Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Luk 9:51--18:14; Luk 16:1-31
Jerusalem: Luk 9:51--18:14 - -- Dari Luk 9:51 sampai Luk 18:14 Lukas menyimpang dari kisah Markus. Dalam rangka sebuah perjalanan Yesus, sebagaimana disarankan oleh Mar 10:1, naik ke...
Dari Luk 9:51 sampai Luk 18:14 Lukas menyimpang dari kisah Markus. Dalam rangka sebuah perjalanan Yesus, sebagaimana disarankan oleh Mar 10:1, naik ke Yerusalem, Luk 9:53,57; 10:1; 13:22,33; 17:11; bdk Luk 2:38+, Lukas mengumpulkan bahan-bahan yang diambil dari sebuah kumpulan (cerita dan perkataan Yesus), yang juga dimanfaatkan oleh Matius, dan dari sumber-sumber lain yang dapat digunakan Lukas. Bahan kumpulan tersebut oleh Matius disebarkan dalam seluruh injilnya, sedangkan Lukas menyajikannya berkelompok-kelompok justru dalam bagian injilnya ini, Luk 9:51-8:14, yang kebanyakan bahannya diambil dari kumpulan itu.
Jerusalem: Luk 16:1-31 - -- Bab ini mengumpulkan dua perumpamaan dan beberapa perkataan Yesus mengenai penggunaan uang secara baik dan buruk. Luk 16:16-18. mengenai tiga pokok ya...
Bab ini mengumpulkan dua perumpamaan dan beberapa perkataan Yesus mengenai penggunaan uang secara baik dan buruk. Luk 16:16-18. mengenai tiga pokok yang berbeda-beda dan mengganggu susunan ini.
Ende -> Luk 16:6
Ini takaran berisi 39,3 liter.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Luk 16:1-18
Matthew Henry: Luk 16:1-18 - Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Jujur
Maksud dari pengajaran Kristus dalam pasal ini adalah untuk menyadarkan dan mendorong kita semua untuk memanfaatkan dunia ini tanpa menyalahgunaka...
- Maksud dari pengajaran Kristus dalam pasal ini adalah untuk menyadarkan dan mendorong kita semua untuk memanfaatkan dunia ini tanpa menyalahgunakannya. Hal ini berarti mengelola semua milik kita dan kegunaannya sedemikian rupa sehingga menyelamatkan kita, dan bukan untuk melawan kita di dunia yang lain. Dan ini bergantung dari bagaimana kita memanfaatkan milik kita sekarang ini di dunia ini.
- I. Jika kita memperlakukan segala yang kita miliki dengan baik, dan memakainya untuk perbuatan saleh dan amal, kita akan menuai keuntungan dari perbuatan kita itu di dunia yang akan datang. Yesus menjelaskan hal ini melalui perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur, yang telah menangani harta milik tuannya dengan cerdik sehingga ketika dipecat dari jabatannya, ia tetap dapat menjalani hidupnya dengan berkecukupan dan nyaman. Perumpamaan itu sendiri dikisahkan dalam ayat 1-8, sedangkan penjelasan dan maksudnya diberikan dalam ayat 9-13. Kemudian dalam ayat 14-18 kita membaca mengenai cemooh yang dilontarkan orang-orang Farisi terhadap ajaran yang Kristus khotbahkan kepada mereka, karena dengan tajam Ia menegur mereka dengan ajaran-Nya ini, dengan menambah lagi beberapa perkataan keras terhadap mereka.
- II. Jika kita tidak menggunakan segala milik duniawi dengan sebaik mungkin, dan sebaliknya menjadikannya sebagai makanan dan minuman yang semata-mata hanya untuk memenuhi nafsu kita, kemewahan dan kesenangan kita, dan tidak mengindahkan orang-orang miskin, maka kita pasti akan binasa selamanya. Dan semua yang ada di dunia ini yang disalahgunakan hanya akan menambah penderitaan dan kesengsaraan kita. Hal ini dijelaskan Yesus melalui perumpamaan lain yaitu tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin, yang juga memiliki maksud yang lebih jauh, yaitu untuk menyadarkan kita agar memperhatikan peringatan yang telah diberikan kepada kita secara tertulis, dan supaya kita tidak berharap pada pesan-pesan yang langsung disampaikan dari dunia lain (ay. 19-31).
Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Jujur (16:1-9); Setia dalam Perkara yang Kecil; Nasihat (16:10-18)
- Kelirulah jika kita membayangkan bahwa tujuan dari ajaran Kristus dan agama suci adalah untuk menyenangkan hati kita dengan gagasan-gagasan tentang berbagai misteri ilahi atau untuk menghibur kita dengan gagasan-gagasan tentang belas kasih ilahi. Tidak, wahyu ilahi yang ingin disampaikan melalui ajaran Kristus dan agama suci dalam Injil adalah untuk melibatkan dan mendorong kita untuk melakukan kewajiban-kewajiban kita sebagai orang Kristen, dan sebagaimana halnya dengan kewajiban lainnya, semampu mungkin melakukan kewajiban untuk berbuat baik dan memberi pertolongan bagi mereka yang memerlukan dengan cara memberikan apa yang kita miliki atau melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk mereka. Hal inilah yang ditekankan oleh Juruselamat kita untuk kita lakukan, yaitu dengan cara mengingatkan kita bahwa kita hanya adalah bendahara-bendahara dari kasih karunia Allah yang melimpah. Mengingat dalam banyak hal kita sering tidak setia sehingga kita kehilangan belas kasihan Tuhan, maka alangkah bijaknya bila kita memikirkan cara tertentu, bagaimana kita bisa membuat apa yang kita miliki di dunia ini dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Perumpamaan tidak boleh diartikan secara paksa di luar maksud utamanya. Oleh sebab itu kita tidak boleh mengambil kesimpulan bahwa siapa atau apa saja boleh menjadi teman kita walaupun kita menyakiti hati Tuhan. Tidak, sebaliknya, secara umum kita harus merelakan apa yang kita miliki dengan berbuat saleh dan amal, supaya kita boleh mendapatkannya kembali nanti dengan penuh penghiburan di balik kematian dan kuburan sana. Jika kita ingin bertindak bijaksana, kita harus rajin dan tekun memanfaatkan kekayaan kita dengan banyak berbuat saleh dan amal supaya terjaminlah masa depan dan kesejahteraan kekal kita. Jangan berlaku seperti orang-orang duniawi yang menggunakan harta kekayaan mereka hanya untuk mencari keuntungan sementara sebesar-besarnya. Mereka bersahabat dengan harta itu dan menjaminkan kepentingan-kepentingan duniawi lainnya dengan harta itu. Demikian menurut Dr. Clarke.
- Sekarang mari kita pikirkan baik-baik:
- I. Perumpamaan itu sendiri, yang di dalamnya semua anak manusia digambarkan sebagai bendahara dari apa yang mereka miliki di dalam dunia ini, dan begitu juga, kita pun tiada lain daripada bendahara-bendahara. Apa pun yang kita miliki, semuanya itu adalah milik Tuhan. Kita hanya memanfaatkannya, dan itu pun harus sesuai dengan petunjuk Tuhan kita yang agung, dan hanya untuk kehormatan-Nya. Rabi Kimchi, sebagaimana dikutip oleh Dr. Lightfoot, berkata, "Dunia ini ibarat sebuah rumah. Sorga adalah atapnya, bintang-bintang adalah lampu-lampunya, dan bumi dengan buah-buahnya adalah mejanya yang terbentang. Tuan dari rumah itu adalah Allah yang suci dan terpuji, sedangkan manusia adalah bendaharanya, yang ke dalam tangannyalah segala isi rumah ini diserahkan. Jika bendahara tersebut berlaku baik, ia akan mendapat tempat di mata Tuannya, tetapi jika tidak, ia akan dipecat dari jabatannya sebagai bendahara." Sekarang,
- . Beginilah ketidakjujuran si bendahara ini. Ia menghamburkan milik tuannya, mencurinya, menyalahgunakannya, atau dengan kecerobohannya ia menyebabkan harta tuannya hilang atau rusak. Karena semua inilah ia diadukan kepada tuannya (ay. 1). Kita semua rentan dengan tuduhan serupa. Kita belum memanfaatkan sebaik-baiknya apa yang telah Allah percayakan kepada kita di dunia ini. Sebaliknya, kita membelokkan tujuan-Nya. Supaya kita tidak dihakimi oleh Tuhan kita atas tuduhan itu, sebaiknya kita menghakimi diri kita sendiri.
- . Bendahara tersebut diberhentikan dari pekerjaannya. Tuannya memanggil dia, dan berkata, "Apakah yang kudengar tentang engkau? Aku sebenarnya mengharapkan hal-hal yang lebih baik dari engkau." Tuan tersebut berkata dengan rasa kecewa, dan ia merasa perlu untuk mengenyahkan bendahara itu dari pekerjaannya. Kabar mengenai bendahara itu sangat mengganggu tuan tersebut. Si bendahara tidak dapat menyangkal tuduhan itu, dan oleh sebab itu, tidak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki kesalahannya, ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, dan sebentar lagi ia akan enyah (ay. 2).
- Nah, perumpamaan ini dimaksudkan untuk mengajarkan kita:
- (1) Bahwa kita semua dalam waktu singkat akan dibebaskan dari jabatan kita selaku bendahara di dunia ini. Kita tidak boleh selalu menikmati semua hal yang sedang kita nikmati saat ini. Kematian akan datang menjemput dan memisahkan kita dari jabatan kita selaku bendahara, akan melucuti dari kita segala kemampuan dan kesempatan yang kita miliki sekarang ini untuk berbuat baik, dan orang lain akan datang menempati posisi kita, dan mereka juga akan mengalami keadaan yang sama.
- (2) Bahwa berhentinya kita dari jabatan kita selaku bendahara pada saat kematian memang adil, dan itulah ganjaran yang sepantasnya kita terima, karena kita telah menghamburkan semua kepunyaan Tuhan sehingga melenyapkan kepercayaan-Nya terhadap diri kita. Maka dari itu, kita tidak pantas mengeluh atas terjadinya hal-hal buruk dalam hidup kita.
- (3) Bahwa ketika jabatan kita diambil dari kita, maka kita harus mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan kita: Setelah kematian, ada penghakiman. Secara adil kita telah diperingatkan baik mengenai berhentinya kita dari jabatan kita maupun mengenai pertanggungjawaban kita, dan kita harus sesering mungkin memikirkan kedua hal tersebut.
- . Hikmat sang bendahara setelah ia diberhentikan. Sekarang bendahara itu mulai mempertimbangkan, Apa yang harus aku perbuat (ay. 3)? Seharusnya ia sudah mempertimbangkan masak-masak tentang hal ini sebelum berbuat bodoh sampai mengeluarkan dirinya sendiri dari tempat kerjanya yang baik dengan ketidakjujurannya itu. Tetapi, memang lebih baik terlambat daripada tidak pernah membuat pertimbangan sama sekali. Perhatikan, mengingat kita semua telah menerima peringatan bahwa tidak lama lagi kita pun akan menanggalkan jabatan kita, maka kita perlu memikirkan apa yang harus kita perbuat. Bendahara tersebut harus hidup setelah ia dipecat. Cara apa yang akan ia tempuh untuk melangsungkan kehidupannya sehari-hari?
- (1) Ia tahu bahwa dirinya tidak punya kemampuan yang cukup untuk menjalani hidupnya dengan bekerja. "Mencangkul aku tidak dapat. Aku tidak dapat mencari makan dengan bekerja keras." Tetapi mengapa ia tidak dapat mencangkul? Tidak tampak bahwa ia sudah tua ataupun cacat. Jadi, sesungguhnya ia ini seorang yang malas. Sebenarnya bukannya ia tidak dapat, tetapi memang ia tidak mau. Ia tidak mau mengerjakan pekerjaan yang rendah, bukan karena secara badaniah ia tidak mampu, melainkan karena dalam hatinya memang ia enggan bekerja. Seandainya setelah memecatnya dari pekerjaannya sebagai bendahara, lalu tuannya menerima dia kembali untuk bekerja sebagai buruh, maka pastilah tuannya itu akan menyuruh dia mencangkul. Namun, ia tidak dapat mencangkul karena tidak biasa mengerjakan pekerjaan itu. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak dapat mengerjakan suatu pekerjaan apa pun untuk menghidupi jiwa kita di dunia ini dengan kemampuan kita sendiri. Kita tidak dapat melakukan apa-apa yang baik untuk jiwa kita.
- (2) Ia tahu bahwa ia tidak bisa merendahkan diri sampai harus mencari nafkah dengan cara mengemis: Mengemis aku malu. Inilah tanda kesombongannya, yang merupakan pangkal kemalasannya. Mereka yang karena rencana pemeliharaan Allah tidak mampu untuk menolong diri mereka sendiri, seharusnya tidak perlu malu untuk meminta bantuan orang lain. Seharusnya bendahara ini lebih merasa malu untuk menipu tuannya daripada malu mengemis untuk mendapat makan.
- (3) Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk berteman dengan orang yang berutang kepada tuannya atau yang menyewa ladang tuannya dan belum melunasi sewa mereka. Jadi, ia pun membuat catatan baru mengenai utang-utang mereka. "Aku tahu apa yang akan aku perbuat (ay. 4). Tuanku mengusir aku dari rumahnya. Aku sama sekali tidak punya tempat tinggal. Aku mengenal dengan baik para penyewa ladang tuanku, dan aku telah banyak berbuat baik kepada mereka, dan sekarang aku akan berbuat baik sekali lagi kepada mereka supaya mereka merasa berutang budi dan bersedia menyambut aku di rumah mereka, serta menjamu aku dengan layanan terbaik yang dapat mereka berikan. Selama aku hidup, setidaknya sampai aku bisa mengurus diri sendiri, aku akan menginap dengan mereka dan berpindah dari rumah bagus yang satu ke yang lainnya." Sekarang, cara yang digunakan bendahara tersebut untuk menjadikan mereka teman-temannya adalah dengan mengurangi sejumlah besar utang-utang mereka kepada tuannya, dan hanya memberikan jumlah yang sangat sedikit kepada tuannya. Karena itu, ia memanggil orang yang berutang kepada tuannya seharga seratus tempayan minyak (orang tersebut membayar utangnya dengan minyak): Inilah surat utang mu, kata bendahara itu kepadanya, ini dia, duduklah, dan buat surat utang lain sekarang juga: lima puluh tempayan minyak (ay. 6). Demikianlah ia mengurangi utang orang itu hingga setengahnya. Perhatikan, bendahara tersebut dalam keadaan terburu-buru ketika mengurangi utang orang itu, "Duduklah cepat-cepat (demikian terjemahan KJV), dan lakukanlah, jangan sampai kita ketahuan berbuat curang dan dicurigai." Kemudian ia memanggil yang lain, yang berutang kepada tuannya seratus pikul gandum, dan dari tagihan orang itu ia memangkas seperlimanya, dan menyuruh orang itu menulis sendiri delapan puluh pikul (ay. 7). Kemungkinan ia juga melakukan hal yang sama terhadap orang-orang lain, mengurangi utang lebih banyak atau lebih sedikit sesuai dengan kebaikan yang ia harapkan dari mereka kelak. Lihatlah betapa tidak pastinya milik kita di dunia ini, terutama bagi mereka yang mempunyainya dalam jumlah banyak dan menyerahkannya kepada orang lain untuk diawasi, karena dengan demikian mereka memberikan orang lain kuasa untuk menipu mereka, sebab mata tidak akan tahan melihatnya. Lihat juga betapa ketidaksetiaan itu bisa ditemukan di mana saja, bahkan di antara mereka yang diberi kepercayaan. Betapa sulitnya untuk menemukan orang yang benar-benar dapat dipercaya! Hanya Tuhanlah yang benar, sedangkan semua orang adalah pembohong (Rm. 3:4). Meskipun bendahara tersebut dipecat karena bertindak tidak jujur, ia tetap meneruskan perbuatannya. Sangat jarang orang mau memperbaiki kesalahannya, meskipun mereka akan menderita karenanya.
- . Pujian atas perbuatan si bendahara ini: Tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik (ay. 8). Kalimat ini mungkin mengenai perkataan dari tuannya, yaitu majikan dari si bendahara tersebut, yang meskipun tidak dapat berbuat apa-apa selain marah terhadap hambanya yang tidak jujur itu, namun tetap memuji akal dan pikiran si bendahara itu untuk dirinya sendiri. Namun, dengan melihat artinya yang demikian, tampaknya bagian akhir dari ayat ini pastilah berasal dari Tuhan kita, dan karena itu saya kira seluruh ayat ini dimaksudkan sebagai perkataan mengenai Kristus. Kristus benar-benar berkata, "Aku memuji orang yang seperti ini, yang tahu bagaimana melakukan apa yang baik untuk dirinya sendiri, bagaimana memanfaatkan peluang yang ada saat ini, dan bagaimana menyiapkan apa yang perlu bagi masa depannya." Yesus tidak memuji bendahara tersebut karena ia telah melakukan kesalahan terhadap tuannya, tetapi karena ia telah bertindak bijaksana untuk dirinya sendiri. Mungkin saja dengan perbuatannya ini ia telah melakukan sesuatu yang baik bagi tuannya, dan sekaligus juga bagi para penyewa itu. Ia menyadari betapa berat harga yang telah ia tetapkan bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat membayar sewa mereka; setelah diperlakukan dengan kejam, mereka mengalami kesulitan melunasi utang-utang mereka sehingga mereka dengan keluarga mereka hampir bangkrut. Karena mengingat hal ini, sekarang, ketika akan berhenti, ia melakukan apa yang semestinya ia lakukan dengan adil dan murah hati, bukan hanya dengan meringankan beban utang-utang mereka, melainkan juga mengurangi banyak beban utang mereka di masa depan. Berapakah utangmu? bisa berarti "Berapa sewa yang ditetapkan bagimu? Kemarilah, aku akan memberi harga yang lebih mudah, lebih ringan dibandingkan dengan apa yang ditetapkan sebelumnya bagimu." Ia telah lama bekerja untuk tuannya, namun baru sekarang ia mulai memperhatikan nasib para penyewa ini, dengan maksud supaya ia boleh mendapat kebaikan hati mereka nantinya ketika ia sudah tidak memperolehnya lagi dari tuannya. Pengurangan utang ini merupakan kebaikan yang tidak akan terlupakan, dan tampaknya kejadian ini akan semakin mempererat hubungan di antara mereka. Nah, bagaimana ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan nyaman di dunia ini seharusnya membuat kita malu akan kekurangpedulian kita akan kebutuhan hidup kita untuk dunia lain: Anak-anak dunia ini, yang memilih dan memiliki bagiannya di dunia ini, lebih bijak untuk sesamanya, dan mereka bertindak dengan lebih penuh perhitungan, serta lebih baik dalam mengurus kepentingan dan keuntungan duniawi mereka daripada anak-anak terang, yang menikmati Injil, di antara sesamanya, dalam kaitannya dengan jiwa dan kekekalan mereka (ay. 8).
- Perhatikan:
- (1) Hikmat orang-orang duniawi dalam menghadapi dunia ini, perlu kita tiru dalam menangani jiwa kita: pegangan mereka adalah: memanfaatkan dan mengembangkan kesempatan-kesempatan yang mereka miliki, mengerjakan apa yang paling dibutuhkan terlebih dahulu pada musim panas dan musim panen sebagai persiapan untuk menghadapi musim dingin, menerima penawaran yang baik ketika ditawarkan kepada mereka, memercayai orang yang setia dan bukan yang fasik. Oh, seharusnya kita menjadi bijak seperti ini dalam perkara-perkara rohani.
- (2) Anak-anak terang pada umumnya kalah cerdik dibandingkan dengan anak-anak dunia ini. Bukan karena anak-anak dunia ini cerdik dalam segala hal. Mereka lebih cerdik hanya terhadap sesamanya saja. Namun demikian, dalam hal ini pun mereka lebih cerdik daripada anak-anak terang terhadap sesama mereka. Karena, meskipun kita diperingatkan bahwa kita harus segera berhenti dari kewajiban kita selaku bendahara, kita tidak mau bersiap-siap ketika ada di sini dan bersikap seolah-olah tidak ada kehidupan lain lagi sesudah ini. Kita tidak begitu khawatir seperti bendahara tersebut mengenai apa yang harus dilakukan untuk masa akan datang. Sebagai anak-anak terang, yang oleh Injil menuntun kita kepada hidup dan kekekalan, kita sungguh bisa melihat dunia lain di hadapan kita. Namun, dalam kenyataannya, kita tidak mau menyiapkan diri untuk dunia lain itu. Kita tidak melakukan atau menunjukkan perasaan apa-apa terhadap dunia lain itu seperti yang seharusnya.
- II. Penerapan dari perumpamaan ini, dan pelajaran yang dapat dipetik darinya (ay. 9): "Aku berkata kepadamu, kalian murid-murid-Ku," (karena kepada merekalah perumpamaan ini ditujukan (ay. 1)), "Meskipun kamu hanya memiliki sedikit saja di dalam dunia ini, pergunakanlah yang sedikit itu sebaik mungkin."
- Perhatikan baik-baik:
- . Apa yang dinasihati oleh Yesus Tuhan kita untuk kita lakukan. Supaya kita boleh menikmati kebahagiaan di dunia lain, pergunakanlah baik-baik segala milik dan segala apa yang kita nikmati di dunia ini. "Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, seperti yang dilakukan oleh bendahara tersebut terhadap semua milik tuannya sehingga akhirnya ia membuat orang-orang yang berutang pada tuannya menjadi sahabat-sahabatnya." Inilah hikmat orang-orang dunia ini dalam mengelola keuangan mereka sehingga mereka mendapat keuntungan dari uang tersebut kelak, dan bukan hanya untuk kepentingan saat ini saja. Oleh sebab itu mereka menjalankan uang itu untuk mendapat bunga, membeli tanah, menjalankan uang itu dalam berbagai bentuk dana. Begitulah juga, kita harus belajar dari mereka bagaimana memanfaatkan uang kita sehingga kita mendapat yang lebih baik kelak di dunia yang lain, sebagaimana mereka juga berharap-harap untuk mendapatkan yang lebih baik kelak di dunia ini. Karena itu, lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah itu (Pkh. 11:1). Dan dalam kasus kita, meski apapun yang kita miliki adalah milik Tuhan kita, namun, selama kita menaburnya di antara para pengikut Tuhan kita untuk kepentingan mereka, hal ini bukanlah tindakan yang salah di mata Tuhan kita. Sebaliknya, itu adalah kewajiban yang harus kita lakukan bagi-Nya dan sudah menjadi ketetapan bagi diri kita sendiri.
- Perhatikanlah:
- (1) Harta benda dunia ini adalah Mamon yang tidak jujur, atau Mamon yang salah, bukan saja karena sering kali harta benda tersebut diperoleh dengan menipu dan tidak jujur, tetapi juga karena mereka yang memercayakan diri kepadanya untuk mendapat kepuasan dan kesenangan pasti akan terkecoh; karena harta kekayaan akan lenyap sehingga akan mengecewakan orang-orang yang menaruh harapan besar padanya.
- (2) Meski Mamon yang tidak jujur ini tidak boleh dipercaya sebagai sarana untuk memperoleh kebahagiaan, namun Mamon tersebut dapat dan harus dimanfaatkan untuk membantu kita mencapai apa yang kita inginkan, yaitu kebahagiaan kita. Meskipun kita tidak dapat menemukan kebahagiaan sejati di dalamnya, namun kita dapat mengikat persahabatan dengannya, bukan dengan cara mengejar-ngejarnya, tetapi menghargainya. Demikianlah halnya, kita dapat menjadikan Allah dan Kristus sebagai sahabat kita, para malaikat yang baik dan para orang suci menjadi teman-teman kita, dan orang-orang miskin menjadi teman-teman kita; dan sangatlah dikehendaki agar kita menjadi sahabat dalam memikirkan keuntungan dan keadaan kita di masa akan datang.
- (3) Pada saat kematian kita semua selesai, hotan eklipete -- ketika kamu menderita tidak berdaya. Kematian membuat kita tidak berdaya. Seorang pedagang dikatakan tidak dapat ditolong lagi ketika ia bangkrut. Kita sekalian tak lama lagi juga tidak dapat ditolong. Kematian akan menutup usaha, membelenggu tangan kita. Semua kenyamanan dan kesenangan kita di bumi tidak akan ada apa-apanya lagi bagi kita. Tubuh dan jantung berhenti berfungsi.
- (4) Sudah semestinya kita memberi perhatian penuh untuk memastikan bagi diri kita sendiri, bahwa ketika kita selesai pada saat kematian nanti, kita bisa diterima ke dalam tempat kediaman abadi di sorga. Tempat kediaman di sorga abadi, tidak dibuat oleh tangan manusia, melainkan kekal (2Kor. 5:1). Kristus telah pergi mendahului kita untuk menyiapkan tempat kediaman bagi orang-orang yang menjadi milik-Nya, dan Ia menanti di sana, siap untuk menerima mereka semua. Pangkuan Abraham siap untuk menerima mereka, dan ketika sekumpulan malaikat penjaga mengiring mereka menuju sorga, sebuah paduan suara malaikat telah siap menyambut mereka di sana. Orang-orang kudus yang miskin yang telah lebih dulu pergi kepada kemuliaan itu akan menyambut orang-orang yang semasa hidup di dunia ini telah menyumbang bagi kebutuhan mereka.
- (5) Karena itu, baiklah bagi kita untuk menggunakan milik kita di dunia ini demi kemuliaan Allah dan untuk kebaikan saudara-saudara seiman kita, supaya dengan demikian bersama-sama dengan mereka kita bisa mengumpulkan suatu harta yang baik, suatu jaminan yang baik, suatu dasar yang baik untuk waktu yang akan datang, untuk mencapai kekekalan yang akan datang (1Tim. 6:17-19).
- . Alasan-alasan yang dipakai Kristus untuk menekankan pentingnya nasihat-Nya ini, yaitu agar kita kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi:
- (1) Jika kita tidak menggunakan karunia-karunia pemeliharaan Allah dengan benar, bagaimana mungkin kita bisa berharap Dia akan memberi kita segala penghiburan pada saat ini dan di masa akan datang, yang merupakan karunia dari anugerah rohani-Nya? Sang Penyelamat kita di sini membandingkan masalah kesetiaan dan ketidaksetiaan kita. Ia menunjukkan bahwa meskipun kesetiaan kita dalam menggunakan harta milik dunia ini belum bisa membuat kita layak untuk menerima kasih karunia dari Allah. Ketidaksetiaan kita pun bisa membuat kita kehilangan kasih karunia-Nya, yang sungguh perlu bagi kita untuk memperoleh kemuliaan. Inilah yang diperlihatkan oleh Juruselamat kita di sini (ay. 10-14).
- [1] Harta duniawi adalah perkara kecil, sedangkan kasih karunia dan kemuliaan adalah perkara yang lebih besar. Sekarang, jika kita tidak setia dalam perkara kecil, jika kita menggunakan apa yang ada di dunia ini untuk tujuan yang lain daripada yang dimaksudkan untuk kita, maka pantaslah untuk dikhawatirkan bahwa kita pun akan melakukan hal yang sama terhadap segala pemberian kasih karunia Allah. Dengan demikian, kita menerima kasih karunia itu dengan sia-sia saja, dan kita akan disangkal dari segala pemberian itu: Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Ia yang melayani Allah dan berbuat baik dengan uangnya, ia juga akan melayani Allah dan berbuat baik dengan talenta-talenta hikmat dan kasih karunia yang lebih mulia dan lebih bernilai, dengan karunia-karunia rohani, dan kekayaan sorgawi. Sebaliknya, ia yang mengubur satu talenta kekayaan duniawi miliknya tidak akan pernah mengembangkan lima talenta kekayaan rohani. Sungguh, Allah menahan kasih karunia-Nya untuk diberikan kepada orang-orang duniawi yang rakus, jauh melebihi apa yang kita bayangkan.
- [2] Harta kekayaan dunia ini sifatnya menipu dan tidak pasti. Ia adalah Mamon yang tidak jujur. Ia bergerak cepat meninggalkan kita, dan jika kita ingin memanfaatkannya, kita harus bertindak dengan cepat, sebab, kalau tidak, bagaimana mungkin kita dapat berharap untuk dipercayakan dengan harta rohani yang merupakan harta yang sesungguhnya (ay. 11)? Biarlah kita diyakinkan oleh hal ini, yaitu bahwa yang sungguh-sungguh kaya dan sangat kaya adalah mereka yang kaya di dalam iman, dan kaya terhadap Allah, kaya di dalam Kristus, di dalam janji-janji, dan di dalam harta sorgawi. Oleh sebab itu marilah kita menimbun harta-harta kekayaan yang demikian, mengharapkan bagian kita dari harta demikian, dan mengutamakan mereka, mengutamakan kerajaan Allah dan kebenarannya, dan kemudian, jika hal-hal lainnya ditambahkan kepada kita, maka manfaatkanlah in ordine ad spiritualia -- dengan suatu tujuan rohani, supaya dengan menggunakannya dengan baik, kita bisa semakin erat menggenggam harta yang sesungguhnya, dan menjadi layak untuk menerima lebih banyak kasih karunia dari Allah; karena kepada orang yang dikenan-Nya, yaitu yang bermurah hati, Ia mengaruniakan hikmat, pengetahuan dan kesukaan (Pkh. 2:26). Artinya, kepada orang yang setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, Ia memberikan harta yang sesungguhnya.
- [3] Harta kekayaan dari dunia ini adalah harta orang lain. Harta tersebut adalah ta allotria, bukan milik kita, karena ia asing bagi jiwa, bagi sifat dan kepentingan jiwa. Harta tersebut bukanlah milik kita, karena ia adalah milik Allah. Hak kepemilikan-Nya atas harta itu melebihi dan mengatasi hak kita atas harta itu. Hak milik ada pada Dia, sedangkan kita hanyalah memakai atau menikmatinya saja. Harta tersebut adalah harta orang lain. Kita memperolehnya dari orang lain. Kita menggunakannya untuk orang lain. Apa gunanya barang-barang itu bagi pemiliknya, sekalipun jumlahnya bertambah, ia hanya dapat memandangnya, sedangkan yang menghabiskannya bertambah banyak. Lagi pula, dalam waktu sebentar saja kita harus melepaskannya kepada orang lain dan kita tidak tahu kepada siapa kita akan melepaskannya? Akan tetapi, harta kekayaan rohani dan harta abadi adalah harta milik kita (harta tersebut masuk ke dalam jiwa yang memilikinya) dan tidak dapat dipisahkan. Harta tersebut menjadi bagian terbaik yang tidak akan pernah diambil dari kita. Jika kita menjadikan Kristus sebagai milik kita, janji-janji-Nya milik kita, dan sorga milik kita, maka kita pun memiliki apa yang benar-benar bisa kita sebut sebagai harta milik kita. Tetapi bagaimana mungkin kita dapat berharap Allah akan memperkaya kita dengan semua harta rohani dan harta abadi ini jika kita tidak melayani Dia dengan harta duniawi kita, yang atasnya kita ini hanyalah merupakan bendahara saja?
- (2) Kita tidak memiliki cara lain untuk membuktikan bahwa diri kita adalah para pelayan Allah selain daripada menyerahkan diri kita sepenuhnya untuk melayani Dia seperti melayani Mamon, artinya, semua keuntungan duniawi yang kita dapatkan harus kita pakai untuk melayani-Nya (ay. 13): Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan, karena perintah-perintah mereka tidak sejalan satu sama lain, yang satu dari Allah dan satunya lagi dari Mamon. Jika seseorang mencintai dunia dan berpegang kepadanya, ia pasti akan membenci Allah dan tidak mengindahkan Dia. Dunia akan membuat semua pemahamannya mengenai keagamaan untuk tunduk kepada kepentingan dan tujuan duniawinya. Segala sesuatu dari Allah akan dimanfaatkan untuk membantu melayani dan mencari dunia. Sebaliknya, jika seseorang berkeinginan mencintai Allah, dan menaati-Nya, maka dengan sendirinya ia akan membenci dunia (kapan saja ia menemukan Allah dan dunia berada dalam posisi saling bertentangan) dan tidak akan mengindahkannya. Dengan cara apa saja ia akan menggunakan usaha dan keberhasilannya di dunia ini untuk memajukan usaha keagamaan atau rohaninya. Semua hal-hal yang berasal dari dunia ini akan diatur untuk membantu dia dalam melayani Allah dan mengerjakan keselamatannya. Hal ini dengan jelas dinyatakan kepada kita: Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. Begitu berbedanya kepentingan Allah dan Mamon ini sehingga pelayanan kita terhadap mereka pun tidak pernah dapat dipadukan. Karena itu, jika kita memutuskan untuk melayani Allah, maka kita harus menyangkal dan menolak untuk melayani dunia.
- . Di sini diceritakan mengenai bagaimana ajaran Kristus disambut di antara orang-orang Farisi, dan teguran macam apa yang dilontarkan-Nya kepada mereka.
- (1) Dengan jahatnya orang-orang Farisi mengejek Dia (ay. 14). Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka tidak dapat menyangkal apa yang dikatakan-Nya, lalu mencemoohkan Dia.
- Marilah kita pertimbangkan hal ini:
- [1] Sebagai dosa dan buah dari ketamakan mereka, yang merupakan dosa yang menguasai mereka, yang merupakan pelanggaran mereka sendiri. Perhatikan, banyak orang menjalani kehidupan agamanya dengan amat baik, memiliki banyak pengetahuan dan berlimpah-limpah dalam melakukan kegiatan ibadah mereka, namun dihancurkan oleh kecintaan mereka akan dunia. Selain hal ini, tidak ada lagi yang begitu mengeraskan hati orang terhadap firman Kristus. Orang-orang Farisi hamba-hamba uang tersebut tidak dapat menahan diri untuk disentuh oleh dunia ini, yang merupakan Delilah mereka, nafsu berahi kekasih mereka, dan karena semua inilah mereka mengejek Kristus, exemyktērizon auton -- mereka mendenguskan hidung mereka kepada Dia. Ini merupakan suatu bentuk ungkapan mengejek dan menghina yang luar biasa yang dapat dibayangkan orang. Sungguh, firman Tuhan menjadi cemoohan bagi mereka (Yer. 6:10). Mereka menertawakan Kristus oleh karena pendapat-Nya yang begitu berlawanan dengan pendapat dan cara dunia dalam upaya untuk memulihkan mereka dari dosa yang begitu kuatnya dipegang oleh mereka. Perhatikan, memang sudah menjadi kebiasaan bagi orang-orang yang tidak mau diperintah oleh firman Allah untuk menertawakan firman itu. Akan tetapi, nanti pada akhirnya mereka akan merasakan sendiri bahwa firman Allah itu tidak dapat dikesampingkan begitu saja.
- [2] Sebagai penderitaan-Nya. Tuhan kita Yesus tidak hanya mengalami perlawanan dari orang-orang berdosa, melainkan juga penghinaan mereka. Mereka terus mengejek Dia sepanjang hari. Belum pernah ada orang yang sanggup berbicara seperti Dia, namun Ia diolok-olok dan diejek. Karena itu, para hamba-Nya yang setia tidak perlu berkecil hati kelak ketika berkhotbah dan menderita ejekan yang semena-mena. Bukanlah hal yang memalukan bagi seseorang untuk ditertawakan. Kita memang bakal ditertawakan. Para murid Kristus diolok-olok, tetapi tidak perlu heran. Seorang murid tidaklah lebih besar daripada Tuannya.
- (2) Pantaslah bila Ia menegur mereka. Bukan karena mereka telah mengejek Dia (Ia tahu bagaimana mengabaikan rasa malu), melainkan karena mereka telah menipu diri mereka sendiri melalui penampilan luar dan aneka macam bentuk kesalehan, yang semuanya tidaklah ada isinya (ay. 15).
- Di sini dijelaskan:
- [1] Penampilan lahiriah mereka yang menarik tetapi penuh kepura-puraan, namun sangat memukau orang lain yang melihatnya.
- Pertama-tama, mereka membenarkan diri sendiri di hadapan orang-orang. Mereka menyangkal setiap perbuatan salah yang dituduhkan kepada mereka, bahkan oleh Kristus sendiri pun. Mereka menyatakan diri sebagai manusia yang suci dan penuh kesalehan, dan membenarkan pernyataan ini melalui pengakuan demikian: "Kamu adalah orang yang melakukan perbuatan tersebut, yang belum pernah dilakukan oleh siapa pun, kamu berupaya menciptakan pendapat orang-orang tentang kamu, dan, entah benar atau salah, akan membenarkan diri sendiri di hadapan dunia; kamu sangat terkenal dalam melakukan hal ini."
- Kedua, orang-orang Farisi sangat dihormati oleh orang banyak. Orang tidak hanya membebaskan mereka dari segala tuduhan terhadap kesalahan yang mereka lakukan, malah memberi pujian kepada mereka, dan menunjukkan rasa hormat dan penghargaan tinggi kepada mereka tidak saja sebagai manusia yang baik melainkan juga sebagai yang terbaik dari semua manusia. Sikap dan pikiran orang-orang Farisi sangat dikagumi seperti dewa, arahan-arahan mereka seperti hukum, dan tindakan-tindakan mereka seperti petunjuk yang tidak dapat dilanggar.
- [2] Bagian dalam mereka yang bertentangan dan penuh kejijikan, yang dalam pandangan Allah: "Ia mengetahui hatimu, di dalamnya menjijikkan, menurut pandangan-Nya, penuh dengan segala macam kejahatan." Perhatikanlah,
- Pertama, bodohlah kalau kita membenarkan diri sendiri di hadapan manusia, dan berpikir bahwa hal ini cukup untuk membebaskan serta meluputkan kita pada waktu penghakiman terakhir, bahwa manusia tidak akan mengetahui kejahatan kita; sebab Allah yang mengetahui isi hati kita, mengetahui kesalahan-kesalahan kita yang tidak dapat diketahui oleh siapa pun. Hal ini seharusnya membuat kita memeriksa diri kita sendiri, seberapa tinggi kita menghargai diri kita, seberapa yakin kita akan diri kita sendiri. Allah mengenal hati kita dan mengetahui berapa banyak kepalsuan yang tersimpan di dalamnya. Karena itu, beralasanlah bagi kita untuk merendahkan diri dan tidak mengandalkan diri sendiri.
- Kedua, adalah suatu kebodohan jika kita menilai orang lain atau suatu hal atas dasar pendapat banyak orang tentang mereka, dan mengikuti kesimpulan mereka yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya. Sebab apa yang dihargai tinggi oleh manusia, yang menilai berdasarkan penampilan lahiriah seseorang, mungkin saja merupakan kekejian di mata Allah, yang melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, yang penghakiman-Nya kita yakin sesuai dengan kebenaran. Di lain pihak, ada sebagian orang yang tidak diindahkan dan dihina malah justru diterima dan diakui oleh Allah (2Kor. 10:18).
- (3) Yesus mengalihkan perhatian-Nya dari orang-orang Farisi kepada para pemungut cukai dan para pendosa, yang dapat lebih digerakkan oleh Injil-Nya daripada orang-orang Farisi yang tamak dan sombong itu (ay. 16): "Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; tata aturan Perjanjian Lama, yang hanya berlaku bagi kalian, hai orang Yahudi, berlanjut hingga kedatangan Yohanes Pembaptis, dan tampaknya hanya kalian saja yang memiliki kebenaran dan keselamatan, sehingga hal ini membuat kalian menjadi besar kepala; kalian mendapat penghargaan di mata orang sebagai ahli-ahli hukum Taurat dan kitab para nabi. Namun, sejak Yohanes Pembaptis muncul, Kerajaan Allah diberitakan, yakni suatu tata aturan Perjanjian yang Baru, yang sama sekali tidak menilai manusia dari sejauh mana mereka mendalami atau mengetahui hukum Taurat, tetapi setiap orang berebut memasuki Kerajaan Injil, baik orang-orang bukan-Yahudi maupun orang-orang Yahudi, dan tidak ada seorang pun yang dapat menyombongkan dirinya lebih baik dari yang lain sehingga bisa masuk ke dalam kerajaan itu atau berpikir bahwa dia bisa tenang saja sampai para penguasa dan orang-orang Farisi itu memimpin dia ke sana. Kerajaan Injil atau tata aturan Perjanjian Baru ini sama sekali bukan suatu undang-undang dasar politis yang berlaku khusus untuk bangsa Yahudi seperti yang terjadi dengan tata aturan Perjanjian Lama ketika keselamatan menjadi milik bangsa Yahudi. Sebaliknya, Kerajaan Injil dibuat menjadi masalah pribadi khusus untuk setiap orang, dan karena itu, setiap orang yang percaya bahwa jiwanya perlu diselamatkan dan ada kekekalan tersedia bagi jiwanya, harus berebut atau berusaha keras untuk memasukinya, kalau tidak ia akan diabaikan." Beberapa orang mengartikan ayat tersebut di atas sebagai berikut: mereka mengejek Kristus yang memandang rendah harta kekayaan, karena pikir mereka, bukankah dalam Kitab Taurat dan Kitab Para Nabi ada terdapat banyak janji mengenai kekayaan dan harta benda duniawi? Bukankah ada banyak hamba-hamba Allah yang terbaik yang kaya raya, seperti Abraham dan Daud? "Ini memang benar," sahut Kristus, "demikianlah yang terjadi sebelumnya, namun kini, saat Kerajaan Allah mulai diberitakan maka banyak hal-hal berubah menjadi baru; yang berlaku sekarang, berbahagialah orang yang miskin, yang berduka, yang teraniaya." Untuk memberikan penghargaan kepada orang banyak yang telah meninggikan mereka, maka orang-orang Farisi memperbolehkan orang banyak itu untuk menjalankan upacara-upacara dan kegiatan ibadah keagamaan yang murah, mudah, dan tidak ada artinya. "Tetapi," kata Kristus, "kini setelah Injil diberitakan, mata semua orang dibukakan, dan sejak saat itu mereka tidak lagi meninggikan orang-orang Farisi seperti yang mereka lakukan selama ini. Mereka tidak mau lagi berpuas diri dengan bersikap masa bodoh dalam hal ibadah mereka seperti yang diajarkan selama ini. Sebaliknya, dengan maksud yang kudus mereka saling berebut untuk memasuki kerajaan Allah." Perhatikanlah mereka yang hendak masuk sorga harus bersusah payah, harus berjuang melawan arus, harus mendesak-desak untuk menerobos kerumunan orang banyak yang berjalan dari arah yang berlawanan.
- (4) Meskipun demikian, Kristus tetap melawan segala rancangan yang bermaksud membatalkan Hukum Taurat (ay. 17): Lebih mudah langit dan bumi lenyap, parelthein -- untuk berlalu, untuk menghilang, sekalipun dasar-dasar bumi dan pilar-pilar langit dibentuk dengan sedemikian kokoh, daripada satu titik dari hukum Taurat batal. Hukum moral telah dikukuhkan dan disahkan, dan tidak ada satu titik pun dari hukum tersebut gugur; segala kewajiban yang dicatat di dalamnya masih tetap berlaku; dosa-dosa yang dilarang di dalamnya masih tetap dilarang. Bahkan lebih dari itu, aturan-aturan di dalamnya lebih dijelaskan dan ditegakkan oleh Injil, dan dibuat menjadi lebih rohani. Hukum seremonial (yang penuh dengan tata upacara luar saja) disempurnakan dalam terang Injil. Jadi, tidak satu titik pun dari hukum itu gugur, karena ada tercatat di dalam Injil, dan walaupun kekuatan hukumnya sudah ditanggalkan di dalam Injil, namun perlambangan yang ada dalam hukum itu bersinar terang benderang di dalam Injil, seperti yang disaksikan dalam surat kepada orang Ibrani. Ada beberapa hal yang sengaja dibiarkan oleh hukum Taurat, dengan maksud untuk mencegah terjadinya kejahatan yang lebih buruk lagi, namun, pembolehan seperti ini dicabut oleh Injil, tetapi hal ini tidak merusak atau merendahkan hukum Taurat, karena dengan cara ini justru hukum Taurat dikembalikan lagi kepada maksudnya yang mula-mula, misalnya mengenai kasus perceraian (ay. 18), yang telah dibahas dalam Matius 5:32; 19:9. Kristus tidak akan mengizinkan perceraian karena Injil-Nya bertujuan untuk memotong akar pahit dari keinginan dan nafsu manusia yang tidak benar, untuk membinasakan dan mencabut keluar keduanya. Oleh sebab itu, manusia tidak boleh terlalu diberikan kebebasan, dan pembolehan sungguh membuat mereka menjadi bebas. Semakin manusia diberi kebebasan, semakin menjadi-jadi dan liar keinginan mereka, dan semakin menjadi keras kepala.
SH: Luk 16:1-18 - Penggunaan uang dalam Kekristenan. (Sabtu, 1 April 2000) Penggunaan uang dalam Kekristenan.
Cara yang dipakai oleh sang bendahara dalam perumpamaan ini bukanlah cara yang benar.
  Namun demikian kita bis...
Penggunaan uang dalam Kekristenan.
Cara yang dipakai oleh sang bendahara dalam perumpamaan ini bukanlah cara yang benar.   Namun demikian kita bisa meneladani kejelian dan kecerdikannya   dalam merencanakan masa depan. Ia menyadari bahwa dia akan   segera meninggalkan jabatannya dan tentunya akan kehilangan   otoritas di dalam mengelola harta tuannya. Karena itu ia   menggunakan kesempatan yang masih ada, untuk menjalin   persahabatan dengan menggunakan harta tuan-nya. Tujuannya jelas,   supaya ia nantinya mendapat balasan dengan diberi tumpangan.
Apa yang diutarakan dalam perumpamaan ini menggambarkan posisi   kita sebagai Kristen dalam hubungannya dengan harta. Tak satu   pun harta yang ada pada kita  dalam hidup ini  adalah milik   kita. Kita hanyalah dipercayai untuk mengelolanya. Suatu saat   kita akan meninggal-kan semuanya. Karena itu ketika kita masih   mempunyai wewenang atas Mamon yang tidak jujur, kita harus   menggunakannya untuk membangun persahabatan yang bernilai kekal.   Karena itulah penggunaan uang bagi Kristen bukanlah hal yang   sepele. Meskipun bila dibandingkan dengan kekayaan sorgawi,   nilainya sangat kecil, namun cara kita menggunakan yang sangat   kecil ini dapat menunjukkan apakah kita orang yang setia atau   tidak (ayat 10-12). Apakah kita adalah hamba yang layak dipercaya   untuk mengelola harta titipan "Tuan" kita?
Dalam hal penggunaan harta itu, apakah kita menggunakannya   untuk melayani Allah ataukah harta itu akan mempergunakan kita   untuk melayaninya? Janganlah kita seperti orang-orang Farisi   yang tidak hanya menjadi hamba uang, namun juga kehidupan   perkawinannya diwarnai dengan kawin cerai (ayat 14, 18). Walau   demikian mereka masih menganggap apa yang diajarkan Yesus   terlalu kaku sehingga mereka mencemoohnya. Mereka menilai   tindakan mereka berdasarkan standar mereka sendiri., sedangkan   Yesus menilainya berdasarkan standar Allah yaitu hukum Ilahi   yang ideal dan bukan sekadar legalisme atau tradisi.
Renungkan: Manakah yang akan Anda lakukan: menggunakan uang   untuk pekerjaan Tuhan seperti membeli Alkitab bagi suku-suku   terasing di pedalaman atau menggunakannya untuk kenikmatan   pribadi seperti makanan, pakaian, bepergian, dlsb.? Kita perlu   menyoroti cara penggunaan uang dengan standar Allah bukan dengan   standar kita.
SH: Luk 16:1-9 - Hikmat dalam menggunakan harta duniawi (Senin, 8 Maret 2004) Hikmat dalam menggunakan harta duniawi
Salah satu kesulitan mengerti perumpamaan ini adalah bagaimana
mungkin bendahara yang licik ini bisa menj...
Hikmat dalam menggunakan harta duniawi
Salah satu kesulitan mengerti perumpamaan ini adalah bagaimana mungkin bendahara yang licik ini bisa menjadi teladan bagi anak-anak Tuhan dalam berbisnis? Apakah kita harus pintar untuk mendapatkan hati pelanggan kita dengan cara merugikan atasan kita, seperti yang dilakukan oleh bendahara tersebut terhadap majikannya?
Ada hal yang menarik untuk kita simak di sini. Majikan si bendahara tidak memujinya oleh karena ketidakjujurannya, melainkan oleh karena kecerdikannya (ayat 8a). Bendahara ini cerdik karena ia membuat orang menjadi berterimakasih kepada dirinya dengan cara memberikan pengurangan utang kepada orang itu (ayat 5-7).
Yesus sendiri berkomentar bahwa anak-anak dunia ini lebih cerdik daripada anak-anak terang (ayat 8b), oleh karena itu Ia menasihati para murid-Nya agar dengan cerdik memanfaatkan kekayaan dunia yang dimilikinya untuk mengikat persahabatan di dalam dunia ini (ayat 9). Lepas dari dunia ini, kekayaan tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Apakah orang Kristen dianjurkan untuk bersikap licik, memanfaatkan harta dunia agar diterima oleh orang dunia? Tentu saja tidak! Orang Kristen memiliki motivasi kasih untuk menjadi berkat bagi dunia berdosa yang membutuhkan keselamatan. Orang Kristen justru akan diterima oleh dunia ini bila kasihnya mewujud tidak hanya dalam panggilan pertobatan tetapi kepada kepedulian sosial yang tinggi. Jadi orang Kristen dipanggil untuk cerdik menggunakan harta dunia 'di dalam ketulusan kasihnya' menjangkau orang dunia ini. Orang dunia akan bisa melihat ketulusan Kristen ketika memberi, menolong, dengan menggunakan harta dunia. Demikianlah anak-anak Tuhan harus tulus dan cerdik di dunia ini untuk memenangkan dunia ini bagi Tuhan.
Renungkan: Sudahkah Anda dengan hikmat Allah menjadi berkat untuk orang-orang yang belum mengenal kekristenan?
SH: Luk 16:1-9 - Kesempatan (Rabu, 21 Februari 2007) Kesempatan
Harta dapat menjadi berkat, juga bisa menjadi kutuk. Tergantung
bagaimana menggunakannya: menjadikannya pemuas keinginan pribadi
...
Kesempatan
Harta dapat menjadi berkat, juga bisa menjadi kutuk. Tergantung bagaimana menggunakannya: menjadikannya pemuas keinginan pribadi atau sebagai sumber untuk melayani sesama. Inilah yang kita pelajari sebagai topik utama dalam pasal 16 ini, yakni tentang penggunaan harta.
Bendahara, dalam kisah ini, memiliki reputasi yang dapat mengancam kedudukannya, terutama ketika tuannya meminta laporan keuangan. Kuatir menghadapi ancaman pemecatan, ia putar otak, mencari cara agar bisa memperoleh bantuan di kemudian hari. Dengan cerdik ia mengambil hati orang yang berhutang kepada majikannya, dengan mengurangi jumlah hutang orang tersebut (5-7). Mungkin si bendahara melakukannya dengan mengurangi jumlah bunga pinjaman orang tersebut yang seharusnya menjadi komisi untuk dia. Dengan apa yang telah dilakukannya, si bendahara berharap telah menanam budi sehingga suatu saat bisa memperoleh bantuan dari orang tersebut. Bendahara yang tidak jujur ini telah belajar dari kegagalannya. Ia mengorbankan miliknya dan kemudian memberikannya pada orang lain supaya ia dapat mengambil keuntungan dari pemberian itu dikemudian hari. Cerdik bukan? Itulah yang dipuji Yesus dari bendahara ini, bila Dia membandingkannya dengan anak-anak terang (8). Meskipun mungkin saja anak-anak dunia menggunakan harta untuk hal-hal yang tidak benar, mereka tetap memikirkan keuntungan semaksimal mungkin yang dapat diberikan harta mereka.
Seharusnyalah kita bijak dalam memaksimalkan penggunaan harta, yang sudah dipercayakan pada kita. Ingatlah bahwa harta tidak dapat dibawa mati. Harta hanya bernilai selama kita hidup saja. Oleh sebab itu jangan gunakan harta hanya untuk kepentingan diri sendiri, gunakanlah juga untuk kemaslahatan orang lain. Karena memiliki harta berarti juga menyandang tugas penatalayanan, maka kita harus memikirkan bagaimana menggunakan harta dalam pelayanan untuk memuliakan Allah.
SH: Luk 16:1-18 - Investasi bagi kekekalan (Jumat, 11 Maret 2011) Investasi bagi kekekalan
Pertanggungjawaban adalah hal yang harus dilakukan bila kita dipercaya untuk melakukan sesuatu. Laporan pertanggungjawaban a...
Investasi bagi kekekalan
Pertanggungjawaban adalah hal yang harus dilakukan bila kita dipercaya untuk melakukan sesuatu. Laporan pertanggungjawaban akan memperlihatkan apakah kita bisa dipercaya dan berhasil melaksanakan tugas tersebut.
Perumpamaan ini berkisah tentang bendahara yang menyalahgunakan harta tuannya yang dipercayakan kepada dia. Sang tuan yang kemudian mengetahui ulah si bendahara, menuntut pertanggungjawaban (1-2). Si bendahara yang sadar betul kesalahannya, tahu bahwa ia tidak akan lolos. Namun ia tidak mau kehilangan masa depan. Ia memanfaatkan posisi yang masih dia pegang untuk menyelamatkan dirinya (4-7).
Mungkin sebagian dari antara kita akan geleng-geleng kepala melihat kelakuan si bendahara. Namun Yesus memberikan penilaian positif bagi si bendahara. Mengapa? Si bendahara tahu bahwa ia akan dimintai pertanggungjawaban, dan ia tahu konsekuensinya. Maka ia memikirkan antisipasinya secara serius.
Melalui perumpamaan bendahara, Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki dan menginvestasikannya bagi kekekalan agar siap memberi pertanggungjawaban kelak kepada Sang Tuan (9). Sebab itu murid Tuhan harus bisa dipercaya atas segala sumber daya yang Tuhan percayakan kepada mereka, betapa pun kecilnya (10-12).
Bila seorang bendahara yang tidak jujur tahu memanfaatkan apa yang dia miliki, yaitu waktu yang tersisa, dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan masa depannya, maka murid Tuhan seharusnya berhikmat memaksimalkan manfaat segala miliknya. Dan manfaat yang dimaksimalkan itu tentu saja bukan untuk kepentingan diri kita semata-mata, melainkan harus dilihat dari perspektif kekekalan.
Bila kita memiliki sesuatu berarti kita bertanggung jawab atas milik kita itu. Pemanfaatannya merupakan ujian bagi karakter kita. Orang yang dapat dipercaya atas hal kecil, dapat dipercaya pula atas hal besar. Orang yang tidak jujur atas hal kecil, biasanya sulit jujur pula atas hal besar. Termasuk yang manakah Anda?
SH: Luk 16:1-18 - Penggunaan uang (Jumat, 6 Maret 2015) Penggunaan uang
Berada di antara orang banyak yang ingin mendengar pengajaran Yesus, orang Farisi ternyata tidak menyukai apa yang mereka dengar. Mer...
Penggunaan uang
Berada di antara orang banyak yang ingin mendengar pengajaran Yesus, orang Farisi ternyata tidak menyukai apa yang mereka dengar. Mereka bersungut-sungut (lihat Luk. 15:2). Sungut-sungut mereka berubah menjadi cemoohan setelah mereka mendengar perumpamaan tentang bendahara yang cerdik (14).
Bendahara itu telah menyalahgunakan kepercayaan tuannya (1). Sebagai ganjaran, ia terancam pemecatan (2). Namun, ia tidak hilang akal. Dengan kecerdikannya, ia menggunakan uang tuannya untuk menjalin persahabatan yang akan membawa keuntungan baginya di masa mendatang (3-7). Meskipun tuannya memuji kecerdikan bendahara yang tidak jujur itu (8), tidak demikian dengan Yesus. Yesus memang mengajarkan bahwa murid-murid-Nya, seperti si bendahara, perlu menjalin persahabatan untuk kepentingan masa datang, tetapi dengan cara yang berbeda (9). Kata kunci bagi para murid bukanlah cerdik, melainkan setia (10). Di ayat 9-13, Yesus menekankan prinsip-prinsip yang mengarahkan para murid untuk memandang dan memanfaatkan materi yang mereka miliki.
Bendahara yang tidak jujur itu memperhitungkan sisa hari yang masih dia miliki. Di dalam sisa hari itu, dia masih memiliki otoritas atas uang tuannya. Lalu ia menggunakan uang tuannya untuk menjalin persahabatan dengan orang-orang yang berhutang kepada tuannya, untuk kepentingan dirinya kelak. Murid-murid Tuhan pun perlu bertindak serupa, tetapi tak sama. Kita bukanlah bendahara yang tidak jujur, melainkan penatalayan yang setia. Apa yang ada pada kita merupakan pemberian Tuhan yang dipercayakan kepada kita. Hidup kita hanya sementara, karena itu kita hendaknya memanfaatkan uang kita bagi kepentingan orang lain juga. Adakah yang lebih penting bagi orang selain keselamatan jiwanya? Maka kita perlu menjalin persabahatan dengan orang-orang yang akan menemui kita di surga dengan rasa syukur. Bagaimana caranya? Dengan menggunakan uang kita bagi upaya pemberitaan Injil agar orang-orang yang mendengar pemberitaan itu menjadi percaya kepada Kristus.
SH: Luk 16:1-9 - Bendahara yang Tidak Jujur (Sabtu, 12 Oktober 2019) Bendahara yang Tidak Jujur
Apa yang hendak Tuhan Yesus ajarkan kepada para murid-Nya berkenaan dengan perumpamaan ini? Jangan katakan bahwa Ia menyet...
Bendahara yang Tidak Jujur
Apa yang hendak Tuhan Yesus ajarkan kepada para murid-Nya berkenaan dengan perumpamaan ini? Jangan katakan bahwa Ia menyetujui ketidakjujuran sang Bendahara. Bagaimanapun, dia tidak mengerjakan tugasnya dengan baik. Tak hanya lalai dalam perhitungan, dia sengaja menghamburkan harta majikan. Bendahara itu telah bertindak sebagai pemilik harta. Dia tak lagi menjadi pengelola. Akibatnya jelas: dia harus mempertanggungjawabkannya dan siap dipecat.
Perumpamaan ini mengingatkan kita untuk menjalani profesi dengan setia. Sebab, profesi berarti kepercayaan.
Lalu, mengapa Yesus memujinya? Alasannya, karena dia menyadari keberadaannya pada masa depan dan cekatan mengambil tindakan. Perhatikan keresahannya: "Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu" (3). Dia peka situasi. Terus, mau ngapain?
Masa depannya gamblang. Namun, hal itu tidak membuatnya berdiam diri. Dia ingin selamat. Itulah visinya sekarang. Agar tetap hidup, dia harus berbuat sesuatu. Demi mempertahankan hidup, dia mengambil jalan untuk mengambil hati orang-orang yang berutang kepada tuannya. Dengan cara demikian, dia berupaya menyelamatkan nyawanya. Tindakannya itu membuat dia berpiutang budi.
Visi yang kuat semestinya mendorong manusia beraksi. Visi tanpa aksi hanyalah impian. Aksi tanpa visi merupakan kegiatan tanpa arah. Visi bendahara tadi jelas: menyelamatkan nyawanya. Visi itu membuatnya bertindak. Tindakan itulah misi.
Perumpamaan ini mengajar para murid agar tidak hanya memikirkan masa depan, tetapi melakukan sesuatu yang baik pada masa kini. Kita perlu belajar dari bendahara yang tidak jujur. Ia mampu melihat ke depan, memperhitungkan realitas, dan mampu bertindak tepat. Ya, bertindaklah! Tanpa misi, visi tak akan pernah menjadi kenyataan.
Doa: Tuhan, tolong kami untuk hidup sesuai standar-Mu. [YM]
Baca Gali Alkitab 6
Dalam perumpamaan yang disampaikan kepada murid-murid-Nya, Yesus mengisahkan tentang seorang bendahara yang tidak jujur. Namun, tuan dari bendahara yang tidak jujur itu justru memuji tindakan cerdik yang dilakukan bendaharanya itu.
Apa saja yang Anda baca?
1. Krisis apa yang sedang dihadapi si bendahara dalam perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus ini (1-2)?
2. Apa yang direncanakan si bendahara untuk mengantisipasi krisis yang dia hadapi itu (3-4)?
3. Tindakan apa yang kemudian dilakukan oleh si bendahara untuk merealisasikan rencananya tersebut (5-7)?
4. Mengapa tuan si bendahara justru memuji tindakan bendahara tersebut (8)?
5. Pelajaran apa yang Yesus sampaikan berkaitan dengan perumpamaan ini (9)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa disebutkan bahwa anak-anak dunia lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang?
2. Apa yang dimaksud Tuhan Yesus sebagai mamon yang tidak jujur? Bagaimana seharusnya kita mengikat persahabatan dengan menggunakan mamon yang tidak jujur tersebut?
3. Mengapa penting bagi para murid untuk mendengar perumpamaan ini? Apa yang dapat mereka pelajari?
Apa respons Anda?
1. Bagaimana Anda memandang harta kekayaan yang Anda miliki? Milik Anda atau milik Allah yang dipercayakan kepada Anda? Sudahkah Anda memperlakukan harta kekayaan tersebut sesuai dengan yang Allah kehendaki?
2. Apa yang Anda lakukan berkaitan dengan penggunaan harta Anda untuk kepentingan Kerajaan Allah?
Pokok Doa:
Agar jemaat Tuhan memiliki pengertian yang benar dalam menggunakan harta milik.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Lukas (Pendahuluan Kitab) Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas...
Penulis : Lukas
Tema : Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan Manusiawi
Tanggal Penulisan: Tahun 60-63 M
Latar Belakang
Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Luk 1:1,3; Kis 1:1). Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab itu.
Rupanya Lukas adalah seorang petobat Yunani, satu-satunya orang bukan Yahudi yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh Kudus mendorong dia untuk menulis kepada Teofilus (artinya, "seorang yang mengasihi Allah") guna memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri dari orang bukan Yahudi akan kisah yang lengkap mengenai permulaan kekristenan. Kisah ini terdiri atas dua bagian:
- (1) kelahiran, kehidupan dan pelayanan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus (Injil Lukas), dan
- (2) pencurahan Roh di Yerusalem dan perkembangan selanjutnya dari gereja mula-mula (Kitab Kisah Para Rasul). Kedua kitab ini merupakan lebih dari seperempat bagian dari seluruh PB.
Dari surat-surat Paulus, kita mengetahui bahwa Lukas adalah seorang saudara "yang kekasih ... seorang dokter" (Kol 4:14) dan seorang teman sekerja Paulus yang setia (2Tim 4:11; File 1:24; bd. perikop-perikop "kami" di Kisah Para Rasul, lihat "PENDAHULUAN KISAH PARA RASUL" 08177). Dari penulisan Lukas sendiri kita mengetahui bahwa ia seorang yang berpendidikan tinggi, penulis yang terampil, sejarahwan yang teliti dan teolog yang diilhami. Ketika ia menulis Injilnya, agaknya gereja bukan Yahudi belum memiliki Injil yang lengkap atau yang tersebar luas mengenai Yesus. Matius menulis Injilnya pertama-tama bagi orang Yahudi, sedangkan Markus menulis sebuah Injil yang singkat bagi gereja di Roma. Orang percaya bukan Yahudi yang berbahasa Yunani memang memiliki kisah-kisah lisan mengenai Yesus yang diceritakan oleh para saksi mata, juga intisari tertulis yang pendek tetapi tidak suatu Injil yang lengkap dan sistematis (lih. Luk 1:1-4). Jadi, Lukas mulai menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama "dari asal mulanya" (Luk 1:3). Barangkali ia mengerjakan penelitiannya di Palestina sementara Paulus berada di penjara Kaisarea (Kis 21:17; Kis 23:23--26:32), dan menyelesaikan Injilnya menjelang akhir masa itu atau segera setelah ia tiba di Roma bersama dengan Paulus (Kis 28:16).
Tujuan
Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna menyediakan suatu catatan yang lengkap dan cermat "tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat" (Kis 1:1-2). Lukas yang menulis dengan ilham Roh Kudus, menginginkan agar Teofilus dan para petobat bukan Yahudi serta orang-orang lain yang ingin mengetahui kebenaran akan mengetahui dengan pasti kebenaran yang tepat yang telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Luk 1:3-4). Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab Injil ini; misalnya, ia merunut silsilah Yesus sebagai manusia sampai _kepada Adam_ (Luk 3:23-38) dan tidak hanya _sampai Abraham_ seperti yang dilakukan oleh Matius (bd. Mat 1:1-17). Dalam kitab Lukas, Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan.
Survai
Injil Lukas mulai dengan kisahan masa bayi yang paling lengkap (Luk 1:5--2:40) dan satu-satunya pandangan sekilas di dalam Injil-Injil mengenai masa pra remaja Yesus (Luk 2:41-52). Setelah menceritakan pelayanan Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus, Lukas membagi pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar:
- (1) pelayanan-Nya di Galilea dan sekitarnya (Luk 4:14--9:50),
- (2) pelayanan-Nya pada perjalanan terakhir ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27), dan
- (3) minggu terakhir-Nya di Yerusalem (Luk 19:28--24:43).
Walaupun mukjizat-mukjizat Yesus dalam pelayanan-Nya di Galilea cukup mencolok di dalam tulisan Lukas, fokus utama Injil ini ialah pengajaran dan perumpamaan-perumpamaan Yesus selama pelayanan-Nya yang luas dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem (Luk 9:51--19:27). Bagian ini mengandung himpunan materi terbesar yang unik dalam kitab Lukas, dan mencakup banyak kisah dan perumpamaan yang sangat digemari. Ayat terpenting (Luk 9:51) dan ayat kunci (Luk 19:10) dari Injil ini terdapat pada permulaan dan menjelang akhir materi Lukas yang khusus ini.
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan yang utama menandai Injil Lukas:
- (1) Injil ini adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa di dalam kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran sampai kenaikan-Nya, dan juga kitab yang terpanjang dalam PB.
- (2) Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali.
- (3) Lukas menekankan cakupan universal dari Injil - bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi.
- (4) Perhatian Yesus terhadap orang yang serba kekurangan ditekankan, termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin, dan kelompok yang dianggap sampah masyarakat;
- (5) Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya mengenai doa.
- (6) Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah "Anak Manusia".
- (7) Tanggapan sukacita menandai mereka yang menerima Yesus dan berita-Nya.
- (8) Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan umat-Nya (mis. Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk 10:21; Luk 12:12; Luk 24:49).
Full Life: Lukas (Garis Besar) Garis Besar
I. Pendahuluan Injil Lukas
(Luk 1:1-4)
II. Kedatangan Juruselamat
(Luk 1:5-2:52)
A. Pem...
Garis Besar
- I. Pendahuluan Injil Lukas
(Luk 1:1-4) - II. Kedatangan Juruselamat
(Luk 1:5-2:52) - A. Pemberitahuan Kelahiran Yohanes
(Luk 1:5-25) - B. Pemberitahuan Kelahiran Yesus
(Luk 1:26-56) - C. Kelahiran Yohanes Pembaptis
(Luk 1:57-80) - D. Kelahiran Yesus
(Luk 2:1-20) - E. Yesus di Bait Allah Sebagai Seorang Bayi
(Luk 2:21-39) - F. Kunjungan Yesus ke Bait Allah Sebagai Seorang Anak
(Luk 2:40-52) - III.Persiapan bagi Pelayanan Juruselamat
(Luk 3:1-4:13) - A. Pemberitaan Yohanes Pembaptis
(Luk 3:1-20) - B. Pembaptisan Yesus
(Luk 3:21-22) - C. Silsilah Yesus
(Luk 3:23-38) - D. Pencobaan Yesus
(Luk 4:1-13) - IV. Pelayanan di Galilea
(Luk 4:14-9:50) - A. Permulaan Pelayanan Yesus dan Penolakan di Nazaret
(Luk 4:14-30) - B. Kapernaum: Wibawa Ilahi Yesus Dinyatakan
(Luk 4:31-44) - C. Penangkapan Ikan yang Ajaib
(Luk 5:1-11) - D. Penyembuhan Orang yang Sakit Kusta
(Luk 5:12-16) - E. Wewenang Yesus Ditantang
(Luk 5:17-26) - F. Juruselamat Orang-Orang Berdosa
(Luk 5:27-32) - G. Peresmian Tatanan Baru
(Luk 5:33-6:49) - H. Demonstrasi Kuasa Ilahi
(Luk 7:1-8:56) - I. Yesus Memberikan Kuasa kepada Murid-Murid-Nya
(Luk 9:1-6) - J. Herodes dan Yohanes Pembaptis
(Luk 9:7-9) - K. Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Luk 9:10-17) - L. Pengakuan Petrus dan Tanggapan Yesus
(Luk 9:18-27) - M. Kemuliaan Juruselamat Dinyatakan
(Luk 9:28-50) - V. Pelayanan Selama Perjalanan Terakhir ke Yerusalem
(Luk 9:51-19:28) - A. Misi Penebusan Juruselamat
(Luk 9:51-10:37) - B. Petunjuk Khusus Yesus Mengenai Pelayanan dan Doa
(Luk 10:38-11:13) - C. Peringatan Yesus kepada Para Musuh dan Para Pengikut
(Luk 11:14-14:35) - D. Perumpamaan-Perumpamaan tentang yang Terhilang dan Ditemukan Kembali
(Luk 15:1-32) - E. Perintah-Perintah Kristus kepada Para Pengikut-Nya
(Luk 16:1-17:10) - F. Sembilan Orang Kusta yang Disembuhkan Namun Tak Berterima Kasih
(Luk 17:11-19) - G. Kedatangan Kembali Kristus Secara Mendadak Dinubuatkan
(Luk 17:20-18:14) - H. Juruselamat, Anak-Anak Kecil dan Seorang Pemimpin yang Kaya
(Luk 18:15-30) - I. Menjelang Akhir Perjalanan
(Luk 18:31-19:28) - VI. Minggu Penderitaan
(Luk 19:29-23:56) - A. Yesus Memasuki Yerusalem
(Luk 19:29-48) - B. Yesus Mengajar Setiap Hari di Bait Allah
(Luk 20:1-21:4) - C. Yesus Bernubuat tentang Kebinasaan Bait Allah dan Kedatangan-Nya
Kembali (Luk 21:5-38) - D. Persiapan-Persiapan Terakhir dan Perjamuan Malam
(Luk 22:1-38) - E. Getsemani dan Pengkhianatan
(Luk 22:39-53) - F. Pengadilan Yahudi
(Luk 22:54-71) - G. Pengadilan Romawi
(Luk 23:1-25) - H. Penyaliban
(Luk 23:26-49) - I. Penguburan
(Luk 23:50-56) - VII.Kebangkitan Sampai Kenaikan
(Luk 24:1-53) - A. Pagi Kebangkitan
(Luk 24:1-12) - B. Penampakan Diri Tuhan yang Sudah Bangkit
(Luk 24:13-43) - C. Pesan-Pesan Perpisahan
(Luk 24:44-53)
Matthew Henry: Lukas (Pendahuluan Kitab) Kita sekarang sedang memasuki karya seorang pemberita Injil lain bernama Lukas, yang menurut beberapa orang merupakan singkatan nama Lucilius. Menurut...
Kita sekarang sedang memasuki karya seorang pemberita Injil lain bernama Lukas, yang menurut beberapa orang merupakan singkatan nama Lucilius. Menurut penuturan Bapa Gereja Jerome, Lukas lahir di Antiokhia. Sebagian orang menduga dia satu-satunya penulis Kitab Suci yang bukan berasal dari benih keturunan Israel. Ia merupakan seorang pemeluk baru agama Yahudi, dan kemudian, seperti dugaan beberapa orang, beralih kepada Kekristenan melalui pelayanan Rasul Paulus di Antiokhia, dan setelah kedatangannya di Makedonia (Kis. 16:10), ia menjadi kawan pendamping tetap Paulus. Ia belajar dan mempraktikkan ilmu kedokteran; oleh karena itu, Paulus menyebutnya Tabib Lukas yang kekasih (Kol. 4:14). Beberapa orang yang mengaku-ngaku diri sebagai sejarawan kuno mengatakan bahwa dia seorang pelukis dan yang melukis gambar Perawan Maria. Tetapi menurut gerejawan Dr. Whitby, hal ini tidaklah pasti, dan karena itu, dia mungkin salah satu dari ketujuh puluh murid dan menjadi seorang pengikut Kristus ketika Ia masih melayani di atas muka bumi ini. Bila memang demikian halnya, maka dia seorang keturunan Israel asli. Saya tidak berkeberatan dengan pendapat ini, kecuali dengan beberapa tradisi kuno yang tidak memiliki kepastian dan tentunya tidak dapat digunakan sebagai dasar apa pun. Selain itu, Origen dan Epiphanius, penulis-penulis Kristen kuno, juga memberi kesaksian bahwa Lukas adalah salah satu dari ketujuh puluh murid itu. Lukas dianggap telah menulis Kitab Injil ini ketika menemani Paulus dalam berbagai perjalanannya, dan di bawah arahannya. Beberapa orang berpikir bahwa dialah yang dimaksud oleh Paulus sebagai saudara kita 2Kor. 8:18), yang terpuji di semua jemaat karena pekerjaannya dalam pemberitaan Injil; yang seakan berarti, ia dipuji di semua jemaat karena menulis Injil ini; dan inilah yang dimaksudkan Rasul Paulus ketika ia sekali waktu berbicara tentang Injil-nya (Rm. 2:16). Namun, tidak ada dasar sama sekali untuk membenarkan hal ini. Dr. Cave memperhatikan bahwa cara dan gaya menulisnya sangat akurat dan tepat; gayanya sopan dan anggun, luhur dan mulia, namun jelas; dan ia mengekspresikan dirinya dalam aliran yang lebih murni Yunani daripada yang bisa ditemukan pada para penulis Kitab Suci lainnya. Oleh karena itu, ia mampu menghubungkan berbagai hal jauh lebih banyak dan mendalam dibandingkan dengan para penulis Injil lainnya; dan karena itu juga, ia mengkhususkan diri untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan imamat Kristus. Tidaklah pasti bilamana atau pada waktu apa Injil ini ditulis. Beberapa orang menduga bahwa Injil ini ditulis di Akhaya, tujuh belas tahun (dua puluh dua tahun, menurut sebagian orang) setelah kenaikan Tuhan Yesus ke surga, semasa ia menemani Rasul Paulus dalam perjalanannya. Ada juga yang mengatakan bahwa Injil ini ditulis di kota Roma, tidak lama sebelum ia menulis Kisah Para Rasul (yang merupakan lanjutan kitab ini), ketika ia berada di sana bersama Paulus yang saat itu menjadi orang tahanan dan berkhotbah di dalam rumah yang disewanya sendiri. Ini seperti yang diriwayatkan dalam bagian akhir Kitab Kisah Para Rasul; dan Paulus kemudian mengatakan bahwa hanya Lukas yang tinggal dengan aku (2Tim. 4:11). Ketika ia secara sukarela menemani Paulus dalam rumah tahanan tersebut, ia punya banyak waktu untuk menyusun dua riwayat ini (dan banyak tulisan istimewa lainnya yang membuat jemaat merasa berutang atas peristiwa pemenjaraan ini). Bila memang demikian halnya, maka kitab ini ditulis sekitar dua puluh tujuh tahun setelah kenaikan Kristus, dan sekitar tahun keempat pemerintahan Kaisar Nero. Jerome mengatakan bahwa Lukas meninggal dunia pada usia delapan puluh empat tahun, dan tidak pernah menikah. Beberapa orang menulis bahwa ia mati sebagai martir; namun bila memang demikian halnya, tidak ada kejelasan di mana dan bilamana hal itu terjadi. Sungguh, penghargaan yang diberikan kepada tradisi Kristiani dalam hal memperlakukan para penulis Perjanjian Baru tidak lebih besar daripada penghargaan yang diberikan kepada tradisi Yahudi dalam memperlakukan para penulis Perjanjian Lama.
Jerusalem: Lukas (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Jerusalem: Lukas (Pendahuluan Kitab) Injil karangan Lukas
Ciri khas yang ada pada injil ketiga berasal dari kepribadian pengarangnya yang sangat menarik. Kepribadian Lukas itu di mana-man...
Injil karangan Lukas
Ciri khas yang ada pada injil ketiga berasal dari kepribadian pengarangnya yang sangat menarik. Kepribadian Lukas itu di mana-mana nampak jelas. Lukas adalah seorang penulis berbakat yang hatinya sangat halus lembut. Ia menggubah karyanya dengan cara yang asli benar, sementara juga berjerih-payah untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, Luk 1:3. Tentu saja ini tidak berarti bahwa Lukas berhasil memberikan pada bahan yang diterimanya dari tradisi suatu susunan dan urutan yang lebih "historis" dari pada dalam Mat atau Mrk. Rasa hormat Lukas terhadap sumber-sumbernya dan metode yang hanya menderetkan bahan tradisi tentu tidak memungkinkan urutan historis semacam itu. Rangka Luk pada umumnya menuruti garis-garis besar Mrk, meskipun disana-sini Lukas meninggalkan atau memindahkan apa yang terdapat dalam Mrk. Memang ada bagian-bagian yang dipindahkan, Luk 3:19-20; 4:16-30; 5:1-11; 6:12-29; 22:31-34;
dll. Lukas berbuat demikian baik demi jelasnya kisah atau logikanya, maupun karena terpengaruh tradisi-tradisi lain, khususnya tradisi-tradisi yang juga tampil dalam injil keempat. Ada juga bagian- bagian yang ditinggalkan saja, baik oleh karena kurang berguna untuk sidang pembaca bekas kafir, Mrk 9:11-13, atau oleh karena bagian-bagian itu sudah tercantum dalam Kumpulan Pelengkap yang dipakai Lukas, Mrk 12:28-34; bdk Luk 10:25-28, maupun oleh karena bagian tertentu, terutama Mrk 6:45-8:26 yang seluruhnya ditinggalkan Lukas tidak tercantum dalam naskah Mrk yang dipakai Lukas, Atau barangkali oleh Lukas dianggap sebagai pengulangan, meskipun tercantum dalam naskah Mrk yang dimiliki Lukas. Perbedaan paling menyolok antara Luk dan Mat, serta Mrk ialah tambahan besar yang terdapat dalam Luk 9:51 - Mrk 18:14. Di muka sudah dikatakan bahwa ini kirany diambil Lukas dari Kumpulan Pelengkap ditambah beberapa informasi pribadi. Bagian tengah Luk tersebut disajikan berupa kisah perjalanan Yesus ke Yerusalem, sebagaimana berulang kali dicatat, Luk 9:51; 13:22; 17:11. Catatan-catatan itu mengembangkan apa yang dikatakan Mrk 10:1, sehingga Luk kiranya tidak bermaksud menggabungkan beberapa perjalanan sesungguhnya, melainkan menekankan sebuah gagasan teologis yang digemari Lukas, yaitu : di kota sucilah keselamatan harus diujudkan, Luk 9:31, 13:33; 18:31; 19:11; di sana telah mulailah Injil, Luk 1:5 dll, dan di sana harus diselesaikan Luk 24:52 dst, melalui penampakan- penampakan dan pembicaraan- pembicaraan yang tidak terjadi di Galilea, Luk 24:13-51; dan bdk Luk 24:6 dengan Mrk 16:7; Mat 28:7, 16:20; dan dari sanalah Injil bertolak lagi untuk diwartakan kepada dunia semesta, Mat 24:47; Kis 1:8.
Kalau perbandingan terperinci antara Luk dan sumber-sumbernya diteruskan, baik sumber yang paling dikenal ialah Mrk maupun sumber-sumber yang juga tampil dalam bagian-bagian Mat yang sejalan dengan Luk, maka orang seolah-olah dapat melihat bagaimana bekerjanya seorang penulis yang dengan saksama menyadur, meninggalkan atau menambah dengan maksud menyajikan bahan-bahannya dengan caranya sendiri, sementara menghindarkan atau memperlunak apa yang menusuk hatinya sendiri atau barangkali dapat menyakiti hati sidang pembaca (8:43 dibandingkan dengan Mrk 5:26; ditinggalkan Mrk 9:43-48; 13:32; dll) atau juga kurang dapat dipahami oleh mereka (ditinggalkan Mrk 4:13; 8:32 dst 14:50) atau memaafkan (Luk 9:45; 18:34; 22:45) para rasul dan menjelaskan istilah yang kurang terang (Luk 6:15) atau lebih jauh menentukan tempat terjadinya hal tertentu, Luk 4:31; 19:28 dst, Luk 37; 23:51, dll. Berkat penyaduran-penyaduran banyak dan halus tersebut dan terutama berkat tembahan-tambahan hasil penyelidikannya sendiri Lukas memperlihatkan reaksi- reaksi dan kecenderungan pribadinya. Tegasnya melalui alat terpilih, ialah Lukas, Roh Kudus menyajikan kepada kita kabar injili dengan cara yang asli benar dan yang berisikan ajaran yang sangat bernilai. Memang halnya bukan pokok-pokok teologis yang amat menyolok (gagasan-gagasan utama sama saja dalam Luk, Mat dan Mrk), melainkan suatu mentalita keagamaan. Dalam mentalita yang dengan halusnya terpengaruh oleh guru Lukas, yaitu Paulus, itu diketemukan kecenderungan hati yang merupakan ciri khas watak Lukas. Sebagai "Penulis kelembutan hati Tuhan" (Dante) Lukas suka menonjolkan belaskasihan Kristus kepada kaum berdosa, Luk 15:1 dst, Luk 7, 10; 15:11-32; 19:1-10; 23:34, 39-43. Dengan senang hati Lukas memperlihatkan kelembutan hati Yesus terhadap orang yang hina dan miskin, sedangkan yang kaya raya diperlakukan dengan keras, Luk 1:51-53; 6:20-26; 12:13-21; 14:7-11; 16:15, 19-31; 18:9-14. Tetapi kalaupun hukuman yang adil dijatuhkan, itu hanya sesudah penundaan penuh kesabaran dan belas kasihan, 13:6-9; bdk Mrk 11:12-14. Hanya perlu orang yang hina dan miskin, sedangkan yang kaya raya diperlakukan dengan keras, 1:51-53; 6:20-26; 12::13-21; 14:7-11; 16:15, 19-31; 18:9-14. Tetapi kalaupun hukuman yang adil dijatuhkan, itu hanya sesudah penundaan penuh kesabaran dan belas kasihan, 13:6-9; bdk Mrk 11:12-14. Hanya perlu orang bertobat dan menyangkal dirinya. Dan di sini hati Lukas yang lemah lembut ternyata hati jantan. Lukas sudah mengulang tuntutan penyangkalan diri yang mutlak dan pantang mundur, 14:25-34, khususnya tuntutan meninggalkan kekayaan, 6:34 dst; 12:33; 14:12-14; 16:9-13. Perlu diperhatikan juga bagian- bagian yang tercantum dalam injil ketiga : mengenai perlunya berdoa, 11:5-8; 18:1-8, dan teladan Yesus di bidang itu, 3:21; 5:16; 6:12; 9:28. Akhirnya sama seperti dalam Kis dan surat-surat Paulus, demikianpun dalam Luk Roh Kudus berperanan besar yang suka ditonjolkan oleh Lukas dalam 1:15, 35, 41, 67; 2:25- 27; 4:1, 14, 18; 10:21; 11:13; 24:49. Unsur ini bersama dengan suasana rasa syukur karena anugerah yang diterima dari Allah dan kegembiraan rohani yang meresap ke dalam seluruh injil ketiga itu, 2:14; 5:26; 10:17; 13:17; 18:43; 19:37; 24:51 dst, memberikan kepada karya Lukas ciri kemesraan yang mengesan di hati menghangatkan batin.
Gaya bahasa Mrk agak kasar sedikit, penuh dengan kata dan ungkapan yang berbau bahasa Aram, dan kerap kali kurang tepat bahkan salah. Tetapi gaya bahasanya juga segar bugar dan populer, sehingga toh memikat hati. Gaya bahasa Mat masih juga berbau bahasa Aram, tetapi bahasa Yunaninya lebih halus, kurang konkrit tapi lebih tepat. Gaya bahasa Luk sesungguhnya agak majemuk: bahasa Yunaninya adalah bermutu, kalau Lukas sendiri menulis; bahasa kurang bermutu diterima Lukas begitu saja untuk menghormati sumber-sumbernya, yang kekurangan dalam bahasa kadang-kadang dipertahankan oleh Lukas meskipun berusaha memperbaikinya. Lukas juga dengan sengaja dan mahir meniru gaya bahasa alkitabiah yang terdapat dalam Septuaginta.
Ende: Lukas (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN LUKAS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi pengarang
Lukas dari semula terkenal sebagai pengarang Indjil ketiga dan Kisah Rasu...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN LUKAS
KATA PENGANTAR
Tentang pribadi pengarang
Lukas dari semula terkenal sebagai pengarang Indjil ketiga dan Kisah Rasul- rasul. Menurut riwajat lisan ia berasai dari Antiochia, ibu kota propinsi Siria, dan bangsa Siria, djadi bekas penjembah dewa-dewa.
Tentang asal mula umat di Antiochia dapat kita batja dalam Kis. Ras.
Lukas dalam karangan-karangannja tak pernah menjatakan sesuatu tentang dirinja. Hanja dalam Kis. Ras. ia sering menulis sebagai penjaksi mata. Kalau ia bertjeritera dengan memakai kata-djamak"kami", sudah tentu bahwa ia sendiri turut menjaksikan dan mengalami apa jang diberitakannja. Dari itu kita tahu tjukup pasti, bahwa ia mengiring Paulus pada perdjalanan kerasulan Paulus jang kedua, mulai dari Troas sampai ke Pilipi di Masedonia (Kis. Ras. 16:11-40). Dan waktu Paulus terpaksa meninggalkan kota Pilipi itu, Lukas tinggal disitu. Pada achirnja perdjalanan Paulus jang ketiga (Kis. Ras. 20:5-21:18) Lukas mengikuti Paulus pula dari Pilipi ke Jerusalem. Dan selama Paulus dalam tahanan di Sesarea, dua tahun lamanja, Lukaspun rupanja tinggal di Palestina. Sesudah itu iapun menemani Paulus pada pelajaran sebagai tahanan ke Roma, dan tinggal disitu bersama dengan Paulus selama tahanan itu; kemudian dalam tahanan kedua djuga. Batjalah Kis. Ras. bab 27 dan 28, Pilemon 24, lagi 11 Tim. 4:11. Menurut dugaan jang sangat umum Lukas menulis kedua karangan di Roma.
Tudjuan "Indjil ketiga"
Dalam kata pembukaan (1:1-4) Lukas mempersembahkan karangannja kepada seorang jang dinamakannja "Teofilus jang Mulia", dan ia menerangkan bahwa maksud tulisannja ialah meneguhkan dan memperdalam kejakinan Teofilus itu akan kebenaran adjaran-adjaran jang telah diadjarkan kepadanja. Tetapi tentu sadja tudjuan Lukas tidak terbatas pada seorang perseorangan. Dapat kita bajangkan, bahwa dengan "Teofilus" itu dimaksudkari tiap-tiap "Pentjinta Allah" (kata "teofilus" berarti pentjinta Allah), jaitu tiap-tiap orang beriman, jang ingin memperluas pengetahuan dan memperdalam pengertiannja ahan Indjil, guna menjempurnakan diri menurut tjita-tjita Indjil.
Tentang sumber-sumber jang digunakan Lukas
Dari tjatatan-tjatatan dalam fasal pertama kata-pengantar ini, sudah terang bahwa mengenai karangan Indjilnja Lukas bukan penjaksi mata. Menurut perkataannja dalam kata-pembukaan dapat diduga bahwa digunakannja pelbagai sumber dan djuga sumber-sumber tertulis. Para ahli tafsir dewasa irli umumnja berpendapat, bahwa Lukas sangat bergantung pada karangan Markus, mengenai susunan seluruhnja, tetapi djuga isi dan bentuk banjak tjeritera. Tetapi ia tidak mendjiplak sadja, melainkan merigolah segalanja menurut bakat dan selera serta penjelidikannja sendiri. Tetapi ada lain-lain sumber tertulis lagi jang digunahannja.
Tetapi sumber utama bagi Lukas ialah tradisi jang hidup dalam kerugma dan katechese. Dan dalam "menjelidiki segalanja dengan teliti" (1:3) ia mendapat banjak kesempatan untuk berbitjara dengan penjaksi-penjaksi mata seperti murid- murid Jesus, chususnja sepandjang dua tahun tahanan Paulus di Sesarea. Ada jang beranggapan, dan memang ada kemungkinan, bahwa waktu itu ia djuga mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Ibu Jesus dan kaum keluarga Joanes Pemandi, atau imam-imam dari kalangan mereka, untuh berwawantjara dengan mereka tentang masa ke-kanak-kanak-an Jesus. Tetapi sebab kedua bab pertama dari Indjil ini sangat bertjorak lbrani, lain sekali dari karangan selandjutnja, maka agah terang bahwa Lukas mengambil bahannja dari sumber-sumber tertulis dalam bahasa Ibrani djuga. Itu chususnja mengenai madah-madah jang terdapat dalam kedua bab itu. Barangkali Lukas segan mengolah bahan-bahan itu dalam bahasa Junani jang murni, supaja djangan kiranja kehilangan suasana asli jang penuh kegembiraan halus dan sutji atas fadjar keselamatan jang mulai menjingsing.
Jesus dalam Indjil ketiga tidak berbeda dengan Jesus seperti Ia digambarkan dalam karangan-karangan jang lain; hanja ada segi-segi jang istimewa berkesan pada Lukas dan sebab itu ditondjolkannja. Misalnja sikap Jesus terhadap orang- orang ketjil, jang menderita, jang bertjatjat atau dalam kesusahan manapun djuga. Ia bukan menolong mereka sadja, melainkan melakukan itu dengan perasaan tjinta jang sungguh-sungguh dan halus, penuh penghargaan dan hormat. Betapa mengharukan misalnja iba-kasihan Jesus terhadap wanita djanda jang kematian putera-tunggalnja, di Naim (7:11-17).
Jang chususnja ditondjolkan Lukas lagi, ialah kemurahan, penghargaan dan hormat Jesus kepada orang-orang berdosa. la tahu bahwa kebanjakan mereka pada dasar hati orang baik, jang dapat diinsjafkan akan dosanja, sehingga bertobat. Lukas satu-satunja jang menurunkan kepada kita beberapa tjeritera dan perumpamaan pertobatan orang-orang berdosa, jang merawankan dan memurnikan hati tiap-tiap pembatja jang luhur hati, dan sanggup memulihkan penghargaan diri dan memberikan harapan tiap-tiap orang jang merasa dirinja berdosa, termasuk kita sendiri. Batjalah dan renungkanlah tjeritera wanita djalang (7:36-58); anak hilang (15:11-52); pemungut bea (18:9-14); Zacheus (19:1-10). Dan dimana sadja terdapat suatu kesempatan, Lukas gemay menundjukkan, bahwa usaha penjelamatan Jesus dan tjinta kemanusiaannja meliputi seluruh bangsa manusia. Meskipun ia pernah berkata, bahwa tugasnja terbatas pada bangsa Israel (dalam arti bahwa ia harus mendasarkan Keradjaan Allah jang baru diantara mereka), namun Ia baik hati, penuh penghargaan dan hormat djuga kepada tiap orang "kafir" jang bertemu dengannja, dan Ia menolong tiap-tiap mereka jang minta ditolong.
Suatu kechususan Lukas lagi ialah minatnja terhadap wanita-wanita sutji jang herperanan dalam Indjil. Memang setjara istimewa kepada Bunda Maria, tetapi bagaimana pula ia dengan satu dua kata tahu memudji keluhuran Elisabet, Anna, Marta dan saudarinja Maria, wanita-wanita jang mengikuti Jesus dari Galilea dan melajaniNja, Maria Magdalena jang mengikuti Jesus sampai dikaki salib, wanita Jerusalem jang menangisi Jesus jang sedailg memikul salibnja, dan wanita-wanita jang memandang dari djauh.
Lukas pula lebih dari Mateus dan Markus merasa tertarik kepada hidup kebatinan Jesus, jaitu hubunganNja dengan BapaNja dalam berdoa, dan peranan Roh Kudus dalam hidupNja. Mengenai pergaulan dengan BapaNja, baiklah kita batja dan merenungkan misalnja 3:21; 5:16; 6:12; 9:18; 9:28, dan mengenai hubunganNja dengan Roh Kudus 1:15,55,41,67; 2:25-27; 4:1,14,18; 10:21; 11:15; 14:49. Dan Lukas pula jang sangat menekankan adjaran dan adjakan Jesus, supaja kitapun asjik berdoa dengan penuh pengharapan. Batjalah 11:1-13; 18:1-5; 18:10-14.
Suatu tjiri karangan Lukas jang menjolok lagi, ialah kehalusan perasaannja.
Kalau dibandingkan dengan Mateus dan Markus, Lukas sering sekali meninggalkan
segala bahan, segi-segi peristiwa atau ungkapan-ungkapan, jang mungkin
menjinggung perasaan pembatja-pembatja chususnja jang bukan Jahudi, ataupun
jang inunakin merendahkan adjaran-adjaran Indjil dan tokoh-tokoh sutji dalam
mata mereka. Kalau misalnja ia mengambil alih dari Markus, ia bukan sadja sering
memperbaiki babasanja, melainkan djuga memperhalus gaja bahasanja. Lukas lebih
suka memudji dari pada mengeritik. la nampak segan mengambil alih tjatatan-
tjatatan tentang kurang pengertian dan kelemahan watak rasul-rasul sebelum
Pentekosta, jang djustru ditondjolkan dalam Markus, tentu sadja berdasarkan
tjeritera-tjeritera Petrus. Demikian pula ia mengbindarkan utjapan atau lukisan
segi-segi sikap Jesus, jang barangkali dapat dianggap sebagai suatu kelemahan
pada pribadi Jesus. Bandingkanlah misalnja Mk. 1:45 dengan Lk. 5:14; Mk. 3:5
dengan Lk. 6:10; MI. 9:56 lagi 10:16 dengan Lk. 9:47-48 lagi 18:16; Mk. 14:53-34
dengan Lk. 22:40-41. Tetapi betapapun halus perikemanusiaan Lukas, namun
sedikitpun tidak ia melemahkan sabda Jesus mengenai tuntutan dan sjarat-sjarat
jang harus dipenuhi murid-murid Jesus, jaitu segala penganutnja. Kata
penjalahannja terhadap para pentjinta mamon lebih keras dari pada ungkapan
Mateus terhadap mereka. Djuga menurut Lukas tuntutan dasar dari Keradjan Allah,
ialah roh kemiskinan, apa djuga berarti sikap rendah hati. Lih.
BIS: Lukas (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH LUKAS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Lukas mengemukakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang
dijanjikan Allah untuk I
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH LUKAS
PENGANTAR
Buku Kabar Baik oleh Lukas mengemukakan Yesus sebagai Raja Penyelamat yang dijanjikan Allah untuk Israel dan untuk seluruh umat manusia. Dalam bukunya ini Lukas menulis bahwa Yesus telah diberi tugas oleh Roh Tuhan untuk menyiarkan Kabar Baik dari Allah kepada orang miskin. Kabar Baik ini penuh dengan perhatian terhadap orang-orang dengan berbagai-bagai kebutuhan. Nampak pula suatu nada sukacita dalam buku Lukas ini, terutama pada pasal-pasal pertama mengenai kedatangan Yesus, kemudian pada bagian penutupnya juga mengenai terangkatnya Yesus naik ke surga. Kisah tentang tumbuhnya dan tersebarnya agama Kristen setelah Yesus naik ke surga diceritakan juga oleh penulis buku ini di dalam buku Kisah Rasul-rasul.
Bagian 2 dan 6 (lihat Isi buku di bawah ini) berisi banyak unsur cerita yang hanya terdapat dalam buku Kabar Baik ini. Misalnya, cerita tentang nyanyian para malaikat serta kunjungan para gembala pada saat kelahiran Yesus, Yesus di Rumah Tuhan ketika masih anak-anak, dan juga perumpa maan tentang Orang Samaria yang baik hati dan Anak yang hilang. Buku ini sangat menekankan juga hal doa, Roh Allah, peranan wanita dalam pelayanan Yesus dan pengampunan dosa oleh Allah.
Isi
- Pendahuluan
Luk 1:1-4 - Kelahiran dan masa kanak-kanak dari Yohanes Pembaptis dan Yesus
Luk 1:5-2:52 - Pelayanan Yohanes Pembaptis
Luk 3:1-20 - Baptisan Yesus dan cobaan terhadap diri-Nya
Luk 3:21-4:13 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Luk 4:14-9:50 - Dari Galilea ke Yerusalem
Luk 9:51-19:27 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Luk 19:28-23:56 - Kebangkitan Yesus dari kematian, penampakan diri-Nya
dan terangkat-Nya ke surga
Luk 24:1-53
Ajaran: Lukas (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Injil Lukas, orang-orang Kristen mengerti sejarah
kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, mulai dari silsilah kelah
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Injil Lukas, orang-orang Kristen mengerti sejarah kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia, mulai dari silsilah kelahiran-Nya sampai kepada kematian-Nya. Dan mengenal akan kehidupan Tuhan Yesus sebagai manusia yang sejati dan suci, penuh kesederhanaan dan ketulusan hati, sebagai teladan mereka dalam hidup kekristenan.
Pendahuluan
Penulis : Lukas.
Tahun : Sekitar tahun 62 SM.
Penerima : Theofilus (artinya sahabat Allah) Dan juga kepada orang-orang yang percaya pada Yesus.
Isi Kitab: Injil Lukas terdiri atas 24 pasal. Isi Injil ini menjelaskan kasih karunia Allah bagi segala bangsa. Orang-orang yang dipandang rendah oleh dunia, tidak dipandang rendah oleh Allah, seperti kaum wanita dan juga orang-orang miskin. Di dalam Injil ini juga nampak kesucian, kesederhanaan, dan keluhuran budi Tuhan Yesus sebagai manusia sejati. Bagi orang Kristen Tuhan Yesus adalah satu-satunya teladan sempurna. Karena itu, orang Kristen dipanggil untuk hidup seperti Yesus hidup.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Lukas
_Bagian Pertama_
Pengajaran tentang Yesus Kristus sebagai anak manusia, yang dibuktikan dengan perasaan dan sikap yang diperlihatkannya terhadap orang-orang yang dianggap rendah oleh masyarakat
Pendalaman
- Bacalah pasal Luk 7:13. Nats ini menceritakan tentang seorang janda yang kematian anaknya. Tuhan Yesus yang melihat kesedihan janda itu, merasa kasihan sehingga ia menghidupkan anak yang sudah mati itu. Hal ini membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah manusia sejati dan juga Allah sejati. Selain itu ayat ini juga mengajarkan setiap orang percaya untuk mengasihi orang lain. _Tanyakan_: pernahkah saudara mengasihi orang lain?
- Bacalah pasal Luk 7:37-50. Tuhan Yesus memperhatikan dan mengampuni wanita berdosa yang bertobat.
- Bacalah pasal Luk 10:25-37. Bagian ini menjelaskan perumpamaan Tuhan Yesus, tentang seorang Samaria yang lebih baik hati dari para imam Yahudi. Hal ini mengajarkan kepada setiap orang Kristen untuk mengasihi dengan tidak memandang suku bangsa, atau kaya miskin. Sudahkah saudara menolong orang lain?
- Bacalah pasal Luk 15:1-7. Tuhan Yesus bergaul dengan para pemungut cukai, karena mereka mau mendengarkan perkataan Tuhan Yesus dan bertobat dari perbuatan pemerasan yang mereka lakukan.
- Bacalah pasal Luk 16:20-21. Bagian ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus mengasihi semua manusia, sampai kepada para pengemis. Bagaimanakah dengan kasih saudara? Apakah saudara mengasihi orang-orang yang dapat memberikan sesuatu kepada saudara saja?
- Bacalah pasal Luk 17:12. Bagian ini menjelaskan bahwa Tuhan Yesus mengasihi dan memperhatikan orang-orang sakit. Apakah yang saudara lakukan terhadap seorang saudara/anggota/jemaat yang sedang sakit lagi miskin?
- Bacalah pasal Luk 23:40-43. Tuhan Yesus memperhatikan seorang penjahat dan juga mengampuni dosanya, karena ia mau bertobat.
_Bagian Kedua_
Tuhan Yesus sebagai anak manusia, memberikan teladan dalam kehidupan doa, khususnya berhubungan dengan peristiwa/kegiatan penting
Pendalaman
- Ia berdoa di saat pembaptisan (Luk 3:21).
- Ia berdoa sesudah mujizat-mujizat dilaksanakan (Luk 5:15-16).
- Ia berdoa sebelum memilih murid-murid-Nya (Luk 6:12).
- Ia berdoa sebelum memberikan nubuat pertama tentan penderitaan-Nya (Luk 9:18-22).
- Ia berdoa pada saat permuliaan-Nya di bukit (Luk 9:29).
- Ia berdoa di saat ketujuh puluh murid-Nya kembal (Luk 10:17-21).
- Ia berdoa sebelum mengajar murid-murid-Nya tentang car berdoa (Luk 11:1).
- Ia berdoa di Taman Getsemani menjelang penderitaan-Ny (Luk 22:39-46).
- Ia berdoa di atas salib (Luk 23:34,46).
Tuhan Yesus selalu berdoa dalam setiap keadaan dan keperluan, maka apakah yang saudara lakukan pada saat-saat menghadapi keperluan/kepentingan dalam hidup?
_Bagian Ketiga_
Tuhan Yesus sebagai anak manusia, mengasihi semua manusia di dunia
Pendalaman
Bacalah pasal Luk 3:6; 24:46-53. Bagian ini menjelaskan, bahwa keselamatan adalah untuk setiap manusia yang percaya pada Tuhan Yesus. Dengan demikian setiap orang yang telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus, haruslah juga memberitakan keselamatan itu kepada orang lain. Berdasarkan pasal Luk 24:47-48, siapakah yang bertugas untuk meneruskan berita pengampunan dosa ini kepada semua manusia? Sudahkah saudara menginjili?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Lukas jelaslah kita lihat bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Manusia sejati, yang dibuktikan melalui kehidupan-Nya sehari-hari.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Lukas?
- Apakah pokok pengajaran Injil Lukas?
- Buktikanlah bahwa Yesus Kristus adalah anak manusia?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima dari mempelajari Injil Lukas?
Intisari: Lukas (Pendahuluan Kitab) Yang paling manusiawi dari semua Injil
SIAPA PENULIS INJIL LUKAS?Injil ini ditulis oleh seorang dokter yang bernama Lukas, seorang teman dan rekan se
Yang paling manusiawi dari semua Injil
SIAPA PENULIS INJIL LUKAS?
Injil ini ditulis oleh seorang dokter yang bernama Lukas, seorang teman dan rekan sekerja rasul Paulus (Kol 4:14; File 24 dan 2Tim 4:11). Lukas sendiri bukanlah seorang saksi mata dari kehidupan Yesus (Luk 1:1-4). Tradisi mengatakan bahwa ia seorang bukan Yahudi, berstatus bujangan dan hidup sampai usia delapan puluh empat tahun.
MENGAPA INJIL INI DITULIS?
Lukas mempunyai beberapa tujuan:
1. Ia ingin menulis kisah kehidupan Yesus secara teratur yang berdasarkan bukti dari saksi mata yang benar (Luk 1:1-4).
2. Ia ingin mencatat permulaan dan perkembangan Kekristenan, yang dikerjakannya dalam dua bagian. Kisah para Rasul merupakan buku kedua. Lukas menunjukkan bagaimana Allah bekerja di sepanjang sejarah dan khususnya mengenai cara bagaimana para pengikut Yesus dengan cepat tersebar dari Galilea ke Roma.
3. Ia ingin menyatakan bahwa Yesus adalah Juruselamat bagi semua golongan manusia dan bukan hanya bagi sekelompok orang.
4. Ia ingin menunjukkan kepada para penguasa Romawi bahwa Kekristenan bukanlah ancaman bagi tatanan politik yang baik.
SIAPA SAJA PEMBACA INJIL LUKAS?
1. Lukas menujukan Injilnya kepada Teofilus (Luk 1:3), yang boleh jadi adalah seorang bukan Yahudi dari golongan menengah atas yang sudah bertobat dan menjadi Kristen. Namanya berarti 'dikasihi Allah', tetapi selain itu tidak ada lagi yang kita ketahui tentang dia.
2. Disamping itu Lukas berharap mendapatkan sidang pembaca yang lebih luas, yang mencakup orang-orang bukan Yahudi lainnya dan mungkin khususnya para aparat pemerintahan Romawi.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Cara Lukas bercerita tak ada bandingannya. Kemampuannya menyusun kata-kata tampak dalam gaya bahasa Yunaninya yang sangat baik.
2. Lukas juga lebih tertarik dengan kehidupan manusiawi Yesus dan lebih banyak bercerita mengenai awal hidup dan masa kanak-kanak Yesus dibanding dengan Injil-injil lainnya.
3. Dalam hal-hal lain, Injil Lukas juga lebih lengkap mencatat lebih banyak perumpamaan, kisah tentang banyak orang, serta kebangkitan Yesus dibanding dengan Injil lainnya.
4. Lukas lebih menunjukkan perhatiannya kepada pribadi-pribadi, khususnya anak-anak dan orang-orang yang tersingkir dari masyarakat, daripada para penulis Injil lainnya.
5. Lukas juga mempunyai perhatian khusus lainnya, sebagai contoh tentang: doa, Roh Kudus dan tema sukacita.
Pesan
1. Kabar baIk tentang keselamatan.Berita dari Lukas ialah bahwa Allah telah datang untuk menyelamatkan manusia
dari dosa dan keadaan mereka.
o Allah adalah Juruselamat. Luk 1:47
o Kristus dilahirkan untuk menyelamatkan. Luk 2:11, 30; 3:6
o Dia datang untuk menyelamatkan yang hilang. Luk 19:9, 10
o Keselamatan datang oleh iman. Luk 7:50;8:12
o Keselamatan berarti kehilangan nyawa sekarang. Luk 9:24
o Keselamatan dimungkinkan karena Kristus tidak menyelamatkan diri-Nya sendiri. Luk 23:35-43
o Keselamatan tersedia saat ini. Luk 4:21; 19:9
2. Kabar baik tentang Kerajaan Allah.
Bagian pusat Injil Lukas (Luk 9:51-19:44) banyak
berbicara mengenai Kerajaan Allah yang menjadi pusat dari khotbah Yesus. Luk 4:43; 8:1
o Kerajaan Allah itu kekal. Luk 1:33
o Kerajaan Allah milik orang yang miskin. Luk 6:20
o Murid-murid-Nya harus memberitakan
o Kerajaan Allah. Luk 9:2, 11
o Kepentingan Kerajaan Allah harus didahulukan. Luk 9:60-62; 12:31
o Umat harus berdoa untuk Kerajaan Allah. Luk 11:2
o Kerajaan Allah adalah anugerah dari Allah. Luk 12:32; 22:29
o Kerajaan Allah seperti... Luk 13:18-30
o Orang kaya sukar untuk masuk. Luk 18:18-30
o Kerajaan Allah sudah dekat sekarang. Luk 10:9, 11; 11:20; 17:20, 21
o Tetapi, Kerajaan Allah juga akan datang. Luk 24:31
3. Kabar baik terlIhat dalam diri Yesus.
Kabar baik bukanlah suatu dongeng atau cerita anak-anak tetapi didukung oleh
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Yesus.
o Sejarah itu penting. Luk 1:1-4
o Allah telah merencanakannya sejak dahulu kala. Luk 3:23-38
o Allah bekerja di dalam kehidupan Yesus.
Banyak saksi mata melihatnya:
- pada saat kelahiran-Nya. Luk 2:30
- pada saat Yesus dibaptis. Luk 3:22
- dalam mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya. Luk 4:36; 7:16
- dalam kematian-Nya. 23:39-49
- dalam kebangkitan-Nya. Luk 24:1-49 Yesus masih bekerja melalui murid-murid-Nya. Luk 24:48
Yesus sedang bekerja di seluruh dunia. Yerusalem hanyalah permulaan saja. Luk 24:47
Penerapan
Berita Injil Lukas dapat diterapkan kepada dua golongan utama:1. Kepada mereka yang tidak percaya kepada Yesus.
Percaya kepada Yesus berarti:
o mempercayai kesaksian sejarah
o mengenaI pengampunan Allah
o mampu untuk hidup baru
o ikut ambil bagian dalam Kerajaan Allah
o tidak menuntut segala yang terbaik atau terhormat
o dituntut untuk rendah hati dan mau mengorbankan segalanya bagi Yesus
o mendapat anugerah besar pada masa yang akan datang
2. Kepada mereka yang percaya sungguh-sungguh kepada Yesus. Iman kepada Yesus
berarti Anda harus:
o bersukacita dan bersyukur dalam kehidupan
o meneladani kasih Yesus kepada semua orang
o ikut ambil bagian dalam penyebaran kabar baik tentang Kerajaan Allah.
o "mematikan" diri sendiri setiap hari
o berdoa seperti yang diajarkan Yesus
o menjadikan Kerajaan Allah prioritas Anda yang jelas
o percaya bahwa Allah mengendalikan dunia
Tema-tema Kunci
Inilah sebagian dari ajaran-ajaran penting dalam Injil Lukas: 1. Doa. Lukas sering berbicara tentang kehidupan doa Yesus: Luk 3:21; 5:16; 6:12; 9:18-22, 29; 10:17-21; 11:1; 22:39-46; 23:34, 46. Ia juga mencatat perumpamaan-perumpamaan Yesus tentang doa: Luk 11:5-13; 18:1-8. Apa yang dapat kita pelajari dari ayat-ayat tersebut tentang kapan Anda harus berdoa, bagaimana berdoa dan apa yang didoakan?
2. Roh Kudus. Lukas menekankan pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan Yesus. Tulislah saat-saat dalam kehidupan Yesus ketika Roh Kudus disebut: contoh Luk 1:35; 4:1, 14, 18; 10:21, 22; 24:49. Apa yang diajarkan dalam ayat-ayat ini mengenai Roh Kudus?
3. Pujian dan sukacita. Injil Lukas diawali dengan sejumlah lagu pujian: Luk 1:46-55, 68-79; 2:14; dan Luk 2:29- 32. Sebutkan bagian-bagian lain dalam Injil yang berbicara tentang sukacita. 4. Pengampunan. Pada dasarnya kabar baik berisi berita tentang pengampunan dosa. Mengapa pengajaran Yesus mengenai pengampunan menimbulkan perubahan secara besar-besaran? Pelajarilah dengan saksama apa yang Yesus katakan mengenai pengampunan dalam: Luk 5:17-25; 6:37; 7:36-50; 11:4; 17:3-4; 23:34; 24:47.
5. Uang. Lukas lebih banyak berbicara mengenai uang dibandingkan dengan Injil-injil lainnya dan menempatkan masalah orang miskin secara khusus. Lagi-lagi pesannya sangat revolusioner. Carilah ajaran tersebut dalam ayat-ayat berikut: Luk 1:53; 4:18; 6:20; 12:13-34; 15.8-10; 16:1-15, 19-31; 18:1-14; 19:1-27; 20:19-26.
6. Wanita dan anak-anak. Catatlah mengenai beberapa wanita yang terdapat dalam Injil Lukas. Masyarakat pada zaman Yesus biasanya tidak menganggap bahwa wanita layak mendapat banyak perhatian. Tetapi, Lukas menekankan mengenai kasih Allah terhadap semua orang bahkan terhadap wanita, orang-orang yang tersingkir dan anak-anak. Pelajarilah ayat-ayat tentang anak-anak berikut ini dan buatlah ringkasan dari ajaran yang terdapat di dalamnya: Luk 8:40-56; 9:37-43, 46-48; 18:15-17.
Garis Besar Intisari: Lukas (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Luk 1:1-4
[2] MASA MUDA SANG JURUSELAMAT Luk 1:5-4:13
Luk 1:5-25Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis
Luk 1:26-
[1] PENDAHULUAN Luk 1:1-4
[2] MASA MUDA SANG JURUSELAMAT Luk 1:5-4:13
Luk 1:5-25 | Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis |
Luk 1:26-38 | Pemberitahuan tentang kelahiran Yesus |
Luk 1:39-56 | Kunjungan Maria ke rumah Elizabet |
Luk 1:57-80 | Kelahiran Yohanes Pembaptis |
Luk 2:1-38 | Kelahiran Yesus |
Luk 2:39-52 | Masa kanak-kanak Yesus |
Luk 3:1-22 | Khotbah Yohanes Pembaptis |
Luk 3:23-38 | Silsilah Yesus |
Luk 4:1-13 | Pencobaan Yesus |
[3] SANG JURUSELAMAT DI GALILEA Luk 4:14-9:50
Luk 4:14-30 | Yesus memulai pelayanan-Nya |
Luk 4:31-44 | Yesus menyembuhkan di Kapernaum |
Luk 5:1-26 | Yesus melakukan mukjizat |
Luk 5:27-39 | Panggilan dan di rumah perjamuan |
Luk 6:1-11 | Lewi Perdebatan mengenai hari Sabat |
Luk 6:12-16 | Yesus memilih murid-murid-Nya |
Luk 6:17-49 | Yesus berkhotbah di depan orang banyak |
Luk 7:1-17 | Mukjizat kesembuhan dan kebangkitan orang mati |
Luk 7:18-35 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes terjawab |
Luk 7:36-50 | Seorang pelacur menyembah Yesus |
Luk 8:1-21 | Mengajar firman Allah |
Luk 8:22-56 | Tiga mukjizat lagi |
Luk 9:1-6 | Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk misi penginjilan |
Luk 9:7-9 | Reaksi Herodes terhadap Yesus |
Luk 9:10-17 | Pemberian makan kepada lima ribu orang |
Luk 9:18-27 | Yesus menanyakan pertanyaan yang penting |
Luk 9:28-36 | Transfigurasi (perubahan rupa) Yesus |
Luk 9:37-50 | Yesus berbicara dengan murid-murid-Nya |
[4] SANG JURUSELAMAT PERGI KE YERUSALEM Luk 9:51-19:44
Luk 9:51-62 | Harga yang harus dibayar untuk mengikut Yesus |
Luk 10:1-24 | Pengutusan tujuh puluh murid |
Luk 10:25-37 | Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik |
Luk 10:38-42 | Maria dan Marta |
Luk 11:1-13 | Ajaran tentang doa |
Luk 11:14-36 | Ajaran tentang roh-roh dan tanda-tanda |
Luk 11:37-54 | Kecaman terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat |
Luk 12:1-59 | Mengajar orang banyak |
Luk 13:1-9 | Kecuali jika engkau bertobat... |
Luk 13:10-17 | Seorang wanita cacat disembuhkan |
Luk 13:18-30 | Kerajaan Allah itu seperti... |
Luk 13:31-35 | Yerusalem dan para nabi |
Luk 14:1-24 | Makan malam bersama seorang Farisi |
Luk 14:25-35 | Harga yang harus dibayar untuk menjadi seorang murid |
Luk 15:1-32 | Tiga kisah tentang yang hilang |
Luk 6:1-31 | Ajaran tentang uang |
Luk 17:1-10 | Ajaran tentang pelayanan |
Luk 17:11-19 | Penyembuhan sepuluh orang kusta |
Luk 17:20-37 | Kedatangan Kerajaan Allah |
Luk 18:1-17 | Ajaran mengenai keadilan dan kerendahan hati |
Luk 18:18-34 | Yesus bertemu dengan seorang penguasa muda yang kaya-raya |
Luk 18:35-43 | Mata seorang pengemis dicelikkan |
Luk 19:1-10 | Yesus bertemu Zakheus |
Luk 19:11-27 | Perumpamaan tentang uang mina |
Luk 19:28-44 | Masuk ke Yerusalem |
[5] JURUSELAMAT DI YERUSALEM Luk 9:45-24:53
Luk 19:45-21:4 | Yesus mengajar di Bait Allah |
Luk 21:5-38 | Yesus berbicara mengenai akhir zaman |
Luk 22:1-38 | Perjamuan Malam Terakhir |
Luk 22:39-53 | Kejadian di taman Getsemani |
Luk 22:54-62 | Penyangkalan Petrus |
Luk 22:63-23:25 | Pengadilan atas Yesus |
Luk 23:26-56 | Penyaliban dan penguburan |
Luk 24:1-49 | Kebangkitan |
Luk 24:50-53 | Kenaikan |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi