Topik : Integritas

1 November 2002

Dikecewakan Sahabat

Nats : Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka (Yohanes 17:20)
Bacaan : Ayub 42

Dengan para sahabat seperti yang dimilikinya, Ayub tak lagi membutuhkan musuh. Ketiga sahabatnya yang seharusnya menghibur, sama sekali tidak meringankan penderitaan Ayub. Bukannya bersimpati, mereka malah melemparkan tuduhan yang memperberat penderitaannya.

Namun, Ayub berhasil keluar dari penderitaan dan kebingungan itu dengan penuh kemenangan. Satu langkah penting yang dilakukannya untuk mencapai kemenangan adalah mendoakan para sahabat yang telah mengkritik dan menyalahkannya. Allah mendengarkan doanya. Ia pun bahagia melihat sahabat-sahabatnya kembali kepada Allah untuk memperoleh pengampunan (Ayub 42:7-10).

Yesus juga mendoakan sahabat-sahabat-Nya (Yohanes 17:6-19), meski mereka sering mengecewakan. Sementara menjalani penderitaan yang dalam menjelang penyaliban yang semakin dekat, Yesus berdoa bagi Petrus meski Dia tahu bahwa tak lama lagi Petrus akan menyangkal-Nya (Lukas 22:31-34).

Yesus pun berdoa bagi Anda dan saya (Yohanes 17:20-26). Pelayanan doa-Nya, yang dimulai sebelum kematian dan kebangkitan-Nya, terus berlanjut sampai hari ini. Meski kadang-kadang kita bersikap seperti musuh-Nya, dan bukan sebagai sahabat-Nya, Yesus tetap membela kita di hadapan Bapa-Nya (Roma 8:34; Ibrani 7:25).

Dalam mengikuti teladan Kristus, kita harus mendoakan para sahabat dan kenalan kita, bahkan ketika mereka menyakiti hati kita. Adakah seseorang yang dapat Anda doakan hari ini? — Haddon Robinson

3 Februari 2003

Tak Perlu Bohong

Nats : Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya (Kolose 3:9)
Bacaan : Kolose 3:9-17

Seorang pelatih football universitas memutuskan untuk mengundurkan diri setelah mengaku telah memalsukan ijazah akademis dan ijazah olahraganya. Seorang perwira militer profesional mengaku bahwa lencana tanda jasa yang ia pakai bukan miliknya. Seorang pelamar pekerjaan menyatakan bahwa pengalamannya sebagai "pengawas makanan dan minuman" yang ia tulis sebenarnya hanyalah pengalaman membuatkan kopi di pagi hari di kantornya.

Kita semua cenderung melebih-melebihkan kebenaran supaya orang lain terkesan. Baik dalam resume pekerjaan maupun percakapan biasa, sikap melebih-lebihkan tampak wajar, padahal tindakan seperti itu sebenarnya berisiko. Kebohongan kecil akan berkembang menjadi besar saat kita mencoba menutupinya. Lalu kita pun bertanya-tanya mengapa kita bisa terjerumus dalam situasi sulit seperti itu.

Dalam Alkitab tertulis, "Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya" (Kolose 3:9,10). Dengan kata lain, jika kita mengimani Yesus sebagai Juruselamat kita, maka kebohongan bukanlah apa yang Allah harapkan dari kita. Penangkal sikap menyombongkan diri sendiri adalah dengan bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus yang penuh belas kasih, kemurahan, kerendahan hati, kesabaran, pengampunan, dan kasih (ayat 12-14).

Jika kita mau memperhatikan sesama kita dengan tulus, maka kita tidak perlu lagi berusaha membuat mereka terkesan dengan cara apa pun --David McCasland

10 Maret 2003

Mengatasi Keraguan

Nats : Tetapi aku ini hidup dalam ketulusan; bebaskanlah aku dan kasihanilah aku. Kakiku berdiri di tanah yang rata (Mazmur 26:11,12)
Bacaan : Mazmur 26

Terkadang, ketika dituduh melakukan kesalahan, saya mendapati diri saya mempertanyakan ketulusan hati saya sendiri. Saat itulah saya mengikuti teladan Daud di Mazmur 26 dalam menanggapi kritik yang ditujukan kepadanya.

Ia langsung berseru kepada Tuhan, dan mengungkapkan keyakinannya yang teguh bahwa ia telah hidup dalam “kejujuran” (dalam bahasa Ibrani berarti ketulusan, bukan kesempurnaan). Ia memohon supaya Allah membuktikan bahwa ia benar, karena ia tidak bergaul dengan orang fasik dan ia mencintai Bait Allah. Ia juga memohon agar dihindarkan dari nasib yang menimpa orang-orang berdosa (ayat 1-10). Akhirnya, Daud menegaskan kembali keputusannya untuk hidup dalam ketulusan, dan dengan rendah hati meminta Allah untuk membebaskan dan mengasihaninya (ayat 11).

Apa yang terjadi kemudian? Allah meyakinkan Daud bahwa ia berdiri di “tanah yang rata” (ayat 12). Pernyataan itu menyiratkan bahwa Daud telah berada di tempat aman, diterima, dan dijaga Tuhan. Maka Daud menutup mazmurnya dengan perkataan yang penuh keyakinan dan pengharapan.

Apakah kritik yang tajam dan menyakitkan atau tuduhan yang membuat Anda merasa bersalah membuat Anda menjadi takut dan ragu pada diri sendiri? Bicarakanlah dengan Tuhan. Jika Anda merasa perlu mengaku dosa, lakukanlah. Lalu serahkan harapan dan keyakinan Anda kepada Allah. Dia akan mengganti ketakutan dan keraguan Anda dengan kedamaian-Nya yang bersifat adikodrati. Dia telah melakukannya bagi saya, dan akan melakukan hal yang sama kepada Anda --Herb Vander Lugt

17 Februari 2004

Kebijakan Terbaik

Nats : Neraca yang betul, batu timbangan yang betul ... haruslah kamu pakai; Akulah Tuhan, Allahmu (Imamat 19:36)
Bacaan : Imamat 19:32-37

Mantan ketua Institut Akuntan Publik Bersertifikat Amerika mengatakan bahwa etika dalam bekerja merupakan dasar dari kesuksesan bisnis. Ketika berbicara di hadapan para pemimpin bisnis dan pemimpin komunitas, Marvin Strait berkata, "Orang-orang ingin berbisnis dengan rekan yang dapat mereka percaya. Kepercayaanlah yang membuat bisnis berjalan. Itu merupakan landasan bagi sistem perusahaan bebas."

Di tengah berkembangnya skandal korporat dan menipisnya kepercayaan publik, pernyataan Marvin tersebut mengingatkan kita akan nilai kejujuran. Tanpa kejujuran, hidup dan pekerjaan kita tidak akan pernah sesuai dengan rancangan Allah.

Hukum dalam Perjanjian Lama mengatakan, "Neraca yang betul, batu timbangan yang betul ... haruslah kamu pakai; Akulah Tuhan, Allahmu" (Imamat 19:36). Selain itu Perjanjian Baru mengajarkan bahwa kebenaran dan kejujuran dalam segala perkataan dan perbuatan seharusnya menjadi ciri orang-orang yang telah ditebus oleh Kristus (Efesus 4:25-28).

Salah satu cara untuk menguji pilihan-pilihan kita setiap hari adalah dengan bertanya kepada diri sendiri, "Akan malukah saya seandainya membaca berita mengenai perbuatan saya di surat kabar, atau jika keluarga dan teman-teman saya mengetahui perbuatan saya itu? Apakah saya membiarkan atau malah mencari keuntungan dari tindakan tidak etis yang dilakukan orang lain?"

Kejujuran bukan hanya kebijakan terbaik, melainkan kebijakan Allah bagi setiap aspek kehidupan kita. Hidup berintegritas berarti menghormati dan memuliakan Dia --David McCasland

15 Maret 2004

Perawatan Hati

Nats : Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23)
Bacaan : Amsal 4:20-27

Jika Anda berusia di atas 40 tahun, itu artinya jantung Anda telah berdetak lebih dari 1,5 miliar kali. Saya sadar bahwa ketika jantung saya berhenti berdetak, sudah sangat terlambat bagi saya untuk mengubah gaya hidup. Jadi, saya berusaha mengontrol berat badan saya, berolahraga, dan memerhatikan tidak hanya apa yang saya makan, tetapi juga apa yang mengganggu pikiran saya.

Hal terakhir ini berhubungan dengan organ penting lain yang disebut “hati”, yaitu hati rohani kita. Hati kita juga berdenyut jutaan kali karena pemikiran, kasih sayang, dan berbagai pilihan. Di dalam hati, kita memutuskan bagaimana kita akan berbicara, bersikap, dan menanggapi keadaan lingkungan (Amsal 4:23). Apakah kita akan memercayai Tuhan dan memilih untuk menjadi ramah, sabar, dan penuh kasih? Atau apakah kita akan menyerah pada kesombongan, ketamakan, dan kepahitan?

Bacaan Kitab Suci hari ini menekankan pentingnya memelihara hati kita. Apakah kita tetap sehat secara rohani?

Berat: Apakah kita perlu mengurangi beban dan pemikiran yang tidak perlu?

Denyut: Apakah kita mempertahankan ketetapan irama ucapan syukur dan pujian?

Tekanan darah: Apakah kepercayaan kita lebih besar daripada kecemasan kita?

Diet: Apakah kita menikmati gizi firman Allah yang memberikan kehidupan?

Sudahkah Anda memeriksa hati Anda akhir-akhir ini? —Mart De Haan

22 Maret 2004

Makna Sebuah Nama

Nats : Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk (Amsal 10:7)
Bacaan : Amsal 10:1-17

Pada pertengahan tahun 1800-an, seorang peternak asal Texas bernama Samuel Augustus Maverick menolak untuk mengecap ternaknya. Maka, ketika para penggembala sapi di sekitar situ menemukan seekor anak sapi yang tidak dicap, mereka menyebutnya seekor “maverick”. Kata itu kemudian dimasukkan dalam kosakata bahasa Inggris yang berarti seseorang yang tidak memihak partai mana pun dan menolak untuk menyamakan diri.

Nama-nama lain yang menggambarkan karakter dan perilaku seseorang: Yudas dan Benedict Arnold, keduanya berarti “pengkhianat”. Einstein berarti seorang genius, sedangkan Salomo berarti seorang yang bijak.

Sebagian nama kita mungkin akan menjadi bagian dari kosakata bahasa, tetapi nama-nama itu akan menunjukkan siapa kita serta bagaimana kita hidup, kini dan selamanya. Salomo berkata, “Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk .... Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui” (Amsal 10:7,9).

Ketika merenungkan seseorang yang kita kenal dan kagumi, kita akan menghubungkan nama orang itu dengan sifat-sifat yang juga ingin kita miliki. Kejujuran, kemurahan hati, dan kasih kerap menempati urutan teratas dalam daftar itu. Kita melihat semua karakter ini dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus, yang mengizinkan kita menyandang nama-Nya sebagai orang kristiani.

Hari ini, Tuhan ingin bekerja di dalam diri kita agar nama kita mengacu kepada-Nya —David McCasland

19 April 2004

Mempertahankan Karakter

Nats : Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu (Roma 12:2)
Bacaan : Roma 12:1-21

Meliput berita adalah sebuah pekerjaan yang berat sehingga cenderung membuat para reporter menjadi orang yang keras dan tak berperasaan. Itulah yang dikatakan Barbara Bradley, seorang koresponden National Public Radio, kepada para calon wartawan. Tetapi ia juga percaya bahwa tidak selalu demikian. “Ketika pertama kali jatuh cinta pada dunia jurnalisme, saya membuat keputusan strategis,” kata Bradley, “jika saya mendapati hati saya mulai mengeras, saya akan meninggalkan pekerjaan ini. Ini hanyalah sebuah karier, untuk apa menggadaikan karakter Anda demi sebuah karier? Mempertahankan karakter itu perlu, dan Anda dapat melakukannya; Anda hanya perlu membuat keputusan.”

Dalam situasi yang sangat menekan, kita dapat bereaksi seperti kebanyakan orang atau kita dapat memilih untuk melakukan hal yang berbeda. J.B. Phillips menerjemahkan Roma 12:2 demikian: “Jangan biarkan dunia di sekelilingmu membentuk engkau sesuai ukurannya, tetapi izinkan Allah membentuk kembali pikiranmu dari dalam, sehingga engkau dapat membuktikan secara nyata bahwa rencana Allah bagimu adalah baik, sesuai kehendak-Nya, dan mengarah pada satu tujuan yaitu kedewasaan penuh” (The New Testament in Modern English).

Ketika kita mengalami tekanan untuk menyesuaikan diri, maka dengan karakter yang teguh di atas batu karang keyakinan, kita dapat berkata, “Ini adalah jalan Allah, dan inilah yang terbaik.” Dibutuhkan sebuah keputusan untuk mengawali atau melanjutkan upaya kita dalam mempertahankan karakter. Mari kita ambil keputusan hari ini juga —Davic McCasland

8 Juli 2004

Kekuatan dari Dalam

Nats : Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu (Efesus 3:16)
Bacaan : Efesus 3:14-21

Sebuah perusahaan besar menggunakan pompa penyedot untuk mengisap zat-zat pencemar dari dalam beberapa drum baja. Pompa bertenaga raksasa itu akan menyedot keluar zat-zat tersebut dari dalam drum-drum itu. Namun, para pekerja harus sangat berhati-hati dalam menyetel kekuatan pompa tersebut, karena jika mereka menyedot udara terlalu banyak, maka drum-drum itu akan mengempis bagaikan gelas-gelas kertas. Peristiwa itu terjadi karena tekanan dari luar lebih besar daripada tekanan yang ada di dalam drum.

Sama halnya ketika kesukaran dan kemalangan terjadi dalam hidup kita, Allah pasti memberi kita kekuatan dari dalam. Jika tidak, kita tidak akan mampu menahan tekanan dari luar. Kita memang memperoleh dukungan yang kuat dari orang-orang yang terkasih dan sahabat-sahabat kristiani kita, tetapi manusia batiniah kita juga akan “dikuatkan dan diteguhkan oleh Roh-Nya” (Efesus 3:16) sehingga mampu menahan dan menjaga kita agar tidak “mengempis”.

Roh Kudus bekerja untuk menguatkan dan memperbarui pikiran kita pada saat kita membaca Alkitab dan berdoa. Jika kita melalaikan Kitab Suci, jarang bercakap-cakap dengan Tuhan, dan menghentikan persekutuan dengan orang-orang percaya lainnya, kita akan menjadi lemah dan rapuh, sehingga tidak mampu bertahan melawan tekanan pencobaan atau kesukaran.

Marilah kita memohon kepada Tuhan agar Dia dapat membangun kekuatan di dalam diri kita, sehingga ketika hantaman dan beban kehidupan menekan, kita tidak akan hancur —Dave Egner

11 Agustus 2004

Apa Identitas Anda?

Nats : Kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus (Galatia 3:26)
Bacaan : Galatia 3:26-4:7

Bagaimana orang mengenali Anda? Apakah mereka berkata, "Hei, itu pria yang berjualan mobil." Atau, "Wanita itu adalah seorang guru sekolah."

Ketika masih kecil, putri sulung kami pernah bernyanyi dalam sebuah acara radio anak-anak nasional, dan saya senang dikenal sebagai "ayahnya Lisa Sue". Sejak tahun 1990 saya menikmati julukan sebagai "pria Sports Spectrum" karena saya bekerja di majalah itu. Kita semua memiliki julukan sederhana yang digunakan orang lain untuk mengenali kita.

Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, "Kata orang, siapakah Aku ini?" (Markus 8:27). Sebagian orang mengira Yesus adalah Elia atau nabi lain. Namun mereka yang sudah sangat mengenal Yesus berkata, "Engkau adalah Mesias!" (ayat 29). Itu adalah sebutan yang tepat untuk Juruselamat dunia.

Anda dipanggil oleh orang-orang yang sudah sangat mengenal Anda? Apakah mereka berkata, "Kelihatan sekali kalau ia pengikut Yesus"? Panggilan itu tergantung pada bagaimana cara Anda berbicara dengan orang lain, cara Anda memperlakukan keluarga, dan cara hidup Anda.

Rasul Paulus mengatakan bahwa kita semua adalah "anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus" (Galatia 3:26). Pengenalan yang intim dengan Allah Bapa seharusnya dapat terlihat dengan sendirinya oleh para teman dan kenalan kita.

Mereka yang memiliki hubungan yang akrab dengan Yesus mengetahui bahwa Dia adalah Sang Juruselamat. Apakah orang-orang yang dekat dengan kita mengetahui bahwa kita adalah milik-Nya? --Dave Branon

21 Juni 2005

Lebih dari yang Terbaik

Nats : Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku (Kolose 1:29)
Bacaan : Kolose 1:19-29

Ketika John bekerja sebagai seorang wiraniaga di perusahaan asuransi terkenal bertahun-tahun silam, ia ingin bekerja secara efektif tanpa mengompromikan integritas kekristenannya. Namun beberapa orang di perusahaannya menganggap dirinya naif. Menurut mereka, seseorang hanya dapat memiliki salah satu, kenyamanan dalam bekerja atau integritas kekristenan. Bukan keduanya.

Namun John tetap memegang teguh komitmennya untuk menjadi teladan yang saleh di dunia bisnis. Meskipun ia berkecimpung di dalam pekerjaan yang mensyaratkan perhitungan akurat, ia memiliki kelemahan ketika harus berhadapan dengan aritmetika sederhana. Ini membuatnya lebih bergantung kepada Kristus dalam segala hal, sehingga kesaksiannya semakin luas.

Akhirnya John menjadi wiraniaga terbaik di perusahaan itu, dan Allah memakainya untuk memenangkan banyak koleganya bagi Kristus. Kemudian, sebagai kepala cabang, John beserta timnya menjadi cabang perusahaan terbesar di seluruh dunia, dan semua itu dilakukan tanpa mengompromikan integritas kristiani.

Apakah Anda tengah berjuang untuk hidup dan bekerja tanpa kompromi di tempat yang sulit? Apakah Anda telah melakukan yang terbaik, tetapi ternyata apa yang Anda lakukan tidak cukup? Kolose 1:29 mengingatkan kita bahwa ketergantungan kepada kuasa Allah yang sangat besar di dalam diri kitalah yang membuat kita menjadi efektif. John, sang pengusaha, menyimpulkan demikian: "Allah membantu saya melakukan yang lebih baik dari yang mampu saya lakukan!"

Dia akan melakukan hal yang sama bagi Anda —JEY

25 Juni 2005

Menjaga Kata-kata

Nats : Dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi (Yakobus 3:10)
Bacaan : Yakobus 3:1-12

Saya sangat memerhatikan tatabahasa yang baik. Sebagai seorang penulis dan mantan guru bahasa, saya merasa terganggu saat mendengar seseorang memakai kata yang salah, padahal saya rasa ia seharusnya tahu mana yang benar. Sebagai contoh, penggunaan kata "kami" atau "kita", atau penggunaan kata "daripada" dan "dari". Kita sudah memiliki kaidah penggunaan bahasa yang tepat sehingga kuping saya geli saat mendengar kata-kata yang melanggar kaidah.

Ada penggunaan kata lain yang salah kaprah, dan ini jauh lebih parah. Ini terjadi ketika kata yang diucapkan orang kristiani tidak sesuai dengan standar yang diharapkan Allah. Setiap kali kita mengucapkan kata-kata kasar, kotor, atau jorok, berarti kita melanggar kaidah Allah yang jelas.

Apabila kita menyebut nama Allah dalam bentuk apa pun secara tidak hormat atau dengan cara yang tidak memuliakan-Nya, berarti kita mendukakan Dia (Keluaran 20:7). Jika kita membuat lelucon mengenai perbuatan dosa, berarti kita telah mengucapkan kata-kata yang tidak seharusnya (Efesus 5:12). Atau jika kita terlibat dalam percakapan yang tidak pantas (5:4), berarti kita telah mempermalukan nama Kristus.

Yakobus berkata, "Dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi" (Yakobus 3:10). Cara bicara seperti ini adalah suatu kemunafikan.

Mengendalikan lidah kita memang hal yang sulit karena lidah adalah "sesuatu yang buas" (ayat 8). Karena itu, demi kemuliaan Allah dan dengan menghormati kaidah-Nya, marilah kita menjaga ucapan kita —JDB

5 September 2005

Kerja Keras

Nats : Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23)
Bacaan : 2Tesalonika 3:7-13

Salah satu ironi hidup terjadi pada Hari Buruh di Amerika Serikat dan Kanada, yaitu ketika sebagian besar pekerja diliburkan. Tetapi itu untuk alasan baik. Tak ada cara yang lebih baik untuk menghargai orang-orang yang bekerja keras selain memberi mereka hari libur!

Tampaknya Hari Buruh adalah waktu yang tepat untuk melihat lebih dekat apa yang diperlukan untuk memberi yang terbaik kepada atasan kita.

1. Apa pun tugas kita, kita bekerja bagi kemuliaan Allah (Kolose 3:23). Dalam hal ini, tak ada pekerjaan yang lebih baik dari yang lain. Masing-masing pekerjaan itu hasilnya harus menghormati Allah.

2. Cara kerja kita dapat menarik simpati mereka yang belum mengikut Kristus (1Tesalonika 4:11,12). Seorang atasan tak perlu memberi tahu seorang pekerja kristiani untuk memanfaatkan waktu dengan baik atau untuk bekerja keras.

3. Pekerjaan adalah sebuah cara untuk memenuhi tujuan ganda kita: mengasihi Allah dan sesama. Menunjukkan kasih kepada rekan kerja adalah cara yang baik untuk menunjukkan bahwa kita mengasihi Allah (Matius 22:37-40).

4. Kita harus bekerja bagi mereka yang bergantung kepada kita. Orang yang tidak menjaga kelangsungan hidup keluarganya layak dicela (1Timotius 5:8).

Memiliki pekerjaan dapat berarti kerja keras. Bahkan bagi mereka yang benar-benar menikmati pekerjaannya, tak ada salahnya menikmati Hari Buruh. Tetapi sebelum hari di mana pekerjaan kita di dunia usai, tugas kita adalah menjadikan pekerjaan kita sebuah kesaksian bagi kemuliaan Allah JDB

29 Oktober 2005

Apa yang Anda Katakan?

Nats : Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela (Mazmur 15:1,2)
Bacaan : Mazmur 15

Pada Santa Clara University di Kalifornia, seorang peneliti melakukan penelitian terhadap 1.500 orang manajer di bidang bisnis, yang menunjukkan nilai yang paling dihargai oleh karyawan dari seorang pemimpin. Para karyawan tersebut mengatakan bahwa mereka menghargai pemimpin yang dapat menunjukkan kompetensi, mampu memberikan inspirasi kepada para pekerja, dan pandai memberikan arahan.

Akan tetapi, ada sifat keempat yang lebih mereka kagumi, yaitu integritas. Lebih dari segalanya, para pekerja menginginkan seorang manajer yang memiliki perkataan yang baik, yang terkenal dengan kejujurannya, dan yang dapat dipercaya.

Walaupun temuan dari hasil penelitian ini sangat penting bagi para manajer kristiani, temuan ini juga menyampaikan sesuatu bagi setiap orang yang mengaku sebagai pengikut Yesus. Integritas harus menjadi ciri semua orang yang percaya kepada Kristus, apa pun posisi mereka.

Menurut kitab Mazmur 15, kebenaran menjadi inti setiap perkataan dan perbuatan orang kudus. Karena Allah selalu menepati kata-kata-Nya, maka wajar kiranya apabila orang kudus dikenal sebagai orang yang tindakannya sesuai dengan apa yang ia katakan.

Kita semua perlu lebih hati-hati dalam menjaga integritas kita. Apakah orang-orang di sekitar kita mengagumi kejujuran kita? Apakah Tuhan melihat kita dengan setia melakukan apa yang kita katakan-bahkan apabila hal itu akan menyakitkan bagi kita? (Mazmur 15:4) -MRD II

16 November 2005

Berbicara dan Bertindak

Nats : … hikmat yang dari atas ... tidak munafik (Yakobus 3:17)
Bacaan : Yakobus 3:13-18

Dalam permainan drama Yunani kuno, ada seseorang di belakang layar yang mengucapkan naskah. Sementara itu, ada pula orang di atas panggung yang melakonkannya. Kita dapat menyebut orang yang berbicara di belakang layar ini sebagai orang yang tidak “melakukan apa yang dikatakannya”.

Orang yang berada di belakang layar ini mengingatkan saya pada masalah yang kini kita alami sebagai orang kristiani. Banyak di antara kita yang mahir dalam menyuarakan hal-hal rohani, tetapi tidak menjalankan apa yang dikatakannya itu. Hal seperti inilah yang disebut munafik.

Apabila ada ketidakcocokan antara apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan, maka kita akan membuat bingung para “pendengar”. Itulah yang menyebabkan banyak orang yang belum percaya tidak menanggapi pesan Injil secara serius.

Seorang kristiani yang memberi dampak besar terhadap dunia yang selalu mengamati kita ini, dan yang memperluas tujuan Kristus, adalah orang yang tindakannya sejalan dengan perkataannya. Ketika Yakobus berbicara tentang “hikmat yang dari atas”, ia menjelaskan hikmat itu sebagai hal yang “murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik” (Yakobus 3:17).

Sebagai orang kristiani, peran kita sangat berbeda dengan para aktor Yunani kuno. Mereka mempunyai pembicara yang tidak bertindak, dan pelaku yang tidak berbicara. Akan tetapi kita seharusnya menjadi orang yang mengatakan sekaligus melakukan kebenaran -RWD

23 November 2005

Para Pekerja yang Baik

Nats : Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri … (Amsal 22:29)
Bacaan : Keluaran 35:30-36:1

Di awal pernikahan kami, saya dan istri berusaha memasang kertas dinding di apartemen kami yang suram di Chicago. Kami dapat menyelesaikan pekerjaan itu, meskipun mengalami kesulitan. Saya bahkan pernah harus menyingkirkan kertas dinding yang tidak terpasang rapi, lalu pergi ke toko untuk membeli kertas lagi. Saya pun mulai menghargai seseorang yang dapat melakukan pekerjaan seperti memasang kertas dinding dengan terampil.

Saya kagum melihat seorang tukang kayu yang membuat barang-barang dengan tepat tanpa mengukur berulang kali. Saya mengagumi sopir truk yang dengan lihai memundurkan truk besarnya memasuki ruang sempit dengan mudah. Padahal saya kesulitan ketika mengundurkan trailer kecil di pelataran garasi yang lebarnya 4,8 meter. Saya angkat topi kepada tukang pipa yang begitu mudah dan tanpa mengeluh memasang pemanas air di tempat sempit, yang tampaknya tidak terjangkau, terutama ketika saya teringat keputusasaan saya ketika memasang penyaring air sederhana.

Kita membaca ayat Kitab Suci hari ini tentang para ahli rancang dan ahli tenun yang membantu membangun Kemah Suci. Amsal 22:29 mengatakan, orang yang cakap dalam pekerjaannya “akan berdiri di hadapan raja-raja”. Dan Paulus menulis, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23).

Allah senang dengan pekerjaan yang diselesaikan dengan baik. Dia menghargai para pekerja yang baik. Kita pun seharusnya menjadi pekerja yang baik -HVG

11 Februari 2006

Kecantikan Batin

Nats : Kita telah melihat kemuliaan-Nya (Yohanes 1:14)
Bacaan : Yohanes 1:9-14

Kemah Suci yang terletak di tengah padang gurun adalah sebuah kemah tempat kemuliaan Allah berada. Kemah itu terbuat dari kulit binatang berwarna kelabu. Bagian luarnya tidak menarik, tetapi bagian dalamnya sangat indah (Keluaran 25-27).

Kita dapat membandingkan Kemah Suci itu dengan rupa Yesus sebagai manusia. Yohanes berkata, "Firman itu telah menjadi manusia, dan tinggal di antara kita" (Yohanes 1:14). Kata tinggal berarti Dia "memasang kemah-Nya dengan kita". Itu adalah kata yang juga digunakan pada versi Yunani kuno dari Kitab Perjanjian Lama untuk Kemah Suci.

Yesus menyerupai manusia biasa: Dia "rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya" (Yesaya 53:2). Tak seorang pun ingin memandang-Nya lagi. Namun Yohanes "melihat kemuliaan-Nya", yaitu kemuliaan Allah sendiri. Kadang-kadang, penutup tenda itu tersibak dan ia dapat melihat sekilas keindahan dan keagungan Yesus.

Kita juga adalah Kemah Suci, terbuat dari kulit, dibuat untuk menjadi tempat Roh Allah. Kebanyakan dari kita memiliki raut wajah biasa-biasa saja, tidak seperti para aktor yang didandani dalam film-film atau para model yang wajahnya dipoles dalam iklan. Namun Allah, sekarang-pada saat ini sedang memproses kita agar bagian dalam diri kita terpancar dengan indah.

Bagian luar kita mungkin tidak menarik dan biasa-biasa saja. Namun, selama kita mengizinkan Roh Allah bekerja di dalam diri kita, keindahan akan hadirat Allah yang tinggal di dalam diri kita itu akan terpancar dari wajah kita.

Jadi, apakah dunia melihat Yesus di dalam diri Anda? --DHR

18 Februari 2006

Dari Dalam ke Luar

Nats : Kata-Nya lagi, "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya" (Markus 7:20)
Bacaan : Efesus 4:25-32

Ketika sedang menyampaikan khotbah, misionaris Hudson Taylor mengisi sebuah gelas dengan air dan meletakkannya di atas meja di depannya. Sewaktu berbicara, ia memukulkan tinjunya cukup keras sehingga air terpercik ke meja. Lalu ia menjelaskan, "Anda akan menghadapi masalah besar. Tetapi apabila Anda mengalaminya, ingatlah, hanya apa yang ada di dalam diri Andalah yang akan tercurah keluar."

Hal itu layak untuk dipikirkan, bukan? Ketika kita diperlakukan tidak baik atau disalah mengerti, bagaimana tanggapan kita? Apakah kita menanggapinya dengan perkataan yang menyenangkan, kesabaran, dan kebaikan? Atau kita cenderung membalas dengan marah?

Dalam Efesus 4:25-32, kita melihat perbedaan antara bagaimana seseorang sebelum diselamatkan dan sesudah diselamatkan. Apabila kita hidup di bawah kendali Roh Kudus, hal itu akan terlihat pada cara kita bereaksi terhadap guncangan pencobaan dan godaan dalam hidup. Bagaimana kita menanggapi pencobaan, situasi yang memalukan yang tiba-tiba melanda kita adalah sebuah ujian yang baik mengenai seberapa banyak kita telah bertumbuh dalam kasih karunia.

Menekan rasa frustrasi dan amarah, serta tampil tenang di hadapan orang-orang di sekitar kita bukan hal yang mustahil dilakukan. Namun, jika hati kita dipenuhi kasih Sang Juru Selamat, kita akan menanggapi guncangan pencobaan yang tak terduga dengan kesabaran dan kebaikan hati yang murni. Seperti sebuah gelas yang penuh dengan air, apa yang ada di dalam diri kitalah yang akan tumpah keluar --RWD

26 April 2006

Setia Dalam Perkataan

Nats : Jika ya, hendaklah kamu katakan: Ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: Tidak (Matius 5:37)
Bacaan : Matius 5:33-37

Tak lama sebelum kematian menjemputnya, Duke dari Burgundy memimpin Dewan Kabinet Perancis. Pada saat itu, para menteri membuat sebuah proposal yang akan melanggar sebuah perjanjian, namun akan mendatangkan berbagai keuntungan penting bagi negara. Ada banyak alasan yang diberikan untuk membenarkan perbuatan itu. Duke mendengarkan dengan diam, dan ketika semua orang telah menyampaikan pendapatnya, ia kemudian menutup rapat tanpa memberikan persetujuan. Sambil meletakkan tangannya di atas salinan perjanjian yang asli, ia berkata dengan suara tegas, "Saudara-saudara, kita telah mempunyai sebuah perjanjian!"

Orang kristiani memang perlu bertindak dan berbicara agar Sang Juru Selamat dimuliakan. Bila Anda berjanji, tepatilah janji itu. Jika Anda membuat suatu komitmen, hormatilah itu. Jika Anda menerima suatu tanggung jawab, jalankanlah. Yesus berkata dalam Matius 5:37, "Jika ya, hendaklah kamu katakan: Ya."

Kejujuran dan kredibilitas kita harus dibuktikan sehingga kita dapat dipercaya dalam perjanjian apa pun yang kita buat. Kesaksian indah yang dapat dikatakan tentang orang kristiani adalah "Ia berjanji; itu sudah cukup bagi saya". Dan jika orang-orang nonkristiani dapat memercayai kita dalam perkara-perkara bisnis, maka mereka akan semakin mungkin memercayai kita ketika kita berbicara tentang Injil.

Jika Anda tergoda untuk ingkar janji, pikirkanlah kembali perkataan Duke dari Burgundy tadi, "Saudara-saudara, kita telah mempunyai sebuah perjanjian!" --RWD

6 Mei 2006

Ban yang Mana?

Nats : Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah (Kisah 5:4)
Bacaan : Kisah 5:1-11

Pada suatu hari yang cerah, empat orang siswa SMA tidak dapat menahan godaan untuk membolos sekolah. Keesokan harinya mereka menjelaskan kepada guru mereka bahwa mereka tidak masuk sekolah karena salah satu ban mobil mereka kempes. Mereka lega ketika guru itu tersenyum dan berkata, "Ya, kalian ketinggalan mengikuti kuis kemarin." Namun kemudian ia menambahkan, "Duduklah dan keluarkan pensil serta kertas. Pertanyaan pertama: Ban mana yang kempes?"

Tidak seorang pun dapat lolos karena berbohong. Dalam Kisah Para Rasul 5, Ananias dan Safira mengira mereka hanya berbohong kepada Petrus dan jemaat lainnya. Namun rasul itu berkata, "Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah" (ayat 4).

Kebenaran adalah salah satu sifat Allah. Jadi apabila kita berdusta, kita menyakiti hati-Nya. Dan cepat atau lambat Dia akan mengungkapkan semua kepalsuan -- bila tidak dalam kehidupan saat ini, maka akan terungkap pada saat pengadilan terakhir, ketika kita masing-masing memberi pertanggungjawaban atas perbuatan kita sendiri kepada Allah (Roma 14:10-12).

Kita hidup dalam dunia persaingan yang ketat, dan terkadang kita dapat begitu tergoda untuk menggelapkan kebenaran agar dapat terus maju. Akan tetapi, kenikmatan sesaat karena berbohong tidak ada artinya apabila dibandingkan dengan keuntungan jangka panjang karena mengatakan kebenaran.

Bila Anda menipu seseorang, akuilah itu kepadanya dan kepada Tuhan. Memang kita harus merendahkan diri, tetapi ini adalah langkah awal untuk mengembalikan kejujuran dalam hidup Anda --DJD

29 Mei 2006

Kenangan yang Diberkati

Nats : Apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia (Matius 26:13)
Bacaan : Matius 26:6-13

Beberapa nama tertentu dari masa lalu dapat memancing beraneka ragam tanggapan. Dengan menyebut nama Hitler, misalnya, dapat menimbulkan perasaan jijik dalam hati kita. Sebaliknya, seorang tokoh sejarah besar seperti Churchill menimbulkan tanggapan yang positif. Bahkan dalam lingkungan kenalan kita, kita akan mengingat beberapa orang dengan perasaan syukur. Dan kita secara negatif mengingat orang lain yang hidupnya dilewatkan dengan mengejar hal-hal bagi kepentingan diri sendiri.

Pada Hari Pahlawan, kita merenung sejenak untuk menghormati orang-orang dari generasi sebelum kita. Ketika berbagai kenangan akan mereka muncul kembali, kita menyadari bahwa suatu saat kita masing-masing juga akan menjadi kenangan belaka. Apa yang akan dikenang oleh orang lain tentang perkataan dan perbuatan kita apabila mereka mengingat kita?

Suatu kali saya membaca tentang James Lewis Pettigru. Hidupnya begitu patut diteladani, sehingga setelah ia meninggal masyarakat mendirikan tugu peringatan yang bertuliskan kata-kata ini untuk menghormatinya:

Tidak terpesona oleh opini, tidak terbujuk oleh rayuan,
tidak cemas oleh bencana, ia menghadapi hidup dengan berani,
dan kematian dengan harapan kristiani.

Apakah yang akan dikenang orang tentang Anda? Dengan anugerah Allah milikilah ketetapan hati untuk hidup bagi-Nya dan berikanlah diri Anda sendiri bagi kebutuhan orang lain. Dengan demikian, kesaksian Anda akan menjadi berkat dan inspirasi bagi semua orang yang mengikuti langkah Anda --RWD

4 September 2006

Perusahaan Bersama

Nats : Taatilah tuanmu (Efesus 6:5)
Bacaan : Efesus 6:1-9

Kakak laki-laki saya bekerja untuk perusahaan mebel Herman Miller selama 42 tahun. Pada acara makan malam pensiunnya, ia berkata, "Ini sudah seperti perusahaan saya sendiri. Di mana lagi seorang pekerja produksi seperti saya bisa ikut serta dalam manajemen perusahaan?" Apa yang menumbuhkan kesetiaan itu? Sebagian hal itu ditumbuhkan oleh kepemimpinan D.J. De Pree, presiden perusahaan terdahulu.

Suatu hari seorang pekerja pabrik me-ninggal secara tiba-tiba. Ketika Tuan De Pree mengunjungi istri pekerja itu, sang janda bercerita kepadanya mengenai puisi yang ditulis suaminya dan mengenai kesaksiannya kepada seorang penjaga malam. Hal ini membuat De Pree terkesan dengan nilai dalam diri setiap pekerja pabriknya. Sejak saat itu, sikapnya terhadap bisnis berubah. "Saya sadar," katanya, "bahwa prioritas pertama pengusaha adalah menghasilkan produk terbaik bagi orang yang akan menggunakannya; yang kedua, bagi orang-orang di pabrik yang membuat produk itu; dan yang ketiga, baru bagi pemiliknya."

Sikap ini bersumber dari Kitab Suci. Orang-orang kristiani yang berperan sebagai pekerja dan pihak manajemen sama-sama bekerja untuk satu Tuan. Oleh karena itu, para pekerja harus bekerja dengan tekun. Pihak manajemen pun harus melakukan hal yang sama-dengan dua tambahan. Pihak manajemen harus berlaku adil dan jujur (Kolose 4:1) dan tidak boleh mengancam (Efesus 6:9).

Integritas, perhatian terhadap orang lain, dan sikap saling menghormati akan membuat perusahaan mana pun menjadi perusa-haan bersama -DJD

9 September 2006

Gagal Berbuat Benar

Nats : Jadi, jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa (Yakobus 4:17)
Bacaan : Yakobus 4:13-17

Dalam buku yang berjudul Eight Men Out, Eliot Asinof menuliskan berbagai peristiwa yang terjadi di skandal "Black Sox" yang terkenal pada tahun 1919. Delapan anggota klub bisbol Chicago White Sox dituduh telah menerima suap dari para penjudi sebagai kompensasi agar mengalah dalam pertandingan di tingkat dunia. Walaupun tidak pernah terbukti bersalah di pengadilan, mereka berdelapan dilarang bermain bisbol seumur hidup.

Namun salah seorang di antara mereka, Buck Weaver, menyatakan bahwa ia telah bermain agar klubnya menang meskipun ia mengetahui adanya persekongkolan. Meskipun penampilan Weaver di lapangan memang mendukung pernyataannya itu, akan tetapi komisi bisbol Kenesaw Mountain Landis membuat aturan bahwa siapa saja yang mengetahui skandal itu, namun tidak mencegahnya, tetap akan dilarang bermain. Weaver tidak dihukum karena berbuat salah, tetapi karena gagal berbuat benar.

Dalam suratnya yang ditujukan kepada jemaat gereja abad pertama, Yakobus menulis, "Jadi, jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa" (Yakobus 4:17). Di dunia yang dipenuhi oleh kejahatan dan kegelapan, para pengikut Kristus memiliki kesempatan untuk memancarkan cahayanya. Kerap kali hal itu berarti kita harus melawan dorongan untuk tetap berdiam diri.

Ketika kita dihadapkan pada pilihan untuk berbuat baik atau tidak berbuat apa-apa, kita harus selalu memilih untuk melakukan se-suatu yang benar -WEC

13 November 2006

Kemenangan Sejati

Nats : Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, akan menghasilkan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami (2 Korintus 4:17)
Bacaan : 2 Korintus 4:7-18

Dalam pertandingan semifinal football tahun 2005 di Nebraska, tim Cowboys dari SMA Boys Town secara mengejutkan mencetak nilai yang sempurna. Namun, yang lebih penting, para pemain itu telah mengambil langkah besar untuk mengatasi perlakuan tidak menyenangkan dari keluarga mereka seperti dilecehkan, ditelantarkan, dan tidak dipedulikan. Karena mendapat perlakuan seperti itu, kemudian mereka dibawa pada lingkungan yang aman dan penuh kepedulian di Boys Town.

Pelatih mereka, Kevin Kush yakin bahwa permainan football adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk membentuk karakter. Ia berkata, "Kemenangan di Boys Town tidak diperoleh pada hari itu, di sebuah lapangan atletik. Akan tetapi, mereka telah menang beberapa tahun yang lalu dari sekarang di semua kota di negara ini dengan menjadi warga negara yang produktif." Timnya bermain untuk menang sembari mengejar tujuan yang lebih tinggi, yaitu sikap sportif, disiplin, dan kerja sama tim.

Paulus memiliki sudut pandang yang hampir sama dalam kaitannya dengan pengalaman kita sebagai pengikut Kristus. Saat mengalami penderitaan, ia mendorong jemaat Korintus untuk tidak kehilangan semangat (2 Korintus 4:17). Walaupun dalam penderitaan, kita mengejar tujuan yang lebih tinggi, yaitu kemenangan abadi dalam Kristus.

Ketika Boys Town Cowboys kalah dengan skor 10-0, mereka kecewa tetapi tidak bersedih. Pelatih mereka mengajarkan pada mereka untuk tetap bermain karena kemenangan dalam kehidupan masih akan diraih. Begitu juga kemenangan kita dalam Kristus --DCM

16 Januari 2007

Carilah Artinya

Nats : Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah? (Kejadian 39:9)
Bacaan : Kejadian 39:1-12

Beberapa kamus online melaporkan kata-kata yang paling banyak dicari orang di situs mereka setiap tahunnya. Untuk tahun 2005, kata-kata yang paling populer adalah pengungsi, pandemik, tsunami, dan tanggul. Karena berbagai malapetaka yang terjadi di dunia tahun itu, maka kita dapat dengan mudah memahami alasan orang-orang mencari kata-kata tersebut.

Kata yang paling banyak dicari di Kamus Online Merriam-Webster pada tahun itu adalah integritas. Definisi yang diberikan kamus tersebut adalah: "kepatuhan yang teguh terhadap kode perilaku, khususnya yang bernilai moral atau seni". Kata itu digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang tidak bersedia disuap atau dikorupsi secara moral. Mengapa kata itu berada di posisi paling atas? Apakah mungkin karena integritas begitu jarang ditemukan, sehingga banyak orang tidak tahu lagi bagaimana bentuk integritas dalam hidup seseorang?

Melalui firman-Nya, Allah memberi kita sebuah contoh integritas dalam kehidupan Yusuf. Potifar telah memberinya kuasa "dalam rumahnya dan atas segala miliknya" (Kejadian 39:5). Pada saat ia diajak untuk berbuat cabul oleh istri tuannya, Yusuf menolak. Ia berkata demikian, "Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (ayat 9). Ia mengetahui standar yang ditetapkan oleh Allah, dan ia memilih untuk membela kebenaran, sekalipun untuk itu ia harus mengorbankan kebebasannya.

Integritas -- carilah kata itu dalam Kejadian 39. Lalu lakukanlah dengan kekuatan dari Allah --AMC

27 Juni 2007

Integritas 101

Nats : Aku hendak memerhatikan hidup yang tidak bercela .... Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku (Mazmur 101:2)
Bacaan : Mazmur 101

Para petugas yang berwenang di Philadelphia heran saat menerima sepucuk surat dan sejumlah uang dari seorang pengendara mobil yang ditilang karena mengebut pada tahun 1954. Waktu itu John Gedge, turis asal Inggris, mengunjungi kota Brotherly Love ketika ia tertangkap karena mengebut. Ia dikenai denda sebesar 15 dolar, tetapi Gedge lupa pada surat tilang itu selama hampir 52 tahun sampai pada suatu hari ia menemukannya dalam mantel tuanya. "Rasanya saya harus membayarnya," tutur Gedge, 84 tahun, yang kini tinggal di rumah jompo di Sussex Timur. "Orang Inggris yang baik akan membayar kalau mereka berutang. Suara hatiku terdengar sangat jelas."

Kisah ini mengingatkan saya pada komitmen pemazmur Daud pada integritas. Meski ia telah membuat beberapa keputusan yang buruk dalam hidupnya, Mazmur 101 menyatakan keputusannya untuk hidup tanpa cela. Integritasnya akan diawali dalam keberadaannya di rumahnya sendiri (ayat 2) dan akan diikuti oleh rekan beserta teman-temannya (ayat 6,7). Sangat bertolak belakang dengan kehidupan yang buruk dari sebagian besar raja negara Timur Dekat kuno, integritas Daud membuatnya menghargai kehidupan musuh bebuyutannya, yaitu Raja Saul (1Samuel 24:5-7, 26:8,9).

Sebagai pengikut Yesus, kita dipanggil untuk berintegritas dan menjaga hati nurani yang bersih. Apabila kita menghormati komitmen kita kepada Allah dan sesama, kita akan berjalan dalam persekutuan dengan Allah. Integritas kita akan membimbing kita (Amsal 11:3) dan menolong kita berjalan dengan rasa aman (10:9) --MW


Tuhan, sucikan aku dari segala penipuan
Dan ajarlah aku untuk bersikap jujur;
Bantulah aku untuk memiliki integritas
Dalam segala ucapan dan tindakan. --Sper

8 Februari 2008

Menyikapi Konflik

Nats : Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan (Kolose 3:14)
Bacaan : Kolose 3:12-15

Sekuat dan sesehat apa pun tubuh kita, pasti ada saatnya kita jatuh sakit; entah flu atau batuk. Begitu juga relasi kita dengan orang lain; seharmonis dan seakrab apa pun relasi kita dengan orang lain, pasti ada saatnya kita berkonflik. Sebab pada dasarnya kita ini berbeda; latar belakang, cara pikir, kepekaan, karakter. Di samping itu, kestabilan emosi kita ada saatnya turun, sehingga kita menjadi lebih peka dari biasanya.

Jadi sebetulnya konflik itu wajar-wajar saja. Bahkan dalam kadar tertentu, konflik ada baiknya juga; membuat kita bisa lebih saling menerima dan memahami. Yang penting sebetulnya bukan konfliknya, tetapi bagaimana kita menyikapinya. Konflik akan menjadi produktif kalau kita sikapi dengan positif. Sebaliknya konflik akan kontraproduktif kalau kita sikapi dengan negatif.

Pdt. Andar Ismail dalam bukunya, "Selamat Ribut Rukun", menyebut tiga cara negatif yang kerap dilakukan orang dalam menyikapi konflik:

1. Perang terbuka (saling memukul, saling memaki),
2. Perang dingin (saling mendiamkan),
3. Cara anak kecil (mengambek).

Ketiga sikap tersebut bukan sikap yang baik dalam menangani konflik. Bukan saja tidak menyelesaikan masalah, tetapi malah bisa menimbulkan masalah baru.

Menyikapi konflik secara positif adalah dengan kasih. Kasih merupakan pengikat yang menyempurnakan dan mempersatukan sebuah relasi. Kasih itu mewujud dalam belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, pengampunan. Dan, yang lebih penting lagi, kasih itu bertolak dari damai sejahtera Kristus dalam hati --AYA

13 Maret 2008

Semerah Kirmizi

Nats : "Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku (Mazmur 32:5)
Bacaan : Mazmur 32:1-5

Banyak produk kosmetik menawarkan solusi bagi mereka yang ingin membuat kulit wajah lebih putih, lebih cerah. Lalu, ada juga banyak merek pasta gigi yang mengandung whitening untuk memutihkan gigi, agar lebih bersinar. Memutihkan warna yang sudah kusam atau pekat tentu tak mudah. Namun, lebih dari semua iklan "pemutih", Tuhan menawarkan kepada kita sesuatu yang dapat "memutihkan" dosa: "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju" (Yesaya 1:18). Warna semerah kirmizi (scarlet, merah tua seperti ungu) tentu tidak mungkin diubah menjadi putih. Namun, oleh pengampunan-Nya, dosa semerah kirmizi bisa menjadi seputih salju.

Dosa semerah kirmizi, menyiratkan betapa pekatnya sebuah dosa, atau begitu lamanya satu dosa mengendap dalam diri kita. Siapa yang tahan menyimpannya? Daud tak tahan berkubang dalam dosa. Ia merasa dosa membuat tulang-tulangnya menjadi lesu (Mazmur 32:3). Ia merasa siang dan malam tangan Tuhan menekannya begitu berat (ayat 4). Daud tak ingin dosa menjauhkannya dari Tuhan. Ia tak mau menyembunyikan kesalahannya. Ia harus memberitahukan dosanya kepada Tuhan, "Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku" (ayat 5). Daud mengakui dosanya, memohon pengampunan, dan Tuhan meng-ampuninya.

Jika dosa kita sepekat kirmizi, masih sanggupkah kita bersembunyi di hadapan Tuhan? Tidakkah hidup ini akan lebih ringan jika kita tidak menyembunyikan kesalahan dan dosa kita, terhadap siapa pun, terlebih kepada Tuhan? Akuilah dosa itu. Dan, seperti Tuhan mengampuni Daud, Dia pasti mengampuni kita AGS

17 Maret 2008

Jalan Ketaatan

Nats : Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar taat dari apa yang telah diderita-Nya (Ibrani 5:8)
Bacaan : Ibrani 4:14-5:10

Kedua putra mendiang Lady Diana, Pangeran William dan Harry, telah beranjak dewasa. Beberapa tahun lalu mereka masuk ke sekolah militer dan dididik dengan cara militer yang keras serta disiplin. Seorang wartawan pernah bertanya, apakah kedua anak raja ini mendapat perlakuan khusus. Pihak sekolah menjawab tegas: Tidak! Keduanya diperlakukan sama seperti calon tentara lain supaya bisa merasa senasib sepenanggungan, juga agar mereka bisa belajar taat pada perintah. Jadi, status sebagai anak raja harus dilupakan di sekolah itu.

Yesus pun mendisiplinkan diri-Nya untuk belajar taat selama hidup di bumi. Sekalipun status-Nya "Anak Allah" (Ibrani 5:8) dan Bapa-Nya sanggup menyelamatkan-Nya dari maut (ayat 7), semua hak istimewa itu Dia lupakan. Dia menolak diperlakukan khusus. Bukannya menempuh jalan aman dan nyaman, Dia justru memilih jalan penderitaan, bahkan disalibkan. Meskipun hanya manusia terhina yang pernah menempuh jalan itu. Di jalan salib, Yesus mengalami begitu banyak rasa sakit, godaan, dan pencobaan. Namun, setelah misi-Nya menyelamatkan manusia tercapai, Dia sendiri bisa menjadi Imam Besar yang berempati. Dia mengerti pergumulan kita (Ibrani 4:15), karena Dia pernah mengalami segala derita yang kita alami.

Jalan penderitaan ternyata banyak gunanya. Melaluinya kita bisa belajar bersikap taat, menjadi lebih peka, dan mengerti pergumulan orang lain. Sebab itu, apabila kita harus menghadapi penderitaan, mari kita mohon kekuatan Allah untuk tidak menolaknya, menghindarinya, atau meminta perlakuan khusus. Imam Besar kita memerhatikan dan menemani kita untuk melaluinya -JTI

8 April 2008

Tidak Penting?

Nats : Dari Dialah seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun dir (Efesus 4:16)
Bacaan : 1Korintus 12:12-31

Ada tiga tulang sangat kecil pada telinga kita yang mungkin kelihatannya tidak penting benar, tetapi tanpa malleus, stapes, dan incus, kita tidak dapat mendengar. Rambut hidung pun kelihatannya tidak penting, tetapi tanpa rambut pemberian Allah ini, pernapasan kita pasti terganggu. Barangkali kebanyakan dari kita juga tidak pernah memikirkan tentang air liur, namun tanpanya, kita akan tercekik setiap kali makan.

Organ-organ semacam itu kurang lebih mewakili anggota tubuh Kristus yang oleh Paulus disebut sebagai anggota yang tampaknya paling lemah, yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, dan yang tidak elok (1 Korintus 12:22-23). Paulus dengan hati-hati tidak menyebut anggota itu "lemah", melainkan "tampaknya paling lemah". Artinya, kelemahan itu dilihat dari perspektif manusia. Manusialah yang kadang memilah antara pelayanan yang "penting" dan yang "kurang penting".

Sebaliknya, di mata Tuhan, setiap anggota penting (ayat 18). Tubuh Kristus akan sehat jika setiap anggota berfungsi dengan semestinya. Memang ada orang yang dikaruniai sepuluh talenta, ada yang lima talenta, dan ada yang satu talenta, namun pada akhirnya kesetiaan masing-masing orang dalam mengelola dan mengembangkan talenta itulah yang akan diperhitungkan Tuhan.

Jadi, entah kita berdiri di depan mimbar, entah kita menyokong dari balik layar, yang dituntut dari kita masing-masing adalah kesetiaan. Kita melayani bukan untuk mencari penghormatan, melainkan untuk menghormati Allah, menjadi berkat buat gereja-Nya, dan menjadi kesaksian bagi dunia -ARS

19 April 2008

Hakuna Matata

Nats : Siapakah di antara kamu yang karena kekhawatirannya dapat menambah sehasta saja pada jalan hidupnya? (Matius 6:27)
Bacaan : Matius 6:25-34

Hakuna Matata adalah sebuah lagu yang diluncurkan sebagai soundtrack film The Lion King, yang memiliki arti "jangan khawatir". Sebuah nasihat yang meminta kita untuk melepaskan diri dari masalah supaya dapat menikmati hidup. Ya, begitu banyak orang tidak dapat menikmati hidup karena dari waktu ke waktu hati mereka terlalu khawatir.

Pada liburan lalu, pompa air di rumah saya rusak. Persediaan air semakin sedikit sementara tak ada toko pompa yang buka di hari libur. Jadi, yang muncul dalam pikiran kami adalah kekhawatiran. Banyaknya aktivitas pribadi yang sangat dan mutlak membutuhkan air, membuat kekhawatiran itu mekar dengan subur. Dan benar, selama kami sulit mendapat air di hari-hari itu, kami melewati hari dengan hati menderita dan kehilangan sukacita.

Ketika Tuhan meminta kita supaya jangan khawatir, bukan berarti Tuhan hendak menyingkirkan begitu saja masalah dalam hidup kita. Masalah akan tetap ada selama kita masih hidup di dunia ini. Namun saat masalah itu hadir, Tuhan meminta kita untuk mengalihkan fokus pandangan kita dari kekhawatiran kepada Kristus Sang Pemelihara hidup (Matius 6:33,34). Dengan demikian, kita dapat kembali menikmati hidup di dalam Tuhan.

Kekhawatiran membelokkan fokus kita dalam menjalani hidup. Kekhawatiran membuat masalah yang kita hadapi menjadi tampak lebih berat dan sulit diselesaikan. Kekhawatiran membuat kita lemah dan tak berpengharapan. Tuhan ingin kita menetapkan fokus pandangan kepada Kristus Sang Pemelihara Hidup, bahkan saat kita berada dalam masalah sekalipun -RY



TIP #02: Coba gunakan wildcards "*" atau "?" untuk hasil pencarian yang leb?h bai*. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA