
Teks -- 1 Korintus 7:15 (TB)





Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus



kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem: 1Kor 7:1-40 - -- Dalam bab ini Paulus tidak membicarakan perkawinan dan hidup wadat pada umumnya, tetapi menjawab satu demi satu pertanyaan yang diajukan kepadanya. Be...
Dalam bab ini Paulus tidak membicarakan perkawinan dan hidup wadat pada umumnya, tetapi menjawab satu demi satu pertanyaan yang diajukan kepadanya. Berturut-turut ia membahas; tentang orang yang sudah kawin (pasangan Kristen, 1Ko 7:1-11, orang Kristen yang kawin dengan orang yang bukan Kristen, 1Ko 7:12-16); tentang orang yang tidak/belum kawin (gadis, 1Ko 7:25-35, yang bertunangan, 1Ko 7:36-38, janda-janda 1Ko 7:39-40). Pegangan umum untuk memecahkan masalah-masalah yang diajukan diutarakan dalam 1Ko 7:17,20,24, yaitu: Tiap-tiap orang hendaknya tetap hidup dalam keadaan seperti waktu dipanggil untuk masuk Kristen. Urutan pikiran tidak terlalu ketat, sehingga kerap kali hidup tidak kawin disinggung sehubungan dengan perkawinan dan sebaliknya. Dengan jalan itu Paulus menyarankan bahwa kedua keadaan hidup itu saling melengkapi dan tidak dapat dimengerti terlepas satu sama lain.

Jerusalem: 1Kor 7:15 - biarlah ia bercerai Dipakai kata Yunani yang sama (khorizein: bercerai) seperti dalam 1Ko 7:11. Dalam 1Ko 7:11 kawin kembali dengan tegas dilarang. Di sini Paulus tidak m...
Ende -> 1Kor 7:15-16
Ende: 1Kor 7:15-16 - Terpanggil untuk hidup berdamai Kalau pihak takberiman tidak setudju
dengan bertobatnja suami atau isterinja, dan mau bertjerai, atau tidak mau hidup
berdamai dengan dia, atau tidak ...
Kalau pihak takberiman tidak setudju dengan bertobatnja suami atau isterinja, dan mau bertjerai, atau tidak mau hidup berdamai dengan dia, atau tidak mau hidup dalam perkawinan "tanpa penghinaan terhadap Pentjipta", seperti bunjinja rumusan resmi dalam hukum Geredja, maka pihak beriman berhak bertjerai dan bebas untuk kawin dengan seorang lain, asalkan dia seorang beriman. Ketetapan itu masih berlaku dan dalam hukum Geredja disebut "privilegium Paulinum", artinja keluasan menurut adjaran Paulus.
Ref. Silang FULL -> 1Kor 7:15
· damai sejahtera: Rom 14:19; [Lihat FULL. Rom 14:19]; 1Kor 14:33

buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Kor 7:10-16
Matthew Henry: 1Kor 7:10-16 - Ikatan Perkawinan Tidak Bisa Diganggu Gugat Ikatan Perkawinan Tidak Bisa Diganggu Gugat (1 Korintus 7:10-16)
Dalam ayat-ayat di atas, Rasul Paulus memberikan petunjuk kepada jemaat di Korint...
Ikatan Perkawinan Tidak Bisa Diganggu Gugat (1 Korintus 7:10-16)
- Dalam ayat-ayat di atas, Rasul Paulus memberikan petunjuk kepada jemaat di Korintus tentang masalah yang pasti sering terjadi di kala itu, terutama di antara orang-orang Yahudi yang sudah bertobat. Masalah yang saya maksudkan adalah apakah mereka harus meneruskan hidup pernikahan dengan pasangan yang kafir. Hukum Musa memperbolehkan perceraian, dan orang banyak sudah tahu bahwa pernah terjadi masalah di negeri Yahudi, ketika mereka diharuskan mengusir semua istri mereka yang menyembah berhala (Ezr. 10:3). Hal ini bisa saja membingungkan pikiran banyak orang, apakah mereka yang sudah menjadi Kristen wajib mengusir atau meninggalkan pasangan mereka yang tetap kafir. Mengenai hal ini Rasul Paulus memberikan petunjuk di sini. Dan,
- I. Secara umum, Paulus memberi tahu mereka bahwa perkawinan, menurut perintah Kristus, adalah untuk seumur hidup, dan karena itu mereka yang sudah menikah tidak boleh berpikir untuk bercerai. Seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya (ay. 10), dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya (ay. 11). Ini aku perintahkan, tegas Rasul Paulus, namun bukan aku, tetapi Tuhan. Tidak berarti bahwa Rasul Paulus memberikan perintah-perintah apa saja dari kepalanya sendiri, atau atas kewenangannya sendiri. Apa pun yang diperintahkannya adalah perintah Tu han, disampaikan kepadanya oleh Roh-Nya dan diperintahkan dengan kewenangan-Nya. Tetapi yang dimaksudkannya adalah bahwa Tuhan sendiri, dengan mulut-Nya sendiri, telah melarang perceraian-perceraian seperti itu (Mat. 5:32; 19:9; Mrk. 10:11; Luk. 16:18). Perhatikanlah, suami dan istri tidak bisa bercerai sesuka hati, atau, kapan saja mereka mau, memutuskan ikatan dan hubungan perkawinan. Mereka tidak boleh bercerai dengan alasan apa pun selain daripada yang diperbolehkan Kristus. Dan karena itu, Rasul Paulus menyarankan jika seorang perempuan sudah bercerai, entah karena keinginan sendiri atau perbuatan suaminya, ia harus tetap tidak menikah, dan berusaha berdamai dengan suaminya, supaya mereka bisa hidup kembali sebagai suami istri. Perhatikanlah, suami istri tidak boleh bertengkar sama sekali, atau kalau bertengkar, mereka harus cepat-cepat berdamai. Mereka terikat satu sama lain seumur hidup. Hukum ilahi tidak memperbolehkan perceraian. Mereka tidak boleh menanggalkan beban itu, dan karena itu harus mempersiapkan bahu mereka untuk memikulnya, dan berusaha menjadikan beban itu seringan mungkin bagi satu sama lain.
- II. Rasul Paulus memberikan satu contoh nyata dari nasihat umum itu, mengenai orang yang mempunyai pasangan yang tidak beriman (ay. 12): Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan. Maksudnya, Tuhan tidak berbicara begitu jelas tentang masalah ini seperti tentang masalah perceraian sebelumnya. Ini tidak berarti bahwa Rasul Paulus berbicara tanpa kewenangan dari Tuhan, atau memutuskan masalah ini dengan kebijaksanaannya sendiri tanpa ilham Roh Kudus. Justru ia menutup pembicaraan di sini dengan pernyataan sebaliknya (ay. 40), dan aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah. Tetapi, karena sudah mengawali nasihatnya seperti itu, kita bisa memperhatikan,
- 1. Nasihat itu sendiri, yaitu bahwa jika suami atau istri yang tidak beriman senang hidup dengan pasangannya yang Kristen, maka pasangan yang Kristen tidak boleh menceraikannya. Suami tidak boleh menceraikan istrinya yang tidak beriman, dan istri tidak boleh menceraikan suaminya yang tidak beriman (ay. 12-13). Panggilan menjadi orang Kristen tidak memutuskan janji perkawinan, tetapi justru mengikatnya lebih erat. Panggilan itu membawa perkawinan kembali kepada ketetapan asali, dengan membatasinya hanya untuk dua orang, dan mengikat mereka bersama-sama seumur hidup. Orang percaya, melalui iman dalam Kristus, tidak dibebaskan dari ikatan perkawinan dengan orang tidak beriman, tetapi terikat dan sekaligus dimampukan untuk menjadi pasangan yang lebih baik. Akan tetapi, meskipun istri atau suami yang beriman tidak boleh menceraikan pasangannya yang tidak beriman, namun jika pasangan yang tidak beriman itu meninggalkan orang beriman, dan tidak ada cara lain yang bisa mendamaikan mereka untuk hidup bersama, maka dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat (ay. 15). Mereka tidak terikat untuk menyenangkan pasangan mereka secara tidak masuk akal, atau memperbudak diri pada pasangan mereka dengan mengikuti atau melekat pada pasangan mereka yang dengan jahat telah meninggalkan mereka. Atau mereka tidak terikat untuk tetap menduda atau menjanda setelah segala cara yang tepat untuk berdamai sudah ditempuh, setidak-tidaknya jika pasangan yang meninggalkan itu kawin lagi atau bersalah atas perzinahan. Masalah ini sangat beralasan, karena itu sudah biasa terjadi di kalangan penduduk kafir di Korintus. Dalam keadaan seperti itu, pihak yang ditinggalkan harus dibebaskan untuk menikah lagi, dan itu sepenuhnya diperbolehkan. Dan menurut sebagian orang, meninggalkan pasangan dengan keji seperti itu berarti telah memutuskan janji perkawinan, seperti halnya kematian memisahkan janji itu. Sebab bagaimana mungkin keduanya akan menjadi satu daging jika salah satunya secara keji beralih meninggalkan atau mencampakkan yang lain? Sesungguhnya orang yang meninggalkan pasangannya itu tampaknya masih terikat oleh janji perkawinan. Oleh karena itu Rasul Paulus berkata (ay. 11), dan jikalau ia bercerai, karena ketidaksetiaan suaminya, ia harus tetap hidup tanpa suami. Namun pihak yang ditinggalkan tampaknya dibiarkan lebih bebas (maksud saya, apabila segala cara yang tepat sudah dicoba untuk membawa kembali pihak yang meninggalkan, dan jika keadaan-keadaan lain membuatnya perlu) untuk menikah dengan orang lain. Tampak tidak masuk akal kalau mereka harus tetap terikat, sebab mustahil mereka menjalankan kewajiban sebagai suami istri atau menikmati penghiburan sebagai suami istri, karena kesalahan pasangan mereka sendiri. Dalam kasus seperti itu, perkawinan memang akan menjadi perbudakan. Akan tetapi, apa pun kebebasan yang diperbolehkan bagi orang-orang Kristen dalam keadaan seperti ini, mereka tidak boleh bercerai hanya karena suami atau istri selingkuh. Sebaliknya, jika orang yang tidak beriman mau bertahan, mereka harus meneruskan hubungan itu, dan tinggal bersama sebagai suami istri. Inilah petunjuk umum Rasul Paulus.
- 2. Berikut ini kita mendapati alasan-alasan dari nasihat ini.
- (1) Sebab hubungan atau keadaan perkawinan disucikan oleh kekudusan salah satu pihak: Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan, atau sudah dikuduskan, oleh suaminya (ay. 14). Hubungan itu sendiri, dan hidup sebagai suami istri, dikuduskan bagi orang percaya. Bagi orang suci semuanya suci (Tit. 1:15). Perkawinan adalah ketetapan ilahi. Perkawinan adalah perjanjian seumur hidup, menurut ketentuan Allah. Seandainya bergaul dan hidup bersama dengan orang-orang yang tidak beriman dalam hubungan perkawinan menajiskan orang percaya, atau membuatnya tidak berkenan pada Allah, maka tujuan-tujuan perkawinan akan digagalkan, dan penghiburan-penghiburannya dalam arti tertentu dihancurkan, melihat keadaan hidup orang-orang Kristen pada waktu itu. Akan tetapi Rasul Paulus memberi tahu mereka bahwa, meskipun mereka hidup berpasangan dengan orang-orang tidak beriman, namun, jika mereka sendiri kudus, maka bagi mereka pernikahan itu kudus, dan kenikmatan-kenikmatan dari perkawinan, bahkan dengan pasangan yang tidak beriman, adalah kesenangan yang dikuduskan. Allah tidak akan murka terhadap mereka jika mereka terus hidup dengan pasangan yang tidak beriman atau kafir, sama seperti Ia tidak akan murka jika mereka sama-sama bertobat. Jika salah satu pasangan sudah menjadi kudus, tidak ada kewajiban atau kesenangan yang halal dari pernikahan yang bisa mencemarkan mereka, dan membuat mereka tidak berkenan pada Allah, sekalipun pasangan yang satunya kafir. Ia dikuduskan karena istrinya. Istri dikuduskan karena suami. Keduanya adalah satu daging. Suami yang menjadi satu daging dengan istrinya yang kudus harus dipandang bersih, dan begitu pun sebaliknya: Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus (ay. 14), maksudnya, jika tidak demikian halnya, maka mereka akan menjadi kafir, berada di luar naungan jemaat dan kovenan Allah. Mereka tidak akan menjadi tunas yang kudus (sebagaimana orang-orang Yahudi disebut dalam Yes. 6:13), tetapi najis dan tidak tahir, dalam arti yang sama seperti orang-orang kafir pada umumnya digambarkan dalam penglihatan Rasul Petrus (Kis. 10:28). Cara berbicara seperti ini sesuai dengan bahasa orang Yahudi. Bagi mereka, anak yang dilahirkan dari orangtua kafir dikatakan sebagai dilahirkan di luar kekudusan, dan anak yang dilahirkan dari orangtua yang menjadi Yahudi dikatakan sebagai dilahirkan intra sanctitatem – di dalam bilik yang kudus. Itulah sebabnya orang-orang Kristen biasa disebut sebagai orang-orang kudus. Mereka menjadi kudus melalui pengakuan iman, dipisahkan untuk menjadi umat yang dikhususkan bagi Allah, dan dengan begitu dibedakan dari dunia. Oleh karena itulah anak-anak yang dilahirkan bagi orang Kristen, meskipun orang itu menikah dengan pasangan yang tidak beriman, tidak dianggap sebagai bagian dari dunia, melainkan sebagai bagian dari jemaat, tunas yang kudus, bukan tunas yang najis dan tidak tahir. “Karena itu teruslah hidup bahkan dengan pasangan yang tidak beriman sekalipun. Sebab, jika kamu kudus, hubungan perkawinanmu kudus, keadaan perkawinanmu kudus, maka kamu bisa hidup secara kudus dengan pasanganmu yang tidak beriman sekalipun, dalam menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai suami istri, dan tunasmu pun akan menjadi kudus.” Betapa menghiburnya ini, jika kedua pasangan sama-sama orang percaya!
- (2) Alasan lain adalah bahwa Allah memanggil orang-orang untuk hidup dalam damai sejahtera (ay. 15). Agama Kristen mewajibkan kita untuk hidup rukun dalam segala hubungan, baik dengan sesama anggota keluarga maupun masyarakat. Kita wajib, sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung pada kita, untuk hidup dalam perdamaian dengan semua orang (Rm. 12:18). Karena itu kita tentu harus memajukan perdamaian dan penghiburan bagi saudara-saudara terdekat kita, orang-orang yang sedarah daging dengan kita, bahkan sekalipun mereka tidak beriman. Perhatikanlah, pasangan suami istri haruslah berupaya membuat satu sama lain senyaman dan sebahagia mungkin. Alasan ketiga adalah bahwa mungkin saja pasangan yang percaya itu menjadi alat bagi keselamatan yang lain (ay. 16): Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Perhatikanlah, jelas menjadi kewajiban orang-orang percaya untuk mengusahakan keselamatan bagi kerabat-kerabat dekat mereka. “Jangan bercerai. Ada kewajiban lain yang harus dilakukan sekarang. Hubungan suami istri menuntut perhatian dan kasih sayang mesra. Itu perjanjian seumur hidup. Haruskah orang Kristen meninggalkan pasangannya, padahal ada kesempatan untuk menunjukkan bukti kasih yang termulia? Tinggallah, dan berusahalah sepenuh hati untuk mempertobatkan pasanganmu. Berupayalah menyelamatkan sebuah jiwa. Siapa tahu inilah saatnya? Itu tidak mustahil. Dan, seandainya pun kemungkinannya kecil, menyelamatkan jiwa adalah pelayanan yang begitu baik dan mulia sehingga adanya kemungkinan itu sendiri haruslah mendorong orang untuk berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya.” Perhatikanlah, kemungkinan berhasil saja seharusnya cukup menjadi alasan bagi kita untuk berupaya dengan tekun menyelamatkan jiwa saudara-saudara kita. “Siapa tahu aku dapat menyelamatkan jiwanya? Pertanyaan inilah yang harus menggugahku untuk mencobanya.”
SH: 1Kor 7:1-16 - Seks tidak najis. (Rabu, 27 Agustus 1997) Seks tidak najis. Daya seks dalam diri manusia diciptakan Allah dalam konteks seksualitas manusia dan tujuan-tujuan mulia pernikahan. Jadi bila sebelu...
Seks tidak najis.
Daya seks dalam diri manusia diciptakan Allah dalam konteks seksualitas manusia dan tujuan-tujuan mulia pernikahan. Jadi bila sebelum ini Paulus berbicara keras terhadap mereka yang bercabul, bukan berarti Paulus mentabukan atau menganggap kotor seks. Kini ia menegaskan bahwa hubungan seks antara suami dan istri adalah hal yang baik. Itu merupakan ungkapan cinta dan kesatuan yang dapat mempernyata keintiman batin yang ada. Paulus memang menyadari juga adanya hal positif dari keadaan melajang, namun ia tidak menganjurkan itu sebagai pola. Menikah adalah kehendak Allah yang umum, tetapi melajang merupakan pilihan dalam kehendak Allah yang khusus.
Pernikahan Kristen. Meski Paulus menganjurkan orang untuk menikah agar luput dari dosa seks, namun ia tidak mengajarkan bahwa nikah adalah pemuas kebutuhan seks. Paulus mengajak orang Kristen berpikir realistis. Masih bujang atau pun sudah menikah, jangan bertindak ekstrim. Di dalam hubungan seks yang sahlah orang dimungkinkan untuk mengalami kehidupan seks yang benar, aman, sehat, dan indah.
Doa: Firman-Mulah petunjuk untuk kami menerima dan menyikapi seksualitas kami dengan benar.

SH: 1Kor 7:7-16 - Kudusnya pernikahan. (Kamis, 11 September 2003) Kudusnya pernikahan.
Paulus kembali menegaskan kepada jemaat Korintus bahwa pernikahan
itu kudus. Karena kekudusan sebuah perkawinan itulah ...
Kudusnya pernikahan.
Paulus kembali menegaskan kepada jemaat Korintus bahwa pernikahan
itu kudus. Karena kekudusan sebuah perkawinan itulah maka
perceraian tidak diperbolehkan, dengan alasan apa pun (ayat
Kepada mereka yang memiliki pasangan yang tidak seiman, Paulus mengajukan alasan teologis mengapa pernikahan harus dipertahankan. Harus diingat terlebih dahulu, bahwa ketidakseimanan pasangan yang dimaksudkan oleh Paulus adalah keduanya belum menjadi Kristen ketika menikah, lalu pada suatu waktu, salah seorang di antara mereka menjadi Kristen.
Alasan teologis itu adalah bahwa pihak yang beriman akan menguduskan pasangannya yang tidak seiman (ayat 14). Oleh karena itu dengan mempertahankan pernikahan itu, siapa tahu pihak yang tidak beriman itu menjadi beriman karena kesetiaan dan kasih dan doa- doa pasangannya (ayat 16). Tetapi hal-hal ini haruslah terjadi bukan dalam tekanan atau paksaan. Maksudnya, kalau pihak yang tidak seiman menuntut perceraian, maka pasangan yang beriman tidak terikat untuk mempertahankannya (ayat 15).
Di zaman modern ini, kita diperhadapkan pada dunia yang dengan mudahnya menemukan orang kawin - cerai - kawin lagi, orang-orang Kristen sebagai anak-anak Tuhan dipanggil untuk menjadi model pernikahan kudus. Justru Tuhan bekerja melalui pernikahan anak- anak-Nya untuk menyelamatkan pasangannya yang belum percaya. Tetapi hati-hati! Perikop ini bukan untuk dijadikan dalih untuk menikah dengan orang yang tidak seiman.
Renungkan: Berapa pernikahan bisa diselamatkan dari kehancuran dan perceraian bila anak-anak Tuhan menunjukkan keteladanan pernikahan yang kudus?

SH: 1Kor 7:12-16 - Injil bagi pasangan hidup (Sabtu, 29 Agustus 2009) Injil bagi pasangan hidup
Apakah Anda sudah menginjili seseorang? Apakah Anda menjawab
panggilan Allah untuk PI (Pekabaran Injil)?
Tak perlu pe...
Injil bagi pasangan hidup
Apakah Anda sudah menginjili seseorang? Apakah Anda menjawab
panggilan Allah untuk PI (Pekabaran Injil)?
Tak perlu pergi jauh untuk PI. Lihat orang yang terdekat di sisi-mu! Pasangan hidupmu.
"Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya" (1Kor. 7:14)
Ayat ini ditulis untuk pasangan hidup yang belum percaya kepada Yesus. Bagi Anda, yang memiliki pasangan hidup yang belum percaya, inilah panggilan Allah dalam hidup pernikahanmu. Kesadaran akan pernikahan sebagai panggilan Allah akan membawa banyak keluarga Kristen terselamatkan dari perceraian.
Simaklah surat imajiner ini:
Anakku, ibu mungkin tidak bisa menyelami betapa sakitnya hatimu saat ia mengatakan lebih baik hidup sendiri-sendiri saja. Mudah-mudahan air mataku dapat meringankan sedikit penderitaanmu saat ini. Ibu dapat bayangkan betapa engkau \'iri hati\' kala dia lebih suka sms-an dengan teman istimewanya daripada mengobrol denganmu. Tak heran engkau lebih banyak giat di luar rumah sebab ia sering pulang malam. Engkau tekun untuk mengajak dia ke gereja walaupun ia sangat tidak ingin beribadah.
Anakku, engkau harus tetap mengasihi dia seperti ikrar pernikahanmu di hadapan jemaat. Cintamu harus lebih besar daripada masa kalian pacaran dulu.
Ingat firman Tuhan bahwa suami dikuduskan oleh isterinya. Berarti kau harus terus menerus berdoa agar Tuhan bermurah hati memberi dia kesempatan untuk berjumpa dengan Yesus secara pribadi. Tunjukkanlah kasih Ilahi dalam perkataan dan perbuatanmu. Layanilah dia dengan istimewa. Duduklah mengobrolkan hal-hal kesukaannya. Masaklah makanan kesukarannya. Ajaklah anak-anak berdoa bersama dia menjelang tidur. Rencanakan jalan-jalan bersama dengan keluarga-keluarga lain. Liburan ke pantai juga baik karena seingat ibu dia sangat suka berenang dan memancing. Jangan jemu-jemu mencari waktu untuk berdua saja dengannya. Kiranya Tuhan memberkati ketulusan hatimu. Doa ibu, kalian segera rukun kembali.
Salam, ibumu.
Utley -> 1Kor 7:12-16
Utley: 1Kor 7:12-16 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 7:12-1612 Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak ber...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Kor 7:12-16
12 Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. 13 Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu. 14 Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak- anak kudus. 15 Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera. 16 Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?
1Kor 7:12 "Kepada orang-orang lain" Ini akan merujuk pada pasangan kafir yang sebelumnya telah menikah di mana satu di antaranya telah menjadi percaya. Hal ini tidak dapat digunakan sebagai comotan naskah untuk orang percaya menikahi seorang yang tidak percaya. Hal ini merujuk pada situasi di mana keduanya pada awalnya adalah orang-orang kafir. Salah satunya telah menerima Kristus dan mudah-mudahan pada waktunya, yang lainnya akan menjadi percaya (lih. ay. 1Kor 7:16).
- NASB, NRSV "aku, bukan Tuhan, katakan"
- NKJV "aku, bukan Tuhan"
- TEV "(aku, diriku sendiri, bukan Tuhan)"
- NJB "instruksi ini adalah dari aku sendiri, bukan Tuhan"
Ini bukanlah suatu penyangkalan terhadap perwahyuan oleh Paulus, tetapi hanyalah sekedar pengakuan bahwa Paulus tidak mengetahui satupun ajaran Yesus tentang masalah ini. Paulus menegaskan rasa perwahyuannyadalam ay. 1Kor 7:25,40 dari pasal ini.
□ "kalau" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL. Ada pasangan campuran di Korintus. Hal ini menunjukkan efektifitas dari pemberitaan Paulus dan sekaligus kesulitan yang terlibat dalam hal menikah dengan seorang yang tidak percaya.
□ "janganlah saudara itu menceraikan dia" Ini adalah sebuah PRESENT ACTIVE IMPERATIVE, sebagaimana paralelnya dalam ay. 1Kor 7:13.
- NASB NKJV,
- NJB "Karena suami yang tidak beriman itu disucikan"
- NRSV "Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan"
- TEV "Karena suami yang tidak beriman dibuat bisa diterima oleh Allah"
Ini adalah sebuah PERFECT PASSIVE INDICATIVE sebagaimana frasa paralelnya dalam ay. 1Kor 7:14. Ini tidak menyiratkan bahwa si pasangan yang belum percaya tersebut diselamatkan. Hal ini berkaitan dengan kekhawatiran beberapa orang di Korintus bahwa menikah dengan orang yang tidak percaya mungkin menyeimbangkan partisipasi mereka dalam dosa. Mereka mungkin telah mendengar ajaran Paulus tentang kedagingan seseorang (lih. 1Kor 6:16-20). Ini pasti berhubungan dengan pengaruh saleh dari pasangan yang percaya terhadap keluarga. Hal ini tidak mungkin berhubungan dengan posisi si orang kafir dalam Kristus. Tidak ada cara lain untuk diselamatkan secara rohani kecuali melalui iman dan pertobatan pribadi di dalam Kristus. Penginjilan adalah tujuan dari orang percaya bagi pasangan-pasangan mereka (lih. ay. 1Kor 7:16).
- NASB, NIV "isteri yang tidak beriman itu dikuduskan melalui suaminya yang percaya"
- NKJV, NRSV "isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya"
- NJB "isteri tidak beriman itu dikuduskan melalui saudara-saudara"
- REB "si isteri melalui suami Kristen nya"
Ada variasi naskah Yunani dalam kalimat ini. Sebagian besar naskah-naskah kuno Yunani awal memiliki kata "saudara" bukannya "suami yang percaya" (lih. MSS P46, א*, A, B, C, D*, G, dan P). Para Juru Tulis Yunani merubahnya untuk menyeimbangkannya dengan frase paralelnya sebelumnya (lih. MSS אc, DC, K, dan L). UBS4 memberi kata "saudara" peringkat "A" (pasti).
□ "Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus." Ada banyak interpretasi dari kalimat ini; kalimat ini merujuk pada
- 1. legitimasi dari anak-anak (yaitu, pengertian hukum)
- 2. kesucian untuk upacara ibadah (yaitu, pengertian Yahudi)
- 3. pasangan dan anak-anak yang tidak percaya berbagi dalam berkat-berkat dari seorang yang Kristen di dalam keluarga (yaitu, pengertian rohani)
Banyak orang telah mencoba untuk menafsirkan ayat ini dalam kaitannya dengan praktek baptisan bayi, tapi sepertinya ini sangat mustahil karena hubungan orang percaya kepada anak-anak ini adalah persis sama dengan hubungan orang percaya terhadap pasangan yang belum percaya. Lihat Topik Khusus: Kudus di 1Kor 3:17.
1Kor 7:15 "kalau" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL. Kekristenan menyebabkan beberapa keluarga terpecah (lih. Mat 10:34-36; Luk 12:49-53).
- NASB, NKJV "tidak terikat di dalam kasus-kasus seperti itu"
- NRSV "dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat"
- TEV "dalam hal-hal yang demikian, pasangan Kristennya, apakah itu suami atau istri, bebas untuk bertindak"
- NJB "dalam keadaan ini saudara atau saudari tidak lagi terikat"
Ini adalah sebuah PERFECT PASSIVE INDICATIVE dari istilah "diperbudak." Hal ini menyiratkan bahwa orang Kristen dalam situasi budaya seperti ini tidak boleh menganjurkan proses perceraian, tetapi jika pasangannya yang tidak percaya melakukannya, hal tersebut diperbolehkan. Ini tidak ada hubungannya dengan orang percaya yang menikah dengan orang yang tidak percaya; situasi ini merujuk pada dua orang kafir yang menikah yang salah satu diantaranya telah bertobat dan menjadi percaya. Dalam konteks ini mengacu pada pemisahan, bukannya menikah kembali (lih. ay. 1Kor 7:11), meskipun terminologi Paulus sangat mirip dengan hal "mengikat dan melepaskan" dari yurisprudensi Yahudi di mana pernikahan kembali diasumsikan mengikuti Ul 24:1-4. Karya James S. Jeffers, Dunia Yunani-Romawi, mengatakan,
"Istilah yang diterjemahkan sebagai 'pemisahan' dalam 1Kor 7:15 ini merujuk pada perceraian karena orang zaman dahulu tidak memiliki apa yang setara dengan konsep hukum modern pemisahan" (hal. 247).
Namun demikian, masalah perceraian tampaknya telah diselesaikan bagi Paulus dalam ajaran Yesus (lih. Mr 10:2-12). Paulus menganjurkan "pembujangan" untuk mereka yang tidak "terikat" dan pernikahan kembali bagi mereka yang pasangannya telah meninggal!
□ "Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera" Ini adalah sebuah PERFECT ACTIVE INDICATIVE. Ini merujuk pada perdamaian dengan Allah yang menghasilkan damai sejahtera di dalam hidup orang percaya dan dalam keluarganya. Tuhan ingin anak-anakNya untuk memiliki rumah tangga yang bahagia, penuh kasih, memuaskan. Hal ini sering menjadi mustahil dengan pasangan tidak percaya yang agresif dan kadang- kadang mustahil dengan pasangan Kristen yang tidak dewasa, egois, berdosa! Kurangnya perdamaian ini adalah alasan yang sama mengapa beberapa rumah tangga "Kristen" terpecah. Seringkali salah satu dari pasangan tersebut mungkin saja orang percaya, tapi bukan yang dewasa. Damai sejahtera tidak hadir dalam semua rumah tangga "Kristen"! Saya sungguh tidak bisa percaya bahwa Paulus, dalam konteks ini, menganjurkan untuk tetap tinggal bersama atas biaya/pengorbanan apapun! Ada situasi-situasi fisik dan emosional yang berbahaya. Hal ini tidak dapat menjadi suatu mandat universal yang tidak diragukan. Ini harus ditafsirkan dalam konteks dan dengan naskah-naskah lainnya. Sangatlah sulit untuk menyeimbangkan rasa hormat kita terhadap Kitab Suci dan aspek sejarah, budaya dalam wahyu (yaitu, Alkitab).
Naskah UBS4 lebih suka (Peringkat B) "kamu" JAMAK, yang ditemukan dalam MSS א*, A, C, K, bukannya "kita" (MSS P46, א2, B, D, F, G). Ada banyak variasi kenaskahan yang terkait dengan KATA-KATA GANTI-nya.
- 1. bagian ini mungkin mengikuti 1Pet 3:1-12 di mana penginjilan adalah suatu alasan yang berarti untuk melanjutkan hubungan pernikahan (lih. NRSV, TEV, NJB, NEB, NIV)
- 2. perkawinan tidak terutama untuk penginjilan, melainkan untuk persahabatan dan persekutuan, oleh karena itu, seorang pasangan yang percaya tidak boleh tinggal dengan pasangan yang tidak percaya dalam suatu situasi penyalahgunaan/pelecehan dan tanpa kasih, hanya sekedar demi harapan penginjilan (lih. catatan kaki, terjemahan Phillips, dan LB )
Topik Teologia -> 1Kor 7:15
Topik Teologia: 1Kor 7:15 - -- Keselamatan
Panggilan
Natur Panggilan
Untuk Apa Allah Memanggil Manusia
Allah Memanggil Manusia untuk Damai Sejahtera
...
- Keselamatan
- Gereja
- Masalah-masalah Yang Dihadapi Gereja
- Masalah Pribadi dan Sosial dalam Gereja
- Masalah Perkawinan Orang Percaya
- Pasangan Orang Kristen yang Tidak Percaya
TFTWMS -> 1Kor 7:12-16
TFTWMS: 1Kor 7:12-16 - Nasihat Untuk Orang Percaya Yang Kawin Dengan Orang Tidak Percaya NASIHAT UNTUK ORANG PERCAYA YANG KAWIN DENGAN ORANG TIDAK PERCAYA (1 Korintus 7:12-16)
Dalam masyarakat dunia Yunani yang didominasi kaum laki-laki, ...
NASIHAT UNTUK ORANG PERCAYA YANG KAWIN DENGAN ORANG TIDAK PERCAYA (1 Korintus 7:12-16)
Dalam masyarakat dunia Yunani yang didominasi kaum laki-laki, agama bapak dari keluarga itu biasanya menjadi agama semua orang di rumah tangga itu—istri, anak-anak, dan para budak. Kornelius (lihat Kisah 10:24, 48) dan kepala penjara Filipi (Kisah 16:33) menjadi mualaf bersama seisi rumah tangga mereka. Dalam batas-batas normal agama Yunani, itu adalah masalah kecil ketika satu orang atau satu keluarga mengadopsi ilah baru karena, seperti yang belakangan Paulus katakan di dalam surat ini, "… memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" (8:5). Dalam situasi seperti itu, suami dan istri mungkin lebih menyukai allah-allah yang berbeda tanpa banyak diskusi selama semua orang mempraktikkan jenis agama yang sama. Dalam agama Yunani-Romawi, tidak ada satu allah yang mengesampingkan allah-allah lain.
Ketika agama Kristen masuk ke kancah agama, salah satu alasan agama itu membangkitkan perlawanan sengit adalah klaim bahwa tidak ada Tuhan selain Bapa Yesus Kristus. Jika orang melayani Yesus Kristus, orang itu tidak boleh melayani semua allah lainnya. Orang Kristen tidak menghargai lagi kuil-kuil di pasar di mana mereka sebelumnya menyembah. Mereka menjauhi pelbagai festival yang ditujukan untuk para allah yang mengundang partisipasi masyarakat. Bagi umat Kristen, para allah dari kuil-kuil pagan adalah isapan jempol yang memalukan dari imajinasi populer. Untuk semua alasan ini, ketika hanya satu pasangan di dalam perkawinan itu adalah orang Kristen, potensi ketegangan antara suami dan istri jauh lebih besar daripada potensi yang akan terjadi antara pasangan yang beragama sama. Berpaling kepada Allah melalui Kristus adalah bukan sekedar penambahan allah lain.
Orang yang tidak kawin tentunya dapat mengikuti saran Paulus untuk kawin dengan "orang yang percaya" (7:39); tapi kadang-kadang salah satu pasangan di dalam perkawinan pagan itu menjadi Kristen, dan yang lainnya menolak untuk mengikut Kristus. Hal ini menimbulkan pertanyaan. Ketika seseorang menjadi Kristen tapi suami atau istrinya tetap pagan, apakah orang Kristen dianjurkan untuk meninggalkan pasangannya yang pagan untuk menghindari gejolak? Apakah kekudusan orang Kristen dinodai oleh hubungan intim dengan seorang penyembah berhala? Apakah pertanyaan-pertanyaan ini yang telah secara eksplisit diajukan di dalam surat kepada Paulus adalah pertanyaan yang kurang penting. Situasi sosial di mana orang Kristen di Korintus hidup meminta Paulus untuk menanganinya.
12 Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. 13 Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu. 14 Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus. 15 Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera. 16 Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?
Ayat 12. Tidak seperti kasus di mana kedua pasangan dari satu perkawinan adalah orang Kristen, tanggung jawab orang Kristen dalam perkawinan dengan orang non-Kristen tidak secara langsung dibahas dalam ajaran Kristus. Namun begitu, dengan bersandar pada bimbingan Roh (2:13), Paulus tidak ragu-ragu untuk memperluas pesan Tuhan kepada situasi saat itu. Wahyu Allah sendiri berdiri di belakang kata-kata rasul itu sepasti yang dilakukan di belakang kata-kata Yesus.
Rasul Paulus sudah membahas perkawinan antara orang Kristen (7:10, 11). Selain itu, ia telah memberikan saran kepada "orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda" (7:8, 9). Sisanya adalah mereka yang kawin dengan orang-orang yang non-Kristen. Agaknya, petunjuk rasul itu juga diterapkan kepada orang Kristen yang kawin dengan orang Yahudi.
Kata-kata pertama rasul itu kepada orang yang percaya yang kawin dengan orang non-Kristen memperkuat pengumuman yang ia sudah buat dalam 7:10, 11: Istri tidak boleh meninggalkan suaminya ("menceraikan [dia]"; 7:13), dan suami tidak boleh menceraikan istrinya. Namun begitu, Paulus mengakui bahwa mempertahankan perkawinan membutuhkan persetujuan dari kedua belah pihak. Di zaman Paulus, negara kurang terlibat dalam masalah perkawinan dan perceraian dibandingkan dengan beberapa pemerintahan zaman kini. David E. Garland mengulas, "Perkawinan berakhir ketika persetujuan untuk kawin ditinggalkan oleh kesepakatan bersama atau ketika satu pasangan secara sepihak menolak perkawinan itu. Sudah cukup bagi satu pasangan untuk hanya meninggalkan rumahnya dengan tujuan untuk mengakhiri kesatuan itu."6
Ayat 13. Nasihat yang Paulus baru saja berikan kepada suami Kristen yang menemukan dirinya mengawini seorang isteri non-Kristen diterapkan secara sama dalam situasi sebaliknya. Suami atau istri Kristen harus melanjutkan ikatan perkawinan ketika pasangannya itu non-Kristen. Paulus menyatakan itu secara negatif, dengan mengatakan bahwa suami "janganlah … menceraikan" (mh aÓfie÷tw, mē aphietō; 7:12) isterinya yang non-Kristen, dan istri itu janganlah ia menceraikan laki-laki itu [yang non-Kristen] (mh aÓfie÷tw, mē aphietō). Kedua frasa itu menerjemahkan kata Yunani yang sama.
Ayat 14. Paulus mencatat bahwa pasangan yang non-Kristen dalam perkawinan itu dikuduskan oleh orang Kristen. Ini mungkin komentar dalam tanda kurung, tetapi konteksnya menunjukkan bahwa itu bukan situasi hipotetis. Rasul Paulus sudah memberitahu gereja Korintus bahwa tubuh orang Kristen adalah "bait Roh Kudus" (6:19). Ia telah melarang mereka mengikatkan diri dengan pelacur karena, antara lain, pelanggan pelacur itu menjadi "satu tubuh dengan dia" (6:16). Ketika seorang Kristen intim secara seksual dengan pasangannya yang non-Kristen, apakah laki-laki atau perempuan itu tidak menyukakan Tuhan dengan menjadi satu tubuh dengan orang non-Kristen? Apakah tidak lebih baik bagi pasangan yang Kristen itu menceraikan pasangannya yang non-Kristen, atau setidaknya melupakan hubungan seks? Paulus menjawab, "Tidak." Mempertahankan perkawinan adalah penting. Rasul Paulus rupanya menggabungkan perintah "seorang laki-laki akan … bersatu dengan isterinya" (Kej 2:24) dengan pernyataan Yesus "Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Mat. 19:6). Sejauh hal itu merupakan pilihan yang dibuat oleh orang Kristen, ikatan perkawinan itu harus berlanjut terlepas apakah pasangannya itu orang Kristen atau bukan.
Rasul itu menegaskan bahwa keintiman antara orang Kristen dan pasangan yang non-Kristen itu "dikuduskan" (hJgi÷astai, hēgiastai) oleh hubungan pasangannya yang Kristen dengan Allah. Seseorang, objek, atau perilaku "dikuduskan" (dari aJgia¿zw, hagiazō) ketika hal itu diterima Allah dan cocok bagi pelayanan-Nya. Cara lain untuk mengatakan, "Itu dikuduskan," adalah dengan mengatakan, "Itu adalah kudus." Ketika Paulus mengatakan bahwa orang non-Kristen dikuduskan oleh orang Kristen, ia menegaskan bahwa Allah memberkati dan merestui hubungan antara orang Kristen dan pasangannya yang non-Kristen untuk kepentingan pasangan yang Kristen.
Bagaimana jika kedua pasangan dalam perkawinan itu bukan orang Kristen? Apakah kesatuan seksual dua orang non-Kristen itu disetujui Allah? Bagi Paulus pertanyaan itu akan, mungkin, sudah menjadi kepentingan akademis saja. Tanpa Kristus, orang yang kawin dan yang tidak kawin adalah sesat dalam dosa. Ketersesatan itu sangat membayangi pertimbangan-pertimbangan lain sehingga hal itu membuat kekudusan atau kurangnya kekudusan perkawinan antara dua orang non-Kristen pada dasarnya tidak penting. Hubungan intim dalam perkawinan tidak begitu penting ketika orang hidup berkubang dalam dosa, terpisah dari Allah, tanpa harapan hidup kekal. Hanya ketika satu atau kedua pasangan dalam perkawinan itu adalah orang Kristen, barulah penting apakah ikatan perkawinann itu dikuduskan oleh Allah atau tidak. Karena suami atau istri itu telah diselamatkan, maka untuk kepentingan orang Kristen keintiman seksual di dalam pernikahan itu dikuduskan.
Paulus membawa penalarannya selangkah lebih jauh. Karena hubungan seks dalam perkawinan dikuduskan ketika salah satu dari pasangan itu adalah orang Kristen, maka anak-anak yang lahir dari hubungan intim itu juga dikuduskan. Untuk menekankan maksud itu, rasul Paulus membedakan anak-anak yang lahir dari perkawinan yang dikuduskan dengan anak-anak yang lahir dari orang tua non-Kristen. Jika Allah tidak menguduskan hubungan seks dalam perkawinan orang Kristen dengan orang non-Kristen, maka anak-anak mereka, seperti anak-anak orang non-Kristen, akan menjadi najis. Mengapa Paulus membolehkan adanya kemungkinan bahwa seorang anak dapat menjadi najis? Kita dapat membuang setiap teori yang mengklaim bahwa bayi dilahirkan dalam dosa dan dihukum oleh Allah. Bertahun-tahun sebelum Paulus, Yehezkiel sudah bicara tentang hal itu. "Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati," kata nabi itu. "Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayah-nya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya" (Yeh. 18:20). Baik Yehezkiel maupun Paulus tidak membolehkan adanya pemindahan kesalahan pribadi dari orangtua kepada anak.
Anthony C. Thiselton berpendapat bahwa anak-anak adalah kudus ketika setidaknya satu pihak dalam perkawinan itu adalah orang Kristen oleh karena cara hidup kudus yang dijalani oleh orang tua Kristen itu. Orang Kristen adalah kekuatan untuk hidup saleh bagi pasangan non-Kristen dan anak-anak.7Ketika tidak satu pun dari kedua orang tua itu adalah Kristen, seorang anak tidak kudus dalam arti bahwa ia tidak mendapatkan keuntungan dari pengajaran, bimbingan, dan pengaruh yang seorang Kristen dapat berikan. Keprihatinan Paulus dalam nas ini bukan pada anak-anak yang lahir dari orang non-Kristen. Sebaliknya, ia secara positif berpendapat bahwa ketika setidaknya satu pasangan dalam perkawinan itu adalah orang Kristen, maka baik hubungan intim maupun kehamilan anak-anak itu tidak tercemar oleh kenajisan.
Ayat 15. Paulus mengakui bahwa pasangan Kristen dalam suatu perkawinan tidak dapat mengendalikan pasangannya yang non-Kristen; yaitu, bahwa ia tidak dapat memaksa orang non-Kristen itu untuk tetap kawin dengan dia. Allah menghendaki perkawinan sebagai komitmen seumur hidup; tetapi, Paulus menulis, kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai. Orang Kristen harus jangan merasa bersalah jika pasangannya yang non-Kristen memilih untuk bercerai. Rasul itu menambahkan bahwa pasangan yang ditinggalkan itu tidak terikat untuk melanjutkan perkawinannya. Kata-kata Paulus itu tampaknya menunjukkan bahwa pasangan yang Kristen itu berada "di bawah ikatan" sebelum diceraikan, tetapi kepada apa atau kepada siapakah orang Kristen itu terikat dalam suatu hubungan perkawinan? Apakah perkawinan sama dengan keterikatan [perbudakan; NASB]? Pengertian tentang kewajiban tampaknya merupakan dasar yang lemah untuk meletakkan perkawinan yang aman di atasnya, tapi mungkin yang Paulus maksudkan bukan ikatan terhadap pasangan perkawinan itu.
Ketika Paulus mengatakan bahwa orang Kristen yang diceraikan oleh pasangannya yang non-Kristen tidak lagi di bawah ikatan, yang ia maksudkan adalah aspek sosial (bukan individu) perkawinan. Seorang istri atau suami Kristen yang diceraikan tidak lagi terikat terhadap harapan masyarakat bahwa ia harus menguras tenaganya untuk melestarikan perkawinan itu. Jika gereja Korintus butuh bukti lebih lanjut untuk memperkuat pernyataan Paulus itu, mereka harus mempertimbangkan bahwa Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera. Memberikan energi untuk menyukakan pasangan non-Kristen yang menolak untuk hidup dalam perkawinan dengan pasangannya yang Kristen adalah bukan hidup dalam damai sejahtera.
Beberapa orang telah menafsirkan ayat ini untuk berarti bahwa orang Kristen yang diceraikan itu bebas untuk kawin lagi. Perceraian ini kadang-kadang disebut "hak istimewa dari Paulus," tetapi sulit untuk melihat hal apa saja di dalam kata-kata Paulus itu yang berhubungan dengan masalah perkawinan kembali. Rasul itu akan hampir tidak memikirkan perkawinan kembali setelah perceraian sebagai hak istimewa. Ia sudah memutuskan bahwa "seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya" (7:10) dan "seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya" (7:11). Orang yang meninggalkan atau menceraikan pasangannya harus, "tetap hidup tanpa kawin, atau berdamai" (7:11; NASB). Orang Kristen yang diceraikan tidak bertanggung jawab untuk mempertahan-kan hubungannya dengan suami atau istri yang non-Kristen jika harga untuk menyelamatkan perkawinan itu adalah dengan mengorbankan kesetiaan kepada Tuhan. Tidak ada alasan yang baik yang dapat diberikan untuk melepaskan iman seseorang. "Dalam ayat 15 Paulus hanya mengatakan bahwa larangan Kristus terhadap perceraian tidak untuk memperbudak orang Kristen agar mempertahankan ikatan perkawinan itu meski pasangannya yang non-Kristen berkeras untuk mengakhiri perkawinan itu."8Bebasnya orang Kristen dari kewajiban untuk mempertahankan perkawinan tidak mengandung implikasi untuk kawin kembali.
Ayat 16. Karena ia memiliki pandangan yang mulia tentang perkawinan— pemahaman yang positif tentang pelbagai manfaat bagi individu dan masyarakat— Paulus mendesak orang Kristen yang kawin dengan orang non-Kristen untuk terus hidup sebagaimana adanya mereka. Artinya, ia mendorong mereka untuk melestarikan perkawinan mereka. Namun begitu, ia memberi alasan lain bagi orang Kristen untuk tetap kawin. Kawin dengan orang non-Kristen memberikan kesempatan bagi penginjilan. Melalui teladan dan ajaran Kristen, orang non-Kristen akhirnya dapat mengenal Kristus. Bagaimanakah engkau mengetahui, rasul itu bertanya, pada dasarnya, "apakah suami atau istri Kristen tidak akan menuntun pasangannya yang non-Kristen untuk diselamatkan?"
Beberapa orang menduga bahwa di 7:15 Paulus hanya sedang bicara tentang situasi di mana pasangan yang non-Kristen telah mengeraskan perlawanannya terhadap Kristus. Karena orang Kristen memiliki sedikit prospek untuk menuntun orang non-Kristen seperti itu kepada Kristus, maka ada perdebatan, rasul itu menasihati orang Kristen itu untuk membiarkan pasangan kawinnya itu pergi dan tidak berusaha untuk mempertahankan perkawinannya. Penafsiran ini tidak tepat, karena Paulus telah menasihati sebaliknya, mendesak pasangan yang Kristen untuk mempertahankan perkawinannya.
Mungkin memang penting bahwa Paulus bicara lebih dulu tentang para istri yang bisa memenangkan suami mereka bagi Kristus daripada bicara tentang para suami yang mungkin bisa mengkristenkan istri mereka. Apakah gereja di Korintus terdiri dari lebih banyak perempuan daripada laki-laki?9Ketika Petrus mendorong bahwa pasangan dalam perkawinan bisa menuntun pasangannya kepada Kristus, ia menyapa kaum wanita secara khusus: "Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya"(1 Pet. 3:1). Penjelasan apa pun yang mungkin orang berikan, faktanya adalah bahwa kaum perempuan membentuk bagian yang lebih besar dalam keanggotaan gereja di zaman kini.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah...
Penulis : Paulus
Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Latar Belakang
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.
Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:23--21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.
Tujuan
Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini:
- (1) Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.
- (2) Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.
Survai
Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja yang para anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Kor 3:1-3) dan tidak secara tegas memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Kor 6:17) - masalah seperti sifat memecah belah (1Kor 1:10-13; 1Kor 11:17-22), toleransi terhadap dosa seperti perzinaan (1Kor 5:1-13), kebejatan seksual pada umumnya (1Kor 6:12-20), perkara hukum sekular antara orang Kristen (1Kor 6:1-11), pikiran manusiawi tentang kebenaran rasuli (pasal 15; 1Kor 15:1-58) dan perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13; 1Kor 10:1-33). Paulus juga menasihati orang Korintus tentang perkara yang berkaitan dengan hal membujang dan perkawinan (pasal 7; 1Kor 7:1-40), ibadah bersama, termasuk Perjamuan Kudus (pasal 11-14; 1Kor 11:1--14:40), dan pengumpulan uang bagi orang-orang kudus di Yerusalem (1Kor 16:1-4).
Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus terdapat pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks ibadah bersama (pasal 12-14; 1Kor 12:1--14:40). Lebih dari lain tempat dalam PB, pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap sifat dan unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-mula (bd. 1Kor 14:26-33). Paulus menunjukkan bahwa maksud Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi Roh yang terjadi melalui orang percaya yang setia (1Kor 12:4-10) dan orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu (1Kor 12:28-30) -- keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1Kor 12:12-27). Ketika memberikan pedoman bagi fungsi bersama karunia rohani, Paulus membuat suatu perbedaan yang penting antara hal membangun pribadi dan hal membangun segenap anggota (1Kor 14:2-6,12,16-19,26), dengan menegaskan bahwa semua manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar dari kasih (pasal 13; 1Kor 13:1-13) dan berada demi pembangunan orang percaya yang sedang berhimpun (1Kor 12:7; 1Kor 14:4-6,26).
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini:
- (1) Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab lain dalam PB. Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus memberikan prinsip rohani yang jelas dan kekal (lih. Garis Besar), di mana setiap prinsip itu dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat (mis. 1Kor 1:10; 1Kor 6:17,20; 1Kor 7:7; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:31-32; 1Kor 14:1-10; 1Kor 15:22-23).
- (2) Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus, dan karunia-karunia rohani.
- (3) Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai pokok penting seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (pasal 7; 1Kor 7:1-40); Perjamuan Kudus (1Kor 10:16-21; 1Kor 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan karunia rohani dalam perhimpunan bersama (pasal 12, 14; 1Kor 12:1-31; 1Kor 14:1-40); kasih agape (pasal 13; 1Kor 13:1-13); dan kebangkitan tubuh (pasal 15; 1Kor 15:1-58).
- (4) Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala sidang berhubungan dengan disiplin gereja (pasal 5; 1Kor 5:1-13).
- (5) Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka yang berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh (1Kor 6:9-10; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:5-12,20-21; 1Kor 15:1-2).
Full Life: 1 Korintus (Garis Besar) Garis Besar
Pendahuluan
(1Kor 1:1-9)
I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20)
...
Garis Besar
- Pendahuluan
(1Kor 1:1-9) - I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus
(1Kor 1:10-6:20) - A. Perpecahan dalam Jemaat
(1Kor 1:10-4:21) - 1. Empat Golongan
(1Kor 1:10-17) - 2. Penyebab Perpecahan
(1Kor 1:18-4:5) - a. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hikmat
(1Kor 1:18-3:4) - b. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Pelayanan Kristen
(1Kor 3:5-4:5) - 3. Imbauan untuk Berdamai
(1Kor 4:6-21)
Prinsip: Jemaat sebagai tubuh Kristus (bd. 1Kor 12:12-20) tidak
boleh terpecah-belah menjadi bagian-bagian yang terpisah
(1Kor 1:10,13) - B. Masalah-Masalah Moral dalam Jemaat
(1Kor 5:1-6:20) - 1. Masalah Perzinaan dan Disiplin Gereja
(1Kor 5:1-13) - 2. Masalah Perkara-Perkara Hukum Sekular di Antara Orang-Orang Kristen
(1Kor 6:1-11) - 3. Masalah Kebejatan Seksual
(1Kor 6:12-20)
Prinsip: Kamu yang telah dipersatukan dengan Tuhan, hendaknya
berperilaku baik supaya membawa hormat bagi Dia
(1Kor 6:17,20) - II. Jawaban Terhadap Pertanyaan yang Ditulis Dalam Surat dari Jemaat Korintus
(1Kor 7:1-16:9) - A. Pertanyaan Mengenai Perkawinan
(1Kor 7:1-40) - 1. Perkawinan dan Hal Hidup Membujang
(1Kor 7:1-9) - 2. Tanggung Jawab Kristen dalam Perkawinan
(1Kor 7:10-16) - 3. Prinsip Kepuasan Hati
(1Kor 7:17-24) - 4. Nasihat kepada Orang yang Tidak Menikah
(1Kor 7:25-38) - 5. Pengarahan Tentang Nikah Ulang
(1Kor 7:39-40)
Prinsip: Allah memberikan sebagian orang karunia menjadi seorang
suami atau istri; kepada orang lainnya, Ia berikan karunia
untuk tinggal membujang demi kepentingan kerajaan-Nya
(1Kor 7:7,32) - B. Pertanyaan Mengenai Penggunaan Kemerdekaan Kristen
(1Kor 8:1-11:1) - 1. Masalah Makanan yang Dipersembahkan kepada Berhala
(1Kor 8:1-13) - 2. Disiplin Paulus dalam Menggunakan Kemerdekaannya
(1Kor 9:1-27) - 3. Peringatan Terhadap Percaya Diri yang Berlebih-lebihan
(1Kor 10:1-13) - 4. Ketidaksesuaian Pesta Penyembahan Berhala dengan Meja Tuhan
(1Kor 10:14-23) - 5. Beberapa Prinsip Umum dan Nasihat Praktis
(1Kor 10:24-11:1)
Prinsip: Lakukan segala sesuatu untuk membawa kemuliaan kepada
Allah; jangan melakukan sesuatupun yang bisa menyebabkan
orang lain tersandung (1Kor 10:31-32) atau mungkin saudara
didiskualifikasi dari pertandingan (1Kor 9:24-27) - C. Pertanyaan Mengenai Ibadah Bersama
(1Kor 11:2-14:40) - 1. Tudung Kepala Wanita dalam Jemaat
(1Kor 11:2-16) - 2. Sikap dalam Mengikuti Perjamuan Tuhan
(1Kor 11:17-34) - 3. Karunia-Karunia Rohani
(1Kor 12:1-14:40)
Prinsip: Segala sesuatu harus dilakukan secara sopan dan teratur
(1Kor 14:40) - D. Pertanyaan Mengenai Kebangkitan
(1Kor 15:1-58) - 1. P. Bagaimana Mungkin Ada Orang yang Mengatakan Bahwa Tidak Ada
Kebangkitan Orang Mati? (1Kor 15:12) - J. Kepastian Kebangkitan
(1Kor 15:1-34) - 2. P. Bagaimanakah Orang Mati Dibangkitkan? Dan dengan Tubuh Apakah
Mereka Akan Datang Kembali? (1Kor 15:35) - J. Sifat Tubuh Kebangkitan
(1Kor 15:35-57) - 3. Kesimpulan Terhadap Pertanyaan Itu
(1Kor 15:58)
Prinsip: Kebangkitan Kristus dari kematian menjamin kebangkitan
mereka yang menjadi milik Kristus ketika Ia datang kembali
(1Kor 15:22-23) - E. Pertanyaan Mengenai Pengumpulan Uang bagi Orang Kudus
(1Kor 16:1-9) - Pengarahan-Pengarahan Akhir
(1Kor 16:10-24)
Matthew Henry: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan me...
- Korintus adalah sebuah kota Yunani yang terpenting di bagian wilayah khusus Yunani yang disebut Akhaya. Kota ini terletak di atas sebuah daratan memanjang sempit yang menghubungkan wilayah semenanjung Peloponesus dengan wilayah Yunani lainnya di bagian Selatan. Kota ini memiliki dua pelabuhan yang berhubungan. Pelabuhan yang pertama terletak di bagian bawah Teluk Korintus yang dinamakan Lekheum, tidak jauh dari pusat kota, dari tempat itu mereka berniaga sampai ke Italia dan negeri-negeri di sebelah Barat lainnya. Pelabuhan satunya terletak di bagian bawah Sinus Saronikus, yang disebut Kengkrea, yang letaknya sedikit lebih jauh, dari tempat itu mereka berdagang ke arah Asia. Melihat keadaan ini, tidak heran kalau Korintus berkembang menjadi sebuah kota perniagaan yang besar dan sangat makmur. Karena kayanya, kota ini cenderung menghasilkan barang-barang mewah dari berbagai jenis, dan tidak heran jika tempat yang begitu terkenal akan kekayaan dan seni itu juga menjadi terkenal akan kebejatannya. Secara khusus kota ini terkenal karena percabulannya. Begitu terkenalnya percabulan di kota itu, sehingga perkataan perempuan Korintus diartikan dalam sebuah pepatah sebagai “pelacur.” Kata korinthiazein, korinthiasesthai, yaitu mempermainkan orang Korintus, maksudnya melacur atau bersundal. Namun, di dalam kota yang cabul inilah Rasul Paulus, oleh berkat Allah atas pekerjaan-pekerjaannya, menanam dan mendirikan sebuah jemaat Kristen, khususnya di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi. Melihat sejarahnya, mungkin sekali ini yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 18:1-18. Bandingkan dengan beberapa bagian dari surat kerasulan ini, khususnya pasal 12:2, di mana Rasul Paulus berkata kepada mereka, Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, walaupun sangat mungkin banyak juga orang-orang Yahudi yang bertobat dan percaya kepada Injil ada di antara mereka, sebab kita tahu bahwa Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya (Kis. 18:8). Selanjutnya rasul Paulus masih tinggal di kota ini sampai hampir dua tahun lamanya, sebagaimana dijelaskan di dalam Kisah Para Rasul 18:11 dan kemudian bandingkan dengan ayat 18. Pekerjaannya sangat berhasil karena dikuatkan dengan suatu penglihatan ilahi yang meyakinkan dia bahwa Allah memiliki banyak umat di kota ini (Kis. 18:9-10). Ia juga tidak biasa tinggal lama di suatu tempat di mana pelayanannya tidak diterima dan tidak berhasil.
- Beberapa waktu kemudian, setelah ia meninggalkan mereka, ia menulis surat kerasulan ini kepada mereka. Dengan surat tersebut ia hendak mengairi apa yang telah ia tanam dan memperbaiki beberapa kekacauan besar yang terjadi selama ia tidak berada di sana. Kekacauan itu sebagian ditimbulkan oleh kepentingan sejumlah pengajar palsu yang ada di antara mereka, dan sebagian lagi karena pengaruh lama dari perilaku dan pengajaran lama mereka yang sebenarnya belum tersingkir sepenuhnya oleh asas-asas Kristen yang mereka pegang. Dari beberapa kesalahan yang ditegur oleh Rasul Paulus, sangat jelas kelihatan bagaimana kemakmuran mereka berperan dalam menghancurkan akhlak mereka. Kesombongan, ketamakan, kemewahan, dan hawa nafsu (turunan alamiah dari pikiran duniawi dan rusak), semuanya disuburkan dan didorong oleh kekayaan jasmaniah. Dengan semua ini seluruh jemaat atau beberapa orang tertentu di antara mereka ditegur oleh Rasul Paulus. Kesombongan mereka terungkap dengan sendirinya di dalam pesta-pesta dan kelompok-kelompok mereka, serta ketidaktertiban mereka yang terkenal buruk di dalam menggunakan karunia-karunia rohaniah mereka. Kebejatan ini tidak sepenuhnya disuburkan oleh kemakmuran mereka, tetapi juga oleh pikiran mereka yang dipengaruhi oleh pengajaran dan filsafat Yunani. Beberapa naskah kuno menunjukkan kepada kita bahwa kota ini dipenuhi oleh orang-orang ahli pidato dan ahli-ahli filsafat. Orang-orang ini dari sifat pembawaannya itu sudah melakukan kesia-siaan, penuh dengan kesombongan diri, dan suka me rendahkan ajaran Injil yang sudah sangat jelas, karena dianggap tidak dapat memuaskan rasa ingin tahu dan watak mereka yang suka berbantah, serta tidak dapat menyenangkan telinga mereka dengan pidato-pidato yang berseni disertai aliran kata-kata yang indah. Keserakahan mereka diwujudkan di dalam berbagai gugatan hukum dan tuntutan perkara tentang meum – hakku, dan tuum – hakmu, di hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah. Kemewahan mereka tampak dalam berbagai hal, di dalam pakaian-pakaian mereka, di dalam pesta makan minum mereka yang berlebihan, bahkan juga di dalam perjamuan Tuhan yang mereka selenggarakan, karena orang-orang kaya, yang lemah dalam perkara ini, juga bersalah, sebab dengan berbuat begitu mereka dengan angkuh telah menghina dan berbuat jahat terhadap saudara-saudara mereka yang miskin. Hawa nafsu mereka bahkan merebak di dalam perbuatan yang paling mencolok dan keji, yang belum pernah disebut-sebut di antara bangsa-bangsa lain, tidak pernah dibicarakan tanpa diikuti oleh rasa kebencian, yaitu bahwa ada seorang laki-laki yang hidup dengan istri ayahnya, sebagai istrinya, atau melakukan perbuatan cabul dengan perempuan itu. Tampaknya hal ini memang merupakan kesalahan dari satu orang tertentu, namun jemaat secara keseluruhan disalahkan karena tidak menunjukkan rasa kebencian yang mendalam terhadap perbuatan itu, sehingga jemaat membiarkan begitu saja kejahatan akhlak yang sangat rusak dan perilaku yang begitu memalukan di antara mereka. Keterlibatan mereka di dalam dosa orang ini akan menjadi semakin besar, seperti yang dituliskan di dalam beberapa naskah kuno, jika mereka berbangga diri dengan pengajaran dan kefasihan orang yang melakukan percabulan dengan anggota keluarga sendiri itu. Tampak jelas dari bagian-bagian lain surat kerasulan ini bahwa mereka tidak sepenuhnya bebas dari kecenderungan lama mereka untuk berbuat cabul, sehingga merasa tidak perlu terlampau ketat untuk berjaga-jaga dan menegur percabulan itu dengan keras (lihat 6:9-20). Kesombongan atas pengetahuan mereka juga membawa banyak orang di antara mereka untuk menjadi tidak percaya dan membantah pengajaran mengenai kebangkitan. Sangat mungkin bahwa mereka memperlakukan pertanyaan ini sebagai suatu bahan perdebatan, seperti yang banyak mereka lakukan dalam berfilsafat, dan menguji keterampilan mereka dengan memperdebatkannya untuk mendukung dan menentang.
- Dari banyak hal yang dinyatakan di sini, tampak bahwa ada banyak hal yang memang pantas untuk dicela dan perlu diperbaiki di dalam jemaat ini. Di bawah tuntunan dan pengaruh Roh Kudus, Rasul Paulus menempatkan dirinya untuk melakukan kedua hal itu dengan kebijaksanaan dan kesetiaan sepenuhnya, serta dengan campuran kelemahlembutan dan kewenangan yang semestinya, seperti layaknya seorang yang begitu ditinggikan dan menduduki kedudukan yang penting di dalam jemaat. Setelah pendahuluan yang singkat di bagian permulaan surat kerasulan ini, pertama-tama Rasul Paulus menegur adanya perselisihan dan perpecahan di antara mereka, menjelaskan asal-usul dan sumbernya, menunjukkan kepada mereka betapa sombong dan sia-sianya kebohongan ilmu dan pengetahuan serta kefasihan lidah dari rayuan pengajar-pengajar palsu yang turut menimbulkan perpecahan yang memalukan itu. Ia juga meminta perlunya kepatuhan kepada perintah-perintah ilahi, pengajaran Allah melalui Roh-Nya, baik melalui pewahyuan dari luar maupun pencerahan dari dalam sebagai penangkal terhadap kejahatan yang memenuhi mereka. Paulus menunjukkan kesia-siaan dari ilmu pengetahuan dan kefasihan mereka dalam banyak hal. Ini ia lakukan melalui empat pasal pertama. Pada pasal yang kelima, ia membicarakan perkara orang yang berbuat cabul dengan anggota keluarganya, dan memerintahkan supaya orang itu dijauhkan dari antara mereka. Seperti yang dikatakan berbagai catatan kuno, sangatlah mungkin bahwa orang yang berbuat cabul ini adalah seorang pembesar dan menjadi kepala dari salah satu kelompok yang setidaknya ada di antara mereka. Tampaknya Rasul Paulus menuduh mereka merasa bangga dengan perbuatan orang ini (ay. 2). Di dalam pasal yang keenam Rasul Paulus menyalahkan tindakan mereka yang membawa tuntutan-tuntutan hukum ke hadapan hakim-hakim yang tidak mengenal Allah, sementara perselisihan mereka mengenai harta milik sebenarnya dapat diputuskan dengan baik di antara mereka sendiri. Di dalam bagian penutup pasal ini ia memperingatkan mereka akan dosa percabulan, dan ia mendesakkan peringatan-peringatannya dengan berbagai pesan. Di dalam pasal yang ketujuh, ia memberikan nasihat atas sebuah perkara yang menyangkut hati nurani, yang pernah ditanyakan oleh beberapa orang dari jemaat itu di dalam sebuah surat, yaitu mengenai perkawinan. Ia menunjukkan bahwa perkawinan telah ditentukan oleh Allah sebagai penangkal terhadap percabulan, bahwa ikatan perkawinan itu tidak boleh dibatalkan, walaupun seorang suami atau istri tetap menjadi orang yang tidak percaya kepada Allah, sementara pasangannya telah menjadi seorang Kristen. Singkatnya, Kekristenan tidak melakukan perubahan atas keadaan dan hubungan hak perseorangan. Di sini ia juga memberikan beberapa petunjuk mengenai para gadis, sebagai jawaban atas pertanya-an-pertanyaan orang Korintus. Di dalam pasal yang kedelapan ia mengatur mereka tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala, dan memperingatkan mereka supaya tidak menyalahgunakan kebebasan Kristen mereka. Dari hal ini ia juga mengambil kesempatan untuk sedikit membicarakan pengaturannya sendiri atas pokok bahasan mengenai kebebasan ini. Sebab, walaupun ia dapat menuntut biaya hidup dari jemaat-jemaat yang ia layani, ia melepaskan haknya atas tuntutan ini, supaya ia boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan di samping itu mematuhi dan menyesuaikan diri dengan perasaan dan keadaan orang-orang yang ia layani, demi kebaikan mereka. Pada pasal yang kesepuluh, sesuai dengan contoh yang diambil dari orang-orang Yahudi, ia melarang mereka supaya jangan menjalin persekutuan dengan para penyembah berhala dengan cara memakan persembahan-persembahan mereka. Sebab pada waktu yang bersamaan mereka tidak dapat memperoleh bagian dalam perjamuan Tuhan dan sekaligus juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Memang mereka tidak perlu mempersoalkan daging yang dijual di pasar daging, atau atas segala sesuatu yang dihidangkan di hadapan mereka dalam pesta yang diadakan oleh orang-orang yang tidak percaya, apakah makanan itu merupakan bagian dari persembahan kepada berhala atau tidak, mereka bebas untuk makan tanpa bertanya mengenai itu. Di dalam pasal yang kesebelas ia memberi petunjuk mengenai kebiasaan mereka di dalam kebaktian umum, menyalahkan ketidakteraturan dan kekacauan mereka yang memalukan dalam menerima perjamuan Tuhan. Dengan sungguh-sungguh ia memperingatkan mereka akan penyalahgunaan ketetapan yang sangat kudus ini. Di dalam pasal kedua belas ia membahas karunia-karunia Roh, yang dicurahkan dengan limpah kepada jemaat ini, di mana tidak sedikit mereka merasa ditinggikan. Di dalam pasal ini ia memberi tahu mereka bahwa semua karunia berasal dari sumber yang sama, dan semuanya ditujukan kepada maksud yang sama. Karunia-karunia itu datang dari Roh yang satu dan dimaksudkan untuk mendatangkan kebaikan bagi jemaat, dan jika tidak dipakai untuk melayani sesuai dengan tujuan ini, berarti karunia itu telah disalahgunakan. Pada bagian penutup pasal ini ia memberitahukan mereka bahwa karunia-karunia itu memang sesungguhnya adalah karunia yang sangat berharga, namun ia menunjukkan kepada mereka sesuatu yang jauh lebih utama lagi, yang ia uraikan di dalam pasal ketiga belas, untuk memuji dan menghargai perbuatan kasih. Dan kemudian, di dalam pasal keempat belas ia mengajarkan kepada mereka bagaimana menjaga kesopanan dan ketertiban di dalam jemaat di dalam menggunakan karunia-karunia Roh mereka, yang tampaknya telah menjadi sangat kacau karena kesombongan mereka atas karunia-karunia itu dan kesia-siaan yang mereka lakukan dengan cara memamerkan semua karunia itu. Pasal kelima belas digunakan untuk menegaskan dan menjelaskan pengajaran yang agung mengenai kebangkitan. Pasal terakhir terdiri atas beberapa nasihat khusus dan salam, dan dengan demikian surat kerasulan ini ditutup.
Jerusalem: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal da...
SURAT-SURAT PAULUS
PENGANTAR
Kronologi kehidupan Paulus
Dengan menggunakan Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, maka tokoh ini lebih kita kenal dari pada tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Baru. Kedua sumber, yang masing-masing berdiri sendiri ini saling menguatkan dan melengkapi, meskipun ada kelainan-kelainan dalam soal-soal kecil. Kita malahan dapat menyusun suatu kronologi riwayat hidup Paulus secara lebih kurang teliti, karena bertepatannya beberapa peristiwa dalam riwayat hidup Paulus dengan kejadian-kejadian yang kita ketahui menurut ilmu sejarah, seperti waktunya Galio menjabat prokonsul di Korintus, Kis 18:12, dan tahun Festus menggantikan Feliks, Kis 24:27-25:1, sebagai wali negeri di Palestina.
Paulus dilahirkan di Tarsus di Kilikia, Kis 9:11; 21:39; 22:3, kira-kira tahun 10 Mas. dari keluarga Yahudi suku Benyamin, Rom 11:1; Flp 3:5 dan yang telah menjadi warga negara Roma, Kis 16:37 dst; 22:25-28; 23:27. Semasa mudanya Paulus dididik di Yerusalem oleh Gamaliel yang memberinya pengajaran mendalam tentang agama Yahudi sesuai dengan ajaran mazhad agama Kristen yang baru muncul, Kis 22:4 dst; 26:9-12; Gal 1:13; Flp 3:6, dan berurusan dengan pembunuhan atas diri Stefanus, Kis 7:58; 22:20; 26:10. Tetapi kira-kira tahun 34 seluruh hidup Paulus yang sedang di perjalanan ke kota Damsyik dirubah oleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari alam maut. Tuhan yang bangkit menyatakan kepadanya benarnya agama Kristen dan bahwa tugasnya yang khas ialah mewartakan Injil kepada orang- orang bukan Yahudi, Kis 9:3-16 dsj; Gal 1:12, 15 dst; Ef 3:2. Sejak saat itu Paulus merelakan hidupnya untuk mengabdi Kristus, yang secara pribadi telah "menangkapnya" untuk dijadikan pengikutNya, Fil 3:12. Sesudah tinggal beberapa lamanya di Arabia, Paulus kembali ke Damsyik, Gal 1:17, dan mulai mewartakan Kristus di sana, Kis 9:20.
Sesudah sebentar mengunjungi Yerusalem, Gal 1:18; Kis 9:26-29, maka dalam tahun 39 Paulus pergi ke Siria dan Kilikia, Gal 1:21; Kis 9:30, sampai Barnabas mengajaknya kembali ke Antiokhia, di mana mereka mengajar bersama, Kis11:25 dst dan lihat 9:27. Dalam perjalanannya yang pertama (th 45-49) ke Siprus, Pamfilia, Pisidia dan Likaonia, Kis 13-14, Saulus mulai menggunakan nama Yunani-Latinnya Paulus untuk mengganti nama Yahudinya, yakni Saul, Kis 13:9. Karena berkarya dengan lebih baik, maka Paulus menyisihkan Barnabas, Kis 14:12. Dalam tahun 49, jadi empat belas tahun sudah bertobat, Gal 2:1, Paulus naik ke Yerusalem untuk ikut serta dalam "Konsili Para Rasul". Sebagian karena pengaruhnya Konsili itu menyetujui bahwa hukum Yahudi tidak mengikat orang-orang bukan Yahudi yang masuk Kristen, Kis 15; Gal 2:3-6. Tugas Paulus di antara orang-orang bukan Yahudi juga secara resmi diakui, Gal 2:7-9. Kemudian ia mengadakan perjalanan-perjalanan lagi. Perjalanan kedua (Kis 15:36-18:22) dan perjalanan ketiga (Kis 18:23 - Kis 21-17) masing-masing berlangsung dalam tahun 50-52 dan 55-58. Sehubungan dengan surat-surat Paulus perjalanan-perjalanan itu akan kita bicarakan lagi, oleh karena surat-suratnya itu ditulisnya justru selama di perjalanan-perjalanan itu. Tahun 58 ditahan di Yerusalem, Kis 21:27-23:22 dan dimasukkan ke dalam penjara sampai th 60, Kis 23:23-26. Dalam musim semi th 60 wali negeri Festus mengirimkannya ke Roma dengan pengawalan ketat, Kis 27:1-28:16. Sesudah di Roma di tahan dua tahun (th 61-63) Paulus dibebaskan karena tidak terbukti salah. Kemudian ia mungkin pergi ke negeri Spanyol, seperti yang direncanakannya, Rom 15:24, 28, tetapi surat-surat Pastoral (Tim, Tit) mengandaikan bahwa Paulus masih mengadakan perjalanan-perjalanan ke Timur. Penahanan Paulus yang kedua di Roma berakhir dengan kemartiran, sebagaimana diberitakan oleh tradisi yang paling tua; ini kiranya terjadi dalam th 67.
Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan. Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun. Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai bida'ah dan musuh Allah 1Tim 1:13; bdk Kis 24:5, 14, tetapi kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan dan bahaya maut, 1Kor 4:9-13; 2Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya sebagai tanggung jawabnya 1Kor 9:16 dst. Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih Allah dan Kristus, Rom 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang bersengsara dan tersalib, 2Kor 4:10 dst; Flp 3:10 dst. Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab akan semua jemaat, 2Kor 11:28; bdk Kol 1:24, dan berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2Kor 11:5, dan mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2Tes 3:7+, maka keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina di antara sekalian orang Kudus, 1Kor 15:9; Ef 3:8, karena telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1Kor 15:10; 2Kor 4:7; Flp 4:13; Kol 1:29; Ef 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo yang masuk Kristen, Flp 1:7 dst; 4:10-20; ia menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kis 20:17-38; hatinya memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk meninggalkan kepercayaan sejati, Gal 1:6; 3:1-3, dan ia sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di Korintus, 2Kor 12:11-13:10. Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1Kor 4:8; 2Kor 11:7; 12:13, dan bahkan melontarkan teguran tegas, Gal 3:1-3; 4:11; 1Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5; 11:17-22; 2Kor 11:3 dst. Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2Kor 7:8-13. Dan segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih sampai mengharukan hati, 2Kor 11:1-2; 12:14 dst : Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1Kor 4:14 dst; 2Kor 6:13; bdk 1Tes 2:11; Flm 10, bahkan ibu mereka, 1Tes 2:7; Gal 4:19? Maka segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Gal 4:12-20; 2Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka: orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kis 13:45, 50; 14:2, 19; 17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi Kristus, Gal 1:7; 2:4; 6:12 dst. Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1Tes 2:15 dst; Gal 5:12; Flp 3:2. Gairah mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2Kor 10:1-12:2, dan dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan sendiri, Kis 18:3. Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama Petrus, 1Kor 1:12, dan Yakobus, Gal 2:12 untuk menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati wewenang para rasul sejati, Gal 1:18; 2:2, walaupun mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Gal 1:11 dst; 1Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Gal 2:11-14, namun Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kis 21:18-26. Dengan seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang miskin di Yerusalem, Gal 2:10, karena ia beranggapan ini jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2Kor 8:14; 9:12-13; Rom 15:26 dst.
Paulus sebagai Pewarta Injil
Pewartaan Paulus pertama-tama kerigma rasuli, Kis 2:22+, Kerigma itu ialah: pemberitaan tentang Yesus yang telah disalibkan tapi dibangkitkan dari alam maut, sesuai dengan Kitab Suci, 1Kor 2:2; 5:3-4; Gal 3:1. Apa yang disebutkan Paulus sebagai "Injilku", Rom 2:16; 16:25, sesungguhnya bukanlah Injilnya sendiri, melainkan Injil yang umum dipercaya, Gal 1:6-9; 2:2; Kol 1:5-7, tetapi khususnya disesuaikan dengan dan diterapkan pada pertobatan orang-orang bukan Yahudi, Gal 1:16; 2:7-9, sehaluan dengan kebijaksanaan universalis yang sudah dimulai di Anthiokhia. Paulus setia pada tradisi rasuli yang ada kalanya dikutip olehnya, 1Kor 12:23-25; 15:3-7, dan selalu diandaikannya; sudah barang tentu tradisi rasuli itu sangat berjasa bagi Paulus. Meskipun kiranya tidak pernah melihat Yesus selama hidupNya di dunia ini, bdk 2Kor 5:16+, namun Paulus sangat mengenal ajaranNya, 1Tes 4:15; 1Kor 7:10 dst; Kis 20:35. Selebihnya ia juga seorang saksi langsung dan keyakinannya yang tak tergoncangkan itu berdasar sebuah pengalaman pribadi: sebab iapun "melihat" Kristus, mula-mula di dekat Damsyik, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8; dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 9:17; 22:14 dst; 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 1Kor 9:1; 15:8, dan selanjutnya masih beberapa kali juga, Kis 26:16; 22:17-21, Ia telah mengalami penglihatan- penglihatan dan pernyataan-pernyataan Tuhan, 2Kor 12:1-4. Maka apa yang diterimanya dari tradisi itu sungguh-sungguh dapat dianggapnya sebagai pemberitahuan langsung oleh Tuhan, Gal 1:12; 1Kor 12:23.
Ada kalanya orang berkata bahwa pengalaman-pengalaman mistik tersebut disebabkan oleh temperamen yang berlebih-lebihan dan sakit-sakitan. Tetapi dugaan itu tidak mempunyai dasar sedikitpun. Memanglah Paulus kena penyakit di Galatia, Gal 4:13- 15, tetapi penyakit itu kiranya tidak lain kecuali serangan malaria, sedangkan "duri dalam daging", 2Kor 12:7, boleh jadi permusuhan terus menerus dari pihak orang-orang Yahudi, kaum sebangsanya "secara jasmani", Rom 9:3. Paulus ternyata tidak mempunyai daya khayal yang berlebih-lebihan mengingat sedikit-sedikitnya gambaran lazim yang ia pakai: gelanggang pertandingan, 1Kor 9:24-27; Flp 3:12- 14; 2Tim 4:7 dst, laut, Ef 4:14, pertanian, 1Kor 3:6-8, dan bangunan, 1Kor 3:10- 17; Rom 15:20; Ef 2:20-22; kedua gambar terakhir suka digabungkan serta dicampur-adukkannya, 1Kor 3:9; Kol 2:7; Ef 3:17; bdk Kol 2:19; Ef 4:16. Paulus nampaknya lebih-lebih seorang intelektuil. Hati yang berapi-api bersatu-padu dengan akal jernih dan tidak segera puas; akal yang dengan teliti membentangkan kepercayaan Kristen sesuai dengan kebutuhan para pendengar. Berkat sifat Paulus itulah kita mendapat ulasan-ulasan yang mengagumkan sekitar kerigma dan yang bersesuaian dengan keadaan nyata. Sudah barang tentu jalan pikiran Paulus itu bukanlah jalan pikiran manusia dewasa ini. Ada kalanya Paulus mengemukakan dalil-dalilnya seperti para rabi mengemukakannya dan sesuai dengan metode penafsiran yang diterima Paulus dari lingkungan serta pendidikannya (misalnya: 3:16; 4:21-31). Tetapi bakat Paulus mendobrak warisan tradisionil yang terbatas itu. Dan melalui saluran-saluran yang bagi kita kurang lebih ketinggalan zaman Paulus mengalirkan suatu pengajaran yang mendalam.
Memanglah Paulus adalah seorang Yahudi, tetapi seorang Yahudi yang memiliki bagian kebudayaan Yunani cukup besar. Mungkin ini mulai diperolehnya semasa mudanya di Tarsus dan kemudian di perkaya karena Paulus sering berjumpa dengan dunia Yunani-Romawi. Pengaruh dari kebudayaan Yunani itu tercermin baik dalam jalan pikiran Paulus maupun dalam bahasa serta gaya bahasanya. Ada kalanya Paulus mengutip penulis-penulis Yunani, 1Kor 15:33; Tit 1:12; Kis 17:28, dan ia pasti mengenal filsafat populer yang berdasar atas mazhab Stoa; dari padanya ia meminjam gagasan-gagasan (misalnya: perginya jiwa yang terpisah dari badan ke dunia ilahi 2Kor 5:6-8; "pleroma" kosmis, Kol dan Ef) dan rumus-rumus tertentu (1Kor 5:6-8; Rom 11:36; Ef 4:6). Dari mazhab Stoa yang berhaluan sinis Paulus mengambil alih apa yang disebutkan sebagai "diatribe", yalah suatu metode argumentasi yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban pendek, Rom 3:1-9, 27-31, dan dari situpun berasal ulasan-ulasannya, di mana kata demi kata beruntun, sebagaimana lazim dalam seni pidato. Mana kala menggunakan kalimat panjang dan padat, di mana anak-anak kalimat bergelombang-gelombang desak-mendesak, Ef 1:3- 14; Kol 1:9-20, maka Paulus masih juga dapat menemukan contoh-contohnya dalam kesusasteraan keagamaan di dunia Yunani. Biasanya Paulus memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu yang kedua, Kis 21:40, dan dengan mahirnya, sehingga hanya sedikit semitisme terdapat. Bahasa Yunani yang dipakai ialah bahasa Yunani yang lazim di zamannya, yakni bahasa "koine", yang baik tanpa peniruan bahasa kuno. Paulus memang tidak suka akan kehalusan yang dibuat-buat seperti lazim dalam seni pidatoo insani, sebab kekuatannya untuk meyakinkan hanya mau diambilnya dari daya Firman kepercayaan yang didukung "tanda-tanda" yang dikerjakan Roh Kudus, 1Tes 1:5; 1Kor 2:4 dst; 2Kor 11:6; Rom 15:18. Bahkan terjadi pula bahwa pengungkapannya kurang tepat dan tidak diselesaikan, 1Kor 9:15. Acuan bahasa tidak mampu menampung pemikiran yang meluap-luap dan perasaan yang terlalu hebat. Dengan kekecualian yang jarang terjadi, bdk Flm 10, Paulus biasanya mendikte surat-suratnya, Rom 16:22, sebagaimana lazim di zaman dahulu dan hanya salam terakhir ditulisnya dengan tangan sendiri, 2Tes 3:17; Gal 6:11; 1Kor 16:21; Kol 4:18. Ada bagian-bagian dalam surat-suratnya yang memberi kesan bahwa masak-masak dipikirkan (misalnya: Kol 1:15-20), tetapi kebanyakan dituliskan sekali jadi dan secara spontan tanpa dikoreksi. Kendati kekurangan-kekurangan itu, bahkan mungkin karena kekurangan-kekurangannya, gaya bahasa cekatan itu berisi secara luar-biasa. Sudah barang tentu pemikiran yang begitu mendalam dan yang terungkap dengan bahasa yang menyala itu tidak mudah dibaca (2Ptr 3:16). Namun demikian pemikiran Paulus menyajikan beberapa nas yang daya keagamaannya dan bahkan gaya sastranya barangkali tidak ada tara bandingnya dalam sejarah kesusasteraan manusia.
Surat-surat yang diwariskan Paulus itu semuanya ditulis dengan alasan khusus. Ini tak pernah boleh dilupakan. Surat-surat itu bukan risalah ilmu ketuhanan, melainkan merupakan tanggapan terhadap keadaan tertentu. Surat-surat itu sungguh-sungguh surat yang sesuai dengan surat-menyurat yang lazim di zaman itu, Rom 1:1+. Namun demikian tulisan-tulisan Paulus bukan surat pribadi belaka dan bukan pula "surat" yang hanya nampaknya surat saja, sedangkan pada kenyataannya adalah karya sastra. Surat-surat Paulus berupa uraian-uraian yang ditujukan kepada pembaca-pembaca tertentu dan melalui mereka kepada semua kaum beriman. Maka dalam surat-surat itu jangan dicari kupasan-kupasan teratur dan lengkap yang mengungkapkan seluruh pemikiran Paulus. Di belakang tulisan-tulisan itu tetap membayang perkataan yang secara lisan dibawakan dan surat-surat itu seolah-olah memberi komentar atas beberapa pokok khusus. Namun demikian, nilai surat-surat Paulus tidak teratasi, apa lagi karena isi serta perbedaan- perbedaannya memungkinkan orang menemukan apa yang pokok dalam pewartaan Paulus. Tidak peduli mengapa ia menulis atau kepada siapa ia menulis, karya Paulus berdasarkan ajaran yang pada pokoknya sama. Ajaran itu berpusatkan Kristus yang wafat dan dibangkitkan. Hanya ajaran pokok itu disesuaikan, berkembang dan menjadi semakin berisi selama kehidupan Paulus yang menjadi segala-gala untuk semua orang, 1Kor 9:19-22. Ada sementara penafsir yang mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya seorang "peramu" yang sesuai dengan keperluan memungut pandangan- pandangan yang berlain-lainan dan ada kalanya bertentangan satu sama lain; Paulus sendiri tidak menilai pandangan-pandangan itu seolah-olah mutlak tepat dan benar; ia hanya menggunakannya saja untuk menarik hati orang kepada Kristus. Langsung bertentangan dengan pendapat dengan pendapat tersebut ada orang yang berkata tentang "kekakuan" Paulus. Menurut pendapat ini maka pemikiran Paulus sejak awal mula ditetapkan dan selanjutnya tidak mengalami perkembangan lagi. Semua sudah tetap dan selesai akibat pengalaman Paulus waktu bertobat. Kebenaran terletak di tengah kedua ujung itu : teologi Paulus memang berkembang menurut suatu garis bersinambung, tetapi sungguh ada perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus yang membimbing karya kerasulan Paulus. Dan perkembangan benar tapi lurus akhirnya sampai kepada kepenuhan sebagaimana memuncak dalam surat-surat itu sesuai dengan urutannya dalam waktu, orang dapat mengenali tahap-tahap perkembangan pemikiran Paulus. Memanglah urutan dalam waktu itu bukanlah urutan surat-surat Paulus dalam daftar kitab-kitab Perjanjian Baru. Dalam daftar itu surat-surat itu dideretkan sesuai dengan panjangnya.
1 dan 2 Tes; th. 50-51
Surat-surat Paulus yang pertama ditujukan kepada jemaat Kristen di kota Tesalonika. Di musim panah th. 50 Paulus mewartakan Injil di kota itu waktu perjalanannya yang kedua, Kis 17:1-10. Terpaksa oleh permusuhan dari pihak orang-orang Yahudi Paulus pergi ke Berea dam daro sana ke Atena dan Korintus. Di kota terakhir inilah kiranya 1Tes ditulis selama musim dingin th 50-51. Silas dan Timotius menemani Paulus di Korintus. Timotius untuk kedua kalinya pergi ke Tesalonika dan dari situ membawa berita-berita yang menggembirakan. Ini menyebabkan peluapan hati yang terungkap dalam 1Tes 1-3. Kemudian menyusullah dalam surat ini serentetan anjuran praktis, 1Tes 4:1-12; 5:12-28. Di antara kedua bagian itu disisipkan suatu jawaban atas soal tentang nasib orang-orang yang sudah meninggal dan Parusia Kristus, 1Tes 4:13-5:11. Surat 2Tes kiranya ditulis di kota Korintus juga beberapa bulan kemudian. Surat ini berisikan beberapa petunjuk praktis, 1; 2:13-3:15, dan sebuah instruksi lagi mengenai kapan Parusia akan terjadi dan mengenai "tanda-tanda" yang mesti mendahului kedatangan Tuhan, 2:1-12.
Ditinjau dari segi sastra maka antara 2Tes dan 1Tes ada kesamaan yang menyolok, sehingga ada sejumlah ahli yang menganggap 2Tes sebagai pemalsuan oleh seseorang yang mencuri gagasan-gagasan Paulus sementara juga meniru gaya bahasanya. Tetapi sukar sekali melihat mengapa seseorang membuat pemalsuan itu. Keterangan lain lebih sederhana dan lebih masuk akal, yaitu: Paulus sendirilah yang ingin lebih jauh menjelaskan dan meluruskan pengajarannya mengenai akhir zaman, lalu menulis surat ini dnegan mengulangi beberapa keterangan dari surat pertama. Memanglah kedua tulisan itu tidak bertentangan satu sama lain, tetapi malahan saling melengkapi. Dan tradisi Gereja dahulu juga jelas mengatakan bahwa kedua surat itu ditulis oleh Paulus.
Kedua surat ini tidak hanya penting oleh karen sudah memperkenalkan pangkal beberapa pikiran Paulus yang dalam surat-surat lain diperkembangkan, tetapi terutama karena ajarannya mengenai Parusia. Ternyatalah bahwa dalam tahap permulaan karya kerasulanNya pemikiran Sang Rasul berpusatkan kebangkitan Kristus dan kedatanganNya yang mulia yang membawa keselematan bagi mereka yang percaya kepadaNya, biar sudah mati sekalipun, 1Tes 4:13-18. Kedatangan Kristus yang mulia itu dilukiskan Paulus sesuai dengan apa yang lazim dalam sastra apokaliptik Yahudi dan dalam agama Kristen purba (bdk wejangan Yesus tentang akhir zaman yang termuat dalam injil-injil sinoptik, khususnya dalam injil Mat). Sama seperti Yesus demikianpun Paulus ada kalanya menekankan dekatnya kedatangan Tuhan yang tidak mungkin diketahui kapannya dan yang menuntut bahwa orang bersiap-siaga, 1Tes 5:1-11, sehingga memberikan kesan bahwa ia sendiri serta sidang pembacanya akan mengalaminya selama masih hidup, 1Tes 4:17; tetapi ada kalanya iapun mencoba meredakan rasa cemas kaum beriman yang digelisahkan oleh pandangan semacam itu. Maka ia mengingatkan mereka bahwa Hari Tuhan belum juga tiba dan mesti didahului beberapa tanda tertentu, 2Tes 2:1-12. Bagaimana ujud tanda-tanda itu bagi kita maupun bagi para pembaca dahulu tidak jelas. Rupanya Paulus memikirkan Si Antikrist sebagai seorang pribadi yang baru akan tampil pada akhir zaman. Ungkapan "apa yang menahan dia", 2Tes 2:6, menurut sementara ahli mengenai kerajaan Romawi dan menurut sementara ahli lain pewartaan Injil, sehingga maksud keterangan itu tetap kabur juga.
1 dan 2 Kor; th. 57
Selama delapan belas bulan lebih, Kis 18:1-16, mewartakan Injil di Korintus, dari akhir th. 50 sampai pertengahan th. 52, Paulus menulis kedua suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Sesuai dengan kebijaksanaannya yang lazim, ialah menanamkan kepercayaan Kristen di pusat-pusat besar, Paulus ingin menanamkan kepercayaan kepada Kristus di kota pelabuhan ternama yang banyak penduduknya itu juga. Dari situ kepercayaan itu dapat merambat ke seluruh Akhaia, 2Kor 1:1; 9:2. Pada kenyataannya ia berhasil mendirikan sebuah jemaat kuat di sana, terutama di kalangan masyarakat rendahan, 1Kor 1:26-28. Tetapi kota besar itu adalah sebuah sarang kebudayaan Yunani, di mana berhadap-hadapan macam-macam aliran filsafah dan agama, sedangkan kebejatan susila memberinya nama yang buruk. Perjumpaan agama Kristen dengan pusat kekafiran itu tidak dapat tidak menimbulkan banyak persoalan bagi mereka yang baru masuk Kristen. Dalam kedua surat yang dituliskannya kepada jemaat itu, Paulus berusaha memecahkan soal-soal itu.
Bagaimana kedua surat itu lahir sudah cukup jelas, kendati keraguan yang masih ada mengenai beberapa hal kecil. Sebelum surat pertama yang tercantum dalam Kitab Suci telah ada surat yang mendahului, 1Kor 5:9-13. Tetapi surat, yang waktunya ditulis tidak diketahui ini tidak tersimpan. Kemudian, menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (th. 54-57) dalam menjelang akhir dua setengah tahun tinggal di Efesus (54-57) dalam perjalanannya yang ketiga, Kis 19:1-20, datanglah dari Korintus suatu utusan yang menyodorkan beberapa masalah, 1Kor 16:17, dan di samping itu Paulus menerima berita mengenai jemaat di Korintus melalui Apolos, Kis 18:27 dst; 1Kor 16:12, dan beberapa orang dari keluarga Khloe, 1Kor 1:11. Maka Paulus merasa terdorong menulis sepucuk surat lagi, yakni surat 1Kor kita. Ia ditulis sekitar Paskah th. 57 (1Kor 5:7 dst; 16:5-9 dibandingkan dengan Kis 19:21). Selang beberapa waktu muncullah di Korintus semacam krisis dan terpaksa Paulus mengunjungi jemaat sebentar dan kunjungan itu tidak menyenangkan, 2Kor 1:23-2:1; 12:14; 13:1-2. Selama kunjungan itu Paulus berjanji tidak lama lagi akan kembali untuk beberapa lamanya, 2Kor 1:15-16. Tetapi terjadi sesuatu dan rupanya kewibawaan Paulus dalam diri seorang utusannya dirongrong, 2Kor 5:10; 7:12. Maka sebagai pengganti kunjungan yang dijanjikan dahulu itu Paulus mengirim sepucuk surat tajam yang ditulisnya dengan mencucurkan "banyak air mata", 2Kor 2:3 dst, 9. Surat ini membawa hasil yang menyenangkan, 2Kor 7:8-13. Kabar gembira tentang hasil itu diterimanya dari Titus, 2Kor 2:12 dst; 7:5-16 di Makedonia, setelah Paulus terpaksa meninggalkan Efesus akibat krisis hebat di sana, yang tidak kita ketahui ujudnya, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10; Kis 19:23-40. Maka menjelang akhir th. 57 ia menulis 2Kor. Kemudian ia mengadakan perjalanan kiranya melalui Korintus, Kis 20:1 dst; bdk 2Kor 9:5; 12:14; 13:1, 10, menuju Yerusalem, tempat ia ditahan dan dipenjarakan.
Ada yang berpendapat bahwa 2Kor 6:14-7:1 merupakan kepingan dari surat pertama yang hilang itu, dan 2Kor 10-13 bagian dari surat yang ditulis dengan "mencucurkan banyak air mata". Hanya sukar dibuktikan meskipun mesti diakui bahwa bagian-bagian tersebut kurang cocok dengan konteksnya sekarang, 2Kor sesungguhnya melanjutkan 6:13, sementara kesan bahwa 6:14-7:1 berupa sisipan dikuatkan oleh kesamaan menyolok antara bagian ini dengan naskah-naskah kaum Eseni yang ditemukan di Qumran. Dan juga nada keras dalam 2Kor 10-13 kurang sesuai dengan nada ramah yang meresap ke dalam sembilan bab dahulu. Akhirnya 9:1 mengherankan sedikit sesudah apa yang dikatakan dalam bab 8, sehingga orang menduga bahwa aslinya adalah dua surat kecil tersendiri mengenai pengumpulan dana. Dengan demikian tidak dikatakan bahwa bagian-bagian itu tidak berasal dari Paulus. Tetapi sangat mungkin bahwa bagian-bagian tersebut ada macam-macam asal- asulnya. Baru kemudian kiranya dikumpulkan, yakni waktu kumpulan tulisan-tulisan Paulus dibuat.
Surat-surat kepada jemaat di Korintus itu dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1Kor, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak. 1Kor 5:1-13; 6:12-20, perkawinan dan hidup wadat, 7:1-40, pertemuan keagamaan dan perayaan Ekaristi, 11-12, penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (kharismata, 12:1-14:40, maupun sehubungan dengan relasi jemaat dengan dunia luar, seperti naik banding ke pengadilan negeri, 6:1-11, dan memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, 8-10. Kesemuanya itu hanya berupa pemecahan soal suara hati atau pengaturan ibadat, kalau bakat Paulus tidak merobahnya menjadi kesempatan baik untuk mengemukakan pandangan mendalam mengenai kebebasan hidup Kristen, pengudusan tubuh, keunggulan kasih dan persatuan dengan Kristus. Sewaktu terpaksa membala jabatannya sebagai rasul sejati, 2Kor 10:1-13:14, Paulus mengemukakan pikiran-pikiran unggul mengenai karya kerasulan pada umumnya, 2 Kor 8-9, disinari cahaya persatuan antar-jemaat yang diidam-idamkan. Seluruh ulasan mengenai kebangkitan badan, 1Kor 15, berlatar-belakang eskatologi yang menjadi landasannya. Hanya penggambaran apokaliptis seperti terdapat dalam 1Tes dan 2Tes diganti dengan pembahasan yang lebih rasionil, yang dapat membenarkan harapan yang sukar dicernakan orang-orang Yunani itu. Penyesuaian Injil dengan dunia baru yang dimasukinya itu terutama ternyata dalam cara Paulus mempertentangkan kebodohan Salib dengan hikmat Yunani. Kepada orang-orang Korintus yang terpecah- belah menjadi kelompok yang masing-masing membanggakan gurunya serta bakat- bakatnya, Paulus mengingatkan bahwa hanya ada satu Guru saja, ialah Kristus, dan hanya satu Kabar Gembira yaitu: hanya Salib saja yang menyelamatkan; dan itulah hikmat sejati, 1Kor 1:10-4:13. Dengan jalan itu maka terpaksa oleh keadaan dan tanpa meniadakan pandangan akhir zaman, Paulus sampai menekankan hidup Kristen sekarang yang merupakan persekutuan dengan Kristus yang terwujud oleh pengetahuan sejati ialah kepercayaan. Nanti sebagai akibat krisis di Galatia dan sehubungan dengan agama Yahudi Paulus masih lebih memperdalam hidup Kristen sekarang itu.
Gal dan Rom; th 57-58
Adapun surat kepada jemaat-jemaat di Galatia dan surat kepada jemaat di Roma perlu dibicarakan bersama-sama, sebab keduanya mengupas persoalan yang sama. Surat kepada jemaat-jemaat di Galatia berupa tanggapan langsung terhadap keadaan tertentu, sedangkan surat kepada jemaat di Roma berupa sebuah risalah lebih lengkap yang dengan tenang dikarang dan mengatur gagasan-gagasan yang ditimbulkan oleh pertikaian di Galatia itu. Hubungan erat kedua surat itu adalah argumen paling kuat melawan pendapat sementara ahli yang mengemukakan bahwa surat kepada jemaat-jemaat di Galatia itu ditulis pada permulaan karya Paulus, bahkan sebelum konsili Yerusalem dalam th. 49. Menurut pendapat tersebut kunjungan kedua Paulus ke Yerusalem, yang diceritakan dalam Gal 2:1-10, adalah sama dengan kunjungan kedua yang disebut dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang di dalam Kis 11:30 dan 12:25; tetapi berbeda dengan kunjungan ketiga yang dikisahkan Kis 15:2-30 (ini memang cukup berbeda dengan cerita Paulus dalam Gal). Selebihnya rupanya Paulus tidak tahu- menahu tentang keputusan Konsili Yerusalem (Kis 15:20, 29; bdk Gal 2:6), sehingga suratnya kepada jemaat-jemaat di Galatia harus sudah ditulis sebelum Konsili Yerusalem. Untuk menyetujui pendapat itu cukuplah diandaikan bahwa "orang-orang Galatia" itu tidak lain kecuali orang-orang Likaonia dan Pisidia, yang kepadanya Injil diwartakan oleh Paulus sewaktu perjalanannya yang pertama. Pergi-pulangnya Paulus dapat juga menerangkan kedua kunjungan yang kiranya diandaikan dalam Gal 4:13. Namun demikian itu kurang berdasar. Meskipun benar bahwa sejak th. 36-25 seb. Mas. daerah Likaonia dan Pisidia dalam administrasi negara tergabung dengan daerah Galatia, namun dalam bahasa sehari-hari selama abad I Mas. daerah Galatia yang sebenarnya terus disebut demikian. Daerah Galatia terletak lebih ke utara. Khususnya sukar diterima bahwa penduduk Likaonia dan Pisidia dikatakan "orang-orang Galatia", Gal 3:1. Kecuali itu pengandaian yang sukar diterima itu tidak perlu sama sekali. Kunjungan kedua yang disebut dalam Gal 2:1-10, lebih mudah dapat disamkan dengan kunjungan ketiga yang diceritakan dalam Kis 15 (memanglah ada kesamaan yang menyolok juga) dari pada dengan yang kedua, Kis 11:30; 12:25. Kunjungan yang kedua itu nampaknya begitu kurang penting, sehingga didiamkan oleh Paulus dalam argumentasinya (Gal). Dan bahkan boleh jadi bahwa sama sekali tidak ada kunjungan kedua dalam Kis. oleh karena Lukas barangkali menggarap dua sumber berbeda-beda mengenai peristiwa yang sama (bdk Kis, Pengantar dan Kis 11:30+). Maka surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ditulis sesudah Konsili Yerusalem. Memang Paulus tidak berkata-kata tentang keputusan yang diambil Konsili itu, tetapi boleh jadi keputusan itu sesungguhnya diambil kemudian dari itu (bdk Kis 15:1+). Kalau demikian maka mudah juga dipahami sikap Petrus yang ditegur oleh Paulus menurut Gal 2:11-14. Maka orang-orang yang dialamati surat itu benar- benar penduduk daerah "Galatia" yang ditempuh Paulus dalam perjalanannya yang kedua dan yang ketiga, Kis 16:6; 18:23. Boleh jadi surat itu ditulis di kota Efesus, atau barangkali di Makedonia sekitar th. 57.
Tidak lama berselang menyusullah surat kepada jemaat di Roma. Paulus sedang berada di Korintus (musim dingin th. 57/58) dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Yerusalem. Dari sana ia mau singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol, Rom 15:22-32; bdk 1Kor 16:3-6; Kis 19:21; 20:3. Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma dan informasi-informasi yang diperolehnya tentang jemaat itu, boleh jadi mulai orang seperti Akwila, Kis 18:2 tidak lengkap tetapi separuh-separuh saja. Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam surat itu hanya dapat disimpulkan bahwa jemaat itu terdiri dari orang-orang bekas Yahudi dan bekas kafir dan kedua golongan itu condong saling meremehkan. Karena demikian keadaan jemaat di Roma maka Paulus menganggap baik mempersiapkan kunjungannya dengan mengirimkan sepucuk surat melalui diakones Febe, Rom 16:1. Di dalamnya ia mengemukakan pendapatnya bagaimana mesti dipecahkan masalah hubungan antara agama Yahudi dan agama Kristen; pikirannya di bidang itu menjadi masak akibat krisis di Galatia. Dengan maksud tersebut Paulus mengatur dan memungut secara saksama dan dengan halus gagasan-gagasan yang sudah terungkap dalam Gal. Surat Gal ini berupa luapan hati, di mana pembelaan diri, 1:11-2:21, disusul sebuah pembuktian berupa ajaran, 3:1-4:31 dan peringatan-peringatan keras, 5:1 6:18. Sebaliknya, Rom berupa sebuah ulasan teratur, di mana bagian-bagiannya susul- menyusul secara tertib dengan berpedoman beberapa pokok yang terlebih dahulu diperkenalkan, lalu diuraikan.
Sama seperti halnya dengan surat-surat kepada jemaat di Korintus, demikianpun tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh meragukan bahwa Rom ditulis oleh Paulus. Paling-paling orang menanyakan apakah bab 15 dan 16 barangkali kemudian ditambahkan. Terutama bab 16 yang berisikan banyak salam kepada macam-macam orang barangkali aslinya sebuah surat kecil kepada jemaat di Efesus. Tetapi bab 15 tidak dapat dipisahkan dari surat Rom itu, meskipun beberapa naskah menaruh Rom 16:25-27 pada akhri bab 14 sebagai kata penutup. Ada sejumlah ahli yang mempertahankan bahwa juga bab 16 karangan Paulus yang asli. Mereka mencatat bahwa Paulus dapat berkenan dengan banyak saudara dari Roma yang dahulu diusir oleh Kaisar Klaudius, lalu kembali ke Roma. Dan bagi Sang Rasul memang penting menggaris bawahi hubungan dengan jemaat yang belum mengenal Paulus itu. Adapun doksologi dalam 16:25-27 memang mempunyai ciri-ciri khas dalam gaya bahasanya. Tetapi ini tidak cukup untuk menolak keasliannya, walaupun barangkali ditulis kemudian dari Rom.
Sedangkan surat-surat kepada jemaat di Korintus memperlawankan Kristus sebagai Hikmat Allah dengan hikmat dunia yang sia-sia, maka surat-surat kepada jemaat- jemaat di Galatia dan Roma mempertentangkan Kristus sebagai Pembenaran dari Allah dengan pembenaran yang oleh manusia dikirakan dapat diperoleh dengan usahanya sendiri. Di Korintus semangat Yunanilah yang membahayakan pendirian tepat karena terlalu membanggakan akal-budi manusia sendiri. Di Galatia orang- orang ke-Yahudian datang mengatakan bahwa kaum beriman harus bersunat dan menaklukkan diri kepada hukum Taurat, kalau mau diselamatkan. Paulus sekuat tenaga melawan propaganda dan ajaran itu oleh karena berarti mundur selangkah dan menyia-nyiakan karya Kristus, Gal 5:4. Dengan tidak menyangkal nilai tata penyelamatan lama Paulus menentukan batasnya, oleh karena hanya tahap sementara dalam seluruh rencana penyelamatan Allah. Gal 3:23-25. Hukum Musa pada dirinya baik dan suci, Rom 7:12, dan sungguh-sungguh menyatakan kehendak Allah. Tetapi hukum Taurat tidak memberi manusia daya batiniah untuk menepatinya; dengan jalan itu hukum Taurat tidak hanya membuat manusia menjadi sadar akan dosanya dan kebutuhannya akan pertolongan dari Pihak Allah, Gal 3:19-22; Rom 3:20; 7:7-13. Adapun pertolongan yang berupa karunia belaka itu dahulu dijanjikan kepada Abraham sebelum hukum Taurat diberikan, Gal 3:16-18; Rom 4, dan dianugerahkan oleh Yesus Kristus : kematian dan kebangkitanNya sudah menghancurkan kemanusiaan lama yang diracuni dosa Adam dan menciptakan kemanusiaan baru Yesus yang menjadi prototipnya, Rom 5:12-21. Setelah bergabung dengan Kristus melalui kepercayaan dan dijiwai oleh Roh Kudus, maka manusia selanjutnya dengan cuma-cuma menerima pembenaran sejati dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah, Rom 8:1-4. Memanglah kepercayaan manusia harus menjadi nyata dalam pekerjaan, tetapi pekerjaan yang dilaksanakan berkat daya Roh Kudus, Gal 5:22-25; Rom 8:5-13, itu bukan lagi pekerjaan hukum Taurat yang padanya orang-orang Yahudi dengan angkuhnya menaruh kepercayaannya. Pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan oleh semua yang percaya kepada Kristus, meski datang dari kekafiran sekalipun, Gal 3:6-9, 14; Rom 4:11. Maka tata penyelamatan Musa yang bernilai sebagai persiapan sekarang sudah ketinggalan zaman. Orang-orang Yahudi yang mau terus berpegang padanya sesungguhnya menempatkan diri di luar keselamatan yang sebenarnya. Allah mengizinkan mereka menjadi "buta", supaya kaum kafir dapat memperoleh keselamatan. Namun demikian orang-orang Yahudi tidak untuk selama- lamanya kehilangan kepilihannya dahulu, sebab Allah memang setia; ada sementara orang-orang Yahudi, yaitu "sisa kecil" yang dinubuatkan para nabi, sudah sampai percaya: dan nanti yang lain-lainpun akan bertobat, Rom 9-11. Sementara itu semua itu kaum beriman, entah orang-orang Yahudi entah bukan Yahudi, harus menjadi satu karena kasih dan saling menolong, Rom 12:1-15:13. Demikianlah pandangan luas yang sudah dirintis dalam Gal dan dikembangkan dalam Rom. Dan berkat pandangan itulah maka kita mempunyai ulasan yang mengagumkan tentang masa lampau umat manusia yang berdosa, Rom 1:18-3:20, dan tentang pergumulan yang berlangsung dalam diri setiap orang, Rom 7:14-25; tentang keselamatan yang dengan cuma-cuma dikaruniakan, Rom 3:24 dll, daya yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Kristus, Rom 4:24 dst; 5:6-11, yang didalamnya orang turut serta oleh karena iman dan baptisan, Gal 3:26 dst; Rom 6:3-11; penguraian mengenai panggilan bangsa manusia menjadi anak-anak Allah, Gal 4:1-7; Rom 8:14-17, mengenai kasih Allah yang berhikmat, yang adil dan setia dalam menyelenggarakan rencana penyelamatanNya yang terlaksana tahap demi tahap, Rom 3:21-26; 8:31-39. Pandangan akhir zaman tetap tinggal; sebab kita memang diselamatkan dalam pengharapan, Rom 5:1-11; 8:24. Tetapi sama seperti dalam surat-surat kepada jemaat di Korintus, tekanan terletak pada keselamatan yang sudah dimulai sekarang; Roh yang dijanjikan sudah dimiliki sebagai "karunia-sulung, Rom 8:23, sekarang orang-orang Kristen sudah siap hidup dalam Kristus, Rom 6:11, dan Kristus hidup di dalam mereka Gal 2:20.
Dengan demikian maka surat kepada jemaat di Roma menyajikan sebuah sintesa pemikiran teologis Paulus yang mengesankan, sebuah sintesa yang ada di antara yang sangat bagus. Namun demikian sintesa itu bukanlah sintesa sempurna dan lengkap dan bukan pula seluruh ajaran Paulus. Pertikaian yang dilancarkan oleh Luther mengakibatkan bahwa surat Rom ini terlaly diutamakan, hal mana sungguh merugikan, kalau surat-surat lain lain tidak diikut-sertakan sebagai pelengkap, sehingga surat Rom ditempatkan dalam sebuah sintesa yang lebih luas.
Filipi; th. 56-57
Kota Filipi adalah sebuah kota penting di Makedonia dan didiami oleh orang-orang Roma yang merantau. Dalam perjalanannya yang kedua dalam th. 50 Paulus mewartakan Injil di situ, Kis 16:12-40. Selama perjalanannya yang ketiga, Paulus masih dua kali singgah di kota Filipi, yaitu di musim rontok th. 57, Kis 20:1-2, dan sekitar Paskah th. 58, Kis 20:3-6. Kaum beriman yang oleh Paulus direbut bagi Kristus di Filipi menyatakan kasih yang mengharukan hati kepada Rasul mereka dengan mengirimkan bantuan kepadanya di Tesalonika, Flp 4:16, dan kemudian di Korintus 2Kor 11:9. Dengan menulis surat ini kepada jemaat itu Paulus justru bermaksud mengucapkan terima kasih karena bantuan yang diterimanya melalui Epafroditus, utusan jemaat di Filipi, yang membawa sumbangan yang baru, Fil 4:10-20, Paulus yang pada umumnya takut-takut kalau memberi kesan seolah- olah mencari untungnya sendiri, Kis 8:3, dengan rela hati menyambut bantuan dari jemaat Filipi. Dengan jalan itu ia menyatakan menaruh kepercayaan luar biasa kepada jemaat itu.
Waktu menulis surat itu Paulus sedang dalam tahanan, Flp 1:7, 12-17. Lama sekali orang beranggapan bahwa ini penahanan pertama di Roma. Tetapi hubungan yang begitu mudah dan demikian kerap kelihatannya, 2:25-30, antara jemaat Filipi dan Paulus sedang Paulus ditemani Epafroditus, mengherankan, seandainya Paulus sungguh di Roma yang terlalu jauh letaknya. Seandainya Paulus berada di Roma (atau di Kaisarea di Palestina, tempat ia juga pernah ditahan sebagaimana diketahui), maka sukar dipahami bahwa bantuan berupa uang yang dikirim jemaat di Filipi melalui Epafroditus itu merupakan kesempatan pertama yang mereka peroleh untuk menolong Sang Rasul setelah mengamalkan kasihnya waktu perjalanan Paulus yang kedua, 4:10, 16. Sebab memanglah Paulus masih singgah dua kali pada mereka dalam perjalanannya yang ketiga. Hanya lebih mudah dimengerti, kalau Paulus menulis surat itu sebelum kedua kunjungan tersebut. Kiranya Paulus berada di Efesus selama th. 56/57 sementara mengharapkan dapat pergi ke Makedonia sesudah dilepaskan (bdk Flp 1:26; 2:19-24 dan Kis 19:21 dst; 20:1; 1Kor 16:5). Kenyataan bahwa Paulus berkata tentang "Pretorium" (terj.: istana) dalam Flp 1:13 dan tentang "rumah/keluarga Kaisar" (terj.: istana Kaisar) dalam 4:22, tidak perlu menjadi kesulitan. Sebab di kota-kota besar, khususnya di Efesus, ada pasukan pengawal pribadi, sama seperti di Roma sendiri yang mengawal wali negeri. Memanglah kita tahu apa-apa tentang penahanan Paulus di Efesus. Tetapi inipun tak perlu menjadi kesulitan yang tak teratasi. Sebab Lukas hanya menceritakan sedikit saja tentang ketiga tahun Paulus tinggal di kota itu, sedangkan Palus sendiri menyiratkan bahwa di sana menghadapi kesulitan berat, 1Kor 15:32; 2Kor 1:8-10.
Kalau hipotesa tersebut diterima maka Flp perlu dipisahkan dari Kol, Ef, dan Flm dan didekatkan pada "surat-surat besar", khususnya pada 1Kor. Kedua surat ini tidak bertentangan satu sama lai, tetapi sebaliknya sangat berdekatan baik dari segi sastra maupun dari segi ajaran. Hanya Flp kurang berupa ajaran. Ini lebih- lebih berupa peluapan hati, tukar berita dan peringatan terhadap "pekerja- pekerja jahat", yang di mana-mana merongrong karya Sang Rasul, sehingga boleh jadi juga menyerang jemaat terkasih di Filipi; terutama Flp berupa seruan supaya kaum beriman bersatu dalam kerendahan hati. Seruan itulah yang bagi kita menghasilkan 2:6-11 mengenai perendahan Kristus. Boleh jadi madah yang mengharukan hati itu dikutip oleh Paulus atau merupakan ciptaan Paulus sendiri. Tetapi bagaimanapun juga lagu itu memberikan kesaksian yang berharga mengenai kepercayaan umat Kristen pruba akan kepra-adaan ilahi Yesus.
Tidak ada orang yang meragukan bahwa Flp benar-benar dikarang oleh Paulus. Hanya dapat dipersoalkan apakah surat itu barangkali penggabungan beberapa surat kecil yang aslinya tersendiri. Tetapi ini berupa dugaan belaka.
Ef, Kol, Flm; th. 61-63.
Surat kepada jemaat di Efesus, kepada jemaat di Kolose dan kepada Filemon ternyata sebuah kelompok tersendiri. Ketiga karangan itu sangat erat hubungannya; baik Kol 4:9 maupun Flm 12 berkata tentang Onesimus yang mau dikirim Paulus; Tikhikus disebut dalam Kol 4:7 dst dan dalam Ef 6:21 dst; teman- teman Paulus yang sama tampil dalam Kol 4:10-14 dan dalam Flm 23-24; ditinjau dari segi sastra dan dari segi ajaran ada banyak kesamaan antara Ef dan Kol; Paulus masih dipenjara, Flm 1:9 dst; 13, 23; Kol 4:3, 10, 18; Ef 3:1; 4:1; 6:20, dan tentu saja di Roma (antara th. 61 dan 63), dan bukan di Kaisarea atau di Efesus. Kalau di Kaisarea sukar menerangkan bahwa Markus dan Onesimus ada pada Paulus, sedangkan tentang kehadiran Lukas di Efesus bersama Paulus tidak ada berita apapun. Kecuali itu perbedaan gaya bahasa dan kemajuan dalam ajaran mengandaikan jangka waktu cukup lama antara "surat-surat besar" (Kor, Gal, Rom) dan Ef serta Kol. Dalam jangka waktu itu timbullah sebuah krisis. Dari Kolose, di mana Paulus sendiri tidak mewartakan Injil, 1:4; 2:1, datanglah wakilnya Epafras, 1:7, membawa berita yang mengkhawatirkan, Paulus menjadi prihatin dan segera menanggapi berita itu dengan sepucuk surat kepada jemaat di Kolose; surat itu dibawa ke sana oleh Tikhikus. Tetapi reaksinya terhadap bahaya yang baru itu memperdalam pikiran Sang Rasul. Sama seperti Rom dipakai untuk mengatur pikiran- pikiran yang tercetus dalam Gal, demikianpun sekarang Paulus menulis sepucuk surat lain lagi, di sana ia menyusun ajarannya dengan berpedoman sebuah titik pandangan yang dipaksakan kepadanya oleh pertikaian di Kolose. Sintesa yang mengagumkan itu tidak lain kecuali "surat kepada jemaat di Efesus". Hanya judul semacam itu (yang dalam surat sendiri tidak pasti juga, bdk Ef 1:1+) dapat menipu. Paulus sesungguhnya tidak menulis kepada orang-orang Efesus, tempat ia tinggal selama tiga tahun, melainkan kepada kaum berimann pada umumnya, bdk Ef 1:15; 3:2-4, khususnya kepada jemaat-jemaat di lembah-lembah pegunungan Lisia tempat surat itu diedarkan, Kol 4:16.
Sementara ahli pernah menolak keaslian kedua surat tersebut. Tetapi Kol dewasa ini lebih umum diterima sebagai karangan Paulus dan pendapat itu memang cukup berdasar. Gagasan-gagasan utama Paulus terdapat dalam Kol, dan kalau ada juga pikiran-pikiran baru maka halnya mudah dijelaskan dengan menunjuk kepada keadaan baru yang harus dihadapi Paulus. Hal yang sama dapat dikatakan tentang Ef juga, tetapi surat ini tetap sangat diragukan keasliannya. Namun demikian karena surat itu ternyata hasil seorang pemikir yang berbakat maka sukar diterima bahwa dikarang oleh seorang murid Paulus. Sudah barang tentu gaya bahasa Kol dan Ef yang bertutur panjang, ada kalanya berlebih-lebihan, itu berbeda sekali dengan pemikiran pendek, padat dan tegang seperti terdapat dalam surat yang dahulu. Tetapi hal itu cukup dapat diterangkan juga, oleh karena Paulus kini mengamati ufuk baru yang jauh lebih luas. Selebihnya Paulus menggunakan macam-macam gaya bahasa dan dalam 2Kor 9:8-14 atau Rom 3:23-26 dll sudah terdapat contoh-contoh gaya bahasa kontemplatip dan lebih kurang liturgis yang sepenuh-penuhnya berkembang dalam Kol dan Ef. Satu-satunya kesulitan yang sesungguhnya berasal dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari Ef lebih kurang secara harafiah dan ada kalanya secara salah memungut pengungkapan-pengungkapan dari Kol. Hanya Paulus tidak pernah menulis surat-suratnya dengan tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Maka gejala tersebut dapat diterangkan dengan berkata bahwa seorang murid memainkan peranan besar dalam menyusun Ef.
Adapun bahaya yang mengancam di Kolose berasal dari pemikiran berlebih-lebihan berdasarkan pandangan-pandangan Yahudi, Kol 2:16, yang bercampur-baur dengan filsafaf ke-Yunanian. Pemikiran-pemikiran berlebih-lebihan tersebut memberi kepada daya-daya sorgawi yang memimpin jalannya jagat raya sebuah peranan begitu penting sehingga menurunkan kedudukan utama Kristus. Paulus menerima saja adanya daya-daya semacam itu tanpa meragukan kegiatannya; ia bahkan menyamakannya dengan malaikat-malaikat yang terdapat dalam tradisi Yahudi, bdk 2:15. Hanya ia menerimanya untuk menempatkannya di tempatnya yang wajar dalam rencana penyelamatan Allah. Mereka telah berperan sebagai pengantara dan pengurus hukum Taurat. Tetapi kini peranannya sudah habis sama sekali. Dengan menciptakan suatu dunia baru maka Kristus Kirios sendiri menangani pemerintahan dunia semesta. PeninggianNya di sorga sudah menempatkan Kristus di atas daya-daya kosmis yang telah dilucuti kekuasaannya dahulu, 2:15. Memanglah sejak awal penciptaan Kristus sudah menguasai kekuasaan-kekuasaan itu, sebab Dialah Anak dan Gambar Bapa. Tetapi dalam ciptaan baru Kristus menguasai daya-daya itu sebagai Kepalanya dan secara depinitip, oleh karena telah mempersatukan di dalam diriNya segenap "Ple-roma", artinya kepenuhan beradanya, baik beradanya Allah maupun beradanya dunia di dalam Allah, 1:13-20. Oleh karena sudah dibebaskan dari "unsur-unsur dunia" (terj.: roh-roh dunia), 2:8, 20, berkat persatuannya dengan Kepala dan oleh karena mengambil bagian dalam KepenuhannNya, 2:10, maka orang- orang Kristen tidak perlu menaklukkan diri kepada kekuasaan lalim "unsur-unsur dunia" itu dengan menepati macam-macam aturan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak berguna lagi, 2:16-23. Melalui baptisan mereka sudah dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit, 2:11-13 dan menjadi anggota TubuhNya. Dan hidup baru hanya mereka terima dari Kristus yang menjadi Kepala yang menghidupkan, 2:19. Memanglah Paulus tetap menaruh minat utamanya pada keselamatan Kristen, tetapi karena pertikaian itu ia memperluas karya Kristus sampai merangkum seluruh dunia dan jagat raya. Di samping bangsa manusia yang diselamatkan itu seluruh jagat raya yang menjadi latar belakang dan rangka umat manusia dimasukkan Paulus ke dalam karya Kristus. Maka jagat raya secara tak langsung ditempatkan juga di bawah kekuasaan satu-satunya Tuhan, ialah Kristus. Pemikiran semacam itulah mengakibatkan bahwa gagasan "Tubuh Kristus" yang dirintis dahulu, 1Kor 12:12+, diperkembangkan lebih jauh dengan menekankan Kristus sebagai kepala Tubuh-Nya; bahwa karya penyelamatan diperluas sampai merangkum dunia semesta; bahwa pemandangan diperlebar sehingga Kristus terutama dilihat sebagai pemenang sorgawi, sedangkan Gereja sebagai persatuan menyeluruh dibangun menuju Kristus sorgawi; bahwa eskatologi yang sudah terujud lebih ditekankan, bdk Ef 2:6+.
Pemandangan seperti di atas terulang dalam Ef. Tetapi usaha untuk menaruh daya- daya sorgawi yang terlalu dinilai itu pada tempatnya yang wajar sudah menghasilkan buahnya, Ef 1:20-22. Maka perhatian terutama diarahkan kepada Gereja. Ia merupakan Tubuh Kristus yang meluas sampai menjadi Jagat raya baru, Kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, 1:23+. Dalam pemandangan yang paling tinggi yang merupakan puncak segenap karyanya ini Paulus memungut beberapa pikiran dari masa dahulu untuk menempatkannya di dalam sintesa yang dicapainya. Teristimewanya ia memikirkan kembali persoalan yang dibahasnya dalam surat kepada jemaat di Roma, yang berupa puncak dalam tahap pemikirannya dahulu. Ia tidak hanya dengan sepintas lalu meningkatkan pandangannya mengenai keadaan lampau bangsa manusia yang berdosa dan keselamatan yang dengan cuma-cuma dianugerahkan melalui Kristus, 2:1-10, tetapi juga memikirkan kembali masalah hubungan antara bangsa-agama Yahudi dan jemaat Kristen yang dahulu menggelisahkannya, Rom 9-11. Dan kini persoalan itu dilihatnya dengan berlatar belakang eskatologis yang sudah terlaksana: kini kedua kelompok itu nampak baginya sebagai bersatu karena diperdamaikan di dalam satu orang Manusia baru, sehingga bersama-sama di perjalanan menuju Bapa, Ef 2:11-22. Dan justru kenyataan bahwa kaum kafir juga dapat memperoleh keselamatan Israel dalam diri Kristus itu adalah "rahasia khendak Allah", 1:9; 3:3-6, 96:19; Kol 1:27; 2:2; 4:3. Dan mengingat rahasia itulah Paulus pada akhir hidupnya dapat mengemukakan pikiran yang tidak ada tara bandingnya: mengingat Hikmat Allah tak berbatas yang menyatakan diri dalam rahasia itu, 3:9 dst; Kol. 2:3; mengenai kasih Kristus yang tak terselami, yang nampak pula dalam rahasia itu, Ef 3:18 dst; tentang dirinya sendiri, yang terhina di antara para rasul namun oleh Allah dengan cuma-cuma dipilih menjadi pelayan rahasiaNya itu, 1:3-14. Dan akhir- tujuan rahasia itu tidak lain kecuali pernikahan Kristus dengan bangsa yang selamat, ialah Gereja, 5:22-23.
Surat kepada Filemon ditulis pada waktu yang sama dengan ditulisnya Kol dan Ef. Ia dialamatkan kepada seorang Kristen yang oleh Paulus sendiri ditobatkan, ay 9. Di dalam surat kecil itu Paulus memberitahukan bahwa seorang budak bernama Onesimus yang melarikan diri dan oleh Paulus direbut bagi Kristus akan kembali kepada majikannya, ay 10. Dengan tangannya sendiri ay 19, Paulus menulis surat kecil ini yang dengan bagusnya menyoroti kehalusan hati Paulus. Ini juga penting oleh karena memberitakan kepada kita bagaimana Paulus memecahkan masalah perbudakan, Rom 6:15+; meskipun hubungan sosial antara majikan dan budak tetap sama seperti dahulu, namun seorang majikan Kristen dan seorang budak Kristen selanjutnya harus hidup sebagai bersaudara untuk mengabdi Majikan yang sama, ay 16 bdk Kol 3:22-4:1.
1Tim, Tit, 2Tim ; th 65-67
Surat-surat kepada Timotius dan surat kepada Titus sangat berdekatan satu sama lain karena isi, latar belakang historis dan bentuknya. Dua di antaranya rupanya ditulis di Makedonia: yang satu dialamatkan kepada Timotius, yang waktu di Efesus, 1Tim 1:3, di mana Paulus berharap tidak lama lagi dapat bertemu dengannya, 3:14; 4:13, sedangkan yang lain dialamatkan kepada Titus yang oleh Paulus ditinggalkan di pulau Kreta, Tit 1:5. Paulus merencanakan tinggal di Nikopolis ( di Epirus) selama musim dingin dan Titus hendaknya berkumpul dengannya di situ, Tit 3:12. Waktu menulis 2Tim Paulus sedang di penjara di Roma, 1:8, 16 dst; 2:9, setelah singgah di Troas, 4:13 dan Miletus, 4:20. Keadaan Paulus gawat sekali, 4:16, dan ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, 4:6- 8, 18. Ia seorang diri dan mendesak supaya Timotius secepat mungkin datang, 4:9- 16, 21. Meskipun ada kesamaan kecil namun keadaan itu tidak berkesusaian dengan penahanan Paulus di Roma selama th. 61-63 dan tidak pula dengan perjalanan yang mendahuluinya. Ada cukup banyak ahli yang mengambil kesimpulan bahwa ketiga surat itu bukan karangan Paulus, seorang lain mau menjiplak Paulus dan mengkhayalkan catatan-catatan mengenai hal-ihwal Paulus supaya karangan- karangannya nampaknya bersifat historis dan dapat disebar-luaskan dengan nama dan kewibawaan Paulus. Tetapi hipotesa semacam itu tidak perlu sama sekali. Tidak ada bukti satupun bahwa Paulus mati selama penahanannya yang pertama; sebaliknya Kis 28:30 menyarankan bahwa ia dibebaskan. Jadi Paulus dapat mengadakan perjalanan-perjalanan lain lagi, barangkali lebih dahulu di negeri Spanyol sebagaimana ia merencanakannya, Rom 15:24, 28, dan kemudian di sebelah timur, sebagaimana juga direncankan, Flm 22. Mudah saja 1Tim dan Tit ditinggalkan sekitar th. 65 selama suatu perjalanan melalui pulau Kreta, Asia Kecil, Makedonia dan Yunani. Keadaan yang tampil dalam 2Tim adalah situasi penahanan baru yang kali ini berakhir dengan sial. Surat yang merupakan nasehat Paulus ini kiranya ditulis tidak lama sebelum kemartiran Paulus dalam th. 67.
Ketiga surat tersebut dialamatkan kepada dua murid Paulus yang paling setiawan, Kis 16:1+; 2Kor 2:13+. Di dalamnya termuat sejumlah petunjuk bagaimana mengorganisasi jemaat-jemaat Kristen yang oleh Paulus dipercayakan kepada mereka. Itulah sebabnya maka sejak abad XVIII surat-surat itu biasanya disebut "Surat-surat Pastoral (Gembala)." Beberapa ahli berpendapat bahwa surat-surat itu mengandaikan tahap perkembangan dalam tata pemerintahan umat yang baru terjadi sesudah Paulus mati. Tetapi pendapat ini kurang tepat. Sebab surat-surat itu sebenarnya mengandaikan sebuah tahap perkembangan umat yang sangat mungkin sudah tercapai menjelang akhir hidup Paulus. Sebutan "episkopos" (penilik) masih searti dengan sebutan "presbiter" (terj. penatua) Tit 1:5-7, seperti juga dahulu, Kis 20:17 dan 28, sesuai dengan susunan jemaat-jemaat dahulu yang dipimpin oleh sebuah dewan penatua, Tit 1:5+. Belum ada sama sekali seorang "uskup" yang seorang diri menjadi pemimpin tertinggi jemaat. Tokoh semacam itu baru tampil dalam surat-surat Ignasius dari Anthiokia. Hanya perkembangan ke jurusan itu sudah dirintiskan : meskipun beberapa jemaat dipercayakan kepada Timotius dan Titus yang tidak terikat pada satu di antaranya, Tit 1:5, namun kedua wakil Paulus itu memegang kewibawaan rasuli, yang tidak lama lagi harus diserahkan kepada orang-orang lain oleh karena para rasul menghilang. Dan tidak lama kemudian kewibawaan rasuli itu diberi kepada ketua sebuah dewan penatua, dan ketua itu tidak lain kecuali uskup. Tahap peralihan sebagaimana tampil dalam surat-surat pastoral justru menjadi bukti bahwa surat-surat itu benar-benar karangan Paulus. Sebab dengan maksud apa seorang pemalsu dapat mengkhayalkan tahap semacam itu? Perlu diperhatikan juga bahwa "penilik" dan "penatua" itu bukan hanya pengurus harta-benda dan perkara materiil lain, tetapi juga dan terutama bertugas mengajar dan memimpin, 1Tim 3:2, 5; 5:17; Tit 1:7, 9. Dengan demikian maka "penilik" dan "penatua" itu sungguh-sungguh moyang dari uskup dan iman dalam Gereja Katolik sekarang.
Sementara ahli berpendapat bahwa desakan untuk berpegang teguh pada "ajaran sehat", 1Tim 1:10 dll, dan memelihara "depositum fidei" (terj.: apa yang dipercayakan kepadamu), 1Tim 6:20; 2Tim 1:14, tidak layak bagi Paulus, seorang pemikir teologis yang berani dan orisinil. Tetapi keterangan dan desakan semacam itu nampaknya sesuai sekali dengan Sang Rasul yang dekat pada ajalnya dan memperingati pembantu-pembantunya yang masih muda berhubung dengan pemikiran- pemikiran yang membahayakan. Sebab Paulus sudah mengamati bahwa jemaat-jemaat itu ada selara untuk pembaharuan-pembaharuan yang dapat menghancurkan iman, 1Tim 1:19. Dan ini tentu saja bukan ajaran dari gnostik dalam abad II yang mau ditentang oleh seorang pemalsu yang menyamar sebagai Paulus. "Soal-soal yang dicari-cari", 1Tim 6:4, "dongeng-dongeng dan silsilah yang tiada putus- putusnya", 1Tim 1:4, "dongeng-dongeng Yahudi", Tit 1:14 dan "percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat", Tit 3:9, yang bercampur dengan aturan- aturan askese yang keras, 1Tim 4:3, kiranya berasal dari orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani dan suka mencampurkan segala sesuatunya. Paulus terpaksa sudah menghadapi mereka waktu krisis dalam jemaat di Kolose.
Sudah barang tentu bahasa yang dipakai dalam surat-surat ini tidak mempunyai ciri-ciri bahasa Paulus. Gaya bahasanya sangat lancar, berbeda sekali dengan gaya yang berapi-api dan yang kekayaannya melimpah-limpah, seperti yang dipakai oleh Paulus dalam surat-suratnya dahulu. Bahkan perbendaharaan katapun berbeda dengan perbendaharaan kata yang lazim pada Paulu. Ada orang yang berkata, bahwa usia lanjut Paulus dan keadaannya sebagai orang tahanan dapat menjelaskan gejala semacam itu. Tetapi antara Kol, Ef dan Tim, Tit hanya ada jangka waktu paling- paling empat-lima tahun, sedangkan 1Tim dan Tit tidak ditulis dalam penjara. Juga usaha untuk membeda-bedakan dalam surat-surat pastoral beberapa surat-surat kecil baik yang berasal dari Paulus maupun yang bukan karangannya tidak sampai meyakinkan. Dari sebab itu sebaik-baiknya diandaikan bahwa seorang murid-penulis Sang Rasul berperan dalam menyusun surat-surat pastoral, sama seperti halnya dengan Ef. Kepada penulis itu Paulus memberikan kebebasan lebih besar dari yang lazim. Memang Lukas menyertai Paulus, 2Tim 4:11, dan ada orang yang mengira dapat menemukan kesamaan khusus antara gaya bahasa Lukas dan gaya bahasa surat- surat pastoral.
Ibr ; th. 67
Berbeda dengan semua surat lain, surat kepada orang-orang Ibrani sejak dahulu diragukan keasliannya. Bahwasannya surat ini termasuk Kitab Suci jarang dipersoalkan, tetapi dalam Gereja barat sampai akhir abad IV tidak diterima sebagai karangan Paulus, namun bentuk literer surat itu dipersoalkan (Klemens dari Aleksandria, Origenes). Memanglah bahasa dan gaya bahasa surat kepada orang-orang Ibrani adalah murni dan lancar dan pasti bukan bahasa atau gaya bahasa Paulus. Caranya surat ini mengutip dan menggunakan Perjanjian Lama bukanlah cara Paulus. Alamat dan kata pembuka yang lazim dalam surat-surat Paulus tidak ada sama sekali. Ajaran yang termuat dalam karangan itu mempunyai keserupaan dengan ajaran Paulus, tetapi sekaligus ajaran itu cukup asli, sehingga sukar diterima bahwa langsung berasal dari Paulus sendiri. Maka banyak ahli katolik dan bukan katolik dewasa ini sependapat dalam mengakui bahwa surat ini bukan karangan Paulus seperti surat-surat lain adalah karangannya, walaupun secara langsung atau tidak langsung Paulus mempengaruhi Ibr. Dan pengaruh itu begitu rupa sehingga dapat dipertanggung-jawabkan bahwa secara tradisionil surat itu dikelompokkan bersama dengan surat-surat Paulus.
Tetapi perbedaan muncul kalau dipersoalkan siapa sesungguhnya penulis Ibr yang tidak bernama itu. Segala macam nama sudah dikemukakan., misalnya Barnabas, Silas, Aristion, dll. Yang kiranya paling kena ialah Apolos, seorang Yahudi dari Aleksandria, yang kefasihan, semangat kerasulan dan kemahirannya dalam Alkitab dipuji oleh Lukas, Kis 18:24-28. Bakat-bakat itu ternyata tampil jelas dalam surat kepada orang-orang Ibrani; bahasa dan pimikirannya berbau bahasa dan pemikiran Aleksandria (Filo); kefasihannya dalam membela agama Kristen meyakinkan, sedangkan seluruh argumentasinya berdasar penafsiran Perjanjian Lama.
Seperti nama pengarangnya tidak dikenal dengan pasti, demikianpun halnya dengan tempat ditulisnya surat ini dan orang-orang yang dialamati. Rupanya pengarang tinggal di Italia, 13:24, dan menulis suratnya sebelum Bait Allah di Yerusalem dihancurkan (th. 70). Sebab itu ia berkata tentang ibadat dalam Bait Allah seolah-olah sesuatu yang masih terus berlangsung, 8:4 dst, dan ia menasehati pembacanya sehubungan dengan godaan untuk kembali ke ibadat itu. Tentu saja pengarang menekankan bahwa ibadat Musa mempunyai ciri sementara saja, tetapi sama sekali tidak berkata tentang bencana yang terjadi dalam th. 70, meskipun kejadian itu memang sangat mendukung pendapatnya. Selebihnya pengarang pasti menggunakan surat-surat yang ditulis Paulus dalam penjara (Ef, Flp, Kol). Maka surat kepada orang-orang Ibrani boleh diberi bertanggal sesudah th. 63, kiranya sekitar th. 67, kalau orang menerima bahwa apa yang dikatakan tentang krisis yang mendekat, sebagaimana dapat dirasakan dalam seruannya supaya sidang pembaca berpegang teguh pada kepercayaannya, 10:25 dll, mengenai gejala yang mendahului perang Yahudi.
Meskipun judul surat ini, ialah: "Kepada orang-orang Ibrani" baru muncul selama abad II, namun sangat cocok dengan isi karangan itu. Surat ini tidak hanya mengandalkan bahwa para pembaca berkenalan baik dengan Perjanjian Lama, tetapi juga bahwa mereka bekas Yahudi. Oleh karena Ibr begitu menekankan ibadat dan liturgi, maka orang bahkan berpikir kepada bekas imam-imam Yahudi, bdk Kis 6:7. Setelah masuk Kristen imam-imam itu terpaksa meninggalkan kota suci dan mengungsi ke tempat lain, barangkali ke salah satu kota di pantai, misalnya Kaisarea atau Antiokhia. Tetapi pengasingan itu memberati mereka, sehingga dengan rindu mengenangkan ibadat bersemarak yang diselenggarakan oleh kaum Lewi dan yang merekapun melayaninya dahulu. Kepercayaannya yang baru, yang masih kurang kuat dan kurang terdidik, mengecewakan mereka, apa lagi oleh karena terganggu oleh penganiayaan akibat kepercayaan itu. Maka timbullah godaan hebat untuk mengundurkan diri.
Surat kepada orang-orang Ibrani sekuat tenaga berusaha mencegah mereka dari menjadi murtad, 10; 19:39. Untuk mengobarkan semangat kaum buangan yang menjadi lesu dan kendor itu, maka Ibr menyajikan pandangan unggul mengenai hidup Kristen, yang dipikirkan sebagai sebuah ziarah, suatu perjalanan menuju istirahat yang dijanjikan, sebuah perjalanan ke Tanah Air dengan dibimbing oleh Kristus yang melebihi Musa, 3:1-6, dan dengan disinari cahaya iman-kepercayaan yang sudah memimpin para bapa bangsanya, orang-orang Yahudi waktu keluaran dan semua orang suci dari Perjanjian Lama, 3:7-4:11; 11. Dengan imamat lama dan ibadat kaum Lewi yang dirindukan sidang pembaca, si pengarang memperlawankan diri Kristus yang menjadi Imam menurut peraturan Melkisedek dan melebihi imamat Harun,
Ende: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi
dalam perang ...
SURAT PERTAMA RASUL PAULUS KEPADA UMAT KORINTUS
KATA PENGANTAR
Kota Korintus jang termasjhur dalam sedjarah Junani kuno, musna dari bumi dalam perang dengan orang Roma, dalam tahun 146 seb. Kr. Dalam tahun 44 ia dilahirkan kembali oleh kaisar Sesar sebagai suatu kolonisasi Romawi, tempat menampung para bekas pradjurit.
Letaknja pada genting tanah, hanja 8 km lebarnja, jang menghubung Semenandjung Peloponesus dengan daratan Junani, dengan pelabuhan jang baik disebelah-menjebelah genting tanah itu, membuat kota itu mendjadi pusat lalu- lintas Laut-Tengah dan kota dagang jang ramai. Pemerintahan Roma mengangkatnja mendjadi ibu kota propinsi Achaja. Dizaman Paulus penduduknja kira-kira 600.000 orang, sebagian besar terdiri dari orang-orang Romawi dan Junani, tetapi terdapat golongan-golongan dari hampir segala bangsa keliling Laut-Tengah. Golongan Jahudi rupanja sangat besar djuga. Tidak ada penduduk asli, melainkan semua pendatang, sehingga segenap penduduk merupakan suatu tjampuran pelbagai bangsa dan persatuan kemasjarakatan longgar sadja. Tiap-tiap golongan ada agamanja dan memelihara kebudajaannja sendiri.
Susunan sosialpun aneh. Dua pertiga dari penduduk terdiri dari budak-belian atau bekas budak-belian. Rakjat djelata jang lain umumnja miskin pula. Djumlah orang-orang kaja tidak besar.
Kota ini dewasa itu terkenal djuga dimana-mana sebagai jang paling buruk achlaknja dalam segala bidang. Perajaan ibadat kepada Afrodite, dewi agung kota itu, jang tiap-tiap hari dilakukan, setjara resmi bergandengan dengan pertjabulan umum. Dapat dimengerti bahwa Paulus, ketika ia tiba disitu dalam tahun 50 atau 51, lalu dari dekat mengenal kerendahan taraf kesusilaan itu, harapannja akan berhasil disini sangat ketjil. Rupanja perlu Kristus sendiri menabahkannja. Pada suatu malam Tuhan menampakkan diri kepadanja serta berkata: djangan engkau takut-takut; berbitjaralah dan djangan mendiamkan diri; Aku tetap sertamu; tak seorangpun jang akan berhasil berbuat djahat padamu; sebab kaum milikku dikota ini djumlahnja banjak sekali (Kis. Ras. 18:9). Lalu Paulus tinggal kira-kira 18 bulan. Pada golongan Jahudi ia berhasil sedikit sekali, tetapi dari golongan-golongan lain, chususnja dari orang Junani "banjak jang pertjaja dan dipermandikan" (Kis. Ras.18:8). Umat berkembang pesat dan kegiatan serta semangat iman nampak baik sekali. Paulus dibantu oleh Silas dan Timoteus.
Tentang perkundjungan Paulus jang pertama kepada Korintus dan terdirinja umat disitu batjalah Kis. Ras. 18:1-17. Perkembangan umat selandjutnja dan chususnja perkembangan batiniah, kita akan saksikan dalam membatja kedua surat kepada umat itu, jang ditulis 6 dan 7 tahun sesudah umat mulai didirikan.
Sesudah Paulus meninggalkan Korintus, datang disitu seorang bernama Apolos sebagai pengadjar Indjil. Ia seorang Jahudi jang lahir dan dididik di Aleksandria, berpendidikan tinggi, pandai berpidato dan mahir dalam Kitab Kudus. la sudah tahu banjak tentang Kristus dan Indjil, tetapi hanja dipermandikan dengan permandian Joanes Pemandi. Ia tiba di Efesus ketika Paulus tidak ada disitu, tetapi mempeladjari Indjil lebih luas dan dalam pada Priskila dan Akuila, dan dipermandikan disitu. Lalu ia pergi mengadjar ke Korintus. Batja Kis. Ras. 18: 23-28.
Karena kemahirannja dan keindahan gaja bitjaranja, orang-orang Korintus merasa amat tertarik kepadanja. Ia berhasil mejakinkan baik orang Jahudi maupun penduduk-penduduk lain, sampai banjak bertobat.
Sementara itu Paulus memulai perdjalanannja jang ketiga dalam tahun 54. Kira- kira dalam tahun 55 ia sampai ke Efesus dan menetap disitu 2 atau 3 tahun. Apolos pergi bertemu dengan dia disitu, tentu untuk memberi laporan tentang pekerdjaannja dan keadaan umat di Korintus. Dari I Kor. 5:9-13 dapat diduga, bahwa waktu itu Paulus sudah menulis satu surat kepada umat itu, jang tidak tersimpan.
Kemudian, dalam tahun 56 atau permulaan 57, datang suatu utusan dari umat Korintus ke Efesus untuk memperbintjangkan kesulitan-kesulitan dalam umat dan mengantar suatu surat dengan persoalan-persoalan untuk dipetjahkan dengan resmi oleh Paulus. Hal itu mendjadi alasan bagi Paulus untuk menulis surat jang berdjudul "Surat pertama R.P. kepada umat Korintus", singkatnja: I Kor. Surat ini kaja berisi dan penting sekali, karena didalamnja beberapa misteri pokok dibitjarakan setjara luas dan mendalam. Paulus berbitjara sebagai "gembala sedjati" atas nama Kristus kepada umat Kristus, karena tjintanja kepada Kristus dan umat. Djiwa Kristus jang telah mendjadi djiwa Paulus mendjiwai seluruh surat, dan tak boleh tidah mendjiwai tiap pembatja jang berminat.
Surat ini mendjadi pedoman tak ternilai bagi pimpinan Geredja untuk segala abad, dan bagi masing-masing pribadi mendjadi sumber pengetahuan dan pengertian jang mendalam, lagi dorongan untuk menghajati Indjil dalam tjinta murni kepada Allah, Kristus dan sesama manusia. Seperti Paulus didorong oleh tjinta Kristus, demikian pembatja merasa terdorong oleh tjinta Kristus jang hidup dalam Paulus. Tidak mengherankan bahwa umat jang begitu pesat tumbuhnja menundjukkan lagi tjiri-tjiri kekanak-kanakan dan keremadjaan. Tak mungkin matang dalam keseluruhannja dalam kira-kira 5 tahun.
Biarpun Roh Kudus melimpah-limpahkan kurnia-kurnia jang istimewa kepada umat ini, adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil tidak segera meresap dalam-dalam sampai segala tjara berpikir, perasaan dan kebiasaan kafir melenjap sampai dengan akarnja. Kita akan menjaksikan itu dalam membatja surat, dan tentu dengan banjak faedah bagi diri kita sendiri, setjara meluas dan memperdalam pandangan kita, untuk mengetahui bagaimana patut dan dapat kita mewudjudkan tjita-tjita Indjil dengan sempurna.
Tidak perlu kami memaparkan disini hal-hal itu dalam perintjian- perintjiannja.
TFTWMS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) PASAL 7 PENGAJARAN TENTANG PERKAWINAN
Dalam enam pasal pertama 1 Korintus, Paulus membahas perkembangan yang mengganggu di gereja itu yang ia ketahui...
PASAL 7 PENGAJARAN TENTANG PERKAWINAN
Dalam enam pasal pertama 1 Korintus, Paulus membahas perkembangan yang mengganggu di gereja itu yang ia ketahui dari orang-orang yang mengetahui langsung masalah itu. Di antara pelbagai kekhawatiran yang dibahas oleh rasul itu di penghujung pasal 6 adalah sudut pandang bahwa orang harus memenuhi keinginan jasmani. Di antara pelbagai kekhawatiran yang rasul itu singgung di penghujung pasal 6 adalah sudut pandang bahwa orang-orang itu melakukan yang terbaik ketika mereka memuaskan keinginan jasmani. "Jika rasanya baik, lakukalah," adalah slogan yang telah beredar sangat lama sebelum generasi hippy di tahun 1960-an dan 70-an. Selama berabad-abad sekolah-sekolah penting dari filsuf Yunani dan Romawi telah memperdebatkan sudut pandang kaum fatalis bahwa rute menuju kehidupan yang baik adalah dengan memuaskan keinginan. Jika hidup tidak punya bimbingan ilahi, tidak ada akhir yang mulia, apa yang tersisa adalah keinginan. Beberapa orang di Korintus tampaknya sudah mengadaptasi sedikit pemikiran filosofis seperti itu ke arena Kristen. Mereka mengacungkan slogan "Makanan untuk perut dan perut untuk makanan" (6:13), tetapi slogan itu bukan hanya tentang rasa lapar. Slogan itu sedang mengatakan bahwa tidak salah untuk memuaskan nafsu terhadap makanan dan membenarkan pemuasan hasrat seksual dengan cara apa pun yang memungkinkan.
Selain sekolah filsafat pengumbaran di Korintus ada juga sekolah lain yang berpendapat bahwa orang Kristen harus menekan keinginan jasmani. Filosofi pertapa ini juga memiliki sejarah di antara budaya Yunani-Romawi. Asketisme adalah penyangkalan diri untuk kepentingan diri sendiri, bukan untuk kepentingan orang lain. Puasa, misalnya, adalah penyangkalan diri untuk manfaat rohani atau jasmani apa saja yang mungkin dimiliki untuk orang yang berpuasa; umumnya itu bukan bertujuan untuk memberi makan orang yang kelaparan. Demikian pula, beberapa orang di Korintus tampaknya mengadopsi pandangan bahwa penindasan keinginan, terutama keinginan seksual, bermanfaat bagi orang percaya. Selama berabad-abad, beberapa agama telah menetapkan bahwa seks itu sendiri adalah jahat.
Ketika pelbagai pertanyaan tentang isu-isu moral penting muncul, Paulus tidak mau berkompromi. Pencurian atau penghujatan, misalnya, selalu salah; tapi rasul itu membuat jelas bahwa beberapa perilaku harus dilihat dalam konteksnya. Meski kerakusan atau mengikatkan diri dengan pelacur adalah dosa, makan secukupnya adalah perlu dan Allah memberkati ungkapan seksual di dalam perkawinan. Kekhawatiran pasal 6 mengalir secara alami ke dalam pembahasan perkawinan oleh Paulus di dalam pasal 7. Sudah waktunya bagi rasul Paulus untuk berfokus pada mereka yang percaya bahwa menyerahkan tubuh untuk segala macam kesenangan pada dasarnya adalah salah. Singkatnya, ia merespons sebagai berikut: Ungkapan seksual antara suami dan istri disetujui oleh Allah. Itu tidak jahat.
TFTWMS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) PENERAPAN(1 KORINTUS 7)
Pilihan Dan Kebijaksanaan
Mereka yang mencoba untuk memperkecil Alkitab menjadi serangkaian perintah untuk ditaati mungkin t...
PENERAPAN(1 KORINTUS 7)
Pilihan Dan Kebijaksanaan
Mereka yang mencoba untuk memperkecil Alkitab menjadi serangkaian perintah untuk ditaati mungkin tidak nyaman dengan nasihat yang Paulus tawarkan ini. Instruksi rasul itu kepada orang-orang Kristen di Korintus tentang kelayakan perkawinan memiliki pelbagai implikasi yang melampaui konteks langsungnya. Berbagai keadaan dapat meminta orang Kristen untuk bertindak dengan cara yang berbeda-beda. Manusia menghadapi keputusan yang mana "bijaksana" atau "tidak bijaksana," bukan "benar" atau "salah," menggambarkan tindakan yang mereka harus pilih. Dengan mengingat situasi umat Kristen di Korintus, maka laki-laki dan wanita yang tidak kawin adalah bijaksana jika tetap tidak kawin, tapi tidak salah bagi mereka untuk kawin. Dalam hal ini, rasul Paulus tidak menawarkan hukum yang diharapkan cocok dengan setiap situasi.
Orang Kristen butuh hukum. Berbohong, mencuri, atau berzinah adalah salah karena tindakan tersebut melayani diri sendiri. Namun begitu, orang percaya menghadapi jutaan situasi di mana prinsip-prinsip kitab suci berlaku tetapi hukum yang tidak fleksibel tidak berlaku. Orang Kristen di Korintus yang berencana untuk kawin mengalami situasi seperti ini. Nasihat Paulus tentang topik ini menggambarkan bahwa arah tindakan yang diambil bisa benar atau bisa salah, tergantung pada keadaan. Bahkan dengan instruksi Alkitab, orang percaya kadang-kadang perlu saran dari rekan-rekan sesama Kristen, anggota keluarga, dan teman-teman yang terpercaya; tapi saran seperti itu harus jangan pernah mengabaikan apa yang Alkitab katakan. Umat Allah harus menggunakan penilaian terbaik mereka dalam menerapkan ajaran kitab suci kepada kehidupan sehari-hari.
Perkawinan, Komitmen Seumur Hidup
Gagasan bahwa perkawinan harus dibangun di atas cinta romantis antara laki-laki dan wanita adalah cukup baru di panggung dunia. Ketika hamba Ishak kembali dan memperkenalkan Ribka kepada tuannya, Alkitab mengatakan bahwa Ishak "mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya…" (Kej. 24:67). Urutannya adalah: Cinta mengikuti perkawinan. Komitmen muncul lebih dulu; cinta menyusul. Orang memilih untuk mencintai, sebagaimana ia memilih untuk mempertahankan komitmen terhadap pasangannya sepanjang hidupnya. Cinta lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk merawat orang lain daripada yang dilakukan terhadap sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang suami atau istri. Sebaliknya, ketika seorang pria atau wanita menceraikan pasangannya, itu mungkin berkata lebih tentang kapasitasnya untuk mencintai daripada berkata tentang sifat-sifat penuh kasih dari pasangan yang diceraikan. Ketika Paulus menginstruksikan suami mengasihi istri mereka (Efe. 5:25), ia sedang memerintahkan sesuatu yang lebih mendalam daripada daya tarik atau kasmaran.
Berdasarkan definisi, Alkitab memandang perkawinan sebagai komitmen seumur hidup. Komitmen tersebut didasarkan pada tiga bidang. Pertama, dua orang Kristen yang kawin berdiri dengan Allah di pihak mereka. Pada mulanya, Allah berkata, "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging"(Kej. 2:24). Kisah tentang para patriakh adalah juga kisah tentang para matriarkh. Seorang suami dan istri yang mengikuti tuntunan Allah akan saling menghormati dan menangani dengan lembut ketergantungan masing-masing pasangan pada pasangannya; mereka memahami kerentanan yang masing-masing miliki yang dapat disakiti oleh orang yang dicintai.
Kedua, dalam perkawinan dua orang membuat komitmen untuk satu sama lain. Setiap wanita perlu percaya bahwa setidaknya ada satu orang yang benar-benar mengenal dan sangat mencintai dia terlepas dari pelbagai kelemahannya. Setiap laki-laki ingin seseorang mencintai dan menghormati dia tanpa syarat. Komitmen kepada pasangan dalam perkawinan berarti bahwa ia adalah orang yang paling penting di dunia bagi istrinya, atau bahwa ia adalah orang yang paling berharga dalam hidup suaminya.
Ketiga, perkawinan adalah komitmen terhadap masyarakat yang lebih luas di mana orang hidup: keluarga besar, lingkungan, masyarakat, bangsa, dan dunia. Itu adalah komitmen kepada generasi masa lalu dan sekarang. Selanjutnya, itu adalah komitmen di hadapan Allah. Perintah Paulus bahwa pasangan Kristen tidak boleh mengajukan perceraian (7:10, 11) mengandung satu komponen masyarakat. Di seluruh dunia di sepanjang abad, perkawinan sudah menyertakan pernyataan publik. Perkawinan merupakan dasar penting untuk kepemilikan, komitmen, dan kepercayaan karena orang menghormati janji bersama yang di atasnya perkawinan didasarkan. Setiap perkawinan yang gagal dalam takaran tertentu mengancam setiap perkawinan yang ada. Masyarakat memiliki keuntungan dari perkawinan yang sukses.
TFTWMS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Cinta, Kehormatan, Dan Penghargaan (1 Korintus 7:1-24)
Selama dua ribu tahun terakhir, ajaran Alkitab tidak berubah. Dunia, di sisi lain, telah berub...
Cinta, Kehormatan, Dan Penghargaan (1 Korintus 7:1-24)
Selama dua ribu tahun terakhir, ajaran Alkitab tidak berubah. Dunia, di sisi lain, telah berubah banyak. Adat istiadat sosial, cara orang mencari nafkah, membesarkan anak, dan kebiasaan keluarga telah berubah. Ajaran Alkitab adalah sama, tetapi bagian-bagian tertentu dari ajaran Alkitab yang perlu penekanan bervariasi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Salah satu tugas dari guru-guru Kristen adalah menarik dari Alkitab bagian-bagian dari pesannya yang membahas pelbagai kebutuhan rohani dari generasi sekarang ini. Ini adalah tugas yang rumit.
Ajaran Alkitab apakah yang paling dibutuhkan oleh generasi sekarang? Banyak orang percaya yang berpengetahuan dan saleh mengatakan bahwa kebutuhan rohani yang paling mendesak untuk generasi ini adalah masalah perkawinan, rumah tangga, dan keluarga. Pada mulanya Allah menciptakan seorang laki-laki dan seorang wanita untuk menjadi pasangan seumur hidup. Itulah cara yang seharusnya, tapi orang-orang yang paling saleh menyadari bahwa pengaruh Alkitab pada perilaku seksual di dunia saat ini berada di suatu tempat antara sedikit dan tidak ada. Ketika kaum laki-laki dan kaum wanita menolak perkawinan, atau ketika janji perkawinan dengan gampangnya dihancurkan, pelbagai akibatnya menyebar ke seluruh spektrum kehidupan.
Jika pelbagai akibat atas kegagalan perkawinan ditanggung hanya oleh mereka yang telah merusak komitmen mereka, kita mungkin menyimpulkan bahwa orang-orang itu mendapat apa yang layak mereka peroleh. Yang seperti itu jarang terjadi. Ketika perkawinan gagal, banyak dari akibatnya jatuh tepat pada orang yang tidak bersalah, pada anak-anak.
Krisis perkawinan tidak hanya terbatas pada kota-kota besar atau tempat yang jauh. Kurang dari setengah dari anak-anak di kelas empat biasa yang hidup dalam masyarakat pedesaan Amerika hidup dengan ayah dan ibu biologis mereka. Statistik itu menakutkan. Anak-anak yang tinggal terpisah dari orang tua biologis lebih mungkin untuk putus sekolah; tumbuh dalam kemiskinan; menjadi orang tua tanpa menikah; berpaling kepada obat-obatan, kejahatan, dan alkohol. Ketika kepuasan seks merupakan bagian dari cara hidup tanpa ikatan, pelbagai akibatnya dirasakan di seluruh masyarakat.
Para Sosiolog telah mengumpulkan banyak sekali statistik. Menurut angka-angka ini, ketika rumah tangga tidak stabil, kematian yang tidak disengaja meningkat; kebangkrutan lebih sering terjadi; kemiskinan, pembunuhan, kekerasan, dan pencurian berlimpah. Berapa banyakkah perkawinan yang stabil dapat dipertahankan dalam lingkungan yang penuh kejahatan? Ketika komitmen terhadap perkawinan menjadi rendah, nilai nyawa manusia juga adalah murah. Kita dapat memastikan bahwa ada korelasi antara cara hidup tanpa ikatan, seks bebas, dan tingkat aborsi.
Orang Kristen suka menipu diri sendiri. Orang-orang percaya ingin mengira bahwa, sementara rumah tangga di seluruh dunia Barat berantakan, maka gereja adalah tempat berlindung bagi perkawinan yang stabil. Statistik mengatakan sebaliknya. Tingkat perceraian di kalangan umat Kristen konservatif, kata mereka, adalah hampir sama dengan populasi umum.
Apakah yang kita harus lakukan? Bagaimanakah pesan Kristen menangani krisis itu? Ajaran Alkitab apakah yang perlu penekanan? Pertama, jika kita harus mengajarkan apa yang Alkitab ajarkan, itu perlu dikatakan dengan tegas bahwa perkawinan adalah komitmen seumur hidup. Menghancurkan perkawinan adalah dosa. Kata-kata Paulus adalah jelas:
Kepada orang-orang yang telah kawin aku--tidak, bukan aku, tetapi Tuhan— perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya (7:10, 11).
Apakah cinta sejati dimulai dengan kegilaan seorang wanita muda dan seorang pemuda yang mengalami kesulitan dalam memisahkan hormon dari kekaguman? Sebenarnya, cinta sejati dimulai ketika mereka berdiri bersama di hadapan seorang pengkhotbah dan mengulangi sumpah mereka. Perkawinan, menurut pandangan ini, adalah awal cinta sejati. Robert Louis Stevenson dengan baiknya mengatakan:
Jatuh cinta dan memenangkan cinta seringkali merupakan tugas yang sulit bagi jiwa yang sombong dan memberontak; tapi menjaga cinta adalah urusan yang penting juga, yang kepadanya suami dan istri harus membawa kebaikan dan niat baik. Kisah cinta sejati dimulai di altar, ketika di sana di hadapan pasangan yang menikah terdapat kontes kebijaksanaan dan kemurahan hati yang paling indah.…23Altar bukanlah puncak cinta sejati; itu adalah awalnya. Cinta sejati adalah karunia Allah bagi orang yang bijaksana, yang tidak egois, dan dewasa.
Catatan-catatan injil menegaskan bahwa ajaran Paulus adalah sama dengan ajaran Tuhan. Orang percaya tidak perlu ragu. Yesus mengajarkan keabadian komitmen yang dibuat oleh suami dan istri:
Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Mrk. 10:6-9).
Banyak pertanyaan muncul. Bagaimana jika seorang suami menganiaya istrinya? Bagaimana jika salah satu pasangan berselingkuh? Dalam beberapa kasus, hal terbaik untuk dilakukan oleh pasangan yang dianiaya adalah mungkin dengan meninggalkan pasangan hidupnya; tetapi Paulus mengatakan bahwa dalam kasus itu suami atau istri itu harus tetap tidak boleh kawin lagi. Pertimbangan itu dapat menyebabkan beberapa orang berpikir ulang untuk mengakhiri perkawinan yang sepertinya merupakan pilihan mudah. Yang pasti adalah ini: Orang-orang yang mengakhiri perkawinan karena salah satu atau keduanya ingin kawin lagi dengan orang lain adalah dosa terhadap Allah. Setiap pasangan dalam perkawinan sudah membuat pilihan untuk mengikatkan dirinya kepada pasangannya. Paulus akan memberikan nasihat ini: Buatlah perkawinan Anda berhasil. Jika Kristus adalah Tuhan Anda, jika Anda peduli terhadap mereka yang mencintai dan mendukung Anda, jika sumpah yang Anda telah buat atau akan buat adalah penting bagi Anda, maka berikanlah setiap tetes energi yang Anda miliki untuk membangun perkawinan yang kuat.
Orang Kristen berdoa semoga hari itu akan datang ketika dunia melihat gereja-gereja Kristus dan berkata, "Apakah sumber kebijaksanaan orang-orang ini? Apakah sumber kebahagiaan rumah tangga mereka? Mengapakah anak-anak mereka tumbuh dan pada gilirannya memiliki rumah tangga yang bahagia?" Seorang pengamat akan menjawab, "Orang-orang ini lebih dulu menghormati Allah, dan kemudian mereka menghormati satu sama lain. Perkawinan mereka dan rumah tangga mereka adalah prioritas." Allah adalah sumber perkawinan. Ia telah menyediakan perkawinan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan ciptaan-Nya. Laki-laki dan perempuan yang ingin menikmati berkat-berkat kehidupan secara penuh dapat menikmatinya. Saran Paulus adalah ini: Carilah untuk dirimu sendiri seorang suami yang baik atau istri yang baik. Dampingilah dia. Dukung dan cintailah dia.
Penyebab perkawinan yang menyengsarakan tidak sulit diidentifikasi. Beberapa pasangan mencoba untuk menempatkan semua tanggung jawab pada pasangannya, dengan masing-masing pasangan berpikir bahwa pasangannya bertanggung jawab untuk membahagiakan dia. Salah satu atau keduanya bisa jadi sering mengeluh, mencari-cari kesalahan, atau memikirkan segala hal yang ia tidak miliki dalam hidupnya. Tindakan dan sikap seperti itu dijamin menimbulkan ketidakbahagiaan.
Mereka yang mencari formula ajaib untuk perkawinan yang berhasil kemungkinan besar tidak akan menemukannya. Kebajikan yang menuntun orang-orang dalam hubungan yang kurang intim adalah kebajikan yang sama yang berhasil di dalam rumah tangga. Pertimbangan, perhatian, dan kesopanan bukan hanya untuk pergaulan; sifat-sifat itu dapat juga membantu untuk membuat perkawinan yang baik. Panduan terbaik Alkitab bagi mereka yang menginginkan perkawinan yang baik dan semua berkat yang ditimbul-kannya adalah Efesus 4:31, 32:
Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
TFTWMS: 1 Korintus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Para penerjemah Alkitab NIV yang dicetak pada tahun 1984 rupanya memahami frasa di 7:1 sebagai awal peringatan Paulus bahwa "...
Catatan Akhir:
- 1 Para penerjemah Alkitab NIV yang dicetak pada tahun 1984 rupanya memahami frasa di 7:1 sebagai awal peringatan Paulus bahwa "waktu darurat sekarang" yang disebutkan dalam 7:26 membuat perkawinan tidak dianjurkan, bahkan jika itu tidak melanggar hukum. Versi itu tidak memiliki tanda kutip dalam 7:1. Namun begitu, dalam edisi yang diperbarui (2011) NIV tidak memasukkan tanda kutip di sana. Frasa dalam 6:12, 13 dan 7:1, karena mereka diikuti oleh beberapa kualifikasi, menunjukkan bahwa Paulus memang sedang mengutip pelbagai pernyataan yang dikenal baik oleh pembacanya.
- 2 Richard B. Hays, The Moral Vision of the New Testament: Community, Cross, New Creation (San Francisco: Harper-SanFrancisco, 1996), 50.
- 3 Wayne A. Meeks, The First Urban Christians: The Social World of the Apostle Paul, 2nd ed. (New Haven, Conn.: Yale University Press, 2003), 100-1.
- 4 F. F. Bruce, Paul: Apostle of the Heart Set Free (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 267.
- 5 Ciri lainnya adalah kasih ( aÓga¿ph, agapē).
- 6 David E. Garland, 1 Corinthians, Baker Exegetical Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Academic, 2003), 295n.
- 7 Anthony C. Thiselton, The First Epistle to the Corinthians: A Commentary on the Greek Text (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 2000), 527.
- 8 J. Carl Laney, "Paul and the Permanence of Marriage in 1 Corinthians 7," Journal of the Evangelical Theological Society 25 (September 1982): 287.
- 9 Celsus menuduh guru-guru Kristen meracuni pikiran anak-anak dan "perempuan-perempuan bodoh" (Origen Against Celsus 3,55).
- 10 Identitas lawan-lawan Paulus dalam 2 Korintus telah menjadi subjek diskusi yang hangat. Kata-kata rasul itu dalam 2 Korintus 3:14-16 kemungkinan besar menunjukkan bahwa kontroversi tentang menjalankan hukum Taurat berkembang belakangan di Korintus.
- 11 Kata "gimnasium" menemukan asal-usulnya dalam kata Yunani gumno֧ (gumnos), yang berarti "telanjang."
- 12 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3rd ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 380.
- 13 Lihat 1 Maccabees 1:15; Josephus Antiquities 12.5.1 [12.241].
- 14 Garland meneliti sudut pandang bahwa Paulus mendesak para budak untuk jangan mencari kebebasan mereka. Ia menyatakan bahwa kasus yang masuk akal dapat dibuat untuk penafsiran itu, tetapi pada akhirnya ia menolaknya. (Garland, 308-10.)
- 15 Cato Agriculture 2.7.
- 16 Seorang orator di penghujung abad pertama, Dio Chrysostom, mengatakan bahwa "sejumlah besar" orang menjual diri mereka sebagai budak (Dio Chrysostom Discourses 15,23). Namun begitu, kecenderungan orator itu dalam memperindah fakta-fakta demi retorika harus pula dipertimbangkan.
- 17 Di beberapa kalangan moralis baik pagan dan Kristen mula-mula menghargai keperawanan, atau lebih sering berpantang seks, baik bagi pria dan wanita. Namun begitu, hal itu tidak ada hubungannya dengan fakta bahwa penggunaan biasa kata "gadis" umumnya mengacu kepada seorang perempuan. (Margaret A. Schatkin, "Virgins," in Encyclopedia of Early Christianity , ed. Everett Ferguson [New York: Garland Publishing, 1990], 930-32.)
- 18 Leon Morris memiliki pandangan yang berbeda tentang nas ini yang layak diperhatikan: "Singkat adalah perfect participle: 'waktunya telah dipersingkat'. Banyak orang melihat acuan kepada kedatangan kedua. Ini mungkin benar, namun meski ia sering mengacukan kedatangan Tuhan, Paulus tidak pernah di tempat lain memberikan nasihat semacam ini yang berkaitan dengan hal itu. Pada surat-suratnya yang di awal dan yang belakangan ia menggunakan kedatangan kedua untuk menginspirasi orang untuk hidup dengan tak bercela (misalnya 1 Tes. 5:1-11; Fil. 1:9-11). Catatan tentang krisis saat ini, yang ditandai di sini, tidak ada. Mereka yang melihat kedatangan kedua di sini sepertinya tidak pernah menghadapi pertanyaan tentang mengapa generasi terakhir harus hidup secara berbeda dari generasi-generasi lainnya. Kita semua menghadapi penghakiman yang sama.… Sungguh sangat baik dapat melihat acuan kepada keadaan yang berlaku di Korintus ('darurat' ayat 26). Kulminasinya secara jelas tidak jauh lagi; dalam periode bermasalah ini berbagai jenis perilaku harus diubah" (Leon Morris, The First Epistle of Paul to the Corinthians, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries [Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985], 113-14).
- 19 Richard E. Oster, Jr., 1 Corinthians, The College Press NIV Commentary (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1995), 180-81.
- 20 Discourses 3.22.71-72.
- 21 Pertanyaan-pertanyaan itu diperparah dengan beberapa variasi teks, tapi pembahasan atas hal-hal ini adalah di luar lingkup pelajaran ini.
- 22 Bauer, 188.
- 23 Robert Louis Stevenson, "El Dorado," in The Works of Robert Louis Stevenson, vol. 6, Memories and Portraits (New York: Davos Press, 1906), 235-36.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2017 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas
persoalan-p
SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
PENGANTAR
Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk membahas persoalan-persoalan yang timbul di dalam jemaat yang telah didirikan oleh Paulus di Korintus itu. Persoalan-persoalan tersebut adalah mengenai kehidupan dan kepercayaan Kristen. Pada waktu itu Korintus adalah sebuah kota Yunani, ibukota provinsi Akhaya yang termasuk wilayah pemerintahan Roma. Kota ini, yang penduduknya terdiri dari banyak macam bangsa, terkenal karena kemajuannya dalam perdagangan, kebudayaannya yang tinggi, tetapi juga karena keadaan susilanya yang rendah dan karena adanya bermacam-macam agama di situ.
Yang terutama menjadi pikiran Rasul Paulus ialah persoalan tentang perpecahan dan kebejatan di dalam jemaat, dan tentang persoalan-persoalan seks dan perkawinan, persoalan hati nurani, tata tertib dalam jemaat, karunia-karunia Roh Allah, dan tentang bangkitnya orang mati. Dengan pandangan yang dalam, Paulus menunjukkan bagaimana Kabar Baik dari Allah itu menyoroti persoalan-persoalan tersebut.
Pasal 13 (1Kor 13:1-13) melukiskan ciri-ciri kasih yang sejati. Pasal ini mungkin merupakan pasal yang paling terkenal di antara semua pasal lainnya di buku ini.
Isi
- Pendahuluan
1Kor 1:1-9 - Keretakan dalam gereja
1Kor 1:10-4:21 - Soal seks dan kehidupan keluarga
1Kor 5:1-7:40 - Orang Kristen dan orang yang tidak menyembah Allah
1Kor 8:1-11:1 - Kehidupan jemaat dan ibadah
1Kor 11:2-14:40 - Perihal bangkitnya Kristus dan orang-orang Kristen dari kematian
1Kor 15:1-58 - Sumbangan untuk orang-orang Kristen di Yudea
1Kor 16:1-4 - Hal-hal pribadi dan penutup
1Kor 16:5-24
Ajaran: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus,
dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Pen
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus, dan melakukannya di dalam kehidupan mereka.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 56 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen di kota Korintus. (Dan juga orang-orang Kristen di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab I Korintus terbagi atas 16 pasal. Di dalamnya kita dapat melihat ajaran tentang cara-cara kehidupan anggota gereja.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Korintus
Pasal 1-4 (1Kor 1:1-4:21).
Pengajaran tentang kenyataan bahwa setiap orang Kristen hanyalah milik Tuhan Yesus
Dalam bagian ini Rasul Paulus menegur orang-orang Kristen karena adanya perpecahan dan iri hati atau pertengkaran.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 1:10. _Tanyakan_: Apakah sebabnya terjadi perpecahan di antara jemaat Korintus? Dan apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang perpecahan itu?
- Bacalah pasal 1Kor 3:3. _Tanyakan_: Apakah yang menunjukkan seseorang masih hidup secara duniawi?
- Bacalah pasal 1Kor 4:6. _Tanyakan_: Apakah yang dikatakan Rasul Paulus tentang kesombongan?
Pasal 5-6 (1Kor 5:1-6:20).
Pengajaran tentang kehidupan moral di dalam jemaat
Di dalam bagian ini, Rasul Paulus menjelaskan persoalan yang timbul dalam jemaat karena percabulan dan mencari keadilan pada orang-orang yang tidak beriman.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 5:11-13. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan Allah kepada orang Kristen?
- Bacalah pasal 1Kor 6:6-11. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah?
- Bacalah pasal 1Kor 6:12-20. _Tanyakan_: Mengapakah Rasul Paulus melarang percabulan? Siapakah yang empunya tubuh orang Kristen?
Pasal 7-16 (1Kor 7:1-16:24).
Pengajaran tentang kemerdekaan orang Kristen dan kehidupan dalam ibadah
Di bagian ini, Rasul Paulus menjawab pertanyaan dari jemaat tentang kemerdekaan orang Kristen, sikap dalam kebaktian dan mengenai karunia-karunia Roh, juga tentang kebangkitan orang-orang percaya.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Kor 7:8-13. _Tanyakan_: Bagaimanakah perintah Allah tentang pernikahan? Mengapakah orang Kristen tidak boleh bercerai?
- Bacalah pasal 1Kor 8:8-9. _Tanyakan_: "Apakah makanan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah?"
- Bacalah pasal 1Kor 15:12-19. _Tanyakan_: Mengapakah pengakuan akan kebangkitan orang percaya itu penting?
- Bacalah pasal 1Kor 15:57-58. _Tanyakan_: Apakah jerih payah dalam melayani Tuhan Yesus itu sia-sia?
II. Kesimpulan
Melalui Kitab I Korintus, Allah mengajarkan arti kehidupan menjadi murid Tuhan Yesus dan bagaimana kehidupan sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan (orang Kristen).
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Kitab I Korintus?
- Apakah tujuan Kitab I Korintus?
- Apakah arti kebangkitan orang percaya dalam iman Kristen?
- Bagaimanakah seharusnya kehidupan orang yang sudah diselamatkan?
Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya y
Surat kepada gereja yang terpecah belah
BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.
Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya yang kedua (Kis. 18:1). Sejumlah orang Yahudi, termasuk Krispus yang menjadi kepala rumah ibadat, dan banyak orang bukan Yahudi menjadi Kristen. Paulus memulai sebuah sekolah Alkitab untuk mereka, yang letaknya strategis dan mencolok karena berdampingan dengan rumah ibadat (Kis. 18:1-18). Ia tinggal di sana selama delapan belas bulan dan digantikan oleh Apolos sebagai guru Alkitab.
BAGAIMANA BERITA TENTANG GEREJA DI KORINTUS SAMPAI KEPADA PAULUS.
Paulus sedang berada di suatu tempat di Asia (1 Kor. 16:19), mungkin di Efesus (16:8), pada akhir masa perjalanan misionarisnya yang kedua, ketika Stefanus dan dua orang kawannya datang dengan membawa sepucuk surat dari jemaat di Korintus (16:17 dan 7:1).
SEBUAH GEREJA YANG TERPECAH BELAH.
1. Mereka terpecah karena soal kepemimpinan (1:12).
2. Mereka terpecah karena standar moral (5:1-8).
3. Mereka terpecah karena kasus pendakwa dan terdakwa (6:1-8).
4. Mereka terpecah karena kasus orang Kristen yang lemah dan yang kuat (8:7-12).
5. Mereka terpecah antara yang kaya dan yang miskin (11:17-22).
6. Bahkan karunia Roh menjadikan mereka terpecah belah (12:12-26 ).
EMPAT PUCUK SURAT UNTUK JEMAAT KORINTUS?
Rupanya Paulus menulis empat pucuk surat kepada jemaat di Korintus: kita hanya memiliki surat kedua dan yang terakhir.
1. Surat pertama disebut dalam 5:9; "Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu". Akan tetapi tidak ada lagi yang dapat kita ketahui mengenai surat itu.
2. Suratnya yang kedua adalah Surat I Korintus kita ini.
3. Surat yang ketiga tampaknya disebut-sebut dalam I I Korintus 2:3, 4 dan seringkali disebut "surat yang sangat menyedihkan". Surat ini boleh jadi I Korintus, tetapi surat itu tidak benar-benar cocok dengan apa yang disebut oleh Paulus sebagai "surat yang sangat menyedihkan".
4. Surat yang keempat adalah Surat 11 Korintus.
PERTANYAAN-PERTANYAAN ANDA TERJAWAB.
I Korintus sangat besar nilainya, karena surat itu menjawab banyak pertanyaan yang banyak ditanyakan dewasa ini:
o Bagaimana sikap yang benar terhadap para pemimpin kita?
o Di mana letak pendidikan dalam kehidupan Kristen?
o Bagaimana tentang disiplin gerejawi?
o Bolehkah Kristen membawa Kristen lain ke pengadilan?
o Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap agama-agama lain?
o Apa yang dimaksud dengan kebebasan?
o Bolehkah wanita berdoa di gereja?
o Apa karunia-karunia Roh itu?
o Karunia Roh mana yang paling penting?
o Apa yang terjadi setelah kematian?
Mempelajari surat ini dengan saksama akan mengungkapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dan banyak pertanyaan lainnya.
Pesan
Surat ini disusun bagaikan elips dengan dua "titik pusat",bukannya satu.1. Skandal gereja yang terpecah (pasal 1-4) Gereja terpecah ke dalam empat
golongan dengan "nama" yang berbeda-beda:
o Saya golongan Paulus
o Saya golongan Petrus
o Saya golongan Apolos
o Saya golongan Kristus
Bagian mengenai kelemahan dalam pasal 1 mungkin ditujukan kepada apa yang
dikatakan oleh para pengritik tentang Paulus (lihat 2Kor 10:10)
dan bagian tentang hikmat dalam pasal yang sama mungkin ditujukan kepada Apolos
dan pendidikannya (Kis. Kis 18:24). Paulus menggunakan lima sebutan
yang mencolok bagi dirinya dan para pemimpin gereja lainnya untuk menunjukkan
bagaimana seharusnya sikap kita:
o Sebagai pelayan (diakonia). 1Ko 3:5
o Sebagai kawan sekerja. 1Ko 3:9
o Sebagai ahli bangunan. 1Ko 3:10
o Sebagai hamba, pembantu. 1Ko 4:1
o Sebagai orang yang dipercaya. 1Ko 4:1
2. Kebingungan mengenai kebebasan (pasal 8-10)
o Orang Kristen 'yang kuat' berpendapat bahwa mereka bebas memakan makanan dalam
rumah-rumah berhala di Korintus, sekalipun orang Kristen 'yang lemah'
dibingungkan dan dilemahkan oleh perbuatan mereka.
o Wanita-wanita 'yang bebas' merasa boleh menanggalkan kerudung walaupun
sebagian pria Kristen tradisional berpikir bahwa mereka terlalu maju.
Paulus memarahi hal-hal tersebut. Ia mengambil contoh sederhana: haknya untuk
menerima upah bagi pekerjaannya sebagai seorang pengkhotbah.
Ia membuat tujuh argumentasi yang mendukung prinsip membayar pengkhotbah:
o Contoh dari para rasul. 1Ko 9:5
o Ilustrasi tentang seorang prajurit. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang tukang kebun. 1Ko 9:7
o Ilustrasi tentang seorang gembala. 1Ko 9:7
o Ajaran hukum Taurat. 1Ko 9:8
o Contoh dari para imam di Bait Allah. 1Ko 9:13
o Pengajaran dari Yesus sendiri. 1Ko 9:14
Dan setelah membuktikan haknya atas upah, ia menolak untuk dibayar
(1Ko 9:15). Maksudnya jelas: Walau aku mempunyai hak, tidak berarti
bahwa aku harus menggunakannya.
Dan inilah prinsipnya: 'Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku
menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak
mungkin orang'. (1Ko 9:19)
Penerapan
1. Kepandaian manusia pasti bertentangan dengan hikmat Allah.
2. Orang Kristen yang mengidolakan pemimpin mereka:
o memecah belah gereja o menipu pemimpin mereka o meremehkan Allah
3. Disiplin gereja, yang kini banyak dilupakan:
o memulihkan para pemberontak o memperingatkan mereka yang tidak mantap o menjadi saksi bagi dunia o memuliakan Allah
4. Orang Kristen dibebaskan:
o bukan untuk menyenangkan diri sendiri o tetapi supaya dapat melayani Allah o dan dapat memenangkan orang lain
5. Kebangkitan merupakan hakikat kekristenan.
o kebangkitan BUKAN sebagai pilihan tambahan
Tema-tema Kunci
o Bacalah dengan saksama 1Ko 1:17 sampai 1Ko 2:13, dancatatlah hal-hal yang berhubungan dengan hikmat, kuasa, kebodohan atau
kelemahan. Paulus menggunakan masing-masing ini dalam dua cara: sebagaimana
dilihat oleh manusia dan sebagaimana Allah melihatnya. Coba jelaskan semua
pokok ini.
o Dalam pasal 5 dan 6 Paulus mulai mengajukan tujuh pertanyaan dengan 'Tidak tahukah kamu?':
- sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan. 1Ko 5:6
- orang kudus akan menghakimi dunia. 1Ko 6:2
- kita akan menghakimi malaikat-malaikat. 1Ko 6:3
- orang-orang yang tidak benar tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 1Ko 6:9
- tubuhmu adalah anggota Kristus. 1Ko 6:15
- siapa yang mengikatkan dirinya dengan pelacur, menjadi satu tubuh dengan dia. 1Ko 6:16
- tubuhmu adalah bait Roh Kudus. 1Ko 6:19
Atas dasar apa Paulus berharap agar orang Kristen di Korintus mengetahui
ketujuh prinsip ini? Jika kita tahu ketujuh prinsip ini, apa pengaruhnya atas
tingkah laku kita?
o Empat dasar injil. Dalam 1Ko 15:3-5 Paulus mempersingkat Injil menjadi empat dasar pengajaran.
1. Kristus mati untuk dosa-dosa kita sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
2. Ia dikuburkan.
3. Ia dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci.
4. Ia menampakkan diri...
Selidikilah dalam seluruh Perjanjian Lama dan tunjukkan bahwa Kristus mati
untuk dosa-dosa kita sesuai dengan kitab suci dan bahwa Kristus dibangkitkan
pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci.
o Pasal 15 mengenai kebangkitan. Apa konsekuensi dari kepercayaan yang tidak
mengakui adanya kebangkitan (ayat 12-19)?
Perhatikan tiga pasangan yang mencolok yang ditunjukkan oleh Paulus dalam ayat
45-49:
1. Adam pertama dan Adam terakhir.
2. Manusia pertama dan Manusia kedua.
3. Manusia dari debu dan Manusia dari surga.
Mengapa Yesus dikatakan Adam terakhir, tetapi Manusia kedua? (Pelajarilah
dengan saksama Rom 5:6-21 untuk lebih mendalami hal yang sangat
kontras antara Adam dan Kristus).
Garis Besar Intisari: 1 Korintus (Pendahuluan Kitab) [1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3Salam
1Ko 1:4-9Beberapa komentar yang mengejutkan
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:
[1] PENGANTAR 1Ko 1:1-9
1Ko 1:1-3 | Salam |
1Ko 1:4-9 | Beberapa komentar yang mengejutkan |
[2] SKANDAL GEREJA YANG TERPECAH 1Ko 1:10-4:21
1Ko 1:10-31 | Manusia dipermuliakan: Kristus disalibkan |
1Ko 2:1-3:4 | Hikmat rohani |
1Ko 3:5-4:5 | Pikirkan tentang para pemimpin seperti ini |
1Ko 4:6-21 | Kesombongan luar biasa, kemiskinan dan kuasa |
[3] SKANDAL IMORALITAS 1Ko 5:1-6:20
1Ko 5:1-13 | Skandal seksual yang memalukan |
1Ko 6:1-8 | Skandal peradilan |
1Ko 6:9-20 | Kesucian bagi Bait Roh Kudus |
[4] PERTANYAAN-PERTANYAAN TENTANG PERKAWINAN 1Ko 7:1-40
1Ko 7:1-9 | Tentang hak dan kewajiban |
1Ko 7:10-24 | Tentang perceraian |
1Ko 7:25-38 | Bagaimana tentang orang-orang yang melajang? |
1Ko 7:39-40 | Ringkasan |
[5] DIBEBASKAN... TETAPI SEBERAPA BEBAS? 1Ko 8:1-11:1
1Ko 8:1-13 | Dibebaskan dari penyembahan berhala, tetapi... |
1Ko 9:1-27 | Bebas dari pengaruh masyarakat, tetapi... |
1Ko 10:1-13 | Bebas karena anugerah Allah, tetapi... |
1Ko 10:14-11:1 | Bebas untuk melayani manusia dan menyukakan Allah |
[6] KEKACAUAN DALAM IBADAH DI GEREJA 1Ko 11:2-14:40
1Ko 11:2-16 | Rambut panjang, topi dan kerudung |
1Ko 11:17-34 | Perjamuan Kudus: dalam gereja yang terpecah? |
1Ko 12:1-31 | Karunia-karunia Roh |
1Ko 13:1-13 | Karunia yang terbesar |
1Ko 14:1-40 | Bahasa lidah dan nubuatan |
[7] KEBANGKITAN 1Ko 15:1-58
1Ko 15:1-11 | Inilah kabar baik |
1Ko 15:12-19 | Jika Kristus tidak bangkit... |
1Ko 15:20-34 | Tetapi Ia telah bangkit dan kita pun akan dibangkitkan |
1Ko 15:35-50 | Apa arti kebangkitan |
1Ko 15:51-58 | Kemuliaan kebangkitan |
[8] KESIMPULAN 1Ko 16:1-24
1Ko 16:1-9 | Rencana-rencana Paulus |
1Ko 16:10-20 | Beberapa orang penting |
1Ko 16:21-24 | Salam pribadi |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi