Sebagaimana sudah kita lihat di atas, menjelang berakhirnya masa 70 sabat orang-orang Yehuda ditaklukkan oleh orang Babel dan tertawan di sana, Daniel mendoakan bangsanya, Yerusalem, kotanya yang kudus, dan tempat kudus Tuhan. Ia mengakui dosa mereka serta memohon pengampunan dan tindakan Tuhan untuk memulihkan keadaan mereka. Gabriel datang untuk menyampaikan jawaban Tuhan atas doa Daniel itu dan Jawaban itu tertulis dalam ayat 24-27 ini. Maka waktu Daniel mendengar kalimat pertama yang disampaikan oleh Gabriel (ayat 24), yaitu bahwa tujuh puluh "tujuh", yang dapat disamakan dengan tujuh puluh sabat, "telah ditetapkan atas bangsamu dan atas kotamu yang kudus, untuk melenyapkan kefasikan, untuk mengakhiri dosa, untuk menghapuskan kesalahan ... dan untuk mengurapi yang maha kudus," kemungkinan besar kesan pertama Daniel ialah kalimat tersebut merupakan janji Tuhan bahwa dengan segera masa pembuangan bangsanya akan diakhiri dan mereka akan kembali ke tanah air mereka serta keadaannya dipulihkan. Dosa, kesalahan dan kefasikan mereka akan dihapuskan dan diampuni sebab Tuhan menentukan masa tujuh puluh sabat atau "Tujuh" itu sebagai masa hukuman untuk "mengakhirinya." Waktu itu sekitar 67 tahun telah berlalu sejak mereka mulai diperhambakan oleh Babel.
Tetapi hal-hal yang dikatakan oleh Tuhan di sini sebenarnya bersifat mutlak dan menyeluruh, lagi pula ditambahkan "untuk mendatangkan keadilan yang kekal, untuk menggenapkan penglihatan dan nabi/nubuat".: Kemudian itu dilanjutkan dengan nubuat yang meskipun mencakup janji bahwa Yerusalem akan dibangun kembali namun jelas lebih luas dalam jangkauannya. Dan Daniel pun akan mengerti hal itu.
Keenam hal tersebut dalam ayat 24 dapat dikerjakan hanya oleh Allah sendiri, manusia tidak dapat mengerjakannya. Maka sebenarnya di sini Gabriel memberitahu Daniel bahwa Tuhan telah menetapkan suatu masa lagi yang merupakan tujuh puluh "tujuh", atau sabat, atas bangsanya dan atas Yerusalem, untuk melaksanakan hal-hal tersebut. Tuhan Y esus Kristus dengan kehidupan dan kematianNya menyelesaikan dan menghapuskan dosa dan kesalahan, mendatangkan kebenaran dan keadilan yang kekal, menggenapkan penglihatan dan nubuat serta mengakhiri masa berfungsinya nabi. Dialah Yang Maha Kudus, Yang Diurapi, Mesias, yaitu Kristus. Semuanya itu dikerjakan oleh Kristus pada kedatanganNya yang pertama kali. Tetapi semuanya akan dinyatakan dan dialami dengan sempurna pada kedatanganNya kedua kali kelak. (Lihat Ef 1:9-10; Gal 4:4-5; 1 Yoh 3:5; Ibr 9:26)
Firman yang disampaikan oleh Gabriel ini menyatakan bahwa orang-orang Israel dan Yerusalem ada kaitan khusus dengan rencana Allah tersebut. Pernyataan ini dapat merupakan penghiburan bagi Daniel dan bagi bangsanya dalam pembuangan di Babel. Penggenapannya adalah dalam hal Yesus Kristus datang di tengah-tengah mereka, lahir dari seorang anak dara Israel, untuk menjadi Mesias dan Juruselamat mereka. Tetapi mereka menolakNya dan akhirnya menyerahkan Dia untuk disalibkan. Ia disalibkan, menyelesaikan soal dosa manusia, di Yerusalem. Setelah itu ada perubahan dalam status mereka di hadapan Allah, namun Allah tetap merencanakan untuk menyelamatkan orang-orang Israel yang secara pribadi percaya kepada Kristus sebagai Putra Allah dan Juruselamat mereka. (lihat Roma 10:12, 16-17; 11:7, 17-23.)
Lalu dalam ayat 25-27 diterangkan beberapa hal berkenaan dengan masa tujuh puluh "tujuh" itu. Masa tujuh puluh "tujuh" itu dibagi ke dalam tiga masa sebagai berikut:
1. tujuh "tujuh"
2. enam puluh dua "tujuh"
3. satu "tujuh"
1. Tujuh "tujuh"
Jelas dari ayat 25 bahwa masa tujuh "tujuh", dan sekaligus tujuh puluh "tujuh" mulai dihitung dari saat diberinya firman untuk membangun kembali dan memulihkan Yerusalem. Firman itu dikeluarkan oleh Koresy, raja Media-Persia, pada tahun Daniel menaikkan doa yang tercantum dalam pasal 9 serta mendapatkan firman Tuhan ini, yakni tahun 539/8 SM. Hal itu jelas dari Ezra 1:1-4; Yes 44:28; 45:13.
Firman yang dikeluarkan oleh Koresy itu adalah satu-satunya firman atau pesan yang diberi agar membangun kembali dan memulihkan Yerusalem. Firman yang mengizinkan orang-orang Yehuda kembali ke Yerusalem dan berpesan agar mereka membangun pula Bait Allah di sana, berarti dengan sendirinya mereka harus membangun rumah untuk mereka diami serta memulihkan keadaan di Yerusalem dan sekitarnya supaya mereka dapat hidup di sana.
Pada waktu raja Artahsasta memberi surat perintahnya kepada Ezra tahun 458 SM, Bait Allah dan rumah-rumah penduduk Yerusalem sudah lama berdiri. Tembok Yerusalem belum dibangun kembali dan kehidupan orang di sana belum diatur kembali sesuai dengan Taurat Allah. Isi surat itu ialah pemberian perintah dan wewenang kepada Ezra untuk mengatur cara berbakti dan Cara hidup orang-orang di Yehuda dan Yerusalem supaya sesuai dengan hukum Allah mereka. Sama sekali tidak disebut mengenai apa yang harus dibangun (lihat Ezra 7:11-26). Maka jelas surat itu bukan "firman" yang dimaksudkan dalam Dan 9:25.
Tujuh "tujuh "adalah masa antara dua Tahun Yobel. Pengalaman orang-orang Yehuda (setelah dikeluarkannya perintah Koresy agar mereka kembali ke tanah air mereka dan membangun pula Bait Allah dan Yerusalem) sama sifatnya dengan kejadian-kejadian pada Tahun Yobel. Tahun 539/8 SM itu merupakan tahun pembebasan bagi mereka. Tanah mereka kembali kepada pemilik aslinya. Mereka kembali kepada kaum keluarga. Mereka dibebaskan dari perhambaan. Satu fase dalam hidup mereka telah berakhir dan mereka memulai suatu fase baru. Fase baru itu berlangsung sampai pengalaman mirip dengan Tahun Yobel yang berikut, yaitu sampai pembangun kembali dan pemulihan Yerusalem sudah selesai. Baru pada masa Nehemia, +/- 420 - 410 SM, kota Yerusalem lengkap dengan temboknya selesai dibangun kembali. Pada waktu itu juga Nehemia mengadakan pemberesan kehidupan orang-orang Yahudi di sana. Taurat Tuhan dibacakan kepada mereka: perayaan-perayaan agama mereka dilaksanakan kembali sesuai dengan firman Tuhan dalam Pentateukh; kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat mereka diperbaiki supaya sesuai dengan Taurat Tuhan; dan mereka membaharui penyerahan mereka Kepada Tuhan serta mengadakan kembali perjanjian dengan Dia (Neh 9:38-10:39; 12:30-13:30; Ul 31:10-13). Semuanya itu juga sesuai dengan sifat Tahun Yobel. Satu fase lagi sudah selesai dalam hidup mereka, dan Nehemia membawa mereka masuk ke fase yang baru. Menurut penjelasan yang tercantum, dalam kitab Nehemia, pekerjaan membangun kembali kota Yerusalem dengan temboknya dikerjakan "di tengah-tengah kesulitan" sebagaimana dikatakan dalam Dan 9:25.
Berdasarkan penjelasan yang diberikan di atas, maka waktu yang paling tepat untuk berakhirnya masa tujuh "tujuh" adalah waktu selesainya pelayanan Nehemia tersebut, yakni +/- 420 - 410 SM (kita tidak tahu persis pada tahun berapa pelayanan Nehemia itu berakhir)
Panjangnya masa tujuh "tujuh" itu adalah sekitar 120 tahun, tetapi itu tidak merupakan soal bila kita memahaminya menurut prinsip-prinsip yang diterangkan di atas. Banyak penafsir sudah berusaha dengan pelbagai cara untuk menafsirkannya secara harafiah, tetapi hasil semua usaha mereka tidak sesuai dengan isi firman Tuhan ini ataupun dengan sejarah.
2. Enam puluh dua "tujuh"
Menurut terjemahan ayat 25 yang diberikan di atas, masa enam puluh dua "tujuh" mulai berlangsung setelah berakhirnya masa tujuh "tujuh", yaitu pada tahun +/- 420 - 410 SM. Masa enam puluh dua "tujuh" itu berlangsung sampai kedatangan "seorang yang diurapi, seorang pemimpin/penguasa", menurut ayat 25. Menurut ayat 26, pada akhir masa tersebut orang yang diurapi itu akan disingkirkan, padahal tidak ada Salah apa-apa.
Satu-satunya orang yang dapat dilukiskan demikian ialah Yesus Kristus. Dalam bangsa Israel orang yang diurapi adalah raja atau imam. Yesus adalah Raja dari keturunan Daud (Luk 1:32-33) dan "Imam besar menurut peraturan Melkisedek" (Ibr 7:11,17). Lagi pula, kata yang berarti "seorang yang diurapi" adalah masiah. Meskipun kata itu tidak harus berarti "Mesias", namun kata itulah yang menjadi istilah yang dipakai untuk dia yang dinanti-nantikan itu. Mesias adalah Kristus.
Kata kerja bahasa Ibrani yang diterjemahkan "akan disingkirkan" adalah karat. Arti dasarnya adalah "memotong, mengerat." Kata itu juga dipakai dengan arti-arti yang berikut:
(1) menolak, mengusir, memecat, menyingkirkan seseorang sebagai hukuman
(2) membunuh dengan tiba-tiba atau dengan kekerasan (sering dipakai dengan arti ini dalam konteks hukuman)
(3) kata kerja ini merupakan istilah khusus yang dipakai untuk "mengadakan" perjanjian. Kata kerja "memotong" itu dipakai di dunia Timur Tengah Kuno pada waktu membuat perjanjian dengan menyembelih seekor binatang sudah biasa (lihat Kej 15). Berbuat demikian dimaksudkan sebagai jaminan bahwa perjanjian itu akan ditepati, Orang yang membuatnya dengan demikian menyatakan kiranya ia dihukum mati seperti binatang itu jika ia mengingkari perjanjian itu.
Semua arti itu tepat untuk Tuhan Yesus, Ia mati tersalib menanggung hukuman untuk dosa manusia yang telah melanggar perjanjian yang Allah buat dengan mereka. Dengan kematianNya ia mengadakan perjanjian baru dengan mereka yang percaya kepadaNya. Ia dibunuh dengan kekerasan demikian setelah Ia ditolak dan disingkirkan oleh orang-orang Yahudi dan oleh manusia lain.
"Tidak ada salahnya apa-apa." Waktu Yesus diadili sebelum Ia disalibkan, Pilatus menyatakan jelas bahwa tidak ada salah padaNya (Luk 23:4, 14-15). Firman Tuhan berkali-kali mengatakan bahwa Yesus Kristus tidak berdosa (misalnya, Ibr 4:15; 2 Kor 5:21). hal ini Tidak dapat dikatakan demikian mengenai manusia lain.
Bahasa Ibrani pada ayat ini diterjemahkan "tidak ada salahnya apa-apa", karena apabila diterjemahkan secara hurufiah hanya mengatakan "tidak ada padanya". Mengartikannya sebagai "tidak ada salah padanya" dapat diterima dalam konteks ini, yang menunjukkan adanya hukuman yang dijatuhkan atas Kristus. Namun kata-kata itu dapat juga diartikan "tidak mempunyai apa-apa" sehingga menunjukkan kepada kematianNya seakan-akan Ia seorang penjahat yang miskin. Betul,pada waktu itu Yesus tidak mempunyai apa-apa, pakaianNyapun diambil prajurit-prajurit Roma dan mayatNya ditaruh di kubur orang lain. Murid-muridNya lari meninggalkan Dia "Tidak ada pada Dia" memang betul mengenai Yesus.
Sekali lagi tidak perlu ditentukan pada tahun berapakah masa ini berakhir. Berakhirnya adalah pada kedatangan Yesus Kristus. Dengan hidup, kematian dan kebangkitanNya, Ia mengadakan penebusan, pelepasan dan pembaharuan bagi mereka yang percaya kepadaNya, dan terjadilah tahap pertama dalam penggenapan Dan 9:24.
3. Satu "tujuh"
Sebagaimana sudah diterangkan dengan jelas dari Dan 9:24 bahwa tujuh puluh "tujuh" yang ditetapkan itu berakhir pada kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kalinya. Maka masa satu "tujuh", "tujuh" atau "sabat" yang terakhir, ialah masa antara kedatangan Yesus Kristus yang pertama (saat berakhir masa enam puluh dua "tujuh" dan sekaligus enam puluh sembilan "tujuh") dan kedatanganNya kedua kali. Pada waktu itu sudah zaman berakhir dunia ini dan kita masuk ke dalam zaman yang kekal lagi, sempurna yang dilambangkan oleh semua sabat dan Tahun Yobel.
Sekali lagi, panjangnya masa itu tidak dipentingkan yang penting ialah mengetahui bahwa masa itu adalah masa yang terakhir. Masa antara kedatangan Kristus pertama kali dan kedatanganNya kedua kali dianggap sebagai satu "tujuh", yakni satu masa "sabat". (ciri-ciri yang sama berlaku selama masa itu, yaitu Tuhan Yesus Kristus telah datang untuk melenyapkan dosa dan menyelamatkan orang yang bersandar kepadaNya serta telah mendirikan kerajaanNya yang kekal.
Dalam Dan 9:26 dan Dan 9:27 disebut beberapa hal lain yang akan terjadi dalam masa satu "tujuh", masa yang terakhir ini.
(1) "Datanglah rakyat seorang raja memusnahkan kota dan tempat kudus itu."
"Pemimpin besar" adalah terjemahan yang lebih tepat dari pada "raja". Peristiwa itu terjadi pada tahun 70 AD tatkala tentara Roma dipimpin oleh Titus mengalahkan Yerusalem serta menghancurkan Bait Allah dan banyak bagian lain dari kota Yerusalem.
(2) Berakhirnya akan dengan meluap seperti banjir/dengan menghanyutkan
Kata-kata "raja itu akan menemui ajalnya" tidak ada dalam teks Ibrani: hanya dikatakan "berakhirnya". Maka terjemahan di atas yang saya berikan adalah lebih tepat. Beberapa pendapat pernah dilontarkan mengenai apa atau siapa yang dimaksudkan oleh "nya" yang dipakai dengan "berakhir" itu. Terjemahan bahasa Indonesia menurut salah satu dari pendapat-pendapat itu. Pendapat yang paling memuaskan, karena sesuai dengan tata bahasa (bahasa Ibrani) dan dengan peristiwa yang terjadi, ialah bahwa "nya" menunjukkan "hal berakhir". Yang dimaksudkan dalam konteks kalimat ini ialah berakhirnya kota Yerusalem dan Bait Allah. Memang, hal itu terjadi pada waktu Titus membawa tentara Roma masuk Yerusalem. Mereka merusak dan menghancurkan sedemikian rupa dan sedemikian luas, serta orang-orang Yahudi tidak mampu melawan mereka, sehingga tepat bila dikatakan mereka "menghanyutkannya, seperti air banjir."
(3) Sudah ditetapkan akan ada peperangan dan pemusnahan sampai pada akhir, yaitu sampai Tuhan Yesus kembali untuk kedua kalinya.
(4) Ia akan meneguhkan perjanjian dengan banyak orang selama satu "tujuh". Terjemahan ini lebih tepat. Dalam bahasa Ibrani tidak dikatakan "Raja itu akan..." melainkan hanya "Ia akan..." Rupanya "ia" yang merupakan subjek dalam kalimat ini adalah "orang yang telah diurapi" yang diutamakan dalam Dan 9:26. Dikatakan bahwa ia dibunuh dan bahwa pada dia tidak ada sesuatupun, kemudian disebut nasib kota dan tempat kudus setelah ia dibunuh. Maka dia, dan hanya dia, yang berperanan penting dalam Dan 9:26 orang itu adalah Tuhan Yesus Kristus.
Kalau betul demikian, kalimat ini berarti bahwa Yesus Kristus meneguhkan perjanjian dengan banyak orang selama masa satu "tujuh". Memang itulah yang dibuat oleh Tuhan Yesus melalui hidup, kematian dan kebangkitanNya. Tuhan Yesus Kristus hidup dengan menaati segala tuntutan dan syarat Taurat dan perjanjian Allah, dan mati menanggung dosa manusia yang melanggarnya. Dengan demikian Ia menggenapi dan meneguhkan perjanjian itu. Roh Kudus yang diutus Kristus kepada orang-orang yang percaya kepadaNya, menguatkan mereka dan memberi mereka kemampuan untuk hidup menurut syarat perjanjian Allah itu. Dengan berbuat demikian, Ia meneguhkannya. Lagi pula, Tuhan Yesus mengatakan bahwa darah yang dicurahkanNya untuk menghapus dosa manusia merupakan darah perjanjian penghapusan dosa.
Hal-hal tersebut berlaku selama masa dari kedatangan Yesus Kristus yang pertama sampai kepada kedatanganNya kedua kali. Maka tepat bila dikatakan bahwa Ia meneguhkan perjanjian dengan banyak orang, yakni mereka yang percaya dan bersandar kepadaNya, selama satu "tujuh".
Pendapat lain yang mengatakan bahwa "ia" yang merupakan subjek kalimat ini adalah "raja" atau "pemimpin besar" yang disebut dalam Dan 9:26, tidak dapat diterima. Pemimpin itu disebut hanya sekali saja, dan hanya karena rakyatnya memusnahkan Yerusalem. Ia tidak dipentingkan. Selain itu, Titus, pemimpin orang Roma itu, tidak meneguhkan perjanjian dengan banyak orang. Jika dia yang dimaksudkan, tidak jelas apa yang dimaksudkan oleh satu "tujuh". Sebagian penafsir mengatakan pemimpin itu adalah Anti Kristus yang akan datang kelak. Tetapi ada kesulitan disana dikatakan bahwa rakyatnya memusnahkan Yerusalem. Selain itu, bahasa Ibraninya jelas tidak berarti bahwa orang itu "membuat" perjanjian melainkan ia "meneguhkannya". Maka tafsiran tsb. tidak dapat diterima.
(5) Pada pertengahan "tujuh" itu ia akan menghentikan korban sembelihan dan korban santapan.
Jelas dari Neh 4:16,21; 13:24; Yes 44:16,19; Mzm 102:25 Yer 17:11 bahwa kata yang diterjemahkan "pada pertengahan" tidak harus berarti persis di tengah melainkan hanya berarti pada suatu waktu dalam masa itu. Jelas juga dari Ibr 9:1-10:18 bahwa kematian Kristus telah menggenapi dan menggantikan semua korban dan persembahan yang ditentukan dalam Taurat Musa. Hal ini tidak berarti bahwa pada waktu Yesus disalibkan semua korban dan persembahan itu langsung dihentikan. Pada waktu orang-orang percaya kepada Kristus sebagai Anak Domba Allah, korban penebusan untuk dosa-dosa mereka, mereka lalu berhenti membawanya. Lalu waktu tentara Roma menghancurkan Yerusalem dan Bait Allah. Korban dan persembahan itu dihentikan. Namun sejak Yesus di salibkan, khasiat semua korban dan persembahan itu lenyap, dihentikan.
(6) "Lagipula (akan ada) sayap kekejian yang menghancurkan/membinasakan yaitu sampai pemusnahan yang sudah ditetapkan tercurah di atas itu yang sedang hancur/binasa."