
Teks -- Roma 11:1 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Rm 11:1
Full Life: Rm 11:1 - ADAKAH ALLAH ... MENOLAK UMAT-NYA?
Nas : Rom 11:1
Paulus kini menerangkan bahwa penolakan Allah akan Israel hanya
bersifat sebagian dan sementara; Israel akhirnya akan menerima kesel...
Nas : Rom 11:1
Paulus kini menerangkan bahwa penolakan Allah akan Israel hanya bersifat sebagian dan sementara; Israel akhirnya akan menerima keselamatan Allah di dalam Kristus. Mengenai ulasan bagaimana pasal Rom 11:1-36 cocok dalam argumentasi Paulus dari pasal Rom 9:1-11:36
lihat art. ISRAEL DALAM RENCANA KESELAMATAN ALLAH.
Jerusalem: Rm 5:1--11:36 - -- Pokok yang diuraikan dalam bagian kedua Roma dapat disebutkan sebagai: pembenaran sebagai jaminan keselamatan orang Kristen yang sudah dibenarkan, bdk...
Pokok yang diuraikan dalam bagian kedua Roma dapat disebutkan sebagai: pembenaran sebagai jaminan keselamatan orang Kristen yang sudah dibenarkan, bdk Rom 1-4, mendapat dalam kasih Allah dan karunia Roh Kudus suatu jaminan keselamatan. Pokok ini diuraikan dalam Rom 5:1-11 dan diuraikan kembali dalam bab 8, sedangkan dalam Rom 5:12-7:25 diperlawankan dengan kebalikannya (dosa, maut, hukum Taurat).

Jerusalem: Rm 9:1--11:36 - -- Bab 9-11 Dalam menguraikan pembenaran melalui iman pikiran Paulus diarahkan kepada pembenaran Abraham, 4. Demikianpun uraian mengenai keselamatan yang...
Bab 9-11 Dalam menguraikan pembenaran melalui iman pikiran Paulus diarahkan kepada pembenaran Abraham, 4. Demikianpun uraian mengenai keselamatan yang dalam Roh Kudus dikurniakan oleh kasih Allah memaksa Paulus untuk memperbincangkan, bab 9-11, masalah Israel yang tidak setia, meskipun sudah diberi janji keselamatan. Jadi bab-bab itu tidak berkata tentang masalah "takdir" masing-masing orang, yang "ditakdirkan" untuk kemuliaan atau bahkan untuk iman. Bab-bab ini menguraikan tentang peranan Israel dalam sejarah, sebab hanya soal itulah yang disodorkan oleh apa yang dikatakan Perjanjian Lama.

Jerusalem: Rm 11:1 - Maka aku bertanya Ungkapan yang dahulu, Rom 10:18,19, menuduh Israel, sekarang menunjuk kepada keselamatan Israel (demikianpun halnya dalam Rom 11:11). Bangsa yang tida...
Ungkapan yang dahulu, Rom 10:18,19, menuduh Israel, sekarang menunjuk kepada keselamatan Israel (demikianpun halnya dalam Rom 11:11). Bangsa yang tidak setia, Rom 10:21, tetapi umat terpilih, Rom 11:2. "Sisa", Yes 4:3, yang untuk sementara waktu mewakili Israel, menjadi jaminan pemulihannya di masa depan.
Ref. Silang FULL -> Rm 11:1
Ref. Silang FULL: Rm 11:1 - Sekali-kali tidak // keturunan Abraham // suku Benyamin · Sekali-kali tidak: Im 26:44; 1Sam 12:22; Mazm 94:14; Yer 31:37; 33:24-26
· keturunan Abraham: 2Kor 11:22
· suku Benyamin: Fili ...
· Sekali-kali tidak: Im 26:44; 1Sam 12:22; Mazm 94:14; Yer 31:37; 33:24-26
· keturunan Abraham: 2Kor 11:22
· suku Benyamin: Fili 3:5

kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Rm 11:1 - -- 11:1 Maka aku bertanya: Adakah Allah telah menolak umatNya?673 Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari ...
11:1 Maka aku bertanya: Adakah Allah telah menolak umatNya?673 Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin.
Paulus tidak menghindari masalah yang sudah muncul dari pasal 10, tetapi dia langsung mengemukakannya. Dia juga langsung menyangkal bahwa Allah menolak umatNya secara permanen.
Adakah Allah telah menolak umatNya? Sekali-kali tidak!
Baik I Samuel 12:22 maupun Mazmur 94:14 berkata, "Sebab TUHAN tidak akan membuang umatNya. . . ." Kata kerja yang dipakai dalam terjemahan Septuaginta adalah sama dengan kata kerja yang diterjemahkan menolak dalam nats ini. Tuhan Allah sudah berjanji secara khusus dan jelas bahwa Dia tidak akan menolak atau "membuang" umatNya. Apa yang dikatakan dalam pasal 10 tidak bertentangan dengan janji tersebut, karena. . .
Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin.
Alasan pertama, di mana tidak ada pertentangan antara janji Allah dalam I Samuel dan Roma pasal 10 adalah bahwa Paulus sendiri tidak ditolak, dan dia orang Israel yang asli.
...dari suku Benyamin.
Paulus hanya menyebut bahwa dia dari suku Benyamin untuk menegaskan bahwa dia memang orang asli Israel, bukan karena ada sesuatu yang khusus mengenai suku Benyamin.

Hagelberg: Rm 11:1-10 - -- a. Israel Tidak Ditolak secara Menyeluruh 11:1-10
Nats ini merupakan bagian pendahuluan dari tanggapan Rasul Paulus. Sebagai kata pertama, dia meneg...
a. Israel Tidak Ditolak secara Menyeluruh 11:1-10
Nats ini merupakan bagian pendahuluan dari tanggapan Rasul Paulus. Sebagai kata pertama, dia menegaskan bahwa masih ada orang Israel yang percaya kepada Tuhan Yesus, secara individu.

Hagelberg: Rm 11:1 - -- 11:1 Maka aku bertanya: Adakah Allah telah menolak umatNya?673 Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari ...
11:1 Maka aku bertanya: Adakah Allah telah menolak umatNya?673 Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin.
Paulus tidak menghindari masalah yang sudah muncul dari pasal 10, tetapi dia langsung mengemukakannya. Dia juga langsung menyangkal bahwa Allah menolak umatNya secara permanen.
Adakah Allah telah menolak umatNya? Sekali-kali tidak!
Baik I Samuel 12:22 maupun Mazmur 94:14 berkata, "Sebab TUHAN tidak akan membuang umatNya. . . ." Kata kerja yang dipakai dalam terjemahan Septuaginta adalah sama dengan kata kerja yang diterjemahkan menolak dalam nats ini. Tuhan Allah sudah berjanji secara khusus dan jelas bahwa Dia tidak akan menolak atau "membuang" umatNya. Apa yang dikatakan dalam pasal 10 tidak bertentangan dengan janji tersebut, karena. . .
Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin.
Alasan pertama, di mana tidak ada pertentangan antara janji Allah dalam I Samuel dan Roma pasal 10 adalah bahwa Paulus sendiri tidak ditolak, dan dia orang Israel yang asli.
...dari suku Benyamin.
Paulus hanya menyebut bahwa dia dari suku Benyamin untuk menegaskan bahwa dia memang orang asli Israel, bukan karena ada sesuatu yang khusus mengenai suku Benyamin.

Hagelberg: Rm 11:1-36 - -- 4. Israel Tidak Ditolak untuk Selama-lamanya 11:1-36
Walaupun Israel layak ditolak, pada zaman ini ada orang Yahudi yang dibenarkan melalui iman pada...
4. Israel Tidak Ditolak untuk Selama-lamanya 11:1-36
Walaupun Israel layak ditolak, pada zaman ini ada orang Yahudi yang dibenarkan melalui iman pada Kristus, dan pada masa depan seluruh Israel akan dibenarkan melalui iman pada Kristus, sehingga janji Allah akan digenapi.
Setelah Rasul Paulus menguraikan bahwa hanya ada satu jalan untuk dibenarkan, yaitu melalui iman saja, dia harus menghadapi masalah bangsa Israel, suatu bangsa yang tidak rela merendahkan dirinya untuk mengikuti jalan iman tersebut. Sesuai dengan Injil Kristus yang diberitakan dan diuraikan Rasul Paulus, mereka harus ditolak, dan tidak dibenarkan. Tetapi kenyataan ini menimbulkan suatu masalah. Dalam pasal 8:31-39 Paulus menegaskan kesetiaan Allah yang membenarkan orang percaya, tetapi rupanya dalam pasal 10 dia berkata bahwa Allah yang telah memilih bangsa Israel, Dia yang telah mengadakan janji-janji yang kekal dengan Israel, sekarang sudah menolak mereka karena mereka tidak mau merendahkan diri mereka dan percaya kepada Tuhan Yesus sehingga mereka dapat dibenarkan. Seolah-olah Dia yang dikatakan setia dalam pasal 8, tidak setia kepada Israel dalam pasal 10! Pasal 11 merupakan tanggapan Rasul Paulus pada masalah tersebut.

Hagelberg: Rm 9:1--11:36 - -- C. Pembenaran karena Iman tidak Meniadakan Janji Allah kepada Israel 9:1-11:36
Bangsa yang dipilih oleh Allah tidak mau dibenarkan sebagai bangsa, te...
C. Pembenaran karena Iman tidak Meniadakan Janji Allah kepada Israel 9:1-11:36
Bangsa yang dipilih oleh Allah tidak mau dibenarkan sebagai bangsa, tetapi pada zaman Ini ada pribadi-pribadi yang dibenarkan, dan pada akhir zaman seluruh Israel akan dibenarkan, dan janji Allah kepada Abraham akan digenapi.
Menurut banyak penafsir, Rasul Paulus menyelesaikan pokok yang diuraikan sejak pasal 1 pada akhir pasal 8. Menurut mereka, pasal 9-11 menguraikan suatu pokok baru, yang tidak berkaitan dengan pasal 1-8. Mereka berkata bahwa Paulus melanjutkan surat ini bukan untuk memperkembangkan pokok itu, tetapi untuk menyatakan beban hatinya mengenai keadaan rohani bangsa Israel, bangsanya sendiri. Menurut pengertian mereka, pasal 9-11 hanya merupakan sisipan saja, dan Surat Roma tidak memiliki kesatuan.
Tetapi kalau kita percaya bahwa Surat Roma merupakan ilham dari Allah dengan bentuk yang sempurna, maka kita menolak pendapat tersebut, dan kita mengamati Surat Roma untuk mengerti susunannya.
Pada akhir pasal 8 Paulus berkata bahwa tidak ada sesuatupun yang "dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." Tetapi bagaimana dengan bangsa Israel? Justru pada waktu kita menikmati kegenapan janji Allah, mereka yang diberi janji-janji itu berada dalam murka Allah. Seolah-olah Allah sendiri tidak setia pada janjiNya. Kalau Allah tidak setia, apa gunanya seluruh diskusi Paulus dalam Roma 1-8? Oleh karena masalah ini, maka Paulus harus menjelaskan tiga hal:556 1. Tuhan Allah yang memberi janji-janji tersebut juga telah menentukan bahwa janji Allah dikhususkan kepada orang yang beriman (9:6-29). 2. Bangsa Israel bertanggung jawab atas penolakannya, karena Israel mau membenarkan dirinya, dan tidak mau dibenarkan karena iman (9:30-10:21). 3. Walaupun zaman ini bangsa Israel ditolak sebagai bangsa, tetapi akan tiba suatu hari di mana seluruh bangsa Israel akan diselamatkan (11:1-36).
Pada waktu pasal 9-11 dipelajari, yang harus dimengerti adalah bahwa memilih bangsa dan memilih pribadi tidak sama. Dalam pasal 1-8 Paulus membicarakan bagaimana individu-individu dipilih dan dibenarkan. Individu yang dipilih tidak mungkin dipisahkan dari kasih Allah, dan tidak mungkin dia masuk neraka. Dalam pasal 9-11 Paulus membicarakan bagaimana bangsa Israel dipilih. Kalau sebuah bangsa dipilih, itu tidak berarti bahwa setiap individu dari bangsa itu akan juga dipilih dan dibenarkan. Kalau sebuah bangsa dipilih maka akan tiba suatu hari di mana seluruh angkatan itu, yaitu setiap warga yang hidup dari bangsa itu, akan dibenarkan oleh iman. Setiap mereka yang masih hidup pada hari itu akan percaya, karena pembenaran harus melalui iman. Tidak ada kontradiksi antara apa yang Paulus katakan mengenai individu yang dipilih, sehingga mereka percaya dan dibenarkan, dan apa yang dia katakan mengenai bangsa Israel yang dipilih.
Pada dasarnya, istilah "Israel" dalam Surat Roma menunjuk pada keturunan jasmani dari Abraham, Ishak, dan Yakub. Memang teolog-teolog tertentu mau memberi definisi yang lain, yaitu bahwa di sana-sini dalam Surat Roma kata "Israel" menunjuk pada jemaat Kristen. Sebaiknya definisi itu diuji. Untuk menguji definisi tersebut, bacalah Roma pasal 9-11, dan gantilah istilah "Israel" dengan istilah "jemaat" di mana perlu. Bukankah nats ini dikacaukan? Cranfield557 berkata bahwa tafsiran itu, yaitu bahwa Allah telah menterlantarkan bangsa Israel, dan menggantikannya dengan jemaat Kristen, adalah "buruk dan tidak Alkitabiah". Dia melanjutkan dengan berkata, "Tiga pasal ini dengan tegas melarang kita mengatakan bahwa jemaat menggantikan bangsa Yahudi untuk selama-lamanya."
Sekali lagi, dalam bagian yang berikut Rasul Paulus akan menjelaskan bahwa keadaan rohani bangsa Israel, bangsa yang dipilih Allah, tidak bertentangan dengan apa yang telah diuraikan dalam pasal 1-8. Sebenarnya tiga pasal yang berikut menguatkan ajaran Rasul Paulus, karena dia menjelaskan bahwa Israel yang sekarang ini mengejar kebenaran melalui perbuatan, yaitu Israel yang pada umumnya menolak kebenaran melalui iman, akan dibenarkan juga, dan itupun melalui iman! Ajaran Rasul Paulus dikuatkan, karena ajaran tersebut didasari pada kemurahan Allah.558 Kita dipilih dan dibenarkan, bukan oleh karena sesuatu yang baik dalam hati kita. Demikian juga Israel dipilih, dan akan dibenarkan, bukan oleh karena sesuatu yang baik dalam mereka, tetapi oleh karena kemurahan Tuhan Allah.
Dengan demikian ajaran Rasul Paulus mengenai kemurahan Allah dikuatkan dalam tiga pasal ini di mana dia menjelaskan bahwa pada suatu hari akan datang seluruh bangsa Israel yang hidup, yang akan percaya dan akan dibenarkan.

Hagelberg: Rm 1:18--15:13 - -- II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menen...
II. Injil 1:18-15:13
Cranfield,65 setelah menyelidiki seluruh bagian ini, menyatakan bahwa Paulus "membiarkan Injil berbicara sendiri... untuk menentukan bentuk dan isi bagian utama dari suratnya." Perkataan ini tepat. Paulus tidak menyusun bagian ini (1:18-15:13) untuk menangani suatu situasi tertentu di kota Roma, tetapi bagian ini terbentuk sesuai dengan suatu "akal intern" dari Injil Kristus sendiri. Bukan tidak ada pengaruh sama sekali dari situasi di Roma. Mungkin rencana Paulus untuk mengadakan perjalanan ke Spanyol mempengaruhi beberapa perincian dalam surat ini, tetapi secara keseluruhan, bentuk dan isi bagian ini, 1:18-15:13, ditentukan dari logisnya Injil Kristus saja.
Dalam bagian utama ini isi dan akibat kebenaran dari Allah bagi manusia diuraikan.66

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Rm 11:1-32
Matthew Henry: Rm 11:1-32 - Kemurahan Allah atas Bangsa Yahudi dan Bukan Yahudi
Sang Rasul, setelah menyelaraskan kebenaran agung tentang penolakan terhadap orang-orang Yahudi dengan janji yang diucapkan kepada para bapa leluh...
- Sang Rasul, setelah menyelaraskan kebenaran agung tentang penolakan terhadap orang-orang Yahudi dengan janji yang diucapkan kepada para bapa leluhur, dalam pasal ini, berusaha lebih jauh memperhalus kerasnya ajaran itu, dan menyelaraskannya dengan kebaikan ilahi secara umum. Ada kemungkinan orang akan berkata, “Adakah Allah, mungkin telah menolak umat-Nya?” Oleh karena itu, Rasul Paulus, dalam pasal ini, menyiapkan tanggapan atas keberatan ini, dan itu dilakukannya dengan dua cara:
Kemurahan Allah atas Bangsa Yahudi dan Bukan Yahudi (Roma 11:1-32)
- Di sini Rasul Paulus mengemukakan suatu keberatan yang bisa saja diajukan melawan perbuatan Allah dalam mencampakkan bangsa Yahudi (ay. 1): “Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Adakah penolakan itu sepenuhnya dan merupakan keputusan akhir? Adakah mereka semua dibiarkan kepada kemurkaan dan kehancuran, dan untuk selama-lamanya? Adakah penghukuman itu terentang seluas-luasnya tanpa batas, atau terus berlanjut sedemikian lama sehingga tidak bisa dicabut kembali? Adakah Dia tidak lagi mempunyai umat kesayangan bagi diri-Nya?” Untuk menyanggah semuanya ini, Paulus menunjukkan bahwa dalam apa yang tampak keras ini, ada juga kebaikan dan belas kasihan yang sangat besar. Secara khusus, ia menekankan tiga hal:
- 1. Bahwa, walaupun sebagian orang Yahudi dicampakkan, tidak semuanya demikian.
- 2. Bahwa, walaupun orang-orang Yahudi sebagai bangsa dikeluarkan, bangsa-bangsa bukan Yahudi dibawa masuk. Dan,
- 3. Bahwa, walaupun orang-orang Yahudi dicampakkan sekarang, nanti pada waktu yang tepat menurut Allah, mereka akan dibawa masuk kembali ke dalam jemaat-Nya.
- I. Memang benar bahwa banyak orang Yahudi dicampakkan, tetapi tidak semuanya. Pandangan ini dikemukakan Paulus dengan didahului kata-kata, sekali-kali tidak! Ia sama sekali tidak tahan dengan pikiran-pikiran seperti itu. Allah telah mengadakan pembedaan di antara sebagian dari mereka dan sebagian yang lain.
- 1. Ada sisa orang-orang Yahudi pilihan yang percaya, yang memperoleh kebenaran dan hidup melalui iman kepada Yesus Kristus (ay. 1-7). Mereka ini dikatakan sebagai orang-orang yang dipilih-Nya (ay. 2), maksudnya, orang-orang yang hendak dikasihi-Nya dari semula, sebelum dunia dijadikan. Sebab siapa yang dipilih-Nya, dia juga yang ditentukan-Nya sejak semula. Di sinilah terletak dasar dari pembedaan itu. Mereka disebut pilihan (ay. 7, KJV), maksudnya, orang-orang yang terpilih, orang-orang pilihan Allah, yang disebut-Nya sebagai pilihan, karena apa yang pertama-tama membedakan mereka dari orang lain dan yang meninggikan derajat mereka dibandingkan dengan semua yang lain adalah kasih Allah yang memilih. Orang-orang percaya adalah orang pilihan. Mereka semua, dan hanya mereka saja, adalah orang-orang yang sudah dipilih Allah. Nah,
- (1) Paulus menunjukkan bahwa ia sendiri termasuk salah satu dari mereka: Karena aku sendiri pun orang Israel. Seolah-olah ia berkata, “Seandainya aku berkata bahwa semua orang Yahudi ditolak, maka apa yang aku katakan itu pasti tidak berlaku, dan aku harus memandang diriku sendiri sebagai orang yang ditinggalkan.” Paulus adalah alat pilihan (Kis. 9:15), padahal ia berasal dari keturunan Abraham, khususnya dari suku Benyamin, suku yang terkecil dan termuda dari semua suku Israel.
- (2) Paulus menyatakan bahwa sebagaimana pada masa Elia, demikian pula sekarang, umat sisa yang terpilih ini ternyata lebih banyak dan lebih besar daripada apa yang disangkakan orang. Ini juga menunjukkan bahwa bukan hal baru atau tidak biasa jika anugerah dan perkenanan Allah kepada Israel dibatasi dan terkurung hanya pada sisa dari bangsa itu. Sebab demikianlah yang terjadi pada masa Elia. Kitab Suci berkata tentang Elia, en Hēlias – dalam kisah Elia, sang pembaharu besar dari Perjanjian Lama itu. Amatilah,
- [1] Kekeliruan Elia tentang Israel, seolah-olah pada masa pemerintahan Ahab orang Israel murtad di mana-mana, sehingga ia sendirilah satu-satunya hamba setia yang dimiliki Allah di dunia. Paulus merujuk pada 1 Raja-raja 19:14, di mana (di sini dikatakan) ia mengadukan Israel kepada Allah. Pengaduan yang aneh: entynchanei to Theō kata tou Israēl – Ia datang kepada Allah untuk menuduh Israel, begitulah kita bisa membacanya, dan begitulah kata entynchano diterjemahkan dalam Kisah Para Rasul 25:24: Orang-orang Yahudi enetychon moi – telah menuduhku. Di dalam doa, kita mengadu kepada Allah, bersekutu dengan-Nya, dan bercakap-cakap dengan-Nya. Dikatakan tentang Elia (Yak. 5:17) bahwa ia telah bersungguh-sungguh berdoa. Maka, kita bisa dikatakan sungguh-sungguh berdoa, dan menjadikan kewajiban berdoa sebagai pekerjaan kita, apabila kita berdoa seperti orang yang sedang mengadu kepada Allah dalam menjalankan kewajiban itu. Nah, Elia dalam doa ini berbicara seolah-olah hanya ada satu orang beriman yang tersisa di Israel, yaitu dirinya sendiri. Lihatlah bagaimana pengakuan iman kadang-kadang jatuh ke tempat yang begitu rendah, dan betapa wajahnya terselimuti kabut, sampai-sampai orang yang paling bijak dan paling awas menganggapnya sudah lenyap. Demikianlah yang terjadi pada masa Elia. Yang menunjukkan kebolehan sebuah bangsa adalah pemerintah dan rakyatnya. Pada waktu itu, pemerintah Israel adalah pemerintah yang menganiaya. Mereka telah membunuh nabi-nabi-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu, dan mereka ingin mencabut nyawaku. Pada waktu itu juga rakyat Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala: hanya aku seorang diri. Dengan demikian, orang yang setia kepada Allah yang jumlahnya sedikit itu tidak hanya hilang di tengah-tengah kerumunan penyembah berhala, tetapi juga ditindas dan dipojokkan oleh amukan para penganiaya. Jika orang fasik mendapat kekuasaan, orang menyembunyikan diri (Ams. 28:12). Meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu. Mereka tidak hanya mengabaikan mezbah-mezbah itu, dan membiarkannya rusak, tetapi juga meruntuhkannya. Apabila mezbah-mezbah didirikan untuk Baal, tidak heran jika mezbah-mezbah Allah dirubuhkan. Mereka tidak tahan melihat kesaksian yang tegak berdiri melawan penyembahan berhala mereka. Inilah pengaduan Elia melawan Israel. Seolah-olah ia berkata, “Tuhan, bukankah bangsa ini sudah berada di ambang kehancuran, dan pantas dibuang? Apa lagi yang bisa Kaulakukan untuk nama-Mu yang besar?” Sangat menyedihkan apabila ada satu atau banyak orang berdoa melawan umat Allah sendiri, terutama nabi-nabi Allah, sebab Allah mendukung, dan cepat atau lambat akan mengakui di depan mata semua orang, kepentingan umat-Nya yang berdoa.
- [2] Diluruskannya kekeliruan ini oleh jawaban dari Allah (ay. 4): “Aku masih meninggalkan. Perhatikanlah, pertama, hal-hal yang terjadi dengan jemaat Allah sering kali jauh lebih baik daripada yang dipikirkan orang bijak dan baik. Orang bijak dan baik biasanya cepat-cepat mengambil kesimpulan yang keras, dan menganggap semuanya sudah hancur, padahal sebenarnya tidak. Kedua, pada saat terjadi kemurtadan di mana-mana, biasanya ada umat sisa yang tetap hidup lurus. Ada beberapa, meskipun hanya sedikit. Tidak semua orang pergi ke arah yang sama. Ketiga, apabila ada umat sisa yang tetap hidup lurus pada saat terjadi kemurtadan di mana-mana, maka Allah-lah yang menjaga umat sisa itu bagi diri-Nya. Seandainya Ia membiarkan mereka sendiri, mereka pasti sudah ikut terseret arus bersama-sama dengan yang lain. Kasih karunia-Nya yang cuma-cuma dan mahakuasa itulah yang membuat perbedaan antara mereka dengan yang lain. Tujuh ribu orang: jumlah yang memadai untuk memberikan kesaksian melawan penyembahan berhala bangsa Israel, namun, dibandingkan dengan beribu-ribu umat Israel, itu jumlah yang sangat sedikit, satu orang di setiap kota, dan dua orang dari tiap-tiap suku, seperti sisa-sisa anggur hasil panen. Kawanan Kristus hanyalah kawanan yang kecil. Namun, apabila mereka semua berkumpul bersama-sama pada akhirnya, akan ada kumpulan besar yang tidak dapat terhitung banyaknya (Why. 7:9). Nah, umat sisa ini digambarkan sebagai orang yang tidak pernah sujud menyembah Baal, dosa yang merajalela pada bangsa Israel di waktu itu. Di istana, di perkotaan, dan di pedesaan Baal ditinggikan. Dan rakyat jelata pada umumnya, kurang lebih, memberi hormat pada Baal. Bukti terbaik dari hidup yang lurus adalah bebasnya kita dari kerusakan-kerusakan yang sedang merajalela pada masa dan tempat di mana kita hidup, berenang melawan arus sekalipun arus itu kuat. Yang akan diakui Allah sebagai saksi-saksi-Nya yang setia adalah mereka yang berani memberikan kesaksian bagi kebenaran di masa sekarang (2Ptr. 1:12, KJV; TB: kebenaran yang telah kamu terima” – pen.). Tidak tunduk pada Baal pada saat semua orang tunduk padanya merupakan tindakan yang terpuji. Tetap menjadi satu satunya orang yang benar biasanya merupakan tanda ketulusan yang sejati.
- [3] Diterapkannya contoh ini pada masalah yang sedang dihadapi: Demikian juga pada waktu ini (ay. 5-7). Cara-cara Allah dalam memberikan tata aturan pada jemaat-Nya adalah sama seperti sebelum-sebelumnya. Sebagaimana dulu, begitu pula sekarang. Pada masa Elia, ada tinggal umat sisa, demikian pula sekarang. Jika dulu saja di bawah Perjanjian Lama ada tinggal umat sisa, padahal kasih karunia ditunjukkan secara samar-samar dan Roh kurang dicurahkan, terlebih-lebih sekarang di bawah Injil, ketika anugerah Allah, yang membawa keselamatan, tampak lebih jelas. Suatu sisa, sedikit dari banyak orang, sisa-sisa orang Yahudi yang percaya, ketika yang lain bersikeras dalam ketidakpercayaan mereka. Mereka ini disebut suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. Mereka adalah orang-orang yang dipilih sejak dari kekekalan menurut rancangan kasih ilahi untuk menjadi alat-alat kasih karunia dan kemuliaan. Siapa yang telah ditentukan-Nya sejak semula, mereka itu pula yang dipanggil-Nya. Jika perbedaan antara mereka dan yang lain dibuat murni berdasarkan kasih karunia Allah, seperti yang pasti demikian (Aku masih meninggalkan orang, firman-Nya, bagi-Ku), maka perbedaan itu pasti berdasarkan pilihan. Sebab kita yakin bahwa apa pun yang dilakukan Allah, itu dilakukan-Nya menurut keputusan kehendak-Nya sendiri. Nah, mengenai umat sisa ini, kita dapat mengamati, pertama, dari mana mereka muncul. Dari kasih karunia Allah yang cuma-cuma (ay. 6), kasih karunia tanpa perbuatan. Pemilihan sejak dari kekekalan, yang di dalamnya perbedaan antara sebagian orang dan sebagian yang lain pertama-tama dibuat, adalah murni berdasarkan kasih karunia, kasih karunia yang cuma-cuma, bukan karena perbuatan yang dilakukan atau yang diketahui sebelumnya. Seandainya demikian, itu bukan lagi kasih karunia. Gratia non est ullo modo gratia, si non sit omni modo gratuita – Bukan kasih karunia dalam arti yang sebenarnya, jika tidak sepenuhnya cuma-cuma. Pemilihan orang-orang percaya adalah murni menurut kerelaan kehendak-Nya (Ef. 1:5). Hati Paulus begitu penuh dengan kasih karunia Allah yang cuma-cuma ini, sehingga di tengah-tengah ucapannya, ia seolah-olah mengalihkan pembicaraan sejenak, untuk memberikan pernyataan ini, jika karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan. Dan sebagian orang mengamati bahwa iman itu sendiri, yang dalam hal pembenaran dipertentangkan dengan perbuatan, termasuk di dalam kasih karunia itu. Sebab iman melayakkan kita dalam menerima kasih karunia Allah yang cuma-cuma bagi pembenaran kita, tetapi tidak bagi pemilihan kita. Kedua, apa yang diperoleh umat sisa itu: yang diperolehnya adalah apa yang dengan sia-sia dikejar oleh Israel, maksudnya orang-orang Israel sebagai bangsa (ay. 7): Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, yaitu pembenaran dan perkenanan Allah (lihat pasal 9:31), tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dalam orang-orang terpilih, janji Allah digenapi, dan kebaikan Allah yang dahulu kala terhadap bangsa Israel diingat. Ia tidak menyebut sisa orang-orang percaya sebagai orang-orang terpilih, melainkan sebagai pilihan (KJV), untuk menunjukkan bahwa satu-satunya dasar dari segala pengharapan dan kebahagiaan mereka terletak pada pemilihan. Mereka adalah orang-orang yang sudah dikenal Allah dalam rancangan kasih-Nya. Mereka adalah orang-orang pilihan. Mereka pilihan Allah. Seperti itulah perkenanan Allah kepada umat sisa yang terpilih. Akan tetapi,
- 2. Orang-orang yang lain telah tegar hatinya (ay. 7). Sebagian orang dipilih dan dipanggil, dan panggilan itu dijawab. Tetapi sebagian yang lain dibiarkan binasa dalam ketidakpercayaan mereka. Bahkan, mereka dibuat menjadi lebih buruk oleh apa yang seharusnya membuat mereka lebih baik. Injil, yang bagi orang-orang percaya merupakan bau kehidupan yang menghidupkan, bagi orang-orang tidak percaya menjadi bau kematian yang mematikan. Matahari yang sama mencairkan lilin dan mengeraskan tanah. Simeon yang tua dan baik hati sudah melihat terlebih dulu bahwa kanak-kanak Yesus ditentukan un tuk menjatuhkan, dan juga membangkitkan kembali, banyak orang di Israel (Luk. 2:34). Mereka dibutakan, epōrōthēsan – mereka telah tegar hati, begitu menurut sebagian orang. Mereka dikeringkan, lalu menjadi tegar dan mati rasa. Mereka tidak dapat melihat terang, ataupun merasakan sentuhan kasih karunia Injil. Kebutaan dan kekerasan hati sama-sama mengungkapkan roh yang mati rasa dan bodoh. Mereka menutup mata, dan tidak mau melihat. Inilah dosa mereka. Lalu Allah, dalam penghakiman yang benar, membutakan mata mereka, supaya mereka tidak bisa melihat. Inilah penghukuman mereka. Ajaran ini tampak keras. Karena itu, untuk menguatkannya, Paulus mengajukan dua saksi dari Perjanjian Lama, yang berbicara tentang masalah itu.
- (1) Yesaya, yang berbicara tentang penghakiman seperti itu pada masanya (Yes. 29:10; 6:9). Allah membuat mereka tidur nyenyak, maksudnya, mereka menjadi enggan memikirkan kewajiban atau kepentingan mereka. Mereka berada dalam kuasa yang membuat mereka tidak peduli, seperti orang yang mengantuk dan tidur, tidak terusik oleh perkataan atau perbuatan apa saja. Mereka bertekad untuk tetap seperti dulu, dan tidak mau bergerak. Perkataan berikut ini menjelaskan apa yang dimaksud dengan Allah membuat mereka tidur nyenyak: Allah memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar. Mereka mempunyai pancaindra, tetapi dalam hal-hal yang menyangkut damai sejahtera mereka, mereka tidak menggunakan pancaindra itu. Mereka tampak tergila-gila ketika melihat Kristus, tetapi tidak percaya kepada-Nya. Mereka mendengar firman-Nya, tetapi tidak menerimanya. Dan dengan demikian, baik pendengaran maupun penglihatan mereka menjadi sia-sia. Itu sama saja seolah-olah mereka tidak melihat atau mendengar. Dari semua penghakiman, penghakiman-penghakiman rohanilah yang paling pedih, dan yang harus paling ditakuti, meskipun keluhan atas penghakiman-penghakiman itu paling sedikit terdengar. Sampai kepada hari sekarang ini. Sejak Yesaya bernubuat, hati mereka sudah mulai mengeras. Sebagian dari antara mereka sudah buta dan mati rasa. Atau, lebih tepatnya, sejak pertama kali Injil diberitakan. Meskipun mereka mempunyai bukti-bukti yang paling meyakinkan yang bisa dimiliki akan kebenaran Injil, pemberitaan yang paling penuh dengan kuasa, tawaran-tawaran yang paling baik, panggilan-panggilan yang paling jelas dari Kristus sendiri, dan dari para rasul, namun sampai kepada hari sekarang ini mereka dibutakan. Keadaan ini masih berlaku bagi banyak dari mereka, bahkan sampai di masa kita hidup sekarang. Mereka tegar hati dan menjadi buta. Kekerasan hati dan ketidakpercayaan ini diturunkan dari angkatan demi angkatan, sesuai dengan sumpah serapah mereka sendiri yang menakutkan, yang mengandung kutuk: “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!”
- (2) Daud (ay. 9-10), dikutip dari Mazmur 69:23-24. Di situ Daud di dalam Roh menubuatkan penderitaan-penderitaan Kristus yang disebabkan oleh bangsa-Nya sendiri bangsa Yahudi, khususnya oleh mereka yang memberi-Nya minum anggur asam (Mzm. 69:22), yang benar-benar digenapi dalam arti sebenarnya (Mat. 27:48). Ini suatu ungkapan penghinaan dan kebencian terbesar yang bisa diberikan. Selanjutnya, dengan menyatakan kutuk, Daud menubuatkan penghukuman-penghukuman Allah yang mengerikan atas mereka karenanya: Biarlah jamuan mereka menjadi jerat. Ini yang diterapkan oleh Rasul Paulus di sini pada kebutaan orang-orang Yahudi sekarang, dan tersandungnya mereka oleh Injil, yang membuat hati mereka semakin mengeras. Ini mengajar kita bagaimana memahami doa-doa Daud yang lain melawan musuh-musuhnya. Doa-doa itu harus dipandang sebagai nubuatan tentang penghakiman-penghakiman Allah atas mereka yang secara terang-terangan dan membangkang menjadi musuh-musuh Kristus dan kerajaan-Nya. Doa Daud supaya keadaannya demikian merupakan nubuatan bahwa akan terjadi demikian, dan bukan ungkapan pribadi dari kebenciannya yang penuh amarah. Doanya itu juga dimaksudkan untuk membenarkan Allah, dan membersihkan kebenaran-Nya dalam penghakiman-penghakiman semacam itu. Daud berbicara di sini,
- [1] Tentang hancurnya penghiburan-penghiburan mereka:Biarlah jamuan mereka dibuat menjadi jerat, maksudnya, seperti yang dijelaskan oleh sang pemazmur sendiri, biarlah selamatan mereka menjadi perangkap. Kutukan Allah akan mengubah makanan menjadi racun. Ini ancaman seperti dalam Maleakhi 2:2, Aku akan membuat berkat-berkatmu menjadi kutuk. Jamuan mereka menjadi jerat, maksudnya, menjadi kesempatan untuk mendatangkan dosa dan kesengsaraan. Bahkan makanan mereka, yang seharusnya menyehatkan mereka, akan membuat mereka tercekik.
- [2] Tentang hancurnya kekuatan dan pancaindra mereka (ay. 10), mata mereka menjadi gelap, punggung mereka membungkuk, sehingga mereka tidak bisa menemukan jalan yang benar, atau, jika bisa, mereka tidak mampu berjalan di dalamnya. Orang-orang Yahudi, setelah seluruh bangsanya menolak Kristus dan Injil-Nya, menjadi menggila dalam menangani urusan negara mereka, sehingga bahkan rancangan-rancangan mereka berbalik melawan mereka, dan mempercepat kehancuran mereka oleh bangsa Romawi. Mereka tampak seperti bangsa yang dirancang untuk mengalami perbudakan dan penghinaan. Punggung mereka membungkuk, untuk ditunggangi dan diinjak-injak oleh semua bangsa di sekeliling mereka. Atau, peringatan itu bisa dipahami secara rohani. Punggung mereka membungkuk dalam kedagingan dan pikiran duniawi. Curvæ in terris animæ – mereka memikirkan perkara-perkara duniawi. Ini gambaran yang tepat untuk keadaan dan watak sisa bangsa itu sekarang. Jika cerita-cerita yang kita ketahui tentang mereka benar, tidak ada bangsa lain di dunia ini yang lebih duniawi, keras kepala, buta, suka mementingkan diri sendiri, dan keji dibandingkan mereka. Mereka sampai pada hari ini jelas terlihat berada di bawah kuasa kutuk ini. Kutukan-kutukan ilahi akan berlangsung lama. Suatu pertanda bahwa mata kita menjadi gelap yaitu jika kita membungkuk dalam pikiran duniawi.
- II. Hal lain yang menguatkan ajaran penolakan orang-orang Yahudi ini adalah bahwa meskipun mereka dicampakkan dan dicabut sebagai jemaat, namun bangsa-bangsa bukan Yahudi dibawa masuk (ay. 11-14). Ini diterapkan Paulus dengan jalan memberikan peringatan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi (ay. 17-22).
- 1. Penolakan bangsa Yahudi memberi ruang bagi diterimanya bangsa-bangsa bukan Yahudi. Remah-remah bangsa Yahudi menjadi hidangan pesta bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi yang miskin (ay. 11): “Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Tidakkah Allah mempunyai tujuan lain selain kehancuran mereka saat Ia meninggalkan dan menolak mereka?” Paulus ngeri membayangkannya, menolak pemikiran itu dengan perasaan jijik, seperti yang biasa dirasakannya apabila disarankan apa saja yang tampak mencela hikmat, kebenaran, atau kebaikan Allah. Sekali-kali tidak! Oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain. Bukan berarti bahwa keselamatan tidak akan sampai kepada bangsa-bangsa lain seandainya bangsa Yahudi taat, melainkan bahwa ketetapan ilahi mengaturnya sedemikian rupa sehingga Injil diberitakan kepada bangsa-bangsa lain setelah bangsa Yahudi menolaknya. Demikianlah yang dikatakan dalam perumpamaan itu (Mat. 22:8-9), orang-orang yang pertama-tama diundang tadi tidak layak. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan (Luk. 14:21). Dan demikian pula yang terjadi dalam sejarah (Kis. 13:46): Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Demikianlah Kisah Para Rasul 18:6. Allah akan mempunyai jemaat di dunia, akan meramaikan pesta pernikahan dengan tamu-tamu undangan. Dan, jika yang satu tidak mau datang, yang lain akan datang, sebab kalau tidak begitu, mengapa tawaran diberikan? Orang-orang Yahudi menolak, maka tawaran diberikan kepada bangsa-bangsa lain. Lihatlah bagaimana Hikmat Kekal membawa terang dari kegelapan, kebaikan dari kejahatan, makanan dari yang makan, dan manisan dari yang kuat. Untuk maksud yang sama Paulus berkata (ay. 12), kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, maksudnya, kekurangan mereka itu jauh lebih mempercepat kedatangan Injil kepada dunia bangsa-bangsa bukan Yahudi. Injil adalah kekayaan terbesar dari tempat di mana ia berada. Injil lebih baik daripada ribuan emas dan perak. Atau, kekayaan bangsa-bangsa lain adalah banyaknya orang yang bertobat di antara mereka. Orang percaya yang sungguh-sungguh adalah perhiasan Allah. Ayat ini juga berbicara untuk maksud yang sama (ay. 15): Penolakan mereka berarti perdamaian bagi dunia. Murka Allah terhadap bangsa Yahudi membuka jalan bagi perkenanan-Nya terhadap bangsa-bangsa bukan Yahudi. Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus (2Kor. 5:19). Oleh sebab itu, Allah mengambil kesempatan dari ketidakpercayaan bangsa Yahudi ini untuk mengingkari dan menyangkal mereka secara terang-terangan, meskipun mereka sudah menjadi umat kesayangan-Nya. Ini untuk menunjukkan bahwa dalam memberikan perkenanan-Nya, Ia tidak lagi bertindak dengan cara memilih dan membatasi seperti itu, melainkan bahwa setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Allah dan yang mengamalkan kebenaran akan berkenan kepada-Nya (Kis. 10:34-35).
- 2. Bagaimana Rasul Paulus mengembangkan ajaran ini, bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi menggantikan tempat bangsa Yahudi.
- (1) Sebagai sesama orang Yahudi, Paulus di sini memberikan kata-kata penghiburan dan nasihat kepada mereka, untuk menggugah mereka agar menerima dan mengambil tawaran Injil. Hal ini diniatkan oleh Allah dalam kebaikan-Nya terhadap bangsa-bangsa bukan Yahudi, untuk memanas-manasi bangsa Yahudi supaya mereka cemburu (ay. 11). Dan Paulus berusaha memperkuatnya sesuai dengan tujuan yang dimaksud (ay. 14): Kalau-kalau aku dapat membangkitkan cemburu di dalam hati kaum sebangsaku menurut daging. “Akankah bangsa-bangsa lain yang terhina pergi membawa segala penghiburan dan hak istimewa Injil, dan tidakkah kita mau menyesali penolakan kita, lalu ikut ambil bagian dalam penghiburan dan hak istimewa itu pada akhirnya? Tidak maukah kita mau percaya dan taat, diampuni dan diselamatkan, seperti halnya bangsa-bangsa lain?” Lihatlah contoh perbuatan serupa untuk membangkitkan cemburu pada Esau (Kej. 28:6-9). Dalam perkara-perkara yang menyangkut jiwa kita, ada persaingan yang patut dipuji. Mengapa kita tidak bisa sekudus dan sebahagia tetangga-tetangga kita? Dalam persaingan ini, tidak perlu ada kecurigaan, merendahkan orang lain, atau balas merendahkan orang, sebab di dalam jemaat ada cukup banyak ruang, dan di dalam perjanjian baru ada cukup banyak kasih karunia dan penghiburan, untuk kita semua. Berkat-berkat tidak akan berkurang dengan banyaknya orang yang ikut berbagi. Dan dapat menyelamatkan beberapa orang dari mereka. Lihatlah apa yang dikerjakan Paulus, untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Sekalipun begitu, yang paling bisa dijanjikannya sendiri hanyalah menyelamatkan beberapa orang saja. Walaupun ia seorang pengkhotbah yang begitu penuh dengan kuasa, berbicara dan menulis dengan membuktikan dan menunjukkan kuasa Roh, namun dari antara banyak orang yang ditanganinya, ia hanya bisa menyelamatkan beberapa orang saja. Hamba-hamba Tuhan harus menganggap jerih payah mereka betul-betul bermanfaat sekalipun mereka hanya bisa menjadi alat untuk menyelamatkan beberapa orang saja.
- (2) Sebagai rasul kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, Paulus di sini memberikan peringatan terhadap mereka: Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi. Kamu orang-orang Romawi yang percaya, kamu mendengar betapa kaya keselamatan yang datang kepadamu oleh ketidaktaatan bangsa Yahudi. Tetapi berjaga-jagalah, supaya kamu tidak berbuat sesuatu yang membuatmu kehilangan hak atas keselamatan itu.” Paulus mengambil kesempatan ini, seperti juga kesempatan-kesempatan lain, untuk menerapkan perkataannya kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, sebab ia rasul bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi, yang ditunjuk untuk melayani iman mereka, untuk menanam dan menyirami jemaat-jemaat di antara mereka. Inilah maksud dari tugasnya yang luar biasa itu (Kis. 22:21), Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain. Bandingkan dengan Kisah Para Rasul 9:15. Itu juga yang dimaksudkan dengan penahbisannya (Gal. 2:9). Bandingkan dengan Kisah Para Rasul 13:2. Sudah sepatutnya kita secara khusus berusaha keras untuk berbuat baik kepada orang-orang yang menjadi tanggung jawab kita. Kita terutama harus memikirkan apa yang menjadi pekerjaan kita sendiri. Contoh kasih Allah yang besar kepada bangsabangsa bukan Yahudi yang malang adalah bahwa Ia me nunjuk Paulus, yang dalam hal karunia dan anugerah melebihi semua rasul, untuk menjadi rasul bagi mereka. Dunia bangsa-bangsa bukan Yahudi adalah wilayah yang lebih luas, dan pekerjaan yang harus dilakukan di sana menuntut seorang pekerja yang sangat andal, cakap, gigih, dan bertekad kuat. Seperti itulah Paulus. Untuk melakukan pekerjaan khusus, Allah memanggil orang-orang yang memang dipandang-Nya dan dijadikan-Nya pantas untuk melakukannya. Aku menganggap hal itu kemuliaan pelayananku. Ada orang yang merendahkan pelayanannya, dan dirinya, karena itu. Karena dia rasul bagi bangsa-bangsa bukan Yahudilah maka orang-orang Yahudi begitu geram terhadapnya (Kis. 22:21-22). Namun, ia tidak pernah memandang pekerjaan itu buruk, meskipun itu menjadikannya korban dari segala amukan dan kebencian orang-orang Yahudi. Suatu pertanda kasih yang sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus jika kita menganggap pelayanan dan pekerjaan bagi-Nya sebagai suatu hal yang betul-betul terhormat, sekalipun dunia memandangnya rendah, sebagai pekerjaan yang hina dina. Pekerjaan melayani Tuhan adalah pekerjaan yang harus dimuliakan. Hamba-hamba Tuhan adalah duta Kristus, dan penjaga rahasia-rahasia Allah, dan demi pekerjaan mereka, mereka harus dijunjung tinggi di dalam kasih. Pekerjaanku. Tēn diakonian mou – pelayananku, pengabdianku, bukan pimpinanku dan kekuasaanku. Bukan martabat dan kuasa, melainkan kewajiban dan pekerjaan seorang rasullah yang begitu amat dicintai Paulus. Nah, ada dua hal yang dinasihatkannya kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, dalam kaitannya dengan orang-orang Yahudi yang ditolak:
- [1] Untuk menghormati orang-orang Yahudi, kendati mereka ditolak, dan menginginkan pertobatan mereka. Ini tersirat dalam pengharapan yang diberikannya kepada bangsa-bangsa lain tentang keuntungan yang akan diperoleh jemaat melalui pertobatan orang-orang Yahudi (ay. 12, 15). Pertobatan orang-orang Yahudi akan menjadi seperti hidup dari antara orang mati. Dan oleh sebab itu, mereka tidak boleh menghina dan menyoraki orang-orang Yahudi yang malang itu, tetapi terlebih harus mengasihani mereka, menginginkan kesejahteraan mereka, dan rindu untuk menerima mereka masuk kembali.
- [2] Untuk berjaga-jaga, supaya mereka sendiri tidak tersandung dan jatuh, seperti yang terjadi pada orang-orang Yahudi (ay. 17-22). Amatilah di sini,
- Pertama, hak istimewa yang diperoleh bangsa-bangsa bukan Yahudi dengan dibawa masuk ke dalam jemaat. Mereka dicangkokkan (ay. 17), seperti cabang pohon zaitun liar dicangkok ke pohon zaitun yang baik. Ini bertentangan dengan cara dan kebiasaan petani, yang mencangkokkan pohon zaitun yang baik ke pohon yang buruk. Tetapi mereka yang dicangkokkan Allah ke dalam jemaat didapati-Nya liar dan tandus, tidak berguna sama sekali. Manusia mencangkok untuk memperbaiki pohon, tetapi Allah mencangkok untuk memperbaiki cabang.
- 1. Jemaat Allah adalah pohon zaitun, tumbuh subur dan berbuah seperti pohon zaitun (Mzm. 52:10; Hos. 14:7), buahnya berguna untuk menghormati Allah dan manusia (Hak. 9:9).
- 2. Mereka yang berada di luar jemaat adalah seperti pohon zaitun liar, bukan saja tidak berguna, tetapi juga apa yang mereka hasilkan masam dan tidak enak: liar secara alamiah (ay. 24). Inilah keadaan bangsa-bangsa bukan Yahudi yang malang, yang tidak mempunyai hak-hak istimewa jemaat, dan yang berkaitan dengan pengudusan sejati. Dan inilah keadaan alami tiap-tiap kita, liar secara alami.
- 3. Pertobatan adalah dicangkokkannya cabang-cabang liar kepada pohon zaitun sejati. Kita harus dipotong dari batang yang lama, dan dipersatukan dengan akar yang baru.
- 4. Orang-orang yang dicangkokkan kepada pohon zaitun sejati pasti ikut ambil bagian dalam akar dan getah pohon zaitun itu. Ini dapat diterapkan pada persatuan dengan Kristus yang menyelamatkan. Setiap orang yang dicangkokkan pada Kristus oleh iman yang hidup ikut ambil bagian di dalam Dia sebagai cabang-cabang dari akar, yaitu menerima dari kepe nuhan-Nya. Tetapi yang dibicarakan di sini adalah keanggotaan di dalam jemaat yang ada di dunia sini, yang darinya bangsa Yahudi sebagai cabang dipotong. Dan dengan demikian bangsa-bangsa bukan Yahudi dicangkokkan autois – di antara mereka yang terus setia, atau menggantikan mereka yang dipotong. Bangsa-bangsa bukan Yahudi, karena sudah dicangkokkan ke dalam jemaat, ikut ambil bagian dalam hak-hak istimewa yang sama seperti orang-orang Yahudi, akar dan getahnya. Pohon zaitun adalah jemaat yang kelihatan di dunia ini (disebut demikian dalam Yeremia 11:16). Akar dari pohon ini adalah Abraham, bukan akar yang memberikan perjanjian, jadi Kristus adalah satu-satunya akar, melainkan akar yang meneruskan perjanjian, sebab Abraham adalah orang pertama yang dengannya perjanjian dibuat dengan begitu khidmat. Sekarang bangsa-bangsa bukan Yahudi yang percaya ikut ambil bagian dalam akar ini: Orang ini pun anak Abraham (Luk. 19:9), berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain (Gal. 3:14). Mereka ikut ambil bagian dalam sari makanan yang sama dari pohon zaitun, intisari yang sama, perlindungan khusus, firman-firman yang hidup, sarana keselamatan, pelayanan yang tetap, dan ketetapan-ketetapan yang didirikan. Dan, di samping hal-hal lain, keturunan mereka yang masih bayi menjadi anggota jemaat yang di dunia ini. Ini merupakan bagian dari sari makanan pohon zaitun yang dimiliki bangsa Yahudi, dan tidak bisa dibayangkan tidak diberikan kepada bangsa-bangsa lain.
- Kedua, peringatan untuk tidak menyalahgunakan hak-hak istimewa ini.
- 1. “Janganlah berbangga (ay. 18): Janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu. Janganlah karena itu menginjak-injak orang Yahudi sebagai orang terkutuk, atau menghina mereka yang dipotong, apalagi menghina mereka yang terus setia.”Kasih karunia diberikan bukan untuk membuat kita berbangga, melainkan untuk membuat kita bersyukur. Hukum iman tidak mengenal perbuatan memegahkan diri sendiri atau merendahkan orang lain. “Janganlah berkata (ay. 19): Ada cabang-cabang yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas. Maksudnya, jangan berpikir bahwa kamu lebih berjasa mendapat uluran tangan Allah daripada mereka, atau berdiri lebih tinggi daripada mereka dalam perkenanan-Nya.” “Tetapi ingatlah, bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu. Walaupun dicangkokkan, kamu tetaplah cabang yang ditopang oleh akar. Bahkan, kamu adalah cabang yang dicangkokkan, dimasukkan ke dalam pohon zaitun sejati bertentangan dengan keadaanmu (ay. 24). Kamu tidak dilahirkan merdeka, tetapi oleh kasih karunia diberi hak dan diangkat sebagai anggota. Abraham, akar dari jemaat Yahudi, tidak berutang budi kepadamu. Tetapi justru kamu yang banyak berutang budi kepadanya, sebagai wali perjanjian dan bapa banyak bangsa. Oleh sebab itu, jikalau kamu bermegah, ketahuilah (kata ini harus ditambahkan untuk memperjelas maknanya) bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu.”
- 2. “Janganlah merasa aman (ay. 20): Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah. Janganlah terlalu yakin dengan kekuatan dan kedudukanmu sendiri.” Ketakutan yang kudus adalah penangkal ampuh melawan kesombongan. Berbahagialah orang yang selalu takut demikian. Kita tidak perlu takut kalau-kalau Allah tidak setia pada perkataan-Nya. Yang berbahaya justru kalau kita tidak setia pada perkataan kita. Sebab itu, baiklah kita waspada (Ibr. 4:1). Jemaat di Roma sekarang bermegah bahwa ia sungguh dijaga terus-menerus sejak dulu. Tetapi Rasul Paulus di sini, dalam suratnya kepada jemaat itu sewaktu baru lahir dan masih murni, memberikan peringatan tegas melawan pemegahan diri seperti itu, dan se gala pernyataan semacamnya. Takut terhadap apa? “Tentu saja takut kalau-kalau kamu berbuat sesuatu yang membuatmu kehilangan segalanya sama seperti yang terjadi pada mereka, kalau-kalau kamu kehilangan hak-hak istimewa yang sekarang kamu nikmati, seperti mereka juga sudah kehilangan semuanya itu.” Malapetaka-malapetaka yang menimpa orang lain haruslah menjadi peringatan bagi kita. Pergilah (firman Allah kepada Yerusalem, Yer. 7:12), dan lihatlah apa yang telah Kulakukan kepada Silo. Begitu pula sekarang, biarlah semua jemaat Allah pergi dan melihat apa yang dilakukan-Nya kepada Yerusalem, dan apa yang terjadi pada hari mereka dilawat, supaya kita mendengar dan takut, dan berjaga-jaga terhadap dosa Yerusalem. Hak-hak istimewa yang dipegang jemaat bukanlah untuk suatu jangka waktu tertentu, tidak pula diwariskan kepada mereka dan keturunan mereka. Tetapi itu berlaku selama mereka berbuat baik, tidak lebih dari itu. Pertimbangkanlah,
- (1) “Bagaimana mereka dipotong. Bukan secara tidak pantas, dengan menggunakan kedaulatan dan hak mutlak, melainkan karena ketidakpercayaan.” Dari sini tampak bahwa jemaat-jemaat yang sudah berdiri lama dalam iman bisa saja jatuh ke dalam kedurhakaan sehingga membawa kehancuran bagi mereka. Ketidakpercayaan mereka tidak hanya membangkitkan murka Allah untuk memotong mereka, tetapi dengan berbuat demikian mereka betul-betul memotong diri mereka sendiri. Ketidakpercayaan itu tidak hanya membuat mereka layak dipisahkan, tetapi juga merupakan penyebab inti mengapa mereka dipisahkan. “Nah, kamu juga condong pada kelemahan dan kerusakan yang sama seperti yang menjatuhkan mereka.” Lebih jauh lagi, amatilah, mereka adalah cabang-cabang asli (ay. 21), tidak hanya mempunyai kepentingan dalam perjanjian Abraham, tetapi juga merupakan keturunan Abraham, dan dengan demikian lahir di atas dasar-dasar perjanjian, dan karena itu memiliki hak seperti orang yang menyewa rumah. Namun, ketika mereka tenggelam dalam ketidakpercayaan, Allah tidak menyayangkan mereka. Ketentuan, adat kebiasaan yang sudah lama, dan kesetiaan nenek moyang mereka, tidak akan membuat mereka aman. Sia-sia saja mereka berseru, meskipun mereka amat menegaskannya, bahwa mereka adalah keturunan Abraham (Mat. 3:9; Yoh. 8:33). Memang benar bahwa kepada mereka pertama-tama disewakan kebun anggur untuk digarap. Akan tetapi, ketika mereka meninggalkannya, kebun anggur itu dengan adil diambil dari mereka (Mat. 21:41, 43). Hal ini disebut di sini dengan kekerasan (ay. 22). Allah mengikatkan kebenaran pada tali dan penghakiman pada bandulnya, dan memperlakukan mereka sesuai dengan dosa-dosa mereka. Kekerasan adalah kata yang terdengar kasar. Dan saya tidak ingat di tempat mana pun di dalam Kitab Suci di mana kata itu diterapkan pada Allah. Dan di sini kata itu diterapkan pada perihal dicabutnya orang-orang Yahudi sebagai jemaat. Allah bertindak sekeras-kerasnya terhadap orang-orang yang mengaku paling dekat dengan-Nya, jika mereka memberontak melawan Dia (Am. 3:2). Kesabaran dan hak-hak istimewa yang disalahgunakan berubah menjadi murka yang paling dahsyat. Dari semua penghakiman, penghakiman-penghakiman rohanilah yang paling perih. Sebab penghakiman-penghakiman inilah yang dibicarakan Paulus di sini (ay. 8).
- (2) “Bagaimana kamu berdiri, kamu yang dicangkokkan.” Ia berbicara kepada jemaat-jemaat bukan Yahudi secara umum, meskipun mungkin secara tidak langsung menyinggung orang-orang tertentu, yang pernah mengungkapkan kesombongan dan kemenangan semacam itu dalam penolakan orang-orang Yahudi. “Maka pikirkanlah,”
- [1] “Dengan sarana apa kamu berdiri: oleh iman, yaitu kasih karunia yang selalu memiliki ketergantungan, dan yang mendapat kekuatan dari sorga. Kamu tidak berdiri dengan kekuatanmu sendiri, yang bisa kamu andalkan. Kamu tidak lebih daripada apa yang dijadikan oleh kasih karunia Allah yang cuma-cuma atas kamu. Dan kasih karunia-Nya adalah milik-Nya sendiri, yang Dia berikan atau Dia tahan sesuai kehendak-Nya. Apa yang menghancurkan mereka adalah ketidakpercayaan, dan kamu berdiri oleh karena iman. Oleh sebab itu, kamu tidak mempunyai pegangan yang lebih kuat daripada mereka, kamu tidak berdiri di atas dasar yang lebih kokoh daripada mereka.”
- [2] “Dengan syarat apa (ay. 22): Atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya, yaitu, jika kamu terus bergantung dan tunduk pada kasih karunia Allah yang cuma-cuma. Karena tiadanya kasih karunia itulah orang-orang Yahudi hancur. Jika kamu berhati-hati menjaga kepentinganmu untuk selalu berkenan kepada Allah, dengan cara terus-menerus berusaha menyenangkan Allah dan takut membuat-Nya murka.” Intisari kewajiban kita, dan syarat kebahagiaan kita, adalah menjaga diri kita agar tetap berada di dalam kasih Allah. Gementarlah kepada TUHAN dan kepada kebaikan-Nya (Hos. 3:5).
- III. Hal lain yang menguatkan ajaran penolakan orang-orang Yahudi ini adalah bahwa, walaupun untuk saat ini mereka dicampakkan, namun penolakan itu bukan keputusan akhir. Sebaliknya, apabila waktunya sudah genap, mereka akan dibawa masuk kembali. Mereka tidak akan dicampakkan untuk selama-lamanya, sebaliknya, belas kasihan akan diingat di tengah-tengah murka. Marilah kita amati,
- 1. Bagaimana pertobatan orang-orang Yahudi ini digambarkan di sini.
- (1) Pertobatan orang-orang Yahudi dikatakan sebagai kepenuhan mereka (ay. 12), maksudnya, ditambahkannya mereka ke dalam jemaat, diisinya kembali tempat yang dulu menjadi kosong karena penolakan mereka. Ini akan memperkaya dunia (maksudnya, jemaat di dalam dunia) dengan terang, kekuatan, dan keindahan yang luar biasa.
- (2) Pertobatan orang-orang Yahudi dikatakan sebagai diterimanya mereka. Pertobatan jiwa adalah diterimanya jiwa itu, begitu pula dengan pertobatan sebuah bangsa. Mereka akan diterima ke dalam perkenanan ilahi, ke dalam jemaat, ke dalam kasih Kristus, yang lengan-Nya terbuka lebar untuk menerima semua orang yang mau datang kepada-Nya. Dan pertobatan mereka ini akan menjadi seperti hidup dari antara orang mati – begitu aneh dan mengejutkan, namun secara bersamaan begitu ditunggu-tunggu dan disambut. Pertobatan orang-orang Yahudi akan membawa sukacita besar bagi jemaat. Lihat Lukas 15:32, ia telah mati dan menjadi hidup kembali, dan karena itu kita patut bersukacita dan bergembira.
- (3) Pertobatan orang-orang Yahudi disebut sebagai dicangkokkannya mereka kembali (ay. 23) ke dalam jemaat, yang darinya mereka sudah dipotong. Apa yang dicangkokkan menerima sari makanan dan kekuatan dari akar. Begitu pula jiwa yang sungguh-sungguh dicangkokkan ke dalam jemaat menerima hidup, kekuatan, dan kasih karunia dari Kristus, Sang Akar yang menghidupkan. Mereka akan dicangkokkan pada pohon zaitun mereka sendiri (ay. 24). Maksudnya, ke dalam jemaat yang di dalamnya sebelumnya mereka menjadi anggota-anggotanya yang paling ternama dan terkemuka. Ini supaya mereka mendapatkan kembali hak-hak istimewa sebagai anggota jemaat yang kelihatan di dunia ini yang sudah begitu lama mereka nikmati, tetapi yang sekarang hilang dari mereka karena dosa dan ketidakpercayaan mereka.
- (4) Pertobatan orang-orang Yahudi disebut sebagai diselamatkannya seluruh Israel (ay. 26). Pertobatan yang sejati bisa juga disebut sebagai keselamatan. Pertobatan sejati adalah keselamatan yang dimulai. Lihat Kisah Para Rasul 2:47. Ditambahkannya mereka ke dalam jemaat berarti diselamatkannya mereka: tous sōzōmenous, menunjukkan bentuk waktu sekarang, diselamatkan sekarang. Apabila pekerjaan pertobatan terus berlangsung, maka pekerjaan keselamatan pun terus berlangsung.
- 2. Atas apa pertobatan orang-orang Yahudi itu didasarkan, dan mengapa kita harus menantikannya.
- (1) Oleh karena kekudusan roti sulung dan akar (ay. 16). Sebagian orang memahami roti sulung ini sebagai orang-orang Yahudi yang sudah bertobat dan beriman kepada Kristus dan diterima di dalam jemaat, yang seperti hasil pertama, dipersembahkan kepada Allah, sebagai pertanda dari panen yang lebih melimpah dan dikuduskan. Permulaan yang baik menjanjikan akhir yang baik. Mengapa kita tidak boleh menduga bahwa orang lain pun bisa dibawa kepada keselamatan sebagaimana mereka yang sudah dibawa ke dalamnya? Sebagian yang lain memahami roti sulung ini sebagai akar, yaitu para bapa leluhur, Abraham, Ishak, dan Yakub, yang dari mereka orang-orang Yahudi diturunkan, dan kepada mereka, sebagai orang-orang kepercayaan utama, perjanjian dititipkan. Dan dengan demikian mereka adalah akar orang-orang Yahudi, bukan hanya sebagai kaum, melainkan juga sebagai jemaat. Nah, jika mereka kudus, yang maksudnya di sini bukan kekudusan bawaan melainkan kekudusan menurut perjanjian, yakni jika mereka ada di dalam jemaat dan di dalam perjanjian, maka beralasan bagi kita untuk menyimpulkan bahwa Allah akan berbaik hati kepada seluruh adonan, yakni orang-orang itu sebagai satu tubuh sebagai umat, dan kepada cabang-cabang, yaitu anggota-anggotanya secara khusus. Bangsa Yahudi dalam arti tertentu adalah bangsa yang kudus (Kel. 19:6), karena mereka keturunan nenek moyang yang kudus. Nah, tidak terbayangkan bahwa bangsa yang begitu kudus sampai dicampakkan sepenuhnya. Ini membuktikan bahwa keturunan orang percaya, sebagai orang percaya, tetap berada di dalam lingkungan jemaat di dunia ini dan di dalam batas-batas perjanjian sampai mereka sendiri melemparkan diri sendiri keluar dari sana oleh karena ketidakpercayaan mereka. Sebab, jikalau akar adalah kudus, maka cabang-cabang juga kudus. Walaupun apa yang secara nyata disyaratkan kepada para bapa leluhur tidak disyaratkan pula kepada keturunannya, namun hak-hak istimewa yang diberikan kepada mereka diturunkan kepada keturunan mereka. Walaupun orang bijak tidak melahirkan orang bijak, namun orang merdeka melahirkan orang merdeka. Meskipun kasih karunia tidak mengalir di dalam darah, namun hak-hak istimewa lahiriah diturunkan dengan cara demikian (sampai hak-hak itu ditinggalkan), bahkan sampai kepada seribu keturunan. Lihatlah bagaimana mereka akan memenuhinya pada hari ketika warisan itu terputus, dengan mengeluarkan keturunan orang beriman dari jemaat, dan dengan demikian membuat berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain. Cabang-cabang Yahudi dianggap kudus, sebab akarnya kudus. Ini diungkapkan dengan lebih jelas (ay. 28): Mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang. Dalam kasih kepada nenek moyang inilah terletak dasar pertama dari kedudukan mereka sebagai jemaat dan bangsa (Ul. 4:37): Karena Ia mengasihi nenek moyangmu dan memilih keturunan mereka. Dan kasih yang sama akan mengembalikan hak-hak istimewa mereka, sebab kasih setia yang dulu itu masih tetap diingat. Mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang. Ini cara yang biasa dipakai Allah untuk memberikan kasih karunia. Karena itulah kasih kepada anak-anak demi bapa mereka disebut kasih yang dari Allah (2Sam. 9:3, 7). Sekalipun, mengenai Injil (yaitu dalam penyampaiannya sekarang), mereka adalah seteru oleh karena kamu, maksudnya, oleh karena bangsa-bangsa bukan Yahudi, yang tidak begitu mereka sukai, namun, apabila waktu Allah tiba, perseteruan ini akan lenyap, dan kasih Allah kepada nenek moyang mereka akan diingat. Lihat janji yang menunjuk pada hal ini (Im. 26:42). Pelanggaran nenek moyang hanya dibalaskan sampai pada angkatan ketiga dan keempat. Tetapi belas kasihan disediakan untuk beribu-ribu angkatan. Banyak orang hidup secara lebih baik karena nenek moyang mereka yang saleh. Oleh karena inilah jemaat disebut sebagai pohon zaitun mereka sendiri. Sudah lama jemaat menjadi milik orang-orang Yahudi secara khusus. Dan ini merupakan dorongan bagi kita untuk berharap agar ada ruang lagi bagi mereka di dalamnya, demi kenalan lama. Apa yang sudah terjadi, bisa terjadi lagi. Meskipun orang-orang dan angkatan-angkatan tertentu tergerus oleh ketidakpercayaan, namun karena mereka sebagai bangsa pernah menjadi anggota jemaat, meskipun untuk sekarang ditangguhkan, kita boleh berharap bahwa keanggotaan itu akan dihidupkan kembali.
- (2) Oleh karena kuasa Allah (ay. 23): Allah berkuasa untuk mencangkokkan mereka kembali. Pertobatan jiwa-jiwa adalah pekerjaan kekuatan yang mahakuasa. Dan sekalipun jiwa-jiwa tampak amat tegar, buta, dan keras, yang menjadi penghiburan bagi kita adalah bahwa Allah sanggup mengerjakan perubahan, sanggup mencangkokkan orang-orang yang sudah lama terbuang dan layu. Sekalipun rumah dijaga oleh orang kuat bersenjata, dengan segenap kekuatannya, namun Allah lebih kuat daripada dia, dan sanggup melucutinya. Syarat bagi pemulihan mereka adalah iman: Jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka. Dengan demikian, tidak ada yang bisa dilakukan kecuali mengusir ketidakpercayaan yang menjadi penghalang besar itu. Dan Allah sanggup membuangnya jauh-jauh, tidak kurang dari kekuatan yang mahakuasa yang akan melakukannya, kekuatan yang sama yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati (Ef. 1:19-20). Sebab jika tidak demikian, dapatkah tulang-tulang kering ini hidup?
- (3) Oleh karena kasih karunia Allah yang dinyatakan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Mereka yang mengalami sendiri kasih karunia Allah, kasih karunia yang diberi tanpa diminta, kasih karunia yang membedakan, boleh berbesar hati karena itu untuk mengharapkan apa yang baik bagi orang lain. Inilah alasan Paulus (ay. 24): “Jika kamu, yang secara alami liar, dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, terlebih-lebih mereka ini yang merupakan cabang-cabang asli, dan oleh sebab itu boleh menganggap diri sedikit lebih dekat pada perkenanan ilahi.” Pernyataan ini sangat pantas untuk menegur kekurangajaran orang-orang Kristen dari bangsa bukan Yahudi yang memandang rendah dan bermegah atas keadaan orang-orang Yahudi yang ditolak, dan menginjak-injak mereka. Seolah-olah Paulus berkata, “Keadaan mereka, sekalipun buruk, tidak seburuk seperti keadaanmu sebelum kamu bertobat. Oleh sebab itu, mengapa keadaan mereka tidak bisa dibuat sebaik seperti keadaanmu sekarang?” Inilah alasannya (ay. 30-31): Sebab sama seperti kamu dahulu tidak, dst. Sungguh baik jika orang yang sudah beroleh kemurahan Allah sering kali merenungkan bagaimana keadaan mereka dulu, dan bagaimana mereka memperoleh kemurahan itu. Ini akan membantu memperhalus celaan kita terhadap mereka yang tetap tidak percaya, dan mendorong kita untuk berdoa bagi mereka. Paulus lebih jauh memberikan alasan berdasarkan penyebab bangsa-bangsa bukan Yahudi dipanggil, yaitu ketidakpercayaan orang-orang Yahudi. Dari situlah semuanya terjadi: “Kamu sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka, maka terlebih-lebih mereka akan beroleh kemurahan oleh kemurahanmu. Jika padamnya pelita mereka berarti nyalanya pelita kamu, oleh kuasa Allah yang membawa kebaikan dari kejahatan, maka terlebih-lebih lagi, terus nyalanya pelita kamu, apabila waktu Allah tiba, akan menjadi sarana untuk menyalakan pelita mereka kembali.” “Supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan, maksudnya, supaya mereka berutang budi kepadamu, seperti kamu sudah berutang budi kepada mereka.” Paulus yakin bahwa orang-orang bukan Yahudi yang percaya akan berbuat semampu mereka untuk melayani orang-orang Yahudi. Bahwa, setelah Allah meyakinkan Yafet, Yafet akan berusaha meyakinkan Sem. Kasih karunia yang sejati tidak akan menguasai segala sesuatu bagi diri sendiri saja. Orang yang sudah beroleh kemurahan akan berusaha agar oleh kemurahan mereka, orang lain juga bisa beroleh kemurahan.
- (4) Oleh karena janji-janji dan nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama, yang menunjuk pada pertobatan bangsa Yahudi ini. Paulus mengutip satu nas Kitab Suci yang sangat ternama (ay. 26, dari Yesaya 59:20-21). Di dalamnya kita bisa mengamati,
- [1] Kedatangan Kristus dijanjikan: Dari Sion akan datang Penebus (KJV: Pembebas). Yesus Kristus adalah Pembebas Agung, yang membebaskan umat manusia dari kesengsaraan dan bahaya. Dalam Yesaya dikatakan, Ia akan datang sebagai Penebus untuk Sion (KJV: Penebus akan datang ke Sion – pen.). Dalam Kitab Yesaya Ia disebut Penebus, sedangkan dalam kitab Roma Pembebas. Ia membebaskan dengan cara menebus, dengan membayar harga. Dalam Yesaya Ia dikatakan datang ke Sion, karena ketika Nabi Yesaya bernubuat, Kristus akan datang tetapi belum datang ke dunia, dan Sion adalah markas besar pertama-Nya. Ke sanalah Ia datang, dan di sana Ia tinggal. Akan tetapi, ketika Rasul Paulus menulis surat ini, Ia sudah datang, Ia sudah ada di Sion. Dan Paulus berbicara tentang buah-buah dari kemunculan-Nya, yang akan datang dari Sion. Dari situlah, seperti dari sumber air, mengalir sungai-sungai kehidupan yang dalam Injil kekal menyirami bangsa-bangsa. Dari Sion akan keluar pengajaran (Yes. 2:3). Bandingkan dengan Lukas 24:47.
- [2] Maksud dan tujuan dari kedatangan ini: Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub. Tugas yang diemban Kristus dengan datang ke dunia adalah untuk menyingkirkan kefasikan, menyingkirkan kebersalahan dengan membayar harga untuk memperoleh kemurahan yang mengampuni, dan menyingkirkan kuasa kebersalahan itu dengan mencurahkan anugerah yang memperbaharui. Ia datang untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (Mat. 1:21), memisahkan antara kita dan dosa-dosa kita, sehingga pelanggaran tidak akan membinasakan kita, dan supaya pelanggaran tidak menjadi penguasa kita. Ia terutama ingin menyingkirkannya dari Yakub, yang untuk itulah Paulus mengutip nas tersebut, sebagai bukti dari kebaikan Allah yang besar yang disediakan untuk keturunan Yakub. Kebaikan besar apa lagi yang bisa dilakukan-Nya bagi mereka selain menyingkirkan kefasikan dari mereka, menghapuskan apa yang menjadi penghalang antara mereka dan segala kebahagiaan, menghapuskan dosa, dan kemudian membuka jalan untuk segala kebaikan? Inilah berkat yang ingin dikaruniakan Kristus kepada dunia dengan kedatangan-Nya, dan yang akan ditawarkan pertama-tama kepada orang-orang Yahudi (Kis. 3:26), yaitu membuat manusia berpaling dari kejahatan mereka. Dalam Yesaya dikatakan, Ia akan datang sebagai Penebus untuk Sion dan untuk orang-orang Yakub yang bertobat dari pemberontakannya. Ini menunjukkan siapa di Sion yang akan mendapat bagian dan menuai keuntungan dalam pembebasan yang dijanjikan itu, yaitu mereka dan hanya mereka yang meninggalkan dosa-dosa mereka dan berpaling kepada Allah. Kepada mereka Kristus datang sebagai Penebus, tetapi sebagai Penuntut balas kepada orang-orang yang tetap bersikeras tidak mau bertobat. Lihat Ulangan 30:2-3. Orang-orang yang berbalik dari dosa akan diakui sebagai warga Sion yang sejati (Ef. 2:19), Yakub yang sebenarnya (Mzm. 24:4, 6). Dengan menempatkan kedua bacaan ini secara bersama-sama, kita tahu bahwa tidak seorang pun memiliki kepentingan di dalam Kristus selain mereka yang berbalik dari dosa-dosa mereka, dan tidak ada yang bisa berbalik dari dosa-dosa mereka selain dengan kekuatan kasih karunia Kristus. Dan inilah perjanjian-Ku dengan mereka, yaitu, bahwa Pembebas akan datang kepada mereka. Yaitu, bahwa Roh-Ku tidak akan meninggalkan mereka, seperti yang dikatakan selanjutnya (Yes. 59:21). Segala maksud dan tujuan yang penuh rahmat dari Allah menyangkut Israel dijadikan sebagai pokok perjanjian, dan Allah yang tidak bisa berdusta, tidak bisa tidak pasti akan setia pada perkataan-Nya dan menepatinya. Mereka adalah anak-anak perjanjian (Kis. 3:25). Rasul Paulus menambahkan, apabila Aku menghapuskan dosa mereka, yang menurut sebagian orang merujuk pada Yesay. 27:9, atau hanya pada perkataan sebelumnya, menyingkirkan segala kefasikan. Pengampunan dosa diletakkan sebagai dasar dari semua berkat perjanjian baru (Ibr. 8:12): Sebab Aku akan menaruh belas kasihan. Nah, berdasarkan semuanya ini Paulus menyimpulkan bahwa pasti Allah menyediakan belas kasihan yang besar bagi umat itu, sesuatu yang sesuai dengan luasnya janji-janji yang kaya ini. Dan ia membuktikan kesimpulannya (ay. 29) dengan kebenaran ini: Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya. Penyesalan kadang-kadang dipahami sebagai perubahan pikiran, dan dalam arti itu Allah tidak pernah menyesal, sebab pikiran-Nya tetap, dan siapa yang bisa mengubah-Nya? Kadang-kadang penyesalan juga dipahami sebagai perubahan cara, dan itulah yang dipahami di sini. Ini menunjukkan tetap dan tidak berubahnya kasih Allah yang didasarkan atas pemilihan yang sudah disebutkan sebelumnya. Segala karunia dan panggilan itu tidak dapat diubah. Siapa yang dikasihi-Nya dengan cara seperti itu, dikasihi-Nya sampai akhir. Kita mendapati Allah menyesal bahwa Ia sudah menjadikan manusia (Kej. 6:6, menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia), dan menyesal bahwa Ia sudah memberi manusia kehormatan dan kuasa (1Sam. 15:11, Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja). Tetapi kita tidak pernah mendapati Allah menyesal karena Ia sudah memberi manusia kasih karunia, atau memanggilnya dengan berhasil. Segala karunia dan panggilan itu tidak akan disesali.
- 3. Waktu dan jangkauan dari pertobatan ini, kapan dan di mana pertobatan itu diharapkan terjadi. Itu disebut rahasia (ay. 25), sesuatu yang tidak jelas, dan sesuatu yang tidak diharapkan melihat keadaan sekarang dari umat tersebut, yang secara umum kelihatannya begitu tegar tengkuk melawan Kristus dan Kekristenan sehingga bicara mengenai pertobatan mereka seperti bicara mengenai teka teki. Pertobatan orang bukan Yahudi juga disebut rahasia (Ef. 3:3, 6, 9). Ditolaknya orang Yahudi sepertinya sama buruknya sekarang seperti yang terjadi pada penolakan orang bukan Yahudi. Karya pertobatan dilakukan dalam suatu kerahasiaan. Sekarang dia mau mereka mengetahui rahasia ini agar mereka bisa tetap rendah hati: agar kamu jangan menganggap dirimu pandai, artinya, agar kamu tidak meninggikan keanggotaanmu dalam gereja sehingga menjadi batu sandungan bagi orang Yahudi. Ketidaktahuan adalah penyebab dari kesombongan diri kita. Supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini. Amatilah,
- (1) Keadaan mereka saat ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar (ay. 25). Ada keterangan terhadap hal ini yaitu hanya sebagian. Masih ada tinggal suatu sisa menurut pilihan kasih karunia, namun sebagian besar telah tegar hatinya (ay. 7-8). Dengan tujuan yang sama (ay. 32): Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, mengurung mereka seperti dalam penjara, menyerahkan mereka kepada keinginan nafsu hati mereka sendiri. Mengurung terkadang dipakai untuk penghukuman seperti yang terdapat dalam Galatia 3:22. Mereka semua di hadapan Tuhan dihukum karena ketidakpercayaan. Mereka tidak mau percaya. Allah berkata, “Mengapa engkau tidak percaya?” Mereka dengan tegas menolak untuk takluk kepada Kristus dan pemerintahan-Nya. Penolakan mereka ini ditulis di takhta pengadilan Allah dan secara meyakinkan menjadi hal yang melawan mereka.
- (2) Kapan perubahan yang membahagiakan ini terjadi: sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk, ketika Injil sudah mencapai keberhasilan yang dimaksudkan dan masuk ke dalam dunia orang bukan Yahudi. Bandingkan dengan ayat 12. Orang Yahudi akan terus tegar hatinya sampai Tuhan selesai mengerjakan karya-Nya di antara orang-orang bukan Yahudi. Sesudah itu giliran mereka akan diingat-Nya. Inilah tujuan dan ketetapan Allah bagi tujuan-tujuan yang bijak dan kudus. Segala sesuatu belum waktunya bagi orang-orang Yahudi sebelum gereja diisi kembali dengan orang-orang bukan Yahudi. Allah mengambil mereka kembali bukanlah karena Dia membutuhkan mereka tetapi hanya karena anugerah-Nya yang cuma-cuma.
- (3) Jangkauan dari pertobatan: Seluruh Israel akan diselamatkan (ay. 26). Dia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua (ay. 32). Bukan semua secara pribadi tetapi mereka secara umat. Mereka tidak akan dikembalikan kepada perjanjian yang khusus, keimamatan, bait kudus, dan upacara-upacara yang khusus bagi mereka (semua itu diakhiri). Tetapi mereka akan menjadi percaya kepada Kristus Sang Mesias sejati yang disalibkan bagi mereka, dan dimasukkan ke dalam gereja Kristen, serta menjadi kawanan yang sama bersama dengan orang-orang bukan Yahudi dibawah Kristus Sang Gembala yang Agung. Pertanyaan yang terkait dengan pencapaian semua ini.
- [1] Sebagian orang berpikir ini sudah dilakukan, pada waktu sebelum, di saat, dan sesudah penghancuran Yerusalem oleh orang Romawi. Pada waktu itu banyak orang Yahudi bertobat dan menjadi Kristen. Melihat begitu banyak orang Yahudi yang menjadi korban dalam penghancuran itu maka kita bisa dengan cukup yakin menyimpulkan bahwa mereka yang selamat sebagian besarnya adalah orang Kristen dan membentuk jemaat Kristen. Orang-orang Kristen yang berjumlah kecil inilah yang terus bertahan. Selama bertahun-tahun Yudea, sama seperti wilayah Kristen lainnya, memiliki pelayan dan gereja mereka sendiri, dan menjadi pusat Agama. Menurut mereka, sebagian besar pekerjaan ini dilakukan di akhir pelayanan para rasul, di masa orang-orang bukan Yahudi umumnya sudah diterima dalam jemaat.
- [2] Sebagian orang yang lain berpikir bahwa ini akan tercapai pada waktu dunia berakhir. Orang-orang Yahudi ini secara luar biasa tetap mempertahankan kekhasan mereka dari seluruh suku bangsa lainnya melalui nama, adat istiadat, dan agama. Mereka sangat banyak jumlahnya terutama di wilayah Mediteranian Timur dan melalui pekerjaan Roh Kudus melalui Firman disadarkan akan dosa mereka dan menjadi Kristen, bergabung dengan jemaat-jemaat Kristen yang nantinya akan turut bersumbangsih banyak bagi kekuatan dan keindahannya. Siapa yang masih hidup ketika Allah melakukan ini?
SH -> Rm 11:1-12; Rm 11:1-10
SH: Rm 11:1-12 - Keajaiban Anugerah Allah (Jumat, 4 Agustus 2006) Keajaiban Anugerah Allah
Israel adalah umat pilihan Allah. Akan tetapi, mereka telah
menyia-nyiakan Injil sehingga tidak dapat menikmati hak sebagai...
Keajaiban Anugerah Allah
Israel adalah umat pilihan Allah. Akan tetapi, mereka telah menyia-nyiakan Injil sehingga tidak dapat menikmati hak sebagai bangsa pilihan. Ironis! Bangsa yang seharusnya menerima berkat besar, kini tidak mendapatkan apa pun. Sebaliknya, bangsa lain yang sebenarnya tidak mendapatkan bagian dari berkat itu, sekarang justru sedang menikmatinya.
Meski demikian, Paulus menyatakan bahwa akhir kisah dari bangsa pilihan ini, tidaklah demikian. Tidak semua bangsa Israel menolak anugerah Allah (1-2). Paulus memberikan contoh dirinya sendiri dan tujuh ribu orang pada zaman Elia dalam Perjanjian Lama (3-4). Paulus juga mengatakan bahwa penolakan Israel terhadap Allah tidak bersifat tetap. Demikian juga Allah sendiri tidak untuk selamanya menolak bangsa pilihan-Nya itu.
Mengapa Allah seakan-akan membiarkan Israel, bangsa pilihan-Nya itu dalam kedegilan tersandung? Pertama, bukan karena ketidaksetiaan dan ketidakkonsistenan Allah, tapi karena bangsa ini buta terhadap anugerah Allah (7-10). Kedua, justru karena bangsa Israel tersandung maka pintu anugerah Allah terbuka bagi bangsa-bangsa lain dan berkat besar tersedia bagi mereka (11-12). Ketika Israel melihat bangsa- bangsa lain menerima berkat itu maka mereka pun akan tercelik matanya dan mendapatkan kembali berkat yang telah diambil dari mereka.
Perenungan Paulus ini menjadi penghiburan juga bagi orang Kristen di Indonesia. Hati kita hancur melihat bagaimana orang yang dikasihi Tuhan justru menolak kasih itu dalam gairah agamawi yang mereka anggap adalah ibadah bagi Allah. Fakta kemurahan Allah dan pilihan Allah untuk Israel, juga adalah dasar untuk kita berharap bahwa Tuhan tidak begitu saja membuang bangsa Indonesia. Mari kita giat menginjil sebab pasti ada orang yang ingin Allah selamatkan.
Renungkan: Pahit dan putus asakah kita terhadap sikap orang akan Injil? Ingat kasih-Nya tak terduga dan ajaib!

SH: Rm 11:1-10 - Allah tidak menolak umat-Nya. (Selasa, 9 Juni 1998) Allah tidak menolak umat-Nya. Meskipun mayoritas Israel menegarkan hati, ada sebagian kecil yang menerima kasih karunia Allah. Mereka di sebut "sisa I...
Allah tidak menolak umat-Nya.
Meskipun mayoritas Israel menegarkan hati, ada sebagian kecil yang menerima kasih karunia Allah. Mereka di sebut "sisa Israel". Israel dipilih hanya oleh karunia Allah saja, bukan karena kebaikan mereka. Demikian juga sisa Israel dipilih hanya oleh kasih karunia Allah (ayat 5). Paulus memberikan contoh tentang 7000 orang yang setia pada zaman Elia (ayat 4). Baik sisa pada zaman Elia, maupun sisa pada zaman Paulus sungguh-sungguh menghayati makna pemilihan Allah. Rasa syukur mereka terbukti nyata dalam kesetiaan dan keteguhan prinsip sehingga tidak ikut-ikutan mayoritas. Sedikit tetapi berkualitas dan membuktikan keputusan pemilihan Allah yang tidak pernah keliru.
Ketegaran hati yang berlarut-larut. Kebutaan dan ketulian Israel membuat mereka tidak dapat melihat kebenaran. Mata dan telinga rohani yang tertutup berakibat fatal karena mereka berhadapan dengan murka Allah yang tak terelakkan. Perbudakan oleh bangsa-bangsa lain yang dikiaskan dalam ayat 10 juga menimpa mereka. Memang, siapa yang berani mencampakkan kasih karunia Allah pasti tercampak ke dalam pelbagai macam nestapa.
Renungkan: Pilihan kasih karunia Allah bila dihayati dengan benar membangkitkan kegentaran dan kerendahan hati.
Doa: Mendoakan yang menegarkan hati agar tidak menganggap enteng kesabaran Allah.
Utley -> Rm 11:1-6
Utley: Rm 11:1-6 - --NASKAH NASB (UPDATED): Rom 11:1-61 Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Isra...
NASKAH NASB (UPDATED): Rom 11:1-6
1 Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin. 2 Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: 3 "Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh, mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku." 4 Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? "Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal." 5 Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. 6 Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia. 7 Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya,
Rom 11:1 "Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya" Pertanyaan ini mengharapkan jawaban "tidak". Paulus menjawab pertanyaan ini dalam ay. Rom 11:1b-10. Bagian ini harus berkaitan dengan argument Paulus terdahulu. Pasal Rom 9; 10; 11 membentuk sebuah unit tulisan, argument yang berkelanjutan.
Menarik untuk dicatat bahwa naskah papirus Yunani awal P46 dan naskah berhuruf besar F dan G menuliskan "warisan" bukannya "umat," yang mungkin berasal dari LXX dari Mazm 94:14.
□ "Sekali-kali tidak" Ini adalah cara Paulus yang khas dalam menolak pertanyaan-pertanyaan dari si penyanggah hipotetis (diatribe, lih. Rom 3:4,6,31; 6:2,15; 7:7,13; 9:14; 11:1,11).
□ "aku sendiripun orang Israel" Paulus menggunakan dirinya sendiri untuk membuktikan keberadaan sisa-sisa orang Yahudi yang percaya. Untuk menguatkan lebih lanjut latar belakang Yahudi dari Paulus lihat Fili 3:5.
□ Rom 11:2 "Allah tidak menolak umatNya" Ini mungkin dijiwai oleh Mazm 94:14 (lih. Ul 31:6; 1Sam 12:22; 1Raj 6:13; Rat 3:31-32). Ini adalah jawaban yang khusus bagi pertanyaan dari ay. Rom 11:1.
□ "yang dipilihNya" Ini adalah referensi yang nyata dari pemilihan Allah akan Israel. Lihat catatan pada Rom 8:29. Ini membawa kembali argument kepada pasal Rom 9, sebagaimana juga ay. Rom 11:4-6. Kuncinya bukanlah prestasi Israel, namun pilihan Allah. Allah setia pada janjiNya karena sifatNya, bukan karena prestasi Israel (lih. Yeh 36:22-32).
□ "dikatakan Kitab Suci" Ini adalah referensi yang menerangkan tentang larinya Elia dari Izebel dalam 1Raj 19:10, yang dikutip dalam ay. Rom 11:3.
Rom 11:4 "Aku MASIH MENINGGALKAN TUJUH RIBU ORANG bagi-Ku." "Bagiku" tidak terdapat dalam 1Raj 19:18 dari naskah Ibrani Masoretik (NM). (Paulus tidak mengutip NM atau LXX), namun ini ditambahkan Paulus untuk menekankan pilihan Allah. Sisa-sisa Yahudi yang setia dari 1Raj 19:18 dipandang dari sudut pilihan Allah, bukan karena penolakan mereka akan penyembahan Baal.
Pendapat Paulus di sini adalah bahwa bahkan di antara orang Israel di jaman Elia yang tidak percaya dan menyembah berhala pun, tetap masih ada sekelompok kecil orang percaya. Dalam jaman Paulus ada juga sisa-sia orang Yahudi yang percaya. Di setiap jaman beberapa orang Yahudi telah menanggapi dengan iman dan bukan dengan upaya sendiri. Paulus menegaskan bahwa orang- orang Yahudi yang percaya ini dikuatkan oleh kemurahan dan anugerah Allah (vv. 5-6).
□ "(kepada) Baal" Ini adalah sebuah FEMININE ARTICLE dengan sebuah KATA BENDA MASCULINE. In adalah karena orang Yahudi secara reguler menyisipkan huruf hidup dari kata Ibrani FEMININE "malu" (bosheth ) kedalam konsonan dari nama-nama dewa kafir untuk mengolok-olok mereka.
Rom 11:5-6 Ini adalah ayat-ayat kunci. Ayat-ayat ini menghubungkan tindakan Allah di masa lalu dalam PL dengan situasi saat ini. Penghubungnya adalah pemilihan oleh Allah atas dasar kemurahan (lih. Rom 9:15,16,18; 11:30,31,32). Anugerah Allah adalah prioritas, namun iman manusia adalah keharusan (lih. Mr 1:15; Kis 3:16,19; 20:21), namun demikian, sama sekali tidak berdasar pada prestasi manusia (lih. Ef 2:8-9; 2Tim 1:9; Tit 3:5). Kebenaran-kebenaran ini sangat menentukan dalam argumentasi Paulus diseluruh pasal Rom 9; 10; 11.
Rom 11:6 "jika" Ini addalah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL yang dianggap benar dari sudut pandang penulisnya atau untuk tujuan penulisannya. Keselamatan ialah oleh anugerah Allah (lihaat catatan pada Rom 3:24, lih. Rom 6:23; Ef 2:8-9).
□ Alkitab KJV menambahkan frasa penutup pada ay. Rom 11:6, "Karena jika hal itu karena perbuatan, maka bukan lagi karena kasih karunia: karena jika tidak demikian, maka perbuatan ukan lagi perbuatan." Frasa ini tidak terdapat dalam kebanyakan naskah kuno Yunani P46, א*, A, C, D, G, atau P, dan versi Latin kuno, namun dua bentuk frasa yang berbeda tersebut muncul di dalam naskah kuno אc dan B. UBS4 memberikan pengabaian ini suatu tingkatan "A" (pasti).
Topik Teologia -> Rm 11:1
Topik Teologia: Rm 11:1 - -- Keselamatan
Pembenaran
Sarana Pembenaran
Pembenaran adalah Bukan dari Usaha Manusia
Pembenaran adalah Bukan dari Perbuat...
- Keselamatan
- Pembenaran
- Sarana Pembenaran
- Pembenaran adalah Bukan dari Usaha Manusia
- Pembenaran adalah Bukan dari Perbuatan
TFTWMS -> Rm 11:1-6
TFTWMS: Rm 11:1-6 - Orang-orang Yahudi Tidak Ditolak Oleh Allah ORANG-ORANG YAHUDI TIDAK DITOLAK OLEH ALLAH (Roma 11:1-6)
1 Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! Karena...
ORANG-ORANG YAHUDI TIDAK DITOLAK OLEH ALLAH (Roma 11:1-6)
1 Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin. 2 llah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: 3"Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh, mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku." 4 Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? "Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal." 5 Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. 6 Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.
Ayat 1. Paulus memulai dengan pertanyaan yang menggemakan kata-kata dari Mazmur 94:14 di LXX: Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Dalam konteksnya, "umat-Nya" mengacu kepada bangsa Israel. Paulus menyusulkan pertanyaan itu dengan Sekali-kali tidak! yang mengejutkan. Dalam ayat 2, ia menyatakan bahwa "Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya" (huruf miring ditambahkan).
Paulus menegaskan bahwa Allah tidak menolak Israel—tetapi, belakangan dalam pasal ini, ia mengacukan "sebangsaku" dan bicara tentang "penolakan mereka" (11:14, 15). Kedua pernyataan itu tentunya tampak bertentangan: Allah tidak menolak Israel … Allah telah menolak Israel. Bagaimana kita dapat menyelaraskan dua pemikiran itu? Mari kita kembali kepada pernyataan rasul itu di 9:6: "Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel." Ajaran ini dapat digambarkan sebagai sebuah lingkaran kecil di dalam lingkaran besar.
Allah telah menolak sebagian besar orang Israel (lingkaran besar), namun Ia tidak menolak orang-orang Yahudi yang percaya kepada Yesus (lingkaran kecil). Kita harus ingat perbedaan ini ketika kita menuntaskan pasal 11. Dalam pasal ini, orang-orang Yahudi yang menerima Yesus ditetapkan sebagai "umat," Allah (11:1), "umat-Nya yang dipilih-Nya" (11:2), dan "orang-orang yang terpilih" (11:7).
Sebagai bukti bahwa Allah tidak meninggalkan bangsa Israel, Paulus menunjuk kepada dirinya sendiri:1Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin (lihat Filipi 3:5). Paulus adalah bagian dari "Israel di dalam Israel": orang-orang Yahudi yang telah menerima Yesus sebagai Mesias.
Ayat 2, 3. Karena Paulus adalah orang Yahudi yang telah diterima oleh Allah, ia bisa menyimpulkan, Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya [dari semula]. Seperti telah dibahas sebelumnya, pra-pengetahuan Allah tidak meniadakan kehendak bebas manusia (lihat komentar tentang 8:29, 30). Orang-orang yang Allah "sudah ketahui lebih dulu" adalah orang-orang yang merespons panggilan injil (2 Tes. 2:14) melalui iman (1:16) dan karena itu dibenarkan (5:1). Allah tidak menolak orang Yahudi mana saja yang memiliki kualifikasi itu.
Kebanyakan orang Yahudi tidak memenuhi kualifikasi itu—tapi itu seharusnya tidak mengejutkan karena, sepanjang sejarah Israel, hanya sebagian kecil dari bangsa Yahudi yang telah benar-benar mengikut Allah. Itu adalah kasus yang terjadi dalam kisah Perjanjian Lama yang familiar.
Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: "Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh, mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku."
Apakah latar belakang kata-kata Elia itu? Nabi itu telah menang atas para nabi Baal di Gunung Karmel (1 Raja 18). Mungkin ia berharap kemenangan itu akan memicu kebangkitan di seluruh negeri. Sebaliknya, Ratu Izebel berusaha untuk membunuh dia, dan ia harus melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya (1 Raja 19:1-8). Kesepian dan putus asa, ia mencurahkan keputusasaannya kepada Tuhan: "Orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku" (1 Raja 19:10; lihat 19:14). Elia mengira bahwa orang Israel yang setia berada di ambang kemusnahan.
Ayat 4. Untungnya, itu bukan akhir dari kisah itu. Paulus melanjutkan, Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? "Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal" (lihat 1 Raja 19:18). Dua penerapan dapat dibuat dari perkataan Tuhan itu. Pertama, tujuh ribu orang hanya sebagian kecil dari penduduk Israel (kerajaan utara). Tujuh ribu orang itu bisa dianggap sebagai "Israel di dalam Israel." Karena hanya sebagian kecil dari bangsa Israel yang membentuk "Israel sejati" di zaman Elia, maka orang-orang Yahudi itu seharusnya jangan terkejut bahwa situasi yang sama terjadi juga di zaman Paulus.
Namun begitu, penerapan utama Paulus dalam Roma 11 adalah bahwa tujuh ribu orang itu, meski jumlahnya kecil, adalah jumlah yang signifikan. Jika kita menambahkan istri dan anak-anak dari tujuh ribu orang itu, jumlah itu bisa sebanyak dua puluh ribu orang. Ini adalah jumlah yang jauh lebih besar daripada yang Elia bayangkan. Di zaman Paulus, meski sebagian besar orang Yahudi telah ditolak oleh Allah, namun dalam jumlah yang signifikan ada yang tidak ditolak. Tiga ribu orang Yahudi telah dibaptis dan diselamatkan pada hari Pentakosta (Kisah 2:5, 37, 38, 41, 47). Jumlah orang Kristen Yahudi di Yerusalem terus berkembang sampai mungkin berjumlah puluhan ribu (Kisah 2:47; 4:4; 5:14; 6:7). Setelah gereja tersebar dari Yerusalem (Kisah 8:1, 4), orang-orang Yahudi di sana-sini terus merespon secara positif terhadap pesan injil (Kisah 14:1; 17:1-4, 10-12). Ketika Paulus kembali ke Yerusalem pada akhir perjalanan misinya yang ketiga, para pemimpin gereja di kota itu mengacukan bahwa "beribu-ribu2orang Yahudi telah menjadi percaya" (Kisah 21:20). "Beribu-ribu"orang ini merupakan bukti yang cukup bahwa Allah tidak menolak Israel. Secara khusus, Allah tidak menolak orang-orang dalam bangsa Israel (lingkaran besar) yang merupakan "umat-Nya" (lingkaran kecil).
Ayat 5, 6. Setelah menarik persamaan dari zaman Elia, Paulus melanjutkan, Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. "Sisa" diterjemahkan dari leivmma (leimma), yang berarti "yang tersisa." (Itu terkait dengan lei÷pw [leipō, "meninggalkan"].3) Kata "sisa" dalam Yeremia 42:2 mengacu kepada "sedikit dari banyak." Sebelumnya dalam kitab Roma, Paulus telah mengutip Yesaya: "Sekalipun jumlah anak Israel seperti pasir di laut, namun hanya sisanya4akan diselamatkan" (9:27). Telah diramalkan bahwa hanya "sedikit dari banyak" orang Israel yang akan diselamatkan (lingkaran kecil di dalam lingkaran besar).
Apakah ini berarti bahwa yang tersisa dari Israel itu telah melakukan sesuatu yang membuat mereka layak dipilih untuk menerima kebaikan Allah? Paulus ingin membuat jelas bahwa penerimaan mereka bukan akibat dari jasa atau pencapaian pribadi, melainkan suatu demonstrasi dari rahmat dan kasih karunia Allah: Itu "menurut pilihan kasih karunia [Allah]."
Setelah menyebutkan "pilihan kasih karunia Allah," Paulus menyuarakan salah satu pernyataannya yang paling kuat mengenai perbedaan antara keselamatan oleh sistem kasih karunia dan keselamatan berdasarkan sistem perbuatan: Tetapi jika hal itu [pilihan Allah] terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia. Konsep keselamatan oleh kasih karunia tidak sesuai dengan konsep keselamatan atas dasar perbuatan. Mengatakan bahwa Allah menyelamatkan kita oleh kasih karunia-Nya karena kita telah mendapatkan keselamatan kita dengan apa yang telah kita perbuat akan menjadi omong kosong. Orang bisa juga mengatakan, "Aku menjadi bersih dengan menjadi kotor," atau "Burung itu membumbung ke angkasa dengan tetap berada di tanah." Mengatakan bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia atas dasar perbuatan kita akan membuat kata "kasih karunia" kehilangan maknanya. "Kasih karunia" itu tidak akan lagi menjadi "kasih karunia."
Sebelum meninggalkan ayat 5 dan 6, kita harus membuat beberapa ulasan lagi tentang kata "sisa." Alkitab sudah selalu mengajarkan keselamatan bagi orang yang tersisa (sebagian kecil) saja.5Pada zaman Nuh, dari ribuan orang di bumi, hanya delapan (sejumlah kecil, sisanya) yang diselamatkan (1 Pet. 3:20). Ketika Sodom dan Gomora dihancurkan, hanya Lot dan kedua putrinya (beberapa saja, sisanya) yang selamat (Kej. 19:15-26). Setelah orang-orang Yahudi ditawan, hanya sisanya yang kembali (lihat Yes. 10:21). Dalam Perjanjian Baru, Yesus menubuatkan bahwa banyak yang akan binasa sementara hanya beberapa (sisanya) yang akan diselamatkan (Mat. 7:13, 14). Kitab Wahyu menggambarkan umat Allah sebagai kaum "yang tersisa6…, yang menuruti hukum-hukum Allah" (Why. 12:17; KJV). Ketika kita bergumul dengan nas-nas tertentu dalam pasal ini, kita perlu ingat kebenaran penting ini: Hanya yang tersisa yang akan diselamatkan. Ini sudah terjadi; dan itu akan terjadi.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Roma (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini mer...
Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).
Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan kembali keYerusalem untuk hari Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).
Tujuan
Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.
- (1) Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
- (2) Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36).
Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom 3:21--4:25).
Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat (pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial, sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.
- (2) Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).
- (3) Paulus memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan sifat sesungguhnya dari Injil.
- (4) Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.
- (5) Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:
- (a) dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan
- (b) prinsip "dosa" (Yun. _he hamartia_), yaitu kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Rom 5:12--8:39).
- (6) Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
- (7) Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Full Life: Roma (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(Rom 1:1-17)
I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20)
A. Kebutuhan Or...
Garis Besar
- Pendahuluan
(Rom 1:1-17) - I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran
(Rom 1:18-3:20) - A. Kebutuhan Orang Bukan Yahudi
(Rom 1:18-32) - B. Kebutuhan Orang Yahudi
(Rom 2:1-3:8) - C. Kebutuhan Semua Orang
(Rom 3:9-20) - II. Penyediaan Kebenaran yang Mulia oleh Allah
(Rom 3:21-5:21) - A. Pembenaran oleh Iman Diringkaskan
(Rom 3:21-31) - B. Pembenaran oleh Iman Digambarkan Dalam Abraham
(Rom 4:1-25) - C. Berkat dan Keyakinan yang Menyertai Pembenaran
(Rom 5:1-11) - D. Adam dan Kristus Dibandingkan
(Rom 5:12-21) - 1. Adam/Dosa/Penjatuhan Hukuman/Kematian
- 2. Kristus/Kasih Karunia/Pembenaran/Hidup
- III.Kebenaran Berkarya Melalui Iman
(Rom 6:1-8:39) - A. Kebebasan dari Perbudakan Dosa
(Rom 6:1-23) - 1. Mati Bersama Kristus terhadap Dosa
(Rom 6:1-14) - 2. Hidup Bersama Kristus sebagai Hamba Kebenaran
(Rom 6:15-23) - B. Kebebasan dari Pertentangan di Bawah Hukum Taurat
(Rom 7:1-25) - C. Kebebasan Melalui Hukum Roh Kehidupan
(Rom 8:1-39) - IV. Kebenaran oleh Iman Berkaitan dengan Israel
(Rom 9:1-11:36) - A. Persoalan Penolakan Israel
(Rom 9:1-10:21) - B. Kemenangan Rencana Allah
(Rom 11:1-36) - V. Penerapan Praktis dari Kebenaran oleh Iman
(Rom 12:1-15:13) - A. Orang Percaya dan Penyerahan Diri
(Rom 12:1-2) - B. Orang Percaya dan Masyarakat
(Rom 12:3-21) - C. Orang Percaya dan Pemerintah
(Rom 13:1-7) - D. Orang Percaya dan Hukum Kasih
(Rom 13:8-15:13) - Penutup
(Rom 15:14-16:27)
Matthew Henry: Roma (Pendahuluan Kitab)
Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulk...
- Jika kita boleh membandingkan satu kitab dengan kitab lainnya dan meminta pendapat dari beberapa orang beriman dan saleh, akan disimpulkan bahwa mazmur-mazmur Daud di dalam Perjanjian Lama dan surat-surat penggembalaan Rasul Paulus di dalam Perjanjian Baru merupakan bintang-bintang yang paling terang, yang berbeda dari bintang-bintang lainnya di dalam kemuliaan. Kitab Suci secara keseluruhan memang merupakan surat penggembalaan dari sorga kepada dunia ini, tetapi di dalamnya ada penjelasan atas beberapa surat kerasulan tertentu. Di dalamnya terdapat lebih banyak surat-surat Paulus dibandingkan dengan surat rasul-rasul lainnya, sebab ia adalah rasul utama dari antara mereka. Ia bekerja lebih keras dibandingkan mereka semua. Tidak diragukan lagi, bakat alamiahnya sangat luar biasa. Pengertiannya akan suatu hal cepat dan tajam, ungkapan-ungkapannya lancar dan kaya. Ke mana pun ia pergi, kasih sayangnya sangat hangat dan bersemangat, dan keteguhan hatinya sangat tegas dan berani. Hal ini membuat ia menjadi seorang penganiaya yang sangat keras dan sengit sebelum ia bertobat. Namun ketika orang kuat yang bersenjata lengkap ini dilucuti, dan orang yang lebih kuat dari padanya datang menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan membagi-bagikan rampasannya dan menguduskan kecakapan-kecakapan ini, ia pun menjadi pemberita firman yang paling mahir dan bersemangat. Tidak ada yang lebih baik dari padanya untuk memenangkan jiwa, dan juga tidak ada yang lebih berhasil dari padanya. Empat belas surat penggembalaannya terdapat di dalam kanon Kitab Suci kita. Besar kemungkinan masih ada lebih banyak lagi surat yang ia tulis selama masa pelayanannya, yang mungkin cukup baik untuk mengajar, menegur, dan seterusnya tetapi karena surat-surat itu tidak diilhami oleh Allah, maka surat-surat tersebut tidak diterima sebagai kitab kanonik, dan juga tidak diturunkan kepada kita. Beberapa penulis kuno mengatakan bahwa ada enam pucuk surat ditulis oleh Paulus kepada Seneca (ahli filsafat dan negarawan Romawi abad pertama – pen.), dan delapan surat dari Seneca kepadanya [Sixt. Senens. Biblioth. Sanct. lib.2], dan yang masih ada sampai sekarang ini. Namun, sekali pandang saja tampaknya naskah-naskah itu tidak asli dan palsu.
- Surat penggembalaan kepada jemaat Roma ini ditempatkan sebagai surat yang pertama, bukan karena urutan waktu penulisannya yang lebih awal, melainkan karena keunggulannya yang tinggi. Surat ini adalah surat yang terpanjang dan terlengkap dibandingkan surat-surat penggembalaan lainnya, dan mungkin juga karena kewibawaan dari tempat yang menjadi tujuan surat ini ditulis. Dikatakan bahwa Krisostom, salah seorang bapa gereja, meminta supaya surat ini dibacakan untuknya dua kali dalam seminggu. Surat ini merupakan kumpulan dari beberapa bagian tulisan dari surat tersebut yang ditulis pada tahun 56 Masehi, dari kota Korintus, ketika Paulus tinggal di situ sebentar dalam perjalanannya menuju Troas (Kis. 20:5-6). Ia menitipkan surat ini kepada Febe, orang Romawi itu, seorang pelayan jemaat di Kengkrea (pasal 16), yang berada di wilayah Korintus. Di dalam surat itu ia menyebut Gayus sebagai tuan rumahnya, atau orang yang memberi tumpangan kepadanya (16:23). Gayus yang dimaksud adalah orang Korintus, berbeda dengan Gayus dari Derbe, yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 20. Pada saat itu, Rasul Paulus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem dengan membawa uang yang akan diberikan kepada orang-orang kudus miskin yang ada di sana. Hal itu ia sebutkan di dalam Roma 15:26. Rahasia-rahasia besar perlu dibahas di dalam surat ini, seperti juga dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus lainnya, karena banyak hal masih gelap dan sukar dipahami (2Ptr. 3:16). Cara penulisan surat ini (sama seperti beberapa surat penggembalaan lainnya) dapat diamati. Bagian terdepan berisikan pengajaran, yaitu di dalam sebelas pasal pertama. Bagian terakhir adalah bagian penerapan, yaitu di dalam lima pasal terakhir, yang memberitahukan tentang penghakiman dan cara memperbaiki hidup. Cara terbaik untuk memahami kebenaran-kebenaran yang dijelaskan di bagian awal adalah dengan menaati dan melakukan kewajiban-kewajiban yang diuraikan di bagian akhir. Sebab, barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan mengetahui pengajaran itu (Yoh. 7:17).
- I. Bagian pengajaran dari surat kerasulan itu mengajarkan kepada kita,
- 1. Mengenai jalan keselamatan,
- (1) Dasar keselamatan itu adalah pembenaran oleh Allah, dan bukan karena perbuatan manusia (pasal 1). Juga bukan karena melakukan hukum Taurat bangsa Yahudi (pasal 2-3), sebab baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain harus bertanggung jawab terhadap kutuk itu. Sebaliknya, keselamatan itu hanya diperoleh melalui iman di dalam Yesus Kristus (Roma 3:21 dan seterusnya; pasal 4).
- (2) Langkah-langkah menuju keselamatan ini adalah,
- 2. Mengenai orang-orang yang diselamatkan, seperti halnya mereka yang masuk menurut pilihan kasih karunia (pasal 9), bangsa-bangsa lain dan bangsa Yahudi (pasal 10-11). Dari sini tampak bahwa pokok yang ia bicarakan adalah kebenaran-kebenaran yang sebenarnya telah diketahui, seperti yang dikatakan oleh Rasul Petrus (2Ptr. 1:12). Dua hal yang menjadi batu sandungan bagi bangsa Yahudi, yaitu pembenaran oleh iman tanpa melakukan hukum Taurat, dan penerimaan bangsa-bangsa lain ke dalam jemaat. Itulah sebabnya Rasul Paulus berusaha menjelaskan dan membereskan kedua hal ini.
- II. Bagian penerapan yang mengikuti, yang di dalamnya kita temukan,
- 1. Beberapa nasihat umum yang cocok bagi semua orang Kristen (pasal 12).
- 2. Petunjuk-petunjuk bagaimana kita berperilaku sebagai anggota masyarakat yang beradab (pasal 13).
- 3. Aturan-aturan yang mengatur tingkah laku orang-orang Kristen satu sama lain, sebagai sesama anggota jemaat Kristen (pasal 14 dan pasal 15:1-14).
- III. Ketika mendekati bagian penutup, Rasul Paulus menjelaskan dasar-dasar tulisannya kepada mereka (15:14-16), memberikan penjelasan mengenai dirinya sendiri dan urusan-urusannya (ay. 17-21), berjanji untuk mengunjungi mereka (ay. 22-29), meminta dukungan doa mereka (ay. 30-32), mengirimkan salam khusus kepada banyak sahabat di sana (Roma 16:1-16), memperingatkan mereka terhadap orang-orang yang menimbulkan perpecahan (ay. 17-20), menambahkan salam dari sahabat-sahabat yang ada bersamanya (ay. 21-23), dan mengakhirinya dengan sebuah doa berkat dan pujian kepada Allah (ay. 24-27).
Jerusalem: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus.
di Korintus pada awal...
SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT ROMA
KATA PENGANTAR
Menurut pendapat paling umum, surat kepada umat Roma ini ditulis oleh Paulus. di Korintus pada awal tahun 58, mendjelang berangkatnja ke Jerusalem, guna menjampaikan hasil pendermaan dari umat-umat di Achaja dan Masedonia, bagi orang-orang miskin didalam umat induk disitu. Ia bermaksud, segera sesudah penjerahan resmi derma-derma tersebut, pergi ke Barat pula dan meluaskan wilajah kerajanja sampai ke Spanjol. Pada perdjalanan ke Spanjol itu ia bermaksud singgah di Roma dan hal ini mendjadi alasan tertulisnja surat ini. Ia hendak memberitahukan niatnja itu dan memperkenalkan diri dan maksud kundjungannja terlebih dahulu, sebab ia masih agak asing bagi umat itu, belum pernah berhubungan denganja, ketjuali dengan beberapa tokoh, jang dahulu mendjadi pembantu, kawan atau muridnja dilain-lain tempat. Bdl. 16:3-16. Umat itu dewasa itu sudah sangat besar dan menurut perkataan Paulus sendiri dalam 1:8 semangat imannja terkenal "diseluruh dunia". Lagi pula kedudukan umat ini teristimewa penting sebagai umat ibu-kota seluruh kekaiseran Roma, pusat pemerintahan dan kebudajaan Romawi. Sudah sewadjarnja semua itu menarik minat seorang rasul seperti Paulus. dan sebab itu sudah lama menimbulkan kerinduan untuk berkenalan dengan umat itu. Malahan ia merasa bertugas terhadapnja djuga. Umat itu bagian terbesar terdiri dari orang Romawi asli bekas penjembah dewa-dewa, dan bukankah ia. chususnja bertugas sebagai rasul terhadap segala bangsa-bangsa "kafir"? Untuk itu ia ditetapkan langsung oleh Kristus sendiri (Kis. Ras. 9:15), dan dengan resmi pula oleh umat Antiochia atas ilham Roh Kudus (Kis. Ras. 13:2-3), dan achirnja oleh persetudjuan dengan "tiang-tiang agung" Geredja, ialah Petrus, Joanes dan Jakobus (Gal. 2:7-10). Oleh sebab itu ia tidak mau datang dengan tangan kosong, melainkan dengan kepenuhan berkat Kristus (15:29), dan sekedar membagikan iman mereka (1-11). Namun demikian ia tidak mau membangunkan. diatas dasar jang diletakkan oleh orang lain (15:20-22), artinja ia tidak mau tjampur- tangan dalam urusan-urusan umat. Dan memang dasar umat itu sudah teguh berdiri. Siapakah jang meletakkan dasar itu tidak terang. Ada hanja beberapa berita bersifat riwajat lisan jang sebagian amat kabur. Mungkin pangkal mula umat ialah orang-orang jang didalam Kis. Ras. 2.10 disebut "orang Jahudi dan proselit dari Roma", jang turut menjaksikan peristiwa Pentekosta di Jerusalem. Tetapi perkembangan pesat dan keteguhan iman membuktikan, bahwa pendiri dan pemimpin umat itu tentu seorang rasul unggul dan ada hal-hal dan berita-berita jang menundjuk kepada Petrus. Menurut berita-berita purba jang agak kabur, Petrus sudah bekerdja disitu waktu pemerintahan kaiser Klaudius antara. 42 dan 49, dan datang kesana langsung atau tak langsung, sesudah ,pergi kesuatu tempat lain" (Kis. Ras. 12:17). Memang diwaktu itu umat sudah besar, tentu terutama diantara orang Jahudi, jang golongannja di Roma dewasa itu beberapa ribu orang. Hal itu terkesan oleh berita Suetonius, periwajat hidup Klaudius, jang menulis, bahwa dimasa itu terdjadi suatu pergolakan diantara orang-orang Jahudi, disebabkan oleh seorang bernama Chrestos dan mengakibatkan Klaudius mengusir semua orang Jahudi dari Roma. Bdl. Kis. Ras. 18:2. Berita-berita bahwa Petrus kemudian bekerdja di Roma dan mati sebagai martir disitu tidak dapat disangkal kebenarannja. Diantaranja misalnja berita, bahwa Markus menulis Indjilnja di Roma, berdasarkan pengadjaran Petrus disitu dan atas permintaan orang Roma. la dinamakan djuru-bahasa Petrus.
Bahwa diwaktu Paulus menulis surat ini, dan datang, sebagai tahanan ke Roma, umat disitu besar dan teguh imanja, njata dibuktikan beberapa tahun kemudian, dalam pengedjaran Nero terhadap mereka. Penulis sedjarah Romawi, Tasitus, menulis, bahwa orang-orang jang disebut "Chrestiani", sedjumlah teramat besar (ingens multitudo) ditangkap dan disiksakan (dibunuh) sebengis-bengisnja oleh kaisar Nero, bukannja seolah-olah mereka bersalah, sebagaimana tertuduh, melainkan karena kebentjian rakjat terhadap mereka dan kekedjaman satu orang (Nero).
Paulus hendak mengundjungi umat Roma sebab bertugas sebagai rasul bagi bangsa-bangsa penjembah dewa-dewa. Demikian menurut 1:5-7. Dan dalam membatja surat ini kita memang mendapat kesan-kesan, bahwa surat ini chususnja ditudjukan kepada orang-orang bekas penjembah dewa-dewa. Tentu sadja ada segolongan bangsa Jahudi djuga dalam umat Roma, jang tidak diabaikan oleh Paulus. Tetapi kalau ia didalam surat, misalnja dalam bab 2, langsung menjapa orang Jahudi, hal itu bukan berarti, bahwa uraian bersangkutan chusus ditudjukan kepada mereka. Isinja sama penting bagi segala anggota umat. Metodos Paulus disini, memberi pengertian djelas dengan mempertahankan kebenaran Indjil dengan salah paham Jahudi. Dan kalau dalam pada itu menjapa orang Jahudi, itu dapat dan harus ditafsirkan sebagai akal suatu gajabahasa setperti terdapat dalam Rom. 7,7-25. Mengenai tudjuan surat untuk menjatakan niat mengundjungi umat dan memperkenalkan diri serta maksud kedatangannja, tentu sadja tjukup suatu surat pendek, jang misalnja meliputi isi 1:1-15 dan 15:22-29. Tetapi dalam kegiatan kerasulannja Paulus tidak dapat mentjukupkan diri dengan suatu berita pendek itu. Disini sudah ia tidak mau datang dengan tangan kosong. Dan sjukurlah bagi seluruh Geredja untuk segala abad, ia mendapat ilham dalam menulis surat ini untuk terdahulu memaparkan isi "Indjil"nja, jang akan dibitjarakan setjara lisan pada perkundjungannja. Kita sudah tahu apakah arti "Indjil"nja itu, jaitu Indjil Kristus dengan menondjolkan apa jang chususnja mendjadi kabar gembira bagi bangsa-bangsa bukan Jahudi, jaitu bahwa Kristus sebagai Penebus telah datang untuk menjelamatkan seluruh bangsa manusia, baik Jahudi, maupun bangsa-bangsa jang masih disebut "kafir". Paulus menerangkan djalan, sjarat-sjarat dan hakekat penjelamatan itu. Djalan pikiran Paulus dalam surat ini dalam garis-garis besarnja adalah seperti berikut:
Seluruh umat manusia, turunan Adam meringkuk dalam perhambaan kepada dosa. Dosa itu pada hakekatnja terletak dalam terputusnja hubungan tjinta dengan Allah dan disebut djuga "murka" Allah. Akibatnja keruntuhan achlak jang mengerikan dan achirnja kebinasaan abadi. Tak seorang manusiapun mampu membebaskan diri dari perhambaan itu, dan dari sendirinja mendekati Allah.
Dalam kerahimanNja Allah dari kekal sudah merentjanakan menjelamatkan manusia dari keadaan itu. PenjelenggaraanNja telah didjandjikanNja kepada Abraham dan para turunannja dan makin lama makin djelas disediakanNja didalam Perdjandjian Lama.
Rentjana dan djandji itu sudah dilaksanakan oleh dan dalam Kristus. Ia telah menebus dosa manusia dengan darahnja dan memperdamaikan bangsa manusia dengan Allah Pula.
Keadaan manusia tertebus dinamakan Paulus "dikaiosine", artinja kebenaran.Manusia 'jang "pertjaja akan Kristus", "dibenarkan" oleh Allah, artinja dosanja dihapus dan Allah memberinja suatu hidup baru, jang berwudjud mempunjai bagian dalam hidup Allah sendiri dan diangkat mendjadi anak Allah sedjati dan ahliwaris kemuliaanNja. Dengan setegas-tegasnja Paulus menekankan, bahwa kebenaran itu diberikan sebagai anugerah, melulu berdasarkan kerahiman Allah dan tjintaNja jang semata-mata bebas, Manusia sendiri tidak mampu memperolehnja dengan djasanja sendiri, seperti dengan mengamalkan hukum taurat menurut salah paham orang Jahudi. Jang dituntut dari si manusia, ialah hanja kepertjajaan akan Kristus. Mengenai pengertian "kepertjajaan" dalam bahasa Paulus, batjalah kata pendahuluan II, hal. 538 (tjetakan V 1968).
Dalam menekankan, bahwa pengamalan hukum taurat samasekali tidak diperhitungkan Allah dalam membedakan manusia, Paulus tiba Pula ditengah-tengah perdjuangan dengan salah paham orang Jahudi tersebut, jang sudah kita kenal dari suratnja kepada umat-umat di Galatia. Tetapi apa jang dipergunakan Paulus dengan semangat dalam surat itu, didalam surat ini diuraikannja dengan tenang dan lebih landjut dan mendalam.
Itu memberi pula kepadanja suatu kesempatan, untuk mendjelaskan pokok sikap kaum Jahudi, dan nasibnja jang diperhitungkan Allah dalam rentjana penjelenggaraannja. Achirnja mereka akan insjaf, sehingga djandji Allah kepada Abraham dan bangsa Jahudi umumnja, dapat ditepati oleh Allah bagi bangsa Israel dalam keseluruhannja. Mulai bab 12 Paulus memberi pengadjaran praktis, bagaimana umat harus hidup sesuai dengan martabat baru dalam kesusilaan sempurna chususnja dengan mengamalkan tjinta-kasih.
Hagelberg: Roma (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh k...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Keunikan Surat Roma
Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu, Surat Roma tidak banyak dipengaruhi dengan situasi dan kondisi jemaat Roma, sehingga surat ini lebih bersifat obyektif. Sifat Injil Kristus diuraikan secara lengkap dan teratur.1
Kata-Kata Kunci dalam Surat Roma
Ada beberapa kata yang menonjol sebagai kata kunci untuk memahami Surat Roma secara tepat. Kata-kata yang berikut ini layak dipelajari:
aiwn/aion
"Sampai aiwn lepas aiwn" diterjemahkan "selama-lamanya," dan aiwn sendiri diterjemahkan "dunia," karena istilah ini mengandung unsur "zaman" dan juga "dunia."
Roma 1:25, 9:5, 11:36, 12:2, 16:27
aiwniov/aionios
"kekal," "abadi," "berabad-abad"
Roma 2:7, 5:21, 6:22, 6:23, 16:25, 16:26
dikaiov/dikaios
Istilah ini berarti "benar," atau "adil."
Roma 1:17, 2:13, 3:10, 3:26, 5:7, 5:19, dan 7:12.
dikaiosunh/dikaiosune
Istilah ini berarti "kebenaran," atau "keadilan."
Roma 1:17, 3:5, 3:21, 3:25, 3:26, 4:3, 4:5, 4:6, 4:9, 4:11, dst.
pisteuw/pisteuo
Roma 1:16, 3:2, 3:22, 4:3, 4:5, 4:11, 4:17, 4:18, 4:24, 6:8, 9:33, dst.
Kata kerja ini berarti "percaya."
pistiv/pistis
Roma 1:5, 1:8, 1:12, 1:17, 1:17, 3:3, 3:22, 3:25, 3:26, 3:27, 3:28, dst.
Istilah ini berarti "iman."2
Penulis Surat Roma
Memang pernah ada perdebatan mengenai identitas penulis Surat Roma. Sarjana liberal berusaha untuk meyakinkan pendapat mereka bahwa Paulus tidak menulis Surat Roma. Tetapi perdebatan tersebut sudah dapat diatasi, dan hampir semua mengakui Rasul Paulus sebagai penulis Surat Roma. Paulus disebut sebagai penulis di dalam pasal 1:1, dan banyak yang dikatakan oleh penulis surat ini cocok dengan apa yang dikatakan mengenai Rasul Paulus di dalam KPR dan surat-surat lain. Bandingkanlah Roma 15:25-27 dengan KPR 19:21, 20:1-5, 21:15-19, I Korintus 16:1-5, II Korintus 8:1-12, dan 9:1-5 mengenai perjalanan Paulus ke Yerusalem dengan persembahan dari Makedonia. Menurut Roma 11:1 dan Filipi 3:5 dia berasal dari suku Benyamin. Menurut Roma 16:3 dan KPR 18:2-3, 18-19 dia mengenal Priska dan Akwila. Menurut Roma 1:10-15, 15:22-32, dan KPR 19:21 Paulus rindu mengunjungi mereka di Roma. Kesamaan-kesamaan ini menjadi bukti yang kuat pada apa yang telah dinyatakan oleh Roma 1:1, yaitu bahwa Rasul Paulus adalah pengarang dari surat ini!
Penerima Surat Roma
Asal-usul dari jemaat pembaca pertama ini tidak diketahui dengan pasti. Mungkin jemaat pertama di Roma didirikan oleh "pendatang-pendatang dari Roma" yang percaya kepada Kristus di Bait Allah pada Hari Pentakosta (KPR 2:10), setelah mereka pulang ke Roma. Mungkin juga orang-orang yang diinjili oleh Pauluslah yang mendirikan jemaat-jemaat Roma. Paulus menyebut 24 orang di Roma, termasuk orang-orang yang memimpin jemaat di rumah mereka masing-masing.
Menurut tradisi Katolik, jemaat Roma didirikan oleh Petrus pada tahun 42. Tetapi menurut KPR 15, Petrus berada di Yerusalem pada waktu Sidang Yerusalem diadakan (tahun 49), dan menurut konteks itu setelah sidang itu dia menetap di Yerusalem. Juga, kalau seandainya Petrus berada di Roma, aneh sekali bahwa dia tidak disebut-sebut oleh Paulus, apa lagi kalau di dalam II Petrus 3:15 Petrus menyebut Paulus sebagai "saudara kita yang kekasih." Karena Petrus tidak disebut-sebut dalam surat-surat Paulus yang ditulis di Roma, adalah janggal, jikalau Petrus ada di Roma.
Dalam jemaat-jemaat di Roma ada orang Yahudi. Menurut KPR 18:2 Akwila, yang disebut dalam Roma 16:5, adalah orang Yahudi, dan menurut Roma 16:7 dan 11 Andronikus, Yunias, dan Herodion adalah "temanku sebangsa." Selain itu, kita tahu bahwa di Roma ada orang-orang Yahudi yang diusir dari Roma waktu "kaisar Klaudius memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma" (KPR 18:2). Rupanya orang-orang Yahudi sudah diperbolehkan untuk datang kembali sebelum Surat Roma ditulis. Kota Roma adalah ibu kota dari Kekaisaran Romawi, sehingga banyak orang dari seluruh daerah kekaisaran berminat untuk pindah ke sana.
Kalau diamati kelihatan bahwa Surat Roma dimaksudkan untuk orang Yahudi (2:17 dan 4:1) dan juga untuk orang yang bukan Yahudi (11:13 "Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi"). Bahkan pasal-pasal 1:5-6, 1:13, 11:17-31, dan 15:14-16 memberi kesan bahwa banyak dari para pembacanya adalah orang bukan Yahudi. Cranfield3 menegaskan bahwapara pembacanya tidak bisa dikatakan mayoritas Yahudi, atau mayoritas bukan Yahudi. Singkatnya, ada banyak orang bukan Yahudi dan Yahudi di dalam jemaat-jemaat Kristen di Roma.
Tempat dan Tahun Penulisan Surat Roma
Dari Roma 15:25 kita tahu bahwa waktu surat ini ditulis, Paulus "sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus." Saat itu dia mau mengakhiri salah satu dari ketiga perjalanannya.
Dari Roma 15:23 kita tahu bahwa dia "tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini," dan dari pasal 15:19 kita mengerti bahwa maksudnya dengan "daerah ini" adalah "dari Yerusalem sampai ke Ilirikum." Ini berarti bahwa perjalanan yang diakhiri adalah perjalanan yang ketiga, karena sebelum perjalanannya yang ketiga dia tidak akan menyatakan bahwa pelayanannya sudah selesai.
Dalam Roma 16:1-2, "Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudara kita yang melayani jemaat di Kengkrea... sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri" Surat Roma dikaitkan dengan "Kengkrea", yaitu pelabuhan sebelah barat dari kota Korintus.
Ada satu kaitan lagi dengan kota Korintus dalam pasal 16:23, di mana Gayus, "yang memberi tumpangan kepadaku," memberi salam kepada mereka di Roma. Mungkin Gayus ini adalah orang Korintus yang disebut di dalam I Korintus 1:14.
Menurut KPR 20:3 Paulus berada di tanah Yunani selama tiga bulan. Barangkali pada waktu itu dia di Korintus (ibu kota propinsi) atau Kengkrea, dan di situ dia menyusun Surat Roma.
Tahun penulisannya masih agak sulit ditentukan. Menurut Cranfield,4 surat ini pasti ditulis di antara akhir tahun 54 sampai awal tahun 59, dan kemungkinan besar di antara akhir tahun 55 sampai awal tahun 57.
Kesatuan Surat Roma
Beberapa naskah kuno dari Surat Roma tidak memuat pasal 15-16, dan beberapa bapa-bapa gereja tidak mengutip dari Roma 15-16. Juga, dalam beberapa naskah kuno, pujian yang mengakhiri Surat Roma, yaitu 16:25-27, diletakkan pada akhir pasal 14, atau pada akhir pasal 15, atau pada akhir pasal 14 dan pasal 16. Dua naskah tidak menyebut kata "Roma" di dalam 1:7 dan 1:15, sehingga kota Roma sama sekali tidak disebut di dalam dua naskah itu.
Walaupun hanya beberapa naskah yang memiliki perbedaan tersebut, tetapi perbedaan-perbedaan itu sempat menjadi bahan pemikiran dan dialog para sarjana. Mengapa terjadi demikian, sehingga ada naskah surat yang seolah-olah tidak dikirim ke Roma? Jawabannya banyak.
Ada sarjana yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-14:23 sebagai surat edaran bagi jemaat-jemaat lain, kemudian menambahkan pasal 15-16 pada surat edaran itu.
Ada sarjana lain yang berkata bahwa Paulus lebih dahulu menulis 1:1-15:33 kepada jemaat-jemaat Roma, lalu setelah itu, dia mengirimkan surat itu dengan suatu tambahan (pasal 15-16) kepada jemaat lain.
Tetapi setelah Cranfield5 mempertimbangkan semua ini, dia mengambil kesimpulan bahwa seluruh surat ini, pasal 1 sampai dengan pasal 16, dikirim oleh Paulus kepada jemaat-jemaat Roma, dan perbedaan-perbedaan antara naskah muncul karena surat ini disalin di Roma, dan pasal 15 dan pasal 16 tidak selalu disalin karena dianggap ditujukan khusus untuk mereka di kota Roma.
Surat Roma memiliki kesatuan. Beberapa naskah kuno yang tidak lengkap tidak menyangkal kesatuan itu.
Maksud dan Tujuan Surat Roma
Maksud tujuan pertama dari Surat Roma sudah jelas dari pasal 15:22-25 di mana Paulus memberitahu kepada mereka bahwa dia mau mengunjungi mereka di Roma. 15:24 menceritakan satu maksud tujuan yang lain lagi. Dia mau mendapatkan pertolongan dari mereka. Dia mau melayani di Spanyol, dan dia berharap mereka akan memperlancar perjalanannya. Dia akan mencari dukungan bagi pelayanannya di sana. Pasal 15:30-32 menjelaskan bahwa dia juga minta dukungan doa mereka untuk perjalanannya ke Yerusalem, di mana dia akan menghadapi bahaya dari orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan di mana dia akan menyerahkan suatu persembahan.
Untuk memperoleh hasil yang telah disebut di atas, maka Rasul Paulus mau menguraikan Injil Kristus, karena dengan sungguh mengerti baik murka Allah yang mengancam manusia maupun kebenaran Allah yang dianugerahkan guna penyelamatan setiap orang yang percaya, mereka di Roma diharapkan menjadi terbeban untuk menolong dan mendukung Paulus serta ikut terlibat dengan kerinduan Paulus untuk menjangkau orang Spanyol dengan Injil Kristus.
Pola Berpikir Surat Roma6
Dalam Surat Roma Rasul Paulus menyatakan suatu pola berpikir yang penting bagi tafsiran surat ini. Bagi dia, eksistensi manusia dibagi dua. Ada dua aion/aion bagi manusia. Satu aion/aion yang dikepalai Adam, dan satu yang dikepalai Kristus. Orang yang tidak memiliki kebenaran Allah berada dalam aion/aion Adam di mana Maut berkuasa. Tetapi Kristus telah membawa aion/aion Kehidupan Kekal yang boleh dialami oleh setiap orang yang berada dalam Kristus. Perlu dimengerti juga bahwa istilah aion/aion itu lain daripada kata zaman. Aion/Aion Kehidupan sudah muncul, tetapi aion/aion Maut masih ada juga. Masa kini ada hubungan yang erat antara aion/aion Kristus dan Kerajaan Allah. Dua-duanya sudah ada, dan masih akan datang dengan segala kepenuhannya. Kerajaan Allah dilawan dengan kerajaan Iblis, dan aion/aion Kristus dilawan dengan aion/aion Adam. Baik aion/aion Kristus maupun Kerajaan Allah hanya dapat dialami oleh orang yang benar, yaitu orang yang memiliki kebenaran Kristus.
Pentingnya hal aion/aion baru dan aion/aion lama menjadi nyata kalau garis besar Surat Roma diselidiki. Hidup orang yang sudah dibenarkan karena iman adalah tema Surat Roma, sedangkan dua aion/aion tersebut di atas mewarnai kerangka Surat Roma.
Hagelberg: Roma (Garis Besar) GARIS BESAR
roma
I. Pendahuluan 1:1-1:17
A. Salam 1:1-1:7
B. Perkenalan 1:8-1:15
C. Tema Surat 1:16...
GARIS BESAR
roma
- I. Pendahuluan 1:1-1:17
- A. Salam 1:1-1:7
- B. Perkenalan 1:8-1:15
- C. Tema Surat 1:16-1:17
- II. Injil 1:18-15:13
- A. Orang yang Dibenarkan karena Iman 1:18-4:25
- 1. Murka Allah Dinyatakan melawan... 1:18-3:20 (aion/aion kematian)
- a. ...Manusia tanpa Kebenaran 1:18-1:32
- b. ...Manusia yang Mengusahakan Kebenaran dari Hukum Taurat 2:1-3:8
- c. ...Semua Manusia 3:9-20
- 2. Kebenaran Allah Dinyatakan 3:21-4:25 (aion/aion hidup)
- a. Kebenaran Allah Dinyatakan melalui Kristus 3:21-3:31
- b. Kebenaran Allah Disaksikan melalui Kehidupan Abraham 4:1-4:25
- B. Dia yang Dibenarkan karena Iman akan Hidup 5:1-8:39
- 1. Dia akan Hidup Bebas dari Murka 5:1-5:11
- a. Kita memiliki damai terhadap Allah 5:1-4
- b. Keadaan kita berdasarkan kasih Allah 5:5-8
- c. Kasih Allah meluputkan kita dari murkaNya 5:9-11
- 2. Dia akan Hidup Bebas dari Dosa 6:1-6:23
- a. Melalui Baptisan Rohani Kita Bebas dari Dosa 6:1-14
- b. Kita yang Dibebaskan, Menjadi Hamba Kebenaran 6:15-23
- 3. Dia akan Hidup Bebas dari Hukum Taurat 7:1-7:25
- a. Dalam Kristus Kita Mati Terhadap Hukum Taurat 7:1-6
- b. Hukum Taurat Dapat Membangkitkan Dosa 7:7-13
- c. Hukum Taurat Tidak Dapat Membangkitkan Yang Baik 7:14-25
- 4. Dia akan Hidup Bebas dari Maut 8:1-8:39
- a. Melalui Roh Allah Kita Dapat Mengenal Kristus dan Kuasa KebangkitanNya, Sehingga Kita Bebas 8:1-8:13
- b. Kita Dapat Mengenal Kristus dan Persekutuan dalam PenderitaanNya, Sehingga Kita Bebas 8:14-8:30
- c. Kesimpulan dari Pasal 5-8: Kita Dapat Menang dalam Kesusahan 8:31-8:39
- C. Pembenaran karena Iman tidak Meniadakan Janji Allah kepada Israel 9-11
- 1. Israel, yang Diberkati Allah, Merupakan Beban yang Berat bagi Paulus 9:1-5
- 2. Allah yang Berdaulat Telah Memberi Janji Hanya kepada Mereka yang Percaya 9:6-29
- 3. Israel Sendiri Bertanggung Jawab atas Penolakannya 9:30-10:21
- a. Ringkasan Bagian Ini: Batu Sandungan, Batu Sentuhan 9:30-33
- b. Israel Rajin tapi Keliru, karena tidak Mencari Kristus yang adalah Tujuan Hukum Taurat 10:1-4
- c. Melalui Iman, Kebenaran dan Pertolongan Dekat, Tidak Jauh Seperti Melalui Hukum Taurat 10:5-13
- d. Firman Iman Sudah Diberitakan kepada Israel, tapi Israel Melanggar dan Menyangkal 10:14-21
- 4. Israel Tidak Ditolak untuk Selama-lamanya 11:1-36
- D. Perilaku Orang yang Dibenarkan karena Iman 12:1-15:13
- 1. Penyesuaian pada Aion/Aion Baru 12:1-13:14
- a. Ringkasan dari pasal 5-8, 12:1-2
- b. Supaya Cita-Cita yang Layak Ditentukan 12:3-8
- c. Supaya mengasihi 12:9-21
- d. Supaya Tunduk pada Kuasa Pemerintah 13:1-7
- e. Sikap Kasih 13:8-10
- f. Waktunya Mendesak 13:11-14
- 2. Penerapan Khusus: yang Lemah dan yang Kuat 14:1-15:13
- a. Masalah yang Dihadapi: Tantangan bagi "yang Lemah" 14:1-12
- b. Tanggung Jawab bagi "yang Kuat" 14:13-23
- c. Kristus Sebagai Teladan 15:1-6
- d. Ringkasan: Yahudi dan Bukan Yahudi Sehati Sepikir Memuji Tuhan 15:7-12
- e. Berkat yang Meringkas Seluruh Surat Roma 15:13
- III. Penutup 15:14-16:27
- A. Paulus Menulis Surat Roma Karena Dia Rasul Kepada Bangsa-Bangsa Bukan Yahudi 15:14-21
- B. Rencana Paulus untuk Mengunjungi Mereka 15:22-33
- C. Salam kepada Individu dan Kelompok yang Tertentu 16:1-16
- D. Peringatan mengenai Orang yang Menimbulkan Perpecahan 16:17-20
- E. Salam dari Saudara-saudara Seiman 16:21-24
- F. Pujian 16:25-27
Hagelberg: Roma DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F....
DAFTAR PUSTAKA
roma
Daftar Kepustakaan
Barclay, William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Roma, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, hak cipta 1983.
Bruce, F. F., The Epistle of Paul to the Romans, Tyndale New Testament Commentaries, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1963.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38A: Romans 1-8, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Dunn, James D. G., Word Biblical Commentary Volume 38B: Romans 9-16, Word Books, Dallas, hak cipta 1988.
Hodge, Charles, Commentary on the Epistle to the Romans, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1886.
Hodges, Zane, Absolutely Free!, Academie Books, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1989.
Hodges, Zane, catatan dari Surat Roma, tanpa tahun.
Hoehner, Harold, bahan kuliah dari 206 Eksegesis Roma, Dallas Theological Seminary, 1981.
Liddell, Henry George dan Scott, Robert, A Greek-English Lexicon, Oxford University Press, Oxford, edisi ke 9, 1940.
Moulton, James Hope dan Milligan, George, The Vocabulary of the Greek New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1930.
Murray, John, The Epistle to the Romans, The New International Commentary on the New Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, hak cipta 1959, edisi dalam satu jilid 1968.
Newell, William R., Romans Verse by Verse, Word Bible Publishers Inc., Iowa Falls, hak cipta 1938.
Nygren, Anders, Commentary on Romans, Fortress Press, Philadelphia, hak cipta 1949.
Wigram, George, The Englishman's Greek Concordance, London, 1844.
Witmer, John A. "Romans," dalam The Bible Knowledge Commentary. Wheaton: Victor Books, 1983.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Lightfoot, John, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew- 1 Corinthians, vol. 4, Hendrickson Publishers, 1989.
Denny, James, "Saint Paul's Epistle to the Romans", dalam The Expositor's Greek Testament, 2, halaman 555-725. Robertson Nicoll, redaksi, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids.
Guthrie, Donald, New Testament Introduction, Intervarsity Press, Downers Grove, 1970.
Knox, John, dan Cragg, Gerald R., "The Epistle to the Romans", dalam The Interpreter's Bible, vol. 9, Abington-Cokesbury Press, New York, hak cipta 1954.
Stifler, James, The Epistle to the Romans, Moody Press, Chicago, hak cipta 1960.
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) PASAL 11
PEMBENARAN OLEH IMAN DIPADUKAN DENGAN KESETIAAN ALLAH
Dalam pasal 10, Paulus bicara dengan jelas mengenai kondisi rohani kebanyakan orang Y...
PASAL 11
PEMBENARAN OLEH IMAN DIPADUKAN DENGAN KESETIAAN ALLAH
Dalam pasal 10, Paulus bicara dengan jelas mengenai kondisi rohani kebanyakan orang Yahudi. Dalam ayat 1 dan 2, ia mengatakan, "Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar." Ia menekankan bahwa "jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan" (10:9). Namun begitu, kebanyakan orang Yahudi tidak percaya kepada Yesus dan mereka menolak untuk mengakui Dia. Pasal ini ditutup dengan kutipan dari Yesaya yang menggambarkan orang-orang Yahudi sebagai "bangsa yang tidak taat dan yang membantah" (10:21). Apakah Paulus sedang mengatakan bahwa Allah telah menyerah terhadap orang-orang Yahudi, bahwa Ia tidak lagi tertarik terhadap kaum yang pernah menjadi umat perjanjian-Nya? Pertanyaan itu dijawab dalam pasal 11.
Pertanyaan tentang kepedulian Allah mengandung banyak implikasi yang jauh melampaui situasi yang sedang dibahas di Roma 9-11. Manusia masih sesat. Beberapa orang memang giat, tapi tidak berdasarkan pengetahuan. Banyak yang tidak percaya dan gagal untuk mengaku. "Tidak taat" dan "keras kepala" masih menjadi sebutan yang tepat bagi dunia kita yang penuh dosa. Sudahkah Allah menyerah kepada orang-orang berdosa sekarang ini? Sudahkah Allah menyerah kepada salah satu teman, keluarga, atau tetangga kita? Sudahkah Allah menyerah kepada Anda? Pertanyaan-pertanyaan ini memiliki implikasi yang kekal.
TFTWMS: Roma (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Cara lain untuk melihat . pernyataan Paulus tentang ke-Yahudiannya tercermin dalam Alkitab JB: "Saya, seorang Israel, keturu...
Catatan Akhir:
- 1 Cara lain untuk melihat . pernyataan Paulus tentang ke-Yahudiannya tercermin dalam Alkitab JB: "Saya, seorang Israel, keturunan dari Abraham melalui suku Benyamin, tidak pernah dapat setuju bahwa Allah telah menolak umat-Nya." Namun begitu, mayoritas komentator setuju dengan penafsiran yang telah saya berikan di sini.
- 2 Kata Yunani yang diterjemahkan "ribuan" dalam Kisah Para Rasul 21:20 secara harfiah berarti "sepuluh ribu." Bentuk leksikalnya adalah muria֧ (murias), yang darinya kata Inggris "myriad [segudang]" berasal.
- 3 W. E. Vine, Merrill F. Unger, and William White, Jr., Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1985), 522.
- 4 Dalam Roma 9:27, kata yang diterjemahkan "sisanya" adalah uJpo÷leimma (hupoleimma). Kata majemuk ini digunakan untuk menekankan kecilnya jumlah umat yang tersisa. Itu menggabungkan awalan uJpo (hupo, "bawah") dengan leimma.
- 5 Kata "sisa" muncul delapan puluh empat kali dalam Alkitab NASB. Kata itu paling sering muncul dalam Kitab Yesaya.
- 6 Dalam Wahyu 12:17 (KJV), "yang tersisa" diterjemahkan dari loipo÷ß (loipos), yang berasal dari keluarga kata yang sama seperti leimma. Keduanya "mirip dengan leipō, meninggalkan" (Vine, 522). Kadang-kadang loipos adalah sinonim untuk leimma; kadang-kadang tidak. Dalam Wahyu 12:17, Alkitab NASB menerjemahkan loipos sebagai "yang lainnya."
- 7 F. F. Bruce, The Letter of Paul to the Romans, 2d ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 201.
- 8 "Kata (sklērynō) yang berbeda digunakan bagi pengerasan hati Firaun di 9:18, tetapi maknanya tidak jauh berbeda dari pōroō [dalam 11:7]" (Ibid, n. 1).
- 9 The Analytical Greek Lexicon (London: Samuel Bagster & Sons, 1971), 181.
- 10 Vine, 332-33, 693. Misalnya kata yang berarti "giat," lihat Galatia 4:17 (KJV).
- 11 Ibid., 332-33.
- 12 Ibid., 259.
- 13 Dalam ayat 12, Alkitab NASB telah menyisipkan "adalah" (present tense) dua kali dan kemudian "akan … jadinya" (future tense) sekali.
- 14 R. C. H. Lenski, The Interpretation of St. Paul's Epistle to the Romans (Minneapolis: Augsburg Publishing Co., 1963), 695.
- 15 Tidak ada kata kerja di dalam ayat 15 dalam teks Yunani, sehingga kata kerja itu harus dipasok oleh penerjemah. Beberapa orang menggunakan kata "akan … menjadi" untuk menjadikan ayat ini bersifat nubuatan, tapi tidak ada indikasi bahwa Paulus sedang meramalkan pertobatan seluruh orang Yahudi di masa depan. Para penerjemah itu sebenarnya dapat memasok "adalah" ketimbang "akan … jadinya."
- 16 Leon Morris, The Epistle to the Romans (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 411. Morris menambahkan catatan kaki ini: "Paulus menulis zwh e˙k nekrwvn, tapi kebangkitan akhir dikatakan sebagai aÓna¿stasiß nekrwvn (1 Kor. 15:12 dll.)" (n. 69).
- 17 Walter W. Wessel, Notes on Romans, The NIV Study Bible, ed. Kenneth Barker (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1985), 1723.
- 18 William Hendriksen, Exposition of Paul's Epistle to the Romans, New Testament Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1981), 370.
- 19 Beberapa penulis mengacukan ini sebagai "perumpamaan," sementara yang lain lebih menyukai istilah "alegori."
- 20 Menurut beberapa penulis kuno, tindakan ini kadang-kadang dilakukan untuk menghidupkan kembali dan merangsang pohon yang dibudidayakan.
- 21 Morris, 414.
- 22 The Analytical Greek Lexicon , 421.
- 23 Sebuah kata yang berbeda untuk "tinggi" digunakan dalam Roma 12:3 daripada yang di 11:20, tapi nasihat utamanya adalah sama.
- 24 Kita butuh ketakutan yang besar, sehat terhadap api untuk mencegah tangan kita melekat ke dalam kobaran api- tetapi akan tidak sehat untuk memiliki rasa takut yang begitu kuat sehingga kita menolak untuk mendekati api (rasa takut yang melumpuhkan).
- 25 Salib menyatakan kebaikan (kasih) Allah sambil menegakkan kekerasan (keadilan) Allah.
- 26 Wessel, 1723.
- 27 Douglas J. Moo, Romans, The NIV Application Commentary (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 2000), 368.
- 28 Hendriksen, 376.
- 29 Bruce, 205.
- 30 Penyebaran yang cepat dari Gerakan Restorasi awal di Amerika membuat beberapa orang terlalu optimis. Mereka bisa dengan mudahnya percaya bahwa sejumlah besar orang bukan Yahudi dan orang Yahudi akan mematuhi injil dalam waktu yang tidak terlalu lama.
- 31 Vine, 424.
- 32 Hendriksen, 378.
- 33 Untuk informasi lebih lanjut tentang premilenialisme, lihat David L. Roper, Revelation 1-11, Truth for Today Commentary (Searcy, Ark.: Resource Publications, 2002): 14-19.
- 34 Hendriksen, 379.
- 35 Morris, 418.
- 36 Jim McGuiggan, The Book of Romans, Looking Into The Bible Series (Lubbock, Tex.: Montex Publishing Co., 1982), 286-87.
- 37 Beberapa penerjemah menulis "jumlah yang penuh" dalam Roma 11:12 dan 11:25, tetapi itu merupakan pengecualian daripada aturan.
- 38 Satu atau dua pendapat lain tentang plērōma dapat membantu. Bentuk kata benda dan kata kerja plērōma digunakan di seluruh kitab Roma (misalnya, lihat 1:29; 8:4; 13:8, 10; 15:13, 14, 29), dan konsep "jumlah tertentu" atau "jumlah pasti" tidak terdapat di dalam semua ayat ini. Namun begitu, beberapa penulis menggunakan plērōma untuk berarti "jumlah yang penuh dari orang-orang yang akan diselamatkan," dengan penekanan ini: "Allah akan menyelamatkan semua orang yang harus diselamatkan; Ia tidak akan meluputkan satu orang pun." Kita tidak punya masalah dengan pendekatan yang umum, non-kontroversial ini terhadap kata plērōma.
- 39 C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph Henry Thayer (Edinburgh: T. & T. Clark, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977), 468. Alkitab NCV menulis "itulah caranya," sedangkan Alkitab SEB dan McCord menulis "dengan jalan ini."
- 40 Bruce, 209; Morris, 420.
- 41 John R. W. Stott, The Message of Romans: God's Good News for the World, The Bible Speaks Today (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1994), 304 (huruf miring ditambahkan).
- 42 Moo, 385.
- 43 Dalam Roma 11:20, Paulus menekankan bahwa orang-oranh Yahudi telah dikeluarkan dari berkat Allah karena ketidakpercayaan. Di sini, rasul itu mengatakan bahwa itu karena ketidaktaatan. Sekali lagi, Paulus menggunakan konsep kepercayaan dan ketaatan dengan cara yang dapat dipertukarkan.
- 44 Ronald F. Youngblood, ed., Nelson's New Illustrated Bible Dictionary (Nashville: Nelson, 1995), 822.
- 45 Hendriksen, 385.
- 46 Stott, 307.
- 47 Moo, 291.
- 48 Banyak kata telah ditulis mengenai perbedaan antara "hikmat" dan "pengetahuan." Sebuah cara sederhana untuk memikirkan hal itu adalah bahwa "pengetahuan" berkaitan dengan mengetahui fakta-fakta sementara "hikmat" lebih berkaitan dengan "akal sehat."
- 49 Morris, 427 (huruf miring ditambahkan).
- 50 Ibid., 429.
- 51 Moo, 302.
- 52 R. C. Bell, Studies in Romans (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1957), 121.
- 53 Richard A. Batey, The Letter of Paul to the Romans, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: R. B. Sweet Co., 1969), 133-34.
- 54 Tragisnya, hati beberapa orang menjadi sangat keras sehingga "tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat" (Ibr 6:. 6). Namun demikian, Allah tetap perduli terhadap mereka (2 Pet. 3:9).
- 55 Lihat Ayub 1:18, 19.
- 56 Larry Deason, "The Righteousness of God": An In-depth Study of Romans, rev. ed. (Clifton Park, N.Y.: Life Communications, 1989), 265-66.
- 57 Beberapa orang yakin bahwa ini adalah alasan utama Paulus dalam menulis surat itu.
- 58 William Barkley; quoted in Robert J. Morgan, Nelson's Complete Book of Stories, Illustrations, & Quotes (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 2000), 633.
- 59 C. S. Lewis, Mere Christianity (New York: Macmillan Co., 1952), 108-9.
- 60 Alkitab NASB menulis "Kebanggaan mendahului kehancuran, dan roh yang medahului kejatuhan."
- 61 Isaac Watts, "When I Survey the Wondrous Cross," Songs of Faith and Praise, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1994).
- 62 Morris, 399.
- 63 McGuiggan, 317.
- 64 Kejadian 17:8 mengatakan bahwa tanah itu akan diberikan untuk "menjadi milik … selama-lamanya." Beberapa orang berkeras bahwa "selama-lamanya" ( <l*ou, 'olam) harus berarti kata-kata itu masih berlaku sekarang ini, tapi "selama-lamanya" dapat berarti "sampai akhir zaman itu." Upacara hari Sabat (hari ketujuh) disebut" "perjanjian untuk selama-lamanya "(Ima. 24:8); tetapi dalam wasiat baru (Perjanjian Baru), hari "khusus" orang Kristen adalah hari pertama dalam minggu itu (Kisah 20:7).
- 65 Kerajaan Daud dan Salomo diperluas hingga "Sungai itu," yaitu, Efrat (2 Sam. 8:3; 1 Raja 4:1, 24).
- 66 Yosua memperingatkan Israel bahwa jika mereka tidak melaksanakan perjanjian yang mereka sudah buat dengan Allah (yang nyatanya tidak mereka laksanakan), mereka akan "segera binasa dari negeri yang baik" yang telah diberikan kepada mereka (Yos. 23:15, 16).
Pengarang: David Roper
TFTWMS: Roma (Pendahuluan Kitab) Penggunaan Perjanjian Lama Oleh Paulus (Roma 9-11)
Paulus sering mengutip dari Perjanjian Lama dalam suratnya kepada jemaat di Roma, tapi tidak di ma...
Penggunaan Perjanjian Lama Oleh Paulus (Roma 9-11)
Paulus sering mengutip dari Perjanjian Lama dalam suratnya kepada jemaat di Roma, tapi tidak di manapun hal ini terlihat lebih jelas selain dalam bagian "masalah orang Yahudi" (pasal 9 sampai 11). Memang tidak selalu mudah untuk mengatakan apakah Paulus sedang mengutip nas Perjanjian Lama atau ia hanya sedang menggunakan terminologi yang mirip dengan teks Perjanjian Lama. Oleh karena itu, kita tidak tahu persis berapa banyak kutipan yang ditemukan dalam bagian kitab Roma ini. Perkiraannya bervariasi dari dua puluh51sampai tiga puluh52—tapi semua komentator setuju bahwa Paulus banyak sekali menggunakan Perjanjian Lama dalam tiga pasal ini.
Pemeriksaan yang seksama atas nas-nas Perjanjian Lama yang jadi pembahasan mengungkapkan bahwa Paulus kadang-kadang mengutip satu nas secara kurang lebih kata demi kata (umumnya dari LXX). Kadang-kadang ia menafsirkan teks Perjanjian Lama. Kadang-kadang ia hanya memberi gagasan dasar nas tersebut. Pada kesempatan itu, ia menggabungan pelbagai acuan. Lebih lanjut, ia sering memberikan arti yang berbeda dari arti awalnya kepada ayat-ayat Perjanjian.
Mengenai penggunaan Perjanjian Lama oleh Paulus dalam bagian ini, tiga pengamatan diberikan sebagai berikut:
- 1. Tujuan utama Paulus adalah untuk meyakinkan kaum Yahudi bahwa Allah tidak mengingkari janji-Nya kepada mereka. Oleh karena itu ia mengacu kepada kuasa yang mereka akui—Perjanjian Lama—dan menggunakan penalaran yang mereka kenal baik. Richard A. Batey menulis bahwa "penggunaan Perjanjian Lama oleh Paulus adalah konsisten dengan metode penafsiran para rabi pada zamannya. Pelbagai argumentasi dan penggunaan Kitab Suci oleh dia akan sudah memiliki kualitas sangat tinggi yang meyakinkan banyak pembaca Yahudinya di abad pertama."53
- 2. Penggunaan Kitab Suci oleh Paulus tidak berbeda dari cara kita menggunakannya di zaman kini. Kita menggunakan potongan ayat. Kita memperluas penerapan nas-nas itu untuk mencakup pelbagai masalah zaman kini ("rumah tangga [yang] terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan"; lihat Mrk. 3:25). Kita bahkan meminjam ungkapan dari Kitab Suci dan menggunakannya sebagai kiasan, seperti "biji mata saya" (lihat Maz. 17:8) dan "ujung pakaian" (lihat Mat. 9:20; KJV).
- 3. Paulus diilhami oleh Allah. Melalui Roh, ia tahu penerapan apa yang secara sah dapat dibuat dari nas Perjanjian Lama. Karena kita tidak terilham, kita perlu berhati-hati dalam penerapan kita atas pelbagai acuan Perjanjian Lama.
Jangan Pernah Menyerah! (Pasal 11)
Sebagai suatu bangsa, kaum Yahudi telah menolak Yesus dan karena itu telah menolak Allah. Akibatnya, Allah telah menolak mereka. Apakah ini berarti Allah telah menyerah terhadap mereka? Tidak sama sekali. Penerimaan Allah atas Paulus dan orang-orang Yahudi lainnya (11:1-10) menunjukkan kesediaan-Nya untuk menerima semua orang Yahudi yang mau bertobat dan percaya kepada Yesus. Selanjutnya, sebagai bukti bahwa Ia masih peduli terhadap orang-orang Yahudi, Ia menggunakan sikap-Nya yang menerima bangsa-bangsa lain untuk menggerakkan orang-orang Yahudi untuk kembali kepada Dia.
Penting bagi kita untuk menyadari bahwa Allah tidak menyerah terhadap orang-orang berdosa. Roma 1 mengajarkan bahwa Allah kadang-kadang menyerahkan orang berdosa kepada dosa mereka, yang membolehkan mereka untuk melanjutkan ketidakpatuhan mereka dan menanggung akibat tindakan mereka. Namun begitu, tujuan Allah dalam hal ini adalah untuk membuat orang berdosa melihat kesalahan cara hidup mereka sebelum sangat terlambat. Allah mungkin "menyerahkan" orang-orang berdosa, tetapi Ia tidak "menyerah" terhadap mereka. Selama mereka masih hidup, Ia merindukan kepulangan mereka, selalu bersemangat untuk menerima mereka kembali (lihat Luk. 15:20-24).54
Betapa ini suatu kebenaran yang menggembirakan! Jika orang-orang yang Anda kasihi masih berada di luar Kristus, ini seharusnya mendorong Anda. Ini seharusnya menyebabkan Anda untuk melipatgandakan upaya Anda untuk memenangkan mereka bagi Tuhan. Jika Allah tidak menyerah terhadap mereka, kita juga jangan menyerah. Jika hubungan Anda tidak benar dengan Allah, betapa indahnya untuk menyadari bahwa Tuhan tidak menyerah terhadap Anda!
BIS: Roma (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka
terhadap kunjungannya kepada mere
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA
PENGANTAR
Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungannya kepada mereka. Menurut rencana, Paulus akan bekerja sementara waktu di antara orang-orang Kristen di sana, kemudian dengan bantuan mereka, ia ingin pergi ke Spanyol. Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen.
Setelah menyampaikan salamnya kepada orang-orang dalam jemaat di Roma, dan memberitahukan kepada mereka tentang doanya bagi mereka, Paulus mengemukakan tema suratnya ini: "Dengan Kabar Baik itu Allah menunjukkan bagaimana caranya hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali; caranya ialah dengan percaya kepada Allah, dari mula sampai akhir" (Rom 1:17).
Setelah itu Paulus menguraikan temanya itu. Semua orang --baik Yahudi maupun bukan Yahudi -- perlu diperbaiki hubungannya dengan Allah, sebab semuanya sama-sama berada dalam kekuasaan dosa. Hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. Kemudian Paulus menguraikan tentang hidup baru yang dialami oleh manusia kalau bersatu dengan Kristus. Hidup baru itu tumbuh karena adanya hubungan yang baru dengan Allah. Orang yang sudah percaya kepada Yesus, hidup damai dengan Allah, dan Roh Allah membebaskan dia dari kekuasaan dosa dan kematian. Dalam pasal 5-8 (Rom 5:1-8:39) Paulus menjelaskan juga tujuan Hukum-hukum Allah dan kuasa Roh Allah di dalam kehidupan orang percaya. Kemudian Paulus menjelaskan bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi termasuk dalam rencana Allah untuk umat manusia. Paulus menyimpulkan bahwa penolakan Yesus oleh orang Yahudi sudah termasuk dalam rencana Allah untuk menolong manusia berdasarkan rahmat-Nya melalui Yesus Kristus. Paulus yakin bahwa orang Yahudi tidak selalu akan menolak Yesus. Akhirnya Paulus menulis tentang bagaimana orang harus hidup sebagai orang Kristen, terutama sekali tentang caranya mempraktekkan kasih dalam hubungan dengan orang-orang lain. Untuk itu Paulus memilih pokok-pokok seperti berikut ini: melayani Allah, kewajiban orang Kristen terhadap negara dan sesama orang Kristen, dan berbagai-bagai persoalan yang menyangkut hati nurani. Paulus menutup suratnya ini dengan pesan-pesan pribadi dan puji-pujian kepada Allah.
Isi
- Pendahuluan dan tema
Roma 1:1-17 - Kebutuhan manusia akan keselamatan
Roma 1:18-3:20 - Jalan keselamatan dari Allah
Roma 3:21-4:25 - Hidup baru karena bersatu dengan Kristus
Roma 5:1-8:39 - Israel dalam rencana Allah
Roma 9:1-11:36 - Kelakuan Kristen
Roma 12:1-15:13 - Penutup dan salam pribadi
Roma 15:14-16:27
Ajaran: Roma (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin
bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kr
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus (Rom 1:1).
Tahun : Sekitar tahun 58 sesudah Masehi, dari kota Korintus.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Roma (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).
Isi Kitab: Kitab Roma terbagi atas 16 pasal. Dalam kitab ini Rasul Paulus menjelaskan tentang cara manusia yang berdosa diselamatkan, yaitu melalui iman saja kepada Tuhan Yesus. Dan juga tentang cara hidup orang-orang yang telah diselamatkan tersebut.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Roma
Pasal 1-11 (Rom 1:1-11:36).
Pengajaran tentang Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap manusia
Pada bagian ini dijelaskan bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan sudah tidak mengenal Allah. Karena itu manusia berdosa sudah berada dalam penghukuman Allah, yaitu kematian. Keselamatan dari kematian akibat dosa tidak dapat diperoleh melalui usaha manusia atau melalui melakukan Hukum Taurat. Keselamatan itu hanya dapat diperoleh dalam anugerah Allah yang ada pada Tuhan Yesus. Ini berarti keselamatan manusia hanya dapat diperoleh melalui iman kepada anugerah Allah yang ada di dalam Tuhan Yesus.
Pendalaman
- Berdasarkan pasal Rom 1:21-25,28-31. Apakah yang dilakukan manusia di dunia?
- Bacalah pasal Rom 3:23; 6:23. _Tanyakan_: Berapa banyakkah manusia yang berdosa? Apakah akibat dari dosa?
- Bacalah pasal Rom 10:9-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah caranya manusia diselamatkan?
Pasal 12-16 (Rom 12:1-16:27).
Pengajaran tentang kehidupan orang Kristen setiap hari
Pada bagian ini, dijelaskan bagaimana seharusnya kehidupan dari setiap orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Rom 12:1-2. _Tanyakan_: Apakah ibadah orang Kristen yang sejati dan berkena di hadapan Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:6-8. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap kehidupan seorang pelayan Firma Allah?
- Bacalah pasal Rom 12:9-21. _Tanyakan_: Bagaimanakah cara hidup orang percaya/Kristen dala masyarakat?
- Bacalah pasal Rom 13:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap pemerintah?
- Bacalah pasal Rom 15:1. _Tanyakan_: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap orang yan lemah?
- Bacalah pasal Rom 16:17-18. _Tanyakan_: Apakah peringatan Rasul Paulus terhadap orang percaya?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab Roma jelaslah bahwa Allah mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa, dan mengalami penghukuman, yaitu kematian. Allah juga dengan tegas menyatakan bahwa semua usaha manusia untuk menyelamatkan diri dari kematian itu sia-sia. Allah menyatakan bahwa manusia memperoleh keselamatan hanya melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Roma?
- Mengapakah semua manusia berada dalam penghukuman Allah?
- Mengapakah orang Kristen perlu menguduskan diri?
- Bagaimanakah cara hidup orang Kristen?
Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) Inti InjilMENGAPA ROMA?Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Y
Inti Injil
MENGAPA ROMA?
Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Yunani. Tetapi, ia mempunyai suatu rencana jangka panjang untuk menginjili lebih jauh ke barat, yaitu ke Roma dan kemudian lebih jauh lagi. Namun demikian ada hal-hal lain yang perlu dikerjakan terlebih dahulu. Ia harus kembali ke Yerusalem untuk mengambil bantuan yang telah dikumpulkan oleh orang-orang Kristen bukan Yahudi bagi orang-orang miskin yang percaya di sana. Setelah itu ia dapat dengan leluasa mencurahkan perhatiannya ke ibu kota tersebut, dan setelah itu ia mengarahkan pandangannya ke Spanyol (15:22-29). Alasan Paulus ialah ia selalu ingin merintis daerah baru dan memberitakan Injil di tempat Injil belum pernah didengar. Ini sedikit menjelaskan mengapa surat ini ditulis - sebuah gereja sudah dibangun di Roma, karena itu Paulus tidak menganggap kunjungan ke Roma sebagai prioritas utama (15:18-21). Kita tidak tahu kapan gereja itu didirikan, tetapi jika kita melihat daftar para peziarah di Hari Pentakosta, kita akan melihat bahwa di antara mereka terdapat orang-orang Roma (Kis. 2: 10). Dari nama-nama pada akhir surat ini, rupa-rupanya Paulus sudah mengenal sejumlah besar anggota jemaat di sana (16:3-15), hal ini dapat dimengerti karena banyak jalan menuju Roma. Banyak orang melakukan perjalanan di daerah kekaisaran Roma terutama para pedagang, dan banyak dari mereka akhirnya menetap di ibu kota.
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Tampaknya Paulus sedang mempersiapkan kunjungannya dengan menjelaskan Injil bagi mereka. Mungkin ada orang yang mengritik ajarannya dan ia ingin meluruskan hal itu. Pada waktu yang bersamaan penulisan surat ke Roma merupakan kesempatan untuk menulis intisari kabar baik tentang Kristus secara lebih terinci dibandingkan dengan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru yang lain. Surat Roma merupakan salah satu tulisan Paulus yang paling teratur, oleh karenanya surat ini telah menjadi buku sumber bagi orang Kristen sejak ia mendiktekannya kepada kawannya, Tertius, di Korintus sekitar tahun 57.
PAULUS DI ROMA.
Rencana Paulus tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kita tahu dari Kisah para Rasul bahwa ketika tiba di Yerusalem ia ditangkap, dan setelah beberapa saat di penjara, ia memohon, seperti lazimnya warga negara Romawi, supaya kasusnya dapat didengar oleh Kaisar. Oleh karena itu, ia dibawa ke Roma sebagai tawanan. Rupa-rupanya ia dibebaskan dan melanjutkan pekerjaan pelayanannya sebelum akhirnya dibunuh di Roma.
ORANG ROMAWI DAN GEREJA.
Ketika orang Kristen menemukan kembali surat-surat seperti surat Roma pada waktu Reformasi, hal ini mengubah gereja secara besar-besaran. Mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat memperoleh keselamatan dari apa yang mereka lakukan. Allah telah melakukan keselamatan itu bagi mereka, dalam cara yang memungkinkan Ia dapat membenarkan orang-orang berdosa. Rahasianya tentu terdapat pada salib.
Pesan
1. Kita semua perlu dibenarkan di hadapan Allah (pasal 1-3)o Bagi orang bukan Yahudi, cukup banyak yang dapat diketahui tentang Dia
- dalam alam semesta. Rom 1:19-20
- dalam kenyataan kita sebagai ciptaan. Rom 2:14-15
o Untuk orang Yahudi, lebih dari cukup - dalam firman-Nya. Rom 2:12, 17-24;3:1-2
o Semua orang jatuh di dalam dosa. Rom 3:9-20, 23
o Tidak seorang pun
- boleh menghakimi orang lain. Rom 2:1-3
- boleh bermegah diri. Rom 3:27
- dapat berdalih. Rom 1:20; 2:1; 3:19
- dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Rom 3:20, 23
2. Allah melakukan semua itu (pasal 3-5)
o Kematian Kristus membayar semua hutang
- Ia mati menggantikan kita. Rom 3:24-25
- pada waktu kita masih berdosa. Rom 5:6-8
- kita dapat dibenarkan. Rom 3:24
o Abraham mempercayai firman Allah
- kita pun harus beriman. Rom 3:25; 4:16-25; 5:1
o Adam melakukan sesuatu yang berakibat pada kita sampai sekarang
- demikian pula apa yang dilakukan Kristus di kayu salib. Rom 5:12-19
3. Cara hidup yang berbeda (pasal 6-8)
o Masalahnya ialah sifat dosa manusia
- yang tidak dapat menjadi baik. Rom 7:18
- yang berseteru terhadap Allah. Rom 8:7
- yang tidak memperkenan Allah. Rom 8:8
o Kuasa datang dari Roh Kudus
- yang diam di dalam kita. Rom 8:9-11
- yang menimbulkan pertentangan. Rom 7:13-23
- yang menyediakan kemenangan. Rom 7:24-25
o Kita harus bekerja sama dengan Dia
- menolak dosa. Rom 6:13, 16, 19; 8:13
- menaati Kristus. Rom 6:13, 16-19, lihat Rom 12:1
o Kita bisa
- memperoleh kemenangan. Rom 6:14
- menerima kehidupan. Rom 8:11
- menjadi anak-anak Allah. Rom 8:14-17
- mengalami pertolongan-Nya. Rom 8:26-27
- menjadi seperti Kristus. Rom 8:28-30, lihat Rom 12:2
- merasa pasti bahwa kita adalah milikNya. Rom 8:31-39
4. Allah tahu apa yang sedang dilakukanNya (pasal 9-11)
o Allah tahu bagaimana mengendalikan umat-Nya
- terhadap orang Yahudi yang tidak taat sekalipun. Rom 9:1-33
- Ia mempunyai rencana induk. Rom 11:1-32
o Kita tetap harus memberikan tanggapan
- dalam iman yang taat. Rom 10:5-21
5. Kita diselamatkan bersama (pasal 12-1)
o Kita adalah anggota dari satu tubuh
- saling memiliki. Rom 12:3-8
- saling mengasihi. Rom 12:9-21; 13:8-10
- saling menerima. Rom 14:1-15:7
- saling menghayati gaya hidup yang baru. Rom 13:1-7, 11-14
Penerapan
1. Tawaran itu cuma-cuma(untuk dibenarkan di hadapan Allah)
o Karena keberadaan kita, itu harus terjadi
o Itu dapat terjadi karena Kristus telah
melakukannya
o Ini berarti
- kita tidak dapat memperolehnya sendiri
- kita harus menerimanya dengan iman
2. Kuasa itu ada
(untuk hidup sebagai orang Kristen)
o Oleh karena kita tidak mampu melakukannya sendiri
o Oleh karena Roh Kudus hidup di dalam kita
o Ini berarti
- membuang sifat-sifat dosa kita
- menaati Yesus Kristus
3. Persekutuan Itu milik kita
(bersama dengan sesama Kristen)
o Oleh karena kita saling memiliki
o Oleh karena kita sekarang tahu bagai
mana mengasihi
o Ini berarti
- kita harus menumbuhkan dan menghargainya
- kita tidak boleh menyalahgunakan atau memandang enteng persekutuan Kristen
Tema-tema Kunci
1. Anugerah.
Kebenaran yang berkali-kali ditanamkan ialah bahwa jika kita dapat menjadi Kristen, Allah yang harus melakukannya. Anugerah Allah itu diberikan dengan cuma-cuma, kita tidak dapat melakukan sendiri. Namun demikian, kita tidak boleh juga menganggap hal itu sepele. Telusurilah tema ini dalam seluruh surat Roma: Rom 1:7; 2:4; 3:24, 27; 4:16; 5:15, 17, 21; 6:1, 15; 11: 5-6.
2. Iman.
Kita mendapat anugerah cuma-cuma dari Allah oleh iman kepada Kristus. Pada saat yang sama, tidak berarti kita hanya semata-mata percaya tentang Dia, tetapi menerima firman Allah, menaati-Nya dan mengakui Kristus. Perhatikan bagaimana Paulus menekankan tentang iman dalam surat ini, dan juga bagaimana ia mendefinisikannya. Apakah iman kita cukup besar? 1:5 (lihat 15:18); Rom 1:16-17; 3:22, 26-31; 4:1-25; 5:1; 10:8-11; 10:17.
3. Pembebasan (atau Pembenaran).
Kata di atas diambil dari istilah yang ada dalam sidang pengadilan. Allah membebaskan - atau 'membenarkan' - pendosa, menyatakannya'benar', oleh karena apa yang telah Yesus lakukan sebagai penggantinya. Lihat bagaimana Paulus mengaitkan ini dalam kematian Kristus dan iman: Rom 1:17; 3:21-26; 4:1-25; 5:8-11, 15-21; 10:1-10.
4. Kebersamaan.
Perhatikan apa yang Paulus katakan bahwa kita semua berdosa dan kita diselamatkan bersama-sama. Ia menggunakan gambaran tentang tubuh ketika ia ingin menunjukkan bagaimana kita harus bekerja sama satu dengan yang lain. Walaupun hal-hal yang mengganggu dan memecah belah Kristen pada zaman Paulus berbeda dengan masa kini, apakah ia memberikan pedoman yang dapat kita terapkan saat ini? Khususnya lihat 14:1-15:7.
5. Allah adalah Raja.
Kita mendapat kesan yang jelas bahwa walaupun manusia tidak percaya, Allah tetap mengendalikan dunia, sebagaimana Ia mengatur kehidupan Kristen. Hal ini menjadi jaminan yang sangat berarti bagi mereka yang percaya, walaupun kita tidak dapat mengerti bagaimana Ia melakukannya. Bacalah seluruh pasal 9 dan 10 sekali lagi. Bagaimana keduanya saling mengisi?
Garis Besar Intisari: Roma (Pendahuluan Kitab) [1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17Semua tentang Yesus Kristus
Rom 1:8-15Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan
Rom 1:16-17Berit
[1] 'MENGAPA SAYA MENULIS...' Rom 1:1-7
Rom 1:1-17 | Semua tentang Yesus Kristus |
Rom 1:8-15 | Saya mempunyai sesuatu untuk dibagikan |
Rom 1:16-17 | Berita secara ringkas |
[2] 'KITA SEMUA ADALAH ORANG BERDOSA' Rom 1:18-3:20
Rom 1:18-32 | Mereka yang tidak memiliki Alkitab |
Rom 2:1-11 | Menghakimi orang lain? |
Rom 2:12-16 | Allah akan menghakimi kita semua |
Rom 2:17-3:20 | Lebih baikkah orang Yahudi? |
[3] 'ALLAH MEMPUNYAI JALAN' Rom 3:21-5:21
Rom 3:21-26 | Apa yang dilakukan oleh salib |
Rom 3:27-31 | Siapa yang boleh bermegah? |
Rom 4:1-25 | Abraham percaya lebih dulu |
Rom 5:1-5 | Sukacita - walaupun dalam kesusahan |
Rom 5:6-11 | Ketika kita tidak berdaya |
Rom 5:12-21 | Kristus dan Adam |
[4] 'HIDUP BARU' Rom 6:1-8:39
Rom 6:1-14 | Dosa dapat dikalahkan |
Rom 6:15-23 | Pergantian pemilik |
Rom 7:1-6 | Pergantian pasangan |
Rom 7:7-25 | Peperangan dalam hati |
Rom 8:1-11 | Roh memberi hidup |
Rom 8:12-17 | Anak-anak Allah! |
Rom 8:18-25 | Dan banyak lagi yang lain |
Rom 8:26-27 | Doa |
Rom 8:28-30 | Tujuan |
Rom 8:31-39 | Apa lagi yang dapat saya katakan? |
[5] 'TETAPI BAGAIMANA HALNYA DENGAN ORANG YAHUDI?' Rom 9:1-11:36
Rom 9:1-5 | Hak-hak istimewa mereka |
Rom 9:6-33 | Maksud Allah |
Rom 10:1-21 | Iman menyelamatkan |
Rom 11:1-36 | Rencana yang aneh |
[6] 'HAYATILAH!' Rom 12:1-15:13
Rom 12:1-2 | Kehidupan yang dipersembahkan |
Rom 12:3-21 | Kehidupan di dalam satu tubuh |
Rom 13:1-7 | Hidup dalam masyarakat |
Rom 13:8-10 | Hidup dalam kasih |
Rom 13:11-14 | Bangun dan hiduplah! |
Rom 14:1-15:13 | Hidup bersama dengan sesama |
[7] 'RENCANA HARI DEPANKU' Rom 15:14-33
Rom 15:14-21 | Pelayanan saya |
Rom 15:22-33 | Ambisi saya |
[8] 'SANGAT BANYAK KAWAN DI ROMA' Rom 16:1-27
Allah memberkati kalian semuaBank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi