
Teks -- 2 Petrus 1:3 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 2Ptr 1:3
Full Life: 2Ptr 1:3 - SEGALA SESUATU YANG BERGUNA UNTUK HIDUP YANG SALEH.
Nas : 2Pet 1:3
Kasih Bapa sorgawi kita, keselamatan melalui Yesus Kristus, syafaat
Kristus bagi kita di sorga, baptisan Roh Kudus dan perihal Ia me...
Nas : 2Pet 1:3
Kasih Bapa sorgawi kita, keselamatan melalui Yesus Kristus, syafaat Kristus bagi kita di sorga, baptisan Roh Kudus dan perihal Ia mendiami kita, persekutuan dengan orang kudus, dan Firman Allah yang diilhami sudah memadai untuk memenuhi semua kebutuhan hidup dan kesalehan orang percaya (Mat 11:28-30; Ibr 4:16; 7:25; 9:14)
- 1) Tidak diperlukan tambahan hikmat manusia, teknik atau teori untuk melengkapi kecukupan Firman Allah yang menyatakan keselamatan sempurna kita dalam Kristus. Kata-kata Yesus, kepercayaan rasuli PB dan kasih karunia Allah sudah memadai pada hari-hari awal gereja untuk memenuhi kebutuhan orang yang terhilang, bahkan masih sama memadai sekarang ini. Tidak ada sesuatu pun yang dapat menambahkan ketinggian, kedalaman, kekuatan, dan pertolongan daripada apa yang dinyatakan dan disediakan oleh Yesus sendiri dan disaksikan oleh para rasul dalam penyataan alkitabiah. Yesus Kristus sajalah "jalan dan kebenaran dan hidup" (Yoh 14:6).
- 2) Jikalau Injil yang kita percayai tampaknya kurang memadai dewasa ini, hal itu terjadi sebab Injil kita adalah kurang dari Injil Kristus dan para rasul.
BIS -> 2Ptr 1:3
untuk menikmati: beberapa naskah kuno: melalui.
Jerusalem -> 2Ptr 1:3
Jerusalem: 2Ptr 1:3 - kuasaNya yang mulia dan ajaib Harafiah: kemuliaan dan kuasaNya sendiri, "Kemuliaan" itu ialah tanda-tanda yang dengannya Yesus telah menyatakan keilahianNya, bdk Yoh 1:14+ dan Mar ...
Harafiah: kemuliaan dan kuasaNya sendiri, "Kemuliaan" itu ialah tanda-tanda yang dengannya Yesus telah menyatakan keilahianNya, bdk Yoh 1:14+ dan Mar 16:17; Ibr 2:4, khususnya waktu dimuliakan di gunung, 2Pe 1:16-18. "Kuasa" itu entah kekuasaan alamiah atau kuasaNya untuk membuat mujizat. Kedua sifat ilahi yang bersangkutan dengan panggilan Kristen itu, memberi apa saja yang perlu bagi hidup saleh, 1Ti 4:7+.
Ende -> 2Ptr 1:3
Ende: 2Ptr 1:3 - -- Kepada setiap orang jang mengikutiNja, Kristus berikan segala sesuatu jang
perlu untuk hidup sutji. Kepada para pengikutNja, Ia berikan ilmu mengenali...
Kepada setiap orang jang mengikutiNja, Kristus berikan segala sesuatu jang perlu untuk hidup sutji. Kepada para pengikutNja, Ia berikan ilmu mengenali DiriNja. Tanda-tanda seperti misalnja perubahan rupa digunung Tabor, menundjukkan betapa mendahsjatkan kuasa Kristus.
Ref. Silang FULL -> 2Ptr 1:3

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 2Ptr 1:1-4
Matthew Henry: 2Ptr 1:1-4 - Pendahuluan
Di dalam pasal ini kita membaca mengenai,
I. Bagian pendahuluan atau kata pengantar yang membuka jalan dan membawa kepada hal-hal utama yan...
- Di dalam pasal ini kita membaca mengenai,
- I. Bagian pendahuluan atau kata pengantar yang membuka jalan dan membawa kepada hal-hal utama yang telah dirancang oleh Rasul Petrus (ay. 1-4).
- II. Sebuah seruan untuk maju dan bertambah-tambah di dalam kasih karunia Kristen (ay. 5-7).
- III. Untuk memperkuat seruan ini dan mengajak orang-orang Kristen Yahudi supaya lebih bersungguh-sungguh dan dengan sepenuh hati mematuhi seruan itu, Rasul Petrus menambahkan,
- 1. Sebuah gambaran tentang keuntungan yang sangat besar yang akan ditambahkan kepada mereka (ay. 8-11).
- 2. Sebuah janji dari Rasul Petrus sendiri untuk memberikan bantuan terbaik yang dapat ia lakukan sehingga dapat mempermudah dan memajukan pekerjaan baik ini (ay. 12-15).
- 3. Sebuah pernyataan tegas mengenai kebenaran yang pasti dan asal usul ilahi dari Injil Kristus, yang dalam kasih karunianya mereka didorong untuk bertambah-tambah dan tetap bertekun.
Pendahuluan (1:1-4)
- Rasul Petrus, karena digerakkan oleh Roh Kudus untuk menulis sekali lagi kepada orang-orang Yahudi yang telah berpaling untuk beriman kepada Kristus, mengawali surat kerasulan kedua ini dengan suatu pendahuluan yang di dalamnya digambarkan orang-orang yang sama dan juga berkat-berkat sama yang diharapkan seperti yang tercantum di dalam bagian pengantar surat sebelumnya. Namun, di dalam surat ini ada sejumlah tambahan dan perubahan yang harus diperhatikan di dalam ketiga bagian dalam bagian kata pendahuluan itu.
- I. Di sini kita mendapati suatu gambaran tentang pribadi yang menulis surat kerasulan ini, dengan nama Simon dan juga Petrus, dengan gelar hamba dan juga rasul. Tampaknya, nama Petrus, yang muncul di dalam kedua surat ini, adalah nama yang paling sering digunakan, dan kelihatannya ia sangat senang dengan nama itu, sebab nama itu diberikan kepadanya oleh Tuhan kita sendiri, ketika ia mengakui bahwa Yesus adalah Kristus Anak Allah yang hidup, dan nama itu juga menyatakan dan memeteraikan kebenaran itu menjadi pokok iman dasar, batu karang yang di atasnya semua orang harus membangun. Walaupun begitu, nama Simon, walaupun tidak digunakan di dalam surat kerasulan sebelumnya, sekarang disebutkan di dalam surat ini, supaya jangan sampai penghilangan sepenuhnya nama yang diberikan kepadanya ketika ia disunat, akan membuat orang-orang percaya yang berasal dari bangsa Yahudi yang masih tetap sangat giat di dalam memegang hukum Taurat, menjadi dengki kepada rasul itu, seolah-olah ia tidak mau mengakui dan memandang rendah sunat. Di sini ia menyebut dirinya sebagai seorang hamba (dan juga sebagai seorang rasul) dari Yesus Kristus. Di dalam hal ini dia boleh bermegah, seperti yang dilakukan Daud (Mzm. 116:16). Melayani Kristus menjadi jalan menuju kehormatan yang tertinggi (Yoh. 12:26). Kristus sendiri adalah Raja segala raja, dan Tuan di atas segala tuan, dan Dia membuat semua hamba-hamba-Nya menjadi raja-raja dan imam-imam bagi Allah (Why. 1:6). Betapa besarnya kehormatan menjadi hamba-hamba dari Tuan ini! Inilah perbuatan tanpa dosa, yang tidak perlu membuat kita merasa malu. Kemenangan dalam menjadi hamba Kristus sangat tepat bagi orang-orang yang membawa orang-orang lain untuk masuk atau tinggal di dalam pelayanan Kristus.
- II. Kita mendapati gambaran mengenai orang-orang yang disurati dengan surat kerasulan ini. Di dalam surat kerasulan sebelumnya mereka digambarkan sebagai orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan di sini sebagai orang-orang yang memperoleh iman yang sangat mulia di dalam Tuhan Yesus Kristus kita. Sebab, iman yang disebutkan di sini sangat berbeda dari iman palsu dari kaum bidat, dan iman pura-pura dari orang-orang munafik, dan juga iman yang tidak membuahkan hasil dari orang-orang yang hanya mengaku percaya di mulut saja, betapapun teguhnya mereka hidup sesuai dengan tradisi. Iman sejati yang disebutkan di sini adalah iman dari orang-orang pilihan Allah (Tit. 1:1), yang dikerjakan oleh Roh Allah setelah orang menanggapi panggilan Allah yang penuh kuasa. Amatilah,
- 1. Iman sejati yang membawa keselamatan merupakan kasih karunia yang sangat mulia. Iman yang demikian sangat tidak lazim dan sangat langka, bahkan di dalam jemaat yang kelihatan di bumi ini. Sangat kecil jumlah orang percaya sejati seperti ini di antara sejumlah besar orang-orang yang mengaku percaya dengan mulut (Mat. 22:14). Selain itu, iman yang sejati ini sangat istimewa, dan sangat besar kegunaan dan keuntungannya bagi orang-orang yang memilikinya. Orang yang benar akan hidup oleh iman, suatu kehidupan rohani yang sungguh-sungguh bersifat ilahi. Iman menghasilkan semua dukungan dan penghiburan yang dibutuhkan di dalam kehidupan yang istimewa ini. Iman menuju kepada Kristus, dan membelikan kita anggur dan susu tanpa harus membayar (Yes. 55:1), yakni makanan yang sesuai bagi ciptaan baru. Iman membeli dan membawa pulang emas yang telah dimurnikan, harta-benda sorgawi yang dapat membuat orang menjadi kaya. Iman mengambil dan mengenakan pakaian putih, jubah-jubah kerajaan yang menutupi dan menghiasi (Why. 3:18). Amatilah,
- 2. Iman sama mulianya bagi setiap orang Kristen dan bagi Rasul Petrus. Iman menghasilkan pengaruh mulia yang sama di dalam hidup satu orang dan juga orang yang lain. Iman menya tukan orang percaya yang lemah kepada Kristus sama seperti yang terjadi pada orang yang kuat, dan memurnikan hati satu orang persis sama seperti hati orang lain. Dan oleh imannya setiap orang percaya yang tulus dan bersungguh-sungguh, dibenarkan dalam pandangan Allah dan memperoleh pembebasan dari segala dosa (Kis. 13:39). Iman, di dalam diri siapa pun juga, berpegang pada Juruselamat mulia yang sama, dan menerapkan janji-janji mulia yang sama.
- 3. Iman yang mulia ini diperoleh dari Allah. Iman adalah karunia Allah, dikerjakan oleh Roh, yang telah membangkitkan Yesus Kristus dari antara orang mati.
- 4. Kemuliaan iman ini, dan pemerolehannya adalah melalui keadilan Kristus. Keadilan dan ketaatan Kristus yang memuaskan keadilan Allah dan berfaedah itu memberikan semua nilai dan kemuliaannya kepada iman, dan keadilan Pribadi seperti ini tidak bisa tidak menjadi nilai yang berharga tak terhingga bagi orang-orang yang menerimanya dengan iman. Sebab,
- (1) Yesus Kristus ini adalah Allah, ya, Allah kita, seperti pada mulanya. Dia adalah benar-benar Allah, Pribadi yang tidak terbatas, yang telah mengerjakan keadilan ini, dan oleh karena itu nilainya sungguh tak terhingga.
- (2) Dia adalah Juruselamat bagi orang-orang yang percaya, dan sesuai dengan itu Ia harus taat supaya bisa berjasa untuk itu. Dan oleh karena itu ketaatan-Nya itu membawa manfaat dan keuntungan yang luar biasa besar bagi mereka, karena sebagai Penjamin dan Juruselamat Ia mengerjakan keadilan ini sebagai ganti mereka.
- III. Di sini kita mendapati doa berkat rasuli, di mana Rasul Petrus mengharapkan kelimpahan dan pertambahan perkenan ilahi kepada mereka, dan juga kemajuan dan pertumbuhan pekerjaan kasih karunia di dalam mereka, serta damai dengan Allah dan damai di dalam hati nurani mereka sendiri (yang tidak dapat terjadi tanpa kasih karunia) berlimpah-limpah di dalam diri mereka. Ini adalah doa berkat yang sama seperti yang ada di dalam surat kerasulan sebelumnya. Tetapi di sini ia menambahkan,
- 1. Penjelasan tentang cara dan sarana yang membuat kasih karunia dan damai sejahtera dapat berlipat ganda dan melimpah, yaitu melalui pengenalan akan Allah dan akan Yesus Kristus. Mengakui atau percaya hanya kepada satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah diutus-Nya, sangat memperbaharui dan meningkatkan kehidupan rohani, dan tanpa ini tidak ada lagi jalan menuju hidup yang kekal (Yoh. 17:3).
- 2. Dasar iman Rasul Petrus dalam memohonkan pertambahan kasih karunia, dan dasar pengharapan orang-orang Kristen dalam menantikannya. Apa yang sudah kita terima harus dapat mendorong kita untuk meminta lebih banyak lagi, Ia yang telah memulai pekerjaan kasih karunia akan menyempurnakannya. Amatilah,
- (1) Sumber semua berkat rohani adalah kuasa ilahi Yesus Kristus, yang tidak dapat melaksanakan semua jabatan sebagai Pengantara, kecuali kalau Ia adalah Allah sepenuhnya dan manusia sepenuhnya.
- (2) Semua hal yang memiliki kaitan dengan dan berpengaruh atas kehidupan rohani yang sejati, kehidupan dan kuasa kesalehan, berasal dari Yesus Kristus. Di dalam Dia seluruh kepenuhan itu berada, dan dari Dialah segala sesuatu yang kita terima, yakni kasih karunia demi kasih karunia (Yoh. 1:16), bahkan semua yang diperlukan untuk mempertahankan, meningkatkan, serta menyempurnakan kasih karunia dan damai sejahtera, yang sesuai dengan penjelasan beberapa penafsir, disebut di sini sebagai kesalehan dan hidup.
- (3) Pengenalan akan Allah dan iman di dalam Dia, merupakan saluran yang olehnya semua dukungan dan penghiburan rohani disampaikan kepada kita. Namun untuk itu kita harus mengakui dan menyatakan Allah sebagai yang telah memanggil kita, sebab demikianlah Dia digambarkan di sini: Dia, yang telah memanggil kita kepada kemuliaan dan kebajikan (KJV). Amatilah di sini, rancangan Allah dalam memanggil atau mempertobatkan umat manusia adalah untuk membawa mereka kepada kemuliaan dan kebajikan, yakni, damai sejahtera dan kasih karunia, sebagaimana dipahami oleh sejumlah orang. Namun, banyak yang lebih menyukai tafsiran luas, oleh kemuliaan dan kebajikan (LAI: yang mulia dan ajaib – pen.), dan dengan demikian kita ditawarkan akan panggilan itu berdasarkan kemuliaan dan kebajikan, atau oleh kuasa Allah yang luar biasa mulia, yang digambarkan di dalam Efesus 1:19. Kemuliaan kuasa Allah-lah yang mengubah orang-orang berdosa. Ini adalah kuasa dan kemuliaan Allah yang dilihat dan dialami di dalam tempat kudus-Nya (Mzm. 63:3). Kuasa atau kebajikan ini harus dipuji tinggi oleh semua orang yang telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang yang ajaib (1Ptr. 2:9).
- (4) Di dalam ayat yang keempat Rasul Petrus terus mendorong iman dan pengharapan mereka dalam mencari kelimpahan kasih karunia dan damai sejahtera, karena kemuliaan dan kebajikan yang sama digunakan dan terbukti dalam memberikan janji-janji dari Injil yang bekerja di dalam panggilan kita. Amatilah,
- [1] Hal-hal baik yang diberikan oleh janji-janji itu sangatlah besar. Pengampunan dosa merupakan salah satu dari berkat-berkat yang dimaksudkan di sini. Semua orang yang mengetahui kedahsyatan murka Allah dengan mudah akan mengakui betapa besarnya berkat pengampunan ini, dan inilah salah satu kebaikan yang dijanjikan tentang kebesaran kekuatan Allah (Bil. 14:17) dalam melimpahkan berkat-berkat itu. Pengampunan terhadap dosa-dosa yang tidak terhitung banyaknya dan yang begitu mengerikan (setiap orang layak menerima kemurkaan dan kutukan Allah untuk selama-lamanya) merupakan hal yang sangat menakjubkan, dan itulah yang disebutkan di dalam kitab Mazmur 119:18.
- [2] Berkat-berkat yang dijanjikan oleh Injil itu sangat mulia. Sebagaimana janji agung di dalam Perjanjian Lama adalah Benih perempuan itu, yakni Sang Mesias (Ibr. 11:39), maka janji agung di dalam Perjanjian Baru adalah Roh Kudus (Luk. 24:49), dan betapa sungguh mulianya Roh yang menghidupkan, mencerahkan, dan menguduskan itu!
- [3] Orang-orang yang menerima janji Injil turut mengambil bagian di dalam kodrat ilahi. Mereka diperbarui di dalam semangat pikiran mereka, sesuai dengan gambar Allah di dalam pengetahuan, kebenaran, dan kekudusan. Hati mereka siap untuk Allah dan pekerjaan-Nya. Mereka memiliki perangai ilahi dan kecenderungan roh. Meskipun hukum Taurat adalah pelayanan yang memimpin kepada kematian, dan huruf-hurufnya mematikan, namun Injil adalah pelayanan yang memimpin kepada kehidupan, dan Roh menghidupkan orang-orang yang secara alamiah binasa di dalam pelanggaran dan dosa.
- [4] Orang-orang yang di dalam diri mereka Roh mengerjakan kodrat ilahi dibebaskan dari belenggu kebobrokan. Orang-orang yang oleh Roh kasih karunia diperbarui semangat pikiran mereka, dipindahkan ke dalam kebebasan anak-anak Allah, sebab di dalam dunia kebobrokan memerintah. Orang-orang yang tidak berasal dari Bapa, tetapi berasal dari dunia ini, ada di bawah kuasa dosa. Dunia ada di dalam kejahatan (1Yoh. 5:19). Dan kekuasaan dosa yang ada di dalam manusia dunia ini datang melalui hawa nafsu, hasrat kuat mereka condong kepada dosa, dan karena itulah dosa memerintah atas mereka. Kekuasaan dosa atas kita adalah sesuai dengan kesenangan kita akan dosa itu sendiri.
SH -> 2Ptr 1:1-4; 2Ptr 1:1-4
SH: 2Ptr 1:1-4 - Iman, Janji, Anugerah (Minggu 20 Juli 2008) Iman, Janji, Anugerah
Berhadapan dengan pengaruh para pengajar sesat, Petrus menegaskan
jati dirinya di hadapan jemaat yang membaca suratnya. Ia ...
Iman, Janji, Anugerah
Berhadapan dengan pengaruh para pengajar sesat, Petrus menegaskan
jati dirinya di hadapan jemaat yang membaca suratnya. Ia
menyatakan diri sebagai hamba dan rasul Kristus. Hamba di sini
berarti budak belian. Artinya ia telah "dibeli" oleh Kristus,
lalu menjadi milik-Nya. Sebab itu, ia harus mematuhi
perintah-Nya. Sebagai rasul, ia diberi otoritas untuk menjadi
duta Allah. Kedua status itulah yang mendasari alasan Petrus
menulis suratnya.
Bila demikian Petrus memahami dirinya, bagaimana ia memandang pembaca suratnya? Menurut Petrus, pembaca suratnya adalah "mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman....." (ayat 1). Kata "memperoleh" disini sama dengan menerima. Artinya iman yang mereka miliki merupakan pemberian. Bila Petrus dan pembaca suratnya sama-sama memiliki iman sebagai hasil pemberian Allah, artinya Petrus menganggap pembaca suratnya setara dengan dia. Ia tidak lebih besar dari mereka meski ia adalah rasul. Di sisi lain, mereka juga tak perlu rendah diri walau mereka bukan murid-murid pertama yang menjadi saksi mata karya Kristus. Mereka memang merupakan generasi Kristen yang kedua, yang tidak pernah melihat, mendengar, atau menyentuh Yesus secara langsung. Namun mereka percaya bahwa Yesus adalah Putra Allah yang berinkarnasi, Juruselamat dunia. Itulah iman sebagai anugerah Allah, lahir bukan karena mereka berusaha memilikinya melainkan karena diberi Allah. Akan tetapi, karya Allah tidak berhenti sampai di situ. Ia juga menganugerahkan janji-janji yang memampukan orang percaya hidup berkenan kepada Allah (band. 1Yoh. 3:3). Janji-janji yang memberikan kuasa kepada manusia untuk menjauhkan diri dari dosa, yang dapat menghancurkan hidup manusia.
Janji-janji ini pun berlaku bagi kita, yang percaya kepada Kristus. Kita harus menyelidiki janji-janji itu melalui pembacaan firman Tuhan tiap-tiap hari. Gunakan janji-janji itu untuk menghadapi pencobaan serta untuk berbuat benar. Niscaya semakin hari kita akan makin serupa dengan Kristus.

SH: 2Ptr 1:1-4 - Pengenalan akan Kristus. (Sabtu, 14 Oktober 2000) Pengenalan akan Kristus.
Menjelang akhir hidupnya, Petrus menyempatkan diri menulis surat
kepada jemaat Tuhan. Tujuan-nya adalah memberikan ke...
Pengenalan akan Kristus.
Menjelang akhir hidupnya, Petrus menyempatkan diri menulis surat
kepada jemaat Tuhan. Tujuan-nya adalah memberikan kekuatan
sekaligus mengingatkan status rohani mereka sebagai orang-orang
yang telah mengenal Kristus. Saat itu jemaat Tuhan sedang berada
dalam bahaya yang serius dan nyata, yaitu berkembangnya banyak
ajaran palsu yang jahat. Para pengajar tersebut mengatakan diri
kristen, tetapi cara hidup mereka bertentangan dengan hal-hal yang
diajarkan Yesus. Untuk meneguhkan iman percaya mereka kepada
Kristus, Petrus memaparkan ulang keadaan dirinya ketika ia belum
mengenal Kristus dan sesudah ia menerima dan mengenal Kristus.
Simon Petrus, adalah dirinya ketika hidup di luar Kristus dan
belum mengenal Kristus. Petrus adalah orang Yahudi yang setia pada
Perjanjian Lama. Hamba Yesus Kristus, adalah status Petrus sejak
hidup di dalam Kristus dan mengenal Kristus. Pada tahapan ini
tubuh, jiwa, dan pikirannya menjadi milik Kristus. Karena itu
Petrus harus taat dan tunduk pada perintah Allah. Rasul Yesus
Kristus, menunjukkan bahwa dirinya diberi kuasa untuk menyaksikan
kasih karunia Allah yang melimpah melalui pemberitaan firman Tuhan
kepada setiap orang.
Pemaparan diri Petrus ini sebenarnya merupakan peng-identifikasian jemaat Tuhan masa itu dan masa sekarang. Jemaat yang semula tidak mengenal dan beriman kepada Kristus menjadi kenal dan beriman karena kasih karunia Allah. Melalui pengenalan akan Kristus, Allah menganugerahkan kuasa Illahi yang dikerjakan-Nya di dalam kita dan menyediakan bagi kita janji-janji-Nya yang besar.
Bila kita memahami landasan hidup Kristen yang dipaparkan di atas, hanya ada dua pilihan dalam hidup kita. Pertama, memilih untuk terus mengenal dan aktif menjalin persekutuan dengan-Nya, dan dikaruniai kemampuan untuk memancarkan kodrat Illahi dalam kehidupan setiap hari. Kedua, memilih untuk pasif bersekutu dengan Allah tapi terlibat aktif dalam kegiatan nafsu duniawi. Pilihan yang paling tepat adalah pilihan yang dari saat ke saat membawa kita pada pertumbuhan yang sehat terhadap pengenalan dan iman kepada Yesus Kristus.
Renungkan: Melalui pengenalan akan Kristus, Kristen dimampukan untuk terus maju dan bertumbuh. Sebab itu mustahil bagi Kristen memiliki kodrat Illahi dan menerima kuasa-Nya tanpa mengenal-Nya.
Utley -> 2Ptr 1:1-11
Utley: 2Ptr 1:1-11 - --NASKAH NASB (UPDATED): 2Pet 1:1-111 Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh...
NASKAH NASB (UPDATED): 2Pet 1:1-11
1 Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. 2 Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita. 3 Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. 4 Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. 5 Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, 6 dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, 7 dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. 8 Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. 9 Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. 10 Karena itu, saudara- saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. 11 Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
2Pet 1:1 "Simon" Ini harfiahnya adalah "Simeon" (lihat Bruce Metzger, Komentari Kenaskahan Pada Perjanjian Baru Yunani, hal 699). Ini adalah nama Ibrani Petrus, dan nama satu dari dua belas suku. Bentuk yang sama ini hanya muncul dalam Kis 15:14. Jika surat ini adalah nama samaran, penulisnya pasti akan menggunakan ejaan yang lebih umum "Simon."
□ "Petrus" Ini secara harfiah adalah Petros, yang merupakan bahasa Yunani untuk batu besar atau batu karang. Ini adalah julukan yang diberikan untuk Simon oleh Yesus dalam Mat 16:18 dan juga Yoh 1:42. Dalam bagian ini dalam Yohanes istilah Aram Kefas disebutkan. Dalam percakapan sehari-hari Yesus berbicara bahasa Aram, bukan Ibrani atau Yunani. Paulus sering menggunakan Kefas (lih. 1Kor 1:12; 3:22; 9:5; 15:5, Gal 1:18; 2:9,11,14).
Ada banyak diskusi antara sarjana Alkitab Katolik dan Protestan tentang pentingnya perubahan nama ini (yang memiliki signifikansi PL bagi Abram, Yakub, dll). Dalam Mat 16:18 Petrus sang batu dikatakan sebagai fondasi dari gereja. Protestan selalu membuatnya suatu pendapat teologis untuk mencatat bahwa kata "Petrus" berbentuk MASKULIN (yaitu, Petros), tetapi "batu karang" adalah FEMININ (yaitu, Petra), dengan demikian pengakuan Petrus tentang iman lah, bukan diri Petrus sendiri, yang adalah fondasi dari gereja . Namun demikian, perbedaan dalam tata bahasa Yunani ini tidak akan terdapat dalam bahasa Aram, dimana Kefas bisa digunakan di kedua tempat tersebut.
Sebagai teolog, saya tidak ingin menyangkal kepemimpinan yang jelas dari Petrus, tapi saya juga menyadari bahwa Rasul lain tidak mengenali prioritas-nya (lih. Mr 9:34, Luk 9:46; 22:24-27; Mat 20:20-24). Meskipun Yesus tidak bercakap- cakap dengan menggunakan bahasa Yunani, naskah yang terinspirasi ini dicatat dalam bahasa Yunani, oleh karena itu, perbedaan gramatikal tersebut dianggap terinspirasi.
□ "hamba" Ini adalah istilah Yunani doulos, yang menunjuk pada seorang pelayan atau budak. Ini bisa merupakan salah satu latar belakang kehormatan PL "pelayan Tuhan" (yaitu, Musa, Yosua, Daud, dan Yesaya) atau fokus PB pada kerendahan hati dalam hubungannya dengan Yesus sebagai Tuhan (lih. Mat 10:24-25).
□ "rasul" Ini jelas merupakan cara sastra bagi penulis II Petrus untuk menegaskan identitasnya sebagai pengikut, saksi mata, dan murid yang dipilih oleh Yesus.
Istilah "rasul" berasal dari KATA KERJA Yunani "saya mengirim" (apostellō). Yesus memilih dua belas murid-Nya untuk bersama-Nya dalam arti khusus dan menyebut mereka "rasul" (lih. Luk 6:13). Istilah ini sering digunakan Yesus yang diutus dari Bapa (lih. Mat 10:40; 15:24, Mr 9:37, Luk 9:48, Yoh 4:34; 5:24,30,36,37,38,40). Dalam sumber-sumber Yahudi kata ini digunakan untuk seseorang yang dikirim sebagai perwakilan resmi dari orang lain, mirip dengan "duta besar" (lih. 2Kor 5:20). Petrus menyatakan kewenangannya yang diberikan oleh Kristus!
Kata ini lalu memiliki penggunaan yang berkembang di luar "Dua Belas murid" (lih. Kis 14:4,14, Barnabas, Rom 16:7, Andronikus dan Yunias; 1Kor 4:6,9; 12:28-29; 15:7, Apolos, Fili 2:25, Epafroditus; 1Tes 2:6, Silwanus dan Timotius). Tugas yang tepat dari mereka tidaklah pasti, tetapi melibatkan proklamasi Injil dan kepemimpinan hamba dari gereja. Bahkan mungkin bahwa Rom 16:7 (KJV "Junia") merujuk pada rasul wanita!
□ "Yesus Kristus" Lihat catatan di 1Pet 1:1.
- NASB, NRSV,
- NJB "kepada mereka yang telah menerima suatu iman"
- NKJV "untuk mereka yang telah memperoleh iman yang berharga"
- TEV "kepada mereka yang… memperoleh iman"
Ini adalah suatu AORIST ACTIVE PARTICIPLE dari istilah (lagchanō), yang merujk pada membuang undi
- 1. seperti dalam perjudian (lih. Yoh 19:24)
- 2. sebagai suatu rasa bertugas atau kewajiban (lih. Luk 1:9)
- 3. sebagai cara untuk menunjukkan pilihan ilahi (lih. Kis 1:17)
Ini bisa hanya diartikan "mendapatkan" atau "menerima," tetapi dapat memiliki konotasi tambahan dalam penggunaan LXX nya yaitu "oleh kehendak Allah." Tema yang sama ini ada dalam ay. 2Pet 1:3,4 "yang diberikan" (dua kali) dan "yang disebut"; juga catat ay. 2Pet 1:10 "Pemanggilan dan pemilihan-Nya atas kamu."
Ketidakjelasan ini persis sama dengan paradoks keselamatan. Apakah keselamatan adalah oleh pilihan Tuhan atau pilihan dari yang menerimanya? Jawabannya adalah pasti ya! Alkitab sangat jelas menyatakan bahwa dunia ini adalah milik Allah. Ia terlibat dalam semua aspeknya. Ia telah memilih untuk berurusan dengan makhluk ciptaan yang sadar dengan perjanjian. Ia yang memulai kontak. Ia menetapkan agenda, namun Ia telah menuntut bahwa kita menanggapinya (yaitu, pada awalnya dan secara terus-menerus). Para pembaca ini menerima iman yang merupakan kehendak Allah bagi mereka (dan bagi semua).
Istilah "iman" berasal dari istilah Yunani pistis, yang diterjemahkan sebagai "iman," "kepercayaan," atau "percaya" Awalnya. dalam bahasa Ibrani konsep ini menunjuk pada sikap yang stabil, tetapi lalu digunakan untuk menunjukkan seseorang yang setia, loyal, dapat dipercaya, atau diandalkan. Dalam Alkitab bukanlah iman orang percaya, tetapi kesetiaan Allah; bukan kepercayaan dari orang percaya, tetapi keterpercayaan Allah. Lihat Topik Khusus pada Mr 1:15.
- NASB "bersama-sama dengan kami"
- NKJV "seharga"
- NRSV, TEV,
- NJB "seberharga seperti"
Ini adalah istilah majemuk Yunani isotimos, yaitu majemuk dari isos (yaitu, sama, seperti, atau sesuai dengan) dan timō (yaitu harga, nilai, atau senilai dengan konotasi mulia atau mahal). Iman yang diberikan oleh Allah adalah iman yang tak ternilai (lih. 1Pet 1:7) dan semua orang percaya dalam berbagi jenis iman yang sama. Tidak ada satu iman bagi para Rasul dan satu lagi untuk orang Yahudi dan bukan Yahudi atau untuk orang percaya lainnya (lih. 1Kor 12:13; Gal 3:28; Kol 3:11). Ada karunia yang berbeda, tetapi hanya ada satu iman (lih. Ef 4:5).
□ "keadilan" Ini tidak merujuk kepada kebenaran yang bisa diperhitungkan dari kita (lih. Rom 4), tetapi untuk kebenaran Kristus (lih. Kis 3:14; 7:52; 22:14, 1Yoh 2:1,29; 3:7). Lihat Topik Khusus: Kebenaran di 1Pet 3:14. Ini adalah tempat yang paling jelas dalam PB di mana Theos diterapkan kepada Yesus.
Akar kata Yunani (yang mencerminkan akar kata Ibrani קרצ BDB 841) digunakan beberapa kali dalam II Petrus.
- 1. benar, adil (dikaios) - 2Pet 2:8, orang yang benar
- 2. benar, keadilan (dikniosunō)
- 2Pet 1:1 - kebenaran Yesus
- 2Pet 2:5 - kebenaran Nuh (lih. Kej 7:1)
- 2Pet 2:21 - jalan kebenaran
- 2Pet 3:13 - langit baru dan bumi baru di mana kebenaran tinggal
- 3. benar (dikaion)
Yesus adalah benar, percaya adalah benar di dalam Dia, karena itu, mereka harus hidup dalam kebenaran, yang mencerminkan zaman baru!
□ "Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" Frasa ini menunjuk kepada Yesus sendiri.
- 1. DEFINITE ARTICLE hanya di sebelum KATA BENDA pertama(Aturan Granville Sharp)
- 2. bentuk ketatabahasaan dari keempat istilah-istilah kunci, "Tuhan," "Juruselamat," "Yesus," dan "Kristus" (GENITIVE MASCULINE SINGULAR)
- 3. bentuk grammar yang berulang (kecuali "Tuhan" bukannya "Allah") dalam 2Pet 1:11; 2:20; 3:18
- 4. A.T. Robertson, Kata Kiasan dalam Perjanjian Baru, Vol. 6, hal. 148, mengingatkan kita bahwa di II Petrus gnōsis dan epignōsis selalu digunakan untuk Yesus
- 5. ada tempat lain dalam PB di mana keTuhanan Yesus ditegaskan (lih. Yoh 1:1; 8:57-58; 20:28; Rom 9:5; Fili 2:6-11; 2Tes 1:12; Tit 2:13; Ibr 1:8; dan 1Yoh 5:20), yang mengejutkan dalam terang monoteisme PL.
Dalam PL "Juruselamat" biasanya digunakan untuk YHWH, tapi kadang-kadang untuk Mesias. Dalam PB biasanya merujuk kepada Allah Bapa. Dalam Titus frase ini digunakan tiga kali untuk Bapa (lih. 2Pet 1:3; 2:10; 3:4), namun dalam konteks yang sama juga untuk Yesus (lih. 2Pet 1:4; 2:13; 3:6). Dalam II Petrus frasa ini digunakan secara eksklusif dan sering untuk Yesus (lih. 2Pet 1:1,11; 2:20; 3:2,18).
2Pet 1:2 "Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu" Ini mirip dengan 1Pet 1:2. Paulus sering menggunakan "kasih karunia dan damai sejahtera," tapi diikuti dengan "dari Allah Bapa kita" dan sering menambahkan "dan Tuhan Yesus Kristus."
Kasih karunia mencerminkan kebenaran bahwa keselamatan dan persekutuan umat manusia yang berdosa dihasilkan dari karakter dan penyediaan Allah. Hubungan yang baru (yakni, dipulihkan) dengan Tuhan ini menghasilkan damai sejahtera. Manusia diciptakan untuk bersekutu dengan Tuhan, yang dalam gambarnya kita diciptakan, dan dengan satu sama lain. Kasih karunia selalu mendahului damai sejahtera! KATA KERJA nya adalah sebuah AORIST PASSIVE OPTATIVE. Ini adalah sebuah doa. Petrus ingin Allah untuk memberikan baik kasih karunia dan damai sejahtera.
□ "oleh pengenalan akan Allah" Kasih karunia dan damai sejahtera diberikan oleh Allah (yaitu, PASSIVE VOICE) melalui pengetahuan pengalaman (epignōsis) dari baik diriNya maupun Anak-Nya.
Pengetahuan adalah tema berulang dalam II Petrus, mungkin karena guru-guru palsu (yaitu, Gnostik), seperti Kolose dan I Yohanes.
a. epignosis (pengetahuan penuh); |
epignōskō (mengetahui sepenuhnya) |
2Pet 2:21 (dua kali) |
|
b. gnosis (pengetahuan) |
ginōskō (mengetahui) |
2Pet 1:6;\\ |
|
gnōrizō (memberitahukan) |
|
Guru-guru palsu dari pasal dua tampaknya memiliki karakteristik yang di kemudian hari akan disebut gnostisisme Antinomian. Sistem bidat filosofis/teologis yang telah tersusun ini berkembang pada abad kedua, namun memiliki akar sejak pada abad pertama. Hal ini ditandai oleh eksklusivisme berdasarkan pengetahuan rahasia. Keselamatan terkait dengan pengetahuan ini, bukan dengank etika. Lihat Topik Khusus pada 1Pet 3:22.
□ "akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita" Saya membuat poin gramatikal berikut dalam 2Pet 1:1 sehubungan dengan frasa yang sama yang merujuk hanya kepada Yesus.
- 1. satu ARTICLE
- 2. semua berbentuk GENITIVE
Fitur-fitur ketatabahasaan yang sama ditemukan dalam frasa ini pula yang pasti menambah beberapa derajat skeptisisme tentang apakah ay. 2Pet 1:1 menunjuk pada Yesus sendiri atau kepada Bapa dan Anak. Namun demikian, perbedaan tersebut melibatkan variasi naskah Yunani yang rumit. Tata bahasa dari 2Pet 1:1 tidak memiliki variasi dalam manuskrip Yunani. Untuk daftar lengkap variasi lihat catatan kaki dari edisi keempat Perjanjian Baru Yunani dari United Bible Society, hal 799 dan Bart Ehrman, Korupsi Ortodoks atas Kitab Suci, hal 85).
2Pet 1:3-7 Ini adalah sebuah kalimat Yunani yang panjang.
2Pet 1:3 "(melihat) karena" Terjemahan NASB (UPDATED) agak idiomatik di sini. PARTICIPLE "melihat" tidak ada dalam naskah Yunaninya.
□ "-Nya" KATA GANTI ini menunjuk baik kepada Allah Bapa atau Allah Anak. Semua KATA GANTI dalam ayat-ayat pembukaan sama-sama rancunya. Ini merupakan karakteristik dari Petrus. Ada kemungkinan bahwa ini adalah kerancuan yang disengaja (misalnya, berpengertian ganda, seperti dalam tulisan-tulisan Yohanes). Yesus diidentifikasi sebagai "Allah"
dalam ayat 2Pet 1:1; baik Bapa dan Anak dihubungkan secara gramatikal dalam ay. 2Pet 1:2, dan KATA SIFAT "Illahi" dalam ay. 2Pet 1:3 menunjuk pada keduanya.
□ "telah menganugerahkan kepada kita" Ini adalah sebuah PERFECT MIDDLE (deponent) PARTICIPLE. Bentuk dari kata Yunani (dōreomai dari didōmi) yang hanya digunakan dalam Markus (lih. 15:45) dan Petrus (lih. 1Pet 1:3,4), yang mungkin menggambarkan hubungan sastra Injil Markus dan I Petrus.
□ "segala sesuatu yang berguna untuk hidup" Ayat tiga pada dasarnya adalah penolakan terhadap pemisahan teologis oleh guru-guru palsu Gnostik yaitu keselamatan melalui pengetahuan rahasia dan hidup saleh sehari-hari. Tuhan memberikan kehidupan yang kekal (yaitu, zoe) dan keserupaan dengan Kristus setiap hari (yaitu, eusebeia). Pengetahuan sejati adalah iman di dalam Yesus Kristus yang berdampak pada kehidupan sehari-hari. Orang-orang percaya memiliki semua yang mereka butuhkan secara rohani dalam Kristus! Kita tidak perlu mencari pengalaman kebenaran yang lebih dalam!
□ "yang saleh" Kata majemuk ini (yaitu, eusebia) berasal dari kata "baik" dan "ibadah." Kata ini memiliki konotasi ini hidup sehari-hari yang berkenan kepada Allah. Petrus berulang kali menekankan kebutuhan akan kesalehan karena pengabaian dari guru-guru palsu terhadap etika pribadi dan moralitas (lih. 2Pet 1:3,6,7; 2:9; 3:11). Lihat catatan lebih lengkap di 2Pet 1:6.
- NASB "pengenalan sejati"
- NKJV, NRSV, NJB "pengenalan"
- TEV "pengenalan kita"
Ini adalah satu lagi tamparan terhadap penekanan guru-guru palsu pada pengetahuan rahasia (lih. 2Pet 2:20-21). Injil, seperti yang diberitakan oleh para Rasul, adalah pengetahuan benar dan Yesus adalah kebenaran (lih. Yoh 14:6). Ini adalah bentuk intensif dari, epignōsis, yang memiliki konotasi pengetahuan yang bersifat pengalaman (lih. ay. 2Pet 1:2,3,8; 2:20). Injil adalah seseorang dan Ia harus dialami, bukan hanya secara teologis didefinisikan.
□ "akan Dia, yang telah memanggil kita" KATA KERJA ini digunakan beberapa kali dalam Petrus (1Pet 1:15; 2:9,21; 3:9; 5:10; 2Pet 1:3). Selalu mengacu pada panggilan dari Tuhan. Tidak ada orang yang datang kepada Allah kecuali jika Roh menarik dirinya (lih. Yoh 6:44-65; Ef 1:4-5).
□ "oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib" Ada variasi naskah Yunani pada titik ini.
- 1. Naskah kuno P72, B, K, L, dan sebagian besar naskah kecil memiliki kata dia (melalui) kemuliaan dan kebajikan (lih. NKJV).
- 2. Naskah kuno א, A, C, P, dan sebagian besar terjemahan kuno memiliki kata idia (milik-Nya sendiri) kemuliaan dan
kebajikan (lih. NASB, NRSV, TEV, NJB).
Pertanyaan eksegesisnya adalah, "Apakah orang percaya dipanggil (1) dengan menggunakan kualitas keTuhanan (yaitu, Bapa atau Anak) atau (2) untuk berbagi kualitas ini?" Komite terjemahan UBS4 memberikan peringkat "B" (hampir pasti) ke opsi nomor 1.
2Pet 1:4 "Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita" Ini adalah sebuah PERFECT MIDDLE (deponent) INDICATIVE yang mencocokkan diri dengan PARTICIPLE dalam ay. 2Pet 1:3. Kuasa Illahi Tuhan telah memberikan dan terus memberikan pada orang percaya semua yang mereka butuhkan baik di awalnya (pembenaran) dan secara terus menerus (penyucian) dengan menggunakan janji-janji-Nya.
- NASB "janji-janji yang berharga dan agung"
- NKJV "janji-janji yang berharga dan yang sangat besar"
- NRSV "janji-janji yang berharga dan sangat besar"
- TEV "karunia-karunia yang sangat besar dan berharga yang dijanjikan-Nya"
- NJB "janji-janji yang terbesar dan paling berharga"
Istilah-istilah deskriptif ini pasti menunjuk pada Injil, dimana orang percaya menjadi pengambil bagian dalam kodrat Illahi (yaitu, berdiamnya Roh Kudus). Pengharapan manusia yang jatuh adalah karakter yang teguh dan murah hati dari Allah, yang dinyatakan melalui janji-janji-Nya (yaitu, baik PL, tetapi terutama di dalam Kristus, lih. Ibr 6:17-18). Urutan dari kedua istilah ini berfluktuasi dalam naskah-naskah kuno Yunani.
Istilah "berharga" digunakan dalam 1Pet 1:19 untuk darah pengorbanan Kristus. Istilah ini membentuk akar dari nama "Timotius."
□ "mengambil bagian dalam kodrat ilahi" Ini menunjuk pada (1) berdiamnya Roh Kudus (lih. ay. 2Pet 1:3), yang datang pada keselamatan atau (2) cara lain merujuk pada kelahiran baru (lih. 1Pet 1:3,23). Hal ini sangat berbeda dari konsep filsafat Yunani (meskipun terminologi ini berasal dari Stoa) mengenai percikan ilahi dalam semua manusia dari penciptaan. Ini tidak berarti kita dewa atau akan menjadi dewa, tapi kita dimaksudkan untuk menjadi seperti Yesus (lih. Rom 8:29; Ef 1:4; Yoh 3:2). Orang-orang percaya harus mencontoh karakteristik kekeluargaan Allah (yaitu, gambar Allah). Istilah "ilahi" yang digunakan dalam kedua ay. 2Pet 1:3,4 adalah theios, yang berarti "saleh" atau "seperti-Tuhan."
□ "dan luput" Kata ini muncul hanya dalam II Petrus dalam PB (lih. 2Pet 1:4; 2:18,20). Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE PARTICIPLE, yang menyiratkan tindakan yang telah selesai (yaitu, keselamatan, waktu menerima Injil, lih. ay. 2Pet 1:1).
□ "hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia" Masalah dalam II Petrus adalah guru-guru palsu yang menganjurkan suatu pengetahuan rahasia khusus (yaitu, Gnostisisme), tetapi mendepresiasikan kehidupan yang saleh sehari- hari (lih. 1Pet 1:14; 2:11; 4:3; 2Pet 2:10,18). Pasal Satu menanggapi kesalahan ini dalam ay. 2Pet 1:3-11!
Kehidupan orang percaya adalah bukti (bukan dasar) dari pertobatan sejati mereka (lih. Yakobus dan I Yohanes). Tidak ada buah, tidak ada akar (lih. Mr 4:1-20).
2Pet 1:5 "Justru karena itu" Ini menunjuk pada tanggapan orang percaya terhadap karunia dan janji-janji Allah dalam ay. 2Pet 1:3-4 (lih. Fil 2Pet 2:12-13). Lihat Topik Khusus: Keburukan dan Kebajikan di 1Pet 4:3.
- NASB "dengan segala ketekunan… menyediakan"
- NKJV "dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan "
- NRSV "kamu harus melakukan segala upaya untuk mendukung"
- TEV "lakukanlah yang terbaik untuk menambahkan"
- NJB "lakukanlah sebaik mungkin untuk mendukung"
Secara harfiah ini adalah "dengan segala ketekunan, memasok..." Ini. adalah suatu an AORIST ACTIVE PARTICIPLE yang digunakan sebagai suatu IMPERATIVE dan suatu AORIST ACTIVE IMPERATIVE. Allah telah dengan sangat indah memberikan keselamatan (lih. ay. 2Pet 1:3-4), sekarang orang percaya harus berjalan di dalamnya (lih. ay. 2Pet 1:5-7). Injil adalah benar-benar gratis dari (1) kehendak Allah, (2) karya paripurna Kristus, dan (3) dorongan Roh, tetapi setelah diterima, menjadi pemuridan setiap hari yang mempertaruhkan segalanya. Ini adalah paradoks dari Injil. Merupakan karunia (lih. Yoh 4:10; Rom 3:24; 6:23; Ef 2:8; Ibr 6:4), tetapi juga merupakan suatu perjanjian dengan hak dan tanggung jawab. Injil yang sejati mempengaruhi pikiran, hati, dan tangan!
□ "iman" Istilah ini bisa memiliki beberapa konotasi yang berbeda.
- 1. latar belakang PL nya berarti "kesetiaan" atau "keterpercayaan"
- 2. persetujuan atau penerimaan kita akan tawaran gratis pengampunan Allah di dalam Kristus
- 3. setia, hidup saleh
- 4. pengertian kolektif dari iman Kristen atau kebenaran tentang Yesus (Kis 6:7 dan Yud lih. 3,20)
Dalam konteks ini (yaitu, ay. 2Pet 1:1) iman menunjuk pada menerima Kristus sebagai Juruselamat. Sekarang orang percaya harus bertumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan Kristen yang diharapkan ini juga dinyatakan dalam Rom 5:3-4; Yak 1:3-4.
□ "kebajikan" Kualitas ini digunakan untuk Kristus (atau Allah Bapa) dalam ay. 2Pet 1:3. Ini adalah salah satu buah Roh (lih. Gal 5:22-23). Ini adalah antonym dari "kelebihan" (lih. 2Pet 2:3,14). Lihat Topik Khusus: Keburukan dan Kebajikan dalam PB di 1Pet 4:2.
□ "pengetahuan" Suatu pengetahuan (gnōsis) akan Injil yang memimpin kepada keserupaan dengan Kristus adalah hal yang indah. Guru-guru palsu itu menganjurkan pengetahuan palsu yang menyebabkan penyelewengan.
□ "penguasaan diri" Kebajikan ini menggambarkan seseorang yang mampu mengendalikan tarikan egosentris dari sifat dosa akibat kejatuhan (lih. Kis 24:25; Gal 5:23; Tit 1:8). Dalam beberapa konteks (yaitu, 1Kor 7:9) hal ini menyinggung pada aktivitas seksual yang tidak pantas dan karena kecenderungan Antinomian dari guru-guru palsu, konotasi ini mungkin tercakup di sini.
□ "ketekunan" Istilah ini merujuk kepada daya tahan yang aktif, sukarela, dan sabar. Ini adalah karakteristik yang seperti Allah, yaitu kesabaran terhadap orang dan keadaan (lih. Rom 5:3-4; Yak 1:3).
□ "kesalehan" Ini adalah sebuah istilah penting dalam Surat-surat Pastoral, serta II Petrus (lihat catatan di 2Pet 1:3), yang ingin saya kutip dari komentar saya, volume 9, 1Tim 4:7:
"Ini adalah istilah penting dalam Surat-surat Pastoral. Hal ini mengacu pada implikasi kedoktrinan dan gaya hidup sehari-hari dari Injil (lih. 2Pet 3:16). Ini menggambarkan bukan yang luar biasa, namun yang diharapkan. Ini adalah istilah majemuk dari baik (eu) dan ibadah (sebomai). Ibadah sejati adalah hidup setiap hari dengan cara berpikir yang tepat (lih. 1Tim 4:16a). Perhatikan berapa kali kata ini digunakan dalam Surat-surat Pastoral:
1. KATA BENDA (eusebeia), 1Tim 2:2; 3:16; 4:7,8; 6:3,5,6,11; Tim II. 2Pet 3:5; Tit 1:1
- 1. KATA KETERANGAN (eusebēs), 2Tim 3:12; Tit 2:12
- 2. KATA KERJA (eusebeō), 1Tim 5:4
- 3. Istilah yang terkait theosebeia, 1Tim 2:10
- 4. Istilah yang dinegasikan (ALPHA PRIVATE, yaitu, asebeia), 2Tim 2:16; Tit 2:12" (hal. 53).
- NASB NKJV "kebaikan persaudaraan, cinta"
- NRSV "saling kasih sayang dengan cinta"
- TEV "Kristen kasih sayang dan cinta"
- NJB "kebaikan untuk saudara-saudara dengan cinta"
Ini adalah istilah majemuk Yunani phileō (yaitu, kasih) dan adelphos (yaitu, saudara). Hal ini juga terjadi dalam I Pet.
1:22. Dalam konteks ini mengacu pada saudara dan saudari seperjanjian.
Sering dikatakan bahwa phileō mengacu pada kasih yang lebih rendah daripada agapeō (lih. ay. 2Pet 1:7), tetapi dalam bahasa Yunani Koine istilah-istilah ini bersinonim (lih. Yoh 5:20, yang menggunakan untuk phileō kasih Bapa bagi Yesus) . Namun demikian, di sini dan dalam Yoh 21 mungkin ada pembedaan yang disengaja.
2Pet 1:8 "sebab apabila" Ini bukan bentuk biasa dari sebuah KALIMAT CONDITIONAL dalam bahasa Yunani (lih. NJB, namun demikian, dalam Kata Kiasan di Perjanjian Baru A.T. Robertson mengidentifikasi frasa ini sebagai dua PRESENT ACTIVE CIRCUMSTANTIAL [conditional] PARTICIPLES, lih. vol 6, hal.151), tetapi bukti yang diperlukan untuk jaminan tersebut didasarkan pada kehidupan pertobatan, iman, ketaatan, pelayanan, dan ketekunan yang diubahkan dan berubah. Hidup kekal (yaitu, sifat ilahi) memiliki karakteristik yang bisa diamati.
- 1. orang percaya menunjukkan kualitas Kristen, ay. 5-7
- 2. orang percaya memiliki kualitas ini dan kaulita sini meningkat (keduanya PRESENT ACTIVE PARTICIPLES), ay. 2Pet 1:8
- 3. orang percaya berguna dan berbuah-buah bagi Allah, ay. 2Pet 1:8
- 4. orang percaya menerapkan pengetahuan akan Allah yang sejati ke dalam kehidupan (yaitu, keserupaan dengan Kristus, lih ay. 2Pet 1:8).
□ "giat dan berhasil" Tragisnya hal –hal berikut terlalu sering menjadi keadaan rohani orang percaya.
- 1. tak berguna atau tidak produktif - Yak 2:20
- 2. tidak berbuah - Mat 7:16-19; 13:22, Mr 4:19; Kol 1:10; Tit 3:14
- 3. Paulus menggunakan kata ini dalam peringatan "jangan ikut serta dalam perbuatan kegelapan yang tidak berbuah" Hati-hatilah terhadap - tidak ada buah, buah yang tidak baik! Hidup kekal memiliki karakteristik yang bisa diamati. Tidak ada buah - tidak ada akar!
2Pet 1:9 Apabila ay. 2Pet 1:8 menggambarkan orang Kristen yang sejati, ay. 2Pet 1:9 menggambarkan orang percaya yang sedang dipengaruhi oleh dikotomi palsu dari guru-guru palsu antara pengetahuan-kehidupan, teologia-etika, ortodoksi-ortopraksi!
□ "picik" ini harfiahnya adalah "berkedip," "kedipan isyarat," atau "mengerling" Kata ini digunakan secara kiasan bagi orang yang mencoba untuk melihat dengan jelas, tetapi tidak mampu, kemungkinan denan sengaja berpaling dari cahaya (lih. Kosakata dari Perjanjian Yunani: digambarkan dari Papirus dan Sumber Non-sastra Lainnya oleh James Hope Moulton dan George Milligan, hal 420).
- NASB "telah melupakan pemurnian-Nya dari dosa-dosa lamanya"
- NKJV "telah lupa bahwa dia dibersihkan dosa-dosa lamanya"
- NRSV "lupa pembersihan dosa-dosa masa lalunya"
- TEV "telah lupa bahwa kamu telah dimurnikan dari dosa-dosa masa lalumu"
- NJB "lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan"
Ini menyiratkan bahwa mereka ini adalah orang percaya, tetapi mereka telah dipikat kembali ke gaya hidup kafir yang tak berTuhan oleh guru-guru palsu (lih. pasal 2Pet 2). Sungguh tragis.
- 1. Gaya hidup ini tidak membawa sukacita, damai sejahtera, atau jaminan
- 2. Gaya hidup merintangi penginjilan
- 3. Gaya hidup ini menghancurkan pelayanan yang efektif
- 4. Gaya hidup ini mengakibatkan kematian dini
Dalam frasa ini Petrus sedang merujuk pada pemurnian atau penyucian dari dosa yang terlaksana melalui kematian perwakilan, penggantian Kristus, atas nama kita (lih. 1Pet 1:18; 2:24; 3:18).
2Pet 1:10 "berusahalah sungguh-sungguh" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE. Istilah ini (lih. 2Pet 1:15; 3:14) dapat berarti
- 1. melakukan sesuatu dengan cepat (lih. Tit 3:12)
- 2. melakukan yang terbaik (lih. Ef 4:3)
- 3. bersemangat (lih. Kis 20:16; Gal 2:10)
Pilihan # 3 tampaknya adalah yang terbaik (lih. NRSV).
- NASB "untuk memastikan"
- NKJV "untuk membuat. . . yakin"
- NRSV "untuk mengkonfirmasikan"
- TEV "untuk menjadikan. . . Permanen"
- NJB "makin teguh."
Istilah ini digunakan dalam tiga cara.
- 1. pasti dengan cara didirikan dengan mapan (lih. Rom 4:16)
- 2. dapat diandalkan (lih. 2Pet 2:19 dan Ibr 3:14; 6:19)
- 3. dapat diverifikasi (digunakan dalam papirus Yunani Koine dari Mesir untuk jaminan hukum seperti mensahkan surat wasiat)
Orang Kristen dapat memiliki jaminan (lih. Fili 2:12-13; 1Yoh 5:13). Lihat Topik Khusus di bawah ini.
"panggilan (Nya atas) mu" Kata "Nya" tidak ada di dalam teks Yunani, tetapi tersirat dari 2Pet 1:3. Pengharapan utama orang percaya adalah dalam karakter Bapa, karya Anak, dan dorongan Roh. Namun demikian, ini dikonfirmasikan dalam setiap orang percaya dengan kehidupan iman, kesalehan mereka, dll (lih. ay. 2Pet 1:5-7; Fili 2:12-13). Tuhan berurusan dengan manusia dalam suatu hubungan perjanjian. Ia menetapkan agendanya, Ia memulai pertemuannya, Ia menarik kita kepada diriNya sendiri, tetapi kita harus sejak awalnya dan terus menanggapi dalam pertobatan, iman, pelayanan, ketaatan, dan ketekunan. Injil adalah seseorang untuk disambut, kebenaran yang untuk dipercayai, dan kehidupan untuk dijalani! Jika salah satu ada yang tertinggal, keselamatan yang Alkitabiah dan matang dewasa tidak mungkin terjadi.
□ "dan pilihanmu" KATA BENDA eklogē selalu digunakan untuk pilihan Allah.
- 1. Yakub/Israel - Rom 9:11
- 2. sisa-sisa Israel yang setia - Rom 11:5,28
- 3. orang beriman PB - Rom 11:7
- 4. gereja - 1Tes 1:4; 2Pet 1:10
Lihat Topik Khusus di Mr 13:20 dan 1Pet 1:2.
□ "Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung" Kata "nya" lihat ay. 3-7. Hidup kekal memiliki karakteristik yang bisa diamati.
Tata bahasanya (yaitu, DOUBLE NEGATIVE) dan istilah pote (yaitu, "setiap saat" atau "pernah") memberikan jaminan yang besar untuk orang percaya berjuang di tengah penderitaan dan penganiayaan (yaitu, I Petrus) dan ajaran-ajaran palsu (yaitu , II Petrus).
Pada Kata Kiasan dalam Perjanjian Baru, vol. 6, hal. 153, A. T. Robertson mengidentifikasi KATA KERJA "melakukan" (yaitu, pioeō) sebagai PRESENT ACTIVE CIRCUMSTANTIAL [conditional] PARTICIPLE, seperti ay. 2Pet 1:8. NASB, NKJV, NRSV, TEV dan termasuk kata bahasa Inggris bersyarat "jikalau" dalam terjemahan mereka (seperti ay. 8).
□ "kamu tidak akan pernah tersandung" Ini adalah struktur ketata-bahasaan (DOUBLE NEGATIF dan SUASANA SUBJUNGTIF), yang merupakan cara yang kuat untuk menegatifkan pernyataan. Kebenaran yang sama ini dinyatakan dalam Yud 1:24.
Namun demikian, seperti Ibrani (lih. 2Pet 2:1-4; 3:7), II Petrus memiliki beberapa peringatan yang mengejutkan (cf 2Pet 2:1,20-22; 3:17). Keselamatan adalah aman (lih. 1Pet 1:4-6), tetapi harus dipertahankan.
2Pet 1:11 "Kerajaan kekal" ini menunjuk pada pemerintahan kekal YHWH dan Mesias (lih. Yes 9:7; Dan 7:14,2; Luk 1:33, 1Tim 6:16; Wahy 11:15; 22:5). Ini tidak merujuk kepada kerajaan seribu tahun seperti juga tidak di naskah PB lain, kecuali Wahy 20, walaupun beberapa melihat sindiran terselubung dalam 1Kor 15:25-28. Saya tidak.
□ "Tuhan dan Juruselamat" Frasa yang sama ini juga digunakan untuk Kaisar. Ini adalah gelar langka yang sering digunakan dalam buku ini (lih. 2Pet 1:11; 2:20; 3:2,18).
□ "akan dikaruniakan hak penuh" Ini adalah sebuah FUTURE PASSIVE INDICATIVE. Bentuk IMPERATIVE nyadigunakan dalam 2Pet 1:5. Allah akan menyediakan kebutuhan semua orang percaya (lih. 2Pet 1:3). Orang-orang percaya diperintahkan untuk menanggapi dengan tepat dalam terang penyediaan Allah (lih. 2Pet 1:4). Tanggapan mereka bukan cara untuk diterima oleh Allah, tapi bukti bahwa mereka telah diterima.
Topik Teologia -> 2Ptr 1:3
Topik Teologia: 2Ptr 1:3 - -- Allah yang Berpribadi
Atribut-Atribut Allah
Allah itu Baik
Kej 1:31 Kel 33:19 2Ta 5:13 2Ta 6:41 2Ta 30:18 Maz 25:7-8 Maz 31:20 ...
- Allah yang Berpribadi
- Atribut-Atribut Allah
- Allah itu Baik
- Roh Kudus
- Keselamatan
- Panggilan
- Asal dan Sarana Panggilan
- Kemuliaan dan Kebaikan Allah dan Panggilan-Nya
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Mengetahui Allah dan Mengingat-Nya
- Mengenal Allah
- Nilai Pengenalan akan Allah
- Pengenalan akan Allah Menjadi Penghubung Berkat-Nya kepada Orang Percaya
TFTWMS -> 2Ptr 1:3-9
TFTWMS: 2Ptr 1:3-9 - Hal-hal Yang Berkaitan Dengan Kehidupan Dan Kesalehan HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN KEHIDUPAN DAN KESALEHAN (2 Petrus 1:3-9)
3 Dengan mengingat bahwa kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita seg...
HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN KEHIDUPAN DAN KESALEHAN (2 Petrus 1:3-9)
3 Dengan mengingat bahwa kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan dan kesalehan melalui pengetahuan sejati tentang Dia yang telah memanggil kita dengan kemuliaan dan keunggulan-Nya sendiri. 4 Karena dengan semua ini Ia telah memberikan kepada kita janji-janji-Nya yang berharga dan bagus sekali, sehingga oleh janji-janji itu kamu boleh mengambil bagian kodrat ilahi, setelah lepas dari kerusakan yang ada di dalam dunia oleh hawa nafsu. 5 Untuk alasan ini, terapkanlah segenap ketekunan, dalam imanmu tambahkan keunggulan moralmu, dan dalam keunggulan moralmu, tambahkan pengetahuan, 6 dan dalam pengetahuanmu, tambahkan penguasaan diri, dan dalam penguasaan diri, tambahkan ketekunan, dan dalam ketekunan, tambahkan kesalehan, 7 dan dalam kesalehanmu, tambahkan kebaikan persaudaraan, dan dalam kebaikan persaudaraanmu, tambahkan kasih. 8 Sebab apabila kamu memiliki kebajikan-kebajikan ini dan semakin meningkat, kebajikan-kebajikan itu tidak memberi kamu kesia-siaan atau ketakbergunaan dalam pengenalan sejati Tuhan Yesus kita. 9 Karena barangsiapa tidak memiliki kebajikan-kebajikan ini adalah buta atau rabun, karena melupakan penyucian dirinya dari dosa-dosanya yang dahulu (NASB).
Petrus melakukan pemanasan untuk tugas menghadapi guru-guru palsu. Pertama, ia mengingatkan para pembacanya bahwa mereka telah menemukan pesan rasuli itu sepenuhnya memadai. Mereka telah menemukan kehidupan bersama Allah; mereka tidak kekurangan sumber daya untuk pertumbuhan rohani yang berkelanjutan. Keberhasilan guru-guru palsu tergantung pada cara mereka meyakinkan orang Kristen bahwa mereka punya lebih banyak hal untuk ditawarkan: Pengetahuan mereka lebih tinggi daripada yang para rasul miliki. Petrus menyangkal semua itu. Ia belum mulai menyerang guru-guru palsu itu dengan goresan pertama penanya. Tidak perlu mengetahui semua seluk-beluk doktrin-doktrin palsu itu untuk menyajikan dengan positif pesan Kristus. Kata-katanya yang pertama adalah kata-kata jaminan.
Ayat 3. Alkitab NASB memahami ayat ini sebagai perpanjangan pokok pikiran yang dimulai dalam ayat 2. Pelbagai terjemahan lain, seperti halnya NRSV, memulai paragraf baru di sini, memahami kata-kata itu untuk mengantisipasi nasihat yang dimulai dalam ayat 5. Tata bahasa kalimat itu memang aneh dengan cara apapun kalimat itu dipahami; namun begitu, bacaan Alkitab NASB adalah lebih baik. Ayat 3 melanjutkan pokok pikiran yang diperkenalkan pada ayat sebelumnya. Pengetahuan [Allah], yang Petrus tegaskan, bukanlah konsep yang abstrak. Pengetahuan seperti itu adalah sarana yang dengannya kuasa ilahi-Nya menjadi efektif. "Pengetahuan" dan "kuasa" adalah konsep kembar. Karena para pembaca surat ini telah menerima "pengetahuan [Allah]" maka mereka sekarang mengetahui "kuasa ilahi-Nya." "Kuasa ilahi" itu, pada gilirannya, telah menyediakan orang-orang Kristen ini segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan dan kesalehan. Kata "pengetahuan" menyatukan ayat 2 dan 3. "Pengetahuan" yang Petrus dan saksi-saksi rasuli lainnya bawa tidak memiliki kekurangan.
Nabi-nabi palsu yang Petrus perkenalkan dalam 2:1 sangat mungkin mengaku punya akses kepada pengetahuan yang tidak diketahui oleh guru-guru pertama mereka. Mereka mengklaim punya pengetahuan yang lebih tinggi daripada yang Petrus dan rasul-rasul lainnya miliki. Petrus menolak untuk mendiskreditkan pentingnya pengetahuan. Klaimnya adalah bahwa pesan rasuli adalah sumber pengetahuan. Rasul itu akan menggemakan keyakinan dalam hati pemazmur yang menulis, "Ini aku tahu, bahwa Allah adalah untukku" (Mazmur 56:9). Kepentingan Allah akan makmur ketika umat-Nya hidup dalam batas-batas pengetahuan yang Ia nyatakan. "Aku tahu, bahwa orang yang takut akan Allah akan beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya" (Pengkhotbah 8:12).
"Kuasa ilahi" telah direalisasikan untuk orang-orang Kristen ini dalam dua cara. Pertama, mereka telah menemukan "kehidupan." "Kehidupan" mengacu kepada pelbagai manfaat rohani tak berwujud yang orang-orang Kristen nikmati, yang mencakup pengampunan dosa, harapan hidup kekal, damai dengan Allah, dan ketenangan jiwa. Kedua, terkait dengan "kehidupan" adalah kehidupan Kristen yang harus bermoral. Kehidupan alim yang menghasilkan "kesalehan" yang mengalir ke luar dari "kuasa ilahi." Melalui pesan itu, para pembaca Petrus telah menerima pelbagai berkat rohani yang mengakibatkan mereka hidup dengan Allah. Selain itu, mereka telah belajar cara hidup saleh yang mengakui kedaulatan Allah. Kecukupan pesan rasuli untuk memenuhi semua kebutuhan rohani di abad kedua puluh satu ini dinyatakan sama seperti di abad pertama. Melalui penyediaan Allah dan pengilhaman Roh, orang Kristen memiliki pesan rasuli dalam Perjanjian Baru.
Setelah mendengarkan pesan rasuli, orang-orang Kristen ini mengetahui bahwa semua berkat yang mereka nikmati datang melalui inisiatif Allah. Ialah yang sudah memanggil kita, bukan kita yang memanggil Dia. Allah dimuliakan ketika tujuan-Nya terwujud dalam kehidupan ciptaan-Nya; dengan begitu panggilan Allah adalah oleh dan untuk kemuliaan dan keunggulan-Nya sendiri. Kata "kemuliaan" mengantisipasi pemuliaan Kristus di Gunung yang Petrus akan ulangi dalam 1:17. Kata yang diterjemahkan "keunggulan" (aÓreth/, aretē) adalah kata biasa dalam dunia berbahasa Yunani, tetapi kata itu hanya ditemukan lima kali dalam Perjanjian Baru. Tiga dari mereka adalah langsung dalam konteks ini, sekali di sini dan dua kali dalam 1:5. Dua kejadian lainnya dalam 1 Petrus 2:9 dan Filipi 4:8. Kata itu menunjukkan kejujuran moral dan kesalehan dalam karakter. Dalam panggilan Allah agar orang mengenakan nama-Nya dan memuliakan Dia, kebajikan, keadilan, dan kebaikan Allah sendiri direalisasikan.
Ayat 4. Dalam proses menegaskan "kemuliaan dan keunggulan-Nya sendiri," Petrus menegaskan bahwa Allah telah menganugerahkan kepada kita janji-janji-Nya yang berharga dan bagus sekali. "Janji-janji" apa yang ada dalam pikiran Petrus tidaklah jelas. Ia mungkin sedang mengingat "janji-janji" yang dibuat di seluruh Perjanjian Lama. Allah membuat janji-janji melalui Nuh, Abraham, Musa, Daud, Yesaya, dan nabi-nabi lainnya. Dalam masa perang dan pembuangan, janji-janji Allah telah menopang Israel dan memberikan harapan kepada umat itu. Petrus mungkin saja sedang mengingatkan para pembacanya bahwa "janji-janji" itu sekarang telah ditepati untuk kebaikan mereka. Allah sudah "memberikan" "janji-janji" itu kepada umat manusia ketika Kristus datang ke dunia.
Kemungkinan yang kedua adalah bahwa "janji-janji" itu adalah yang dibuat oleh Kristus untuk jaminan murid-murid-Nya. Dengan begitu orang Kristen mengantisipasi kedatangan kembali Tuhan, penghakiman orang-orang fasik, dan penciptaan langit dan bumi yang baru. Karena kalimat itu belakangan mengatakan bahwa pemberian janji-janji itu telah mengakibatkan mereka mengambil bagian "kodrat ilahi," maka cara terbaik memahami janji-janji itu adalah sebagai janji-janji yang sudah diberikan selama periode Perjanjian Lama.
Pemberian janji-janji itu, penggenapan janji-janji itu dalam diri Yesus, telah memungkinkan para pembaca Petrus mengambil bagian kodrat ilahi. Rasul itu rupanya bermaksud bahwa ada pengertian tertentu di mana menjadi orang Kristen adalah mengambil bagian "kemuliaan dan keunggulan" Allah. Bagaimanakah orang percaya mengambil bagian sifat Allah? Ada beberapa kemungkinan.
(1) Mungkin Petrus hanya ingin mengulas bahwa menjadi manusia adalah sama dengan mengambil bagian kodrat ilahi. Ia mungkin saja sedang menghimbau para pembacanya, mendesak mereka untuk membolehkan hidup mereka mencerminkan apa tujuan penciptaan mereka. Allah telah membuat mereka sebagai mitra-Nya. Mereka harus berperilaku sebagaimana seharusnya mitra Allah.
(2) Rasul itu mungkin sedang mengingatkan umat Kristen bahwa ketika mereka dilahirkan kembali—yaitu, ketika mereka mengenakan Kristus dengan dibaptis untuk pengampunan dosa dan dengan demikian menerima karunia Roh Kudus (Kisah 2:38)— mereka menjadi mitra Allah, berbagi sifat-Nya.
(3) Pengertian itu mungkin mirip dengan pernyataan Paulus bahwa orang percaya harus mengenakan pikiran Kristus (Filipi 2:5). Jika pengertian ini benar, mengambil bagian "kodrat ilahi" berarti menyerap pikiran dan perilaku Tuhan. Yohanes mengatakan sesuatu yang serupa itu ketika ia menegaskan bahwa melalui Kristus orang-orang percaya telah dimampukan untuk menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12).
(4) Kemungkinan lain adalah bahwa Petrus sedang membicarakan masa depan, mengingatkan para pembacanya bahwa ketika Tuhan datang kembali mereka akan disatukan dengan Dia dalam kemuliaan sorgawi. Barulah kemudian mereka akan mengambil bagian "kodrat ilahi."
Meski semua kemungkinan ini memiliki fitur-fitur yang menarik, namun ayat-ayat berikutnya membuat jelas bahwa bagi Petrus, mengambil bagian "kodrat ilahi" memiliki pelbagai konsekuensi etika yang penting. Selain itu, ia baru saja menyebut kuasa Allah yang telah menganugerahkan kehidupan dan kesalehan. Berdasarkan alasan-alasan ini, ada kemungkinan bahwa mengambil bagian "kodrat ilahi" adalah mirip dengan pilihan kedua yang tercantum di atas. Itu berarti mengalami kelahiran baru. Ia kemungkinan sedang mengacukan perubahan hidup para pembacanya ketika ia mengingatkan mereka bahwa mereka adalah pengambil bagian "kodrat ilahi."
Ungkapan-ungkapan seperti "kodrat ilahi" tampaknya dipinjam dari dunia pemikiran Helenistik. Orang-orang terpelajar membahas kerusakan hidup manusia yang tak bisa dihindarkan. Para filsuf mistik mengajarkan bahwa orang mungkin bisa luput dari kerusakan daging dengan cara diserap dalam ilahi pada tingkatan spiritual tertentu. Bagi Petrus, mengambil bagian kodrat ilahi adalah bagian dari apa yang dimaksudkan dengan berada di dalam Kristus. Melalui penggenapan janji-janji itu, Kristus menawarkan kepada manusia perdamaian dengan Allah dan lepas dari kerusakan yang ada di dalam dunia oleh hawa nafsu. Penambahan kata-kata "oleh hawa nafsu" menunjukkan bahwa yang ada di dalam pikiran Petrus adalah kerusakan moral, bukan kerusakan fisik yang dialami tubuh. Belakangan dalam 2:19, 20, ia akan menunjukkan bahwa menyerah pada hawa nafsu adalah memperbudak manusia. Mengambil bagian "kodrat ilahi" menuntut keluputan dari "kerusakan yang ada di dalam dunia." Semua hal ini menjadi dasar bagi perintah moral berikut ini.
Selama periode Perjanjian Baru ada banyak orang Yahudi baik di Palestina dan di luar perbatasan yang benar-benar terperangkap dalam dunia pemikiran Helenistik. Rasul Petrus dan mungkin seorang asisten terpelajar bisa jadi sengaja menyadur konsep Helenistik itu untuk melayani tujuan injil dalam komunitas Yahudi Helenistik di mana orang-orang percaya tinggal.1
Ayat 5. Berdasarkan pernyataan yang ia buat dalam ayat-ayat sebelumnya, Petrus kemudian melanjutkan dengan nasihat moral: Untuk alasan ini, [mereka harus] menerapkan segenap kerajinan. Meski Petrus sudah bersedia menyadur bahasa Helenistik untuk iman Kristen, namun ia tidak senang memisahkan moralitas dari pengetahuan Allah. Allah peduli terhadap perilaku manusia. Dalam dunia Yunani, hubungan antara moralitas dan agama, sebaik yang bisa dikatakan, adalah lemah. Untuk hidup di dalam Kristus, perilaku yang didasarkan pada prinsip-prinsip moral yang tinggi adalah penting. Kehidupan yang meniru teladan Yesus melakukan dua hal: (1) meninggikan nama Allah. (2) memuliakan orang yang menjalaninya. Karena Allah telah memberi umat Kristen janji-janji-Nya yang besar, karena mereka mengambil bagian "kodrat ilahi," maka mereka harus menerapkan "segenap kerajinan" untuk hidup dengan kebajikan tanpa kompromi.
Praktik baku orang-orang bijak dan para filsuf dunia Helenistik adalah memasok daftar kebajikan dan keburukan untuk para murid mereka. Paulus dan Petrus mengadopsi praktik itu dalam surat-surat mereka. Dalam 1 Petrus 3:8, 9, rasul itu menyantumkan perilaku yang menyukakan Allah, dan dalam 2:1 dan 4:3, ia menyajikan daftar keburukan. Dalam 2 Petrus, rasul itu juga menyajikan daftar pelbagai kebajikan untuk memandu perilaku orang Kristen. Daftar Petrus itu berisi prinsip-prinsip yang luas. Daftar itu tidak bisa dipakai sebagai kitab hukum. Kitab hukum akan memiliki batas-batas yang jelas. Sebagai contoh, jika sebuah hukum mengatur seseorang harus pergi ke bait suci di Yerusalem dan merayakan Paskah setahun sekali, tidak sulit untuk mengetahui apakah orang itu telah mentaati atau tidak hukum itu. Unsur subjektif dalam ketaatan kepada sebuah hukum adalah rendah. Untuk sifat-sifat yang Petrus cantumkan, unsur subjektifnya tinggi. Terlepas dari seberapa mulia seseorang mungkin hidup, tidak pernah ada waktu bagi seseorang untuk mengatakan, "Nah, saya sudah melakukannya. Saya sudah mengerjakan iman. Sekarang, saya bergerak menuju keunggulan moral. "
Hubungan antara pelbagai kebajikan yang Petrus cantumkan sulit diterjemahkan dari bahasa Yunani kepada bahasa Inggris. Kata-kata "tambahkanlah kepada imanmu kebajikan" (KJV) menyiratkan bahwa satu kebajikan ditumpuk di atas kebajikan yang lain. Itu tidak mengungkapkan hubungan dekat antara kata-kata itu. Alkitab NASB telah menangkap pokok pikiran tentang hal itu serta dapat dilakukan ketika itu terbaca dalam imanmu tambahkanlah keunggulan moralmu. Pengertiannya adalah bahwa setiap kebajikan akan digunakan sebagai batu loncatan untuk kebajikan selanjutnya.
"Iman" adalah sarana yang dengannya orang melanjutkan kepada "keunggulan moral." Dengan "keunggulan moral" orang melanjutkan kepada "pengetahuan."
Masing-masing dari kata-kata dalam daftar Petrus itu bisa dengan mudahnya menjadi subyek sebuah buku. Ia memberi tanda kurung pada daftar itu dengan "iman" sebagai kurung buka dan "kasih" sebagai kurung tutup. Hampir tidak ada kata yang lebih disucikan oleh umat Kristen selain "iman." Paulus menjadikan iman dasar bagi identitas Kristen ketika ia menulis, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah" (Efesus 2:8). "Iman" adalah kata yang aktif. Dalam Ibrani 11:1, penulis itu mengetengahkan definisi abstrak: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Lalu, karena rupanya tahu upayanya itu tidak memadai, ia tampaknya berkata, "Mari saya tunjukkan kepadamu apa iman itu daripada mendefinisikan iman untuk kamu. Iman adalah Abel ketika ia berperilaku seperti yang ia lakukan. Iman adalah Henokh. Iman adalah Nuh. Iman adalah Abraham." "Iman" bukanlah konsep mental; itu terikat secara erat sekali dengan perilaku sehingga iman muncul. Baik memberi makan anak yang lapar atau mengenakan Tuhan dalam baptisan tidak dapat dipisahkan dari iman yang mendasari tindakan itu.
Setelah datang kepada Kristus melalui "iman," Petrus mendesak para pembacanya untuk menggunakan iman sebagai batu loncatan menuju kebajikan berikutnya, "keunggulan moral" (aÓreth/, aretē). Dalam 1:3, rasul itu menegaskan bahwa Allah telah memanggil orang-orang percaya dengan kemuliaan-Nya sendiri dan keunggulan moral. Orang Kristen harus tumbuh dalam jenis "keunggulan moral" yang sama yang Allah telah tunjukkan. Kata itu menunjukkan keteguhan hati, dapat dipercaya, dan karakter yang konsisten. Ini timbul secara alami setelah orang percaya menempatkan imannya dalam Allah.
Pengetahuan tampaknya adalah kata penting bagi guru-guru palsu yang Petrus singgung yang telah menyusup ke dalam gereja-gereja. Itu adalah kata yang penting juga bagi rasul itu, tapi secara jelas itu bukanlah kata yang pertama maupun yang terakhir dalam daftarnya. Dalam daftar kebajikan orang pagan, "pengetahuan" sering menerima tempat utama. Dalam 2 Petrus, pengetahuan muncul setelah "iman" dan "keunggulan moral." Dalam 1:2, 3, ketika Petrus mengacukan pengetahuan adalah penting untuk menempatkan iman kepada Allah dan diselamatkan, ia menggunakan kata e˙pi÷gnwsiß (epignōsis), mungkin bentuk yang lebih kuat dari kata itu. "Pengetahuan" dalam ayat ini (gnw◊siß, gnōsis) adalah tentang jenis praktik yang membolehkan pertumbuhan orang Kristen.
Seperti guru-guru palsu yang Petrus hadapi, Paulus telah menangani orang-orang Kristen di Korintus yang dipikat oleh "pengetahuan" mereka. Paulus menegor jemaat Korintus. "Kita semua mempunyai pengetahuan," katanya dengan menyindir. Ia melanjutkan, "Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun" (1 Korintus 8:1). Setelah memulai dengan "iman," dan setelah melanjutkan dengan sarana iman kepada "keunggulan moral," barulah kemudian "pengetahuan" menjadi tujuan berguna bagi orang Kristen. Bahkan kemudian, "pengetahuan" bukan pembenaran untuk meninggikan diri. "Pengetahuan" adalah kebajikan untuk direalisasikan dalam konteks dengan kebajikan lainnya. Itu bukan kebajikan sama sekali ketika menjadi alat yang dengannya orang berupaya untuk mendikte Allah dan membentuk Dia ke dalam gambaran manusia.
Ayat 6. Pengetahuan pada gilirannya adalah langkah di jalan menuju pengendalian diri. Hanya ada tiga sifat yang umum bagi kebajikan Kristen oleh Petrus dan "buah Roh" oleh Paulus (Galatia 5:22, 23). "Iman" dan "kasih" adalah dua dari mereka, meski Alkitab NASB menerjemahkan "kesetiaan" di Galatia. Istilah ketiga yang umum untuk kedua daftar itu adalah "pengendalian diri" (eΔgkra÷teia, enkrateia). Satu-satunya kemunculan lain enkrateia dalam Perjanjian Baru adalah dalam Kisah 24:25, di mana Paulus bertukar pikiran dengan Gubernur Felix tentang "kebenaran, pengendalian diri dan penghakiman yang akan datang. "
Allah mengharap umat-Nya untuk mengendalikan keinginan dan dorongan hati mereka. Apa yang Ia harapkan berada dalam batas-batas kemungkinan. Manusia dapat mengendalikan amarah mereka, nafsu mereka, pikiran mereka, dan perilaku mereka. Baik Paulus maupun Petrus tidak menunjukkan bahwa praktik kebajikan ini adalah mudah. Beberapa orang tampaknya memiliki lebih banyak kesulitan dalam mengendalikan nafsu mereka dibandingkan orang lain. Tidak ada contoh orang dimaafkan karena menyerah kepada kemarahan atau godaan lainnya. Langkah pertama untuk menjadi orang yang "mengendalikan diri" adalah dengan mengakui bahwa itu adalah harapan yang realistis. Orang harus lebih dulu mengakui bahwa ia dapat mengendalikan diri; lalu ia harus melakukannya.
"Pengendalian diri" berfungsi sebagai anjungan yang dari mana ketekunan bisa ditambahkan kepada karakter Kristen. Alkitab KJV menerjemahkan "ketekunan" (uJpomonh, hupomonē) sebagai "kesabaran." Meski benar bahwa "kesabaran" dan "ketekunan" kadang-kadang erat dalam arti, tapi "kesabaran" lebih sering merupakan kemampuan untuk menangani frustrasi atau kejengkelan dengan cara yang tenang.
"Kesabaran" dalam pengertian itu membutuhkan kata Yunani yang berbeda. Kata yang Petrus pilih menunjukkan keberlangsungan yang lama, keteguhan, dan daya tahan yang kokoh. Itu adalah sifat yang membuat orang Kristen bertahan menghadapai keputusasaan, melepaskan mereka dari pencobaan, dan membantu mereka bertekun dalam iman yang mereka sudah akui. "Ketekunan" adalah pilihan yang baik untuk kata Yunani yang Petrus gunakan.
Karena bertekun dalam iman, maka orang Kristen mengejar tujuan kesalehan. Kata itu berorientasi lebih ke arah watak daripada ke arah tindakan. Itu menandakan kehadiran pikiran di mana Allah selalu dekat. Itu merupakan kerangka pikiran yang saleh yang menarik Dia ke dalam setiap bidang kehidupan. Orang yang saleh membuat pelbagai pilihan yang sulit dengan kepala tertunduk; sukacita dan penderitaan hidup dihadapi bersama-sama dengan Allah. Rentang maknanya tumpang tindih dengan "keunggulan moral" dan "pengendalian diri." Kata itu kadang-kadang akan diterjemahkan "kesalehan Kristen" atau "agama." Itu adalah kata yang Paulus gunakan dalam 1 Timotius 6:3 dalam kalimat "doktrin yang sesuai dengan kesalehan" (NASB). Dalam daftar kebajikan dalam 1 Timotius 6:11, Paulus memasukkan "kesalehan."
Ayat 7. Dengan membangun ajaran di atas ajaran, Petrus bergerak kepada kebaikan persaudaraan. Kesalehan terhadap Allah harus jangan dipisahkan dari kemurahan hati, perilaku baik terhadap sesamanya. Urutan pelbagai kebajikan itu adalah penting. Kesopanan dan kebaikan hati terhadap sesama tumbuh dari kesalehan. Kata Yunani yang diterjemahkan "kebaikan persaudaraan" (filadelfi÷a, philadelphia) dikenal oleh sebagian besar penutur bahasa Inggris. Sebuah kota besar di Pennsylvania menyebut dirinya "kota kasih persaudaraan," Philadelphia. Itu adalah kata yang memasukkan kasih yang hangat, penuh perasaan bersama dengan persaudaraan. Yesus Kristus mengajarkan para murid-Nya untuk mengasihi, menghormati, dan menghargai setiap manusia; namun murid-murid itu punya ikatan hati yang khusus dengan orang-orang yang seiman. Paulus mengatakannya dengan baik, "Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman" (Galatia 6:10).
Kata terakhir dalam daftar itu tidak butuh penjelasan, atau mungkin kata itu perlu penjelasan yang paling banyak dibandingkan kata lainnya. Petrus menyimpulkan bahwa semua kebajikan yang luar biasa itu harus menjadi dasar bagi kasih. Itu adalah kata yang mencakup semuanya, kata Perjanjian Baru yang tertinggi untuk perilaku Kristen. Yesus mengatakan kasih harus menjadi karakteristik tertinggi umat-Nya (Yohanes 13:35). Dari semua perintah, Yesus berkata bahwa yang terbesar adalah mengasihi Allah dan mengasihi sesama (Markus 12:29-31). Orang-orang bijak telah menulis banyak buku yang berusaha untuk menemukan kedalaman kata itu. Kita setidaknya bisa mengatakan bahwa "kasih" jauh lebih daripada sekedar sentimentalitas berlinang air mata. Sikap itu menempatkan diri sendiri di tempat orang lain dan bertindak dalam kepentingan terbaik orang itu, bahkan ketika itu merugikan diri sendiri. Itu benar-benar kata yang mengarahkan kepedulian seseorang ke luar dirinya sendiri kepada kebutuhan orang lain, jauh dari kepentingan pribadi,.
Ayat 8. Rasul Petrus menjelaskan bahwa kata-kata yang baru saja ia gunakan bukanlah gagasan semata; ia tidak sedang membicarakan teori. Dengan menyapa para pembacanya dalam bentuk orang kedua, Petrus mengatakan bahwa ketika pelbagai kebajikan ini berakar [mereka] tidak memberi kamu kesia-siaan atau ketakbergunaan. Implikasinya adalah bahwa beberapa kebajikan, mengaku berada di dalam golongan Kristen, adalah "sia-sia" dan "tidak berguna." Yakobus membuat maksud yang sama ketika ia menulis, "Iman tanpa perbuatan adalah sia-sia" (Yakobus 2:20). Meski orang mungkin menjadi filsuf Stoik dengan mengadopsi konsep-konsep teoritis, namun agama Kristen melibatkan lebih banyak hal ketimbang mendapat konsep dan kata-kata yang tepat. Itu butuh kehidupan yang benar. Litotes adalah perangkat bahasa yang menyampaikan maksudnya dengan menegaskan kebalikannya. Petrus menggunakan litotes. Dinyatakan secara positif, pesannya adalah bahwa pelbagai kebajikan yang baru saja dipaparkan akan membuat orang Kristen berguna dan berbuah.
Petrus tidak bisa mengakui bahwa guru-guru palsu itu memiliki hak untuk bicara karena mereka memiliki pengetahuan. Klaim mereka terhadap pengetahuan, pada kenyataannya, "sia-sia" dan "tidak berguna." Melakukan kehendak Allah, yang diilhami oleh perlbagai kebajikan yang rasul itu telah paparkan dalam 1 5-7, membuat umat-Nya berguna dan berbuah dalam pengetahuan sejati Tuhan Yesus Kristus. Rasul itu kembali kepada kata yang sama yang ia gunakan untuk "pengetahuan" dalam 1: 2, 3 ˙pi÷gnwsiß (epignōsis). Alkitab NASB mencoba untuk menangkap artinya dengan menerjemahkan "pengetahuan yang benar," meski ayat ini tidak memiliki kata tersendiri untuk "benar" dalam bahasa Yunaninya. Obyek "pengetahuan yang benar," yang berbeda dengan pengetahuan guru-guru palsu yang melayani diri sendiri, adalah "Tuhan kita Yesus Kristus." Itu bukan sarana untuk mendapatkan kendali atas orang lain, atau dasar untuk memuji diri sendiri. "Pengetahuan sejati" menghasilkan buah berjenis etika. Sedangkan kata "kekudusan" tidak digunakan di sini, Petrus tampaknya sedang mendorong jenis perilaku yang sama yang digambarkan dalam 1 Petrus 1:15, 16. Obyek pengetahuan dalam 1:3 adalah pemuliaan Allah. Obyek pengetahuan dalam ayat ini adalah kekudusan.
Ayat 9. Secara positif, praktik pelbagai kebajikan Kristen itu akan membuat orang berguna dan bermanfaat. Secara negatif, Petrus berkata, barangsiapa tidak memiliki kebajikan-kebajikan ini adalah buta atau rabun. Orang yang tidak berguna dan tidak bermanfaat membuktikan dirinya tidak punya "kebajikan-kebajikan ini." Tanpa pelbagai kebajikan Kristen dalam hidupnya, orang itu menunjukkan bahwa ia telah gagal mendengarkan, memahami, dan menyerap pesan Kristen. Meski ia mungkin mengaku bisa melihat, namun rasul itu menyatakan bahwa ia "buta." Kebutaan adalah kiasan umum bagi kegagalan dalam memahami (lihat 2 Korintus 4:4).
Kombinasi kata-kata dalam kalimat ini adalah aneh. Menulis "buta dan rabun" adalah sedikit berlebihan. Setidaknya itu bertentangan. Orang "rabun" dalam tingkatan tertentu masih bisa melihat. Orang tidak bisa "rabun" dan "buta" pada waktu yang sama. Kata yang diterjemahkan "rabun" (muwpa¿zw, muōpazō) adalah langka. Kata itu hanya muncul di sini dalam Perjanjian Baru. Berdasarkan etimologi kata itu, beberapa orang berpendapat bahwa itu berarti "berkedip" atau "menutup mata." Gagasannya kemudian akan berupa orang yang rela buta dengan menutup matanya terhadap kebenaran dan tuntutan ajaran Kristen. Meski penafsiran itu menarik, etimologi adalah cara yang berbahaya untuk mendefinisikan sebuah kata. Jika Petrus mengacu kepada kebutaan yang disengaja, maka ia menggunakan kata itu dengan cara penggunaan yang tidak dikenal di zamannya. Lebih mungkin bahwa maksud rasul itu adalah untuk menentukan sifat kebutaan itu. Pengertiannya adalah bahwa "orang seperti itu menjadi rabun hingga ke titik kebutaan." Penafsiran seperti itu tampaknya merupakan alasan Alkitab NIV membalik urutan kata-kata itu.
Apakah yang Petrus katakan tentang mereka yang "rabun"? Gambaran apakah yang kiasan itu lukis? Orang yang "rabun" hanya melihat benda-benda yang dekat. Ia melihat efek langsung. Ia tertarik terhadap sensasi, perestuan, atau kepuasan saat itu. Ia tidak memiliki kedalaman karakter Kristen, tidak punya pemahaman tentang pelbagai implikasi ajaran Kristen. Bagi dia doktrin adalah pengalihan yang merepotkan. Ia tidak ingin berpikir; ia ingin merasakan caranya menuju Allah. Pengalaman perasaan menggantikan keterlibatan pikiran. Apa yang ia rasakan tentang suatu hal adalah lebih penting daripada apa yang Allah sudah katakan. Ia tidak tahu, Ia juga tidak mau tahu, apa yang Allah telah katakan. Sayangnya, kerabunan adalah gambaran yang cukup akurat untuk banyak hal yang melintas di bawah bendera Kristen dalam budaya Barat zaman kini.
Kegagalan mempraktikkan pelbagai kebajikan Kristen bukan hanya "rabun," itu juga merupakan indikasi tidak bersyukur. Orang seperti itu telah melupakan penyucian dirinya dari dosa-dosanya yang dahulu. Hidup saleh dalam tingkatan yang luas adalah hasil dari kenangan dan ucapan syukur. Israel harus merayakan hari Sabat, untuk mengingat bahwa Allah telah membebaskan mereka dari Mesir (Ulangan 5:15). Setelah memerintahkan umat itu untuk bersikap baik kepada orang yang tak berdaya dan lemah, Musa menulis, "Haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau ditebus TUHAN, Allahmu" (Ulangan 15:15). Orang yang mengaku saleh tetapi tidak memiliki pelbagai kebajikan Kristen adalah "lupa" bahwa Allah telah menyucikan dia sehingga ia boleh mengambil kodrat ilahi (1:4). Perbuatan dosanya yang berkelanjutan menunjukkan bahwa ia telah "melupakan" Tuhan yang sudah memanggil dia untuk hidup kudus.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Kebenaran Sejati Lawan Guru-Guru Palsu
Tanggal Penulisan: 66-68 M
Latar Belakang
Ketika memberikan sal...
Penulis : Petrus
Tema : Kebenaran Sejati Lawan Guru-Guru Palsu
Tanggal Penulisan: 66-68 M
Latar Belakang
Ketika memberikan salam, Simon Petrus memperkenalkan dirinya sebagai penulis surat ini; kemudian (2Pet 3:1) dia mengatakan bahwa surat ini merupakan suratnya yang kedua yang menunjukkan bahwa dia sedang menulis kepada orang percaya yang sama di Asia Kecil yang telah menerima suratnya yang pertama (1Pet 1:1). Karena Petrus, seperti halnya Paulus, dihukum mati oleh keputusan yang dibuat oleh kaisar Nero yang jahat (yang kemudian wafat pada bulan Juni, 68 M), adalah sangat mungkin bahwa Petrus menulis surat ini di antara tahun 66-68 M, tidak lama sebelum ia mati syahid di Roma (2Pet 1:13-15).
Beberapa sarjana zaman dahulu dan sekarang, yang mengabaikan beberapa persamaan mencolok dari 1 Petrus dan 2 Petrus dan sebaliknya menekankan perbedaan di antara kedua surat itu, telah beranggapan bahwa Petrus bukanlah penulis surat ini. Akan tetapi, perbedaan isi surat, kosakata, penekanan, dan gaya penulisan dari kedua surat ini dapat diterangkan dengan memadai oleh berbedanya situasi Petrus dan penerima suratnya ketika menerima kedua surat itu.
- (1) Situasi semula para penerima surat telah berubah dari penganiayaan serius yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya menjadi serangan serius dari dalam oleh para guru palsu yang mengancam landasan kebenaran gereja.
- (2) Situasi yang dihadapi Petrus juga sudah berbeda. Jikalau sebelumnya dia mempunyai seorang penulis yang ahli seperti Silas ketika menulis suratnya yang pertama (1Pet 5:12), kelihatannya Silas tidak ada ketika Petrus menulis surat yang kedua itu. Petrus mungkin memakai bahasa Yunani ala Galilea yang kasar atau mengandalkan juru tulis yang tidak sepandai Silas.
Tujuan
Petrus menulis surat ini
- (1) untuk menasihati orang percaya agar mereka dengan tekun mengejar kesalehan dan pengenalan yang benar akan Kristus, dan
- (2) untuk membeberkan dan menolak tindakan yang berakal busuk dari para nabi dan guru palsu di kalangan gereja di Asia Kecil yang sedang meruntuhkan kebenaran rasuli.
Petrus meringkaskan maksudnya dalam 2Pet 3:17-18 ketika dia menasihati orang percaya yang sejati
- (1) untuk waspada supaya mereka tidak "terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum" (2Pet 3:17), dan
- (2) untuk "bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2Pet 3:18).
Survai
Surat yang singkat ini sungguh-sungguh mendorong orang percaya agar mempertahankan kehidupan dan kesalehan melalui pengenalan yang benar akan Kristus. Pasal pertama menekankan pentingnya pertumbuhan Kristen. Setelah mulai dengan iman, orang percaya harus dengan tekun mengejar keunggulan moral, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara, dan kasih akan semua orang, yang akan menghasilkan iman dewasa dan pengenalan yang benar akan Tuhan Yesus (2Pet 1:3-11).
Pasal berikut dengan sungguh-sungguh mengingatkan mereka tentang para nabi dan guru palsu yang muncul di kalangan gereja. Petrus mengecam guru-guru palsu itu sebagai orang yang tidak mengenal hukum (2Pet 2:1,3; 2Pet 3:17) yang menuruti keinginan jahat dari hawa nafsu (2Pet 2:2,7,10,13-14,18-19), yang serakah (2Pet 2:3,14-15), congkak (2Pet 2:18) dan keras kepala (2Pet 2:10), dan menghina pemerintahan Allah (2Pet 2:10-12). Petrus berusaha untuk melindungi orang percaya sejati terhadap pengajaran sesat yang membinasakan itu (2Pet 2:1) dengan menyingkapkan maksud dan kelakuan mereka yang jahat.
Dalam pasal 3 (2Pet 3:1-18), Petrus membuktikan salahnya keragu-raguan guru-guru ini terhadap kedatangan Tuhan (2Pet 3:3-4). Sebagaimana angkatan Nuh dengan keliru mencemoohkan pikiran tentang hukuman banjir besar dari Allah, para pencemooh ini juga buta rohani tentang janji-janji kedatangan Kristus. Tetapi dengan tindakan menentukan yang sama dengan hukuman air bah tersebut (2Pet 3:5-6), Kristus akan kembali dan menghanguskan bumi ini dengan api (2Pet 3:7-12) lalu menciptakan tatanan baru yang benar (2Pet 3:13). Mengingat semuanya ini, orang percaya harus hidup kudus dan saleh pada zaman ini (2Pet 3:11,14).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini berisi pernyataan yang paling kuat dalam Alkitab mengenai pengilhaman, keterandalan, dan kekuasaan Kitab Suci (2Pet 1:19-21).
- (2) Pasal dua dan surat Yudas sangat mirip dalam pengecaman guru palsu. Mungkin Yudas, yang kemudian menghadapi persoalan yang sama dengan guru-guru palsu, menggunakan bagian-bagian dari ajaran Petrus yang diilhami untuk mengatakan hal yang sama (Lihat "PENDAHULUAN SURAT YUDAS" 08261).
- (3) Pasal tiga merupakan salah satu pasal PB yang agung tentang kedatangan Kristus yang kedua.
- (4) Petrus secara tidak langsung menunjuk kepada tulisan Paulus sebagai Firman Allah dengan menyebutkannya dalam hubungan dengan "tulisan-tulisan yang lain" (2Pet 3:15-16).
Full Life: 2 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(2Pet 1:1-2)
I. Pujian Atas Pengenalan yang Benar
(2Pet 1:2-21)
A. Kuasa Pengenalan ...
Garis Besar
- Salam Kristen
(2Pet 1:1-2) - I. Pujian Atas Pengenalan yang Benar
(2Pet 1:2-21) - A. Kuasa Pengenalan Akan Allah yang Mengubah Hidup
(2Pet 1:2-4) - B. Sifat Progresif Pertumbuhan Kristen
(2Pet 1:5-11) - C. Kesaksian Rasul Terhadap Firman Kebenaran
(2Pet 1:12-21) - 1. Motivasinya
(2Pet 1:12-15) - 2. Metodenya
(2Pet 1:16-21) - a. Saksi Mata dari Firman yang Dinubuatkan
(2Pet 1:16-19) - b. Pengilhaman Kitab Suci yang Dinubuatkan
(2Pet 1:20-21) - II. Kecaman Terhadap Guru-Guru Palsu
(2Pet 2:1-22) - A. Yang Dapat Diharapkan dari Guru Palsu
(2Pet 2:1-3) - B. Yang Dapat Mereka Harapkan dari Allah
(2Pet 2:4-10) - C. Beberapa Ciri Guru-Guru Palsu
(2Pet 2:10-19) - D. Bahaya-Bahaya Kemunduran dari Kebenaran
(2Pet 2:20-22) - III.Kepastian Kedatangan Tuhan
(2Pet 3:1-18) - A. Penyangkalan Kedatangan-Nya
(2Pet 3:1-7) - B. Kepastian Kedatangan-Nya
(2Pet 3:8-10) - C. Hidup Menantikan Kedatangan-Nya
(2Pet 3:11-18) - Ucapan Berkat
(2Pet 3:18)
Matthew Henry: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dampak jelas bahwa penulis surat kerasulan ini adalah penulis yang sama dengan penulis surat sebelumnya. Apa pun perbedaan yang dipahami oleh beber...
- Dampak jelas bahwa penulis surat kerasulan ini adalah penulis yang sama dengan penulis surat sebelumnya. Apa pun perbedaan yang dipahami oleh beberapa cendekiawan Alkitab dalam hal gaya penulisan yang dianggap berbeda dari surat sebelumnya, hal itu tidak menjadi alasan cukup untuk menyatakan bahwa surat tersebut ditulis oleh Simon yang menggantikan Rasul Yakobus di dalam jemaat Yerusalem. Sebab, orang yang menulis surat kerasulan ini sendiri menyebut dirinya sebagai Simon Petrus, hamba dan rasul ( 2 Petrus 1:1), dan menyatakan bahwa ia adalah salah seorang dari tiga orang rasul yang hadir ketika Kristus dimuliakan ( 2 Petrus 1:18), dan menyatakan dengan tegas bahwa sebelumnya ia telah menulis sepucuk surat kerasulan kepada mereka ( 2 Petrus 3:1). Rancangan dari surat kerasulan yang kedua ini sama dengan surat yang sebelumnya, sebagaimana terbukti dengan jelas di dalam ayat pertama dari pasal yang ketiga, dan dari ayat itu dapat diamati bahwa dalam perkara-perkara Allah, kita perlu petunjuk demi petunjuk dan kalimat demi kalimat, supaya kita bisa mengingatnya. Dan apa yang ada dalam surat inilah yang merupakan perkara-perkara yang harus dicatat dengan cermat dan harus sering kita ingat kembali.
Jerusalem: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT KEDUA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang dan waktu ia menulis
Keaslian daripada surat ini djauh lebih banjak dipersoalkan dari pada surat-
su...
SURAT KEDUA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang dan waktu ia menulis
Keaslian daripada surat ini djauh lebih banjak dipersoalkan dari pada surat- surat lainnja dalam Perdjandjian Baru. Sepintas lalu, pertentangan ini seperti tak ada alasannja. Surat dibuka dengan utjapan selamat dari ,Simon Petrus, abdi dan rasul Jesus Kristus". Pengarang menjatakan dirinja penjaksi mata terhadap peristiwa Kristus berubah rupa digunung Tabor (1:16-18), suatu pernjataan tak langsung tetapi djelas dimaksudkan Petrus (Mk. 9:2). Dan dalam 3:1 penulis menegaskan babwa inilah "surat kedua jang kutulis untuk kamu", suatu penegasan, jang menurut konteks, hanja dapat dikenakan kepada surat I Petr.
Kalau bukan Petrus, siapakah pengarang sebenarnja? Kemungkinan adanja seorang pengarang lain disarankan oleh mereka jang berpendapat bahwa surat ini ditulis kemudian dari masa rasul-rasul. Pada tempat pertama, terang-terangan bahwa dikalangan Para pembatja terdapat orang-orang jang mulai bimbang akan kedatangan-kedua dari Kristus (3:3). Dikalangan orang kristen purba ada hidup suatu kejakinan bahwa kerobohan Jerusalem dan achirat dunia itu berhubungan erat (Mt. 24:2). Tak akan ada keragu-raguan mengenai kedatangan Kristus kedua, andaikata hal itu tak dituturkan djustru berdampingan dengan kerobohan Jerusalem. Ini menundjukkan bahwa sekurang-kurangnja sudah beberapa tahun lewat sedjak robohnja kota Jerusalem pada tahun 70. Tetapi Petrus sudah wafat sebelum peristiwa itu terdjadi.
Penulis menampik kritik itu dengan menundjukkan tak pastinja kedatangan-kedua Kristus (3:8-10). Akan tetapi penulis dari surat pertama Petrus merasa tak perlu memperkatakan soal itu. Untuk dia, seperti djuga untuk banjak orang kristen purba "achirat dari segala sesuatu itu sudah dekat" (I Petr. 4:7,17). Penulis surat II Petr. ternjata hidup pada periode jang lebih kemudian.
Tambahan pula, dalam II Petr 3:4 "bapa-bapa" kepada siapa ia alamatkan suratnja "sudah tidur njenjak" atau mati. Ini dapat dikenakan kepada generasi pertama dari orang kristen purba, dan telah dibuat djauh lebih dahulu daripada achir masa rasul-rasul. Serupa dengan itu ialah penjebutan nabi-nabi dan"rasul- rasulmu" (jakni mereka jang telah mengabarkan Indjil kepada para pembatja) jang kedua-duanja adalah manusia-manusia penghuni masa jang sudah lampau (3:2). Dalam 3:15-16 Pengarang berbitjara tentang "segala surat" St. Paulus. Ini menundjukkan bahwa sekurang-kurangnja sebagian besar daripada surat-surat jang kita kenal sekarang ini telah ditulis dan dipandang sebagai Kitab Kudus. Dan rupanja tertulis sezaman dengan Kitab-Kitab Kudus jang diwahjukan sebelum kematian rasul tsb.
Achirnja, menilik masa penulisannja, surat ini seakan-akan banjak bergantung kepada surat Judas.
Djika surat Judas ditulis sesudah tahun 70 (dan rupanja demikian), maka rasul Petrus tak pernah sudah dapat menulis surat ini.
Sebab-sebab mengapa orang berpendapat bahwa surat kedua Petrus ini ditulis kemudian, dan bukan oleh Petrus sendiri, banjak sedikitnja diperteguh oleh perbandingan gajabahasanja dengan Surat Pertama Petrus. Kedua surat itu sudah terang tidak berasal dari tangan jang sama. Sekalipun penggunaan djurutulis- djurutulis jang berlainan bisa membatalkan dugaan ini, toh tak dapat ia merobah dugaan akan adanja pengarang jang berbeda.
Bagaimana sekalipun berlainan pendapat orang tentang penulis surat ini, namun kesimpulan jang dapat kita ambil ialah surat ini ditulis beberapa waktu setelah- tahun 70, oleh seorang djurutulis jang dengan tepat dan teliti menuliskan buah pikiran gurunja.
Pembatja dan peristiwa
Djika Petrus sendirilah penulis surat ini, maka pembatja-pembatjanja terdiri dari umat beriman jang disebut dalam Surat Pertama Petrus (I Petr. 1:1), karena ia menegaskan bahwa kini buat kedua kalinja ia bersurat kepada mereka (3:1). Tetapi andaikata penulisnja bukan Petrus, maka akan tak djelas siapakah pembatja-pembatjanja, selain daripada bahwa pembatja-pembatja itu orang kristen (1:1), dan Peristiwa dan maksud surat ini djuga tidak dapat menentukan umat untuk siapa surat itu ditulis. Penulis mengadjak pembatjanja untuk menilai tinggi imannja, akan memiliki kebadjikan-kebadjikan, dan menghindarkan dosa serta adjaran-adjaran sesat. Nasehat jang achir ini agak penting, karena disini disinggung adjaran daripada beberapa pengadiar palsu, jang oleh adjaran dan kehidupan dan hidupnja jang tak susila, menjebabkan banjak orang kristen "mengikuti perbuatan mereka jang sesat", dan memperkosa "djalan kebenaran" (2:2). Meradjalelanja bahaja ini, jang rupanja tjukup umum dimasa ini memberi kesempatan istimewa untuk menulis surat ini. Tidak ada tanda-tanda jang menundjukkan tempat, dimana surat itu ditulis.
Gaja bahasa
Surat ini dibuka dengan suatu salam dan beberapa utjapan pribadi pengarang (1:16-18; 3:1,15). Bagaimanapun djuga, ada kemungkinan bahwa pengarang mempergunahan bentuk surat, dengan maksud membentangkan buah pikirannja tentang beberapa soal besar jang dihadapi umat beriman masa itu. Surat ini -- menilik bentuknja -- berupa suatu kotbah. Ini diperkuat lagi oleh penutup kotbah itu jang tak dikenakan kepada suatu pribadi tertentu. (3:17-18).
Adjaran didalamnja
Karena ditulis djauh kemudian, isi surat ini mengemukakan adjaran Kristus dan
misterinja setjara lebih bagus dan mendalam. Disini setjara singkat kita
sebutkan beberapa misteri: Dahulunja terselubung dalam dosa dan kesesatan (
Inilah Penjelamat itu, jang sudah memberi bantuan kepada manusia untuk mengambil bahagian dalam djandjian ilahinja (1:4; 3:4,9,13), dan dalam wudjud ilahi itu sendiri (1:4). Jang terpenting antara anugerah-anugerah ilahi ini ialah iman (1:1), jang berlandaskan pengetahuan akan Kristus (1:2), jang semakin bertambah djua berkat latihan kebadjikan (1:5-8; 3:18). Orang harus tekun berusaha dalam hal ini (1:10; 3:18,14,17) supaja ia bisa mentjapai keselamatan abadi disurga (1:11). Pada pihak lain, berdosa (2:2,10) dan menjangkali Kristus (2:1) ahan membawa orang kepada siksa kekal (2:3,9,17). Siksa kekal ini telah dialami oleh para machluk jang durhaka (2:4) dan orang-orang djahat dimasa lampau (2:5-91).
Salah satu motip terkuat jang mendorong manusia untuk hidup baik ialah kepastian tentang kedatangan jang kedua Kristus (1:16; 3:11-14). Sekalipun beberapa orang bimbang akan hal itu (3:3) namun penjaksian rasul (1:16-18) dan sabda nabi (1:19) merupakan djaminan jang tjukup. Kitab Kudus, diwahjukan oleh Roh Kudus dan tentang kedatangan jang kedua Kristus (1:16; 3:11-14). Sekalipun beberapa orang bimbang akan hal itu (3:3) namun penjaksian rasul (1:16-18) dan sabda nabi (1:19) merupakan djaminan jang tjukup. Kitab Kudus, diwahjukan oleh Roh Kudus dan berisikan sabda Allah sendiri, tidak dapat berdusta (1:20-21). Ketakpastian kedatangan jang kedua Kristus itu (3:10) tidak berarti bahwa itu tidak benar. Tambahan lagi, tjorak dugaan manusia itu lain daripada dugaan Allah (5:8). Tjukuplah halau orang kristen merenungkan kemuliaan hari itu (5:10-13).
TFTWMS: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) 2 Petrus: Kata Pengantar
Pembacaan yang cermat atas surat pertama Petrus, disusul dengan pembacaan surat yang kedua, akan menunjukkan bahwa kedua su...
2 Petrus: Kata Pengantar
Pembacaan yang cermat atas surat pertama Petrus, disusul dengan pembacaan surat yang kedua, akan menunjukkan bahwa kedua surat itu adalah dokumen yang sangat berbeda. Dengan mengenyampingkan latar belakang Yunaninya, orang yang membaca terjemahan bahasa Indonesia/Inggris yang baik atas dua surat itu pasti melihat adanya perbedaan dalam kepentingan, isi, kosakata, gaya retoris, dan kepedulian teologis. Perbedaan-perbedaan itu begitu banyaknya sehingga banyak orang menyimpulkan bahwa kedua dokumen itu tidak bisa ditulis oleh penulis yang sama. Jika rasul Petrus menulis surat yang pertama, begitulah alur pikirannya, maka ia tidak bisa menulis surat yang kedua.
Pertanyaan tentang kepengarangan 2 Petrus meminimalkan pelbagai perhatian awal lainnya. Banyak pakar yang membahas surat itu telah menyimpulkan bahwa sekelompok orang Kristen yang sangat bersemangat, yang dihadapkan dengan pelbagai ajaran sesat, menulis 2 Petrus dan melekatkan nama rasul itu pada tulisan itu. Dengan nama Petrus pada surat itu, mereka mengira pelbagai ajaran dalam surat itu akan membantu mereka mematikan ajaran sesat itu.
PENTINGNYA PERTANYAAN TENTANG KEPENGARANGAN
Meski para pembaca bahasa Indonesia/Inggris dapat melihat perbedaan yang jelas dalam dua dokumen itu, perbedaan itu bahkan semakin lebih jelas ketika orang membaca versi Yunaninya. Pertama Petrus berisi banyak kalimat yang jelas yang ditulis dalam bentuk prosa Yunani yang sangat baik. Kedua Petrus diisi dengan pelbagai ungkapan yang muluk-muluk, kata-kata yang tidak biasa, dan kalimat-kalimat yang rumit. Kadang-kadang kalimat-kalimat itu cenderung menyatu dengan satu sama lain ketimbang muncul sebagai akhir yang tepat. Perbedaan dalam gaya penulisan ini mungkin merupakan alasan utama bagi kesimpulan banyak orang bahwa surat-surat itu ditulis oleh orang yang berbeda. Tidak salah untuk mengatakan bahwa di dalam Perjanjian Baru tidak ada kitab yang keasliannya ditantang secara lebih keras selain surat 2 Petrus. Seorang pakar Perjanjian Baru menulis, "Tidak satu pun dari Surat-surat Kiriman Umum itu, maupun kitab mana saja dari seluruh Perjanjian Baru untuk hal itu, telah diperdebatkan dengan lebih sengit mengenai kepengarangan dan kedudukannya di awal kemunculan agama Kristen dibandingkan dengan surat kiriman yang kedua ini yang dikaitkan kepada Petrus."1
Terlepas dari pelbagai perbedaan mereka itu, 2 Petrus membuat pengakuan eksplisit yang sama bahwa ia ditulis oleh rasul itu seperti halnya pengakuan 1 Petrus. Penulis surat yang kedua, melebihi yang pertama, secara sadar mendasarkan hak-haknya untuk didengarkan berdasarkan siapa dirinya dan hubungan pribadinya dengan Tuhan. Jika kita diminta untuk menilai salah satu dari dua surat itu sebagai penipuan yang saleh, maka akan lebih mudah untuk menjelaskan penulis surat yang pertama sebagai klaim palsu dibandingkan dengan surat yang kedua. Selain mengaku dalam ayat pembukaan bahwa ia adalah Petrus, penulis surat yang pertama tidak bicara apa-apa tentang pelbagai peristiwa yang dicatat dalam kitab-kitab Injil di mana baik Petrus maupun Yesus menjadi pusat perhatian. Kenyataan tidak begitu dalam 2 Petrus.
Penulis 2 Petrus secara eksplisit mengidentifikasi dirinya sebagai "Simon [atau Simeon] Petrus," sedangkan penulis surat yang pertama hanya menulis "Petrus." Dalam kedua surat itu penulis itu digambarkan sebagai "rasul Yesus Kristus"; tetapi dalam surat yang kedua, dalam gaya Paulus, istilah "hamba" ditambahkan. Dalam susunan yang singkat penulis 2 Petrus menyinggung dua peristiwa terpisah yang dicatat dalam kitab-kitab Injil di mana Petrus dan Yesus adalah pemeran utamanya. Dibandingkan surat yang pertama, surat yang kedua memiliki kejelasan bahwa penulis itu secara sadar mengetengahkan dirinya kepada para pembacanya sebagai rasul yang menemani Yesus di sepanjang pelayanan-Nya. Haknya untuk didengarkan didasarkan pada pengakuannya itu. Ketika bukti internal lain dalam surat itu adalah kriteria untuk membuat kesimpulan, 2 Petrus setidaknya memiliki pengakuan tentang keotentikan itu seba-nyak yang diakui oleh surat yang pertama.
Pertanyaan tentang kepengarangan 2 Petrus telah menerima lebih banyak perhatian dibandingkan hal-hal lain yang kepadanya para pakar Perjanjian Baru yang kritis telah mengalihkan perhatian mereka. Tidak cukup untuk menyatakan, "Surat Petrus yang kedua pastilah ditulis oleh rasul itu karena ayat pembukaan surat itu berkata demikian. Karena ini adalah dokumen terilham, maka pengakuan bahwa surat itu ditulis oleh rasul itu pastilah benar." Para kritikus Perjanjian Baru akan menyebut itu sebagai penalaran yang berputar-putar. Ketika seseorang ditanya, "Bagaimana Anda tahu bahwa pengakuan surat itu ditulis oleh rasul Petrus adalah benar?" dan orang itu menjawab, "Karena itu diilhamkan," maka ia menghindari masalah ini. Ketika ditanya, "Bagaimana Anda tahu bahwa surat itu terilham?" Ia menjawab, "Karena surat itu ditulis oleh rasul Petrus." Inti masalahnya adalah apakah pengakuan yang dibuat dalam ayat pembukaan itu benar atau tidak. Jika benar, maka dasarnya kuat bahwa surat itu diberikan oleh pengilhaman Allah dan cocok bagi bimbingan gereja Tuhan. Jika pengakuan dalam pembukaan itu tidak benar, dan pakar Perjanjian Baru ingin menerima surat itu sebagai benar dan berkuasa bagi gereja, maka ia harus berpaling kepada definisi pengilhaman, otoritas, dan kebenaran tertentu yang penuh khayalan. Untuk alasan ini, pertanyaan tentang kepengarangan 2 Petrus adalah sangat penting.
KEBERATAN TERHADAP KEPENGARANGAN PETRUS
Pelajar Perjanjian Baru harus memahami bukti dan alasan yang telah menyebabkan para kritikus menolak pengakuan bahwa 2 Petrus ditulis oleh rasul Yesus yang memiliki nama itu. Para kritikus menolak pengakuan itu bukan karena mereka adalah orang-orang yang tidak jujur. Mereka akan tiba pada kesimpulan yang mereka percaya dituntun oleh bukti itu. Mereka yang memiliki pendapat yang berlawanan harus menangani bukti itu.
Kritikan dimulai dengan pernyataan bahwa 1 dan 2 Petrus tidak bisa ditulis oleh penulis yang sama. Jika Petrus menulis salah satu dari surat itu, penalarannya adalah, ia tidak menulis yang satunya lagi. Mereka mendasarkan pernyataan itu pada beberapa faktor. Pertama, gaya sastra dua surat itu jauh berbeda. Pertama Petrus ditulis dalam prosa Yunani yang baik. Kedua Petrus ditulis dalam prosa Yunani yang tidak begitu buruk (tergantung pada definisi buruk seseorang) karena bahasanya yang kaku, dibuat-buat, dan berlebihan. Ungkapan seperti "janji-janji[-Nya] yang berharga dan yang sangat besar" (1:4), "kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal" (1:11), "sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu" (1:19), dan "binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui" (2:12) menggambarkan bahasa yang muluk-muluk yang terlihat jelas di dalam surat itu. Pertama Petrus, sebaliknya, jauh lebih tenang.
Selain itu, kepedulian 2 Petrus, berbeda dari kepedulian surat yang pertama.
"Harapan" adalah hal penting dalam 1 Petrus, baik sebagai kata maupun sebagai konsep. Pertama Petrus membantu para pembaca menangani penganiayaan dan penderitaan dengan meyakinkan mereka bahwa kemuliaan Allah akan diungkapkan pada akhir zaman. Ketika Tuhan datang kembali, orang-orang Kristen akan dibenarkan. Penghakiman Allah menunggu orang-orang yang menganiaya mereka. Meski 2 Petrus tidak begitu diam tentang kedatangan kembali Tuhan, namun penulis itu tampaknya memperkenalkan hal itu, tidak terlalu banyak untuk menghibur dan meyakinkan para pembacanya, melainkan untuk membantu mereka memahami mengapa Allah menunda kedatangan-Nya. Jika "harapan" adalah kata kunci untuk 1 Petrus, "pengetahuan" adalah kata kunci untuk surat ini. Selanjutnya, dalam 1 Petrus ada penekanan yang kuat pada salib, kebangkitan, kenaikan, baptisan, dan doa. Semua penekanan itu tidak hadir dalam 2 Petrus.
Meski ada beberapa acuan pribadi dalam 2 Petrus, namun para kritikus berpendapat bahwa penulis itu menempatkan pelbagai acuan itu di sana untuk menyamarkan dengan halus upaya untuk mendukung pengakuan bahwa ia adalah rasul Petrus. Acuan pribadi dalam 2 Petrus adalah sebagai berikut: (1) Penulis menggunakan bentuk lama nama Petrus, Simeon, ketimbang Simon yang lebih umum (1:1).2(2) Penulis itu mengacukan percakapan antara Yesus dan Petrus yang dicatat dalam Yohanes 21:18, 19. Di sana Tuhan memberitahu rasul itu tentang kematiannya yang akan datang (1:14). (3) Penulis itu mengingatkan pelbagai peristiwa yang terjadi dalam perubahan wujud. Dalam 2 Petrus ia mengatakan bahwa "kehormatan dan kemuliaan" diucapkan kepada Yesus di "gunung yang kudus" (1:16-18). (4) Ia membuat acuan sambil lalu kepada surat sebelumnya (3:1). (5) Dalam satu-satunya acuan eksternal kepada surat-surat Paulus dalam Perjanjian Baru, penulis itu mengatakan bahwa Paulus menulis "hal-hal yang sukar dimengerti" (3:15, 16). Acuan untuk surat-surat Paulus layak mendapatkan perhatian khusus. Para kritikus berpendapat bahwa Petrus tidak mungkin sudah mengenal baik surat-surat Paulus; tetapi jika benar, ia tentunya tidak akan menempatkan surat-surat itu dalam kategori yang sama dengan "tulisan-tulisan yang lain" (3:16).
Ada hubungan yang jelas antara sastra 2 Petrus dan Yudas. Sebagian besar orang berpendapat bahwa 2 Petrus bergantung pada kitab Yudas, ketimbang sebaliknya. Jika itu benar, ini menunjukkan bahwa 2 Petrus muncul belakangan, karena itu surat itu tidak mungkin ditulis sebelum kematian rasul itu di pertengahan tahun 60an. Hubungan antara sastra 2 Petrus dan Yudas adalah kompleks. Kita nanti akan menangani pertanyaan-pertanyaan tentang hubungan itu dalam kata pendahuluan ini.
Setelah tiba pada kesimpulan bahwa 1 dan 2 Petrus tidak bisa ditulis oleh penulis yang sama, beberapa sarjana Perjanjian Baru telah terdorong untuk meneliti bukti eksternal, bukti sejarah dari sumber-sumber sekuler serta sumber-sumber Kristen mula-mula yang berkaitan dengan kepengarangan surat-surat itu. Tujuan 2 Petrus, seperti Yudas, dalam lingkup yang luas, adalah untuk membantah dan melemahkan guru-guru palsu yang telah menyerbu gereja. Dikatakan bahwa jenis guru yang terlihat jelas dalam 2 Petrus tidak muncul di dalam gereja hingga awal abad kedua. Karena itu, 2 Petrus ditulis oleh ulama-ulama gereja yang saleh (begitulah dikatakan) yang ingin menghancurkan pengaruh guru-guru ini. Mereka tahu bahwa surat yang menyandang nama Petrus akan memiliki bobot yang lebih berat daripada surat yang menyandang nama guru mereka sendiri. Penalarannya adalah bahwa pengarang atau para pengarang 2 Petrus bermaksud untuk mengetengahkan apa yang mereka yakini akan Petrus sudah tulis seandainya rasul itu hadir di sana.
Ada kesaksian yang cukup banyak dari para penulis gereja mula-mula yang mengaitkan rasul Petrus dengan surat yang pertama. Ada bukti yang kurang banyak yang mengaitkan Petrus dengan surat yang kedua. Meski beberapa orang menolak kesimpulan bahwa Petrus menulis surat yang mana saja, tapi ada kesepakatan umum bahwa bukti bagi rasul itu menulis 1 Petrus adalah lebih kuat daripada bukti bahwa ia menulis surat yang kedua. Untuk itu, banyak kritikus percaya bahwa 1 Petrus benar-benar ditulis oleh rasul Petrus, tetapi 2 Petrus ditulis oleh orang lain.
Dibutuhkan pengetahuan yang cukup tentang sumber-sumber abad kedua dan ketiga yang terkait dengan kepengarangan kedua surat itu untuk secara benar menilai bukti itu. Untuk itu, kita mengacukan orang-orang yang tertarik dengan hal-hal itu kepada komentari-komentari yang kritis.3
Tujuan kita di sini adalah untuk menjelaskan mengapa beberapa kritikus menyimpulkan bahwa jika 1 Petrus ditulis oleh rasul Petrus, maka 2 Petrus tidak. Argumentasinya adalah bahwa 1 dan 2 Petrus hampir tidak bisa ditulis oleh penulis yang sama. Para penulis artikel-artikel populer tentang Alkitab seperti yang kadang-kadang ditemukan dalam koran atau majalah-majalah yang memuat peristiwa terbaru bersandar pada para kritikus Alkitab liberal untuk informasi mereka. Karena itu, pelbagai pernyataan tegas dalam pers populer sering dibuat untuk mempengaruhi bahwa 2 Petrus tidak ditulis oleh rasul Petrus. Sudah bisa ditebak bahwa orang Kristen yang belum menghabiskan seumur hidupnya dalam pengetahuan Alkitab bertanya-tanya mengapakah pernyataan-pernyataan seperti itu dibuat.
ALASAN BAGI KEPENGARANGAN PETRUS
Untuk setiap keberatan yang para pakar ajukan dalam mempertanyakan kepengarangan Petrus bagi 2 Petrus, pakar-pakar lainnya telah menawarkan pelbagai respon. Misalnya, mungkinkah perbedaan antara gaya penulisan dua surat itu dijelaskan berdasarkan dasar lain ketimbang teori dua penulis? Ada beberapa alasan yang bagus mengapa siswa atas dua surat itu sepatutnya memberikan pertimbangan yang wajar terhadap pengakuan masing-masing surat itu yang mengaku ditulis oleh rasul itu.
Untuk tingkatan tertentu, perbedaan dalam kosa kata dan gaya dapat dijelaskan berdasarkan banyaknya kebutuhan yang berbeda yang dibahas dalam dua surat itu. Namun, itu tampaknya tidak cukup untuk menjelaskan tingkat perbedaan itu. Pertimbangan yang lebih signifikan diusulkan oleh Jerome pada abad kelima. Jerome adalah seorang sarjana yang cermat. Karyanya yang sangat banyak telah mencetuskan penerbitan Vulgata Latin, terjemahan Alkitab yang menjadi penguasa tertinggi di Eropa selama hampir seribu tahun. Jerome berpendapat bahwa perbedaan sastra antara 1 dan 2 Petrus dapat dijelaskan jika Petrus menggunakan juru tulis yang berbeda untuk membantu dia dalam menuliskan surat-surat itu.
Seorang juru tulis, seorang amanuensis, di dunia kuno adalah lebih daripada seorang sekretaris yang mencatat imla kata demi kata. Ia membantu kliennya dengan kalimat dan pilihan kata-kata yang tepat. Menjelang akhir 1 Petrus, rasul itu menyebut Silas, tampaknya juru tulis yang membantu dia menuliskan surat itu (1 Petrus 5:12). Paulus juga tampaknya sudah memiliki kebiasaan rutin mempekerjakan seorang juru tulis. Di Roma, juru tulis itu, seorang Kristen bernama Tertius, menyisipkan komentarnya sendiri ke dalam surat Paulus (Roma 16:22). Jika Petrus menggunakan Silas sebagai seorang juru tulis ketika ia menulis 1 Petrus tetapi menggunakan orang lain ketika ia menulis surat yang kedua, hal itu bisa menjelaskan perbedaan yang cukup banyak dalam kosa kata dan gaya.
Seperti yang dapat dilihat oleh pembaca yang cermat, ketika dibandingkan dengan 1 Petrus, 2 Petrus memiliki perhatian yang berbeda, tapi hal itu tidak begitu sulit untuk dijelaskan. Kedua surat itu ditulis untuk tujuan yang jauh berbeda. Ketika menyapa orang-orang percaya yang menderita karena iman mereka, tepat bagi Petrus untuk menyinggung penderitaan Kristus dan kemuliaan yang menunggu ketika Kristus dinyatakan dalam kemuliaan. Di sisi lain, ketika subyeknya adalah guru-guru palsu yang kehidupan mesumnya dan doktrin-doktrinnya yang memalukan mengancam untuk mengompromikan Kristus dan komunitas Kristen, penulis itu butuh alat dan taktik yang berbeda. Dengan mengingat tujuan 2 Petrus, tidaklah heran bahwa penulis itu tidak membuat acuan kepada salib, inkarnasi, baptisan, doa, atau karya penebusan Kristus. Perbedaan dalam materi pelajaran antara dua surat itu tidak menuntut kesimpulan bahwa mereka ditulis oleh dua penulis yang berlainan.
Mungkin pernyataan paling lemah yang para kritikus lontarkan untuk menyangkal Petrus sebagai penulis surat ini terletak pada penilaian terhadap pelbagai pendapat pribadi dalam surat kiriman itu. Perlu dicatat bahwa beberapa orang telah mempertanyakan kepengarangan Petrus atas surat yang pertama dengan menegaskan bahwa rasul itu tidak akan sudah menyurati orang-orang percaya tanpa menyinggung pelbagai pengalamannya. Hubungan pribadinya dengan Tuhan tentunya bisa menambah kekuatan dan daya tarik terhadap surat yang pertama itu. Sungguh ironis bahwa sementara beberapa orang membantah Petrus sebagai penulis 1 Petrus karena surat itu mengandung sedikit kenangan pribadi Tuhan, beberapa orang yang lain menyangkal Petrus sebagai penulis 2 Petrus karena surat itu mengandung lebih banyak kenangan itu. Orang tidak dapat memiliki keduanya. Seharusnya sudah bisa diduga bahwa rasul Petrus yang digambarkan dalam kitab-kitab Injil membuat acuan kepada pelbagai peristiwa yang ia ingat. Sungguh tidak masuk akal menolak keaslian 2 Petrus karena penulis itu mengacukan pelbagai peristiwa seperti halnya perubahan wujud (1:17, 18).
Petrus membuat komentar yang menarik perhatian ketika ia mengacukan surat-surat Paulus dan mengidentifikasi mereka sebagai "Kitab Suci" (3:16; NASB). Namun begitu, baik Petrus dan Paulus tampaknya pernah di Roma pada pertengahan 60an dan belakangan martir di sana dalam dekade itu. Sulit untuk percaya bahwa kedua rasul itu menjadi tahanan di kota yang sama dan tidak saling menyadari kehadiran satu sama lain. Petrus mungkin telah membaca kitab Roma. Kemungkinan juga ia mengetahui keberadaan surat-surat lain yang ditulis oleh Paulus. Jika 2 Petrus ditulis setelah 1 Petrus, maka acuan penulis itu kepada surat-surat Paulus dapatlah dimengerti.
Petrus, seperti Paulus, sadar akan karya dan bimbingan Roh Kudus dalam kehidupan para rasul. Tentu saja, kanon Perjanjian Baru seperti itu berlum terwujud pada pertengahan abad pertama. Petrus tidak bicara tentang kanon. Ia hanya mengatakan bahwa beberapa orang telah mendistorsi surat-surat Paulus seperti yang mereka lakukan terhadap Kitab-kitab Suci lainnya. Itu tampaknya menjadi sebuah pernyataan khas bersama sikap hormat yang rasul itu miliki terhadap pekerjaan satu sama lain.
Jika bisa ditetapkan bahwa guru-guru palsu yang dijelaskan dalam 2 Petrus tidak muncul di tempat itu sampai pertengahan abad kedua, itu akan menjadi argumentasi yang menentukan bahwa surat itu tidak ditulis oleh rasul Petrus. Namun begitu, bukti untuk membuat klaim seperti itu tidak ditemukan. Para sejarawan tahu sedikit tentang perkembangan doktrin dalam gereja antara tahun 40 dan 100. Selanjutnya, gambaran tentang guru-guru palsu dalam 2 Petrus menyediakan sedikit informasi tentang apa yang sebenarnya mereka ajarkan. Hubungan sastra antara 2 Petrus dan Yudas juga sulit untuk ditentukan. Kecenderungan ilmu pengetahuan sekarang ini adalah menyatakan bahwa kitab Yudas ditulis lebih dulu, lalu diikuti oleh 2 Petrus. Para pakar yang lebih tua cenderung berpendapat bahwa 2 Petrus ditulis lebih dulu. Ketika orang berupaya memberi tanggal penulisan 2 Petrus dengan cara mengidentifikasi guru-guru palsu yang Petrus hadapi atau dengan menganalisa hubungan sastra antara 2 Petrus dan Yudas, data tersebut tidak meyakinkan.
Memang benar bahwa 2 Petrus memiliki lebih banyak masalah untuk bisa diterima dalam kanon itu dibandingkan dengan sebagian besar dokumen Perjanjian Baru lainnya. Pada pertengahan abad keempat, sejarawan gereja Eusebius menunjukkan bahwa ada pelbagai pertanyaan dalam beberapa kalangan gereja tentang apakah 2 Petrus itu asli.4Bagaimanapun, pernah ada penjelasan yang masuk akal yang dapat menjelaskan alasan kitab itu diterima belakangan. Banyak kitab palsu beredar di kalangan orang-orang percaya di abad kedua dan ketiga. Beberapa dari mereka itu masih ada hingga kini. Pada kenyataannya, beberapa kitab palsu menyandang nama Petrus; contohnya adalah Apokalipse Petrus yang berasal dari awal abad kedua. Dengan alasan yang baik, gereja sangat berhati-hati ketika menyajikan dokumen yang mengaku ditulis oleh rasul itu.5Yang menarik adalah meski 2 Petrus tidak sering dikutip dalam pelbagai sumber awal, tapi kitab itu juga tidak dibahas dan ditolak seperti beberapa karya lain yang dikaitkan dengan Petrus.
Ketika bukti telah disusun dan dievaluasi, dari perspektif sejarah yang murni, bukti internal dan eksternal tidaklah meyakinkan. Namun begitu, perlu dicatat bahwa tidak ada alasan yang kuat untuk menolak 2 Petrus sebagai surat yang dihasilkan oleh rasul yang menemani Yesus selama pelayanan-Nya. Ada dua faktor yang menambah kepercayaan kepada klaim bahwa surat itu benar-benar karya Petrus. Pertama, klaim eksplisit yang dibuat di ayat pembukaan surat itu, bersama dengan pelbagai acuan yang Petrus buat kepada pelbagai peristiwa yang ia saksikan ketika menemani Yesus, menawarkan pelbagai alasan yang substantif untuk menerima surat itu sebagai asli. Kedua, gereja mula-mula pada akhirnya menerima 2 Petrus sebagai bagian dari Perjanjian Baru yang didasarkan pada penilaian kolektif umat Kristen bahwa surat itu asli.
Implikasi apa sajakah yang timbul jika 2 Petrus dimasukkan ke dalam Perjanjian Baru berdasarkan pada keyakinan yang salah bahwa itu ditulis oleh rasul Petrus? Beberapa orang menalar bahwa hal itu tidak akan membuat banyak perbedaan. Mereka berpendapat seperti ini: Gereja selama berabad-abad telah menemukan 2 Petrus sebagai bermanfaat. Selanjutnya, penulis surat itu tidak benar-benar berniat untuk tidak jujur ketika mereka melekatkan nama Petrus pada surat itu. Mereka menaruh perhatian terhadap kesejahteraan gereja. Lebih lanjut lagi, mereka benar-benar percaya bahwa jika Petrus hadir maka ia akan menggunakan wewenangnya secara penuh untuk menentang guru-guru palsu yang dikenal mereka. Mereka percaya bahwa mereka sedang mewakili Petrus secara akurat. Oleh sebab itu, jika ada kerusakan apa saja yang timbul karena menempatkan nama Petrus pada surat itu, kerusakan itu tidak terlalu penting.
Ketika menilai integritas para penulis kuno ini mereka yang menalar seperti di atas tampaknya memberi kelonggaran yang tidak akan mereka berikan terhadap para penulis moderen. Jika seorang penulis kuno dengan sengaja menempatkan nama Petrus pada surat ini dan mendukung klaimnya dengan membuat pernyataan pribadi seolah-olah ia adalah rasul Petrus, dengan ukuran apa saja sulit untuk menilai dia sebagai orang yang jujur dan pribadi yang berintegritas. Rasanya tidak konsisten untuk mengikuti sosok Tuhan yang menuntut sifat-sifat ini dan menerima 2 Petrus, karena percaya bahwa kitab itu didasarkan pada klaim yang tidak jujur. Jika 2 Petrus tidak ditulis oleh rasul Petrus, kitab itu membuat klaim palsu. Orang Kristen harus jangan menolerir keberadaan kitab itu di dalam kanon. Para kritikus menjadi kurang tulus ketika mereka menyimpulkan bahwa surat itu tidak ditulis oleh rasul Petrus; tetapi bagaimanapun itu adalah dokumen yang penting, bahkan terilham, untuk mengatur gereja Kristus.
Tanpa ragu-ragu, kita menerima 2 Petrus sebagai karya otentik rasul Petrus. Selanjutnya, kita percaya bahwa ia menulis di bawah bimbingan Roh Kudus. Kita mengakui bahwa dalam kadar tertentu ini adalah pernyataan iman. Pelbagai pertanyaan yang diajukan tentang keaslian dokumen itu butuh pertimbangan yang cermat; namun begitu, pertanyaan-pertanyaan itu tidak meminta orang untuk menolak klaim eksplisit terhadap kepengarangan yang dibuat dalam ayat pembukaan surat itu. Meski kita memiliki rasa hormat tertentu bagi mereka yang menyimpulkan bahwa surat itu palsu dan ingin mengeluarkan kitab itu dari Perjanjian Baru, sulit untuk melihat konsistensi orang-orang yang menyimpulkan kitab itu sebagai palsu namun begitu ingin memaafkan penipuan secara sadar oleh penulis itu.
PENDENGAR, TANGGAL, DAN TEMPAT PENULISAN
Pertanyaan penting tentang tujuan 2 Petrus berkaitan dengan cara kita memahami 3:1. Petrus menulis, "Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu" (3:1a). Petrus mungkin telah menulis beberapa surat kepada orang-orang Kristen. Tidak otomatis benar bahwa "surat pertama," yang tersirat dalam ayat ini, mengacu kepada surat yang kita sebut 1 Petrus. Rasul itu mungkin saja menyebut surat tertentu yang tidak kita kenal kepada para pendengar yang sama sekali berbeda dari yang dibahas dalam 1 Petrus. Kedua Petrus mungkin saja adalah suratnya yang kedua kepada pendengar itu, bukan pendengar dari 1 Petrus. Tidak diragukan lagi para rasul menulis banyak hal yang tidak dilestarikan di dalam Perjanjian Baru. Paulus, misalnya, mengacukan surat sebelumnya yang ia telah tulis kepada jemaat di Korintus (1 Korintus 5:9) dan kepada surat yang sudah ia kirimkan kepada jemaat Laodikia (Kolose 4:16).
Petrus tidak berkata banyak tentang surat yang sudah ia tulis sebelumnya, tapi ia memberikan petunjuk. Ia berkata bahwa ini adalah surat yang kedua "aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan" (3:1b).
Peringatan-peringatan apakah yang ada di dalam pikiran rasul itu? Dalam surat yang kedua, ia pernah mengingatkan mereka dengan mengingat kembali pelbagai peristiwa di mana ia dan Yesus pernah berinteraksi secara pribadi (1:14, 17). Selanjutnya, ia pernah mengingatkan mereka tentang perlunya bertekun dalam ajaran Kristus di hadapan guru-guru palsu yang telah menyerbu gereja-gereja. Pertama Petrus adalah surat yang jauh berbeda bila dibandingkan dengan 2 Petrus. Apapun bentuk pengingat itu dalam 1 Petrus semuanya itu diarahkan kepada salib dan kedatangan kembali Tuhan. Masalah dalam 1 Petrus adalah penganiayaan orang-orang percaya dari luar, sedangkan masalah dalam 2 Petrus adalah ancaman guru-guru palsu dari dalam. Dalam 2 Petrus, penulis itu tampaknya sudah mengetahui langsung pelbagai masalah para pembacanya. Dalam 1 Petrus, penulis itu mungkin bergantung pada laporan yang ia telah dengar. Sama sekali tidak pasti kapan Petrus menyebut ini "suratnya yang kedua" sehingga yang ia maksudkan adalah bahwa ia telah menulis 1 Petrus kepada pendengar yang sama.
Pembaca sekarang ini perlu mempertimbangkan kemungkinan bahwa surat yang sebelumnya rasul itu tulis kepada pendengar utama 2 Petrus adalah surat tertentu selain 1 Petrus. Namun begitu, sudut pandang yang berlaku di kalangan komentari adalah bahwa 2 Petrus ditujukan kepada pendengar yang sama seperti 1 Petrus, dan surat itu ditulis beberapa tahun kemudian setelah 1 Petrus. Penalarannya seperti ini: Jika surat yang pertama yang berada di balik pernyataan dalam 2 Petrus 3:1 adalah 1 Petrus, maka pendengar yang 2 Petrus sapa adalah gereja-gereja di provinsi Asia yang rasul itu singgung dalam 1 Petrus 1:1. Jika itu benar, mungkin beberapa tahun telah berlalu sejak penulisan 1 Petrus. Selanjutnya, rasul itu telah menyadari adanya guru-guru palsu yang telah menyerbu gereja-gereja. Karena mengetahui guru-guru palsu itu sedang merusak unsur-unsur penting pesan injil, maka Petrus menyapa mereka dengan kekhawatiran yang jauh berbeda dari yang terlihat di dalam surat yang pertama.
Masalah dengan penalaran ini adalah bahwa perbedaan-perbedaan di dalam dua surat itu tidak banyak dibahas. Pembaca moderen tidak bisa mendapatkan bantuan dari 1 Petrus dalam usahanya untuk memahami kepedulian dan dorongan dalam 2 Petrus. Di sisi lain, jika 2 Petrus 3:1 mengacu kepada surat tertentu selain 1 Petrus, maka pertimbangan-pertimbangan lain harus dikemukakan untuk mengidentifikasi pendengar surat yang kedua.
Jika surat sebelumnya yang diacukan dalam 2 Petrus 3:1 bukan 1 Petrus, maka tidak ada kepastian tentang urutan penulisan surat yang kita sebut 1 dan 2 Petrus. Ada kemungkinan bahwa 2 Petrus ditulis sebelum 1 Petrus. Mengapa, kemudian, mereka disusun dalam susunan seperti yang kita miliki sekarang ini? Jika 2 Petrus ditulis lebih dulu, mengapakah orang-orang yang menyusun kitab-kitab kanon tidak menempatkan mereka dalam urutan yang terbalik? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini tidak sesulit seperti yang mungkin terlihat pada awalnya.
Jelas terlihat bahwa surat-surat Paulus disusun dengan dua prinsip dalam pikiran. Pertama, surat-surat yang ditujukan kepada gereja-gereja didahulukan, kemudian surat-surat yang ditujukan kepada individu-individu. Setelah itu, surat-surat itu disusun dari yang terpanjang sampai yang terpendek. Jelas terlihat bahwa mereka tidak diatur dalam urutan kronologis penulisan mereka. Itulah sebabnya Filemon, yang secara logis sejajar dengan Efesus dan Kolose, muncul setelah Timotius dan Titus dalam susunan kanon.
Surat-surat Kiriman Umum disusun berdasarkan penulisnya,6tetapi ketika ada lebih dari satu surat oleh penulis yang sama, masuk akal untuk percaya bahwa mereka juga disusun dari yang terpanjang sampai yang terpendek. Tentu saja, hanya Yohanes dan Petrus yang menulis lebih dari satu Surat Kiriman Umum; tetapi dalam setiap kasus, dengan mengikuti pola surat-surat Paulus, surat-surat itu disusun dari yang terpanjang sampai yang terpendek. Oleh sebab itu, susunan dua surat Petrus itu tidak secara otomatis sebuah implikasi bahwa 1 Petrus ditulis sebelum 2 Petrus. Pertama Petrus muncul lebih dulu karena surat itu lebih panjang daripada 2 Petrus.
Ada beberapa petunjuk bahwa 2 Petrus ditulis sebelum 1 Petrus. Sebagai contoh, keadaan saling bergantung antara 2 Petrus dan Yudas menunjukkan kemungkinan bahwa 2 Petrus ditulis terutama, mungkin secara eksklusif, kepada pendengar Kristen Yahudi. Baik 2 Petrus maupun Yudas mengacukan peristiwa-peristiwa yang orang kira akan menarik orang-orang Kristen Yahudi. Kedua Petrus mengarahkan para pembaca kepada para malaikat yang Allah tidak sayangkan, kepada Nuh, dan Lot (2:4-8). Kedua Petrus membuat acuan lebih lanjut kepada para malaikat yang takut melontarkan dakwaan penghakiman (2:11). Jika Petrus menulis suratnya yang kedua ketika ia masih di Yudea, sebelum ia melakukan perjalanan ke Roma, tetapi beberapa waktu setelah sidang di Yerusalem (Kisah 15),7itu akan menjelaskan mengapa ia mengacukan pelbagai insiden yang sudah dikenal baik oleh orang-orang Kristen Yahudi. Selanjutnya, kemungkinan besar pelbagai cerita tentang Petrus dan Yesus akan sudah beredar di kalangan gereja-gereja di Siria yang lebih luas, Galilea dan belahan utara, dibandingkan dalam lingkungan yang didominasi orang-orang non-Yahudi. Itu akan menjelaskan mengapa Petrus dalam 2 Petrus menyinggung pelbagai acuan kepada pelbagai insiden seperti halnya nubuatan kematiannya (1:14) dan perubahan wujud Yesus (1:17, 18).
Mungkin keberatan paling signifikan terhadap 2 Petrus sebagai surat yang ditulis untuk orang-orang Yahudi adalah bahwa surat kiriman itu menggunakan bahasa Yunani Helenistik yang akan lebih dikenal baik di kalangan para pembaca non-Yahudi. Asumsinya adalah bahwa kaum Kristen Yahudi Helenistik tidak akan merasa nyaman sebagaimana mereka dengan konsep-konsep Helenistik zaman itu. Komentari-komentari yang kritis mengutip kesamaan antara bahasa Yunani 2 Petrus, Philo (orang Yahudi dari Aleksandria yang hidup sezaman dengan Kristus), dan sastra Yunani lainnya dari sekitar periode yang sama.8Sudah umum untuk menduga bahwa Petrus sepertinya tidak akan menggunakan bahasa seperti itu, atau bahwa ia tidak akan menggunakan bahasa seperti itu jika pendengarnya terdiri dari orang-orang Kristen Yahudi.
Namun begitu, ketika kita memperhitungkan kemungkinan bahwa Petrus bisa saja telah menggunakan juru tulis yang terbiasa dengan pemikiran Yunani Helenistik, maka bahasa 2 Petrus hampir tidak menuntut tanggal di pertengahan 60an atau setelahnya. Selain itu, ada bukti bahwa orang-orang Yahudi yang tinggal di Siria/Palestina yang lebih luas secara keseluruhan sudah terbiasa dengan idiom dan pemikiran dunia berbahasa Yunani.9Jika rasul Petrus adalah penulis surat ini, seperti yang kita yakini, menempatkan surat itu pada pertengahan 60an tidak memberikan penjelasan bagi bahasa Helenistik yang ia gunakan. Apakah 2 Petrus berasal dari akhir 40an atau pertengahan 60an, dan apakah surat itu ditulis dari Yudea atau Roma, orang tidak mengharapkan seorang nelayan Galilea banyak menggunakan bahasa Helenistik.
Argumentasi itu sering dikemukakan sehingga guru-guru palsu yang disinggung dalam 2 Petrus mencerminkan periode yang belakangan dalam sejarah gereja. Argumentasi itu menghadapi kesulitan berdasarkan dua pertimbangan. (1) Kedua Petrus sangat sedikit bicara tentang apa yang sebenarnya diajarkan oleh guru-guru palsu yang sedang dihadapi. Mereka memang cabul; itu cukup jelas (2:14). Mereka tampaknya hanya sedikit punya rasa hormat terhadap penguasa rohani (2:10b, 11). Mereka itu serakah dan eksploitatif. Pernyataan Petrus tentang kedatangan kembali Tuhan tampaknya dimaksudkan untuk membantah klaim yang dibuat oleh guru-guru palsu itu. Apa yang penting adalah bahwa tidak ada petunjuk adanya dualisme dan tidak ada petunjuk penyangkalan apapun bahwa Yesus sudah menjadi manusia, yang mana kedua unsur itu merupakan dalil penting Gnostikisme. Pengakuan bahwa guru-guru dalam latar belakang 2 Petrus berasal dari akhir abad pertama atau kedua tidak dapat ditegakkan.
(2) Sejarawan tidak tahu banyak tentang perkembangan doktrin dalam gereja antara tahun 40 dan 150. Pada abad kedua, gereja di beberapa daerah terancam oleh Gnostikisme, tetapi tidak pasti sama sekali di mana ajaran ini berawal atau bagaimana ajaran itu menyusup ke dalam gereja. Tidak mungkin menetapkan tanggal 2 Petrus pada pertengahan 60an karena bertentangan dengan akhir 40an yang didasarkan pada pengetahuan kita tentang guru-guru itu dan ajaran-ajaran yang ditemukan dalam surat itu. Mereka yang ingin memberi 2 Petrus tanggal abad kedua, dan karenanya menyangkal kepengarangan rasulinya, sering berpendapat bahwa guru-guru yang ditemukan dalam surat itu mencerminkan perkembangan yang belakangan di dalam gereja. Sumber daya tidak memadai untuk membenarkan pendapat itu. Untuk itu, mereka yang berpendapat bahwa surat itu ditulis oleh rasul Petrus pada pertengahan 60an bukan pada akhir 40an tidak dapat mempertahankan dalil bahwa guru-guru dalam surat itu menuntut pemberian tanggal dua dekade kemudian.
Keberatan serius untuk memberi tanggal 2 Petrus di akhir 40an adalah bahwa penulis itu mengenal baik beberapa surat Paulus (3:15, 16). Apakah mungkin Petrus akan sudah mengenal surat-surat Paulus seawal tahun 40an, apalagi bahwa ia akan sudah dengan baik membandingkan mereka dengan "Kitab Suci" lainnya? Pertama, kita mengulas bahwa tidak jelas bahwa Petrus memiliki pengetahuan langsung tentang surat-surat Paulus yang mana saja dari pernyataan di 2 Petrus 3:15, 16. Ia hanya tahu bahwa surat-surat itu ada, bahwa surat-surat itu mengandung beberapa hal yang sulit dimengerti, dan bahwa guru-guru palsu mengeksploitasi kesulitan itu untuk keuntungan mereka sendiri. Pada akhir 40an Petrus mungkin sudah mengetahui bahwa Paulus telah menulis beberapa surat. Jika kitab Galatia sudah ditulis sesaat sebelum sidang Yerusalem di Kisah 15, Petrus tentunya sudah mengenal baik kitab itu. Selain itu, hampir tidak bisa dibayangkan bahwa Petrus mengacukan surat-surat lain yang tidak dikenal yang ditulis oleh Paulus. Acuan kepada surat-surat Paulus dalam 2 Petrus bukanlah masalah yang tidak dapat diatasi untuk memberi 2 Petrus tanggal di akhir 40an.
Untuk sementara, kita berpendapat bahwa 2 Petrus, Yudas, dan Yakobus adalah surat-surat yang bertanggal dari periode awal dalam kehidupan gereja, semuanya itu di akhir tahun 40an. Selanjutnya, kita menyarankan bahwa surat-surat itu berasal dari orang Kristen Yahudi, lingkungan Siria/Palestina. Oleh sebab itu, 2 Petrus ditulis sebelum 1 Petrus. Yudas, Yakobus, dan 2 Petrus ditulis oleh para pemimpin gereja di Yerusalem untuk orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen yang tersebar di seluruh Palestina yang lebih luas.
Kisah perubahan hidup Paulus menjelaskan bahwa di masa awal orang-orang Yahudi di Damsyik telah menjadi orang percaya. Sangat mungkin orang-orang Yahudi di kota-kota dan desa-desa lain di seluruh wilayah itu telah memeluk Kristus satu dekade setelah perubahan hidup Paulus. Beberapa guru yang rupanya menyusup ke dalam pelbagai komunitas Kristen Yahudi ini ingin membelokkan kebebasan Kristen ke arah antinomianisme. Mereka tampaknya telah menegaskan kemandirian mereka dari penguasa gereja Yerusalem. Mungkin mereka meminta dukungan Paulus. Baik Judas maupun 2 Petrus ditulis untuk para pendengar yang sama untuk menghadapi guru-guru palsu itu. Karena itu, semua tiga surat itu, Yakobus, Yudas, dan 2 Petrus, bertanggal dari akhir 40an.
GURU-GURU PALSU DALAM 2 PETRUS
Para komentator umumnya mempertahankan bahwa guru-guru palsu yang dihadapi dalam 2 Petrus adalah para pendukung bentuk Gnostikisme primitif tertentu.10 Namun begitu, sulit dipastikan bahwa guru-guru itu adalah kaum Gnostik. Gnostikisme adalah sistem dualistik. Kaum Gnostik menyatakan bahwa semua eksistensi dapat dibagi ke dalam jasmani dan rohani. Rohani adalah baik; jasmani adalah jahat. Oleh karena itu, Anak Allah, karena Ia sepenuhnya baik, tidak mungkin sudah menjadi daging dan darah. Mereka menyangkal bahwa Yesus, setidaknya selama pelayanan-Nya, berada dalam daging (2 Yohanes 7). Tidak ada indikasi bahwa guru-guru palsu dalam 2 Petrus adalah dualistik. Ajaran dualistik dapat dicirikan sebagai "menyangkal Tuhan yang sudah membeli mereka" (2 Petrus 2:1), tetapi kaum Gnostik bukan satu-satunya orang yang menyangkal Allah.11
Ketika kita sudah membaca dengan cermat 2 Petrus, ada sedikit yang kita dapat katakan dengan yakin tentang guru-guru palsu yang rasul Petrus hadapi. Perhatikanlah bahwa yang Petrus lakukan adalah menghadapi guru-guru itu; pada umumnya, ia tidak membantah ajaran mereka. Para pakar cenderung memasukkan secara sembarangan ke dalam surat itu pelbagai ajaran Gnostik yang mereka sangka berada di balik konfrontasi itu. Setelah melakukannya, mereka menafsirkan surat itu berdasarkan pada apa yang telah mereka bayangkan ke dalam surat itu. Aman untuk mengatakan bahwa guru-guru itu memang cabul dan mendukung injil tanpa hukum (2:19). Mereka tampaknya menyangkal penuh keilahian penuh Yesus (2:1). Karena Yesus tidak sepenuhnya ilahi, mereka mere-mehkan "janji tentang kedatangan-Nya" (3:4). Mereka menganggap pengetahuan mereka lebih tinggi daripada pengetahuan para pemimpin di gereja Yerusalem. Kira-kira begitu saja yang dapat kita katakan tentang ajaran guru-guru yang menjadi latar belakang ajaran 2 Petrus itu.
HUBUNGAN ANTARA 2 PETRUS DAN YUDAS
Kesamaan antara penjelasan Petrus tentang "guru-guru palsu di tengah-tengah umat Allah" (2 Petrus 2:1) dan gambaran Yudas tentang "orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka" (Yudas 4) adalah menyolok. Tidak di luar dugaan bahwa guru-guru yang memiliki sifat yang sama membuat susah gereja-gereja yang Petrus dan Yudas kenal. Apa yang tak terduga adalah rincian tentang kesamaan bahasa. Petrus dan Yudas menggunakan argumentasi yang sama, contoh yang sama untuk penggambaran, dan pilihan yang sama untuk kata-kata yang tidak biasa dan kombinasi kata. Petrus menalar bahwa jika Allah tidak menyayangi para malaikat, jika Ia tidak menyayangi dunia di zaman Nuh, jika Ia tidak menyayangi Sodom dan Gomora, maka Ia juga tidak akan menyayangi orang-orang cabul yang telah menyusup ke dalam gereja-gereja (2 Petrus 2:4-9). Yudas menalar dengan cara yang sama. Contoh dari dia adalah bangsa Israel ketika mereka datang dari Mesir, para malaikat, dan Sodom dan Gomora. Ketika bahasa Yunani kedua surat itu diletakkan bersebelahan satu sama lain, pelbagai kesamaannya begitu banyak sehingga banyak orang percaya harus ada semacam jenis hubungan sastra antara kedua surat itu. (Lihat tabel di halaman 23 dalam edisi berikutnya.)
Petrus dan Yudas menulis di bawah pengilhaman Roh Kudus. Beberapa orang mengaitkan pelbagai kesamaan antara Yudas dan Petrus kepada pengilhaman umum mereka. Namun begitu, penjelasan itu menimbulkan lebih banyak masalah daripada memecahkannya. Bagaimana Roh Kudus menggerakkan orang-orang untuk menuliskan pesan Allah (2 Petrus 1:21) tidak pernah dijelaskan di dalam Alkitab. Meski kita tidak dapat menjelaskan mekanisme interaksi antara pikiran manusia dan Roh Kudus dalam menghasilkan Kitab Suci, yang ini adalah jelas: Roh Kudus tidak mengendalikan pikiran penulis dan mendikte melalui dia. Jika itu yang terjadi, kita akan mengantisipasi semua dokumen Alkitab memiliki gaya penulisan, kosakata, dan kepedulian yang sama.
Entah bagaimana Roh Allah bekerja melalui dan dengan sarana individu-individu yang menulis Alkitab untuk menghasilkan pesan yang Allah inginkan. Setiap penulis mempertahankan ingatan dan kosa katanya sendiri. Masing-masing membahas situasi kehidupan yang menantang dia. Roh Kudus tidak menghasilkan pakta-pakta teoritis tentang hubungan Allah-manusia. Ia menghasilkan karya-karya sastra yang diambil dari kehidupan orang-orang yang nyata dalam lingkungan sejarah yang konkrit. Yudas dan Petrus adalah masing-masing individu yang tidak berubah ketika mereka menulis di bawah pengilhaman Roh Kudus. Jadi kita tidak bisa menolak pelbagai kesamaan bahasa antara Yudas dan 2 Petrus dengan pandangan bahwa keduanya diilhamkan.
Mengatakan bahwa ada hubungan sastra Yudas dan 2 Petrus artinya Yudas menggunakan 2 Petrus untuk banyak gambarannya tentang guru-guru palsu, Petrus menggunakan Yudas, atau keduanya menggunakan sumber yang sama. Meski ada kemungkinan yang perlu dipertimbangkan, gagasan bahwa Petrus dan Yudas menggunakan sumber ketiga menimbulkan komplikasi yang tidak perlu. Mustahil untuk membuktikan atau menyangkal keberadaan sumber itu. Tidak satupun dari dua surat itu yang bisa dijelaskan dengan baik dengan mendalilkan sumber yang tidak diketahui. Cara terbaik adalah dengan menangani apa yang kita miliki, 2 Petrus dan Yudas, dan mengenyampingkan pencarian sumber umum. Jika Petrus dan Yudas tidak menggunakan sumber ketiga, maka pelbagai kesamaan bahasa antara dua dokumen itu mengharuskan salah satu dari mereka menggunakan dokumen yang lain. Pertanyaannya kemudian adalah, surat manakah yang ada lebih dahulu? Yang muncul pertama?
Pelbagai komentari yang lebih tua cenderung berpendapat bahwa Yudas menggunakan 2 Petrus untuk suratnya. Pelbagai komentari yang belakangan sama-sama sepakat bahwa Yudas ditulis lebih dulu. Alasan yang dibuat untuk kelebihduluan Yudas adalah kuat. Pertama, bahwa Yudas adalah dokumen yang lebih pendek mungkin menjadi alasan bahwa surat itu ditulis lebih dulu. Memang lebih masuk akal untuk menduga bahwa Petrus akan sudah memasukkan beberapa kata-kata Yudas ke dalam surat yang lebih panjang, daripada menduga bahwa Yudas akan mencari-cari bagian 2 Petrus untuk digunakan sendiri. Selanjutnya, jika Yudas memiliki 2 Petrus di tangannya, orang bertanya-tanya mengapa ia tidak mengirimkan seluruh surat itu, seperti yang Petrus sudah tulis. Ia bisa menambahkan pesan pribadi apa saja dalam surat yang terpisah. Di luar pertimbangan ini, ketika para ahli bahasa mempertimbangkan kehalusan dalam cara masing-masing penulis menyatakan dirinya sendiri, mereka cenderung menyimpulkan bahwa lebih mungkin Petrus menggunakan Yudas daripada sebaliknya. Pada akhirnya, apakah Yudas atau 2 Petrus yang pertama muncul hampir tidak penting bagi penafsiran masing-masing surat itu. Namun begitu, ada kalanya sebuah kalimat atau ungkapan dalam 2 Petrus akan lebih masuk akal jika dibaca dalam terang pernyataan yang serupa yang dibuat dalam Yudas.
KESIMPULAN
Meski tidak mungkin untuk menggambarkan dengan tepat keadaan di bawah mana 2 Petrus ditulis, namun yang berikut ini menjelaskan dengan baik data itu. Selama periode ketika misi Paulus kepada orang-orang non-Yahudi masih dalam tahap awal, gereja membuat terobosan ke dalam pelbagai komunitas Yahudi di seluruh Palestina dan Siria. Selama hari-hari awal itu, orang-orang Yahudi Kristen dan orang-orang Yahudi non-Kristen mungkin terus beribadah di sinagoga-sinagoga yang sama, meski orang-orang Kristen akan juga berhimpun pada hari Minggu untuk berkomuni dan menyembah Yesus sebagai Kristus. Petrus dan Yudas mungkin telah meresikokan dirinya keluar dari Yerusalem dalam dekade pertama setelah penyaliban Yesus. Mungkin saja, kemungkinan besar berdasarkan perhitungan kita, mereka itu adalah alat dalam perubahan hidup orang-orang Yahudi di seluruh Yudea dan Galilea dan bahkan ke utara menuju Damsyik dan seterusnya.
Sekitar satu dekade, mungkin karena salah memahami acuan Paulus kepada kebebasan dan kasih karunia, beberapa guru ingin mengabaikan tuntutan bahwa para pengikut Kristus harus hidup saleh. Mereka menyusup ke dalam gereja dan mendapatkan pengikut. Baik Yudas dan Petrus tahu bahwa ajaran seperti itu berisiko mengompromikan pesan orang Kristen sehingga tidak bisa lagi dikenali. Masing-masing dari mereka, pertama Yudas, lalu Petrus, menyurati gereja-gereja di mana mereka memiliki pengaruh dan berusaha untuk menghilangkan dampak yang guru-guru ini miliki. Yakobus menulis suratnya mendekati periode waktu yang sama dan untuk pendengar yang sama. Seperti Yudas dan Petrus, Yakobus khawatir perbuatan baik diabaikan ketika orang Kristen belajar arti iman. Yakobus menegaskan bahwa iman dan perbuatan jalan seiring. Setelah Petrus menulis karya yang kita sebut 2 Petrus, ia melakukan perjalanan dan berkhotbah kepada orang -orang Yahudi dan non-Yahudi di tempat-tempat lain, Asia Kecil dan Korintus adalah salah satunya. Akhirnya ia datang ke Roma. Dari Roma, bertahun-tahun setelah ia menulis 2 Petrus, ia menulis surat yang sekarang kita kenal sebagai 1 Petrus.
GARIS BESAR
I. SALAM: KEPADA MEREKA YANG SEIMAN (1:1, 2)
II. PENGETAHUAN SEJATI KRISTUS (1:3-21)
- A. Hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan dan kesalehan (1:3-9)
- B. Jalan masuk ke dalam kerajaan kekal (1:10, 11)
- C. Sebagai pengingat (1:12-15)
- D. "Saksi mata kebesaran-Nya" (1:16-18)
- E. Otoritas dan pengilhaman Kitab Suci (1:19-21)
III. GURU-GURU PALSU (2:1-22)
- A. Peringatan terhadap guru-guru palsu (2:1-3)
- B. Kepastian penghakiman Allah (2:4-10a)
- C. Karakter guru-guru palsu (2:10b-16)
- D. Menjanjikan kebebasan tapi menjadi budak kebinasaan (2:17-22)
IV. KEDATANGAN KRISTUS YANG KEDUA (3:1-16)
- A. "Menghidupkan pengertian yang murni " (3:1, 2)
- B. "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya?" (3:3-7)
- C. "Hari Tuhan" (3:8-10)
- D. Hidup kudus dengan mengingat hari Tuhan (3:11-13)
- E. Seruan untuk bertekun (3:14-16)
V. NASIHAT TERAKHIR (3:17, 18)
PENERAPAN
Pengetahuan dan Iman
Pada sebuah plakat di dekat pusat kampus Duke University tertulis kata-kata ini: "Tujuan Duke University adalah menyatakan iman dalam kesatuan abadi pengetahuan dan agama yang dinyatakan dalam ajaran dan karakter Yesus Kristus, Anak Allah."
Ada kecenderungan pada sisi orang-orang moderen untuk menempatkan iman dalam satu wadah kedap udara dan pengetahuan, khususnya jenis pengetahuan yang para ilmuwan klaim, di wadah lain. Plakat di kampus Duke itu adalah pengingat bahwa itu tidak selalu begitu. Kata "universitas" dan "universe [Ind.: alam semesta]" menunjukkan bahwa ada kesatuan mendasar bagi semua pengetahuan. Kita mungkin tidak menemukan tempat di mana kesatuan ada, tetapi mengekspresikan iman kepada Allah adalah mengakui bahwa semua pengetahuan bersumber di dalam Dia. Jika pengetahuan menemukan sumbernya di dalam Allah, maka alam semesta masuk akal. Allah akan konsisten dengan diri-Nya.
Dalam suratnya yang kedua, Petrus tidak merinci tentang ajaran-ajaran tertentu dari guru-guru palsu yang ia hadapi. Namun begitu, pelbagai acuan umum kepada pengetahuan di bagian awal surat itu meninggalkan kesan bahwa lawan-lawannya membuat klaim kepada pengetahuan yang melampaui pengetahuan Petrus dan rasul-rasul lainnya. Petrus tidak akan takut ribut ketika pengetahuan adalah masalahnya. Ia meneguhkan nilai tertinggi pengetahuan. Lebih lanjut, ia mengklaim bahwa pengetahuan yang ia terima dari Kristus bernilai paling tinggi. Rasul itu menggabungkan pengetahuan dengan etika dan moralitas berstandar tinggi. Pengetahuan bagi orang Kristen adalah "kesatuan abadi pengetahuan dan agama yang dinyatakan dalam ajaran dan karakter Yes us Kristus, Anak Allah. "
Catatan Akhir:
- 1 Everett F. Harrison, Introduction to the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 386.
- 2 Beberapa teks kuno berbunyi "Simon" dalam 1:1 dan yang lainnya menulis "Simeon," namun bukti untuk bacaan "Simeon" tampaknya lebih kuat. Ketika mengacu kepada Petrus, ejaan "Simeon" hanya muncul di sini dan dalam Kisah 15:14. 5
- 3 Presentasi yang baik tentang bukti eksternal untuk 1 Petrus dapat ditemukan J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), xxxi-xxxiv. For 2 Peter see Charles Bigg, Epistles of St. Peter and St. Jude, International Critical Commentary (Edinburgh: T. & T. Clark, 1902), 199-210.
- 4 Eusebius Ecclesiastical History 3.3.1, 4; 3.25.3. Eusebius sendiri tampaknya memiliki keraguan tentang keaslian surat itu.
- 5 Lihat Donald Guthrie, New Testament Introduction (Downers Grove, Ill.: Inter-Varsity Press, 1970), 671-84. Guthrie berpendapat bahwa meski itu merupakan praktik umum dalam periode Perjanjian Baru untuk menulis sebuah dokumen dan mengaitkannya kepada orang terkenal terkenal, namun tidak umum untuk menjadikan dokumen seperti itu dalam bentuk surat.
- 6 Tidak jelas mengapa Yakobus datang lebih dulu dan Yudas terakhir.
- 7 Kisah 15: 7 adalah acuan terakhir kepada Petrus di Yerusalem.
- 8 Sebagai contoh, lihat Richard J. Bauckham, Jude, 2 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 50 (Waco, Tex.: Word Books, 1983), 135-51.
- 9 Di antara literatur yang sangat banyak tentang masalah itu, lihat Martin Hengel, Judaism and Hellenism (Philadelphia: Fortress Press, 1974), 1:58-106.
- 10 Gnostisisme adalah bidah yang rumit yang membuat terobosan ke dalam banyak gereja pada abad kedua. Bentuk primitif doktrin itu muncul dalam pelbagai surat Yohanes dan mungkin dalam kitab Kolose dan Surat-surat Penggembalaan.
- 11 Kontroversi Arian beberapa abad kemudian membantah keilahian penuh Tuhan.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) Kasih Allah (2 Petrus 1:3)
Mungkin yang paling mendasar dari pelbagai doktrin Kristen adalah pernyataan sederhana bahwa "Allah adalah kasih.&quo...
Kasih Allah (2 Petrus 1:3)
Mungkin yang paling mendasar dari pelbagai doktrin Kristen adalah pernyataan sederhana bahwa "Allah adalah kasih." Itu adalah pengakuan yang, dari waktu ke waktu, diuji secara mendalam.
Bayangkanlah seorang perempuan muda yang sedang hamil sembilan bulan dan dengan cemas menantikan kelahiran anak pertamanya. Kemudian, anak itu lahir, dan mereka menyampaikan kabar kepada ibu muda itu. Anaknya mengidap keterbelakangan mental. Ibu muda itu menatap Anda dan bertanya, "Apakah Allah mengasihi saya? Apakah Ia mengasihi anak ini? Bagaimanakah Anda bisa mengatakan Allah adalah kasih ketika Ia membolehkan hal ini terjadi?" Bahwa Allah adalah kasih adalah pengakuan yang sulit untuk dibuat. Di sana ada banyak penderitaan. Berdasarkan apa yang terlihat, kadang-kadang orang yang tidak bersalah menderita atas kejahatan yang tidak mereka lakukan. Jika Allah mengasihi umat-Nya, dan jika Ia berkuasa, mengapa Ia mengizinkan orang tak berdosa menderita?
Jawaban Petrus adalah menegaskan bahwa Allah "telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh" (1:3). Itu menyiratkan bahwa Allah dapat dan memang bekerja melalui dosa dan kejahatan dunia untuk mencapai pelbagai tujuan-Nya. Orang Kristen berdiri di sisi kehidupan dan kesalehan ketika mereka memilih Yesus dari Nazaret. Bagian Allah adalah memerintah atas dunia. Mengasihi dan mempercayai Dia adalah bagian dari penciptaan. Kita mengakui bahwa kita tidak mengetahui semua jalan-Nya. Namun kita cukup tahu tentang jalan-Nya itu untuk menyerahkan diri kita kepada pemeliharaan-Nya. Melalui Yesus Kristus, kita cukup tahu tentang Dia untuk diselamatkan dari dosa dan berharap dalam hidup yang kekal.
TFTWMS: 2 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Richard J. Bauckham menolak kepengarangan Petrus atas 2 Petrus, tetapi ia mengakui bahwa penulis itu "mungkin lebih langsung ...
Catatan Akhir:
- 1 Richard J. Bauckham menolak kepengarangan Petrus atas 2 Petrus, tetapi ia mengakui bahwa penulis itu "mungkin lebih langsung tergantung pada literatur Helenistik Yahudi, yang sudah mengadopsi terminologi agama dan filsafat Yunani.…" (Richard J. Bauckham, Jude, 2 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 50 [Waco, Tex.: Word Books, 1983], 180. Lihat Bauckham untuk contoh bahasa Petrus dalam sumber-sumber Helenistik Yahudi dan pagan.)
- 2 F. W. Mattox dan John McRay menemukan judul buku mereka dalam ayat ini. (F. W. Mattox and John McRay, The Eternal Kingdom: A History of the Church of Christ [Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., 1961].)
- 3 Fred B. Craddock, Preaching (Nashville: Abingdon Press, 1985), 159-63. Craddock juga menulis, "Ada fiksi yang tersebar di tengah-tengah para pengkhotbah bahwa hal yang familiar tidak punya daya tarik, tanpa kuasa, dan tanpa daya nubuatan" (p. 45).
- 4 Alkitab KJV mengikuti bacaan dalam ayat ini yang sangat sedikit memiliki dukungan tekstual, meski lebih mudah untuk dipahami. Bunyinya, "Aku tidak akan lalai untuk menempatkan kamu selalu dalam kenangan."
- 5 Lihat Michael Green, The Second Epistle General of Peter and the General Epistle of Jude, rev. ed., Tyndale New Testament Commentaries, vol. 18 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 89.
- 6 Kata Yunaninya adalah e¶xodoß (exodos), yang secara harfiah berarti "pergi ke luar."
- 7 Eusebius Ecclesiastical History 3.39.15.
- 8 Ibid., 2.15.2.
- 9 Susunan kata dari frasa itu dalam Matius tidak sama seperti dalam 2 Petrus. Tata bahasa Inggris tidak mengakomodasi perbedaan susunan kata Yunani. Dengan demikian terjemahannya, "Inikah Anak yang Kukasihi, kepadanyalah aku berkenan," muncul sama dalam terjemahan bahasa Inggris.
- 10 Alkitab NEB memiliki bacaan ini dalam catatan tepi: "Dan dalam pesan para nabi kita memiliki sesuatu yang masih lebih pasti."
- 11 Sambil lalu, kita mungkin mencatat bahwa ada orang-orang yang mengutip ayat ini untuk menyatakan bahwa orang harus tidak boleh sama sekali menafsirkan Kitab Suci. Kitab Suci harus dipahami sebagaimana adanya, jangan ditafsirkan, atau begitulah yang ia katakan. Argumentasi seperti itu sama sekali meleset dari maksud Petrus. Setiap kali kata-kata adalahmedium, apakah itu Kitab Suci atau percakapan santai, orang yang menerima kata-kata itu mau tidak mau harus menafsirkannya. Orang tidak bisa hanya menyerap kata-kata dari Alkitab sebagaimana adanya tanpa menafsirkannya.
- 12 John Stott, The Contemporary Christian (Leicester, U.K.: Inter-Varsity Press, 1992), 178 -79.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG KEDUA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Kedua ini ditujukan kepada seluruh umat Kristen yang mula-mula.
Surat ini ditulis terutama untuk
SURAT PETRUS YANG KEDUA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Kedua ini ditujukan kepada seluruh umat Kristen yang mula-mula. Surat ini ditulis terutama untuk menentang pekerjaan guru-guru yang mengajarkan hal-hal yang salah, dan juga untuk memberantas perbuatan-perbuatan tak patut yang dihasilkan oleh ajaran guru-guru itu. Supaya tidak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran itu, orang Kristen harus berpegang kepada ajaran yang benar tentang Allah dan tentang Yesus Kristus -- yaitu ajaran yang disampaikan oleh orang-orang yang telah menyaksikan dan mendengar sendiri Yesus mengajar.
Yang terutama dirisaukan dalam surat ini ialah orang-orang yang mengajar bahwa Kristus tidak akan datang lagi untuk kedua kalinya. Surat ini menerangkan bahwa kedatangan Kristus itu nampaknya lambat karena Allah "tidak mau seorang pun binasa. Ia ingin supaya semua orang bertobat dari dosa-dosanya".
Isi
- Pendahuluan
2Pet 1:1-2 - Panggilan Allah kepada orang Kristen
2Pet 1:3-21 - Guru-guru palsu
2Pet 2:1-22 - Kedatangan Kristus untuk kedua kali
2Pet 3:1-18
Ajaran: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab II Petrus, orang Kristen mengerti ajaran-ajaran
utama dalam Kitab II Petrus dan akhirnya menerapkan di dalam
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab II Petrus, orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab II Petrus dan akhirnya menerapkan di dalam kehidupannya.
Pendahuluan
Penulis : Kitab II Petrus ditulis oleh penulis yang sama dari Kitab I Petrus.
Tahun : Pada tahun 66 sesudah Masehi.
Penerima :
Isi Kitab: Isi Kitab II Petrus memperingatkan para pembacanya (orang-orang Kristen) untuk bertumbuh di dalam imannya. Di mana pertumbuhan iman dapat berjalan terus, walaupun ada pengajar-pengajar palsu yang datang, pengejek- pengejek menyerang, karena Allah telah menganugerahkan kuasa Ilahi bagi orang Kristen yang melawannya.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab II Petrus
Pasal 1 (2Pet 1:1-21). Pengajaran tentang Kuasa Allah tersedia bagi setiap orang Kristen untuk bertumbuh di dalam imannya.
Pasal 2 (2Pet 2:1-22). Pengajaran peringatan untuk orang Kristen agar sadar akan adanya penghalang-penghalang dari guru-guru palsu.
Pasal 3 (2Pet 3:1-18). Pengajaran tentang menghadapi atau melawan para pengejek yang berusaha menghancurkan pengharapan orang-orang Kristen.
Pendalaman
- Bacalah pasal 2Pet 1:3-9. _Tanyakan_: Apakah yang menyebabkan seseorang lupa bahwa dosanya sudah diampuni?
- Bacalah pasal 2Pet 2:1-3. _Tanyakan_: Apakah yang disangkal oleh nabi-nabi palsu? Apakah yang tersedia bagi nabi-nabi palsu itu?
- Bacalah pasal 2Pet 3:8-13. _Tanyakan_: Apakah yang tidak boleh dilupakan oleh orang Kristen dalam menghadapi para pengejek?
II. Penutup
Pentingnya surat ini, karena orang-orang Kristen cepat lupa apa yang sudah diajarkan; yaitu perintah-perintah Tuhan Yesus (2Petrus 1:12-15; 3:1-2).
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab II Petrus?
- Apakah pusat pengajaran dari Kitab II Petrus?
- Apakah yang menghalangi pertumbuhan iman orang-orang Kristen?
- Bagaimanakah orang Kristen menghadapi penghalang-penghalan imannya?
Intisari: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) Berpegang teguhlah pada imanmu!
MENGAPA PETRUS MENULIS? Pendapat bahwa gereja-gereja dalam Perjanjian Baru tidak mempunyai masalah merupakan suatu ke
Berpegang teguhlah pada imanmu!
MENGAPA PETRUS MENULIS?
Pendapat bahwa gereja-gereja dalam Perjanjian Baru tidak mempunyai masalah merupakan suatu kekeliruan. Para pembaca dari surat ini sedang berada dalam bahaya yang nyata.
1. Mereka harus meneruskan apa yang telah mereka mulai dan tidak menyerah kepada godaan untuk berdiam diri. Terdapat kesempatan luas untuk bertumbuh.
2. Di daerah tempat mereka berada sedang berkembang banyak ajaran palsu yang jahat. Para pengajar memaksakan ajaran tersebut mengatakan bahwa mereka adalah Kristen, tetapi cara hidup mereka jauh menyimpang dari hal-hal yang diajarkan oleh Yesus. Seakan-akan mereka mengatakan bahwa mereka memiliki suatu pengetahuan istimewa yang memperbolehkan mereka tidak menaati peraturan. Oleh karena itu, mereka mendukung perbuatan seksual secara liar dan melakukannya atas nama Kristus! Mereka sudah kehilangan rasa malu, dan tidak lagi peduli siapa yang mereka seret bersama mereka. Karena pada waktu itu cara hidup begitu bebas, maka ajaran ini menarik banyak orang yang tidak sungguh-sungguh ingin meninggalkan cara hidup mereka yang lama.
3. Kelompok lain adalah mereka yang menjadi sangat sinis tentang janji kedatangan Yesus kembali. Tahun-tahun telah berlalu dan tidak terjadi apa- apa, oleh karena itu mereka mulai meragukan apakah benar hal itu akan terjadi.
Semua keadaan itu sangat mengganggu jemaat Kristen yang masih muda, dan Petrus menulis untuk meluruskan beberapa masalah di samping untuk mendorong mereka agar tetap percaya kepada Tuhan.
SIAPA PEMBACANYA?
Kita tidak tahu - sebab nama mereka tidak disebutkan dalam surat ini. Ada kemungkinan mereka itu adalah kelompok yang sama dengan penerima surat pertama, tetapi kita tidak pasti. Rupanya Petrus menulis surat ini karena merasa bahwa ajalnya sudah dekat. Ia mengatakan bahwa tidak lama lagi ia akan meninggalkan mereka dan kondisi ini adalah salah satu alasan mengapa ia ingin menuliskan sesuatu di atas kertas selagi ia masih bisa melakukannya.
BEBERAPA MASALAH YANG BELUM TERSELESAIKAN.
II Petrus merupakan sepucuk surat yang lain daripada yang lain, karena ditulis dalam bahasa yang paling tidak biasa dan berbunga-bunga dalam Perjanjian Baru. Hal ini mungkin merupakan cara Petrus untuk mengungkapkan apa yang ingin disampaikan atau mungkin hasil karya sekretarisnya pada waktu itu. Hal aneh lainnya ialah jika kita membaca pasal dua kemudian kita melihat surat Yudas, kita akan menemukan banyak persamaan. Kita tidak tahu siapa di antara keduanya yang memakai hasil tulisan rekannya. Petrus mungkin menyadur tulisan temannya -- atau Yudas yang mengambil hasil pemikiran Petrus! Masalah ini tetap tak terpecahkan.
Pesan
1. Anda perlu maju terus. Dalam haIo lebih mengetahui. 2Pe 1:5-7
o lebih membuktikan. 2Pe 1:8-11
o lebih bertumbuh. 2Pe 3:11, 12, 18
2. Yesus bukanlah mitos.
Bukti dari para saksi mata. 2Pe 1:16-18
Jawaban bagi guru-guru palsu. 2Pe 2:1; 3:1-2
3. Allah telah melakukannya.
Ia telah menghukum orang jahat di masa lampau. 2Pe 2:4-8
la akan membebaskan mereka yang mengasihi Dia. 2Pe 2:9
la akan menghakimi para pendosa. 2Pe 2:9-10
4. Jangan berlaku tidak sabar.
Yesus sungguh berjanji akan datang kembali. 2Pe 3:2
Allah dulu telah pernah menghancurkan dunia. 2Pe 3:5-6
Dunia yang sekarang ini akan dihancurkan, 2Pe 3:7, 10, 11
Allah melihat waktu dengan cara yang berbeda. 2Pe 3:8
Lebih lama menanti, lebih banyak Kristen! 2Pe 3:9 Kita memiliki hari depan yang cemerlang. 2Pe 3:13
Penerapan
II Petrus mengajukan beberapa pertanyaan...
1. Apakah Anda bertumbuh sebagai seorang Kristen?o Masihkah bergairah membuktikan janji-janji-Nya?
o menambah imanmu?
o dan tidak hanya menghabiskan waktu?
2. Apakah Anda penuh percaya diri?
o Anda memiliki
- Firman Allah
- pengalaman yang bertumbuh
- bukti-bukti dari saksi mata
- sekilas gambaran masa depan
3. Apakah Anda berjaga-jaga?
o Dapatkah Anda
- mengenali ajaran palsu?
- menghindari kekeliruan yang membahayakan?
- mengingat kebenaran?
- menjaga tingkah laku Anda?
4. Apakah Anda tetap berpegang teguh?
o Walaupun sudah melakukan kesalahan?
o Walaupun dicaci maki?
o Mengingat masa lalu Anda?
o Mengingat masa depan Anda?
o Karena Anda banyak mendapatkan dan banyak kehilangan?
Tema-tema Kunci
1. Alkitab.
Sungguh menakjubkan betapa banyak Petrus menunjuk kepada apa yang kita ketahui saat ini sebagai Alkitab dalam pengajarannya. Ia mengatakan bahwa pengajarannya lebih nyata daripada apa yang telah dilihatnya sendiri. Apa yang Anda temukan tentang:
o kehidupan dan pengajaran Yesus (2Pe 1:4, 8, 17; 2:1, 20; 3:2, 9, 10, 18)
o pengajaran para rasul 2Pe 1:12-18; 2:21; 3:2,15-16)
2. Bukti para saksI mata.
Seperti halnya dengan beberapa penulis Perjanjian Baru lainnya, Petrus dapat mengatakan bahwa berita tentang Yesus itu benar karena ia pernah bersama-sama dengan Dia dan melihat sendiri apa yang dilakukan-Nya. Ia juga melihat betapa pentingnya memberitahukan semua ini kepada banyak orang sebelum ia meninggal. Injil Markus banyak mengambil kesaksian Petrus. Menurut Anda mengapa Petrus memilih kisah tentang saat mereka melihat Yesus dipermuliakan? (2Pe 1:17-18). Bagaimana menurut Anda kisah ini berkaitan dengan 'kuasa kedatangan kembali Tuhan kita Yesus Kristus? (2Pe 1:16).
3. Kekeliruan.
Tidak ada tempat dalam pikiran Petrus untuk ajaran sesat atau untuk pertanyaan bodoh yang mempersoalkan firman Allah. Tidak ada ampun bagi orang yang menyebut diri Kristen bila mereka memutarbalikkan apa yang telah mereka ketahui mengenai Kristus dan kehidupan Kristen. Bagaimana Petrus mengambarkan guruguru palsu? Apa risiko yang akan menimpa mereka? Bagaimana hal itu berlaku bagi kita kini?
4. Akhir zaman.
Tidak ada keraguan dalam pikiran Petrus tentang kedatangan Kristus kembali dan tentang akhir zaman. Walaupun tertunda, hal itu pasti terjadi. Apa yang dapat kita pelajari dari surat ini:
O tentang akhir zaman serta apa yang akan terjadi? Bagaimana hal ini mempengaruhi cara hidup kita?
Garis Besar Intisari: 2 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] 'SALAM, KAWAN-KAWAN...' 2Pe 1:1-2
[2] 'MAJU TERUS!' 2Pe 1:3-11
2Pe 1:3-4Kita memili janji janji Allah
2Pe 1:5-8Perhitungan rohani
2Pe
[1] 'SALAM, KAWAN-KAWAN...' 2Pe 1:1-2
[2] 'MAJU TERUS!' 2Pe 1:3-11
2Pe 1:3-4 | Kita memili janji janji Allah |
2Pe 1:5-8 | Perhitungan rohani |
2Pe 1:9 | Orang yang tidak maju |
2Pe 1:10-11 | Pertahankan hidup |
[3] 'SAYA MERASA PRIHATIN...' 2Pe 1:12-15
2Pe 1:12-14 | Saya mungkin tidak lama lagi bersamamu |
2Pe 1:15 | Ada sesuatu untukmu jika saya telah tiada |
[4] 'KITA MELIHATNYA TERJADI!' 2Pe 1:16-18
2Pe 1:16 | Dengan mata kita sendiri |
2Pe 1:17, 18 | Kita pasti berada di sana |
[5] 'FIRMAN ALLAH DIBERIKAN OLEH ALLAH SENDIRI' 2Pe 1:19-21
2Pe 1:19 | Cahaya dalam kegelapan |
2Pe 1:20-21 | Bukan sekadar tulisan manusia |
[6] 'HATI-HATI TERHADAP KEPALSUAN!' 2Pe 2:1-3
2Pe 2:1-2 | Guru-guru palsu |
2Pe 2:3 | Memeras kamu |
[7] 'ALLAH AKAN MENGHAKIMI' 2Pe 2:4-10
2Pe 2:4-8 | Dia telah melakukannya |
2Pe 2:9-10 | Dia akan melakukannya lagi |
[8] 'TIDAK DAPAT LEBIH BURUK LAGI' 2Pe 2:11-22
2Pe 2:11-16 | Perbuatan amoral yang terang terangan! |
2Pe 2:17-22 | Lebih baik jika mereka belum pernah mendengar! |
[9] 'TUHAN AKAN DATANG KEMBALI 2Pe 3:1-10
2Pe 3:1-4 | Beberapa meragukannya |
2Pe 3:5-7 | Hal itu telah pernah terjadi |
2Pe 3:8-10 | Allah sungguh-sungguh sabar |
[10] 'PIKIRKAN APA ARTI SEBENARNYA' 2Pe 3:11-13
2Pe 3:11-12 | Untuk kehidupan sehari-hari |
2Pe 3:13 | Suatu dunia baru akan tiba! |
[11] 'OLEH KARENA ITU, SEBAGAI KESIMPULAN...' 2Pe 3:14-18
2Pe 3:14 | Gunakanlah kesempatanmu |
2Pe 3:15-17 | Paulus juga menulis mengenai hal ini |
2Pe 3:18 | Bertumbuhlah terus! |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi