Topik : Beban

15 November 2002

Hanya Allah yang Tersisa

Nats : Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah (2Tawarikh 20:15)
Bacaan : 2Tawarikh 20:1-17

Seorang guru Alkitab yang bijak suatu kali berkata, "Cepat atau lambat Allah akan membawa umat-Nya yang merasa memiliki segalanya ke tempat di mana mereka tidak memiliki apa pun selain Dia; tanpa kekuatan, tanpa penjelasan, tanpa apa pun kecuali Dia. Tanpa pertolongan Allah, mereka akan hancur."

Ia lalu bercerita tentang seseorang yang putus asa mengeluh kepada pendetanya, "Hidup saya benar-benar hancur." "Seberapa parah?" tanya si pendeta. Sambil menutupi kepalanya dengan tangannya, ia meratap, "Sangat parah, sehingga satu-satunya milik saya yang masih tersisa hanya Allah." Wajah sang pendeta berseri-seri. "Dengan senang hati saya meyakinkan Anda bahwa orang yang hanya memiliki Allah, memiliki kekuatan yang lebih dari cukup untuk memperoleh kemenangan besar!"

Dalam bacaan Alkitab hari ini, bangsa Yehuda juga sedang menghadapi masalah. Mereka sadar bahwa tak punya cukup kekuatan dan kehabisan cara untuk mengalahkan musuh. Yang tersisa hanya Allah! Namun, Raja Yosafat dan rakyatnya melihatnya sebagai sumber harapan, bukannya keputusasaan. "Mata kami tertuju kepada-Mu," seru mereka kepada Allah (2 Tawarikh 20:12). Dan mereka tidak dikecewakan karena Dia memenuhi janji-Nya: "Bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah" (ayat 15).

Apakah Anda sedang dalam situasi di mana segala milik Anda lenyap? Ketika Anda mengarahkan pandangan kepada Tuhan dan menaruh harapan kepada-Nya, Anda akan mendapatkan pemenuhan janji Allah, dan Anda tidak akan membutuhkan apa-apa lagi —Joanie Yoder

29 November 2002

Allah Ingat

Nats : Dia sendiri tahu apa kita, dia ingat, bahwa kita ini debu (Mazmur 103:14)
Bacaan : Mazmur 103:6-22

Saya tidak akan pernah melupakan pesan yang disampaikan oleh pendeta joseph bower kepada staf pelayanan rbc [radio bible class] dalam sebuah acara di gereja beberapa tahun yang lalu. ia menggunakan tiga ayat alkitab (2 Timotius 2:19; Mazmur 103:14; 2Petrus 2:9) untuk menunjukkan bahwa allah memahami kita sepenuhnya, baik kelemahan, keterbatasan, maupun sifat kita.

namun, yang saya ingat dengan jelas dari khotbah pendeta bower adalah saat ia membagikan pengalaman pribadinya yang menggambarkan mazmur 103:14. pendeta bower adalah orang yang bertubuh besar dan kuat. ia juga aktif dalam kegiatan pembangunan gedung-gedung gereja di samping berkhotbah.

pada suatu hari ia ingin memindahkan sebuah tiang baja yang beratnya kurang lebih 150 kg. ia lalu meminta anaknya untuk memegangi salah satu ujung tiang dan meletakkannya di tempat yang diinginkan. anak muda itu mencoba mengangkat balok tiang yang besar itu, tetapi ia tidak kuat. bahkan akhirnya ia harus dirawat di rumah sakit. pendeta bower merasa sangat terpukul. karena merasa kuat, ia lupa kalau anaknya tidaklah sekuat dirinya. lalu ia berkata bahwa bapa kita di surga tidak pernah lupa akan kelemahan anak-anak-nya, karena "dia sendiri tahu apa kita, dia ingat, bahwa kita ini debu" (mazmur 103:14).

Jika hari ini anda berbeban berat, tetaplah anda tenang. ingatlah bahwa tuhan tidak akan pernah membebani anda dengan beban yang lebih berat daripada beban yang dapat anda tanggung –richard de haan

24 Desember 2002

Beban Berat di Saat Natal

Nats : Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, ... untuk membebaskan orang-orang yang tertindas (Lukas 4:18,19)
Bacaan : Lukas 4:14-21

Dalam perjalanan menuju Museum Seni Metropolitan di New York pada bulan Desember, saya berhenti sejenak untuk mengagumi pohon Natal yang menakjubkan. Pohon itu dihiasi boneka malaikat dan dasarnya dikelilingi oleh patung-patung dari abad ke-18 yang menggambarkan kelahiran Kristus. Jumlahnya hampir 200 patung. Di antaranya terdapat para gembala, orang majus, dan penduduk kota. Mereka memandangi palungan dengan penuh harap atau menatap para malaikat dengan takjub.

Namun, ada satu patung yang tampak berbeda dari yang lainnya, yaitu patung pria tanpa alas kaki, yang membawa beban berat di punggungnya dan menundukkan kepala. Hati saya tersentak. Pria ini seperti kebanyakan orang saat ini, yang sangat berbeban berat sehingga dapat melihat Sang Mesias.

Natal dapat menjadi saat yang tidak menyenangkan bagi mereka yang menderita karena beban kerja yang berat, ketegangan dalam keluarga, dan kehilangan. Namun, patut diingat bahwa Kristus datang ke dunia ini untuk mengangkat kepala orang yang tertunduk karena beban berat. Yesus mengutip perkataan Yesaya untuk memberitahukan misi yang diberikan Allah kepada-Nya bagi dunia: "Untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; ... untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas" (Lukas 4:18,19).

Yesus datang untuk mengangkat beban kita sehingga kita dapat mengangkat kepala kita untuk menyambut-Nya saat Natal tiba –David McCasland

3 April 2003

Kegagalan yang Sukses

Nats : Jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil (1Yohanes 2:1)
Bacaan : 1Yohanes 1:5-2:2

Seorang penemu bernama Charles Kettering menyarankan agar kita belajar untuk gagal secara arif. Ia berkata, “Saat Anda gagal, analisalah permasalahannya, dan temukan jawabannya, karena setiap kegagalan adalah satu langkah maju menuju puncak kesuksesan. Jika Anda takut gagal, Anda tidak akan pernah mencoba.”

Kettering memberikan tiga nasihat untuk mengubah kegagalan menjadi kesuksesan: (1) Jujurlah dalam menghadapi kekalahan; jangan berpura- pura sukses. (2) Manfaatkan kegagalan kita; jangan membuangnya begitu saja. Ambillah semua pelajaran dari kegagalan itu. (3) Jangan jadikan kegagalan sebagai alasan untuk tidak mencoba lagi.

Nasihat bijak Kittering yang praktis itu mengandung makna yang dalam bagi orang kristiani. Roh Kudus terus-menerus bekerja di dalam kita untuk menyelesaikan pekerjaan “menurut kerelaan-Nya” (Filipi 2:13), jadi kita pun tahu bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya. Kita memang tidak dapat meminta kembali waktu yang hilang. Kita pun tidak dapat selalu berbuat benar, meski kita harus selalu mengusahakannya. Sebagian akibat dosa kita tidak dapat ditarik kembali. Namun, kita masih dapat memulai lagi dari awal karena Yesus telah mati untuk menanggung segala dosa kita dan Dia adalah “pengantara pada Bapa” (1 Yohanes 2:1).

Tahu bagaimana harus mengambil hikmah dari kegagalan adalah kunci untuk terus bertumbuh dalam kasih karunia. Dan 1 Yohanes 1:9 mengingatkan bahwa kita perlu mengaku dosa. Itulah langkah pertama untuk mengubah kegagalan menjadi kesuksesan --Dennis De Haan

6 Agustus 2005

Kotak Kekhawatiran

Nats : Janganlah khawatir akan hidupmu (Matius 6:25)
Bacaan : Filipi 4:1-9

Saya mendengar tentang seorang wanita yang menyimpan sebuah kotak di dapurnya yang ia sebut Kotak Kekhawatiran. Setiap kali ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, ia akan menuliskannya di secarik kertas kemudian menaruhnya di dalam kotak tersebut. Ia memutuskan untuk tidak memikirkan masalah-masalah itu selama mereka masih ada di dalam kotak. Hal ini memampukan ia untuk betul-betul mengesampingkan persoalan-persoalan tersebut dari pikirannya. Ia tahu bahwa berbagai persoalan itu dapat dihadapi di lain waktu.

Kadang kala ia menarik secarik kertas dari dalam kotak itu dan meninjau ulang masalah yang tertulis di situ. Karena tenaganya belum terkuras oleh kekhawatiran, ia pun santai dan mampu mencari pemecahan masalahnya dengan lebih baik. Ada pula persoalan yang ternyata sudah tidak menjadi masalah lagi.

Menuliskan kekhawatiran Anda di atas kertas kemudian menaruhnya di dalam sebuah kotak mungkin bermanfaat, namun betapa jauh lebih baik jika kita meletakkan semua kekhawatiran di tangan Allah. Kekhawatiran merampas sukacita, menguras tenaga, menghambat pertumbuhan rohani kita, dan tidak memuliakan Allah. Yesus berkata, Janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Matius 6:34).

Marilah meyakini janji-janji Allah dan percaya bahwa Dia akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita. Meletakkan berbagai masalah kita di tangan-Nya jauh lebih baik daripada menaruhnya di dalam sebuah kotak kekhawatiran RWD

9 Maret 2006

Indahnya Penderitaan

Nats : Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu (Mazmur 119:71)
Bacaan : 1Petrus 4:1-3

Penderitaan, jika diterima dengan kerendahan hati, dapat memberikan arahan dan disiplin yang menuntun pada hidup yang lebih dalam dan penuh. "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang," kata Daud, "tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu" (Mazmur 119:67). Petrus mengatakan hal yang senada: Penderitaan membuat kita tidak hidup untuk diri sendiri, "tetapi menurut kehendak Allah" (1Petrus 4:2).

Penderitaan bukanlah rintangan bagi pertumbuhan kerohanian kita, sebaliknya dapat menjadi alat untuk memacu pertumbuhan kita -- setelah kita dilatih oleh penderitaan tersebut. Penderitaan dapat mendorong kita menjadi lebih dekat dengan Allah dan semakin dalam masuk dalam firman-Nya. Itu adalah alat yang Allah pakai untuk membentuk kita dengan indah agar menjadi seperti Putra-Nya. Allah senantiasa memberi kita belas kasihan, kepuasan, ketenangan, dan semangat yang kita butuhkan serta doakan. Tanpa penderitaan, kita tidak dapat menjadi seperti yang Allah inginkan. Kekuatan-Nya bersinar lebih terang melalui kelemahan manusia.

Hari ini, apakah Allah sedang memberi Anda kesempatan untuk menerima arahan melalui penderitaan dan kesengsaraan? Jalanilah latihan ini dengan sabar. Dia dapat mengubah pencobaan menjadi berkat. Dia dapat memakai penderitaan itu untuk membawa Anda lebih dekat kepada hati dan firman-Nya, untuk menyatakan ajaran yang Dia ingin agar Anda pahami, serta memanfaatkannya untuk melimpahkan anugerah-Nya bagi hidup Anda.

Allah sedang membuat hidup Anda lebih baik -- yang jauh lebih baik -- lebih daripada yang Anda pernah pikirkan --DHR

7 Agustus 2008

Kuping Panci

Nats : Firman yang didengar itu tidak berguna bagi mereka, karena mereka tidak dipersatukan dalam iman dengan orang-orang yang mendengarkannya (Ibrani 4:2)
Bacaan : Bilangan 14:40-45

Waktu kecil, bila saya membandel dan tidak menyimak perintah orangtua, mereka akan berkomentar, "Kuping itu jangan jadi kuping panci, cuma ditempel di kepala, tapi tidak dipakai untuk mendengarkan." Maknanya sama dengan ungkapan: "masuk telinga kiri, keluar telinga kanan." Menunjukkan kesembronoan kita dalam mendengar, yang bisa berakibat fatal. Ini pula yang kerap membuat bangsa Israel gagal menghadapi persoalan, terutama ketika melintasi padang gurun. Mereka tidak mendengarkan dengan baik. Bacaan kita memuat contoh bagaimana mereka tak memedulikan teguran Musa; tetap nekad masuk ke Kanaan, dan gagal.

Kesungguhan kita dalam mendengar dan menanggapi firman Tuhan akan menentukan pertumbuhan iman kita (Roma 10:17). Tak ada rumus baku serta cara pintas mengenai cara membuang "kuping panci" dan memiliki telinga yang peka mendengar suara Tuhan. Satu-satunya cara adalah dengan melatih telinga rohani secara tekun dan teratur.

Pertama, kita perlu mengambil waktu untuk menyendiri dan mencari suasana sunyi, agar kita punya situasi kondusif untuk mendengarkan suara Tuhan yang lembut. Selanjutnya, dalam kesunyian ini, jangan biarkan pikiran menjadi kosong. Gunakan waktu tersebut untuk mengambil suatu bagian kecil firman Tuhan, dan merenungkannya. "Cerna" bagian tersebut sungguh-sungguh dan gali maknanya sedalam mungkin. Bila perlu, bandingkan dengan bagian-bagian lain yang serupa dalam Alkitab sebagai referensi, kemudian ambillah penerapan praktis dalam hidup Anda. Ketika kita terlatih untuk mendengarkan Tuhan, kita akan semakin memahami pola pikir dan kehendak Allah bagi kita -ARS



TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA