Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Yoh 13:5
Full Life: Yoh 13:5 - MEMBASUH KAKI MURID-MURID-NYA.
Nas : Yoh 13:5
Peristiwa yang dramatis ini terjadi pada malam terakhir sebelum
Yesus ditangkap dan disalibkan. Yesus melakukannya
(1) untuk me...
Nas : Yoh 13:5
Peristiwa yang dramatis ini terjadi pada malam terakhir sebelum Yesus ditangkap dan disalibkan. Yesus melakukannya
- (1) untuk mempertunjukkan kepada murid-murid-Nya betapa besar kasih-Nya kepada mereka;
- (2) untuk memberikan gambaran tentang pengorbanan diri-Nya di salib dan
- (3) untuk menyampaikan kebenaran bahwa Dia meminta para murid-Nya
saling melayani dengan kerendahan hati.
Keinginan untuk menjadi yang terbesar senantiasa mengganggu pikiran mereka
(Mat 18:1-4; 20:20-27; Mr 9:33-37; Luk 9:46-48). Kristus menginginkan
agar mereka sadar bahwa keinginan untuk menjadi yang pertama -- menjadi
lebih unggul dan dihormati lebih dari orang Kristen lain - adalah
bertentangan dengan sifat Tuhan mereka
(lihat cat. --> Luk 22:24-30;
[atau ref. Luk 22:24-30]
Yoh 13:12-17; 1Pet 5:5).
Jerusalem -> Yoh 13:2--17:26; Yoh 13:5
Jerusalem: Yoh 13:2--17:26 - -- Cerita tentang Yesus membasuh kaki murid-muridNya dan wejangan yang menyertainya, Yoh 13:2-20, merupakan pendahuluan bagi wejangan-wejangan besar yang...
Cerita tentang Yesus membasuh kaki murid-muridNya dan wejangan yang menyertainya, Yoh 13:2-20, merupakan pendahuluan bagi wejangan-wejangan besar yang diucapkan Yesus dalam bab 13-17. Sebagaimana disajikan oleh Yohanes wejangan-wejangan itu mempersatukan berbagai wejangan yang disampaikan Yesus pada waktu yang berbeda-beda.Bab 16 adalah majemuk sekali dan agaknya hanya dalam bentuk lain menyajikan sekali lagi apa yang dikatakan Yesus dalam bab 14. Wejangan-wejangan itu oleh Yohanes ditempatkan di sini, yakni pada saat Yesus beralih dari hidup di dunia ke hidup sorgawiNya, dengan maksud menyingkapkan makna hidup Yesus yang terdalam.
Ref. Silang FULL -> Yoh 13:5
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Yoh 13:5 - -- 13:5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-N...
13:5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
Bagi mereka (dan bagi kita juga!) peristiwa ini mengejutkan dan membingungkan. Ada orang Yahudi yang berkata bahwa budak Yahudi tidak boleh disuruh membasuh kaki orang. Pekerjaan yang hina itu layak bagi budak asing, perempuan, anak atau murid, tetapi orang Yahudi yang lelaki dewasa, padahal budak, tidak boleh disuruh melakukan pekerjaan yang hina itu.953
Tuhan Allah menjelma menjadi manusia, dan merendahkan diri-Nya sampai Ia menjadi seperti seorang budak hina yang membersihkan segala macam kotoran dari kaki murid-murid-Nya. Jangan dikatakan bahwa Dia melakukan ini padahal Dia adalah Yang Maha Mulia. Sebenarnya kemuliaan Allah dan kerendahan hati tidak bertentangan. Tuhan Yesus menyatakan Allah melalui peristiwa ini. Dalam pasal 1:18 ditulis "Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya."
Hagelberg: Yoh 13:1-17 - -- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
Peristiwa ini terjadi menjelang hari Jumat.944 Hari Jumat itu adalah hari raya Paskah, tanggal 15 bul...
1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
Peristiwa ini terjadi menjelang hari Jumat.944 Hari Jumat itu adalah hari raya Paskah, tanggal 15 bulan Nisan. Ingat bahwa menurut sistem perhitungan tanggal dan hari yang dipakai oleh orang Yahudi, setiap hari mulai pada waktu matahari terbenam. Jadi akhir hari Kamis adalah ketika rembang petang hari itu. Peristiwa yang diceritakan dalam nas ini termasuk persiapan sebelum mereka makan domba Paskah, yang harus dimakan pada hari raya Paskah, tanggal 15 Nisan. Menurut Markus 14:12 dan Lukas 22:15, Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya merayakan Paskah bersama-sama, tampaknya awal hari Jumat (matahari baru terbenam).
The Word file has a chart of the week, but it won't come over into ClarisWorks........
Carson945 menjelaskan bahwa ada tujuh ayat dalam Injil Yohanes, yaitu 13:1, 29; 18:28; 19:14, 31, 36, dan 42, yang tampaknya tidak memungkinkan jadwal tersebut. Tetapi kita akan melihat bahwa ketujuh ayat itu masih konsisten dengan jadwal dan tafsiran ini.
Jadi, matahari belum terbenam, sehingga hari raya Paskah belum mulai. Murid-murid Tuhan Yesus baru selesai dengan segala persiapan untuk perjamuan Paskah sesuai dengan hukum Taurat dan kebiasaan mereka. (Markus 14:12-16 menceritakan bagaimana mereka mendapatkan ruangan untuk merayakan perjamuan tersebut.) Tetapi sebenarnya persiapan belum selesai, karena di antara keduabelas murid tidak ada yang merendahkan diri untuk membasuh kaki mereka. Biasanya tindakan membasuh kaki adalah tugas budak atau pembantu rumah tangga yang rendah, tetapi tampaknya tidak ada budak atau pembantu rumah tanggah bagi mereka di ruangan yang disediakan.
Kekurangan tersebut menjadi kesempatan bagi Tuhan Yesus untuk menyampaikan dua pelajaran yang sangat mengesankan. Dia mengajar mengenai penahiran rohani (ayat 8-10) dan juga kerendahan hati (ayat 12-17). Kedua pelajaran tersebut terarah pada salib-Nya. Penahiran ada di salib-Nya. Demikian juga, kerendahan hati yang paling luar biasa ada di salib-Nya.946 Dengan kata lain, layaklah bahwa "kisah handuk" ini merupakan pendahuluan bagi kisah kematian-Nya, karena baik dengan salib maupun dengan handuk ada penahiran/pembersihan dan ada teladan. Dalam peristiwa ini kita dapat melihat tanda kasih, lambang salib, dan teladan kerendahan hati.
Tepatlah bahwa peristiwa pembasuhan kaki menjadi peralihan antara penginjilan, yang ditekankan sampai titik ini, dan pemuridan, yang ditekankan dalam pasal-pasal berikutnya. Peristiwa pembasuhan kaki menjadi peralihan yang tepat karena unsur penginjilan diringkas dengan tema pembersihan, dan unsur pemuridan diringkas dengan tema kerendahan hati yang mutlak diperlukan dalam pelayanan yang berhasil.
Hagelberg: Yoh 13:5 - -- 13:5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-N...
13:5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
Bagi mereka (dan bagi kita juga!) peristiwa ini mengejutkan dan membingungkan. Ada orang Yahudi yang berkata bahwa budak Yahudi tidak boleh disuruh membasuh kaki orang. Pekerjaan yang hina itu layak bagi budak asing, perempuan, anak atau murid, tetapi orang Yahudi yang lelaki dewasa, padahal budak, tidak boleh disuruh melakukan pekerjaan yang hina itu.953
Tuhan Allah menjelma menjadi manusia, dan merendahkan diri-Nya sampai Ia menjadi seperti seorang budak hina yang membersihkan segala macam kotoran dari kaki murid-murid-Nya. Jangan dikatakan bahwa Dia melakukan ini padahal Dia adalah Yang Maha Mulia. Sebenarnya kemuliaan Allah dan kerendahan hati tidak bertentangan. Tuhan Yesus menyatakan Allah melalui peristiwa ini. Dalam pasal 1:18 ditulis "Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya."
Hagelberg: Yoh 13:1-30 - -- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
Acara yang diceritakan dalam nas ini memang Perjamuan Kudus, tetapi apa yang diceritakan oleh Rasul Yohanes sangat berbed...
A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
Acara yang diceritakan dalam nas ini memang Perjamuan Kudus, tetapi apa yang diceritakan oleh Rasul Yohanes sangat berbeda dengan apa yang diceritakan dalam Injil Sinoptik. Injil Sinoptik menekankan tema Perjamuan Kudus, suatu acara yang hampir tidak disebutkan oleh Yohanes. Sebaliknya Yohanes mencatat ajaran yang disampaikan oleh Tuhan Yesus pada waktu itu, ajaran yang tidak diungkapkan dalam Injil Sinoptik.
Hagelberg: Yoh 13:1--20:31 - -- IV. PENYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
Usaha untuk memberi tanda dan firman supaya orang banyak percaya kepada-Nya telah b...
IV. PENYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
Usaha untuk memberi tanda dan firman supaya orang banyak percaya kepada-Nya telah berakhir. Dia meninggalkan orang banyak, dan Dia memperhatikan murid-murid-Nya. Tema kematian-Nya semakin jelas dalam perkataan-Nya kepada mereka.
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yoh 13:1-17
Matthew Henry: Yoh 13:1-17 - Kristus Membasuh Kaki Murid-murid-Nya; Perlunya Bersikap Patuh
Setelah selesai berbicara kepada orang banyak, dengan "menanggung bantahan dari pihak orang-orang berdosa," Sang Juruselamat kita kini terlibat da...
- Setelah selesai berbicara kepada orang banyak, dengan "menanggung bantahan dari pihak orang-orang berdosa," Sang Juruselamat kita kini terlibat dalam percakapan pribadi dengan sahabat-sahabat-Nya, yang Ia maksudkan sebagai penghiburan bagi para orang kudus. Maka dari itu, di sini kita dapat membaca tentang apa yang terjadi di antara Dia dan para murid-Nya yang akan dipercaya untuk menangani segala urusan rumah tangga-Nya bila Ia telah pergi ke negeri yang jauh nanti. Ia pun memperlengkapi mereka dengan pengarahan dan penghiburan yang diperlukan. Karena saat-Nya akan segera tiba, Ia pun bergiat mengatur segala urusan di dalam rumah-Nya. Dalam pasal ini:
- I. Ia membasuh kaki murid-murid-Nya (ay. 1-17).
- II. Ia memberitahukan siapa yang akan mengkhianati-Nya (ay. 18-30).
- III. Ia mengajari mereka akan ajaran agung mengenai kematian-Nya sendiri, dan akan tugas besar untuk saling mengasihi (ay. 31-35).
- IV. Ia memberitahukan bahwa Petrus akan menyangkal-Nya (ay. 36-38).
Kristus Membasuh Kaki Murid-murid-Nya; Perlunya Bersikap Patuh (13:1-17)
- Para penafsir Injil umumnya sepakat bahwa pembasuhan kaki para murid oleh Kristus dan percakapan yang mengiringi kejadian itu terjadi pada malam yang sama saat Ia dikhianati, pada malam saat Ia sedang makan paskah dan menetapkan Perjamuan Kudus. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat mengenai kapan tepatnya hal itu terjadi, apakah sebelum perayaan khidmat itu dimulai ataukah sesudahnya, ataukah di antara perjamuan makan Paskah dan penetapan Perjamuan Kudus. Penulis Injil Yohanes ini, karena begitu tekunnya mengumpulkan perikop-perikop yang dihilangkan oleh para penulis Injil lainnya, telah menghilangkan bagian-bagian lain yang telah dicatat mereka, sehingga agak sulit untuk merangkaikan kembali semuanya itu menjadi satu. Jika begitu kejadiannya, kita menduga bahwa Yudas pergi (ay. 30) untuk menyuruh orang-orang yang akan menahan Tuhan Yesus di taman supaya segera bersiap-siap. Akan tetapi Dr. Lightfoot jelas-jelas berangggapan bahwa semua peristiwa tersebut, bahkan seluruh peristiwa yang dicatat sampai akhir pasal 14, dilakukan dan dikatakan tidak pada waktu perjamuan Paskah, sebab di sini dikatakan (ay. 1) bahwa semuanya terjadi sebelum hari raya Paskah mulai. Sebaliknya, menurut beliau, semuanya itu terjadi pada perjamuan makan di Betania, dua hari sebelum Paskah (yang bisa kita baca kisahnya dalam Matius 26:2-6), di mana ketika itu Maria mengurapi kepala Kristus untuk yang kedua kalinya dengan minyak narwastu yang tersisa di buli-buli miliknya. Atau juga, mungkin saja semua itu terjadi pada waktu perjamuan malam lain sebelum paskah, tetapi bukan seperti yang diadakan di rumah Simon si kusta, melainkan di salah satu tempat persinggahan Kristus sendiri, di mana Dia hanya ditemani oleh para murid-Nya sehingga bisa lebih leluasa bersama mereka.
- Dalam ayat-ayat di atas kita mendapati kisah mengenai pembasuhan kaki murid-murid oleh Kristus. Tindakan itu merupakan sebuah perbuatan yang biasa saja dan tidak dapat dianggap sebagai suatu mujizat, kecuali kalau kita memandangnya sebagai mujizat kerendahan hati. Maria baru saja mengurapi kepala-Nya, dan kini, supaya tindakan-Nya dalam merestui urapan Maria itu tidak dianggap sebagai sebuah kesombongan, Kristus pun mengimbanginya dengan sebuah tindakan yang merendahkan diri. Tetapi, mengapa Kristus melakukan itu? Jika kaki para murid itu memang perlu dibersihkan, mereka bisa membasuhnya sendiri. Seorang yang bijak tidak akan melakukan sesuatu hal yang janggal dan tidak lumrah, kecuali ada alasan dan pertimbangan yang baik di baliknya. Kita yakin bahwa tindakan tersebut bukanlah sekedar ulah atau keisengan belaka. Tidak begitu, justru tindakan khidmat itu dilakukan dengan amat bersungguh-sungguh. Ada empat alasan yang ditegaskan di sini mengapa Kristus melakukannya:
- . Supaya Ia dapat menyaksikan kasih-Nya terhadap murid-murid-Nya (ay. 1-2).
- . Supaya Ia dapat mencontohkan kerendahan hati dan kerelaan-Nya dalam merendahkan diri (ay. 3-5).
- . Supaya Ia dapat melambangkan pembasuhan rohani, seperti yang kemudian disinggung dalam pembicaraan-Nya dengan Petrus (ay. 6-11).
- . Supaya Ia dapat memberikan sebuah teladan bagi mereka (ay. 12-17). Keempat alasan tersebut menguasai seluruh penggambaran kisah ini.
- I. Kristus membasuh kaki murid-murid-Nya supaya Ia dapat membuktikan kasih-Nya yang besar terhadap mereka. Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya (ay. 1-2).
- . Di sini, dipaparkan sebuah kebenaran yang tidak perlu diragukan lagi. Tuhan kita Yesus, sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya, demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya (ay. 1).
- (1) Kasih-Nya ini sungguh terbukti benar bagi para murid yang telah mengikuti-Nya secara langsung, terutama kedua belas murid itu. Mereka adalah kepunyaan-Nya di dunia ini, keluarga-Nya, murid-murid-Nya, sahabat karib-Nya. Anak-anak yang sesungguhnya memang tidak dimiliki-Nya, tetapi Ia telah mengangkat mereka sebagai anak-anak-Nya sendiri. Jadi Dia memiliki keluarga-Nya itu di dunia yang lain ini, tetapi Ia tinggalkan mereka untuk sementara waktu, supaya mereka mengurusi milik-Nya yang ada di dunia ini. Ia menyayangi mereka dan memanggil mereka ke dalam persekutuan dengan-Nya, bergaul karib dengan mereka, selalu lembut terhadap mereka, menghibur dan memperhatikan kepentingan mereka. Ia mengizinkan mereka bergaul secara leluasa dengan-Nya, dan Ia memaklumi kelemahan mereka. Dia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya, dan terus mengasihi mereka seumur hidup-Nya, bahkan sampai Ia bangkit kembali. Tidak sekali pun Ia melepaskan kasih dan kebaikan-Nya dari mereka. Meskipun kemudian ada orang-orang hebat yang turut mengikuti-Nya, Kristus tidak pernah melupakan teman-teman lama-Nya hanya untuk menyediakan tempat bagi teman-teman baru-Nya. Sebaliknya, Ia terus setia mengasihi para penjala ikan yang miskin itu. Mereka memang lemah dan dangkal dalam pengetahuan serta tata krama, juga bodoh dan mudah lupa. Akan tetapi, sekalipun sering menegur mereka, Ia tidak pernah berhenti mengasihi dan memperhatikan mereka.
- (2) Kasih-Nya itu juga berlaku bagi seluruh orang percaya, sebab kedua belas bapa gereja itu mewakili seluruh suku bangsa Israel rohani kepunyaan Allah.
- Perhatikan:
- [1] Tuhan kita Yesus memiliki sejumlah umat di dunia ini.
- Mereka ini adalah milik kepunyaan-Nya sendiri, sebab mereka diberikan kepada-Nya oleh Sang Bapa. Kristus telah membeli mereka dengan harga yang amat mahal, dan Dia telah memilah-milah mereka bagi diri-Nya sendiri. Kepunyaan-Nya, sebab mereka telah mengabdikan diri mereka bagi-Nya sebagai umat-Nya yang istimewa. Milik kepunyaan-Nya. Bila kata itu dipakai saat membicarakan orang lain yang tidak menerima-Nya, kata yang dipakai adalah tous idious -- orang-orang milik kepunyaan-Nya sendiri, seperti seorang istri dan anak-anak adalah kepunyaan seorang lelaki, karena ia memiliki hubungan tetap yang erat dengan mereka.
- [2] Kristus sungguh teramat mengasihi orang-orang milik kepunyaan-Nya yang ada di dunia ini. Ketika menyerahkan diri-Nya untuk menebus mereka, Dia masih mengasihi mereka dengan kasih sejati. Dia masih tetap mengasihi mereka dengan kasih setia-Nya ketika Ia menerima mereka untuk bersekutu dengan-Nya. Meskipun mereka ada di dunia ini, sebuah dunia yang gelap dan jauh, penuh dengan dosa dan kebejatan, Ia masih tetap saja mengasihi mereka. Sebentar lagi Dia akan pergi kepada kepunyaan-Nya yang ada di sorga, tempat roh orang-orang benar disempurnakan, tetapi kelihatan-Nya dia justru lebih mempedulikan nasib orang-orang kepunyaan-Nya yang masih ada di dunia ini, sebab merekalah yang paling membutuhkan pemeliharaan-Nya: anak yang sakit-sakitanlah yang biasanya paling membutuhkan perhatian.
- [3] Mereka yang dikasihi-Nya, dikasihi-Nya sampai kepada kesudahannya. Dia selalu setia mengasihi umat-Nya. Kasih-Nya selalu tetap. Dia mengasihi dengan kasih yang kekal (Yer. 31:3), kekal dalam segala rancangan-Nya sampai pada keberlangsungannya. Tidak ada satu hal pun yang dapat memisahkan orang percaya dari kasih Kristus. Dia mengasihi orang-orang kepunyaan-Nya, eis telos -- dengan cara yang sempurna, sebab Ia akan menyempurnakan segala yang baik bagi mereka dan akan membawa mereka ke dunia di mana terdapat kasih yang sempurna.
- . Kristus menyatakan kasih-Nya kepada mereka dengan membasuh kaki mereka, sebagaimana wanita saleh itu (Luk. 7:38) menunjukkan kasihnya terhadap-Nya dengan membasuh dan menyeka kaki-Nya. Dengan demikian Ia hendak menunjukkan bahwa kasih-Nya kepada mereka bukan saja tetap adanya, tetapi juga disertai dengan kerelaan untuk merendahkan diri, -- bahwa dalam menunjukkan kasih-Nya itu Ia rela merendahkan diri-Nya, -- dan bahwa kemuliaan yang tampak saat Ia ditinggikan, yang segera akan Ia masuki kini, tidak akan menghalangi segala kebaikan yang Ia maksudkan bagi orang-orang pilihan-Nya. Demikianlah Ia hendak meneguhkan janji yang telah Ia berikan kepada seluruh orang kudus, bahwa Ia akan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka (Luk. 12:37), akan meninggikan mereka dengan kehormatan yang besar dan mengherankan, seperti seorang tuan melayani hamba-hambanya. Para murid itu baru saja menunjukkan lemahnya kasih mereka terhadap Dia, dengan bersungut-sungut atas minyak narwastu yang dicurahkan di atas kepala-Nya itu (Mat. 26:8). Akan tetapi, Dia kini justru membuktikan kasih-Nya terhadap mereka. Kelemahan kita memang kalah dan lenyap oleh kebaikan Kristus.
- . Dia memilih waktu itu untuk membasuh kaki mereka, yaitu sesaat sebelum Paskah terakhir-Nya, karena dua alasan:
- (1) Karena Ia tahu bahwa saat-Nya telah tiba kini, saat yang telah lama Ia tunggu-tunggu, saat untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa.
- Perhatikanlah di sini:
- [1] Perubahan yang akan segera terjadi pada Tuhan kita Yesus: Dia akan beralih dari dunia ini. Hal ini dimulai pada saat kematian-Nya, tetapi baru tuntas sepenuhnya pada saat kenaikan-Nya. Sebagaimana Kristus sendiri, begitu pula dengan semua orang percaya, berkat persekutuan dengan-Nya, mereka akan meninggalkan tubuh jasmani mereka saat mereka beralih dari dunia ini untuk pergi kepada Bapa dan berada bersama-sama dengan Tuhan. Ini merupakan keberangkatan untuk keluar dari dunia ini, dunia yang jahat dan mencelakakan ini, yang tidak setia dan tidak beriman ini -- dunia yang penuh dengan pekerjaan berat, susah payah, dan godaan -- lembah air mata ini. Keberangkatan ini merupakan kepergian kepada Bapa, untuk memandang Bapa dari segala roh dan menikmati kehadiran bersama Dia.
- [2] Waktu perubahan itu: Saat-Nya sudah tiba. Saat seperti itu kadang kala disebut sebagai saat si musuh (Luk. 22:53), saat kemenangan mereka. Kadangkala juga dikatakan sebagai saat-Nya, saat kemenangan-Nya, saat yang telah Ia nanti-nantikan sejak lama. Waktu penderitaan-Nya telah ditetapkan bahkan sampai jamnya, dan hal itu berlangsung hanya sejam lamanya.
- [3] Pengetahuan-Nya mengenai saat itu sebelum waktunya tiba: Dia tahu bahwa saat-Nya sudah tiba. Dari awal Ia sudah tahu bahwa saat seperti itu akan datang dan kapan waktunya, dan kini Ia tahu bahwa saat itu sudah datang. Kita tidak tahu kapan saat kita akan tiba, jadi karena itu apa yang biasanya kita harus lakukan untuk mempersiapkan waktu kita itu tidak boleh sampai terbengkalai. Sebaliknya juga, saat melalui banyak tanda kita mengetahui bahwa saat kita telah tiba, kita harus bergiat melakukan persiapan yang sungguh-sungguh, sebagaimana yang dilakukan Guru kita (2Ptr. 3:14). Setelah Kristus mengetahui bahwa Ia harus segera pergi, Ia pun membasuh kaki murid-murid-Nya, supaya, sebagaimana kepala-Nya sendiri baru saja diurapi untuk mengingat hari penguburan-Nya, begitu pula kaki mereka dibasuh untuk mengingat hari pengudusan mereka melalui turunnya Roh Kudus lima puluh hari kemudian, sebagaimana para imam dibasuh (Im. 8:6). Saat kita melihat bahwa hari keberangkatan kita telah kian mendekat, kita harus melakukan yang terbaik bagi orang-orang yang akan kita tinggalkan.
- (2) Sebab Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot untuk mengkhianati Dia (ay. 2). Bila dicerna dengan cermat, kata-kata tersebut dapat dianggap,
- [1] Sebagai penelusuran asal-muasal pengkhianatan Yudas. Jelaslah dosa dengan sifat yang demikian ini sudah pasti mengandung citra dan gambaran Iblis. Kita tidak bisa mengerti jalan masuk seperti apa yang dimiliki Iblis untuk merasuki hati manusia, dengan cara seperti apa Iblis membidik panah-panah penyesatannya, dan bagaimana dia mencampuradukkan semua itu dengan pikiran-pikiran yang terkandung dalam hati. Akan tetapi, ada beberapa dosa tertentu yang sungguh-sungguh cemarnya sampai tidak perlu lagi dipancing sedikit pun dengan godaan dunia ataupun kedagingan, sehingga jelas sekali tampak bahwa Iblislah yang mengerami benih-benih dosa itu di dalam hati yang bersedia mau menjadi tempat bertumbuhnya benih-benih itu. Sikap Yudas yang mengkhianati seorang Guru seperti Kristus dengan cara murahan dan tanpa memerlukan banyak hasutan tega melakukannya merupakan sikap memusuhi Allah yang terang-terangan, yang tidak mungkin dilontarkan oleh siapa pun selain Iblis sendiri, yang mengira bahwa dengan begitu ia telah membinasakan kerajaan Sang Penebus, padahal sesungguhnya, justru kerajaannya sendirilah yang hancur.
- [2] Sebagai peneguhan alasan mengapa kini Kristus membasuh kaki murid-murid-Nya.
- Pertama, oleh karena Yudas telah bertekad untuk mengkhianati-Nya, maka saat kematian-Nya pastilah sudah di ambang pintu. Jika hal itu memang telah diputuskan, maka mudah saja untuk mengamini perkataan Rasul Paulus, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan. Perhatikan, semakin kita menyadari betapa kejamnya musuh-musuh terhadap kita, maka semakin giat pula kita harus bersiap menghadapi kemungkinan yang terburuk.
- Kedua, karena kini Yudas sudah masuk dalam jerat dan Iblis tengah mengincar Petrus dan murid-murid lainnya (Luk. 22:31), Kristus pun ingin membentengi orang-orang kepunyaan-Nya itu dari serangan Iblis. Saat si serigala telah merenggut salah satu dari kawanan domba, maka sudah waktunya bagi sang gembala untuk menjagai sisanya. Obat penawar racun harus segera dioleskan saat radang sudah mulai menyerang. Dr. Lightfoot mengamati bahwa para murid sudah belajar dari Yudas sikap bersungut-sungut saat ia melakukannya ketika Kristus diurapi (bdk. 12:4 dst. dengan Mat. 26:8). Kini, agar mereka tidak bertindak lebih buruk lagi, Kristus pun membentengi mereka melalui sebuah pelajaran mengenai kerendahan hati, supaya mereka dapat mempertahankan diri dari serangannya yang paling mencelakakan itu.
- Ketiga, Yudas, yang kini sedang mereka-reka pengkhianatannya, adalah salah satu dari kedua belas murid. Di sini Kristus hendak menunjukkan bahwa Dia tidak berencana untuk mengusir mereka semua hanya karena kesalahan satu orang. Meskipun salah seorang dari kumpulan mereka itu telah kerasukan setan dan menjadi seorang pengkhianat, mereka tidak harus menanggung akibat buruk karena perbuatannya itu. Kristus tetap saja mengasihi gereja-Nya, sekalipun ada orang-orang munafik di dalamnya. Dia tetap berbaik hati kepada murid-murid-Nya meskipun Dia tahu bahwa di antara mereka ada seorang Yudas.
- II. Kristus membasuh kaki murid-murid-Nya untuk memberi teladan mengenai kerendahan hati-Nya yang luar biasa. Ia menunjukkan betapa Dia rela merendahkan diri-Nya dan membiarkan seluruh dunia tahu betapa rendahnya Dia mau membungkuk demi untuk mengasihi orang-orang kepunyaan-Nya. Hal ini ditegaskan dalam ayat 3-5. Mengetahui, dan kini benar-benar mempertimbangkan, dan mungkin juga memperbincangkan kehormatan-Nya sebagai Sang Pengantara dan memberitahukan kawan-kawan-Nya bahwa Bapa telah memberikan segalanya ke dalam tangan-Nya, Ia pun bangkit dari tempat duduk-Nya. Lalu, diiringi rasa terkejut tak terkira dari semua orang di situ, yang bertanya-tanya apa gerangan yang akan Ia lakukan, Ia pun membasuh kaki murid-murid-Nya itu.
- . Di sini digambarkan bagaimana Tuhan Yesus sungguh-sungguh ditinggikan. Hal-hal mulia dikatakan di sini mengenai Kristus sebagai Pengantara.
- (1) Bapa telah menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangan-Nya. Bapa telah memberikan hak kepemilikan dan kuasa atas segalanya, sebagai pemilik sorga dan bumi, dalam menjalankan rancangan-rancangan agung dari tugas yang diemban-Nya (Mat. 11:27). Penyelesaian dan penengahan segala persoalan di antara Allah dan manusia diserahkan ke dalam tangan-Nya sebagai Sang Pengantara dan Pengadil Agung. Juga, segala urusan penyelenggaraan kerajaan Allah di tengah-tengah manusia, dalam segala bentuknya, diserahkan kepada-Nya. Dengan demikian, segala tindakan pemerintahan maupun penghakiman akan dilaksanakan melalui tangan-Nya, sebab Dia-lah pewaris dari segala sesuatu yang ada.
- (2) Ia datang dari Allah. Hal ini menyiratkan bahwa Dia telah ada bersama-sama dengan Allah dari sejak semula. Ia memiliki wujud dan kemuliaan, bukan saja sebelum Dia dilahirkan ke dunia ini, tetapi juga bahkan sebelum dunia ini dijadikan. Ia datang ke dunia ini sebagai utusan Allah, dengan mengemban amanat dari-Nya. Dia datang dari Allah sebagai Anak Allah dan yang diutus oleh Allah. Nabi-nabi dalam Perjanjian Lama dibangkitkan dan dipekerjakan bagi Allah, tetapi Kristus datang langsung dari-Nya.
- (3) Dia pergi kepada Allah, untuk dimuliakan bersama-sama dengan Allah dengan kemuliaan yang sama yang telah Ia miliki bersama-sama dengan Allah sejak kekekalan. Apa yang berasal dari Allah akan kembali kepada Allah. Orang-orang yang dilahirkan dari sorga pasti akan kembali menuju ke sana. Sebagaimana Kristus datang dari Allah untuk menjadi wakil Allah di dunia ini, demikian pula Dia pergi kepada Allah untuk menjadi wakil kita di sorga. Membayangkan betapa Ia sangat disambut di sorga merupakan sebuah penghiburan bagi kita: Dia dibawa mendekat kepada Yang Lanjut Usianya itu (Dan. 7:13). Lalu dikatakan kepada-Nya, Duduklah di sebelah kanan-Ku (Mzm. 110:1).
- (4) Dia mengetahui semuanya ini. Dia tidak seperti anak raja yang ada di buaian bayi, yang tidak tahu menahu tentang kehormatan yang ia miliki sejak lahir. Juga tidak seperti Musa, yang tidak tahu bahwa mukanya bercahaya. Tidak, Dia tahu betul tentang segala kehormatan yang Ia miliki pada waktu Ia dimuliakan nantinya. Namun demikian, Ia tetap rela merendahkan diri sebegitu rupanya. Akan tetapi, mengapa Ia merendahkan diri-Nya di sini?
- [1] Sebagai dorongan bagi-Nya supaya cepat-cepat memberikan pengajaran dan amanat yang harus Ia tinggalkan bagi para murid-Nya, sebab sebentar lagi saatnya segera tiba bagi-Nya untuk berpisah dengan mereka dan ditinggikan, sehingga tidak bisa lagi bercakap-cakap seperti biasanya dengan mereka (ay. 1).
- [2] Ia membasuh kaki mereka, karena hal tersebut bisa menopang Dia dan membantu Dia melewati pengalaman menyakitkan itu dengan senang hati. Yudas sudah mulai mengkhianati-Nya dan Ia sendiri pun mengetahui hal itu. Ia tahu apa akibatnya. Akan tetapi, karena Dia tahu bahwa Dia datang dari Allah dan harus kembali kepada Allah, Dia pun tidak mundur, melainkan maju terus dengan sukacita.
- [3] Perbuatan-Nya membasuh kaki murid-murid itu tampaknya membingkai tindakan kerendahan hatinya dan membuatnya semakin mengagumkan. Dalam Kitab Suci, alasan-alasan tindakan anugerah ilahi terkadang digambarkan sebagai hal yang aneh dan mengherankan (seperti dalam Yes. 57:17-18; Hos. 2:12-13). Begitu pula di sini, sesuatu yang seharusnya menjadi alasan untuk memegahkan diri justru dipakai-Nya untuk merendahkan diri-Nya. Demikianlah, pikiran Allah tidaklah sama seperti pikiran kita. Bandingkanlah hal ini dengan perikop-perikop yang mengemukakan contoh-contoh paling jelas mengenai anugerah yang merendahkan diri melalui berbagai penampakan kemuliaan ilahi (seperti dalam Mzm. 68:5-6; Yes. 57:15; 66:1-2).
- . Di sini terdapat kerelaan Kristus dalam merendahkan diri-Nya sekalipun penampakan kemuliaan ilahi itu. Yesus telah mengetahui kemuliaan-Nya sendiri sebagai Allah dan wewenang serta kuasanya sebagai Sang Pengantara. Pastilah orang tidak akan heran bila setelah itu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya yang biasa, lalu meminta jubah kebesaran, menyuruh mereka supaya menjaga jarak dengan-Nya dan sujud menyembah-Nya. Akan tetapi, yang Ia lakukan justru sebaliknya. Saat Ia menyadari semua itu, Ia justru memberikan sebuah teladan kerendahan hati. Perhatikan, keyakinan teguh akan sorga dan kebahagiaan yang ditopang dengan dasar yang benar tidak akan membuat seseorang menjadi sombong, melainkan akan membuatnya tetap rendah hati. Orang-orang yang hendak menjadi serupa dengan Kristus dan turut ambil bagian dalam Roh-Nya, harus terus belajar untuk merendahkan hati mereka di tengah-tengah kemuliaan yang mereka capai. Untuk menunjukkan kerendahan hati-Nya, kini Ia membasuh kaki murid-murid-Nya.
- (1) Tindakan itu sungguh rendah dan menghamba, biasa hanya dilakukan oleh pelayan yang paling rendah kedudukannya. Hambamu ini (kata Abigail) ingin menjadi budak yang membasuh kaki para hamba tuanku itu. Biarlah aku melayani di tempat terendah (1Sam. 25:41). Seandainya saja Kristus hanya membasuh tangan atau wajah mereka, maka hal itu saja sudah merupakan kerendahan hati yang besar (Elisa hanya mencucurkan air pembasuh ke tangan Elia, 2Raj. 3:11), jadi apa lagi kalau Ia sampai membungkuk sedemikian rupa, ini sungguh melampaui kekaguman kita. Dengan begitu Ia hendak mengajari kita supaya tidak pernah berpikir bahwa suatu pekerjaan terlalu rendah untuk kita lakukan, bila pekerjaan itu dapat memuliakan Allah dan mendatangkan kebaikan bagi saudara-saudara kita.
- (2) Terlebih lagi, kerendahan hati-Nya itu sungguh amat luar biasa, sebab itu dilakukan-Nya terhadap para murid-Nya, orang-orang dari kalangan bawah yang tidak ada harganya, yang tidak peduli dengan tubuh mereka sendiri. Mungkin kaki mereka pun jarang dicuci, dan pasti sangat kotor. Dalam hubungan dengan Dia, mereka itu hanya murid-murid-Nya, para hamba-Nya. Merekalah yang seharusnya membasuh kaki-Nya, sebab mereka bergantung dan berharap dari Dia. Banyak orang melakukan hal-hal rendah untuk menjilat atasan mereka. Mereka merendahkan diri supaya bisa melaju, dan menghamba supaya bisa menanjak. Karena itu, pastilah perbuatan Kristus terhadap murid-murid-Nya ini bukanlah suatu tindakan pamer atau menjilat, melainkan murni kerendahan hati.
- (3) Yesus bangun dari duduk-Nya untuk membasuh kaki murid-murid-Nya itu. Meskipun KJV menerjemahkan (ay. 2) makan malam hendak berakhir, sebaiknya ini dibaca sebagai makan malam sedang diadakan [bdk. TB: mereka sedang makan bersama -- pen.] atau ketika Ia sedang makan malam, sebab setelah membasuh kaki murid-murid, Ia duduk kembali (ay. 12), dan kita mendapati-Nya mencelupkan roti (ay. 26). Dengan demikian, Ia membasuh kaki mereka di sela-sela makan malam-Nya, yang hendak mengajari kita agar,
- [1] Bila kita dipanggil untuk melayani Allah atau sesama pada saat kita sedang makan, jangan sampai kita menganggap hal itu sebagai gangguan atau ketidaknyamanan, tetapi hendaklah kita menjunjung tinggi tugas kita lebih dari makanan kita (4:34). Kristus tidak bersedia meninggalkan khotbah-Nya untuk melayani kerabat dekat-Nya (Mrk. 3:33), tetapi rela meninggalkan makan malam-Nya untuk menunjukkan kasih-Nya terhadap murid-murid-Nya.
- [2] Jangan terlalu mendewa-dewakan makanan jasmani kita. Membasuh kaki yang kotor pastinya dapat melenyapkan selera makan seseorang, tetapi Kristus tetap saja melakukannya, bukan supaya kita boleh seenaknya bersikap kasar dan jorok (sebab kebersihan dan kesalehan itu seia sekata), melainkan untuk mengajari kita supaya tidak terlalu rewel atau pilih-pilih, melainkan mematikan kesenangan tubuh dan selera makan, dan menempatkan sopan santun pada tempatnya, tanpa harus melebih-lebihkannya.
- (4) Untuk melakukannya, Ia pun mengenakan pakaian seperti seorang hamba: Dia menanggalkan jubah-Nya yang longgar supaya bisa melayani dengan lebih leluasa. Kita harus menjalankan tugas kita dengan tidak memiliki keinginan untuk memegahkan diri, melainkan rela menanggung perih. Kita harus melepaskan segala sesuatu yang mungkin dapat membuat kita besar kepala atau merintangi maksud kita dalam melakukan apa yang harus kita perbuat, harus mempersiapkan akal budi kita, sebagaimana orang-orang yang menunaikan tugas mereka dengan sungguh-sungguh.
- (5) Kristus membasuh kaki mereka dengan upacara yang sesederhana mungkin. Ia menjalankan setiap bagian pelayanan-Nya itu dengan cermat, tanpa melewatkan seorang pun dari mereka. Dia melakukannya sedemikian rupa, seolah-olah Dia memang sudah terbiasa melayani. Dia melakukannya seorang diri dan tidak dibantu oleh siapa pun. Dia mengikatkan sehelai kain lenan di pinggang-Nya sebagaimana pelayan mengenakan serbet pada tangannya atau memakai celemek. Ia menuangkan air ke sebuah basi dari tempayan-tempayan yang tersedia di sana (2:6), kemudian membasuh kaki mereka. Setelah itu, untuk menuntaskan tindakan-Nya, Ia lalu menyeka kaki mereka. Sebagian orang berpendapat bahwa Dia tidaklah membasuh kaki mereka semua, melainkan hanya empat atau lima orang dari antara mereka saja, sebab begitu pun sudah cukup untuk menunjukkan tujuan-Nya itu. Tetapi saya tidak melihat bukti yang mendukung dugaan tersebut, sebab setiap kali Dia melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda, di tempat-tempat lain dalam Injil, hal itu selalu diperhatikan oleh si penulis Injil. Pembasuhan kaki seluruh murid-Nya tanpa mengecualikan seorang pun dari antara mereka itu mengajari kita tentang amal kasih yang besar dan menyeluruh bagi semua murid Kristus, bahkan yang terkecil sekalipun.
- (6) Tidak ada tanda-tanda bahwa Kristus melewatkan kaki Yudas, sebab ia juga ada di sana (ay. 26). Memang sudah menjadi sifat seorang janda yang benar-benar janda untuk membasuh kaki saudara-saudara seimannya (1Tim. 5:10), dan hal ini mendatangkan penghiburan. Tetapi di sini, Yesus yang terkasih bahkan lebih dari itu, Ia membasuh kaki seorang pendosa, yang terbejat dari segala pendosa, yang terjahat yang pernah melawan Dia, yang pada saat itu sedang berikhtiar untuk mengkhianati-Nya.
- Banyak penafsir menganggap bahwa pembasuhan kaki yang dilakukan Kristus ini merupakan gambaran keseluruhan tugas-Nya. Kristus tahu bahwa Dia setara dengan Allah dan segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya, akan tetapi Dia bangkit dari takhta-Nya yang penuh kemuliaan, menanggalkan jubah-Nya yang penuh cahaya, lalu membebatkan sifat kita pada diri-Nya sendiri dengan cara mengambil rupa sebagai seorang hamba. Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, menumpahkan darah-Nya, memberikan nyawa-Nya dan dengan begitu Ia mempersiapkan bejana pembasuhan untuk membersihkan kita dari dosa-dosa kita (Why. 1:5).
- III. Kristus membasuh kaki murid-murid-Nya untuk menandakan pembasuhan diri mereka secara rohani dan penyucian jiwa mereka dari kecemaran yang diakibatkan oleh dosa. Hal ini dinyatakan dengan jelas dalam percakapan-Nya dengan Petrus mengenai hal tersebut (ay. 6-11), yang di dalamnya bisa kita amati:
- . Keterkejutan Petrus sewaktu ia melihat Gurunya hendak melakukan perbuatan yang merendahkan diri itu (ay. 6): Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus, dengan kain lenan dan basi-Nya, dan menyuruh Petrus supaya menjulurkan kakinya untuk dibasuh. Krisostom berpendapat bahwa Yesus pertama-tama membasuh kaki Yudas yang pasti saja langsung menerima kehormatan itu, dan senang melihat Gurunya mau merendahkan diri-Nya sedemikian rupa. Akan tetapi, kemungkinan besar ketika Kristus berkeliling melakukan pelayanan-Nya ini (sebagaimana yang dimaksudkan oleh kalimat Dia mulai membasuh, ay. 5), Ia justru melakukannya pada Petrus terlebih dahulu, karena jika mereka tidak mendengar penjelasan yang diutarakan-Nya kepada Petrus, mereka juga akan melarang-Nya membasuh kaki mereka. Akan tetapi, entah betul Kristus menghampiri Petrus terlebih dahulu atau tidak, yang pasti Petrus amat tertegun dengan apa yang hendak diperbuat Kristus sewaktu Ia datang menghampirinya: "Tuhan, (kata Petrus) Engkau hendak membasuh kakiku?" Di sini pribadi-pribadi ditekankan, Engkau dan aku, dan penempatan kata-katanya pun bisa diamati, sy mou -- apa, Engkau (hendak membasuh) kakiku? Tu mihi lavas pedes? Quid est tu? Quid est mihi? Cogitanda sunt potius quam dicenda -- Engkau hendak membasuh kakiku? Apa maksudnya dengan Engkau? Apa artinya bagiku? Hal-hal seperti ini lebih baik direnungkan saja daripada diutarakan. Mengapa Engkau, Tuhan dan Guru kami, yang kami kenal dan yakini sebagai Anak Allah, dan Sang Juruselamat dan Penguasa dunia, mau melakukan hal itu untuk aku, cacing yang tidak berharga ini, seorang manusia berdosa, oh Tuhan? Masakan tangan yang sentuhannya telah menahirkan orang kusta, mencelikkan orang buta, dan membangkitkan orang mati itu akan membasuh kakiku? Begitulah yang diartikan oleh Theophylact, dan oleh Dr. Taylor yang mengutip darinya. Petrus pasti akan sangat bersedia untuk merebut basi dan kain lenan itu, dan membasuh kaki Gurunya, dan merasa bangga akan kehormatan untuk melakukannya (Luk. 17:7-8). "Hal itu pasti wajar dan biasa saja. Akan tetapi, bila Guruku-lah yang membasuh kakiku, hal itu benar-benar tidak pada tempatnya, dan aku tidak dapat memahaminya. Inikah cara manusia?" Perhatikan, segala tindakan Kristus untuk merendahkan diri, terutama untuk menghampiri kita dan memperhatikan kita dengan anugerah-Nya, memang layak membuat kita terkagum-kagum (14:22). Siapakah aku ini, TUHAN Allah? Dan siapakah kaum keluargaku?
- . Jawaban yang langsung diberikan Kristus terhadap pertanyaan yang penuh dengan keterkejutan itu. Setidaknya, jawaban ini dapat meredakan keberatan Petrus (ay. 7): Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak. Inilah dua alasan mengapa Petrus harus tunduk menerima apa yang Kristus lakukan itu: --
- (1) Karena saat itu Petrus masih belum mengerti mengenai tindakan itu, tidak semestinya ia menentang apa yang tidak ia mengerti. Sebaliknya ia harus berserah kepada kehendak dan hikmat Dia yang sanggup mengemukakan alasan baik bagi setiap perkataan dan perbuatan-Nya. Kristus hendak mengajari Petrus untuk bersikap patuh: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, dan karena itu engkau tidak layak untuk menghakimi apa yang Kulakukan itu, tetapi harus percaya bahwa hal itu baik adanya karena Aku-lah yang melakukannya." Perhatikan, kesadaran mengenai ketidaktahuan dan ketidaksanggupan kita dalam menilai apa yang Allah perbuat seharusnya membuat kita tidak gegabah mengkritik tindakan-tindakan yang Ia lakukan (Ibr. 11:8).
- (2) Karena ada sesuatu yang patut direnungkan di dalamnya, yang maknanya harus diketahui Petrus nanti: "Kelak engkau akan mengerti mengapa engkau perlu dibasuh, yaitu pada saat engkau bersalah dalam dosa besar karena menyangkal Aku." Begitulah yang diartikan sebagian orang. "Engkau akan mengerti nanti, saat engkau, dalam melaksanakan jabatanmu sebagai rasul, harus bekerja membasuh anak-anak asuhanmu dari dosa dan kecemaran dunia ini." Begitulah yang diartikan oleh Dr. Hammond.
- Perhatikan:
- [1] Tuhan kita Yesus melakukan banyak hal yang maknanya tidak dimengerti pada saat itu, bahkan oleh murid-murid-Nya sendiri. Akan tetapi, mereka akan memahaminya kelak. Mengapa Ia menjadi manusia bagi kita, mengapa Ia rela menjadi yang terhina bagi kita, dan mengapa Ia bersedia menjalani hidup seperti kita dan menyerahkan nyawa-Nya, baru dapat dimengerti di kemudian hari. Ketika itu, nyatalah bahwa semua itu memang tugas-Nya (Ibr. 2:17). Tindakan-tindakan pemeliharaan ilahi yang terjadi kemudian menjelaskan kejadian-kejadian yang terjadi sebelumnya. Saat itu kita dapat memahami berkah yang tersembunyi dalam kejadian-kejadian yang tampaknya begitu menyedihkan, dan melihat bahwa jalan yang kita kira berputar-putar itu ternyata jalan yang terbaik.
- [2] Pembasuhan kaki murid-murid yang dilakukan Kristus memiliki makna tersendiri yang tidak dapat mereka mengerti sampai setelahnya, yaitu saat Kristus menerangkan bahwa hal itu merupakan contoh pembasuhan yang melambangkan kelahiran kembali. Mereka baru bisa memahaminya ketika Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka dari langit. Kita harus membiarkan Kristus bertindak dengan cara-Nya sendiri, baik dalam ibadah maupun pemeliharaan-Nya, dan setelah itu kita pasti mendapati bahwa tindakannya itu adalah yang terbaik.
- . Sekalipun begitu, Petrus masih merasa enggan dan menolak membiarkan Kristus membasuh kakinya (ay. 8): "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya. Tidak, tidak akan pernah." Begitulah yang tertulis dalam teks asli. Kalimat Petrus itu menunjukkan tekad yang benar-benar tidak dapat diganggu-gugat lagi.
- Di sini:
- (1) Terlihat adanya kerendahan hati dan kesederhanaan. Tampaknya Petrus memang memiliki rasa hormat yang begitu besar terhadap Sang Guru, dan ia memang benar-benar menghormati-Nya (Luk. 5:8). Demikianlah, banyak orang tertipu bahwa mereka sudah melakukan kebaikan dengan merendahkan diri (Kol. 2:18, 23), padahal tindakan penyangkalan diri yang pura-pura seperti ini tidak dimaksudkan maupun diterima oleh Kristus sendiri, sebab
- (2) Di balik keinginan untuk mempertontonkan kerendahan hati seperti itu terselubung ketidaktaatan terhadap kehendak Tuhan Yesus: "Aku akan membasuh kakimu," kata Kristus. "Tidak, Engkau tidak boleh melakukannya," jawab Petrus, "sebab hal itu tidak layak diperbuat." Dengan begitu, Petrus berkelakuan seolah-olah ia lebih bijaksana daripada Kristus. Hal seperti ini bukanlah kerendahan hati, melainkan ketidakpercayaan, sebab hal itu berarti menolak tawaran Injil, seakan-akan terlalu besar untuk kita atau terlalu muluk untuk dipercaya.
- . Kristus bersikeras membasuh kakinya dan memberikan alasan yang baik kepada Petrus mengapa ia harus membiarkan-Nya: Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku. Pernyataan tersebut dapat dianggap,
- (1) Sebagai peringatan keras atas ketidaktaatan: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, jika engkau terus saja keras kepala menolaknya dan tidak mau tunduk kepada kehendak Gurumu dalam hal yang sepele seperti ini, engkau tidak akan diakui sebagai salah seorang dari murid-murid-Ku, melainkan layak dikucilkan dan dikeluarkan karena tidak mematuhi perintah." Begitulah beberapa penulis kuno mengartikannya. Jika Petrus menganggap diri lebih bijak daripada Gurunya dan membantah perintah yang seharusnya ia patuhi, maka hal itu sama saja artinya dengan membatalkan kesetiaannya dan berkata sebagaimana yang dikatakan orang-orang saat menggerutu, "Bagian apakah kita dapat dari pada Daud, dari Anak Daud?" Jika demikian, itulah bencana yang akan menimpa dia, yaitu bahwa dia tidak akan mendapat bagian dalam Kristus. Biarlah dia tidak lagi bertingkah buruk seperti itu, sebab mendengarkan lebih baik daripada korban sembelihan (1Sam. 15:22). Atau,
- (2) Sebagai pernyataan mengenai perlunya pembasuhan rohani, dan beginilah artinya menurut pemahaman saya: "Jika Aku tidak membasuh jiwamu dari kecemaran dosa, Engkau tidak mendapat bagian dalam Aku, tidak memiliki kepentingan apa pun di dalam-Ku, tidak mempunyai persekutuan dengan-Ku dan tidak akan mendapat berkat dari-Ku." Perhatikan, orang-orang yang memiliki bagian dalam Kristus hanyalah mereka yang telah dibasuh secara rohani oleh-Nya.
- [1] Memiliki bagian dalam atau dengan Kristus merupakan segenap kebahagiaan yang dinikmati oleh seorang Kristen, sebagai orang yang telah beroleh bagian dalam Kristus (Ibr. 3:14). Dia mendapat bagian dalam hak-hak istimewa yang tidak ternilai harganya, yang berasal dari persekutuan dan hubungan dengan-Nya. Memiliki bagian yang baik itulah yang merupakan satu-satunya hal yang diperlukan.
- [2] Kristus perlu membasuh kita supaya kita mendapat bagian di dalam-Nya. Kristus membenarkan dan menguduskan semua orang yang dimiliki dan diselamatkan-Nya, dan ini dilakukan-Nya ketika membasuh mereka. Kita tidak dapat ambil bagian dalam kemuliaan-Nya jika kita tidak mengambil bagian dalam jasa dan kebenaran-Nya, serta dalam Roh dan anugerah-Nya.
- . Permintaan Petrus yang sungguh-sungguh, lebih daripada sekadar berserah diri, untuk dibasuh oleh Kristus (ay. 9). Jika maksudnya memang demikian, Tuhan, jangan hanya basuh kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku! Betapa cepatnya Petrus berubah pikiran. Saat kesalahpahamannya diluruskan, tekad yang tadinya keliru pun segera diubah. Hendaklah kita juga tidak begitu keras kepala dalam tekad kita (kecuali tekad kita dalam mengikut Kristus), sebab bisa saja kita segera dapat melihat alasan untuk menariknya kembali. Sebaliknya, biarlah kita selalu berhati-hati dalam menentukan tujuan yang hendak kita capai dengan segala upaya kita.
- Perhatikanlah:
- (1) Betapa sigapnya Petrus untuk menarik kembali apa yang telah dikatakannya: "Tuhan, betapa bodohnya aku karena berbicara gegabah seperti tadi!" Dia segera menerima tindakan itu begitu tampak bagi dia bahwa Kristus membasuh kakinya karena Ia mau menunjukkan wewenang dan anugerah-Nya. Di lain pihak, ia tidak menyukainya bila itu tampak bagi dia sebagai tindakan yang hanya akan merendahkan Kristus.
- Perhatikan:
- [1] Orang baik tidak akan segan mengakui kesalahannya begitu melihat kesalahan mereka.
- [2] Cepat ataupun lambat, Kristus akan membuat semua orang menjadi sepikir dengan-Nya.
- (2) Betapa Petrus bersikeras menginginkan untuk memperoleh anugerah Kristus yang memurnikan itu dan seluruh pengaruhnya, bahkan agar dicurahkan juga ke atas tangan dan kepalanya. Perhatikan, menjadi terpisah dari Kristus dan dikeluarkan sehingga tidak memperoleh bagian di dalam-Nya merupakan malapetaka yang paling menakutkan di mata orang-orang yang telah diterangi hatinya, sebab mereka takut hal ini akan membuat mereka terpengaruh untuk tega berbuat apa saja. Ketakutan akan hal ini hendaknya membawa kita untuk lebih bersungguh-sungguh lagi dengan Allah di dalam doa, supaya Ia membasuh, membenarkan dan menguduskan kita. "Tuhan, janganlah kiranya aku tercerabut daripada-Mu. Layakkanlah aku bagi-Mu, melalui pembasuhan-Mu yang memperbaharui hidup itu. Tuhan, jangan hanya membasuh kakiku dari segala kecemaran yang menempel di sana, tetapi basuhlah juga tangan dan kepalaku dari segala kecemaran besar yang melekat di sana, dan dari kotoran yang tak tampak yang dikeluarkan oleh keringat tubuh itu sendiri." Perhatikan, siapa yang benar-benar hendak dikuduskan, pasti ingin dikuduskan seluruhnya, untuk menjadi manusia yang utuh sepenuhnya, dengan semua bagian tubuh dan kekuatannya dimurnikan (1Tes. 5:23).
- . Penjelasan lebih lanjut yang diberikan Kristus mengenai tanda ini, yang melambangkan pembasuhan rohani.
- (1) Dengan menunjuk kepada murid-murid yang setia kepada-Nya itu (ay. 10): Barangsiapa telah mandi dan membasuh seluruh tubuhnya di tempat pemandian (seperti yang sering dilakukan di daerah itu), saat ia kembali lagi ke rumahnya, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena tangan dan kepalanya telah bersih, dan yang kotor hanyalah kakinya, sebab tadi ia pulang ke rumah berjalan kaki. Petrus berlaku sangat berlebihan dalam kedua hal yang dilakukannya. Pada mulanya dia tidak mau membiarkan Kristus membasuh kakinya, dan kini dia melupakan apa yang telah Kristus perbuat baginya sewaktu ia dibaptis oleh-Nya, sehingga ia meminta-Nya untuk membasuh lagi tangan dan kepalanya. Kini Kristus memberinya pengertian bahwa kakinyalah yang harus dibasuh, tetapi tangan dan kepalanya tidak perlu.
- [1] Lihatlah betapa besarnya penghiburan dan hak istimewa orang-orang yang telah dibenarkan. Mereka telah dibasuh oleh Kristus, dan menjadi bersih seluruhnya, yang artinya, mereka telah diterima oleh Allah berdasarkan anugerah, seolah-olah mereka memang bersih. Lalu, jika mereka berbuat salah dan bertobat dari kesalahannya itu, mereka tidak perlu dikuduskan sekali lagi, sebab kalau begitu, berarti orang harus sering dibaptis. Bukti dari keadaan yang telah dibenarkan itu bisa saja masih samar, begitu pula penghiburannya bisa saja masih tertunda, tetapi ketentuan mengenai hal itu tidak dihapuskan. Kita boleh punya kesempatan untuk bertobat setiap hari, tetapi karunia-karunia dan panggilan Allah tidak akan pernah dibatalkan. Hati bisa saja dibersihkan dan dipercantik, tetapi tetap saja masih menjadi kerajaan si Iblis. Akan tetapi, jika hati itu dibasuh, hati itu akan menjadi milik Kristus dan Ia tidak akan pernah melepaskannya.
- [2] Lihatlah di sini bagaimana kewaspadaan diperlukan setiap waktu oleh orang-orang yang dibenarkan melalui anugerah. Mereka perlu membasuh kaki mereka, untuk membersihkan diri dari kesalahan akibat pelanggaran dan kecerobohan yang mereka lakukan setiap hari, dengan bertobat kembali sambil percaya akan kuasa darah Kristus. Kita juga harus selalu membasuh kaki kita dengan cara mewaspadai segala sesuatu yang mencemarkan, sebab kita harus terus membersihkan jalan kita, dan membersihkan kaki kita dengan cara menjaganya (Mzm. 119:9). Saat para imam disucikan, mereka dibasuh dengan air. Setelah itu, sekalipun mereka tidak perlu dibasuh seluruh badan lagi, mereka tetap harus membasuh kaki dan tangannya dalam sebuah bejana setiap kali mereka hendak melayani, supaya mereka jangan mati (Kel. 30:19-20). Segala persiapan yang dibuat untuk menyucikan kita hendaknya tidak menjadikan kita menjadi bebas, melainkan menjadi lebih waspada. Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula? Kita harus melawan godaan hari ini dengan pengampunan yang sudah kita terima kemarin.
- (2) Dengan menyinggung Yudas: Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua (ay. 10-11). Dia menyatakan bahwa murid-murid-Nya bersih, bersih karena firman yang telah Ia katakan kepada mereka (15:3). Dia sendiri membasuh mereka dan berkata, kamu sudah bersih. Tetapi Kristus membuat perkecualian bagi Yudas: tidak semua. Mereka semua memang telah dibaptis, termasuk Yudas, tetapi tidak semua bersih. Memang banyak yang memiliki tanda, tetapi tanpa apa yang dimaksudkan oleh tanda itu.
- Perhatikan:
- [1] Bahkan di antara orang-orang yang disebut sebagai murid-murid Kristus dan mengaku memiliki hubungan dengan Dia pun masih ada sebagian yang tidak bersih (Ams. 30:12).
- [2] Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya dan siapa yang bukan (2Tim. 2:19). Mata Kristus dapat membedakan orang yang berharga dari orang yang bejat, yang bersih dari yang najis.
- [3] Saat orang-orang yang sebelumnya mengaku-ngaku sebagai murid Kristus kemudian terbukti sebagai pengkhianat, maka kemurtadan mereka membuktikan kemunafikan mereka selama itu.
- [4] Kristus melihat, Ia perlu memberi tahu mereka bahwa tidak semua dari mereka itu bersih, supaya kita dapat menelaah diri kita masing-masing (Bukan aku ya, Tuhan? Apakah aku termasuk di antara mereka yang tahir tetapi sesungguhnya tidak bersih?), supaya saat orang-orang munafik ketahuan, hal itu tidak akan mengejutkan atau menjadi batu sandungan bagi kita.
- IV. Kristus membasuh kaki murid-murid-Nya untuk memberi kita sebuah teladan. Inilah penjelasan yang Ia berikan mengenai perbuatan-Nya itu, setelah Ia selesai melakukannya (ay. 12-17).
- Perhatikanlah:
- . Dengan khidmatnya Ia menjelaskan kepada mereka makna dari apa yang telah Ia lakukan itu (ay. 12): Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia berkata, Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu?
- (1) Dia sengaja menunda penjelasan itu sampai Ia selesai dengan tindakan-Nya itu,
- [1] Untuk menguji ketaatan dan kepatuhan sepenuhnya dari mereka. Mereka tidak perlu mengetahui apa yang Ia perbuat sampai pada saatnya nanti, supaya mereka belajar untuk berserah dalam kehendak-Nya selama belum memahami alasan di balik kehendak-Nya itu.
- [2] Sebab memang sudah sewajarnya untuk menyelesaikan dahulu teka-teki itu sebelum Dia memberi jawabannya. Demikian pula halnya dengan keseluruhan tugas-Nya, Ia baru membukakan pengertian para murid-Nya dan mencurahkan Roh-Nya setelah penderitaan-Nya berakhir dan setelah Ia mengenakan kembali pakaian kemuliaan-Nya dan kembali ke tempat-Nya semula (Luk. 24:45-46).
- (2) Sebelum menjelaskan, Ia bertanya dulu kepada mereka apakah mereka bisa memahami arti perbuatan-Nya itu: Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Dia bertanya begitu bukan saja untuk menyadarkan mereka atas ketidaktahuan dan kebutuhan mereka untuk diajari (sebagaimana dalam Za. 4:5, 13, Tidakkah engkau tahu, apa arti semuanya ini? Jawabku: Tidak, tuanku!), tetapi juga untuk membangkitkan keinginan dan pengharapan mereka akan pengajaran-Nya: "Aku ingin kamu mengerti, dan jika kamu mau memperhatikan, Aku akan memberitahukannya kepadamu." Perhatikan, Kristus menghendaki supaya tanda-tanda sakramental dijelaskan dan supaya umat-Nya memahami makna tanda-tanda tersebut. Kalau tidak, meskipun tanda-tanda itu begitu bermakna, semuanya tidak akan berarti apa-apa bagi orang yang tidak dapat memahami maksudnya. Karena itulah mereka diarahkan untuk bertanya, Apakah artinya ibadahmu ini? (Kel. 12:26).
- . Dasar apa yang Ia pakai untuk melandasi penjelasan-Nya itu (ay. 13): "Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, kamu memberi-Ku gelar seperti itu saat kamu berbicara kepada-Ku, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Kamu memang murid-murid-Ku dan Aku melakukan bagian-Ku sebagai seorang guru bagimu."
- Perhatikan:
- (1) Yesus Kristus adalah Guru dan Tuhan kita. Dia adalah Sang Penebus dan Juruselamat kita, dan untuk menjalankan peran itu, Ia pun menjadi Tuhan dan Guru kita. Dialah Guru kita, didaskalos -- Guru dan Pembimbing kita dalam segala kebenaran dan peraturan yang dibutuhkan, sebagai seorang nabi yang mewahyukan kehendak Allah kepada kita. Dia adalah Tuhan kita, kyrios -- Penguasa dan Pemilik kita yang berwenang dan berkuasa atas kita.
- (2) Sudah seharusnyalah para murid Kristus memanggil-Nya sebagai Guru dan Tuhan, bukan sekadar pujian, melainkan karena Dia memang benar adalah Guru dan Tuhan mereka. Bukan karena terpaksa, melainkan dengan senang hati. Penyair Herbert yang saleh selalu menambahkan kata Guruku, setiap kali beliau menyebut nama Kristus. Begitu pulalah ia mengungkapkan hal tersebut dalam salah satu puisinya:
- (3) Memanggil Kristus Guru dan Tuhan merupakan kewajiban bagi kita untuk menerima dan mematuhi pengajaran yang Ia berikan kepada kita. Karena itu, Kristus ingin mereka menerapkan ketaatan mereka terhadap sebuah perintah yang tidak menyenangkan darah dan daging. Jika Kristus adalah Guru dan Tuhan kita, dan benar-benar demikian sesuai dengan persetujuan kita, dan bila kita sering memanggil-Nya demikian, maka kita pun wajib bersikap hormat dan jujur untuk menaati-Nya.
- . Pengajaran yang Ia ajarkan di sini: Kamu pun wajib saling membasuh kakimu (ay. 14).
- (1) Beberapa orang memahami tindakan Kristus tersebut secara harfiah dan berpendapat bahwa kalimat tersebut melembagakan sebuah ibadah yang masih berlaku di gereja, yaitu bahwa orang Kristen wajib saling membasuh kaki mereka dengan cara ibadah yang khidmat, sebagai tanda bahwa mereka mengasihi satu sama lain dengan kerendahan hati. Itulah yang dipahami oleh Ambrose yang menerapkannya di gereja di kota Milan. Augustinus berkata bahwa orang-orang Kristen yang tidak melakukan hal itu dengan tangan mereka, dia berharap, dapat melakukannya dengan hati mereka dalam kerendahan hati. Akan tetapi, menurutnya akan jauh lebih baik bila melakukan hal itu dengan tangan juga, bila ada kesempatan (sebagaimana dalam 1Tim. 5:10). Orang Kristen tidak boleh merasa hina untuk melakukan perbuatan yang tidak segan dilakukan Kristus. Menurut Calvin, ada gereja tertentu yang hanya meniru-niru Kristus saja dalam melakukan perayaan pembasuhan kaki setiap tahun pada hari Kamis tetapi tidak bertindak sebagai pengikut-Nya, sebab tugas yang Kristus lekatkan dalam perbuatan itu adalah bersifat timbal balik, yaitu saling membasuh kaki satu sama lain. Jansenius pun mengatakan bahwa hal itu dilakukan Frigidè et dissimiliter -- dengan kaku, dan tidak seperti yang dulu dicontohkan.
- (2) Akan tetapi tidak perlu diragukan lagi, tindakan itu seharusnya dipahami sebagai suatu kiasan. Itu adalah sebuah tanda untuk mengajar, dan tidak sakramental seperti halnya Perjamuan Kudus. Itu merupakan sebuah perumpamaan. Di dalamnya ada tiga hal yang hendak diajarkan Guru kita kepada kita:
- [1] Perendahan diri dengan rendah hati. Kita harus belajar dari sikap Guru kita untuk menjadi rendah hati (Mat. 11:29) dan hidup dengan segala kerendahan hati. Kita harus memandang diri kita rendah dan menghargai saudara-saudara kita, dan tidak menganggap apa pun lebih rendah dari diri kita, kecuali dosa. Bila sesuatu yang merendahkan kita mendatangkan kemuliaan bagi Allah dan kebaikan bagi saudara-saudara kita, maka kita harus berkata seperti Daud (2Sam. 6:22), "Jika hal ini dianggap hina, aku bahkan akan menghinakan diriku lebih dari pada itu." Kristus telah sering mengajari para murid-Nya mengenai kerendahan hati dan mereka sering melupakan pengajaran-Nya itu. Tetapi kini Ia mengajari mereka dengan cara yang pastinya tidak akan bisa mereka lupakan lagi.
- [2] Merendahkan diri supaya bisa melayani. Saling membasuh kaki satu sama lain berarti membungkuk sampai serendah-rendahnya supaya bisa mengasihi demi kebaikan dan keuntungan satu sama lain, seperti yang dilakukan Rasul Paulus yang terkasih itu, yang sekalipun telah merdeka dari segala sesuatu, rela menjadikan dirinya sebagai pelayan dari semua. Ini juga seperti Kristus yang terkasih itu, yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Kita tidak boleh bersungut-sungut dalam bekerja, mengambil waktu kita, dan merendahkan diri kita demi kebaikan orang lain, sekalipun kita tidak punya kewajiban apa pun terhadap mereka itu, bahkan bila mereka itu bawahan kita sekalipun, sehingga mereka tidak akan sanggup untuk membalas jasa kita. Membasuh kaki seseorang yang telah berjalan jauh membuat orang bersangkutan merasa segar kembali dan nyaman. Karena itu, saling membasuh kaki satu sama lain berarti mendahulukan rasa hormat dan penghiburan bagi satu sama lain, melakukan sebisa kita untuk meninggikan nama baik saudara-saudara kita dan menenangkan pikiran mereka (1Kor. 10:24; Ibr. 6:10). Tugas tersebut bersifat timbal balik. Kita harus menerima pertolongan dari saudara-saudara kita dan juga berkewajiban untuk mengulurkan pertolongan kepada mereka.
- [3] Kerelaan untuk melayani demi pengudusan satu sama lain: kamu wajib saling membasuh kakimu dari kecemaran dosa. Inilah yang diartikan oleh Augustinus dan banyak orang lainnya. Kita tidak dapat saling menebus dosa kita, hal itu hanya dapat dilakukan oleh Kristus saja, tetapi kita dapat saling membantu memurnikan diri satu sama lain dari dosa. Pertama-tama kita harus terlebih dahulu membasuh diri kita sendiri. Tindakan ini harus dimulai dari diri sendiri (Mat. 7:5), tetapi tidak boleh berakhir sampai di situ saja. Kita harus turut berduka atas kegagalan dan kebebalan saudara-saudara kita sendiri, lebih-lebih lagi atas kecemaran besar mereka (1Kor. 5:2), dan harus membasuh kaki saudara-saudara kita yang sudah tercemar itu dengan cucuran air mata. Kita harus berani menegur mereka dengan setia dan melakukan apa pun untuk membuat mereka insaf (Gal. 6:1), dan kita wajib memperingatkan mereka supaya tidak jatuh terbenam ke dalam lumpur. Inilah makna dari membasuh kaki saudara-saudara kita.
- . Teladan yang Kristus lakukan itu mengesahkan dan menegaskan perintah tersebut: Jika Aku, Tuhan dan Gurumu telah melakukan itu bagimu, kamu juga harus melakukannya satu sama lainnya. Alasan kuat yang mendukung pernyataan ini ditunjukkan-Nya dalam dua hal:
- (1) "Akulah Gurumu, dan kamu adalah murid-murid-Ku. Karena itulah kamu harus belajar dari Aku (ay. 15), sebab dalam hal ini, sebagaimana juga dalam hal-hal lainnya, Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu."
- Perhatikanlah:
- [1] Betapa Kristus adalah Guru yang amat baik. Dia mengajar melalui teladan dan juga pengajaran. Untuk tujuan inilah Ia datang ke dunia ini dan tinggal di antara kita, supaya Dia dapat memberi kita contoh dari segala anugerah dan tugas yang diajarkan oleh agama-Nya yang suci itu. Dan semua teladan itu tiada bercacat cela. Dengan begitu Dia membuat hukum-hukum-Nya lebih mudah dipahami dan lebih mulia. Kristus adalah seorang panglima seperti Gideon, yang berkata kepada para prajuritnya, Perhatikanlah aku dan lakukanlah seperti yang kulakukan (Hak. 7:17). Ia seperti Abimelekh yang berkata, Turutilah dengan segera perbuatanku yang kamu lihat ini (Hak. 9:48). Dan juga seperti Kaisar yang memanggil para serdadunya bukan dengan sebutan milites -- tentara, melainkan, commilitones -- rekan tentara, dan yang perkataannya sering kali bukan Ite illue, melainkan Venite huc; bukan Pergilah, melainkan Datanglah.
- [2] Betapa kita harus menjadi pelajar yang baik. Kita harus melakukan seperti yang telah Ia lakukan. Untuk itulah Ia memberikan teladan kepada kita, yaitu supaya kita bisa mencontoh perbuatan-Nya, supaya kita bisa berlaku sama seperti Dia di dunia ini (1Yoh. 4:17), dan hidup sama seperti Kristus telah hidup (1Yoh. 2:6). Teladan Kristus di sini harus dicontoh terutama oleh para hamba Tuhan, karena di dalam diri mereka anugerah kerendahan hati dan kasih yang kudus khususnya harus tampak. Dengan berbuat seperti itulah, mereka akan dapat melayani kepentingan Guru mereka dengan lebih berhasil guna dan mencapai tujuan pelayanan mereka sendiri. Saat Kristus mengutus para rasul sebagai wakil-wakil-Nya, Ia memerintahkan kepada mereka supaya jangan memegahkan diri, tidak menjadi tinggi hati, melainkan menjadi segala-galanya bagi semua orang (1Kor. 9:22). Kamu harus berbuat hal yang sama terhadap jiwa-jiwa para pendosa yang tercemar seperti yang telah kuperbuat terhadap kakimu, yaitu membasuhnya. Sebagian orang yang menganggap pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus itu terjadi pada perjamuan Paskah berpendapat bahwa perbuatan tersebut menunjukkan sebuah peraturan dalam menerima orang yang hendak mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, yaitu bahwa mereka terlebih dahulu harus dibasuh dan dibersihkan melalui pembaharuan hidup dan perilaku tak bercela, sebelum membawa mereka ke jalur mezbah Allah. Akan tetapi semua orang Kristen sebenarnya diajarkan di sini untuk saling mengasihi satu sama lain dengan kerendahan hati dan melakukan perbuatan sama seperti yang telah dilakukan oleh Kristus tanpa harus diminta terlebih dahulu, dan tanpa mengharap imbalan. Kita tidak boleh selalu mengharapkan upah saat kita melakukan pelayanan kasih, serta tidak boleh merasa enggan menjalankannya.
- (2) Akulah Gurumu, dan kamu adalah murid-murid-Ku. Karena itu, janganlah kamu menganggap dirimu terlalu tinggi untuk melakukan hal yang telah Kuperbuat di depan matamu, tak peduli seberapa hina perbuatan itu tampaknya, sebab (ay. 16) seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya, sekalipun dia diutus dalam segala kebesaran dan kuasa sebagai seorang wakil. Kristus telah menekankan hal itu (Mat. 10:24-25) sebagai sebuah alasan mengapa mereka tidak perlu menganggap aneh jika mereka harus menderita seperti Dia menderita. Di sini Ia menekankan betapa mereka tidak boleh berkeberatan untuk merendahkan diri seperti yang Ia lakukan. Apa yang menurut-Nya tidak terlalu hina untuk Dia lakukan, harus mereka anggap demikian juga. Mungkin para murid itu diam-diam merasa jijik memikirkan harus saling membasuh kaki mereka, sebab kelihatannya hal itu tidak sesuai dengan martabat yang mereka harapkan akan terima sebentar lagi. Untuk menghilangkan pikiran seperti itu, Kristus pun mengingatkan mereka mengenai kedudukan mereka sebagai hamba-Nya. Mereka tidak lebih baik daripada Guru mereka, dan apa yang sesuai bagi martabat-Nya pasti juga sangat sesuai bagi martabat mereka. Jika Ia saja rela merendahkan diri-Nya, maka mereka tidak selayaknya meninggikan diri mereka.
- Perhatikan:
- [1] Kita harus berhati-hati supaya anugerah dan kerendahan hati Kristus dalam menghampiri kita tidak membuat kita menjadi sombong dan menganggap diri kita hebat, atau memandang rendah Dia. Kita perlu selalu diingatkan bahwa kita tidak lebih baik dari Tuhan kita.
- [2] Untuk menjadi serupa dengan-Nya, kita harus lebih merendahkan diri lagi untuk melakukan apa pun, mengikuti perbuatan-Nya yang tidak segan Dia lakukan bagi kita dengan merendahkan diri. Dengan merendahkan diri-Nya sendiri, Kristus telah menjunjung tinggi kerendahan hati dan mengharuskan para pengikut-Nya supaya tidak pernah memikirkan perbuatan apa pun yang terlalu hina untuk dilakukan, selain perbuatan dosa. Biasanya kita mencela orang yang terlalu pilih-pilih dalam melakukan sesuatu, tetapi engkau kerjakanlah sebaik-baiknya dan jangan memikirkan yang jelek mengenai perbuatan itu. Karena demikianlah itu adanya, bahwa Guru kita pun mau melakukannya. Bila kita melihat Guru kita sendiri melayani, maka keterlaluanlah bila kita sendiri hanya menyuruh-nyuruh saja.
- . Juruselamat kita mengakhiri pembicaraan-Nya pada bagian ini dengan menegaskan kepada murid-murid bahwa penting bagi mereka untuk menaati perintah-perintah ini: Jikalau kamu tahu semua ini, atau, karena kamu sudah mengetahui semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Kebanyakan orang menyangka bahwa sungguh berbahagia orang yang naik ke kedudukan yang tinggi dan memerintah. Sedangkan, membasuh kaki sesama, tidak akan pernah mendatangkan harta benda dan kedudukan. Tetapi, bertentangan dengan ini, Kristus berfirman bahwa berbahagialah orang yang mau membungkuk dan patuh, jikakalau kamu tahu semua ini. Pernyataan ini bisa dipahami sebagai suatu keraguan apakah mereka sudah tahu atau belum. Begitu kuatnya kecongkakan dalam diri mereka untuk mendirikan kerajaan duniawi, sehingga merupakan hal yang patut dipertanyakan apakah mereka bisa menerima gagasan tentang suatu kewajiban yang begitu bertentangan dengan kecongkakan mereka itu. Atau, pernyataan itu bisa dipahami begitu saja bahwa mereka memang sudah tahu semua ini. Karena sudah diberi ajaran-ajaran yang begitu istimewa, yang disarankan oleh seorang teladan yang sedemikian unggul, maka untuk melengkapi kebahagiaan mereka, mereka perlu menerapkan ajaran-ajaran itu sebagaimana mestinya.
- (1) Ini berlaku bagi perintah-perintah Kristus pada umumnya.
- Perhatikanlah, walaupun sungguh bermanfaat bagi kita untuk mengetahui kewajiban kita, namun kita tidak akan berbahagia jika tidak melakukan kewajiban itu. Mengetahui itu penting supaya kita bisa melakukan. Dan oleh sebab itu, pengetahuan yang tidak diterapkan dalam perbuatan hanyalah sia-sia dan tidak berbuah. Bahkan, pengetahuan seperti itu akan memperparah dosa dan kehancuran (Luk. 12:47-48; Yak. 4:17). Mengetahui dan melakukanlah yang membuktikan bahwa kita ini berasal dari kerajaan Kristus dan merupakan tukang-tukang bangunan yang bijak. Lihat Mazmur 103:17-18.
- (2) Ini terutama berlaku bagi perintah Kristus di sini, yaitu untuk rendah hati dan mau melayani. Tidak ada lagi yang lebih baik untuk diketahui dan bersedia diakui oleh orang lain selain hal ini, yaitu bahwa kita harus rendah hati. Karena itulah, banyak orang mau mengakui bahwa mereka cepat marah dan tidak sabar, namun hanya sedikit saja yang mau mengakui bahwa mereka sombong, sebab kesombongan merupakan dosa yang juga tidak bisa dimaafkan dan sama dibencinya seperti dosa-dosa lainnya. Namun, betapa sedikitnya kita menjumpai orang yang betul-betul rendah hati, yang mau saling tunduk dan merendah, seperti yang amat ditegaskan oleh hukum Kristus ini! Kebanyakan orang tahu semua ini dengan begitu baik, sehingga mereka berharap agar orang lain berbuat demikian kepada mereka, tunduk kepada mereka, dan melayani mereka. Namun, mereka sendiri tidak begitu baik dalam melakukannya.
SH: Yoh 13:1-20 - Praktek pembasuhan kaki (Minggu, 28 Februari 1999) Praktek pembasuhan kaki
Pada masa itu, tindakan pembasuhan kaki merupakan tindakan
penyambutan terhadap tamu yang datang. Tuan rumah menyediakan...
Praktek pembasuhan kaki
Pada masa itu, tindakan pembasuhan kaki merupakan tindakan penyambutan terhadap tamu yang datang. Tuan rumah menyediakan air dan mempersilahkan tamu untuk membasuh sendiri kaki mereka. Sesekali kegiatan pembasuhan kaki para tamu itu dilakukan oleh para pelayan. Namun keadaan ini tidak berlaku bagi Yesus. Artinya, Yesus adalah tamu, Dia juga berlaku sebagai Pelayan, dan sekaligus sebagai tuan rumah. Ia mengambil air, membasuh dan mengeringkan kaki murid-murid-Nya satu demi satu. Para pemimpin gereja selayaknyalah meneladani perbuatan Yesus. Peran kepemimpinan-Nya tidak menghalangi Dia untuk bertindak sebagai pelayan.
Pola dasar pelayanan Kristen. Mengapa Yesus harus membasuh kaki murid-murid-Nya? Bukankah itu melanggar aturan dan tradisi? Yesus telah mempertontonkan suatu sikap yang seharusnya dilakukan oleh para pemimpin gereja. Inilah pola dasar pelayanan Kristen. Melayani bukan karena tuntutan jabatan, melainkan karena kerelaan mengutamakan orang lain, merendahkan diri sendiri dan membangun orang yang dilayani dalam kasih dan persekutuan. Saling memulihkan, itulah tujuan pelayanan kita. Dari kerendahan, pengosongan dan penghambaan diri itu, mengalir pemulihan, pemersatuan dan pembangunan tubuh Kristus.
Teladan Kristus. Kristus telah memberikan pengajaran yang memiliki kekuatan atau pengaruh untuk mengubah hidup orang lain. Kristus memberikan teladan nyata. Pengajaran-Nya itu mendorong, menuntut dan merombak pola hidup pelayanan kita. Karena itu kita wajib memperhamba diri satu kepada yang lain. Bila para pelayan Kristus, pemimpin gereja, sedia meniru teladan Tuhan Yesus, barulah mereka sepenuhnya layak menjadi utusan atau wakil Kristus dalam dunia ini.
Renungkan: Dasar dari pelayanan adalah kasih. Karena itu, atas dasar kasih pulalah kita dipanggil untuk melayani Tuhan dan sesama.
SH: Yoh 13:1-11 - Menerima kasih (Senin, 11 Maret 2002) Menerima kasih
Peristiwa di pasal 13 ini terjadi pada Kamis sore sebelum Paskah.
Yesus mengetahui bahwa waktu-Nya telah tiba untuk Dia keluar da...
Menerima kasih
Peristiwa di pasal 13 ini terjadi pada Kamis sore sebelum Paskah. Yesus mengetahui bahwa waktu-Nya telah tiba untuk Dia keluar dari dunia. Ia mencintai murid-murid-Nya yang ada di dalam dunia sampai setuntas-tuntasnya. Kasih Yesus itu dilakukan-Nya meski di pihak lain Ia tahu tentang niat jahat Yudas Iskariot yang mengikuti dorongan iblis untuk mengkhianati Dia. Yesus juga tahu bahwa kuasa Allah ada penuh dalam diri-Nya dan bahwa Ia datang dari dan akan kembali kepada Bapa (ayat 3).
Secara sangat dramatis, Yesus menjadi seperti seorang hamba yang mencuci kaki tuan-tuannya. Inilah tanda cinta-Nya yang mendalam: pekerjaan para budak kafir diambil-Nya. Para murid bahkan tidak mau saling membasuh kaki, bahkan terhadap Guru mereka pun, mereka enggan melakukan pekerjaan tersebut. Tindakan Yesus sungguh mengejutkan. Dapat kita bayangkan bagaimana kesan dan akibat yang timbul dari sikap dan tindakan Yesus itu dalam hati mereka saat itu. Lalu, reaksi yang muncul adalah pertanyaan (ayat 6). Maksud Petrus adalah menyatakan bahwa dirinya tidak pantas menerima perlakuan Yesus. Tetapi, menolak pelayanan Yesus berarti menolak cinta Yesus. Banyak segi pelayanan Tuhan terhadap kita yang tatkala kita mengalaminya, kita belum dapat memahaminya (ayat 7). Namun, paham atau tidak, mudah atau sulit menerimanya, menerima dengan patuh adalah sikap iman yang benar.
Ucapan Yesus selanjutnya agak sulit dipahami. Apa maksud-Nya dengan pembasuhan dan mandi? Ada yang beranggapan bahwa mandi adalah penyelamatan, pembasuhan adalah pengakuan dosa sehari-hari. Tetapi, bagaimana bicara tentang penyelamatan bila salib belum terjadi? Ada pula anggapan bahwa mandi adalah kematian Yesus, pembasuhan adalah salib-Nya. Mungkin jawaban yang paling tepat adalah bahwa keduanya menunjuk pada pelayanan Yesus yang harus orang percaya terima agar beroleh bagian di dalam Dia. Karya Yesus untuk menyelamatkan dan menyucikan kita itu meliputi firman dan kurban salib-Nya, dan kita menerima itu dengan beriman dan melalui baptisan.
Renungkan: Kristus menyaksikan ketuhanan-Nya dengan kasih dan kerendahhatian-Nya yang tak terhingga. Belajarlah menerima cinta- Nya, dan belajarlah mencintai sesama di dalam kerendahan hati!
SH: Yoh 13:1-11 - Dibasuh oleh Yesus (Sabtu, 4 Maret 2006) Dibasuh oleh Yesus
Menyadari saat-Nya sudah tiba untuk kembali kepada Bapa (ayat 1, 3),
Yesus memusatkan pelayanan-Nya kepada kedua belas murid-Ny...
Dibasuh oleh Yesus
Menyadari saat-Nya sudah tiba untuk kembali kepada Bapa (ayat 1, 3), Yesus memusatkan pelayanan-Nya kepada kedua belas murid-Nya (ayat 13:1-17:26), dimulai dengan tindakan yang melandasi segala sesuatu yang akan terjadi berikutnya dalam hidup Yesus maupun para murid. Yesus membasuh kaki mereka. Inilah ungkapan kasih Yesus yang tiada tara: kasih hingga akhir hayat-Nya (ayat 13:1).
Dalam adat Yahudi, membasuh kaki biasa dilakukan orang sebelum masuk ke rumah, setelah menempuh perjalanan penuh debu. Membasuh kaki tidak dilakukan selagi makan. Karena itu, pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus bukanlah kebiasaan sehari-hari, tetapi merupakan tindakan profetik yang melambangkan sengsara serta kematian-Nya.
Perikop ini mengaitkan pembasuhan kaki itu dengan kematian Yesus.
Pengkhianatan Yudas (ayat 2, 11) telah merintis jalan bagi
penyaliban-Nya. Yesus tahu Bapa telah menyerahkan segala sesuatu
kepada-Nya (ayat 3a), yakni kuasa untuk menyelesaikan misi
penyelamatan-Nya. Yesus berkuasa untuk enyelamatkan karena Ia
berkuasa untuk menyerahkan nyawa-Nya (ayat 10:17, 18). "Saat-Nya"
tiba untuk Yesus kembali kepada Bapa (ayat 1, 3b) melalui
kematian-Nya. Kata yang sama dengan "menyerahkan nyawa" dalam
Tugas yang dianggap hina dan rendah dilakukan Yesus untuk
menubuatkan bagaimana Ia akan direndahkan dalam kematian. Ia perlu
mati demi penyelamatan mereka yang percaya kepada-Nya. Dengan jalan
inilah Ia memungkinkan kita memperoleh "bagian di dalam Dia" (ayat
8; bdk. Luk. 22:29-30) dan memperoleh "pembersihan" dari dosa (
Responsku: _________________________________________________
SH: Yoh 13:1-13 - Kenapa Harus Tuhan? (Jumat, 29 Februari 2008) Kenapa Harus Tuhan?
Mengapa kini begitu banyak orang berusaha untuk 'menuju puncak' alias
meraih kesuksesan yang menempatkan dirinya di atas ora...
Kenapa Harus Tuhan?
Mengapa kini begitu banyak orang berusaha untuk 'menuju puncak' alias meraih kesuksesan yang menempatkan dirinya di atas orang lain? Ada banyak kemungkinan jawaban, tetapi salah satu yang paling populer adalah bahwa orang yang berada di atas berhak dilayani orang lain, bahkan hingga berbagai keperluan dan keinginan pribadinya. Bahkan dalam berbagai organisasi Kristen, orang yang ada di posisi atas memang dianggap layak menerima berbagai pelayanan dan kemudahan, yang biasanya disediakan oleh para bawahannya.
Sebagai murid, Petrus dan kawan-kawan mengalami sesuatu yang mengejutkan: Yesus (ayat 4-5) turun tangan untuk memenuhi sesuatu yang biasanya hanya pantas dilayankan oleh seorang budak non-Yahudi atau perempuan/anak-anak, bukan lelaki Yahudi dewasa. Kini Guru dan Tuhan merekalah yang melakukan tindakan itu. Yesus menyatakan tindakan ini merupakan tanda bahwa mereka ikut mengambil bagian dalam Dia, artinya ikut mengambil bagian dalam karunia kemuliaan Allah yang diberikan kepada Yesus. Bagi dunia masa kini, langkah ini jelas tidak logis. Bagi Yesus, justru itulah yang harus dilakukan. Dalam penggalan nas ini, tindakan-Nya membasuh kaki para murid-Nya justru tidak membuatnya terhina, melainkan memenuhi status-Nya sebagai Tuhan dan Guru atas murid-murid-Nya.
Hal ini mungkin bisa jadi batu sandungan besar bagi kita para insan abad keduapuluh satu. Namun faktanya, keselamatan kita terjadi karena Yesus rela merendahkan diri, turun ke dalam dunia, menderita, hingga mati di kayu salib. Kalimat ini bukan sekadar basa-basi. Kaki-kaki para murid yang tak lagi kotor berdebu itu jadi buktinya(ayat 10). Wibawa Ilahi-Nya kelihatan dari kasih-Nya yang mewujud nyata dalam pelayanan. Kristus yang kita sembah tidak sama dengan imaji-imaji Yesus versi 'jualan' yang berkilauan, berwibawa, dan eksklusif. Kristus adalah Tuhan karena Ia lebih dulu melayani kita.
SH: Yoh 13:1-20 - Merendahkan diri dan melayani (Sabtu, 29 Maret 2014) Merendahkan diri dan melayani
S aat penangkapan dan penyaliban Yesus sudah semakin dekat. Itulah saat-saat terakhir bagi Yesus bersama para murid-Nya...
Merendahkan diri dan melayani
S aat penangkapan dan penyaliban Yesus sudah semakin dekat. Itulah saat-saat terakhir bagi Yesus bersama para murid-Nya. Pada saat itulah Yesus mengajar tentang kasih dan memberi diri untuk melayani. Namun pengajaran itu diberikan bukan melalui kata-kata, melainkan dengan tindakan nyata.
Usai makan, Yesus -Sang Guru- memakai perlengkapan pelayan lalu membasuh kaki murid-muridNya (4-5)! Biasanya hal ini dilakukan oleh seorang pelayan. Para murid sendiri pada waktu itu tengah sibuk memperdebatkan siapa yang terbesar di antara mereka (bdk. Luk. 22:24). Dengan isi perdebatan semacam itu, mana mungkin ada yang mau merendahkan diri dengan membasuh kaki yang lain? Namun saat dibasuh Yesus, murid-murid diam saja. Berbeda dengan Petrus, yang tidak bisa menerima bila Sang Guru membasuh kakinya, yang adalah murid-Nya. Namun usai mendengar penjelasan Yesus, Petrus malah meminta agar seluruh tubuhnya dibasuh (6-9).
Melalui tindakan-Nya, Yesus mengajarkan bahwa Ia telah mengambil peranan yang sangat rendah untuk melayani murid-murid-Nya. Karena itu murid-murid pun seharusnya mau melayani dan menempatkan kepentingan orang lain di atas prestise mereka sendiri (bdk. Flp. 2:1-11). Bila dunia bertanya, "Berapa banyak pelayanmu?" maka murid-murid Yesus seharusnya bertanya "Berapa orang yang kulayani?" Sebab itu, murid-murid Yesus seharusnya tidak berpikir bahwa melayani merupakan suatu tindakan yang bernilai rendah, karena Guru mereka pun telah merendahkan diri untuk melayani mereka (15).
Dunia bahkan murid-murid Tuhan masa kini banyak dipenuhi semangat kompetisi, sehingga yang terjadi adalah saling mengritik dan ingin memperlihatkan siapa yang terbaik dan terbesar. Akibatnya, pengetahuan bertambah, tetapi kasih berkurang. Dan dalam situasi seperti itu, melayani akan dianggap sebagai sesuatu yang merendahkan harga diri. Namun Yesus berkata, "Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya." (17)
SH: Yoh 13:1-20 - Pelayanan dan Keteladanan Yesus (Selasa, 16 Maret 2021) Pelayanan dan Keteladanan Yesus
Injil Yohanes ditulis dengan pengelompokan menjadi dua bagian. Pasal 1-12 berisi narasi-narasi pelayanan Yesus kepada...
Pelayanan dan Keteladanan Yesus
Injil Yohanes ditulis dengan pengelompokan menjadi dua bagian. Pasal 1-12 berisi narasi-narasi pelayanan Yesus kepada publik yang jumlahnya makin hari makin bertambah. Kemudian, pasal 13-17 memuat pelayanan Yesus kepada murid-murid-Nya. Pengajaran Yesus yang khusus dicatat oleh Yohanes pada bagian ini tidak terdapat di dalam Injil Sinoptik-Matius, Markus, dan Lukas. Pengajaran ini disampaikan pada sore sampai malam hari sebelum Yesus ditangkap di taman Getsemani.
Serangkaian perintah dan pengajaran yang disampaikan Yesus diawali dengan perbuatan nyata yang menunjukkan bahwa Ia mengasihi murid-murid-Nya, termasuk Yudas sekalipun, yang masih ada di tengah-tengah para murid. Yesus tahu bahwa saat-Nya untuk menyelesaikan misi penyelamatan manusia dari Allah akan segera tiba (1).
Yesus memperagakan pengajaran-Nya tentang kasih kepada murid-murid dengan bertindak layaknya seorang hamba yang membasuh kaki mereka satu per satu. Pembasuhan itu juga dimaknai sebagai pembersihan (4-5).
Seusai Yesus melakukan pembasuhan, Ia menegaskan agar murid-murid-Nya tidak meninggikan diri, tetapi mau merendahkan hati dan melayani sesama dengan tulus dan sungguh-sungguh, bahkan harus rela merendahkan diri untuk saling melayani satu sama lain.
Pelayanan dan keteladanan, itulah dua hal yang Yesus berikan kepada para murid, kepada orang banyak di masa itu, dan kepada kita hari ini. Ia melayani karena kasih dan dengan kasih. Ia memberikan teladan dalam hal saling mengasihi. Sebelum Yesus secara khusus meminta kepada para murid untuk melayani dan menjadi teladan bagi banyak orang, Yesus telah lebih dahulu melakukannya. Ia menunjukkan kasih-Nya dan memberikan kasih tanpa syarat dan tanpa batas. Ia melayani tanpa pandang bulu.
Nas ini mengingatkan kita untuk selalu meneladan Yesus yang adalah Tuhan kita dalam pelayanan dan kasih-Nya. Ia yang mulia dan tidak berdosa merendahkan diri-Nya untuk melayani dan membersihkan kita orang-orang berdosa. [INK]
Utley -> Yoh 13:1-11
Utley: Yoh 13:1-11 - --NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 13:1-111 Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia...
NASKAH NASB (UPDATED): Yoh 13:1-11
1 Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. 2 Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. 3 Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. 4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, 5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. 6 Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" 7 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak." 8 Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." 9 Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" 10 Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua." 11 Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih."
Yoh 13:1 "sebelum hari raya Paskah" Yohanes dan Injil Sinoptik tidak bersetuju mengenai apakah in adalah hari sebelum perjamuan Paskah atau tepat di hari perjamuan Paskah itu sendiri. Keduanya menaruh perjamuan pada hari Kamis dan penyaliban pada hari Jumat (lih. Yoh 19:31; Mr 15:43; Luk 23:54). Perjamuan Paskah ini memperingati pembebasan Israel dari Mesir (lih. Kel 12). Yohanes menegaskan bahwa ini adalah hari sebelum perjamuan Paskah umumnya (lih. Yoh 18:28; 19:14,31,42).
□ "seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya (di dunia)" Yohanes memakai kata bumi (kosmos) dalam beberapa pengertian yang berbeda:
- 1. planet ini (lih. Yoh 1:10; 11:9; 16:21; 17:5,11,24; 21:25)
- 2. umat manusia (lih. Yoh 3:16; 7:4; 11:27; 12:19; 14:22; 18:20,37)
- 3. manusia yang memberontak (lih. Yoh 1:10,29; 3:16-21; 4:42; 6:33; 7:7; 9:39; 12:31; 15:18; 17:25)
□ "Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini" Ini adalah sebuah PERFECT ACTIVE PARTICIPLE (seperti ay. Yoh 13:3). Yesus mengerti hubungan unikNya dengan Bapa setidaknya dari usia dua belas (Luk 2:41-51). Kedatangan dari orang-orang Yunani dalam Yoh 12:20 menunjukkan pada Yesus bahwa waktu kematian dan pemuliaanNya telah tiba (lih. Yoh 2:4; 12:23,27; 17:1). Injil Yohanes terus menekankan suatu dualisme vertikal, atas vs. bawah (lih. ay. Yoh 13:3). Yesus diutus (lih. Yoh 8:42) oleh Bapa dan sekarang Ia akan kembali. Injil-injil Sinoptik menggambarkan Yesus sebagai mengajarkan suatu dualisme horizontal dari kedua zaman Yahudi, ketegangan yang sudah dan yang belum dari Kerajaan Allah. Ada banyak pertanyaan mengenai Injil-injil yang harus dikemukakan oleh para pembaca moderen, namun ketika semua dikatakan dan dilakukan tulisan-tulisan sakral ini menyatakan suatu pandangan alkitabiah yang konsisten tentang dunia.
- 1. Hanya ada satu Allah yang kudus
- 2. Makhluk ciptaanNya yang istimewa, umat manusia, telah jatuh ke dalam dosa dan pemberontakan
- 3. Allah telah mengutus seorang Penebus yang berinkarnasi
- 4. Umat manusia harus menanggapi dengan iman, pertobatan, ketaatan, dan ketekunan
- 5. Ada suatu kekuatan jahat pribadi dalam perlawanan terhadap Allah dan kehendakNya
- 6. Semua ciptaan yang sadar akan memberikan catatan kehidupannya kepada Allah.
□ "mengasihi murid-murid-Nya" Frasa Yunani ini digunakan dalam papirus Mesir bagi "saudara dekat" (lih. Luk 8:19-21).
□ "Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya" Ini adalah kata Yunani "telos," yang berarti suatu maksud yang tercapai. Ini menunjuk pada pekerjaan Yesus yaitu penebusan umat manusia di kayu salib. Suatu bentuk dari kata yang sama adalah kata terakhir Yesus dari kayu salib (lih. Yoh 19:30), "Sudah selesai," yang kita pelajari dari papirus Mesir memiliki konotasi "telah dibayar lunas"!
Yoh 13:2 "sedang makan bersama" Ada beberapa variasi naskah di titik ini. Ini kemungkinan berarti (1) setelah makan malam; (2) setelah Cawan Berkat yang pertama, ketika prosedurnya mensyaratkan pembasuhan tangan; atau (3) setelah Cawan Berkat ketiga.
"Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot" Ini adalah sebuah PERFECT ACTIVE PARTICIPLE. Yesus telah tahu tentang Yudas dari awalnya (lih. Yoh 6:70). Si jahat telah mencobai Yudas sejak lama (lih. ay. Yoh 13:27). Lihat Topik Khusus: Hati pada Yoh 12:40. Lihat catatan sepenuhnya mengenai Yudas pada Yoh 18:1.
Yoh 13:3 "Yesus tahu, bahwa BapaNya telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya" Ini ialah suatu PERFECT ACTIVE PARTICIPLE seperti ay. Yoh 13:1, diikuti oleh sebuah AORIST ACTIVE INDICATIVE. Ini adalah satu dari pernyataan-pernyataan Yesus yang menakjubkan (lih. Yoh 3:35; 17:2; Mat 28:18). BENTUK KALIMAT AORIST sangat menentukan. Bapa memberikan kepada Yesus "segala sesuatu" sebelum penyaliban. Hal-hal ini tidak diberikan semata-mata sebagai suatu penghargaan atas ketaatanNya, namun karena Siapa Dia! Ia tahu siapa DiriNya dan membasuh kaki mereka yang saling memperdebatkan siapakah yang terbesar di antara mereka!
Yoh 13:4 "Lalu bangunlah" Ingat bahwa mereka semula bersandar pada siku kiri mereka dengan kaki dibelakang mereka, bukannya duduk di kusi.
□ "menanggalkan jubah-Nya" Kata Jubah ini berbentuk JAMAK, yang menunjuk pada jubah luar Yesus (lih. Yoh 19:23; Kis 8:16). Menarik bahwa kata kerja yang sama ini digunakan dalam Yoh 10:11,15,17,18 untuk penyerahan Yesus akan hidupNya (lih. ay. Yoh 13:37). Ini mungkin satu lagi dari double entendres Yohanes. Sepertinya sangat mungkin hal pembasuhan kaki ini lebih dari sekedar suatu tujuan pendidikan kerendahan hati (lih. ay. Yoh 13:6-10).
Yoh 13:5 "membasuh kaki murid-muridNya" Kata Yunani ini digunakan untuk "membasuh hanya sebagian dari tubuh." Kata dalam ay. Yoh 13:10 digunakan untuk mandi. Pembasuhan kaki adalah tugas dari budak. Bahkan para rabi tiak mengharapkan hal ini dari para murid mereka. Yesus, mengenali keTuhananNya sendiri, bersedia untuk membasuh kaki dari murid-murid yang saling ber iri hati dan ambisius ini.
Yoh 13:6 Pertanyaan Petrus adalah suatu cara halus untuk menolak sikap langkah Yesus ini. Petrus sering berpikir a mengetahui apa yang harus dan tidak harus dikerjakan oleh Yesus (lih. Mat 16:22).
Yoh 13:7 Para rasul, yang hidup bersama dengan Yesus, tida selalu memahami tindakan dan pengajaranNya (lih. Yoh 2:22; 10:6; 12:16; 16:18).
Yoh 13:8 "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya" Ini ialah suatu DOUBLE NEGATIVE yang berarti "tidak pernah tidak, tidak pernah dalam keadaan apapun." Untuk "tidak pernah" lihat Topik Khusus pada Yoh 6:58.
□ "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku" Ini adalah sebuah KALIMAT THIRD CLASS CONDITIONAL. Ayat ini mengisyaratkan bahwa lebih banyak yang terjadi di sini daripada sekedar tujuan pelajaran yang praktis. Ayat Yoh 13:6-10 sepertinya berhubungan dengan karya Yesus di salib dalam pengampunan dosa. Frasa ini mungkin mencerminkan suatu ungkapan PL yang berhubungan dengan warisan (lih. Ul 12:12; 2Sam 20:1; 1Raj 12:12). Ini adalah suatu ungkapan pengecualian yang sangat keras.
Yoh 13:9 bentuk kata NEGATIVE PARTICLE "jangan" (mē) mengindikasikan suatu IMPERATIVE tidak langsung, "mencuci."
Yoh 13:10 "Barangsiapa telah mandi" Yesus sedang berbicara secara penggambaran mengenai penebusan. Petrus telah dibasuh (diselamatkan, lih. Yoh 15:3), namun perlu terus menerus bertobat (lih. 1Yoh 1:9) untuk memelihara persekutuan yang intim. Kemungkinan kontekstual yang lain adalah bahwa Yesus sedang berbicara mengenai pengkhianatan Yudas (lih. ay. Yoh 13:11 & 18). Jadi penggambaran tentang mandi menunjuk kalau bukan pada (1) tubuh Petrus atau (2) kelompok para rasul.
Yoh 13:11 Terjemahan TEV menaruh ayat ini di dalam tanda kurung, menafsirkannya sebagai komentar dari penulis.
TFTWMS -> Yoh 13:1-5
TFTWMS: Yoh 13:1-5 - Pelayanan Itu Diarahkan Kepada Allah PELAYANAN ITU DIARAHKAN KEPADA ALLAH (Yohanes 13:1-5)
Dua murid yang paling menonjol dalam pasal 13 adalah Yudas (ay. 2, 18-30) dan Petrus (ay. 31-38...
PELAYANAN ITU DIARAHKAN KEPADA ALLAH (Yohanes 13:1-5)
Dua murid yang paling menonjol dalam pasal 13 adalah Yudas (ay. 2, 18-30) dan Petrus (ay. 31-38). Kaki kedua orang itu sudah dibasuh oleh Yesus, dan dalam beberapa jam berikutnya kedua orang itu akan menjadi kekecewaan utama bagi Dia; Yudas mengkhianati Dia, dan Petrus menyangkal Dia. "Gambaran" ini sebenarnya merupakan pengungkapan yang cemerlang dan indah tentang sifat pelayanan. Cara orang lain merespon pelayanan kita bukanlah apa yang membuat pelayanan kita baik. Kita harus melayani dan biarlah Allah yang menilai hasilnya.
Jemaat dimana saya menjadi bagiannya memiliki pelayanan kebajikan yang besar yang disebut "Rumah-Nya," yang menyediakan makanan dan pakaian bagi orang-orang yang membutuhkan. Kadang-kadang kami ketahui bahwa banyak orang berbohong kepada kami dan menyalahgunakan kemurahan hati kami. Apakah hal ini mengurangi nilai pelayanan kami? Sama sekali tidak! Kami ingin bersikap bijaksana, dan kami tidak percaya bahwa kami harus menolong orang-orang yang akan menggunakan pemberian kami itu untuk membeli minuman beralkohol atau narkoba. Namun begitu, jika ternyata kami salah, kami memutuskan untuk melakukannya atas dasar rasa percaya diri dan kemurahan hati. Meskipun beberapa orang mungkin akan membodohi kami, namun yang penting kami harus tetap melayani. Karena malam itu Yesus membasuh kaki Yudas dan Petrus, maka kita didorong untuk terus melayani sesama kita manusia, bahkan jika kadang-kadang banyak orang mengkhianati pelayanan kita atau menyalahgunakan pemberian kita. Pelayanan yang utama, bagi orang Kristen, bukanlah tentang melihat hasilnya; melainkan tentang melihat Yesus!
Para misionaris merupakan contoh lain dari prinsip ini. Sebelum mereka pergi ke suatu tempat untuk memberitakan injil mereka mengerti bahwa beberapa orang akan menolak mereka, yang lainnya akan memperalat mereka, dan beberapa bahkan mungkin akan mengutuki mereka. Kepergian mereka tidak tergantung pada hasilnya. Mereka pergi sebab hal itu merupakan hal yang benar untuk dilakukan—apapun kemungkinan hasilnya.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keem...
Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M
Latar Belakang
Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).
Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.
Tujuan
Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.
Survai
Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:
- (1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;
- (2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.
- (3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).
Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.
- (1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.
- (2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).
Ciri-ciri Khas
Delapan penekanan utama menandai Injil ini.
- (1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.
- (2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.
- (3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.
- (4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).
- (5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.
- (6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).
- (7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).
- (8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".
Full Life: Yohanes (Garis Besar) Garis Besar
Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18)
I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51)
A. Oleh Yohan...
Garis Besar
- Prolog tentang Logos
(Yoh 1:1-18) - I. Memperkenalkan Kristus kepada Israel
(Yoh 1:19-51) - A. Oleh Yohanes Pembaptis
(Yoh 1:19-36) - B. Kepada Murid-Murid Pertama
(Yoh 1:37-51) - II. Tanda-Tanda dan Ajaran-Ajaran Kristus kepada Israel dan Penolakan-Nya
(Yoh 2:1-12:50) - A. Penyataan Kristus kepada Israel
(Yoh 2:1-11:46) - 1. Tanda Pertama -- Air Menjadi Air Anggur
(Yoh 2:1-11)
Selang Waktu
(Yoh 2:12) - 2. Kesaksian Mula-Mula kepada Orang Yahudi di Yerusalem
(Yoh 2:13-25)
Hari Raya di Yerusalem (Paskah)
(Yoh 2:23-25) - 3. Ajaran Pertama: Kelahiran dan Kehidupan Baru
(Yoh 3:1-21)
Selang Waktu: Tentang Yohanes Pembaptis dan Yesus
(Yoh 3:22-4:3) - 4. Ajaran Kedua: Air Kehidupan
(Yoh 4:4-42)
Selang Waktu di Galilea
(Yoh 4:43-45) - 5. Tanda Kedua: Penyembuhan Anak Pegawai Istana
(Yoh 4:46-54)
Hari Raya di Yerusalem
(Yoh 5:1) - 6. Tanda Ketiga: Penyembuhan Orang di Betesda pada Hari Sabat
(Yoh 5:2-18) - 7. Ajaran Ketiga: Keilahian Kristus
(Yoh 5:19-47) - 8. Tanda Keempat: Memberi Makan Lima Ribu Orang
(Yoh 6:1-15) - 9. Tanda Kelima: Berjalan di Atas Air
(Yoh 6:16-21) - 10. Ajaran Keempat: Roti Hidup
(Yoh 6:22-59) - 11. Penyaringan Murid-Murid
(Yoh 6:60-71)
Selang Waktu
(Yoh 7:1) - 12. Hari Raya di Yerusalem (Pondok Daun)
(Yoh 7:2-36) - 13. Ajaran Kelima: Roh yang Memberi Hidup
(Yoh 7:37-52)
(Wanita yang Tertangkap dalam Perzinaan)
(Yoh 7:53-8:11) - 14. Ajaran Keenam: Terang Dunia
(Yoh 8:12-30) - 15. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Yoh 8:31-59) - 16. Tanda Keenam: Penyembuhan Orang Buta Sejak Lahirnya
(Yoh 9:1-41) - 17. Ajaran Ketujuh: Gembala yang Baik
(Yoh 10:1-21)
Hari Raya di Yerusalem (Penahbisan)
(Yoh 10:22-42) - 18. Tanda Ketujuh: Kebangkitan Lazarus
(Yoh 11:1-46) - B. Penolakan Kristus oleh Israel
(Yoh 11:47-12:50) - III.Kristus dan Permulaan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 13:1-20:29) - A. Perjamuan Terakhir
(Yoh 13:1-14:31) - 1. Mencuci Kaki Murid-Murid dan Lanjutan Percakapan
(Yoh 13:1-38) - 2. Yesus, Jalan kepada Bapa
(Yoh 14:1-31) - B. Ajaran Tentang Pokok Anggur yang Benar dan Manfaat Persekutuan
dengan Kristus
(Yoh 15:1-16:33) - C. Doa Penyerahan bagi Diri-Nya dan Umat Perjanjian Baru
(Yoh 17:1-26) - D. Hamba yang Menderita
(Yoh 18:1-19:42) - 1. Penangkapan
(Yoh 18:1-12) - 2. Pengadilan Yahudi
(Yoh 18:13-27) - 3. Pengadilan Romawi
(Yoh 18:28-19:16) - 4. Penyaliban
(Yoh 19:17-37) - 5. Penguburan
(Yoh 19:38-42) - E. Tuhan yang Bangkit
(Yoh 20:1-29) - Pernyataan Tentang Tujuan Penulis
(Yoh 20:30-31) - Epilog
(Yoh 21:1-25)
Matthew Henry: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yako...
Kita tidak sedang membahas kapan dan di mana Injil ini dituliskan. Kita yakin Injil ini diberikan melalui inspirasi Allah kepada Yohanes, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul. Yohanes dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus dan merupakan salah satu dari tiga murid Yesus yang diajak Yesus ketika Dia ingin menyendiri, terutama sekali ketika peristiwa transfigurasi dan saat Dia menderita di taman Getsemani. Bapa-bapa gereja mengatakan kepada kita bahwa Yohanes hidup paling lama dibandingkan kedua belas rasul yang lain. Yohanes merupakan satu-satunya rasul yang mati secara alami, rasul-rasul yang lain mati sebagai martir. Beberapa bapa gereja mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini di Efesus atas permintaan beberapa pelayan gereja di Asia untuk melawan bidat di Korintus yang menyebabkan perpecahan jemaat dan kaum Ebionite yang melihat Tuhan kita sebagai manusia semata. Injil ini kemungkinan besar ditulis Yohanes sebelum dia dibuang ke Pulau Patmos, karena di sana Yohanes menulis Kitab Wahyu. Kitab Wahyu sepertinya ditulis untuk menutup kanon Alkitab, dan jika memang benar demikian maka Injil ini pasti tidak ditulis sesudah Kitab Wahyu. Oleh karena itu saya tidak sependapat dengan beberapa bapa gereja yang mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil ini dalam masa pembuangannya, atau setelah kembali dari pembuangannya, bertahun-tahun setelah Yerusalem dihancurkan. Beberapa bapa gereja mengatakan Injil ini ditulis setelah Yohanes berumur sembilan puluh tahun, dan ada yang mengatakan setelah Yohanes berumur seratus tahun. Namun yang jelas Yohanes menulis Injil terakhir dari keempat Injil dalam Alkitab. Dengan membandingkan Injil yang ditulis Yohanes dengan ketiga Injil yang lain, kita bisa menemukan:
- . Yohanes memasukkan apa yang tidak dimasukkan Injil yang lain. Injil Yohanes berada di akhir Injil yang lain dan Injil Yohanes merupakan semacam penjaga akhir atau pengumpul akhir. Injil Yohanes mengumpulkan apa yang tidak dimasukkan oleh Injil yang lain. Demikianlah ada kumpulan akhir dari amsal Salomo (Ams. 25:1), selain dari yang telah dia ucapkan sebelumnya, 1 Raja-raja 4:32.
- . Yohanes memberi kita hal rohani sedangkan ketiga penulis Injil yang lain lebih kepada sejarah. Fakta-fakta sejarah memang perlu diluruskan terlebih dahulu, yang telah mereka lakukan dengan menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, Lukas 1:1, Kisah Para Rasul 1:1. Namun, setelah semua itu sudah dinyatakan oleh dua atau tiga saksi, Yohanes beralih kepada perkembangannya yang penuh (Ibr. 6:1), janganlah kita meletakkan lagi dasarnya, tetapi membangun di atas dasar tersebut, membawa kita masuk ke dalam selubung. Beberapa bapa gereja mengamati bahwa ketiga penulis Injil yang lain menuliskan ta sōmatika – hal-hal fisik dari Kristus, tetapi Yohanes menulis ta pneumatika – hal-hal rohani dari Injil, hidup dan jiwa Injil. Maka beberapa orang menyebut Injil Yohanes sebagai kunci bagi semua kitab Injil/Injil kunci. Di dalam Injil ini sebuah pintu telah terbuka di sorga, dan suara pertama yang kita dengar adalah Naiklah ke mari! naiklah lebih tinggi. Beberapa bapa gereja menafsirkan empat mahluk yang ada dalam penglihatan Yohanes sebagai perwakilan bagi keempat penulis Injil dan mereka menafsirkan Yohanes sebagai burung nasar yang sedang terbang. Mereka menafsirkan Yohanes telah terbang begitu tinggi sehingga dia dapat melihat segala hal rohani.
Jerusalem: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yo...
INJIL YOHANES
PENGANTAR INJIL YOHANES DAN SURAT-SURAT YOHANES
Injil Yohanes
Kata Penutup pertama, Yoh 20:31, menyatakan termasuk jenis sastra Injil Yohanes dan begitu menempatkannya di dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Sama seperti pewartaan yang paling tua demikianpun kitab ini tetap sebuah "Injil", artinya: pewartaan tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Pewartaan itu berpangkal pada "tanda-tanda" yang dikerjakan Yesus dan bermaksud mengembangkan iman akan Kristus supaya orang mendapat hidup. Meskipun ciri-cirinya menyatakan bahwa disusun di zaman agak belakangan, namun injil keempat ini berdekatan dengan pemberitaan atau "kerygma" pada awal mula agama Kristen. Tata susunan dan pokok utama injil Yohanes dan pemberitaan semula itu pada pokoknya sama: Yesus ditunjuk sebagai Mesias oleh turunnya Roh Kudus sebagaimana disaksikan Yohanes Pembaptis, 1:31-34; karya dan perkataan Yesus menyatakan "kemuliaanNya", 1:35- 12:50; menyusul kisah tentang wafat, kebangkitan dan beberapa penampakan Kristus, 13:1-20:20; akhirnya pengutusan para rasul yang diberi Roh Kudus dan kekuasaan mengampuni dosa, 20:21-29. Terlebih injil ini terjamin oleh seorang saksi tak bernama ialah "murid yang dikasihi Yesus", yang ikut serta dalam drama sengsara Yesus, 13:23; 19:26, 35; bdk 18:15 dst, melihat makam yang kosong, 20:2 dst, dan Kristus yang dibangkitkan, 21:7,20-24, ia barangkali adalah seorang dari kedua murid yang paling dahulu mengikuti Yesus, 1:35 dst. Kesemuanya itu sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Kis 1:8+, supaya kesaksiannya itu boleh disebut "rasuli".
Namun demikian karya Yohanes mempunyai beberapa ciri yang merupakan kekhasannya dan jelas membedakannya dengan ketiga injil sinoptik. Rupanya pengarang injil keempat terpengaruh sekali oleh sebuah alam pikiran yang tersebar luas di beberapa kalangan Yahudi dan pengungkapannya baru-baru ini ditemukan dalam naskah-naskah yang berasal dari sekelompok kaum Eseni di zaman itu yang berdiam di Qumran. Dalam naskah-naskah itu diberi perhatian khusus kepada "pengetahuan", dan perbendaharaan-katanya berdekatan dengan perbendaharaan-kata yang lazim dalam aliran dan alam pikiran yang disebut "gnosis"; terdapat di dalamnya semacam perseduaan (dualisme) yang terungkap dalam pertentangan-pertentangan seperti: cahaya-kegelapan, kebenaran-kebohongan, malaikat cahaya-malaikat kegelapan (Beliar namanya); khususnya di Qumran ditekankanlah mistik persatuan dan perlunya kasih persaudaraan sementara orang melayangkan pandangan ke akhir zaman. Segala pokok tersebut ditemukan kembali dalam injil Yohanes dan merupakan milik khas lingkungan Yahudi-kristen, yang kiranya menghasilkan injil itu.
Masih ada hal lain lagi. Lebih dari injil-injil sinoptik, injil keempat ingin menonjolkan manakah makna kehidupan, perbuatan dan perkataan Yesus. Kejadian- kejadian kehidupan Yesus merupakan "tanda"; maknanya tidak segera jelas sehingga baru dipahami setelah Kristus dimuliakan, 2:22; 12:16; 13:7. Banyak perkataan Yesus mengandung makna rohani yang baru kemudian dipahami, bdk 2:19+. Roh Kudus yang berkata atas nama Yesus yang dibangkitkan bertugas memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dengan mengingatkan dan mengajar mereka akan semua yang telah dikatakan Yesus kepada mereka, bdk 14:26+. Itulah tahap perwahyuan yang tercermin dalam injil Yohanes. Di lain pihak injil keempat lebih banyak terpengaruh oleh ibadat dan sakramen-sakramen Kristen dari pada injil-injil sinoptik. Kehidupan Yesus sendiri diberi kerangka ibadat Yahudi; dalam hubungan dengan hari-hari raya utama dan kerap kali dalam bait Allah Yesus mengerjakan mujizat-mujizat dan menyampaikan wejangan-wejangan yang paling penting; selanjutnya Yesuspun mengajar bahwa Ia sendiri menjadi pusat suatu agama dan ibadat baru "dalam roh dan kebenaran", 4:24; agama dan ibadat baru itu mengungkapkan dan mewujudkan dirinya melalui sakramen-sakramen. Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus mengandung segala unsur yang cocok dengan sebuah pengajaran yang menyiapkan atau menyertai baptisan, 3:1-21; dan gagasan bahwa baptisan berupa sebuah penerangan, 9:1-39, atau kebangkitan, 5:1-14; 7:21-24, rupanya memberi latar belakang kepada cerita tentang penyembuhan orang yang lahir buta dan orang lumpuh. Sebuah ringkasan lengkap dari pengajaran mengenai Ekaristi tercantum dalam bab 6. Misteri Paskah Kristen yang mengganti Paskah lama meresap ke dalam seluruh injil itu, 1:29, 36; 2:13; 6:4; 19:36. Upacara pembasuhan Yahudi yang lazim pada perayaan Paskah, 2:6; 3:25, diganti dengan pembersihan jiwa oleh firman, 15:3, dan Roh, 20:22 dst. Dengan demikian maka kehidupan Yesus dihubungkan dengan misteri Kristen yang dihayati dalam ibadat dan sakramen-sakramen jemaat.
Jelaslah injil keempat merupakan karya yang majemuk : berdekatan dengan bentuk pewartaan Kristen yang paling dahulu, tetapi juga menjadi penyelesaian suatu usaha yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk mencari pemahaman lebih mendalam dan lebih jernih tentang misteri Yesus.
Setiap penginjil mempunyai suatu pandangan utama mengenai Yesus serta karyaNya. Menurut pandangan Yohanes, maka Yesus adalah Firman yang telah menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia, 1:14. Maka rahasia penjelmaan menguasai seluruh pemikiran Yohanes. Teologi tentang penjelmaan itu terungkap dengan menggunakan gagasan "pengutusan" dan "kesaksian". Yesus ialah Firman yang diutus oleh Bapa ke dunia, lalu setelah karyaNya selesai kembali kepada Allah, bdk 1:1+. Tugas itu tidak lain kecuali memaklumkan kepada manusia misteri-misteri ilahi. Yesus menjadi saksi tentang apa yang dilihat dan didengarNya pada Bapa, bdk 3:11+. Untuk mengesahkan pengutusanNya maka Allah memberi Yesus kekuasaan mengerjakan sejumlah karya ialah "tanda-tanda" yang memang melampaui apa yang mungkin bagi manusia. Maka terbuktilah Yesus benar-benar diutus oleh Allah yang berkarya dalam diri Yesus, bdk 2:11+. Tanda-tanda itu menjadi pernyataan terselubung dari kemuliaan Yesus yang penyingkapan lengkapnya dinantikan pada hari kebangkitan, bdk 1:14+. Sebab sesuai dengan nubuat Yes 52:13 (LXX), Anak Manusia harus "ditinggikan", dan melalui salib kembali kepada Bapa, bdk 12:32+. Lalu ia menemukan kembali kemuliaan yang ada pada Allah "sebelum dunia ada", 17:5+, 24. Kemuliaan itu sudah dinyatakan kepada para nabi dahulu, bdk 5:39, 46; 12:41; 19:37 serta catatan-catatannya. Penyingkapan kemuliaan itu berupa penampakan Allah yang menyempurnakan dan menggenapkan semua penampakan Allah dahulu, penampakanNya dalam penciptaan, 1:1, penampakanNya kepada Abraham, 8:56, Yakub 1:51, Musa 1:17, para nabi. Kemuliaan "Hari Yahwe", bdk, bdk Ams 5:18+, menjadi lengkap pada Hari Yesus, 8:56, khususnya pada "SaatNya", 2:4+, saat "peninggian" dan "pemuliaanNya"; pada saat itu tersingkaplah keluhuran transenden yang menjadi milik "utusan", bdk 8:24+; 10:30+, yang datang ke dunia untuk membawa hidup, bdk 3:35+, kepada mereka yang dengan kepercayaan menyambut kabar keselamatan yang disampaikan olehNya, bdk 3:11+. Dan justru oleh karena seluruh "pengutusan" Anak itu terarah kepada suatu karya keselamatan maka pengutusan itu menjadi penyingkapan kasih Bapa terhadap dunia, yang terakhir dan paling lengkap, bdk 17:6+.
Dalam injil-injil Sinoptik penyingkapan kemuliaan Kristus terutama dihubungkan dengan kembaliNya pada akhir zaman, bdk Mat 16:27 dst. Memanglah dalam injil Yohanespun unsur-unsur utama dari eskatologia tradisionil ditemukan juga: orang menantikan "hari terakhir" 6:39 dst; 11:24; 12:48, hari "kedatangan" Yesus, 14:3; 21:22 dst, dan kebangkitan orang-orang mati, 5, 28 dst; 11:24, serta penghakiman terakhir 5:29, 45; 3:36. Namun demikian mudah saja orang melihat dalam injil keempat suatu tendensi rangkap dua, yakni: mengaktualisasikan dan menginteriorisasikan eskatologia tradisionil. Kedatangan Yesus ke dunia melalui penjelmaan, peninggiannNya di salib dan kembaliNya melalui Roh Kudus dianggap sebagai "kedatangan" Anak Manusia; penghakiman sekarang sudah terjadi di dalam hati orang, hidup kekal (yang dalam injil Yohanes mengganti istilah "Kerajaan" yang digemari para Sinoptisi) sekarang sudah dimiliki oleh karena iman. Maka drama yang dipentaskan di Palestina menjadi inti drama eskatologis. Memang di belakang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus itu tampillah sebuah kenyataan yang lebih luas, yakni "dunia", bdk 1:9-10+, atau "kegelapan" bdk 8:12+, yang dikuasai oleh Iblis, "penguasa dunia", bdk 1Yoh 2:13 dst, yang melawan Allah serta MesiasNya. Setiap orang terlibat dalam drama rohani itu: di hadapan Firman yang menjadi daging terlaksanalah "penghakiman dunia", 12:31-32, pengutukan dan kekalahannya, 16:7-11, 33. Kalau Kristus dengan rela menyerahkan nyawaNya, bdk 10:18+, dan kalau "ditinggikan" di kayu salib, maka maksudnya ialah memperoleh kemuliaanNya, bdk 12:32+, yang sejak itu menjadi nyata di hadapan sekalian orang untuk mendatangkan malu kepada dunia yang tidak percaya serta secara definitip mengalahkan Iblis. Kemenangan Allah atas yang jahat dan keselamatan dunia terwujud melalui kebangkitan yang mulia, sehingga kembaliNya Kristus di akhir zaman hanya merupakan penggenapannya.
Agak sukar juga menemukan bagan yang dituruti Yohanes dalam membentangkan misteri Kristus. Terlebih dulu perlu dicatat bahwa urutan peristiwa-peristiwa dalam injil keempat menimbulkan beberapa kesulitan: urutan bab 4, 5, 6, 7:1-24 sukar dimengerti; tidak tepat juga bahwa bab 15-17 menyusul 14:31, tepat Yesus sudah berangkat; kepingan-kepingan seperti 3:31-36 dan 12:44-50 ternyata kurang sesuai dengan konteksnya. Mungkin kekacauan itu disebabkan oleh cara Injil Yohanes digubah dan diterbitkan. Kiranya injil itu merupakan hasil perkembangan yang lambat laun sehingga di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari masa yang berlain-lainan, penyaduran dan tambahan serta penyusunan ajaran yang sama namun dengan cara yang berbeda-beda, sedangkan keseluruhannya akhirnya diterbitkan bukanlah oleh Yohanes sendiri melainkan oleh murid-muridnya setelah Yohanes meninggal dunia, 21:24. Dengan demikian maka murid-murid itu memasukkan ke dalam kerangka injil yang asli berbagai kepingan yang berasal dari Yohanes dan yang oleh para muridnya tidak dibiarkan hilang sama sekali. Tempat kepingan- kepingan itu dalam keseluruhan belum juga ditentukan dengan saksama.
Para ahli sudah mengemukakan beberapa pembagian injil Yohanes. Semua memang mengandung sedikit kebenaran, tetapi sering kali berat sebelah, oleh karena terlalu mau mensistematisasikan injil keempat. Paling baik kiranya orang membiarkan dirinya dibimbing oleh petunjuk-petunjuk jelas yang ditemukan dalam injil sendiri. Di satu pihak jelas, bahwa injil mau menonjolkan hari-hari raya ibadat Yahudi, yang menjadi pedoman kisahnya: tiga kali ada hari raya Paskah, 2:13; 6:4; 11:55, ada sebuah perayaan yang tidak disebut namanya, 5:1, dan sekali ada perayaan Pondok Daun, 7:2, dan hari raya Pentahbisan Bait Allah, 10:22. Di lain pihak pengarang beberapa kali dengan saksama mencatat urutan hari-hari untuk membagikan riwayat hidup Yesus menjadi berkala-kala. Misalnya: minggu pertama karya Yesus di depan umum, 1:19-2:11, pekan perayaan Pondok-Daun, 7:2, 14, 37, pekan sengsara Yesus 12:1, 12; 19:31, 42, yang ditempatkan antara lambang penguburan Yesus, 12:7, dan penguburan yang sesungguhnya, 19:38 dst. Begitu pula perlu diperhatikan disebutkannya perayaan Paskah yang pertama, 4:45, yang jelas menutup bagian-bagian yang mulai dengan 2:13 -25, tempat dikatakan bahwa hari raya Paskah itu sudah dekat. Dengan mempertimbangkan kedua gejala tersebut (catatan mengenai urutan hari-hari dan hari-hari raya Yahudi) maka injil keempat dapat dibagi sebagai berikut:
Prakata, 1:1-18: "Pada mulanya............"I Karya Yesus :
1. Tata penyelamatan baru diberitakan, 1:19-4:54: Pekan pembukaan
kejadian-kejadian yang berkisar pada Perayaan Paskah yang pertama.
2. Perayaan kedua, pada suatu hari Sabat, di Yerusalem: perlawanan pertama
terhadap pernyataan, 5:1-47.
3. Di Galilea, Paskah yang kedua: perlawanan baru terhadap pernyataan,
6:1-71.
4. Perayaan Pondok-Daun: pernyataan besar tentang Mesias, yang ditolak
mentah-mentah 7:1-10:21.
5. Hari Raya Pentahbisan Bait Allah: keputusan membunuh Yesus, 10:22-
11:54.
6. Akhir karya Yesus dan persiapan untuk Paskah yang terakhir, 11:55-12:50
II Saat Yesus: Paskah Anak Domba Allah (13:1-20:31):
1. Perjamuan terakhir Yesus bersama murid-muridNya, 13:1-17:26
2. Penderitaan, 18-19
3. Cerita-cerita mengenai kebangkitan dan kebahagiaan mereka yang percaya. 20:1-29
4. Penutup injil yang pertama, 20:30-31.
III Kata penutup 21:1-25: Hidup Gereja diberitakan dan kedatangan kembali Yesus diharapkan.
Ada sebuah gagasan yang dapat ditarik dari pembagian tersebut ialah: Yesus mengakhiri lembaga-lembaga keagamaan Yahudi dengan menggenapinya.
Adakah injil keempat berupa sebuah sumber tersendiri dan asli yang menyampaikan informasi khas, di samping ketiga injil sinoptik? Kalau benar demikian, manakah nilai historis injil Yohanes? Sehubungan dengan pertanyaan pertama yang dirumuskan di muka, dengan hati-hati dapat diajukan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Injil Yohanes ditemukan banyak petunjuk yang memberi kesan bahwa Yohanes mengenal tradisi yang tercantum dalam ketiga injil lain. Khususnya perlu diperhatikan bahwa injil keempat meninggalkan beberapa hal penting yang tercantum dalam injil sinoptik. Ini hanya dapat dimengerti, kalau Yohanes mengandaikan bahwa sidang pembaca sudah tahu akan hal-hal itu ; di lain pihak ada kalanya Yohanes ternyata mau memperincikan dan melengkapi tradisi para sinoptisi. Namun demikian penyelidikan-penyelidikan modern semakin menonjolkan ciri asli tradisi Yohanes yang tidak tergantung pada tradisi sinoptik. Bahkan dalam menceritakan kejadian-kejadian yang sama Yohanes nampak begitu asli, sehingga tak mungkin ia bergantung pada sinoptisi. Pengarang injil keempat mengenal kejadian-kejadian itu melalui jalan lain dari jalan-jalan injil sinoptik. Ia pantas dianggap sebagai sumber tersendiri, saksi asli dari tradisi purba. Memanglah hubungan antara injil Yohanes dan Injil Lukas jauh lebih erat dan boleh jadi Lukas dalam menggubah injilnya mengenal dan menggunakan paling sedikit tradisi-tradisi Yohanes (teristimewanya dalam kisah sengsara dan kisah kebangkitan) yang sudah lama ada, meskipun kiranya tidak mengenal injil keempat seperti sekarang ada. sebaliknya juga mungkin bahwa penggubahan injil Yohanes yang terakhir terpengaruh oleh injil karangan Lukas.
Semakin mengakui bahwa injil keempat tidak tergantung, semakin para ahli mengakui pula nilai historisnya. Sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa riwayat hidup Yesus, Yohanes kerap kali memerincikan lebih jauh apa yang dikisahkan para sinoptisi: misalnya lamanya karya Yesus dan urutan peristiwa dalam kisah sengsara dalam injil Yohanes nampaknya lebih tepat dari pada apa yang diceritakan injil-injil lain. Sehubungan dengan penyucian Bait Allah injil keempat memuat keterangan mengenai waktunya yang paling tepat di antara semua injil, 2:20, dan yang bersesuaian dengan keterangan yang tercantum dalam Luk 3:1. Demikianpun mengenai keterangan-keterangan mengenai tempat peristiwa- peristiwa terjadi dalam injil keempat lebih terperinci dari pada keterangan- keterangan yang disampaikan oleh injil-injil lain. Penggalian-penggalian modern di Palestina sudah beberapa kali membenarkan keterangan injil Yohanes (bdk kolam yang ada lima serambinya, 5:2). Seluruh injil berisikan petunjuk-petunjuk kongkrit yang terperinci, sehingga jelaslah si pengarang tahu baik-baik akan adat istiadat keagamaan Yahudi, mentalita para rabi, akan caranya para ahli Taurat menafsirkan menterapkan hukum Taurat. Akhirnya diri pribadi Yesus tetap seorang manusia sejati dengan kerendahan hati dan kesederhanaan yang mengharukan, bahkan dalam adegan-adegan yang paling "mulia" di mana Yesus yang dibangkitkan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Dan demikian halnya, meskipun pengarang injil keempat memang menonjolkan transendensi Yesus. Selanjutnya karya Yohanes ini sama sekali tidak dapat dipahami, kalau orang menyangkal bahwa Yohanes yakin tentang kenyataan historis kejadian-kejadian yang diceritakannya.
Tetapi orang jangan keliru. Pengertian tentang "sejarah" yang diandaikan injil keempat tentunya sangat berbeda dengan pengertian seorang sejarawan modern. Apa yang paling penting bagi si penginjil ialah: menonjolkan makna sebuah sejarah yang baik ilahi maupun manusiawi; memang sebuah sejarah, tetapi juga sebuah teologi; berlangsung dalam waktu, tetapi berurat-berakar dalam kekekalan. Pengarang injil keempat dengan teliti mau menceritakan dan menyampaikan kepada kepercayaan manusia peristiwa rohani yang terjadi di dunia oleh karena kedatangan Yesus Kristus, ialah penjelmaan Firman demi keselamatan manusia. Karena itulah maka penginjil memilih dan khususnya menonjolkan kejadian-kejadian yang menurut pendapatnya dapat mengandung suatu nilai simbolis; dengan jalan itu pengarang memberi kejadian-kejadian itu suatu kedalaman dan gema baru. Maka mujizat-mujizat yang diceritakan berupa "tanda", yang menyingkapkan kemuliaan Kristus dan melambangkan karunia yang diberikanNya kepada dunia (pembasuhan yang baru, roti hidup, terang, hidup). Pengarang injil sungguh mempunyai bakat untuk menangkap makna rohani yang terkandung dalam kejadian-kejadian dan untuk menemukan di dalamnya rahasia-rahasia ilahi, juga dalam peristiwa-peristiwa yang bukan mujizat (bdk 2:19-21; 9:7; 11:51 dst; 13:30; 19:31-37, dan catatan- catatannya). Pada kejadian-kejadian nyata dan historis ia melihat sebuah dimensi rohani; Yesus ialah terang, yang datang ke dunia; perjuangan Yesus tidak lain kecuali perjuangan terang melawan kegelapan; kematian Yesus ialah penghakiman dunia; seluruh kehidupanNya tidak lain merupakan pemenuhan lambang-lambang Mesias yang terungkap dalam Perjanjian Lama: Dialah Anak Domba Allah. 1:29, Bait Allah yang baru, 2:21, ular penyelamat yang ditinggikan di padang gurun, 3:14, roti hidup yang mengganti Manna, 6:35, Gembala yang baik, 10:11, pokok anggur yang benar, 15:1, dll. Gambaran Yesus yang baik ilahi maupun manusiawi itu memberikan kepada tokoh historis itu segenap dimensinya sebagai Penyelamat dunia. Jadi sehubungan dengan Yohanes tidak bolehlah "simbolis" diperlawankan dengan "historis"; simbolismenya ialah simbolisme kejadian-kejadian sendiri; simbolisme itu berpancar pada sejarah, berurat-berakar di dalamnya serta mengungkapkan makna sejarah itu. Bagi saksi unggul Firman yang menjadi itu simbolisme itu tidak ada artinya, kecuali dengan pra-syaratnya dalam sejarah.
Soal terakhir yang perlu dikupas ialah: siapakah pengarang injil yang begitu berisi dan majemuk itu? Hampir seluruh tradisi Gereja bersehati menjawab: Rasul Yohanes bin Zebedeus. Sudah dalam pertengahan pertama abad II injil keempat dikenal dan dipergunakan oleh beberapa pujangga: Ignatius dari Antiokhia, pengarang "Ode Salomo", Papias, Yustinus; barangkali Klemens dari Roma sudah mengenal dan menggunakan Yohanes. Maka terbuktilah bahwa injil itu sudah mempunyai wibawa rasuli. Saksi pertama yang menyatakan hal itu dengan terang ialah Ireneus di sekitar th. 180. Katanya: "Selanjutnya Yohanes murid Tuhan ialah murid yang bersandar dekat kepadaNya, juga menerbitkan sebuah injil selama tinggal di Efesus". Hampir pada masa yang sama Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius dengan jelas menyatakan bahwa injil keempat dikarang oleh rasul Yohanes. Kalau pada peralihan dari abad II ke abad III ada sementara orang yang berpendapat lain, maka mereka mau menentang pengikut- pengikut Montanus yang menyalah-gunakan injil Yohanes untuk mendukung ajaran sendiri. Hanya pendapat lain itu tidak seberapa artinya dan oleh karena berdasarkan pertimbangan teologis tidaklah berakar dalam tradisi.
Dalam injil sendiri tidak terdapat sesuatu yang berlawanan dengan tradisi itu. Sudah dikatakan di muka, bahwa injil itu memperkenalkan diri sebagai kesaksian seorang murid yang dikasihi Tuhan, seorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan kejadian-kejadian yang dikisahkannya. Bahasa serta gaya bahasanya menyatakan bahwa injil itu berasal dari lingkungan ke-Yahudia-an; ia baik-baik mengenal adat-istiadat Yahudi dan juga keadaan setempat di Palestina di zaman Kristus. Nampaknya ia bersahabat dengan Petrus, 13:23 dst; 18:15; 20:3-10; 21:20-23. Dan Lukas memberitahukan bahwa memanglah demikian halnya dengan Yohanes, Luk 22:8; Kis 3:1-4, 11; 4:13, 19; 8:14. Akhirnya, bagaimana dapat dijelaskan kenyataan bahwa injil keempat sama sekali mendiamkan kedua anak Zebedeus? Keterangan yang paling tepat ialah: seorang di antaranya menuliskan injil itu. "Murid yang dikasihi Yesus... dialah yang menuliskan semuanya", 21:24 ialah murid yang bersama dengan Petrus dan Yakobus diutamakan oleh Yesus, Mrk 5:37; 9:2; 13:3; 14:33. Ada sementara orang yang berkata bahwa tak mungkin rasul Yohanes menulis injil keempat. Sebab ada berita bahwa rasul Yohanes mati sahid lama sebelumnya. Jadi mustahillah ia menulis injil yang dikatakan karangannya. Dan benar juga, ada sebuah tradisi yang mengatakan bahwa Yohanes mati sahid. Hanya adakah tradisi itu lebih berwibawa dari pada tradisi lain yang menyatkaan bahwa Yohanes hidup di kota Efesus sampai usia lanjut? Dan kalau ada tradisi yang berkata tentang Yohanes sebagai martir, namun ia tidak berkata apa-apa tentang kapan itu terjadi. Dari lain pihak sebagaimana sudah dikatakan di atas, tradisi-tradisi Yohanes pasti sudah terbentuk di masa lalu, kalaupun injil baru digubah dan diterbitkan jauh kemudian dari itu dan kiranya oleh murid-murid Yohanes. Dari sebab itu tetap mungkin bahwa injil keempat benar-benar berasal dari Yohanes, juga seandainya rasul itu sendiri mengalami kemartiran.
Surat-surat Yohanes
Di samping injil masih ada tiga surat yang oleh tradisi diperkenalkan sebagia surat-surat Yohanes. Memanglah ditinjau dari segi sastra dan ajaran karangan- karangan itu sangat berdekatan dengan injil keempat, sehingga sukar memisahkannya dari injil serta pengarangnya, ialah rasul Yohanes. Surat kedua dan ketiga tentu menimbulkan kebimbangan dan keraguan, sebagaimana sudah ternyata dalam karya Origenes, Eussebius dari Kaisarea dan Hieronimus; lama sekali kedua surat itu hanya diterima oleh jemaat di Antiokhia dan jemaat-jemaat lain di Siria sebagai Kitab Suci. Tetapi karena cirinya sebagai surat-surat kecil saja yang tidak penting sama sekali untuk ajaran Kristen, maka tidak dapat dipahami bagaimana surat-surat itu akhirnya berhasil diterima, kalau bukan benar-benar karangan Yohanes.
Surat ketiga kiranya surat yang ditulis paling dahulu. Maksud surat itu ialah membereskan suatu pertikaian mengenai kewibawaan yang timbul dalam salah satu jemaat yang termasuk wewenang rasul Yohanes. Surat kedua berupa sebuah peringatan tertuju kepada jemaat lain, supaya hati-hati terhadap propaganda yang dilancarkan oleh sementara pengajar sesat yang menyangkal penjelmaan Kristus yang sesungguhnya. Adapun surat pertama adalah jauh lebih penting. Nampak sebagai macam surat edaran yang tertuju kepada jemaat-jemaat di Asia kecil yang terancam perpecahan akibat bidaah-bidaah pertama. Dalam surat itu Yohanes menyarikan unsur-unsur hakiki pengalaman keagamaan. Dengan bertitik-tolak beberapa pokok sejalan yang susul menyusul (terang, 1:5 dst, "pembenaran", 2:29 dst, kasih, 4:7-8 dst, kebenaran, 5:6 dst) ia mau memperlihatkan hubungan erat yang tidak dapat tidak terjalan antara kita sebagai anak Allah dan akhlak benar, yang tidak lain kecuali kesetiaan rangkap dua pada iman akan Kristus. Anak Allah, dan pada kasih persaudaraan (bdk catatan-catatan pada 1:3, 7). Karena gaya bahasa dan ajarannya maka surat inilah yang paling dekat dengan injil. Maka surat pertama itu dikarang pada masa yang sama, tetapi tidak lagi dapat dipastikan apakah surat mendahului injil atau sebaliknya.
Ende: Yohanes (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pa...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN JOANES
KATA PENGANTAR
Karangan Indjil ini biasa disebut "Indjil keempat". Menurut riwajat lisan
(tradisi) jang sangat pasti Rasul Joanes adalah pengarangnja. Rasul Joanes ini
berasal dari Betsaida, suatu dusun nelajan dipantai utara Tasik Genesaret,
letaknja disebelah timur dari tempat Jordan bermuara kedalam tasik itu. Bapanja
nelajan jang agak berada, namanja Zebedeus. lbunja jang bernama Salome, termasuk
rombongan wanita jang biasa mengikuti Jesus pada perdjalananNja berkeliling di
Galilea dan kemudian sampai di Jerusalem. Lih. Mt. 17:55-56; Mk. 15:40-41;
Joanes pertama kali bertemu dengan Jesus ditempat Joanes Pemandi mempermandikan orang di Jordan, dan "pada keesokan hari" sesudah Jesus dipermandikan disitu. Ketika Joanes Pemandi pada hari itu berdiri disitu bersama dengan dua orang muridnja, dan melihat Jesus lalu, ia berkata kepada mereka: "Lihatlah Anak-domba Allah", lalu mereka menjusul Jesus (Jo. 1:35-37). Seorang dari keduanja ialah Rasul Andreas, dan jang lain tidak dapat disangsikan, ialah pengarang sendiri. Biarpun masih kabur-kabur, namun mereka mengerti, bahwa jang dimaksudkan dengan "Anak-domba Allah", ialah Mesias. Bdl. Jo. 1:41 dan 45. Keduanja lalu bertemu dengan Simon (Petrus), Pilipus dan Natanael, dan kemudian bersama dengan mereka ini mengikuti Jesus ke Galilea.
Pada suatu hari Jesus berdjalan ditepi Tasik Genesaret di Galilea dan melihat Simon beserta saudaranja Andreas, lagi Joanes bersama kakaknja Jakobus sedang asjik melakukan pekerdjaannja sebagai nelajan. Mereka dipanggilnja untuk mengikutiNja sebagai murid. Lalu mereka meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Lih. Mt. 4:18-27; Mk. 1: 16-20; Lk. 5:1-11.
Beberapa lama kemudian keempatnja djuga dipilih mendjadi rasul untuk tetap hidup bersama dengan Jesus dan olehnja diutus untuk mengadjar orang. (Mt.10:1-5; Mk. 3:16-19; Lk. 6:13-16).
Disamping Petrus djuga Joanes rupanja tampil atau ditampilkan sebagai seorang rasul terkemuka. Demikian djuga sesudah Pentekosta, seperti Paulus menulis dalam Gal. 2:9, bahwa mereka beserta Jakobus (Muda) dipandang sebagai tiang penjangga Geredja.
Joanes tak pernah menjebut namanja dalam karangannja, tetapi jang disebut didalamnja"Murid jang lain" atau "murid jang ditjintai Jesus" tak mungkin tidak ialah pengarang sendiri.
Dan memang Joanes ditjintai Jesus dengan istimewa. Barangkali sebab minatnja jang istimewa terhadap adjaran-adjaran Jesus, sebab kesetiaannja kepadaNja, ataupun karena kegiatannja dan sebab ia bertjita-tjita tinggi sebagaimana sifat- sifat ini njata nampak dalam karangan-karangannja. Sekali-kali djangan Joanes dibajangkan sebagai seorang muda jang manis, seperti ia sering dilukis oleh para penggambar jang salah mengerti ajat Jo. 15:24. Tjatatan disitu, bahwa pada perdjamuan terachir Joanes berbaring disebelah dada Jesus, bukan berarti bahwa ia bersandar pada dada Jesus, melainkan hanja bahwa ia mendapat tempat kehormatan dimuka Jesus. Lih. tjatatan pada ajat itu dalam Indjil. Joanes bukan seorang lembut-manis; sebaliknja ia beserta kakaknja Jakobus diberi djulukan "putera guntur" olch Jesus, hal mana tentu berarti bahwa mereka bersemangat hebat.
Tentu sadja tak usah diperingatkan disini segala sesuatu jang termuat tentang
Joanes dalam Indjil maupun Kisah Rasul-rasul. Hanja jang berikut ini barangkali
agak penting. Waktu Jesus ditangkap, semua murid melarikan diri, menurut
Sesudah Pentekosta Joanes tinggal dahulu bekerdja di Jerusalem, rupanja banjak kali bersama dengan Petrus (Kis. Ras. 3:1; 4:19; 8:14). lapun ikut serta dalam sidang rasul-rasul di Jerusalem dalam tahun 49. Riwajat hidup Joanes selandjutnja kita hanja tahu sedikit dari tradisi. Beberapa buku Geredja purba memberitakan, bahwa ia lama memimpin umat-umat dipropinsi Asia, berkedudukan di Efesus. Agaknja sebagai pengganti Paulus sesudah wafatnja rasul agung ini di Roma. Waktu pemerintahan kaisar Domitianus (81-96) ia dibuang kepulau Patmos dan disitu ditulisnja karangan "Wahju". Dibawah pemerintah Nerta ia dibebaskan, lalu bekerdja terus di Efesus. Sekembalinja disana dikerdjakannja karangan Indjil dan surat-suratnja. la wafat pada permulaan pemerintahan kaisar Trajanus (98-117), djadi sekitar tahun 100.
Isi dan tjorak-tjorak Indjil keempat
Perbedaan karangan Joanes dengan ketiga karangan Indjil jang lain sangat menjolok. Atjara pokok adalah sama, jaitu rnemperkenalkan Kristus serta adjaran dan tjita-tjitaNja. Sedikitpun tidak terdapat perbedaan, apa lagi pertentangan, antara pribadi Jesus jang dilukis oleh Joanes dan jang dinjatakan dalam karangan-karangan lain, djuga tidak mengenai hakekat adjaran-adjaran. Tetapi masing-masing pengarang Indjil menindjau segalanja dari sudut jang chusus menurut pembawaan dan bakatnja dan berhubungan dengan tudjuan karangannja jang chusus, dan dalam hal ini Joanes amat sangat tersendiri. Itu terlebih njata dalam pemilihan bahan, susunan, tjara berpikir dan gaja bahasa.
Perihal pemilihan bahan
Ketiga karangan Indjil jang pertama dikatakan berisi peladjaran agama jang lazim diberikan oleh rasul-rasul dan para pembantunja kepada tjalon-tjalon dan anggota-anggota umat muda. Peladjaran dasar jang demikian dengan sendirinja harus sederhana baik isi baik bentuknja. Dapat dibajangkan bahwa rasul-rasul dalam hal itu meneladan tjara mengadjar dari Jesus kepada orang banjak. Atau agaknja lebih tepat kalau dikatakan, bahwa mereka memberitakan pengadjaran Jesus sendiri, baik jang berbentuk sabda, maupun sikap-sikap dan tjontoh-teladan, ataupun jang terkandung dalam peristiwa-peristiwa hidup Jesus, guna mendjadi buku peladjaran bagi umat-umat. Mereka meriwajatkan tanpa dengan sengadja mau memberi tafsiran. Lain sekali karangan Joanes. Ia mentjeritakan hanja sedikit, dan itu guna mendjadi pokok atau landasan pembitjaraan Jesus, Indjil Joanes semata-mata bertjorak uraian-uraian dan tafsiran. Jesus sendiri mendjelaskan dan menafsirkan, dan bila pendjelasan atau tafsiran berasal dari Joanes sendiri, maka itupun sesuai dengan adjaran Jesus dan dengan Ilham Roh Kudus.
Mengenai pemilihan bahan, dalam karangan Joanes hanja terdapat tiga mukdjizat jang djuga ditjeritakan dalam ketiga Indjil jang lain, dan lagi tiga jang penting sekali, jang tidak diriwajatkan oleh ketiganja, semua sebagai pangkal pembitjaraan jang luas. Mukdjizat-mukdjizat dinamakan Joanes "tanda", artinja pertandaan atau bukti bahwa Jesus benar berwudjud Ilahi. Joanes pula tidak memberitakan satupun perumpamaan jang termuat dalam karangan-karangan jang lain, dan djuga hampir tidak satupun utjapan Jesus jang berupa petua atau perintah untuk praktek hidup, melainkan uraian-uraian Jesus jang lebih luas dan mendalam, lebih bersifat ilmu ke-Tuhan-an. Hanja riwajat sengsara, wafat dan kebangkitan Jesus ada kesamaan dalam garis besarnja, tetapi sudut tindjauan disinipun chusus pada Joanes dan itupun sesuai dengan pemilihan bahan. Tentang adjaran Indjil mengenai kesusilaan dan praktek hidup, Joanes tidak memberi perintjian, melainkan menjimpulkan semuanja dalam istilah "kepertjajaan" dan "tjinta".
Alasan dan tudjuan Indjil keempat
Dapat diduga bahwa Joanes waktu mulai mengarang sudah mengenal ketiga karangan jang lain. Kalau itu benar, maka sudah sewadjarnja ia tidak hendak mengulangi lagi apa jang telah dimuat dalam ketiga karangan itu. Ada jang menduga, bahwa ia bermaksud melengkalpinja, tetapi dalam karangan itu sendiri tidak tedapat bekas-bekas, jang menundjukkan suatu hubungan dengan karangan- karangan tersebut, atau pengaruh dari padanja. Karangan Joanes berdiri sendiri. Namun demikian karangan ini merupakan benar-benar satu perlengkapan bagi jang lain itu dan sebab itu sedjak semula sangat dihargakan digeredja purba seperti ternjata dalam buku-buku dari para "Bapak-Geredja" dewasa itu, jang sering mengutipnja.
Alasan dan tudjuan jang benar, ialah kepentingan umat-umat. Umat-umat wilajah Joanes sudah tua dan sangat madju ketjerdasannja dalam pengetahuan agama. Umat- umat itu didirikan dan lama digembalakan oleh Paulus, dan dari surat-surat Paulus njata sekali, betapa matang mereka untuk mengerti djuga kebenaran Indjil jang mendalam. Umat-umat itu sudah lama mahir dalam adjaran-adjaran pokok seperti jang kita batja dalam ketiga karangan Indjil jang pertama. Tak usah Joanes menulis tentang hal-hal itu. Ia sendiripun tentu sudah lama memberi pengadjaran jang lebih mendalam kepada umat-umatnja, dan achirnja, merasa terdorong untuh menjuratkannja bagi mereka. Atau lebih tepat ia didorong oleh Roh Kudus untuk mengabdikannja bagi seluruh Geredja. Ada dua berita pula jang tidak terlalu pasti, bahwa "sahabat-sahabatnja" dan "uskup-uskup" mendorongnja, untuk menulis. Kalau demikian, maka mereka sendiri telah banjak mendengar pengadjaran jang mendalam itu.
Ada pula jang mengemukakan bahwa karangan ini merupakan bendungan untuk menahan aliran-aliran jang menjimpang dari kebenaran Indjil dan muntjul dewasa itu. Hal itu benar, tetapi tidak ada tanda jang njata dalam karangan sendiri, bahwa tudjuan itu dimaksudkan oleh Joanes.
Sumber-sumber Indjil keempat
Sumber pokok dan utama memang Jesus sendiri. Joanes menulis apa jang disaksikannja dengan mata dan telinganja serta jang dialaminja dalam pergaulan dengan Jesus. Sedjak pertama kali ia bertemu dengan Jesus ditepi Jordan, ia tetap mengiringiNja, malah hidup bersama denganNja. Dan seperti ternjata dalam tulisan-tulisannja, Joanes adalah seorang jang berbakat ulung dan sangat berminat untuk menangkap segala jang dilihat dan didengarNja. Nampaknja bahwa. pembitjaraan Jesus jang lebih mendalam pun sangat berkesan padanja. Dengan intuisinja jang memang masih kabur-kabur waktu itu, ia agaknja sudah merasa, bahwa ada rahasia-rahasia jang indah dan membahagiakan terkandung didalamnja. Pengertian waktu itu baru sedikit, namun apa jang disaksikan dan dialaminja dan sabda-sabda Jesus tak pernah hilang dari ingatannja. Kita ketahui dari segala karangan Indjil betapa lambatnja perkembangan pengertian semua rasul tentang makna hidup dan sabda Jesus, malah tentang hakekat pribadiNja. Ketika Jesus menjerahkan kepada mereka seluruh kuasa dan tugasNja untuk menjelesaikan penjelamatan dunia, pengertian mereka akan kuasa dan tugas itu masih djauh dari tjukup untuk menunaikannja. Dalam hal itu Joanes bukan satu ketjualian, seperti disinggungnja sendiri misalnja dalam 2:20; 12:7 dan 13:7. Banjak hal mendjadi djelas bagi mereka sesudah kebangkitan Jesus, tetapi pengertian jang tjukup sempurna baru mereka terima dari Roh Kudus pada dan sesudah Pentekosta, sebagaimana Ia didjandjikan oleh Jesus untuk memperingatkan kepada mereka segala sesuatu jang diadjarkan Jesus kepada mereka dan menghantarkan mereka kepada seluruh pengetahuan, artinja kepada segala pengertian. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus seolah-olah sekaligus mentjurahkan segala pengetahuan dan pengertian kedalam akal-budi dan hati sanubari mereka, melainkan sekedar dibutuhkan pada. tiap-tiap kesempatan jang penting. Dapat dibajangkan: djuga selaras dengan usaha pemikiran dan perenungan mereka sendiri. Mengingat hal ini, dapat kita mengerti bagaimana Joanes jang memang berbakat perenung pada umurtuanja mempunjai pengertian jang mendalam dan pandangan jang luas sekali atas misteri (rahasia- rahasia) kepribadian Jesus, atas makna dan maksud hidupNja, atas kekajaan dan keluhuran adjaran-adjaran serta tjita-tjitanja, lagi atas kemuliaan hidup Ilahi- abadi jang berwudjud dalam Jesus dan harus diwudjudkan oleh Indjil dalam seluruh umat manusia. Dan apa jang ditulisnja tentang kepribadian Jesus bukan sadja tentang Jesus seperti dikenalinja dalam pergaulan denganNja di Palestina, melainkan berdasarkan pengenalan itu, seperti dikenalinja pada umurtuanja sebagai basil perenungan-perenungan jang mendalam seumur hidupnja. la menggambarkan Jesus dalam kemuliaan llahiNja, sebagai Putera Allah dari kekal, setara dengan Bapa, jang diutus sebagai Sabda Allah jang "mendjadi daging", guna menjampaikan kepada semua orang jang rela pertjaja akanNja tjahaja dan hidup abadi. Lagi pula ia memberitakan peristiwa-peristiwa hidup Jesus, perbuatan- perbuatan dan sabda-sabdanja tidak dalam pengertian, sebagaimana ia menjaksikan dan mendengarnja, dari mulut Jesus, melainkan sebagaimana ia memahaminja pada achir hidupnja, dan disini pula sebagai hasil perenungan-perenungannja. Perlu kita memperhatikan hal itu, guna dapat mengerti dan tahu menilaikan Indjil keempat ini dengan sewadjarnja. Perlu pula ditjamkan, bahwa dalam perenungan- perenungannja dan dalam menulis, Roh Kuduslah jang memperingatkan segala pernjataan Jesus kepadanja dan mengantarnja kepada seluruh pengertian.
Susunan karangan Joanes
Karangan ini sebenarnja berbentuk serangkaian pembitjaraan Jesus jang berpusatkan pada suatu kedjadian atau dalil, ataupun berpangkal padanja. Ada gagasan Joanes jang tertentu jang menghubungkan pembitjaraan-pembitjaraan itu mendjadi satu kesatuan sebagai bukti, atau lebih tepat kalau dikatakan sebagai kesaksian, bahwa Jesus benarlah Mesias utusan Allah dan sendiri berwudiud Allah, jang datang memberi terang dan hidup kepada orang jang memenuhi satu-satunja sjarat, jaitu kepertjajaan padanja (20:31). Tetapi setjara lahiriah dan lebih nampak, Joanes menjusun menurut suatu garis sedjarah, jaitu djalan hidup Jesus mulai dengan asalNja jang kekal sebagai Putera Allah sampai kebangkitannja dalam kemuliaan. Boleh dikatakan pula, bahwa Joanes menjusun dengan mengikuti urutan perdjalanan-perdjalanan Jesus di Palestina. Ia gemar mentjatat dengan teliti tempat-tempat dimana kedjadian-kedjadian berlangsung dan Jesus berbitjara. Dengan demikian kita peroleh pandangan jang lebih djelas atas pekerdjaan dan perdjalanan-perdjalanan Jesus dari pada jang kelihatan dalam karangan-karangan Indjil jang lain. Mereka terlebih memberitakan tentang hidup dan kegiatan Jesus di Galilea, sedangkan meriwajatkan hanja satu perdjalanan ke Judea, ialah jang terachir. Menurut Joanes Jesus berdjalan beberapa kali ke Jerusalem. Dan bahwa berita-beritanja benar, dapat diduga dari riwajat sengsara Jesus dalam karangan-karangan Indjil jang lain, sebab sikap orang terhadap Jesus dan beberapa kedjadian tidak masuk akal, kalau Jesus tidak lebih dahulu atau berulang kali mengadjar di Jerusalem.
Djalan pikiran dan gaja bahasa Indjil keempat
Bahasa karangan Joanes sederhana sekali bentuknja, tetapi isinja gemilang. Perbendaharaan kata-kata jang digunakan sangat terbatas, tetapi tiap-tiap kata atau istilah biasanja sarat berisi pengertian baru jang menakdjubkan. Kalimat- kalimat semua pendek-pendek, dan masing-masing merumuskan salah suatu segi kebenaran Ilahi jang penting, sebagai hasil perenungan. Kalimat-kalimat pendek itu dirangkaikan tanpa pemakaian kata-kata penghubung, seperti jang lazim kita pakai untuk menjatakan sangkut-paut batiniah antara pikiran-pikiran jang - diungkapkan dalam masing-masing kalimat. Meski demikian sebenarnja hubungan antara kalimat-kalimat erat sekali. Leretan kalimat-kalimat kelihatan datar, tetapi sebenarnja adalah uraian jang mendalam dan kaja berisi. Hubungan antara kalimat-kalimat lebih psikologis dan (kedjiwaan) dari pada akali. Dalam membatja dengan perhatian turut merenung dengan Joanes, hubungan itu mendjadi terang oleh intuisi, seperti kalimat-kalimat Joanespun semua hasil intuisi. Uraian-uraian itu dalam karangan Joanes ada jang berbentuk pertjakapan ataupun soaldjawab, kebanjakan pembitjaraan agak pandjang dan sering diselingi dengan soal-djawab pula. Uraian-uraian itu seperti telah dikatakan dalam fasal lain -- semua didasarkan atau berpusat pada suatu kedjadian, biasanja suatu mukdjizat. Kedjadian-kedjadian itu ditjeritakan dengan gaja bersahadja, tetapi ada jang dipaparkan dengan pandjang-lebar serta dihidupi dengan pertjakapan silih berganti.
Tjara mengarang dengan memakai sedikit kata sadja jang banjak diulang-ulangi, dan memakai kalimat pendek-pendek, jang dirangkaikan berdjadjaran sadja, itulah tiara jang lazim pada orang Jahudi. Joanes memakai kata-kata Junani, tetapi gajabahasanja bertjorak Jahudi semata-mata, berdasarkan tjara pikir mereka.
Sudah sewadjarnja, dan dapat kita bajangkan, bahwa Jesus, jang tentu selalu sudah menjesuaikan tjara-mengadjarNja dengan daja tangkap para pendengar, bila la berbitjara dengan atau kepada orang jang agak tjerdas, seperti para ahli taurat dan pemuka-pemuka Jahudi lain, dan achirnja kepada para rasul djuga, menguraikan pengadjarannja menurut djalan pikiran orang Jahudi itu djuga.
Tjara berpikir dan menjusun pikiran-pikiran itu berlainan dengan jang lazim terdapat dalam kebudajaan Junani dan jang lazim pada kita djuga. Jang kita temui dan gunakan dalam uraian-uraian bersifat ilmiah, ialah tjara dan. djalan logika, jang dengan terang dan rapih menondjolkan hubungan pikiran satu sama lain, berdasarkan hukum sebab-akibat. Tjara itu serba akali dan mengutamakan pembuktian kebenaran. Tjara Joanes bukan demikian. Joanes sama sekali tidak hendak membuktikan kebenaran, melainkan, menurut kata jang digunakannja sendiri, memberi kesaksian akan kebenaian sebagai satu.kenjataan.
Jesus memberi kesaksian tentang kenjataan-kenjataan jang dilihatNja pada Bapa dan tentang apa jang didengarNja dari padaNja (Jo. 3:11 dan 32). Kesaksian Jesus jang sendiri Sabda Allah dengan sendirinja mutlak kebenarannja. Dan Joanes pada gilirannja memberi kesaksian tentang hal-hal jang dilihatnja pada Jesus dan didengarnja dari Jesus, maka dengan sendirinja mutlak pula. Sebab itu tak usah dan tak mungkin dibuktikan kebenarannja, melainkan harus dimaklumkan sadja dan diterima dengan kepertjajaan jang chidmat. Tetapi rasul-rasul bertugas pula mendjelaskan makna dan maksud pernjataan Ilahi serta menerangkan dan mengandjurkan tjita tjita jang terkandung didalamnja, supaja diwudjudkan, sebab perwudjudan ini adalah udjud terachir pernjataan-pernjataan itu. Oleh karena itu Joanes dengan gairahnja jang hidup dan mendalam, dengan tak henti-hentinja membahas dan memikirkan isi pernjataan itu, memang pertama-tama untuk dirinja sendiri, tetapi tak kurang dengan maksud untuk memenuhi tugas kerasulannja, jaitu menjampaikan tjahaja kehenaran dan hidup abadi kepada umat-umat jang dipertjajakan kepadanja. Dengan demikian oleh penjelenggaraan Roh Kudus dan oleh IlhamNja kepada Joanes maka kita ini mempunjai hasil kegairahan Joanes dalam karangannja. Joanes telah mengulangi renungan-renungan bagi kita dan mengupas kebenaran-kebenaran Indjil sampai pada intinja serta memaparkan kekajaannja dalam segala segi-seginja. Dan kalau kita turut mengupas mengikuti djalan penguraian Joanes, maka terbuka bagi kita kemuliaan rahasia Ilahi segi demi segi, kalimat demi kalimat, sampai ia mengantar kita kepada inti kebenaran jang mengandung seluruh keindahan dunia Allah, jang telah mendjadi dunia kita djuga. Joanes membahas bukan dengan daja otak kering, dan bukan menundjuk kepada segi- segi jang tampak sadia dengan telundjuknja sepintas lalu, melainkan sambil berbitjara bersemangat dan memperlihatkan kegemilangannja nilai-nilai jang timbul tampak itu. Bagi pembatja-pembatja jang dangkal pikirannja, kalimat- kalimat dan rangkaiannja tentu terasa datar nadanja, malah mungkin sampai membosankan, tetapi bagi pembatia-pembatja jang berminat mendalam, bahasa Joanes hidup dan menghidupkan.
Kedataran itu sebenarnja adalah ungkapan kesungguhan, chidmat seorang jang sadar akan keagungan kebenaran Ilahi jang sedang dipaparkannja. Terkandung didalamnja dan terga-mbar olehnja suasana rahasia-rahasia dunia abadi, misteri Putera Allah jang "mendjadi daging" dan "berkemah" (hidup) diantara kita, guna kita dianugerahi bagian dalam "kemuliaan"Nja "penub rahmat dan kebenaran". Joanes terpesona dan terharu oleh segala jang disaksikan dan dialaminja, dalam pergaulan dengan Jesus, dan chususnja perasaan ini jang menentukan gaja bahasanja. Didalam kalimat-kalimat dan rangkaian-rangkaian kalimat hidup kuat dan bergetar djiwa Joanes sehingga sanggup menghidupi dan menggetarkan djuga hati sanubari dan djiwa pembatja-pembatja jang berminat. Bahasa Joanes rupa- rupanja datar, tetapi bukan lemah dan lembam, melainkan bersemangat benar. Kalimat-kalimat pengungkap kebenaran jang pasti dan mutlak biasanja melangkah tetap dan kuat, penuh kejakinan, sambil bertekad dan mejakinkan kita sekuat- kuatnja dan dengan pengulang-ulangannja meresapkan kebenarn itu dalam ingatan dan hati sanubari kita sedalam-dalamnja. Semangat itu segenapnja berpokok pada tjinta jang kuat kepada Kristus dan kebenaranNja serta dihidupi olehNja, malah sampai mendjadi bentji jang hebat terhadap segala pertentangan dan rintangan dari pihak "kegelapan". Semangat itu dapat memuntjak sampai kita merasa Joanes pada umurtuanja masih berwatak "putera guntur", sebagaimana ia pernah diberi djulukan itu oleh Jesus sendiri.
Joanes tidak tahu berkompromis (tawar-menawar). Ia hanja mengenal tjahaja jang mutlak dan kegelapan jang mutlak, dan tiap manusia dapat dan harus memilih antara dua itu. Pemilihan itu merupakan atjara praktis dari karangannja dan tudjuannja mengandjurkan pemilihan jang baik. Tertjapai tidaknja tudjuan itu dan chawatiran tentangnja, itupun jang menentukan suasana perasaan Joanes dalam irama tulisannja, jaitu kegembiraan dan kesedihan, keluh kesah dan pudjian, gairah dan semangatnja pula, semuanja diliputi tjinta kepada Kristus dan kebenarannja, jang harus diwudjudkan dalam tiap-tiap manusia supaja ia diselamatkan.
Kesimpulan
Dalam bab terachir, jang merupakan satu tambahan pada karangan Joanes sendiri, kita batja tentang Joanes bahwa ,ia adalah murid jang memberi kesaksian akan segala hal itu serta menulisnja dan kami tahu bahwa kesaksiannja benar" (21:24). Dan Joanes sendiri merumuskan tudjuan kesaksiannja itu sebagai: "supaja kamu pertjaja bahwa Jesus adalah Kristus, Putera Allah, dan supaja kamu oleh karena kepertjajaan itu mempunjai hidup dalam namaNja". (20:31). Semoga tudjuan itu tertjapai pada kita setjara sempurna, jaitu bertambah-tambah memperdalam pengetahuan dan pengertian kita akan Kristus serta IndjilNja dan demikian mempergiat hidup keagamaan kita, agar kita sendiri mempunjai hidup dalam Kristus selimpah-limpahnja, tetapi djuga melandjutkan kesaksian Jesus dan Joanes disekitar kita, baik dengan berbitjara tentangnja, maupun dengan sikap dan tjara hidup kita.
Hagelberg: Yohanes (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalam...
PENDAHULUAN
Prakata
Pendahuluan
Injil Yohanes dapat diumpamakan sebagai sebuah kolam yang begitu dangkal sehingga seorang anak dapat main di dalamnya, dan sekaligus begitu dalam sehingga seekor gaja dapat berenang di dalamnya.1 Di seluruh dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan memperoleh penghiburan yang dalam dari Injil Yohanes. Ribuan buku ditulis mengenai kitab yang sama, dan masih banyak lagi yang dapat dibahas.
Penulis Injil Yohanes
Masalah identitas pengarang perlu dipikirkan, karena jika Injil yang keempat dianggap karangan orang Kristen yang hidup dalam abad kedua, yang bukan saksi mata, maka bobotnya "Injil Yohanes" sedikit, sedangkan jika Injil Yohanes dikarang oleh Rasul Yohanes, seorang saksi mata, maka Injil Yohanes sungguh berbobot, dan layak diterima dan dihayati.
Sarjana bahasa Aram2 dan bahasa Yunani menjelaskan bahwa bahasa Yunani yang ada dalam Injil Yohanes mempunyai suatu "logat" Aram. Dengan kata lain, ada cukup banyak unsur dalam tata bahasa Injil Yohanes yang jarang dalam tata bahasa Yunani, namun biasa dalam tata bahasa Aram. Ini menandai bahwa bahasa Aram adalah "bahasa ibu" dari penulis Injil Yohanes, dan bahwa dia belajar bahasa Yunani pada kemudian hari.3 Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah orang Yahudi yang dibesarkan di Israel.
Tampaknya Injil Yohanes ditulis tanpa nama.4 Walaupun demikian, masih ada beberapa nas dalam Injil Yohanes dan tradisi gereja yang cukup kuat yang menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai pengarang.
Dalam lima nas, salah satu murid Tuhan Yesus disebut "murid yang dikasihi Yesus".5 Tentang orang yang sama, pasal 21:24 berkata, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." Jadi, ternyata pembahasan mengenai identitas penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan "murid yang dikasihi Yesus". Tampaknya murid tersebut akrab sekali dengan Tuhan Yesus (pasal 13:23-25 dan 19:26-27), dan juga dengan Petrus (pasal 13:23-24; 20:2-9; dan 21:7). Dari Markus 5:37; 9:2; 13:3; dan 14:33 kita mengerti bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bertiga akrab dengan Tuhan Yesus. Petrus bukan merupakan "murid yang dikasihi Yesus" (pasal 21:20), dan Yakobus juga bukan dia (Kisah Para Rasul 12:2), maka tinggal Yohanes yang memenuhi syarat-syarat.
Kemungkinan ini didukung oleh pengamatan bahwa Rasul Yohanes, yang mempunyai peranan yang begitu penting dalam ketiga Injil yang lain, tidak disebutkan secara langsung dalam Injil yang keempat. Pengamatan ini mudah dipahami, jika Yohanes sendiri adalah penulisnya.
Juga, walaupun dalam Injil yang keempat nama orang dicatat supaya tidak dapat dibingungkan (seperti misalnya dalam pasal 14:22; 11:16; dan 6:71) Yohanes Pembaptis hanya disebut "Yohanes". Jikalau Rasul Yohanes adalah penulis, maka kekecualian ini dapat dipahami. Para pembaca yang tahu bahwa Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes, tidak bingung dengan identitas Yohanes yang membaptiskan orang.
Ada satu masalah dengan pendapat ini, bahwa Rasul Yohanes adalah penulis, yaitu bukankah agak aneh jika orang menyebut dirinya dengan julukan "murid yang dikasihi Yesus"? Memang harus diakui bahwa hal ini luar biasa, tetapi lebih aneh lagi jika julukan tersebut dipakai mengenai orang lain! Jikalau seandainya julukan "murid yang dikasihi Yesus" menujuk kepada orang lain, bukankah ada nada iri hati di dalamnya? "Dia lebih mengasihi orang itu daripada kita!" Tetapi jika julukan itu dipakai mengganti nama penulis, ada dua kesan yang muncul. Satu, dia yang merasa dikasihi merayakan kasih itu dengan sukacita, dan dua, dengan rendah hati dia tidak mau memakai namanya sendiri. "Biarlah identitasku sebagai Yohanes hilang - aku adalah 'murid yang dikasihi Yesus!'"
Jadi dalam pembahasan identitas penulis Injil yang keempat kita menemui suatu pelajaran rohani yang sangat indah, yaitu bahwa tampaknya penulis Injil keempat rindu supaya identitasnya sebagai Yohanes anak Zebedeus tenggelam dalam suatu identitas yang jauh lebih indah, yaitu "murid yang dikasihi Yesus", suatu identitas yang mengandung pemahaman kehidupan rohani yang dewasa dan mantap.6
Dari segi pernyataan-pernyataan bapa-bapa gereja, pada tahun 180 M7 Theophilus dari Antiokhia menulis secara jelas bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat. Setelah itu, Irenius,8 Clement dari Aleksandria, dan Tertullianus mengaku Rasul Yohanes sebagai penulis. Antara bapa-bapa gereja yang awal, tidak ada yang menyangkal Yohanes sebagai penulis Injil yang keempat.
Oleh karena gaya tulisan Injil yang keempat begitu berbeda dengan kaya tulisan Kitab Wahyu, maka ada sarjana yang berpendapat bahwa penulisnya harus juga berbeda, tetapi kesimplan tersebut tidak tahan uji. Tampaknya Yohanes tidak bebas untuk ditemani oleh sahabat-sahabat di Patmos, di mana dia menerima visi yang dia tulis yang kita sebut Kitab Wahyu. Mungkin pada waktu dia menulis Injil Yohanes dia ditemani sahabat-sahabat, dan salah satu dari sahabat itu menjadi juru tulis bagi dia, sama seperti Silwanus menolong Rasul Petrus untuk menulis suratnya (lihatlah 1 Petrus 5:12, yang berkata, "Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu...") atau seperti Tertius menolong Paulus untuk menulis Surat Roma (lihatlah Roma 16:22). Sampai sejauh mana seorang juru tulis Yunani bebas untuk memilih kata atau bentuk tata bahasa, sulit dipastikan. Singkatnya, mungkin perbedaan antara gaya tulis Injil Yohanes dan gaya tulis Kitab Wahyu dikarenakan peranan juru tulis yang membantu Rasul Yohanes.
Sebagai kesimpulan, tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil yang keempat, tetapi bukti yang kuat mengarah ke pendapat itu. Juga, walaupun sarjana-sarjana tertentu menolak pengertian tersebut, tetapi pendapat mereka mengenai siapa yang menulis Injil yang keempat, kurang meyakinkan.9 Maka kami menerima Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes.
Tahun Penulisan
Sulit sekali untuk menentukan tahun penulisan Injil Yohanes. Sebagian kecil dari sebuah naskah dari Injil Yohanes, yang disalin awal abad pertama10 sudah ditemui di Mesir. Mengingat bahwa naskah tersebut harus disalin dan dibawa ke Mesir, maka kita dapat yakin bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 100 M.
Selain itu, sangat sulit untuk membuktikan tahun penulisan Injil Yohanes. Banyak sarjana memilih tahun 95 M, tetapi alasan mereka tidak kuat.11 Beberapa sarjana yang lain berkata bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan oleh pasukan Roma. Pendapat tersebut berdasarkan Yohanes 5:2, yang berkata "Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda...." Pernyataan ini menjadi penting dalam pembahasan tahun penulisan Injil Yohanes, karena istilah "ada " memakai Present Tense. Hampir seolah-olah Yohanes berkata, "...saat ini, masih ada sebuah kolam...." Tetapi bukti ini juga diperdebatkan, karena Rasul Yohanes sering memakai Present Tense untuk hal yang sebenarnya sudah masa lalu.12
Mungkin mereka yang tidak menerima pemakaian Present Tense ini sebagai bukti bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum Bait Allah dimusnahkan, belum menyadari dahsyatnya peristiwa tersebut bagi orang-orang Yahudi. Memang Present Tense itu dapat dipakai untuk hal-hal yang terjadi pada masa lalu, tetapi bukan dalam konteks Yohanes 5:2. Sama seperti Present Tense tidak mungkin dipakai mengenai ibu kita sendiri, setelah dia meninggal, demikian juga Present Tense tidak mungkin dipakai oleh seorang Yahudi mengenai sesuatu yang sudah dihancurkan oleh pasukan Roma di Yerusalem! Peristiwa tersebut terlalu pahit dan tragis; tampaknya sulit memahami bagaimana Present Tense dapat dipakai oleh orang Yahudi mengenai kolam Betesda setelah tahun 70 M.
Maka ada kemungkinan besar bahwa Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70 M, tetapi sebaiknya kesimpulan ini dianggap kemungkinan saja. Sebenarnya tahun penulisan Injil Yohanes tidak dapat dipastikan.
Teologi dan Sejarah dalam Injil Yohanes
"Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Mari kita mempertimbangkan dua pertanyaan mengenai Injil Yohanes. Apakah benar bahwa Yohanes menyusun suatu ceritera dengan maksud yang bersifat teologis (seperti dikatakan di atas), sehingga fakta-fakta tidak terlalu penting bagi dia, asal teologi yang dia sampaikan adalah benar? Ataukah dia menyusun suatu ceritera yang benar, tetapi teologinya kurang? Dua-duanya harus dijawab dengan "Tidak!" Yohanes memang mempunyai suatu maksud yang bersifat teologis, tetapi tepatnya fakta-fakta yang dia catat tidak rugi demi kepentingan Teologinya! Teologi dan sejarah tidak berlawanan. Teologi yang benar mempunyai akar dan dasar di dalam èsejarah yang benar.
Ini penting sekali pada zaman Yohanes, karena rupanya dia menghadapi suatu cenderungan yang sesat yang akan berkembang pada abad yang ke dua menjadi ajaran Docetisme. Filsafat ini berkata bahwa Allah tidak menjelma menjadi manusia, hanya kelihatannya Dia menjadi manusia, kelihatannya Dia disalibkan. Penganut Docetisme berkata bahwa tidak apa-apa Dia tidak sungguh menjelma menjadi manusia- cukuplah kalau ada roh, sesuatu yang seperti manusia, yang datang untuk melayani kita di muka bumi yang najis ini.... Tetapi Yohanes menolak cenderungan ini dengan banyak perkataan di dalam Injilnya dan suratnya. Dia berkata bahwa "Firman itu menjadi manusia" (Yohanes 1:14) dan "Apa yang telah... kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami..." (1 Yohanes 1:1). Jelas dia mau menolak ajaran yang berkata bahwa Yesus Kristus adalah sesuatu yang hanya seperti manusia saja. Dia bersaksi bahwa Kristus betul-betul menjelma menjadi manusia, dan kenyataan sejarah ini menjadi dasar iman kita. Sehingga Teologi dan sejarah tidak perlu dipisahkan.
Ini juga penting pada zaman kita, karena sarjana-sarjana liberal dan sarjana-sarjana neo-orthodoks berusaha untuk memisahkan apa yang sebenarnya terjadi dari apa yang diimani (Teologi). Mereka mau memisahkan kebenaran dari fakta-fakta. Tetapi kebenaran yang mana tidak didukung dengan fakta-fakta/kenyataan? Ini menjadi mistikal, dan ini bukan maksud dari Yohanes. Yang berikut adalah suatu contoh dari pikiran tersebut:
Kita boleh membedakan hal fakta dari hal iman. Mungkin Yesus sebenarnya turun dari Daud... tetapi seandainya tidak, Dia masih bisa menjadi Kristus... asal Dia menggenapi persyaratan-persyaratan rohani yang tepat... Tidak apa-apa kalau Dia bukan Anak Daud dalam arti jasmani... Mungkin Dia adalah anak Daud sama seperti Yohanes Pembaptis adalah Elia, dalam roh dan kuasa... Paulus bukan seorang rasul dalam arti yang picik, dia bukan salah satu dari mereka yang menyertai Yesus, tetapi dia memang adalah rasul.
Kita menolak pola pikiran ini karena iman kita mempunyai dasar dalam sejarah. Kebangkitan Kristus, misalnya, adalah suatu peristiwa yang terjadi, bukan di dalam hati pengikut-Nya, tetapi dalam kenyataan.
Semua ini mungkin menjadi lebih jelas kalau kita memikirkan satu contoh dari Injil Yohanes, daripada teori ini. Suatu contoh yang tepat terdapat di dalam Injil Yohanes 4:1-26. Perlu diamati lebih dahulu bahwa tidak ada satu petunjukpun yang memberi kesan bahwa peristiwa ini merupakan suatu perumpamaan atau mitos. Bahkan peristiwa ini ada di dalam konteks perjalanan Tuhan Yesus dari Yudea ke Galilea (Dua tempat yang nyata, bukan tempat dongeng) oleh karena masalah dengan orang-orang Farisi (Yohanes 3:25-25 dan 4:1). Ini bersifat sejarah yang nyata. Tetapi peristiwa ini juga mengandung banyak Teologi, di mana sistem agama lama dibandingkan dengan apa yang Yesus tawarkan, sifat Kristus dinyatakan, tawaran karunia dari Roh Allah digambarkan.... Ini penuh dengan Teologi. Apakah sejarah itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa arti Teologi? Ataukah Teologi itu disesuaikan/diubahkan untuk membawa sejarah? Tidak. Kalau Allah kita benar, maka seluruh sejarah manusia menyatakan sesuatu mengenai Dia. "History is His Story." Peristiwa-peristiwa yang tertentu lebih menyatakan Dia daripada peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, peristiwa tersebut dari Yohanes 4 menyatakan Dia, dan justru ini sebabnya peristiwa ini dipilih untuk masuk Injil Yohanes.
Morris13 bertanya, "Apa arti teologis dari sesuatu yang tidak pernah terjadi?" Dia juga memperbedakan perumpamaan dari peristiwa yang mengandung Teologi. "Melalui perumpamaan kita berkata, 'Kebenaran Allah adalah seperti ini.' Maka apa ceritera itu betul-betul terjadi atau tidak, ini tidak perlu dipermasalahkan. Ceritera itu adalah suatu ilustrasi. Setiap orang mengerti ini.... Tetapi kalau kita berkata, 'Kebenaran Allah dinyatakan di dalam peristiwa ini,' atau 'Anugerah Allah dinyatakan dalam peristiwa itu,' ini lain lagi. Kalau kita berkata seperti itu, tetapi peristiwa itu tidak pernah terjadi, maka kita tidak bisa berkata bahwa sebenarnya kebenaran Allah dinyatakan.... Apakah Yohanes menceriterakan pikiran dia sendiri mengenai Allah, ataukah dia menceriterakan apa yang pernah Allah lakukan? Kita tidak boleh mengecilkan bedanya di antara dua pendekatan ini, 1) 'Kebenaran Allah adalah seperti-' dan 2) 'Kebenaran Allah menjadi kelihatan di dalam.'" Morris juga menjelaskan bahwa sarjana-sarjana yang berkata bahwa yang penting bagi Yohanes adalah teologi dan bukan sejarah, bukan fakta-fakta, justru mereka yang berkata bahwa dia menghadapi melawan ajaran Docetisme, yang berkata bahwa Kristus hanya kelihatannya lahir, hanya kelihatannya ini dan itu. Tetapi dua pendapat ini yang mereka pegang saling berlawanan.
Tujuan Utama
Injil Yohanes 20:31 berkata, "... semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Sebaiknya kita menerima pernyataan ini dari penulis Injil Yohanes sebagai pernyataan tujuan utama Injil Yohanes. Tujuannya penginjilan. Khas ini menjadi lebih nyata lagi jika pernyataan tadi dibandingkan dengan 1 Yohanes 5:13, yang berkata, "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa mereka sungguh memiliki hidup yang kekal, sedangkan Injil Yohanes ditulis supaya orang yang belum percaya dapat percaya bahwa Yesuslah Mesias.14 Yohanes menulis Injilnya untuk meyakinkan orang bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka rindukan. Menurut Carson,15 tata bahasa dari Yohanes 20:31 menunjukkan bahwa para pembaca pertama sudah memahami arti dari istilah "Mesias" dan istilah "Anak Allah". Yohanes mau meyakinkan mereka yang sudah merindukan kedatangan "Harapan Israel", Mesias, bahwa Yesus adalah yang sudah menggenapi dan akan menggenapi harapan tersebut. Yesus adalah Mesias yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Injil Yohanes ditulis untuk menginjili orang Yahudi dan orang kafir yang masuk agama Yahudi.16
Ada penafsir yang tidak setuju dengan pengertian tersebut. Mereka berkata bahwa Yohanes 1:38, di mana istilah "Rabi" diterjemahkan "Guru", dan Yohanes 1:41 di mana istilah "Mesias" diterjemahkan "Kristus", menjadi bukti bahwa Injil Yohanes diperuntukkan orang bukan Yahudi, karena semua orang Yahudi sudah mengerti bahwa "Rabi" berarti "Guru", dan "Mesias" berarti "Kristus". Sebenarnya ini menjadi argumentasi yang kuat, tetapi kita harus melihat lebih dalam. Bukankah istilah Yunani, yaitu "Litostrotos" (dalam pasal 19:13) diterjemahkan bagi orang yang lebih biasa dengan bahasa Ibrani/Aram ("Gabata")? Apakah nas ini membuktikan kesimpulan yang sebaliknya? Juga, istilah "Anak Manusia", "nabi yang akan datang" (1:21), dan "Iblis" (13:2) tidak dijelaskan. Lebih dari itu, ada beberapa pemahaman yang menjadi persyaratan untuk sungguh memahami Injil Yohanes, yaitu pemahaman yang pasti dipahami oleh orang Yahudi. Misalnya, dalam Injil Yohanes ada hubungan yang erat antara hari raya orang Yahudi dan Tuhan Yesus, yang hanya ditangkap oleh orang Yahudi.17
Dapat disimpulkan bahwa Injil Yohanes ditujukan terutama untuk orang Yahudi, tetapi Yohanes menterjemahkan istilah "Rabi" dan "Mesias" supaya pembaca yang lain, yang bukan sasaran utama, tidak menjadi bingung.
Walaupun tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi, tetapi orang bukan Yahudi dapat diinjili melaluinya. Selain itu, orang percaya juga dapat ditolong melalui Injil Yohanes. Bukankah Titus 2:11-12 berkata, "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
Injil Kristus berguna, baik untuk menyelamatkan orang yang belum percaya, maupun untuk meningkatkan kehidupan rohani orang percaya. Namun demikian, sebaiknya kita tetap ingat bahwa tujuan utama dari Injil Yohanes adalah untuk menginjili orang Yahudi.
Kepercayaan Para Pembaca Pertama
Kalau pesan yang Yohanes sampaikan akan dimengerti, kita perlu mengerti latar belakang Injil ini, untuk supaya kita bisa mengerti masalah-masalah dan kepercayaan-kepercayaan yang dihadapi Yohanes.
Filsafat Docetisme berkata bahwa Kristus sebenarnya tidak menjelma menjadi manusia, tetapi Dia hanya "kelihatannya" menjadi manusia. Dia hanya kelihatannya hidup di tanah Israel, dan hanya rupanya disalibkan. Yang mereka lihat adalah semacam roh yang mereka pikir adalah Kristus. Roh itu sepertinya makan roti dan ikan, dan sebagainya. Nama Docetisme diambil dari sebuah kata18 dalam bahasa Yunani yang berarti "rupanya", atau "kelihatannya". Bagi mereka, tidak mungkin Allah sendiri akan betul-betul menjelma menjadi manusia di dunia yang najis ini, dan tidak mungkin Allah yang Maha Suci bisa mengenakan daging manusia yang penuh dengan dosa. (Mereka memegang suatu pandangan hidup dari Plato yang berkata bahwa ide dan Allah itu suci, dan sama sekali terpisah dari daging dan bumi yang najis dan berdosa. Dualisme ini kebetulan mirip pandangan hidup Kebatinan!)
Kurang jelas kapan filsafat ini muncul, tetapi kalau kita menerima Rasul Yohanes sebagai penulis dari Injil keempat pada abad pertama, maka Injil Yohanes mendahului Docetisme sebagai suatu gerakan filsafat. Ada suatu kemungkinan bahwa Yohanes pernah dengar ajaran yang berbau Docetisme, walaupun gerakan itu belum dewasa. Seandainya Yohanes mendengar ajaran seperti itu, jelas sekali dia tidak bisa setuju. Suatu "roh" di kayu salib tidak akan mengeluarkan darah dan air (Yohanes 19:34). Suatu "roh" di sumur Yakub tidak mungkin menjadi "letih oleh perjalanan" (Yohanes 4:6). Boleh juga membandingkan Yohanes 1:14 dan 1 Yohanes 1:1 ("...yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami....") Jelas ini sama sekali tidak cocok dengan ajaran Docetisme, malah rasanya menentang sekali. Yohanes tidak malu mengatakan bahwa Allahnya sudah menjelma menjadi manusia. Boleh dikatakan Yohanes merayakan inkarnasi Allah dengan sukacita.
Apakah Yohanes bermaksud untuk melawan Docetisme, atau hanya kebetulan saja Injilnya dan suratannya bertentangan dengan Docetisme? Ini boleh menjadi bahan pikiran sewaktu kita mengamati Injil Yohanes.
Filsafat Gnosticisme mirip sekali dengan Docetisme. Tokoh-tokoh Gnosticism seperti Heracleon (th. 170 M) suka mengutip dan menafsirkan Injil Yohanes. Pada umumnya orang Gnostic menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, kecuali yang ikut Mandaisme yang mungkin mulai pada tahun 700.19 Tetapi pada abad yang ke dua sudah ada orang yang menafsirkan Alkitab Kristen secara Gnostic. Docetisme menjadi suatu kunci dalam pola pikiran mereka.
Ladd20 menceriterakan mengenai pola pikiran Yunani yang berkembang sampai titik Gnosticism. Menurut ajaran Gnosticisme kenyataan terdiri dari dua alam, yaitu ada alam atas (noumenal) yang tidak kelihatan, tidak berubah, tetapi kekal, dan lebih penting. Ada juga alam yang kelihatan, yang jasmani. Alam ini, dan tubuh manusia, tidak jahat, hanya menjadi beban pada alam atas, termasuk jiwa manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa tubuh21 adalah kuburan atau rumah penjara22 untuk jiwa. Manusia yang berhikmat adalah dia yang menguasai keinginan-keinginan tubuhnya. Kalau mereka cukup berhasil kematian mereka menjadi keselamatan mereka, karena mereka bebas dari tubuh. Jadi keselamatan ini tergantung usaha dan pengertian (gnosis) mereka. "Hermetica" adalah suatu kumpulan karangan agamawi yang ditulis di Mesir pada abad ke dua dan ke tiga. Salah satu karangan itu berjudul "Poimandres". Karangan ini mulai dengan suatu visi dari terang yang tak terbatas. Terang itu disebut Allah. Dia ada di atas lautan kegelapan yang kacau. Logos/Anak Allah itu muncul dari terang dan memisahkan unsur-unsur yang atas dari yang bawah. Dunia diciptakan dari unsur yang bawah, yaitu tanah dan air. Dunia, tanah, air, semua ini tanpa akal, tanpa "nous", tanpa pikiran. Manusia diciptakan dari terang/nous itu, sehingga dia punya akal dan pikiran, tetapi manusia jatuh cinta dengan ciptaan itu sehingga dia jatuh dari terang dan jadi campur dengan apa yang tidak bernous, yang bawah, yang tidak punya pikiran. Akibatnya manusia bisa mati karena dia mempunyai tubuh, tetapi dia juga bisa kekal karena akalnya. Gnosticism ini cukup awal. Gnosticism yang lebih berkembang menganggap tubuh jahat. Ini boleh disebut "dualisme Yunani" karena ada dua pihak yang berlawanan, yaitu apa yang jasmani dan apa yang rohani.
Kalau Yohanes pasal 1 dibaca dengan mengingat filsafat ini banyak persamaan menjadi nyata, antara lain ada "Firman"/logos, terang, dan dunia. Sebelum Gulungan Laut Mati ditemui dan diselidiki, banyak sarjana berpendapat bahwa pasti Yohanes sangat dipengaruhi oleh dualisme tersebut, dan kepercayaan Yunani yang diceriterakan di atas. Tetapi di dalam Gulungan Laut Mati istilah-istilah ini, misalnya terang dan kegelapan, banyak dipakai, sehingga tidak bisa dikatakan lagi bahwa pemakaian istilah-istilah itu menunjuk pada suatu pengaruh Yunani, karena istilah-istilah itu dipakai dalam Gulungan Laut Mati yang sangat asli Yahudi.
Paling tidak kita bisa yakin bahwa Yohanes menulis sesuatu yang rasanya tidak asing bagi orang Yunani, walaupun apa yang dia katakan pasti baru bagi mereka, dan tidak sama dengan kepercayaan mereka. Dengan kata lain, Injil Yohanes adalah suatu contoh kontekstualisasi yang mantap. Penyampaian bebannya atau beritanya sesuai dengan kebiasaan orang Yunani, tetapi apa yang dia sampaikan tidak diubahkan dan sama sekali tidak ada sinkretisme. "Hidangannya" disesuaikan supaya bisa diterima, tetapi beritanya tetap murni.
Pada zaman Yohanes Agama Yahudi memiliki aliran-aliran dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Kepercayaan dan kebiasaan Farisi, Saduki, dan Qumran jauh berbeda, dan rakyat biasa merasa jauh dari golongan-golongan ini.
Orang Saduki adalah "orang kraton" pada zaman Yohanes. Mereka dari lapisan masyarakat yang atas, dan mereka menguasai Bait Allah dengan imam-imamnya dan segala pengorbanannya. Tetapi orang-orang Saduki kehilangan markas waktu "kraton" mereka, yaitu Bait Allah, dihancurkan oleh pasukan Roma pada tahun 70, sehingga mereka tidak mewariskan apa-apa yang bisa kita pelajari untuk mengerti ajaran mereka. Ternyata mereka hanya menerima Lima Kitab Musa, dan menolak kebangkitan dari maut dan adanya malaikat. Pandangan dan peraturan mereka sangat konservatif dibandingkan dengan orang Farisi, sesuai dengan jabatan mereka dan keadaan sosial mereka. Istilah Saduki tidak dipakai dalam Injil Yohanes, mungkin karena mereka sudah tidak begitu penting dalam agama Yahudi setelah tahun 70.
Orang Farisi tidak tergantung pada Bait Allah. "Sinagoge" (rumah ibadah Yahudi) adalah markas mereka, dan memang mereka duduk di "Kursi Musa" di dalam sinagoge (Matius 23:2). Mereka adalah keturunan rohani dari orang Yahudi yang berhasil melawan Antiokhus Epifanes pada tahun 175-163 SM. Mereka menerima seluruh Perjanjian Lama sebagai Hukum yang Tertulis, dan mereka juga menerima Hukum Lisan, yaitu tradisi lisan yang menurut mereka juga berasal dari Musa. Walaupun mereka juga menderita karena Bait Allah hancur pada tahun 70, tetapi dari segi pengaruh mereka, mereka menang karena tidak dilawan lagi oleh orang Saduki. Kita tidak punya apa-apa dari karangan mereka, tetapi Mishna dan Talmud (tafsiran dari Mishna) rupanya mencerminkan ajaran mereka dengan jelas. Mishna dan Talmud ditulis oleh guru-guru (rabi-rabi) besar. Mereka tidak menekankan teologi tetapi peraturan agama, misalnya, ikatan-ikatan yang mana boleh diikat pada hari Sabat, dan sebagainya. Pola pikiran mereka sangat nyata di dalam Injil Yohanes. Seorang sarjana Yahudi modern pernah berkata bahwa di antara ke empat Injil, Injil Yohanes adalah yang paling berbau Yahudi. Banyak dari perkataan Tuhan Yesus sama dengan perkataan rabi-rabi, misalnya, Yohanes 1:39, "Marilah dan kamu akan melihatnya." Menurut Yosefus23 ada 6.000 orang Farisi pada zaman Yosefus.
Seperti disebutkan di atas, kosa kata tulisan Qumran (Gulungan Laut Mati) mirip kosa kata Yohanes, sampai ada juga sarjana yang berpendapat bahwa Yohanes sendiri adalah warga Qumran (tempat Gulungan Laut Mati) karena dia suka memakai istilah yang disukai mereka. Selain kosa kata yang mirip (dengan istilah seperti hidup kekal, terang dan kegelapan, kebenaran dan kesalahan, murka Allah, terang hidup, roh kebenaran, dan anak-anak terang) ada juga baptisan, perjamuan yang suci, dualisme baik dan jahat, dan "guru kebenaran". Tetapi sarjana itu juga sadar bahwa ada perbedaan yang penting di antara pikiran Yohanes dan pikiran Qumran, maka sarjana itu berkata bahwa Yohanes diam berberapa lama di Qumran, lalu dia keluar karena tidak sependapat dengan mereka. Menurut teori itu, persamaannya karena dia pernah ikut mereka, dan perbedaannya karena dia keluar dari sana. Tipislah, teori ini.
Perjanjian Lama merupakan suatu unsur dari latar belakang Injil Yohanes yang penting sekali. Kalau kita membaca Yohanes 1:1, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" memang kita akan mengingat Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Juga, Yohanes 1:3 berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman itu, dan ini juga cocok dengan apa yang diceriterakan di dalam Kejadian 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, dan 26, yaitu "Berfirmanlah Allah...." Kitab Kejadian juga bersaksi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman-Nya. Memang Perjanjian Lama tidak menyatakan bahwa Firman Allah itu adalah pribadi dan bukan kata saja, sehingga dapat dikatakan bahwa Injil Yohanes mempergunakan latar belakang Perjanjian Lama, dan orang Ibrani akan mengerti apa yang Yohanes katakan, tetapi dia juga memperkembangkan apa yang dijelaskan di dalam Perjanjian Lama, dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti oleh mereka.
Injil Yohanes adalah suatu contoh kontextualisasi yang luar biasa. Dikontextualisasikan baik untuk orang Yunani maupun untuk orang Ibrani, walaupun kebudayaan mereka masing-masing sangat berbeda. Injil ini merupakan suatu mujizat kontextualisasi!
Hubungannya dengan Injil Matius, Markus dan Lukas
Membandingkan Injil Yohanes dengan Injil Sinoptik mengemukakan beberapa pengamatan yang mungkin berguna untuk mengarahkan pelajaran kita. Turner dan Mantey24 menguraikan perbedaan-perbedaan di antara Injil Yohanes dan Injil Sinoptik (yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas) yang cukup lengkap.
Gaya Yohanes berbeda dari Matius, Markus, dan Lukas. Dalam Injil Sinoptik itu perikopnya pada umumnya singkat, dan cepat pindah dari satu peristiwa kepada peristiwa yang lain. Ini bisa dibandingkan dengan Yohanes yang menyusun perikop yang lebih panjang, dan tidak cepat meloncat pada perikop yang berikut. Yohanes tidak menceriterakan banyak peristiwa, tetapi dia menceriterakan yang sedikit itu secara perinci. Turner berkata bahwa gaya Yohanes lebih "santai" daripada gaya Injil Sinoptik. "Perumpamaan" yang ada dalam Injil Yohanes sangat berbeda dengan perumpamaan yang ada dalam Injil Sinoptoik, dan Yohanes tidak mencatat pepatah kata yang mudah diingat seperti yang ada di dalam ketiga Injil Sinoptik.
Secara geografis Yohanes berbeda dari yang lain juga. Ke tiga Injil Sinoptik menekankan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea, dan Perea (Lukas), dan baru pada minggu terakhir pindah ke Yerusalem. Tetapi Yohanes banyak menceriterakan mengenai apa yang terjadi di Yerusalem waktu Tuhan Yesus mengunjungi kota itu karena perayaan Hari Paskah.
Kosa kata Yohanes juga berbeda dari yang lain karena jumlah kata lebih sedikit, dan juga istilah-istilahnya sederhana dan padat dengan arti, seperti "terang, hidup, dunia, kegelapan, kebenaran, kemuliaan, percaya, mengetahui, jam" dan sebagainya.
Banyak peristiwa dan hal tidak disebut oleh Yohanes. Inilah daftar Turner: kelahiran Yesus, 30 tahun yang pertama dalam kehidupan-Nya di bumi, kelahiran dan kematian Yohanes Pembaptis, baptisan dan pencobaan Yesus, perubahan rupa-Nya di atas gunung, Perjamuan Suci yang pertama, doa-Nya di Taman Getsemeni, pengadilan di hadapan Kaiyafas, peristiwa kenaikan-Nya, pelepasan dari roh jahat, orang sakit kusta, ahli hukum, pemungut cukai, orang Saduki, daftar ke dua belas rasul, Khotbah di Bukit dan Khotbah di Daratan, panggilan orang berdosa untuk bertobat, neraka, dan semua perumpamaan. Hampir semua di daftar ini cukup penting di dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, tetapi sama sekali tidak disebutkan oleh Yohanes.
Perlu juga dikatakan bahwa Injil Yohanes juga berbeda dari Injil Sinoptik karena 90% dari bahannya tidak ada di dalam Injil Sinoptik. Hanya Yohanes saja yang mencatat percakapan Yesus dengan Nikodemus, panggilan lima murid-Nya, pernikahan di Kana, percakapan Yesus dengan wanita itu di sumur Yakub, mujizat di kolam Siloam dan Betesda, kebangkitan Lazarus, 14 percakapan yang mengikuti suatu pola yang sama (pertanyaan, jawaban Yesus yang sulit dimengerti, kesalah pahaman, dan keterangan Yesus), pernyataan yang memakai ungkapan "Aku adalah"25, istilah Paraklete (suatu sebutan Roh Allah) dan perwujudan Tuhan Yesus di Danau Galilea setelah Dia bangkit. Carson26 mengamati bahwa Injil Sinoptik tidak menyamakan Yesus dengan Allah secaralangsung, seperti apa yang tampak dalam Injil Yohanes pasal 1:1, 18 dan 20:28.
Perbedaan-perbedaan ini cukup mengesankan. Suatu pertanyaan muncul, yaitu, "Mengapa?" Mengapa tidak ada perumpamaan di dalam Injil Yohanes? Mengapa tidak ada orang yang dilepaskan dari kerasukan setan di dalam Injil Yohanes? Mengapa neraka tidak disebut di dalam Injil ini? Apakah jawabannya terdapat di dalam Teologi Yohanes?
Kalau perbedaan gaya dan kosa-kata dipikirkan, mudah diterima bahwa Yohanes mau menekankan sesuatu yang lain dari Injil Sinoptik, atau katakanlah dia mau melihat pelayanan Tuhan Yesus dari segi pandangan yang lain. Tetapi daftar pokok yang sama sekali tidak disebut agak mengesankan. Seolah-olah dia dengan sengaja mengambil keputusan untuk tidak menyebut anak-anak! Mengapa?
Carson menekankan bahwa ada perbedaan yang nyata, seperti apa yang dicatat di atas, tetapi ada juga kesamaan yang penting, misalnya peristiwa di mana 5000 orang diberi makan (Markus 6:32-44 dan Yohanes 6:1-15) dan di mana Dia berjalan di atas air (Markus 6:45-52 dan Yohanes 6:16-21. Juga ada kesamaan antara perkataan Tuhan Yesus: Markus 9:37-38 dan Yohanes 4:35; Markus 6:4 dan Yohanes 4:44; Matius 25:46 dan Yohanes 5:29; Matius 11:25-27 dan Yohanes 10:14-15, dst.27
Lebih penting lagi adalah nas-nas di mana Yohanes dan ketiga Injil Sinoptik saling mengisi, saling menjelaskan. Misalnya, hanya Yohanes yang menjelaskan mengapa Petrus dapat masuk ke halaman istana Imam Besar (pasal 18:15-16) tetapi Injil Markus 14:54 hanya berkata bahwa dia masuk ke situ. Kerelaan murid-murid Tuhan Yesus untuk mengikuti Dia sesaat mereka dipanggil dalam Injil Matius 4:18-22, sulit dipahami, keculi kita memahami bahwa mereka sudah mengenal Dia sebelum waktu itu (Yohanes 1:35-51). Dan sebaliknya keraguan Filipus untuk memperkenalkan orang-orang bukan Yahudi kepada Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:21-22 sulit dipahami dalam Injil Yohanes, kecuali kita memahami Matius 10:5-6, di mana Tuhan berkata, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."28
Morris29 menjelaskan kemungkinan bahwa ketiga Injil Sinoptik memberi ajaran Rabi Yesus yang dimaksudkan untuk umum, yaitu ajaran yang formal. Sesuai dengan pola rabi-rabi Israel, ajaran tersebut harus dihafal dan diteruskan kepada generasi yang berikut. Tetapi selain ajaran itu, ada juga ajaran-Nya yang dimaksudkan untuk murid-murid-Nya dan ajaran yang bersifat lebih spontan. Menurut konsep ini, ajaran yang bersifat spontan dan akrab itu ditulis dalam Injil Yohanes. Morris tidak yakin bahwa hal ini merupakan sebabnya Injil Sinoptik dan Injil Yohanes begitu berbeda, tetapi pendekatan ini menyatakan bahwa kita tidak harus menolak Injil Yohanes hanya karena Injil Yohanes berbeda dari ketiga Injil Sinoptik.
Injil Yohanes dan Kanon Alkitab
Morris30 menjelaskan bahwa Injil Yohanes sangat disukai oleh pengikut ajaran Gnostik. Oleh karena Injil Yohanes sering dikutip oleh orang Gnostik, maka pengikut Kristus yang lain, yang tidak memeluk ajaran sesat itu, mula-mula segan mengutip dari Injil Yohanes. Mereka lebih sering mengutip dari ketiga Injil Sinoptik. Lama-kelamaan mereka mengerti bahwa justru Injil Yohanes yang paling tepat untuk dikutip melawan Gnosticisme, dan Injil Yohanes menjadi sangat popular.
Walaupun Injil Yohanes sering dikutip untuk mendukung ajaran sesat, tetapi status Injil Yohanes sebagai Firman Allah tidak diragukan oleh bapa-bapa gereja. Tempatnya di dalam kanon Firman Tuhan kuat sekali.
Hagelberg: Yohanes (Garis Besar) GARIS BESAR
I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
A. Pengantar pada Pelayanan Y...
GARIS BESAR
- I. KATA PENGANTAR (1:1-18)
- II. PENYATAAN YESUS DENGAN KATA DAN PERBUATAN (1:19-10:42)
- A. Pengantar pada Pelayanan Yesus (1:19-51)
- 1. Hubungan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus (1:19-28)
- 2. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus (1:29-34)
- 3. Yesus mendapat murid-murid pertama (1:35-42)
- 4. Yesus mendapat dua murid lagi (1:43-51)
- B. Pelayanan yang Awal: Tanda, Perbuatan, dan Kata (2:1-4:45)
- 1. Tanda pertama: air menjadi anggur (2:1-11)
- 2. Pedagang-pedagang diusir dari Bait Allah (2:12-17)
- 3. Yesus mengganti Bait Allah (2:18-22)
- 4. Iman yang tidak memuaskan (2:23-25)
- 5. Yesus dan Nikodemus (3:1-15)
- 6. Penjelasan panjang I (3:16-21)
- 7. Kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai Yesus diteruskan (3:22-30)
- 8. Penjelasan panjang II (3:31-36)
- 9. Yesus dan perempuan Samaria (4:1-42)
- 10. Tanda kedua: anak pegawai istana disembuhkan (4:43-54)
- C. Oposisi Timbul: tambah tanda, perbuatan, dan kata (5:1-7:52)
- 1. Penyembuhan di Kolam Betesda (5:1-15)
- 2. Tanggapan Yesus pada oposisi (5:16-47)
- 3. Lima ribu orang diberi makan (6:1-15)
- 4. Yesus berjalan di atas air (6:16-21)
- 5. Khotbah Roti Hidup (6:22-58)
- a. Yesus dicari orang banyak (6:22-26)
- b. Manna yang benar (6:27-34)
- c. Yesus sebagai Roti Hidup (6:35-48)
- d. Makan daging Anak Manusia (6:49-58)
- 6. Pendapat yang terbagi dua dan Inisiatif Ilahi (6:59-71)
- 7. Keraguan (7:1-13)
- 8. Di hari raya Pondok Daun (7:14-44)
- a. Ajaran Yesus yang berwewenang (7:14-24)
- b. Siapakah Yesus Kristus? (7:25-36)
- c. Janji Roh (7:37-44)
- 9. Ketidak percayaan para pemimpin Yahudi (7:45-52)
- D. Konfrontasi yang Radikal: puncak tanda, perbuatan, dan kata (8:12-10:42)
- 1. Di hari raya Pondok Daun II: perdebatan Yesus dengan "orang-orang Yahudi" (8:12-59)
- a. Wewenang ajaran Yesus (8:12-20)
- b. Asal-usul wewenang Yesus (8:21-30)
- c. Anak-anak Abraham (8:31-59)
- 2. Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahir (9:1-41)
- a. Tanda itu sendiri (9:1-12)
- b. Penyelidikan orang-orang Farisi (9:13-34)
- i. Penyelidikan yang pertama (9:13-17)
- ii. Orangtuanya diselidiki (9:18-23)
- iii. Penyelidikan yang kedua (9:24-34)
- c. Penglihatan orang buta dan kebutaan orang yang dapat melihat (9:35-41)
- 3. Yesus sebagai Pintu dan Gembala (10:1-21)
- a. Kiasan Pintu (10:1-5)
- b. Kesalah pahaman (10:6)
- c. Kiasan dikembangkan (10:7-10)
- d. Kiasan Gembala (10:11-18)
- e. Tanggapan orang-orang Yahudi (10:19-21)
- 4. Di hari raya Pentahbisan Bait Allah: klaim-klaim Mesiani dan oposisi yang nyata (10:22-39)
- 5. Penarikan geografis dan kemajuan pelayanan (10:40-42)
- III. PERALIHAN: KEHIDUPAN DAN KEMATIAN, RAJA DAN HAMBA YANG MENDERITA (11:1-12:50)
- A. Kematian dan kebangkitan Lazarus (11:1-44)
- 1. Kematian Lazarus (11:1-16)
- 2. Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:17-27)
- 3. Yesus marah dan berdukacita (11:28-37)
- 4. Kebangkitan Lazarus (11:38-44)
- B. Keputusan untuk membunuh Yesus (11:45-54)
- C. Kemenangan dan kematian yang mendekat (11:55-12:36)
- 1. Lingkungannya: hari raya Paskah (11:55-57)
- 2. Yesus diurapi Maria (12:1-11)
- 3. Yesus dielu-elukan (12:12-19)
- 4. Orang kafir memicu pernyataan Yesus mengenai "saatnya" (12:20-36)
- D. Teologi ketidak percayaan (12:37-50)
- IV. PERNYATAAN YESUS DALAM SALIB-NYA DAN KEMULIAAN-NYA (13:1-20:31)
- A. Perjamuan Kudus (13:1-30)
- 1. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (13:1-17)
- 2. Yesus bernubuat mengenai pengkhianatan (13:18-30)
- B. Pesan Perpisahan: bagian pertama (13:31-14:31)
- 1. Yesus menubuatkan penyangkalan Petrus (13:31-38)
- 2. Janji tempat di mana Yesus akan pergi (14:1-4)
- 3. Yesus sebagai jalan kepada Bapa (14:5-14)
- 4. Yesus akan pergi, dan Roh Kebenaran akan datang (14:15-31)
- C. Pesan Perpisahan: bagian kedua (15:1-16:33)
- 1. Pokok anggur dan ranting (15:1-16)
- 2. Oposisi dari dunia (15:17-16:4a)
- 3. Pekerjaan Roh Kudus (16:4b-15)
- 4. Sukacita sesudah dukacita (16:16-33)
- D. Doa Yesus (17:1-26)
- 1. Yesus berdoa supaya dipermuliakan (17:1-5)
- 2. Yesus mendoakan murid-murid-Nya (17:6-19)
- a. Dasar doa (17:6-11a)
- b. Doa supaya murid-murid-Nya dilindungi (17:11b-16)
- c. Doa supaya murid-murid-Nya dikuduskan (17:17-19)
- 3. Yesus mendoakan semua yang akan percaya (17:20-23)
- 4. Yesus berdoa supaya setiap orang percaya disempurnakan sehinggap dapat melihat kemuliaan-Nya (17:24-26)
- E. Pemeriksaan Pengadilan dan Penderitaan Yesus (18:1-19:42)
- 1. Yesus ditangkap (18:1-11)
- 2. Yesus di hadapan Hanas (18:12-14)
- 3. Penyangkalan Petrus yang pertama (18:15-18)
- 4. Yesus diperiksa di hadapan Hanas (18:19-24)
- 5. Penyangkalan Petrus yang kedua dan ketiga (18:25-27)
- 6. Yesus diperiksa di hadapan Pilatus (18:28-19:16a)
- a. Pilatus memeriksa pendakwa (18:28-32)
- b. Pilatus memeriksa Yesus (18:33-38a)
- c. Barabas (18:38b-40)
- d. Yesus dihukum (19:1-16a)
- 7. Yesus disalibkan (19:16b-30)
- 8. Lambung Yesus ditikam (19:31-37)
- 9. Yesus dikuburkan (19:38-42)
- F. Kebangkitan Yesus (20:1-31)
- V. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Hagelberg: Yohanes DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The W...
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Kepustakaan
Barrett, C. K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text, The Westminster Press, Philadelphia, edisi kedua, 1978.
Beasley-Murray, George, John, Word Biblical Commentary, Thomas Nelson Publishers, Nashville, edisi kedua, 1999.
Bruce, F. F. New Testament History, Anchor Books, Garden City, 1969.
Carson, D.A., The Gospel According to John, Inter-Varsity Press, Leicester, England dan William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1991.
Culpepper, R. Alan, Anatomy of the Fourth Gospel: a study in literary design, Fortress Press, Philadelphia,1983.
Hendriksen, William, John, The Banner of Truth Trust, Edinburgh, 1954.
Hodges, Zane C., The Greek New Testament, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1982.
Hodges, Zane C., The Hungry Inherit: Whetting Your Appetite for God, Multnomah Press, Portland, 1980.
Hoskyns, Edwyn, The Fourth Gospel, Faber and Faber, London, 1947.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1974.
Morris, Leon, The Gospel According to John, The New International Commentary on the New Testament, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1971.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991.
Tasker, R.V.G., The Gospel According to St. John, The Tyndale New Testament Commentaries, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1960.
Tenney, Merrill C., John: the Gospel of Belief, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1948.
Turner, George A. dan Mantey, Julius R., The Gospel of John: An Evangelical Commentary, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, tanpa tahun.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) YESUS MEMBASUH KAKI MEREKA (Yohanes 13:1-17)
Waktu itu tahun 1983, dan saya diberi tugas teks ini, 13:1-17, untuk penyajian di acara retreat kaum lak...
YESUS MEMBASUH KAKI MEREKA (Yohanes 13:1-17)
Waktu itu tahun 1983, dan saya diberi tugas teks ini, 13:1-17, untuk penyajian di acara retreat kaum laki-laki. Setiap orang duduk di ruang makan yang besar di hadapan perapian yang kasar yang terbuat dari batu. Untuk memulai pelajaran itu, saya mengambil basi dan kain penyeka dan berjalan ke arah salah seorang anggota kelompok ini yang sebelumnya setuju untuk membantu ilustrasi saya. (Sebelumnya saya minta pada orang lain, namun ia berkata hal itu akan "terlalu memalukan.") Kebisuaan total memenuhi ruangan itu ketika saya berlutut di hadapan orang itu, membuka kaos kaki dan sepatunya, dan membasuh kakinya. Saya tidak menduga sebelumnya betapa kejadian itu akan membuat setiap orang merasa gugup—atau bahkan betapa kejadian itu akan membuat saya gugup! Meskipun kita sudah membaca, mendengar, dan membicarakan bagaimana Yesus pernah melakukan hal yang sama terhadap murid-murid-Nya, namun perbuatan itu entah bagaimana terasa aneh dan menakutkan ketika kita melakukannya terhadap seseorang. Dengan mengenang retreat kaum laki-laki pada malam itu, saya percaya pengalaman membasuh kaki pada zaman kini merupakan awal yang sempurna bagi saat-saat aneh, menakutkan, dan memalukan ketika Yesus, hampir di akhir hidup-Nya, "mulai membasuh kaki murid-murid-Nya" (13:5).
Beberapa saat sebelum Hari Raya Paskah (13:1),1 Yesus berkumpul dengan murid-murid-Nya untuk makan bersama. Pada zaman itu, perjalanan dari Betania ke Yerusalem adalah perjalanan di jalan yang berdebu, dan percakapan mereka semakin memanas.2Ketika mereka bersandar pada meja untuk makan pada malam itu, mereka melakukannya tanpa cuci kaki. Dalam budaya dimana orang makan sambil berbaring di lantai dengan bersandar pada satu siku tangannya, kaki kotor seseorang di sebelah Anda merupakan persoalan yang serius! Basi dan kain penyeka untuk membasuh kaki memang tersedia di dalam ruang itu, namun di situ tidak ada pelayan yang melakukan tugas itu. Akibatnya, mereka mulai makan dengan debu hari itu masih melekat pada kaki mereka. Sewaktu makanan sedang disantap, Yesus berdiri, melilitkan kain penyeka dipinggang-Nya, menuangkan air ke dalam basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu mengeringkan kaki-kaki itu dengan kain penyeka itu. Sudah tentu, kebisuan yang memalukan pastilah memenuhi ruangan itu seraya Yesus bergerak dari satu murid ke murid lainnya. Dari semua orang di dalam ruangan itu, mengapa Yesus yang membasuh setiap kaki orang lain.
Pada malam itu, dengan tindakan-Nya itu Yesus melakukan jauh lebih banyak daripada sekedar membersihkan kaki yang kotor. Ia sedang menyiapkan murid-murid-Nya untuk kematian-Nya dan untuk misi mereka. Pembasuhan kaki murid-murid itu melambangkan pengorbanan yang sebentar lagi akan Ia lakukan di kayu salib, penyucian dosa yang akan dimungkinkan terjadi melalui darah Yesus, dan nilai-nilai kerajaan Allah yang sepenuhnya baru. Yesus sedang menggunakan ilustrasi lahiriah pencucian kaki untuk mengajarkan sifat pelayanan Kristiani kepada murid-murid-Nya.
TFTWMS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (YOHANES 13:1-17)
Ketika Yesus telah selesai membasuh kaki murid-murid-Nya, ia meletakkan kain penyeka itu, tetapi Ia tidak pernah berhent...
KESIMPULAN (YOHANES 13:1-17)
Ketika Yesus telah selesai membasuh kaki murid-murid-Nya, ia meletakkan kain penyeka itu, tetapi Ia tidak pernah berhenti melayani. Esoknya Ia memanggul salib Romawi yang kasar dan dengan sukarela mati bagi kita. Kain penyeka dan salib itu merupakan simbol yang tepat bagi kehidupan Yesus. Keduanya merupakan simbol pengorbanan, keduanya mengingatkan kita bahwa apa yang awalnya kotor dapat dibuat bersih, keduanya digunakan oleh Yesus untuk menunjukkan kasih-Nya bagi kita, dan keduanya mengundang kita untuk meniru teladan Yesus Tuhan kita. Akankah hari ini Anda mengambil kain penyeka dan salib Anda (Markus 8:34) dan mengikut Yesus.
Pengarang: Bruce McLarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Yohanes (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan
sebagai Sabda Allah yang ab
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH YOHANES
PENGANTAR
Dalam Kabar Baik yang disampaikan oleh Yohanes ini, Yesus dikemukakan sebagai Sabda Allah yang abadi yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dikatakan dalam buku ini, Kabar Baik ini ditulis dengan maksud supaya para pembacanya dapat percaya bahwa Yesuslah Raja Penyelamat yang dijanjikan -- Ia Anak Allah sendiri. Juga supaya melalui percaya kepada-Nya mereka memperoleh hidup (Yoh 20:31).
Setelah pendahuluan yang mengemukakan bahwa Sabda Allah yang abadi itu adalah Yesus, bagian pertama buku ini mengisahkan berbagai keajaiban yang dibuat oleh-Nya. Keajaiban-keajaiban itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan, Ia Anak Allah. Masing-masing kisah mengenai keajaiban disertai oleh percakapan-percakapan antara Tuhan Yesus dengan orang-orang. Dari percakapan-percakapan itu jelaslah apa yang diungkapkan oleh keajaiban-keajaiban itu. Di dalam bagian ini dikemukakan bahwa ada orang yang percaya kepada Yesus dan menjadi pengikut-Nya, tetapi ada pula yang menentang Dia dan tidak mau percaya kepada-Nya. Pasal 13-17 (Yoh 13:1-17:26) mencatat secara panjang lebar bagaimana akrabnya Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya pada malam ketika Ia hendak ditangkap, dan bagaimana Ia mempersiapkan serta menguatkan hati mereka pada malam itu. Pasal-pasal terakhir menguraikan tentang bagaimana Yesus ditangkap dan diadili, bagaimana Ia disalibkan, mati dan bangkit kembali, dan bagaimana Ia memperlihatkan diri-Nya kepada para pengikut-Nya setelah Ia hidup kembali.
Cerita tentang wanita yang tertangkap basah sedang berbuat zinah (\\/BIS Yoh
- 8:1-11\\), dimasukkan antara tanda kurung besar karena banyak naskah dan
terjemahan-terjemahan zaman dahulu tidak memuat cerita itu, sedangkan yang lain-lainnya memuatnya di berbagai tempat.
Dalam bukunya ini Yohanes menitikberatkan pemberian, yaitu hidup sejati dan kekal, yang diberikan Allah melalui Kristus. Pemberian itu sudah mulai di dunia, dan dapat dialami oleh orang-orang yang menerima Yesus sebagai jalan kepada Allah, sebagai yang menyatakan Allah, dan sebagai pemberi hidup. Ciri khas Yohanes ialah kiasan-kiasan yang diambilnya dari hal-hal sehari-hari untuk menunjukkan kebenaran-kebenaran rohani, misalnya: air, roti, terang, gembala dan dombanya, pohon anggur dan buahnya.
Isi
- Pendahuluan
Yoh 1:1-18 - Yohanes Pembaptis dan orang-orang yang pertama-tama menjadi pengikut
Yesus
Yoh 1:19-51 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat
Yoh 2:1-12:50 - Hari-hari terakhir di Yerusalem dan dekat Yerusalem
Yoh 13:1-19:42 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Yoh 20:1-31 - Penutup: suatu penampakan diri lagi di Galilea
Yoh 21:1-25
Ajaran: Yohanes (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti
bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia.
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Yohanes, orang-orang Kristen mengerti bahwa Allah mengambil rupa manusia untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian diharapkan agar iman mereka semakin dikuatkan dalam mengikuti Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 91 sesudah Masehi.
Penerima : Setiap orang percaya.
Isi Kitab: Kitab Injil Yohanes ini terdiri atas 21 pasal. Di dalam Kitab ini Tuhan Yesus disaksikan sebagai Firman yang menjadi manusia, Anak Allah. Karena itu, Injil Yohanes ini langsung menantang setiap pembaca untuk segera mengambil keputusan sendiri, yakni _percaya_ kepada Tuhan Yesus untuk mendapat keselamatan, tetapi jika _menolak_ Tuhan Yesus pasti akan mendapat kebinasaan.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Yohanes
Untuk mengerti keseluruhan Kitab ini, perlu dimengerti tiga kata penting berikut ini.
Tanda Pengajaran tentang "tanda-tanda" ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia
Dalam Injil Yohanes, ada tujuh tanda penting yang dibuat oleh Tuhan Yesus, sebagai bukti bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 2:1-11. Mujizat air diubah menjadi anggur.
- Bacalah pasal Yoh 4:46-54. Tanda mujizat kedua, Tuhan Yesus menyembuhkan ana pegawai yang sakit.
- Bacalah pasal Yoh 5:1-47. Tanda mujizat ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan oran sakit di Bethesda.
- Bacalah pasal Yoh 6:1-14. Mujizat keempat, Tuhan Yesus memberikan makanan kepad 5010 orang dengan lima potong roti kecil dan dua ekor ikan.
- Bacalah pasal Yoh 6:15-21. Tuhan Yesus berjalan di atas air. Ini menunjukkan bahw Ia berkuasa atas alam raya.
- Bacalah pasal Yoh 9:1-14. Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta.
- Bacalah pasal Yoh 11:1-57. Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Kesemua tanda ajaib ini hanya bisa dilakukan oleh Allah, karena itu tanda-tanda tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jadi jika seorang menolak Tuhan Yesus, itu berarti ia menolak Allah. Demikian juga, jika seseorang menerima Tuhan Yesus, ia menjadi anggota keluarga Allah (bacaan Yoh 1:12).
Percaya Pengajaran tentang "percaya" kepada pengakuan Tuhan Yesus tentang dirinya sendiri
Pada dasarnya berita yang dibawa oleh Tuhan Yesus ialah berita tentang diri-Nya sendiri. Dalam Injil Yohanes ini, Tuhan Yesus memberikan tujuh perumpamaan tentang diri-Nya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 6:53,41,48; 14:6. Dalam nats-nats ini Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya adalah sumber kehidupan. Ini berarti seseorang hanya dapat memiliki hidup yang kekal dan berarti kalau ia datang kepada Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 8:12. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang Dunia. Ini berarti Tuhan Yesus sajalah yang dapat memberikan penerangan dalam kehidupan manusia yang berdosa.
- Bacalah pasal Yoh 10:7,9. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pintu. Ini berarti hanya melalui Tuhan Yesus sajalah seseorang dapat memasuki Sorga.
- Bacalah pasal Yoh 10:11,14. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Gembala. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus sajalah yang dapat memelihara dan menjaga kehidupan seseorang.
- Bacalah pasal Yoh 11:25. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Kebangkitan. Ini berarti di dalam diri-Nya tidak ada kematian, atau seseorang yang tidak menginginkan kematian, hanya dapat memperolehnya di dalam Tuhan Yesus.
- Bacalah pasal Yoh 14:6. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ini berarti seseorang yang ingin beribadah kepada Allah, hanya dapat memperoleh kalau orang itu pergi dan datang kepada Tuhan Yesus saja.
- Bacalah pasal Yoh 15:1-8. Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Ini berarti seseorang (orang percaya) dapat memberikan perbuatan dan kehidupan yang benar di hadapan Allah kalau ia tetap hidup dengan menggantungkan diri kepada Tuhan Yesus.
Hidup Pengajaran tentang "hidup" bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Memilih Tuhan Yesus Kristus dan dimiliki oleh-Nya, berarti memiliki Allah dan hidup yang benar.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yoh 1:14. Dimanakah hidup ini berada?
- Bacalah pasal Yoh 3:36. Apakah yang didapat orang yang percaya? Dan apakah yang didapat orang yang tidak percaya?
- Bacalah pasal Yoh 5:24. Kemanakah orang yang percaya berpindah?
- Bacalah pasal Yoh 6:40. Apa yang menjadi kehendak Allah?
- Bacalah pasal Yoh 11:25-26. Apakah akibatnya percaya kepada Tuhan Yesus?
II. Penutup
Apakah TANDA-TANDA mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus, dan pengakuan tentang diri-Nya, telah membuat saudara PERCAYA, bahwa Yesuslah Mesias (juruselamat) supaya oleh imanmu (percayamu) kamu beroleh HIDUP di dalam-Nya (Yohanes 20:30-31). Kalau belum, janganlah ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang terbaik bagi anda.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Injil Yohanes?
- Mujizat apakah yang pertama kali dilakukan oleh Tuhan Yesus?
- Berapakah pengakuan yang dinyatakan Tuhan Yesus tentang diri-Nya?
- Sudahkah saudara mengakui Tuhan Yesus sebagai Allah yang member kehidupan dan memelihara hidup saudara?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara terima setelah mempelajari Inji Yohanes?
Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan
Firman Allah terakhir kepada manusia
INJIL YANG BERBEDA.
Yohanes mempunyai cara pendekatan tersendiri pada kehidupan dan pekerjaan Yesus. Dibandingkan dengan Injil-injil yang lain, cara penuturan yang panjang lebar tentang apa yang dikatakan Yesus membuat sebagian orang merasa bahwa Yohanes tidak teliti. Sampai beberapa waktu yang lalu banyak ahli percaya bahwa Injil Yohanes adalah yang paling akhir (sekitar tahun 100 M.) yang paling tidak bersifat Yahudi dan bahwa ia menggunakan acuan dari yang lain; ia juga bukan seorang saksi mata dan bahwa semua kata-kata yang ditulisnya bukan benar-benar perkataan Yesus. Dengan demikian, kita diwarisi sekumpulan pemikiran yang menarik tentang Yesus yang ditulis oleh seorang Kristen pada zaman Kekristenan yang mula-mula. Arkeologi telah mengubah pandangan tersebut. Banyak ahli sekarang mengatakan bahwa Yohanes tidak bergantung pada para penulis Injil lainnya, dan bahwa ia mengenal Palestina bagian selatan dengan baik pada masa Yesus, bahwa ia juga seorang saksi mata dan bahwa ia menulis Injilnya sangat awal atau paling tidak, seawal Injil lainnya.
INJIL YOHANES?
Kita tidak dapat menerka dari Injil itu sendiri siapa penulisnya, atau paling tidak siapa yang menyediakan semua bahan tulisan itu. Penulisnya ialah' murid yang dikasihi Yesus' (Yoh 21:20-24, lihat Yoh 13:23-25). Banyak orang dan gereja mula-mula yang mengatakan bahwa penulisnya adalah Yohanes, saudara Yakobus. Walaupun namanya jelas disebut dalam Injil-injil lain, tetapi tidak disebut dalam Injil ini. Lebih dari itu, boleh jadi ia mendapat tempat di sisi Yesus pada saat Perjamuan Malam. Dengan demikian, ia tentu dapat menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi secara terperinci tentang bagaimana Yesus berbicara dan bekerja.
MENGAPA IA MENULIS INJIL ITU?
Ia sendiri mengatakan -'supaya kamu percaya bahwa Yesus itu Kristus' (Yoh 20:30, 31). Oleh karenanya, di sini kita tidak hanya mendapatkan suatu biografi, tetapi lebih mendapatkan semacam traktat Injil yang dipersiapkan dengan saksama. Ia menceritakan kepada kita bahwa ia mempunyai bukti-bukti yang dipilihnya secara khusus. Ia hanya memasukkan tujuh mukjizat Yesus, dan biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan yang memberi kepada kita arti yang lebih dalam tentang apa yang dikerjakan Yesus. Yohanes mengetengahkan saksi mata-saksi mata satu persatu, dan pada akhirnya pembaca harus mengambil keputusan mengenai Yesus Kristus. Oleh karena inilah maka, walaupun ia mungkin pertama-tama menulis Injilnya untuk orang bukan Yahudi (ia menjelaskan banyak istilah dan adat istiadat Yahudi), semenjak itu Injil ini telah membawa banyak orang untuk percaya kepada Kristus.
TAMBAHAN PADA TAHAP AWAL.
Dalam Injil Yohanes kita membaca salah satu kisah mengenai belas kasihan Yesus kepada seorang pendosa yang paling sering diceritakan, yaitu seorang wanita yang ditangkap karena berzinah (Yoh 7:53-8:11). Anehnya, bagian kisah tadi tidak merupakan bagian dari naskah-naskah tertua dan tidak selalu muncul pada waktu itu. Namun, banyak orang setuju bahwa kisah ini merupakan kejadian yang sungguh terjadi dalam kehidupan Yesus yang diingat, ditulis dan ditambahkan pada Injil Yohanes pada tahun-tahun pertama sesudah penulisan.
Pesan
1. BuktiMenjadi saksi mata di persidangan merupakan tema kunci dalam Injil Yohanes.
Terdapat sejumlah kesaksian dari para saksi mata yang diketengahkan untuk
membuktikan kasus mengenai Yesus adalah Kristus dan Anak Allah.
o Perjanjian Lama: Yoh 1:45; 5:39, 46-47; 8:56, lihat Yoh 3:14; 6:32-35
o Yohanes Pembaptis: Yoh 1:6-8, 15, 19-36; 3:25-30; 5:33-36, lihat Yoh 10:40-42
o Orang banyak: Yoh 4:29, 39; 9:13-33, 38;11:27; 12:9, 17
o Para rasul: Yoh 1:41-46, 49; 15:27; 17:20; 20:24-25, 28, lihat Yoh 1:14; 19:35; 20:30-31; 21:24
o Allah Bapa: Yoh 5:31-32, 37; 8:18, 50, 54; 12:27-28
o Roh Kudus: Yoh 14:26; 15:26; 16:12-15
o Pekerjaan Yesus: Yoh 2:11, 23; 5:36; 9:3, 31-33; 10:25, 37-38; 11:4, 42, 45; 14:11; 20:30-31
o Yesus sendiri, kata-kata dan pernyataan Nya: Yoh 3:11, 32; 8:13-14, 38; 6:35, 48, 51; 8:12; 9:5; 10:7, 10, 14; 11:25; 14:6; 15:1, lihat Yoh 8:58 (Kel 3:14). Lihat
tema-tema kunci.
2. Keputusan.
o Mereka yang menolak Dia: Yoh 1:10-11; 3:11; 4:48; 5:43; 6:36, 64, 66; 12:37, 47-48; 15:19, 24.
Dan alasannya: Yoh 3:19-21; 5:44; 6:37, 44, 65; 8:43-47; 9:39-41; 12:37-43; 18:37.
o Mereka yang menanggapi Dia:
- Dengan melihat dan mendengarkan Dia Yoh 1:14; 6:40, 45; 10:3, 16, 27; 12:45, 47; 14:9; 18:37
- Dengan mempercayai Dia Yoh 1:7, 12; 2:11, 22; 3:16, 18; 5:24; 6:29, 47; 8:24; 9: 35-38; 11:25-27, 40; 13:19; 14:1, 11;16:27, 30; 17:8; 20:8, 29, 31
- Dengan datang untuk mengenal Dia Yoh 6:69; 7:17; 8:19; 10:14; 14;7, 9; 17:3, 25
yang berarti hidup di dalam terang Yoh 1:4- 5, 9; 3:19-21; 8:12; 9:39; 11:9; 12:35-36, 46
dan mempelajari kebenaran Yoh 1:14, 17; 4:23-24; 8:32; 14:6; 17:17; 18:37
- Dengan mengasihi Kristus dan sesama Yoh 13:34-35; 14:15, 21-24; 15:9-10, 12; 21:15-17
yang berarti tinggal di dalam Dia Yoh 15:1-10
Penerapan
1. Kristus adalah Firman Allah yang terakhir kepada umat manusia.Ia menunjukkan kepada kita:
o kebenaran Allah
o kemuliaan Allah
o kasih Allah
dengan kehidupan dan kematian-Nya. Dia adalah jalan satu-satunya untuk kembali
kepada Allah.
2. Tidak bisa tidak kita harus berespons terhadap Dia.
Buktinya adalah nyata:
o Jika kita menolak Dia, hal itu bukan disebabkan karena kita tidak dapat
percaya kepada-Nya - tetapi karena kita tidak mau!
o Jika kita menerima Dia, itu berarti penyerahan sepenuh hati dan ketaatan.
3. Kehidupan kekal dimulai di sIni dan kini. Melalui Roh Kudus Yesus menawarkan
kepada kita:
o kepuasan
o kemerdekaan dari Setan dan dosa
o kemampuan baru
o doa-doa yang dijawab
o sukacita sejati
Apa yang dimulai-Nya sekarang akan disempurnakan-Nya pada waktu Ia datang
kembali.
4. Anda harus menyaksikan iman Anda kepada orang lain.
Walaupun dunia akan membenci Anda seperti dunia telah membenci Yesus, Anda juga
harus menjadi seorang saksi dengan pertolongan Roh Kudus.
Tema-tema Kunci
1. Yesus dan Bapa.
Injil Yohanes penuh dengan hal-hal yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Ia terlibat dalam penciptaan, Ia datang ke dalam dunia ini dan ketika Ia naik ke surga, Ia kembali kepada kemuliaan yang adalah hakNya. Gambarkanlah arti semua ini bagi Anda sendiri: Yoh 1:1-18; 3:13, 31, 35; 5:17-23, 26-27, 30; 6:38, 46, 57; 7:16-17, 29; 8:28-29, 38, 42; 10: 15, 29-30, 38; 11:41-42; 12:44-45, 49-50; 13:3, 31-32; 14:7-11, 20, 28, 31; 15:23-24; 16:15, 28, 32; 17:1-2, 4-5, 10-11, 21-23; 20:17.
2. Kematian Kristus bagi orang berdosa.
Lebih daripada yang diceritakan dalam Injil-injil lain, Yohanes memberitahukan kepada kita mengapa Yesus harus mati dan mengenai kasih yang mendorong-Nya untuk rela melakukan itu. Lihat Yoh 1:29, 36; 2:19-22; 3:14-17; 6:51, 53-56; 8:28; 10:11, 15, 18; 11:50-52; 12:24, 27, 32-34; 15:13.
3. Roh Kudus.
o Terdapat lebih banyak uraian mengenai Roh Kudus dalam Injil ini dibandingkan dengan Injil-injil lain. Roh Kudus digambarkan sebagai Pribadi yang akan menggantikan Yesus apabila Ia pergi kepada Bapa. Yoh 1:32-33; 3:5-6, 8, 34; 4:23-24; 6:63; 7:37-39, lihat Yoh 4:13-14; 14:16-17, 25-26; 15:26; 16:7-15; 20:22.
4. Kehidupan kekal.
Inilah yang digambarkan oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai Kerajaan Allah. Kehidupan kekal ini dihubungkan dengan kelahiran baru atau kelahiran untuk yang kedua kalinya. Lihat Yoh 1:4, 12-13; 3:3-7, 16, 36; 4:14, 36; 5:21, 24-29; 6:27, 40, 47, 54, 57-58, 68; 10:28; 11:25; 12:25, 50; 17:2-3.
5. Jadwal Allah.
Yohanes memberikan kepada kita gambaran tentang Yesus yang mengendalikan segala sesuatu dari awal sampai akhir. Yesus tahu bahwa Ia sedang mengerjakan suatu rencana induk, oleh karenanya tidak ada sesuatu apa pun, bahkan tidak juga kematian-Nya yang mengejutkan Dia. Pelajarilah ayat-ayat berikut: Yoh 2:4; 7:6-8; 12:23; 13:1; 18:4.
Garis Besar Intisari: Yohanes (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5Kristus dan penciptaan
Yoh 1:6-18Allah menjadi manusia
Yoh 1:19-34Anak Domba Allah
Yoh 1:35-51Kristus
[
[1] PENDAHULUAN Yoh 1:1-51
Yoh 1:1-5 | Kristus dan penciptaan |
Yoh 1:6-18 | Allah menjadi manusia |
Yoh 1:19-34 | Anak Domba Allah |
Yoh 1:35-51 | Kristus |
[2] UTARA DAN SELATAN Yoh 2:1-4:54
Yoh 2:1-12 | Sekilas pandangan pertama tentang kemuliaan |
Yoh 2:13-25 | Tuhan atas Bait Allah |
Yoh 3:1-21 | Nikodemus menemui Yesus pada malam hari |
Yoh 3:22-36 | Seorang dari atas |
Yoh 4:1-42 | Mesias dan orang yang tersingkir |
Yoh 4:43-54 | Tanda kedua |
[3] SEORANG LUMPUH DI HARI SABAT Yoh 5:1-47
[4] LIMA RIBU ORANG DIBERI MAKAN Yoh 6:1-71
[5] PADA PERAYAAN HARI RAYA PONDOK DAUN Yoh 7:1- 9:41
Yoh 7:1-52 | Air hidup |
Yoh 7:53-8:11 | Perempuan yang berzinah ditangkap |
Yoh 8:12-59 | Terang dunia |
Yoh 9:1-41 | Pemberi penglihatan |
[6] GEMBALA YANG BAIK Yoh 10:1-42
[7] PEMULIH KEHIDUPAN Yoh 11:1-57
[8] PASKAH TERAKHIR Yoh 12:1-50
Yoh 12:1-11 | Kasih Maria |
Yoh 12:20-36 | Biji gandum |
Yoh 12:37-50 | Kesimpulan |
[9] DI RUANG ATAS Yoh 13:1-30
Yoh 13:1-20 | Yesus, hamba |
Yoh 13:21-30 | Yudas, pengkhianat |
[10] SIAP UNTUK PERGI Yoh 13:31-16:33
Yoh 13:31-14:14 | Waktu untuk meninggalkan |
Yoh 14:15-31 | Roh Kudus dijanjikan |
Yoh 15:1-17 | Pokok Anggur yang benar |
Yoh 15:18-16:11 | Kesukaran di dalam dunia |
Yoh 16:12-33 | Janji dan kebingungan |
[11] YESUS BERDOA BAGI MILIK-NYA Yoh 17:1-26
Yoh 17:1-19 | Murid-murid-Nya |
Yoh 17:20-26 | Gereja yang akan datang |
[12] PENANGKAPAN, PENGADILAN, PENYALIBAN Yoh 18:1-19:42
Yoh 18:1-11 | Kekacauan di taman Getsemani |
Yoh 18:12-27 | Menyaksikan sendiri |
Yoh 18:28-19:16 | Gubernur dan Raja |
Yoh 19:17-42 | Mati dan dikuburkan |
[13] KEBANGKITAN Yoh 20:1-21:25
Yoh 20:1-18 | Maria berada di kubur Yesus |
Yoh 20:19-23 | Minggu malam |
Yoh 20:24-31 | 'Tuhanku dan Allahku!' |
Yoh 21:1-14 | Ikan untuk sarapan |
Yoh 21:15-25 | Gembalakanlah domba-domba-Ku |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi