Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 9 No. 1 Tahun 1994 > 
TAKTIK IBLIS DALAM MENJATUHKAN MANUSIA (KEJADIAN 3:1-7) 
Penulis: Timotius Istanto383
 PENDAHULUAN

Demi untuk menyelidiki dan menafsirkan data umum dan Alkitab tentang realita Iblis, berkaitan pula dengan tujuan mengidentifikasi serta mempelajari cara-cara mengatasi serangan kuasa yang jahat dari dunia roh, maka artikel ini mencoba untuk mengungkap taktik Iblis dalam menjatuhkan manusia ke dalam dosa. Sebelum kita mempelajari bagaimana cara-cara mengatasi serangan Iblis, harus lebih dahulu memahami taktik yang dipergunakan Iblis dalam menjatuhkan manusia. Kalau kita tidak memahami taktik serta strategi Iblis dalam menjatuhkan manusia yang pertama ke dalam dosa, kita tidak mungkin dapat membangun serangan yang tepat untuk mengalahkannya. Mengingat begitu luasnya data Alkitab tentang realita Iblis dan taktik-taktik yang dia pergunakan untuk menjatuhkan manusia ke dalam dosa, maka artikel ini mencoba membatasi diri hanya membahas taktik yang dipergunakannya berdasarkan catatan Alkitab yang terdapat di Kej 3:1-7. Menyadari bahwa sudah terlalu banyak manusia yang jatuh ke dalam dosa oleh karena taktik yang dilancarkan Iblis dalam menjerat manusia sejak zaman Adam hingga hari ini, maka di sinilah saya melihat pentingnya tulisan ini untuk membekali khususnya diri saya pribadi dalam memahami taktik Iblis serta berupaya untuk menanggulanginya. Sudah terlalu banyak hamba Tuhan yang jatuh ke dalam dosa karena taktik dan serangan Iblis yang begitu licik. Mudah-mudahan kajian yang singkat ini dapat membantu kita untuk secara dini menyadari kelicikan Iblis dalam menjatuhkan kita. Untuk membahas masalah ini kita akan melihat 4 hal:

 I. SIAPAKAH YANG DIMAKSUDKAN DENGAN SI ULAR

Dalam kitab Kejadian 3 tidak disinggung sama sekali bahwa yang menyusun taktik serta yang melancarkan serangan untuk menjatuhkan Adam dan Hawa ke dalam dosa adalah Iblis. Kejadian 3:1,4, hanya menyebut ular yang telah membangun taktik dan tipu dayanya untuk menjatuhkan mereka. Satu catatan yang kita dapatkan dari pasal 3:1 "Ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh Tuhan". Ular dalam bahasa Ibraninya NACHASH yang mempunyai arti to hiss Imendesis) dan arti yang kedua to shine (bersinar) atau kata bendanya shining one. Jadi yang menempatkan diri untuk mencobai adalah the shining one. The shining one adalah binatang yang paling cerdik dan licik.384 Siapakah sebenarnya the shining one itu? Kalau kita mencoba membandingkan dengan 2Kor 11:14 di sana tertulis demikian: "Sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat terang". Di dalam bahasa Inggris tertulis: "an angel of life". Sehingga dapat disimpulkan bahwa the shining one adalah Iblislah yang menyamar dalam bentuk ular. Hal ini sesuai dengan pengajaran doktrin tentang Iblis385 bahwa dia adalah makhluk roh yang tidak bertubuh (Ef 6:11-12) sehingga dimungkinkan untuk menyamar dalam wujud ular atau merasuki ular. Ular pada dirinya sendiri mustahil dapat menjalin suatu komunikasi dengan manusia, pasti ada suatu kekuatan lain di dalam dirinya yang mengontrol dan memungkinkan ular berdialog dengan manusia. Sebagaimana dalam Bil 22:28 dikatakan "Tuhan membuka mulut keledai itu sehingga ia berkata kepada Bileam". Kita tahu bahwa Iblis bukan makhluk yang mahakuasa, tetapi ia juga makhluk yang mempunyai kuasa dan kemampuan untuk melakukan hal yang hampir sama dalam diri ular. Berdasarkan 2Kor 11:14 yang menyangkut kepribadian Iblis juga dikatakan bahwa Iblis itu mempunyai intelek. Semua catatan ini mendukung kebenaran di atas bahwa the shining one itu adalah Iblis sendiri. Lebih lanjut kita dapat melihat di Wahyu 12:9 dan pasal 20:2 dengan begitu jelas di dalam bagian Alkitab ini dikatakan "Dan naga besar itu, si ular tua yang disebut Iblis atau Satan yang menyesatkan seluruh dunia...." - "Ia menangkap naga, si ular tua itu yaitu Iblis dan setan". Pengertian ular dan Iblis sudah begitu menyatu, ular adalah identik dengan Iblis. Iblis yang memimpin malaikat memberontak pada Allah serta merusak rencana Allah bagi umat manusia. Sejarah Alkitab mengisahkan bagaimana upaya Iblis dari sejak Adam dan Hawa sampai kepada Tuhan Yesus sendiri menerima cobaan Iblis (Mat 4:1-11). Dikatakan di ayat 11 Iblis meninggalkan Dia, itu bukan berarti Iblis berhenti untuk melancarkan serangannya. Ia akan terus bekerja mengelabui, menyesatkan bangsa-bangsa (Wahyu 12:9; 20:3), menggoda orang percaya untuk menipu atau berbohong (Kis 5:3), menggoda orang beriman supaya berlaku tidak susila (1Kor 7:5), dan ia terus akan bekerja menaburkan benih kekacauan di kalangan orang percaya (Mat 13:38-39). Si "ular tua" itu bukan hanya melancarkan serangannya kepada pribadi-pribadi anak-anak Tuhan, tetapi juga menggelapkan pikiran orang-orang yang belum atau tidak percaya kepada Allah (2Kor 4:4). Ia melancarkan serangannya bukan hanya kepada anak-anak Tuhan secara pribadi lepas pribadi tetapi ia akan berusaha untuk menyerang gereja Tuhan sebagaimana yang justru pada akhir-akhir ini sering terjadi. Pertentangan, perselisihan, pertikaian yang tidak habis-habisnya di dalam tubuh gereja itu sendiri. Karena itu di dalam 2Kor 11:3 kita diingatkan untuk waspada dengan kelicikan si ular yang telah memperdayakan Hawa.

 II. DALAM KONDISI MANUSIA YANG BAGAIMANAKAH SI ULAR MENJATUHKANNYA

Alkitab menyaksikan Allah menciptakan manusia dalam kondisi yang "sungguh amat baik" (Kej 1:31). Kondisi ini bukan hanya menunjukkan situasi di mana Allah menempatkan mereka yaitu di suatu taman yang indah dengan segala kenyamanannya (Kej 2:9-14). Allah juga "menumbuhkan" berbagai pohon yang menarik dan baik untuk dimakan buahnya. Mereka juga diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk menikmati semuanya itu, walaupun tetap dalam batas-batas yang Allah tentukan (Kej 2:17). Allah juga telah memberikan seorang "penolong yang sepadan dengan dia" (Kej 2:20). Mereka berdua juga mengalami hidup persekutuan yang indah (Kej 2:23). Sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi manusia pada waktu dijatuhkan oleh Iblis justru dalam keadaan yang sangat prima. Tetapi justru keadaan yang seperti ini yang tampaknya aman dan menyenangkan kerap kali menjadi saat-saat yang membahayakan dalam hidup manusia. Kita tidak mengetahui mengapa saat itu Hawa bisa berada seorang diri tanpa Adam di sisinya. Kita tidak dapat menafsirkan bahwa hubungan mereka berdua sedang mengalami masalah sehingga Hawa berada dalam keadaan terpisah dengan Adam. Yang jelas kondisi ini menunjukkan bahwa saat itu Hawa dalam keadaan tanpa pendamping, tanpa penolong, tanpa penopang. Hawa sendirian tanpa Adam yang menasihati dan memperingatkan dia.386

Milton's idea that Eve decided to be independent and had with raven herself out of Adam's sight.387

Di sinilah kita melihat bahwa Iblis mengetahui dengan pasti saat yang tepat untuk menjatuhkan manusia. Sedikit saja manusia lengah Iblis akan memanfaatkan kesempatan itu (bandingkan dengan 1Ptr 5:8).

Yang kedua, kita melihat ular itu dengan sengaja tidak menjumpai Adam tetapi justru menjumpai Hawa. Bagaimanapun juga harus diakui bahwa perempuan itu tidak seteguh laki-laki. Bagi Iblis pasti akan lebih mudah menjatuhkan Hawa daripada menjatuhkan Adam (1Ptr 3:7). Titik rawan ini bukan hanya menyangkut kondisi Hawa sebagai seorang wanita yang lebih lemah dari Adam, akan tetapi juga menyangkut lemahnya tanggung jawab Hawa terhadap perintah Allah. Hawa tidak langsung mendapat perintah yang bersifat larangan dari Allah tetapi dengan perantaraan Adam, karena perintah itu diberikan sebelum Hawa dijadikan (Kej 2:16-17). Jadi kekuatan perintah itu tidak seberapa dirasakan Hawa dibandingkan Adam. Menurut Berkhof Iblis datang pada Hawa mungkin karena ia bukan head of the covenant dan karenanya ia tidak mempunyai rasa tanggung jawab sebesar Adam, ia tidak menerima perintah Allah secara langsung tetapi tidak langsung maka ia menjadi lebih rentan terhadap semua argumentasi Iblis.388 Sehingga dapat disimpulkan bahwa Iblis bukan hanya mengetahui kondisi manusia yang paling rentan secara sosial tetapi ia juga mengetahui kondisi rentan manusia yang menyangkut rasa tanggung jawab. Melalui kondisi yang semacam ini kerap kali ia masuk untuk mencobai manusia.

 III. BAGAIMANA TAKTIK YANG DIPERGUNAKAN UNTUK MENJATUHKAN MANUSIA

Iblis melancarkan taktiknya dengan begitu cerdik sebagaimana catatan Alkitab dalam Kej 3:1, "Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh Tuhan Allah". Kata "paling cerdik" dalam bahasa Ibraninya "arum" adalah kata dalam bentuk superlatif. Kecerdikannya ini menjadi alat yang paling tepat bagi Iblis. Suatu kecerdikan yang merusak.389 Beberapa hal yang dapat kita amati dari taktik Iblis dalam menjatuhkan manusia adalah sbb:

a. Iblis menjumpai manusia bukan dalam wujud sesuatu yang menakutkan, misalnya ia datang dengan "tanduk", "kuku", "cakar", "ekor", dsb, tapi justru ia datang kepada manusia dalam penyamaran yang sangat baik.390 Ia datang dalam wujud seekor binatang yang sudah biasa dan bahkan sudah terlalu sering Hawa jumpai di taman itu setiap hari. Iblis kerap kali dalam menjatuhkan manusia memakai oknum-oknum tertentu atau sarana-sarana tertentu yang bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi manusia. Misalnya Iblis memakai Delila untuk menjatuhkan Samson, seorang yang sudah setiap hari dijumpai dan dikasihi. Daud dalam kedukaannya, ia berkata bahwa orang yang dekat dengan dia, yang berjalan bersama dengan dia ke bait Allah yang bangkit melawan dia. Spurgeon juga mengatakan bagi seorang gembala, mungkin justru majelislah yang dipakai untuk menyerang kita, mungkin juga orang-orang yang paling dekat dengan kita. Dalam kehidupan seorang atasan acapkali Iblis memakai sekretarisnya yang sudah sekian lama membantunya untuk mencobai dia dan sebaliknya juga demikian, Iblis bisa memakai sang atasan yang sudah begitu baik untuk menjatuhkan sekretarisnya.

b. Iblis begitu memahami situasi dan kondisi seseorang seperti yang telah dibentangkan dalam bagian kedua artikel ini. Ketika entah mengapa Hawa berada seorang diri (loneliness), jauh dari suaminya yang menjadi sahabatnya, maka pada saat itulah Iblis datang dalam wujud diri ular untuk berdialog dengan Hawa. Ia memulai dialognya dengan sikap yang sangat simpatik. Ia menyatakan minat dan perhatiannya terhadap nasib manusia. Ia mendekati manusia bukan sebagai penyesat yang membawa kepada kejahatan susila, melainkan sebagai sahabat yang memperhatikan keselamatan dan kemakmuran manusia. Bahan pembicaraannyapun berkisar kepada masalah teologia sehingga percakapan itu dapat dikatakan sebagai percakapan agama.391 Acapkali juga Iblis memakai strategi ini untuk menjatuhkan kita. Contoh yang sangat klasik dalam diri Petrus ketika ia berusaha untuk mencegah Tuhan Yesus mengalami penderitaan yang menantinya, sampai Tuhan menegur dia: "Enyahlah Iblis". Jelas hal itu diucapkan Petrus dengan penuh simpati sebagai seorang murid dan sahabat dekat. Iblis ada kalanya memakai sahabat-sahabat terdekat kita yang seolah-olah menunjukkan simpati dan perhatiannya untuk pada akhirnya membelokkan kita dari jalan hidup yang Tuhan kehendaki. Hal yang hampir mirip dilakukan oleh Abisai sebagai sahabat dekat Daud, ketika ia berkata "Pada hari ini Allah telah menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, oleh sebab itu ijinkanlah kiranya aku menancapkan dia ke tanah dengan tombak ini dengan satu tikaman saja, tidak usah dia kutancapkan dua kali" (1Sam 26:8). Ucapan Abisai tampak sangat rohani sekali, mengandung kebenaran teologis. Namun Daud tetap menyadari bahwa di balik kata-kata yang rohani, Iblis tengah berusaha menggagalkan rencana Allah yang indah di dalam hidupnya. Syukurlah ia tidak terperangkap dalam jerat Iblis.

c. Iblis memulai dialognya dengan mempertanyakan firman Allah yang disampaikan kepada mereka. Tentulah Allah berfirman "Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" (Kej 3:1). Dengan perkataan lain Iblis mempertanyakan apakah sesungguhnya Allah memberikan larangan seperti itu. Seolah-olah dengan pertanyaan itu Iblis hendak mengatakan jikalau Allah berbuat demikian maka larangan itu sesungguhnya terlalu keras. Ucapan Iblis ini merupakan langkah pertama untuk meracuni hati dan pikiran Hawa yang masih polos. Ucapan-ucapan Iblis dipilih dengan penuh kelicikan dengan maksud menimbulkan kebimbangan terhadap firman Allah, terutama terhadap keadilan dan kejujuran perintah Allah. Dengan pertanyaannya ini Iblis bermaksud menanamkan benih keraguan dalam hati Hawa, benarkah Allah sudah menyatakan firman ini. Kalau Allah itu mengasihi manusia, apakah Allah memberikan larangan-larangan tertentu. Iblis ada kalanya dengan taktik yang serupa mencoba menjatuhkan kita. Pertanyaan yang dilontarkan Iblis ini menjadi pemisah antara Allah dan Hawa karena ketika Iblis berkata tentang Allah yang memberi larangan, ia memakai kata "God-Elohim" bukan "The Lord God-YAHWEH" sebagaimana yang dipakai di dalam Kej 2:16.392 Dengan kata yang digantikan ini Iblis mulai berbicara pada manusia tentang Allah yang berjarak begitu jauh, bukan Allah yang dekat dan mengasihi mereka.

d. Iblis dengan sikapnya yang simpatik, dengan pendekatannya yang demikian menarik akhirnya berhasil membawa Hawa untuk membuka suatu dialog dengan dirinya. Ketika Hawa akhirnya menyahut "Buah pohon-pohon dalam taman ini boleh kami makan ...." (Kej 3:2) itu sudah merupakan kemenangan bagi Iblis. Karena memang tujuan iblis adalah untuk membuka suatu dialog dengan Hawa. Begitu langkah yang pertama ini berhasil, Iblis akan berusaha untuk melancarkan serangannya lebih jauh. Sekarang ia berhasil menempatkan dirinya sebagai mitra dialog dengan manusia. Walaupun Hawa belum menerima kehadiran "ular" sejajar dengan Allah, akan tetapi Iblis telah berhasil mengambil posisi tertentu dalam kehidupan Hawa. Dalam kehidupan kita Iblis berbuat hal yang hampir serupa. Kejatuhan hampir setiap orang yaitu tatkala dia mau melayani suara Iblis yang dirasakannya cukup logis, masuk akal. Begitu seseorang melangkah untuk melayani suara Iblis, maka ia pasti akan terseret ke dalam jerat yang lebih dalam lagi. Kita lihat apabila Iblis yang adalah "pendusta dan bapa segala dusta" (Yoh 8:44) diberi kesempatan untuk berdialog maka kita akan tergelincir dalam dusta juga. Tanggapan Hawa di ayat 3 "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan" ternyata sudah mengurangi satu kata yang penting yang tertulis di pasal 2:16 di mana Allah mengatakan "Semua pohon di dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas" walaupun hanya sepatah kata, yaitu kata bebas tapi itu sudah mengurangi firman yang Allah sampaikan yang sebenarnya mempunyai arti yang amat besar. Demikian juga pada waktu Hawa mengatakan "Allah berfirman: Jangan kamu makan atau raba buah itu...." maka di situ Hawa telah menambahkan satu kata yang tidak benar, yaitu kata raba. Iblis pada zaman ini juga mencoba menjatuhkan kita khususnya para teolog dengan cara yang sama. Ada kalanya kita mencoba menambahkan sesuatu kepada firman Tuhan atau justru menguranginya (bandingkan dengan Wahyu 22:18-19).

e. Iblis tidak akan pernah berhenti dalam membangun serangannya. Begitu obyek yang diserangnya memberikan peluang, ia langsung akan menyeret lebih jauh. Setelah Iblis berhasil mengacaukan pemahaman Hawa terhadap firman Allah dengan menambah dan menguranginya, maka sekarang ia berhasil membawa Hawa untuk meremehkan firman Allah. Sewaktu Allah memberikan perintah-Nya, dengan jelas dikatakan di dalam Kej 2:17 "...pada hari engkau memakannya pastilah engkau mati". Tetapi ketika Hawa menjawab pertanyaan Iblis ia mengatakan di Kej 3:3 "...nanti kamu mati". Ia telah menghilangkan kata "pasti" yang mempunyai pengertian tidak dapat ditawar-tawar lagi, karena firman Allah itu ya dan amin. Dengan taktik yang sama pula Iblis akan menjatuhkan kita. Apabila kita mulai membuka dialog dengan Iblis pasti lambat laun kita tidak akan peka lagi terhadap firman Allah. Bilamana "sumber air" itu telah teracuni, maka "aliran" sungai yang mengalir daripadanya pun akan menjadi buruk dan jahat.393 Sikap yang meremehkan firman Allah pasti akan berlanjut dengan sikap melecehkan firman Allah. Kalau satu kebenaran mulai disalahmengertikan dan ditafsirkan menurut kehendak manusia sendiri, ia akan cenderung untuk salah di dalam memahami kebenaran firman Allah yang lain. Ini merupakan upaya Iblis dalam dunia teologia pada saat ini. Kecenderungan untuk menambah atau mengurangi firman Allah seringkali terjadi dalam aliran-aliran tertentu, baik yang liberal maupun yang kharismatik selalu berlanjut dengan sikap meremehkan otoritas firman Allah.

f. Ibaratnya seorang petinju yang melihat lawannya sudah mulai sempoyongan pasti ia akan memakai kesempatan yang baik itu untuk memberikan pukulan yang mematikan. Demikian juga setelah Hawa berada dalam kondisi mulai goyah saat itulah Iblis yang dikatakan sebagai pembunuh (Yoh 8:44) memasukkan serangannya yang mematikan "Sekali-kali kamu tidak akan mati" (Kej 3:4). Sesuai dengan tabiatnya yang disebut sebagai pendusta (Yoh 8:44) ia telah berhasil mempengaruhi Hawa dengan pertanyaannya yang sedemikian rupa, sehingga tanpa disadarinya Hawa telah mulai "mengidentikkan" dirinya dengan Iblis sebagai pendusta ketika dia menambah, mengurangi, meremehkan firman Allah. "Bapa Pendusta" menjadikan obyek sasarannya mulai mirip dengan dirinya. Sampai di sini Iblis melalui ucapannya "Sekali-kali kamu tidak akan mati" secara tidak langsung telah memutarbalikkan fakta yang sangat penting, ia membuat Allah justru menjadi seolah-olah menjadi pendusta. Kalau pada serangan sebelumnya Iblis menggoyahkan kepercayaan Hawa terhadap firman Allah, maka dalam serangannya kali ini Iblis menggoyahkan kepercayaan Hawa terhadap Allah sendiri. Sang pendusta sepertinya menjadi "benar" sedangkan Allah menjadi "pendusta". Dengan perkataan lain Iblis berhasil mengambil alih posisi Allah dalam pandangan manusia. Dengan cara yang sama Iblis menjatuhkan kita agar pada akhirnya secara sadar atau tidak banyak orang yang bertekuk lutut di bawah kaki Iblis. Puncak keinginan Iblis menjadikan dirinya dalam posisi Allah. Inti dosa yaitu meletakkan si pencoba itu di tempat Allah, di mana si ular telah berkehendak baik pada manusia sedangkan Allah menyembunyikan yang terbaik baginya.394

Setelah Iblis berhasil menanamkan benih keraguan di dalam hati Hawa baik terhadap firman maupun diri Allah sendiri kemudian Iblis menanamkan perasaan berontak Hawa terhadap Allah dengan ucapannya "...kamu akan menjadi seperti Allah..." (Kej 3:5). Iblis begitu memahami situasi hati manusia dalam kemapanannya sehingga dengan ucapannya "engkau akan menjadi seperti Allah" Iblis menyadarkan manusia akan keterbatasannya dan dibukakan suatu kemungkinan untuk melepaskan diri dari keterbatasannya. Dan cara yang ditawarkan Iblis untuk melepaskan dirinya dari keterbatasannya bukanlah langkah yang terlampau sulit, tinggal mengambil buah larangan itu maka mereka akan keluar dari keterbatasannya. Proses pencobaan yang berlangsung sebenarnya persis seperti kejatuhan Iblis sendiri. Di dalam Yes 14:13-14 tertulis demikian, "Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan jauh di sebelah utara aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan hendak menyamai yang maha tinggi". Sebagaimana Iblis yang memberontak kepada Allah ingin mengatasi Allah, menjadi serupa dengan Dia, demikian juga yang Iblis lakukan terhadap manusia.

Sebagaimana Iblis ingin menjadikan dirinya sebagai Allah dan itu adalah pangkal kegagalannya, begitu juga Iblis menyeret manusia untuk menjadikan dirinya sebagai pusat kehidupannya, menjadikan dirinya sebagai Allah. Taktik Iblis dalam menjerumuskan kita ke dalam dosa pada hari ini adalah sama dengan taktik yang dia pergunakan untuk menjerumuskan manusia yang mula-mula itu. Segala bentuk kejahatan yang terjadi saat ini baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, gereja, dan masyarakat mempunyai wujud yang sama, yaitu menjadikan diri sendiri sebagai pusat kehidupannya bukan Allah.

 IV. APAKAH YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGHANCURKAN TAKTIK IBLIS

Mempelajari taktik Iblis dalam menjatuhkan manusia ibaratnya adalah bagaikan kisah "musafir dengan untanya di padang gurun". Ketika sang musafir menaruh belas kasihan kepada si onta untuk mulai mengijinkan dia memasukkan hidungnya ke dalam tendanya maka itu adalah awal malapetaka yang dihadapinya sampai akhirnya ia diinjak oleh si onta itu sendiri. Karena itu kalau kita membicarakan mengenai apa yang dapat dilakukan untuk menghancurkan taktik Iblis, di dalam 1Tim 3:7 Rasul Paulus menggunakan satu kata yang amat tepat yaitu "jerat" Iblis. Kita harus senantiasa berhati-hati dan waspada karena seperti yang dikatakan dalam 1Ptr 5:8 Iblis berjalan keliling mencari siapa yang dapat ditelannya. Jelas ia tidak akan mendatangi kita dalam wujud seperti singa yang membuat kita langsung melihat bahaya yang datang dan menghindar. Ia datang pasti dalam wujud makhluk yang menarik dan menawan yang kita jumpai dalam keseharian hidup ini. Barangkali juga ia akan menjumpai kita melalui sarana yang indah "buah yang baik dan sedap". Barangkali juga ia datang dengan kata-kata yang manis bagaikan madu. Maka langkah yang pertama yang harus kita buat adalah menyadari bahwa Iblis acapkali menyamar bagaikan malaikat (1Kor 2:14). Kita harus sedini mungkin menyadari "jerat" yang dibentangkan oleh Iblis.

Langkah yang kedua, selain waspada di dalam Ef 4:27, k?ta diingatkan untuk "Jangan memberi tempat kepada Iblis". Pasti di dalamnya terkandung pengertian jangan memberi kesempatan sedikitpun juga buat Iblis untuk berdialog dengan kita. Begitu kita sadar bahwa itu bukan suara Tuhan tapi suara Iblis sendiri kita harus langsung "menengkingnya" di dalam nama Tuhan Yesus. Jangan sekali-kali "meladeni" Iblis. Begitu kita melayani Iblis, itu sudah menjadi langkah awal kegagalan kita. Namun kita mengetahui bahwa Iblis akan membangun serangannya secara gencar, karena itu langkah yang ketiga kita harus "melawan" Iblis dengan iman yang teguh (1Ptr 5:9). Kita tidak mungkin dapat melawan Iblis kalau kita tidak secara mutlak menyerahkan diri kita kepada firman dan kuasa Allah. Oleh sebab itu di dalam Yak 4:7 kita diingatkan "Tunduklah kepada Allah dan lawanlah His maka ia akan L A R I dari padamu".

"Akhirnya hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikat pinggang kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat dan pakailah ketopong keselamatan dan pedang roh, yaitu firman Allah dalam segala doa dan permohonan" (Ef 6:10-18).



TIP #32: Gunakan Pencarian Khusus untuk melakukan pencarian Teks Alkitab, Tafsiran/Catatan, Studi Kamus, Ilustrasi, Artikel, Ref. Silang, Leksikon, Pertanyaan-Pertanyaan, Gambar, Himne, Topikal. Anda juga dapat mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan ayat-ayat yang anda inginkan melalui pencarian Referensi Ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA