Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Kej 3:4
Full Life: Kej 3:4 - SEKALI-KALI KAMU TIDAK AKAN MATI.
Nas : Kej 3:4
Umat manusia terikat kepada Allah oleh iman pada firman-Nya sebagai
kebenaran mutlak
(lihat cat. --> Kej 2:16).
[...
Nas : Kej 3:4
Umat manusia terikat kepada Allah oleh iman pada firman-Nya sebagai kebenaran mutlak
(lihat cat. --> Kej 2:16).
[atau ref. Kej 2:16]
- 1) Karena mengetahui hal ini, Iblis berusaha untuk menghancurkan iman wanita kepada apa yang dikatakan Allah dengan menimbulkan keragu-raguan mengenai Firman itu. Iblis memberi kesan bahwa Allah tidak bersungguh-sungguh dengan perkataan-Nya (bd. Kej 2:16-17). Dengan kata lain, kebohongan pertama Iblis merupakan suatu bentuk antinomisme, menyangkal hukuman mati untuk dosa dan kemurtadan.
- 2) Salah satu dosa pokok manusia ialah tidak percaya pada firman Allah.
Yakni percaya bahwa Allah tidak bersungguh-sungguh ketika berbicara
tentang keselamatan, kebenaran, dosa, hukuman dan kematian. Kebohongan
Iblis yang paling bertahan ialah bahwa dosa dan pemberontakan kepada
Allah yang tidak disesali dan disengaja tidak akan mengakibatkan
perpisahan dengan Allah dan kutukan kekal
(lihat cat. --> 1Kor 6:9;
lihat cat. --> Gal 5:21;
lihat cat. --> 1Yoh 2:4).
Ref. Silang FULL -> Kej 3:4
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Kej 3:1-5
Matthew Henry: Kej 3:1-5 - Kelicikan Si Pencoba; Desakan Si Pencoba
Kisah sedih dalam pasal ini secara keseluruhan mungkin sesedih kisah sedih mana pun yang kita dapati di seluruh Alkitab. Dalam pasal sebelumnya kit...
- Kisah sedih dalam pasal ini secara keseluruhan mungkin sesedih kisah sedih mana pun yang kita dapati di seluruh Alkitab. Dalam pasal sebelumnya kita mendapati gambaran yang menyenangkan tentang kekudusan dan kebahagiaan nenek moyang pertama kita, anugerah dan kemurahan hati Allah, serta kedamaian dan keindahan seluruh ciptaan. Semuanya baik, sangat baik. Namun di sini suasana berubah. Di sini kita menemukan penggambaran tentang dosa dan kesengsaraan nenek moyang pertama kita, kemurkaan dan kutukan Allah terhadap mereka, kedamaian ciptaan yang terusik, dan keindahannya yang ternoda dan tercemar. Semuanya buruk, sangat buruk. “Ah, betapa emas itu telah menjadi pudar, dan emas yang teramat murni itu berubah!” Oh, betapa hati kita sangat tersentuh oleh catatan ini! Karena kita semua terkait erat di dalamnya, janganlah kisah itu seperti dongeng yang diceritakan kepada kita. Secara umum isi pasal ini adalah (Rm. 5:12), “Dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Dengan demikian kematian menimpa semua orang, sebab semua orang telah berdosa. Secara lebih khusus, di sini terdapat,
- I. Orang yang tidak berdosa digoda (ay. 1-5).
- II. Orang yang tergoda memberontak (ay. 6-8).
- III. Orang yang memberontak didakwa (ay. 9, 10).
- IV. Sesuai dakwaan, mereka mengaku (ay. 11-13).
- V. Sesuai pengakuan mereka, hukuman ditetapkan (ay. 14-19).
- VI. Setelah penetapan hukuman, pelaksanaannya ditunda (ay. 20-21).
- VII. Walaupun hukuman mereka ditunda, sebagian pelaksanaannya sudah dilakukan (ay. 22-24).
- Dan kalau bukan karena pernyataan kemurahan hati tentang penebusan oleh keturunan yang dijanjikan, mereka dan seluruh ras mereka, yang bersalah dan menurun akhlaknya, pasti sudah dibiarkan dalam keadaan putus asa tanpa akhir.
Kelicikan Si Pencoba; Desakan Si Pencoba (Kejadian 3:1-5)
- Di sini kita mendapati uraian tentang pencobaan yang dipakai Iblis untuk menyerang orangtua pertama kita, untuk menarik mereka ke dalam dosa, dan yang ternyata mematikan bagi mereka. Perhatikanlah di sini,
- I. Si penggoda, yaitu si Iblis, dalam wujud dan rupa seekor ular.
- 1. Sudah pasti si iblislah yang memperdayai Hawa. Iblis dan Setan adalah si ular tua (Why. 12:9), suatu roh yang sangat jahat, diciptakan sebagai malaikat terang dan pelayan terdekat takhta Allah, tetapi oleh dosa menjadi murtad dari keadaan awalnya dan memberontak melawan mahkota dan kemuliaan Allah. Banyak malaikat jatuh, tetapi yang menyerang orangtua pertama kita ini pastilah penghulu roh-roh jahat, pemimpin utama dalam kelompok pemberontak itu. Begitu melakukan dosa, dia langsung menjadi Iblis, begitu menjadi pengkhianat langsung menjadi pencoba, karena dia sangat gusar terhadap Allah dan kemuliaan-Nya, dan dengki terhadap manusia dan kebahagiaannya. Dia mengetahui bahwa dia tidak dapat menghancurkan manusia kecuali dengan cara merusak moral mereka. Bileam tidak dapat mengutuk Israel, namun dapat mencobai Israel (Why. 2:14). Oleh karena itu, permainan yang terpaksa dimainkan Iblis adalah menarik orangtua pertama kita kepada dosa, dan dengan demikian memisahkan mereka dari Allah mereka. Jadi Iblis sejak semula adalah pembunuh, dan pembuat kejahatan yang luar biasa. Seluruh ras manusia di sini sesungguhnya hanya memiliki satu kelemahan, dan tepat pada kelemahan itulah Iblis menyerang. Yang menjadi lawan dan musuh adalah si jahat itu.
- 2. Iblis tampak dalam rupa seekor ular. Entah itu hanya dalam wujud dan penampilan kasat mata seekor ular (seperti yang menurut beberapa orang terjadi dalam Kel. 7:12), atau benar-benar seekor ular hidup yang digerakkan dan dirasuki oleh Iblis, tidaklah pasti. Tetapi, dengan seizin Allah keduanya mungkin. Iblis memilih untuk memainkan peranannya sebagai seekor ular,
- (1) Karena ular adalah makhluk yang tampaknya bagus, memiliki kulit yang berbintik dan berbelang, dan waktu itu berdiri tegak. Mungkin itu adalah seekor ular terbang, yang kelihatannya datang dari tempat tinggi sebagai pembawa pesan dari dunia atas, salah satu serafim, karena ular-ular naga bisa terbang (Yes. 14:29). Banyak godaan yang berbahaya datang kepada kita dalam warna-warni yang indah dan meriah tetapi hanya sebatas penampilan luarnya saja, dan seakan-akan datang dari atas, karena Iblis dapat kelihatan seperti malaikat terang. Dan,
- (2) Karena ular adalah makhluk yang licik. Sifat itu mendapat perhatian di sini. Banyak contoh yang diberikan tentang kelicikan si ular, baik dalam melakukan kejahatan maupun dalam menyelamatkan dirinya setelah selesai. Kita diperintahkan untuk cerdik seperti ular-ular. Tetapi ular ini, karena digerakkan oleh si Iblis, sudah pasti lebih licik daripada yang lainnya, karena Iblis, walaupun dia kehilangan kekudusan, tetap memiliki kecerdasan malaikat, dan cerdik dalam melakukan kejahatan. Dia tahu lebih banyak keuntungan dengan menggunakan ular daripada yang kita sadari. Perhatikanlah, tidak ada sesuatu apa pun yang lebih banyak dipakai Iblis untuk memuaskan diri dan kepentingannya daripada kelicikan yang tidak kudus. Apa yang dipikirkan oleh Hawa tentang ular yang berbicara kepadanya ini tidak mungkin kita ketahui, sebab saya berpikir dia sendiri tidak tahu harus berpikir bagaimana. Pada mulanya, mungkin, dia mengira barangkali itu adalah malaikat yang baik, tetapi, setelah itu, dia mungkin mencurigai ada sesuatu yang salah. Patut kita perhatikan bahwa banyak di antara penyembah-penyembah berhala bukan Yahudi yang menyembah Iblis dalam bentuk dan wujud seekor ular, dan dengan demikian mengakui ketaatan mereka kepada roh murtad itu, dan memiliki sifat-sifatnya.
- II. Orang yang dicobai adalah si perempuan, yang saat itu sedang sendirian, jauh dari suaminya, namun dekat dengan pohon terlarang. Kelicikan Iblis adalah,
- 1. Menyerang kaum yang lebih lemah dengan godaan-godaannya. Walaupun sempurna di antara kaumnya, namun kita dapat menduga kelemahannya dibanding Adam dalam hal pengetahuan, kekuatan, dan kesadaran pikiran. Beberapa orang berpikir Hawa menerima perintah, bukan langsung dari Allah, melainkan melalui suaminya, dan oleh karena itu bisa saja lebih mudah dibujuk untuk tidak mempercayai perintah itu.
- 2. Itu adalah cara Iblis memulai perbincangan dengan perempuan itu ketika dia sedang sendirian. Kalau saja dia tetap dekat dengan rusuk yang darinya dia baru saja diambil, dia tidak akan terpapar bahaya seperti itu. Ada banyak cobaan, yang mengambil banyak keuntungan dari kesendirian, tetapi persekutuan orang-orang kudus memberikan banyak kekuatan dan perlindungan bagi mereka. Iblis mendapatkan keuntungan karena menemukan dia dekat dengan pohon terlarang itu, dan mungkin memandang buahnya, sekadar untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Barangsiapa tidak mau makan buah terlarang, janganlah mendekati pohon terlarang. Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya (Ams. 4:15).
- 3. Iblis mencobai Hawa, supaya melalui perempuan itu dia dapat mencobai Adam. Demikian pula dia mencobai Ayub melalui istrinya, dan mencobai Kristus melalui Petrus. Itulah cara dia mengirimkan cobaan melalui orang-orang yang tidak dicurigai, dan yang paling memiliki kepedulian dan pengaruh atas kita.
- III. Godaan itu sendiri, dan pengaturannya yang penuh kepalsuan. Kita sering diberi tahu dalam Alkitab tentang bahaya yang mengancam kita melalui godaan Iblis, maksudnya (2Kor. 2:11), seluk-beluknya (Why. 2:24), tipu muslihatnya (Ef. 6:11). Contoh terbaik yang kita miliki tentang godaannya adalah ketika dia mencobai kedua Adam, di sini dan dalam Matius 4. Di sini dia berhasil, tetapi dalam Matius 4 dia dibuat tercengang. Apa yang dia katakan kepada mereka, yang tidak dalam genggamannya karena mereka tidak berdosa, dia katakan di dalam kita melalui hati kita sendiri yang penuh tipu daya dan pertimbangan-pertimbangan duniawinya. Ini membuat serangannya terhadap kita kurang nyata terlihat, namun tidak kurang berbahaya. Yang menjadi tujuan Iblis adalah membujuk Hawa supaya memetik buah terlarang, dan, untuk melakukan ini, dia menggunakan cara yang sama yang masih dia gunakan. Dia mempertanyakan apakah itu dosa atau tidak (ay. 1). Dia menyangkal bahwa ada bahaya di dalamnya (ay. 4). Dia menganjurkan banyak keuntungan yang diberikannya (ay. 5). Dan ini semua adalah pokok pembicaraannya yang biasa.
- 1. Dia mempertanyakan apakah dosa atau tidak kalau makan buah pohon itu, dan apakah buahnya benar-benar terlarang. Perhatikanlah,
- (1) Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Kata pertama menyiratkan ada sesuatu yang telah dikatakan sebelumnya, yang mendahului kalimat ini, dan yang berkaitan dengannya. Mungkin semacam percakapan Hawa dengan dirinya sendiri, yang ditangkap oleh Iblis, dan berdasarkan itu ia merancang pertanyaan ini. Dalam rangkaian pikiran, pikiran yang satu menghasilkan yang lain, dan mungkin akhirnya menghasilkan sesuatu yang buruk. Perhatikanlah di sini,
- [1] Iblis tidak mengungkapkan rencananya pada awalnya, melainkan memberikan pertanyaan yang kelihatannya tidak bersalah: “Saya mendengar sedikit kabar, apakah benar? Bahwa Allah melarangmu makan buah pohon ini?” Jadi dia mau memulai percakapan, dan menarik dia ke dalam suatu diskusi. Barangsiapa ingin aman perlu merasa curiga, dan segan berbicara dengan penggoda.
- [2] Iblis mengutip perintah tersebut dengan cara yang tidak tepat, seakan-akan ada larangan, bukan hanya terhadap pohon itu saja, melainkan semua pohon. Allah telah mengatakan, Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, kecuali satu. Dengan membesar-besarkan pengecualian larangan itu, dia berusaha memberi alasan bahwa perintah itu tidak benar: Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan? Hukum ilahi tidak dapat dikatakan salah selain kalau orang menyampaikannya dengan tidak tepat.
- [3] Sepertinya dia mengatakannya dengan nada mengejek, mencela perempuan itu karena enggan mencampuri soal pohon itu. Seakan-akan dia berkata, “Engkau begitu baik dan waspada, dan amat sangat penurut, karena Allah telah mengatakan, Jangan kamu makan.” Iblis, karena dia adalah pendusta, maka dia juga adalah pengejek, sejak semula, dan pengejek-pengejek di akhir zaman adalah anak-anaknya.
- [4] Yang menjadi tujuannya pada serangan pertama adalah untuk menghilangkan rasa tanggung jawab Hawa terhadap perintah Allah. “Pasti engkau keliru, tidak mungkin Allah mewajibkanmu untuk menjauh dari pohon ini. Dia tidak mungkin melakukan hal yang tidak masuk akal seperti itu.” Lihatlah di sini, bahwa kelicikan Iblislah yang mencemarkan nama baik hukum ilahi sebagai hal yang tidak pasti atau tidak masuk akal, dan dengan demikian menarik orang untuk berbuat dosa. Oleh karena itu kita bijaksana kalau mempertahankan kepercayaan yang teguh dan rasa hormat yang tinggi terhadap perintah Allah. Pernahkah Allah berkata, “Janganlah kamu berbohong, jangan menyebut nama-Nya dengan sembarangan, ataupun mabuk,” dan sebagainya? “Ya, saya yakin Dia mengatakannya, dan Dia mengatakannya dengan jelas, dan dengan kasih karunia-Nya aku akan mematuhinya, apa pun yang disarankan si penggoda yang bertentangan dengannya.”
- (2) Dalam menjawab pertanyaan ini perempuan itu memberikan alasan yang jelas dan lengkap dari hukum yang berlaku atas mereka (ay. 2-3). Perhatikanlah di sini,
- [1] Kelemahannya adalah melibatkan diri ke dalam percakapan dengan ular tersebut. Dia bisa saja merasa bahwa ular itu tidak memiliki maksud yang baik karena pertanyaannya, dan oleh karena itu seharusnya mulai menjauhkan diri dengan mengatakan Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagiku. Tetapi rasa ingin tahunya, dan mungkin keheranannya karena mendengar seekor ular berbicara, mendorong Hawa terus berbicara dengannya. Perhatikanlah, suatu hal yang berbahaya jika kita tawar-menawar dengan suatu godaan, yang sejak awal seharusnya ditolak dengan penghinaan dan rasa jijik. Pasukan kota yang menyuarakan perundingan tidak jauh dari menyerah. Orang yang ingin terlindung dari bahaya harus menjauh dari jalan yang berbahaya. Lihat Amsal 14:7; 19:27.
- [2] Hawa bersikap bijaksana dengan memperhatikan kebebasan yang Allah berikan kepada mereka ketika menjawab sindiran Iblis yang licik, seakan-akan Allah menempatkan mereka di taman firdaus hanya untuk menggoda mereka dengan pemandangan buah yang menarik tetapi terlarang. “Ya,” kata Hawa, “kita boleh makan buah pohon-pohon, berkat Pencipta kita, kita memiliki cukup banyak dan bermacam-macam jenis buah yang dapat kita makan.” Perhatikanlah, untuk mencegah kita merasa tidak nyaman dengan batasan-batasan agama, sebaiknya kita sering memperhatikan kebebasan dan kenyamanan yang diberikannya.
- [3] Ini adalah suatu tanda ketetapan hati Hawa, bahwa dia setia kepada perintah tersebut, dan mengucapkannya kembali dengan tepat, dimulai dengan kepastian yang tidak terbantahkan: “Allah berfirman, aku yakin Dia telah mengatakannya, Jangan kamu makan,” dan dia menambahkan, “ ataupun raba buah itu,” kelihatannya dengan maksud yang baik, bukan (seperti dugaan beberapa orang) untuk mengisyaratkan seolah-olah perintah tersebut terlalu ketat ( jangan jamah ini, jangan kecap itu, dan jangan sentuh ini), melainkan untuk mempertahankannya: “Kita tidak boleh memakannya, oleh karena itu kita jangan menyentuhnya. Itu larangan yang paling utama, dan wewenang larangan itu kudus bagi kita.”
- [4] Sepertinya Hawa agak bimbang mengenai ancaman perintah tersebut, dan tidak terlalu teliti dan tepat dalam mengucapkannya kembali dibandingkan ketika dia mengulangi perintah. Allah telah berkata, Pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati, tetapi yang dia sampaikan hanyalah Nanti kamu mati. Perhatikanlah, iman dan tekad yang bimbang memberi keuntungan besar kepada si penggoda.
- 2. Iblis menyangkal adanya bahaya kalau makan buah itu. Dia bersikeras bahwa walaupun itu mungkin melanggar perintah, tetapi tidak akan mendatangkan hukuman: Sekali-kali kamu tidak akan mati. “Kamu tidak akan pernah mati” itulah arti kata yang dipakai, bertentangan langsung dengan apa yang Allah katakan. Maksudnya adalah,
- (1) “Belum tentu kamu akan mati,” menurut beberapa orang. “Kamu dibuat percaya bahwa itu pasti, tetapi sebenarnya tidak sepasti itu.” Jadi Iblis berusaha keras mengguncangkan apa yang tidak bisa dia jatuhkan, dan membuat tidak benar kekuatan ancaman ilahi dengan mempertanyakan kepastiannya, dan begitu ada anggapan bahwa mungkin saja ada kesalahan atau kekeliruan pada firman Allah, maka pintu menuju ketidaksetiaan yang sesungguhnya pun terbuka. Mula-mula Iblis mengajar manusia supaya meragukan, dan lalu supaya menyangkal. Dia membuat orang menjadi ragu-ragu dahulu, dan kemudian secara bertahap membuat mereka menjadi atheis [ orang yang tidak percaya]. Atau,
- (2) “Kamu pasti tidak akan mati,” menurut yang lainnya. Dia menegaskan pertentangannya dengan kata-kata jaminan yang sama yang Allah gunakan dalam mengesahkan ancaman tersebut. Dia mulai menyebutkan perintah itu dalam pertanyaan (ay. 1), tetapi karena ternyata perempuan itu setia kepada perintah tersebut, dia menghentikan pukulan itu dan membuat serangannya yang kedua terhadap ancaman tersebut. Pada serangannya yang kedua itu dia merasa perempuan itu ragu-ragu, karena dia tangkas dalam mengintai segala keuntungan dan menyerang dinding yang terlemah: Sekali-kali kamu tidak akan mati. Ini adalah kebohongan, betul-betul kebohongan, karena,
- [1] Ini bertentangan dengan firman Allah, yang kita yakin adalah benar. Lihatlah 1Yohanes 2:21, 27. Kebohongan seperti itu bagaikan menuduh Allah sendiri berbohong.
- [2] Ini bertentangan dengan pengetahuannya sendiri. Ketika Iblis memberi tahu mereka bahwa tidak taat dan memberontak itu tidak berbahaya, dia mengatakan apa yang dia ketahui tidak benar, melalui pengalaman menyakitkan. Dia sudah melanggar hukum ciptaan-Nya, dan mengalami kerugian karena tidak mendapatkan apa-apa dari perbuatannya itu. Tetapi dia memberi tahu orangtua pertama kita bahwa mereka tidak akan mati. Dia menutupi kesengsaraannya sendiri, supaya dia dapat menarik mereka ke dalam kesengsaraan yang sama. Dia masih menipu orang berdosa supaya menuju kehancuran mereka sendiri dengan cara seperti itu. Dia memberi tahu mereka bahwa, walaupun mereka berdosa, mereka tidak akan mati, dan ia lebih mendapatkan keuntungan daripada Allah, yang memberi tahu mereka, bahwa upah dosa ialah maut. Perhatikanlah, harapan akan dibebaskan dari hukuman merupakan pendorong yang besar bagi orang untuk melakukan segala kejahatan, dan membuat mereka tidak menyesal dalam melakukannya. Aku akan selamat, walaupun aku berlaku degil (Ul. 29:19).
- 3. Iblis menjanjikan keuntungan dengan makan buah itu (ay. 5). Di sini dia melanjutkan serangannya, dengan serangan pada akar, serangan mematikan pada pohon tempat kita menjadi cabangnya. Dia bukan hanya mau menjamin bahwa mereka tidak akan rugi karena buah itu, dan karena itu mengikat dirinya untuk menyelamatkan mereka dari bahaya, tetapi (jika mereka cukup bodoh untuk mengambil risiko berdasarkan jaminan dari seseorang yang sudah menjadi bangkrut) dia juga berusaha agar mereka akan mendapatkan keuntungan dari buah itu, yaitu suatu keuntungan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Dia tidak dapat membujuk mereka untuk menempuh bahaya kehancuran mereka sendiri, jika ia tidak memberi iming-iming kepada mereka bahwa mereka akan menjadi lebih baik.
- (1) Dia mengisyaratkan kepada mereka perbaikan besar yang dapat mereka alami dengan makan buah ini. Dan dia menyesuaikan godaannya dengan keadaan mereka saat itu yang tanpa dosa, dengan menawarkan kepada mereka bukan kesenangan atau kepuasan duniawi, melainkan kenikmatan dan kepuasan intelektual. Ini adalah umpan-umpan yang dia pakai untuk menutupi jebakannya.
- [1] “ Matamu akan terbuka. Kamu akan memperoleh jauh lebih banyak kuasa dan kesenangan dalam berpikir daripada yang kamu peroleh sekarang. Kamu akan mampu berpikir lebih luas, dan melihat segala sesuatu lebih dalam, lebih daripada yang kamu lakukan sekarang.” Dia berbicara seakan-akan saat itu mereka hanya memiliki penglihatan yang suram dan dangkal, jika dibandingkan dengan yang akan mereka miliki kemudian.
- [2] “ Kamu akan menjadi seperti allah, seperti Elohim, allah yang perkasa, bukan hanya mahatahu tetapi juga mahakuasa.” Atau, “ Kamu akan menjadi seperti Allah itu sendiri, setara dengan-Nya, menandingi Dia. Kamu akan menjadi penguasa tertinggi dan tidak lagi dikuasai, mandiri dan tidak lagi bergantung.” Suatu nasihat yang paling tidak masuk akal! Seolah-olah mungkin saja bagi makhluk-makhluk yang belum lama ada untuk menjadi sama dengan Pencipta mereka yang berasal dari kekekalan.
- [3] “Kamu akan mengetahui yang baik dan yang jahat, yaitu segala sesuatu yang ingin diketahui.” Untuk mendukung bagian godaan ini, dia menyalahgunakan nama yang diberikan kepada pohon itu. Nama itu dimaksudkan untuk mengajarkan pengetahuan praktis tentang yang baik dan yang jahat, yaitu mengenai kewajiban dan ketidaktaatan. Nama itu juga akan membuktikan pengetahuan yang berasal dari pengalaman tentang yang baik dan yang jahat, yaitu kebahagiaan dan kesengsaraan. Dalam pengertian ini, nama pohon itu adalah peringatan bagi mereka supaya tidak makan buahnya. Namun Iblis menyimpangkan pengertian tersebut, dan memutarbalikkannya untuk menghancurkan mereka, seakan-akan pohon ini akan memberi mereka pengetahuan yang berasal dari dugaan-dugaan tentang sifat-sifat, jenis-jenis dan asal usul baik dan jahat. Dan,
- [4] Semua ini segera terjadi: “ Pada waktu kamu memakannya, kamu akan mengalami perubahan yang mendadak dan seketika menjadi lebih baik.” Nah, dengan semua hasutannya itu dia bermaksud menimbulkan dalam diri mereka: pertama, ketidakpuasan dalam keadaan mereka saat itu, seakan keadaan mereka itu tidaklah sebaik yang seharusnya. Camkanlah, tidak ada keadaan yang bisa membawa kepuasan, kecuali pikiran kita bisa tunduk dan merasa puas dengan keadaan itu sendiri. Lihat saja, Adam pun tidak merasa nyaman, bahkan di dalam firdaus sekalipun, dan demikian halnya juga dengan malaikat-malaikat dengan keadaan mereka pada mulanya (Yud. 6). Kedua, keinginan kuat untuk memiliki kedudukan yang lebih tinggi, seakan-akan mereka pantas menjadi dewa-dewa. Iblis telah menghancurkan dirinya sendiri dengan ingin menjadi seperti Yang Mahatinggi (Yes. 14:14), dan karena itu mencoba memengaruhi nenek moyang pertama kita dengan keinginan yang sama, supaya dia bisa menghancurkan mereka juga.
- (2) Iblis menghasut mereka bahwa Allah tidak memiliki maksud yang baik terhadap mereka, ketika Ia melarang mereka makan buah itu: “Tetapi Allah mengetahui bahwa buah itu akan membuat kamu sangat hebat. Oleh karena itu, dengan rasa iri dan niat jahat terhadap kamu, Dia melarang kamu memakannya.” Seolah-olah Dia tidak berani membiarkan mereka makan buah pohon itu, karena dengan begitu mereka akan mengetahui kekuatan mereka sendiri, dan tidak akan lagi berada dalam keadaan yang lebih rendah melainkan mampu menyamai Dia. Atau seakan-akan Dia tidak rela membiarkan mereka mendapatkan kehormatan dan kebahagiaan yang akan ditambahkan kepada mereka jika mereka makan buah pohon itu. Nah,
- [1] Ini sungguh teramat merendahkan Allah, dan merupakan penghinaan terbesar yang dapat dilakukan terhadap-Nya, suatu kecaman terhadap kekuasaan-Nya, seolah-olah Dia takut terhadap ciptaan-Nya, dan bahkan kecaman terhadap kebaikan-Nya, seakan Dia membenci hasil perbuatan tangan-Nya sendiri dan tidak mau orang-orang yang diciptakan-Nya dibuat bahagia. Haruskah orang-orang terbaik merasa aneh jika digambarkan dengan cara yang salah dan dibicarakan dengan cara yang jahat, sementara Allah sendiri diperlakukan seperti itu? Sebagaimana Iblis mendakwa saudara-saudara di hadapan Allah, dia pun mendakwa Allah di hadapan saudara-saudara. Dengan demikian dia menabur perpecahan, dan merupakan bapa bagi orang-orang yang melakukan hal seperti itu.
- [2] Itu adalah perangkap yang paling berbahaya bagi nenek moyang pertama kita, karena bertujuan menjauhkan kasih mereka dari Allah, dan juga untuk mengundurkan mereka dari kesetiaan mereka kepada-Nya. Iblis masih menarik orang ke dalam kepentingannya seperti itu dengan menghasut mereka dengan pikiran-pikiran yang sulit tentang Allah, dan harapan-harapan yang salah tentang manfaat dan keuntungan dari dosa. Oleh karena itu marilah kita, dalam menentang Iblis, selalu berpikiran baik tentang Allah sebagai kebaikan yang terbaik, dan berpikiran buruk tentang dosa sebagai yang terburuk dari segala yang jahat. Jadi marilah kita melawan Iblis, maka dia akan lari dari kita.
SH: Kej 3:1-7 - Telanjang (Senin, 3 Februari 2003) Telanjang
Manusia itu miskin: telanjang. Namun, dalam ketelanjangannya ia
kaya karena kemuliaan Allah terpancar membungkus badannya.
Mereka...
Telanjang
Manusia itu miskin: telanjang. Namun, dalam ketelanjangannya ia kaya karena kemuliaan Allah terpancar membungkus badannya. Mereka mula-mula telanjang, namun mereka tidak malu -- lagi pula, mengapa kemuliaan membuat malu? Kisah ini tidak berhenti dalam kemapanan dalam situasi taman tanpa cela. Narasi bergerak menuntun kita masuk ke dalam adegan-adegan mencengangkan.
Ular tokoh perantara, alat sastra penulis untuk membawa kita memahami pesan-pesan teologis yang dalam. Tidak jelas bagaimana ular itu mengetahui akibat dari memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat (apakah ia sudah mencicipinya?). Kita juga tidak mengetahui motivasinya berbicara kepada Hawa. Namun, ada kemungkinan bahwa ular memang sengaja memutar-balikkan perkataan Allah dengan motivasi yang masih merupakan misteri bagi kita (memperdayakankah ia [lih. 3:13-14]?). Ular menambahi perkataan Tuhan karena sebenarnya Tuhan tidak melarang Hawa untuk makan segala macam buah. Tentu ada kesan tertentu yang ular itu ingin timbulkan dalam diri Hawa terhadap Allah. Arti dari "pengetahuan yang baik dan yang jahat" mengacu ke pengetahuan yang utuh bahkan sempurna, baik di dalam pemahaman maupun pengalaman, baik intelektual maupun moral -- atau lebih keras lagi dapat dikatakan mahatahu. Hawa tergoda untuk menjadi mahatahu seperti Allah, dan tidak mau tunduk kepada Allah lagi. Ia tidak puas dengan keadaannya sendiri. Adam pun demikian, ia tidak puas menjadi manusia -- ia ingin melompat ke atas!
Iblis telah "jatuh ke atas" (Confessiones, St. Augustine). Manusia pun telah jatuh ke atas mengikuti anjuran iblis. Ketika sadar bahwa mereka telanjang, mereka malu dan membuat pakaian: menjadi kaya, namun sebenarnya miskin sebab keluar dari kehendak Allah.
Renungkan: Jadilah kaya dengan menjadi puas terhadap anugerah Tuhan bagi diri Anda sekarang.
SH: Kej 3:1-7 - Dosa dan akibatnya (Sabtu, 5 April 2008) Dosa dan akibatnya
Kisah yang luar biasa dalam perikop ini menjelaskan bagaimana dosa
masuk ke dalam dunia dan merusak tatanan asri dunia ini.
...
Dosa dan akibatnya
Kisah yang luar biasa dalam perikop ini menjelaskan bagaimana dosa masuk ke dalam dunia dan merusak tatanan asri dunia ini. Pasangan suami istri (pasutri) pertama jatuh ke dalam dosa karena melanggar perintah Allah yang dengan jelas dan tegas disampaikan (Kej. 2:16-17).
Memang ular menjadi gara-gara pasutri pertama jatuh ke dalam dosa, namun tanggung jawab kesalahan itu bukan terutama pada ular melainkan pada diri mereka. Perempuan itu memberi diri meladeni tipu daya ular. Saat firman Tuhan diputarbalikkan, seharusnya ia menolaknya dengan tegas, bukan mendiskusikannya (ayat 2-3). Justru karena perempuan itu membuka ruang diskusi, ular berkesempatan menanamkan keraguan akan iktikad baik Tuhan. Bahwa Tuhan memaksudkan larangan memakan buah pengetahuan baik dan jahat itu adalah supaya manusia jangan menjadi sama seperti Diri-Nya (ayat 4-5). Justru itulah godaan yang manusia tidak dapat elakkan. Dalam hal ini, manusia pertama harus dipersalahkan karena ia hadir saat istrinya digoda. Namun bukannya mencegah, malah ia ikut hanyut dalam pelanggaran tersebut (ayat 6b). Pasutri pertama tergoda untuk menjadi sama dengan Pencipta-Nya. Kalau mereka menjadi sama dengan Tuhan, tahu mengenai apa yang baik dan yang jahat, maka mereka tidak lagi memerlukan Tuhan untuk mengatur kehidupan mereka dan memberi tahu berbagai perintah dan larangan kepada mereka.
Saat keduanya memakan buah larangan tersebut, mereka mendapati diri tidak lagi bisa terbuka di hadapan satu sama lain. Sadar akan ketelanjangan mereka, mereka memerlukan sesuatu untuk menutupi diri mereka dari penglihatan pasangannya. Itulah akibat dosa. Manusia jadi mengenali perkara yang baik dan yang jahat, tetapi tidak mampu memilih yang baik melainkan diperbudak oleh yang jahat. Tragis bukan? Hal itu akan nyata saat Allah meminta pertanggungjawaban pasutri pertama, mereka mengelak dan melemparkan kesalahan kepada pihak lain.
SH: Kej 3:1-19 - Dosa, hukuman, dan janji pelepasan (Senin, 25 April 2011) Dosa, hukuman, dan janji pelepasan
Kisah klasik kejatuhan manusia ke dalam dosa biasa digambarkan dengan pasangan suami istri pertama yang memakan bu...
Dosa, hukuman, dan janji pelepasan
Kisah klasik kejatuhan manusia ke dalam dosa biasa digambarkan dengan pasangan suami istri pertama yang memakan buah terlarang. Bukan buahnya yang beracun sehingga mematikan orang yang memakannya, tetapi proses sampai buah itu dimakanlah yang membongkar tipu muslihat Iblis, berkedok ular (bdk. Why. 12:9), yang memutarbalikkan firman Tuhan sehingga membuat manusia dan istrinya meragukan ikhtikad baik Tuhan (5).
Kesalahan tidak boleh semata-mata dijatuhkan pada pihak si penggoda. Kesalahan terutama ada pada manusia pertama. Bukankah mereka telah menerima firman yang jelas dan tegas (Kej. 2:17)? Seharusnya mereka tidak membiarkankan firman Tuhan yang telah dipelintir oleh si ular (1, 4-5) merasuki pikiran dan hati mereka (6). Lebih lanjut, ketika mereka sadar akan kejatuhan yang menerpa mereka (7), seharusnya mereka mengaku salah dan bertobat. Karena itu adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan belas kasih dan pengampunan Allah. Sayang bukannya mereka mengaku dosa, malah justru mempersalahkan pihak lain (12-13).
Allah kemudian memang menghukum keras si penggoda dan si pelanggar firman. Ular, perempuan, dan manusia pertama masing-masing harus menerima konsekuensi akibat dosa yang mereka perbuat. Namun tujuan penghukuman bukan sekadar supaya berefek jera, melainkan supaya manusia memiliki pengharapan akan kelepasan sempurna. Manusia dituntut memercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Akan datang waktunya, efek kejahatan yang menimpa mereka turun temurun karena ulah si jahat akan disingkirkan sekali untuk selamanya (15).
Tuhan Yesus adalah keturunan perempuan yang tumitnya telah diremukkan, tetapi Ia kemudian menghancurkan kepala ular, yaitu si Iblis. Itulah yang terjadi di kayu salib. Kuasa dosa dan kejahatan telah dimusnahkan.Tidak ada lagi penghukuman bagi kita yang percaya kepada Yesus. Tugas kita, yang sudah dimerdekakan dari dosa adalah memberitakan keselamatan itu kepada semua orang yang masih dibelenggu dosa!
SH: Kej 3:1-24 - Tergoda (Minggu, 22 April 2018) Tergoda
Keberadaan manusia di Taman Eden tidak berlangsung abadi (24). Manusia tergoda oleh bujuk rayu ular, yang merupakan binatang melata yang pali...
Tergoda
Keberadaan manusia di Taman Eden tidak berlangsung abadi (24). Manusia tergoda oleh bujuk rayu ular, yang merupakan binatang melata yang paling cerdik (1). Percakapan ular dengan perempuan membuat Hawa dan Adam tergoda untuk makan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat (6). Akibat memakan buah itu mereka menjadi malu karena telanjang (7) dan takut berjumpa dengan Tuhan (8). Hukuman pun diberikan karena ketidaksetiaan manusia.
Godaan selalu datang dalam kehidupan. Namun, godaan terbesar berasal dari diri sendiri. Kita bisa menduga buah pohon itu kerap dilirik manusia. Alkitab menyebutkan bahwa buah pohon mengundang daya tarik untuk dimakan (6). Keberadaan pohon itu agaknya semenjak awal menarik perhatian manusia. Boleh dikatakan ular hanya memberikan peneguhan bahwa buah itu memang enak dipandang dan sedap. Tambahan dari ular adalah buah itu memberikan hikmat kebijaksanaan bagi mereka yang memakannya. Manusia tidak tahan menghadapi godaan itu. Mereka makan buah terlarang. Jatuhlah manusia dalam ketidaksetiaan. Dampak pertama yang dirasakan adalah mereka merasa malu karena telanjang. Mereka juga menjadi takut berjumpa dengan Tuhan. Akibat makan buah itu mereka saling menyalahkan. Laki-laki menyalahkan perempuan dan perempuan menyalahkan ular. Tidak ada yang mau bertanggung jawab.
Untuk semua ketidaksetiaan itu, Tuhan memberikan hukuman kepada laki-laki, perempuan, dan juga ular. Hukuman terberat adalah manusia diusir dari Taman Eden dan jauh terpisah dari Tuhan. Kehidupan yang keras dan menyakitkan menjadi konsekuensinya. Terpisah dari Tuhan adalah penderitaan teramat besar. Semua berasal dari ketidakmampuan manusia menahan godaan.
Beragam godaan hadir dalam berbagai bentuk dan cara. Kemampuan bersyukur menjadi kunci melawan godaan. Tuhan mengajak kita bersyukur dalam segala keadaan. Karena itu, kita perlu belajar mencukupkan diri dalam segala berkat yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. [ASP]
SH: Kej 3:1-24 - Menilai dan Memilih dengan Benar (Minggu, 21 April 2024) Menilai dan Memilih dengan Benar
Setiap pilihan selalu mengandung konsekuensi, entah itu baik atau buruk. Tuhan telah mengingatkan Adam untuk taat ke...
Menilai dan Memilih dengan Benar
Setiap pilihan selalu mengandung konsekuensi, entah itu baik atau buruk. Tuhan telah mengingatkan Adam untuk taat kepada perkataan Tuhan supaya mereka tetap hidup (lih. Kej. 2:16-17). Namun, apa yang Adam dan Hawa pilih?
Pada pasal ini kita melihat Hawa bercakap-cakap dengan ular tentang perintah Tuhan (1). Hawa tahu perintah Tuhan dan apa akibat dari memakan buah yang dilarang Tuhan (2-3). Namun, ketika ular mengatakan bahwa mereka tidak akan mati dan justru akan menjadi seperti Allah, Hawa lebih memilih untuk mendengarkan perkataan ular. Ia mengambil keputusan berdasarkan apa yang dilihat dan disukainya, bukan apa yang Tuhan perintahkan (4-6).
Akibatnya, hubungan Adam dan Hawa dengan Tuhan menjadi rusak, demikian juga hubungan di antara mereka sendiri (7, 10, 12-13). Mereka yang semula begitu dekat dengan Tuhan kini menjadi takut untuk bertemu dengan-Nya. Adam yang dahulu begitu menghargai kehadiran Hawa kini menyalahkan istrinya.
Sayangnya, tragedi kejatuhan ini terus berlanjut sampai hari ini. Kita memilih untuk mendengarkan apa yang bukan perkataan Allah seperti yang Adam dan Hawa lakukan. Kita bahkan ragu apakah Tuhan benar-benar baik dalam segala perintah-Nya yang sekalipun terlihat tidak enak buat kita.
Acap kali kita cenderung menilai dan memutuskan berdasarkan apakah itu menarik, menguntungkan, atau menyenangkan. Akibatnya, kita lagi-lagi membuat pilihan yang salah dan jatuh ke dalam dosa.
Kita memang memiliki kehendak bebas, tetapi dalam kebebasan itu, Tuhan juga memberi batasan-batasan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan. Tuhan juga menyediakan orang-orang di sekitar kita untuk mengingatkan agar kita tetap ada di jalan yang benar. Namun, pertanyaannya, maukah kita memilih apa yang Tuhan kehendaki? Atau, apakah kita lebih memilih apa yang terlihat menarik dan menyenangkan?
Mari kita ambil pilihan yang benar dan tidak mengulangi kesalahan Adam dan Hawa. Percayalah pada firman-Nya dan pilihlah yang menyenangkan hati Tuhan! [STG]
Utley -> Kej 3:1-7
Utley: Kej 3:1-7 - --NASKAH NASB (UPDATED): Kej 3:1-71 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata...
NASKAH NASB (UPDATED): Kej 3:1-7
1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" 2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon- pohonan dalam taman ini boleh kami makan, 3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati." 4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, 5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." 6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. 7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
Kej 3:1 "Adapun" Ini bukan berkenaan dengan waktu namun suatu teknik kesastraan untuk mengantar suatu tahapan baru dalam drama penciptaan. Kita tidak tahu berapa lama Adam dan Allah telah bersama-sama atau berapa lama Adam, Hawa, dan Allah telah bersama-sama sebelum catatan ini.
□ "ular" Lihat Topik Khusus berikut. Seekor ular juga merupakan musuh dalam Epos Gilgamesh (lih. 11:287-289) yang mencuri tanaman yang memberikan kehidupan kekal.
"licik" Ada dua kemungkinan permainan kata (istilah ini bunyinya sangat dekat dengan "telanjang" di Kej 2:25) yang berhubungan denan istilah ini (BDB 791, KB 886): (1) "licik" or "arif" dan (2) "bijaksana" (mis. Ams 1:4; 8:5,12; 12:16,23; 13:16; 14:8,15,18; 22:3; 27:12). Sepertinya bukan merupakan kata yang negatif yang diterapkan pada si ular namun secara sederhana suatu pengakuan akan sifat-sifatnya (lih. Mat 10:16). Inilah kemungkinan mengapa si jahat memilih untuk berinkarnasi menjadi binatang yang ini.
□ "segala binatang di darat" Ini menunjukkan bahwa ular hanyalah satu dari banyak bentuk binatang ciptaan.
□ "TUHAN Allah" kata pertama "TUHAN" adalah nama perjanjian Allah, YHWH, dari kata Ibrani "ada" (lih. Kel 3:14). Kata kedua "Allah" adalah kata Ibrani Elohim yang adalah bentuk JAMAK dari kata umum bagi Allah di Timur Dekat kuno, El. Para rabi mengatakan bahwa YHWH mewakili kemurahan perjanjian Allah sementara Elohim mewakili Allah sebagai pencipta. Lihat Topik Khusus: Sebutan-sebutan KeTuhanan pada Kej 2:4.
□ "Ular itu berkata" Telah ada banyak spekulasi mengenai suatu ular yang pandai berbicara (lihat kata ganti orang nya). Kita tidak tahu hubungan antara manusia dengan binatang sebelum kejatuhan walaupun hubungan ini pasti bersahabat. Namun demikian, saya menganggap bahwa bicara ini adalah bagian dari gambar Allah dalam manusia dan oleh karenanya bukan hal yang normal bagi binatang-binatang. Persekutuan yang sama ini akan dipulihkan dalam suatu rancangan eskatologis (lih. Yes 11:6-11). Saya menganggap bahwa ular tersebut dirasuki setan dan karenanya suara setanlah yang terdengar. Apakah yang mengejutkan secara teologis adalah bahwa Hawa tidak terkejut!
□ "perempuan itu" Telah ada banyak spekulasi di antara para komentator atas mengapa Hawa terpisah dari Adam, walaupun kata kerja yang digunakan oleh setan berbentuk JAMAK. Dalam Kej 3:6 ini mengisyaratkan Adam mungkin telah hadir di sebagian dialog tersebut. Beberapa orang menyatakan bahwa ini adalah perlambangan dari Hawa yang mencari identitas dirinya. Orang lain lagi percaya bahwa setan mencobai Hawa karena ia tidak mendengar perintah Allah secara langsung (lih. Kej 2:16-17). Semuanya ini adalah spekulasi.
□ "Tentulah Allah berfirman" para rabi mengatakan bahwa setan tidak bisa menggunakan kata YHWH karena ia tidak mengenal kemurahan Allah. Namun demikian, sepertinya ada intensifikasi kejahatan dalam diri setan dalam Alkitab (lih. Teologia Perjanjian Lama oleh A. B. Davidson, hal. 300-306).
"Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya" Frasa Ibrani ini sangat khusus namun sepertinya ini berhubungan dengan suatu peneguhan, bukan suatu pertanyaan. Si ular secara sederhana hanya memulai suatu dialog dengan perempuan itu dalam kaitan dengan larangan Allah terhadap pohon yang di tengah- tengah taman tersebut.
Kej 3:2 Hawa menyatakan ketetapan Allah mengenai semua pohon yang lain sebagai makanan (cf. Kej 2:16). Namun ular tersebut mengesampingkan hal ini untuk berfokus pada larangan Allah akan pohon pengetahuan akan yang baik dan yang jahat.
Kej 3:3 "tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman" Dari Kej 2:9 kita mempelajari bahwa ada dua pohon di tengah-tengah taman itu, poho kehidupan dan pohon pengetahuan akan yang baik dan yang jahat. Tampaknya pada saat yang tepat buah dari kedua pohon ini akan diberikan kepada manusia, namun penyambaran kepentingan diri manusia membawa hal ini keluar dari rencana Allah (betapa berlawanannya tanggapan Yesus dalam Fili 2:6-11). Pohon kehidupan adalah umum dalam catatan penciptaan Timur Dekat kuno, namun demikian, pohon pengetahuan akan yang baik dan yang jahat bersifat unik hanya ada dalam Alkitab. Tak ada hal yang magis dari buahnya. Cara Allah menggunakannya, dan bukan apapun yang melekat dalam kualitas jasmani dari buah itu sendiri lah yang membuatnya sangat penting.
□ "nanti kamu mati" Istilah ini (BDB 559, KB 502) digunakan tiga kali dalam ay. Kej 3:3,4. Tidaklah pasti apa yang dipahami Hawa mengenai kematian karena tak ada satupun binatang yang telah mati. Namun demikian, ini entah bagaimana mungkin telah dikomunikasikan kepada manusia laki-laki dan perempuan. Alkitab mengenal tiga macam kematian: (1) kematian rohani yang muncul dalam Kej 3; Yes 59:2; Rom 7:10-11; Ef 2:1; Yak 1:15; (2) kematian jasmani yang dihasilkan, Kej 5; dan (3) kematian kekal sebagai konsekuensi dari hati manusia yang keras-kepala dan suka memberontak (lih. Wahyu 2:11; 20:6,14; 21:8).
Kej 3:4 "Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Sekali-kali kamu tidak akan mati.’" Ini adalah bentuk INFINITIVE ABSOLUTE dan sebuah Qal IMPERFECT dari akar yang sama (BDB 559, KB 562) yang digunakan untuk penekanan. Setan pertama-tama telah menyerang kejujuran Allah; sekarang ia menyerang kebenaran firman Allah. Dan di ay. Kej 3:5, ia akan menyerang kemurahan hati dan kebaikan Allah kepada umat manusia. Bentuk bahasa Ibrani dari kalimat ini adalah di dalam suatu bentuk yang diintensifkan secara menyolok. Setan menolak pernyataan Allah.
Kej 3:5 "tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka" Ada kebenaran yang terbatas dalam apa yang setan katakan, namun ini merupakan suatu kebenaran setengah-setengah yang tragis (lih. Tit 1:15). Ini sepertinya suatu penggunaan kesastraan (secara penggambaran) akan kata "hari" oleh si penerjemah, yang berarti "kapanpun." Secara hurufiah frasa Ibraninya adalah "bahwa ketika." KATA KERJAnya "terbuka" (BDB 824, KB 959, Niphal PERFECT, lih. ay. Kej 3:7) mengisyaratkan seorang pelaku, kemungkinan kuasa dari pohon tersebut atau si jahat.
□ "kamu akan menjadi seperti Allah" Kata bagi Allah ini adalah Elohim. Lihat Topik Khusus pada Kej 2:4. Digunakan dalam konteks ini untuk Allah sendiri dan ini adalah bagaimana banyak terjemahan menafsirkan frasa ini. Namun demikian, istilah ini dapat juga digunakan untuk malaikat (lih. Mazm 8:5,6; 82:1,6 [dikutip dalam Ibr 2:7]; 97:7); ini dapat digunakan untuk suatu "makhluk roh" (lih. 1Sam 28:13) dan ini dapat digunakan untuk para hakim Israel (lih. Kel 21:6; 22:8-9). Sepertinya akan lebih masuk akal bahwa ini adalah suatu janji mengenai makhluk seperti malaikat-malaikat, makhluk rohani yang ada bersama dengan Allah atau kemungkinan dewan ilahi (lih. Kej 3:22). Ironislah bahwa manusia mencoba untuk merenggut dari Allah apa yang telah menjadi miliknya. Umat manusia adalah suatu tingkatan rohani yang lebih tinggi daripada para malaikat (lih. Ibr 1:14; 2:14-16; 1Kor 6:3).
Kej 3:6 "Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian" Di sini kita melihat tia kai lipat pengembangan dari ujian menjadi tindakan dosa sebenarnya. Para rabi mengatakan bahwa mata dan telinga adalah jendela jiwa dan apa yang kita biarkan masuk akan tumbuh dalam hati kita sampai tindakan fatal tersebut dilakukan.
□ "dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya" Telah ada banyak spekulasi mengenai ayat ini. Para rabi menegaskan bahwa Adam memakannya sehingga ia tidak dipisahkan dari istrinya. Ini juga ditegaskan oleh Milton dalam Firdaus yang Terhilang. Namun demikian, sepertinya dari konteksnya, Hawa bertindak terhadap Adam sebagaimana si ular bertindak terhadapnya, sejalan dengan bukti pengalaman bahwa ia telah memakannya dan tidak mati. Para rabi bahkan menegaskan bahwa si ular menggunakan teknik yang sama ini dengan Hawa; yaitu bahwa ia memaksa Hawa untuk memegang buah itu dan berkata, "Lihat, kamu tidak mati." Kemungkinan Hawa memberitahukannya kepada Adam, "Lihat, saya tidak mati."
Kej 3:7 "dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang" Ini telah digunakan oleh banyak komentator untuk menegaskan sesuatu yang sifat seksual terhadap pencobaan. (lih. 2Kor 11:3, "ular membujuk/memperdaya Hawa"). Bahkan para rabi berkata bahwa si ular memikat Hawa secara seksual, namun ini sepertinya merupakan suatu kecondongan dalam pembacaan naskah ini. Pengetahuan mereka yang baru bukanlah berkat seperti yang disanjung-sanjung sebelumnya (lih. Tit 1:15).
□ "menyemat daun pohon ara" Pendirian tradisional bahwa hawa memakan suatu apel sangatlah bersifat spekulatif. Para rabi mengatakan bahwa ia memakan buah ara dari pohon yang sama yang daunnya mereka ambil untuk dijadikan pakaian mereka. Namun demikian, "buah tersebut" bisa jadi adalah sebuah buah kurma atau jenis-jenis buah lain – yang hanya saja tidak kita ketahui. Jenis buah ini bukanlah pokok masalahnya.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Kejadian (Pendahuluan Kitab) Penulis : Musa
Tema : Permulaan
Tanggal Penulisan: + 1445 -- 1405 SM
Latar Belakang
Kejadian cocok sebagai kitab Perjanjian La...
Penulis : Musa
Tema : Permulaan
Tanggal Penulisan: + 1445 -- 1405 SM
Latar Belakang
Kejadian cocok sebagai kitab Perjanjian Lama yang pertama dan sebagai pendahuluan yang hakiki dari seluruh Alkitab. Judul kitab ini di dalam bahasa Ibrani diambil dari kata pertamanya, _bereshith_ ("pada mulanya"). Nama "Kejadian" merupakan terjemahan judul Ibrani itu ke bahasa Yunani dan berarti "asal mula, sumber, penciptaan atau awal dari sesuatu." Kejadian merupakan "kitab permulaan."
Penulisnya tidak disebutkan dalam kitab ini. Akan tetapi, kesaksian lain dalam Alkitab menunjukkan bahwa Musa merupakan penulis seluruh Pentateukh (yaitu, kelima kitab PL pertama) dan oleh karenanya juga Kejadian (mis. 1Raj 2:3; 2Raj 14:6; Ezr 6:18; Neh 13:1; Dan 9:11-13; Mal 4:4; Mr 12:26; Luk 16:29,31; Yoh 7:19-23; Kis 26:22; 1Kor 9:9; 2Kor 3:15). Demikian pula para penulis Yahudi kuno dan para bapa gereja semuanya menyatakan bahwa Musa menjadi penulis/penyusun Kejadian. Karena seluruh sejarah dalam Kejadian terjadi sebelum kehidupan Musa, peranannya dalam menulis Kejadian adalah menyusun, di bawah pengilhaman Roh Kudus, semua catatan lisan dan tulisan yang ada sejak Adam hingga wafatnya Yusuf yang sekarang menjadi isi Kejadian. Yang mungkin merupakan petunjuk dipakainya catatan-catatan sejarah oleh Musa ketika menulis Kejadian ialah bahwa terdapat 11 kali pemakaian "Demikianlah riwayat" atau "Iniliah keturunan" (Ibr. 'elleh toledoth' ) yang dapat diterjemahkan "inilah sejarah oleh" (lih. Kej 2:4; Kej 5:1; Kej 6:9; Kej 10:1; Kej 11:10,27; Kej 25:12,19; Kej 36:1,9; Kej 37:2).
Kejadian mencatat penciptaan, permulaan sejarah manusia, dan asal mula umat Ibrani dan perjanjian Allah dengan mereka melalui Abraham dan leluhur lainnya dengan tepat. Ketepatan sejarahnya selaku Alkitab yang terilham dipastikan dalam PB oleh Tuhan Yesus (Mat 19:4-6; Mat 24:37-39; Luk 11:51; Luk 17:26-32; Yoh 7:21-23; Yoh 8:56-58) dan para rasul (Rom 4:1-25; 1Kor 15:21-22,45-47; 2Kor 11:3; Gal 3:8; Gal 4:22-24,28; 1Tim 2:13-14; Ibr 11:4-22; 2Pet 3:4-6; Yud 1:7,11). Sejarah Kejadian masih diperkuat oleh berbagai penemuan purbakala pada zaman modern. Musa dipersiapkan secara luar biasa melalui pendidikan (Kis 7:22) dan oleh Allah untuk menulis kitab pertama yang unik dalam Alkitab.
Tujuan
Kejadian menyediakan suatu landasan hakiki bagi Pentateukh dan semua penyataan Alkitabiah selanjutnya. Kejadian memelihara satu-satunya catatan yang dapat dipercaya mengenai awal alam semesta, umat manusia, perkawinan, dosa, kota-kota, bahasa-bahasa, bangsa-bangsa, Israel dan sejarah penebusan. Kejadian ditulis sesuai dengan tujuan Allah untuk memberikan umat perjanjian-Nya suatu pemahaman mendasar tentang diri-Nya, ciptaan, umat manusia, kejatuhan, kematian, penghakiman, perjanjian, dan janji penebusan melalui keturunan Abraham.
Survai
Kejadian dengan sendirinya terbagi atas dua bagian utama.
- (1) Pasal 1-11 (Kej 1:1--11:32) memberi suatu pandangan luas mengenai permulaan manusia dari Adam hingga Abraham dan berpusat pada lima peristiwa yang sangat penting.
- (a) Penciptaan: Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk Adam dan Hawa yang ditempatkan-Nya di taman Eden (pasal 1-2; Kej 1:1--2:25).
- (b) Kejatuhan: Melalui pelanggaran mereka, Adam dan Hawa memasukkan kutukan dosa dan kematian ke dalam sejarah manusia (pasal 3; Kej 3:1-24).
- (c) Kain dan Habel: Tragedi ini menggerakkan dua arus utama dalam sejarah: peradaban humanistik dan kaum sisa yang tertebus (pasal 4-5; Kej 4:1--5:32).
- (d) Air bah: Dunia purbakala telah demikian jahat pada waktu angkatan Nuh sehingga Allah memusnahkannya dengan suatu banjir universal, hanya menyelamatkan Nuh yang benar dan keluarganya sebagai sisa (pasal 6-10; Kej 6:1--10:32).
- (e) Menara Babel: Ketika dunia pasca-air bah bersatu dalam penyembahan berhala dan pemberontakan, Allah membubarkan persatuan mereka dengan mengacaukan bahasa dan kebudayaan serta dengan menyebarkan umat manusia ke seluruh penjuru dunia (pasal 11; Kej 11:1-32).
- (2) Pasal 12-50 (Kej 12:1--50:26) mencatat permulaan umat Ibrani dan memusatkan perhatian kepada kesinambungan tujuan penebusan Allah melalui empat bapa leluhur besar -- Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf. Panggilan Allah kepada Abraham (pasal 12; Kej 12:1-20) dan perlakuan-Nya terhadap Abraham dan keturunannya dalam kaitan dengan perjanjian-Nya merupakan awal yang sangat penting dari pelaksanaan maksud Allah tentang seorang Penebus dan penebusan dalam sejarah. Kitab Kejadian berakhir dengan kematian Yusuf dan perbudakan yang akan datang di Mesir.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Kejadian.
- (1) Kejadian adalah kitab pertama yang ditulis (mungkin kecuali Ayub), dan mencatat permulaan sejarah manusia, dosa, bangsa Ibrani, dan penebusan.
- (2) Sejarah dalam Kejadian meliputi jangka waktu yang lebih lama dari seluruh sisa Alkitab, dimulai dengan pasangan manusia pertama, berkembang hingga sejarah dunia pra-air bah, dan kemudian menyempit lagi pada sejarah bangsa Ibrani sebagai arus penebusan yang dirunut sepanjang sisa PL.
- (3) Kejadian menyatakan bahwa alam semesta dan hidup di bumi ini adalah jelas karya Allah dan bukan suatu proses lepas dari alam. Lima puluh kali dalam pasal 1-2 (Kej 1:1--2:25) Allah menjadi subyek dari kata kerja yang menunjukkan apa yang dilakukan-Nya selaku Pencipta.
- (4) Kejadian mengisahkan berbagai peristiwa perdana -- pernikahan pertama, keluarga pertama, kelahiran pertama, dosa pertama, pembunuhan pertama, tokoh poligami pertama, alat-alat musik pertama, janji penebusan pertama, dan sebagainya.
- (5) Perjanjian Allah dengan Abraham, yang dimulai dengan panggilannya (Kej 12:1-3), diresmikan dalam pasal 15 (Kej 15:1-21) dan disahkan dalam pasal 17 (Kej 17:1-27), merupakan inti dari seluruh Alkitab.
- (6) Hanya Kejadian menerangkan asal mula kedua belas suku Israel.
- (7) Kejadian menyatakan bagaimana keturunan Abraham akhirnya tinggal di Mesir (selama 430 tahun) dan demikian menyiapkan untuk keluaran, peristiwa penebusan yang utama dalam PL.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kejadian menyatakan sejarah nubuat penebusan dan seorang Penebus yang akan datang melalui benih wanita (Kej 3:15), melalui keturunan Set (Kej 4:25-26), melalui keturunan Sem (Kej 9:26-27), dan melalui keturunan Abraham (Kej 12:3). PB menerapkan Kej 12:3 langsung pada persediaan Allah untuk penebusan di dalam Yesus Kristus (Gal 3:16,29). Banyak tokoh dan peristiwa dari Kejadian disebut dalam PB berkaitan dengan iman dan kebenaran (mis. Rom 4:1; Ibr 11:1-22), penghakiman oleh Allah (mis. Luk 17:26-29,32; 2Pet 3:6; Yud 1:7,11), dan pribadi Kristus (mis. Mat 1:1; Yoh 8:58; Ibr 7:1).
Full Life: Kejadian (Garis Besar) Garis Besar
I. Permulaan Sejarah Manusia
(Kej 1:1-11:26)
A. Asal Mula Alam Semesta dan Kehidupan
(Ke...
Garis Besar
- I. Permulaan Sejarah Manusia
(Kej 1:1-11:26) - A. Asal Mula Alam Semesta dan Kehidupan
(Kej 1:1-2:25) - 1. Ringkasan Seluruh Penciptaan
(Kej 1:1-2:4) - 2. Kisah Penciptaan Adam dan Hawa yang Lebih Lengkap
(Kej 2:5-25) - B. Asal Mula Dosa
(Kej 3:1-24) - 1. Pencobaan dan Kejatuhan
(Kej 3:1-6) - 2. Dampak-Dampak Kejatuhan
(Kej 3:7-24) - C. Asal Mula Peradaban
(Kej 4:1-5:32) - 1. Kain: Kebudayaan Kafir
(Kej 4:1-24) - 2. Set: Kaum Sisa yang Benar
(Kej 4:25-26) - 3. Sejarah Silsilah Bapa Leluhur Pra-Air Bah
(Kej 5:1-32) - D. Air Bah: Hukuman Allah Atas Peradaban Purba
(Kej 6:1-8:19) - 1. Kebejatan Universal
(Kej 6:1-8,11-12) - 2. Nuh: Persiapan untuk Menyelamatkan Kaum Sisa yang Benar
(Kej 6:9-22) - 3. Beberapa Pengarahan Terakhir dan Air Bah
(Kej 7:1-8:19) - E. Permulaan Baru bagi Manusia
(Kej 8:20-11:26) - 1. Keturunan Nuh
(Kej 8:20-10:32; dan khususnya Sem, Kej 11:10-26) - 2. Menara Babel
(Kej 11:1-9) - 3. Hubungan Keluarga Antara Sem dengan Abraham
(Kej 11:10-26) - II. Permulaan Bangsa Ibrani
(Kej 11:27-50:26) - A. Abraham
(Kej 11:27-25:18) - 1. Latar Belakang Keluarga Abram
(Kej 11:27-32) - 2. Panggilan dan Perjalanan Iman Abram
(Kej 12:1-14:24) - 3. Perjanjian Allah yang Resmi dengan Abram
(Kej 15:1-21) - 4. Hagar dan Ismael
(Kej 16:1-16) - 5. Perjanjian dengan Abraham Dimeterai dengan Nama Baru dan Sunat
(Kej 17:1-27) - 6. Janji Abraham dan Tragedi Lot
(Kej 18:1-19:38) - 7. Abraham dan Abimelekh
(Kej 20:1-18) - 8. Abraham dan Ishak, Anak Perjanjian
(Kej 21:1-24:67) - 9. Keturunan Abraham
(Kej 25:1-18) - B. Ishak
(Kej 25:19-28:9) - 1. Kelahiran Esau dan Yakub
(Kej 25:19-26) - 2. Esau Menjual Hak Kesulungannya
(Kej 25:27-34) - 3. Ishak, Ribka, dan Abimelekh II
(Kej 26:1-17) - 4. Sengketa Mengenai Sumber Air dan Perpindahan ke Bersyeba
(Kej 26:18-33) - 5. Ishak Memberkati Anak-Anaknya
(Kej 26:34-28:9) - C. Yakub
(Kej 28:10-37:2) - 1. Mimpi dan Perjalanan Yakub
(Kej 28:10-22) - 2. Yakub dengan Laban di Haran
(Kej 29:1-31:55) - 3. Yakub dan Esau Berdamai Kembali
(Kej 32:1-33:17) - 4. Yakub Kembali ke Tanah Perjanjian
(Kej 33:18-35:20) - 5. Keturunan Yakub dan Esau
(Kej 35:21-37:2) - D. Yusuf
(Kej 37:2-50:26) - 1. Yusuf dan Saudara-Saudaranya di Kanaan
(Kej 37:2-36) - 2. Yehuda dan Tamar
(Kej 38:1-30) - 3. Ujian dan Kenaikan Pangkat Yusuf di Mesir
(Kej 39:1-41:57) - 4. Yusuf dan Saudara-Saudaranya di Mesir
(Kej 42:1-45:28) - 5. Ayah dan Saudara-Saudara Yusuf Pindah ke Mesir
(Kej 46:1-47:26) - 6. Hari-Hari dan Nubuat-Nubuat Terakhir Yusuf dan Kematiannya
(Kej 47:27-50:14) - 7. Ringkasan Yusuf
(Kej 50:15-26)
Matthew Henry: Kejadian (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang ada Kitab Suci, atau buku, sebab itulah arti kitab. Kita menyebutnya Alkitab, untuk menunjukkan keunggulannya. Sebab kitab...
- Di hadapan kita sekarang ada Kitab Suci, atau buku, sebab itulah arti kitab. Kita menyebutnya Alkitab, untuk menunjukkan keunggulannya. Sebab kitab ini adalah kitab terbaik yang pernah ditulis dan yang tiada bandingannya, kitab segala kitab, yang bersinar seperti matahari dalam cakrawala pembelajaran. Buku-buku lain yang berharga dan berguna, seperti halnya bulan dan bintang, meminjam cahaya mereka darinya. Kita menyebutnya Kitab Suci, sebab kitab itu ditulis oleh orang-orang suci, dan digubah oleh Roh Kudus. Kitab itu secara sempurna bebas dari segala kesalahan dan niat jahat. Tujuannya yang nyata-nyata bisa disaksikan oleh pikiran adalah memajukan kekudusan di tengah-tengah manusia. Perkara-perkara besar dari hukum dan Injil Allah di sini dituliskan untuk kita, agar semua perkara itu bisa diringkas dalam kepastian yang lebih besar, agar bisa menyebar lebih luas, bertahan lebih lama, dan bisa diteruskan ke tempat-tempat yang jauh dan masa-masa ke depan dengan lebih murni dan utuh daripada yang mungkin dilakukan melalui laporan mulut dan tradisi. Karena itu, sangat besarlah pertanggungjawaban kita jika sampai perkara-perkara yang perlu untuk damai sejahtera kita ini, setelah diserahkan kepada kita dalam hitam di atas putih seperti itu, kita abaikan begitu saja sebagai perkara yang aneh dan asing (Hos. 8:12). Naskah-naskah atau tulisan-tulisan dari beberapa penulis yang terilhami, mulai dari Musa sampai Rasul Yohanes, digabung bersama-sama dalam Alkitab yang terberkati ini. Di dalam tulisan-tulisan ini cahaya ilahi bersinar secara perlahan-lahan, seperti cahaya pagi, sampai seluruh kumpulan suci ini menjadi lengkap seperti sekarang ini. Syukur kepada Allah, sekarang kita memilikinya di tangan kita, dan tulisan-tulisan itu membuat hari benar-benar cerah, sebagaimana yang kita harapkan terjadi di sisi seberang sorga ini. Setiap bagiannya adalah baik, tetapi semua bagian secara keseluruhan amatlah baik. Inilah pelita yang bercahaya di tempat yang gelap itu (2Ptr. 1:19), dan tanpa Alkitab, dunia ini menjadi tempat yang gelap.
- Di hadapan kita ada bagian dari Alkitab yang kita sebut Perjanjian Lama, yang berisi berbagai perbuatan dan segala kenangan tentang jemaat Allah mulai dari penciptaan sampai mendekatnya kedatangan Kristus dalam rupa daging, yang kira-kira empat ribu tahun lamanya. Kebenaran-kebenaran yang diwahyukan pada waktu itu, hukum-hukum yang ditetapkan pada waktu itu, ibadah-ibadah yang dijalankan pada waktu itu, nubuatan-nubuatan yang diberikan pada waktu itu, dan peristiwa-peristiwa yang menyangkut jemaat khusus itu, pengetahuan tentang semuanya ini disimpan bagi kita sejauh itu dipandang sesuai oleh Allah. Kitab ini disebut perjanjian, atau wasiat (diatheke), sebab kitab itu merupakan pernyataan tetap akan kehendak Allah berkenaan dengan manusia dalam bentuk persetujuan, dan akan berlaku apabila si pemberi wasiat sudah mati, Anak Domba yang telah disembelih sejak dunia dijadikan (Why. 13:8). Kitab ini disebut Perjanjian Lama, dalam hubungannya dengan Perjanjian Baru, yang tidak membatalkan dan menggantikannya, tetapi memahkotai dan menyempurnakannya, dengan mendatangkan pengharapan yang lebih baik itu, yang diperlambangkan dan dinubuatkan di dalamnya. Perjanjian Lama masih tetap mulia, walaupun Perjanjian Baru jauh melampauinya dalam kemuliaan (2Kor. 3:9).
- Di hadapan kita ada bagian dari Perjanjian Lama itu yang kita sebut Pentateukh, atau kelima kitab Musa, hamba Tuhan yang mengungguli semua nabi lain itu, dan yang memperlambangkan Sang Nabi Besar itu. Kitab-kitab Perjanjian Lama ini dibagi oleh Juruselamat kita ke dalam hukum, kitab-kitab para nabi, dan mazmur, atau hagiograf (tulisan-tulisan – pen.), dan kelima kitab ini adalah hukum. Sebab, kelima-limanya tidak saja berisi hukum-hukum yang diberikan kepada Israel, dalam empat kitab terakhir, tetapi juga hukum-hukum yang diberikan kepada Adam, kepada Nuh, dan kepada Abraham, dalam kitab pertama. Kelima kitab ini, sejauh yang kita ketahui, adalah kitab-kitab pertama yang pernah ditulis. Sebab, tidak disebutkan sedikit pun tentang tulisan lain dalam seluruh Kitab Kejadian, tidak pula sampai Allah menyuruh Musa untuk menulis (Kel. 17:14). Dan sebagian orang berpendapat bahwa Musa sendiri tidak pernah belajar menulis sampai Allah menunjukkan kepadanya salinan tulisan-Nya dalam Sepuluh Perintah Allah pada loh-loh batu. Bagaimanapun juga, kita yakin bahwa kelima kitab ini adalah tulisan-tulisan paling kuno yang masih ada sekarang, dan oleh sebab itu yang paling baik dalam memberi kita penjelasan yang memuaskan tentang perkara-perkara yang paling kuno.
- Di hadapan kita ada kitab yang pertama dan terpanjang dari kelima kitab itu, yang kita sebut Kejadian, yang ditulis, menurut sebagian orang, ketika Musa berada di Midian, untuk mengajar dan menghibur saudara-saudaranya yang menderita di Mesir. Tetapi saya lebih berpendapat bahwa ia menulisnya di padang gurun, setelah ia berada di gunung bersama Allah, di mana, ada kemungkinan, ia menerima pengajaran-pengajaran secara penuh dan khusus untuk menuliskannya. Dan, sama seperti Musa membentuk Kemah Suci, demikian pula ia membentuk bangunan yang lebih unggul dan lebih bertahan lama untuk kitab ini, persis seperti rancangan yang ditunjukkan kepadanya di gunung. Rancangan yang diperolehnya di gunung itu lebih baik dalam memastikan kebenaran segala perkara yang termuat di sini daripada yang bisa dipastikan di dalam tradisi-tradisi lain yang kemungkinan diteruskan dari Adam ke Metusalah, dari Metusalah ke Sem, dari Sem ke Abraham, dan seterusnya sampai kepada keluarga Yakub. Kejadian atau Genesis adalah nama yang dipinjam dari bahasa Yunani. Kata itu berarti asal-usul, atau silsilah. Tepatlah kitab ini disebut demikian, sebab kitab ini adalah sejarah asal-usul, mengenai penciptaan dunia, masuknya dosa dan maut ke dalamnya, penemuan-penemuan berbagai keterampilan, munculnya bangsa-bangsa, dan terutama penanaman jemaat Allah, dan keadaannya pada masa-masa awal. Kitab ini juga merupakan sejarah keturunan, yakni keturunan Adam, Nuh, Abraham, dan seterusnya. Ini silsilah tanpa akhir, tetapi berguna. Permulaan Perjanjian Baru juga disebut Kejadian (Mat. 1:1), Biblos geneseos, kitab kejadian, atau silsilah, dari Yesus Kristus. Terpujilah Allah untuk kitab Perjanjian Baru itu, yang menunjukkan kepada kita obat penyembuh, sementara kitab Perjanjian Lama ini membuka luka kita. Tuhan, bukakanlah mata kami, agar kami dapat melihat perkara-perkara yang ajaib baik dari Taurat-Mu maupun dari Injil-Mu!