: A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Gizon | Gizonite | Goa | Goah | Gob | God | Gog | Goiim | Golan | Golgotha | Goliat
Daftar Isi
GAMBAR: Allah
BROWNING: ALLAH
ENSIKLOPEDIA: ALLAH

God

Dalam versi-versi Alkitab:

Allah: BIS ENDE FAYH KL1863 KL1870 LDKDR SBDR TL WBTCDR

Gambar

Allah: selebihnya..
Topik: 42f: Longing for God; A Sabbath-Rest for the People of God; A Workman Approved by God; Adoration of God and the Lamb; Buried by Godly Men; Commands of God and Traditions of Men; God Is Love; God the Creator; God the Father Communicating; God the Father in Annunciation Compositions; God the Father in Various Compositions; God the Father, Symbolical Representations; God's Pity on Jacob; God's Promise to David; God's Servants Sealed; God's Sovereign Choice; God's Warning and Salvation; God's Wrath against Mankind; Idols and the True God; Israel Has Not Returned to God; Israel's Unfaithfullness, God's Mercy; Living to Please God; Look, the Lamb of God!; Man in God's Image; Other Appearances of God The Father to St.s and Others; Other Portraits of God the Father; Paul Called by God; Peace with God; Power of God, Power of Men; Psalms 104: God's Wisdom in the Creation; Psalms 105: God Leads His People; Psalms 108: God Has Spoken from His Sanctuary; Psalms 119: God's Words and Commandments; Psalms 145: I Will Exalt You, My God the King; Psalms 14: Man without God; Psalms 19: God's Sun, God's Law; Psalms 22: Forsaken by God; Psalms 30: God's Favour Lasts; Psalms 33: God Is the Creator and the Ruler; Psalms 47: God Reigns over the Nations; Psalms 48: The City of God; Psalms 54: God Is My Help; Psalms 56: God Is For Me; Psalms 57: Be Exalted, O God!; Psalms 58: God Will Judge the Evil; Psalms 59: Deliver Me from My Enemies, O God!; Psalms 62: My Salvation Comes from God; Psalms 68: God Brings Judgment and Salvation; Psalms 72: God Bless the King!; Psalms 75: It Is God Who Judges; Psalms 78: Unfaithful Isreael, Faithful God; Psalms 84: Joy in the House of God; Psalms 91: Under God's Protection; Psalms 99: The Lord Our God Is Holy; Righteous before God; Robbing God; Satan before the Throne of God; Satan, the God of This World; Sons of God; The Bowls of God's Wrath; The Finger of God Writing; The Full Armour of God; The God of Comfort; The Greatness of God in Nature; The Man of God from Judah; The Nature of the Kingdom of God; The Word of God - Living and Active; Touched by the Hand of God; Various Subjects Connected to God the Father; Walking in the Light, Children of God; Wisdom and Fear of God; Wisdom of God, Wisdom of Men

ALLAH [browning]

Dalam Alkitab ada 'orang-orang *bodoh' yang tidak percaya kepada Allah (Mzm. 14:1), bukan berdasar pada pertimbangan argumen rasional, melainkan berdasar pada kehidupan mereka yang rusak dan egois. Karena itu, ateisme eksistensialis modern seperti Jean-Paul Sartre atau kaum positivis yang mempertahankan bahwa kita memiliki akses kepada pengetahuan hanya melalui pengetahuan empiris, tidak dikenal dalam PL, maupun dalam PB. Allah adalah yang ada dan akan ada (Kel. 3:14); kata kerja Ibraninya menunjukkan manifestasi kebiasaan. Inilah *penyataan pertama dalam sumber *E *Pentateukh mengenai nama ilahi. Hal ini menyiratkan bahwa Allah dapat dikenal hanya jika Ia menghadirkan diri kepada manusia, dan manusia menanggapinya.

Allah dalam Alkitab dipahami sebagai yang omnipoten (berkuasa di mana-mana), omnisiens (serba mengetahui), dan benar-benar pencipta yang baik atas segala sesuatu yang ada. Seperti dalam agama-agama lain, diharapkan bahwa ketaatan kepada Allah akan membawa kesejahteraan personal dan nasional serta terhindar dari bencana. Ketaatan tersebut dilakukan dalam cara hidup yang telah ditentukan, seperti makan makanan tertentu, yang menimbulkan perasaan solidaritas. Dalam PL *Taurat berisi hukum ritual dan perilaku etis, dan itu semua dianggap langsung berasal dari Allah. Dengan demikian, bagi umat Israel, percaya kepada Allah berarti harus pula ambil bagian dalam kehidupan persekutuan dan upacara-upacaranya.

Orang Ibrani tidak tiba pada *monoteismenya tanpa masa persiapan panjang -- dari suatu lingkungan politeistik, melalui *henoteisme (ketika Israel menyembah Allah yang esa, namun mengakui keberadaan ilah-ilah bangsa lain), hingga monoteisme etis. Perbedaan antara Yahweh dan ilah-ilah lain yang berawal pada abad ke-9 sM dipertajam oleh *Hosea pada abad ke8 sM. Pada abad ke-7 sM (Ul. 13:6-11) orang-orang Israel yang setia harus memberitahu sanak familinya yang menyembah ilah-ilah lain. Selama masa pembuangan, iman kepada Yahweh sebagai satu-satunya Allah, pencipta hal yang baik dan yang jahat, diterima oleh *Deutero Yesaya (Yes. 45:7). Yahweh diakui sebagai Pencipta seluruh alam semesta, namun juga sebagai keberadaan tertinggi, yang dengan ramah masuk ke dalam *perjanjian dengan umat-Nya. Gambaran-gambaran untuk melukiskan Allah adalah raja, bapa, dan *gembala: berjenis kelamin maskulin; namun dalam literatur yang lebih kemudian personifikasi *Hikmat sebagai penyataan Allah menunjukkan bahwa jenis kelamin feminin bukanlah hal yang asing bagi konsepsi PL tentang Allah -- karena kata Ibrani untuk 'Hikmat' berjenis kelamin feminin; dan aktivitas Allah kadang-kadang digambarkan dengan istilah-istilah khas perempuan (Yes. 66:13).

Allah yang transenden adalah juga Allah yang berkenan merendahkan diri untuk diam di tengah umat-Nya. Orang Ibrani percaya bahwa 'Kemah Allah' adalah hadirat Allah di tengah-tengah mereka dan pada waktunya Allah diam di Bait-Nya. Allah dianggap sebagai Allah yang menuntut kebenaran dan keadilan, dan murkaNya akan ditimpakan kepada mereka yang tidak taat kepada-Nya.

Namun, tidak benar bahwa Allah PL terutama adalah Allah yang menjatuhkan hukuman dan Allah yang mengerikan bagi orang-orang berdosa, sedangkan Allah PB terutama adalah Allah yang berbelas kasih dan pengampun.

Kontras antara PL dan PB dilukiskan secara berlebihan oleh bidat *Marcion !!(+/- 150 M!!). Gereja Kristen selalu mempertahankan bahwa Allah Israel, Bapa Yesus, adalah Allah yang juga disembah oleh umat Kristen. Terdapat kontinuitas konsep. Namun, perubahan mendasar konsep alkitabiah tentang Allah adalah bahwa bagi umat Kristen tempat penyataan diri Allah yang utama sekarang adalah dalam diri Yesus Kristus (Mat. 1:23; Yoh. 14:9). Allah dalam PB tetaplah Allah PL, yang kudus dan transenden, namun dipercayai bahwa Yesus telah menunjukkan dalam kehidupan manusia bahwa pada dasarnya Allah adalah *kasih. Pengalaman umat Kristen lebih lanjut menyebabkan timbulnya doktrin *Trinitas, yang isyarat-isyaratnya sudah terdapat dalam PB (mis. Mat. 28:19). Bahasa Paulus tentang partisipasi orang beriman dalam *Roh Kudus (2Kor. 13:13) mungkin diuraikan oleh doktrin kemudian tentang Roh Kudus sebagai 'hypostasis' ('pribadi') yang berbeda dalam keberadaan Allah.

Dalam Alkitab ada beberapa nama diberikan bagi Allah. Kata Ibrani El sering digunakan dalam bentuk jamak (plural) *Elohim. Ia dipertentangkan dengan berhala Baal dalam sejarah Deuteronomis dan dalam Hos. 2. 'Yahweh' terdapat hampir 6.000 kali dalam PL, namun dalam naskah *Masoretik (abad ke-6 M) vokal dari Adonai('Tuhanku') dimasukkan ke dalam nama Yahweh yang tak terkatakan itu, maka bahasa Inggrisnya menjadi Yehovah. Frasa Yahweh Sebaoth' (Tuhan bala tentara) dalam PL ditemukan 279 kali, paling sering dalam kitab nabi-nabi. Semula nama ini dihubungkan dengan 'pasukan perang', namun kemudian berarti tindakan Yahweh yang berkuasa mengatur alam semesta dan peruntungan manusia. PB tak pernah menyangkal kekudusan Allah (banyak ditekankan dalam PL), namun lebih suka menggunakan ungkapan yang menunjukkan kesetiaan (1Kor. 1:9), hikmat (Rm. 16:27), dan *kebenaran-Nya (Yoh. 3:33). Ia adalah Allah *perdamaian (1Tes. 5:23), *pengharapan (Rm. 15:13), dan di atas semua itu, *kasih (2Kor. 13:11, dan Yoh. 3:16; 1Yoh. 4:8).

Konsep Alkitab tentang Allah sebagai yang mahakuasa (mis. Mat. 26:53), dan bahwa kemahakuasaan-Nya dapat campur tangan langsung dalam segala persoalan dunia ini, sekarang harus dimodifikasi dengan pengakuan bahwa ada keterbatasan yang dikenakan pada kemahakuasaan ilahi. Menurut pengakuan tersebut, perjalanan alam semesta dapat diperkirakan dan itulah dasar yang diperlukan bagi kebebasan dan tanggung jawab manusia. Kuasa Allah dapat dipahami dalam kasih-Nya yang menderita, pengosongan diri-Nya yang benar-benar memberi kekuatan kepada apa yang diciptakan-Nya; melebihi penciptanya. Allah benar-benar telah bertindak dalam dunia (seperti dipertahankan oleh Alkitab), namun arti yang lebih dalam bahwa Dia telah menciptakan suatu dunia yang beraturan, bertata nilai, dan berasionalitas -- yang dengannya kita dapat memahami gagasan tentang ketuhanan.

ALLAH [ensiklopedia]

Bagi pengertian Kristen, Alkitab adalah satu-satunya sumber ajaran tentang Allah. Dalam Alkitab kita menemukan penyataan Allah tentang diriNya sendiri.

I. Kata-kata Ibrani untuk Allah

a. 'el, 'eloah, 'elohim

Sebutan el berakar pada suatu kata yg berarti kekuatan atau tenaga. Dengan arti ini el digunakan dalam PL untuk manusia, dan secara abstrak digunakan untuk benda, selain untuk Allah. Apabila mengacu kepada Allah, maka kata itu sering dirangkai dengan julukan seperti 'Yg Mahakuasa', misalnya el-shaddai, Allah Yg Mahakuasa, atau Maha sempurna. Kata eloah (jarang digunakan kecuali dlm puisi) dan elohim juga digunakan; bentuk jamaknya, elohim, lazim digunakan. Ada yg melihat penggunaan bentuk jamak ini sebagai sisa politeisme, yg lain melihatnya sebagai tanda yg mengacu kepada Trinitas. Tapi lebih mungkin ialah contoh penggunaannya yg lazim dalam bh Ibrani, dimana penggunaan bentuk jamak dimaksudkan untuk mengintensifkan atau memperluas gagasan yg dikemukakan dalam bentuk tunggal. Dengan demikian elohim mengarahkan perhatian kepada kepenuhan Allah yg tak kunjung habis, kepada kelimpahan hidup di dalam Allah.

b. Yahweh

Nama ini, sering ditulis Jehovah, diterjemahkan 'TUHAN' dalam Alkitab terjemahan LAI. Yahweh adalah nama diri Allah, seperti Elohim adalah nama umum bagi Allah. Jadi pada khususnya Yahweh adalah nama dari Allah yg hidup yg dinyatakan oleh Alkitab. Asal mulanya tidak pasti, meskipun mungkin berasal dari kata dasar hwh atau hyh, yg mengandung pengertian 'eksistensi yg mandiri dan tidak bermuasal'. Ketika pertama kalinya dinyatakan kepada Musa dari nyala api yg keluar dari semak duri (Kel 3:11-15), api yg berasal dari dirinya sendiri dan bukan dari sekelilingnya, adalah pertanda dari eksistensi yg mandiri.

Penyingkapan Allah tentang arti nama 'AKU ADALAH AKU', atau mungkin lebih tepat 'AKU AKAN ADA YANG AKU AKAN ADA', mengumumkan kesetiaan Allah dan Allah yg tidak pernah berubah. Ia tetap sama, kemarin, hari ini dan selama-lamanya. Sementara Kel 6:3 nampaknya mengemukakan bahwa nama Yahweh belum dikenal sebelumnya, sedang dalam terang Kej 15:7; 28:13 sudah diperkenalkan, maka Kel 6:3 mengartikan bahwa Nama itu belum dinyatakan sebelumnya dalam pengertian yg sebenarnya dan dalam makna kualitasnya. Perlu diperhatikan bahwa dalam penyataan ini Yahweh menyatakan diriNya bukan sebagai Allah yg baru atau Allah yg asing, sesungguhnya tidak ada yg lain, kecuali 'Yahweh, Allah nenek moyangmu' (Kel 3:16).

c. 'adonay

Ini juga bentuk jamak, mengacu kepada Allah sebagai penuh kehidupan dan kuasa. Artinya 'Tuhan', atau dalam bentuknya yg lebih diperkuat, 'Tuhan dari segala tuan', dan 'Tuhan semesta', yg menunjukkan Allah sebagai Pemerintah yg kepada-Nya segala sesuatu tunduk dan kepada-Nya manusia dihubungkan sebagai hamba (Kej 18:27). Sebutan ini paling disukai oleh para penulis Yahudi di kemudian hari, dan nama itulah yg diambil untuk mewakili nama suci YHWH.

Anggapan bahwa pemakaian nama-nama ini menunjukkan adanya perbedaan antara Allah yg lebih tinggi dan yg lebih rendah dalam pemikiran penulis-penulis PL, tidak cocok dengan fakta-fakta, dan apabila hal itu dijadikan patokan bagi penentuan sumber-sumber maka akan menyebabkan kekacauan belaka. Memang penulis-penulis PL menekankan aspek-aspek yg berbeda tentang sifat Allah, tapi hal ini tidak mendukung pandangan evolusioner tentang agama Israel yg berkembang dari polidemonisme sampai kepada monoteisme. Kecenderungan umum yg berlaku di Israel ialah arah yg sebaliknya, yaitu mundur dari`monoteisme murni dan menerima pengaruh politeisme dari bangsa-bangsa di sekitarnya. Walaupun terdapat perkembangan sejarah tentang penyataan din Allah kepada Israel, sifat dasar dan tabiat-Nya tetap tidak pernah berubah selama-lamanya.

Allah yg dinyatakan oleh Kitab Suci adalah Allah Yg Hidup, berpribadi, yg sendirinya ada dan tidak dijadikan, sadar akan diriNya, Pencipta alam semesta, Sumber kehidupan dan berkat. Kehidupan-Nya, sifat-Nya dan kehendak-Nya adalah tema-tema pokok yg menjiwai pemikiran-pemikiran para penulis Alkitab.

II. Keberadaan Allah

Adalah benar bahwa Alkitab tidak pernah membicarakan keberadaan Allah terlepas dari sifat-sifat-Nya, karena Allah adalah Apa yg Ia sendiri nyatakan tentang diriNya. Tapi adalah mungkin untuk memikirkan keberadaan Allah dalam hubungan dengan keberadaan kita manusia, atau dari segi kesamaan maupun kebalikannya, sekalipun hakikatnya tetap tak dapat dipahami. Dapat dikatakan bahwa Allah adalah Roh, Roh Sejati, berpribadi dan tidak terbatas.

Menurut penyataan Kristus kepada wanita Samaria, Allah adalah Roh (Yoh 4:24), dan kita harus memahami Dia sebagai Roh Sejati, dengan pengertian bahwa Ia bukanlah kumpulan atau terdiri dari bagian-bagian, melainkan tanpa tubuh atau wujud jasmaniah, dan justru tak dapat dilihat dengan indra jasmaniah (Yoh 1:18).

Alkitab juga jelas menyatakan bahwa Allah adalah Roh, berpribadi, rasional, sadar akan diriNya, mengambil keputusan dari diriNya, dan pelaku moral yg piawai. Allah adalah Akal yg tertinggi, dan sumber dari segala rasionalitas yg ada dalam seluruh ciptaan-Nya.

Allah adalah Roh Yg Mahakuasa, tanpa ikatan dan batasan apa pun atas keberadaan-Nya atau atas salah satu sifatNya, dan setiap aspek dan unsur dari kodrat-Nya tidak terbatas. Terkait dengan waktu, ke-'tanpa-batas'-an-Nya disebut kekekalan. Terkait dengan ruang atau tempat Ia disebut omnipresen (hadir di mana-mana). Terkait dengan semesta alam Ia dinyatakan baik transenden maupun immanen. Yg dimaksud dengan Allah yg transenden ialah, keterlepasan-Nya dari seluruh ciptaan-Nya sebagai Pribadi yg berdaulat dan bebas bertindak sendiri dan yg 'ada hadir' sendirinya. Ia tidak dikungkung oleh alam, tapi tanpa batas Ia diagungkan di atasnya. Bahkan bagian-bagian Alkitab yg secara khas menyingkap manifestasi-Nya yg temporal dan lokal menekankan keagungan-Nya dan kemahakuasaan-Nya (omnipoten) sebagai Pribadi luar dunia, Pencipta dan Hakim Yg Mahakuasa (bnd Yes 40:12-17).

Yg dimaksud dengan Allah yg immanen ialah kehadiran dan kuasa-Nya yg senantiasa berlaku dalam ciptaan-Nya. Ia tidak berdiri jauh dari dunia, tidak masa bodoh dan berpangku tangan menonton dari jauh hasil karya ciptaan-Nya; Ia merasuki segala sesuatu yg organik dan yg anorganik, bertindak dari dalam ke luar, dari titik pusat setiap atom dan dari sumber paling dalam pikiran dan kehidupan dan perasaan, yaitu suatu rangkaian bersinambungan, dari sebab dan akibat. Dalam Yes 57:15 terdapat ungkapan tentang Allah yg transenden sebagai 'Yg Mahatinggi dan Yg Mahamulia, yg bersemayam untuk selamanya dan Yg Mahakudus namaNya', dan tentang Dia yg immanen sebagai 'Yg juga bersama-sama orang yg remuk dan rendah hati'.

III. Sifat-sifat Allah

Jika Allah adalah Pribadi, maka sebagai pelaku moral Ia memiliki tabiat. Jadi kita dapat berbicara tentang sifat-sifat yg dapat dihubungkan dengan tabiat Allah. Sekalipun tidak ada sifat yg dapat menjelaskan keadaan Allah, namun sifat-sifat yg sedemikian banyak dikemukakan dalam Alkitab memberikan penjelasan yg memadai tentang transendensi dan immanensi-Nya. Tapi haruslah diingat bahwa sifat-sifat Allah adalah tercakup dalam keberadaan-Nya, justru sifat-sifat-Nya itu adalah koeksistensif dengan kodrat-Nya.

Di dalam Allah sifat-sifat dan keberadaan adalah satu. Di dalam manusia tidak demikian halnya. Sifat-sifat manusia -- karena dia makhluk -- adalah terbatas. Di dalam manusia ada perbedaan antara keberadaan, kehidupan, pengetahuan dan kemauan. Yg sangat kita harapkan ialah keempat hal tersebut dapat berimbang. Dalam ihwal Allah, sifat-sifat-Nya tetap berdaya rasuk dan masing-masing tidak terhingga dan tanpa batas. Sebagai contoh, tak dapat dikatakan bahwa Allah adalah sebagian kasih dan sebagian adil karena seantero diriNya adalah kasih dan sekaligus seantero diriNya adalah adil. Setiap sifat Allah pada diriNya adalah Allah sendiri, dan Allah diekspresikan sepenuhnya dalam setiap sifat-Nya itu. Manusia tetap manusia sekalipun ia tidak memiliki salah satu sifat manusia tertentu: Allah bukanlah Allah tanpa segenap sifat-Nya.

Adalah tepat membagi sifat-sifat Allah dalam dua jenis. Pertama, sifat-sifat yg dapat dikomunikasikan atau diberikan atau diteruskan; dan yg kedua, sifat-sifat yg tidak dapat dikomunikasikan (kadang-kadang disebut sebagai 'berhubungan' dan 'tidak berhubungan'). Sifat-sifat yg dapat dikomunikasikan (dlm batas tertentu) kepada makhluk ciptaan-Nya yg berakal dan berbudi pekerti, antara lain ialah: kebijaksanaan, kebaikan, kebenaran, keadilan, kasih -- yakni sifat-sifat yg menyatakan immanensi Allah. Sifat-sifat yg tidak dapat dikomunikasikan atau diteruskan ialah: kesempurnaan Allah yg tidak mempunyai kesamaan dalam (diri) manusia -- misalnya: Allah tidak diciptakan, tidak berubah, mahatahu, kekal -- yakni sifat-sifat yg menekankan transendensi-Nya. Kendati demikian, sifat-sifat terakhir ini dapat dimengerti.

Yg dimaksud dengan ihwal 'tidak diciptakan', ialah Allah mempunyai keberadaan-Nya sendiri -- berbeda dari semua makhluk ciptaan-Nya -- Ia tidak menggantungkan keberadaan-Nya kepada yg ada di luar diriNya sendiri.

Yg dimaksud dengan ketidakberubahan Allah, ialah Ia tidak memiliki perubahan apa pun dalam diriNya, dalam kesempurnaan-Nya, maksud-maksud-Nya dan janji-janjiNya. Semua saran tentang perubahan yg ditujukan kepadaNya dalam Alkitab adalah kata-kata kiasan, yg disesuaikan dengan sudut pandangan manusia biasa.

Yg dimaksud dengan keabadian-Nya, ialah Allah berada di atas batas-batas waktu, tanpa awal dan tanpa akhir, dan tanpa pergantian waktu. Hal ini akan lebih mudah dimengerti dengan mengingat bahwa waktu tidak ada baik di dan oleh dirinya sendiri, dan hanyalah merupakan iringan dari kejadian. Dalam Allah tidak ada waktu, tidak ada 'menjadi'; Ia adalah yg kekal 'Aku Ada', dan kekinian-Nya adalah kekal.

Yg dimaksud dengan kemahatahuan Allah dan kehadiran-Nya di mana-mana, ialah bahwa Ia berada di atas batas-batas tempat dan ruang. Pengetahuan Allah adalah bagian dari sifat-Nya dan tidak perlu dipelajari-Nya, berbeda dari hal setiap manusia. Justru pengetahuan-Nya adalah mutlak lengkap dan mutlak sempurna, dan mencakup waktu lampau, kini dan waktu yg akan datang. Kemahatahuan-Nya menyertai kehadiran-Nya di mana saja, sebab pengetahuan Allah meliputi kehadiran Allah di segala tempat dan ruang dan pada segala waktu. Bukan bahwa Allah berada di mana-mana, melainkan di mana-mana itulah Dia dan ada pada Dia. Lagipula, Ia utuh seluruhnya, bukan sebagian Dia saja, hadir di mana-mana.

Yg dimaksud dengan kemahakuasaan Allah, ialah sesuatu yg sangat berbeda dari kuasa yg ada pada manusia. Pada manusia kuasa adalah usaha kemauan yg memanfaatkan atau menggunakan kuasa yg telah tersedia ada sebelumnya; pada Allah kemahakuasaan adalah sifat yg memiliki daya cipta, suatu 'daya kemampuan' menciptakan segenap karya ciptaan yg ada dari yg tiada. Dalam Allah semua kuasa adalah kreatif.

Kekudusan dapat disebut sebagai sifat Allah yg paling khas, kemilau dari segala keberadaan-Nya. Dan kekudusan-Nya-lah yg paling khas memisahkan Dia dari segenap ciptaan-Nya -- karena hanya Dia yg kudus -- dan itulah pula yg membuat Dia tidak terhampiri dalam segala kesempurnaan-Nya. Kekudusan-Nya itulah semarak dan kemegahan intelektual dan moral-Nya, kemurnian etis yg olehnya Ia menyukai kebaikan dan membenci yg jahat (*KEKUDUSAN).

IV. Kehendak Allah

Kehendak atau kemauan Allah terutama menyatakan 'sifat menentukan sendiri' yg olehnya Allah bertindak sesuai kemahakuasaan-Nya dan ke-Allah-an-Nya yg abadi. Meskipun kehendak Allah tidak dapat dikatakan terbatas, kesempurnaan-Nya memberikan keyakinan bahwa Ia tidak akan pernah melakukan sesuatu apa pun yg bertentangan dengan tabiat-Nya. Para teolog membedakan kehendak Allah memutuskan sendiri, yg dengannya Ia memutuskan sendiri apa pun yg terjadi, dari kehendak-Nya menyuruh, yg dengannya Ia menugasi makhluk-makhluk-Nya melakukan tugas-tugas yg harus mereka lakukan. Dapat dimengerti, bahwa kehendak memutuskan sendiri selalu tuntas, sedangkan kehendak menyuruh sering tidak ditaati. Jika kita memikirkan kedaulatan kuasa kehendak Allah, kita mengakui bahwa kekuasaan tersebut memperlihatkan Allah sebagai dasar mutlak dari segala keberadaan, dan dasar mutlak dari segala sesuatu yg pernah terjadi, atau secara aktif menyebabkan sesuatu terjadi, atau secara pasif membolehkan sesuatu terjadi. Jadi, masuknya dosa ke dalam dunia dikaitkan dengan kehendak Allah yg bersifat membolehkan.

Ciri-ciri khas dari kehendak Allah ialah, di balik kehendak-Nya terdapat kebijaksanaan dan kekudusan-Nya yg tidak terbatas, dan kehendak-Nya itu dilaksanakan-Nya dengan penuh anugerah dan kebaikan, dan tindakan-Nya dilakukan tanpa syarat atau secara mutlak sebab kehendakNya itu tidak bergantung kepada sesuatu apa pun di luar Allah sendiri. Tujuan dari semuanya ini adalah untuk kemuliaan-Nya, atau dapat dikatakan, manifestasi dari kemuliaan-Nya di mana dalamnya terletak berkat sepenuhnya kepada makhluk-makhluk-Nya.

Segi kehendak Allah yg paling sering disinggung dalam Alkitab ialah tujuan-Nya yg berkuasa. Maksud dan tujuan Allah itu mencakup dan meliputi semuanya. Ini sesuai dengan kodrat Allah yg hakiki, sebab pengetahuan-Nya adalah langsung, serta merta dan lengkap, dan Ia tidak perlu menunggu terbentangnya peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian, tidak seperti manusia harus menunggunya. Jadi Ia sanggup mencakup segala hal dalam satu rencana. Dikatakan bahwa tujuan-Nya adalah bebas, berkuasa dan tidak berubah -- bebas dalam arti bahwa Ia tidak dapat di bawah pengaruh suatu apa pun atau oleh siapa pun di luar diriNya sendiri; Allah berkuasa sebab Ia mempunyai kemahakuasaan untuk melakukan maksud-maksud-Nya; Allah tidak berubah karena tidak ada perubahan dalam Allah, sebab perubahan mengacu kepada lemahnya kebijaksanaan dalam membuat rencana, atau kurangnya kuasa melaksanakan sesuatu. Justru dikatakan selanjutnya, sebab tidak akan ada keadaan darurat atau bahaya di luar dugaan, dan tidak ada kekurangan dalam batas kemampuan, maka dalam Dia tidak akan pernah ada penyebab mungkinnya terjadi perubahan.

Jika kita tidak mampu 'memadankan' kemahakuasaan Allah dengan tanggung jawab manusia, maka ketidakmampuan itu adalah sebab kita tidak mengerti pengetahuan Allah dan pemahaman-Nya tentang segala hukum yg menguasai tingkah laku manusia. Seantero Alkitab mengajarkan, bahwa seluruh kehidupan manusia dijalaninya atas topangan dan kekuatan yg berasal dari kuasa Allah 'yg di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada' (Kis 17:28), dan seperti burung bebas bergerak di udara dan ikan bebas hidup di laut, masing-masing di tempatnya yg sewajarnya, demikianlah manusia mempunyai kebebasan yg sebenarnya dalam kehendak Allah yg menciptakan dia bagi diriNya.

V. Kebapakan Allah

Penyataan Kristen tentang Allah ialah Allah sesungguhnya adalah Bapak. Sebutan itu paling sering dipakai oleh Yesus terhadap Allah. Dalam teologi Kristen sebutan Bapak terutama mengacu kepada Oknum Pertama dari Tritunggal. Tapi karena Oknum Pertama dianggap sebagai sumber dari Allah Yg Ilahi, yaitu yg melambangkan martabat, kehormatan, dan kemuliaan Tritunggal, maka sebutan Bapak kadang-kadang dipakai apabila menunjuk kepada Allah atau Allah Yg Mahatinggi (bnd 1 Ptr 1:17; Yak 1:27; juga Yes 9:5, di mana Mesias disebut 'Bapak yg kekal' sebagai hunjukan kepada Allah Yg Mahatinggi).

Pengertian tentang Allah sebagai Bapak tidak berasal dari ajaran Yesus, walaupun Ia memberikan kepadanya konsep baru dan dalam. Pemikiran ini terdapat dalam PL dengan hubungan yg kreatif dan hubungan yg teokratif. Hubungan dasariah Allah kepada manusia yg Ia ciptakan dalam gambar-Nya, mendapat gambar padanan paling lengkap dan tepat pada hubungan alami itu yg meliputi pemberian hidup. Maleakhi mengajukan pertanyaan, 'Bukankah kita sekalian mempunyai satu Bapak, bukankah satu Allah menciptakan kita?' (2:10). Yesaya berseru, 'Sekarang, ya Tuhan, Engkaulah Bapak kami! Kamilah tanah liat dan Engkau-lah yg membentuk kami; dan kami sekalian adalah buatan tanganMu' (Yes 64:8).

Tapi dalam arti rohanilah terutama hubungan ini diajukan. Dalam Ibr 12:9 Allah disebut 'Bapak segala roh', dan dalam Bil 16:22 disebut 'Allah dari roh segala makhluk'. Paulus, ketika berbicara dari atas Areopagus, memakai pikiran ini untuk menekankan irasionalitas manusia rasional yg menyembah berhala-berhala dari kayu dan batu, dengan mengutip penyair Aratus ('Karena kita juga adalah keturunan') untuk menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk Allah. Jadi manusia sebagai makhluk adalah padanan dari ke-Bapak-an Allah pada umumnya. Tanpa Bapak Pencipta tidak ada warga manusia, tidak ada keluarga umat manusia.

Acuan atau sebutan Bapak dalam PL juga mengungkapkan hubungan perjanjian Allah kepada umat-Nya, Israel. Dalam pengertian ini hubungan tersebut adalah hubungan kolektif, bukan hubungan perseorangan. Israel sebagai umat perjanjian adalah anak Allah, justru ditantang untuk mengakui dan menanggapi hubungan Bapak -- anak ini, 'Jika Aku ini Bapak, dimanakah hormat yg kepada-Ku itu?' (Mal 1:6). Tapi karena hubungan perjanjian itu bersifat menyelamatkan dalam pengertian rohaninya, hubungan ini dapat dianggap sebagai pertanda penyataan ke-Bapak-an Allah dalam PB.

Dalam PB sebutan Bapak dipakai dalam pengertian khas dan sangat pribadi. Kristus memakainya terlebih dahulu, mengenai hubungan-Nya sendiri dengan Allah. Terdapat bukti mencolok bahwa hubungan ini adalah unik dan tidak dapat dibagikan dengan makhluk apa pun juga. Allah adalah BapakNya melalui kelahiran yg kekal, istilah yg menggambarkan hubungan hakiki dan abadi. Adalah penuh arti betapa Yesus dalam ajaran-Nya kepada ke-12 murid-Nya tidak pernah memakai sebutan 'Bapak kita', mencakup baik diriNya dan murid-murid-Nya. Dalam amanat-Nya setelah kebangkitan-Nya, Ia menunjukkan dua hubungan yg berbeda yaitu 'BapakKu dan Bapak-mu' (Yoh 20:17); tapi kedua hubungan tersebut terangkai sedemikian rupa, sehingga yg satu menjadi dasar bagi yg lain. Ia sebagai Anak, meskipun dalam tingkat yg sama sekali unik, adalah dasar dari status murid-murid sebagai anak.

Inilah hubungan yg menyelamatkan bagi semua orang percaya. Dalam konteks penyelamatan, hal ini dilihat dari dua segi, yaitu dari kedudukan mereka di dalam Kristus dan dari pekerjaan Roh Kudus yg membaharui di dalam mereka. Dari segi pertama, mereka -- dalam persekutuan yg hidup dengan Kristus -- diterima masuk ke dalam keluarga Allah dan dengan demikian diberikan segala hak istimewa sebagai anak; 'dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris' (Rm 8:17). Dari segi kedua, mereka dianggap sebagai dilahirkan ke dalam keluarga Allah melalui kelahiran kembali. Yg pertama adalah segi obyektif, sedangkan yg kedua adalah aspek subyektif. Oleh kedudukan mereka yg baru (pembenaran) dan hubungan (pengangkatan) kepada Allah Bapak di dalam Kristus, mereka diikutsertakan dalam kodrat ilahi (2 Ptr 1:4) dan dilahirkan ke dalam keluarga Allah.

Jelaslah bahwa ajaran Yesus tentang ke-Bapak-an Allah, membatasi hubungan itu terhadap umat-Nya yg percaya. Tidak pernah dilaporkan bahwa Ia menganggap hubungan ini terjadi antara Allah dan orang yg tidak percaya. Ia bukan hanya tidak mengisyaratkan Allah sebagai Bapak yg menyelamatkan semua orang, tapi Ia mengatakan dengan sangat tajam kepada orang-orang Yahudi yg suka bertengkar, 'Iblislah yg menjadi bapakmu' (Yoh 8:44).

Dalam hubungan Bapak inilah PB menunjukkan segi-segi yg lebih lembut dari tabiat Allah, kasih-Nya, pemeliharaan-Nya, karunia-Nya dan kesetiaan-Nya. Dalam mendidik ke-12 murid-Nya Kristus memakai gambaran dan hubungan bapak duniawi kepada anak-anaknya dan dari sana terus maju ke tingkat yg lebih tinggi: 'Betapa terlebih lagi Bapak-mu yg di sorga....'

KEPUSTAKAAN. J. J Crawford, The Fatherhood of God, 1868; J Orr, The Christian View of God and the World, 1908; A. S Pringle-Pattison, The Idea of God, 1917; G Vos, Biblical Theology, 1948; H Bavinck, The Doctrine of God, 1951; J. I Packer, Knowing God, 1973; J Schneider, C Brown, J Stafford Wright, NIDNTT 2, hlm 66-90; H Kleinknecht dll, TDNT 3, hlm 65-123. RAF/JMP




TIP #19: Centang "Pencarian Tepat" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab tanpa keluarga katanya. [SEMUA]
dibuat dalam 0.13 detik
dipersembahkan oleh YLSA