Teks -- 1 Tesalonika 4:6 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Tes 4:3-7; 1Tes 4:6
Full Life: 1Tes 4:3-7 - MENJAUHI PERCABULAN.
Nas : 1Tes 4:3-7
Allah menentukan standar kemurnian dan kekudusan yang tinggi bagi
semua orang percaya berhubung dengan soal seksual. Untuk pembaha...
Nas : 1Tes 4:3-7
Allah menentukan standar kemurnian dan kekudusan yang tinggi bagi semua orang percaya berhubung dengan soal seksual. Untuk pembahasan tentang standar ini
lihat art. NORMA-NORMA MORALITAS SEKSUAL).
Full Life: 1Tes 4:6 - MEMPERLAKUKAN SAUDARANYA DENGAN TIDAK BAIK.
Nas : 1Tes 4:6
Kebejatan seksual merugikan orang lain, baik orang percaya atau
tidak. Merugikan (Yun. _pleonokteo_) berarti "melanggar", "melampaui...
Nas : 1Tes 4:6
Kebejatan seksual merugikan orang lain, baik orang percaya atau tidak. Merugikan (Yun. _pleonokteo_) berarti "melanggar", "melampaui yang benar". Semua bentuk hubungan seksual di luar pernikahan merupakan tindakan yang sangat merugikan orang lain. Perzinaan melanggar hak orang lain yang sudah menikah. Kebebasan seksual sebelum pernikahan mencemarkan dan merampas kekudusan dan kemurnian yang dikehendaki Allah untuk seseorang. Perbuatan itu merusak kemurnian dan keperawanan yang harus dibawa dalam pernikahan.
Ende: 1Tes 4:6 - -- Menurut Paulus terdapat dua matjam kedjahatan pokok jang menentukan sikap hidup
kaum "kafir", jaitu pertjabulan dan loba. Dengan loba dimaksud nafsu m...
Menurut Paulus terdapat dua matjam kedjahatan pokok jang menentukan sikap hidup kaum "kafir", jaitu pertjabulan dan loba. Dengan loba dimaksud nafsu memperoleh dan menikmati harta-harta dunia tanpa keadilan dan kasihan terhadap sesamanja.
Ende: 1Tes 4:6 - Telah kami njatakan dan saksikan Dengan mengingatkan akan pengadilan
terachir dan memanggil Allah sebagai saksi.
Dengan mengingatkan akan pengadilan terachir dan memanggil Allah sebagai saksi.
Ref. Silang FULL -> 1Tes 4:6
Ref. Silang FULL: 1Tes 4:6 - atau memperdayakannya // adalah pembalas // semuanya ini · atau memperdayakannya: Im 25:17; 1Kor 6:8
· adalah pembalas: Ul 32:35; Mazm 94:1; Rom 2:5-11; 12:19; Ibr 10:30,31
· semuanya in...
· atau memperdayakannya: Im 25:17; 1Kor 6:8
· adalah pembalas: Ul 32:35; Mazm 94:1; Rom 2:5-11; 12:19; Ibr 10:30,31
· semuanya ini: Ibr 13:4
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Tes 4:1-8
Matthew Henry: 1Tes 4:1-8 - Nasihat tentang Kekudusan; Peringatan Melawan Kenajisan
Di pasal ini, Rasul Paulus memberikan nasihat untuk bersungguh-sungguh dalam kekudusan, dengan peringatan keras mengenai kecemaran, yang diperkua...
- Di pasal ini, Rasul Paulus memberikan nasihat untuk bersungguh-sungguh dalam kekudusan, dengan peringatan keras mengenai kecemaran, yang diperkuat dengan beberapa alasan (ay. 1-8). Lalu dia menyinggung mengenai kewajiban agung untuk mengasihi sesama saudara, dan ketenangan hati dalam bergiat melakukan panggilan kita (ay. 9-12). Akhirnya dia mengakhiri pasal ini dengan penghiburan bagi orang-orang yang berduka karena kehilangan kerabat dan teman-teman mereka yang dipanggil Tuhan (ay. 13-18).
Nasihat tentang Kekudusan; Peringatan Melawan Kenajisan (4:1-8)
- Di sini kita mendapati,
- I. Nasihat untuk bersungguh-sungguh dalam kekudusan, untuk melakukan hal yang baik dengan lebih bersungguh-sungguh lagi (ay. 1-2). Dapat kita perhatikan,
- 1. Cara penyampaian nasihat itu, yaitu dengan penuh kasih sayang. Rasul Paulus memperlakukan mereka sebagai saudara. Dia memanggil mereka demikan, dan mengasihi mereka seperti saudara juga. Karena kasihnya kepada mereka begitu besar, dia mendorong mereka dengan sungguh-sungguh: Kami minta dan nasihatkan kamu. Rasul Paulus tidak ingin ada yang menolak nasihatnya ini, dan karena itulah dia mengulangi nasihatnya itu, lagi dan lagi.
- 2. Pokok nasihat ini, yaitu supaya mereka hendaknya lebih bersungguh-sungguh lagi hidup dalam kekudusan, atau unggul dalam berbagai perbuatan baik, dalam segala pekerjaan yang baik. Iman mereka memang sudah dikenal luas, dan mereka sudah menjadi teladan bagi jemaat-jemaat lainnya. Akan tetapi, Rasul Paulus ingin supaya mereka terus melampaui yang lainnya, dan terus membuat kemajuan dalam hal kekudusan. Perhatikanlah,
- (1) Orang-orang yang paling jauh mengungguli kita juga masih belum sempurna. Yang terbaik di antara kita harus melupakan apa yang telah di belakang kita dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapan kita.
- (2) Tidaklah cukup hanya tinggal dalam iman Injil, tetapi kita juga harus bergiat dalam pekerjaan iman. Kita bukan hanya harus setia sampai kesudahannya, tetapi juga harus tumbuh menjadi lebih baik dan hidup lebih terarah serta lebih dekat lagi kepada Allah.
- 3. Dasar-dasar yang dipakai Rasul Paulus untuk menguatkan nasihatnya.
- (1) Mereka sudah diberitahukan mengenai kewajiban mereka ini sebelumnya. Mereka tahu kehendak Tuan mereka, dan tidak bisa mengabaikannya dengan berpura-pura tidak tahu. Sebab, iman tanpa perbuatan, seperti juga pengetahuan, adalah mati. Mereka sudah menerima pengajaran dari orang-orang yang sudah membimbing mereka ke dalam Kekristenan, atau sudah diajari oleh orang-orang itu, bagaimana mereka harus hidup. Perhatikanlah, rancangan Injil ialah untuk mengajari manusia bukan saja tentang apa yang harus mereka percayai, tetapi juga mengenai bagaimana mereka harus hidup. Bukan semata memenuhi benak manusia dengan pemikiran-pemikiran, melainkan untuk membimbing sikap dan perilaku mereka. Rasul Paulus mengajari mereka bagaimana harus bertindak, bukan bagaimana harus berbicara. Berbicara dengan baik tanpa menjalani hidup dengan baik tidak akan pernah membawa kita ke sorga, sebab inilah karakter atau ciri orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus: mereka tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.
- (2) Dasar lainnya adalah bahwa Rasul Paulus mengajari dan menasihati mereka di dalam nama, atau dengan kuasa Tuhan Yesus Kristus. Dia adalah pelayan dan duta Kristus, yang mengumandangkan kepada mereka kehendak dan perintah Tuhan Yesus.
- (3) Dasar yang lainnya lagi adalah karena dengan berlaku seperti itu mereka akan menyenangkan Allah. Hidup kudus paling menyenangkan Allah yang kudus, yang mulia karena kekudusan-Nya. Menyenangkan Allah dan diterima olehNya haruslah menjadi tujuan dan ambisi setiap orang Kristen. Kita tidak boleh berusaha menyenangkan manusia, atau kedagingan kita, melainkan harus menjalani hidup ini dengan menyenangkan Allah.
- (4) Aturan yang menyatakan bagaimana mereka harus menjalani hidup ini dan bagaimana mereka harus berperilaku, yaitu petunjuk-petunjuk yang telah diberikan kepada mereka atas nama Tuhan Yesus, merupakan perintah dari Tuhan Yesus Kristus sendiri, sebab diberikan oleh wewenang dan pengarahan dari-Nya dan seturut dengan kehendak-Nya. Para rasul Tuhan Yesus Kristus hanya diutus olehNya untuk mengajari manusia supaya menaati segala sesuatu yang telah Dia perintahkan kepada mereka (Mat. 28:20). Meskipun mereka memiliki wewenang agung dari Kristus, mereka tetap harus mengajari manusia apa yang telah diperintahkan Kristus, bukannya menyampaikan perintah-perintah mereka sendiri. Mereka tidak bertindak sebagai tuan atas warisan Allah (1Ptr. 5:3), dan siapa pun juga tidak boleh berbuat demikian dengan mengaku-ngaku sebagai penerus mereka. Rasul Paulus bisa minta kesaksian dari jemaat di Tesalonika, yang mengenal perintah-perintah yang sudah diberikannya kepada mereka, bahwa perintah-perintah itu tiada lain dari yang sudah diterimanya dari Tuhan Yesus.
- II. Peringatan mengenai kenajisan, yang merupakan dosa yang bertentangan langsung dengan pengudusan, atau hidup kudus yang dinasihatkannya kepada mereka dengan penuh kesungguhan hati. Peringatan ini diungkapkan dan diperkuat oleh banyak alasan,
- 1. Peringatan ini diungkapkan dalam kalimat ini: yaitu supaya kamu menjauhi percabulan (ay. 3), yang harus kita artikan sebagai semua rupa kenajisan, baik dalam keadaan sudah menikah maupun tidak menikah. Perzinahan tentu saja termasuk di dalamnya, meskipun yang terutama disebutkan di sini adalah percabulan. Dan segala jenis kenajisan lainnya juga dilarang, yang bahkan untuk membicarakannya saja terasa memalukan, meskipun banyak dilakukan orang dengan sembunyi-sembunyi. Semua itu bertentangan dengan kemurnian dalam hati, perkataan, dan perbuatan, dan bertentangan dengan perintah Allah dalam kesepuluh firman-Nya, dan bertentangan dengan kekudusan yang dipersyaratkan Injil.
- 2. Ada beberapa alasan yang memperkuat peringatan ini. Seperti,
- (1) Jenis pengudusan ini, secara khusus, merupakan kehendak Allah (ay. 3). Karena kehendak Allah-lah kita harus kudus, sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kita, dan karena kita dipilih untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan. Dan Allah bukan hanya menginginkan kekudusan di dalam hati kita, tetapi juga kemurnian dalam tubuh kita, dan supaya kita hendaknya membersihkan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani (2Kor. 7:1). Ketika tubuh, sebagaimana yang sudah seharusnya, dipersembahkan untuk Allah, diabdikan dan dipisahkan khusus bagi-Nya, maka tubuh itu harus dipelihara supaya tetap bersih dan suci bagi pelayanan-Nya. Selain itu, oleh karena kemurnian merupakan salah satu bagian dalam pengudusan kita, ini merupakan satu hal yang diperintahkan Allah dalam hukum-Nya dan yang memengaruhi pekerjaan kasih karunia-Nya dalam diri semua orang percaya sejati.
- (2) Kekudusan akan menjadi kehormatan besar kita: seperti yang jelas-jelas tersirat di dalamnya (ay. 4). Sebaliknya, apa yang bertentangan dengan kekudusan itu akan menjadi aib besar. Malunya tidak terhapuskan (Ams. 6:33). Di sini tubuh disebut sebagai bejana dari jiwa, yang tinggal di dalamnya (demikian yang disiratkan dalam 1Sam. 21:5), dan harus dipelihara supaya tetap bersih dari nafsu-nafsu kotor. Setiap orang haruslah berhati-hati mengenainya, sebab tentunya setiap orang menghargai kehormatannya sendiri dan tidak mau tercela di dalam hal ini, supaya hawa nafsu dan hasratnya yang rendah tidak mencuat dan menguasai pemikiran dan hati nuraninya, serta memperbudak martabat jiwanya yang luhur. Apa lagi yang lebih tercela selain jiwa yang berakal diperbudak oleh nafsu tubuh dan keinginan cemar yang rendah?
- (3) Menuruti nafsu bejat berarti hidup dan berlaku seperti orang kafir. Seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah (ay. 5). Bangsa-bangsa bukan Yahudi, terutama bangsa Yunani, biasanya tercemar oleh dosa kenajisan yang tidak nyata-nyata dilarang oleh hikmat alamiah. Tetapi, mereka tidaklah mengenal Allah, juga tidak mengenal pikiran dan kehendak-Nya sebaik yang dikenal orang-orang Kristen dan yang seharusnya diketahui orang Kristen, bahwa pengudusan kita merupakan salah satu kehendak-Nya. Oleh karena itu, tidaklah terlalu mengherankan bila kaum bukan Yahudi menuruti nafsu dan hasrat kedagingan mereka. Akan tetapi, orang-orang Kristen tidak boleh hidup sebagaimana kaum bukan Yahudi yang belum percaya, dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum, dll. (1Ptr. 4:3), sebab orang-orang yang ada di dalam Kristus telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
- (4) Dosa kecemaran, terutama perzinahan, adalah dosa yang akan dibalaskan Allah. Biarlah kita memahami kalimat ini, dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya (ay. 6), dalam bentuk apa pun – en tō pragmati, dalam hal ini, yang dibicarakan Rasul Paulus dalam ayat-ayat sebelumnya dan sesudahnya, yaitu dosa kecemaran. Beberapa orang memahaminya sebagai peringatan lebih lanjut mengenai ketidakadilan dan penindasan, segala kecurangan dan tipu daya dalam berurusan dengan manusia, yang tentu saja merupakan kejahatan dan bertentangan dengan Injil. Karena itu, orang-orang Kristen tidak boleh memanfaatkan ketidaktahuan dan kebutuhan orang-orang yang berurusan dengan mereka, dengan cara memperdayai mereka. Mereka juga tidak boleh menipu orang-orang itu dengan bersilat lidah dan kelihaian berbohong. Meski hal ini sudah lama dilakukan sebagian orang dan tidak pernah ketahuan sehingga lolos dari penghukuman manusia, namun Allah yang benar tetap akan mengganjarnya. Akan tetapi, makna ayat itu mungkin lebih menunjukkan ketidakadilan dan kekeliruan dalam banyak perkara yang dilakukan oleh dosa kecemaran. Kecabulan atau tindakan kenajisan lainnya bukan saja mencemari tubuh orang yang melakukannya (1Kor. 6:18), dan sangat merugikan jiwa dan raga si pendosa itu sendiri, tetapi terkadang tindakan-tindakan itu juga merupakan tindakan ketidakadilan yang mencelakakan dan menipu orang lain, terutama orang-orang yang terikat bersama-sama mereka dalam perjanjian pernikahan, dan juga keturunan mereka. Dan, oleh karena dosa ini sifatnya menjijikkan, maka Allah akan membalaskannya. Orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah (Ibr. 13:4). Rasul Paulus sudah memperingatkan hal ini dan memberi kesaksian mengenainya melalui surat Injil-nya. Surat ini, selain mengandung janji-janji yang amat besar dan berharga, juga menyatakan murka Allah dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia (Rm. 1:18).
- (5) Dosa kecemaran bertentangan dengan sifat dan rancangan panggilan Kekristenan kita: Sebab, Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus (ay. 7). Hukum Allah melarang segala rupa kenajisan, dan Injil mengharuskan kesucian termurni. Injil memanggil kita dari kecemaran kepada kekudusan.
- (6) Oleh karena itu, menghina hukum Allah dan Injil sama juga dengan menghina Allah sendiri: siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah. Sebagian orang mungkin menganggap remeh ketentuan mengenai kesucian dan kekudusan, sebab mereka mendengar hal itu dari sesama manusia. Akan tetapi, Rasul Paulus memberi tahu mereka bahwa ketentuan itu adalah perintah Allah, dan melanggarnya berarti menghina Allah. Dia menambahkan, Allah telah memberikan juga Roh-Nya kepada orang-orang Kristen, yang berarti bahwa segala jenis kecemaran amatlah mendukakan Roh Kudus dan akan memicu-Nya menjauh dari kita. Selain itu, Roh Kudus diberikan kepada kita untuk memperlengkapi kita melawan dosa-dosa kecemaran itu, dan membantu kita mematikan perbuatan-perbuatan tubuh itu, supaya kita bisa hidup (Rm. 8:13).
SH: 1Tes 4:1-12 - Kudus itu indah. (Sabtu, 15 November 1997) Kudus itu indah.
Setahun sekali Presiden memberikan anugerah adipura kepada kota yang dinilai bersih. Kota yang bersih dan ditata dengan baik pastila...
Kudus itu indah.
Setahun sekali Presiden memberikan anugerah adipura kepada kota yang dinilai bersih. Kota yang bersih dan ditata dengan baik pastilah merupakan kota yang nyaman untuk didiami. Beda halnya dengan kota yang jorok dan semrawut. Pasti kita tidak akan merasa betah tinggal di dalamnya. Secara terbatas kekudusan dapat digambarkan seperti kebersihan. Hanya kini kita bicara bukan tentang kebersihan secara fisik tetapi secara moral. Orang Kristen harus memiliki hidup nikah yang kudus (ayat 3,4), dan hidup sehari-hari yang tulus (ayat 6). Hidup kudus adalah akibat dari mengalami panggilan Allah yang kudus dan didiami oleh Roh Kudus.
Kasih itu indah. Ciri lain dari umat Tuhan ialah hidup dalam persekutuan kasih yang hangat. Menurut Paulus, jemaat di Tesalonika telah belajar kasih dari Allah. Itu berarti kasih yang seharusnya ada di kalangan anak-anak Tuhan adalah akibat bekerjanya kasih karunia Allah dalam hidup mereka. Paulus ingin agar hal indah itu tidak sekadar ada tetapi dipraktekkan lebih sungguh dalam kehidupan jemaat Tesalonika.
Renungkan: Tidak ada hal yang lebih memancarkan kemuliaan Allah dalam kehidupan orang percaya, selain hidup yang kudus dan penuh kasih.
SH: 1Tes 4:1-12 - Hidup berkenan kepada Tuhan (Senin, 27 Oktober 2003) Hidup berkenan kepada Tuhan
Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia tempat kita berpijak saat ini
menyediakan begitu banyak fasilitas. Mulai dari yan...
Hidup berkenan kepada Tuhan
Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia tempat kita berpijak saat ini menyediakan begitu banyak fasilitas. Mulai dari yang menjanjikan masa depan sampai yang menjanjikan ketenangan, kenikmatan, dan kebahagiaan. Bahkan ada fasilitas-fasilitas penuh godaan sehingga manusia tergoda untuk melampiaskan hawa nafsu. Dalam kondisi seperti ini memang tidak mudah untuk anak-anak Tuhan mempertahankan hidup yang berkenan kepada-Nya. Namun bukan berarti kita tidak mampu mempertahankan kekudusan kita di hadapan.
Allah memanggil kita untuk hidup yang kudus dan bukan yang cemar (ayat 7). Menolak hidup berkenan kepada Tuhan sama saja dengan menolak Tuhan (ayat 4:8). Pada pasal-pasal sebelumnya Paulus telah memuji jemaat Tesalonika untuk kesetiaan dan ketekunan mereka menghidupi kehidupan Kristen mereka. Pada bagian ini, Paulus menasihati jemaat Tesalonika agar mereka lebih bersungguh-sungguh lagi melaksanakan hidup yang berkenan kepada Tuhan. Paulus kemudian memaparkan apa kehendak Tuhan bagi mereka: [1] "pengudusan dan menjauhi percabulan" diwujudkan dengan pernikahan yang monogamis dan terhormat (ayat 3-5); [2] memperlakukan saudaranya dengan baik dan tidak menipunya (ayat 6); [3] hidup mempraktikkan kasih (ayat 9-10); [4] hidup dengan baik, mengurus persoalan sendiri, bekerja dengan rajin (ayat 11), sehingga orang luar menilai mereka sebagai terhormat (ayat 12).
Memang menjalani kehidupan yang berkenan kepada Tuhan pastilah bertentangan dengan hidup bebas untuk berbuat apa saja, termasuk dosa. Tidak mudah, tetapi Allah sudah memberikan Roh-Nya yang kudus kepada kita, anak-anak-Nya. Jadi tidak ada alasan untuk menyerah dan mengikut jalan dunia ini.
Renungkan: Kalau anak-anak Tuhan gaya hidupnya sama dengan gaya hidup manusia berdosa, bagaimanakah gereja dapat menjadi saksi Kristus bagi dunia ini?
SH: 1Tes 4:1-12 - Hidup Berkenan kepada Allah (Selasa, 6 Oktober 2015) Hidup Berkenan kepada Allah
Dalam dunia yang penuh dosa dan pencobaan, hidup berkenan kepada-Nya tidaklah mudah. Namun firman Tuhan menuntun kita unt...
Hidup Berkenan kepada Allah
Dalam dunia yang penuh dosa dan pencobaan, hidup berkenan kepada-Nya tidaklah mudah. Namun firman Tuhan menuntun kita untuk hidup demikian, agar dapat menjadi berkat bagi sesama kita.
Setelah menyampaikan nasihat yang bersifat doktrin, rasul Paulus sampai pada nasihat yang lebih praktis. Ia mengingatkan mereka kembali bagaimana mereka harus hidup berkenan kepada Allah (1a). Karena apa yang disampaikannya sebenarnya telah diketahui dan dilakukan oleh mereka. Tetapi ia berharap mereka lebih sungguh-sungguh melakukannya (1b-2). Cara hidup yang berkenan kepada Allah ialah pertama-tama mereka harus hidup kudus dengan menjauhi segala percabulan (3). Mereka hanya boleh mengambil satu orang isteri atau suami menjadi pasangan hidupnya yang sah (4). Mereka harus hidup berbeda dengan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan, yang suka berzina, berselingkuh, dan berperilaku seks yang menyimpang seperti nikah sedarah (5-6a). Alasannya, Allah kita adalah Allah yang pembalas dan telah memanggil mereka untuk hidup dalam kekudusan, sehingga siapa yang hidup dalam kecemaran atau percabulan akan mendapatkan hukuman (6b-7). Siapa yang menolaknya berarti telah menolak Allah yang telah memberikan Roh Kudus kepada setiap orang yang percaya (8).
Mereka juga harus hidup berkenan kepada Allah dengan hidup dalam kasih persaudaraan. Mereka memang telah mempraktikkannya (9-10), tetapi Paulus menasihati mereka untuk lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya. Selain itu, mereka juga harus hidup berkenan kepada Allah dengan hidup tertib dan sopan di hadapan manusia (11-12). Caranya, mereka harus mengurusi masalah-masalah mereka sendiri dan bekerja keras, agar dapat menjadi berkat dan kesaksian yang baik.
Sudahkah hidup kita berkenan kepada Allah dalam segala aspeknya? Di zaman yang semakin gelap dan bengkok ini, marilah kita minta pertolongan Roh Kudus memampukan kita hidup kudus dengan menjauhi segala hawa nafsu percabulan. [CJ]
SH: 1Tes 4:1-12 - Hidup Ala Kadarnya (Selasa, 26 April 2022) Hidup Ala Kadarnya
Ketika kita ditegur karena kekurangan kita atau kesalahan yang kita lakukan, kadang kita berdalih: "Ya, namanya juga manusia. Waja...
Hidup Ala Kadarnya
Ketika kita ditegur karena kekurangan kita atau kesalahan yang kita lakukan, kadang kita berdalih: "Ya, namanya juga manusia. Wajar kalau tidak sempurna." Bukannya belajar menjadi lebih baik atau berintrospeksi, kita justru mencari "perlindungan" dari kelemahan kita. Tampak bahwa kita melakukan sesuatu hanya ala kadarnya.
Demikianlah yang terjadi dalam jemaat di Tesalonika. Rasul Paulus memuji mereka dalam hal hidup berkenan kepada Allah dan kasih persaudaraan (1, 9). Namun, Paulus menambahkan supaya mereka lebih bersungguh-sungguh lagi (1, 10). Dia pun memberikan petunjuk mengenai cara hidup yang bersungguh-sungguh (2-8, 11-12).
Hidup ala kadarnya dapat ditemui dalam diri semua orang. Ketika orang berkata bahwa tidak ada manusia yang sempurna, tentu itu benar adanya. Namun, kalimat itu bisa menjadi dalih untuk tidak berusaha melakukan kehendak Tuhan dan menghindari dosa dengan sungguh-sungguh. Orang yang sering berkata demikian akan hidup ala kadarnya. Ketika ia merasa bisa melakukan kehendak Tuhan, ya dilakukan. Ketika ia merasa berat, ya tidak dilakukan. Ketika ia berbuat dosa, dengan seketika ia memaklumi dirinya.
Kalau sudah demikian, nasihat Rasul Paulus sangat tepat, yaitu supaya lebih bersungguh-sungguh lagi. Kalau kita mau berusaha dan menerima pertolongan Roh Kudus, tentu kita bisa menjalani hidup kudus, melawan godaan, mengendalikan diri, bertobat, dan tidak lagi mengulangi perbuatan dosa.
Bayangkan kalau Tuhan melakukan karya-Nya ala kadarnya. Tak akan ada penderitaan dan kematian di kayu salib sebagai pengampunan dosa. Tak perlulah repot-repot memanggul salib, tak perlulah turun menjadi manusia. Ala kadarnya sajalah dalam mengasihi manusia. Tak perlu pula repot-repot menolong dan menuntun manusia. Tak perlu bersungguh-sungguh amat. Sungguh celaka, kita!
Mari kita hidup dengan sungguh-sungguh. Jangan hidup ala kadarnya karena Tuhan juga tidak ala kadarnya dalam mengasihi kita. [KRS]
Utley -> 1Tes 4:1-8
Utley: 1Tes 4:1-8 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 4:1-81 Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaima...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Tes 4:1-8
1 Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. 2 Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus. 3 Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, 4 supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, 5 bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, 6 dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu. 7 Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. 8 Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.
1Tes 4:1 "Akhirnya" Ini harfiahnya adalah "selebihnya." Ini memulai bagian praktis Paulus. Sebagian besar surat-surat Paulus dapat dibagi menjadi sebuah bagian doktrin dan sebuah bagian praktis meskipun sulit untuk melakukan hal ini dalam I Tesalonika. Paulus menggunakan ungkapan ini untuk memperkenalkan pokok bahasan utama yang terakhir, bukan sebagai pendahuluan langsung bagi sebuah penutup (mis, 2Kor 13:11; Ef 6:10; 2Tes 3:1).
□ "saudara-saudara" Paulus sering menggunakan istilah ini untuk memulai sebuah topik baru (lih. 1Tes 1:4; 2:1,9,14,17; 3:7; 4:1,10,13; 5:1,4,12,14,25,26,27; 2Tes 1:3; 2:1,13,15; 3:1,6,13).
□ "kami minta dan nasihatkan" Paulus menggunakan PRESENT ACTIVE INDICATIVE ini untuk menekankan tindakan berkelanjutan dan untuk melunakkan perintah-Nya sebagai Rasul (lih. 1Tes 4:2,11; Tes II 1Tes 3:4,6,10,12).
□ "Kamu telah mendengar dari kami" Ini adalah sebuah AORIST ACTIVE INDICATIVE, yang menunjuk pada saat Paulus ada bersama dengan mereka secara pribadi. Ini adalah istilah Yunani yang berarti "menerima ajaran- ajaran tradisional dari yang lain" (lih. 1Tes 2:13; 1Kor 15:1). Paulus tidak hanya mengajarkan mereka bagaimana untuk diselamatkan (pembenaran), tetapi juga bagaimana untuk hidup sebagai orang yang diselamatkan (pengudusan).
□ "bagaimana kamu harus hidup" Ini adalah sebuah PRESENT INFINITIVE. Hidup adalah metafora alkitabiah bagi iman gaya hidup (lih. 1Tes 2:12; Ef 2:10; 4:1,17; 5:2,15; Kol 1:10; 2:6). Kekristenan pada awalnya disebut "Jalan" (lih. Kis 9:2; 19:9,23; 22:4; 24:14,22; 18:25-26). Ini berbicara tentang gaya hidup iman yang taat. Respon awal kita dalam pertobatan dan iman harus diikuti dengan ketaatan dan ketekunan yang terus-menerus. Kehidupan kekal memiliki karakteristik yang dapat diamati! Dalam Kristus setiap hari adalah suci, khusus, dan digunakan untuk ibadah dan pelayanan.
□ "supaya berkenan kepada Allah" Kehendak Allah bagi anak-anakNya adalah bukanlah surga ketika mereka mati saja, tetapi keserupaan dengan Kristus sekarang (lih. Rom 8:28-29; Gal 4:19; Ef 1:4; 2:10; 1Pet 1:15).
- NASB "(sama seperti yang sebenarnya teal kamu lakukan)"
- NKJV [dihilangkan]
- NRSV "(seperti, pada kenyataannya, yang kamu lakukan)"
- TEV "Ini adalah, tentu saja, cara kamu hidup selama ini"
- NJB "Hal itu memang telah kamu turuti"
Sebuah masalah naskah Yunani terhubung kepada frasa ini. Frasa ini hilang dalam naskah kuno Yunani Dc, K, L, dan naskah Textus Receptus. Hal ini terdapat dalam MSS א , A, B, D*, F, G dan juga di terjemahan Syriac, Koptik, dan Vulgata. Sangatlah mengejutkan bahwa naskah-naskah kuno awal memilikinya namun yang kemudian menghilangkannya. Ini menyiratkan bahwa hal ini hilang secara tidak sengaja. UBS4 memberikan inklusi ini peringkat "A" (pasti).
Ini bisa merupakan PRESENT INDICATIVE atau SUASANA IMPERATIVE. Kemungkinan ini adalah INDICATIVE dalam hal bahwa ini menegaskan keyakinan Paulus dalam gaya hidup serupa Kristus mereka (lih. NASB, NRSV, TEV, dan JB).
□ "baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi" Mereka melakukan dengan baik, tetapi Paulus mendesak mereka untuk kekudusan yang bahkan lebih besar (lih. ay. 1Tes 4:10). Lihat Topik Khusus: melimpah (perisseuō) di 1Tes 3:12.
- NASB NKJV "perintah"
- NRSV, NJB, TEV "petunjuk"
Ini adalah kata militer yang langka untuk perintah otoritatif disampaikan melalui pangkat (lih. 1Tim 1:5,18).
□ "atas nama Tuhan Yesus" Ini bukanlah pemikiran pribadi Paulus, tetapi ajaran-ajaran Yesus. Otoritas Kerasulan Paulus bersandar pada otoritas Yesus (lih. ay. 1Tes 4:8).
1Tes 4:3-6 Ini adalah satu kalimat dalam bahasa Yunani.
1Tes 4:3 "Karena inilah kehendak Allah" Tidak ada ARTICLE di sini, oleh karena itu, ini adalah salah satu dari kehendak Allah (lih. Ef 5:17), setelah keselamatan (lih. Yoh 6:40).
Lihat topik khusus KEHENDAK (THELēMA) ALLAH
□ "pengudusanmu" Kata ini berbagi akar kata yang sama dengan "kudus" dan "orang-orang kudus." Penyucian, sebagaimana pembenaran, adalah sebuah tindakan seketika awal dari kasih karunia (lih. 1Kor 1:2,30; 6:11). Secara posisi, orang percaya ada di dalam Kristus. Namun demikian, ini harus berkembang menjadi karakter gaya hidup, yaitu pengudusan progresif (lih. ay. 1Tes 4:7; 3:13; Rom 6:19-23). Kehendak Allah bagi setiap orang Kristen adalah keserupaan dengan Kristus! Kita tidak dapat memisahkan pembenaran dari penyucian!
□ "menjauhi percabulan" Ini harfiahnya adalah "percabulan." Seks sebelum dan diluar pernikahan dibedakan dalam PL dengan kata-kata yang terpisah, tetapi makna kata ini adalah dalam lingkup yang lebih luas dalam PB. "Percabulan" berarti semua aktivitas seksual yang tidak pantas, termasuk homoseksualitas dan kebinatangan. Seringkali penyembahan ibadah kafir mencakup aktivitas seksual (lih. 1Tes 5:22).
- NASB NKJV "mengambil"
- NRSV "mengendalikan"
- TEV "bagaimana mengambil"
- NJB "menggunakan"
Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE (deponent) INFINITIVE. Secara harfiah adalah "terus memperoleh atau memiliki."
- NASB, NKJV "bejananya sendiri"
- NRSV "tubuhmu sendiri"
- TEV "seorang istri"
- NJB "tubuh yang menjadi miliknya"
Ini dapat merujuk pada "tubuhnya sendiri" atau "istrinya sendiri." Theodore dari Mopsuestia, Agustinus, penggunaan kerabian, 1Pet 3:7, dan Septuaginta menafsirkan ini dalam arti "istri" (lih. TEV). Tetapi Bapa-bapa Gereja awal (yaitu, Tertullian dan Chrysostom) menafsirkannya sebagai "tubuh" dan ini adalah yang paling cocok dengan konteksnya (lih. NRSV, JB, NIV). Bejana ini digunakan dalam arti "tubuh" dalam 2Kor 4:7.
□ "dalam pengudusan dan penghormatan" Mengenal Yesus merubah cara hidup seseorang. Orang percaya adalah pengelola, yang tergantung pada kehendak orang lain. Kehendak Allah adalah menggunakan setiap orang percaya untuk menunjukkan kuasa-Nya transformasi kepada dunia yang hilang. Pernikahan Kristen adalah sebuah saksi yang kuat di dunia yang bingung dan jatuh ini!
1Tes 4:5 "bukan di dalam keinginan hawa nafsu" Ini menunjuk pada ketidakmampuan manusia yang jatuh untuk mengendalikan diri secara seksual (penyembahan kafir). Pengendalian diri merupakan karakteristik dari kehidupan yang dipenuhi Roh dan dipimpin Roh (lih. Gal 5:23).
□ "seperti yang dibuat oleh orang-orang" Ini secara harfiah adalah "bangsa-bangsa." Di sini, manun demikian, tidak merujuk kepada non-Yahudi tetapi kepada seluruhorang non-Kristen. Gaya hidup kaum kafir zaman Paulus sangat tidak bermoral.
□ "yang tidak mengenal Allah" Ini tidak mengesampingkan "wahyu alamiah" (lih. Mazm 19:1-6 dan Rom 1; 2), tetapi berbicara tentang pengenalan pribadi (lih. Gal 4:8-9). Dalam PL "mengenal" memiliki konotasi hubungan pribadi yang intim, (lih. Kej 4:1; Yer 1:5). Bangsa-bangsa lain terasing dari Allah (lih. Ef 2:11-13; 5:8; Kol 1:21).
1Tes 4:6 "memperlakuka… dengan tidak baik" Istilah ini berarti "melampaui batas."
□ "memperdayakannya" Istilah ini berarti "mengambil keuntungan dari." Ini terkait dengan "Keserakahan."
□ "saudaranya" Ini mungkin berhubungan dengan melakukan kebebasan seksual dengan anggota keluarga orang percaya yang lain (lih. ay. 1Tes 4:9). Tetapi "saudara" dalam konteks ini bisa menunjuk pada manusia lainnya, mirip dengan kata "tetangga" (lih. ay. 1Tes 4:12).
□ "dalam hal-hal ini" Ini memiliki DEFINITE ARTICLE dan karena itu menunjuk pada ay. 1Tes 4:3-5 (yakni, kemurnian seksual). Kata itu sendiri merujuk pada urusan bisnis. Oleh karenanya, ini dapat digunakan secara metaforis untuk hal-hal seksual atau Paulus merubah pokok bahasan dalam ay. 1Tes 4:6 dan sekarang berurusan dengan masalah keuangan. Saya pikir pilihan pertama adalah yang terbaik.
□ "Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini" Ini menunjuk keadilan yang seimbang baik duniawi (lih. Rom 1:24,26,28) dan eskatologis (lih. Mat 25:31 dst). YHWH adalah Tuhan yang etis (lih. Gal 6:7). Dalam ay. 6,7a dan 8a, tiga alasan yang berbeda diberikan mengapa orang percaya harus hidup kudus.
□ "seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu" Ini adalah sebuah pernyataan yang kuat tentang kemurnian seksual (lih. Ibr 13:4). Lihat Topik Khusus: Penggunaan Paulus akan Majemuk Huper di Gal 1:13.
1Tes 4:7 "Allah memanggil" Allah selalu mengambil inisiatif (lih. Yoh 6:44,65) baik dalam keselamatan dan pengudusan.
1Tes 4:8 "siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah" Ini secara harfiah adalah "memperlakukan sebagai hal yang kurang berharga." Paulus menegaskan bahwa seiring dengan kebenaran Injil adalah keharusan gaya hidup. Ini adalah kebenaran Allah, bukan Paulus, 1Tes 2:13; 3:1-2.
□ "yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE PARTICIPLE. Ini menunjuk pada Roh yang berdiam baik sebagai sebuah pengalaman awal maupun terus-menerus (yaitu, Kis 2:38; 2Kor 1:22; 5:5; 1Yoh 3:24). Sebagaimana kebangkitan, begitu juga janji berdiamnya Illahi. Semua tiga pribadi Trinitas terlibat dalam semua peristiwa penebusan. Orang percaya didiami oleh (1) Roh (lih. Rom 8:9-10), (2) Anak (lih. Mat 28:20; Kol 1:27), dan (3) Bapa (lih. Yoh 14:23).
Topik Teologia -> 1Tes 4:6
Topik Teologia: 1Tes 4:6 - -- Dosa
Dosa-dosa Terhadap Sesama
Dosa-dosa Penipuan
Kecurangan dan Ketidakjujuran
Ima 19:11 Ima 19:35-36 Ima 25:14 Ula ...
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Sesama
- Dosa-dosa Penipuan
- Kecurangan dan Ketidakjujuran
- Pengudusan
- Pengudusan: Fakta yang Tergenapi dan Proses Pertumbuhan
- Pengudusan sebagai Pertumbuhan dalam Anugerah
- Fakta dan Kebutuhan Pertumbuhan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Paulus Memberikan Nasihat yang Baik
- Kemurnian
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M
Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus ...
Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M
Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah barat daya Filipi; kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Di antara penduduk yang berjumlah sekitar 200.000 jiwa adalah masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus mendirikan gereja Tesalonika pada perjalanan misionernya yang kedua, pelayanannya yang berhasil di wilayah itu dihentikan sebelum waktunya karena permusuhan kalangan Yahudi (Kis 17:1-9).
Karena terpaksa meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi ke Berea di mana sekali lagi pelayanan singkat yang berhasil dihentikan oleh penganiayaan yang timbul karena orang Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika (Kis 17:10-13). Kemudian Paulus pergi ke Atena (Kis 17:15-34), di mana Timotius bergabung dengannya. Paulus mengutus Timotius kembali ke Tesalonika untuk menyelidiki keadaan jemaat yang masih muda itu (1Tes 3:1-5) sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis 18:1-17). Setelah menyelesaikan tugasnya, Timotius pergi ke Korintus untuk melaporkan pada Paulus mengenai gereja di Tesalonika (1Tes 3:6-8). Sebagai tanggapan atas laporan Timotius, Paulus menulis surat ini, mungkin tiga sampai enam bulan setelah gereja itu dimulai.
Tujuan
Karena Paulus terpaksa meninggalkan Tesalonika dengan tiba-tiba karena penganiayaan, orang yang baru bertobat itu hanya menerima sedikit pendidikan mengenai kehidupan Kristen. Ketika Paulus mengetahui dari Timotius mengenai keadaan mereka saat itu, dia menulis surat ini
- (1) untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan mereka di tengah-tengah penganiayaan,
- (2) untuk mengajar mereka lebih jauh tentang kekudusan dan kehidupan yang saleh, dan
- (3) untuk menerangkan beberapa kepercayaan, khususnya mengenai status orang percaya yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.
Survai
Setelah memberi salam kepada jemaat itu (1Tes 1:1), Paulus dengan sukacita memuji jemaat Tesalonika atas semangat dan iman mereka yang tabah di tengah segala penderitaan (1Tes 1:2-10; 1Tes 2:13-16). Paulus menanggapi kecaman dengan mengingatkan mereka akan kemurnian motivasinya (1Tes 2:1-6), kesungguhan kasih dan perhatiannya terhadap mereka (1Tes 2:7-8,17-20; 1Tes 3:1-10), serta kelakuannya yang jujur di tengah mereka (1Tes 2:9-12).
Paulus menekankan perlunya dan pentingnya kekudusan dan kuasa dalam kehidupan Kristen. Orang percaya harus kudus (1Tes 3:13; 1Tes 4:1-8; 1Tes 5:23-24), dan Injil harus disertai kuasa dan penyataan Roh Kudus (1Tes 1:5). Paulus mendorong jemaat itu supaya jangan mereka memadamkan api Roh dengan meremehkan penyataan-Nya, khususnya nubuat (1Tes 5:19-20).
Tema yang menonjol adalah kedatangan Kristus untuk membebaskan umat-Nya dari murka Allah di atas muka bumi ini (1Tes 1:10; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11). Rupanya beberapa anggota jemaat sudah meninggal sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai keikutsertaan mereka dalam keselamatan terakhir yang akan dinyatakan ketika Tuhan datang. Oleh karena itu, Paulus menerangkan rencana Allah bagi orang kudus yang sudah dipanggil pulang bila Kristus kembali bagi gereja-Nya (1Tes 4:13-18) dan menasihatkan mereka yang masih hidup tentang pentingnya kesiagaan ketika Kristus datang (1Tes 5:1-11). Paulus menutup surat ini dengan berdoa untuk kekudusan dan pemeliharaan mereka (1Tes 5:23-24).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.
- (1) Surat ini adalah salah satu dari kitab-kitab PB yang pertama ditulis.
- (2) Itu berisi bagian-bagian penting mengenai orang-orang kudus yang sudah mati yang dibangkitkan oleh Allah ketika Kristus kembali untuk mengangkat gereja (1Tes 4:13-18) dan tentang "hari Tuhan" (1Tes 5:1-11).
- (3) Kelima pasal ini berisi petunjuk tentang kedatangan Kristus dan artinya bagi orang percaya (1Tes 1:10; 1Tes 2:19; 1Tes 3:13; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11,23).
- (4) Surat ini memberikan wawasan yang unik
- (a) mengenai kehidupan gereja tahun 50-an yang belum dewasa tetapi penuh semangat dan
- (b) mengenai mutu pelayanan Paulus sebagai perintis pemberitaan Injil.
Full Life: 1 Tesalonika (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Tes 1:1)
I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika
(1Tes 1:2-3:13)
A....
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Tes 1:1) - I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika
(1Tes 1:2-3:13) - A. Bersukacita Tentang Hidup Baru Mereka di Dalam Kristus
(1Tes 1:2-10) - 1. Iman, Kasih, dan Pengharapan Mereka
(1Tes 1:2-3) - 2. Pertobatan Mereka yang Sejati
(1Tes 1:4-6) - 3. Teladan Baik Mereka kepada Orang Lain
(1Tes 1:7-10) - B. Mengenangkan Peranannya Dalam Hidup Mereka
(1Tes 2:1-3:8) - 1. Meninjau Kembali Pelayanannya
(1Tes 2:1-12) - 2. Mengingat Tanggapan Mereka
(1Tes 2:13-16) - 3. Memelihara Perhatiannya
(1Tes 2:17-3:8) - C. Mendoakan Kesempatan Kunjungan Kembali Serta Kemajuan Rohani
dan Kemantapan Mereka Dalam Kekudusan
(1Tes 3:9-13) - II. Pengarahan Praktis Paulus bagi Jemaat Tesalonika
(1Tes 4:1-5:22) - A. Mengenai Kekudusan Seksual
(1Tes 4:1-8) - B. Mengenai Kasih Persaudaraan
(1Tes 4:9-10) - C. Mengenai Kerja yang Jujur
(1Tes 4:11-12) - D. Mengenai Kedatangan Kristus
(1Tes 4:13-5:11) - 1. Keadaan Mereka yang Mati Dalam Kristus
(1Tes 4:13-18) - 2. Kesiagaan Mereka yang Hidup Dalam Kristus
(1Tes 5:1-11) - E. Mengenai Kehormatan bagi Pemimpin Rohani
(1Tes 5:12-13) - F. Mengenai Kehidupan Kristen
(1Tes 5:14-18) - G. Mengenai Pengenalan Rohani
(1Tes 5:19-22) - Penutup
(1Tes 5:23-28) - A. Doa untuk Pengudusan dan Pemeliharaan Mereka
(1Tes 5:23-24) - B. Permohonan Terakhir dan Berkat
(1Tes 5:25-28)
Matthew Henry: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab)
Tesalonika dulunya merupakan kota utama di wilayah Makedonia. Sekarang kota itu bernama Tesalonika, dan merupakan kota terpadat dan salah satu kot...
- Tesalonika dulunya merupakan kota utama di wilayah Makedonia. Sekarang kota itu bernama Tesalonika, dan merupakan kota terpadat dan salah satu kota terbaik untuk berdagang di Levant. Setelah maksudnya untuk mengunjungi wilayah-wilayah yang disebut provinsi-provinsi Asia terhalang, dan diarahkan secara luar biasa untuk memberitakan Injil di Makedonia (Kis. 16:9-10), Rasul Paulus dalam kepatuhannya terhadap panggilan Allah pergi dari Troas ke Samotrake, lalu dari sana ke Neapolis, dan dari situ ke Filipi. Di Filipi pelayanannya berhasil, tetapi ia menjumpai banyak kesulitan, karena di sana ia dilempar ke penjara bersama-sama dengan Silas, kawan sekerja dan seperjalanannya. Namun, mereka dilepaskan dari penjara secara menakjubkan, dan menghibur saudara-saudara di sana, dan setelah itu berangkat lagi dari sana. Setelah melewati Amfipolis dan Apolonia, mereka sampai di Tesalonika. Di sana Rasul Paulus menanam jemaat yang terdiri atas beberapa orang Yahudi yang percaya dan banyak orang bukan Yahudi yang sudah bertobat (Kis. 17:1-4). Tetapi karena ada kekacauan di kota itu yang ditimbulkan oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan para penduduk setempat yang jahat dan rendah, maka demi keselamatan, Paulus dan Silas dilarikan saat malam hari ke Berea. Setelah itu Paulus diantar ke Atena, dengan meninggalkan Silas dan Timotius, tetapi memberi perintah agar mereka lekas-lekas menyusulnya. Setelah mereka berdua sampai, Timotius dikirim ke Tesalonika, untuk mencari tahu keadaan jemaat di sana dan meneguhkan iman mereka (1Tes. 3:2). Dan, setelah kembali kepada Paulus sewaktu ia tinggal di Atena, Timotius diutus lagi, bersama-sama dengan Silas, untuk mengunjungi jemaat-jemaat di Makedonia. Jadi Paulus, setelah ditinggal sendirian di Atena (1Tes. 3:1), pergi dari situ ke Korintus, di mana ia terus tinggal selama satu setengah tahun. Di sela-sela waktu itulah Silas dan Timotius kembali kepadanya dari Makedonia (Kis. 18:5). Lalu Rasul Paulus menulis surat ini kepada jemaat Kristus di Tesalonika, yang walaupun ditempatkan setelah surat-surat lain, dianggap merupakan surat yang pertama-tama ditulis Paulus, dan ditulis sekitar tahun 51 M. Maksud utama dari surat ini adalah untuk mengungkapkan betapa rasul ini bersyukur atas keberhasilannya memberitakan Injil di antara mereka, untuk meneguhkan iman mereka, dan mengajak mereka untuk berperilaku kudus.
Jerusalem: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT TESALONIKA
KATA PENGANTAR
Sebelum membatja surat ini baik batjalah dahulu Kis. Ras. 17:1-10, untuk
sekedar mend...
SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT TESALONIKA
KATA PENGANTAR
Sebelum membatja surat ini baik batjalah dahulu Kis. Ras. 17:1-10, untuk sekedar mendapat gambaran latar-belakang surat ini. Dizaman Paulus, Tesalonika adalah ibu kota propinsi Romawi Masedorna. Berkat letaknja pada teluk Termai, jang djayh masuk kedarat dan sebab itu merupakan pelabuhan jang teduh sekali, lagi letaknja disebelah darat pada djalan raja "Via Egnasia", jang menghubungkan Timur dengan Eropa Barat, kota itu mendjadi kota perniagaan jang ramai dan makmur. Penduduknja sebagian terbesar orang Junani. Golongan Jahudi disitu rupanja amat besar djuga. Diantara mereka Paulus berhasil sedikit sadja. Hanja "beberapa" orang jang bertobat, sedangkan orang Junani jang bertobat djumlahnja sangat besar. Hal ini menimbulkan dengki dan bentji orang Jahudi, sampai mereka membangkitka pergolakan jang amat hebat diantara rakjat djelata, sehingga pemerintah taku terdjadi pemberontakan, dan Paulus dipaksa meninggalkan kota.
Paulus lalu pergi ke Berea, suatu kota jang 55 km djaraknja dari Tesalonika. Disitu sikap orang Jahudi terhadap Paulus dan Indjil baik sekali, sehingga banjak orang bertobat. Hasil Paulus diantara penduduk-penduduk lain, chususnja diantara orang-orang terkemuka lumajan djuga. Tetapi sesudah hal ini kedengaran oleh orang Jahudi di Tesalonika, mereka segera datang dan mengasut rakjat kota ini djuga dan berhasil mengadakan hiru-hara jang akibatnja Paulus diusir. Paulus lalu meninggalkan Silas dan Timoteus di Masedonia dan sendiri pergi ke Atena. la diantar beberapa orang Masedonia. Setiba di Atena mereka pulang dengan membawa pesan Paulus, supaja Silas dan Timoteus datang ke Atena. Mereka datang dan rupanja membawa kabar tentang umat-umat di Masedonia jang sangat mentjemaskan, chususnja tentang umat di Tesalonika. Paulus segera menjuruh Timoteus kembali kesitu untuk mengadjar dan meneguhkan iman umat, jang memang banjak mengalami gangguan karena agamanja.
Rupanja Timoteus tinggal agak lama disitu, kemudian pergi bersama dengan Silas membantu Paulus di Korintus.
Kabar jang dibawa Timoteus dalam keseluruhannja sangat menggembirakan, seperti njata sekali dalam suasana mereka jang meliputi seluruh surat irn. Tetapi ada masih kekurangan dilapangan kesusilaan djuga, lagi persoalan- persoalan jang menggelisahkan tentang kebangkitan orang mati dan kedatangan Kristus pada achir zaman. Rupanja mereka kurang atau salah mengerti pengadjaran Paulus tentang kedua. adjaran itu. Tentu sadja pengadjaran Paulus mengenai hal itu belum lengkap djuga, sebab ia tiba-tiba terpaksa memutuskan pengadjarannja. Mereka tentu mengharapkan keterangan resmi dari Paulus sendiri. Hal ini dan berita Timoteus jang lain mendjadi alasan bagi Paulus untuk segera menulis surat jang pertama kepada umat Tesalonika ini.
Surat ini pula adalah jang pertama dari segala surat Paulus jang diturunkan kepada kita, ditulis di Korintus dalam tahun 51 atau 52.
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Kecemaran Seksual (1 Tes 4:3-8)
Seraya Paulus beralih dari hal yang umum kepada yang khusus dalam kata-kata ini, topiknya bergeser dari pesan doktrin...
Kecemaran Seksual (1 Tes 4:3-8)
Seraya Paulus beralih dari hal yang umum kepada yang khusus dalam kata-kata ini, topiknya bergeser dari pesan doktrin kepada kemurnian Kristen. Percabulan adalah salah satu dosa umum di kalangan orang-orang non-Yahudi. Ritual dan percabulan sensual keduanya merupakan bagian gaya hidup lama mereka. Oleh karena itu, Paulus perlu secara jelas menempatkan di hadapan mereka alasan ilahi mengapa percabulan adalah salah dan tidak boleh dilakukan oleh orang Kristen.
Allah menghendaki percabulan dihindari (ay. 3). Ini adalah salah satu dari banyak tempat di dalam Alkitab di mana kita diberi pernyataan terus-terang tentang kehendak Allah. Kita bertanya, "Apa itu kehendak Allah?" Pada intinya, Paulus memberitahu kita, "Kamu bisa yakin bahwa Allah tidak ingin kita melakukan percabulan."
Percabulan mencuri dari atau menipu orang lain (ay. 6). Percabulan menghancurkan integritas utama yang setiap orang Kristen harus miliki. Itu merampas setiap orang yang terlibat di dalamnya dari kemurnian yang secara sah milik dia atau pasangannya.
Percabulan akan dihukum oleh Allah (ay. 6). Allah adalah pembalas kejahatan. Ia akan memastikan bahwa semua dosa—bukan hanya percabulan—dibalas dengan tepat. Tidak ada dosa yang dapat menghindari dari Mata-Nya yang mahamelihat.
Percabulan adalah dosa terhadap Roh Kudus (ay. 8). Setiap orang Kristen, menurut Paulus, adalah tempat tinggal lahiriah bagi Roh Kudus milik Allah (1 Korintus 6:19, 20). Akibatnya, karena orang Kristen menjadi bait Ilah, sungguh tak terbayangkan ada orang Kristen yang mengambil tempat tinggal Roh Allah yang benar dan menajiskannya dengan melakukan percabulan.
Ketika seseorang mempertimbangkan pelbagai alasan ini bahwa percabulan tidak boleh dilakukan, ia melihat betapa tragisnya percabulan itu. Tidak ada orang Kristen yang harus membelanya, melakukannya, atau mengidam-idamkannya.
Eddie Cloer
Hidup Dalam Pengudusan (1 Tes 4:3-8)
Paulus menulis, "Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu" (ay. 3). Dosa orang Kristen sudah "dihapus" pada awal kehidupan Kristen mereka (Kisah 22:16), dan dosa mereka juga sudah "diampuni" ketika mereka bertobat selama kehidupan Kristen mereka (1 Yohanes 1:7-10). Paulus menjelaskan kepada jemaat Tesalonika bagaimana mereka harus menjalani kehidupan yang dikuduskan dalam terang godaan seksual.
"Menjauhi percabulan" (ay. 3). Ini selalu merupakan bahaya di kota-kota kaum penyembah berhala, di mana pelacuran berkembang subur.
"Milikilah wadah[mu] sendiri dalam pengudusan dan penghormatan" (ay. 4; NASB). Arti "wadah" diperdebatkan. Alkitab RSV menafsirkan hal itu sebagai "istri" ("ambillah seorang istri untuk dirinya sendiri"). Namun, tidak ada di tempat lain di dalam Alkitab istri diacukan dengan cara ini. Cara yang lebih memungkinkan untuk menafsirkan "wadah" adalah sebagai "tubuh" (NIV). Dinyatakan secara positif, orang Kristen harus mengendalikan tubuh mereka sendiri dalam "pengudusan dan penghormatan" (ay 4;. Lihat Roma 6:19). Dinyatakan secara negatif, orang Kristen harus jangan melibatkan tubuh mereka dalam "keinginan penuh nafsu" (ay. 5).
Jangan "memperdaya saudaramu dalam hal" mengendalikan keinginan tubuh (ay. 6a; NASB). Memperdaya seseorang saudara bisa terjadi dalam bentuk melakukan perzinahan dengan pasangan orang lain. Memperdaya seseorang saudara bisa terjadi dalam bentuk melakukan seks terlarang dengan orang yang belum menikah, sehingga memperdaya pasangan pernikahan orang itu di masa depan.
Karena "Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini" (ay. 6b). "Pembalas" seperti yang digunakan di sini, bukanlah orang yang ingin membalas dendam, tapi orang yang melakukan keadilan. Paulus telah memperingatkan jemaat Tesalonika mengenai hal ini ketika ia ada bersama mereka, dan ia menganggap hal itu sebagai masalah serius. "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus" (ay. 7).
Ingatlah bahwa "siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah" (ay. 8a). Allah adalah Pencipta kita. Ia adalah Pribadi yang "memberikan Roh Kudus-Nya" pada saat baptisan (ay. 8b; lihat Kisah 2:38; 5:32), dan Ia membolehkan Roh-Nya hidup terus di dalam diri kita (1 Korintus 6:19, 20). Sungguh suatu kontradiksi bila mengaku menerima Roh Kudus namun menjalankan gaya hidup yang cemar. Perilaku seperti itu "mendukakan Roh Kudus" (Efesus 4:30) dan tidak menyukakan Bapa dan Mempelai Laki-laki.
Untuk menjalani kehidupan Kristen, kita harus menjauhkan diri dari kecemaran-kecemaran seperti itu. Mempelai Laki-laki kita ingin kita menjauhkan diri dari semua kemesuman seksual: hubungan di luar nikah dan cumbuan jorok yang membangkitkan hasrat seksual antara orang-orang yang belum menikah.
Earl Edwards
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Hidup Kudus, Kasih Persaudaraan Dan Kedatangan Yang Kedua
ANJURAN UNTUK HIDUP KUDUS (1 Tes 4:1-8)
1 Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasih...
Hidup Kudus, Kasih Persaudaraan Dan Kedatangan Yang Kedua
ANJURAN UNTUK HIDUP KUDUS (1 Tes 4:1-8)
1 Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. 2 Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus. 3 Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, 4 supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, 5 bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, 6dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu. 7Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. 8Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.
Ayat 1. Dalam konteks ayat ini, akhirnya berarti "mengenai yang lainnya," yang menunjukkan bahwa Paulus beralih kepada topik pembahasan utama terakhirnya di dalam surat itu (lihat Efesus 6:10; Filipi 4:8). Ia baru saja menyebut kedatangan Kristus yang kedua di ayat sebelumnya (3:13), dan di sini ia melanjutkan sepenuhnya pembahasan masalah itu sebagai topik umum terakhir untuk dibahas di surat ini.
Sekali lagi, ia menyapa gereja itu dengan istilah kesayangan saudara-saudara (lihat pembahasan tentang 1:4). Ia [me]minta mereka dan menasihati mereka dalam Tuhan Yesus (dengan otoritas-Nya) agar mereka hidup menurut ajaran yang mereka telah terima dari Paulus ketika ia berada di Tesalonika. Penggunaan istilah "hidup" di sini menghadirkan kehidupan Kristen sebagai jalan yang sempit (2:12; Matius 7:14; KJV) yang digambarkan oleh Firman dan di dalam mana orang Kristen harus "hidup" atau berjalan supaya berkenan kepada Allah. Orang Kristen harus hidup, bukan seperti yang mereka atau orang lain inginkan (Galatia 1:10), tetapi seperti yang Allah inginkan (2:4, 15). Ungkapan hal itu memang telah kamu turuti (dalam tanda kurung di NASB) menunjukkan bahwa Paulus menganggap jemaat Tesalonika sedang hidup dalam kebenaran yang telah diberikan kepada mereka. Meski kata-kata ini tidak ditemukan di dalam beberapa naskah, namun mereka ditemukan di dalam naskah Sinaiticus, Alexandrinus, Vaticanus, dan lain-lainnya. Secara keseluruhan, bukti itu tampaknya mendukung pemasukan kata-kata itu.
Timotius telah melaporkan, sekembalinya dari Tesalonika, bahwa, secara keseluruhan, jemaat Tesalonika mengikuti ajaran Paulus (3:6). Di sini Paulus menuntut (atau meminta) dan menganjurkan (atau mendesak) mereka untuk melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi dalam ketaatan mereka kepada "tradisi" (2 Tesalonika 3: 6). atau "ajaran" (NIV) yang ia telah kirimkan kepada mereka. Ia mendesak mereka untuk membuat Dia Tuan mereka dan bertindak berdasarkan perintah-Nya.
Ayat 2. Paulus mengingatkan mereka bahwa mereka mengetahui petunjuk-petunjuk mana yang telah [ia] berikan kepada [mereka]. "Petunjuk," dari paraggeli÷a (parangelia), "mungkin merupakan perintah yang diteruskan (para [para]) di sepanjang barisan prajurit. Dari ini akhirnya itu berarti perintah berkuasa apa saja."1Kata itu juga bisa diterjemahkan "instruksi" (NIV) atau" ajaran." Paulus membuat jelas bahwa instruksi tersebut tidak berasal dari dia tapi diberikan atas nama Tuhan Yesus.
Apa yang diberikan kepada mereka bukan "perkataan manusia" (2:13), tetapi "firman Allah." Itu perlu diingat pada waktu itu, dan itu perlu diingat sekarang, karena kita cenderung menganggap sepi Firman itu, lupa bahwa itu adalah Firman Allah.
Ayat 3. Dengan masuk ke dalam hal-hal yang spesifik, Paulus mengingatkan mereka tentang kehendak Allah mengenai suatu bidang tertentu—bahwa mereka harus menjauhi percabulan, melibatkan pengudusan mereka ( , hagiasmos). Cara lain untuk mengungkapan "pengudusan" adalah "kesucian" (NIV). Menjadi kudus adalah sama dengan dibasuh dari dosa, dipisahkan. Allah menyucikan kita pada awal kehidupan Kristen kita (Kisah 22:16) serta selama pengungkapan kehidupan itu seraya kita berjalan dalam terang, mengakui dosa-dosa kita dan bertobat darinya (1 Yohanes 1: 7-10). Ia melakukan ini agar kita bisa "tanpa bercacat" (3:13) pada penghakiman terakhir (5:23; bandingkan dengan 1 Petrus 1:13-16). Menjadi kudus juga berarti harus dipisahkan sehingga menjadi pelayanan khusus kepada Allah, seperti orang-orang Lewi di Perjanjian Lama (Bilangan 3:11-13). Dalam sistem Kristen, bagimanapun, semua peserta adalah milik khusus Allah (1 Petrus 2:5, 9), dikhususkan untuk pelayanan khusus kepada Dia.
Karena orang Kristen adalah milik Allah dalam cara khusus, mereka harus hati-hati melaksanakan kehendak-Nya. Bidang yang menjadi perhatian khusus Paulus adalah bahwa mereka "harus menjauhi percabulan." Istilah yang diterjemahkan "percabulan" ("persundalah"; KJV) adalah dari pornei÷a (porneia), istilah luas yang mencakup semua perbuatan seksual terlarang—bahkan dengan orang-orang dari jenis kelamin yang sama (bandingkan dengan 1 Korintus 6:9-11). F. F. Bruce mengatakan bahwa "meski arti utama porneia ada kaitannya dengan pelacur (pornai) … namun kata itu bisa menunjukkan segala bentuk hubungan seksual terlarang."2
Percabulan adalah lazim di kota-kota yang menjadi bagian dunia. Misalnya, Korintus, terletak hanya sekitar 175 mil ke selatan, yang bangga terhadap kuil Aphrodite. Salah satu sumber kuno memperkirakan bahwa kuil itu menghidupi seribu pelacur yang memberi pelayanan seksual kepada semua jemaah laki-laki. Tidak ada bukti yang tersedia tentang kasus-kasus khusus kemesuman di dalam gereja di Tesalonika, seperti halnya kasus jemaat Korintus (1 Korintus 5), tetapi jenis perilaku ini benar-benar berbahaya dengan mengingat iklim moral dari bagian dunia itu di abad pertama. Itulah bahaya khusus yang Paulus sampaikan di dalam bagian ini.
Ayat 4. Wadahnya sendiri (NASB) adalah terjemahan harfiah yang benar dari ungkapan Yunani e˚autouv skeuvoß (heautou skeuos). Terjemahan "mengendalikan tubuhnya sendiri" (NIV) dan "mengambil seorang istri untuk dirinya sendiri" (RSV) adalah penafsiran yang tidak lengkap, tetapi mereka merupakan dua pilihan utama untuk memahami ungkapan "wadahnya." Dalam memilih antara pilihan-pilihan itu, penting untuk diperhatikan bahwa istri seorang laki-laki tidak pernah dibicarakan di tempat lain di dalam Alkitab sebagai skeuos, atau "wadah"nya, sedangkan tubuh manusia di tempat lain disebut "tubuh" atau "alat" (1 Samuel 21:5; Kisah 9:15; Roma 9:21-23; 2 Korintus 4:7; 2 Timotius 2:21). Fakta ini membuat sangat mungkin bahwa ketika Paulus mengatakan mengambil [memiliki; NASB), ia sedang mengatakan bahwa setiap orang Kristen harus mengendalikan tubuhnya sendiri dan itu harus dilakukan dalam pengudusan dan penghormatan, "dengan cara yang suci dan terhormat" (NIV). Ketika ditafsirkan seperti itu, ayat ini menjadi sejajar dengan Roma 6:19, "menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan. "
Masalah terbesar dalam penafsiran ini adalah kata Yunani ktaomai (ktaomai), diterjemahkan "miliki." Banyak kali kata itu diterjemahkan "memperoleh" atau yang serupa itu. Namun begitu, James Hope Moulton dan George Milligan mendukung "memiliki" sebagai terjemahan terbaik dalam nas khusus ini. Mereka mengatakan, "Memperoleh penguasaan tubuh sepenuhnya secara bertahap mungkin lebih disukai dalam 1 Tesalonika 4:4."3
Ayat 5. Orang harus mengendalikan tubuhnya sendiri, ketimbang bertindak dalam keinginan hawa nafsu ("dengan nafsu birahi"; NIV). Di sini, kata Yunani yang diterjemahkan "keinginan" adalah pa¿qoß (pathos), yang artinya semua kasih sayang yang tidak dapat diatur tapi "terutama [kasih sayang] yang bersifat seksual."4Kata Yunani yang diterjemahkan "hawa nafsu" adalah e˙piqumi÷a (epithumia), yang mencakup semua hasrat kuat—umumnya jahat, tapi kadang-kadang baik (2:17).
Pengendalian tubuh ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah. "Orang-orang non-Yahudi" ini menganut penerimaan pagan atas kemesuman seksual seperti yang digambarkan dalam catatan berikut ini dari Charles Wordsworth: "Dosa maut yang di sini dilaknat … diberikan dalih oleh orang tua (Terent. Adelph I. ii 21), dipuji oleh kaum moralis (Horat. I Sat. ii 32; cp. Cicero pro Coelis 48), dan ditahbiskan oleh Agama Kafirisme, khususnya di Yunani, dan terutama di Korintus di mana Santo Paulus sekarang berada.…"5
"Orang-orang non-Yahudi" secara harfiah adalah "bangsa-bangsa." Bangsa-bangsa non-Yahudi ini adalah kafir yang tidak mengendalikan diri mereka karena mereka tidak "mengenal Allah." Paulus di tempat lain memberitahu kita bahwa Allah meninggalkan orang-orang non-Yahudi itu karena mereka tidak ingin memiliki pengetahuan tentang Dia (Roma 1:26-28). Seperti yang dicatat dalam Kata Pengantar, mayoritas anggota jemaat Tesalonika berasal dari orang non-Yahudi, tetapi dalam menaati Injil, mereka telah menjadi orang Yahudi dalam pengertian rohani (lihat Roma. 2:28, 29).
Ayat 6. Konteksnya lebih memungkinkan bahwa masalah (NASB) yang dibicarakan itu adalah perlunya mengendalikan tubuh atau keinginan seseorang, ketimbang melangkah melewati batas yang patut dan memperdaya [saudaranya]. Dengan cara apakah kemesuman seseorang "memperdaya saudaranya"? Paulus pasti sedang bicara tentang memperdaya dia dengan melakukan perzinahan dengan istrinya (lihat Keluaran 20:17), atau dengan melakukan hubungan seks terlarang dengan orang yang belum menikah, dengan begitu memperdaya, atau mengambil keuntungan dari beberapa pasangan menikah di masa depan. Paulus memberitahu jemaat Tesalonika, dan juga masyarakat kita di mana kelalaian seksual merajalela, untuk berhati-hati menghin-dari kemesuman sebab Tuhan adalah pembalas atas semua dosa seperti itu ("Tuhan akan menghukum manusia untuk semua dosa seperti itu"; NIV). "Pembalas," dari e¶kdikoß (ekdikos), tidak mengandung arti "membalas dendam," hanya pelaksanaan kea-dilan sejati. Satu-satunya kesempatan lain kata itu muncul di dalam Perjanjian Baru adalah Roma 13:4, di mana kata itumenyangkut hakim sipil. Banyak orang sekarang ini akan mengatakan bahwa Allah terlalu mengasihi kita untuk bisa menghukum kita, tetapi Paulus tidak setuju dengan ide ini. Lebih lanjut, ia mengingatkan mereka bahwa ia sudah memperingatkan mereka tentang kebenaran ini ketika ia bersama mereka.
Ayat 7. Cara Allah memanggil manusia untuk menjadi Kristen adalah melalui injil (2 Tesalonika 2:14). Pemanggilan itu, kata Paulus, bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Itu bukan kepada kehidupan di mana kita terus berbuat dosa seperti sebelumnya, tetapi lebih kepada kehidupan di dalam mana Allah membantu kita untuk mengatasi dosa secara bertahap. Perbedaan antara "kecemaran" dan "kekudusan" dibuat "tetap lebih tajam oleh dua preposisi [eÓpi«] epi (atas dasar) and [eÓn] en (dalam lingkungan)."6Apakah kita adalah orang-orang yang membedakan antara prilaku berdosa dan non-berdosa dan menghindari dosa?
Ayat 8. Orang Kristen yang menolak perintah ini yang memberitahu kita harus hidup kudus bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah, Pencipta alam semesta. Kata kerja Yunani untuk "menolak," aÓqete÷w (atheteō), juga "digunakan dalam pengertian formal maupun legal tentang 'membatalkan' wasiat (Galatia 3:15) atau dokumen sejenis."7
Sebelum orang Kristen bertindak seperti itu, kita harus ingat bahwa kita menolak Allah yang memberi kita Roh Kudus-Nya. Allah memberi kita Roh Kudus-Nya pada waktu kita dibaptis (Kisah 2:38) dan kemudian secara tetap "memberi," atau membolehkan Roh-Nya menetap di dalam diri kita (1 Korintus 6:11, 18-20). Paulus sedang menunjukkan kemustahilan melakukan dosa selagi kita memiliki Roh Kudus yang diberikan Allah itu terus-menerus menentap di dalam diri kita. Kita sebaliknya malah harus berhati-hati untuk tidak "mendukakan Roh Kudus" (Efesus 4:30). Apakah kita bersalah atas ketidakkonsistenan yang mengerikan ini?
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) PENERAPAN(1 Tes 4:1-8)
Pada titik ini, Paulus beralih kepada bagian yang lebih praktis dari suratnya itu. Ia telah memberikan penjelasan masalah dokt...
PENERAPAN(1 Tes 4:1-8)
Pada titik ini, Paulus beralih kepada bagian yang lebih praktis dari suratnya itu. Ia telah memberikan penjelasan masalah doktrin yang jemaat Tesalonika perlukan, dan di sini ia membawa ke hadapan mereka pelbagai tugas mereka. Ia telah membahas masalah doktrin hingga tugas, masalah ajaran hingga pelaksanaan.
TFTWMS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Kehendak Allah Dalam Hidup Kita (1 Tes 4:1-8)
Melalui Firman Allah kita punya kesempatan untuk melihat ke dalam pikiran Allah, untuk mengetahui apa y...
Kehendak Allah Dalam Hidup Kita (1 Tes 4:1-8)
Melalui Firman Allah kita punya kesempatan untuk melihat ke dalam pikiran Allah, untuk mengetahui apa yang Allah pikirkan. Kita bisa memperoleh cara pandang Allah mengenai apa yang Ia inginkan bagi hidup kita.
Dalam tiga pasal yang berisi kabar sukacita yang mendahului bagian surat ini, Paulus teringat pemberitaan injil di tengah-tengah penduduk Tesalonika dan penerimaan penuh semangat terhadap berita itu oleh mereka yang telah menjadi orang Kristen. Setelah itu tibalah waktu bagi pertumbuhan iman dan kasih, bahkan dalam penganiayaan. Kemajuan iman orang-orang Kristen baru ini merupakan sumber sukacita dan penghiburan yang besar sekali bagi guru-guru mereka. Setelah mengenang waktu pertumbuhan itu, Paulus selanjutnya mulai membahas dengan orang-orang Kristen yang masih muda ini beberapa prinsip dan praktik penting yang dibutuhkan untuk menolong mereka meneruskan kemajuan iman mereka.
Kemurnian hidup adalah bagian penting dalam pertumbuhan orang Kristen, dan kemurnian diri diperlukan untuk mencerminkan Allah yang disembah oleh orang-orang Kristen ini. Di dalam masyarakat penyembah berhala ini, cara hidup manusia memperlihatkan kehendak ilah-ilah yang mereka imani dan sembah. Jika orang-orang Kafir dari komunitas itu harus belajar tentang Allah sejati, maka cara hidup orang-orang Kristen itu harus memberi mereka gambaran kekudusan Allah yang sebenarnya.
Mencari Peranan Allah (4:1). Paulus mulai "meminta dan menasihati," atau memohon dan menghimbau para pembaca itu. Kata-kata ini mengarahkan perhatian kepada satu permintaan khusus, seringkali menunjukkan salah satu tujuan utama penulisan sebuah surat.
Apakah yang Paulus sedang minta untuk gereja itu lakukan? Untuk "melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi" dalam hidup dan dalam menyukakan Allah. Apakah ini berarti mereka sedang tidak berbuat baik? Tidak sama sekali! Dalam ayat ini mereka diberitahu bahwa mereka sudah melakukan pekerjaan itu dengan baik. Dalam surat ini Paulus beberapa kali meminta orang-orang Kristen ini untuk bahkan melakukan lebih baik lagi pekerjaan yang sedang mereka kerjakan dengan baik. Dalam 4:9, 10, ia memuji mereka atas pengasihan mereka namun meminta mereka untuk lebih baik lagi melakukannya; dalam 5:11 ia meminta mereka untuk saling menasihati dan membangun, sebagaimana yang sedang mereka lakukan.
Setelah berterima kasih dan memuji orang-orang Kristen di Tesalonika, Paulus menuliskan bagian terakhir surat itu untuk mendorong mereka melakukan pelayanan yang bahkan lebih besar lagi dalam hidup mereka dengan Allah.
Bagaimanakah mereka harus menjalani kehidupan mereka? Dengan menyukakan Allah! Gereja Efesus pernah diberitahu untuk menguji "apa yang berkenan kepada Tuhan" (Efesus 5:10). Hal itu juga harus menjadi tujuan hidup kita.
Ingatlah Perintah Allah (4:2). Umat Kristen di Tesalonika diminta mengingat apa yang sudah diajarkan kepada mereka. Dalam pasal ini kita akan melihat sedikit lebih jauh untuk mengetahui ajaran apakah itu, namun perintah utamanya adalah bahwa mereka jangan melupakan ajaran yang sudah mereka terima (4:2).
Betapa sering kita hanya mengabaikan apa yang sudah kita ketahui! Boleh jadi kita punya banyak alasan untuk itu. Mungkin ajaran itu sulit dimengerti; mungkin kita tidak bersedia menerima ajaran itu; mungkin kita mengira tidak membutuhkan ajaran itu; atau mungkin kita terlalu malas untuk mempraktikkannya. Kadang-kadang kita mengira bahwa mengetahui suatu kebenaran adalah sama dengan menerapkan kebenaran itu secara menyeluruh.
Apapun alasannya, betapa suatu pemborosan bila kita menerima ajaran berharga dari Firman Allah dan kemudian hanya diabaikan dan tidak dipraktikkan. Jika itu terjadi, para guru harus menasihati kita untuk mengingat perintah bagi kita dan memberitahu kita kembali sehingga kita bisa menghayati ajaran itu. Kita harus terus-menerus mengingat apa yang Allah katakan—dan melakukannya!
Menjauhkan Diri Dari Kemesuman (4:3). Ayat 3 berfokus pada perbedaan yang sangat menyolok antara "pengudusan" dan "kemesuman seksual." Orang yang dikuduskan disimpan untuk dipakai oleh Allah, untuk melakukan apa yang menyukakan Allah. Orang yang melakukan kemesuman seksual memuaskan nafsu seksualnya sendiri dengan cara yang menyenangkan dia. Pengudusan dapat digambarkan sebagai dipisahkan atau disimpan untuk pemakaian khusus. Apa yang dipisahkan untuk dipakai oleh Allah digambarkan di dalam Alkitab sebagai "kudus." Karena umat Allah dipisahkan untuk digunakan sesuai dengan cara Allah, maka mereka itu adalah umat yang kudus atau "orang-orang kudus." Kata-kata Perjanjian Baru untuk "pengudusan," "orang-orang kudus," dan "kudus" berasal dari kata dasar Yunani yang sama dan mengandung gagasan yang sama.
Kita terbiasa membuat pemakaian khusus bagi bermacam-macam barang. Taplak meja hanya digunakan untuk menutup meja; kita tidak menggunakan taplak meja untuk mengepel lantai atau menyemir sepatu kita. Begitu juga halnya, Allah ingin kita memelihara diri kita untuk pelbagai pemakaian khusus yang ditetapkan oleh Dia. Bahkan kehidupan seksual kita hanya untuk digunakan secara khusus—dalam perkawinan.
Beberapa orang beranggapan bahwa hubungan seksual itu sendiri adalah salah, oleh sebab itu, mereka mengajarkan bahwa tetap membujang merupakan keadaan yang lebih kudus. Untuk alasan ini mereka melarang perkawinan bagi beberapa atau semua orang. Firman Allah mengajarkan bahwa satu tanda bahwa beberapa orang sedang jatuh menjauhi iman adalah akan berupa munculnya orang-orang yang "melarang orang kawin" (1Timotius 4:1-3). Ajaran Allah adalah "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah" (Ibrani 13:4). Hubungan seksual dalam perkawinan adalah berharga dan dihormati Allah. Ketika kita melakukan hubungan seksual dalam ikatan perkawinan, maka kita menyucikan diri bagi kehidupan yang Allah kehendaki.
Belajar Menjadi Kudus (4:4). Belajar bagaimana menggunakan tubuh kita dengan cara yang benar untuk tujuan yang benar tidak terjadi secara "alamiah." Kita perlu belajar bagaimana hal itu dapat dilakukan (4:4).
Jika kita ingin menguduskan tubuh kita untuk dipakai menghormati Allah, maka kita harus mempraktikkan apa yang Allah ingin kita lakukan. Beberapa orang membiarkan kegiatan seksual mereka dipandu hanya oleh apa yang mereka inginkan, oleh apa yang orang lain lakukan, atau oleh pendirian masyarakat. Jika kita semata-mata melakukan apa yang kita rasakan seperti meniru atau mengikuti contoh orang lain, pada akhirnya kita akan menentang cara Allah. Kita harus mengikuti apa yang Allah inginkan, bahkan ketika keinginan itu berarti kita perlu mengendalikan atau merubah keinginan kita, dan bahkan ketika keinginan itu berlawanan dengan apa yang dipraktikkan atau diterima orang lain.
Menghindari Hawa Nafsu (4:5). Hal apakah yang menyebabkan orang-orang terlibat dalam kegiatan seksual bejat? Penyebabnya adalah hasrat yang Alkitab sebut "hawa nafsu." Hasrat ini mengacu kepada dorongan seksual yang kuat. Jika hasrat ini menjadi kekuatan penggerak bagi tindakan seseorang, maka ia akan mengikuti hasrat itu dan bukan kehendak Allah (4:5). Orang-orang kafir melakukan kegiatan seksual untuk memuaskan hawa nafsu mereka. Mereka bahkan menjadikan kegiatan ini sebagai bagian dari ibadah mereka dan memiliki pelacur-pelacur kuil. Para penyembah berhala ini membayangkan ilah-ilah mereka seperti diri mereka; mereka memandang ilah-ilah itu sebagai sekelompok makhluk yang bertarung, jatuh cinta, dan saling menipu seperti manusia. Mereka mengira bahwa dengan meniru kegiatan ilah-ilah mereka itu, mereka sedang menyukakan ilah-ilah itu.
Ketika orang-orang Tesalonika itu berpaling "dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar" (1:9), mereka harus belajar apa yang Allah inginkan dan belajar mengendalikan hasrat seksual mereka sesuai dengan itu. Jika kita ingin menjadi penyembah Allah, kita harus melakukan kehendak Allah untuk hidup kita.
Bagaimanakah hasrat seksual dapat dikendalikan? Paulus memberitahu penginjil muda Timotius bahwa seseorang bisa menjadi "perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia" (2Timotius 2:21). Paulus mendorong dia untuk "jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni" (2Timotius 2:22).
Ayat-ayat ini mengandung gagasan berharga untuk menghindari perangkap seksual bejat. (1) Kita harus mengenali bahwa Anda bisa menjadi orang terhormat, kudus, dan berguna dalam pelayanan Allah dan bertekad menjalani jenis kehidupan itu. (2) Kita harus "menjauhi" situasi yang di dalamnya kita digoda untuk dikendalikan oleh hawa nafsu orang muda. (3) Kita harus menjadi bagian dari pelbagai kegiatan yang mengembangkan kebenaran, iman, kasih, dan kedamaian. (4) Kita harus terlibat dalam pelbagai kegiatan sehat ini dengan orang lain yang ingin melayani Allah dengan tulus dan dengan hati yang murni.
Jangan Memperdaya Orang Lain (4:6). Ketika orang terlibat dalam kemesuman seksual, ia bertindak melawan kehendak Allah—namun ia juga salah dan memperdaya orang lain (ay. 6). Ia mengambil keuntungan yang tidak sah dari orang lain. Beberapa orang berpendapat bahwa hubungan seksual antara orang-orang dewasa yang saling sepakat—hubungan yang Alkitab sebut persundalan, perzinahan, atau homoseksual— adalah tidak salah sebab, tidak seperti pembunuhan atau pencurian, mereka itu tidak melakukan sesuatu yang melawan kehendak orang mana saja.
Menurut Firman Allah, orang lain menderita oleh karena dosa ini. Dosa itu jelas sekali dapat merusak hati nurani seseorang, merusak hubungannya dengan keluarganya, dan merusak hubungannya dengan Allah. Pelbagai akibat buruk ini dapat menjadi sangat serius dan dapat berlangsung selama bertahun-tahun—bahkan mungkin seumur hidup.
Beberapa orang berpendapat bahwa hidup bersama sebagai pasangan seksual untuk periode percobaan sebelum perkawinan dapat menolong pasangan itu untuk menjajaki apakah mereka itu cocok. Perbuatan itu sesungguhnya mendukung hubungan seksual tanpa komitmen—kepada Allah atau kepada pasangannya—dan hal itu membuat hubungan itu tidak stabil. Hubungan ini berbeda sekali dengan hubungan yang stabil, setia, dan yang direstui Allah. Dosa selalu melukai orang lain. Ayat 6 mengajarkan bahwa Allah akan menuntut tanggung jawab kita jika kita merusak kehidupan orang lain dengan cara ini.
Beberapa orang mengaku bahwa perkawinan menimbulkan banyak kesulitan bagi kehidupan suami dan isteri, jadi lebih baik jangan membuat komitmen perkawinan. Argumentasi yang sama bisa saja dibuat oleh orang-orang di Tesalonika ketika mereka bermaksud menjadi orang Kristen, karena mereka tahu bahwa perubahan hidup mereka dapat menimbulkan perlawanan dan penganiayaan, sebagaimana yang terjadi pada pemberitaan injil (1:6; 2:14-16).
Pertanyaannya bukan "Akankah tindakan ini menimbulkan beberapa kesulitan dan permasalahan?" tetapi "Apakah tindakan ini yang Allah inginkan?" Jika itu adalah apa yang Allah inginkan, maka kita perlu melakukannya—apapun hasilnya—karena kita tahu bahwa Allah akan menolong kita untuk mengatasi atau bertahan terhadap pelbagai akibatnya. Kita tahu bahwa "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, …" (Roma 8:28).
Putuskanlah Untuk Berada Di Pihak Allah (4:7, 8). Allah telah memanggil kita untuk suatu alasan. Bagaimanakah Allah memanggil kita? Melalui berita baik tentang Yesus, injil. Paulus menulis, "… Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita" (2 Tesalonika 2:14). Ketika injil diberitakan, Allah sedang memanggil manusia kepada diri-Nya sebab Ia ingin berbagi kemuliaan-Nya dengan mereka dalam Kristus. Karena Allah memanggil manusia melalui injil, maka kita dapat mengetahui bahwa Ia tidak memanggil mereka melalui pelbagai pertanda, penglihatan, atau tanda-tanda. Tidak ada pengganti bagi injil.
Allah sudah memanggil kita untuk kebaikan kita. Kita mungkin mengira bahwa semua rencana Allah sudah terlaksana seperti yang Ia inginkan, dan entah bagaimana kita harus berusaha menyesuaikan diri dengannya—apakah itu baik atau tidak bagi kita. Para penyembah berhala memandang ilah-ilah mereka sebagai makhluk yang sangat kuat yang harus mereka buat senang agar ilah-ilah itu mau melimpahkan beberapa berkat.
Meski benar Allah memiliki pelbagai rencana, namun Ia membuat semua rencana itu untuk kebaikan kita sebab Allah menginginkan yang terbaik bagi kita! Allah sudah memberi kita banyak berkat bahkan sebelum kita merespon Dia, dan Ia ingin kita menjadi sahabat-Nya selama-lamanya. "Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?" (Roma 8:32). Kita melayani Allah yang murah hati! Kita bisa merasa pasti bahwa apa yang Ia minta dari kita adalah untuk kebaikan kita; apa yang Ia inginkan untuk kita adalah yang paling baik!
Pengudusan merupakan tujuan Allah bagi kita (4:7, 8). Ia ingin menguduskan kita, yang artinya memisahkan kita untuk tujuan khusus, atau menjadi kudus. Di dalam teater ada kursi-kursi khusus yang "sudah dipesan" untuk orang-orang penting. Umat Kristen adalah umat khusus yang "sudah dipesan" untuk orang yang paling penting— Allah sendiri!
Ketika Allah menguduskan kita dalam Yesus Kristus, kita berbagi kekudusan Allah dan bisa memiliki persekutuan dengan Dia. "Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus" (1Petrus 1:15, 16).
Ketika kita memiliki persekutuan dengan Allah, maka kita dapat berbagi pelbagai manfaat dari hubungan itu. Ketika kita menjadi orang Kristen, Allah memberi kita Roh Kudus-Nya, yang Ia berikan "… kepada semua orang yang mentaati Dia" (Kisah 5:32). Roh Kudus ini "diberikan sebagai jaminan bagi warisan kita …" (Efesus 1:14; NASB). Sebagaimana deposit atau uang muka pada suatu pembelian berfungsi sebagai jaminan yang artinya kita bermaksud melunasi pembayaran itu kelak, maka Roh Allah yang diberikan kepada kita memiliki arti niat Allah untuk memberkati kita selama-lamanya.
Jika orang tidak percaya bahwa kita akan melunasi pembayaran itu, maka ia akan menolak uang muka kita. Begitu juga halnya, ketika orang Kristen yang lemah hidup sedemikian rupa sehingga menolak kekudusan Roh Allah dalam dirinya, maka ia tengah menyatakan bahwa ia tidak mempercayai Allah untuk memberkati dia di masa depan. Ketika seseorang memilih untuk melibatkan dirinya dalam kemesuman seksual, maka secara tidak langsung ia sedang berkata kepada Allah, "Aku tidak percaya Engkau akan memberi aku berkat-berkat-Mu selama-lamanya." Ia tengah menyiratkan bahwa maksud Allah adalah palsu.
Pelajaran untuk kita adalah menunjukkan penghargaan kita atas Allah yang berbagi Roh-Nya dengan kita dan menunjukkan bahwa kita mempercayai niat-Nya untuk memberkati kita. Untuk melakukan itu kita perlu "menjauhi" kemesuman sek-sual (2Timotius 2:22) dan "mengejar … kekudusan," dengan menerima peranan Allah bagi kita dan bersiap untuk "melihat Tuhan" (Ibrani 12:14). Jemaat Tesalonika ingin melihat Yesus lagi dan disatukan dengan Dia pada kedatangan-Nya nanti (1:10). Keinginan ini menolong mereka untuk hidup sesuai dengan rencana Allah bagi hidup mereka. Hal ini akan menolong kita juga.
Kesimpulan. Menjadi seperti Allah adalah pekerjaan berat yang mana kita semua gagal melakukannya. Allah mengampuni kesalahan mereka yang berada dalam Kristus ketika mereka bertobat dan minta pengampunan, sambil terus mendesak kita untuk mengadopsi sikap dan tindakan saleh yang mencerminkan karakter-Nya dan menolong kita untuk menjadi orang yang paling berguna dalam dunia-Nya. Pelanggaran susila adalah godaan kuat yang Iblis sering gunakan untuk mengalihkan kita dari cara hidup kudus yang Allah inginkan. Hendaklah kita berhati-hati terhadap bahaya pelanggaran susila dan buatlah rencana untuk membuat diri Anda kudus sebagai pelayan Allah yang murni. Kita harus menjadi umat istimewa bagi Allah, yang sudah memilih kita untuk melayani Dia. Ia akan menolong kita untuk berhasil dalam tugas itu!
Ted Paull
Pengudusan Dan Moralitas (1 Tes 4:1-8)
Dalam delapan ayat pertama pasal ini Paulus secara terbuka membahas moralitas seksual. Seraya kita meneliti ayat-ayat ini, loyalitas terhadap teks menuntut bahwa kita menekankan satu prinsip utama yang hebat, satu konsep penting yang hebat, yang bisa diringkas dalam satu kata yang berasal dari ayat 3 dan 7: "pengudusan." Yang mendasari ajaran dan nasihat moral yang sangat jelas adalah kebenaran yang agung, luas, dan umum ini.
Prinsip Yang Mendasari (4:3, 7). Ayat 3 mengatakan, "Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu." Ayat 7 mengatakan, "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus."
Apakah arti sebenarnya kata "pengudusan"? Kata itu mirip dengan kata "kudus." Kata-kata ini berasal dari istilah utama hagios, yang pada intinya memiliki gagasan "berbeda."
Di zaman Perjanjian Lama imam akan mengenakan turban atau sorban yang di atasnya terdapat piring emas. Tertulis di piring itu adalah kata-kata "Kudus bagi TUHAN." Ini berarti, antara lain, bahwa imam tertentu dari suku Lewi ini dipisahkan atau dikuduskan untuk tujuan Allah.
Ketika kita mendengar kata-kata "orang kudus," "pengudusan," dan "kudus," kita sering mendapatkan ide tentang semacam jenis sikap dunia lain, warna kaca patri, kesalehan yang manis yang tercermin pada hal-hal yang dangkal. Gagasan "pengudusan" merupakan hal yang mendasar, penting milik Allah dan tujuan-Nya. Itu memiliki maksud negatif dan positif. Kita dipisahkan dari dosa untuk pelayannan.
Kapankah orang dipisahkan? Kapankah orang dikuduskan? Kapankah orang menjadi orang kudus? Pertama 1 Korintus 6:9-11 menjawab pertanyaan ini. Paulus menulis, "… Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita." Ayat 11 menunjukkan bahwa kapan saja kita dibasuh, kapan saja kita dibenarkan, kita dikuduskan. Dengan kata lain, pengudusan terjadi ketika kita mematuhi Injil. Paulus berkata dalam 1 Tesalonika 4, "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus" (ay. 7). Ia memanggil kita melalui Injil (2 Tesalonika 2:14).
Pengudusan terjadi pada waktu perubahan hidup; tetapi pada saat yang sama, pengudusan melibatkan suatu proses. Dalam Ibrani 12:14, kita didesak untuk "berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." Seseorang bertanya, "Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan untuk menjadi orang Kristen?" Jawaban yang diusulkan oleh seseorang adalah ini, "Sesaat dan seumur hidup." Pada saat perubahan hidup Anda, pada saat baptisan Alkitabiah ke dalam Kristus, Anda dipisahkan. Namun begitu, setelah itu Anda harus seumur hidup mengikuti perdamaian, kesucian, dan pengudusan. Itu melibatkan tindakan sesaat dan proses seumur hidup. Tanpa pengejaran kekudusan semacam itu, kita tidak bisa melihat Tuhan. Jika kita mematuhi Injil namun tidak mengikuti pengudusan dan kekudusan, kita tidak bisa melihat Tuhan.
Larangan (4:1-5). Prinsip yang besar, luas, dan umum itu akan berhubungan dengan banyak hal yang spesifik. Yang ada di dalam pikiran Paulus adalah satu kejahatan tertentu yang terlalu umum di kota-kota Yunani kuno dalam Kekaisaran Romawi abad pertama dan di dunia kita sekarang ini. Ia mengaitkan prinsip umum itu dengan dosa percabulan tertentu.
Dapatkah Anda membayangkan Yesus mengucapkan kata-kata yang najis, kotor, jahat, saru, cabul, vulgar yang kadang-kadang keluar dari bibir orang-orang yang mengaku sebagai pengikut sang Raja?
Pengudusan adalah prinsip yang akan diterapkan secara luas dalam kehidupan kita. Itu seharusnya terkait dengan etika bisnis dan setiap bidang kehidupan kita. Dalam teks ini, Paulus mengaitkan itu dalam satu bidang tertentu, jadi sekarang kita bergerak dari prinsip kepada larangan.
"Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu"—yaitu prinsip umum. "Supaya kamu menjauhi percabulan"—yaitu penerapan khusus. Ia mengeluarkan larangan, hal negatif, hal yang harus dihindari. Ia berkata, "supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah."
"Menjauhi," kata Paulus, "kemesuman seksual (NASB)." "Percabulan" adalah dari kata porneia, dan beberapa kata-kata Indonesia yang jelek mungkin mirip dengan kata itu—"pornografik," "pornografi," dll. Porneia adalah istilah Yunani untuk semua bentuk kemesuman seksual.
Kita tidak memakai sorban dengan pelat emas yang berbunyi, "Kudus bagi TUHAN," tapi kita masih menjadi bagian dari imamat yang rajani. Kita adalah bangsa yang kudus, umat pilihan, umat kepunyaan Allah sendiri (1 Petrus 2:9).
Bagaimanakah seseorang "memiliki" tubuhnya? Apakah kata ini berarti mendapatkan? Kita sudah memiliki tubuh kita. Saya bisa melihat kemungkinan arti dari bagaimana mengambil atau mendapatkan seorang istri, tapi bagaimana kata itu bisa berlaku kepada tubuh? Ketika Paulus menulis, "Kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri," ungkapan dalam bahasa Inggris mungkin punya arti yang sangat baik "mendapat penguasaan atas" atau memiliki, tidak dalam arti mendapatkannya dari awal (sebab Anda sudah memilikinya), tetapi "mendapat penguasaan atasnya." Sisa dari nas itu mengatakan apa yang telah disarankan.
Kuasa (4:6-8). Bangsa-bangsa non-Yahudi hidup seperti yang mereka jalani karena mereka tidak mengenal Allah. Agama berhala bahkan mempraktikkan kemesuman sebagai bagian dari ritual keagamaan mereka, terutama penyembahan kesuburan.
Paulus berkata, "Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini." (ay. 6). Ini adalah motif yang tentangnya tidak banyak kita dengar lagi. Kita telah mengesampingkan neraka, api, dan belerang. Meski memang benar bahwa Paulus tidak menggunakan istilah gehenna, seperti yang terdapat di dalam ceramah Yesus dalam kitab-kitab Injil. Namun begitu, ia punya banyak hal untuk dikatakan tentang murka Allah. Ia punya banyak hal untuk dikatakan tentang fakta bahwa kedurhakaan yang mengeras adalah investasi dalam murka ilahi.
Motivasi besar lainnya yang muncul dalam teks ini telah kita singgung dalam ayat 7: "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." Pikirkanlah perubahan hidup Anda. Pikirkanlah kematian Anda terhadap dosa. Pikirkanlah waktu ketika Anda dibasuh dan dibenarkan. Apakah Anda menyadari bahwa pada waktu yang sama itu Anda dikuduskan? Ia tidak memanggil Anda kepada kecemaran. Ia memanggil orang-orang tertentu, yang rajin berbuat baik, imamat yang murni, kudus, dan rajani.
Ingatkah kepada panggilan itu? Ingatkah kepada perubahan hidup itu? Ingatkah kepada pembasuhan, pembenaran, dan pengudusan itu?
Ingatlah kepada sesuatu yang lain: "Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu" (ay. 8). Biarkan kaum kafir rusuh dan suku-suku bangsa mereka-reka hal-hal yang sia-sia. Ini bukan pedoman sewenang-wenang yang Allah berikan untuk tujuan merampok kehidupan dari kekayaannya. Kesalehan memiliki janji kehidupan untuk sekarang ini dan yang akan datang. Kehidupan paling kaya, paling bagus, paling penuh, paling baik di sini dan akhirat ditemukan dalam lingkup Firman Kristus dan Kristus Firman. Dalam bahasa Efesus 5:11, "Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu."
Kesimpulan. Ingatlah bahwa Ia mati untuk Anda! Ia mati untuk memurnikan bagi Dia suatu umat yang rajin berbuat baik, suatu umat yang akan sangat berbeda, suatu umat yang akan bercahaya seperti terang di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat. Marilah kita hidup sebagai orang-orang yang dikuduskan, karena kita memang seperti itu.
Avon Malone
TFTWMS: 1 Tesalonika (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Leon Morris, The First and Second Epistles to the Thessalonians, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapi...
Catatan Akhir:
- 1 Leon Morris, The First and Second Epistles to the Thessalonians, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1959), 120.
- 2 F. F. Bruce, 1 & 2 Thessalonians, Word Biblical Commentary, vol. 45 (Waco, Tex.: Word Books, 1982), 82.
- 3 James Hope Moulton and George Milligan, The Vocabulary of the Greek Testament: Illustrated from the Papyri and Other Non-Literary Sources (Grand Rapids, Mich: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1952), 362.
- 4 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 748.
- 5 Dikutip dalam Morris, 124.
- 6 A. T. Robertson, The Epistles of Paul, vol. 4, Word Pictures in the New Testament (Nashville: Broadman Press, 1931), 29.
- 7 Bruce, 86.6
- 8 Morris, 130.
- 9 Robertson, 31.
- 10 Perhatikanlah bahwa Young's Literal Translation menerjemahkan ayat 14b "begitu juga Allah mereka yang tertidur melalui Yesus Ia akan bawa dengan Dia" (huruf miring oleh saya).
- 11 Morris, 140.
- 12 "Present," in The New International Dictionary of New Testament Theology, ed. Colin Brown (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1976), 2:887.
- 13 J. W. McGarvey and Philip Y. Pendleton, Thessalonians, Corinthians, Galatians and Romans, The Standard Bible Commentary (Cincinnati, Ohio: Standard Publishing Foundation, 1916), 20.
- 14 David J. Williams, 1 and 2 Thessalonians, New International Biblical Commentary: New Testament Series, vol. 12 (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1992), 82.
- 15 Morris, 141.
- 16 Robertson, 32.
- 17 I. Howard Marshall, 1 and 2 Thessalonians, New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1983), 127.
- 18 Williams, 83.
- 19 Lihat Bauer, 538.
- 20 Morris, 145.
- 21 Charleston Daily Mail (Charleston, W.Va.), 8 September 1994.
- 22 Bruce, 96.
- 23 Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity, 2d ed. (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1993), 232.
Pengarang: Earl D. Edwards
Hak Cipta © 2015 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA
PENGANTAR
Tesalonika adalah ibukota Makedonia, sebuah provinsi kerajaan Roma. Jemaat di
Tesalo
SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA
PENGANTAR
Tesalonika adalah ibukota Makedonia, sebuah provinsi kerajaan Roma. Jemaat di Tesalonika didirikan oleh Paulus setelah ia meninggalkan Filipi. Tetapi tidak lama sesudah itu, orang-orang Yahudi yang iri hati kepada Paulus mulai menentang usaha Paulus untuk memberitakan ajaran Kristen kepada orang-orang bukan Yahudi yang telah menunjukkan minat terhadap agama Yahudi. Terpaksalah Paulus meninggalkan Tesalonika dan pergi ke Berea. Kemudian setelah ia tiba di Korintus, ia menerima surat dari Timotius, kawan dan rekannya, tentang keadaan jemaat di Tesalonika.
Jadi, Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Tesalonika ini ditulis untuk memberi dorongan dan keteguhan kepada mereka. Paulus bersyukur atas berita yang diterimanya tentang iman dan kasih mereka. Ia mengingatkan mereka mengenai kehidupannya sendiri ketika ia masih berada di tengah-tengah mereka. Setelah mengemukakan semuanya itu, Paulus menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka tentang kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Kalau seorang Kristen meninggal sebelum Kristus datang kembali, dapatkah orang itu menerima hidup yang kekal dan sejati dari Kristus? Kapankah Kristus akan datang? Paulus menasihatkan supaya mereka terus bekerja dengan tenang sambil menantikan kedatangan Kristus dengan penuh harapan.
Isi
- Pendahuluan
1Tes 1:1 - Syukur dan pujian
1Tes 1:2-3:13 - Nasihat mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen
1Tes 4:1-12 - Penjelasan mengenai kedatangan Kristus yang kedua kalinya
1Tes 4:13-5:11 - Nasihat-nasihat terakhir
1Tes 5:12-22 - Penutup
1Tes 5:23-28
Ajaran: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti tentang hari kedatangan Kristus kedua kali
dan pengajaran akan cara hidup jemaat dalam menantikan hari it
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti tentang hari kedatangan Kristus kedua kali dan pengajaran akan cara hidup jemaat dalam menantikan hari itu.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 57 sesudah Masehi.
Penerima : Jemaat Kristus di Tesalonika. (Dan juga semua jemaat Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab I Tesalonika terbagi atas 5 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat dengan jelas pengajaran tentang pengharapan akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Tesalonika
Pasal 1-3 (1Tes 1:1-3:13).
Pengajaran tentang kehidupan pertobatan orang-orang Kristen di Tesalonika
Bagian ini menjelaskan pertobatan orang Kristen di Tesalonika yang membawa perluasan pemberitaan Injil, karena mereka menerima Injil dengan sukacita, beriman kepada Allah saja, menolak penyembahan kepada berhala-berhala dan hidup sesuai dengan Firman Allah. Pertobatan orang-orang Tesalonika kepada Injil, dikarenakan pemberitaan Rasul Paulus yang didasarkan atas hati yang suci, dan kehidupan yang benar (1Tes 2:4,9-10).
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Tes 1:6,9. _Tanyakan_: Bagaimanakah seharusnya sikap kita dalam mendengar Firman Allah? Apakah yang dimaksudkan dengan beriman kepada Allah?
- Bacalah pasal 1Tes 3:6-13. _Tanyakan_: Apakah yang dikatakan oleh Rasul Paulus mengenai kehidupan orang Kristen di Tesalonika?
Pasal 4-5 (1Tes 4:1-5:28).
Pengajaran tentang kehidupan dalam menantikan hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali
Dalam bagian ini, Rasul Paulus mengajarkan bahwa orang Kristen harus selalu melakukan apa yang suci dan tidak mencemarkan diri. Kedatangan Tuhan Yesus kedua kali adalah suatu penghiburan terhadap orang percaya (Kristen) yang pernah kehilangan keluarga seiman, tetapi hari itu juga merupakan hari penghukuman bagi dunia dan orang yang tidak percaya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Tes 4:3-14; 5:12-22. _Tanyakan_: Apakah yang Allah kehendaki dari orang Kristen? Apakah yang diperintahkan Allah kepada orang Kristen di dalam ayat 7-8 dari pasal 5 (1Tes 5:7-8)? Bagaimanakah seharusnya sikap orang Kristen, ketika saudaranya mengalami kematian?
II. Kesimpulan
Kitab I Tesalonika mengajarkan tentang kehidupan orang Kristen di dalam cara hidup yang benar dan penuh pengharapan dalam menantikan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis kitab I Tesalonika?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Tesalonika?
- Bagaimanakah kehidupan orang Kristen di Tesalonika?
- Bagaimanakah sikap seorang Kristen apabila ada keluarga yang suda percaya meninggal? Dan mengapa demikian?
Intisari: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) Sepucuk surat untuk orang-orang Kristen baru
GEREJA DAN SITUASINYA.1. Tesalonika adalah ibu kota Makedonia. Kota itu makmur dan memiliki pelabuhan al
Sepucuk surat untuk orang-orang Kristen baru
GEREJA DAN SITUASINYA.
1. Tesalonika adalah ibu kota Makedonia. Kota itu makmur dan memiliki pelabuhan alam yang indah terletak di jalan raya Romawi ke arah timur. Akibatnya, kota itu menjadi kota yang multi-rasial dengan kebudayaan yang beraneka ragam dan terbuka untuk menerima segala macam kepercayaan agama.
2. Pendirian gereja: Kisah 17:1-10 mengisahkan bahwa Paulus dan Silas mendirikan gereja di Tesalonika pada perjalanan penginjilan Paulus yang kedua. Kunjungan mereka ke Tesalonika hanya berlangsung kurang dari sebulan sebelum orang Yahudi membayar segerombolan penjahat yang menyebabkan Paulus dan Silas meninggalkan kota dengan terburu-buru, dan para pendukung mereka dibelenggu untuk menjaga ketenangan.
3. Gereja yang Paulus tulisi surat: Mengingat permulaannya yang tidak menguntungkan, gereja muda ini menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Anggotanya kebanyakan orang-orang bukan Yahudi yang bertobat dari kepercayaan kafir dan kini menghadapi lingkungan yang sangat kafir dan bermusuhan.
WAKTU DAN ALASAN PENULISAN SURAT INI.
Sejak Paulus meninggalkan Tesalonika ia sangat ingin tahu bagaimana perkembangan mereka. Timotius telah membawa kabar kepadanya (1Te 3:6) dan ia ingin mengungkapkan kepuasannya dan menguatkan mereka agar tetap bertahan dalam iman. Ia menulis surat ini tak lama sesudah ia meninggalkan mereka, yaitu ketika ia berada di Korintus, sekitar tahun 50. Karena itu, surat ini bersama dengan surat ke Galatia termasuk surat-surat Paulus terawal.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini merupakan surat tindak lanjut sederhana yang ditujukan para petobat baru. Surat ini hanya berisi sedikit doktrin yang rumit, tetapi lebih banyak untuk menguatkan mereka. Secara khusus Paulus berbicara tentang kedatangan Yesus kedua kali (1Te 1:10; 2:19; 3:13; 4: 16-18 dan 1Te 5:23) sebagai dorongan bagi kehidupan dan pelayanan Kristen.
Bahkan ketika mengoreksi kesalahan mereka, surat ini tetap ditulis dengan bahasa yang halus dan penuh kasih.
ALASAN-ALASAN LAIN PENULISAN SURAT INI.
Di samping menulis surat yang isinya secara umum bersifat menguatkan, Paulus juga mempunyai tujuan-tujuan lain. Ia ingin:
1. Membela diri atas tuduhan palsu (1Te 2:1-12)
2. Menekankan perlunya moral Kristen yang khas (1Te 4:1-12),
3. Memperbaiki kesalahmengertian tentang kedatangan Kristus yang kedua kali (1Te 4:13-18)
4. Mendisiplin ketidakdewasaan dikalangan jemaat muda tersebut (1Te 5:12-22)
Pesan
1. Allah sedang bekerja.Hal pertama yang perlu diketahui oleh Kristen baru ini bukan mengenai mekanisme
kehidupan Kristen, melainkan tentang Allah yang telah mereka percayai. Paulus
berbicara tentang:
o panggilan Allah. 1Te 1:4; 2:12; 4:7
o firman Allah. 1Te 1:6, 8; 2:13; 4:15
o pengesahan Allah. 1Te 2:4
o ujian Allah. 1Te 2:4
o murka Allah. 1Te 2:16
o kehendak Allah. 1Te 4:3; 5:18
o ajaran Allah. 1Te 4:9
o damai sejahtera Allah. 1Te 5:23
o kesetiaan Allah. 1Te 5:24
2. Kristus akan datang kembali.
Paulus menulis beberapa paragraf yang membicarakan tentang kedatangan Yesus
kedua kali untuk mengoreksi kesalahan ajaran-ajaran palsu yang ada pada saat
itu. Pula, ia menulis sejumlah catatan singkat tentang hal itu. Kedatangan Yesus
merupakan:
o suatu inspirasi bagi Kristen baru. 1Te 1:10
o suatu dorongan bagi para pekerja Kristen. 1Te 2:19
o suatu motivasi bagi kasih persaudaraan. 1Te 3:13
o suatu penghiburan bagi Kristen yang sedang berdukacita. 1Te 4:18
o suatu pembangkit untuk kehidupan yang kudus. 1Te 5:2
3. Sifat pengalaman Kristen.
Paulus banyak berbicara tentang ciri seorang Kristen supaya mereka dapat
mengerti pengalaman apa saja yang dapat mereka harapkan. Menjadi Kristen:
o Mulai dengan suatu keputusan pertobatan yang menentukan. 1Te 1:9-10
o Meliputi kemajuan dan pertumbuhan. 1Te 2:13; 4:1
o Menuntut ketahanan yang hidup. 1Te 3:8;5:5-8
o Bertujuan untuk hidup suci. 1Te 3:13-4:8
o Bergantung kepada Roh Kudus. 1Te 4:8; 5:19
o Berarti komitmen terhadap sesama Kristen. 1Te 4:9; 5:11-22
Penerapan
Jemaat Tesalonika memperlihatkan kepada kita bahwa ada:1. Teladan untuk diikuti.
o Teladan gereja tersebut
Disebabkan karena:
- iman
- kasih
- pengharapan
- kerja keras
- sukacita dalam penderitaan
- mendengarkan Allah
- berdiri teguh dalam penderitaan
o Teladan Paulus
Sebagai seorang pekerja Kristen: - berani
- lembut dan penuh kasih
- penuh kejujuran dan dapat dipercaya - seorang panutan
- selalu ingin menyukakan Allah lebih daripada manusia
2. Petunjuk-petunjuk untuk ditaati.
o Tentang moralitas Kristen yang khas dalam masyarakat kafir dewasa itu
o Tentang hubungan dan tingkah laku dalam gereja Kristen
3. Tujuan yang harus dicapai.
o Kehidupan yang berharga
o Pikiran yang terbuka untuk firman Allah
o Iman yang tahan uji
4. Doa-doa untuk didoakan.
Ada tiga petunjuk mengenai doa dalam surat ini. Mengapa tidak membuatnya menjadi
dasar kehidupan doa Anda? Anda akan menemukannya pada 1Te 1:2,3; 3:11-13 dan 1Te 5:23, 24.
Tema-tema Kunci
1. Injil.
Kabar baik yang dikhotbahkan oleh Paulus tidak diuraikan dengan jelas dalam surat ini, tetapi Anda dapat menangkapnya dari apa yang Paulus katakan. Coba lakukan itu. Jelas bahwa ia sangat memiliki perhatian besar pada pemberitaan Injil melebihi segala sesuatu dalam hidupnya. Lihat ayat-ayat yang mengacu pada hal tersebut. 1Te 1:5; 2:2, 4, 8, 9, dan 1Te 3:2
2. Pertobatan.
1Te 1:9, 10 merupakan pernyataan yang luar biasa tentang bagaimana manusia seharusnya menanggapi Injil. Tiga aspek yang disebutkan dapat dikaitkan dengan ciri-ciri pertobatan berikut ini:
o iman
o masa lalu
o melayani
o kasih
o masa kini
o menanti
o pengharapan
o masa depan
3. Pelayanan Kristen. Paulus melukiskan beberapa gambaran mengenai hubungannya dengan jemaat di Tesalonika. Ia adalah:
o Seorang perawat yang lemah lembut 1Te 2:7o Seorang pekerja yang tekun. 1Te 2:9
o Seorang ayah yang menguatkan hati. 1Te 2:11
o Seorang pemenang yang berpengharapan. 1Te 2:19
4. Firman Allah.
Paulus menggunakan kata ini dalam beberapa kesempatan. Carilah hal-hal yang berhubungan dengan firman Allah dalam 1Te 1:6, 8; 2:13 dan 1Te 4:15 dan tulislah mengapa menurut Paulus firman Allah itu amat penting, apa yang harus dilakukan terhadap firman Allah dan tindakan apa yang seharusnya mengikuti.
5. Menyukakan hati Allah.
Secara singkat, surat ini berisi tentang bagaimana menyukakan hati Allah. Jemaat di Tesalonika telah melakukannya, tetapi didorong untuk lebih lagi melakukannya. Selidikilah surat ini kembali dan buatlah daftar Anda sendiri tentang bagaimana mereka sudah menyukakan hati Allah dan apa yang masih harus mereka lakukan untuk lebih menyukakan Dia.
Garis Besar Intisari: 1 Tesalonika (Pendahuluan Kitab) [1] SALAM 1Te 1:1
[2] GEREJA TESALONIKA - PENYEBAB SUKACITA 1Te 1:2-10
1Te 1:2, 3Sifat mereka
1Te 1:4, 5Pemilihan mereka
1Te 1:6, 7Tanggap
[1] SALAM 1Te 1:1
[2] GEREJA TESALONIKA - PENYEBAB SUKACITA 1Te 1:2-10
1Te 1:2, 3 | Sifat mereka |
1Te 1:4, 5 | Pemilihan mereka |
1Te 1:6, 7 | Tanggapan mereka |
1Te 1:8-10 | Reputasi mereka |
[3] PERILAKU PRIBADI PAULUS - DASAR PEMBELAAN 1Te 2:1-16
1Te 2:1, 2 | Keberanian yang ditunjukkannya |
1Te 2:3, 4 | Motivasi yang dimilikinya |
1Te 2:5-7 | Cara yang dipakainya |
1Te 2:8-9 | Dukungan yang diberikannya |
1Te 2:10-12 | Teladan yang diberikannya |
1Te 2:13-16 | Akibat yang diterimanya |
[4] KEPRIHATINAN PAULUS YANG BESAR - SUATU UNGKAPAN PERASAAN 1Te 2:17-3:13
1Te 2:17, 18 | Keinginan Paulus |
1Te 2:19, 20 | Motivasi Paulus |
1Te 3:1-5 | Utusan Paulus |
1Te 3:6-10 | Kelegaan Paulus |
1Te 3:11-13 | Doa Paulus |
[5] TINGKAH LAKU SOSIAL ORANG KRISTEN - SUATU PETUNJUK 1Te 4:1-12
1Te 4:1-8 | Moralitas seksual |
1Te 4:9,10 | Kasih persaudaraan |
1Te 4:11,12 | Mencari nafkah |
[6] KEDATANGAN KRISTUS KEDUA KALI - WILAYAH YANG DIPERSOALKAN 1Te 4:13-5:11
1Te 4:13-18 | Apa yang terjadi dengan orang yang sudah mati? |
1Te 5:1-3 | Kapan itu akan terjadi? |
1Te 5:4-11 | Dengan demikian bagaimana kita harus hidup? |
[7] KEHIDUPAN GEREJA DI TESALONIKA - BIDANG YANG MEMERLUKAN PERBAIKAN 1Te 5:12-22
1Te 5:12, 13 | Mengenai para pemimpin |
1Te 5:14, 15 | Mengenai orang lain |
1Te 5:16-18 | Mengenai keadaan |
1Te 5:19-22 | Mengenai ibadat |
[8] DOA PENUTUP DAN SALAM 1Te 5:23-28
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi