Teks -- 1 Korintus 15:34 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> 1Kor 15:1-58
Jerusalem: 1Kor 15:1-58 - -- Sementara orang Kristen di Korintus tidak dapat menerima kebangkitan orang-orang mati 1Ko 15:12. Orang-orang Yunani menganggap gagasan kebangkitan seb...
Sementara orang Kristen di Korintus tidak dapat menerima kebangkitan orang-orang mati 1Ko 15:12. Orang-orang Yunani menganggap gagasan kebangkitan sebagai gagasan yang terlalu kasar, Kis 17:32+, sedangkan orang-orang Yahudi dahulu sudah memfirasatkannya,Maz 16:10, Ayu 19:25; Yeh 37:10, dan kemudian dengan tegas mengajarkannya, Dan 12:2,3; 2Ma 7:9. Dengan maksud menentang pendapat orang-orang Korintus yang salah itu, Paulus bertitik tolak ajaran dasari dari pemberitaan Injil, yaitu: peristiwa Paskah: Yesus wafat dan dibangkitkan, 1Ko 14:3-4 (bdk Rom 1:4; Gal 1:2-4; 1Te 1:10, dll). Ajaran itu diuraikan dengan menyebut sejumlah penampakan Yesus yang dibangkitkan, 1Ko 14:5-11, bdk Kis 1:8+. Dengan bertitik tolak demikian Paulus memperlihatkan betapa pendapat orang-orang Korintus itu tidak masuk akal, 1Ko 14:12-34, bdk 1Ko 15:13+. Kristus dibangkitkan sebagai yang sulung dari antara orang-orang mati dan Iapun akan menyebabkan kebangkitan orang-orang lain, 1Ko 14:20-28, bdk Rom 8:11+. Pada akhir uraiannya Paulus menanggapi kesulitan-kesulitan mengenai caranya orang-orang mati akan bangkit, 1Ko 15:35-53. Seluruh pembahasan itu ditutup dengan pengucapan syukur kepada Allah, 1Ko 15:54-57.
Ref. Silang FULL -> 1Kor 15:34
Ref. Silang FULL: 1Kor 15:34 - mengenal Allah // merasa malu · mengenal Allah: Gal 4:8; Gal 4:8
· merasa malu: 1Kor 4:14; 1Kor 4:14
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Kor 15:20-34
Matthew Henry: 1Kor 15:20-34 - Kebangkitan Kristus; Kebangkitan Orang-orang Kudus Kebangkitan Kristus; Kebangkitan Orang-orang Kudus (1 Korintus 15:20-34)
Pada bagian ini Rasul Paulus meneguhkan kebenaran mengenai kebangkitan da...
Kebangkitan Kristus; Kebangkitan Orang-orang Kudus (1 Korintus 15:20-34)
- Pada bagian ini Rasul Paulus meneguhkan kebenaran mengenai kebangkitan dari antara orang mati, kematian yang kudus, kematian di dalam Kristus,
- I. Mengenai kebangkitan Kristus.
- 1. Karena Kristus benar-benar yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal (ay. 20). Ia telah benar-benar membangkitkan diri-Nya sendiri, dan Ia telah bangkit dengan ciri dan sifat yang sama, sebagai yang sulung dari orang-orang yang meninggal di dalam Dia. Sebagaimana Ia pasti telah bangkit, maka di dalam kebangkitan-Nya terdapat jaminan yang sebenar-benarnya bahwa orang-orang yang telah meninggal di dalam Dia akan bangkit seperti halnya tuaian bangsa Yahudi dahulu diterima dan diberkati melalui persembahan dan penerimaan buah-buah sulung. Sama seperti seluruh adonan juga dibuat kudus oleh pentahbisan roti sulung (Rm. 11:16), begitu juga tubuh Kristus secara keseluruhan, semua orang yang oleh iman telah dipersatukan kepada-Nya, dijamin kebangkitannya oleh ke bangkitan Kristus. Sebagaimana Ia telah bangkit, mereka juga akan bangkit, sama seperti adonan itu kudus karena roti sulung yang juga kudus. Ia tidak bangkit hanya untuk diri-Nya sendiri, tetapi bangkit sebagai kepala untuk tubuh, yaitu jemaat-Nya. Dan mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia (1Tes. 4:14). Perhatikanlah, kebangkitan Kristus merupakan janji dan jaminan bagi kita, jika kita sungguh-sungguh percaya kepada-Nya. Karena Dia telah bangkit, kita juga akan dibangkitkan. Kita menjadi bagian dari adonan yang ditahbiskan, dan akan turut mengambil bagian dalam penerimaan dan perkenanan yang dikaruniakan kepada buah-buah sulung. Ini adalah alasan pertama yang digunakan oleh Rasul Paulus untuk menegaskan kebenaran ini, dan hal ini,
- 2. Digambarkan melalui sebuah perbandingan antara Adam yang pertama dan yang kedua. Sebab sama seperti maut datang oleh satu orang manusia, maka pantas jugalah kalau oleh satu orang manusia datang pula kelepasan dari maut itu, atau kebangkitan orang mati (ay. 21). Jadi, sebab sama seperti dalam persekutuan dengan Adam semua orang mati, demikian pula dalam persekutuan dengan Kristus semua orang akan dihidupkan kembali. Sebagaimana melalui dosa Adam yang pertama manusia mengalami kematian karena semuanya menerima tabiat dosa yang sama darinya, demikian jugalah melalui jasa dan kebangkitan Kristus semuanya memperoleh bagian di dalam Roh dan tabiat rohaniah-Nya, dihidupkan kembali dan memperoleh hidup yang kekal. Semua orang yang mati, mati karena dosa Adam. Menurut pengertian Rasul Paulus, semua orang yang dibangkitkan, dibangkitkan melalui jasa dan kuasa Kristus. Tetapi maksudnya tidaklah bahwa sebagaimana semua orang mati di dalam Adam, maka semua orang, tanpa kecuali, akan dihidupkan di dalam Kristus. Penjelasan Rasul Paulus membatasi makna umum seperti ini. Kristus bangkit sebagai buah sulung, maka semua orang yang menjadi milik-Nya (ay. 23) akan dibangkitkan juga. Oleh karena itu, ini tidak berarti bahwa semua orang akan dibangkitkan tanpa kecuali, melainkan tepatnya semua orang yang bangkit, dibangkitkan karena jasa kebangkitan Kristus, sehingga kebangkitan mereka itu disebabkan oleh manusia Kristus Yesus, sebagaimana kematian semua orang disebabkan oleh manusia yang pertama. Jadi, seperti oleh manusia masuk kematian, oleh manusia pula datang pembebasan. Dengan demikian sesuailah dengan hikmat ilahi bahwa sebagaimana Adam yang pertama menghancurkan keturunannya karena dosa, Adam yang kedua akan membangkitkan keturunan-Nya kepada kekekalan yang mulia.
- 3. Sebelum ia menyudahi pembahasannya, ia menyatakan bahwa akan ada urutan kebangkitan yang dapat diamati. Bagaimana tepatnya urutan itu tidak disebutkan di sini, namun dikatakan bahwa secara umum akan ada urutan. Mungkin orang-orang yang lebih dahulu dibangkitkan adalah mereka yang memiliki peringkat tertinggi dan telah melakukan pelayanan yang paling unggul, atau menanggung penderitaan kejam yang paling memilukan, atau mengalami kematian akibat penganiayaan yang mengerikan, bagi kepentingan Kristus. Di sini hanya dikatakan bahwa Kristus sebagai buah sulung akan dibangkitkan terlebih dahulu, dan sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Tidaklah berarti bahwa kebangkitan Kristus harus terjadi sebelum kebangkitan umat-Nya, supaya kebangkitan-Nya itu diletakkan sebagai dasar. Sama seperti orang-orang yang tinggal jauh dari Yerusalem tidak perlu pergi ke sana dan mempersembahkan buah-buah sulung itu, sebelum mereka dapat menganggap adonan itu kudus. Untuk menguduskan semuanya, mereka hanya perlu memisahkan dan mengkhususkan buah-buah sulung itu sampai buah-buah itu dapat dipersembahkan, yang dapat dilakukan kapan saja sejak saat hari raya Pentakosta sampai hari raya Pentahbisan Bait Suci. (Lihat penafsiran Uskup Agung Patrick atas Bil. 24:2). Persembahan buah-buah sulung inilah yang menguduskan adonan. Dengan demikian adonan itu menjadi kudus karena persembahan itu, walaupun persembahan itu dilakukan sebelum hasil tuaian dikumpulkan, hanya perlu disisihkan untuk maksud persembahan itu, dan kemudian dipersembahkan sebagaimana mestinya. Jadi, sesuai sifatnya kebangkitan Kristus harus mendahului kebangkitan orang-orang kudus-Nya, walaupun ada beberapa di antaranya yang mungkin telah bangkit terlebih dahulu sebelum Dia. Karena Ia telah bangkit, maka mereka bangkit. Perhatikanlah, orang orang yang menjadi milik Kristus harus dibangkitkan karena hubungan mereka dengan Dia.
- II. Rasul Paulus memberikan alasan dengan melihat keberlangsungan dari kerajaan Sang Pengantara, yaitu yang berlangsung sampai semua musuh-musuh-Nya dihancurkan, dan yang terakhir dibinasakan ialah maut (ay. 24-26). Kristus telah bangkit, dan saat kebangkitan-Nya, Ia dipercayakan dengan kerajaan yang berdaulat, yang kepada-Nya telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi (Mat. 28:18), dan dikaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya setiap lutut akan bertekuk di hadapan-Nya, dan setiap lidah mengaku bahwa Dia adalah Tuhan (Flp. 2:9-11). Dan pemerintahan kerajaan ini akan tetap dipegang-Nya sampai semua pemerintahan, kekuasaan, dan kekuatan musuh dibinasakan (ay. 24), sampai semua musuh-Nya diletakkan di bawah kaki-Nya (ay. 25), dan sampai musuh yang terakhir dibinasakan, yaitu maut (ay. 26).
- 1. Alasan ini menyiratkan semua hal-hal khusus sebagai berikut:
- (1) Bahwa Juruselamat kita bangkit dari kematian untuk memperoleh semua kuasa di tangan-Nya dan memegang pemerintahan suatu kerajaan, sebagai Pengantara: Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup (Rm. 14:9).
- (2) Bahwa kerajaan pengantaraan ini akan berakhir setidaknya sampai dapat membawa umat-Nya dengan selamat menuju kemuliaan dan menaklukkan semua musuh-Nya dan musuh-musuh umat-Nya: Kemudian tibalah kesudahannya (ay. 24).
- (3) Bahwa kerajaan itu akan tetap berlanjut sampai segala kekuasaan musuh dibinasakan dan semua musuh diletakkan di bawah kaki-Nya (ay. 24-25).
- (4) Bahwa di antara semua musuh-Nya, maut harus dibinasakan (ay. 26) atau dimusnahkan, kuasa maut atas umat-Nya harus ditiadakan. Sampai sejauh itulah Rasul Paulus memberikan pernyataannya secara jelas, tetapi ia meninggalkan kita untuk menyimpulkan sendiri bahwa orang-orang kudus harus bangkit, kalau tidak maut dan kubur akan berkuasa atas mereka, juga kuasa kerajaan Juruselamat kita tidak akan dapat mengalahkan musuh terakhir umat-Nya dan membatalkan kuasanya. Ketika orang-orang kudus hidup kembali dan tidak dapat mati lagi, maka pada saat itulah maut akan ditiadakan, yang harus terjadi sebelum kerajaan pengantaraan dari Juruselamat kita itu diserahkan kepada Allah Bapa, yang harus terjadi tepat pada waktunya. Oleh karena itu, orang-orang kudus akan hidup kembali dan tidak dapat mati lagi. Inilah tujuan dari penjelasan yang diberikan Rasul Paulus. Akan tetapi,
- 2. Rasul Paulus menyampaikan beberapa petunjuk yang patut diperhatikan, seperti,
- (1) Bahwa Juruselamat kita, sebagai manusia dan sebagai pengantara antara Allah dan manusia memiliki kuasa rajawi yang dipercayakan kepada-Nya, yaitu sebuah kerajaan: Segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya, Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki-Nya (ay. 27). Sebagai manusia, segala kuasa-Nya harus diperoleh dari pelimpahan kuasa. Dan walaupun tugas pengantaraan-Nya itu mengharuskan adanya kodrat ilahi-Nya, namun sebagai Pengantara tidak begitu jelas Ia memiliki sifat-sifat Allah. Ia bertindak sebagai seorang pribadi yang berdiri di antara Allah dan manusia, memiliki kedua sifat itu, manusiawi dan ilahi, sebab Ia harus mendamaikan kedua belah pihak, Allah dan manusia. Ia menerima penugasan dan kuasa dari Allah Bapa untuk bertindak dalam jabatan ini. Sang Bapa tampil di dalam seluruh masa penyelenggaraan ini, dalam keagungan dan kuasa Allah: sedangkan Sang Anak, yang menjadi manusia, tampil sebagai pelayan Bapa, walaupun Ia sendiri adalah Allah sama seperti Bapa. Bagian ini juga tidak boleh dipahami bahwa Ia memiliki kekuasaan kekal atas semua makhluk, karena kekuasaan demikian adalah kekuasaan-Nya sebagai Allah. Jadi bagian ini harus dimengerti sebagai berbicara mengenai suatu kerajaan yang dipercayakan kepada-Nya sebagai Pengantara dan manusia-Allah. Bagian ini juga menyatakan bahwa terutama sesudah kebangkitan-Nya, ketika Ia telah memperoleh kemenangan, Ia akan duduk bersama sama Bapa di atas takhta-Nya (Why. 3:21). Pada saat itulah nubuat itu digenapi, Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus (Mzm. 2:6), mendudukkan-Nya di atas takhta-Nya. Inilah yang dimaksudkan oleh ungkapan yang begitu sering disebutkan di dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru, yaitu tentang duduk di sebelah kanan Allah (Mrk. 16:19; Rm. 8:34; Kol. 3:1, dst.), duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa (Mrk. 14:62; Luk. 22:69), du-duk di sebelah kanan takhta Allah (Ibr. 12:2), duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga (Ibr. 8:1). Duduk di atas takhta ini berarti Ia menjalankan kuasa pengantaraan dan kerajaan-Nya, yang dilaksanakan pada saat Ia naik ke sorga (Mrk. 16:19). Hal ini dibicarakan di dalam Kitab Suci untuk meninggikan Dia sebagai upah atas kehinaan-Nya yang mendalam dan kerendahan diri-Nya dalam menjadi manusia, serta mati bagi manusia di atas kayu salib yang terkutuk itu (Flp. 2:6-12). Pada saat naik ke sorga, Dia telah diberikan kepada jemaat sebagai Kepala atas segala yang ada, diberi kuasa untuk memerintah dan melindungi jemaat terhadap semua musuhnya, dan pada akhirnya membinasakan semua musuh itu dan menyempurnakan keselamatan bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Kuasa ini bukanlah kuasa yang berkaitan dengan diri-Nya sebagai salah satu pribadi Allah. Ini bukanlah kuasa tidak terbatas yang dimiliki-Nya dari awal mula, melainkan kuasa yang dilimpahkan kepada-Nya dan terbatas untuk tujuan khusus. Walaupun Kristus yang memiliki kuasa itu adalah Allah, namun di dalam masa penyelenggaraan ini Ia tidak bertindak sebagai Allah tetapi sebagai Pengantara, Ia menjadi sedikit berbeda dengan Allah. Ia bertindak bukan sebagai Yang Mahabesar yang telah dirugikan, melainkan sebagai pribadi yang membela makhluk-makhluk-Nya yang bersalah. Ia melakukan hal ini atas persetujuan-Nya sendiri dan berdasarkan tugas yang diberikan kepada-Nya, dan Ia selalu bertindak dan tampil dalam sifat-sifat seperti itu. Karena itu, lebih tepat kalau dikatakan bahwa kuasa itu dikaruniakan kepada-Nya. Dapat saja Ia memerintah sebagai Allah dengan kekuasaan yang tidak terbatas, namun sekarang Ia memerintah sebagai Pengantara, dengan kuasa yang dilimpahkan kepada-Nya, dan terbatas untuk tujuan khusus ini.
- (2) Bahwa kuasa kerajaan yang dilimpahkan kepada-Nya pada kesudahannya harus diserahkan kembali kepada Bapa, yang telah melimpahkan kepada-Nya (ay. 24). Sebab kuasa itu diterima untuk melaksanakan tujuan dan maksud yang khusus, yaitu kuasa untuk memerintah dan melindungi jemaat-Nya sampai semua anggota jemaat dikumpulkan dan semua musuh jemaat dikalahkan dan dihancurkan selama-lamanya (ay. 25-26). Ketika semua tujuan ini telah dicapai maka wewenang dan kuasa ini tidak perlu dilanjutkan lagi. Sang Penebus harus memerintah sampai musuh-musuh-Nya dihancurkan serta keselamatan jemaat dan umat-Nya disempurnakan. Ketika tujuan ini tercapai, maka Ia menyerahkan kembali kuasa itu, yang Ia terima hanya untuk tujuan ini, walaupun Ia akan terus memerintah jemaat dan tubuh-Nya yang telah dimuliakan di sorga. Karena itu, dalam pengertian ini dikatakan bahwa Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya (Why. 11:15), bahwa Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan (Luk. 1:33), bahwa kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap (Dan. 7:14). Lihat juga Mikha 4:7.
- (3) Sang Penebus pasti akan memerintah sampai musuh terakhir umat-Nya dibinasakan, sampai maut itu sendiri dilenyapkan, sampai orang-orang kudus-Nya dihidupkan kembali dan memperoleh kehidupan yang sempurna, tidak pernah lagi merasa takut dan ada dalam bahaya maut lagi. Sebelum semua ini tercapai sempurna, Ia akan memiliki semua kuasa di sorga dan di bumi, Dia yang mengasihi kita, memberikan diri-Nya sendiri bagi kita, dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya. Ia yang begitu punya hubungan dekat dengan kita dan begitu peduli kepada kita. Betapa hal ini akan memberikan dukungan dan semangat bagi orang-orang kudus-Nya di setiap saat kesesakan dan pencobaan! Ia yang telah mati namun hidup, dan hidup sampai selama-lamanya akan memerintah, dan akan terus memerintah sampai penebusan umat-Nya di sempurnakan serta semua musuh-Nya dibinasakan sama sekali.
- (4) Ketika semua ini selesai dilakukan, dan segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah kaki-Nya, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua (ay. 28). Saya mengartikan hal ini bahwa pada saat itu manusia Kristus Yesus, yang telah tampil begitu mulia selama pemerintahan kerajaan-Nya akan tampil dan menyerahkan kembali kuasa kerajaan itu kepada Sang Bapa dan tunduk kepada-Nya. Banyak kali hal-hal di dalam Kitab Suci dikatakan akan terjadi ketika dinyatakan atau ditampilkan. Dan penyerahan Kerajaan ini akan menyatakan bahwa Dia yang menampakkan diri dalam kemuliaan raja yang berkuasa selama pemerintahan kerajaan ini akan menaklukkan diri-Nya di bawah Allah. Kemanusiaan yang dimuliakan dari Tuhan Yesus kita, dengan semua kemuliaan dan kuasa yang meliputinya, tidak lebih daripada seorang makhluk yang mulia. Hal ini akan tampak ketika Kerajaan itu diserahkan, dan itu akan terjadi bagi kemuliaan ilahi, supaya Allah menjadi semua di dalam semua, supaya kesempurnaan keselamatan kita dapat tampak ilahi sama sekali, dan Allah sendiri yang memperoleh kemuliaan itu. Perhatikanlah, walaupun kodrat manusiawi harus digunakan di dalam penebusan kita, namun Allah yang harus menjadi semua di dalam semua. Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
- III. Rasul Paulus memberikan alasan untuk mendukung ajaran kebangkitan itu dengan memakai contoh orang-orang yang dibaptis bagi orang mati (ay. 29): Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal? Apa yang akan mereka lakukan jika orang-orang mati itu tidak dibangkitkan? Apa yang telah mereka perbuat? Betapa sia-sianya baptisan mereka! Haruskah mereka mempertahankannya atau meninggalkannya? Mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal, jika orang-orang mati itu tidak dibangkitkan? hyper tōn nekrōn. Tetapi apakah yang dimaksudkan dengan baptisan bagi orang-orang yang telah meninggal ini? Hal ini perlu untuk diketahui supaya alasan yang disampaikan oleh Rasul Paulus dapat dimengerti. Apakah alasan itu hanyalah argumentum ad hominem, atau ad rem, artinya, apakah alasan itu dipakai untuk menyelesaikan bahan perdebatan itu secara umum ataukah hanya ditujukan kepada orang-orang tertentu yang dibaptiskan bagi orang-orang yang telah meninggal. Tetapi siapa yang dapat menafsirkan ayat yang tidak jelas ini, yang walaupun hanya terdiri atas tidak lebih dari tiga kata, di samping kata sandangnya, telah ditafsirkan dengan lebih dari tiga kali tiga pengertian oleh para penerjemah? Tidak ada kesepakatan apa itu yang dimaksudkan dengan baptisan, apakah itu arti yang harfiah atau sebenarnya atau kiasan saja. Seandainya dalam pengertian harfiah, apakah yang dimaksudkan itu yang disebut baptisan Kristen ataukah upacara pembasuhan lainnya. Juga, sedikit saja ada kesepakatan siapa yang dimaksudkan dengan orang-orang yang meninggal itu, atau apa arti kata depan hyper yang digunakan itu. Beberapa orang mengartikannya sebagai kematian Juruselamat kita sendiri, (lihat definisi dalam catatan kaki Whitby). Mengapa orang dibaptiskan dalam nama seorang Juruselamat yang sudah mati, seorang Juruselamat yang berada di antara orang-orang yang mati, jika orang-orang yang meninggal tidak dibangkitkan? Namun, saya yakin yang dimaksudkan itu benar-benar bentuk tunggal dari hoi nekroi yang berarti tidak lebih dari satu orang mati. Inilah arti dari perkataan tersebut yang tidak dijumpai di bagian mana pun juga. Dan kata hoi baptizomenoi (yang dibaptis) tampak jelas berarti beberapa orang tertentu, bukan orang-orang Kristen pada umumnya, dan arti ini pasti demikian jika bentuk tunggal hoi nekroi (yang mati) dipahami sebagai Juruselamat kita. Beberapa orang mengartikan bagian ini sebagai para martir: Mengapa mereka menjadi martir demi agama mereka? Ini kadang-kadang disebut sebagai baptisan darah oleh orang-orang dahulu kala, dan yang oleh Juruselamat kita sendiri disebut sebagai baptisan (Mat. 20:22; Luk. 12:50). Tetapi dalam hal bagaimana orang-orang yang mati sebagai martir bagi agama mereka dikatakan sebagai dibaptis (artinya mati sebagai martir) untuk orang mati? Beberapa orang memahami hal ini, seperti yang dikatakan kepada kita oleh penulis-penulis kuno, sebagai kebiasaan yang dilakukan di kalangan banyak orang yang mengaku Kristen pada abad-abad pertama, di mana mereka membaptis orang atas nama dan sebagai pengganti dari pemeluk agama Kristen yang mati tanpa pernah dibaptis. Namun, bila seandainya takhayul semacam ini sudah begitu lama ada di dalam jemaat, tidak akan mungkin Rasul Paulus tidak akan menyebutnya tanpa menunjukkan rasa tidak senangnya. Ada juga yang memahami hal itu sebagai membaptis orang yang sudah mati, yang katanya merupakan suatu kebiasaan yang telah dilakukan sejak awal. Katanya ini untuk membuktikan bahwa mereka memiliki harapan akan kebangkitan. Pengertian ini berkaitan dengan penjelasan yang disampaikan oleh Rasul Paulus, tetapi tampaknya kebiasaan praktik seperti itu tidak dilakukan pada masa Rasul Paulus. Ada lagi yang memahaminya sebagai orang-orang yang dibaptis demi orang-orang yang mati sebagai martir, yaitu untuk menunjukkan kesetiakawanan dengan mereka yang telah mati untuk agama mereka. Sebagian orang dengan yakin menjadi Kristen dengan melakukan hal ini, dan alangkah sia-sianya menjadi Kristen dengan alasan seperti itu, jika karena agamanya para martir itu kehilangan hidup mereka dan menjadi binasa serta tidak hidup lagi. Namun, besar kemungkinan pada masa itu jemaat Korintus tidak mengalami banyak aniaya, juga tampaknya tidak ada banyak kejadian orang mati sebagai martir, dan juga tidak ditemukan bahwa banyak orang yang menjadi Kristen melalui kesetiaan dan keteguhan para martir. Jadi tampaknya terlalu umum untuk mengartikan ungkapan hoi nekroi hanya sebagai orang-orang yang mati sebagai martir. Ungkapan ini dapat dijelaskan secara mudah seperti ungkapan lain yang pernah saya jumpai, dan memiliki kaitan dengan penjelasan Rasul Paulus ini, yaitu bahwa hoi nekroi menunjuk pada sebagian orang di antara jemaat Korintus yang mati karena tindakan tangan Allah. Kita membaca bahwa banyak di antara mereka yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal (11:30), karena tingkah laku mereka yang tidak pantas pada perjamuan Tuhan. Hukuman ini dapat saja menimbulkan kengerian bagi banyak orang sehingga mereka masuk menjadi Kristen, sama seperti kepala penjara di Filipi yang mengalami gempa bumi ajaib (Kis. 16:29-30, dst.). Orang-orang yang dibaptiskan pada saat kejadian seperti itu mungkin sesuai jika dikatakan dibaptis bagi orang mati, artinya demi kepentingan mereka sendiri. Dan kata hoi baptizomenoi (yang dibaptis) dan hoi nekroi (yang meninggal) saling menjelaskan satu sama lain. Berdasarkan anggapan ini orang-orang Korintus tidak dapat salah mengerti akan apa yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus. “Nah,” ia berkata, “apa yang harus mereka lakukan, dan mengapa mereka mau dibaptis, jika orang-orang yang telah meninggal tidak dibangkitkan? Umumnya kamu percaya bahwa orang-orang ini telah melakukan sesuatu yang benar dan bertindak bijaksana sebagaimana seharusnya pada kejadian ini. Tetapi mengapa mereka mau melakukan hal itu jika orang-orang yang meninggal tidak dibangkitkan? Bukankah mereka malah bisa mempercepat kematian mereka karena dengan berbuat demikian mereka memancing amarah Allah yang cemburu, dan tidak memiliki harapan setelah kematian?” Namun, apakah ini yang dimaksudkan atau mungkin ada arti yang lain, tidak diragukan lagi bahwa alasan dan penjelasan Rasul Paulus itu baik dan dapat dimengerti oleh jemaat Korintus. Yang berikutnya sama jelasnya bagi kita.
- IV. Rasul Paulus memberikan alasan yang melihat tidak masuk akalnya perbuatannya sendiri dan orang-orang Kristen lainnya.
- 1. Betapa bodohnya mereka yang setiap hari membahayakan diri (ay. 30): “Mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya? Mengapa kami membuka diri terus-menerus kepada bahaya, kami orang-orang Kristen, khususnya kami para rasul?” Setiap orang tahu bahwa pada masa itu menjadi orang Kristen itu mengundang bahaya, terlebih lagi bagi seorang pemberita firman dan seorang rasul. “Nah,” kata Rasul Paulus, “betapa bodohnya kami menghadang bahaya ini, jika kami tidak memiliki pengharapan yang lebih baik di balik kematian, jika kami binasa sepenuhnya dan tidak hidup kembali!” Perhatikanlah, Kekristenan akan menjadi suatu pengakuan iman yang bodoh jika tidak menjanjikan harapan untuk kehidupan yang akan datang, setidaknya di dalam masa-masa berbahaya seperti yang dihadapi oleh orang-orang percaya mula-mula. Mereka harus mempertaruhkan semua berkat dan kesenangan kehidupan ini dan menghadapi serta menanggung semua kejahatan dunia ini tanpa harapan di masa depan. Dan apakah ini ciri agama yang layak untuk ditanggung oleh seorang Kristen? Tidakkah ia harus menyesuaikan ciri ini jika ia menyerahkan harapan-harapan masa depannya dan menolak kebangkitan orang mati? Alasan ini ditujukan kepada dirinya sendiri: “Aku katakan, bahwa ini benar” ia berkata, “demi kebanggaanku akan kamu di dalam Kristus, Tuhan kita, demi semua kesenangan di dalam Kekristenan serta semua pertolongan dan dukungan dari iman kita yang kudus, bahwa tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut,” (ay. 31). Ia terus-menerus berada dalam keadaan bahaya maut dan seperti yang biasa kita katakan, ia mempertaruhkan nyawanya. Dan mengapa ia harus membahayakan diri seperti itu, jika ia tidak memiliki harapan setelah kehidupan ini berakhir? Hidup setiap hari dalam bayang-bayang dan bahaya maut, namun tanpa memiliki harapan setelah kematian, tentunya sangat membuat orang ketakutan dan gelisah, dan dalam hal yang dihadapi Rasul Paulus itu, sungguh teramat memilukan. Ia perlu benar-benar yakin sepenuhnya akan kebangkitan orang mati, atau ia akan menjadi sangat bersalah telah membahayakan hidup orang banyak yang dikasihinya di dunia ini serta hidupnya sendiri sebagai taruhannya. Ia telah menghadapi banyak kesulitan besar dan musuh-musuh beringas. Ia telah berjuang melawan binatang buas di Efesus (ay. 32), dan ada dalam bahaya dicabik-cabik oleh orang banyak yang mengamuk, dihasut oleh Demetrius, seorang pengrajin perak, dan tukang-tukang lain (Kis. 19:24 dst.). Sebagian orang mengartikan secara harfiah bahwa Rasul Paulus harus berjuang melawan binatang buas di dalam ampiteater pada suatu pertunjukan Romawi di kota itu. Nikiforos (pujangga Kristen abad pertama – pen.) menceritakan suatu kisah resmi mengenai hal ini dan tentang mujizat indah yang terjadi pada singa-singa yang datang mendekatinya. Namun menurut saya, pencobaan dan keadaan hidupnya yang begitu luar biasa tentunya tidak akan dilewatkan begitu saja oleh Lukas, apa lagi oleh Rasul Paulus sendiri ketika ia memberikan perincian yang begitu luas dan khusus mengenai penderitaannya (2Kor. 11:24 dst.). Ketika ia menyebutkan bahwa lima kali ia disesah orang Yahudi, tiga kali didera dengan tongkat, satu kali dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sangat anehlah kalau ia tidak menyebutkan bahwa ia pernah harus berjuang melawan binatang buas. Oleh karena itu, saya mengartikan bahwa yang dimaksud oleh rasul Paulus dengan berjuang melawan binatang buas ini merupakan ungkapan yang bersifat kiasan. Yang dimaksudkannya sebagai binatang buas itu adalah orang-orang yang berwatak beringas dan tidak manusiawi, dan bahwa hal ini menunjuk kepada perkataan yang telah disebutkannya. “Nah,” ia berkata, “Apakah gunanya semua perjuangan ini bagiku, jika orang mati tidak dibangkitkan? Mengapa aku harus menghadapi maut setiap hari, mengalami bahaya kehilangan nyawa oleh tangan-tangan bengis, jika orang mati tidak dibangkitkan? Dan jika post mortem nihil – jika aku binasa oleh kematian dan tidak mengharapkan sesuatu setelah kematian itu, adakah alasan yang lebih baik lagi?” Apakah Rasul Paulus begitu bodoh? Sudahkah ia memberi alasan kepada jemaat Korintus bila mereka berpikiran demikian tentang dia? Jika ia tidak sungguh-sungguh yakin bahwa kematian itu berguna baginya, maukah ia dengan cara yang bodoh ini membuang nyawanya sendiri? Dapatkah sesuatu selain pengharapan yang pasti akan kehidupan yang lebih baik setelah kematian memadamkan cinta terhadap kehidupan di dalam dirinya sampai sebegitu rupa? “Apakah gunanya hal itu bagiku, jika orang mati tidak dibangkitkan? Apa yang dapat aku janjikan kepada diriku sendiri?” Perhatikanlah, sah-sah saja dan sesuai bagi orang Kristen untuk menjanjikan keuntungan bagi dirinya sendiri atas kesetiaannya kepada Allah. Demikianlah yang dilakukan oleh Rasul Paulus. Begitu jugalah yang dilakukan sendiri oleh Juruselamat kita yang mulia (Ibr. 12:2). Dan begitu jugalah kita diminta melakukan hal yang sama sesuai dengan contoh yang diberikan-Nya, dan mengeluarkan buah kekudusan kita, supaya tujuan hidup kita adalah kehidupan yang kekal. Itulah tujuan iman kita, yaitu keselamatan jiwa kita (1Ptr. 1:9), bukan saja apa yang kita hasilkan, melainkan apa yang menjadi tujuan kita.
- 2. Akan jauh lebih bijaksana untuk menikmati kesenangan hidup ini: Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati (ay. 32), marilah kita menjadi orang yang suka makan enak. Demikianlah yang dimaksudkan oleh Nabi Yesaya (Yes. 22:13). Bahkan marilah kita hidup seperti binatang, jika kita harus mati seperti mereka. Inilah tindakan yang lebih bijaksana jika me mang tidak ada kebangkitan, tidak ada kehidupan atau keadaan sesudah kematian, daripada meninggalkan semua kenikmatan hidup dan membiarkan diri kita mengalami semua kesengsaraan hidup ini, serta hidup dalam bahaya tak putus-putusnya sampai binasa oleh kekerasan yang penuh kebengisan dan kekejaman. Sebagaimana telah saya tunjukkan di atas, ayat-ayat ini juga dengan jelas menyiratkan bahwa orang-orang di antara jemaat Korintus yang menolak kebangkitan itu adalah orang-orang Saduki tulen. Kita mengetahui tentang pandangan-pandangan mereka di dalam tulisan-tulisan kudus, bahwa mereka mengatakan tidak ada kebangkitan, dan tidak ada malaikat atau roh (Kis. 23:8), artinya, “Manusia itu hanya tubuh semata, tidak ada di dalam dirinya yang dapat membuat tubuhnya hidup terus, dan tubuh itu akan hidup kembali begitu orang mati.” Orang-orang Saduki seperti itulah yang didebat oleh Rasul Paulus. Kalau tidak, alasan-alasan yang ia sampaikan tidak akan mempunyai kekuatan. Sebab, walaupun tubuh ini tidak pernah hidup kembali, namun, selama jiwa tetap hidup, ia akan memetik banyak keuntungan dari semua bahaya yang harus ia hadapi demi kepentingan Kristus. Bahkan, pastilah bahwa jiwa akan menjadi tempat utama dan pokok yang menerima kemuliaan dan kebahagiaan sorgawi. Namun, jika tidak ada yang dapat diharapkan setelah kematian, maka tidakkah setiap orang bijaksana akan lebih memilih kehidupan yang mudah dan nyaman daripada hidup yang begitu merana seperti yang dialami Paulus? Bahkan, orang akan berupaya untuk menikmati segala kesenangan hidup sebanyak dan sesering mungkin mengingat hidup ini hanya singkat saja? Perhatikanlah, tidak ada hal lain, selain harapan yang lebih baik sesudah kematian yang memungkinkan orang meninggalkan semua kenikmatan dan kesenangan di dunia ini, dan memilih kemiskinan, kehinaan, kesengsaraan, dan kematian. Begitu jugalah yang dilakukan oleh para rasul dan orang-orang Kristen mula-mula. Tetapi, alangkah malangnya keadaan mereka dan betapa bodohnya perbuatan mereka jika ternyata mereka menipu diri sendiri dan menyalahgunakan dunia ini dengan semua harapan yang palsu dan sia-sia!
- V. Rasul Paulus menutup penjelasannya dengan peringatan, nasihat, dan teguran.
- 1. Suatu peringatan terhadap bahaya bergaul dengan orang-orang jahat, orang-orang yang hidup bebas dan tanpa pijakan yang baik: Janganlah kamu sesat, ia berkata, pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik (ay. 33). Mungkin sebagian dari orang-orang yang mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati adalah orang-orang yang hidup bebas dan berusaha memenuhi perbuatan-perbuatan keji mereka dengan dasar yang sedemikian rusak. Mereka sering menyerukan, Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati. Nah, Rasul Paulus yakin betul bahwa perkataan mereka ini menunjukkan bahwa setelah kematian tidak ada apa-apa lagi. Namun, setelah menyanggah dasar pandangan mereka, sekarang ia memperingatkan jemaat Korintus betapa berbahayanya perilaku hidup orang-orang semacam itu. Ia memberi tahu mereka bahwa mereka mungkin akan dirusak oleh orang-orang itu dan akan jatuh ke dalam cara hidup mereka jika mereka mengikuti prinsip-prinsip yang jahat itu. Perhatikanlah, pergaulan dan perilaku yang buruk sangat mungkin membuat orang menjadi buruk. Barangsiapa ingin menjaga kemurnian hidup mereka menjaga pergaulan yang baik. Kesalahan dan kelakuan jahat sifatnya menular. Jadi, supaya jangan tertular, kita harus menjauhi orang-orang yang berkelakuan seperti itu. Siapa yang bergaul dengan orang bijak akan menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang (Ams. 13:20).
- 2. Inilah nasihat untuk menghentikan dosa-dosa mereka dan menggugah mereka untuk menjalani kehidupan yang lebih suci dan benar (ay. 34): Sadarlah kembali sebaik-baiknya atau sadarlah dengan benar, eknēpsate dikaiōs, dan jangan berbuat dosa atau jangan berbuat dosa lagi. “Sadarlah sendiri, hentikan dosa-dosamu dengan bertobat: tolaklah dan tinggalkan setiap jalan yang jahat, perbaiki apa saja yang salah, dan janganlah karena malas dan bodoh kamu terseret ke dalam pergaulan dan pandangan-pandangan seperti itu yang dapat melemahkan harapan Kekristenanmu dan merusakkan perbuatan-perbuatanmu.” Ketidakpercayaan akan kehidupan yang akan datang menghancurkan semua kebajikan dan kesaleh anmu. Yang terbaik untuk dilakukan dalam menjalankan kebenaran itu adalah berhenti berbuat dosa dan mengarahkan diri pada kegiatan ibadah, serta melakukannya dengan segala kesungguhan. Jika ada kebangkitan dan kehidupan di masa depan, kita harus hidup dan berbuat sebagaimana seharusnya orang-orang yang mempercayai hal itu. Dan janganlah mengikuti pandangan atau gagasan-gagasan bodoh dan kacau yang dapat merusak akhlak kita, karena ini membuat kita hidup bebas dan mencintai perkara-perkara jasmaniah.
- 3. Inilah teguran, dan tajam, yang ditujukan setidaknya kepada beberapa orang di antara mereka: Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu. Sungguh memalukan jika orang-orang Kristen sampai tidak mengenal Allah. Agama Kristen memiliki pengetahuan yang terbaik mengenai Allah, kodrat-Nya, kasih karunia-Nya, dan pemerintahan-Nya. Orang-orang yang mengaku percaya dan memeluk agama ini akan mempermalukan diri sendiri bila terus ada dalam keadaan tidak mengenal Allah. Mereka tidak mengenal Allah adalah akibat kemalasan mereka sendiri dan sikap meremehkan Allah. Tidakkah sangat memalukan bagi seorang Kristen bila ia sampai meremehkan Allah dan sama sekali tidak peduli dengan perkara-perkara yang begitu berhubungan erat dan berharga mengenai Dia? Perhatikan juga, ketidaktahuan akan Allah itulah yang membuat orang tidak percaya akan adanya kebangkitan dan kehidupan setelah kematian. Orang-orang yang mengenal Allah tahu bahwa Ia tidak akan meninggalkan hamba-hamba-Nya yang setia, juga tidak akan membiarkan mereka mengalami kesukaran dan penderitaan semacam itu tanpa balasan dan upah. Mereka tahu bahwa Ia bukanlah pribadi yang tidak setia atau jahat, sehingga melupakan usaha dan kesabaran mereka, pelayanan mereka yang tak henti-hentinya serta sukacita mereka dalam penderitaan, atau membiarkan pekerjaan mereka menjadi sia-sia. Namun, saya cenderung berpendapat bahwa ungkapan itu memiliki arti yang lebih kuat, yaitu bahwa ada orang-orang di antara jemaat Korintus yang tidak percaya adanya Allah sehingga mereka sukar mengakui Allah, atau tidak mau mengakui bahwa ada Allah yang memperhatikan atau peduli dengan urusan-urusan manusia. Hal ini benar-benar merupakan suatu perbuatan yang menurunkan martabat dan memalukan jemaat Kristen mana pun juga. Perhatikanlah, ketidakpercayaan akan adanya Allah sebenarnya bertumpu di atas dasar ketidakpercayaan manusia akan kehidupan sesudah kematian. Orang-orang yang mengakui Allah dan pemeliharaan-Nya serta memperhatikan betapa seringnya orang-orang baik menanggung penderitaan yang buruk, pasti tidak akan merasa ragu mengenai kehidupan setelah kematian di mana segala sesuatu akan dipulihkan menjadi benar.
SH: 1Kor 15:20-34 - Kebangkitan Kristus menjamin hidup kekal kita! (Selasa, 28 Oktober 1997) Kebangkitan Kristus menjamin hidup kekal kita!
Kondisi hidup yang akan dikaruniakan-Nya itu kelak telah bebas dari dosa. Rentetan sebab-akibat. Dosa ...
Kebangkitan Kristus menjamin hidup kekal kita!
Kondisi hidup yang akan dikaruniakan-Nya itu kelak telah bebas dari dosa. Rentetan sebab-akibat. Dosa Adam membuat kita mewarisi dosa asal. Kematian Adam dalam dosa membuahkan kematian kita di dalam dosa. Syukur bahwa Yesus sudah bangkit. Ketaatan dan kebenaran Yesus membuat kita dapat dibenarkan di dalam Dia di hadapan Allah. Kebangkitan Yesus adalah seperti buah sulung yang menandakan bahwa panenan pasti akan tiba. Yesus yang bangkit menjamin bahwa kita akan dibangkitkan, tubuh kita akan diubahkan menjadi tubuh kemuliaan yang sesuai dengan hidup kekal yang dikaruniakan-Nya.
Ia berkuasa di dalamku. Kenyataan hidup ini sudah teramat berat. Tiap hari kita bergumul melawan dosa. Tiap hari kita harus berhadapan dengan berbagai masalah pelik. Untuk apalagi hidup yang sudah sukar dan sulit itu ditambah-berati oleh penderitaan demi Kristus bila Dia tidak bangkit? Tetapi bila ada orang seperti Paulus yang mampu menjaga kekudusan dan tegar berkorban, dari mana datangnya kemungkinan itu bila bukan memang Kristus berkuasa di dalamnya?
Renungkan: Jika sekarang kita mengalami Dia sebagai Raja dalam iman, kelak kita akan bersuka dan bermegah dalam kedatangan-Nya sebagai Raja.
SH: 1Kor 15:20-34 - Faedah buah sulung (Kamis, 2 Oktober 2003) Faedah buah sulung
Kristus telah bangkit sebagai yang sulung menurut urutan
kebangkitan orang-orang yang telah meninggal. Hal ini
mengindik...
Faedah buah sulung
Kristus telah bangkit sebagai yang sulung menurut urutan kebangkitan orang-orang yang telah meninggal. Hal ini mengindikasikan bahwa orang-orang yang telah meninggal namun telah menjadi milik-Nya akan dibangkitkan kemudian. Yang dimaksud adalah waktu kedatangan Kristus yang kedua kali, Kristus datang sebagai Raja dalam pemerintahan-Nya. Ia adalah Raja yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki-Nya. Ia menjadi Raja hingga musuh terakhir dibinasakan yaitu maut. Kristus juga adalah Anak yang menaklukkan diri-Nya di bawah Dia yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah, Sang Pencipta dan Penguasa menjadi semua di dalam semua (ayat 20-28). Demikianlah Paulus menguraikan arti kebangkitan yang benar kepada jemaat.
Ada dua alasan bagi Paulus yang menganggap penting baginya memberikan pemahaman yang benar tentang kebangkitan. Pertama, tujuan dan manfaat baptisan bagi orang mati merujuk pada penggunaan simbol partisipasi Kristen dalam kehidupan kekal. Kedua, menjadi martir tiap-tiap hari dalam menghadapi bahaya maut demi pemberitaan injil. Pengharapan yang mendalam tentang apa yang kita percaya dan beritakan, akan menjadikan baptisan berfaedah dan menjadi martir tidak sia-sia. (ayat 29-32)
Demi mempertahankan kepercayaan pada kebangkitan Kristus yang membawa faedah itu, maka tugas orang-orang Kristen pada masa kini adalah bijak dalam menikmati kehidupan sekarang. Hedonisme dan pergaulan buruk yang mencakup pergaulan bebas dan perbuatan-perbuatan dosa harus segera dibuang dan ditinggalkan. Sebaliknya, nantikan kehidupan kekal yang kita harapkan dengan mawas diri terhadap dosa dan berusaha terus untuk hidup dalam pengenalan yang benar tentang Allah (ayat 33-34).
Renungkan: Memberi diri dibaptis dan menjadi martir demi faedah buah sulung tidak akan sia-sia.
SH: 1Kor 15:12-34 - Pentingnya kebangkitan Kristus (Sabtu, 18 Mei 2013) Pentingnya kebangkitan Kristus
Dalam kekristenan, kebangkitan adalah sangat penting. Fakta bahwa Yesus bangkit pada hari yang ke-3, mempunyai arti ya...
Pentingnya kebangkitan Kristus
Dalam kekristenan, kebangkitan adalah sangat penting. Fakta bahwa Yesus bangkit pada hari yang ke-3, mempunyai arti yang sangat penting. Karena kebangkitan-Nya membuktikan keilahian-Nya.
Persoalan yang terjadi dalam Jemaat Korintus adalah mereka percaya bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, tetapi sulit untuk memercayai adanya kebangkitan orang mati (12, 13, 16). Bagi Paulus, hal ketidakpercayaan akan kebangkitan orang mati ini tidak sepele, karena akan mendistorsi berita kebangkitan Kristus. Dengan kalimat yang tegas ia mengatakan "Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati"(32). Dengan kata lain tidak ada perbedaan antara kehidupan orang Kristen dan orang tidak percaya, karena sama-sama akan mengalami kebinasaan.
Yang membuat perbedaan adalah pentingnya kebangkitan Kristus yang menjadi dasar iman Kristen. Paulus memberikan penegasan kepada mereka bahwa jika Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah pemberitaan para rasul dan iman kita (14). Jika Kristus tidak dibangkitkan maka kita tetap tinggal dalam dosa (17). "kamu masih hidup dalam dosamu". Dosa yang membuat manusia terpisah dari Allah, yang membuat manusia mati dan binasa (21, 22).
Fakta kebangkitan Kristuslah yang membuat setiap orang percaya dibebaskan dari belenggu dosa dan kebinasaan. Inilah perbedaan antara orang yang percaya Kristus dengan yang menolak-Nya, yaitu pengharapan di dalam Kristus. Kebangkitan-Nya membuat kita tidak hidup dalam kesia-siaan tetapi dalam pengharapan, yaitu bahwa kita semua yang percaya kepada-Nya akan dibangkitkan seperti Dia, yang sulung, dibangkitkan (20).
Oleh karena itu kita orang-orang percaya yang telah memiliki kepastian akan kebangkitan Kristus, dituntut untuk hidup dalam kebenaran. Kebenaran inilah yang menuntun kita hidup dalam keteguhan iman, yang diproyeksikan menghasilkan kekudusan dan ketaatan total kepada Allah, sehingga hidup kita ini menyenangkan Dia.
SH: 1Kor 15:12-34 - Menjaga Pergaulan (Kamis, 2 Mei 2019) Menjaga Pergaulan
Setiap orang pasti memiliki kebiasaan. Ada kebiasaan yang baik, tetapi ada juga kebiasaan yang buruk. Terkadang, keadaan memaksa ki...
Menjaga Pergaulan
Setiap orang pasti memiliki kebiasaan. Ada kebiasaan yang baik, tetapi ada juga kebiasaan yang buruk. Terkadang, keadaan memaksa kita agar menghentikan salah satu kebiasaan buruk itu. Tampaknya ini sepele, namun kita tahu bahwa tak mudah melakoninya. karena kebiasaan adalah zona aman dan nyaman kita. Kita semua pasti sepakat bahwa meninggalkan zona itu bukanlah pekerjaan mudah.
Rasul Paulus kembali mengingatkan warga jemaat Korintus untuk tidak berbuat dosa lagi. Peringatan ini masih terkait dengan berita kebangkitan Yesus. Kali ini, tegurannya berhubungan langsung dengan kebiasaan warga jemaat Korintus.
Kebiasaan terbangun melalui pergaulan. Rasul Paulus mengatakan bahwa pergaulan yang buruk akan merusak kebiasaan yang baik. Rasul Paulus hendak menasihati warga jemaat Korintus agar mereka cakap dalam memilih kawan bergaul. Tentu saja, Paulus tidak sedang melarang warga jemaat bergaul. Penekanannya adalah kewaspadaan dalam memilih teman. Sebagai umat tebusan Allah, perilaku jemaat harus mencerminkan kuasa kebangkitan Yesus. Prinsip ini juga berlaku dalam pergaulan.
Warga jemaat Korintus harus menjadi teladan dalam pergaulan dengan masyarakat. Hal ini berlaku juga bagi kehidupan kita saat ini. Sebagai orang Kristen, kita wajib menjadi teladan bagi masyarakat sekitar. Untuk itu, setiap orang Kristen harus memperhatikan dua hal. Pertama, dengan siapa kita bergaul. Kedua, bagaimana cara kita bergaul. Kehadiran kita harus berdampak dan menjadi teladan bagi banyak orang.
Ini bukan berarti kita harus menjadi aneh bagi yang lain. Hidup kita tidak harus menjadi ekstrem sehingga membuat orang lain risih bergaul dengan kita. Prinsipnya, sekali pun kita hidup di dalam dunia, kita tak boleh sama seperti dunia. Kita harus menawarkan sebuah kualitas hidup yang lebih baik. Kita perlu serius dalam menjaga seluruh perilaku hidup di hadapan sesama.
Doa: Tuhan, kami mau menjaga seluruh hidup kami dan menjadi berkat bagi sekeliling kami. [JCP]
Utley -> 1Kor 15:29-34
Utley: 1Kor 15:29-34 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 15:29-3429 Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sam...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 15:29-34
29 Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal? 30 Dan kami juga — mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya? 31 Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar. 32 Kalau hanya berdasarkan pertimbangan- pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "MARILAH KITA MAKAN DAN MINUM, SEBAB BESOK KITA MATI". 33 Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. 34 Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu.
1Kor 15:29 Ayat ini telah menyebabkan masalah besar dalam penafsiran. Kita tidak memiliki bagian-bagian paralelnya dalam Kitab Suci. Kami tidak punya referensi lain untuk praktek ini dalam gereja awal, meskipun ada beberapa bukti sejarah tentang sesuatu yang serupa yang dipraktekkan di antara bidat dari abad kedua dan ketiga. Kita harus mengakui bahwa kita tidak tahu persis secara Alkitabiah merujuk pada apakah hal ini. Beberapa teori adalah:
- 1. Orang Kristen baru yang dibaptis untuk mengambil tempat dari orang Kristen yang mati
- 2. Petobat baru yang dibaptis karena menghormati kekasih-kekasih mereka yang telah mati
- 3. orang dalam katekisasi yang telah meninggal sebelum dibaptis dibaptiskan secara simbolis oleh orang Kristen yang masih hidup
- 4. orang yang baru bertobat dibaptis di atas kuburan tokoh Kristen.
Secara hermeneutis beberapa asumsi perlu diterapkan untuk menginterpretasi ayat ini.
- 1. Ini pada dasarnya adalah dalam serangkaian contoh / ilustrasi dari realitas kebangkitan.
- 2. Orang tidak boleh membangun teologi / doktrin atas dasar ilustrasi.
- 3. Karena tidak ada petunjuk untuk referensi historis yang tepat, teks ini tidak harus ditekankan atau diterapkan dan pasti tidak boleh dijadikan doktrin (yaitu Mormonisme)
- 4. Secara kontekstual bahkan tidaklah pasti jika Paulus menegaskan praktek ini atau hanya membuat kiasan untuk itu (lih. TEV, NJB)
□ "Jika" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL yang digunakan untuk membuat tandingan yang kuat. Naskah Yunani memiliki kata holōs(sebenarnya) dalam ayat ini. Lihat catatan pada 1Kor 5:1.
- NASB NKJV "aku menegaskan"
- NRSV "seyakin-yakinnya"
- TEV "aku katakan"
- NJB "aku bersumpah"
Ini bukan di dalam bahasa Yunani, tetapi dalam konteks kalimat berikut mungkin merupakan sebuah formula sumpah. Paulus cukup sering menggunakan formula sumpah untuk menegaskan kebenaran pernyataannya (lih. Rom 9:1; 2Kor 1:18,23; 11:10-11,31).
□ "Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus" Paulus menegaskan bahwa karyanya di Korintus adalah bukti pekerjaannya bagi Kristus. Kerjanya sungguh layak (lih. 2Kor 3:1-2; 7:4; 9:2-3). Gereja-gereja Paulus merupakan bukti kerasulan dan efektifitasnya.
□ "aku berhadapan dengan maut" Frasa ini ditempatkan pertama dalam kalimat untuk penekanan (lih. 2Kor 5:14-15; Gal 2:20; 1Yoh 3:16). Ayat 1Kor 15:30-32 merujuk pada kesulitan yang dihadapi Paulus dalam pelayanan kepada Kristus (lih. 2Kor 1:8-10; 4:8-12; 6:3-10; 11:23-27). Dia tahu itu tidak sia-sia karena ia sendiri telah melihat Kristus yang dimuliakan di jalan ke Damaskus (lih. Kis 9:1-22; 22:3-16; 26:9-18). Teologia Paulus diinformasikan oleh pengalaman pribadi dan wahyu pribadi (lih. Kis 9:1-22; Gal 1:11-12) dan Perjanjian Lama (pelatihan kerabiannya).
1Kor 15:32 "Kalau" Paulus menggunakan dua KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL untuk mengemukakan pandangan. Jika tidak ada kebangkitan dan tidak ada pahala Kristen, mengapa Paulus mau menderita bagi Injil setiap hari?
□ "aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus" Paulus tidak menyebutkan pengalaman ini dalam litani tentang penderitaan dalam 2Kor 11:23-27, dan karena Paulus adalah warga negara Romawi, dia tidak seharusnya dipaksa untuk melawan binatang buas. Ini pasti merupakan sebuah metafora tentang situasi rohani yang sulit yang dijumpai Paulus di Efesus (lih. 1Kor 1:8-10). Beberapa orang mengambil naskah ini secara harfiah dan menyatakan suatu pemenjaraan di Efesus.
□ "apakah gunanya hal itu bagiku?" Karya Paulus bagi Kristus tidak akan ada efek rohani nya jika tidak ada kebangkitan, baik dari Kristus dan dengan demikian tak ada kebangkitan bagi Paulus. Dia bekerja untuk Injil, tetapi jika Injil tidak benar, tidak akan ada penghargaan (yaitu, tidak ada keselamatan, kebangkitan, tidak ada hidup kekal, tidak ada persekutuan dengan Allah, tidak ada penyatuan dengan orang yang dicintai di surga, lih. 1Kor 15:12-19).
□ "MARILAH KITA MAKAN DAN MINUM, SEBAB BESOK KITA MATI" Ini adalah motto kaum Epikurian. Ini juga merupakan kutipan dari Yes 22:13 (lih. Yes 56:12; Luk 12:19). Hal ini mirip dengan peribahasa saat ini, "Anda hanya satu kali hidup di dunia, maka dapatkan semua xemangat Anda bisa!" Tapi, bagaimana jika ada kebangkitan? Bagaimana jika kita berdiri di hadapan Allah yang Kudus untuk memberikan account dari karunia kehidupan (lih. Dan 12:2)?
1Kor 15:33 "Janganlah kamu sesat" Ini adalah sebuah PRESENT PASSIVE IMPERATIVE yang dinegasikan. Jemaat di Korintus sedang disesatkan oleh teologi yang salah (lih. 1Kor 6:9).
□ "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik" Ini tampaknya adalah sebuah kutipan dari nabi Yunani, Thais Menander, yang berkaitan dengan seorang pelacur. Beberapa klompok pemecahbelah di Korintus bangga atas (1) warisan Yunani-Romawi mereka atau (2) kebebasan seksual. Paulus mengintensifkan sikap mereka dengan mengutip dari filsuf mereka sendiri (lih. ay. 1Kor 15:32). Paulus dibesarkan di Tarsus, yang terkenal dengan sekolah-sekolah filsafat Yunani (lih. Kis 17:28 dan Tit 1:12). Dia secara unik mempelajari dalam Yudaisme kerabian dan pemikiran Yunani sekuler.
□ "merusakkan" Lihat Topik Khusus pada 1Kor 15:42.
- NASB "menjadi orang yang waras"
- NKJV "terjaga untuk kebenaran"
- NRSV "datang ke pikiran yang sadar dan benar"
- TEV "sadarlah kembali sebaik-baiknyar"
- NJB "bangun dari pingsan Anda sebagai Anda harus"
Ini merupakan sebuah AORIST ACTIVE IMPERATIVE. Hal ini tampaknya berarti, "datang ke indera moralmu sekali dan untuk semua."
□ "jangan berbuat dosa lagi!" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE dengan NEGATIVE PARTICLE yang biasanya berarti menghentikan suatu tindakan dalam proses. Jelas bahwa mereka yang menyangkal kebangkitan itu juga hidup dalam kehidupan tak bertuhan. Paulus menggunakan amoralitas mereka sebagai suatu cara untuk menunjukkan validitas yang salah dari pernyataan teologis mereka (yaitu, kebangkitan).
□ "Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah." Dalam bahasa Inggris ini adalah istilah "agnostik." Istilah ini adalah ucapan sarkastis yang halus untuk orang-orang yang memuja pengetahuan yang begitu tinggi. Teologia dan tindakan mereka jelas menunjukkan mereka tidak memiliki pengetahuan yang benar!
Topik Teologia -> 1Kor 15:34
Topik Teologia: 1Kor 15:34 - -- Dosa
Menyangkal Allah dan Kuasa-Nya
Kel 5:2 Ayu 21:14-15 Ayu 22:12-14,17 Ayu 34:9 Maz 10:4,11,13 Maz 14:1,4 Maz 73:11 Maz 79:6 ...
- Dosa
- Gereja
- Langkah-langkah Korektif yang Dilakukan Gereja
- Gereja Menegur Ketidakbijakan
- Gereja Korintus Ditegur karena Kecerobohan Doktrin
- Eskatologi
- Kebangkitan Orang Mati
- Kebangkitan Orang Benar
- Nilai Kebangkitan
- Memotivasi Orang Percaya supaya Hidup Saleh
TFTWMS -> 1Kor 15:29-34
TFTWMS: 1Kor 15:29-34 - Pertanyaan Besar Mengapa? PERTANYAAN BESAR "MENGAPA?" (1 Korintus 15:29-34)
29 Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang m...
PERTANYAAN BESAR "MENGAPA?" (1 Korintus 15:29-34)
29 Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal? 30 Dan kami juga— mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya? 31 Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar. 32 Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati". 33 Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. 34 Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu.
Ayat 29. Para pelajar/pakar Alkitab telah menawarkan banyak cara untuk menjelaskan pelbagai kesulitan ayat ini. Banyak dari cara-cara ini menunjukkan kecerdikan pada sisi ekspositor yang melebihi penjelasan masuk akal yang mereka berikan. Ada sistem doktrin yang seluruhnya bergantung pada penafsiran literal ayat itu. Yang lain berpendapat bahwa gereja Korintus sedang melakukan beberapa jenis baptisan pengganti atas nama orang yang telah mati. Jika demikian halnya, itu adalah satu-satunya catatan di dalam Perjanjian Baru. Selain itu, penjelasan itu menyajikan banyak kesulitan, dengan mengingat cara biasa Paulus menyinggung hal itu dan kemudian meninggalkan subjek itu. Jika orang-orang Kristen itu sedang dibaptis untuk teman-teman atau kerabat non-Kristen yang telah mati, sungguh tidak dapat dibayangkan bahwa Paulus akan menyinggung hal itu tanpa mencoba untuk memperbaikinya. Rasul itu tidak malu dalam menghadapi doktrin Kristen yang menyimpang. Dalam setiap contoh di mana Paulus membahas baptisan (Rom. 6:3-7; 1 Kor. 6:11; Gal. 3:27; Kol. 2:12; Tit. 3:5), ia sedang bicara tentang respons iman pada pihak orang yang dibaptis.
Terlepas dari banyaknya kesulitan tentang gagasan itu bahwa gereja Korintus sedang melakukan baptisan pengganti, namun bagi beberapa ekspositor hal itu menawarkan penjelasan yang paling layak tentang nas itu. Herman Ridderbos menulis, "Ada kemungkinan bahwa ia [Paulus] sedang mengacu kepada pelbagai kebiasaan di antara lawan-lawannya yang ia sendiri tidak bantah."1Agar yang seperti itu menjadi kenyataan, Paulus harus sudah melihat praktik itu tidak berbahaya bahkan jika ia tahu praktik itu tidak ada manfaatnya. Mungkin kata-kata rasul itu Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal menyiratkan ketidaksetujuan atas praktik itu. Orang mungkin mengharapkan penolakan yang lebih tegas atas doktrin itu, bahkan jika hal itu menekankan kembali ajarannya tentang kebangkitan. Namun begitu, Paulus tampaknya memang menjauhkan diri dari praktik itu. Apakah yang akan orang-orang itu perbuat…? Tanyanya—bukan "Apakah yang akan kita perbuat …?" Pengertian pertanyaan itu tampaknya adalah "Apakah gunanya dibaptiskan 'untuk orang mati' jika tidak ada kebangkitan orang mati yang terjadi?" Ini akan menjadi kalimat yang baik: "Beberapa dari orang-orang yang menyangkal kebangkitan melakukan baptisan atas nama orang yang sudah mati. Pengertian apakah yang tindakan itu berikan?"2
Sebagai alternatif, Paulus mungkin sedang mengacu kepada pengertian seseorang tentang nilai baptisan setelah memikirkan orang-orang yang telah meninggal. Orang yang telah percaya kepada Kristus mungkin ingin dibaptis setelah menyadari bahwa, seperti orang lain yang telah meninggal, ia akan mati dan menghadap Tuhan ketika sangkakala terakhir berbunyi. David E. Garland menafsirkan pemikiran Paulus itu sebagai berikut: "Jika tidak ada kebangkitan orang mati, maka baptisan menjadi ritus sia-sia yang secara salah melambangkan sesuatu yang tidak akan terjadi."3Memang, sulit menekan makna itu "melihat kearah/dengan maksud" dari preposisi uJpe÷r (huper), tapi Paulus hampir tidak kebal dalam melebarkan arti kata-kata yang umum digunakan itu.
Masih ada kemungkinan lain yaitu bahwa Paulus memaksudkan baptisan orang percaya sebagai kesaksian terhadap iman orang yang telah meninggal secara tiba-tiba. Seorang yang saleh mungkin saja telah memberi diri untuk dibaptis untuk mengungkapkan iman orang yang telah meninggal dunia. Ia mungkin mengambil tindakan seperti itu sebagai permohonan yang putus asa kepada pengampunan dan anugerah Allah. Latar belakang seperti itu dapat menjelaskan mengapa Paulus tidak membicara- kan hal itu lebih lanjut. Ia mungkin bersikap lunak terhadap kesedihan orang-orang yang telah dibaptis untuk orang mati.
Tidak ada penjelasan yang benar-benar memuaskan bagi kata-kata Paulus itu. Namun begitu, beberapa kesimpulan yang orang-orang telah tarik dari ayat itu dapat diabaikan. (1) Karena kata "meninggal" berbentuk jamak dalam bahasa Yunani, maka ayat tersebut tidak dapat berarti dibaptis atas nama Yesus yang telah mati, seperti usulan beberapa orang. (2) Dengan tidak adanya pengajaran lain di dalam Perjanjian Baru mengenai baptisan bagi orang mati, kita dapat dengan aman mengabaikan pendapat bahwa di dalam diri orang yang dibaptis terdapat kemujaraban untuk membasuh dosa orang lain (lihat Kisah 22:16). Baptisan yang menyelamatkan adalah suatu respons iman dari orang percaya yang bertobat yang sedang dibaptis.
Ayat 30. Dengan mengalihkan perhatiannya dari gereja Korintus kepada dirinya sendiri, Paulus bertanya mengapa ia dan para pengkhotbah lainnya harus membahayakan nyawa mereka demi Kristus jika ada tidak ada kebangkitan dari antara orang mati. Jika rasul Paulus bahkan mempertimbangkan adanya kemungkinan hidup setelah mati tanpa kebangkitan secara jasmani, ia tampaknya tidak melihat adanya validitas atau daya tarik dalam kehidupan akhirat semacam itu.
Bagi para pemikir Yunani, pandangan bahwa tubuh fisik akan tetap hidup setelah kematian dianggap sebagai puncak kebodohan yang keterlaluan. Di Atena, misalnya, rasul itu tampaknya telah menerima respons positif dari para pendengar sampai ia berbicara tentang kebangkitan orang mati (Kisah 17:32). Beberapa lawan Paulus mungkin meragukan kuasa kerasulannya karena dia tidak fasih berbicara (2 Kor. 10:10). Mereka mengklaim bahwa ia tidak memiliki pencerahan filosofis (lihat 1 Kor. 2:6). Tanggapan rasul Paulus terhadap para pengecamnya adalah bahwa apa saja yang ia tidak miliki secara intelekualisme, ia imbangi dengan iman yang tanpa kompromi. Ia siap mati untuk apa yang ia yakini. Para filsuf yang terpelajar tidak siap.
Paulus tidak segan-segan membantah para pengecamnya. Jika ia tidak memiliki hikmat, itu adalah hikmat duniawi. Ia memahami karya Allah melalui kelemahannya untuk menjadi tanda kemuliaan Allah. Ia tidak berpura-pura belajar filsafat. Lebih jauh lagi, keadaan dirinya yang selalu menghadapi bahaya adalah bukti ketergantungannya pada penyediaan Allah. Paulus bertanya kepada orang-orang Korintus itu mengapa mereka menduga dia akan hidup dan mengajar seperti yang ia lakukan jika tidak ada kebangkitan orang mati. Mengapa ia membiarkan dirinya berada setiap saat … dalam bahaya?
Ayat 31. Ketika Paulus berkata, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut, ia bermaksud bahwa ia hidup dalam bahaya yang terus-menerus. Ia menghadapi kemungkinan pemenjaraan atau kematian setiap saat. Ia memiliki musuh di mana saja ia pergi, namun rasul itu beranggapan bahwa penderitaannya untuk injil bukanlah beban (lihat Kisah 9:16; 2 Kor. 11:23-27). Ia rela mempertaruhkan nyawanya untuk kepuasan dan sukacita yang timbul dari menyalanya iman dalam diri orang-orang Kristen seperti yang di Korintus, untuk kemuliaan Allah, dan untuk keselamatan jiwa manusia. Kata nh÷ (nē, "menegaskan"), yang biasanya digunakan untuk memperkenalkan suatu sumpah, hanya ditemukan di sini di dalam Perjanjian Baru. Dengan kata itu rasul Paulus dengan sungguh-sungguh dan dengan tegas membuktikan kebenaran dari apa yang ia tulis. Alkitab REB menerjemahkan ayat ini, "Setiap hari aku mati: Aku bersumpah dengan kemegahanku kepadamu, teman-temanku—karena di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku bermegah akan kamu."
Arti ungkapan kebanggaanku akan kamu menimbulkan banyak pertanyaan. Kata "[milik]mu" (KJV) atau "akan kamu" dalam ungkapan itu bersifat tegas. Pengertiannya adalah "dengan sumpah yang sungguh-sungguh, aku menyeru kepada kemegahanmu." Rasul Paulus mungkin sudah dengan sungguh-sungguh menegaskan bahaya yang dihadapinya dengan mengatakan bahwa hal itu secara pasti sama benarnya dengan "kemegahan" berkat yang mereka miliki di dalam Kristus. Bahasa Yunani membolehkan adanya kemungkinan bahwa acuan Paulus itu bisa jadi untuk kepuasan dan sukacita yang umat Kristen Korintus terima dalam pengakuan iman mereka. Kemungkinan lainnya adalah bahwa rasul itu sedang mengacu kepada kemegahannya sendiri, kepuasan dan sukacitanya sendiri, terhadap mereka. Bagian terakhir dari ayat itu menjelaskan bahwa "kemegahan" yang dibahas ini adalah kebanggaan yang Paulus miliki dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Rasul Paulus mengungkapkan kebenaran dari apa yang ia katakan dengan bersumpah bahwa melalui pemberitaannya mereka berbagi kehidupan dalam Kristus. Itu adalah kemegahan yang dijabarkan dan dimungkinkan oleh keberadaan mereka di dalam Kristus Yesus.
Ayat 32. Dengan mengesampingkan kebangkitan dan harapan untuk hidup kekal yang melekat padanya, Paulus mengakui bahwa ia sadar beberapa orang akan melihat adanya motif tersembunyi dalam kerelaannya untuk mempertaruhkan nyawanya. Beberapa orang akan mengatakan bahwa rasul itu bertindak berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia (kata a¡nqrwpon, kata anthrōpon; 15:32), yaitu, untuk prestise atau ambisi apa saja yang ia miliki sebagai pemimpin dalam komunitas Kristen. Rasul Paulus menyangkal bahwa "pertimbangan-pertimbangan manusia" menjadi dasar bagi apa yang telah ia tanggung. Di Korintus nyawanya pernah berada dalam bahaya (Kisah 18:12); sekarang, sejauh tiga ratus kilometer lebih di seberang Laut Aegea, risiko itu tak kunjung lenyap. Ia, sudah, dapat berkata, Aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus.
Para penulis dengan pola pikir Stoic terbiasa berbicara dari pengalaman yang tidak biasa atau pengalaman berbahaya seperti "bertarung melawan binatang buas."4
Sepertinya mustahil yang Paulus maksudkan adalah bahwa ia secara harfiah dibawa ke dalam arena untuk bertarung melawan binatang, meski beberapa orang telah menerima itu sebagai maksud Paulus. Ia mungkin tidak akan selamat dari siksaan semacam itu; hanya sedikit yang selamat. Paulus telah menghadapi beberapa ujian berat di Efesus, meski ia tidak menjelaskan secara terinci tentang apa bentuk pencobaan itu. Ia menghabiskan waktu sekitar tiga tahun di Efesus (lihat Kisah 20:31), namun tidak jelas berapa lama ia sudah berada di sana sebelum menulis surat 1 Korintus. Ia pastinya tidak sedang mengacu kepada kerusuhan yang dipimpin oleh para perajin logam, karena itu merupakan saat ketika ia meninggalkan kota itu (Kisah 19:24, 25; 20:1; lihat 2 Tim. 4:14).
Pelbagai pencobaan Paulus memberi kesaksian bahwa tidak akan ada alasan untuk menyerahkan diri pada pelbagai cobaan berat seperti itu jika tidak ada kebangkitan dari antara orang mati. Tanpa harapan terhadap kehidupan yang akan datang, pelbagai penderitaan semacam itu tidak memiliki keuntungan. Sebaliknya, perbuatan yang terbaik akan berupa perbuatan kaum hedonis:5"Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita akan mati" (Yes. 22:13d). Fatalisme dalam pernyataan ini telah mendarah daging dalam pola pikir masyarakat di banyak tempat dalam dunia Yunani-Romawi. Pengertiannya adalah "Jika Anda tidak percaya kepada kebangkitan dari antara orang mati, bersikaplah cukup berani untuk meneruskan pemikiran Anda itu kepada kesimpulan logisnya. Nikmatilah kesenangan tanpa makna apa pun yang Anda dapat temukan untuk saat ini karena semua yang masa depan miliki adalah kematian.
"Ungkapan-ungkapan seperti kata Latin diem carpe ('menangkap hari') tertanam dalam filosofi yang sama. Jika kematian dan liang kubur adalah satu-satunya masa depan yang orang dapat harapkan, maka waktu adalah hal yang paling penting.
Ayat 33. Mereka yang menyangkal kebangkitan secara jasmani bagi orang-orang yang diselamatkan di akhir zaman adalah pengaruh jahat yang Paulus ingin para pembacanya hindari. Tampaknya, beberapa orang Kristen Korintus telah menolak kebangkitan secara jasmani itu dengan terlalu santai. Memang sulit untuk mere- konstruksi dengan tepat kesulitan yang Paulus hadapi di Korintus. Para pembaca modern dibiarkan berspekulasi, namun beberapa orang percaya di Korintus mungkin telah mengklaim bahwa mereka telah mengalami kebangkitan. Dengan beberapa kombinasi antara kesalahpahaman dan distorsi yang disengaja, mereka mungkin mengklaim Paulus sudah mengajarkan bahwa memberi diri dibaptis menghasilkan kebangkitan kepada kehidupan yang baru (lihat Rom. 6:4). Karena mereka percaya bahwa diri mereka telah dibangkitkan dan duduk bersama Kristus, maka mereka tidak takut terhadap kemesuman atau dosa. Paulus membantah gagasan ini dengan mengemukakan kembali sebuah prinsip penting; ia membuat jelas bahwa pengakuan yang orang Kristen buat tidak dapat dipisahkan dari moralitas yang mereka praktikkan.
Pepatah "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik" telah sampai ke era modern dari beberapa tempat dalam literatur sekuler kuno. Kata-kata yang Paulus kutip di sini biasanya dikaitkan dengan Menander dari Atena (sekitar 300 S.M.).
"Pergaulan yang buruk" (oJmili÷ai kakai, homiliai kakai) yang dibahas di sini menyangkut pergaulan yang orang jalin dan keyakinan yang ditimbulkan yang orang itu anut. Terjemahan dalam Alkitab KJV, "Komunikasi yang jahat merusak perilaku yang baik," mengandung kebenaran; tapi subjek rasul itu lebih inklusif daripada kata-kata yang diucapkan. Kata "baik" adalah terjemahan dari kata sifat crhsto÷ß (chrestos), yang mengacu kepada pengertian "moral." Kata itu secara umum berarti "berguna," tetapi dalam konteks ini artinya terkait dengan "menjadi baik secara moral dan kebajikan."6
Bergaul dengan dan mendukung seseorang untuk berbuat jahat—bahkan dukungan verbal, yang Paulus siratkan—adalah sama dengan berpartisipasi dalam kejahatan. Kata-kata tanpa dapat dihindarkan lagi tersaring menjadi perilaku kehidupan seseorang. Makna ini "sesuai [dengan] gagasan moral bangsa Israel dan Yunani sebagai ekshibisi kegunaan dalam struktur sosial politik."7
Ayat 34. Paulus menghimbau gereja Korintus untuk meninggalkan penolakan bodoh mereka terhadap kebangkitan secara jasmani ketika Tuhan datang kembali. Sadarlah kembali sebaik-baiknya, tulisnya, dan jangan berbuat dosa lagi! Bentuk present tense Yunani menunjukkan bahwa selama mereka mentolerir doktrin palsu, hubungan mereka dengan Kristus berada dalam bahaya. Dosa tidak terbatas pada pelanggaran seperti mencuri dan berbohong. Keyakinan juga bisa berdosa, ketika kita mungkin menerima keyakinan yang menolak doktrin-doktrin fundamental. Sungguh malu gereja Korintus itu, mereka telah menyetujui dan berkompromi dengan ajaran-ajaran yang menunjukkan kurangnya pengetahuan tentang Allah. Paulus bersedia menghimbau para pembacanya demi kebaikan mereka. Demikian pula, ia menyampaikan pujian saat ada hal-hal yang patut dipuji dan penolakan saat situasi memintanya. Tujuannya bukan untuk menjadi populer, tetapi untuk memimpin saudara-saudara ini menjadi saleh.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah...
Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.
Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:23--21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.
Tujuan
Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini:
- (1) Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.
- (2) Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.
Survai
Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja yang para anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Kor 3:1-3) dan tidak secara tegas memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Kor 6:17) - masalah seperti sifat memecah belah (1Kor 1:10-13; 1Kor 11:17-22), toleransi terhadap dosa seperti perzinaan (1Kor 5:1-13), kebejatan seksual pada umumnya (1Kor 6:12-20), perkara hukum sekular antara orang Kristen (1Kor 6:1-11), pikiran manusiawi tentang kebenaran rasuli (pasal 15; 1Kor 15:1-58) dan perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13; 1Kor 10:1-33). Paulus juga menasihati orang Korintus tentang perkara yang berkaitan dengan hal membujang dan perkawinan (pasal 7; 1Kor 7:1-40), ibadah bersama, termasuk Perjamuan Kudus (pasal 11-14; 1Kor 11:1--14:40), dan pengumpulan uang bagi orang-orang kudus di Yerusalem (1Kor 16:1-4).
Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus terdapat pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks ibadah bersama (pasal 12-14; 1Kor 12:1--14:40). Lebih dari lain tempat dalam PB, pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap sifat dan unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-mula (bd. 1Kor 14:26-33). Paulus menunjukkan bahwa maksud Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi Roh yang terjadi melalui orang percaya yang setia (1Kor 12:4-10) dan orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu (1Kor 12:28-30) -- keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1Kor 12:12-27). Ketika memberikan pedoman bagi fungsi bersama karunia rohani, Paulus membuat suatu perbedaan yang penting antara hal membangun pribadi dan hal membangun segenap anggota (1Kor 14:2-6,12,16-19,26), dengan menegaskan bahwa semua manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar dari kasih (pasal 13; 1Kor 13:1-13) dan berada demi pembangunan orang percaya yang sedang berhimpun (1Kor 12:7; 1Kor 14:4-6,26).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini:
- (1) Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab lain dalam PB. Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus memberikan prinsip rohani yang jelas dan kekal (lih. Garis Besar), di mana setiap prinsip itu dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat (mis. 1Kor 1:10; 1Kor 6:17,20; 1Kor 7:7; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:31-32; 1Kor 14:1-10; 1Kor 15:22-23).
- (2) Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus, dan karunia-karunia rohani.
- (3) Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai pokok penting seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (pasal 7; 1Kor 7:1-40); Perjamuan Kudus (1Kor 10:16-21; 1Kor 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan karunia rohani dalam perhimpunan bersama (pasal 12, 14; 1Kor 12:1-31; 1Kor 14:1-40); kasih agape (pasal 13; 1Kor 13:1-13); dan kebangkitan tubuh (pasal 15; 1Kor 15:1-58).
- (4) Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala sidang berhubungan dengan disiplin gereja (pasal 5; 1Kor 5:1-13).
- (5) Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka yang berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh (1Kor 6:9-10; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:5-12,20-21; 1Kor 15:1-2).
Full Life: 1 Korintus (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(1Kor 1:1-9)
I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20)
...
Garis Besar
- Pendahuluan
(1Kor 1:1-9) - I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20) - A. Perpecahan dalam Jemaat
(1Kor 1:10-4:21) - 1. Empat Golongan
(1Kor 1:10-17) - 2. Penyebab Perpecahan
(1Kor 1:18-4:5) - a. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hikmat
(1Kor 1:18-3:4) - b. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Pelayanan Kristen
(1Kor 3:5-4:5) - 3. Imbauan untuk Berdamai
(1Kor 4:6-21)
Prinsip: Jemaat sebagai tubuh Kristus (bd. 1Kor 12:12-20) tidak
boleh terpecah-belah menjadi bagian-bagian yang terpisah
(1Kor 1:10,13) - B. Masalah-Masalah Moral dalam Jemaat
(1Kor 5:1-6:20) - 1. Masalah Perzinaan dan Disiplin Gereja
(1Kor 5:1-13) - 2. Masalah Perkara-Perkara Hukum Sekular di Antara Orang-Orang Kristen
(1Kor 6:1-11) - 3. Masalah Kebejatan Seksual
(1Kor 6:12-20)
Prinsip: Kamu yang telah dipersatukan dengan Tuhan, hendaknya
berperilaku baik supaya membawa hormat bagi Dia
(1Kor 6:17,20) - II. Jawaban Terhadap Pertanyaan yang Ditulis Dalam Surat dari Jemaat Korintus
(1Kor 7:1-16:9) - A. Pertanyaan Mengenai Perkawinan
(1Kor 7:1-40) - 1. Perkawinan dan Hal Hidup Membujang
(1Kor 7:1-9) - 2. Tanggung Jawab Kristen dalam Perkawinan
(1Kor 7:10-16) - 3. Prinsip Kepuasan Hati
(1Kor 7:17-24) - 4. Nasihat kepada Orang yang Tidak Menikah
(1Kor 7:25-38) - 5. Pengarahan Tentang Nikah Ulang
(1Kor 7:39-40)
Prinsip: Allah memberikan sebagian orang karunia menjadi seorang
suami atau istri; kepada orang lainnya, Ia berikan karunia
untuk tinggal membujang demi kepentingan kerajaan-Nya
(1Kor 7:7,32) - B. Pertanyaan Mengenai Penggunaan Kemerdekaan Kristen
(1Kor 8:1-11:1) - 1. Masalah Makanan yang Dipersembahkan kepada Berhala
(1Kor 8:1-13) - 2. Disiplin Paulus dalam Menggunakan Kemerdekaannya
(1Kor 9:1-27) - 3. Peringatan Terhadap Percaya Diri yang Berlebih-lebihan
(1Kor 10:1-13) - 4. Ketidaksesuaian Pesta Penyembahan Berhala dengan Meja Tuhan
(1Kor 10:14-23) - 5. Beberapa Prinsip Umum dan Nasihat Praktis
(1Kor 10:24-11:1)
Prinsip: Lakukan segala sesuatu untuk membawa kemuliaan kepada
Allah; jangan melakukan sesuatupun yang bisa menyebabkan
orang lain tersandung (1Kor 10:31-32) atau mungkin saudara
didiskualifikasi dari pertandingan (1Kor 9:24-27) - C. Pertanyaan Mengenai Ibadah Bersama
(1Kor 11:2-14:40) - 1. Tudung Kepala Wanita dalam Jemaat
(1Kor 11:2-16) - 2. Sikap dalam Mengikuti Perjamuan Tuhan
(1Kor 11:17-34) - 3. Karunia-Karunia Rohani
(1Kor 12:1-14:40)
Prinsip: Segala sesuatu harus dilakukan secara sopan dan teratur
(1Kor 14:40) - D. Pertanyaan Mengenai Kebangkitan
(1Kor 15:1-58) - 1. P. Bagaimana Mungkin Ada Orang yang Mengatakan Bahwa Tidak Ada
Kebangkitan Orang Mati? (1Kor 15:12) - J. Kepastian Kebangkitan
(1Kor 15:1-34) - 2. P. Bagaimanakah Orang Mati Dibangkitkan? Dan dengan Tubuh Apakah
Mereka Akan Datang Kembali? (1Kor 15:35) - J. Sifat Tubuh Kebangkitan
(1Kor 15:35-57) - 3. Kesimpulan Terhadap Pertanyaan Itu
(1Kor 15:58)
Prinsip: Kebangkitan Kristus dari kematian menjamin kebangkitan
mereka yang menjadi milik Kristus ketika Ia datang kembali
(1Kor 15:22-23) - E. Pertanyaan Mengenai Pengumpulan Uang bagi Orang Kudus
(1Kor 16:1-9) - Pengarahan-Pengarahan Akhir
(1Kor 16:10-24)
Matthew Henry: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan me...
- Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan memanjang sempit yang menghubungkan wilayah semenanjung Peloponesus dengan wilayah Yunani lainnya di bagian Selatan. Kota ini memiliki dua pelabuhan yang berhubungan. Pelabuhan yang pertama terletak di bagian bawah Teluk Korintus yang dinamakan Lekheum, tidak jauh dari pusat kota, dari tempat itu mereka berniaga sampai ke Italia dan negeri-negeri di sebelah Barat lainnya. Pelabuhan satunya terletak di bagian bawah Sinus Saronikus, yang disebut Kengkrea, yang letaknya sedikit lebih jauh, dari tempat itu mereka berdagang ke arah Asia. Melihat keadaan ini, tidak heran kalau Korintus berkembang menjadi sebuah kota perniagaan yang besar dan sangat makmur. Karena kayanya, kota ini cenderung menghasilkan barang-barang mewah dari berbagai jenis, dan tidak heran jika tempat yang begitu terkenal akan kekayaan dan seni itu juga menjadi terkenal akan kebejatannya. Secara khusus kota ini terkenal karena percabulannya. Begitu terkenalnya percabulan di kota itu, sehingga perkataan perempuan Korintus diartikan dalam sebuah pepatah sebagai “pelacur.” Kata korinthiazein, korinthiasesthai, yaitu mempermainkan orang Korintus, maksudnya melacur atau bersundal. Namun, di dalam kota yang cabul inilah Rasul Paulus, oleh berkat Allah atas pekerjaan-pekerjaannya, menanam dan mendirikan sebuah jemaat Kristen, khususnya di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi. Melihat sejarahnya, mungkin sekali ini yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 18:1-18. Bandingkan dengan beberapa bagian dari surat kerasulan ini, khususnya pasal 12:2, di mana Rasul Paulus berkata kepada mereka, Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, walaupun sangat mungkin banyak juga orang-orang Yahudi yang bertobat dan percaya kepada Injil ada di antara mereka, sebab kita tahu bahwa Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya (Kis. 18:8). Selanjutnya rasul Paulus masih tinggal di kota ini sampai hampir dua tahun lamanya, sebagaimana dijelaskan di dalam Kisah Para Rasul 18:11 dan kemudian bandingkan dengan ayat 18. Pekerjaannya sangat berhasil karena dikuatkan dengan suatu penglihatan ilahi yang meyakinkan dia bahwa Allah memiliki banyak umat di kota ini (Kis. 18:9-10). Ia juga tidak biasa tinggal lama di suatu tempat di mana pelayanannya tidak diterima dan tidak berhasil.
- Beberapa waktu kemudian, setelah ia meninggalkan mereka, ia menulis surat kerasulan ini kepada mereka. Dengan surat tersebut ia hendak mengairi apa yang telah ia tanam dan memperbaiki beberapa kekacauan besar yang terjadi selama ia tidak berada di sana. Kekacauan itu sebagian ditimbulkan oleh kepentingan sejumlah pengajar palsu yang ada di antara mereka, dan sebagian lagi karena pengaruh lama dari perilaku dan pengajaran lama mereka yang sebenarnya belum tersingkir sepenuhnya oleh asas-asas Kristen yang mereka pegang. Dari beberapa kesalahan yang ditegur oleh Rasul Paulus, sangat jelas kelihatan bagaimana kemakmuran mereka berperan dalam menghancurkan akhlak mereka. Kesombongan, ketamakan, kemewahan, dan hawa nafsu (turunan alamiah dari pikiran duniawi dan rusak), semuanya disuburkan dan didorong oleh kekayaan jasmaniah. Dengan semua ini seluruh jemaat atau beberapa orang tertentu di antara mereka ditegur oleh Rasul Paulus. Kesombongan mereka terungkap dengan sendirinya di dalam pesta-pesta dan kelompok-kelompok mereka, serta ketidaktertiban mereka yang terkenal buruk di dalam menggunakan karunia-karunia rohaniah mereka. Kebejatan ini tidak sepenuhnya disuburkan oleh kemakmuran mereka, tetapi juga oleh pikiran mereka yang dipengaruhi oleh pengajaran dan filsafat Yunani. Beberapa naskah kuno menunjukkan kepada kita bahwa kota ini dipenuhi oleh orang-orang ahli pidato dan ahli-ahli filsafat. Orang-orang ini dari sifat pembawaannya itu sudah melakukan kesia-siaan, penuh dengan kesombongan diri, dan suka me rendahkan ajaran Injil yang sudah sangat jelas, karena dianggap tidak dapat memuaskan rasa ingin tahu dan watak mereka yang suka berbantah, serta tidak dapat menyenangkan telinga mereka dengan pidato-pidato yang berseni disertai aliran kata-kata yang indah. Keserakahan mereka diwujudkan di dalam berbagai gugatan hukum dan tuntutan perkara tentang meum – hakku, dan tuum – hakmu, di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah. Kemewahan mereka tampak dalam berbagai hal, di dalam pakaian-pakaian mereka, di dalam pesta makan minum mereka yang berlebihan, bahkan juga di dalam perjamuan Tuhan yang mereka selenggarakan, karena orang-orang kaya, yang lemah dalam perkara ini, juga bersalah, sebab dengan berbuat begitu mereka dengan angkuh telah menghina dan berbuat jahat terhadap saudara-saudara mereka yang miskin. Hawa nafsu mereka bahkan merebak di dalam perbuatan yang paling mencolok dan keji, yang belum pernah disebut-sebut di antara bangsa-bangsa lain, tidak pernah dibicarakan tanpa diikuti oleh rasa kebencian, yaitu bahwa ada seorang laki-laki yang hidup dengan istri ayahnya, sebagai istrinya, atau melakukan perbuatan cabul dengan perempuan itu. Tampaknya hal ini memang merupakan kesalahan dari satu orang tertentu, namun jemaat secara keseluruhan disalahkan karena tidak menunjukkan rasa kebencian yang mendalam terhadap perbuatan itu, sehingga jemaat membiarkan begitu saja kejahatan akhlak yang sangat rusak dan perilaku yang begitu memalukan di antara mereka. Keterlibatan mereka di dalam dosa orang ini akan menjadi semakin besar, seperti yang dituliskan di dalam beberapa naskah kuno, jika mereka berbangga diri dengan pengajaran dan kefasihan orang yang melakukan percabulan dengan anggota keluarga sendiri itu. Tampak jelas dari bagian-bagian lain surat kerasulan ini bahwa mereka tidak sepenuhnya bebas dari kecenderungan lama mereka untuk berbuat cabul, sehingga merasa tidak perlu terlampau ketat untuk berjaga-jaga dan menegur percabulan itu dengan keras (lihat 6:9-20). Kesombongan atas pengetahuan mereka juga membawa banyak orang di antara mereka untuk menjadi tidak percaya dan membantah pengajaran mengenai kebangkitan. Sangat mungkin bahwa mereka memperlakukan pertanyaan ini sebagai suatu bahan perdebatan, seperti yang banyak mereka lakukan dalam berfilsafat, dan menguji keterampilan mereka dengan memperdebatkannya untuk mendukung dan menentang.
- Dari banyak hal yang dinyatakan di sini, tampak bahwa ada banyak hal yang memang pantas untuk dicela dan perlu diperbaiki di dalam jemaat ini. Di bawah tuntunan dan pengaruh Roh Kudus, Rasul Paulus menempatkan dirinya untuk melakukan kedua hal itu dengan kebijaksanaan dan kesetiaan sepenuhnya, serta dengan campuran kelemahlembutan dan kewenangan yang semestinya, seperti layaknya seorang yang begitu ditinggikan dan menduduki kedudukan yang penting di dalam jemaat. Setelah pendahuluan yang singkat di bagian permulaan surat kerasulan ini, pertama-tama Rasul Paulus menegur adanya perselisihan dan perpecahan di antara mereka, menjelaskan asal-usul dan sumbernya, menunjukkan kepada mereka betapa sombong dan sia-sianya kebohongan ilmu dan pengetahuan serta kefasihan lidah dari rayuan pengajar-pengajar palsu yang turut menimbulkan perpecahan yang memalukan itu. Ia juga meminta perlunya kepatuhan kepada perintah-perintah ilahi, pengajaran Allah melalui Roh-Nya, baik melalui pewahyuan dari luar maupun pencerahan dari dalam sebagai penangkal terhadap kejahatan yang memenuhi mereka. Paulus menunjukkan kesia-siaan dari ilmu pengetahuan dan kefasihan mereka dalam banyak hal. Ini ia lakukan melalui empat pasal pertama. Pada pasal yang kelima, ia membicarakan perkara orang yang berbuat cabul dengan anggota keluarganya, dan memerintahkan supaya orang itu dijauhkan dari antara mereka. Seperti yang dikatakan berbagai catatan kuno, sangatlah mungkin bahwa orang yang berbuat cabul ini adalah seorang pembesar dan menjadi kepala dari salah satu kelompok yang setidaknya ada di antara mereka. Tampaknya Rasul Paulus menuduh mereka merasa bangga dengan perbuatan orang ini (ay. 2). Di dalam pasal yang keenam Rasul Paulus menyalahkan tindakan mereka yang membawa tuntutan-tuntutan hukum ke hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah, sementara perselisihan mereka mengenai harta milik sebenarnya dapat diputuskan dengan baik di antara mereka sendiri. Di dalam bagian penutup pasal ini ia memperingatkan mereka akan dosa percabulan, dan ia mendesakkan peringatan-peringatannya dengan berbagai pesan. Di dalam pasal yang ketujuh, ia memberikan nasihat atas sebuah perkara yang menyangkut hati nurani, yang pernah ditanyakan oleh beberapa orang dari jemaat itu di dalam sebuah surat, yaitu mengenai perkawinan. Ia menunjukkan bahwa perkawinan telah ditentukan oleh Allah sebagai penangkal terhadap percabulan, bahwa ikatan perkawinan itu tidak boleh dibatalkan, walaupun seorang suami atau istri tetap menjadi orang yang tidak percaya kepada Allah, sementara pasangannya telah menjadi seorang Kristen. Singkatnya, Kekristenan tidak melakukan perubahan atas keadaan dan hubungan hak perseorangan. Di sini ia juga memberikan beberapa petunjuk mengenai para gadis, sebagai jawaban atas pertanya-an-pertanyaan orang Korintus. Di dalam pasal yang kedelapan ia mengatur mereka tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala, dan memperingatkan mereka supaya tidak menyalahgunakan kebebasan Kristen mereka. Dari hal ini ia juga mengambil kesempatan untuk sedikit membicarakan pengaturannya sendiri atas pokok bahasan mengenai kebebasan ini. Sebab, walaupun ia dapat menuntut biaya hidup dari jemaat-jemaat yang ia layani, ia melepaskan haknya atas tuntutan ini, supaya ia boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan di samping itu mematuhi dan menyesuaikan diri dengan perasaan dan keadaan orang-orang yang ia layani, demi kebaikan mereka. Pada pasal yang kesepuluh, sesuai dengan contoh yang diambil dari orang-orang Yahudi, ia melarang mereka supaya jangan menjalin persekutuan dengan para penyembah berhala dengan cara memakan persembahan-persembahan mereka. Sebab pada waktu yang bersamaan mereka tidak dapat memperoleh bagian dalam perjamuan Tuhan dan sekaligus juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Memang mereka tidak perlu mempersoalkan daging yang dijual di pasar daging, atau atas segala sesuatu yang dihidangkan di hadapan mereka dalam pesta yang diadakan oleh orang-orang yang tidak percaya, apakah makanan itu merupakan bagian dari persembahan kepada berhala atau tidak, mereka bebas untuk makan tanpa bertanya mengenai itu. Di dalam pasal yang kesebelas ia memberi petunjuk mengenai kebiasaan mereka di dalam kebaktian umum, menyalahkan ketidakteraturan dan kekacauan mereka yang memalukan dalam menerima perjamuan Tuhan. Dengan sungguh-sungguh ia memperingatkan mereka akan penyalahgunaan ketetapan yang sangat kudus ini. Di dalam pasal kedua belas ia membahas karunia-karunia Roh, yang dicurahkan dengan limpah kepada jemaat ini, di mana tidak sedikit mereka merasa ditinggikan. Di dalam pasal ini ia memberi tahu mereka bahwa semua karunia berasal dari sumber yang sama, dan semuanya ditujukan kepada maksud yang sama. Karunia-karunia itu datang dari Roh yang satu dan dimaksudkan untuk mendatangkan kebaikan bagi jemaat, dan jika tidak dipakai untuk melayani sesuai dengan tujuan ini, berarti karunia itu telah disalahgunakan. Pada bagian penutup pasal ini ia memberitahukan mereka bahwa karunia-karunia itu memang sesungguhnya adalah karunia yang sangat berharga, namun ia menunjukkan kepada mereka sesuatu yang jauh lebih utama lagi, yang ia uraikan di dalam pasal ketiga belas, untuk memuji dan menghargai perbuatan kasih. Dan kemudian, di dalam pasal keempat belas ia mengajarkan kepada mereka bagaimana menjaga kesopanan dan ketertiban di dalam jemaat di dalam menggunakan karunia-karunia Roh mereka, yang tampaknya telah menjadi sangat kacau karena kesombongan mereka atas karunia-karunia itu dan kesia-siaan yang mereka lakukan dengan cara memamerkan semua karunia itu. Pasal kelima belas digunakan untuk menegaskan dan menjelaskan pengajaran yang agung mengenai kebangkitan. Pasal terakhir terdiri atas beberapa nasihat khusus dan salam, dan dengan demikian surat kerasulan ini ditutup.
Jerusalem: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi
dalam perang ...
SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi dalam perang dengan orang Roma, dalam tahun 146 seb. Kr. Dalam tahun 44 ia dilahirkan kembali oleh kaisar Sesar sebagai suatu kolonisasi Romawi, tempat menampung para bekas pradjurit.
Letaknja pada genting tanah, hanja 8 km lebarnja, jang menghubung Semenandjung Peloponesus dengan daratan Junani, dengan pelabuhan jang baik disebelah-menjebelah genting tanah itu, membuat kota itu mendjadi pusat lalu- lintas Laut-Tengah dan kota dagang jang ramai. Pemerintahan Roma mengangkatnja mendjadi ibu kota propinsi Achaja. Dizaman Paulus penduduknja kira-kira 600.000 orang, sebagian besar terdiri dari orang-orang Romawi dan Junani, tetapi terdapat golongan-golongan dari hampir segala bangsa keliling Laut-Tengah. Golongan Jahudi rupanja sangat besar djuga. Tidak ada penduduk asli, melainkan semua pendatang, sehingga segenap penduduk merupakan suatu tjampuran pelbagai bangsa dan persatuan kemasjarakatan longgar sadja. Tiap-tiap golongan ada agamanja dan memelihara kebudajaannja sendiri.
Susunan sosialpun aneh. Dua pertiga dari penduduk terdiri dari budak-belian atau bekas budak-belian. Rakjat djelata jang lain umumnja miskin pula. Djumlah orang-orang kaja tidak besar.
Kota ini dewasa itu terkenal djuga dimana-mana sebagai jang paling buruk achlaknja dalam segala bidang. Perajaan ibadat kepada Afrodite, dewi agung kota itu, jang tiap-tiap hari dilakukan, setjara resmi bergandengan dengan pertjabulan umum. Dapat dimengerti bahwa Paulus, ketika ia tiba disitu dalam tahun 50 atau 51, lalu dari dekat mengenal kerendahan taraf kesusilaan itu, harapannja akan berhasil disini sangat ketjil. Rupanja perlu Kristus sendiri menabahkannja. Pada suatu malam Tuhan menampakkan diri kepadanja serta berkata: djangan engkau takut-takut; berbitjaralah dan djangan mendiamkan diri; Aku tetap sertamu; tak seorangpun jang akan berhasil berbuat djahat padamu; sebab kaum milikku dikota ini djumlahnja banjak sekali (Kis. Ras. 18:9). Lalu Paulus tinggal kira-kira 18 bulan. Pada golongan Jahudi ia berhasil sedikit sekali, tetapi dari golongan-golongan lain, chususnja dari orang Junani "banjak jang pertjaja dan dipermandikan" (Kis. Ras.18:8). Umat berkembang pesat dan kegiatan serta semangat iman nampak baik sekali. Paulus dibantu oleh Silas dan Timoteus.
Tentang perkundjungan Paulus jang pertama kepada Korintus dan terdirinja umat disitu batjalah Kis. Ras. 18:1-17. Perkembangan umat selandjutnja dan chususnja perkembangan batiniah, kita akan saksikan dalam membatja kedua surat kepada umat itu, jang ditulis 6 dan 7 tahun sesudah umat mulai didirikan.
Sesudah Paulus meninggalkan Korintus, datang disitu seorang bernama Apolos sebagai pengadjar Indjil. Ia seorang Jahudi jang lahir dan dididik di Aleksandria, berpendidikan tinggi, pandai berpidato dan mahir dalam Kitab Kudus. la sudah tahu banjak tentang Kristus dan Indjil, tetapi hanja dipermandikan dengan permandian Joanes Pemandi. Ia tiba di Efesus ketika Paulus tidak ada disitu, tetapi mempeladjari Indjil lebih luas dan dalam pada Priskila dan Akuila, dan dipermandikan disitu. Lalu ia pergi mengadjar ke Korintus. Batja Kis. Ras. 18: 23-28.
Karena kemahirannja dan keindahan gaja bitjaranja, orang-orang Korintus merasa amat tertarik kepadanja. Ia berhasil mejakinkan baik orang Jahudi maupun penduduk-penduduk lain, sampai banjak bertobat.
Sementara itu Paulus memulai perdjalanannja jang ketiga dalam tahun 54. Kira- kira dalam tahun 55 ia sampai ke Efesus dan menetap disitu 2 atau 3 tahun. Apolos pergi bertemu dengan dia disitu, tentu untuk memberi laporan tentang pekerdjaannja dan keadaan umat di Korintus. Dari I Kor. 5:9-13 dapat diduga, bahwa waktu itu Paulus sudah menulis satu surat kepada umat itu, jang tidak tersimpan.
Kemudian, dalam tahun 56 atau permulaan 57, datang suatu utusan dari umat Korintus ke Efesus untuk memperbintjangkan kesulitan-kesulitan dalam umat dan mengantar suatu surat dengan persoalan-persoalan untuk dipetjahkan dengan resmi oleh Paulus. Hal itu mendjadi alasan bagi Paulus untuk menulis surat jang berdjudul "Surat pertama R.P. kepada umat Korintus", singkatnja: I Kor. Surat ini kaja berisi dan penting sekali, karena didalamnja beberapa misteri pokok dibitjarakan setjara luas dan mendalam. Paulus berbitjara sebagai "gembala sedjati" atas nama Kristus kepada umat Kristus, karena tjintanja kepada Kristus dan umat. Djiwa Kristus jang telah mendjadi djiwa Paulus mendjiwai seluruh surat, dan tak boleh tidah mendjiwai tiap pembatja jang berminat.
Surat ini mendjadi pedoman tak ternilai bagi pimpinan Geredja untuk segala abad, dan bagi masing-masing pribadi mendjadi sumber pengetahuan dan pengertian jang mendalam, lagi dorongan untuk menghajati Indjil dalam tjinta murni kepada Allah, Kristus dan sesama manusia. Seperti Paulus didorong oleh tjinta Kristus, demikian pembatja merasa terdorong oleh tjinta Kristus jang hidup dalam Paulus. Tidak mengherankan bahwa umat jang begitu pesat tumbuhnja menundjukkan lagi tjiri-tjiri kekanak-kanakan dan keremadjaan. Tak mungkin matang dalam keseluruhannja dalam kira-kira 5 tahun.
Biarpun Roh Kudus melimpah-limpahkan kurnia-kurnia jang istimewa kepada umat ini, adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil tidak segera meresap dalam-dalam sampai segala tjara berpikir, perasaan dan kebiasaan kafir melenjap sampai dengan akarnja. Kita akan menjaksikan itu dalam membatja surat, dan tentu dengan banjak faedah bagi diri kita sendiri, setjara meluas dan memperdalam pandangan kita, untuk mengetahui bagaimana patut dan dapat kita mewudjudkan tjita-tjita Indjil dengan sempurna.
Tidak perlu kami memaparkan disini hal-hal itu dalam perintjian- perintjiannja.
TFTWMS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) PASAL 15 ARTI KEBANGKITAN
Skeptisisme agama modern bertanya, "Akankah manusia memiliki kesadaran utuh setelah mereka mengalami kematian?" B...
PASAL 15 ARTI KEBANGKITAN
Skeptisisme agama modern bertanya, "Akankah manusia memiliki kesadaran utuh setelah mereka mengalami kematian?" Baik Paulus maupun gereja Korintus tidak menanyakan pertanyaan itu. Agama populer di kalangan orang Yahudi dan Yunani berasumsi bahwa kesadaran manusia akan tetap ada setelah mengalami kematian fisik. Kepedulian Paulus malah lebih spesifik. Ia menegaskan bahwa setelah mereka yang ditebus di dalam Kristus mati, mereka akan hidup dalam bentuk tubuh dengan Tuhan di dalam kerajaan sorgawi Allah. Gagasan utamanya adalah tentang berbentuk tubuh. Kata "kebangkitan" itu sendiri menunjukkan bahwa tubuh yang diletakkan di dalam kubur akan keluar, sama seperti Yesus sudah keluar dari kubur.
Paulus berbeda dengan agama Yunani yang populer ketika ia menegaskan bahwa kembalinya Tuhan dan akhir zaman Kristen akan disertai dengan kebangkitan tubuh. Pada saat yang sama, ia mengiyakan bahwa sifat tubuh itu akan berbeda dari tubuh kedagingan (15:42, 43). Rasul itu tidak mengklaim dapat menjawab semua pertanyaan tentang kebangkitan; tapi ia menegaskan bahwa berbicara tentang "tubuh" yang seperti hantu dan tidak berwujud akan menjadi ungkapan yang berkontradiksi.
Meski agama Yunani tidak menolak pandangan bahwa manusia fana tetap hidup setelah kematian, namun pandangan tradisional Yunani sangat berbeda dengan pandangan orang-orang Yahudi sezaman Paulus. Pahlawan dalam The Odyssey menghadapi orang mati, yang dikatakan "hidup dalam satu malam melankolis yang panjang."1 Odysseus mengalami adegan sedih tentang para hantu dan siluman yang memohon korban-korban manusia.
Hampir setiap kehidupan di dalam dunia sinar matahari dan hujan dianggap lebih disukai daripada alam Hades yang kelam (a'ˆdhß, hadēs), tempat orang mati. Meski kata Ibrani loav (sheὀl) memiliki beberapa nuansa yang berbeda dalam Perjanjian Lama, namun Yehezkiel berbicara tentang tempat tinggal orang mati dengan cara yang tidak seperti hadēs dalam pemikiran Yunani. Tempat itu dianggap sebagai tempat yang suram di mana raja-raja pagan dan gerombolan mereka masuk ke sana setelah mereka dibunuh oleh orang-orang benar (Yeh. 32:18-21). Kehidupan yang telah bangkit, menurut Paulus, akan menjadi kuat dan pada saat yang sama memiliki kepastian dan tidak memiliki penderitaan zaman ini.
Selama berabad-abad, orang-orang Yunani telah terbiasa memasukkan ke dalam kuil mereka dewa-dewa baru yang dibawa kepada mereka dari luar negeri. Mereka merasa mustahil untuk menangani Allah orang Yahudi dengan cara yang sama. Bapa Yesus Kristus tidak seperti dewa-dewa Yunani karena Ia mengaku sebagai satu-satunya Allah. Bagi banyak orang Yunani, hal itu menyinggung perasaan. Mereka memandang orang Yahudi sebagai orang yang sangat sombong dalam klaim yang mereka buat tentang Allah mereka.
Beberapa orang Kristen Korintus yang memiliki akar budaya Yunani telah lama dianggap lamban untuk meninggalkan dewa-dewa lama mereka. Mereka enggan untuk melepaskan diri secara penuh dari kehidupan masyarakat lama mereka, di mana pelbagai korban dan hidangan di kuil adalah penting (8:9, 10; 10:14). Ketika mantan pemuja dewa-dewa Yunani memeluk Kristus sebagai Tuhan, mereka mengerti bahwa monoteisme datang bersama komitmen baru; namun mereka merasa sulit untuk meninggalkan pemikiran filosofis Yunani. Yang mereka anggap sulit untuk dilepaskan adalah pandangan dunia yang sudah mendarah daging. Gagasan tentang hidup setelah mati sangat penting bagi pandangan dunia itu. Bentrokan antara konsep Yunani dan konsep Kristen tentang kehidupan setelah kematian tidak dapat dihindari.
Dimulai dengan 7:1, Paulus telah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang gereja Korintus telah kirim kepada dia melalui sebuah surat yang disampaikan oleh tiga anggota mereka sendiri (16:17). Ia telah memperkenalkan pertanyaan terpisah mereka dengan kata-kata "sekarang tentang" (7:1; 8:1; 12:1; NASB). Tampaknya rasul itu telah sampai pada pertanyaan terakhir orang-orang Korintus diajukan; itu menyangkut kebangkitan orang mati. Sifat penting yang Paulus lekatkan pada pertanyaan ini mungkin telah menyebabkan dia terburu-buru membahasnya tanpa formula pengantar yang ia gunakan sebelumnya.
Satu kemungkinan lain adalah bahwa ia menghindari ungkapan tersebut karena surat yang ia terima dari Korintus tidak berisi pertanyaan tentang kebangkitan. Dalam hal ini, rasul itu pasti telah mengetahui dari keluarga Kloe adanya beberapa pandangan yang berbeda di Korintus (1:11), dari ketiga orang yang membawa surat itu, atau dari sumber lain. Namun begitu, upayanya yang sistematis untuk membahas pelbagai masalah yang diajukan kepada dia dari pasal 7 dan seterusnya dapat menunjukkan bahwa kekhawatiran tentang kebangkitan adalah juga merupakan salah satu pertanyaan yang mereka telah ajukan.
TFTWMS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) PENERAPAN(1 KORINTUS 15)
Jenis Tubuh Apa?
Selama berabad-abad, orang-orang skeptis mencemooh umat Kristen karena kepercayaan mereka terhadap kebangk...
PENERAPAN(1 KORINTUS 15)
Jenis Tubuh Apa?
Selama berabad-abad, orang-orang skeptis mencemooh umat Kristen karena kepercayaan mereka terhadap kebangkitan secara jasmani. Para pencemooh itu menyiapkan skenario seperti ini:
Seseorang makan sebuah apel. Tubuhnya mencerna buah itu, dan molekul-molekul serta atom-atom apel itu menyebar ke seluruh sistem tubuhnya. Tak lama kemudian ia meninggal dan dimakamkan. Pada akhirnya, tempat makamnya itu terlupakan dan seseorang menanam pohon apel tepat di atas mayatnya yang membusuk. Akar pohon apel itu masuk ke dalam tanah, dan pohon itu disuburkan oleh bahan-bahan organik. Molekul-molekul dan atom-atom dari tubuh orang mati itu diserap dalam pembentukan buah apel baru yang dimakan oleh orang lain. Unsur-unsur yang sama, karena itu, seiring waktu telah menjadi bagian dari dua tubuh yang berbeda. Variasi tentang cerita itu tidak ada habisnya, namun pertanyaan akhirnya sama: Pada hari kebangkitan, tubuh siapakah yang akan mengklaim atom-atom dan molekul-molekul yang telah menjadi bagian dari dua tubuh itu?
Para peragu modern terus melontarkan keberatan yang sama yang diketengahkan oleh orang-orang Yunani kepada Paulus. "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?" (15:35). Jawaban Paulus cukup memadai untuk dunia kuno dan modern. Pertanyaan itu, katanya, tidak relevan. Ketika orang-orang Saduki menantang Yesus untuk menjelaskan bagaimana keadaan benda-benda pada hari kebangkitan, jawaban Tuhan adalah serupa: "Engkau sesat," kata-Nya, "tidak mengerti Kitab Suci atau kuasa Allah" (Mat. 22:29).
Paulus membuat jelas bahwa Allah menciptakan berbagai jenis tubuh: Ia menciptakan mereka dengan berbagai macam kemuliaan (1 Kor. 15:35-41). Rasul itu memberikan sedikit rincian tentang sifat tubuh kebangkitan, namun ia menyatakan hal ini dengan jelas: "Daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah" (15:50). Aman untuk mengatakan bahwa tubuh orang percaya di zaman yang akan datang akan sangat terintegrasi dengan kekuatan hidup kekal sehingga kesatuan akan menjadi sempurna dan lengkap. Allah tidak dibatasi dengan atom dan molekul yang merupakan blok bangunan kehidupan duniawi. Warisan umat Allah akan berupa kehidupan secara jasmani yang Allah akan bentuk untuk keberadaan di sorga. Meski kehidupan sorgawi akan memiliki kesinambungan dengan kehidupan di dunia ini dalam kesadaran dan bahkan mungkin dalam tampilannya, namun dapat dipastikan bahwa tubuh sorgawi tidak akan terbuat dari daging dan darah yang sama dari zaman kini.
Kehidupan Setelah Kematian
Para arkeolog belajar banyak tentang orang-orang kuno dengan meneliti kebiasaan pemakaman mereka. Beberapa waktu yang lalu majalah Archaeology (September/Oktober 1997) mempersembahkan satu artikel kepada kaum Skit (Scythian), bangsa kuno yang hidup di utara Laut Hitam sampai abad ketiga S.M.43
Makam kepala suku yang penting telah digali. Ia telah disemayamkan di sebuah ruangan dengan perhiasan, senjata, makanan, dan benda-benda lain yang dianggap perlu dalam kehidupan yang akan datang. Penasihat utama orang itu telah dicekik dan dikuburkan bersama dia. Bahkan kudanya telah dibunuh juga dan ditempatkan di gubuk pemakaman yang sama. Di dekat makamnya, ada makam lain yang berisi mayat seorang wanita penting, mungkin istrinya. Ia juga memiliki perkakas untuk kehidupan di akhirat. Budaknya yang masih gadis, seorang remaja, telah dicekik dan dimakamkan di makam itu bersama dia.
Orang Skit bukan satu-satunya orang yang percaya kepada kehidupan setelah kematian. Piramida Mesir dan Lembah Para Raja merupakan kesaksian atas upaya yang dilakukan orang-orang zaman dulu dalam harapan mereka akan kehidupan setelah kematian. Seperti orang Skit dan Mesir, orang Kristen mengantisipasi kehidupan setelah kehidupan ini. Dalam hal apakah harapan orang Kristen berbeda? Apakah harapan itu lebih baik daripada harapan orang lain? Tidak ada tempat lain di dalam Alkitab di mana seorang penulis menulis dengan sangat rinci tentang kebangkitan orang mati seperti yang Paulus lakukan dalam 1 Korintus 15.
Menurut Paulus, tidak ada pembicaraan tentang kehidupan setelah kematian dapat terjadi kecuali dalam konteks penyaliban dan kebangkitan Yesus. "Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati," tulisnya (15:20). Menurut pesan injil yang ia beritakan, Kitab Suci dan sejarah berputar di sekitar kematian, penguburan, dan kebangkitan Tuhan (15:3, 4). Meski ketiga penegasan itu sangat penting bagi injil, namun hanya kebangkitan yang dipersengketakan di Korintus. Karena alasan itu, Paulus memerinci penampakan Yesus dalam bentuk saksi-saksi, beberapa di antaranya masih hidup saat Paulus menuliskan hal itu (15:5-8). Yang sangat penting adalah fakta dari kubur yang kosong dan pelbagai penampakan Yesus kepada banyak saksi sehingga subjek itu tidak pernah pudar di dalam Perjanjian Baru. Itu merupakan fakta penting yang darinya semua klaim atas keilahian Yesus tumbuh:
"Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi" (Kisah 2:32).
"Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi" (Kisah 3:15)
"Tetapi Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Dan selama beberapa waktu Ia menampakkan diri kepada mereka yang mengikuti Dia dari Galilea ke Yerusalem. Mereka itulah yang sekarang menjadi saksi-Nya bagi umat ini" (Kisah 13:30, 31).
Dalam surat-surat Paulus, penekanan itu tidak berbeda: 1 Korintus 15 bukan satu-satunya teks di mana Paulus memberitakan Yesus dan Ia yang dibangkitkan dari antara orang mati. Dalam Roma 1:4 dia menulis, "Dan menurut Roh kekudusan [Yesus] dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita." Dalam Catatan Injil, Lukas dan Yohanes banyak bicara tentang kebangkitan. Lukas menceritakan bagaimana beberapa perempuan pergi ke makam Yesus pada hari pertama dalam minggu itu dan menemukan kubur itu kosong. Dua malaikat ada di sana, yang satu bertanya kepada perempuan-perempuan itu mengapa mereka mencari yang hidup di antara orang mati (Luk. 24:1-5). Penginjil itu melanjutkan ceritanya dengan kisah dua orang yang sedang berjalan ke Emaus pada hari itu juga. Yesus bergabung dengan mereka, berbicara dengan mereka, dan kemudian menghilang dari hadapan mereka (Luk. 24:13-31). Yohanes menggambarkan peristiwa itu ketika Tuhan menampakkan diri-Nya kepada beberapa murid-Nya di Laut Galilea (Yoh. 21:1-14; NIV).
Satu-satunya cara untuk mengetahui peristiwa apa saja di masa lalu adalah dari saksi yang mengalami peristiwa itu dan menggambarkannya untuk generasi berikutnya. Keandalan pernyataan itu tergantung pada jenis orang apakah para saksi itu, akses mereka kepada fakta-fakta itu, apa yang sebenarnya mereka sudah lihat yang berbeda dengan yang desas-desus katakan, dan motif tersembunyi apakah yang mungkin mereka miliki untuk menceritakan apa yang mereka lihat. Berdasarkan kriteria apa saja, peristiwa kebangkitan Yesus dari antara orang mati merupakan salah satu peristiwa sejarah yang terbukti paling kokoh.
TFTWMS: 1 Korintus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Homer The Odyssey 11. Hampir seluruh Book 11 menggambarkan perjumpaan dengan dunia orang mati.
2 Ben Witherington III, Conflict ...
Catatan Akhir:
- 1 Homer The Odyssey 11. Hampir seluruh Book 11 menggambarkan perjumpaan dengan dunia orang mati.
- 2 Ben Witherington III, Conflict and Community in Corinth: A Socio-Rhetorical Commentary on 1 and 2 Corinthians (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1995), 299.
- 3 Gerhard von Rad argued that Deuteronomy 26:5-9 was the basic doctrinal statement of Israel. He called it Israel's "Credo" (Gerhard von Rad, Old Testament Theology, vol. 1, The Theology of Israel's Historical Traditions, trans. D. M. G. Stalker [Louisville: Westminster John Knox Press, 2001], 121-22, 17).
- 4 Pendekatan seperti itu terlihat dalam Willi Marxen, "Study Two: The Geographical Outline," in Mark the Evangelist: Studies on the Redaction History of the Gospel , trans. James Boyce, Donald Juel, William Poehlmann, and Roy A. Harrisville (Nashville: Abingdon Press, 1969), 66-95.
- 5 Johannes Schneider, " e¡ktrwma," in Theological Dictionary of the New Testament, ed. Gerhard Kittel, trans. and ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1964), 2:465.
- 6 F. F. Bruce, Paulus: Apostle of the Heart Set Free (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 463.
- 1 "The Gospel of Philip (II, 3)," trans. Wesley W. Isenberg in The Nag Hammadi Library, James Robinson, dir. (New York: Harper & Row, 1977), 144.
- 2 Gnostikisme adalah bidah mula-mula yang mengganggu beberapa gereja di paruh kedua abad pertama Mesehi. Beberapa orang Gnostik menyangkal kemanusiaan Yesus yang sesungguhnya, sementara yang lain menolak keilahian-Nya. Campuran keyakinan ini menghasilkan segala hal mulai dari asketisme (menyiksa tubuh) hingga hedonisme (memanjakan tubuh). Sekte Gnostik memiliki satu gagasan yang sama: Semua pada dasarnya menjanjikan keselamatan melalui pengetahuan yang tersembunyi (gnosis) yang mereka klaim diungkapkan kepada mereka saja.
- 3 J. Gresham Machen, The Origin of Paul's Religion (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1947), 275-76.
- 4 William F. Orr and James Arthur Walther, 1 Corinthians, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday & Company, 1976), 325.
- 5 George Eldon Ladd, A Theology of the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1974), 316.
- 6 Brevard S. Childs, Biblical Theology of the Old and New Testaments: Theological Reflection on the Christian Bible (Minneapolis: Fortress Press, 1992), 580.
- 7 Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 195.
- 8 Ronald H. Nash, Christianity and the Hellenistic World (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1984), 70.
- 9 Alexander Balmain Bruce, Apologetics, International Theological Library (New York: Charles Scribner's Sons, 1892), 246.
- 10 Ibid.
- 11 Ladd, 326.
- 12 Ibid.
- 13 Augustine City of God 13.14.
- 14 Ibid.
- 15 David E. Garland, 1 Corinthians, Baker Exegetical Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 2003), 711.
- 16 David E. Garland, 1 Corinthians, Baker Exegetical Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 2003), 711.
- 1 Herman Ridderbos, Paul: An Outline of His Theology, trans. John Richard DeWitt (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1975), 25.
- 2 Richard DeMaris meneliti beberapa pandangan keagamaan di Korintus yang mungkin telah mendorong orang-orang Kristen bersedia dibaptis untuk orang mati. (Richard DeMaris, "Corinthians, Religion and Baptism for the Dead [1 Cor. 15:29]: Insights from Archaeology and Anthropology," Journal of Biblical Literature 114 [Winter 1995]: 661-82.)
- 3 Garland, 719.
- 4 Contoh-contoh tentang penggunaan ungkapan figuratif ini di zaman kuno diberikan dalam Abraham Malherbe, "The Beasts at Ephesus," Journal of Biblical Literature 87 (March 1968): 71-80.
- 5 Kaum hedonis hidup dengan mengejar kesenangan dan memanjakan diri.
- 6 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3rd ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 1090.
- 7 Ibid.
- 8 Garland, 678.
- 9 Wayne Grudem, Systematic Theology: An Introduction to Biblical Doctrine (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1994), 613.
- 32 Richard E. Oster, Jr., 1 Corinthians, The College Press NIV Commentary (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1995), 398.
- 33 Augustine City of God 13.17.
- 34 Garland, 735.
- 35 Oster, 402.
- 36 Ridderbos, 76, n. 110.
- 37 John McRay, Paul: His Life and Teaching (Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 2003), 419.
- 38 R. E. Winsett, "Jesus Is Coming Soon," Songs of Faith and Praise, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1994).
- 39 James D. G. Dunn, The Theology of Paul the Apostle (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1998), 78.
- 40 Joachim Jeremias, "Flesh and Blood Cannot Inherit the Kingdom of God," New Testament Studies 2 (1955-56): 151-59.
- 41 Garland menegaskan bahwa Jeremias "salah menafsirkan kesimpulan yang Paulus buat." Ia berkata bahwa Paulus sekedar menyatakan kembali gagasan tentang "kondisi keberadaan manusia fisik" dengan menggunakan "synonymous parallelism" (Garland, 741).
- 42 Augustine City of God 22.23.
- 43 Jan Chochorowski and Sergei Skoryi, "Prince of the Great Kurgan," Archaeology 50 (September/October 1997): 32-39.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2017 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 77
BIS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas
persoalan-p
SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas persoalan-persoalan yang timbul di dalam jemaat yang telah didirikan oleh Paulus di Korintus itu. Persoalan-persoalan tersebut adalah mengenai kehidupan dan kepercayaan Kristen. Pada waktu itu Korintus adalah sebuah kota Yunani, ibukota provinsi Akhaya yang termasuk wilayah pemerintahan Roma. Kota ini, yang penduduknya terdiri dari banyak macam bangsa, terkenal karena kemajuannya dalam perdagangan, kebudayaannya yang tinggi, tetapi juga karena keadaan susilanya yang rendah dan karena adanya bermacam-macam agama di situ.
Yang terutama menjadi pikiran Rasul Paulus ialah persoalan tentang perpecahan dan kebejatan di dalam jemaat, dan tentang persoalan-persoalan seks dan perkawinan, persoalan hati nurani, tata tertib dalam jemaat, karunia-karunia Roh Allah, dan tentang bangkitnya orang mati. Dengan pandangan yang dalam, Paulus menunjukkan bagaimana Kabar Baik dari Allah itu menyoroti persoalan-persoalan tersebut.
Pasal 13 (1Kor 13:1-13) melukiskan ciri-ciri kasih yang sejati. Pasal ini mungkin merupakan pasal yang paling terkenal di antara semua pasal lainnya di buku ini.
Isi
- Pendahuluan
1Kor 1:1-9 - Keretakan dalam gereja
1Kor 1:10-4:21 - Soal seks dan kehidupan keluarga
1Kor 5:1-7:40 - Orang Kristen dan orang yang tidak menyembah Allah
1Kor 8:1-11:1 - Kehidupan jemaat dan ibadah
1Kor 11:2-14:40 - Perihal bangkitnya Kristus dan orang-orang Kristen dari kematian
1Kor 15:1-58 - Sumbangan untuk orang-orang Kristen di Yudea
1Kor 16:1-4 - Hal-hal pribadi dan penutup
1Kor 16:5-24
Ajaran: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus,
dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Pen
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus, dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 56 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Korintus. (Dan juga orang-orang Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab I Korintus terbagi atas 16 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat ajaran tentang cara-cara kehidupan anggota gereja.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus
Pasal 1-4 (1Kor 1:1-4:21).
Pengajaran tentang kenyataan bahwa setiap orang Kristen hanyalah milik Tuhan Yesus
Dalam bagian ini Rasul Paulus menegur orang-orang Kristen karena adanya perpecahan dan iri hati atau pertengkaran.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 1:10. _Tanyakan_: Apakah sebabnya terjadi perpecahan di antara jemaat Korintus? Dan apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang perpecahan itu?
- Bacalah pasal 1Kor 3:3. _Tanyakan_: Apakah yang menunjukkan seseorang masih hidup secara duniawi?
- Bacalah pasal 1Kor 4:6. _Tanyakan_: Apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang kesombongan?
Pasal 5-6 (1Kor 5:1-6:20).
Pengajaran tentang kehidupan moral di dalam jemaat
Di dalam bagian ini, Rasul Paulus menjelaskan persoalan yang timbul dalam jemaat karena percabulan dan mencari keadilan pada orang-orang yang tidak beriman.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 5:11-13. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan Allah kepada orang Kristen?
- Bacalah pasal 1Kor 6:6-11. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah?
- Bacalah pasal 1Kor 6:12-20. _Tanyakan_: Mengapakah Rasul Paulus melarang percabulan? Siapakah yang empunya tubuh orang Kristen?
Pasal 7-16 (1Kor 7:1-16:24).
Pengajaran tentang kemerdekaan orang Kristen dan kehidupan dalam ibadah
Di bagian ini, Rasul Paulus menjawab pertanyaan dari jemaat tentang kemerdekaan orang Kristen, sikap dalam kebaktian dan mengenai karunia-karunia Roh, juga tentang kebangkitan orang-orang percaya.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 7:8-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah tentang pernikahan? Mengapakah orang Kristen tidak boleh bercerai?
- Bacalah pasal 1Kor 8:8-9. _Tanyakan_: "Apakah makanan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah?"
- Bacalah pasal 1Kor 15:12-19. _Tanyakan_: Mengapakah pengakuan akan kebangkitan orang percaya itu penting?
- Bacalah pasal 1Kor 15:57-58. _Tanyakan_: Apakah jerih payah dalam melayani Tuhan Yesus itu sia-sia?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab I Korintus, Allah mengajarkan arti kehidupan menjadi murid Tuhan Yesus dan bagaimana kehidupan sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan (orang Kristen).
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab I Korintus?
- Apakah tujuan Kitab I Korintus?
- Apakah arti kebangkitan orang percaya dalam iman Kristen?
- Bagaimanakah seharusnya kehidupan orang yang sudah diselamatkan?
Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya y
Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.
Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya yang kedua (Kis. 18:1). Sejumlah orang Yahudi, termasuk Krispus yang menjadi kepala rumah ibadat, dan banyak orang bukan Yahudi menjadi Kristen. Paulus memulai sebuah sekolah Alkitab untuk mereka, yang letaknya strategis dan mencolok karena berdampingan dengan rumah ibadat (Kis. 18:1-18). Ia tinggal di sana selama delapan belas bulan dan digantikan oleh Apolos sebagai guru Alkitab.
BAGAIMANA BERITA TENTANG GEREJA DI KORINTUS SAMPAI KEPADA PAULUS.
Paulus sedang berada di suatu tempat di Asia (1 Kor. 16:19), mungkin di Efesus (16:8), pada akhir masa perjalanan misionarisnya yang kedua, ketika Stefanus dan dua orang kawannya datang dengan membawa sepucuk surat dari jemaat di Korintus (16:17 dan 7:1).
SEBUAH GEREJA YANG TERPECAH BELAH.
1. Mereka terpecah karena soal kepemimpinan (1:12).
2. Mereka terpecah karena standar moral (5:1-8).
3. Mereka terpecah karena kasus pendakwa dan terdakwa (6:1-8).
4. Mereka terpecah karena kasus orang Kristen yang lemah dan yang kuat (8:7-12).
5. Mereka terpecah antara yang kaya dan yang miskin (11:17-22).
6. Bahkan karunia Roh menjadikan mereka terpecah belah (12:12-26 ).
EMPAT PUCUK SURAT UNTUK JEMAAT KORINTUS?
Rupanya Paulus menulis empat pucuk surat kepada jemaat di Korintus: kita hanya memiliki surat kedua dan yang terakhir.
1. Surat pertama disebut dalam 5:9; "Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu". Akan tetapi tidak ada lagi yang dapat kita ketahui mengenai surat itu.
2. Suratnya yang kedua adalah Surat I Korintus kita ini.
3. Surat yang ketiga tampaknya disebut-sebut dalam I I Korintus 2:3, 4 dan seringkali disebut "surat yang sangat menyedihkan". Surat ini boleh jadi I Korintus, tetapi surat itu tidak benar-benar cocok dengan apa yang disebut oleh Paulus sebagai "surat yang sangat menyedihkan".
4. Surat yang keempat adalah Surat 11 Korintus.
PERTANYAAN-PERTANYAAN ANDA TERJAWAB.
I Korintus sangat besar nilainya, karena surat itu menjawab banyak pertanyaan yang banyak ditanyakan dewasa ini:
o Bagaimana sikap yang benar terhadap para pemimpin kita?
o Di mana letak pendidikan dalam kehidupan Kristen?
o Bagaimana tentang disiplin gerejawi?
o Bolehkah Kristen membawa Kristen lain ke pengadilan?
o Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap agama-agama lain?
o Apa yang dimaksud dengan kebebasan?
o Bolehkah wanita berdoa di gereja?
o Apa karunia-karunia Roh itu?
o Karunia Roh mana yang paling penting?
o Apa yang terjadi setelah kematian?
Mempelajari surat ini dengan saksama akan mengungkapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dan banyak pertanyaan lainnya.
Pesan
Surat ini disusun bagaikan elips dengan dua "titik pusat",bukannya satu.1. Skandal gereja yang terpecah (pasal 1-4) Gereja terpecah ke dalam empat
golongan dengan "nama" yang berbeda-beda:
o Saya golongan Paulus
o Saya golongan Petrus
o Saya golongan Apolos
o Saya golongan Kristus
Bagian mengenai kelemahan dalam pasal 1 mungkin ditujukan kepada apa yang
dikatakan oleh para pengritik tentang Paulus (lihat 2Kor 10:10)
dan bagian tentang hikmat dalam pasal yang sama mungkin ditujukan kepada Apolos
dan pendidikannya (Kis. Kis 18:24). Paulus menggunakan lima sebutan
yang mencolok bagi dirinya dan para pemimpin gereja lainnya untuk menunjukkan
bagaimana seharusnya sikap kita:
o Sebagai pelayan (diakonia). 1Ko 3:5
o Sebagai kawan sekerja. 1Ko 3:9
o Sebagai ahli bangunan. 1Ko 3:10
o Sebagai hamba, pembantu. 1Ko 4:1
o Sebagai orang yang dipercaya. 1Ko 4:1
2. Kebingungan mengenai kebebasan (pasal 8-10)
o Orang Kristen 'yang kuat' berpendapat bahwa mereka bebas memakan makanan dalam
rumah-rumah berhala di Korintus, sekalipun orang Kristen 'yang lemah'
dibingungkan dan dilemahkan oleh perbuatan mereka.
o Wanita-wanita 'yang bebas' merasa boleh menanggalkan kerudung walaupun
sebagian pria Kristen tradisional berpikir bahwa mereka terlalu maju.
Paulus memarahi hal-hal tersebut. Ia mengambil contoh sederhana: haknya untuk
menerima upah bagi pekerjaannya sebagai seorang pengkhotbah.
Ia membuat tujuh argumentasi yang mendukung prinsip membayar pengkhotbah:
o Contoh dari para rasul. 1Ko 9:5
o Ilustrasi tentang seorang prajurit. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang tukang kebun. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang gembala. 1Ko 9:7
o Ajaran hukum Taurat. 1Ko 9:8
o Contoh dari para imam di Bait Allah. 1Ko 9:13
o Pengajaran dari Yesus sendiri. 1Ko 9:14
Dan setelah membuktikan haknya atas upah, ia menolak untuk dibayar
(1Ko 9:15). Maksudnya jelas: Walau aku mempunyai hak, tidak berarti
bahwa aku harus menggunakannya.
Dan inilah prinsipnya: 'Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku
menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak
mungkin orang'. (1Ko 9:19)
Penerapan
1. Kepandaian manusia pasti bertentangan dengan hikmat Allah.
2. Orang Kristen yang mengidolakan pemimpin mereka:
o memecah belah gereja o menipu pemimpin mereka o meremehkan Allah
3. Disiplin gereja, yang kini banyak dilupakan:
o memulihkan para pemberontak o memperingatkan mereka yang tidak mantap o menjadi saksi bagi dunia o memuliakan Allah
4. Orang Kristen dibebaskan:
o bukan untuk menyenangkan diri sendiri o tetapi supaya dapat melayani Allah o dan dapat memenangkan orang lain
5. Kebangkitan merupakan hakikat kekristenan.
o kebangkitan BUKAN sebagai pilihan tambahan
Tema-tema Kunci
o Bacalah dengan saksama 1Ko 1:17 sampai 1Ko 2:13, dancatatlah hal-hal yang berhubungan dengan hikmat, kuasa, kebodohan atau
kelemahan. Paulus menggunakan masing-masing ini dalam dua cara: sebagaimana
dilihat oleh manusia dan sebagaimana Allah melihatnya. Coba jelaskan semua
pokok ini.
o Dalam pasal 5 dan 6 Paulus mulai mengajukan tujuh pertanyaan dengan 'Tidak tahukah kamu?':
- sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan. 1Ko 5:6
- orang kudus akan menghakimi dunia. 1Ko 6:2
- kita akan menghakimi malaikat-malaikat. 1Ko 6:3
- orang-orang yang tidak benar tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 1Ko 6:9
- tubuhmu adalah anggota Kristus. 1Ko 6:15
- siapa yang mengikatkan dirinya dengan pelacur, menjadi satu tubuh dengan dia. 1Ko 6:16
- tubuhmu adalah bait Roh Kudus. 1Ko 6:19
Atas dasar apa Paulus berharap agar orang Kristen di Korintus mengetahui
ketujuh prinsip ini? Jika kita tahu ketujuh prinsip ini, apa pengaruhnya atas
tingkah laku kita?
o Empat dasar injil. Dalam 1Ko 15:3-5 Paulus mempersingkat Injil menjadi empat dasar pengajaran.
1. Kristus mati untuk dosa-dosa kita sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
2. Ia dikuburkan.
3. Ia dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
4. Ia menampakkan diri...
Selidikilah dalam seluruh Perjanjian Lama dan tunjukkan bahwa Kristus mati
untuk dosa-dosa kita sesuai dengan kitab suci dan bahwa Kristus dibangkitkan
pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci.
o Pasal 15 mengenai kebangkitan. Apa konsekuensi dari kepercayaan yang tidak
mengakui adanya kebangkitan (ayat 12-19)?
Perhatikan tiga pasangan yang mencolok yang ditunjukkan oleh Paulus dalam ayat
45-49:
1. Adam pertama dan Adam terakhir.
2. Manusia pertama dan Manusia kedua.
3. Manusia dari debu dan Manusia dari surga.
Mengapa Yesus dikatakan Adam terakhir, tetapi Manusia kedua? (Pelajarilah
dengan saksama Rom 5:6-21 untuk lebih mendalami hal yang sangat
kontras antara Adam dan Kristus).
Garis Besar Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) [1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3Salam
1Ko 1:4-9Beberapa komentar yang mengejutkan
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:
[1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3 | Salam |
1Ko 1:4-9 | Beberapa komentar yang mengejutkan |
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:10-31 | Manusia dipermuliakan: Kristus disalibkan |
1Ko 2:1-3:4 | Hikmat rohani |
1Ko 3:5-4:5 | Pikirkan tentang para pemimpin seperti ini |
1Ko 4:6-21 | Kesombongan luar biasa, kemiskinan dan kuasa |
[3] SKANDAL IMORALITAS 1Ko 5:1-6:20
1Ko 5:1-13 | Skandal seksual yang memalukan |
1Ko 6:1-8 | Skandal peradilan |
1Ko 6:9-20 | Kesucian bagi Bait Roh Kudus |
[4] PERTANYAAN-PERTANYAAN TENTANG PERKAWINAN 1Ko 7:1-40
1Ko 7:1-9 | Tentang hak dan kewajiban |
1Ko 7:10-24 | Tentang perceraian |
1Ko 7:25-38 | Bagaimana tentang orang-orang yang melajang? |
1Ko 7:39-40 | Ringkasan |
[5] DIBEBASKAN... TETAPI SEBERAPA BEBAS? 1Ko 8:1-11:1
1Ko 8:1-13 | Dibebaskan dari penyembahan berhala, tetapi... |
1Ko 9:1-27 | Bebas dari pengaruh masyarakat, tetapi... |
1Ko 10:1-13 | Bebas karena anugerah Allah, tetapi... |
1Ko 10:14-11:1 | Bebas untuk melayani manusia dan menyukakan Allah |
[6] KEKACAUAN DALAM IBADAH DI GEREJA 1Ko 11:2-14:40
1Ko 11:2-16 | Rambut panjang, topi dan kerudung |
1Ko 11:17-34 | Perjamuan Kudus: dalam gereja yang terpecah? |
1Ko 12:1-31 | Karunia-karunia Roh |
1Ko 13:1-13 | Karunia yang terbesar |
1Ko 14:1-40 | Bahasa lidah dan nubuatan |
[7] KEBANGKITAN 1Ko 15:1-58
1Ko 15:1-11 | Inilah kabar baik |
1Ko 15:12-19 | Jika Kristus tidak bangkit... |
1Ko 15:20-34 | Tetapi Ia telah bangkit dan kita pun akan dibangkitkan |
1Ko 15:35-50 | Apa arti kebangkitan |
1Ko 15:51-58 | Kemuliaan kebangkitan |
[8] KESIMPULAN 1Ko 16:1-24
1Ko 16:1-9 | Rencana-rencana Paulus |
1Ko 16:10-20 | Beberapa orang penting |
1Ko 16:21-24 | Salam pribadi |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi