Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 9 No. 1 Tahun 1994 > 
MASALAH ASAL MULA IBLIS: SUATU ANALISA TEOLOGIS 
Penulis: Hari Sudjatmiko358
 PENDAHULUAN

Allah menciptakan Iblis? Pertanyaan ini mengandung beberapa bahaya teologis yang berarti. Bagaimana mungkin Allah yang mahakudus mahasuci, menciptakan mahkluk yang justru menjadi seteruNya? Dalam Kitab Kejadian 1-2 sangat jelas disebutkan, bahwa seluruh ciptaan Allah adalah "sungguh amat baik" (Kej 1:31). Dalam diri Allah tidak ada dualisme yang saling bertentangan. Segala unsur positif senantiasa dapat diberikan pada Allah, sedang unsur negatif jelas tidak mungkin melekat pada Allah, karena ini bertentangan dengan kesucian Allah dan setiap prinsip yang benar dari Allah.356 Kalau Allah menciptakan Iblis, itu artinya Allah yang menciptakan dosa, karena dalam diri Iblis tercantum segala hal yang kotor dan dosa. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Berarti Allah yang menciptakan dosa dan kejahatan di dunia ini? Berarti Allah bermain sandiwara dalam peristiwa kejatuhan manusia ke dalam dosa? Kalau Allah yang menciptakan Iblis, mengapa Allah mengadakan permusuhan dengan Iblis dan segala keturunannya (Kej 3:15)? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang menyulitkan dan mengacaukan konsepsi kita tentang Allah dan ciptaan-Nya.

Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Iblis berasal dari Malaikat Allah yang jatuh ke dalam dosa karena kesombongan mereka dan menentang Allah.357 Tapi pernyataan ini pun mempunyai kesulitan: Bagaimana mungkin malaikat yang melayani Allah dan diciptakan sempurna tanpa dosa di surga bisa jatuh dalam dosa? Bagaimana mungkin di surga ada dosa semacam itu? Toh tidak mudah menyimpulkan mengenai asal mula Iblis. Alkitab sendiri tidak begitu jelas menyebutkan dari mana mereka berasal. Tampaknya seakan-akan Allah sendiri segan untuk menceritakan tragedi yang begitu menyedihkan.

Diskusi dalam paper ini mencoba menganalisa permasalahan yang timbul di sekitar pertanyaan asal mula Iblis yang telah lebih dulu dibahas secara teologis oleh pemikir-pemikir Kristen. Pada bagian akhir nanti penulis akan menjelaskan posisi dalam perdebatan yang dimaksud.

 PEMBAHASAN

Realitas keberadaan malaikat maupun Iblis tidak pernah diragukan dalam kitab-kitab PL maupun PB. Banyak data dari ayat-ayat yang membicarakan tentang siapa mereka dan apa yang menjadi aktivitas mereka dalam kaitan hubungan antara Allah dan manusia. Tentang asal usul malaikat sudah jelas. Dalam Mzm 148:2-5 disebutkan bahwa Malaikat didaftarkan bersama dengan matahari, bulan dan bintang-bintang sebagai sebagian dari ciptaan Allah. Bahkan secara umum Yoh 1:3 menyebutkan bahwa "Segala sesuatu" dijadikan oleh Allah, dan "tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan". Segala sesuatu yang dimaksudkan adalah "yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa" (Kol 1:16). Saat penciptaan malaikat memang tidak disebutkan secara jelas dalam Alkitab, namun Thiessen sendiri menafsirkan bahwa sangatlah mungkin bahwa malaikat itu diciptakan sebelum langit dan bumi diciptakan.359 Hal ini bila dibandingkan dengan Ayb 38:2-7 yang menyatakan bahwa bintang-bintang fajar turut bersorak-sorak pada waktu Allah meletakkan dasar bumi.

Tidak demikian halnya dengan asal usul Iblis. Diskusi tentang dari mana asal Iblis masih menjadi perdebatan yang hangat di kalangan para teolog. Hal ini karena Alkitab sendiri tidak secara jelas menyebutkannya. Tapi yang jelas, Allah tidak mungkin menciptakan Iblis,360 karena hal ini bertentangan dengan kesucian Allah. Tidak ada dosa pada diri Allah.

 INFORMASI KITAB YEHEZKIEL 28:12-19

Dalam bukunya Doctrine of The Satan Dr. Willmington menilai bahwa Yeh 28:12-19 bukan membicarakan tentang penghakiman bagi Raja Tirus.361 Hal ini nyata dari beberapa bukti:

a. "Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah" Dari ay. 12 tersebut tidak pernah Alkitab mengenakan itu pada manusia. Bahkan Yeremia menggambarkan manusia sebagai licik dan hatinya sudah membatu (Yer 17:9). Tokoh yang dimaksud digambarkan sebagai memiliki kesempurnaan dalam hikmat dan keindahannya. Tidak pernah Alkitab memberikan predikat itu kepada manusia.362 Beberapa penafsir mengindikasikan sebagai nubuatan bagi Raja Titus (28:2). Bagaimana dengan gambaran Alkitab dengan keberadaan manusia yang telah jatuh dalam dosa (Kej 3:16-19)?

b. "Engkau di taman Eden ... dan disediakan pada hari penciptaanmu". (ay. 13) Ada yang menduga, yang dimaksud adalah Adam. Tapi kesulitannya, tidak ada data satupun dari kitab Kejadian yang menyangkutpautkan kemuliaan materi tersebut dengan Adam di Eden.

c. "Kuberikan tempatmu dekat Kerub yang berjaga" (ay. 14) Rupanya tokoh yang dibicarakan ini termasuk kelompok malaikat Allah sendiri dengan kekudusan Allah yang senantiasa menaunginya.

d. "Engkau sombong karena kecantikanmu" (ay. 17) Inilah awal kejatuhannya. Dia merasa sudah sejajar dan mendapat kemuliaan seperti Allah, bahkan ingin menjadi sama dengan Allah. Ia tidak puas dengan kedudukan yang tinggi dan mulia yang sudah Allah berikan. Kesombongan menjadikan dia ingin menjadi Allah. Ia memberontak melawan Allah yang mahakuasa dan merencanakan merebut takhta singgasana Allah. Pada akhirnya ia "dibuang" Allah ke bumi. Sungguh suatu akhir yang menyedihkan karena "terdapat kecurangan" (ay. 15) yang muncul padanya dan ia "berbuat dosa" (ay. 16) di hadapan Allah.

Informasi di atas membuktikan dengan jelas, bahwa perikop tersebut jelas berbicara tentang malaikat yang jatuh dalam dosa karena kesombongan dan ditemukan kecurangan pada dirinya. Bukti ini didukung oleh beberapa data dari PB, dalam 2Ptr 2:4 dan Yud 6 yang menyatakan bahwa malaikat itu berbuat dosa dengan melanggar batas-batas kekuasaan dan tempat kediaman mereka yang sudah ditentukan Allah.363 Saat peristiwa ini terjadi tentu jauh sebelum peristiwa kejatuhan manusia di taman Eden.

Bahkan informasi Yehezkiel memperingatkan kita bahwa ketika Allah menciptakan para malaikat, Ia juga menciptakan satu malaikat tertinggi.364 Hal ini bisa dilihat dari kesempurnaan ciptaan atasnya (ay. 12). Mengapa Allah menciptakan malaikat tertinggi secara demikian? Kita tidak tahu secara tepat, tetapi mungkin untuk memimpin para malaikat yang lebih rendah.365

 INFORMASI KITAB YESAYA 14:12-17

Yesaya 14 oleh beberapa penafsir diterima sebagai nubuatan bagi kejatuhan Kerajaan Babel oleh Kerajaan Media Persia yang dipimpin oleh Raja Koresy tahun 539 SM. Nama yang ditunjuk kepada tokoh yang dimaksud tersebut adalah Bintang Timur" atau "Putera Fajar". Dalam Alkitab terjemahan Vulgate (Alkitab berbahasa Latin) mengistilahkan sebagai Lucifer. Tidak mudah menafsirkan bahasa kiasan yang terdapat dalam nubuatan Yesaya pada bagian ini. Namun kalau kembali pada penilaian Dr. Willmington, ada lima sebab kehancuran yang fatal sehingga di tafsir sebagai saat "kejatuhan malaikat", bukan kehancuran Babilonia:11)

1. "Aku hendak naik ke langit" Kejatuhan pertama adalah keinginannya untuk naik ke tempat kemuliaan Allah yang tak terhampiri.

2. "Aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah". Mungkin yang dimaksud dengan bintang-bintang Allah adalah para malaikat. Berarti dia ingin disembah oleh malaikat-malaikat seperti Allah. Kesombongan dan ingin sejajar dengan Allah yang membuat dia "sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi" (ay. 12).

3. "Aku hendak duduk di atas bukit pertemuan". Lebih-lebih sekarang Putera Fajar ini berkeinginan merampas "gunung kudus" Allah.

4. "Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan". Kehadiran Allah memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir ditunjukkan melalui Tiang Awan yang berjalan di depan pada waktu siang. Dan si Lucifer (Bintang Timur) ingin mengatasi Allah!

5. "Aku hendak menyamai Yang Mahatinggi". Ia ingin sama seperti Allah, dalam kuasa, kemuliaan, dan lain-lain. Sebagai dosa yang sangat fatal.

Informasi kitab Yesaya ini sejajar dengan informasi kitab Yehezkiel, tentang bagaimana drama kejatuhan malaikat ke dalam dosa kesombongan, ingin sama dengan Allah. Malaikat yang jatuh ini oleh banyak kalangan diterima sebagai asal mula Iblis, sebagai penguasa kerajaan angkasa (Ef 2:2) atau penghulu setan (Mat 12:24) yang mempunyai "anak buah" (2Kor 11:14-15) dan memimpin malaikat-malaikat jahat untuk memberontak terhadap Allah (Mat 25:41; Why 12:7; 16:13-14). Mungkin pada saat kejatuhannya dan diusir Allah dari surga dan dihempaskan ke bumi (Yeh 28:17, bdk. Yes 14:12) dia ikut menyeret pengikut-pengikutnya yang turut ingin memberontak kepada Allah.

 PENYEBAB KEJATUHAN MALAIKAT DALAM DOSA

Kalau kita setujui bahwa informasi Yeh 28:11-19 dan Yes 14:13-17 menceritakan tentang kejatuhan Malaikat menjadi Iblis yang menentang Allah dengan keinginan untuk sejajar dengan Allah, ada beberapa kesulitan teologis yang besar terjadi. Seperti diketahui, para malaikat itu diciptakan Allah sebagai mahkluk yang sempurna, semua perasaan kasih sayang dalam hati mereka ditujukan kepada Allah; tugas mereka selalu memuji-muji kemuliaan Allah.366 Masalahnya sekarang, darimana keinginan dosa itu muncul pada diri malaikat Allah yang sempurna itu? Ini satu hal yang lebih sulit lagi, bagaimana dosa bisa masuk ke surga, tempat Allah yang maha kudus bersemayam?

Untuk menjawab kesulitan ini, sangat perlu rupanya kita mengingat bahwa mahkluk ciptaan itu pada mulanya memiliki kemampuan posse peccare et posse non peccare, yaitu suatu kemampuan untuk berbuat dosa atau tidak berbuat dosa.367 Artinya, makhluk ciptaan itu diciptakan dalam posisi memiliki kehendak bebas yang otonom (free-will) untuk menentukan arah tindakannya sendiri. Dengan sendirinya kita bisa menarik kesimpulan, bahwa kejatuhan malaikat disebabkan karena mereka sendiri dengan sengaja telah memilih untuk memberontak kepada Allah. Alasan yang paling memungkinkan mengapa mereka memilih memberontak adalah kesombongan mereka ingin sejajar dengar Allah.

Kalau argumen seperti ini bisa diterima, maka tampaknya jelas bagi kita, mengapa malaikat Tuhan yang sempurna itu tetap bisa jatuh, dan kemudian diusir dari kekudusan Allah di surga. Potensi dosa rupanya muncul bersamaan sebagai sesuatu yang mengikuti mahkluk ciptaan. Tapi konsekuensi yang perlu diajukan dalam hal ini, apakah ini berarti Allah yang menciptakan dosa atau potensi dosa? Harun Hadiwijono dengan tegas menolak argumen ini.368 Bagi beliau, tentang asal dosa dan sumber dosa tidak mungkin diterangkan.369 Pokok ini merupakan misteri Allah yang tidak mungkin manusia mampu menyingkapkan secara jelas.

 PERDEBATAN PRO KONTRA TENTANG ASAL MULA IBLIS

Diskusi kita belum selesai. Tidak semua teolog setuju dengan pemikiran di atas. Pertanyaan bagaimana dosa bisa masuk ke dalam surga yang mahasuci, mahakudus, di mana Allah bersemayam, masih belum tuntas dijawab. Rupanya kesulitan ini serupa dengan pertanyaan yang diajukan atas Kitab Ayub 1 dan 2, yaitu bagaimana Allah bisa bercengkrama dengan Iblis yang jelas-jelas sudah berdosa, bahkan disebut sebagai bapa segala pendusta (Yoh 8:44)?

Dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini 2 tentang Kitab Ayub, disebutkan bahwa sebenarnya Iblis yang dimaksud bukanlah Iblis sebagaimana yang digambarkan dalam teologia ortodoks, yaitu Iblis yang berasal dari malaikat yang jatuh.370 Heavenor menerima, bahwa Iblis sesungguhnya tidak tampil selaku malaikat yang jatuh, bahkan sebenarnya ia digambarkan selaku mahkluk yang mempunyai kemungkinan untuk datang ke surga (bdk. 1:6; 2:1). Sehingga kalau Ayub 1 dan 2 menyebut suatu dewan surgawi yang dihadiri oleh anak-anak Allah, tidak perlu dipermasalahkan kalau yang termasuk di dalamnya adalah Iblis juga.

Komentar ini sejajar dengan Tafsiran Kitab Yesaya yang ditulis oleh Derek Kidner, yang menyatakan bahwa Yes 14:13-17 tidak mungkin ditafsirkan sebagai cerita pemberontakan Iblis terhadap Allah (termasuk halnya dengan Yeh 28:11-19).371 Pendapat sejenis juga dapat ditemukan dalam komentar S.H. Widyapranawa maupun John B. Taylor.372 Pada prinsipnya, masing-masing kitab tersebut sama sekali tidak membicarakan tentang narasi kejatuhan malaikat, tapi merupakan nubuatan nabi Yesaya dan Yehezkiel tentang bangsa-bangsa yang akan dipakai Allah untuk menjajah dan menghukum Israel sebagai umat yang memberontak kepada Allah. Tapi Allah mengingat janji yang pernah Dia ucapkan di depan Musa terhadap umat-Nya Israel (Kel 6:2-6) dan membebaskan mereka dari tangan bangsa kafir tersebut.

Sekarang bagaimana? Posisi apakah yang sebaiknya kita ambil dalam menjawab pertanyaan dasar diskusi kita: Asal mula Iblis, dari kejatuhan malaikat dalam dosa? Ataukah Allah sendiri yang menciptakan mereka?

Penulis rasa, sikap yang bijaksana bagi kita menghadapi dialog yang sulit dan masing-masing mempunyai argumen yang kuat untuk pandangan mereka, adalah menerima diskusi ini sebagai misteri Allah yang tidak mungkin terungkap oleh keterbatasan rasio pikir manusia. Karena perdebatan ini bukanlah masalah prinsip iman kekristenan kita. Bahkan dengan sikap yang seperti itu, menunjukkan sikap takluk kita dan mengakui bahwa kita terbatas di hadapan Allah kita yang tidak terbatas. Sepatutnya kita senantiasa. menjaga diri dan bersikap waspada akan kehidupan kita, karena Iblis yang nyata-nyata ada itu senantiasa bekerja mengganggu kehidupan rohani orang percaya untuk keluar dari jalan kasih Allah.

 KESIMPULAN

Dalam artikel yang singkat ini penulis tidak berpretensi untuk menjawab diskusi yang sudah dideskripsikan di atas. Namun ada beberapa point penting sehubungan dengan diskusi yang sudah kita bicarakan di depan, yaitu:

1. Realitas keberadaan Malaikat dan Iblis tidak pernah diragukan dalam seluruh kitab PL maupun PB.

2. Umumnya para teolog setuju, bahwa tidak mungkin Allah menciptakan Iblis yang sesungguhnya merupakan bapa segala pendusta, yang seperti singa yang mengaum-aum dan senantiasa berusaha mencari orang yang dapat ditelannya (Yoh 8:44; 1Ptr 5:8).

3. Sebagian kalangan menerima tafsiran bahwa Yeh 28:12-19 dan Yes 14:12-17 sebagai cerita tentang kejatuhan malaikat karena kesombongan mereka ingin setara dengan Allah. Tapi sebagian kalangan tidak bisa menerima tafsiran bagian tersebut sebagai narasi. Masing-masing kitab merupakan nubuatan nabi Yesaya dan Yehezkiel mengenai nasib bangsa kafir yang menguasai Israel.

4. Dari dua argumen tersebut, adalah sikap bijaksana kalau kita hanya bisa mengatakan bahwa bahwa persoalan ini merupakan misteri Allah yang kekal. Kewajiban kita hanyalah, bersikap waspada dan senantiasa mengandalkan kekuatan Allah yang memimpin hidup kita.



TIP #05: Coba klik dua kali sembarang kata untuk melakukan pencarian instan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA