Teks -- 1 Korintus 11:11 (TB)

11:11 Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan.

Tafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)

Ende: 1Kor 11:4-16

Pada orang Jahudi, Junani dan Roma terasa tidak wadjar seorang wanita memperlihatkan diri dimuka umum tanpa bertudung kepala. Tudung itu bukan tudung lingkup jang menutup wadjah, melainkan hanja rambut sampai dipertengahan dahi. Dewasa itu wanita menanggalkan tudung dalam perkumpulan ibadat didalam kuil-kuil. Wanita serani rupanja mulai meniru adat itu. Itu mendjadi satu persoalan dalam umat, jang diadjukan kepada Paulus. Baru dalam ajat 16 (1Ko 11:16) Paulus memberi djawaban jang tegas. Uraian sebelumnja bukan dimaksudkan sebagai bukti-bukti tepat, melainkan Paulus hanja hendak mengutarakan, djuga dengan sindiran-sindiran, bahwa tidak patut wanita berlaku begitu "bebas" dalam perkumpulan-perkumpulan, mau menjamai kaum pria dll. Memang "dalam Tuhan" mereka sama deradjat dan martabatnja, tetapi ketertiban hidup bersama-sama menundjukkan itu dengan menudungi kepalanja. Demikian pendirian Paulus.

Ende: 1Kor 11:11-12

Maksud kedua ajat ini, ialah: dilapangan rohani-ataskodrati, sebagai anggota tubuh Kristus, prija dan wanita sama deradjat dan martabatnja, sama bergantung seorang dari seorang dan saling membutuhkan.

Tafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)

Gill (ID): 1Kor 11:11 - Namun, tidak ada pria tanpa wanita // begitu juga wanita tidak bisa ada tanpa pria di dalam Tuhan.

Namun, tidak ada pria tanpa wanita,.... Ini dikatakan, sebagian untuk menekan kebanggaan dan keangkuhan pria, agar dia tidak terlalu merasa terangkat dengan dirinya sendiri, dan unggul atas wanita, serta melihatnya dengan rasa rendah hati dan penghinaan, dan memperlakukannya dengan ketidakpedulian dan pengabaian; dan sebagian lagi untuk menghibur wanita, agar dia tidak merasa tertekan dengan keadaan dan situasi di mana dia berada, karena satu tidak bisa ada tanpa yang lain; atau mereka tidak dapat benar-benar nyaman dan bahagia, seperti tidak ada pria tanpa wanita, yang diciptakan sebagai penolong yang sesuai untuknya,

begitu juga wanita tidak bisa ada tanpa pria di dalam Tuhan. Ungkapan "di dalam Tuhan" ditambahkan, untuk menunjukkan bahwa itu adalah kehendak Tuhan, dan sesuai dengan pengaturannya, agar yang satu tidak bisa ada tanpa yang lain; atau itu mungkin menggambarkan persekutuan dan hubungan yang sah, antara seorang pria dan seorang wanita bersama, sesuai dengan kehendak Tuhan, yang membedakannya dari semua pencampuran dan hubungan yang tidak murni. Versi Arab membacanya, "dalam agama Tuhan"; dan makna di sini adalah, bahwa yang satu tidak ada tanpa yang lain dalam ibadah religius, dan dalam menikmati hak-hak religius; bahwa meskipun wanita mungkin tidak dapat berdoa di depan umum dan menjelaskan Kitab Suci, dia masih bisa bergabung dalam doa, mendengarkan firman yang diberitakan, menyanyikan pujian kepada Tuhan, dan menikmati semua perintah; karena di dalam Kristus tidak ada perbedaan jenis kelamin yang diperhitungkan, pria dan wanita adalah satu di dalamnya, dan sama-sama dilahirkan kembali, dibenarkan, dan diampuni, dan akan dimuliakan bersama.