
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Rm 6:1 - BOLEHKAH KITA BERTEKUN DALAM DOSA?
Nas : Rom 6:1
Dalam pasal Rom 6:1-23 Paulus mempersoalkan anggapan salah bahwa
orang percaya boleh berbuat dosa terus dan tetap aman dari hukuman k...
Nas : Rom 6:1
Dalam pasal Rom 6:1-23 Paulus mempersoalkan anggapan salah bahwa orang percaya boleh berbuat dosa terus dan tetap aman dari hukuman karena kasih karunia Allah dalam Kristus. Paulus menanggapi penyimpangan antinomianis dari ajaran kasih karunia dengan menekankan satu kebenaran dasar: orang percaya sejati dikenal sebagai "dalam Kristus" oleh karena dibaptis dalam Kristus dan kematian mereka terhadap dosa. Mereka sudah berpindah dari alam dosa kepada alam hidup -- bersama Kristus (ayat Rom 6:2-12). Karena orang percaya sejati telah memisahkan diri secara pasti dari dosa, mereka tidak akan terus hidup dalam dosa. Sebaliknya, jikalau orang berbuat dosa terus, mereka bukan orang percaya sejati (bd. 1Yoh 3:4-10). Sepanjang pasal ini Paulus menekankan bahwa mustahil seseorang menjadi hamba dosa dan hamba Kristus sekaligus (ayat Rom 6:11-13,16-18). Jikalau mereka menyerahkan diri kepada dosa, hasilnya adalah hukuman dan kematian kekal (ayat Rom 6:16,23).

Full Life: Rm 6:1 - DOSA.
Nas : Rom 6:1
Teks :
1) PB memakai beberapa kata Yunani untuk melukiskan berbagai aspek
dosa. Yang paling penting adalah:
(a)...
Nas : Rom 6:1
Teks :- 1) PB memakai beberapa kata Yunani untuk melukiskan berbagai aspek dosa. Yang paling penting adalah:
- (a) _Hamartia_ yang berarti "pelanggaran", "perbuatan salah", atau "berdosa kepada Allah" (Yoh 9:41).
- (b) _Adikia_ yang artinya "kejahatan", "kelaliman" atau "ketidakadilan" (Rom 1:18; 1Yoh 5:17). Kata ini dapat dilukiskan sebagai kekurangan kasih karena semua pelanggaran bersumber dari kegagalan untuk mengasihi (Mat 22:37-40; Luk 10:27-37). _Adikia_ juga merupakan suatu kuasa pribadi yang dapat memperbudak dan menipu (Rom 5:12; Ibr 3:13).
- (c) _Anomia_ yang artinya "kedurhakaan", "pelanggaran hukum", dan "menentang hukum Allah" (ayat Rom 6:19; 1Yoh 3:4).
- (d) _Apistia_ yang artinya "ketidakpercayaan" atau "ketidaksetiaan" (Rom 3:3; Ibr 3:12).
- 2) Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa hakikat dosa adalah sifat mementingkan diri, yaitu menginginkan hal-hal dan kesenangan untuk diri sendiri tanpa menghiraukan kesejahteraan orang lain atau perintah Allah. Sikap ini mengakibatkan kekejaman kepada orang lain dan pemberontakan terhadap Allah dan hukum-Nya. Akhirnya dosa menjadi penolakan untuk tunduk kepada Allah dan Firman-Nya (Rom 1:18-25; 8:7). Dosa adalah perseteruan dengan Allah (Rom 5:10; 8:7; Kol 1:21) dan ketidaktaatan kepada-Nya (Rom 11:32; Ef 2:2; 5:6).
- 3) Dosa juga menjadi kerusakan moral di dalam manusia yang menentang
semua kemauan yang lebih baik dalam manusia. Dosa menyebabkan kita
senang melakukan ketidakadilan dan juga menyenangi tindakan jahat orang
lain (Rom 1:21-32; bd. Kej 6:5). Dosa juga merupakan kuasa yang
memperbudak dan merusak (Rom 3:9; 6:12 dst; Rom 7:14; Gal 3:22).
Dosa berakar dalam keinginan manusia (Yak 1:14; 4:1-2;
lihat cat. --> 1Pet 2:11).
[atau ref. 1Pet 2:11]
- 4) Dosa memasuki umat manusia melalui Adam (Rom 5:12), mempengaruhi semua orang (Rom 5:12), mengakibatkan hukuman ilahi (Rom 1:18), mendatangkan kematian jasmaniah dan rohaniah (ayat Rom 6:23; Kej 2:17), dan hanya dapat dilenyapkan sebagai suatu kekuatan oleh iman kepada Kristus dan karya penebusan-Nya (Rom 5:8-11; Gal 3:13; Ef 4:20-24; 1Yoh 1:9; Wahy 1:5).
Jerusalem -> Rm 5:1--11:36
Jerusalem: Rm 5:1--11:36 - -- Pokok yang diuraikan dalam bagian kedua Roma dapat disebutkan sebagai: pembenaran sebagai jaminan keselamatan orang Kristen yang sudah dibenarkan, bdk...
Pokok yang diuraikan dalam bagian kedua Roma dapat disebutkan sebagai: pembenaran sebagai jaminan keselamatan orang Kristen yang sudah dibenarkan, bdk Rom 1-4, mendapat dalam kasih Allah dan karunia Roh Kudus suatu jaminan keselamatan. Pokok ini diuraikan dalam Rom 5:1-11 dan diuraikan kembali dalam bab 8, sedangkan dalam Rom 5:12-7:25 diperlawankan dengan kebalikannya (dosa, maut, hukum Taurat).
Ref. Silang FULL -> Rm 6:1

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Rm 6:1 - -- 6:1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bertekunkah kita dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?
Pertanyaan316 yang pert...
6:1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bertekunkah kita dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?
Pertanyaan316 yang pertama muncul dengan sendirinya dari apa yang dikatakan dalam pasal 5:20, yaitu "di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah." Suara mereka yang melawan Rasul Paulus hampir kedengaran... "Paulus itu berkata berdosalah saja, supaya mengalami kasih karunia!"

Hagelberg: Rm 6:1 - -- 6:1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bertekunkah kita dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?
Pertanyaan316 yang pert...
6:1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bertekunkah kita dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?
Pertanyaan316 yang pertama muncul dengan sendirinya dari apa yang dikatakan dalam pasal 5:20, yaitu "di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah." Suara mereka yang melawan Rasul Paulus hampir kedengaran... "Paulus itu berkata berdosalah saja, supaya mengalami kasih karunia!"

Hagelberg: Rm 6:1-23 - -- 2. Dia akan Hidup Bebas dari Dosa 6:1-6:23
Sebagai orang yang sudah ikut dalam kematian dan kebangkitan Kristus, kita sudah bebas dari kuasa dosa, s...
2. Dia akan Hidup Bebas dari Dosa 6:1-6:23
Sebagai orang yang sudah ikut dalam kematian dan kebangkitan Kristus, kita sudah bebas dari kuasa dosa, sehingga kita mampu berjuang melawan dosa.
Setelah dia menjelaskan secara luas mengenai dua aiwn/aion dan kemenangan yang disediakan bagi kita dalam aiwn/aion baru, Paulus kembali pada tema yang sudah dipikirkan dalam pasal 5:1-11, yaitu bagaimana "melalui Tuhan kita Yesus Kristus" kita dapat hidup bebas dari kuasa-kuasa aiwn/aion lama. Dalam pasal 6 dia menjelaskan bagaimana kita yang dibenarkan dapat hidup bebas dari kuasa dosa. Pasal ini harus dibagi dua sesuai dengan dua pertanyaan Rasul Paulus.

Hagelberg: Rm 5:1--8:39 - -- B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
Dari 3:21 sampai 4:25 Paulus bersikap tegas untuk membuktikan bahwa pembenaran hanya dapat dipe...
B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
Dari 3:21 sampai 4:25 Paulus bersikap tegas untuk membuktikan bahwa pembenaran hanya dapat diperoleh melalaui iman, tetapi dalam bagian ini dia bersemangat untuk menjelaskan hasil dari pembenaran karena iman.
Hasil pembenaran tersebut dapat dibagi empat, menurut Nygren.248 Dalam pasal 5 dijelaskan bahwa orang yang dibenarkan hidup bebas dari murka, dalam pasal 6 dia hidup bebas dari kuasa dosa, dalam pasal 7 bebas dari kuasa hukum Taurat, dan dalam pasal 8 bebas dari kuasa maut.
Kesatuan pasal 5-8 didukung dengan pengulangan satu anak kalimat dalam 5:1 dan ayat terakhir dalam pasal 5, pasal 6, pasal 7, dan pasal 8. Anak kalimat yang diulangi adalah "melalui (atau dalam) Tuhan kita Yesus Kristus." Urutan kata dalam anak kalimat ini tidak kaku, tidak persis sama, tetapi pengulangan kata-kata khidmat ini mengikat keempat pasal menjadi satu bagian, dan juga menyatakan bahwa setiap keempat pasal memiliki kesatuan sendiri.249
Pada tempat ini Paulus beralih dari hal pembenaran pada hal pendewasaan orang percaya. Tuhan Allah telah memperoleh pembenaran bagi kita, dengan satu persyaratan saja, yaitu iman. Lalu berdasarkan kebenaran itu kehidupan kita harus berubah. Kita harus, misalnya, "bermegah dalam harapan pada kemuliaan Allah." Tetapi sebaiknya maksud dari istilah "harus" ini dijelaskan lebih lanjut, karena ada penafsir yang berkata, "Ya, harus, dan kalau tidak, maka pembenaran orang hilang!" Ada juga teolog yang berkata, "Pembenaran itu tidak hilang, tetapi kalau kehidupan orang tidak berubah, maka kita tahu bahwa sebenarnya dia tidak pernah percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat." Tetapi itu bukan yang diuraikan oleh Rasul Paulus. Memang di balik istilah "harus" ada sanksi. "Kamu harus melakukan ini dan itu, atau aku akan...." Pasti ada sanksi terhadap ketidaktaatan, tetapi Paulus tidak memakai hukuman kekal sebagai sanksi kepada orang percaya.
Sebenarnya Paulus tidak suka memakai istilah "harus". Kalau kita mengamati pasal-pasal ini kita melihat bahwa dia hanya berkata "kita bermegah dalam harapan pada kemuliaan Allah." Inilah pola Rasul Paulus dalam Surat Roma. Dia mengemukakan apa yang wajar bagi kita dengan berkata, "Ya, inilah yang kita lakukan." Kalimat Paulus dibentuk seolah-olah kita semua melakukan apa yang wajar bagi orang percaya, walaupun dia mengerti bahwa kita sering berdosa, dan tidak melakukan apa yang pantas bagi orang percaya. Paulus tidak mau mengemukakan apa yang sudah terlalu nyata, yaitu bahwa memang orang yang sudah dibenarkan dapat berdosa. Mungkin dia tidak mau mengemukakan hal ini karena tidak ada gunanya. Kita sudah tahu bahwa kita dapat berdosa, dan kalau disebut dalam surat ini, maka orang akan berkata, "Ya, lihat, boleh saja kita berdosa! Paulus memperbolehkan dosa!"
Roma 5-8 menjelaskan bagaimana "melalui Tuhan kita Yesus Kristus" kita dapat hidup bebas dari kuasa-kuasa aiwn/aion lama, sehingga kita bertumbuh secara rohani dan mengenal Yesus Kristus.

Hagelberg: Rm 1:18--15:13 - -- II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menen...
II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menentukan bentuk dan isi bagian utama dari suratnya." Perkataan ini tepat. Paulus tidak menyusun bagian ini (1:18-15:13) untuk menangani suatu situasi tertentu di kota Roma, tetapi bagian ini terbentuk sesuai dengan suatu "akal intern" dari Injil Kristus sendiri. Bukan tidak ada pengaruh sama sekali dari situasi di Roma. Mungkin rencana Paulus untuk mengadakan perjalanan ke Spanyol mempengaruhi beberapa perincian dalam surat ini, tetapi secara keseluruhan, bentuk dan isi bagian ini, 1:18-15:13, ditentukan dari logisnya Injil Kristus saja.
Dalam bagian utama ini isi dan akibat kebenaran dari Allah bagi manusia diuraikan.66

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rm 6:1-23
Matthew Henry: Rm 6:1-23 - Tentang Pengudusan
Sang Rasul dengan panjang lebar sudah menegaskan, menyingkapkan, dan membuktikan ajaran agung tentang pembenaran oleh iman. Kemudian, takut kalau-...
- Sang Rasul dengan panjang lebar sudah menegaskan, menyingkapkan, dan membuktikan ajaran agung tentang pembenaran oleh iman. Kemudian, takut kalau-kalau ada orang yang mengisap racun dari bunga yang manis itu, dan mengubah kasih karunia Allah menjadi percabulan dan kebejatan, maka, dengan semangat yang berapi-api seperti sebelumnya, dengan banyak ungkapan, dan dengan alasan yang kuat, ia menekankan bahwa pengudusan dan hidup yang kudus itu mutlak penting. Pengudusan dan hidup kudus ini merupakan buah dan pengiring dari pembenaran yang tak terpisahkan. Sebab, apabila Yesus Kristus oleh Allah dijadikan untuk membenarkan jiwa, Ia juga oleh Allah dijadikan untuk menguduskan jiwa itu (1Kor. 1:30). Air dan darah tercurah secara bersama-sama dari lambung Yesus yang tertikam itu, sewaktu Ia sekarat. Dan apa yang sudah dipersatukan Allah seperti itu janganlah berani kita pisahkan.
Tentang Pengudusan (Roma 6:1-23)
- Bagaimana Rasul Paulus mengalihkan pembicaraan, yang menghubungkan perikop ini dengan perikop sebelumnya, bisa diamati dari perkataan berikut: “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? (ay. 1). Bagaimana kita bisa memanfaatkan ajaran yang indah dan menghibur ini?” Akankah kita berbuat jahat, supaya yang baik timbul daripadanya, seperti yang disarankan sebagian orang? (3:8). Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Akankah dari sini kita terdorong untuk berdosa dengan jauh lebih berani lagi, sebab semakin besar dosa yang kita perbuat semakin besar kasih karunia Allah akan dimuliakan dalam pengampunan kita? Beginikah kita memanfaatkan ajaran ini? Tidak, itu namanya penyalahgunaan, dan Rasul Paulus ngeri membayangkannya (ay. 2): “Sekali-kali tidak! Jauhlah kiranya pikiran itu dari kita.” Ia memberikan keberatan dengan cara yang sama seperti Kristus memberikan keberatan terhadap godaan Iblis yang paling hitam pekat (Mat. 4:10): "Enyahlah, Iblis!” Pikiran-pikiran yang menyokong dosa, atau membuka pintu untuk berbuat asusila, betapapun bagus dan masuk akalnya itu ditawarkan, dengan berpura-pura ingin memajukan kasih karunia yang didapat secara cuma-cuma, haruslah ditolak dengan kebencian yang teramat sangat. Sebab kebenaran sebagaimana yang ada pada Yesus adalah kebenaran yang sesuai dengan kesalehan (Tit. 1:1, TB: seperti yang nampak dalam ibadah). Rasul Paulus dengan segenap hati menekankan pentingnya kekudusan dalam pasal ini, yang dapat diringkas dalam dua pokok utama: nasihat-nasihatnya untuk hidup kudus, yang memperlihatkan hakikat kekudusan, dan alasan-alasan yang dikemukakannya untuk menegaskan nasihat-nasihatnya itu, yang memperlihatkan pentingnya kekudusan.
- I. Dalam nasihatnya untuk hidup kudus, dari sini kita dapat mengamati hakikat pengudusan, apa itu pengudusan, dan apa ciri-cirinya. Secara umum, pengudusan mengandung dua hal: hal mematikan dan hal menghidupkan, yaitu mati bagi dosa dan hidup bagi kebenaran, yang di tempat lain diungkapkan sebagai menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, berhenti berbuat jahat dan belajar berbuat baik.
- 1. Hal mematikan, menanggalkan manusia lama. Ini diungkapkan dengan sejumlah cara.
- (1) Kita tidak boleh lagi hidup di dalam dosa (ay. 2), kita tidak boleh lagi menjadi seperti yang sudah-sudah atau melakukan seperti yang sudah kita lakukan. Apa yang kita perbuat di masa lalu sudah cukup (1Ptr. 4:3). Walau tak seorang pun yang hidup tanpa dosa, namun, terpujilah Allah, ada orang yang tidak hidup di dalam dosa, yang tidak hidup di dalamnya sebagai bagian dari hidupnya dan menyukainya, yang tidak menjadikannya kebiasaan sehari-hari. Inilah hidup yang dikuduskan.
- (2) Tubuh dosa kita hilang kuasanya (ay. 6, KJV: Tubuh dosa harus dihancurkan – pen.). Kerusakan yang berdiam di dalam diri kita adalah tubuh dosa, yang terdiri atas banyak bagian dan anggota, yang membentuk satu tubuh. Inilah akar pohon yang harus ditebang dengan kapak. Kita tidak saja harus berhenti berbuat dosa (ini bisa dilakukan dengan kekangan dari luar, atau dorongan-dorongan lain), tetapi juga harus memperlemah dan menghancurkan kebiasaan-kebiasaan dan kecenderungan-kecenderungan buruk. Jadi tidak hanya membuang berhala-berhala kejahatan dari hati. Agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Perbuatan melanggar sudah pasti dicegah secara besar-besaran dengan disalibkan dan dibunuhnya kerusakan asali. Hancurkan tubuh dosa ini, maka, meskipun ada orang Kanaan yang masih tinggal di negeri, orang Israel tidak akan menjadi budak bagi mereka. Tubuh dosalah yang menggoyahkan tongkat kerajaan, dan memegang tongkat besi. Hancurkan tubuh ini, maka kuk dosa akan hancur. Kehancuran Eglon si raja lalim itu merupakan pembebasan bagi bangsa Israel yang tertindas dari bangsa Moab.
- (3) Kamu telah mati bagi dosa (ay. 11). Jika kematian dari si penindas membawa pembebasan, maka terlebih jauh lagi jika kematian itu sendiri yang ditindas (Ayb. 3:17–18). Kematian membawa kekuatan kelegaan bagi yang lelah. Seperti itulah kita harus mati bagi dosa. Kita tidak boleh lagi mematuhinya, melakukannya, mengindahkannya, dan melaksanakan kehendaknya sebagaimana orang mati tidak lagi melakukan tugas-tugas tuannya seperti dulu. Kita menjadi tidak acuh pada kenikmatan dan kesenangan dosa, sebagaimana orang yang sekarat tidak acuh pada apa yang dulu membuatnya terhibur. Orang yang mati terpisah dari pertemanan, pergaulan, urusan, hiburan, dan pekerjaannya yang dulu. Ia tidak seperti yang dulu, tidak berbuat apa yang dulu diperbuat, tidak mempunyai apa yang dulu dipunyainya. Kematian membawa perubahan besar-besaran. Seperti itulah perubahan yang dibawa oleh pengudusan di dalam jiwa. Pengudusan memutuskan semua hubungan dengan dosa.
- (4) Hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuh kita yang fana, supaya kita jangan lagi menuruti keinginannya (ay. 12). Walaupun dosa bisa tetap tinggal sebagai penjahat, meskipun ia bisa menindas seperti seorang penguasa lalim, namun jangan biarkan dia bertakhta sebagai raja. Jangan biarkan ia membuat hukum, atau menentukan keputusan dan pertimbangan, atau memerintah pasukan. Janganlah ia menduduki tempat yang paling tinggi di dalam jiwa, sehingga kita harus menuruti perintahnya. Walaupun adakalanya kita dikalahkan dan ditaklukkan olehnya, jangan pernah taat padanya untuk menuruti nafsu keinginannya. Janganlah hawa nafsu yang penuh dosa menjadi hukum bagimu, yang akan kamu patuhi dengan rela hati. Menuruti keinginannya – en tais epithymiais autou. Ini merujuk pada tubuh, bukan pada dosa. Dosa sebagian besar terdapat pada keinginan untuk memuaskan tubuh, dan menyenangkannya. Karena itu ada makna yang tersirat dalam ungkapan tubuhmu yang fana. Oleh karena ini tubuh yang fana, dan sedang bergegas menjadi debu, maka janganlah dosa bertakhta di dalamnya. Dosalah yang membuat tubuh kita fana, dan karena itu janganlah kita taat pada musuh seperti itu.
- (5) Kita tidak boleh menyerahkan anggota-anggota tubuh kita kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman (ay. 13). Anggota-anggota tubuh diperalat sebagai senjata oleh kerusakan sifat kita, yang dengannya keinginan-keinginan daging dipenuhi. Tetapi kita tidak boleh membiarkan penyalahgunaan itu. Anggota-anggota tubuh kita dijadikan secara dahsyat dan ajaib. Jadi sayang bila dipakai sebagai senjata Iblis untuk melakukan ketidakbenaran yang menuntun kepada dosa, sebagai senjata untuk perbuatan-perbuatan dosa, untuk menuruti kecenderungan-kecenderungan hati yang penuh dosa. Ketidakbenaran menuntun kepada dosa. Perbuatan-perbuatan dosa meneguhkan dan menguatkan kebiasaan-kebiasaan dosa. Satu dosa melahirkan dosa lain, seperti membuka keran air. Oleh karena itu, segera tinggalkanlah dosa, jangan sampai kita berurusan dengannya. Anggota-anggota tubuh bisa saja, bila sudah dikuasai oleh godaan, dipaksa menjadi senjata dosa. Tetapi janganlah menyerahkannya untuk dijadikan seperti itu, janganlah menyetujuinya. Mematikan dosa merupakan satu bagian dari pengudusan.
- 2. Hal menghidupkan, atau hidup bagi kebenaran. Apa itu?
- (1) Hidup bagi kebenaran berarti hidup dalam hidup yang baru (ay. 4, KJV: menjalani kebaruan hidup – pen.). Kebaruan hidup mengandaikan kebaruan hati, sebab dari hatilah muncul kehidupan, dan tidak ada cara lain untuk membuat aliran air menjadi manis selain dengan membuat manis sumbernya. Kata berjalan, dalam Kitab Suci, dipakai untuk menggambarkan perilaku hidup, yang harus baru. Berjalan dengan aturan-aturan baru, untuk mencapai tujuan-tujuan baru, dan berdasarkan asas-asas baru. Buatlah pilihan baru untuk menempuh jalan hidup. Pilihlah jalan-jalan baru untuk kautelusuri, pemimpin-pemimpin baru untuk kauikuti, teman-teman baru untuk kauajak mengiring perjalananmu. Hal-hal yang lama harus berlalu, maka semuanya menjadi baru. Manusia baru bukanlah seperti apa ia dahulu adanya, sekarang ia melakukan apa yang tidak ia lakukan sebelumnya.
- (2) Hidup bagi kebenaran berarti hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus (ay. 11). Ini berarti bergaul akrab dengan Allah, memedulikan Dia, bersuka di dalam Dia, memperhatikan Dia. Dan jiwa, dalam segala kesempatan, tergerak kepada Dia seperti kepada apa yang disenanginya, yang membuatnya puas. Inilah menjalani hidup bagi Allah. Kasih kepada Allah yang bertakhta di dalam hati adalah kehidupan jiwa yang tertuju kepada Allah. Anima est ubi amat, non ubi animat – Jiwa seseorang bisa diketahui apabila ia mengasihi, bukan di mana ia tinggal. Ini berarti memiliki kasih dan keinginan yang hidup tertuju kepada Allah. Atau, hidup (maksudnya hidup kita secara daging) bagi Allah, demi kehormatan dan kemuliaan-Nya sebagai tujuan kita, dengan firman dan kehendak-Nya sebagai pedoman kita. Yaitu, mengakui Dia dalam segala laku kita, dan senantiasa mengarahkan padangan kita kepada-Nya. Inilah yang dinamakan hidup bagi Allah. Dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Kristus adalah hidup rohani kita. Kita tidak bisa hidup bagi Allah selain melalui Dia. Dialah Sang Pengantara. Kita tidak bisa menerima penghiburan-penghiburan dari Allah, atau memberikan perhatian-perhatian yang berkenan pada Allah, selain di dalam dan melalui Yesus Kris tus. Tidak akan ada pertemuan antara jiwa yang berdosa dan Allah yang kudus, selain melalui kepengantaraan Tuhan Yesus. Melalui Kristus sebagai Pencipta dan Penjaga hidup ini. Melalui Kristus sebagai Kepala yang dari-Nya kita menerima pengaruh yang menghidupkan. Melalui Kristus sebagai Akar yang dari-Nya kita menyerap sari gizi yang kita perlukan, sehingga kita bisa hidup. Dalam hidup bagi Allah, Kristus adalah segala-galanya di dalam segala hal.
- (3) Hidup bagi kebenaran berarti menyerahkan diri kita kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup (ay. 13). Hidup kudus dan menjadi kudus itu sendiri terletak pada pengabdian diri kita kepada Tuhan, dengan memberi diri kepada Tuhan (2Kor. 8:5). “Serahkanlah dirimu kepada-Nya, bukan hanya seperti seorang taklukan yang menyerah kepada sang penakluk karena tidak bisa lagi melawannya, melainkan juga seperti seorang istri yang menyerahkan dirinya kepada suaminya, yang kepadanya keinginannya tertuju. Juga, seperti seorang murid tunduk kepada guru, hamba kepada tuan, untuk diajar dan diperintah olehnya. Jangan serahkan harta bendamu, tetapi serahkanlah dirimu kepada Dia. Seluruh dirimu seutuhnya, tidak boleh kurang.” Parastēsate eautous – accommodate vos ipsos Deo – sesuaikanlah dirimu dengan Allah, begitu menurut Tremellius, yang mengutip dari Alkitab bahasa Aram. “Jangan hanya berserah kepada-Nya, tetapi juga tunduklah kepada-Nya. Jangan hanya mempersembahkan dirimu kepada-Nya sekali untuk selama-lamanya, tetapi juga selalu siap sedia untuk melayani-Nya. Serahkanlah dirimu seperti gambar pada stempel, supaya ketika dicapkan, gambar itu terlihat, supaya engkau menjadi, memiliki, dan melakukan apa yang dikehendaki-Nya.” Ketika Paulus berkata, Tuhan, apa yang Engkau kehendaki dariku? (Kis. 9:6, KJV), pada saat itulah ia berserah kepada Allah. Sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Menyerahkan bangkai kepada Allah yang hidup berarti tidak menyenangkan Dia, tetapi mengejek-Nya: “Serahkanlah dirimu sebagai orang yang hidup dan berguna, sebuah persembahan yang hidup” (12:1). Bukti yang paling pasti dari hidup rohani kita adalah pengabdian diri kita kepada Allah. Sudah sepantasnya orang-orang yang dihidupkan dari kematian (bisa dipahami sebagai kematian dalam hukum Taurat), yang dibenarkan dan dibebaskan dari kematian, memberi diri mereka kepada Dia yang sudah menebus mereka sedemikian rupa.
- (4) Hidup bagi kebenaran berarti menyerahkan anggota-anggota tubuh kita kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. Anggota-anggota tubuh kita, apabila sudah ditarik dari pekerjaan melayani dosa, tidak boleh dibiarkan bermalas-malasan, tetapi harus dipakai untuk melayani Allah. Ketika orang yang kuat dan bersenjata sudah diikat, maka biarlah orang yang berhak membagi-bagikan barang rampasannya. Meskipun jiwa dengan kemampuan untuk berpikir dan merasa merupakan sasaran langsung untuk dikuduskan dan dibenarkan, namun anggota-anggota tubuhlah yang harus menjadi senjatanya. Tubuh harus selalu siap melayani jiwa di dalam melayani Allah. Maka dari itu (ay. 19), “Serahkanlah anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan. Hendaklah anggota-anggota tubuhmu berada di bawah pimpinan dan perintah hukum Allah yang benar, dan di bawah asas kebenaran asali yang ditanamkan di dalam jiwa oleh Roh, yang mengerjakan pengudusan itu.” Kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan menunjukkan adanya pertumbuhan, perkembangan, dan tempat berpijak yang diperoleh. Sebagaimana setiap perbuatan dosa meneguhkan kebiasaan dosa, dan membuat sifat kita semakin cenderung pada dosa (maka dari itulah anggota-anggota tubuh manusia alamiah di sini dikatakan sebagai hamba-hamba kedurhakaan yang membawa kepada kedurhakaan – satu dosa membuat hati semakin condong pada dosa lain), begitu pula setiap perbuatan yang mulia meneguhkan kebiasaan yang mulia. Melayani kebenaran akan membawa kepada kekudusan. Satu kewajiban membuat kita layak menjalankan kewajiban lain. Dan semakin banyak kita berbuat, semakin banyak kita bisa berbuat bagi Allah. Atau, melayani kebenaran, eis hagiasmon – sebagai bukti dari pengudusan.
- II. Maksud atau alasan yang di sini dipakai untuk menunjukkan pentingnya pengudusan. Hati kita secara alami tidak suka dengan kekudusan, sehingga bukan hal yang mudah untuk membuatnya tunduk pada kekudusan. Ini pekerjaan Roh, yang meyakinkan hati dengan alasan-alasan seperti yang tertuang di sini, sehingga semuanya itu bisa mengendap di dalam jiwa.
- 1. Paulus mengajukan alasan berdasarkan keserupaan kita dengan Yesus Kristus dalam sakramen. Baptisan kita, dalam maksud dan tujuannya, mengandung di dalamnya alasan agung mengapa kita harus mati bagi dosa, dan hidup bagi kebenaran. Demikianlah kita harus memanfaatkan baptisan kita sebagai kekang untuk menahan kita agar tidak berdosa, dan sebagai pacu untuk memacu kita menjalankan kewajiban. Cermatilah alasan ini.
- (1) Secara umum, kita telah mati bagi dosa, yaitu, dalam pengakuan iman dan sebagai kewajiban kita. Baptisan kita menandakan terputusnya kita dari kerajaan dosa. Kita mengaku tidak mau berhubungan lagi dengan dosa. Kita mati terhadap dosa dengan ikut serta di dalam kekuatan dan kuasa untuk membunuh dosa, dan dengan persatuan kita dengan Kristus serta kepentingan kita di dalam Dia. Di dalam Kristus dan oleh Dialah dosa dibunuh. Semuanya ini sia-sia saja jika kita tetap bersikeras di dalam dosa. Dengan begitu kita menyangkal pengakuan kita, melalaikan kewajiban kita, dan kembali kepada apa yang terhadapnya kita sudah mati. Kita menjadi seperti roh-roh yang bergentayangan, suatu hal yang paling ganjil dan tidak masuk akal. Sebab (ay. 7) siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Maksudnya, orang yang sudah mati bagi dosa bebas dari perintah dan kekuasaannya, seperti budak yang mati bebas dari tuannya (Ayb. 3:19). Nah, akankah kita menjadi begitu bodoh sehingga kembali kepada perbudakan yang darinya kita sudah dibebaskan? Setelah dibebaskan dari Mesir, masakan kita sekarang berbicara untuk kembali lagi ke sana?
- (2) Secara khusus, karena telah dibaptis dalam Kristus, kita telah dibaptis dalam kematian-Nya (ay. 3). Kita dibaptis eis Christon – kepada Kristus, seperti dalam 1 Korintus 10:2, eis Mōsēn – kepada Musa (KJV; TB: Untuk menjadi pengikut Musa – pen.). Baptisan mengikat kita kepada Kristus, mengikat kita untuk belajar dari Kristus sebagai Guru kita. Baptisan adalah sumpah setia kita kepada Kristus sebagai Penguasa kita yang berdaulat. Baptisan adalah externa ansa Christi –pegangan lahiriah Kristus, yang dengannya Kristus memegang manusia, dan manusia menawarkan diri kepada Kristus. Secara khusus, kita dibaptis dalam kematian-Nya, dalam keikutsertaan menikmati hak-hak istimewa yang dibeli melalui kematian-Nya. Kita dibabtis dalam kewajiban, baik untuk mengikuti tujuan kematian-Nya, yaitu menebus kita dari segala pelanggaran, maupun untuk menyesuaikan diri dengan teladan kematian-Nya, yaitu bahwa sebagaimana Kristus telah mati bagi dosa, demikian pula kita harus mati bagi dosa. Inilah pengakuan dan janji baptisan kita, dan kita tidak berbuat sebagaimana mestinya jika kita tidak menjalani pengakuan ini, dan menepati janji ini.
- [1] Kesesuaian kita dengan kematian Kristus mewajibkan kita untuk mati bagi dosa. Dengan cara itulah kita tahu bahwa kita bersekutu dalam penderitaan-Nya (Flp. 3:10). Maka di sini dikatakan bahwa kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya (ay. 5), to homoiōmati, tidak hanya ada kesesuaian, tetapi juga keserupaan, seperti batang pohon yang dicangkok ditanam menjadi serupa dengan tunasnya, mengambil bagian dalam sifat tunasnya. Kita menanam tanaman supaya tanaman itu hidup dan berbuah. Kita ditanam di kebun anggur untuk menjadi serupa dengan Kristus, yang harus kita buktikan dalam pengudusan. Pengakuan iman kita tentang Yesus Kristus adalah, di antaranya, bahwa Ia disalibkan, mati, dan dimakamkan. Nah, baptisan adalah sakramen atau upacara yang menandai keserupaan kita dengan Dia dalam ketiga hal itu, seperti yang diperhatikan Rasul Paulus di sini.
- Pertama, manusia lama kita telah turut disalibkan (ay. 6). Kematian salib adalah kematian yang terjadi secara perlahanlahan. Tubuh, sesudah dipakukan di kayu salib, mengalami pergulatan kesakitan dan penderitaan yang amat hebat. Tetapi kematian itu pasti datang. Meskipun lama berlangsung, pada akhirnya ia datang juga. Seperti itulah mematikan dosa dalam diri orang-orang percaya. Kematian salib adalah kematian yang terkutuk (Gal. 3:13). Dosa mati sebagai penjahat, yang dipersiapkan untuk dibinasakan. Dosa adalah hal yang terkutuk. Meskipun kematian itu terjadi secara perlahan-lahan, namun hal ini pasti mempercepatnya, yaitu bahwa manusia lamalah yang disalibkan. Yang disalibkan itu bukan manusia yang sedang bugar-bugarnya, melainkan yang sudah renta. Apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya (Ibr. 8:13). Disalibkan bersama Dia – synestaurothe, bukan dalam hal waktu, melainkan dalam sebabnya. Disalibkannya Kristus bagi kita berdampak pada disalibkannya dosa dalam diri kita.
- Kedua, kita mati bersama-sama dengan Kristus (ay. 8). Kristus taat sampai mati. Ketika Dia mati, bisa dikatakan kita mati bersama-Nya, karena matinya kita terhadap dosa merupakan keserupaan, baik dengan rancangan maupun teladan kematian Kristus bagi dosa. Baptisan melambangkan dan memeteraikan persatuan kita dengan Kristus, dicangkokkannya kita kepada Kristus. Dengan begitu, kita mati bersama-sama dengan Dia, dan, sama seperti Dia, kita juga tidak mau lagi berhubungan dengan dosa. Ketiga, kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan (ay. 4). Keserupaan kita sekarang menjadi lengkap. Menurut pengakuan tadi, kita telah terputus dari segala urusan dan hubungan dengan dosa, sebagaimana orang yang dikubur telah terputus dari seluruh dunia. Ia tidak saja bukan dari kalangan orang-orang hidup, tetapi juga tidak lagi berada di antara orang-orang hidup, tidak lagi berurusan dengan mereka. Demikianlah seharusnya kita, seperti Kristus, terpisah dari dosa dan orang-orang berdosa. Kita dikubur, yakni, dalam pengakuan iman dan kewajiban kita. Kita mengaku dengan iman telah dikuburkan, dan kita terikat dengan pengakuan ini. Itu janji dan sumpah baptis kita. Kita dimeteraikan untuk menjadi milik Tuhan, dan oleh sebab itu dipisahkan dari dosa. Dikuburkan dalam baptisan merujuk pada kebiasaan mencelupkan orang di dalam air pada upacara baptisan. Tetapi mengapa penyaliban dan kematian kita dalam baptisan juga harus merujuk pada kebiasaan seperti itu, saya akui tidak saya pahami. Jelas bahwa bukan tanda, melainkan apa yang dipertandakan dalam baptisanlah yang disebut oleh Rasul Paulus di sini sebagai dikuburkan bersama-sama dengan Kristus. Dan ungkapan dikuburkan merujuk pada penguburan Kristus. Sama seperti Kristus dikuburkan, supaya bisa bangkit kembali kepada hidup yang baru dan lebih sorgawi, demikian pula kita dalam baptisan dikuburkan, maksudnya, terputus dari hidup dosa, supaya bisa bangkit kembali kepada hidup yang baru di dalam iman dan kasih.
- [2] Keserupaan kita dengan kebangkitan Kristus mewajibkan kita untuk bangkit kembali kepada kebaruan hidup. Inilah kuasa kebangkitan-Nya yang begitu ingin diketahui Paulus (Flp. 3:10). Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, maksudnya, oleh kuasa Bapa. Kuasa Allah adalah kemuliaan-Nya, kuasa kemuliaan-Nya (Kol. 1:11). Nah, dalam baptisan kita diwajibkan menuruti teladan itu, menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya (ay. 5), untuk hidup dengan Dia (ay. 8). Lihat Kolose 2:12. Pertobatan adalah kebangkitan pertama dari kematian dosa kepada hidup yang benar. Kebangkitan ini serupa dengan kebangkitan Kristus. Keserupaan orang-orang kudus dengan kebangkitan Kristus ini tampak ditunjukkan dalam bangkitnya banyak jasad orang kudus, yang, meskipun disebutkan terjadi lebih dulu, dianggap terjadi secara bersamaan dengan kebangkitan Kristus (Mat. 27:52). Kita semua sudah bangkit bersama Kristus. Dalam dua hal kita harus serupa dengan kebangkitan Kristus:
- Pertama, sesudah bangkit Kristus tidak akan mati lagi (ay. 9). Kita membaca tentang banyak orang lain yang dibangkitkan dari antara orang mati, namun sesudah bangkit mereka mati lagi. Tetapi, sesudah bangkit, Kristus tidak akan mati lagi. Oleh sebab itulah Ia meninggalkan kain kafan-Nya, sementara Lazarus, yang akan mati lagi, membawa kain kafannya bersama-sama dengan dia, sebagai orang yang akan mengenakannya lagi. Tetapi atas Kristus maut tidak berkuasa lagi. Ia memang sudah mati, tetapi sekarang Ia hidup, dan sedemikian hidup sehingga Ia hidup sampai selama-lamanya (Why. 1:18). Seperti itulah kita harus bangkit dari kubur dosa, untuk tidak pernah lagi kembali kepadanya, atau berhubungan lagi dengan pekerjaan-pekerjaan kegelapan, karena kita sudah meninggalkan kubur itu, tanah kegelapan itu, sebagaimana kita sudah meninggalkan kegelapan itu sendiri.
- Kedua, Kristus bangkit untuk hidup bagi Allah (ay. 10), untuk menjalani hidup sorgawi, untuk menerima kemuliaan yang sudah dipersiapkan di hadapan-Nya. Orang lain yang bangkit dari antara orang mati kembali kepada hidup yang sama seperti sebelumnya dalam segala hal. Tetapi tidak demikian halnya dengan Kristus. Ia bangkit lagi untuk meninggalkan dunia. Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia (Yoh. 13:1; Yoh. 17:11). Ia bangkit untuk hidup bagi Allah, maksudnya, untuk menjadi pengantara dan memerintah, dan semuanya ini demi kemuliaan Bapa. Demikian pula kita harus bangkit untuk hidup bagi Allah. Inilah yang disebut Paulus dengan hidup yang baru (ay. 4), hidup berdasarkan asas-asas yang berbeda, berdasarkan pedoman-pedoman yang berbeda, untuk tujuan-tujuan yang berbeda dari yang selama ini kita miliki. Hidup yang diabdikan bagi Allah adalah hidup yang baru. Sebelumnya, diri sendirilah yang menjadi tujuan utama dan tertinggi, tetapi sekarang Allah. Hidup yang sesungguhnya adalah hidup bagi Allah, dengan mata yang senantiasa terarah kepada-Nya, dengan menjadikan Dia sebagai pusat dari segala perbuatan kita.
- 2. Paulus mengajukan alasan berdasarkan janji-janji dan hak-hak istimewa yang berharga dari perjanjian baru (ay. 14). Orang mungkin akan berkeberatan dan berkata bahwa kita tidak dapat menaklukkan dan menundukkan dosa, sebab itu, tak dapat dipungkiri, terlalu sulit bagi kita. “Tidak,” tegas Paulus, “kamu bergulat melawan musuh yang bisa diatasi dan ditundukkan, kalau kamu tetap bertahan dan siap siaga. Dosa adalah musuh yang sudah dikalahkan dan ditaklukkan. Ada kekuatan yang tersimpan dalam perjanjian kasih karunia untuk membantumu, kalau saja kamu mau menggunakannya. Kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa.” Janji-janji Allah kepada kita untuk mematikan dosa lebih berkuasa dan lebih pasti akan terlaksana daripada janji-janji kita kepada Allah. Dosa bisa saja bergumul dalam diri orang percaya, dan dapat menimbulkan masalah besar baginya, tetapi dosa itu tidak akan berkuasa. Dosa bisa saja membuat dia kesal, tetapi tidak akan memerintah atas dia. Karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia, tidak berada di bawah hukum dosa dan maut, tetapi di bawah hukum roh kehidupan, yang ada di dalam Kristus Yesus. Kita dihidupkan oleh asas-asas yang berbeda dari yang selama ini kita miliki, yaitu tuan-tuan yang baru, hukum-hukum yang baru. Atau, kita tidak berada di bawah perjanjian berdasarkan perbuatan, yang mensyaratkan hal-hal yang berat dan tidak memberi keringanan, yang mengutuk kegagalan sekecil apa pun, dan yang berbunyi begini, “Jika engkau melakukan ini, engkau akan hidup, jika tidak, engkau akan mati.” Sebaliknya, kita berada di bawah perjanjian kasih karunia, yang menerima kesalehan sebagai hal yang sempurna menurut Injil kita, yang tidak mensyaratkan apa-apa selain janji untuk memberikan kekuatan agar kita mampu menjalankan segala sesuatunya. Dalam hal inilah perjanjian kasih karunia diatur dengan baik, bahwa setiap pelanggaran di dalamnya tidak akan membuat kita dikeluarkan dari perjanjian itu. Dan perjanjian itu terutama tidak menyerahkan keselamatan kita untuk kita jaga sendiri, tetapi menyerahkannya ke dalam tangan Sang Pengantara. Dialah yang mengusahakan bagi kita agar dosa tidak berkuasa lagi atas diri kita, sebab Dia sudah mengutuknya sendiri, dan akan menghancurkannya. Maka dari itu, jika kita mengejar kemenangan, maka kita akan keluar sebagai lebih daripada pemenang. Kristus memerintah dengan tongkat emas kasih karunia, dan Ia tidak akan membiarkan dosa berkuasa atas orang-orang yang dengan sukarela tunduk pada pemerintahan itu. Ini perkataan yang sangat menghibur bagi semua orang yang sungguh-sungguh percaya. Seandainya kita berada di bawah hukum Taurat, kita pasti sudah binasa, sebab hukum Taurat mengutuk siapa saja yang tidak setia dalam segala hal. Tetapi kita berada di bawah kasih karunia, kasih karunia yang menerima hati yang mau berserah, yang tidak berlebih-lebihan dalam menunjukkan kesalahan yang kita perbuat, yang menyediakan ruang untuk bertobat, dan yang menjanjikan pengampunan apabila kita bertobat. Dan bagi orang yang berhati tulus, alasan apa yang lebih kuat dari ini untuk tidak berurusan lagi dengan dosa? Akankah kita berdosa melawan kebaikan yang begitu besar, menyalahgunakan kasih yang begitu tulus? Sebagian orang mungkin mengisap racun dari bunga ini, dan tanpa pikir panjang menggunakannya sebagai dorongan untuk berdosa. Lihatlah bagaimana Rasul Paulus ngeri membayangkan hal semacam itu (ay. 15): Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak. Apa yang lebih jahat dan lebih keji selain membalas ungkapan yang luar biasa dari ketulusan dan niat baik seorang teman dengan menghina dan menyakitinya? Kalau kita menginjak-injak rahim seperti itu, meludahi wajah yang penuh kasih seperti itu, maka seluruh dunia akan berteriak melaknat kita.
- 3. Paulus mengajukan alasan berdasarkan bukti bahwa keadaan ini akan menimpa kita, entah itu mendukung atau melawan kita (ay. 16): Apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu. Semua anak manusia adalah hamba Allah atau hamba dosa. Inilah dua keluarga manusia. Nah, jika kita ingin tahu kita termasuk keluarga yang mana, kita harus mencari tahu tuan dari keluarga mana yang kita taati. Dengan menaati hukum dosa, itu merupakan bukti melawan kita bahwa kita termasuk keluarga yang atasnya kematian pasti akan mengikuti. Begitu juga sebaliknya, dengan menaati hukum Kristus, itu akan membuktikan hubungan kita dengan keluarga Kristus.
- 4. Paulus mengajukan alasan berdasarkan keberdosaan mereka sebelumnya (ay. 17-21), yang di dalamnya kita dapat mengamati,
- (1) Siapa mereka sebelumnya dan apa yang sudah mereka lakukan. Kita perlu sering-sering diingatkan akan keadaan kita sebelumnya. Paulus acap kali mengingat keadaan dirinya pada waktu dulu, dan keadaan orang-orang yang disuratinya.
- [1] Dahulu memang kamu hamba dosa. Mereka yang sekarang menjadi hamba-hamba Allah akan berbuat baik jika mereka mengingat waktu ketika mereka menjadi hamba-hamba dosa, supaya mereka tetap rendah hati, bertobat, dan berjaga-jaga, dan supaya mereka bersemangat dalam melayani Allah. Akan menjadi cela bagi perbuatan melayani dosa jika beribu-ribu orang tidak lagi melayaninya, dan melepaskan kuk darinya. Dan tidak pernah orang yang betul-betul sudah meninggalkan dosa dan memberi diri untuk melayani Allah, kembali lagi ke pekerjaan mereka dahulu yang membosankan dan keras itu. “Syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa. Maksudnya, meskipun dulu kamu hamba dosa, sekarang kamu sudah taat. Dahulu memang kamu begitu. Syukur kepada Allah bahwa kita bisa membicarakannya sebagai hal yang sudah berlalu. Dahulu memang kamu begitu, tetapi sekarang tidak lagi. Bahkan, karena dahulu kamu begitu, maka belas kasihan dan kasih karunia Allah semakin dibesarkan dalam perubahan yang membahagiakan itu. Syukur kepada Allah bahwa keberdosaanmu yang dulu itu menjadi sangat berlawanan dengan kekudusanmu sekarang, dan memacu kamu untuk lebih kudus lagi.”
- [2] Kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan (ay. 19). Hidup dalam dosa itu sengsara, sebab tubuh diperbudak untuk melayani dosa. Inilah perbudakan yang serendah-rendahnya dan sekeras-kerasnya, seperti si anak hilang yang disuruh ke ladang untuk memberi makan babi. Kamu telah menyerahkan. Para pendosa melayani dosa dengan sukarela. Iblis tidak bisa memaksa mereka melayani dosa, jika mereka sendiri tidak menyerahkan diri kepadanya. Dengan ini Allah akan dibenarkan dalam kehancuran para pendosa, bahwa mereka menjual diri mereka sendiri untuk mengerjakan kefasikan. Itu perbuatan dan pekerjaan mereka sendiri. Kedurhakaan yang membawa kepada kedurhakaan. Setiap perbuatan dosa menguatkan dan meneguhkan kebiasaan dosa. Kedurhakaan sebagai perbuatan, yang membawa kepada kedurhakaan sebagai upah. Taburlah angin, maka tuailah badai. Semakin hari keadaannya semakin bertambah buruk, dan semakin mengeras. Hal ini dikatakan Paulus secara manusia,maksudnya, ia mengambil perbandingan dari apa yang biasa ditemukan di antara manusia, termasuk kebiasaan berganti-ganti orang untuk dilayani dan dipatuhi.
- [3] Waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran (ay. 20). Bukan bebas karena diberi suatu kebebasan, melainkan karena mengambil sebuah kebebasan, yaitu hidup cemar: “Dulu kamu sama sekali tidak mempunyai kebaikan. Kamu tidak mempunyai asas-asas yang baik, permintaan-permintaan yang baik, atau kecenderungan-kecenderungan yang baik. Kamu sama sekali tidak taat pada hukum dan kehendak Allah, sama sekali tidak menyerupai citra-Nya. Dan kamu sangat senang akan hal ini, dengan memandangnya sebagai kebebasan dan kemerdekaan. Tetapi kebebasan dari kebenaran adalah perbudakan yang seburuk-buruknya.”
- (2) Bagaimana perubahan yang penuh berkat itu terjadi, dan apa ciri-ciri perubahan itu.
- [1] Sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu (ay. 17). Perkataan ini menggambarkan pertobatan, apa maksudnya. Pertobatan adalah keserupaan kita dengan, dan penerimaan kita akan, Injil yang diteruskan kepada kita oleh Kristus dan hamba-hamba-Nya. Ke sana kamu diserahkan, begitu arti tersiratnya. Eis hon paredothete – yang kepadanya kamu diserahkan. Jadi amatilah,
- Pertama, aturan kasih karunia, yaitu bentuk pengajaran itu– typon didaches.Injil adalah aturan yang agung, baik mengenai kebenaran maupun kekudusan. Injil adalah stempel, kasih karunia adalah gambar pada stempel itu. Injil adalah bentuk perkataan yang menyembuhkan (2Tim. 1:13).
- Kedua, hakikat kasih karunia, yaitu ketaatan kita pada aturan itu.
- 1. Taat pada aturan kasih karunia berarti taat dengan segenap hati. Injil adalah ajaran yang tidak hanya harus dipercayai, tetapi juga harus ditaati. Dan itu harus dilakukan dengan segenap hati, yang menggambarkan ketulusan dan kesungguhan dari ketaatan itu. Jangan hanya mengaku taat, tetapi tunjukkanlah itu dengan kuasa, dari dalam hati, dari batin yang terdalam, dari hati kecil kita yang memerintah.
- 2. Taat pada aturan kasih karunia berarti kita diserahkan kepada kasih karunia, seperti ke dalam cetakan, seperti gambar yang diukir pada stempel, sehingga capnya sesuai baris demi baris, lekukan demi lekukan, dan sepenuhnya menggambarkan bentuk dan rupa gambar itu. Menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh berarti diubah menjadi sama dan serupa dengan Injil. Itu berarti bahwa jiwa kita menjalankan ajarannya, tunduk padanya, menyerupainya. Pengertian, kehendak, perasaan, tujuan, asas hidup, perbuatan, semuanya sesuai dengan bentuk ajaran itu.
- [2] Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran (ay. 18), hamba Allah (ay. 22). Pertobatan adalah,
- pertama, kebebasan dari melayani dosa. Pertobatan berarti melepaskan kuk dosa, bertekad untuk tidak mau lagi berhubungan dengannya.
- Kedua, pertobatan adalah menyerahkan diri untuk melayani Allah dan kebenaran, melayani Allah sebagai Tuan kita, dan melayani kebenaran sebagai pekerjaan kita. Ketika kita dibebaskan dari dosa, itu bukan berarti bahwa kita boleh hidup sesuka hati, dan menjadi tuan bagi diri kita sendiri. Tidak. Setelah dibebaskan dari Mesir, kita, seperti umat Israel, dibawa ke gunung yang kudus, untuk menerima hukum, dan di sana dituntun ke dalam ikatan perjanjian itu. Perhatikanlah, kita tidak bisa dijadikan hamba-hamba Allah sebelum kita dibebaskan dari kekuatan dan kekuasaan dosa. Kita tidak bisa melayani dua tuan yang begitu langsung berlawanan satu sama lain seperti Allah dan dosa. Kita, bersama si anak hilang, harus meninggalkan pekerjaan keras dan kasar dari penduduk di negeri itu, sebelum bisa pulang ke rumah Bapa kita.
- (3) Apa yang mereka sadari sekarang mengenai pekerjaan dan jalan hidup mereka yang dulu. Paulus meminta mereka untuk bertanya pada diri mereka sendiri (ay. 21), apakah mereka sadar bahwa melayani dosa itu merupakan,
- [1] Pelayanan yang tidak membuahkan apa-apa: Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Pernahkah kamu mendapatkan hasil apa saja darinya? Coba duduk, dan buatlah perhitungan. Timbanglah keuntungan-keuntunganmu, buah apakah yang kamu petik daripadanya?” Selain kerugian-kerugian di masa depan, yang besarnya tak terhingga, keuntungan-keuntungan dosa sekarang ini bahkan tidak berarti untuk disebutkan. Buah apakah? Tidak satu pun yang pantas disebut buah. Kesenangan dan keuntungan sekarang ini tidak pantas disebut buah. Kesenangan dan keuntungan itu hanyalah sekam, hanya membajak kejahatan, menabur kesia-sian, dan menuai kesia-siaan pula.
- [2] Pelayanan yang tidak patut. Itu suatu hal yang membuat kita merasa malu sekarang, malu akan kebodohan, malu akan kotoran dari pekerjaan itu. Perasaan malu memasuki dunia bersamaan dengan dosa, dan tetap merupakan akibat yang pasti dari dosa – entah itu malu karena pertobatan, atau, jika tidak, malu karena mendapat hukuman dan penghinaan yang kekal. Siapa orangnya yang mau melakukan sesuatu yang cepat atau lambat pasti akan membuatnya malu?
- 5. Paulus mengajukan alasan dengan melihat akhir dari semuanya ini. Hak istimewa makhluk yang berakal adalah bahwa mereka dikaruniai kuasa untuk melihat ke depan, mampu melihat ke depan, dan mempertimbangkan akhir dari segala sesuatu. Untuk menjauhkan kita dari dosa dan mengantar kita kepada kekudusan, di sini kita diperhadapkan kepada berkat dan kutuk, kebaikan dan kejahatan, kehidupan dan kematian. Dan kita harus memilih.
- (1) Kesudahan dosa adalah kematian (ay. 21): Kesudahan semuanya itu ialah kematian. Meskipun jalannya mungkin tampak menyenangkan dan menggiurkan, namun ujungnya suram. Pada akhirnya ia menyengat, pada akhirnya ia menjadi kepahitan. Upah dosa ialah maut (ay. 23). Maut layak didapatkan seorang pendosa apabila ia berdosa, sebagaimana upah layak didapatkan seorang hamba apabila ia menyelesaikan pekerjaannya. Ini berlaku untuk semua dosa. Pada hakikatnya, tidak ada dosa ringan. Maut adalah upah bagi dosa terkecil sekalipun. Dosa di sini digambarkan entah sebagai pekerjaan yang untuknya upah diberikan, atau sebagai tuan yang olehnya upah diberikan. Setiap orang yang menjadi hamba dosa dan melakukan pekerjaan dosa harus bersiap-siap dibayar dengan cara seperti itu.
- (2) Jika buah yang dipetik membawa pada kekudusan, jika ada asas yang bekerja dalam diri kita, yaitu asas kasih karunia yang sungguh-sungguh dan bertumbuh, maka kesudahannya adalah hidup kekal. Kesudahan yang sungguh membahagiakan! Meskipun jalannya menanjak, meskipun itu sempit, berduri, dan berliku-liku, namun hidup kekal di ujungnya sudah pasti. Itulah yang tertulis dalam ayat 23, karunia Allah ialah hidup yang kekal. Sorga adalah hidup, yaitu berupa melihat dan menikmati Allah. Dan hidup ini kekal, tidak ada kelemahan yang menyertainya, tidak ada maut yang menghentikannya. Ini karunia Allah. Maut adalah upah dosa, yang datang karena kita pantas mendapatkannya. Tetapi hidup adalah karunia, yang datang karena Allah berkenan memberikannya. Para pendosa layak mendapatkan neraka, tetapi orang-orang kudus tidak layak mendapatkan sorga. Tidak ada kesepadanan antara kemuliaan sorga dan ketaatan kita. Kita harus bersyukur kepada Allah, dan bukan kepada diri kita sendiri, jika kita bisa masuk sorga. Dan karunia ini diberikan dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Kristuslah yang membelinya, mempersiapkannya, mempersiapkan kita untuknya, dan menjaga kita untuk tetap ada di jalan menuju ke sana. Dialah Alfa dan Omega, Semua dalam semua dalam urusan keselamatan kita.
SH: Rm 6:1-14 - Mati bagi dosa, hidup bagi Kristus (Minggu, 17 Mei 2009) Mati bagi dosa, hidup bagi Kristus
Dosa manusia membuat kasih karunia Allah tercurah sehingga manusia
menerima pembenaran. Lalu bolehkah kita ber...
Mati bagi dosa, hidup bagi Kristus
Dosa manusia membuat kasih karunia Allah tercurah sehingga manusia
menerima pembenaran. Lalu bolehkah kita berbuat dosa terus supaya
kasih karunia Allah terus menerus mengalir atas kita (ayat 1)?
Pertanyaan ini sebenarnya menggelikan. Bagaimana mungkin seorang
anak berpikir un-tuk melawan orang tuanya karena tahu bahwa orang
tuanya akan memaafkan dia?
Lahir baru membuat dosa tidak lagi berkuasa atas kita karena Kristus telah mati untuk menebus kita. Kita telah bebas dari pengaruh dosa karena kesatuan kita dengan Kristus. Lalu bagaimana mungkin orang yang telah mati bagi dosa kemudian hidup dalam dosa (ayat 2)? Yang mati dan bangkit bersama Kristus sepantasnya hidup bagi Kristus. Kita harus tunduk pada Kristus karena Dialah yang sekarang menjadi Tuan kita. Ini bukan pilihan, melainkan tugas yang harus dilakukan oleh setiap orang Kristen.
Persekutuan kita dengan Kristus akan berdampak pada proses pengudusan yang progresif. Hendaknya kita tidak lagi menggunakan tubuh kita untuk melakukan dosa karena kita bukan budak dosa lagi (ayat 5-6). Dosa bukan lagi tuan kita. Ketika kita mati bagi dosa maka hubungan kita dengan dosa pun berubah. Tidak akan pernah sama lagi seperti sebelumnya. Dosa tidak lagi memiliki kuasa atas kita. Yang mati terhadap dosa tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tetapi taat di dalam Kristus sehingga hidup bagi Allah.
Ciri pengikut Kristus adalah sifat-sifatnya yang baru. Tabiat dan kebiasaan lama tidak ada lagi, sudah terkubur. Yang baru bangkit dan tumbuh bersama Kristus, menghasilkan banyak buah. Seluruh anggota tubuh dipakai untuk tujuan yang berbeda. Kalau dulu penuh keluh kesah dan sumpah serapah, kini penuh syukur dan pujian. Yang biasa mencela kemudian menghibur dan memberi semangat. Yang malas jadi rajin dan suka menolong. Yang serakah dan mementingkan diri sendiri kemudian jadi murah hati, suka berbagi, dan berusaha mengerti masalah/posisi orang lain.

SH: Rm 6:1-11 - Menyalibkan dosa (Sabtu, 25 April 2009) Menyalibkan dosa
Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki Roh Allah yang memampukan
kita hidup taat pada Dia dan tidak tunduk pada kedagingan kita....
Menyalibkan dosa
Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki Roh Allah yang memampukan
kita hidup taat pada Dia dan tidak tunduk pada kedagingan kita.
Namun selama kita masih hidup dalam tubuh yang fana, godaan itu
akan terus hadir. Kalau kita tidak dekat dengan Allah dan tidak
mau dengar-dengaran pimpinan Roh-Nya, kita bisa gagal. Kita bisa
terjebak lagi pada kedagingan manusia lama kita. Lalu bagaimana
cara agar kita tidak mudah jatuh, melainkan semakin lama semakin
kokoh dalam iman dan kekudusan?
Pertama-tama, ingatlah bahwa Yesus sudah mati bagi kita. Ia sudah mengalahkan kuasa dosa (ayat 10). Oleh karena itu manusia lama kita, yaitu tubuh dosa kita telah ikut pula disalibkan sehingga dosa tidak berkuasa lagi atas kita (ayat 6). Maka kita harus memandang diri kita telah mati bagi dosa (ayat 11a). Artinya kita harus mematikan keinginan berdosa kita. Jangan biarkan anggota tubuh kita dipakai untuk berbuat dosa (ayat 13a). Perlu ada langkah-langkah konkret untuk tidak menyerah pada godaan dosa. Misalnya, godaan melalui mata. Jangan gunakan mata untuk melihat hal-hal yang merangsang hawa nafsu sehingga timbul keinginan untuk memuaskannya. Kita harus melawan dengan serius. Caranya, jangan lagi membiarkan mata kita membaca buku-buku yang tidak baik atau menonton film/vcd/dvd yang merangsang birahi kita.
Kedua, Yesus sudah bangkit dari kematian. Kuasa maut sudah dikalahkan. Kuasa Yesus sekarang membangkitkan dalam diri kita hasrat baru untuk hidup kudus dan menyenangkan hati Tuhan. Kita harus memandang diri kita sekarang sebagai hidup bagi Allah (ayat 11b). Oleh karena itu panggilan hidup anak-anak Tuhan adalah menyerahkan anggota-anggota tubuh untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik yang menjadi berkat buat orang lain dan yang memuliakan Tuhan (ayat 13b). Pakailah mata kita untuk memandang keindahan ciptaan Tuhan dengan rasa takjub sehingga hati dan mulut kita tak putus-putus memuji kebesaran-Nya. Gunakan tangan kita untuk menopang orang yang jatuh tersandung, sebagai wujud kasih Allah dalam diri kita. Karyakan talenta yang kita miliki agar makin banyak orang yang merasakan pertolongan Allah lewat hidup dan karya kita.

SH: Rm 6:1-14 - Anugerah menyuburkan dosa? (Minggu, 4 Juni 2006) Anugerah menyuburkan dosa?
Uraian Paulus tentang anugerah Allah sebagai jalan keselamatan (Rm.
5:10-21) bisa dibelokkan orang untuk membenarkan cara...
Anugerah menyuburkan dosa?
Uraian Paulus tentang anugerah Allah sebagai jalan keselamatan (
Iman melangkah bersatu dengan Kristus seperti yang dilambangkan dalam baptisan. Ketika seseorang dibaptiskan, orang itu menyatu dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Kristus yang mati dan bangkit yang berkuasa menyelamatkan dan mengubahkan hidup, bukan baptisan. Kristus sudah menyatu dengan kita melalui inkarnasi dan ketaatan-Nya menerima hukuman salib. Untuk beroleh faedah karya penyelamatan itu, kita harus beriman. Beriman adalah menerima Kristus dengan segenap hidup (akal budi, persetujuan dan penyerahan diri). Beriman tidak cukup sekali. Kita menerima Kristus untuk terus-menerus ambil bagian dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Melalui satu dengan kematian-Nya, sifat dosa kita dimatikan. Melalui satu dengan kebangkitan-Nya, kita ikut bangkit. Bukan lagi hamba dosa, tapi hamba Allah (ayat 6:5-10). Ini diberlakukan oleh Roh Kudus, yang mulai hari Pentakosta beroperasi menerapkan karya Kristus pada orang beriman.
Kita wajib memiliki iman konsisten. Ingat, pikirkan, dan resapi bahwa kita sudah mati bersama Kristus. Kematian-Nya telah menghancurkan kuasa dosa dalam kehidupan kita. Aktiflah memperlakukan dorongan dosa sebagai hal yang telah mati oleh Kristus! Aktiflah juga mengingat dan bersyukur bahwa semua potensi dan seluruh keberadaan kita adalah dari Allah dan hanya untuk memperkenan Dia.
Camkan: Kita berhutang nyawa kepada Kristus, kita wajib tunduk melayani kehendak-Nya yang benar dan kudus!

SH: Rm 6:1-14 - Ikut mati dan bangkit bersama Kristus. (Kamis, 21 Mei 1998) Ikut mati dan bangkit bersama Kristus. Manusia bisa lepas dari jerat dosa dan luput dari murka Allah, bukan karena usaha tetapi kasih karunia Allah. T...
Ikut mati dan bangkit bersama Kristus.
Manusia bisa lepas dari jerat dosa dan luput dari murka Allah, bukan karena usaha tetapi kasih karunia Allah. Terdengarnya mudah sekali bukan? Apakah anugerah Allah itu tidak akan disalahgunakan orang untuk tetap hidup dalam dosa? Tidak boleh! Diselamatkan berarti diberikan hidup baru (ayat 4), yaitu hidup yang datang dari Kristus yang telah mati dan bangkit bagi kita. Kebenaran rohani itulah yang dilambangkan dalam baptisan dan dialami orang beriman sepanjang hidupnya seterusnya.
Kuasa Kristus lebih besar dari kuasa dosa. Kristus mati sekali untuk selama-lamanya, Ia mati dan bangkit kembali. Dan, Ia tidak mati lagi. Bahkan Ia telah naik ke sorga. Semua itu adalah bukti bahwa tidak ada kuasa apa pun dapat mengalahkan kuasa Yesus. Apabila kita bersekutu dalam-Nya dalam iman, kita pun akan mengalami kuasa Yesus itu. Semua Kristen pasti bergumul melawan dosa. Paulus mengingatkan bahwa sifat menyukai dosa itu sudah mati oleh kuasa salib Kristus. Yang Tuhan karuniakan dalam orang percaya ialah sifat ingin menyerahkan diri bagi kemuliaan Tuhan. Persis teladan Kristus. Kebangkitan-Nya telah mengerjakan itu dalam kita.
Renungkan: Di balik pecahnya tubuh Yesus saat disalib, justru terjadi kehancuran kuasa kejahatan selama-lamanya. Sebab itu Ia bangkit dan menang bukan saja untuk-Nya, juga dalam kita.
Utley -> Rm 6:1-7
Utley: Rm 6:1-7 - --NASKAH NASB (UPDATED): Rom 6:1-71 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih ka...
NASKAH NASB (UPDATED): Rom 6:1-7
1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? 2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? 3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? 4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. 5 Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. 6 Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. 7 Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
- NASB "Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu"
- NKJV "Haruskah kita terus berdosa sehingga kasih karunia berkelimpahan"
- NRSV "Haruskah kita terus berdosa agar kasih karunia itu menjadi berlimpah."
- TEV "Bahwa kita harus terus berdosa sedemikian hingga kasih karunia Allah akan meningkat"
- JB "Apakah ini menganut bahwa kita harus tetap dalam dosa sehingga hal ini menyebabkan kasih karunia mempunyai cakupan yang lebih luas"
Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE SUBJUNCTIVE. Hal ini secara hurufiah menyanyakan, apakah orang Kristen "tinggal dalam" atau "merangkul" dosa? Pertanyaan ini melihat ke belakang pada Rom 5:20. Paulus menggunakan suatu penentang hipotetis (diatribe) untuk menghadapi adanya potensi penyalah gunaan kasih karunia (lih. 1Yoh 3:6,9; 5:18). Anugerah dan kasih karunia Allah tidaklah dimaksudkan sebagai memberikan ijin bagi kehidupan yang memberontak.
Injil Paulus mengenai keselamatan cuma-cuma sebagai anugerah dari kasih karunia Allah melalui Kristus (lih. Rom 3:24; 5:15,17; 6:23) menimbulkan banyak pertanyaan mengenai kebenaran gaya hidup. Bagaimana suatu anugerah cuma-cuma menghasilkan ketegakan moral? Pembenaran dan pengkudusan tidak boleh dipisahkan sama sekali (lih. Mat 7:24-27; Luk 8:21; 11:28; Yoh 13:17; Rom 2:13; Yak 1:22-25; 2:14-26).
Pada titik ini ijinkan saya mengutip F. F. Bruce dalam Paulus: Rasul dari Hati yang Dibebaskan , "baptisan orang Kristen menetapkan batas antara keberadaan lama mereka yang tidak bertumbuh lagi dan kehidupan baru mereka dalam Kristus: hal ini menandai kematian mereka terhadap orde lama mereka, sehingga bagi seorang Kristen yang telah dibaptis berlanjut terus di dalam dosa adalah ketidak masuk akalan sama seperti seorang budak yang telah dipersamakan haknya untuk tetap berada dalam perbudakan di bawah tuan lamanya. (lih. Rom 6:1-4,15-23) atau seorang janda untuk tetap tunduk pada "hukum dari suaminya" hal. 281-82 (lih. Rom 7:1-6).
Dalam buku dari James S. Stewart, Seorang yang didalam Kristus , ia menulis: "locus classicus bagi semua sisi pemikiran para rasul ini dapat ditemukan dalam Rom 6. Di sana Paulus dengan daya dan upaya yang bagus sekali, membawa pulang ke hati dan kesadaran suatu pelajaran bahwa dipersatukan dengan Yesus dalam kematianNya bagi orang percaya berarti suatu pemutusan hubungan yang drastis dan menyeluruh dengan dosa," hal. 187-88.
Rom 6:2 "sekali-kali tidak" Ini adalah suatu bentuk OPTATIVE yang langka yang adalah suatu suatu suasana hati atau suatu gaya ketata-bahasaan yang digunakan dalam hal doa dan pengharapan. Ini adalah cara gaya bahasa Paulus dalam menjawab suatu penyangkal hipotetis. Ini menyatakan keheranan sekaligus kengerian Paulus terhadap kesalah-mengertian dan pelecehan manusia yang tidak percaya terhadap pengertian anugerah. (lih. Rom 3:4,6).
□ "kita telah mati bagi dosa" Ini adalah suatu AORIST ACTIVE INDICATIVE, yang artinya "kita sudah mati". Bentuk TUNGGAL "dosa" digunakan sedemikian seringnya di seluruh pasal ini. Nampaknya hal ini untuk menunjuk kepada "sifat dasar keberdosaan" yang kita warisi dari Adam (lih. Rom 5:12-21; 1Kor 15:21-22). Paulus sering menggunakan konsep kematian sebagai penggambaran untuk menunjukkan hubungan yang baru antara orang percaya dengan Yesus. Mereka tidak lagi di bawah kekuasaan dosa.
□ "masih dapat hidup di dalamnya" Secara hurufiah kalimat ini berarti "berjalan". Penggambaran ini digunakan untuk menekankan baik iman gaya hidup kita (lih. Ef 4:1; 5:2,15) atau dosa gaya hidup (lih. ay. Rom 6:4). Orang-orang percaya tak mungkin bisa berbahagia dalam dosa!
Rom 6:3-4 "telah dibaptis… telah dikuburkan" Kedua hal ini adalah AORIST PASSIVE INDICATIVES. Bentuk ketata-bahasaan ini menekankan suatu tindakan yang telah selesai dilakukan oleh seorang pelaku dari luar, dalah hal ini Roh Kudus. Kedua hal ini paralel dalam konteks.
□ "dalam kematianNya… kita telah dikuburkan bersama Dia" Baptisan selam melukiskan kematian dan penguburan. (lih. ay. Rom 6:5 dan Kol 2:12). Yesus menggunakan baptisan sebagai penggambaran bagi kematianNya sendiri (lih. Mr 10:38-39; Luk 12:50). Tekanannya di sini bukan mengenai doktrin baptisan, namun mengenai hubungan intim yang baru dari Orang Kristen dengan kematian dan penguburan Kristus. Orang-orang percaya menjadi serupa dengan baptisan Kristus, dengan karakterNya, dengan pengorbananNya, dengan missiNya. Dosa tidak berkuasa atas orang-orang percaya!
Rom 6:4 "kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian" Dalam pasal ini, sebagaimana merupakan ciri khas tulisan Paulus, ia menggunakan banyak kata majemuk menggunakan sun (dengan) (misal. Ef 2:5-6).
- 1. sun + thaptō = dikuburkan bersama-sama, ay. Rom 6:4; Kol 2:12; juga catat ay. Rom 6:8
- 2. sun + stauroō = ditanam bersama-sama, ay. Rom 6:5
- 3. sun + azō = berada bersama-sama, ay. Rom 6:8; 2Tim 2:11 (juga ada mati bersama-sama dan memerintah bersama-sama)
□ "demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru" Ini adalah suatu AORIST ACTIVE SUBJUNCTIVE. Hasil yang diharapkan dari keselamatan adalah pengkudusan. Karena orang-orang percaya mengenal anugerah Allah melalui Kristus, kehidupan mereka harus berbeda. Kehidupan baru kita tidak membawa kita kepada keselamatan, namun ini adalah hasil dari keselamatan (lih. ay. Rom 6:16,19; dan Ef 2:8-9,10; Yak 2:14-26). Ini bukan pertanyaan yang memilih salah satu, iman atau perbuatan, namun di sini ada urutan tahapannya.
□ "Kristus telah dibangkitkan" Dalam konteks ini penerimaan dari Allah Bapa dan persetujuan dari Firman dan Perbuatan AnakNya dinyatakan dalam dua peristiwa yang besar.
- 1. kebangkitan Yesus dari maut
- 2. kenaikan Yesus menuju ke tangan kanan Bapa
□ "kemuliaan Bapa" Untuk "kemuliaan" lihat Topik Khusus pada Rom 3:23. Untuk "Bapa" lihat Topik Khusus pada Rom 1:7.
Rom 6:5 "jika" Ini adalah sebuah kalimat FIRST CLASS CONDITIONAL yang dianggap benar dari sudut pandang si penulis atau untuk maksud penulisannya. Paulus mengasumsikan pembacanya adalah orang- orang percaya.
□ "Sebab jika kita telah menjadi satu dengan – Nya " Ini adalah suatu PERFECT ACTIVE INDICATIVE yang dapat diterjemahkan, "telah dan terus menjadi satu bersama," atau "telah dan terus ditanam/memulai bersama." Kebenaran ini secara teologis beranalogi dengan kata "tinggal" dalam Yoh 15. Jika orang-orang percaya telah menjadi sama dengan kematian Yesus (lih. Gal 2:19-20; Kol 2:20; 3:3-5), secara teologis mereka seharusnya menjadi sama dengan hidup kebangkitanNya (lih. ay. Rom 6:10).
Aspek penggambaran baptisan sebagai kematian dimaksudkan untuk menunjukkan (1) bahwa kita telah mati terhadap kehidupan lama, perjanjian lama, (2) kita hidup untuk Roh, perjanjian baru. Oleh karena itu, Baptisan Kristen tidaklah sama dengan baptisan Yohanes, yang adalah nabi PL terakhir.
Baptisan adalah kesempatan bagi pengakuan iman kepada umum dari gereja mula-mula. Rumusan baptisan mula-mula, yang harus diulang oleh orang yang dibaptis, adalah "Saya percaya Yesus adalah Tuhan" (lih. Rom 10:9-13). Pengumuman ke masyarakat ini adalah tindakan formal dan ritual dari apa yang telah dialami dalam pengalaman terdahulu. Baptisan bukan suatu mekanisme pengampunan, keselamatan atau kedatangan Roh Kudus, namun kesempatan untuk pernyataan dan pengakuan kepada masyarakat (lih. Kis 2:38). Namun demikian, ini juga bukan merupakan pilihan. Yesus memerintahkannya (lih. Mat 28:19-20), dan memberikan teladan, (lih. Mat 3; Mr 1; Luk 3) dan hal ini menjadi bagian dari khotbah-khotbah dan prosedur-prosedur Kerasulan sebagaimana dalam Kisah Para Rasul.
- NASB "mengetahui hal ini, bahwa diri kita yang lama disalibkan bersama Dia"
- NKJV "mengetahui hal ini, manusia lama kita telah disalibkan bersama Dia"
- NRSV "kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan (bersama Dia)"
- TEV "Dan kita tahu hal ini: keberadaan kita yang lama telah dimatikan bersama Kristus di salibNya"
- JB "Harus kita sadari bahwa diri kita yang dahulu telah disalib bersama Dia"
Ini adalah suatu AORIST PASSIVE INDICATIVE yang berarti "diri kita yang lama telah sekali untuk selamanya disalip oleh Roh Kudus." Kebenaran ini sangatlah penting bagi hidup keKristenan yang berkemenangan. Orang percaya harus menyadari hubungan barunya dengan dosa (lih. Gal 2:20; 6:14). Diri lama manusia yang telah jatuh (secara Adam) telah mati bersama Kristus (lih. ay. Rom 6:7; Ef 4:22 and Kol 3:9). Sebagai orang percaya kita sekarang memiliki pilihan mengenai dosa sebagaimana dimiliki Adam pada mulanya.
- NASB, NKJV "hingga tubuh dosa kita bisa diberhentikan"
- NRSV "demikian sehingga tubuh dosa kita bisa dimusnahkan"
- TEV "supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya"
- JB "untuk memusnahkan tubuh yang penuh dosa ini"
Paulus menggunakan kata "tubuh" (soma ) dengan beberapa frasa GENITIVE.
Paulus sedang berbicara mengenai kehidupan fisik dari jaman dosa dan pemberontakan ini. Tubuh kebangkitan Yesus yang baru adalah tubuh dari jaman kebenaran yang baru (lih. 2Kor 5:17). Masalahnya adalah bukan Kejasmaniahan ini (filsafat Yunani), namun dosa dan pemberontakan. Tubuh tidaklah jahat. KeKristenan meneguhkan kepercayaan akan tubuh jasmani dalam kekekalan (lih. 1Kor 15). Namun demikian, tubuh jasmaniah ini adalah medan peperangan dari pencobaan, dosa, dan diri sendiri. Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE SUBJUNCTIVE. Kata "diberhentikan" berarti "dibuat tidak dapat bekerja," "dibuat tidak berkuasa", atau "dibuat tidak produktif", bukan "dirusak". Ini adalah kata kata favorit Paulus, digunakan lebih dari dua puluh lima kali. Lihat Topik Khusus pada Rom 3:3. Tubuh jasmaniah kita secara moral adalah netral, namun tubuh ini sekaligus juga merupakan suatu medan pertempuran dari pertentangan rohani yang berkelanjutan. (lih. ay. Rom 6:12-13; 5:12-21; 12:1-2).
Rom 6:7 "siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE PARTICIPLE dan sebuah PERFECT PASSIVE INDICATIVE, yang artinya "ia yang telah mati, telah dan terus akan bebas dari dosa" Karena orang-orang percaya adalah ciptaan baru dalam Kristus mereka telah dan akan terus dibebaskan dari perbudakan dosa dan dari diri sendiri yang adalah warisan dari kejatuhan Adam. (lih. Rom 7:1-6).
Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai "dibebaskan" di sini adalah kata yang di semua bagian lain dalam pasal-pasal pembukaan diterjemahkan sebagai "dibenarkan" (ASV). Dalam konteks ini "dibebaskan" menjadi lebih masuk akal. (mirip dengan penggunaannya dalam Kis 13:39). Ingat, kontekslah yang menentukan arti suatu kata, bukan sebuah kamus atau sebuah definisi teknis yang ada. Kata-kata hanya memiliki arti bila ada dalam kalimat, dan kalimat hanya mempunyai arti bila ada dalam paragraf.
Topik Teologia -> Rm 6:1
Topik Teologia: Rm 6:1 - -- Roh Kudus
Roh Kudus dalam Gereja
Kedatangan dan Baptisan Roh
Menyatukan Seluruh Orang Percaya dengan Tubuh Kristus
Ro...
- Roh Kudus
- Roh Kudus dalam Gereja
- Kedatangan dan Baptisan Roh
- Menyatukan Seluruh Orang Percaya dengan Tubuh Kristus
- Keselamatan
- Orang-orang Percaya Dipersatukan dengan Kebangkitan Yesus
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Sarana Pertumbuhan
- Pertumbuhan dalam Anugerah Melalui Penuntutan Kesucian
- Ayu 28:28 Maz 19:14 Maz 24:3-6 Maz 37:27-28 Maz 97:10 Maz 119:1-3 Ams 16:17 Yes 51:1 Mat 5:6,8 Kis 24:16 Rom 6:1-23 Rom 13:12-14 Rom 16:19 1Ko 3:16-17 1Ko 5:6-8 1Ko 9:24-27 2Ko 7:1 2Ko 11:2 Gal 5:22-25 Efe 4:1 Efe 5:8-11 Fili 2:14-16 Fili 3:12-14 Fili 4:8 1Te 4:3-4,7 1Te 5:22 1Ti 5:22 1Ti 6:11-12 2Ti 2:19-22 Ibr 12:1-2 Ibr 12:14-15 Yak 1:21,27 1Pe 1:14-16 1Pe 2:9-12 1Pe 3:10-11 1Pe 4:1-2 2Pe 3:11-13 1Yo 2:1,29 1Yo 3:2-3 1Yo 5:21 3Yo 1:11 Wah 14:4-5
- Eskatologi
- Kebangkitan Orang Mati
- Kebangkitan Orang Benar
- Nilai Kebangkitan
- Memotivasi Orang Percaya supaya Hidup Saleh
TFTWMS -> Rm 6:1-7
TFTWMS: Rm 6:1-7 - Mati Terhadap Dosa Dalam Baptisan Mati Terhadap Dosa Dalam Baptisan (Roma 6:1-7)
1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin be...
Mati Terhadap Dosa Dalam Baptisan (Roma 6:1-7)
1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? 2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? 3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? 4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. 5 Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. 6 Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. 7 Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
Dalam menyurati gereja Roma, Paulus sering mengantisipasi pelbagai keberatan, yang umumnya datang dari orang-orang Yahudi. Dalam pasal ini, ia kembali mengantisipasi pelbagai keberatan, dan "para penentang"nya mungkin memiliki latar belakang Yahudi (lihat 6:15; 7:7)—tapi ia mengarahkan pendapatnya kepada orang-orang percaya yang dibaptis (lihat 6:3-11).
Ayat 1. Pasal ini dimulai dengan sebuah pertanyaan: Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Dengan kata lain, "Apakah yang akan kita katakan tentang apa yang kita sudah katakan sebelumnya" Ia baru saja menyatakan bahwa "di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah" (5:20). Sekarang ia mengantisipasi tanggapannya: Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Ada logika sesat dalam pertanyaan ini: "Karena dosa membuat kasih karunia semakin banyak, maka semakin banyak dosa berarti semakin banyak kasih karunia. Dan karena semakin banyak kasih karunia adalah baik, maka semakin banyak dosa harus juga baik."
Rupanya, sikap ini sudah umum pada abad pertama. Yudas menulis tentang "orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka" (Yud. 4; lihat Gal. 5:13). Dietrich Bonhoeffer menciptakan istilah "kasih karunia murah" untuk menggambarkan sikap sembrono terhadap rahmat Allah.3Ia menulis bahwa, kasih karunia itu bukan murah, itu mahal. Kasih karunia itu "mahal karena ia memanggil kita untuk mengikuti," tapi itu tetap "kasih karunia karena ia memanggil kita untuk mengikutiYesus Kristus."4
Apakah "para penentang" Paulus sedang berusaha untuk membenarkan cara hidup fasik? Mungkin—tapi lebih mungkin bahwa penalaran seperti itu digunakan untuk mencoba mendiskreditkan rasul itu. Dalam pasal 3, kita melihat hardikan ini dari Paulus: "Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata:
'Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya'?" (3:8). Beberapa orang menyatakan bahwa ajaran Paulus tentang kasih karunia membuat orang terdorong untuk berbuat dosa. Dengan alasan seperti itu, mereka menyimpulkan bahwa Paulus pastilah seorang guru sesat.
Ayat 2. Bagaimanakah Paulus menanggapi pertanyaan "Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?" (6:1)? Implikasi pertanyaan seperti itu mengejutkan dia: "Sekali-kali tidak!" Alkitab Phillips menulis "Betapa suatu pemikiran yang mengerikan!"
Paulus mengetengahkan beberapa alasan bagi orang Kristen untuk menghindari dosa. Yang pertama adalah bahwa orang Kristen sudah "mati bagi dosa": "Bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?" Arti kata "kematian" (qa÷natoß, thanatos) telah dibahas (lihat komentar tentang 5:12). Dalam Roma 6, Paulus menggunakan istilah itu secara kiasan, membandingkan kematian jasmani dengan perubahan hidup.
Untuk menggambarkan prinsip mati bagi dosa, mari kita perhatikan hewan yang mati. Kita bisa menaruh makanan kesukaan hewan itu di depan hidungnya, dan hewan itu tidak akan merespon. Bagaimanapun, ia sudah mati. Begitu juga halnya, Paulus sedang mengatakan bahwa, dalam satu pengertian, kita mati dan dengan demikian harus jangan merespon ketika dosa mencoba untuk memikat kita menjauhi Allah.
Seperti semua kiasan, kiasan ini juga jangan ditekan terlalu jauh. Hewan yang mati tidak mampu merespons rangsangan, tetapi Paulus tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa orang Kristen tidak mampu merespon pencobaan. Sebaliknya, ia memberitahu para pembaca Kristen bahwa, karena mereka telah mati bagi dosa, maka mereka harus jangan membiarkan dosa berkuasa di dalam tubuh fana mereka sehingga mereka menuruti keinginannya. Mereka harus jangan menyerahkan anggota tubuh mereka sebagai senjata kelaliman (6:11-13). Situasi itu telah dinyatakan dengan cara ini: "Kita mati bagi dosa, tetapi dosa tidak mati bagi kita." Paulus tidak sedang mengatakan bahwa orang Kristen tidak bisa berdosa, tetapi bahwa mereka seharusnya jangan berbuat dosa. Gaya hidup berdosa tidak konsisten dengan status baru berupa mati bagi dosa. Jim Hylton menulis bahwa "banyak orang Kristen mati [bagi dosa] dan tidak mengetahuinya dan itu sebabnya … mereka tidak menunjukkan hal itu."5
Mengapa Paulus menggunakan kiasan kematian dalam konteks ini? Tujuan utamanya adalah untuk mengaitkan perubahan hidup kepada salib Yesus. Sebagaimana Kristus telah mati untuk orang-orang berdosa (5:6-8), maka kita harus mati untuk dosa. Paulus mungkin juga menggunakan kiasan itu untuk menegaskan perubahan dramatis dalam status orang yang diselamatkan oleh kasih karunia. Akan sulit untuk membayangkan perubahan yang lebih dramatis dan mutlak daripada yang dipengaruhi oleh kematian jasmani.
Ayat 3. Itu membawa kita kepada pertanyaan penting: Bagaimana dan kapan kita "mati bagi dosa"? Banyak faktor yang bisa disebutkan. Kita bisa bicara tentang perubahan sikap kita terhadap dosa ketika kita menyadari bahwa dosa-dosa kita telah memakukan Yesus di kayu salib (lihat 1 Kor. 15:3). Kita bisa membahas bagaimana iman dan pertobatan menghasilkan keinginan untuk menjalani kehidupan yang saleh (lihat Kisah 26:20). Kita pastinya bisa, dan harus, menyebutkan bagaimana Roh Allah menolong kita dalam "mematikan perbuatan-perbuatan tubuh" (8:13).
Namun begitu, ada sesuatu yang khusus dalam pikiran Paulus. Ia tidak meninggalkan keraguan mengenai apa yang ia maksudkan ketika ia mengatakan "kita … mati bagi dosa." Ia segera bergerak menuju puncak respon awal kita kepada salib: baptisan. John R. W. Stott menuls bahwa "cara di dalam mana kita telah mati bagi dosa adalah bahwa baptisan kita menyatukan kita dengan Kristus dalam kematian-Nya."6
Dalam surat ini, kata-kata "baptisan" dan "baptis" hanya muncul di 6:3, 4. "Baptisan" adalah dari istilah Yunani ba÷ptisma (baptisma), sedangkan "baptis" adalah dari bapti÷zw (baptizō). Akar masing-masing kata ini adalah ba÷ptw (baptō), yang berarti "celup." Baptizō berarti "menyelupkan, membenamkan," dan baptisma berarti "pembenaman."7Sejarawan sepakat bahwa cara baptisan dalam gereja mula-mula adalah pembenaman. Oleh karena itu, Alkitab CJB menerjemahkan 6:3, 4 sebagai berikut:
"Apakah kamu tidak tahu bahwa kita yang telah dibenamkan dalam Mesias [Yesus] telah dibenamkan dalam kematian-Nya? Melalui pembenaman dalam kematian-Nya kita dikuburkan dengan dia …"(huruf miring ditambahkan).
Karena ini adalah nas yang sangat kuat tentang pentingnya baptisan, beberapa penulis mencoba untuk membuat ayat-ayat ini mengacu kepada baptisan "rohani", atau mungkin baptisan "dalam Roh." Namun demikian, beberapa sarjana yang punya reputasi baik mengakui bahwa yang Paulus pikirkan adalah baptisan air, baptisan Amanat Agung. Misalnya, Douglas J. Moo menulis bahwa "Paulus biasanya menggunakan kata kerja baptizō untuk mengacukan baptisan air Kristen.… Selain itu, kata benda 'baptisan' (Yun. baptisma) dalam ayat 4 hampir selalu memiliki arti ini."8Stott menambahkan bahwa "setiap kali istilah 'baptisan' dan 'dibaptis' muncul, tanpa menyebutkan unsur yang di dalamnya baptisan itu terjadi, acuannya adalah baptisan air."9Jadi, dalam nas ini, kita bukan hanya boleh menerjemahkan "dibaptis" sebagai "dibenamkan," tapi kita juga bisa dengan sah menambahkan "[dalam air]."
Beberapa penulis terkejut bahwa Paulus memperkenalkan baptisan air pada titik ini. Satu orang berkata, "Kita mengharapkan dia untuk mengatakan bahwa 'kita yang telah percaya kepada Kristus Yesus telah disatukan dengan kematian-Nya' … dan bahwa 'kita dikuburkan dengan dia melalui iman kita ke dalam kematian.'"10Namun begitu, baptisan yang diperkenalkan itu hanya mengejutkan mereka yang menafsirkan "iman" dalam pasal 1 sampai 5 sebagai "iman saja." Mereka yang memahami iman yang menyelamatkan mencakup ketaatan (1:5; 16:26), tidak terkejut bahwa Paulus akan bicara tentang baptisan sebagai ungkapan iman. Dalam memberikan Amanat Agung, Yesus mengaitkan iman, baptisan, dan keselamatan: "Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum" (Mrk. 16:16).
Banyaknya kontroversi seputar baptisan berasal dari langkah-langkah ekstrem yang manusia ambil mengenai ketetapan yang Allah berikan ini. Beberapa telah melangkah ke satu sisi ekstrim, menjadikan baptisan sebagai "sakramen"—ritual yang dikatakan mendatangkan kasih karunia bagi pesertanya, yang terpisah dari iman. Mereka percaya bahwa mereka boleh "membaptis" anak bayi dan "menyelamatkan" jiwa-jiwa bayi itu dari "Limbo." Yang lainnya melangkah ke sisi ekstrim lain, menganggap baptisan sebagai sedikit lebih daripada simbol. Para pengkhotbah denominasi telah sering mengacukan baptisan sebagai "tanda lahiriah penyucian batin." Di antara dua pandangan ekstrem itu terdapat posisi Alkitab tentang baptisan: ungkapan iman
(ungkapan yang tidak berharga tanpa iman itu) dan syarat keselamatan yang diberikan Allah. Tidak ada nas yang lebih baik yang mengungkapkan semua yang terlibat dalam baptisan Alkitab selain daripada Roma 6:3, 4.
Nas itu dimulai, Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis …? Paulus belum pernah ke Roma (1:13), tapi ia yakin orang-orang Kristen di Roma telah dibaptis. Hal ini menunjukkan bahwa baptisan merupakan respon umum bagi mereka yang percaya kepada Yesus. F. F. Bruce menyimpulkan, "Dari acuan ini dan lainnya kepada baptisan dalam tulisan-tulisan Paulus, jelas terlihat bahwa ia tidak menganggap baptisan sebagai 'tambahan yang sifatnya pilihan' dalam kehidupan Kristen."11Pada zaman Perjanjian Baru, tidak ada hal seperti "orang Kristen yang tidak dibaptis."12
Paul memasukkan dirinya dalam kumpulan orang-orang yang telah dibaptis, dengan mengacukan "kita semua yang telah dibaptis" (huruf miring ditambahkan). Sekitar tiga puluh tahun sebelumnya, seorang Kristen bernama Ananias pernah berkata kepada dia, "Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!" (Kisah 22:16). Pada kesempatan itu, "ia bangun lalu dibaptis" (Kisah 9:18).
Paulus berkata, "Kita semua … telah dibaptis" dalam Kristus Yesus. Berada "dalam Kristus" berarti memiliki hubungan pribadi dengan Yesus (lihat Yoh. 15:5).13
Paulus memberitahu umat Kristen di Galatia, "Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus" (Gal. 3:27 ). Hubungan pribadi dengan Yesus, yang menyelamatkan ini ditekankan di seluruh Roma 6:
"dibaptis dalam Kristus, … dibaptis dalam kematian-Nya" (6:3); "dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan" (6:4). "menjadi satu dengan [Dia]" (6:5).
"disalibkan [dengan Dia] (6:6);
"mati dengan Kristus, … hidup juga dengan Dia (6:8).
William Barclay menggambarkannya seperti ini:" Kita tidak bisa menjalani kehidupan jasmani kita kecuali kita dalam udara, dan udara dalam kita; [demikian juga] kecuali kita dalam Kristus, dan Kristus dalam kita [lihat Kol. 1:27], kita tidak bisa menjalani kehidupan Allah."14
Sampai titik ini dalam ayat 3, Paulus sudah memberitahu para pembacanya tentang apa yang mereka sudah ketahui. Saat ia menyelesaikan kalimat itu, ia memberitahu mereka sesuatu yang mungkin tidak pernah mereka pikirkan: bahwa semua orang yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya. Dengan cara ini, Paulus memulai pembahasannya tentang bagaimana dan kapan orang-orang Kristen ini telah "mati bagi dosa." Ketika mereka dibaptis, mereka berpartisipasi dalam kematian Yesus dan pelbagai hasilnya.
Dalam 1 Korintus 15, Paulus menulis bahwa inti Injil adalah kematian, penguburan, dan kebangkitan Kristus:
Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu.…
Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci (1 Kor. 15:1-4).
Dalam Roma 6, Paulus menunjukkan bagaimana baptisan kita, pada dasarnya, adalah penciptaan kembali pelbagai peristiwa penting itu. Pertama, kita berpartisipasi dalam kematian Yesus. Kita sudah mati dalam dosa (Efe. 2:1), tetapi kita mati bagi dosa dalam baptisan. Dalam 6:6, Paulus mengatakan bahwa "manusia lama kita telah turut disalibkan."
Ayat 4. Setelah Yesus mati, Ia dikuburkan. Paulus menarik kesamaan ini. Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia. Kebanyakan penulis mengakui bahwa kiasan tentang penguburan sesuai dengan pembenaman kita dalam air. James Macknight menulis bahwa "dalam baptisan,… orang yang dibaptis dikuburkan di bawah air."15Bahkan mereka yang melakukan baptis percik harus mengakui bahwa "[baptis] percik tidak begitu mirip" dengan simbolisme penguburan.16
Ketika kita dikuburkan dalam air baptisan, proses mati bagi dosa tercapai. Paulus menekankan bahwa penguburan air ini adalah dalam kematian, sekali lagi menekankan hubungan erat antara apa yang kita lakukan dengan apa yang Kristus sudah lakukan. "Semua yang … terjadi atas Dia dapat dianggap terjadi atas kita."17
Pada hari ketiga, Kristus bangkit dari antara orang mati. Jadi Paulus melanjutkan, Sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebagaimana Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, kita juga dibangkitkan dari "kubur berair" baptisan. Paulus memberitahu jemaat Kolose bahwa, "[setelah] dikuburkan [dengan Dia] dalam baptisan, … kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati" (Kol. 2:12).
Anders Nygren mengomentari apa yang Paulus ajarkan dalam Roma 6 tentang baptisan: "Ketika orang yang dibaptis dibenamkan dalam air, tindakan itu menandakan penguburan 'dengan Kristus'; dan ketika ia keluar dari air itu, itu menandakan kebangkitan 'dengan Kristus.'" Nygren kemudian memberi peringatkan tentang salah menafsirkan ajaran Paulus mengenai baptisan sebagai simbol semata. Bagaimanapun, "apa yang dilambangkan oleh baptisan sebenarnya juga terjadi, dan secara tepat melalui baptisan.… Kita sebelumnya bukan anggota dalam tubuh Kristus; tapi kita menjadi seperti itu melalui baptisan dan selanjutnya secara tak terpisahkan menjadi milik sang Kepala."18
Seperti yang disebut sebelumnya, 6:3, 4 adalah nas yang sangat kuat tentang baptisan dan posisinya dalam pengaturan Allah untuk keselamatan kita. Kebanyakan komentator tidak dapat menyangkal kekuatan bagian itu. Mereka enggan untuk mengatakan bahwa baptisan adalah bagian penting dari respon iman, tetapi banyak yang hampir mengakui hal itu sebagai benar:
Moo berkata, "Perjanjian Baru menyajikan baptisan air sebagai salah satu komponen dari pengalaman yang lebih besar, yang [James D. G.] Dunn sebut 'konversi-inisiasi.'"19
Bruce menulis, "Iman kepada Kristus dan baptisan, sesungguhnya, bukan dua pengalaman yang sangat berbeda tetapi bagian-bagian dari satu kesatuan."20
Walter W. Wessel menulis, "Dalam zaman [Perjanjian Baru] baptisan sangat dekat untuk disusul dengan perubahan hidup sehingga keduanya dianggap sebagai bagian dari satu peristiwa."21
Namun begitu, tujuan Paulus dalam teks kita bukan untuk membuktikan pentingnya baptisan; tidak ada pembaca mula-mula suratnya yang mempertanyakan perlunya baptisan. Maksud Paulus adalah bahwa mengetahui dosa-dosa kita telah disucikan seharusmya memotivasi kita untuk menjalani kehidupan yang saleh. Ia mengatakan bahwa kita dibangkitkan dari air baptisan untuk "berjalan dalam hidup yang baru" (NASB; huruf miring ditambahkan). "Berjalan" adalah "kiasan untuk kemajuan yang stabil, sederhana yang seharusnya mencirikan kehidupan Kristen."22
Karena kita memiliki "hidup yang baru," kita harus bertindak seperti itu. Alkitab NEB mengatakan bahwa kita perlu "menjejakkan kaki kita pada jalan hidup yang baru." Paulus menyurati jemaat Kolose mengenai baptisan mereka, Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah (Kol. 3:1-3).
Ayat 5. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Dalam konteks ini, "jika" berarti "sejak." Kata Yunani yang diterjemahkan "menjadi satu" (su÷mfutoß, sumphutos) adalah kata majemuk dari su÷n (sun, "dengan") dan fu÷w (phuō, "tumbuh"), yang dapat berarti "tumbuh bersama-sama"23atau "ditanam bersama-sama" (KJV). Paulus membandingkan pembenaman dalam air dengan penanaman benih di tanah. Benih itu harus "mati" agar muncul kehidupan baru (Yoh. 12:24; 1 Kor. 15:36).
"Penanaman" kita bernilai karena kita "menjadi satu dengan apa [Kristus] yang sama dengan kebangkitan-Nya" (huruf miring ditambahkan). Karena kasusnya seperti itu, "tentunya kita juga akan sama dengan kebangkitan-Nya."24Ketika Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, beberapa hal tentang Dia tidak berubah. Ia masih memiliki bekas tusukan paku pada tangan-Nya dan luka tusukan tombak di lambung-Nya (Yoh. 20:27), namun ada beberapa hal yang berbeda. Ia dibangkitkan kepada kehidupan yang baru, tidak lagi tunduk pada kebinasaan kematian (Rom. 6:9). Begitu juga halnya, ketika kita dibangkitkan dari kubur baptisan, beberapa hal tidak berubah: Misalnya, kita masih terlihat seperti orang yang sama. Namun begitu, ada beberapa hal yang berbeda: Kita sekarang memiliki kehidupan baru di dalam Tuhan!
Ayat 6. Paulus menyusulkan pokok pikiran itu dengan kata-kata ini: Karena kita tahu, bahwa manusia [diri; NASB] lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Manusia lama kita disalibkan dengan Kristus (lihat Gal. 2:20). Alih-alih "manusia lama," teks Yunani secara harfiah menulis "manusia tua" (palaio«ß … a¡nqrwpoß, palaios … anthrōpos) (lihat KJV).
Beberapa komentator bingung tentang apa yang Paulus maksudkan dengan "diri [manusia] lama" tapi rasul itu, pada dasarnya, telah mendefinisikan istilah itu dalam ayat 8. Perhatikan kesamaan antara ayat 6 dan 8:
"Manusia [diri] lama kita telah turut disalibkan" (6:6).
"Kita telah mati dengan Kristus" (6:8).
"Diri lama kita" hanya mengacu kepada kita sebelum menjadi Kristen. Alkitab NEB menulis "manusia dahulu kita." Stott menulis bahwa "apa yang disalibkan dengan Kristus adalah. . . seluruh diri kita sebagaimana keadaan kita sebelum perubahan hidup."25Orang Kristen bisa mengacukan pelbagai peristiwa dalam hidupnya sebagai terjadi "S. M." (sebelum Masehi) atau "M" (setelah Masehi)/A.D.26
"Diri lama" telah disalibkan dengan Kristus—dipaku pada salib, dieksekusi, dihukum mati! Beberapa orang senang mengenakan kalung bersalib di leher mereka atau mendirikan salib pada bangunan-bangunan. Respon yang Allah inginkan bukan menampilkan salib pada perhiasan atau bangunan, tetapi menanamkan salib di hati— mematikan "manusia lama" yang berdosa!27
Kita disalibkan dengan Kristus "supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya" (huruf miring ditambahkan). Kata "tubuh" (swvma, sōma) banyak sekali muncul dalam beberapa pasal berikutnya (lihat 6:6, 12; 7:4, 24; 8:10, 11, 13, 23), jadi kita perlu berhenti sejenak untuk memeriksa kata itu.
Tubuh jasmani, pada dasarnya, tidak baik atau tidak jahat; itu hanyalah alat untuk digunakan. Tubuh telah disebut sebagai "media pengesanan dan pengungkapan." Melalui lima panca indera tubuh kita menerima kesan tentang dunia di sekitar kita. Kemudian, melalui fungsi tubuh (seperti bicara, gerak tubuh, dan ekspresi wajah) kita mengungkapkan kepada orang lain bagaimana perasaan kita dan/atau apa yang kita ingin mereka ketahui.
Tubuh dapat digunakan sebagai alat untuk kebaikan. Dalam ayat 13, Paulus menantang para pembacanya untuk mempersembahkan anggota-anggota tubuh mereka sebagai "senjata kebenaran kepada Allah." Belakangan di kitab Roma, Paulus menulis, "Demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah" (12:1).
Tubuh juga dapat digunakan sebagai alat kejahatan. Anggota-anggotanya dapat dimanfaatkan sebagai "senjata kelaliman" (6:13). Kitab Suci mengakui bahwa tubuh (daging) sering menjadi titik terlemah dalam bertahan melawan pencobaan (lihat 7:5). Tubuh berulang kali menjadi sasaran serangan terkuat Iblis. Oleh karena itu, dalam kitab Roma, kata "tubuh" sering dikaitkan dengan pelbagai istilah yang mencerminkan penggunaannya sebagai senjata bagi kejahatan (lihat 7:24). Itulah yang terjadi dalam ayat 6, yang bicara tentang "tubuh dosa kita"—yaitu, tubuh yang melaluinya kita berbuat dosa.
Di 8:13, Paulus mengatakan bahwa, dengan pertolongan Roh Allah, kita dapat mematikan perbuatan-perbuatan tubuh. Namun begitu, untuk saat ini ia hanya menekankan bahwa manusia lama kita telah disalibkan dengan Kristus sehingga tubuh dosa kita "hilang kuasanya." "Hilang kuasanya" berasal dari kata katarge÷w (katargeō), kata majemuk yang menggabungkan kata (kata, "bawah") dengan ajrgo÷ß (argos, "tidak aktif"). Secara harfiah berarti "dikurangi hingga tidak aktif." Alkitab NLT mengatakan bahwa kita "disalibkan dengan Kristus supaya dosa bisa kehilangan kuasanya dalam hidup kita." Beberapa orang beranggapan bahwa mereka punya sedikit atau tidak punya kendali atas keinginan tubuh mereka. Paulus ingin kita menyadari bahwa, melalui Kristus, desakan keinginan yang sangat keras itu dapat dibuat tidak aktif dan kehilangan kekuatannya untuk menguasai kita.
Oleh karena Yesus, perbudakan kita kepada dosa telah berakhir. Tubuh dosa kita telah dilumpuhkan "agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa." Di Amerika, pada 1 Januari 1863, Proklamasi Emansipasi diumumkan; lalu, pada tanggal 18 Desember 1865, Amandemen Ketigabelas Konstitusi AS secara resmi diadopsi, menghapuskan perbudakan. Seribu delapan ratus tahun sebelumnya, Kristus, pada dasarnya, telah menandatangani "proklamasi emansipasi" rohani kita dengan darah-Nya sendiri.
Ayat 7. Meski Paulus telah mengacukan dosa sebagai memerintah seperti seorang raja (5:21), ia mengatakan bahwa tidak ada lagi alasan untuk membungkuk kepada dosa. Orang Kristen tidak perlu tunduk kepada perintahnya, sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. "Bebas" adalah dari kata Yunani dikaio÷w (dikaioō), yang sering diterjemahkan "dibenarkan." Orang yang "dibenarkan" di pengadilan (dinyatakan "tidak bersalah") dibebaskan.
Di zaman Perjanjian Baru, satu-satunya cara bagi banyak budak untuk dibebaskan dari perbudakan adalah dengan mati. Ketika kita dibaptis, kita mati bagi dosa (6:2-4), yang membebaskan kita dari dosa (6:7). Para rabi mengajarkan bahwa kematian membatalkan semua kewajiban.28Ketika kita mati bagi dosa, kita tidak lagi memiliki kewajiban untuk melayani dosa.
Di Amerika, ketika budak-budak dibebaskan, beberapa hidup terus sebagai budak. "Entah mereka tidak percaya bahwa mereka sudah bebas, atau mereka begitu dikondisikan kepada perbudakan sehingga tidak bisa membayangkan kebebasan."29
Sayangnya, beberapa orang yang telah dibebaskan dari perbudakan dosa masih hidup dalam perbudakan. Paulus ingin semua orang Kristen mengingat bahwa mereka bukan lagi budak dosa dan mereka tidak perlu lagi "melayani dosa" (6:6; KJV).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Roma (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini mer...
Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).
Tujuan
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.
- (1) Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
- (2) Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36).
Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom 3:21--4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial, sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.
- (2) Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).
- (3) Paulus memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan sifat sesungguhnya dari Injil.
- (4) Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.
- (5) Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:
- (a) dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan
- (b) prinsip "dosa" (Yun. _he hamartia_), yaitu kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Rom 5:12--8:39).
- (6) Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
- (7) Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Full Life: Roma (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Rom 1:1-17)
I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20)
A. Kebutuhan Or...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Rom 1:1-17) - I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20) - A. Kebutuhan Orang Bukan Yahudi
(Rom 1:18-32) - B. Kebutuhan Orang Yahudi
(Rom 2:1-3:8) - C. Kebutuhan Semua Orang
(Rom 3:9-20) - II. Penyediaan Kebenaran yang Mulia oleh Allah
(Rom 3:21-5:21) - A. Pembenaran oleh Iman Diringkaskan
(Rom 3:21-31) - B. Pembenaran oleh Iman Digambarkan Dalam Abraham
(Rom 4:1-25) - C. Berkat dan Keyakinan yang Menyertai Pembenaran
(Rom 5:1-11) - D. Adam dan Kristus Dibandingkan
(Rom 5:12-21) - 1. Adam/Dosa/Penjatuhan Hukuman/Kematian
- 2. Kristus/Kasih Karunia/Pembenaran/Hidup
- III.Kebenaran Berkarya Melalui Iman
(Rom 6:1-8:39) - A. Kebebasan dari Perbudakan Dosa
(Rom 6:1-23) - 1. Mati Bersama Kristus terhadap Dosa
(Rom 6:1-14) - 2. Hidup Bersama Kristus sebagai Hamba Kebenaran
(Rom 6:15-23) - B. Kebebasan dari Pertentangan di Bawah Hukum Taurat
(Rom 7:1-25) - C. Kebebasan Melalui Hukum Roh Kehidupan
(Rom 8:1-39) - IV. Kebenaran oleh Iman Berkaitan dengan Israel
(Rom 9:1-11:36) - A. Persoalan Penolakan Israel
(Rom 9:1-10:21) - B. Kemenangan Rencana Allah
(Rom 11:1-36) - V. Penerapan Praktis dari Kebenaran oleh Iman
(Rom 12:1-15:13) - A. Orang Percaya dan Penyerahan Diri
(Rom 12:1-2) - B. Orang Percaya dan Masyarakat
(Rom 12:3-21) - C. Orang Percaya dan Pemerintah
(Rom 13:1-7) - D. Orang Percaya dan Hukum Kasih
(Rom 13:8-15:13) - Penutup
(Rom 15:14-16:27)
Matthew Henry: Roma (Pendahuluan Kitab)
Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulk...
- Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulkan bahwa mazmur-mazmur Daud di dalam Perjanjian Lama dan surat-surat penggembalaan Rasul Paulus di dalam Perjanjian Baru merupakan bintang-bintang yang paling terang, yang berbeda dari bintang-bintang lainnya di dalam kemuliaan. Kitab Suci secara keseluruhan memang merupakan surat penggembalaan dari sorga kepada dunia ini, tetapi di dalamnya ada penjelasan atas beberapa surat kerasulan tertentu. Di dalamnya terdapat lebih banyak surat-surat Paulus dibandingkan dengan surat rasul-rasul lainnya, sebab ia adalah rasul utama dari antara mereka. Ia bekerja lebih keras dibandingkan mereka semua. Tidak diragukan lagi, bakat alamiahnya sangat luar biasa. Pengertiannya akan suatu hal cepat dan tajam, ungkapan-ungkapannya lancar dan kaya. Ke mana pun ia pergi, kasih sayangnya sangat hangat dan bersemangat, dan keteguhan hatinya sangat tegas dan berani. Hal ini membuat ia menjadi seorang penganiaya yang sangat keras dan sengit sebelum ia bertobat. Namun ketika orang kuat yang bersenjata lengkap ini dilucuti, dan orang yang lebih kuat dari padanya datang menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan membagi-bagikan rampasannya dan menguduskan kecakapan-kecakapan ini, ia pun menjadi pemberita firman yang paling mahir dan bersemangat. Tidak ada yang lebih baik dari padanya untuk memenangkan jiwa, dan juga tidak ada yang lebih berhasil dari padanya. Empat belas surat penggembalaannya terdapat di dalam kanon Kitab Suci kita. Besar kemungkinan masih ada lebih banyak lagi surat yang ia tulis selama masa pelayanannya, yang mungkin cukup baik untuk mengajar, menegur, dan seterusnya tetapi karena surat-surat itu tidak diilhami oleh Allah, maka surat-surat tersebut tidak diterima sebagai kitab kanonik, dan juga tidak diturunkan kepada kita. Beberapa penulis kuno mengatakan bahwa ada enam pucuk surat ditulis oleh Paulus kepada Seneca (ahli filsafat dan negarawan Romawi abad pertama – pen.), dan delapan surat dari Seneca kepadanya [Sixt. Senens. Biblioth. Sanct. lib.2], dan yang masih ada sampai sekarang ini. Namun, sekali pandang saja tampaknya naskah-naskah itu tidak asli dan palsu.
- Surat penggembalaan kepada jemaat Roma ini ditempatkan sebagai surat yang pertama, bukan karena urutan waktu penulisannya yang lebih awal, melainkan karena keunggulannya yang tinggi. Surat ini adalah surat yang terpanjang dan terlengkap dibandingkan surat-surat penggembalaan lainnya, dan mungkin juga karena kewibawaan dari tempat yang menjadi tujuan surat ini ditulis. Dikatakan bahwa Krisostom, salah seorang bapa gereja, meminta supaya surat ini dibacakan untuknya dua kali dalam seminggu. Surat ini merupakan kumpulan dari beberapa bagian tulisan dari surat tersebut yang ditulis pada tahun 56 Masehi, dari kota Korintus, ketika Paulus tinggal di situ sebentar dalam perjalanannya menuju Troas (Kis. 20:5-6). Ia menitipkan surat ini kepada Febe, orang Romawi itu, seorang pelayan jemaat di Kengkrea (pasal 16), yang berada di wilayah Korintus. Di dalam surat itu ia menyebut Gayus sebagai tuan rumahnya, atau orang yang memberi tumpangan kepadanya (16:23). Gayus yang dimaksud adalah orang Korintus, berbeda dengan Gayus dari Derbe, yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 20. Pada saat itu, Rasul Paulus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem dengan membawa uang yang akan diberikan kepada orang-orang kudus miskin yang ada di sana. Hal itu ia sebutkan di dalam Roma 15:26. Rahasia-rahasia besar perlu dibahas di dalam surat ini, seperti juga dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus lainnya, karena banyak hal masih gelap dan sukar dipahami (2Ptr. 3:16). Cara penulisan surat ini (sama seperti beberapa surat penggembalaan lainnya) dapat diamati. Bagian terdepan berisikan pengajaran, yaitu di dalam sebelas pasal pertama. Bagian terakhir adalah bagian penerapan, yaitu di dalam lima pasal terakhir, yang memberitahukan tentang penghakiman dan cara memperbaiki hidup. Cara terbaik untuk memahami kebenaran-kebenaran yang dijelaskan di bagian awal adalah dengan menaati dan melakukan kewajiban-kewajiban yang diuraikan di bagian akhir. Sebab, barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan mengetahui pengajaran itu (Yoh. 7:17).
- I. Bagian pengajaran dari surat kerasulan itu mengajarkan kepada kita,
- 1. Mengenai jalan keselamatan,
- (1) Dasar keselamatan itu adalah pembenaran oleh Allah, dan bukan karena perbuatan manusia (pasal 1). Juga bukan karena melakukan hukum Taurat bangsa Yahudi (pasal 2-3), sebab baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain harus bertanggung jawab terhadap kutuk itu. Sebaliknya, keselamatan itu hanya diperoleh melalui iman di dalam Yesus Kristus (Roma 3:21 dan seterusnya; pasal 4).
- (2) Langkah-langkah menuju keselamatan ini adalah,
- 2. Mengenai orang-orang yang diselamatkan, seperti halnya mereka yang masuk menurut pilihan kasih karunia (pasal 9), bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi (pasal 10-11). Dari sini tampak bahwa pokok yang ia bicarakan adalah kebenaran-kebenaran yang sebenarnya telah diketahui, seperti yang dikatakan oleh Rasul Petrus (2Ptr. 1:12). Dua hal yang menjadi batu sandungan bagi bangsa Yahudi, yaitu pembenaran oleh iman tanpa melakukan hukum Taurat, dan penerimaan bangsa-bangsa lain ke dalam jemaat. Itulah sebabnya Rasul Paulus berusaha menjelaskan dan membereskan kedua hal ini.
- II. Bagian penerapan yang mengikuti, yang di dalamnya kita temukan,
- 1. Beberapa nasihat umum yang cocok bagi semua orang Kristen (pasal 12).
- 2. Petunjuk-petunjuk bagaimana kita berperilaku sebagai anggota masyarakat yang beradab (pasal 13).
- 3. Aturan-aturan yang mengatur tingkah laku orang-orang Kristen satu sama lain, sebagai sesama anggota jemaat Kristen (pasal 14 dan pasal 15:1-14).
- III. Ketika mendekati bagian penutup, Rasul Paulus menjelaskan dasar-dasar tulisannya kepada mereka (15:14-16), memberikan penjelasan mengenai dirinya sendiri dan urusan-urusannya (ay. 17-21), berjanji untuk mengunjungi mereka (ay. 22-29), meminta dukungan doa mereka (ay. 30-32), mengirimkan salam khusus kepada banyak sahabat di sana (Roma 16:1-16), memperingatkan mereka terhadap orang-orang yang menimbulkan perpecahan (ay. 17-20), menambahkan salam dari sahabat-sahabat yang ada bersamanya (ay. 21-23), dan mengakhirinya dengan sebuah doa berkat dan pujian kepada Allah (ay. 24-27).
Jerusalem: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus.
di Korintus pada awal...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus. di Korintus pada awal tahun 58, mendjelang berangkatnja ke Jerusalem, guna menjampaikan hasil pendermaan dari umat-umat di Achaja dan Masedonia, bagi orang-orang miskin didalam umat induk disitu. Ia bermaksud, segera sesudah penjerahan resmi derma-derma tersebut, pergi ke Barat pula dan meluaskan wilajah kerajanja sampai ke Spanjol. Pada perdjalanan ke Spanjol itu ia bermaksud singgah di Roma dan hal ini mendjadi alasan tertulisnja surat ini. Ia hendak memberitahukan niatnja itu dan memperkenalkan diri dan maksud kundjungannja terlebih dahulu, sebab ia masih agak asing bagi umat itu, belum pernah berhubungan denganja, ketjuali dengan beberapa tokoh, jang dahulu mendjadi pembantu, kawan atau muridnja dilain-lain tempat. Bdl. 16:3-16. Umat itu dewasa itu sudah sangat besar dan menurut perkataan Paulus sendiri dalam 1:8 semangat imannja terkenal "diseluruh dunia". Lagi pula kedudukan umat ini teristimewa penting sebagai umat ibu-kota seluruh kekaiseran Roma, pusat pemerintahan dan kebudajaan Romawi. Sudah sewadjarnja semua itu menarik minat seorang rasul seperti Paulus. dan sebab itu sudah lama menimbulkan kerinduan untuk berkenalan dengan umat itu. Malahan ia merasa bertugas terhadapnja djuga. Umat itu bagian terbesar terdiri dari orang Romawi asli bekas penjembah dewa-dewa, dan bukankah ia. chususnja bertugas sebagai rasul terhadap segala bangsa-bangsa "kafir"? Untuk itu ia ditetapkan langsung oleh Kristus sendiri (Kis. Ras. 9:15), dan dengan resmi pula oleh umat Antiochia atas ilham Roh Kudus (Kis. Ras. 13:2-3), dan achirnja oleh persetudjuan dengan "tiang-tiang agung" Geredja, ialah Petrus, Joanes dan Jakobus (Gal. 2:7-10). Oleh sebab itu ia tidak mau datang dengan tangan kosong, melainkan dengan kepenuhan berkat Kristus (15:29), dan sekedar membagikan iman mereka (1-11). Namun demikian ia tidak mau membangunkan. diatas dasar jang diletakkan oleh orang lain (15:20-22), artinja ia tidak mau tjampur- tangan dalam urusan-urusan umat. Dan memang dasar umat itu sudah teguh berdiri. Siapakah jang meletakkan dasar itu tidak terang. Ada hanja beberapa berita bersifat riwajat lisan jang sebagian amat kabur. Mungkin pangkal mula umat ialah orang-orang jang didalam Kis. Ras. 2.10 disebut "orang Jahudi dan proselit dari Roma", jang turut menjaksikan peristiwa Pentekosta di Jerusalem. Tetapi perkembangan pesat dan keteguhan iman membuktikan, bahwa pendiri dan pemimpin umat itu tentu seorang rasul unggul dan ada hal-hal dan berita-berita jang menundjuk kepada Petrus. Menurut berita-berita purba jang agak kabur, Petrus sudah bekerdja disitu waktu pemerintahan kaiser Klaudius antara. 42 dan 49, dan datang kesana langsung atau tak langsung, sesudah ,pergi kesuatu tempat lain" (Kis. Ras. 12:17). Memang diwaktu itu umat sudah besar, tentu terutama diantara orang Jahudi, jang golongannja di Roma dewasa itu beberapa ribu orang. Hal itu terkesan oleh berita Suetonius, periwajat hidup Klaudius, jang menulis, bahwa dimasa itu terdjadi suatu pergolakan diantara orang-orang Jahudi, disebabkan oleh seorang bernama Chrestos dan mengakibatkan Klaudius mengusir semua orang Jahudi dari Roma. Bdl. Kis. Ras. 18:2. Berita-berita bahwa Petrus kemudian bekerdja di Roma dan mati sebagai martir disitu tidak dapat disangkal kebenarannja. Diantaranja misalnja berita, bahwa Markus menulis Indjilnja di Roma, berdasarkan pengadjaran Petrus disitu dan atas permintaan orang Roma. la dinamakan djuru-bahasa Petrus.
Bahwa diwaktu Paulus menulis surat ini, dan datang, sebagai tahanan ke Roma, umat disitu besar dan teguh imanja, njata dibuktikan beberapa tahun kemudian, dalam pengedjaran Nero terhadap mereka. Penulis sedjarah Romawi, Tasitus, menulis, bahwa orang-orang jang disebut "Chrestiani", sedjumlah teramat besar (ingens multitudo) ditangkap dan disiksakan (dibunuh) sebengis-bengisnja oleh kaisar Nero, bukannja seolah-olah mereka bersalah, sebagaimana tertuduh, melainkan karena kebentjian rakjat terhadap mereka dan kekedjaman satu orang (Nero).
Paulus hendak mengundjungi umat Roma sebab bertugas sebagai rasul bagi bangsa-bangsa penjembah dewa-dewa. Demikian menurut 1:5-7. Dan dalam membatja surat ini kita memang mendapat kesan-kesan, bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada orang-orang bekas penjembah dewa-dewa. Tentu sadja ada segolongan bangsa Jahudi djuga dalam umat Roma, jang tidak diabaikan oleh Paulus. Tetapi kalau ia didalam surat, misalnja dalam bab 2, langsung menjapa orang Jahudi, hal itu bukan berarti, bahwa uraian bersangkutan chusus ditudjukan kepada mereka. Isinja sama penting bagi segala anggota umat. Metodos Paulus disini, memberi pengertian djelas dengan mempertahankan kebenaran Indjil dengan salah paham Jahudi. Dan kalau dalam pada itu menjapa orang Jahudi, itu dapat dan harus ditafsirkan sebagai akal suatu gajabahasa setperti terdapat dalam Rom. 7,7-25. Mengenai tudjuan surat untuk menjatakan niat mengundjungi umat dan memperkenalkan diri serta maksud kedatangannja, tentu sadja tjukup suatu surat pendek, jang misalnja meliputi isi 1:1-15 dan 15:22-29. Tetapi dalam kegiatan kerasulannja Paulus tidak dapat mentjukupkan diri dengan suatu berita pendek itu. Disini sudah ia tidak mau datang dengan tangan kosong. Dan sjukurlah bagi seluruh Geredja untuk segala abad, ia mendapat ilham dalam menulis surat ini untuk terdahulu memaparkan isi "Indjil"nja, jang akan dibitjarakan setjara lisan pada perkundjungannja. Kita sudah tahu apakah arti "Indjil"nja itu, jaitu Indjil Kristus dengan menondjolkan apa jang chususnja mendjadi kabar gembira bagi bangsa-bangsa bukan Jahudi, jaitu bahwa Kristus sebagai Penebus telah datang untuk menjelamatkan seluruh bangsa manusia, baik Jahudi, maupun bangsa-bangsa jang masih disebut "kafir". Paulus menerangkan djalan, sjarat-sjarat dan hakekat penjelamatan itu. Djalan pikiran Paulus dalam surat ini dalam garis-garis besarnja adalah seperti berikut:
Seluruh umat manusia, turunan Adam meringkuk dalam perhambaan kepada dosa. Dosa itu pada hakekatnja terletak dalam terputusnja hubungan tjinta dengan Allah dan disebut djuga "murka" Allah. Akibatnja keruntuhan achlak jang mengerikan dan achirnja kebinasaan abadi. Tak seorang manusiapun mampu membebaskan diri dari perhambaan itu, dan dari sendirinja mendekati Allah.
Dalam kerahimanNja Allah dari kekal sudah merentjanakan menjelamatkan manusia dari keadaan itu. PenjelenggaraanNja telah didjandjikanNja kepada Abraham dan para turunannja dan makin lama makin djelas disediakanNja didalam Perdjandjian Lama.
Rentjana dan djandji itu sudah dilaksanakan oleh dan dalam Kristus. Ia telah menebus dosa manusia dengan darahnja dan memperdamaikan bangsa manusia dengan Allah Pula.
Keadaan manusia tertebus dinamakan Paulus "dikaiosine", artinja kebenaran.Manusia 'jang "pertjaja akan Kristus", "dibenarkan" oleh Allah, artinja dosanja dihapus dan Allah memberinja suatu hidup baru, jang berwudjud mempunjai bagian dalam hidup Allah sendiri dan diangkat mendjadi anak Allah sedjati dan ahliwaris kemuliaanNja. Dengan setegas-tegasnja Paulus menekankan, bahwa kebenaran itu diberikan sebagai anugerah, melulu berdasarkan kerahiman Allah dan tjintaNja jang semata-mata bebas, Manusia sendiri tidak mampu memperolehnja dengan djasanja sendiri, seperti dengan mengamalkan hukum taurat menurut salah paham orang Jahudi. Jang dituntut dari si manusia, ialah hanja kepertjajaan akan Kristus. Mengenai pengertian "kepertjajaan" dalam bahasa Paulus, batjalah kata pendahuluan II, hal. 538 (tjetakan V 1968).
Dalam menekankan, bahwa pengamalan hukum taurat samasekali tidak diperhitungkan Allah dalam membedakan manusia, Paulus tiba Pula ditengah-tengah perdjuangan dengan salah paham orang Jahudi tersebut, jang sudah kita kenal dari suratnja kepada umat-umat di Galatia. Tetapi apa jang dipergunakan Paulus dengan semangat dalam surat itu, didalam surat ini diuraikannja dengan tenang dan lebih landjut dan mendalam.
Itu memberi pula kepadanja suatu kesempatan, untuk mendjelaskan pokok sikap kaum Jahudi, dan nasibnja jang diperhitungkan Allah dalam rentjana penjelenggaraannja. Achirnja mereka akan insjaf, sehingga djandji Allah kepada Abraham dan bangsa Jahudi umumnja, dapat ditepati oleh Allah bagi bangsa Israel dalam keseluruhannja. Mulai bab 12 Paulus memberi pengadjaran praktis, bagaimana umat harus hidup sesuai dengan martabat baru dalam kesusilaan sempurna chususnja dengan mengamalkan tjinta-kasih.
Hagelberg: Roma (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh k...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu, Surat Roma tidak banyak dipengaruhi dengan situasi dan kondisi jemaat Roma, sehingga surat ini lebih bersifat obyektif. Sifat Injil Kristus diuraikan secara lengkap dan teratur.1
Kata-Kata Kunci dalam Surat Roma
Ada beberapa kata yang menonjol sebagai kata kunci untuk memahami Surat Roma secara tepat. Kata-kata yang berikut ini layak dipelajari:
aiwn/aion
"Sampai aiwn lepas aiwn" diterjemahkan "selama-lamanya," dan aiwn sendiri diterjemahkan "dunia," karena istilah ini mengandung unsur "zaman" dan juga "dunia."
Roma 1:25, 9:5, 11:36, 12:2, 16:27
aiwniov/aionios
"kekal," "abadi," "berabad-abad"
Roma 2:7, 5:21, 6:22, 6:23, 16:25, 16:26
dikaiov/dikaios
Istilah ini berarti "benar," atau "adil."
Roma 1:17, 2:13, 3:10, 3:26, 5:7, 5:19, dan 7:12.
dikaiosunh/dikaiosune
Istilah ini berarti "kebenaran," atau "keadilan."
Roma 1:17, 3:5, 3:21, 3:25, 3:26, 4:3, 4:5, 4:6, 4:9, 4:11, dst.
pisteuw/pisteuo
Roma 1:16, 3:2, 3:22, 4:3, 4:5, 4:11, 4:17, 4:18, 4:24, 6:8, 9:33, dst.
Kata kerja ini berarti "percaya."
pistiv/pistis
Roma 1:5, 1:8, 1:12, 1:17, 1:17, 3:3, 3:22, 3:25, 3:26, 3:27, 3:28, dst.
Istilah ini berarti "iman."2
Penulis Surat Roma
Memang pernah ada perdebatan mengenai identitas penulis Surat Roma. Sarjana liberal berusaha untuk meyakinkan pendapat mereka bahwa Paulus tidak menulis Surat Roma. Tetapi perdebatan tersebut sudah dapat diatasi, dan hampir semua mengakui Rasul Paulus sebagai penulis Surat Roma. Paulus disebut sebagai penulis di dalam pasal 1:1, dan banyak yang dikatakan oleh penulis surat ini cocok dengan apa yang dikatakan mengenai Rasul Paulus di dalam KPR dan surat-surat lain. Bandingkanlah Roma 15:25-27 dengan KPR 19:21, 20:1-5, 21:15-19, I Korintus 16:1-5, II Korintus 8:1-12, dan 9:1-5 mengenai perjalanan Paulus ke Yerusalem dengan persembahan dari Makedonia. Menurut Roma 11:1 dan Filipi 3:5 dia berasal dari suku Benyamin. Menurut Roma 16:3 dan KPR 18:2-3, 18-19 dia mengenal Priska dan Akwila. Menurut Roma 1:10-15, 15:22-32, dan KPR 19:21 Paulus rindu mengunjungi mereka di Roma. Kesamaan-kesamaan ini menjadi bukti yang kuat pada apa yang telah dinyatakan oleh Roma 1:1, yaitu bahwa Rasul Paulus adalah pengarang dari surat ini!
Penerima Surat Roma
Asal-usul dari jemaat pembaca pertama ini tidak diketahui dengan pasti. Mungkin jemaat pertama di Roma didirikan oleh "pendatang-pendatang dari Roma" yang percaya kepada Kristus di Bait Allah pada Hari Pentakosta (KPR 2:10), setelah mereka pulang ke Roma. Mungkin juga orang-orang yang diinjili oleh Pauluslah yang mendirikan jemaat-jemaat Roma. Paulus menyebut 24 orang di Roma, termasuk orang-orang yang memimpin jemaat di rumah mereka masing-masing.
Menurut tradisi Katolik, jemaat Roma didirikan oleh Petrus pada tahun 42. Tetapi menurut KPR 15, Petrus berada di Yerusalem pada waktu Sidang Yerusalem diadakan (tahun 49), dan menurut konteks itu setelah sidang itu dia menetap di Yerusalem. Juga, kalau seandainya Petrus berada di Roma, aneh sekali bahwa dia tidak disebut-sebut oleh Paulus, apa lagi kalau di dalam II Petrus 3:15 Petrus menyebut Paulus sebagai "saudara kita yang kekasih." Karena Petrus tidak disebut-sebut dalam surat-surat Paulus yang ditulis di Roma, adalah janggal, jikalau Petrus ada di Roma.
Dalam jemaat-jemaat di Roma ada orang Yahudi. Menurut KPR 18:2 Akwila, yang disebut dalam Roma 16:5, adalah orang Yahudi, dan menurut Roma 16:7 dan 11 Andronikus, Yunias, dan Herodion adalah "temanku sebangsa." Selain itu, kita tahu bahwa di Roma ada orang-orang Yahudi yang diusir dari Roma waktu "kaisar Klaudius memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma" (KPR 18:2). Rupanya orang-orang Yahudi sudah diperbolehkan untuk datang kembali sebelum Surat Roma ditulis. Kota Roma adalah ibu kota dari Kekaisaran Romawi, sehingga banyak orang dari seluruh daerah kekaisaran berminat untuk pindah ke sana.
Kalau diamati kelihatan bahwa Surat Roma dimaksudkan untuk orang Yahudi (2:17 dan 4:1) dan juga untuk orang yang bukan Yahudi (11:13 "Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi"). Bahkan pasal-pasal 1:5-6, 1:13, 11:17-31, dan 15:14-16 memberi kesan bahwa banyak dari para pembacanya adalah orang bukan Yahudi. Cranfield3 menegaskan bahwapara pembacanya tidak bisa dikatakan mayoritas Yahudi, atau mayoritas bukan Yahudi. Singkatnya, ada banyak orang bukan Yahudi dan Yahudi di dalam jemaat-jemaat Kristen di Roma.
Tempat dan Tahun Penulisan Surat Roma
Dari Roma 15:25 kita tahu bahwa waktu surat ini ditulis, Paulus "sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus." Saat itu dia mau mengakhiri salah satu dari ketiga perjalanannya.
Dari Roma 15:23 kita tahu bahwa dia "tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini," dan dari pasal 15:19 kita mengerti bahwa maksudnya dengan "daerah ini" adalah "dari Yerusalem sampai ke Ilirikum." Ini berarti bahwa perjalanan yang diakhiri adalah perjalanan yang ketiga, karena sebelum perjalanannya yang ketiga dia tidak akan menyatakan bahwa pelayanannya sudah selesai.
Dalam Roma 16:1-2, "Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudara kita yang melayani jemaat di Kengkrea... sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri" Surat Roma dikaitkan dengan "Kengkrea", yaitu pelabuhan sebelah barat dari kota Korintus.
Ada satu kaitan lagi dengan kota Korintus dalam pasal 16:23, di mana Gayus, "yang memberi tumpangan kepadaku," memberi salam kepada mereka di Roma. Mungkin Gayus ini adalah orang Korintus yang disebut di dalam I Korintus 1:14.
Menurut KPR 20:3 Paulus berada di tanah Yunani selama tiga bulan. Barangkali pada waktu itu dia di Korintus (ibu kota propinsi) atau Kengkrea, dan di situ dia menyusun Surat Roma.
Tahun penulisannya masih agak sulit ditentukan. Menurut Cranfield,4 surat ini pasti ditulis di antara akhir tahun 54 sampai awal tahun 59, dan kemungkinan besar di antara akhir tahun 55 sampai awal tahun 57.
Kesatuan Surat Roma
Beberapa naskah kuno dari Surat Roma tidak memuat pasal 15-16, dan beberapa bapa-bapa gereja tidak mengutip dari Roma 15-16. Juga, dalam beberapa naskah kuno, pujian yang mengakhiri Surat Roma, yaitu 16:25-27, diletakkan pada akhir pasal 14, atau pada akhir pasal 15, atau pada akhir pasal 14 dan pasal 16. Dua naskah tidak menyebut kata "Roma" di dalam 1:7 dan 1:15, sehingga kota Roma sama sekali tidak disebut di dalam dua naskah itu.
Walaupun hanya beberapa naskah yang memiliki perbedaan tersebut, tetapi perbedaan-perbedaan itu sempat menjadi bahan pemikiran dan dialog para sarjana. Mengapa terjadi demikian, sehingga ada naskah surat yang seolah-olah tidak dikirim ke Roma? Jawabannya banyak.
Ada sarjana yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-14:23 sebagai surat edaran bagi jemaat-jemaat lain, kemudian menambahkan pasal 15-16 pada surat edaran itu.
Ada sarjana lain yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-15:33 kepada jemaat-jemaat Roma, lalu setelah itu, dia mengirimkan surat itu dengan suatu tambahan (pasal 15-16) kepada jemaat lain.
Tetapi setelah Cranfield5 mempertimbangkan semua ini, dia mengambil kesimpulan bahwa seluruh surat ini, pasal 1 sampai dengan pasal 16, dikirim oleh Paulus kepada jemaat-jemaat Roma, dan perbedaan-perbedaan antara naskah muncul karena surat ini disalin di Roma, dan pasal 15 dan pasal 16 tidak selalu disalin karena dianggap ditujukan khusus untuk mereka di kota Roma.
Surat Roma memiliki kesatuan. Beberapa naskah kuno yang tidak lengkap tidak menyangkal kesatuan itu.
Maksud dan Tujuan Surat Roma
Maksud tujuan pertama dari Surat Roma sudah jelas dari pasal 15:22-25 di mana Paulus memberitahu kepada mereka bahwa dia mau mengunjungi mereka di Roma. 15:24 menceritakan satu maksud tujuan yang lain lagi. Dia mau mendapatkan pertolongan dari mereka. Dia mau melayani di Spanyol, dan dia berharap mereka akan memperlancar perjalanannya. Dia akan mencari dukungan bagi pelayanannya di sana. Pasal 15:30-32 menjelaskan bahwa dia juga minta dukungan doa mereka untuk perjalanannya ke Yerusalem, di mana dia akan menghadapi bahaya dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan di mana dia akan menyerahkan suatu persembahan.
Untuk memperoleh hasil yang telah disebut di atas, maka Rasul Paulus mau menguraikan Injil Kristus, karena dengan sungguh mengerti baik murka Allah yang mengancam manusia maupun kebenaran Allah yang dianugerahkan guna penyelamatan setiap orang yang percaya, mereka di Roma diharapkan menjadi terbeban untuk menolong dan mendukung Paulus serta ikut terlibat dengan kerinduan Paulus untuk menjangkau orang Spanyol dengan Injil Kristus.
Pola Berpikir Surat Roma6
Dalam Surat Roma Rasul Paulus menyatakan suatu pola berpikir yang penting bagi tafsiran surat ini. Bagi dia, eksistensi manusia dibagi dua. Ada dua aion/aion bagi manusia. Satu aion/aion yang dikepalai Adam, dan satu yang dikepalai Kristus. Orang yang tidak memiliki kebenaran Allah berada dalam aion/aion Adam di mana Maut berkuasa. Tetapi Kristus telah membawa aion/aion Kehidupan Kekal yang boleh dialami oleh setiap orang yang berada dalam Kristus. Perlu dimengerti juga bahwa istilah aion/aion itu lain daripada kata zaman. Aion/Aion Kehidupan sudah muncul, tetapi aion/aion Maut masih ada juga. Masa kini ada hubungan yang erat antara aion/aion Kristus dan Kerajaan Allah. Dua-duanya sudah ada, dan masih akan datang dengan segala kepenuhannya. Kerajaan Allah dilawan dengan kerajaan Iblis, dan aion/aion Kristus dilawan dengan aion/aion Adam. Baik aion/aion Kristus maupun Kerajaan Allah hanya dapat dialami oleh orang yang benar, yaitu orang yang memiliki kebenaran Kristus.
Pentingnya hal aion/aion baru dan aion/aion lama menjadi nyata kalau garis besar Surat Roma diselidiki. Hidup orang yang sudah dibenarkan karena iman adalah tema Surat Roma, sedangkan dua aion/aion tersebut di atas mewarnai kerangka Surat Roma.
Hagelberg: Roma (Garis Besar) GARIS BESAR
roma
I. Pendahuluan 1:1-1:17
A. Salam 1:1-1:7
B. Perkenalan 1:8-1:15
C. Tema Surat 1:16...
GARIS BESAR
roma
- I. Pendahuluan 1:1-1:17
- A. Salam 1:1-1:7
- B. Perkenalan 1:8-1:15
- C. Tema Surat 1:16-1:17
- II. Injil 1:18-15:13
- A. Orang yang Dibenarkan karena Iman 1:18-4:25
- 1. Murka Allah Dinyatakan melawan... 1:18-3:20 (aion/aion kematian)
- a. ...Manusia tanpa Kebenaran 1:18-1:32
- b. ...Manusia yang Mengusahakan Kebenaran dari Hukum Taurat 2:1-3:8
- c. ...Semua Manusia 3:9-20
- 2. Kebenaran Allah Dinyatakan 3:21-4:25 (aion/aion hidup)
- a. Kebenaran Allah Dinyatakan melalui Kristus 3:21-3:31
- b. Kebenaran Allah Disaksikan melalui Kehidupan Abraham 4:1-4:25
- B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
- 1. Dia akan Hidup Bebas dari Murka 5:1-5:11
- a. Kita memiliki damai terhadap Allah 5:1-4
- b. Keadaan kita berdasarkan kasih Allah 5:5-8
- c. Kasih Allah meluputkan kita dari murkaNya 5:9-11
- 2. Dia akan Hidup Bebas dari Dosa 6:1-6:23
- a. Melalui Baptisan Rohani Kita Bebas dari Dosa 6:1-14
- b. Kita yang Dibebaskan, Menjadi Hamba Kebenaran 6:15-23
- 3. Dia akan Hidup Bebas dari Hukum Taurat 7:1-7:25
- a. Dalam Kristus Kita Mati Terhadap Hukum Taurat 7:1-6
- b. Hukum Taurat Dapat Membangkitkan Dosa 7:7-13
- c. Hukum Taurat Tidak Dapat Membangkitkan Yang Baik 7:14-25
- 4. Dia akan Hidup Bebas dari Maut 8:1-8:39
- a. Melalui Roh Allah Kita Dapat Mengenal Kristus dan Kuasa KebangkitanNya, Sehingga Kita Bebas 8:1-8:13
- b. Kita Dapat Mengenal Kristus dan Persekutuan dalam PenderitaanNya, Sehingga Kita Bebas 8:14-8:30
- c. Kesimpulan dari Pasal 5-8: Kita Dapat Menang dalam Kesusahan 8:31-8:39
- C. Pembenaran karena Iman tidak Meniadakan Janji Allah kepada Israel 9-11
- 1. Israel, yang Diberkati Allah, Merupakan Beban yang Berat bagi Paulus 9:1-5
- 2. Allah yang Berdaulat Telah Memberi Janji Hanya kepada Mereka yang Percaya 9:6-29
- 3. Israel Sendiri Bertanggung Jawab atas Penolakannya 9:30-10:21
- a. Ringkasan Bagian Ini: Batu Sandungan, Batu Sentuhan 9:30-33
- b. Israel Rajin tapi Keliru, karena tidak Mencari Kristus yang adalah Tujuan Hukum Taurat 10:1-4
- c. Melalui Iman, Kebenaran dan Pertolongan Dekat, Tidak Jauh Seperti Melalui Hukum Taurat 10:5-13
- d. Firman Iman Sudah Diberitakan kepada Israel, tapi Israel Melanggar dan Menyangkal 10:14-21
- 4. Israel Tidak Ditolak untuk Selama-lamanya 11:1-36
- D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
- 1. Penyesuaian pada Aion/Aion Baru 12:1-13:14
- a. Ringkasan dari pasal 5-8, 12:1-2
- b. Supaya Cita-Cita yang Layak Ditentukan 12:3-8
- c. Supaya mengasihi 12:9-21
- d. Supaya Tunduk pada Kuasa Pemerintah 13:1-7
- e. Sikap Kasih 13:8-10
- f. Waktunya Mendesak 13:11-14
- 2. Penerapan Khusus: yang Lemah dan yang Kuat 14:1-15:13
- a. Masalah yang Dihadapi: Tantangan bagi "yang Lemah" 14:1-12
- b. Tanggung Jawab bagi "yang Kuat" 14:13-23
- c. Kristus Sebagai Teladan 15:1-6
- d. Ringkasan: Yahudi dan Bukan Yahudi Sehati Sepikir Memuji Tuhan 15:7-12
- e. Berkat yang Meringkas Seluruh Surat Roma 15:13
- III. Penutup 15:14-16:27
- A. Paulus Menulis Surat Roma Karena Dia Rasul Kepada Bangsa-Bangsa Bukan Yahudi 15:14-21
- B. Rencana Paulus untuk Mengunjungi Mereka 15:22-33
- C. Salam kepada Individu dan Kelompok yang Tertentu 16:1-16
- D. Peringatan mengenai Orang yang Menimbulkan Perpecahan 16:17-20
- E. Salam dari Saudara-saudara Seiman 16:21-24
- F. Pujian 16:25-27
Hagelberg: Roma DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F....
DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F. F., The Epistle of Paul to the Romans, Tyndale New Testament Commentaries, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1963.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38A: Romans 1-8, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38B: Romans 9-16, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Hodge, Charles, Commentary on the Epistle to the Romans, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1886.
Hodges, Zane, Absolutely Free!, Academie Books, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1989.
Hodges, Zane, catatan dari Surat Roma, tanpa tahun.
Hoehner, Harold, bahan kuliah dari 206 Eksegesis Roma, Dallas Theological Seminary, 1981.
Liddell, Henry George dan Scott, Robert, A Greek-English Lexicon, Oxford University Press, Oxford, edisi ke 9, 1940.
Moulton, James Hope dan Milligan, George, The Vocabulary of the Greek New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1930.
Murray, John, The Epistle to the Romans, The New International Commentary on the New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1959, edisi dalam satu jilid 1968.
Newell, William R., Romans Verse by Verse, Word Bible Publishers Inc., Iowa Falls, hak cipta 1938.
Nygren, Anders, Commentary on Romans, Fortress Press, Philadelphia, hak cipta 1949.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
Witmer, John A. "Romans," dalam The Bible Knowledge Commentary. Wheaton: Victor Books, 1983.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Lightfoot, John, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew- 1 Corinthians, vol. 4, Hendrickson Publishers, 1989.
Denny, James, "Saint Paul's Epistle to the Romans", dalam The Expositor's Greek Testament, 2, halaman 555-725. Robertson Nicoll, redaksi, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids.
Guthrie, Donald, New Testament Introduction, Intervarsity Press, Downers Grove, 1970.
Knox, John, dan Cragg, Gerald R., "The Epistle to the Romans", dalam The Interpreter's Bible, vol. 9, Abington-Cokesbury Press, New York, hak cipta 1954.
Stifler, James, The Epistle to the Romans, Moody Press, Chicago, hak cipta 1960.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) PASAL 6
SETELAH MATI, KITA HIDUP
Kita memulai bidang pelajaran baru. Kita sudah mempelajari "Penghukuman" dan melihat bahwa semua orang te...
PASAL 6
SETELAH MATI, KITA HIDUP
Kita memulai bidang pelajaran baru. Kita sudah mempelajari "Penghukuman" dan melihat bahwa semua orang telah berbuat dosa dan butuh kebenaran Allah (1:18— 3:20). Dalam bagian setelah itu, yang kita sebut "Pembenaran," Paulus menjelaskan pengaturan Allah untuk menganggap orang berdosa sebagai orang benar (3:21— 5:21). Kita siap bergerak ke bagian "Pengudusan" (6:1-7:25).
Paulus, tentu saja, tidak punya garis besar di hadapannya saat ia mendiktekan kitab Roma. Di dalam surat itu tidak ada pembagian yang tiba-tiba. Ia bergerak dari satu pokok pikiran ke pokok pikiran lainnya, kadang-kadang kembali lagi ke pembahasan sebelumnya sebelum memulai pokok pikiran yang baru. Untuk alasan ini, kita menemukan tumpang tindih di antara bagian-bagian itu. Namun demikian, ada gunanya mengamati penekanan Paulus dalam bagian-bagian yang berbeda dari surat itu.
Kita telah menamakan pasal 6 dan 7 sebagai ajaran Paulus tentang "Pengudusan." Dalam Alkitab NASB, kata "pengudusan" muncul dalam dua ayat di dalam dua pasal itu:
… Karena sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu sebagai hamba kecemaran dan kedurhakaan, yang mendatangkan kedurhakaan lebih lanjut, jadi sekarang serahkanlah anggota-anggota tubuhmu sebagai hamba kebenaran yang mendatangkan pengudusan (6:19; huruf miring ditambahkan).
Tetapi sekarang setelah dibebaskan dari dosa dan diperhambakan kepada Allah, kamu memperoleh manfaatmu, yang mendatangkan pengudusan, dan hasilnya, hidup yang kekal (6:22; huruf miring ditambahkan).
"Sanctification [Pengudusan]" bukan kata yang umum digunakan dalam bahasa Inggris sekarang ini. Kata itu dari terjemahan aJgiasmo÷ß (hagiasmos), dari a¢gioß (hagios). Kata ini bisa diterjemahkan sebagai "dikuduskan" atau "suci" Dalam 6:19, 22, ketimbang "pengudusan," beberapa terjemahan menulis "kekudusan" (lihat KJV; NKJV;
NIV).
Dalam agama pagan, hagios digunakan untuk mengacukan apa yang telah didedikasikan kepada "dewa-dewa." Akhirnya kata itu memiliki arti umum: "apa yang dipisahkan atau disisihkan." Ketika diterapkan pada orang Kristen, kata itu mengacu kepada keadaan "dipisahkan" oleh Allah untuk tujuan-Nya yang kudus. Dengan demikian, dalam Roma 6:19, 22, Alkitab CJB menulis "yang dikuduskan, dipisahkan untuk Allah." "Pengudusan" (hagiasmos) digunakan dalam dua cara utama dalam Perjanjian Baru. Pertama, itu mengacu kepada tindakan Allah dalam menjadikan kita anak-anak-Nya, memisahkan kita dari dunia (lihat Kol. 1:13, 14). Jadi, setiap orang yang telah diselamatkan adalah "dikuduskan"; masing-masing adalah "orang kudus" (lihat Roma 1:7; 1 Kor. 1:2).
Kata "pengudusan" juga digunakan dalam pengertian lain dalam Perjanjian Baru. Kata itu dapat mengacu tidak hanya kepada prosedur ilahi yang dilakukan pada saat perubahan hidup, tetapi juga kepada proses sehari-hari yang berlangsung seumur hidup. Penulis kitab Ibrani mendesak pembacanya untuk "… kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan" (Ibr. 12:14). Pada saat menjadi Kristen, para pembaca Paulus telah "dipisahkan" oleh Allah. Sekarang mereka perlu hidup sebagai orang-orang yang telah dipisahkan.
Kita menggunakan kata "pengudusan" dalam pengertian yang kedua. Richard Rogers mengatakan bahwa pembenaran adalah tentang dibuat benar, sementara pengudusan adalah tentang hidup benar.1R. C. Bell mengatakannya dengan cara lain. Ia mengatakan bahwa pembenaran adalah "perbuatan ilahi untuk kita," sementara pengudusan adalah "perbuatan ilahi dalam diri kita."2
Roma 6 dan 7 menetapkan prinsip pengudusan. Pasal-pasal ini berkonsentrasi pada "mengapa" pengudusan: mengapa orang Kristen harus menjalani hidup kudus dan dikuduskan. Kemudian dalam surat itu, di pasal 12 sampai 16, Paulus berfokus pada praktik pengudusan, dengan memberikan contoh-contoh praktis tentang bagaimana orang yang dikuduskan harus hidup. Bagian akhir surat itu dimulai seperti ini: "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus [dikuduskan] dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (12:1; huruf miring ditambahkan).
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Apakah Anda Dikuduskan? (Roma 6)
"Pengudusan" bukanlah kata yang umum digunakan. Beberapa tahun yang lalu, seorang pengkhotbah mengumumkan ...
Apakah Anda Dikuduskan? (Roma 6)
"Pengudusan" bukanlah kata yang umum digunakan. Beberapa tahun yang lalu, seorang pengkhotbah mengumumkan dalam sambutan pengantarnya kepada jemaat, "Hari ini saya akan berkhotbah tentang pengudusan. Setiap orang yang dikuduskan, silakan berdiri." Lebih dari empat ratus orang yang hadir, tapi hanya dua orang yang berdiri (seorang penatua dan pengkhotbah lain). Rupanya, sebagian besar orang tidak merasa pasti apakah mereka sudah dikuduskan atau belum. Sebenarnya, ketika pengkhotbah itu meminta orang yang dikuduskan untuk berdiri, semua orang Kristen yang hadir berhak untuk bangkit berdiri.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Kolom Obituari Allah (Roma 6:1-11)
Di Amerka, surat kabar lokal biasanya memuat kolom obituari/berita kematian, bagian yang mengumumkan kematian yang...
Kolom Obituari Allah (Roma 6:1-11)
Di Amerka, surat kabar lokal biasanya memuat kolom obituari/berita kematian, bagian yang mengumumkan kematian yang baru terjadi di masyarakat itu. Bagian ini adalah salah satu halaman surat kabar yang istri saya baca lebih dulu. Ketika kami tinggal di Cleburne, Texas, ia terkejut suatu pagi ketika membaca bahwa David Roper telah meninggal dunia dan pemakamannya akan diadakan di gedung pertemuan gereja Kristus setempat. Tentu saja, itu adalah David Roper yang lain; tapi tetap saja hal itu membingungkan ketika ia menunjukkan nama saya di kolom obituari.
Kita bisa, secara kiasan, mengacukan 6:1-11 sebagai "kolom obituari Allah" oleh karena penekanan Paulus tentang kematian.56Dalam ayat-ayat ini, rasul itu sering menggunakan kata-kata "mati," "orang mati," dan "kematian." Paulus senang bahwa namanya dan nama-nama para pembacanya muncul di "kolom obituari Allah" karena penekanannya adalah tentang mati bagi dosa.
Sekarang ini, kita harus bertanya kepada diri sendiri apakah nama kita ada di dalam "kolom obituari Allah"? Sudahkah kita mati bagi dosa dengan dibaptiskan sebagai orang percaya yang menyesali dosa? Jika kita telah dibaptis secara Alkitabiah, sudahkah kita selama ini hidup sebagai orang yang kepada siapa Allah telah memberikan hidup yang baru?
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Manusia Baru Dalam Kristus (Roma 6:1-4)
Augustine, yang pernah menjalani kehidupan yang fasik, mesum, menjadi orang percaya yang luar biasa kepada Ye...
Manusia Baru Dalam Kristus (Roma 6:1-4)
Augustine, yang pernah menjalani kehidupan yang fasik, mesum, menjadi orang percaya yang luar biasa kepada Yesus. Akibatnya, hidupnya berubah. Suatu hari, saat ia sedang berjalan menyusuri jalan, ia bertemu dengan perempuan yang dengannya ia pernah melakukan percabulan di masa lalu. Perempuan itu tersenyum genit kepada dia. Ketika ia tidak merespon, perempuan itu berkata, "Agustinus, ini saya!" Seraya ia berjalan pergi, ia berkata, "Saya ini bukan Agustinus."57
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Dosa Bertambah, Kasih Karunia Bertambah? (Roma 6:1, 2)
Dalam 6:1, Paulus mengajukan pertanyaan ini: "Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya s...
Dosa Bertambah, Kasih Karunia Bertambah? (Roma 6:1, 2)
Dalam 6:1, Paulus mengajukan pertanyaan ini: "Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?" Apakah orang-orang menalar seperti ini? Tampaknya begitu. Sebuah contoh sejarah yang terkenal adalah Grigori Rasputin (sekitar 1872-1916), seorang biarawan Rusia yang menjadi orang kepercayaan Czarina Alexandra dari Rusia.58Rasputin membenarkan gaya hidup fasiknya dan perilaku skandalnya dengan jenis penalaran ini:
Mereka yang berbuat dosa butuh lebih banyak pengampunan. Allah mengampuni manusia ketika mereka bertobat.
Jadi orang yang lebih banyak berbuat dosa, dan kemudian bertobat, menikmati lebih banyak kasih karunia pengampunan dari Allah ketimbang para pendosa lainnya.
Contoh-contoh seperti itu tidak terbatas pada catatan sejarah. Sekarang ini, banyak orang berbuat dosa secara sengaja dengan pola pikir Allah akan mengampuni mereka setelah dosa itu dilakukan. Glen Pace bercerita tentang seorang teman yang penuh semangat berkata kepada dia, "Aku baru saja menemukan kasih karunia!" Belakangan, laki-laki itu meninggalkan istrinya. Ia memberitahu Glen, "Ya, saya tahu Alkitab mengatakan bahwa itu adalah dosa, tetapi kasih karunia akan menutupinya."59
Respon keras Paulus "Sekali-kali tidak!" (6:2)—harus memperingatkan kita untuk jangan memiliki sikap senang seperti itu terhadap dosa. Ketika kita menyadari penderitaan yang Yesus tanggung di kayu salib bagi kita, itu harus menyebabkan kita membenci dosa dan mati bagi dosa. Janganlah kita bersalah karena membuat murah kasih karunia Allah dalam hidup kita.
TFTWMS: Roma (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Richard Rogers, Paid in Full: A Commentary on Romans (Lubbock, Tex.: Sunset Institute Press, 2002), 86.
2 R. C. Bell, Studies in...
Catatan Akhir:
- 1 Richard Rogers, Paid in Full: A Commentary on Romans (Lubbock, Tex.: Sunset Institute Press, 2002), 86.
- 2 R. C. Bell, Studies in Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1957), 49.
- 3 Dietrich Bonhoeffer, The Cost of Discipleship, rev. and unabr. ed. (New York: The Macmillan Co., 1963), 45.
- 4 Ibid., 47.
- 5 Jim Hylton, Just Dying to Live (Kalamazoo, Mich.: Master's Press, 1976), 49.
- 6 John R. W. Stott, The Message of Romans: God's Good News for the World, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1994), 168 (huruf miring ditambahkan).
- 7 The Analytical Greek Lexicon (London: Samuel Bagster & Sons, 1971), 3.
- 8 Douglas J. Moo, Romans, The NIV Application Commentary (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 2000), 196.
- 9 Stott, 173.
- 10 Moo, 196 (huruf miring ditambahkan).
- 11 F. F. Bruce, The Letter of Paul to the Romans, 2d ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 128.
- 12 F. F. Bruce, Commentary on the Book of Acts, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1954), 77.
- 13 Berkat-berkat yang terdapat "dalam Kristus" tercantum dalam Jimmy Allen, Survey of Romans, 7th ed. (Searcy, Ark.: By the author, 1994), 64-65.
- 14 William Barclay, The Letter to the Romans, rev. ed., The Daily Study Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1975), 86.
- 15 James Macknight, A New Literal Translation, from the Original Greek of All the Apostolical Epistles with a Commentary and Notes (N.p.: n.d.; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1984), 84.
- 16 Barclay, 84.
- 17 Macknight, 85.
- 18 Anders Nygren, Commentary on Romans (Philadelphia: Fortress Press, 1949), 233-34.
- 19 Moo, 204; James D. G. Dunn, Baptism in the Holy Spirit (London: SCM, 1970), 145.
- 20 Bruce, Romans, 129.
- 21 Walter W. Wessel, Notes on Romans, The NIV Study Bible, ed. Kenneth Barker (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1985), 1713.
- 22 Leon Morris, The Epistle to the Romans (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 249.
- 23 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 960.
- 24 Karena future tense digunakan di sini ("harus … menjadi"), banyak penulis percaya bahwa yang Paulus pikirkan adalah kebangkitan kita ketika Kristus datang kembali (lihat 1 Kor. 15:35-58.) tapi konteksnya mendukung gagasan tentang kita dibangkitkan dari air baptisan. Mungkin kata-kata itu dimaksudkan untuk menekankan kepastian dibangkitkan kepada hidup baru ketika kita dibaptis.
- 25 Stott, 176.
- 26 D. Stuart Briscoe, Romans, The Communicator's Commentary (Waco, Tex.: Word Books, 1982), 135. "A.D." adalah singkatan untuk istilah Latin Anno Domini ("dalam tahun Tuhan [kita]).
- 27 Diadaptasi dari David F. Burgess, comp., Encyclopedia of Sermon Illustrations (St. Louis: Concordia Publishing House, 1988), 55.
- 28 Talmud Shabbath 151b.
- 29 Bruce Barton, David Veerman, and Neil Wilson, Romans, Life Application Bible Commentary (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1992), 118.
- 30 Morris, 255.
- 31 W. E. Vine, Merrill F. Unger, and William White, Jr., Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1985), 445.
- 32 James R. Edwards, Romans, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1992), 164.
- 33 Bauer, 458.
- 34 Ibid., 778.
- 35 Edwards, 165.
- 36 Vine, 329. Morris, di sisi lain, berpendapat bahwa "dalam konteks itu tidak ada menunjukkan peperangan" (Morris, 258, n. 62).
- 37 Barclay, 87.
- 38 J. D. Thomas, Romans, The Living Word (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1965), 44.
- 39 Jim McGuiggan, The Book of Romans, Looking Into The Bible Series (Lubbock, Tex.: Montex Publishing Co., 1982), 201.
- 40 Moo, 200.
- 41 Bell, 56.
- 42 Yang paling utama ada di dalam pikiran Paulus dalam diskusi ini tidak diragukan lagi adalah hukum Musa (lihat 7:7); tetapi tidak ada kata sandang pasti sebelum kata Yunani untuk "hukum," sehingga penerapannya lebih luas daripada sekedar hukum Musa.
- 43 Rogers, 92; McGuiggan, 202; James Burton Coffman, Commentary on Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1973), 238.
- 44 Bruce, Romans, 134.
- 45 Moo, 210.
- 46 Bauer, 1020.
- 47 Patut dicatat bahwa kata "[ku]sampaikan" dalam 1 Korintus 15:3 adalah dari kata Yunani yang sama yang diterjemahkan "berkomitmen" dalam Roma 6:17 (NASB).
- 48 Barton, Veerman, and Wilson, 125.
- 49 Barclay, 89.
- 50 Macknight, 87.
- 51 Edwards, 173.
- 52 Halford E. Luccock, Preaching Values in the Epistles of Paul, vol. 1, Romans and First Corinthians (New York: Harper & Brothers, 1959), 43.
- 53 Diadaptasi dari McGuiggan, 204.
- 54 Barclay, 91; lihat Edwards, 175.
- 55 Sekali lagi Paulus menyatakan bahwa pelbagai berkat Allah terdapat "dalam Kristus" (lihat komentar tentang 6:3).
- 56 Gagasan ini diambil dari Hylton, 49.
- 57 F. B. Meyer, Back to Bethel: Separation from Sin, and Fellowship with God (Chicago: Bible Institute Colportage Association, 1901), 78. Augustine (A.D. 354-430) was a noted Latin church father.
- 58 Briscoe, 131; Bruce, Romans, 127.
- 59 Pelajaran yang dikhotbahkan oleh Glen Pace di gereja Kristus Judsonia, Judsonia, Arkansas, nd (c. 2001).
- 60 Thomas, 43.
- 61 Dikutip oleh Dale Hartman, pelajaran yang dikhotbahkan di gereja Kristus Eastside, Midwest City, Oklahoma, 7 Maret 2004.
- 62 William S. Banowsky, "The Vaccine Against Death," The Now Generation and Other Sermons (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1969), 28.
- 63 Barclay, 83-84. Kita akan sedikit mengoreksi perkataan Barclay, tapi perkataannya itu nyaris mengungkapkan apa baptisan Perjanjian Baru sebenarnya.
- 64 Jim Townsend, Romans: Let Justice Roll Down (Elgin, Ill.: David C. Cook Publishing Co., 1988), 44.
- 65 Moo, 211.
- 66 Briscoe, 140.
- 67 Dikutip dalam Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary, vol. 1 (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1989), 533.
- 68 Diadaptasi dari C. Roy Angell, Baskets of Silver (Nashville: Broadman Press, 1955), 49-51.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2016 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka
terhadap kunjungannya kepada mere
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungannya kepada mereka. Menurut rencana, Paulus akan bekerja sementara waktu di antara orang-orang Kristen di sana, kemudian dengan bantuan mereka, ia ingin pergi ke Spanyol. Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen.
Setelah menyampaikan salamnya kepada orang-orang dalam jemaat di Roma, dan memberitahukan kepada mereka tentang doanya bagi mereka, Paulus mengemukakan tema suratnya ini: "Dengan Kabar Baik itu Allah menunjukkan bagaimana caranya hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali; caranya ialah dengan percaya kepada Allah, dari mula sampai akhir" (Rom 1:17).
Setelah itu Paulus menguraikan temanya itu. Semua orang --baik Yahudi maupun bukan Yahudi -- perlu diperbaiki hubungannya dengan Allah, sebab semuanya sama-sama berada dalam kekuasaan dosa. Hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. Kemudian Paulus menguraikan tentang hidup baru yang dialami oleh manusia kalau bersatu dengan Kristus. Hidup baru itu tumbuh karena adanya hubungan yang baru dengan Allah. Orang yang sudah percaya kepada Yesus, hidup damai dengan Allah, dan Roh Allah membebaskan dia dari kekuasaan dosa dan kematian. Dalam pasal 5-8 (Rom 5:1-8:39) Paulus menjelaskan juga tujuan Hukum-hukum Allah dan kuasa Roh Allah di dalam kehidupan orang percaya. Kemudian Paulus menjelaskan bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi termasuk dalam rencana Allah untuk umat manusia. Paulus menyimpulkan bahwa penolakan Yesus oleh orang Yahudi sudah termasuk dalam rencana Allah untuk menolong manusia berdasarkan rahmat-Nya melalui Yesus Kristus. Paulus yakin bahwa orang Yahudi tidak selalu akan menolak Yesus. Akhirnya Paulus menulis tentang bagaimana orang harus hidup sebagai orang Kristen, terutama sekali tentang caranya mempraktekkan kasih dalam hubungan dengan orang-orang lain. Untuk itu Paulus memilih pokok-pokok seperti berikut ini: melayani Allah, kewajiban orang Kristen terhadap negara dan sesama orang Kristen, dan berbagai-bagai persoalan yang menyangkut hati nurani. Paulus menutup suratnya ini dengan pesan-pesan pribadi dan puji-pujian kepada Allah.
Isi
- Pendahuluan dan tema
Roma 1:1-17 - Kebutuhan manusia akan keselamatan
Roma 1:18-3:20 - Jalan keselamatan dari Allah
Roma 3:21-4:25 - Hidup baru karena bersatu dengan Kristus
Roma 5:1-8:39 - Israel dalam rencana Allah
Roma 9:1-11:36 - Kelakuan Kristen
Roma 12:1-15:13 - Penutup dan salam pribadi
Roma 15:14-16:27
Ajaran: Roma (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin
bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kr
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus (Rom 1:1).
Tahun : Sekitar tahun 58 sesudah Masehi, dari kota Korintus.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Roma (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Kitab Roma terbagi atas 16 pasal. Dalam kitab ini Rasul Paulus menjelaskan tentang cara manusia yang berdosa diselamatkan, yaitu melalui iman saja kepada Tuhan Yesus. Dan juga tentang cara hidup orang-orang yang telah diselamatkan tersebut.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Roma
Pasal 1-11 (Rom 1:1-11:36).
Pengajaran tentang Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap manusia
Pada bagian ini dijelaskan bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan sudah tidak mengenal Allah. Karena itu manusia berdosa sudah berada dalam penghukuman Allah, yaitu kematian. Keselamatan dari kematian akibat dosa tidak dapat diperoleh melalui usaha manusia atau melalui melakukan Hukum Taurat. Keselamatan itu hanya dapat diperoleh dalam anugerah Allah yang ada pada Tuhan Yesus. Ini berarti keselamatan manusia hanya dapat diperoleh melalui iman kepada anugerah Allah yang ada di dalam Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Berdasarkan pasal Rom 1:21-25,28-31. Apakah yang dilakukan manusia di dunia?
- Bacalah pasal Rom 3:23; 6:23. _Tanyakan_: Berapa banyakkah manusia yang berdosa? Apakah akibat dari dosa?
- Bacalah pasal Rom 10:9-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah caranya manusia diselamatkan?
Pasal 12-16 (Rom 12:1-16:27).
Pengajaran tentang kehidupan orang Kristen setiap hari
Pada bagian ini, dijelaskan bagaimana seharusnya kehidupan dari setiap orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Rom 12:1-2. _Tanyakan_: Apakah ibadah orang Kristen yang sejati dan berkena di hadapan Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:6-8. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap kehidupan seorang pelayan Firma Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:9-21. _Tanyakan_: Bagaimanakah cara hidup orang percaya/Kristen dala masyarakat?
- Bacalah pasal Rom 13:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap pemerintah?
- Bacalah pasal Rom 15:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap orang yan lemah?
- Bacalah pasal Rom 16:17-18. _Tanyakan_: Apakah peringatan Rasul Paulus terhadap orang percaya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Roma jelaslah bahwa Allah mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa, dan mengalami penghukuman, yaitu kematian. Allah juga dengan tegas menyatakan bahwa semua usaha manusia untuk menyelamatkan diri dari kematian itu sia-sia. Allah menyatakan bahwa manusia memperoleh keselamatan hanya melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Roma?
- Mengapakah semua manusia berada dalam penghukuman Allah?
- Mengapakah orang Kristen perlu menguduskan diri?
- Bagaimanakah cara hidup orang Kristen?
Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) Inti InjilMENGAPA ROMA?Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Y
Inti Injil
MENGAPA ROMA?
Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Yunani. Tetapi, ia mempunyai suatu rencana jangka panjang untuk menginjili lebih jauh ke barat, yaitu ke Roma dan kemudian lebih jauh lagi. Namun demikian ada hal-hal lain yang perlu dikerjakan terlebih dahulu. Ia harus kembali ke Yerusalem untuk mengambil bantuan yang telah dikumpulkan oleh orang-orang Kristen bukan Yahudi bagi orang-orang miskin yang percaya di sana. Setelah itu ia dapat dengan leluasa mencurahkan perhatiannya ke ibu kota tersebut, dan setelah itu ia mengarahkan pandangannya ke Spanyol (15:22-29). Alasan Paulus ialah ia selalu ingin merintis daerah baru dan memberitakan Injil di tempat Injil belum pernah didengar. Ini sedikit menjelaskan mengapa surat ini ditulis - sebuah gereja sudah dibangun di Roma, karena itu Paulus tidak menganggap kunjungan ke Roma sebagai prioritas utama (15:18-21). Kita tidak tahu kapan gereja itu didirikan, tetapi jika kita melihat daftar para peziarah di Hari Pentakosta, kita akan melihat bahwa di antara mereka terdapat orang-orang Roma (Kis. 2: 10). Dari nama-nama pada akhir surat ini, rupa-rupanya Paulus sudah mengenal sejumlah besar anggota jemaat di sana (16:3-15), hal ini dapat dimengerti karena banyak jalan menuju Roma. Banyak orang melakukan perjalanan di daerah kekaisaran Roma terutama para pedagang, dan banyak dari mereka akhirnya menetap di ibu kota.
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Tampaknya Paulus sedang mempersiapkan kunjungannya dengan menjelaskan Injil bagi mereka. Mungkin ada orang yang mengritik ajarannya dan ia ingin meluruskan hal itu. Pada waktu yang bersamaan penulisan surat ke Roma merupakan kesempatan untuk menulis intisari kabar baik tentang Kristus secara lebih terinci dibandingkan dengan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru yang lain. Surat Roma merupakan salah satu tulisan Paulus yang paling teratur, oleh karenanya surat ini telah menjadi buku sumber bagi orang Kristen sejak ia mendiktekannya kepada kawannya, Tertius, di Korintus sekitar tahun 57.
PAULUS DI ROMA.
Rencana Paulus tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kita tahu dari Kisah para Rasul bahwa ketika tiba di Yerusalem ia ditangkap, dan setelah beberapa saat di penjara, ia memohon, seperti lazimnya warga negara Romawi, supaya kasusnya dapat didengar oleh Kaisar. Oleh karena itu, ia dibawa ke Roma sebagai tawanan. Rupa-rupanya ia dibebaskan dan melanjutkan pekerjaan pelayanannya sebelum akhirnya dibunuh di Roma.
ORANG ROMAWI DAN GEREJA.
Ketika orang Kristen menemukan kembali surat-surat seperti surat Roma pada waktu Reformasi, hal ini mengubah gereja secara besar-besaran. Mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat memperoleh keselamatan dari apa yang mereka lakukan. Allah telah melakukan keselamatan itu bagi mereka, dalam cara yang memungkinkan Ia dapat membenarkan orang-orang berdosa. Rahasianya tentu terdapat pada salib.
Pesan
1. Kita semua perlu dibenarkan di hadapan Allah (pasal 1-3)o Bagi orang bukan Yahudi, cukup banyak yang dapat diketahui tentang Dia
- dalam alam semesta. Rom 1:19-20
- dalam kenyataan kita sebagai ciptaan. Rom 2:14-15
o Untuk orang Yahudi, lebih dari cukup - dalam firman-Nya. Rom 2:12, 17-24;3:1-2
o Semua orang jatuh di dalam dosa. Rom 3:9-20, 23
o Tidak seorang pun
- boleh menghakimi orang lain. Rom 2:1-3
- boleh bermegah diri. Rom 3:27
- dapat berdalih. Rom 1:20; 2:1; 3:19
- dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Rom 3:20, 23
2. Allah melakukan semua itu (pasal 3-5)
o Kematian Kristus membayar semua hutang
- Ia mati menggantikan kita. Rom 3:24-25
- pada waktu kita masih berdosa. Rom 5:6-8
- kita dapat dibenarkan. Rom 3:24
o Abraham mempercayai firman Allah
- kita pun harus beriman. Rom 3:25; 4:16-25; 5:1
o Adam melakukan sesuatu yang berakibat pada kita sampai sekarang
- demikian pula apa yang dilakukan Kristus di kayu salib. Rom 5:12-19
3. Cara hidup yang berbeda (pasal 6-8)
o Masalahnya ialah sifat dosa manusia
- yang tidak dapat menjadi baik. Rom 7:18
- yang berseteru terhadap Allah. Rom 8:7
- yang tidak memperkenan Allah. Rom 8:8
o Kuasa datang dari Roh Kudus
- yang diam di dalam kita. Rom 8:9-11
- yang menimbulkan pertentangan. Rom 7:13-23
- yang menyediakan kemenangan. Rom 7:24-25
o Kita harus bekerja sama dengan Dia
- menolak dosa. Rom 6:13, 16, 19; 8:13
- menaati Kristus. Rom 6:13, 16-19, lihat Rom 12:1
o Kita bisa
- memperoleh kemenangan. Rom 6:14
- menerima kehidupan. Rom 8:11
- menjadi anak-anak Allah. Rom 8:14-17
- mengalami pertolongan-Nya. Rom 8:26-27
- menjadi seperti Kristus. Rom 8:28-30, lihat Rom 12:2
- merasa pasti bahwa kita adalah milikNya. Rom 8:31-39
4. Allah tahu apa yang sedang dilakukanNya (pasal 9-11)
o Allah tahu bagaimana mengendalikan umat-Nya
- terhadap orang Yahudi yang tidak taat sekalipun. Rom 9:1-33
- Ia mempunyai rencana induk. Rom 11:1-32
o Kita tetap harus memberikan tanggapan
- dalam iman yang taat. Rom 10:5-21
5. Kita diselamatkan bersama (pasal 12-1)
o Kita adalah anggota dari satu tubuh
- saling memiliki. Rom 12:3-8
- saling mengasihi. Rom 12:9-21; 13:8-10
- saling menerima. Rom 14:1-15:7
- saling menghayati gaya hidup yang baru. Rom 13:1-7, 11-14
Penerapan
1. Tawaran itu cuma-cuma(untuk dibenarkan di hadapan Allah)
o Karena keberadaan kita, itu harus terjadi
o Itu dapat terjadi karena Kristus telah
melakukannya
o Ini berarti
- kita tidak dapat memperolehnya sendiri
- kita harus menerimanya dengan iman
2. Kuasa itu ada
(untuk hidup sebagai orang Kristen)
o Oleh karena kita tidak mampu melakukannya sendiri
o Oleh karena Roh Kudus hidup di dalam kita
o Ini berarti
- membuang sifat-sifat dosa kita
- menaati Yesus Kristus
3. Persekutuan Itu milik kita
(bersama dengan sesama Kristen)
o Oleh karena kita saling memiliki
o Oleh karena kita sekarang tahu bagai
mana mengasihi
o Ini berarti
- kita harus menumbuhkan dan menghargainya
- kita tidak boleh menyalahgunakan atau memandang enteng persekutuan Kristen
Tema-tema Kunci
1. Anugerah.
Kebenaran yang berkali-kali ditanamkan ialah bahwa jika kita dapat menjadi Kristen, Allah yang harus melakukannya. Anugerah Allah itu diberikan dengan cuma-cuma, kita tidak dapat melakukan sendiri. Namun demikian, kita tidak boleh juga menganggap hal itu sepele. Telusurilah tema ini dalam seluruh surat Roma: Rom 1:7; 2:4; 3:24, 27; 4:16; 5:15, 17, 21; 6:1, 15; 11: 5-6.
2. Iman.
Kita mendapat anugerah cuma-cuma dari Allah oleh iman kepada Kristus. Pada saat yang sama, tidak berarti kita hanya semata-mata percaya tentang Dia, tetapi menerima firman Allah, menaati-Nya dan mengakui Kristus. Perhatikan bagaimana Paulus menekankan tentang iman dalam surat ini, dan juga bagaimana ia mendefinisikannya. Apakah iman kita cukup besar? 1:5 (lihat 15:18); Rom 1:16-17; 3:22, 26-31; 4:1-25; 5:1; 10:8-11; 10:17.
3. Pembebasan (atau Pembenaran).
Kata di atas diambil dari istilah yang ada dalam sidang pengadilan. Allah membebaskan - atau 'membenarkan' - pendosa, menyatakannya'benar', oleh karena apa yang telah Yesus lakukan sebagai penggantinya. Lihat bagaimana Paulus mengaitkan ini dalam kematian Kristus dan iman: Rom 1:17; 3:21-26; 4:1-25; 5:8-11, 15-21; 10:1-10.
4. Kebersamaan.
Perhatikan apa yang Paulus katakan bahwa kita semua berdosa dan kita diselamatkan bersama-sama. Ia menggunakan gambaran tentang tubuh ketika ia ingin menunjukkan bagaimana kita harus bekerja sama satu dengan yang lain. Walaupun hal-hal yang mengganggu dan memecah belah Kristen pada zaman Paulus berbeda dengan masa kini, apakah ia memberikan pedoman yang dapat kita terapkan saat ini? Khususnya lihat 14:1-15:7.
5. Allah adalah Raja.
Kita mendapat kesan yang jelas bahwa walaupun manusia tidak percaya, Allah tetap mengendalikan dunia, sebagaimana Ia mengatur kehidupan Kristen. Hal ini menjadi jaminan yang sangat berarti bagi mereka yang percaya, walaupun kita tidak dapat mengerti bagaimana Ia melakukannya. Bacalah seluruh pasal 9 dan 10 sekali lagi. Bagaimana keduanya saling mengisi?
Garis Besar Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) [1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17Semua tentang Yesus Kristus
Rom 1:8-15Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan
Rom 1:16-17Berit
[1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17 | Semua tentang Yesus Kristus |
Rom 1:8-15 | Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan |
Rom 1:16-17 | Berita secara ringkas |
[2] 'KITA SEMUA ADALAH ORANG BERDOSA' Rom 1:18-3:20
Rom 1:18-32 | Mereka yang tidak memiliki Alkitab |
Rom 2:1-11 | Menghakimi orang lain? |
Rom 2:12-16 | Allah akan menghakimi kita semua |
Rom 2:17-3:20 | Lebih baikkah orang Yahudi? |
[3] 'ALLAH MEMPUNYAI JALAN' Rom 3:21-5:21
Rom 3:21-26 | Apa yang dilakukan oleh salib |
Rom 3:27-31 | Siapa yang boleh bermegah? |
Rom 4:1-25 | Abraham percaya lebih dulu |
Rom 5:1-5 | Sukacita - walaupun dalam kesusahan |
Rom 5:6-11 | Ketika kita tidak berdaya |
Rom 5:12-21 | Kristus dan Adam |
[4] 'HIDUP BARU' Rom 6:1-8:39
Rom 6:1-14 | Dosa dapat dikalahkan |
Rom 6:15-23 | Pergantian pemilik |
Rom 7:1-6 | Pergantian pasangan |
Rom 7:7-25 | Peperangan dalam hati |
Rom 8:1-11 | Roh memberi hidup |
Rom 8:12-17 | Anak-anak Allah! |
Rom 8:18-25 | Dan banyak lagi yang lain |
Rom 8:26-27 | Doa |
Rom 8:28-30 | Tujuan |
Rom 8:31-39 | Apa lagi yang dapat saya katakan? |
[5] 'TETAPI BAGAIMANA HALNYA DENGAN ORANG YAHUDI?' Rom 9:1-11:36
Rom 9:1-5 | Hak-hak istimewa mereka |
Rom 9:6-33 | Maksud Allah |
Rom 10:1-21 | Iman menyelamatkan |
Rom 11:1-36 | Rencana yang aneh |
[6] 'HAYATILAH!' Rom 12:1-15:13
Rom 12:1-2 | Kehidupan yang dipersembahkan |
Rom 12:3-21 | Kehidupan di dalam satu tubuh |
Rom 13:1-7 | Hidup dalam masyarakat |
Rom 13:8-10 | Hidup dalam kasih |
Rom 13:11-14 | Bangun dan hiduplah! |
Rom 14:1-15:13 | Hidup bersama dengan sesama |
[7] 'RENCANA HARI DEPANKU' Rom 15:14-33
Rom 15:14-21 | Pelayanan saya |
Rom 15:22-33 | Ambisi saya |
[8] 'SANGAT BANYAK KAWAN DI ROMA' Rom 16:1-27
Allah memberkati kalian semuaBank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi