
Teks -- Daniel 1:8 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Dan 1:8
Full Life: Dan 1:8 - DANIEL BERKETETAPAN UNTUK TIDAK MENAJISKAN DIRINYA.
Nas : Dan 1:8
Situasi moral Babel sepenuhnya kafir. Dapat dipastikan bahwa apa
yang diajarkan kepada Daniel dan kawan-kawannya sering kali bertenta...
Nas : Dan 1:8
Situasi moral Babel sepenuhnya kafir. Dapat dipastikan bahwa apa yang diajarkan kepada Daniel dan kawan-kawannya sering kali bertentangan dengan hukum dan prinsip-prinsip kebenaran Allah. Makanan dan anggur yang diberikan kepada mereka adalah sama dengan yang disajikan kepada raja -- makanan dan anggur yang mungkin telah dipersembahkan kepada berhala. Memakan makanan itu berarti melanggar hukum Allah; minum anggur itu berarti menumpulkan pikiran mereka karena pengaruhnya yang memabukkan.
- 1) Daniel telah berketetapan sejak semula untuk tidak menajiskan
dirinya; ia tidak akan mengorbankan pendiriannya sekalipun itu berarti
kematiannya. Perhatikanlah bahwa Daniel tidak lagi memiliki orang-tua
untuk membimbing dirinya dalam mengambil keputusan; kasihnya kepada
Allah dan hukum-Nya telah begitu tertanam di dalam dirinya sejak
anak-anak sehingga ia ingin melayani Allah dengan sepenuh hatinya
(lihat cat. --> Ul 6:7;
[atau ref. Ul 6:7]
lihat art. ORANG-TUA DAN ANAK-ANAK).
- 2) Mereka yang berketetapan untuk tetap setia kepada Allah ketika diperhadapkan dengan pencobaan akan diberikan kekuatan untuk tetap tabah demi Allah. Sebaliknya, mereka yang sebelumnya tidak memutuskan untuk tetap setia kepada Allah dan firman-Nya akan menemui kesulitan untuk menolak dosa atau mengelak menyesuaikan diri dengan cara-cara dunia.
Jerusalem -> Dan 1:8
Jerusalem: Dan 1:8 - tak usah menajiskan diri Melanggar hukum tentang makanan haram dan halal sama dengan menjadi murtad pada masa Antiokhus Epifanes, yang memaksakan kebudayaan Yunani, bdk 2Ma 6:...
Melanggar hukum tentang makanan haram dan halal sama dengan menjadi murtad pada masa Antiokhus Epifanes, yang memaksakan kebudayaan Yunani, bdk 2Ma 6:18-7:42.
Ende -> Dan 1:8
Ende: Dan 1:8 - -- Makanan orang kafir pada djaman itu dianggap "nadjis" oleh kaum Jahudi, entah
karena tjara disediakan, entah karena bahan, entah oleh sebab upatjara k...
Makanan orang kafir pada djaman itu dianggap "nadjis" oleh kaum Jahudi, entah karena tjara disediakan, entah karena bahan, entah oleh sebab upatjara kafir diadakan diatasnja sebelum disadjikan.
Ref. Silang FULL -> Dan 1:8
· tidak menajiskan: Yeh 4:13-14; [Lihat FULL. Yeh 4:13]; [Lihat FULL. Yeh 4:14]

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
SH -> Dan 1:1-21; Dan 1:6-21
SH: Dan 1:1-21 - Berani bersikap (Kamis 30 Oktober 2008) Berani bersikap
Dalam dunia yang makin menggoda ini, bagaimanakah orang beriman dapat
berprinsip dan membedakan mana pilihan yang serasi dengan
...
Berani bersikap
Dalam dunia yang makin menggoda ini, bagaimanakah orang beriman dapat
berprinsip dan membedakan mana pilihan yang serasi dengan
kehendak Tuhan?
Bangsa Yehuda dibuang ke tanah Babel, negeri yang menyembah berhala. Nebukadnezar tahu bahwa banyak orang Israel yang berpotensi. Ia ingin memanfaatkan mereka untuk ambisi internasionalnya.
Raja tentu tidak ingin nasionalisme Israel tetap melekat. Itu membahayakan Babel. Maka Babel berusaha \'mencuci otak\' mereka. Caranya? Mendidik mereka agar memiliki pola pikir Kasdim. Hal pertama yang Babel lakukan adalah menanamkan budaya dan nilai-nilai Kasdim. Dimulai dengan mengajarkan bahasa dan tulisan Kasdim (ayat 4). Pengenalan aksara Kasdim akan mempercepat penyesuaikan diri mereka dengan budaya Kasdim. Kemudian Babel mengubah identitas mereka. Nama-nama Yahudi mereka diganti dengan nama-nama Kasdim. Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya berubah menjadi Beltsazar, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego (ayat 6-7). Hal terakhir adalah mengubah gaya hidup para tawanan. Mereka diberi santapan dan minuman raja (ayat 5).
Sungguh menarik memperhatikan bahwa Daniel dan rekan-rekannya menyetujui nama baru mereka. Mereka juga tidak menolak pendidikan yang diberikan. Namun ketika harus mengubah gaya hidup, mereka menolak! Mereka tahu bahwa santapan itu telah dipersembahkan terlebih dulu kepada sesembahan Babel. Dan itu bertentangan dengan iman mereka! Daniel tidak mau kompromi sedikit pun pada sesuatu yang membuat ia melanggar perintah Tuhan. Ia harus lebih taat kepada Tuhan daripada kepada manusia.
Keteguhan hati seperti yang dimiliki Daniel dan keempat temannya menjadi teladan sekaligus teguran bagi kita. Coba ingat-ingat kapan terakhir kita mengkompromikan iman kita? Apa penyebabnya? Mari belajar dari Daniel. Bahkan ketika benar-benar menjadi minoritas, mereka berani menentukan sikap hidup dan menyatakan kebenaran.

SH: Dan 1:6-21 - Anak-anak Allah bersikap. (Jumat, 16 April 1999) Anak-anak Allah bersikap.
Siapakah orang yang tidak tergoda untuk hidup nikmat? Siapakah
orang yang datang dari status rendah, sebagai tawanan...
Anak-anak Allah bersikap.
Siapakah orang yang tidak tergoda untuk hidup nikmat? Siapakah
orang yang datang dari status rendah, sebagai tawanan, tidak
terdorong untuk taat kepada pihak penguasa demi memperoleh status
lebih tinggi? Kenyamanan dan kenikmatan ini ditawarkan kepada
Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya dari Yehuda. Keempat orang ini
lebih memilih "menolak", karena memiliki iman yang sanggup melawan
semua tawaran itu. Mereka menunjukkan sikap beriman kepada Allah
di atas segala-galanya, termasuk perubahan status sekalipun.
"Ujilah kami!" Keputusan Daniel dkk. cenderung nekad dan berani mati. Bayangkan saja, mereka menolak makan makanan raja, dan selama sepuluh hari mereka minta diizinkan hanya makan sayur dan minum air putih. Tidak hanya itu, Daniel dkk. juga ingin membuktikan bahwa mereka akan tampak jauh lebih sehat dibandingkan mereka yang makan makanan raja. Terbukti bahwa Daniel dkk. telah mengambil keputusan yang tepat. Setelah lewat sepuluh hari, mereka lebih sehat. Daniel dkk. telah berani mengambil risiko, dan Allah menunjukkan kuasa-Nya dan memelihara kekudusan mereka.
Renungkan: Dengan dukungan dan bergantung penuh pada Allah saja, kita mampu mengambil keputusan yang tepat sesuai keputusan Allah.
Utley -> Dan 1:8-13
Utley: Dan 1:8-13 - --NASKAH NASB (UPDATED): Dan 1:8-138 Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; ...
NASKAH NASB (UPDATED): Dan 1:8-13
8 Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiska. dirinya. 9 Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu; 10 tetapi berkatalah pemimpin pegawai istana itu kepada Daniel: "Aku takut, kalau-kalau tuanku raja, yang telah menetapkan makanan dan minumanmu, berpendapat bahwa kamu kelihatan kurang sehat dari pada orang-orang muda lain yang sebaya dengan kamu, sehingga karena kamu aku dianggap bersalah oleh raja."
11Kemudian berkatalah Daniel kepada penjenang yang telah diangkat oleh pemimpin pegawai istana untuk mengawasi Daniel, Hananya, Misael dan Azarya: 12"Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum; 13sesudah itu bandingkanlah perawakan kami dengan perawakan orang-orang muda yang makan dari santapan raja, kemudian perlakukanlah hamba-hambamu ini sesuai dengan pendapatmu."
Dan 1:8 "tidak menajiskan dirinya" Dua kemungkinannya adalah: (1) karena makanan telah dipersembahkan kepada berhala Babilonia atau (2) karena kekangan hukum makanan Yahudi (lih. Im 11; Ul 14). Cukup mengejutkan bahwa Daniel tidak keberatan untuk (1) perubahan namanya, yang mencerminkan dewa kafir atau (2) kajiannya akan naskah-naskah sihir, tapi dia mengekspresikan tradisi Yahudinya dalam kaitannya dengan pola makannya. Sangat menarik bahwa baik Yusuf dan Musa menghadapi pengalaman lintas-budaya yang serupa di Mesir. Ada preseden!
□ "dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu," Perhatikan tujuan Daniel di hatinya dan kemudian dengan bijaksana dan sopan meminta izin si kasim. Dan 1; 2; 3; 4; 5; 6 menunjukkan bagaimana ke empat pemuda Yahudi ini berurusan secara bijaksana dan penuh karunia dengan para penculik mereka. Mereka percaya pada Tuhan, tapi tidak memamerkan iman mereka!
Dan 1:9 "Allah mengaruniakan" Ayat ini, seperti ay. Dan 1:17, menunjukkan kehadiran dan tujuan Allah dalam situasi tersebut. Allah ada bersama dengan mereka dan akan menggunakannya untuk tujuan-Nya.
Kitab Daniel adalah unik dalam PL saat Tuhan mengungkapkan kebenaran dan memanifestasikan kuasa-Nya kepada raja-raja kafir, YHWH menunjukkan kasih, perhatian, dan rencana penebusan-Nya untuk "bangsa-bangsa." Yesaya melihat inklusi "bangsa-bangsa", tetapi Daniel menunjukkan bagaimana Allah mengendalikan sejarah semua bangsa untuk tujuan penebusan-Nya (lih. Ef 2:11-3:13).
Sastra apokaliptik, yang Daniel sudah tentu adalah contoh klasiknya, ditandai oleh rasa kedaulatan Illahi, bahkan determinisme. Satu Allah mengendalikan semua kejadian, orang, dan bangsa-bangsa. Pandangan teologis tentang monoteisme ini adalah unik di Timur Dekat kuno, yang agama-agamanya bersifat politeistik dan siklis (yaitu mengenai dewa-dewa yang mati dan bangkit).
□ "kasih" Ini adalah penggunakan non-perjanjian dari kata Ibrani hesed (BDB 338), yang digunakan untuk menunjukkan kasih dan kesetiaan perjanjian khusus YHWH kepada Israel.
□ "dan sayang" Kedua istilah ini "kasih" dan "sayang" (BDB 933) sering digunakan untuk menggambarkan tindakan-tindakan Allah terhadap Israel (lih. Mazm 25:6; 40:11; 69:16; 103:4).
Dan 1:10-13 Daniel mengakui rasa takut dan kekhawatiran si kasim. Daniel mengusulkan suatu masa uji untuk menentukan apakah para pemuda Ibrani ini dapat tumbuh dan berkembang hanya dengan sayuran (yaitu "hal-hal yang ditabur") saja! Dia tunduk kepada otoritas si kasim (lih. ay. Dan 1:13). Iman Daniel diverifikasikan dalam ay. Dan 1:14-16.
Dan 1:10 "aku dianggap bersalah oleh raja" Ini menunjukkan kekuasaan raja dan rasa takut hamba-nya bahkan atas masalah-masalah kecil.
- NASB "penjenang."
- NKJV "pelayan"
- NRSV, TEV."
- NJB "penjaga.
Kata Babilonia ini (BDB 576) digunakan hanya di sini dalam Alkitab. Maknanya diperselisihkan, tapi itu jelas menunjuk pada seorang hamba di bawah Aspenas, yang secara langsung akan terlibat dalam pelayanan makanan sehari-hari. KJV membuat hal ini suatu nama yang tepat, Melzar, tapi sebutan ini di sini dan dalam ay. Dan 1:16 memiliki artikel, yang menunjukkan suatu pangkat hamba, bukan nama.
Dan 1:12 "sayur" Istilah ini menunjuk pada hal yang ditaburkan, atau tumbuh dari biji (BDB 283). Tidaklah pasti apakah jenis makanan ini adalah bagian dari diet kerajaan atau barang yang dipesan khusus. Para pemuda ini ingin menghindari daging dan anggur kerajaan kemungkinan karena (1) telah didedikasikan untuk dewa-dewa kafir Persia dan (2) juga tidak sesuai dengan peraturan Lewi (Im 11; Ul 14).
TFTWMS -> Dan 1:8-14
TFTWMS: Dan 1:8-14 - Pilihan Iman PILIHAN IMAN (Daniel 1:8-14)
Anak-anak muda dipilih dari yang terbaik dari para tawanan untuk dididik melayani raja (1:5). Ini termasuk "yang be...
PILIHAN IMAN (Daniel 1:8-14)
Anak-anak muda dipilih dari yang terbaik dari para tawanan untuk dididik melayani raja (1:5). Ini termasuk "yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan," yang digambarkan sebagai "orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja …" (1:3, 4).
Seorang pejabat diangkat untuk mengawasi perawatan pribadi dan fisik para "pelajar" ini. Mereka diberi "pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya" (1:5). Kita baca di dalam 1:8-14, Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya. Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu; tetapi berkatalah pemimpin pegawai istana itu kepada Daniel: "Aku takut, kalau-kalau tuanku raja, yang telah menetapkan makanan dan minumanmu, berpendapat bahwa kamu kelihatan kurang sehat dari pada orang-orang muda lain yang sebaya dengan kamu, sehingga karena kamu aku dianggap bersalah oleh raja." Kemudian berkatalah Daniel kepada penjenang … "Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum; sesudah itu bandingkanlah perawakan kami dengan perawakan orang-orang muda yang makan dari santapan raja, kemudian perlakukanlah hamba-hambamu ini sesuai dengan pendapatmu." Didengarkannyalah permintaan mereka itu, lalu diadakanlah percobaan dengan mereka selama sepuluh hari.
Di dalam ayat-ayat ini, kita memiliki versi pembahasan yang telah diringkas yang pasti telah terjadi antara Daniel, tiga rekannya, dan perwira raja itu. Bayangkanlah kesulitan yang dihadapi oleh wakil raja itu: Permintaan Daniel itu bukan "pemberontakan terbuka"; hanya keempat pemuda ini saja yang disinggung sebagai membuat permintaan khusus ini. Sekali lagi, Allah bekerja: "Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu"(ay. 9).
Kita suci tidak berkata mengenai mengapa Daniel dan teman-temannya itu akan menjadi najis oleh makanan dan minuman raja. Tiga alasan telah diketengahkan: (1) Bangsa Babel makan makanan yang dinyatakan haram oleh hukum Musa, (2) mereka makan daging hewan yang tidak dipotong dengan benar, atau (3) mereka makan daging yang sudah dipersembahkan terlebih dahulu sebagai korban kepada dewa-dewa mereka. Apapun alasan tertentu mereka untuk tidak makan makanan raja, Daniel dan yang lainnya bertekad untuk menegakkan hukum Allah. Para penawan mereka itu dibuat mengenali ketulusan posisi mereka.
Sepanjang kitab ini, kita melihat iman Daniel diuji. Ia diminta membuat pilihan yang bertentangan dengan "kebijaksanaan yang berlaku." Ia harus bertindak menentang standar yang diberlakukan oleh orang-orang fasik. Namun begitu, para tawanan lainnya tunduk, dengan enggan kepada perintah orang Babel itu; sebagian besar umat Allah menolak untuk memikul resiko yang terkait dengan sikap tetap setia kepada Tuhan.
Salah satu variasi tentang arti nama "Daniel" adalah "Allah adalah Hakim saya." Daniel pastinya diacukan di dalam Ibrani 11:33, di antara tokoh-tokoh hebat tentang iman. Konsep tentang iman dan penghakiman terkait erat sekali. Daniel yakin (percaya) kepada Allah. Ia percaya kepada pemeliharaan Allah, dan ia yakin kepada kekuasaan Allah. Kita akan melihat kembali pelbagai manifestasi iman ini, khususnya di dalam pasal 6.
Bagaimanakah Daniel tahu bahwa Allah akan memberi dia dan teman-temannya penampilan yang lebih baik dan kesehatan fisik dan mental yang lebih baik (1:20) daripada orang-orang muda lainnya yang berada di bawah tes yang sama? Daniel tidak tahu, dalam artian empiris, tetapi ia punya jaminan (Ibrani 11:1) karena ia sungguh mengenal Allahnya. Demikilanlah Daniel secara konsisten membuat pilihan yang tepat.
Itulah yang ditimbulkan imannya. Itulah yang seharusnya iman kita timbulkan.
Setiap hari kita dihadapkan dengan pilihan. Beberapa membutuhkan keputusan yang rutin dan menjemukan (apa yang dimakan, apa yang dipakai), dan beberapa lebih signifikan. Alkitab penuh dengan kisah orang-orang yang membuat pilihan—beberapa buruk (seperti Kain, Lot, dan Yudas) dan beberapa baik (seperti Musa, Daniel, dan Yesus). Allah memiliki cara untuk membiarkan kita mengalami konsekuensi dari pilihan kita, bahkan di dalam kehidupan ini. Tentu saja, konsekuensi akhir dari keputusan kita akan terlihat di dalam kehidupan yang akan datang. Allah mengupahi Daniel pada kesempatan ini dan pada tahun-tahun berikutnya.
Pentingnya pilihan yang tepat tidak bisa ditekankan berlebihan. Ribuan nyawa, selama bertahun-tahun, terpengaruh. Hanya Allah yang tahu kekuatan dari sebuah keputusan yang tepat.
Bahkan pilihan yang buruk, meskipun disayangkan, dapat diubah jika kita bertindak pada waktunya. Meskipun kita memiliki contoh di dalam Kitab Daniel tentang tokoh utama yang membuat keputusan seperti itu, kita mengetahui banyak orang lain yang telah membuat keputusan yang buruk. Perumpamaan Yesus tentang anak yang hilang menunjukkan kemungkinan kita "menyadari diri kita sendiri" dan memperbaiki keputusan yang buruk (Lukas 15). Sebagaimana Allah memberikan Daniel kemurahan hati oleh karena imannya, demikian juga Allah akan memberi kita kemurahan hati jika kita bertobat dari pilihan-pilihan yang buruk.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Daniel (Pendahuluan Kitab) Penulis : Daniel
Tema : Kedaulatan Allah Dalam Sejarah
Tanggal Penulisan: Sekitar 536-530 SM
Latar Belakang
Daniel, yang naman...
Penulis : Daniel
Tema : Kedaulatan Allah Dalam Sejarah
Tanggal Penulisan: Sekitar 536-530 SM
Latar Belakang
Daniel, yang namanya berarti "Allah adalah Hakim(ku)," adalah tokoh utama dan penulis kitab dengan namanya ini. Kepenulisan oleh Daniel bukan hanya dinyatakan secara tegas dalam Dan 12:4, tetapi juga tersirat dengan banyak petunjuk riwayat hidupnya sendiri dalam pasal 7-12 (Dan 7:1--12:13). Yesus menghubungkan kitab ini dengan "nabi Daniel" (Mat 24:15) ketika mengutip Dan 9:27.
Kitab ini mencatat berbagai peristiwa dari penyerbuan pertama Nebukadnezar ke Yerusalem (tahun 605 SM) hingga tahun ketiga pemerintahan Koresy (tahun 536 SM); jadi latar belakang sejarah kitab ini ialah Babel selama 70 tahun pembuangan yang dinubuatkan oleh Yeremia (bd. Yer 25:11). Daniel adalah seorang remaja ketika peristiwa dalam pasal 1 (Dan 1:1-21) terjadi dan sudah mencapai akhir usia 80-an ketika menerima berbagai penglihatan dalam pasal 9-12 (Dan 9:1--12:13). Ia mungkin hidup sampai sekitar tahun 530 SM, menyelesaikan kitab ini dalam usia lanjutnya (bd. Yohanes dan kitab Wahyu). Para pengeritik modern yang menganggap kitab ini ditulis sekitar abad ke-2 SM dengan nama samaran Daniel telah berkesimpulan demikian lebih karena dibimbing praduga filsafat mereka dan bukan oleh fakta-fakta.
Pengetahuan kita tentang nabi Daniel ini diperoleh hampir sepenuhnya dari kitab ini (bd. Yeh 14:14,20). Daniel mungkin menjadi keturunan Raja Hizkia (bd. 2Raj 20:17-18; Yes 39:6-7); dia pasti berasal dari keluarga terdidik kalangan atas Yerusalem (Dan 1:3-6), karena Nebukadnezar pasti tidak akan memilih pemuda asing dari kalangan bawah untuk istananya (Dan 1:4,17). Daniel mungkin dijadikan sida-sida di Babel seperti kebiasaan ketika itu bagi pegawai laki-laki di istana (bd. Dan 1:3; 2Raj 20:18; Mat 19:12). Keberhasilan Daniel di Babel disebabkan oleh integritas kepribadian, karunia-karunia nubuat, dan campur tangan Allah yang mengakibatkan dia segera mendapat kenaikan pangkat kepada kedudukan penting dan penuh tanggung jawab (Dan 2:46-49; Dan 6:1-3).
Secara kronologis, Daniel termasuk salah satu nabi PL yang terakhir. Hanya Hagai, Zakharia, dan Maleakhi mengikutinya dalam aliran nubuat PL. Dia adalah rekan sezaman yang lebih muda dari Yeremia dan mungkin sama umurnya dengan Yehezkiel.
Tujuan
Ada dua maksud untuk penulisan kitab Daniel:
- (1) untuk menenteramkan hati umat perjanjian PL bahwa hukuman pembuangan mereka di antara bangsa-bangsa kafir tidak akan menjadi nasib tetap mereka; dan
- (2) untuk mewariskan kepada umat Allah sepanjang sejarah berbagai penglihatan bersifat nubuat tentang kedaulatan Allah atas bangsa-bangsa dan kemenangan terakhir kerajaan-Nya di bumi.
Kedua maksud ini ditunjukkan sepanjang kitab ini dalam kehidupan Daniel dan ketiga sahabatnya dan dilukiskan dalam nubuat dan pelayanan Daniel. Kitab ini menegaskan bahwa janji-janji Allah untuk memelihara dan mengembalikan umat perjanjian-Nya adalah sama pastinya dengan kerajaan Mesias yang akan datang yang akan bertahan selama-lamanya.
Survai
Isi kitab Daniel adalah paduan riwayat hidup, sejarah, dan nubuat. Bentuk tulisannya ialah sastra apokalips, yang artinya bahwa berita nubuatnya menyingkapkan penyataan Allah
- (1) melalui berbagai penglihatan, mimpi, dan lambang,
- (2) untuk memberikan semangat kepada umat Allah pada masa krisis dalam sejarah, dan
- (3) untuk membayangkan pengharapan Israel mengenai kemenangan akhir kerajaan Allah dan kebenarannya di bumi (Lihat "PENDAHULUAN WAHYU" 08265).
Kitab ini dengan sendirinya terbagi menjadi tiga bagian utama.
- (1) Pasal 1 (Dan 1:1-21) ditulis dalam bahasa Ibrani dan memberikan latar belakang sejarah kitab ini.
- (2) Pasal 2-7 (Dan 2:1--7:28), dimulai Dan 2:4, ditulis dalam bahasa Aram, menggambarkan kebangkitan dan keruntuhan empat kerajaan yang kuat di dunia yang berturut-turut dan diikuti oleh penetapan Kerajaan Allah sebagai kerajaan yang kekal (khususnya pasal 2, 7; Dan 2:1-49; Dan 7:1-28). Pasal-pasal ini menekankan kedaulatan Allah atas dan campur tangan-Nya dalam hal ihwal manusia dan bangsa-bangsa dengan menguraikan:
- (a) naiknya Daniel hingga kedudukan tinggi di istana Nebukadnezar (pasal 2; Dan 2:1-49);
- (b) seseorang seperti "anak dewa" di dalam perapian yang menyala-nyala bersama ketiga kawan Daniel (pasal 3; Dan 3:1-30);
- (c) kegilaan sementara Nebukadnezar sebagai hukuman Allah (pasal 4; Dan 4:1-37);
- (d) peranan Daniel dalam perjamuan Belsyazar, yang menyatakan akhir kerajaan Babel (pasal 5; Dan 5:1-30);
- (e) pembebasan ajaib Daniel dari gua singa (pasal 6; Dan 6:1-29); dan
- (f) penglihatan mengenai empat kerajaan dunia berturut-turut yang dihakimi oleh "Yang Lanjut Usia" (pasal 7; Dan 7:1-28).
- (3) Dalam pasal 8-12 (Dan 8:1--12:13), Daniel kembali menulis dalam bahasa Ibrani dan menguraikan berbagai penyataan yang luar biasa dan kunjungan malaikat dari Allah mengenai
- (a) umat Yahudi di bawah pemerintahan kafir kelak (pasal 8-11; Dan 8:1--11:45),
- (b) periode "tujuh puluh kali tujuh" sebagai waktu yang ditetapkan Allah untuk menyelesaikan misi Mesias demi mereka (pasal 9; Dan 9:1-27), dan
- (c) pembebasan akhir mereka dari semua penganiayaan pada akhir zaman (pasal 12; Dan 12:1-13).
Berita nubuat Daniel ini mencakup dua dimensi:
- (1) masa depan yang dekat dan
- (2) masa depan yang jauh, sekalipun sering kali keduanya terpadu.
Misalnya, dalam pasal 8,11 (Dan 8:1-27) dan (Dan 11:1-45), Daniel menubuatkan tentang lambang "antikristus" yaitu Antiokhus IV Epifanes, yang menajiskan Bait Suci Yerusalem pada tahun 168 SM, sedangkan ia juga bernubuat tentang antikristus akhir zaman (Dan 8:23-26; Dan 11:36-45; bd. Wahy 13:1-10). Hal saling mempengaruhi di antara dua masa depan ini secara umum menandai nubuat alkitabiah dan secara khusus nubuat Daniel. Allah menyatakan kepada Daniel bahwa nubuat tentang masa depan yang jauh adalah berita terselubung "sampai pada akhir zaman" (Dan 12:4,9), ketika pengertian akan diberikan kepada umat Allah yang di dalam kesucian dan hikmat mencari Dia untuk memperoleh pengertian sama seperti Daniel (Dan 12:3,10).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Kitab ini adalah kitab nabi besar terpendek dan kitab nabi PL yang paling banyak dibaca dan dikaji.
- (2) Di bagian-bagian nubuat PB, Daniel disebut atau dikutip lebih sering daripada kitab PL lainnya.
- (3) Kitab ini merupakan kitab "Apokalips" PL, sebagaimana Wahyu untuk PB, yang menyatakan tema-tema nubuat akbar yang sangat penting bagi gereja akhir zaman.
- (4) Kitab ini berisi ringkasan sejarah nubuat paling terinci dalam PL. Dalamnya terdapat satu-satunya nubuat PL yang menetapkan waktu kedatangan pertama Mesias (Dan 9:24-27).
- (5) Kitab ini menerangkan lebih banyak tentang penulisnya daripada kitab nubuat PL lainnya (mungkin terkecuali Yeremia). Perhatikan khususnya bahwa Daniel ditandai sifat integritas yang tinggi, hikmat nubuat yang besar, dan ketekunan dalam doa dan berpuasa.
- (6) Kitab ini berisi teladan terpenting di Alkitab tentang doa syafaat untuk pemulihan umat Allah berlandaskan janji-janji diilhamkan dari firman Allah (lih. pasal 9; Dan 9:1-27, diilhamkan oleh Yer 25:11-16; Yer 29:7,10-14).
- (7) Kisah-kisah tentang Daniel dan kawan-kawannya termasuk kisah yang paling digemari dalam Alkitab (khususnya pasal 3, 6; Dan 3:1-30; Dan 6:1-29).
- (8) Drama "tulisan di dinding" pada perjamuan Belsyazar menjadikan frasa itu sebagian dari pepatah bahasa Inggris hingga hari ini.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Pengaruh Daniel terhadap PB jauh melampaui lima atau enam kali kitab ini dikutip langsung. Banyak dari sejarah dan nubuat Daniel muncul kembali dalam bagian-bagian nubuat di Injil-Injil, Surat-Surat, dan kitab Wahyu. Nubuat Daniel tentang kedatangan Mesias meliputi penggambaran diri-Nya sebagai
- (1) batu besar yang akan meremukkan kerajaan dunia (Dan 2:34-35,45),
- (2) Anak Manusia, yang akan diberikan kekuasaan, kemuliaan, dan suatu kerajaan oleh Yang Lanjut Usia (Dan 7:13-14), dan
- (3) "Yang diurapi, seorang raja" yang akan datang lalu disingkirkan (Dan 9:25-26).
Beberapa penafsir percaya bahwa penglihatan Daniel dalam Dan 10:5-9 merupakan penampakan Kristus sebelum penjelmaan (bd. Wahy 1:12-16).
Daniel berisi banyak tema nubuat yang secara lengkap dikembangkan dalam PB; mis. kesengsaraan besar dan antikristus, kedatangan Tuhan kita kali kedua, kemenangan kerajaan Allah, kebangkitan orang benar dan orang fasik, dan hari penghakiman. Kehidupan Daniel dan ketiga kawannya menunjukkan ajaran PB tentang pemisahan pribadi dari dosa dan dunia, yaitu hidup di dunia yang tidak percaya tanpa ikut serta dalam suasana dan cara-caranya. (Dan 1:8; Dan 3:12; Dan 6:10; bd. Yoh 17:6,15-16,18; 2Kor 6:14--7:1).
Full Life: Daniel (Garis Besar) Garis Besar
I. Latar Belakang Sejarah Daniel
(Dan 1:1-21)
A. Daniel dan Teman-Teman Diangkut ke Babel
...
Garis Besar
- I. Latar Belakang Sejarah Daniel
(Dan 1:1-21) - A. Daniel dan Teman-Teman Diangkut ke Babel
(Dan 1:1-7) - B. Kesetiaan Daniel dan Teman-Teman di Babel
(Dan 1:8-16) - C. Kenaikan Pangkat Daniel dan Teman-Teman di Istana Raja
(Dan 1:17-21) - II. Pesan Daniel Tentang Kedaulatan Allah atas Bangsa-Bangsa
(Dan 2:1-7:28) - A. Mimpi Bersifat Nubuat dari Nebukadnezar dan Penjelasan Daniel
Tentang Mimpi Itu
(Dan 2:1-49) - B. Patung Emas dan Perapian yang Menyala-Nyala
(Dan 3:1-30) - C. Mimpi Bersifat Nubuat Tentang Kegilaan Nebukadnezar
dan Penggenapannya
(Dan 4:1-37) - D. Pesta Belsyazar dan Keruntuhan Babel
(Dan 5:1-30) - E. Surat Perintah Darius dan Pelepasan Daniel
(Dan 6:1-28) - F. Mimpi Bersifat Nubuat dari Daniel Tentang Empat Kerajaan Dunia
dan Yang Lanjut Usianya
(Dan 7:1-28) - III.Berbagai Penglihatan Daniel Tentang Bangsa Israel
(Dan 8:1-12:13) - A. Penglihatan Daniel Tentang Domba Jantan, Kambing Jantan,
dan Tanduk Kecil
(Dan 8:1-27) - B. Syafaat Daniel Memohon Pemulihan dan Penglihatannya Tentang
Tujuh Puluh Kali Tujuh Masa
(Dan 9:1-27) - C. Penglihatan Daniel Tentang Masa Depan Israel
(Dan 10:1-12:13) - 1. Penyataan Daniel dan Perjumpaan dengan Malaikat
(Dan 10:1-11:1) - 2. Penyataan Bersifat Nubuat Tentang Persia dan Yunani
(Dan 11:2-4),
Mesir dan Aram
(Dan 11:5-35),
Antikristus yang Akan Datang
(Dan 11:36-45) - 3. Penyataan Bersifat Nubuat Tentang Peristiwa-Peristiwa Akhir Zaman
Lainnya
(Dan 12:1-13)
Jerusalem: Daniel (Pendahuluan Kitab) DANIEL
Kalau ditinjau dari segi isinya, maka kitab Daniel dapat dibagi dua. Bagian pertama Daniel, yaitu Dan 1-6, berisikan kisah-kisah sbb: Daniel da...
DANIEL
Kalau ditinjau dari segi isinya, maka kitab Daniel dapat dibagi dua. Bagian pertama Daniel, yaitu Dan 1-6, berisikan kisah-kisah sbb: Daniel dan tiga orang temannya sebagai hamba di istana Nebukadnezar, Dan 1; mimpi Nebukadnezar mengenai patung raksasa, Dan 2; pemujaan patung emas dan kisah tiga teman Daniel dalam perapian , Dan 3; Nebukadnezar yang menjadi gila, Dan 4; perjamuan raja Belsyazar, Dan 5; Daniel dalam gua singa, Dan 6. Dalam kisah- kisah ini Daniel dan teman-temannya dengan selama mengatasi segala percobaan yang membahayakan hidup mereka atau dapat mencemarkan nama baik mereka, lalu orang-orang kafir yang menyaksikan kejadian-kejadian tsb memuji Allah yang telah menyelamatkan Daniel beserta teman-temannya. Kejadian-kejadian yang diceritakan dalam kisah-kisah tsb berlangsung di Babel di masa pemerintahan Nebukadnezar, di masa pemerintahan Belsyazar, "putera" Nebukadnezar dan semasa pemerintahan Darius dari Media, pengganti Belsyazar. Bagian kedua, Dan 7-12, terdiri atas penglihatan-penglihatan yang dialami nabi Daniel, yaitu: keemapat binatang, Dan 7; domba jantan dan kambing jantan, Dan 8; tujuh puluh kali tujuh masa, Dan 9; penglihatan mengenai masa kemurkaan dan akhir zaman, Dan 10-12. Penglihatan-penglihatan itu terjadi di masa pemerintahan Belsyazar, Darius dari media dan Koresy, raja Persia. Pengarang menempatkannya di Babel.
Berdasarkan pembagian sedemikian pernah disimpulkan, bahwa kitab Daniel terdiri dari dua karya yang dikarang di zaman yang berlain-lainan lalu disatukan oleh seorang penerbit. Namun kesimpulan ini tidak sesuai dengan beberapa petunjuk lain yang terdapat dalam kitab Daniel sendiri. Kisah-kisah dari bagian pertama kitab Daniel bercerita tentang Daniel. Sebaliknya penglihatan- penglihatan dari bagian kedua diceritakan oleh Daniel sendiri. Akan tetapi penglihatan pertama, Dan 7 dimulai dan ditutup dengan suatu bagian yang berceritera mengenai Daniel. Bagian permulaan kitab dikarang dalam bahasa Ibrani. Tetapi mulai dengan Dan 2:4, bahasa Ibrani tiba-tiba diganti dengan bahasa Aram yang dipakai sampai akhir bab 7, sehingga permulaan bagian ke-2 kitab yang memuat penglihatan-penglihatan masih memakai bahasa Aram. Bab-bab terakhir kitab Daniel kembali dikarang dalam bahasa Ibrani. Untuk menjelaskan adanya bahasa yang berlainan itu, para ahli mengemukakan pelbagai hipotesa. Namun semua hipotesa itu kurang meyakinkan.
Misalnya: pembagian kitab Daniel menurut gaya bahasa (pelaku pertama dan ketiga) dan menurut bahasa (Ibrani dan / atau Aram), tidak bersesuai dengan pembagian atas dasar isi kitab (kisah-kisah dan penglihatan-penglihatan ). Di lain pihak bab 7 diberi tafsiran dalam bab 8, tetapi sekaligus bab 7 itu sejalan dengan bab 2. Bahasa Aram dalam bab 7 sama dengan bahasa Aram dalam bab 2-4, tetapi ciri-ciri gaya bahasanya dapat dijumpai dalam bab-bab 8-12, walaupun bab- bab ini ditulis dalam bahasa Ibrani. Jadi bab 7 itu berperan sebagai tali penghubung kedua bagian kitab Daniel dan menjamin kesatuannya. Selebihnya Belsyazar dan Darius dari Media tampil dalam kedua bagian kitab Daniel, sehingga kedua bagiannya menimbulkan kesulitan yang sama bagi para ahli sejarah. Akhirnya, kedua bagian kitab Daniel, mulai dengan bab pertama sampai dengan bab terakhir, ditulis menurut patokan-patokan kesusasteraan yang sama serta menunjukkan persamaan gagasan dan pemikiran. Persamaan-persamaan itulah menjadi buktu paling kuat, bahwa Daniel itu bukan sebuah kumpulan dua karya yang berlain-lainan melainkan satu karya saja.
Tanggal penyusunan Daniel disarankan dengan jelas dalam bab 11. Di situ diceritakan peperangan antara wangsa Seleukos dan wangsa lagidos serta peristiwa-peristiwa yang berlangsung pada awal pemerintahan Antiokhus IV Epifanes. Berhubungan dengan ini pengarang mengemukakan sejumlah besar hal kecil-kecil yang sebenarnya tidak penting sama sekali bagi maksud kitab. Kitab bab 11 ini berlainan coraknya dari semau nubuat Perjanjian Lama. Walaupun ditulis dalam gaya bahasa nubuat, namun kisah ini menyangkut peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi. Akan tetapi, mulai dengan Dan 11:40, berubahlah nada kisah tsb. Dengan cara yang mengingatkan nubuat-nubuat lain, pengarang memberitahukan "akhir zaman". Berdasarkan petunjuk-petunjuk tsb dapat disimpulkan, bahwa Daniel disusun pada masa penganiayaan bangsa Israel oleh Antiokhus Epifanes dan sebelum mangkatnya raja itu, malahan sebelum kemenangan yang di peroleh Israel dalam pemberontakan para Makabe, yaitu antara thn. 167 dan 164.
Tahun ini cocok dengan isi bagian-bagian lain Daniel. Kisah-kisah yang diceritakan dalam bagian pertama menyangkut zaman penjajahan bangsa Israel oleh kerajaan Kasdim. Namun dari beberapa petunjuk yang terdapat dalam kisah-kisah itu jelas sekali, bahwa pengarangnya sudah agak jauh dari zaman itu. Belsyazar sebenarnya adalah putera raja Nabonides dan bukan putera Nebukadnezar. Balsyazar tidak pernah menjadi raja. Darius raja Media tidak dikenal dalam sejarah. Dalam sejarah tidak ada tempat bagi Darius itu antara raja terakhir kerajaan Kasdim dan Koresy raja Persia yang sebelumnya sudah mengalahkan bangsa Media. Pengarang menggambarkan keadaan kerajaan Babel baru dengan istilah-istilah yang berasal dari Persia. Malahan alat-alat musik yang dipakai orkes Nebukadnezar disebut dengan kata Yunani. Tanggal-tanggal yang dikemukakan kitab Daniel tidak cocok satu sama lain dan tidak sesuai pula dengan fakta-fakta sejarah yang dikenal. Nampaknya tanggal-tanggal itu disebut pada awal bab tanpa memperhatikan urutannya dalam waktu. Pengarang Daniel memanfaatkan beberapa tradisi, entah lisan atau tertulis, yang beredar di masa hidupnya. Di antara naskah-naskah yang ditemukan di Qumran terdapat beberapa kepingan dari sekumpulan cerita tentang daniel berdekatan dengan isi Daniel menurut daftar resmi Kitab Suci, khususnya sebuah doa Nabonides yang berdekatan dengan Dan 4:1-37, hanya nama Nebukadnezar diganti dengan nama Nabonides. Pahlawan kisah-kisah yang membina ini diberi nama Daniel atau Dan'el. Nama ini berasal dari pengarang kitab ataupun dikutip pengarang dari sumber-sumber yang dimanfaatkannya Nama Daniel (Dan'el) disebut pula dalam Yeh 14:14-20; 28:3. Menurut Yehezkiel, Daniel adalah seorang benar dan berhikmat. Ia hidup di zaman purba dan tampil juga dalam kitab-kitab Ras Syamra yang berasal dari abad ke-14 seb. Mas.
Kitab Daniel dikarang menjelang tarikh Masehi. Tanggal ini menjelaskan tempat Daniel di dalam daftar Alkitab Ibrani. Kitab Daniel dimasukkan ke dalam Alkitab Ibrani sesudah ditetapkan daftar kitab-kitab nabi-nabi lain, sehingga Daniel ditempatkan antara Ester dan Ezra-Nehemia dan termasuk kelompok kitab-kitab yang disebut Ketubim (Tulisan-tulisan) yaitu bagian terakhir dalam daftar kitab-kitab suci Alkitab Ibrani. Alkitab Yunani dan terjemahan Latin menempatkan Daniel diantara kitab-kitab para nabi dan menambahkan kepadanya beberapa bagian deuterokanonika yaitu: mazmur Azaria dan nyanyian tiga pemuda, Dan 3;24-90, kisah Susana, yang menggambarkan pemuda Daniel yang secara ajaib tahu akan rahasia orang lain, Dan 13, kisah Bel dan Naga (Ular suci), yang menyerang sambil mengejek berhala, Dan 14. Terjemahan Yunani (LXX) cukup berlainan dari terjemahan Teodotion yang dengan setia menurut naskah Ibrani.
Kitab Daniel bertujuan memupuk iman harapan orang-orang Yahudi yang sedang dianiaya oleh raja Antiokhus Epifanes. Daniel bersama dengan teman-temannya mengalami percobaan-percobaan yang sama. Mereka juga dibujuk raja untuk melepaskan diri dari peraturan-peraturan hukum Taurat, Dan 1, dan untuk memuja berhala, Dan 3 dan Dan 6. Mereka berhasil mengatasi bujukan-bujukan dan percobaan itu dengan gemilang, sehingga para penganiaya mereka terpaksa mengakui, bahwa Allah yang sejati memang mahakuasa. Gambaran mengenai penganiayaan di masa sekarang lebih seram lagi. Akan tetapi sesudah murka Allah mereka, Dan 8:19; 11:36, akan tiba akhir zaman, Dan 8:17; 11:40. Pada masa itu akan hancurlah sang penganiaya, Dan 8:25; 11:45. Bersamaan dengan ini akan berakhir pula kemalangan dan dosa, lalu akan tiba kerajaan para kudus yang akan diperintah seorang "Anak Manusia". Kerajaan Anak Manusia itu tidak akan berkesudahan, Dan 7.
Penantian akan akhir zaman dan harapan akan datangnya Kerajaan itu menjiwai seluruh kitab Dan 2:44; 4:3; 4:34; 7:14. Allah akan mendirikan Kerajaan itu sesudah jangka waktu yang ditetapkanNya. Akan tetapi jangka waktu itu mencakup seluruh sejarah umat manusia. Peristiwa-peristiwa yang berlangsung dalam sejarah dunia merupakan tahap-tahap rencana Allah yang kekal. Masa lampau, masa sekarang, dan yang akan datang semua berupa nubuat, sebab segala masa ditinjau dalam terang cahaya Allah" yang berkuasa atas masa dan waktu", Dan 2:21. Dengan pandanganyang sekaligus terikat dan lepas dari kenyataan itu pengarang menyingkapkan, bahwa sejarah merupakan suatu nubuat. Rencana rahasia Allah itu, Dan 2:18, dll; Dan 4:9, dibuka dengan perantaraan makhluk-makhluk gaib yang bertugas sebagai utusan dan pembantu Allah. Memang ajaran mengenai adanya malaikat diperteguh dalam kitab Daniel, seperti dalam kitab Yehezkiel dan terutama dalam kitab Tobit. Penyataan itu mengenai rencana rahasia Allah terhadap umatNya dan terhadap bangsa-bangsa lain. Dan rencana itu menyangkut baik bangsa-bangsa secara menyeluruh maupun orang perorangan. Dalam kitab Daniel terdapat juga sebuah nas penting mengenai kebangkitan. Menurut nas itu orang- orang mati akan bangkit untuk hidup atau kehinaan yang tidak akan berkesudahan, Dan 12:2. Kerajaan Allah yang dinantikan akan mencakup segala bangsaDan 7:14. Kerajaan itu tidak berakhir. Ia disebut kerajaan para kudus, Dan 7:18, kerajaan Allah, Dan 4:3; 4:34, kerajaan Anak Manusia, sebab Allah akan menyerahkan kepadaNya seluruh kekuasanNya, Dan 7;13-14.
Anak Manusia yang misterius itu, yang dalam Dan 7:18 dan 7:21-27 disamakan dengan jemaat para kudus, bertindak juga sebagai kepala, pemimpin kerajaan di akhir zaman. Tetapi ia bukan Mesias, keturunan Daud. Orang-orang Yahudi biasanya mengartikan Anak Manusia itu sebagai seorang pribadi. Sesuai dengan tradisi Yahudi yang umum itu Yesus juga mengartikan Anak Manusia sebagai pribadi dan Ia sendiri memakai gelar itu untuk menegaskan ciri transenden dan rohani perutusanNya sebagai Mesias, Mat 8:20.
Kitab Daniel tidak termasuk aliran kenabian dalam arti yang sebenarnya. Kitab ini tidak berisikan pewartaan seorang nabi yang diutus Allah untuk menunaikan suatu tugas di tengah-tengah orang-orang sezamannya. Kitab Daniel digubah dan langsung ditulis oleh seorang pengarang yang menyembunyikan identitasnya di bawah nama samaran. Hal serupa sudah terjadi pula dengan kitab Yunus. Kisah- kisah dalam bagian pertama yang bertujuan membina, berdekatan dengan sejumlah tulisan dari aliran kebijaksanaa, yang contohnya a.l kisah Yusuf dalam Kejadian dan kitab Tobit yang dikarang tidak lama sebelum kitab Daniel. Penglihatan- penglihatan dalam bagian kedua kitab Daniel mengungkapkan wahyu mengenai suatu rencana Allah. Wahyu tsb dijelaskan oleh malaikat dan menyangkut masa depan. Penglihatan-penglihatan tsb diceritakan dengan gaya bahasa yang dengan disengaja tidak jelas. "Kitab yang dimeteraikan", Dan 12:4, itu sepenuh-penuhnya memulai sastera "apokaliptik" yang sudah disiapkan dengan kitab Yehezkiel dan kemudian terus berkembang dalam karangan-karangan Yahudi. Kitab Wahyu karangan Yohanes merupakan imbangan Daniel dalam Perjanjian Baru. Akan tetapi Yohanes berkata, bahwa meterai-meterai kitab sekarang dibuka, Why 5-6; perkataan-perkataan nubuat tidak dirahasiakan lagi, sebab "waktunya sudah dekat", Why 22;10, dan kedatangan Tuhan dinantikan, Why 22:20, 1 Kor 16:22.
Ende: Daniel (Pendahuluan Kitab) DANIEL
PENDAHULUAN
Kitab Daniel memperkenalkan kita dengan tokoh jang bernama demikian. Kitab itu
sedikitpun tidak menjatakan telah ditulis oleh Danie...
DANIEL
PENDAHULUAN
Kitab Daniel memperkenalkan kita dengan tokoh jang bernama demikian. Kitab itu sedikitpun tidak menjatakan telah ditulis oleh Daniel sendiri. Betul beberapa petilan disusun dalam bentuk orang kesatu, sehingga merupakan sebangsa kutipan dari apa jang dikisahkan Daniel, tetapi toh dibingkaikan dengan pengantar- pengantar singkat dalam bentuk orang ketiga (7,1-2;10,1), sehingga oleh karenanja orang lain djugalah, jang menuliskan petilan-petilan tsb. Tokoh Daniel dikemukakan sebagai seorang buangan Juda, jang dalam umur muda belia diangkut radja Nebukadnezar ke Babel. Disana ia dididik bersama-sama dengan beberapa pemuda lainnja untuk pelajanan diistana. Daniel dan kawan-kawannja ternjata setia kepada Taurat Jahudi, dan penuh kepertjajaan pada Allah mereka. Untuk itu chususnja Daniel dianugerahi kurnia kebidjaksanaan jang luar biasa (pasal 1). Daniel ternjata mengatasi semua tjerdik-pandai Babel dalam hal kebidjaksanaan, dengan tidak hanja dapat mentakbirkan mimpi radja, tetapi djuga mengetahuinja tanpa pemberitahuan sedikitpun dari pihak radja. Terpesona karena itu, Nebukadnezar lalu mengaku Allahnja Daniel dan memberi kan djabatan-djabatan jang tinggi kepada Daniel dan kawan-kawannja (pasal 2). Didalam djabatan itu Azarja, 'Anania dan Misael mendapat udjian jang berat. Nebukadnezar mendirikan sebuah patung raksana dan pada pentahbisannja semua pendjawat tinggi harus turut-serta dalam upatjara itu. Karena kejakinan batin maka ketiga pendjabat Jahudi itu menolak untuk turut-serta dalam pemudjaan berhala. Mereka didakwa dan ditjemplungkan kedalam tungku api. Tetapi mereka tertolong setjara adjaib. Hal itu mendorong Nebukadnezar untuk mengakui lagi Allah Israil (pasal 3,1-(97)). Lagi-lagi Daniel tampil sebagai pentakbir mimpi dihadapan Nebukadnezar, dan dengan berpegangan itu ia lalu menubuatkan penjakit djiwa jang akan diderita radja, tetapi radja akan sembuh daripadanja. Seperti dinubuatkan, demikianpun terdjadi. Didalam surat kepada rakjatnja radja sendiri memberi laporan tentang seluruh peristiwa itu dan mengakui lagi Allahnja Daniel (3,31-4,34). Didalam pemerintahan putera dan pengganti Nebukadnezar, jaitu Baltasar, Daniel tampil lagi diistana. Ditengah djamuan besar tamoaklah huruf-huruf jang adjaib didinding. Hanja Daniellah jang sanggup membatja dan menerangkan tulisan itu. Keterangannja memuat sebuah nubuat tentang runtuhnja keradjaan Babel, jang dilaksanakan pada malam itu djua (pasal 5). Dalam pemerintahan radja jang pertama dari wangsa baru, jakni Darios dari Media, Daniel masih bertugas diistana. Karena irihati rekan-rekannja ia dituduh melanggar titah radja, jaitu bahwa sebulan lamanja orang tidak boleh mendjembah ilah manapun djua selain radja, titah mana tidak dapat dipenuhi oleh orang Jahudi jang mursjid karena kejakinan batin. Sesungguhnja tidak menurut kehendak radjalah, Daniel dilemparkan kedalam lubang-kurungan singa, supaja dimakan binatang-binatang itu. Ia tertolong setjara adjaib, dan lawan-lawannja mengalami nasib jang direntjanakan mereka sendiri terhadapnja. Orang kafir lalu mengakui Allahnja Daniel (pasal 6). Daniel tetap dalam djabatannja diistana radja djuga dalam pemerintahan pengganti Darios, jakni Cyrus, orang Parsi. Sampai fengan tahun ketiga pemerintahan Cyrus itu Daniel masih tampil (10,1). Selama seluruh masa djabatannja diistana Daniel mendapat pelbagai penglihatan djuga, jang memenuhi bagian kedua kitab itu. Tentang achir hidupnja tidak diberitahukan sedikit djuapun
Diluar keterangan-keterangan dari kitab itu sendiri tidak ketahuan sedikit djuapun tentang Daniel. Dalam kitab Jeheskiel betul disebutkan seorang orang jang bernama Daniel (sebenarnja: Danel) (14,14-20;28,3), agaknja seorang bidjaksana jang tersohor dari djaman kuno; tetapi orang tsb. sedikit atau sama sekali tidak ada sangkut-pautnja dengan tokoh kitab Daniel. Danielnja (Danel) Jeheskiel rupa-rupanja ada hubungannja dengan tokoh mythologi jang senama, jang diketahui dari dokumen2 kena'an (Ras-Sjamra, Ugarit), tokoh setengah dewa. Tetapi usaha untuk meng-hubung2kan tokoh tersebut dengan tokoh kitab Daniel, tetaplah tidak beralasan. Dengan menggunakan dokumen2 lainnja, entah Kitab Sutji entah keterangan2 diluarnja, tidak dapat disoroti lebih landjut tokoh Daniel itu.
Tempat kitab Daniel didalam keseluruhan Kitab Sutji berlainan didalam naskah2 Hibrani dan didalam naskah2 terdjemahan Junani. Didalam Kitab Sutji Hibrani kitab itu tidak termasuk dalam koleksi nabi2, melainkan mendapat tempat dibagian terachir kanon diantara naskah2 lain jang amat berlainan tjoraknja. Tempatnja dibelakang Pengchotbah dan Lagu2 Ratap dan didepan Esra-Nehemia. Tetapi tidak djelaslah, apakah itu tempatnja jang aseli, karena ada saksi2 jang mengenal urutan lain. Dalam terdjemahan Junani (Septuaginta) dan dalam terdjemahan Latin Vulgata, Daniel tergolong dalam nabi2 dan adalah jang terachir dari keempat nabi besar. Apa sebab-musababnja perbedaan tempat itu, tidaklah djelas. Mungkin itu bergandingan dengan terdjadinja daftar resmi kitab2 sutjij, jang sedjarahnja tetap sangat kabur. Tetapi dari perbedaan itu tidak boleh ditarik terlalu banjak konklusi, mengenai terdjadinja kitab itu atau tjoraknja.
Perbedaan lain antara teks Hibrani dan teks Junani ialah bagwa teks Junani bebeda besar dari teks Hibrani. Ini berlaku bagi seluruh Kitab, sehingga teks Junani (Septuaginta) rupa2nja bukan terdjemahan teks Hibrani, jang kita miliki sekarang, tetapi bersandarkan teks aseli jang amat berlainan. Bagaimana perbedaan itu harus diterangkan, tidaklah begitu mudah. Lagipula teks Junani itu djauh lebih pandjang. Didalamnja terdapatlah dalam pasal 3 sesudah ajat 24 tambahan jang pandjang, jakni dua lagu (3,24-45.52-90), jang diselingi dengan berita singkat dalam bentuk prosa (3,46-51). Mengenai berita tersebut djelaslah, bahwa dalam teks Hibrani jang aseli mestilah terdapat hal serupa, karena kisah dalam bentuknja sekarang ini betul tidak muat, tapi toh mengandaikan peristiwa sematjam itu. Djuga lagu2 itu tidak dapat tidak aselinjapun ditulis dalam bahasa Hibrani, tapi teks itu tidak sampai kepada kita. Rupa2nja kita berhadapan dengan tambahan2 belakangan dalam kitab aseli Daniel. Kitab aseli tiu kiranja mengenal dua terbitan, jaitu jang satu pendek, seperti terdapat dalam naskah2 Hibrani sekarang; dan jang lain pandjang, janag terpaelihara dalam terdjemahan Junani. Lagipula terdjemahan Junani itu mengenal tiga kisah pada achir kitab, jakni "Daniel dan Susana", "Daniel dan Bel" dan "Daniel dan naga". Dalam terdjemahan Junani Theodotian kisah pertama, jang mengenai masa muda Daniel, ada pada awal kitab, sedangkan dalam Septuaginta dan terdjemahan Latin ketiga2nja ditempatkan pada achir kitab sebagai sebangsa lampiran. Itupun terpisah dengan djelasnja dari kitab dengan anakdjudul2 tersendiri. Walaupun hanja terpelihara dalam bahasa Junani, namun2 kisah2 tersebut aselinja ditulis dalam bahasa Hibrani (atau Aram). Pastilah pula tambahan2 itu adalah tambahan pada kitab Daniel jang aseli. Asal tambahan2 tersebut, jang mengenai sifat dan tjiraknja sesuai dengan bagian pertama kitab itu, adalah kabur. Oleh orang Jahudi dan Geredja2 Kristen bukan-Katolik semua tambahan tersebut tidak digolongkan dalam Kitab Sutji. Namun demikian, petilan2 itupun oleh orang2 Jahudi (paling tidak diluar Palestina) diterima sebagai Kitab Sutji, sebagaimana ternjata dari terdjemahan2 Junani. Djuga oleh pengarang2 Kristen kuno diakui sebagai Kitab Sutji, karena petilan2 itu dikutip dan digunakan mereka sedjak abad2 pernmulaan sebagai sabda Allah.
Dua bahasa jang digunakan dalam kitab Daniel merupakan persoalan, jang masih belum mendapat pemetjahan jang memuaskan. Soalnja bukannja mengenai teks Hibrani dan petilan-petilan jang hanja terpelihara dalam terdjemahan-terdjemahan Junani, melainkan mengenai teks dalam naskah-naskah Hibrani itu sendiri. Sebab teks itu sendiri atas bagian jang ditulis dalam bahasa Hibrani (1,1-2,4a; 8-12) dan bagian lain jang ditulis dalam bahasa Aram (2,4b-7,28). Dan soalnja disini bukanlah, seperti halnja dalam kitab Esra, tentang dokumen-dokumen, jang ditulis dalam bahasa Aram dan sebagian daripadanja disalin dalam bahasa Hibrani; ataupun kitab itu sudah sedjak permulaan disusun dalam kedua bahasa itu. Kemungkinan- kemungkinan itu mempunjai penganut-penganutnja diantara para ahli. Mereka jang berpendapat, bahwa jang aseli itu adalah Hibrani, harus menerangkan mengapa sebagian diterdjemahlan. Mereka lalu mengirakan, bahwa itu dilakukan d\supaja kitab itu dimasukkan dalam daftar kitab-kitab sutji. Tetapi tidak ada bukti satupun, bahwa bahasa Aram pernah dianggap tidak tjukup sutji untuk Kitab Sutji. Dan lagi: mengapa gerangan hanja sebagian sadja diterdjemahkan? Dari teks Aram itu sendiri tidak dapat dibuktikan, bahwa itu adalah suatu terdjemahan. Bahwasannja kedua bahasa itu aseli, djuga tidak dapat diterima tanpa keberatan, tapi toh merupakan dugaan jang paling memuaskan. Kesukarannja ialah: mengapa si pengarang ditengah-tengah tjeritanja (2,4a) beralih kebahasa lain dan chususnja mengapa ia berganti bahasa sesudah pasal 7, jang toh erat gandingannja dengan pasal 8, jang disusun dalam bahasa Hibrani. Bahwasannja si pengarang mengira, bahwa orang-orang Babel kuno berbahasa Aram dan oleh karenanja ia menulis djawaban orang-orang Chaldai dalam 2,4b dan berikutnja dalam bahasa tsb., mudahlah diandaikan tetapi tidak begitu mudah dibuktikan supaja dapat diterima. Dengan itupun samasekali tidak diterangkan, mengapa ia sampai pasal 7 memakai bahasa tsb. untuk kemudian segera beralih lagi kebahasa Hibrani dan bagian pertama dari karya tersendiri dari pengarang jang satu dan sama djua. Satu dalam bahasa Aram (1-7 atau mungkin 2-6) dan satu lagi dalam bahasa Hibrani (7-12). Kemudian kedua kitab itu didjadikan satu, dan dalam pada itu prakatanja (1,1- 2,4a) diterdjemahkan dalam bahasa Hibrani dan bagian pertama dari karya Hibrani (7) disalin dalam bahasa Aram. Atau djuga, menurut ahli-ahli lain lagi: si pengarang mulai menerbitkan karyanja dalam bahasa Aram (2-7) dan kemudian beralih kebahasa Hibrani untuk melandjutkan kegiatan sasteranja dalam bahasa tsb. (8-12). Peralihan dapat diterangkan dari hidupnja kembali nasionalisme dan djiga karena hal-hal seperti jang diperbintjangkan dalam pasal 2 dan 7 itu agaknj kurang lajak ditulis dalam bahasa, jang diketahui umum. Ketika achirnja seluruh karya itu disatukan, si pengarang menulis prakata dalam bahasa Hibrani (1,1-2,4a) akan ganti prakata jang semula dalam bahasa Aram atas peristiwa jang ditjeritakan dalam pasal 2. Ini sudah barang tentu suatu pengandaian jang tjerdik, tetapi tidak lebih dari itu pula. Dengan tjara jang agak berlainan hipotese jang sama itu dikemukakan begini. Pasal 7-12 adalah karya jang sudah ada dari djaman jang lebih dahulu. Seorang pengarang lain mulai menulis tjerita- tjerita tentang Daniel dalam bahasa jang umum pada waktu itu, jaitu bahasa Aram, dan lalu mendjilidkannja. Karya itu hendak dilengkapinja dengan kitab Hibrani tersebut diatas. Kitab tsb. hendak diterdjemahkannja dalam bahasa Aram seluruhnja dan memang ia sudah menjalin bagian pertama dalam bahasa Aram (7). Tetapi kemudian dianggapnja terdjemahan itu, entah karena alasan apa, tidak mungkin atau tidak pada tempatnja lagi. Karena itu sisa teks itu diambilnja begitu sadja. Pada penerbitan seluruh karya itu, entah karena alasan apa, tidak mungkin arau tidak pada tempatnja lagi. Karena itu sisa teks tiu diambilnja begitu sadja. Pada penerbitan seluruh karya itu ditulisnja (atau diterdjemahkannja) prakata dalam bahasa Hibrani (1,1-2,4a). Kemungkinan jang ketiga, jaitu teks, jang aselinja Hibrani dengan terdjemahan untuk sebagian dalam bahasa Aram, oleh banjak ahli dianggap mungkin dan dapat diterima. Tapi alasan-alasa jang menjakinkan tidaklah dapat dikemukakan, mengapa sebafian sadja diterdjemahkan dan karena alasa apa dibuat peralihan ditempat hal itu menurut kenjataannja terdjadi. Achiru'l kata haruslah dikatakan, bahwa tiap-tiap pemetjahan tetap mangandung banjak ketidak-tentuan dan kesulitan.
Kitab itu sendiri terdiri atas dua bagian, jang dari satu sudut kuat gandingan, baik itu sendiri-sendiri maupunsatu sama lain, tapi dari lain sudut toh mengandung inkonsekwensi jang tidak sedikit dan malahan pertentangan- pertentangan. Bagian pertama (1-6) muat enam buah tjerita tentang tokoh utama kitab itu serta kawan-kawannja. Tjerita itu hampir sama dudunannja. Daniel (atau ketiga kawannja) diudji karena kejakuna keigamaan mereka. Tiap-tiap kali mereka tertolong dari kesukaran dengan tjara jang sedikit banjak adjaib. Hal itu mendorong radja (orang-orang kafirO untuk mengakui Allahnja Daniel (2,19;2,48;5,27;6,29) dan kawan-kawannja (3,30) ditinggikan. Selalu ditundjukkan, bahwa kebidjaksanaan Daniel, suatu kurnia dari Allah, djauh mengatasi kesanggupan djuru-djuru hobatan dan ahlunnudjum. Bagian kedua (7,12) terdiri atas empat buah penglihatan, jang didapat Daniel dalam hidupnja - tanggalnja tiap-tiap kali disebutkan. Seperti tjerita-tjerita itu, penglihatan- penglihatanpun amat sedjadjar. Ada sematjam susunan pilihan didalamnja. Sesudah dalam pasal 2 seakan-akan diberikan suatu pendahuluan singkat tentang empat keradjaan sedjagat, maka thema tsb. dikemukakan lagi dalam pasal 7 didalam bentuk lain dan djuga diperluas dalam pasal 8. Pasal 9 lalu lebih menundjukan perhatiannja jang chusus kepada jang keempat dari keempat keradjaan sedjagat itu, dengan lebih terperintji. Masa sedjarah itu lalu dalam pasal 10 mendjadi pokok perhatian jang satu-satunja. Dalam pasal 11-12 hal itu dilukiskan sampai peristiwa-peristiwa jang ketjil-ketjil. Diantar bagian pertama, tjerita-tjerita itu, dan bagian jang kedua, penglihatan-penglihatan, disamping susunan jang serupa itu, masih ada gandingan jang djauh lebih erat. Sebab thema jang umum menundjukkan kesaman jang mentjolok, kendati dalam bentuk jang samasekali berlainan. Dalam bagian pertama Daniel (dan kawan-kawannja). Tiap-tiap kali pahlawan-pahlawan itu diselamatkan oleh tjampurtangan Allah setjara adjaib, jang kekuasaannnja dan kekedjamannja bertimbal-balik, dan jang ganti-menggantikan setjara berturut-turut. Adapun jang terachir daripadanja melantjarkan pengedjaran terhadap orang-orang sutji Allah dan terhadap kekuasaanNja. Dengan tjampurtangan surga jang tiba-tiba dari pihak Allah musuh itu dipunahkan, orang- orang sutji diselamatkan dan keradjaan Allah ditetapkan. Djuga dalam bagian pertama musuh-musuh para pahlawan tidak djarang dihukum. Musuh-musuh itu ditelan njala api dari tungku (3,47) atau dilemparkan didepan singa (6,25) dan Baltasar sipenghodjat malahan dibunuh. Pasal 2 dengan mimpinj tentang lambang keempat keradjaan itu berdjalan sedjadjar dengan penglihatan Daniel kadang-kadang malahan sampai terperintji. Dan demikianlah kedua bagian itu digandingkan dengan amat eratnja. Bahwasannja tjerita-tjerit tersendiri dari bagian pertama itu toh ada sangkut-pautnja, terbukti lebih dari tjukup dengan gaja bahasa dan tjara pengolahan jang sama. Apa jang dikatakan dalam 4,5 tentang Daniel, jang sudah dikenal oleh radja, mengandaikan pasal 2. Kedudukan Daniel selalu sama (2,48;4,6;5,11). Tanpa pasal 1-4 maka 5,11-12 tidak dapat dimengerti; djuga 5,18-20 mengandaikan pasal 4. Pasal 3 mentjeritakan suatu kedjadian berkenaan dengan Anania, 'Azarja dan Misael, jang diperkenalkan kepada para pembatja dalam 2,6-8; dalam 2,17-18 mereka sudah diikut-sertakan dalam tjerita itu. Nama Babelnja Daniel selalu tetap sama (2,26;4,6;5,12) dan ungkapan jang aneh itu "roh sutji dewata" kembali berulang-ulang (5,5-6.11.14). Tetapi sebaliknja dapat ditundjuk pula pelbagai hal jang tak konsekwen. Pertobatan berulang-ulang dari Nebukadnezar (2,47;3,15.28-29.23-27) gandjil rasanja, karena radja, kendati itu, toh tetap sama djua. Daniel, jang diangkut oleh Nebukadnezar dari Palestina, harus mendapat didikan tiga tahun lamanja sebelum ia bertugas dihadapan radja. Namun demikian, dalam tahun kedua pemerintahan radja tsb. ia sudah melakukan tugas itu (1,18-19;2,1). Sesudah ia berada diistana dalam pemerintahan Nebukadnezar, namun Daniel tidak dikenalnja dalam 2,25-27. Menurut 2,17 Daniel sudah berada didekat radja dengan perantaraan Arjok, tetapi, kendati itu, dalam 2,24-25 ia harus dipersuakan oleh Arjok itu djuga berkenaan dengan perkara jang sama. Djika Danuel mendjadi tokoh utama dalam pasal, maka dalam pasal 3 ia tidak memainkan peranan samasekali. Kata "Chaldai" dalam 1 lain artinja dengan kata tsb. dalam pasal 2. Untuk "malaekat" dalam pasal 4 dipakai istilah "pendjaga sutji", istilah mana asing pada pasal-pasal lainnja. Hanja pasal 9 mengenal nama Jahwe, jang tidak terdapat lagi dalam seluruh kitab itu. Pasal 4 disusun dalam bentuk surat, jang dikatakan berasal dari Nebukadnezar; dan pasal 7 terdiri atas beberapa petilan jang simulai dengan rumus jang sama (7,9.14) dan disusun dalam bentuk laporan. Djika dalam pasal 6 kisah sudah mandju, menurut urutan waktu jang tepat, sampai radja Darios, maka dalam pasal 7 kisahnja kembali kekeruntuhan Babel lagi.
Kenjataan-kenjataan jang aneh ini menimbulkan pertanjaan: Bagaimana kitab itu terdjadi? Karena besarnja kesatuan seluruh kitab itu, agaknja haruslah diterima, bahwa kitab itu berasal dari pengarang jang satu dan sama djua dan disusun sebagai suatu kesatuan. Tetapi karena perbedaan dan hal-hal jang tak konsekwen itu, agaknja hal itu tidak mungkin. Untuk menerangkan semuanja itu, rupa-rupanja irang mesti menerima, bahwa tjerita-tjerita pasal 1-6 (atau mungkin 2-6) itu aselinja berdiri sendiri-sendiri, walaupun dari tangan pengarang jang sama. Baru kemudian dikumpulkan dan mungkin pula diolah kembali mendjadi suatu keseluruhan, boleh djadi dengan tambahan pasal 1. Si pengarang mula-mula menjiarkannja sebagai sebangsa "tjerita pendek" dan kemudian mendjilidkannja sendiri. Penglihatan-penglihatan itupun mula-mula berdiri sendiri-sendiri, tapi tidak djelaslah apa itu sedjak permulaan diterbitkan dalam suatu pengolahan sastera jang disengadja, jang tiap-tiap kali mendjadjikan lagi kepada pembatja dalam bentuk jang lain thema jang sama itu dengan tiap-tiap kali tambahan dan perluasan jang ketjil-ketjil. Dengan demikian si pembatja dibawa dari kesan umum jang pertama, jang merangsang keinginan-tahunja, kepengertian jang lebih terperintji dari thema itu. Djadi, penglihatan-penglihatan itu tiap-tiap kali mengenai perkara jang sama. Oleh karena parelelisme antara mimpi Nebukadnezar dengan penglihatan-penglihatan itu, haruslah peleburan penglihatan-penglihatan dengan tjerita-tjerita itu djuga datang dari tangan pengarang jang sama, jang mungkun pula ketika itu baru menambahkan pasal 2. Djadi, dalam kitab Daniel kita berhadapan tidak begitu sadja dengan kumpulan jang berlainan unsur-unsurnja, tapi dengan kitab sesungguhnja, jang tidak hanja disusun tapi djuga ditjiptakan sebagai suatu kesatuan, kendati dengan menggunakan unsur-unsur jang masing- masing berdiri tersendiri.
Dengan sendirinja timbullah pertanjaan, siapa gerangan pengarangnja dan didjaman mana ia telah menjusun karyanja. Pendapat klasik ialah bahwa tokoh utama kitab itu, jaitu Daniel, adalah djuga pengarangnja dan bahwa oleh karenanja kitab itu ditulis dalam pembuangan, antara tahun 587 dan 538. Tetapi pendapat itu tidak banjak pendukungnja lagi. Seperti telah dikatakan diatas, kitab itu sendiri tidak menjatakan ditulis oleh Daniel. Lagipula kitab itu menggunakan agak banjak kata asing, baik dalam bagian Hibrani maupun mbagian Aram, jaitu baik kata-kata Parsi maupun Junani. Nah, pengaruh Parsi baru kelihatan sesudah tahun 538, sesudah Babel direbut oleh Cyrus. Pengaruh Junani baru mulai terasa didjaman Parsi belakangan. Tetapi ada pul kata-kata (nama alat-alat musik dalam pasal 3), jang beberapa dari antaranja baru terdapat dalam bahasa Junani Arestoteles dan Plato. Karena itu haruslah kitab tsb. ditulis paling tidak didjaman Junani, jaitu sesudah tahun 300. Tetapi bilamana didjaman Junani itu? Ada ahli jang mengukuhi tanggal sekitar tahun 300. Tetapi kebanjakan ahli berpendapat, bahwa mereka dapat membuktikan, jang kitab itu baru ditulis dalam pemerintahan Antiochus I Epifanes (175-164 163). Djalan pikiran mereka begini. Didalam seluruh kitab, chususnja dalam pasal 2 dan didalam penglihatan-penglihatan, jang memperbintjangkan keempat keradjaan sedjagat itu, perhatian jang terbesar ditudjukan kepada keradjaan jang keempat, jaitu keradjaan Junani. Didalamnja tampillah radja tertentu kedepan. Dalam Dan. 11 sedjarah, kendati tanpa menjebutkan nama-nama, dilukiskan begitu terperintji, sehingga pastilah bahwa radja jang fasik itu memang adalah Antiochos epifanes. Sekalipun nubuat-nubuat jang sesunggunhnja mungkin, agaknja setidak-tidaknja mungkinlah, djika bukan pasti, bahwa si pengarang menjaksikan dengan matakepala sendiri kedjadian- kedjadian itu, dan oleh karenanja ia hidup dan menulis dalam pemerintahan Antiochos. Tetpi tentang keruntuhan Antiochos dalam 11,40-45 si pengarang bertutur begitu rupa, sehingga djelaslah hal itu masih terletak dikemudian hari dan adalah nubuat jang sebenarnja. Sebab didalamnja terletak dikemudian hari dan adalah nubuat jang sebenarnja. Sebab didalamnja ia tetap samar-samar dan menggunakan gambaran-gambaran, jang pada para nabi hampir-hampir mendjadi rumus tetap. Djadi dapatlah disimpulkan, bahwa kitab itu terdjadi dalam tahun 164. Karena si pengarang ternjata tidak menjaksikan pula, bahwa para Makabe merebut kembali baitullah dan mentahbiskannja lagi, maka kiranja kitab itu terdjadi sebelum Desember tahun 164, jaitu tanggal pentahbisan baitullah. Tetapi ada ahli-ahli chususnja ahli-ahli Katolik, jang berpendapat, bahwa kitab ini bertanggal lebihtua dan dalam keseluruhannja muat nubuat-bubuat jang sesungguhnja. Nubuat-nubuat itu kata mereka diolah kembali didjaman Antiochos menurut kenjataan-kenjataan, djuga disesuaikan dengannja. Tentu sadja hal itu mungkin, meskipun tidak begitu mudah membuktikannja, karena tidak dapat dibedakan antara jang aseli dan jang diolah. Dan karena perubahan-perubahan itu agak besar djuga, maka tetap benarlah, bahwa kitab itu mendapat bentuknja jang sekarang dan definitif (dalam naskah Hibrani) baru didjaman Makabe. Dapat pula, seperti dilakukan banjak ahli, penglihatan-penglihatan itu dikatakan berasal dari Daniel sendiri dan oleh karenanja ditanggalkan didjaman pembuangan. Mimpi Nebukadnezar dalam pasal 2 harus digolongkan kedalamnja pula. Penlihatan- penglihatan itu kemudian, jaitu didjaman Parsi, diolah lebih landjut. Kejadian- kedjadian jang dikisahkan dalam pasal 1-6 berlangsung didjaman pembuangan, tetapi baru kemudian mendapat bentuk sasteranja berdasarkan bahan jang kuno itu. Pada permulaah masa Junani kiranja segala bahan itu dikerdjakan mendjadi suatu keseluruhan dan dilengkapi serta diolah pengarang-redaktor jang satu dan sama djua. Seluruhnja itu katanja diselesaikan segera sesudah kemenangan-kemenangan Iskandar (sesudah tahun 323). Tetapi hipotese ini agaknja kurang mungkin karena alasan-alasan tersebut diatas dan djuga karena agak berbelit-belit tanpa dapat diberikan bukti-buktinja. Dugaan bahwa kitab itu terdjadi dalam pemerintahan Antiochos dalam tahun 164 agaknja adalah jang paling memuaskan. Motifnja sekali- kali bukanlah bahwasanja nubuat-nubuat itu tidak mungkin, tetapi terutama ialah tjorak chas kitab itu dan chususnja djelasnja tjara si pengarang membitjarakan Antiochos, sedangkan untuk waktu sesudahnja ia sangat samar-samar dan menggunakan rumus-rumus umum sadja. Mengenai sedjarah sebelum djaman itu ternjat pula ia kurang baik pengetahuannja, sehingga ia kadang-kadang meleset dan pada umumnja djuga djauh kurang terperintji pemberitannja. Tetapi haruslah diterima, bahwa untuk bagian tjeritanja si pengarang bersumber pada bahan kuni, jang tidak dapat dupungkiri segala sifat historisnja. Suatu penguatan walaupun bukan bukti, bahwa kitab Daniel, setidak-tidaknja dalam bentuknja jang definitif, muntjul didjaman belakangan, dapatlah dilihat dalam kenjataan, bahwasannja Sir. 44-49., jang toh menjebutkan segala tokoh besar dari masa lampau, rupa-rupanja tidak mengenal Daniel, orang bidjaksana jang trulung itu. Adapun kitab Sirah tsb. ditulis sekitar tahun 200-150.
Tjorak chas kitab itu memang dapat menoling untuk ikut menentukan waktu terdjadinja.
Bagian kedua kitab itu (7-12 dan djuga 2) digolongkan dalam apa jang disebut apokaliptik. Sedjak abad kedua sebelum Masehi sampai keabad ketiga sesudah Masehi ada sedjenis kesusasteraan jang chas, jang amat disukai orang-orang Jahudi (dan orang-orang Kristen). Kesusasteraan tsb., jang berakar dan mempunjai pendahulu-pendahulunja didaman jang sudah djauh lampu, disebut "Apokalips", jaitu "penjingkapan", atau "wahju", karan hal itu memperkenalkan diri sebagai pemakluman rahasia-rahasia Ilahi jang sidampaikan setjara chas kepada orang tertentu oleh Allah. Kesusasteraan itu dari sudut adalah sebangsa kelandjutan dari nabi-nabi lama, tetapi sekaligus menjimpang djauh pula darupadanja. Nabi- nabi lama bukan hanja dan bukan pertama-tama adalah penelah hari depan. Mereka adalah terutama djiribitjara Allah pada umatNja, jang diadjak mereka untuk bertobat. Dalam djabatan itu mereka kadang-kadang djuga menubuatkan perihal hari depan, pula hari depan jang djauh, dalam mana keselamatan akan terwudjudkan. Keselamatan itu pada umumnja mendjadi kenjataan didunia untuk menduga latarbelakang sedjarah jang semasa dengan mereka dan menjingkapkan makna ilahinja. Boleh djadi tugas itu djauh lebih penting daripada menubuatkan perihal hari depan. Dalam menafsirkan sedjarah djaranglah para nabi sampai lebih djauh dari djaman mereka sendiri serta kedjaduan-kedjadian jang konkrit. Pada umumnja bahasa m ereka djelas dan kuasan-kiasan merekapun sudah pasti tidak disengadja kabur, tetapi dapat dimengerti oleh kaum semasanja. Sebaliknja apokaliptik rupa- rupanja melulu mengenai hari depan. Kesusasteraan itu menubuatkan perihal maa depan bukan hanja dari bangsa Jahudi, tetapi menempatkan itu djuga dalam keseluruhan sedjarah dunia. Apokaliptik melingkupi seluruh sedjarah manusia, jang achirnja akan berkesudahan dengan bentjana jang umum. Bentjana itu membawa keruntuhan musush-musuh umat Allah, kadang-kadang djuga keruntuhan bagi para pendosa dari antara umat itu sendiri, dan keselamatan bagi orang-orang pilihan. Pada penghabisannja terdjadilah penembusan jang tiba-tiba dari keselamatan, jaitu keradjaan Allah, jang pada umumnja terwudjudkan didalam suatu dunia lain jang dibaharui dan jang dikerdjakan dari luar setjara langsung oleh Allah sendiri. Nubuat-nubuat tsb. dituang dalam bahasa jang amat kabur, jang menjukai lambang2 rahasia, jang sering tidak dapat ditangkap maknanja, dan angka2 musjkil untuk lamanja malapetaka dan kedatangan keradjaan Allah. Apokaliptik tidak dimaksudkan akan bertobatnja umat, melainkan bagi djaman achir dan keselamatan oleh Allah. Pemakluman itu djuga tidak diberitahukan setjara langsung oleh Allah, tetapi diterima dalam penglihatan2 dan mimpi2 jang begitu kabur sehingga harus diterangkan oleh malaekat. Penjingkapan2 tsb. dikatakan datang dari orang2 jang tersohor dari djaman kuni seperti Adam, Henok, Noah dsb. Tetapi ini adalah chajalan belaka dan jang disengadja. Pengarang jang sesungguhnja dalam penglihatan2 itu memberikan ichtisar sedjarah, pendek atau pandjang, sampai dengan kedjadian2 semasanja. Kemudian sesudah masa kesesakan bagi para mursjid, datanglah pembalasan Ilahi pada achir sedjarah. Sering dikatakan djuga, bahwa mereka jang katanja mendapat penglihatan2, diberi perintah unuk menjembunjikannja sampai waktunja jaitu waktu sipengarang jang sesungguhnja. Apokalips itupun hanja tersedua bagi sekelompik ketjil orang pilihan.
Apabila bagian kedua kitab Daniel dibandingkan dengan djenis kesusasteraan tsb., maka segera menjoloklah kemiripan jang aneh itu, walaupun dibandingkan dengan apokalips2 lainnja kitab Daniel masih sangat sederahana dan bersahadja, dan tidak muat gagasan2 dan pendapat2 jang kadang2 gandjil, sebagaimana tidak djarang muntjul dalam djenis kesusasteraan tsb. Pernah orang menamakan kitab Daniel - dan ini bukan samasekali tidak tepat - apokalips jang per-tama2 dan paling murni, jang belum digerogoti kemerosotan jang lekas membuat djenis kesusasteraan tsb. mendjadi umpannja. Bahkan dibandingkan dengan apikalips lain jang termasuk Kitab Sutji, jaitu Wahju Johanes dalam Perdjandjian Baru, maka kitab Daniel dalam hal bentuknja masih sederhana kelihatannja. Djika Dan 7-12 sungguh termasuk djenis kesusasteraan tsb., maka tidak begitu mengherankan lagi, kalau si pengarang dalam bentuk nubuat2 sesungguhnja menjadjikan sedjarah dan meletakkan tulisannja alam mulut orang lain, jakni Daniel, jang sebenarnja tiada sangkut-pautnja samasekali dengan itu. Lagipula adalah nirmal, bahwa kitab itu ditulis didjaman jang terutama mendapat perhatian si pengarang, jaitu djamannja sendiri. Tetapi itu tidak berarti bahwa kitab itu sekaligus djuga tidak merupakan nubuat. Djuga tulisan tsb., tidak berbeda dengan nabi2 lama, memberikan suatu tafsir sedjarah, bukan hanja dari djamannja sendiri, tetapi djuga dari masa jang sudah lampau dan masa jang akan darang. Memang didalamnja ada djuga nubuat2 janag sebenarnja, sedjauh si pengarang sungguh melihat sebelumnja masa terachir itu, walaupun ia dalam hal itu dengan sendirinja tidak dapat mendjadjkikan begitu terperintji. Djenis kesusasteraan tsb. dapat disesuaolan pula dengan adjarang tentang inspirasi Kitab Sutji. Sebab inspirasi dapat menggunakan tiap2 djenis kesusasteraan insani untuk memberitahukan perihal wahju Allah. APa jang dilakukan manusia dengan kemampuannja sendiri, se-akan2 didjamin didalam Kitab Sutji dan oleh karenanja, bebas dari sesatan dalam bidang keigamaan dan kesusilaan jang seirng mempengaruhi pemikiran2 apokalips itu, mendjadi alat dalam tangan Allah untuk memberitahukan kabarNja kepada manusia.
Bagian pertama (1-6) dalam arti tertentu mempunjai tjorak jang tidak lain samasekali. Pasal 2 dapat digolongkan begitu sadja kedalam apokaliptik dan pasal2 lainnja sampai taraf tertentu djuga. APa jang dalam bagian kedua terdjadi dalam rangka sedjagat itu, dalam bagian pertama dikonkretisir dalam diri beberapa oknum. Seperti dalam bagian kedua ada empat keradjaan jang memainkan peranan musuh, demikianlah dalam bagian pertama ada empat radja (Nebukadnezar, Baltasar, Sarios, Cyrus). Daniel dan kawan2nja sampai batas tertentu adalah perorangan dari umat Allah, maka dalam bagian pertamapun pahlawan2 itu ditolong oleh Allah setjara adjaib. Tetapi ada perbedaan besari ini antara bagian pertama dan bagian kedua, jaitu bahwa dalam bagian kedua semuanja dipindahkan kemasa depan, sedangkan bagian pertama memprijektir semuanja kemasa lampau. Dalam bagian kedua arahnja ialah dari masa lampau kemasa sekarang dan kemasa depan; sedangkan dalam bagian pertama arahnja terutama dari masa sekarang kemasa lampau. Kalau bagian kedua menggunakan penglihatan2, maka sebaliknja bagian pertama menggunakan kisah2 historis. Tetapi kisah2 itupun per-tama2 bermaksud menjampaikan adjaran. Dapatlah itu dinamakan "kisah kebidjaksanaan". Hal itu sudah ternjata dari tokoh Daniel, jang merupakan tjontohnja "sang Bidjaksana" dan malah karena daja adikodrati. Bahwasannja kedjadian2 itu berlangsung diistana radja, adalah sangat biasa pada kisah2 sematjam itu. Djuga logat bagian pertama kitab Daniel sangat mirip logat kesusasteraan kebidjaksanaan; djuga usaha untuk melukiskan dengan tadjam dan djelas jang baik dan jang djahat serta gandjaran dan hukuman jang sepadan dengannja, adalah sama2 bagi kedua2nja. Apabila dikatakan bahwa Dan. 1-6 itu adalah "kisah kebidjaksanaan", maka itu tidak berarti, bahwa seluruhnja adalah chajalan belaka. Si pengarang ternjata sedikit banjak unsusr historis dalam kitabnja. Sebaliknja ia tidak keradjangan sedjarah dan pengetahuan sedjarahnja digunakannja untuk tudjuannja sendiri. Dapatlah dikatakan, bahwa itu adalah kisah2 jang digubah, dalam mana dikerdjakan unsur2 sedjarah dan unsur2 tidak historis mendjadi satu keseluruhan. Kisah2 itu adalah kisah2 gubahan, jang diolah untuk kegunaan suatu adjara tertentu.
Djika demikianlah tjorak kitab Daniel, maka hal2 jang tidak tepat menurut sedjarah itu, dengan sendirinja tidak merupakan keberatan apappun djua. Pernah dikemukakan, bahwa dalam sedjarah Babel tidak ada tempat bagi seorang radja jang bernama Baltasar, tetapi dia adalah putera Nabonid, radja Babel jang terachir, dan tidak pernah naik tachta. Nabonid digantikan oleh jang merebut Babel, jakni Cyrus, dan bukan oleh seorang jang bernama Darios orang Media" (6,1). Tentang Darios itu bukan hanja tidak ketahuan sedikit djuapun, tetapi baginjapun tidak ada tempat sebagai pengganti Baltasar (Nabonid). Tentang penjakit Nabukadnezar, jang membuat dia beberapa lamanja tidak mampu untuk memerintah, djua tidak ketahuan sedikit djuapun. Dan lagi dalam pemerintahannja tidak ada sesuatu masa, dalam mana hal itu dapat terdjadi. Tidak mungkin pula Darios atau Cyrus telah mengeluarkan dekrit2 jang memerintahkan untuk menjembah dewa tertentu atau malah radja itu sendiri (6,8). Kesulitan2 tadi dan lain sebagainja memang bukan kesulitan2 jang riil lagi dalam kesusasteraan sematjam itu. Karena itu tidak ada gunanja pula memusingkan kepala tentang hal itu. Nilai jang riil dari kitab itu tidak ditentukan olehnja dan djuga tidak bergantung daripadanja.
Melihat tjorak kitab itu, maka dapaaat djuga diberikan djawaban atas pertanjaan mengenai tjorak historis tokoh Daniel. Kiranja ber-lebih2an untuk menjatakan dia seluruhnja sebagai suatu chajalan belaka. Sebab apokalips2 itu bermaksud meletakan nubat2nja dalam mulut tokoh2 jang tersohor dari djaman kuno, jang historis atau jang se-tidak2nja diterima umum sebagai historis. Demikianlah si pengarang kitab Daniel mengambil tokoh tertentu jan gterkenal, jaitu orang jang pernah hidup dalam pembuangan. Betul kita tidak tahu sedikitpun tentang tokoh sedemikian itu, ketjuali apa jang dibertahukan kitab itu sendiri, tetapi itu belum berarti, bahwa orang itu bagi orang2 jang semasa dengan pengarang adalah tokoh jang tidak dikenal pula. Sekiranja tidak dikenal umum, maka mustahillah si pengarang mengambilnja sebagai tokoh utama kitabnja. Bahwasanja demikian itu, tidaklah menjesatkan para pembatja didjamannja. Sebab mereka tahu, djenis kesusutasteraan apa kitab itu. Djika seorang pengarang moderen meletakkan romannja dalam mulut orang lain, mungkin seorang oknum dalam sedjarah, maka tidak ada pembatja moderen satupun teperdaja karenanja. Sebab ia tahu waktu membatja, bahwa ia berhadapan dengan sebuah roman, djadi dengan chajalan. Nah, kesusasteraan apikaliptis memilih nama tersohor sebagai pandji bagi kitabnja untuk menarik para pembatja, setiap orang tahu setelah membatjanja, apa sangkut- paut sebenarnja kitab itu dengan olnum tsb. Kalau kemudian orang berpendapat lain, maka hal itu disebabkan karena orang tidak tahu lagi tentang djenis sastera, jang digunakan dalam kitab tsb.
Nilai jang terutama dan arti jang tetap - pula bagi umat Kristen - dari kitab Danuiel terletak dalam kabar Ilahi jang disampaikannja. Si pengarang bermaksud menetapkan hati kaum sebangsanja, jang mendapat pertjobaan, dan mengukuhkan iman mereka. Dibawah pengedjaran jang hebat oleh Antiochos dapatlah dimengerti bahwa banjak mulai gojah dan menjangsikan djandji2 Allah, dan bahwa mereka mulai melepaskan harapan mereka akan hari depan. Itulah jang ditentang si pengarang. Ia memperlihatkan Allah sebagai jang menguasai dan memimpin sedjarah. Sedjarah hanjalah pelaksanaan rentjana Ilahi, jang tertudju kepada fase terachir. Allah mempunjai kuasa, dan kendati segala kekuasaan musuh, rentjanaNja akan terlaksana djua. Seluruh sedjarah menudju keachir itu dan bukanlah urutan fakta2 tersendiri tanpa banjak arti. Achir jang diarah oleh semuanja, ialah keradjaan Allah, dalam mana Allah pada achir djaman akan menetapkan pemerintahanNja untuk se-lama2nja dan dengan teguh. Dan pemerintahan Allah itu adalah djuga pemerintahan para mursjid dan pilihan. Djadi terhadap djalannja sedjarah, betapapun berat dan sulitnja, tidak usahlah orang mursjid merasa takut, dan kepertjajaan serta pengharapannja djangan sampai digojangkan karenanja. Sebab keradjaan Allah itu bukanlah buatan manusia, melainkan diberikan oleh Allah kepada orang2 pilihan sebagai anugerah, jaitu anugerah jang bertjorak keigamaan dan kesusilaan. Sebab keradjaan itu adalah suatu keradjaan tanpa dosa tapi dengan kesutjian (9,24) dan bukannja suatu keduniawi (12,3). Dalam kedatangan keradjaan itu para martir jang di-kedjar2 memainkan peranan jang chas (11,35;12,3), sehingga derita mereka se- kali2 tidak tanpa arti adanja. Sebaliknja kekerasan sendjata dan perang tidak ambil bagian dalam perwudjudan keradjaan Allah itu. Adjaran tentang penjelenggaraan Ilahi, jang tidak dapat tidak membimbing sedjarah kekedjajaan keradjaan Allah, sesungguhnja adalah jang terpenting dalam seluruh kitab itu. Dan bagaimana hal itu menurut maksud Allah menudju ke Perdjandjian Baru, sudah didjelaskan oleh Jesusu sendiri dengan menjamakan diriNja sendiri dengan Putera manusia dari Kitab Daniel (Mk.14,26; Mt.13,26;25,31 dan memandang diriNja sebagai penguntji sedjarah. Si pengarang kitab Danuel belum meluhatnja sampai terperintji dan perwudjudannja, tetapi dalam hakikatnja sebagai anugerah jang terachir dan definitif dari Allah. Adjaran Daniel tentang kebangkitan, se- tidak2nja dari sebagian orang2 mati (12,3) - dengan mana ia mendjadi jang pertama2 jang mengatakan hal itu dengan djelasnja mendapaat tempatnja pula dalam adjarannja tentang keradjaan Allah. Keradjaan itu, walaupun masih akan datang, toh meluas sampai kemasa jang lampau dan achirnja akan melingkupi semua orang mursjid dan pilihan. Makanja bukan tanpa maknalah, bahwasanja menurut indjil Mateus (21,52-53) orang2 mursjid jang mati itu bangkit, ketika Kristus sudah menjelesaikan tugasNja, untuk dengan demikian mendapat bagian dalam keradjaan Allah jang telah dibawaNja.
Karena kitab Daniel dalam nubuat2nja lebih berkenaan dengan masa lampau daripada dengan hari depan, maka orang menjalahgunakan kitab tsb. dan memperkosa artinja, apabila hendak menerapkan penglihatan2 itu kepada kedjadian2 sedjarah dan kepada sedjarah djamannja sendiri. Bahasa itu bukan chajalan belaka. Dalam sedjarah Geredja muntjul ber-ulang2 sampai dewasa ini. Tetapi ia harus selalu diberantas dengan tegas, karena merupakan perkosaan terhadap sabda Allah. Temasuk penjalahgunaan Kitab Sutji itu ialah, kalau orang mentjoba perkirakan achir dunia dengan pertolongan kitab Daniel. Achir dunia tidak dikenal oleh Daniel dan Putera-manusia sekalipun tidak mengetahui hari dan saatnja (Mt.24,36).! Djadi adalah suatu ketololan belaka, apabila orang toh menjalahgunakan sabda Allah sebagai dasar bagi chajalan dan impiannja sendiri. Keradjaan Allah, jang diwartakan Daniel itu, bukan bahan keinginan-tahu manusia, melainkan bahan iman akan Allah dan Jesus Kristus, jang membawa keradjaan itu kepada kita sebagai suatu anugerah.
PENDAHULUAN
BARUKH
Dalam terdjemahan Latin Vulgata terdapatlah sesudah lagu-lagu Ratap Jeremia sebuah kitab ketjil jang terdiri atas enam fasal, jang dikatakan berasal atas dua tulisan tersendiri, jakni kitab Baruch (1-5) dan surat atas nama Jeremia (6).
Didalam terdjemahan Junani kedua-duanja dibedakan dengandjelasnja dan malahan terpisah. Sebab didalam naskah-naskah umumnja Baruch tertera segera sesudah Jeremia, dan diikuti Lagu-lagu ratap dan achirnja Jeremia dengan djudul tersendiri.
Kedua tulisan itupun hanja terdapat dalam naskah-naskah Junani (dan Latin) dan sekali-kali tidak ada dalam naskah-naskah Hibrani. Maka itu oleh orang-orang Jahudi djuga tidak dimasukkan dalam Kitab Sutji dan dengan mengikuti orang-orang Jahudi maka Geredja-geredja Kristen bukan-Katolik djuga tidak menerima itu sebagai kitab termasuk dalam Kitab Sutji. Tetapi sebaliknja baik kitab Baruch maupun surat Jeremia oleh Geredja Kristen dari abad-abad permulaan dipandang dan digunakan sebagai Kitab Sutji. Sedjak pengarang-pengarang Kristen dari abad kedua dikutiplah teks-teks dari kitab-kitab tsb, sebagai Kitab Sutji, walaupun umumnja dibawah nama Jeremia. Sebab Baruch dipandang sebagai suatu lampiran kitab nabi Jeremia, sedang surat itu dengan tegasnja disebutkan dengan namanja. Dari antara pengarang-penarang kristen sesungguhnja hanja S.Hieronimus jang rupa-rupanja tidak menggolongkannja kedalam kitab-kitab sutji, karena tidak didapatkanja didalam Kitab Sutji Hibrani, jang dikukuhi mati-matian oleh bapak Geredja tsb. Tetapi ada beberapa keterangan dari djaman kuno, darimana dapat disimpulkan bahwa orang-orang Jahudi membatjakan kitab Baruch itu didalam synagoga-synagoga mereka dan bahwa pada merekapun pernah kitan tsb.mendapat tempatnja didalam Kitab Sutji. Pada mazhab Qumran rupa2rupanja surat Jeremia (dalam bahasa Junani) itu dipergunakan, karena beberapa fragmen tulisan tsb.terdapat pada dokumen-dokumen jang ditinggalkan oleh mazhab itu.
Namun soal jang samasekali lain ialah, apakah kitab Baruch dan surat Jeremia aselinja ditulis dalam bahasa Hibrani atau mungkin dalam bahasa Aram. Jang sudah terang ialah bahwa kedua tulisan itu sampai kepada kita hanja dalam bahasa Junani sadja. Walaupun masih ada beberapa ahli jang berpendapat bahwa surat Jeremia itu aselinja ditulis dalam bahasa Junani oleh karena murninja bahawa Junani jang digunakan, namun sekarang hampir semua ahli sependapat, bahwa itu adalah terdjemahan (jang baik) dari naskha jang aselinja Semitis; djadi dengan itu kembali kepada pendapat lama. Anggapan tsb. tidak hanja bersandarkan keterangan beberapa bapak Geredja, tetapi djuga kenjataan, bahwa teks Junani kadang-kadang hanja dapat dimengerti dari dalam naskah jang aselinja Hibrani, jang diterdjemahkan setjara salah. Persoalan tsb. lebih sulit berkenan dengan kitab Baruch. Maka itupun ada banjak pendapat. Banjak ahli beranggapan, bahwa kitab itu seluruhnja ditulis dalam bahasa Hibrani dan kemudian diterdjemahkan kedalam bahasa Junani oleh pelbagai penterdjemah; hal mana dapat menerangkan perbedaan bahasa, jang terdapat didalamnja. Sebaliknja ahli-ahli lain berpendapat, bahwa sebagian dari kitab itu aselinja Hibrani dan sebagian lagi aselinja Junani. Bagian mana termasuk jang satu atau jang lain, masih diperdebatkan lebih landjut. Tidak sedikit ahli mengira dapat mengatakan dengan pasti, bahwa seluruh bagian pertama (1,1-3,14) aselinja dalam bahasa Hibrani, sedangkan ahli - ahli lain membaginja lagi mendjadi dua, jang satu Junani (1,1- 14) dan jang lain Hibrani (1,15-3,8). Pendapat terachir ini kiranja lebih mungkin.Dianggap lebih mungkin pula, bahwa 3,9-4,4 pun aselinja Hibrani, walaupun hal tsb, ditentang oleh pelbagai ahli. Untuk 4,5-5,9 oleh kebanjakan ahli diterima teks Junani aseli. Terangkanlah persoalan ini tidak mudah dipetjahkan.
Isi dan pembagian KITAB BARUCH amat djelas rangkanja
Setelah prakara historis (1,1-14) tentang terdjadinja kitab tsb, jang dibatjakan Baruch didepan sekelompok orang buangan di Babel dan dengan disertai surat kemudian dikirim bersama dengan uang derma ke Jerudjalem untuk dibatjakan pula disana, berikutlah dia tobat (1,15-3,8), jang terdiri atas pengakuan salah (1,15-2,35 dan permohonan untuk mendapat ampun dan kembalinja dari pembangunan (3,1-8). Bagian kedua memuat lagu pudjian kepada kebidjaksanaan ilahi (3,9-4,4), jang disamakan dengan Taurat Musa. Kebidjaksanaan tadi tidak dapat diperoleh manusia (3,15.31), karena malulu milik Allah adanja (3,32-36). Tetapi Ia telah menganugerahkannja kepada umatNja (3,37-4,4). Kesemuanja itu merupakan suatu andjruan untuk kembali kepada kebidjaksanaan itu, jaitu untuk menepati Taurat (3,9-14). Bagian ketiga (4,5-5,9) terdiri atas dua andjuran. Jerusjalem, jang diperorangkan, berseru dalam bentuk lagu ratap kepada rakjat, chususnja kepada kaum buangan, untuk menaruh kepertjajaan dan pengharapan; serupa itu disertai dengan antjaman lawan para penindas (4,30-5,9) dan mendjandjikan kepadanja kembalinja kaum buangan dan semarak jang baru.
didalam keseluruhannja tampaklah djalan pikiran umum jang djelas. Pendahuluan itu melukiskan situasi Israil, jaitu pembuangan. Dengan menjatakan bahwa pembuangan itu adalah hukuman atas dosa (1,13) dipersembahkan bagian pertama itu. Didalam bagian pertama itu Israil mengakui kesalahannja, ketidaksetiaannja kepada Taurat, hal mana membenarkan sepenuhnja hukuman itu. Tetapi Israil mhon kerelaan Allah, supaja dosa-dosanja diampuninja dan supaja bangsa dipulihkan. Pertobatan, jang dilakukan setjara demikian itu, adalah pertobatan kepada hukum Allah, kepada kebidjaksanaanNja, jang lalu dimuliakan dan dipudji dalam bagian kedua. Ketidak-setiaan kepada kebidjaksanaan itu mendatangkan hukuman, sedangkan pertobatan mendjamin kebahagiaan. Kebahagiaan lalu dilukiskan dalam bagian terachir sebagai kembalinja dari pembuangan, punahnja musuh dan kedjajaan Jerusjalem.
Kendati kesatuan jang tak dapat dipungkiri itu, masih dapat djuga dikemukakan pertanjaan, bagaimana kitab itu terdjadi. Apakah kitab itu suatu keseluruhan jang aseli, jang ditjiptakan dan ditulis sebagai suatu kesatuan oleh pengarang jang satu dan sama djua, ataukah kitab itu merupakan suatu kumpulan dari tulisan-tulisan jang sudah ada, jang berlainan tjoraknja serta asalnja? Selama orang berpendapat, bahwa kitab itu ditulis entah oleh Jeremia entah oleh paniteranja, jaitu Baruch dengan sendirinja orang mengukuhi kesatuan seluruh kitab itu. Sekarangpun masih ada ahli, jang jakin akan hal itu, meskipun orang mau mengetjualikan 3,9-4,4, jang katanja suatu tambahan belakangan kepada kitab Baruch. Tetapi ada lebih banjak ahli, jang menjangsikan kesatuan kitab itu dan malahan jang menjangkalnja sama sekali. Kitab itu kiranja tersusun atas sedjumlah tulisan tersendiri dari pelbagai pengarang dari djaman jang berlainan. Pertama-tama tersendiri, bahwa mungkin sekali tidak semua bagian aselinja ditulis dalam bahasa jang sama; kenjataan tsb, merupakan petundjuk jang kuat bagi adanja bebrapa pengarang. Tambahan pula ada perbedaan pemakaian bahasa, hal mana djuga menundjukkan adanja beberapa pengarang. Pula bahwa sebagian disusun dalam bentuk prosa dan sebagian lagi dalam bentuk puisi, dapatlah diterima sebagai penguatan kesan tsb, walaupun bukan bukti jang djitu. Lagipula: walaupun sebangsa kesatuan tidak dapat dipungkiri, namun bagian-bagian tersendiri dari kitab itu tidaklah amat kuat gandingannja satu sama lain. Pengakuan salah (1,15- 3,8) adalah sekumpulan rumus-rumus tetap, jang diambil dari Kitab Sutji dan dari doa-doa pertapaan jang serupa dari Perdjandjian Lama. Teranglah itu bergantung dan adalah suatu saduran dari doa Daniel (9,4-20). Rumus-rumus doa itu tjoraknja dan dapat diterapkan kepada banjak situasi jang berlainan. Orang tidak dapat mengelakkan kesan, bahwa si penjusun kitab itu menerapkan teks-teks jang sudah ada kepada konkrit didjamannja. Berlainan samasekali dari pengakuan dosa dalam bentuk prosa itu ialah lagu pudjian dalam bentuk puisi kepada kebidjaksanaan (3,9-4,4). Dalam seluruh petilan itu sekali-kali tidak disinggung kembalinja pembuangan. Israil sudah lama tinggal dinegeri asing (3,10) karena telah meninggalkan kebidjaksanaan.Namun demikian, tidak diletakkan tekanan jang kuat diatas kenjataan tsb.sebagai hukuman atas dosa-dosa. lagu tsb. djika tidak bergantung, toh amat mirip bagian-bagian tertentu dari kitab-kitab kebidjaksanaan (Ijob 28,12-28;Ams.8,22-31; Sir.24), sedangkan pengakuan salah itu menampakkan suasana jang berlainan samasekali. Antara 4,5-5-9 dan 1,1-3,8 ada suatu kesamaan, sedjauh kedua-duanja itu mungkinlah latar-belakangnja pembuangan. Tetapi djuga hanja sampai itu sadja kesamaannja. Kalau bagian pertama itu prosa belaka, maka bagian terachir adalah puisi. Bagian pertama mengenal sebangsa kerelaan hati terhadap musuh, jang telah mengangkut Israil kepembuangan (1,11;2,24) sebagai alat penghukum dalam tangan Allah. Sedangkan bagian terachir lebih disemangati dengan rasa bentji jang hebat kepada para penindas dan dengan keinginan untuk membalas dendam (4,31-33). Dalam bagian pertama orang memperkirakan masa pembuangan jang lama, jang baru sadja dimulai (1,1-2.12),sedangkan dalam bagian terachir pengangkutan kepembuangan itu sudah djauh lampau. Saat kembali dari pembuangan rupa-rupanja sudah dekat-sekali (5,5- 9).
Mengikat alasan-alasan tsb. dan alasan lainnja lagi, rasanja mustahil bagi banjak ahli, untuk memegang teguh kesatuan pengarang serta waktu asalnja. Tetapi bagaimana sebenarnja terdjadi, tidaklah begitu musah menentukannja. hampir tak terbilanglah pendapat, jang dikemukakan para ahli. Sudahpasti harus ditolaklah anggapan, jang hendak menanggalkan seluruh kitab itu atau sebagian daripadanja sesudah runtuhnja Jerusjalem dalam tahun 70 sesudah masehi. Katanja, Nebukadnezar (1,11) itu ialah kaisar Domitianus dan Baltasar itu Titus, jang merebut Jerusjalem. Ahli-ahli lain mau mempertalikan kitab itu dengan perebutan Jerusjalem oleh Pompeius dalam tahun 63 sebelum Masehi. Pada hemat kami inipun tidak mungkin dan sekali-kali tidak terbukti. Kendati masih hanjak hal jang tidak pasti, namun pada hemat kami mungkinlah dugaan jang berikut ini.Karena bar. 1,15-3,8 djelaskan bergantung dari Daniel 9,4-20, maka bagian itu haruslah dari waktu belakangan. Kalaupun doa tobat Daniel itu tambahan belakangan dalam kitabnja, namun dapatlah dikatakan bahwa kitab Daniel sudah memuat petilan itu sekitar tahun 165 sebelum Masehi. Maka Bar. 1,15-3,8 dapat ditanggalkan pada djaman itu pula. Karena Bar.3,9-4,4 sangat mirip Sir 24 dan Sirah dapat ditanggalkan antara tahun 200-150, maka bagian kita Baruch ini dapatlah berasal dari djaman dan lingkungan jang sama djuga. Dapatlah dikatakan dari djaman sebelum pemberontakan Makabe dalam tahun 167. Bagian ketiga (4,5-5,9) menundjukkan persesuaian jang amat kuat malahan menurut hufur-huruf dengan mazmur-mazmur apokrit Sulaiman, jang ditulis sekitar tahun 63 sebelum Masehi. Untuk menarik kesimpulannja bahwa itu berasal dari waktu jangsama, adalah mungkin tapi sukar dibuktikan. Karena Bar.4,5-5,9menundjukkan kesamaan dengan Sir. 36, maka bagian tsb.lebih baiklah ditangalkan dimasa jang sama seperti 3,9- 4,4, djadi antara tahun 200 dan 150. Prakata historis rupa-rupa lebih baik ditempatkan didjaman para Makabe, kira-kira didjaman kitab Daniel, karena seperti dalam kitab tsb.(5,2.22)Baltasar disebut putera Nebukadnezar (Bar 1,11). Bilamana dan tempatnja bagian-bagian itu dikumpulkan mendjadi kesatuan seperti sekarang ini adanja, sukarlah dikatakan. Kiranja orang mendekati kebenaran, kalau ia mengirakan antara tahun 150 dan 100. Bagaimanapun djua pada hemat kami orang tidak dapat mengemukakan alasan-alasan jang kuat untuk menanggalkan kitab itu sampai sesudah tahun 100 sebelum Masehi.
Djika kitab itu terdjadi dengan tjara tersebut diatas atau jang serupa, maka djelaslah, bahwa keseluruhan atau sebagian kitab itu tidak datang dari tangan panitera jang setiawan dari nabi Jeremia, jaitu Baruch (Lih.Jr 32,12-14:36,4- 15.18.32;45,1-5;43,2-7). Djudul kitab dan penanggalan jang disebutkan didalamnja haruslah dipandang sebagai suatu chajalan sastera, sebagaimana lazimnja pada orang-orang Jahudi sesudah pembuangan dan oleh karenanja djuga tidak menjebabkan banjak kesulitan berkenan dengan adjaran Katolik tentang inspirasi. Kitab itu kiranja dikatakan dari Baruch, karena erat hubungannja dengan nabi Jeremia, jang tidak hanja menubuatkan tapi djuga mendjaksikan dengan mata-kepala sendiri pembuangan itu sebagai hukuman atas bangsa itu. Tentu sadja samasekali tidak mungkinlah, menjebutkan nama-nama tertentu untuk pengarang-pengarang bagian- bagian tersendiri dan untuk penjusun keseluruhnja; mereka semua tetap anonim.
Adjaran jang termasuk dalam kitab Baruch adalah sedjalah dengan pendapat- pendapat umum dari Perdjadjian Lama, chususnja dari para nabi dan kitab-kitab Kebidjaksanaan. Anehnja si pengarang ternjata belum mengetahui sedikitpun tentang pembalasan sesudah mati atau tentang kebangkitan badan. Karena hal itu dikonstatir djuga dalam kitab Sirah, maka agaknja si penjusun termasuk dalam aliran jang sama di Israil. 'Walaupun doa pertapaan doa pertapaan Baruch itu mirip dengan doa tobat Daniel (9), namun di penjusun tidak mengenal kitab Daniel seluruhnja, karena Daniel dengan djelasnja mengadjarkan kebangkitan orang-orang mati.
Kechasan kitab Baruch ialah kesadaran jang kuat telah berbuat dosa; dosa-dosa itu dihukum dengan seadil-adilnja oleh Allah. Tetapi kesemuanja itu tidak memadamkan harapan, karena kepertjajaan manusia disandarkan bukan atas peruatannja sendiri atas belaskasihan Allah. Harapan tadi pada achir kitab itu tertudju kehari depan. 'Walaupun sedikit djua tidak mengenai al-Masih jang berpribadi, namun kitab Baruch melandjutkan dengan tjaranja sendiri harapan Israil akan masa depan.
Harapan akan masa depan jang penuh kemuliaan itu malahan akan melebihi kurnja jang terbesar kepada Israil, jaitu Kebidjaksanaan ilahi jang terdjelma dalam Taurat Musa. berhubungan dengan Taurat tsb. kitab Baruch mempunjai pendapat jang amat tinggi. Sebab Taurat itu tidak dilihat pertama-tama sebagai sekumpulan peraturan-peraturan, melainkan sebagai pemakluman jang penuh rahmat dari kebidjaksanaan Allah, dari hakekatnja ilahiNja sendiri jang hendak mendjadi pedoman bagi tingah-laku manusia dan dengan itu menuntunnja kearah kebahagiaan. Dengan mengarahkan pandangan pula kehari depan, maka kitab Baruch djua merupakan persiapan akan pemakluman diri jang terachir dan total dari Allah didalam Perdjandjian Baru dalam diri kebidjaksanaan berpribadi, dari Allah jaitu dalam Sabda jang mendjelma mendjadi manusia, jang tidak menghapus melainkan menggenapi dan menjelesaikan Taurat atau pemakluman diri jang lama.
SURAT JEREMIA adalah tulisan jang agak murah dan kasar lawan pemudjaan patung- patung berhala, djadi sebangsa surat pengedjek. Namun surat itu tidak ditumdjukkan kepada kaum kafir, melainkan lebih-lebih kepada orang-orang Jahudi didalam pembuangan, guna melindungi mereka terhadap bahaja ibadah Babel dengan upatjara-upatjara jang meriah. tulisan itu sedjalan dengan kedua tjeritera terachir dari kitab Daniel (Junani, fasal 14) dan dengan Js.40,19- 20;41,7.23;44,9-20;45.16.20;46,6-7 dan dengan edjekan jang dimuat lagi dalam kitab Kebidjaksanaan (13,10-19:14,8-21;15.15-17). Surat Jeremia hanjalah perkembangan lebih landjut dari Jr. 10.13-16 dan pastilah bergantung padanja. Djadi sedikit sadja jang aseli dalam surat jang tersusun atas sepuluh petilan paralel, jang tiaptiap kali dikuntji dengan rumus jang serupa (14.22.28.39.44.51.56.64.68.71).
Si pengarang membuat patung-patung berhala dan djuga tidak berdajanja berhala- berhala kafir itu mendjadi tertawaan, untuk lalu dibandingkan dengan kekuasaan Allan jang benar dari Israil. Pemudjaan patung-patung, jang dimaksudkan si pengarang, memang adalah pemudjaan patung-patung di Babel didjaman belakangan. Pendapat jang lebih umum dari kaum kafir ialah bahwasanja patung itu sungguh ilah itu sendiri, bukan hanja manifestasi atau lambang sadja dari ilah itu. Patung dan ilah itu, walaupun setjara adjaib,adalah satu dan sama djua. Memang ada beberapa orang tjerdik-pandai, jang tahu membedakan patung dan ilah dengan djelas, tapi pedapat jang lebih umum dan tidak hanja populer sadja tidak membedakan hal itu. Djadi si pengarang dapat dengan beralasan menandaskan, bahwa dewata kafir itu buatan tangan manusia dan lebih tak berdaja daripada para pembuatnja sendiri. Tak berdajanja dewata itu membuktikan dengan amat djelasnja, bahwa dewa-dewa itu memang bukan ilah. Hanja Allah Israil patut akan nama itu, karena Ia sungguh-sungguh kuasa. Betul hal itu tidak dinjatakan dengan tegas, tetapi hal itu sudah sewadjarnja bagi orang Jahudi jang beriman, jang mempunjai pengertian tentang Allah, dengan mana dipengarang mengadakan perbandingan.
Walaupun orang lama mengukuhi, bahwa surat ini sungguh surat aseli dari Jeremia, namun sekarang ini umumnja orang jakin, bahwa itu adalah suatu pseudonim, nama samaran sadja. Apa jang dikatakan sipengarang tentang lamanja pembuangan, jaitu tudjuh angatan (2) tidak dapat disesuaikan dengan tudjuh puluh tahun dari Jeremia (25,11;29,10), tetapi adalah lebih suatu usaha untuk menjesuaikan tudjuh puluh tahun itu dengan kenjataan, bahwa pembuangan itu sesudah ketudjuhpuluh tahun itu masih djuga belum berachir seluruhnja. Djuga sangat tepergantungannja surat itu dari Jr. 10,13-16, petilan mana umumnja tidak dianggap aseli, tidak membenarkan Jeremia sebagai pengarang surat itu. Seluruh djalan pikiran surat itupun berbeda dari djalan pikiran Jeremia. Apa jang dikatakan tentang tak berdajanja berhala-berhala itu (49.55) bagi orang-orang jang menjaksikan runtuhnja Jerusjalem, dapat djuga dipakai lawan Jahwe. Bahwasanja surat itu tidak dimasukkan dalam daftar kitab-kitab sutji Jahudi agaknja djuga melawan keaseliannja; mana boleh surat Jeremia jang aseli tidak diakui? Dari kenjataan itu dapat disimpulkan, bahwa surat itu baru ditulis sesudah pembuangan, karena beberapa kitab dari djaman sesudah pembuangan (I.II.Mak.,Sir.,Kebidjak.) djuga tidak terdapat dalam kanon Jahudi. Sekalipun sudah diterima bahwa Jeremea bukan pengarangnja, namun nama lainnja tidak dapat disebut, sehingga pengarangnja tetap anonim sadja.
Bahwasanja tulisan itu disiarkan dibawah nama Jeremia, dapatlah dimengerti. Sebab Jeremia sungguh-sungguh telah menulis surat kepada kaum buangan (Jr.29;Lih.III Mak 2,2). Tambahan pula sipengarang mengambil suatu petikan dari kitab Jeremia (10,13-16) mendjadi dasar bagi tulisannja. Karena itu dapatlah dimengerti, mengapa ia menaruh tulisannja dibawah kewibawaan Jeremia, nabi jang besar itu, atau mengapa orang lain berbuat demikian setelah tersiarnja surat itu.
Waktu terdjadinja surat Jeremia itu dapat ditentukan dengan ketelitian dan kepastian jang agak besar. Ketudjuhpuluh tahun pembuangan jang dinubuatkan Jeremia itu, sudah lewat. Sebab si pengarang memberikan tafsiran lain kepada tahun-tahun itu(2). Sebaliknja ketudjuh angkatan, jang dinjatakan sebagai djangka waktu itu, njata belum berlalu. Pembuangan itu dimulai dalam tahun 587 dan kalau itu dikurangkan dengan tudjuh angkatan (tudjuh kali 40 tahun),maka orang sampai ketahun 307 sebelum Masehi. Karena djangka waktu tsb. belum lewat, maka surat itu harus ditanggalkan tanggal itu.
Artaxerxes II (409-338) memadjukan pemudjaan patung-patung berhala didalam keradjaannja dan didjaman itu dapatlah dimengerti, bahwa pemudjaan berhala- berhala Babelpun mengalami kesuburan jang besar. Djadi dapatlah surat itu ditanggalkan didjalam itu. Djika II Mak.2,2 sungguh membuat sindiran atas surat itu, maka surat tsb, dikenal didjaman itu; dikenal didjaman itu; kalau begitu, maka surat Jeremia bagaimana djua harus ditanggalkan diwaktu sebelum tahun 164 sebelum Masehi, tanggal surat jang tertera dalam kitab Makabe, jang memuat sindiran tsb.
Ende: Daniel (Pendahuluan Kitab) PENGANTAR KITAB PARA NABI
PENDAHULUAN
Kitab para nabi, jang terdjemahan Indonesianja kami sadjikan bersama ini, memuat
sedjumlah tulisan kenabian, jak...
PENGANTAR KITAB PARA NABI
PENDAHULUAN
Kitab para nabi, jang terdjemahan Indonesianja kami sadjikan bersama ini, memuat sedjumlah tulisan kenabian, jakni tudjuhbelas (Lagu ratap termasuk djenis sastera lain), jang merangkum djangka waktu antara l.k. 750 dan 200 seb. Mas. Tulisan2 itu mewakili suatu aliran kuat dalam agama Israil, jang sebelumnja sudah ber-abad2 lamanja berlangsung. Kitab2 nabi itu merupakan puntjak dan buah masak2 dari kurnia kenabian jang mengalami sedjarah dan perkembangannja sendiri sebelum menghasilkan buah2 jang terpelihara dalam kitab para nabi. Kurnia kenabian itu boleh dianggap sebagai kechasan agama Israil jang mentjapai kepenuhannja dalam diri Jesus Kristus.
Namun demikian kurnia tsb. boleh ditempatkan dilatarbelakang jang lebih luas dan melewati perbatasan bangsa Israil dan Perdjandjian Lama. Sebab beberapa gedjala jang diketemukan dalam keterangan2 Kitab Sutji tentang aliran kenabian terdapat pula pada bangsa2 tetangga Israil, jang serumpun dengannja; dengan perkataan lain: pada bangsa2 Semit pada umumnja (bangsa2 Semit ialah bangsa2 keturunan Sem menurut Kitab Sutji). Tidak disangkal, bahwa gedjala2 kenabianpun terdapat pada bangsa2 lain, akan tetapi kalau demikian, agak djarang2 saja ada. Tokoh2 besar dari agama lain, seperti Budha dan para Reshi Hindu tidak boleh dibandingkan dengan nabi2 Israil apalagi filsuf seperti Kon Fu Se atau Lao Tse. Sebaliknja pada bangsa2 jang mendiami negeri Kena'an sebelum Israil memasukinja dan pada bangsa2 disekitar Israil diketemukanlah gedjala2 jang mirip gedjala2 kenabian di Israil. Kitab Sutji sendiri mentjeritakan mengenai "nabi2 Baal dan nabi2 'Asjera", jang menjertai permaisuri Izebel jang berasal dari Fenesia (1Ra 18:19; bdk. 2Ra 10:19). Diluar Kitab Sutjipun ada berita tentang "nabi2" di Mesopotamia dan Palestina. Tjontoh jang paling djelas ialah Muhammad, orang jang berbangsa Arab, djadi berbangsa Semit, dan tokoh2 kenabian lain jang mendahuluinja di Arabia. Penjerupaan Muhammad dengan nabi2 Israil tentu sadja tidak terpungkiri.
Bukan maksud kami untuk begitu sadja menjamaratakan kurnia kenabian di Israil dengan gedjala2 jang serupa pada bangsa2 Semit jang lain. Namun demikian kiranja boleh diterima, bahwa kurnia ilahi jang chas itu mendapat tanah jang subur dalam watak bawaan bangsa2 Semit. Watak alamiah digunakan oleh Allah untuk maksud- tudjuanNja sendiri; bawaan itu diangkat serta dihaluskan oleh anugerah ilahi, jang dapat bertumpu pada sifat alamiah tanpa merusakkannja. Bangsa Israil seakan2 ditjiptakan oleh penjelenggaraan Allah sedemikian rupa sehinggga pada waktunja dapat dianugerahi kurnia kenabian jang chas. Itulah sebabnja maka orang tidak usah heran atau kaget, pabila diluar Israil pun terdapat gedjala2 jang segera mengingatkan kurnia kenabian Perdjandjian Lama. Kemiripan jang kelihatan tidak usah mengurangi sedikitpun keaselian kurnia kenabian di Israil. Dan untuk mempertahankan keistimewaan umat Allah tidak perlu orang menjangkal kesamaan jang njata. Kesamaan itu kan dibarengi dengan perbedaan asasi, meskipun perbedaan itu tak kelihatan sekalipun. Demikian misalnja orang boleh menerima, bahwa Muhammad melandjutkan, bahkan menjelesaikan serta menutup aliran kenabian bangsa2 Semit, tanpa menerima bahwa tokoh itu adalah landjutan dan penjelesaian kurnia kenabian Perdjandjian Lama. Bagi kita ini Jesus dari Nasaret adalah nabi terachir dari para utusan Allah kepada umatnja jang terpilih, jakni Israil. Nabi2 jang diketemukan dalam Perdjandjian Baru sama sekali lain tjorak dan tugasnja. Tapi tanpa keberatan sedikitpun Muhammad boleh dipandang sebagai penutup aliran kenabianalamiah jang terdapat pada bangsa2 Semit pada umumnja. Jang pertama terletak dibidang adikodrati jang bertumpu pada susunan alamiah, pada hal jang kedua adalah alamian belaka. Perbedaan njata antara kurnia kenabian sedjati di Israil dengan gedjala2 kenabian pada bangsa2 kafir disekelilingnja kiranja boleh diringkaskan sbb.: Kurnia kenabian bersifat etis, kesusilaan, oleh karena berasal dari Allah jang etis tjoraknja. Kurnia itupun menentang atau sekurang2nja mengatasi keinginan dan harapan nasional. Tetapi nabi kafir tidak mempunjai tjorak etis dan selalu berbatas kepentingan dan keinginan bangsanja sendiri. Muhammad tentu ada tjorak etis padanja djuga dan ia melampaui batas duku dan bangsanja. Tetapi tjorak itu pada Muhammad djauh kurang njata dari pada para nabi Israil.
Selandjutnja disini dibahas hanja kurnia kenabian jang merupakan kechasan dan keistimewaan umat Allah dari Perdjandjian Lama.
Tetapi perlu segera ditambahkan, bahwa kurnia kenabian itu merupakan suatu gedjala jang amat madjemuk dengan sedjarah dan perkembangannja sampai kepuntjak. Keterangan2 jang disadjikan Kitab Sutji sendiri djauh dari terang dari segala sudut dan seginja. Istilah "nabi" dan "bernubuat" ada pelbagai maknanja. Perkataan "nabi" sendiri (demikianpun bunjinja dalam bahasa Hibrani) tidak memberi banjak pendjelasan. Arti perkataan itu ialah: berseru, berbitjara, memaklumkan. Tetapi istilah itu tidak mengatakan sedikitpun tentang siapa jang berbitjara atau apa jang dikatakan. Memang Kitab Sutji sendiri memberikan suatu keterangan, jakni dalam kisah panggilan Musa (Kel 4:15-16; 17:1) Musa diutus Allah kepada Fare'o. Tetapi Musa menolak oleh karena tidak fasih lidah. Ia lalu diberi pembantu, jakni adiknja Harun, jang akan mendjadi djurubitjaranja. Ia adalah "mulut" Musa dan Musa mendjadi "Allah" Harun. Di depan Fare'o Musa mendjadi Allah dan Harun nabinja. Djadi "nabi" disini "djurubitjara Allah". Sudah barang tentu arti kata itu dengan tegas lagi ringkas menundjukkan tugas nabi2 besar jang tampil kedepan dalam kitab para nabi. Tetapi dalam Kitab Sutji sendiri istilah jang sama dipergunakan sehubungan dengan tokoh2 lain serta kegiatan mereka.
Kelompok2 orang ekstatisi jang memainkan peranannja dalam ibadah kadang2 disebut
"nabi" dan mereka "bernubuat dalam ekstasenja. Disekitas Sjemuel, jang melajani
tempat sutji di Sjilo (1Sa 2:18) terdapatlah "nabi2" jang
bersangkutan dengan tempat sutji (1Sa 10:5). Setjara buatan, jakni
dengan alat2 musik, mereka menimbulkan ekstase lalu "bernubuat" (mengigau).
Keadaan itu disertai pelbagai gedjala jang aneh (1Sa 10:11-13; 19:20-24)
Orang2 itu nampaknja madjenun (bdk. 2Ra 9:11), kerasukan roh Allah
(1Sa 19:20,23). Kemudian dalam sedjarah diketemukan pula kelompok2
"nabi" sehubungan dengan Elija (1Ra 18:4). Elisja'pun mempunjai
hubungan dengan "tjanterik2 nabi" (2Ra 2:3-18). Ungkapan "tjanterik
nabi" dalam bahasa Hibrani berbunji "putera2 (anak) nabi" dan artinja ialah
orang jang mendjadi anggota kumpulan atau kelompok tertentu, djadi anggota
kumpulan nabi2. Sudah barang tentu kelompok2 nabi2 itu melandjutkan nabi2 jang
ada disekeliling Sjemuel. Mereka tinggal ber-kelompok2, kadang2 ratusan orang
(1Ra 18:4; 2Ra 2:3,5,7) dan diam terpentjil dari pergaulan masjarakat
(2Ra 6:1-2), di sekitar tempat sutji, seperti Gilgal (
Sudah barang tentu nabi2 ekstatisi tsb. Mempunjai tjorak keigamaan jang njata dan bersangkutan dengan ibadah. Tetapi keterangan2 Kitab Sutji tidak mengidjinkan untuk menetapkan perasaan mana mereka pegang dalam ibadah. Adakah mereka dalam ekstasenja membawakan firman Allah dalam ibadah sebagai djawaban atas permohonan para pemudja atau peranan lain dipegangnja? Ada ahli jang berpendapat, bahwa salam ibadah Israil, dahulu dan kemudian, nabi2 memegang peranan tertentu, suatu djawatan tetap, disamping para imam. Orang2 itu menundjukkan beberapa mazmur (misalnja Maz 2:6; 110:2:4) tempat suatu firman Jahwe dibawakan. Katanja kalimat2 sedemikian itu diutjapkan oleh seorang nabi dalam ibadah. Selandjutnja dikatakan, bahwa beberapa nubuat jang terkumpul dalam kitab para nabi (misalnja Joel) berasal dari ibadah, sehingga nabi jang bersangkutan merupakan nabi ibadah pula. Akan tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan dan keterangan2 jang dapat dikumpulkan dari Perdjandjian Lama tidak tjukup untuk meneguhkan hipotese tsb. Maka dari itu harus dikatakan, bahwa kitapun tidak tahu peranan manakah dimainkan kelompok2 nabi dalam ibadah. Halnja tetap kabur sadja.
Disamping dan bersama dengan nabi2 tsb. kita menemukan dalam Kitab sutji
pelbagai tokoh lain jang diberi djulukan "nabi", namun amat berlainan dari para
ekstatisi tsb. dan djuga dari nabi2 besar jang tampil dalam kitab para nabi. Di
djamanpara Hakim ada nabiah Debora, jang menghakimi Israil (Hak 4:4).
Dalam Kitab itupun muntjul seorang nabi jang tak bernama (Hak 6:8).
Mungkin sekali nabi itu hanja akal kesusateraan sadja dengan mana pengarang
kitab mengemukakan pikirannja sendiri. Pada achir djaman para Hakim tampilah ke
depan tokoh besar nabi Sjemuel (1Sa 3:20; 9:9; 2Ta 35:18), jang
berhubungan dengan dan malah memimpin para ekstatisi (1Sa 19:20).
Tetapi terang sekali Sjemuel tidak termasuk kedalam kalangan orang2 itu.
Kemudian dari itu ber-kali2 nabi jang serupa diketemukan dalam Kitab Sutji,
seperti Ahia (1Ra 1:29-30; 14:2-3) Jehu (1Ra 16:7), Jona
(2Ra 14:24), nabiah Hulda (2Ra 22:14-15), Urijahu
(Yer 26:20), Sjemaia (2Ta 12:5-6), Ido (
Sudah barang tentu nabi2 jang sedemikian itu merupakan suatu djabatan dan lembaga tetap di Israil. Achirnja undangpun mengaturnja. Sebab dalam kitab Ulang tutur (Ula 18:15-22) sesungguhnja terdapatlah suatu undang mengenai nabi2. Undang itu kiranja mengatur keadaan jang sudah lama berlangsung dan sedikit banjak merosot, sehingga perlu diberi petundjuk untuk membedakan nabi2 sedjati dan nabi2 gadungan. Undang itupun menjatakan, bahwa lembaga kenabian itu di Israil memegang peranan, jang pada bangsa2 lain dimainkan oleh tukang sihir dan tukang tenung, jang di Israil dilarang (bdk. (Ima 19:26,31); 1Sa 28:7). Apabila rakjat memerlukan petundjuk2 ilahi dalam hidup se- hari2 mereka dapat menghadap nabi2 itu. Sebagaimana radja Babel, Ninive atau Mesir mempunjai tukang2 tenung jang tetap untuk diminta nasehat2nja dalam urusan negara, dalam perkara perang dan damai, demikianpun dalam istana radja Israil ada nabi2 Jahwe.
Pengarang 1Sa 9:9 mengatakan, bahwa orang jang dimasanja disebut
"nabi, dahulu, misalnja ada masa Sjemuel, dinamakan "pelihat". Makna keterangan
itu tidak amat djelas, tetapi jang berikut ini boleh diterima. Dahulu istilah
"nabi" adalah sebutan kelompok2 nabi ekstatis dalam ibadah, sebagaimana jang
dipaparkan diatas. Disamping nabi2 itu ada "pelihat2", perseorangan dan pribadi
untuk keperluan hidup se-hari2 (sebutan lain ialah: orang ilahi atau "pesuruh
Allah", (bdk. 1Ra 13:1) Kemudian orang2 inipun disebut "nabi". Dan
kiranja perkaranja bukan hanja perpindahan sebutan, tetapi djuga tjampuran
fungsi. Mula2 "nabi" dan "pelihat" berbeda satu sama lain, tetapi kemudian nabi2
itupun bertindak sebagai "pelihat". "Pelihat Sjemuel sudah berhubungan erat2
dengan para nabi dan Elisja'pun bergaul dengan "tjanterik2 nabi" pula.
Demikianpun terdjadilah kedua tugas jang mula2 berlainan itu lama kelamaan
melebur mendjadi satu sadja, sehingga istilah "nabi" melingkupi ke-dua2nja.
Menurut 2Ra 21:10 didjaman radja Menasje ada "nabi2" (djamak)
ditempat lain nabi2 disebut disamping para imam (
Dapat dimengerti pula, bahwa kedua fungsi tsb. melebur mendjadi satu. Sebab antara nabi2 ekstatisi dan nabi2 profesionil ada kesamaan djuga kendati perbedaan. Kedua2nja mempunjai hubungan chusus dan langsung dengan Allah. Ekstatisi dianggap kerasukan roh ilahi jang menampakkan diri dalam ekstase mereka. Pelihat2 itu berkat hubungannja dengan Allah mengenal hal2 tersembunji atau kedjadian dimasa depan. Dan pengetahuan adjaib itupun menjatakan pengaruh ilahi jang chusus. Maka dari itu masuk akal, bahwa semua orang dalam siapa pengaruh Allah menjatakan diri, entah dengan ekstase entah dengan pengetahuan adjaib, kemudian disebut "nabi" sadja.
Tetapi lembaga kenabian ekstatis-profesionil mengalami kemerosotan pula. Dalam hal ini kiranja pengaruh agama2 kafir memegang peranannja. Nabi2 Jahwe jang menjertai radja Israil (1Ra 22:5-28) pasti bukan nabi2 sedjati, melainkan pendjilat radja sadja, terutama pemimpin mereka Sidkia. Sudah dikatakan, bahwa nabi2 profesionil harus diberi upah untuk pernjataannja (bdk. 1Sa 9:7-10; 1Ra 14:3; 2Ra 5:15). Mudah sadja adat itu mendjadi alasan kemerosotan lembaga kenabian (bdk. 2Ra 5:20-24), oleh karena itu nabi2 itu terlalu mentjari keuntungan sendiri, atau sebagai pegawai radja terlalu tjondong untuk menjenangkan madjikannja sadja. Karenanja salam kitab para nabi atjap kali diketemukanlah "nabi palsi", jang merupakan lawan jang gigih utusan2 Jahwe jang sedjati. Jeremia harus menentang sekelompok nabi jang disebut namanja dan bekerdja diantara kaum buangan di Babel (Yer 29:21-23) dan dalam Bait Allah ia bergulat dengan seorang nabi jang bernama Hananja bin 'Azur (Yer 28:1-17). Dimasa radja Jojakim ia ditangkap oleh para imam dan nabi (Yer 26:7-15). Mereka itu disebut "pembohong" (Yer 6:13; 8:10), jang bernubuat hanja untuk makanannja melulu (Mik 3:11). Mereka pemabuk (Yes 28:7) dan pendjinah (Yer 29:23). Mereka sesungguhnja tidak diutus Jahwe (Yeh 13:6) dan meramalkan apa jang diinginkannja sendiri, rakjat serta radjanja (Yer 5:31; 6:14; 13; Yes 30:10). Dengan demikian mereka tidak mengusahakan pertobatan rakjat, melainkan membuat mereka tinggal di dalam kedurdjanaannja (Yer 23:14; Yeh 23:23). Nabi2 palsu itu sungguh suatu bentjana di Israil, sebab mereka menjesatkan rakjat dan merupakan antjaman untuk bangsa maupun agama Israil. Mungkin sekali bahwa tidak semua nabi itu mula2 buruk maksudnja dan barangkali mula2 mereka sungguh nabi Jahwe sedjati. Tetapi demi untuk keuntungan materiil dan hendak menjenangkan rakjat dan radja mereka kadang2 menjalahgunakan kurnianja atau tertipu oleh angan2nja sendiri dengan tidak membedakan apa jang datang dari Jahwe dan apa jang tjotjok dengan keinginan hatinja sendiri (bdk. Zak 13:2-6).
Kendati kemerosotan jang kadang2 menurunkan para nabi ekstatis-profesional itu,
mereka toh tjukup besar pengaruhnja akan jang baik dalam hidup keigamaan Israil.
Tidak ada banjak tjerita tentang pengaruh para ekstatisi. Tetapi setidak2nja
pada permulaan mereka nampak sebagai pembela agama Jahwe jang murni. Permaisuri
kafir Izebel mengejar serta membunuh mereka (bdk. 1Ra 18:4; 19:10,14).
Tetapi terutama nabi profesionil adalah djagoan agama Jahwe dan tatasusila. Nabi
Natan menegur radja Dawud karena berdjinah dan membunuh orang jang tak berdosa
(2Sa 12:1-5) dan mendukung radja itu untuk mendirikan pusat agama
jang baru (2Sa 7:1-17). Waktu Jerobe'am mulai dengan ibadah
tersendiri, maka seorang nabi menentang (1Ra 11:29-39), tetapi iapun
menegur radja itu oleh karena terlalu tjondong kepada kekafiran (
Djustru nabi2 profesionil, terutama jang disebut diatas, merupakan pendahuluan
sedjati dari nabi2 besar jang nubuat2nja terpelihara dalam Kitab Sutji.
Chususnja Elija amat mirip mereka. Namun demikian nabi2 besar itu ada tjoraknja
tersendiri, sehingga tidak boleh digolongkan kedalam lembaga kenabian tsb.
Perbedaanja bukan hanja, bahwa nabi2 jang dahulu tidak terpelihara nubuat2nja
dalam tulisan tersendiri, sedangkan para nabi2 jang terachir kurnia kenabian
dibarengi dengan kurnia untuk menulis, entah pada mereka sendiri entah pada
orang lain, sehingga utjapan2nja tersimpan dalam Kitab Sutji. Adakalanja orang
membedakan "nabi2 penulis" dan "nabi2 bukan penulis", perbedaan mana hanja
lahiriah belaka. Kelainan, sesungguhnja djauh lebih mendalam. Jang pertama
diantara nabi2 "penulis",jakni amos (Amo 7:14) membedakan diri dengan
"nabi2" (profesionil) dan "tjanterik2 nabi" (ekstatisi). Dan jang sama kiranja
boleh diterapkan pada semua nabi jang tampil dalam kitab para nabi. Mereka itu
bukan ekstatisi dan bukan pedjabat kenabian, melainkan charismatisi, jang
menerima panggilan chas dari pihak Allah dengan tugas tersendiri. Beberapa
diantaranja seperti Jesaja (Yes 6), Jeremia (Yer 1)
Jeheskiel (Yeh 2:1-10) Amos (Amo 7:14-15) mentjeritakan
panggilannja. apa jang dahulu kadang2 terdjadi dengan nabi2 profesionil, jang
diberi tugas chusus oleh Allah (bdk. 1Sa 3:1-14; 2Sa 7:4-6;
Tugas nabi charismatis pada umumnja ialah: Mendjadi djurubitjara Allah, suara Allah, pada umatnja untuk memperingatakan kepadanja tuntutan2 keigamaan dan tatasusila. Allah Israil kan pentjipta dan pendukung tatasusial dan Dialah Allah jang mahaesa, satu2nja Allah dan tidak menanggung persaingan dewata kafir. Para nabi diutus untuk memperingatkan kepada Israil akibat dan kesimpulan dari pilihannja dari pihak Allah, jang telah mengikat perdjandjian dengan bangsa ketjil ini.
Tetapi perdjandjiaan itu adalah suatu peristiwa dalam sedjarah dan terlaksana oleh sedjarah umat, jang diselenggarakan oleh Allah perdjandjian itu. Karenanja para nabi nampaknja terutama terutama sebagai penafsir sedjarah, sedjarah nasional Israil dan sedjarah internasional, sedjauh bersangkutan dengan sedjarah umat Allah. Sedjarah itu dihadapi para nabi dari segi keigamaan dan kesusilaan. Mereka betul2 sadar dan isxaf, bahwa dibelakang peristiwa2 kenegaraan tangan Allah sedang bekerja serta memimpin. Apa jang kelihatan oleh mata insani ada dasar dan latarbelakang ilahinja jang tak nampak. Para nabi menembusi permukaan untuk membuka dasar ilahinja itu. Sedjarah Israil jang insani adalah sedjarah keselamatan jang dikerdjakan Allah didalamnja. Allah sendirilah jang bertindak dan berbuat didalam peristiwa jang rupanja insani belaka, akan keselamatan umatNja, bahkan akan keselamatan umat manusia seluruhnja. Djustru segi itulah disingkapkan oleh sabda kenabian, sehingga para nabi menghubungkan satu sama lain pernjataan perbuatan dan pernjataan-sabda. Kedua itu lalu melebur mendjadi satu, sehingga peristiwa mendukung sabda kenabian dan sabda itu pada gilirannja membuka rahasia kedjadian. Peristiwa2 politik bagi para nabi mendjadi hukuman atau -atjap kali sekaligus - berkah ilahi; hukuman atas dosa umat atau dosa lawan umat, dan berkah perdjandjian jang mendapat wujud jang njata.
Karenanja para nabi bertumpu pada dan berakar dalam tradisi iman Israil. Sudah barang tentu mereka mendjulang tinggi diatas tingkatan jang umum dan merupakan puntjak didataran. Tetapi mereka tidak terpisah dari umat Allah dan tidak melangkah tersendiri2 sadja. Sebenarnja mereka termasuk kedalam tradisi iman Israil jang djuga dikembangkannja. Iman Israil mempunjai tjorak historis, artinja mengenai peristiwa dan kedjadian jang njata. Memang Israil pertjaja akan Tuhan, tetapi Allah Israil bukan gagasan niskala dan mudjarad, melainkan pribadi jang berbuat sesuatu dan menjatakan diri dengan perbuatan dalam sedjarah. Iman jang terpelihara dalam tradisi itulah jang diambil alih oleh para nabi. Dengan amat tepatnja mereka pernah disebut "suara kalbu Israil", suara rasa keigamaan dan kesusilaan. Lebih dari pada siapapun djua para nabi sadar dan insjaf akan seluruh isi dan segala akibat praktis dari iman Israil itu. Apa jang mereka terima dari leluhur diselami dan diresapkannja sedalam2nja. Dengan tadjam mereka melihat apa jang pernah dibuat dan terus dikerdjakan Allah dan djuga siapa Allah jang berbuat dan bertindak itu. Djustru berkat kehalusan kesadarannja itulah para nabi bukan hanja penjalur iman dan tradisi jang tidak berubah sedikitpun. Ditolong oleh terang Ilahi jang chas para nabi djuga mengembangkan dan memadjukan iman dan tradisi jang hidup. Tanpa meninggalkan apa sadja jang sedjati dari dahulukala, mereka sekaligus menambahkan sesuatu jang baru, landjutan tulen dari jang sudah2. Dengan demikian para nabi bukan hanja pembawa tradisi dan pemelihara iman jang bertumpu pada wahju ilahi, tetapi mereka djuga alat wahju jang baru betul. Tetapi jang baru langsung berkembang dari jang lama, jang dibawah penerangan ilahi dipikirkan dan lalu dipahami se-penuh2nja oleh para nabi.
Didalam arus besar tradisi iman Israil para nabi merupakan suatu aliran ketjil jang mendjadi tulang punggung tradisi umum itu. Sebab sesungguhnja para nabi bukanlah orang jang tersendiri2 sadja. Mereka melandjutkan satu sama lain serta mengembangkan satu sama lain. Jang kemudian bertumpu pada pendahulunja, bahkan ada kalanja dalam tjaranja kabar dibawakan mereka. Tidak demikian halnja, bahwa tiap2 nabi se-akan2 mulai kembali, melainkan kabar nabi jang dahulu diambil alih dan diteruskan oleh nabi jang baru. Dengan demikian para nabi mendjadi satu sungai jang terus mengalir didalam sedjarah Israil, sampai kurnia kenabian lenjap dari umat Allah.
Sebagai penafsir sedjarah adakalanja nabi Israil membitjarakan mengenai masa depan djuga. Memang seringkali nabi dianggap terutama sebagai peramal akan tetapi hanja dalam gabungan seluruh tugasnja hal sedemikian itu kadang2 terdjadi. Dajdi fungsi itu hanja segi tertentu dan bukanlah jang paling penting dari kurnia kenabian. Sebagai djurubitjara Allah nabi per-tama2 menembusi sedjarah aktuil jang sedang berlangsung dimasanja sendiri untuk menjingkapkan segi ilahinja. Tetapi sedjarah itu adalah sedjarah keselamatan dan nabi insaf bahwa keselamatan jang dikerdjakan Allah dalam sedjarah sekarang belum terlaksana, belum sampai djuga. Sebaliknja, keselamatan jang direntjanakan Allah dibahajakan oleh ketidaksetiaan umat. Namun demikian Allah tetap setia pada djandjinja dan karenanja selandjutnja Ia akan bertindak lagi untuk mengembalikan umat kedjalan jang lurus dengan hukuman jang menghasilkan pertobatan, supaja achirnja keselamatan ilahi itu terlaksana. Karenanja para nabi kerap kali berbitjara tentang bentjana2 jang akan ditimpakan Allah kepada umatnja. Bahkan orang mungkin mendapat kesan, bahwa nabi2 umumnja tjukup pessimis, chususnja jang terdahulu. Akan tetapi sebenarnja para nabi optimis, meskipun realis djuga. Mereka tidak menutup mata bagi keadaan jang njata, tetapi mereka mempunjai iman jang tak tergontjangkan akan Allah serta kesetiaanNja. Memang hukuman2 berat didjatuhkan atas Israil, teapi dengan maksud supaja bertobat dan allah lalu dapat melaksanakan rentjanaNja. Harapan itu tak pernah lenjap dari para nabi. Mereka jakin, bahwa setidak2nja sisa Israil akan bertobat lalu diselamatkan. Berdasarkan imannja nabi kadang2 mendapat intuisi tentang masa depan, masa keselamatan. Intuisi jang asasi itu kadang2 digambarkan nabi dengan menggunakan gagasan dan gambaran jang tidak diambil dari intuisi itu, melainkan dari apa jang diketahui nabi setjara lain dan jang sesuai dengan gagasan jang laku dilingkungannja.
Dalam hubungan itulah muntjul nubuat2 masehi. Para nabi adalah pembawa ulung dari harapan Israil jang kuno. Oleh karena sedjarah jang njata belum djuga memenuhi harapan itu atau hanja memenuhinja sebagian sadja, maka pandangan Israil terutama pandangan para nabinja melajang kemasa jang akan datang. Dengan kejakinan mutlak diharapkan turun tangan Allah jang terachir dalam sedjarah umatnja dan bagsa manusia seluruhnja. Entah Allah sendiri, entah seorang utusan Allah achirnja toh akan memenuhi seluruh harapan. Dalam intuisinja itu nabi sesungguhnja membawa suatu kabar bagi jang melampaui masanja sendiri dan karenanja tetap kabur bagi nabi sendiri pula. Ia tahu, bahwa sesuatu jang maha hebat akan terdjadi, tapi tidak tahu bagaimana dan apa jang terdjadi. Maka itu ia menggambarkan intuisinja dengan bahan jang diambil dari lingkungannja jang amat terbatas sambil bertumpu pada keadaan, kedjadian2 dan tokoh2 jang sedjamannja. Dari sebab itu dalam nubuat2 itu amat perlu dibedakan baik2 dua unsur, jakni intuisi asasi dan gambaran pembungkusnja. Kenjataan jang dinubuatkan dapat agak berlainan dari lukisan jang disadjikan nabi, meskipun tjotjok dan serasi dengan intuisi tsb. Nabi pasti tahu akan keselamatan jang terachir, jaitu keselamtan masehi, tetapi ia tidak tahu akan wudjud jang njata. Namun demikian wudjud itupun digambarkannja. Maka dari itu sama seklai tidak tjotjok dengan tjorak nubuat, djika kenjataan masehi melebihi gambaran kenabian. Intuisi asasi dipenuhi seluruhnja tapi gambaran diatasi, oleh sebab lukisan itu terikat pada masa dan lingkungan nabi dalam sedjarah. Itulah sebabnja maka gambaran jang disadjikan masing2 nabi dapat agak berlainan, sedemikian rupa sehingga tidak dapat disesuaikan satu sama lain. Tetapi kelainan itu tidak mengurangi sedikit djuapun kebenaran asasi jang adalah milik bersama para nabi. Perlulah orang ingat akan tjorak nubuat tsb. apabila Perdjandjian Baru menundjukkan kepada nubuat2 jang lama itu se-akan2 terpenuhi dalam diri Jesus dan karjaNja sungguh2 memenuhi intuisi asasi nabi setjara pari-purna, tetapi sekaligus menembusi dan djauh melampaui gambaran dalam mana intuisi itu dibungkus oleh mereka. Karena itulah nubuat2 Pendjandjian Lama sering kali tidak dapat dimengerti, kalau tidak bertolak dari kenjataan Perdjandjian Baru.
Apa jang dikatakan diatas menjatakan se-terang2nja, bahwa para nabi adalah tokoh keigamaan dan kesusilaan. Sebagai pendukung dan penjaga agama jang murni dan tatasusila jang sehat mereka diutus Allah kepada umatNja dan liwat umatNja kepada bangsa manusia seluruhnja. Dengan gigihnja mereka berdjuang, atjap kali hampir2 sendirian sadja, untuk membersihkan agama perdjandjian dari kemerosotan insani. Kerap kali agama Israil sungguh dirusakkan oleh pengaruh kekafiran. Sebenarnja nabi2 tidak djarang turun tangan dalam urusan kenegaraan, tapi maksud-tudjuannja selalu bersifat agamiah belaka. Politikkan seirng2 mengantjam kemurnian agama Jahwe dan hubungan2 diplomatik dengan negeri2 kafir tidak djarang menghantar dewa2 kafir masuk wilajah Jahwe, Allah Israil. Apabila nabi2 menjerang bangsa2 kafir serta mengantjam kepada keruntuhannja, maka bukanlah nasionalisme jang me-luap2 mendorong mereka, melainkan rasa keigamaannja. Bangsa2 itu entah menindas umat Allah entah membahajakan kemurnian agamanja. Dan tidak sedikit nabi toh membuka pintu keselamatan untuk kaum kafir djuga. Pelbagai nabi pun menentang kemerosotan sosial di Israil sendiri, penindasan dan pengisapan dari pihak golongan jang satu terhadap golongan jang lain. Tetapi dasar terachir dari ketjaman itu ialah agama para nabi. Semua orang Israil adalah umat Jahwe, anak Allah jang melindungi jang lemah. Semua sama sadja kedudukan dan haknja. Penindasan sosial achirnja merusakkan agama, hubungan Allah dengan seluruh umatNja. Para nabi tentu sadja tidak bermaksud merobohkan susunan masjarakat, sebagaimana jang dikehendaki Allah. Tetapi djandji2 jang termuat dalam perdjandjian jang diikat Jahwe dengan Israil, teruntukkan bagi semua. Dan tiada seorangpun boleh menghalangi djandji2 itu terlaksana untuk semua. Para nabi pun mempertahankan seluruh Taurat, oleh sebab merupakan pernjataan kehendak ilahi jang harus dilaksanakan manusia. Dahulu beberapa ahli pernah mempertentangkan Taurat Musa serta para imam jang adalah pendukung Taurat, dengan para nabi, se-akan2 mereka tidak peduli akan Taurat. Tetapi pandangan itu keliru sama sekali. Apabila nabi2 sampai mengetjam ibadah mendjadi formalisme belaka atau malahan tachajul sadja. Dalam agama Israil ibadah tanpa tatasusila tidak masuk akal, oleh karena agama itu etis karena Allahnjapun etis adanja. Adakalanja nabi2 berbentrokan dengan para iman, tetapi sebabnja ialah: imam2 itu melalalaikan tugasnja sebagai pendukung tatasusila. Pada dirinja djabatan keimanan dan kurnia kenabian tidak bertentangan satu sama lain, melainkan saling mendukung untuk mempertahankan kemurnian agama dan tatasusila jang bersangkutan. Nabi2 menentang iman2 gadungan seperti mereka melawan nabi2 palsu. Djasa jang terbesar para nabi di Israil ialah menginsafkan kepada bangsa itu, bahwa agama-ibadah dan tata-susila tak terpisahkan.
Sebagai djurubitjara Allah para nabi menjampaikan kabarnja sebagai sabda Allah sendiri. Mereka sendiri insaf, bahwa pesannja berasal dari Allah. Kesadaran itu nampak dalam rumus2 jang lazim dipakai, misalnja: Demikianlah Jahwe bersabda; sabda Jahwe disampaikan kepadaku; itulah firman Jahwe dll. Sabda Tuhan itu kadang2 se-olah2 dipaksakan kepada mereka (Amo 3:8), sehingga tidak dapat ditolak. Dengan sia2 sadja Jeremia berusaha melarikan diri (Yer 20:7-9); bdk. kisah nabi Jona'). Tetapi bagaimanapun djua para nabi sendiri jakin se- kuat2nja, bahwa mereka utusan Allah (bdk. Yes 6:8). Diri nabi sendiri seluruhnja mendjadi suatu "tanda", nubuat jang hidup (bdk. Hos 1-3; Yes 20:3; 8:18; Yer 16; Yeh 4:3; 12:6,11; 24; 24).
Dengan beberapa djalan sabda Jahwe dan kabar jang harus dibawakan dapat sampai kepada nabi. Adakalanja mereka mendapat penglihatan (Yes 6; Yeh 1:2,8; Zak 1-6; Amo 7:8: kemudian dalam apokaliptik djalan itu mendjadi djalan biasa sadja; bdk. Kitab Daniel), atau mimpi dimalam hari (Ula 13:6; Zak 1:8-9), ataupun mereka mendengar suatu suara (Yeh 1:28; 3:13; 10:5; Amo 9:1). Kadang2 mereka disergap oleh ilham ilahi (Yeh 8:1) dengan melihat barang sesuatu dari hidup se-hari2 jang mendapat makna luar biasa bagi nabi (bdk. Amo 8:1-3; Yer 1:11-12; 32:1-44; 18:1-4). Tetapi djalan jang lebih lazim ialah suatu ilham batin, dorongan untuk berbitjara. Atas dorongan dan penerangan ilahi mereka memikirkan imannja serta kedjadian2 jang njata, lalu mereka melihat kebenaran dan kesimpulan daripadanja. Allah mendorong mereka untuk merumuskan dan mengeluarkan buah pikirannja itu, jang menurut kejakinan nabi sendiri sungguh berasal dari Tuhan. Setiap nabi sedjati sadar dan insaf, bahwa ia hanja alat ditangan Allah, meski bukan alat mati sekalipun, sehingga apa jang dikatakan nabi sungguh dikatakan Allah sendiri.
Dalam hal membawakan kabarnja nabi dapat menempuh pelbagai djalan. Adakalanja
mereka menggunakan perbuatan lambang (Yes 20:3-4; Yer 27:19; 13),
jang merupakan kesukaan Jeheskiel jang chas (
Djadi nubuat2 jang dibawakan nabi setjara lisan kemudian terkumpul dan tersusun
dalam kitabnja, atjap kali oleh orang lain. Dalam menjusun bahannja para
penghimpun menuruti asas2 jang seringkali bukan asas seorang pengarang moderen.
Kadang2 mereka menghimpun bahan jang mengenai hal jang sama (misalnja nubuat
tentang bangsa2 kafir; Yes 13:1-23:18; Yer 46:1-51:64;
Kesemuanja itu mengakibatkan, bahwa kitab2 nabi tidaklah gampang dibatja. Tetapi mahapentinglah orang ingat akan tjaranja kitab itu terdjadi. Tiap bagian adalah sebuah "chotbah", lebih kurang pandjang (kadang2 beberapa ajat sadja) jang harus dimengerti sebagai suatu kesatuan tersendiri. Umumnja orang dapat membedakan empat unsur dalam kitab2 para nabi. Memang tidak semua unsur terdapat dalam semua kitab, tetapi dalam banjak kitab terutama jang lebih besar, diketemukan kembali. Unsur jang merupakan kechasan nabi ialah "firman Jahwe". Atjap kali nabi hanja mengutip sadja apa jang dikatakan Jahwe. Itu selalu ditundjuk dengan rumus: Demikianlah Jahwe bersabda... dan ditutup dengan rumus: Itulah sabda Jahwe. Karenanja bagian2 itu umumnja mudah dikenali. Firman Jahwe itu kadang2 pendek dan padat, kadang2 lebih pandjang. Disamping itu ada bagian dimana nabi sendiri berbitjara sebagai penchotbah untuk membentangkan pikirannja sebagaimana atas ilham Ilahi muntjul dan bergelora dalam hatinja. Isi chotbah itu bermatjam- ragam, antjaman, nasehat, petundjuk, adjaran dll. Dan ada djuga bagian dalam mana nabi sendiri menteritakan halihwal kehidupannja, baik batin maupun lahuir (Yes 6; Yer 1:4-6; 20:7-18; Hos 3). Adakalanja orang lain (penghimpun kitab?) mengisahkan hal-ihwal nabi (Amo 7:10-17); Hos 1:2-8; Yes 20:1-6; Yer 19:1-20:8; 26:1-24 dll.) Dalam bagian2 ini kerap kali dikutiplah firman Jahwe atau chotbah nabi. Achirnja ada bagian2 lain lagi dalam kitab para nabi, jang berupa lagu jang bermatjam-ragam. Ada lagu ratap, lagu edjekan, lagu pudji; ada doa dll. Adakalanja pelbagai djenis kesusteraan bertjampur-baur dan tidak gampang digolongkan.
Banjak bagian dan nubuat kitab para nabi berupa sandjak. Orang dapat melihat, bahwa pada umumnja persandjakkan itu lama-kelamaan berkurang. Nabi2 jang lebih dahulu menggunakan hanja gaja sastera itu, tetapi jang kemudian mulai memakai prosa djuga prosa se-mata2. Persandjakan Hibrani ada undang2 dan patokan2nja sendiri, jang belum diketahui seluruhnja. Namun demikian tidak dapat disangsikan para nabi umumnja suka akan djenis kesusasteraan itu, meskipun tidka selalu pasti apakah salah satu abgian berupa sandjak atau itu, meskipun tidak selalu pasti apakah salah satu bagian berupa sandjak atau prosa sadja. Penterdjemah kadang2 memilaih sajda entah jang satu entah jang lain. Daja puetis memang tidak sama pada semua nabi. Ada jang berbakat luhur dan ada jang berbakat rendah. Persandjakan itupun mengakibatkan, bahwa nubuat2 tidak selalu gampang dibatja. Tetapi umumnja boleh dikatakan, bahwa puesi agak sukar, sehingga para nabi Israil bukan suatu keektjualian. Maka itu perlu nubuat2 dibatja dan dipelajari dengan perhatian jang sewadjarnja. Lalu orang kiranja sampai menikmati puesi Hibrani djuga, kalaupun dalam terdjemahan memang banjak dari kekuatan aselinja hilang.
Kitab para nabi memang kitab dari Perdjandjian Lama, sehingga mungkin orang bertanja apakah gerangan gunanja bagi kita jang hidup didjaman perdjandjian baru. Sudah barang tentu kitab itupun mentjerminkan tahapan wahju ilahi tertentu sadja. Karenanja kitab para nabi, seperti Perdjandjian Lama seluruhnja, menundjuk kepada diri Jesus Kristus dan perdjandjian baru. Namun demikian perbuatan2 nubuat2 itu tidak hanja berguna sebagai persiapan sadja dan sebagai saksi penjelenggaraan ilahi adjaib jang memimpin sedjarah menudju kedjaman terakhir. Banjak adjaran para nabi terus berlaku dan dengan rupa jang sama tidak terdapat dalam Perdjandjian Baru jang selalu mengandaikan Perdjandjian Lama. Demikian misalnja tekanan atas Allah jang mahaesa, jang mahakuasa, mahaadil, jang memimpin seluruh sedjarajh umat manusia. Dalam kitab itu kitapun masih terus dapat menimba pengetahuan tentang Tuhan itu; nabi2 terus mengadjar bahwa iman tanpa amal sesungguhnja iman jang mati dan tak berguna. Iman para nabi adalah dasar iman kita. Para nabi merupakan pendorong suatu tradisi jang bergerak madju, dan tradisi itu kita butuhkan djuga. Tanpa mengetahui kitab para nabi orang tidak mengetahui Perdjandjian Lama dan tidak mengetahui imannja sendiri. Maka dari itu nubuat2 jang lama itu dapat terus hangat bagi kita, mungkin lebih hangat dari pada bagi umat Allah perdjandjian lama, oleh sebab kita dapat mengerti intisari kitab para nabi ialah nabi terachir lagi terbesar, jaitu Jesus Kristus jang dengan kabur dinubuatkan para nabi.
Baiklah kiranja kami sadjikan disini daftar para nabi bersama dengan djaman mereka tampil. \= AMOS l.k. 760-750 Hosea l.k 759-725 Micha 745-697 Jesaja 740-700 Sefanja 630-622 Jeremija 626-585 Habakuk 625-586 Nahum 614 Jeheskiel 597-580 Obadja 520 Hagai 520 Zakarja 520 Maleachi 520-480 (450-430) Joel 500? Baruch 200? Daniel 160 \+ Untuk hal2 terperintji lihatlah kata pendahuluan masing2 Alkitab.
TFTWMS: Daniel (Pendahuluan Kitab) Daniel 1:1-21
BERTEKAD UNTUK TIDAK CEMAR
Di dalam kitab simbol dan bahasa yang tidak biasa ini, kisah sejarah di dalam Daniel 1 secara relatif adalah...
Daniel 1:1-21
BERTEKAD UNTUK TIDAK CEMAR
Di dalam kitab simbol dan bahasa yang tidak biasa ini, kisah sejarah di dalam Daniel 1 secara relatif adalah jelas. Pasal ini dibuka dengan, Pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu. Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semuanya itu dibawanya ke tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya; perkakas-perkakas itu dibawanya ke dalam perbendaharaan dewanya (ay. 1, 2).
Raja Nebukadnezar1mengangkut perkakas yang terbaik dari bait suci di Yerusalem ke Babel, meninggalkan sisanya agar orang-orang Yahudi itu bisa melakukan peribadatan mereka di bait suci. Peristiwa ini menunjukkan sesuatu kepada kita tentang keadilan Allah. Dimulai dengan Salomo, bangsa Israel mencemarkan bait Allah dengan perkakas-perkakas dari beragam bangsa penyembah berhala yang telah mereka taklukkan. Namun begitu, bangsa itu tetap percaya kepada keberadaan bait suci itu (Yeremia 7:4) sebagai bukti bahwa mereka diterima Allah. Allah telah memperingatkan mereka dua abad sebelumnya (Yesaya 39:6, 7) bahwa banyak dari barang-barang mereka yang berharga akan dirampas. Selanjutnya, barang-barang ini ditempatkan di sebuah kuil di Babel, di perbendaharaan salah satu dewanya Nebukadnezar. Karena umat Allah itu tidak mau mendengarkan firman Tuhan melainkan percaya kepada apa yang lebih rendah, mereka kehilangan baik ibadah mereka kepada Allah maupun harta benda yang di dalam mana mereka telah menempatkan kepercayaan mereka.
Raja Babel juga mengangkut anak-anak muda terbaik ke Babel. Nebukadnezar lebih berniat untuk membaurkan orang-orang tawanan itu ke dalam masyarakat Babel daripada melakukan pemusnahan suatu bangsa. Kaum muda itu harus dididik dalam pemerintahan, hukum, adat istiadat, bahasa, dan ilmu pengetahuan bangsa Kasdim selama tiga tahun. Tentunya mereka telah menerima beberapa dasar pendidikan oleh karena kedudukan mereka di dalam kehidupan di Yehuda, tetapi fakta bahwa mereka diharapkan untuk belajar dan berhasil pada tingkat tinggi seperti itu dalam tiga tahun menunjukkan efektivitas proses pendidikan bangsa Babel.
Sebagai bagian dari asimilasi mereka kedalam masyarakat Babel, para tawanan Ibrani diberi nama baru (1:7). Nama-nama Ibrani (masing-masing termasuk yah atau el) berasal dari nama "Yehovah" atau "Tuhan"; nama-nama Babel memasukkan nama-nama dewa bangsa Babel. (Lihat bagan di halaman 14.) Perubahan nama merupakan upaya untuk menghapus agama Ibrani dan menanamkan agama Babel di dalam hati orang-orang muda ini.
Pelajaran apakah yang kita pelajari dari pasal ini?
TFTWMS: Daniel (Pendahuluan Kitab) KOMENTARI KITAB DANIEL
KATA PENGANTAR
Kitab Daniel memerlukan kajian yang cermat. Dengan penekanannya pada penglihatan tentang pelbagai patung dan m...
KOMENTARI KITAB DANIEL
KATA PENGANTAR
Kitab Daniel memerlukan kajian yang cermat. Dengan penekanannya pada penglihatan tentang pelbagai patung dan makhluk yang aneh, kitab ini sering dijadikan ladang penafsiran yang aneh juga. Kadang-kadang pelbagai penjelasan ini memang rumit untuk dipahami, mengingat sifat dari pelbagai penglihatan itu sendiri. Namun begitu, Daniel telah menafsirkan beberapa penglihatannya bagi kita.
Marilah kita memulai pelajaran kita dengan melihat konteks di dalam mana kitab itu ditulis.
WAKTUNYA
Daniel pertama kali kita lihat pada awal penawanan Yehuda di Babel, periode yang dikenal sebagai "Pembuangan." Yosia, yang terakhir dari raja-raja yang "baik," telah dibunuh oleh orang Mesir di Megido pada 609 S.M. Ia digantikan oleh anaknya Yoahas (2 Raja 23:30), yang memerintah selama tiga bulan dan kemudian digulingkan oleh Firaun Nekho dari Mesir (2 Raja 23:33). Firaun mengganti Yoahas dengan Yoyakim, saudaranya (609-598 S.M.). Yoyakim melayani Nekho sampai 605 S.M., ketika Nebukadnezar mengalahkan Mesir dan Asyur di Karkemis. Setelah penaklukan ini, Nebukadnezar mengepung Yerusalem dan akhirnya merebut kota itu. Pengepungan dimulai pada tahun ketiga pemerintahan Yoyakim (Daniel 1:1).1Tahun ini juga merupakan waktu ketika Daniel dan banyak pemuda lainnya diangkut ke Babel untuk pelatihan.
Yoyakim mati (598 SM) dan digantikan oleh putranya Yoyakhin (juga dikenal sebagai Yekhonya atau Konya). Ia memerintah selama tiga bulan (2 Raja 24:8) dan digulingkan oleh Nebukadnezar. Ia dibawa ke Babel sebagai tawanan (2 Raja 24:12) bersama sepuluh ribu warga Yerusalem terkemuka. Setelah kekuasaan Yoyakhin dicabut, ia digantikan oleh Zedekia (597-586 S.M.). Zedekia memberontak terhadap Nebukadnezar pada 590/589 S.M. Nebukadnezar kemudian mengepung Yerusalem selama hampir dua tahun, akhirnya menghancurkannya pada 586. Demikianlah Kitab Daniel dibuka dengan tahun-tahun terakhir kerajaan selatan.
Beberapa sarjana moderen telah mencoba untuk menempatkan tulisan-tulisan Daniel jauh lebih belakangan, dibandingkan dengan konteks historis yang diklaim di dalam kitab itu. Namun begitu, Josephus menyatakan bahwa kanon itu "ditutup" pada akhir masa pemerintahan Artaxerxes Longimanus (464-424 S.M.). Jika Josephus benar, maka Kitab Daniel dimasukkan ke dalam tulisan-tulisan Yahudi sebelum akhir Kerajaan Persia.
TEMPATNYA
Kota kerajaan Babel kuno terletak sekitar 88 kilometer sebelah selatan Baghdad moderen, Irak. Hammurabi, dari dinasti keenam, mulai membangun kota besar ini selama pemerintahannya (1792-1750 S.M.). Ia menaklukkan kota-kota tetangga dan membentuk kerajaan di selatan Mesopotamia. Babel berfungsi sebagai negara bawahan Asyur dari abad kesembilan hingga abad ketujuh S.M.
Sanherib (704-681 S.M.) dari Asyur memerintahkan penghancuran Babel pada 689, namun penggantinya, Esarhaddon, membatalkan perintah ini dan membangun kembali Babel.
Nabopolassar berhasil memberontak melawan Asyur pada 626 S.M., dan putranya, Nebukadnezar II, menjadikan Babel sebagai kota besar.
Putra Nebukadnezar, Nabonidus, memimpin invasi ke Arabia, meninggalkan Belsyazar, anaknya sendiri, sebagai penguasa Babel bersama dia.
Babel jatuh ke tangan Koresh pada 539 S.M. Menurut Herodotus, sejarawan Yunani kuno, Babel menjadi negara bagian terbesar di dalam Kerajaan Persia. Akhirnya, kota itu ditaklukkan oleh bangsa Yunani di bawah Alexander Yang Agung (331 S.M.) dan akhirnya juga menjadi bagian Kerajaan Seleukus (312 S.M.).
Herodotus mengatakan bahwa kota itu meliputi 281 km persegi. Kota ini benar-benar dikelilingi oleh dinding yang mencapai ketinggian 120 meter, dengan dasarnya sekitar 30 meter. Bagian atas tembok kota itu cukup luas untuk dilalui oleh tiga kereta kuda secara bersamaan. Sebagaian besar kota ini dibuat dari bata lumpur, disemen dengan lumpur yang diambil dari cekungan banjir sungai Efrat. "Selokan" yang dihasilkan membentuk parit di sekeliling kota. Nebukadnezar sendiri membangun "Babel baru" di tepi barat sungai itu.
Kota ini terkenal karena kuil-kuilnya, tempat-tempat pemujaan, dan pelbagi monumen untuk dewa-dewanya.2Kuil yang dibangun untuk Marduk dilaporkan 100 meter tingginya, dan kuil Bel dengan pelbagai cara diperkirakan 200 meter tingginya, dan luas bagian bawahnya sekitar 200 meter persegi.
"Taman gantung" yang terkenal, pada dasarnya, sebuah gunung buatan. Sebuah sistem teras untuk pohon dan vegetasi lainnya, luas bagian bawah bangunan yang indah ini 240 meter panjangnya dan 180 meter lebarnya, menjulang setinggi 60 meter.
Kota ini bisa dimasuki lewat seratus pintu gerbang, masing-masing terbuat dari perunggu. Kota itu dibagi lagi ke dalam 676 bidang oleh jalan-jalan, beberapa di antaranya berukuran lebar 50 meter. Mengingat belum adanya teknologi "modern" Babel pada zaman Daniel pasti telah menjadi pemandangan yang mengagumkan bagi siapa saja, berdasarkan ukurannya saja!
PENULISNYA
Sebagian besar Kitab Daniel ditulis dalam bentuk orang pertama. Tidak ada alasan logis untuk percaya bahwa kitab itu ditulis oleh orang lain dan membubuhkan nama Daniel di atasnya. Josephus menulis tentang seorang laki-laki yang penting secara historis yang bernama Daniel yang hidup pada era sejarah yang terkait dengan pelbagai peristiwa yang disebut di dalam kitab ini. Lebih sederhana untuk menerima Daniel sebagai penulisnya; setiap saran yang lain hanya menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
Nebukadnezar mengangkut banyak bangsawan dan orang-orang muda ke dalam penawanan Babel sekitar 605 S.M. Menurut Daniel 1, penulis itu berada di dalam kelompok itu. Daniel boleh jadi merupakan keturunan Daud, dan dengan demikian merupakan anggota keluarga kerajaan (1:3).
Josephus menggambarkan Daniel sebagai seorang arsitek, dengan mengatakan bahwa ia membangun sebuah menara di Susa yang diselesaikan dengan begitu indahnya sehingga menara itu kelihatannya selalu baru. Kabarnya, raja-raja Persia dikuburkan di menara ini dan, untuk menghormati Daniel, seorang Yahudi selalu ditunjuk untuk bertugas menjaga menara itu.
Daniel menulis dalam bahasa Ibrani dan bahasa Aram (Kasdim). Dalam referensi sejarahnya, ia menulis dalam bahasa Ibrani. Dalam dialognya dengan para penguasa negeri-negeri pada waktu itu, ia menulis dalam bahasa Aram.
Daniel memiliki reputasi besar dalam hal hikmat. Yehezkiel 28:3 menggunakan hikmatnya sebagai standar, dan Yehezkiel 14:14, 20 berisi referensi tentang dia, bersama dengan Ayub dan Nuh. Meskipun ada beberapa variasi tekstual mengenai nama, adalah menarik bahwa Yehezkiel-yang menulis pada waktu yang sama-menjelaskan tentang diri Daniel.
Dalam banyak hal, Daniel adalah nabi Perjanjian Lama yang paling rinci dan spesifik sehubungan dengan nubuatan tentang pelbagai kejadian masa depan. Yesus mengacukan dia sebagai nabi (Matius 24:15).
Kemungkinan besar, Daniel meninggal di Babel. Namun begitu, beberapa sejarawan Asia mempertahankan bahwa ia akhirnya kembali ke Yudea dan kemudian kembali lagi ke Persia, di mana ia meninggal di kota Susa.3
GAYANYA
Kitab Daniel dimasukkan ke dalam kanon4sebagai salah satu nabi "besar." Namun begitu, tulisan Daniel berbeda dari apa yang biasanya kita lihat di dalam tulisan para nabi.
Nubuatan adalah, pertama dan terutama, berbicara atas nama Allah. Kata Ibrani yang paling sering diterjemahkan "nabi" (abn, nabi') secara harfiah berarti "juru bicara." Padanan Yunaninya (προφητης, prophetes) menunjukkan orang yang "berbicara untuk." Jadi seorang nabi, meskipun sering memasukkan unsur-unsur prediksi tentang pelbagai peristiwa masa depan di dalam "ucapan-ucapannya," namun lebih terlibat dengan tujuan utamanya dalam menyatakan pesan dari Allah. Seseorang pernah berkata bahwa seorang nabi "lebih sebagai pembicara yang terus terang daripada seorang peramal."
Salah satu jenis gaya nubuatan dikenal sebagai "apokaliptik." Istilah ini berasal dari kata Yunani yang lainnya, sebuah kata kerja yang artinya "membuka," karena itu, "mengungkapkan." Terjemahan kontemporernya menghasilkan kata "wahyu." Sebagian besar gaya Kitab Daniel terlihat juga di dalam wahyu Yesus kepada Yohanes di dalam Perjanjian Baru. Kitab itu, kemudian, dianggap sebagai literatur apokaliptik.
Di dalam kata "apokaliptik" sama sekali tidak mengandung tuntutan bahwa kata itu mengacu kepada "akhir" atau "peristiwa-peristiwa final," tetapi kata itu sudah diberikan konotasi seperti itu di dalam pikiran banyak orang (jika bukan sebagian besar) yang menggunakan istilah itu. Sementara hubungan literatur apokaliptik dengan akhir dunia adalah kesalahpahaman, literatur jenis ini tentunya berbeda dari literatur nubuatan yang "normal." Seringkali, literatur nubuatan merupakan pesan tertulis tentang apa yang sebelumnya diucapkan oleh nabi itu. Sebaliknya, literatur apokaliptik ditulis, bukan diucapkan. Secara karakteristik, tulisan seperti itu berbeda dari nubuatan-nubuatan lainnya dalam tiga cara: (1) Literatur apokaliptik secara ekstensif berurusan dengan ramalan pelbagai peristiwa masa depan, (2) literatur itu dipenuhi dengan mimpi dan penglihatan, dan (3) literatur itu menggunakan simbol-simbol tubuh manusia, hewan, bilangan, dan warna.
Ada yang mengatakan bahwa penggunaan simbol-simbol yang ekstensif di dalam literatur ini adalah untuk melindungi pesan itu agar tidak dimengerti oleh "musuh-musuh" dari para pembaca yang dituju. Meskipun tidak semua alasan itu dapat diterima, tentunya ada tujuan yang lebih penting bagi penggunaan simbol-simbol itu. Simbol-simbol itu digunakan oleh karena sifat futuristik dari nubuatan-nubuatan itu. Materi itu begitu asing bagi realitas pembaca sekarang ini sehingga simbolisme adalah penting sekali untuk penjelasan. Dengan mengutip (di luar dari konteks) rasul Paulus, hal-hal yang penulis itu sedang gambarkan adalah ""apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga"" (1 Korintus 2:9).
Penggunaan simbolisme membuat literatur apokaliptik menarik begitu banyak orang. Apakah arti simbol-simbol itu? Simbol sering memiliki pelbagai arti yang berbeda, tergantung pada beragam konteks di mana simbol itu ditemukan. Seringkali, kita harus membiarkan penulis menggunakan simbol untuk memberitahu kita apa arti simbol itu (lihat, misalnya, Daniel 2). Tidaklah baik untuk mencoba membuat suatu simbol cocok dengan suatu arti tertentu di luar konteks di mana simbol itu ditemukan. Juga tidak cocok untuk mengatakan bahwa sebuah simbol harus selalu berarti hal yang sama.
Sebagai contoh, perhatikan huruf "X." Di dalam alfabet bahasa Inggris dan Indonesia, huruf itu adalah huruf yang kedua puluh empat. Di dalam bilangan Romawi, "X" mewakili "sepuluh." Di dalam alfabet Yunani, chi ( adalah sangat mirip dalam formasi dengan "X." Ucapan "X" sering dipakai untuk menandai suatu tempat di peta. "X" juga digunakan sebagai larangan, memberitahukan bahwa sesuatu tidak diperbolehkan. "X" juga bisa menjadi simbol persimpangan kereta api, atau dapat mengingatkan tentang bahaya tertentu lainnya. Sering kali, "X" digunakan untuk menandai racun. Sekarang, apa arti "X"?
Seperti diilustrasikan oleh "X," simbol yang sama dapat memiliki beberapa arti yang berbeda. Variasi dalam arti membuat kajian tentang literatur apokaliptik menjadi menarik dan sulit.
Di dalam sebagian besar versi Alkitab, Daniel menempati posisi tepat setelah Yehezkiel. Di dalam kanon Yahudi yang lebih tua, kitab itu tidak selalu dicantumkan bersama "nabi-nabi," kelihatannya (1) karena Daniel tidak menduduki "jabatan" nabi dan (2) karena gambaran apokaliptik Daniel berbeda dari "gaya" nubuatan. Kitab Daniel mulai digusur oleh para rabi Yahudi secara konsisten pada abad kelima Masehi. Mereka merespon umat Kristen yang mengacukan penglihatan Daniel sebagai nubuatan tentang waktu kedatangan Kristus. Orang Yahudi yang menyangkal bahwa Yesus dari Nazaret (atau orang lain mana saja pada waktu itu) bisa menjadi Mesias jelas tidak siap untuk menerima waktu yang ditetapkan di dalam kitab Daniel.
TEMANYA
Pokok pikiran yang mendominasi tulisan Daniel adalah bahwa "Allah mengatur urusan manusia." Tema ini dinyatakan secara langsung atau diperlihatkan di dalam setiap pasal kitab itu. Kebenaran ini adalah penting bagi para pembaca Daniel, yang seharusnya menjadi umat Allah, tetapi menderita di tangan orang-orang yang menentang Allah.
Tema itu merupakan pesan penghiburan bagi mereka yang dianiaya. Terlepas dari penderitaan kita, dari bagaimana kita memandang musibah ini, Allah memegang kendali. Kebenaran ini akan menjadi sumber iman yang besar selama waktu penderitaan. Itu merupakan pesan Yohanes dari Yesus kepada gereja-gereja di dalam Kitab Wahyu, dan itu adalah pesan Daniel.
Catatan Akhir:
- 1 Raja-raja ini dan waktu di dalam sejarah Yehuda yang membuka jalan bagi Pembuangan dibahas secara rinci di dalam enam serial pelajaran Yeremia. Terutama, lihat pelajaran "Periode Nubuatan Yeremia," mulai dari halaman 5 di dalam pelajaran "Yeremia" dari Truth for Today.
- 2 Beberapa nama untuk dewa-dewa dan dewi-dewi mereka adalah Marduk, Bel, Nabu (atau Nebo), Ishtar, Sin, dan Shamash.
- 3 Susa ibukota Elam dan pusat pemujaan untuk menyembah In-Shushinak dewa orang Elam. Kota penting ini telah menjadi sasaran agresi militer selama berabad-abad. Pada 639 S.M. selama periode Neo-Babel, Ashurbanipal menghancurkan sepenuhnya kota itu. Dengan kebangkitan bangsa Madai dan kemudian Persia, Susa menjadi ibukota regional Arya dan pusat perdagangan dan perniagaan. Darius Yang Agung memilih kota itu sebagai kedudukan istananya pada 521 S.M. Penggalian telah menemukan sebuah prasasti bangunan dari Darius, yang menceritakan bagaimana tempat itu dibangun dan bagaimana dekorasinya yang rumit diimpor dari "tempat yang jauh." Kemewahan istana itu disinggung di dalam Kitab Ester, yang sering menyebut Darius dan penggantinya, Ahasyweros. Istana ini menjadi imbalan bagi penaklukan Alexander Agung dan terus menjadi titik fokus militer di seluruh Periode Abad Pertengahan. Lokasi Susa itu sekarang ini terletak di Iran.
- 4 Kata "kanon" (dari kata Latin untuk "standar" atau "aturan") mengacu pada kitab-kitab yang telah diteriman sebagai Kitab Suci yang diilhamkan. Kanon tidak ditentukan oleh dewan buatan buatan manusia, tetapi kita-kitab yang tercakup pada umumnya diterima oleh gereja mula-mula atas dasar hubungan kitab-kitab itu dengan para rasul, isinya yang bersifat rohani, himbauan universal mereka kepada gereja Kristus, dan inspirasi ilahiyat mereka.
Pengarang: David Rechtin
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Daniel (Pendahuluan Kitab) Pendirian Kerajaan Yang Kekal- "Aku Akan Mendirikan Gereja-Ku"
"[Yesus] bertanya kepada murid-murid-Nya: 'Kata orang, siapakah A...
Pendirian Kerajaan Yang Kekal- "Aku Akan Mendirikan Gereja-Ku"
"[Yesus] bertanya kepada murid-murid-Nya: 'Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?' "jawab Simon Petrus: 'Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!' Kata Yesus kepadanya: 'Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat [gereja]-Ku"'" (Matius 16:13-19).
Ketika saya sedang mengajar kelas Survei Perjanjian Baru di Universitas Harding, kami tiba pada 1 Korintus sekitar pertengahan semester. Saya sudah dengan singkat memperkenalkan kitab itu kepada kelas, dan kami siap untuk melihat nas-nas kunci, beberapa pemikiran yang penting, dan pengaturan kitab itu sehingga siswa bisa memiliki pemahaman yang cukup rinci tentang isinya. Pada hari khusus itu, kami sedang membahas pelbagai ajaran dari pasal 1 sampai 3, tegoran Paulus terhadap jemaat Korintus atas perpecahan mereka.
Kami mulai dengan memperhatikan bahwa sebuah keluarga, rumah tangga Kloe, telah melaporkan kepada Paulus bahwa ada perpecahan di gereja Korintus (1 Korintus 1:11). Beberapa orang mengatakan, "Aku dari golongan Paulus", yang lain, "I dari golongan Apolos"; dan masih yang lain lagi, "Aku dari golongan Kefas" (ay 12). Situasi itu tragis, dan Paulus mendesak agar semua keberpihakan segera dikesampingkan. Ia berkata, "Aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir" (ay. 10). Tiga ayat kemudian, Paulus bahkan lebih tajam lagi. Ia bertanya, "Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?" (ay. 13).
Ketika kami melanjutkan pelajaran itu, kami mengamati pernyataan Paulus bahwa mengikuti manusia adalah mengikuti hikmat manusia dan bukan hikmat Allah (lihat 1 Korintus 1:18-31). Di dalam pasal 2 kami melihat bahwa wahyu yang diberikan kepada jemaat Korintus diberikan oleh Roh Kudus melalui Paulus. Orang-orang Kristen ini diminta untuk berkomitmen kepada pesan ilahi, bukan kepada para utusan itu. Di dalam pasal 3 Paulus mengatakan bahwa orang yang belum dewasa imannya mengikuti pribadi dan hikmat manusia, sedangkan orang Kristen yang dewasa imannya hanya mengikuti Allah. Kami membaca penilaian Paulus tentang berbagai guru dan pengkhotbah: "Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan" (ay. 5-7).
Ketika kelas berakhir, kami memikirkan dakwaan terus terang Paulus bahwa siapa saja yang menghancurkan gereja Allah akan dihancurkan oleh Tuhan (1 Korintus 3:17). Saya sadar bahwa kelas lebih memperhatikan daripada biasanya. Saya berharap bahwa diskusi itu telah menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang perpecahan agama.
Ketika bel berbunyi dan siswa menyebar ke kelas-kelas berikutnya, seorang wanita muda tetap tinggal untuk mengajukan pertanyaan. Jelas bahwa ia telah sangat tersentuh oleh ayat-ayat yang kami telah pelajari. Dengan bibir gemetar, ia berkata pada saya, "Saudara Cloer, saya selalu beribadah sepanjang hidup saya, tetapi ayat-ayat yang kita bahas hari ini membingungkan saya. Saya sadar bahwa ketika saya mendengarkan komentar Anda dan membaca ayat-ayat itu dengan sungguh-sungguh saya tidak tahu apakah gereja itu! Bisakah Anda menjawab pertanyaan sederhana saya? Apakah gereja itu?" Saya mencoba menjawab pertanyaannya itu secepat dan sejelas yang saya bisa. Ia tampaknya mengerti apa yang saya katakan, dan ia pergi. Belakangan dalam semester itu, saya mencoba untuk mengetengahkan pemikiran ini sesering mungkin, untuk membantu dia dan yang lainnya memahami apa gereja itu. Saya tidak mendengar lagi pertanyaan dari dia, jadi saya menduga bahwa saya telah menjawab pertanyaannya.
Wanita muda ini telah mebiarkan sebuah gagasan yang salah tentang gereja ditekan masuk ke dalam pikirannya oleh dunia keagamaan yang terpecah-belah di sekeliling dia. Dunia telah memberitahu dia bahwa gereja adalah gabungan lembaga-lembaga denominasi yang berbeda. Namun begitu, ketika ia membaca 1 Korintus 1-3 dan menyadari bahwa Paulus berkata bahwa tubuh Kristus tidak boleh dipecah belah, ia melihat sebuah definisi gereja yang sepenuhnya berbeda dari definisi yang dipaksakan ke atas dia oleh dunia keagamaan. Dua definisi itu-satu dari dunia dan yang satu lagi dari Kitab Suci-tidak cocok. Ia tahu bahwa ia tidak bisa mempercayai keduanya, bahwa ia harus membuang atau mengabaikan salah satunya. Saya percaya bahwa ia menerima definisi yang Alkitabiah dan menolak yang duniawi.
Mungkin tidak ada kebenaran lain yang diajarkan secara jelas di dalam Perjanjian Baru seperti kebenaran tentang gereja yang Yesus dirikan. Namun begitu, tidak ada kebenaran yang telah begitu membingungkan, difitnah, dan dipalsukan oleh dunia keagamaan seperti kebenaran ini. Kita harus kembali kepada Kitab Suci untuk mendapatkan pemahaman yang benar tentang gereja.
Kita tidak perlu membaca terlalu jauh ke dalam Perjanjian Baru sebelum kita dihadapkan oleh jelas ajaran yang paling jelas tentang gereja. Salah satu nas luar biasa tentang gereja Kristus ditemukan di dalam Matius 16:13-19. Yang menarik bagi kita adalah penegasan Yesus di dalam ayat 18: "Aku akan mendirikan jemaat [gereka]-Ku." Berikut ini adalah empat kata dalam terjemahan bahasa Indonesia kita (empat kata dalam bahasa Yunani) yang akan menjelaskan apa itu gereja.
Marilah kita ajukan pertanyaan terhadap nas ini "Apakah kebenaran tentang gereja itu?" Kemudian, dengan pikiran yang dapat diajar dan reseptif di hadapan Tuhan Yesus Kristus, marilah kita mengizinkan Dia menjawab pertanyaan kita itu.
Setiap kata dari pernyataan ini mengungkapkan karakteristik gereja Tuhan. Ketika karakteristik-karakteristik ini disatukan ke dalam suatu komposit, kita dapat melihat gambaran yang lengkap tentang gereja yang Yesus ingin kita pahami.
SUMBERNYA: "AKU"
Pada kata pertama dari empat kata itu, kita melihat sumber gereja. Yesus berkata, "Aku," menegaskan bahwa gereja itu adalah ide-Nya dan rencana-Nya. Gereja yang tentangnya Perjanjian Baru bicarakan tidak dibentuk oleh manusia fana, tetapi oleh Yesus sendiri.
Karena Yesus datang untuk melakukan kehendak Bapa, maka kita dapat mengatakan bahwa gereja itu baik dahulu maupun sekarang merupakan maksud kekal Allah. Sebelum dasar dunia dijadikan, gereja sudah direncanakan sebagai maksud kekal Allah (Efesus 3:9-11). Keberadaan gereja bukan suatu kecelakaan; itu merupakan tujuan utama yang terdapat di dalam pikiran Bapa ketika Ia mengutus Anak-Nya ke dalam dunia.
J. I. Packer telah dengan baiknya mengatakan bahwa jika seorang dapat mengatasi hambatan mental untuk mengakui Yesus sebagai Allah dalam daging, ia tidak akan memiliki kesulitan untuk mempercayai pelbagai kebenaran lain agam Kristen Perjanjian Baru. Ia menulis,
Pengakuan yang benar-benar mengejutkan "adalah bahwa Yesus dari Nazaret adalah Allah yang menjadi manusia-bahwa pribadi kedua dari ke-Allahan menjadi "orang kedua" (1 Korintus 15:47), "dan bahwa Ia menjadi manusia tanpa kehilangan ilah, sehingga Yesus dari Nazaret itu adalah benar-benar dan sepenuhnya ilahi sebagaimana Ia adalah insani. Jika seseorang dapat memeprcayai bagian agama Kristen ini, ia tidak akan kesulitan untuk mempercayai sisanya. "Firman itu telah menjadi manusia" (Yohanes 1:14), Allah menjadi manusia; Anak ilahi menjadi orang Yahudi; Yang Mahakuasa muncul di bumi sebagai bayi manusia yang tak berdaya, tidak mampu melakukan lebih banyak selain berbaring dan menatap dan menggeliat dan bergaduh, perlu diberi makan dan diganti pakaiannya dan diajarkan untuk berbicara seperti anak lainnya. Tidak ada ilusi atau penipuan dalam hal ini; sifat kekanakan dai Anak Allah adalah kenyataan. Semakin Anda memikirkannya, semakin menakjubkan jadinya. Tidak ada dalam fiksi yang begitu fantastis seperti kebenaran inkarnasi ini. Pelbagai kesulitan pada hal-hal lain dalam kisah Injil biasanya muncul dari salah pengertian, atau setidaknya keyakinan yang kurang memadai, tentang inkarnasi itu. Sekali inkarnasi dipahami sebagai suatu kenyataan, kesulitan-kesulitan lainnya itu lenyap.1
Ia benar, bukan? Jika kita percaya, berdasarkan bukti Firman Allah, bahwa anggota kedua ke-Allahan turun ke dunia untuk menebus kita, maka kita tidak akan memiliki masalah mempercayai apa pun di dalam Perjanjian Baru-termasuk kelahiran dari anak dara, mujizat-mujizat, Kebangkitan, dan Kenaikan. Keilahian Kristus adalah kebenaran yang agung, yang sangat penting.
Yesus Kristus, Anak Allah, anggota kedua dari ke-Allahan, berkata, "Aku akan mendirikan jemaat [gereja]-Ku"-dan kita lebih baik percaya kepada Dia. Gereja yang Ia sedang bicarakan bukanlah masalah yang sepele, kurang penting; gereja itu adalah rencana-Nya dan rencana ke-Allahan.
Sumber gereja itu berbicara langsung tentang pentingnya gereja itu. Ketika kita menyadari bahwa Yesus, Anak ilahi Allah, mengatakan, pada dasarnya, "Aku akan menjadi satu-satunya pendiri gereja," hal itu seharusnya menetapkan nilai gereja itu dalam pikiran kita untuk selama-lamanya. Siapakah yang berani menentang hal itu?
KEAHLIANNYA: "AKAN MENDIRIKAN"
Dua kata berikutnya, "akan membangun," menunjukkan konstruksi atau penyelesaian rencana Kristus. Mengenai penciptaan gereja, ada dua kebenaran yang harus dicatat. Pertama, pembangunan itu harus dilakukan di waktu masa depan pada kesempatan ketika kata-kata itu yang diucapkan. Waktu itu Yesus sudah dekat dengan akhir pelayanan-Nya di bumi, tetapi Ia berkata bahwa Ia akan segera membangun gereja itu.
Kedua, Yesus akan melakukan pembangunan. Gereja itu bukan hanya direncanakan secara ilahiyat, tapi juga dibangun secara ilahiyat. Yesus bukan hanya sebagai sumber gereja; Ia, bersama dengan Roh Kudus, akan juga menjadi pekerja konstruksi ilahi yang mewujudkan keberadaan gereja.
Bagaimanakah Yesus menciptakan gereja? Di dalam empat kitab Injil, para penulis terilham menyampaikan bagaimana Yesus menyelesaikan proses pembangunan ini:
(1) Ia melakukannya melalui pelayanan-Nya di bumi Ketika kita mempelajari pelayanan Yesus di dunia, kita melihat bahwa ada sesuatu yang tidak lengkap tentang hal itu; sesuatu yang masih akan datang. Yesus terus-menerus menunjuk kepada kedatangan kerajaan itu. (Lihat, misalnya, Markus 9:1.) Di dalam catatan tentang Hari Pentakosta dalam Kisah 2, kita melihat apa yang selama ini menjadi fokus pelayanan Yesus. Di dalam khotbah dan ajaran-Nya, Ia telah meletakkan dasar bagi kedatangan gereja.
(2) Ia melakukannya melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Perjanjian Baru membuat jelas bahwa Yesus mati bagi penebusan kita (Efesus 1:7). Wasiat dan Perjanjian Terakhir Yesus diratifikasi oleh darah-Nya dan diteguhkan oleh kebangkitan-Nya. Oleh karena itu, kapan saja seseorang mematuhi Injil dan dibasuh oleh darah Yesus, orang itu menjadi gereja. Akibatnya, Paulus dapat mengatakan bahwa Kristus telah membeli gereja dengan darah-Nya, menyerahkan diri-Nya untuk gereja (Kisah 20:28; Efesus 5:25).
(3) Ia melakukannya dengan mengutus Roh Kudus. Injil-termasuk kabar baik tentang kematian dan kebangkitan Yesus-bisa tidak dengan setia diberitakan kecuali melalui bimbingan Roh Kudus. Oleh karena itu, pengiriman Roh Kudus ke atas para rasul adalah bagian penting dari awal Zaman Kristen. Kisah Para Rasul 2, pasal penting Alkitab, menceritakan pencurahan Roh Kudus ke atas para rasul pada hari Pentakosta. Dengan bimbingan Roh Kudus, para hamba Allah dapat tanpa salah memberitakan Injil kekal dan menuliskannya untuk generasi mendatang.
(4) Ia melakukannya melalui pemberitaan Injil. Ketika rasul-rasul terilham berdiri pada hari Pentakosta dan mulai memberitakan Injil yang dengannya Allah menawarkan keselamatan kepada manusia berdosa, orang-orang yang tulus hati mendengarkan dan menanggapi. Dengan respon orang-orang ini kepada pemberitaan Injil rasuli, gereja terwujud. Pada detik penebusan itu, setiap responden itu disatukan ke dalam sebuah komunitas orang percaya yang dibasuh oleh darah. Komunitas ini, dari titik itu hingga seterusnya, dikenal sebagai "gereja" (seperti yang ditulis oleh Alkitab bahasa Inggris).
Semua orang yang selamat di dunia adalah bagian dari gereja universal yang Kristus dirikan. Bahkan mungkin ada anggota gereja universal di daerah di mana gereja tidak terwujud dalam bentuk suatu jemaat. Orang Etiopia, di dalam Kisah 8, menjadi orang Kristen dan ditambahkan oleh Tuhan kepada gereja-Nya, tetapi tidak ada jemaat dari gereja itu yang terdapat di tempat ia berada. Ketika ia tiba di Etiopia, ia mungkin mengajar orang lain sehingga suatu jemaat bisa mulai berhimpun.
Pemerintahan Yesus atas gereja-Nya belum pernah dan tidak akan dihancurkan oleh kemurtadan. Tubuh universal Kristus sudah didirikan dan tidak dapat dihancurkan; bahkan "alam maut" tidak bisa menguasainya. Ini adalah kerajaan kekal yang dinubuatkan oleh Daniel (Daniel 2:44).
Setiap gereja Perjanjian Baru di seluruh dunia adalah milik Kristus. Masing-masing itu hanyalah sebuah jemaat dari gereja yang sama yang Yesus dirikan pada Hari Pentakosta.
Sebuah jemaat umat Tuhan bisa tersesat dari kebenaran Tuhan. Sebagai contoh, katakanlah bahwa para anggota dari sebuah gereja Perjanjian Baru di suatu tempat tertentu membolehkan ibadah mereka dirusak oleh ajaran-ajaran palsu; jemaat itu telah mempraktikkan hal-hal yang tidak dikuasakan oleh Kitab Suci. Orang-orang Kristen ini perlu menghilangkan praktik-praktik yang salah dari pelayanan ibadah mereka itu dan kembali kepada kesetiaan. Dalam kasus seperti itu, kita dapat berbicara tentang pemulihan kesederhanaan dan kemurnian ibadah.
Suatu jemaat tidak selamanya milik Kristus hanya karena jemaat itu pernah menjadi gereja Perjanjian Baru. Waktunya dapat datang ketika Kristus akan disangkal oleh jemaat-Nya, seperti yang diilustrasikan oleh pernyataan-Nya di dalam Wahyu 3:14-16. Sebuah jemaat dari gereja Tuhan bisa saja menyimpang dan mengabaikan Firman Tuhan hingga kepada titik Tuhan menolak jemaat itu sebagai salah satu gereja-Nya. Gereja-gereja denominasi dibentuk ketika manusia berpaling dari Firman Allah dan mendirikan organisasi keagamaan mereka sendiri. Jelas, satu-satunya respon yang tepat terhadap gereja-gereja denominasi itu adalah dengan menolak mereka, keluar dari mereka, dan menjadi gereja yang Yesus dirikan.
Kita tidak bisa berbicara tentang memulihkan gereja dalam arti mewujudkan kembali gereja itu, karena gereja itu tidak pernah lenyap! Gereja sudah selalu terwujud sejak didirikan. Meskipun beberapa orang telah memutarbalikkan injil itu ketika mereka mengajarkannya, injil itu sendiri tidak pernah dicabut dari bumi ini. Injil itu selalu berada di sini di dalam Firman Allah. Di mana injil belum pernah diberitakan, atau di tempat-tempat di mana injil diberitakan dengan salah, kita bisa mulai memberitakan injil dalam kemurniannya. Kita dapat memulihkan gereja Perjanjian Baru dalam arti mendirikan jemaat-jemaat di pelbagai tempat di mana sebelumnya tidak ada gereja atau di tempat-tempat di mana gereja telah menjadi murtad.
Di dalam penginjilan kita, kita tidak terlibat dalam mendirikan gereja; melainkan, kita terlibat dalam memperbesar gereja yang Yesus dirikan pada Hari Pentakosta. Kemurtadan mempengaruhi gereja, tetapi tidak menghancurkan gereja. Kemurtadan dapat menghapus jemaat-jemaat dari hati Yesus, tetapi tidak dapat menghancurkan gereja yang Ia dirikan.
Manusia tidak ada hubungannya dengan pembangunan gereja. Pengrajinnya adalah Anak Allah. Ia membangun sebuah kerajaan yang kekal, sebuah gereja yang tidak bisa dikuasai oleh alam maut.
KEANGGOTAANNYA: "GEREJA"
Kata selanjutnya dalam penegasan di dalam Matius 16:18 adalah "gereja." Ini adalah kata Yunani ekklesian (εκκλεσιαν). Artinya, pada dasarnya, "perhimpunan," atau "dipanggil ke luar." Melalui injil-Nya, Yesus akan memanggil ke luar dari dosa, memanggil ke luar dari dunia, dan memanggil ke luar dari jajaran para pengikut Iblis sekelompok orang yang akan membentuk perhimpunan-Nya.
Yesus menggunakan kata ini untuk mengacukan para pengikut-Nya yang sejati tanpa memperhatikan lokasi geografisnya. Pada hari Pentakosta gereja didirikan di dunia sekali untuk selamanya. Meskipun gereja muncul pada suatu waktu dan tempat tertentu dengan kelompok orang pertama berserah kepada kehendak Allah, yang Yesus dirikan itu bukanlah suatu jemaat semata. Ia mendirikan gereja universal.
Pondasi yang di atasnya gereja didirikan-kebenaran bahwa Yesus adalah Kristus-ditetapkan pada hari itu. Mereka yang mentaati Injil pada hari itu memiliki iman yang sama yang Petrus ungkapkan di dalam Matius 16:16 sebagai dasar iman mereka. Begitu juga dengan kita, karena Kristus masih membangun gereja-Nya pada dasar yang sama. Efesus 2:20-22 mengatakan bahwa kita telah "dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan, "dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh." Bait Allah ini adalah bait yang berkembang; setiap kali seseorang diubah hidupnya, batu hidup lainnya dibangun ke dalam rumah rohani ini (1 Petrus 2:5, 9). Sekarang ini kita bukan anggota jemaat yang sama yang berhimpun di Yerusalem; tetapi kita adalah anggota dari gereja yang sama, karena kita mematuhi injil yang sama yang ditaati oleh orang-orang Kristen itu dan hidup oleh aturan iman yang sama. Jadi, sebagai gereja Tuhan, kita dibangun di atas dasar yang sama di atas mana mereka dibangun.
Kata "gereja" bisa juga digunakan untuk umat Allah dengan latar belakang kebangsaan tertentu, terlepas dari daerah-daerah yang berbeda di mana individu-individu dan jemaat-jemaat itu ditemukan. Demikianlah Paulus berbicara tentang "semua jemaat bukan Yahudi" (Roma 16:4).
Selain itu, kata "gereja" digunakan di dalam Perjanjian Baru untuk mengacukan umat Allah dalam suatu lokasi tertentu atau suatu wilayah umum. Paulus menulis kepada "gereja-gereja di Galatia" dan berbicara tentang "gereja-gereja Kristus di Yudea" (Galatia 1:2, 22). Lukas menulis, "Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus" (Kisah 9:31).
Kata "gereja" bahkan dapat mengacu kepada suatu jemaat tertentu. Paulus menyebut tentang gereja yang berada di rumah Aquila (1 Korintus 16:19). Ia menulis tentang gereja Allah di Korintus (1 Korintus 1:2), dan ia berbicara tentang "gereja di Laodikia" (Kolose 4:16).
Kata "gereja" selanjutnya digunakan untuk mengacukan suatu perhimpunan umat Allah untuk beribadah. Di dalam 1 Korintus 11 misalnya, Paulus berbicara tentang ketika orang-orang Kristen di Korintus berhimpun "bersama sebagai sebuah gereja" (ay. 17, 18), dan apabila "kamu berkumpul" (ay. 20). Kata "gereja" digunakan juga dengan cara ini di dalam ayat 28, 34 dan 35.
Petrus diberitahu oleh Kristus, "Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga" (Matius 16:19). Dengan kata lain, pesan injil yang diberitakan oleh para rasul yang terilham akan menjadi sarana masuk ke dalam gereja itu. Mereka yang mematuhi injil akan menjadi anggota gereja Kristus. Jadi gereja yang Yesus bicarakan itu akan berisi semua orang yang diselamatkan. Kita tidak tahu seberapa besar gereja itu, karena kita tidak dapat mengetahui berapa banyak orang yang sebenarnya telah mematuhi injil; tetapi kita tahu bahwa gereja terdiri dari mereka yang telah berserah kepada injil Kristus.
Yesus tidak mendirikan gereja denominasi. Gereja-gereja denominasi itu didirikan oleh manusia. Oleh karena itu, siapa saja yang berada di dalam gereja denominasi harus meninggalkannya dan menjadi gereja Tuhan.
KEPEMILIKANNYA: "KU"
Kata terakhir di dalam pernyataan Yesus adalah "Ku," satu kata yang menunjukkan kepemilikan. Yesus bukan hanya merencanakan gereja dan membangunnya, tapi Ia juga memberitakannya untuk didengar semua orang bahwa gereja itu adalah milik-Nya dan bukan milik manusia.
Tentu saja, ini adalah sebagaimana seharusnya. Yesus Kristus, Pendiri dan Pembangun, memiliki hak untuk mengatakan bahwa gereja adalah milik-Nya. Betapa tepatnya bagi Paulus, belakangan, untuk mengacukan gereja-gereja di suatu wilayah tertentu sebagai "gereja-gereja Kristus" (Roma 16:16).
Gereja adalah tubuh Kristus (Efesus 1:22, 23); gereja adalah mempelai Kristus (1 Korintus 11:2). Gereja adalah kerajaan yang di atas mana Yesus memerintah sebagai Raja (1 Korintus 15:25).
Gereja yang Yesus dirikan diacukan juga sebagai "gereja Allah" (1 Korintus 1:2), karena Bapa dan Anak adalah Satu. Apa yang menjadi milik Bapa adalah milik Anak. Gereja diacukan sebagai gereja Kristus, karena, dalam arti yang sangat unik, gereja itu milik Kristus. Ia membeli gereja dan setiap anggotanya dengan darah-Nya sendiri (lihat 1 Korintus 6:19, 20).
Gereja Perjanjian Baru tidak memiliki nama, tetapi gereja itu selalu dengan jelas digambarkan di seluruh bagian yang tersisa dari Perjanjian Baru sebagai milik Yesus. Lalu, bagaimanakah kita harus mengacukan gereja itu sekarang ini? Jawaban terbaik adalah dengan mengacukan gereja seperti yang Alkitab acukan. Kita perlu menggunakan frasa-frasa yang jelas yang Alkitab gunakan, dan kita harus menggunakan mereka seperti Alkitab menggunakan mereka.
Gereja Perjanjian Baru diacukan dengan cara-cara berikut [di dalam Alkitab NASB]: "Gereja-Ku" (Matius 16:18), "gereja" atau "gereja-gereja" (Matius 18:17); "gereja Allah" atau "gereja-gereja Allah" (1 Korintus 1:2), "gereja-gereja Kristus"(Roma 16:16), "gereja-gereja orang-orang kudus "(1 Korintus 14:33), dan "gereja anak sulung" (Ibrani 12:23). Pelbagai gambaran tentang gereja itu mengungkapkan jenis orang-orang yang membentuk gereja itu, jenis panggilan yang mereka telah terima, dan siapa yang memiliki gereja itu. Gereja itu tidak diberi nama oleh Roh Kudus, tetapi gereja itu secara jelas digambarkan di dalam Perjanjian Baru.
Tidak ada yang salah dalam menempelkan papan nama "gereja Kristus" di depan tempat ibadah kita, selama kita menggunakan istilah penjelas ini seperti yang Alkitab lakukan-sebagai istilah penjelas dan bukan sebagai nama.
Mengatakan bahwa mengacukan gereja sebagai "gereja Kristus" mendenominasikan gereja adalah tidak benar. Tidak ada cara untuk mencegah individu-individu yang memiliki pandangan sektarian dari memandang penggunaan istilah-istilah Alkitab sebagai sektarian. Jika orang memaksudkan ungkapan "gereja Kristus" seperti apa yang Perjanjian Baru maksudkan dengan ungkapan itu, maka ia tidak menggunakan istilah ini dalam pengertian denominasi atau menjadikan gereja sebagai sebuah denominasi oleh penggunaan istilah itu.
Marilah kita selalu menghormati Kristus dengan mengacukan gereja sebagai milik-Nya. Mari kita gunakan semua sebutan Alkitab mengenai gereja dengan cara yang sama yang Alkitab lakukan.
KESIMPULAN
Dengan pernyataan jelas dari Yesus di hadapan kita, mengapakah siapa saja harus bingung tentang ciri-ciri utama gereja? Pendirinya adalah Yesus Kristus. Ia membangun gereja itu. Oleh karena itu, gereja itu dimiliki oleh Kristus. Gereja itu berisi orang-orang yang telah ditebus oleh darah-Nya yang berharga. Tidak ada konsep yang lebih indah daripada gambaran Perjanjian Baru tentang gereja.
Satu-satunya kumpulan fakta yang kita dapat ketahui tentang gereja adalah yang telah diwahyukan oleh Allah melalui para nabi Perjanjian Lama dan para rasul serta para nabi Perjanjian Baru (Efesus 3:5). Berkomitmen untuk menjadi gereja Tuhan bukanlah masalah tentang berpikiran luas atau picik. Komitmen kita harus semata-mata kepada apa yang Allah telah ungkapkan. Pada waktu tertentu, konsep pribadi kita tentang gereja mungkin terlalu luas atau terlalu sempit. Satu-satunya cara kita dapat mengembangkan konsep yang benar tentang gereja adalah dengan mempelajari apa yang telah diungkapkan.
Tidak seorang pun harus berkecil hati atau disesatkan tentang gereja. Siapa saja dapat menjadi anggota gereja yang Yesus dirikan dan merasa yakin bahwa ia adalah anggotanya-karena Yesus berkata, "Aku akan mendirikan gereja-Ku."
Catatan Akhir:
- 1 J. I. Packer, Knowing God (Downers Grove, Ill.:InterVarsity Press, 1973), 46.
Pengarang: Eddie Cloer
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Daniel (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Nama "Nebukadnezar" lebih akurat diterjemahkan "Nebukadrezar." Nama itu sendiri berarti "Nebo melindungi ...
Catatan Akhir:
- 1 Nama "Nebukadnezar" lebih akurat diterjemahkan "Nebukadrezar." Nama itu sendiri berarti "Nebo melindungi mahkota" dan berasal dari nama untuk berhala Nebo. Karena "Nebukadnezar" adalah bentuk yang lebih familiar, kita akan mengacukan raja itu dengan nama ini.
Pengarang: David Rechtin
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Daniel (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Mungkin, kita perlu memikirkan "Kasdim" sebagai kata untuk penduduk Babel. Babel adalah nama negeri, dan orang-orang yan...
Catatan Akhir:
- 1 Mungkin, kita perlu memikirkan "Kasdim" sebagai kata untuk penduduk Babel. Babel adalah nama negeri, dan orang-orang yang tinggal di sana disebut Babelonia; tetapi sebagai ras bangsa mereka adalah bangsa Kasdim. Jadi istilah "Kasdim" dan "Babel" dalam Daniel pada dasarnya mengacu kepada orang yang sama. Seperti yang akan kita lihat nanti, orang "Kasdim" kadang-kadang terlihat sebagai kelompok khusus juru tenung atau tukang sulap; tetapi pada titik ini di dalam pelajaran kita, marilah kita menganggap orang Kasdim sekedar sebagai orang Babel.
- 2 Sangat mudah untuk mengacaukan Beltsazar dengan Belsyazar. Belsyazar adalah raja Babel pada tahun 539 S. M. ketika jatuh ke tangan Media dan Persia. Ia melihat tulisan tangan di dinding yang menubuatkan akhir kekuasaan Babel. (Lihat Daniel 5.)
Pengarang: Neale Pryor
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Daniel (Pendahuluan Kitab) DANIEL
PENGANTAR
Buku Daniel ditulis pada waktu bangsa Yahudi sangat menderita karena
dianiaya dan ditindas oleh seorang raja asing. Si penulis memb
DANIEL
PENGANTAR
Buku Daniel ditulis pada waktu bangsa Yahudi sangat menderita karena dianiaya dan ditindas oleh seorang raja asing. Si penulis membesarkan hati bangsanya dengan berbagai cerita dan laporan tentang penglihatan- penglihatan. Ia memberikan mereka harapan bahwa Allah akan menjatuhkan si penjajah dan memulihkan kerajaan bagi umat Allah.
Buku ini berisi dua bagian yang terpenting:
- 1. Kisah tentang Daniel dan beberapa temannya sepembuangan; mereka mengalahkan musuh-musuh mereka hanya karena mereka percaya dan taat kepada Allah. Kisah- kisah itu terjadi di zaman kerajaan Babel dan Persia.
- 2. Sejumlah penglihatan yang dilihat oleh Daniel. Dalam bentuk perlambang, penglihatan-penglihatan itu menggambarkan berkembangnya dan jatuhnya berbagai negara berturut-turut mulai dengan Babel. Selain itu, diramalkan juga jatuhnya si penjajah yang tidak mengenal Allah itu, serta kemenangan umat Allah.
Isi
- Daniel dan teman-temannya
Dan 1:1-6:28 - Penglihatan-penglihatan yang dilihat Daniel
Dan 7:1-11:45 - a. Empat binatang
Dan 7:1-28 - b. Domba jantan dan kambing jantan
Dan 8:1-9:27 - Akhir zaman
Dan 12:1-13
Ajaran: Daniel (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Daniel, anggota jemaat mengerti bahwa kelahiran
dan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia telah dinubuatkan pada z
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Daniel, anggota jemaat mengerti bahwa kelahiran dan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia telah dinubuatkan pada zaman dahulu. Dan juga tentang keadaan daripada zaman akhir. Selain itu, agar anggota jemaat juga dapat meneladani kehidupan Daniel dengan teman-temannya yang setia beribadah kepada Allah, walaupun berada di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Pendahuluan
Penulis : Nabi Daniel.
Isi Kitab: Kitab Daniel terbagi atas 12 pasal, yang isinya berhubungan sejarah kekuasaan bangsa-bangsa di dunia, dan juga tentang keadaan pada masa yang akan datang, ketika Tuhan Yesus datang kembali ke dunia untuk yang kedua kali.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang isi Kitab Daniel, lihatlah uraian berikut:
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Daniel
Pasal 1-66 (Dan 1:1-6:28).
Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa kehidupan Nabi Daniel
- Sejarah Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego sebelum k Babel sampai mereka menjadi pejabat pemerintah Babe (Pasal 1; Dan 1:1-21).
- Cerita tentang mimpi raja Nebukadnezar dan arti yan dijelaskan oleh Daniel (Pasal 2; Dan 2:1-49).
- Cerita tentang ketaatan Sadrakh, Mesakh, dan Abedneg dalam menyembah Allah walaupun dimasukkan ke dala perapian yang menyala-nyala (Pasal 3; Dan 3:1-30).
- Pemberitahuan arti dari mimpi raja Nebukadnezar, da penggenapannya (Pasal 4; Dan 4:1-37).
- Cerita tentang tulisan di dinding dan arti sert penggenapannya (Pasal 5; Dan 5:1-31).
- Cerita ketaatan Daniel dalam beribadah kepada Alla walaupun dimasukkan ke dalam gua singa (Pasal 6; Dan 6:1-28).
Pendalaman
- Bacalah pasal Dan 1:8-15, 18-20. Apakah keputusan Daniel dan akibatnya?
- Bacalah pasal Dan 2:26-30, 47-49. Mengapa Daniel dapat menjelaskan mimpi raja? Dan apakah akibatnya?
- Bacalah pasal Dan 3:12-30. Mengapakah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dihukum raja? Bagaimanakah sikap ketiga orang umat Allah itu? Dan apakah akibatnya?
- Bacalah pasal Dan 4:19-37. Apakah arti mimpi raja dan apakah akibatnya bagi raja?
- Bacalah pasal Dan 5:3-6, 17-30. Mengapakah ada tulisan di dinding? Dan apakah artinya serta akibatnya bagi raja?
- Bacalah pasal Dan 6:8-11,14-25. Apakah sebabnya Daniel dibuang ke gua singa? Dan apa saja yang terjadi? Apakah akibatnya atas orang-orang yan memfitnah/memusuhi umat Allah?
Pasal 7-12 (Dan 7:1-12:13).
Penglihatan Nabi Daniel tentang keadaan bangsa-bangsa di akhir zaman
Pendalaman
Bacalah pasal Dan 12:1-13. Apakah janji bagi orang-orang yang percaya? (pasal Dan 12:13).
II. Kesimpulan/penerapan
Ketaatan Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego di dalam menyembah Allah walaupun berada dalam ancaman, merupakan pengajaran terhadap setiap orang Kristen untuk mempunyai kesetiaan dalam imannya ketika berada dalam bahaya.
Pertolongan Allah terhadap Daniel dan teman-temannya, membuktikan bahwa Allah tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya mengalami penderitaan seorang diri.
Pada akhir zaman akan ada kesusahan-kesusahan besar, tetapi umat Allah akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah yang kekal.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Daniel?
- Mengapakah Sadrakh dan teman-temannya dimasukkan ke dala perapian yang bernyala-nyala? Siapakah yang menolong?
- Mengapakah Daniel dimasukkan ke dalam gua singa? Dan siapakah penolongnya?
- Dari manakah pengetahuan Daniel untuk mengartikan mimp Raja Nebukadnezar?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan setela mempelajari Kitab Daniel?
Intisari: Daniel (Pendahuluan Kitab) Orang yang diberi karunia penglihatan
SIAPAKAH DANIELDaniel adalah seorang tawanan perang yang ditangkap oleh Nebukadnezar, raja Babel, pada waktu Ye
Orang yang diberi karunia penglihatan
SIAPAKAH DANIEL
Daniel adalah seorang tawanan perang yang ditangkap oleh Nebukadnezar, raja Babel, pada waktu Yerusalem jatuh. Bersama-sama dengan orang Yahudi dari golongan atas lainnya, Daniel diangkut ke Babel, dididik, dan dipekerjakan pada pemerintah. Dia bekerja di bawah Nebukadnezar, Belsyazar dan Darius dari tahun 605 SM sampai 536. Namanya berarti "Allah adalah hakimku", tetapi di Babel ia diberi nama baru. Seperti nama aslinya yang mengandung nama Allah Israel, yaitu El, maka nama barunya pun mengandung nama dewa Babel, Bel. Beltsazar mungkin berarti "Semoga dewa Bel melindungi raja". Perhatikan tiga hal mengenai Daniel, yaitu dia adalah seorang yang sangat bijaksana, sangat mudah bergaul dan rajin berdoa.
JAWABAN ATAS PERTANYAAN YANG MENGIBAKAN
Mazmur 137, sama seperti halnya nubuatan ini, ditulis di Babel: "Di tepi sungai-sungai Babel
di sanalah kita duduk sambil menangis,
apabila kita mengingat Sion."
Hidup dalam pengasingan sangat menghancurkan moral bangsa Yahudi. Mereka merasa bahwa Allah telah meninggalkan mereka. Oleh karena itu, mereka menggantungkan harpa mereka dan menolak untuk bernyanyi: "Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing?"
Itulah pertanyaan mereka yang mengibakan. Daniel menjawab pertanyaan mereka. Ia menunjukkan bahwa Allah tetap Allah, walaupun mereka berada di Babel.
DANIEL DAN ANTIOKUS EFIFANUS
Bagian kedua kitab Daniel berisi gambaran yang mengandung nubuatan yang dapat kita lihat sudah digenapi secara detail dalam pemerintahan Antiokus Efifanus, yang memerintah sebagian besar Asia Kecil, Siria dan Palestina dari tahun 175 sampai 164 SM. Banyak penulis tentang Daniel menolak adanya nubuatan di kitab kedua ini dan berpendapat bahwa kitab ini, sebenarnya, ditulis sekitar tahun 165 SM, bukan oleh Daniel tetapi oleh seorang penulis tak dikenal. Keberatan mereka yang utama rupanya menyangkut konsep nubuatan sebagai ramalan mengenai apa yang akan terjadi di masa depan, khususnya nubuatan yang sangat rinci. Tetapi nubuatan-nubuatan ini mendapat perhatian sungguh-sungguh dari Tuhan Yesus (Matius 24:15) dan harus diakui bahwa paling tidak dua, mungkin tiga nubuatan digenapi: di zaman dan pada Akhir Zaman. Keempat binatang buas yang dilukiskan dalam Daniel 7 boleh jadi ditafsirkan dalam tiga cara, yaitu sebagai kerajaan-kerajaan besar dunia, masa lalui, sekarang dan masa yang akan datang.
Pesan
1. Minat fatalistis manusia terhadap agama Dan 3:1-30o Obyek penyembahan manusia disediakan. Perhatikan konstruksinya -- lunak tetapi terbuat dari emas yang mewah dan ukurannya -- kaku tetapi kelihatannya hebat. Dan 3:1-3
o Perintah dikeluarkan. Suatu liturgi baru! "Katakan pada kami apa yang harus kami lakukan dan kami akan melakukannya!" Pendapat Nebukadnezar itu benar bahwa gabungan rasa kagum dan takut dapat meningkatkan penyembahan. Dan 3:4-6
o Ketaatan ditawarkan. Manusia seperti domba dan mereka akan mengikuti seorang "gembala". Ini merupakan peringatan bagi para pemimpin. Dan 3:7
o Tuduhan dilancarkan. Bersyukurlah kepada Allah bagi para "non-konformis", orang yang dapat membedakan yang benar dari yang jahat, walaupun yang salah itu bersumber pada raja. Dan 3:8-12
o Suatu pilihan ditawarkan. Bertobat atau mati! Sering kali pilihan yang ditawarkan begitu gamblang, tetapi kita sering menolak Kristus jika pilihan itu bukan kematian, melainkan semata-mata hanya menjadi bahan tertawaan atau dianggap aneh. Dan 3:13-15
o Jawaban diberikan. Dan jawaban itu luar biasa! Kami tidak mau! Kemenangan! Dan 3:16-18
o Hukuman dilaksanakan. Iman ketiga orang ini dicobai habis-habisan; kelihatannya tidak akan ada pembebasan. Dan 3:19-23
o Ada pelepasan. Ada orang keempat, suatu tubuh ilahi, yang berjalan bersama mereka bertiga di dalam api (suatu ilustrasi luar biasa dari Yesaya 43:2). Dan 3:24-27
o Suatu titah baru. Nebukadnezar sungguh bersedia untuk menambahkan Allah Israel ke dalam koleksi dewa-dewanya, bahkan mengakui kuasanya yang luar biasa untuk menyelamatkan. Tetapi Dia "Allah Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Dan 3:28-29
o Kedudukan baru. Dari penjara kepada kekuasaan, dari penghinaan kepada kehormatan. Yusuf juga mempunyai pengalaman yang serupa (Kejadian 41). Dan 3:30
2. Pengetahuan Allah yang sempurna mengenai hari depan Dan 9:20-27
o Pengantar Wahyu. Kembali kita mendapatkan Daniel yang sedang berdoa; tidak meminta sesuatu, tetapi mengakui segala kesalahannya; meluruskan hubungannya dengan Allah. Dan 9:20-23
o Suatu ringkasan yang tepat. Tujuh kali tujuh puluh, tidak semata-mata 490 tahun, tetapi angka yang mewakili seluruh periode dalam rencana Allah. Dan 9:24
o Petunjuk untuk penafsiran. Rencana inti terbagi dalam tiga bagian: 49 tahun, 434 tahun dan masa akhir selama 7 tahun. Ayat Dan 9:27 boleh jadi menunjuk baik kepada Antiokus (yang meninggalkan altar dengan memberlakukan tata ibadah kafir), maupun masa pemerintahan Titus, yaitu ketika pada tanggal 17 juli tahun 70, semua korban sembelihan di bait Allah dihentikan, dan sampai akhir dari Kitab Wahyu. Kitab Daniel harus ditafsirkan di bawah terang Wahyu. Dan 9:25-27
Penerapan
1. Orang Kristen sebagai orang buanganSeperti dikatakan oleh Paulus, "kewargaan kita adalah di dalam sorga" (Fil 3:20), dan Petruss menasihati kita, "hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini" (1Pe 1:17).
Demikianlah yang terjadi dengan Daniel: seorang buangan, seorang pendatang, seorang asing. Bagian pertama dari kitab ini merupakan suatu tuntunan yang luar biasa mengenai bagaimana umat Allah harus bersikap dalam dunia yang jahat ini.
Pasal-pasal permulaan dari kitab ini mengajarkan kepada kita:
o Jangan terpengaruh oleh puji-pujian duniawi, atau oleh hadiah-hadiah (Dan 5:17).
o Jangan takut terhadap ancaman dunia; katakan apa yang harus dikatakan (Dan 3:16-18).
o Jangan terpengaruh dengan agama-agama dunia; bersamalah dengan Allah dan serahkanlah segala konsekuensinya kepada Dia (Dan 6:1-10).
2. Umat Allah sebagai kawan sekerja Allah
Dalam keseluruhan kitab Daniel kita merasakan adanya kehadiran Allah bersama umat-Nya, berbagi rencana dengan mereka dan berbagi pengalaman. Itu pula yang menjadi pelajaran yang harus diajarkan oleh Musa kepada orang buangan di Mesir. Mereka telah menderita dan telah pula berdoa, tetapi Allah tidak menyelamatkan mereka. Allah berkata kepada Musa: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan olah pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka..." (Keluaran 3:7,8). Daniel mengingatkan kita bahwa meskipun Allah mungkin kadang-kadang membiarkan kita menderita, Dia selalu dekat dengan kita dan selalu dapat membebaskan kita. Dan sebagai kawan sekerja-Nya, Dia kadang-kadang mengizinkan kita untuk sejenak melihat kemuliaan yang akan datang.
Tema-tema Kunci
Akhir zamano Kitab Daniel merupakan kitab nubuatan, tetapi dalam bentuk yang lain daripada yang lain, berisi gambar-gambar dan lambang. Kitab itu terutama berkenaan dengan akhir zaman. Dalam hal ini serupa dengan Wahyu, tetapi harus juga dibandingkan dengan Markus 13, Matius 24 dan Lukas 21.
o Dari kata-kata Tuhan Yesus sendiri (Markus 13:32-4) timbul suatu prinsip yang penting, yaitu kita tidak diperkenankan untuk mengetahui dengan tepat kapan akhir zaman itu akan tiba. Informasi yang kita dapat dari kitab Daniel tidaklah cukup bagi kita untuk menentukan dengan tepat kapan akhir zaman itu akan tiba.
o Namun demikian, kita bukan tidak diberi petunjuk. Ada orang yang menertawakan nubuatan dan menolak pendapat mengenai Wahyu, akhir zaman yang penuh bencana. Segala sesuatu berjalan seperti sedia kala (2Pe 3:1-13). Ada pula yang ingin tahu lebih banyak daripada yang diperbolehkan, dan mencoba untuk menentukan waktu yang tepat kapan akhir zaman itu akan terjadi.
o Banyak usaha penjelasan arti misteri "tujuh" telah diusulkan. Periode pertama dari tujuh kali tujuh masa bisa jadi menunjuk kepada periode pembuangan dari 587 SM ketika Yerusalem jatuh, sampai 538/7 SM ketika Xerxes memerintahkan pembangunan kembali Yerusalem. Ada kesepakatan meluas bahwa Yang Diurapi (arti dari istilah bahasa Ibrani: Mesias) pasti menunjuk kepada Kristus. Namun diusulkan pula bahwa antara 69 minggu dan minggu terakhir yaitu antara kedatangan Kristus pertama dan kedua, terjadi masa "diam" yang lama yang di dalamnya kabar baik diberitakan.
o Kejadian-kejadian yang terjadi dalam Dan 9:27 dan acuan kepada "pertengahan masa" sering dibandingkan dengan Wahyu 11:1-13, dan sudah jelas bahwa perkataan-perkataan Daniel tidak dapat ditafsirkan tanpa mengacu kepada ayat-ayat ini dan ayat-ayat lainnya dalam Wahyu. Pelajari dan bandingkan: Daniel 9:20-27; Matius 24:1-44; 2Pe 3; dan Wahyu 11. Perhatikan mengapa angka tujuh merupakan lambang penting dalam Alkitab. Telusuri berapa banyak angka tujuh yang ada dalam kitab Wahyu. Nubuatan-nubuatan itu akan lebih mudah dimengerti jika angka tujuh diartikan secara simbolis dan tidak secara harafiah, untuk melambangkan "kesempurnaan".
o Daftarkan apa saja yang kita ketahui mengenai akhir zaman. Apakah kita perlu mengetahui lebih banyak lagi? Dengan apa yang kita ketahui, harus menjadi manusia macam apakah kita ini (2Pe 3:11-15)?
Garis Besar Intisari: Daniel (Pendahuluan Kitab) [1] DANIEL DI BABEL Dan 1:1-21
Dan 1:1-7Bagaimana Daniel datang ke Babel
Dan 1:8-16Daniel menjadi vegetaris
Dan 1:17-21Anugerah-anugerah Allah
[1] DANIEL DI BABEL Dan 1:1-21
Dan 1:1-7 | Bagaimana Daniel datang ke Babel |
Dan 1:8-16 | Daniel menjadi vegetaris |
Dan 1:17-21 | Anugerah-anugerah Allah |
[2] MIMPI NEBUKADNEZAR TENTANG SEBUAH PATUNG Dan 2:1-49
Dan 2:1-13 | Mimpi itu |
Dan 2:14-23 | Daniel sebagai pendoa |
Dan 2:24-25 | Penafsiran mimpi |
Dan 2:46-49 | Daniel yang penuh kuasa |
[3] PERAPIAN YANG BERNYALA-NYALA Dan 3:1-30
Dan 3:1-7 | Perintah raja |
Dan 3:8-23 | Dituduh, dijatuhi hukuman |
Dan 3:24-27 | Dilepaskan |
Dan 3:28-30 | Diberi kedudukan |
[4] MIMPI NEBUKADNEZAR MENGENAI POHON Dan 4:1-37
Dan 4:1-18 | Mimpi diceritakan |
Dan 4:19-27 | Mimpi dijelaskan |
Dan 4:28-37 | Mimpi menjadi kenyataan |
[5] PESTA RAJA BELSYAZAR Dan 5:1-31
Dan 5:1-9 | Tulisan di atas tembok |
Dan 5:10-12 | Daniel dipanggil |
Dan 5:13-28 | Daniel menerangkan semuanya |
Dan 5:29-31 | Anugerah dan kehancuran |
[6] DANIEL DAN SINGA-SINGA Dan 6:1-28
Dan 6:1-4 | Pejabat dengan kuasa penuh |
Dan 6:5-9 | Persekongkolan |
Dan 6:10-18 | Kandang singa |
Dan 6:19-23 | Allah kembali bertindak |
Dan 6:24-28 | Titah kerajaan |
[7] PENGLIHATAN MENGENAI EMPAT BINATANG BUAS Dan 7:1-28
[8] DOMBA JANTAN DAN KAMBING JANTAN Dan 8:1-17
[9] BERHENTI SEJENAK UNTUK BERDOA Dan 9:1-19
[10] TUJUH PULUH KALI TUJUH MASA Dan 9:20-27
[11] PENGANTAR NUBUATAN Dan 10:1-21
Dan 10:1-3 | Keadaan |
Dan 10:4-17 | Daniel jatuh pingsan |
Dan 10:18-21 | Jamahan yang menguatkan |
[12] PENGLIHATAN TENTANG RAJA-RAJA Dan 11:1-12:4
Dan 11:1-35 | Kedua raja |
Dan 12:1 | -4 Raja penyelamat |
[13] PENGLIHATAN DI TEPI SUNGAI Dan 12:5-13
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi