Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Ef 4:3
Full Life: Ef 4:3 - MEMELIHARA KESATUAN.
Nas : Ef 4:3
"Kesatuan Roh" tidak mungkin diciptakan oleh manusia. Kesatuan
tersebut sudah tersedia bagi mereka yang mempercayai kebenaran dan mene...
Nas : Ef 4:3
"Kesatuan Roh" tidak mungkin diciptakan oleh manusia. Kesatuan tersebut sudah tersedia bagi mereka yang mempercayai kebenaran dan menerima Kristus sebagaimana diberitakan oleh rasul Paulus dalam pasal Ef 1:1-3:21. Jemaat Efesus kini harus memelihara kesatuan itu, bukan dengan usaha atau pengaturan manusia, tetapi dengan hidup "berpadanan dengan panggilan itu" (ayat Ef 4:1). Kesatuan rohani dipelihara dengan tetap setia kepada kebenaran dan berjalan seiring dengan Roh (ayat Ef 4:1-3,14-15; Gal 5:22-26). Kesatuan ini tidak mungkin diperoleh "dengan usaha manusia" (Gal 3:3).
Jerusalem -> Ef 4:1-16
Jerusalem: Ef 4:1-16 - -- Dalam bagian ini Paulus berturut-turut menunjuk tiga bahaya yang mengancam persatuan Gereja: Perselisihan antara orang Kristen sendiri, Efe 4:1-3; pem...
Dalam bagian ini Paulus berturut-turut menunjuk tiga bahaya yang mengancam persatuan Gereja: Perselisihan antara orang Kristen sendiri, Efe 4:1-3; pembagian tugas perlu, Efe 4:7-11; pengajaran sesat dari pihak kaum bidaah Efe 4:14-15. Dengan ketiga bahaya itu diperlawankan asas dan pelaksanaan persatuan di dalam Kristus, Efe 4:4-6,12-13,16.
Ref. Silang FULL -> Ef 4:3
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Ef 4:2-16
Matthew Henry: Ef 4:2-16 - Nasihat Supaya Bersatu; Alasan-alasan untuk Bersatu Nasihat Supaya Bersatu; Alasan-alasan untuk Bersatu (4:2-16)
Dalam perikop ini Rasul Paulus melanjutkan dengan nasihat-nasihat yang lebih khusus. D...
Nasihat Supaya Bersatu; Alasan-alasan untuk Bersatu (4:2-16)
- Dalam perikop ini Rasul Paulus melanjutkan dengan nasihat-nasihat yang lebih khusus. Dua nasihat dijabarkannya dalam pasal ini: supaya bersatu dan mengasihi, dan supaya hidup murni dan kudus, yang harus sungguh-sungguh diusahakan oleh orang Kristen. Kita tidak hidup berpadanan dengan panggilan kita jika kita tidak menjadi kawan-kawan yang setia bagi semua orang Kristen, dan menjadi musuh bebuyutan bagi semua dosa. Bagian ini berisi nasihat untuk saling mengasihi, bersatu, dan rukun beserta sarana dan dorongan yang tepat untuk mengusahakannya. Tidak ada hal lain yang ditekankan kepada kita secara lebih sungguh-sungguh dalam Kitab Suci selain hal ini. Kasih adalah hukum Kerajaan Kristus, pelajaran di perguruan-Nya, dan pakaian kebesaran keluarga-Nya. Perhatikanlah,
- I. Sarana kesatuan: rendah hati, lemah lembut, sabar, dan menunjukkan kasih dalam hal saling membantu (ay. 3). Rendah hati di sini berarti menganggap diri sendiri kecil, yang berlawanan dengan kesombongan. Lemah lembut berarti sikap jiwa yang unggul, yang membuat orang tidak mau memanas-manasi orang lain, dan tidak mudah dipanas-panasi atau merasa tersinggung oleh kelemahan-kelemahan mereka. Lemah lembut berlawanan dengan kebencian dan kekesalan yang penuh amarah. Sabar berarti tabah menghadapi perlakuan orang lain yang menyakiti, tanpa berniat membalas dendam. Menunjukkan kasih dalam hal saling membantu berarti menanggung kelemahan orang lain berdasarkan asas kasih, sehingga kita tidak berhenti mengasihi mereka oleh karena kelemahan-kelemahan ini. Orang-orang Kristen yang terbaik perlu saling menanggung beban, dan mengambil yang terbaik dari satu sama lain, menggugah satu sama lain untuk berbuat baik, dan bukan memancing amarah. Dalam diri kita sendiri, ada banyak hal yang sulit untuk kita maafkan. Dan karena itu, janganlah kita menganggapnya kelewatan jika kita menemukan dalam diri orang lain hal yang sukar untuk kita maafkan. Sebaliknya, kita harus mengampuni mereka sebagaimana kita mengampuni diri kita sendiri. Nah, tanpa semuanya ini, kesatuan tidak bisa dijaga. Langkah pertama menuju kesatuan adalah kerendahan hati. Tanpa kerendahan hati, tidak akan ada kelemahlembutan, kesabaran, atau hal saling membantu. Dan tanpa semuanya ini, tidak akan ada kesatuan. Kesombongan dan amarah menghancurkan kedamaian, dan menimbulkan segala kejahatan. Sebaliknya, kerendahan hati dan kelemahlembutan mengembalikan kedamaian, dan menjaganya. Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi kerendahan hati menimbulkan kasih. Semakin kita rendah hati, semakin kita sehati dan sepikiran. Kita tidak hidup dengan cara yang berpadanan dengan panggilan hidup kita jika kita tidak lemah lembut dan rendah hati. Sebab Dia yang oleh-Nya kita dipanggil, Dia yang kepada-Nya kita dipanggil, terkenal akan kelemahlembutan dan kerendahan hati-Nya, dan telah memerintahkan kita untuk belajar dari-Nya dalam hal ini.
- II. Hakikat dari kesatuan yang ditetapkan Rasul Paulus itu: kesatuan Roh (ay. 3). Pusat kesatuan kristiani terdapat di dalam hati atau roh. Kesatuan itu tidak terdapat pada satu rangkaian pemikiran, atau satu bentuk dan cara ibadah, melainkan pada satu hati dan satu jiwa. Kesatuan hati dan kasih sayang ini bisa dikatakan berasal dari Roh Allah. Kesatuan itu dikerjakan oleh-Nya, dan merupakan salah satu buah Roh. Inilah yang harus berusaha kita jaga. Berusaha adalah sebuah kata Injili. Kita harus mengusahakannya sekuat tenaga. Jika orang lain mengajak kita bertengkar, kita harus berusaha sedapat mungkin untuk tidak bertengkar dengannya. Jika orang lain merendahkan dan membenci kita, kita tidak boleh merendahkan dan membencinya. Oleh ikatan damai sejahtera. Damai sejahtera adalah suatu ikatan, karena menyatukan orang-orang dan membuat mereka bersikap ramah satu terhadap yang lain. Kecenderungan hati dan perilaku yang cinta damai mengikat orang-orang Kristen bersama-sama, sedangkan perselisihan dan pertikaian mencerai-beraikan hati dan kasih sayang mereka. Sejumlah besar lidi, kalau diikat bersama-sama, akan menjadi kuat. Ikatan damai sejahtera adalah kekuatan dari suatu kumpulan. Bukan berarti bahwa semua orang baik, dan semua anggota masyarakat, harus sama dalam segala hal, sama besar, sama perasaan, dan sama penilaian. Itu tidak terbayangkan. Tetapi ikatan damai sejahtera menyatukan mereka semua, kendati mereka berbeda-beda. Dalam seikat sapu lidi, besar dan kuat masing-masing lidi itu berbeda-beda. Akan tetapi, apabila mereka diikat bersama-sama oleh satu ikatan, mereka lebih kuat dari apa saja, bahkan dari yang paling besar dan paling kuat sekalipun di antara mereka.
- III. Alasan-alasan yang tepat untuk mengusahakan kesatuan dan kerukunan kristiani ini. Rasul Paulus menekankan sejumlah alasan, untuk mengajak kita agar mengusahakannya.
- 1. Lihatlah betapa banyak macam kesatuan yang penuh dengan sukacita dan kemuliaan iman Kristen yang kita akui. Harus ada satu hati. Sebab ada satu tubuh, dan satu Roh (ay. 4). Kalau dalam satu tubuh ada dua hati, bagaimana jadinya? Jika hanya ada satu tubuh, maka semua yang menjadi milik tubuh itu harus mempunyai satu hati. Gereja yang am adalah satu tubuh rohani Kristus, dan semua orang Kristen yang baik hanya merupakan satu tubuh saja, yang dipadukan oleh satu peraturan, yaitu peraturan Injil, dihidupkan oleh satu Roh, Roh Kudus yang sama yang dengan segala karunia dan anugerah-Nya menggerakkan, menghidupkan, dan mengatur tubuh itu. Jika kita menjadi milik Kristus, kita semua dihidupkan oleh Roh yang satu dan sama, dan karena itu kita haruslah satu. Sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu. Pengharapan disebutkan di sini karena apa yang menjadi sasarannya, apa yang diharapkan, yaitu harta pusaka sorgawi. Untuk mengharapkan harta itulah kita dipanggil. Semua orang Kristen dipanggil untuk memperoleh pengharapan akan hidup kekal yang sama. Ada satu Kristus yang di dalam-Nya mereka semua berharap, dan satu sorga yang mereka semua harapkan. Oleh karena itu, mereka harus satu hati. Satu Tuhan (ay. 5), yaitu Kristus, Kepala jemaat, yang kepada-Nya, menurut ketetapan Allah, semua orang Kristen langsung tunduk. Satu iman, yaitu Injil, yang berisi ajaran iman Kristen. Atau, anugerah iman yang sama (iman di dalam Kristus) yang dengannya semua orang Kristen diselamatkan. Satu baptisan, yang melaluinya kita mengakui iman kita, dengan dibaptis dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan dengan demikian satu perjanjian sakramen yang sama, yang di dalamnya kita mengikat diri pada Kristus Tuhan. Satu Allah dan Bapa dari semua (ay. 6). Satu Allah, yang mengakui semua anggota jemaat yang sejati sebagai anak-anak-Nya. Sebab Dia adalah Bapa dari semua anggota jemaat itu melalui hubungan khusus, sebagaimana halnya Dia adalah Bapa dari semua manusia melalui penciptaan. Dan Dia di atas semua, oleh kodrat-Nya, dan berkenaan dengan kesempurnaan-kesempurnaan yang mulia dari sifat-Nya, karena Dia berkuasa atas semua makhluk dan terutama atas jemaat-Nya. Dan oleh semua, melalui pemeliharaan-Nya Ia menopang dan memerintah mereka. Dan di dalam semua, dalam semua orang percaya, yang di dalam mereka Ia berdiam seperti di dalam bait kudus-Nya, dengan Roh dan anugerah istimewa-Nya. Maka, kalau apa yang satu itu ada banyak macam, sayang kalau tidak ditambahkan satu lagi, yaitu satu hati, atau satu jiwa.
- 2. Lihatlah beragamnya pemberian yang sudah dianugerahkan Kristus kepada orang-orang Kristen: Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Walaupun anggota-anggota jemaat Kristus sepakat dalam begitu banyak hal, ada beberapa hal yang di dalamnya mereka berbeda. Tetapi janganlah ini menumbuhkan perbedaan kasih sayang di antara mereka, karena semuanya berasal dari Pencipta yang sama dan murah hati, dan dimaksudkan untuk tujuan-tujuan agung yang sama. Kepada tiap-tiap dari kita sebagai orang-orang Kristen diberikan kasih karunia, suatu pemberian kasih karunia, dalam jenis atau kadar-kadar tertentu, untuk membantu satu sama lain. Dan kepada tiap-tiap dari kita sebagai hamba-hamba Tuhan diberikan kasih karunia. Kepada sebagian orang, karunia itu diberikan dalam kadar yang lebih besar, kepada yang lain dalam kadar yang lebih kecil. Berbeda-bedanya pemberian hamba-hamba Kristus ternyata membuka peluang besar bagi perselisihan di antara jemaat Kristen mula-mula: yang satu mengaku golongan Paulus, yang lain golongan Apolos. Rasul Paulus menunjukkan bahwa tidak ada alasan apa-apa bagi mereka untuk berselisih tentang pemberian-pemberian itu, tetapi ada banyak alasan untuk sepakat dalam memakainya bersama-sama, untuk membangun semua. Karena semua diberikan menurut ukuran pemberian Kristus, sesuai dengan ukuran yang tampak paling baik untuk diberikan Kristus kepada tiap-tiap orang. Amatilah, semua hamba Tuhan, dan semua anggota Kristus, berutang kepada-Nya atas segala pemberian dan kasih karunia yang mereka miliki. Dan ini merupakan alasan yang baik mengapa kita harus saling mengasihi, karena kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia. Semua orang yang telah diberikan kasih karunia oleh Kristus, dan mereka yang telah menerima pemberian-pemberian-Nya, harus saling mengasihi (meskipun mereka tidak sama-sama besar, berbeda-beda nama, dan berbeda-beda perasaan). Rasul Paulus lalu mengambil kesempatan untuk menyebutkan secara khusus beberapa pemberian yang dianugerahkan Kristus. Dan bahwa pemberian-pemberian itu dianugerahkan oleh Kristus ditunjukkan Paulus melalui kata-kata Daud di mana ia menubuatkan hal ini tentang Kristus (Mzm. 68:19), yang kata nas (ay. 8), yaitu kata sang pemazmur, “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia.” Daud menubuatkan kenaikan Kristus. Dan Rasul Paulus menguraikannya di sini, dan dalam tiga ayat berikutnya. Tatkala Ia naik ke tempat tinggi. Kita dapat memahami tempat yang tinggi ini, berdasarkan uraian Rasul Paulus, baik sebagai tempat ke mana Ia naik dalam kodrat manusia-Nya, yaitu sorga tertinggi, maupun khususnya sebagai keadaan yang ke dalamnya Ia diangkat, karena ketika itu Ia sangat ditinggikan dan sangat dimuliakan oleh Bapa-Nya. Marilah kita menetapkan hati untuk merenungkan kenaikan Yesus Kristus. Bahwa Juruselamat kita yang terberkati itu, setelah bangkit dari antara orang mati, naik ke sorga, di mana Ia duduk di sebelah kanan Yang Mulia di tempat tinggi, yang melengkapi bukti bahwa Ia adalah Anak Allah. Sebagaimana para penakluk besar, ketika menaiki kereta kemenangan mereka, biasa diiringi oleh tawanan-tawanan yang paling ternama yang diseret dalam belenggu, dan ingin menebarkan keroyalan dan kemurahan hati mereka kepada para prajurit dan para penonton lain yang melihat kemenangan mereka, demikian pula Kristus, ketika naik ke sorga, sebagai Penakluk yang berkemenangan, membawa tawanan-tawanan. Ini adalah ungkapan yang dipakai dalam Perjanjian Lama untuk menandakan suatu penaklukan atas musuh-musuh, terutama atas musuh-musuh yang sebelumnya sudah membawa tawanan-tawanan lain (lihat Hak. 5:12). Di sini penawanan diartikan sebagai tawanan-tawanan, dan menandakan semua musuh rohani kita, yang sebelumnya membawa kita sebagai tawanan. Ia menaklukkan mereka yang telah menaklukkan kita, seperti dosa, Iblis, dan maut. Sungguh, Ia sudah menang atas semuanya ini di kayu salib. Tetapi kemenangan itu dilengkapi pada saat kenaikan-Nya, ketika Ia menjadi Tuhan atas segalanya, dan memegang kunci alam maut di tangan-Nya. Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia. Dalam Mazmur dikatakan, Engkau telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia (KJV: untuk manusia). Ia menerima untuk mereka, supaya bisa memberikan banyak pemberian dan kasih karunia kepada mereka. Secara khusus, Ia memperkaya murid-murid-Nya dengan karunia Roh Kudus. Rasul Paulus, dengan berbicara tentang kenaikan Kristus seperti itu, memperhatikan bahwa Kristus juga telah turun (ay. 9). Seolah-olah ia berkata, “Ketika berbicara tentang kenaikan Kristus, Daud menyiratkan pengetahuannya tentang perendahan diri Kristus di bumi. Sebab, ketika dikatakan bahwa Ia naik, tersirat bahwa Ia terlebih dahulu turun. Sebab apa itu naik kalau bukan bukti untuk menunjukkan bahwa Ia sudah turun?” Ke bagian bumi yang paling bawah. Ini mungkin merujuk pada penjelmaan-Nya sebagai manusia, sesuai dengan Mazmur Daud (Mzm. 139:15), tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah. Atau merujuk pada penguburan-Nya, sesuai dengan 10, orang-orang yang berikhtiar mencabut nyawaku, akan masuk ke bagian-bagian bumi yang paling bawah. Daud menyebut kematian Kristus (menurut beberapa bapa gereja) sebagai turunnya Dia ke bagian bumi yang paling bawah. Ia turun ke bumi dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia. Ia juga turun ke bumi dalam penguburan-Nya. Seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit (ay. 10), jauh lebih tinggi dari udara dan langit berbintang (yang kasat mata), ke dalam sorga tertinggi. Untuk memenuhkan segala sesuatu, memenuhkan semua anggota jemaat-Nya, dengan segala pemberian dan kasih karunia yang sesuai dengan keadaan dan kedudukan masing-masing. Perhatikanlah, Tuhan kita merendahkan diri terlebih dahulu, baru kemudian ditinggikan. Ia turun terlebih dahulu, baru kemudian naik. Selanjutnya Rasul Paulus memberi tahu kita apa pemberian-pemberian yang diberikan Kristus pada saat kenaikan-Nya: Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, dst. (ay. 11). Sungguh, Ia sudah mengutus sebagian dari orang-orang ini sebelum kenaikan-Nya (Mat. 10:1-5). Tetapi kemudian satu orang ditambahkan lagi (Kis. 1:26). Dan mereka semua ditahbiskan pada jabatan mereka secara lebih khidmat, dan diteguhkan di depan umum, melalui pencurahan Roh Kudus secara kasat mata oleh Kristus atas mereka dengan cara dan ukuran yang luar biasa. Perhatikanlah, pemberian agung yang diberikan Kristus kepada jemaat pada saat kenaikan-Nya adalah pelayanan damai sejahtera dan pendamaian. Karunia pelayanan adalah buah dari kenaikan Kristus. Dan hamba-hamba Tuhan mempunyai karunia yang beraneka ragam, yang kesemuanya diberikan kepada mereka oleh Tuhan Yesus. Para pekerja yang diberikan Kristus kepada jemaat-Nya ada dua macam. Yang pertama, para pekerja yang luar biasa, yang diangkat ke jabatan yang lebih tinggi di dalam jemaat. Mereka inilah rasul-rasul, nabi-nabi, dan pemberita-pemberita Injil. Yang terutama dari mereka adalah para rasul. Mereka ini dipanggil langsung oleh Kristus, dilengkapi-Nya dengan karunia-karunia yang luar biasa dan kuasa untuk mengadakan mujizat, beserta kemampuan untuk tidak bisa keliru dalam menyampaikan kebenaran-Nya. Dan, karena mereka merupakan saksi-saksi dari mujizat-mujizat dan pengajaran-Nya, Ia mengutus mereka untuk menyebarkan Injil dan menanam serta mengatur jemaat-jemaat. Nabi-nabi tampaknya adalah mereka yang menjelaskan tulisan-tulisan Perjanjian Lama, dan menubuatkan hal-hal yang akan datang. Pemberita-pemberita Injil adalah mereka yang ditahbiskan (2Tim. 1:6), yang dibawa oleh para rasul sebagai kawan-kawan seperjalanan (Gal. 2:1), dan yang mereka utus untuk mengurus dan memantapkan jemaat-jemaat yang sudah ditanam oleh para rasul sendiri (Kis. 19:22). Dan, karena tidak terpaku pada satu tempat tertentu, mereka harus terus bekerja sampai dipanggil kembali oleh para rasul (2Tim. 4:9). Yang kedua, hamba-hamba Tuhan yang biasa, yang bekerja dalam ruang lingkup yang lebih rendah dan lebih sempit, seperti gembala-gembala dan pengajar-pengajar. Menurut sebagian orang, dua sebutan ini menandakan satu jabatan, yang menyiratkan bahwa kewajiban memimpin dan mengajar tercakup di dalamnya. Menurut sebagian yang lain, yang dimaksudkan dengan dua sebutan itu adalah dua jabatan yang berbeda, yang kedua-duanya bersifat biasa, dan akan selalu dipakai di dalam jemaat. Gembala-gembala adalah mereka yang ditetapkan sebagai kepala dari jemaat-jemaat tertentu, dengan maksud untuk membimbing, mengajar, dan memberi mereka makan dengan cara yang ditetapkan oleh Kristus. Mereka ini juga sering disebut sebagai para penilik jemaat dan penatua. Dan pengajar-pengajar adalah mereka yang pekerjaannya juga memberitakan Injil dan mengajar orang dengan cara memberi nasihat. Kita melihat di sini bahwa adalah hak istimewa Kristuslah untuk menunjuk siapa pekerja dan apa jabatan yang dikehendaki-Nya di dalam jemaat-Nya. Dan betapa kayanya jemaat, yang sejak awal mempunyai para pekerja yang begitu beragam, dan masih mempunyai pemberian-pemberian yang begitu beragam! Betapa baiknya Kristus kepada jemaat-Nya! Betapa Ia penuh perhatian dan peduli untuk membangunnya! Ketika naik, Ia mendapatkan karunia Roh Kudus. Karunia-karunia Roh Kudus itu bermacam-macam. Ada karunia yang lebih besar, ada yang lebih kecil. Tetapi semuanya demi kebaikan tubuh jemaat, yang membawa kita pada alasan ketiga.
- 3. Alasan ini didasarkan atas maksud dan tujuan Kristus yang agung dalam memberikan pemberian-pemberian kepada manusia. Pemberian-pemberian Kristus dimaksudkan demi kebaikan jemaat-Nya, dan untuk memajukan kerajaan serta kepentingan-Nya di antara manusia. Semuanya ini dimaksudkan untuk satu tujuan bersama, dan karena itu merupakan alasan yang baik mengapa semua orang Kristen harus hidup rukun dalam kasih persaudaraan, dan tidak saling iri hati terhadap pemberian orang lain. Semuanya untuk memperlengkapi orang-orang kudus (ay. 12). Maksudnya, sesuai dengan makna dalam bahasa aslinya, supaya orang yang sudah kacau-balau karena dosa bisa kembali hidup secara rohani dan teratur, dan kemudian semua itu untuk menguatkan, meneguhkan, dan memajukan mereka dalam kehidupan itu, sehingga tiap-tiap dari mereka, dalam kedudukan dan tugas masing-masing, bisa menyumbangkan sesuatu demi kebaikan semua. Bagi pekerjaan pelayanan, atau bagi pekerjaan penyampaian, yaitu supaya mereka menyampaikan ajaran-ajaran Injil, dan berhasil menjalankan apa yang menjadi bagian pelayanan mereka. Bagi pembangunan tubuh Kristus, yaitu untuk membangun jemaat, yang merupakan tubuh mistis atau rohani Kristus, dengan meningkatkan pemberian-pemberian dan menambah anggota-anggota baru. Semuanya dimaksudkan untuk mempersiapkan kita bagi sorga: Sampai kita semua telah mencapai, dst. (ay. 13). Sebagian dari pemberian-pemberian dan pekerjaan-pekerjaan yang sudah dibicarakan sebelumnya harus diteruskan di dalam jemaat sampai orang-orang kudus menjadi sempurna, yang tidak akan terjadi sampai mereka semua telah mencapai kesatuan iman (sampai semua orang percaya yang sungguh-sungguh berkumpul bersama-sama, melalui iman yang mulia yang sama itu) dan mencapai pengetahuan yang benar tentang Anak Allah. Yang harus kita pahami dengan pengetahuan ini bukan semata-mata pengetahuan yang bersifat mereka-reka, atau pengakuan yang asal-asalan akan Kristus sebagai Anak Allah dan Pengantara yang agung, melainkan pengetahuan dan pengakuan yang disertai dengan penghayatan dan perasaan, dengan segala hormat, kepercayaan, dan kepatuhan yang sepatutnya diberikan. Sampai mereka semua mencapai kedewasaan penuh, sampai segala pemberian dan kasih karunia kita bertumbuh penuh, dan bebas dari segala kelemahan yang bersifat kekanak-kanakan yang masih melingkupi kita di dunia sekarang ini. Dan sampai mereka semua mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga mereka menjadi orang-orang Kristen yang betul-betul dewasa dan matang dalam segala kasih karunia yang berasal dari kepenuhan Kristus. Atau, sesuai tingkat pertumbuhan yang diperlukan untuk mencapai kepenuhan Kristus, yaitu untuk melengkapi tubuh mistis-Nya. Nah, kita tidak akan pernah menjadi manusia sempurna sampai kita berada di dunia yang sempurna. Ada kepenuhan di dalam Kristus, kepenuhan yang berasal dari-Nya. Ukuran tertentu dari kepenuhan itu, dan tingkat pertumbuhannya, ditentukan oleh hikmat Allah untuk setiap orang percaya, dan kita tidak pernah mencapai tingkat itu sebelum sampai di sorga. Anak-anak Allah, selama berada di dunia ini, terus bertumbuh. Menurut Dr. Lightfoot, Rasul Paulus di sini berbicara tentang orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi yang terjalin dalam kesatuan iman dan pengetahuan akan Anak Allah, sehingga tercipta manusia yang sempurna, dan mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Rasul Paulus lebih jauh menunjukkan, dalam ayat 14-16, apa maksud Allah dalam ketetapan-ketetapan kudus-Nya, dan apa seharusnya dampak dari semua itu bagi kita. Seperti,
- (1) Bahwa kita bukan lagi anak-anak, dst. (ay. 14). Maksudnya, supaya kita tidak lagi menjadi anak-anak dalam pengetahuan, lemah dalam iman, dan goyah dalam penilaian-penilaian kita, mudah menyerah setiap kali ada godaan, mengikuti kesenangan hati orang, dan mau saja menuruti orang. Anak-anak mudah ditipu. Kita harus memperhatikan ini, dan berjaga-jaga supaya tidak mudah diombang-ambingkan, seperti kapal tanpa pemberat, seperti awan-awan di udara, oleh rupa-rupa ajaran yang tidak ada kebenaran dan isi di dalamnya tetapi kosong belaka dan buyar sendiri ke mana-mana, dan karena itu ibarat angin saja. Oleh permainan palsu manusia. Ini bahasa kiasan yang diambil tentang pemain sulap, dan menandakan kelicikan penggoda-penggoda yang jahat. Dan oleh kelicikan mereka, yang dimaksudkan adalah kelihaian mereka dalam menemukan cara-cara untuk menggoda dan menipu. Sebab selanjutnya dikatakan, yang dengannya mereka menyesatkan, seperti orang yang menunggu di balik semak-semak untuk memerangkap mereka yang lemah, dan menjauhkan mereka dari kebenaran. Perhatikanlah, pasti sangat jahat dan fasik orang yang sampai berniat menggoda dan menipu orang lain ke dalam ajaran-ajaran palsu dan kesesatan-kesesatan. Rasul Paulus menggambarkan mereka di sini sebagai orang-orang rendah, yang menggunakan segala macam cara dan kelicikan Iblis untuk mencapai tujuan mereka itu. Cara terbaik yang bisa kita pakai untuk membentengi diri dari orang-orang seperti itu adalah dengan mempelajari sabda-sabda yang kudus, dan berdoa meminta pencerahan dan anugerah Roh Kristus, supaya kita tahu kebenaran yang ada di dalam Yesus, dan teguh di dalamnya.
- (2) Bahwa kita harus mengatakan kebenaran di dalam kasih (ay. 15, KJV), atau mengikuti kebenaran di dalam kasih, atau bersikap tulus di dalam kasih terhadap sesama orang Kristen. Sementara kita teguh berpegang pada ajaran Kristus, yang merupakan kebenaran, kita harus hidup di dalam kasih satu terhadap yang lain. Kasih adalah sesuatu yang unggul. Tetapi kita harus berusaha menjaga kebenaran bersama-sama dengan kasih. Kebenaran adalah suatu hal yang unggul. Namun kita diharuskan untuk mengatakannya di dalam kasih, dan bukan dalam pertikaian. Keduanya ini harus berjalan bersama-sama, yaitu kebenaran dan damai sejahtera.
- (3) Bahwa kita harus bertumbuh di dalam segala hal ke arah Kristus. Ke arah Kristus, sehingga berakar lebih dalam di dalam Dia. Di dalam segala hal, dalam pengetahuan, kasih, iman, dan semua bagian dari manusia baru. Kita harus bertumbuh menjadi dewasa, sebagai lawan dari menjadi anak-anak. Orang-orang Kristen yang bertambah baik adalah mereka yang bertumbuh ke arah Kristus. Semakin kita bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus, iman di dalam Dia, kasih kepada-Nya, dan kebergantungan pada-Nya, semakin kita akan berkembang dalam setiap kasih karunia. Dia adalah Kepala, dan karena itu kita harus bertumbuh, supaya dengan begitu kita dapat menghormati Kepala kita. Pertumbuhan kristiani membawa kemuliaan bagi Kristus.
- (4) Kita harus saling membantu dan menolong, sebagai anggota-anggota dari tubuh yang sama (ay. 16). Di sini Rasul Paulus membuat perbandingan antara tubuh alami dan tubuh mistis Kristus, tubuh yang Kepalanya adalah Kristus. Dan ia mencermati bahwa sebagaimana sesama anggota tubuh harus bersatu dan berhubungan satu dengan yang lain, supaya mereka bertumbuh dan berkembang, demikian pula harus ada kasih dan kesatuan, beserta buah-buahnya yang semestinya, di antara orang-orang Kristen, supaya mereka berkembang secara rohani dan bertumbuh di dalam kasih karunia. Dari pada-Nyalah (yaitu dari Kristus Kepala mereka, yang memberikan pengaruh dan makanan untuk bertumbuh kepada tiap-tiap anggota), seluruh tubuh, – yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu (di mana mereka disatukan secara teratur dan teguh, dengan setiap orang menempati tempat dan kedudukannya masing-masing) oleh pelayanan semua bagiannya (oleh bantuan yang diberikan setiap bagian, dengan disatukan seperti itu, kepada keseluruhan, atau oleh Roh, iman, kasih, sakramen-sakramen, dst., yang seperti pembuluh darah di dalam tubuh berfungsi untuk menyatukan orang-orang Kristen dengan Kristus Kepala mereka, dan dengan satu sama lain sebagai sesama anggota), sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota (maksudnya, menurut sebagian orang, sesuai dengan kuasa yang dikerahkan Roh Kudus untuk membuat sarana yang ditunjuk Allah berhasil mencapai tujuan agung ini, dengan tingkat yang dianggap Kristus cukup dan pantas untuk setiap anggota, sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing di dalam tubuh. Atau, menurut sebagian yang lain, sesuai dengan kuasa Kristus, yang sebagai Kepala, memengaruhi dan menghidupkan setiap anggota. Atau, menurut pekerjaan yang berhasil dari setiap anggota dalam menyampaikan kepada orang lain apa yang sudah diterimanya, pertumbuhan diberikan kepada mereka semua menurut kadar masing-masing, dan sesuai dengan keadaan tiap-tiap anggota) – menerima pertumbuhannya, pertumbuhan yang sesuai untuk tubuh. Perhatikanlah, tiap-tiap orang Kristen menerima pemberian dan kasih karunia dari Kristus demi kebaikan dan keuntungan seluruh tubuh. Tiap-tiap anggota membangun dirinya dalam kasih. Kita dapat memahami ini dengan dua cara: Bahwa semua anggota tubuh jemaat dapat memperoleh kasih terhadap Kristus dan terhadap satu sama lain dalam tingkat yang lebih tinggi. Atau, bahwa mereka digerakkan untuk bertindak dengan cara yang sudah disebutkan berdasarkan kasih kepada Kristus dan kepada satu sama lain. Perhatikanlah, saling mengasihi di antara orang-orang Kristen sangat membantu pertumbuhan rohani. Di dalam kasihlah tubuh membangun dirinya sendiri, sedangkan kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan.
SH: Ef 4:1-6 - Disatukan oleh Kristus. (Jumat, 7 November 2003) Disatukan oleh Kristus.
Bhinneka tunggal jika adalah asas yang dianut bangsa kita
sebagai upaya untuk mempersatukan keragaman budaya di neger...
Disatukan oleh Kristus.
Bhinneka tunggal jika adalah asas yang dianut bangsa kita
sebagai upaya untuk mempersatukan keragaman budaya di negeri
ini. Jika negara kita disatukan oleh satu asas, apakah yang
mempersatukan orang-orang Kristen yang jumlahnya milyaran dengan
beragam karakter? Melalui tulisan ini, kita mendapatkan jawaban
menarik bahwa orang Kristen dipersatukan oleh panggilan Allah
yang dialaskan pada satu tubuh, satu pengharapan, satu Tuhan,
satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa (ayat 4-6). Semua
faktor internal dalam kehidupan orang-orang Kristen
mengimplikasikan bahwa manusia yang harkat kemanusiaannya yang
lama telah rusak, kini berada dalam pendamaian dan penyatuan di
dalam Kristus. Jelas bahwa seharusnya tidak ada perpecahan dalam
gereja karena itu bertentangan dengan panggilan Allah. Allah
memanggil kita untuk menjadi satu, dan kesatuan itu harus
dinyatakan dalam praktik hidup kita sehari-hari (ayat 1-3).
Namun, dalam kenyataannya sulit sekali mencegah terjadinya
perpecahan di dalam gereja. Sebenarnya, pemicu perpecahan
tersebut adalah ketidakseriusan kita memahami arti panggilan
Allah. Berbagai perbedaan karakter dan kepentingan dalam jemaat
tidak dilihat sebagai “kekayaan umat” yang mempersatukan tetapi
dilihat sebagai “kekayaan pribadi” yang mengancam. Paulus
mengingatkan dan mengimbau supaya setiap orang Kristen memiliki
kehidupan yang berpadanan dengan panggilan-Nya (ayat 1).
Artinya, orang Kristen harus menerapkan sikap rendah hati, lemah
lembut, sabar, serta menunjukkan kasihnya terhadap sesama dalam
menjalankan kehidupannya baik di tengah-tengah persekutuan
gereja maupun di tengah-tengah masyarakat (ayat 2). Bisa
dibayangkan betapa indahnya kehidupan seperti ini bila terjadi
di dalam gereja.
Renungkan: Sudahkah hidup kita mencerminkan perpadanan serasi dengan panggilan Allah sehingga Kristus terlihat nyata di dalamnya?
SH: Ef 4:1-6 - Kesatuan umat Allah. (Minggu, 13 Oktober 2002) Kesatuan umat Allah. Umat Allah yang terdiri dari semua etnis, dipanggil mendemonstrasikan kesatuan yang ada padanya kepada dunia (ayat 1). Agar kesat...
Kesatuan umat Allah.
Umat Allah yang terdiri dari semua etnis, dipanggil mendemonstrasikan kesatuan yang ada padanya kepada dunia (ayat 1). Agar kesatuan ini menjadi nyata bagi dunia maka pertama sekali orang Kristen perlu mewujudnyatakan moralitas kesatuan. Ada lima bentuk moralitas kesatuan: rendah hati, lemah lembut, sabar, kasih dan saling membantu (ayat 2). Kesatuan umat Allah tidak akan terwujud tanpa moralitas kesatuan di dalamnya.
Benar bahwa kesatuan jemaat harus diupayakan, namun umat Allah menjadi satu bukan karena hasil usaha jemaat. Kesatuan umat Allah bersumber dari Allah yang satu. Artinya, kesatuan itu sudah ada dan jemaat mengekspresikannya melalui moralitas kesatuan. Kesatuan umat Allah sudah ada karena hanya ada satu Roh (ayat 4). Umat Allah sudah menjadi satu karena memiliki dan didiami oleh Roh yang sama. Umat Allah sudah menyatu karena memiliki satu pengharapan (ayat 4), satu iman dan satu baptisan yang bersumber dari satu Tuhan (ayat 5).
Tuhan Yesus yang kita percayai adalah dasar baptisan, juga merupakan pengharapan kita. Umat Allah menjadi satu karena diciptakan oleh Allah yang Esa. Ringkasnya, kesatuan umat sudah ada. Dan orang Kristen diperintahkan Paulus untuk memelihara kesatuan itu (ayat 3). Kesatuan umat yang sudah ada tidak ada artinya jika tidak terlihat jelas di dalam sejarah. Semua orang Kristen yang menjadi umat Allah harus mendemonstrasikan kesatuannya sebagai umat Allah.
Renungkan: Menurut Anda, apakah hambatan utama dalam mengekspresikan kestuan jemaat? Mengapa orang Kristen sulit sekali bersatu? Apakah upaya konkrit Anda untuk mewujudnyatakan kesatuan umat?
Utley -> Ef 4:1-6
Utley: Ef 4:1-6 - --NASKAH NASB (UPDATED): Ef 4:1-61 Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang t...
NASKAH NASB (UPDATED): Ef 4:1-6
1 Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. 2 Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. 3 Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: 4 satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, 5 satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, 6 satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.
Ef 4:1 "orang yang dipenjarakan karena Tuhan" Secara harfiah "dalam Tuhan." Ini adalah salah satu surat penjara Paulus, mungkin ditulis di Roma pada 60-an. Ini berbeda dengan Ef 3:1, yang menuliskan "orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus." Paulus melihat orang percaya seperti yang dicakup oleh Kristus. Mereka hidup dan bergerak dan memiliki keberadaan mereka di dalam Dia (lih. Ayub 12:10; Dan 5:23; Kis 17:28).
□ "hidupmu berpadanan dengan panggilan" Ini memulai bagian praktis dari surat ini. Persatuan dipertahankan oleh tindakan sadar untuk hidup seperti Kristus (lih. Ef 2:2,10; 4:1,17; 5:2,15; Kol 1:10; 2:6). Kekristenan merupakan keputusan awal yang diikuti oleh pemuridan gaya hidup (yaitu, gerbang dan jalan, lih. Mat 7:13-14). Hal ini mengikuti konsep yang sama seperti sebutan awal untuk gereja, yaitu "Jalan" (lih. Kis 9:2; 19:9,23; 22:4; 24:14,22). Istilah "sepadan" digambarkan secara indah dalam 1Yoh 2:6.
Perhatikan bahwa kita harus berjalan berpadanan dengan panggilan kita, bukannya untuk menerima panggilan. Pola ini mengikuti Ef 2:8-9,10. Kita harus melakukan perbuatan baik karena kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman. Perbuatan baik dan hidup dengan pantas hanya memungkinkan karena kita diselamatkan dan didiami oleh Roh Kudus! Hal-hal ini mengalir dari—bukannya ke dalam. Merupakan hasil, bukan sarananya (lih. Ef 2:8-9).
Keselamatan adalah gerbang diikuti dengan sebuah jalan! Ini adalah pemberian cuma-cuma yang diikuti oleh gaya hidup yang "mengorbankan segalanya".
□ "sebagai orang-orang yang telah dipanggil…panggilan itu" Ini adalah suatu AORIST PASSIVE INDICATIVE. Panggilan selalu datang dari Allah (lih. Yoh 6:44,65). Kata "panggilan" secara etimologis berhubungan dengan "gereja" dalam Ef 3:21. Ada permainan kata yang jelas pada istilah ini (lih. ay. Ef 4:1 [dua kali] Yoh 4 [dua kali]).
Orang percaya dipanggil kepada kekudusan (lih. Ef 1:4). Ini adalah keseimbangan teologis terhadap doktrin pemilihan; umat manusia harus menerima panggilan yang dimulai oleh Allah (lih. Ef 1:13). Allah yang berdaulat telah memilih untuk menerima manusia yang jatuh melalui karya Kristus dan respon iman pertobatan mereka (lih. Mr 1:15; Kis 3:16,19; 20:21). Panggilan berdaulat dan respon yang diperlukan adalah pilar kembar teologis dari baik perjanjian PL dan PB, tapi pilar ketiganya adalah kehidupan yang saleh. Tuhan menginginkan suatu umat yang mencerminkan karakter-Nya (yaitu, yang Kudus, lih. 1Pet 1:13-25).
- NASB NRSV "kerendahan hati"
- NKJV "kerendahan semua"
- TEV "rendah hati"
- NJB "sepenuhnya tidak mementingkan diri sendiri"
Istilah ini memulai daftar kebajikan Kristen yang menghasilkan kesatuan. "Kerendahan hati" secara unik merupakan suatu kebajikan Kristen yang tidak termasuk dalam daftar kebajikan moralis Yunani (Stoa). Baik Musa (lih. Bil 12:3) maupun Yesus (lih. Mat 11:29) dijelaskan dengan istilah ini. Paulus menggunakannya beberapa kali (lih. Fili 2:3; Kol 2:18,23; 3:12).
□ "lemah lembut" Ini menunjuk pada "kekuatan yang dijinakkan" seperti seekor hewan terlatih. KJV menerjemahkannya "kelemahlembutan." Hewan liar telah dijinakkan untuk melayani umat manusia. Allah tidak ingin mematahkan roh orang percaya (lih. Mazm 139, Ia menciptakan mereka), tetapi menyalurkan energi mereka untuk maksud tujuan-Nya. Ini adalah salah satu metafora favorit Paulus untuk kehidupan Kristen (lih. 1Kor 4:21; 2Kor 10:1; Gal 5:23; 6:1; Kol 3:12; 1Tim 6:11; 2Tim 2:25; Tit 3:2).
□ "sabar" Istilah ini adalah satu lagi favorit Paulus (lih. Rom 2:4; 9:22; 2Kor 6:6; Gal 5:22; Kol 1:11; 3:12; 1Tim 1:16; 2Tim 3:10; 4:2). Orang percaya saling bersabar satu sama lain karena Allah sabar terhadap mereka. Baik lemah lembut dan kesabaran adalah buah-buah Roh (lih. Gal 5:22-23).
□ "Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE PARTICIPLE. Kesabaran adalah kata lain yang sering digunakan Paulus, dua belas kali dalam tulisan-tulisannya. Sebagaimana Allah memiliki kepanjang-sabaran terhadap orang kafir (lih. Rom 2:4; 9:22) orang percaya harus terus berurusan dengan kesalahan dan kelemahan (lih. 1Tim 1:6) orang percaya lainnya dengan cara keramahan yang sama. Orang percaya harus menempatkan orang lain untuk siapa Kristus telah mati sebelum dirinya sendiri (lih. Rom 14:1-15:13; Gal 5:22; Fili 2:3; 4:5; Kol 3:12-13). Pemberi-dirían ini mengikuti teladan Yesus (lih. 1Yoh 3:16).
- NASB "rajinlah untuk melestarikan"
- NKJV "berusahalah memelihara"
- NRSV "upayakan dengan segala cara untuk memelihara"
- TEV "lakukan yang terbaik untuk melestarikan"
- NJB "lakukan semua yang kamu bisa untuk melestarikan"
Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE dengan sebuah INFINITIVE PRESENT ACTIVE. Alkitab New English Bible menterjemahkannya sebagai "upayakan sepenuhnya." Kesatuan adalah motif berulang dari keseluruhan surat ini, seperti Filipi. Persatuan adalah kehendak Allah bagi gereja-Nya (lih. Yoh 17:11,21,23), tetapi ini harus dikejar secara agresif, terus-menerus, dan individu!
□ "kesatuan" Ingat, tujuannya adalah kesatuan, bukan keseragaman! Bagian ini menekankan kesatuan untuk menolak penekanan Gnostik pada (1) emanasi-emanasi yang banyak dan (2) eksklusivisme intelektual. Orang percaya harus merasakan kebutuhan akan kesehatan dari Tubuh Kristus (gereja) dan mengambil tanggung jawab pribadi untuk pemeliharaannya! Ini adalah suatu kebenaran yang diperlukan di zaman kita yang dipenuhi oleh penekanan hak-hak individu dan hak-hak dan preferensi pribadi!
□ "ikatan damai sejahtera" Orang-orang percaya secara pribadi bertanggung jawab atas kesehatan dan vitalitas bersama dari tubuh Kristus (gereja, lih. Kol 3:14-15 dan 1Kor 12:7). Ini berarti anda! Hanya penyerahan aktif kepada kebaikan dari keseluruhanlah yang dapat memelihara perdamaian (lih. Ef 5:21). Lihat catatan pada Ef 2:15.
Ef 4:4 "satu tubuh" Paulus sering menggunakan metafora ini di Efesus (lih. Ef 2:16; 3:6; 4:4; juga Kol 1:18). Ini menunjuk pada gereja secara universal karena sifat edaran dari buku ini. Sebagian besar penggunaan "gereja" dalam PB menunjuk pada jemaat setempat. Gereja secara universal dibahas dalam Mat 16:18 dan Efesus. Penekanannya adalah pada persatuan dan kesatuan dari semua umat Allah dan gereja-gereja.
□ "satu Roh" Ini menunjuk pada Roh Kudus. Tanpa Roh adalah mustahil untuk mengenal Allah, untuk datang kepada Kristus, dan menjalani kehidupan Kristen dalam kesatuan (lih. Yoh 16:8-15). Lihat catatan pada Ef 3:17. Kaum Gnostik menegaskan adanya beberapa "roh" atau aeon (yaitu, tingkat kemalaikatan).
Istilah "Trinitas" bukan kata alkitabiah, namun konsepnya sangat alkitabiah. Hal ini dinyatakan dalam beberapa ayat (lih. Mat 3:16-17; 28:19; Yoh 14:26; Kis 2:33-34,38-39; Rom 1:4-5; 5:15; 8:9-10; 1Kor 12:4-6; 2Kor 1:21-22; 13:14; Gal 4:4-6; Ef 1:3-14,17; 2:18; 3:14-17; 4:4-6; 2Tes 2:13; Tit 3:4-6; 1Pet 1:2; Yud 1:20-21). Jika Yesus adalah Illahi dan Roh adalah suatu pribadi, maka monoteisme Yudaisme (lih. Ul 6:4-6 tapi perhatikan Yes 63:9-10) harus ditafsirkan kembali dalam terang dari satu hakikat Illahi tapi tiga manifestasi pribadi abadi yang sama-sama ada, sama-sama berketergantungan. Memang ada misteri di sini, tetapi juga ada ajaran Alkitab yang jelas! Lihat Topik Khusus pada Ef 1:3.
□ "satu pengharapan" Paulus sering menggunakan istilah ini dalam pengertian yang berbeda tetapi terkait. Seringkali hal ini terkait dengan penyempurnaan iman orang percaya. Penyempurnaan adalah hal yang pasti, tetapi elemen waktunya adalah masa depan dan tidak diketahui. Lihat Topik Khusus: Pengharapan di Kol 1:5.
Ef 4:5 "satu Tuhan" Gelar ini memiliki baik suatu latar belakang PL bagi YHWH (lih. Kel 3:14, lihat Topik Khusus: Nama untuk Tuhan di Kol 1:3), dan suatu penggunaan NT dalam kaitannya dengan keilahian Yesus (lih. Rom 10:9; 1Kor 12:3; Fili 2:9-11). Hanya ada satu jalan untuk menjadi benar dengan Allah—iman dalam Kristus (lih. Yoh 1:9-18; 3:16; 10:7-18; 14:6; 20:31).
□ "Satu iman" ini menunjuk baik pada doktrin (lih. Gal 1:23; 3:23,25; Fili 1:27; Yud 1:3,20), yang sesuai dengan konteks yang lebih besar dari Efesus dan Kolose, atau kepercayaan pribadi, yang paling cocok dengan konteks langsungnya ini (lih. Gal 2:16; 3:6-9).
□ "Satu baptisan" Karena Trinitas yang disebutkan sebelumnya dalam konteks ini, hal ini mungkin menunjuk pada baptisan air, yang merupakan pengakuan iman di depan publik dari gereja mula-mula (lih. Mat 28:19; Rom 10:9-13). Ini melambangkan kematian terhadap kehidupan lama dan awal dari kehidupan baru dalam Kristus (Rom 6:4; Kol 2:12).
Namun demikian, ini bisa menunjuk pada baptisan Roh (lih. Kis 2:38; 1Kor 12:13). Meskipun Roh disebutkan di ay. Ef 4:4, dua peristiwa awal ini, satu ke dalam (baptisan Roh) dan satu keluar (baptisan air), terkait erat dalam PB.
Ef 4:6 "satu Allah dan Bapa dari semua" Agaklah mengejutkan untuk memanggil Allah Bapa (lih. Mal 2:10). Dalam satu pengertian yang penting semua manusia berhubungan dengan Allah. Mereka telah diciptakan oleh-Nya, menurut gambar dan rupa-Nya (lih. Kej 1:26-27). Namun dalam konteks ini, fokusnya tidaklah pada penciptaan, tetapi penciptaan kembali, kelahiran kedua, penebusan melalui upaya dari Allah Tritunggal (lih. Ef 1:3-14). Semua manusia tidak dibenarkan dengan Allah melalui penciptaan, tetapi dengan pertobatan pribadi dan iman dalam karya paripurna Kristus (lih. Mr 1:15; Kis 3:16,19; 20:21).
□ "yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua" PB menekankan ke-tertinggi-an Bapa (lih. 1Kor 3:23; 15:28). Konteks ini adalah salah satu contoh bagaimana Alkitab menggabungkan tindakan penebusan dari tiga pribadi Tuhan. Di sini, berdiamnya Bapa (lih. Yoh 14:23) ditekankan. Dalam Mat 28:20 dan Kol 1:27 berdiamnya Anak yang ditekankan. Namun demikian, Roh lah yang biasanya ditugaskan untuk mengemban tugas ini (lih. Yoh 14:17; Rom 8:9). Konteks ini mengungkapkan prioritas dari Bapa (lih. Ef 1:3-14; Rom 11:36). Dalam Kol 1:16 terminologi yang sama diterapkan kepada Anak. Ada fluiditas dan kesetaraan yang mengalir di antara pribadi Trinitas dalam tindakan mereka yang membawa keselamatan bagi umat manusia.
Istilah "semua" (pas) diulang beberapa kali untuk penekanan. Secara ketatabahasaan, ini bisa bersifat NETRAL, menunjuk pada semua ciptaan, atau MASKULIN, menunjuk pada tubuh Kristus (gereja) baik secara kelompok maupun individual.
Topik Teologia -> Ef 4:3
Topik Teologia: Ef 4:3 - -- Roh Kudus
Menyatukan Seluruh Orang Percaya dengan Tubuh Kristus
Rom 6:1-10 1Ko 12:12-13 Gal 3:26-27 Efe 4:3-4 Kol 2:11-12 1Pe 3...
- Roh Kudus
- Menyatukan Seluruh Orang Percaya dengan Tubuh Kristus
- Keselamatan
- Panggilan
- Tanggapan Terhadap Panggilan
- Hasil dari Suatu Tanggapan Positif Terhadap Panggilan Allah
- Kehidupan yang Benar
- Gereja
- Gereja Disatukan
- Maz 133:1 Yoh 10:16 Yoh 17:11,20-23 Kis 4:32 Rom 12:4-5 Rom 15:5-6 1Ko 1:10 1Ko 10:17 1Ko 12:4-7 Gal 3:27-28 Efe 1:9-10 Efe 2:14-20 Efe 3:6 Efe 4:1-7,11-13,16 Fili 2:1-2 Kol 3:11-15
- Orang Kristen Berusaha Hidup Harmonis
TFTWMS: Ef 4:3 - Memelihara Kesatuan MEMELIHARA KESATUAN (Efesus 4:3)
3Rajin memelihara kesatuan Roh dalam ikatan perdamaian (NASB).
Ayat 3. Setelah mendirikan anjungan bagi kesatuan, P...
MEMELIHARA KESATUAN (Efesus 4:3)
3Rajin memelihara kesatuan Roh dalam ikatan perdamaian (NASB).
Ayat 3. Setelah mendirikan anjungan bagi kesatuan, Paulus secara khusus menyatakan bahwa berjalan secara sepadan melibatkan kesatuan gereja. Orang-orang Kristen ini harus rajin (spouda¿zw, spoudazō) dan dengan segenap hati berusaha mempertahankan kesatuan yang Roh telah hasilkan di dalam gereja. Yesus, "perdamaian kita" (2:14), mendamaikan orang Yahudi dan non-Yahudi kepada satu sama lain dan kepada Allah "di dalam satu tubuh" (2:16). Para anggota tubuh itu harus selalu berusaha memelihara perdamaian ini dalam ikatan (su/ndesmoß, sundesmos) yang dengannya mereka sudah dibawa bersama-sama di dalam Kristus.
Kesatuan gereja harus dipelihara dan dilindungi karena umat Kristen adalah agen perdamaian dan kesatuan. Kesatuan ini tidak hanya harus dipelihara, tetapi itu harus dilaksanakan dalam kerendahan hati, kelembutan, kesabaran, dan toleransi kita kepada satu sama lain. Paulus menyantumkan tujuh "kesatuan," tujuh kebenaran yang di atasnya gereja harus disatukan (4:4-6).
TFTWMS: Ef 4:2-6 - Bersatu BERSATU (Efesus 4:2-6)
Ada kisah tentang seorang wanita yang pada suatu malam pergi ke luar untuk makan malam bersama dengan dua orang anaknya. Sewak...
BERSATU (Efesus 4:2-6)
Ada kisah tentang seorang wanita yang pada suatu malam pergi ke luar untuk makan malam bersama dengan dua orang anaknya. Sewaktu sedang makan, restoran itu mulai dipenuhi oleh pengunjung. Kelihatannya seperti ada reuni keluarga. Setiap orang yang masuk disalami dan dipeluk oleh orang-orang itu. Mereka saling menebar senyuman; gelak-tawa memenuhi ruangan. Orang-orang itu saling berucap "Aku sayang kamu," dan "Telepon saya jika perlu teman bicara."
Sebelum wanita itu meninggalkan restoran itu, ia bertanya kepada pelayan wanita di situ tentang kumpulan orang-orang tersebut. Pelayan itu menjawab, "Mereka datang ke sini setiap Sabtu malam setelah pertemuan mereka yang bernama Pecandu Alkohol Anonim." Anak laki-laki dari wanita itu yang berusia tiga belas tahun bertanya, "Apakah Anda perlu menjadi seorang pecandu alkohol untuk bisa bergabung dengan mereka?" Wanita itu ingin sekali menjadi anggota sebuah perkumpulan yang kuat dan penuh perhatian.
Kemanakah orang-orang yang kesepian pergi untuk mendapatkan bantuan bagi persoalan hidup mereka? Dimanakah mereka bisa menemukan rasa memiliki? Bisakah kelompok orang apa saja menawarkan dukungan bagi setiap orang? Kelompok seperti itu memang ada. Allah sudah lama sekali memunculkan kelompok itu. Perjanjian Baru mengacukannya sebagai gereja, tubuh Kristus, dan keluarga Allah.
Allah ingin tubuh Kristus memberikan sambutan dan kasih untuk orang-orang yang kesepian, terasing, dan bergumul. Ia merancang gereja untuk menjadi tempat perpaduan orang-orang dari segala macam kehidupan yang saling menyayangi, saling melayani, saling berbaik hati, pengampun, pendorong, dan bersatu.
Renungkanlah kebenaran mendasar ini: Semakin bersatu kita sebagai tubuh Kristus, akan semakin mudah bagi manusia untuk melihat melalui kita apa yang Allah benar-benar tawarkan kepada mereka.
Paulus menyurati jemaat Efesus tentang jenis kesatuan ini:
Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua (4:1-6).
Dalam 4:3 Paulus meminta orang Kristen untuk "[rajin] memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera." Kata kerja Yunani untuk "bersikap rajin," spoudazo, artinya tidak ada yang ditahan-tahan. Keterangan waktu kata kerja ini menunjukkan bahwa kita harus melakukan kerajinan ini terus-menerus.
Itu merupakan prioritas Kristus untuk gereja-Nya. Beberapa saat sebelum paku menusuk kedua telapak tangan-Nya dan Ia disalibkan, Yesus berdoa,
Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku (Yohanes 17:20-23).
Yesus berharap untuk menemukan orang-orang yang saling menanggung beban dalam kasih dan berbuat sebisa mungkin untuk memelihara kesatuan Roh. Ia ingin sekali melihat doa-Nya itu terjawab.
Bagaimanakah kesatuan ini tercapai?
ALLAH MENYEDIAKAN KESATUAN
Kesatuan berasal dari Allah. Paulus menuliskan tujuh ungkapan "satu": "satu tubuh … satu Roh … satu pengharapan … satu Tuhan … satu iman … satu baptisan … satu Allah." Simaklah bahwa penekanan pada tujuh kesatuan itu adalah Allah, khususnya kesatuan Allah. Konsep kesatuan ini tidak bisa dipisahkan dari Allah. Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah satu. Di dalam Trinitas itu tidak ada persaingan. Di dalam ke-Allahan itu, kita melihat kesatuan yang sempurna.
Dari kesatuan ke-Allahan dunia lain ini datanglah kesamaan kesatuan itu ke dalam dunia ini. Kesatuan itu muncul di dalam tubuh Kristus. Satu tubuh itu bersatu di dalam pandangan dan pikiran Allah. Hanya ada satu tubuh sebab hanya ada satu Roh yang menyatukan tubuh itu.
Kesatuan ini datang ke dalam dunia kita dalam satu pengharapan, satu iman, satu baptisan, dan—di atas semua itu—satu Tuhan. Kita percaya kepada satu Tuhan. Kita dibaptis ke dalam satu Tuhan itu. Kita mendasarkan pengharapan kita pada kedatangan kembali Tuhan yang satu itu.
Kesatuan datang ke dalam dunia kita dalam sebuah keluarga—keluarga Allah. Karena kita hanya memiliki "satu Allah dan Bapa dari semua, Allah semua yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua," maka hanya ada satu keluarga.
Sewaktu Paulus memberitahu orang Kristen untuk "… [dengan rajin] memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera," ia tidak memerintahkan kita untuk menciptakan kesatuan. Hanya Allah yang bisa melakukannya. Kita menjadi satu ketika kita datang kepada Kristus. Kita punya Bapa, Tuhan, dan Roh yang sama yang tinggal di dalam diri kita. Allah sudah menjamin hal itu.
Alkitab memberitahu kita untuk berfokus pada Allah. Alkitab menyeru orang Kristen untuk melihat kepada Bapa, Anak, dan Roh. Kita harus melihat Dia sebagai Allah kesatuan yang sempurna, Allah kerukunan yang kudus, Allah kesatuan yang ilahi, dan Allah persekutuan yang kekal. Di dalam Allah kita menemukan makna sejati kesatuan, kerukunan, dan kasih. Setelah menemukan sifat-sifat ini di dalam Allah, kita berusaha keras untuk menunjukkan sifat-sifat itu kepada dunia melalui tubuh Kristus.
SIKAP YANG MEMAJUKAN KESATUAN
Kita tidak bisa menciptakan kesatuan, namun kita bisa memiliki sikap yang memajukan kesatuan. Paulus menasihati orang Kristen untuk hidup dengan "rendah hati, lemah lembut, dan sabar .…" (4:2). Rasul itu menyinggung tiga sikap penting.
Pertama, ia berkata orang Kristen harus memiliki "kerendahan hati" yang sempurna. 1Darimanakah kerendahan hati berasal? Apakah kerendahan hati ini merupakan sesuatu yang sekedar Anda putuskan untuk Anda miliki di dalam hidup Anda?
Kerendahan hati datang dari pertemuan dengan Allah. Semua orang di dalam Alkitab yang menjadi contoh kerendahan hati memiliki sesuatu yang sama— sebuah pertemuan dengan Allah. Mereka dibuat takjub oleh kebesaran, kekuatan, dan keagungan Allah. Hal itu dialami oleh Abraham di Gunung Moria (Kejadian 22:1-18) dan kepada Musa di semak belukar yang terbakar (Kejadian 3:1-4:17). Daud pernah merasa sangat terkejut dan kagum oleh ciptaan bertabur bintang sang Pencipta (Mazmur 19). Nabi Yesaya menyadari ketidakcakapan dirinya ketika berjumpa dengan Tuhan muka dengan muka di dalam bait suci (Yesaya 6:1-5); dan rasul Yohanes, yang dibuang di pulau Patmos, jatuh tersungkur di kaki Anak Manusia (Wahyu 1:12-17). Pertemuan dengan keagungan Allah membuat manusia jatuh berlutut.
Kesombongan akan lebih menonjol sampai kita merasakan keagungan Allah. Kesombongan mendorong kita untuk menurunkan konsep tentang Allah seperti sebuah gambar di mesin fotokopi yang diperkecil ke ukuran yang sesuai dengan kehendak kita. Kesombongan juga menyebabkan kita mengurangi nilai yang kita lihat di dalam diri orang lain. Berhadapan muka dengan muka dengan keagungan Allah menempatkan kita dalam perspektif yang benar. Melihat Allah sebagaimana adanya Dia bisa merubah cara kita melihat diri kita sendiri dan orang lain.
Paulus bicara tentang sikap kedua yang memajukan kerukunan: "kelemahlembutan."2Apakah kelemahlembutan itu? Saya bisa menunjukkan kepada Anda apa yang bukan kelemahlembutan. Suatu hari saya menghentikan mobil saya di lampu merah. Sebuah mobil yang berjalan dari arah berlawanan sudah diberi tanda untuk belok kiri. Sopir itu sedang berbelok di depan saya—setidaknya itulah niatnya. Sayangnya, kira-kira baru berbelok separuh jalan, mobil itu terlihat mulai tersendat-sendat. Suara mesinnya terdengar bledak-bleduk dan menembak-nembak. Di belakang mobil yang sedang bermasalah itu ada sebuah truk hijau menyolok dengan supirnya yang sedang mendongkol karena harus pergi ke beberapa tempat dan mengerjakan beberapa hal. Sopir truk itu menekan klaksonnya berkali-kali terhadap mobil yang mogok itu dan mencerca sopirnya dengan kata-kata kasar.
Saya berpikir, "Begitulah kita memperlakukan orang-orang yang tidak melakukan apa yang kita ingin mereka lakukan. Kita bersikap kasar ketika orang memiliki persoalan, berbuat salah, atau gagal memenuhi harapan kita."
Yesus meminta kita untuk bersikap lemah lembut, tanpa marah-marah atau menggerutu. Yesus memberi kita Roh-Nya sehingga kita bisa bersikap lemah lembut.
Sikap ketiga yang memajukan kerukunan di dalam gereja adalah "kesabaran" (Yun.: makrothumia), atau "panjang sabar" (KJV). Kata asli Yunaninya secara harfiah berarti "tidak mudah marah." Kata itu mengandung gagasan yang sepenuhnya berlawanan dengan apa yang kita maksudkan dengan "mudah marah." Orang-orang yang mudah marah tidak boleh ada di dalam gereja.
Pernahkah Anda memeriksa kemasan makanan? Di samping kemasan itu kita sering menemukan daftar persyaratan minimum nutrisi yang baik. Daftar itu mencantumkan pelbagai vitamin yang kita butuhkan untuk tetap sehat. Di dalam teks kita, Paulus menyantumkan persyaratan minimum bagi kesatuan di dalam gereja Tuhan: rendah hati, kelemah-lembutan, dan kesabaran.
TINDAKAN YANG MENJAGA KESATUAN
Sebagai tambahan bagi pelbagai sikap yang diperlukan untuk mempertahakan kesatuan, Paulus memberi sebuah tindakan yang diperlukan. Ia menyebutnya "tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu" (4:2). Tindakan ini mencakup sikap toleran terhadap orang lain, tetapi tidak secara pasif. Tindakan itu bukan sekedar menggertakkan gigi, bersedakep, dan saling menanggung beban sampai Tuhan datang kembali; tindakan itu secara aktif mencari yang terbaik untuk satu sama lainnya.
Kita harus jangan mengabaikan kata "kasih." Kita harus saling bersabar dengan satu sama lainnya dalam kasih. Ingatlah gambaran Paulus tentang kasih:
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain (1Korintus 13:4, 5).
Aesop menceritakan kisah tentang burung Merak dan burung Bangau:
Pada suatu hari burung Merak dan burung Bangau bertemu dan burung Merak mengembangkan ekornya yang indah, lalu pamer ke sana kemari serta memandang rendah burung Bangau sebagai ciptaan biasa saja yang tidak layak mendapat perhatiannya yang sombong. Burung Bangau itu tidak senang terhadap sikap kurang ajar dan angkuh itu, maka ia berkata, cukup keras untuk bisa didengar oleh burung Merak itu, "Burung Merak akan menjadi burung yang baik seandainya bulu-bulunya yang indah itu bisa membuatnya demikian, namun pastilah sangat buruk sekali karena bulu-bulu itu tidak bisa cukup mulia untuk dipakai terbang di atas awan." Lalu burung Bangau itu mengepakan sayapnya yang besar dan kuat dan terbang menjauh, dengan meninggalkan burung Merak di tanah dalam keadaan kurang senang terhadap dirinya sendiri dibandingkan sebelumnya.3
Selama jemaat-jemaat lokal berdiri, orang-orang di dalamnya akan berbeda di dalam kedewasaan, latar belakang keluarga, status perkawinan, usia, kepedulian dan kepribadian mereka. Burung Merak dan burung Bangau itu ciptaan Allah, dan Allah menciptakan mereka secara berbeda. Allah juga menciptakan kita. Ia menciptakan kita semua secara berbeda, namun Tuhan yang sama yang menyelamatkan Anda menyelamatkan saya juga. Roh Kudus yang tinggal di dalam diri Anda tinggal juga di dalam diri orang Kristen yang duduk di sebelah Anda. Bapa yang sama yang menyebut Anda anak-Nya memandang setiap anggota lain dari gereja lokal itu sebagai anak-Nya juga.
Ya, saya tahu bahwa Anda bisa memandang ke sekeliling dan melihat orang-orang yang tidak selalu bersikap seperti anak-anak Allah. Sewaktu saya goyah, Allah ingin Anda menopang beban saya dalam kasih. Ketika Anda tersandung, Ia ingin saya menopang beban Anda. Anda dan saya tidak bisa bertumbuh dalam Kristus, jika kita tetap mempertahakan jurang pemisah di antara kita.
KESIMPULAN
Tubuh Kristus menawarkan sebuah komunitas iman yang diciptakan oleh Allah untuk dilihat oleh seluruh dunia. Manusia bisa menemukan persahabatan, pengharapan, dukungan, dan dorongan di dalam gereja. Kesatuan kita berasal dari sifat Allah sendiri. Untuk alasan itulah kita harus "[rajin] memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera."
Apakah yang bisa Anda lakukan untuk mempertahankan kesatuan di dalam gereja lokal?
Jadikanlah kesatuan gereja sebuah prioritas yang tinggi di dalam hidup Anda. Kesatuan didasarkan pada sifat Allah yang sesungguhnya. Hargailah dengan tinggi. Berdoalah kepada Allah untuk membangun dan menguatkan kesatuan di dalam jemaat. Tuhan akan mendengarkan doa pribadi Anda untuk kesatuan.
Buatlah beberapa perubahan sikap. Perselisihan bisa ditelusuri hingga sampai kepada kepentingan diri sendiri dan kesombongan. Keduanya itu akan lenyap dalam kehadiran keagungan Allah. Permasalahan kita dengan orang lain sebenarnya sama sekali bukan tentang orang itu. Permasalahannya adalah tentang diri kita masing-masing yang gagal memiliki kesadaran yang memadai mengenai Allah. Kita perlu menyanyikan pujian tentang Allah, membaca Mazmur yang membesarkan Allah, duduk dalam hadirat-Nya, dan mengarahkan pikiran kita kepada Dia. Kita akan dibuat takjub oleh apa yang terjadi dengan sikap kita terhadap orang lain.
Ambil tindakan. Kenalilah apa yang secara khusus akan membantu menyatukan gereja, dan mulailah melakukannya. Ini bisa mencakup penolakan terhadap gosip, bersedia berdamai dengan seseorang, ambil inisiatif untuk memperbaiki hubungan, mengirim setidaknya sebuah kartu berisi dorongan kepada seseorang setiap minggunya, memutuskan untuk menunjukkan kebaikan orang lain, bersikap lebih positif di dalam percakapan Anda, menjadi jurudamai dan merukunkan kembali dua orang yang bertikai, atau melakukan upaya khusus untuk "menjadi teman" seseorang yang tidak punya hubungan yang erat dengan orang lain di dalam gereja.
Saling membantu dalam kasih. Bila Anda mengalami kesulitan dalam saling membantu, mintalah Allah untuk membantu Anda mengatasi kesulitan tersebut. Berdoalah bagi orang-orang itu, dan bersyukurlah kepada Allah atas mereka.
Jika kita "[rajin] memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera," Yesus akan mendapatkan jawaban atas doa-Nya dalam Yohanes 17—umat-Nya menjadi satu dalam Roh … satu dalam Tuhan.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Efesus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu pu...
Penulis : Paulus
Tema : Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama sesudah surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus (Ef 6:21; bd. Kol 4:7).
Kepercayaan umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud agar sidang pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus saja -- mungkin surat ini ditulisnya sebagai surat edaran untuk gereja-gereja di seluruh propinsi Asia. Pada mulanya mungkin setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya sendiri di Ef 1:1, sebagai bukti relevansi amanatnya yang mendalam bagi semua gereja Yesus Kristus yang sejati. Banyak orang mengira surat Efesus ini adalah surat kepada jemaat di Laodikea yang disebut Paulus dalam Kol 4:16.
Tujuan
Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis. Ef 4:1-3; Ef 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus"(Ef 1:3-14; Ef 3:10-12) untuk gereja (Ef 1:22-23; Ef 2:11-22; Ef 3:21; Ef 4:11-16; Ef 5:25-27) dan untuk setiap orang (Ef 1:15-21; Ef 2:1-10; Ef 3:16-20; Ef 4:1-3,17-32; Ef 5:1--6:20).
Survai
Secara paling sederhana PB terdiri atas dua tema dasar:
- (1) bagaimana kita ditebus oleh Allah, dan
- (2) bagaimana kita harus hidup sebagai umat tertebus itu.
Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) secara umum membahas tema yang pertama, sedangkan pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) difokuskan pada yang kedua.
- (1) Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dimulai dengan suatu paragraf pembukaan yang merupakan salah satu nas yang paling dalam di Alkitab (Ef 1:3-14). Kidung penebusan yang sangat indah ini menaikkan pujian karena Bapa telah memilih, menentukan dan mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya (Ef 1:3-6), karena Putra yang menebus kita dengan darah-Nya (Ef 1:7-12), dan karena Roh Kudus sebagai meterai dan jaminan warisan kita (Ef 1:13-14). Di bagian ini Paulus menekankan bahwa dalam penebusan karena kasih karunia oleh iman, Allah memperdamaikan kita dengan diri-Nya (Ef 2:1-10) dan dengan sesama umat tertebus (Ef 2:11-15), dan sedang mempersatukan kita di dalam Kristus dalam satu tubuh, yaitu gereja (Ef 2:16-22). Tujuan penebusan adalah "mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu baik yang di sorga maupun yang di bumi," (Ef 1:10).
- (2) Pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) pada umumnya terdiri atas arahan-arahan praktis bagi gereja mengenai tuntutan penebusan di dalam Kristus atas kehidupan pribadi dan kehidupan bersama kita.
Di antara 35 pengarahan yang diberikan dalam surat ini mengenai bagaimana seorang tertebus harus hidup, ditekankan tiga kategori luas.
- (1) Orang percaya dipanggil kepada suatu kehidupan baru yang murni dan terpisah dari dunia. Mereka dipanggil untuk "kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Ef 1:4), "menjadi bait Allah yang kudus" (Ef 2:21), "hidup ... berpadanan dengan panggilan (mereka) itu" (Ef 4:1), "mencapai ... kedewasaan penuh" (Ef 4:13), hidup "di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:24), "hiduplah di dalam kasih" (Ef 5:2; bd. Ef 3:17-19), dan menjadi kudus "dengan ... firman" (Ef 5:26) agar Kristus bisa memperoleh "jemaat ... tanpa cacat atau kerut ... kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27).
- (2) Orang percaya dipanggil kepada suatu cara hidup baru dalam hubungan keluarga dan kerja (Ef 5:22--6:9). Semua hubungan ini hendaknya dikuasai oleh prinsip-prinsip yang menandai orang percaya berbeda sekali dari masyarakat sekular di mana mereka hidup.
- (3) Akhirnya, orang percaya dipanggil untuk tetap berdiri teguh terhadap semua rencana jahat Iblis dan terhadap "roh-roh jahat di udara" yang hebat sekali (Ef 6:10-20).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dihentikan sejenak oleh dua doa rasuli yang paling berkuasa dalam PB: yang pertama memohon hikmat dan wahyu dalam pengenalan akan Allah (Ef 1:15-23); yang kedua berfokus pada mengenali kasih, kuasa, dan kemuliaan Allah (Ef 3:14-21).
- (2) "Di dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot (dipakai 160 kali dalam surat-surat Paulus) secara khusus menonjol dalam surat ini (sekitar 36 kali). "Setiap berkat rohani" dan setiap persoalan praktis dalam hidup ini berhubungan dengan perihal berada "di dalam Kristus".
- (3) Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat Efesus.
- (4) Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen ditekankan (Ef 1:13-14,17; Ef 2:18; Ef 3:5,16,20; Ef 4:3-4,30; Ef 5:18; Ef 6:17-18).
- (5) Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan Kolose, karena persamaan dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar kedua surat itu).
Full Life: Efesus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(Ef 1:1-2)
I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21)
A. Keuta...
Garis Besar
- Salam Kristen
(Ef 1:1-2) - I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya
(Ef 1:3-3:21) - A. Keutamaan Kristus dalam Penebusan
(Ef 1:3-14) - 1. Keutamaan-Nya Dalam Rencana Bapa
(Ef 1:3-6) - 2. Keutamaan-Nya Dalam Partisipasi Orang Percaya
(Ef 1:7-12) - 3. Keutamaan-Nya Dalam Penerapan Roh Kudus
(Ef 1:13-14)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Penerangan Rohani
(Ef 1:15-23) - B. Hasil-Hasil Penebusan Dalam Kristus
(Ef 2:1-3:21) - 1. Membebaskan Kita dari Dosa dan Kematian kepada Hidup Baru
di Dalam Kristus
(Ef 2:1-10) - 2. Memperdamaikan Kita dengan Orang Lain yang Sedang Diselamatkan
(Ef 2:11-15) - 3. Mempersatukan Kita Dalam Kristus di Dalam Satu Rumah Tangga
(Ef 2:16-22) - 4. Menyatakan Hikmat Allah Melalui Gereja
(Ef 3:1-13)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Kepuasan Rohani
(Ef 3:14-21) - II. Pengarahan-Pengarahan Praktis -- Kehidupan Orang Percaya
(Ef 4:1-6:20) - A. Hidup Baru Orang Percaya
(Ef 4:1-5:21) - 1. Selaras dengan Maksud Allah bagi Gereja
(Ef 4:1-16) - 2. Hidup Baru yang Kudus
(Ef 4:17-5:7) - 3. Hidup Sebagai Anak-Anak Terang
(Ef 5:8-14) - 4. Hati-Hati dan Penuh dengan Roh
(Ef 5:15-21) - B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya
(Ef 5:22-6:9) - 1. Suami dan Istri
(Ef 5:22-33) - 2. Anak-Anak dan Orang-Tua
(Ef 6:1-4) - 3. Hamba dan Tuan
(Ef 6:5-9) - C. Peperangan Rohani Orang Percaya
(Ef 6:10-20) - 1. Sekutu Kita -- Allah
(Ef 6:10-11a) - 2. Musuh Kita -- Iblis dan Pasukannya
(Ef 6:11-12) - 3. Perlengkapan Kita -- Senjata Allah
(Ef 6:13-20) - Penutup
(Ef 6:21-24)
Matthew Henry: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan kar...
- Beberapa orang berpendapat bahwa sebenarnya surat kepada jemaat di Efesus ini merupakan surat edaran yang dikirim kepada beberapa jemaat, dan karena suatu hal salinan yang dikirimkan kepada jemaat Efesus diambil untuk dimasukkan ke dalam kanon, dan karena itu surat ini akhirnya dipandang sebagai suatu tulisan khusus. Pendapat ini dibuat berdasarkan kesimpulan bahwa surat ini merupakan satu-satunya surat dari semua surat kerasulan Paulus yang tidak menyinggung secara khusus keadaan atau masalah yang terjadi di jemaat Efesus. Sebaliknya, surat ini banyak memuat kepentingan yang bersifat umum bagi semua orang Kristen, khususnya bagi semua orang yang dahulu berasal dari bangsa-bangsa lain dan kemudian bertobat memeluk agama Kristen. Namun, di lain pihak, dapat pula diamati bahwa dalam surat kerasulan ini tertulis dengan jelas, kepada orang-orang kudus di Efesus (1:1), dan di bagian penutupnya, Rasul Paulus memberi tahu orang-orang kudus tersebut bahwa ia telah mengutus Tikhikus kepada mereka, yang dikatakan di dalam surat 2 Timotius 4:12, bahwa ia telah mengutusnya ke Efesus. Surat ini adalah sepucuk surat kerasulan yang ditulis dari dalam penjara. Beberapa orang memperhatikan bahwa apa yang ditulis oleh Rasul Paulus dari dalam penjara ketika ia masih menjadi orang tahanan ini mengandung perasaan senang dan sukacita dalam perkara-perkara Allah. Ketika kesesakannya bertambah-tambah, penghiburannya pun lebih melimpah lagi. Dari situ kita dapat mengamati bahwa cobaan-cobaan yang dialami umat Allah, dan khususnya oleh para pelayan-Nya, sering kali malah mendatangkan kebaikan bagi orang lain, di samping bagi kebaikan mereka sendiri. Tujuan Rasul Paulus menulis surat ini adalah untuk membangun kehidupan anggota jemaat di Efesus di dalam kebenaran, dan untuk itu, membawa mereka mengenal rahasia Injil lebih jauh. Di bagian awal surat ini, ia menunjukkan hak istimewa agung yang dimiliki oleh para anggota jemaat di Efesus, yaitu mereka yang di masa lampau adalah penyembah-penyembah berhala, namun sekarang mereka telah memeluk Kekristenan dan diterima dalam kovenan bersama Allah. Hal ini ia gambarkan dari sudut pandang keadaan kehidupan mereka yang tercela sebelum pertobatan mereka (pasal 1-3). Di bagian terakhir (yang dapat kita baca di dalam pasal keempat, kelima, dan keenam), ia mengajarkan kewajiban-kewajiban utama beribadah, baik yang sifatnya pribadi maupun keluarga. Ia juga menasihati dan menyemangati mereka supaya menjalankan kewajiban-kewajiban itu dengan setia. Zanchy (tokoh reformasi abad keenam belas dari Italia – pen.), mengamati bahwa di dalam surat ini kita memiliki sebuah ringkasan dari seluruh ajaran Kristen, serta dari hampir semua pokokpokok utama mengenai keilahian.
Jerusalem: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini
di Geredja purba, te...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT EFESUS
KATA PENGANTAR
Djudul "kepada orang-orang kudus di Efesus" sudah diberikan kepada surat ini di Geredja purba, tetapi tidak terdapat pada segala surat naskah tertua jang ditemukan. Menilik isi dan tjoraknja sangat disangsikan bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada umat itu. Ia lebih bersifat surat edaran umum, bagi umat-umat muda jang baru-baru bertobat dan tidak didirikan oleh Paulus sendiri, seperti umat Kolose. Ada sardjana-sardjana jang berpendapat bahwa surat inilah dimaksudkan dalam Kol. 4:16, sebagai "surat dari Laodisea" jang harus dibatjakan di Kolose djuga. Bagaimanapun djuga, soal itu bagi kita tidak begitu penting untuk dibitjarakan lebih landjut disini.
Kesamaan surat ini dengan surat kepada umat Kolose menjolok, baik mengenai atjara pokok, isi umum, maupun gajanja. Kita beroleh kesan-kesan bahwa ia merupakan suatu landjutan dan pelengkapan dari surat kepada orang-orang Kolose itu. la rupanja ditulis dalam waktu jang hampir sama, lagi diantar oleh tokoh jang sama, ialah Tichikus. Atjara pokok kedua surat ialah Misteri Kristus dan misteri rentjana penjelamatan seluruh bangsa manusia dalam Kristus. Surat kepada umat Kolose lebih menggambarkan dan menondjolhan martabat dan kedudukan Kristus diatas segala machluk, termasuk para Malaekat, sebagai Putera Allah jang setara dengan Allah dalam segalanja, turut mentjiptakan segala machluk dan berkuasa mutlak atasnja. Pernjataan-pernjataan itu merupakan dasar segala uraian dalam Ef. djuga, tetapi tidak diuraikan lagi, harus disentuh dan itu sering dengan memperlihatkan segi-segi baru jang indah dan penting. Chususnja ia membitjarakan misteri penjelamatan kita, jang disorotinja dari pelbagai sudut dan puntjaknja ialah adjaran tentang umat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Kedua surat mulai dengan madah-pudjian jang padat dan dalam isinja, indah gajanja dan bernada tinggi. Nada tinggi itu dipertahankan sepandjang seluruh surat, djuga dalam bagian jang merupakan peringatan-peringatan jang agak sungguh-sungguh, malah sampai bertjorak tuduhan. Kol. jang berlandasan pada salah paham dan bahaja- bahaja jang mengantjam dalam umat, masih bertjorak surat perdjuangan, tetapi Ef. semata-mata bersuasana kegembiraan atas kerahiman dan tjinta Allah, dalam merentjanakan dan melaksanakan penjelamatan segala bangsa manusia dalam Kristus. Mengenai alasan untuk menulis surat ini kita mendapat kesan-kesan atau dapat kita bajangkan, bahwa Paulus sesudah menjelesaikan suratnja kepada umat Kolose tidak merasa puas. Barangkali ia hemudian teringat bahwa umat Kolose dan umat- umat lainpun jang belum pernah dikundjunginja, tentu belum mendapat peladjaran jang agak luas dan mendalam tentang adjaran-adjaran jang hanja dengan ringkas diuraikan ataupun disentuhnja sadja dalam surat pendek kepada orang-orang Kolose itu. Sedangkan djustru adjaran-adjaran itu merupakan adjaran-adjaran dasar dan inti hakekat Indjil, mengenai tudjuannja dan kemuliaan martabat para beriman serta hubungan erat-mesra mereka dengan Kristus. Kalau itu benar djalan pemikiran Paulus, maka kita dapat mengerti bagaimana perasaan tak puas mendorongnja untuk memberi pengadjaran tulisan jang lebih luas kepada umat-umat tersebut. Dan karena kegembiraan hatinja, bahwa umat-umat itu dipanggil oleh Allah dan menerima Indjil, dan telah dipenuhi dengan segala rahmat dan berkat surgawi (Ef. 1:3-6), dan kepertjajaan umat-umat serta tjinta kasihnja dapat dipudji (1:15), maka seluruh surat diliputi suasana kegembiraan berdasarkan sjukur dan pudjian kepada Allah.
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) "Hidup Berpadanan Dengan Panggilanmu Dengan Memelihara Kesatuan" (Efesus 4:1-3)
Paruh kedua surat kepada jemaat di Efesus (pasal 4-6) menye...
"Hidup Berpadanan Dengan Panggilanmu Dengan Memelihara Kesatuan" (Efesus 4:1-3)
Paruh kedua surat kepada jemaat di Efesus (pasal 4-6) menyediakan penerapan praktis untuk kehidupan gereja. Ajaran Paulus di sini didasarkan pada pelbagai kebenaran yang ia sudah sajikan tentang tujuan gereja yang mulia dalam kaitannya dengan Allah (pasal 1-3). Penerapan praktis yang ia berikan dapat dibagi menjadi empat bagian, masing-masing bagian memiliki "hidup"1yang sangat penting. Instruksi-instruksi ini, ketika dijalani di dalam kehidupan gereja, memperlihatkan jawaban bagi doa di dalam 3:14-21.
Di dalam pasal 4, Paulus pertama-tama menghimbau jemaat Efesus untuk "hidup dengan cara yang sepadan dengan" panggilan gereja (4:1). Ia kemudian membahas dua cara mereka bisa melakukan ini: dengan bersatu (4:2-16) dan dengan dibaharui dalam roh pikiran mereka (4:17-32).
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Ayat-ayat yang menggunakan kata "berjalan" sebagai nasihat yang terpisah adalah 4:1; 5:2, 8b, 15. Pembagian yang berfoku...
Catatan Akhir:
- 1 Ayat-ayat yang menggunakan kata "berjalan" sebagai nasihat yang terpisah adalah 4:1; 5:2, 8b, 15. Pembagian yang berfokus pada empat berjalan ini adalah 4:1-32; 5:1-6; 5:7-14; 5:15-6:20 (NASB).
- 2 Andrew T. Lincoln, Ephesians, Word Biblical Commentary, vol. 42 (Dallas: Word Books, 1990), 234.
- 3 Ibid., 94.
- 4 Ethelbert W. Bullinger, A Critical Lexicon and Concordance to the English and Greek New Testament (London: Samuel Bagster and Sons, n.d.; reprint, Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, Regency Reference Library, 1975), 904. 59
- 5 Lincoln, 235.
- 6 S. D. F. Salmond, "The Epistle to the Ephesians," in The Expositor's Greek Testament, ed. W. Robertson Nicoll (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1967), 3:320.
- 7 Lincoln, 236.
- 8 Richard C. Trench, Synonyms of the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1953), 198.
- 9 Lincoln, 236.
Pengarang: Jay Lockhart
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) LIMA SIFAT TENTANG BERJALAN SECARA SEPADAN (4:2, 3)
Dalam menantang jemaat Efesus untuk berjalan secara sepadan, Paulus menyantumkan lima sifat tenta...
LIMA SIFAT TENTANG BERJALAN SECARA SEPADAN (4:2, 3)
Dalam menantang jemaat Efesus untuk berjalan secara sepadan, Paulus menyantumkan lima sifat tentang berjalan seperti itu (4: 2, 3). Orang tanpa ciri-ciri ini bisa jadi menentang sisa instruksi itu di dalam surat Paulus. Bagaimanapun, di mana sifat-sifat ini ada, perilaku orang Kristen akan cocok dengan panggilan Allah.
Kerendahan hati (4:2a). Kita harus sepenuhnya rendah hati. Kerendahan hati bukan berarti menganggap rendah diri kita; itu berarti tidak memikirkan diri kita sama sekali. Bagaimanapun, kita tidak punya kontribusi apa-apa terhadap panggilan kita. Siapa kita secara rohani, semata-mata adalah oleh kasih karunia Allah. Oleh karena itu kesombongan tidak masuk hitungan.
Kerendahan hati sebagai kebajikan yang harus dicari adalah konsep yang radikal bagi orang Yunani dan Romawi. Kata klasik untuk "kerendahan hati" menyiratkan kehinaan karakter; itu dilihat sebagai sifat yang merendahkan. Di luar tulisan-tulisan Perjanjian Baru, istilah ini digunakan dengan cara menghina untuk menyebut siapa saja yang lemah atau pengecut.
Orang Kristen harus menciptakan istilah baru yang berisi konsep baru. Kerendahan hati Alkitab tidak membolehkan manusia mengambil keuntungan yang curang dari diri kita, itu juga tidak menyiratkan kurangnya keberanian. Kerendahan hati sejati berarti kita meletakkan hidup kita di hadapan Allah, menerima tanpa syarat arahan-Nya bagi hidup kita karena kita sadar bahwa tanpa bantuan-Nya kita akan tidak berdaya untuk mengubah nasib kekal kita.
Rendah hati berarti kita menjaga hati dan pikiran kita pada Yesus. Kita tidak lagi berusaha mengarahkan hidup kita sendiri. Sebaliknya, kita mencari arahan-Nya, instruksi-Nya. Yang bertakhta bukan lagi diri sendiri; Yesuslah yang bertakhta.
Kelembutan (4:2b). Kerendahan hati harus didukung oleh kelembutan atau kelemahlembutan. Apakah kelembutan itu? Itu bukan sifat pengecut. Beberapa orang mendefinisikan "kelemahlembutan" sebagai "tidak adanya semangat dan keberanian," tapi itu bukan definisi Alkitab.
Kelembutan bukan berarti kurangnya kekuatan. Itu bukan pribadi pemalu yang tidak lagi punya kemampun untuk berdiri teguh seperti ubur-ubur. Itu bukan kurangnya keyakinan yang membuat orang setuju dengan siapa saja yang kebetulan ia jumpai. Kelemahlembutan Alkitab adalah "kekuatan di bawah kendali."
Kata yang Paulus gunakan aslinya berarti "menjinakkan binatang liar." Bayangkanlah seekor kuda Arab liar seperti di Timur Tengah kuno. Beberapa orang berhasil menjerat dan mengandangkan kuda itu. Hewan itu tidak pernah punya pelana di punggungnya; ia tidak pernah punya kekang di kepalanya atau kendali di mulutnya. Apakah yang orang-orang ini lakukan sehingga mereka bisa menggunakan kuda yang hebat ini? Mereka "mematahkan" dia. Artinya, melalui serangkaian manipulasi, mereka membawa kuda itu ke titik di mana ia akan menerima kendali di mulutnya, kekang di kepalanya, dan pelana di punggungnya. Akhirnya, binatang yang kuat, bersemangat tinggi ini bisa dikendalikan. Semua semangat dan kekuatan dan tenaganya masih ada, tapi sekarang semuanya itu tunduk di bawah kendali orang lain. Ia dengan rela merespon perintah penunggangnya. Seperti yang orang Yunani katakan, ia sudah "dilembutkan."
Secara rohani, ini adalah apa yang harus terjadi terhadap kita masing-masing. Kita dilahirkan ke dunia ini dengan dorongan untuk memuaskan diri sendiri, rasa lapar, dan ambisi. Sekarang, dari kerendahan hati yang mutlak, kita harus membawa semua ini ke bawah kendali Tuhan. Ketika itu terjadi, perilaku kita dapat mulai sesuai dengan panggilan mulia kita melalui Injil.
Kesabaran (4:2b). Kita harus bersabar jika kita ingin hidup sesuai panggilan kita. Orang Yunani kuno punya dua kata untuk "kesabaran." Yang satu berhubungan dengan bagaimana orang menangani lingkungan; yang satu lagi berkaitan dengan hubungan antara manusia. Paulus menggunakan kata itu dengan arti yang belakangan.
Menjadi sabar berarti melambatkan diri kita untuk membalas orang lain yang telah menyakiti kita. Faktanya, orang yang sabar adalah bahkan lambat untuk menyerang orang lain. Kata Paulus itu secara harfiah berarti "menjadi lambat-marah." Kita tidak punya ganjalan atau marah kepada orang lain.
Berjalan secara sepadan berarti kita menanggung hinaan, luka, aniaya, perlakuan tidak adil, fitnah, kecaman, kebencian, dan iri hati ketika itu menjadi harga karena kita melakukan apa yang benar. Yang membuat mereka tidak tawar hati atau mengeluh adalah sikap menerima keadaan negatif dan orang-orang yang menimbul-kannya.
Apakah itu terdengar tidak masuk akal? Lalu apa yang membuat kita berbeda dari dunia di sekitar kita? Jika Yesus hidup dengan cara ini—dan itu memang benar— maka kita dipanggil kepada kualitas hidup ini juga.
Toleransi (4:2b). Kita harus saling memikul beban dalam kasih. Bagaimanakah toleransi ini berbeda dari kesabaran? Itu adalah tindakan praktis dari semangat kesabaran di dalam batin. Mentolerir orang lain tidak berarti kita buta terhadap kesalahan atau kelemahan mereka. Sebaliknya, karena kita menyadari bahwa kita kurang sempurna, kita menerima bahwa orang lain juga tidak sempurna. Kita tidak hanya berkata, "Saya enggan mentolerir orang ini." Sebaliknya, dalam kasih, kita terus melayani orang itu, mengupayakan kesejahteraannya yang terbaik. Dengan kata lain, ini adalah sikap kasih yang luar biasa untuk orang Kristen lain yang tidak menyisakan ruang bagi kegagalan sambil individu itu juga berjuang untuk menjadi dewasa di dalam tubuh Allah.
Menginginkan Kesatuan (4:3). Tidak akan ada jalan yang sepadan di hadapan Allah tanpa keinginan yang membara terhadap kesatuan dalam persekutuan. Kita tidak bisa hanya mengharapkan rasa kesatuan yang lebih besar; kita harus "rajin" membuat itu menjadi kenyataan dalam hubungan kita dengan satu sama lain. Kata Paulus untuk "rajin" adalah gabungan dua kata Yunani. Satu kata berarti "bergegas"; yang satu lagi menyiratkan upaya penuh semangat. Disatukan, kata-katanya itu berarti sesuatu seperti ini: "Ayo bergegas dan bekerja untuk mencapai kesatuan!"
Meski begitu, perhatikanlah bahwa tugas kita tidak untuk menciptakan kesatuan. Roh Allah telah memberi kita kesatuan di dalam Kristus melalui darah-Nya yang ditumpahkan di kayu salib. Kita bersatu di dalam pandangan Allah karena Ia telah menempatkan kita semua ke dalam satu tubuh. Karakteristik dari berjalan yang sepadan adalah bahwa kita selalu berusaha mempertahankan kesatuan dalam perdamaian dalam hubungan kita sehari-hari dengan satu sama lain. Kita akan secara rohani memberikan semua yang kita miliki untuk mempertahankan persekutuan kita dengan satu sama lain. Kita akan mengakui dosa-dosa kita terhadap orang lain; kita akan agresif dalam mengganti kerugian; dan kita akan menawarkan pengampunan bahkan sebelum itu diminta. Bisakah apa saja membuat kita seperti Allah selain mengambil inisiatif untuk memulihkan hubungan yang rusak? Seberapa rajin kita membantu gereja untuk menjaga semangat persatuannya mencerminkan seberapa baik kita berjalan sesuai dengan panggilan kita oleh Allah.
Chris Bullard
TFTWMS: Efesus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Kata Yunani untuk "kerendahan hati" adalah tapeinophrosune. Kata ini mengacu kepada kerendahan pikiran yang berasal dari...
Catatan Akhir:
- 1 Kata Yunani untuk "kerendahan hati" adalah tapeinophrosune. Kata ini mengacu kepada kerendahan pikiran yang berasal dari perasaan sebenarnya atas ketidaklayakan dalam terang teladan Yesus dan tuntutan Allah.
- 2 Kata Yunani untuk "kelemahlembutan" adalah prautes. Orang Yunani memakai kata ini untuk mengacukan seseorang atau benda yang memperlihatkan kualitas khusus yang menyejukkan-seperti salep yang mendinginkan luka bakar. Kata itu membolehkan kita untuk bersikap tegar dan lembut kepada orang lain: tegar ketika kita diperlukan, lembut ketika kelemahlembutan adalah yang terbaik.
- 3 Aesop's Fables (Norwalk, Conn.: Heritage Press, 1969), 23.
Pengarang: Rusty Peterman
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Efesus (Pendahuluan Kitab) BERJALAN DI JALAN YANG BENAR (2:1-10; 4:1, 17; 5:2, 8, 15)
"Berjalan" adalah kiasan bagi hidup. Sebagai orang Kristen, kita harus berhati-h...
BERJALAN DI JALAN YANG BENAR (2:1-10; 4:1, 17; 5:2, 8, 15)
"Berjalan" adalah kiasan bagi hidup. Sebagai orang Kristen, kita harus berhati-hati bagaimana kita berjalan dan dengan siapa kita berjalan.
Kita harus jangan berjalan menurut dunia (2:2a). Mereka yang berjalan menurut dunia adalah sesat; mereka menjadi milik dunia yang sementara ini, dunia yang terasing dari Allah. Mereka adalah bagian dari kerajaan yang menentang Kerajaan Allah.
Kita harus jangan berjalan menurut Iblis (2:2b). Jiwa-jiwa yang sesat sejalan dengan Iblis, "penguasa kekuatan udara" dan "roh yang sekarang sedang bekerja di antara anak-anak ketidaktaatan" Kehidupan mereka diperintah oleh pemberontakan.
Kita harus jangan berjalan menurut hawa nafsu daging (2:3a). Mereka yang sesat hidup menurut hawa nafsu mereka sendiri, ketimbang menurut cara yang Allah ingin mereka hidup dengannya.
Kita harus jangan berjalan sebagai anak-anak yang dimurkai (2:3b). Mereka yang sesat hidup menurut sifat Adam, "sifat manusia" yang berdosa dan menjadi sasaran murka Allah. Roma 1:18 memperingatkan, "Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman."
Kita harus berjalan dengan cara yang sepadan (4:1). Paulus mendesak orang Kristen untuk hidup sesuai "dengan panggilan yang dengannya [kita] telah dipanggil." Kita telah menerima panggilan Allah yang kudus untuk hidup sesuai dengan kasih karunia dan kemuliaan-Nya (lihat 1 Tesalonika 2:12; 2 Timotius 1:9). Kita harus jangan hidup dengan pikiran yang sia-sia (4:17). Orang sesat hidup tanpa arah rohani. Kristus hidup dengan tujuan, dan kita akan diberkati jika kita mengikuti teladan-Nya (lihat 1 Petrus 2:21; 3:9).
Kita harus berjalan dalam kasih (5:2). Allah adalah kasih (1Yohanes 4), dan tujuan terbesar kita adalah mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran kita. Selain itu, kita harus mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri (lihat Matius 22:37-39).
Kita harus berjalan seperti anak-anak terang (5:8). Kita tidak lagi berjalan di dalam "kegelapan," sebab kita sekarang adalah "Terang di dalam Tuhan."
Kita harus berjalan seperti orang berhikmat (5:15, 16). Kita harus menghabiskan hari-hari kita dengan melayani Allah, selagi kita mampu melakukannya (lihat Yohanes 9:4).
KEHIDUPAN YANG DIPENUHI DENGAN ROH (5:18-21)
Di dalam Perjanjian Lama, Allah memiliki bait suci untuk umat-Nya; di dalam Perjanjian Baru, Allah memiliki umat untuk bait suci-Nya. Pada saat lahir barunya (baptisan), setiap orang Kristen menjadi bait suci Allah yang hidup. Pada hari Pentakosta, Petrus berkata, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kita akan menerima karunia Roh Kudus"(Kisah 2:38). Jika kita telah dilahirkan kembali, maka kita menampung satu Pribadi—Roh Kudus Allah. Proses ilahi ini hanya dimulai saat pembaptisan; orang Kristen hidup sehari-hari dengan Roh Allah.
Paulus menasihati jemaat Efesus untuk "dipenuhi dengan Roh" (5:18). Ini bukan pilihan; itu adalah perintah. Dipenuhi dengan Roh bukan sesuatu yang kita lakukan jika kita ingin menjadi super-rohani; itu adalah tanggung jawab setiap anak Allah yang sudah dilahirkan kembali. Kita harus dipenuhi dengan Roh.
Bagaimanakah kita bisa tahu jika kita sedang melaksanakan kewajiban ilahi ini? Apakah tanda-tanda mereka yang secara progresif sedang dipenuhi dengan Roh? Ayat 18 memberi kita perintah, dan ayat-ayat selanjutnya memberi kita tiga ciri-ciri yang mengidentifikasi orang percaya yang dipenuhi dengan Roh. Di dalam teks asli Yunani mereka diperlihatkan sebagai partisip, kata-kata yang menunjukkan tindakan yang berkelanjutan.
Apa sajakah tiga tanda petunjuk tentang kehidupan yang dipenuhi dengan Roh?
"Berkata-kata" Seorang Kepada Yang Lain Dengan Memuja. "Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur dan kidung pujian dan lagu-lagu rohani, bernyanyi dan membuat melodi dengan hatimu kepada Tuhan"(5:19).
Nyanyian kita mencerminkan kasih kita untuk Tuhan Allah; itu adalah ungkapan pemujaan kita. Itu adalah bagian dari ibadah yang penuh sukacita. Sukacita kita akan meluap dalam pujian kepada Allah. Jiwa kita ingin berseru keras dalam pemujaan dan ucapan syukur kepada Allah, Penebus kita.
Paulus mengatakan "berkata-kata" ini akan dilakukan dalam "mazmur dan kidung pujian dan lagu-lagu rohani." Kita harus jangan menekan terlalu jauh perbedaan dalam istilah-istilah itu, namun pasti ada perbedaan tertentu. "Mazmur" adalah mazmur dari Perjanjian Lama, satu-satunya kitab nyanyian gereja mula-mula. Perintah Paulus adalah memuji Allah dengan kitab pujian-Nya sendiri yang terilham. Apapun suasana hati kita, apapun kesedihan atau sukacita kita, apapun masalah kita, kita dapat menemukan mazmur untuk mengungkapkan perasaan kita.
"Kidung pujian" adalah lagu pujian yang diarahkan kepada Allah. Kidung pujian adalah produksi khas Kristen, sedangkan mazmur masuk ke dalam gereja dari agama Yahudi.
"Lagu-lagu rohani" mungkin lagu-lagu yang kurang formal yang mengungkapkan kepercayaan, sukacita, dan ucapan syukur kita. Ini jauh lebih bersifat pribadi dibandingkan kidung pujian dan mazmur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Kita harus menyanyi dan membuat melodi dengan hati kita kepada Tuhan. Kata Yunani yang diterjemahkan "membuat melodi" sebenarnya berarti menyentuh akord hati ketika kita menyembah. Hati kita adalah sarana untuk memberikan pujian yang murni kepada Allah.
Motif kita untuk ibadah terlihat di dalam kata-kata "kepada Tuhan." Menyanyi bukan untuk meninggikan diri kita sendiri atau untuk melihat bagaimana indahnya kita dapat menyatukan bersama suara kita. Motif utama kita dalam berkata-kata dalam mazmur, kidung pujian, dan lagu-lagu rohani adalah untuk mendatangkan sikap hormat yang murni dan pujian kepada Penebus kita.
"Mengucap Syukur" Kepada Allah Dalam Penghargaan. "Selalulah mengucap syukur untuk segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah, yaitu Bapa" (5:20).
Sebagaimana menyanyi menunjukkan bagaimana kita berhubungan dengan Allah, ucapan syukur mencerminkan bagaimana kita berhubungan dengan keadaan kita. Ketika kita dipenuhi dengan Roh, kita akan bersyukur dalam segala hal.
Jenis ucapan syukur apakah ini? Ini adalah ucapan terima kasih yang arahnya benar: "Mengucap syukur … kepada Allah, yaitu Bapa." Meski beberapa orang berkata, "Saya beruntung hari ini," kita harus memberi pujian kepada Allah. Kita harus bersyukur, "selalu mengucap syukur . . . ."
Paulus melanjutkan, " … untuk segala sesuatu." Kita dapat dengan mudah berterima kasih kepada Allah untuk hal-hal yang baik yang terjadi dalam hidup kita. Bagaimana dengan kesulitan hidup? Kita mungkin tidak mengerti mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi seperti itu, tapi kita masih bisa percaya bahwa entah bagaimana kebaikan dapat timbul dari mereka.
Tundukkanlah Dirimu Seorang Kepada Yang Lain Dalam Hormat. "Tundukkanlah dirimu seorang kepada yang lain dalam hormat untuk Kristus" (5:21; NIV).
"Tunduk" melibatkan hubungan kita dengan satu sama lain. Ketika Paulus menulis, "tunduk" digunakan sebagai istilah militer. Secara harfiah itu berarti orang yang sederajat menempatkan dirinya di bawah orang lain yang sederajat. Itu tidak mengandung konotasi lebih rendah. Allah Anak tunduk kepada Allah Bapa. Ia sepenuhnya sama dengan Allah Bapa, tetapi Ia secara sukarela tunduk.
Para istri harus tunduk kepada suami mereka—tapi itu hanya tampilan luar dari prinsip itu. Mereka bukan satu-satunya yang diajarkan untuk mempraktikkan ketundukan. Ketundukan adalah untuk setiap orang Kristen. Pada tingkatan di mana kita dengan rendah hati tunduk kepada saudara-saudari kita di dalam Kristus, itu adalah tingkatan yang sama yang untuk itu kita dipenuhi dengan Roh. Beberapa saudara goyah dalam kehidupan Kristen mereka karena mereka menuntut hak-hak mereka. Selama seseorang menuntut hak-haknya sendiri, ia tidak dapat berserah kepada kendali Roh. Kita telah mati terhadap diri sendiri (lihat Galatia 2:20). Hak apakah yang orang mati miliki?
Mengapakah orang Kristen bersedia menempatkan dirinya di bawah kuasa orang Kristen lainnya? Untuk melayani dia. Beberapa orang ingin dirinya dipenuhi dengan Roh tetapi tidak ingin mengalami kesulitan dalam membantu orang lain dalam nama Yesus. Paulus berkata, "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus" (2 Korintus 4:5). Kita harus saling melayani satu sama lain dalam kasih.
Paulus berkata, "Tundukanlah dirimu seorang kepada yang lain dalam hormat untuk Kristus" (NIV). Kita saling menundukkan diri oleh karena Yesus. Ia melayani orang lain; Ia menetapkan pola. Dipenuhi dengan Roh-Nya adalah sama dengan menjadi seperti Dia.
Kesimpulan. Ketika kita dipenuhi dengan Roh, dunia melihat siapa yang yang mendominasi dan menguasai kita. Kita bisa membiarkan mereka melihat ini melalui perkataan, ucapan syukur, dan ketundukan kita.
Chris Bullard
BIS: Efesus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah
agar "Seluruh alam, baik
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS
PENGANTAR
Dalam Surat Paulus Kepada Jemaat di Efesus, penulis menekankan Rencana Allah agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala" (Ef 1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Allah supaya mereka menghayati makna rencana agung dari Allah itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.
Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu terjadi. Untuk menjelaskan hal itu ia menceritakan bagaimana Allah Bapa telah memilih umat-Nya, bagaimana Allah melalui Yesus Kristus, Anak-Nya, mengampuni dan membebaskan umat-Nya dari dosa, dan bagaimana janji Allah itu dijamin oleh Roh Allah. Di dalam bagian kedua, diserukan kepada para pembacanya supaya mereka hidup rukun agar kesatuan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus dapat terlaksana.
Untuk menunjukkan bahwa umat Allah sudah menjadi satu karena bersatu dengan Kristus, penulis memakai beberapa kiasan. Jemaat adalah seperti tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya, atau seperti sebuah bangunan yang batu sendinya ialah Kristus, atau seperti seorang istri dengan Kristus sebagai suaminya. Penulis sangat terharu ketika mengingat akan rahmat Allah melalui Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya dalam suratnya menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan. Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi pengurbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan hati-Nya dan kesucian-Nya.
Isi
- Pendahuluan
Ef 1:1-2 - Kristus dengan gereja-Nya
Ef 1:3-3:21 - Kehidupan yang baru sebagai orang Kristen
Ef 4:1-6:20 - Penutup
Ef 6:21-24
Ajaran: Efesus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh
Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti
Tujuan
Supaya orang Kristen mengerti bahwa yang dimaksudkan dengan Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah Tubuh Kristus. Ini berarti Gereja adalah orang-orang pilihan Allah, atau kelompok orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristen di kota Efesus. (Dan juga jemaat-jemaat Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Efesus terbagi atas 6 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas uraian tentang arti Gereja yang benar.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Efesus
Pasal 1-3 (Ef 1:1-3:21).
Pengajaran tentang keselamatan orang-orang percaya
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa keselamatan orang-orang percaya sudah berada dalam rencana Allah, yaitu terhadap orang-orang yang dipilih-Nya dan orang-orang yang mau menerima anugerah-Nya di dalam Kristus dengan iman.
Pendalaman
Pasal 4-6 (Ef 4:6-6:9).
Pengajaran tentang kesatuan orang percaya dan cara-cara kehidupan sebagai orang percaya
Dalam bagian ini Rasul Paulus menjelaskan bahwa setiap orang percaya sudah menjadi saudara karena dipersatukan di dalam Tuhan Yesus. Juga Paulus menjelaskan bagaimana orang-orang Kristen harus hidup di dalam gereja, keluarga dan masyarakat.
Pendalaman
- Bacalah pasal Ef 4:2-3,25-26,28-29,31-32. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan oleh orang percaya menurut nats ini?
- Bacalah pasal Ef 5:8-21. _Tanyakan_: Apakah yang membuktikan bahwa saudara anak-anak terang?
Pasal 6 (Ef 6:10-24). Pengajaran tentang perlengkapan rohani orang Kristen dalam mengikut Yesus
Pendalaman
- Mengapakah orang Kristen perlu menggunakan perlengkapan rohani yan Allah berikan?
- Siapakah musuh-musuh orang Kristen?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Efesus, jelaslah kita lihat bahwa orang-orang percaya adalah Gereja yang disebut juga Tubuh Kristus. Dan melalui Kitab ini juga dijelaskan tentang cara-cara kehidupan Gereja itu.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menjadi penulis Kitab Efesus?
- Siapakah yang dikatakan sebagai orang-orang percaya?
- Mengapakah orang (manusia) tidak bisa menyelamatkan dirinya dengan usah atau perbuatannya?
Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untu
Sebuah surat edaran?
UNTUK SIAPA SURAT INI DITULIS?
Banyak orang berpendapat bahwa surat ini dimaksudkan untuk diedarkan secara luas, bukan hanya untuk gereja di Efesus saja. Surat ini mungkin semacam surat edaran yang ditulis untuk digunakan oleh berbagai kelompok Kristen di daerah Efesus dan sekitamya. Apa yang ditulis Paulus dalam surat ini dapat diterapkan oleh umat Allah pada umumnya dan tidak ditujukan untuk suatu gereja tertentu. Tidak ada salam pribadi. Mungkin surat ini sebenarnya yang dimaksud oleh Rasul Paulus dalam Kolose 4:16 sebagai 'surat dari Laodikia'. Tikhikus dipercayakan untuk menyampaikan surat ini kepada alamat yang dituju. (Efe 6:21, 22). Surat ini, seperti surat-surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi dan Kolose, ditulis dari dalam penjara dan tema utamanya ialah sifat, ciri-ciri dan tujuan dari gereja Kristen, yaitu terciptanya apa yang disebut 'masyarakat Allah yang baru'.
GEREJA DI EFESUS.
Paulus tinggal di Efesus selama 3 tahun (Kis 19:8, 10; 20:31). Efesus merupakan suatu kota yang banyak menyediakan sarana untuk penyembahan berhala. Kuil Dewi Diana (Artemis) terletak di kota itu. Di sana banyak terdapat orang-orang yang mempraktekkan ilmu sihir. Namun, waktu kita membaca surat ini kita tidak perlu mengetahui latar belakang gereja yang menjadi tujuan surat ini, karena isinya bersifat umum.
PESAN.
Surat ini tidak berhubungan dengan masalah-masalah yang khusus, tetapi tujuannya adalah untuk meninggikan nama Yesus Kristus dan untuk menunjukkan pentingnya gereja Kristen sebagai alat Allah di dunia ini. Seperti halnya dengan surat-surat Paulus lainnya, doktrin yang diberikan disusul dengan penerapan praktis. Iman Kristen dan kehidupan Kristen harus berjalan secara seimbang. Surat ini ditutup dengan peringatan bahwa Kristen selalu berada dalam konflik yang terus-menerus dengan setan dan kuasa kejahatan, tetapi Allah telah memberikan senjata yang diperlukan untuk memampukan Kristen bertahan dalam menghadapi semua serangan musuh.
Pesan
1. Warisan kekayaan untuk dinikmati.o Tiga Pribadi Keallahan yang berperan dalam penyelamatan kita:
- Allah Bapa. Efe 1:4-6
- Allah Putra. Efe 1:7-12
- Allah Roh Kudus. 1: 13, 14
o Perhatikan permohonan doa Paulus bagi orang-orang Efesus
- untuk penerangan guna mengetahui sampai seberapa luas warisan kita. Efe 1:17-19
- untuk kuasa guna mengetahui sampai seberapa besar keagungan Allah. Efe 1:19-21
2. Kasih karunia dan damai sejahtera untuk dialami.
o Dari keadaan apa kita diselamatkan. Efe 2:1-3, 11, 12
o Oleh siapa kita diselamatkan. Efe 2:4-9, 13-18
o Untuk apa kita diselamatkan. 2:10, 19-22
3. Sumber-sumber rohani untuk dijajaki.
o Kekayaan yang tidak dapat dicari. Efe 3:8-13
o Kekuatan Ilahi. Efe 3:14-21
4. Persatuan rohani yang harus dipelihara.
o Sikap yang benar itu penting. Efe 4:1-3
o Dasar yang sama itu penting. Efe 4:4-6
o Persatuan dalam keanekaragaman harus dihadapi. 4:11
o Kedewasaan Kristen diharapkan. 4:13
5. Hubungan harmonis yang harus diusahakan.
o Terang sebagai ganti kegelapan. Efe 5:3-6
o Hikmat sebagai ganti kebodohan. Efe 5:15-17
o Kerohanian sebagai ganti hawa nafsu.Efe 5:18-20
o Kepatuhan sebagai ganti perdebatan.Efe 5:21-33
6. Senjata rohani untuk dipakai.
o Musuh yang kita hadapi. Efe 6:10-12
o Perlengkapan senjata yang kita punyai.Efe 6:13-20
Penerapan
Efesus mengajar kita tentang:
1. Betapa murah hati Allah
o dalam memberi kita seorang Penyelamat
o dalam mengirim kepada kita Roh Kudus
o dalam memberi jaminan kepada kita rumah surgawi
2. Betapa besar hak kita
untuk menjadi anggota keluarga Allah untuk mendapat bagian dalam Kerajaan Allah
3. Betapa kita perlu tenggang rasa
o dalam sikap kita terhadap orang lain
o dalam hubungan kita dengan orang lain
4. Betapa praktisnya kekristenan dalam hal
o perkawinan
o kedudukan sebagai orang-tua
o pekerjaan
5. Betapa nyatanya setan dalam
o pengaruhnya
o kegiatannya
6. Bagaimana kita perlu bersiap-siap
o dengan perlengkapan senjata Allah
o dengan doa
Tema-tema Kunci
1. Kasih karunia.
Kasih karunia merupakan kata kunci dalam Alkitab, sebab hal itu memperlihatkan sifat Allah yang memungkinkan adanya keselamatan bagi kita. Oleh karena dosa manusia, jika tidak ada kasih karunia, tidak akan ada pengharapan. Kasih karunia berarti hadiah yang diberikan cuma-cuma. Respons manusia terhadap kasih karunia ialah iman, tetapi ini pun diberikan oleh Allah kepada kita. Lihatlah khususnya Efe 2:1-10. Perhatikan bahwa kasih karunia selalu dipertentangkan dengan hukum Taurat (Rom 6:14). Pembenaran dimungkinkan oleh dua alasan, yaitu kasih karunia Allah (Rom 3:24) dan kematian Kristus (Rom 5:9).
2. Keesaan.
Paulus telah menjelaskan bahwa umat Allah di bawah perjanjian baru mengikutsertakan baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, dan sekarang ia menekankan perlunya kita memelihara keesaan sejati ini. Sebagai Kristen kita tidak dapat menciptakan keesaan oleh karena hal ini adalah pekerjaan Roh Kudus, tetapi kita diminta untuk memeliharanya. Kesatuan yang kita punyai tidaklah sama dengan keseragaman. Ada keanekaragaman karunia di antara umat Allah, tetapi hanya ada satu dasar kesatuan. Lihat juga pada perikop lain yang terbaik yang menekankan pentingnya kesatuan - Yohanes pasal 17.
3. Hubungan.
Kita tidak hidup di dalam suatu ruangan hampa, tetapi di dalam serentetan hubungan - di dalam rumah, dalam pekerjaan, di dalam gereja dan di dalam masyarakat pada umumnya. Iman Kristen kita terutama menyangkut hubungan-hubungan tersebut. Kita sering menemukan bahwa pada suatu saat, standar kehidupan menurut ajaran Alkitab bertentangan dengan standar kehidupan yang sementara ini diterima dalam masyarakat. Dalam kasus seperti itu kita harus lebih menaati Allah daripada manusia. Bandingkan perikop dalam Efesus tentang masalah ini dengan ayat-ayat yang serupa dalam Kolose. Juga perhatikan bagaimana dalam memilih pemimpin Kristen, masalah hubungan kekeluargaan sangat mendapat perhatian (1Tim 3:1-5; Tit 1:6-8).
4. Konflik.
Paulus menyebut seorang Kristen sebagai prajurit (2 Tim. 2:3, 4). Baginya selalu berlangsung peperangan, dan Kristen benar-benar terlibat di dalamnya. Alkitab tidak pernah meragukan keberadaan setan. Setan begitu nyata dalam pengalaman Tuhan Yesus,dan nyata juga bagi para murid.Dalam Efesus Paulus mengingatkan kita tentang kecerdikan musuh itu.Kita tidak dapat menghadapinya tanpa senjata atau tanpa perlindungan. Carilah hal-hal yang berhubungan dengan Iblis yang ditunjukkan oleh Kristus - Matius 4:1-11; 12:24; 13:39; 25:41; Lukas 8:12; 10:18; Yohanes 8:44.
Garis Besar Intisari: Efesus (Pendahuluan Kitab) [1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2
[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:
[1] SEBUAH PESAN UNTUK ORANG-ORANG KUDUS YANG SETIA DALAM YESUS KRISTUS DI
EFESUS Efe 1:1, 2[2] WARISAN KITA SEBAGAI ORANG KRISTEN Efe 1:3-2:22
Efe 1:3-6 | Dipilih untuk suatu maksud |
Efe 1:7-14 | Diselamatkan untuk suatu maksud |
Efe 1:15-23 | Diterangi untuk suatu maksud |
Efe 2:1-10 | Dihidupkan untuk suatu maksud |
Efe 2:11-22 | Didamaikan untuk suatu maksud |
[3] SUATU MISTERI YANG DISINGKAPKAN Efe 3:1-21
Efe 3:1-6 | Orang-orang yang bukan Yahudi juga diikutsertakan |
Efe 3:7-12 | Pelayanan Paulus yang strategis |
Efe 3:13-21 | Pengertian penuh sangat penting |
[4] SIFAT GEREJA Efe 4:1-32
Efe 4:1-6 | Dipersatukan di dalam Roh |
Efe 4:7-12 | Diberkati dengan karunia-karunia Roh |
Efe 4:13-16 | Diperlengkapi untuk bertumbuh |
Efe 4:17-24 | Diperbarui ciri-cirinya |
Efe 4:25-32 | Diubahkan penampilannya |
[5] CIRI-CIRI, TINGKAH LAKU DAN KONFLIK KRISTEN Efe 5:1-6:24
Efe 5:1-20 | Mengikut Kristus |
Efe 5:21-6:9 | Hidup dengan sesama |
Efe 6:10-24 | Menghadapi musuh |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi