Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Why 16:16
Full Life: Why 16:16 - HARMAGEDON.
Nas : Wahy 16:16
Harmagedon (Yun. _Harmagedon_), letaknya di daerah tengah utara
Palestina, berarti "pegunungan Megido"; itu akan menjadi pusat "pe...
Nas : Wahy 16:16
Harmagedon (Yun. _Harmagedon_), letaknya di daerah tengah utara Palestina, berarti "pegunungan Megido"; itu akan menjadi pusat "peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa" (ayat Wahy 16:14). Perang itu akan terjadi pada akhir masa kesengsaraan dan berakhir apabila Kristus datang kembali untuk membinasakan orang fasik
(lihat cat. --> Wahy 14:19),
[atau ref. Wahy 14:19]
untuk melepaskan umat-Nya dan untuk meresmikan kerajaan Mesias-Nya. Perhatikanlah yang berikut tentang peristiwa ini.
- 1) Nabi-nabi PL telah bernubuat tentang peristiwa ini (Ul 32:43; Yer 25:31; Yoel 3:2,9-17; Zef 3:8; Za 14:2-5).
- 2) Iblis dan setan-setan akan mengumpulkan banyak bangsa di bawah perintah antikristus untuk berperang melawan Allah, bala tentara-Nya dan umat-Nya, dan untuk menghancurkan Yerusalem (ayat Wahy 16:13-14,16; Wahy 17:14; 19:14,19; juga lih. Yeh 38:1-39:29; Za 14:2). Sekalipun titik pusatnya akan berada di tanah Israel, namun peristiwa Harmagedon ini akan melibatkan seluruh dunia (Yer 25:29-38).
- 3) Kristus akan datang kembali dan secara adikodrati akan turun tangan untuk membinasakan antikristus dan bala tentaranya (Wahy 19:19-21; Za 14:1-5) dan semua yang tidak menaati Injil (Mazm 110:5; Yes 66:15-16; 2Tes 1:7-10). Allah akan mengirim pula kebinasaan dan gempa bumi atas seluruh dunia pada waktu itu (ayat Wahy 16:18-19; Yer 25:29-33).
Jerusalem: Why 4:1--16:21 - -- Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang...
Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang nasibnya diserahkan kepada Anak Domba. Ini dilambangkan oleh Kitab yang dimeterai, yang diserahkan kepada Anak Domba, bab 5. Lalu menyusullah berbagai penglihatan besar yang berupa lambang. Penglihatan-penglihatan itu, bab 6-16, menyiapkan "Hari Besar", yakni hari murka Allah menimpa para penganiaya, bab 17-19.
Jerusalem: Why 15:1--16:21 - -- Penglihatan tentang tujuh cawan (malapetaka) ini mengulang penglihatan tentang tujuh sangkakala, Wah 8:2 dst. Antara Wah 15:1 dan Wah 15:5 disisipkan ...
Jerusalem: Why 15:5--16:21 - -- Bagian ini menggambarkan malapetaka-malapetaka, Wah 15:1, yang mendatangi Babel (=Roma). Seperti halnya dalam bab 8-9, demikianpun di sini orang terin...
Bagian ini menggambarkan malapetaka-malapetaka, Wah 15:1, yang mendatangi Babel (=Roma). Seperti halnya dalam bab 8-9, demikianpun di sini orang teringat akan tulah-tulah yang menimpa negeri Mesir dahulu. Malaikat-malaikat yang bertugas menimpakan malapetaka-malapetaka itu keluar dari "kemah kesaksian" ialah Bait Allah yang sejati di sorga, Wah 11:19. Dalam rangka suatu penampakan Allah diselenggarakan ibadat keadilan.
Jerusalem: Why 16:16 - Harmagedon Ini dapat diartikan: gunung (Ibraninya: har) Megido. Kota berbenteng itu menjadi pusat lembah Yisreel di kaki pegunungan Karmel. Di sana raja Yosia di...
Ref. Silang FULL -> Why 16:16
Ref. Silang FULL: Why 16:16 - ia mengumpulkan // bahasa Ibrani // disebut Harmagedon · ia mengumpulkan: Wahy 16:14
· bahasa Ibrani: Wahy 9:11
· disebut Harmagedon: Hak 5:19; 2Raj 23:29,30; Za 12:11
· ia mengumpulkan: Wahy 16:14
· bahasa Ibrani: Wahy 9:11
· disebut Harmagedon: Hak 5:19; 2Raj 23:29,30; Za 12:11
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 16:16 - -- 16:16 Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon.535
Rupanya istilah Harmagedon dalam bahasa Ibrani berarti Gu...
16:16 Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon.535
Rupanya istilah Harmagedon dalam bahasa Ibrani berarti Gunung Megido, tetapi selain dalam ayat ini Gunung Megido tidak disebutkan dalam keseluruhan isi Alkitab. Istilah Megido dipakai dua belas kali dalam Perjanjian Lama, terutama dalam konteks perang (Hakim-hakim 5:19; 2 Raja-raja 9:27; 23:29; dan 2 Tawarikh 35:22). Rupanya lokasi Gunung Megido sudah tidak diketahui lagi, tetapi tempatnya tidak jauh dari Megido sendiri, di sebelah utara Gunung Karmel, dan di sana ada lembah yang luas dan strategis untuk perang.536
Hagelberg: Why 16:16 - -- 16:16 Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon.535
Rupanya istilah Harmagedon dalam bahasa Ibrani berarti Gu...
16:16 Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon.535
Rupanya istilah Harmagedon dalam bahasa Ibrani berarti Gunung Megido, tetapi selain dalam ayat ini Gunung Megido tidak disebutkan dalam keseluruhan isi Alkitab. Istilah Megido dipakai dua belas kali dalam Perjanjian Lama, terutama dalam konteks perang (Hakim-hakim 5:19; 2 Raja-raja 9:27; 23:29; dan 2 Tawarikh 35:22). Rupanya lokasi Gunung Megido sudah tidak diketahui lagi, tetapi tempatnya tidak jauh dari Megido sendiri, di sebelah utara Gunung Karmel, dan di sana ada lembah yang luas dan strategis untuk perang.536
Hagelberg: Why 6:1--20:3 - -- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan...
B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan. (Mungkinkah Mazmur 79:12, yang berkata, "Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepada-Mu, ya Tuhan!" melatarbelakangi hukuman tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan?) Segel, sangkakala, dan cawan ini merupakan kerangka atau garis besar dari bagian ini. Enam segel itu dibuka Tuhan, disertai hukuman atas bumi. Lalu segel yang ketujuh terdiri dari tujuh sangkakala.299 Keenam sangkakala pertama diceritakan, lalu yang ketujuh terdiri dari tujuh cawan. Struktur ini menekankan dahsyatnya hukuman atas "mereka yang diam di bumi". Segel yang ketujuh merupakan ketujuh sangkakala, dan sangkakala yang ketujuh merupakan ketujuh cawan.300 Jadi, sesudah "yang diam di bumi" mengalami hukuman-hukuman dahsyat yang mulai dari segel yang pertama sampai dengan segel yang keenam, mungkin mereka akan berpikir, "Tinggal hanya satu hukuman lagi, bukankah ada tujuh segel?" Tetapi mereka akan heran, sebab yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang ditandai dengan tujuh sangkakala. Lalu, sesudah hukuman-hukuman dari enam sangkakala, mungkin mereka akan berpikir, "Akhirnya, hanya satu hukuman lagi..." tetapi mereka akan heran, karena yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang disebut tujuh cawan.301
Struktur ini menekankan betapa dahsyatnya hukuman-hukuman itu. Selain itu, ternyata segel, sangkakala, dan cawan menjadi garis besar, kerangka, atau "rantai" kisah ini. Selain "rantai kisah" ini ada beberapa hal lain yang juga disisipkan. Setiap "tambahan" ini juga merupakan dorongan untuk ketujuh jemaat itu.
Bagian ini menceritakan "Masa Kesengsaraan", yang merupakan "minggu" yang ke-70 dalam Kitab Daniel pasal 9, suatu masa yang berkelanjutan tujuh tahun. Di antara nas-nas yang lain, Amos 5:18-20 menceritakan kesengsaraan yang akan dialami umat Israel pada masa itu.
Menurut tafsiran lain, keenam segel dalam Wahyu 6 melambangkan masa ini, "zaman gereja", yang penuh dengan peperangan dan penderitaan seperti dikatakan di dalam Markus 13:5-13 ("Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru").
Tetapi paham tersebut agak sulit diterima, kalau kita membaca 6:8, "Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang ada di bumi." Jadi kalau segel yang keempat dibuka, paling tidak kira-kira satu milyar orang akan dibunuh. Itu bukan zaman sekarang. Alasan lain berkaitan dengan permintaan Tuhan Yesus, yang disebutkan dalam Wahyu 5 dan Mazmur 2:8. Seandainya enam segel itu menceritakan keadaan kita dalam "zaman gereja", artinya gulungan kitab itu sudah diminta Tuhan, dan segel itu sedang dibuka. Dengan demikian, menurut tafsiran tersebut, pembukaan enam segel menghabiskan waktu 2000 tahun, tetapi tujuh sangkakala dan tujuh cawan hanya makan waktu kurang dari tiga tahun. Ini tidak mustahil, tetapi agak aneh.
Lebih baik, sesuai dengan dahsyatnya pembukaan segel dan kepentingan pengambilan gulungan kitab, pengambilan gulungan kitab dianggap permulaan Masa Kesengsaraan, dan pembukaan segel dianggap sebagai sebagian dari hukuman Allah atas "yang diam di bumi" pada Masa Kesengsaraan. Hukuman yang dahsyat harus mendahului pendirian Kerajaan Allah di bumi, sangat jelas dalam Amos 5:18-20 dan Yesaya 2:12-21.
Isi Bagian Ini
Dari segi isi (bukan bentuk), bagian ini ada kesamaannya dengan Markus 13 (juga Matius 24 dan Lukas 21), saat Tuhan Yesus bernubuat mengenai akhir zaman. Beasley-Murray302 mencatat kesamaan-kesamaan tersebut sebagai berikut:
1. Perang-perang |
1. Perang-perang |
2. Perselisihan inter- nasional |
2. Perselisihan inter- nasional |
3. Gempa bumi |
3. Kelaparan |
4. Kelaparan |
4. Wabah/sampar |
5. Penganiayaan |
5. Penganiayaan |
6. Gerhana, bintang berjatuhan, goncangan kuasa-kuasa langit |
6. Gempa bumi, gerhana, bintang berjatuhan, pembesar bersembunyi di gua, langit menyusut |
Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 16:12-16
Matthew Henry: Why 16:12-16 - Penumpahan Cawan Murka Penumpahan Cawan Murka (16:12-16)
Dan malaikat yang keenam menumpahkan cawannya.
I. Di mana jatuhnya? Yaitu ke atas sungai yang besar, s...
Penumpahan Cawan Murka (16:12-16)
- Dan malaikat yang keenam menumpahkan cawannya.
- I. Di mana jatuhnya? Yaitu ke atas sungai yang besar, sungai Efrat. Sebagian orang mengartikannya secara harfiah.
- II. Apa yang diakibatkan oleh cawan ini? Lalu keringlah airnya. Dengan ini disiapkanlah jalan bagi raja-raja yang datang dari sebelah timur. Usaha terakhir dari si naga yang hebat ini. Ia bertekad melancarkan pukulan lain lagi. Alat yang dipakainya: tiga roh najis yang menyerupai katak. Ini membentuk pasukan Iblis yang menentukan hasil pertempuran. Sarana-sarana yang dipakai alat-alat ini untuk bekerja. Mereka akan mengerjakan mujizat-mujizat palsu. Medan pertempurannya, yaitu sebuah tempat yang disebut Harmagedon , yang menurut sebagian orang adalah gunung Megido (di Israel sekarang ini – pen.). Penjelasan mengenai perbuatan-perbuatan ajaib ini ditunda sampai kita tiba di pasal 19 nanti (ay. 19-20). Peringatan yang diberikan Allah mengenai ujian yang besar dan menentukan ini (ay. 15). Ketika perkara Allah tiba waktunya untuk diuji dan pertempuran-Nya dilaksanakan, maka semua umat-Nya akan siap dan setia dan gigih bertempur dalam melayani-Nya.
SH: Why 15:5--16:21 - Terlambat sudah (Jumat, 5 Desember 2014) Terlambat sudah
Di satu sisi, cawan dan murka menandakan hukuman Allah. Di sisi lain, cawan dan murka mencerminkan kondisi kemarahan Allah. Kemaraha...
Terlambat sudah
Di satu sisi, cawan dan murka menandakan hukuman Allah. Di sisi lain, cawan dan murka mencerminkan kondisi kemarahan Allah. Kemarahan Allah terhadap kebejatan perilaku dan kedegilan hati manusia membuat kesabaran-Nya hilang.Untuk memuaskan rasa keadilan-Nya, Allah mengirim bencana mengerikan secara beruntun. Intensitas penghukuman Allah dalam setiap cawan semakin meninggi kadarnya, mulai dari bisul, kekeringan, air tercemar, polusi udara, sampai gempa bumi yang dahsyat (Why 16:2-18).
Tujuh malapetaka ini memiliki sedikit kemiripan antara sepuluh tulah di Mesir (Kel. 7:20-25) dan suara tujuh sangkakala (Why 8-11). Yang berbeda hanyalah cakupan wilayah dan daya rusaknya. Malapetaka di Keluaran 7:20-25 dan Wahyu 8-11 bersifat terbatas dalam lingkup tertentu. Lain halnya dengan kehancuran di Wahyu 15:5-16:21 memiliki daya rusak yang menyeluruh. Contohnya, semua pulau dan gunung hilang; bongkahan besar hujan es seperti meteor yang menghantam bumi. Tidak ada orang berdosa yang dapat lolos dari penghakiman Allah.
Yang menarik di sini adalah kebebalan pikiran dan hati manusia. Setiap murka Allah yang dituangkan ke dunia tidak membuat mereka bertobat. Kegelapan hati mereka semakin menjadi-jadi sampai mereka memaki, menghujat, dan mengutuki Allah (Why 16:9, 11, 14, 21). Peristiwa ini sama seperti yang terjadi pada diri Firaun, di mana Allah mengeraskan hati Firaun dengan tujuan membinasakannya. Demikian juga dengan manusia akhir zaman, di mana Allah mengeraskan hati yang gelap menjadi lebih pekat. Tujuan Allah adalah menuntut keadilan bagi darah orang-orang kudus-Nya. Seperti kisah Kain membunuh Habel sehingga darah Habel berteriak kepada Allah meminta keadilan. Dengan hancurnya bumi dan langit yang lama, baru ada harapan munculnya bumi dan langit yang baru.
Allah itu panjang sabar, namun bukan berarti kesabaran Allah tidak punya batas. Selama masih ada kesempatan, marilah kita memperbarui diri dan hidup benar dihadapan-Nya.
SH: Why 16:1-21 - Kedahsyatan hukuman Allah (Selasa, 12 November 2002) Kedahsyatan hukuman Allah
Ada kecenderungan dalam diri kita untuk tidak tertarik pada
sesuatu yang dinyatakan dengan simbol. Kecenderungan ini m...
Kedahsyatan hukuman Allah
Ada kecenderungan dalam diri kita untuk tidak tertarik pada sesuatu yang dinyatakan dengan simbol. Kecenderungan ini mungkin diakibatkan oleh seringnya orang salah menafsirkan sebuah simbol. Untuk suatu peristiwa, mungkin hal ini dapat dibenarkan, tetapi kecenderungan tersebut tidak selalu benar. F.F.Bruce, seorang sarjana ahli Perjanjian Baru terkenal, mengatakan pendapatnya tentang pasal ini: "Seluk-beluk malapetaka- malapetaka dalam pasal iniâ€â€juga pasal-pasal sebelumnya adalah simbolis, tetapi walaupun demikian, semuanya menyatakan suatu realitas yang dahsyat".
Malapetaka-malapetaka yang Allah datangkan di pasal-pasal sebelumnya memang selalu dinyatakan dengan simbol (ps. 1,5,8,10,12,15), tetapi simbol-simbol tersebut menandakan sebuah realitas yang harus diwaspadai. Artinya, simbol yang menggambarkan tentang malapetaka-malapetaka tersebut dapat dijadikan peringatan bahwa Allah serius menindak perbuatan dosa. Namun, manusia tetap pada kesombongannya (bdk. 2Tim. 3:1-9). Kesabaran Allah ada batasnya. Akhirnya, Allah memutuskan menutup kesempatan bagi manusia untuk bertobat. Itu berarti murka Allah yang sesungguh-sungguhnya dan sepenuh-penuhnya -- seperti yang pernah Allah timpakan kepada bangsa Mesir -- harus ditimpakan kepada manusia. Bumi, laut, udara, bergejolak dahsyat menuju kehancuran dan kebinasaan. Raungan dan jerit kesakitan umat manusia hanya buang-buang waktu saja!
Sepanjang sejarah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kita dipaparkan tentang fakta bahwa Allah kita adalah Allah yang penuh kasih. Dalam murka-Nya, terselip ucapan penghiburan yaitu bahwa ternyata murka Allah tidak diberlakukan kepada mereka yang memiliki tanda kemilikan Kristus, dan yang terus berjaga-jaga! (ayat 15).
Sebagai umat Allah yang hidup di zaman ini, tentunya kita memahami bahwa Allah tidak sedang bercanda ketika memberikan penglihatan ini kepada Yohanes.
Renungkan:
Perbuatan dosa serius di mata Allah. Waspadailah kehidupan kita
karena Iblis terus berusaha mengkrabkan kita dengan dosa, dan
menjauhkan kita
SH: Why 16:1-21 - Keadilan Allah ditegakkan (Rabu, 13 Desember 2006) Keadilan Allah ditegakkan
Gambaran tentang tujuh cawan murka Allah ini ada kemiripan dengan
tujuh sangkakala (8:2-11:19). Empat cawan pertama be...
Keadilan Allah ditegakkan
Gambaran tentang tujuh cawan murka Allah ini ada kemiripan dengan tujuh sangkakala (8:2-11:19). Empat cawan pertama berhubungan dengan alam (16:1-9; band. Why. 8:6-13). Namun, perbedaan tajam terletak pada keluasan dan kedalaman dampak murka Allah yang dituangkan dari cawan-cawan tersebut.
Murka Allah bukan lagi memakai sepertiga alam melainkan seluruh alam semesta menjadi alat penghukuman Allah bagi seluruh umat manusia yang memusuhi Allah. Tidak ada lagi tempat bersembunyi untuk dapat menghindar dari luapan murka-Nya. Murka Allah ditujukan kepada para musuh Allah, sebagai pembalasan atas darah para martir yang telah mereka curahkan. Ini menegakkan keadilan-Nya (5-7). Tujuh murka Allah ini mirip dengan tulah zaman Musa terhadap Mesir. Semua yang tidak mau menaati-Nya, yang mengikut Iblis dengan segala bentuk mukjizat palsunya akan binasa oleh murka Allah (10-14). Meski telah sedemikian dahsyat murka Allah dan sedemikian nyata kebenaran-Nya, ternyata mereka tidak bertobat sedikit pun (9, 11, 13-14). Pada tiga cawan terakhir, murka Allah memuncak, namun pihak lawan menghimpun kekuatan terakhir mereka untuk membalas (14). Akhirnya, hanya dengan satu pukulan maha dahsyat Ilahi, mereka dihancurkan tuntas (18-21).
Betapa ngeri kedahsyatan murka Allah serta kebinasaan yang diakibatkannya. Untuk pengikut Kristus, pesan Tuhan mendesak dan menghibur. Kita harus berjaga-jaga senantiasa sebab hari murka Tuhan tersebut seperti pencuri (15a). Berjaga-jaga adalah sifat sejati seorang beriman yang akan menampakkan diri dalam ketaatan dan kesetiaan menjaga hidup kudus (16b). Kita yang kini tertekan secara rohani karena melihat kejahatan makin biadab dan makin menjadi-jadi boleh terhibur bahwa semua itu kelak akan dimusnahkan dan ditiadakan oleh murka-Nya yang adil!
Camkan: Bersukalah akan keadilan, kekudusan dan peneguhan kebenaran Allah!
SH: Why 16:1-21 - Balas Kasih, Bukan Balas Dendam (Senin, 10 Oktober 2022) Balas Kasih, Bukan Balas Dendam
Tidak ada seorang pun yang suka dimarahi. Ketika seseorang melampiaskan kemarahannya kepada kita, pertanyaan dalam be...
Balas Kasih, Bukan Balas Dendam
Tidak ada seorang pun yang suka dimarahi. Ketika seseorang melampiaskan kemarahannya kepada kita, pertanyaan dalam benak kita adalah: "Mengapa?" dan "Layakkah aku diperlakukan demikian?"
Wahyu 16 mencatat tentang kegenapan murka Allah, yang digambarkan dengan tujuh cawan murka yang ditimpakan atas seluruh dunia (1). Setiap elemen kehidupan tidak terluput dari murka Allah: bumi (2), laut (3), sungai-sungai dan mata-mata air (4), matahari (8), takhta binatang buas (10), Sungai Efrat yang besar (12), serta angkasa (17).
Membaca perikop ini, pertanyaan yang bisa muncul di benak kita adalah: "Mengapa Allah melakukan tindakan itu?" dan "Apakah bumi memang pantas menerima semua itu?"
Dunia sudah begitu dikuasai oleh dosa, sedemikian rupa hingga mereka tidak dapat lagi menghargai kekudusan, lebih memilih untuk menghujat nama Allah, dan menolak untuk bertobat. Murka yang dinyatakan Allah adalah wujud keadilan-Nya atas dunia. Penghakiman yang dinyatakan Allah bukanlah tindakan balas dendam, melainkan tindakan kasih. Mengapa demikian? Karena Allah Pencipta dunia ini.
Tindakan Allah memiliki maksud supaya dunia berkarya untuk memuliakan Allah. Namun, alih-alih memuliakan Allah, manusia-dalam keberdosaannya-malahan mencoba untuk memuliakan diri mereka sendiri. Manusia membangun kerajaan bagi kemuliaannya sendiri. Maka, Allah menghadirkan keadilan supaya manusia mendapat balasan setimpal dengan tindakan mereka terhadap Allah. Ia mengingatkan kita bahwa manusia adalah ciptaan-Nya, yang diciptakan untuk sebuah maksud, yakni memuliakan-Nya; dan bahwa setiap pikiran, perkataan, dan tindakan kita seharusnya dilandasi maksud untuk memuliakan Allah.
Kitab Wahyu bukanlah catatan untuk membuat kita makin jauh dari Tuhan, melainkan sebuah kitab yang justru memanggil kita kembali pulang ke Rumah Bapa yang kekal, dengan cara bertobat kepada-Nya. Cara untuk memuliakan Allah adalah dengan mengakui karya Allah dalam kehidupan kita! [IBS]
Utley -> Why 16:12-16
Utley: Why 16:12-16 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 16:12-1612 Dan malaikat yang keenam menumpahkan cawannya ke atas sungai yang besar, sungai Efrat, lalu keringlah airnya, s...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 16:12-16
12 Dan malaikat yang keenam menumpahkan cawannya ke atas sungai yang besar, sungai Efrat, lalu keringlah airnya, supaya siaplah jalan bagi raja-raja yang datang dari sebelah timur. 13 Dan aku melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut nabi palsu itu keluar tiga roh najis yang menyerupai katak. 14 Itulah roh-roh setan yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa. 15 Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya. 16 Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon.
Wahy 16:12 "malaikat yang keenam menumpahkan cawannya ke atas sungaiyang besar, sungai Efrat" Sungai ini disebutkan dalam Wahy 9:13-19 ketika tentara setan menyeberangi perbatasan untuk menyiksa umat manusia. Hulu sungai Efrat adalah batas utara Tanah yang Dijanjikan dan batas luar Kekaisaran Romawi. Dasar sejarah yang memungkinkan untuk hal tentara setan ini adalah Kalvari Parthia. Penjajah anti-Romawi ini merupakan teror untuk legiun Romawi.
□ "Lalu keringlah airnya" Sering kali dalam PL air yang kering dipandang sebagai tindakan Allah (lih.Kel 14:21), seperti terlihat di Laut Merah (lih.Josh. Wahy 3:17 ), Sungai Yordan, dan beberapa acuan dalam literatur profetik (lih. Yes 11:15-16; 44:27, Yer 51:36, Za 10:11). Tindakan fisik ini melambangkan bahwa Allah membiarkan konflik akhir-zaman sampai ke puncak. Secara teologis sejajar dengan 2Tes 2:6-7, "apa / siapa yang mampu menahannya."
□ "supaya siaplah jalan bagi raja-raja yang datang dari sebelah timur" Telah ada banyak diskusi tentang bagaimana "raja-raja timur" dalam ay. 12 yang terkait dengan "raja-raja seluruh dunia" dalam ay. 14:
- 1. mereka adalah sama
- 2. mereka antagonis (mitos Nero Redivivus dan tentara Parthia)
- 3. raja-raja di timur merujuk kepada tentara Allah.
Jika demikian, ini adalah kiasan untuk Tuhan memanggil umat-Nya dari Babel (lih. Yes 41:2,25; 45:1-3; 46:11). Hal ini dimungkinkan dari konteks bahwa raja-raja di timur adalah alat Tuhan untuk menyerang tentara binatang (yaitu, sebuah kiasan historis untuk Partia menyerang Roma). Namun, ay. Wahy 16:14 dan pasal Wahy 19; 20 menyiratkan bahwa hanya ada satu tentara manusia dan bersatu melawan Allah (lih.Mazm 2; Yer 25:15-26).
Wahy 16:13 "naga, binatang, nabi palsu" ini adalah pertama kalinya makhluk yang kedua (lih. Wahy 13:11) disebut "nabi palsu," tetapi dari sekarang setiap kali dia akan disebut dengan nama ini (lih.Wahy 16:13; 19:20; 21:10).
Ketiganya merujuk pada trinitas setan yang akan dikalahkan dalam dua tahap: dua binatang di lembah Megido (lih. Ay. Wahy 16:12-16) dan Setan pada akhir pemerintahan Kristus di dunia (lih. Wahy 20:7-10) .
□ "Tiga roh najis yang menyerupai katak" Istilah "najis" digunakan dalam injil Perjanjian Baru untuk merujuk kepada setan. Mengapa mereka ditandai sebagai katak telah sangat diperdebatkan:
- 1. ini merupakan salah satu referensi untuk tulah di Mesir (lih. Kel 8:6)
- 2. dalam Zoroastrianisme katak adalah simbol utama kejahatan
- 3. Merujuk pada binatang najis (lih. Im 11:10,31)
Wahy 16:14 "Itulah roh-roh setan yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib" Sangat menarik untuk diperhatikan bahwa tanda-tanda dan keajaiban akan memimpin semua orang-orang yang tidak percaya kepada penyesatan, tapi bahkan tidak sedikit dari anak-anak Allah (lih.Wahy 13:13; Mat 24:24; Mr 13:22; 2Tes 2:9-11). Unit literatur terakhir (cawan) adalah perbandingan antara apa yang akan terjadi pada anak-anak Allah dan apa yang akan terjadi kepada penduduk bumi. Kristus berbicara kata-kata kebenaran, kebenaran, dan anugerah untuk membawa perdamaian ke bumi, tetapi roh-roh katak setan berdusta dan mengumpulkan bangsa- bangsa untuk berperang.
□ "yang pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia" ini dapat menjadi acuan untuk Mazm 2:2, yang membentuk gambaran dari pasal-pasal terakhir Wahyu.
□ "untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar" Deskripsi dari pertempuran akhir zaman akan muncul di Wahy 6:2-8; 11:7-10; 12:17; 16:14; 17:14; 19:19; 20:08 (tujuh unit literatur dari Kitab Wahyu). Mungkin ini semua merupakan salah satu pertempuran dari perspektif yang berbeda (yakni, paralelisme).
Wahy 16:15 frasa sisipan ini berisi kata-kata Kristus yang menyela untuk mendorong dan memperingatkan umat Allah. Ini adalah salah satu dari tujuh berkat untuk orang percaya (lih.Wahy 1:3; 14:13; 16:15; 19:9; 20:6; 22:7,14).
□ "Aku datang seperti pencuri" Kata-kata Yesus ini (lih. Mat 24:43-44; Luk 12:39-40) digunakan sebelumnya dalam Wahy 3:3 dan disinggung dalam 1Tes 5:2 dan 2Pet 3:10. Tampaknya untuk merujuk pada suatu saat, kedatangan Kristus yang tiba-tiba dalam penghakiman di Parousia (Kedatangan Kedua).
□ "Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya" Ini adalah yang ketiga dari tujuh berkat yang diberikan kepada orang percaya yang setia (lih.Wahy 1:3; 14:13; 16:15; 19:9; 20:6; 22:7,14). Tampaknya ringkasan peringatan eskatologis ditemukan dalam Mr 13:33-37; Luk 12:37. Ayat ini terlihat tidak biasa jika teori dari pengangkatan rahasia jemaat sebelum masa penganiayaan ini ditegaskan. Kalau begitu, Untuk siapa Yesus berbicara?
□ "supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya" ini dapat menjadi acuan untuk Wahy 3:18. Ketelanjangan di PL adalah simbol penghakiman (lih. Yeh 23:29; Hos 2:3; Am 2:16; Mi 1:8). Namun, tidak merujuk kepada kehilangan keselamatan, tetapi untuk orang Kristen yang akan malu terhadap kegiatan mereka dan kurangnya gaya hidup iman pada Kedatangan Kedua Yesus. Tentara-Nya datang, yang mana persis sebagaimana orang-orang Yahudi mengharapkan Mesias kembali, diuraikan di Wahy 19:11-16.
Wahy 16:16 "Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat" ini diulang di Wahy 20:8
- NASB "dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon"
- NKJV, NJB "dalam bahasa Ibrani, Harmagedon"
- NRSV "dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon"
- TEV "dalam bahasa Ibrani adalah Harmagedon"
Kata ini dieja berbeda dalam beberapa manuskrip Yunani. Ada beberapa teori untuk menjelaskan nama ini (yang muncul di tempat lain dalam bahasa Ibrani atau literatur Yunani).
- 1. Merujuk kepada "gunung Megiddo", sebuah kota utara dalam alokasi suku Menasje, dibangun di atas bukit
- 2. Mengacu pada "kota Megiddo", tapi masalahnya adalah ini bukanlah ejaan kota yang tepat
- 3. itu adalah terjemahan dari frase "gunung rakitan" ditemukan dalam Yes 14:13, yang merujuk ke gunung tertinggi dari Dewa yang diserang Setan
- 4. mengacu ke seluruh Tanah yang Dijanjikan (lih."pegunungan Israel" yang disebutkan dalam Yeh 38:8,20,21; 39:2,4,17)
- 5. mengacu pada "gunung berbuah" yang akan melambangkan Yerusalem, situs-waktu akhir dari banyak pertempuran akhir antara yang baik dan yang jahat (lih. nubuatan Joel)
- 6. arti akar kata dari "Megiddo" mungkin "untuk memotong atau untuk menyerang," menjadikan ini referensi untuk "menghancurkan gunung" dari Yer 51:25, yang merupakan simbol kehancuran Roma.
Yohanes telah memilih kota yang terkenal dan memiliki ejaan yang berubah sedikit. Hal ini mirip dengan daftar tentang dua belas suku di Wahy 7:5-8 untuk menunjukkan sifat simbolis mereka. Interpretasi simbolik lebih lanjut terlihat pada penggunaan frasa "dalam bahasa Ibrani," yang menunjukkan simbolisme, seperti pada Wahy 9:11. Memang benar bahwa Lembah Yizreel atau Dataran Esdraelon adalah lokasi pertempuran di PLT (lih. Hak 5:19-21; 2Raj 9:27; 23:29-30; 2Taw 35:22 ; Za 12:11). Rute invasi kekuatan utara Mesopotamia ini sudah menjadi simbol budaya jahat (lih. Yes 14:31; Yer 1:13-14; 4:6; 10:22; 46:20-24; 47:2-7; 50:3,9,41; 51:48, Yeh 38:6,15; 39:2).
TFTWMS -> Why 16:12-17; Why 16:16
TFTWMS: Why 16:12-17 - Menyalahkan Allah Atas Pelbagai Masalah MENYALAHKAN ALLAH ATAS PELBAGAI MASALAH (Wahyu 16:12-17)
"Dan malaikat yang keenam menumpahkan cawannya ke atas sungai yang besar, sungai Efrat,...
MENYALAHKAN ALLAH ATAS PELBAGAI MASALAH (Wahyu 16:12-17)
"Dan malaikat yang keenam menumpahkan cawannya ke atas sungai yang besar, sungai Efrat, lalu keringlah airnya,14supaya siaplah jalan bagi raja-raja yang datang dari sebelah timur" (ay. 12).
Cawan Keenam (16:12)
Pada waktu sangkakala keenam berbunyi, empat malaikat yang diikat di Efrat telah dibebaskan, dan mereka telah menjadi pasukan yang sangat besar (9:13-19).15Sewaktu kita mempelajari sangkakala itu, kita pernah mencatat bahwa Efrat adalah penghalang alami antara Romawi dan musuh-musuh mereka di timur.16Konsep umum yang sama itu dipertahankan dalam cawan keenam: Pengeringan Efrat menunjukkan bahwa penghalang telah disingkirkan. Dengan demikian jalan itu terbuka bagi "raja-raja dari timur"17untuk menyerbu negeri itu dengan bala tentara penakluk mereka.
Sekali lagi, kita diingatkan bahwa salah satu faktor yang menimbulkan kejatuhan Roma adalah invasi dari luar.
Bagaimanapun, kita tidak perlu membatasi penerapan cawan keenam kepada jatuhnya Kekaisaran Romawi. Allah telah berjanji untuk selalu memagari orang-orang yang berkomitmen kepada kehendak-Nya: Ia "tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu" (1 Korintus 10:13). Bagi orang durhaka, tidak ada janji seperti itu. Ketika orang menentang Tuhan, pagar penghalang itu roboh—dan akibatnya adalah tragis.18
Setelah cawan kelima, kita melihat respon umat manusia. Sekarang, setelah cawan keenam, kita memiliki respon dari iblis dan para sekutunya:
Dan aku melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut nabi palsu19itu keluar tiga roh najis20yang menyerupai katak. Itulah roh-roh setan yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa.… Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon (ay. 13, 14, 16).
Ayat-ayat ini menguraikan rencana "serangan balik dari ruang strategi"21Iblis. Setan tidak pernah mau menerima penghakiman Allah; ia akan memberontak sampai saatnyat ia "dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang" (20:10).
Nas ini memperkenalkan "tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon" (ay. 16; KJV). Sebelumnya, kita sudah memberikan waktu tambahan untuk angka samar "666," dengan meneliti beberapa gagasan aneh yang telah dikembangkan di sekitar bilangan itu. Untuk setiap gagasan menggelikan yang diusulkan dalam kaitannya dengan "666," selusin gagasan diusulkan tentang Armageddon.
Konsep "pertempuran Armageddon" sebagai "konflik besar terakhir" sudah sangat berakar di dalam mentalitas umat manusia22sehingga kita akan menyediakan pelajaran tersendiri hanya tentang ayat 12 sampai 16. Namun begitu, beberapa pendapat bisa diterima kali ini untuk melihat bagaimana ayat-ayat ini cocok dengan konteks pasal 16.
Penglihatan itu menggambarkan musuh-musuh Tuhan mengumpulkan kekuatan mereka untuk menentang Tuhan. Mereka tidak sadar bahwa segala sesuatu yang mereka sedang lakukan sesuai dengan rencana Allah secara keseluruhan. Ini menjadi kenyataan ketika kita diberitahu bahwa mereka mengumpulkan bala tentara mereka "guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa" (ay. 14b). Mereka pikir itu adalah perang milik mereka, tapi Tiga Roh Najis Yang Menyerupai Katak (16:13) sebenarnya perang milik Allah— dan Ia mengendalikan waktunya. "Hari Allah" mengacu kepada hari Ia datang dalam penghakiman (2 Petrus 3:12).23
Tanpa Tempat
Petunjuk kedua bahwa segala sesuatu yang mereka lakukan berada di bawah kendali Allah adalah tempat di mana bala tentara dikumpulkan: "Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon" (ay. 16). Kebanyakan pakar setuju bahwa "Har-Magedon" ("Armageddon" dalam KJV) berarti "gunung Megido." "Kesulitan dengan hal ini, bagaimanapun," seperti yang Bruce Metzger tunjukkan, "adalah bahwa 'Gunung Megido' itu tidak ada."24Perjanjian Lama banyak bicara tentang Megido, tapi tak satu pun bicara tentang gunung Megido. Para penulis berusaha keras untuk menemukan lokasi di mana saja di Palestina yang secara memungkinkan bisa disebut "gunung Megiddo," tapi tidak ada tempat seperti itu.
Tidakkah fakta bahwa kita tidak dapat menemukan tempat yang disebut "gunung Megido" di muka bumi ini seharusnya memberi kita petunjuk mengenai penggunaan istilah itu oleh Roh Kudus? Yohanes tidak sedang menulis tentang lokasi geografis, tapi tentang suatu konsep. Ingat gagasan tentang cari "perbedaannya":25Ketika Roh Kudus menggunakan istilah Perjanjian Lama di dalam kitab Wahyu tapi merubah istilah itu (memberikan "perbedaan"), hal itu membolehkan kita tahu bahwa kitab Wahyu tidak sedang mengacukan hal yang persis sama yang dibicarakan di dalam Perjanjian Lama, melainkan kepada suatu konsep yang terkait.
Konsep apakah yang dapat kita peroleh dari Megido yang berbeda? Megido terkenal sebagai tempat terjadinya beberapa pertempuran penting. Secara khusus, itu adalah tempat di mana orang-orang yang melakukan kehendak Allah menang dan yang bertindak menentang kehendak Allah kalah. (Bacalah lagi kalimat itu; kesankanlah pada pikiran Anda.) Pertimbangkanlah pentingnya hal ini dalam kaitannya dengan ayat 16: "Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon." Katak-katak itu mengumpulkan pasukan mereka di suatu tempat di mana mereka mustahil menang—di mana mereka telah dihukum dari awal!
Tanpa Peristiwa
Bukan hanya lokasinya yang tanpa tempat, kesempatannya juga tanpa peristiwa. Tidak ada "pertempuran." Segera setelah pasukan kejahatan itu berkumpul bersama, "malaikat yang ketujuh menumpahkan cawannya ke angkasa. Dan dari dalam Bait Suci kedengaranlah suara yang nyaring dari takhta itu, katanya: 'Sudah terlaksana'" (ay. 17). Tidak ada tembakan, tidak ada rudal yang meledak. Allah berkata, "Sudah terlaksana," dan perang itu berakhir.
Alkitab tidak tahu apa-apa tentang pertempuran "Armageddon"! Ayat 13 sampai 16 adalah simbol upaya setan yang terus menerus untuk menggagalkan rencana dan tujuan Allah—upaya yang ditakdirkan gagal.
Mari kita menekankan satu kebenaran lagi sebelum meninggalkan ayat 13 sampai 16: Di tengah-tengah kampanye perekrutan oleh para katak itu, Tuhan menyela dengan satu komentar (selaan dalam selaan): "('Lihatlah, Aku datang seperti pencuri.26
Berbahagialah27dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan28pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya')" (ay. 15).
Para komentator Liberal29mengeluh bahwa ayat ini berada "di tempat yang salah" karena mengganggu aliran pemikiran ayat 13,, 14, dan 16. Mereka tidak ragu-ragu untuk memindahkan ayat 15 ke tempat lain dalam teks itu atau bahkan menghapusnya. Namun begitu, Roh Kudus menempatkan pernyataan di tempat yang Ia kehendaki, dan di sini pernyataan itu sungguh cocok. Pertimbangkanlah ini: Gagasan tentang seluruh kekuatan jahat berkumpul di satu tempat (ay. 13, 14) akan sudah mencemaskan para pembaca Yohanes. Jadi Yesus berhenti sejenak untuk meyakinkan mereka, dengan membiarkan mereka tahu bahwa Ia datang untuk menghancurkan musuh-musuh mereka.30Satu kesempatan terlintas di pikiran ketika saya sedang menjelaskan kepada salah satu putri saya tentang apa yang perlu diantisipasi mengenai prosedur pembedahan. Ketika ia tampak gelisah, saya berhenti sejenak untuk meyakinkan dia bahwa saya akan bersama dia di sepanjang waktu itu. Lalu saya akhiri penjelasan saya.
Yesus tidak hanya mengatakan apa yang Ia akan lakukan untuk mengurus masalah itu. Ia juga memberitahu para pengikut-Nya apa yang harus mereka lakukan: (1) Mereka perlu tetap terjaga secara rohani, dan (2) mereka perlu tetap berpakaian secara rohani. Tantangan yang serupa pernah diberikan di dalam surat-surat kepada ketujuh jemaat: Yesus memberitahu jemaat di Sardis, "Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal …. Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu" (3:2, 3).31Ia menasihati jemaat di Laodikia, "Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku … pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan" (3:18).32Pesan Tuhan yang berisi tantangan ganda adalah jelas: Tetap siap setiap saat bagi kedatangan-Nya kembali Nya!33
TFTWMS: Why 16:16 - Tempat Yang Tidak Pantas TEMPAT YANG TIDAK PANTAS (Wahyu 16:16)
Petunjuk terakhir—dan yang paling penting—bahwa pertempuran itu tidak mungkin berhasil ditemukan di ayat 1...
TEMPAT YANG TIDAK PANTAS (Wahyu 16:16)
Petunjuk terakhir—dan yang paling penting—bahwa pertempuran itu tidak mungkin berhasil ditemukan di ayat 16: "Ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon." Akhirnya kita tiba di Armageddon.
Anda mungkin telah memperhatikan bahwa ada beberapa pertanyaan tentang ejaan nama itu. Beberapa naskah memberikan tanda napas lembut20di atas huruf "a" pertama pada nama itu (yang tidak mempengaruhi pengucapannya) dan dengan demikian tertulis "Armagedon." Beberapa lainnya lagi memberikan tanda napas berat atas huruf "a" (yang memberikan nama itu suara "ha"), sehingga yang mereka eja adalah nama" Har-Magedon."
Ada juga pertanyaan tententu tentang makna kata itu.21"Armagedon" (tanpa tanda napas berat) dapat memiliki berbagai makna, termasuk "kota Megido." Kebanyakan sarjana percaya bahwa "Har-Magedon" adalah ejaan yang benar. Karena har adalah kata Ibrani untuk "gunung," maka mereka menyimpulkan bahwa nama itu berarti "gunung Megido."
Beberapa pernyataan pembuka tentang Megido bisa diterima. Megido22disebut sebelas kali di dalam Perjanjian Lama. Itu adalah kota yang terletak di utara Palestina, 96 kilometer di sebelah utara Yerusalem dan 40 kilometer di sebelah barat daya Danau Galilea. Membentang ke arah timur laut dari Megido terdapat suatu Dataran Luas, sekitar 22 kilometer lebarnya dan 32 kilometer panjangnya. Daerah terbuka yang luas ini mencakup beberapa situs terkenal, termasuk Lembah Yizreel (Esdraelon).
Megido "punya kepentingan strategis yang besar, karena ia mengendalikan lorong yang melalui pegunungan antara dataran Sharon dan Esdraelon."23Di tempat itu, para penyerang dihadapi. Ratusan pertempuran yang menentukan pernah terjadi di dataran dekat Megido. Seorang sejarawan menulis, "Bukit-bukit yang rendah ini … di sekitar Megido, yang menghadap ke dataran Esdraelon mungkin telah menyaksikan lebih banyak bentrokan berdarah daripada yang pernah di alami oleh tempat ternoda seperti itu di permukaan bumi."24Di daerah ini, Gideon dan tiga ratus pasukannya mengalahkan orang Midian (Hakim 7:1-22), Raja Saul dikalahkan oleh orang Filistin (1 Samuel 31:1-6), dan Raja Ahazia meninggal akibat panah Yehu (2 Raja 9:27).
Dari banyak pertempuran yang terjadi di Megido, dua pertempuran memiliki arti penting tersendiri bagi orang Yahudi: Salah satunya adalah kemenangan besar Barak dan Deborah atas pasukan raja Yabin orang Kanaan (Hakim 4, 5), "dekat … mata air di Megido" (Hakim 5:19). Yang lainnya adalah pertempuran melawan Firaun Nekho, ketika Raja Yosia terluka parah (2 Raja 23:29, 30; 2 Tawarikh 35:22-24). "Peristiwa yang terakhir ini merasuk ke dalam kenangan orang Yahudi, dan ratapan untuk Yosia di lembah Megido beberapa lama sesudahnya dikutip sebagai contoh khas kesedihan nasional [Zakharia 12:11]."25
Penjelasan itu memberi Anda sedikit latar belakang Megido, tapi bagaimana dengan "gunung Megido"? Albert Baldinger menulis, "Bukalah … peta Palestina kuno Anda dan carilah Armagedon. Tempat itu tidak mudah ditemukan; sesungguhnya Anda tidak bisa menemukannya sama sekali. Tidak ada di sana."26Para sarjana umumnya setuju bahwa tidak ada tempat di dunia yang disebut gunung Megido.
Alkitab berbicara secara geografis tentang "Megido dan ketiga daerah bukit itu" (Yos. 17:11), "Megido dengan segala anak kotanya" (Hak. 1:27), "mata air di Megido," (Hak. 5:19), dan "lembah Megido "(II Taw. 35:22; Zak. 12:11), namun tidak ada sebutan tentang Gunung Megido.27
Hal ini membingungkan para komentator:
Masalahnya adalah bahwa Megido bukanlah sebuah gunung, tetapi sebuah dataran28yang terletak antara Danau Galilea dan Laut Tengah, bagian dari lembah Yizreel (Esdraelon).29
… di sini kesulitan muncul: tidak ada G. Megido.30
… sayangnya tidak ada gunung yang tampaknya bisa disebut "gunung Megido."31
Kota kecil ini terletak di dataran Esdraelon di Israel, dan tidak memiliki gunung.32
Tapi tidak ada gunung di dekat Megido, …33
Beberapa orang mencoba untuk memecahkan kesulitan itu dengan semaunya melampirkan label "Gunung Megido" kepada fitur alam tertentu di daerah umum yang mungkin memenuhi kondisinya. Solusi sederhananya adalah dengan mengakui bahwa tempat seperti itu tidak ada dan bahwa tujuan Kudus bukan untuk menentukan lokasi geografis tetapi untuk mengesankan suatu konsep.34
Seperti apakah kira-kira konsep itu? Megido terkenal sebagai tempat pertempuran. Oleh sebab itu gunung Megido merupakan istilah yang tepat untuk digunakan dalam kaitannya dengan peperangan rohani yang direncanakan oleh iblis dan para pengikutnya. Selanjutnya, air mata yang tak terhitung banyaknya telah ditumpahkan karena pertempuran di Megido. Karena pemberontakan Iblis menimbulkan kepedihan, Har-Magedon juga tepat untuk mengungkapkan perasaan tragedi.
Kisah Kedua "Pertempuran" (19:19-21)
Meski hal di atas adalah benar, konsep yang lebih halus—dan signifikan—mungkin tersirat. Perhatikanlah dengan seksama contoh-contoh pertempuran Perjanjian Lama yang dicantumkan sebelumnya: Dalam setiap kasus, mereka yang tindakannya mendapat restu Allah memenangkan pertempuran; mereka yang tindakannya bertentangan dengan kehendak Allah akan kalah. Hal ini jelas terlihat pada sebagian besar contoh yang dikutip; tetapi itu mungkin tidak sejelas kasus Yosia, yang dalam sebagian besar tindakannya adalah seorang raja yang baik. Berikanlah perhatian khusus kepada kisah di 2 Tawarikh 35:20-25. Firaun Nekho memohon Yosia untuk tidak terlibat dalam pertempuran, namun Yosia tidak "mengindahkan kata-kata Nekho, yang merupakan pesan Allah, lalu berperang di lembah Megido" (2 Tawarikh 35:22; huruf miring oleh saya). Mereka yang datang "untuk berperang di dataran Megido," yang menolak untuk "mendengarkan kata-kata … dari mulut Allah," ditakdirkan untuk kalah. Tidak bisakah kita membuat penerapan kepada kekuatan jahat yang berkumpul di dalam Wahyu 16:14, 16? Mereka itu (1) memberontak melawan yang Mahakuasa dan (2) di "tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon." Jadi sudah dijamin bahwa mereka akan kalah kontes!
Seperti yang sudah kita lihat dalam pelajaran sebelumnya, katak-katak itu mengumpulkan pasukan mereka di tempat di mana tidak mungkin bagi mereka untuk menang—di mana mereka sudah dihukum dari awal!
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Menyalahkan Allah Atas Masalah Kita
WAHYU 16:9-21
Orang Cina punya pribahasa bahwa "tidak ada burung yang pernah terbang begitu jauh tanpa ekor...
Menyalahkan Allah Atas Masalah Kita
Orang Cina punya pribahasa bahwa "tidak ada burung yang pernah terbang begitu jauh tanpa ekornya mengikuti dia."1Dengan kata lain, tidak ada orang yang bisa lolos dari konsekuensi perbuatannya. Dalam hal dosa fakta itu secara khusus adalah benar: "kamu akan mengalami, bahwa dosamu itu akan menimpa kamu" (Bilangan 32:23). Tujuh cawan murka menggambarkan pelbagai akibat tragis dari dosa. Kita sudah meliput empat cawan pertama dalam pelajaran sebelumnya; dalam pelajaran ini dan berikutnya, kita akan meneliti tiga cawan yang terakhir.
Ketika cawan keempat dicurahkan, kita melihat bahwa orang-orang tak percaya "menghujat nama Allah yang berkuasa atas malapetaka-malapetaka itu dan mereka tidak bertobat untuk memuliakan Dia" (ay. 9b). Dalam pelajaran ini, ketika cawan kelima dicurahkan, hasilnya akan sama: "Dan mereka menghujat Allah yang di sorga karena kesakitan dan karena bisul mereka, tetapi mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan mereka" (ay. 11). Respon terhadap cawan terakhir akan serupa: "Dan manusia menghujat Allah"(ay. 21b). Di tempat lain dalam kitab Wahyu, hanya binatang itu yang dikatakan menghujat Allah (13:1, 5, 6; 17:3). Fakta bahwa orang-orang tak percaya ini juga menghujat Allah menunjukkan betapa besarnya mereka telah menyerap semangat tuan mereka.
Apa artinya menghujat Allah? "Menghujat" adalah kata Yunani yang ditransliterasi secara harfiah yang berarti "melukai dengan perkataan."2Menghujat Allah adalah berbicara menentang Allah, mencoba untuk menghancurkan kepentingan-Nya dan semua yang Ia bela. Tentang binatang itu ada dikatakan bahwa ia "membuka mulutnya untuk menghujat Allah, menghujat nama-Nya dan kemah kediaman-Nya dan semua mereka yang diam di sorga" (13:6). Kita menyarankan bahwa ini mengacu kepada pernyataan fitnah yang disebar luaskan tentang gereja.
Penghujatan para pengikut binatang itu mirip: Ayat 9 mengatakan bahwa mereka "menghujat nama Allah"; mereka mungkin menirukan fitnah binatang itu. Selain ini, penghujatan mereka memiliki sudut yang unik: Kelihatannya, mereka menyalahkan Allah atas masalah mereka. Jika penghujatan mereka itu seperti rekan-rekan moderen mereka, kecaman mereka terhadap Allah mungkin terdengar seperti ini: "Allah tidak adil! Kami tidak layak mengalami kesulitan seperti itu!" "Orang Kristen mengatakan bahwa Allah adalah Allah kasih; tetapi jika ini adalah kasih, saya tidak menginginkan bagian apa saja dari kasih itu!" Mereka menganggap Allah bertanggung jawab meskipun mereka menerima" balasan yang setimpal" atas perbuatan mereka (Ibrani 2:2).
Dari permulaan waktu, manusia telah mencoba untuk menyalahkan orang lain atas masalahnya: Adam menyalahkan Hawa karena dosanya, dan Hawa menyalahkan si ular (Kejadian 3:12, 13). Ketika Harun tertangkap membuat berhala anak lembu emas, ia menyalahkan kaum Israel (Keluaran 32:22, 23). Ketika di Israel tidak turun hujan, Raja Ahab menyalahkan Nabi Elia (1 Raja 18:17). Dalam memberi konseling kepada pasangan suami istri, saya telah melihat unsur ini berkali-kali. Suami yang marah melayangkan tinjunya ke jendela kaca, mengangkat lengan dan pergelangan tangannya yang berdarah, dan memberitahu istrinya, "Lihatlah apa yang engkau sudah lakukan terhadapku!"
Sekarang ini, orang-orang menyalahkan masalah mereka kepada orang tua, sekolah, gereja, pemerintah, masyarakat mereka pada umumnya, bahkan Allah-apa saja dan segalanya kecuali diri mereka.3Meskipun demikian, Alkitab tetap mengajarkan bahwa kita bertanggung jawab atas tindakan kita sendiri: "Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya … kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya" (Yehezkiel 18:20).
Tiga cawan terakhir itu menggambarkan kebenaran pernyataan Allah di Yeremia 25:14: "Aku akan mengganjar mereka setimpal dengan pekerjaan mereka." Cawan-cawan itu juga menekankan keengganan banyak orang untuk menerima penghakiman Tuhan. Kita bisa belajar dari contoh ketidakbahagiaan mereka; kita dapat belajar untuk menerima tanggung jawab atas tindakan kita sendiri. Suatu hari nanti "Setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah." (Roma 14:12; huruf miring oleh saya).
Cawan Kelima (16:10)
MENYALAHKAN ALLAH ATAS PENDERITAAN (16:10, 11)
Michael Wilcock yakin bahwa "Sedikit penglihatan di kitab Wahyu [adalah] lebih menakjubkan daripada Cawan kelima."4Nas itu memberitahu tentang permulaan cawan ini, "Dan malaikat yang kelima menumpahkan cawannya ke atas takhta5binatang itu dan kerajaannya menjadi gelap"(ay. 10a).
Pada waktu sangkakala kelima dibunyikan, belalang setan telah menyerbu dari lubang jurang maut untuk menyiksa manusia. Kita melihat ini sebagai simbol efek dosa pada individu, termasuk penderitaan hati nurani yang bersalah.6Kita menekankan bahwa salah satu konsekuensi dosa adalah kerusakan moral.7Cawan kelima juga menunjukkan efek menyakitkan dari dosa, tapi yang lebih banyak terpengaruh bukan manusia tetapi seluruh sistem dunia: Cawan itu dituangkan "di atas takhta binatang itu" dan "kerajaan-Nya."
Di pasal 13 naga itu telah memberikan takhtanya kepada binatang itu (13:2). Itu disiratkan oleh fakta bahwa binatang itu memiliki kerajaan: Ia memerintah atas alam yang sebelumnya disebut "kerajaan dunia" (11:15). Kita pernah mengusulkan bahwa, di zaman Yohanes, binatang itu melambangkan Kekaisaran Romawi, dipimpin oleh Kaisar Domitianus. Oleh sebab itu, kata-kata "tahta" dan "kerajaan" secara khusus tampaknya cocok: Dari takhtanya di Roma, Domitianus memerintah atas sebuah kerajaan yang tersebar di seluruh muka bumi.
Tindakan cawan kelima tampaknya cocok juga dalam terang sejarah selanjutnya Kekaisaran Romawi. Ketika kegelapan menutupi tanah Mesir selama tulah kesembilan (Keluaran 10:21-29),8aktivitas terhenti (Keluaran 10:23).9Meski begitu, kegelapan di atas takhta dan kerajaan binatang itu mungkin melambangkan gangguan atas kekaisaran itu.10
Kita juga bisa membuat penerapan umum mengenai kegelapan itu: Ini adalah simbol dari kegelapan yang meliputi hati dan pikiran orang-orang yang bertahan dalam dosa.11Yesus berkata bahwa "manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat" (Yohanes 3:19). Kerajaan Setan disebut "kuasa kegelapan" (Kolose 1:13; lihat juga Kisah 26:18). Ketika kita menjadi orang Kristen, Allah memanggil kita "keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" (1 Petrus 2:9).
Pada akhirnya, cawan kelima itu mengingatkan kita bahwa setelah Penghakiman, orang sesat akan dilempar "ke dalam kegelapan yang paling gelap" (Matius 22:13)— jauh dari hadirat Allah, yang adalah terang (2 Tesalonika 1:9; 1 Yohanes 1:5)—ke dalam "gua-gua yang gelap," "kegelapan yang paling dahsyat" (2 Petrus 2:4, 17), di mana "akan ada tangisan dan kertakan gigi "(Matius 22:13).
Perhatikanlah kesesuaian penghakiman Allah: Nyatanya, Ia berkata kepada orang-orang durhaka itu, "Engkau mencintai kegelapan; oleh sebab itu engkau akan memiliki kegelapan—kegelapan yang akan membungkusmu, membutakanmu, mencekikmu—kegelapan yang akan berlangsung selamanya!"
Bagaimanakah kegelapan mempengaruhi orang-orang di dalam kerajaan binatang itu? Kita awalnya membaca bahwa "mereka menggigit lidah mereka karena kesakitan" (ay. 10b). Mungkin rasa sakit itu merupakan akibat langsung dari kegelapan (mungkin penderitaan karena mengetahui bahwa pemimpin mereka dibuat tidak efektif). Mungkin kegelapan itu hanya mengintensifkan rasa sakit yang telah ditimbulkan dari empat cawan pertama, termasuk bisul-bisul dari cawan pertama (ay. 2, 11). Ketika saya merasa kesakitan, rasa sakit itu selalu lebih parah di tengah malam.
Perkataan "mereka menggigit12lidah mereka" membingungkan saya. Ungkapan ini, yang tidak muncul lagi di tempat lain di dalam Perjanjian Baru, mungkin adalah ungkapan umum yang tidak lagi digunakan. Satu-satunya kesempatan saya pernah melihat orang secara harfiah menggigit lidahnya adalah ketika saya menyaksikan orang mengalami kejang-kejang. Ketika kejang-kejang terjadi, tindakan darurat perlu dilakukan untuk secara paksa mamasukkan sesuatu di antara kedua rahang orang yang kejang-kejang itu supaya ia jangan merusak lidahnya atau bahkan menggigit putus lidah itu. Karena orang yang kejang-kejang tidak menyadari tindakannya, ungkapan "mereka menggigit lidah mereka karena kesakitan" dalam ayat 10 mungkin menunjukkan bahwa orang-orang ini "menjadi gila" terhadap penderitaan. Bagaimanapun, hal itu menunjukkan bahwa rasa sakit itu menyiksa!
Hasil yang paling signifikan dari kegelapan itu adalah bahwa orang-orang yang berada di kerajaan binatang "menghujat Allah yang di sorga karena kesakitan dan karena bisul mereka13, tetapi mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan mereka" (ay. 11). Mereka telah memilih kegelapan, tapi masih mengutuk Allah karena hal itu. Sebuah gambaran terlintas di pikiran: Seseorang menutupi kepalanya dengan kantong sampah. Ketika ia bergerak ke sana ke mari, kepalanya selalu membentur sesuatu. Akhirnya, dalam keadaan memar dan berdarah, ia mengacungkan tinju amarah kepada Allah, dan berteriak, "Allah, mengapa Engkau membuat aku tidak bisa melihat?
Mengapakah Engkau penuhi hidupku dengan rasa sakit?" Ketika kita mendapatkan diri kita dalam kegelapan dan rasa sakit, janganlah kita menyalahkan Allah. Marilah kita, sebaliknya, melarikan diri kepada Dia yang berkata, "Akulah terang" (Yohanes 8:12).
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 16:9-21)
Jika kita tidak mengambil pelajaran lain manapun dari pasal 16, kita harus belajar untuk tidak menyalahkan Allah atas sega...
KESIMPULAN (Wahyu 16:9-21)
Jika kita tidak mengambil pelajaran lain manapun dari pasal 16, kita harus belajar untuk tidak menyalahkan Allah atas segala masalah kita. Beberapa masalah kita adalah akibat dari hidup di dunia yang penuh dosa (Kejadian 3:17-19). Beberapa diakibatkan oleh keharusan untuk bergaul dengan orang-orang berdosa (Roma 14:7). Beberapa bahkan mungkin terjadi karena akibat dari keputusan buruk yang dibuat sendiri (Galatia 6:7). Terlepas dari mengapa masalah memenuhi hidup kita, janganlah kita dengan bodohnya menuduh Allah (lihat Ayub 1:22, KJV). "Jangan biarkan siapa saja di bawah tekanan … berkata, 'Allah sedang mencoba untuk membuat saya tersandung.' Allah … tidak punya niat jahat terhadap siapa saja."48Sebaliknya, marilah kita mempercayai Allah untuk menolong kita melalui segala kesulitan kita, dan marilah kita belajar dari kesulitan-kesulitan itu.
Di atas segalanya, kita harus jangan menjadi seperti mereka yang menolak untuk bertobat. Mari kita jaga hati kita untuk tetap lembut, dengan terus menerus memeriksa hidup kita (2 Korintus 13:5). Ketika kita menemukan ada dosa di sana, marilah kita bertobat dan kembali kepada Allah (2:5, 16, 22, 3:3, 19; lihat juga 9:20, 21). Ini adalah tentang bagaimana kita tetap waspada. Ini adalah tentang bagaimana kita tetap siap sedia bagi kedatangan Tuhan (16:15).
Jika Anda tidak bisa mengatakan dengan antusias, "Datanglah, Tuhan Yesus" (22:20b), maka lakukanlah apa saja yang perlu Anda lakukan49— dan lakukanlah itu sebelum hati Anda mengeras. Dr. George Sweeting menulis, Beberapa tahun yang lalu keluarga kami mengunjungi Air Terjun Niagara. Saat itu musim semi, dan es berkejaran menyusuri sungai. Saat saya melihat balok-balok es yang besar mengalir menuju air terjun, saya bisa melihat bahwa ada banyak bangkai ikan menyatu di dalam es itu. Beberapa burung camar terbang menyusuri sungai itu sambil memakani ikan itu. Ketika mereka tiba di tepi air terjun, sayap mereka akan mengepak balik, dan mereka akan melarikan diri dari air terjun itu.
Saya memperhatikan seekor camar yang tampaknya menunda [untuk terbang balik].… Ia asyik memakani bangkai-bangkai ikan itu, dan ketika akhirnya ia tiba di tepi air terjun itu, dengan sekuat tenaga ia mengepak balik sayapnya. Burung itu mengepak dan mengepak sayapnya dan bahkan mengangkat es itu dari air itu,… Tapi ia sudah menunda terlalu lama sehingga cakarnya telah membeku menjadi es. Berat es itu terlalu besar, dan camar itu jatuh ke dalam jurang.50
Janganlah menunda-nunda untuk menaati Allah sampai akhirnya sudah sangat terlambat!
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Apakah arti kata "menghujat"? Apa sajakah cara bahwa manusia "menghujat" Allah dan kepentingannya-Nya?
- 2. Apakah manusia kadang-kadang menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka timbulkan ke atas diri mereka sendiri? Apakah beberapa orang bahkan mencoba untuk menyalahkan Allah?
- 3. Apakah yang terjadi ketika isi cawan kelima dicurahkan?
- 4. Jenis "kegelapan" apakah yang dosa bawa ke dalam hati dan pikiran manusia sekarang ini?
- 5. Apa yang terjadi ketika cawan keenam dicurahkan?
- 6. Mengenai tiga katak berkumpul bersama tentara, apa petunjuk yang diberikan dalam teks bahwa mereka tidak bisa menang melawan Allah?
- 7. Ayat 15 mengatakan bahwa untuk siap bagi kedatangan Kristus, kita harus tetap terjaga dan "menjaga" pakaian kita. Menurut Anda apakah arti perkataan itu?
- 8. Apakah yang terjadi ketika isi cawan ketujuh dicurahkan?
- 9. Manifestasi kekuasaan ilahi apakah yang kita miliki di dalam ayat 18 sampai 21 yang pernah kita miliki sebelumnya di kitab Wahyu? Manifestasi apakah yang baru?
- 10. Apakah yang ditargetkan oleh gempa bumi? Kota manakah yang disiratkan oleh pelajaran ini?
- 11. Tiga faktor apakah yang berkontribusi terhadap jatuhnya Roma? Bagaimanakah hal ini diilustrasikan oleh tujuh cawan murka?
- 12. Haruskah masalah dalam hidup kita membuat kita menyalahkan Allah atau berpaling kepada Allah?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Berikut ini adalah judul-judul alternatif untuk pelajaran ini: "Ketika Allah Mengerutkan Kening," "Allah Tidak Untuk Diolok-Olok," "Ingatan Panjang Allah," "Teror Dari Langit".
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 W. B. West Jr., Revelation Through First-Century Glasses, ed. Bob Prichard (Nashville: Gospel Advocate Co., 1997), 108.
2 Bentuk...
Catatan Akhir:
- 1 W. B. West Jr., Revelation Through First-Century Glasses, ed. Bob Prichard (Nashville: Gospel Advocate Co., 1997), 108.
- 2 Bentuk kata bendanya adalah kata majemuk Yunani yang menggabungkan kata untuk "melukai" dengan kata untuk "berbicara."
- 3 Saya mengerti bahwa kita semua dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam hidup kita dan bahwa kita tidak selalu bertanggung jawab secara pribadi atas setiap masalah yang menimpa kita. Namun begitu, faktanya tak berubah, bahwa kita memang bertanggung jawab atas bagaimana kita bereaksi terhadap masalah yang menghadang jalan kita, dan kita memang bertanggung jawab atas apakah masalah itu menjadi sebuah batu kilangan di leher kita atau batu loncatan kepada sesuatu yang lebih baik. Pemandangan kumpulan orang banyak yang berseru keras, "Celakalah aku!" setidaknya adalah tidak membangun iman. Orang yang imannya kepada Allah tahu bahwa Ia "turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan" (Roma 8:28). Terlepas dari tantangan-Nya, orang Kristen yang setia dapat berkata, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Filipi 4:13).
- 4 Michael Wilcock, I Saw Heaven Opened: The Message of Revelation, The Bible Speaks Today Series (Downers Grove, Ill.: Intervarsity Press, 1975), 147.
- 5 Alkitab KJV menulis "kursi," tetapi kata Yunani di sini adalah satu bentuk dari kata thronos.
- 6 Lihat pelajaran "Sifat Dosa Yang Merusak Diri," Dalam 'Wahyu, 5."
- 7 Karena adanya hubungan yang erat antara sangkakala dan cawan, maka dapatlah dibuat pernyataan bahwa kerusakan moral di dalam Kekaisaran Romawi merupakan faktor utama dalam kegelapan rohani dan moral yang melanda negeri itu, yang pada akhirnya mengakibatkan jatuhnya kekaisaran itu. Perlu diingat tiga faktor penyebab kejatuhan Roma: bencana alam, dekadensi internal, dan invasi luar.
- 8 Kegelapan di Mesir tidak mempengaruhi Israel (Keluaran 10:23). Begitu juga halnya, umat Kristen dikecualikan dari tujuh malapetaka di Wahyu 16 (lihat ayat 2).
- 9 Anda mungkin ingin memberikan ilustrasi tentang bagaimana rasanya berada di dalam kegelapan total dan bagaimana seseorang bisa kehilangan arah. Ilustrasi saya akan bersumber dari dua perjalanan ke Carlsbad Caverns.
- 10 Untuk memahami bagaimana mengganggunya kegelapan total itu tentunya terhadap Kekaisaran Romawi, bayangkanlah akibatnya jika semua aliran listrik di Indonesia tiba-tiba dipadamkan.
- 11 Lihat Yohanes 8:12; 12:46; Roma 2:19; 13:12; 1 Korintus 4:5; 2 Korintus 6:14; Efesus 5:8, 11; 6:12; 1 Tesalonika 5:5; 1 Yohanes 1:6; 2:11.
- 12 Kata Yunani yang diterjemahkan "menggigit" berasal dari akar kata yang artinya "mengunyah, menggigit, memakan."
- 13 Dari berbagai macam rasa "sakit," hanya satu yang dipilih: "bisul-bisul" diterima ketika isi cawan pertama dicurahkan. Mereka mungkin juga mengalami rasa sakit dari cawan dua,, tiga dan empat. Perhatikanlah bahwa binatang itu dan nabi palsu, dengan segala kekuatan mereka (termasuk kuasa mujizatiah pengakuan mereka), tidak bisa menyembuhkan bisul-bisul itu.
- 14 "Di dalam Perjanjian Lama tindakan luar biasa Allah sering dikaitkan dengan pengeringan air, seperti Laut Merah [Keluaran 14:21], Yordan [Yosua 3:16, 17], dan beberapa kali dalam nubuatan [Yesaya 11:15; Yeremia 51:36; Zakharia 10:11] (Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987], 191). Banyak penulis juga mencatat bahwa ketika Koresh merebut kota Babel, ia mengalihkan air dari Sungai Efrat sehingga bagian sungai itu yang mengalir melalui kota menjadi "kering." Dengan begitu kota itu menjadi mudah diserang. Apakah 16:12 ini mengacu atau tidak kepada peristiwa ini, peristiwa itu masih merupakan ilustrasi dramatis tentang efek pengeringan sungai Efrat.
- 15 Tinjaulah kembali pelajaran "Mencicipi Neraka," dalam "Wahyu, 5."
- 16 Kita juga mengamati bahwa Efrat adalah penghalang alami antara kaum Yahudi dan musuh-musuh mereka.
- 17 Ungkapan "raja-raja dari timur" tidak ditemukan lagi di tempat lain di kitab Wahyu, dan Roh Kudus tidak menjelaskan ungkapan itu di tempat ini. Dalam konteksnya, ungkapan itu tampaknya mengacu kepada saat kitab Wahyu ditulis, sungai Efrat menandai perbatasan timur Kekaisaran Romawi; mereka tidak mampu memperluas kekuasaan mereka di luar ini.
- 18 Ketika kita mempelajari sangkakala keenam, kita memberi tekanan khusus tentang efek dosa pada orang lain. Sebuah penerapan yang sama dapat dibuat di sini: Ketika hambatan menghadang, tidak hanya orang berdosa yang terpengaruh, tapi semua orang di sekeliling dia terpengaruh juga.
- 19 Ini adalah pertama kalinya kita memiliki ungkapan "nabi palsu" dalam teks itu; tetapi ketika kita mempelajari 13:11-17, kita mencatat bahwa binatang kedua (binatang darat) disebut "nabi palsu" dalam sisa kitab Wahyu. Lihat khususnya 19:20.
- 20 Beberapa komentator percaya bahwa ada permainan kata tentang tiga "roh" najis yang keluar dari "mulut" tiga roh najis itu: Kata Yunani untuk "roh" bisa juga berarti "nafas." Dengan demikian mereka percaya bahwa tiga katak itu adalah simbol dari kata-kata fasik dan palsu yang setan kirim ke dalam dunia. Memang benar bahwa cara utama Iblis merekrut para pengikutnya adalah dengan kata-kata dusta.
- 21 James D. Strauss, The Seer, the Saviour, and the Saved, Bible Study Textbook Series (Joplin, Mo.: College Press, 1963), 225.
- 22 Lihat catatan tentang Armagedon dalam pelajaran "Gemuruh Derap Kaki Kuda," dalam "Wahyu, 3."
- 23 Dalam konteks ini, "hari besar Allah" tidak mungkin mengacu kepada hari penghakiman-dan "kedatangan" Tuhanmungkin tidak mengacu kepada kedatangan-Nya yang kedua kali, tetapi kepada penghakiman atas Roma. Namun begitu, seperti disebut sebelumnya, "kedatangan" sementara itu mempersiapkan pikiran kita bagi waktu Tuhan akan datang di akhir zaman.
- 24 Bruce M. Metzger, Breaking the Code: Understanding the Book of Revelation (Nashville: Abingdon Press, 1993), 84.
- 25 Lihat catatan tentang "perbedaan" dalam pelajaran "Tanda-Tanda Penting Dan Simbol-Simbol," dalam "Wahyu, 1."
- 26 Kata-kata "seperti pencuri" menunjukkan bahwa kedatangan Tuhan akan tak terduga.
- 27 Ini adalah kata bahagia ketiga di dalam Kitab Wahyu. Lihat catatan tentang 1:3 di halaman 83 dalam "Wahyu, 1"
- 28 "Berjaga-jaga" dan "memperhatikan" berbentuk present tense dalam bahasa Yunanyi aslinya. Jika kita ingin siap bagi kedatangan Tuhan, kita harus terus menerus waspada.
- 29 Saya mengacu kepada para komentator yang liberal secara teologi yang tidak percaya kepada pengilhaman verbal Alkitab.
- 30 Kemenangan Yesus tersirat daam pernyataan kedatangan-Nya (ay. 15).
- 31 Lihat catatan tentang 3:2, 3 dalam pelajaran "Gereja Yang Hidup Menurut Masa Lalu," dalam "Wahyu, 3."
- 32 Lihat catatan tentang 3:18 dalam pelajaran Banyak komentator "Gereja Yang Kaya & Sukses, 2." Banyak komentator menyinggung fakta bahwa ketika tentara ditangkap dalam perang, bagian bawah jubah mereka sering dipotong dan mereka diarak di hadapan orang banyak-untuk mempermalukan mereka. Beberapa penulis juga menyebutkan bahwa ketika seorang penjaga Lewi ditemukan tertidur, ujung jubahnya dibakar oleh kepala bait suci. Keesokan paginya, jubahnya yang terbakar (dan menjadi pendek) "mengumumkan" kepada semua orang bahwa ia telah lalai dalam tugasnya. Mungkin, ilustrasinya lebih umum dibandingkan dengan salah satu dari ilustrasi ini: Gambarannya mungkin adalah tentang seseorang yang melepas pakaiannya dan pergi tidur. Ketika dibangunkan secara tiba-tiba (oleh kebakaran atau apa pun), ia melarikan diri tanpa sempat untuk berpakaian.
- 33 Saya telah membahas ayat 15 cukup cepat karena ayat itu terkait dengan tujuan utama yang saya buat. Anda mungkin ingin menghabiskan lebih banyak waktu atas ayat itu karena ayat itu sangat praktis. Untuk pengajaran Alkitab lainnya tentang tetap siaga, lihat perumpamaan tentang sepuluh gadis (Matius 25:1-13).
- 34 H. L. Ellison, 1 Peter-Revelation, Scripture Union Bible Study Books Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1969), 76.
- 35 Ungkapan "bait suci … takhta itu" membolehkan kita tahu bahwa "bait suci" di sorga adalah sama dengan "ruang takhta" Allah. Takhta binatang itu telah dibuat tidak berfungsi (16:10) Namun takhta Allah masih berfungsi-secara kuat.
- 36 Bacalah kembali komentar tentang ayat 1.
- 37 Bentuk "perfect tense" menunjukkan bahwa tindakan kata kerja itu telah disempurnakan, atau dikomplitkan.
- 38 Lihat 4:5; 8:5; 11:19. Lihat juga 6:12.
- 39 Jika ungkapan itu memiliki makna bagi para pendengar Anda bisa menyebutnya "biang dari semua gempa bumi." Homer Hailey berkomentar, "Karena sebelumnya tidak pernah ada sebuah dunia yang lebih besar daripada … Kekaisaran Romawi, maka tidak akan pernah ada gempa bumi yang lebih besar ketika kekaisaran itu jatuh"(Revelation: An Introduction and Commentary [Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979], 338).
- 40 Beberapa orang mengidentifikasi Babel sebagai Yerusalem dan menganggap kehancuran yang digambarkan itu mengacu kepada kehancuran kota itu pada tahun 70 Masehi. Kita sebelumnya pernah memberikan alasan kita untuk percaya bahwa kitab Wahyu ditulis di bagian akhir abad itu (setelah kejatuhan Yerusalem) dan bahwa Babel adalah simbol kota Roma. Cara yang mana saja, nas ini mengajarkan bahwa tidak ada kota, tidak ada bangsa, dan tidak ada individu yang dapat melarikan diri dari konsekuensi dosa.
- 41 Lihat komentar tentang makna simbolis dari angka "tiga" dalam pelajaran "Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!" dalam "Wahyu, 1."
- 42 Ungkapan itu dapat juga menunjukkan kehancuran sepenuhnya.
- 43 Lihat kata pengantar pelajaran "Ketika Allah Mengingat."
- 44 Lihat terjemahan Alkitab NIV.
- 45 Morris, 195. (Huruf miring oleh dia.)
- 46 Teks aslinya berbunyi "talenta dalam ukuran" (lihat KJV). Karena berat talenta bervariasi, kita tidak punya cara untuk mengetahui persis berat hujan es di dalam penglihatan itu. Perkiraannya bervariasi dari 30 kilogram sampai 62,5 kilogram. "Lima puluh kilogran" bisa diterima.
- 47 Robert Mounce, The Book of Revelation, The New International Commentary on the New Testament Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 304-5.
- 48 James 1:13; Eugene H. Peterson, The Message: New Testament With Psalms and Proverbs (Colorado Springs, Colo.: NavPress Publishing Group, 1995), 566.
- 49 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, beritahukanlah para pendengar Anda cara untuk merespon Tuhan.
- 50 Dikutip dari Craig Brian Larson, ed., Illustrations for Preaching and Teaching From Leadership Journal (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1993), 180.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Pertempuran Yang Tak Pernah & Tak Akan Pernah Ada
WAHYU 16:13, 14, 1 6-21
Meriam bertendum, bom meledak, udara dipenuhi dengan bau mesiu dan kem...
Pertempuran Yang Tak Pernah & Tak Akan Pernah Ada
Meriam bertendum, bom meledak, udara dipenuhi dengan bau mesiu dan kematian, bala tentara yang sangat besar, menyerang dan menyerang balik, awalnya satu pihak menang dan kemudian pihak yang lain—itulah cara banyak orang membayangkan "pertempuran Armagedon." Saya pernah dituduh memiliki imajinasi yang berlebihan, tapi saya tidak punya imajinasi sama sekali dibandingkan dengan mereka yang menggambarkan "pertempuran" ini.
Konsep "pertempuran Armagedon" sangat populer dan membuat begitu banyak hati manusia berdebar-debar, saya hampir menyesali apa yang saya harus katakan sekarang—tapi saya harus mengatakannya: Tidak ada pertempuran Armagedon. Berdasarkan definisi apa saja atas kata "pertempuran" yang umumnya diterima, tidak akan ada pertempuran Armagedon secara harfiah. Bahkan di dalam penglihatan yang ditemukan di dalam Wahyu 16, tidak ada pertempuran Armagedon yang terjadi. Saya tahu ini mengecewakan, tapi tetaplah bersama saya. Saya masih harus membuktikan pernyataan saya. Saya juga harus menjelaskan apa yang Tuhan benar-benar ajarkan di Wahyu 16:13-16. (Ia memiliki tujuan yang lebih penting daripada memprediksi tembak-tembakan global antara "orang baik" dan "orang jahat.")
Kitab Wahyu menyinggung pertempuran yang sedang dibahas ini sebanyak tiga kali: di 16:14, 19:19, dan 20:8.1Dalam bahasa Inggris, berbagai istilah digunakan di dalam nas-nas itu, tetapi dalam bahasa Yunani, ungkapan yang sama digunakan di semua tiga ayat itu: ton polemon, yang secara harfiah berarti "pertempuran" (atau "peperangan").2Penggunaan kata sandang pasti3menunjukkan hanya ada satu pertempuran—dilihat dari tiga aspek yang berbeda. Saya minta Brian Watts untuk menggambar adegan dasar yang akan digunakan untuk mengilustrasikan masing-maing tiga nas itu. Kemudian saya meminta dia untuk meragamkan rinciannya agar sesuai dengan penglihatan tertentu yang sedang dipelajari. Ini mungkin bukan pendekatan terbaik untuk memproduksi karya seni, tapi saya harap pendekatan itu memperkuat kebenaran bahwa kitab Wahyu berbicara tentang satu "pertempuran" saja yang menentukan.
Kisah sepenuhnya "pertempuran" itu ditemukan di pasal 19, jadi saya biasanya akan menunggu sampai pasal itu untuk membahasnya secara rinci. Namun begitu, karena manusia telah melekatkan kata "Armagedon" kepada "pertempuran" (tidak akan diragukan lagi hal itu akan dikenal sebagai "pertempuran Armagedon" selama dunia ini masih ada), kita harus meluangkan waktu untuk hal itu pada titik ini dalam pelajaran kita.
Tetaplah bersama saya sambil kita melakukan perjalanan melalui 16:13-16. Kita akhirnya akan tiba di "gunung Megido": Armagedon.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 16:13, 14, 1 6-21)
Jika Anda adalah anak Allah yang setia, Anda tidak perlu khawatir tentang apa yang disebut "pertempuran Arm...
KESIMPULAN (Wahyu 16:13, 14, 1 6-21)
Jika Anda adalah anak Allah yang setia, Anda tidak perlu khawatir tentang apa yang disebut "pertempuran Armagedon." Tuhan akan membereskan pertempuran itu.
Di sisi lain, ada perjuangan yang Anda harus peduli tentangnya "perjuangan … melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara" (Efesus 6:12).43Ini adalah peperangan, bukan tentang "tembakan dan peledak tapi tentang jiwa dan roh."44
Ini adalah perang "yang terjadi di atas medan perang hati manusia."45(Lihat Roma 7:21.) Ini adalah pertempuran yang terjadi setiap hari ketika kita memilih siapa yang akan kita layani (Yosua 24:15). Namun begitu, ini adalah pertempuran yang kita bisa menangkan dengan Allah di pihak kita:46"Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita" (1 Korintus 15:57)!
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Berapa banyakkah kisah "pertempuran" yang ditemukan di dalam kitab Wahyu? Berapa banyakkah "pertempuran" seperti itu di gambarkan di dalam kitab itu?
- 2. Mengapakah Anda berpikir tiga roh jahat itu dibicarakan sebagai "menyerupai katak"? (Apakah Anda menyukai katak?)
- 3. Para katak itu mengumpulkan bangsa-bangsa bersama-sama untuk "perang" (yaitu, pertempuran), tapi pertempuran milik siapakah itu? Dengan syarat-syarat siapakah pertempuran itu akan dilakukan?
- 4. Mengapakah beberapa terjemahan menulis "Armagedon" dan yang lainnya" "Har-Magedon"?
- 5. Apa kemungkinan arti "Har-Magedon"?
- 6. Dapatkah Anda menemukan tempat di dunia ini bernama "gunung Megido"?
- 7. Dikenal sebagai apakah Megido itu? Mengapa Anda pikir istilah "gunung Megido" digunakan untuk mengidentifikasi tempat di mana pasukan Iblis berkumpul?
- 8. Setelah para tentara berkumpul, apa yang terjadi? Apakah pasal 16 menceritakan tentang pertempuran yang benar-benar terjadi? Apakah pasal 19 atau pasal 20 menceritakan hal itu?
- 9. Apakah Alkitab punya apa saja untuk dikatakan tentang pertempuran fisik antara pasukan manusia yang harus bertempur di Palestina utara di masa depan?
- 10. Pertempuran apakah yang harus menjadi kepedulian kita?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Sebuah judul alternatif untuk pelajaran ini adalah "Bukan-Pertempuran Armagedon" atau "Armagedon!" saja. Jika Anda ingin berkhotbah dengan penerapan yang lebih pribadi, Anda bisa berbicara tentang "Pertempuran Yang Tidak Perlu Anda Risaukan—dan Pertempuran Yang Anda Harus Risaukan." Luangkanlah waktu pada paruh pertama pelajaran itu untuk apa yang disebut "pertempuran Armagedon" dan paruh keduanya untuk pertempuran di hati individu. West47dan Baldinger48menulis materi yang sangat baik tentang pertempuran di dalam hati manusia.
SALAH MENEMPATKAN TEKANAN
"Bergalon-galon minyak terbakar habis di tengah malam oleh para siswa yang [belajar] penuh semangat untuk mencoba mengungkap teka-teki '666,' atau untuk menjelaskan … 'Armagedon' atau 'Milenium' … Bukan karena terkenalnya hal-hal ini dalam penglihatan Santo Yohanes, tetapi karena terkenalnya mereka di … literatur saat ini, mereka layak mendapatkan perhatian khusus dalam setiap kajian Apocalypse."
Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts Albert H. Baldinger
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Mereka yang menggunakan pendekatan sejarah-berlanjut umumnya menafsirkan ketiga pertempuran ini sebagai tiga pertempuran terpisah ...
Catatan Akhir:
- 1 Mereka yang menggunakan pendekatan sejarah-berlanjut umumnya menafsirkan ketiga pertempuran ini sebagai tiga pertempuran terpisah yang telah terjadi dalam sejarah. Karena sekarang ini tidak banyak yang menganut pandangan ini, saya tidak akan meluangkan waktu untuk membahas hal itu dalam pelajaran ini. Untuk diskusi tentang pelbagai kelemahan pendekatan sejarah-berlanjut, lihat halaman 31-33 dalam "Wahyu, 1."
- 2 Kitab Wahyu mengandung banyak acuan lain tentang "memerangi," namun tidak satu pun dari nas-nas itu dalam teks Yunaninya bicara tentang "pertempuran."
- 3 Kata ton dalam frase ton polemon setara dengan kata "itu" dalam bahasa Indonesia.
- 4 "Pemain figuran" mengacu kepada mereka yang hanya memiliki peranan kecil dalam sebuah drama (mereka hanya punya "sedikit" hal untuk dikatakan dan/atau dilakukan). Naga, binatang, nabi palsu, katak-katak, raja, dan tentara itu mengira mereka punya peranan besar, tapi hanya Tuhan yang punya peran utama.
- 5 Baik naga dan binatang itu memiliki tujuh kepala, namun masing-masing disebut sebagai memiliki satu "mulut" (tunggal). Kita kembali diingatkan bahwa kita sedang melihat sebuah penglihatan, bukan sesuatu yang benar secara harfiah.
- 6 Kata "keluar" ditambahkan oleh para penerjemah. Beberapa penulis berpendapat bahwa katak-katak itu dimuntahkan.
- 7 Yohanes tidak mengatakan bahwa roh-roh najis itu adalah katak, tetapi mereka menyerupai katak. Diasumsikan bahwa, dalam penglihatan itu, mereka mirip katak (sehingga ilustrasi kita menunjukkan tiga katak), tapi itu mungkin tidak benar sama sekali. Apa yang ada di dalam pikiran Yohanes mungkin karakteristik roh-roh lain tertentu yang mengingatkan dia kepada katak.
- 8 Katak tidak secara khusus disebut di dalam Imamat 11; tetapi jika katak dianggap sebagai makhluk darat, binatang ini haram karena tidak memiliki kuku belah dan tidak memamah biak. Jika ia dianggap sebagai makhluk air, binatang ini haram karena tidak memiliki sirip dan sisik.
- 9 Para komentator lainnya hanya menekankan sifat menjijikkan dari katak; bahkan hari ini, katak secara universal dianggap makhluk yang menjijikkan. Beberapa penulis mencatat bahwa katak secara khusus tepat untuk bertindak sebagai wakil binatang laut dan binatang darat karena mereka adalah amfibi (bisa hidup di darat dan di air).
- 10 West Point adalah sebuah fasilitas yang melatih para pejabat untuk tentara Amerika. Gantilah dengan fasilitas serupa yang terdapat di negara Anda sendiri.
- 11 Kermit adalah boneka katak yang terkenal di Amerika Serikat, bagian dari program hiburan pendidikan anak-anak yang disebut "The Muppet Show." Gantilah istilah katak dengan istilah yang familiar bagi pendengar Anda.
- 12 Ya, saya tahu bahwa katak memiliki fungsi yang dimaksudkan Allah bagi mereka dan bahwa mereka punya peranan mereka di dunia milik Allah. Saya juga tahu bahwa kaki katak dimakan oleh manusia, bahwa katak adalah bagian dari rantai makanan di alam, bahwa racun yang berguna diambil dari katak tertentu, dan bahwa katak digunakan dalam penelitian. Saya sudah terlalu banyak menuliskan hal ini.
- 13 Karena demon adalah roh, pernah dikatakan bahwa terjemahan yang lebih pas adalah "roh-roh jahat." Terjemahan Phillips (J. B. Phillips, The New Testament in Modern English) menulis "roh-roh diabolical."
- 14 Lihat komentar tentang 13:13-15 dalam pelajaran "Penipu Ulung," dalam "Wahyu, 7."
- 15 Pasal 17 menekankan pengaruh yang Roma miliki atas penguasa-penguasa lain di dunia (17:02, 12, 13).
- 16 D. T. Niles, As Seeing the Invisible: A Study of the Book of Revelation (New York: Harper & Brothers, 1961), 85.
- 17 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 192-93. (Emphasis his.)
- 18 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 242.
- 19 Jika Anda menggunakan pelajaran ini sebagai khotbah tanpa mendahuluinya dengan pelajaran sebelumnya, Anda mungkin ingin mengomentari ayat 15, yang saya bahas secara singkat dalam pelajaran sebelumnya. Ayat itu juga menekankan bahwa pertempuran yang direncanakan ditakdirkan gagal.
- 20 Tanda untuk "napas lembut" bentuknya seperti apostrofi; tanda untuk "napas berat" bentuknya seperti apostrofi terbalik.
- 21 Satu masalah mengenai ejaan dan arti kata "Armagedon" adalah bahwa kata itu tidak muncul di tempat lain di dalam Kitab Suci dan hanya muncul sekali ini di dalam kitab Wahyu.
- 22 Arti sebenarnya "Megido" masih diperdebatkan. Beberapa orang beranggapan artinya adalah "tempat tentara" atau "tempat pembantaian."
- 23 John D. Davis, A Dictionary of the Bible, 4th rev. ed. (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1956), 489.
- 24 Sejarawan tanpa nama dikutip dalam Albert H. Baldinger, Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1960), 91. Banyak pertempuran penting telah terjadi di Megido selain yang disebutkan di dalam Alkitab (termasuk yang melibatkan Napoleon Bonaparte), tetapi pertempuran itu tidak disinggung karena tampaknya tidak berhubungan dengan nas itu.
- 25 Henry B. Swete, The Apocalypse of St. John (Cambridge: MacMillan Co., 1908; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.), 209.
- 26 Baldinger, 90.
- 27 Homer Hailey, Revelation: An Introduction and Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 336.
- 28 Kota Megido meminjamkan namanya untuk wilayah dataran terdekat dengannya.
- 29 George Eldon Ladd, A Commentary on the Revelation of John (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 216.
- 30 Robert Mounce, The Book of Revelation, The New International Commentary on the New Testament Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 301.
- 31 Morris, 193.
- 32 G. R. Beasley-Murray, The Book of Revelation, The New Century Bible Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1974), 245.
- 33 M. Robert Mulholland Jr., Holy Living in an Unholy World: Revelation, The Francis Asbury Press Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Francis Asbury Press, Zondervan Publishing House, 1990), 271.
- 34 Lihat catatan tentang "perbedaan" dalam pelajaran "Menyalahkan Allah Atas Masalah Kita."
- 35 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 376.
- 36 James M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 101.
- 37 Karena kitab Wahyu menggunakan istilah "peperangan," mungkin pendengar Anda akan bingung mendengar Anda mengatakan "tidak ada peperangan." Intinya adalah bahwa kekuatan jahat berkumpul dengan tujuan melancarkan "perang," tapi perang itu tidak pernah terjadi. Saya ingat kejadian waktu taman kanak-kanak ketika dua bocah laki-laki bersiap untuk berkelahi, tapi seorang guru turun tangan dan menghentikan mereka. Jadi sebenarnya tidak ada perkelahian yang terjadi.
- 38 Hailey, 336-37.
- 39 Coffman, 376.
- 40 Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 189.
- 41 Rubel Shelly, The Lamb and His Enemies: Understanding the Book of Revelation (Nashville: 20th Century Christian Foundation, 1983), 98.
- 42 Pasal 16 juga memberikan kita jaminan bahwa musuh-musuh kita akan dikalahkan oleh Tuhan.
- 43 Beberapa penulis mengacukan peperangan rohani di mana setiap orang terlibat sebagai "Armagedon." Tujuan mereka adalah (1) untuk menunjukkan bahwa Armagedon bukanlah pertempuran yang terjadi di suatu tempat di Palestina; (2) untuk menekankan bahwa pertempuran yang penting adalah bersifat rohani, bukan fisik; (3) untuk membuat penerapan pribadi. Namun demikian, mengacukan pergumulan kita sebagai "Armagedon" membingungkan masalah itu, dan saya memilih untuk tidak melakukannya. Beberapa orang membatasi istilah mereka dan menggunakan frase seperti "Armagedon pribadi Anda" dan "Armagedon mini." Anda perlu menggunakan penilaian Anda sendiri dalam hal ini
- 44 Owen L. Crouch, Expository Preaching and Teaching: Revelation (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1985), 287.
- 45 W. B. West Jr., Revelation Through First-Century Glasses, ed. Bob Prichard (Nashville: Gospel Advocate Co., 1997), 110.
- 46 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, Anda tentu ingin memberitahu para pendengar Anda cara untuk memiliki hubungan yang benar dengan Allah, sehingga Ia dapat membantu mereka memperoleh kemenangan.
- 47 West, 110-13.
- 48 Baldinger, 92-94.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KETIKA ALLAH MENGINGAT
WAHYU 15:1, 6 , 7; 16:1-9, 19
Ketika kita membaca Wahyu 16, tampaknya Yohanes "mengumpulkan bersama berbagai kengerian d...
KETIKA ALLAH MENGINGAT
Ketika kita membaca Wahyu 16, tampaknya Yohanes "mengumpulkan bersama berbagai kengerian dari semua kisah pembalasan murka Allah dan melemparkan kengerian itu ke dunia yang tidak percaya dalam bencana banjir terakhir yang mengerikan."1Di tengah-tengah penggambaran rasul itu tentang kemarahan luar biasa Allah, tidak ada kata-kata yang lebih menyejukkan selain kata-kata ini: "Maka teringatlah Allah akan Babel yang besar itu untuk memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur kegeraman murka-Nya" (16:19b; huruf miring oleh saya).2
Allah kita adalah "penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia" (Mazmur 86:15). Kesabaran-Nya melegenda (Roma 2:4; 1 Petrus 3:20). Karena itu, kadang-kadang mungkin Allah terlihat melupakan ketidaktaatan manusia yang menyolok, tetapi Allah tidak lupa. Ia membujuk manusia, Ia memperingatkan manusia—sampai terlihat jelas bahwa upaya lebih lanjut akan sia-sia. Kemudian, Allah mengingat setiap dosa yang tak diampuni, setiap dosa apa saja yang tak disesali—dan murkanya dicurahkan! Itulah isi seluruh pasal 16. Itulah apa yang Allah inginkan untuk kita pelajari dari cawan murka itu.
MURKA ALLAH DITIMBUN (15:1, 6, 7; 16:1)
Di 15:1 kita diberitahu tentang "tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka Allah." Di 15:6 "ketujuh malaikat dengan ketujuh malapetaka itu, keluar dari Bait Suci." Di 15:7 "satu dari keempat makhluk itu membe- rikan kepada ketujuh malaikat itu tujuh cawan dari emas yang penuh berisi murka Allah." Di 16:1 "suara yang nyaring dari dalam Bait Suci" berkata kepada ketujuh malaikat itu: "Pergilah dan tumpahkanlah ketujuh cawan murka Allah itu ke atas bumi." Pasal 16 kemudian menggambarkan pengosongan cawan-cawan itu.
Seperti sudah disebut di dalam pelajaran-pelajaran sebelumnya, ini adalah siklus ketiga penghakiman ilahi: Awalnya terlihat tujuh meterai (pasal 4 sampai 7), lalu tujuh sangkakala (pasal 8 sampai 11), dan sekarang tujuh cawan (pasal 15 dan 16 ).3Tiga seri ini memiliki beberapa kesamaan: (1) Masing-masing dimulai dengan pengelompokan empat penglihatan yang terkait erat, diikuti oleh tiga penglihatan yang terkait longgar. (2) Masing-masing mencakup tiga faktor yang menyebabkan jatuhnya Kekaisaran Romawi: bencana alam, kerusakan internal, dan invasi eksternal.4(3) Masing-masing memiliki interupsi antara penglihatan keenam dan ketujuh.5(4) Masing-masing berakhir dengan demonstrasi kuasa Allah. Namun begitu, dua seri yang terakhir terkait erat secara khusus. Perhatikanlah unsur-unsur umum mereka:
SANGKAKALA (Wahyu 8-11)-> 1. Bumi 2. Laut 3. Sungai dan mata air 4. Matahari/benda-benda langit 5. Siksaan 6. Efrat—dan bala tentara
CAWAN (Wahyu 16)-> 1. Bumi 2. Laut 3. Sungai dan mata air 4. Matahari 5. Sakit 6. Efrat—dan bala tentara
Oleh sebab kaitan ini, untuk memahami tujuh cawan itu, pertama-tama kita harus meninjau kembali tujuh sangkakala itu:6Ketika kita mempelajari sangkakala, tekanan utama kita adalah efek dosa: efek dosa terhadap alam semesta (empat sangkakala pertama), pada individu (sangkakala kelima), dan pada yang lain-lainya (sangkakala keenam). Mengenai efek dosa terhadap alam semesta, kita membahas pelbagai bencana alam, seperti tornado, angin badai, gempa bumi, dan banjir. Mengenai efek dosa terhadap individu, kita menyebut penderitaan hati nurani yang bersalah ditambah pelbagai akibat lainnya. Mengenai efek dosa terhadap hal-hal lainnya, perang digunakan sebagai contoh dampak dosa yang menjangkau jauh. Kita berpendapat bahwa Allah membolehkan pelbagai akibat dosa ini terjadi untuk memperingatkan umat manusia, untuk mencoba memalingkan manusia dari dosa kepada diri-Nya.
Sementara banyak persamaan dapat dilihat antara sangkakala dan cawan itu, kita harus jangan menganggap cawan-cawan itu hanya sebagai "penayangan ulang."7 Pelbagai kesamaan itu sangat penting, tapi begitu juga dengan pelbagai perbedaannya:
(1) Sangkakala dan cawan berbeda dalam obyek tindakan mereka: Dengan sangkakala, umat manusia sering terpengaruh secara tidak langsung; manusia bahkan tidak disinggung sampai sangkakala ketiga (8:11). Sebaliknya, dimulai dengan cawan pertama, manusia secara langsung ditargetkan: secara khusus, mereka "yang memakai tanda dari binatang itu dan yang menyembah patungnya" (16:2). Ketika murka Allah dicurahkan, tidak akan ada belas kasihan.
(2) Sangkakala dan cawan berbeda dalam intensitas aksi mereka: Secara umum, sangkakala hanya mempengaruhi sepertiga bumi (8:7-12; 9:15, 18). Tidak ada pembatasan seperti itu diterapkan ke atas cawan-cawan itu (lihat 16:3). Ketika murka Allah dicurahkan, tidak akan ada pengekangan.
(3) Sangkakala dan cawan berbeda dalam kecepatan tindakan mereka: Satu perintah diberikan kepada para malaikat yang memegang cawan (16:1), yang mana setelah itu mereka tampaknya mencurahkan isi cawan-cawan itu dengan cepat, satu demi satu. Ketika isi cawan kelima dicurahkan (16:8), manusia masih memiliki luka-luka yang dihasilkan dari pencurahan cawan pertama (16:2, 9). Ketika murka Allah dicurahkan, tidak akan ada penundaan.
Tiga perbedaan pertama ini adalah bagian dari perbedaan yang paling penting: (4) Sangkakala dan cawan itu berbeda dalam tujuan tindakan mereka. Seperti telah disebutkan, meskipun sangkakala menyebabkan rasa sakit dan penderitaan (dan, untuk batas tertentu, kematian,), tujuan utama mereka adalah untuk memperingatkan.8Allah sedang mencoba untuk mendapatkan perhatian manusia berdosa. Tujuan sangkakala dapat diringkas dalam kata-kata Petrus: "Tuhan … sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat" (2 Petrus 3:9).
Di sisi lain, tujuan utama cawan itu bukan untuk memperingatkan, tapi untuk menghukum.9Cawan itu "penuh murka Allah" (15:7; huruf miring oleh saya; lihat juga 15:1; 16:1, 19). Kata "murka" adalah terjemahan dari kata Yunani thumos, yang berarti "gairah, kemarahan yang meletup-letup,"10suatu "kondisi perasaan yang gelisah, ledakan murka dari kegeraman batin."11
Selanjutnya, malapetaka atau cawan ini disebut "terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka Allah"12(15:1; huruf miring oleh saya). Kata Yunani yang diterjemahkan "berakhir" berarti "selesai" atau "tamat."13Kata itu mengacu kepada apa yang telah "tiba pada penggenapan, kekomplitan, kedewasaan."14Yesus menggunakan kata yang sama ketika Ia berseru di kayu salib, "Sudah selesai!" (Yohanes 19:30). Kata itu tidak menunjukkan bahwa semuanya sudah selesai atau diselesaikan, tapi hanya apa yang sedang dibahas.15Di Wahyu 15, dan 16 topik yang sedang dibahas adalah hubungan Allah dengan manusia. Allah telah mencoba segalanya untuk menjebol pembungkus ketidakpedulian manusia, namun tidak berhasil. Jadi waktunya telah tiba bagi Allah untuk "menyelesaikan" apa yang telah dimulai. Itulah saatnya bagi Allah untuk mengingat dosa manusia!
Banyak dari kita dapat mengingat apa artinya ketika ibu kita berkata, "Ibu sudah muak!" Ia telah menenggang kita dengan sabar, telah mengingatkan kita berulang kali, telah memperingatkan kita berkali-kali. Namun begitu, pada titik tertentu, kesabarannya berakhir, dan kita mendengar "Ibu sudah muak!" "Saya sudah muak!" berarti waktunya sudah tiba bagi kita untuk menuai konsekuensi tindakan kita. Pasal 15 dan 16 menggambarkan Allah berkata kepada dunia yang tidak mau bertobat, "Aku sudah muak!"16
Kadang-kadang, ketika mengemudi di daerah terpencil, saya melewati rambu-rambu yang mengatakan "Kesempatan Terakhir": "Kesempatan Terakhir Isi Bensin Sejauh 80 Kilometer," "Kesempatan Terakhir Isi Air," "Kesempatan Terakhir Beli Makanan," dan sejenisnya. Kadang-kadang, saya menemukan mobil yang ditinggalkan pemiliknya di tengah jalan; rupanya, sopir mobil itu tidak percaya kepada rambu-rambu itu. Tentu saja, rambu-rambu yang didirikan oleh manusia bisa jadi kurang benar; tetapi ketika Allah berkata, "Kesempatan terakhir," Ia bersungguh-sungguh!
Pasal 15 dan 16 menggambarkan dengan jelas kebenaran Galatia 6:7: "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." Ketika murka Allah dicurahkan, orang-orang berdosa tidak akan diberi lagi kesempatan untuk bertobat.
Pelbagai komentari membahas apakah pasal 15 dan 16 menceritakan penghakiman sementara atau terakhir. Konteksnya (baik konteks kitab itu dan konteks waktunya) mendukung gagasan bahwa nas itu mengacu kepada kehancuran Kekaisaran Romawi. Klimaks cawan itu adalah jatuhnya Babel, kota besar (16:19), yang tampaknya diidentifikasi sebagai kota Roma di dalam pasal berikutnya (17:9, 18). Namun begitu, sementara umat Kristen abad pertama hampir pasti telah memahami pasal-pasal itu mengajarkan bahwa Allah akan datang dalam penghakiman kepada para penganiaya Romawi mereka, ayat-ayat tertentu (seperti 16:18-21) terdengarnya seperti Hari Penghakiman.
Kita aman dalam membuat tiga penerapan pasal 16. (1) Di zaman Yohanes, pasal itu memiliki penerapan istimewa dan khusus kepada Kekaisaran Romawi. (2) Pasal ini juga menetapkan bahwa Allah tidak akan selamanya menolerir ketidakpedulian dan ketidaktaatan di sisi siapa saja, apakah individu atau bangsa. Pemazmur menulis, "Orang-orang fasik akan dimasukkan ke dalam neraka, dan segala bangsa yang melupakan Allah" (Mazmur 9:17; KJV). Sejarah penuh dengan ilustrasi kebenaran ini. Menurut sejarawan terkenal Arnold Toynbee, dari sembilan belas peradaban yang telah melewati halaman-halaman sejarah, enam belas telah lenyap.17Jim McGuiggan menekankan bahwa "prinsip-prinsip yang diajarkan di dalam kitab ini berlaku kepada hubungan Allah dengan semua bangsa di sepanjang zaman dan sehingga hal itu sama relevannya seperti sebelumnya."18(3) Murka yang dicurahkan di pasal 16 menggambarkan lebih dulu murka Allah terhadap orang-orang durhaka di "hari kiamat" (Yohanes 12:48). Edward McDowell mengatakan, Di dalam Perjanjian Baru tidak harus ada pembagian yang sangat jelas yang dibuat antara ekspresi murka Allah yang duniawi dan terakhir. Murka yang ditampilkan dalam sejarah harus dianggap sebagai mendapat penyempurnaan finalnya dalam penghakiman terakhir. Oleh karena itu, setiap tampilan murka Allah dalam sejarah adalah cita rasa pendahuluan dari murka yang akan datang.19
Masing-masing dari kita harus mempelajari pelajaran tertentu dari pasal ini: (1) Penghakiman adalah pasti. (2) Allah ingin semua manusia datang kepada Dia, dan Ia membuat segala upaya untuk memalingkan kembali kita kepada Dia. (3) Jika kita bertahan dalam menolak rahmat-Nya, hati kita akan mengeras. (4) Ketika itu terjadi, kita akan tidak punya pilihan kecuali menghadapi murka-Nya! Ketika itu terjadi, kita akan mengetahui kebenaran Ibrani 10:31: "Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup"!
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 15:1, 6 , 7; 16:1-9, 19)
Pelajaran tentang empat cawan murka pertama seharusnya meyakinkan siapa saja bahwa hal yang mengerikan ada...
KESIMPULAN (Wahyu 15:1, 6 , 7; 16:1-9, 19)
Pelajaran tentang empat cawan murka pertama seharusnya meyakinkan siapa saja bahwa hal yang mengerikan adalah Allah mengingat dosa-dosa seseorang. "Tapi aku sudah berbuat dosa!" Anda mungkin menangis. "Harapan apakah yang kumiliki?" Wahyu 16:9 perlu diimbangi dengan Ibrani 8:10-12:
Maka inilah perjanjian yang Kuadakan … demikianlah firman Tuhan. "Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.… Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka." (Huruf miring oleh saya).
Bagaimanakah Anda bisa memastikan bahwa Allah tidak akan mengingat dosa-dosa Anda dalam penghakiman? Pertama, ingatlah kesalahan apa yang Anda telah perbuat (Yehezkiel 36:31),46dan bertobatlah dari dosa-dosa Anda (Lukas 13:3). Selanjutnya, ingatlah apa yang Allah telah perbuat untuk Anda (2 Timotius 2:8), dan berpalinglah kepada Dia dalam kasih dan iman (Yohanes 3:16). Lalu, ingatlah apa yang Alkitab ajarkan (Yudas 17), dan taatilah Tuhan dalam baptisan (Kisah 2:38). Akhirnya, jalanilah kehidupan Kristen yang setia, tetap hidupkan ingatan tentang apa artinya mengasihi dan melayani Dia (Wahyu 2:5). Nama Anda akan tertulis di dalam "kitab peringatan" milik Allah, yang mencatat nama orang-orang yang takut kepada Dia dan menghormati nama-Nya (Maleakhi 3:16)!
Pernah dikatakan bahwa "satu-satunya cara untuk melarikan diri dari Allah adalah dengan melarikan diri kepada Dia":47Satu-satunya cara untuk melarikan diri dari murka Allah adalah dengan melarikan diri kepada rahmat-Nya. Allah ingin menyelamatkan Anda, tetapi Anda harus datang kepada Dia dalam iman dan ketaatan. Jika Anda belum melakukan itu, lakukanlah sekarang juga!
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Apakah kebanyakan orang tahu bahwa Allah "mengingat" dosa mereka? Jika mereka tahu, apakah mereka peduli? Haruskah mereka peduli?
- 2. Tinjaulah kembali hubungan antara tujuh meterai, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan.
- 3. Bandingkanlah tujuh sangkakala dengan tujuh cawan. Kesamaan apakah yang mereka memiliki? Dalam hal apakah mereka berbeda?
- 4. Apakah Anda pikir cawan-cawan itu pada dasarnya mengacu kepada penghakiman sementara atau penghakiman akhir? Menurut pelajaran ini, tiga penerapan apakah yang dapat dibuat?
- 5. Tinjaulah kembali kisah sepuluh tulah di Mesir. Bagaimanakah tulah-tulah itu berhubungan dengan Wahyu 16?
- 6. Apa yang terjadi ketika cawan pertama dicurahkan? Siapakah yang menderita ketika cawan itu dicurahkan?
- 7. Apakah gambaran tentang tujuh cawan harus dipahami secara harfiah?
- 8. Apakah yang terjadi ketika cawan kedua, cawan ketiga dicurahkan?
- 9. Bagaimanakah cawan ketiga menggambarkan kebenaran bahwa (1) manusia mendatangkan hukuman keatas dirinya sendiri, dan (2) seringkali "hukuman sesuai dengan kejahatan"?
- 10. Apa yang terjadi ketika cawan keempat dicurahkan? Apa tanggapannya? Apakah sekarang ini manusia masih menyalahkan Allah untuk pelbagai masalah yang mereka datangkan ke atas diri mereka sendiri?
- 11. Apakah yang bisa kita lakukan untuk mencegah Allah "mengingat"dosa-dosa kita?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Berikut ini adalah judul-judul alternatif untuk pelajaran ini: "Allah Kita Adalah Api Yang Menghanguskan" (Ibrani 12:29), "Ketika Allah Berkata, 'Itu Cukup!'"; "Ketika Allah Memberikan Lampu Hijau Kepada Penghakiman"; "Titik Tak Bisa Kembali Lagi." Dengan mengambil satu isyarat dari Batsell Barrett Baxter, pelajaran ini bisa disebut "Sisi Utara Allah Berbadai."
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 1...
Catatan Akhir:
- 1 William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 126.
- 2 Lihat juga 18:5. Untuk pelbagai istilah yang sama di Perjanjian Lama, lihat Yehezkiel 21:25 and Hosea 9:9.
- 3 Sebelumnya pernah diusulkan bahwa tujuh meterai menghasilkan tujuh sangkakala, sementara tujuh sangkakala menyiapkan tujuh cawan. Lihatlah pembahasan tentang meterai, sangkakala, dan cawan dalam pelajaran "Ketika Orang Kristen Berdoa," dalam "Wahyu, 4."
- 4 Lihat artikel "Mengapa Roma Runtuh," dalam "Wahyu, 1."
- 5 Beberapa penulis tidak melihat adanya interupsi atau interval antara cawan keenam dan ketujuh; mereka berkata bahwa adegan di 16:13-16 adalah bagian tak terpisahkan dari cawan keenam.
- 6 Anda mungkin ingin meninjau kembali pelajaran "Seruan Bangun Oleh Allah," "Sifat Dosa Yang Merusak Diri," "Mencicipi Neraka," dan "Kebodohan Karena Mengabaikan Perintah Allah," dalam "Wahyu, 5."
- 7 "Tayang ulang" adalah istilah yang digunakan untuk mengacu kepada program televisi yang ditayangkan kembali, terutama pada bulan-bulan musim panas. Di negara-negara di mana orang akrab dengan pelbagai acara olahraga di televisi, itilah "putar ulang" dapat juga digunakan.
- 8 Lihat catatan tentang kemajuan tiga seri ini di halaman 3 dalam edisi ini.
- 9 Saya menggunakan "tujuan utama" oleh karena kemungkinan bahwa ungkapan "mereka tidak bertobat" (16:9, 11) menunjukkan bahwa orang-orang itu sudah bisa bertobat. Jika cawan-cawan itu menggambarkan penghakiman sementara (di Kekaisaran Romawi), maka orang-orang yang tidak kena secara langsung bisa belajar dari nasib Roma dan berbalik kepada Allah. Dengan demikian ada kemungkinan bahwa tujuan sekundernya adalah untuk memperingatkan beberapa orang dan membawa mereka kepada pertobatan. Namun begitu, tujuan utamanya adalah untuk menghukum orang-orang yang tidak mau bertobat yang keras hati.
- 10 W. E. Vine, Merrill F. Unger, and William White Jr., Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1985), 688.
- 11 Ibid, 26. Vine membuat perbedaan antara kata yang lebih umum untuk "marah" orge, dan thumos, dengan menyebut orge sebagai "kondisi pikiran yang lebih mapan atau tetap, seringkali dengan maksud untuk membalas dendam." Murka Allah (thumos) tidak memiliki motif balas dendam
- 12 Alkitab KJV menulis "dipenuhi," yang tidak secara akurat menyampaikan konsep itu. Alkitab NKJV menulis "komplit."
- 13 The Analytical Greek Lexicon (London: Samuel Bagster & Sons, 1971), 401.
- 14 James M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 97.
- 15 Artinya, kata-kata yang digunakan di Wahyu 16 tidak menyelesaikan pertanyaan tentang apakah yang sedang dibahas adalah Hari Penghakiman atau bukan.
- 16 Anda mungkin ingin menyisipkan contoh-contoh dari Alkitab tentang perkataan Allah "Aku sudah muak!" kepada individu dan bangsa-Ahab dan Izebel, Babel, Israel, dan Herodes, misalnya.
- 17 Kalimat ini disadur W. B. West Jr., Revelation Through First-Century Glasses, ed. Bob Prichard (Nashville: Gospel Advocate Co., 1997), 108.
- 18 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 227.
- 19 Edward A. McDowell, The Meaning and Message of the Book of Revelation (Nashville: Broadman Press, 1951), 164.
- 20 Dalam pelajaran sebelumnya, kita menekankan penggunaan bahasa Keluaran di pasal 15 dan 16.
- 21 Anda mungkin ingin mengambil waktu untuk meninjau kembali secara lebih rinci pelbagai tulah asli Mesir.
- 22 Pernyataan ini didasarkan pada kata-kata yang digunakan dalam terjemahan bahasa Yunani Perjanjian Lama (Septuaginta).
- 23 Sebuah ilustrasi dari Malaikat kedua yang menuangkan cawannya dapat ditemukan pada pelajaran sebelumnya.
- 24 Saya minta Watts Brian untuk menggabungkan ilustrasi untuk cawan kedua dan ketiga karena mereka sangat terkait erat. Dalam ilustrasinya, Anda akan melihat tiga malaikat. Yang di sebelah kiri adalah malaikat kedua, yang telah mengosongkan cawannya di atas laut. Yang di tengah sedang mengosongkan cawannya di perairan darat. Yang di sebelah kanan adalah "malaikat yang berkuasa atas air," yang memuji Allah karena bersikap adil. (Tentu saja "malaikat yang berkuasa atas air" mungkin bukan malaikat tersendiri sama sekali; lihat komentar dalam teks pelajaran.)
- 25 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 188.
- 26 James D. Strauss, The Seer, the Saviour, and the Saved, Bible Study Textbook Series (Joplin, Mo.: College Press, 1963), 222.
- 27 Hal Lindsey, quoted in McGuiggan, 237.
- 28 Ketika sangkakala ketiga berbunyi, air daratan juga menjadi tak bisa diminum-tetapi karena sudah menjadi pahit. Gambaran darah yang digunakan dalam kaitannya dengan cawan ketiga untuk menekankan bahwa "hukuman sesuai dengan kejahatan."
- 29 Seperti di 11:17, istilah ketiga "yang sudah ada" tidak digunakan-karena Tuhan telah datang dalam penghakiman. Lihat komentar tentang 11:17 dalam pelajaran "Sangkakala Terakhir," dalam "Wahyu, 6."
- 30 Kata-kata malaikat itu mirip dengan nyanyian Musa dan Anak Domba dalam pasal 15. Mengenai Allah sebagai "Allah Yang Kudus," lihat 15:4.
- 31 Lihat Nehemia 9:33.
- 32 Ungkapan "orang-orang kudus dan para nabi" bukan satu daftar yang berisi dua kelas orang Kristen, tetapi cara untuk mengatakan "semua orang Kristen, termasuk orang-orang yang memimpin mereka." Para nabi adalah sebagian dari para pemimpin mula-mula gereja (lihat Efesus 4:11).
- 33 Teks aslinya secara harfiah berbunyi "mereka patut" (lihat KJV). Paulus menggunakan kata "patut" dengan cara yang sama dalam Roma 1:32 ketika ia berbicara tentang beberapa yang "patut dihukum mati."
- 34 Ilustrasi ini diambil dari John Risse, "The Final Cycle of Judgment," Pelajaran yang dikhotbahkan di gereka Kristus Southern Hills di Abilene, Texas, pada 2 Juni 1991. Rinciannya berasal dari The 1997 Grolier Multimedia Encyclopedia, s.v. "Pizarro," oleh David G. Basile.
- 35 Ilustrasi ini diadur dari Billy Graham, Approaching Hoofbeats: The Four Horsemen of the Apocalypse (New York: Avon Books, 1985), 242-43.
- 36 Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary, vol. 2 (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1989), 610. Anda bisa manambahkan ilustrasi ini.
- 37 Lihat catatan tentang mezbah dalam pelajaran "Anda Punya Pertanyaan? Allah Punya Jawaban!" dalam "Wahyu, 4."
- 38 McGuiggan, 238. (Huruf miring oleh dia.)
- 39 Perhatikanlah selalu kalimat "kepadanya diberi," yang memperkuat fakta bahwa Allah memegang kendali.
- 40 Cawan ini tidak memiliki persamaan dengan tulah Mesir. Yesaya 49:8-10 bisa memberikan latar belakang Perjanjian Lama. Api sering digunakan di dalam Kitab Suci sebagai simbol keadilan Allah. (Lihat Mazmur 97:3-7; 104:4; Yesaya 47:13, 14; 50:11.)
- 41 Anda mungkin ingin menggunakan ilustrasi Anda sendiri tentang penderitaan karena panas matahari. Saya ingat menghabiskan musim panas dengan mencangkuli pohon kapas dan jagung. Udaranya memang panas!
- 42 Untuk persamaan lain Perjanjian Lama, lihat Amos 4:9.
- 43 Kita akan membahas halini lebih panjang lebar dalam pelajaran berikutnya.
- 44 Lagi, ingat bahwa salah satu faktor yang menimbulkan kejatuhan Kekaisaran Romawi adalah bencana alam.
- 45 William Hendriksen, More Than Conquerors (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954), 194. Itu bahkan bisa ditambahkan bahwa bagi orang Kristen, bencana yang sama mungkin bisa menjadi kesempatan untuk bertumbuh dalam Tuhan.
- 46 Perhatikanlah kata "mengingat" di nas-nas dalam Yehezkiel 36:31, 2 Timotius 2:8, dan Yudas 17. Bila Anda menggunakan pelajaran ini, Anda mungkin ingin membacakan ayat-ayat ini dengan keras dan mengomentari mereka.
- 47 Chuck Colclasure, The Overcomers, quoted in Morris, 190.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata...
"PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata "pengangkatan" tidak ada di dalam Alkitab; ajaran tentang Pengangkatan adalah anti-Alkitab. Dr Robert Kuat memberikan definisi doktrin itu:
Yang dimaksud dengan Pengangkatan adalah kedatangan Kristus yang tiba-tiba dan kemungkinan rahasia di angkasa untuk membawa pergi dari bumi tubuh-tubuh yang dibangkitkan dari orang-orang yang telah mati dalam iman dan juga orang-orang kudus yang hidup.1
Namun begitu, menurut Wahyu 1:7, setiap mata akan melihat Tuhan ketika Ia datang-bahkan orang-orang fasik yang telah menikam lambung-Nya! Tidak satu pun tentang masalah ini akan menjadi rahasia! Juga, seperti yang 1 Tesalonika 4:16 tegaskan, akan ada sorak-sorai pujian atas kembalinya Tuhan!
Kaum dispensasi menyatakan bahwa periode Pengangkatan berlangsung selama tujuh tahun. Selama masa ini orang-orang kudus hidup dalam damai, sementara orang-orang berdosa mengalami kesusahan besar di bumi. Sebaliknya, Tuhan mengajarkan di dua perumpamaan Matius 13 bahwa tidak akan ada pemisahan orang baik dan orang jahat sampai hari kiamat tiba. Bacalah dengan seksama cerita tentang lalang dan pukat tersebut. Juruselamat kita menekankan bahwa orang benar dan orang fasik akan hidup berdampingan sampai dipisahkan selamanya ke dalam sorga atau neraka. Di dalam Yohanes 6 Kristus sebanyak empat kali mengacukan hari kiamat itu. Sebelumnya, di dalam Yohanes 5:28, 29, Yesus berjanji bahwa semua orang yang berada di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya dan bangkit pada waktu yang sama untuk menerima penghakiman. Di sana hanya akan ada satu kebangkitan-terdiri dari orang baik dan orang jahat (Kisah 24:15).
Di dalam 1 Tesalonika 4 Paulus membahas secara khusus apa yang akan terjadi terhadap orang-orang kudus itu-baik yang mati maupun yang hidup-ketika sang Penebus datang. Pada halaman berikutnya Alkitab saya, di dalam 2 Tesalonika 1:4-10, rasul yang sama, mengenai masalah yang sama tentang kedatangan Kristus, kepada para pendengar yang sama-gereja Tesalonika-memberitahu kita bahwa ketika (keterangan waktu) Tuhan datang, Ia akan dikagumi oleh orang-orang kudus sementara orang fasik dibanjiri oleh murka Allah! Tidak ada tempat atau waktu yang telah disisihkan untuk apa yang disebut Pengangkatan. (Lihat Ibrani 9:27, 28.)
Di Efesus 4:4 kita ketahui bahwa di dalam agama Kristen ada satu harapan- bukan dua atau tiga, tapi hanya satu! Beberapa orang mengharapkan "bumi Allah yang dimuliakan," sementara yang lainnya dengan penuh gairah mengantisipasi Pengangkatan. Umat Kristen Perjanjian Baru mengharapkan sorga-tempat Maha Kudus (Ibrani 6:19, 20).
Di dalam 1 Timotius 6:13 14 dan 2 Timotius 4:8, kita menemukan beberapa ajaran yang menggabungkan kebangkitan orang mati, upah orang-orang kudus, penampakan Kristus yang penuh kemuliaan (Titus 2:13). Semua ini akan terjadi pada waktu yang sama (1 Korintus 15:52).
Dalam nas langsung setelah teks-bukti utama yang digunakan oleh guru-guru Pengangkatan, 1 Tesalonika 5:2, kita membaca kata-kata yang sangat jelas yang selamanya mengajarkan bahwa orang benar tidak akan diangkat sebelum Hari Penghakiman. (Secara khusus perhatikanlah 1 Tesalonika 5:3, 4, 10.) Sebaliknya, mereka akan hadir bersama orang-orang fasik sampai waktu ketika orang-orang fasik menerima hukuman. Pada waktu yang sama orang-orang benar akan menerima upah mereka.
Injil harus diberitakan oleh anak-anak Allah sampai akhir zaman (Matius 28:20), tetapi ini akan menjadi mustahil jika orang-orang kudus sudah diangkat tujuh tahun sebelum akhir zaman! Ada terlalu banyak masalah dengan pengajaran seperti itu bagi para pengiman Alkitab untuk menerima pelbagai gagasan anti-Alkitab seperti itu. Seperti yang dengan keraskan dinyatakan oleh Dr. Loraine Boettner, Yesus "mengatakan bahwa Ia akan membangkitkan mereka yang percaya kepada Dia pada hari kiamat (Yohanes 6:39, 40, 44, 54). Secara jelas tidak akan ada hari-hari lain setelah hari kiamat.2
Pada suatu hari nanti-pada hari yang hanya diketahui oleh Yehovah-(Matius 24:36), akhir dunia akan datang. Hanya mereka yang hidup dan mati dalam Kristus (lihat Yohanes 8:21; Wahyu 14:13) yang akan siap sedia dan dengan demikian sanggup berdiri (Wahyu 6:17). Betapa tragisnya bila tidak siap dan tidak mampu menyanyikan lagu manis penebusan!
Catatan Akhir:
- Robert Strong, The Presbyterian Guardian (25 February 1942), dikutip dalam Loraine Boettner, The Millennium(Philadelphia: Presbyterian and Reformed Publishing Co., 1957), 159.
- Disadur dari Johnny Ramsey Boettner, 169. (Huruf miring oleh dia.)
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi