Index
: A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Anugerah | Atribut | Bapa | Baru Lahir | Beban | Belas Kasih | Berhala | Berkat Dari | Biaya | Cobaan/Ujian | Depresi

Topik : Belas Kasih

6 Agustus 2003

Pandangan Belas Kasih

Nats : Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan (Lukas 10:33)
Bacaan : Lukas 10:25-37

Ketika Francisco Venegas, penjaga sekolah di Colorado, mengamati anak-anak yang sedang asyik di tempat bermain, ia melihat seorang anak perempuan sembilan tahun jatuh dari bangku tanpa sebab yang jelas. Lalu dilihatnya wajah anak itu berkerut aneh. Melihat ada yang tidak beres, Francisco melaporkan apa yang telah dilihatnya ke kantor sekolah.

Beberapa hari kemudian anak itu tiba-tiba mengalami serangan stroke dan dilarikan ke rumah sakit. Berdasarkan informasi Francisco, dokter pun memutuskan untuk melakukan scan otak. Dan benar, mereka menemukan tumor. Syukurlah, anak itu berhasil dioperasi dan sembuh.

Banyak orang menyebut Francisco Venegas "orang Samaria yang murah hati", seperti tokoh yang diceritakan Yesus tentang tiga orang yang melihat orang yang membutuhkan pertolongan. Dua orang pertama "melewatinya dari seberang jalan" (Lukas 10:31,32). Tetapi yang ketiga, seorang Samaria, memperlihatkan belas kasihan (ayat 33-35).

Belas kasihan tak berdiam diri saat melihat orang yang membutuhkan. Belas kasihan berarti mau terlibat dalam penderitaan orang lain karena tak kuasa meninggalkannya. Belas kasihan timbul dari hati yang terarah kepada Allah dan orang-orang yang sama-sama menjalani kehidupan ini.

Kisah Yesus mengenai orang Samaria yang murah hati diakhiri dengan satu perintah bagi kita: "Pergilah, dan perbuatlah demikian" (ayat 37). Yesus melihat setiap orang dengan pandangan belas kasih, dan Dia memanggil kita untuk melakukan hal yang sama--David McCasland

16 Agustus 2003

Perhatikan Orang Lemah

Nats : Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah! Tuhan akan meluputkan dia pada waktu celaka (Mazmur 41:2)
Bacaan : Mazmur 41:2-4

Anda mungkin pernah mendengar sabda bahagia Yesus dalam Khotbah di Bukit (Matius 5:1-10). Berikut ini adalah "sabda bahagia" dari Perjanjian Lama yang kurang dikenal: "Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah" (Mazmur 41:2).

Kata dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan menjadi "memperhatikan" sesungguhnya berarti "memikirkan orang lain". Sedangkan yang diterjemahkan menjadi "lemah" sesungguhnya berarti "mereka yang membutuhkan".

Ada banyak orang yang membutuhkan di sekitar kita. Mereka membutuhkan kasih, pengharapan, dan pengetahuan akan Allah. Meski tidak dapat menyelesaikan semua permasalahan mereka, kita dapat menunjukkan kepedulian kita.

Kita mungkin tak punya banyak uang, tetapi kita dapat memberi diri kita. Kita bisa menunjukkan bahwa kita memikirkan orang-orang yang membutuhkan. Kita dapat mendengarkan mereka bercerita. Kita dapat memperlakukan mereka dengan sopan santun dan hormat. Kita dapat berdoa. Kita dapat menulis surat-surat yang membangkitkan semangat. Kita dapat bercerita tentang Yesus. Dan terakhir, kita dapat mengasihi mereka.

Bayangkanlah mereka yang hidup bagi diri mereka sendiri, selalu berusaha memperoleh keuntungan, dan mencari kesenangan pribadi. Bandingkanlah dengan mereka yang mau memberi diri bagi orang lain. Manakah di antara mereka yang memiliki ketenangan, kekuatan, dan sukacita di dalam diri mereka?

Temukanlah berkat Allah dengan memperhatikan orang yang lemah -- David Roper

26 Agustus 2003

Tanda Kasih

Nats : Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara . . . dan menangislah dengan orang yang menangis! (Roma 12:10,15)
Bacaan : Roma 12:9-16

Kartu. Beratus-ratus kartu. Petugas pos pasti mengira kami sedang mengejar rekor dunia. Kartu-kartu itu datang bertumpuk-tumpuk--hari demi hari.

Itu hanyalah salah satu cara yang melaluinya kami tahu bahwa orang- orang memperhatikan kami. Khususnya saat keluarga kami mengalami minggu-minggu awal yang menyakitkan setelah putri kami Melissa yang masih remaja tewas dalam sebuah kecelakaan mobil.

Namun bukan hanya kartu-kartu itu yang menunjukkan dukungan kasih. Makanan datang dengan cepat hingga hampir memenuhi lemari es. Bunga- bunga mengisi setiap sudut rumah, terutama bunga matahari--kesukaan Melissa.

Orang-orang mengirimkan foto-foto Melissa, selimut dengan ayat-ayat, hadiah kenang-kenangan untuk sekolahnya, dan buku--berbagai buku tentang mempercayai Allah dengan hati yang hancur. Selain itu, datang pula e-mail, telepon, juga kata-kata pengharapan dan penghiburan yang disampaikan secara pribadi. Janji-janji doa. Tawaran bantuan untuk melakukan apa pun yang kami perlukan. Semuanya dari teman-teman yang menaati perintah Allah.

Hati kami yang luka terhibur oleh perhatian-perhatian itu, yang terlalu banyak untuk disebutkan, dan terlalu indah untuk dilupakan. Kasih di balik semua ungkapan itu menolong kami untuk melalui hari- hari yang berat karena dukacita.

Carilah orang-orang yang membutuhkan dan ikutilah pimpinan Tuhan. Bantulah mereka untuk menyembuhkan hati yang hancur dengan bahasa- bahasa kasih (Roma 12:10-15). Kuatkanlah mereka untuk kemuliaan Allah--Dave Branon

24 September 2003

Lingkaran Belas Kasih

Nats : Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! (Roma 12:15)
Bacaan : 2Korintus 1:1-4; Filipi 2:1-4

Sepeninggal putri kami yang berusia 17 tahun dalam kecelakaan mobil pada bulan Juni 2002, setiap anggota keluarga kami memiliki caranya sendiri untuk mengatasi rasa kehilangan. Dukungan paling berarti bagi istri saya adalah kunjungan dari para ibu yang juga telah kehilangan anak mereka dalam kecelakaan.

Sue mendapat kekuatan melalui kisah-kisah mereka. Ia ingin agar mereka menceritakan kasih setia Allah dalam hidup mereka, di samping duka yang mendalam karena kehilangan anak yang amat dikasihi.

Sue segera menjadi bagian dari suatu lingkaran belas kasih, kelompok kecil para ibu yang menangis, berdoa, dan mencari pertolongan Allah bersama-sama. Kelompok ibu-ibu yang berduka ini menjalin suatu ikatan empati dan harapan yang memberikan peneguhan bagi Sue dalam mengatasi kesedihannya sehari-hari.

Setiap orang punya caranya sendiri dalam berduka. Namun, kita tetap perlu berbagi isi hati, beban, pertanyaan, dan kesedihan dengan orang lain. Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita untuk memiliki seseorang yang dapat kita ajak bicara tentang penderitaan dan kesedihan kita.

Dalam hubungan kita dengan Kristus, kita mendapatkan dukungan, penghiburan, kasih, persekutuan, kasih mesra, dan belas kasihan (Filipi 2:1). Allah menghibur kita sehingga kita dapat menghibur orang lain (2 Korintus 1:4). Oleh karena itu, marilah kita bersukacita dengan orang yang bersukacita, dan menangis dengan orang yang menangis (Roma 12:15). Dengan demikian, orang lain juga akan mendapatkan lingkaran belas kasih --Dave Branon

26 September 2003

Dipakai Allah

Nats : Menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi (1Timotius 6:18)
Bacaan : 1Timotius 6:17-19

Penginjil Franklin Graham menulis, "Jika kita ingin menjadi tipe orang yang dapat dipakai Allah kapan pun, di mana pun, ke mana pun, kita harus memberikan diri, rumah, dapur, dan ruang tamu kita sebagai pos-pos terdepan bagi kerajaan Allah." Orang yang mempraktikkan pernyataan di atas sedang memenuhi tantangan Paulus untuk "menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi" (1 Timotius 6:18).

Beberapa tahun yang lalu, keluarga kami merasa bahwa Tuhan memberikan tantangan yang sama. Dengan percaya bahwa Allah ingin masuk lebih dalam lagi ke dalam kehidupan, kepemilikan, dan waktu kami, kami menerima tantangan itu di dalam doa.

Tak lama kemudian kami menangani seorang pecandu berat narkoba dan membuka rumah kami untuknya. Beberapa sanak keluarga bergabung dengan kami untuk membantu orang-orang yang rindu untuk datang kepada Kristus dan melepaskan diri dari narkoba. Akhirnya kami mendirikan sebuah pusat rehabilitasi kristiani, sebuah pelayanan yang masih berlangsung hingga saat ini. Untuk melengkapi kami dalam pelayanan ini, Allah menggunakan kesedihan yang pernah kami alami sendiri. Kesukaran membantu kami memahami orang lain, dan memampukan kami untuk membimbing mereka agar mempercayakan keselamatan dan kebutuhan sehari-hari mereka kepada Yesus.

Allah juga rindu memakai Anda, harta milik Anda, dan bahkan penderitaan Anda untuk memperlengkapi Anda dengan hidup yang kaya dalam memberi dan berbagi. Sudahkah Anda menerima tantangan-Nya? --Joanie Yoder

12 November 2003

Orangtua Pendoa

Nats : Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka (Matius 19:13)
Bacaan : Matius 19:13-15

Seorang ibu muda mengirimkan tulisan berikut ke sebuah majalah, "Saya berharap dapat menyelubungi anak-anak saya dengan gelembung penyelubung untuk melindungi mereka dari dunia luar yang besar dan jahat."

Wanita penulis Stormie Omartian memahami apa yang dirasakan ibu itu. Dalam bukunya The Power of A Praying Parent, ia menulis demikian, "Suatu hari saya berseru kepada Allah, 'Tuhan, beban ini telalu berat bagi saya. Saya tidak mampu terus-menerus mengawasi putra saya setiap saat selama 24 jam. Bagaimana saya dapat menemukan kedamaian?'"

Allah memberi tanggapan dengan membimbing Stormie dan suaminya untuk menjadi orangtua pendoa. Mereka mulai mendoakan putra mereka setiap hari, menyebutkan setiap detail kehidupannya dalam doa.

Keinginan untuk menyelubungi anak-anak kita dengan "gelembung penyelubung" berakar dari rasa takut. Itu adalah suatu kecenderungan umum, terutama di kalangan para ibu. Menyelubungi mereka dengan doa, seperti yang dilakukan Yesus (Matius 19:13-15), merupakan alternatif yang sangat ampuh. Kepedulian Dia terhadap anak-anak kita lebih besar daripada kepedulian kita, maka kita dapat memasrahkan mereka ke dalam tangan-Nya dengan mendoakan mereka. Dia tidak berjanji kepada kita bahwa hal buruk tidak akan menimpa mereka. Namun ketika kita berdoa, Dia akan memberi kita kedamaian yang kita dambakan (Filipi 4:6,7).

Ini merupakan tantangan bagi semua orangtua, bahkan bagi mereka yang memiliki anak-anak yang sudah dewasa: jangan pernah berhenti menyelubungi anak-anak Anda dengan doa! --Joanie Yoder

15 Desember 2003

Persembahan Ketaatan

Nats : Bukankah ini firman yang telah disampaikan Tuhan? (Zakharia 7:7)
Bacaan : Zakharia 7

Di sepanjang bulan ini orang lebih banyak berpikir tentang Allah dan perbuatan baik. Kelihatannya semakin dekat dengan hari Natal, kita semakin dapat menyaksikan orang-orang yang memiliki kerinduan untuk mengungkapkan perhatian pada hal-hal religius. Dengan demikian, pengunjung gereja semakin meningkat jumlahnya, dan kegiatan di gereja semakin padat.

Apakah peningkatan kegiatan religius ini menunjukkan penghormatan kepada Tuhan? Kita perlu berhati-hati agar tidak mengulangi apa yang dilakukan oleh orang-orang pada zaman Zakharia. Meskipun terlibat dalam kegiatan religius, mereka hanya ingin menyenangkan diri sendiri. Unsur yang terpenting telah hilang, yaitu ketaatan kepada Allah.

Allah tidak ingin mereka melakukan ritual kosong. Dia ingin mereka menyatakan ketaatan kepada-Nya dengan cara:

(1) melaksanakan hukum yang benar,

(2) menunjukkan kesetiaan dan kasih sayang,

(3) tidak menindas janda, yatim piatu, orang asing, dan orang miskin, dan

(4) tidak merancang kejahatan dalam hati terhadap sesama (Zakharia 7:9,10).

Kita dapat menyatakan penghormatan terbaik kepada Allah selama waktu-waktu yang istimewa ini dengan meninjau kembali pengabdian kita kepada-Nya melalui empat perintah Allah terhadap umat-Nya tersebut. Tuhan tidak ingin kegiatan religius kita kosong dan hanya berpusat pada diri sendiri. Dia menginginkan persembahan ketaatan yang dinyatakan dalam tindakan yang menunjukkan kebaikan hati dan kerelaan untuk menolong mereka yang tidak seberuntung kita --Dave Branon

28 Januari 2004

Doa yang Peduli

Nats : Aku menasihatkan kamu ... untuk bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku (Roma 15:30)
Bacaan : Roma 15:30-33

Baru-baru ini saya menerima e-mail dari seseorang yang tidak saya kenal. E-mail itu dikirim oleh pemuda yang memberi pelajaran berharga yang dapat kita teladani. E-mailnya menunjukkan betapa ia memercayai kekuatan doa.

Dalam e-mailnya ia bercerita tentang seorang gadis remaja di kotanya yang hamil di luar nikah. Orangtua gadis itu mengancam dan memaksanya untuk menggugurkan kandungan. Ketika pemuda tersebut mendengar hal ini, ia langsung menuju komputernya dan mengirim e-mail kepada lebih dari 100 orang. Ia menceritakan kesulitan yang dialami gadis itu dan senantiasa berkata, "Tolong doakan gadis ini." Belas kasihnya terhadap gadis itu sangat nyata, senyata imannya bahwa Allah akan menjawab doa.

Pemuda ini bisa saja menghabiskan waktunya di depan komputer untuk mengerjakan banyak hal lain; seperti mencari informasi mobil, bermain video game, atau mengirim cerita humor kepada teman-temannya. Namun, ia justru mempergunakan waktunya untuk mengumpulkan alamat-alamat e-mail, lalu menulis pesan yang penuh perhatian dan tulus. Dalam Roma 15:30-33, Rasul Paulus menyatakan bahwa ia menyadari pentingnya doa bersama, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain yang berada dalam kesulitan.

Sungguh pelajaran yang berharga! Hal itu mengingatkan kita untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dalam doa, dan juga menunjukkan kepada kita sebuah teladan belas kasihan yang mengarahkan kita untuk bersekutu dengan sesama dalam doa yang peduli --Dave Branon

27 Februari 2004

Sesama yang Baik

Nats : Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu? (Lukas 10:36)
Bacaan : Lukas 10:25-37

Saat Fred Rogers meninggal dunia pada tanggal 27 Februari 2003, banyak surat kabar memuat berita itu sebagai berita halaman depan. Dan hampir setiap judul berita utama memuat kata sesama. Ia adalah pembawa acara televisi anak-anak berjudul Sesama Pak Rogers. Ia dikenal oleh jutaan anak dan orangtua sebagai seorang yang baik, lembut, dan hangat yang secara tulus menganggap "setiap orang adalah istimewa, di dalam diri mereka, sebagaimana adanya mereka".

Pak Rogers pernah berkata kepada seorang wartawan, "Ketika kita memandang sesama kita dengan penuh penghargaan, ... dengan ucapan syukur atas apa adanya dirinya, maka saya merasa bahwa kita bergandengan tangan dengan Kristus Yesus, sebagai pembela kebaikan sejati." Karena ia menghargai pentingnya hidup setiap orang, Rogers mampu menjadi sesama yang baik bagi semua orang.

Saat Yesus ditanya, "Siapakah sesamaku manusia?" Dia menceritakan perumpamaan orang Samaria yang murah hati (Lukas 10:29-35). Di akhir cerita, Tuhan bertanya, "Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawabannya: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya" (ayat 36,37).

Siapakah di antara sesama kita yang membutuhkan perkataan ramah, uluran tangan persahabatan, atau dorongan semangat pada hari ini? Yesus memanggil kita untuk menunjukkan kasih dan belas kasihan kepada orang lain sementara kita mengasihi Allah dengan segenap hati, dan mengasihi sesama seperti diri sendiri --David McCasland

22 September 2004

Pesan yang Baik

Nats : Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka (Matius 14:14)
Bacaan : Matius 14:14-21

Sungguh suatu kesalahan tragis. Pada tanggal 3 Juli 1998, peluru kendali dari kapal perang USS Vincennes menembak jatuh sebuah pesawat penerbangan sipil Iran dengan 290 jiwa di dalamnya. Semuanya tewas. Kapten kapal USS Vincennes itu mengira mereka sedang diserang oleh sebuah pesawat tempur F-14 milik Iran. Tetapi ternyata perkiraannya keliru.

Jajak pendapat umum menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Amerika menentang pembayaran ganti rugi kepada para keluarga korban. Perlakuan kejam terhadap para sandera Amerika di Iran masih terbayang jelas di benak banyak orang. Tetapi Presiden Reagan menyetujui pembayaran ganti rugi itu. Ketika ditanya para wartawan bagaimana jika pembayaran seperti itu menimbulkan preseden yang buruk, ia menjawab, "Saya tidak pernah melihat belas kasihan sebagai preseden buruk."

Prinsip balas dendam jauh lebih mudah untuk diterapkan. Namun, belas kasihan adalah cara Kristus, yaitu memberi perhatian yang mendalam terhadap kebutuhan fisik, emosi, dan rohani seseorang secara utuh. Hal ini menyingkapkan hati Allah untuk orang-orang berdosa, bagi Anda dan saya.

Memberi makan 5.000 orang adalah mukjizat yang lahir dari belas kasihan. Yesus tergerak oleh kebutuhan rohani dan jasmani orang-orang (Matius 14:14; Markus 6:34). Dia tidak puas hanya mengajar mereka dan membiarkan mereka pulang begitu saja.

Sebagai orang kristiani, kita harus melihat seseorang secara menyeluruh melalui mata Yesus. Tindakan belas kasihan selalu memancarkan pesan yang baik --Dennis De Haan

16 September 2005

Saya Turut Merasakan

Nats : Jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita (1Korintus 12:26)
Bacaan : 1Korintus 12:12-27

Pada saat anak-anak saya masih kecil, salah satu dari mereka tersandung dan meringis menahan rasa sakit. Ketika saya memerhatikan dirinya yang sedang berusaha mengatasi sakitnya, saya pun berkata, Nak, Ayah ikut sedih. Kaki Ayah ikut sakit rasanya.

Sambil menengadah, ia memandang saya dan menimpali pernyataan saya tadi, Yah, kaki Ayah tidak benar-benar sakit, kan?

Tidak, saya memang tidak merasakan sakit secara fisik, tetapi saya ikut merasakan penderitaannya. Bahkan saya berharap, entah bagaimana caranya, rasa sakitnya itu dapat dipindahkan ke tubuh saya.

Rasul Paulus mengatakan kepada kita bahwa semua orang percaya yang berada di dalam Kristus adalah bagian dari satu tubuh (1Korintus 12:13). Dan jika satu bagian tubuh merasakan penderitaan, maka semua anggota turut menderita (ayat 26).

Apakah Anda berduka ketika seorang saudara seiman mengalami masalah? Apakah Anda terusik ketika seorang percaya terjerumus ke dalam dosa dan mengalami hukuman dari tangan Allah? Apakah hati Anda berduka apabila seorang anak Allah tengah mengalami masalah dan pencobaan yang berat? Jika tidak, mintalah kepada Tuhan saat ini juga untuk menolong Anda menjadi orang yang dapat berbagi duka dengan sesama dan bersimpati dengan mereka.

Ya, kepada setiap orang kristiani yang kita temui dan sedang mengalami tekanan, kita harus siap untuk berkata dari hati kita, Saya turut merasakan kepedihan Anda RWD

17 Januari 2006

Mengasihi Orang Sulit

Nats : Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10)
Bacaan : Lukas 19:1-10

Membenci Zakheus sangatlah mudah. Sebagai seorang pemungut cukai pemerintah penjajah yang menekan, ia membuat dirinya sendiri kaya dengan memungut pajak yang lebih tinggi dari orang sebangsanya. Namun, yang menggemparkan orang banyak, Yesus justru menghormatinya dengan berkunjung ke rumah Zakheus dan makan bersamanya.

Seorang hakim yang terkenal tegas menceritakan bagaimana ia belajar untuk berhubungan baik dengan orang-orang yang sulit untuk dikasihi. Pada sebuah khotbah di kebaktian Minggu pagi, pendetanya mendorong jemaat untuk berusaha memandang orang lain melalui mata Yesus.

Beberapa hari kemudian sang hakim sudah akan memberikan hukuman keras kepada seorang pemuda angkuh yang terus-menerus terlibat masalah. Namun, ia teringat akan apa yang telah disarankan pendetanya. Sang hakim berkata, "Saya memandang mata pemuda ini dan berkata kepadanya bahwa saya pikir ia adalah manusia yang cerdas dan berbakat. Lalu saya berkata kepadanya, 'Mari bicara tentang bagaimana kita dapat membuat hidup Anda lebih kreatif dan membangun.' Dan percakapan itu pun berlangsung dengan sangat baik."

Yesus memandang Zakheus sebagai orang berdosa yang memiliki sebuah lubang kosong yang hanya dapat diisi oleh-Nya, dan lewat kebaikan hati-Nya Zakheus diubah. Sang hakim tidak dapat melaporkan perubahan yang sama, namun siapakah yang mengetahui hasilnya untuk jangka panjang? Ia memberikan teladan yang baik bagi kita semua, karena ia melihat pria itu melalui mata Yesus --HVL

16 Maret 2006

Pengorbanan Sejati

Nats : Sebab ia [Epafroditus] nyaris mati karena pekerjaan Kristus dan ia mempertaruhkan nyawanya (Filipi 2:30)
Bacaan : Filipi 2:17-30

Saya takjub dengan para remaja. Banyak dari mereka yang mencintai hidup dengan hasrat yang menggebu dan menjalaninya dengan optimisme yang tiada henti. Kadang mereka menunjukkan cara hidup kristiani yang hanya dapat diimpikan orang dewasa.

Begitu pun dengan Carissa, seorang remaja yang gemar sepakbola, bola basket, dan menyayangi sahabat, keluarga, serta Yesus. Di tahun 2000 ibunya dinyatakan mengidap kanker. Ketika itu Carissa baru berusia 12 tahun, tetapi ia mulai membantu merawat ibunya.

Selama beberapa tahun kemudian, Carissa sering menyuapi, mengganti pakaian, dan menolong ibunya melakukan segala sesuatu yang tidak dapat dilakukan ibunya sendiri. "Memang sangat sulit untuk belajar melakukan semua ini," katanya. "Dapatkah Anda bayangkan, seorang ibu dan anak perempuannya saling berganti peran? Saya benar-benar telah belajar menjadi pelayan yang rendah hati."

Kadang kala, saat teman-temannya sedang berekreasi, Carissa membantu ayahnya merawat sang ibu. Carissa terus melakukan hal itu hingga musim panas 2004, saat ia dan keluarganya harus kehilangan sang ibu untuk selamanya. Carissa berkata, "Allah telah memanggil Ibu pulang dan menjadikannya sempurna."

Carissa mengingatkan saya pada Epafroditus, yang memerhatikan keperluan Paulus dengan penuh pengorbanan (Filipi 2:25-30). Sungguh ini teladan hebat tentang bagaimana memerhatikan, mengasihi, dan berbelas kasih! Tentu tidak semua dari kita dapat mempertaruhkan hidup untuk meniru mereka. Namun, pengorbanan mereka dapat mengajarkan nilai pelayanan kepada kita --JDB

9 Juli 2006

Terapi Keluarga

Nats : Jika satu anggota menderita, semua anggota turut men-derita (1Korintus 12:26)
Bacaan : 1Korintus 12:26-31

Dokter Paul Brand, seorang misionaris medis yang tinggal di India, mencermati sebuah fenomena yang luar biasa pada beberapa pasiennya. Ketika mereka sedang dalam masa pemulihan setelah menjalani operasi di rumah sakitnya, beberapa anggota keluarga akan membawakan makanan yang panas untuk para pasien tersebut. Malam harinya seorang kerabat akan tidur di bawah tempat tidur sang pasien. Dan pada saat sang pasien bangun dalam keadaan kesakitan, orang-orang terkasih itu akan memberikan pijatan yang lembut sampai ia tidur kembali.

Mulanya dokter Brand berpikir bahwa cara ini tidak tepat dan tidak sehat. Namun setelah beberapa waktu, ia mulai memerhatikan bahwa para pasien yang mendapatkan perhatian penuh kasih dari keluarga, sebenarnya membutuhkan lebih sedikit obat untuk pereda rasa sakit. Rasa sakit mereka telah diredakan oleh orang-orang yang mengasihi mereka. "Terapi keluarga" ini membawa kehangatan dan kepedulian keluarga ke suatu tempat yang tidak lazim.

Kita dapat belajar dari contoh tentang kasih dan kepedulian ini dan menerapkannya dalam keluarga. Mereka yang menjadi milik Kristus merupakan bagian dari sebuah keluarga rohani dan perlu menyadari rasa sakit yang diderita anggota yang lain. Rasul Paulus berkata, "Jika satu anggota menderita, semua anggota turut men-derita" (1Korintus 12:26). Prinsip ini meminta kita agar menemukan cara-cara praktis untuk meredakan rasa sakit sesama. Apakah saat ini Anda mengenal seorang saudara seiman yang membutuhkan "terapi keluarga" dari Anda? --HDF

4 Agustus 2006

"saya Juga Melakukannya"

Nats : "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di anta-ra mereka akulah yang paling berdosa (1Timotius 1:15)
Bacaan : Matius 18:23-33

Teman kami Barbara Leavitt sangat menyukai bunga. Rumahnya seperti taman yang sangat indah dan harum semerbak, demikian pula hidupnya. Ia hadir seperti buket bunga yang menyenangkan.

Tahun 2005, Barbara pergi selama-nya untuk bertemu Tuhan. Namun, peristiwa yang terjadi beberapa hari menjelang kematiannya tak akan pernah saya lupakan. Istri saya dan saya sedang duduk di samping tempat tidurnya bersama beberapa kawan lain dan bercerita tentang masa kanak-kanak kami. Lalu saya bercerita bahwa saya pernah mencuri beberapa tangkai bunga. Ada sebuah taman di antara sekolah dasar tempat saya bersekolah dan rumah kami. Suatu hari, ketika saya berjalan melalui taman itu, saya melihat sederet bunga iris yang sedang berkembang dan memetik beberapa tangkai untuk ibu saya. Beberapa anak lelaki yang lebih tua melihat perbuatan saya dan mengancam akan memanggil polisi. Saya ketakutan selama berminggu-minggu karena berpikir bahwa mereka akan datang dan membawa saya pergi.

Barbara menyentuh tangan saya dan berbisik, "Saya juga per-nah melakukannya." Saya pikir, begitu semestinya tanggapan saya jika melihat atau mendengar dosa orang lain, "Saya juga melakukannya." Mungkin saya tak melakukan dosa yang sama, tetapi semua dosa kita tercela dan membutuhkan ampunan Allah.

Menurut John Newton, kesadaran atas keburukan diri sendiri disebut "akar dari kelembutan hati yang kekal". Saya tidak ingin menjadi seperti hamba yang tidak tahu berterima kasih dalam Matius 18. Saya ingin berbudi baik dan menunjukkan belas kasihan, sebab "Saya juga melakukannya" -DHR

20 Agustus 2006

Sebuah Hati Bagi Tunawisma

Nats : Kami harus tetap mengingat orang-orang miskin (Galatia 2:10)
Bacaan : Yakobus 2:14-20

Jemaat Gereja Presbiterian Pertama di Snohomish, Washington, memiliki banyak sisa makanan dari perayaan ulang tahun mereka yang ke-125. Mereka memutuskan untuk memberikan makanan tersebut kepada para wanita dan anak-anak di penampungan tunawisma terdekat. Ketika hujan yang sangat dingin turun dengan derasnya, para sukarelawan mengeluarkan bungkusan-bungkusan itu, yang salah satunya berisi kue yang besar. Seseorang berkata, "Saya harap hari ini ada yang berulang tahun." Seorang wanita tunawisma menjawab, "Di dalam sini setiap hari merupakan hari besar."

Yesus mengetahui apa yang dialami oleh para tunawisma. Dia berkata, "Rubah mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya" (Matius 8:20). Meskipun demikian, tak seorang pun mempunyai belas kasih yang lebih besar terhadap orang-orang miskin dibandingkan Yesus.

Yakobus menekankan perlunya orang-orang beriman untuk saling menolong dalam hal materi. Ia menulis, "Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata, 'Selamat jalan, kenakanlah pakaian hangat dan makanlah sampai kenyang!', tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?" (Yakobus 2:15,16).

Kita harus menolong orang yang miskin rohani untuk menemukan rumah surgawi dengan berbagi Injil bersama mereka, tetapi kita jangan melalaikan orang-orang yang miskin harta benda. Sebuah hati bagi Allah juga akan menjadi hati bagi para tunawisma -VCG

25 September 2006

Demi Kaum Miskin

Nats : Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu (Ulangan 15:11)
Bacaan : Ulangan 15:7-11

Orang itu duduk di sudut jalan dari hari ke hari untuk mengemis. Ia miskin dan sungguh-sungguh mengharap akan mendapat sedikit uang untuk membeli makanan.

Ia tidak sendiri. Lebih dari setengah jumlah penduduk dunia hidup di bawah garis kemiskinan internasional, yaitu berpendapatan kurang dari dua puluh ribu rupiah sehari. Kemiskinan dan kelaparan adalah masalah-masalah besar di dunia kita yang mudah membuat kita merasa tak berdaya atau menjadi berhati batu serta tidak berbuat apa pun.

Namun, Allah tidak menutup mata terhadap penderitaan orang-orang miskin. Saat Dia memberikan tuntunan hidup bagi umat-Nya, Dia juga menambahkan perintah untuk memerhatikan orang-orang yang membutuhkan (Ulangan 15:11). Dia berkata kepada umat-Nya, "Janganlah engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang miskin itu, tetapi engkau harus membuka tangan lebar-lebar baginya dan memberi pinjaman kepadanya dengan limpahnya, cukup untuk keperluannya, seberapa ia perlukan" (ayat 7,8).

Allah juga memerintahkan umat-Nya supaya jangan membabat habis hasil ladang mereka sampai ke tepi, sehingga mereka yang kurang beruntung dapat mengumpulkan sisa-sisa hasil ladang untuk makanan mereka (Imamat 19:9,10). Yesus pun peduli terhadap kaum miskin melalui perkataan dan tindakan-Nya.

Sebagai orang kristiani, kita harus memerhatikan kaum miskin. Masing-masing pribadi dan gereja dapat bergabung di organisasi kristiani yang melawan kemiskinan sambil mewartakan firman Allah. Allah memedulikan kaum miskin. Bagaimana dengan kita? -AMC

27 September 2006

Takut Pada Hal Terburuk

Nats : Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus (Galatia 6:2)
Bacaan : Galatia 6:2-10

Ketika mengetahui bahwa saya perlu menjalani kemoterapi, ketakutan terbesar saya adalah kehilangan rambut. Saya tahu ini adalah pikiran yang sia-sia dan seharusnya hanya menjadi masalah kecil, namun saya beralasan bahwa boleh saja saya meratapi sesuatu yang disebut Alkitab sebagai kehormatan seorang wa-nita (1Korintus 11:15).

Namun, saya menyadari bahwa kehilangan yang saya ratapi itu bukanlah kehilangan kehormatan saya, melainkan jati diri saya. Rambut saya yang panjangnya selutut, benar-benar merupakan bagian jati diri saya. Saya takut kehilangan jati diri bila kehilangan rambut. Dulu saya bermimpi buruk jika rambut saya dipotong. Namun, bagaimana jadinya bila rambut saya benar-benar dipotong? Saya takut terhadap hal terburuk.

Namun, kejadian terburuk itu tidak pernah terjadi. Rambut saya memang dipotong pendek-hingga saya sedikit cemas namun tidak bermimpi buruk. Dan kemudian rambut saya rontok-ada rasa sedih, namun tidak patah semangat.

Beberapa minggu kemudian sahabat saya, Marge, berkata, "Julie, aku tidak bisa mengatakan betapa sering aku meratapi kehilangan rambutmu, karena itu benar-benar bagian dari dirimu."

Tiba-tiba saya menyadari bahwa Marge memenuhi perintah da-lam Galatia 6:2, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu!" Ia telah mendampingi saya dengan doa-doa dan empati untuk me-ringankan beban saya.

Setan ingin mengalahkan kita dengan beban-beban berat, tetapi sesama orang percaya dapat memperkecil penderitaan yang ditimbulkannya, dengan kasih dan dukungan mereka -JAL

2 Februari 2007

Bekal Seorang Bocah

Nats : Akulah roti kehidupan; siapa saja yang datang kepada-Ku, ia tidak akan pernah lapar lagi (Yoh. 6:35)
Bacaan : Yohanes 6:1-14

Saya pernah keliru karena berpikir mampu menghabiskan 28 ons steik sendirian di restoran. Saya pun meminta steik yang tersisa untuk dibungkus dan dibawa pulang. Saya pikir, Saya nanti ma-sih bisa berpesta memakan sisa steik itu.

Begitu meninggalkan restoran, seorang gelandangan menghampiri saya. Mulanya saya tak memberinya apa-apa. Namun tiba-tiba, saya merasa bersalah. Saya pun memanggilnya lagi, memberi-nya 5 dolar, dan memberkatinya dalam nama Yesus. Setelah melakukan tugas sebagai orang kristiani, dengan riang saya hendak melanjutkan perjalanan sambil membawa steik itu sampai si gelandangan bertanya, "Bagaimana dengan bungkusan itu?" Harus diakui, berat rasanya melepaskan steik itu.

Salah satu kisah favorit saya dalam Perjanjian Baru adalah kisah bocah yang memberikan makan siangnya bagi pelayanan kebangunan rohani (Yoh. 6:1-14). Jika ia seperti bocah lain, bekalnya tentu sangat berharga. Namun, ia bersedia memberikan bekalnya; lima kerat roti jelai dan dua ikan kecil kepada Tuhan. Saya pikir, ia mungkin tahu bahwa jika ia menyerahkan bekalnya ke tangan Yesus, Dia dapat melakukan sesuatu yang luar biasa. Dan, Yesus melakukannya. Dia memberi makan ribuan orang yang kelaparan.

Yesus masih mencari orang biasa seperti Anda dan saya, yang bersedia melakukan pengorbanan tanpa syarat dan di-luar-kebiasaan, supaya Dia dapat mengubah persembahan kita menjadi kemuliaan-Nya. Lakukan tindakan semacam itu hari ini! --JS

Kuserahkan diriku, ya Tuhan,
Senantiasa siap sebagai korban,
Rela berbagi apa yang kucinta,
Betapapun mahal nilainya. --Hess

16 Mei 2007

Demi Anak-anak

Nats : Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan halang-halangi mereka (Markus 10:14)
Bacaan : Mazmur 68:6; Markus 10:13-16

Kebanyakan remaja yang baru saja mengunjungi panti asuhan Robin's Nest di dekat Montego Bay, Jamaika, menangis. "Ini tak adil," kata seorang remaja putri setelah kunjungan singkat itu. "Kita punya banyak hal, tetapi mereka tak memiliki apa pun." Selama kunjungan 2 jam itu, sambil membagikan boneka binatang dan bermain dengan anak-anak, seorang remaja putri memeluk seorang anak perempuan yang tak pernah tersenyum dan sedang bersedih. Kami mendapati bahwa ia menjadi korban aniaya orangtuanya sebelum ia ditampung di panti asuhan.

Bayangkan jika keadaan anak perempuan kecil ini menimpa jutaan anak, kita pasti akan menjadi mudah terharu. Teman remaja saya ini benar. Ini tidak adil. Penganiayaan, kemiskinan, dan penelantaran telah mengubah hidup jutaan anak menjadi mimpi buruk.

Hal ini sungguh menyakitkan hati Allah! Yesus, yang berkata, "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku" (Markus 10:14), pasti akan sedih melihat bagaimana anak-anak ini diperlakukan.

Apa yang dapat kita lakukan? Dalam nama Yesus, kita dapat membantu panti asuhan secara finansial. Jika mungkin, kita bisa terjun langsung membantu mereka. Jika kita merasa terpanggil, kita dapat menyediakan rumah bagi anak-anak yang berharga ini. Dan, kita semua bisa berdoa -- memohon agar Allah menolong mereka yang mengalami ketidakadilan dalam hidupnya.

Mari kita tunjukkan kasih Allah kepada anak-anak melalui hati dan tangan kita --JDB


Menjangkau anak-anak yang sengsara,
Menunjukkan kasih dan kepedulian kita,
Itulah salah satu cara Allah memakai kita
Membangkitkan asa di tengah kemalangan mereka. --Sper

25 Juli 2007

Hati Megan

Nats : Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja (Yakobus 1:22)
Bacaan : Yakobus 1:19-27

Ketika Megan duduk di kelas tiga, ia selalu pulang tanpa sarung tangan musim dinginnya. Ibunya jengkel karena harus selalu membelikan sarung tangan baru, yang tidak mampu dilakukan keluarga itu. Suatu hari ibunya marah dan berkata, "Megan, kamu harus lebih bertanggung jawab. Tidak bisa terus-menerus seperti ini!"

Megan menangis. Dengan tersedu-sedu ia mengatakan kepada ibunya bahwa selama ia bisa mendapatkan sarung tangan baru, ia dapat memberikan sarung tangan untuk anak-anak yang sama sekali tidak dapat membelinya.

Sekarang saat usianya 18 tahun, Megan memiliki berbagai hobi termasuk menjadi sukarelawan di lingkungannya dan membimbing anak-anak jalanan. Berkaitan dengan keinginannya untuk membantu orang lain, ia berkata bahwa "rasanya hal itu memang sudah seharusnya saya kerjakan".

Sebagai orang kristiani, kita pun harus mempunyai hati yang suka memberi. Yakobus berkata bahwa kita harus mendengarkan firman dan melakukan apa yang dikatakan firman itu (1:22,23). Akan tetapi, ia tidak berhenti dengan hanya mengatakan bahwa kita harus mematuhinya. Ia memberi kita petunjuk khusus tentang apa yang harus kita lakukan. Lalu, ia memberi kita cara praktis untuk memberi perhatian kepada orang lain: "Mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka" (ayat 27).

Mintalah agar Allah memberi kita hati seperti hati yang dimiliki Megan. Dengan kasih kepada Allah, taatilah apa yang dikatakan-Nya supaya Anda lakukan. Itulah yang "memang seharusnya kita kerjakan" --AMC

28 September 2007

Memerhatikan Orang Lain

Nats : Janganlah tiap-tiap orang hanya memerhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga (Filipi 2:4)
Bacaan : Filipi 2:3-8

Dengan memiliki sikap memberi diri, berarti kita memperlihatkan hakikat karakter Yesus, karena natur-Nya memang senantiasa lebih memikirkan orang lain daripada diri-Nya sendiri. Dia telah merendahkan diri-Nya dan "taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Filipi 2:8).

Kecenderungan alami kita adalah pertama-tama memikirkan kepentingan diri sendiri, yaitu memandang segala sesuatu dari perspektif kebutuhan dan keinginan kita sendiri. Namun, dengan pertolongan Yesus, kita dapat menghilangkan kebiasaan tersebut. Kita dapat mulai memikirkan kepentingan utama orang lain, yang berupa keinginan, urusan, dan kebutuhan mereka.

Dengan demikian, kita perlu bertanya kepada diri sendiri: Apakah kita menganggap kepentingan orang lain lebih penting daripada kepentingan kita? Apakah kegembiraan yang kita rasakan saat melihat Allah bekerja di dalam dan melalui mereka, sama besarnya dengan kegembiraan yang kita rasakan saat Allah bekerja di dalam dan melalui diri kita? Apakah kita rindu untuk melihat orang lain bertumbuh di dalam kasih karunia dan mendapatkan pengakuan dari orang lain, padahal mereka berhasil karena usaha yang telah kita lakukan? Apakah kita merasakan kepuasan ketika melihat anak-anak rohani kita mengungguli kita dalam pekerjaan yang menjadi panggilan mereka? Jika ya, itulah yang menjadi ukuran kebesaran seseorang.

Kita menjadi sangat serupa dengan Tuhan apabila kita lebih memikirkan orang lain daripada diri sendiri. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada itu (Yohanes 15:13) --DHR

4 Desember 2007

Belas Kasih yang Aktif

Nats : Marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (1Yohanes 3:18)
Bacaan : 1Yohanes 3:16-24

Ketika masuk kantor di pagi hari, saya kerap menemukan kejutan di meja saya. Beberapa waktu lalu, kejutan itu berupa cangkir kopi bergambar bunga matahari yang diberikan seorang rekan kantor. Ia melihatnya di sebuah toko dan ia tahu, cangkir itu akan membuat istri saya senang -- jadi ia membelinya lalu meninggalkannya di meja saya dengan disertai kalimat penyemangat.

Dengan senang hati saya membawa pulang hadiah itu untuk istri saya Sue, dan memberikannya atas nama wanita yang ingin menyemangatinya.

Orang itu mungkin betul-betul memikirkan istri saya. Ia mungkin telah membicarakan istri saya secara positif dengan orang lain. Namun, itu tentu berbeda dengan dorongan semangat yang ditimbulkan suatu tindakan.

Dalam 1Yohanes 3:18, Yohanes membahas apa yang harus kita lakukan bila melihat orang lain memerlukan bantuan kita. Ia mengatakan, kita harus mempunyai belas kasihan yang aktif: "Marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan." Kalau kita melihat seseorang memerlukan bantuan kita, membicarakan hal itu memang hal yang baik. Akan tetapi, kita juga harus melakukan sesuatu untuk menolongnya. Kita diperintahkan: "Hendaklah kita menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja" (Yakobus 1:22).

Mintalah Roh Kudus menaruh seseorang di dalam hati Anda, yang dapat Anda tolong dalam nama Yesus. Lalu ambillah tindakan. Buatlah perbedaan pada hari ini. Kirimkan kartu. Berikanlah hadiah. Ajaklah berjalan-jalan. Teleponlah. Kasih yang diwujudkan dalam tindakan adalah kasih sejati --JDB

11 Maret 2008

Berani Berdamai

Nats : Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu (Kejadian 50:17)
Bacaan : Kejadian 50:15-21

Seorang ibu sulit menaikkan Doa Bapa Kami, sebab ia tak sudi mengampuni. Semula ia bangga memiliki suami yang setia. Belakangan, ketika sang suami mendadak meninggal karena serangan jantung, baru terkuak sisi gelap hidupnya. Rupanya, sudah lama ia selingkuh. Ibu itu sangat kaget. Rasa kehilangannya berubah menjadi kebencian. Ia sulit mengampuni meski suaminya telah pergi.

Tanpa pengampunan, kesalahan yang kita atau orang lain perbuat akan menjadi sampah di hati. Jika dibiarkan, baik yang berbuat salah atau yang terluka sama-sama menderita. Saudara-saudara Yusuf bertahun-tahun memendam rasa bersalah karena telah merusak hidup Yusuf (Kejadian 50:15). Ketakutan membayangi mereka: kelak Yusuf pasti balas dendam! Nyatanya, Yusuf sama sekali tak menyimpan dendam.

Bertahun-tahun Yusuf dan saudara-saudaranya kehilangan kontak. Selama itu, Yusuf hidup merana tanpa saudara. Semua itu baru berakhir setelah saudara-saudara Yusuf bersujud dan memohon ampun di hadapannya. Yusuf pun menangis haru. Ia mengatakan bahwa ia tak akan mengadili dan menghukum mereka, tetapi ia justru akan memelihara hidup mereka (ayat 18-21). Hari itu, beban berat yang menyelimuti hati bertahun-tahun lenyap! Babak baru hidup mereka dimulai, sebab ada pengampunan dan pemulihan.

Dalam hidup bersama, ada saatnya kita menyakiti atau disakiti. Itu tak terhindarkan. Yang penting, apa yang kita perbuat sesudahnya; memilih untuk membiarkannya lalu hidup dalam dendam atau mengupayakan perdamaian? Hanya dengan berani mengakui dan mengampuni, kita bisa merasakan indahnya pemulihan -JTI

8 Mei 2008

Hidup Kudus

Nats : Jika seseorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya (2Timotius 2:21)
Bacaan : 1Petrus 1:13-19

Bayangkan ada dua gelas di hadapan Anda. Yang satu terbuat dari kristal dengan ukiran cantik. Mahal, tetapi bagian dalamnya kotor dan berdebu. Yang satu lagi gelas plastik murahan, tetapi dicuci bersih. Jika Anda ingin minum, mana yang akan Anda pakai? Saya yakin Anda memilih gelas yang murah, tetapi bersih! Gelas semewah apa pun, jika dalamnya kotor dan berdebu, menjadi tidak berguna.

Setiap anak Tuhan adalah "gelas kristal". Kristus telah menebus kita dengan darah yang mahal, sehingga kita menjadi milik-Nya yang sangat berharga (ayat 18,19). Itu sebabnya Tuhan ingin memakai kita menjadi alat-Nya, untuk menyalurkan "air hidup" kepada orang-orang di sekitar kita. Namun, itu akan terhalang jika kita tidak rajin membersihkan "debu" yang mengotori hati dan hidup kita.

Agar dapat dipakai Tuhan, kita harus hidup dalam kekudusan. Tak membiarkan hawa nafsu mencemari dan menguasai hati. Tuhan meminta kita menjadi kudus dalam seluruh aspek hidup. Bukan hanya di gereja, melainkan juga di tempat kerja dan dalam keluarga. Kata "kudus" berarti terpisah atau berbeda. Hidup kita harus dipisahkan, dikhususkan untuk memuliakan Tuhan. Berbeda dari cara hidup duniawi. Hidup kudus adalah keharusan, bukan pilihan. Tuhan berfirman, "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus" (ayat 16).

Adakah "kotoran" yang masih menempel di hati Anda? Bentuknya bisa berupa dendam, amarah, nafsu yang merusak, niat jahat, atau kebiasaan dosa yang terus dipelihara. Kita harus sering membersihkan hati. Membuatnya tetap murni, agar Tuhan dapat terus memakai kita menjadi saluran berkat-Nya. Sayang, jika kita hanya menjadi gelas kristal kotor; indah namun tak berguna -JTI



TIP #10: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab menjadi per baris atau paragraf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA