
Teks -- Matius 1:18 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Mat 1:18
Jerusalem: Mat 1:18 - bertunangan dengan Yusuf Pertunangan Yahudi sudah menciptakan ikatan yang begitu kuat, sehingga calon suami disebut "suami" dan hanya dapat bercerai dengan menjatuhkan "talak"...
Pertunangan Yahudi sudah menciptakan ikatan yang begitu kuat, sehingga calon suami disebut "suami" dan hanya dapat bercerai dengan menjatuhkan "talak" (Mat 1:19).
Ref. Silang FULL -> Mat 1:18

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Wycliffe -> Mat 1:18-25; Mat 1:18
Wycliffe: Mat 1:18-25 - -- B. Kelahiran Kristus (1:18-25).
Situasi kelahiran dilukiskan dari sudut pandang Yusuf, dan beberapa rinciannya pasti diperoleh dari dirinya (ay. 19, ...
B. Kelahiran Kristus (1:18-25).
Situasi kelahiran dilukiskan dari sudut pandang Yusuf, dan beberapa rinciannya pasti diperoleh dari dirinya (ay. 19, 20). Andaikata Yusuf sudah wafat sebelum pelayanan Yesus dimulai, sebagaimana disimpulkan banyak orang karena ia tidak disebut lagi, masukan pasti diperoleh Matius dari saudara-saudara Yesus.

Wycliffe: Mat 1:18 - Bertunangan // ternyata ia mengandung, 18. Bertunangan. Di kalangan orang Yahudi, janji-janji pernikahan diucapkan pada saat bertunangan dan diperlukan perceraian untuk mengakhirinya. Adat ...
18. Bertunangan. Di kalangan orang Yahudi, janji-janji pernikahan diucapkan pada saat bertunangan dan diperlukan perceraian untuk mengakhirinya. Adat menetapkan adanya suatu selang waktu, umumnya satu tahun, sebelum mempelai wanita dapat tinggal di rumah suaminya dan persekutuan jasmaniah dapat dilaksanakan. Pada selang waktu inilah ternyata ia mengandung, sebuah situasi yang biasanya dapat mengakibatkan hukuman mati (Ul. 22:23, 24). Rupanya Maria tidak menjelaskan keadaan dirinya itu kepada Yusuf tetapi memilih menyerahkan. masalah peka ini kepada Allah. Nyaris mustahil bagi Maria untuk mengharapkan Yusuf menerima penjelasannya tanpa pembuktian ilahi tertentu.

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 1:18-25
Matthew Henry: Mat 1:18-25 - Kelahiran Kristus Kelahiran Kristus (1:18-25)
Misteri inkarnasi Kristus adalah untuk dipuja, bukan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia. Jika kita tidak mengeta...
Kelahiran Kristus (1:18-25)
- Misteri inkarnasi Kristus adalah untuk dipuja, bukan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia. Jika kita tidak mengetahui cara Roh bekerja baik dalam penciptaan manusia umumnya maupun dalam jalan angin dan tulang-tulang dalam rahim dari setiap perempuan yang mengandung (Pkh. 11:5), maka kita jauh lebih tidak tahu bagaimana Yesus yang diberkati itu terbentuk di dalam rahim anak dara yang diberkati itu. Waktu Daud mengagumi bagaimana dirinya dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan direkam (Mzm. 139:13-16), boleh jadi ia sedang berbicara dalam roh mengenai inkarnasi Kristus. Dalam Injil Matius kita menemukan beberapa keadaan yang menyertai kelahiran Kristus yang tidak tercantum di dalam Injil Lukas, meskipun Lukas mencatat sebagian besarnya. Dalam Matius kita melihat:
- I. Pertunangan Maria dengan Yusuf. Maria, ibu Tuhan kita, bertunangan dengan Yusuf, belum menikah sepenuhnya, tetapi sudah terikat; tujuan perkawinan dengan khidmat tertuang dalam perkataan de futuro -- yang berkenaan dengan masa depan, dan dalam sebuah janji yang dibuat bila Allah mengizinkan. Kita membaca tentang seorang laki-laki yang bertunangan dengan seorang perempuan, tetapi belum mengawininya (Ul. 20:7). Kristus lahir dari seorang anak dara, tetapi anak dara yang sudah bertunangan:
- 1. Untuk menghargai status pernikahan, dan untuk menyatakannya sebagai sesuatu yang patut dihormati di antara semua hal; untuk melawan ajaran Iblis yang melarang orang kawin dan menganggap sempurna status tidak menikah. Siapa yang lebih dikaruniai dalam pertunangannya daripada Maria?
- 2. Untuk menyelamatkan nama baik anak dara yang diberkati itu, yang bila tidak demikian, akan dicemooh. Sangat layak kehamilan Maria dilindungi melalui pernikahan, sehingga dibenarkan di mata dunia. Salah seorang penulis kuno berkata, Lebih baik bila ditanyakan, Bukankah ini anak tukang kayu? daripada, Bukankah ini anak seorang perempuan sundal?
- 3. Agar supaya anak dara yang diberkati itu mempunyai seseorang yang menjadi pembimbing di masa mudanya, pengiring dalam kesendirian dan perjalanannya, kawan yang menjaganya, dan penolong baginya. Ada yang berpikir bahwa Yusuf seorang duda, dan bahwa mereka yang disebut saudara-saudara-Nya (13:55), adalah anak-anak Yusuf dari istrinya yang terdahulu. Ini merupakan perkiraan banyak penulis kuno. Yusuf seorang yang tulus hati, dan Maria seorang perempuan baik-baik. Orang-orang percaya janganlah menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya: tetapi biarlah mereka yang beriman memilih menikah dengan mereka yang juga beriman, karena mereka dapat mengharapkan kebahagiaan dari hubungan itu dan berkat Allah atas mereka di dalamnya. Dari contoh ini, kita juga bisa belajar bahwa sangatlah baik untuk memasuki pernikahan dengan pertimbangan mendalam, dan bukan dengan tergesa-gesa, untuk mempersiapkan upacara pernikahan itu dalam sebuah ikatan perjanjian. Lebih baik mengambil waktu sebelumnya untuk mempertimbangkan daripada mencari waktu sesudahnya untuk menyesali diri.
- II. Kehamilannya akan benih yang dijanjikan; ternyata ia mengandung ... sebelum mereka hidup sebagai suami isteri, yang sungguh-sungguh terjadi dari Roh Kudus. Pernikahan itu berselang waktu begitu lama setelah ikatan pertunangan sehingga ia mengandung sebelum tiba saatnya melangsungkan upacara pernikahan, meskipun ia telah terikat dengan ikatan pertunangan sebelum mengandung. Barangkali, sekembalinya Maria dari rumah Elisabet, sepupunya, sesudah tinggal bersamanya selama tiga bulan (Luk. 1:56), barulah tampak oleh Yusuf bahwa Maria sudah mengandung, dan hal ini tidaklah disangkal olehnya. Perhatikanlah, barangsiapa memiliki Kristus di dalam dirinya, hal itu akan tampak; dan akan nyata bahwa sesuatu itu merupakan karya Allah yang akan diakui-Nya. Sekarang kita bisa membayangkan betapa membingungkannya kejadian ini bagi perawan yang diberkati itu. Dia sendiri tahu asal usul ilahi dari kehamilannya; tetapi bagaimana dia bisa membuktikannya? Dia bisa diperlakukan sebagai perempuan sundal. Ingatlah, setelah mencapai berbagai prestasi yang tinggi dan hebat, agar kita tidak menjadi sombong karenanya, kita harus mengharapkan sesuatu terjadi untuk merendahkan hati kita, seperti semacam teguran, sebagai duri dalam daging, atau bahkan, lebih dari itu, seperti tikaman maut ke dalam tulang. Belum pernah terjadi seorang putri Hawa begitu dipermuliakan seperti anak dara Maria, dan meski begitu, ia juga berada dalam bahaya jatuh ke dalam dakwaan telah melakukan salah satu kejahatan terbesar. Walaupun demikian, Maria terbukti tidak menyiksa diri dengan hal tersebut. Sebaliknya, sadar dirinya tidak bersalah, dia tetap tenang dan tidak cemas, serta menyerahkan perkaranya kepada Dia yang menghakimi dengan adil. Catatlah, mereka yang menjaga hati nuraninya tetap benar boleh mempercayai dengan segenap kutukan Allah bahwa Dia menjaga nama baik mereka, dan mereka punya alasan untuk berharap bahwa Dia akan menyinari, bukan saja keutuhan, ketulusan, dan kejujuran hati mereka, tetapi juga kehormatan mereka, bagaikan matahari di siang hari.
- III. Kegalauan Yusuf, dan kesulitannya untuk bertindak dalam kasus ini. Bisa kita bayangkan betapa kacau dan kecewanya Yusuf ketika mendapati orang yang sedemikian dipandang tinggi dan dihargainya itu ternyata dicurigai telah melakukan kejahatan yang begitu mengerikan. Benarkah ini Maria? Yusuf mulai berpikir, "Betapa kita bisa tertipu oleh mereka yang kita pikir sangat baik! Betapa kita bisa dikecewakan oleh hal yang paling kita harapkan!" Sulit baginya untuk mempercayai bahwa wanita yang dipercayainya sebagai orang yang sangat baik itu bisa melakukan kejahatan yang demikian hebat; namun apa mau dikata, masalah tersebut, sama seperti terlampau berat untuk dimaafkan, juga terlampau nyata untuk disangkali. Betapa berat pergumulan yang berkecamuk di dadanya, antara kecemburuan yang merupakan amarah seorang lelaki, dan yang juga bisa begitu dahsyat, di satu pihak, dan perasaan sayangnya kepada Maria di lain pihak!
- Perhatikanlah:
- 1. Tindakan berlebihan (ekstrem) yang benar-benar ingin Yusuf hindari. Dia tidak mau mencemarkan nama (Maria) di muka umum. Ia bisa saja melakukan hal ini; sebab menurut hukum, seorang gadis yang sudah bertunangan, jika dia berbuat sundal, harus dilempari dengan batu sampai mati (Ul. 22:23-24). Namun Yusuf tidak mau memanfaatkan hukum itu untuk menindak Maria; jika memang Maria bersalah, hal ini belum diketahui orang, dan Yusuf tidak akan memberitahukannya. Betapa berbedanya sikap yang Yusuf perlihatkan dengan sikap Yehuda, yang dalam kasus serupa langsung menjatuhkan hukuman berat itu, Bawalah perempuan itu, supaya dibakar! (Kej. 38:24). Betapa baiknya untuk memikirkan berbagai hal seperti yang dilakukan Yusuf di sini! Seandainya ada lebih banyak pertimbangan dalam dakwaan dan penghakiman yang kita lakukan, maka akan terdapat lebih banyak belas kasihan dan pertimbangan yang tepat di dalamnya. Di sini, membawa perempuan itu untuk dihukum biasanya disebut dengan menjadikan dia sebagai contoh di depan umum; yang menunjukkan apa yang menjadi tujuan akhir dalam penghukuman, yaitu memberikan contoh sebagai peringatan kepada orang lain: in terrorem -- agar semua orang mendengar dan takut. Pukullah si pencemooh, kaupukul, maka orang yang tak berpengalaman akan menjadi bijak (Ams. 19:25).
- Sebagian orang yang berwatak keras dan kaku mungkin akan mempersalahkan Yusuf atas "kelembekannya": namun justru untuk hal inilah dia dipuji; sebab dia seorang yang tulus hati, karena itu dia tidak mau mencemarkan nama Maria. Ia seorang yang saleh dan baik hati, dan oleh sebab itu cenderung penuh belas kasihan seperti Allah, dan mengampuni sebagai orang yang telah diampuni. Jika seorang perawan yang telah bertunangan diperkosa di padang, maka hukum bermurah hati dengan menganggap bahwa ia telah berteriak-teriak (Ul. 22:26-27), dan ia tidak perlu dihukum. Yusuf dengan murah hati menafsirkan demikianlah duduk perkaranya, atau yang sejenisnya; dan dalam hal ini ia seorang yang berhati tulus, ia berhati-hati terhadap nama baik orang yang sebelum itu tidak pernah melakukan apa pun untuk menodainya. Perhatikanlah, sungguh pantas bila kita, dalam banyak hal, bersikap lemah lembut terhadap mereka yang dicurigai telah melakukan kesalahan, untuk mengharapkan yang terbaik mengenai diri mereka dan melakukan yang terbaik untuk hal yang tadinya tampak buruk itu, dengan harapan supaya bisa menjadi lebih baik. Summum just summa injuria -- Kakunya hukum (adakalanya) sama dengan puncak ketidakadilan. Pengadilan hati nurani sedemikian itu, yang mengurangi kekakuan hukum, kita sebut sebagai sebuah court of equity, yaitu pengadilan untuk mencari keadilan di luar sistem peradilan formal yang berlaku [di Inggris]. Oleh karena itu, mereka yang kedapatan melakukan suatu pelanggaran perlu dipimpin ke jalan yang benar dalam roh kelemahlembutan; sedangkan ancaman, meskipun adil, haruslah diutarakan dengan sewajarnya.
- 2. Cara bijak yang ditemukan Yusuf untuk menghindari tindakan ekstrem ini. Ia bermaksud menceraikan Maria dengan diam-diam, yakni, memberikan surat cerai kepadanya di hadapan dua orang saksi, dan dengan begitu menyimpan persoalan itu di antara mereka saja. Sebagai seorang yang tulus hati, yakni seorang yang taat kepada hukum, ia tidak akan melanjutkan untuk menikahi Maria, tetapi memutuskan untuk menceraikannya. Akan tetapi, walaupun telah memutuskan demikian, dengan kelembutan hati terhadapnya, ia bertekad untuk sedapat-dapatnya melakukannya dengan diam-diam. Perhatikanlah, bila mengecam orang yang telah melakukan kesalahan, selayaknyalah kalau dilakukan tanpa gembar-gembor. Perkataan orang berhikmat ... didengar dengan tenang. Kristus sendiri tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak. Kasih dan kebijaksanaan Kristiani akan menutupi banyak dosa, termasuk dosa-dosa besar, sejauh yang bisa dilakukan tanpa bersekutu dengan dosa itu.
- IV. Dilepaskannya Yusuf dari pergumulan ini melalui malaikat yang diutus dari sorga (ay. 20-21). Ketika dia mempertimbangkan maksud itu dan tidak tahu apa yang harus diputuskannya, Allah dengan penuh rahmat mengarahkan dia pada apa yang harus dia lakukan, dan memberinya kelegaan. Perhatikanlah, mereka yang ingin memperoleh petunjuk dari Allah harus mempertimbangkan sendiri berbagai hal, dan bertanya-tanya pada diri mereka sendiri. Hanya mereka yang penuh pertimbangan, dan bukan yang sembrono, yang akan dibimbing Allah. Waktu Yusuf kebingungan dan telah mencoba mempertimbangkan penyelesaian bagi masalah itu sebisa-bisanya, barulah Allah datang memberikan nasihat. Perhatikanlah, saat Allah untuk datang membawa petunjuk bagi umat-Nya adalah ketika mereka kehabisan akal dan tidak mampu lagi berbuat apa pun. Penghiburan Allah sangatlah menyenangkan jiwa pada saat bertambah banyak pikiran dalam batin (Mzm. 94:19). Pesan itu disampaikan kepada Yusuf oleh malaikat Tuhan, mungkin malaikat yang sama yang menyampaikan berita tentang kehamilan kepada Maria, yaitu malaikat Gabriel. Sekarang, hubungan dengan sorga, melalui malaikat, mulai dihidupkan kembali, suatu hubungan yang melaluinya dulu bapak-bapak leluhur ditinggikan, tetapi sudah lama berselang tidak digunakan. Hubungan dengan sorga kini dibuka kembali, sebab, ketika Ia (Allah Bapa) membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia ini, para malaikat diperintahkan untuk menyertai kedatangan-Nya. Kita tidak tahu seberapa jauh Allah sekarang ini, melalui cara yang tidak kelihatan, mempergunakan pelayanan malaikat-malaikat untuk melepaskan umat-Nya dari kesukaran mereka. Namun kita yakin bahwa para malaikat semua adalah roh-roh yang melayani untuk kebaikan.
- Malaikat tadi menampakkan diri kepada Yusuf melalui mimpi sementara dia tidur, seperti yang adakalanya dilakukan Allah saat berbicara kepada para bapak leluhur. Saat kita sepenuhnya berdiam diri dan tenang, kita berada dalam keadaan terbaik untuk menerima maklumat kehendak ilahi. Roh Tuhan bergerak di atas air yang tenang. Tidak diragukan lagi, mimpi ini membawa serta buktinya sendiri bahwa itu berasal dari Allah, dan bukan hasil khayalan manusia yang sia-sia. Sekarang:
- 1. Di sini Yusuf diarahkan untuk meneruskan rencana pernikahannya. Malaikat itu memanggilnya Yusuf, anak Daud; ia mengingatkan Yusuf tentang hubungannya dengan Daud, agar dia siap menerima kabar yang mengejutkan ini, tentang hubungannya dengan Sang Mesias, yang sebagaimana diketahui semua orang, akan lahir sebagai keturunan Daud. Adakalanya, bila orang kecil mendapat kehormatan besar, mereka ini tidak peduli untuk menerimanya, malah bersedia menolaknya. Itulah sebabnya mengapa perlu sekali untuk mengingatkan tukang kayu miskin ini perihal silsilahnya yang agung: "Hargailah dirimu, Yusuf, engkau adalah anak Daud yang melaluinyalah silsilah Sang Mesias akan ditarik." Demikian juga kita boleh berkata kepada setiap orang percaya yang sungguh-sungguh, "Jangan takut, engkau anak Abraham, engkau anak Allah; jangan lupakan martabat kelahiranmu, kelahiranmu yang baru." Janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu; begitulah kata-kata itu bisa dibaca. Yusuf, yang menyangka Maria hamil karena berbuat sundal, takut mengambilnya, kalau-kalau hal itu mendatangkan kesalahan atau celaan atas dirinya sendiri. Tidak, kata Tuhan, Janganlah engkau takut, karena bukan demikian duduk perkaranya. Boleh jadi Maria telah menyampaikan kepada Yusuf bahwa ia mengandung dari Roh Kudus, dan mungkin Yusuf juga telah mendengar apa yang dikatakan Elisabet kepada Maria (Luk. 1:43), ketika ia menyebut Maria ibu Tuhanku; dan bila memang demikian, ia takut dianggap menikahi orang dengan kedudukan yang begitu jauh lebih tinggi daripadanya. Namun, apa pun yang membuatnya takut, semuanya ditenangkan dengan perkataan ini, Janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu. Perhatikanlah, adalah rahmat yang luar biasa ketika kita dibebaskan dari ketakutan, dan dilepaskan dari kebimbangan, sehingga kita bisa maju terus dengan masalah kita dengan ringan hati.
- 2. Di sini ia diberitahukan mengenai hal yang kudus itu yang sedang dikandung calon istrinya. Bahwa yang ada di dalam kandungan Maria itu berasal dari Tuhan. Yusuf begitu jauh dari bahaya turut berbagi kenajisan dengan menikahi Maria, sebaliknya dengan berbuat demikian, ia justru akan turut berbagi martabat tertinggi yang bisa diraihnya. Ada dua hal yang diberitahukan kepadanya,
- (1) Bahwa Maria mengandung dari [kuasa] Roh Kudus; bukan dari kuasa alam. Roh Kudus, yang menciptakan dunia, sekarang berkarya dalam inkarnasi Juruselamat dunia dengan menyediakan tubuh bagi-Nya, seperti yang dijanjikan kepada-Nya ketika Ia berkata, Sungguh, Aku datang (Ibr. 10:5, 7). Itulah sebabnya mengapa Ia dikatakan lahir dari seorang perempuan (Gal. 4:4), namun juga menjadi Adam kedua yang adalah berasal dari sorga (1Kor. 15:47). Dia adalah Anak Allah, namun juga turut mengambil substansi kejasmanian dari ibu-Nya sehingga disebut buah rahimnya (Luk. 1:42). Sangatlah penting bahwa pengandungan-Nya harus berbeda dari cara yang biasa, sehingga sekalipun Ia turut mengambil bagian dalam natur manusia, Ia dapat menghindari kerusakan dan pencemarannya, dan tidak dikandung serta dibentuk dalam pelanggaran. Sejarah menceritakan kepada kita tentang beberapa orang yang berpura-pura mengandung oleh kuasa ilahi, seperti misalnya ibu Aleksander; namun tidak pernah ada yang benar-benar mengalaminya, kecuali ibu Tuhan kita. Nama-Nya dalam hal ini, sebagaimana dalam hal-hal lainnya, adalah Ajaib. Kita tidak membaca bahwa anak dara Maria mengumumkan sendiri kehormatan yang diberikan kepadanya; tetapi dia menyimpannya di dalam hati, dan oleh sebab itu Allah mengirimkan malaikat untuk menegaskan kebenarannya. Mereka yang tidak mencari kemuliaan diri sendiri akan mendapatkan kehormatan yang berasal dari Allah; hal ini disediakan bagi mereka yang rendah hati.
- (2) Bahwa Maria akan melahirkan Juruselamat dunia (ay. 21). Ia akan melahirkan anak laki-laki; apa yang akan terjadi dengan-Nya ditunjukkan sebagai berikut:
- [1] Dalam nama yang akan diberikan kepada Putranya: Engkau akan menamai Dia Yesus, Sang Juruselamat. Nama Yesus sama dengan Yosua, hanya akhirannya saja yang diganti, guna menyesuaikannya dengan bahasa Yunani. Yosua disebut Yesus (Kis. 7:45; Ibr. 4:8), bersumber dari Septuaginta. Di dalam Perjanjian Lama, terdapat dua orang dengan nama itu, keduanya merupakan gambaran dari Kristus, Yosua yang menjadi pemimpin orang Israel saat mereka mulai menetap di Kanaan, dan Yosua yang merupakan imam besar ketika mereka menetap kedua kalinya setelah terbebas dari pembuangan (Za. 6:11-12). Kristus adalah Yosua kita; baik sebagai Pemimpin kita kepada keselamatan (Ibr. 2:10), maupun Imam Besar dari iman yang kita akui (Ibr. 3:1), dan dalam kedua hal ini, Juruselamat kita adalah seorang Yosua yang menggantikan Musa, dan Dia mengerjakan bagi kita apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging (Rm. 8:3). Dulunya, Yosua bernama Hosea, tetapi Musa menambahkan suku kata pertama dari nama Yehovah pada awal nama itu, sehingga menjadi Yehoshua (= Yosua, Bil. 13:16), untuk mengisyaratkan bahwa Sang Mesias, yang akan menyandang nama itu, adalah Yehovah. Oleh sebab itu Ia sanggup menyelamatkan dengan sempurna), dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga .
- [2] Dalam alasan pemberian nama tersebut: karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka; bukan saja bangsa Yahudi (Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi mereka tidak menerima-Nya), tetapi juga semua orang yang diberikan kepada-Nya atas pilihan Bapa, dan semua orang yang memberikan diri mereka kepada-Nya atas kehendak sendiri. Dia adalah raja yang melindungi rakyatnya, dan, seperti para hakim Israel pada zaman dahulu, melakukan penyelamatan bagi mereka. Perhatikanlah, mereka yang diselamatkan Kristus diselamatkan-Nya dari dosa mereka; dari kesalahan karena dosa melalui karya kematian-Nya, dari kuasa dosa melalui Roh kasih karunia-Nya. Dengan menyelamatkan mereka dari dosa, Ia menyelamatkan mereka dari murka dan kutuk, serta dari semua kesengsaraan di dunia ini maupun di alam baka. Kristus datang untuk menyelamatkan umat-Nya, bukan di dalam dosa mereka, melainkan dari dosa mereka; untuk membayar lunas bagi mereka, suatu kebebasan bukan untuk berdosa, melainkan kebebasan dari dosa, untuk membebaskan mereka dari segala kejahatan (Tit. 2:14); dan dengan demikian menebus mereka dari antara manusia (Why. 14:4) bagi diri-Nya, yang terpisah dari orang-orang berdosa. Sehingga mereka yang meninggalkan dosa-dosa mereka dan menyerahkan diri kepada Kristus sebagai umat-Nya, turut mengambil bagian dalam Sang Juruselamat dan keselamatan yang telah dikerjakan-Nya (Rm. 11:26).
- V. Penggenapan Kitab Suci dalam semua peristiwa ini. Pemberita Injil ini, yang menulis di antara orang Yahudi, lebih sering mengamati hal ini dibandingkan para penulis Kitab Injil lainnya. Di sini nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama mendapatkan penggenapannya dalam diri Yesus Tuhan kita, yang menunjukkan bahwa memang Dia itulah yang seharusnya datang, bahwa kita tidak perlu mencari-cari yang lain. Sebab, tentang Dialah semua nabi bersaksi. Sekarang, firman Tuhan yang digenapi melalui kelahiran Kristus adalah tanda yang dijanjikan Allah kepada raja Ahas (Yes. 7:14), Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung, di mana sang nabi, yang mendorong umat Allah agar mengharapkan pembebasan yang dijanjikan dari invasi Sanherib, mengarahkan mereka untuk menanti-nantikan Mesias, yang akan muncul dari bangsa Yahudi, dan rumah Daud. Dari hal ini mudah ditarik kesimpulan bahwa meskipun baik bangsa maupun rumah itu ditimpa kemalangan, tidak ada satu pun dari keduanya yang akan dibiarkan runtuh, selama Allah mempunyai kehormatan yang sedemikian tinggi, berkat yang begitu besar, tersedia bagi mereka. Karya-karya pembebasan yang dikerjakan Allah bagi umat Perjanjian Lama merupakan perlambangan dan bayang-bayang dari keselamatan agung melalui Kristus; dan bila Allah akan melakukan perkara yang lebih besar, Ia tidak akan gagal melakukan yang lebih kecil.
- Nubuat yang dikutip di sini pantas didahului dengan ucapan Lihatlah, yang menuntut perhatian maupun kekaguman; karena di sini kita melihat misteri keilahian itu, yang tidak dapat disangkal lagi, benar-benar luar biasa, bahwa Allah telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia.
- 1. Pertanda yang diberikan adalah bahwa Mesias itu akan lahir dari seorang anak dara. Seorang perempuan muda akan mengandung, dan melaluinya, Ia akan dinyatakan dalam rupa manusia. Istilah Almah menunjukkan arti seorang anak dara dalam pengertiannya yang seketat-ketatnya, seperti yang diakui Maria perihal dirinya (Luk. 1:34), aku belum bersuami. Dan seandainya tidak demikian, pertanda tersebut tidak akan menjadi pertanda yang sungguh luar biasa sebagaimana yang dimaksudkan. Sejak semula telah diisyaratkan bahwa Mesias akan lahir dari seorang anak dara, ketika dikatakan bahwa Ia akan menjadi keturunan dari perempuan itu; jadi, keturunan dari perempuan itu dan bukan keturunan dari laki-laki mana pun. Kristus lahir dari seorang anak dara, bukan saja karena kelahirannya harus bersifat supernatural, sekaligus sangat luar biasa, tetapi juga karena peristiwa itu harus terjadi tanpa cacat, suci, dan tanpa setitik noda pun karena dosa. Kristus akan lahir bukan dari seorang kaisar perempuan atau ratu, sebab Ia muncul bukan dalam kemegahan atau semarak lahiriah, melainkan dari seorang anak dara, untuk mengajarkan kepada kita kemurnian rohani, untuk mati terhadap semua kesenangan indrawi, sehingga dengan demikian menjaga supaya diri kita tidak dicemarkan oleh dunia ini, keinginan daging, agar kita boleh dipersembahkan sebagai perawan-perawan suci kepada Kristus.
- 2. Kebenaran yang dibuktikan melalui pertanda ini adalah, bahwa Dia Anak Allah, dan Pengantara antara Allah dan manusia: sebab mereka akan menamakan Dia Imanuel, artinya, Ia akan menjadi Imanuel. Dan ketika dikatakan, Dia akan dinamakan, itu artinya Dia akan menjadi, menjadi TUHAN keadilan kita. Imanuel berarti Allah menyertai kita; sebuah nama yang penuh misteri, namun sangat berharga; Allah berinkarnasi di antara kita, sehingga Allah dapat diperdamaikan dengan kita, menjadi rukun dengan kita, dan membawa kita ke dalam kovenan dan persekutuan dengan-Nya. Umat Yahudi memiliki Allah beserta mereka, dalam bentuk perlambangan dan bayang-bayang, yang bertakhta di atas kerubim, namun tidak pernah mereka memilikinya sebagaimana ketika Firman itu telah menjadi manusia -- yang adalah Shekinah yang diberkati. Alangkah indahnya langkah yang ditempuh dalam mewujudkan perdamaian dan hubungan antara Allah dan manusia ini, begitu indahnya sampai kedua natur ini, yaitu natur Allah dan manusia, disatukan dalam diri Sang Pengantara! Dengan demikian Ia menjadi Juru Penengah, Wasit yang tidak bercacat, yang layak untuk menumpangkan tangan-Nya di atas kedua pihak, karena Ia mengambil bagian dalam natur kedua belah pihak. Lihatlah, di dalam hal ini terdapat misteri yang paling dalam dan rahmat yang paling kaya yang pernah ada. Melalui terang alam, kita melihat Allah sebagai Allah yang berada di atas kita; melalui terang hukum Taurat, kita melihat-Nya sebagai Allah yang melawan kita; tetapi, dalam terang Injil, kita melihat-Nya sebagai Imanuel, Allah menyertai kita, dalam natur kita, dan (terlebih lagi) demi kepentingan kita. Dengan cara demikian Sang Penebus menunjukkan kasih-Nya. Nama Kristus itu, Imanuel, dapat dibandingkan dengan nama yang diberikan kepada gereja Injil (Yeh. 48:35), Jehovah Shammah -- Tuhan hadir di situ; Tuhan semesta alam beserta kita.
- Selain itu, sesuailah untuk mengatakan bahwa nubuat yang meramalkan bahwa Ia harus dinamai Imanuel digenapi sesuai rancangan dan tujuannya, pada waktu Ia dinamai Yesus; sebab seandainya Dia bukan Imanuel -- Allah menyertai kita, Ia juga bukan Yesus -- sang Juruselamat. Di sini tersirat keselamatan yang dikerjakan-Nya, yaitu mempertemukan Allah dan manusia. Inilah yang telah dirancang-Nya, untuk membawa Allah menyertai kita, yang merupakan sukacita besar bagi kita, dan untuk membawa kita agar berada bersama Allah, yang merupakan kewajiban besar kita.
- VI. Ketaatan Yusuf pada titah ilahi (ay. 24). Sesudah bangun dari tidurnya karena kesan yang ditimbulkan mimpi itu, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya, meskipun ini bertentangan dengan perasaan dan maksudnya yang semula; ia mengambil Maria sebagai isterinya; ia melakukannya dengan segera tanpa menunda-nunda, dan dengan riang gembira, tanpa berbantah; ia tidak menentang penglihatan sorgawi itu. Di zaman sekarang, kita memang tidak bisa mengharapkan arahan luar biasa seperti ini; namun Allah masih mempunyai cara-cara lain untuk menyatakan pikiran-Nya dalam kasus-kasus yang menimbulkan rasa ragu, melalui isyarat-isyarat providensi, perdebatan hati nurani, dan nasihat sahabat-sahabat beriman; karena itu, melalui setiap cara ini, disertai dengan penerapan petunjuk-petunjuk umum yang tertulis dalam firman Tuhan, seharusnyalah kita mengikuti petunjuk yang berasal dari Allah dalam seluruh langkah hidup kita, terutama yang menyangkut perubahan-perubahan yang sangat besar, seperti misalnya yang dihadapi Yusuf. Dengan begitu, kita akan mendapati bahwa sungguh aman dan nyaman untuk berbuat seperti yang diperintahkan-Nya kepada kita.
- VII. Penggenapan janji ilahi (ay. 25). Ia melahirkan anaknya laki-laki. Keadaan yang menyertai peristiwa kelahiran ini diceritakan lebih banyak dalam Lukas 2:1, dan selanjutnya. Perhatikanlah, apa yang dikandung dari Roh Kudus terbukti tidak pernah gagal, melainkan pasti akan diwujudkan pada waktunya. Apa yang berasal dari keinginan daging dan keinginan seorang laki-laki, sering kali tidak kesampaian; namun, jika Kristus terbentuk dalam jiwa, Allah sendirilah yang telah memulai pekerjaan baik itu yang akan dilaksanakan-Nya; apa yang dikandung dalam anugerah tidak diragukan lagi akan dilahirkan dalam kemuliaan. Selanjutnya kita perhatikan:
- 1. Bahwa Yusuf, meskipun melangsungkan pernikahan dengan Maria tunangannya, tetap menjaga jarak dengan Maria sementara dia mengandung anak yang Kudus itu; ia tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki. Sudah banyak yang dikatakan perihal keperawanan abadi menyangkut ibu Tuhan kita. Jerome sangat marah kepada Helvidius karena menyangkali hal ini. Pastilah bahwa hal ini tidak dapat dibuktikan melalui Kitab Suci. Dr. Whitby cenderung berpendapat bahwa ketika dikatakan Yusuf tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki, ini mengisyaratkan bahwa setelah itu, karena alasannya tidak berlaku lagi, Yusuf hidup bersama Maria sesuai dengan Hukum Taurat (Kel. 21:10).
- 2. Bahwa Kristus adalah anak sulung (Dari KJV: first born); dan Ia boleh disebut demikian meskipun seandainya ibu-Nya tidak melahirkan anak lagi setelah Dia, sesuai dengan bahasa yang digunakan dalam Kitab Suci. Bukan berarti tidak ada misteri bahwa Kristus disebut anak sulung Maria, sebab Ia merupakan yang sulung dari segala yang diciptakan, yaitu Ahli Waris segala sesuatu. Dia juga yang sulung di antara banyak saudara, sehingga dalam segala hal Dialah yang terutama.
- 3. Bahwa Yusuf menamakan Dia Yesus, sesuai petunjuk yang diberikan kepadanya. Karena Allah telah menetapkan Dia sebagai Juruselamat, yang ditunjukkan melalui pemberian nama Yesus oleh Yusuf, maka kita harus menerima Dia sebagai Juruselamat kita, dan, sejalan dengan ketetapan itu, kita harus memanggil-Nya Yesus, Juruselamat kita.
SH: Mat 1:18-25 - Nyatakanlah ya Tuhan (Rabu, 24 Desember 2008) Nyatakanlah ya Tuhan
Bagaimana seorang pria seperti Yusuf merespons pemberian Allah?
Bagaimana ia merespons rancangan Allah bagi dirinya, yang ju...
Nyatakanlah ya Tuhan
Bagaimana seorang pria seperti Yusuf merespons pemberian Allah?
Bagaimana ia merespons rancangan Allah bagi dirinya, yang juga
merupakan rancangan bagi dunia?
Mungkin mulanya Yusuf merasa dunia seolah diperuntukkan bagi dia. Ia memiliki pekerjaan sebagai tukang kayu. Pertunangannya dengan Maria tentu membahagiakan hatinya. Namun tiba-tiba dunia terasa runtuh! Maria hamil! Padahal mereka belum hidup sebagai suami istri. Tentu ia kecewa karena merasa dikhianati. Meski mencintai Maria, pasti sulit bagi dia untuk memercayai cerita Maria. Lalu apa yang harus dia lakukan? Hukum yang berlaku saat itu bagi para pelaku zinah adalah dilempari batu hingga mati. Ini bisa menjadi alasan untuk memutuskan pertunangan. Namun Yusuf memilih untuk memutuskan pertunangan diam-diam. Ia tidak ingin mempermalukan Maria di depan umum. Tanpa disangka, malaikat menemui dia di dalam mimpi dan berbicara secara khusus mengenai kehamilan Maria. Respons Yusuf sungguh berbeda dari sikapnya sebelumnya. Ia bersedia menaati Allah dan menjadikan Maria sebagai istrinya. Yusuf adalah figur Natal yang tak terlupakan. Ia bukan pemeran utama, tetapi bukan tidak penting. Namun ia membutuhkan campur tangan Ilahi sebelum mampu menjalankan peran yang dirancangkan Allah bagi dia.
Dipakai Allah sebagai alat untuk menggenapkan rencana-Nya seringkali hanya terdengar indah di telinga, tetapi berat untuk dijalankan. Mengapa? Karena harus mengorbankan hasrat, harapan, atau ambisi kita. Bahkan mungkin kita merasa bahwa harga diri kita pun ikut dirampas. Namun kita harus mengimani bahwa kehendak Allah atas kita merupakan yang terbaik. Kita juga harus menyadari bahwa dilibatkan Allah ke dalam penggenapan rencana-Nya merupakan hal yang sungguh mulia bagi kita. Mulia walaupun kita tidak mendapat penghormatan dari orang lain. Bila kita tetap merasa berat menjalankan kehendak Tuhan, mintalah Tuhan menerangi hati dan pikiran kita, serta menguatkan kita.

SH: Mat 1:18-25 - Menundukkan diri kepada rencana Allah melalui Yesus. (Sabtu, 25 Desember 2004) Menundukkan diri kepada rencana Allah melalui Yesus.
Jaka dan Gadis berencana hendak menikah pada tahun depan, tetapi
sebelum pernikahan ter...
Menundukkan diri kepada rencana Allah melalui Yesus.
Jaka dan Gadis berencana hendak menikah pada tahun depan, tetapi
sebelum pernikahan terjadi Gadis telah mengandung seorang anak
dari laki-laki lain. Jika Anda berada di posisi Jaka tindakan
apakah yang akan Anda ambil?
Penulis injil Matius pada nas ini menceritakan suatu peristiwa sebelum kelahiran Yesus yang didominasi dengan pergumulan Yusuf, sebelum ia memutuskan mengambil Maria menjadi istrinya. Yusuf mengalami pergumulan berat ketika ia mengetahui bahwa Maria, tunangannya telah mengandung. Sebagai laki-laki yang tulus hati, Yusuf tidak mau melakukan perbuatan yang "mencemarkan" Maria (ayat 19a). Yusuf merencanakan untuk memutuskan pertunangannya dengan Maria secara diam-diam (ayat 19b). Rencana Yusuf ingin membatalkan pernikahannya dengan Maria menyiratkan satu hal yaitu ia belum mengetahui bahwa Allah memilih Maria menjadi ibu Yesus, Mesias bagi umat manusia. Kemungkinan pada saat itu, Maria tidak menceritakan kepada Yusuf perjumpaannya dengan malaikat Gabriel, utusan Allah (Luk. 1:26-38). Sebagaimana Allah menjumpai Maria, Ia pun menyampaikan rencana-Nya tentang Maria dan anak yang akan dilahirkannya, melalui mimpi kepada Yusuf (ayat 20-23). Mimpi inilah yang meneguhkan keberanian Yusuf untuk menikahi Maria (ayat 24). Keputusan Yusuf menyatakan kepatuhannya terhadap perintah Allah. Keberanian Yusuf menunjukkan kepercayaannya terhadap rencana keselamatan Allah bagi umat manusia melalui Yesus (ayat 25).
Yusuf berani melangkah untuk menikahi Maria dalam keadaan mengandung itu karena ia mau menundukkan dirinya kepada kedaulatan Allah dengan mengesampingkan kepentingannya. Seringkali kita tidak berani mengambil keputusan untuk tunduk kepada kehendak dan rencana Allah karena kita lebih mementingkan keinginan diri sendiri. Kita cenderung tidak bersedia mengambil resiko kehilangan sesuatu yang kita sukai dengan mengalihkan fokus hidup kepada rancangan Tuhan.
Renungkan: Rencana besar Allah untuk dunia ini tidak dikerjakan-Nya sendiri tetapi mengikutsertakan manusia.

SH: Mat 1:18-25 - Hati bagi Allah dan belas kasihan bagi sesama. (Senin, 25 Desember 2000) Hati bagi Allah dan belas kasihan bagi sesama.
Yusuf adalah salah seorang tokoh Alkitab yang mempunyai karakter
mengagumkan. Mengikuti tradi...
Hati bagi Allah dan belas kasihan bagi sesama.
Yusuf adalah salah seorang tokoh Alkitab yang mempunyai karakter
mengagumkan. Mengikuti tradisi orang Yahudi, ia telah bertunangan
yang akan mengikatnya menuju pernikahan. Banyak ahli Alkitab
mengasumsikan bahwa Yusuf adalah seorang yang sudah cukup umur.
Sesudah bertunangan, Maria tinggal bersama orang tuanya sampai cukup usia untuk menikah, kemudian pindah ke rumah Yusuf. Ketika Yusuf mengetahui Maria hamil, ia memperlihatkan belas kasihan yang luar biasa. Ia tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum meskipun hatinya sakit dan telah dikhianati, ia bermaksud menceraikan istrinya diam-diam. Matius menyebut Yusuf sebagai orang yang benar (19: terjemahan yang lebih tepat daripada tulus hati). Mengapa? Menurut hukum Taurat, hukuman untuk perzinahan adalah dilempari batu hingga mati. Apakah tindakan Yusuf terhadap Maria dapat dikatakan benar? Tidakkah ia benar jika menuntut Maria dihukum sesuai dengan hukum Taurat? Jawabannya terletak pada fakta bahwa `benar' dalam Perjanjian Lama adalah sesuai dengan hati Allah dan hukum-Nya. Bahkan Saul pun menyadari bahwa kemurahan hati lebih mendemonstrasikan kebenaran daripada kaku mengikuti hukum yang berlaku ketika ia menangis kepada Daud, `Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu (ISam. 24:18). Yusuf menerapkan prinsip ini. Meskipun ia menganggap Maria sudah memperlakukan dia tidak baik, ia tetap akan memperlakukan Maria dengan baik. Karena itu secara rohani dan jasmani, Yusuf adalah anak Daud yang sejati (Mat. 1:20).
Perjanjian Baru tidak banyak berbicara tentang Yusuf kecuali yang tercatat dalam kitab ini. Yusuf adalah seorang manusia seperti nenek moyangnya - yaitu Daud - yang mempunyai hati untuk Allah dan belas kasihan yang besar untuk sesamanya.
Renungkan: Tidak menjadi masalah seberapa tenarkah Anda di lingkungan keluarga dan masyarakat, namun jika kata-kata Matius tentang Yusuf dapat diterapkan dalam hidup kita, secara rohani kita sudah menjadi `orang besar`. Pada hari Natal ini apa yang akan Anda lakukan untuk mengekspresikan bahwa Anda mempunyai hati untuk Allah dan belas kasihan yang dalam bagi sesama?

SH: Mat 1:18-25 - Perawan hamil. (Rabu, 24 Desember 1997) Perawan hamil. Seorang gadis hamil pada zaman ini dianggap biasa. Tetapi di zaman Maria, hal itu suatu aib besar yang dituntut hukum mati (Ul. 22:23,2...
Perawan hamil.
Seorang gadis hamil pada zaman ini dianggap biasa. Tetapi di zaman Maria, hal itu suatu aib besar yang dituntut hukum mati (Ul. 22:23,24). Kebudayaan Yahudi mengenal tiga tahap perkawinan. Pertama, kedua pihak keluarga setuju. Kedua, diumumkan kepada orang banyak. Kemudian terjadi pertunangan. Namun keduanya belum bergaul secara seksual. Sekalipun demikian, apabila batal harus dilangsungkan perceraian kecuali terjadi kematian. Ketiga, keduanya hidup bersama.
Yesus Manusia Allah. "Dilahirkan dari perawan Maria" menjadi sangat penting bagi iman Kristen. Yesus, Anak Allah, maka Ia bebas dari kodrat manusia yang berdosa yang diwariskan oleh Adam (Rm. 5:17). Karena dilahirkan Maria, Yesus sungguh manusia. Namun bukan hasil persetubuhan. Yesus manusia yang tidak dicemari dosa sedikit pun. Karena keberadaan-Nya itulah, Dia dapat memahami pencobaan yang kita derita dan pengalaman manusiawi kita tanpa harus ikut berdosa (Ibr. 4:15,16). Karena itu pula Dia menjadi korban yang berkuasa melepaskan kita dari dosa dan maut.
Renungkan: Bila Sang Pencipta sendiri rela menjadi ciptaan, pastilah keadaan ciptaan itu sangat serius dan penting di hadapan-Nya
Doa: Ya Yesus, Bebaskanlah aku dari dosa, dan hidup bagi-Mu.
Topik Teologia -> Mat 1:18
Topik Teologia: Mat 1:18 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Anak Maria
Mat 1:16,18 Mar 6:3
Roh Kudus
Roh Kudus dan Kehidupan...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Anak Maria
- Roh Kudus
- Roh Kudus dan Kehidupan Kristus
- Roh dan Yesus pada Awal Tahun Kehidupan-Nya
- Roh di dalam Konsepsi dan Kelahiran Yesus
TFTWMS -> Mat 1:18
TFTWMS: Mat 1:18 - Kesulitannya—ternyata Ia Mengandung KESULITANNYA—"TERNYATA IA MENGANDUNG" (Matius 1:18)
18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertuna...
KESULITANNYA—"TERNYATA IA MENGANDUNG" (Matius 1:18)
18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
Ayat 18. Kata Yunani (genesis), yang diterjemahkan kelahiran di 1:18, diulang dari 1:1, di mana kata itu diterjemahkan "silsilah." Acuan sebelumnya telah menetapkan leluhur insani Mesias, sementara acuan yang belakangan memberikan pandangan yang lebih dekat tentang kedatangan Yesus Kristus ke dunia.
Maria ibu-Nya1telah ditunangkan dengan Yusuf. Dalam dunia Yahudi kuno, sebuah pertunangan lebih mengikat daripada perjanjian Barat modern (Ula. 20:7).2
Pasangan yang bertunangan pada dasarnya dianggap telah menikah, tetapi mereka tidak hidup bersama. Dalam kasus Yusuf dan Maria, mereka disebut "suami" (1:19) dan "istri" (1:20).3Jika laki-laki yang bertunangan ingin mengakhiri hubungan ini sebelum menikah, ia harus memberikan "surat cerai" kepada perempuan itu, sama seperti yang ia harus lakukan jika mereka menikah (Ula. 24:1-4; Mk 10:4).4Surat ini harus ditandatangani oleh setidaknya dua saksi, atau pemberian surat cerai itu dari suami kepada istri harus terjadi di hadapan sedikitnya dua orang saksi.5Tidak diperlukan hakim atau pengadilan untuk peristiwa ini. Menurut Mishnah, isi surat itu adalah, "Ketahuilah, engkau diijinkan untuk [menikahi] laki-laki mana saja."6Jika salah satu dari pasangan yang bertunangan itu meninggal sebelum pernikahan dilaksanakan, pasangan yang ditinggalkan dianggap janda atau duda. Periode pertunangan berlangsung dari beberapa bulan sampai satu tahun, setelah itu pengantin laki-laki akan datang—bersama dengan pesta pernikahan—untuk menerima istrinya dan membawa dia ke tempat di mana mereka akan dikawinkan dan membina rumah tangga mereka (lihat 22:1-14; 25:1 -13).
Ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Injil Lukas menyediakan catatan yang rinci tentang pemberitahuan malaikat kepada Maria dan menetapnya dia selama tiga bulan bersama Elisabet (Luk 1:26-56). Setelah waktu ini, ia kembali ke rumah dan tampaknya menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Karena Yusuf belum berhubungan badan dengan Maria, maka tampaknya ia menganggap Maria tidak setia. Menurut hukum Taurat, ketidaksetiaan pada pihak mana saja dianggap sebagai perzinahan, dan pihak yang bersalah bisa dirajam sampai mati (Ula. 22:23, 24).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
Wycliffe: Matius (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN MATIUS
Penulis. Banyak sekali kesaksian sejarah awal yang menganggap Injil ini ditulis oleh Matius, sang pemungut cukai, yang juga disebu...
PENDAHULUAN MATIUS
Penulis. Banyak sekali kesaksian sejarah awal yang menganggap Injil ini ditulis oleh Matius, sang pemungut cukai, yang juga disebut Lewi oleh Markus dan Lukas. Aneka keraguan modern tentang Matius sebagai penulis timbul karena berbagai hipotesis yang dikembangkan untuk menjelaskan Masalah Sinoptis. Tetapi semua hipotesis ini tidak dapat mengubah kesaksian gereja mula-mula, yang para penulisnya lebih banyak mengutip Injil ini daripada kitab lainnya. Karena Matius tidak menonjol secara khusus di antara kedua belas rasul, dan tidak ada kecenderungan khusus bahwa penulis Injil Sinoptis harus seorang rasul Sinoptis (mis.: Markus dan Lukas), tidak ada alasan untuk menganggap Injil ini ditulis olehnya kecuali kalau memang dialah yang menulisnya.
Selaku mantan pemungut cukai, Matius cukup memenuhi syarat untuk menghasilkan Injil semacam ini. Pengetahuannya mengenai menulis cepat ketika masih dinas menjadikan dirinya mampu mencatat secara lengkap khotbah-khotbah Yesus. Pengetahuannya mengenai angka-angka tampak dari seringnya ada sebutan tentang uang, perhatiannya pada jumlah uang yang besar (18:24: 25:15), dan minatnya secara umum pada statistik (mis.. 1:17).
Penyusunan dan Tanggal. Seringnya Injil Matius dikutip dan disinggung di dalam Didache, Surat Barnabas, Ignatius, Yustinus Martir dan lain-lain menunjukkan bahwa Injil ini disusun pada masa awal sekali dan pemakaiannya luas tersebar. Kaitan-kaitan sastra Injil ini harus dibahas dalam hubungannya dengan Injil Sinoptis lainnya, dan juga dalam hubungannya dengan pernyataan Papias bahwa 'Matius menuliskan kata-katanya dalam dialek Ibrani, dan setiap orang menafsirkannya sesuai dengan kemampuannya'
(Eusebius, Ecclesiastical History 3:39). Banyak orang telah menjelaskan pernyataan Papias sebagai mengacu kepada sebuah naskah asli berbahasa Aram yang kemudian diterjemahkan menjadi Injil Yunani yang kita miliki. Tetapi naskah Yunani kita tidak menunjukkan adanya tanda-tanda suatu karya terjemahan, dan tidak adanya bekas suatu kata asli dari bahasa Aram membuat hipotesis ini sangat meragukan. Goodspeed memperlihatkan secara panjang lebar bahwa menyebutkan suatu karya terjemahan berbahasa Yunani dengan menggunakan nama pengarang aslinya yang dari bahasa Aram bertentangan dengan kebiasaan di Yunani, sebab yang penting bagi orang Yunani hanya orang yang mengalihkan karya tersebut ke dalam bahasa Yunani. Sebagai contoh beliau mengutip Injil Markus (Injil ini tidak dinamakan Injil Petrus) dan Perjanjian Lama berbahasa Yunani yang dinamakan Septuaginta (tujuh puluh) menggunakan nama penerjemahnya, bukan memakai nama pengarang aslinya yang berbahasa Ibrani (E. J. Goodspeed, Matthew, Apostle and Evangelist, hlm. 105, 106). Jadi Papias dipahami sebagai mengatakan bahwa Matius mencatat (dengan memakai Cara menulis cepat?) khotbah-khotbah Yesus memakai bahasa Aram, dan kemudian mengambil dari catatan-catatan ini ketika ia menulis Injilnya yang berbahasa Yunani. Sekalipun bisa saja bahwa Injil Markus ditulis lebih dahulu, dan karena itu tersedia bagi Matius, Injil yang lebih pendek ini tidak ditiru begitu saja oleh Matius, dan banyak orang telah mendukung pendapat bahwa kedua kitab ini benar-benar berdiri sendiri-sendiri.
Tanggal penulisan Injil Matius pasti sebelum 70 M, sebab di dalamnya sama sekali tidak disebutkan bahwa Yerusalem sudah menjadi puing (semua ramalan tentang kehancurannya jelas bersifat menubuatkan). Ayat-ayat seperti 27:8 ('sampai pada hari ini') dan 28:15 ('sampai sekarang ini') menunjukkan benar ada jarak waktu tertentu, namun lima belas atau dua puluh tahun sesudah Kebangkitan akan memadai.
Penekanan-penekanan Khusus. Kesaksian Ireneus dan Origen bahwa Injil Matius bagi orang-orang yang bertobat dari Yudaisme diperkuat dengan mempelajari isinya. Terdapat penggunaan Perjanjian Lama yang lebih sering (Harmony of the Gospels dari Robertson mendaftarkan 93 kutipan di dalam Matius, 49 di dalam Markus, 80 di dalam Lukas dan 33 di dalam Yohanes). Banyak perhatian diarahkan untuk menunjukkan bahwa Yesus menggenapi nubuat Mesianis, dan karena itu Ia adalah Mesias Israel yang akan mendirikan kerajaan yang dijanjikan. Khotbah-khotbah yang dicatat secara panjang lebar oleh Matius membedakan Injil ini, dan menekankan prinsip-prinsip,jangkauan dan gerakan-gerakan kerajaan Mesianis (5-7: 13; 24-25). Jadi orang Kristen Yahudi (yang berjumlah ribuan pada masa awal gereja: Kis. 2:41, 47; 4:4; 5:14, 28; 6:1, 7) memperoleh penjelasan resmi bahwa beriman kepada Yesus tidak berarti penolakan Perjanjian Lama, tetapi justru merupakan sasaran yang ditunjukkan oleh penyataan dalam Perjanjian Lana.
Sudah tentu orang-orang bertobat bangsa lain menghadapi persoalan-persoalan yang sama ini sesuai dengan tingkat pemahaman mereka tentang Perjanjian Lama. Dan oleh karena itu, Injil Matius menduduki tempat penting dalam pemikiran Kristen sehingga cukup membenarkan penempatannya sebagai Injil pertama di dalam Perjanjian Baru kita.
Wycliffe: Matius (Garis Besar) GARIS BESAR MATIUS
I. Kelahiran dan Masa Kecil Yesus Kristus 1:1-2:23
A. Silsilah Kristus 1:1-17
B. Kelahiran Kristus...
GARIS BESAR MATIUS
- I. Kelahiran dan Masa Kecil Yesus Kristus 1:1-2:23
- A. Silsilah Kristus 1:1-17
- B. Kelahiran Kristus 1:18-25
- C. Kunjungan Orang Majus 2:1-12
- D. Penyingkiran ke Mesir dan Pembunuhan Anak-Anak 2:13-18
- E. Tinggal di Nazaret 2:19-23
- II. Awal Pelayanan Yesus Kristus 3:1-4:11
- III. Pelayanan Yesus Kristus 4:12-25:46
- A. Di Galilea 4:12-18:35
- 1. Penetapan untuk Tinggal di Kapernaum 4:12-17
- 2. Panggilan Atas Empat Murid 4:18-22
- 3. Ulasan Umum Mengenai Pelayanan di Galilea 4:23-25
- 4. Khotbah di Bukit 5:1-7:29
- 5. Sepuluh Mukjizat dan Berbagai Peristiwa Terkait 8:1-9:38
- 6. Misi Kedua Belas Murid 10:1-42
- 7. Jawaban Yesus kepada Yohanes dan Khotbah yang Bertalian 11:1-30
- 8. Pertentangan dari Golongan Farisi 12:1-50
- 9. Serangkaian Perumpamaan Tentang Kerajaan Allah 13:1-58
- 10. Penyingkiran Yesus Setelah Kepala Yohanes Dipenggal 14:1-36
- 11. Pertentangan Mengenai Adat Istiadat dengan Orang Farisi 15:1-21
- 12. Menyingkir ke Fenisia dan Penyembuhan Putri Seorang Perempuan Kanaan 15:21-28
- 13. Kembali ke Danau Galilea dan Mengadakan Mukjizat 15:29-38.
- 14. Pertentangan Baru dengan Orang Farisi dan Saduki 15:39-- 16:4
- 15. Kepergian Yesus ke Wilayah Kaisarea, Filipi 16:5-17:23
- 16. Pengajaran kepada Kedua Belas Murid di Kapernaum 17:24-18:35
- B. Daerah Seberang Sungai Yordan (Perea) 19:1-20:16
- 1. Pengajaran Tentang Perceraian 19:1-12
- 2. Yesus memberkati Anak-Anak 19:13-15
- 3. Wawancara dengan Orang Muda yang Kaya 19:16-30
- 4. Perumpamaan Tentang Para Pekerja di Kebun Anggur 20:1-16
- C. Di Yudea 20:17-34
- 1. Pemberitaan Lain Mengenai Kematian dan Kebangkitan Kristus 20:17-19
- 2. Permohonan Ambisius Putra-Putra Zebedeus 20:20-28
- 3. Penyembuhan Dua Orang Buta 20:29-34
- D. Di Yerusalem 21:1-25:46
- 1. Masuk Yerusalem dengan Penuh Kemenangan 21:1-11
- 2. Penyucian Bait Allah 21:12-17
- 3. Pengutukan Pohon Ara 21:18-22
- 4. Mempersoalkan Kuasa Yesus dan Jawaban-Nya yang Bersifat Perumpamaan 21:23-22:14
- 5. Beberapa Kelompok Mempersoalkan Yesus 22:15-46
- 6. Kecaman Yesus Terhadap Orang Farisi di Depan Umum 23:1-39
- 7. Khotbah di Bukit Zaitun 24:1-25:46
- IV. Kesengsaraan Yesus Kristus 26:1-27:66
- A. Komplotan Menentang Yesus 26:1-16
- B. Perjamuan Terakhir 26:17-30
- C. Nubuat Tentang Penyangkalan Petnis 26:31-35
- D. Rangkaian Peristiwa di Getsemani 26:36-56
- E. Rangkaian Peristiwa di Pengadilan Yahudi 26:57-27:2
- F. Penyesalan yang Mendalam oleh Yudas 27:3-10
- G. Rangkaian Peristiwa di Pengadilan Romawi 27:11-31
- H. Penyaliban 27:32-56
- I. Penguburan 27:57-66
- V. Kebangkitan Yesus Kristus 28:1-20
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: "Injil Kerajaan"
Di seluruh Perjanjian Lama, dari Kejadian sampai Maleakhi, tema kedatangan Raja dan Kerajaan Allah diramalkan (Ke...
Matius: "Injil Kerajaan"
Di seluruh Perjanjian Lama, dari Kejadian sampai Maleakhi, tema kedatangan Raja dan Kerajaan Allah diramalkan (Kej. 3:15; 49:10; 2 Sam. 7:16; Maz. 2:6-8; Mal. 3:1). Para nabi bernubuat bahwa Raja itu akan bersifat manusiawi dan ilahi (Yes. 7:14; 9:6, 7; Dan. 7:13, 14.). Menurut Zefanya, Ia akan menjadi "Raja Israel, yakni TUHAN, "di antaramu"(Zef. 3:15). Ia akan bersikap "adil dan menawarkan keselamatan," dan ketika Ia akhirnya datang, setiap keluarga di bumi akan bisa menyembah Dia (Zak. 9:9; 14:17). Petrus mengingatkan kita bahwa tidak satu pun dari orang-orang ini benar-benar mengerti apa yang mereka nubuatkan (1 Pet. 1:10, 11).
Identitas dan sifat Raja ini secara lengkap disajikan dan dijelaskan di dalam empat Injil. Matius, yang pertama dalam susunan kitab Perjanjian Baru, dianggap secara seragam oleh para pakar mula-mula sebagai Catatan Injil yang pertama ditulis.1Namun begitu banyak pakar moderen mengadopsi pandangan bahwa Markus adalah Injil yang pertama ditulis.
Fakta bahwa Matius, Markus, dan Lukas ("Injil Sinoptik") sangat mirip dalam banyak tempat telah menimbulkan pelbagai pertanyaan tentang kemandirian dan susunan tulisan mereka. Masalah ini biasa disebut "Masalah Sinoptik." Oleh karena itu, berdasarkan kajian linguistik, cabang-cabang kepakaran Perjanjian Baru bersikeras bahwa Injil Markus ditulis pertama. Pandangan itu sepenuhnya bergantung pada pembacaan tentang keterkaitan antara Markus, Matius, dan Lukas. Kita tidak tahu dengan pasti bagaimana Roh Kudus memandu Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes untuk memberi kita empat Injil. Mungkin mereka memang saling bergantung satu sama lainnya; mungkin mereka menggunakan sumber yang sama. Mungkin mereka melakukan beberapa dari kedua hal itu. Sepertinya tidak mungkin kita bisa mengetahui Injil mana yang muncul lebih dulu berdasarkan kajian linguistik saja.2
Pada satu sisi, Allah tidak memberi kita empat Injil; Ia hanya memberi kita satu pesan Injil yang disajikan dari empat perspektif yang berbeda. Kata Yunani untuk "Injil," ( euangelion), pertama kali digunakan di Perjanjian Baru untuk menggambarkan kabar baik tentang kedatangan Kristus ke bumi dan bersama Dia ditawarkan juga keselamatan bagi seluruh umat manusia. Mungkin benar bahwa penggunaan kata "Injil" oleh Markus dalam kalimat pertama dalam catatannya membuat kata itu kemudian menjadi judul bagi tiga catatan lain kehidupan Kristus.
Injil Matius dapat dilihat sebagai "Injil Kerajaan" karena menyajikan Yesus dari Nazaret sebagai Raja yang telah datang. Kata "Kerajaan" ( basileia) muncul 162 kali di dalam Perjanjian Baru.3Dalam berbagai bentuknya, istilah ini digunakan lima puluh lima kali di dalam Injil Matius saja! Salah satu ungkapan unik milik Matius adalah "kerajaan sorga," yang muncul tiga puluh dua kali.4Meskipun isitlah "Kerajaan Allah" sering digunakan di dalam Catatan Injil lainnya, istilah itu digunakan hanya empat kali di dalam Matius. Di dalam Perjanjian Baru, Yesus diacukan sebagai "Raja" setidaknya tiga puluh lima kali, dan "pemerintahan"-Nya disebut setidaknya enam kali. Ia juga sering diacukan sebagai "Tuhan" ( kurios)-mungkin sebanyak tiga puluh dua kali-di dalam Injil Matius. Matius adalah satu-satunya penulis Injil yang menggunakan kata "gereja" (ekklesia) (16:18; 18:17), yang berarti "perhimpunan," "jemaat", atau "kumpulan orang yang dipanggil ke luar." Kata ini sering digunakan di dalam Kisah Para Rasul dan di dalam Epistel/surat-surat kiriman, tetapi kata "kerajaan" jarang digunakan di dalam kitab-kitab itu.
Kiasan kepada Allah sebagai Bapa sering ditemukan di dalam Matius. Dalam mengacukan Yesus, ungkapan "Anak Allah" muncul tujuh kali. R. T. France menyantumkan empat pembicara yang menggunakan julukan itu:
Umumnya, "bahasa tentang Yesus sebagai Anak Allah muncul bukan dari perkataan-Nya sendiri, tetapi dari apa yang dikatakan tentang Dia, baik oleh Allah sendiri (3:17; 17:5), oleh Iblis yang menggemakan suara Allah (4:3, 6), oleh roh-roh jahat dengan pengetahuan supranatural mereka (8:29), atau oleh murid-murid seraya pemahaman mereka tentang Yesus mulai mendalam (14:33; 16:16-17).5
"Anak Manusia" muncul tiga puluh satu kali di dalam Matius sebagai julukan diri favorit tentang Yesus. Di dalam Perjanjian Lama, istilah itu sering menekankan kemanusiaan seseorang (seperti dalam Yehezkiel), tetapi istilah itu juga muncul di dalam penglihatan bersifat nubuatan di Daniel 7:13, 14, di mana Pribadi seperti Anak Manusia datang di atas awan dan menerima kerajaan kekal dari Yang Lanjut Usianya.
PENULIS DAN JUDULNYA
Nama penulis tidak disebutkan di dalam teks catatan ini. Namun begitu, kitab ini dikenal sebagai "Injil Menurut Matius" di awal abad kedua. Donald A. Hagner percaya bahwa Matius diakui sebagai penulis awal Injil:
Sulit untuk percaya bahwa Injil itu akan sudah dikaitkan dengan Matius tanpa alasan yang baik, karena, sejauh yang kita dapat katakan dari data yang tersedia, jika bukan karena Injil itu. Matius bukanlah tokoh terkemuka di antara para rasul atau di gereja mula-mula (di luar Injil namanya hanya disebut satu kali di dalam Kisah 1:13).6
Tidak ada bukti penting bahwa kitab ini pernah punya judul lain apa saja atau pernah dikaitkan dengan penulis lain mana saja. Ada alasan untuk percaya bahwa penulis kitab itu adalah rasul Matius, "anak Alfeus" (9:9).
Matius adalah pemungut cukai ketika Yesus memanggil dia dari "rumah cukai" (Luk. 5:27). Meskipun Matius tidak disebut "Lewi" di dalam Injil yang ia tulis, namun di dalam Markus dan Lukas nama "Lewi" digunakan (Mrk. 2:14, 15; Luk. 5:27-29). Di dalam kitab-kitab yang sama ini, serta kitab Kisah Para Rasul, di dalam daftar nama para rasul, ia disebut "Matius" dan bukan "Lewi" (Mrk. 3:18, Luk. 6:15, Kis. 1:13).
Meskipun Matius juga disebut "Lewi" tidak otomatis menunjukkan bahwa ia berasal dari suku Lewi. Namanya saja tampaknya hampir sulit untuk dijadikan bukti yang cukup untuk membuat kesimpulan seperti itu. Karena orang-orang Lewi itu terkenal dan umumnya dihormati, maka "Lewi" adalah nama yang populer di kalangan orang-orang Yahudi. Meskipun di zaman Kristus banyak imam Lewi korup, namun sulit untuk percaya bahwa orang seperti Matius akan meninggalkan jabatan imamnya untuk menjadi seorang penagih pajak yang dibenci orang Yahudi.
Pekerjaan sebelumnya Matius sebagai penagih pajak ada kaitannya dengan kemampuannya untuk menuliskan Catatan Injil. Seseorang dari Kapernaum, seperti Matius, tentunya mengerti bahasa Yunani dan Aram dan akan sudah terampil dalam menggunakan dan mencatat angka-angka. Tidak diragukan lagi Ia akan sudah mampu menyusun kisah tentang ajaran dan pelayanan Yesus.7Beberapa orang berspekulasi bahwa Matius berfungsi sebagai "pencatat,"sekretaris bagi kumpulan murid Yesus.8
TEKSNYA
Injil Matius sering disebut sebagai "Injil Ibrani." Para penulis gereja mula-mula meninggalkan beberapa acuan kepada Matius bahwa aslinya ia menulis dalam bahasa Ibrani/Aram untuk orang-orang Yahudi dan belakangan diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Menurut Eusebius, Papias menyatakan bahwa "Matius menuliskan sabda Allah dalam bahasa Ibrani." Origen mengatakan bahwa Injil Matius "disiapkan untuk para mualaf Yudaisme, dan diterbitkan dalam bahasa Ibrani."9Eusebius juga mengatakan bahwa, menurut Pantaenus dari Alexandria (sekitar 170 Masehi), Bartolomeus telah melihat salinan Injil Matius berbahasa Ibrani di India.10Irenaeus menyatakan bahwa "Matius juga mengeluarkan Injil tertulis di antara orang Ibrani dalam dialek mereka sendiri, sewaktu Petrus dan Paulus sedang berkhotbah di Roma, dan sedang meletakkan dasar-dasar Gereja."11Jerome menulis bahwa Matius, selagi di Yudea, menuliskan catatannya tentang injil itu dalam bahasa Ibrani.12
Beberapa kesulitan telah ditemukan di dalam pandangan bahwa Matius pada awalnya ditulis dalam bahasa Ibrani/Aram. Pertama, literatur awal Kristen tidak mengandung kutipan Matius dari bahasa Ibrani/Aram. Kedua, teks Matius bahasa Yunani mengutip dari Septuaginta (LXX), dan fakta ini menentang pandangan bahwa Injil Matius itu adalah terjemahan dari naskah aslinya yang berbahasa Ibrani/Aram.
Ketiga, teks Yunani memiliki beberapa permainan kata yang hanya mungkin terjadi di dalam bahasa Yunani. (6:16; 16:18; 21:41; 24:30).13Keempat, teks Yunaninya tidak terlihat sebagai sebuah terjemahan. Leon Morris mengakui fakta ini:
Sebuah teka-teki diketengahkan, pada satu sisi, berdasarkan fakta bahwa ada kesepakatan luas di zaman kuno bahwa Matius adalah tulisan awal orang Semit dan, pada sisi lainnya, berdasarkan fakta bahwa naskah asli Injil yang kita miliki harus dianggap ditulis dalam bahasa Yunani, bukan terjemahan. Ini mungkin mengapa beberapa sarjana berpendapat bahwa naskah asli injil Matius kita yang berbahasa Yunani bukanlah terjemahan dari bahasa Ibrani atau Aram tapi suatu resensi baru dari injil itu.14
Jack P. Lewis menyimpulkan, "meskipun faktanya para bapa gereja itu berbicara tentang [kitab] asli berbahasa Ibrani, mereka sendiri secara pribadi tahu dan hanya menggunakan kitab berbahasa Yunani, menyisakan pertanyaan sulit yang tidak terjawab tentang hubungan kitab Yunani ini yang biasa mereka gunakan dengan kitab Ibrani yang mereka bicarakan.15
Jika injil Matius berbahasa Ibrani ini memang ada, kita tidak memiliki bukti fisiknya selain dari pengakuan para bapa gereja. Terlepas dari bahasa aslinya, kitab itu secara jelas ditulis untuk orang-orang Yahudi dengan tujuan untuk meyakinkan mereka bahwa Kristus adalah penggenapan bagi harapan mesianik mereka. Sebuah ungkapan yang sering muncul di dalam Matius adalah "Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi" (21:4). Ia "mengutip dari atau menyinggung Perjanjian Lama sekitar 65 kali, kadang-kadang menggunakan Perjanjian Lama Ibrani dan kadang-kadang Septuaginta Yunani."16Kutipan-kutipan ini diambil dari setiap pembagian Alkitab Ibrani, termasuk "kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur"(Luk. 24:44).
Pelbagai acuan Perjanjian Lama digunakan di dalam injil Matius dalam berbagai cara. Beberapa mungkin berupa nubuatan langsung yang hanya digenapi dalam Kristus. Yang lainnya mungkin berupa pelbagai nubuatan penggenapan ganda yang memiliki penggenapan pertamanya pada zaman nabi itu, disusul dengan penggenapan keduanya yang lebih besar dalam Kristus. Selanjutnya, beberapa acuan digunakan secara tipologis. France berargumentasi bahwa, berdasarkan metode tipe/anti-tipe, orang-orang, pelbagai kejadian, dan pelbagai lembaga Perjanjian Lama yang "tidak mengandung acuan jelas kepada masa depan" diberikan korelasi langsung di dalam Perjanjian Baru.17
Injil Matius dimulai dengan pembacaan silsilah Kristus (1:1-17). Garis keluarga-Nya tidak akan begitu menarik perhatian orang non-Yahudi, tapi merupakan masalah pertimbangan yang serius bagi orang Yahudi. Sesungguhnya, silsilah itu benar-benar penting bagi penulis itu untuk membuktikan, kepada orang Yahudi, pengakuan Yesus sebagai "Anak Daud" dan, dengan demikian, menjadi pewaris sah takhta Daud.
PENGATURANNYA
Matius menampilkan kehidupan dan pekerjaan Kristus dalam cara yang diatur secara indah dan sistematis. Pada dasarnya, kitab itu dapat dibagi menjadi sebelas bagian. Enam bagian cerita, yang sebagian besar berisi pelbagai perbuatan Yesus,18diselingi dengan lima bagian pengajaran:
Cerita |
Blok Pengajaran |
Setiap bagian pengajaran diakhiri dengan pernyataan transisi, seperti "Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini" (7:28, 29; 11:1; 13:53, 19:1; 26:1).
MUJIZAT-MUJIZAT
Matius mencatat dua puluh mujizat khusus yang Yesus lakukan. Tiga di antaranya adalah unik bagi catatan ini: dua orang buta yang penglihatannya dipulihkan (9:27-31), penyembuhan orang bisu yang kerasukan roh jahat (9:32, 33), dan koin uang yang Petrus temukan di dalam mulut seekor ikan (17:24-27). Pelbagai mujizat lain yang disebut di dalam catatan Matius adalah mujizat-mujizat yang mencakup penyembuhan berbagai macam penyakit: orang kusta tanpa nama (8:2-4), hamba seorang perwira (8:5-13), ibu mertua Petrus (8:14, 15 ), orang Gadara yang kerasukan roh jahat (8:28-34), orang lumpuh (9:2-8), perempuan dengan pendarahan (9:20-22), orang yang mati sebelah tangannya (12:9-13), anak perempuan dari perempuan Kanaan (15:21-28), anak laki-laki yang kerasukan roh jahat (17:14-21), dan dua orang buta di dekat Yerikho (20:29-34). Yesus juga melakukan berbagai mujizat lainnya: meredakan badai (8:23-27), membangkitkan anak perempuan Yairus dari kematian (9:18-26), memberi makan lima ribu orang (14:13-23), berjalan di atas air dan meredakan badai (14:24-33), memberi makan empat ribu orang (15:32-38), dan mengutuk pohon ara (21:19-21). Semua ini dirangkum dengan kata-kata "Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel" (15:29-31).
PENGAJARAN DAN PERUMPAMAAN
Injil Matius memberikan catatan ajaran Yesus paling komprehensif. Setidaknya 60 persen isi kitab itu berfokus pada apa yang Yesus ajarkan. Itu memberi kita enam ceramah utama Tuhan kita, yang ditempatkan di dalam lima bagian pengajaran:
- 1. Khotbah di Bukit (pasal 5-7);
- 2. Yesus menugaskan Dua Belas rasul (pasal 10);
- 3. Perumpamaan tentang kerajaan (pasal 13);
- 4. Kehidupan di dalam kerajaan (pasal 18);
- 5. Kecaman Yesus terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (pasal 23) dan ceramah nubuatiah-Nya di atas Bukit Zaitun (pasal 24; 25).19
Khotbah di Bukit adalah unik bagi Matius. Lukas memasukkan Khotbah di Dataran yang berisi beberapa poin yang sama, tetapi mungkin bukan ceramah yang sama (Luk. 6:17-49). Matius adalah satu-satunya Injil yang di dalamnya adegan penghakiman digambarkan (pasal 13; 25).
Tergantung bagaimana perumpamaan-perumpamaan itu dikelompokkan, Matius setidaknya mencatat empat belas perumpamaan, yang mana sebelasnya adalah unik bagi catatan ini. Perumpamaan yang juga dimiliki oleh Injil-Injil lainnya adalah perumpamaan tentang penabur (13:1-23), biji sesawi (13:31, 32), dan kebun anggur (21:33-41). Perumpamaan-perumpamaan yang unik bagi Matius adalah perumpamaan ilalang (13:24-30, 36-43), harta karun (13:44), mutiara yang sangat berharga (13:45, 46), pukat (13:47-50), tuan rumah (13:51, 52), hamba yang kejam (18:23-35), para pekerja di kebun anggur (20:1-16), dua anak laki-laki (21:28-32), pernikahan putra raja (22:2-14), sepuluh anak dara (25:1-13), dan talenta (25:14-30).
TANGGAL DAN TEMPATNYA
Fakta bahwa Matius sering dikutip atau disinggung di dalam dokumen-dokumen Kristen dari akhir abad pertama dan awal abad kedua memberikan bukti kuat bahwa Injil ini ditulis sekitar abad pertama.20Mekipun bukti yang cukup untuk bersikap dogmatik adalah kurang, namun adalah wajar untuk percaya bahwa Injil Matius ditulis sebelum jatuhnya Yerusalem dan bait sucinya pada tahun 70 Masehi. Ketika Matius menulis, keduanya itu tampaknya masih berdiri (24:2, 15-28). Selanjutnya, hubungan yang jelas di dalam Matius 24 dengan kehancuran Yerusalem yang mendekat mendukung pandangan ini. Tindakan Matius yang memasukkan nasihat Yesus "melarikan diri ke pegunungan" dan "berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat" (24:16, 20) sepertinya tidak penting jika kota sudah dihancurkan. Seandainya Yerusalem sudah jatuh, Matius pasti akan sudah menyinggung fakta itu.
Irenaeus menunjukkan bahwa Injil Matius ditulis sewaktu Petrus dan Paulus sedang memberitakan injil di Roma.21Pernyataannya itu, jika bernilai, butuh suatu tanggal di awal tahun 60-an. J. W. McGarvey memastikan tanggal sekitar antara tahun 42 dan 58. Ia menalar bahwa, jika Matius ditulis pertama, itu harus mendahului penulisan Lukas, yang ia beri tanggal pada pemenjaraan Paulus di Kaisarea dalam 58-60 Masehi.22
Eusebius menceritakan bahwa ketika Matius sudah bersiap meninggalkan Palestina dan menginjil di tempat lain, ia menuliskan dalam bahasa Ibrani apa yang ia telah khotbahkan.23Tradisi mengatakan bahwa Matius melayani di Palestina selama beberapa tahun setelah kenaikan Yesus ke sorga dan kemudian melakukan perjalanan misi kepada orang-orang Yahudi Diaspora yang tersebar di wilayah Kekaisaran Romawi. Tradisi juga mengaitkan tulisannya dengan Persia (Iran moderen), Etiopia, Suriah, dan Yunani.
Namun begitu, tidak ada bukti substansial bahwa Matius menulis di luar Palestina, meskipun usulan B. H. Streeter bahwa injil Matius ditulis di Antiokhia Suriah telah diterima secara luas.24William Hendriksen memberikan pernyataan yang baik tentang apa yang dapat diketahui mengenai tanggal penulisan injil Matius:
Banyak yang tidak pasti mengenai tanggal dan tempat asalnya. Pengetahuan Matius tentang bahasa Perjanjian Lama Ibrani dan aksesnya kepada gulungan kitab Ibrani itu tampaknya akan butuh tanggal ketika perpecahan dengan sinagoga, di mana gulungan-gulungan tersebut disimpan, belum terjadi sepenuhnya, dan itu butuh Palestina sebagai tempat atau wilayah umum di mana tulisan itu berasal."Saya menganggap 63-66 Masehi sebagai tanggal yang mungkin tidak jauh. Tanggal itu tidak bisa jauh lebih awal, karena 27:8 dan 28:15 menyiratkan bahwa Kalvari telah berlalu lama sekali semenjak kejadian itu.25
TUJUANNYA
Dalam menjawab pertanyaan "Apakah tujuan Injil ini" Hendriksen memberikan ringkasan ini:
1 Pemindahan dari alam kegelapan menuju terang: perubahan hidup orang-orang Yahudi yang belum mengalami perubahan mendasar rohani. Mereka ini harus diingatkan tentang hak-hak istimewa besar yang telah diberikan kepada mereka, dan juga tentang akibat mengerikan dari menolak untuk mengindahkan panggilan Allah (10:5dst.; 11:25-29; 23:37-39).
2 Transformasi: pembaruan hidup yang terus menerus pada sisi (kebanyakan) orang Yahudi yang, oleh kuasa Roh, sudah menyerahkan diri mereka kepada Kristus. Semua ini ditunjukkan untuk bagaimana mereka harus bersikap agar menjadi berkat bagi orang lain, bagi kemuliaan Bapa di sorga (4:19; 5:16, 43-48; 6:19 dst.; 7:1 dst., 24-27; dll.).
3. Pembuktian kebenaran Allah terhadap serangan musuh-musuh yang sengit (5:17dst.; 6:2dst.; pasal 12; 13:10dst., 54-58; 15:1-20; 16:1-4; pasal 23; dll.). 4 Penginjilan semua bangsa (8:5-13; 15:21-28; 28:16-20).26
PENERIMANYA
Pertanyaan mengenai siapa yang menerima Injil ini telah dijawab sebagian di bawah pembahasan judul kitab ini. Namun begitu, mari kita sekarang beralih kepada ungkapan yang lebih komprehensif terhadap pertanyaan ini.
Karena tujuan utama kitab ini untuk membuktikan bahwa Yesus dari Nazaret adalah Mesias yang Perjanjian Lama telah nubuatkan, maka kitab itu pastinya telah ditulis oleh seorang Yahudi untuk utamanya para pembaca Yahudi. Matius menggunakan nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama yang telah digenapi oleh Yesus untuk meyakinkan orang-orang Yahudi bahwa Yesus adalah Mesias. Satu kalimat, atau yang lainnya yang mirip dengan itu, digunakan secara konsisten oleh penulis itu untuk menggambarkan realitas kemesiasan Yesus: "Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi" (1:22; lihat 2:15, 17 , 23; 3:3; 4:14; 8:17; 11:10, 13; 12:17; 13:14, 35; 15:7; 21:4, 42; 26:31, 56; 27:9).
Fitur lain yang mendukung pandangan bahwa injil Matius ditulis terutama untuk pendengar Yahudi adalah silsilah yang menunjukkan hubungan Kristus dengan Abraham melalui Daud (1:1-17). Silsilah sangatlah penting bagi orang Yahudi, tetapi tidak begitu menarik bagi orang non-Yahudi. Meskipun Kristus adalah Allah, namun Ia menjadi manusia melalui pengandungan mujizatiah. Dilahirkan dari perawan Maria, Ia datang dari garis panjang keturunan orang-orang mulia. Ia adalah "anak Abraham" dan karena itu Anak perjanjian. Ia juga "anak Daud," yang menjadikan Dia pewaris sah takhta Israel. "Anak Daud" digunakan kemudian sebagai gelar mesianik di dalam Injil itu (9:27; 12:23; 15:22; 20:30, 31; 21:9, 15; 22:42).
Fakta bahwa sebagian besar pembaca Matius adalah orang Yahudi ditunjukkan lebih lanjut oleh kata-kata Ibrani/Aram yang tidak dijelaskan. Misalnya, ia menduga bahwa mereka tahu arti nama Ibrani untuk "Yesus" (1:21). Karena Matius tidak memberikan maknanya ("Tuhan menyelamatkan"), orang non-Yahudi akan tidak memahami permainan kata-kata ("karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka"). Matius tidak perlu menjelaskan adat istiadat orang Yahudi. Misalnya, ia yakin bahwa para pembaca Yahudinya akan mengerti tradisi pembasuhan (15:2), sedangkan Markus menjelaskan secara rinci bagi para pembaca non-Yahudinya (Mrk. 7:3, 4). Matius juga menghilangkan penjelasan geografis yang akan tak berguna bagi para pembaca Yahudi yang mengenal baik tanah Palestina (lihat 24:3; Mrk. 13:3).
Bukti-bukti lain adanya karakter Yahudi di dalam Injil ini mencakup kepedulian Yesus bagi keselamatan orang Yahudi (10:5, 6; 15:24), sikap penulis terhadap Hukum Taurat (5:17-20), dan sikapnya terhadap para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Meskipun mereka diberi kekuasaan di 23:2, 3, namun di pasal yang sama mereka dicela atas kemunafikan mereka (23:13-33).
Meskipun Matius menulis untuk utamanya orang Yahudi, namun orang non-Yahudi tidak dikecualikan (2:1-12; 4:15, 16; 8:5-13; 10:18; 12:18, 21; 15:21-28; 24:14; 28:19). Meminjam perkatan Robert M. Grant, "Matius adalah seorang Kristen yang mengetahui bahwa injil itu ditujukan tidak hanya untuk orang Yahudi, tetapi juga untuk orang non-Yahudi-atau lebih tepatnya, `pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani" (Rom. 1:16)."27
Hal itu selanjutnya dapat dikatakan bahwa Matius menuliskan Catatan Injilnya untuk semua orang di zaman Kristen, karena ia menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak Manusia, sepenuhnya Tuhan atas kerajaan-Nya, gereja.
GARIS BESARNYA
Beragam garis besar Matius telah diusulkan, masing-masing menekankan aspek yang berbeda dari kitab itu. Garis besar berikut ini menekankan kronologi perjalanan Yesus.28
- I. PENDAHULUAN (1:01-4:11)
- II. PELAYANAN DI GALILEA (4:12-13:58)
- III. PELAYANAN DI AREA SEKITAR GALILEA (14:01-16:12) IV. PERJALANAN KE YERUSALEM (16:13-20:34)
- V. KONFRONTASI DI YERUSALEM (21:1-25:46)
- VI. PENYALIBAN DAN KEBANGKITAN (26:1-28:20)
Garis besar lainnya berkaitan dengan pola pengaturan yang sudah dibahas sebelumnya, yang memiliki sebelas bagian.29
- I. KATA PENGANTAR TENTANG YESUS (1-4)
- II. TUNTUTAN YESUS: KHOTBAH DI BUKIT (5-7)
- III. PERBUATAN YESUS UNTUK ISRAEL (8; 9)
- IV. PENUGASAN PARA RASUL OLEH YESUS (10)
- V. PENOLAKAN ISRAEL TERHADAP YESUS (11; 12)
- VI. PERUMPAMAAN KERAJAAN MENJELASKAN PENOLAKAN ISRAEL (13)
- VII. UMAT BARU ALLAH, GEREJA (14-17)
- VIII. KEHIDUPAN KERAJAAN: PENGAMPUNAN DAN DISIPLIN (18) IX. AWAL PENDERITAAN (19-22)
- X. PENGHAKIMAN YERUSALEM DAN KEDATANGAN KEDUA (23-25)
- XI. PENYALIBAN DAN KEBANGKITAN (26-28)
Garis besar yang digunakan di dalam komentari ini menekankan fase kehidupan Yesus serta perajaan-Nya:
- I. KELAHIRAN DAN KEHIDUPAN AWAL KRISTUS, SANG RAJA (1:1- 4:11)
- II. AWAL PELAYANAN SANG RAJA (4:12-10:42)
- III. REAKSI TERHADAP PELAYANAN SANG RAJA (11:1-12:50)
- IV. PELAYANAN SANG RAJA BERLANJUT (13:1-18:35)
- V. PERJALANAN SANG RAJA MENUJU SALIB (19:1-25:46)
- VI. PENANGKAPAN, PENGADILAN, DAN PENYALIBAN SANG RAJA (26:1-27:66)
- VII. KEBANGKITAN DAN AMANAT SANG RAJA (28:1-20)
GARIS BESAR YANG DIKEMBANGKAN
- I. KELAHIRAN DAN KEHIDUPAN AWAL YESUS KRISTUS, SANG RAJA (1:1- 4:11)
- A. Pasal 1: Kelahiran Yesus
- 1. Silsilah Yesus Kristus (1:1-17)
- 2. Pemberitahuan kepada Yusuf dan kelahiran dari anak dara (1:18-25)
- B. Pasal 2: Tahun Pertama Yesus
- 1. Kunjungan orang Majus (2:1-12)
- a. Kedatangan orang Majus di Yerusalem (2:1, 2)
- b. Herodes memanggil para pemimpin agama (2:3-6)
- c. Pertemuan rahasia Herodes dengan orang Majus (2:7, 8)
- d. Kedatangan orang Majus di Betlehem (2:9-12)
- 2. Pemeliharaan Yesus (2:13-23)
- C. Pasal 3: Persiapan Bagi Kedatangan Yesus Dan Baptisan-Nya
- D. Pasal 4: Pencobaan Kristus (4:1-11)
- II. AWAL PELAYANAN SANG RAJA (4:12-10:42)
- A. Pasal 4 (Lanjutan): Pengantar Kepada Pelayanan Yesus (4:12-25)
- 1. Menetap di Kapernaum (4:12-17)
- 2. Pemanggilan murid-murid pertama (4:18-22)
- 3. Awal Pelayanan Galilea (4:23-25)
- B. Pasal 5: Khotbah Di Bukit, Bagian 1
- 1. Ucapan Bahagia (5:1-12)
- 2. Garam dan terang (5:13-16)
- 3. Penggenapan Hukum Taurat (5:17-20)
- 4. Kemarahan dan pembunuhan (5:21-26)
- 5. Perzinahan (5:27-30)
- 6. Perceraian (5:31, 32)
- 7. Bersumpah (5:33-37)
- 8. Balas dendam (5:38-42)
- 9. Mengasihi musuh (5:43-48)
- C. Pasal 6: Khotbah Di Bukit, Bagian 2
- 1. Peringatan umum (6:1)
- 2. Memberi (6:2-4)
- 3. Berdoa (6:5-15)
- 4. Berpuasa (6:16-18)
- 5. Menyimpan harta (6:19-21)
- 6. Visi yang jelas (6:22, 23)
- 7. Memilih tuan (6:24)
- 8. Mengatasi kekhawatiran (6:25-34)
- D. Pasal 7: Khotbah Di Bukit, Bagian 3
- 1. Penghakiman yang benar (7:1-6)
- 2. Ketekunan dalam doa (7:7-11)
- 3. Hukum Emas (7:12)
- 4. Nasihat Terakhir (7:13-27)
- a. Dua jalan yang berbeda (7:13, 14)
- b. Dua jenis pohon dan buah nabi-nabi palsu (7:15-20)
- c. Dua jenis murid (7:21-23)
- d. Dua jenis tukang bangunan (7:24-27)
- 5. Ketakjuban para pendengar (7:28, 29)
- E. Pasal 8 Dan 9: Kredensial Mujizatiah-Nya
- 1. Set pertama mujizat (8:1-17)
- a. Penyembuhan penderita kusta (8:1-4)
- b. Penyembuhan seorang hamba perwira (8:5-13)
- c. Penyembuhan ibu mertua Petrus (8:14, 15)
- d. Ringkasan penyembuhan oleh Yesus (8:16, 17)
- 2. Resiko menjadi murid (8:18-22)
- 3. Set kedua mujizat (8:23-9:08)
- a. Menenangkan badai (8:23-27)
- b. Penyembuhan dua orang yang kerasukan roh jahat (8:28-34)
- c. Penyembuhan orang lumpuh (9:1-8)
- 4. Panggilan untuk menjadi murid (9:9-17)
- a. Pemanggilan Matius (9:9)
- b. Undangan Yesus kepada orang-orang berdosa (9:10-13)
- c. Pemuridan dan puasa (9:14-17)
- 5. Set ketiga mujizat (9:18-34)
- a. Penyembuhan perempuan yasng pendarahan dan pembangkitan anak perempuan Yairus (9:18-26)
- b. Penyembuhan dua orang buta (9:27-31)
- c. Penyembuhan orang bisu yang kerasukan roh jahat (9:32-34)
- 6. Ringkasan pekerjaan Yesus (9:35-38)
- F. Pasal 10: Para Utusan-Nya, Pesan Dan Misi Mereka
- 1. Yesus memanggil dua belas rasul (10:1-4)
- 2. Yesus memberi amanat terbatas (10:5-15)
- 3. Yesus memberi pelbagai peringatan (10:16-23)
- 4. Yesus memberi perintah lebih lanjut (10:24-42)
- III. REAKSI ATAS PELAYANAN SANG RAJA 11:1-12:50)
- A. Pasal 11: Oleh Orang-Orang Yang Melihat Perbuatan-Nya
- 1. Yohanes Pembaptis dan Yesus (11:1-19)
- 2. Kota-kota yang tidak bertobat (11:20-24)
- 3. Doa Yesus dan undangan besar-Nya (11:25-30)
- B. Pasal 12: Oleh Orang-Orang Farisi
- 1. Pertanyaan tentang Sabat (12:1-14)
- 2. Selingan: Yesus menarik diri (12:15-21)
- 3. Tantangan terhadap otoritas Yesus (12:22-37)
- 4. Tanda diminta (12:38-45)
- 5. Epilog: kekerabatan sejati Yesus (12:46-50)
- IV. LANJUTAN PELAYANAN SANG RAJA (13:1-18:35)
- A. Pasal 13: Perumpamaan Kerajaan
- 1. Perumpamaan tentang penabur (13:1-9)
- 2. Tujuan perumpamaan (13:10-17)
- 3. Penjelasan perumpamaan tentang penabur (13:18-23)
- 4. Tiga perumpamaan (13:24-33)
- 5. Tujuan perumpamaan (13:34, 35)
- 6. Penjelasan tentang ilalang (13:36-43)
- 7. Tiga perumpamaan (13:44-50)
- 8. Perumpamaan penutup: tuan rumah (13:51, 52)
- 9. Penolakan di Nazaret (13:53-58)
30 - B. Pasal 14: Reaksi Selanjutnya Terhadap Pelayanan Yesus (Bagian 1)
- 1. Kematian Yohanes Pembaptis (14:1-12)
- a. Pandangan salah Herodes terhadap Yesus (14:1, 2)
- b. Catatan penangkapan dan kematian Yohanes (14:3-12)
- 2. Memberi makan lima ribu orang (14:13-21) a. Penarikan diri Yesus (14:13, 14) b. Yesus memberi makan orang banyak (14:15-21)
- 3. Berjalan di atas air (14:22-33)
- a. Yesus berdoa sendirian (14:22, 23)
- b. Yesus berjalan di atas air (14:24-27)
- c. Petrus mendatangi Yesus di atas air (14:28-33)
- 4. Pelbagai penyembuhan lainnya (14:34-36)
- C. Pasal 15: Reaksi Selanjutnya Terhadap Pelayanan Yesus (Bagian 2)
- 1. Konflik dengan orang-orang Farisi (15:1-20)
- 2. Iman seorang perempuan Kanaan (15:21-28)
- 3. Penerimaan di antara bangsa-bangsa (15:29-39)
- D. Pasal 16: Reaksi Selanjutnya Terhadap Pelayanan Yesus (Bagian 3)
- 1. Orang banyak meminta tanda (16:1-4)
- 2. Peringatan Yesus kepada murid-murid-Nya (16:5-12)
- 3. Pengakuan yang baik dan pemberitahuan Yesus bahwa Ia akan mendirikan gereja-Nya (16:13-20)
- 4. Salib yang mendekat dan pemberitahuan pertama Yesus tentang kematian-Nya yang di depan mata (16:21-23)
- 5. Pernyataan Yesus tentang resiko menjadi murid (16:24-27)
- 6. Janji Yesus bahwa beberapa orang di sana akan melihat kerajaan datang (16:28)
- E. Pasal 17: Reaksi Selanjutnya Terhadap Pelayanan Yesus (Bagian 4)
- 1. Perubahan wujud (17:1-13)
- 2. Penyembuhan anak laki-laki yang kerasukan roh jahat (17:14-21)
- a. Yesus menyembuhkan anak laki-laki (17:14-18)
- b. Penjelasan Yesus tentang kegagalan murid-murid (17:19-21)
- 3. Pemberitahun kedua Yesus tentang kematian-Nya yang di depan mata (17:22, 23)
- 4. Pembayaran pajak (17:24-27)
- F. Pasal 18: Hubungan Di Dalam Kerajaan Itu
- 1. Kemuliaan di dalam kerajaan itu (18:1-4)
- 2. Peringatan tentang menjadi batu sandungan (18:5-9)
- 3. Perumpamaan tentang domba yang hilang (18:10-14)
- 4. Menyelesaikan konflik (18:15-20)
- 5. Perumpamaan tentang hamba yang kejam (18:21-35)
- V. PERJALANAN RAJA MENUJU SALIB (19:1-25:46)
- A. Pasal 19: Pelayanan Yesus Di Perea Dan Yudea (Bagian 1)
- 1. Ditanyai tentang masalah perceraian (19:1-12)
- a. Perjalanan Yesus ke Perea (19:1, 2)
- b. Pertanyaan orang-orang Farisi (19:3-9)
- c. Tanggapan para murid (19:10-12)
- 2. Memberkati anak-anak (19:13-15)
- 3. Pengajaran tentang kekayaan dan pemuridan (19:16-30)
- B. Pasal 20: Pelayanan Yesus Di Perea Dan Yudea (Bagian 2)
- 1. Perumpamaan tentang para pekerja di kebun anggur (20:1-16)
- 2. Pemeritahuan ketiga Yesus tentang kematian-Nya yang di depan mata (20:17-19)
- 3. Kemuliaan di dalam kerajaan (20:20-28)
- 4. Memulihkan penglihatan dua orang buta (20:29-34)
- C. Pasal 21: Yesus Di Yerusalem: Kontroversi
- 1. Masuk Yerusalem penuh kemenangan (21:1-11)
- 2. Penyucian bait suci (21:12, 13)
- 3. Mujizat-mujizat penyembuhan terakhir di Yerusalem (21:14-17)
- 4. Pengutukan pohon ara (21:18-22)
- 5. Tantangan terhadap otoritas Yesus (21:23-27)
- 6. Serangkaian perumpamaan (21:28-46)
- D. Pasal 22: Yesus Di Yerusalem: Lawan-Lawan-Nya
- E. Pasal 23: Yesus Di Yerusalem: Tujuh Celaka Tentang Para Pemimpin
- 1. Peringatan-Nya terhadap kepemimpinan (23:1-12)
- 2. Tujuh kata celaka oleh-Nya (23:13-36)
- 3. Ratapan-Nya atas Yerusalem (23:37-39)
- F. Pasal 24: Yesus Di Yerusalem: Ajarkan-Nya Tentang Kehancuran Yerusalem Dan Kedatangan-Nya Kedua.
- 1. Ramalan-Nya tentang penghancuran Yerusalem (24:1, 2)
- 2. Pertanyaan para murid (24:3)
- 3. Situasi sebelum kehancuran Yerusalem (24:4-14)
- a. "Jangan ada orang yang menyesatkan kamu" (24:4-8)
- b. "Waspadalah terhadap banyaknya pencobaan yang menimpa engkau" (24:9-14)
- 4. Kehancuran Yerusalem (24:15-35)
- a. "Larilah ketika engkau melihat pembinasa keji"(24:15-22)
- b. "Jangan percaya kepada Kristus-Kristus palsu" (24:23-28)
- c. "Tanda Anak Manusia akan muncul" (24:29-31)
- d. "Yerusalem akan dihancurkan dalam angkatan ini "(24:32-35)
- 5. Kedatangan kedua (24:36-51)
- G. Pasal 25: Yesus Di Yerusalem: Pelbagai Perumpamaan-Nya Tentang Akhir Zaman
- 1. Perumpamaan tentang sepuluh anak dara (25:1-13)
- 2. Perumpamaan tentang talenta (25:14-30)
- 3. Perumpamaan tentang gembala memisahkan domba dan kambing (25:31-46)
- VI. PENANGKAPAN, PENGADILAN, DAN PENYALIBAN SANG RAJA (26:1- 27:66)
- A. Pasal 26: Penangkapan Yesus Dan Pengadilan Yahudi
- 1. Rencana jahat untuk membunuh Yesus (26:1-5)
- 2. Pengurapan Yesus (26:6-13)
- 3. Yudas setuju untuk mengkhianati Yesus (26:14-16)
- 4. Paskah (26:17-29)
- a. Persiapan (26:17-19)
- b. Pemberitahuan tentang pengkhianat (26:20-25)
- c. Penetapan Perjamuan Tuhan (26:26-29)
- 5. Di Bukit Zaitun (26:30-46)
- a. Pemberitahuan tentang penyangkalan para rasul (26:30-35)
- b. Waktu kesesakan (26:36-38)
- c. Waktu doa (26:39-46)
- 6. Yesus ditangkap (26:47-56)
- a. Ciuman pengkhianatan Yudas (26:47-50)
- b. Teasan pedang Petrus (26:51-54)
- c. Teguran Yesus terhadap orang banyak (26:55, 56)
- 7. Sidang Yahudi (26:57-68)
- 8. Penyangkalan Petrus (26:69-75)
- B. Pasal 27: Pengadilan Dan Penyaliban Yesus Oleh Romawi
- 1. Hukuman dari mahkamah agama (27:1, 2)
- 2. Penyesalan dan kematian Yudas (27:3-10)
- 3. Pengadilan Romawi, bagian 1 (27:11-14)
- 4. Pengadilan Romawi, bagian 2 (27:15-31)
- a. Solusi yang Pilatus usulkan (27:15-18)
- b. Teriakan para penonton (27:19-23)
- c. Pilatus menyerah terhadap tuntutan orang banyak (27:24-26)
- d. Ejekan para prajurit (27:27-31)
- 5. Penyaliban Kristus (27:32-56)
- a. Perjalanan menuju salib (27:32)
- b. Lokasinya (27:33, 34)
- c. Cara penyaliban (27:35-37)
- d. Mereka yang disalibkan bersama Dia dan lebih banyak hinaa (27:38-44)
- e. Akhir penyaliban dan tanda-tanda yang menyertainya (27:45-54)
- f. Para perempuan memperhatikan dari kejauhan (27:55, 56)
- 6. Penguburan mayat Kristus (27:57-61)
- 7. Perintah berjaga-jaga oleh Pilatus (27:62-66)
- VII. KEBANGKITAN SANG RAJA DAN AMANAT-NYA (28:1-20)
- A. Pasal 28: Kebangkitan Yesus (28:1-15)
- B. Pasal 28 (bersambung): Amanat Agung (28:16-20)
VERSI-VERSI ALKITAB
YANG DIGUNAKAN DI DALAM PELAJARAN INI
ASV - American Standard Version NIV - New International Version JNT - Jewish New Testament NJB - New Jerusalem Bible KJV - King James Version NKJV - New King James Version LXX - Septuaginta, Perjanjian Lama bahasa Yunani NASB - New American Standard Bible, edisi terbaru NLT - New Living Translation NRSV - New Revised Standard Version NEB - New English Bible TEV - Today's English Version
Catatan Akhir:
- 1 Eusebius Ecclesiastical History 3.24.6-7; 3.39.16; 6.25.4-6; Irenaeus Against Heresies 3.1.1. Augustine menulis, "Markus dengan dekatnya mengikuti [Matius], dan tampaknya seperti pembantu dan ringkasannya" (Augustine Harmony of the Gospels 1.2.4).
- 2 Presentasi standar tentang bukti keutamaan Markus diberikan oleh B. H. Streeter, The Four Gospels: A Study of Origins (London: Morrison and Gibb, 1924; reprint, London: Macmillan & Co., 1953), 151-98. Untuk tantangan terhadap pandangan ini lihat William R. Farmer, The Synoptic Problem (New York: Macmillan Co., 1964). Pendapat Farmer adalah tentang keutamaan Matius. Lihat juga Robert H. Stein, "Synoptic Problem," in Dictionary of Jesus and the Gospels, ed. Joel B. Green and Scot McKnight (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 784-92.
- 3 Kecuali dinyatakan sebaliknya, jumlah kata-kata dan ungkapan itu didasarkan pada teks Yunani, menggunakan Accordance®, © 2003, OakTree Software.
- 4 Istilah "sorga" sering digunakan oleh orang Yahudi secara tidak langsung dalam mengacukan Allah, yaitu, mengatakan dengan kata lain.
- 5 R. T. France, The Gospel According to Matius, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 47.
- 6 Donald A. Hagner, Matius 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), lxxvi.
- 7 Ibid., 12.
- 8 France, 33.
- 9 Eusebius Ecclesiastical History 3.39.16; 6.25.4.
- 10 Ibid., 5.10.3.
- 11 Irenaeus Against Heresies 3.1.1.
- 12 Jerome Lives of Illustrious Men 3; Preface to Matius.
- 13 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matius, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 13.
- 14 Leon Morris, The Gospel according to Matius, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 13.
- 15 Lewis, 14.
- 16 Henry Clarence Thiessen, Introduction to the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1943), 138.
- 17 France, 40.
- 18 Ajaran Yesus kadang-kadang dimasukkan juga di dalam bagian cerita.
- 19 Ada hubungan yang kuat antara ceramah di pasal 23 dan 24. Yesus mengucapkan kata "celaka" ke atas orang-orang Farisi (pasal 23) dengan kehancuran Yerusalem (pasal 24) di dalam pikiran-Nya. Di akhir hardikan-Nya terhadap orang-orang Farisi, Yesus berkata, "Lihatlah rumahmu ini ditinggalkan dan menjadi sunyi!" (23:38).
- 20 1 Clement 13.2; 2 Clement 3.2; 4.2; Didache 1.2-5; 3.7; 7.1; 8.2; 9.5; 13.2; Ignatius Smyrnaeans 1.1; Polycarp 2.2; Barnabas 4.14; 5.9; Polycarp Philippians 2.3; 7.2.7
- 21 Irenaeus Against Heresies 3.1.1.
- 22 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matius and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 9-10. Penanggalan McGarvey untuk Lukas didasarkan pada fakta bahwa Lukas-Kisah adalah karya dua kitab (Lukas 1:1-4; Kisah 1:1, 2). Karena Kisah berakhir dengan Paul ditahan di rumah di Roma sekitar tahun 61-63 (Kisah 28:30, 31), maka diasumsikan bahwa Lukas menyelesaikan kitab Kisah pada waktu itu. Injil Lukas ditulis sesaat sebelum Kisah Para Rasul ditulis.
- 23 Eusebius Ecclesiastical History 3.24.6.
- 24 Streeter, 502.
- 25 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matius (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 97
- 26 Ibid., 98.
- 27 Robert M. Grant, A Historical Introduction to the New Testament (New York: Simon and Schuster, 1972), 130.
- 28 Disadur dari France, 58.
- 29 Disadur dari Dale C. Allison, Jr., "Matthew: Structure, Biographical Impulse and the Imitatio Christi" dalam The Four Gospels 1992 , ed. F. Van Segbroeck, et al. (Leuven: Leuven University Press, 1992), 1208.
- 30 Garis besar pasal 13 ini disadur dari R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 65.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Injil Kerajaan 1:18-25
Pemberitahuan Kepada Yusuf & Kelahiran Dari Anak Dara
Cerita terkenal tentang orang tua Yesus diceritakan di dal...
Matius: Injil Kerajaan 1:18-25
Pemberitahuan Kepada Yusuf & Kelahiran Dari Anak Dara
Cerita terkenal tentang orang tua Yesus diceritakan di dalam 1:18-25. Kita hanya bisa membayangkan betapa terkejutnya Yusuf, keluarga Maria, dan terutama Maria sendiri atas pengumuman kelahiran Yesus yang tak lama lagi.
Kisah itu menekankan bahwa Yesus adalah penggenapan nubuatan; rencana Allah di sepanjang zaman akhirnya diungkapkan. Rencana itu menekankan fakta bahwa Yesus bukanlah manusia biasa; pengandungan-Nya terjadi oleh Roh Kudus. Ia sungguh Allah dalam daging. Teks itu menunjukkan perilaku saleh orang tua duniawi-Nya; tidak ada skandal sama sekali tentang cara di mana Yesus datang ke dunia ini.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) BERAGAM PELAJARAN SEORANG BAYI YANG TAK DIINGINKAN (Matius 1:18-25)
Bertahun-tahun yang lalu, di sebuah desa kecil yang pelik, seorang anak lahir. Ia...
BERAGAM PELAJARAN SEORANG BAYI YANG TAK DIINGINKAN (Matius 1:18-25)
Bertahun-tahun yang lalu, di sebuah desa kecil yang pelik, seorang anak lahir. Ia lahir dari seorang ibu yang hamil di luar nikah. Dalam budaya sang ibu, hal itu dapat menimbulkan hukuman mati. Tunangannya, yang tetap mencintai dia meskipun ia berada dalam situasi memalukan, tetap dengan rencananya dan menikahi dia. Di zaman kini, beberapa orang akan sudah menasihati perempuan muda ini untuk tidak harus menanggung rasa malu dan kehamilan memalukan yang tidak direncanakan itu. Mereka akan mendorong dia untuk menyimpan rahasianya itu, bahkan dari ayah anak itu, dan melakukan aborsi. Tidak ada seorang pun yang akan pernah mengetahui. Perempuan muda dalam cerita ini, jika Anda belum menebaknya, adalah Maria, ibu Yesus.
Aborsi sudah ada di sekitar kita untuk waktu yang lama. Bisa jadi aborsi juga sudah ada di zaman Maria. Bagaimanakah jika ia sudah memilih untuk mengaborsi anaknya itu? Bagaimanakah jika Yesus tidak pernah dilahirkan? Apakah di rahim Maria Ia bukan Anak Allah dan Juruselamat dunia? Tentu saja, Maria tahu siapa Yesus itu (lihat 1:20-23; Luk. 1:26-38), dan ia tidak akan pernah mengaborsi bayinya; tapi katakanlah ia melakukan aborsi. Situasi dunia yang putus asa bahkan akan lebih tanpa harapan dan tidak berdaya tanpa Dia. Setiap hari ribuan nyawa manusia tak berdosa dilenyapkan. Berapa banyakkah dari anak-anak ini yang mungkin sudah bisa tumbuh untuk memberkati dunia tetapi tidak akan pernah memiliki kesempatan?
Bayi-bayi yang tidak diinginkan bukan fenomena baru. Ketika Yesus lahir, Ia tidak diinginkan, kecuali oleh orang tua-Nya dan mungkin beberapa orang lain.
Herodes Yang Agung tidak menginginkan Dia. Ia takut ada orang yang mencoba merebut takhtanya. Ketika penguasa gila ini, yang terkenal dengan luapan amarah dan amukannya untuk membunuh, mendengar tentang kelahiran bayi ini yang lahir sebagai "Raja Orang Yahudi," ia berusaha untuk membunuh Dia (2:7-18).
Ketika Ia tumbuh, banyak orang di dalam keluarga Yesus sendiri menolak Dia pada awal pelayanan-Nya (Yoh. 7:5). Tak satu pun dari saudara-saudara-Nya itu beriman sampai setelah kebangkitan-Nya (Yoh. 7:5; Kisah 1:14; 1 Kor. 15:7).
Kemapanan agama Yahudi tidak menginginkan Dia. Yohanes menulis, "Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya" (Yoh. 1:11; lihat Yes. 53:3-9).
Kita harus menghargai kehidupan manusia sebagai karunia dari Allah. Ini harus terlihat jelas dalam cara kita memperlakukan anak-anak kita, baik di dalam dan di luar rahim. Kita harus mengambil sikap tegas terhadap aborsi—pembinasaan anak-anak yang belum lahir yang tidak bersalah dan tidak berdaya. Selain itu, kita harus menunjukkan belas kasihan terhadap anak-anak yang telah diabaikan atau dilecehkan.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) KELAHIRAN DARI ANAK DARA (Matius 1:18-25)
Kehamilan mujizatiah dan kelahiran Yesus dari anak dara merupakan pilar penting iman Kristen. Mari kita per...
KELAHIRAN DARI ANAK DARA (Matius 1:18-25)
Kehamilan mujizatiah dan kelahiran Yesus dari anak dara merupakan pilar penting iman Kristen. Mari kita perhatikan lima ulasan penting yang terkait dengan peristiwa ini. (Mereka hanya akan diacukan sebagai "kelahiran dari anak dara.")
Kelahiran dari anak dara adalah perbuatan ilahi. Kedatangan Yesus ke dunia adalah hasil dari kasih karunia dan inisiatif Allah (Yoh. 3:16; Efe. 2:8-10). Manusia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan dirinya. Kedatangan Yesus bukanlah hasil dari keinginan pasangan untuk memiliki anak atau proses pembuatan alami manusia. Sebaliknya, itu adalah mujizat dari Allah yang dilakukan oleh Roh Kudus (1:18, 20; Luk. 1:35), respon ilahi terhadap kebutuhan manusia.
Kelahiran dari anak dara adalah penggenapan nubuatan. Kedatangan Yesus ke dalam dunia adalah penggenapan puncak nubuatan Yesaya: "Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel" (7:14 ). Melalui kedatangan Kristus, Allah menggenapi janji-Nya untuk mengamankan seorang keturunan Daud di atas takhtanya (2 Sam. 7:12, 13; Kisah 2:29-36).
Kisah kelahiran dari anak dara untuk pra-wujud Yesus. Perjanjian Baru mengajarkan pra-wujud Kristus. Yohanes 1:1 mengatakan, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah." Fakta bahwa Yesus datang ke dunia ini secara mujizatiah terjalin erat dengan fakta bahwa Ia sudah selalu ada.
Kelahiran dari anak dara menjelaskan bagaimana Yesus bisa sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Yohanes 1:14 menyatakan bahwa "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita." Maria (seorang manusia) secara mujizatiah mengandung seorang anak melalui pengantara Roh Kudus (Allah), yang menyatakan fakta bahwa Yesus adalah oknum ilahi dan insani pada waktu yang sama (lihat Flp. 2:6, 7). Ia tidak hanya "Anak Daud," tetapi juga "Anak Allah." Ia adalah "Imanuel," "Allah menyertai kita."
Kelahiran dari anak dara dilengkapi oleh kebangkitan Yesus dan kenaikan-Nya ke sorga. Sama seperti Yesus datang ke dunia ini secara mujizatiah, begitu juga halnya cara Ia meninggalkan dunia ini. Setelah kematian-Nya, Ia dibangkitkan pada hari ketiga— suatu perbuatan penuh kuasa yang membuktikan keilahian-Nya (Roma 1:4). Setelah empat puluh hari menunjukkan diri-Nya kepada para saksi mata, Yesus naik ke sorga, kembali kepada Bapa (Luk. 24:51; Kisah 1:9-11).
Menyangkal kelahiran dari anak dara adalah menyangkal pengilhaman Kitab Suci dan kesaksian gereja mula-mula. Hal itu akan menjadikan Maria sebagai seorang pezinah dan Yesus sebagai anak haram. Selanjutnya, hal itu akan mengubah Yesus menjadi pembohong dan penipu. Menolak kelahiran dari anak dara adalah menolak keilahian Yesus dan kuasa-Nya untuk menyelamatkan.
David Stewart
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Yusuf (Matius 1:18-25)
Catatan Alkitab tidak memberitahu kita banyak hal tentang Yusuf. Kita tahu bahwa ia adalah keturunan Daud (1:16, 20) yang ting...
Yusuf (Matius 1:18-25)
Catatan Alkitab tidak memberitahu kita banyak hal tentang Yusuf. Kita tahu bahwa ia adalah keturunan Daud (1:16, 20) yang tinggal di Nazaret (Luk. 2:4). Ia bertunangan dengan Maria (Luk. 1:27) dan diberitahu oleh seorang malaikat bahwa kandungan Maria itu berasal dari Allah (1:18-21). Yusuf adalah orang yang benar dan penuh kasih yang menaati firman Allah (1:19, 24, 25; 2:14, 21, 22). Setelah kelahiran Kristus, ia tinggal di Nazaret dan bekerja sebagai tukang kayu (13:55). Ia menemani keluarganya ke Yerusalem ketika Yesus berusia dua belas tahun dan menyaksikan hikmat-Nya. Sesudah itu, keluarga itu kembali ke Nazaret, dan Yusuf terus berperan sebagai ayah duniawi Yesus (Luk. 2:41-52). Kita tidak tahu apa-apa tentang hidupnya setelah waktu ini, kecuali bahwa ia dan Maria memiliki setidaknya enam anak lainnya (13:55, 56). Tampak jelas bahwa ia sudah almarhum pada saat penyaliban Kristus (Yoh 19:25-27).
Dua Tempat Kosong (Matius 1:18-25)
Ada sisi lain bagi kisah Yesus. Banyak yang menginginkan Yesus bayi, tapi tidak Yesus dewasa. Mereka akan merayakan kelahiran Yesus bayi, tetapi mereka menolak Dia sebagai Tuhan dan Raja (Kisah 2:14-47).
Dua tempat kosong adalah penting di sepanjang tahun: palungan kosong dan kubur yang kosong. Yesus tidak tinggal di palungan. Ia tumbuh dan menjalani kehidupan yang sempurna, tanpa dosa. Ia melakukan pelayanan berbentuk pengajaran dan penyembuhan. Akhirnya, Ia mati di kayu salib sebagai korban supaya kita dapat diampuni dari dosa-dosa kita. Yesus juga tidak tetap berada di dalam kubur. Karena Ia dibangkitkan, maka kelahiran, kehidupan, dan kematian-Nya bermakna sesuatu. Meskipun Yesus Kristus mungkin tidak diinginkan oleh setiap orang di dunia ini, namun Ia sangat dibutuhkan (Mrk. 16:15, 16; Yoh. 3:16-21; 7:7; 15:18, 19).
MELIHAT LEBIH DEKAT
KapanKAH yesus dilahirkan? (1:18-25)
Tanggal kelahiran Yesus bisa diperkirakan dalam kaitannya dengan pemerintahan Herodes Yang Agung (37-4 S.M.). Dari sejarah, kita tahu Herodes meninggal pada bulan April 4 S.M. Berdasarkan fakta bahwa Herodes berusaha membunuh Yesus dan tampaknya menghitung usia Yesus sudah sekitar dua tahun (2:16), Yesus kemungkinan lahir sekitar 5 S.M. Kebingungan mengenai tanggal ini diakibatkan oleh bagaimana tanggal dihitung di zaman itu. Itu juga berkaitan dengan kesalahan perhitungan oleh seorang biarawan Katholik bernama Dionysius Exiguus,1yang pada abad keenam mulai mencoba untuk menetapkan tanggal kelahiran Kristus. Ia tidak memiliki akses kepada semua catatan yang ia butuhkan untuk membuat perhitungan yang benar.
Perayaan 25 Desember sebagai hari Kristus lahir dimulai pada 360, sebagai hasil keputusan uskup Katholik Roma bernama Liberius.2Sebelum waktu itu, peringatan kelahiran Yesus sudah dirayakan paling lambat pada 20 Maret atau 18 April. Pemilihan 25 Desember merupakan hasil kompromi di antara banyak faksi di gereja. Tanggal itu mungkin dipilih oleh karena perayaan Saturnalia dan Brumalia orang Romawi, yang merayakan "matahari baru," atau titik balik matahari musim dingin,3dengan kemenangan terangnya atas kegelapan. Kelahiran Kristus dirayakan di Konstantinopel pada tahun 379 dan di Antiokhia pada 380. Origen (sekitar 185-254) menolak gagasan merayakan hari kelahiran Kristus, dengan berkata, Hanya orang-orang berdosa yang bersukacita atas jenis hari kelahiran ini. Karena sesungguhnya kita temukan di dalam Perjanjian Lama Firaun, raja Mesir, merayakan hari kelahirannya dengan sebuah festival [Kej. 40:20], dan di dalam Perjanjian Baru, Herodes [Mrk. 6:21].4
Meskipun kita tidak dapat mengetahui dengan pasti kapan Yesus dilahirkan, Ia mungkin dilahirkan pada bulan September, bukan pada bulan Desember. Kenapa? Oleh karena apa yang kita ketahui tentang Yohanes Pembaptis. Yohanes adalah anak seorang imam bernama Zakharia dan istrinya, Elisabet, yang adalah kerabat Maria, bunda Yesus. Yohanes lahir enam bulan sebelum Yesus (Luk. 1:36). Pada saat malaikat memberitahu Zakharia, ia sedang melaksanakan masa jabatannya di bait suci. Ia dari rombongan Abia (Lukas 1:5), rombongan kedelapan berdasarkan urutan yang diatur oleh Raja Daud (lihat 1 Taw. 24:5-10).
Acuan lain yang menunjuk kepada kelahiran Kristus ditemukan di dalam Lukas: "Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria" (Luk. 2:1, 2).
Menurut catatan sejarah, Augustus memerintahkan sensus pada 28 S.M., dan sensus lainnya pada 8 S.M. dan 14 Masehi. Rupanya, semua ini hanya melibatkan warga negara Romawi. Karena, selama pemerintahan Herodes, kerajaan itu secara teknis bukan sebuah provinsi Romawi tetapi hanya bersekutu dengan Roma, Herodes mungkin menunda sensusnya selama dua tahun untuk menunjukkan kemandiriannya. Ini tentu sudah menjadi tabiat dirinya.
Satu-satunya sensus yang dikenal yang melibatkan Kirenius sebagai gubernur Siria adalah pada tahun 6 Masehi, atau hampir satu dekade setelah kematian Herodes Yang Agung. Namun begitu, acuan Lukas terhadap sensus ini dapat dipertahankan atas dasar akurasi sejarah di tempat lain. Juga, meskipun diketahui bahwa Kirenius menjabat sebagai gubernur Siria pada tahun 6 dan 7 Masehi, sebuah prasasti yang rusak yang disimpan di Museum Lateran di Roma bisa mengacu kepada jabatannya yang lebih awal pada 10 S.M. Faktanya, dengan beberapa interupsi yang singkat, Kirenius mungkin telah memerintah atas Siria dalam kapasitas tertentu dari 12 S.M. sampai 16 Masehi.5Sensus yang dipertanyakan, pada waktu itu, mungkin diperintahkan oleh Augustus pada 8 S.M.
Selanjutnya, Nigel Turner menulis bahwa masalah itu teratasi ketika nas Lukas itu diterjemahkan dengan benar. Ia menerjemahkannya dengan cara ini: "Sensus ini adalah sebelum sensus itu dilakukan ketika Kirenius menjadi gubernur."6Namun begitu, pandangannya itu, masih banyak diperdebatkan.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Lihat Luk. 1:26-56; 2:1-52; 8:19-21; Yoh. 2:1-11; 19:25-27.
2 Mishnah Ketuboth 1.2; 4.2. Mishnah adalah kompilasi tradisi lisan ...
Catatan Akhir:
- 1 Lihat Luk. 1:26-56; 2:1-52; 8:19-21; Yoh. 2:1-11; 19:25-27.
- 2 Mishnah Ketuboth 1.2; 4.2. Mishnah adalah kompilasi tradisi lisan Yahudi mengenai hukum Taurat yang diselesaikan sekitar tahun 200.
- 3 Pada 1:20, Alkitab NASB memasok kata "sebagai" dalam kalimat "mengambil Maria sebagai istrimu." Itu bisa secara lebih harfiah diterjemahkan "mengambil Maria istrimu" (lihat Alkitab NKJV).
- 4 Mishnah kiddushin 4.9.
- 5 Mishnah Gittin 6,7; 9.4.
- 6 Ibid., 9.3.
- 7 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 18. Tradisi kerabian tampaknya memandang perlu dilakukan perceraian dalam kasus ketidaksetiaan. (Mishnah Yebamoth 2.8; Sotah 5.1.)
- 8 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 21.
- 9 D. A. Carson, The Gospel According to John, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1991), 335.
- 10 Ibid., 591.
- 11 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 9.
- 12 Ibid.
- 13 Hagner, 18.
- 14 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 10.
- 15 Ben Witherington III, "Birth of Jesus," in Dictionary of Jesus and the Gospels, ed. Joel B. Green and Scot McKnight (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 62.
- 16 Hagner, 17.
- 17 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 78.
- 18 Ibid. Lihat Yes. 11:2; 42:1; Yoel 2:28.
- 19 Sirach 46:1 (NRSV; huruf miring ditambahkan).
- 20 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 29.
- 21 Untuk pelajaran lebih lanjut tentang Yesaya 7:14, lihat H. C. Leupold, Exposition of Isaiah (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1968), 1:155-59.
- 22 Mounce, 10-11.
- 23 Witherington, 62.
- 24 Namun begitu, rumor mungkin telah menyebar. Sebuah pernyataan yang dibuat oleh orang-orang Yahudi ("Kami tidak dilahirkan dari zinah"; Yoh 8:41) telah dipahami oleh beberapa sarjana sebagai tikaman pada fakta bahwa ibu Yesus sudah hamil sebelum menikah. Belakangan, orang-orang Yahudi yang tidak percaya menyerang agama Kristen dengan menyatakan bahwa Yesus adalah "anak haram" dari Maria. (Origen Against Celsus 1.28.)
- 25 Untuk informasi lebih lanjut tentang doktrin-doktrin yang berkaitan dengan Maria, lihat Geoffrey W. Bromiley, "Mary," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1986), 3:268-73.
- 1 Hans Achelis, "Dionysius Exiguus," in Samuel Macauley Jackson, ed., The New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1963), 3:441.
- 2 Philip Schaff, History of the Christian Church, vol. 3, Nicene and Post-Nicene Christianity (New York: Charles Scribner's Sons, 1916), 395.
- 3 Albert Henry Newman, "Christmas," in Samuel Macauley Jackson, ed., The New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1963), 3:48.
- 4 Origen Homilies on Leviticus 8.3.
- 5 Quirinius' career is discussed in Frederick W. Danker, Jesus and the New Age: A Commentary on St. Luke's Gospel, rev. and exp. (Philadelphia: Fortress Press, 1988), 23.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
'jeffery L. Sheler, "The First Noel," U.S. News and World Report (21 December 1992): 84.
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi