Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 20:5 - -- 20:5 Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama.
Ayat ini menimbulkan suatu ma...
20:5 Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama.
Ayat ini menimbulkan suatu masalah bagi para penafsir. Apakah Kerajaan Seribu Tahun hanya diperuntukkan bagi orang yang dilihat Yohanes dalam pasal 20:4? Bagaimana dengan umat Allah pada zaman Perjanjian Lama? Bagaimana dengan umat Allah pada zaman ini, sebelum Masa Aniaya Besar?
1 Tesalonika 4:16-17 berkata, "Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari surga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan." Rupanya ini berarti bahwa umat Allah yang sudah meninggal dunia pada saat permulaan Masa Kesusahan Besar, akan dibangkitkan, dan umat Allah yang masih hidup pada saat itu akan "diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa". Jikalau apa yang dinubuatkan dalam nas ini terjadi sebelum Masa Kesusahan Besar mulai, maka umat Allah pada zaman Perjanjian Lama dan umat Allah pada zaman ini tidak perlu dibangkitkan pada awal Kerajaan Seribu Tahun, karena sudah dibangkitkan atau diangkat sebelum Masa Aniaya Besar mulai.
Kalau pengertian tersebut diterima, maka ungkapan orang-orang mati yang lain menunjuk pada orang yang tidak percaya, yang tidak dibenarkan oleh iman, yang harus dihukum.642 Kitab Wahyu pasal 20:11-15 menceritakan kebangkitan dan hukuman yang dijalankan bagi mereka.
Istilah kebangkitan pertama dianggap agak aneh, karena hanya dipakai satu kali di dalam Kitab Wahyu, dan selain itu istilah tersebut tidak dipakai dalam seluruh Firman Tuhan. Sesuai dengan pernyataan ayat ini, yaitu orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa seribu tahun itu, "kebangkitan yang kedua" terjadi di dalam pasal 20:13, yang berkata, "Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya."
Dalam nas ini adanya masa seribu tahun di antara dua kebangkitan itu diuraikan. Memang, dalam Yohanes 5:28-29 ("...saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum") dan Daniel 12:2 ("Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal") kita dapat mengerti bahwa ada perbedaan antara kebangkitan pada kehidupan yang kekal dan kebangkitan pada hukuman yang kekal, tetapi unsur masa seribu tahun di antara dua kebangkitan hanya tertulis dengan jelas dalam Wahyu pasal 20.643
Hagelberg: Why 20:4-6 - -- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
Hagelberg: Why 20:5 - -- 20:5 Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama.
Ayat ini menimbulkan suatu ma...
20:5 Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama.
Ayat ini menimbulkan suatu masalah bagi para penafsir. Apakah Kerajaan Seribu Tahun hanya diperuntukkan bagi orang yang dilihat Yohanes dalam pasal 20:4? Bagaimana dengan umat Allah pada zaman Perjanjian Lama? Bagaimana dengan umat Allah pada zaman ini, sebelum Masa Aniaya Besar?
1 Tesalonika 4:16-17 berkata, "Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari surga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan." Rupanya ini berarti bahwa umat Allah yang sudah meninggal dunia pada saat permulaan Masa Kesusahan Besar, akan dibangkitkan, dan umat Allah yang masih hidup pada saat itu akan "diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa". Jikalau apa yang dinubuatkan dalam nas ini terjadi sebelum Masa Kesusahan Besar mulai, maka umat Allah pada zaman Perjanjian Lama dan umat Allah pada zaman ini tidak perlu dibangkitkan pada awal Kerajaan Seribu Tahun, karena sudah dibangkitkan atau diangkat sebelum Masa Aniaya Besar mulai.
Kalau pengertian tersebut diterima, maka ungkapan orang-orang mati yang lain menunjuk pada orang yang tidak percaya, yang tidak dibenarkan oleh iman, yang harus dihukum.642 Kitab Wahyu pasal 20:11-15 menceritakan kebangkitan dan hukuman yang dijalankan bagi mereka.
Istilah kebangkitan pertama dianggap agak aneh, karena hanya dipakai satu kali di dalam Kitab Wahyu, dan selain itu istilah tersebut tidak dipakai dalam seluruh Firman Tuhan. Sesuai dengan pernyataan ayat ini, yaitu orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa seribu tahun itu, "kebangkitan yang kedua" terjadi di dalam pasal 20:13, yang berkata, "Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya."
Dalam nas ini adanya masa seribu tahun di antara dua kebangkitan itu diuraikan. Memang, dalam Yohanes 5:28-29 ("...saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum") dan Daniel 12:2 ("Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal") kita dapat mengerti bahwa ada perbedaan antara kebangkitan pada kehidupan yang kekal dan kebangkitan pada hukuman yang kekal, tetapi unsur masa seribu tahun di antara dua kebangkitan hanya tertulis dengan jelas dalam Wahyu pasal 20.643
Hagelberg: Why 20:4-15 - -- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
Kerajaan Seribu Tahun diceritakan hanya dalam dua belas ayat. Tiga ayat menceritakan apa yang terjadi di dalam Kera...
C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
Kerajaan Seribu Tahun diceritakan hanya dalam dua belas ayat. Tiga ayat menceritakan apa yang terjadi di dalam Kerajaan itu, empat ayat menceritakan pemberontakan terakhir, dan lima ayat menceritakan Penghukuman Terakhir. Hanya sedikit sekali yang dikatakan mengenai Kerajaan Seribu Tahun itu sendiri. Pasal 20:4-6 menceritakan mengenai mereka yang bertakhta dalam Kerajaan Seribu Tahun.
Mengapa cerita mengenai Kerajaan Seribu Tahun begitu singkat? Mungkin karena sudah amat banyak yang diceritakan mengenai mereka yang akan memerintah selama masa Kerajaan Seribu Tahun. Mereka sudah disebutkan dalam pasal 1:3 ("Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya"), dalam pasal 2-3 ("Barangsiapa yang menang"), dalam pasal 4:4 ("dua puluh empat tua-tua"), dalam pasal 6:9 ("jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena Firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki"), pasal 7:14 ("orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba"), pasal 11:18 ("saat... untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut pada nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar"), pasal 12:11 ["Dan mereka mengalahkan (Iblis) oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut"], pasal 14:4-5 ("Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi... di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela"), pasal 15:2 ("di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah"), dan pasal 17:6 ("Dan aku melihat perempuan itu mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus"). Sungguh nyata bahwa tema ini bukan hanya sekadar tema sampingan. Seluruh Kitab Wahyu menguraikan persyaratan-persyaratan untuk ikut memerintah dengan Tuhan Yesus selama Kerajaan Seribu Tahun, dan juga hukuman atas mereka yang melawan Dia. Maka apa lagi yang harus Dia uraikan mengenai aktivitas umat-Nya di dalam Kerajaan Seribu Tahun?
Sebenarnya sungguh tepat yang dikatakan, dan juga yang tidak dikatakan, mengenai Kerajaan Seribu Tahun. Seandainya rincian-rincian yang lain dicantumkan, maka perhatian kita dialihkan dari apa yang sebenarnya menjadi hal pokok. Bukankah Dia sendiri yang berkata, "Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya" (pasal 22:12)? Tekanan yang sama jelas terdapat dalam pasal 11:18, yang berkata "...telah datang... saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu... dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi."
Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 20:1-10
Matthew Henry: Why 20:1-10 - Masa Seribu Tahun; Peperangan dengan Gog dan Magog
Di sini kita dapati gambaran tentang,
I. Diikatnya Iblis selama seribu tahun (ay. 1-3).
II. Memerintahnya para kudus bersama Krist...
- Di sini kita dapati gambaran tentang,
Masa Seribu Tahun; Peperangan dengan Gog dan Magog (20:1-10)
- I. Nubuat tentang diikatnya Iblis. Kepada siapa pekerjaan ini dipercayakan, yaitu seorang malaikat dari sorga. Kristus tidak pernah kekurangan kuasa dan alat untuk mematahkan kuasa Iblis. Pelaksanaan pekerjaan ini (ay. 2-3). Kekuatan si naga maupun kelicikan si ular tidaklah cukup untuk menyelamatkan si Iblis. Malaikat melemparkannya ke dalam jurang maut. Iblis dipenjarakan kembali, dan dirantai di sana. Malaikat menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya. Kita dapati kurun waktu Iblis dikurung, yaitu seribu tahun, dan sesudah itu ia akan dilepaskan kembali untuk sedikit waktu lamanya.
- II. Gambaran tentang pemerintahan para kudus selama waktu ketika Iblis diikat (ay. 4-6). Siapa mereka itu yang menerima kehormatan yang sedemikian besar ini, yaitu mereka yang telah menderita bagi Kristus dan semua orang yang setia mengikuti-Nya. Kehormatan dianugerahkan kepada mereka. Mereka dibangkitkan dari kematian dan hidup kembali. Mereka memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun. Orang-orang yang menderita bersama Kristus akan memerintah bersama Kristus. Ini disebut kebangkitan pertama, yang dianugerahkan tidak kepada siapa pun selain yang melayani Kristus dan menderita bagi Dia. Kebahagiaan para hamba Allah ini. Mereka berbahagia dan kuduslah (ay. 6). Tidak ada orang yang berbahagia selain yang hidup kudus, dan semua orang yang hidup kudus akan berbahagia. Mereka diamankan dari kuasa kematian yang kedua. Mereka yang mengalami kebangkitan rohani akan diselamatkan dari kuasa kematian kedua.
- III. Gambaran tentang pertempuran dahsyat, sangat hebat, tetapi singkat dan menentukan. Kekangan terhadap Iblis akhirnya diangkat. Selama dunia ini masih berlangsung, kuasa Iblis di dalamnya tidak akan dihancurkan seluruhnya. Begitu Iblis dilepaskan, langsung saja ia jatuh kembali ke pekerjaan lamanya, menyesatkan bangsa-bangsa, sehingga mengaduk-aduk mereka untuk berperang melawan para kudus dan hamba-hamba Allah. Upaya-upaya Iblis yang terakhir tampaknya paling hebat (ay. 8). Yang menjadi para panglima tinggi dalam pasukan di bawah naga ini adalah Gog dan Magog. Mengenai keduanya ini kita hanya baca dalam Yehezkiel 38:2, di mana banyak ujud dalam nubuatnya dipinjam dalam nubuat di Kitab Wahyu. Barisan dan kedudukan pasukan yang menakutkan ini (ay. 9). Celaka dan hukuman terhadap pasukan besar yang hebat ini, Iblis. Sekarang ia dilemparkan ke dalam neraka, bersama kedua perwira utamanya, binatang dan nabi palsu itu, untuk disiksa siang malam sampai selama-lamanya.
SH: Why 20:1-6 - Para martir memerintah bersama Kristus (Senin, 18 November 2002) Para martir memerintah bersama Kristus
Beberapa waktu belakangan ini pertanyaan sekitar masalah
penderitaan menjadi sangat relevan bagi orang Kr...
Para martir memerintah bersama Kristus
Beberapa waktu belakangan ini pertanyaan sekitar masalah penderitaan menjadi sangat relevan bagi orang Kristen di Indonesia. Pergumulan itu muncul seiring dengan terjadinya peristiwa-peristiwa seperti perusakan bangunan gereja, pelarangan penyelenggaraan ibadah, bahkan juga sampai kepada penganiayaan dan pembunuhan yang diderita saudara-saudara seiman kita.Bagian ini menyingkapkan penilaian dan janji yang dialami oleh para martir di dalam Kristus. Dalam bagian yang kita renungkan kemarin, orang-orang yang mengizinkan semangat hidup duniawi menanamkan pengaruhnya dalam hidup mereka akan dihukum Allah. Kini orang-orang beriman yang menolak pengaruh dunia (Babel, binatang buas) yang berasal dari si Satan (ular tua), bisa jadi harus mati karena sikap imannya itu. Mereka dibenci oleh Satan dan para pengikutnya. Mereka menjadi para martir, sebab mereka mati karena sikap iman mereka kepada kebenaran sebagai pengikut Kristus yang setia. Di mata dunia, para martir itu kalah, kehilangan nyawa mereka. Di dalam penilaian Allah, para martir itu menang, sebab mereka memiliki "nyawa ganda"â€â€mereka akan dihidupkan kembaliâ€â€bahkan memerintah sebagai raja bersama Kristus (ayat 4).
Kemarin kita diperingatkan untuk tidak mempertaruhkan nasib kekal kita untuk suatu keuntungan yang sementara, di bagian ini kita diajak berani mengorbankan hal-hal yang sementara demi hal-hal yang kekal. Penderitaan karena iman yang harus kita tanggung di dunia ini hanya "sepuluh hari saja" lamanya (ayat 2:10), sementara kemenangan orang yang menderita demi Kristus akan "seribu tahun" lamanya (ayat 4) (Bdk. Rm. 8:18). Firman ini juga menyimpulkan bahwa orang yang menderita sampai menjadi martir demi Kristus, sesungguhnya beroleh hak istimewa yang tidak dialami oleh yang bukan martir (ayat 5).
Renungkan:
Ketika orang Kristen melalui masa penganiayaan, sesungguhnya
proses pemurnian dan pemuliaan iman sedang berlangsung. Kita
perlu berdoa bukan saja agar berani tetapi juga agar berhikmat
menilai situasi sulit kini dengan tepat.
SH: Why 20:1-15 - Kemenangan Gereja dalam Kristus (Senin, 18 Desember 2006) Kemenangan Gereja dalam Kristus
"Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit (Luk. 10:18).
Nubuat ini menunjuk kekalahan Iblis pada momen ...
Kemenangan Gereja dalam Kristus
"Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit (Luk. 10:18). Nubuat ini menunjuk kekalahan Iblis pada momen kematian dan kebangkitan Kristus. Wahyu 20 menegaskan kekalahan total Iblis melalui salib dan kebangkitan Yesus dengan berbagai simbol: mengikat, membuang naga (ular tua/Iblis/Setan selama 1000 tahun). Seperti halnya nama-nama ular tua, naga, dll. bersifat simbolis, 1000 tahun pun adalah lambang kemenangan panjang umat sesudah sekejap (10 hari - Why. 2:10) menderita karena iman. Wahyu 20 adalah gambaran sejak kehadiran Yesus dalam Inkarnasi-Nya, sampai kedatangan-Nya kelak untuk menjadi hakim atas dunia ini (11-15).
Bila perikop sebelumnya menggambarkan hukuman atas para pengikut Iblis, perikop ini membukakan hukuman Allah atas Iblis itu sendiri. Iblis yang terbelenggu selama 1000 tahun adalah gambaran masa yang panjang dan genap untuk gereja berkesempatan mengalami kemenangan Kristus sebelum akhirnya Iblis dibinasakan. Yesus sudah menang sedangkan Iblis sudah kalah meski masih bisa membuat ulah menyesatkan pengikut Kristus. Ulah itu dari pihak yang sudah dikalahkan, maka ia tidak dapat mengganggu atau membatalkan pekabaran Injil yang pengikut Kristus lakukan.
Dalam masa ini, orang beriman bisa mengalami kematian fisik namun karena ada di dalam Kristus yang bangkit, juga mengalami kebangkitan (pertama - rohani), dan tidak akan mengalami kematian kedua. Akan tetapi, mereka yang mengalami kebangkitan (kemenangan fisik) atas pengikut Kristus karena kejahatan mereka, justru akan mengalami kematian kedua (kematian kekal). Kerajaan Allah sudah ada dan sedang ditegakkan, bahkan para martir-Nya sedang memerintah bersama Kristus (4-6). Pengadilan terakhir menjadi kemenangan tuntas bagi umat Allah dan kekalahan final bagi semua musuh Allah. Kemenangan tuntas pasti tiba.
Renungkan: Iblis tidak berkuasa membinasakan lagi, maka hidup dan melayanilah dalam sikap pemenang.
SH: Why 20:1-15 - Baca Gali Alkitab 6 (Jumat, 12 Desember 2014) Baca Gali Alkitab 6
Apa saja yang Anda baca?
1. Siapakah yang turun dari surga dan apa yang dia lakukan (1-3)?
2. Untuk berapa lama Iblis terbeleng...
Baca Gali Alkitab 6
1. Siapakah yang turun dari surga dan apa yang dia lakukan (1-3)?
2. Untuk berapa lama Iblis terbelenggu (2)?
3. Kapankah masa pemerintahan seribu tahun akan dimulai? Siapa sajakah yang akan memerintah bersama Kristus pada masa itu (4)?
4. Apa yang dimaksud dengan kematian yang pertama? Dan apa yang dimaksud dengan kematian yang kedua? (5-6, 14-15)
5. Apa yang terjadi sesudah masa seribu tahun (7)? Apakah yang akan dilakukan Iblis pada masa itu (8-9)? Bagaimanakah akhir keberadaan Iblis itu (10)?
6. Apakah yang kemudian dilihat oleh Yohanes (11)?
7. Siapakah yang dihakimi dan berdasarkan apa (12-13)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Dari adanya kebangkitan yang pertama dan kematian yang kedua, apa yang Anda pelajari?
2. Dari segala sesuatu yang dilakukan dan dialami oleh si Iblis, apa yang Anda pelajari?
3. Dari pasal ini, hal apa yang memberi penghiburan bagi Anda? Mengapa?
4. Pengharapan apa yang Anda temukan dalam pasal ini?
Apa respons Anda?
1. Dari karakteristik orang-orang hidup kembali dan memerintah bersama Kristus selama seribu tahun, bagaimana tekad Anda dalam mempertahankan iman? Situasi atau kondisi apakah yang menghimpit iman Anda di masa sekarang ini? Apa yang Anda lakukan untuk mempertahankan iman Anda?
Pokok Doa:
Agar umat memiliki ketahanan untuk bertekun dalam iman, meski menghadapi berbagai godaan dan ancaman.
SH: Why 20:1-15 - Seribu tahun (Jumat, 12 Desember 2014) Seribu tahun
Konsistensi dalam menafsir diperlukan untuk menjaga keakuratan makna. Sejauh ini kita sudah melihat bahwa menafsir Wahyu tidak boleh dil...
Seribu tahun
Konsistensi dalam menafsir diperlukan untuk menjaga keakuratan makna. Sejauh ini kita sudah melihat bahwa menafsir Wahyu tidak boleh dilakukan seolah-olah semua dicatat melulu kronologis dan harfiah. Kita bertemu dengan angka-angka yang dipakai sebagai lambang. Demikian juga berbagai makhluk baik yang di surga maupun yang di bumi, yang melambangkan sesuatu atau seseorang, yang juga tidak boleh sembarangan dipetakan pada figur tertentu di muka bumi ini.
Perikop kita ini merupakan perikop yang ditafsir berbeda oleh kelompok gereja berbeda. Yang menekankan keharfiahan dan kronologis dari tiga penglihatan yang dicatat di pasal 20 ini memahaminya secara ringkas sebagai berikut: setelah Kristus datang mengalahkan Iblis dan mengikatnya ke jurang yang dalam (3), dimulailah era 1000 tahun di bumi. Kristus bersama para syuhada yang sudah dibangkitkan, memerintah di bumi. Di akhir 1000 tahun, Iblis akan dilepas sedikit waktu untuk peperangan terakhir, yang berakhir dengan kekalahannya secara mutlak. Semua pengikutnya akan dibuang ke lautan api (14). Semua orang percaya masuk surga, yaitu langit dan bumi yang baru (pasal 21-22).
Bila mengikuti pola penafsiran yang dipakai di Santapan Harian ini, maka 1000 tahun dimengerti sebagai simbol waktu yang sangat panjang, tetapi akan berakhir. Masa itu sudah dimulai sejak kematian dan kebangkitan Kristus, di mana Iblis dan pengikutnya sudah dikalahkan. Iblis tidak memiliki kuasa untuk memaksa orang mengikut dia, walau masih bisa menipu dan menyesatkan. Ini adalah masa penginjilan, di mana orang percaya menyaksikan Kristus, melawan penyesatan yang sedang dilakukan di mana-mana. Masa 1000 tahun berakhir dengan kedatangan Kristus kedua kali. Peperangan terakhir terjadi. Semua pengikut Iblis di buang ke api kekal. Semua orang percaya masuk surga.
Sekaranglah masa penginjilan! Waktu semakin dekat dengan kedatangan-Nya. Jangan sia-siakan kesempatan yang singkat ini untuk membawa orang kepada Kristus!
SH: Why 20:1-6 - Panggilan Kristiani (Selasa, 18 Oktober 2022) Panggilan Kristiani
Dalam perikop ini terdapat dua penglihatan. Pertama, Yohanes melihat Iblis dirantai dan dibuang ke dalam jurang maut (1-3). Kedua...
Panggilan Kristiani
Dalam perikop ini terdapat dua penglihatan. Pertama, Yohanes melihat Iblis dirantai dan dibuang ke dalam jurang maut (1-3). Kedua, ia melihat orang-orang yang dibunuh, karena menjadi saksi Kristus, bangkit dan memerintah bersama Kristus seribu tahun lamanya, yakni pada masa Iblis dipenjara (4-6).
Seorang malaikat akan mengalahkan, membelenggu, lalu melemparkan Iblis ke dalam jurang maut. Dengan anak kunci yang dipegangnya, dia akan mengunci pintu jurang itu dan menyegelnya. Setelah genap seribu tahun, malaikat itu akan melepaskan Iblis sebentar saja. Jelas Iblis bukan pribadi mahakuasa. Ia-yang sering digambarkan menjadi lawan Yesus dalam Kitab-kitab Injil-takluk di hadapan malaikat.
Hal itu mestinya membuat orang percaya tidak terlalu tinggi menilai kuasa Iblis. Frasa "ia akan dilepaskan" menjelaskan bahwa semua tindakan Iblis bukanlah di luar sepengetahuan dan izin Allah. Semua merupakan rancangan Allah dan ada dalam kendali-Nya. Kenyataan itu seharusnya menjadi sumber penghiburan bagi setiap pengikut Kristus.
Ungkapan "seribu tahun" tak perlu dimaknai harfiah. Hal itu merupakan penghitungan Allah sendiri. Dalam waktu seribu tahun itu orang-orang yang dihukum mati karena memberitakan Injil, dan menolak untuk menyembah kaisar, akan dibangkitkan dan memerintah bersama Kristus.
Kematian karena Injil bukanlah aib. Dengan tegas Yohanes mengatakan bahwa para martir layak disebut berbahagia karena merekalah umat khusus milik Allah, yang tidak mengalami kematian kedua. Hal itu juga semestinya mendorong kita-para pengikut Kristus-untuk tidak takut hidup dan mati demi Injil. Sebab, kehidupan dan kematian karena Injil akan membebaskan kita juga dari kematian yang kedua.
Hal itu pulalah panggilan kristiani kita: menjadikan rumah, lingkungan, sekolah, juga kantor kita sebagai ladang misi Allah, sehingga makin banyak orang merasakan kasih dan pelayanan Allah melalui kesaksian kita, baik kata maupun karya. Memang ini bukan hal gampang, namun layak kita lakoni sebagai hamba Allah. [YMI]
Utley -> Why 20:4-6
Utley: Why 20:4-6 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 20:4-64 Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghak...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 20:4-6
4 Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun. 5 Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama. 6 Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.
Wahy 20:4 "Lalu aku melihat takhta-takhta" Ini merupakan acuan kepada Dan 7:9. Sejumlah takhta disebutkan dalam Wahyu: (1) tahtAllah a (lih. Wahy 5:1; 6:16; 7:10,15; 19:4; 21:5), (2) tahta setan (lih. Wahy 2:13), dan (3) takhta binatang itu (lih. Wahy 13:2; 16:10). Ini adalah metafora otoritas dan kekuasaan.
□ "Dan orang-orang yang duduk di atasnya" Ini merupakan acuan kepada Dan 7:22. Pertanyaannya adalah, kepada siapa "mereka" merujuk? Dalam Daniel, bisa menjadi malaikat atau orang-orang kudus. Ada banyak diskusi di antara komentator tentang berapa banyak kelompok-kelompok yang disebutkan dalam ayat ini.
- 1. sebagian melihat tiga kelompok (orang-orang yang duduk di takhta, martir Kristen, dan Kristen lain yang tidak menyembah binatang itu)
- 2. beberapa melihat dua kelompok
- 3. sebagian melihat satu kelompok.
Jika satu kelompok, maka mengacu pada para martir Kristen. Namun, tidak ada Kitab Suci lain paralel dengan pemerintahan terbatas para martir. Alkitab menjanjikan sebuah pemerintahan untuk semua orang kudus (lih. Wahy 3:21; 5:10; 22:5, Mat 19:28; Luk 22:29-30, 2Tim 2:12). Lihat Topik Khusus di Wahy 5:10.
Yang lainnya mendasarkan pandangan mereka tentang dua kelompok pada frase kecil di bagian akhir ay. 4, "yang menolak untuk menyembah binatang liar" Mereka melihat ini sebagai kelompok kedua orang Kristen, semua orang percaya yang meninggal karena kematian alami tetapi yang menolak untuk menyembah binatang itu. Dalam hal Kedatangan Kedua di pasal Wahy 19 dan penghakiman Takhta Putih besar di Wahy 20:11, ini mungkin merupakan interpretasi terbaik. Jika penafsiran ini benar, maka penghakiman Tahta Putih besar di ay.Wahy 20:11 hanya merujuk kepada mereka yang terhilang dan tidak paralel langsung ke Mat 25:31.
- NASB "kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi "
- NKJV "kepada mereka diberikan kuasa untuk menghakimi "
- NRSV "diberikan kewenangan untuk menghakimi"
- TEV "diberikan kuasa untuk menghakimi"
- NJB "diberikan kuasa untuk memutuskan hukuman"
Frasa Yunani ini dapat merujuk pada(1) mereka memerintah dengan Kristus (lih. Wahy 2:26-27; 1Kor 6:2, lihat Topik Khusus pada Wahy 5:10) atau (2) mereka menerima keadilan (lih. 6: 9-11; Dan 7:22).
□ "jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya" Beberapa menafsirkan ini sebagai roh tanpa tubuh (lih. Wahy 6:9). Istilah "dipenggal" mengacu pada kapak bermata dua yang digunakan untuk hukuman mati di Republik Romawi (lih. Rom 13:4 dan Yosefus, Antiquities of the Jews, Wahy 14:9). Ini mengacu pada martir Kristen.
□ "dan orang-orang yang tidak menyembah binatang itu" Jika kalimat di atas merujuk pada martir, maka frase ini merujuk kepada orang lain yang meninggal selama jangka waktu tertentu (lih. Wahy 13:15). Sekarang, jika ini adalah gambar dari periode antara kedatangan kedua Kristus, maka mengacu pada semua orang percaya. Jika ini hanya periode akhir zaman, maka hanya generasi tersebut.
□ "dan yang juga tidak menerima tanda" Lihat catatan di Wahy 13:16-17. Tanda ini pararel dengan "yang tidak menyembah binatang itu atau patungnya."
□ "mereka hidup kembali" istilah ini (z__) merujuk kepada kebangkitan fisik (lih. Mat 9:18; Yoh 4:25, Kis 1:3,9-11; Rom 14:9; Wahy 1:18; 2:08; 13:14). Penerjemah tidak dapat menafsirkan kegunaan salah satu istilah dalam ay. 4 sebagai kebangkitan spiritual dan penggunaan kedua dalam ay. 5 sebagai kebangkitan fisik. Apakah para martir yang memerintah dengan Kristus, memiliki tubuh kebangkitan atau badan fisik yang hilang? Jika mereka memiliki tubuh kebangkitan, lalu bagaimana dengan "bangsa-bangsa"?
□ "Dan memerintah sebagai raja bersama Kristus untuk masa seribu tahun" Konsep Yesus memerintah disebutkan dalam Wahy 12:5; 19:5 dan tampaknya disinggung dalam Mazm 2:8-9; orang-orang kudus memerintah dengan Kristus disebutkan dalam Mat 19:28; 22:28-30 Lukas; 2Tim 2:12; Wahy 3:21; 5:10; 20:4,6; 22:5. Apakah pemerintahan selama 1000 tahun atau kekal (lih. Wahy 7:14 dan Wahy 22:5)? Apakah memerintah duniawi (lih. Wahy 5:10) dalam konteks Palestina atau konteks universal? Lihat Topik Khusus tentang memerintah di Kerajaan Allah pada Wahy 5:10. Lihat grafik dari milenial berbeda dalam Lampiran Lima.
Jika 1.000 tahun adalah simbolis dari usia gereja (inkarnasi untuk parousia), maka 1.000 tahun ini (10x10x10 bentuk Ibrani superlatif dari jumlah untuk kelengkapan) mengacu kepada kekekalan.
Bagaimanpun, skenario ini tidak cocok dengan ay. 5-6. Ini adalah contoh yang baik tentang bagaimana salah satu pendekatan interpretif menjawab beberapa naskah dengan baik, tapi tidak semua. Skema interpretatif yang berbeda ini dikembangkan sebagai interpreter yang berbeda yang menekankan pada naskah yang berbeda dan membaca seluruh PB melalui beberapa naskah "kunci" yang terpilih. Disini ada fluiditas, ambiguitas, misteri. Mari kita tidak mencampur permasalahan dengan eksklusivisme dan dogmatisme!
Wahy 20:5 NRSV dan terjemahan TEV membuat ay. 5 sebuah sisipan. Siapa yang terlibat dalam kebangkitan yang pertama akan menentukan siapa yang terlibat dalam penghakimanan umum di Wahy 20:11. Berikut adalah pilihan untuk "sisa orang mati."
- 1. yang terhilang (lih. Ay. Wahy 20:6; Dan 12:2)
- 2. Orang Kristen dari periode sebelumnya (lih. ay. 6; 2Tim 2:12)
- 3. Orang Kristen dari periode ini, tapi yang meninggal karena Kematian alami (lih. Ay. Wahy 20:4c).
□ "kebangkitan pertama" Sepanjang PB ada penekanan pada kebangkitan orang mati (lih. Yoh 5:28-29, Luk 14:14, Kis 24:15; 1Kor 15:52; Fil. 3 : 3; 1Tes 4:16; 2Tes 1:7-10). Namun, tidak ada paralel dalam Alkitab untuk dua kebangkitan terpisah bagi orang percaya, kecuali jika itu adalah acuan untuk kebangkitan kedua di Dan 12:2 (yang terhilang dan diselamatkan), walaupun George Ladd melihat Yoh 5:29 dan 1Kor 15:24-25 sebagai paralel yang memungkinkan. Semua sistem teologis, bahkan mereka yang percaya secara literal pemerintahan seribu tahun, memiliki masalah penafsiran yang besar dengan kebangkitan yang terpisah ini. Apakah orang Kristen yang terangkat (lih. 1Tes 4:13-18; Wahy 4:11 atau Wahy 11:12) terlibat dalam pemerintahan seribu tahun; Apakah orang percaya dalam PL terlibat dalam pemerintahan seribu tahun? Apakah termasuk martir PL, atau hanya mereka yang mati syahid selama kesengsaraan akhir zaman?
□ "mereka akan menjadi imam Allah dan Kristus" ini merupakan acuan kepada Kel 19:5-6. Terminologi ini, mengacu pada Israel sebagai alat Tuhan bagi pewahyuan dan penebusan bangsa-bangsa yang tidak percaya, di PB telah diperluas untuk mencakup semua jemaat (lih. 1Pet 2:5,9 dan Wahy 1:6; 5:10). Dalam surat kepada jemaat Filadelfia, sebuah kiasan dibuat untuk orang-orang kudus dalam kaitannya dengan bait suci (lih. Wahy 3:12). Metaforanya telah berubah dari hamba Allah atas nama dunia ini kepada persekutuan intim dengan Tuhan.
Wahy 20:6 Ayat ini menambah masalah interpretatif. Mengapa setiap orang percaya dikenakan pada kematian kedua, yang merupakan metafora untuk neraka (lih. ay. Wahy 20:6)? Apakah hanya para martir saja yang menjadi imam untuk Tuhan atau semua orang kudus (lih. Wahy 1:6; 5:10; 2Pet 2:5,9)? Apakah hanya para martir abad pertama yang akan memerintah atau para martir PL juga termasuk didalamnya, akankah para martir di setiap zaman termasuk atau semua orang Kristen yang tetap setia akan disertakan?
Topik Teologia -> Why 20:5
Topik Teologia: Why 20:5 - -- Eskatologi
Kebangkitan akan Bersifat Universal
Dan 12:2 Yoh 5:28-29 Kis 24:14-15 Wah 20:4-5
Orang Kudus Memerintah Be...
- Eskatologi
- Kebangkitan akan Bersifat Universal
- Orang Kudus Memerintah Bersama Allah dan Kristus
TFTWMS: Why 20:3-7 - Kapan? Yang Tidak Relevan "KAPAN?" YANG TIDAK RELEVAN (Wahyu 20:3, 7)
Satu masalah (mungkin masalah besar) yang kita hadapi tentang pelepasan itu adalah bahwa dalam ...
"KAPAN?" YANG TIDAK RELEVAN (Wahyu 20:3, 7)
Satu masalah (mungkin masalah besar) yang kita hadapi tentang pelepasan itu adalah bahwa dalam penglihatan itu "sedikit waktu" (ay. 3) muncul setelah "seribu tahun": Iblis diikat selama seribu tahun sementara, pada saat yang sama, orang-orang kudus yang mati syahid sedang memerintah. Kemudian, ketika semuanya tampaknya berjalan baik, Iblis tiba-tiba bebas dan sibuk dengan kebiasaan prilaku jahatnya. Pemilihan waktu pelepasan itu membingungkan kita.
Mungkin kita perlu menyesuaikan cara kita melihat aspek waktu nas itu. Ingatlah bahwa kita sedang melihat sebuah penglihatan yang menggunakan bahasa simbolik.
Dalam kondisi seperti ini, haruskah kita berpikir secara lahiriah atas periode waktu singkat yang mengikuti periode waktu yang lebih lama? Ingatlah penekanan kita bahwa "seribu tahun" itu lebih merupakan suatu konsep daripada suatu periode waktu. Karena begitulah kasusnya, mungkin kita harus tidak menganggap "sedikit waktu" itu sebagai periode waktu tertentu. (Lihat "Pemikiran Tentang 'Sedikit Waktu.'") Sebaliknya, gambaran itu mungkin dimaksudkan untuk menyampaikan suatu konsep. Konsep apakah? Inilah beberapa kemungkinannya:
Seperti yang ditunjukkan dalam pelajaran sebelumnya,8ungkapan "sedikit waktu" mungkin hanya dimaksudkan sebagai pembeda dari "seribu tahun": "Pelepasan" Iblis adalah singkat dan tidak penting dibandingkan dengan "pengikatan"nya. Iblis selalu dibatasi oleh keputusan ilahi; segala sesuatu yang ia lakukan berada di bawah kendali Allah.
Mungkin arti ungkapan "sedikit waktu" di sini pada dasarnya sama seperti ketika kata itu digunakan di dalam 12:12: ". . . karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat."9Arti kata-kata ini adalah bahwa hari-hari Iblis sudah dihitung—dan ia tahu. Pasal 12 menggambarkan Iblis sebagai musuh yang kalah; pasal 20 menggambarkan dia sebagai musuh yang diikat. Dalam kedua kasus itu, kita melihat bahwa ia tetap bermaksud melakukan sebanyak mungkin kerusakan dalam "sedikit waktu" yang masih ia miliki.
Mungkin ungkapan "sedikit waktu" menunjukkan bahwa ada saatya ketika batasan-batasan Iblis dilonggarkan sejenak oleh keadaan.10Kita telah tegaskan sebelumnya bahwa Iblis diikat oleh salib dan oleh injil. Bagaimana dengan waktu dan tempat ketika injil belum diberitakan, di mana orang belum memiliki kesempatan untuk mendengar tentang salib? Sayangnya, situasi seperti itu pernah ada, sedang ada, dan akan ada di dalam dunia. Ketika itu terjadi, Iblis memiliki kontrol tanpa kekang atas hati dan hidup manusia.
Mungkin ide-ide itu akan cukup untuk memicu pemikiran Anda tentang konsep apakah yang mungkin ingin disampaikan oleh ungkapan "sedikit waktu" itu.
Sebelum kita meninggalkan subyek "ketika" kita, saya perlu mengajukan satu kemungkinan terakhir: Perhatikanlah bahwa ayat 5 dan ayat 7 keduanya mengacukan "seribu tahun" sebagai telah "berakhir."11Mengenai ayat 5, saya berpendapat bahwa "pernyataan tentang 'seribu tahun' yang sudah 'berakhir' pastilah … mengacu kepada akhir zaman ini—ketika Kristus akan kembali, orang mati akan dibangkitkan, dan setiap orang akan dihakimi." Jika arti ungkapan di ayat 5 adalah seperti itu, maka arti ungkapan di ayat 7 berarti juga seperti itu. Jika benar, "sedikit waktu" itu bukanlah periode waktu sesaat sebelum kedatangan Kristus, melainkan suatu peristiwa sekejap mata pada waktu kedatangan-Nya kembali. Dengan kata lain, Iblis dilepaskan supaya ia bisa dihancurkan. Kita bisa menganggap ini sebagai "hari penghakiman Iblis."
Keberatan terhadap penafsiran ini adalah bahwa dalam penglihatan itu, waktu tampaknya berlalu sementara Iblis menyesatkan bangsa-bangsa dan menghimpun pasukan dari penjuru bumi. Namun begitu, ingatlah bahwa simbolisme ini harus jangan dipahami secara harfiah. Waktu, seperti yang kita tahu, mungkin tidak terlibat sama sekali. Mungkin maksud simbolisme itu adalah untuk menunjukkan bahwa "seribu tahun" belum bisa merubah Iblis (ia tetap menjadi penyesat dan musuh Allah), dan karena itu ia layak dilemparkan ke dalam lautan api.
Apakah Anda cukup bingung? Biarkan saya membuat tiga pernyataan yang berkaitan dengan pertanyaan "Kapan?": (1) Anda tidak perlu memahami dan mengingat pelbagai kemungkinan yang saya telah usulkan mengenai saat "sedikit waktu" itu. (2) Salah satu tujuan menyantumkan pelbagai kemungkinan yang berbeda adalah untuk menunjukkan bahwa tidak ada cara kita bisa berbicara dengan pasti mengenai "kapan" "sedikit waktu" Iblis itu akan terjadi. (3) Semua ini sudah menjadi persiapan untuk menegaskan bahwa, dalam analisis akhir, "kapan" pada dasarnya tidak relevan dengan pesan Roh Kudus bagi kita. Yang penting tentang 20:7-10 bukanlah "mengapa?" atau "kapan?", tetapi "apakah?": Akan seperti apakah nasib akhir Iblis?
RENUNGAN TENTANG "SEDIKIT WAKTU"
Sulit untuk tidak berpikir dalam kerangka periode waktu ketika mempelajari Wahyu 20. Pelbagai komentator—bahkan mereka yang bersikeras bahwa "seribu tahun" harus jangan dipahami secara harfiah—selalu menempatkan "sedikit waktu" Iblis sebagai periode waktu literal di penghujung zaman sekarang.
Ketika saya tumbuh dewasa, mereka yang menentang premilenialisme umumnya menegaskan bahwa "seribu tahun itu setara dengan Era Kristen." Ada unsur kebenaran yang kuat dalam hal ini,12tetapi ada masalah yang melekat:
Sebagian besar orang setuju bahwa Era Kristen akan berlanjut sampai Kristus datang kembali, tapi "sedikit waktu" Iblis (KJV) harus juga terjadi sebelum kedatangan Yesus.13Jika "seribu tahun" adalah Era Kristen, maka di manakah "sedikit waktu" itu cocok di dalamnya? Pada waktu saya tumbuh dewasa, "sedikit waktu" itu—kalaupun disinggung—pada umumnya diabaikan dengan definisi serampangan seperti "sedikit waktu di akhir Era Kristen." Namun begitu, teks itu mengatakan bahwa waktu itu datang setelah masa "seribu tahun." Jadi, jika "seribu tahun" itu setara dengan Era Kristen dan "sedikit waktu" itu harus dipahami sebagai suatu periode waktu literal, maka "sedikit waktu" itu harus menjadi periode waktu yang muncul setelah Era Kristen tapi sebelum Kedatangan Kedua, seperti yang ditunjukkan pada garis waktu di di bawah ini.
Apakah Anda melihat adanya masalah yang terlibat dalam hal ini? Ini akan berarti bahwa Era Kristen tidak dapat merentang hingga sampai Kedatangan Kedua. Itulah sebabnya, dalam pelajaran lain, saya telah menekankan bahwa "seribu setara dengan kelengkapan," tanpa memberi tekanan pada periode waktu. Selain itu, inilah alasan mengapa saya menyatakan bahwa "'seribu tahun' adalah waktu ketika Iblis diikat dan orang Kristen yang mati dibuat hidup dan memerintah—yang adalah sekarang ini." Sekarang ini" adalah Era Kristen; namun ada perbedaan yang halus (tapi penting) dalam mengatakan hal ini dan dalam mengatakan bahwa "seribu tahun" adalah sama dengan Era Kristen.
Pentakosta - era Kristen - ??? sedikit waktu - Kedatangan Kedua - Kekekalan
TFTWMS: Why 20:4-6 - Kebenaran Seribu Tahun Yang Menyenangkan! KEBENARAN SERIBU TAHUN YANG MENYENANGKAN! (Wahyu 20:4-6)
Cukup sudah kita membahas teori manusia. Sekarang mari kita memeriksa ayat 4 sampai 6 untuk ...
KEBENARAN SERIBU TAHUN YANG MENYENANGKAN! (Wahyu 20:4-6)
Cukup sudah kita membahas teori manusia. Sekarang mari kita memeriksa ayat 4 sampai 6 untuk melihat apa yang benar-benar dikatakan oleh ayat-ayat itu. Umumnya disepakati bahwa latar belakang Perjanjian Lama untuk bagian ini adalah Daniel 7 (lihat khususnya Dan. 7:9, 22, 27). Seperti biasa, Yohanes (melalui pengilhaman) memiliki pandangannya yang unik.
Penelaahan kita akan berawal dari tengah-tengah ayat 4. Di sana Yohanes berkata, "Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah;28yang tidak menyembah binatang itu dan atungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka;29…"
Seperti yang telah ditekankan, yang Yohanes lihat bukan tubuh, tetapi roh tanpa tubuh.30Kita teringat pasal 6, di mana rasul itu "melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh" (6:9). Seperti di pasal 6, orang-orang yang telah diselamatkan ini sudah martir karena iman mereka.31Mereka mungkin disebut "dipenggal" karena pemenggalan dengan kapak atau pedang adalah cara eksekusi Romawi yang lebih disukai ketika kitab Wahyu ditulis. Meski begitu, bilangan mereka itu tentunya mencakup beberapa orang yang telah disalibkan, dicabik-cabik binatang buas di arena, atau dibantai dengan beberapa cara lain karena mereka tidak mau menyembah Kaisar.
Ada pertanyaan khusus apakah 20:4 itu menyebut satu atau dua kelompok jiwa. Sebagian orang berpendapat bahwa Yohanes hanya melihat satu kelompok jiwa— para martir—dan bahwa bagian yang berawal dengan "dan [mereka] yang tidak menyembah binatang itu" semata-mata gambaran tentang mereka. Yang lain berpendapat bahwa kata-kata dari teks aslinya32menunjukkan adanya dua kelompok jiwa. Ini adalah pertanyaan yang tidak penting, tapi saya mendukung pandangan bahwa Yohanes melihat dua kelompok jiwa tanpa tubuh: para martir ditambah mereka yang tidak menyerah pada tekanan pemerintah Romawi. Kitab Wahyu tidak meninggikan para martir di atas mereka yang dianiaya dengan cara lain tapi tetap setia.33
William Barclay menulis, "Dalam Gereja kuno pada era penganiayaan dua istilah digunakan: Martir adalah mereka yang benar-benar mati karena iman mereka; konfesor adalah orang-orang yang menderita segala hal kecuali mati karena kesetiaan mereka kepada Kristus."34Henry B. Swete mengidentifikasi konfesor sebagai "orang yang, meskipun mereka tidak benar-benar mati syahid, rela menanggung penderitaan, celaan, pemenjaraan, kehilangan harta benda, gangguan terhadap rumah dan hubungan pribadi mereka demi Kristus."35Poin teks itu adalah bahwa, apakah kematian itu disebabkan oleh kapak atau serangan jantung, masing-masing telah meninggal dengan setia bagi Tuhan.
Sebagaimana akan kita lihat, penerapan umum dari nas ini dapat diterapkan kepada setiap orang Kristen, namun penekanannya adalah kepada mereka yang telah menderita karena iman mereka, dan terutama mereka yang telah mati syahid.
Jaminan Tentang Memerintah
Satu pertanyaan yang membakar umat Kristen mula-mula adalah "Apakah yang terjadi dengan mereka yang setia sampai mati?" Apakah mereka mati dan dilupakan, atau apakah pengorbanan mereka berharga? Inilah jawaban Yohanes: "Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus … dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun" (ay. 4).
Tidak ada janji yang ditemukan di dalam ayat ini (dan pada ayat-ayat langsung sesudahnya) yang tidak diterapkan di tempat lain untuk setiap orang Kristen yang setia. Misalnya, di dalam Wahyu 3 Yesus memberikan janji ini kepada setiap pemenang : "Ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya" (ay. 21). Sekali lagi, Wahyu 5:10 pada dasarnya menggunakan terminologi yang sama seperti 20:4, 6: "Dan Engkau telah membuat mereka [semua orang yang diselamatkan oleh darah Kristus] menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi." (lihat juga 1:6).
Ketika kita mempelajari 5:10, kita menekankan bahwa orang Kristen memerintah dalam beberapa cara: (1) Orang Kristen adalah kerajaan Kristus (Wahyu 1:6), yang adalah gereja (Matius 16:18, 19). (2) Karena Allah adalah Bapa mereka (1 Korintus 1:3), mereka adalah bagian dari Keluarga Kerajaan. (3) Karena Kristus saat ini sedang memerintah (Kisah 2:33-36; 1 Korintus 15:25), dan karena orang Kristen berada "di dalam Kristus" (2 Korintus 5:17), maka mereka ikut dalam pemerintahan-Nya. (4) Karena orang Kristen telah diselamatkan, maka maut tidak lagi berkuasa/memerintah atas mereka; sebaliknya mereka telah diberi kekuatan untuk "memerintah dalam hidup melalui … Yesus Kristus "(Roma 5:17; NASB; lihat juga ayat 14 dan 21). Kita menekankan bahwa dari sudut pandang umat Kristen di zaman Yohanes, gagasan memerintah di atas bumi pada prinsipnya berarti kemenangan. Ditopang dengan kekuatan Kristus, umat Kristen tetap pegang kendali atas hidup dan nasib mereka, mengatasi setiap rintangan yang kehidupan letakkan di jalan mereka.36
Semua ini mendorong timbulnya pertanyaan alami: Jika janji untuk memerintah bersama Yesus telah diberikan kepada orang Kristen pada umumnya, apakah tujuan dari mengulangi janji kepada mereka yang telah mati syahid? Jawabannya adalah bahwa umat Kristen mula-mula perlu mengetahui bahwa janji itu tidak dibatalkan oleh kematian, tapi sebaliknya mendapat penggenapan! Sekali lagi, izinkan saya menekankan bahwa gambaran tentang memerintah "selama seribu tahun" menegaskan kekomplitan pemerintahan para martir, totalitas kemenangan mereka.
Salah satu ungkapan pemerintahan para martir adalah bahwa "kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi" (ay. 4a). Sebuah ungkapan yang mirip di dalam Daniel 7:22 diartikan "keadilan diberikan kepada orang-orang kudus—dengan kata lain, orang-orang kudus itu dibenarkan. Mungkin itulah artinya di sini, tapi konteks Wahyu 20 mendukung gagasan kemenangan atas musuh-musuh mereka: Di bumi, musuh-musuh mereka menghakimi mereka dan menghukum mati mereka. Sekarang, peran itu berbalik, dan mereka duduk di kursi penghakiman!
Gagasan orang Kristen menghakimi orang jahat bukanlah hal baru. Yesus memberitahu murid-murid-Nya bahwa mereka akan "duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel" (Lukas 22:30).37Paulus menulis bahwa "orang-orang kudus akan menghakimi dunia," dengan menambahkan bahwa mereka bahkan akan "menghakimi malaikat-malaikat"38(1 Korintus 6:2, 3).39Nas-nas ini tidak mudah dimengerti, namun kebanyakan orang setuju bahwa ayat-ayat itu tidak mengajarkan bahwa orang Kristen secara pribadi akan menentukan nasib akhir orang lain; itu merupakan hak prerogatif Allah.40Di sisi lain, ada beberapa pengertian di mana kita sebagai orang Kristen melakukan "penghakiman" dunia: Kita memberitakan Firman, standar penghakiman milik Tuhan (Yohanes 12:48), yang mengungkap dosa. Selain itu, dengan hidup kita, kita menunjukkan bahwa adalah mungkin bagi manusia untuk hidup dengan standar Allah, dengan demikian mendakwa mereka yang gagal melakukan hal itu.
Namun begitu, "penghakiman" Wahyu 20 tampaknya hanya untuk meningkatkan tema bahwa orang-orang yang mati untuk Tuhan sedang memerintah: Mereka berjaya! Iblis telah dilemparkan ke bawah, dan mereka telah ditinggikan!
Acuan Kepada Kebangkitan
Gagasan kemenangan dilanjutkan di bagian akhir ayat 4: "Dan mereka hidup kembali41dan memerintah.… "
Kaum premilenialis mencoba untuk membuat "hidup kembali" ini menjadi kebangkitan tubuh yang terjadi setelah Kristus datang kembali. Namun begitu, perhatikanlah bahwa "hidup" dikaitkan dengan "memerintah," dan bahwa jiwa-jiwa tanpa tubuh itu sedang duduk (memerintah42) di atas takhta-takhta di sorga di awal adegan ini. Nas itu tidak mengajarkan bahwa suatu hari nanti para martir akan hidup kembali untuk memerintah bersama Yesus. Maksud nas itu adalah bahwa orang setia yang mati sudah hidup dan sedang memerintah.
Sekali lagi, janji hidup adalah janji untuk umat Kristen pada umumnya (lihat Yohanes 5:24)—dan keselamatan dari dosa sering digambarkan sebagai kebangkitan (hidup kembali). Paulus berkata, "Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru" (Roma 6:4). Ia lebih lanjut menulis, "Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, … telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita … dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga" (Efesus 2:4-6). Sekali lagi ia berkata, "Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah" (Kolose 3:1).
Sekali lagi, pertanyaan alaminya adalah "Jika semua orang Kristen telah 'dibangkitkan' dan memiliki hidup, mengapakah Roh Kudus menekankan bahwa para martir itu telah 'hidup kembali'?" Pada dasarnya jawabannya adalah sama seperti sebelumnya: untuk menekankan bahwa kematian orang kudus tidak mengakhiri "hidup baru"nya di dalam Kristus. Sebaliknya, kematiannya "membawa dia kepada hidup" dengan cara yang ia belum pernah kenal sebelumnya.
Di dalam ayat 5 para martir dan orang setia lainnya yang mati dan "hidup kembali" ini disebut "kebangkitan pertama."43Seperti disebut sebelumnya, ungkapan "kebangkitan pertama" tidak ada hubungannya dengan kebangkitan tubuh orang baik di awal pemerintahan seribu tahun khayalan. Sebaliknya, dalam konteksnya, ini adalah kebangkitan rohani yang dimulai ketika seseorang dibaptis ke dalam Kristus dan mencapai klimaks ketika seseorang mati "dalam Tuhan" (Wahyu 14:13). Ini adalah hasil dari meninggalkan dunia ini untuk menetap "bersama Kristus" (Filipi 1:23), sehingga mendapatkan dirinya "di rumah bersama Tuhan" (2 Korintus 5:8; NASB). Ini adalah penggenapan janji Kristus: "Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya" (Matius 10:39). Wahyu 2:10 menyebutnya "mahkota kehidupan." Mereka yang setia sampai mati memiliki "Hidup" dengan huruf besar "H." Mereka akhirnya mengetahui lika-liku sejati kehidupan.
Berbeda dengan mereka yang telah meninggal dalam Tuhan, "orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu" (ay. 5a). Makna ungkapan "orang-orang mati yang lain" tergantung pada siapa yang Yohanes lihat di ayat 4.44Dalam konteksnya, ungkapan itu mengacu kepada mereka yang tidak berpegang pada "kesaksian Yesus dan … firman Allah," kepada mereka yang telah "menyembah binatang itu atau patungnya" dan yang telah menerima "tanda [binatang] pada dahi dan tangan mereka" (ay. 4).
Alkitab NASB menyatakan "tidak hidup kembali sampai seribu tahun berlalu." (Huruf miring oleh saya.) Fraseologi itu telah menyebabkan banyak orang menafsirkan "hidup kembali" ini sebagai kebangkitan tubuh.45Namun begitu, teks aslinya hanya mengatakan bahwa "orang mati lainnya tidak hidup sampai seribu tahun telah berlalu."46Dengan kata lain, mereka tidak menikmati segala berkat rohani yang dinikmati oleh mereka yang mati "dalam Kristus." Sekali lagi Roh Kudus sedang membuat perbedaan: Di bumi, orang Kristen dimatikan, sementara para penganiaya mereka hidup; setelah kematian, yang hidup adalah umat Kristen, benar-benar hidup, sementara musuh-musuh mereka mati, mati, mati.47
"Seribu tahun" adalah waktu Iblis diikat dan orang Kristen yang mati hidup dan memerintah—yang adalah sekarang ini.48Oleh karena itu, pernyataan tentang "seribu tahun" sebagai sedang "dikomplitkan" haruslah mengacu kepada akhir zaman ini— ketika Kristus akan datang kembali, orang mati akan dibangkitkan, dan semua orang akan dihakimi. Urut-urutan dramatis itu akan dibahas ketika kita mempelajari ayat 11 sampai 15 dari pasal ini.49
Alasan Untuk Bersukacita
Ayat 6 menyimpulkanm bagian ini dengan ucapan bahagia kelima di dalam kitab itu. Ini dimulai dengan, "Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, …" "Kematian yang kedua" diidentifikasi di dalam 20:14: "Ini adalah kematian yang kedua, lautan api "(dengan kata lain, neraka). Mereka yang mati dengan setia kepada Tuhan tidak perlu khawatir tersesat. Betapa suatu berkat yang indah!
Yohanes menyimpulkan, "Tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya" (ay. 6b). Perjanjian Baru mengajarkan bahwa semua orang Kristen adalah imam (1 Petrus 2:5, 9; Wahyu 1:6; 5:10). Dengan risiko terdengar mengulang-ulang, saya bertanya lagi, "Lalu, mengapakah Wahyu 20 menekankan bahwa para martir dan orang setia lainnya yang mati adalah imam?" Penekanan ini menegaskan bahwa kematian tidak memisahkan kita dari Allah, bahwa kematian tidak melenyapkan siapa dan apa diri kita, bahwa kematian tidak berarti bahwa segala berkat berakhir. Sebaliknya, kita melihat bahwa berkat-berkat itu menjadi lebih indah dan luar biasa! Seperti yang biasa dikatakan oleh seorang teman lama, "Yang Anda lihat belumlah seberapa!"
TFTWMS: Why 20:1-8 - Mengapa? Yang Tak Dapat Dijelaskan "MENGAPA?" YANG TAK DAPAT DIJELASKAN (Wahyu 20:1-3, 7, 8)
Bagian utama pelajaran kita dimulai di mana ayat 1 sampai 3 berakhir. Dalam ayat-...
"MENGAPA?" YANG TAK DAPAT DIJELASKAN (Wahyu 20:1-3, 7, 8)
Bagian utama pelajaran kita dimulai di mana ayat 1 sampai 3 berakhir. Dalam ayat-ayat itu gambaran ini disajikan di hadapan kita:
Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya (ay. 1-3).
Belakangan, kita baca di ayat 7 dan 8, "Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya, …" Perhatikanlah bahwa Iblis itu lepas bukan karena membobol penjara, melainkan Tuhan melepaskan dia dengan syarat.2
Pernyataan yang luar biasa ini telah menimbulkan serbuan pertanyaan yang membingungkan, dan tidak ada yang lebih membingungkan daripada ini: "Mengapa?" Tampaknya, tujuan tertentu ilahi harus dilaksanakan3—tapi kira-kira tujuan apakah itu?
Ada sedikit tempat di kitab Wahyu di mana kebanyakan komentator setuju, tapi ini adalah salah satunya. Jawaban yang hampir universal terhadap pertanyaan "Mengapa?" adalah "Kita tidak tahu." Donald Guthrie menulis, "Pelepasan singkat ini adalah salah satu episode paling misterius dalam sebuah kitab yang penuh misteri."4
Frank Pack menulis, "Hanya mengapa [Iblis] harus dilepaskan 'untuk sedikit waktu' adalah sebuah misteri bagi semua komentator."5Beberapa penulis berspekulasi tentang alasan pelepasan itu; yang lainnya mengatakan, "Kita harus menunggu dan melihat"; tetapi sebagian besar mengatakan, kurang lebih, "Kita tidak benar-benar yakin."6
Jika Anda tertarik dengan spekulasi, inilah satu contohnya: Mungkin Allah akan melepaskan Iblis untuk menguji umat manusia seperti Ayub diuji (Ayub 1, 2) dan sebagaimana Iblis ingin menguji Petrus (Lukas 22:31). Mungkin ini untuk menjelaskan mengapa, ketika Yesus datang lagi, Ia akan kesulitan untuk menemukan iman di bumi (Lukas 18:8). Karena Iblis telah menirukan sifat-sifat ilahi yang lain,7mungkin ini adalah imitasi murahan Iblis terhadap Kedatangan Kedua (dibolehkan oleh Allah untuk menunjukkan absurditas). Mungkin acuan kepada "pelepasan" ini adalah untuk mengingatkan umat Kristen agar tidak melonggarkan kewaspadaan mereka (1 Petrus 5:8). Mungkin Tuhan akan melepaskan Iblis, dan menantang dia untuk melakukan yang terburuk, dengan maksud untuk mengekspos kelemahan yang melekat pada Iblis ketika ia harus menghadapi Allah. Beberapa dari saran-saran ini tampaknya tidak mungkin, sementara yang lainnya sedikit banyak masuk akal; tetapi semuanya dalam kategori dugaan.
Sebagian besar dugaan di atas didasarkan pada asumsi bahwa pelepasan Iblis akan terjadi sesaat sebelum Kedatangan Kedua. Apakah mungkin bahwa sebagian dari kesulitan itu disebabkan oleh karena kita sedang mencari pemilihan waktu secara salah di dalam nas itu?
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Pertempuran Yang Tak Pernah & Tak Akan Pernah Ada
WAHYU 16:13, 14, 1 6-21
Meriam bertendum, bom meledak, udara dipenuhi dengan bau mesiu dan kem...
Pertempuran Yang Tak Pernah & Tak Akan Pernah Ada
Meriam bertendum, bom meledak, udara dipenuhi dengan bau mesiu dan kematian, bala tentara yang sangat besar, menyerang dan menyerang balik, awalnya satu pihak menang dan kemudian pihak yang lain—itulah cara banyak orang membayangkan "pertempuran Armagedon." Saya pernah dituduh memiliki imajinasi yang berlebihan, tapi saya tidak punya imajinasi sama sekali dibandingkan dengan mereka yang menggambarkan "pertempuran" ini.
Konsep "pertempuran Armagedon" sangat populer dan membuat begitu banyak hati manusia berdebar-debar, saya hampir menyesali apa yang saya harus katakan sekarang—tapi saya harus mengatakannya: Tidak ada pertempuran Armagedon. Berdasarkan definisi apa saja atas kata "pertempuran" yang umumnya diterima, tidak akan ada pertempuran Armagedon secara harfiah. Bahkan di dalam penglihatan yang ditemukan di dalam Wahyu 16, tidak ada pertempuran Armagedon yang terjadi. Saya tahu ini mengecewakan, tapi tetaplah bersama saya. Saya masih harus membuktikan pernyataan saya. Saya juga harus menjelaskan apa yang Tuhan benar-benar ajarkan di Wahyu 16:13-16. (Ia memiliki tujuan yang lebih penting daripada memprediksi tembak-tembakan global antara "orang baik" dan "orang jahat.")
Kitab Wahyu menyinggung pertempuran yang sedang dibahas ini sebanyak tiga kali: di 16:14, 19:19, dan 20:8.1Dalam bahasa Inggris, berbagai istilah digunakan di dalam nas-nas itu, tetapi dalam bahasa Yunani, ungkapan yang sama digunakan di semua tiga ayat itu: ton polemon, yang secara harfiah berarti "pertempuran" (atau "peperangan").2Penggunaan kata sandang pasti3menunjukkan hanya ada satu pertempuran—dilihat dari tiga aspek yang berbeda. Saya minta Brian Watts untuk menggambar adegan dasar yang akan digunakan untuk mengilustrasikan masing-maing tiga nas itu. Kemudian saya meminta dia untuk meragamkan rinciannya agar sesuai dengan penglihatan tertentu yang sedang dipelajari. Ini mungkin bukan pendekatan terbaik untuk memproduksi karya seni, tapi saya harap pendekatan itu memperkuat kebenaran bahwa kitab Wahyu berbicara tentang satu "pertempuran" saja yang menentukan.
Kisah sepenuhnya "pertempuran" itu ditemukan di pasal 19, jadi saya biasanya akan menunggu sampai pasal itu untuk membahasnya secara rinci. Namun begitu, karena manusia telah melekatkan kata "Armagedon" kepada "pertempuran" (tidak akan diragukan lagi hal itu akan dikenal sebagai "pertempuran Armagedon" selama dunia ini masih ada), kita harus meluangkan waktu untuk hal itu pada titik ini dalam pelajaran kita.
Tetaplah bersama saya sambil kita melakukan perjalanan melalui 16:13-16. Kita akhirnya akan tiba di "gunung Megido": Armagedon.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 16:13, 14, 1 6-21)
Jika Anda adalah anak Allah yang setia, Anda tidak perlu khawatir tentang apa yang disebut "pertempuran Arm...
KESIMPULAN (Wahyu 16:13, 14, 1 6-21)
Jika Anda adalah anak Allah yang setia, Anda tidak perlu khawatir tentang apa yang disebut "pertempuran Armagedon." Tuhan akan membereskan pertempuran itu.
Di sisi lain, ada perjuangan yang Anda harus peduli tentangnya "perjuangan … melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara" (Efesus 6:12).43Ini adalah peperangan, bukan tentang "tembakan dan peledak tapi tentang jiwa dan roh."44
Ini adalah perang "yang terjadi di atas medan perang hati manusia."45(Lihat Roma 7:21.) Ini adalah pertempuran yang terjadi setiap hari ketika kita memilih siapa yang akan kita layani (Yosua 24:15). Namun begitu, ini adalah pertempuran yang kita bisa menangkan dengan Allah di pihak kita:46"Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita" (1 Korintus 15:57)!
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Berapa banyakkah kisah "pertempuran" yang ditemukan di dalam kitab Wahyu? Berapa banyakkah "pertempuran" seperti itu di gambarkan di dalam kitab itu?
- 2. Mengapakah Anda berpikir tiga roh jahat itu dibicarakan sebagai "menyerupai katak"? (Apakah Anda menyukai katak?)
- 3. Para katak itu mengumpulkan bangsa-bangsa bersama-sama untuk "perang" (yaitu, pertempuran), tapi pertempuran milik siapakah itu? Dengan syarat-syarat siapakah pertempuran itu akan dilakukan?
- 4. Mengapakah beberapa terjemahan menulis "Armagedon" dan yang lainnya" "Har-Magedon"?
- 5. Apa kemungkinan arti "Har-Magedon"?
- 6. Dapatkah Anda menemukan tempat di dunia ini bernama "gunung Megido"?
- 7. Dikenal sebagai apakah Megido itu? Mengapa Anda pikir istilah "gunung Megido" digunakan untuk mengidentifikasi tempat di mana pasukan Iblis berkumpul?
- 8. Setelah para tentara berkumpul, apa yang terjadi? Apakah pasal 16 menceritakan tentang pertempuran yang benar-benar terjadi? Apakah pasal 19 atau pasal 20 menceritakan hal itu?
- 9. Apakah Alkitab punya apa saja untuk dikatakan tentang pertempuran fisik antara pasukan manusia yang harus bertempur di Palestina utara di masa depan?
- 10. Pertempuran apakah yang harus menjadi kepedulian kita?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Sebuah judul alternatif untuk pelajaran ini adalah "Bukan-Pertempuran Armagedon" atau "Armagedon!" saja. Jika Anda ingin berkhotbah dengan penerapan yang lebih pribadi, Anda bisa berbicara tentang "Pertempuran Yang Tidak Perlu Anda Risaukan—dan Pertempuran Yang Anda Harus Risaukan." Luangkanlah waktu pada paruh pertama pelajaran itu untuk apa yang disebut "pertempuran Armagedon" dan paruh keduanya untuk pertempuran di hati individu. West47dan Baldinger48menulis materi yang sangat baik tentang pertempuran di dalam hati manusia.
SALAH MENEMPATKAN TEKANAN
"Bergalon-galon minyak terbakar habis di tengah malam oleh para siswa yang [belajar] penuh semangat untuk mencoba mengungkap teka-teki '666,' atau untuk menjelaskan … 'Armagedon' atau 'Milenium' … Bukan karena terkenalnya hal-hal ini dalam penglihatan Santo Yohanes, tetapi karena terkenalnya mereka di … literatur saat ini, mereka layak mendapatkan perhatian khusus dalam setiap kajian Apocalypse."
Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts Albert H. Baldinger
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Mereka yang menggunakan pendekatan sejarah-berlanjut umumnya menafsirkan ketiga pertempuran ini sebagai tiga pertempuran terpisah ...
Catatan Akhir:
- 1 Mereka yang menggunakan pendekatan sejarah-berlanjut umumnya menafsirkan ketiga pertempuran ini sebagai tiga pertempuran terpisah yang telah terjadi dalam sejarah. Karena sekarang ini tidak banyak yang menganut pandangan ini, saya tidak akan meluangkan waktu untuk membahas hal itu dalam pelajaran ini. Untuk diskusi tentang pelbagai kelemahan pendekatan sejarah-berlanjut, lihat halaman 31-33 dalam "Wahyu, 1."
- 2 Kitab Wahyu mengandung banyak acuan lain tentang "memerangi," namun tidak satu pun dari nas-nas itu dalam teks Yunaninya bicara tentang "pertempuran."
- 3 Kata ton dalam frase ton polemon setara dengan kata "itu" dalam bahasa Indonesia.
- 4 "Pemain figuran" mengacu kepada mereka yang hanya memiliki peranan kecil dalam sebuah drama (mereka hanya punya "sedikit" hal untuk dikatakan dan/atau dilakukan). Naga, binatang, nabi palsu, katak-katak, raja, dan tentara itu mengira mereka punya peranan besar, tapi hanya Tuhan yang punya peran utama.
- 5 Baik naga dan binatang itu memiliki tujuh kepala, namun masing-masing disebut sebagai memiliki satu "mulut" (tunggal). Kita kembali diingatkan bahwa kita sedang melihat sebuah penglihatan, bukan sesuatu yang benar secara harfiah.
- 6 Kata "keluar" ditambahkan oleh para penerjemah. Beberapa penulis berpendapat bahwa katak-katak itu dimuntahkan.
- 7 Yohanes tidak mengatakan bahwa roh-roh najis itu adalah katak, tetapi mereka menyerupai katak. Diasumsikan bahwa, dalam penglihatan itu, mereka mirip katak (sehingga ilustrasi kita menunjukkan tiga katak), tapi itu mungkin tidak benar sama sekali. Apa yang ada di dalam pikiran Yohanes mungkin karakteristik roh-roh lain tertentu yang mengingatkan dia kepada katak.
- 8 Katak tidak secara khusus disebut di dalam Imamat 11; tetapi jika katak dianggap sebagai makhluk darat, binatang ini haram karena tidak memiliki kuku belah dan tidak memamah biak. Jika ia dianggap sebagai makhluk air, binatang ini haram karena tidak memiliki sirip dan sisik.
- 9 Para komentator lainnya hanya menekankan sifat menjijikkan dari katak; bahkan hari ini, katak secara universal dianggap makhluk yang menjijikkan. Beberapa penulis mencatat bahwa katak secara khusus tepat untuk bertindak sebagai wakil binatang laut dan binatang darat karena mereka adalah amfibi (bisa hidup di darat dan di air).
- 10 West Point adalah sebuah fasilitas yang melatih para pejabat untuk tentara Amerika. Gantilah dengan fasilitas serupa yang terdapat di negara Anda sendiri.
- 11 Kermit adalah boneka katak yang terkenal di Amerika Serikat, bagian dari program hiburan pendidikan anak-anak yang disebut "The Muppet Show." Gantilah istilah katak dengan istilah yang familiar bagi pendengar Anda.
- 12 Ya, saya tahu bahwa katak memiliki fungsi yang dimaksudkan Allah bagi mereka dan bahwa mereka punya peranan mereka di dunia milik Allah. Saya juga tahu bahwa kaki katak dimakan oleh manusia, bahwa katak adalah bagian dari rantai makanan di alam, bahwa racun yang berguna diambil dari katak tertentu, dan bahwa katak digunakan dalam penelitian. Saya sudah terlalu banyak menuliskan hal ini.
- 13 Karena demon adalah roh, pernah dikatakan bahwa terjemahan yang lebih pas adalah "roh-roh jahat." Terjemahan Phillips (J. B. Phillips, The New Testament in Modern English) menulis "roh-roh diabolical."
- 14 Lihat komentar tentang 13:13-15 dalam pelajaran "Penipu Ulung," dalam "Wahyu, 7."
- 15 Pasal 17 menekankan pengaruh yang Roma miliki atas penguasa-penguasa lain di dunia (17:02, 12, 13).
- 16 D. T. Niles, As Seeing the Invisible: A Study of the Book of Revelation (New York: Harper & Brothers, 1961), 85.
- 17 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 192-93. (Emphasis his.)
- 18 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 242.
- 19 Jika Anda menggunakan pelajaran ini sebagai khotbah tanpa mendahuluinya dengan pelajaran sebelumnya, Anda mungkin ingin mengomentari ayat 15, yang saya bahas secara singkat dalam pelajaran sebelumnya. Ayat itu juga menekankan bahwa pertempuran yang direncanakan ditakdirkan gagal.
- 20 Tanda untuk "napas lembut" bentuknya seperti apostrofi; tanda untuk "napas berat" bentuknya seperti apostrofi terbalik.
- 21 Satu masalah mengenai ejaan dan arti kata "Armagedon" adalah bahwa kata itu tidak muncul di tempat lain di dalam Kitab Suci dan hanya muncul sekali ini di dalam kitab Wahyu.
- 22 Arti sebenarnya "Megido" masih diperdebatkan. Beberapa orang beranggapan artinya adalah "tempat tentara" atau "tempat pembantaian."
- 23 John D. Davis, A Dictionary of the Bible, 4th rev. ed. (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1956), 489.
- 24 Sejarawan tanpa nama dikutip dalam Albert H. Baldinger, Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1960), 91. Banyak pertempuran penting telah terjadi di Megido selain yang disebutkan di dalam Alkitab (termasuk yang melibatkan Napoleon Bonaparte), tetapi pertempuran itu tidak disinggung karena tampaknya tidak berhubungan dengan nas itu.
- 25 Henry B. Swete, The Apocalypse of St. John (Cambridge: MacMillan Co., 1908; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.), 209.
- 26 Baldinger, 90.
- 27 Homer Hailey, Revelation: An Introduction and Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 336.
- 28 Kota Megido meminjamkan namanya untuk wilayah dataran terdekat dengannya.
- 29 George Eldon Ladd, A Commentary on the Revelation of John (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 216.
- 30 Robert Mounce, The Book of Revelation, The New International Commentary on the New Testament Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 301.
- 31 Morris, 193.
- 32 G. R. Beasley-Murray, The Book of Revelation, The New Century Bible Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1974), 245.
- 33 M. Robert Mulholland Jr., Holy Living in an Unholy World: Revelation, The Francis Asbury Press Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Francis Asbury Press, Zondervan Publishing House, 1990), 271.
- 34 Lihat catatan tentang "perbedaan" dalam pelajaran "Menyalahkan Allah Atas Masalah Kita."
- 35 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 376.
- 36 James M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 101.
- 37 Karena kitab Wahyu menggunakan istilah "peperangan," mungkin pendengar Anda akan bingung mendengar Anda mengatakan "tidak ada peperangan." Intinya adalah bahwa kekuatan jahat berkumpul dengan tujuan melancarkan "perang," tapi perang itu tidak pernah terjadi. Saya ingat kejadian waktu taman kanak-kanak ketika dua bocah laki-laki bersiap untuk berkelahi, tapi seorang guru turun tangan dan menghentikan mereka. Jadi sebenarnya tidak ada perkelahian yang terjadi.
- 38 Hailey, 336-37.
- 39 Coffman, 376.
- 40 Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 189.
- 41 Rubel Shelly, The Lamb and His Enemies: Understanding the Book of Revelation (Nashville: 20th Century Christian Foundation, 1983), 98.
- 42 Pasal 16 juga memberikan kita jaminan bahwa musuh-musuh kita akan dikalahkan oleh Tuhan.
- 43 Beberapa penulis mengacukan peperangan rohani di mana setiap orang terlibat sebagai "Armagedon." Tujuan mereka adalah (1) untuk menunjukkan bahwa Armagedon bukanlah pertempuran yang terjadi di suatu tempat di Palestina; (2) untuk menekankan bahwa pertempuran yang penting adalah bersifat rohani, bukan fisik; (3) untuk membuat penerapan pribadi. Namun demikian, mengacukan pergumulan kita sebagai "Armagedon" membingungkan masalah itu, dan saya memilih untuk tidak melakukannya. Beberapa orang membatasi istilah mereka dan menggunakan frase seperti "Armagedon pribadi Anda" dan "Armagedon mini." Anda perlu menggunakan penilaian Anda sendiri dalam hal ini
- 44 Owen L. Crouch, Expository Preaching and Teaching: Revelation (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1985), 287.
- 45 W. B. West Jr., Revelation Through First-Century Glasses, ed. Bob Prichard (Nashville: Gospel Advocate Co., 1997), 110.
- 46 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, Anda tentu ingin memberitahu para pendengar Anda cara untuk memiliki hubungan yang benar dengan Allah, sehingga Ia dapat membantu mereka memperoleh kemenangan.
- 47 West, 110-13.
- 48 Baldinger, 92-94.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) MEMERINTAH BERSAMA KRISTUS!
WAHYU 20:4-6
Kita telah tiba di bagian paling kontroversial dari pasal paling kontroversial dari kitab paling kontrovers...
MEMERINTAH BERSAMA KRISTUS!
Kita telah tiba di bagian paling kontroversial dari pasal paling kontroversial dari kitab paling kontroversial di dalam Alkitab: Wahyu pasal 20 ayat 4 sampai 6. Di 20:1-3, kita mempelajari bahwa Iblis diikat selama seribu tahun. Sekarang kita baca:
Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun. Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama. Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya (ay. 4-6).
Untuk sesaat, lupakanlah spekulasi yang Anda pernah dengar atau baca tentang ayat 1 sampai 6—dan berkonsentrasilah pada perbedaan yang diperlihatkan oleh Roh Kudus: Iblis diikat selama seribu tahun, sementara para martir memerintah selama seribu tahun. Dalam pelajaran kita sebelumnya, kita mengulas bahwa seribu tahun adalah simbol kekomplitan yang komplit:1Iblis diikat sepenuhnya, sementara para martir memerintah sepenuhnya. Dengan kata lain, ada kekalahan penuh di satu sisi, sementara di sisi lain ada kemenangan penuh!
Umat Kristen mula-mula membutuhkan sudut pandang itu. Dari sudut pandang duniawi, Iblis kelihatannya menang dan agama Kristen dihukum. Wahyu 20:1-6 berseru keras kepada umat Kristen yang setia, "Itu hanya ilusi! Inilah kenyataannya: Kalian menang! Jangan khawatir tentang kehilangan nyawamu, karena mereka yang martir karena iman mereka tidak benar-benar mati. Mereka hidup, dan mereka sedang memerintah bersama Yesus!"
Wahyu 20:4-6 telah melahirkan begitu banyak teori aneh dan berbelit-belit sehingga saya tidak punya pilihan selain memeriksa beberapa dari teori itu. Namun begitu, saya berdoa, semoga Anda tidak akan melupakan konsep sederhana ayat-ayat ini: Jika Anda tetap setia, Iblis kalah dan Anda menang!
PANDANGAN MEMBINGUNGKAN TENTANG SERIBU TAHUN
Anda mungkin pernah mendengar kata "milenium." "Milenium" berasal dari mille, kata Latin untuk "seribu." "Milenium" hanyalah cara lain untuk mengatakan "seribu tahun."2Wahyu 20 adalah salah satu dari sedikit tempat di Alkitab yang berbicara tentang "seribu tahun,"3dan satu-satunya tempat yang mengacukan pemerintahan seribu tahun.
Dari semua angka simbolik yang ditemukan di kitab Wahyu, mengapakah manusia memutuskan untuk mengharfiahkan "seribu tahun," saya tidak tahu. Mengapakah mereka kemudian membangun sebuah sistem teologi yang kompleks di sekitar pandangan harfiah mereka tentang "seribu tahun" itu. Saya tidak bisa bilang. Namun begitu, itu terjadi—dan sekarang kita harus menghadapinya.
Mereka yang menulis tentang "pandangan milenial" pada umumnya mengklasifikasikan setiap orang ke dalam salah satu dari tiga kategori berikut ini:
Postmilenialisme
Postmilenialisme adalah pendekatan populer bertahun-tahun yang lalu. Sekarang ini pandangan itu secara relatif sudah ditinggalkan, tapi Anda masih akan menemukan pelbagai acuan kepada pandangan itu dalam komentari lama yang dicetak ulang.
Kata "post" berarti "setelah." "Postmilenialisme" berarti "setelah seribu tahun" Titik acuannya adalah Kedatangan Kedua: Kelompok postmilenialis percaya bahwa Kristus akan datang setelah masa "seribu tahun" berakhir. Kebanyakan dari mereka tidak memahami "milenium" itu sebagai seribu tahun sungguhan, melainkan sebagai "suatu zaman keemasan" di mana injil akan menang di dunia ini dan kedamaian serta kemakmuran akan menyebar di seluruh muka bumi ini. Dua perang dunia dan pelbagai masalah lain dari abad kedua puluh mengakhiri optimisme yang naif ini.
Premilenialisme
"Pre" berarti "sebelum," sehingga "premilenialisme" secara harfiah berarti "sebelum seribu tahun." Sekali lagi, titik acuannya Kedatangan Kedua: Kelompok premilenialis percaya bahwa Kristus akan datang sebelum masa "seribu tahun"—dan mereka memahami "seribu tahun" itu sebagai seribu tahun yang setiap tahunnya berisi 365 hari. Mereka mengajarkan bahwa Kristus akan kembali ke bumi untuk memerintah di atas takhta literal selama seribu tahun di kota literal Yerusalem di negara literal Israel.4
Amilenialisme
"A" adalah awalan yang berarti "tidak" atau "bukan." Jadi, "amilenialisme" berarti "tidak seribu tahun." Ini merupakan istilah yang tidak tepat, karena sebagian besar orang yang disebut "orang amilenialis" percaya kepada "seribu tahun" kitab Wahyu; mereka percaya bahwa kata "seribu" bersifat kiasan, seperti angka lainnya di dalam kitab ini. Namun demikian, ini adalah istilah standar teologi bagi mereka yang memahami "seribu tahun" bersifat simbolik. Para teolog akan mengelompokkan saya sebagai "amilenialis," meskipun itu bukan istilah yang saya sendiri akan gunakan.
Dari tiga "pandangan milenium" itu, salah satu pandangan yang telah menelurkan begitu banyak gagasan yang berlebihan dan aneh adalah premilenialisme. Seraya kita berusaha keras melakukan pendekatan yang rasional terhadap Kitab Wahyu itu, kita akan terus menerus berhadapan dengan premilenialisme; oleh sebab itu, kita harus terus meneliti premilenialisme secara lebih dekat.
KESALAHAN MENYESATKAN TENTANG SERIBU TAHUN
Selama bertahun-tahun, berbagai individu telah mengedepankan gagasan bahwa "seribu tahun" Wahyu 20 harus dipahami (lebih atau kurang) secara harfiah dan bahwa istilah itu dalam cara tertentu terkait dengan kedatangan kedua Yesus.5Namun begitu, premilenialisme dispensasi6seperti yang ada saat ini, adalah relatif baru. Paham itu dimulai oleh John Nelson Darby dari kelompok Plymouth Brethren, disebarkan oleh Scofield Bible, dan dipopulerkan oleh tulisan-tulisan Hal Lindsey pada 1970-an.7
Beberapa kekurangan pendekatan ini terhadap kitab Wahyu pernah dibahas, termasuk tidak adanya penghiburan bagi umat Kristen abad pertama yang dianiaya dan mengecilkan fungsi gereja Tuhan kita yang dibeli oleh darah-Nya.8Dalam pelajaran ini, kita akan berkonsentrasi pada beberapa kelemahan keyakinan ini atas nas yang kaum premilenialis anggap sebagai inti teologi mereka: Wahyu 20.
(1) Doktrin-doktrin utama premilenialisme dibangun di atas pondasi bahasa apokaliptik yang goyah di dalam Wahyu 20. Khususnya, hal ini memang benar dalam hal gagasan pemerintahan literal seribu tahun di bumi. G. B. Caird menulis, Ketika kita berpaling kepada Perjanjian Baru, kita tidak menemukan jejak kepercayaan kepada milenium di dalam penulis mana saja selain Yohanes. Paul, memang, berbicara tentang pemerintahan Kristus yang berlanjut terus sampai semua musuh-musuhnya tunduk kepada Dia, tapi ini adalah pemerintahan yang dimulai dengan peninggian[-Nya] ke posisi tangan kanan Allah (I Kor xv 24-28, bdk Mat xiii 41); …9
Doktrin-doktrin lainnya juga didasarkan pada bahasa tak jelas Wahyu 20 ini, seperti halnya gagasan multi kebangkitan tubuh.
Mengenai pendekatan harfiah terhadap pasal itu, Ray Summers mengatakan, Jika Wahyu 20 ayat 4, 5, dan 6 dihilangkan, tak seorang pun akan pernah bermimpi tentang pemerintahan harfiah Kristus selama seribu tahun di atas bumi—takhta sementara yang Ia dirikan di Yerusalem dan meresmikan pemerintahan seribu tahun sebagai raja duniawi. Namun seluruh sistem eskatologi, teologi, dan filsafat sejarah telah dibangun di atas dasar yang goyah dari ayat-ayat yang sangat simbolik.10
(2) Kebanyakan doktrin premilenialisme tidak ditemukan di dalam Wahyu 20; doktrin-doktrin itu diciptakan atas kesan dari nas itu. Meskipun pasal ini dianggap menceritakan pemerintahan seribu tahun, sebagian besar rincian penting tentang pemerintahan itu (seperti yang dikedepankan oleh kaum premilenialis) sangat jelas tidak ada di dalam nas itu.
Misalnya, tidak ada penyebutan Kristus memerintah di bumi. Bacalah nas itu dengan hati-hati, dan Anda akan melihat bahwa begitulah faktanya. Mengenai pemerintahan seribu tahun Wahyu 20, William Hendriksen bertanya, "Di manakah itu terjadi?" dan kemudian menjawab:
(a) Di manakah takhta-takhta itu, sebab kita baca: "Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya." Sekarang, menurut seluruh kitab Wahyu Tahta Kristus dan umat-Nya itu selalu berada di sorga: …11
(b) Di manakah jiwa-jiwa para martir tanpa tubuh berada, sebab kita baca: "Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus." Yohanes melihat jiwa-jiwa, bukan tubuh-tubuh. Ia sedang memikirkan jiwa-jiwa tanpa tubuh, sebab kita baca: "mereka, yang telah dipenggal kepalanya." … Perbedaan antara jiwa dan tubuh bahkan ditekankan: "jiwa-jiwa mereka yang telah dipenggal." …
(c) Di manakah Yesus hidup, sebab kita baca: "Dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus." Pertanyaan itu, dengan sendirinya, adalah: di manakah, menurut kitab Wahyu itu, tempat dari mana Pengantara yang ditinggikan itu memerintah alam semesta? Di manakah Yesus tinggal? Jelas, di sorga! Adalah di sorga Anak Domba itu digambarkan sebagai mengambil gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas Takhta itu, Wahyu 5. Wahyu 12 jelas menyatakan bahwa Kristus "dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.…"12
Daftar doktrin premilenial yang tidak terdapat di dalam Wahyu 20 hampir tak ada habisnya: Tidak ada penyebutan tentang Kedatangan Kedua, apa yang disebut "Pengangkatan," takhta Daud, kota Yerusalem, atau orang Yahudi daging.
Yang cukup menarik, Wahyu 20 tidak menunjukkan lamanya pemerintahan Kristus. Bahkan jika "seribu tahun" dipahami secara harfiah, nas itu hanya menyatakan bahwa para martir "memerintah bersama Dia selama seribu tahun"; itu tidak menunjukkan berapa lama Kristus memerintah. (Sejumlah raja Perjanjian Lama memerintah bersama ayah mereka untuk jangka waktu tertentu, namun pernyataan tersebut tidak memberitahu kita berapa lama ayah mereka itu memerintah.13)
James Efird mengatakan, "Satu-satunya cara orang dapat menemukan ide-ide itu dalam teks ini adalah dengan mengimpornya—dan itu bukan pilihan bagi siapa saja yang sedang berusaha memahami apa yang dikatakan dan dimaksudkan oleh teks aslinya."14
(3) Doktrin-doktrin premilenial yang didasarkan pada bahasa kiasan dalam Wahyu 20 menentang nas-nas jelas Kitab Suci di tempat lain:15
Kaum premilenialis mengklaim bahwa Wahyu 20 mengajarkan bahwa pemerintahan Kristus tidak akan dimulai sampai suatu saat di masa depan, namun nas-nas di tempat lain secara jelas mengajarkan bahwa pemerintahan Kristus dimulai ketika Ia naik kepada Bapa. Banyak nas suci yang menyinggung tentang Kristus yang duduk di atas takhta Daud. Salah satunya adalah khotbah Petrus di dalam Kisah 2. Rasul itu berkata, mengenai Raja Daud, Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini. Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus. (Kisah 2:30-36).
Perhatikanlah bahwa kebangkitan Yesus dan kenaikan-Nya ke sorga menggenapi janji tentang "mendudukkan salah satu keturunannya [Daud] di atas takhta [Daud]." Yesus telah "ditinggikan di sebelah tangan kanan Allah" dan memerintah bersama Dia di sorga sampai musuh-musuh-Nya dijadikan tumpuan kaki-Nya.
Paulus berfokus pada aspek pemerintahan Kristus di 1 Korintus 15:
Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan, bahwa "segala sesuatu telah ditaklukkan", maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya. Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua (1 Korintus 15:22-28).
Kata Yunani yang diterjemahkan "memerintah" di ayat 25 berbentuk present infinitive.16Bentuk present tense menunjukkan tindakan yang berkelanjutan. Ayat 25 bisa diterjemahkan, "Ia harus terus memerintah sampai Ia sudah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kakinya." Ayat 26 menyatakan bahwa musuh terakhir yang akan dikalahkan adalah maut.
Kitab Wahyu bahkan membuat jelas bahwa saat ini Kristus sedang memerintah. Ia sudah sebagai Raja segala raja dan Tuan segala tuan (17:14; 19:16)!17
Masalah pemerintahan Kristus mau tidak mau berkaitan dengan kerajaan-Nya. Umumnya, kaum premilennialis mengajarkan bahwa Yesus tidak akan memerintah atas kerajaan-Nya sampai beberapa waktu kemudian. Namun begitu, nas-nas yang jelas di dalam Alkitab mengajarkan bahwa saat ini Kristus sedang memerintah atas kerajaan-Nya18—bahwa kerajaan itu berawal pada Pentakosta pertama setelah kematian, penguburan, kebangkitan, dan kenaikan Yesus.
Yohanes Pembaptis dan Yesus memberitakan bahwa kerajaan itu "sudah dekat" (Matius 3:2; 4:17). Selama pelayanan-Nya di bumi, Yesus memberitahu murid-murid-Nya bahwa dalam masa hidup mereka, mereka akan "melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa" (Markus 9:1). Tepat sebelum kenaikan-Nya, Kristus memberitahu mereka bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus datang (Kisah 1:6-8). Roh Kudus datang pada hari Pentakosta (Kisah 2:1-4), dan dengan demikian kerajaan itu telah datang "dengan kuasa."19Pada waktu itu Petrus dapat menyatakan bahwa Yesus sudah memulai pemerintahan-Nya di sebelah tangan kanan Allah.
Paulus memberitahu jemaat Kolose bahwa Allah sudah "melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih"(Kolose 1:13). Penulis kitab Ibrani memberitahu para pembacanya, "Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur" (Ibrani 12:28a).20Sekali lagi, Kitab Wahyu berisi pengajaran bahwa kerajaan itu sudah berwujud: Pada pasal pertama, Yohanes menulis bahwa Yesus "telah membuat kita menjadi suatu kerajaan" (ay. 6). Dalam pasal yang sama, Yohanes berkata bahwa ia adalah "saudara dan sekutu" (ay. 6) dengan para pembacanya "dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus" (ay. 9; huruf miring oleh saya). Kesusahan dan ketekunan itu bukan masih ribuan tahun di masa depan; begitu juga halnya dengan kerajaan itu.21
Doktrin lain premilenial yang didasarkan pada Wahyu 20 adalah multi kebangkitan tubuh: gagasan bahwa akan ada kebangkitan tubuh orang baik di awal masa "seribu tahun" dan kebangkitan tubuh orang jahat pada akhir masa "seribu tahun."22Kita akan membahas ungkapan "kebangkitan pertama" (ay. 5, 6) nanti di dalam pelajaran ini; tetapi untuk saat ini, mari kita perhatikan bahwa nas-nas jelas Kitab Suci hanya mengajarkan satu kebangkitan tubuh: Yesus berkata bahwa "saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk"(Yohanes 5:28, 29; huruf miring oleh saya). Paulus mengatakan bahwa "akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar" (Kisah 24:15b).
Pernyataan-pernyataan oleh Yesus dan Paulus ini mengajarkan kebangkitan tubuh secara umum atas orang baik dan orang jahat.23Pernyataan mereka itu tidak membolehkan adanya kebangkitan tubuh orang jahat ribuan tahun setelah kebangkitan tubuh orang benar. Kita perlu memahami "dengan serius kenyataan perumpamaan Yesus tentang ilalang di antara gandum (Matius 13:24-30, 36-43), yaitu, bahwa kebaikan dan kejahatan akan berkembang secara berdampingan sampai waktu panen, yaitu pada hari kiamat."24
Ketika kita memiliki teori, yang didasarkan pada bahasa kiasan, yang bertentangan dengan pengajaran nas-nas jelas Kitab Suci, yang manakah yang harus kita terima sebagai kebenaran? Daniel Russell mempertimbangkan pertanyaan ini:
Yang manakah yang akan Anda ambil untuk otoritas Anda, pernyataan bijaksana dari kitab-kitab Injil dan Surat-Surat Kiriman atau bahasa simbolik tinggi dari kitab Wahyu? Misalkan Anda memiliki seorang sejarawan handal seperti McMaster atau Rhodes yang menceritakan fakta-fakta Perang Saudara [Amerika]. Kemudian misalkan Anda memiliki seorang penyair seperti Stephen Vincent Benét yang menulis sejarah perang seperti yang Benét lakukan dengan judul, John Brown's Body. Yang manakah yang akan Anda ambil sebagai standar otoritas Anda? Akankah Anda mencoba memanipulasi McMaster dan Rhodes untuk membuat pernyataan mereka sejalan dengan pernyataan Benét? Tidak, kecuali Anda telah kehilangan seluruh kemampuan penilaian Anda. Jika Anda melakukan manipulasi, Anda tentu akan melakukannya sebaliknya.25
Dengan kata lain, ketimbang memelintir nas-nas jelas itu agar sesuai dengan penafsiran manusia atas nas-nas kiasan, nas-nas kiasan itulah yang seharusnya ditafsirkan sehingga sesuai dengan ajaran nas-nas yang jelas itu.
Seperti orang Yahudi di zaman Yesus,26beberapa orang premilenial menganggap berkat rohani kurang memuaskan: Harapan tentang sorga yang mulia tidak cukup; mereka ingin harapan tentang bumi yang diremajakan. Salib Yesus tampaknya tidak menarik untuk mereka sebagai mahkota Yesus; kedamaian di atas bumi lebih diutamakan daripada kedamaian di dalam hati; dan janji pengampunan dosa memudar di sisi prospek pelenyapan penyakit. Burton Coffman menulis, … kita sangat bersimpati terhadap mereka yang "bergantung" pada mimpi tentang sebuah Utopia di bumi, di mana semua akan menjadi kedamaian dan cahaya bagi Zaman Keemasan yang sangat indah; tetapi, jika orang-orang yang tertipu dengan cara itu, mau mendengarkan, di dalam PB tidak ada janji tentang hal-hal seperti itu. Kita harus mengalami "banyak sengsara" untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah (Kisas 14:22), kita harus "menderita bersama Dia" (Roma 8:17), semua orang saleh "akan menderita penganiayaan" (2 Timotius 3:12), semua orang yang mengikut Kristus harus "memikul salib mereka setiap hari" (Lukas 9:23), …27
Perjanjian Baru tidak menjanjikan kita sebuah dunia tanpa masalah. Sebaliknya, mengajarkan bahwa Allah "mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga"(Efesus 1:3; huruf miring oleh saya). Apa yang membuat umat Kristen yang dianiaya bertahan bukanlah teori tertentu tentang Kristus datang kembali ke bumi, melainkan harapan untuk pergi "bersama dengan Kristus." Kata Paulus, ini "sangat jauh lebih baik" (Filipi 1:23). Amin! Janji-janji rohani Allah adalah jauh lebih baik daripada manfaat keduniawian khayalan manusia!
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 20:4-6)
Pelajaran ini memang tidak mudah, tapi saya berdoa semoga Anda tidak kehilangan pandangan tentang kekuatan utama Wahyu 20:4...
KESIMPULAN (Wahyu 20:4-6)
Pelajaran ini memang tidak mudah, tapi saya berdoa semoga Anda tidak kehilangan pandangan tentang kekuatan utama Wahyu 20:4-6: Jika Anda tetap setia kepada Tuhan, Iblis kalah dan Anda menang!
Penekanan dalam teks kita adalah tentang orang-orang yang mati karena iman mereka di abad pertama. Itu menekankan bahwa kematian tidak membatalkan janji-janji yang diberikan kepada setiap orang Kristen, bahwa orang setia yang mati masih menikmati janji-janji itu. Sekarang, seraya kita mengakhiri, saya ingin membalik hal itu: Segala berkat yang dijanjikan kepada para martir di Wahyu 20 bisa juga menjadi milik Anda: Anda dapat mengetahui kehidupan nyata; Anda bisa menjadi imam bagi Tuhan; Anda bisa memerintah bersama Kristus. Selanjutnya, Anda dapat melakukan ini selama "seribu tahun"—sepenuhnya dan menyeluruh. Bukankah itu menakjubkan?
Berkat-berkat ini dapat menjadi milik Anda, tetapi benarkah segala berkat itu milik Anda? Sudahkah Anda memberikan diri Anda kepada Kristus dalam ketaatan yang rendah hati? Sudahkah Anda menyerahkan hidup Anda kepada Dia? Sudahkah Anda "menyembunyikan hidup Anda" di dalam Dia? (Lihat Kolose 3:3.) Jika belum, jangan menunggu lebih lama lagi untuk menerima segala berkat-Nya!50
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Perbedaan apakah yang ditemukan antara 20:1-3 dan 20:4-6? Menurut pelajaran itu, apakah pesan utama ayat 1 sampai 6?
- 2. Apakah arti kata "milenium"? Apakah arti kata "postmilenialisme," "premilenialisme," dan "amilenialisme"? Bandingkan dan bedakanlah makna dari istilah-istilah ini.
- 3. Tinjaulah kembali ajaran dasar kaum premilenialis yang disajikan dalam pelajaran "Awal Yang Baik Menyelesaikan Separuh Pekerjaan," dalam "Wahyu, 1."Apa sajakah kelemahan umum posisi doktrin ini?
- 4. Pelajaran ini menyantumkan tiga kelemahan tertentu premilenialisme tentang Wahyu 20. Sebutkanlah yang pertama?
- 5. Sebutkanlah kelemahan kedua yang diberikan. Cantumkanlah beberapa doktrin utama premilenialisme yang tidak ditemukan di dalam Wahyu 20.
- 6. Sebutkanlah kelemahan ketiga premilenialisme yang diberikan di dalam pelajaran ini. Teori apa sajakah yang didasarkan pada nas-nas kiasan yang bertentangan dengan pengajaran dari nas-nas jelas Kitab Suci, yang manakah yang harus kita terima?
- 7. Apakah Perjanjian Baru mengajarkan Kristus sedang memerintah sekarang?
- 8. Apakah Perjanjian Baru mengajarkan kerajaan Kristus sudah terwujud sekarang ini?
- 9. Apakah Perjanjian Baru mengajarkan akan adanya multi kebangkitan tubuh?
- 10. Wahyu 20:4-6 mengajarkan bahwa para martir (dan orang-orang setia lainnya yang mati) akan hidup, memerintah, menghakimi, dan melayani sebagai imam. Apakah janji-janji ini secara eksklusif hanya milik para martir saja, atau apakah janji-janji itu berlaku untuk semua orang Kristen? Mengapa, kemudian, ada penekanan bahwa para martir memiliki berkat-berkat ini?
- 11. Diskusikanlah arti dan makna ungkapan "kebangkitan pertama."
- 12. Dalam pengertian khusus apakah orang Kristen memiliki hidup yang tidak dunia miliki? Dalam pengertian umum apakah umat Kristen memerintah? Dalam pengertian umum apakah orang Kristen menghakimi dunia?
- 13. Dalam cara apakah 20:4-6 seharusnya memberi hati Anda penghiburan?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Anda bisa membuat tabel perbandingan berisi dua kolom: Di atas kolom pertama, letakkan label "Semua orang Kristen," dan di bagian atas kolom kedua, tulislah "Para Martir." Di bawah masing-masing judul, cantumkanlah segala berkat yang disebutkan di dalam 20:4-6, dengan menekankan bahwa setiap berkat yang dikaitkan dengan para martir di pasal 20 itu dijanjikan kepada orang Kristen di tempat lain. Lalu, jelaskanlah mengapa ada penekanan bahwa para martir masih memiliki berkat-berkat itu.
Seseorang menyebut teks kita ini "lapisan perak dari awan yang sangat gelap."
Jadi, Thomas Torrance51menjudulkan nas ini "Lapisan Perak."
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Lihat catatan tentang simbolisme "seribu" dalam pelajaran "Iblis Diikat," dalam "Wahyu, 9."
2 Anda...
Catatan Akhir:
- 1 Lihat catatan tentang simbolisme "seribu" dalam pelajaran "Iblis Diikat," dalam "Wahyu, 9."
- 2 Anda juga mungkin menemukan istilah terkait: "chiliasme." Kata ini dari kata Yunani untuk "seribu" (chilos) dan mengacu kepada teori tertentu tentang "seribu tahun" dari Wahyu 20
- 3 Beberapa tempat di dalam Alkitab menggunakan istilah "seribu tahun" untuk mengacu kepada periode panjang, dengan waktu yang tidak terbatas (Mazmur 90:4; Pengkhotbah 6:6; 2 Petrus 3:8). Tidak satupun di dalam pelbagai acuan itu istilah "seribu tahun" digunakan sebagai seribu tahun kalender literal.
- 4 Untuk melihat lebih rinci tentang pelbagai keyakinan dari berbagai kelompok premilenialis, lihat pelajaran "Awal Yang Baik Menyelesaikan Separuh Pekerjaan," dalam "Wahyu, 1."
- 5 Kaum Premilenialis gemar menyantumkan nama orang-orang yang menerima gagasan ini (terutama beberapa orang yang disebut "Bapa Gereja") seolah-olah mereka semua mendukung apa yang premilenialisme modern ajarkan. Memang benar bahwa beberapa penulis Kristen awal itu tampaknya dipengaruhi oleh kesalahpahaman umum Yahudi tentang pemerintahan duniawi Mesias. Namun begitu, itu tidak benar, bahwa mereka mengajarkan pandangan radikal dari premilenialisme dispensasi zaman kini. Survei singkat hal ini diliput di dalam William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 190-91, dan di dalam R. C. H. Lenski, The Interpretation of St. John's Revelation (Minneapolis, Minn.: Augsburg Publishing House, 1963), 570.
- 6 Istilah "dispensasi" mengacu kepada teori bahwa periode antara kematian Kristus dan kedatangan-Nya yang kedua kali ini dipecah menjadi beberapa "dispensasi"-beberapa periode waktu yang berbeda di mana Allah berhubungan dengan umat manusia dalam berbagai cara. Misalnya, J. N. Darby mengajarkan bahwa Kisah 2 sampai 7 adalah "zaman Yahudi" agama Kristen (zaman legalisme), sementara Kisah 8 dan selanjutnya adalah "zaman non-Yahudi" (zaman kasih karunia). Kebanyakan orang premilenialis dispensasi mengatakan bahwa kita saat ini hidup dalam "zaman gereja," sedangkan pemerintahan seribu tahun menjadi "zaman kerajaan." Teori-teori seperti itu melanggar konsep dasar bahwa "Allah tidak membedakan orang" (Kisah 10:34). Selama "hari-hari terakhir" ini (Kisah 2:17; Ibrani 1:2), Allah tidak punya satu pengaturan untuk orang tertentu dan pengaturan yang berbeda untuk orang lain.
- 7 Lihat catatan dalam pelajaran "Awal Yang Baik Menyelesaikan Separuh Pekerjaan," dalam "Wahyu, 1."
- 8 Ibid
- 9 G. B. Caird, A Commentary on the Revelation of St. John the Divine (London: Adam & Charles Black, 1966), 251.
- 10 Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 203.
- 11 Kata "takhta" ditemukan 47 kali di dalam Kitab Wahyu; dengan pengecualian pada acuan kepada takhta Iblis dan binatang, takhta atau takhta-takhta selalu terdapat di sorga.
- 12 William Hendriksen, More Than Conquerors (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954), 230-31. (Huruf miring oleh dia)
- 13 Ketika Anda menelusuri kronologi raja-raja Yehuda dan Israel, Anda akan melihat bahwa pemerintahan dari banyak raja itu tumpang tindih. Misalnya, Ahas memerintah dengan ayahnya Yotam selama sekitar dua belas tahun, dan Manasye mungkin memerintah dengan Hizkia selama delapan atau sembilan tahun. Pernyataan tersebut memberitahukan lamanya mereka memerintah bersama, tetapi tidak memberitahukan berapa lama sang ayah memerintah. Sebuah diskusi lebih lanjut tentang ini muncul di dalam Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 303.
- 14 James M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 118.
- 15 Frank Pack menunjukkan bahwa dispensasionalisme melibatkan "rekonstruksi yang sangat luas atas skema penebusan dan tujuan awal Allah" (Revelation, Part 2 [Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1965], 48). Namun begitu, pada bagian ini kita hanya kuatir dengan kontradiksi yang berhubungan dengan Wahyu 20.
- 16 Dalam bahasa Inggris sebuah infinitive adalah sebuah kata kerja (biasanya didahului oleh kata "to") yang berfungsi sebagai kata sifat, kata keterangan, atau kata benda.
- 17 Kita bisa mengutip nas-nas lain yang juga mengajarkan bahwa Yesus, setelah Ia menderita, pergi untuk duduk di atas takhta dengan Bapa-Nya. Lihat, misalnya, Ibrani 12:2.
- 18 Beberapa orang premilenialis menyadari ajaran Alkitab yang berhubungan dengan pemerintahan Yesus sekarang ini dan fakta bahwa kerajaan itu saat ini sudah ada. Oleh karena itu, mereka mengatakan bahwa "dalam arti tertentu, Yesus kini sedang memerintah." Kadang-kadang mereka membuat perbedaan antara "kerajaan" ("k" kecil) saat ini dan "Kerajaan" ("K" besar ) seribu tahun. Perbedaan tersebut buatan manusia dan tidak memiliki dukungan di dalam Kitab Suci.
- 19 Banyak penulis mengacu kepada kata-kata dalam doa contoh, "datanglah kerajaan-Mu" (Matius 6:10), seolah-olah kata-kata itu masih perlu kita ucapkan-tapi sentimen itu diungkapkan sebelum kerajaan itu didirikan di Kisah 2. Yesus telah memberitakan bahwa kerajaan itu "sudah dekat," dan Ia menyarankan bahwa murid-murid-Nya berdoa untuk penggenapan janji itu. Janji itu digenapi pada hari Pentakosta, ketika tiga ribu orang dibaptis setelah Petrus memberitakan khotbah injil pertama.
- 20 Kata Yunani yang diterjemahkan "menerima" adalah present participle, yang berarti bahwa hal itu dapat diterjemahkan "sedang menerima" (lihat Alkitab KJV). Sebuah present participle menunjukkan tindakan yang simultan dengan tindakan kata kerja utamanya (dalam hal ini, kata kerja yang diterjemahkan oleh frase "marilah kita mengucap syukur"). Kita harus menunjukkan rasa syukur karena kita telah menerima sebuah kerajaan.
- 21 Ketika kita berbicara tentang kerajaan yang sudah ada, kita berbicara tentang gereja. Istilah "kerajaan" dan "gereja" digunakan secara bergantian di dalam Matius 16:18, 19 dan nas-nas lainnya. Kata "kerajaan" semata mengacu kepada wilayah di atasnya Tuhan memerintah. Manifestasi duniawi secara khusus atas wilayah ini adalah gereja; manifestasi sorgawinya adalah sorga itu sendiri. Ada satupengertian di mana kita akan menerima kerajaan di masa depan-ketika kita akhirnya masuk ke sorga-tapi Perjanjian Baru adalah jelas bahwa saat ini Kristus sedang memerintah atas kerajaan/gereja-Nya.
- 22 Banyak orang premilenialis mengajarkan bahwa akan ada lebih dari dua kebangkitan tubuh: (1) pada saat "Pengangkatan," kebangkitan orang percaya, (2) pada akhir periode tujuh tahun "Pengangkatan/Kesengsaraan," kebangkitan mereka yang menjadi orang percaya dan mati selama periode tersebut (hal ini kadang-kadang disebut kebangkitan "sabitan susulan"), (3) pada akhir masa pemerintahan seribu tahun, kebangkitan orang-orang yang bertobat dan yang mati selama masa seribu tahun, (4) setelah Iblis dilempar ke dalam lautan api, kebangkitan orang fasik. Beberapa orang menambahkan daftar ini. Beberapa orang mengajarkan bahwa nanti akan ada tujuh kebangkitan.
- 23 Banyak nas lainnya mengajarkan satu kebangkitan umum. Lihat, misalnya, Daniel 12:2. Pikirkan juga nas-nas yang hanya berbicara tentang "kebangkitan orang mati itu" (huruf miring oleh saya): Matius 22:31; Kisah 24:21; Ibrani 6:2. Masalah multi kebangkitan berkaitan dengan masalah penghakiman. Untuk diskusi singkat tentang multi penghakiman, lihat pelajaran "Lima Fakta Penghakiman Yang Anda Perlu Ketahui."
- 24 Bruce M. Metzger, Breaking the Code: Understanding the Book of Revelation (Nashville: Abingdon Press, 1993), 95.
- 25 Daniel Russell, Preaching the Apocalypse (New York: The Abingdon Press, 1935), 227.
- 26 Orang-orang Yahudi sedang mencari seorang raja lahiriah yang akan duduk di atas takhta lahiriah dan melakukan peperangan lahiriah atas nama mereka. Karena Yesus "hanya" seorang raja rohaniah, mereka menolak Dia dan menyalibkan Dia.
- 27 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 469.
- 28 Ini adalah alasan yang sama yang diberikan untuk pengasingan Yohanes (1:9) dan kemartiran jiwa-jiwa yang berada di bawah mezbah (6:9). Lihat catatan tentang 1:9 dalam pelajaran "Seorang Seperti Anak Manusia," dalam "Wahyu, 2."
- 29 Tujuan binatang kedua (nabi palsu) selama ini adalah membujuk manusia untuk menyembah binatang pertama dan patungnya, dan menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka (13:15-17). Mereka yang dipengaruhi oleh nabi palsu itu disiksa "sampai selama-lamanya, dan siang malam" (14:11), sementara mereka yang menolak akhirnya memerintah bersama Yesus (20:4). Untuk arti dari istilah-istilah yang digunakan, lihat komentar tentang 13:16-18 dalam pelajaran "Penipu Ulung," dalam "Wahyu, 7."
- 30 Hendriksen menulis, "Benar, istilah 'jiwa' kadangkala berarti 'orang,' misalnya, dalam Kej. 46:27. Tapi dalam kasus itu Anda dapat mengganti istilah 'orang' dengan 'jiwa.' Di sini di Wahyu 20 Anda tidak bisa melakukan hal itu!" (230).
- 31 Kita mungkin harus menganggap kedua kelompok jiwa di dalam pasal 6 dan 20 sebagai kelompok yang sama, dan pasal 20 sebagai bagian dari jawaban atas pertanyaan "Berapa lama lagikah?"
- 32 Dalam teks aslinya, bagian kedua dimulai dengan "dan yang seperti itu" ( atau "dan mereka"). Para ahli juga menunjukkan nuansa lain dari teks Yunani itu yang mereka pahami sebagai bukti bahwa yang terlihat adalah dua kelompok jiwa.
- 33 Satu ilustrasi adalah bahwa Yakobus mati sebagai martir (Kisah 12:1, 2), sementara Yohanes, saudaranya, "hanya" dibuang ke Patmos (Wahyu 1:9). Namun demikian, keduanya dibaptis dengan baptisan (penderitaan) Yesus (Markus 10:38, 39). Sejauh menyangkut Tuhan, tidak satu pun dari dua pengorbanan itu yang lebih besar daripada yang lainnya.
- 34 Barclay, 192. (Huruf miring oleh dia.)
- 35 Ibid. Barclay meringkas pemikiran ini dari Henry B. Swete, The Apocalypse of St. John (Cambridge: MacMillan Co., 1908; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.), 262.
- 36 Lihat pelajaran "Anak Domba Itu Layak," Dalam "Wahyu, 3."
- 37 Ini adalah janji yang diberikan kepada para rasul; mungkin itu berkaitan dengan fakta bahwa mereka "menghakimi" melalui ajaran dan tulisan mereka.
- 38 Ini mungkin malaikat berdosa yang dibicarakan di dalam 2 Petrus 2:4.
- 39 Sebuah penekanan yang mungkin dari nas ini adalah bahwa ketika kita ikut memerintah dalam pemerintahan Kristus, kita juga ikut menghakimi dalam penghakiman-Nya-kita melakukannya bukan secara pribadi, tetapi kita melakukannya melalui Dia.
- 40 Dalam adegan penghakiman yang menyusul, hanya ada satu Hakim (20:11) yang menentukan nasib semua orang.
- 41 Naskah aslinya secara harfiah mengatakan "mereka hidup" (lihat Alkitab KJV dan ASV).
- 42 Dalam terminologi Alkitab, "duduk" di atas takhta adalah sama dengan memerintah (Matius 22:44; 25:31).
- 43 Kalimat "Ini adalah kebangkitan pertama" agak ambigu karena teksnya tidak jelas apakah yang kata "ini" acukan. (Itu tidak bisa mengacu kepada kalimat yang langsung mendahuluinya.) Saya memahaminya sebagai mengacu kepada ungkapan di akhir kalimat itu di ayat 4: "dan mereka hidup kembali dan memerintah …." Beberapa orang menganggap itu mengacu kepada kebangkitan Yesus ("buah sulung," 1 Korintus 15:20), yang melambangkan kebangkitan kita sendiri. Saya juga harus catat bahwa mereka yang cenderung ke arah pandangan preteris ketat atas kitab Wahyu percaya bahwa "kebangkitan yang pertama" ada kaitannya dengan kemenangan kepentingan agama Kristen, khususnya kemenangan agama Kristen atas Kekaisaran Romawi. (Mereka umumnya menunjuk pada dekrit dari Constantine, yang menjadikan agama Kristen agama "sah.") Mereka menarik persamaan dengan kebangkitan dua saksi di pasal 11 dan menyarankan bahwa "kebangkitan" para saksi itu menunjukkan bahwa kepentingan mereka tidak mati.
- 44 Misalnya, jika Yohanes hanya melihat para martir di ayat 4, "orang mati lainnya" bisa mengacu kepada orang Kristen yang setia yang telah mati secara "alami." Hal ini akan membuat "hidup" (bersama dengan "memerintah" dan "menghakimi") menjadi berkat khusus yang diberikan hanya kepada mereka yang telah mati syahid. Namun begitu, seperti ditekankan dalam pelajaran ini, "hidup" adalah janji yang diberikan kepada semua orang yang setia. Jadi, tampaknya lebih baik untuk memahami "orang mati lainnya" sebagai orang-orang yang mati di luar Tuhan.
- 45 Beberapa terjemahan bahkan menambahkan kata "lagi," yang bahkan lebih membingungkan-tapi kata "lagi" tidak ditemukan dalam teks Yunani. Alkitab KJV dalam ayat 5 dengan benar menulis "tidak hidup," tapi kemudian sayangnya menambahkan kata "lagi."
- 46 Lihat catatan kaki 39 dalam pelajaran ini.
- 47 Implikasi ayat 5 adalah bahwa "orang mati lainnya" akan "hidup kembali" atau "hidup" ketika "seribu tahun" sudah berlalu. Ketika Kristus datang kembali, orang fasik akan dibangkitkan dari antara orang mati. Mereka akan berdiri di hadapan Allah untuk dihakimi dan kemudian akan dihukum dengan "kematian yang kedua" (20:14). Periode "hidup" mereka-kalau bisa disebut seperti itu-akan sangat singkat.
- 48 Saya akan membahas lebih jauh tentang hal ini dalam pelajaran berikutnya.
- 49 Lihat pelajaran "Lima Fakta Penghakiman Yang Anda Perlu Ketahui."
- 50 Jika Anda menggunakan pelajaran ini sebagai khotbah, beritahukanlah para pendengar Anda bagaimana mereka bisa menjadi orang Kristen (Matius 16:15, 16; Kisah 2:37, 38) dan bagaimana anak-anak Allah yang berdosa dapat kembali kepada Dia (Kisah 8:22; Yakobus 5:16).
- 51 Thomas F. Torrance, The Apocalypse Today (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1959), 132-41.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) AKHIR KEJAHATAN
WAHYU 20:1-3, 7-10
Dahulu sekali, nasib Iblis sudah ditetapkan. Pada Hari Penghakiman, Ia yang duduk di atas takhta akan berkata kep...
AKHIR KEJAHATAN
Dahulu sekali, nasib Iblis sudah ditetapkan. Pada Hari Penghakiman, Ia yang duduk di atas takhta akan berkata kepada mereka yang berada di sebelah kiri-Nya, "Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya" (Matius 25:41; huruf miring oleh saya). Sebagaimana sorga adalah tempat yang disiapkan (Yohanes 14:1-3), neraka juga adalah tempat yang disiapkan—disiapkan dari awalnya untuk Iblis.
Wahyu 20 adalah tentang Iblis yang dilemparkan ke tempat yang sudah disiapkan untuk dia. Kaki tangannya sudah jatuh lebih dulu di kitab itu,1tapi itu tidak menghilangkan kejahatan. Tidak akan ada kemenangan mutlak atas kejahatan sampai sumber kejahatan itu dihancurkan. Anda dapat menyapu bersih jaring laba-laba sepanjang hari, tetapi jika Anda tidak membunuh laba-laba itu, Anda akan mendapatkan lebih banyak jaring laba-laba.
Pada bagian pertama Wahyu 20, kita melihat Iblis dikekang; sekarang, kita akan melihat dia dilenyapkan. Pentingnya peristiwa ini tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Sebuah kantor surat kabar lokal telah membingkai surat kabar itu di dinding kantor itu, pajangan berita utama yang melaporkan pelbagai peristiwa besar. Satu berita utama terbaca, dalam huruf besar, "Amerika Serikat Menyatakan Perang." Berita utama lainnya terbaca, "Perang Akan Berakhir." Berita utama lainnya yang belum basi terbaca,, "Manusia Berjalan Di Bulan." Jika Wahyu 20 dicetak dalam surat kabar, berita utamanya akan ditulis dalam huruf-huruf berukuran lima inci: "IBLIS DIKALAHKAN!" Betapa menariknya hal ini seharusnya bagi setiap anak Allah!
Karena pelajaran ini masih dari pasal dua puluh, kita harus berurusan dengan beberapa masalah yang masih sangat sulit. Namun begitu, ingatlah tujuan pasal itu. Di sinilah kita bisa mengatakan, "Selamat jalan, Iblis—dan Enyahlah!"
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 20:1-3, 7-10)
Kita telah menghabiskan tiga pelajaran mengenai salah satu bagian paling sulit dari kitab Wahyu. Jika Anda seperti ka...
KESIMPULAN (Wahyu 20:1-3, 7-10)
Kita telah menghabiskan tiga pelajaran mengenai salah satu bagian paling sulit dari kitab Wahyu. Jika Anda seperti kami yang lainnya, maka bagian-bagian dari Wahyu 20:1-10 itu tentunya masih kurang jelas di dalam pikiran Anda, dan beberapa rinciannya masih membingungkan Anda. Anda tentunya ingin terus mempelajari nas ini, dengan doa semoga Allah akan memberikan Anda wawasan dan pemahaman yang segar. Ketika Anda melakukan hal itu, jangan pernah lupa bahwa pesan itu tidak dalam rincian, tetapi dalam gambaran yang menyeluruh. Pack meringkas pesan dari ayat 1 sampai 10 itu dalam kata-kata ini:
… kebenaran utama yang mengesankan yang dikemukakan adalah fakta bahwa mereka yang setia kepada Tuhan ikut merasakan kemuliaan-Nya setelah kematian, dan penggulingan Iblis bersama antek-anteknya dijamin pasti. Dengan menerima janji hebat ini sebagai milik kita sendiri, kita bisa hidup dalam pengharapan dan dalam prospek kemenangan yang Tuhan jamin untuk kita.44
Dulu ada seorang pria berbicara dengan seorang artis trapeze sirkus tentang fungsi jaring yang dibentangkan di bawah area di mana ia dan rekan-rekannya beratraksi. Pelaku atraksi itu mengakui bahwa jaring yang dipasang di bawah itu untuk menjaga leher mereka tidak patah jika terjatuh, tetapi menambahkan, "Tanpa jaring, kita akan sangat gugup sehingga kita akan lebih mungkin untuk jatuh. Jika tidak ada jaring, kita tidak akan berani melakukan beberapa hal yang kita lakukan."45
Jaminan seperti yang diberikan di dalam Wahyu 20:1-10 adalah "jaring pengaman" dari Allah untuk umat-Nya. "Jaring pengaman" ini memampukan orang Kristen untuk mencapai apa yang ia tidak pernah bisa capai jika sebaliknya.
Apakah jaminan ini untuk Anda? Dapatkah Anda menerima janji-janji Allah? Izinkan saya mengatakannya dengan cara lain: Apakah Anda anak Allah, anak-Nya yang setia? Jika tidak, sekaranglah waktunya untuk kembali kepada Dia dalam ketaatan karna percaya!46
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Untuk siapakah neraka itu pada awalnya disiapkan?
- 2. Agar kejahatan dilenyapkan sepenuhnya, mengapakah Iblis perlu dilenyapkan juga?
- 3. Mengapa Anda pikir Iblis akan dilepaskan "untuk sedikit waktu"? (Pendapat Anda sama baiknya dengan pendapat orang lain!)
- 4. Karena "seribu tahun" pada dasarnya melmabangkan suatu konsep (kelengkapan), apakah mungkin bahwa "sedikit waktu" juga melambangkan suatu konsep? Jika Anda menjawab "Ya," konsep apakah yang Anda pikir mungkin?
- 5. Menurut pelajaran kita, hal apa sajakah yang Iblis sudah pelajari selama "seribu tahun" pemenjaraannya?
- 6. Berikanlah latar belakang Alkitab tentang nama "Gog dan Magog." Apakah yang mereka lambangkan dalam Wahyu 20?
- 7. "Perkemahan"/"kota" apakah yang disebut di ayat 9? Apakah yang istilah-istilah ini katakankepada kita tentang gereja Tuhan?
- 8. Tinjaulah kembali apa yang kita pelajari sebelumnya tentang apa yang disebut "pertempuran Armageddon." Dalam dua kisah sebelumnya dari "pertempuran" ini, apakah pertempuran yang sebenarnya terjadi? Apakah yang terjadi dalam dua kisah sebelumnya? Apakah yang terjadi dalam kisah ini?
- 9. Setelah kekalahan pasukannya, apakah yang terjadi dengan Iblis? Apakah ia dikirim ke neraka untuk menjadi pengawasnya?
- 10. Akankah neraka itu mengerikan? Bagaimanakah Anda bisa terhindar dari masuk ke sana?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Inilah beberapa judul alternatif untuk pelajaran ini: "Penghancuran Sang Penghancur"; "Nyanyian Angsa Iblis"; "Takdir Dan Azab Iblis"; "Enyahlah Iblis."
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Anda mungkin ingin meninjau lagi apa yang telah kita pelajari tentang musuh-musuh Kristus yang diperkenalkan dalam satu urutan, da...
Catatan Akhir:
- 1 Anda mungkin ingin meninjau lagi apa yang telah kita pelajari tentang musuh-musuh Kristus yang diperkenalkan dalam satu urutan, dan meninggalkan adegan itu dalam urutan sebaliknya. Lihat pelajaran "Raja Segala Raja Dan Tuan Segala Tuan," dalam 'Wahyu, 9."
- 2 Satu kebenaran yang tidak boleh diabaikan adalah bahwa sekali lagi kitab Wahyu mengumumkan bahwa apa pun yang terjadi, Allah pegang kendali.
- 3 Kata "harus" dalam ayat 3 adalah terjemahan dari kata Yunani dei, yang menunjukkan "perlunya moral."
- 4 Donald Guthrie, The Relevance of John's Apocalypse (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 102-3.
- 5 Frank Pack, Revelation, Part 2 (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1965), 52.
- 6 Hal ini memang benar terlepas dari pendekatan yang diambil terhadap kitab Wahyu.
- 7 Kita mencatat, dalam mempelajari dua binatang di pasal 13, bahwa Iblis memiliki tiruannya sendiri untuk "ilah," "kebangkitan," dan sejenisnya. (Tinjaulah kembali pelajaran "Lihat, Dengar, Dan Simak" dan "Penipu Ulung," dalam "Wahyu, 7.")
- 8 Lihat catatan dalam pelajaran "Iblis Diikat," dalam "Wahyu, 9."
- 9 Kata "hanya" di 12:12 [NASB] tidak ditemukan dalam teks aslinya. (Telah ditambahkan oleh para penerjemah.) Saya menghapus kata "hanya" untuk membuat persamaan dengan 20:3 lebih jelas.
- 10 Kelompok preteris ketat yakin bahwa "sedikit waktu" mengacu kepada merebaknya penganiayaan bahkan setelah kemenangan agama Kristen atas Kekaisaran Romawi.
- 11 Ungkapan di dalam kedua ayat ini adalah sama dalam bahasa Inggris dan Yunani.
- 12 Mereka yang berkata "seribu tahun sama dengan Zaman Kristen" pada prisipnya mengatakan hal yang sama yang saya katakan, dengan pengecualian bahwa cara saya mengungkapkan hal itu menghindari beberapa kesulitan.
- 13 Ketika Kristus datang lagi, kita akan menghadapi Hari Penghakiman, dan orang jahat akan dicampakkan ke dalam neraka (20:11-15). Iblis akan juga dicampakkan ke dalam neraka pada waktu yang pada dasarnya sama (20:10). Oleh sebab itu, "sedikit waktu" ini, yang mendahului kepergiannya ke dalam neraka (20:7-9), harus mendahului Kedatangan Yesus yang Kedua.
- 14 Kelompok Sensationalis biasanya membuat bangsa-bangsa ini jauh dari Amerika Serikat.
- 15 Lihatlah makna simbolik angka "empat" dalam pelajaran "Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!" dalam "Wahyu, 1."
- 16 Lihat pelajaran "Pertempuran Yang Tak Pernah Dan Tak Akan Pernah Ada," dalam "Wahyu, 8."
- 17 William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 194.
- 18 Mungkin Magog, yang untuk beberapa waktu tidak diungkapkan di dalam Alkitab, menentang orang Israel. Mungkin nama itu dipilih karena mereka tinggal agak jauh dari orang Israel dan dianggap sebagai entitas yang tidak dikenal.
- 19 Banyak komentator percaya bahwa di dalam Yehezkiel 38 dan 39, "Gog" melambangkan Antiokhus Epifanes. Antiokhus Epifanes adalah penguasa Suriah yang dibenci yang telah menodai bait suci Yahudi. Tindakannya itu menimbulkan pemberontakan Makabis dan periode singkat kebebasan Yahudi selama periode antara dua Perjanjian. Yang lainnya menganggap bahwa yang ada di dalam pikiran Yehezkiel adalah Babel kuno.
- 20 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 304.
- 21 G. B. Caird, A Commentary on the Revelation of St. John the Divine (London: Adam & Charles Black, 1966), 256.
- 22 Lihat pelajaran "Pertempuran Yang Tak Pernah Dan Yang Tak Akan Pernah Ada, "dalam "Wahyu, 8." Lihat juga komentar tentang 19:19 dalam pelajaran "Raja Segala Raja Dan Tuan Segala Tuan," dalam "Wahyu, 9."
- 23 Selain pelbagai alasan yang diberikan sebelumnya mengenai semua tiga kisah sebagai perang yang sama, pertimbangkanlah ini: Gambaran tentang Gog dan Magog digunakan dalam kaitannya dengan kisah perang yang kedua di pasal 19. Lihat pelajaran "Raja Segala Raja Dan Tuan Segala Tuan." Dalam "Wahyu, 9."
- 24 Lihat pelajaran ""Pertempuran Yang Tak Pernah Dan Yang Tak Akan Pernah Ada, "dalam "Wahyu, 8."
- 25 Homer Hailey, Revelation: An Introduction and Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 398.
- 26 Henry B. Swete, The Apocalypse of St. John (Cambridge: MacMillan Co., 1908; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.), 269.
- 27 Beberapa penulis menyebutkan bahwa karena kata Yunani yang diterjemahkan "perkemahan" kadang-kadang digunakan di dalam Perjanjian Baru untuk mengacukan sebuah kamp militer, istilah itu mungkin saja merupakan acuan kepada pertempuran rohani yang orang Kristen harus perjuangkan (Efesus 6:10-18).
- 28 Lihat juga Galatia 4:26.
- 29 Kita akan belajar lebih banyak tentang "Yerusalem sorgawi" ketika kita mempelajari pasal 21 dan 22.
- 30 Sekali lagi, untuk menekankan bahwa 20:8, 9 menggambarkan "pertarungan" yang sama seperti yang di pasal 16 dan 19, saya meminta Brian Watts untuk mengadaptasi karya seni yang digunakan untuk pasal-pasal itu untuk menghasilkan adegan "pertempuran" di halaman sebelumnya. Ia menambahkan rincian tentang naga dan perkemahan, ditambah api penghancur dari sorga. Seperti yang saya katakan sebelumnya, pendekatan ini mungkin tidak menghasilkan karya seni yang hebat, tapi saya mengharapkan itu memperkuat gagasan bahwa ketiga nas itu berbicara tentang "pertempuran" yang sama.
- 31 Lihat Martin H. Franzmann, The Revelation to John (St. Louis: Concordia Publishing House, 1976), 134.
- 32 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 478.
- 33 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 233.
- 34 Lihat 19:20.
- 35 Kata kerja Yunani yang artinya "melempar" digunakan di masing-masing acuan itu. Tentu saja, ini bersifat simbolik, tapi perkembangan menarik.
- 36 Franzmann, 134.
- 37 Owen L. Crouch, Expository Preaching and Teaching: Revelation (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1985), 362.
- 38 Buku 1, baris 262, dikutip dari M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 99. Paradise Lost adalah karya dari penyair Inggris John Milton (1608-1674).
- 39 Lihat catatan tentang 19:20 dalam pelajaran "Raja Segala Raja Dan Tuan Segala Tuan, " dalam 'Wahyu, 9." Juga, lihat diskusi singkat "lautan api dan belerang" dalam pelajaran "Lima Fakta Penghakiman Yang Anda Perlu Ketahui."
- 40 H. L. Ellison, 1 Peter-Revelation, Scripture Union Bible Study Books Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1969), 84-85. (Huruf miring oleh saya.)
- 41 Kadang-kadang, saya menggunakan kata "menghancurkan" atau "kehancuran" dalam kaitannya dengan nasib Iblis. Mudah-mudahan, tak ada satu orang pun yang menafsirkan istilah-istilah itu sebagai pemusnahan. Seseorang mungkin saja berkata kepada orang lain, "Aku akan menghancurkanmu!" tetapi ini umumnya tidak berarti bahwa ia bermaksud untuk melenyapkan dia. Sebaliknya, ia berencana untuk menghancurkan beberapa aspek dari karya atau hidupnya. Begitu juga halnya, pada akhirnya pekerjaan Iblis akan diakhiri. Pengaruhnya akan lenyap, namun ia sendiri akan hidup terus-di neraka.
- 42 Untuk diskusi tentang pentingnya istilah "selama-lamanya" dan sifat kekal neraka, lihat Hailey, 398-99.
- 43 Morris, 233.
- 44 Pack, 55.
- 45 Disadur dari Craig Brian Larson, ed., Illustrations for Preaching and Teaching From Leadership Journal (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1993), 215. (Huruf miring oleh saya.)
- 46 Jika Anda menggunakan pelajaran ini sebagai khotbah, Anda tentu ingin memberitahu para pendengar cara menjadi orang Kristen dan bagaimana anak Allah yang bersalah dapat kembali kepada Dia.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi