
Teks -- Wahyu 6:1 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Why 6:1 - ANAK DOMBA ITU MEMBUKA.
Nas : Wahy 6:1
Yesus Kristus sendiri (yaitu, Anak Domba itu) membuka semua meterai
yang menyingkapkan hukuman yang menghancurkan dunia (ayat
Wahy 6...
Nas : Wahy 6:1
Yesus Kristus sendiri (yaitu, Anak Domba itu) membuka semua meterai yang menyingkapkan hukuman yang menghancurkan dunia (ayat Wahy 6:1,3,5,7,9,12). Hukuman-hukuman itu bersifat ilahi, karena telah diserahkan ke dalam tangan Kristus (Wahy 5:1,7; bd. Yoh 5:22). Sepanjang kitab Wahyu, hukuman berupa malapetaka itu disebut murka Allah (ayat Wahy 6:16-17; 11:18; 14:10,19; 15:1,7; 16:1,19; 19:15).

Full Life: Why 6:1 - YANG PERTAMA DARI KETUJUH METERAI ITU.
Nas : Wahy 6:1
Beberapa penafsir mengartikan pembukaan meterai yang pertama itu
sebagai permulaan tujuh tahun kesengsaraan, masa depan yang penuh
p...
Nas : Wahy 6:1
Beberapa penafsir mengartikan pembukaan meterai yang pertama itu sebagai permulaan tujuh tahun kesengsaraan, masa depan yang penuh penderitaan dan hukuman yang belum pernah terjadi sebelumnya yang akan mengarah kepada kedatangan Kristus yang kedua kali (lih. Dan 9:27; bd. Yer 30:7; Dan 12:1; Wahy 6:17; 7:14;
lihat art. KESENGSARAAN BESAR).
Orang lain percaya bahwa meterai-meterai ini menggambarkan masa tiga setengah tahun terakhir dari tujuh tahun kesengsaraan, yang sering disebut kesengsaraan besar. Ada lagi orang lain yang melihatnya sebagai awal dari hukuman Allah menjelang akhir masa itu. Hukuman Allah dinyatakan dalam rentetan-rentetan peristiwa yang berurutan. Rentetan yang pertama adalah tujuh meterai itu (pasal Wahy 6:1-17); yang kedua, tujuh sangkakala hukuman (pasal Wahy 8:1-9:21; 11:15-19); dan ketiga, "ketujuh cawan murka Allah" (pasal Wahy 16:1-21;
lihat cat. --> Wahy 8:1).
[atau ref. Wahy 8:1]
Jerusalem: Why 4:1--16:21 - -- Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang...
Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang nasibnya diserahkan kepada Anak Domba. Ini dilambangkan oleh Kitab yang dimeterai, yang diserahkan kepada Anak Domba, bab 5. Lalu menyusullah berbagai penglihatan besar yang berupa lambang. Penglihatan-penglihatan itu, bab 6-16, menyiapkan "Hari Besar", yakni hari murka Allah menimpa para penganiaya, bab 17-19.

Jerusalem: Why 6:1--9:21 - -- Bab-bab ini merupakan suatu keseluruhan. Anak Domba membuka masing-masing meterai kitab itu, Wah 6:1-8:1, dan ditiuplah masing-masing sangkakala, Wah ...
Bab-bab ini merupakan suatu keseluruhan. Anak Domba membuka masing-masing meterai kitab itu, Wah 6:1-8:1, dan ditiuplah masing-masing sangkakala, Wah 8:2-9, lalu ada penglihatan-penglihatan mengenai kejadian-kejadian yang memberitakan dan menyiapkan kemusnahan negara Roma, yang melambangkan segala musuh Allah. Bdk Mat 24 dsj.

Jerusalem: Why 6:1-17 - -- Keempat penunggang kuda dalam penglihatan pertama ini diambil dari Zak 1:8-10 dan Zak 6:1-3. Tetapi mereka juga melambangkan keempat bencana yang lazi...
Keempat penunggang kuda dalam penglihatan pertama ini diambil dari Zak 1:8-10 dan Zak 6:1-3. Tetapi mereka juga melambangkan keempat bencana yang lazimnya diancamkan oleh para nabi kepada Israel yang tidak setia yakni: binatang buas, perang, kelaparan, wabah sampar, bdk Ima 26:21-26; Ula 32:24; Yeh 5:17; 14:13-21; dan juga Yeh 6:11-12; 7:14-15; 12:16; 33:27.
Ende -> Why 6:1
Ende: Why 6:1 - -- Dengan bab ini mulailah bagian III buku ini "Murka Allah" ditjurahkan atas
dunia durhaka, jang merintangi dan menjerangi Keradjaan Allah dibumi. Dalam...
Dengan bab ini mulailah bagian III buku ini "Murka Allah" ditjurahkan atas dunia durhaka, jang merintangi dan menjerangi Keradjaan Allah dibumi. Dalam bab ini "meterai-meterai" dibuka, maka terlepaslah murka Allah dan bentjana-bentjana menimpa bumi.
Ref. Silang FULL -> Why 6:1
Ref. Silang FULL: Why 6:1 - Anak Domba // ketujuh meterai // keempat makhluk // bunyi guruh · Anak Domba: Wahy 5:6; Wahy 5:6
· ketujuh meterai: Wahy 5:1
· keempat makhluk: Wahy 4:6,7; Wahy 4:6; Wahy 4:7
· bunyi gur...
· Anak Domba: Wahy 5:6; [Lihat FULL. Wahy 5:6]
· ketujuh meterai: Wahy 5:1
· keempat makhluk: Wahy 4:6,7; [Lihat FULL. Wahy 4:6]; [Lihat FULL. Wahy 4:7]
· bunyi guruh: Wahy 14:2; 19:6

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 6:1 - -- 6:1 Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh segel itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk berkata dengan su...
6:1 Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh segel itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: "Mari!"
Sebagai Anak Domba, sebagai yang "telah disembelih", yang "layak", Tuhan Yesus membuka segel yang pertama. Ini sesuai dengan apa yang sudah diuraikan oleh Yohanes dalam pasal 5. Tuhan Yesus hanya membuka segel itu. Salah satu dari keempat makhluk ditugaskan menyuruh kuda yang pertama untuk datang.

Hagelberg: Why 6:1--8:6 - -- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
Pada saat setiap segel dibuka, hukuman disampaikan kepada yang diam di bumi. Ingatlah, hukuman ini berasal dari surga, buka...
1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
Pada saat setiap segel dibuka, hukuman disampaikan kepada yang diam di bumi. Ingatlah, hukuman ini berasal dari surga, bukan dari Iblis atau Anti-Kristus. Bumi ini dihakimi Allah. Juga, gulungan kitab itu (surat wasiat untuk "barangsiapa yang menang") sedang dibuka oleh Tuhan, bukan oleh Iblis.
Empat segel yang pertama: Empat Kuda (6:1-8)
a. Segel Pertama (6:1-2)

Hagelberg: Why 6:1 - -- 6:1 Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh segel itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk berkata dengan su...
6:1 Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh segel itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: "Mari!"
Sebagai Anak Domba, sebagai yang "telah disembelih", yang "layak", Tuhan Yesus membuka segel yang pertama. Ini sesuai dengan apa yang sudah diuraikan oleh Yohanes dalam pasal 5. Tuhan Yesus hanya membuka segel itu. Salah satu dari keempat makhluk ditugaskan menyuruh kuda yang pertama untuk datang.

Hagelberg: Why 6:1--20:3 - -- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan...
B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan. (Mungkinkah Mazmur 79:12, yang berkata, "Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepada-Mu, ya Tuhan!" melatarbelakangi hukuman tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan?) Segel, sangkakala, dan cawan ini merupakan kerangka atau garis besar dari bagian ini. Enam segel itu dibuka Tuhan, disertai hukuman atas bumi. Lalu segel yang ketujuh terdiri dari tujuh sangkakala.299 Keenam sangkakala pertama diceritakan, lalu yang ketujuh terdiri dari tujuh cawan. Struktur ini menekankan dahsyatnya hukuman atas "mereka yang diam di bumi". Segel yang ketujuh merupakan ketujuh sangkakala, dan sangkakala yang ketujuh merupakan ketujuh cawan.300 Jadi, sesudah "yang diam di bumi" mengalami hukuman-hukuman dahsyat yang mulai dari segel yang pertama sampai dengan segel yang keenam, mungkin mereka akan berpikir, "Tinggal hanya satu hukuman lagi, bukankah ada tujuh segel?" Tetapi mereka akan heran, sebab yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang ditandai dengan tujuh sangkakala. Lalu, sesudah hukuman-hukuman dari enam sangkakala, mungkin mereka akan berpikir, "Akhirnya, hanya satu hukuman lagi..." tetapi mereka akan heran, karena yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang disebut tujuh cawan.301
Struktur ini menekankan betapa dahsyatnya hukuman-hukuman itu. Selain itu, ternyata segel, sangkakala, dan cawan menjadi garis besar, kerangka, atau "rantai" kisah ini. Selain "rantai kisah" ini ada beberapa hal lain yang juga disisipkan. Setiap "tambahan" ini juga merupakan dorongan untuk ketujuh jemaat itu.
Bagian ini menceritakan "Masa Kesengsaraan", yang merupakan "minggu" yang ke-70 dalam Kitab Daniel pasal 9, suatu masa yang berkelanjutan tujuh tahun. Di antara nas-nas yang lain, Amos 5:18-20 menceritakan kesengsaraan yang akan dialami umat Israel pada masa itu.
Menurut tafsiran lain, keenam segel dalam Wahyu 6 melambangkan masa ini, "zaman gereja", yang penuh dengan peperangan dan penderitaan seperti dikatakan di dalam Markus 13:5-13 ("Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru").
Tetapi paham tersebut agak sulit diterima, kalau kita membaca 6:8, "Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang ada di bumi." Jadi kalau segel yang keempat dibuka, paling tidak kira-kira satu milyar orang akan dibunuh. Itu bukan zaman sekarang. Alasan lain berkaitan dengan permintaan Tuhan Yesus, yang disebutkan dalam Wahyu 5 dan Mazmur 2:8. Seandainya enam segel itu menceritakan keadaan kita dalam "zaman gereja", artinya gulungan kitab itu sudah diminta Tuhan, dan segel itu sedang dibuka. Dengan demikian, menurut tafsiran tersebut, pembukaan enam segel menghabiskan waktu 2000 tahun, tetapi tujuh sangkakala dan tujuh cawan hanya makan waktu kurang dari tiga tahun. Ini tidak mustahil, tetapi agak aneh.
Lebih baik, sesuai dengan dahsyatnya pembukaan segel dan kepentingan pengambilan gulungan kitab, pengambilan gulungan kitab dianggap permulaan Masa Kesengsaraan, dan pembukaan segel dianggap sebagai sebagian dari hukuman Allah atas "yang diam di bumi" pada Masa Kesengsaraan. Hukuman yang dahsyat harus mendahului pendirian Kerajaan Allah di bumi, sangat jelas dalam Amos 5:18-20 dan Yesaya 2:12-21.
Isi Bagian Ini
Dari segi isi (bukan bentuk), bagian ini ada kesamaannya dengan Markus 13 (juga Matius 24 dan Lukas 21), saat Tuhan Yesus bernubuat mengenai akhir zaman. Beasley-Murray302 mencatat kesamaan-kesamaan tersebut sebagai berikut:
1. Perang-perang |
1. Perang-perang |
2. Perselisihan inter- nasional |
2. Perselisihan inter- nasional |
3. Gempa bumi |
3. Kelaparan |
4. Kelaparan |
4. Wabah/sampar |
5. Penganiayaan |
5. Penganiayaan |
6. Gerhana, bintang berjatuhan, goncangan kuasa-kuasa langit |
6. Gempa bumi, gerhana, bintang berjatuhan, pembesar bersembunyi di gua, langit menyusut |

Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 6:1-2
Matthew Henry: Why 6:1-2 - Meterai Pertama Dibuka
Sekarang kita akan bertolak ke tempat yang dalam, dan tugas kita bukan untuk mengukurnya, melainkan terlebih untuk menebarkan jala supaya mendap...
- Sekarang kita akan bertolak ke tempat yang dalam, dan tugas kita bukan untuk mengukurnya, melainkan terlebih untuk menebarkan jala supaya mendapat tangkapan. Kita hanya akan menyinggung apa yang terlihat paling jelas. Dalam pasal ini, enam dari tujuh meterai dibuka, dan penglihatan-penglihatan yang menyertainya diceritakan. Meterai pertama dalam ayat 1-2, meterai kedua dalam ayat 3-4, meterai ketiga dalam ayat 5-6, meterai keempat dalam ayat 7-8, meterai kelima dalam ayat 9-11, dan meterai keenam dalam ayat 12-13, dst.
Meterai Pertama Dibuka (6:1-2)
- Kristus, Anak Domba, membuka meterai yang pertama. Kita mendapati penglihatan itu sendiri (ay. 2).
- 1. Tuhan Yesus tampil dengan menunggang kuda putih.
- 2. Ia memegang sebuah panah di tangan-Nya. Teguran-teguran firman Allah yang dengan tegas menyatakan kesalahan kita adalah panah-panah yang tajam, yang dapat mengenai sasaran dari kejauhan.
- 3. Kepada-Nya diberikan sebuah mahkota. Ketika Kristus hendak pergi berperang, orang akan mengira sebuah ketopong lebih sesuai bagi-Nya daripada sebuah mahkota. Tetapi mahkota diberikan kepada-Nya sebagai tanda kemenangan.
- 4. Ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan. Selama jemaat terus berjuang, Kristus akan senantiasa merebut kemenangan. Ia menaklukkan musuh-musuh-Nya dalam diri umat-Nya. Dosa-dosa mereka adalah musuh-musuh mereka dan musuh-musuh-Nya. Apabila Kristus datang dengan kuasa ke dalam jiwa mereka, Ia mulai menaklukkan musuh-musuh ini. Dan Ia terus menaklukkan, dalam karya pengudusan yang terus dikerjakan-Nya, sampai Ia memperoleh bagi kita kemenangan yang seutuhnya. Dan Ia menaklukkan musuh-musuh-Nya di dunia, yaitu orang-orang fasik. Kemajuan dan keberhasilan Injil Kristus di dunia adalah pemandangan yang mulia, yang patut untuk dipandang. Pekerjaan-pekerjaan Kristus tidak dilakukan dalam waktu yang seketika. Kita cenderung berpikir bahwa, apabila Injil maju, ia pasti akan menyapu bersih seluruh dunia di hadapannya, tetapi sebaliknya, ia justru sering menghadapi perlawanan, dan bergerak perlahan-lahan. Kristus akan melakukan pekerjaan-Nya sendiri dengan berhasil, dalam waktu-Nya dan cara-Nya sendiri.
SH -> Why 6:1-17; Why 6:1-17
SH: Why 6:1-17 - Sang Anak Domba menghakimi (Kamis, 11 Agustus 2005) Sang Anak Domba menghakimi
Yohanes telah menguatkan Gereja yang sedang menderita bahwa Kristus sudah memerintah di atas para penguasa dunia (pasal 1-2...
Sang Anak Domba menghakimi
Yohanes telah menguatkan Gereja yang sedang menderita bahwa Kristus sudah memerintah di atas para penguasa dunia (pasal 1-2). Dalam pasal 4-5, Gereja dikuatkan bahwa melalui penderitaan Kristus menang dan karena-Nya Gereja menerima kemenangan. Kini Kristus yang menang itu, bertindak membuka keenam meterai pertama yang berisi berbagai hukuman atas dunia ini. Akibatnya terjadi kekacauan dalam dunia yang diungkapkan dengan "saling gigit" dan membinasakan sebagai dampak pemerintahan dan hukuman Kristus.
Keempat meterai pertama dilambangkan oleh empat ekor kuda pembawa berbagai malapetaka. Keempat malapetaka itu bisa terjadi serempak atau berurutan. Kuda keempat yang menyimpulkan semua malapetaka itu adalah Maut yang datang menimpa penduduk dunia. Kuda pertama dan terakhir memberitahukan bahwa manifestasi hukuman dari Allah itu adalah malapetaka alam dan manusia pengikut sebagai alat si jahat. Sebagai Raja, Kristus kini memurnikan orang beriman dan menghukum mereka yang tidak tunduk kepada-Nya melalui alat-alat penyebar petaka tersebut.
Seperti pemimpin mereka yang telah dibantai (Why. 5:6), para martir telah dibunuh karena iman mereka akan firman Allah dan kesaksian hidup mereka (Why. 6:9). Bagi-Nya, penderitaan umat-Nya bernilai mulia bagaikan kurban di mezbah. Penderitaan karena iman adalah jalan menuju kemenangan dan ungkapan kurban untuk kemuliaan Dia yang lebih dulu berkorban bagi kita. Dia yang telah menang dan memerintah dalam kemuliaan, mendengar doa-doa umat-Nya dan membela mereka. Dia tidak membiarkan begitu saja pengurbanan umat-Nya yang tekun dalam iman dan penderitaan, tetapi Ia bertindak menghukum kejahatan para penyebab penderitaan itu (ayat 12-17). Dia yang telah mencurahkan darah-Nya untuk umat-Nya, akan membela mereka yang karena iman kepada-Nya rela mencurahkan darah mereka.
Responsku: __________________________________________________________________________________________

SH: Why 6:1-17 - Allah mengendalikan sejarah manusia. (Jumat, 1 November 2002)
Allah mengendalikan sejarah manusia.
Wahyu pasal 6 ini banyak menimbulkan perdebatan, khususnya
tentang penunggang kuda putih (ayat 2). Ada ...
Allah mengendalikan sejarah manusia.
Wahyu pasal 6 ini banyak menimbulkan perdebatan, khususnya
tentang penunggang kuda putih (ayat 2). Ada yang beranggapan
bahwa penunggang kuda putih itu adalah Kristus yang sedang
menyatakan kemenangan Injil di dunia (ayat 10). Penjelasan ini
memang menarik, karena topik ini juga muncul di pasal 19, tetapi
tidak begitu saja dapat diterima. Ada dua penjelasan yang dapat
menggugurkan pendapat tersebut. Pertama, yang membuka meterai
adalah Kristus, dan Yohanes tidak melihat bahwa penunggang kuda
putih adalah Kristus. Artinya, sulit untuk diterima bahwa
Kristus hadir dalam dua rupa serempak, sebagai Anak Domba yang
membuka meterai-meterai dan sebagai penunggang kuda. Kedua,
berdasarkan analisa pertama, maka banyak penafsir melihat bahwa
kuda putih itu suatu hukuman. Pendapat ini disejajarkan dengan
pendapat tentang keempat kuda lainnya yang melambangkan
kekuatan-kekuatan kejahatan. Pada intinya, semua meterai yang
dibukakan Anak Domba itu memaparkan tentang dunia yang mengalami
konflik dan penderitaan dahsyat. Hal ini sejajar dengan khotbah
Yesus yang mengajarkan kepada kita bahwa sebelum kedatangan-Nya
kembali, akan datang bencana-bencana menimpa dunia (bdk.
Ada dua hal yang harus kita ingat. Pertama, bahwa Kristus yang mengikhtiarkan keselamatan manusia, dapat menjadi murka dan menghukum. Kedua, bila kini kita harus menanggung kesulitan karena kesetiaan kita kepada Allah, ingatlah bahwa Dia setia.
Renungkan:
Hiduplah seperti para martir yang demi mempertahankan kesetiaan
kepada Allah rela menderita, bahkan sampai mati.
Utley -> Why 6:1-2
Utley: Why 6:1-2 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 6:1-21 Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama dari ...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 6:1-2
1 Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: "Mari!" 2 Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan.
Wahy 6:1 "Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu" Ayat ini menunjukkan hubungan antara pasal Wahy 5; 6. Meterai ini dibuka sebelum kitab dibaca, maka, banyak penterjemah mengasumsikan bahwa itu adalah wakil dari masalah yang terjadi pada segala masa (lih.Mat 24:6-12). Namun, karena intensitas penghakiman bertumbuh, beberapa melihat ini sebagai persiapan segera ke akhir zaman. Berikut adalah arti interpretatif antara kerajaan sebagai PRESENT dan FUTURE. Ada fluiditas dalam Perjanjian Baru antara "sudah" dan "belum". Kitab Wahyu itu sendiri menggambarkan arti ini. Ditulis untuk orang percaya yang dianiaya di abad pertama (dan setiap abad) dan belum secara profetis ditujukan pada generasi terakhir orang percaya. Kesengsaraan itu umum di setiap zaman!
Meterai ketujuh adalah tujuh sangkakala dan sangkakala ketujuh adalah ketujuh cawan. Seperti telah dicatat, masing-masing lebih intensif daripada sebelumnya. Dua hal yang pertama adalah untuk tujuan penebusan. Namun bagi saya, meterai keenam dan sangkakala keenam menggambarkan akhir zaman. Oleh karena itu, sinkron secara alami dan tidak secara kronologis berurutan.
Kedua yang Datang dibahas tiga kali, pada akhir meterai (lih.Wahy 6:12-17) dan sangkakala (lih.Wahy 11:15-18), dan tidak hanya pada akhir cawan di Wahy 16:17-21 dan dalam bab Wahy 19:11-21. Ini adalah pola struktur kitab ini. Ini adalah drama apokaliptik dalam beberapa Kisah para rasul! Lihat Pengantar Wahyu, C., hal 10.
□ "dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh:" Keempat makhluk hidup, seperti para tua-tua, adalah tingkat penciptaan malaikat. Suara seperti guruh ini, juga disebutkan dalam Wahy 14:2; 19:6.
□ "'Mari'" Istilah ini berarti "datang" atau "maju". naskah Yunani kuno Sinaiticus uncial (א) menambahkan "dan lihat" (lih.KJV), tetapi Alexandrinus (A) hanya mencatat "mari". Dalam konteks ini perintah tersebut (PRESENT IMPERATIVE) tidak merujuk kepada Yohanes atau jemaat, tapi kepada keempat penunggang kuda (lih.Wahy 6:3,5,7).
Wahy 6:2 "Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih " Konteks ini merupakan acuan kepada Za 1:8 (empat kuda) Za 6:1-8 (empat kereta). Ada banyak diskusi tentang identitas penunggang kuda ini. Berbagai penafsiran-jauh dari Yesus ke anti-Kristus. Dengan kebingungan seperti itu, dogmatisme adalah tidak pantas. Beberapa percaya bahwa hal itu merujuk kepada Kristus karena deskripsi serupa yang ditemukan dalam Wahy 19:11-21, namun tampaknya yang menjadi kemiripan hanya warna kuda. Orang lain melihat ini sebagai referensi untuk penyebaran Injil. Hal ini karena mereka melihat pasal-pasal ini paralel dengan wacana Olivet dari Mat 24; Mr 13, dan Luk 21. Oleh karena itu, ini diasumsikan menjadi acuan untuk Mat 24:14 dan Mr 13:10.
Sudah diusulkan, berdasarkan Yeh 39, hal ini berhubungan dengan Gog memimpin pasukan melawan umat Allah. Melambangkan akhir zaman anti-Kristus (lih.2Tes 2). Tampaknya sangat tidak biasa bahwa malaikat bisa memerintahkan Yesus untuk datang. Meskipun Yesus mengenakan mahkota di pasal Wahy 6; 19, kata- kata Yunani untuk menggambarkan mahkota ini berbeda. Di sana, Yesus disebut "setia dan benar," tapi tidak di sini. Penunggang pemenang tidak dijelaskan sama sekali. Penunggang ini digambarkan memiliki panah dalam pasal Wahy 6, tapi di pasal Wahy 19, Kristus memiliki pedang bermata dua dalam mulut-Nya, sehingga kesamaannya jauh dibayangi oleh perbedaan. Mungkin hanyalah salah satu dari malapetaka dari Perjanjian Lama. Malapetaka ini, yang merupakan acuan kepada Im 26 dan Yeh 14:21, telah dijabarkan dalam ay. Wahy 6:8. Putih bukan hanya sebuah simbol warna untuk kebenaran, tetapi juga simbol dari kemenangan militer Romawi. jenderal Romawi yang telah menang dalam pertempuran berkuda dalam kereta melalui jalan-jalan di Roma ditarik oleh empat kuda putih.
□ "dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah" Panah adalah senjata pilihan yang ditakuti pemanah gunung dari gerombolan Parthia (yang menunggang kuda putih). Panah ini sering digunakan dalam PL untuk menggambarkan YHWH sebagai prajurit (lih.Mazm 45:4-5; Yes 41:2; 49:2-3; Hab 3:9; Za 9:13 dan mungkin Kej 9:13). Ada juga contoh YHWH menghakimi bangsa-bangsa lain dalam metafora Dia mematahkan panah mereka (lih. Mazm 46:9; Yer 51:56 dan Hos 1:5).
□ "dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota" Ini adalah mahkota "Stephanos", yang berarti mahkota pemenang, sementara yang disebutkan dalam Wahy 19:11 Kristus adalah "Diadema," sebuah mahkota kerajaan.
□ "Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan" Simbol dalam ayat Wahy 6:1 adalah perang dan penaklukan. Karena penunggang kuda pertama dan kedua dijelaskan dengan tujuan yang sama, beberapa orang melihat yang pertama sebagai perang penaklukan dan yang kedua sebagai perang saudara. Ini adalah spekulasi, tetapi dua kuda entah bagaimana adalah paralel.
Topik Teologia -> Why 6:1
Topik Teologia: Why 6:1 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Domba Allah
Yoh 1:29 Yoh 1:36 1Pe 1:19 Wah 5:6,8,12-13 Wah 6:1 Wah 6:16 ...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Para Malaikat Baik
- Sebutan-sebutan Yang Menggambarkan Para Malaikat Baik
- Ciptaan-ciptaan yang Hidup
TFTWMS: Why 6:1-2 - Kemenangan Kemenangan (Wahyu 6:1, 2)
Ketika meterai pertama dibuka, Yohanes melihat "seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah ...
Kemenangan (Wahyu 6:1, 2)
Ketika meterai pertama dibuka, Yohanes melihat "seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota.8Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan" (ay. 2).
Penunggang ini membawa busur panah, senjata yang melambangkan kekuatan militer (lihat Mazmur 46:9; Yeremia 51:56; Yehezkiel 39:3, 9; Hosea 1:5). Sebagian besar simbolisme meterai pertama berkaitan dengan tema kemenangan: "Kuda putih bagi orang-orang zaman dahulu melambangkan kemenangan."9Mahkota yang diberikan kepada penunggang itu bukan mahkota penguasa (diadema), tetapi mahkota kemenangan (stephanos).10 Selanjutnya., kata-kata "kemenangan"dan "pemenang" berasal dari bentuk kata kerja nike ( "Kemenangan").
Penunggang Kuda Pertama (6:1, 2)
Mungkinkah kita mengidentifikasi penunggang yang menang ini? Fakta bahwa penunggang kuda keempat dikenali sebagai "Maut" (6:8) menunjukkan bahwa setiap penunggang dapat diberi label umum. Karena benar begitu, kita bertanya, "Siapakah atau apakah yang dilambangkan oleh orang yang menunggang kuda putih itu?"11
Beberapa tahun yang lalu, ketika saya mulai mengajar kitab Wahyu, saya yakin bahwa penunggang ini adalah Yesus. Apalagi, Kristus muncul di atas kuda putih di pasal 19. Pandangan ini memiliki pengikut yang kuat dan bisa jadi benar;12tetapi sejalan dengan berlalunya waktu, saya tiba pada kesimpulan yang sama yang Frank Pack ungkapkan: "Satu-satunya kesamaan antara kuda ini dan penunggangnya dan penunggang kuda yang dijelaskan di 19:11 … adalah warna kudanya."13
Pertimbangkanlah beberapa perbedaannya:

TFTWMS: Why 6:1-8 - Tidak Ada Kejutan! Tidak Ada Kejutan!(WAHYU 6:1-8)
Hari ini Anda berulang tahun, dan Anda mengira tidak satu orang pun yang mengingatnya. Anda menghampiri pintu dan ses...
Tidak Ada Kejutan!(WAHYU 6:1-8)
Hari ini Anda berulang tahun, dan Anda mengira tidak satu orang pun yang mengingatnya. Anda menghampiri pintu dan seseorang berseru, "Kejutan!" Tiba-tiba, teman-teman Anda berkerumun di sekitar Anda dengan senyum lebar di wajah mereka. Bagi banyak orang, hal itu akan menjadi kejutan yang menyenangkan.1
Beberapa kejutan ada yang tidak begitu menyenangkan. Beberapa minggu setelah Anda membeli sebuah mobil, mobil itu mogok. Tukang servis memberitahu Anda bahwa dibutuhkan biaya jutaan rupiah untuk memperbaikinya. Anda mendatangi pedagang mobil itu, dengan kartu garansi di tangan. Sambil tersenyum, ia menunjuk kepada tulisan kecil di dokumen itu: Masalah khusus itu tidak termasuk di dalam garansi. Mengejutkan!
Selama ini Anda merasa tidak bugar. Anda tidak mengira itu masalah serius— Anda hanya merasa lebih cepat lelah. Namun, Anda memutuskan untuk melakukan pemeriksaan atas tubuh Anda. Dokter melakukan beberapa tes dan kemudian masuk ke dalam ruang periksa dengan tatapan serius di wajahnya. "Anda mengidap leukemia," katanya. "Kami mungkin bisa atau tidak bisa menolong Anda." Mengejutkan!
Kejutan yang muncul sekali-sekali membuat hidup tidak membosankan, tapi sejauh menyangkut kegiatan sehari-hari, sebagian besar dari kita ingin tahu apa yang perlu diduga. Secara umum, kita lebih suka kehidupan dengan "tidak ada kejutan." Tuhan menganggap penting kehidupan "tanpa kejutan" bagi orang Kristen— terutama mengenai penganiayaan. Ia berbicara dengan keterusterangan yang menakjubkan mengenai penganiayaan yang murid-murid-Nya akan hadapi:
Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selama … (Matius 10:21, 22).
"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang (Matius 10:34).2
Paulus punya pikiran yang sama. Ia memberitahu orang-orang Kristen baru, "… untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara" (Kisah 14:22b). Ia juga menulis bahwa "Setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya" (2 Timotius 3:12). Alkitab sangat banyak berbicara tentang penganiayaan terhadap pengikut Yesus sehingga Petrus bisa menulis, "Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu …, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu" (1 Petrus 4:12; huruf miring oleh saya).
Di dalam pelajaran sebelumnya, saya menunjukkan bahwa salah satu alasan yang mungkin untuk memulai isi kitab Wahyu dengan penglihatan yang tak menyenangkan tentang empat penunggang kuda adalah agar tidak "ada kejutan" bagi umat Kristen abad pertama mengenai "nyala api siksaan" yang menanti mereka. Kita masih perlu memahami apa yang terlibat ketika kita menyerahkan hidup kita kepada Yesus. Kita akan melanjutkan pelajaran kita tentang empat penunggang kuda, dengan penerapan khusus kepada pelbagai tantangan hari ini.
APAKAH PARA PENUNGGANG KUDA ITU BERKUDA TERUS?
Pahamilah bahwa para penunggang kuda yang mengerikan itu tidak hanya berkuda di abad pertama, kedua, dan ketiga. Empat penunggang itu mulai berkuda ketika dosa memasuki dunia (Kejadian 3), dan selama berabad-abad mereka telah secara terus menerus menyiksa umat manusia. Wahyu 6:1-8 telah disebut "sejarah pawai penderitaan." John Bowman mengatakan bahwa empat adegan pertama "menceritakan kisah yang suram. Kisah sedih tentang kekecewaan manusia dan kesia-siaan jerih payahnya; kisah gemuruh yang berulang tentang jatuh bangunnya budaya dan peradaban."3Eugene Peterson menyatakan bahwa para penunggang kuda itu melambangkan kejahatan akibat kebiadaban manusia terhadap manusia:
Perang adalah kejahatan sosial; kelaparan adalah kejahatan ekologi; penyakit adalah kejahatan biologi. Perang menyerang kebaikan masyarakat; kelaparan melanggar dan merusak kemurahan hati Allah; penyakit menghancurkan dan menyia-nyiakan tubuh yang diberikan Allah: dosa terhadap masyarakat, dosa terhadap tanah, dosa terhadap tubuh.4
Saya bisa mendengar protes: "Sesungguhnya, empat penunggang kuda itu sudah mengandangi kuda mereka itu beberapa waktu di masa lalu. Mereka sudah tidak lagi berkuda di zaman kita yang tercerahkan, bukan?" Saya takut bahwa bukti menuntut jawaban yang menggema: "Ya, mereka masih berkuda." Di dalam pelajaran kita sebelumnya, kita mencatat komentar Bruce Metzger ini:" Di dalam pelbagai buku, koran, di artikel-artikel majalah, dan siaran radio, kita membaca dan mendengar tentang Empat Penunggang Kuda Apokalipse, yang saat ini sedang melintasi bumi."5
Burton Coffman setuju:" Setiap surat kabar pagi hari berisi penjelasan tentang apa yang kuda pembinasa ini sedang lakukan, … sekarang ini di seluruh dunia"6
Jika diperlukan bukti bahwa empat penunggang kuda itu sudah selalu, dan akan selalu, berkuda di atas bumi, pertimbangkanlah hal-hal berikut ini:
Penunggang Kuda Putih
Saya berpendapat bawah penunggang pertama adalah orang siapa saja atau sekelompok orang yang bertekad Penunggang Kuda Putih (6:1, 2) memaksakan kehendak mereka ke atas orang lain.7Dimulai dengan Kain, manusia mendambakan apa yang orang lain miliki—dan rela berbuat apa saja untuk mendapatkannya.8
Seorang pengemis menanya seorang jutawan, "Berapa banyak dolar lagikah Yang dibutuhkan untuk Membuat Anda benar-benar bahagia?"
Jutawan itu, Sambil mengulurkan tangannya yang bengkok Ke dalam batok pengemis, menjawab, "Hanya satu dolar lagi!"9
Tuan tanah yang serakah berkata, "Aku tidak menginginkan semua tanah di dunia, aku hanya ingin tanah yang berdekatan dengan milikku."
Penunggang kuda putih beroperasi pada setiap tingkat hubungan: pribadi, nasional, dan internasional. Apakah Anda mencap dia "penaklukan," "imperialisme," "keserakahan," atau " egoisme yang mengamuk," ia terus saja berpacu melintasi dunia—dan bencana selalu menyertai.
Penunggang Kuda Merah
Dunia yang sakit karena dosa selalu memiliki "perang dan rumor tentang perang." Albert Einstein membuat ulasan yang menyedihkan "Selama ada bangsa-bangsa berdaulat yang punya kekuatan besar, perang tidak bisa dihindari."10Pelbagai upaya telah dilakukan untuk memuliakan perang, tetapi perkataan Jenderal William Tecumseh Sherman, yang diucapkan pada tahun 1880, masih terdengar benar: "Saya lelah dan muak dengan perang … Hanya orang-orang yang tidak pernah Penunggang Kuda Merah (6:3, 4) melepaskan tembakan atau mendengar jeritan dan erangan orang terluka yang berseru keras meminta darah, balas dendam yang lebih berat, kehancuran yang lebih parah."11
Saya pernah mendatangi tempat pelbagai pertempuran yang terjadi itu yang mendorong keluarnya pernyataan Sherman itu. Saya telah mengunjungi kuburan-kuburan di mana para pejuang yang gugur membentang sejauh mata memandang. Saya telah melihat warisan suram perang berupa tubuh, pikiran, dan kehidupan yang hancur berantakan. Saya pernah ikut merasakan kesedihan tak terucapkan dari mereka yang ditinggalkan. Penunggang kuda kedua masih berkuda di antara kita—dan menolak untuk mengandangi kudanya, bahkan untuk satu hari saja.
Penunggang Kuda Hitam
Jika ada penunggang kuda mana saja yang harus sudah pensiun dari dahulu, penunggang itu adalah penunggang kuda hitam: kesulitan ekonomi. Teknologi pertanian sudah terus membaik; satu orang dapat menumbuhkan hasil yang cukup untuk memberi makan seribu orang.12Meskipun demikian, tidak bisa disangkal bahwa 70 persen populasi dunia pergi tidur dengan perut kosong. Ketika saya menutup mata saya, saya bisa melihat tayangan televisi tentang orang-orang putus asa yang mengais-ngais tumpukan sampah untuk memperoleh remah-remah guna menghilangkan rasa lapar mereka yang menggigit—atau tayangan tentang anak-anak yang kelaparan dengan tulang iga yang kurus menonjol dan perut buncit.
Penunggang Kuda Hitam (Wahyu 6:5)
Penunggang Kuda Hijau Kuning
Bagaimana dengan penunggang keempat dan rekannya? Apakah Maut dan Kerajaan Maut terus "membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi" (6:8)?
Adalah jelas bahwa pedang itu tidak pernah disarungkan. Contoh-contoh dari masa lalu dan masa kini sangat banyak: enam juta orang Yahudi tewas dalam Holokaus; laki-laki, perempuan, bocah laki-laki, dan bocah perempuan menguap oleh badai atom di Hiroshima; bahkan sekarang ini mayat-mayat yang hancur bergelimpangan di jalan-jalan kota yang dilanda perang.13Lebih dekat ke rumah, siapakah yang belum pernah menguburkan orang yang dicintai yang lebih mahal dari kehidupan itu sendiri?
Kelaparan terus digunakan oleh duet mematikan ini. Kelaparan yang disebabkan oleh perang menyebabkan lima juta kematian di Cina pada tahun 1943 dan penderitaan yang tak terkatakan di Kamboja pada akhir tahun 1970an. Saat ini, kelaparan yang disebabkan oleh kekeringan sedang menelan korban.
Sampar selalu menjadi senjata yang menghancurkan di gudang Kematian. Black Death (wabah pes) menewaskan seratus juta orang di Timur Tengah, Eropa, dan Asia selama abad keenam, dan tujuh puluh lima juta orang di Eropa pada abad Penunggang Kuda Hijau Kuning (6:7, 8) keempat belas. Epidemi influenza pada tahun 1918-19 mempengaruhi keluarga saya; ibunya ayah saya adalah satu di antara dua puluh juta orang yang meninggal (ayah berusia empat tahun pada waktu itu). Epidemi AIDS yang sedang mengamuk saat ini bisa membuktikan sebagai wabah mematikan sejauh ini.
Bagaimana dengan "binatang-binatang buas di bumi"? Di tempat saya tinggal, sebagian besar binatang buas berada di kebun binatang. Apakah Maut sekarang ini mengalami kekurangan "binatang buas" di kandangnya? Atau apakah binatang-binatang buas dari kerajaan binatang semata-mata telah digantikan oleh "binatang buas" yang jauh lebih mematikan—teroris di Roma, Beirut, dan Belfast; orang-orang gila seperti mereka yang meledakkan gedung federal di Oklahoma City, Oklahoma; "pemerkosa bermobil sirene biru" dari White County, Arkansas?14
Tentunya, tidak ada yang akan membantah ketika saya mengatakan bahwa penunggang kuda keempat berkuda terus. Tidak ada yang bisa menghindari dia. Bahkan jika Anda berada di luar jalur tiga penunggang kuda pertama, Anda tidak bisa luput dari penunggang kuda hijau kuning. Kitab yang memuat tugasnya memiliki nama Anda di dalamnya (Ibrani 9:27).
Sudahkah saya meyakinkan Anda bahwa keempat penunggang kuda itu masih berkuda saat ini? Earl Palmer menyimpulkan bahwa mereka adalah "hantu-hantu abadi," dan bahwa satu-satunya hal yang berubah adalah cara mereka beroperasi:
Para pemanah yang memburu korbannya pada abad pertama menggunakan rudal balistik antar benua di abad ini. Para penunggang kereta perang mengancam [hari-hari] akhir abad kedua puluh dengan tank-tank, helikopter-helikopter kecepatan tinggi, dan pelbagai serangan kejut teroris di jalan-jalan kota. Hanya kelaparan dan kematian yang tidak berubah. Seorang anak yang kelaparan di [zaman pertanian] abad pertama terlihat sama seperti anak yang kelaparan di abad kedua puluh zaman industri.15
MENGAPAKAH ALLAH MENGIZINKAN MEREKA BERKUDA?
Jika kita mengakui keempat penunggang kuda itu masih berkuda sekarang ini, timbul satu pertanyaan—pertanyaan yang pasti muncul di zaman Yohanes juga: "Mengapakah?" Allah melakukan sesuatu dengan tujuan. Hal apakah yang Tuhan sedang coba komunikasikan di dalam penglihatan tentang empat penunggang kuda itu? Di dalam pelajaran kita sebelumnya, kita bergumul dengan pertanyaan serupa dari sudut pandang umat Kristen abad pertama. Mari kita sekarang bergumul dengan hal itu dari sudut pandang kita sendiri.16
Masa Depan Akan Dipenuhi Dengan Tragedi
Satu kebenaran yang Allah ingin kita ketahui adalah bahwa, sejauh menyangkut dunia ini, masa depan akan selalu dipenuhi dengan tragedi. Tommy South menulis, "Beberapa orang selalu mencari Utopia, 'sorga di bumi,' 'zaman keemasan' kedamaian dan ketenangan. Empat meterai pertama dengan tegas menyatakan bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi. Sorga akan berada di sorga, dan bukan satu menit sebelumnya."17.
Pelbagai masalah di sekitar kita adalah bukti bahwa kita hidup di dunia yang penuh dosa. Dosa pertama membawa kutukan berupa duri dan onak, keringat, dan penderitaan (Kejadian 3:16-19). Keberdosaan manusia yang tak pernah henti menghantui terus bumi. Metzger menulis:
Allah tidak menyetujui adanya kelaparan dan kematian dan neraka, tetapi semua itu adalah apa yang harus terjadi jika orang bersikeras menentang peraturan Allah.… Abaikanlah hukum-hukum fisika, seperti melangkah di pinggir tebing, maka bencana menyusul. Abaikanlah hukum-hukum moral, maka timbulnya bencana adalah pasti.… Allah tidak menghendaki kesengsaraan, tapi selama kita ini adalah makhluk bebas Allah membolehkan semua itu terjadi.18
Orang Setia Akan Menghadapi Pencobaan
Allah juga ingin kita mengerti bahwa, bahkan jika kita ini setia, kita masih akan harus menghadapi pelbagai pencobaan. Nabi-nabi "sehat-dan-kaya" zaman kini bersikeras bahwa orang yang benar-benar setia terbebas dari pelbagai kesulitan normal kehidupan. Murid-murid mereka19dijanjikan kesehatan yang sempurna dan keamanan finansial. Mengenai pencobaan, ajaran mereka adalah "tidak ada penderitaan," sementara ajaran Yesus adalah "jangan terkejut." Yesus berbicara tentang "nabi-nabi palsu" yang akan muncul dan "menyesatkan banyak orang" (Matius 24:11). Yohanes berkata bahwa "banyak nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia" (1 Yohanes 4:1b). Mereka yang menyatakan bahwa orang yang setia tidak memiliki masalah20 adalah bukti bahwa Yesus dan Yohanes mengatakan kebenaran.
Yang benar adalah, orang Kristen tidak keluar dari kuburan baptisan air rohaniah ke dalam dunia sempurna yang berisi kedamaian dan kekayaan lahiriah. Sebagai makhluk lahiriah, kita harus menghadapi semua trauma harian, pelbagai peristiwa dunia yang mengancam, pelbagai penyakit, dan kematian yang harus dihadapi oleh umat manusia lainnya.…21
Di dalam pelajaran sebelumnya, saya mengatakan bahwa "kekacauan, pencobaan, dan kesengsaraan adalah jatah semua orang, tetapi orang Kristen menerima porsi ganda: Para pengikut Yesus bukan hanya tunduk kepada pelbagai perubahan normal kehidupan, tetapi mereka juga disalahpahami dan sering dianiaya oleh karena iman mereka." Jika kita belum menyadari kebenaran ini, kita perlu menyadarinya.
Saya berjuang keras menemukan cara menyampaikan konsep kuda-kuda yang menyerbu dan kepanikan yang mereka akan timbulkan. Sedikit dari kita yang pernah melihat penyerbuan, apalagi berada di tengah-tengahnya. Saya telah melihat banyak kuda dan pernah menunggangi beberapanya, tetapi tidak ada yang membuat saya takut (meskipun perasaan saya terluka ketika salah satunya melemparkan saya). Ilustrasi ini muncul dalam pikiran: Sebagian besar dari kita tahu bahaya berada di jalur rel kereta api saat kereta api mendekat. Bayangkanlah bahwa kita bertekad untuk tetap berada pada jalur itu, tidak peduli apa yang terjadi. Sekarang bayangkanlah akan seperti apakah perasaan kita ketika kita berdiri di jalur itu sambil memperhatikan lokomotif besar menghampiri kita, roda-roda bergemuruh, peluit melengking. Perasaan kita kira-kira akan seperti perasaan orang-orang di dunia kuno ketika mereka melihat kuda-kuda menyerbu ke arah mereka dan tidak ada tempat untuk bersembunyi.
Penglihatan tentang empat penunggang kuda itu merupakan bukti tambahan bahwa tidak mudah untuk menjadi pengikut Yesus!
Bapa Akan Mendukung Orang Susah
Saya rasa kebenaran utama yang Allah ingin kita pelajari dari empat meterai pertama adalah bahwa Ia akan selalu mendukung anak-anak-Nya yang susah. Sebagian besar dari kita sudah tahu bahwa dunia ini penuh dengan masalah dan beberapa dari masalah itu dipastikan tumpah ke dalam kehidupan kita sendiri. Apa yang perlu diingatkan kepada kita adalah bahwa Allah tidak meninggalkan kita ketika masalah datang.
Salah satu alasan Allah membiarkan empat penunggang kuda itu berkuda adalah untuk memberikan kesan kepada kita kebutuhan kita terhadap Dia—untuk menyebabkan kita berpaling kepada Dia. Iblis menggunakan empat penunggang kuda itu untuk alasan yang berlawanan: menjauhkan manusia dari Tuhan. Satu contoh keberhasilan setan dapat dilihat di dalam argumen yang paling populer untuk "membuktikan" bahwa Allah tidak ada: "Jika Allah ada," intelektual semu bertanya," mengapa ada begitu banyak kesusahan di dunia?"22
Namun begitu, sejauh menyangkut orang banyak, Iblis memanfaatkan para penunggang kuda itu dalam pendekatan yang lebih halus: Ia menggunakan malapetaka yang ditimbulkan oleh empat penunggang itu untuk membuat manusia berfokus kepada pelbagai masalah planet Bumi. Mengenai strategi ini, Eldred Echols menulis, Karena tahu bahwa kita adalah makhluk lahiriah, Iblis menggunakan setiap sarana lahiriah yang bisa ia gunakan untuk membuat kita lengah secara rohani. Ia menyerang kita secara lahiriah dan menyebabkan kita berkonsentrasi kepada hal-hal seperti kelaparan, penyakit, kekurangan pangan, lingkungan, dll. Ia bahkan mengalihkan perhatian kita dari peperangan rohani yang lebih penting [yaitu, perang yang sedang kita lakukan terhadap dia].23
Dalam pertempuran melawan orang-orang percaya, Iblis melebarkan strategi ini selangkah lebih jauh. Ketika kita menemukan penunggang kuda itu berada pada jalur tabrakan dengan kehidupan kita sendiri, setan berbisik, "Pusatkan perhatianmu kepada binatang-binatang yang kejam ini dan para penunggangnya yang tidak simpatik. Biarkan penindasan mereka itu membanjir pikiran dan hati Anda. Biarkan mereka membenamkan Anda ke dalam depresi dan putus asa!" Peterson tulis, Ketika kita mengalami kejahatan dalam bentuk apa saja hal itu dirasakan secara total. Itu menghapus segala sesuatu yang lain. Sakit gigi menghilangkan kesadaran tentang kesehatan setiap bagian lain tubuh itu. Jari kaki yang sakit memustahilkan penghargaan atas fakta indah bahwa saya bisa menekuk siku saya dengan mudah.24
Ketika saya membaca tulisan Peterson itu, saya teringat sakit gigi serius saya yang pertama kali dan malam tanpa tidur di mana dunia mengecil sampai yang tersisa hanya denyut mengerikan di rahang saya. Jika kita tidak berhati-hati, ketika masalah serius menghadang jalan kita, kita bisa menjadi sangat dikuasai oleh mereka sehingga kita kehilangan segala sesuatu yang lain: Kita bisa kehilangan kebaikan dalam kehidupan, orang lain yang juga punya kebutuhan, dan bahkan Allah kita yang mengasihi kita.
Edisi majalah Life Oktober 1993 berisi foto yang menghantui tentang seorang anak laki-laki bernama Jenson yang sedang bermain suling. Di bawah rambut poninya yang panjang, gelap, di mana seharusnya matanya berada, hanya terdapat rongga mata yang kosong. Apapun alasannya, kebutaan pantas disesalkan; tetapi Jenson, di Bogota, Kolombia, memiliki pengalaman yang lebih menyedihkan dibandingkan kebanyakan orang. Ketika ia berusia sepuluh bulan, ibunya membawa dia ke rumah sakit karena diare yang sangat parah. Ketika ibu itu kembali keesokan harinya, perban menutupi mata anaknya, dan tubuhnya berlumuran darah kering. Ia segera membawa dia ke rumah sakit lain, di mana dia diberitahu bahwa seseorang telah mencuri mata anaknya itu. Betapa tragis! Izinkan saya memberitahu Anda sesuatu yang lebih tragis daripada kisah pencuri organ dari Kolombia itu: Ada pribadi yang mencuri mata rohani, kemampuan manusia untuk melihat dan membedakan apa yang benar-benar penting, kemampuan untuk melihat tangan Allah di dalam pelbagai masalah yang menyerang kehidupan kita. Pribadi itu adalah Iblis!25Terima kasih Allah, "sebab kita tahu apa maksudnya" (2 Korintus 2:11b). Jangan biarkan iblis menggunakan "kekhawatiran … hidup ini" (Lukas 8:14) untuk mencuri ketajaman roh Anda!
Pada pelajaran sebelumnya, saya menunjukkan kata yang digunakan di 6:1-8 yang menekankan bahwa Allah pegang kendali dan sedang melaksanakan rencana dan tujuan-Nya. Seraya pelajaran kita berlanjut, kita akan melihat bahwa di pusat rencana dan tujuan-Nya adalah keinginan untuk memberkati umat-Nya. Allah mengasihi kita, Ia berada di pihak kita. Dulu sekali, Ia berkata kepada Musa, "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku … dan Aku telah mendengar keluh kesah mereka, dan Aku telah turun untuk melepaskan mereka" (Kisah 7:34a). Allah memiliki perasaan itu di abad pertama, dan Ia masih memilikinya sekarang ini!
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Gemuruh Derap Kaki Kuda
WAHYU 6:1-8
Gambaran dan terminologi Kitab Wahyu telah menjadi bagian kosakata dunia Barat. Misalnya, pikirkanlah kata "...
Gemuruh Derap Kaki Kuda
Gambaran dan terminologi Kitab Wahyu telah menjadi bagian kosakata dunia Barat. Misalnya, pikirkanlah kata "apokalipse." Definisi populernya adalah "kerusakan besar atau total,"1dan surat kabar yang flamboyan menggunakan kata itu dalam pengertian itu di dalam judul utama mereka. Nabi-nabi peramal kehancuran menggunakan kata "apokalipse" ketika mereka meramalkan akhir dunia.
Kata lain yang sering terdengar adalah "Armagedon," yang dianggap sebagai "konflik yang mengerikan" atau bahkan "pertempuran terakhir antara kekuatan baik dan jahat." Sebuah buku tentang strategi perang nuklir diberi judul The Wizards of Armageddon. Kata lain yang masih berhubungan dengan Kitab Wahyu adalah "milenium,"yang berarti "seribu tahun." Kata-kata ini umum digunakan sebagai pendekatan abad kedua puluh satu. Istilah itu sering diberikan dengan nada sinis.
Salah satu simbol yang lebih familiar di kitab Wahyu adalah empat penunggang kuda di pasal 6. Ketika Billy Graham menulis sebuah buku yang memperingatkan dunia tentang gejala-gejala yang merusak diri sendiri, ia menyebutnya Mendekati Derap Kaki Kuda: Empat Penunggang Kuda Apokalipse. Novel anti perang terkenal Vincente Blasco Ibanez (kemudian difilemkan) berjudul Empat Penunggang Kuda Apokalipse.
Karya-karya seperti itu mencerminkan beberapa kesalahpahaman tentang empat penunggang kuda, tetapi karya-karya itu memang menggambarkan fakta bahwa gambaran itu masih berbicara kepada pikiran moderen. Bruce Metzger mengatakan, Ada beberapa pasal di Kitab Wahyu yang berbicara lebih langsung kepada zaman kita …. Di dalam pelbagai buku, koran, di artikel-artikel majalah, dan siaran radio, kita membaca dan mendengar tentang Empat Penunggang Kuda Apokalipse, yang saat ini sedang melintasi bumi.2
Di dalam pelajaran ini, kita ingin mengeksplorasi kemungkinan arti dari empat penunggang kuda itu bagi umat Kristen di zaman Yohanes. Di dalam pelajaran berikutnya, kita akan membahas apa arti penting, jika ada, para penunggang kuda itu untuk kita di zaman kini.
ANTISIPASI
Penekanan pasal 5 adalah Anak Domba yang mengambil gulungan kitab yang bermeterai dari tangan Pribadi yang duduk di atas tahta (5:7). Di 6:1 Yohanes berkata, "Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk3itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: 'Mari!'"4
Yohanes mungkin berpikir bahwa ia sendiri akan membaca apa yang tertulis di dalam gulungan kitab itu atau orang lain yang akan membacakan kata-katanya kepada dia. Alih-alih membaca atau mendengar kata-kata itu, ia malah melihat empat kuda berlari kencang menuju pandangannya. Gulungan kitab itu ternyata sebuah kitab ilustrasi yang gambar-gambarnya melompat ke luar dari halaman-halamannya dan berlari kencang melintasi penglihatan Yohanes.5Saya teringat akan sejenis buku yang umum ketika saya masih anak-anak. Masing-masing buku itu memiliki serangkaian gambar kartun di sudut atas halaman-halamannya. Ketika halaman-halaman itu dibalik, kartun itu tampaknya menjadi hidup.
Dalam hal tertentu, simbolisme empat meterai pertama memang dikenal baik oleh orang-orang Yahudi dan Kristen di zaman itu. Kuda biasanya memicu pemikiran tentang perang. "Kuda [pada waktu itu] adalah hewan untuk pertempuran: lembu untuk pertanian, keledai untuk transportasi, kuda untuk pertempuran."6Jumlah kuda dan warnanya yang bervariasi itu bahkan memiliki padanannya di Perjanjian Lama. Zakharia 1:8-10 dan 6:1-7 menceritakan empat kuda yang warnanya berbeda yang digunakan dalam pelayanan Allah. Namun begitu, perbedaan yang signifikan dapat dilihat antara kuda-kuda Zakharia dan kuda-kuda Wahyu 6.7Ketika semua fakta diketahui, empat penunggang kuda Apokalipse itu memang unik.
TINDAKAN!
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata...
"PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata "pengangkatan" tidak ada di dalam Alkitab; ajaran tentang Pengangkatan adalah anti-Alkitab. Dr Robert Kuat memberikan definisi doktrin itu:
Yang dimaksud dengan Pengangkatan adalah kedatangan Kristus yang tiba-tiba dan kemungkinan rahasia di angkasa untuk membawa pergi dari bumi tubuh-tubuh yang dibangkitkan dari orang-orang yang telah mati dalam iman dan juga orang-orang kudus yang hidup.1
Namun begitu, menurut Wahyu 1:7, setiap mata akan melihat Tuhan ketika Ia datang-bahkan orang-orang fasik yang telah menikam lambung-Nya! Tidak satu pun tentang masalah ini akan menjadi rahasia! Juga, seperti yang 1 Tesalonika 4:16 tegaskan, akan ada sorak-sorai pujian atas kembalinya Tuhan!
Kaum dispensasi menyatakan bahwa periode Pengangkatan berlangsung selama tujuh tahun. Selama masa ini orang-orang kudus hidup dalam damai, sementara orang-orang berdosa mengalami kesusahan besar di bumi. Sebaliknya, Tuhan mengajarkan di dua perumpamaan Matius 13 bahwa tidak akan ada pemisahan orang baik dan orang jahat sampai hari kiamat tiba. Bacalah dengan seksama cerita tentang lalang dan pukat tersebut. Juruselamat kita menekankan bahwa orang benar dan orang fasik akan hidup berdampingan sampai dipisahkan selamanya ke dalam sorga atau neraka. Di dalam Yohanes 6 Kristus sebanyak empat kali mengacukan hari kiamat itu. Sebelumnya, di dalam Yohanes 5:28, 29, Yesus berjanji bahwa semua orang yang berada di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya dan bangkit pada waktu yang sama untuk menerima penghakiman. Di sana hanya akan ada satu kebangkitan-terdiri dari orang baik dan orang jahat (Kisah 24:15).
Di dalam 1 Tesalonika 4 Paulus membahas secara khusus apa yang akan terjadi terhadap orang-orang kudus itu-baik yang mati maupun yang hidup-ketika sang Penebus datang. Pada halaman berikutnya Alkitab saya, di dalam 2 Tesalonika 1:4-10, rasul yang sama, mengenai masalah yang sama tentang kedatangan Kristus, kepada para pendengar yang sama-gereja Tesalonika-memberitahu kita bahwa ketika (keterangan waktu) Tuhan datang, Ia akan dikagumi oleh orang-orang kudus sementara orang fasik dibanjiri oleh murka Allah! Tidak ada tempat atau waktu yang telah disisihkan untuk apa yang disebut Pengangkatan. (Lihat Ibrani 9:27, 28.)
Di Efesus 4:4 kita ketahui bahwa di dalam agama Kristen ada satu harapan- bukan dua atau tiga, tapi hanya satu! Beberapa orang mengharapkan "bumi Allah yang dimuliakan," sementara yang lainnya dengan penuh gairah mengantisipasi Pengangkatan. Umat Kristen Perjanjian Baru mengharapkan sorga-tempat Maha Kudus (Ibrani 6:19, 20).
Di dalam 1 Timotius 6:13 14 dan 2 Timotius 4:8, kita menemukan beberapa ajaran yang menggabungkan kebangkitan orang mati, upah orang-orang kudus, penampakan Kristus yang penuh kemuliaan (Titus 2:13). Semua ini akan terjadi pada waktu yang sama (1 Korintus 15:52).
Dalam nas langsung setelah teks-bukti utama yang digunakan oleh guru-guru Pengangkatan, 1 Tesalonika 5:2, kita membaca kata-kata yang sangat jelas yang selamanya mengajarkan bahwa orang benar tidak akan diangkat sebelum Hari Penghakiman. (Secara khusus perhatikanlah 1 Tesalonika 5:3, 4, 10.) Sebaliknya, mereka akan hadir bersama orang-orang fasik sampai waktu ketika orang-orang fasik menerima hukuman. Pada waktu yang sama orang-orang benar akan menerima upah mereka.
Injil harus diberitakan oleh anak-anak Allah sampai akhir zaman (Matius 28:20), tetapi ini akan menjadi mustahil jika orang-orang kudus sudah diangkat tujuh tahun sebelum akhir zaman! Ada terlalu banyak masalah dengan pengajaran seperti itu bagi para pengiman Alkitab untuk menerima pelbagai gagasan anti-Alkitab seperti itu. Seperti yang dengan keraskan dinyatakan oleh Dr. Loraine Boettner, Yesus "mengatakan bahwa Ia akan membangkitkan mereka yang percaya kepada Dia pada hari kiamat (Yohanes 6:39, 40, 44, 54). Secara jelas tidak akan ada hari-hari lain setelah hari kiamat.2
Pada suatu hari nanti-pada hari yang hanya diketahui oleh Yehovah-(Matius 24:36), akhir dunia akan datang. Hanya mereka yang hidup dan mati dalam Kristus (lihat Yohanes 8:21; Wahyu 14:13) yang akan siap sedia dan dengan demikian sanggup berdiri (Wahyu 6:17). Betapa tragisnya bila tidak siap dan tidak mampu menyanyikan lagu manis penebusan!
Catatan Akhir:
- Robert Strong, The Presbyterian Guardian (25 February 1942), dikutip dalam Loraine Boettner, The Millennium(Philadelphia: Presbyterian and Reformed Publishing Co., 1957), 159.
- Disadur dari Johnny Ramsey Boettner, 169. (Huruf miring oleh dia.)
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 6:1-8)
Dalam pelajaran berikutnya, kita akan melanjutkan pelajaran kita tentang empat penunggang kuda itu, dengan mempertimbangkan ...
KESIMPULAN (Wahyu 6:1-8)
Dalam pelajaran berikutnya, kita akan melanjutkan pelajaran kita tentang empat penunggang kuda itu, dengan mempertimbangkan bagaimana mereka mempengaruhi kehidupan kita bahkan di zaman kini. Namun begitu, sebelum kita mengakhiri pelajaran ini kita harus bertanya, "Mengapakah Allah memulai pesan-Nya kepada umat Kristen dengan penglihatan menakutkan seperti itu?" Ketika meterai-meterai itu mulai dibuka, Yohanes mungkin mengharapkan pesan perdamaian; sebaliknya ia diingatkan tentang pelbagai masalah. Kenapa? Kita tidak bisa mengetahui pikiran Allah, tapi izinkan saya mengetengahkan beberapa tujuan yang memungkinkan bagi pengiriman empat penunggang kuda itu.
(1) Untuk mempersiapkan orang Kristen bagi apa yang ada di depan. Saya setuju dengan ungkapan lama "Peringatan awal adalah perlindungan awal".
(2) Untuk menekankan bahwa Allah masih pegang kendali. Telusurilah delapan ayat itu, garisbawahilah ungkapan seperti "Mari!" Dan "dikaruniakan [atau diberikan]." Para penunggang kuda itu tidak bisa berbuat apa saja tanpa seizin Allah.
(3) Untuk menekankan bahwa Allah membatasi masalah yang orang Kristen hadapi. 1 Korintus 10:13 menekankan bahwa Allah tidak mengizinkan orang Kristen yang setia dicobai di luar apa yang sanggup mereka tanggung. Sebuah pemikiran yang serupa diungkapkan secara simbolis di 6:8, yang mengatakan bahwa otoritas Maut dan Kerajaan Maut dibatasi hingga "seperempat dari bumi."46Allah menempatkan batasan pada mereka yang akan menindas kita.
(4) Untuk mengajarkan bahwa Allah aktif dalam segala hal yang terjadi, apakah kita menganggapnya sebagai "baik" atau "buruk." Ini adalah salah satu pelajaran yang paling penting di 6:1-8. Allah sedang melaksanakan tujuan-Nya. Kita akan membahas ini lebih banyak di dalam pelajaran berikutnya dan pelajaran-pelajaran selanjutnya, tetapi kebenaran ini seharusnya sudah jelas dari pelajaran kita. Allah tahu apa yang Ia sedang kerjakan! Tantangan kita adalah belajar untuk mempercayai Dia!47
Pertanyaan Untuk Ulasan & Diskusi
- 1. Pernahkah Anda melihat kata-kata "Apokalipse," "Armagedon," "milenium," atau "empat penunggang kuda" yang digunakan di dalam surat kabar atau majalah? Apakah pers umumnya menggunakan kata-kata itu dengan benar?
- 2. Bandingkanlah kuda-kuda di Zakharia 1 dan 6 dengan kuda-kuda di Wahyu 6:1-8. Dalam hal apakah mereka sama? Dalam hal apakah mereka berbeda?
- 3. Dalam hal apakah penunggang kuda pertama seperti penunggang kuda Partia? (Lihat artikel "Saingan Roma: Partia" di pelajaran "Wahyu, 1".)
- 4. Diskusikanlah pelbagai argumentasi yang mendukung dan menentang pengindentifikasian penunggang kuda putih itu sebagai Kristus.
- 5. Apakah yang dimaksud penulis dengan kata "imperialisme"?
- 6. Apakah yang diwakili oleh kuda merah dan penunggangnya?
- 7. Apakah yang diwakili oleh kuda hitam dan penunggangnya?
- 8. Apa itu "sedinar"? Apakah implikasi dari pernyataan "Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar"?
- 9. Pernahkah Anda mengalami jenis inflasi yang digambarkan, atau apakah Anda tahu orang lain yang mengalami hal itu? Ceritakanlah hal itu.
- 10. Hal apakah yang dilambangkan oleh kuda pucat dan penunggangnya?
- 11. Bagaimanakah Maut dan Kerajaan Maut bekerja sama?
- 12. Bahaslah empat agen yang digunakan oleh Maut dan Kerajaan Maut.
- 13. Bacalah konteks Yehezkiel 14:21 dan bersiaplah menjelaskan "empat hukuman berat melawan Yerusalem" oleh Allah.
- 14. Menurut pelajaran itu, apa sajakah kekuatan umum dan khusus yang dimiliki penglihatan empat penunggang kuda itu?
- 15. Menurut pelajaran itu, mengapakah Allah memulai pelepasan meterai-meterai itu dengan gambaran horor ini? Dapatkah Anda memikirkan pelbagai alasan lain yang memungkinkan?
Catatan Untuk Guru & Pengkhotbah
Ketika saya mengajar tentang empat penunggang kuda, saya menempatkan bagan di atas itu pada papan tulis. Bagan itu merangkum banyak dari apa yang saya katakan.
Jika Anda memutuskan bahwa penunggang kuda putih itu adalah Yesus, poin pertama harus diubah menjadi "KEMENANGAN—injil, karena kemenangan diraih oleh YESUS."
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 6:1-8)
Mengenai pelbagai masalah hidup ini, "tidak ada kejutan" bagi orang Kristen yang membaca Kitab Wahyu. Empat metera...
KESIMPULAN (Wahyu 6:1-8)
Mengenai pelbagai masalah hidup ini, "tidak ada kejutan" bagi orang Kristen yang membaca Kitab Wahyu. Empat meterai pertama mengingatkan kita bahwa masalah tidak bisa dihindari. Keserakahan, perang, kesulitan ekonomi, dan kematian adalah bagian dari panorama kehidupan, sisi gelap dari dunia yang tercemar oleh dosa. Ini tidak berarti bahwa orang Kristen harus putus asa. "Dengan Allah di pihak kita, … bagaimana bisa kita kalah?"(Roma 8:31; NASB).26
Selama hari-hari suram Perang Dunia II, Winston Churchill berpidato kepada sekelompok lulusan Harrow School.27Kata-kata dari pidatonya itu hidup terus:. "Jangan pernah menyerah, jangan pernah menyerah, jangan pernah, jangan pernah, jangan pernah, tidak pernah—dalam hal apa saja, besar atau kecil, banyak atau sedikit—jangan pernah menyerah …."28Dalam pertempuran kita melawan Iblis, Alkitab juga mengatakan," Jangan pernah menyerah": "… kuatkan dan teguhkanlah hatimu! Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi" (Yosua 1:9). Kebenaran nas itu akan bergema berulang-ulang di dalam pelajaran-pelajaran berikutnya. Sauhkanlah hidup Anda padanya.
Pertanyaan Untuk Ulasan & Diskusi
- 1. Dapatkah Anda memberikan contoh-contoh kejutan lain yang menyenangkan dan tidak menyenangkan? Apakah Anda suka kejutan yang menyenangkan?
- 2. Apakah Anda setuju bahwa empat penunggang kuda itu masih berkuda sekarang ini?
- 3. Dapatkah Anda memberikan contoh lain tentang apa yang penunggang kuda putih telah lakukan? Apakah ia pernah berkuda dalam hidup Anda, atau dalam kehidupan keluarga atau teman-teman Anda? Bagaimana dengan penunggang kuda merah? Kuda hitam? Kuda hijau kuning?
- 4. Apakah bedanya antara Allah menyebabkan pencobaan dan membolehkan pencobaan?
- 5. Apakah Anda setuju bahwa "Sejauh menyangkut dunia ini, masa depan akan selalu dipenuhi dengan tragedi"?
- 6. Apakah Anda setuju bahwa "Bahkan jika kita setia, kita masih harus menghadapi pelbagai pencobaan"?
- 7. Apakah yang penulis pelajaran ini maksudkan ketika ia mengatakan bahwa orang Kristen menerima "porsi ganda"kesulitan? Apakah Anda setuju?
- 8. Penulis menggunakan ilustrasi kereta api untuk menyampaikan pesan teror yang akan sudah ditimbulkan oleh suatu penyerbuan bertahun-tahun yang lalu. Ilustrasi apakah yang akan Anda gunakan?
- 9. Apakah Anda setuju bahwa Allah "akan selalu mendukung anak-anak-Nya yang menghadapi masalah"?
- 10. Bagaimanakah Iblis menggunakan pelbagai masalah lahiriah untuk mencoba menghancurkan iman kita? Apakah Anda pikir ia secara umum efektif dalam dunia ini? Lebih penting lagi, sudahkah ia memiliki efek pada pemikiran Anda sendiri?
- 11. Apakah kita benar-benar percaya bahwa Allah ada di pihak kita? Jika kita benar-benar percaya akan hal itu, efek apakah yang akan kepercayaan itu timbulkan di dalam kehidupan kita?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Jika Anda mau, pelajaran ini dan yang sebelumnya dapat dikombinasikan: (1) Empat Penunggang Kuda Di Zaman Yohanes, (2) Empat Penunggang Kuda Di Zaman Kini.
Catatan Dari Penulis Ketika keluarga saya tinggal di Australia, kami mengunjungi tambang batu opal di Lightning Ridge. Anak-anak perempuan saya dan saya menikmati kegiatan "menyerok" kepingan-kepingan batu opal di gundukan tanah dan bebatuan yang dibuang oleh para penambang. Dari waktu ke waktu, salah satu dari kami akan berteriak, "Aku dapat satu!" Penelitian saya untuk edisi Kitab Wahyu ini mirip dengan pengalaman itu. Saya membaca halaman demi halaman demi halaman buku komentari, mencari bongkahan materi khotbah. Dari waktu ke waktu, saya berseru, "Aku dapat satu!" Sebagian besar komentator itu adalah guru atau pengkhotbah, dan kadang-kadang teks itu merangsang mereka ke dalam eksposisi yang bersifat khotbah. Itulah yang saya sedang cari—dan apa yang saya sedang coba bagi dengan Anda. Semoga Allah memberkati Anda seraya Anda mempelajari pelajaran-pelajaran ini dan mengajar orang lain.
David Roper, Rekan Editor
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Definisi kata-kata Inggris di dalam pelajaran ini diambil dari American Heritage Electronic Dictionary, 3d ed. (1992). Ingatlah ba...
Catatan Akhir:
- 1 Definisi kata-kata Inggris di dalam pelajaran ini diambil dari American Heritage Electronic Dictionary, 3d ed. (1992). Ingatlah bahwa kamus-kamus itu memberikan definisi yang populer, yang belum tentu Alkitabiah.
- 2 Bruce M. Metzger, Breaking the Code: Understanding the Book of Revelation (Nashville: Abingdon Press, 1993), 59.
- 3 Karena makhluk hidup yang lain diidentifikasi sebagai "kedua" (6:3), "ketiga" (6:5), dan "keempat" (6:7), ini tampaknya adalah yang "pertama," yang "seperti singa" (4:7). (Lihat 4:7 untuk gambaran semua empat makhluk itu.)
- 4 Beberapa naskah kuno menulis "Mari dan lihatlah" (lihat KJV), yang menyiratkan bahwa yang disapa adalah Yohanes. Namun begitu, bukti naskah secara keseluruhan hanya mendukung "Mari," yang kemungkinan besar suatu perintah kepada para penunggang kuda itu.
- 5 Kalimat ini diadaptasi dari Billy Graham, Approaching Hoofbeats: The Four Horsemen of the Apocalypse (New York: Avon Books, 1985), 71.
- 6 Eugene H. Peterson, Reversed Thunder (San Francisco: HarperCollins Publishers, 1988), 74.
- 7 Kuda-kuda Zakharia menarik kereta, sementara kuda-kuda Wahyu 6 memiliki penunggang. Kuda-kuda di Zakharia membawa laporan, sementara kuda-kuda di Wahyu membawa kehancuran. Perbedaan ketiga adalah warna: Di dalam kitab Wahyu, warna-warna itu berhubungan dengan jenis kerusakan yang ditimbulkan oleh para penunggang kuda itu.
- 8 Gambaran di ayat 2 mengingatkan kepada para penunggang kuda Partia yang digambarkan memiliki busur dan mahkota. (Lihat artikel "Saingan Roma: Partia" di pelajaran "Wahyu, 1".) Beberapa orang percaya bahwa simbolisme ini adalah ramalan bahwa Roma akan menderita di tangan orang Partia; yang lainnya percaya bahwa gambaran tersebut sekedar melambangkan kekuatan penakluk apa saja-apakah Partia, Roma, atau bangsa pemenang lainnya.
- 9 Frank Pack, Revelation, Part 1 (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1965), 64. See also James M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 70.
- 10 Lihat catatan tentang mahkota di dalam pelajaran "Wahyu, 1."
- 11 Di dalam pelajaran ini, saya menyajikan dua kemungkinan mengenai identitas penunggang kuda putih-apakah Yesus atau simbol penaklukan/imperialisme-karena saya percaya ini merupakan kemungkinan yang sah. Saran-saran lainnya telah diberikan. Misalnya, mereka yang menggunakan pendekatan "sejarah berlanjut" telah berusaha mengidentifikasi penunggang ini sebagai tokoh sejarah tertentu. (Untuk diskusi tentang kelemahan pendekatan ini, lihat pelajaran "Wahyu, 1".) Mereka yang menganut pendekatan "futuris" (kaum premilenialis) umumnya mengidentifikasi penunggang ini sebagai "Antikristus" (yang mereka anggap sebagai individu tertentu), meskipun faktanya adalah bahwa teks itu tidak di manapun menyiratkan ini. (Untuk kelemahan pendekatan futuris, lihat pelajaran "Wahyu, 1".) Upaya apa saja untuk mengidentifikasi penunggang pertama sebagai individu sejarah tertentu (selain Yesus) adalah mengabaikan sifat bahasa apokaliptik.
- 12 Ringkasan tentang dukungan yang kuat untuk pandangan ini dapat ditemukan di William Hendriksen, More Than Conquerors (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954), 113-17.
- 13 Pack, 64.
- 14 Lihat pembahasan arti "empat" simbolis di dalam pelajaran "Wahyu, 1."
- 15 Pelbagai argumentasi lain telah diberikan untuk mendukung gagasan bahwa penunggang kuda putih itu bukan Kristus. Sebagai contoh, entah bagaimana tampak agak ganjil bagi Anak Domba (Kristus) memecahkan meterai pertama dan kemudian segera mengendarai kuda putih.
- 16 Ketika Kristus muncul di kuda putih pasal 19, Yohanes menggunakan "lihatlah" (ay. 11; NASB ), kata yang menunjukkan kejutan dan kegembiraan. Kemungkinan besar Yohanes akan senang dan terkejut jika ia melihat Yesus berada di atas kuda putih kemenangan itu untuk pertama kalinya dibandingkan jika ini merupakan pertunjukan ulangan.
- 17 Kitab Wahyu tidak ragu-ragu untuk mengasalkan kemenangan itu kepada kekuatan jahat (lihat, misalnya, 13:7); benar, itu adalah kemenangan yang singkat, tapi tetap saja kemenangan.
- 18 Setelah menyatakan pandangan saya, saya harus memperingatkan untuk jangan bersifat dogmatik mengenai apakah penunggang pertama itu adalah Yesus atau bukan. Dukungan yang sah dapat diberikan untuk posisi yang mana saja, dan terdapat banyak orang yang baik dan sarjana terkemuka pada kedua sisi itu. Posisi apapun yang seseorang ambil, kesimpulan dasarnya akan sama: Penglihatan empat penunggang kuda menyatakan sulitnya menjadi seorang Kristen yang taat! Perbedaan utama dalam dua posisi itu adalah apakah kesusahan bagi orang Kristen dimulai dengan penunggang pertama atau dengan penunggang kedua.
- 19 "Imperialisme" didefinisikan oleh kamus sebagai "kebijakan memperluas otoritas suatu bangsa dengan mencaplok wilayah atau dengan pembentukan [pengaruh] ekonomi dan politik atas bangsa-bangsa lain." Namun begitu, dalam saya menggunakan istilah itu, yang ada di dalam pikiran saya adalah keinginan untuk mengendalikan orang lain, apakah oleh suatu bangsa atau oleh seorang individu.
- 20 "Merah" diterjemahkan dari kata Yunani untuk "api." Alkitab CEV menulis "merah menyala."
- 21 Kata Yunani yang diterjemahkan "membunuh" adalah sama seperti yang diterjemahkan "dibunuh" di 5:6, 9, 12. Alkitab CEV menulis "sehingga orang-orang akan saling membantai."
- 22 "Pedang" diterjemahkan dari kata Yunani yang berbeda dari kata "pedang" yang diterjemahkan di 1:16 dan 2:12. Kata Yunani yang digunakan di sini adalah machaira, pedang tempur jarak dekat yang digunakan oleh tentara Romawi. Pedang ini disebut "besar" bukan karena pedang itu besar (contoh machaira yang ditemukan di reruntuhan Pompeii hanya sekitar 50 centimeter panjangnya dan lima centi meter lebarnya), tetapi karena pedang itu adalah faktor utama dalam pelbagai kemenangan militer Roma. Machaira bukanlah pedang dengan pisau melengkung yang utamanya digunakan sebagai pisau korban oleh para imam, seperti yang diduga beberapa orang.
- 23 Karena teks itu berbicara tentang orang-orang yang membunuh "satu sama lainnya," beberapa orang mengira bahwa yang diperlihatkan secara khusus di sini adalah perang sipil. Perang sipil adalah jenis perang yang paling mengerikan, karena saudara berperang melawan saudara.
- 24 Mereka yang pernah tinggal di negara yang dilanda perang dapat bersaksi bagi kebenaran pernyataan ini. Tentu saja, jika perang terjadi di tempat lain, perekonomian suatu bangsa bisa saja meningkat sementara (dengan segelintir orang menjadi kaya). Namun begitu, pada akhirnya perang menjauhkan uang, waktu, dan upaya dari pemecahan masalah internal suatu bangsa-dan bangsa itu menderita.
- 25 Di dalam Kitab Suci, hitam umumnya dikaitkan dengan kesedihan dan perkabungan (lihat Yesaya 50:3; Yeremia 4:28; 14:2; KJV). Warna itu kadang-kadang dikaitkan dengan kurangnya makanan (Yeremia 14:1, 2; Ratapan 5:10; KJV), seperti di nas ini
- 26 Kata yang diterjemahkan "secupak" ("ukuran"; KJV) sulit diterjemahkan dengan tepat. Ukuran di dalam Perjanjian Baru sering tidak sama dengan ukuran di zaman kini, dan ukuran di zaman moderen berbeda dari satu negara ke negara lainnya. (Misalnya, secupak kerajaan Inggris tidak sama dengan secupak Amerika.) Untuk tujuan kita, membayangkan ukuran yang kurang sedikit daripada apa yang disebut "secupak" di tempat Anda tinggal akan sudah cukup.
- 27 "Dinar" adalah transliterasi dari kata Yunani . Alkitab KJV menulis "penny," tetapi Alkitab NJKV menulis "dinar."
- 28 W. E. Vine, The Expanded Vine's Expository Dictionary of New Testament Words, ed. John R. Kohelngerger III with James A. Swanson (Minneapolis, Minn.: Bethany House Publishers, 1984), 724. Kata-kata itu adalah kutipan dari otoritas kuno tak bernama, mungkin Herodotus.
- 29 Ketika Yesus memberi makan orang banyak, Ia menggunakan menu makan siang anak laki-laki, yang berisi roti yang terbuat dari jelai (Yohanes 6:9). Ini mungkin bisa mengatakan sesuatu tentang status ekonomi keluarga anak laki-laki itu.
- 30 Rupanya, ini bukan kelaparan yang melibatkan kekurangan makanan. Makanan tersedia bagi mereka yang mampu membelinya.
- 31 Beberapa orang beranggapan perintah ini menunjukkan bahwa bagian penglihatan ini menggambarkan minyak dan anggur yang berlimpah, sedangkan gandum kurang. Eugene Peterson memiliki terjemahan ini: "Kecuali semua minyak dan anggur yang engkau inginkan" (The Message: New Testament With Psalms and Proverbs [Colorado Springs, Colo.: NavPress Publishing Group, 1995], 618).
- 32 Kata Yunani yang diterjemahkan "membunuh" di ayat 8 adalah tidak sama dengan kata yang diterjemahkan "membunuh" di ayat 4. (Alkitab KJV menulis "membunuh" di dalam kedua ayat itu.) Ini bisa menunjukkan bahwa
- 33 Lihat catatan tentang 1:18 di pelajaran "Wahyu, 1."
- 34 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 102.
- 35 Kata Yunani yang diterjemahkan "pedang" di ayat 8 tidaklah sama dengan kata yang diterjemahkan "pedang" di ayat 4. (Lihat catatan kaki 22.) Pedang ini adalah pedang besar untuk pertempuran. (Lihat catatan tentang 1:16 dan 2:12 di pelajaran "Wahyu, 1".)
- 36 Kata Yunani yang diterjemahkan "wabah" semata-mata kata untuk "kematian" (lihat KJV). Istilah "maut" sering digunakan oleh orang-orang kuno untuk mengacukan wabah yang menewaskan sejumlah besar orang: Black Death (wabah pes), Red Death (cacar), White Black (TBC). Karena ayat 8 telah menggunakan kata-kata "kematian" dan "membunuh," kata "mati" di sini mungkin mengacu kepada wabah berbagai jenis penyakit.
- 37 Pada zaman Alkitab, ketika kota-kota dihancurkan, binatang liar umumnya menjadi berlipat ganda jumlahnya dan mengambil alih daerah itu ( Yeremia 9:11; 10:22; 49:33; 50:39).
- 38 Sebagaimana akan kita lihat, dalam urutan tujuh sangkakala dan tujuh cawan, pelbagai bencana yang serupa akan digunakan untuk memperingatkan dan kemudian menghukum Roma.
- 39 Perlu diingat bahwa "empat" adalah angka kosmos, angka umat manusia. (Lihat pembahasan makna simbolis "empat" di dalam pelajaran "Wahyu, 1".) Semua orang dalam batas tertentu dipengaruhi oleh empat penunggang kuda itu.
- 40 Fakta bahwa kata "membunuh" di 6:4 adalah sama seperti kata yang digunakan untuk menggambarkan kematian Yesus di 5:6, 9, 12 dan kematian para martir di 6:9 bisa menyiratkan bahwa secara khusus 6:4 berarti para pengikut Yesus yang sedang disembelih.
- 41 Efird, 71.
- 42 Graham, viii
- 43 Eldred Echols, Haven't You Heard? There's a War Going On!: Unlocking the Code to Revelation (Fort Worth, Tex.: Sweet Publishing, 1995), 72.
- 44 Imperialisme diikuti oleh perang, perang diikuti oleh kesulitan ekonomi, dan seterusnya.
- 45 Earl F. Palmer, 1, 2, 3 John & Revelation, The Communicator's Commentary Series, vol. 12 (Dallas: Word Publishing, 1982), 177.
- 46 "Seperempat dari bumi" terdengar seperti jumlah orang yang banyak, namun ingatlah bahwa kita sedang berbicara tentang kematian. Semua orang pada akhirnya mati. Tentu saja, dalam simbolisme kitab Wahyu, arti utama "seperempat" adalah "tidak semua."
- 47 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, doronglah para pendengar untuk mengungkapkan kepercayaan mereka melalui ketaatan (Matius 7:21; Markus 16:16; Lukas 6:46; Kisah 2:38).
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Jika contoh-contoh kejutan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan ini tidak cocok dengan Anda atau di tempat Anda tinggal, ganti...
Catatan Akhir:
- 1 Jika contoh-contoh kejutan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan ini tidak cocok dengan Anda atau di tempat Anda tinggal, gantilah dengan contoh-contoh milik Anda sendiri.
- 2 Untuk contoh-contoh lain tentang ajaran Yesus mengenai penganiayaan, lihat Matius 5:10-12, 44; 10:23; 13:21; 23:34; Lukas 11:49; 21:12; Yohanes 15:20.
- 3 John Wick Bowman, The First Christian Drama: The Book of Revelation (Philadelphia: Westminster Press, 1955), 49.
- 4 Eugene H. Peterson, Reversed Thunder (San Francisco: HarperCollins Publishers, 1988), 76.
- 5 Bruce M. Metzger, Breaking the Code: Understanding the Book of Revelation (Nashville: Abingdon Press, 1993), 59.
- 6 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 142.
- 7 Jika Anda menyimpulkan bahwa penunggang kuda pertama adalah Yesus, Anda perlu menyesuaikan subpoin ini: "Terima kasih Tuhan bahwa injil menyebar terus," dan seterusnya.
- 8 Dalam menggambarkan empat penunggang kuda sekarang ini, saya akan menggunakan pelbagai ungkapan dan ilustrasi yang bermakna bagi saya dan mudah-mudahan bermakna bagi mereka yang mendengarkan saya. Gantilah, sesuai kebutuhan, dengan ungkapan dan ilustrasi yang lebih bermakna bagi Anda dan pendengar Anda.
- 9 Calvin Miller, A Requiem for Love, quoted in Craig Brian Larson, ed., Illustrations for Preaching and Teaching From Leadership Journal (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1993), 93.
- 10 Dikutip dari John Bartlett, Bartlett's Familiar Quotations, 16th ed., gen. ed. Justin Kaplan (Boston: Little, Brown, and Co., 1992), 636.
- 11 Dikutip dari Leonard Louis Levinson, Webster's Unafraid Dictionary (New York: Collier Books, 1967), 254. Sherman jenderal Union dalam Perang Saudara Amerika.
- 12 Teman saya Joel Davis mengamati bahwa "masalahnya bukanlah tentang produksi tetapi distribusi." Ia benar. Masalah yang terkait adalah menghadirkan teknologi kepada negara-negara yang sangat membutuhkan.
- 13 Informasi statistik dalam pelajaran ini adalah dari berbagai ensiklopedi dan sumber-sumber lainnya.
- 14 Orang ini memiliki mobil dengan lampu biru di atasnya untuk meniru mobil polisi. Ia menghentikan beberapa pengemudi perempuan dan memperkosa mereka.
- 15 Earl F. Palmer, 1, 2, 3 John & Revelation, The Communicator's Commentary Series, vol. 12 (Dallas: Word Publishing, 1982), 177.
- 16 Berdasarkan kebutuhan, jawaban yang diberikan di dalam pelajaran sebelumnya akan tumpang tindih dengan jawaban-jawaban yang diberikan di dalam pelajaran ini.
- 17 Tommy South, "The Four Messages of the Seven Seals," Truth for Today (November 1988): 9. (Huruf miring oleh dia.)
- 18 Metzger, 58.
- 19 Umumnya, sumbangan besar untuk guru-guru ini diminta untuk menjadi murid mereka.
- 20 Tidakkah mereka membaca Alkitab? Tidakkah mereka membaca kisah Ayub atau kisah Lazarus yang setia yang berjuang untuk mendapatkan remah-remah atau ratusan contoh lain tentang penderitaan orang yang setia?
- 21 Eldred Echols, Haven't You Heard? There's a WAR Going On!: Unlocking the Code to Revelation (Fort Worth, Tex.: Sweet Publishing, 1995), 82.
- 22 Terlepas dari popularitas argumentasi ini, argumentasi itu tidak membahas pertanyaan itu. Argumentasi itu benar-benar tentang sifat Allah ketimbang keberadaan Allah. Tujuan saya di sini bukan untuk menjawab "argumentasi" ini. Buku-buku standar tentang fakta-fakta Kristen membahas "argumentasi" ini dan yang serupa. Saya hanya ingin menggambarkan bagaimana Iblis menggunakan empat penunggang kuda untuk pelbagai tujuannya.
- 23 Echols, 72. (Huruf miring oleh dia.)
- 24 Peterson, 73.
- 25 Craig Brian Larson, ed., Contemporary Illustrations for Preachers, Teachers, and Writers (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1996), 240.
- 26 Eugene H. Peterson, The Message: New Testament With Psalms and Proverbs (Colorado Springs, Colo.: NavPress Publishing Group, 1995), 379.
- 27 Harrow House sekolah swasta khusus anak laki-laki di Harrow, Middlesex, England.
- 28 Dikutip dari John Bartlett, Bartlett's Familiar Quotations, 16th ed., gen. ed. Justin Kaplan (Boston: Little, Brown, and Co., 1992), 621.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2012 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi