Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Ref. Silang FULL -> 1Ptr 1:6
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 1:6-9
Matthew Henry: 1Ptr 1:6-9 - Hak-hak Istimewa Orang Kristen Hak-hak Istimewa Orang Kristen (1:6-9)
Perkataan akan hal itu mengacu pada pembicaraan Rasul Petrus sebelumnya tentang keunggulan keadaan mereka pa...
Hak-hak Istimewa Orang Kristen (1:6-9)
- Perkataan akan hal itu mengacu pada pembicaraan Rasul Petrus sebelumnya tentang keunggulan keadaan mereka pada saat ini dan pengharapan-pengharapan mereka yang besar untuk masa depan. “Dalam keadaan ini bergembiralah, sekalipun sekarang ini, atau dalam waktu yang sebentar ini, kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan” (ay. 6).
- I. Rasul Petrus mengakui bahwa mereka ada dalam penderitaan besar, dan mengemukakan beberapa hal untuk meringankan kesengsaraan-kesengsaraan mereka.
- 1. Setiap orang Kristen yang benar selalu mempunyai suatu hal yang di dalamnya ia dapat bersukacita. Sukacita yang besar itu lebih daripada ketenangan dan ketenteraman pikiran atau perasaan nyaman. Sukacita yang besar akan menunjukkan dirinya dalam wajah dan perilaku, tetapi terutama dalam pujian dan syukur.
- 2. Sukacita yang utama dari orang Kristen yang baik timbul dari perkara-perkara rohani dan sorgawi, dari hubungannya dengan Allah dan sorga. Dalam hal-hal ini, setiap orang Kristen yang benar sangat bersukacita. Sukacitanya timbul dari harta karunnya, yang terdiri atas hal-hal yang bernilai tinggi, dan haknya atas hal-hal itu sudah terjamin.
- 3. Orang-orang Kristen yang terbaik, yaitu mereka yang memiliki alasan untuk sangat bersukacita, bisa saja tetap berdukacita karena berbagai macam cobaan. Segala macam penderitaan merupakan cobaan, atau ujian terhadap iman, kesabaran, dan keteguhan. Semuanya ini jarang datang dalam satu macam saja, tetapi berbagai macam, dan datang dari tempat-tempat yang berbeda, dan dampak dari semuanya adalah dukacita yang besar. Sebagai manusia, kita akan mengalami kesedihan, baik yang sifatnya pribadi maupun yang berhubungan dengan keluarga. Sebagai orang Kristen, kewajiban kita kepada Allah membuat kita sering-sering berdukacita: dan belas kasihan kita terhadap orang-orang yang sengsara, penghinaan terhadap Allah, malapetaka-malapetaka yang menimpa jemaat-Nya, dan kehancuran umat manusia, baik karena kebodohan mereka sendiri maupun karena pembalasan ilahi, menimbulkan kesedihan yang hampir terus-menerus dalam diri orang yang murah hati dan saleh. Aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati (Rm. 9:2).
- 4. Penderitaan-penderitaan dan dukacita orang baik hanyalah untuk sementara, hanya untuk waktu yang singkat. Meskipun menyengat, penderitaan-penderitaan itu berlangsung sebentar saja. Hidup itu sendiri hanya sebentar, dan kesedihan-kesedihannya tidak akan terus berlangsung melebihinya. Singkatnya penderitaan sangat meringankan beratnya penderitaan itu.
- 5. Dukacita sering kali diperlukan bagi kebaikan orang Kristen: Kamu harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Allah tidak berkehendak menyusahkan umat-Nya, tetapi bertindak berdasarkan pertimbangan, sesuai dengan kebutuhan kita.
- Kesusahan itu tepat dan sesuai, bahkan mutlak perlu, sebab demikianlah yang dimaksudkan dalam perkataan: Kamu harus. Oleh sebab itu janganlah ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu (1Tes. 3:3). Masalah-masalah ini, yang terasa berat, menimpa kita hanya jika kita memerlukannya, dan tidak akan berlangsung lebih lama daripada yang diperlukan.
- II. Rasul Petrus mengungkapkan maksud dari penderitaan-penderitaan mereka dan dasar bagi mereka untuk bersukacita di dalamnya (ay. 7). Maksud dari penderitaan-penderitaan orang baik adalah untuk membuktikan kemurnian iman mereka. Adapun sifat dari pembuktian iman itu adalah jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api. Dampak dari pembuktian iman ini adalah bahwa mereka akan memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. Perhatikanlah,
- 1. Penderitaan orang Kristen yang sungguh-sungguh dimaksudkan untuk menguji iman mereka. Maksud Allah dalam menimpakan penderitaan kepada umat-Nya adalah untuk menguji, dan bukan menghancurkan mereka. Itu demi keuntungan mereka, bukan kebinasaan mereka: Ujian, sesuai dengan arti kata itu, adalah pencobaan atau penyelidikan atas manusia, melalui suatu penderitaan, untuk membuktikan nilai dan kekuatan imannya. Ujian ini terutama dilakukan terhadap iman, dan bukan terhadap anugerah lain mana pun, karena ujian terhadap iman, pada akhirnya, adalah ujian terhadap semua yang baik dalam diri kita. Kekristenan kita bergantung pada iman kita. Jika tidak ada iman, maka tidak ada hal lain yang baik secara rohani dalam diri kita. Kristus pun berdoa bagi rasul ini, supaya imannya jangan gugur. Jika iman ditopang, maka semua yang lain akan berdiri teguh. Iman orang baik diuji, supaya ia sendiri bisa mendapat penghiburan dari imannya, Allah mendapat kemuliaan darinya, dan orang lain mendapat manfaat darinya.
- 2. Iman yang dimurnikan itu jauh lebih berharga daripada emas yang dimurnikan. Di sini ada dua perbandingan antara iman dan emas, dan antara pemurnian iman dan pemurnian emas. Emas adalah logam yang paling berharga, murni, berguna, dan tahan lama dari semua jenis logam. Demikian pula halnya iman di antara kebajikan-kebajikan kristiani. Iman tetap ada sampai ia mengantarkan jiwa ke sorga, dan kemudian menghasilkan kebersamaan yang mulia antara jiwa dan Allah untuk selama-lamanya. Menguji iman itu jauh lebih berharga daripada menguji emas. Dalam kedua pengujian itu ada pemurnian, pemisahan ampas, dan penyingkapan keindahan dan kebaikan dari barang yang diuji. Emas tidak bertambah banyak dan berlipat ganda dengan diuji dalam api, malah semakin mengecil. Tetapi iman menjadi teguh, bertumbuh, dan berlipat ganda melalui segala perlawanan dan penderitaan yang dihadapinya. Emas pasti binasa pada akhirnya, emas yang fana, tetapi iman tidak akan pernah binasa. Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur (Luk. 22:32). Ujian terhadap iman akan mendatangkan pujian, kehormatan, dan kemuliaan. Kehormatan dalam arti yang benar adalah harga dan nilai yang dimiliki seseorang di mata orang lain, dan dengan demikian Allah dan manusia akan menghormati orang-orang kudus. Pujian adalah ungkapan atau pernyataan dari nilai itu. Demikianlah Kristus akan memuji umat-Nya pada hari penghakiman, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa- Ku,” dst. Kemuliaan adalah kemilau yang membuat orang, dengan dihormati dan dipuji seperti itu, bersinar di sorga. Kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik (Rm. 2:10). Jika iman yang sudah teruji mendatangkan pujian, kehormatan, dan kemuliaan, maka hendaklah ini membuat iman berharga di matamu, sebagai sesuatu yang jauh lebih berharga daripada emas, meskipun ia diserang dan diuji oleh berbagai penderitaan. Jika kamu membuat perhitungan berdasarkan kegunaan iman sekarang atau hasil yang akan diperolehnya nanti, maka hal ini akan terbukti benar, sekalipun dunia memandangnya sebagai hal yang tidak masuk akal atau bertentangan dengan apa yang biasa dipikirkan orang.
- 3. Yesus Kristus akan tampil kembali dalam kemuliaan, dan apabila Ia tampil, orang-orang kudus akan tampil bersama-sama dengan Dia, dan anugerah-anugerah yang ada pada mereka akan tampil kemilau. Semakin banyak mereka diuji, semakin teranglah mereka akan tampil pada saat itu. Ujian akan segera berakhir, tetapi kemuliaan, kehormatan, dan pujian akan berlangsung sampai pada kekekalan. Hal ini harus membuatmu menerima penderitaan-penderitaanmu pada saat ini: penderitaan itu mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya.
- III. Rasul Petrus secara khusus memuji iman jemaat Kristen mula-mula ini karena dua hal:
- 1. Keunggulan dari sasaran iman mereka, yaitu Yesus yang tak terlihat. Rasul Petrus sudah melihat Tuhan kita secara jasmani, tetapi orang-orang Yahudi yang ada dalam perantauan ini tidak pernah melihat-Nya, namun mereka percaya kepadaNya (ay. 8). Percaya adanya Allah, atau Kristus, itu satu hal (sebab Iblis juga percaya), tetapi percaya kepada-Nya itu hal lain. Percaya kepada-Nya menandakan ketundukan, kebergantungan, dan pengharapan akan semua kebaikan yang dijanjikan dari Dia.
- 2. Karena dua hasil atau dampak yang terlihat dari iman mereka, yaitu kasih dan sukacita, dan sukacita ini begitu besar sehingga tidak dapat diuraikan dengan kata-kata: Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan. Amatilah,
- (1) Iman orang Kristen yang benar mengenal dengan semestinya hal-hal yang disingkapkan, namun tidak terlihat. Pancaindra mengenal hal-hal yang tercerap indra dan yang ada pada saat ini. Sementara akal budi adalah pemandu yang lebih tinggi, yang dengan pasti dapat memberikan kesimpulan umum tentang cara kerja penyebab-penyebab terjadinya sesuatu, dan kepastian terjadinya peristiwa-peristiwa. Tetapi iman naik lebih tinggi lagi, dan meyakinkan kita akan berlimpahnya hal-hal tertentu berkat pewahyuan, yang tidak akan pernah dapat ditemukan oleh pancaindra dan akal budi. Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
- (2) Iman yang benar tidak pernah sendirian, tetapi menghasilkan kasih yang kuat terhadap Yesus Kristus. Orang Kristen yang sungguh-sungguh memiliki kasih yang tulus terhadap Yesus, karena ia percaya kepada-Nya. Kasih ini menunjukkan dirinya dalam bentuk penghargaan yang paling tinggi untuk Dia, keinginan-keinginan hati terhadap-Nya, kesediaan untuk lebur untuk bisa bersama-sama dengan Dia, pikiran-pikiran yang penuh sukacita, berbagai pelayanan dan penderitaan yang dijalani dengan hati gembira, dll.
- (3) Di mana ada iman dan kasih yang benar terhadap Kristus, maka di situ ada, atau bisa jadi ada, sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan. Sukacita ini tidak terungkapkan, tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Cara terbaik untuk memperoleh sukacita ini adalah dengan mengalami dan mengecapnya. Sukacita ini penuh kemuliaan, penuh dengan sorga. Sorga dan kemuliaan yang akan datang akan banyak dirasakan dalam sukacita sekarang ini oleh orang-orang Kristen yang bertumbuh. Iman mereka menghilangkan penyebab-penyebab kesedihan, dan memberikan alasan-alasan terbaik untuk bersukacita. Meskipun adakalanya orang baik berjalan dalam kegelapan, sering kali itu karena kesalahan dan ketidaktahuan mereka sendiri, atau karena kecenderungan hati yang mudah takut atau sedih, atau karena suatu dosa yang dilakukan belakangan ini. Atau juga mungkin karena suatu peristiwa yang menyedihkan yang terjadi oleh karena maksud pemeliharaan ilahi, yang menenggelamkan penghiburan mereka untuk saat ini. Namun mereka memiliki alasan untuk bersorak-sorak di dalam TUHAN, dan beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan mereka (Hab. 3:18). Memang pantas jemaat Kristen mula-mula ini bersorak-sorak dalam sukacita yang tak terkatakan, sebab setiap hari mereka telah mencapai tujuan iman mereka, yaitu keselamatan jiwa mereka (ay. 9). Perhatikanlah,
- [1] Berkat yang mereka terima: Keselamatan jiwa mereka (jiwa, yaitu bagian manusia yang lebih mulia, yang disebutkan di sini untuk menggambarkan manusia seutuhnya). Di sini keselamatan itu disebut sebagai tujuan iman mereka, tujuan di mana iman akan berakhir: iman membantu menyelamatkan jiwa, dan setelah itu ia selesai menjalankan tugasnya, dan berhenti untuk selama-lamanya.
- [2] Rasul Petrus berbicara mengenai keadaan pada saat ini: Kamu telah mencapai tujuan imanmu sekarang ini, dst.
- [3] Kata yang digunakan merujuk pada pertandingan di mana sang pemenang menerima atau memakai mahkota atau hadiah dari juri, yang diaraknya dengan berkeliling dalam kemenangan. Demikian pula keselamatan jiwa adalah hadiah yang berusaha didapatkan orang-orang Kristen ini, mahkota yang berupaya mereka peroleh, tujuan yang ingin mereka capai, yang setiap hari semakin dekat dan semakin ada dalam jangkauan mereka. Amatilah, pertama, setiap orang Kristen yang setia setiap hari sedang menerima keselamatan jiwanya. Keselamatan adalah satu hal yang tetap, yang dimulai dalam hidup ini, tidak terputus oleh kematian, dan terus sampai pada kekekalan. Orang-orang percaya ini mengalami permulaan sorga berupa memiliki kekudusan dan pikiran sorgawi, berupa kewajiban-kewajiban dan persekutuan mereka dengan Allah, berupa tanda jaminan akan warisan itu, dan kesaksian Roh ilahi. Sudah sepantasnya hal ini ditegaskan kepada orang-orang yang sedang kesusahan ini. Mereka berada di pihak yang kalah di dunia, tetapi Rasul Petrus mengingatkan mereka akan apa yang telah mereka terima. Kalaupun mereka telah kehilangan suatu kebaikan yang nilainya lebih rendah, mereka sedang menerima keselamatan jiwa mereka sebagai gantinya. Kedua, adalah wajib bagi orang Kristen untuk menjadikan keselamatan jiwanya sebagai tujuannya. Kemuliaan Allah dan kebahagiaan kita sendiri begitu berkaitan satu sama lain sehingga jika kita dengan teratur mengusahakan yang satu, kita pasti memperoleh yang lain.
SH: 1Ptr 1:5-12 - Menjadi bagian dunia (Kamis, 8 Juli 1999) Menjadi bagian dunia
Kristen yang dipanggil adalah Kristen yang hidup dalam sejarah
manusia, bukan Kristen yang ada di luar dunia. Selama kita
...
Menjadi bagian dunia
Kristen yang dipanggil adalah Kristen yang hidup dalam sejarah manusia, bukan Kristen yang ada di luar dunia. Selama kita menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir, kita tetap menjalani kehidupan bersama dengan semua orang dalam dunia. Ini berarti bahwa Kristen harus menghadapi berbagai pencobaan, karena arus dunia yang berbeda dengan imannya. Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa seorang murid harus menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Dia. Teladan hidup sudah diberi, maka selayaknyalah Kristen, sebagai murid-Nya meneladani-Nya. Pemeliharaan dan kekuatan yang Allah berikan sebagai tanda penyertaan-Nya memampukan Kristen untuk setia.
Penderitaan alat pemurnian iman. Penderitaan yang diizinkan Allah menjadi bagian hidup kita tidak pernah sia-sia. Setiap penderitaan yang kita alami akan dipakai Allah untuk memurnikan iman kita, sehingga kita beroleh puji-pujian, kemuliaan, dan kehormatan pada saat kedatangan Kristus. Penderitaan yang dimaksudkan bukanlah penderitaan yang disebabkan oleh kesalahan sendiri atau karena ketidaktaatan kita, namun penderitaan yang kita alami adalah karena kita tetap berpegang pada Injil dan karena ketaatan kita kepada Kristus.
Doa: Kuatkan dan teguhkan imanku selama menantikan kedatangan-Mu.
SH: 1Ptr 1:3-12 - Iman dan Pengharapan (Jumat, 18 November 2011) Iman dan Pengharapan
Menyadari bahwa pilihan Allah atas dirinya begitu menakjubkan dan menyadari betapa mulianya pengudusan Roh Kudus melalui percika...
Iman dan Pengharapan
Menyadari bahwa pilihan Allah atas dirinya begitu menakjubkan dan menyadari betapa mulianya pengudusan Roh Kudus melalui percikan darah Kristus, membuat Petrus menaikkan pujian kepada Allah karena telah menyatakan kemurahan-Nya dengan membuat orang percaya dilahirkan kembali melalui karya kematian dan kebangkitan Kristus. Melaluinya orang-orang beriman memiliki hidup dengan pengharapan akan menerima warisan dan kemuliaan yang bersifat kekal di surga kelak. Orang percaya dapat memiliki pengharapan demikian karena iman kepada Yesus Kristus dan karena Allah mampu memelihara setiap orang percaya sampai pada hari yang terakhir. Inilah jaminan yang membuat orang beriman hidup dalam sukacita.
Pengharapan mulia ini dapat tetap dimiliki orang percaya walaupun sedang mengalami penderitaan hidup. Mengapa? Karena penderitaan yang dialami orang beriman berguna untuk menguji iman sehingga iman itu semakin dimurnikan dari waktu ke waktu. Bila terbukti teruji, orang beriman layak menerima puji-pujian, kemuliaan, dan kehormatan pada waktunya (7).
Selanjutnya Petrus mengatakan bahwa kita dapat berbahagia karena ada sukacita yang tidak terhingga dan tidak terkatakan bagi setiap orang yang percaya dan memiliki jaminan keselamatan. Keselamatan ini merupakan bagian dari rencana Allah yang agung sejak dari kekekalan dan merupakan rahasia bagi para nabi Perjanjian Lama, yang tersembunyi selama berabad-abad. Namun rahasia itu kemudian terungkap, yaitu rahasia yang menyangkut jemaat di antara masa penderitaan dan kedatangan Kristus kembali dalam kemuliaan. Kita adalah bagian dari jemaat ini.
Oleh karena itu, berimanlah sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus agar kita memiliki pengharapan yang teguh dan mulia akan kedatangan Yesus kembali sehingga kita akan mendapat bagian dari apa yang Tuhan telah janjikan. Dalam semua itu, selama masih di dunia kita harus mewujudkan iman dan pengharapan kita dengan mengasihi Tuhan dan sesama kita. Dengan demikian, kita boleh hidup dalam sukacita.
SH: 1Ptr 1:3-12 - Tempaan Hidup (Minggu, 15 April 2018) Tempaan Hidup
Pernahkah saudara melihat tukang pandai besi membuat sebuah pisau?
Pisau sangat berguna bagi manusia. Di tangan seorang koki, pisau da...
Tempaan Hidup
Pernahkah saudara melihat tukang pandai besi membuat sebuah pisau?
Pisau sangat berguna bagi manusia. Di tangan seorang koki, pisau dapat menghadirkan makanan yang lezat. Di tangan pengrajin bambu, pisau dapat membuat hasil kerajinan bernilai seni yang tinggi. Namun, kita tahu bahwa untuk menjadi sebuah pisau, besi harus mengalami begitu banyak proses yang menyakitkan. Besi harus melalui pembakaran pada tungku api dengan suhu yang sangat tinggi, ditempa berkali-kali, dan dimasukkan dalam air yang sangat dingin.
Penderitaan yang terjadi dalam diri umat kristen hendaknya dipahami sebagai cara Allah menguji iman, menempa spiritualitas dan kepekaan kita. Memang tak bisa dibayangkan penderitaan yang dialami oleh umat saat itu. Banyak ketidakadilan, kemiskinan, dan kedukaan. Tentu saja penderitaan yang berat dapat menimbulkan berbagai rekasi. Ada yang putus asa atau apatis dengan kondisi yang ada. Ada juga yang sangat reaktif sehingga menimbulkan kekerasan.
Penulis mengajak jemaat untuk menjadikan penderitaan sebagai batu ujian iman mereka. Ujian hidup yang dimaknai dengan baik sebagai cara untuk mendewasakan iman dan mental seseorang. Diharapkan agar orang kristen tidak kehilangan pengharapan akan kehidupan yang baik. Pengharapan itu seperti sauh jiwa yang membuat kita punya keyakinan hati untuk terus berjuang dan tidak menyerah menghadapi segala keburukan hidup. Jika saat ini Tuhan belum memanggil, kita masih dipercaya untuk menjalankan kehidupan sesuai dengan perintah-Nya.
Memang menghadapi penderitaan sendirian tidaklah mudah. Karena itu, umat bukan saja membutuhkan dukungan dari keluarga dan sahabat untuk menyemangati hidupnya, tetapi juga pertolongan serta kekuatan Tuhan dalam hidup kita.
Marilah kita menjalani hidup ini dengan sikap hati pantang menyerah terhadap persolan hidup. Apa pun tantangan yang dialami, hendaknya kita tetap bertahan dan berharap pada kekuatan Allah untuk tetap tegar dan mengasihi musuh kita. [AHH]
SH: 1Ptr 1:1-12 - Pendatang di dunia, ahli waris di surga (Rabu, 13 Oktober 2004) Pendatang di dunia, ahli waris di surga
Selama hidup di dunia ini, anak-anak Tuhan tidak akan lepas dari
masalah dan penderitaan. Namun, anak-an...
Pendatang di dunia, ahli waris di surga
Selama hidup di dunia ini, anak-anak Tuhan tidak akan lepas dari masalah dan penderitaan. Namun, anak-anak Tuhan sejati tidak akan tenggelam dalam berbagai percobaan hidup ini sampai berputus asa, apalagi murtad. Tidak sama sekali! Karena anak-anak Tuhan memiliki pengharapan akan kepastian keselamatan! Di dunia ini kita boleh hidup menderita, tetapi di surga kelak, kebahagiaan kekal menanti. Puji Tuhan!
Petrus menaikkan doa ucapan syukur untuk umat Tuhan yang tinggal di wilayah Asia Kecil oleh karena sebagai orang-orang yang sudah dikuduskan oleh Roh melalui darah Yesus (ayat 2), mereka adalah ahli waris surgawi (ayat 4). Sebagai orang-orang yang sudah menerima keselamatan di dalam Yesus Kristus, mereka akan dipelihara oleh kekuatan Tuhan sendiri sampai akhir zaman (ayat 5). Oleh sebab itu, nasihat Petrus kepada mereka adalah supaya mereka bersukacita sekalipun dalam hidup di dunia ini mereka menderita (ayat 6). Petrus juga menjelaskan bahwa tujuan Tuhan mengizinkan penderitaan kepada umat-Nya adalah bukan untuk menjatuhkan mereka sebaliknya, untuk membuktikan kesejatian iman mereka. Iman yang sejati pasti teruji dengan baik. Ibarat emas yang dimurnikan oleh api dan segala kotorannya akan terbakar habis sehingga emas itu akan tampil cemerlang. Demikian juga ketika iman anak Tuhan diuji oleh penderitaan maka hasilnya anak Tuhan akan muncul sebagai pemenang (ayat 7).
Bukti seperti apa yang harus dinyatakan oleh anak-anak Tuhan tentang kesejatian imannya? Pertama, tetap setia dan tidak menyangkal Tuhan dalam segala situasi. Kedua, tetap mempraktikkan kasih Tuhan kepada orang lain, bahkan kepada orang-orang yang menganiaya kita.
Renungkan: Iman, pengharapan, dan kasih. Iman mendasarkan diri pada karya penebusan Tuhan bagi umat-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari maut. Pengharapan memampukan kita melihat ke depan kepada janji surgawi. Kasih diwujudkan dalam tindakan hidup sehari-hari menantang kejahatan demi untuk membangun sesama manusia dalam dunia ini.
Utley -> 1Ptr 1:3-9
Utley: 1Ptr 1:3-9 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 1:3-93 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 1:3-9
3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, 4 untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. 5 Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. 6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. 7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu — yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api — sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. 8 Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, 9 karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.
1Pet 1:3 "Terpujilah" Istilah ini (eulogētos) tidak seperti yang digunakan dalam Mat 5 (makarios). Kata ini secara eksklusif digunakan untuk Allah dalam PB. Kita mendapatkan kata "sanjungan/madah" dari kata ini. Hal ini mirip dengan pujian kepada Tritunggal yang ditemukan di Ef 1:3-14: ay. 1Pet 1:3-5 berhubungan dengan Bapa, 6-9 dengan Anak, dan 10-12 Roh.
□ "Allah dan Bapa (dari)" Thomas Aquinas mencoba untuk membuktikan keberadaan Allah dengan berfokus pada
- 1. disain
- 2. keperluan secara logis akan adanya penyebab pertama atau penggerak utama
- 3. sebab dan akibat
Namun demikian, hal-hal ini berurusan dengan kebutuhan filosofis dan logis manusia. Alkitab menyatakan Allah dalam kategori pribadi yang tidak tersedia untuk alasan atau penelitian manusia. Hanya wahyulah yang menyatakan Tuhan sebagai Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus. Lihat Topik Khusus: Bapa pada Mr 13:22.
□ "Tuhan" Istilah Yunani "Tuhan" (kurios) dapat digunakan dalam pengertian umum atau dalam pengertian teologis yang dikembangkan. Kata ini dapat berarti "bapak (panggilan)," "Tuan," "penguasa," "pemilik," "suami" atau "manusia-Tuhan sepenuhnya" (lih. Yoh 9:36,38). Penggunaan PL dari istilah ini (Ibrani, adon) berasal dari keseganan orang Yahudi untuk mengucapkan nama perjanjian untuk Tuhan, YHWH, yang berasal dari KATA KERJA Ibrani "ada/menjadi" (lih. Kel 3:14). Lihat Topik Khusus: Nama untuk Tuhan di Mr 12:26. Mereka takut melanggar Perintah, "Janganlah engkau menyrbut nama Tuhan, Allahmu dengan sia-sia" (lih. Kel 20:7; Ul 5:11). Oleh karena itu, mereka pikir jika mereka tidak mengucapkannya, maka mereka tidak akan bisa menyia-nyiakannya. Jadi, ketika mereka membaca Kitab Suci mereka menggantikan dengan kata Ibrani adon ini, yang memiliki arti mirip dengan kata Yunani kurios (Tuhan). Para penulis PB menggunakan istilah ini untuk menggambarkan keTuhanan penuh dari Kristus. Ungkapan "Yesus adalah Tuhan" mungkin merupakan pengakuan iman secara terbuka dan rumusan pembaptisan dari gereja mula-mula (lih. Rom 10:9-13; 1Kor 12:3; Fili 2:11).
□ "yang karena rahmat-Nya yang besar" Perikop ini, yang memuji karakter Allah Bapa (ay. 1Pet 1:3-5), mungkin mencerminkan suatu himne, puisi, atau liturgi katekisasi mula-mula. Karakter utama dari Alkitab adalah Allah! Maksud tujuan, karakter, dan tindakan-Nya lah yang menjadi satu-satunya harapan dari umat manusia yang jatuh bagi penerimaan dan ketekunan (lih. Ef 2:4; Tit 3:5).
□ "telah (menyebabkan kita)" frasa semacam ini digunakan untuk menegaskan kedaulatan Allah sebagai satu-satunya kebenaran Alkitab yang berkaitan dengan keselamatan (lih. Kis 11:18; Yak 1:18; Ef 1:4), tapi ini hanya setengah dari konsep perjanjian. Lihat Topik Khusus pada Mr 14:24.
□ "melahirkan… kembali" Ini adalah akar yang sama (anagennaō, lih. 1Pet 1:23) seperti dalam Yoh 3:3 (gennaō). Ini adalah sebuah AORIST ACTION PARTICIPLE, yang berbicara tentang tindakan yang menentukan. PB juga menggunakan metafora lain untuk menjelaskan keselamatan kita: (1) "menghidupkan" (lih. Kol 2:13; Ef 2:4-5; (2) "ciptaan baru" (lih. 2Kor 5:17; Gal 6:15); dan (3) "mengambil bagian dalam kodrat Illahi," (lih. 2Pet 1:4) Paulus senang dengan metafora kekeluargaan "adopsi" sementara Yohanes dan Petrus sangat suka metafora keluarga "lahir baru."
Menjadi "dilahirkan kembali" atau "lahir dari atas" adalah penekanan Alkitab tentang perlunya untuk suatu awal yang sama sekali baru, sebuah keluarga yang benar-benar baru (lih. Rom 5:12-21). Kekristenan bukanlah reformasi atau moralitas yang baru, melainkan merupakan hubungan yang baru dengan Allah. Hubungan yang baru ini dimungkinkan oleh:
- 1. kasih karunia dan anugerah Bapa
- 2. kurban kematian dan kebangkitan Anak dari antara orang mati
- 3. pekerjaan Roh (lih. ay. 1Pet 1:2)
Kehendak dan tindakan Illahi ini memberikan pada orang percaya suatu kehidupan yang baru, suatu hidup yang penuh pengharapan, dan suatu warisan yang pasti.
□ "kepada suatu hidup yang penuh harapan " KATA SIFAT "hidup" adalah penekanan berulang dalam I Petrus (lih. 1Pet 1:3,23; 2:4,5,24; 4:5,6). Semua yang Allah kehendaki dan kerjakan "hidup" dan tetap ada (yaitu permainan dari kata YHWH).
□ "oleh kebangkitan Yesus Kristus" Yesus adalah wakil dan sarana penebusan dari Bapa (sebagaimana pula Dia adalah wakil/pelaksana Bapa dalam penciptaan dan penghakiman). Kebangkitan Yesus merupakan pusat kebenaran Injil (lih. Rom 1:4; 1Kor 15). Kebangkitan adalah aspek dari berita Kristen yang tidak bisa diterima oleh orang Yunani (lih. Kis 17:16-34).
1Pet 1:4 "untuk menerima suatu bagian yang" Dalam PL setiap suku kecuali Lewi menerima suatu warisan tanah. Orang Lewi, sebagai suku imamat, pelayan bait Allah, dan guru-guru lokal, terlihat seperti memiliki Diri YHWH sendiri sebagai warisan mereka (lih. Mazm 16:5; 73:23-26; 119:57; 142:5; Rat 3:24). Para penulis PB sering mengambil hak-hak dan keistimewaan orang-orang Lewi dan diterapkan ke semua orang percaya. Ini adalah cara mereka menyatakan bahwa para pengikut Yesus adalah umat Allah yang sejati dan bahwa sekarang semua orang percaya dipanggil untuk melayani sebagai imam kepada Allah (lih. 1Pet 2:5,9; Wahy 1:6), sebagai ditegaskan PL untuk seluruh Israel (lih. Kel 19:4-6). Penekanan PB bukan pada individu sebagai imam dengan hak istimewa tertentu, tetapi pada kebenaran bahwa semua orang percaya adalah imam-imam, yang menuntut sikap hamba secara bersama (lih. 1Kor 12:7). Umat Allah PB telah diberikan tugas PL untuk penginjilan dunia (lih. Kej 12:3; Kel 19:5b; Mat 28:18-20; Kis 1:8).
Ini adalah konsep Yesus sebagai pemilik ciptaan karena Ia adalah pelaksana penciptaan dari Bapa (lih. Yoh 1:3,10; 1Kor 8:6; Kol 1:16; Ibr 1:2-3). Kita adalah sama-sama mewarisi karena Dia adalah si pewaris (lih. Rom 8:17; Gal 4:7; Kol 3:24).
□ "tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar, dan yang tidak dapat layu" Dalam ay. 1Pet 1:4 tiga frasa deskriptif yang digunakan untuk menjelaskan warisan orang percaya menggunakan singgungan historis PL ke Tanah Perjanjian. Palestina secara geografis terletak di satu-satunya tanah yang menjembatani antara kerajaan Mesopotamia dan Mesir. Hal ini menyebabkan banyaknya invasi dan manuver politik. Warisan orang percaya tidak terpengaruh oleh konflik duniawi.
- 1. bersifat "tak dapat binasa" atau "aman dari invasi"
- 2. bersifat "tidak cemar" atau "tidak menjadi usang"
- 3. bersifat "tidak memudar", tidak ada batasan waktu atas kepemilikannya
□ "yang tersimpan di sorga bagi kamu" Ini adalah sebuah PERFECT PASSIVE PARTICIPLE, yang berarti Tuhan telah menjaga dan terus menjaga warisan orang percaya. Ini adalah istilah militer untuk benteng yang dijaga atau dipagari oleh tentara (lih. Fili 4:7).
Istilah "surga" ini berbentuk JAMAK. Hal ini mencerminkan JAMAK Ibrani. Bahasa Ibrani kuno memiliki banyak KATA BENDA JAMAK yang mungkin menjadi cara untuk menekankan kata-kata tersebut (misalnya penggunaan kerabian dikemudian hari akan JAMAK DARI KEMULIAAN yang digunakan untuk Tuhan). Para rabi memperdebatkan apakah ada tiga tingkatan surga (lih. Ul 10:14; 1Raj 8:27; Neh 9:6; 2Kor 12:2) atau tujuh surge/langit karena tujuh adalah angka sempurna (lih. Kej 2:1-3).
1Pet 1:5 "yang dipelihara dalam kekuatan Allah" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE PARTICIPLE. Sebagaimanawarisan kita (kehidupan rohani) dijaga, demikian juga, kemanusiaan kita (kehidupan fisik). Pribadi dan janji-janji Allah mencakup setiap aspek kehidupan kita. Ini adalah suatu kata dorongan yang begitu diperlukan dan membantu dalam masa aniaya, penderitaan, dan pengajaran palsu (lih. II Petrus). Ini tidak berarti bahwa orang percaya tidak akan dibunuh dan disiksa, melainkan Tuhan ada bersama mereka dan bagi mereka dan pada akhirnya mereka menang melalui Dia. Secara teologis hal ini mirip dengan berita dari kitab Wahyu.
□ "karena imanmu" Perhatikan paradoks ke-perjanjian-an ini. Allah menjaga mereka dan warisan mereka, tetapi mereka harus tetap dalam iman. Inilah ketegangan diantara pasangan dialektik Alkitab ini (yaitu, kedaulatan Allah dan kehendak bebas manusia) yang telah menyebabkan pengembangan sistem teologi yang hanya menekankan satu sisi dari paradoks. Kedua belah pihak sama-sama alkitabiah; kedua belah pihak sama-sama diperlukan! Tuhan berurusan dengan manusia melalui perjanjian tak bersyarat (Allah menyediakan) dan bersyarat (individu merespons).
"keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan" Alkitab menggunakan seluruh TENSE KATA KERJA Yunani untuk menjelaskan keselamatan. Kita tidak akan sepenuhnya, benar-benar selamat sampai Hari Kebangkitan (lih. 1Yoh 3:2). Hal ini sering disebut pemuliaan kita (lih. Rom 8:29-30). Lihat Topik Khusus di bawah ini.
□ "pada zaman akhir" Ini adalah konsep Yahudi di kemudian hari dari dua zaman, tetapi dari Perjanjian Baru kita menyadari bahwa kedua zaman tersebut bertumpang tindih. Hari-hari terakhir dimulai pada saat Inkarnasi di Betlehem dan akan berakhir bahwa pada Kedatangan Kedua. Kita telah berada di hari-hari terakhir selama hampir dua ribu tahun. Lihat Topik Khusus: Zaman ini dan Zaman Yang Akan Datang di Mr 13:8.
- NASB "Dalam hal ini bersukacitalah dengan sangat"
- NKJV "Bergembiralah akan hal itu"
- NRSV (catatan kaki) "Bersukacitalah dalam hal ini"
- TEV "Bergembiralah tentang ini"
- NJB "Ini adalah sukacita besar bagimu"
Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE INDICATIVE (A.T. Robertson) atau IMPERATIVE (Barbara dan Timothy Friberg). Orang-orang percaya terus memuji karena hubungan aman mereka dengan Allah (lih. 1Pet 1:3-5) bahkan di tengah-tengah dunia yang jatuh (lih. Yak 1:2-4; 1Tes 5:16, Rom 5:3; 8:18).
□ "sekalipun sekarang ini… seketika" Pencobaan dan penganiayaan masa kini tidak dapat dibandingkan dengan kekekalan dengan Tuhan kita (lih. Rom 8:18).
□ "kamu… harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan" Ini adalah istilah Yunani dei, yang berarti disyaratkan atau diperlukan, yang dihubungkan ke sebuah KALIMAT CONDITIONAL. Ada diasumsikan KATA KERJA "ada/menjadi" yang akan membuatnya menjadi sebuah PERIPHRASTIC FIRST CLASS CONDITIONAL, yang dianggap benar. Petrus menganggap bahwa hidup yang saleh akan mengakibatkan penganiayaan. Ia sering mengulangi tema penganiayaan ini (lih. 1Pet 1:6-7; 2:19; 3:14-17; 4:1,12-14,19; 5:9).
□ "kamu… harus berdukacita" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE PARTICIPLE. Pelaku yang tak terekspresikan dari KALIMAT PASIF ini adalah si jahat, Allah bahkan menggunakan kejahatan untuk maksud tujuan baik-Nya. Bahkan Yesus sendiri telah disempurnakan oleh hal-hal yang diderita-Nya (lih. Ibr 5:8-9). Penderitaan menjadi tujuan yang dibutuhkan dalam kehidupan iman!
Dilema teologisnya adalah bahwa penderitaan memiliki tiga kemungkinan sumber
- 1. si jahat
- 2. dunia yang jatuh
- 3. Allah
- a. untuk hukuman sementara dari dosa
- b. untuk kedewasaan yang serupa dengan Kristus
Masalahnya adalah saya tidak pernah tahu yang mana penyebabnya! Jadi saya memilih untuk percaya bahwa jika pencobaan datang, ya ketika datang, Allah akan menggunakannya untuk tujuan-tujuan-Nya. Buku favorit saya di bidang ini adalah karangan Hannah Whithall Smith Rahasia orang Kristen akan Kehidupan yang Bahagia.
□ "oleh berbagai-bagai pencobaan" KATA SIFAT Yunani ini berarti beraneka ragam atau warna-warni (lih. Yak 1:2). Ada banyak jenis cobaan, godaan, dan penganiayaan. Dalam 1Pet 4:10 istilah yang sama digunakan untuk menggambarkan anugerah Allah yang beraneka ragam. Kita tidak pernah dicoba dan digodai melampaui ketentuan-Nya (lih. 1Kor 10:13).
1Pet 1:7 "membuktikan kemurnian imanmu" Ini adalah sebuah hina atau klausa tujuan. Penderitaan tidak memperkuat iman. Di seluruh Alkitab, Tuhan telah menguji anak-anakNya (lih. Kej 22:1; Kel 15:22-25; 16:4, Ul 8:2,16; 13:3, Hak 2:22; 2Taw 32:31; Mat 4:1; Luk 4:1-2, Rom 5:2-4; Ibr 5:8-9; Yak 1:2-4).
Ayat ini memiliki KATA BENDA dikimon dan PARTICIPLE dikimazō, yang keduanya memiliki konotasi pengujian dengan pandangan untuk memperkuat dan dengan demikian mendapat persetujuan. Lihat Topik Khusus tentang Istilah-istilah Yunani untuk "Pengujian" dan konotasi mereka di Mr 1:13b.
□ "yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas" Dalam hidup ini persembahan terbesar kita kepada Allah adalah iman kita (lih.Yoh 20:27; 2Kor 4:17). Dalam kekekalan iman akan diubah menjadi pandangan. Allah dihormati dan senang ketika dengan iman kita bertahan dalam pencobaan yang disebabkan oleh iman kita kepadaNya (lih. 1Pet 4:12-16). Pertumbuhan rohani hanya datang melalui iman yang teruji (lih. Rom 5:2-5; Ibr 12:11; Yak 1:2-4).
□ "Yesus Kristus menyatakan diri-Nya" Kata yang sama ini (apokalupsis) digunakan sebagai judul untuk buku terakhir dari PB, Wahyu. Kata ini berarti "menyingkapkan," "sepenuhnya mengungkapkan," atau "memberitahukan" Di sini kata ini merujuk pada Kedatangan Kedua, suatu tema umum dalam tulisan-tulisan Petrus (lih. 1Pet 1:7,13; 2:12; 4:13; 5:4).
1Pet 1:8 "Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia" Bahkan di tengah penderitaan orang percaya harus percaya kepadaNya. Yesus berdoa bagi mereka yang percaya kepadaNya tetapi belum pernah melihat Dia dalam Yoh 17:20; 20:29.
□ "Kamu percaya kepada Dia" Latar belakang etimologis dari istilah ini membantu membentuk makna kontemporernya. Ingat penulis PB adalah pemikir Ibrani yang menulis dalam bahasa Yunani Koine. Dalam bahasa Ibrani hal ini awalnya merujuk pada seseorang yang ada dalam posisi stabil, (kakinya diposisikan sehingga ia tidak dapat ditepis). Kata ini digunakan secara kiasan untuk seseorang yang bisa diandalkan, setia, atau dapat dipercaya. Kata Yunani padanannya (pistis atau pisteuō) diterjemahkan sebagai "iman," "percaya," dan "kepercayaan". Iman atau kepercayaan Alkitabiah terutama bukanlah sesuatu yang kita lakukan, tapi seseorang tempat kita menaruh kepercayaan kita. Keterpercayaan Allah lah, dan bukan kita, yang menjadi fokusnya. Umat manusia yang jatuh mempercayai keterpercayaan Allah, mengimani kesetiaan-Nya, percaya keterkasihan-Nya dan dalam ketetapan-Nya. Fokusnya adalah bukan pada kelimpahan atau intensitas iman manusia, tetapi objek dari iman tersebut (lih. 1Pet 1:8,21; 2:6-7). Lihat Topik Khusus pada Mr 1:15.
□ "Kamu bergembira karena sukacita… yang tidak terkatakan" Istilah "bergembira" ini digunakan sebelumnya dalam ay. 1Pet 1:6. Hal ini menunjuk pada suatu kegembiraan yang biasanya disertai dengan ekspresi fisik seperti berteriak, menari, dll (lih. Luk 1:44,47; 10:21, Yoh 5:35; 8:56). Sukacita, yang dibicarakan oleh Petrus ini, ditemukan bahkan di tengah-tengah penderitaan (lih. 1Pet 4:13; Rom 5:3; 1Tes 5:17). Sukacita ini adalah salah satu berkat yang tak terduga dari Roh dalam masa pengujian dan penganiayaan.
□ "yang mulia" Ini adalah suatu PERFECT PASSIVE PARTICIPLE. Orang percaya dengan iman (belum dengan penglihatan) meledak baik dengan sukacita yang tak terkatakan dan kemuliaan! Sukacita dan kemuliaan ini tidak dapat disembunyikan. Ini adalah mata air yang mengalir yang dihasilkan oleh Roh (lih. Yoh 4:14; 7:38). Ini adalah saksi akan kekuatan Injil kepada semua orang yang datang menjamah Injil di bawah tekanan. Lihat Topik Khusus: Kemuliaan pada Mr 10:37.
1Pet 1:9 "mencapai tujuan imanmu" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE PARTICIPLE. Ini menyiratkan bahwa kebahagiaan kita bukan hanya suatu penyempurnaan di masa depan, tetapi juga kenyataan saat ini bahkan tengah-tengah penderitaan karena tindakan Allah Tritunggal atas nama kita (lih. ay. 1Pet 1:2).
□ "keselamatan jiwamu" Ini merujuk kepada pemuliaan kita. Keselamatan dilihat dalam PB sebagai keputusan yang dibuat (AORIST TENSE, lih. Rom 8:24), tetapi juga sebagai proses yang terus berjalan (PRESENT TENSE, lih. 1Kor 1:18; 15:2, 1Tes 4:14) dengan penyempurnaan di masa depan (yaitu, FUTURE TENSE, lih. Rom 5:9,10; 10:9) Lihat Topik Khusus pada 1Pet 1:5. Aspek masa depan ini sering dicirikan sebagai "pemuliaan" (lih. Rom 8:29-30). Orang percaya akan suatu hari nanti melihat Yesus sebagaimana DiriNya dan diubah menjadi serupa dengan-Nya (lih. 1Yoh 3:2).
Istilah Yunani psuchē (jiwa) sering digunakan dalam tulisan-tulisan Petrus (lih.1Pet 1:9,22; 2:11,25; 3:20; 4:19; 2Pet 2:8,14). Kata ini digunakan sebagai ungkapan Ibrani untuk orang secara keseluruhan. Manusia bukan makhluk dua bagian atau tiga- bagian, tetapi suatu kesatuan tunggal (lih. Kej 2:7). Memang benar bahwa kita sebagai manusia berhubungan dengan planet ini, karena kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, kita berhubungan dengan dunia spiritual. Kita adalah warga dari dua alam.
Tidaklah patut untuk membangun suatu teologi sistematis atas dasar 1Tes 5:23 dan Ibr 4:12 dan dengan demikian mencoba untuk menghubungkan semua naskah-naskah Alkitab ke dalam tiga kategori (tubuh, jiwa, dan roh). Ketiga hal ini hanyalah merujuk pada seluruh pribadi dan daya tembus dari firman Allah. Hati-hati dengan seseorang yang mengaku bahwa kunci bagi seluruh Alkitab ditemukan dalam dua naskah yang condong, asal comot keluar dari konteks dan dibuat menjadi kisi-kisi teologis yang akan digunakan untuk melihat seluruh Kitab Suci (Watchman Nee). Jika ini adalah kunci Roh akan menempatkannya dalam konteks pengajaran yang jelas dan harus sering diulang. Alkitab bukan buku teka-teki atau permainan asah otak! Allah ingin berkomunikasi dengan kita dan kebenaran utamanya ditemukan dalam konteks pengajaran yang jelas.
WAWASAN KONTEKSTUAL BAGI AYAT 1Pet 1:10-21
- a. Ayat 1Pet 1:10-12 berurusan dengan pengetahuan para nabi Perjanjian Lama tentang keselamatan PB dalam Kristus.
- b. "Roh" melalui para nabi, mengungkapkan tiga hal kepada orang percaya dalam ayat 1Pet 1:11-12.
- 1. penderitaan Mesias (Kej 3:15; Mazm 22; Yes 52:13-53:12)
- 2. kemuliaan yang akan mengikuti (Yes 56; 57; 58; 59; 60; 61; 62; 63; 64; 65; 66)
- 3. para nabi itu berbicara lebih dari hanya zaman mereka sendiri (yaitu, Yesaya, Yehezkiel, Daniel, Mikha, Zakharia)
- c. Dalam ayat 13-17 Petrus meminta orang percaya untuk melakukan enam hal untuk melindungi diri mereka sendiri
- 1. mengikat pinggangi pikiran mereka, ay. 1Pet 1:13
- 2. tetap sadar dalam roh, ay. 1Pet 1:13
- 3. mengarahkan pengharapan mereka pada kasih karunia akhir zaman, ay. 1Pet 1:13
- 4. tidak menjadi serupa dengan zaman sekarang, ay. 1Pet 1:14
- 5. hidup kudus, ay. 1Pet 1:15
- 6. hidup menghormati Allah, ay. 1Pet 1:17
- 7. sungguh-sungguh saling mengasihi satu sama lain (yang ketujuh ini ditambahkan dari ay. 1Pet 1:22)
Topik Teologia -> 1Ptr 1:6
Topik Teologia: 1Ptr 1:6 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan dan Penderitaan
Pemeliharaan-Nya Memperbolehkan Kesengsaraan
...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan dan Penderitaan
- Pemeliharaan-Nya Memperbolehkan Kesengsaraan
- Keselamatan
- Ketekunan
- Peringatan untuk Bertekun
- 1Ta 16:11 Ayu 17:9 Yeh 18:24 Hos 12:7 Mik 6:8 Mat 10:22 Mar 4:3-8 Luk 22:31-32 Yoh 8:31-32 Yoh 15:4-10,14 Kis 11:23 Kis 13:43 Kis 14:21-22 Rom 2:6-8 1Ko 10:12-13 1Ko 15:1-2,58 1Ko 16:13 2Ko 13:5 Gal 5:1-4 Gal 6:9 Efe 6:13,16,18 Fili 1:27 Fili 3:12-16 Fili 4:1 Kol 1:22-23 Kol 2:5-7 1Te 5:21 2Te 2:15-17 1Ti 6:11-12 2Ti 2:12 2Ti 3:14 2Ti 4:7-8 Ibr 2:1 Ibr 3:14 Ibr 4:14 Ibr 6:4-6,11-12 Ibr 10:23,35-36 Ibr 11:27 Ibr 12:1-13 Yak 1:2-4 Yak 1:12 Yak 5:10-11 1Pe 1:5-7 2Pe 1:10-11 2Pe 3:17 Yud 1:21 Wah 2:10 Wah 2:17 Wah 3:5 Wah 3:11-12 Wah 3:21 Wah 14:12 Wah 16:15 Wah 21:7 Wah 22:11
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Gereja
- Gereja Diteguhkan di Dalam Pribadi dan Karya Kristus
- Mat 16:18 1Ko 3:10-11 1Ko 6:11 Efe 1:18-23 Efe 2:19-21 Efe 5:23 Kol 1:18 Kol 1:24 Kol 3:11 Ibr 9:12,14 Ibr 9:26-28 1Pe 1:3-9 1Pe 1:22-25
- Penderitaan Membuktikan Kemurnian Iman
TFTWMS -> 1Ptr 1:6-9
TFTWMS: 1Ptr 1:6-9 - Berdukacita Oleh Pelbagai Pencobaan "BERDUKACITA OLEH PELBAGAI PENCOBAAN" (1 Petrus 1:6-9)
6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita...
"BERDUKACITA OLEH PELBAGAI PENCOBAAN" (1 Petrus 1:6-9)
6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. 7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu—yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api—sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. 8 Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, 9 karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.
Untuk pertama kali dari empat kemunculan (1:6-9; 3:13-17; 4:12-19; 5:9, 10), Petrus mempersembahkan bagian suratnya yang diperpanjang untuk membahas penderitaan yang segera menimpa para pembacanya. Kata pavscw (paschō," menderita") muncul dua belas kali dalam 1 Petrus, sejauh ini jauh lebih banyak daripada blok teks lain yang serupa dalam Perjanjian Baru. Kata-kata lain yang mengacukan kesedihan atau pengujian muncul lima kali lebih banyak. Petrus mendorong para pembacanya untuk memandang pencobaan mereka melalui lensa pemerintahan Allah yang berdaulat. Dalam prospek langsung, pencobaan dapat memperkuat iman mereka. Dalam pandangan yang lebih jauh, Allah akan membenarkan iman mereka. Bagi mereka yang bertahan, upah akan menjadi mahkota kehidupan.
Ayat 6. Setelah menyiapkan dasarnya, Petrus siap membahas penderitaan para pembacanya secara langsung. Meski penderitaan adalah subyeknya, namun acara hari itu adalah sukacita, bukan ratapan. Ia meringkas penyebab sukacita dengan kata-kata akan hal itu (e˙n w, en hōi). Itu adalah frase yang digunakan di tempat lain dalam 1 Petrus, meski Alkitab NASB tidak menerjemahkannya dengan cara yang sama (2:12; 3:16, 19; 4:4). Seperti di tempat lain di mana ia menggunakan ungkapan itu, kata ganti "hal itu" mengacu kepada pengertian umum tentang apa yang telah dibahas, bukan kepada hal tertentu. Para pembaca surat itu [sangat] bergembira sebab mereka telah dilahirkan kembali, sebab mereka memiliki harapan yang hidup melalui kebangkitan Kristus, dan warisan mereka yang tidak bisa layu.
Kata-kata jika perlu (sebagaimana diterjemahkan oleh NASB) adalah menyesatkan. Masalah ini bukan pencobaan yang tidak nyata, sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin terjadi pada diri para pembacanya. Kelly menerjemahkan kalimat itu "karena itu harus terjadi."8Di sini dan di tempat lain dalam surat itu, orang-orang Kristen [telah dibuat] berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Mereka sedang membayar harga untuk iman mereka. Pencobaan perlu terjadi karena ketika orang-orang kudus hidup di dunia yang diatur oleh dosa, dunia membenci mereka. Dalam 1 Yohanes 3:12 Yohanes memberi orang Kristen suatu wawasan yang penting mengenai penderitaan orang Kristen. Ia bertanya mengapa Kain membunuh saudaranya Abel. Lalu ia menjawab bahwa Kain membunuh saudaranya "Sebab segala perbuatan [Kain] jahat dan perbuatan adiknya benar." Bagi orang Kristen pencobaan adalah keharusan sebab dunia membenci orang-orang yang bercita-cita menjadi kudus. Pencobaan itu bukan keharusan ilahi dalam artian Allah telah menetapkan bahwa percobaan menemani kehidupan orang Kristen.9
Petrus tidak spesifik mengenai sifat pencobaan yang para pembacanya sedang hadapi. Jenis pencobaan mereka mungkin berbagai macam. Dalam kasus yang ekstrim orang Kristen mungkin disiksa atau dibunuh. Belakangan di dalam surat itu, rasul itu merasa perlu untuk mendorong para pembacanya untuk tunduk kepada pemerintah (2:13-17). Hal itu bisa saja menyiratkan bahwa ada hubungan yang kurang ideal antara orang Kristen dan kekuasaan sipil.10Tipe lain dari penderitaan adalah ejekan dan pengucilan dari orang-orang di sekitar mereka. Ketika konvensi sosial berubah, sudah umum untuk menyalahkan orang-orang atau ideologi baru apapun dengan masalah apa saja yang masyarakat itu hadapi.
Selain itu, para pembaca Petrus mungkin mengalami percobaan secara ekono-mi. Mereka yang memeluk Kristus kadang-kadang kesulitan melakukan jual-beli di pasar. Mata pencaharian mereka terancam ketika mereka tidak bisa menjual produk atau barang-barang buatan mereka. Apapun bentuk pencobaan itu, Petrus dan para pembacanya punya kesempatan untuk bersukacita. Orang Kristen bersukacita dalam harapan bahwa mereka akan segera memiliki warisan penuh mereka pada kedatangan Kristus. Pencobaan adalah tanda bahwa waktunya singkat (4:7); oleh karena itu, pencobaan itu menjadi alasan untuk bersukacita. Sukacita mendominasi, bahkan jika untuk saat ini mereka menghadapi pelbagai kesulitan.
Ayat 7. Penderitaan adalah nasib universal umat manusia, tetapi berisiko ketika orang menduga-duga tentang mengapa umat pilihan Allah menderita. Sungguh tak diduga ketika Petrus menulis bahwa pencobaan teman-temannya adalah supaya bukti imanmu bisa dinyatakan (NASB; lihat Yakobus 1:2, 3). "Penghibur" Ayub, Elifas dengan entengnya berkata, "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula"(Ayub 5:17, 18). Patriarkh itu tidak terkesan dengan komentar ini. Ayub menjawab, "Dialah yang meremukkan aku dalam angin ribut, yang memperbanyak lukaku dengan tidak semena-mena" (Ayub 9:17).
Apakah benar bahwa pencobaan, termasuk penyiksaan terhadap bayi dan orang tua, adalah untuk pujian dan kemuliaan Allah? Apakah Allah memberikan pencobaan untuk tujuan itu? Kesimpulan seperti itu menarik kata-kata Petrus terlalu jauh. Penyebab pencobaan adalah satu hal; hasil pencobaan adalah hal lain. Allah tidak mendatangkan pencobaan sehingga Ia dimuliakan. Petrus berkata bahwa pemerintahan Allah yang berdaulat atas dunia dapat mendatangkan pujian-Nya bahkan ketika umat-Nya menderita. Terjemahan Kelly sekali lagi membantu: "… iman bisa ditemukan lebih berharga daripada emas.… sehingga berperan besar bagi pujian dan kemuliaanmu.…"11 Paulus melangkah lebih jauh untuk menguraikan cara yang dengannya penderitaan menghasilkan kemuliaan Allah:
Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita (Roma 5:3-5).
Bahasa kiasan tentang umat Allah yang keluar melalui tungku peleburan seperti logam melalui api adalah bahasa umum dalam kitab para Nabi (Yesaya 1:25; 48:10; Yeremia 6:29, 30; Yehezkiel 22:18). John Stott menulis, "Satu-satunya cara untuk memahami kekecewaan dan kehidupan yang frustrasi, kesepian, penderitaan dan rasa sakit, adalah dengan memandang semua itu sebagai bagian dari pendisiplinan dari Bapa kita yang pengasih dalam tekad-Nya untuk menjadikan kita seperti Kristus."12
Iman Kristen bukanlah suatu kualitas yang statis, sesuatu yang orang bisa miliki atau tidak miliki. Iman kepala penjara ketika ia dibawa ke luar dan dibaptis (Kisah 16:33) sudah cukup untuk saat itu, tapi orang akan mengharapkan imannya jauh berbeda dalam kualitas setelah iman itu disempurnakan selama bertahun-tahun menjalani kehidupan Kristen. Menanggung penganiayaan dan menjalani hubungan yang hidup dengan Tuhan membangun kualitas iman. Orang Kristen bersukacita saat pelbagai pencobaan terjadi karena cobaan-cobaan itu membakar habis kotoran ketidakpercayaan. Pelbagai pencobaan mengungkapkan kualitas asli iman, tetapi mereka itu juga menghasilkan iman yang lebih dalam. Rasul itu mengakhiri suratnya yang kedua dengan menasihati orang Kristen untuk "bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2 Petrus 3:18). Seraya iman disempurnakan oleh pelbagai pencobaan, orang Kristen tumbuh dalam kasih karunia dan pengetahuan.
Dalam 1:7, dan juga 1:5, Petrus mengingatkan para pembacanya tentang pernyataan Yesus Kristus. Kembalinya Tuhan tidak pernah jauh dari pikiran Petrus. Ketika "penyataan Yesus Kristus" dinyatakan, "bukti" atau "keaslian" iman Kristen akan melonjak-lonjak kepada pujian, kemuliaan, dan kehormatan mereka sendiri dan kepada Tuhan. Pujian, kemuliaan, dan kehormatan akan diberikan kepada Allah karena Ia telah mendatangkan kekudusan dalam kehidupan umat-Nya. Pada saat yang sama, Ia akan menanamkan pujian, kemuliaan, dan kehormatan ke dalam iman sejati suatu umat. Petrus ingin para pembacanya mengikuti teladan Tuhan. Ibrani 12:2 mengatakan, "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempur-naan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah."
Ayat 8. Paulus mengingatkan para pembacanya tentang sukacita yang mereka miliki dalam Yesus dan kerinduan mereka kepada penampakan-Nya, meski ia mengakui bahwa mereka belum melihat Dia. Sepertinya Petrus tidak ingin para pembacanya membedakan pengalaman mereka dengan pengalamannya sendiri. Misalnya, mereka belum pernah melihat Yesus dalam daging, tapi ia pernah. Dalam suratnya yang kedua rasul itu memang membuat perbedaan (2 Petrus 1:16). Tetapi dalam hal ini kesaksian mata pribadinya diungkapkan secara lebih halus (1 Petrus 2:23, 24; 5:1).
Petrus tahu bahwa saudara-saudara ini belum pernah melihat kehadiran Yesus secara jasmani, tetapi mereka mengasihi Dia sepasti Ia seolah-olah hadir secara lahiriah. Secara tata bahasa kata kerja kasih, percaya,13dan sukacita yang tidak terkatakan bisa bersifat perintah, yang dalam kasus itu terjemahannya akan menjadi, "dan meski kamu belum melihat Dia, kamu mengasihi Dia, meski kamu belum melihat dia untuk saat ini, kamu percaya kepada Dia dan sangat bersukacita." Namun begitu, keharusan itu akan tampak aneh dalam konteks itu, dan kemungkinannya, harus ditolak. Jika kita mengartikan kata kerja itu sebagai penegasan dan bukan keharusan, maka bentuk present tense bahasa Yunani itu menambahkan warna kepada kata-kata Petrus itu: "Kamu belum melihat Dia, tetapi kamu tetap mengasihi Dia. Meski kamu tidak melihat Dia sekarang, kamu tetap percaya dan tetap bersukacita. Sukacitamu itu tidak terkatakan, dan itu ditanamkan dengan kemuliaan yang bertahan hingga saat ini."
Meski harapan untuk pernyataan masa depan memberikan keberanian kepada orang-orang percaya ketika mereka menderita, mereka juga mengalami hubungan kasih dengan Tuhan di masa kini. Tidak perlu untuk melihat Dia supaya mengalami Kristus, mengasihi Dia, dan menikmati kasih-Nya. Salah satu perwahyuan Alkitab yang paling luar biasa adalah bawah Allah menginginkan kasih umat manusia. Sungguh cukup mengherankan untuk menyadari bahwa Allah alam semesta bukan hanya menyadari tetapi juga sungguh-sungguh mengasihi ciptaan-Nya. Apa yang di luar pemahaman adalah bahwa Ia tetap peduli terlepas apakah ciptaan-Nya itu mengasihi Dia atau tidak. Namun begitu, itu adalah kesaksian Kitab Suci yang universal. Kata shema (Ulangan 6:4) adalah kata yang sangat penting bagi pengakuan iman Yahudi dan juga Kristen. Setelah Musa menegaskan keesaan Allah, ia menambahkan, "Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu" (Ulangan 6:5). Yesus sendiri mengatakan bahwa ini adalah perintah yang terutama dari semua perintah (Markus 12:29, 30). Apakah Allah, dalam pengertian tertentu, butuh kasih umat manusia? Orang Kristen lebih nyaman dalam pengakuannya bahwa Allah menginginkan kasih manusia ketimbang membutuhkannya. Namun begitu, kita harus bertanya apakah keinginan, setidaknya dalam pengeritan tertentu, menyiratkan kebutuhan atau tidak? Bagaimanapun kita menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Petrus menjelaskannya seperti ini: Untuk memiliki hubungan yang penting dengan Allah, orang harus mengasihi Dia. Bagi Petrus, mengasihi Allah dan mengasihi Yesus adalah hal yang sama.
Hubungan yang erat antara kasih dan iman ditemukan di seluruh Perjanjian Baru. Dua konsep kata kerja, meski tidak persis sama, terjalin erat seperti yang dibuktikan dalam nas-nas seperti 1 Korintus 13. Bergerak dari bentuk participle aorist (i˙do/nteß, idontes, "setelah melihat") kepada bentuk present (oJrw◊nteß, horōntes, "sedang melihat") yang meminta perhatian kepada proses melihat yang sedang terjadi, Petrus kembali memperhatikan apa yang sudah jelas: "meski sekarang kamu tidak melihat Dia, tetapi percaya kepada Dia." Itu hampir bukan merupakan kepercayaan yang terpisah yang Petrus tegaskan untuk para pembacanya. "Percaya," dalam pengertian yang Petrus gunakan atas kata itu, berarti "menaruh percaya." "Kalian mengasihi Yesus Kristus dan juga percaya kepada Dia," kata Petrus. Kasih dan kepercayaan ditambatkan secara aman.
Kasih dan kepercayaan yang digabungkan bersama mengeluarkan hasil: sukacita besar dengan sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan. Edward Gordon Selwyn membedakan empat langkah dalam pengertian manusia tentang Kristus. Yang pertama adalah harapan, diikuti oleh pengalaman fisik. Yang ketiga adalah iman, dan yang keempat "visi ceria, ketika iman masuk ke dalam jenis wawasan yang baru."14Orang yang tidak percaya memiliki kesulitan untuk memahami sukacita yang dialami oleh orang percaya, dan orang percaya memiliki kesulitan untuk mengekspresikan sukacitanya dalam istilah-istilah yang dapat dihargai oleh orang non-percaya. Meski sukacita orang Kristen mungkin "tak terkatakan," sukacita itu bagaimanapun bersinar-sinar, "penuh kemuliaan," mengelilingi dirinya dan semua hal yang ia lakukan dengan aura kehadiran Kristus.
Ayat 9. Karena mengikuti bahasa Yunani, Alkitab NASB menerjemahkan ayat 6 sampai 9 sebagai satu kalimat yang kompleks. Orang-orang Kristen yang Petrus sapa sedang dalam proses memperoleh keselamatan jiwa [mereka] sebagai hasil dari iman [mereka]. Ada satu pengertian yang di dalamnya keselamatan bagi para pembaca Petrus merupakan prospek masa depan, untuk diwujudkan pada penyataan Yesus Kristus, tetapi ada juga pengertian yang mana keselamatan itu merupakan kenyataan yang dialami. Mereka sedang mendapatkan keselamatan itu bahkan sambil mereka mengharapkan realisasi akhirnya.
Di seluruh Perjanjian Baru "keselamatan" terkait dengan iman dalam cara yang sedekat mungkin. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman," tulis Paulus (Efesus 2:8). Iman adalah sebuah konsep yang aktif. Para penulis Perjanjian Baru tidak merepotkan diri mereka sendiri dengan pertanyaan tentang bagaimana mungkin orang yang sepenuhnya bejad bisa melakukan sesuatu yang begitu mulia dalam hal percaya kepada Kristus. Begitu manusia dibatasi dalam sebuah kotak kerusakan total, keyakinan adalah sebuah masalah. Dalam Perjanjian Baru manusia percaya karena ada banyak alasan yang baik untuk percaya: (1) Yesus dinyatakan sebagai Kristus melalui kebangkitan dari antara orang mati (Roma 1:4). (2) Para saksi mata bagi kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus sulit untuk diabaikan (Yohanes 21:24). (3) Roh Kudus bekerja dalam kehidupan orang-orang percaya (Galatia 3:2; 4:6).
Sebagai hasil iman, keseluruhan pribadi orang-orang yang diselamatkan, "jiwa" mereka, akan mencapai kemuliaan hidup kekal yang seluruhnya akan diungkapkan nanti. Jiwa harus jangan dipahami sebagai bagian tertentu seseorang yang terpisah dari keberadaan fisik. Yang diselamatkan adalah keseluruhan orang itu.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 1:3-25
Keselamatan: Hasil Iman (Bagian 1)
Dari ayat-ayat pembukaan jelas terlihat bahwa Petrus menganggap para pembacanya berada dalam rangk...
1 Petrus 1:3-25
Keselamatan: Hasil Iman (Bagian 1)
Dari ayat-ayat pembukaan jelas terlihat bahwa Petrus menganggap para pembacanya berada dalam rangkaian langsung terhadap Israel. Mereka adalah umat Allah yang "dipilih." Meski baik orang Yahudi maupun non-Yahudi mungkin termasuk di antara para pembacanya, keduanya adalah pilihan Allah berdasarkan hubungan mereka kepada Dia dalam Yesus Kristus. Perkataan rasul itu masuk jauh ke dalam pemahaman Perjanjian Lama tentang umat Allah, tetapi konsep-konsep Perjanjian Lama itu akan segera tidak memadai. Bagaimanapun, para pembacanya itu telah mengalami kelahiran baru. Harapan hidup milik mereka didasarkan pada kebangkitan Yesus Kristus. Warisan mereka adalah warisan yang kekal, tersimpan di sorga. Melalui iman, mereka mencari keselamatan yang akan diungkapkan di zaman akhir.
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Kekudusan Dan Baptisan (1 Petrus 1:3-25)
Meski kata "baptisan" hanya muncul sekali dalam 1 Petrus (3:21), siswa Alkitab yang hati-hati tela...
Kekudusan Dan Baptisan (1 Petrus 1:3-25)
Meski kata "baptisan" hanya muncul sekali dalam 1 Petrus (3:21), siswa Alkitab yang hati-hati telah lama mengakui bahwa baptisan adalah tema dominan dalam surat kiriman itu. Meski baptisan dan kelahiran baru tidak untuk disamakan, namun hubungan mereka yang erat juga tidak boleh diabaikan. Ketika orang percaya dibaptis, kelahiran barunya terjadi. Paulus menggunakan bahasa kiasan satu langkah lebih maju ketika ia mengatakan bahwa orang percaya keluar dari baptisan untuk berjalan dalam "hidup yang baru" (Roma 6:4). Tidak mungkin ada keraguan bahwa Petrus mengacukan baptisan Kristen dalam 1 Petrus 1:3 dan 1:23 ketika ia menggunakan kata-kata "dilahirkan kembali." Itu adalah kelahiran "bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak dapat binasa."
Orang Kristen hidup di dunia di mana kepuasan instan adalah kekuatan pendorong bagi kapitalisme moderen, dan di dunia yang seperti itulah mereka harus menjadi kudus. Bagi para pembaca Petrus tidak ada batas kabur antara kehidupan kudus yang mereka kenal sebagai orang Kristen dan kehidupan lama mereka yang kotor, hidup dalam ketidakpercayaan. Pada titik ini, mungkin, ada perbedaan antara dunia moderen dan dunia di zaman Petrus. Dalam dunia moderen garis antara yang kudus dan cemar sering menjadi kabur. Orang Kristen kadang-kadang berkontribusi kepada batas yang kabur. Ketika dunia memanggil, beberapa orang berkata, "Tentunya kita tidak harus menjauhkan semua kesenangan, bukan? Mari kita jangan memahami hal kekudusan ini terlalu jauh." Ada orang Kristen yang tampaknya takut bahwa dunia mungkin akan menggantungkan pada lehernya julukan moderen yang paling ditakuti dari semua julukan: "fanatik." Seseorang mungkin beranggapan bahwa kita sungguh-sungguh dalam menjadi anak-anak sang Raja.
Yang membuat sedih dan menghambat sebagian besar orang percaya adalah melihat daya pikat yang merajalela terhadap sensualitas di dunia kita. Saya bertanya-tanya apakah perkataan Yosua kepada bangsa Israel kuno mungkin tidak cocok untuk gereja moderen: "Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu …" (Yosua 24:19). Apakah kita mampu menghadapi tantangan kekudusan? Saya tidak yakin bagaimana kita akan menjawab pertanyaan itu. Musa menjawabnya seperti ini: "Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh.… Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan"(Ulangan 30:11,14).
Petrus menawarkan dua sumber dari mana orang percaya bisa menarik penyegaran saat ia bergumul berat untuk menjadi kudus dalam dunia yang cemar. Pertama, kekudusan mendapatkan dukungan dalam memberi dan menerima kasih persaudaraan dari sesama peziarah seiring jalan menuju kota suci. Petrus tahu bahwa kemurnian dan ketaatan para pembacanya telah menghasilkan kasih yang tulus, tapi ia menasihati mereka lebih lanjut, "hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu" (1 Petrus 1:22).
Kedua, kekudusan adalah kekal; kehormatan dan selera dunia bersifat sementara. Petrus berkata bahwa orang percaya telah dilahirkan dari benih yang tidak dapat binasa. Semua kemuliaan manusia, semua yang ia dapatkan dengan segenap hidupnya, semua kekayaannya, semua pembelajarannya, semua saat-saat indahnya—semuanya itu akan gugur seperti bunga rumput. Firman Allah tetap selama-lamanya. "Inilah firman yang disampaikan injil kepada kamu" (1:25).
Petrus tidak menawarkan kepada para pembacanya kelegaan dari penganiayaan jasmani dan emosi. Sebaliknya, ia mengatakan bahwa hal-hal itu bisa bertambah buruk. Apapun yang akan terjadi, rasul itu ingin para pembacanya mengetahui bahwa mereka adalah umat Allah, dan umat Allah adalah kudus. Tidak ada kebutuhan yang lebih besar di dunia abad kedua puluh satu ini selain kehidupan yang kudus pada pihak mereka yang memiliki nama Tuhan. Tidak ada ruang untuk kompromi atau berdalih. Sekarang ini dosa menimang kita dalam pelukannya dan memberitahu kita bahwa bagaimanapun kita adalah manusia. Kita tidak bisa berharap terlalu banyak dari diri kita sendiri. Akibatnya, orang Kristen sekarang ini sering tidak pernah benar-benar menganggap kekudusan sebagai pilihan untuk kehidupan. Sungguh tenang untuk menyadari bahwa Allah telah menebus sebuah umat yang kudus.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 [Dalam Alkitab bahasa Inggris] kata kerja "be" atau "is" dalam 1 Petrus 1:3 maupun dalam Matius 21:9 harus dip...
Catatan Akhir:
- 1 [Dalam Alkitab bahasa Inggris] kata kerja "be" atau "is" dalam 1 Petrus 1:3 maupun dalam Matius 21:9 harus dipasok. Bentuk perfect participle eujloghme÷noß (eulogēmenos) diterjemahkan "diberkatilah" dalam Matius 21:9, sedangkan Petrus menggunakan kata sifat eujloghtoß (eulogētos). Partisip adalah ajektif kata kerja. Perbedaan antara pernyataan "Berbahagialah …" dan bentuk perintah "Diberkatilah …"adalah kecil.
- 2 Meski para rabi terkadang membandingkan seorang mualaf dengan anak yang baru lahir, mereka hampir tidak bisa memahami pembaruan moral dan spiritual secara radikal yang melekat pada pelbagai acuan Perjanjian Baru kepada kelahiran baru. Setelah memeriksa bukti-bukti, G. R. Beasley-Murray menyimpulkan, "… penerapan konsep regenerasi kepada kehidupan rohani individu adalah tidak umum dalam Yudaisme dan dalam dunia sinkretisme Helenistik sebelum kedatangan agama Kristen." (G. R. Beasley-Murray, Baptism in the New Testament [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1962], 227.)
- 3 Ibid., 228.
- 4 George Eldon Ladd hanya benar sebagian ketika ia menulis, "Paulus menganggap orang percaya sebagai anak-anak Allah, tetapi melalui adopsi ketimbang melalui kelahiran baru (Roma 8:15)." (George Eldon Ladd, A Theology of the New Testament, 2d ed. [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1993], 664.) Paulus menggunakan kiasan baik untuk adopsi maupun kelahiran kembali, seperti yang Titus 3:5 jelaskan. Dengan menggunakan kiasan adopsi di Roma 8:15, 16, Paulus meyakinkan orang percaya tentang kokohnya hubungan mereka dengan Allah melalui Kristus. Dalam Roma 6:1-4 dan Titus 3:5, subyeknya adalah perubahan radikal yang terjadi ketika seseorang menjadi Kristen. Di satu sisi, itu berarti mati terhadap manusia lama dan, di sisi lain, itu berarti dilahirkan kembali.
- 5 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 46.
- 6 David Ewert, And Then Comes the End (Scottsdale, Pa.: Herald Press, 1980), 173.
- 7 F. J. A. Hort, The First Epistle of St. Peter I.1-II.17: The Greek Text with Introductory Lecture, Commentary, and Additional Notes (New York: Macmillan Co., 1898), 38.
- 8 Kelly, 46.
- 9 Lihat 9See J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 29.
- 10 Nasihat Petrus mengenai pemerintah tidak boleh diabaikan sebagai meniru peraturan rumah tangga Perjanjian Baru. Peraturan itu ditemukan dalam Efesus 5; 6 dan dalam Kolose 3; 4 tidak mengandung acuan kepada pemerintah. Petrus mengadaptasi bentuk sastra peraturan rumah tangga itu sehingga itu memenuhi kebutuhan dan keprihatinan para pembacanya.
- 11 Kelly, 46.
- 12 John Stott, The Contemporary Christian (Leicester, U.K.: Inter-Varsity Press, 1992), 157.
- 13 Partisip itu mungkin juga mengandung kekuatan perintah, terutama bila digunakan dalam rangkaian perintah.
- 14 Edward Gordon Selwyn, The First Epistle of St. Peter: The Greek Text, with Introduction, Notes, and Essays, Thornapple Commentaries, 2d ed. (London: Macmillian & Co., 1947; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 131.
- 15 Ibid, 260 Lihat juga Duane Warden, "The Prophets of 1 Peter 1:10-12," Restoration Quarterly 31 (First Quarter 1989): 1-12. Kebanyakan komentar mengacu kepada Selwyn ketika mereka menyapa para nabi dalam nas ini, bahkan jika mereka melakukannya hanya untuk menyangkal dia. Apakah mereka itu berhasil atau tidak adalah terbuka untuk ditanyakan. Masalahnya tidak terpecahkan, seperti yang tampaknya Michaels pikir, dengan merujuk kepada ei˙ß uJma◊ß (eis humas) di 1:10. (Michaels, 44.) Kasih karunia dalam 1:10 adalah untuk kepentingan umat Kristen, sebagaimana penderitaan dalam 1:11 adalah untuk Kristus.
- 16 Banyak dari karya pakar telah membahas pertanyaan tentang apakah para nabi Perjanjian Baru adalah anggota tetap gereja atau bukan (seperti yang mungkin ditunjukkan dalam 1 Korintus 12) atau pengembara (seperti yang disiratkan dalam surat kiriman Yohanes dan Didache). Untuk kajian lebih lanjut, berkonsultasilah dengan David Hill, New Testament Prophecy (Atlanta: John Knox Press, 1979), 104-9.
- 17 Kelly, 59.
- 18 Hort menulis, "Kebaikan dan penerimaan secara khusus berarti harus menjadi kebaikan yang ditampilkan dalam penerimaan bangsa-bangsa lain ke dalam perjanjian." (Hort, 49.)
- 19 Untuk pandangan sebaliknya lihat Wayne A. Grudem, The First Epistle of Peter: An Introduction and Commentary, Tyndale New Testament Commentaries, vol. 17 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 69 - 71. Penanganan paksa oleh Grudem atas tata bahasa nas itu adalah menyakitkan untuk dibaca. Perlakuannya yang lemah atas pertanyaan itu merupakan argumentasi yang sangat kuat bahwa Selwyn telah memahami nas itu dengan benar.
- 20 Hal yang menarik tentang seorang penulis seperti Albert Camus adalah kerinduannya terhadap kesopanan dalam tidak adanya kepercayaan kepada Allah. Dalam "The Myth of Sisyphus" Camus menegaskan, "Bahwa alasan, praktik atau etika universal, bahwa determinisme itu, kategori-kategori yang menjelaskan semuanya cukup untuk membuat orang awam tertawa." (Albert Camus, The Myth of Sisyphus, and Other Essays, trans. Justin O'Brien [New York: Vintage Books, 1955], 16.) Berbeda dengan ateisme kaum hedonis yang kasual, Camus memiliki keberanian untuk melihat kehidupan secara langsung dan mengingkari Allah. Ia menemukan kehidupan manusia sebagai tidak masuk akal, penuh dengan putus asa, dan tanpa harapan.
- 21 Selain itu, konteksnya menunjukkan bahwa partisip Yunani "siapkanlah akal budimu" (1:13) dan "jangan menjadi serupa" (1:14) digunakan dengan kekuatan yang mengandung perintah.
- 22 Untuk ungkapan kaum Semit lihat 2 Samuel 7:10, di mana "orang-orang lalim" Ibrani berada di belakang terjemahan bahasa Inggris "jahat" (bandingkan Matius 8:12, "anak-anak kerajaan," dan Efesus 2:3, "anak-anak murka").
- 23 Teks itu menulis suschmatizo/menoi (suschēmatizomenoi), yang secara teknis berupa partisip tetapi digunakan di sini dengan dorongan sebuah perintah.
- 24 Michaels, 51.
- 25 Grudem, 79.
- 26 Ibid, 80.
- 27 Ladd, 564.
- 28 Ernest Best, 1 Peter, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1971), 87.
- 29 John H. Elliott, Home for the Homeless: A Sociological Exegesis of 1 Peter, Its Situation and Strategy (Philadelphia: Fortress Press, 1973), 42.
- 30 Best berpendapat bahwa kata itu seperti yang Petrus gunakan mengacu kepada pembebasan, bukan kepada harga tebusan. (Best, 89.)
- 31 Francis Wright Beare menawarkan diskusi yang tuntas tentang kata "keluarga" lutroomai baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam dunia pagan. (Francis Wright Beare, The First Epistle of Peter: The Greek Text with Introduction and Notes, 3d ed. [Oxford: Basil Blackwell, 1970], 103-5.)
- 32 Alkitab NASB tidak menggunakan kata "pengampunan dosa" dalam Perjanjian Baru. Alkitab KJV menuliskannya sekali dalam Roma 5:11. Alkitab NRSV menggunakan kata itu dalam Roma 3:25; Ibrani 2:17. Alkitab NIV menuliskannya dalam Roma 3:25; Ibrani 2:17; 9:5.
- 33 Michaels, 66-67.
- 34 Robert H. Gundry, "'Verba Christi' in 1 Peter; Their Implications Concerning the Authorship of 1 Peter and the Authenticity of the Gospel Tradition," New Testament Studies 13 (July 1967): 339-40.
- 35 Raymond C. Kelcy, The Letters of Peter and Jude, The Living Word Commentary, vol. 17 (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1972), 38.
- 36 Kelly, 78.
- 37 Alkitab NASB menerjemahkan aorist passive imperative Kisah 2:40 secara harfiah, "Selamatkanlah dirimu dari angkatan yang jahat ini." Timbul pertanyaan, "Bagaimanakah orang dengan penuh arti memerintahkan orang lain untuk melakukan hal yang mana pendengar itu sepenuhnya pasif?" Bentuk passive imperatives, "didengar," "diterima," dan semacamnya, pada kenyataannya, memiliki dorongan kata kerja yang mengandung perintah, "Biarkanlah dirimu didengar," atau "Biarkanlah dirimu diterima." Itulah yang Petrus maksudkan dalam Kisah 2:40. Ia bermaksud para pendengarnya membolehkan diri mereka untuk diselamatkan. Karena kasusnya seperti itu, Petrus memerintahkan mereka untuk melakukan sesuatu yang kepadanya keputusan mereka sendiri harus berkontribusi. Dalam pengertian itulah para pendengar Petrus harus "menyelamatkan diri mereka."
- 38 Michaels, 75.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) PENYEBAB KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Jika Anda mengalami penganiayaan karena menjadi orang Kristen, hal apakah yang pertam...
PENYEBAB KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Jika Anda mengalami penganiayaan karena menjadi orang Kristen, hal apakah yang pertama kali Anda ingin ingat? Rekening bank Anda? Kekuatan Anda? Popularitas Anda? Atau keselamatan Anda?
Orang-orang Kristen yang kepada siapa Petrus menuliskan suratnya yang pertama sedang mengalami penganiayaan atau baru akan menderita karena iman mereka. Perhatikankah apa yang Petrus katakan. Mereka telah "berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan" (1:6). Yang lainnya akan "memfitnah [mereka] sebagai orang durjana" (2:12). Mereka akan "berbuat baik dan karena itu … harus menderita" (2:20). Mereka tidak boleh "membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki" (3:9). (Ini menyiratkan bahwa mereka akan menanggung kejahatan dan caci maki.) Mereka mungkin akan "menderita juga karena kebenaran" (3:14). Beberapa orang akan "memfitnah [mereka] karena hidup [mereka] yang saleh dalam Kristus" (3:16). Mereka akan "menderita karena berbuat baik" (3:17). Mereka harus jangan heran terhadap "nyala api siksaan yang datang kepada [mereka] sebagai ujian" (4:12). Mereka diberitahu, "Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang [mereka] dapat dalam penderitaan Kristus" (4:13). Mereka mungkin akan "dinista karena nama Kristus" (4:14). "Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu" (4:16). Beberapa orang akan "menderita karena kehendak Allah" (4:19). Mereka diberitahu bahwa "semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama" (5:9). Mereka akan menderita "seketika lamanya" (5:10). Petrus menulis surat ini untuk membantu orang-orang Kristen ini dalam masa penganiayaan mereka. Hal apakah yang pertama kali ia ingin mereka ingat?
Jelas, Petrus tidak berpikir bahwa mengingatkan para pembacanya tentang kemakmuran materi mereka akan berguna bagi mereka. Sebaliknya, ia percaya mereka perlu diingatkan tentang keselamatan mereka "yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir" (1: 5) dan yang di dalamnya mereka bisa "bergembira …, sekalipun sekarang ini [mereka] seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan" (1:6). Oleh karena itu, dalam bagian suratnya ini, Petrus bicara tentang pelbagai penyebab dan akibat keselamatan. Dalam pelajaran ini kita akan membahas pelbagai penyebab keselamatan—dan apa arti semua itu bagi kita sekarang ini.
APA SAJAKAH PENYEBABNYA?
Dalam 1 Petrus 1, Petrus menyebutkan sedikitnya delapan hal yang berkontribusi terhadap keselamatan kita.
Petrus mengatakan bahwa Allah adalah penyebab keselamatan kita. Ia memulai kitab itu dengan mengatakan:. "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan" (1:3). Sebelumnya, ia sudah mengatakan bahwa orang-orang yang ia surati telah "dipilih dan ditetapkan oleh Allah Bapa" (1:2; RSV). Dan menjelang akhir suratnya ia menulis: "Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah" (ay. 21). Di sini keselamatan digambarkan sebagai dipilih; orang yang diselamatkan adalah orang-orang pilihan, yang dipilih oleh Allah.
Petrus juga mengatakan bahwa rahmat, atau kasih karunia, merupakan penyebab keselamatan kita. Ia mengatakan, "Dengan rahmat-Nya yang besar kita telah dilahirkan kembali" (1:3; RSV). Selain itu, para pembaca diberitahu untuk "letakkanlah pengharapan [mereka] seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepada [mereka] pada waktu penyataan Yesus Kristus" (1:13). Mengatakan bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia dan rahmat adalah mengatakan bahwa kita tidak layak untuk diselamatkan.
Selain itu, Petrus mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah penyebab keselamatan kita. Dalam 1:2 ia bicara tentang "[pengudusan] oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya." Dalam 1:3 ia berkata bahwa kita telah "[dilahirkan] kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan." Pada bagian akhir pasal itu Petrus bicara tentang Kristus yang "telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir" (1:20) dan mengatakan bahwa "oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati" (1:21). Kita diselamatkan oleh Kristus! Selain Dia, tidak ada harapan keselamatan.
Lebih lanjut, Petrus mengatakan bahwa darah merupakan penyebab keselamatan kita. Ia bicara tentang diperciki dengan darah Kristus dalam 1:2, dan kemudian menyajikan gambaran keselamatan yang indah ini dalam 1:18, 19: "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." Di sini keselamatan digambarkan sebagai ditebus. Ketika kita berada dalam dosa, kita berada dalam perbudakan; kita adalah budak. Kita perlu dibeli dari perbudakan itu. Harga yang dibayar untuk kebebasan kita adalah darah Kristus. Keselamatan terdapat dalam darah!
Penyebab lain keselamatan kita, menurut Petrus, adalah Roh Kudus. Dalam 1:2 Petrus berkata bahwa orang Kristen memiliki "pengudusan oleh Roh" (ESV). Ada beberapa orang yang mengaitkan Roh Kudus dengan hal-hal yang Ia tidak lakukan untuk manusia. Kita seharusnya tidak membuat kesalahan itu. Tapi kita juga harus jangan tidak mengaitkan kepada Roh Kudus bagian dalam keselamatan kita. Hal itu ditegaskan di sini dan di tempat lain dalam Perjanjian Baru. (Lihat, misalnya, Yohanes 3:5 dan Titus 3:5) Di sini keselamatan digambarkan sebagai disucikan—atau dikhususkan untuk tujuan Allah.
Selain itu, Petrus mengatakan bahwa Firman Tuhan adalah penyebab keselamatan. Dengarkanlah 1 Ptr. 1:22-25:
Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal. Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.
Betapa suatu pujian yang indah bagi Firman itu! Itu digambarkan sebagai: (1) kebenaran, (2) tidak fana—yang hidup dan yang kekal, (3) dari Allah, (4) kabar baik ("firman"), (5) yang diberitakan. Namun, yang terpenting bagi tujuan kita, itu adalah sarana yang dengannya para pembaca telah "dilahirkan kembali" (1:23). Sekarang ini manusia tidak dapat diselamatkan tanpa Firman Allah.
Namun begitu, Petrus juga menggambarkan manusia itu sendiri sebagai penyebab keselamatannya. Ia berkata kepada para pembacanya. "Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran" (1:22). Dengan demikian, diri mereka sendiri memiliki kaitan dengan keselamatan mereka. Keselamatan tidak diragukan lagi oleh kasih karunia; itu bukan oleh amal perbuatan. Itu adalah pekerjaan Allah, bukan produksi manusia. Namun begitu ada pengertian tertentu yang mana manusia menimbulkan, atau menyebabkan, keselamatannya sendiri—yang mana ia bahkan bisa dikatakan menyelamatkan dirinya sendiri. (Lihat, misalnya, Kisah 2:40 dan 1 Timotius 4:16). Manusia setidaknya harus setuju terhadap keselamatan yang Allah sediakan melalui kasih karunia.
Petrus mengatakan bahwa ketaatan adalah penyebab keselamatan. Para pembaca itu telah menyucikan jiwa mereka dengan "ketaatan kepada kebenaran" (1:22). Dengan demikian, jika kita tanya bagaimana seseorang menyetujui keselamatannya sendiri, atau peranan apa yang ia mainkan dalam keselamatannya, Petrus memiliki jawabannya: Ketaatan! Dengan menaati perintah Tuhan—pelbagai perintah, misalnya, percaya kepada Yesus (Kisah 16:31), bertobat dari dosa-dosa kita (Kisah 17:30), bersedia mengakui iman kita (Roma 10:9), dan dibaptis (Kisah 2:38)—kita mengiyakan kasih karunia Allah; kita menerima karunia keselamatan. Perhatikanlah juga, bahwa di sini keselamatan digambarkan sebagai disucikan. Dosa itu buruk dan kotor; dosa menghitamkan jiwa kita. Ketika kita menjadi orang Kristen dengan ketaatan, darah Yesus membasuh dosa dan menyucikan jiwa kita. Kita disucikan.
Selain itu, keselamatan digambarkan sebagai dilahirkan kembali, atau dilahirkan baru. Dosa membunuh. Keselamatan menghidupkan kembali orang berdosa. Mereka hidup baru; mereka dilahirkan kembali! Dan itu benar bagi setiap orang Kristen, bagi setiap orang yang diselamatkan! Kadang-kadang orang bicara tentang "orang Kristen lahir baru." Di zaman Perjanjian Baru tidak ada jenis lain orang Kristen!
Dengan demikian, dalam 1 Petrus 1, gambaran keselamatan mencakup keadaan dipilih, ditebus, dikuduskan, disucikan, dan dilahirkan kembali; dan itu dikatakan sebagai disebabkan oleh Allah, oleh rahmat, oleh Kristus, oleh darah, oleh Roh Kudus, oleh Firman, oleh manusia itu sendiri, dan oleh ketaatan. Kita diselamatkan oleh banyak hal!
APAKAH PENTINGNYA SEGALA PENYEBAB INI?
Pertama, mengakui fakta ini seharusnya membantu kita untuk lebih menghargai keselamatan. Pikirkanlah apa artinya itu bagi orang Kristen yang menderita yang diingatkan bahwa mereka telah "dipilih dan ditetapkan oleh Allah" dan "dikuduskan oleh Roh" (1:2; RSV) dan "kepada suatu hidup yang penuh pengharapan" (1:3); bahwa mereka menerima "suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu" (1:4); dan bahwa pada akhirnya mereka akan "mencapai … keselamatan" jiwa mereka (1:9). Dan demikian pula halnya dengan kita: Hidup itu kadang-kadang memang sulit. Mengingat bahwa kita telah diselamatkan, dikuduskan, disucikan, ditebus, dipilih, ditetapkan, dan dilahirkan kembali akan bisa menolong. Tetapi yang juga bisa menolong adalah mengingat bagaimana kita telah diselamatkan. Orang yang memahami bagian-bagian onderdil mobil, televisi, atau proses politik lebih menghargai hal itu dibandingkan dengan orang yang tidak memahami. Jika kita memahami semua hal yang terlibat dalam keselamatan kita, maka mau tidak mau kita lebih menghargai hal itu.
Kedua, mengakui fakta ini seharusnya melindungi kita dari kesalahan "satu penyebab" G. W. Allison membuktikan kesalahan itu dalam sebuah khotbah yang saya dengar ketika saya masih di kelas sepuluh. Ia menunjukkan bagaimana pengkhotbah-pengkhotbah yang berbeda membalik-balik halaman Alkitab mereka, meletakkan jari mereka pada satu ayat yang dipilih hampir secara acak—dan menyatakan, "Ini dia!" Yang satu menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa iman menyelamatkan kita. Ia mengatakan, "Ini dia! Kita diselamatkan oleh iman saja!" Yang lain menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa kasih karunia menyelamatkan kita dan dengan keras menyatakan," Ini dia! Kita diselamatkan oleh kasih karunia saja!" Yang lain lagi menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa harapan menyelamatkan! "Ini dia! Kita diselamatkan oleh harapan saja!" Bahkan mungkin seseorang bisa saja menemukan sebuah ayat yang mengatakan bahwa baptisan menyelamatkan kita (3:21). "Ini dia! Kita diselamatkan oleh baptisan saja!" Yang lainnya menemukan sebuah nas yang mengatakan bahwa kita diselamatkan oleh Roh Kudus dan kemudian menyatakan, "Ini dia! Kita diselamatkan oleh Roh Kudus, dan Roh Kudus saja, demikianlah dan habis perkara!"
Tentu saja, saudara Allison melanjutkan untuk memperlihatkan kesalahan jenis penalaran itu. Ia menunjukkan bahwa semua itu tidak sepenuhnya benar, tapi sepenuhnya salah. Kita, pada kenyataannya, diselamatkan oleh kasih karunia, oleh harapan, oleh iman, oleh baptisan, oleh Roh Kudus, dan lain-lainnya, tapi tidak oleh salah satu saja dari semua hal itu. Kesalahan yang dibuat oleh para pengkhotbah itu adalah bahwa mereka mengaitkan keselamatan kepada satu penyebab, sedangkan Alkitab - mengaitkannya kepada banyak penyebab. Kita tidak bisa benar terhadap injil—kita tidak bisa memberitakan "seluruh maksud Allah" (Kisah 20:27; ESV)—jika kita memilih hanya satu penyebab saja dan berkata, "Ini dia penyebabnya!"
Daripada mencari satu penyebab keselamatan dan mengabaikan semua penyebab lainnya, kita perlu mencoba untuk melihat rencana keselamatan secara keseluruhan dan dengan demikian menemukan peranan apakah yang masing-masing penyebab itu mainkan dalam menghasilkan penebusan kita. Sebagai faktanya, semua penyebab yang disebutkan dalam pelajaran ini cocok semuanya ke dalam skema yang elegan dan teratur. Pertimbangkanlah hal-hal berikut ini:
- (A) Allah (penyebab 1) oleh rahmat-Nya, atau kasih karunia (penyebab 2), telah memilih atau menetapkan kita untuk diselamatkan.
- (B) Karena rahmat-Nya, Allah mengutus Kristus (penyebab 3) untuk menjadi Juruselamat kita.
- (C) Kristus menyelamatkan kita dengan darah-Nya (penyebab 4), yang telah menebus atau membeli kita dari belenggu dosa.
- (D) Kristus mengutus Roh Kudus (penyebab 5).
- (E) Roh Kudus menyelamatkan kita melalui Firman (penyebab 6) yang Ia telah ilhamkan, dan melalui Firman itulah kita dikuduskan.
- (F) Firman itu diberikan kepada manusia (penyebab 7) untuk menjadi sarana langsung keselamatan manusia.
- (G) Manusia merespon Firman itu dan dengan begitu menyelamatkan dirinya oleh ketaatan-Nya (penyebab 8) kepada Firman itu. Lalu, manusia disucikan.
- (H) Hasil keseluruhan rencana itu adalah bahwa kita dilahirkan kembali!
Betapa suatu rencana yang indah! Kita perlu memuji Allah setiap hari karena menyediakan itu agar kita bisa diselamatkan!
Ketiga, dengan mengakui bahwa kita diselamatkan oleh banyak hal, kita akan mengerti ada sesuatu untuk kita lakukan agar diselamatkan. Kita dapat bersukacita bahwa Allah oleh kasih karunia-Nya membuat keselamatan tersedia, bahwa Kristus dengan mencurahkan darah-Nya membuat keselamatan menjadi mungkin, bahwa Roh Kudus dengan mengilhami Firman membuat keselamatan dapat diakses, bahwa, pada kenyataannya, ke-Allahan dan semua penghuni sorga telah bekerja sama untuk membawa keselamatan kepada kita. Tapi semua itu adalah sia-sia jika kita tidak menerima karunia keselamatan dengan mematuhi Firman! Izinkan saya menekankan bahwa saya adalah penyebab keselamatan saya dan Anda adalah penyebab keselamatan Anda! Allah sudah, dalam satu pengertian, melakukan itu semua; Ia menyediakan Kristus untuk membayar harga dosa. Kematian Kristus adalah pembayaran yang lunas! Dalam pengertian lain, masih ada sesuatu bagi saya untuk dilakukan: Saya harus mengatakan ya kepada tawaran keselamatan dari Allah. Dan saya melakukan itu ketika saya percaya kepada Yesus, bertobat dari dosa-dosa saya, dan saya dibaptis ke dalam Kristus.
KESIMPULAN
Pertama Petrus 1 memiliki pesan untuk orang Kristen dan non-Kristen. Untuk orang Kristen pesan itu berbunyi: "Kamu mungkin mengalami masa-masa pencobaan, masa-masa penganiayaan dan penderitaan. Namun demikian, kamu dapat bersukacita karena kamu telah diselamatkan, disucikan, ditebus, dilahirkan kembali, melalui rencana yang rumit dan efektif. Ingatlah selalu pada fakta itu bahwa sesungguhnya kamu telah diselamatkan, dan kamu dapat bersukacita bahkan di tengah-tengah pencobaan." Untuk non-Kristen pesan itu berbunyi: "Keselamatan memiliki banyak penyebab. Keselamatan ini tersedia untuk Anda melalui kasih karunia Allah, darah Kristus, Firman yang diilhamkan oleh Roh Kudus. Tapi Anda bisa menerima itu hanya jika Anda berpaling kepada Tuhan dalam ketaatan."
Ketika seseorang bermain halma atau catur, ia kadang-kadang dalam bermain, berpaling kepada lawannya, dan berkata, "Sekarang giliranmu melangkah." Itu, pada dasarnya, adalah apa yang sekarang Allah katakan kepada Anda "Aku telah memberi engkau kesempatan untuk diselamatkan; Kristus telah mati untuk menyelamatkanmu; Roh Kudus telah mengungkapkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan untuk diselamatkan. Sekarang, giliran engkau melangkah! Sudah tiba saatnya bagimu untuk berbuat sesuatu terhadap tawaran itu." Sekarang giliran engkau melangkah. Akankah Anda merespon undangan yang penuh kemurahan dari Allah itu dengan datang kepada Dia?
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) KONSEKUENSI KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Ketika kita berpikir tentang keselamatan yang kita nikmati sebagai orang Kristen, ...
KONSEKUENSI KESELAMATAN (1 Petrus 1:1-2:3)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Ketika kita berpikir tentang keselamatan yang kita nikmati sebagai orang Kristen, kita takjub atas keagungannya! (Lihat Ibrani 2:3). Itu adalah hal teragung yang pernah terjadi atau yang bisa pernah terjadi pada kita.
Diselamatkan berarti dipilih atau ditetapkan oleh Allah (1 Ptr. 1:2). Diselamatkan berarti dikuduskan, atau dipisahkan, atau dijadikan suci (1:2). Diselamatkan berarti dilahirkan kembali (1:3, 23). Diselamatkan berarti ditebus, dibeli kembali oleh darah Kristus (1:18, 19). Diselamatkan berarti dikuduskan, semua dosamu disucikan (1:22). Kita telah dipilih, dikuduskan, dilahirkan kembali, ditebus, disucikan! Kita memiliki sesuatu untuk disukacitakan, sesuatu untuk dinyanyikan!
Keajaiban keselamatan kita dibicarakan oleh Petrus dalam 1 Petrus 1:10-12
Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
Keselamatan kita adalah luar biasa, kata Petrus, karena keselamatan itu merupakan sesuatu yang menjadi perhatian para nabi. Perhatikanlah apa yang Petrus katakan tentang nubuatan mereka: (1) Mereka bernubuat lewat pengilhaman; (2) mereka bicara tentang masa depan; (3) mereka bicara untuk kepentingan kita; (4) mereka tidak sepenuhnya memahami pesan nubuatan mereka sendiri; mereka "meneliti [dengan seksama]" keselamatan ini; (5) apa yang mereka tidak pahami telah diberitahukan kepada kita. Kita bisa memahami itu karena wahyu Allah sekarang lengkap. Sungguh luar biasa ketika kita merenungkan bahwa kita tahu lebih banyak tentang rencana dan tujuan Allah mengenai keselamatan dibandingkan dengan Yesaya, Yeremia, Elia, Musa, Yoel, Amos, atau manusia fana mana saja yang hidup sebelum gereja didirikan!
Selain itu, keselamatan kita memang mengagumkan sebab para malaikat tertarik terhadap hal itu. Para makhluk sorgawi yang tinggal di mana Allah berdiam selama ini telah memperhatikan dengan penuh minat seraya rencana Allah diungkapkan. Mereka memperhatikan ketika Nuh diselamatkan dari air bah; mereka ada di sana ketika Allah memanggil Abraham; mereka tertarik ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir; mereka mendengar janji-janji yang dibuat kepada Daud; mereka sangat ingin tahu tentang bagaimana semua itu akan menjadi kenyataan kelak. Tidak diragukan lagi mereka bersukacita ketika Yesus dibangkitkan dari antara orang mati! Tidak diragukan lagi mereka senang melihat gereja didirikan! Tidak diragukan lagi mereka senang ketika ribuan orang mentaati injil! Bahkan sekarang ini, kita dapat percaya bahwa para malaikat tertarik terhadap keselamatan kita. Ini adalah "hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat"—hal-hal yang membuat para malaikat tertarik. Betapa keselamatan yang luar biasa yang kita nikmati!
Keselamatan seperti itu sudah sepatutnya menimbulkan pelbagai konsekuensi dalam hidup kita. Itu memang benar! Dalam 1 Petrus 1:1-2:3 kita mengetahui bahwa di antara pelbagai konsekuensi itu terdapat baik upah maupun tanggung jawab.
KITA PUNYA TANGGUNG JAWAB TERTENTU
Memang wajar, tentu saja, bahwa keselamatan kita harus memiliki pelbagai tanggung jawab tertentu. Ketika Anda mencapai status baru, menerima sebuah hubungan yang baru, atau bergabung dengan sebuah organisasi, tanggung jawab selalu menemani situasi baru Anda itu. Kita sudah seharusnya mengantisipasi bahwa status baru kita sebagai orang Kristen memerlukan pelbagai tanggung jawab baru.
Buatlah diri kita siap secara mental. Petrus mengatakan dalam 1:13. "Sebab itu siapkanlah pikiranmu, sadarlah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya pada kasih karunia yang akan datang kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus" (RSV). "Menyiapkan" pikiran berarti bersiap-siap untuk bertindak. Pakaian yang longgar, yang berkibar-kibar yang kaum laki-laki kenakan pada abad pertama menjadi penghalang ketika mereka secara fisik menjadi sangat aktif—saat mereka berlari, atau bertempur, atau bekerja keras. Pada waktu itu, mereka akan mengikat ujung pakaian mereka dan memasukkannya ke dalam korset, atau ikat pinggang mereka, dan barulah mereka siap beraksi. Jadi "menyiapkan pikiranmu" berarti waspada secara mental, terjaga, siap untuk beraksi! Apakah yang dibutuhkan untuk siap secara mental? Antara lain, itu mengharuskan kita "sadar." Menjadi sadar berarti tidak mabuk; tetapi itu juga berarti menjadi stabil, berwatak sadar, berkepala dingin, mungkin mengendalikan diri. Selanjutnya, untuk siap secara mental, kita perlu memiliki harapan yang sepenuhnya diletakkan "pada kasih karunia yang akan datang kepadamu." Jadi tanggung jawab utama kita sebagai orang Kristen adalah membuat pikiran kita disetel kepada panjang gelombang radio yang tepat: untuk waspada secara rohani, terjaga, siap; menjadi stabil, berkepala dingin, serius tentang keselamatan kita; meletakkan sepenuhnya pengharapan kita pada keselamatan kekal kita yang akan datang; menjadi sangat tertarik, dan sangat peduli, untuk pergi ke sorga.
Menjadi kudus. Dengarkan 1Petrus 1:14-17
Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
Menjadi "kudus" adalah dikuduskan, dipisahkan, didedikasikan untuk pelayanan Allah. "Kudus" sekarang ini, bagi kebanyakan orang, memiliki konotasi negatif. Kita hampir tidak pernah menggunakan kata itu kecuali dalam arti yang buruk. Kita bicara tentang orang-orang yang "anggap dirinya lebih suci daripada orang lain." Kita tidak akan berpikir untuk memuji seseorang dengan mengatakan bahwa ia adalah orang yang "kudus." Namun demikian, kita harus menjadi kudus! Dan nas ini memberitahu kita bagaimana dan mengapa. "Bagaimana"nya ditemukan dalam ayat 1 Petrus 1:14 dan 1 Petrus 1:17 : (1) Untuk menjadi kudus, pisahkanlah dirimu dari kenajisan dunia, "jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu" (2) Untuk menjadi kudus, milikilah sikap hormat—pemahaman bahwa Allah selalu hadir yang membuat Anda menghormati nama-Nya dan pribadi-Nya. Ini mungkin apa yang Petrus maksudkan ketika ia mengatakan, "hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini." Dan nas itu juga memberitahu kita tentang mengapa. Karena kita adalah anak-anak Allah! Kita adalah "anak-anak yang taat!" Kita taat untuk menjadi anak-anak (1:22); sekarang kita harus terus taat. Selain itu, kita, sebagai anak-anak, harus mencoba menjadi seperti Bapa kita. Karena Ia adalah kudus, maka kita harus menjadi kudus. Dan sebagaimana anak-anak takut, hormat, atau menghormati ayah mereka, maka kita menghormati Dia. Jadi tanggung jawab pertama kita adalah membuat diri kita siap secara mental; yang kedua adalah menyucikan diri kita dari kenajisan dunia.
Mengasihi. Untuk persyaratan ini, lihat 1:22. "Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu." Perhatikankah bahwa kita sudah diselamatkan "untuk kasih persaudaraan yang tulus ikhlas"; itu adalah maksud dan tujuan perubahan hidup kita. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa kita hidup sesuai dengan panggilan yang luhur itu; kita harus saling mengasihi—bukan separuh hati, tetapi dengan sungguh-sungguh; bukan hanya di mulut saja, tapi "dari hati."
Saya menduga bahwa ayat pertama dari pasal kedua harus juga dibahas di bawah tanggung jawab untuk "mengasihi satu sama lain." Itu terkait dengan dilahirkan kembali dan mengikuti pembahasan 1:22-25, di mana kita menemukan perintah "saling mengasihi dengan segenap hatimu." Selanjutnya, perintahnya itu peduli dengan bagaimana kita memperlakukan satu sama lain, dan itu adalah kepedulian perintah untuk mengasihi. Dengarkanlah kemudian 2:1: "Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah." Ini bisa membantu kita untuk memahami apa artinya "saling mengasihi." Jika kita saling mengasihi, kita tidak akan memendam kedengkian dalam hati kita; kita tidak akan menipu atau berbohong; kita tidak akan munafik; kita tidak akan iri atau dengki terhadap orang lain; dan kita tidak akan memfitnah mereka.
Apa sajakah tanggung jawab kita sebagai orang Kristen? Pertama, menyiapkan mental; kedua, menyingkirkan keduniawian; dan ketiga, mengasihi. Tanpa bersikap mengasihi, tidak ada cara kita bisa benar-benar menjadi orang Kristen.
Merasa lapar untuk tumbuh sebagai orang Kristen. Perhatikanlah 2:2, 3: "Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan." Allah tidak mengharapkan kita untuk sepenuhnya dewasa saat kita baru menjadi orang Kristen, tetapi Ia memang mengharapkan kita untuk tumbuh setelah kita dilahirkan kembali. Beberapa orang Kristen sangat mirip sekali seperti anak kecil yang ditanya mengapa ia jatuh dari tempat tidur pada suatu malam. Ia menjawab, "Saya kira saya tidur terlalu dekat dengan tepi tempat tidur." Beberapa orang Kristen tinggal dekat dengan tempat mereka masuk ke dalam gereja. Mereka tidak tumbuh.
Tapi bagaimana kita bertumbuh? Petrus memberitahu kita. Kita bertumbuh dengan mengembangkan rasa lapar rohani! Jika seorang anak lapar, maka anak itu makan, dan ia tumbuh. Jika kita lapar secara rohani , maka kita akan makan, dan kita akan tumbuh! Jenis rasa lapar apakah itu? Itu adalah rasa lapar terhadap Firman Allah. Itu adalah rasa lapar terhadap makanan rohani. Itu adalah rasa lapar yang mendalam dan sungguh-sungguh, seperti rasa lapar yang dirasakan oleh bayi yang baru lahir yang merindukan susu ibunya. Dan itu adalah rasa lapar yang timbul dari rasa kebaikan Allah sebelumnya. Karena kita telah dilahirkan kembali oleh Firman Allah, kita harus ingin sekali mempelajari Firman-Nya sehingga kita bisa terus diberkati olehnya.
Dan kita ingin menekankan bahwa jika kita lapar, kita akan makan—kita akan mempelajari Firman—dan kita akan tumbuh. Oleh karena itu, jika Anda tidak tumbuh, itu bukan kesalahan pengkhotbah, penatua, diaken, atau guru kelas Alkitab. Ini kesalahan Anda sendiri—Anda tidak cukup lapar! Hal itu digambarkan kepada saya oleh sepasang orang Kristen di Australia—Val dan Graeme Wicks. Kami membaptis Val ketika ia seorang juru masak di sebuah kamp peternakan, sekitar 97 kilometer jauhnya dari perkampungan petani di sebuah fasilitas (peternakan) dan sekitar 483 kilometer di sebelah utara Alice Springs. Dengan kata lain, ia tinggal di tengah pedalaman, yang berkilo-kilometer jauhnya dari mana saja. Tiga minggu kemudian suaminya dibaptis. Selama beberapa tahun, sementara mereka menetap dan bekerja di fasilitas peternakan di tengah-tengah Australia, mereka hampir tidak memiliki persekutuan dengan orang-orang Kristen lainnya, tidak ada kesempatan untuk beribadah di sebuah jemaat yang mapan. Namun ketika kami mendapat kesempatan untuk mengunjungi mereka dua atau tiga tahun kemudian, kami menemukan bahwa mereka telah tumbuh jauh lebih pesat daripada orang-orang Kristen yang disuapi yang dengan siapa kami sedang bekerja di Sydney. Bagaimana bisa mereka tumbuh sepesat ini? Mereka tidak punya pengkhotbah, tidak punya sistem sekolah Alkitab. Mereka punya Alkitab! Mereka lapar! Jadi mereka membaca, mempelajari, dan tumbuh. Jika mereka bisa tumbuh tanpa bantuan orang lain, maka orang Kristen yang punya kesempatan istimewa untuk mendatangi jemaat-jemaat yang memiliki program pendidikan yang baik dapat tumbuh—jika mereka mau! Itu tergantung pada apakah Anda lapar atau tidak.
Jadi salah satu konsekuensi menjadi orang Kristen adalah bahwa Anda harus punya pikiran yang siap, Anda harus mencoba untuk menjadi kudus, Anda harus saling mengasihi, dan Anda harus mengembangkan rasa lapar yang kuat terhadap Firman Allah. Apakah itu perintah yang sulit? Mengapa ada orang yang peduli? Jawabannya adalah: karena adanya upah dan janji-janji yang disediakan kepada anak-anak Allah.
KITA MEMILIKI UPAH YANG PASTI
Kita menerima perlindungan dari Allah. Petrus mengatakan, "[Kamu] dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir" (1:5). Kita memiliki musuh besar, setan (5:8). Kita tidak dijanjikan mendapat perlindungan dari pencobaan atau penganiayaan, tapi kita dijanjikan bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Roma 8:35-39). Kita dijanjikan bahwa Roh akan menguatkan kita (Efesus 3:16). Kita dijanjikan bahwa Firman Allah dapat membangun kita (Kisah 20:32). Terutama, kita dijanjikan bahwa Allah tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui apa yang dapat kita tanggung (1 Korintus 10:13). Iman kita sendiri, yang berasal dari Allah melalui Firman-Nya, adalah perlindungan kita (1:5; Efesus 6:16).
Kita memiliki harapan yang hidup. Petrus berkata: "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan" (1:3). Kita semua butuh harapan untuk hidup. Di dalam Kristus, kita memiliki harapan—bukan hanya bahwa segala hal mungkin bertambah baik dalam hidup ini, tetapi bahwa kita akan pasti hidup selamanya dengan Allah. Itulah harapan kita yang hidup!
Kita memiliki warisan yang tidak dapat binasa. Dengarkanlah Petrus: "Rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu" (1:3, 4). Misalkan Anda memiliki ayah jutawan dan mewariskan hartanya kepada Anda. Kita memiliki lebih daripada itu: Allah semesta adalah Bapa kita. Dan dari Dia kita memiliki warisan yang lebih besar daripada satu miliar rupiah. Apa saja yang bersifat duniawi yang Anda terima sebagai warisan adalah fana, cemar, dan pada akhirnya akan memudar. Tapi kita memiliki warisan yang "yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu"! Siapakah yang sanggup meminta lebih banyak lagi?
Dengan menyimpulkan semuanya, kita menerima keselamatan kita yang tertinggi. Dalam 1:5. Petrus mengatakan kita "dipelihara … [untuk] keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir."
Dan dalam 1:9, 10, kita membaca: "Karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu." "Keselamatan" apakah ini yang kita belum dapatkan? Di satu sisi, kita telah diselamatkan. Tapi keselamatan kita sekarang hanyalah pendahuluan, contoh, dari apa yang nanti kita akan terima. Jadi keselamatan adalah masa depan, dan juga masa kini. Upah terakhir, oleh karena itu, adalah keselamatan kekal—rumah di sorga selama-lamanya!
Mari kita perhatikan bahwa dalam 1 Petrus, upah yang disebut berada dalam kehidupan di luar kehidupan ini. Petrus tidak menjanjikan kenyamanan, kekayaan besar, atau tidak adanya masalah dalam hidup ini. Ia memang menjanjikan kepada orang Kristen yang teraniaya bahwa, apa pun yang terjadi dalam hidup ini, pada akhirnya nanti ada upah sedangkan semua masalah duniawi memudar menjadi tidak penting. Ia tahu bahwa orang-orang Kristen ini mungkin akan terus dianiaya dan bahkan mungkin mati karena iman; tapi mereka bisa melihat kepada kekekalan untuk upah yang akan membuat semua itu berharga. Jadi bisa kita!
KESIMPULAN
Orang Kristen, apakah Anda sadar betapa besarnya kehormatan yang Bapa telah limpahkan kepada Anda? Anda telah dibeli dengan harga yang mahal. Anda sedang mengalami keselamatan yang besar. Anda punya harapan yang besar. Dan Anda juga punya tanggung jawab yang besar dan janji-janji yang besar. Apakah Anda hidup sesuai dengan tanggung jawab itu? Apakah Anda bersukacita dalam janji-janji itu?
Temanku, jika Anda bukan orang Kristen, mengapa tidak menjadi orang Kristen? Tanggung jawab mungkin membuat Anda ragu, tapi pertimbangkanlah upahnya. Apakah Anda ingin keselamatan tertinggi—sorga? Saya percaya Anda bersedia mematuhi Tuhan dan hidup sesuai dengan tanggung jawab orang Kristen sehingga Anda bisa memiliki janji-janji itu. Anda tidak dapat memiliki upah itu tanpa melaksanakan tanggung jawab itu.
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus: Kata Pengantar
Mau tidak mau seorang penulis mencerminkan waktu di mana ia hidup. Bahkan jika ia menawarkan kebenaran yang kekal, ia menaw...
1 Petrus: Kata Pengantar
Mau tidak mau seorang penulis mencerminkan waktu di mana ia hidup. Bahkan jika ia menawarkan kebenaran yang kekal, ia menawarkannya dalam konteks dunia di mana ia hidup. Semua hal yang seorang penulis tulis pada tingkatan tertentu akan mencerminkan dunianya, tetapi jika dokumen yang ia hasilkan merupakan sebuah surat, harapan meningkat bahwa kata-kata penulis itu akan mencerminkan dunia di mana ia dan para pembaca awalnya hidup. Dalam sebuah surat, orang biasanya mengharapkan seorang penulis dan penerima surat yang ia kirimkan berbagi pengalaman dan kebiasaan yang sama, mengenal tempat dan orang-orang yang sama. Oleh karena itu, para pembaca yang pertama tidak akan perlu, atau setidaknya hanya perlu sedikit, merefleksikan dunia dan pengalaman penulis itu. Namun begitu, untuk para pembaca berikutnya-para pembaca yang kedua yang tidak mengenal baik penulis maupun penerima pertama surat itu secara pribadi -masalahnya akan berbeda.
Semakin jauh para pembaca yang kedua terpisah dalam waktu dan ruang dari lingkungan yang menghasilkan surat itu, semakin pasti mereka perlu membuat upaya secara sadar untuk memahami dunia yang penulis dan para pembaca pertamanya itu hidup bersama. Itu berlaku terhadap surat apa saja, kuno atau moderen, terilham atau tidak terilham. Ketika para pembaca moderen mendekati 1 Petrus, mereka membacanya dalam lintasan akumulasi waktu berabad-abad dan batas-batas budaya yang tak bisa dihindari. Oleh karena itu, pemahaman kita tentang surat itu akan diperkaya ketika kita mengenal penulisnya, kapan ia hidup, dan apa yang menggerakkan dia untuk menghasilkan dokumen yang ada di tangan kita.
Kita melontarkan pertanyaan-pertanyaan seperti ini kepada teks 1 Petrus: Jenis hubungan apakah yang penulis ini miliki dengan para pembaca yang pertama yang ia harapkan untuk membaca kata-katanya? Keadaan apakah yang menyebabkan penulis itu menyurati orang-orang tertentu ini pada waktu tertentu ini? Keyakinan agama apakah yang menonjol dari penulis itu, para pembaca yang pertama, dan budaya sekitarnya? Hal-hal apakah yang menonjol dalam latar belakang sosial dan kebiasaan masyarakat itu? Bahasa apakah yang penulis itu dan para pembacanya komunikasikan?
Bagaimanakah orang-orang dari dunia mereka mencari nafkah? Di bawah pemerintah apakah mereka hidup? Jenis lembaga sosial apakah yang mereka berbagi? Masing-masing pertanyaan ini menimbulkan segudang masalah yang sama.
Jika kita harus memahami dokumen apa saja yang datang kepada kita dari waktu dan tempat yang sangat jauh, maka perlu untuk menyelidiki jenis informasi ini. Oleh karena sifatnya yang personal, penyelidikan itu secara khusus sangat penting ketika dokumen itu adalah sebuah surat. Meski 1 Petrus bersifat lebih formal, dikarang dengan lebih hati-hati daripada yang kita harapkan dari sebuah surat biasa, bagaimanapun itu adalah tetap surat. Sampai tahapan itu kita sepenuhnya terlibat dengan dunia yang penulis 1 Petrus dan orang-orang yang ia surati itu berbagi-hingga pada tingkatan kita akan dapat memahami apa yang Petrus ingin mereka pahami. Ketika kita sudah memahami apa yang diharapkan dari mereka untuk dipahami, kita akan sudah mengambil langkah penting untuk menilai cara-cara yang dalam mana surat itu ditujukan untuk mengajar orang-orang Kristen sekarang ini.
SEBUAH SURAT
Pertama Petrus adalah sebuah surat, meski beberapa orang berpendapat sebaliknya. Beberapa sarjana berpendapat bahwa bagian-bagian penting dokumen itu awalnya ditulis, bukan sebagai sebuah surat, tetapi sebagai buku pedoman instruksi. Buku itu, menurut teori itu, ditulis di Roma untuk kepentingan para mualaf baru Kristen. Pertama Petrus, dikatakan, pada awalnya adalah dokumen yang menjelaskan apa artinya menjadi orang Kristen. Beberapa orang berpendapat bahwa 1 Petrus awalnya ditulis sebagai panduan bagi para mualaf baru yang mengarah kepada upacara pembaptisan.1Belakangan, menurut teori itu, beberapa orang Kristen yang saleh menyadur dokumen itu ke dalam bentuk surat, menempatkan nama rasul Petrus pada surat itu, dan mendistribusikannya kepada khalayak luas. Terus terang saja, teori itu tidak pernah mendapat dukungan di antara para sarjana konservatif Alkitab. Sejalan dengan waktu, kebanyakan sarjana liberal menolak teori itu juga. Alasannya tidaklah sulit untuk ditemukan.
Bila pertanyaan tentang pengilhaman dikesampingkan, maka sulit untuk membayangkan apa yang akan sudah memotivasi orang mana saja untuk menyamarkan sebuah dokumen yang berisi perintah atau upacara baptisan yang berasal di Roma sebagai surat dari Petrus, dan kemudian mengirimkannya kepada gereja-gereja yang tersebar di seluruh Asia Kecil. Jika orang yang mengirimkan 1 Petrus menghendaki para pembaca yang pertama menggunakan surat itu sebagai panduan untuk upacara baptisan, maka orang bertanya-tanya mengapa ia menyamarkan panduan itu sebagai sepucuk surat. Bagaimana orang atau orang-orang yang mengirim surat itu mengharapkan para pembaca yang pertama mengenali bahwa apa yang tampaknya sebagai surat, pada kenyataannya, adalah upacara baptisan yang disamarkan? Mereka yang sudah mengedepankan teori itu tidak menyediakan penjelasan yang memuaskan.
Salam, dorongan, dan kata-kata hiburan, pengingat, dan kesimpulan dari 1 Petrus semuanya adalah bentuk yang umum ditemukan di dalam surat-surat kuno. Selain itu, tradisi kuno gereja tidak tahu apa-apa tentang 1 Petrus kecuali dalam bentuk surat yang mana surat itu telah sampai kepada kita. Tidak ada alasan untuk percaya 1 Petrus pernah terlihat menjadi apa saja selain surat. Namun begitu, siapa saja yang menduga 1 Petrus berasal sebagai dokumen pembaptisan atau katekisasi telah mencetuskan buah tertentu yang tak terduga. Hal itu telah menarik perhatian kepada pentingnya baptisan dalam kesadaran pemahaman diri orang Kristen.
Memang benar bahwa ketika umat Kristen mula-mula diingatkan tentang pengalaman perubahan hidup mereka, baptisan mereka khususnya, hal itu menawarkan mereka sumber dorongan dan motivasi yang terus-menerus untuk kehidupan yang setia, saleh. "Permandian kelahiran kembali," dengan menggunakan kata-kata Paulus (Titus 3: 5), memiliki kaitan yang jauh lebih besar dengan pesan Petrus daripada yang umumnya diakui oleh para penafsir moderen. Itu memang benar bahkan jika tidak ada bukti dokumen bahwa awalnya itu adalah panduan untuk upacara baptisan. Sudah bisa diduga bahwa Petrus tentunya membuat beberapa acuan kepada perubahan hidup/baptisan para pembacanya (1:3, 23; 2:1, 2; 3:21). Petrus atau para pembaca awalnya sudah tentu memikirkan perubahan hidup mereka kepada Kristus dengan memikirkan juga baptisan mereka.
KESATUAN SURAT ITU
Penting untuk bertanya apakah 1 Petrus merupakan dokumen terpadu atau bukan, yaitu, apakah dokumen itu ditulis oleh seorang penulis untuk suatu kesempatan atau bukan. Pelbagai pertanyaan yang diajukan tentang kesatuan kitab itu biasanya berkisar pada 1 Petrus 4:12. Pertama Petrus 4:11 adalah doksologi, pernyataan pujian, seperti yang biasa terjadi pada akhir sebuah surat, atau setidaknya hampir di akhirnya. Selain itu, gambaran tentang penderitaan para pembaca di dalam 4:12-19 adalah lebih panjang dan mungkin lebih kuat daripada yang ditemukan di tempat lain di dalam kitab itu. Beberapa orang bersikeras bahwa satu-satunya bagian 1 Petrus yang dimulai sebagai surat asli adalah 4:12-5:14. Beberapa waktu kemudian, menurut pendapat itu, seseorang melampirkan 4:12-5:14 kepada dokumen baptisan yang didalilkan yang digambarkan sebelumnya dan mengirimkannya atas nama rasul Petrus.
Kasus bahwa 1 Petrus dimulai sebagai fragmen-fragmen dan potongan-potongan adalah tidak benar ketika diteliti dengan seksama. Pertama, tidak ada aturan bahwa doksologi hanya dapat terjadi di akhir sebuah dokumen. Paulus menulis salah satu doksologinya yang paling indah dalam 1 Timotius 6:15, 16, dan kemudian melanjutkan suratnya. Di pertengahann kitab Efesus, Paulus berhenti sejenak untuk mempersembahkan sebuah doksologi pujian (Efesus 3:20, 21).Selanjutnya, meski gambaran tentang penderitaan dalam 1 Petrus 4:12-19 memang sangat kuat, sebelumnya dalam surat itu rasul itu menyinggung penderitaan yang sangat berat ketika ia menulis bahwa iman para pembacanya telah "diuji oleh api" (1:7).
Anggapan bahwa 1 Petrus asalnya sebagai dua dokumen atau lebih yang dilebur bersama untuk memiliki tampilan satu surat adalah didasarkan pada argumentasi yang subjektif. Tidak ada alasan yang kuat untuk menerimanya sebagai benar. Ada kemungkinan bahwa Petrus menambahkan 4:12-5:14 kepada suratnya setelah ia mengetahui terjadinya penderitaan baru di antara para penerima suratnya, tapi bahkan itu juga tidak pasti. Jika 4:12-5:14 ditambahkan oleh rasul itu pada pembahasan kedua ketika ia menerima informasi baru, hal itu hampir tidak mengurangi kesatuan karya itu.
WAKTU SURAT ITU
Untuk memahami sebuah surat hampir tidak ada faktor yang lebih penting selain memiliki pengertian mengapa penulis menulis surat itu. Mengapakah Petrus menulis surat itu? Kondisi menonjol apakah yang terdapat di tengah-tengah para pembaca pertamanya yang mendorong dia untuk menulis? Pembacaan yang cermat atas teks 1 Petrus, ditambah dengan informasi sejarah dari luar Alkitab, dapat membantu kita menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Pembacaan yang seksama atas lima pasal yang pendek itu mengarah kepada pengamatan yang penting: Penderitaan para pembacanya memiliki banyak kaitan dengan alasan rasul itu menulis. Penderitaan, pada kenyataannya, mengalir seperti benang kirmizi di sepanjang surat itu.
Kita akan lebih mengeksplorasi tanggal penulisan 1 Petrus setelah ini, tetapi untuk sekarang ini kita akan katakan bahwa Petrus mungkin menulis surat ini pada pertengahan tahun 60an di abad pertama. Bila itu benar, ada kemungkinan bahwa beberapa dari para pembacanya telah menjadi orang Kristen selama satu dekade atau lebih. Seiring waktu mereka telah melihat beberapa dari kelompok mereka berpaling dari Kristus. Selain itu, mereka yang tetap setia tidak bernasib baik. Beberapa orang menjadi berkecil hati; iman mereka goyah. Petrus menulis untuk membantu para pembacanya menyatukan penderitaan ke dalam pengalaman Kristen mereka. Kita tidak punya penjelasan yang mudah untuk penderitaan yang mereka hadapi, tapi penting bagi mereka untuk menyadari bahwa Allah sedang melakukan kehendak-Nya di dunia ini. Rasul itu cukup berani untuk menyarankan bahwa, dalam beberapa kasus, penderitaan telah terbukti menjadi sekutu bagi kerohanian. Seperti logam mulia, para pembacanya itu telah diuji oleh api dan telah keluar dengan murni dan sempurna (1:7).
Rasul itu khawatir karena saudara-saudari Kristennya sedang membayar harga yang tinggi untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan. Tidak ada keraguan dalam pikirannya tentang kemampuan Allah untuk mencegah penderitaan. Mengapa Allah tidak mencegahnya adalah tersembunyi dalam misteri Allah melakukan kehendak-Nya. Meski Allah tidak menyebabkan penderitaan, Ia sanggup melaksanakan pelbagai maksud-Nya melalui penderitaan. Allah mampu menguasai pemberontakan manusia dan dosa, bahkan sampai pada titik bahwa penderitaan di tengah-tengah orang saleh mengerjakan pelbagai maksud ilahi. Penderitaan Yesus telah memberi contoh (2:21; 3:17, 18; 4:13). Karena Tuhan menderita, siapakah yang akan berpikir aneh bahwa umat-Nya juga harus menderita?
Empat kali dalam perjalanan surat itu, Petrus secara langsung menyinggung penderitaan para pembacanya (1:6-9; 3:13-17; 4:12-19; 5:9, 10). Kata-kata itu tampaknya tidak menunjukkan bahwa orang-orang percaya sedang dipenjarakan dan disiksa. Sebaliknya, mereka tampaknya sedang dilukai di bawah kebencian yang tak diduga, intoleransi, dan fitnah dari para tetangga non-Kristen, atau mungkin dari dalam keluarga mereka sendiri. Petrus tidak pernah menyebutkan sifat penderitaan yang sedang dialami oleh para pembacanya, tetapi ada beberapa petunjuk. Dalam 2:12 dan 3:16, ia mendesak mereka untuk menjalani kehidupan yang terhormat, jujur sehingga ketika mereka difitnah maka para penuduh mereka itu akan menjadi malu. Yang tersirat adalah bahwa sebagian penderitaan mereka adalah fitnah yang mereka terima dari orang-orang yang tidak percaya. Dalam 4:4, ia mengatakan bahwa para tetangga mereka yang bukan orang percaya terkejut karena orang Kristen telah berpaling dari perilaku kafir mereka. Oleh karena ini, para tetangga mereka itu memfitnah mereka.
Penderitaan langsung para pembaca Petrus itu tampaknya tidak sampai mengancam nyawa, tampaknya juga tidak berasal dari penguasa resmi, sipil. Namun, ada beberapa petunjuk dalam surat itu bahwa penganiayaan dari pejabat pemerintah sudah di ambang pintu. Ketika Petrus mendesak para pembacanya untuk menghormati penguasa (2:13-17), ia mungkin sedang membahas masalah nyata. Beberapa orang Kristen mungkin sudah bersikap menghina kekuasaan Romawi. Agama Kristen adalah baru. Para penguasa mungkin sedang memeriksa orang-orang percaya dan menyalahkan mereka atas setiap kemalangan atau kejahatan yang terjadi. Pada zaman kuno, seperti dalam dunia moderen, agama baru sangat mungkin dipandang dengan kecurigaan.
Tidak ada bukti yang banyak bahwa pada waktu mula-mula ini birokrasi resmi di Roma banyak memperhatikan agama Kristen. Dalam tingkatan apapun penganiayaan atas orang Kristen datang dari para pejabat pemerintah, mereka kemungkinan besar adalah para hakim kota setempat, bukan kaisar atau wali negeri. Para pejabat lokal mungkin mempersulit orang Kristen untuk menjual produk mereka di pasar atau untuk berpartisipasi dalam pelbagai kegiatan sipil. Hukuman ekonomi dan sensor sosial sudah cukup untuk menjadikan orang Kristen sebagai pusat perhatian. Mereka yang memakai nama-Nya tahu bahwa ada harga yang harus dibayar. Petrus menulis untuk memberikan orang Kristen sumber daya rohani yang mereka butuhkan untuk menangani perlakuan memalukan yang mereka sedang alami. Ia menulis untuk menyiapkan mereka bagi pelbagai pencobaan yang bahkan lebih sulit yang mereka bisa hadapi di masa depan.
Selain penderitaan Kristen, pembacaan dengan cermat 1 Petrus mengungkapkan tema lain yang tidak pernah jauh dari pikiran penulis itu. Itu adalah tema yang terkait dengan penganiayaan dan penderitaan, tema yang bergema di seluruh Perjanjian Baru. Rasul itu menghimbau kepada iman para pembacanya bahwa kedatangan Tuhan dan pemuliaan mereka sudah dekat (1:5, 7, 13; 2:12; 4:7, 13; 5:1, 4, 10). Kejahatan apapun yang mereka alami akan dibalaskan. Tuhan akan datang kembali sebagai Hakim di dunia dan sebagai Pembela mereka. Petrus menulis untuk memperbaharui harapan para pembacanya (1:13). Keyakinan kepada kedatangan Tuhan harus menjadi sumber kekuatan yang mereka butuhkan untuk menghadapi kesukaran yang menyertai iman mereka (3:14). Dua tema yang menyatu dari 1 Petrus adalah penderitaan para pembaca yang pertama dan kedatangan Tuhan yang diantisipasi. Ketika Tuhan kembali, harapan akan terwujud dan sukacita menjadi sempurna (1:6-9).
Alasan mengapa Petrus menulis dapat disimpulkan sebagai berikut: Ia ingin meyakinkan kembali orang Kristen bahwa mereka diberkati ketika mereka mampu untuk berbagi dalam penderitaan Kristus (4:14, 16). Penderitaan harus diantisipasi.
Mereka bisa bertahan karena mereka mengetahui sesuatu yang dunia tidak ketahui; yaitu, Yesus akan datang lagi sebagai Tuhan dan Hakim (lihat 1:17; 4:17). Ketika Ia kembali mereka akan berbagi segala berkat dengan orang-orang yang ditebus. Petrus meyakinkan para pembacanya bahwa, "sebagai hasil iman [mereka]," mereka akan mendapat "keselamatan jiwa [mereka]" (1:9). Seperti Paulus, bagi Petrus, "penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Roma 8:18).
Berkembang dari dua tema utama ini, Petrus menyinggung hal-hal lain yang sangat penting bagi kehidupan orang Kristen. Ia khawatir penderitaan bisa menelurkan sinisme. Sinisme, pada gilirannya, bisa mengarahkan orang Kristen untuk memperlakukan dunia dengan cara yang sama dunia memperlakukan mereka. Rasul itu secara berulang kembali lagi kepada nasihat bahwa mereka harus menjalani kehidupan yang kudus dan baik, jangan pernah menyerah kepada perilaku jahat (2:12; 3:8, 9, 17, 4:3, 15). Orang Kristen menghadapi kebohongan dan penipuan dengan kejujuran secara terbuka. Mereka harus menjawab kebencian dan ejekan dengan kelembutan dan kebaikan (3:9). Jika penderitaan harus datang, Petrus mendorong, semoga itu tidak pernah terjadi oleh karena orang Kristen berbuat tidak adil (3:17; 4:15). Kebaikan, ketundukan, dan pelayanan adalah sifat-sifat yang mereka harus miliki sehingga kebencian dan intoleransi dunia harus jangan menghilangan sifat-sifat itu dari kehidupan mereka. Rasul itu ingin para pembacanya mengingat bahwa mereka adalah orang-orang kudus (1:14-16; 2:9), batu hidup dalam bait Allah, (2:5). Kekudusan adalah ukuran keberha-silan mereka dalam meniru kehidupan yang Yesus pernah jalani. Yesus adalah pola, uJpogrammo/ß (hupogrammos), dalam segala masalah kehidupan. Tidak ada dosa di bibir-Nya; ketika manusia mencaci Dia, Ia tidak mencaci balik (2:21-23). Harus tidak boleh ada dosa di bibir orang percaya; ketika orang-orang mencaci mereka, mereka tidak boleh mencaci balik.
PENULIS SURAT ITU
Dalam kitab-kitab Injil, Simon Petrus terlihat menonjol. Tak satu pun dari para rasul lainnya itu, bahkan juga tidak "murid yang dikasihi Yesus" (Yohanes 21:7), memiliki tempat yang bisa dibandingkan dengan Petrus dalam kisah Yesus. Nama "Petrus" itu sendiri muncul sekitar tujuh puluh kali dalam kitab-kitab Injil. Dalam 26 tempat tambahan , terutama dalam Injil Yohanes, nama "Simon" dan "Petrus" muncul bersama. Tujuh belas kali rasul itu hanya disebut Simon, dan sekali dalam Injil ia disebut Kefas (Yohanes 1:42). Sebaliknya, nama rasul Yohanes hanya disebut sekitar dua puluh kali. Tidak ada orang di luar Yesus sendiri yang memiliki peran besar dalam Injil seperti yang Petrus miliki.
Orang Kristen tidak pernah bosan menceritakan kisah tentang dirinya yang dicatat dalam kitab-kitab Injil, tentang nasihat buruknya yang diucapkan dengan tergesa-gesa, tentang imannya yang goyah, tentang kemanusiaannya yang sederhana, tentang kepercayaannya yang disesali. Adalah Petrus yang mulai berjalan menuju Tuhan di atas air, tetapi dengan iman yang goyah (Matius 14:28-33). Di Kaisarea Filipi, Petrus punya keberanian untuk mengakui, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup" (Matius 16:16), meski ia menerima teguran keras tak lama kemudian (Matius 16:23). Petrus ada di sana ketika mereka mengadili Tuhan. Ketika diberi kesempatan untuk mengakui Tuhannya, ia menyangkal bahwa ia pernah mengenal Yesus dari Nazaret (Matius 26:69-75). Cerita-cerita tentang Petrus menginspirasi orang-orang percaya sekarang ini seperti halnya pada abad-abad yang lalu.
Kita belum selesai dengan Petrus ketika kitab-kitab Injil telah selesai ditulis. Dalam pasal-pasal awal kitab Kisah, kita menemukan seorang rasul yang sudah berubah yang membuka jalan pada Hari Pentakosta. Ia memberitakan khotbah injil yang pertama yang tercatat dalam kitab ini, membuka pintu-pintu kerajaan bagi orang-orang Yahudi (Kisah 2:14-36; lihat Matius 16:19). Di luar ini, ia yang pertama kali membuka pintu iman bagi bangsa-bangsa non-Yahudi dengan berkhotbah kepada seluruh isi rumah tangga Kornelius (Kisah 10; 11). Kemenonjolannya dalam gereja mula-mula, integritas kesaksiannya, dan konfrontasinya yang berani dengan lawan-lawan Yahudi mengingatkan kita kepada kuasa yang Yesus berikan ke atas kehidupan murid-murid-Nya. Dalam kitab Kisah kita melihat hikmat Yesus dalam menamakan orang ini "Petrus" atau "Kefas" (Yohanes 1:42), kata-kata dalam bahasa Yunani dan bahasa Aram yang masing-masing berarti "Batu Karang." Selama rentang waktu sekitar tiga tahun Yesus telah mengubah seorang nelayan yang terombang-ambing menjadi menara kekuatan. Itu bukan hanya terdapat dalam kisah Yesus tetapi juga dalam kisah-kisah dari gereja mula-mula yang dicatat dalam kitab Kisah bahwa pribadi Simon Petrus mendominasi cerita itu.
Dengan mengingat pentingnya Petrus dalam kitab-kitab Injil dan kitab Kisah, maka aneh bahwa dua surat rasul itu kadang-kadang dikesampingkan, hampir dilupakan di antara dokumen-dokumen Perjanjian Baru.2Diapit antara kitab Ibrani dan kitab Wahyu, Surat-Surat Kiriman Umum (Surat-Surat Umum, sebagai sebutan alternatif kita) Yakobus, Petrus, Yohanes, dan Yudas cenderung hilang. Mungkin kekuatan surat-surat Paulus dan peran besar yang surat-surat itu mainkan dalam mendefinisikan doktrin Kristen yang membuat surat-surat Petrus relatif diabaikan. Apapun alasan pengabaian itu, 1 Petrus merupakan bagian penting dari warisan Kristen kita. Mempelajari surat ini dengan penuh doa tidak akan pernah gagal untuk memperkaya iman Kristen. Pesan surat itu melampaui dunia abad pertama yang menghasilkannya.
Kata-kata pembukaan surat itu mengidentifikasi penulis itu sejelas yang bisa kita harapkan. Surat itu dari "Petrus, rasul Yesus Kristus." Atas dasar kesaksian ini dan saksi umum gereja abad kedua, hanya sedikit yang meragukan bahwa Petrus yang sama yang kita jumpai dalam kitab-kitab Injil dan dalam kitab Kisah adalah penulis surat itu yang menyandang namanya.3Seperti yang diharapkan, ada orang-orang yang meragukan, namun bukti yang mendukung pernyataan bahwa Simon Petrus adalah penulis surat itu lebih banyak lagi.
Mereka yang meragukan kepengarangan Petrus atas surat itu berpendapat bahwa kualitas sastranya yang sangat baik adalah lebih baik daripada yang kita akan harapkan dari seorang nelayan Galilea. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa surat itu mencerminkan keadaan perkembangan di dalam gereja setelah pertengahan tahun 60an ketika Petrus mati di Roma.4Selain itu, beberapa orang berpendapat bahwa jika rasul Petrus adalah penulisnya maka ia pasti telah menyelingi himbaunnya itu dengan pelbagai acuan kepada hubungan pribadinya dengan Tuhan.
Memang benar bahwa naskah Yunani untuk 1 Petrus merupakan beberapa yang terbaik dalam Perjanjian Baru. Namun begitu, kita seharusnya jangan mengabaikan fakta bahwa Petrus mengakui Silwanus/Silas sebagai juru tulisnya atau amanuensis (5:12). Silas pertama kali diperkenalkan dalam Kisah 15:22. Meski ia adalah seorang Kristen Yahudi, namun namanya benar-benar berbau Yunani-Romawi. Peran Silas dalam menyampaikan surat yang sensitif itu dari gereja Yerusalem kepada orang-orang percaya non-Yahudi (Kisah 15) dan fakta bahwa ia bergabung dengan Paulus dalam penulisan dua surat Tesalonika (1 Tesalonika 1:1; 2 Tesalonika 1:1) menyiratkan bahwa ia seorang Kristen yang terpelajar, fasih bicara. Atas dasar itu, peranannya dalam penulisan 1 Petrus dapat menjelaskan gaya Yunani luar biasa surat itu.5Jika Silas bertindak sebagai juru tulis bagi Petrus, meski ia meredaksi kembali kalimat Petrus menjadi prosa Yunani yang indah, bagaimanapun tindakan itu tetap membuat surat itu sebagai karya Petrus. Karena Silas adalah seorang nabi (Kisah 15:32), maka menegaskan pengilhaman 1 Petrus tidak mengharuskan orang untuk beranggapan bahwa Petrus telah menuliskan setiap kata itu secara pribadi.
Mengenai keberatan lain bagi kepengarangan Petrus, kita tidak cukup tahu tentang perkembangan gereja mula-mula di wilayah Asia Kecil selama abad pertama untuk menyatakan bahwa 1 Petrus mencerminkan periode setelah pertengahan tahun 60an. Tentang mengapa rasul itu tidak membuat acuan kepada hubungan pribadinya dengan Tuhan, kita tidak bisa bilang apa-apa. Bagaimanapun, kita mencatat bahwa ia menyebut dirinya sebagai "saksi penderitaan Kristus" (5:1; lihat 2:22, 23). Itu cukup. Dengan bukti yang kita miliki di tangan, tidak ada alasan untuk meragukan bahwa surat itu ditulis oleh rasul Petrus.6
TEMPAT TINGGAL PARA PENERIMANYA
Di luar acuan singkat Paulus kepada Petrus dalam Galatia dan 1 Korintus, acuan terakhir kepada Petrus dalam Perjanjian Baru adalah dalam Kisah 15.7Rasul itu bicara dalam apa yang disebut sidang Yerusalem, sekitar 50 Masehi. Kita tidak mendengar apa-apa lagi tentang dirinya dalam kitab Kisah. Apakah yang rasul itu lakukan selama tujuh belas tahun antara tahun 50 dan 67 M., perkiraan waktu kematiannya? Ada acuan yang sangat menarik kepada Petrus dalam surat pertama Paulus kepada jemaat Korintus. Di antara golongan-golongan di Korintus terdapat pihak yang mengaku "dari Kefas" (1 Korintus 1:12). Apakah Petrus pernah berada di Korintus? Paulus tidak sepenuhnya mengatakan bahwa Petrus pernah di sana. Golongan Kefas mungkin diimpor ke Korintus dari Yerusalem atau tempat lain. Kita mengamati bahwa ada juga golongan di Korintus yang mengaku "golongan Kristus." Yesus jelas tidak pernah ke kota itu, setidaknya bukan secara lahiriah. Tidak pasti apakah Petrus pernah ke Korintus secara pribadi atau tidak, tetapi acuan Paulus itu menunjukkan bahwa Petrus telah aktif bekerja di luar batas-batas Palestina. Pertama Korintus 9:5 menyediakan bukti lebih lanjut bahwa Petrus, seperti halnya Paulus, menjadi misionaris yang berpergian.
Kita dapat katakan dengan yakin bahwa Petrus pernah menghabiskan waktu di Asia Kecil. Ia mengalamatkan suratnya kepada empat provinsi besar Romawi yang secara keseluruhan membentuk sebagian besar bangsa Turki moderen. Meski nama Pontus dan Bitinia ditulis secara terpisah di 1 Petrus 1:1, namun dua wilayah itu telah digabungkan menjadi satu provinsi Romawi pada pertengahan abad pertama S. M. ketika Pompey selesai membenahi wilayah itu. Masuk akal untuk menduga bahwa Petrus menyurati gereja-gereja yang tersebar di wilayah ini karena ia mengenal baik mereka secara langsung. Mungkin perjalanan misi Petrus sedang berlangsung pada saat yang sama seperti perjalanan misi Paulus. Jika Petrus dan rekan-rekan kerjanya telah mendirikan gereja-gereja di wilayah yang luas di Asia Kecil, hal itu akan menjelaskan alasan ia mengalamatkan suratnya itu kepada mereka "yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia, dan Bitinia" (1:1).
Urutan di mana provinsi-provinsi itu ditulis mungkin penting. Entah Silwanus/ Silas (5:12) atau beberapa utusan Kristen lainnya mungkin pernah berlayar ke kota Yunani Sinope, yang terletak di pantai Laut Hitam di pusat utara Pontus. Ia mungkin telah melakukan perjalanan ke selatan melintasi provinsi itu menuju Galatia, dari sana ke tenggara menuju Kapadokia, balik lagi ke arah barat menuju Asia, dan kemudian ke arah utara menuju Bitinia di mana ia berlayar kembali dari satu pelabuhan di wilayah itu. (Lihat peta di halaman berikut.) Kemana pun utusan itu pergi, ia akan sudah menemukan orang-orang percaya yang kepada siapa ia akan membacakan surat Petrus itu. Sungguh luar biasa bahwa tampaknya terdapat kantong-kantong orang Kristen yang tersebar di seluruh Asia Kecil pada waktu mula-mula ini.
Provinsi-provinsi yang disebut oleh Petrus mencakup wilayah geografis yang luas. Penduduknya berasal dari beragam kelompok sosial, etnis, dan bahasa. Di hadapan kekuasaan Romawi yang bergerak maju, provinsi-provinsi barat, Asia dan Bitinia, telah diwariskan kepada Roma oleh para raja terakhir mereka bertahun-tahun sebelum kedatangan agama Kristen. Pontus, Galatia, Kapadokia telah ditambahkan kepada kekaisaran itu melalui penaklukan.
Untuk beberapa dekade pertama setelah Roma menambahkan Asia pada tahun 133 S. M., provinsi itu sangat menderita di tangan para penagih pajak Romawi yang rakus. Ketika muncul kesempatan untuk melawan kekuasaan Romawi, penduduk provinsi itu memanfaatkannya. Untuk sekitar dua dekade setelah 88 S. M., Mithridates VI, raja Pontus, melibatkan wilayah itu ke dalam peperangan. Sebagian besar kota di Asia memihak raja Pontic melawan Roma. Pada tahun 60an S. M., Senat Romawi menugaskan Pompey untuk secara tegas menangani Mithridates. Jenderal Romawi itu mengusir raja Pontic, memadamkan kantong-kantong bajak laut di sepanjang pantai selatan Asia, dan mengatur sub-benua itu kira-kira di sepanjang garis provinsi yang sama ketika Petrus menulis suratnya itu. Roma menangani dengan tegas kota-kota yang telah mendukung penaklukan Mithridates. Pada 75 S. M. raja terakhir Bitinia mewariskan kerajaannya kepada Senat dan bangsa Romawi.
Kota-kota di Asia Kecil merindukan kedamaian setelah Mithridates, tetapi mereka tidak menemukan jeda. Perang saudara Romawi mulai berkobar setelah pembunuhan Caesar pada 44 S. M. Para jenderal dan negarawan Romawi menarik pajak tanpa kenal ampun atas kota-kota Asia untuk membiayai bala tentara mereka. Ketika pertempuran sudah berakhir, Augustus muncul sebagai kaisar pada 27 S. M. Ia adalah orang yang menutup pintu-pintu kuil dewa perang Roma Janus dan menetapkan Pax Romana (Kedamaian Roma). Augustus menghentikan pelanggaran pajak yang sangat parah dan membantu kota-kota Asia dan Bitinia dalam membangun pemerintahan yang stabil. Penduduk Asia memuji dia sebagai ilahi. Selama seratus tahun waktu jeda itu dari supremasi Augustus sampai penulisan 1 Petrus, Asia telah mendapatkan kembali kemakmurannya. Asia adalah salah satu permata kekaisaran itu.
Para gubernur Romawi di Asia dan Bitinia/Pontus ditunjuk oleh Senat. Mereka disebut prokonsul/wali negeri karena mereka bertindak sebagai konsul, kantor administrasi utama di Roma. Prokonsul memiliki masa jabatan satu tahun. Mereka berharap menjadi, dan kenyataannya mereka telah menjadi, kaya selama waktu mereka menduduki jabatan itu. Dua prokonsul disebutkan dalam Kisah Para Rasul, Sergius Paulus (13:7) dan Galio (18:12). Provinsi-provinsi yang lebih tua, damai seperti Asia dan Bitinia/Pontus disebut Provinsi Senator karena mereka berada di bawah pemerintahan Senat Romawi. Di dalam kedua provinsi itu terdapat banyak kota berbahasa Yunani. Pada abad pertama, tidak ada hadiah yang lebih tinggi bagi Senat Romawi selain penghargaan menjadi prokonsul Asia.
Untuk waktu yang tak lama Galatia dan Kapadokia pernah diperintah oleh raja-raja yang didukung Romawi, sebagaimana Herodes Yang Agung pernah menjadi raja seperti itu di Palestina. Pada 25 S. M., Galatia telah diatur mejadi provinsi Romawi. Nasib yang sama menimpa Kapadokia pada 17 M. Kedua provinsi itu, Galatia dan Kapadokia, berada di bawah pemerintahan langsung kaisar. Karena kedua provinsi itu lebih dekat dengan perbatasan kekaisaran, maka beberapa legiun Romawi cenderung ditempatkan di atau dekat kedua provinsi itu. Loyalitas legiun adalah kepada kaisar, bukan kepada Senat. Kaisar mengirim utusan pribadi untuk mengatur provinsi-provinsi seperti Galatia dan Kapadokia. Provinsi-provinsi itu disebut Provinsi Kerajaan.
Galatia mendapatkan namanya dari suku-suku Galia yang telah menetap di bagian utara provinsi itu selama abad kedua S. M. Di bagian selatan provinsi itu, ada kota-kota seperti Antiokhia dan Listra yang pemerintahan dan bahasanya menandai mereka sebagai Yunani-Romawi. Kapadokia adalah daerah terpencil. Di provinsi itu tidak ada kota-kota Yunani-Romawi yang penting. Sebagian besar penduduk Kapadokia tinggal di desa-desa kecil yang diatur menurut keturunan suku.
Biasanya gubernur Romawi, apakah prokonsul atau wakil kaisar, tidak berperan banyak dalam masalah sehari-hari penduduk biasa di kekaisaran itu. Kota-kota mempertahankan bangunan-bangunan umum milik mereka, mengawaki satuan polisi, dan memeras pajak untuk pekerjaan umum dan upeti bagi Roma. Mereka diawasi oleh berbagai komite, yang satu untuk pekerjaan umum, yang satu lagi untuk pengawasan perdagangan, dan sebagainya. Kota-kota diharapkan dan menerima sedikit gangguan atau bantuan dari Roma, asalkan ada kedamaian dan pajak dibayarkan. Di provinsi-provinsi yang makmur seperti Asia dan Bitinia/Pontus, tepat di dalam batas-batas kekaisaran, tidak ada legiun yang ditempatkan dan ada sedikit tentara Romawi. Pengetahuan bahwa Roma memiliki kekuatan dan tidak akan ragu-ragu untuk digunakannya adalah cukup untuk membuat para warga segera menyetujui tuntutan Romawi. Kata-kata Petrus dalam 2:13-17 ditulis dengan latar belakang sistem pemerintahan yang multi berjenjang. Beberapa pejabat pemerintahan itu adalah orang Romawi, dan beberapa lagi orang setempat.
Budaya, agama, dan ekonomi provinsi-provinsi itu yang disinggung dalam ayat pembukaan 1 Petrus adalah beragam. Di kota-kota itu terdapat kantong-kantong kebudayaan Yunani. Kota-kota di seluruh Asia dan di sepanjang pantai Bitinia dan Pontus sangatlah banyak dan makmur. Sedangkan di permukiman Galatia dan Kapadokia kota-kotanya sedikit dan kecil. Masuk akal untuk menduga bahwa Petrus, seperti Paulus, mengarahkan upaya pertamanya untuk memberitakan Kristus di kota-kota itu. Kota-kota yang terletak di sepanjang rute perdagangan cenderung memiliki sinagoga di mana injil akan diperdengarkan untuk pertama kalinya. Meski para mualaf pertama kepada Kristus sering berasal dari sinagoga, mereka disusul oleh bangsa-bangsa non-Yahudi yang saleh, yang dalam beberapa kasus, telah menghormati cara hidup orang Yahudi dan sering mengunjungi sinagoga sebelum guru-guru Kristen muncul di tempat itu. Kata-kata Petrus membuat jelas bahwa setidaknya beberapa dari pembacanya yang berlatar belakang kafir telah datang kepada Kristus (1:14, 18).
Sebagian besar orang yang di antaranya para pembaca Petrus menyembah banyak ilah. Beberapa dari mereka adalah ilah-ilah dari dewa Yunani, tetapi yang lainnya memiliki nama-nama aneh seperti Ma, Men, atau Sibele yang berakar pada tempat awalnya. Pada beberapa titik pelbagai praktik keagamaan memudar menjadi sihir dan takhayul. Banyak bukti dari dunia kuno yang masih bertahan yang menunjukkan bahwa takhayul sangat berlimpah di antara penduduk asli yang disapa oleh Petrus. Di mana-mana terdapat mata air suci, semak belukar keramat, dan tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh roh-roh jahat dan roh-roh gentayangan. Beberapa tempat dianggap sebagai tempat di mana orang bisa disembuhkan dari penyakit. Di tempat lain, orang bisa menuliskan kutukan terhadap seorang musuh pada batu tulis, menguburnya di dalam tanah, dan kemudian mengharapkan roh-roh supranatural melakukan perintahnya. Para siswa Perjanjian Baru akan ingat bahwa penduduk Efesus, di bawah pengaruh pemberitaan Paulus, membawa sejumlah besar buku sihir dan membakarnya (Kisah 19:19).
Penyembahan ilah-ilah itu terjalin dalam kehidupan masyarakat di seluruh Asia Kecil. Menjauhkan diri dari korban-korban, perayaan-perayaan, atau permainan-permainan yang didedikasikan untuk para ilah adalah pelanggaran publik. Orang Kristen berkonflik langsung dengan masyarakat penyembah berhala ketika mereka menolak berpartisipasi dalam ritus pesta-pora atau upacara-upacara pengorbanan. Penjualan hasil pertanian di pasar-pasar umum atau menjalankan bisnis kecil seperti penyamakan kulit atau toko tembikar bisa menjadi sulit dilakukan oleh orang Kristen.
Waktu itu agama Kristen adalah baru dan asing di dunia yang Petrus kenal. Dicoba sebisanya, orang-orang percaya mengalami kesulitan untuk menjauhkan tatapan orang banyak dari mereka. Setiap kali terjadi beberapa pencurian yang tak bisa dijelaskan atau kematian di wilayah itu, masyarakat penyembah berhala cenderung menyalahkan agama baru di kota itu. Orang Kristen, tidak diragukan lagi, adalah penyebabnya, mereka berkesimpulan. Ketika terjadi gempa bumi atau bencana kelaparan, sangat mudah untuk menyalahkan orang Kristen karena mengabaikan ritual yang dipersembahkan kepada para ilah. Penderitaan orang percaya, tema utama bagi 1 Petrus, memang dinapasi kehidupan ketika dilihat dalam konteks dunia di mana orang-orang percaya itu hidup.
TANGGAL DAN TEMPAT PENULISAN
Satu-satunya petunjuk yang surat itu berikan tentang kemungkinan keberadaan Petrus ketika ia menulis surat itu adalah dalam 5:13, di mana ia berkata, "Salam kepada kamu sekalian dari "yang di Babilon."Cara alami untuk memahami pernyataan itu adalah bahwa Petrus berada di tempat yang ia sebut Babilon. Artinya tampaknya adalah bawah rekan Petrus di lokasi itu mengirimkan salam mereka (lihat komentar tentang 5:13). Babilon adalah nama sebuah kota yang terkenal di Sungai Efrat, pusat kerajaan yang menghancurkan Yeru salem pada tahun 587 S. M. dan membawa orang-orang Yahudi ke dalam penawanan. Kecenderungan awal adalah memahami kata "Babilon" itu sebagai acuan kepada kota yang terkenal itu. Namun begitu, ada masalah dalam memahami secara harfiah nama itu.
Pertama, tradisi gereja mula-mula adalah seragam dalam mengaitkan Petrus dengan bagian barat Kekaisaran Romawi, bukan dengan Timur. Babilon terletak di Timur Jauh. Selain itu, meski bukti dari dunia kuno memang langka, tampaknya Babilon tidak lebih daripada sebuah desa yang tidak penting pada saat Petrus menulis surat itu.8Ketika kita mempertimbangkan lebih jauh bahwa dalam Wahyu 18:2 rasul Yohanes menggunakan sebutan Babilon ketika mengacukan jatuhnya Roma, kita menjadi kurang yakin bahwa acuan kepada Babilon dalam 1 Petrus itu harus dipahami secara harfiah. Oleh karena keakraban mereka dengan Perjanjian Lama, bagi orang Kristen Babilon adalah simbol permusuhan, kefasikan, sensualitas, dan penindasan.9 Seperti Yohanes dalam Wahyu, Petrus tampaknya mendapatkan Roma sebagai setara secara moral dan spiritual dengan Babilon. Sangat mungkin bahwa para pembaca Petrus akan sudah mengenali Babilon sebagai Roma semudah kita mengenali Dodol sebagai Kota Garut.
Sambil berjalan kita mungkin melihat bahwa dalam periode Reformasi ada orang-orang yang, dalam ketidaksukaan mereka yang sengit terhadap Katholikisme Roma, berusaha untuk mendiskreditkan pengakuan bahwa Petrus adalah paus pertama dengan menyatakan bahwa ia belum pernah berkunjung ke Roma. Beberapa orang dalam periode Reformasi mengambil kata "Babel" dalam 1 Petrus 5:13 secara harfiah, dengan mempertahankan bahwa Petrus menulis suratnya yang pertama dari bagian timur dunia abad pertama. Pandangan ini berlanjut terus dalam beberapa kalangan hingga zaman moderen. Namun begitu, bukti yang ada menentang pendapat itu. Antara lain kita melihat bahwa Silas dan Markus (5:12, 13) adalah nama-nama yang terkait dengan gereja Barat. Kesaksian umum para penulis dalam empat abad pertama gereja, ketika mereka menyinggung sedikit kematian Petrus, adalah bahwa rasul itu mati di Roma.
Sejarawan gereja Eusebius pada abad keempat mengerti bahwa baik Petrus dan Paulus telah menjadi martir pada waktu yang sama saat Nero menjabat kaisar. Nero bunuh diri pada tahun 68 M. Meski mustahil mengetahui berapa lama Petrus berada di Roma, namun tentunya penting bagi dia untuk berada di sana selama beberapa waktu untuk menerima informasi tentang penderitaan yang sedang dialami oleh umat Kristen di Asia. Jelasnya beberapa waktu telah berlalu sejak para pembacanya menjadi orang Kristen, cukup lama bagi penganiayaan itu untuk mulai menelan korban. Tidak ada petunjuk bahwa penganiayaan itu dicetuskan dari Roma; tidak ada penganiayaan di seluruh kekaisaran pada waktu awal ini. Namun begitu, umat Kristen tentunya mulai merasakan adanya pengucilan dan tekanan keuangan yang timbul dari intoleransi lokal terhadap agama baru itu. Akhirnya, butuh beberapa waktu bagi gereja-gereja yang disapa oleh Petrus untuk dewasa hingga ke titik memilih para penatua (lihat 5:1). Meski kita tidak bisa memastikan tanggalnya, namun terkaan terbaiknya adalah bahwa 1 Petrus ditulis menjelang tahun 65 Masehi.
SUSUNAN SURATNYA
Setelah sapaan pembukaan (1:1, 2), Petrus mengikatkan pikirannya sendiri dan pikiran para pembacanya kepada penebusan, pengharapan, dan janji yang selama ini menopang mereka melalui pelbagai kesulitan saat itu. Kalimat demi kalimat membawa para pembaca itu untuk merenungkan akhir zaman, saat-saat terakhir ketika harapan akan terwujud: "lahir kembali kepada harapan yang hidup" (1:3; NASB), "bagian yang tidak dapat binasa"(1:4), "siap untuk dinyatakan pada zaman akhir" (1:5; NASB), "keselamatan jiwamu" (1:9), "keselamatan itulah" (1:10), "penyataan Yesus Kristus" (1:13), "selama kamu menumpang di dunia ini" (1:17), "kamu telah ditebus"bukan dengan barang yang fana" (1:18), "zaman akhir" (1:20), "imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah"(1:21).
Bagian besar pertama surat itu adalah 1:3-2:10. Petrus ingin para pembacanya mengetahui apa artinya menjadi umat yang telah memeluk Kristus. Sebelum mereka mengenal Dia, mereka hidup dalam kebodohan, menuruti hawa nafsu kedagingan (1:14). Dalam Kristus mereka telah menjadi bangsa pilihan, umat milik Allah sendiri (1:1, 2; 2:9, 10). Karena mereka telah dilahirkan kembali, hidup memiliki misi, tujuan, dan akhir. Setelah dibebaskan dari kehidupan lama mereka yang sia-sia, mereka mengantisipasi kesatuan dengan Tuhan.
Setelah mengingatkan para pembacanya tentang harapan mereka kepada kedatangan Tuhan, Petrus mengalihkan perhatiannya kepada pelbagai nasihat yang akan memandu para pembacanya kepada kehidupan Kristen yang lebih lengkap. Bagian dari surat itu, 2:11-4:11, diisi dengan pelbagai perintah, hampir sesering surat Yakobus: "Milikilah cara hidup yang baik" (2:12); "Tuduklah karena Allah" (2:13);
"Hiduplah sebagai orang merdeka" (2:16); "Hormatilah semua orang" (2:17); dan lain sebagainya. Hal ini bukan seolah-olah kedatangan Tuhan terlupakan dalam bagian ini (2:12; 4:7). Kembalinya Tuhan adalah dasar yang darinya Petrus menyampaikan pelbagai nasihatnya. Juga bukan seolah-olah Petrus mengabaikan penderitaan para pembacanya (3:13, 14). Penderitaan adalah dasar bagi seruan pembaharuan kepada kesetiaan (3:15).
Pada bagian akhir surat itu, 4:12-5:11, Petrus kembali kepada tema yang ia bahas dalam 1:3-2:10. Penderitaan muncul kembali dengan intensitas baru. Karena 4:11 berakhir dengan doksologi yang biasa ditemukan pada akhir sebuah dokumen, dan karena bahasa 4:12-5:11 menunjukkan penderitaan yang ekstrim, beberapa orang berpendapat bahwa Petrus bermaksud untuk menyelesaikan suratnya di 4:11. Seorang pakar memeprtahankan bahwa ada dua versi 1 Petrus. Versi yang pertama adalah untuk orang-orang Kristen yang mengalami penganiayaan yang relatif ringan. Orang-orang percaya itu menerima 1 Petrus 1:1-4:11. Versi yang kedua adalah untuk orang-orang Kristen yang mengalami penganiayaan berat. Mereka menerima 1 Petrus 1:1, 2 dan 1 Petrus 4:12-5:14.10Beberapa orang lainnya menyatakan bahwa setelah Petrus menyelesaikan surat itu, ia menerima informasi tambahan tentang pecahnya penderitaan baru yang mengerikan yang menimpa para pembacanya. Dengan informasi baru itu menulis kembali dan menambahkan 4:12-5:11 sebagai lampiran.11Meski kedua usulan itu layak untuk dipertimbangkan, namun pengetahuan kita tentang keadaan di bawah mana Petrus menulis adalah sangat terbatas untuk mencapai kesimpulan yang meyakinkan. Jelas bahwa 1 Petrus 4:12-5:11 menyajikan penderitaan para pembaca Petrus di hadapan kita dengan intensitas yang tidak kelihatan di awal surat itu.
Petrus meyakinkan para pembacanya bahwa jangan satu pun dari mereka yang harus malu untuk menderita sebagai orang Kristen (4:16). Itu adalah salah satu dari tiga kemunculan kata "Kristen" di dalam Perjanjian Baru (lihat Kisah 11:26; 26:28). Bagaimanakah orang Kristen harus bersikap di hadapan tekanan eksternal seperti itu? Dengan mempercayakan "jiwa mereka kepada Pencipta yang setia dalam melakukan apa yang benar" (4:19; NASB). Rasul itu menyisipkan kata-kata arahan yang bermanfaat untuk para penatua (5:1-4), mendorong para pembacanya untuk hidup dengan rendah hati dan tenang (5:5-11), dan kemudian mengakhiri suratnya (5:12-14).
Garis besar berikut ini akan berguna dalam menganalisa surat itu.
GARIS BESAR
I. SALAM: KEPADA ORANG-ORANG YANG DIKUDUSKAN OLEH ROH (1: 1, 2)
II. KESELAMATAN, HASIL IMAN (1:3-2:10)
- A. "Lahir kembali kepada harapan yang hidup" (1:3-5; NASB)
- B. "Dianiaya oleh pelbagai pencobaan" (1:6-9; NASB)
- C. Dilayani oleh para nabi (1:10-12)
- D. Umat yang kudus (1:13-16)
- E. Hendaklah kamu hidup dalam ketakutan (1:17-21)
- F. Lahir dari benih yang tak dapat binasa (1:22-25)
- G. "Sama seperti bayi yang baru lahir" (2:1-3)
- H. Kristus, batu yang hidup; orang Kristen, rumah rohani (2:4-8)
- I. Dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang (2:9, 10)
III. BERPERILAKU SEBAGAI UMAT ALLAH YANG MENDERITA (2:11-4:11)
- A. "Pendatang dan perantau" (2:11, 12)
- B. Ketundukan: bagian penting kehidupan Kristen (2:13-3:7)
- 1. Tunduk kepada penguasa yang memerintah (2:13-17)
- 2. Tunduk kepada tuan (2:18-20)
- 3. Ketundukan Yesus di kayu salib (2:21-25)
- 4. Ketundukan kaum istri kepada suami mereka (3:1-6)
- 5. Pengormatan kaum istri oleh suami mereka (3:7)
- C. Berkat pada mereka yang menderita untuk kebenaran (3: 8-17)
- D. Kematian Kristus bagi dosa-dosa kita (3:18-22)
- E. Persenjatailah dirimu untuk melawan keinginan daging (4:1-3)
- F. Pertanggungjawaban kaum penyembah berhala (4:4-6)
- G. Kesudahannya sudah dekat (4:7-11)
IV. BERBAGI DALAM PENDERITAAN KRISTUS (4 12-5:11)
- A. Berbagi dalam penderitaan Kristus (4:12-16)
- B. Mempercayakan jiwa kepada Pencipta yang setia (4:17-19)
- C. Dorongan untuk para penatua (5:1-4)
- D. Kenakanlah kerendahan hati (5:5-8)
- E. Persaudaraanmu di seluruh dunia (5:9-11)
V. KATA-KATA PENUTUP (5:12-14)
PENERAPAN
Orang Kristen ingin tahu bagaimana pesan 1 Petrus menyentuh kehidupan mereka, bagaimana pesan itu berkontribusi bagi iman mereka, dan bagaimana pesan itu memotivasi mereka untuk berpaling dari dosa dan kepada hidup yang benar. Jenis-jenis pelajaran ini mengalir keluar dari teks 1 Petrus ayat demi ayat, dan sesungguhnya, kata demi kata. Namun begitu, beberapa pelajaran dari 1 Petrus berasal dari penelitian surat itu secara keseluruhan.
Kembalinya Tuhan
Tak satu pun dari para penulis Perjanjian Baru membuat penjelasan yang rinci tentang peristiwa yang akan mengiringi kedatangan Tuhan. Sebaliknya, Petrus dan yang lain-lainnya mendesak orang Kristen untuk mempertimbangkan dengan bijaksana dan sungguh-sungguh pelbagai implikasi kedatangan-Nya kembali.
(1) Karena Tuhan akan kembali, perasaan frustrasi, peduli, dan kekecewaan hidup lebih mudah dipikul. Ketika tubuh menjadi tua, ketika dosa sulit disisihkan, ketika ada terlalu banyak kebencian dan kepahitan di dalam dunia, semua itu akan berakhir. Pelbagai cobaan hidup hanya untuk sementara waktu. Keabadian ada di hadapan orang-orang yang beriman kepada Kristus (1:6).
(2) Karena Tuhan akan kembali, maka apakah orang membantu sesamanya yang kekurangan atau tidak adalah penting. Apakah orang mengatakan kebenaran dan bersikap adil dengan orang lain atau tidak adalah penting. Kehidupan memiliki arti dan arah karena kehidupan mengarah kepada suatu tujuan.
(3) Karena Tuhan akan kembali, orang Kristen memiliki kepastian bahwa Allah terlibat secara langsung dalam masalah dunia ini. Ia tidak akan membiarkan atau meninggalkan anak-anak-Nya (5:7). Orang Kristen hidup dalam rentang waktu kedatangan Kristus yang pertama dan kedatangan yang kedua. Mereka sekarang memiliki kerajaan, namun ada satu kerajaan yang akan diungkapan.
Penderitaan Dan Sukacita
Baik 1 Petrus maupun kitab-kitab lain dalam Alkitab tidak memberikan penjelasan yang lengkap tentang mengapa orang yang tidak bersalah kadang-kadang menderita. Pertama Petrus menyajikan kepada orang Kristen poin-poin untuk dipertimbangkan.
(1) Orang baik menderita bukan melalui kesalahan mereka sendiri karena dunia berada di bawah pengaruh Iblis. Setan berusaha untuk menelan jiwa manusia (5:8). Sejumlah besar orang dunia terjebak di bawah mantra setan. Seharusnya tidak mengejutkan bahwa mereka yang telah menyerah kepada iblis menentang dan menganiaya orang-orang yang telah menyerahkan hidup mereka bagi kebaikan Kristus. (2) Beberapa penderitaan merupakan akibat langsung dari dosa. Ketika itu terjadi, orang Kristen harus bertobat. Allah yang kaya dengan rahmat, akan mengampuni. Dalam beberapa kasus penderitaan dalam hidup ini akan diangkat oleh Allah ketika anak-anak-Nya bertobat dan berbalik kepada Dia. Petrus mendesak para pembacanya untuk hidup sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan menderita oleh karena melakukan kesalahan (2:11, 12; 4:15, 16).
(3) Ketika orang Kristen menderita, mereka mengikuti teladan Yesus. Yesus menderita demi dunia (2:24). Ada pengertian di mana para pengikut-Nya harus berbagi dalam penderitaan-Nya sehingga orang dapat datang kepada iman.
KISAH KHAYALAN TENTANG PETRUS
Ada cerita tentang seorang Kristen yang mengalami mimpi. Dalam mimpi itu ia melihat dirinya sedang diajak di sorga oleh malaikat. Saat ia berjalan sambil mengagumi pemandangan dan menaikkan pujiannya kepada Allah, ia melihat sekelompok orang berkumpul di sebelah kanannya. Ia menanya malaikat pemandunya, "Siapakah orang-orang itu, dan siapakah orang yang mereka kelilingi?" Malaikat itu menjawab, "Orang yang engkau lihat sedang bicara adalah rasul Paulus. Ia sedang menjelaskan kasih karunia Allah yang luar biasa yang diperkenalkan melalui Yesus Kristus. Orang itu itu berkata kepada dirinya sendiri, "Kerumunan ini terlalu terpelajar dan salah bagi saya. Tempat saya bukan di sana."
Mereka berjalan sedikit lebih jauh, dan di sebelah kiri ia melihat satu kelompok lain berkumpul mengelilingi seorang guru. Ia menanya lagi pemandunya, "Siapakah orang-orang ini?" Malaikat itu berkata, "Orang yang sedang bicara itu adalah rasul Yohanes. Ia sedang mengenang malam ketika ia bersandar pada dada Tuhan. Ia sedang memberitahu orang-orang itu tentang kasih yang Allah miliki bagi setiap umat-Nya." Orang itu melanjutkan langkahnya. Orang-orang ini adalah saleh dan baik. Ia merasa bukan bagian orang-orang itu.
Saat mereka berjalan ia melihat kelompok ketiga yang sedang berkumpul. Ia mengajukan pertanyaan yang sama, "Siapakah orang-orang ini?" Pemandu itu berkata, "Orang itu adalah rasul Petrus. Ia sedang memberitahu orang-orang ini tentang malam ketika ia mengkhianati Tuhan." Orang itu berkata kepada dirinya sendiri, "Saya pikir saya akan berhenti di sini. Saya bisa mengaitkan diri dengan apa yang Petrus sedang katakan." Cerita itu adalah khayalan, tetapi cerita itu menjelaskan daya tarik tertentu bahwa orang Kristen memiliki iman dan keraguan, semangat dan kelemahan yang rasul Petrus miliki.
Catatan Akhir:
- 1 Cara menafsirkan 1 Petrus ini dikedepankan, antara lain, oleh Frank L. Cross, 1 Peter: A Pascal Liturgy (London: A. R. Mowbray & Co. Ltd., 1954). Ia memiliki sejumlah pengikut.
- 2 John H. Elliott, "The Rehabilitation of an Exegetical Step-Child: 1 Peter in Recent Research," Journal of Biblical Literature 95 (June 1976): 243-54. Beberapa komentari yang sangat baik tentang surat itu dihasilkan setelah 1976.
- 3 Untuk kesaksian gereja mula-mula, lihat J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), xxxii.
- 4 Bukti bahwa Petrus mati di Roma adalah dari abad-abad permulaan pergerakan agama Kristen dan kuat. Clement dari Roma menyiratkan bahwa Petrus menjadi martir di kota itu (1 Clement 5.4). Ignatius menunjukkan hal yang sama (Ignatius Romans 4.2). Eusebius mengutip Gayus dari Roma dan Dionysius dari Korintus untuk hal yang sama (Eusebius Ecclesiastical History 2.25).
- 5 Wayne A. Grudem membuat argumentasi yang kuat bahwa Silas adalah pembawa surat itu, bukan juru tulis yang membawanya. (Wayne A. Grudem, The First Epistle of Peter: An Introduction and Commentary, Tyndale New Testament Commentaries, vol. 17 [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988], 23-24; lihat juga E. Randolph Richards, "Silvanus Was Not Peter's Secretary: Theological Bias in Interpreting dia Silouanou "e¡graya in 1 Peter 5:12," Journal of the Evangelical Theological Society 43 [September 2000]: 417-32.) Edward Gordon Selwyn telah mendebat dengan meyakinkan bahwa Silas adalah juru tulis yang membawa surat itu. Pelbagai kesamaan 1 Petrus dengan gaya Yunani Koine tinggi secara mendasar menunjukkan bahwa rasul itu memiliki akses kepada seorang juru tulis, apakah Silas atau orang lain. Sepertinya tidak mungkin seorang nelayan Galilea bisa menemukan waktu atau sumber daya untuk menguasai bahasa itu yang terbukti dalam 1 Petrus. (Edward Gordon Selwyn, The First Epistle of St. Peter: The Greek Text, with Introduction, Notes, and Essays, Thornapple Commentaries, 2d ed. [London: Macmillan & Co., 1947; reprint Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981], 11-16.)
- 6 Memang menarik bahwa para pengecam mengambil acuan Petrus kepada transfigurasi dalam 2 Petrus 1:16-18 sebagai bukti bahwa Petrus tidak bisa menjadi penulisnya. Mereka berpendapat bahwa rasul itu tidak akan secara palsu menyisipkan insiden semacam itu dari kitab-kitab Injil. Para pengecam tidak dapat memiliki keduanya.
- 7 Karena Paulus tampaknya telah menulis lebih dulu daripada penulis kitab Kisah, dalam satu pengertian kitab Kisah adalah acuan terakhir kepada Petrus dalam Perjanjian Baru. Namun, dalam hal penyampaian cerita Kisah Para Rasul, titik waktu ketika Paulus mengacukan Petrus dalam surat-suratnya adalah lebih belakangan daripada latar belakang cerita dalam Kisah Para Rasul 15.
- 8 Strabo Geografi 16.1.5.
- 9 Dalam Zakharia 5:5-11, "Kefasikan" ditempatkan dalam sebuah gantang dan dibawa oleh dua perempuan bersayap ke "tanah Sinear." Tanah Sinear, yaitu Babel, adalah tempat bagi semua kefasikan dilenyapkan dari Israel.
- 10 C. F. D. Moule, "The Nature and Purpose of 1 Peter," New Testament Studies 3 (November 1956): 10.
- 11 Lihat, misalnya, J. W. C. Wand, The General Epistles of St. Peter and St. Jude (London: Methuen & Co., Ltd., 1934), 13.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi