu. Pemberian ini diberikan menurut kasih karunia (Rm. 12:6). Kasih karunia ini diperuntukkan bagi kita demi (karena) kasih karunia yang diperuntukkan bagi Yesus Kristus. Allah berkenan kepada-Nya, dan karena itu Ia berkenan kepada kita di dalam Dia (Ef. 1:6).
- [2] Kepenuhan kasih karunia ini. Kasih karunia demi kasih karunia berbicara tentang kelimpahan kasih karunia, kasih karunia sesudah kasih karunia (demikian Camero), kasih karunia yang satu disusul dengan kasih karunia yang lain; seperti kulit ganti kulit adalah kulit demi kulit, bahkan segala yang dipunyai orang akan diberikannya (Ayb. 2:4). Kasih karunia demi kasih karunia menggambarkan suatu berkat yang dicurahkan atau ditumpahkan sehingga tidak ada lagi ruang yang tersedia untuk menerimanya, penebusan yang berlimpah ruah: kasih karunia yang satu menjamin datangnya kasih karunia lain lagi. Yusuf -- Ia akan menambahkan. Kepenuhan ini sungguh sedemikian luar biasanya hingga disebut kepenuhan Allah. Dengan kepenuhan seperti inilah kita dipenuhi. Kita tidak akan terbatas dalam menerima kasih karunia Kristus, kecuali jika kita membatasi diri kita dengan kecukupan dari diri kita sendiri.
- [3] Kebergunaan kasih karunia ini. Kasih karunia demi kasih karunia adalah kasih karunia yang diberikan untuk mengembangkan dan memajukan kasih karunia itu sendiri. Kasih karunia ini harus dipergunakan oleh kita sendiri. Kebiasaan-kebiasaan kasih karunia menghasilkan tindakan-tindakan kasih karunia. Kasih karunia harus dipergunakan untuk kebaikan orang lain; pemberian kasih karunia (yang cuma-cuma) harus dipakai untuk perbuatan baik kasih karunia pula (yang cuma-cuma). Kasih karunia merupakan talenta atau karunia yang harus diusahakan dan dilipatgandakan. Para rasul menerima kasih karunia (Rm. 1:5; Ef. 3:8), supaya mereka bisa menyampaikannya kepada orang lain (1Ptr. 4:10).
- [4] Kasih karunia Perjanjian Baru yang menggantikan tempat dan kegunaan kasih karunia Perjanjian Lama: demikianlah menurut Beza. Dan pengertian ini diperkuat oleh ay. 17. Kasih karunia dalam Perjanjian Lama hanyalah bayangan saja, sedangkan dalam Perjanjian Baru ia menjadi kebenaran atau kasih karunia yang sebenar-benarnya. Dalam Perjanjian Lama memang ada kasih karunia, Injil sudah diberitakan pada masa itu (Gal. 3:8), tetapi kasih karunia itu sekarang digantikan, dan kini kita mempunyai kasih karunia Injil, kemuliaan yang mengatasi segala sesuatu (2Kor. 3:10). Kasih karunia itu sekarang diungkapkan dengan lebih jelas dan dibagi-bagikan kepada banyak orang dengan lebih berlimpah-limpah. Ini adalah kasih karunia ganti kasih karunia.
- [5] Kasih karunia demi kasih karunia berbicara tentang pengembangan dan keberlanjutan kasih karunia itu. Kasih karunia demi kasih karunia berarti kasih karunia yang satu memperbaiki, meneguhkan, dan menyempurnakan kasih karunia yang lain. Kita diubah menjadi serupa dengan gambar ilahi, dari kemuliaan yang satu menuju pada kemuliaan yang lain, dari derajat kemuliaan kasih karunia yang satu menuju pada derajat yang lain (2Kor. 3:18). Orang-orang yang mempunyai kasih karunia sejati akan memiliki kasih karunia yang lebih lagi (Yak. 4:6). Ketika Allah memberikan kasih karunia, Ia berkata, "Ambillah ini sebagiannya," sebab Ia yang telah berjanji pasti akan menepati dengan seutuhnya.
- [6] Kasih karunia demi kasih karunia berbicara tentang kesepadanan dan kesesuaian kasih karunia di dalam orang-orang kudus dengan kasih karunia di dalam Yesus Kristus, demikianlah menurut Tuan Clark. Kasih karunia demi kasih karunia adalah kasih karunia di dalam diri kita sebagai tanggapan terhadap kasih karunia di dalam diri-Nya, seperti gambar yang sama dengan stempelnya secara garis per garis. Kasih karunia yang kita terima dari Kristus mengubah kita menjadi serupa dengan gambar-Nya (2Kor. 3:18), gambaran Anak-Nya (Rm. 8:29), rupa dari yang sorgawi (1Kor. 15:49).
- . Kita telah menerima kasih karunia dan kebenaran (ay. 17). Sebelumnya dalam ay. 14 penulis Injil ini berkata bahwa Kristus penuh kasih karunia dan kebenaran, dan sekarang dalam ay. 17 ia berkata bahwa oleh-Nya kasih karunia dan kebenaran datang kepada kita. Dari Kristus kita menerima kasih karunia. Perkataan ini seperti senar kecapi yang begitu senang dimainkan oleh penulis Injil ini, ia tidak bisa melepaskan tangannya darinya. Ada dua hal yang diamatinya lebih lanjut lagi dalam ayat ini mengenai kasih karunia ini:
- (1) Keutamaannya melebihi hukum Musa: Hukum Taurat diberikan oleh Musa, dan pemberian hukum itu dengan sendirinya merupakan suatu pengungkapan yang sungguh mulia baik tentang kehendak Allah mengenai manusia maupun kehendak baik-Nya terhadap manusia. Akan tetapi, Injil Kristus merupakan pengungkapan yang jauh lebih jelas baik mengenai kewajiban maupun kebahagiaan kita. Apa yang diberikan oleh Musa sungguh menakutkan dan mengancam, terikat dengan berbagai hukuman. Suatu hukum tidak dapat memberi hidup jika diberikan dengan banyak kengerian (Ibr. 12:18). Namun, apa yang diberikan oleh Yesus Kristus mempunyai sifat lain. Yang diberikan-Nya itu mempunyai segala keuntungan hukum Taurat, tetapi tanpa segala kengerian itu, sebab pemberian-Nya itu adalah kasih karunia: kasih karunia yang mendidik (Tit. 2:11), kasih karunia yang berkuasa (Rm. 5:21). Pemberian ini memang merupakan suatu hukum, tetapi hukum yang menyembuhkan. Perbuatan kasih sayang merupakan ciri khas Injil, bukan ketakutan terhadap hukum dan kutukannya.
- (2) Hubungannya dengan kebenaran: kasih karunia dan kebenaran. Dalam Injil kita melihat diungkapkannya kebenaran-kebenaran yang terbesar yang harus diterima dengan pengertian, seperti juga kasih karunia yang terkaya yang harus diterima dengan kehendak dan kasih sayang. Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya, yang artinya, perkataan ini adalah kasih karunia dan kebenaran. Tawaran-tawaran kasih karunia itu sangat tulus, dan bolehlah kita mempertaruhkan jiwa kita dengan menerimanya. Tawaran-tawaran itu diberikan dengan sungguh-sungguh, sebab yang ditawarkan adalah kasih karunia dan kebenaran. Kasih karunia dan kebenaran di sini harus dilihat dengan merujuk pada hukum Taurat yang diberikan oleh Musa, sebab kasih karunia dan kebenaran itu adalah:
- [1] Pemenuhan dari segala janji Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama kita sering mendapati belas kasihan dan kebenaran dipadukan bersama-sama, yang berarti belas kasihan itu sesuai dengan janji. Demikian pula di sini kasih karunia dan kebenaran menunjukkan kasih karunia yang sesuai dengan janji (Luk. 1:72; 1Raj. 8:56).
- [2] Kasih karunia dan kebenaran ini merupakan inti sari dari semua perlambangan dan bayangan Perjanjian Lama. Memang terdapat suatu kasih karunia di dalam peraturan-peraturan yang ditetapkan bagi bangsa Israel dan di dalam pemeliharaan-pemeliharaan ilahi yang diberikan kepada umat Israel. Akan tetapi, semua itu hanyalah bayangan dari hal-hal baik yang akan datang, bahkan bayangan dari kasih karunia yang akan dibawa kepada kita melalui pewahyuan Yesus Kristus. Dialah domba paskah yang sesungguhnya, kambing jantan penghapus dosa yang sesungguhnya, manna yang sesungguhnya. Mereka mempunyai kasih karunia di dalam gambaran saja, sedangkan kita mempunyai kasih karunia di dalam pribadi atau orangnya. Itulah kasih karunia dan kebenaran. Kasih karunia dan kebenaran datang, egeneto -- dijadikan, kata yang sama yang digunakan (ay. 3) untuk menggambarkan Kristus menjadikan segala sesuatu. Hukum Taurat hanya diberitahukan oleh Musa, tetapi keberadaan kasih karunia dan kebenaran ini, seperti juga pengungkapannya, bisa terjadi hanya karena Yesus Kristus. Kasih karunia dan kebenaran ini dijadikan oleh-Nya, sama seperti dunia dijadikan oleh-Nya pada awal mula, dan oleh-Nyalah kasih karunia dan kebenaran ini kini ada.
- . Hal lain yang kita terima dari Kristus adalah pewahyuan yang jelas tentang Allah kepada kita (ay. 18): Ia telah menyatakan Allah kepada kita, yang tidak pernah dilihat oleh seorang pun. Inilah kasih karunia dan kebenaran yang datang oleh Kristus, pengetahuan akan Allah dan pengenalan akan Dia.
- Perhatikanlah:
- (1) Tidak memadainya semua pengungkapan yang lain: Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah.
- Hal ini menunjukkan:
- [1] Bahwa karena Allah pada hakikatnya adalah roh, Ia tidak terlihat oleh mata jasmani kita. Ia adalah suatu wujud yang tidak pernah, dan memang tidak dapat, dilihat oleh seorang pun (1Tim. 6:16). Oleh karena itu, kita perlu hidup dengan iman, yang dengannya kita bisa melihat Dia yang tidak kelihatan (Ibr. 11:27).
- [2] Bahwa pewahyuan yang dibuat Allah tentang diri-Nya sendiri dalam Perjanjian Lama sangatlah singkat dan tidak sempurna, jika dibandingkan dengan apa yang telah dibuat-Nya melalui Kristus: Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah, yang artinya, apa yang dilihat dan diketahui tentang Allah sebelum inkarnasi Kristus tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang sekarang dilihat dan diketahui tentang Dia di dalam Kristus. Kehidupan dan kekekalan kini diperlihatkan dalam cahaya yang jauh lebih terang daripada sebelumnya.
- [3] Bahwa tidak ada seorang pun dari nabi-nabi Perjanjian Lama yang memenuhi syarat untuk memberitahukan pikiran dan kehendak Allah kepada anak-anak manusia selain Yesus Tuhan kita, sebab tidak satu pun dari antara mereka yang telah melihat Allah. Walaupun Musa memandang rupa TUHAN (Bil. 12:8; dalam KJV dipakai kata similitude "gambaran yang menyerupai" -- pen.), ia dikatakan tidak dapat memandang wajah-Nya (Kel. 33:20). Karena itu, inilah yang membuat agama suci yang dibawa Kristus itu sangat layak bagi kita, yaitu bahwa agama itu didirikan oleh Dia yang telah melihat Allah, dan yang lebih mengetahui pikiran-Nya daripada siapa pun juga.
- (2) Memadainya pengungkapan Injil dibuktikan dengan siapa yang mengungkapkannya: Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
- Perhatikanlah di sini:
- [1] Betapa Dialah yang layak mengadakan pengungkapan ini dan dalam segala hal memenuhi syarat untuk melakukannya. Dia, dan hanya Dia sendiri, yang layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya (Why. 5:9), sebab,
- pertama, Dia adalah Anak Tunggal Bapa, dan siapakah yang lebih mengetahui Bapa selain daripada Anak sendiri? Atau di dalam siapakah Bapa dikenal dengan lebih baik selain daripada di dalam Anak sendiri? (Mat. 11:27). Dia sehakikat dengan Bapa, sehingga barangsiapa telah melihat Dia, telah melihat Bapa (14:9). Hamba pastilah tidak mengetahui dengan baik apa yang diperbuat oleh Tuannya seperti yang diketahui Anak (15:15). Musa berlaku setia sebagai hamba, tetapi Kristus berlaku setia sebagai Anak.
- Kedua, Ia berada di pangkuan Bapa. Ia telah berada di pangkuan-Nya sejak dari kekekalan. Ketika Ia berada di sini di atas bumi, sebagai Allah, Ia tetap berada di pangkuan Bapa, dan ke sanalah Ia kembali ketika Ia naik.
- Di pangkuan Bapa berarti:
- . Di dalam dekapan kasih sayang-Nya yang istimewa. Ia sangat disayang oleh-Nya, dan kepada-Nyalah Ia berkenan, Ia selalu menjadi kesukaan-Nya. Semua orang kudus Allah berada di dalam tangan-Nya, tetapi Anak-Nya berada di pangkuan atau dekapan pelukan-Nya, satu dalam sifat dan hakikat dengan-Nya, dan karena itu pada taraf yang tertinggi Ia satu dengan-Nya di dalam kasih.
- . Di dalam hati hikmat-hikmat rahasia-Nya. Sama seperti ada rasa bahagia timbal balik di antara Bapa dan Anak, demikian pula ada kesadaran timbal balik di antara Mereka (Mat. 11:27). Tidak ada yang pantas memberitahukan kita mengenai Allah selain Dia, sebab tidak ada yang tahu pikiran-Nya seperti Dia. Biasanya orang berkata bahwa pikiran-pikiran kita yang paling rahasia kita sembunyikan di dalam hati (in pectore). Kristus mengetahui secara pribadi rahasia-rahasia yang terpendam di dalam hati Bapa. Para nabi duduk di bawah kaki-Nya sebagai pelajar, sedangkan Kristus duduk di pangkuan-Nya sebagai teman (Ef. 3:11).
- [2] Betapa bebasnya Dia melakukan pengungkapan ini: Ia telah menyatakan-Nya. "-Nya" di sini sebenarnya tidak ada dalam bahasa aslinya. Ia telah menyatakan sesuatu tentang Allah yang tidak pernah dilihat atau diketahui oleh siapa pun, bukan hanya apa yang tersembunyi tentang Allah melainkan juga apa yang tersembunyi di dalam Allah (Ef. 3:9), exēgēsato -- kata ini menunjukkan suatu pengungkapan yang terang, jelas, dan utuh, bukan dengan petunjuk-petunjuk yang bersifat umum dan meragukan melainkan dengan penjelasan-penjelasan yang khusus. Kini, bahkan dengan berlaripun orang bisa belajar tentang kehendak Allah dan jalan keselamatan. Inilah kasih karunia, inilah kebenaran, yang datang melalui Yesus Kristus.
SH: Yoh 1:14-18 - Rahasia iman. (Sabtu, 26 Desember 1998) Rahasia iman.
"Firman" sebagai gelar penjelmaan-Nya dalam diri manusia; sempurna tanpa dosa, adalah salah satu rahasia iman Kristen. Sebagian orang, ...
Rahasia iman.
"Firman" sebagai gelar penjelmaan-Nya dalam diri manusia; sempurna tanpa dosa, adalah salah satu rahasia iman Kristen. Sebagian orang, sulit menerima fakta bahwa Allah yang kudus dan mulia itu mau datang menjadi manusia dan hidup bersama dengan manusia berdosa. Di sinilah letak harapan satu-satunya bagi manusia berdosa untuk memperoleh kembali hubungan intim dengan Allah, Penciptanya. Rahasia iman yang ajaib yang melampaui logika keterbatasan berpikir manusia. Dia yang kekal dan tak terbatas, tetapi mau masuk ke dalam keterbatasan manusia agar rencana kekal-Nya tergenapi.
Kontras: Taurat dan kasih karunia. Apa yang dikatakan Yohanes merupakan jawaban atas pemaparan tuntutan Taurat yang digenapi di dalam Kristus. Kehadiran Kristus itu bukan meniadakan hukum Taurat atau pun mengesampingkan tuntutannya, sebaliknya kasih karunia Kristus itu meneguhkan, sehingga di dalam Dia kebenaran Allah yang dinyatakan berlaku kekal sepanjang masa.
Renungkan: Benarkah peristiwa yang ajaib ini menjadi bagian hidup untuk membuka diri terhadap kebenaran Allah yang terus disingkapkan kepada kita.
Doa: Tuhan, celikkanlah mata kami, agar dapat melihat hal-hal rohani yang telah Tuhan kerjakan dalam kehidupan kami.
SH: Yoh 1:14-18 - Berita Natal (Selasa, 25 Desember 2001) Berita Natal
Rasul Yohanes telah menegaskan bahwa Yesus adalah Allah.
Dalam ayat 14, ia menegaskan bahwa Yesus adalah manusia.
Peristiwa Natal meru...
Berita Natal
Rasul Yohanes telah menegaskan bahwa Yesus adalah Allah. Dalam ayat 14, ia menegaskan bahwa Yesus adalah manusia. Peristiwa Natal merupakan suatu rahasia besar tentang mengapa dan bagaimana Allah di dalam Kristus menjadi manusia sejati. Tidak dapat dikatakan bahwa Yesus hanya kelihatannya saja sebagai manusia. Juga, tidak dapat dinyatakan bahwa Yesus merupakan campuran Allah dan manusia. Yesus adalah sungguh- sungguh manusia 100%. Yesus, seperti ditegaskan 1:1, 18, juga adalah Allah sejati. Peristiwa Natal membuktikan bahwa Allah dan manusia dapat bersekutu. Peristiwa Natal menyatakan bahwa Allah ingin berdamai dengan manusia. Berita perdamaian ini harus disampaikan kepada semua umat manusia. Allah mengutus utusan-utusan-Nya, yakni Yohanes dan Anak-Nya yang tunggal.
Yohanes kembali dilukiskan sebagai saksi (ayat 15). Ia bukan seorang reformator atau pemimpin agama. Ia juga tidak mencetuskan gagasan keagamaan atau spiritualitas. Yohanes hanya menyaksikan Yesus. Tidak ada agenda atau berita lain. Yohanes menegaskan bahwa Yesus lebih utama (ayat 15). Yohanes menyaksikan bahwa Yesus juga telah ada sebelum segala sesuatu ada (ayat 15). Jelas bahwa hidup Yohanes berpusat pada Yesus.
Yesus, sama seperti Yohanes, juga diutus sebagai saksi. Kata kerja 'menyatakan' pada ayat 18 penting sekali. Dalam bahasa Yunani, kata kerja ini tidak memiliki objek. Oleh karenanya, biasanya terjemahan Alkitab harus menambahkan objeknya. Di dalam terjemahan LAI-TB, kita membaca 'Dialah yang menyatakan-Nya'. Jelas ini merupakan terjemahan penafsiran. Jika tidak ada objeknya, akan muncul pertanyaan, "Apa atau siapakah yang dinyatakan Yesus?" Ayat 18 menjawab bahwa yang dinyatakan adalah Allah yang tidak pernah dilihat manusia, yaitu Allah Bapa. Karena dalam ayat 1 dinyatakan bahwa Yesus adalah Allah, maka sebenarnya ayat 18 memiliki objek ganda. Yesus menyatakan Bapa dan diri-Nya sendiri. Inilah kesaksian Yesus.
Renungkan: Perbuatan dan perkataan Yesus menyatakan keallahannya pada manusia. Jika ingin mengenal dan melihat Allah, maka manusia harus melihat Yesus. Tidak ada yang dapat datang ke Bapa kecuali melalui Yesus (Yoh. 14:6). Sampaikanlah berita Natal ini kepada orang-orang yang merasa mengenal Allah, tetapi menolak Kristus!
SH: Yoh 1:14-18 - Makna Natal (Rabu, 25 Desember 2013) Makna Natal
Bagi sebagian orang, makna Hari Natal adalah hari libur menjelang akhir tahun. Bagi beberapa orang lain, ini berarti kesempatan bersenang...
Makna Natal
Bagi sebagian orang, makna Hari Natal adalah hari libur menjelang akhir tahun. Bagi beberapa orang lain, ini berarti kesempatan bersenang-senang, bahkan berpesta-pora. Bagi yang lain lagi, inilah kesempatan untuk mengeruk keuntungan bisnis sebesar-besarnya dengan menempelkan label Natal pada apa saja yang mereka perdagangkan. Bagi orang lain, Natal adalah kesempatan untuk temu-kangen dengan keluarga dan kerabat, entah itu di sekitaran rumah ataupun di gereja. Jika benar itu yang terjadi di sekitar kita, sungguh menyedihkan, karena itu berarti kedatangan Yesus justru tak terasa dampaknya bagi kita.
Sang Firman yang adalah Allah (1), yang sudah ada sebelum Yohanes (15), yang disebut sebagai Anak Tunggal Bapa yang ada di pangkuan Bapa dan menyatakan-Nya (18), telah menjadi manusia dan berdiam di antara kita (14). Untuk apa Ia menjadi manusia? Supaya kita melihat kemuliaan-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa yang penuh kasih karunia dan kemuliaan (14, 16) dan seperti yang kita baca kemarin, supaya kita boleh percaya dan menjadi anak-anak Allah (12-13). Semua ini mestinya membuat kita bersukacita dan sukacita inilah yang mestinya mendasari perayaan Natal. Kita bersukacita, karena Sang Firman telah menjadi manusia, dan karena-Nya kita boleh menjadi anak-anak Allah. Adakah sukacita yang lebih besar dan lebih indah dari itu?
Maka jangan biarkan nafsu kesenangan atau keuntungan materi mendominasi perayaan Natal kita. Sebaliknya, rasa takjub dan syukur karena Sang Firman telah menjadi manusia seharusnya mendorong kita untuk melakukan beberapa hal. Pertama, kita memuji dan memuliakan Sang Firman di dalam doa syukur dan ibadah kita, baik secara pribadi, bersama keluarga, maupun komunitas jemaat kita. Kedua, kita diingatkan kembali bahwa sama seperti Yohanes bersaksi tentang Sang Firman, kita juga perlu memberitakan kesaksian kita tentang Dia. Kabar bahwa Allah telah berinkarnasi menjadi manusia perlu kita bagikan kepada orang lain, supaya mereka pun beroleh kesempatan untuk merasakan sukacita besar ini.
SH: Yoh 1:14-18 - Allah Dinyatakan dalam Yesus (Senin, 25 Desember 2017) Allah Dinyatakan dalam Yesus
Rasul Yohanes memperkenalkan Yesus kepada para pembaca dengan cara yang menarik. Mula-mula dia menyebutkan Firman itu ad...
Allah Dinyatakan dalam Yesus
Rasul Yohanes memperkenalkan Yesus kepada para pembaca dengan cara yang menarik. Mula-mula dia menyebutkan Firman itu ada bersama-sama Allah (1). Lalu ia mengatakan Firman tersebut berinkarnasi (menjelma) menjadi manusia dan hidup di tengah-tengah manusia. Kemudian ia menyimpulkan bahwa Firman yang berinkarnasi itu adalah Pribadi Ilahi. Status Pribadi Ilahi itu adalah Anak Tunggal Allah memiliki sifat penuh kasih karunia dan kebenaran (14). Pribadi inilah yang diberitakan oleh Yohanes Pembaptis bahwa keberadaan Yesus sudah ada sejak kekekalan. Di sini, kedudukan Yohanes Pembaptis lebih rendah daripada derajat Yesus. Tugas Yohanes Pembaptis hanyalah pembuka dan menyiapkan jalan datangnya Kerajaan Allah melalui figur Yesus. Sedangkan status Yesus adalah Anak dari Sang Pemilik Kerajaan Allah (15).
Menurut Rasul Yohanes, Yesus adalah penyataan (wahyu) yang konkret dari Allah kepada manusia. Ia yang dipenuhi oleh kemuliaan surgawi rela menanggalkan semuanya itu untuk menjadi manusia fana. Ia melakukannya supaya ciptaan-Nya mengetahui bahwa ada Allah yang mengasihi, menyayangi, dan mau menyiapkan jalan keselamatan kepada manusia berdosa. Hanya dengan cara itu saja manusia berdosa dapat memperoleh kasih karunia Allah yang besar melalui Yesus. Sebab di luar Yesus, tidak ada seorang pun yang tahu jalan masuk menuju ke hadirat Bapa surgawi (16-18).
Sebagai orang yang sudah percaya dan menerima Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juru Selamatnya wajib hukumnya memberitakan kabar keselamatan Allah. Karena itu, kita harus belajar memperkenalkan Yesus dengan cara yang menarik dan bahasa yang sederhana agar orang lain mudah memahami berita Injil Yesus Kristus.
Apa respons kita terhadap berita keselamatan Allah itu? Apakah kita bertekad untuk berpartisipasi dalam visi dan misi Allah bagi dunia? Jika kita bersedia, nyatakanlah itu dalam setiap tindakan, seperti: membagikan traktat Injil, mengajak orang lain ke KKR, dan lain sebagainya. [PB]
SH: Yoh 1:10-18 - Kristus memberi hidup (Senin, 26 Desember 2005) Kristus memberi hidup
Siapa yang berhak menyelamatkan manusia berdosa? Bukankah manusia
berdosa seharusnya dihukum Allah? Lalu, mengapa Tuhan ...
Kristus memberi hidup
Siapa yang berhak menyelamatkan manusia berdosa? Bukankah manusia berdosa seharusnya dihukum Allah? Lalu, mengapa Tuhan Yesus mau menyelamatkan manusia sehingga manusia tidak binasa?
Bila pada pasal 1:1-9, Yohanes menegaskan keilahian Kristus maka pada bagian ini kemanusiaan-Nya yang ditekankan. "Firman itu telah menjadi manusia," tinggal dan melayani di tengah-tengah manusia (ayat 14a). Tuhan Yesus adalah manusia sebagai perwujudan Allah secara sempurna (ayat 18). Hanya Dia yang bisa mewakili Allah di dunia ini, sebab Dia berasal dari Allah dan Dia adalah Allah (lih. ayat 1-2). Itulah sebabnya, orang yang tinggal bersama-sama dengan Dia melihat kemuliaan-Nya sebagai kemuliaan yang berasal dari Allah Bapa (ayat 14b). Kemuliaan-Nya itu dimanifestasikan dalam kasih karunia dan kebenaran. Artinya, melalui Kristus anugerah keselamatan diberikan kepada setiap orang yang percaya (ayat 12) dan mereka yang percaya dibenarkan Allah (band. Rm. 5:1-2). Yang dulu dinanti-nantikan oleh umat Israel melalui Hukum Taurat Musa, kini digenapi oleh kasih karunia di dalam Kristus (ayat 16). Jadi, Tuhan Yesus bisa dan berhak menyelamatkan manusia dari murka Allah yang membinasakan! Namun, fakta membuktikan bahwa tidak semua orang menyambut gembira kedatangan Kristus (ayat 10-11). Mereka menolak Kristus karena tidak mau mengubah hidup mereka yang sudah nyaman dalam dosa dan tidak mau tunduk ke bawah otoritas Allah.
Yohanes Pembaptis mengambil posisi sebagai saksi Kristus bagi dunia ini. Ketegasan ini diperlukan agar fokus keselamatan tidak bergeser dari pembawa berita kepada Sang Kabar Baik itu sendiri. Demikian pula tugas kita adalah memberitakan Kristus, Dia adalah Gambar Allah yang sempurna, yang satu-satu-Nya yang dapat memberikan kuasa kepada manusia menjadi anak-anak Allah.
Renungkan: Hanya Kristus yang berhak dan berkuasa mengubah hidup seseorang menjadi seorang anak Allah.
SH: Yoh 1:10-18 - Terima atau tolak? (Rabu, 26 Desember 2007) Terima atau tolak?
Respons orang dalam menyambut kedatangan Yesus terbagi menjadi dua:
ada orang yang menolak, ada juga orang yang menerima Dia....
Terima atau tolak?
Respons orang dalam menyambut kedatangan Yesus terbagi menjadi dua: ada orang yang menolak, ada juga orang yang menerima Dia.
Meskipun Kristus adalah Pencipta dunia beserta segala isinya, tetapi manusia ciptaan-Nya itu tidak mengenal Dia (ayat 10). Bahkan umat yang dipilih untuk mempersiapkan kedatangan Mesias pun menolak (ayat 11), walaupun firman Tuhan di dalam Perjanjian Lama telah memberi tahu mereka mengenai kedatangan-Nya. Padahal kedatangan Kristus membuat manusia dapat mengenal Allah secara utuh, karena Allah jadi terlihat dan nyata di dalam Kristus (ayat 18). Kristus adalah penyataan sempurna dari Allah dalam rupa manusia (ayat 14). Di dalam Kristus, Allah menjadi manusia yang tinggal di dunia.
Akan tetapi, orang yang menyambut kedatangan Kristus sebagai Tuhan di dalam kehidupan mereka, telah dilahirkan kembali secara rohani. Orang itu menerima hidup baru dari Allah. Melalui iman kepada Yesus, kelahiran baru mengubah hati sikap, keinginan, serta motivasi manusia. Pengalaman dilahirkan kembali membuat kerohanian manusia menjadi hidup. Bagai seorang bayi yang baru lahir disebut sebagai anggota keluarga baru, begitulah kelahiran baru menempatkan manusia sebagai anggota keluarga Allah (ayat 12). Sejak itulah manusia mempunyai hubungan yang benar, akrab, dan mendalam dengan Allah. Yohanes menegaskan bahwa hubungan itu hanya dapat dimiliki melalui Yesus. Dengan menyambut Yesus serta percaya kepada Dia, kita menjadi anak-anak Allah yang mengenal pikiran dan sikap Allah kepada manusia melalui Yesus.
Kiranya perayaan Natal menjadi garis akhir penolakan kita pada Yesus. Sebaliknya, merayakan Natal menjadi wujud penyambutan kita atas kehadiran Kristus, Firman yang telah menjadi manusia dan diam di antara kita; serta perayaan atas dimasukkannya kita sebagai anggota keluarga Allah. Jadikanlah Natal sebagai garis awal untuk memulai hubungan yang penuh keakraban dengan Allah.
SH: Yoh 1:1-18 - Miliki Pengenalan yang Berkualitas (Rabu, 25 Desember 2019) Miliki Pengenalan yang Berkualitas
Saksi mata adalah mereka yang menyaksikan sendiri sebuah peristiwa. Jika saksi mata menyampaikan peristiwa yang di...
Miliki Pengenalan yang Berkualitas
Saksi mata adalah mereka yang menyaksikan sendiri sebuah peristiwa. Jika saksi mata menyampaikan peristiwa yang disaksikannya tanpa rekayasa, maka penjelasan dari peristiwa itu diterima sebagai fakta kebenaran. Yohanes adalah salah satu saksi kunci mengenai perkataan dan kehidupan Yesus.
Pengalaman bersama Yesus tidak hanya menjadikan Yohanes sebagai seorang saksi, tetapi membuat dirinya makin mengenal siapakah Yesus itu. Bagi Yohanes, Yesus adalah Sang Firman (1-3) dan Terang (4-9, 12). Setiap orang yang telah memutuskan untuk hidup dalam Yesus seharusnya tidak lagi hidup dalam kegelapan.
Yesus adalah Firman yang berinkarnasi menjadi manusia. Hal ini tidak serta-merta membuat manusia dapat menerima kehadiran dan perbuatan-Nya dengan mudah. Yohanes justru mencatat bahwa manusia menolak-Nya (10-11).
Kebersamaan dan kedekatan Yohanes dengan Yesus memberikan banyak pengalaman rohani yang berkualitas. Pengalaman itu membuat Yohanes mengenal dan memahami identitas Yesus. Pengenalan yang berkualitas inilah yang seharusnya kita miliki supaya kita mampu dan siap sedia menjadi saksi bagi kebenaran-Nya, walaupun kita harus berhadapan dengan penolakan. Di sini Yohanes memberikan teladan yang berkualitas tentang pengenalan yang sejati akan Kristus.
Seberapa dekat Anda mengenal Yesus? Kita mungkin sulit untuk menjawabnya dengan lugas dan jujur. Karena kita sering mengabaikan kehadiran-Nya. Satu hal yang pasti, kita tidak akan mengenal Kristus secara mendalam jika kita tidak pernah menganggap penting hal-hal yang berkaitan dengan Yesus dan memberikan sepenuhnya hati kita kepada-Nya.
Hari ini kita merayakan hari kelahiran Yesus Kristus. Marilah kita merindukan kedekatan yang berkualitas dengan-Nya sehingga di mana pun kita berada banyak orang menyaksikan kebaikan-Nya di dalam dan melalui kita.
Doa: Tuhan, mampukan kami untuk memiliki kedekatan yang berkualitas dengan-Mu. [RS]
Utley -> Yoh 1:14-18
Utley: Yoh 1:14-18 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 1:14-1814 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan ...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 1:14-18
14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. 15 Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." 16 Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; 17 sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. 18 Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
Yoh 1:14 "Firman itu telah menjadi manusia" Yohanes sedang menyerang doktrin gnostik yang palsu, yang berupaya untuk menyatukan keKristenan dengan pemikiran Yunani kafir. Yesus adalah manusia sesungguhnya dan Allah yang sesungguhnya (lih. 1Yoh 4:1-3) dalam penggenapan dari janji Immanuel (lih. Yes 7:14). Allah tinggal dalam tubuh manusia di antara manusia-manusia yang jatuh (secara hurufiah, mendirikan TendaNya) Istilah "manusia (daging)" dalam Yohanes tak pernah menunjuk pada sifat dosa sebagaimana dalam tulisan- tulisan Paulus.
□ "diam di antara kita" Secara hurufiah, ini berarti "mengambil tempat tinggal". Di sini terdapat latar belakang Yahudi dari perjalanan di padang belantara dan Tabernakel (lih. Wahy 7:15; 21:3). Orang Yahudi kemudian menyebut pengalaman padang belantara ini "bulan madu" antara YHWH dan Israel. Allah tidak pernah lebih dekat kepada Israel daripada selama periode ini. Istilah Yahudi untuk tiang awan yang memandu Israel selama periode ini adalah "Shekinah", istilah Ibrani bagi "tinggal bersama".
□ "kita telah melihat kemuliaanNya" Ini menunjuk pada (1) sesuatu dalam kehidupan Yesus seperti perubahan sifat tubuhNya saat dimuliakan atau kenaikanNya atau (2) konsep bahwa YHWH yang tak nampak sekarang menjadi nampak dan sepenuhnya dikenali. Ini adalah penekanan yang sama dengan 1Yoh 1:1-4, yang juga merupakan suatu penekanan pada kemanusiaan Yesus sebagai lawan dari penekanan gnostik yang palsu pada hubungan antagonistis antara roh dan materi. Dalam PL kata Ibrani yang paling umum bagi "kemuliaan (glory)" aslinya adalah istilah perdagangan (yang menunjuk pada sepasang timbangan) yang artinya "berbobot". Apa yang berat memiliki nilai yang tinggi atau memiliki kelayakan intrinsik. Seringkali konsep kecemerlangan ditambahkan ke dalam kata tersebut untuk menyatakan kemuliaan Allah (lih. Kel 15:16; 24:17; Yes 60:1-2). Ia sendirilah yang layak dan terhormat. Ia terlalu cemerlang untuk dipandang oleh umat manusia yang jatuh (lih. Kel 33:17-23; Yes 6:5). Allah hanya bisa benar-benar dikenali melalui Kristus (lih. Yer 1:14; Mat 17:2; Ibr 1:3; Yak 2:1). Istilah "kemuliaan" bersifat agak mendua:
1. bisa berparalel dengan "kebenaran Allah"
2. bisa menunjuk pada "kesucian" atau "kesempurnaan" Allah
3. bisa pula menunjuk pada gambar Allah yang di dalamnya manusia di ciptakan (lih. Kej 1:26-27; 5:1; 9:6), namun yang kemudian dirusakkan melalui pemberontakan (lih. Kej 3:1-22). Ini pertama-tama digunakan untuk hadirat YHWH di antara umatNya (lih. Kel 16:7,10; Im 9:23; Bil 14:10).
- NASB, NKJV "kemuliiaan sebagai Anak Tunggal dari Allah Bapa"
- NRSV "kemuliaan sebagai Anak Tunggal Bapa"
- TEV "kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa" JB "kemuliaan yang adalah milikNya sebagai Anak Tunggal Bapa"
Istilah "hanya (tunggal)" (monogen) ini berarti "unik", "hanya satu-satunya" (lih. Yoh 3:16). Terjemahan Vulgate menterjemahkannya "anak laki-laki tunggal" dan, sayangnya terjemahan Inggris yang lama mengikutinya (lih. Luk 7:12; 8:42; 9:38; Ibr 11:17). Fokusnya adalah pada ketunggalan dan keunikannya bukan jenis kelaminnya.
□ "Bapa" PL memperkenalkan penggambaran kekeluargaan yang intim dari Allah sebagai Bapa:
- 1. bangsa Israel sering dijelaskan sebagai "anak-lelaki YHWH" (lih. Hos 11:1; Mal 3:17)
- 2. bahkan lebih awal lagi di Ulangan analogi Allah sebagai Bapa telah digunakan (Yoh 1:31)
- 3. dalam Ul 32 Israel disebut "anakNya" dan Allah dipanggil "Bapamu".
- 4. analogi ini dinyatakan dalam Mazm 103:13 dan dikembangkan dalam Mazm 68:5 (bapa dari anak yatim piatu)
- 5. umum dalam buku nabi-nabi (lih. Yes 1:2; 63:8; Israel sebagai anak, Allah sebagai Bapa, Yes 63:16; 64:8; Yer 3:4,19; 31:9). Yesus mengambil analogi ini dan memperdalamnya menjadi persekutuan kekeluargaan yang sepenuhnya, khususnya dalam Yoh 1:14,18; 2:16; 3:35; 4:21,23; 5:17,18,19,20,21,22,23,26,36,37,43,45; 6:27,32,37,44,45,46,57; 8:16,19,27,28,38,42,49,54; 10:15,17,18,25,29,30,32,36,37,38; 11:41; 12:26,27,28,49,50; 13:1; 14:2,6,7,8,9,10,11,12,13,16,20,21,23,24,26,28,31; 15:1,8,9,10,15,16,23,24,26; 16:3,10,15,17,23,25,26,27,28,32; 17:1,5,11,21,24,25; 18:11; 20:17,21!
□ "penuh kasih karunia dan kebenaran" Pemasangan ini mengikuti istilah PL hesed (kasih dan loyalitas perjanjian) dan emeth (kebisadipercayaan) yang digunakan bersama dalam Ams 16:6. Ini menjelaskan sifat Yesus (lih. ay. Yoh 1:17) dalam istilah perjanjian PL. Lihat Topik Khusus tentang Kebenaran pada Yoh 6:55; 17:3.
Yoh 1:15 "sebab Dia telah ada sebelum aku" Ini adalah peneguhan kuat dari Yohanes Pembaptis mengenai pra- keberadaan Yesus. 1; Yoh 8:56-59; 16:28; 17:5; 2Kor 8:9; Fili 2:6-7; Kol 1:17; Ibr 1:3; 10:5-8). Pra-keberadaan dan nubuatan yang meramalkan, meneguhkan bahwa ada Allah yang ada di atas dan melampaui semua sejarah, namun yang bekerja dalam sejarah. Ini adalah bagian yang menyeluruh dari pandangan alkitab tentang dunia.
Yoh 1:16-18 Satu dari sifat Injil yohanes ialah bagaimana si penulis menyisipi peristiwa-peristiwa, dialog-dialog, atau sesi-sesi pengajaran dengan komentarnya sendiri. Seringkali sampai mustahil untuk memisahkan mana kata-kata dari Yesus, orang-orang lain, dan Yohanes. Kebanyakan para ahli menegaskan bahwa ay. Yoh 1:16-19 adalah komentar dari Yohanes, sang penulis (cf. Yoh 3:14-21).
Yoh 1:16 "kepenuhan" Ini adalah istilah Yunani pleroma. Ajaran palsu gnostik menggunakannya untuk menjelaskan aeon kemalaikatan antara allah yang tinggi dan makhluk yang kurang rohani. Yesus adalah satu-satunya penengah antara Allah dengan manusia (lih. Kol 1:19; 2:9; Ef 1:23; 4:13) dan tingkatan-tongkatan kemalaikatan. Di sini lagi nampaknya Rasul Yohanes sedang menyerang pandangan gnostik mula-mula mengenai kenyataan.
- NASB, NRSV "kasih karunia demi kasih karunia"
- NKJV "kasih karunia bagi kasih karunia"
- TEV "memberikan pada kita berkat demi berkat"
- NJB "satu berkat menggantikan berkat lain"
Pertanyaan penafsirannya ialah bagaimana memahami "kasih karunia". Apakah ini (1) kemurahan Allah dalam Kristus yang menuju kepada keselamatan; (2) kemurahan Allah bagi hidup keKristenan; atau (3) kemurahan Allah dalam perjanjian baru melalui Kristus? Pemikiran kuncinya adalah "kasih karunia"; Kasih karunia Allah telah dengan indah diberikan dalam inkarnasi dari Yesus. Yesus ialah jawaban "Ya" dari Allah kepada umat manusia yang telah jatuh (lih. 2Kor 1:20).
Yoh 1:17 "hukum Taurat" Hukum Musa tidaklah buruk, namun adalah tahap persiapan dan tidak lengkap sejauh memberikan keselamatan yang lengkap (lih. Gal 3:23-29; Rom 4).
□ "kasih karunia" ini menunjuk pada kasih Allah yang tanpa syarat dan hanya oleh anugerah kepada manusia yang jatuh (lih. Ef 2:8) Istilah kasih karunia (charis) ini, yang sedemikian pentingnya dalam tulisan-tulisan Paulus, dalam Injil Yohanes hanya digunakan dalam paragraf ini (lih. Yoh 1:14,16,17). Para penulis Perjanjian Baru, di bawah pengilhaman, berkebebasan untuk membggunakan kosa kata, analogi, dan penggambaran- penggambaran mereka sendiri.
□ "kebenaran" Ini digunakan dalam pengertian (1) kesetiaan atau (2) kebenaran lawan dari kepalsuan (lih. Yoh 1:14; 8:32; 14:6). Perhatikan baik kasih karunia maupun kebenaran datang melalui Yesus (lih. ay. Yoh 1:14).
□ "Yesus" Ini adalah pernggunaan pertama nama manusia bagi anak maria dalam Prolog.
Yoh 1:18 "Tak seorangpun yang pernah melihat Allah" Beberapa orang berkata bahwa ini berlawanan dengan Kel 33:20-23. Namun demikian, kata Ibrani dalam bagian Keluaran menunjuk pada "cahaya yang tertinggal", bukan penglihatan jasmani tentang Allah Sendiri. Dorongan dari bagian ini adalah bahwa hanya YEsus yang menyatakan Allah sepenuhnya (lih. Yoh 14:8ff). Ayat ini menekankan perwahyuan yang unik tentang Allah dalam Yesus orang Nazaret. Ia adalah pernyataan diri Illahi yang sepenuhnya dan satu-satunya. Mengenal Yesus adalah mengenal Allah. Yesus adalah pengungkapan Diri tertinggi dari Allah Bapa. Tak ada pemahaman yang jelas mengenai keTuhanan di luar Dia (lih. Kol 1:15-19; Ibr 1:2-3).
- NASB "Allah yang satu-satunya"
- NKJV "Anak Tunggal Allah"
- NRSV "Adalah Anak Allah yang Tunggal"
- TEV "Anak Tunggal"
- NJB "Adalah Anak Tunggal"
Ada variasi naskah Yunani kuno di sini. Theos/ Allah ada di dalam naskah kuno Yunani yang mula-mula P66, P75, B, dan C sementara "Anak" ditulis sebagai ganti "Allah" hanya dalam MSS A dan C3. Istilah "Anak" barangkali datang dari para ahli tulis mengingat "Anak yang Tunggal" dalam Yoh 3:16,18 dan dalam 1Yoh 4:9 (lih. buku Bruce M. Metzger Komentari Kenaskahan pada Perjanjian Baru Yunani hal. 198). Ini adalah peneguhan yang kuat dari kepenuhan dan kelengkapan keTuhanan Yesus! Mungkin saja memiliki tiga gelar bigi Yesus (1) anak tunggal, (2) Allah, dan (3) yang ada di pangkuan Bapa.
Ada diskusi menarik mengenai kemungkinan kesengajaan penggantian naskah ini dalam buku Bart D. Ehrmans Korupsi Ortodoks dari Alkitab, hal. 78-82.
□ "yang ada di pangkuan Bapa" Ini sangat mirip artinya dengan frasa "dengan Allah" di ay. Yoh 1:1,2. Ini berbicara mengenai persekutuan yang intim.
- NASB "Dialah yang telah menerangkanNya"
- NKJV "Dialah yang telah menyatakanNya"
- NRSV, NJB "yang telah memberitakanNya"
- TEV "Dialah yang telah meberitakanNya"
Kita mendapatkan istilah Eksegesis dari kata Yunani yang digunakan dalam Yoh 1:18 ini, yang mengisyaratkan suatu perwahyuan yang penuh dan lengkap. Satu dari tugas utama Yesus adalah untuk menyatakan BapaNya (lih. Yoh 14:7-10; Ibr 1:2-3). Melihat dan mengenal Yesus berarti melihat dan mengenal Bapa (mengasihi orang berdosa, menolong yang lemah, menerima yang terbuang, menerima anak-anak dan wanita)!
WAWASAN KONTEKSTUAL UNTUK AYAT Yoh 1:19-51
- 1. Bagian yang mengenai Yohanes Pembaptis ini berurusan dengan dua kesalah pahaman gereja mula-mula:
- 1. Kesalah pahaman yang berkembang disekitar pribadi Yohanes Pembaptis dan dipersoalkan dalam ay. Yoh 1:6-9,20,21,25; 3:22-36;
- 2. kesalah pahaman yang melibatkan pribadi Kristus dan dihadapi dalam ay. Yoh 1:32-34. Ajaran palsu gnostisisme yang sama ini diserang dengan cara yang mirip dalam 1Yoh 1. I Yoh mungkin adalah surat pengantar dari Injil Yohanes.
Ini menjadi teknik penulisan yang umum diseluruh Injil. Hal ini mencakup dua puluh tujuh dari dialog-dialog atau kesaksian-kesaksian seperti ini mengenai Yesus atau dengan Yesus.
Topik Teologia -> Yoh 1:17
Topik Teologia: Yoh 1:17 - -- Yesus Kristus
Yunus
Yoh 1:17 Mat 12:40
Keilahian Kristus
Yesus Kristus
Mar 1:1 Yoh 1:17 Yoh 17:3 K...
- Yesus Kristus
- Wahyu Allah
- Mode atau Cara Wahyu
TFTWMS -> Yoh 1:14-18
TFTWMS: Yoh 1:14-18 - Firman Itu Telah Menjadi Manusia "FIRMAN ITU TELAH MENJADI MANUSIA" (Yohanes 1:14-18)
Oxymoron adalah gabungan dua kata yang saling bertentangan. Kata "oxymoron" ...
"FIRMAN ITU TELAH MENJADI MANUSIA" (Yohanes 1:14-18)
Oxymoron adalah gabungan dua kata yang saling bertentangan. Kata "oxymoron" sendiri adalah gabungan dua kata Yunani yang artinya "tajam/ tumpul." Beberapa contoh dari pola literasi ini adalah "pahit manis," "besar kecil," dan "kejam sayang." Bentuk khas ini merupakan dasar bagi Yohanes 1:14-18. Tiga belas ayat pertama Injil Yohanes memperkenalkan Firman itu, yang "pada mulanya," "bersama-sama dengan Allah," dan "adalah Allah." Sama beraninya dengan pernyataan-pernyataan itu, kita pun tidak banyak mengalami kesulitan dalam menerima pernyataan itu sebab kita telah terbiasa mendengar pelbagai pernyataan yang agung tentang Allah. "Persoalan" yang diperkenalkan dalam Yohanes 1:14 adalah bahwa yang Ilahi itu menjadi manusia. Memang tidak jauh menyimpang untuk mengatakan bahwa oxymoron Allah/manusia adalah awal pemahaman tentang siapa Yesus sebenarnya.
IA MENJADI MANUSIA
"Firman itu telah menjadi manusia [daging], .…" (1:14).
Setelah memperkenalkan Yesus sebagai Firman Ilahi yang sudah ada sejak permulaan dan yang melalui Dia segala sesuatu telah diciptakan, Yohanes 1:14 membuat pernyataan yang mengejutkan bahwa Firman itu menjadi manusia/daging. "Daging" merupakan bahasa yang terus-terang, sederhana, kurang patut, dan nyaris kasar yang digunakan untuk menggambarkan Yesus. Itu merupakan cara Yohanes mengatakan bahwa Yesus itu 100 persen manusia, bukan 50 persen manusia sementara 50 persen sisanya ilahi. Yesus mengalami sisi kemanusiaan secara penuh. Ia dilahirkan sebagai seorang bayi, bertumbuh menjadi orang dewasa, dan mengenal rasa lapar, haus, sakit, keinginan seksual, marah, dan sedih. Mengatakan bahwa Yesus itu sepenuhnya manusia sepertinya sudah selalu disamakan dengan sikap kurang sopan. Sebagai contoh, ketika Anda melihat gambar palungan bersama Maria, Yusuf, dan bayi Yesus, pernahkah terlintas dalam pikiran Anda bahwa kain lampin itu bisa saja kain yang kotor? Bahkan menyarankan hal itu saja bisa jadi Anda anggap hinaan, tetapi istilah "daging" menyiratkan semua hal itu dan bahkan jauh lebih hina lagi.
Sebagi contoh, percayakah Anda bahwa Yesus benar-benar pernah dicobai? Apakah Yesus pernah punya keinginan untuk melakukan hal yang salah? Renungkanlah hal itu sejenak. Yakobus menulis bahwa "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut" (Yakobus 1:14, 15). Apakah Yesus pernah "digoda oleh nafsu-Nya sendiri"? Penulis Ibrani mengatakan bahwa Yesus, Imam Besar kita, "telah dicobai dalam segala hal, sebagaimana kita, namun tanpa dosa" (Ibrani 4:15; NASB). Pertanyaan kita tidak berubah: "Apakah Kristus yang tanpa dosa pernah punya keinginan untuk melakukan hal yang salah?" Saya percaya jawaban Kitab Suci adalah kata "Ya" yang keras sekali! Sebagai contoh, apakah yang Yesus ingin lakukan dalam Taman Getsemani pada malam Ia dikhianati? Ia berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi" (Lukas 22:42). Tidakkah hal itu menyatakan bahwa Yesus pernah ingin melakukan sesuatu selain kehendak Bapa? Kita semua bisa bersyukur bahwa Ia punya keinginan untuk melakukan kehendak Bapa bahkan lebih jauh lagi, tetapi kita harus jangan mengabaikan bahwa Yesus sudah menjadi "manusia/daging" dan pernah bergumul dengan segala pencobaan daging.
Bisa jadi kita sulit menerima hal itu sebab kita terlalu banyak mendengar tentang Yesus sebagai "Tuhan dan Tuan." Melihat Dia sekarang sebagai manusia sepenuhnya mungkin saja akibatnya terlihat aneh atau bahkan bersifat menghujat! Saya ingat suatu ilustrasi tentang masalah ini dari program televisi "The Walton" yang ditayangkan selama beberapa tahun dalam tahun 1970an. Dalam satu episode John Boy Walton, anak laki-laki yang sulung, sedang jatuh cinta. Ia telah berjumpa dengan seorang gadis muda yang cantik yang telah mencuri hatinya. Dengan penuh kegirangan, namun dibuat bingung oleh hal itu, John Boy mendatangi ayahnya untuk minta nasihat. "Yah," ia bertanya, "pernahkah Ayah jatuh cinta?" Ayahnya yang sedang bekerja mengangkat kepalanya dan berkata dengan menyeringai, "Sekarang pun ayah masih jatuh cinta!" John Boy, yang tambah bingung dari sebelumnya, berusaha untuk mengajukan pertanyaannya kembali. "Bukan, maksudku dengan seorang gadis." Ayahnya menjawab. "Nak, ayah tidak yakin ibumu akan senang mendengar pertanyaan itu!"
Boleh jadi sulit bagi anak-anak untuk membayangkan ibu mereka sebagai seorang perempuan atau ayah mereka sebagai seorang laki-laki. Bagi anak-anak mereka, mereka itu selalu menjadi orang tua, penjaga, pahlawan, dan tuan. Membayangkan mereka jatuh cinta dan mengatasi segala kebingungan dalam belajar untuk berhubungan dengan lawan jenis kelamin adalah hampir tidak terbayangkan! Dalam cara yang sama, orang Kristen sering mengalami masa sulit dalam menerima kemanusiaan Yesus dan dalam menghargai fakta bahwa "Firman itu telah menjadi manusia"!
IA MENDIRIKAN TENDA-NYA
Bahasa Yohanes bahkan bertambah berani ketika ia berkata bahwa Firman yang menjadi manusia itu "tinggal di antara kita" (1:14; NASB). Kata "tinggal" secara harfiah berarti "mendirikan kemah" atau "mendirikan tenda seseorang." Kata itu mengandung gagasan bahwa seseorang telah pindah ke dalam lingkungan kita dan menetap di tengah-tengah kita. Itulah yang Yesus sudah lakukan! Ia tidak sekedar datang untuk kunjungan sejenak. Ia pindah, merubah alamatnya ke "Bumi," dan tangan-Nya menjadi kotor dalam pekerjaan sehari-hari untuk hidup. Berada di tengah-tengah kita saja sudah merupakan salah satu karunia terbesar yang kemungkinan besar telah dapat Ia berikan kepada ras manusia.
Pentingnya fakta bahwa Yesus sudah datang dan "tinggal di tengah-tengah kita" digambarkan oleh sebuah kisah kuno tentang raja Persia. Shah Abbis adalah raja Persia yang baik yang mencintai rakyatnya. Untuk memahami mereka dengan lebih baik, ia sering menyamar sebagai orang biasa dan pergi ke tempat-tempat umum. Suatu hari ketika ia sedang mengunjungi tempat pemandian umum, ia masuk melalui pintu yang membawa dia ke gudang bawah tanah dan ia kemudian duduk di samping orang miskin yang menjaga tungku perapian tetap menyala untuk memanaskan air pemandian itu. Raja itu dengan cepatnya menjalin persahabatan dengan buruh rendahan itu, yang menyambut baik persahabatannya itu. Identitas raja itu tetap tidak diketahui oleh teman barunya itu, ia berkali-kali datang mengunjungi penjaga tungku perapian itu. Ketika tiba waktu makan, orang miskin itu akan membagi makanannya yang sangat sedikit dengan raja itu. Akhirnya, raja itu mengungkapkan identitas dirinya yang sebenarnya kepada laki-laki itu. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, Shah Abbis telah mengantisipasi bahwa penjaga api itu akan meminta kepada dia hadiah atau pertolongan khusus. Sebaliknya, ketika laki-laki itu sudah tidak terkejut lagi, permintaannya pada raja itu bukanlah kekayaan atau pertolongan. Ia hanya berkata, Padaku telah meninggalkan istana dan kemuliaan untuk duduk dengan hamba di dalam tempat yang gelap ini, untuk makan makanan hamba yang tidak layak, untuk memperhatikan apakah hati hamba ini senang atau sedih. Terhadap orang lain paduka mungkin memberi hadiah yang sangat banyak, tetapi kepada hamba paduka telah memberikan diri paduka, dan hamba hanya bisa berdoa semoga paduka tidak pernah menarik kembali pemberian yang berbentuk persahabatan paduka.1
KITA TELAH MELIHAT KEMULIAAN-NYA
Yesus bukan hanya mengenakan daging manusia dan tinggal di tengah-tengah kita, tetapi Ia juga membolehkan kita untuk melihat Dia dan mengamati kehidupan-Nya! Yohanes mengungkapkan hal ini dalam 1:14, katanya, "… kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran." Dalam Kitab Suci, "kemuliaan" adalah kata yang kaya akan makna. Nas-nas berikut ini merupakan dua contoh tentang bagaimana "kemuliaan" digunakan di dalam Perjanjian Lama. Yang pertama berasal dari masa pengembaraan Israel di padang gurun:
Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci, sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci (Keluaran 40:34, 35).
Nas yang kedua berasal dari masa pembangunan dan pendedikasian bait suci Salomo:
Ketika imam-imam keluar dari tempat kudus, datanglah awan memenuhi rumah TUHAN, sehingga imam-imam tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN (1 Raja-Raja 8:10, 11).
Kedua nas itu menunjukkan bahwa "kemuliaan" merupakan cara untuk mengungkapkan "kehadiran Allah." Mengatakan kemuliaan Allah ada di suatu tempat adalah sama dengan mengatakan Allah berada di tempat itu. C. H. Dodd menjabarkan "kemuliaan" sebagai "manifestasi wujud, kodrat dan kehadiran Allah .…"2Oleh sebab itu, Yohanes sedang mengatakan bahwa, dalam wujud manusia bernama Yesus, ras manusia dapat menyaksikan kehadiran Allah! Yohanes menuliskan pelbagai kebenaran itu di awal Injil yang di dalamnya ia bermaksud menceritakan kehidupan Yesus. Pada intinya, ia sedang mengatakan, "Perhatikanlah Dia dengan cermat, sebab apa yang akan engkau lihat adalah lebih daripada orang baik yang bergaul dengan manusia; engkau akan melihat kemuliaan Allah!" Segala sesuatu yang Yesus katakan dan lakukan di bumi ini menunjukkan kemuliaan Allah. Di dalam Yesus, "daging" bahkan memancarkan "kemuliaan."
Seorang komentator melemparkan sebuah pertanyaan yang saya percaya dapat membantu kita untuk memahami kemuliaan di dalam Injil Yohanes bahkan dengan lebih baik lagi. 3Ia bertanya mengapa kisah Perubahan Wujud Yesus tidak muncul di dalam Injil Yohanes, padahal peristiwa itu muncul dalam tiga injil lainnya4dan padahal Yohanes sendiri merupakan saksi mata dari kejadian itu. Peristiwa itu tampaknya akan menjadi ilustrasi kemuliaan yang sempurna, ketika "wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang" (Matius 17:2). Lalu mengapakah, di dalam Injil yang lebih banyak membicarakan kemuliaan daripada ketiga injil lainnya, Yohanes tidak menyantumkan kisah Perubahan Wujud Yesus itu? Mungkin karena Yohanes sedang berfokus pada kebenaran bahwa seluruh kehidupan Yesus dalam daging mengungkapkan kemuliaan Allah. Seandainya Yohanes menuliskan kisah Perubahan Wujud Yesus itu, contoh-contoh lainnya bisa saja terabaikan. Para pembaca Yohanes boleh jadi akan sudah mengatakan tentang Perubahan Wujud Yesus itu, "Itulah kemuliaan yang Yohanes katakan akan kita lihat," dengan mengabaikan kemuliaan Allah di dalam perkataan dan perbuatan Yesus yang lainnya. Di dalam Injil ini, kemuliaan Allah terlihat sangat hidup di dalam manusia Yesus seraya Ia hidup di tengah-tengah kita!
IA MENGUNGKAPKAN ALLAH
Pelbagai pernyataan dalam ayat 14 itu Yohanes tambahkan dengan beberapa pernyataan lain tentang Yesus. Ia mencatat bahwa Yohanes Pembaptis secara terbuka menyatakan, "… Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku" (1:15). Yohanes melanjutkan perkataannya bahwa meskipun Taurat Musa yang Allah berikan itu menakjubkan, namun kasih karunia dan kebenaran telah dinyatakan dalam Yesus. Banyak kasih karunia terlihat di dalam Perjanjian Lama, dan Taurat itu sendiri sudah tentu benar. Namun begitu, apa yang dimulai atau ditunjukkan oleh hukum Taurat sekarang sudah selesai dan digenapi dalam Yesus! Jika kita membandingkan hukum Taurat dengan radio transistor, yang penuh dengan gangguan suara, maka kita bisa katakan bahwa Yesus adalah pemutar DVD dari Allah, yang menghasilkan musik Allah tanpa gangguan suara sama sekali. Jika kita membandingkan hukum Taurat dengan lukisan yang digambar dengan arang kayu di langit-langit sebuah gua yang gelap, maka kita bisa mengatakan bahwa Yesus adalah berita TV digital dari Allah, dengan sinyal yang jelas, cahaya yang sangat terang, dan tidak ada distorsi!
Yohanes menyimpulkan nas ini dengan menyebutkan bahwa tidak seorang pun pernah melihat Allah kapan saja. Di dalam Perjanjian Lama kita membaca tentang orang-orang beriman bahwa mereka itu pernah melihat Allah dan sangat ketakutan sebab mereka takut bahwa siapa saja yang melihat Allah akan mati. Yohanes menunjukkan bahwa walaupun orang-orang itu telah melihat para utusan (atau para malaikat) Allah, tetapi sebenarnya mereka itu belum pernah melihat Allah. Oleh sebab itu, hal ini bahkan menjadi lebih mengesankan bahwa Ia yang dari permulaan, Ia yang adalah Allah, "Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa" (1:18) datang untuk menyatakan Allah kepada kita melalui kehidupan Yesus dari Nazaret! Tidak ada orang lain yang pernah memiliki kualifikasi untuk menjelaskan Allah kepada kita seperti yang Yesus lakukan.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (YOHANES 1:14-18)
Kita masuk ke dalam Injil Yohanes karena tahu bahwa kita harus berjaga-jaga terhadap kemuliaan Allah. Seraya kita memper...
KESIMPULAN (YOHANES 1:14-18)
Kita masuk ke dalam Injil Yohanes karena tahu bahwa kita harus berjaga-jaga terhadap kemuliaan Allah. Seraya kita memperhatikan dan mendengarkan Yesus, Ia akan memberikan makna baru "kemuliaan" dengan mengung-kapan "kemuliaan" di dalam "daging." Lalu, dengan melihat cara Yesus menghadirkan "kemuliaan" ke dalam pengalaman sehari-hari dan berjumpa dengan banyak orang, kita mulai melihat bagaimana "kemuliaan" itu bisa diperlihatkan oleh orang biasa dalam keadaan biasa, di tempat-tempat biasa. Di era penuh hiburan ini ketika kita tergoda untuk membayangkan "kemuliaan" hanya ada di dalam pengalaman ibadah yang sangat agung, di dalam pelbagai retreat yang sangat menggugah perasaan, atau di dalam khotbah yang sangat dinamis, Yohanes mengingatkan kita bahwa Yesus memperlihatkan "kemuliaan" dalam segala hal yang Ia lakukan.
Oxymoron ilahi Allah/manusia boleh jadi membingungkan, tetapi hal itu sangat penting bagi pemahaman kita tentang Yesus. Firman yang telah menjadi manusia itu datang untuk menyelamatkan kita dan mengungkapkan kemuliaan Allah kepada kita. Seraya kita melanjutkan pelajaran Injil Yohanes ini, kita tahu bahwa apa yang sedang kita lihat adalah jauh lebih daripada seorang manusia; kita sedang memandang kemuliaan Allah.
TFTWMS: Yohanes (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Michael P. Green, Illustrations for Biblical Preaching (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1982), 48-49.
2 C. H. Dodd, The ...
Catatan Akhir:
- 1 Michael P. Green, Illustrations for Biblical Preaching (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1982), 48-49.
- 2 C. H. Dodd, The Interpretation of the Fourth Gospel (Cambridge: Cambridge University Press, 1958), 206.
- 3 Leon Morris, Expository Reflections on the Gospel of John (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1988), 17.
- 4 Matius 17:1-8; Markus 9:2-8; Lukas 9:28-36.
Pengarang: Bruce Mclarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KATA PENGANTAR INJIL YOHANES
Donald Guthrie, dalam bukunya New Testament Introduction mempersembahkan hampir seratus halaman untuk banyak masalah ya...
KATA PENGANTAR INJIL YOHANES
Donald Guthrie, dalam bukunya New Testament Introduction mempersembahkan hampir seratus halaman untuk banyak masalah yang terlibat di dalam latar belakang Injil Yohanes. Berikut ini adalah ringkasan dari pelbagai masalah itu, bersama dengan pelbagai kesimpulan oleh Guthrie.
CIRI-CIRI INJIL YOHANES YANG BERBEDA
Kedudukan Perjanjian Lama. Kisah tentang Yesus diungkapkan dalam pelbagai istilah perjanjian, tokoh, dan janji-janji Perjanjian Lama. Nikodemus memandang Yesus sebagai guru Yahudi (3:2), dan Yesus menggunakan Kitab Suci Perjanjian Lama untuk menjawab lawan-lawan-Nya (10:34). Sosok Musa dan Abraham sangat sering ditampilkan dalam penyajian Yohanes tentang Yesus, begitu juga dengan gambaran Perjanjian Lama tentang Gembala Yang Baik. "baik penggunaan Perjanjian Lama oleh Tuhan kita maupun pelbagai komentar para Penginjil sendiri menganggap semua Kitab Suci menunjuk kepada Kristus. Ia adalah penggenap [Perjanjian] Lama, dan fakta ini harus memimpin kita dalam menafsirkan konsep-konsep Injil ini.1
Ajaran Tentang Roh Kudus. Injil Yohanes punya lebih banyak hal untuk dikatakan tentang Roh Kudus dibandingkan Injil lain mana saja. Roh Kudus merupakan bagian penting dari diskusi Yesus dengan Nikodemus dan bahkan merupakan bagian yang lebih penting dari Ceramah Perpisahan Yesus dalam pasal 14 sampai 17. Perkataan Yesus yang dicatat dalam Injil ini telah membuat jelas bahwa ketika Ia pergi untuk naik kepada Bapa, Roh Kudus akan datang sebagai penghibur bagi murid-murid-Nya. Menonjolnya tema-tema besar. Orang hanya perlu menyebut kata-kata dan ungkapan-ungkapan seperti "hidup," "terang," "kasih," "percaya," "AKU," dan "kebenaran" untuk menyadari bahwa tema-tema besar itu telah menjadi ciri-ciri perkembangan Injil ini. Meskipun beberapa dari tema itu terdapat juga di dalam tiga Injil lainnya, namun Injil Matius, Markus, atau Lukas dimanapun juga tidak membahas tema-tema itu sebanyak yang Injil Yohanes lakukan.
Kurangnya Pergerakan Yesus Secara Komperatif. Oleh sebab begitu banyak isi Injil ini dipersembahkan untuk apa yang Yesus katakan, maka penyantuman materi tentang apa yang Yesus lakukan menjadi jauh berkurang. Namun begitu, pergerakan Yesus bukannya sama sekali tidak ada, dan Yohanes menyinggung lebih banyak perjalanan ke Yerusalem dibandingkan Injil lain mana saja.
Potret Yesus. Dibandingkan dengan ketiga Injil sinoptik, Injil Yohanes memang kurang menggunakan gelar "Anak Manusia", lebih banyak berbicara tentang hubungan antara Yesus dan Allah Bapa, dan menjelaskan peranan Yesus sebagai Mesias Yahudi. Yohanes juga banyak berbicara tentang keinsanian Yesus. Kita mendapat pandangan sekilas tentang Yesus dalam konflik keluarga di Kana. Kita melihat Dia kelelahan di tepi sumur dekat Sikhar, sangat bersusah hati dan menangis di Betania, dan merasa haus saat di kayu salib.
PENGARANGNYA
Penulis Injil ini merupakan saksi mata terhadap pelbagai peristiwa yang ia catat (1:14). Ia ini tampaknya "murid yang dikasihi Yesus" 21:20, 24), salah seorang dari Kedua belas murid. Pengarang ini memiliki pengetahuan terperinci tentang adat-istiadat orang Yahudi (2:6; 7:37; 18:28; 19:31-42). Ia juga mengenal baik sejarah Yahudi (pembangunan bait suci, sikap politik rakyat, peranan dan suksesi imam besar, dll.). Selain itu, ia mengenal baik geografi tanah Palestina, baik di Yerusalem maupun daerah pedalaman. Guthrie menyimpulkan, Hal ini [kepercayaan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh rasul Yohanes] "merupakan pandangan tradisional, yang memiliki banyak dukungan di dalam bukti internalnya. Memang, dapat saja dikatakan bahwa tidak ada bukti yang secara meyakinkan dapat menyangkal hal itu, meskipun banyak perlawanan terhadapnya. Pandangan ini, secara keseluruhan, tampaknya akan menjelaskan lebih banyak fakta dibandingkan pandangan lain mana saja, bahkan jika pandangan ini memiliki banyak hal yang sulit.2
TUJUANNYA
Tujuan sebuah kitab di dalam Alkitab selalu menjadi masalah yang dibahas oleh mereka yang mempelajarinya. Keunikan Injil Yohanes adalah bahwa tujuannya telah dinyatakan. Pengarang itu sendiri menulis, Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (20:30, 31). Meskipun banyak masalah lain yang terkait disinggung di dalam Injil ini, namun penciptaan dan perkembangan iman harus tetap yang terpenting dari apapun yang kita pandang sebagai tujuan penulis.
TANGGALNYA
Dahulu banyak sarjana berpendapat bahwa Injil Yohanes ini pasti ditulis pada kwartal terakhir abad kedua. Hal ini, tentu saja, akan membuat sesorang selain rasul Yohanes sebagai penulisnya, dan hal itu akan menyiratkan bahwa penulis itu bukanlah saksi mata terhadap pelayanan Yesus. Namun begitu, pada 1934 sebuah potongan papirus yang berisi Yohanes 18:31-33, 37, 38 ditemukan di perpustakaan John Rylands di Manchester, Inggris (setelah dibawa ke Inggris dari Mesir pada 1920). Para ahli memberi tanggal kwartal pertama abad kedua bagi tulisan itu, kemungkinan besar sekitar 125 M. Ini berarti bahwa pada 125 M. Injil Yohanes ini sudah dikenal di sebuah provinsi terpencil di Sungai Nil itu. Seberapa lebih awal tulisan aslinya ditulis tidaklah dapat dipastikan. Jika, sebagaimana telah diduga, Injil itu ditulis oleh rasul Yohanes, maka kemungkinan besar Injil itu ditulis antara tahun 90 dan 100 M.
HUBUNGAN ANTARA INJIL YOHANES DAN KETIGA INJIL SINOPTIK
Persamaannya Seperti halnya ketiga Injil sinoptik,3Injil Yohanes juga memuat kisah tentang Yohanes Pembaptis. Semua Kisah Injil mencatat tentang pemanggilan murid-murid dan tentang Yesus memberi makan lima ribu orang. Bersama dengan ketiga Injil lainnya, Yohanes menceritakan masuknya Yesus ke dalam kota Yerusalem dengan penuh kemenangan. Begitu juga halnya, semua Injil memuat penyangkalan Petrus. Seperti yang sudah dapat diduga, semua empat Injil itu menyediakan informasi tentang pengadilan, penyaliban, dan kebangkitan Yesus.
Perbedaannya Pelbagai rincian di dalam ketiga Injil sinoptik yang tidak terdapat di dalam Injil Yohanes mencakup silsilah keturunan, kelahiran dari seorang perawan, baptisan dan pencobaan Yesus, Perubahan Wujud Yesus, semua perumpamaan, penetapan Perjamuan Tuhan, pergumulan di taman Getsemani, dan Kenaikan Yesus. Unsur-unsur di dalam Injil Yohanes yang tidak terdapat di dalam ketiga Injil sinoptik mencakup kata pengantar, pelayanan awal Yesus di Yudea, diskusi-Nya dengan Nikodemus dan perempuan Samaria, pembangkitan Lazarus, dan pembasuhan kaki murid-murid. Injil Yohanes berisi beberapa bagian pengajaran yang cukup panjang yang tidak dimiliki oleh ketiga Injil sinoptik. Dua puluh tujuh tanya-jawab dengan Yesus diceritakan di dalam keempat Injil, dan sebagian besar terdapat di dalam Injil Yohanes.4
Pelbagai perbedaan kronologis yang utama terdapat di antara Injil Yohanes dan ketiga Kisah Injil lainnya. Perbedaan utamanya adalah bahwa ketiga Injil Sinoptik menggambarkan pelayanan umum Yesus terjadi di Galilea, dengan satu-satunya catatan tentang perjalanan Yesus ke Yerusalem terjadi ketika Ia pergi ke kota itu untuk mati di kayu salib. Sebaliknya, Injil Yohanes menggambarkan beberapa kali perjalanan Yesus ke Yerusalem (2:13; 5:1; 7:10).
Catatan Akhir:
- 1 Donald Guthrie, New Testament Introduction, rev. ed. (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1970), 238.
- 2 Ibid, 264.
- 3 "Ketiga Injil yang pertama, Matius, Markus, dan Lukas, disebut sinoptik sebab mereka meneliti kehidupan Kristus dari sudut pandang yang sama (sun, dengan; opsis, melihat )" (W. Graham Scroggie, A Guide to the Gospels [Old Tappan,N.J.: Fleming H. Revell Co., 1962], 83).
- 4 Robert G. Gromacki, New Testament Survey (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1974), 135.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) YOHANES: PERJALANAN IMAN
"KAMI SENDIRI TELAH MENDENGAR"
Stephen Covey, dalam bukunya yang berjudul 7 Habits of Highly Effective People, m...
YOHANES: PERJALANAN IMAN
"KAMI SENDIRI TELAH MENDENGAR"
Stephen Covey, dalam bukunya yang berjudul 7 Habits of Highly Effective People, mendorong para pembacanya untuk "memulai sesuatu dengan membayangkan akhirnya." Gagasan ini luar biasa sederhana dan sangat berbobot. Covey menulis, Memang sangat mudah untuk terjerat dalam perangkap aktivitas, dalam kesibukan kehidupan, bekerja semakin keras dalam meniti tangga kesuksesan hanya untuk mengetahui tangga itu bersandar pada dinding yang salah.1
Ia melanjutkan, Boleh jadi kita sangat sibuk, boleh jadi kita sangat efisien, tetapi kita juga hanya akan benar-benar efektif ketika kita memulai sesuatu dengan membayangkan akhirnya.2
Covey menekankan maksudnya dengan meminta pembaca untuk membayangkan penguburannya sendiri. (Baru-baru ini, ia telah merubah ilustrasi itu dengan makan malam penghormatan sehingga keseluruhan adegan itu tidak begitu menyedihkan!) Bayangkanlah Anda duduk di tengah-tengah para tamu, seraya empat orang beranjak bangkit untuk bicara. Orang yang pertama adalah anggota dekat keluarga Anda. Yang kedua adalah salah seorang teman Anda. Yang ketiga adalah rekan kerja Anda, dan pembicara terakhir adalah anggota gereja dimana Anda beribadah. Apakah yang akan Anda harapkan dari apa yang mereka dapat katakan tentang Anda? Covey menyarankan bahwa apa yang kita ingin mereka katakan tentang diri kita seharusnya menjadi prinsip-prinsip penuntun yang dengannya kita hidup. Dengan membayangkan akhir hidup kita, kita bisa lebih baik dalam menyiapkan diri kita untuk hidup hari ini! Seraya kita memulai pelajaran kita tentang Injil Yohanes, kita ingin melakukan hal yang sama: memulai dengan membayangkan akhirnya. Untungnya, fokus dan tujuan Injil ini secara jelas telah dinyatakan, dan Yohanes 4:39-42 memberi kita gambaran tentang arah tujuan kita dalam pelajaran ini.
YESUS DAN PEREMPUAN SAMARIA
Dalam Yohanes 4 Yesus dan murid-murid-Nya meninggalkan Yudea di Israel selatan dan menuju ke arah Galilea di sebelah utara. Terjepit di antara dua wilayah ini adalah wilayah Samaria. Penduduk yang tinggal di situ dipandang dengan kecurigaan dan hina oleh kaum Yahudi, sehingga orang-orang Yahudi yang berhati-hati akan sering melakukan apa saja yang memungkinkan untuk menghindari wilayah itu. Namun begitu, Yesus dan murid-murid-Nya malah berpergian melalui Samaria. Mereka lelah dan lapar ketika tiba di suatu tanda terkenal yang disebut Sumur Yakub. Yesus duduk di situ, sementara murid-murid-Nya pergi ke kota Sikhar yang tidak jauh dari situ untuk membeli makanan.
Sewaktu Yesus sendirian di situ, seorang perempuan datang ke sumur itu untuk menimba air. Selama percakapan yang terjadi antara Yesus dan perempuan itu, perjalanan iman pun dimulai di Samaria! Perempuan Samaria itu mulai menyadari bahwa Yesus itu luar biasa ketika percakapan itu beralih kepada kehidupan pribadinya. Yesus berkata kepada dia, "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini" (4:16). Perempuan itu memberitahu Yesus bahwa ia tidak memiliki suami. Yesus menjawab, "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar" (4:17, 18). Atas hal ini, perempuan itu menyatakan, "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi" (4:19).
Yesus dan perempuan itu melanjutkan percakapan mereka, membahas pelbagai topik seperti ibadah, kedatangan Mesias, dan persoalan Yahudi-Samaria. Ketika murid-murid Yesus kembali, perempuan itu segera bergegas menuju kota (dengan meninggalkan jambangan airnya di sumur itu!) untuk memberitahu orang-orang tentang pertemuannya dengan Yesus. Ia berkata, "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" (4:29). Dengan cara ini ia mengajak orang lain ke dalam perjalanan iman.
YESUS DAN ORANG-ORANG SAMARIA
Ketika kaum laki-laki dari Sikhar tiba di Sumur Yakub, mereka sudah memiliki kadar iman kepada Yesus oleh sebab segala hal yang sudah perempuan itu katakan kepada mereka (4:39). Akibatnya, "mereka meminta kepada-Nya" untuk tinggal bersama mereka. (Simaklah tindakan yang berkelanjutan, gigih dari kata kerja "meminta.") Yesus setuju dan tetap berada di situ selama dua hari. Hasilnya adalah "Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya" (4:41).
Kesimpulan peristiwa ini adalah suatu pernyataan oleh kaum laki-laki Samaria kepada perempuan yang pertama kali memberitahu mereka tentang Yesus. Perkataan mereka itu menyediakan kita peta jalan dalam perjalanan iman: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia" (4:42). Awalnya mereka "menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu" (4:39), tetapi belakangan mereka "menjadi percaya karena perkataan-Nya" (4:41)! Apa yang awalnya sebagai iman tangan kedua telah berubah menjadi dewasa oleh sebab pengalaman pribadi dengan Orang ini yang disebut Yesus!
YESUS DAN KITA
Hampir semua dari kita memulai perjalanan iman dengan cara membonceng iman seseorang yang lebih kuat dan lebih pasti daripada iman kita pada waktu itu. Bagi banyak orang, iman itu adalah iman orang tua kita. Kita melihat keyakinan dan dedikasi mereka dan, oleh sebab rasa hormat kita kepada mereka, mengaggap bahwa apa yang mereka percayai pastilah benar. Bagi yang lainnya, iman itu adalah iman seorang teman. Pada saat ketika kita mungkin diliputi oleh keragu-raguan, kita bersandar kepada keberanian dan kepastian teman kita. Masih bagi yang lainnya, imannya mungkin saja dibangun di atas kehidupan dan perkataan penginjil yang dihormati, guru yang istimewa, atau pelayan kaum pemuda yang kekasih.
Iman yang memulai perjalanannya dengan membonceng iman seseorang adalah tidak buruk! Hal itu alami dan normal-sesuatu yang malahan diharapkan dan didoakan, khususnya oleh para orang tua. Satu-satunya masalah dengan iman jenis ini muncul ketika iman itu gagal untuk tumbuh dan matang menjadi iman yang lebih berakar dan lebih kuat. Pada akhirnya, iman yang dibangun di atas iman orang lain tidak akan memuaskan dan tidak bisa menanggung beban kehidupan orang dewasa.
Dalam hal ini, iman itu bagaikan ayunan bayi. Sewaktu kedua anak perempuan saya masih sangat kecil, keduanya senang berayun-ayun di ujung ayunan bayi. Mereka akan dengan senangnya berayun-ayun sementara ibu mereka memasak di dapur atau saya belajar di meja belajar. Ayunan bayi itu memang sekuat yang mereka perlukan pada usia mereka saat itu. Ayunan itu menjaga mereka selamat, aman, nyaman, dan senang. Namun begitu, kedua anak saya itu sekarang berusia sebelas dan tiga belas tahun. Jika sekarang ini mereka mencoba untuk duduk di atas ayunan lama mereka, maka mereka akan merasakan pengalaman yang sangat berbeda! Tubuh mereka tidak akan muat lagi, dan keseluruhan rangka ayunan itu kemungkinan besar akan patah berantakan. Apakah hal itu membuat ayunan itu buruk? Sudah tentu tidak! Kedua anak saya itu semata-mata telah bertumbuh, dan sekarang mereka membutuhkan sesuatu yang lebih kokoh untuk menopang bobot tubuh mereka.
Iman adalah seperti itu. Awalnya, iman yang dibangun di atas iman orang lain memang memadai untuk mengangkat beban segala persoalan kehidupan yang kita hadapi. Namun begitu, tiba saatnya ketika kita harus memiliki sesuatu yang jauh lebih penting untuk mengusung kita melewati kehidupan. Pada waktu yang seperti itu, kita butuh iman yang dibangun di atas pertemuan kita sendiri dengan Yesus dan kepastian kita sendiri tentang Dia. Pekerjaan seperti yang saya lakukan dengan sebuah sekolah milik gereja, membuat saya melihat banyak anak muda yang sedang menghadapi pelbagai godaan moral yang berat sekali. Dalam dunia sekarang ini, tetap bersikap jujur, murni, dan berkepala dingin merupakan suatu tantangan. Jika murid-murid itu menghadapi pelbagai godaan itu hanya dengan iman pinjaman dari orang tua mereka, maka mereka itu berada dalam kesulitan besar. Seraya mereka menghadapi pergumulan orang dewasa, mereka memerlukan iman kepada Yesus yang jauh lebih matang.
Pelbagai keputusan sulit tidak lenyap hanya oleh karena seseorang sudah melewati masa remaja yang berantakan. Dalam tahun-tahun belakangan, sebagian besar orang akan menghadapi pelbagai masalah sulit tentang perkawinan mereka. Di dalam dunia dimana perkataan "sampai maut memisahkan kita" sudah dirubah artinya menjadi "sampai keadaan bertambah sulit," kita menemukan sedikit dorongan dari masyarakat untuk tetap mempertahankan perkawinan. Selama masa-masa sulit, diperlukan lebih daripada iman pinjaman untuk memelihara perkawinan bersama-sama. Gereja menghadapi situasi yang sama. Bahkan di dalam surat-surat Perjanjian Baru, kita melihat pelbagai indikasi yang sering muncul bahwa semua gereja memiliki persoalan. Kita bisa frustasi dengan orang-orang di dalam gereja dan semata-mata ingin pergi menjauh dari semua itu. Iman pinjaman tidak bisa menopang kita cukup lama dalam situasi yang sulit untuk membereskan persoalan itu.
Kita juga melihat pentingnya iman pribadi yang dewasa ketika kita mengalami kegagalan. Tahun ini saya berharap untuk menghadiri reuni SMA saya untuk tahun yang kedua puluh. Pada reuni tahun yang kesepuluh, kelihatannya semua dari kami pernah mengalami kegagalan besar dalam masa sepuluh tahun kami lepas dari SMA. Kegagalan merupakan bagian hidup kita yang tidak bisa dihindari, dan bagaimana kita menghadapi kegagalan banyak kaitannya dengan menjadi siapakah diri kita ini. Iman pinjaman hanya menyediakan bantuan yang sedikit dalam menangani kegagalan kita.
Iman warisan adalah baik untuk sejenak saja. Iman itu memberi peranan penting seraya kita berusaha dan belajar serta bertumbuh. Ketika kita harus menghadapi dunia orang dewasa dan ketika badai kehidupan mulai bertiup, sebaiknya kita mengetahui dimana kita berdiri dan mengapa kita berdiri di tempat kita berdiri!
INJIL YOHANES DAN ANDA
Injil Yohanes ditulis untuk mengacukan kebutuhan kita semua akan iman yang lebih pribadi, yang lebih kuat, yang lebih berani. Hampir di penghujung Injil ini penulis menyatakan maksud Roh Kudus dalam menuliskan Injil itu: Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (20:30, 31).
Iman yang Yohanes tuliskan, seperti yang akan kita lihat dalam perjalanan pelajaran kita, adalah jauh lebih luas daripada sekedar menerima sebagai fakta pelbagai pernyataan tentang Yesus sebagai Anak Allah. Iman itu juga mencakup sikap mempercayai Dia sebagai orang yang setia terhadap segala janji-Nya dan meletakkan seluruh jiwa-raga kita di atas Dia, karena tahu bahwa Ia sanggup dan akan menopang kita. Di sepanjang Injil ini, Yohanes secara hati-hati menjabarkan apa itu iman alkitabiah dan apa yang bukan, dengan menyerukan kita untuk menghindari semua bentuk iman tiruan. Kitab ini mengacukan iman sebanyak 98 kali seraya iman itu mendorong kita untuk menyontoh orang-orang Samaria dalam mencari iman kita sendiri. Perjalanan iman ini, sebagaimana yang akan segera kita lihat, tidaklah mudah dan juga tidak nyaman. Pelbagai pertanyaan yang menyusahkan harus dihadapi, dan keputusan yang penuh pengorbanan harus dibuat. Perjalanan ini memang berharga sekali, sebab hasilnya adalah iman pribadi kepada Yesus sebagai Kristus, Anak Allah, di dalam siapa kita memiliki hidup kekal!
KESIMPULAN
Permulaan dari Chronicles of Narnia karya C. S. Lewis berkisah tentang sekelompok anak-anak yang diungsikan jauh dari kota London ke sebuah rumah yang relatif aman di luar kota selama pemboman Perang Dunia II. Anak-anak itu tinggal dalam sebuah rumah yang sangat besar yang memiliki kamar yang sangat banyak untuk dijelajahi dan diteliti. Suatu hari ketika mereka sedang bermain, Lucy masuk ke dalam lemari pakaian yang besar. Seraya ia berjalan ke belakang lemari pakaian itu, ia melihat bahwa dinding belakang lemari itu menuju ke hutan. Ia terus berjalan dan tidak lama kemudian mendapatkan dirinya sedang berjalan di atas salju. Barulah ia sadar bahwa, dengan masuk ke dalam lemari pakaian itu, ia telah masuk ke negeri Narnia.
Dalam ukuran tertentu Injil Yohanes serupa dengan itu. Injil itu awalnya terlihat sebagai kitab tentang Yesus dan sejumlah orang yang hidup sekitar dua ribu tahun yang lalu: Yesus dan perempuan di tepi sumur, Yesus dan orang yang buta sejak lahir, Yesus dan para tamu perkawinan di Kana. Namun begitu, sesuatu yang luar biasa terjadi seraya kita membaca dan mempelajari kisah-kisah itu: Kita masuk ke dalam "lemari pakaian" itu dan menemukan diri kita berhadapan muka dengan Yesus! Di situ, dengan mendengarkan Dia, memperhatikan Dia, dan berinteraksi dengan Dia, kita melakukan perjalanan yang sangat penting dan menggairahkan yang umat manusia kenal-perjalanan iman!
Seraya kita memulai pelajaran ini bersama-sama, saya menantang Anda untuk pertama-tama membuat komitmen dan kemudian menetapkan tujuan Anda. Komitmennya adalah berani secara mendalam melihat ke dalam kehidupan Yesus, dengan menanyakan diri Anda pertanyaan yang mengganggu ini "Dapatkah saya mempercayai Dia sepenuh hati saya?" Tujuan yang saya tantang Anda untuk menetapkannya bagi diri Anda sendiri adalah mengembangkan iman yang lebih didasarkan pada perjumpaan Anda dengan Yesus ketimbang pada perkataan orang lain tentang Dia. Komitmen dan tujuan ini sangatlah penting sekali terlepas apakah Anda berusia 13 atau 93 tahun, apakah Anda belum menjadi orang Kristen atau sudah menjadi orang Kristen selama 60 tahun! Maukah Anda bergabung dengan kami dalam apa yang akan menjadi perjalanan yang paling penting bagi hidup Anda? Seraya Anda merenungkan tantangan ini, pikirkanlah kata-kata himbauan dari lagu ini.
Tuhan, bukalah mata kami, kami ingin melihat Yesus, Menggapai dan menyentuh Dia, dan mengatakan bahwa kami mengasihi Dia.
Tuhan, bukalah telinga kami, dan bantu kami untuk mendengarkan.
Tuhan bukalah mata kami, kami ingin melihat Yesus.3
Catatan Akhir:
- 1 Stephen Covey, 7 Habits of Highly Effective People (New York: Simon & Schuster, 1989), 98.
- 2 Ibid.
- 3 "Open Our Eyes, Lord," Bob Cull. Copyright 1976 by Maranatha! Music. (Administered by The Copyright Company, Nashville, Tenn.) All rights reserved. International copyright secured. Used by permission.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi