
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ibr 7:25
Full Life: Ibr 7:25 - HIDUP SENANTIASA UNTUK MENJADI PENGANTARA.
Nas : Ibr 7:25
Kristus tinggal di sorga di hadapan Allah Bapa (Ibr 8:1),
memohon syafaat bagi setiap pengikut-Nya sesuai dengan kehendak Bapa (bd.
...
Nas : Ibr 7:25
Kristus tinggal di sorga di hadapan Allah Bapa (Ibr 8:1), memohon syafaat bagi setiap pengikut-Nya sesuai dengan kehendak Bapa (bd. Rom 8:33-34; 1Tim 2:5; 1Yoh 2:1;
lihat art. DOA SYAFAAT).
- 1) Melalui pelayanan syafaat Kristus, kita mengalami kasih dan kehadiran Allah serta memperoleh kemurahan dan kasih karunia untuk menolong kita dalam segala macam keperluan (Ibr 4:16), godaan (Luk 22:32), kelemahan (Ibr 4:15; 5:2), dosa (1Yoh 1:9; 1Yoh 2:1), dan pencobaan (Rom 8:31-39).
- 2) Doa Yesus sebagai Imam Besar bagi umat-Nya (pasal Yoh 17:1-26)
dan keinginan-Nya untuk mencurahkan Roh Kudus atas semua orang percaya
(Kis 2:33), membantu kita untuk memahami apa yang terkandung dalam
pelayanan syafaat Kristus
(lihat cat. --> Yoh 17:1).
[atau ref. Yoh 17:1]
- 3) Melalui doa syafaat Kristus, setiap orang yang datang (yaitu, yang
terus-menerus datang, karena bentuk partisip Yunani di sini adalah dalam
bentuk masa kini, yang menekankan tindakan yang tak putus-putusnya)
kepada Allah dapat menerima kasih karunia untuk diselamatkan dengan
sempurna. Doa syafaat Kristus selaku Imam Besar kita sangat penting
untuk keselamatan kita. Tanpa doa syafaat itu dan tanpa kasih
karunia-Nya, maka kemurahan dan pertolongan-Nya yang disalurkan kepada
kita melalui doa syafaat tersebut, kita akan jauh dari Allah, menjadi
hamba dosa dan Iblis kembali sehingga mendatangkan hukuman kekal yang
patut diterima. Satu-satunya harapan kita adalah datang kepada Allah
oleh Kristus dengan iman
(lihat cat. --> 1Pet 1:5).
[atau ref. 1Pet 1:5]
- 4) Perhatikanlah bahwa Kristus tidak tetap menjadi pembela dan
pengantara bagi mereka yang menolak untuk mengakui dan meninggalkan dosa
serta yang meninggalkan persekutuan dengan Allah (bd. 1Yoh 1:5-7,9;
1Yoh 3:10). Perantaraan-Nya untuk "menyelamatkan dengan sempurna"
hanya berlaku bagi "semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah" (bd.
Ibr 4:16). Tidak ada keselamatan dan jaminan bagi mereka yang dengan
sengaja berdosa dan menolak untuk mencari Allah (Ibr 10:21-31;
lihat cat. --> Ibr 3:6;
[atau ref. Ibr 3:6]
lihat art. KEMURTADAN PRIBADI).
- 5) Karena Kristus merupakan satu-satunya pengantara dan Jurusyafaat
kita di sorga, setiap usaha untuk memandang malaikat atau orang-orang
kudus yang sudah meninggal sebagai pengantara dan memanjatkan doa kepada
Bapa melalui mereka adalah sia-sia dan tidak alkitabiah
(lihat cat. --> Kol 1:2;
lihat cat. --> Kol 2:18).
[atau ref. Kol 1:2; 2:18]
Jerusalem -> Ibr 7:25
Jerusalem: Ibr 7:25 - Pengantara mereka Kristus sebagai Imam di sorga senantiasa menunaikan tugasNya sebagai Pengantara dan sebagai Imam yang memanjatkan doa syafaat, bdk Rom 8:34; 1Yo 2:1. ...
Ref. Silang FULL -> Ibr 7:25
Ref. Silang FULL: Ibr 7:25 - juga menyelamatkan // kepada Allah // Pengantara mereka · juga menyelamatkan: Rom 11:14; Rom 11:14
· kepada Allah: Ibr 7:19; Ibr 7:19
· Pengantara mereka: Rom 8:34; Rom 8:34

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Ibr 7:25 - -- 7:25 Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia menghampiri Allah.
Di dalam pasal 7:25 dikatakan bahwa "Ia sanggup juga ...
7:25 Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia menghampiri Allah.
Di dalam pasal 7:25 dikatakan bahwa "Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna...." Perlu disadari bahwa istilah "selamat" di sini mempunyai arti yang sama dengan apa yang dimaksudkan dengan kata ini sejak dipakai di dalam pasal 1:14. Dia akan menang, dan kita yang setia sampai kesudahannya boleh ikut dalam kemenanganNya.
...semua orang yang oleh Dia menghampiri Allah.
Kata "datang kepada" yang dipakai dalam terjemahan LAI di sini adalah kata prosercomai/proserkhomai yang lebih baik diterjemahkan "mendekati," karena orang yang dimaksudkan di sini bukanlah orang yang datang kepada Allah untuk pertama kalinya, yaitu untuk menjadi orang percaya, tetapi orang yang dimaksudkan di sini adalah kita yang boleh mendekat kepada Dia untuk ditolong setiap saat dalam kehidupan kita, sama seperti maksud dari istilah dalam 4:16.
Imam Besar kita sanggup menolong kita supaya kita setia, dan tidak dikalahkan dalam kehidupan dan perjuangan kita. Pertolongan ini tetap berlangsung, sehingga layak dikatakan bahwa "Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara...." Para pembaca sudah didorong untuk menghampiri takhta kasih karuniaNya di dalam 4:14-16. Sebagai Raja dan Perintis Dia menjadi tujuan kita. Sebagai Imam Besar Dia menjadi jalan kita.

Hagelberg: Ibr 7:25 - -- 7:25 Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia menghampiri Allah.
Di dalam pasal 7:25 dikatakan bahwa "Ia sanggup juga ...
7:25 Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia menghampiri Allah.
Di dalam pasal 7:25 dikatakan bahwa "Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna...." Perlu disadari bahwa istilah "selamat" di sini mempunyai arti yang sama dengan apa yang dimaksudkan dengan kata ini sejak dipakai di dalam pasal 1:14. Dia akan menang, dan kita yang setia sampai kesudahannya boleh ikut dalam kemenanganNya.
...semua orang yang oleh Dia menghampiri Allah.
Kata "datang kepada" yang dipakai dalam terjemahan LAI di sini adalah kata prosercomai/proserkhomai yang lebih baik diterjemahkan "mendekati," karena orang yang dimaksudkan di sini bukanlah orang yang datang kepada Allah untuk pertama kalinya, yaitu untuk menjadi orang percaya, tetapi orang yang dimaksudkan di sini adalah kita yang boleh mendekat kepada Dia untuk ditolong setiap saat dalam kehidupan kita, sama seperti maksud dari istilah dalam 4:16.
Imam Besar kita sanggup menolong kita supaya kita setia, dan tidak dikalahkan dalam kehidupan dan perjuangan kita. Pertolongan ini tetap berlangsung, sehingga layak dikatakan bahwa "Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara...." Para pembaca sudah didorong untuk menghampiri takhta kasih karuniaNya di dalam 4:14-16. Sebagai Raja dan Perintis Dia menjadi tujuan kita. Sebagai Imam Besar Dia menjadi jalan kita.

Hagelberg: Ibr 7:1--10:18 - -- C. Imam yang lebih baik dengan Pelayanan yang lebih baik (7:1-10:18)
Inti dari bagian ini ialah: Imam Besar yang kita punya adalah sangat mulia.
Ayat...
C. Imam yang lebih baik dengan Pelayanan yang lebih baik (7:1-10:18)
Inti dari bagian ini ialah: Imam Besar yang kita punya adalah sangat mulia.
Ayat terakhir dari pasal 6 menyebut peraturan Melkisedek, dan kata-kata itu menjadi suatu peralihan untuk bagian ini di mana Yesus dikaitkan dengan Melkisedek. Kejadian 14 merupakan latar belakang dari diskusi ini.

Hagelberg: Ibr 5:1--10:39 - -- III. Bagian Kedua: Anak/Imam Allah (pasal 5:1-10:39)
Bagian yang pertama sudah menguraikan kepada kita dua kebenaran. 1) bahwa Yesus, yang ditahbis...
III. Bagian Kedua: Anak/Imam Allah (pasal 5:1-10:39)
Bagian yang pertama sudah menguraikan kepada kita dua kebenaran. 1) bahwa Yesus, yang ditahbiskan sebagai Raja oleh Allah, memiliki suatu posisi dan masa depan yang sangat mulia, dan 2) bahwa kita yang mengikuti Dia dengan setia akan menikmati suatu kemenangan/warisan yang mulia. Di dalam bagian itu Yesus direnungkan terutama sebagai Raja kita yang merintis kemenangan. Di dalam bagian yang kedua ini Yesus akan direnungkan terutama sebagai Imam Besar kita. Bukannya unsur ini tidak ada di dalam bagian pertama. Ada juga unsur ini (2:17, 3:1-6, dan 4:14-16), tetapi tidak menonjol sebagai tema utama. Sekarang, di dalam bagian kedua ini, peranan Yesus sebagai Imam Besar kita akan direnungkan, dan, sama dengan apa yang ada dalam bagian pertama, beberapa peringatan akan disisipkan di dalam renungan ini.
Pada hakekatnya bagian ini (pasal 5-10) berkata bahwa Yesus adalah Imam Besar Agung, yang layak, yang lebih baik, dan yang menjadi dasar yang kuat bagi pahala kita, maka kita harus mendekati Tuhan Allah kita.
Wycliffe: Ibr 1:5--7:28 - -- A. Kristus "Lebih Besar Daripada "; Alasan Pendukung Keunggulan (1:5-7:28)
Pokok pemikiran yang diperkenalkan di 1:4 kini diperluas dengan tujuh kuti...

Wycliffe: Ibr 7:1-28 - -- 8) Imamat Melkisedek (7:1-28).
Melkisedek jelas merupakan lambang Kristus. Segala sesuatu yang dapat diketahui mengenai Melkisedek dijumpai di dalam ...
8) Imamat Melkisedek (7:1-28).
Melkisedek jelas merupakan lambang Kristus. Segala sesuatu yang dapat diketahui mengenai Melkisedek dijumpai di dalam dua nas Perjanjian Lana - Kejadian 14:17-20 dan Mazmur 110:4. Di dalam kedua nas tersebut kedudukannya sebagai iman Allah sudah jelas. Juga kisah hidupnya dikisahkan sepenuhnya di dalam nas Kejadian. Tidak ada informasi lain mengenai tokoh ini, dan tidak sepenuhnya jelas bahwa acuan kepada Salem berarti Yerusalem (Alf, IV, 125). Sekalipun demikian, tidak bisa disangkal lagi bahwa Melkisedek merupakan lambang dari imamat abadi Kristus. Pertimbangan ini membuka seluruh pembahasan mengenai sistem Imamat.
Leonard menyebut 7:1-10:18 sebagai inti dari surat ini. Bagian ini dianggapnya merupakan bagian yang unik, nyaris tanpa tandingan di dalam Perjanjian Baru sebab menyajikan sebuah pembahasan perbandingan mengenai kedua perantara sebagai imam dari dua perjanjian (op.cit.).
Pentingnya Melkisedek dan perbandingannya dengan Kristus telah menjadi pokok pembahasan yang luas. Pandangan mengenai perbandingan ini cukup beragam. Cotton dan Purdy (IB, XI, 660, 661) berbicara mengenai "Spekulasi Sekitar Melkisedek," dan "Metode Penafsiran Aleksandria." yang menurut mereka berarti bahwa "fakta-fakta sejarah diutak-atik seenaknya." Sekalipun demikian ulasan mereka kemudian mengemukakan bahwa Melkisedek mendirikan "keabsahan dan martabat dari imamat Kristus," dan bahwa Melkisedek merupakan "prototipe dari Anak Allah ... Dia (penulis surat ini) telah membuktikan bahwa Yesus adalah Anak Allah: kini dia harus menunjukkan bahwa Anak Allah tersebut adalah Imam."
A.B.Davidson di dalam bukunya The Epistle to the Hebrews (hlm. 129, 146 dst.) membahas seluruh pokok tentang imamat Kristus, termasuk masalah Melkisedek. Dengan tepat dia menentukan prinsip dasarnya. Dalam hal Melkisedek, fungsi sebagai imam tidak dibicarakan, tetapi tokoh yang menjadi imam itu. Pelayanan semua imam pada hakikatnya sama, yang hanya diperluas bagi imam besar pada Hari Raya Pendamaian. Penulis dengan demikian menghubungkan Kristus dengan Melkisedek untuk menekankan bahwa Kristus merupakan imam untuk selama-lamanya.

Wycliffe: Ibr 7:15-28 - -- 15-28. Masalah teknis ini dapat diselesaikan dengan mengemukakan bahwa Kristus adalah imam dari peraturan imamat yang berbeda. Peraturan tersebut diny...
15-28. Masalah teknis ini dapat diselesaikan dengan mengemukakan bahwa Kristus adalah imam dari peraturan imamat yang berbeda. Peraturan tersebut dinyatakan unggul dalam segala hal dari imamat Lewi, dan bersifat abadi.

Wycliffe: Ibr 7:23-28 - tetap selama-lamanya // menyelamatkan dengan sempurna, // r // (saleh, tanpa salah, tanpa noda, // terpisah dari orang-orang berdosa), 23-28. Kristus tetap selama-lamanya dan tidak tunduk kepada maut. Kubur sudah dikalahkan. Oleh karena itu Dia dapat menyelamatkan dengan sempurna, yai...
23-28. Kristus tetap selama-lamanya dan tidak tunduk kepada maut. Kubur sudah dikalahkan. Oleh karena itu Dia dapat menyelamatkan dengan sempurna, yaitu secara abadi, siapa saja yang berseru kepada-Nya. Dengan cara yang sama, doa syafaat-Nya untuk umat milik-Nya juga tidak berkeputusan. Semua pelayanan ini dijamin oleh watak-Nya sendiri (saleh, tanpa salah, tanpa noda, dan terpisah dari orang-orang berdosa), fungsi-Nya (selaku kurban yang mendamaikan) dan hubungan-Nya.

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ibr 7:11-28
Matthew Henry: Ibr 7:11-28 - Melkisedek dan Kristus Diperbandingkan Melkisedek dan Kristus Diperbandingkan (7:11-28)
Perhatikanlah betapa perlunya imam lain muncul, menurut peraturan Melkisedek dan bukan menurut per...
Melkisedek dan Kristus Diperbandingkan (7:11-28)
- Perhatikanlah betapa perlunya imam lain muncul, menurut peraturan Melkisedek dan bukan menurut peraturan Harun, yang oleh-Nya akan tercapai kesempurnaan yang tidak bisa tercapai oleh imamat Lewi. Oleh sebab itu, imamat Lewi harus diubah, beserta seluruh penyelenggaraannya (ay. Ibrani 7:11-12, dst.). Di sini,
- I. Ditegaskan bahwa kesempurnaan tidak bisa tercapai oleh imamat Lewi dan hukum Taurat. Imamat Lewi dan hukum Taurat tidak dapat membuat orang-orang yang menjalankannya menikmati de ngan sempurna hal-hal baik yang kepadanya mereka diarahkan. Imamat Lewi dan hukum Taurat hanya bisa menunjukkan jalannya kepada mereka.
- II. Bahwa oleh sebab itu seorang imam lain harus muncul, menurut peraturan Melkisedek, yang olehnya, dan oleh hukum imannya, kesempurnaan akan datang kepada semua orang yang mematuhi dia. Dan, terpujilah Tuhan, bahwa kita dapat memperoleh kekudusan dan kebahagiaan yang sempurna melalui Kristus dalam perjanjian anugerah, menurut Injil, sebab kita menjadi utuh di dalam Dia.
- III. Ditegaskan bahwa karena imamat sudah berubah maka harus ada perubahan hukum. Karena ada hubungan yang begitu dekat antara imamat dan hukum Taurat, maka penyelenggaraan hukum tidak bisa sama di bawah imamat lain. Imamat baru harus berada di bawah aturan baru, harus diatur dengan cara lain, dan dengan kaidah-kaidah yang sesuai dengan sifat dan tatanannya.
- IV. Tidak hanya ditegaskan, tetapi juga dibuktikan, bahwa imamat dan hukum Taurat diubah (ay. 13-14). Imamat dan hukum Taurat yang melaluinya kesempurnaan tidak bisa tercapai kini dihapuskan. Sekarang seorang imam telah muncul, dan sebuah peraturan atau penyelenggaraan ditegakkan, yang olehnya orang-orang yang sungguh percaya dapat menjadi sempurna. Nah, bahwa memang ada perubahan seperti itu sudah jelas.
- 1. Ada perubahan dalam hal suku yang darinya imamat muncul.
- Sebelumnya imamat muncul dari suku Lewi. Tetapi Imam Besar kita muncul dari suku Yehuda, yang tentangnya Musa tidak berbicara apa-apa mengenai imamat (ay. Ibrani 7:14). Perubahan keturunan ini menunjukkan adanya perubahan nyata pada hukum imamat.
- 2. Ada perubahan dalam hal bentuk dan aturan menetapkan para imam. Sebelumnya, dalam imamat Lewi, imam-imam ditetapkan menurut peraturan-peraturan manusia. Sebaliknya, Imam Besar kita ditetapkan berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa. Hukum sebelumnya menetapkan bahwa jabatan imam harus diturunkan, setelah kematian sang bapa, kepada putra tertuanya, menurut keturunan jasmani atau alami. Sebab tak seorang pun dari imam-imam besar di bawah hukum Taurat yang tidak berbapa atau beribu, atau tanpa silsilah. Mereka tidak mempunyai hidup dan keabadian dalam diri mereka. Hidup mereka berawal dan juga berakhir. Maka dari itu, peraturan manusia, atau hukum anak sulung, menetapkan pergantian pemegang jabatan, seperti yang juga berlaku dalam hal hak kewargaan dan warisan. Akan tetapi, hukum yang melaluinya Kristus ditetapkan sebagai Imam, menurut peraturan Melkisedek, adalah hidup yang tidak dapat binasa. Hidup dan keabadian yang ada dalam diri-Nya adalah hak-Nya atas imamat, dan bukan bahwa Ia keturunan imam-imam terdahulu. Hal ini membuat perbedaan besar dalam imamat, dan dalam penyelenggaraannya juga, dan memberikan keutamaan secara tak terhingga kepada Kristus dan Injil. Hukum yang menetapkan imamat Lewi itu sendiri memandang imam-imam sebagai makhluk yang lemah, rapuh, dan akan mati. Mereka tidak mampu melestarikan kehidupan alami mereka sendiri, tetapi harus puas dan senang dengan bertahan dalam keturunan mereka secara jasmani. Terlebih lagi mereka tidak bisa, dengan kekuatan atau wewenang yang mereka miliki, memberikan kehidupan dan keterberkatan rohani kepada orang-orang yang akan datang kepada mereka. Tetapi Imam Besar yang kita akui dengan iman kita memegang jabatan-Nya berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa yang ada dalam diri-Nya sendiri, bukan hanya untuk mempertahankan hidupNya sendiri, melainkan juga untuk memberikan hidup yang rohani dan kekal kepada semua orang yang benar-benar mengandalkan pengorbanan dan kepengantaraan-Nya. Sebagian orang berpendapat bahwa peraturan-peraturan manusia merujuk pada berbagai upacara penyucian lahiriah dan persembahan-persembahan jasmani yang diberikan. Sebaliknya, hidup yang tidak dapat binasa merujuk pada persembahan-persembahan rohani yang hidup, yang sesuai dengan Injil, serta hak-hak istimewa yang bersifat rohani dan kekal. Semua ini ditebus oleh Kristus, yang disucikan oleh Roh hidup yang kekal, yang diterima-Nya secara tiada terhingga.
- 3. Ada perubahan dalam hal keberhasilan imamat. Imamat yang terdahulu lemah dan tidak berguna, tidak menyempurnakan apa-apa. Sedangkan imamat yang datang kemudian membawa pengharapan yang lebih baik, yang melaluinya kita dibawa mendekat kepada Allah (ay. 18-19). Imamat Lewi tidak menyempurnakan apa-apa, ia tidak dapat membenarkan orang dari kesalahan. Imamat Lewi tidak dapat menyucikan orang dari kecemaran di dalam jiwa, ia tidak dapat membersihkan hati nurani para penyembah Allah dari perbuatan yang sia-sia. Yang bisa dilakukannya hanyalah mengantar mereka kepada apa yang diperlambangkan. Sebaliknya, imamat Kristus membawa serta di dalamnya dan bersamanya pengharapan yang lebih baik. Imamat Kristus menunjukkan kepada kita dasar sesungguhnya dari semua pengharapan yang kita arahkan kepada Allah untuk mendapatkan pengampunan dan keselamatan. Imamat Kristus secara lebih jelas menyingkapkan hal-hal besar yang kita harapkan. Jadi imamat Kristus berkuasa mengerjakan dalam diri kita pengharapan yang lebih kuat dan hidup untuk memperoleh perkenanan Allah. Dengan pengharapan ini kita didorong untuk mendekat kepada Allah, untuk masuk ke dalam perjanjian dengan Dia, dan untuk hidup dengan bergaul dan bersekutu dengan-Nya. Sekarang kita dapat mendekat dengan hati yang benar, dan dengan iman yang terjamin penuh, karena pikiran kita telah dibasuh dari hati nurani yang jahat. Imamat yang terdahulu justru membuat orang tetap menjauh dari Allah, dan menempatkan mereka di bawah roh perbudakan.
- 4. Ada perubahan dalam cara Allah bertindak dalam imamat ini.
- Ia telah bersumpah kepada Kristus, yang tidak pernah Ia lakukan kepada imam mana saja dari peraturan Harun. Allah tidak pernah memberikan kepastian seperti itu kepada imam-imam Harun mengenai kelanggengan mereka. Tidak pernah Ia sampai bersumpah atau berjanji bahwa imamat mereka akan menjadi imamat kekal. Oleh karena itu Ia tidak memberi mereka alasan apa pun untuk mengharapkan kelanggengan jabatan imamat mereka, tetapi lebih untuk melihatnya sebagai hukum sementara. Sebaliknya, Kristus dijadikan Imam dengan sumpah Allah: Tuhan telah bersumpah dan Ia tidak akan menyesal: Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek (ay. Ibrani 7:21). Di sini Allah dengan sumpah menyatakan bahwa imamat Kristus itu tidak berubah, utama, berhasil, dan kekal.
- 5. Ada perubahan dalam hal perjanjian, yang di dalamnya imamat adalah suatu hal yang tetap dan imam adalah suatu jaminan. Yaitu, perubahan dalam hal penyelenggaraan dari perjanjian tersebut. Penyelenggaraan Injil lebih utuh, bebas, jelas, bersifat rohani, dan berhasil daripada penyelenggaraan hukum Taurat. Kristus dalam perjanjian Injil ini adalah jaminan bagi kita kepada Allah dan bagi Allah kepada kita, untuk memastikan bahwa butir-butir perjanjian ditepati oleh kedua belah pihak. Kristus, sebagai jaminan, telah menyatukan kodrat ilahi dan manusiawi bersama-sama dalam diri-Nya, dan dengan itu memberikan jaminan pendamaian. Ia, sebagai jaminan, sudah menyatukan Allah dan manusia bersama-sama dalam ikatan perjanjian kekal. Kristus berseru kepada manusia untuk menjaga perjanjian mereka dengan Allah, dan berseru kepada Allah bahwa Ia akan menggenapi janji-janji-Nya kepada manusia. Hal ini selalu siap dilakukan-Nya dengan cara yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, yaitu melalui sang Pengantara.
- 6. Ada perubahan yang luar biasa dalam hal jumlah para imam di bawah peraturan-peraturan imamat yang berbeda ini. Dalam imamat Harun ada banyak sekali imam, iman-imam besar, bukan sekaligus, melainkan secara bergantian. Tetapi dalam imamat Kristus hanya ada satu Imam yang sama. Alasannya jelas, bahwa imam-imam Lewi banyak jumlahnya karena mereka dicegah oleh maut untuk tetap menjabat imam. Jabatan mereka, seberapa pun tinggi dan terhormatnya, tidak dapat menjamin bahwa mereka tidak akan mati. Dan, karena yang satu mati, yang lain harus menggantikan, dan begitu seterusnya yang menggantikan ini pun tidak lama kemudian harus memberikan tempat itu kepada orang yang ketiga, dan demikian seterusnya sampai jumlahnya menjadi sangat besar. Sebaliknya, Imam Besar kita ini tetap hidup selama-lamanya, dan imamat-Nya aparabaton – tidak berubah, tidak diteruskan dari satu ke yang lain, seperti halnya imamat sebelumnya. Imamat-Nya selalu ada di tangan yang sama. Tidak mungkin ada kekosongan dalam imamat ini. Tidak ada waktu atau saat ketika jemaat berada dalam keadaan tanpa Imam yang menengahi masalah-masalah rohani mereka di sorga. Kekosongan seperti itu akan sangat berbahaya dan merugikan mereka. Tetapi ini adalah keamanan dan kebahagiaan mereka, bahwa Imam yang senantiasa hidup ini mampu menyelamatkan sepenuh-penuhnya, di setiap saat, dalam semua masalah, di setiap titik waktu, semua orang yang datang kepada Allah melalui Dia (ay. 25). Jadi, di sini ada perubahan nyata yang jauh lebih baik.
- 7. Ada perbedaan yang luar biasa dalam hal syarat-syarat moral para imam. Imam-imam Harun bukan saja manusia fana, melainkan juga manusia berdosa, yang memiliki kelemahan-kelemahan baik yang menimbulkan dosa maupun yang alami. Mereka perlu mempersembahkan korban, pertama-tama untuk dosa-dosa mereka sendiri, dan kemudian untuk umat. Tetapi Imam Besar kita, yang ditahbiskan oleh sumpah, hanya perlu memberikan persembahan satu kali untuk umat, dan tidak pernah sama sekali untuk diri-Nya sendiri. Sebab Ia tidak saja ditahbiskan pada jabatan-Nya secara tidak bisa diubah, tetapi juga pada diri-Nya ada kesucian yang tak dapat berubah. Dialah Imam Besar yang kita perlukan, saleh, tanpa salah, tanpa noda, dst. (ay. 26-28). Di sini perhatikanlah,
- (1) Keadaan kita, sebagai orang-orang berdosa, membutuhkan seorang imam besar untuk menebus dan mengantarai kita.
- (2) Tidak ada imam yang pantas atau memadai untuk mendamaikan kita dengan Allah selain orang yang benar secara sempurna. Ia sendiri harus benar, sebab kalau tidak, ia tidak bisa menebus dosa kita, atau menjadi pembela kita di hadapan Bapa.
- (3) Tuhan Yesus adalah Imam Besar yang tepat yang kita butuhkan, sebab diri-Nya kudus, mutlak sempurna. Cermatilah gambaran yang kita punya tentang kekudusan pribadi Kristus yang diungkapkan dalam berbagai kata, yang kesemuanya dipandang para ahli theologi sebagai berhubungan dengan kemurnian-Nya yang sempurna.
- [1] Ia saleh, bebas secara sempurna dari semua kebiasaan atau pemikiran dosa, tidak ada kecenderungan sedikit pun pada dosa dalam kodrat-Nya. Dosa tidak berdiam dalam diri-Nya, meskipun dosa berdiam dalam orang-orang Kristen yang terbaik. Tidak sedikit pun ada padaNya kecenderungan untuk berdosa.
- [2] Ia tanpa salah, bebas secara sempurna dari segala tindakan pelanggaran, tidak melakukan kekerasan, tidak pula tipu daya ada dalam mulut-Nya, tidak pernah berbuat salah sedikit pun kepada Allah atau manusia.
- [3] Ia tanpa noda, tidak pernah membuka jalan bagi orang lain untuk berdosa. Sulit untuk menjaga diri kita tetap murni, sehingga kita tidak ikut ambil bagian dalam kesalahan dosa orang lain, dengan berbuat sesuatu yang menimbulkannya, atau tidak melakukan apa yang seharusnya kita lakukan untuk mencegahnya. Kristus tanpa noda. Meskipun Ia menimpakan pada diri-Nya sendiri kesalahan dosa-dosa kita, Ia tidak pernah terlibat dalam perbuatan dan kesalahan dosa-dosa itu.
- [4] Ia terpisah dari orang-orang berdosa, bukan hanya dalam keadaan-Nya sekarang (karena sebagai Imam Besar kita, Ia sudah masuk ke tempat Mahakudus, yang ke dalamnya apa yang cemar tidak dapat masuk), melainkan juga dalam kemurnian pribadi-Nya. Ia tidak bersatu dengan orang-orang berdosa, entah secara alami atau karena perkawinan, yang dapat membuat-Nya terkena dosa asal. Dosa asal menimpa kita karena persatuan kita secara alami dan melalui perkawinan melalui Adam pertama, sebab kita diturunkan darinya dengan cara biasa. Akan tetapi Kristus adalah, dengan dikandung secara tak terlukiskan oleh sang perawan, terpisah dari orang-orang berdosa. Walaupun Ia mengambil kodrat manusia sesungguhnya, namun cara ajaib yang dengannya Ia dikandung menempatkan-Nya di tempat yang terpisah dari semua umat manusia.
- [5] Ia dijadikan lebih tinggi daripada tingkat-tingkat sorga.
- Sebagian besar penafsir memahami ini berkenaan dengan keadaan-Nya yang ditinggikan di sorga, di sebelah kanan Allah, untuk menyempurnakan rancangan imamat-Nya. Akan tetapi Dr. Goodwin berpendapat bahwa ini secara sangat wajar dapat dikaitkan dengan kekudusan pribadi Kristus, yang lebih besar dan lebih sempurna daripada kekudusan para penghuni sorga, yaitu para malaikat kudus itu sendiri. Meskipun bebas dari dosa, para penghuni sorga tidak dengan sendirinya bebas dari segala kemungkinan untuk berbuat dosa. Oleh karena itulah kita membaca, sesungguhnya, hamba-hamba-Nya tidak dipercayai-Nya, malaikat-malaikat-Nya pun didapati-Nya tersesat (Ayb. 4:18), yaitu lemah dan dapat berdosa. Mereka bisa menjadi malaikat pada satu waktu dan setan pada waktu lain, seperti yang memang terjadi pada banyak dari mereka. Bahwa malaikat-malaikat kudus sekarang tidak akan jatuh itu bukan karena kodrat yang bebas dari noda, melainkan karena pemilihan Allah. Mereka adalah malaikat-malaikat terpilih. Sangat mungkin bahwa penjelasan untuk ungkapan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga ini terkesan terlalu dipaksakan, dan bahwa seharusnya itu dipahami sebagai martabat dari kedudukan Kristus, dan bukan kekudusan yang sempurna dari pribadi-Nya. Lebih jauh lagi karena dikatakan bahwa Ia dijadikan (KJV) lebih tinggi, genomenos. Tetapi juga orang tahu bahwa kata ini digunakan dalam arti netral, seperti ketika dikatakan, genesthē ho Theos alēthēs – Allah adalah benar. Sifat-sifat lain dalam ayat itu jelas merupakan kesempurnaan pribadi Kristus dalam kekudusan, sebagai lawan dari kelemahan-kelemahan yang penuh dosa dari para imam Lewi. Maka selaras untuk beranggapan bahwa sifat yang ini juga merupakan kesempurnaan pribadi-Nya, jika memang dapat dipandang dengan wajar dalam pengertian seperti itu. Hal ini tampak lebih mungkin lagi, karena keabsahan dan kekuasaan imamat Kristus dalam ayat 27 ditempatkan dalam arti bahwa imamat-Nya tidak berpihak dan bebas dari suatu kepentingan. Ia tidak perlu memberikan persembahan bagi diri-Nya sendiri. Kepengantaraan-Nya bebas dari kepentingan pribadi. Ia melakukan tindakan kepengantaraan untuk mendapatkan belas kasihan bagi orang lain yang tidak Ia perlukan bagi diri-Nya sendiri. Seandainya Ia sendiri membutuhkannya, maka Ia menjadi salah satu pihak yang berkepentingan, dan tidak bisa menjadi Pengantara, malah justru menjadi seorang penjahat, dan tidak bisa menjadi pembela bagi orang-orang berdosa. Nah, supaya kepengantaraan-Nya lebih tidak berpihak dan bebas kepentingan, maka suatu keharusan bahwa bukan hanya pada saat ini Ia tidak memerlukan bagi diri-Nya sendiri perkenanan yang untuknya Ia menjadi Pengantara atas nama orang lain, tetapi juga bahwa Ia tidak akan pernah memerlukannya. Meskipun Ia tidak memerlukannya hari ini, namun andaikata Ia tahu bahwa Ia akan membutuhkannya esok hari, atau suatu saat nanti, Ia pasti akan dipandang ingin memenuhi kepentingan-Nya sendiri, dan karena itu tidak bisa bertindak tanpa memihak dan dengan semangat yang murni untuk kehormatan Allah di satu sisi, dan belas kasihan kepada orang-orang-orang berdosa yang malang di sisi lain. Di sini saya tidak mengaku mengikuti pemikiran dari almarhum ahli tafsir kita yang sangat baik, yang pekerjaannya sudah kita masuki. Tetapi saya mengambil kebebasan untuk membela gagasan dari Dr. Goodwin ini melawan sanggahan-sanggahan yang saya tahu telah dilontarkan kepadanya. Dan terlebih lagi saya melakukannya karena, jika memang gagasannya baik, maka itu memberi kita bukti lebih lanjut bahwa menjadi suatu keniscayaan sang Pengantara ini haruslah Allah, sebab tidak ada makhluk biasa mana pun yang tidak pernah berdosa sampai tidak memerlukan perkenanan dan rahmat bagi dirinya sendiri.
SH -> Ibr 7:11-28; Ibr 7:20-28
SH: Ibr 7:11-28 - Betapa sempurna! (Senin, 11 Oktober 1999) Betapa sempurna!
Penjelasan tentang Imamat Yesus mencapai puncaknya. Ia
adalah seorang Imam Besar yang agung dan sempurna; semua
imam yan...
Betapa sempurna!
Penjelasan tentang Imamat Yesus mencapai puncaknya. Ia
adalah seorang Imam Besar yang agung dan sempurna; semua
imam yang ada sebelumnya dalam Perjanjian Lama tidak
mungkin dan tidak akan pernah mencapai kesempurnaan. Karena
itu tidak dibutuhkan seorang imam lain lagi, kecuali Dia.
Mengapa demikian?
1) Yesus adalah Imam menurut peraturan Melkisedek (
2) Yesus adalah Imam sejati yang dipilih bukan berdasarkan silsilah keturunan, tetapi berdasarkan "hidup yang tidak dapat binasa" (ayat 16,24). Yesus tidak hanya mati melainkan juga bangkit dan tidak akan mati lagi selama-lamanya. Maka Imamat-Nya tidak mungkin berujung pada kesudahan.
3) Yesus membawa suatu perjanjian yang lebih kuat kokoh, permanen, dan yang dijamin keabsahannya oleh sumpah yang telah Allah nyatakan sendiri (ayat 20-22, 28).
4) Yesus melakukan sesuatu yang tidak pernah dan tidak mungkin dilakukan oleh imam lain, siapa pun juga. Yesus Kristus mempersembahkan diri dan nyawa-Nya sendiri sebagai korban penebus dosa (ayat 27). Dia serentak menjadi imam dan persembahan untuk menyelamatkan kita! Hanya Yesus sendiri, telah sempurna. Terpujilah Dia!

SH: Ibr 7:20-28 - Yesus Imam Besar yang sempurna (Senin, 31 Oktober 2005) Yesus Imam Besar yang sempurna
Penulis Ibrani menuntaskan uraiannya mengenai keunggulan imamat
Yesus dari imamat Lewi. Imamat Yesus sempurna ...
Yesus Imam Besar yang sempurna
Penulis Ibrani menuntaskan uraiannya mengenai keunggulan imamat
Yesus dari imamat Lewi. Imamat Yesus sempurna dan menyelesaikan
apa yang tidak dapat diselesaikan melalui imamat Lewi. Dalam
sistem Hukum Taurat, jabatan imam diturunkan dari ayah ke anak
laki-laki keturunan Lewi. Oleh karena para imam itu manusia fana
maka jabatan imam itu harus terus-menerus diganti. Akibatnya
imamat Lewi tidak pernah bisa menjadi jaminan yang bersifat
permanen. Tuhan Yesus adalah Imam berdasarkan penetapan Allah
Bapa secara langsung (ayat 21) sehingga imamat-Nya bersifat
permanen, sempurna, dan menjadi jaminan pasti (ayat 22,28). Oleh
karena Kristus Anak Allah maka Ia bisa menjadi Imam yang kekal
untuk mendamaikan setiap orang yang datang kepada Allah
melalui-Nya secara sempurna (ayat 25).
Kelemahan imamat Lewi bukan hanya kefanaan para imamnya, tetapi juga keberdosaan mereka. Para imam besar keturunan Harun (Lewi) harus mempersembahkan korban pendamaian bagi diri mereka terlebih dahulu sebelum mereka bisa menjadi juru pendamai umat kepada Allah (ayat 27a). Tuhan Yesus adalah Imam Besar yang tanpa dosa dan cela sehingga bukan hanya layak melakukan pelayanan pendamaian itu, tetapi juga layak menjadi korban yang dipersembahkan kepada Allah Bapa bagi pengampunan dosa (ayat 27b).
Apa pun keraguan yang dimiliki oleh pembaca surat Ibrani ini tentang imamat Yesus seharusnya sirna. Bagi orang Kristen masa kini, ada bukti kuat bahwa karya pendamaian Kristus tidaklah sia-sia, yaitu hidup anak-anak Tuhan yang sudah diubahkan. Keyakinan keselamatan oleh janji firman Tuhan dan suara Roh Kudus yang hadir di hati kita, status kita sebagai anak Allah, dan kepekaan kita terhadap dosa adalah tanda-tanda yang jelas bahwa karya keselamatan Kristus sudah berlaku dalam hidup kita.
Renungkan: Keselamatan kita bukan bergantung kepada ritual agama melainkan kepada Kristus yang tersalib!
Utley -> Ibr 7:23-25
Utley: Ibr 7:23-25 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ibr 7:23-2523 Dan dalam jumlah yang besar mereka telah menjadi imam, karena mereka dicegah oleh maut untuk tetap menjabat imam....
NASKAH NASB (UPDATED): Ibr 7:23-25
23 Dan dalam jumlah yang besar mereka telah menjadi imam, karena mereka dicegah oleh maut untuk tetap menjabat imam. 24 Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. 25 Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.
Ibr 7:23 Ini adalah satu lagi perbandingan antara Yesus dan imam-imam PL. Yang ini berurusan dengan jumlah dan lamanya mereka dalam jabatan tersebut.
Ibr 7:24 Ini adalah suatu kesimpulan kerabian bersasarkan Kej 14, di mana silsilah Melkisedek tidak diberikan, dan Mazm 110, yang merupakan singgungan pada Melkisedek dan menggunakan istilah "selamanya" (lih. Mazm 110:4b).
- NASB "menyelamatkan selama-lamanya"
- NKJV "menyelamatkan sampai akhir"
- NRSV "untuk segala waktu menyelamatkan"
- TEV "sekarang dan selalu, menyelamatkan"
- NJB "menyelamatkan dengan sempurna"
Sebagaimana ditunjukkan oleh terjemahan di atas, istilah ini memiliki beberapa konotasi. Ia mampu menyelamatkan secara tuntas, menyeluruh, selamanya (lih. Ibr 10:14) karena Ia berlanjut "selamanya" sebagai imam yang lebih baik. Lihat Topik Khusus pada jaminan pada Ibr 3:14.
□ "semua orang/mereka" Ini adalah undangan universal! Siapa saja yang menginginkan boleh datang (lih. Yoh 1:12; Rom 10:9-13; 1Tim 2:4; 2Pet 3:9).
□ "yang oleh Dia datang kepada Allah" Yesus adalah rencana penebusan Allah (lih. Yoh 10:9; 14:6). Siapa saja yang mau bisa datang, namun mereka harus datang melalui iman dalam Dia dan mereka harus terus berlanjut dalam iman (PRESENT PARTICIPLE).
□ "Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka" Karya Yesus tidak berakhir dengan salib, namun bahkan sekarang Ia masih berdoa dan memohon bagi orang-orang percaya (lih. Ibr 9:24; Yes 53:12; Rom 8:34; 1Yoh 2:1).
Topik Teologia -> Ibr 7:25
Topik Teologia: Ibr 7:25 - -- Allah yang Berpribadi
Pribadi Allah
Allah Dapat Dikenal
Allah Dapat Dihampiri
Kel 24:9-11 Ula 4:7 Maz 17:15 Maz 24:3-...
- Allah yang Berpribadi
- Pribadi Allah
- Allah Dapat Dikenal
- Yesus Kristus
- Penggenapan
- Keselamatan
- Keselamatan Secara Umum
- Kematian Kristus adalah Cukup dan Tidak Kekurangan Apa pun
- Yoh 1:7,9 Yoh 3:14-17 Yoh 4:13-14 Yoh 6:35 Yoh 7:37-38 Yoh 11:25-26 Yoh 15:1,5-6 Rom 7:24-26 1Ko 1:18 1Ko 6:11 Efe 5:1-2,14 Kol 1:20-22 1Te 5:8-10 1Ti 1:13-16 Tit 3:3-7 Ibr 7:24-25 Wah 21:6
- Kebangkitan Kristus sebagai Peristiwa Keselamatan
- Jaminan Keamanan Kekal
- Maz 37:23-24 Maz 138:8 Yer 32:40 Yoh 5:24 Yoh 6:37,39-40 Yoh 6:68-69 Yoh 10:27-30 Yoh 16:27,29-33 Yoh 17:8,11 Kis 1:3 Rom 4:9,20-22 Rom 5:1-5 Rom 8:15-17,28-30,33-35,37-39 Rom 11:29 1Ko 1:8 2Ko 1:21-22 Gal 4:6 Efe 1:4-5 Efe 4:30 Fili 1:6 Fili 2:12-13 Kol 2:2 1Te 5:23-24 2Ti 1:12 2Ti 4:18 Ibr 6:11 Ibr 7:24-25 Ibr 10:14 Ibr 10:22-23 Ibr 11:1 1Pe 1:3-5 1Pe 5:10 1Yo 2:1-2 1Yo 3:9,14,18-20 1Yo 4:13 1Yo 5:10-11,13,18 Yud 1:1 Yud 1:24
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Ibrani (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Latar Belakang...
Penulis : Tidak Disebutkan
Tema : Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)
Latar Belakang
Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi. Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika mengutip PL menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat "terimalah salam dari saudara-saudara di Italia" (versi Inggris NIV -- "mereka dari Italia mengirim salam" Ibr 13:24) mungkin sekali berarti bahwa penulis sedang menulis kepada orang-orang yang tinggal di Roma dan mencantumkan salam dari orang-orang percaya dari Italia yang dalam perantauan. Para penerima surat ini mungkin terdiri atas kelompok-kelompok persekutuan rumah yang merupakan bagian dari jemaat gereja yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa.
Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab yang semula maupun sepanjang surat ini, sekalipun ia merupakan tokoh yang cukup dikenal pembacanya (Ibr 13:18-24). Oleh karena satu dan lain alasan, identitas penulis hilang sekitar akhir abad pertama. Selanjutnya dalam tradisi gerejani mula-mula (abad ke-2 sampai ke-4) muncul berbagai pendapat mengenai orang yang mungkin merupakan penulis surat ini. Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini baru tersebar luas pada abad ke-5.
Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin menulis surat ini karena gaya penulisan yang halus dan bercorak Aleksandria, ketergantungan pada Septuaginta, cara memperkenalkan kutipan-kutipan PL, cara berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal tidak menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus. Lagi pula, Paulus senantiasa menunjuk kepada penyataan yang langsung diperolehnya dari Kristus (bd. Gal 1:11-12), sedangkan penulis surat ini menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen angkatan kedua yang memperoleh keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata pelayanan Yesus (Ibr 2:3). Di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran Lukas mengenai Apolos dalam Kis 18:24-28 paling cocok dengan keadaan penulis surat ini.
Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat Ibrani penghancuran Bait Suci di Yerusalem dan ibadah di bawah pimpinan para imam Lewi tidak disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun 70 M.
Tujuan
Surat Ibrani terutama ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat iman mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia menunjukkan bahwa penyediaan penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah digenapi dan tidak terpakai lagi karena Yesus telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian. Penulis menantang para pembacanya
- (1) untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus hingga pada kesudahannya,
- (2) untuk maju terus menuju kedewasaan rohani dan
- (3) untuk tidak kembali kepada kehidupan di bawah hukuman dengan cara meninggalkan kepercayaan kepada Yesus Kristus.
Survai
Surat Ibrani ini lebih mirip dengan suatu khotbah daripada sebuah surat. Penulis menggambarkan karyanya ini sebagai "kata-kata nasihat" (Ibr 13:22). Surat ini terdiri atas tiga bagian utama.
- (1) Pertama, Yesus sebagai Putra Allah yang penuh kuasa (Ibr 1:1-3) dinyatakan sebagai penyataan Allah yang sempurna kepada umat manusia -- lebih tinggi daripada para nabi (Ibr 1:1-3), malaikat (Ibr 1:4--2:18), Musa (Ibr 3:1-6) dan Yosua (Ibr 4:1-11). Di dalam bagian ini terdapat suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai berbagai akibat apabila kita secara rohani makin menjauh dari iman atau mengeraskan hati dalam ketidakpercayaan (Ibr 2:1-3; Ibr 3:7--4:2).
- (2) Bagian yang kedua menampilkan Yesus sebagai Imam Besar dengan kualifikasi (Ibr 4:14--5:10; Ibr 6:19--7:25), watak (Ibr 7:26-28), dan pelayanan (Ibr 8:1--10:18) yang sempurna dan abadi. Di bagian ini diberikan suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai ketidakdewasaan rohani atau bahkan "kemurtadan" setelah mengambil bagian di dalam Kristus (Ibr 5:11--6:12).
- (3) Bagian yang terakhir (Ibr 10:19--13:17) dengan tegas mendorong orang-orang percaya agar tetap tabah dalam keselamatan, iman, penderitaan, dan kekudusan.
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini unik di antara surat-surat PB karena bentuknya, "surat ini berawal seperti sebuah risalah, dilanjutkan bagaikan khotbah, dan diakhiri seperti surat" (Origenes).
- (2) Di antara semua kitab PB surat ini menggunakan bahasa yang paling halus, paling mendekati gaya penulisan Yunani klasik daripada penulis PB lainnya (mungkin kecuali Lukas dalam Luk 1:1-4).
- (3) Inilah satu-satunya kitab PB yang mengembangkan konsep pelayanan Yesus sebagai Imam Besar.
- (4) Ajarannya tentang Kristus ini sangat kaya variasi, dan memakai lebih daripada dua puluh nama dan gelar untuk Kristus.
- (5) Kata kuncinya adalah "lebih baik" (dipakai tiga belas kali). Yesus lebih baik daripada para malaikat dan semua tokoh perantara PL. Ia memberikan perhentian, perjanjian, pengharapan, keimaman, korban pendamaian, dan janji-janji yang lebih baik.
- (6) Surat ini berisi pasal yang paling menonjol dalam Alkitab mengenai iman (pasal 11; Ibr 11:1-40).
- (7) Kitab ini sarat dengan kutipan dan petunjuk kepada PL sehingga memberikan pengertian yang berharga mengenai penafsiran umat Kristen mula-mula terhadap sejarah dan ibadah PL, khususnya dalam bidang lambang-lambang.
- (8) Surat ini memberikan lebih banyak peringatan mengenai bahaya-bahaya kemurtadan rohani daripada kitab lainnya dalam PB.
Full Life: Ibrani (Garis Besar) Garis Besar
I. Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul
daripada Agama Orang Yahudi
(Ibr 1:1-10:18)
...
Garis Besar
- I. Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul
daripada Agama Orang Yahudi
(Ibr 1:1-10:18) - A. Dalam Penyataan
(Ibr 1:1-4:13)
Yesus Kristus adalah Penyataan Penuh dan Akhir dari Allah
kepada Manusia - 1. Lebih Unggul dari Para Nabi
(Ibr 1:1-3) - 2. Lebih Unggul dari Para Malaikat
(Ibr 1:4-2:18)
Peringatan: Bahaya Pengabaian
(Ibr 2:1-4) - 3. Lebih Unggul dari Musa
(Ibr 3:1-6)
Peringatan: Bahaya Ketidakpercayaan
(Ibr 3:7-19) - 4. Lebih Unggul dari Yosua
(Ibr 4:1-13) - B. Dalam Renungan
(Ibr 4:14-10:18)
Sebagai Imam Besar Kita, Yesus Jauh Melebihi Keimaman Lewi - 1. Lebih Unggul Kualifikasi-Nya
(Ibr 4:14-7:25)
Peringatan: Bahaya Ketidakdewasaan Rohani
(Ibr 5:11-6:3)
Peringatan: Bahaya Kemurtadan
(Ibr 6:4-20) - 2. Lebih Unggul Watak-Nya
(Ibr 7:26-28) - 3. Lebih Unggul Pelayanan-Nya
(Ibr 8:1-10:18) - a. Bertempat di Tempat Kudus yang Lebih Baik
(Ibr 8:1-5) - b. Berlandaskan Perjanjian yang Lebih Baik
(Ibr 8:6-13) - c. Terlaksana Melalui Pelayanan yang Lebih Baik
(Ibr 9:1-22) - d. Digenapi Melalui Korban yang Lebih Sempurna
(Ibr 9:23-10:18) - II. Penerapan: Nasihat untuk Bertekun
(Ibr 10:19-13:17) - A. Dalam Bidang Keselamatan
(Ibr 10:19-38) - B. Dalam Bidang Iman
(Ibr 10:39-11:40) - 1. Sifat-Sifat Iman
(Ibr 10:39-11:3) - 2. Teladan Iman dari Perjanjian Lama
(Ibr 11:4-38) - 3. Pembenaran Iman: Disempurnakan dalam Kristus
(Ibr 11:39-40) - C. Dalam Bidang Ketabahan
(Ibr 12:1-13) - D. Dalam Bidang Kekudusan
(Ibr 12:14-13:17) - 1. Pengutamaan Kekudusan
(Ibr 12:14-29) - 2. Pelaksanaan Kekudusan
(Ibr 13:1-17) - Penutup
(Ibr 13:18-25)
Matthew Henry: Ibrani (Pendahuluan Kitab)
Mengenai surat kerasulan ini kita harus mengadakan penyelidikan atas,
I. Otoritas ilahi dari surat ini, sebab ada beberapa orang yang memper...
- Mengenai surat kerasulan ini kita harus mengadakan penyelidikan atas,
- I. Otoritas ilahi dari surat ini, sebab ada beberapa orang yang mempertanyakannya, yaitu orang-orang yang merasa pandangan mereka terganggu karena tidak sanggup menahan terang yang terpancar dari surat tersebut, atau orang-orang yang merasa bahwa pernyataan-pernyataan mereka yang salah terbukti dapat dibantah oleh surat ini. Termasuk di dalamnya orang-orang seperti para pengikut Arianisme (diajarkan oleh Arius pada akhir abad ketiga dan awal abad keempat – pen.), yang menyangkal keilahian dan keberadaan Kristus oleh diri-Nya sendiri, dan juga kaum pengikut Socinianisme (diajarkan oleh Faustus Socinus pada abad kelima belas dan keenam belas untuk menyerang pengajaran Trinitas – pen.) yang menyangkal karya penebusan dosa oleh Kristus. Namun, bagaimanapun juga, sekalipun adanya upaya-upaya orang-orang seperti itu untuk meremehkan surat kerasulan ini, sumber keilahian dari surat ini tetap saja memancarkan cahaya yang berkas-berkas sinarnya demikian kuat dan terang sehingga dengan membaca sepintas saja orang dapat memahami bahwa surat ini merupakan bagian dari kanon kitab suci. Keilahian dari isi surat, keagungan gaya penulisan, kemuliaan rancangannya, keserasian isi surat ini dengan bagian-bagian lain kitab suci, dan penerimaan umum dari jemaat-jemaat Allah di segala abad, semua ini membuktikan adanya otoritas ilahi di dalam surat ini.
- II. Mengenai siapa yang menyalin atau menulis surat ini, kita tidak begitu pasti. Surat ini tidak mencantumkan nama siapa pun di bagian depannya, sebagaimana biasanya di dalam surat-surat kerasulan lainnya, dan ada perbedaan pendapat di antara para cendekiawan Alkitab mengenai siapa yang dapat dianggap sebagai penulisnya. Beberapa orang menunjuk kepada Clemens dari Roma, yang lain menunjuk kepada Lukas, dan banyak juga yang menunjuk kepada Barnabas, mengingat bahwa gaya dan cara pengungkapannya sangat cocok dengan temperamen Barnabas yang penuh semangat, meyakinkan, dan penuh kasih sayang, seperti yang dicatat mengenai dirinya di dalam Kitab Kisah Para Rasul. Selain itu, ada seorang bapa gereja di zaman dulu yang mengutip suatu pernyataan dari surat kerasulan ini dan menyebutnya sebagai kata-kata Barnabas. Namun, secara umum banyak yang menunjuk kepada Rasul Paulus sebagai penulis surat ini, dan beberapa salinan naskah dan terjemahan yang muncul kemudian memang mencantumkan nama Paulus pada bagian judulnya. Di zaman gereja mula-mula, pada umumnya yang dianggap sebagai penulis surat ini adalah Rasul Paulus, mengingat akan gaya penulisan dan ruang lingkupnya yang sangat cocok dengan semangatnya, yang berpikiran jernih dan berhati hangat, yang tujuan dan upaya utamanya adalah untuk memuliakan Kristus. Beberapa orang berpendapat bahwa Rasul Petrus merujuk kepada surat kerasulan ini, dan membuktikan bahwa Paulus adalah penulis surat ini, dengan memberitahukan kepada orang-orang Ibrani di dalam suratnya kepada mereka, bahwa Paulus pernah juga menulis kepada mereka (2Ptr. 3:15). Kita membaca bahwa tidak ada lagi surat kerasulan lain yang pernah Paulus tulis kepada mereka selain surat ini. Banyak pihak yang merasa keberatan mengenai hal ini, karena biasanya Rasul Paulus selalu mencantumkan namanya di dalam semua surat kerasulannya yang lain, jadi tentunya dia tidak akan menghilangkannya di dalam surat ini. Namun, ada pihak-pihak lain yang menjawab keberatan itu dengan baik, dan menyatakan bahwa karena Rasul Paulus adalah rasul bagi bangsa-bangsa lain, yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi, maka akan sangat bijaksana untuk menyembunyikan namanya, supaya jangan sampai prasangka mereka kepada Rasul Paulus akan membuat mereka enggan membacanya dan tidak mau mempertimbangkan isi surat itu sebagai sesuatu yang harus mereka lakukan.
- III. Mengenai ruang lingkup dan rancangan surat kerasulan ini, sangat jelas bahwa surat ini memberitahukan dengan terus terang pemikiran-pemikiran, dan dengan yakin menegaskan pertimbangannya kepada orang-orang Ibrani mengenai keunggulan luar biasa dari Injil di atas hukum Taurat. Dan selanjutnya, untuk membebaskan mereka dari kewajiban-kewajiban upacara hukum Taurat yang begitu menambat hati mereka, dan yang begitu mereka sukai dan bahkan sayangi. Orang-orang Ibrani yang telah menjadi Kristen ternyata masih menyimpan terlampau banyak ragi lama, dan mereka perlu dibersihkan dari ragi itu. Rancangan surat kerasulan ini adalah untuk mengajak dan mendesak orang-orang Ibrani yang sudah mengaku percaya supaya tetap melekat erat kepada iman Kristen, dan tetap bertekun di dalamnya, walaupun harus menghadapi banyak penderitaan ketika menjalankan kebenaran itu. Untuk mencapai maksud itu, Rasul Paulus banyak berbicara tentang keunggulan Sang Pengarang Injil ini, yakni Yesus yang Mulia, yang kemuliaan-Nya dia tinggikan, dan dia utamakan melebihi siapa pun, dengan menunjukkan bahwa Dia menjadi segalanya, dan hal ini dilakukan dengan gaya penulisan yang menakjubkan dalam bahasa indah yang kudus. Harus diakui bahwa ada banyak hal yang sulit dimengerti di dalam surat kerasulan ini, namun kemanisan yang akan kita temukan di dalamnya akan membuat kita memperoleh ganti rugi yang berlimpah-limpah atas semua usaha yang kita lakukan untuk memahaminya. Dan sesungguhnya, jika kita membandingkan semua surat kerasulan di dalam Perjanjian Baru, kita tidak akan dapat menemukan surat lain yang lebih dilengkapi dengan pokok-pokok yang bersifat ilahi dan sorgawi dibandingkan dengan surat kepada orang-orang Ibrani ini.
Jerusalem: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT KEPADA ORANG-ORANG IBRANI
KATA PENGANTAR
Kepada siapakah surat ini ditudjukan
Djudul surat ini "Kepada orang-orang Ibrani" sudah terdapat pada n...
SURAT KEPADA ORANG-ORANG IBRANI
KATA PENGANTAR
Kepada siapakah surat ini ditudjukan
Djudul surat ini "Kepada orang-orang Ibrani" sudah terdapat pada naskah- naskah tertua, dari abad-kedua. Dewasa itu jang dinamakan orang Ibrani umumnja orang Jahudi jang menetap di Palestina untuk membedakan mereka dari orang Jahudi jang hidup dalam pertebaran diperasingan dan berbahasa serta berkebudajaan Junani. Dan memang, dalam membatja surat ini kita mendapat kesan-kesan bahwa ia. ditudjukan kepada orang-orang, golongan-golongan atau umat-umat serani bangsa Jahudi, jang hidup ditengah-tengah orang Junani kolot jang fanatik, misalnja di Jerusalem dan Judea. Terang pula, bahwa orang-orang jang dimaksudkan sebagai pembatja langsung, ialah orang-orang agak tjerdas dan mahir sekali dalam kitab Kudus, seperti ahli-ahli taurat atau bekas imam-imam, jang barangkali djuga berfungsi pemimpin dalam umat-umat atau merupakan golongan besar dan terkemuka dalam umat-umat. Mengenai imam-imam misalnja kita ketahui dari Kis. Ras. 6:7 bahwa sudah pada permulaan "banjak sekali" imam-imam bertobat. Ada ahli-ahli jang mengira-ngirakan djumlah mereka beratusan malah lebih dari seribu.
Dari surat terang pula, bahwa orang-orang jang ditudjui surat, hidup dalam banjak sengsara dan kesukaran-kesukaran berat karena agamanja, sehingga ada jang hampir putus asa. Mereka sudah lama serani (5:12) dan telah bertahan dalam penganiajaan-penganiajaan jang hebat (10:32-54). Pengadjar-pengadjar dan pemimpin-pemimpin mereka sudah banjak jang dibunuh. Tentang Jakobus, pemimpin (uskup) umat Jerusalem kita tahu bahwa ia dibunuh oleh pemberontak-pemberontak dalam tahun 62. Umat Jerusalem terpaksa mengungsi, hidup bertebaran diperasingan, tanpa penghidupan jang wadjar, dan djuga disana dihinakan dan dianiaja oleh orang-orang Jahudi kolot. Waktu pemberontakan di Jerusalem, mendjelang dan pada awal perang Jahudi-Roma umat disitu diumpat sebagai murtad dan pengchianat lagi dikedjar, sehingga mereka melarikan diri sampai keseberang Jordan. Dan menurut dugaan kira-kira waktu itu (antara 60 dan 70) surat ini ditulis.
Nasib umat-umat tersebut memang berat sekali dan kita mengerti bahwa itu mendjadi alasan untuk banjak penggodaan jang hebat, sebab djalan keluar ada, dan gampang sekali djuga, jaitu berbalik kepada agama jang lama. Rupanja ada jang sudah kehilangan semangat dan mulai mendjauhkan diri dari umat dan tidak hadir lagi pada ibadat umum. Lih. 6:11-13; 12:25; 5:11-14; 10:32-39. Kita berkesan lagi, bahwa ada, dan hal ini kita mudah mengerti kalau memang bagian besar dari umat terdiri dari bekas imam dari orang-orang bangsa Levi, jang sangat merasa tertarik kepada perajaan-perajaan ibadat jang gemilang dan meriah di Kenisah Jerusalem, dan masih terlalu tinggi menilaikan ibadat itu. Dan bahwa bahaja murtad bukan chajalan, tjukup terang dari 3:12-15; 12:25 dan 10:23-31.
Dari beberapa tjoretan diatas sudah djelas apakah maksud dan tudjuan surat ini. Penulis hendak mengingatkan dan menginsjafkan pembatja-pembatjanja akan keagungan Kristus dan nilai-nilai abadi Indjil, jang djauh melebihi tokoh-tokoh besar dari Perdjandjian Lama dan hukum taurat dengan segala upatjara ibadatnja jang sebenarnja hanja bajangan dari ibadat abadi Perdjandjian Baru. Ia menundjukkan pula, betapa buruk nasib mereka, kalau mereka murtad dari Kristus jang satu-satunja penjelamat, dan sebagai Imam agung disurga tahu dan turut merasa. sengsara mereka, dan dengan tak hentinja mempersembahkan darahnja kepada Allah BapaNja, supaja mereka bertekun dan achirnja mentjapai keselamatan mulia jang tersedia bagi mereka dalam Rumah-Allah jang abadi.
Siapa pengarang surat ini
Digeredja Timur dari semula tidak ada kesangsian, bahwa surat ini berasal dari Rasul Paulus. Tetapi menilik perbedaan bahasa dan seluruh bentuk surat ini dengan surat-surat Paulus jang lain, dewasa itu sudah ada penafsir jang menerangkan bahwa isi berasal dari Paulus, tetapi bentuk dikerdjakan oleh seorang pengarang jang lain, Digeredja Barat sampai abad keempat surat ini tidak dimasukkan kedalam daftar buku-buku Kitab Kudus, sebab tidak terang siapa pengarangnja. Mengenai isi ada banjak kesamaan surat ini dengan surat-surat Paulus (jang lain). Terdapat djuga tjukup banjak istilah-istilah dan ungkapan- ungkapan jang sama. Mengenai isi bandingkanlah misalnja Ibr. 1:1-14; dengan 11 Kor. 4:4; Kol. 1:15-16; 2:10; 3:1; Ef. 1:20-21. Kesamaan jang demikian ada lebih banjak lagi.
Jang serba baru dan belum pemah ditemukan dalam karangan-karangan Kitab Kudus jang lain, belum pernah djuga disentuh oleh Paulus dalam surat-suratnja, ialah gagasan utama surat irii jang mendjadi dasar hampir segala uraiannja, ialah bahwa Kristus adalah Imam Agung kita jang abadi, dan djuga berfungsi sebagai Imam Agung bagi kita dalam kemuliaannja disurga. Tetapi bahwa pandarigan ini tidak terdapat dalam surat-surat Paulus (jang lain), belum merupakan bukti bahwa Paulus tidak kenal akan adjaran ini, atau tak mungkin adjaran itu dalam surat ini berasal dari padanja. Tetapi mengenai hal bentuk dan bahasanja surat ini, harus dikatakan, bahwa susuannja, tatabahasa jang rapi dan elok, pemilihan kata-kata dan gaja bahasa, tidak tjotjok dengan bakat dan watak Paulus jang kita kenal. Dan sebab bentuk suatu karangan jang bermutu sastra tinggi seperti surat ini tidak dapat dipisahkan dari isi, isipun tidak mungkin datang langsung dari Paulus, dan sudah lama mendjadi darah-daging penulis. Mungkin pengarang adalah seorang murid dan kemudian pembantu Paulus, jang telah mengasimilasikan (mentjernakan) adjaran-adjaran Paulus dengan sepenuh-penuhnja. Mungkin pula bahwa gagasan-gagasan dan bahan-bahan berasal dari penulis, tetapi dibitjarakan dengan pandjang lebar dengan Paulus, lalu Paulus .setudju dan menjuruh mengolah surat ini. Ada dugaan-dugaan lain lagi, jang mentjoba menerangkan bagaimana mungkin Paulus mempunjai bagian utama dalam mengerdjakan karya ini. Tetapi bagaimanapun djuga, persoalan-persoalan tersebut tidak terlalu penting bagi kita, jang membatja surat ini untuk mengetahui, mengerti dan melaksanakan adjaran-adjaran jang disampaikan Allah dalam wahjunja kepada kita. Dan siapapun pengarang surat ini sebetulnja, kita tahu bahwa ia menulis dengan ilham Roh Kudus dan itu tjukup bagi kita.
Metodos pengarang
Sebab surat ini ditulis bagi orang-orang lbrani jang tulen, sudah sewadjarnja pengarang mendasarkan uraian-uraiannja pada dunia pemikiran mereka, jang masih berakar dalam-dalam dihati sanubarinja, dan sebagian mendjadi pokok kerusuhan pikiran-pikiran dan perasaan mereka djuga. Dunia pemikiran itu ialah dunia Perdjandjian Lama. Sebab itu tjara mejakinkan dan mengasjikkan para pembatjanja, ialah menundjukkan bagaimana dari pernjataan wahju Allah -- dalam Perdjandjian Lama terang sekali, bahwa Kristus satu-satunja Penjelamat, dan IndjilNja benar- benar landjutan dan penjelesaian jang sempurna dari Perdjandjian Lama. Dewasa itu sudah umum pandangan dalam umat-umat bahwa Perdjandjian Lama bernilai tinggi, djuga dalam arti, bahwa ia memperkenalkan Kristus dan KeradjaanNja. Dan itu bukan sadja dengan nubuat-nubuat jang langsung, melainkan djuga dalam arti bahwa tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa Perdjandjian Lama dimaksudhan sebagai lambang-lambang, untuk mendjelashan dan memperdalam pengertian akan peristiwa- peristiwa, dan adjaran-adjaran Indjil. Seluruh Perdjandjian Lama dianggap sebagai bersifat atau mengandung nubuat-nubuat untuk Keradjaan Allah jang baru.
Tertindjau dari sudut itu pula penulis menundjukkan bagaimana keunggulan Kristus dan agamanja, sebagai bernilai mutlak, telah diwahjukan oleh Allah dalam Perdjandjian Lama, lagi bagaimana ketaatan kepada Kristus adalah satu-satunja djalan untuk mentjapai keselamatan abadi.
Dalam mengutip dan menafsirkan Kitab Kudus penulis ini lebih teliti dari Paulus, ]ang memang dengan insjaf menggunakan unsur Kitab Kudus lebih bebas. Penulis surat ini menggunakan teks Septuaginta.
Isi surat
Isi surat ini terdiri dari dua atjara pokok jang terdjalin satu dengan jang lain dan bersisipkan peringatan-peringatan, adjakan-adjakan dan andjuran- andjuran untuk praktek hidup.
Atjara pertama ialah: Hidup umat Allah jang baru adalah terlambang dalam perdjalanan umat Israel dari Mesir ketanah jang didjandjikan kepada mereka; dan atjara kedua: Kristus adalah Imam Agung abadi bagi kita.
Hagelberg: Ibrani (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Latar Belakang
Selain orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel, ada yang tersebar di mana-mana pada zaman Perjanjian Baru. M...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Latar Belakang
Selain orang-orang Yahudi yang tinggal di Israel, ada yang tersebar di mana-mana pada zaman Perjanjian Baru. Misalnya, di Mesir, kota-kota pantai Afrika bagian utara, Propinsi Asia Kecil, Italia, dan di pantai Eropa bagian selatan. Pada zaman dahulu orang-orang Yahudi sering ditindas dan dianiaya. Di dalam KPR 2:9-11 ada beberapa tempat yang disebut di mana ada orang-orang Yahudi. Waktu Rasul Paulus membuka jemaat di tempat yang belum pernah diinjili, dia mulai dengan menginjili orang-orang Yahudi di tempat itu, baru kemudian melanjutkan pelayanan dengan orang-orang bukan Yahudi.
Penerima Surat Ibrani
Surat ini dikirim kepada jemaat Kristen yang terdiri dari orang-orang Yahudi yang sudah percaya kepada Mesias mereka, yaitu Tuhan Yesus. Jelas surat ini ditulis untuk orang-orang Yahudi, karena hal-hal yang dibicarakan sudah biasa untuk orang-orang yang terbiasa dengan tema-tema dari Perjanjian Lama. Jelas juga bahwa surat ini ditulis untuk orang-orang percaya karena si penulis selalu beranggapan bahwa pembacanya adalah orang-orang percaya, saudara-saudara seiman. Nats-nats yang berikut mendukung pendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk orang-orang percaya:
2:1-3 supaya kita jangan hanyut dibawa arus
3:1 hai saudara-saudara yang kudus
5:11-14 sudah seharusnya menjadi pengajar
6:4-5 diterangi hatinya... mengecap karunia sorgawi... pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus...
6:10 pekerjaanmu dan kasihmu... yang masih kamu lakukan sampai sekarang
6:19 sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan...
10:19 oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus
10:32 sesudah kamu menerima terang...
10:35 janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu...
10:36 memerlukan ketekunan
12:1 perlombaan yang diwajibkan bagi kita
13:1 kasih persaudaraan
13:15-16 korban syukuran... dan... bantuan
13:17 pemimpin-pemimpinmu... berjaga atas jiwamu...
Nats-nats ini membuktikan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang percaya untuk menguatkan mereka, dan bukan untuk menginjili orang-orang yang belum percaya, karena perkataan-perkataan ini tidaklah sesuai kalau ditujukan kepada orang yang belum menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.
Para pembaca pertamanya adalah orang-orang percaya, dan menurut pasal 10:32-34 dan 12:4 mereka pernah dianiaya karena iman mereka. Menurut pasal 5:11-14 diperkirakan mereka sudah agak mundur dalam iman mereka. Rupanya mereka digodai untuk meninggalkan iman mereka. Mungkin ada orang-orang di antara mereka yang berpikir bahwa mereka lebih baik kembali mengikuti agama Yahudi saja, karena lebih aman. Rupanya penulis surat ini terdorong untuk menulis kepada mereka karena keadaan rohani mereka, yaitu walaupun sudah percaya, tetapi mereka juga kemunduran, dan mau memperingatkan mereka supaya mereka tidak terlalu jauh mengalami kemunduran.
Pada masa kini terdapat banyak kesamaan antara penerima asali dari surat ini dengan mereka yang pindah dari agama suku mereka dan masuk agama Kristen. Sama seperti orang Yahudi yang percaya kepada Yesus, mereka didesak untuk kembali pada agama yang dulu pernah mereka anut.
Penulis Surat Ibrani
Identitas si penulis tidak diketahui, tetapi hampir semua tokoh gereja zaman itu sudah disebut-sebut sebagai penulisnya oleh sarjana-sarjana Alkitab. Origen pernah mengatakan bahwa Allah sajalah yang tahu identitas penulis Surat Ibrani. Ada kesan berdasarkan pasal 13:23-24 bahwa penulis sudah sangat mengenal mereka.
Tanggal Penulisan Surat Ibrani
Kemungkinan besar surat ini ditulis sebelum penghancuran Bait Allah pada tahun 70. Nats-nats yang berikut mendukung pendapat ini:
8:4 ...di sini ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat
8:13 perjanjian yang telah menjadi tua... telah dekat kepada kemusnahannya
9:6-9 masa sekarang... dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan...
10:1-3 korban... yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan...
Kalau ayat-ayat tersebut direnungkan, maka tanggal penulisan sesudah Bait Allah dimusnahkan dan kegiatan-kegiatan di sana ditiadakan sulit untuk dapat diterima.
Tafsiran Surat Ibrani
Walaupun ada beberapa pendekatan yang dapat dipergunakan untuk memahami kesulitan-kesulitan tafsiran Surat Ibrani, tetapi dalam bahasan ini penulis menawarkan pengertian yang diperolehnya dari Zane Hodges.
Hagelberg: Ibrani (Garis Besar) GARIS BESAR
ibrani
I. Pendahuluan (1:1-4)
II. Bagian Pertama: Anak Allah adalah Raja dari Allah (1:5-4:16)
A. Raja/An...
GARIS BESAR
ibrani
- I. Pendahuluan (1:1-4)
- II. Bagian Pertama: Anak Allah adalah Raja dari Allah (1:5-4:16)
- A. Raja/Anak Allah Disanjung (1:5-14)
- B. Peringatan Pertama (2:1-4)
- C. Raja/AnakAllah sebagai Perintis yang Sempurna (2:5-18)
- 1. Dialah Perintis bagi manusia yang lain (2:5-9)
- 2. Sebagai Perintis Dia menyelamatkan orang lain (2:10-18)
- D. Peringatan Kedua (pasal 3-4)
- III. Bagian Kedua: Anak Allah adalah Imam Besar dari Allah (pasal 5-10)
- A. Pendahuluan: Imam yang memenuhi persyaratan (5:1-10)
- B. Peringatan Ketiga (5:11-6:20)
- 1. Masalah Ketidak dewasaan (5:11-14)
- 2. Jalan keluarnya (6:1-3)
- 3. Kalau tidak maju.... (6:4-8)
- 4. Dorongan semangat sebagai kata akhir pada peringatan (6:9-20)
- C. Imam yang lebih baik dengan Pelayanan yang lebih baik (7:1-10:18)
- 1. Imam yang lebih baik (pasal 7)
- a. Bobotnya Melkisedek (7:1-10)
- b. Imamat yang lama diganti dengan imamat yang baru (7:11-19)
- c. Imam yang baru lebih baik dari imam yang lama (7:20-28)
- 2. Pelayanan yang lebih baik (8:1-10:18)
- D. Peringatan Keempat (10:19-39)
- IV. Bagian Ketiga: Tanggapan yang beriman (pasal 11-12)
- A. Kehidupan Iman (pasal 11)
- 1. Pendahuluan (11:1-3)
- 2. Kehidupan Iman Tokoh-tokoh PL (11:4-16)
- 3. Pengalaman Kehidupan Iman yang bermacam-macam (11:17-40)
- B. Peringatan Terakhir (pasal 12)
- V. Penutup (pasal 13)
Hagelberg: Ibrani DAFTAR PUSTAKA
ibrani
Daftar Kepustakaan
Hodges, Zane, bahan kuliah dari Greek 225, "Epistle to the Hebrews," Dallas Theological Seminary, ...
DAFTAR PUSTAKA
ibrani
Daftar Kepustakaan
Hodges, Zane, bahan kuliah dari Greek 225, "Epistle to the Hebrews," Dallas Theological Seminary, 1982.
Hodges, Zane, "Hebrews," hal. 777-813 dalam The Bible Knowledge Commentary, John F. Walvoord dan Roy B. Zuck, red., Victor Books, Wheaton, hak cipta 1983. (Hampir semua dari bahan ini merupakan terjemahan atau sintesis dari karya Zane Hodges. Ijin sudah diperoleh.)
Mauro, Philip, God's Pilgrims: Help from Hebrews, Christian Publications, Harrisburg, dicetak 1969.
Ryrie, Charles, The Ryrie Study Bible, Moody Press, Chicago, hak cipta 1978.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
Wycliffe: Ibrani (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN IBRANI
Pernyataan Pendahuluan. Orang yang mempelajari surat ini harus memahami keunikannya. Tidak ada kitab Perjanjian Baru yang sama den...
PENDAHULUAN IBRANI
Pernyataan Pendahuluan. Orang yang mempelajari surat ini harus memahami keunikannya. Tidak ada kitab Perjanjian Baru yang sama dengan surat ini, dan karena itu surat ini memiliki persoalan-persoalan yang khas. Dalam bentuk susunan, gaya penulisan, cara mengemukakan alasan dan hubungan dengan kitab lain di dalam Alkitab, surat Ibrani mempunyai bentuk tersendiri.
Sejarahnya merupakan sejarah yang penuh kontroversi. Kitab ini pernah diabaikan, dipersoalkan kewenangannya, dipermasalahkan kanonitasnya, dan diselidiki tanpa belas kasihan untuk menentukan penulisnya. Akhir-akhir ini, analisis yang kritis telah mempertanyakan tentang bagian-bagian tertentu dari surat ini, khususnya pasal 13. Sekarang sedang diteliti apakah pasal ini ditambahkan secara keseluruhan atau secara sebagian-sebagian atau apakah surat ini merupakan bagian dari surat yang asli.
Perhatian yang meningkat terhadap masa Helenistis dalam hubungannya dengan sejarah peradaban umat manusia juga telah mempengaruhi penelitian Surat Ibrani ini. Beberapa rahasia yang terdapat di dalam surat ini sekarang diperhadapkan dengan kebudayaan Helenistis dari dunia Mediterania Timur pasca masa Alexander. Beberapa pakar beranggapan bahwa orang-orang kepada siapa surat ini ditulis secara langsung sudah terpengaruh oleh kebudayaan Helenistis dan mungkin benar-benar menjadi dikuasai oleh budaya Helenis. Pandangan semacam ini cenderung menunjukkan kemungkinan ada revisi terhadap pandangan yang lama tentang para penerima surat serta maksud penulisannya.
Konon surat Ibrani ini merupakan surat di dalam Perjanjian Baru yang paling sedikit diketahui. Pemberian alasan yang teliti, peristilahan untuk imam dan persembahan kurban, dan idealisme yang menguasai penulisnya telah dikemukakan sebagai alasan (Purdy and Cotton, Epsitle to the Hebrews, vol XI. IB). Mungkin ini memang benar, tetapi ada satu hal yang tampaknya lebih pasti. Surat ini dapat dipahami secara paling baik apabila kelima kitab Musa dikenal dengan baik sebagai dasar. Pemberian alasan yang teliti dari sistem berdasarkan kitab Imamat menghubungkan Pentateukh dengan surat Ibrani.
Masalah-masalah yang terdapat di dalam kitab ini memang menentang, Singkatnya, masalah-masalah tersebut menyangkut kepenulisannya, para pembacanya, tempat tujuan pengiriman surat, tanggal penulisan surat, alasan penulisan, dan hubungannya dengan kekristenan abad pertama. Yudaisme dan kebudayaan Helenistis.
Alasan Penulisan Surat ini. Rumusan klasik mengenai alasan surat ini ditulis adalah sebagai berikut. Orang-orang Kristen Yahudi, apakah hanya satu jemaat ataukah dalam jumlah yang lebih banyak dan tersebar. secara geografis, berada dalam bahaya akan meninggalkan Kristus dan kembali ke Musa. Kemurtadan ini merupakan bahaya yang sudah dekat (2:1) dan berlandaskan pada ketidakpercayaan (3:12). Perilaku mengisyaratkan adanya kemungkinan tersebut (5:13, 14). Mengabaikan ibadah umum (10:25), kelemahan di dalam berdoa (12:12), ketidakmantapan tertentu di dalam melaksanakan doktrin (13:9), penolakan untuk mengajar orang lain sebagaimana seharusnya dilakukan orang yang sudah dewasa imannya (5:12). dan mengabaikan Alkitab (2:1) merupakan gejala-gejala lainnya dari kelemahan rohani. Bahayanya adalah bahwa orang-orang yang merupakan "saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan surgawi (3:1) bisa "murtad lagi" (6:6) atau "murtad dari Allah yang hidup" (3:12).
Untuk mencegah perkembangan ke arah itu, penulis surat Ibrani menekankan keunggulan Kristus di dalam serangkaian kontras dengan para malaikat, Musa, Harun, Melkizedek, dan sistem dari Kitab Imamat. Tujuan dari semua kontras tersebut ialah menunjukkan keunggulan Kristus dari Yudaisme.
Pada saat sang penulis surat mengembangkan pikirannya, dia menjalin tiga buah konsep. Konsep yang pertama ialah nasihat (13:22); yang kedua ialah rangkaian lima buah peringatan (2:1-4; 3:7-19; 6:4-12; 10:26-31; 12:15-17); dan yang ketiga ialah penghiburan atau pemberian kepastian, yang dikemukakan sekitar sebuah pemikiran yang diperkenalkan dalam istilah "pandanglah" (3:1) dan mencapai puncaknya dalam istilah "ingatlah selalu akan Dia yang tekun ... " (12:3). Berdasarkan konsep-konsep inilah penulis Ibrani menentang kecenderungan ke arah kemurtadan.
Alur pemikiran yang dikembangkan oleh para pembaca pendengar sangat menarik. Apabila mengikut Kristus mengakibatkan seseorang dianiaya, hal mana tidak terjadi apabila mengikuti kebiasaan Yahudi tradisional, mengapa tidak kembali ke Yudaisme saja, dengan demikian orang tetap menganut agama tertentu dan pada saat yang sama bebas dari penganiayaan? Jelas pilihan semacam ini menarik. Jawaban terhadap pilihan tersebut dikemukakan di dalam surat Ibrani ini, yaitu dengan memperhadapkan keunggulan Kristus dengan setiap kelemahan dalam Yudaisme.
Akhir-akhir ini, pandangan klasik mengenai alasan surat ini ditulis dipertanyakan. Alexander C. Purdy. di dalam ulasan pendahuluannya untuk Opistle to the Hebrews, (IB. XI. 591, 592) mengemukakan bahwa pandangan tradisional ini hanya sekedar dugaan saja. Ia mengemukakan sembilan alasan yang menentang pandangan tradisional lalu menulis, "Sebagaimana adanya ketika itu, surat Ibrani merupakan sebuah penjelasan tentang keyakinan tertinggi Agama Kristen yang berlandaskan pada gambaran pendahuluan yang sah dalam Perjanjian Lama tentang penetapan persembahan kurban yang sangat perlu untuk. dapat menghampiri Allah, sekarang sudah nyata bagi semua orang. Yahudi dan bukan Yahudi, di dalam pengorbanan Kristus" Keyahudian yang kental dari surat Ibrani ini, menurut Purdy. lebih disebabkan oleh bentuknya dan bukan oleh isi amanatnya. Purdy kemudian mengemukakan bahwa penulis surat Ibrani ini sedang memerangi sebuah bentuk Gnostik dan Helenisme Yahudi-Kristen dan bukan Yudaisme itu sendiri, tetapi dia mengakui bahwa pandangannya ini baru bersifat hipotetis saja.
Apabila kita menyetujui pandangan Purdy bahwa penulis surat ini sedang memerangi Gnostik Yahudi-Kristen yang berintikan kebudayaan Helenistis, kita tetap perlu menghadapi kenyataan bahwa tema utama dari kitab ini mempunyai karakter dan uraian yang bersifat Yahudi. Sesungguhnya, surat Ibrani mempersatukan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru di dalam pribadi dan karya Yesus Kristus. Surat Ibrani ini dapat dianggap sebagai perluasan selanjutnya dari Yohanes 17 karena menghubungkan doa imam besar dengan pelayanan Kristus sebagai imam besar. Sebagaimana doa dalam Yohanes 17 mencatat permohonan Tuhan kita agar orang-orang percaya aktif di dalam dunia, di dalam doa tersebut juga terungkap permohonan ... supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat" (Yoh. 17:15). Surat Ibrani memberitahukan cara perlindungan tersebut dilaksanakan, di bawah tekanan penganiayaan dan godaan untuk murtad. Untuk memberikan semangat agar perlindungan tersebut dimanfaatkan, penulis surat ini menyeimbangkan pembahasan yang bersifat doktrinal dengan pemberian nasihat, yang bersifat pastoral dan yang bersifat praktis, pemberian penghiburan dengan pemberian nasihat.
Yudaisme, sebuah "tempat perlindungan menarik" bagi orang-orang Kristen Yahudi yang sedang dianiaya, karena itu ditentang dengan cara membeberkan perbedaannya dengan Kristen. Sang penulis bertekad untuk menolong orang-orang percaya mula-mula ini mengadakan pemilihan bermodalkan pengetahuan mengenai perbedaan antara Yudaisme dengan karya Kristus bagi dan di dalam diri orang percaya. Semua ini dirancang untuk meyakinkan orang yang sedang mengalami cobaan itu mengenai keunggulan Yesus Kristus.
Pada saat yang sama, surat yang dimaksudkan untuk memberikan semangat kepada orang-orang percaya abad pertama ini juga mengandung manfaat bagi kita. Surat lainnya di dalam Perjanjian Baru tidak ada yang sejelas ini menjawab soal "mengapa" ada pengorbanan Kristus itu dan ada penebusan yang tersedia melalui pengorbanan ini.'Tidak ada surat lain dalam Perjanjian Baru yang dengan demikian jelas menghubungkan pelayanan ganda Kristus selaku Anak Allah yang kekal dan selaku Anak Manusia yang menderita. Dosa, kesalahan, pendamaian, dan pengampunan dosa dapat dipahami secara lebih lengkap melalui surat Ibrani ini. Kitab ini juga membantu kita memperoleh suatu pemahaman yang lebih baik mengenai sejumlah kebenaran atau peristiwa dalam Perjanjian Lama. Juga perbedaan antara Yudaisme dengan kekristenan menjadi jelas melalui pengajaran dari surat Ibrani ini.
Johannes Schneider menulis, "Surat Ibrani sangat seadanya dalam menilai kehidupan nyata dari jemaat-jemaat. Penulisnya memahami berbagai bahaya yang mengancam umat Allah di atas muka bumi ini. Oleh karena itu surat ini menasihatkan untuk berpegang teguh pada iman dan jangan tidak setia kepada Kristus" (The Letter to the Hebrews, hlm. 8). Dengan penekanannya pada pelayanan imamat Kristus, dan sejumlah keuntungan yang dimiliki orang percaya di dalam Kristus, serta nasihatnya yang kuat untuk mengembangkan iman yang kokoh, surat Ibrani dewasa ini tetap relevan.
Tanggal dan Tujuan Penulisan Surat Ini. Berbagai faktor ikut menentukan tanggal surat ini ditulis. Yang terpenting di antara semua faktor tersebut tampaknya ialah pertikaian Yahudi-Romawi yang terjadi sesudah tahun 68 M serta dihancurkannya Bait Allah pada tahun 70 M. Memang pertikaian, Bait Allah dan dihancurkannya Yerusalem tidak disebut di dalam surat ini. Oleh karena itu muncul dugaan bahwa surat ini ditulis sebelum tahun 68 M atau sesudah tahun 80 M. Tanggal yang lebih awal rupanya lebih tepat, tetapi harus dilihat dalam kaitan dengan disebutnya Timotius (13:23) dan "saudara-saudara di Itali" (13:24). Juga pengetahuan tentang adanya surat ini di dalam surat Clemens dari Roma kepada jemaat di Korintus (tahun 95 M) memainkan peranan tertentu di dalam menentukan tanggal penulisan surat ini dan mungkin juga tentang kepada siapa surat ini ditujukan.
Alasan yang mendukung tanggal yang belakangan untuk penulisan surat Ibrani ini dikemukakan secara paling baik dalam IB, Introduction, XI halaman 593, 594. Dengan memadukan berbagai alasan rasional dan memanfaatkan surat I Clements sebagai titik acuan, IB mengusulkan sebuah tanggal di sekitar akhir tahun tujuh puluhan dan awal tahun sembilan puluhan, namun kemudian berkesimpulan bahwa tanggal sesungguhnya tidak jelas.
Sebaliknya, Canon Farrar, Cambridge Greek Testament (sesudah ini disingkat CGT). mewakili berbagai pandangan abad kesembilan belas, dan Gleason L. Archer di dalam bukunya The Epistle to the Hebrews: A Study Manual, dua-duanya mengusulkan tanggal penulisan di antara tahun 64 M dan 68 M. Archer kemudian mempersempit lagi jangka ini menjadi tabun 65 atau 66 M sebagai tahun yang paling masuk akal, sesuai dengan bukti-bukti dari dalam dan dari luar surat. Semua pandangan yang dikemukakan mengenai tanggal penulisan menekankan pentingnya soal tidak tercantumnya dalam surat tersebut rangkaian peristiwa yang terjadi di Yerusalem pada dasawarsa keenam abad pertama.
Mengenai tujuan penulisan, terdapat tiga buah teori utama yang berlaku, masing-masing menunjuk kepada sebuah kota besar di dunia Romawi dan Mediterania. Ada yang mengemukakan pandangan keempat yang sebenarnya merupakan modifikasi dari salah satu teori utama.
(1) Surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi yang tinggal di Yerusalem dan sekitarnya.
(2) Surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi yang tinggal di Aleksandria. Pandangan ini cenderung dianut oleh mereka yang mendukung anggapan adanya warna Aleksandria yang kuat di dalam surat ini.
(3) Surat ini ditujukan bagi sebuah jemaat Kristen Yahudi yang beribadah di Roma dan berada dalam pencobaan dan penganiayaan yang berat. Pandangan "jemaat di Roma" juga cenderung menganut teori "satu jemaat", yakni bahwa para penerima pertama surat ini adalah sebuah jemaat kecil, atau suatu "persekutuan rumah tangga" di Roma.
(4) Sebuah modifikasi dari (3). Jemaat yang dituju oleh surat Ibrani merupakan jemaat yang kecil, tetapi mereka bisa berada di mana saja di wilayah kerajaan Romawi, dan tidak harus di Roma.
Alasan-alasan yang kuat telah dikemukakan untuk semua pandangan tersebut; semuanya juga sarat dengan persoalan. Bukti dari dalam surat ini sendiri hampir tidak membantu dalam memecahkan persoalan-persoalan di antara berbagai teori itu. Secara tersirat ada disebut Yerusalem (13:12) dengan cara yang pasti dipahami oleh semua orang Yahudi. Penyebutan Italia (13:24) bersifat umum sehingga nyaris tidak membantu dalam menentukan tujuan semula surat ini.
Namun ada satu hal yang jelas. Orang-orang kepada siapa surat ini dituju dikenal sebagai orang Ibrani dan mengaku Kristen. Sebagaimana ditunjukkan oleh Downer, yang kelihatan ialah orang Ibrani dan sudut pandang Ibrani yang berlaku (Arthur Cleveland Downer, The Principles of Interpretation of the Epistle to the Hebrews, hlm. 8). Orang-orang Kristen Ibrani ini telah menderita kerugian, mereka diejek, banyak mengalami pencobaan, kehilangan hak istimewa, dianiaya, dicemooh dan dibenci secara terbuka oleh sesama orang Yahudi. Namun keadaan semacam ini bisa terjadi di mana saja di seluruh wilayah Romawi pada abad pertama.
Kenyataannya ialah bahwa semua teori yang dikemukakan memiliki unsur mungkin dan tidak mungkin yang sama besarnya. Pembahasan mengenai masalah tujuan dari surat ini dapat diperiksa secara panjang lebar dalam karya Farrar, CGT; A. B. Davidson, The Epistle to the Hebrews,, Archer, The Epistle to the Hebrews: A Study Manual; William Manson, The Epistle to the Hebrews, An Historical and Theological Reinterpretation; dan IB, XI. Mengenai pandangan yang sekarang. teori "Yerusalem" dikemukakan secara paling baik oleh William Leonard, Authorship of the Epistle to the Hebrews: Critical Problem and Use of the Old Testament. Teori "Roma" dan "satu jemaat" dipertahankan secara paling baik oleh William Manson (op.cit.), yang menunjukkan bahwa arsip surat sebuah jemaat di Roma yang mula-mula menyimpan surat yang berisi nasihat dan peringatan ini. Namun pernyataan ini pun merupakan dugaan saja.
Kepenulisan. Siapa penulis surat Ibrani tetap merupakan masalah terbesar bagi mereka yang mempelajari kitab ini. Penulis-penulis yang ditunjukkan jumlahnya banyak, demikian pula pandangan yang mendukung setiap pendapat itu. Rasul Paulus. Apolos, Barnabas, Lukas, Timotius. Akwila dan Priskilla, Silas, Ariston dan Filipus sang diaken semuanya pernah ditunjuk sebagai penulis, lengkap dengan alasan-alasan pendukungnya. Penelitian terhadap tradisi dari gereja mula-mula dan dari para Bapa gereja, baik Timur maupun Barat, hanya membuktikan bahwa ada aneka ragam pandangan.
Surat ini sendiri tidak menyebutkan atau bahkan menyinggung secara tersirat sekalipun siapa yang menulisnya. Terdapat dua pandangan utama yang paling menonjol dalam menetapkan penulis surat ini. (1) Bahwa Pauluslah penulis surat ini. Alasan yang diajukan untuk mendukung pandangan ini juga telah dikembangkan sampai mencakup kemungkinan adanya seorang penulis tidak dikenal yang telah dibina dan dipengaruhi oleh rasul Paulus, sehingga memberikan warna Paulus yang khas kepada surat ini. (2) Tradisi Aleksandria dan pengaruhnya, berlandaskan penggunaan Perjanjian Lama terutama secara tipologi. Pemikiran di sini menemukan bahwa analogi-analogi tertentu dalam Kitab Ibrani serupa dengan sejumlah analogi dalam karya Filo dari Aleksandria. Pandangan ini sekarang hanya sedikit pengaruhnya. Sebagaimana dicatat dalam SHERK, II. 877, pengaruh Filo terhadap penulis surat Ibrani tidak diakui oleh sebagian besar pakar, sedangkan pada saat yang bersamaan pengaruhnya atas para leluhur Aleksandria pada umumnya diakui.
Alasan yang mendukung kepenulisan Paulus sangat bersandar pada pasal terakhir (13) dari surat ini. Sifat pribadi dari pasal ini merupakan ciri khas dari rasul Paulus, demikian pula gaya penulisan suratnya. Penyebutan Timotius dan Italia (13:23, 24) tampaknya berhubungan langsung dengan sang rasul. Di samping itu, terdapat persamaan yang menonjol di antara bahasa kitab ini dengan bahasa surat-surat Paulus (mis. 1:4; 2:2; 7:18;12:22); dan argumentasi kristologi yang terdapat di dalam surat ini sama dengan kristologi Paulus di dalam surat-suratnya. Sebagian besar dari argumentasi ini bersifat terlalu cepat menarik kesimpulan sebab kesamaan-kesamaan tersebut juga dapat dijumpai pada setiap penulis Kristen pada awal sejarah kekristenan. Dukungan terhadap kepenulisan Paulus yang mungkin tanpa tandingan terdapat di dalam karya William Leonard, authorship of the Epistle to the Hebrews: Critical Problem and Use of the Old Testament.
Berbagai alasan yang menentang kepenulisan Paulus adalah sebagai berikut: (1) tidak disebutnya nama rasul Paulus secara khusus sebagai penulis sebagaimana dilakukan olehnya di dalam surat-surat yang diakui telah ditulis olehnya; (2) pemakaian bahasa yang kaidah penyusunan, pembahasan dan gaya penulisannya lebih tinggi daripada yang digunakan Paulus; dan (3) pengembangan logika dari argumentasi yang dikemukakan bukan merupakan ciri Paulus. Irama surat Ibrani bersifat retoris dan Hellenistis, dan gaya penulisannya, secara umum, jauh lebih tenang dan ketat dibandingkan dengan gaya penulisan Paulus.
Berbagai perbedaan doktrinal tampak di dalam (1) pembahasan tentang iman, (2) pandangan eskatologis yang dikemukakan dalam pasal 12, (3) penerapan hukum Musa di dalam argumentasinya, dan (4) konsep tentang tempat ibadah. Leonard bahkan mengemukakan bahwa kebiasaan untuk menganggap Perjanjian Lama sebagai "gudang contoh" (op.cit, hlm. 19), bukan merupakan ciri khas surat-surat Paulus.
Lalu apa yang diketahui tentang surat ini? Penulis surat ini adalah seorang yang cukup memahami Alkitab, seorang teolog alkitabiah yang berpikir dari segi sejarah penebusan dan cukup mengenal Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani (LXX). Sekalipun dia adalah orang Yahudi, dia sangat memahami kebudayaan Helenistis maupun tradisi Yahudi. Dia adalah seorang pemikir bebas yang mungkin terpengaruh oleh rasul Paulus dan para pemikir Aleksandria. Dia berhasil menciptakan sebuah bentuk karya tulis yang unik. berbeda dengan kitab-kitab lainnya di dalam Perjanjian Baru.
Penulis ini sepenuhnya setia pada pokok bahasannya yaitu menjelaskan hubungan antara Yudaisme dengan agama Kristen, yang dilakukan dengan terus menerus mengemukakan keunggulan mutlak dari kekristenan. Mungkin dia adalah seorang pengkhotbah - pengajar, seorang yang cukup paham dengan hubungan pembicara - pendengar sehingga memiliki gaya menasihati - menjelaskan - mengingatkan yang dimanfaatkan olehnya secara berhasilguna. di dalam memanfaatkan metode ini, penulis menunjukkan bahwa dirinya bukan sekedar tahu sepintas tentang pikiran rasul Paulus.
Bagaimanapun juga, identitas yang sesungguhnya dari penulis surat ini tetap tidak diketahui. Sebagai kesimpulan, mungkin pandangan Origenes (abad ketiga) yang dikutip oleh Eusebius (abad keempat) nyaris tidak bisa lebih disempurnakan lagi mengenai pernyataannya tentang masalah kepenulisan ini,
"Gaya penulisan surat ini dengan judulnya `kepada orang Ibrani,' tidak menunjukkan gaya besar yang dimiliki oleh sang rasul, yang mengakui bahwa ia hanya memakai bahasa sehari-hari, yaitu dalam kalimat-kalimatnya. Tetapi bahwa bahasa Yunani surat ini lebih murni di dalam penyusunan kalimat-kalimatnya akan diakui oleh setiap orang yang mampu menangkap perbedaan gaya tersebut. Juga akan tampak bahwa gagasan yang dikemukakan oleh surat ini sangat indah, dan tidak kalah dengan kitab manapun yang ditulis oleh seorang rasul. Setiap orang yang membaca tulisan para rasul dengan cermat pasti akan mengakui kenyataan ini."
Sesudah itu Eusebius menambahkan atau mencantumkan,
"Tetapi saya hendak mengatakan bahwa pemikiran yang dikemukakan dalam surat ini adalah milik sang rasul, tetapi gaya penulisan dan kalimat-kalimat yang dipakai adalah milik seseorang yang telah mencatat apa yang dikatakan oleh sang rasul, dan seseorang yang telah mencatat pada waktu luangnya apa yang dikemukakan oleh gurunya itu. Jika karena itu ada gereja yang menganggap surat ini sebagai berasal dari rasul Paulus, hendaknya gereja tersebut dipuji, sebab orang-orang zaman dahulu itu juga tidak mengedarkan surat ini tanpa alasan yang jelas. Tetapi siapa yang sesungguhnya menulis surat ini, hanya Allah yang tabu" (Eusebius, Ecclesiastical History).Â
Penerimaan Surat Ini di Kalangan Gereja. Di luar Perjanjian Baru surat ini disebut pertama kali di dalam Epistle to the Corinthians yang ditulis oleh Clemens dari Roma. Surat ini dikenal oleh gereja Timur maupun Barat. tetapi tampaknya tidak begitu dikenal di Barat hingga sesudah abad keempat. Para Leluhur Aleksandria secara aktif tertarik untuk membahas masalah-masalah dari surat ini, dan baik Clemens maupun Origenes menafsirkan amanat surat ini serta membahasnya secara panjang lebar. Judul "Kepada Orang Ibrani" muncul pada akhir abad kedua dan sejak itu dipakai secara umum.Â
Sejak semula surat ini telah diterima di dalam kanon. Tidak ada tokoh berwewenang, terkecuali Tertulianus, yang tidak mencantumkan surat ini di dalam kanon Perjanjian Baru.
Pada akhir abad keempat Barat menjadi lebih'tertarik kepada surat ini. dengan Jerome di dalam karyanya Epistle 129 secara terus terang menyebutkan bahwa ia tanpa ragu menerima Surat Ibrani di dalam kanon Perjanjian Baru. Pandangan ini dianut secara konsisten oleh para tokoh abad pertengahan dan kelompok humanis menerimanya. Erasmus, sarjana humanis terkemuka, dan Luther, sang Reformator, menerima surat ini sebagai bagian dari kanon Perjanjian Baru, sekalipun pandangan mereka mengenai penulisnya berbeda. Kelompok pasca-Reformasi tidak berhasil mempersoalkan kanonitas surat ini, tetapi lebih memperhatikan masalah kepenulisannya.
Alur Pembahasan Surat Ini. Tesis penulis surat ini rupanya tertuang dalam dua pokok pikiran yang masing-masing dijelaskan dan diilustrasikan menurut logika argumennya. Pokok pikiran yang pertama terungkap di dalam istilah "pandanglah yang dipakai pada 3:1 dan 12:3. Dalam setiap peristiwa itu nasihat yang diberikan adalah untuk memandang Kristus. Di dalam 3:1 Dia harus dipandang sebagai Rasul dan Imam Besar yang kita akui," dan dalam 12:3 Dia harus dipandang sebagai orang yang tekun, sebagai teladan utama dalam hidup beriman. Dengan istilah "pandanglah" yang dimaksudkan oleh penulis adalah merenungkan, mempelajari, meneliti dengan cermat, pikirkan dengan sungguh-sungguh. Perhatikan bahwa orang-orang percaya diingatkan untuk memandang Kristus, dan bukan hanya melihat alasan yang masuk akal mengapa Dia harus dipandang, sebagaimana dikemukakan dalam surat ini.
Melalui alur pembahasan di dalam surat ini, pembaca dituntun untuk "memandang Dia" di dalam imamat dan pengorbanan-Nya. Berbagai kontras yang dibuat di sepanjang surat ini secara meyakinkan menunjukkan keunggulan Kristus atas malaikat. Musa, Harun, Melkizedek, sistem Imamat, dan akhirnya bahkan atas semua teladan terbesar dari hidup beriman yang dicatat oleh Perjanjian Lama (pasal 11). Selaku imam Allah dan persembahan kurban yang diterima oleh Allah, Kristus kini berbicara dari dalam tempat ibadah, memberikan jaminan kepada setiap orang percaya untuk mendapat jalan masuk langsung ke hadirat Allah, dan kepastian bahwa semua permohonan dan permintaan akan didengar (4:14-16).
Pokok pikiran yang kedua dijumpai di dalam istilah nasihat (paraklesis) dengan kata kerja pendampingnya, "Aku menasihatkan" (13:22). Pokok pikiran ini pernah disebut sebagai judul informal dari surat ini. Farrar (CBSC) menunjukkan bahwa seluruh informasi yang ada di dalam surat ini bertujuan untuk menasihati pembacanya. Penganiayaan. pencobaan dan kesulitan akan menjadi lebih ringan apabila orang Kristen. yang juga orang Yahudi mau "memandang Dia" (12:3) dan menyambut "nasihat ini" (13:22). Argumen pendukung bagi tema ganda ini kemudian diteguhkan oleh argumen keunggulan - kekristenan - atas - Yudaisme yang untuknya nasihat ini diarahkan.
Tujuan utama surat ini ialah memberikan informasi kepada orang-orang Kristen yang kecil hati dan juga memberi mereka semangat, dan mendukung kedua pendekatan tersebut dengan memanfaatkan sejumlah contoh dari Kristus dan dari orang-orang yang telah hidup berhasil oleh iman. Sebagai inti dari semua ini penulis menempatkan kekekalan (karena itu tidak berubah) dari imamat Kristus "menurut cara Melkisedek" (pasal 7).
Aneka Gagasan dan Konsep Penulis: Sumber dan Penggunaan. Bentuk dan gaya penulisan yang khas (lihat bagian berikutnya dari Pendahuluan ini) menjadikan surat Ibrani berbeda dengan surat-surat lainnya dalam Perjanjian Baru. Penulisnya menggunakan metode, pengaturan dan tehnik penulisan yang berbeda dengan penulis Perjanjian Baru lainnya. Dia juga mengungkapkan gagasan dan perpaduan pikiran dengan peristiwa yang khas dirinya. Karena tujuan utama dari surat ini bersifat praktis, yaitu untuk mencapai kepraktisan, penulis membawa semua konsep teologisnya ke dalam kerangka acuan khusus tentang nasihat, peringatan dan penghiburan ini. Ia berkonsentrasi pada berbagai konsep dan ide teologis yang ia anggap penting. Pertimbangannya atas nama para pembaca adalah karena inilah yang paling diperlukan oleh orang-orang percaya agar mereka kuat imannya.Â
Dia membahas ide-ide ini sebagai seorang pembicara, yaitu dengan mengemukakan kebenaran demi kebenaran untuk mendukung pokok pembahasan utama. Di antaranya disisipkan sejumlah peringatan yang rupanya khusus dirancang untuk mengingatkan kepada para pendengar (pembaca) mengenai berbagai akibat yang timbul kalau orang tidak memahami kebenaran mengenai Kristus.
Gaya penulisan yang sangat indah ditunjukkan oleh penulis surat ini. Rupanya latar belakang pendidikan telah memberikan kepadanya kemahiran mengenai cara-cara menyusun sebuah karya sastra. Bahasa Yunani yang dipakai olehnya mungkin termasuk yang paling sempurna, sejajar dengan yang dipakai oleh Lukas. Kedalaman dan keakraban budaya yang ia miliki juga tampak dengan jelas. Penulis kelihatannya menyadari dan menunjukkan pengaruh gaya hidup Yunani (Helenisasi) atas Yudaisme dan atas dunia Mediterania.
Di dalam ide-ide yang diungkapkan secara nyata, penulis melandaskan pembahasan teologisnya pada ayat-ayat Alkitab dan mengembangkannya dengan menempatkan alam dunia yang seperti bayangan berhadapan dengan alam nyata, atau surga. Sumber Perjanjian Lama atau Alkitab yang dipakai olehnya adalah Septuaginta atau LXX. Dalam beberapa hal, kata-kata yang dipergunakan dalam LXX tidak ada di dalam teks Ibrani yang ada pada kita. Untuk membuktikan bahwa alam surgawi merupakan alam nyata. penulis menjadikan semua nas kalau bisa untuk dikaitkan dengan Kristus. Seluruh Perjanjian Lama. sebagaimana digunakan oleh penulis surat ini, merupakan paparan berkesinambungan yang mengungkapkan pribadi dan karya Tuhan Yesus Kristus. Jalan masuk ke alam surgawi dan pemahaman kita akan alam tersebut juga terdapat di dalam Kristus.
Penulis surat Ibrani adalah satu-satunya penulis Perjanjian Baru yang membahas sejumlah pokok tertentu. Tidak ada penulis Perjanjian Baru lain. misalnya, yang membahas makna Melkisedek (7:1-14). Suatu cara baru untuk menghargai peranan para leluhur Israel juga dijumpai di dalam pasal 11. Beberapa aspek dari kehidupan Musa yang ditekankan di dalam surat ini juga tidak dibahas di dalam kitab-kitab yang lain. Pokok tentang pertobatan disajikan secara berbeda (12:17) seperti halnya pokok tentang dosa yang disengaja (10:26). Banyak konsep pribadi dari sang penulis telah menimbulkan kesulitan penafsiran bagi angkatan-angkatan berikutnya.
Pokok yang dikembangkan secara paling lengkap di dalam surat ini ialah keimaman Kristus. Pokok ini merupakan pokok khas surat Ibrani, pokok yang paling penting untuk dipahami. Waktu mengemukakan konsep tersebut tampak tiga buah "sumber": (1) lembaga imamat dan upacara kurban dalam Perjanjian Lama atau sistem Imamat; (2) Yudaisme; dan (3) kekristenan rasuli. Pengaruh lain apa pun yang mungkin ada, ketiga sumber inilah yang paling menonjol.
Selaku imam, Kristus dipanggil secara ilahi, dan manunggal dengan kemanusiaan (2:14-18; 4:15, 16; 5:1-3). Dia memenuhi kebutuhan umat-Nya (2:17-18). Dia membuka jalan menuju hadirat Allah (10:19, 20), dan membuka "tempat yang maha kudus" dan "takhta kasih karunia" (4:14-16). Dia menjadi persembahan kurban yang sempurna dan terakhir (10:18). Oleh pelayanan imamat Kristus, orang percaya mendapat kekuatan iman dam kehormatan untuk menyembah. Mungkin tidak ada kitab di dalam Perjanjian Baru yang lebih sempurna mengemukakan persekutuan dengan Allah melalui penyembahan dibandingkan dengan surat ini.
Kristologi Kitab Ibrani itu kaya, tetapi terutama hal itu dikemukakan di dalam pelayanan dan fungsi Kristus selaku imam. Kristus pertama kali diperkenalkan sebagai Oknum yang menyatakan Allah (1:1) dan pelaksana penciptaan (1:1-4). .Makna dari kata gambar wujud pada 1:3 tidak boleh diabaikan. Sesudah pendahuluan ini, pembahasan Kristologi dengan cepat mengalir ke dalam argumen utama tentang pelayanan Kristus selaku imam.
Ajaran moral dari surat Ibrani memiliki standar yang paling tinggi dan sepenuhnya kristiani, sekalipun disajikan secara umum. Hanya di dalam pasal 13 ajaran moral surat ini bersifat khusus dan terarah. Kasih persaudaraan (13:1), kemurahan terhadap orang asing (13:2) dan mereka yang kurang beruntung (13:3), pernikahan yang terhormat (13:4). sikap yang benar terhadap kekayaan materiil (13:5), menghormati penatua (13:7, 17) melakukan perbuatan baik (13:16) diperintahkan secara positif. Untuk semua hal ini seorang Kristen tidak memiliki pilihan. Banyak dari perintah moral dalam surat ini terdapat dalam analogi imamat sehingga tidak segera kelihatan seperti dalam Injil-injil Sinoptis atau dalam beberapa surat Paulus.
Mengenai nilai praktisnya, surat Ibrani secara kokoh berlandaskan pada kenyataan bahwa Kristus memenuhi kebutuhan semua orang pada setiap saat (termasuk manusia modern). Setiap saat manusia dapat menghampiri Allah melalui Kristus. Di dalam konsep ini terungkap kesatuan sejarah sebagai bersifat langsung dan menyelamatkan. dengan Allah yang melalui Kristus menentukan nasib umat manusia sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya.
Surat Ibrani tidak membuat sebuah filsafat sejarah yang berbeda dengan yang terdapat dalam kitab-kitab lain dalam Perjanjian Baru.
Bentuk Dan Gaya Penulisan. Hanya bagian mulai 13:17 hingga 13:25 yang membuat kitab ini memenuhi syarat sebagai surat. Tetapi jenis penulisan kitab ini merupakan masalah. Diawali bagaikan sebuah risalah, dilanjutkan bagaikan sebuah khotbah dan diakhiri bagaikan sebuah surat. Bentuk awalnya yang sekarang merupakan satu-satunya bentuk awal yang dimiliki kitab ini. Di dalamnya tidak terdapat salam ataupun sebutan yang bersifat pribadi. Di dalam bentuk sastranya terdapat beberapa ciri khas. Waktu mengutip Perjanjian Lama si penulis dapat memakai sebuah ayat secara harfiah, secara historis ataupun secara tipologis. Konsistensi penulis hanya terdapat dalam kenyataan bahwa caranya mengutip nas Perjanjian Lama mendukung alur pembahasan utamanya ketika dicantumkan.
Telah ditunjukkan bahwa semua nasihat dan peringatan di dalam surat Ibrani menggolongkan kitab ini sebagai bersifat polemik, dengan bentuk akhir yang seperti surat sebagai cara untuk mengakhiri polemik tersebut. Jika gagasan ini benar, maka sang penulis secara menakjubkan sanggup mengelak menyebut dirinya. Acuan-acuan yang bersifat otobiografis tidak ada sama sekali, dan berbagai metafora yang dipakai memperkuat polemik itu tanpa menunjukkan satu pun petunjuk tentang siapa yang melancarkan polemik ini.
Selama ini ada pendapat bahwa bentuk sastra utama dari surat Ibrani mengikuti pola Aleksandria yang diciptakan oleh Filo (lihat J. Herkless [ed], Hebrews and the Epistles General of Peter, Janzes and John; juga IB). Cara sang penulis mengkontraskan alam surgawi dengan alam duniawi, alam "bayangan" dengan alam nyata oleh kalangan tertentu dianggap sebagai teknik penulisan yang diambil alih dari Filo dari Aleksandria. IB menyebut gaya ini pandangan "bertingkat dua " tentang realitas yang mengendalikan seluruh pemikiran surat Ibrani (XI, 583).
Pandangan lain yang dikemukakan ialah (1) bahwa pengaruh Filo dapat diabaikan, atau (2) bahwa teori pengaruh Filo ini sama sekali tidak benar. Manson cenderung memperkecil pengaruh Filo (William Manson, The Epistle to the Hebrews, An Historical and Theological Reinterpretation). A. B. Davidson, ketika membahas penulis surat Ibrani (op.cit) berbicara tentang jejak-jejak pengaruh dari "kebudayaan Aleksandria atas bahasa yang dipakainya." tetapi tidak mengajukan alasan untuk mendukung pandangan pengaruh Filo ini. Jadi dalam hal tertentu, asal-usul dari bentuk surat Ibrani tetap merupakan masalah terbuka. (3) Sekalipun demikian, Spicq (L' epitre aux Hebrews), mencatat cukup banyak petunjuk yang ia anggap sebagai menunjukkan latar belakang pemikiran Filo.
Bagaimanapun juga, yang jelas adalah bahwa penulis surat ini secara sistematis mengemukakan serangkaian ide dasar yang berdasarkannya ia mengaitkan nas-nas dari Perjanjian Lama dengan argumen-argumen. Diterima atau tidaknya gagasan yang dikemukakan ini bukan tujuan sang penulis. Yang lebih diharapkan olehnya ialah agar orang-orang percaya memahami sepenuhnya semua gagasan tersebut dan bertindak sesuai dengannya. William Leonard (op.cit, hlm. 221) berhasil menemukan tujuh buah gagasan semacam itu: (1) kedudukan Kristus sebagai Anak; (2) imamat Kristus, dasar bagi pembersihan dari dosa: (3) imam yang duduk di sebelah kanan Allah, dasar bagi pengharapan Kristen: (4) janji Allah kepada Abraham; (5) permanennya "perhentian Sabat" yang dijanjikan; (6) berbagai akibat dari kemurtadan; dan (7) nasihat untuk hidup suci dengan mengingat masa depan. IB (loc.cit) mencatat adanya tiga belas gagasan pokok semacam itu, yang mencakup ketujuh gagasan di atas, tetapi menambahkan beberapa gagasan seperti janji bahwa Kristus akan datang kembali, kalahnya Iblis. kemenangan atas maut, dalam janji akan kelepasan orang-orang percaya dari perbudakan. Semua gagasan ini adalah kesatuan-kesatuan yang konstan: dan haik dalam bentuk maupun gaya penyajiannya, segala sesuatu dijadikan mengacu kepada salah satu atau lebih gagasan dasar tersebut.
Yang menjadi inti dari semua gagasan ini ialah konsep tentang Kristus selaku imam sempurna Allah yang menetapkan perjanjian baru melalui karya imamat-Nya dan juga melalui kematian-Nya sebagai kurban. Kristologi tinggi dari surat Ibrani ini tidak diragukan lagi. Namun sekalipun Kristologi surat ini didukung oleh begitu banyak masukan dari Perjanjian Lama dan gagasan lain yang pokok dalam surat ini, persoalan membingungkan berupa akhir berbentuk surat mulai dari 13:17 ke belakang tetap ada. Empat penyelesaian yang mungkin bagi persoalan membingungkan itu adalah: (1) Bahwa penulis menulis surat ini kepada kelompok tertentu dan sejak semula sudah menetapkan akan mengakhiri karyanya dengan cara ini; (2) Bahwa surat yang asli .dikirim ke sidang pembaca yang kedua, dan bahwa bagian akhir yang baru telah ditambahkan untuk menolong kelompok yang kedua ini; (3) Bahwa seorang lain dan bukan penulis yang telah menambahkan bagian akhir tersebut ketika mengirimkannya kepada kelompok yang lain; (4) Bahwa seorang telah menambahkan bagian akhir ini untuk memberikan kesan bahwa seluruh surat ini ditulis oleh Paulus. Dari keempat gagasan tersebut, gagasan pertama dan keempat merupakan gagasan yang paling masuk akal.
Beberapa ciri dari gaya penulisan surat ini juga tampak menyolok. Penulis memiliki kebiasaan untuk memulai kutipan dari Perjanjian Lama dengan "Allah berfirman" (lihat 4:3, 5:5, 6; 8:10; dan "Roh Kudus mengatakan" (3:7). Penulis juga biasa memperkenalkan bagian-bagian dari uraiannya beberapa saat sebelum dia membahasnya secara lengkap. Karena itu setiap uraian yang agak panjang dalam surat ini mempunyai pernyataan pendahuluan. Pada semua bagian dia mengacu kepada hukum ritual dan bukan hukum moral atau hukum sosial dari hukum Taurat, seperti tentang hari-hari raya. Secara khas penulis memakal nama "Yesus" dan bukan memakai nama lengkap-Nya sebagaimana yang digunakan oleh rasul Paulus. Selanjutnya. waktu memperkenalkan "Yesus" sebagai "jalan yang baru dan yang hidup penulis tidak berbelok dari alur pemikiran atau meninggalkan uraiannya secara tidak lengkap. Penulis surat ini rupanya benar-benar menguasai diri dan menguasai teknik-teknik penulisan yang dipakai olehnya.
Wycliffe: Ibrani (Garis Besar) GARIS BESAR IBRANI
I. Pendahuluan (1:1-4)
A. Kristus Lebih Tinggi dari Para Nabi (1:1, 2)
B. Kristus, "cetakan" A...
GARIS BESAR IBRANI
- I. Pendahuluan (1:1-4)
- II. Semua Uraian Utama Diperkenalkan dan Dijelaskan (1:5-10:18)
- A. Kristus "Lebih Besar Daripada"; Alasan Pendukung Keunggulan (1 :5--7:28)
- 1. Lebih Tinggi dari Para Malaikat (1:5-14)
- 2. Keselamatan yang Lebih Besar dan Peringatan (2:1-4)
- 3. Kristus Sebagai Manusia Sempurna (2:5-18)
- 4. Kristus Lebih Tinggi dari Musa (3:1-6)
- 5. Keunggulan Keamanan Kristus Atas Keamanan dan Yosua (3:7-4:13)
- 6. Kristus Selaku Imam Besar dari Harun (4:14-5:10)
- 7. Sebuah Teguran Karena (5:11-6:20)
- 8. Imamat Melkisedek (7:1-28)
- B. Kristus, Pelayan dan Imam Besar Perjanjian Baru (8:1 - 10:18)
- III. Unsur-unsur Kehidupan Beriman (10:19-13:17)
- A. Gambaran Tentang, Kehidupan Beriman (10:19-25)
- B. Gambaran Tentang Orang-orang yang Menolak "Jalan dan yang Hidup" (10:26-30)
- C. Sejumlah Teladan Hidup Beriman (11:1-40)
- D. Kristus, Teladan Utama Kehidupan Beriman (12:1-4)
- E. Kasih Bapa Dikenal Melalui Penghajaran (12:5-11)
- F. Perilaku Kristen di Bawah Perjanjian Baru (12:12-29)
- G. Kehidupan Kristen Dalam Praktik Sehari-hari (13:1-17)
- IV. Penutup yang Bersifat Pribadi (13:18-15)
BIS: Ibrani (Pendahuluan Kitab) SURAT KEPADA ORANG IBRANI
PENGANTAR
Surat Kepada Orang Ibrani ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen,
yang karena terus-menerus mengalami tek
SURAT KEPADA ORANG IBRANI
PENGANTAR
Surat Kepada Orang Ibrani ini ditujukan kepada sekelompok orang Kristen, yang karena terus-menerus mengalami tekanan, mungkin akan murtad dari kepercayaan mereka kepada Kristus. Penulis surat ini berusaha mendorong mereka supaya tetap percaya. Untuk itu ia menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah pernyataan Allah yang sempurna. Tiga perkara dikemukakan oleh penulis surat ini. Pertama, Yesus adalah Anak Allah -- Anak yang kekal. Anak Allah itu menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa melalui ketabahan-Nya untuk menderita. Sebagai Anak Allah, Yesus lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia pun lebih tinggi dari malaikat atau Musa sendiri. Kedua, Allah telah menyatakan Yesus sebagai imam abadi yang lebih tinggi daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama. Ketiga, dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan dari dosa dan dari ketakutan dan kematian. Sebagai Imam Agung, Yesus memberikan kepada manusia keselamatan sejati yang tidak dapat diberikan oleh upacara- upacara persembahan kurban dan upacara-upacara lainnya di dalam agama Yahudi. Upacara-upacara itu hanya dapat memberikan gambaran dari keselamatan sejati itu saja, lain tidak.
Dengan mengemukakan contoh-contoh iman dari tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah Israel (pasal 11 Ibr 11:1-40), penulis surat ini menganjurkan para pembacanya supaya tetap setia. Di dalam pasal 12 (Ibr 12:1-29) ia mendorong mereka supaya terus setia sampai akhir, dengan hanya melihat pada Yesus. Ia mendorong mereka juga supaya tabah menderita dan tabah menanggung tekanan-tekanan dan penganiayaan terhadap diri mereka. Surat ini diakhiri dengan nasihat dan peringatan.
Isi
- Pendahuluan: Kristus adalah pernyataan Allah yang sempurna
Ibr 1:1-3 - Kristus lebih tinggi dari malaikat
Ibr 1:4-2:18 - Kristus lebih tinggi dari Musa dan Yosua
Ibr 3:1-4:13 - Keistimewaan pekerjaan Kristus sebagai imam
Ibr 4:14-7:28 - Keistimewaan perjanjian Kristus
Ibr 8:1-9:28 - Keistimewaan kurban Kristus
Ibr 10:1-39 - Pentingnya iman
Ibr 11:1-12:29 - Nasihat dan penutup
Ibr 13:1-25
Ajaran: Ibrani (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti pokok-pokok ajaran dari Kitab Ibrani, dan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Pen
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti pokok-pokok ajaran dari Kitab Ibrani, dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Hanya Tuhan yang tahu (kemungkinan Rasul Paulus).
Tahun : Sekitar tahun 64-68 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang percaya yang berlatar belakang Yahudi. Mereka sedang mengalami penganiayaan dan ejekan karena iman Kristen. (Dan juga kepada semua jemaat Kristen di dunia).
Isi Kitab: Kitab Ibrani terbagi atas 13 pasal. Di dalam Kitab ini kita dapat melihat ajaran penguatan iman Kristen bagi orang-orang yang sudah mulai mundur dari imannya, yang disebabkan oleh penganiayaan dari orang-orang yang bukan Kristen.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Ibrani
Pasal 1-6 (Ibr 1:1-6:12).
Pengajaran tentang Yesus yang memiliki kedudukan tertinggi
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa semua yang mau kita ketahui tentang Allah dapat diketahui melalui Tuhan Yesus, karena Ia adalah Cahaya Kemuliaan Allah, Penyuci dosa. Ia adalah Pencipta, dan juga lebih tinggi dari para malaikat.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ibr 1:2-4. Kalau Yesus lebih tinggi dari pada para malaikat dan Ia adalah Pencipta, penyuci dosa, maka hendaknya setiap orang Kristen berhati- hati dalam kehidupannya sehari-hari, karena Ia sudah mengambil keputusan untuk menerima Penebusnya.
- Bacalah pasal Ibr 5:11-14; 6:4-6. Berikanlah pendapat saudara mengenai bagian ini.
Pasal 6-10 (Ibr 6:13-10:18).
Pengajaran tentang Yesus sebagai imam besar yang paling berkuasa
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa Yesus adalah Jalan ke tempat kudus, karena Ia telah membebaskan orang percaya dari Iblis dan maut serta ketakutan dari hukuman dosa.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ibr 7:25-27. _Tanyakan_: Apakah yang sanggup dilakukan oleh Yesus dalam hidup saudara? Adakah imam yang memenuhi syarat dalam ayat 26; Ibr 7:26, selain Tuhan Yesus? Apakah yang membedakan Tuhan Yesus dari imam-imam yang lain? Siapakah imam saudara untuk dapat datang kepada Allah?
- Bacalah pasal Ibr 10:3-4,11-18. _Tanyakan_: Apakah darah hewan (domba) dapat menebus dosa manusia? Domba apakah yang menjadi korban orang Kristen? Apakah persembahan korban yang dilakukan oleh imam-imam dunia dapat menghapuskan dosa? Apakah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus bagi orang Kristen (manusia)? (lihat ayat 12-18; Ibr 10:12-18)
Pasal 10-13 (Ibr 10:19-13:25).
Pengajaran yang berupa nasehat bagi orang-orang Kristen
- Peringatan untuk mengingat masa yang lalu.
Pendalaman
Bacalah pasal Ibr 10:13-39. Karena itu tetaplah setia, maka kita akan memperoleh hidup yang kekal.
- Peringatan untuk mengingat Bapa-bapa beriman pada jaman dahulu.
Pendalaman
Bacalah pasal 11; Ibr 11:1-40. Dengan mengingat Bapa-bapa beriman, diharapkan agar setiap orang Kristen dikuatkan, karena hal itu membuktikan bahwa apa yang dijanjikan Allah adalah benar.
- Peringatan untuk mengingat pengharapan iman.
Pendalaman
Bacalah pasal Ibr 12:28; 13:5. Karena ada janji yang pasti dari Allah akan jaminan masa yang akan datang dan sekarang, maka hendaknya sebagai orang-orang yang sudah ditebus dari dosa, kita jangan mundur.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Ibrani?
- Apakah pusat pengajaran Kitab Ibrani?
- Apakah yang dimaksudkan dengan iman?
- Apakah kelebihan Tuhan Yesus dari manusia lain?
Intisari: Ibrani (Pendahuluan Kitab) Kabar baik tentang hal-hal yang lebih baik
SIAPA PENULIS SURAT IBRANI?Kita sama sekali tidak tahu siapa penulis surat Ibrani. Meskipun surat ini diak
Kabar baik tentang hal-hal yang lebih baik
SIAPA PENULIS SURAT IBRANI?
Kita sama sekali tidak tahu siapa penulis surat Ibrani. Meskipun surat ini diakhiri dengan salam hangat, tetapi tidak terdapat alamat pada awal tulisan! Secara umum orang berpendapat bahwa Paulus yang menulis surat ini, tetapi Ibrani 2:3 mengatakan bahwa penulis mendengar Injil dari orang lain yang mendengar sendiri ajaran Yesus. Paulus menyatakan dengan tegas bahwa ia tidak pernah mendengar Injil dari orang lain (Gal 1:12). Penulisnya boleh jadi orang Lewi yang bernama Barnabas (Kis 4:36) yang mengetahui seluk beluk para imam dan pekerjaan mereka. Lukas merupakan kemungkinan ketiga; gaya penulisan Ibrani mirip dengan gaya penulisan Injil Lukas dan Kisah para Rasul. Yang keempat, Apolos mengenal Timotius dengan baik (13:23). Pula, Kisah 18:24 menyatakan bahwa Apolos adalah 'seorang yang mahir dalam soal-soal Kitab Suci'. Siapa pun penulis Ibrani, ia pasti seorang yang mahir dalam soal-soal Kitab Suci! Dan masih ada banyak pendapat lain. Pada akhirnya kita harus mengatakan bahwa tidak seorang pun mengetahui siapa penulis surat ini!
SIAPA PENERIMA SURAT INI?
Karena tidak ada alamat pada surat ini, maka kita tidak tahu siapa penerimanya. Penulis menyatakan suratnya sebagai 'nasihat' (13:22). Tetapi, siapa yang ia nasihati? Mereka adalah orang-orang yang telah dianiaya (Ibr 10:32-34 ). Penulis mengenal mereka secara pribadi dan berharap untuk segera mengunjungi mereka (13:19 dan 23). Mereka mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin, tetapi tidak mengalami kemajuan (5:12). Mereka adalah orang-orang berbahasa Yunani; surat ini ditulis mungkin dalam bahasa Yunani terbaik dari seluruh Perjanjian Baru. Oleh karena itu, hampir dapat dipastikan mereka bukanlah orang Yahudi yang tinggal di Yudea. Tetapi, sama pasti pula mereka adalah orang Yahudi. Orang bukan Yahudi tidak mungkin dapat mengerti hukum Yahudi secara rinci. Mereka mungkin hidup di Roma. Hal ini dapat menjelaskan salam yang terdapat dalam 13:24 dari orang Kristen Italia.
MENGAPA SURAT IBRANI DITULIS?
Ada dua kemungkinan. Jika kelompok penerima surat ini adalah Kristen, surat ini merupakan peringatan bagi mereka tentang bahaya kemurtadan, meninggalkan Kristus. Tetapi, mungkin kelompok ini adalah orang Yahudi yang masih belum dapat memutuskan, merasa ragu-ragu antara keputusan mengikuti Kristus atau kembali kepada cara-cara ibadat mereka yang lama.
WAKTU PENULISAN.
Clemen dari Roma mengetahui surat ini, maka surat ini pasti ditulis sebelum tahun 95 M. Dan karena Ibr 10:1-3 menyatakan bahwa korban masih dipersembahkan, maka mungkin surat ini ditulis sebelum tahun 70 M, ketika Bait Suci dihancurkan. Jika penganiayaan yang disebut dalam pasal 10 dilakukan oleh Nero, maka surat ini ditulis sesudah kebakaran di Roma, yaitu tahun 64 M.
Pesan
1. Nasihat.
Ibrani merupakan suatu imbauan yang mengingatkan bahwa kita harus maju terus, bertumbuh dan menjadi dewasa. Kristen selalu tergoda untuk bertahan dalam suatu titik, untuk memperkuat diri dan tidak berani menanggung risiko untuk lebih maju dalam kehidupan iman.
2. Peringatan.
Nasihat untuk maju terus selalu diikuti dengan suatu peringatan akan adanya akibat yang serius apabila tetap berdiam diri atau mundur. Khususnya perhatikan lima pasal yang berisi peringatan:
o Berpegang teguh! Ibr 3:7-19
o Tidak ada mundur! Ibr 6:1-20
o Tidak ada korban lain! Ibr 10:19-39
o Tidak bisa luput! Ibr 12:25-29
3. Perbandingan.
Penulis ingin sekali menunjukkan kepada kita nilai Perjanjian Lama untuk dapat memahami Perjanjian Baru. Dewasa ini banyak orang Kristen yang mengabaikan Perjanjian Lama. Ibrani menunjukkan kepada kita kesinambungan dan perbedaan antara kedua perjanjian tersebut.
4. Sebuah kemah dan bukan Bait Allah.
Walaupun Bait Suci di Yerusalem hampir dapat dipastikan masih berdiri, penulis di sini memakai istilah kemah, seperti digambarkan dalam Keluaran 25:1-27:21, sebagai gambaran penyembahan yang murni yang darinya dapat dipakai untuk memberikan gambaran penyembahan Kristen. Kemah sangat cocok untuk mereka yang berpindah-pindah, Bait Allah cocok untuk orang yang menetap. Ibrani menantang pola kehidupan kita yang menetap dan nyaman dengan corak kehidupan musafir sebagai gantinya (Ibr 11:16).
Penerapan
Ibrani memunculkan pertanyaan tentang jaminan keselamatan Kristen. Dapatkah Kristen diselamatkan hari ini dan terhilang di kemudian hari? Ayat-ayat seperti Yohanes 10:29 tampaknya mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin. Namun demikian, kita sering menemukan orang-orang yang dahulu tampaknya Kristen, tetapi sekarang menyangkal Kristus. Pasal-pasal peringatan dalam Ibrani seolah-olah menyarankan bahwa orang Kristen masih tetap bebas untuk kembali kepada cara hidup mereka yang lama: "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula" (Ibr 3:14). "Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya... tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat..." (Ibr 6:4-6). "Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu, tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman" (Ibr 10:26-27). Jika surat ini dikirim kepada orang Yahudi yang telah menggabungkan diri dengan gereja Kristen, tetapi tidak mau menyerahkan diri mereka kepada Kristus, maka pengajarannya jelas: terus atau tinggalkan! Tetapi, jika surat ini ditulis kepada orang Kristen, surat ini tampaknya menegaskan bahwa sekalipun telah menjadi Kristen kita tetap diberi kesempatan untuk memilih keluar lagi. Yang terakhir ini sukar diterima sebagai ajaran Ibrani, sebab bertentangan dengan kata-kata Yesus sendiri (seperti dalam Yoh 10:29), berlawanan dengan berbagai analogi keselamatan (dapatkah seorang Kristen dibatalkan kelahiran kembalinya?) dan menentang kuasa Tuhan yang mampu menjaga keselamatan domba-domba-Nya.
Oleh karenanya, ajaran Ibrani adalah:
o Tidak ada kekristenan yang setengah-setengah. Terus atau keluar!o Iman selalu menjadi kunci dari kehidupan yang dituntut oleh Allah.
Bagaimanapun juga, iman bukanlah semata-mata percaya tentang sesuatu, tetapi
merupakan perbuatan ketaatan.
o Perjanjian Lama dapat secara sah digunakan untuk menjelaskan ajaran
Perjanjian Baru. Seluruh isi Alkitab adalah firman Allah.
Tema-tema Kunci
1. Keunggulan Kristus.
Ini adalah topik yang sangat jelas dalam bagian pertama surat Ibrani (1-10). Bacalah seluruh pasal ini dan tulislah semua haI yang menyebutkan Kristus adalah yang "tertinggi". Mulai dari Ibr 1:4 Yesus mempunyai nama yang jauh lebih indah. Apa artinya? Telusurilah makna dari "keunggulan" Kristus.
2. Melkisedek.
Melkisedek hanya disebut dalam Ibrani 5-7 dalam Perjanjian Baru, dan dalam Kejadian 14 serta Mazmur 110 dalam Perjanjian Lama. Pelajarilah pasal-pasal ini. Pakailah kamus Alkitab untuk dapat mengetahui lebih banyak tentang dia dan arti namanya. Siapakah dia? Apa yang dilakukannya? Dan, apa kepentingan Melkisedek dalam argumentasi yang dikembangkan oleh penulis bagi surat Ibrani?
3. Perjanjian Lama.
Tulislah semua kutipan langsung dari Perjanjian Lama yang Anda temui dalam Ibrani. Catat juga acuan yang tidak langsung ke Perjanjian Lama. Amatilah prinsip-prinsip yang tampaknya dipelajari dengan menggunakan Perjanjian Lama. Bagaimana hal ini menunjukkan kepada kita tentang pendekatan terhadap Perjanjian Lama?
4. Iman
Bacalah seluruh Ibrani 11. Tulislah semua perbuatan yang telah dilakukan oleh berbagai orang tersebut. Bagaimana penekanan tentang 'iman yang bekerja' sehubungan dengan definisi tentang iman dalam ayat 1? Pelajarilah ayat-ayat 32-38 tentang iman. Apa yang dilakukan oleh para pelaku iman yang namanya disebutkan dalam pasal ini? Berapa banyak perbuatan dan pengalaman yang disebut di sana yang dapat Anda hubungkan dengan peristiwa atau orang-orang yang disebut dalam Alkitab?
Garis Besar Intisari: Ibrani (Pendahuluan Kitab) [1] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA PARA MALAIKAT Ibr 1:1-2:18
Ibr 1:1-14Suatu perbedaan
Ibr 2:1-4Suatu peringatan
Ibr 2:5-18Kerendahan hati
[1] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA PARA MALAIKAT Ibr 1:1-2:18
Ibr 1:1-14 | Suatu perbedaan |
Ibr 2:1-4 | Suatu peringatan |
Ibr 2:5-18 | Kerendahan hati Putra Allah |
[2] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA MUSA Ibr 3:1-19
Ibr 3:1-6 | Putra Allah dan hamba |
Ibr 3:7-19 | Peringatan |
[3] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA YOSUA Ibr 4:1-13
[4] PUTRA ALLAH: LEBIH TINGGI DARIPADA IMAM BESAR Ibr 4:14-10:39
Ibr 4:14-5:14 | Lebih tinggi daripada Harun |
Ibr 6:1-20 | Peringatan dan imbauan |
Lebih tinggi daripada Melkisedek:
Ibr 7:1-10 | Kebesaran Melkisedek |
Ibr 7:11-19 | Keimaman yang baru |
Ibr 7:20-25 | Keimaman yang tetap |
Ibr 7:26-28 | Putra Allah yang sempurna |
Ibr 8:1-13 | Perjanjian yang unggul |
Pengorbanan yang terbaik:
Ibr 9:1-10 | Keterbatasan yang lama |
Ibr 9:11-28 | Kesempurnaan yang baru |
Ibr 10:1-18 | Tubuh Kristus |
Ibr 10:19-39 | Imbauan dan peringatan |
[5] KEHIDUPAN IMAN Ibr 11:1-13:17
Ibr 11:1-3 | Definisi iman |
Ibr 11:4-22 | Dari Habel sampai Keluaran |
Ibr 11:23-31 | Dari Mesir sampai Kanaan |
Ibr 11:32-38 | Hakim-hakim, raja-raja dan nabi-nabi |
Ibr 11:39-40 | Hari depan yang lebih baik |
Ibr 12:1-2 | Contoh: lihat pada Yesus |
Ibr 12:3-11 | Hidup sebagai keluarga Allah |
Ibr 12:25-29 | Peringatan |
Ibr 12:12-24 | Kekudusan: bukan suatu pilihan tambahan |
Ibr 13:1-6 | Kekudusan dalam praktek |
Ibr 13:7-17 | Kepemimpinan dan kemuridan |
[6] KESIMPULAN Ibr 13:18-25